PROSIDING ISBN 978-979-1053-03-7
Sains, Rekayasa & Teknologi 2015 Fakultas Sains dan Teknologi (FaST) Universitas Pelita Harapan
Peran Sains, Rekayasa dan Teknologi bagi Pembangunan yang Berkelanjutan Rabu dan Kamis, 6 - 7 Mei 2015 Gedung D-502, Kampus UPH Karawaci Tangerang
Penerbit Jurusan Teknik Sipil
Daftar Makalah Call of Paper – Aplikasi Matematika dalam Sains dan Tekonlogi No
Judul
Kode
1
I G.A. Anom Yudistira, ”Penerapan Metode Resampling untuk Pendugaan Indeks Kemampuan Proses”, Fakultas Teknik, Universitas Sahid, Jakarta
A.01
2
L. Cahyadi, Bunawas Bunawas dan A. Saad, ”Penentuan Kondisi Lingkungan Pemukiman di Daerah Bandung dan Sekitarnya Berdasarkan Analisis Konsentrasi Radon-Thoron”,Universitas Pelita Harapan, Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Universitas Padjadjaran
A.02
3
L. Oscar Osaputra, Helena Margaretha dan Eka Budiarto, ”Simulasi Numerik untuk Model Pemecah Gelombang Bawah Air pada Perairan Dangkal”, University of Rochester, Universitas Pelita Harapan, Swiss German University
A.03
Call of Paper – Telekomunikasi, Elektronika, Robotika dan Teknik Biomedika No.
Judul
Kode
1
Susan dan Wahyu S. Pambudi, “Implementasi Metode LMS Filter untuk Meredam 50-HZ/60-HZ Line-Frequency Noise pada Heart Rate Measuring”, Universitas Internasional Batam
B.02
2
RD. Kusumanto, Alan N. Tompunu dan Wahyu S. Pambudi, “Perbaikan Kestabilan Posisi Koordinat Penjejakan Wajah HSV Color Segmentation dengan Menggunakan Kalman Filter”, Politeknik Negeri Sriwijaya, Universitas Internasional Batam
B.03
3
Faridatun Nadziroh, Eko Setijadi dan Wirawan, “Perbandingan Topologi dan Routing untuk Memanajemen Konsumsi Daya Sensor pada Sistem Monitoring Kesehatan Struktur (SMKS) Jembatan Berbasis WSN”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
B.04
4
Meiliayana, Jeannie Dellia Putri Theresia, dan Helena Margaretha, “Identifikasi Persamaan Fungsi Kontur Objek pada Citra Biner Dua Dimensi dengan Metode Chain Code dan Interpolasi Cubic Spline”, Universitas Bina Nusantara, Universitas Pelita Harapan
B.06
5
Raymond, Herman Kanalebe, dan Harlianto T., “Mendeteksi Kualitas Gambar Televisi pada Keluaran IFA”, Universitas Pelita Harapan, Universitas Atma Jaya
B.07
6
Saiful Do. Abdullah, Gustadewi Haryuni Premiaswari, Dwi Indah Setiani, Gamantyo Hendrantoro, dan Achmad Mauludiyanto, “Pengukuran Respon Impuls Kanal Radio HF NVIS”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
B.09
7
Mochammad Andriesyah, Mario Gracio A. R., dan Julinda Pangaribuan, “Analisis Fenomena Echolocation dalam Mendeteksi Objek”, Universitas Pelita Harapan
B.10
8
Nurul Khaerani Hamzidah dan Eko Setijadi, “Desain dan Simulasi Antena Mikrostrip Berbasis Sel Metamaterial CSRR pada Frekuensi 3.5 GHz untuk Aplikasi WiMAX”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
B.13
UPH Karawaci - Rabu dan Kamis (6 - 7) Mei 2015
13
Call of Paper – Telekomunikasi, Elektronika, Robotika dan Teknik Biomedika (Lanjutan) No.
Judul
Kode
9
Wira Indani, Suwadi, dan Titiek Suryani, “Implementasi Sistem Komunikasi Kooperatif dengan Relaying Decode and Forward padaWireless Open Access Research Platform”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
B.14
10
Fitri Farida dan Eko Setijadi, “Bandpass Filter untuk Teknologi Ultra Wideband (UWB) Menggunakan Teknik Penggabungan Lowpass dan Highpass Filter”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
B.17
11
Mohammad Fadhli dan Puji Handayani,”Pemodelan Korelasi Shadowing untuk Jaringan Multihop pada Band 2.4 GHz”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B.18
12
Shazana Dhiya Ayuni, Eko Setijadi, dan Wirawan, “Perhitungan Simulasi Energi Solar Cell untuk Monitoring Kesehatan Struktur Jembatan”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
B.19
13
Martianda Erste Anggraeni dan Puji Handayani, “Sistem Pengukuran Kanal Radio 2.4 GHz pada Domain Waktu Menggunakan Platform Software Defined Radio (SDR)”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
B.20
14
Musayyanah, Puji Handayani, dan Gamantyo Hendrantoro, “Penerapan Sage (Space Alternating Generalized Expectation-Maximization) untuk Estimasi Parameter Kanal Radio Dua Arah (Double Directional) Menggunakan Antena Array Planar”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B.21
15
Billy Tirta, Raymond, dan Henri P. Uranus, “Kontrol Pemanas dengan Pengendali Mikro ARM CortexTM-M0”, Universitas Pelita Harapan
B.22
16
Enrico Vernando dan Henri P. Uranus, “Pengembangan Spektrometer Sederhana dengan Grating Refleksi dari Keping DVD-R Kosong dan Sensor dari CCD Webcam”, Universitas Pelita Harapan
B.23
17
Hendradi Hardhienata, “Nonlinear Nano-Optics and Its Applications: Bond Model for Semiconductor Characterization”, Johannes Kepler University, Bogor Agricultural University
B.24
Call of Paper – Pengembangan Produk, Produktivitas, Kualitas, Sistem, Optimasi dan Ergonomi No.
Judul
Kode
1
Riri Nasirly dan Budi Hartono,“Dinamika Evakuasi Korban Erupsi Merapi : Tinjauan Pustaka”, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
C.02
2
Sawarni Hasibuan dan Hermawan Thaheer, “GAP Analysis Rancangan Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada Industri Gula”, Universitas Djuanda Bogor, Universitas Pakuan Bogor
C.03
3
Fuad A. Hamdani, Muhammad Kholil dan Yulis SA, “Perancangan Perbaikan untuk Menurunkan Lead Time pada Proses Pembuatan Damper Tipe 0,6 di PT. Primatech Presisi Utama”, Universitas Mercu Buana
C.04
14
Seminar Nasional Sains, Rekayasa & Teknologi 2015
Seminar Nasional : Sains, Rekayasa & Teknologi UPH - 2015 Rabu - Kamis, 6 -7 Mei 2015, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang
Kontrol Pemanas dengan Pengendali Mikro ARM CortexTM-M0 Billy Tirta1, Raymond2, dan Henri P. Uranus3 1,2,3
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Makalah ini melaporkan pengembangan pengontrol pemanas dengan menggunakan pengendali mikro ARM CortexTM-M0 dari development board Nuvoton NUC140VE3CN. Sistem kontrol digital yang dibuat membentuk feedback loop dengan aktuator elemen pemanas dari perangkat solder, sensor panas dengan thermocouple, serta fungsi transfer yang ditanamkan dalam bentuk algoritma pada pengontrol mikro. Teknik PWM (Pulse Width Modulation) dan relay elektronik digunakan untuk mengontrol daya bagi pemanas sekaligus memberi isolasi galvanik bagi sistem pengontrol mikro. User interface pada sistem ini menggunakan keypad untuk memasukkan setpoint dan LCD untuk menampilkan suhu pemanas terkini. Eksperimen dengan sistem ini pada set-point 200 0C menunjukkan sistem stabil dengan waktu untuk mencapai set point adalah 115 detik dan hysteresis sebesar 8 0C. Kata kunci: sistem kontrol pemanas digital, pengontrol mikro (mikrokontroler), PWM (Pulse Width Modulation), ARM CortexTM-M0
1. PENDAHULUAN Dalam industri, alat pemanas adalah perangkat yang banyak digunakan. Untuk mengubah fasa suatu zat (Ogden et al, 1990), untuk mempercepat proses difusi dalam fabrikasi material (Waryanto et al, 1999), untuk menghasilkan oksidasi (Basuki et al, 2015), untuk mengeringkan (Fatouh et al, 2006), untuk mematikan atau menumbuhkan mikroorganisme tertentu (van Pelt-Verkuil et al, 2008) dibutuhkan suhu ataupun variasi suhu tertentu. Untuk mencapai dan menjaga set point suhu yang diinginkan dibutuhkan suatu pengontrol suhu. Kontrol suhu bisa dilakukan dengan feedback loop analog. Namun, untuk bekerja dengan baik dan stabil, sistem kontrol analog memerlukan tuning yang tepat. Dengan berkembangnya pengontrol mikro (mikrokontroler), persamaan analitik yang rumit pada fungsi transfer dari kontroler analog bisa diganti dengan algoritma pada sistem kontrol digital. Kecerdasan yang bisa ditanamkan pada sistem kontrol berbasis pengontrol mikro ini, membuat pekerjaan pengontrolan suhu menjadi lebih mudah dilakukan. Kontroler digital yang paling sederhana adalah kontroler on-off yang umum dijumpai pada perangkat pemanas rumah tangga maupun industri. Pada pekerjaan ini, penulis-penulis mencoba menggunakan sistem pengontrol mikro ARM CortexTM-M0 untuk menjalankan fungsi kontroler digital dengan menerapkan kontrol suhu dengan mengontrol daya yang diberikan ke elemen pemanas secara PWM (Pulse Width Modulation) berdasarkan besarnya perbedaan antara set-point dengan nilai suhu terukur (process variable). Untuk keperluan pengembangan digunakan development board NUC140VE3CN (Nuvoton Tech. Corp., 2012) dari Nuvoton Technology Corp. dan algoritma yang ditanamkan di dalamnya sebagai kontroler. Pada percobaan ini hanya dikembangkan algoritma sederhana di mana hanya digunakan 3 nilai duty cycle keluaran PWM untuk mengontrol daya bagi elemen pemanas. Karena kesederhanaan algoritma tsb., sistem yang dkembangkan menunjukkan dinamika perubahan suhu yang mirip dengan sistem kontroler on-off, namun sistem PWM ini dapat menghasilkan keluaran yang lebih halus dibandingkan dengan sistem on-off karena penggunaan PWM tiga tingkat tersebut di atas. Tentunya, di kemudian hari bisa dikembangkan algoritma yang lebih rumit cukup hanya dengan mengganti perangkat lunak.
2.
KOMPONEN PERANCANGAN
Pada pekerjaan ini, digunakan beberapa komponen sebagai berikut: 1) Elemen pemanas dalam bentuk perangkat solder 20 W sebagai aktuator 2) Pengendali mikro ARM CortexTM-M0 sebagai kontroler 3) Sensor suhu dengan thermocouple. 4) Rangkaian solid state relay yang akan men-drive aktuator.
II-113
Kontrol Pemanas dengan Pengendali Mikro ARM CortexTM-M0
Elemen pemanas yang dipilih dalam penelitian ini adalah perangkat solder karena solder adalah alat yang mudah didapatkan dan banyak digunakan dalam bidang industri elektronika. Eksperimen dengan solder bisa menjadi percobaan awal untuk pengaturan pemanas yang lebih besar misalnya pemanas untuk proses di industri. Pengendali mikro digunakan untuk mengontrol daya yang diberikan ke solder dan mengatur suhu dari solder. Dengan adanya pengendali mikro, dapat dilakukan pengontrolan suhu melalui suatu feedback system. Pada pekerjaan ini digunakan pengendali mikro ARM CortexTM-M0 pada development board Nuvoton NUC140VE3CN yang dapat dilihat pada Gambar 1. Modul development board ini juga berperanan untuk user interface berupa tampilan LCD yang memudahkan pengguna dalam mengoperasikan pengaturan suhu dan perangkat masukan dari keypad. Koneksi ke sensor dan driver pengontrol pemanas menggunakan port I/O yang sudah tersedia pada development board yang digunakan. Pada pekerjaan ini digunakan thermocouple sebagai sensor panas. Thermocouple adalah sepasang kawat yang terbuat dari logam yang berbeda dengan kedua ujungnya disatukan dengan cara dilas (Northrop, 2005). Perbedaan suhu antara ujung yang satu dengan yang lainnya menghasilkan beda tegangan di antara kedua kawat. Besar beda tegangan di antara kawat dipengaruhi oleh jenis logam dan besar perbedaan suhu di antara kawat. Thermocouple terbuat dari banyak jenis logam yang berbeda dan mampu mengukur suhu antara -270 0C sampai 2700 0C. Pembacaan suhu dari pemanas oleh thermocouple akan digunakan untuk menentukan besarnya drive yang akan diberikan ke pemanas. Rangkaian electronic relay digunakan untuk menjadi jembatan antara pengendali mikro dan sumber daya listrik 220 VAC yang digunakan untuk men-drive pemanas. Pengendali mikro bekerja pada tegangan 5 VDC, sedangkan solder bekerja pada tegangan 220 VAC di mana rangkaian electronic relay juga memberi isolasi galvanik bagi sistem.
Gambar 1. Development board Nuvoton NUC140VE3CN (Nuvoton Tech. Corp., 2012) yang mempunyai pengendali mikro ARM CortexTM-M0 yang digunakan dalam eksperimen ini. Keypad dan LCD dari development board ini digunakan untuk user interface dari sistem yang dibuat.
3.
CARA KERJA
Sistem pengontrol pemanas yang dikembangkan mempunyai blok diagram seperti terlihat pada Gambar 2. Set point dimasukkan oleh pemakai melalui keypad. Berdasarkan perbedaan antara nilai suhu yang terukur pada elemen pemanas (controlled variable) dan set point, pengendali mikro pada development board NUC140VE3CN akan memutuskan besarnya daya yang akan diberikan ke pemanas melalui driver solid state relay. Besarnya daya ke elemen pemanas dilakukan dengan teknik PWM. Selama proses, suhu elemen pemanas dibaca dengan thermocouple dan diperkuat oleh pre-amplifier yang terdapat pada IC AD595AQ.
II-114
Seminar Nasional Sains, Rekayasa & Teknologi 2015
Billy Tirta, Raymond, dan Henri P. Uranus
B.22
Gambar 2. Blok diagram sistem pengontrol panas digital yang dikembangkan. Thermocouple dipasang pada ujung solder sebagai sensor dengan mengubah panas menjadi perbedaan tegangan listrik di kedua kutub. Keluaran thermocouple dimasukkan ke dalam rangkaian IC yang menjadi front-end yang memberi penguatan tegangan. Jenis thermocouple yang digunakan pada pekerjaan ini adalah tipe K dan IC preamplifier yang digunakan adalah instrumentation amplifier AD595AQ (Analog Devices Inc., 1999). Pasangan thermocouple dan IC AD595AQ akan mengeluarkan tegangan 10 mV/oC. Rangkaian IC pre-amplifier untuk thermocouple dapat dilihat pada Gambar 3. Pada rangkaian tsb. terdapat LED yang dihubungkan ke pin alarm, yang tujuannya adalah LED akan menyala jika terjadi kesalahan pada penyambungan thermocouple. Keluaran dari IC thermocouple dimasukkan ke pin ADC (Analog to Digital Converter) (Tanudjaja, 2007) dari pengontrol mikro. Pada penelitian ini, pin ADC yang dipakai pada board Nuvoton NUC140VE3CN adalah GPA6 (Nuvoton Tech. Corp., 2012). Bacaan pin ADC pengontrol mikro harus dikalibrasi agar mengeluarkan angka yang sesuai dengan suhu yang sedang diukur. Kalibrasi ini dilakukan melalui percobaan pendahuluan dengan menggunakan thermometer digital komersial sebagai referensi.
Gambar 3. Rangkaian IC preamplifier thermocouple AD595AQ (Analog Devices Inc., 1999). Pengontrol mikro bertugas memroses masukan dan keluaran sistem. Masukan sistem berupa hasil pengukuran suhu, sedangkan keluaran sistem berupa drive untuk pengontrolan suhu. Development board Nuvoton NUC140VE3CN yang digunakan memiliki tampilan LCD untuk antar muka sehingga pengguna dapat memantau suhu solder. Keluaran pengontrol mikro berupa sinyal PWM (Pulse Width Modulation) yang dapat diatur duty cycle-nya. Pin PWM yang dipakai pada penelitian ini adalah GPE5 (Nuvoton Tech. Corp. 2012). Keluaran sinyal PWM akan mengatur kerja solder sehingga daya pada solder akan berubah-ubah proporsional dengan duty cycle PWM yang diberikan. Keluaran pengontrol mikro bekerja pada tegangan 5 VDC, sedangkan solder beroperasi pada tegangan 220 VAC. Oleh karena itu dibutuhkan rangkaian elektronika yang berperan sebagai driver. Rangkaian elektronika yang dipakai pada pekerjaan ini adalah solid state relay. Rangkaian tsb. terdiri atas optocoupler MOC3011 (Texas Instruments Inc. , 1998) dan triac BT136 (Philips Electronics N. V. , 1997) yang dapat dilihat pada Gambar 4. Optocoupler memberikan isolasi galvanik bagi sistem. Keluaran PWM dari pengontrol mikro men-drive LED dalam optocoupler mati dan nyala sesuai keadaan high dan low dari sinyal PWM. Di dalam optocoupler, terdapat photoreceiver berupa
UPH Karawaci – Rabu dan Kamis (6 – 7) Mei 2015
II-115
Kontrol Pemanas dengan Pengendali Mikro ARM CortexTM-M0
photodiac. LED yang mati dan nyala tersebut men-drive optodiac yang akan men-trigger gate dari triac. Dengan rangkaian elektronika optocoupler dan triac ini, dapat dilakukan kontrol daya dari elemen pemanas. Algoritma yang digunakan pada pekerjaan ini masih berupa algoritma sederhana yang memberikan sinyal PWM driver dengan duty cycle 100 % pada saat suhu set point belum dicapai, 50 % bila setengah dari set point sudah tercapai, dan 1 % bila set point sudah tercapai. Algoritma akan menaikkan duty cycle ke 50 % lagi saat temperatur mengalami ramp-down yang melewati set point. Karena natur kenaikan dan penurunan suhu yang relatif lambat, sistem akan mengalami hysteresis yang melindungi sistem dari osilasi cepat yang bisa merusak perangkat. Algoritma ini sedikit lebih baik daripada algoritma untuk kontroler on-off. Tentunya algoritma yang lebih rumit bisa saja dikembangkan di kemudian hari hanya dengan mengubah software, tanpa perlu mengubah hardware sama sekali. Memang pemakaian development board NUC140VE3CN dan prosesor 32-bit terasa overkill untuk algoritma sederhana ini. Namun karena tujuan pekerjaan ini adalah untuk mengeksplorasi pemakaian mikrokontroler dan elektronika daya, setting semacam ini dianggap memadai.
Gambar 4. Rangkaian relay elektronik dengan optocoupler dan triac yang menjadi driver pengontol daya bagi pemanas yang digunakan.
Gambar 5. Set-up eksperimen pengontrol suhu digital.
II-116
Seminar Nasional Sains, Rekayasa & Teknologi 2015
Billy Tirta, Raymond, dan Henri P. Uranus
B.22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Set-up eksperimen dari sistem yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 5. Alur kerja sistem kontrol digital pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
User memasukkan suhu yang hendak dituju (set point) melalui keypad.
2.
Thermocouple membaca suhu pada pemanas dan dikonversikan menjadi data digital oleh ADC dari pengontrol mikro.
3.
Pengontrol mikro membandingkan suhu set point dengan suhu yang dibaca thermocouple
4.
Bila suhu set point lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pemanas, PWM akan mengeluarkan duty cycle besar. Pada pekerjaan ini hanya digunakan 2 nilai diskrit duty cycle pada kondisi ini.
5.
Bila suhu set point lebih rendah dibandingkan dengan suhu pemanas, PWM akan menurunkan duty cycle ke nilai minimal.
6.
Bila suhu set point telah tercapai, PWM akan menaikkan dan menurunkan duty cycle sesuai perbedaan antara suhu set point dengan suhu pemanas.
Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. Pada gambar tsb. terdapat grafik dinamika perubahan suhu pemanas untuk set point 200 0C. Terlihat bahwa sistem bersifat stabil. Pengukuran dilakukan selama 600 detik. Terlihat dari gambar tsb. bahwa suhu mula-mula adalah suhu ruangan sebesar 28 0C. Saat masih jauh dari set point, duty cycle PWM adalah 100 % (Gambar 7) yang berarti seluruh daya dari jala-jala 220 VAC langsung mengalir ke pemanas solder. Ketika suhu telah melewati titik setengah dari set point (100 0C), duty cycle PWM berkurang menjadi 50 % (Gambar 8). Hal ini bertujuan supaya lonjakan suhu setelah melewati set point, yaitu overshoot tidak terlalu besar. Hysteresis yang terjadi sebesar 8 0C (197 0C – 205 0C) pada set point 200 0C tsb. Suhu terus berosilasi di sekitar set point setelah melewati detik ke 210. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu set point pertama kali adalah 115 detik. Setelah melewati suhu set point, duty cycle PWM berubah menjadi sangat kecil yaitu 1 % (Gambar 9). Pada saat ini, suhu masih naik dengan overshoot 5 0C dan perlahan-lahan turun mendekati set point. Saat suhu kembali di bawah set point, duty cycle PWM kembali naik menjadi 50%, dan begitu seterusnya.
Gambar 6. Kurva hasil pengukuran dinamika suhu untuk set point 200 0C.
UPH Karawaci – Rabu dan Kamis (6 – 7) Mei 2015
II-117
Kontrol Pemanas dengan Pengendali Mikro ARM CortexTM-M0
Gambar 7. Sinyal PWM dengan duty cycle 100% untuk men-drive elemen pemanas dengan dengan 100 % dari daya maksimum di saat suhu pemanas belum mencapai 50% dari set point.
Gambar 8. Sinyal PWM dengan duty cycle 50% untuk men-drive elemen pemanas jika suhu pemanas melewati 50 % dari set-point.
II-118
Seminar Nasional Sains, Rekayasa & Teknologi 2015
Billy Tirta, Raymond, dan Henri P. Uranus
B.22
Gambar 9. Sinyal PWM dengan duty cycle 1 % untuk men-drive elemen pemanas jika set-point sudah terlampaui. Pertambahan kalor karena pemberian daya listrik sebesar 1 % ini masih berada di bawah pengurangan kalor antara pemanas dan lingkungannya.
5.
KESIMPULAN
Dalam pekerjaan ini telah dikembangkan sistem kontrol suhu secara digital dengan menggunakan pengontrol mikro ARM CortexTM-M0. Penggunaan pengontrol mikro memungkinkan waktu prototyping menjadi singkat karena sudah tersedia baik development board maupun modul minimum system dari pengontrol mikro di pasaran. Persamaan analitik yang biasanya ditemukan di fungsi transfer sistem kontrol analog dapat dengan mudah diganti dengan algoritma yang ditanamkan pada pengontrol mikro. Suhu set point pengontrol digital juga dapat diatur dengan sangat detail dengan resolusi 1 0C. Teknik kontrol daya dengan PWM yang men-drive electronic relay digunakan pada sistem kontrol sederhana yang dibuat pada pekerjaan ini dan menghasilkan sistem yang sedikit lebih baik dari kontroler on-off. Sistem yang lebih canggih pada prinsipnya bisa dikembangkan di kemudian hari hanya dengan membuat algoritma yang lebih canggih, tanpa perlu mengganti hardware.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis-penulis mengucapkan terima kasih kepada Nuvoton Technology Corp., Taiwan yang telah mendukung dengan hibah development board NuMicro CortexTM-M0 Nu-LB-NUC140 yang digunakan dalam eksperimen ini.
DAFTAR PUSTAKA Analog Devices Inc. (1999). Monolithic Thermocouple Amplifiers with Cold Junction Compensation: AD494/AD595 Datasheet. Basuki, S, H. P. Uranus and J. Pangaribuan (2105). “Fabrication and Characterization of Cuprous Oxide Solar Cell with Net-shaped Counter Electrode,” Proc. SPIE 9444 The Int. Seminar on Photonics, Optics Its Applications (ISPhOA) 2014, Vol. 9444, 94440L.1 - 94440L.6. Fatouh, M et al. (2006). "Herbs drying using a heat pump dryer," Energy Coversion and Management, Vol. 47, 2629-2632. Northrop, Robert B. (2005). Introduction to Instrumentation and Measurements Second Edition. Taylor & Francis Group, Florida. Nuvoton Technology Corp. (2012). NuMicro Family NUC140 Datasheet.
UPH Karawaci – Rabu dan Kamis (6 – 7) Mei 2015
II-119
Kontrol Pemanas dengan Pengendali Mikro ARM CortexTM-M0
Ogden, J. M., S. Hochgreb, dan M. Hylton (1990). ”Steam economy and cogeneration in cane sugar factories,” Int. Sugar Journal, Vol. 92, 131 – 140. Philips Electronics N. V. (1997). Triacs BT136 Series Datasheet. Tanudjaja, Harlianto (2007). Pengolahan Sinyal Digital & Sistem Pemrosesan Sinyal. ANDI, Yogyakarta Texas Instruments Inc. (1998). MOC3009 through MOC3012 Optocouplers/Optoisolators Datasheet. van Pelt-Verkuil, E., A van Belkum, J. P. Hays (2008). Principles and Technical Aspects of PCR Amplification, Springer. Waryanto, J. E. Batubara, H. P. Uranus, dan Mulyono (1999). “Nearfield Characterization of LiNbO3 Planar Waveguide Fabricated by Annealed Proton Exchange,” Proc. 7th Microoptics Conference, Makuhari, Japan, 14 – 16 Jul. 1999, 10 – 13.
II-120
Seminar Nasional Sains, Rekayasa & Teknologi 2015