Chapter 3 “Nah, itu pasti dia!” kata Mrs. Tanza sambil membukakan pintu. Tampak seorang anak laki - laki seumuran mereka dengan badan yang agak kecil dan kurus, berambut hitam agak acak – acakan, memakai kaca mata, dan dari tampangnya sudah terlihat jenius. Mrs. Tanza berkata lagi, “Inilah teman baru kalian! Kuharap kalian menerimanya dengan baik. Tolong perkenalkan dirimu Drew!” Mrs. Tanza menyuruh anak baru itu. “Mmm, nama lengkapku. Xiloznin Andrew Estegarilth Oz! Kuharap kalian senang main denganku.” Anak –anak tertawa mengejek, “Ah, apakah dia alien? Namanya saja aneh!” “Mungkin dia keturunan Ivan Oz, hahaha...” “Pantas jenius!” Si anak baru tadi acuh saja dan berkata singkat, “Panggil saja aku Andrew. Yah, jika kalian mau”. Ia lalu segera duduk di kursinya, tanpa mendengarkan celotehan teman – temannya. Kursinya itu tepat di depan meja guru, di tengah- tengah kursi Drand dan Jamie. Lalu pelajaran pun dimulai oleh Mrs Tanza. Matematika kali ini sangat susah sampai- sampai Drand yang suka Matematika pun tidak bisa mengikutinya. Tampaknya, anak baru itu tenang saja. Dia kelihatannya sudah mengerti, mungkin benar apa yang dikatakan Mrs. Tanza, sangat jenius.
Saat istirahat, seperti biasa. Mandy, Ashley, Jamie dan Drand berkumpul di bawah pohon lapangan sekolahnya. Sekolah mereka, Best Field memang dikenal dengan sekolah menengah nomor satu di negara itu. “Hai, guys! Bagaimana, ada kabar apa tadi di kelas mu?” Mandy bertanya kepada Jamie dan Drand. “Yah, biasalah. Oh ya, tadi waktu pelajaran Matematika ada murid baru lho..” Mandy langsung semangat, “Gimana, gimana, ganteng nggak? Dari mana?!” Drand menjawab, “Tenang dulu dong Mandy. Anaknya, pakai kaca mata terus rada cuek tak acuh, duduknya di antara kursiku dan kursi Jamie. Ia baru datang dari Inggris, logatnya kental sekali British-nya. Anaknya terlihat sangat, sangat jenius!” “Terus, namanya siapa?” Ashley ikut bertanya juga. “Aduh susah, eh Jamie. Tadi nama anak baru itu siapa sih, kamu pasti hafal, „kan daya ingatmu kuat. ” “Oh, anak tadi. Namanya susah. Katanya sih nama panggilannya Andrew. Tapi nama lengkapnya Xiloznin Andrew Estegarilth Oz. Dengan „x‟ depannya.”. Anak-anak itu melongo mendengarnya. “Jamie, Drand, apa dia sejenius yang orang – orang bilang?” Tak ada yang menjawab pertanyaan Mandy. Ashley mulai bicara, “Mungkin kita bisa memanfaatkannya untuk? Hehe... Kau tahu lah.” . Lalu semuanya tersenyum, betul juga Ashley kali ini. Ia ingin memanfaatkan Andrew untuk „misi‟ yang sering diumbar Mandy. “Hey, Ngomong-ngomong anaknya yang mana sih? Apa dia sudah dapat teman?” Mandy bertanya. “Nggak tahu deh, mungkin dia belum dapat teman. Anak-anak lain menganggapnya lemah dan tidak mau bergaul, mungkin mereka lihat dari kulit Andrew yang putih 2
pucat. Tampak tak pernah keluar rumah untuk bermain sepakbola atau yang biasa anak laki- laki normal lakukan, seperti kami. Kau juga „kan Jamie, bermain bola bersamaku sampai kulitmu secoklat aku!” Drand menepuk-nepuk punggung kawannya itu sampai Jamie terbatuk-batuk. “Teman-teman, kapan kita menyatukan telepati kita? Katanya mau melakukannya. Aku sudah tidak sabar nih!” Mandy berkeluh. “Eh, aku baca di sebuah majalah katanya kalau ada beberapa kekuatan telepati digabungkan, kekuatan itu akan sangat besar. Tapi sayangnya tidak diterangkan oleh majalah tersebut,” Jamie berbicara. Teet!!! Teeet!!! Teeet!!! Bunyi bel sebagai tanda istirahat habis berbunyi. Sebelum masuk kelas, Mandy sempat berkata, “Drand, istirahat ke dua kenalkan aku dengan siapa anak baru itu? Andrew ya..” “Pasti Mandy, kutunggu kau dan Ashley di tempat biasa. Aku akan bawa anak itu!”. Di kelas Drand dan Jamie, pelajaran saat itu adalah Fisika. Pelajaran rumit. Drand hanya bisa saat hitungan, tetapi saat menghafal rumus, sudahlah.. dia menyerah. Tadi diadakan latihan Fisika untuk mengetes kemampuan anakanak di bab baru. Soal-soal dibagikan, 100 soal! Waktunya satu jam untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Saat dibagikan soal itu, Drand melotot kaget. Tampaknya ia lemas melihat berderet deret soal Fisika yang „mantap!‟. Dua puluh menit berlalu, Jamie hanya bisa menyelesaikan sekitar 40-an soal, lumayan. Drand menyelesaikan 40-an soal, hampir 50. Tetapi sebagian asalasalan karena lupa rumusnya. Tiba-tiba ada yang maju ke meja guru dan mengumpulkannya! Ternyata itu Andrew, si jenius. Cepat sekali dia sudah selesai, guru Fisika pun sampai kagum. 3
Ia keluar kelas karena sudah selesai. Sepuluh menit lagi soal harus dikumpulkan, anak-anak panik. Apalagi Drand, kelabakan menyelesaikannya. Jamie masih 10 soal lagi. Dua menit lagi, anak-anak menyelesaikannya dengan penuh perjuangan. Tampang mereka lucu kalau sedang menyelesaikan soal Fisika, pada keringat dingin dan tegang. Tet! Waktu habis, soal – soal yang tidak terjawab diisi dengan asal oleh Drand dan Jamie. Sehabis tes itu, semua anak di kelas – kecuali Andrew, diam semua dan memelas. Guru Fisika sedang memeriksa hasil tes mereka, muka-muka tegang memperhatikan kertas demi kertas yang sedang diperiksa guru itu. Dan keputusannya, guru itu membacakan mulai dari abjad pertama ke terakhir. “Adrian 55. Dicky 75”. Dan saat giliran Drand, ia menggigit bibirnya. “Drand 82.”. Lumayan.., pikir Drand. “Indrey 45 Chase 65.” . Lalu, nilai Jamie disebut, ia deg-degan. “Jamie 78.” “Fiuh..” ia bisa menarik napas lega. Dibacakan terus sampai pada abjad terakhir, Xiloznin. “Dan Xiloznin, mana anaknya?” guru itu mencaricari. “Saya , Pak!” “Oh kamu yang mengumpulkan pertama „kan?Dan nilainya sempurna, 100!” Drand lemas, dengan sedikit tersenyum ia memberi selamat kepada Xiloznin atau lebih enak disebut, Andrew.
4
Chapter 17 Keesokan harinya. Dugh! Zsssss… “Apa itu?” Jamie yang sedang asyik minum coklat panas terkaget. Mereka bertujuh sedang berkumpul di ruang kendali. Dugh! Zsssss… Sekali lagi ketukan itu berbunyi. Mandy melirik ke Drand dengan curiga. “Kau memukul sesuatu?” “Tidak, dari tadi aku diam saja. Lagipula bunyi itu kedengarannya dari luar,” Drand membela diri dengan wajah tidak bersalah. Dugh! Zsssss… Semuanya tegang dan terdiam seperti patung. Ashley menggeser kursinya ke dekat Jamie. Dia ketakutan. “Sebentar, aku deteksi dulu asal bunyi itu,” kata Sharon tegas. “Aku akan menghubungi ruang kendali kita di NASA,” kata Lance “Hallo, Joey atau Mr. Rembrant. Di sini Lance dari Thunder Tech. Kita ada masalah, kau lihat sesuatu yang aneh dalam misi kita?” “Tidak ada sesuatu,” Joey menjawab sambil mengecek seluruh monitor. “Eh, sebentar… Aku menlihat sesuatu.” “Aku dapat!” Sharon berteriak senang “Ada apa?” Joey bertanya “Sharon sudah menemukan penyebabnya,” Lance memberitahu. “Ada meteor – meteor kecil yang menyerang kita. Tunggu, sepertinya…itu benda kosmik lain, bukan 5
meteor atau asteroid-asteroid kecil? Tapi kita bisa menembakinya. Ya kan Sharon?”. Sharon hanya mengangguk. Joey berujar lagi, “Ya, kami juga menangkap yang sama. Tapi kami masih ingin memastikan kecepatan dan keganasan benda kosmik yang menghantam Thunder Tech.” “Apa itu berbahaya?” Andrew ingin tahu. “Mmm.. kita tidak tahu,” sahut Lance sambil menggeleng. Semuanya berubah menjadi muram. “Hey, kalian tidak ada rencana?” Sharon bertanya. Tiba-tiba. Teet! Teet! Teet! Alarm berbunyi kencang. “Hah!?!” semuanya tersentak kaget. Detak jantung mereka berdetak cepat. “Ada apa?” “Dinding pesawat bagian kanan belakang terkikis. Gawat, kita tidak boleh membiarkannya semakin menipis!” “Apa? Itu ‟kan tempat persedian oksigen dan makanan kita!” Ashley cemas sekali. “Hey, siapa yang membuat pesawat ini? Cepat sekali terkikis oleh gempuran benda kosmis kecil,” Drand malah hampir meledak emosinya. “Tampaknya ini bukan semacam meteor biasa. Sudah dilacak dan jenis benda kosmik ini baru ditemukan sekarang dan kekuatannya sangat kuat,” Sharon berkata sambil matanya tetap tertatap dengan layar komputer di hadapannya. “Oh, bagaimana ini…,” Lance sudah hampir putus asa. “Coba kau terus amati kamera diatas pesawat agar kita bisa memprediksikan apa yang terjadi. Drand, Jamie pakai kostum konstelasi kalian, bersiaplah keluar Thunder Tech!” “Kita?” Jamie bertanya dengan tidak percaya. “Untuk apa?” “Jangan bertanya dulu. Pokoknya pakai dulu dan Sharon, kau sudah menemukan apa yang terjadi di atas?” 6
“Serangan benda kosmis sudah lewat, sudah tidak terdeteksi lagi pergerakannya. Untunglah, tapi kita masih harus tetap waspada.” Jamie, Drand, dan Lance sudah siap berkostum konstelasi dan segera beranjak, “Kalian ikuti aku. Sharon terus aktifkan hubungan dengan kendali di NASA dan kalian yang mengontrol komunikasi serta kondisi kami. Mandy, kau mengontrol Drand. Ashley mengontrol Jamie dan kau Andrew, mengontrol aku. Pasang tali pengaman kalian, kita akan membetulkan dan menyemprot material ini untuk dinding pesawat yang sudah terkikis. Kalau tidak dibetulkan, kita tidak akan sampai ke bumi lagi. Sebagai laki – laki, kalian harus kuat. Ayo!” Pintu Exit astronot Thunder Tech terbuka. Sambil menarik napas panjang, Drand dan Jamie mengikuti Lance untuk segera keluar Thunder Tech. Keluar, ke alam hampa, ke dalam keajaiban semesta, tidak bergravitasi, dan tak berujung. “Kalian tidak boleh melepas tali pengaman kalian. Nafas teratur, tetap terhubung dengan alat komunikasi kalian, dan terus ikuti perintahku.” Mereka melayang – laying di ruang asing itu, melaju menuju ke dinding kanan pesawat. Perasaan cemas menyelubungi awak Thunder. Cepat tapi akurat, Jamie dan Drand terus membantu Lance untuk membetulkan dan menyemprotkan material khusus untuk dinding Thunder Tech. “Pembetulan sudah hampir selesai,” Lance melaporkan. “Ok, bagus.. Lance, sebaiknya kalian bertiga berhati – hati dan cepat kembali. Aku lihat di layar ini, sepertinya benda kosmis kecil tadi terdeteksi menuju ke arah Thunder Tech lagi. Tapi….tunggu.. apa ini?” “Kenapa?” Lance khawatir. 7
“Bukan, di layar ini tidak terlihat seperti sinyal benda kosmis tadi. Bukan, bukan itu…, ”Andrew menerka, mencoba menelaah analisis Sharon. “Lalu apa?” “Oh tidak! Benar, Andrew.. Ini bukan benda kosmis tadi! Tapi ini adalah pusaran badai meteor yang bergerak. Ya ampun! Kalian harus secepatnya kembali masuk ke Thunder Tech!!” Sharon menjawab dengan setengah berteriak dan panik. Pada layar kendali Sharon, terlihat pusaran meteor – meteor itu berputar terus dan bergerak mendekati. “Drand, Jamie, Lance cepat masuk ke Thunder Tech!!” Mandy menegaskan dan berteriak. “Cepatlah, aku tidak mau kehilangan kalian..,” Ashley tersedu. Tseeew. . Tseeew. . Tseeew. . Zsuuung. . Tseeew. . “Suara itu lagi, Mandy?” Ashley cemas. “Cepat kembali ke Thunder Tech! Sudah semakin dekat pusaran bergerak!” Sharon memerintahkan. Mereka bertiga mulai bergerak ke Thunder, tapi kekuatan gerakannya mulai melemah, mungkin karena daya pusaran itu. Dengan tertatih bergerak melawan daya pusaran, ketiganya terus berusaha untuk mencapai lubang masuk astronot Thunder. Jamie dan Lance segera masuk, disusul Drand. Tangannya sudah akan meraih ujung lubang masuk Thunder. Sebentar lagi sampai…Tiba-tiba.
8
Chapter 18
“Aaaahhhh!!!” “Drand!!!” semuanya berteriak terkejut. “Drand, kenapa?! Drand?!” Mandy mencoba menghubungi alat komunikasi Drand. “Pusaran.. pusaran itu…,” ..Zrrpp.. zrrpp.. komunikasi agak terputus-putus. “Oh no! Jangan bilang kalau Drand terseret oleh pusaran badai meteor?” Sharon menebak, yang lain langsung tersentak. “Apa? Iya, sepertinya iya.. Aku akan coba menariknya! Dimana posisi dia sekarang, Mandy?” tanya Lance. Mandy, yang ditanya, malah menggeleng dengan tatapan kosong. Lance melanjutkan lagi, “Lihat itu, di monitor. Pusaran meteor masih tidak jauh dari Thunder Tech. Aku akan keluar lagi untuk menolongnya!” “Tidak. Kau tidak bisa menariknya, Lance! Itu berbahaya dan sangat kecil peluang Drand atau kamu akan selamat!” “Sharon, dia adalah tanggung jawab kita! Mengerti?” Lance langsung bergerak mengambil semua peralatan yang dibutuhkan dan menuju lubang keluar astronot. Ia keluar dan mengatifkan jet pendorong di belakang baju konstelasinya. Tak lupa Lance, mengaitkankan tali di badan Thunder Tech ke dirinya dengan pistol pengait. 9
Lance menaikkan kecepatan jet pendorong di badannya, “Aaaahhh…!!!” teriak Lance karena jet pendorongnya melaju sangat cepat. “Percuma, aku tidak bisa mengambil Drand. Aku perlu bantuan lagi dan pistol pengait yang lebih besar lagi untuk bisa menolong Drand.” “Aku akan ke sana Lance!” Jamie berkomunikasi. “Jangan…,” Ashley melarang. “Aku akan ke sana!” Jamie tetap pada perkataannya. Ia melakukan apa yang Lance lakukan tadi dan membawa pistol pengait yang lebih besar. “Andrew, tolong catat letak koordinat tempat di mana pusaran itu terjadi! Dan laporkan kejadian darurat ini secara detail ke stasiun pengontrol kita di NASA. Aku akan ambil alih hubunganmu dengan Lance,” Sharon berkata. “Kau belum tahu mengapa hal itu bisa terjadi?” Andrew bertanya. “Sama sekali belum. Lakukan tugasmu, Andrew, cepat!” perintah Sharon. “Jamie, Lance. Kalian mendengarku? Apa yang terjadi di sana? Aku masih tidak bisa terhubung dengan Drand,” Mandy bertanya. “Aku bisa melihat Drand!” Jamie berseru. “Di mana dia?” “Di…di dalam pu.. pusaran itu. Tidak, itu hanya bayangannya. Kami terus mencoba menembaki pistol pengait ke arah sana. Tapi sulit sekali, aku dan Lance sepertinya… gagal.” Mandy dan Ashley menggigit bibir. Tak lama kemudian pusaran meteor itu bergerak menjauh, menjauh, menjauh dan menjauh…dari mereka. Tsser.. Pintu pesawat terbuka. Lance dan Jamie masuk dengan gontai. Lance berkata dengan lemas, “Maaf..” “Hah? Jadi..? Jadi?” Mandy bertanya. “Iya,” Jamie menundukkan kepalanya. 10