Kerja Lapangan (Field work) Bagi surveyor penting berkeliling lebih dahulu pada tempat yang akan dipetakan untuk mendapatkan gambaran yang baik dad seluruh daerah, kemudian baru menentukan langkah demi penghematan waktu, tenaga dan biaya. Peta yang sudah ada akan membantu untuk kelancaran pengukuran. Sket dad daerah yang akan dipetakan sebaiknya dilakukan pula untuk meletakkan kerangka dad pengukuran. 3.1. Pemilihan station/titik pengamatan Selama dalam survei pendahuluan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk merencanakan kerangka pengukuran: a.
Sedikit garis-garis ukur Seharusnya jumlah dari garis ukur seminimal mungkin, tetapi hams cukup mewakili untuk pemetaan dan harus dicek
b.
Garis Ukur dasar yang hilang Kalau mungkin sebagai garis ukur dasar harus panjang dan memotong daerah obyek, untuk selanjuttnya dijadikan dasar bagi segitiga-segitiga ukur yang lain.
c.
Segitiga-segitiga yang dibentuk harus baik Hindarkan segitiga yang mempunyai sudut <30° dan > 150° yang paling baik jakau sisi-sisi segitiga berpotongan pada sudut sekitar 90°, agar kenampakannya lebih jelas
d.
Garis-garis cek (check lines) Setiap survei pemetaan seharusnya dilengkapi dengan garis-garis koreksi, sebaiknya garis-garis koreksi ini dapat pula digunakan untuk membuat ofset-ofset.
e.
Halangan Agar memperhatikan pula halangan yang mungkin menganggu untuk garis-garis ukur, misalnya lereng yang curam permukaan yang kasar, dan lain-lain.
f.
Jarak offset yang pendek Garis ukur seharusnya dekat dengan kenampakan-kenampakan yang akan diukur dengan offset, paling balk sekitar 3 m
3.2. Titik-titik Stasion/Pengamatan a) -Harus mudah dan cepat diketemukan selama survei -Tidak mudah diganggu oleh orang lain -Tidak mudah, hilang dan pada saat-saat lain dapat dipakai lagi b) -Dengan jalan atau patok kayu/bambu -Patok besi c) -Supaya diperhatikan tanda-tanda di sekitar titik pengamatan paling sedikit 3 kenampakan yang jelas dan diukur. 3.3. Buku Lapangan (Field Notes) Semua hasil pengukuran supaya dicatat pada buku lapangan pada tiap lembar satu garis ukur yang berupa dua garis sejajar pada tenga-tengah tiap halaman. Harap dicatat pula a. Nama dan lokasi pengukuran b. Keterangan tentang pita ukur dan alat-alat lain yang dipakai c. tanggal pengukuran d. nama-nama pengukur e. sket selama diadakan survei pendahuluan dengan ketengan : - nama dan keterangan dengan huruf, titik-titik pengamatan - jumlah garis ukur - tanda panah yang menunjukkan arah dari pengukuran f. tanda-tanda dan deskripsi titik dari pengukuran g. indeks dari garis-garis ukur misalnya garis no. 1 2 3 dan seterusnya h. keadaan udara pada waktu itu dan keadaan kenampakan yang lain yang penting untuk ketelitian pekerjaan 3.4. Prosedur Pelaksanaan Field Notes Hal-hal di bawah ini supaya didingat : a) Pencatatan harus teliti dan jelas b) Akan lebih mudah dalam plotting bila garis-garis ukur diberi nomor c) Skets lapangan harus jelas dan juga titik-titik mana offset diukur.
d) Arah pengukuran jarak dad ujung satu garis ukur ke ujung lain sesuai dengan tanda panah yang ditunjukkan dalam skets e) Hanya garis ukur dan garis simpang yang disket dalam buku lapangan sedangkan garis-garis offset tidak f)
Suatu titik, disamping diukur dengan offset sebaiknya dicek pula dengan suatu garis lain yang diukur dari suatu titik kedua gads ukur ke titik tersebut
g)
Sebaiknya diapakai pensil H atau 2H
3.5. Penggambaran pada peta dari hasil pengukuran (Plotting the Survey) Kerangka pengukuran pertama dilakukan dengan pensil sebagai berikut : a) Base Line (garis ukur dasar) Garis ukur dasar diletakkan sedemikian rupa pada kertas gambar sehingga seluruh daerah yang dipetakan akan dapat masuk pada kertas itu, panjangnya kemudian diskalakan b) Segitiga-segitiga Setiap segitiga yang membentuk kerangka pengukuran digambar satu persatu, termasuk garis-garis koreksinya c) Offset Pengukuran-pengukuran offset dapat dipiot dalam peta d) Penggambaran detail e) Penggambaran halus
Mengatasi Problem Lapangan Apabila kerangka dari garis-garis ukur tidak dapat dibuat melalui tengah-tengah daerah yang akan dipetakan. Misalnya, adanya danau, hutan, sungai, bagunan dan lain-lain maka ada beberapa prosedur yang dapat efilaksanakan. 1)
Halangan dalam membanjar Kadang-kadang di dalam membanjar, juru ukur tidak dapat berdiri di belakang titik akhir, misalnya garis ukur itu harus dipasang diantara dua buah bangunan atau diantara dua buah titik-titik yang tidak dapat ditempati. Untuk itu garis ukur harus dipasang oleh dua titik (A dan B) yang masing-masing mengerjakan pembidikan sebagai berikut :
Al menancapkan jalan kira-kira di antara dua titik C dan D, kemudian melihat B1 ndalam satu arah lurus dengan C, sebaliknya B1 melhati A2 dalam satu arah lurus dengan D (A, dan B, bergeser-geser) demikianlah seterusnya sehingga tercapailah garis lurus C, B3, A4, D.
2)
Metode yang sama dikerjakan bila titik-titik akhir saling tidak keliharan dari masingmasing titik. Untuk ini kedua pengamat harus berdiri di atas tanggul.
Halangan dalam pengukuran jarak Iangsung (chaining)
AB diukur di lapangan sama dengan CD sehingga CB diukur di lapangan dan DA = CB
AB dan BC diukur dilapang dan demikian pula titik E dan D pada kedua titik tersebut: DE = BP = 1 CA BA 2 CA =2 ED BCD dipasang CE diukur langsung di Lapangan CE = AB Jadi AB dapat dicari
BDC dipasang CE diukur langsung di lapangan CE = AB Jadi AB dapat dicari
DBC dipasang BE diukur langsung di lapangan BE = AB AB didapat