LAPORAN
SURVEY IMPLEMENTASI DAN REVISI S TANDARD KOMPETENSI DAN S TANDARD PENDIDIKAN PROFESI DOKTER INDONESIA
DALAM PENDANAAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY (HPEQ) PROJECT IBRD LOAN NO. 77370-ID
OKTOBER- NOVEMBER 2010
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Daftar Isi
SURVEY IMPLEMENTASI DAN REVISI STANDARD KOMPETENSI DAN STANDARD PENDIDIKAN PROFESI DOKTER INDONESIA Daftar Isi Daftar Lampiran
2 7
Bab 1. Pendahuluan
8
Latar Belakang
8
Tujuan
8
Luaran dan Dampak
8
Bab 2. Garis Besar Mekanisme dan Rancangan
10
Bab 3. Preliminary Survey mengenai Materi Pengetahuan Untuk Pencapaian Kompetensi Dokter Indonesia PENDAHULUAN
16
METODE
16
HASIL SURVEY
17
ANALISIS HASIL SURVEY
43
Materi untuk pencapaian kompetensi komunikasi efektif
43
Materi untuk pencapaian kompetensi landasan ilmiah ilmu kedokteran
43
Materi untuk pencapaian kompetensi Pengelolaan Masalah Kesehatan Masyarakat
44 2
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Materi untuk pencapaian kompetensi Pengelolaan Informasi
44
Materi untuk pencapaian kompetensi Mawas Diri dan Pengembangan Diri
44
Materi untuk area kompetensi Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan pasien
44
REFLEKSI
45
Teknis pelaksanaan survey:
45
Substansi Hasil Survey:
45
Lesson Learned
45
Rencana Tindak Lanjut
45
Rekomendasi
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Bab 4. Survey dengan Nominal Grup Teknik mengenai Ketrampilan Klinik Dokter PENDAHULUAN
47
TUJUAN
47
METODE
47
HASIL SURVEY
48
ANALISIS
62
REFLEKSI
63
Teknis pelaksanaan survey:
63
Substansi Hasil Survey:
63
Lesson Learned
63
Rencana Tindak Lanjut
63
Rekomendasi
63
Bab 5. Survey Pengembangan Sistim Ujian Berbasis Kompetensi PENDAHULUAN
64
TUJUAN
64
MEKANISME
64 3
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
HASIL SURVEY
65
ANALISIS HASIL
70
Penggunaan soal yang sesuai dengan SKDI
70
Metoda ujian yang dilaksanakan institusi pada tahap sarjana
70
Metoda ujian yang dilaksanakan institusi pada tahap profesi
70
Jumlah dosen yang telah terlatih mengenai ujian kompetensi
70
Jumlah soal yang terkumpul pada pelatihan soal dari institusi yang bersangkutan
70
Pengetahuan mengenai koordinator ujian/ student assessment di wilayah AIPKI-nya
71
Dampak KB UKDI pada institusi pendidikan dokter
71
REFLEKSI
72
Teknis pelaksanaan survey
72
Substansi Hasil Survey
72
Lesson learned
72
Rencana Tindak Lanjut
72
Rekomendasi
72
Bab 6. Survey Professional Behavior Dokter Layanan Primer LATAR BELAKANG
73
TUJUAN
75
EXPECTED OUTPUT & OUTCOME
75
METODE
75
INSTRUMEN SURVEY
76
TIMELINE PELAKSANAAN SURVEY
76
ASSIGNMENT SURVEYOR
76
UJI VALIDASI DAN VERIFIKASI DATA
77
HASIL SURVEY
78
ANALISIS HASIL SURVEY
80 4
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Identifikasi dan Analisis Permasalahan yang Terjadi
80
Identifikasi Temuan – Temuan (terutama Institusi yang bermasalah, berbasis evidence selama survey)
81
REFLEKSI
81
Teknis pelaksanaan survey
81
Substansi Hasil Survey
81
Lesson Learned
82
Rencana Tindak Lanjut
82
Romendasi
82
Rekomendasi improvement untuk pelaksanaan survey selanjutnya
82
Rekomendasi untuk kebijakan Dikti, Kemkes, dan stakeholder lain berbasis hasil preliminary survey
83
Bab 7. Survey mengenai Standar Pendidikan Dokter PENDAHULUAN
84
METODA PENGAMBILAN DATA
84
Baseline data
84
HASIL SURVEY
85
ANALISIS HASIL SURVEY
97
Visi, misi dan tujuan
97
Program Pendidikan
98
Penilaian Hasil Belajar
98
Mahasiswa
99
Staf Akademik
100
Sumber Daya Pendidikan
100
Evaluasi Program Pendidikan
100
Penyelenggaraan Program dan Adiministrasi Pendidikan
101
Pembaharuan kesinambungan
101
REFLEKSI
102 5
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Teknis pelaksanaan survey:
102
Substansi Hasil Survey:
102
Lesson Learned
102
Rencana Tindak Lanjut
102
Rekomendasi
102
BAB 8. Kesimpulan dan Saran KESIMPULAN
103
LESSON LEARNED
104
SARAN
104
DAFTAR PUSTAKA
105
6
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Daftar Lampiran Instrumen Survey mengenai Lingkup Bahasan Pengetahuan Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Instrumen Survey dengan Nominal Grup teknik mengenai Ketrampilan Klinik Dokter Instrumen Survey mengenai Pengembangan Ujian Berbasis Kompetensi Instrumen Survey mengenai Professional Behavior Dokter Instrumen Survey mengenai Standar Pendidikan Dokter Kumpulan surat menyurat melalui e-mail antar surveyor pada saat pelaksanaan survey
7
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 1. Pendahuluan
Latar Belakang Sejak tahun 2005 Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah menetapkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Pendidikan Profesi Dokter (SPPD) . SKDI memberikan landasan penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sementara SPPD memberikan landasan penyelenggaraan pendidikan secara menyeluruh untuk menunjang dan melaksanakan KBK itu sendiri. Kedua standar ini disusun oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), Kemkes dan Kemendiknas sesuai dengan pasal 26 ayat 2 dan ayat 3 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Setelah 5 tahun implementasinya, perlu dilakukan evaluasi dan revisi terhadap kedua standar tersebut serta implementasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dikaitkan dengan Sistem Kesehatan Nasional. Dalam melakukan proses tersebut diperlukan survey ke berbagai institusi pendidikan kedokteran dan pihak terkait lainnya. Aspek yang perlu disurvey adalah evaluasi implementasi SKDI dalam hal keterampilan klinik, profesionalisme dan isi kurikulum yang menunjang pencapaian kompetensi. Sebagai bagian penting dari implementasi kurikulum berbasis kompetensi, (KBK), maka implementasi sistem ujian berbasis kompetensi pun perlu dievaluasi. Disamping evaluasi implementasi, diperlukan pula usulan revisi dari institusi pendidikan maupun pihak terkait. Selanjutnya, sebagai bagian tidak terpisahkan dari implementasi KBK berdasarkan SKDI, maka implementasi dan revisi SPPD perlu dilakukan. Implementasi SPPD dapat dievaluasi melalui proses akreditasi institusi. Sementara itu, revisi SPPD memerlukan survey terhadap institusi pendidikan dokter itu sendiri berdasarkan SPPD yang telah ada.
Tujuan 1. Diperolehnya data evaluasi implementasi KBK berdasarkan SKDI di seluruh institusi pendidikan kedokteran di Indonesia. 2. Diperolehnya rekomendasi revisi SKDI dari seluruh institusi pendidikan kedokteran di Indonesia dan pihak lainnya. 3. Diperolehnya rekomendasi revisi SPPD dari seluruh institusi pendidikan kedokteran di Indonesia.
Luaran dan Dampak 1. Data evaluasi implementasi KBK terkait masalah kesehatan, jenis penyakit, dan keterampilan klinik. 2. Data evaluasi implementasi KBK terkait isi kurikulum yang menunjang pencapaian 7 area kompetensi pada SKDI. 8
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
3. Data evaluasi implementasi KBK terkait sistem evaluasi belajar mahasiswa berbasis kompetensi. 4. Data usulan revisi SKDI terkait masalah kesehatan, jenis penyakit, dan keterampilan klinik. 5. Data usulan revisi SKDI terkait profesionalisme dan professional behavior. 6. Data usulan revisi SKDI terkait isi kurikulum yang menunjang pencapaian 7 area kompetensi pada SKDI 7. Data usulan revisi SPPD terkait formulasi rincian standar. 8. Pemetaan kualitas implementasi KBK berdasarkan SKDI 9. Rekomendasi revisi SKDI 10. Rekomendasi revisi SPPD 11. Rekomendasi peningkatan kualitas implementasi KBK berdasarkan SKDI 12. Peningkatan kualitas implementasi KBK di setiap institusi pendidikan dokter di Indonesia. 13. Peningkatan kualitas implementasi SPPD di setiap institusi pendidikan dokter di Indonesia.
9
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 2. Garis Besar Mekanisme dan Rancangan
AIPKI membentuk tim pokja yang berasal dari wakil-wakil regional AIPKI dengan penugasan dari pimpinan institusi nya masing-masing untuk membantu AIPKI menjadi anggota dari TIM POKJA REVISI STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA dan STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER INDONESIA. Tim Pokja dibentuk pada bulan Juni 2010 dengan ketua Prof Dr. Rahmatina Bustami Herman MSc PhD dari FK Unand dan anggota sebagai berikut: - Prof Dr. Nancy Margarita Rehatta SpAn dari FK Unair - Dr. Tri Nur Kristina MSc PhD dari FK Undip - Dr. Bethy S Hernowo MS dari FK Unpad - Dr. Dhanasari Vidiawati Trisna MSc.CM-FM dari FK UI - Dr. Titi Savitri Prihatiningsih MMed Edu PhD dari FK UGM - Dr. Wiwik Kusumawati MS dari FK UMY - Dr. Setiawan MSc. dari FK Unpad - Dr. Irwin Arasy MS dari FK Unhas Tim pokja ini kemudian membagi tugas menjadi 3 kelompok besar yaitu Tim Kerampilan Klinik, Tim Profesionalism Behavior, dan Tim Validasi Kompetensi dan Implementai Standar Kompetensi dan Pendidikan Profesi Dokter. Setelah melalui 3 pertemuan yang diselelnggarakan setiap 2 minggu (kecuali minggu Hari Raya Idul Fitri), tersusunlah 5 survey yang akan dilaksanakan. Survey tersebut adalah (instrumen masing-masing survey terlampir): 1. Survey mengenai Lingkup Bahasan Pengetahuan Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2. Survey dengan Nominal Grup teknik mengenai Ketrampilan Klinik Dokter 3. Survey mengenai Pengembangan Ujian Berbasis Kompetensi 4. Survey mengenai Professional Behavior Dokter 5. Survey mengenai Standar Pendidikan Dokter.
Diputuskan bahwa pada bulan Oktober 2010 diselenggarakan preliminary survey dengan melibatkan 12 Instiuti Pendidikan Dokter yang dipilih secara purposive berdasarkan beberapa faktor: 10
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
-
Merupakan perwakilan dari semua regional AIPKI di Indonesia
-
Merupakan perwakilan institusi yang memiliki hasil Uji Kompetensi Dokter Indonesia di semua kelompok hasil (lulus diatas 80%, diantara 60-80%, dan di bawah 60%)
-
Merupakan perwakilan institusi yang telah berdiri lebih dari 30 tahun, diantara 5-30 tahun, dan yang belum 5 tahun
-
Merupakan perwakilan institusi yang berada di kota besar dan kota kecil
-
Merupakan perwakilan institusi negeri dan swasta
Didalam survey ini, selain 12 institusi terpilih, diperoleh pula masukan dari pakar pendidikan yang berada pada institusi terpilih, dokter praktik, mitra kerja dokter, serta dari pasien yang merupakan perwakilan masyarakat. Kedua belas institusi tersebut adalah: FK Universitas Syiah Kuala – Banda Aceh – DI Nangroe Aceh Darussalam FK Universitas Sumatra Utara – Medan – Sumatera Utara PSPD Universitas Malahayati – Bandar Lampung - Lampung FK Universitas Indonesia – Jakarta – DKI Jakarta FK Universitas Kristen Indonesia – Jakarta – DKI Jakarta FK Universitas Padjadjaran – Bandung – Jawa Barat FK Universitas Sultan Agung – Semarang – Jawa Tengah FK Universitas Jenderal Soedirman – Purwokerto – Jawa Tengah FK Universitas Airlangga – Surabaya – Jawa Timur PSPD Universitas Nusa Cendana – Kupang – Nusa Tenggara Timur FK Universitas Hasanudin – Makassar – Sulawesi Selatan PSPD Universitas Pattimura – Ambon – Kepulauan Maluku Pada saat pengumpulan data terdapat beberapa PSPD yang mengirimkan jawaban survey institusi kepada tim melalui pos (tidak didatangi oleh surveyor seperti lainnya), sehingga pada beberapa laporan survey ini terdapat lebih dari 12 institusi pendidikan dokter. Program Studi yang sempat mengirimkan isian survey sebelum pertemuan analisa data adalah Prodi Universitas Alkhairat (Palu), FK Univ Maranatha, FK Universitas Muhamadyah Yogjakarta dan Prodi PD Universitas Kristen Duta Wacana.
11
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 2.1. Daftar 58 program studi yang dikirimkan kuesioner melalui email No
Nama Institusi Pendidikan Dokter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PSPD Fakultas Kedokteran PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD PSPD PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD PSPD Fakultas Kedokteran PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD PSPD PSPD PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS ABDURRAB (PEKANBARU) UNIVERSITAS ABULYATAMA UNIVERSITAS AL KHAIRAAT (PALU) UNIVERSITAS ANDALAS UNIVERSITAS BAITURRAHMAH UNIVERSITAS BAKTI WIYATA KEDIRI UNIVERSITAS BATAM UNIVERSITAS BENGKULU UNIVERSITAS BRAWIJAYA UNIVERSITAS CENDRAWASIH UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GUNUNG JATI CIREBON UNIVERSITAS HALU OLEO UNIVERSITAS HANG TUAH UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM MALANG UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA UNIVERSITAS JAMBI UNIVERSITAS JEMBER UNIVERSITAS JENDERAL AHMAD YANI UNIVERSITAS KATHOLIK ATMA JAYA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA) UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT UNIVERSITAS LAMPUNG UNIVERSITAS MALIKUSSALEH, UNIVERSITAS MATARAM UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA UNIVERSITAS MULAWARMAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA UNIVERSITAS PELITA HARAPAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN UNIVERSITAS RIAU UNIVERSITAS SAM RATULANGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Data
Sudah dianalisa
Sudah diterima
Sudah diterima
Sudah dianalisa Sudah dianalisa
Sudah dianalisa
Sudah diterima
12
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
51 52 53 54 55 56 57
. . . . . . .
PSPD PSPD Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran PSPD Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS TADULAKO PALU UNIVERSITAS TANJUNGPURA UNIVERSITAS TARUMANEGARA UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
58
.
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS YARSI
Secara garis besar, rancangan survey tampak pada diagram berikut ini:
Diagram 2.1. Rancangan Survey secara keseluruhan
Survey 1,3 dan 5 dilakukan pada 12 institusi terpilih, surveyor menghubungi pimpinan institusi untuk mengisi borang survey, pimpinan institusi dapat mengisi sendiri atau menugaskan seseorang yang berwenang dan menguasai mengenai isi dan organisasi pendidikan dalam program studi dokter institusi yang berdangkutan. Survey 2 dengan metoda nominal grup tehnik, adalah dokter-dokter praktek yang direkomendasikan oleh institusi pendidikan terkait untuk menjadi responden. Dokter tersebut pada saat ini praktek seabgai dokter di puskesmas, di rumah sakit dan di perusahaan. Survey 4 yang berbentuk wawancara terpimpin, merupakan survey yang dilakukan terhadap pasien, pimpinan dan sejawat dari dokter yang menjadi responden pada survey 2. Karena pertimbangan biaya dan waktu, maka survey 4 hanya dilakukan pada dokter yang mengikuti NGT dari 6 kota asal institusi, yaitu Medan, Jakarta, Bandar Lampung, Purwokerto, Kupang dan Ambon. Survey pada setiap regio/wilayah dilaksanakan oleh 3 orang surveyor. Para surveyor merupakan staf akademik institusi pendidikan dokter pada regio/wilayah yang bersangkutan, yang tercatat merupakan 13
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
magister dalam pendidikan kedokteran, atau sedang mengikuti program magister pendidikan kedokteran, atau staf akademik Departemen Pendidikan Kedokteran. Berikut adalah nama surveyor yang terlibat pada survey kali ini beserta asal institusinya: -
Dr. Reza Mulana
- FK Unsyiah
-
Dr. Hendra Kurniawan
- FK Unsyiah
-
Dr. Isti Ilmiati Fujiati MSc.CM-FM, MPdKed
- FK USU
-
Dr. Retno Asti Werdhani MEpid
- FKUI
-
Dr. Rita Mustika
- FKUI
-
Dr. Esthivana Felaza
- FKUI
-
Dr. Bony Lestari MPH
- FK Unpad
-
Dr. Bethy Hernowo
- FK Unpad
-
Dr. July Ivonne, MKK, MPdKed
- FK Maranatha
-
Dr. Marissa Anggraeni MPdKed
- FK Malahayati
-
Dr. Febrika Widiasari
- FK Malahayati
-
Dr. Siti Rokhmah Prodjosasmito
- FK UGM
-
Dr. Neni
- FK Undip
-
Dr. Yani Istadi
- FK Unissula
-
Dr. Fundhy Sinar IP
- FK Unair
-
Dr. Budi Utomo MKes
- FK Unair
-
Dr. Irawan
- FK Unair
-
Dr. Irwin Arasy MS
- FK Unhas
-
Dr. Johan B Hutagalung
- FK Unpatti
-
Dr. Ida
- FK Unpatti
Tanggal pengumpulan data adalah antara tanggal 12 – 23 Oktober 2010.
14
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 2.2. Rincian tanggal pengumpulan data seluruhnya di bulan Oktober 2010 WILAYAH 1
WILAYAH 2
WILAYAH 3
WILAYAH 4
WILAYAH 5
WILAYAH 6
USU
Unsyiah
UI
UKI
Malahayati
Unpad
Unsoed
Unissula
Undana
Unair
Unpatti
Unhas
QUESIONER ke inst
13
19
18
11
15
20
12
18
12
19
11
18
NGT Ketr Klinik
12
22
13
14
16
16
12
16
13
20
12
19
PB ke PKM
14
12
15
13
12
13
PB ke RS PB ke dr perush
14
19
16
13
13
11
114
20
16
13
12
13
Pada tanggal 15 – 28 Oktober dilaksanakan pengisian data ke program SPSS 16, validasi dan pembersihan data-data pada tanggal 28 Oktober. Pada tanggal 29-31 Oktober 2010 diselenggarakan pertemuan analisa data antara Tim Pokja dengan Tim Analisis Data dari FKUI. Tim Analisis Data terdiri atas Dr. Aria Kekalih MIT, Dr. Nuri Purwito Adi MS,MPH, Dr. Retno Asti MEpid, Dr. Trevino Pakasi MS,PhD. Dalam persiapan kuesioner dan persiapan lainnya, tim pokja membagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk masing-masing survey, dan Dr Titi Savitri digantikan oleh Dr Siti Rokhmah Projosasmito dari FK UGM. Bab-bab berikut adalah hasil survey masing-masing.
15
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 3. Pre-liminary Survey mengenai Materi Pengetahuan Untuk Pencapaian Kompetensi Dokter Indonesia
PENDAHULUAN Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) telah diluncurkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sejak tahun 2006 dan sebagian besar Fakultas Kedokteran telah mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Meskipun demikian disadari bahwa banyak kendala dalam mengimplementasikan KBK tersebut. Hal ini terungkap dalam pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) baik formal maupun informal. Salah satu dari kendala tersebut antara lain adalah adanya kesulitan dalam menentukan materi pengetahuan untuk pencapaian 7 area kompetensi dokter. Kemungkinan hal ini disebabkan karena SKDI hanya memilkil lampiran: daftar keluhan, daftar ketreampilan klinik dan daftar penyakit saja, sedangkan lampiran mengenai materi yang diperlukan untuk pencapaian kompetensi belum ada. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data dari program pendidikan dokter mengenai materi pengetahuan yang diimplementasikan atau tercantum dalam kurikulum. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan memberikan landasan ilmiah terhadap kebijakan revisi SKDI terutama dalam menyumbangkan materi pengetahuan yang mendasar untuk pencapaian kompetensi dokter.
METODE Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode survey. Instrumen survey yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup dan terbuka. Metode pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara: Secara langsung surveyor mendatangi 12 institusi kedokteran yang dipilih dengan metode stratified random sampling berdasarkan wilayah AIPKI (kuesioner dikirimkan terlebih dahulu) Mengirimkan kuesioner ke 58 institusi kedokteran di Indonesia yang tidak didatangi melalui jasa pengiriman barang Timeline pelaksanaan survey di Institusi Kedokteran terpilih dilakukan selama 2 minggu secara simultan dengan menggunakan surveyor yang telah dilatih terlebih dahulu.
16
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
HASIL SURVEY Dari survey kuesioner yang dilakukan dengan cara mendatangi Institusi Kedokteran terpilih, didapatkan 12 data (100% response rate) sedangkan dari 58 kuesioner yang dikirimkan, hanya didapatkan 4 kuesioner yang dikembalikan (0,07% response rate). Oleh karena itu hasil penelitian ini hanya melaporkan survey kuesioner dari 16 institusi kedokteran. Tabel 3.1. Institusi pendidikan dan tahun dimulainya KBK No Universitas 2005 2006
2008
2009
▲
1.
Unpatti
2.
Unissula
▲
3.
Unsoed
▲
4.
Unhas
▲
5.
UI
▲
6.
UKI
7.
Un. Malahayati
8.
Un. Maranatha
9.
Unair
10. USU
2007
▲ ▲ ▲ ▲ ▲
11. UNAlkhairat
▲
12. UKDW
▲ ▲
13. UMY 14. Unpad
▲
15. Unsyiah
▲
16. Undana
▲
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh Institusi Kedokteran telah mengimplementasikan KBK, dimana umumnya telah dimulai tahun 2005 dan 2006, sedangkan Unisa dan UKDW baru memulai implementasi KBK pada tahun 2009 (Tabel 1). Model kurikulum yang digunakan sebagian besar telah menggunakan Modul (Blok), dan hanya Unair dan Unpatti yang menggunakan model hibrid (Tabel 2)
17
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.2. Model kurikulum yang digunakan No
Universitas
Modul (Blok)
1.
Unpatti
2.
Unissula
▲
3.
Unsoed
▲
4.
Unhas
▲
5.
UI
▲
6.
UKI
▲
7.
Un. Malahayati
▲
8.
Un. Maranatha
▲
9.
Unair
10.
USU
▲
11.
UNAlkhairat
▲
12.
UKDW
▲
13.
UMY
▲
14.
Unpad
▲
15.
Unsyiah
▲
16.
Undana
Hibrid ▲
▲
▲
Tabel-tabel berikut di bawah ini merupakan hasil analisis dari materi-materi yang tercantum dalam kurikulum untuk pencapaian 7 area kompetensi dokter. Tabel 3 dan 4 merupakan materi yang diberikan untuk pencapaian kompetensi komunikasi efektif. Sedangkan materi untuk kompetensi landasan ilmiah pada ilmu kedokteran yang diberikan dengan berbagai metode, antara lain: kuliah, diskusi, PBL, dan penugasan digunakan nama Fase dan Blok yang dalam hal ini hanya merupakan contoh, namun yang ditanyakan adalah materi pembelajarannya (Tabel 3 sd 26). Tabel 27 – 29 merupakan materi dalam pencapaian kompetensi Pengelolaan Masalah Kesehatan Masyarakat, sedangkan Tabel 30, 31 dan 32 berturut-turut mengenai materi untuk pencapaian kompetensi Pengelolaan Informasi, Mawas Diri dan Pengembangan Diri serta Etika, Moral, Medikolegal, Profesionalisme dan Keselamatan pasien.
18
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.3. Metode komunikasi yang efektif untuk yankes Diberikan
Tidak Diberikan
Dokter sebagai mitra pasien/ keluarga pasien.
16
0
2
Dokter sebagai klinisi
16
0
3
Dokter sebagai tim petugas kesehatan
16
0
4
Dokter sebagai kesehatan
12
4
5
Dokter sebagai mitra petugas penegak hukum
16
0
6
Dokter sebagai tokoh dan anggota masyarakat
16
0
No
Materi
1
perpanjangan
asuransi
Keterangan
Unissula, UKI, Unair, Undana
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1 Tidak perlu secara khusus 2 Diberikan tapi hanya sebatas teori tugas dokter sebagai perpanjangan tangan asuransi kesehatan 3
Dokter bertugas melayani masyarakat bukan sebagai perpanjangan tangan asuransi kesehatan
Tabel 3.4. Materi ilmu perilaku untuk proses anamnesis No
Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
1
Memberikan situasi yang nyaman dan kondusif untuk berkomunikasi efektif
16
0
2
Mendorong pasien agar memberikan informasi dengan sukarela
16
0
3
Melakukan interview secara sistematis
16
0
4
Mengidentifikasi tujuan pasien untuk berkonsultasi
16
0
5
Memahami berbagai elemen komunikasi efektif
16
0
6
Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit
15
1
Keterangan
Unpatti
19
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.5. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 1.1. Sistim lokomotor No
Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
1
Dasar-dasar istilah-istilah kedokteran
15
1
2
Struktur makroskopis dan mikroskopis sistem lokomotor tubuh manusia
16
0
3
Mekanisme fisiologis sistem lokomotor dalam mempertahankan homeostasis
16
0
4
Mekanisme patologis dan patofisiologis suatu masalah dalam sistem lokomotor manusia
16
0
5
Faktor-faktor yang mendasari kelainan pada tubuh manusia terkait dengan sistem lokomotor
16
0
Keterangan Unair (tidak diberikan secara khusus)
Tabel 3.6. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 1.2. sistim kardio-respiratori, hemato-& imunologi Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
1
Struktur makroskopis dan mikroskopis
16
0
2
Mekanisme fisiologis dalam mempertahankan homeostasis
16
0
3
Mekanisme patologis dan patofisiologis
16
0
4
Masalah kesehatan dari tingkat molekuler hingga tubuh manusia
16
0
5
Faktor-faktor yang mendasari kelainan pada tubuh manusia
16
0
6
Pemeriksaan laboratorium sederhana
16
0
Keterangan
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1 dicantumkan dalam kurikulum namun blok sistem hematologi dan limfatik 2 belum dilaksanakan
Usulan; 1 Pemeriksaan penunjang selain lab dan manajemen terpadu pasien termasuk rehabilitasi medik 2
Radiologi, EKG, manajemen kelainan, komplikasi, pencegahan, rehabilitasi
20
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.7. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 1.3. Sistim digesti Tidak Diberikan
No
Materi
Diberikan
1
Struktur makroskopis dan mikroskopis
16
0
2
Mekanisme fisiologis dalam mempertahankan homeostasis
16
0
3
Mekanisme patologis dan patofisiologis
16
0
4
Masalah kesehatan dari tingkat molekuler hingga tubuh manusia
16
0
5
Faktor-faktor yang mendasari kelainan pada tubuh manusia
16
0
6
Pemeriksaan laboratorium sederhana
16
0
7
Nasib obat dalam tubuh mulai dari absorpsi hingga eliminasi
16
0
8
Kemungkinan efek dan interaksi obat
16
0
Keterangan
Usulan; 1 Pemeriksaan penunjang selain lab dan manajemen terpadu pasien termasuk rehabilitasi medik 2
Radiologi, EKG, manajemen kelainan, komplikasi, pencegahan, rehabilitasi
Tabel 3.8. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 1.4. Sistim genito-urinaria No
Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
1
Struktur makroskopis dan mikroskopis
16
0
2
Mekanisme fisiologis dalam mempertahankan homeostasis
16
0
3
Mekanisme patologis dan patofisiologis
16
0
4
Masalah kesehatan dari tingkat molekuler hingga tubuh manusia
16
0
5
Faktor-faktor yang mendasari kelainan pada tubuh manusia
16
0
6
Pemeriksaan laboratorium sederhana
16
0
7
Eksresi obat
16
0
Keterangan
Usulan; 1 Pemeriksaan penunjang selain lab dan manajemen terpadu pasien termasuk rehabilitasi medik
21
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.9. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 1.5. Sistim saraf, endokrin & alat indra Tidak Diberikan
No
Materi
Diberikan
1
Struktur makroskopis dan mikroskopis
16
0
2
Mekanisme fisiologis dalam mempertahankan homeostasis
16
0
3
Mekanisme patologis dan patofisiologis
16
0
4
Masalah kesehatan dari tingkat molekuler hingga tubuh manusia
16
0
5
Faktor-faktor yang mendasari kelainan pada tubuh manusia
16
0
6
Pemeriksaan laboratorium sederhana
16
0
Keterangan
Usulan; 1
Pemeriksaan penunjang selain lab dan manajemen terpadu pasien termasuk rehabilitasi medik
Tabel 3.10. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 1.6. Basic Medical Practice Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
Keterangan
1
Pengertian dan prinsip evidence-based medicine
12
4
UKI, Malahayati, UMY, Undana
2
Pendokumentasian informasi medik dan non medik
15
1
UMY
3
Prinsip dasar berbagai pemeriksaan penunjang diagnostik (USG, EKG, radiologi, biopsi jaringan)
16
0
4
Critical appraisal dalam diagnosis dan terapi
16
0
5
Komponen sistem pelayanan kesehatan
16
0
6
Prinsip-prinsip pendekatan kedokteran keluarga
16
0
7
Prinsip-prinsip patient safety
16
0
8
Kode etik dokter indonesia dan undangundang praktik kedokteran
16
0
9
Aspek etika dalam penanganan pasien sesuai standar profesi
16
0
10
Perilaku profesional dokter
16
0
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1 Belum keseluruhan dalam kegiatan perkuliahan 2
Masih disusun kurikulumnya
3
Tidak ada dalam SKDI
22
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.11. FASE 2; Transition from theory to practice (year 2: life cycle) Blok 2.1. conception, fetal growth & congenital anomaly Materi
1
Dasar-dasar gametogenesis , Proses fertilisasi dan implantasi
16
0
2
Embriogenesis, plasentasi dan fetal- growth
16
0
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hasil konsepsi (infeksi, obat, lingkungan, genetik, makanan, trauma)
16
0
4
Cara mendeteksi kelainan-kelainan dan faktor risiko pertumbuhan janin
16
0
5
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas laki-laki dan perempuan serta cara mendeteksinya
15
1
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus serta cara mendeteksinya
16
0
7
Aspek medikolegal dan aspek etis dalam penanganan abortus
16
0
8
Penilaian, identifikasi dan penatalaksanaan berbagai masalah bayi baru lahir
16
0
9
Identifikasi faktor risiko pada bayi baru lahir, Resusitasi bayi baru lahir
16
0
10
Fase-fase tumbuh kembang bayi
16
0
11
Konsep imunologi dan imunisasi
16
0
12
Manajemen laktasi
15
1
Malahayati
13
Peran dan fungsi Posyandu, Deteksi gangguan tumbuh kembang
15
1
Unpatti
14
Perawatan bayi normal dan abnormal (prematur, postmatur dan lain-lain) Rawat gabung
16
0
15
1
15
Diberikan
Tidak Diberikan
No
Keterangan
Unpatti
Unpatti
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1 Belum ada blok yang memuat konten tersebut 2
Tidak terpikirkan dan tidak tercantum dalam SKDI
23
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.12. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 2.2. Safe motherhood & neonate No
Materi
1
Perubahan fisiologis selama kehamilan
16
0
2
Masalah kesehatan ibu dan kehamilannya
16
0
3
Berbagai penyebab serta patofisiologi masalah kesehatan ibu dan kehamilannya. Identifikasi berbagai faktor risiko pada kehamilan dan persalinan
16
0
16
0
5
Pemantauan kehamilan (antenatal care)
16
0
6
Teknik pemeriksaan pada kehamilan awal (inspekulo, bimanual, leopold, denyut jantung janin, tes kehamilan)
16
0
7
Menentukan pemeriksaan penunjang yang relevan (mengetahui indikasi USG)
16
0
8
Menafsirkan data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis
16
0
9
Berbagai pilihan terapi yang rasional dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi, cost effectiveness, fisiologi, farmakologi, diet, olahraga dan perubahan gaya hidup
16
0
10
Program KIA di pelayanan kesehatan primer
16
0
11
Mengidentifikasi masalah dan intervensi menggunakan konsep 3 keterlambatan
15
1
12
Pertolongan persalinan normal
16
0
13
Menentukan adanya kegawatdaruratan obstetri dan penanganan awal
16
0
14
Cara perawatan ibu pasca melahirkan (nifas)
16
0
4
Diberikan
Tidak Diberikan
Keterangan
Unpatti
24
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.13. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 2.3. Childhood Materi
1
Epidemiologi penyakit-penyakit menular pada anakanak (common communicable diseases)
16
0
2
Penyebab dan patofisiologi penyakit-penyakit menular maupun tidak menular
16
0
3
Menginterpretasi data klinis dan epidemiologis serta merumuskannya menjadi diagnosis sementara atau diagnosis banding Cara diagnosis dan pilihan terapi penyakit-penyakit menular maupun tidak menular
16
0
16
0
5
Upaya promotif, preventif (primer, sekunder, tersier), kuratif dan rehabilitatif
16
0
6
Indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu paruh, dosis, serta penerapannya
16
0
7
Penulisan resep obat secara rasional
16
0
8
Parameter dan indikator keberhasilan pengobatan
15
1
Unpatti
9
Prinsip-prinsip investigasi dan pelaporan penyakit / wabah (Kejadian Luar Biasa)
14
2
10
Pemanfaatan media dan partisipasi masyarakat secara efektif dalam promosi kesehatan
14
2
Unpatti, Unsyiah Unpatti, Unsyiah
11
Sistem surveylans penyakit
15
1
4
Diberikan
Tidak Diberikan
No
Keterangan
Unsyiah
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1 Belum tersebar secara rinci dalam kurikulum 2
Dibahas di blok family medicine
25
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.14. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 2.4. Adolescent Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
Keterangan
1
Perubahan fisik dan psikologi pada menarche dan spermache
16
0
2
Gangguan-gangguan pada masa menarche dan spermache
16
0
3
Masalah NAPZA dan penanggulangannya
16
0
4
Masalah agresifitas pada adolescent
14
2
Unpatti, Unsyiah
5
Masalah penyimpangan seksual
15
1
Unsyiah
6
Masalah kenakalan remaja
15
1
7
Masalah women and child-abuse dan trafficking
10
6
Unpatti Unpatti, Unsyiah, UKI, Malahayati, Maranatha, Unpad
8
Peran keluarga, lingkungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh pada terjadinya kelainan pada masa adolescent
15
1
Unpatti
9
IMS (Infeksi Menular Seksual)
15
1
Unsyiah
10
Ekspresi emosi pasien (marah, kecewa, sedih, takut) secara profesional
15
1
Unpatti
11
Cara-cara pemeriksaan toksikologi forensik untuk NAPZA
14
2
Malahayati, Unsyiah
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1 Belum disebar secara rinci dalam kurikulum 2 3
Belum menjadi fokus pembelajaran Tidak ada dalam SKDI, dimasukkan dalam teori saja
4
Tidak memiliki alokasi waktu yang cukup
5
Tidak termasuk dalam standar kompetensi
26
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.15. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 2.5. Adulthood Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
1
Perubahan-perubahan fisik dan mental serta berbagai masalah yang terkait dengan kesehatan pria dan wanita dewasa
15
1
Undana
2
Masalah kesehatan yang mengganggu produktivitas kerja
14
1
Malahayati, 1 (missing)
3
Struktur dan fungsi organ reproduksi pada setiap fase kehidupan pada pria dan wanita (setelah pubertas sampai andropause/menopause).
16
0
4
Masalah yang berkaitan dengan perubahan hormon serta pertimbangan penanganannya secara rasional
16
0
5
Faktor-faktor non biologis yang berpengaruh terhadap kesehatan pria dan wanita Kelainan atau penyakit yang berkaitan dengan organ khusus pria dan wanita
16
0
15
1
7
Kaitan anatomi dan produktivitas kerja (Ergonomi)
12
4
8
Patofisiologi dan diagnosis berbagai gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja
14
2
9
Pemeriksaan payudara sendiri
16
0
10
Berbagai jenis kontrasepsi serta prinsip pengambilan keputusan pemilihan jenis kontrasepsi
15
1
11
Berbagai pilihan pengelolaan dari aspek epidemiologi klinik, farmakologi, fisiologis (olah raga), diet, dan perubahan perilaku
16
0
12
Pemilihan dan penetapan strategi pengelolaan yang tepat berdasarkan kendali mutu, biaya, manfaat dan keadaan serta pilihan pasien
15
1
Unpatti
13
Pembuatan surat keterangan dan visum et repertum
15
1
Unsyiah
14
Undang-undang kesehatan kerja
13
3
15
Aspek etis dalam penanganan pasien
16
0
No
6
Keterangan
Unpatti, Unissula, Unsoed, Malahayati Unpatti, Malahayati
Unpatti
Unpatti, Malahayati, Undana
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1 Belum 2 3
Ergonomis tidak dibahas dalam blok adulthood tapi di family medicine Tidak ada dalam SKDI, untuk undang-undang kesehatan kerja ada dalam learning skill dalam tutorial
4
Tidak terlalu dalam, hanya membahas prinsip2 ergonomi
27
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.16. FASE 1; Foundation of medicine (body system & basic medical practice) Blok 2.6. Elderly Materi
1
Proses penuaan mulai tingkat seluler hingga tingkat tubuh
16
0
2
Perubahan fisik dan psikologi pada proses penuaan serta gangguannya
15
1
Unpatti
3
Karakteristik penyakit pada usia lanjut. Masalah kelemahan, ketidakmampuan, dan hambatan pada usia lanjut.
15
1
Unpatti
15
1
Unpatti
Assessment usia lanjut secara multidisplin dan interdisiplin Peran keluarga, lingkungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh pada terjadinya kelainan pada lansia
15
1
Unpatti
14
2
7
Faktor-faktor pemilihan farmakologis dan non farmakologis dalam pengelolaan pasien lansia
15
1
Unpatti, Unsyiah Unpatti
8
Perawatan pasien stadium terminal termasuk aspek etika dan moral Prinsip-prinsip home care
15
1
Unpatti
13
3
Unpatti, Unissula, Unsoed
Edukasi tentang kebugaran lansia kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
14
2
Unpatti, Unsyiah
4 5 6
9
10
Diberikan
Tidak Diberikan
No
Keterangan
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: Alokasi waktu tidak memungkinkan -
Karena pengertian home care di sini akan tumpang tindih dengan home care di keperawatan Tidak ada blok khusus tentang geriatri
Tabel 3.17. FASE 2: Transition from theory to practice (year 3:multi system disorder) Blok 3.1. Chest complaint Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
1
Sindroma coroner acut
16
0
2
Heart failure & Cardiorespiratory arrest
16
0
3
Hypertension
16
0
4
Valvular heart diseases
5
Aortic stenosis, Aortic regurgitation
16
0
6
Tachycardia, Atrial fibrillation, Atrial flutter, Extrasystole
16
0
7
Endocarditis, Pericarditis, Myocarditis, Cardiomyopathy
16
0
8
Tuberculosis, Atelectasis, Bronchiectasis, COPD
15
1
Keterangan
0
Unpad
28
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
9
SARS
15
1
10
CA paru
16
0
Undana
11
Trauma dada: pneumothorax, hematothorax, tamponade cordis
16
0
12
Pneumothorax non trauma
16
0
13
Raynaud's disease, Burger's disease
15
1
Unsyiah
14
Claudicatio (gejala arterial thrombosis), Arterial embolism
15
1
Unsyiah
15
Congenital heart disease: VSD, ASD
16
0
16
Tuberculosis pada anak, Bronchopneumonia, Bronchiolitis, Asthma
16
0
17
"Disorders of newborns: Respiratory distress syndrome, bronchopulmonary dysplasia, aspiration pneumonia, apnea attacks
16
0
18
Radiodiagnosis pada sistem cardiovascular & respirasi
16
0
19
Mikroba pada infeksi saluran nafas atas dan bawah
16
0
20
Obat untuk Kardiovaskuler, Koagulan – antikoagulan
16
0
21
Obat untuk gangguan Saluran Pernapasan
16
0
22
Teknik menulis resep yang rasional untuk gangguan pada system cardiovascular dan respirasi
16
0
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1
Dimasukkan pada blok traumatologi
Usulan; 1
penyakit jantung dapatan pada anak, cardiac marker, terapi bedah & rehab penyakit KV dan respirasi
29
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.18. FASE 2: Transition from theory to practice (year 3: multi system disorder) Blok 3.1. Chest complaint Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
1
Sindroma coroner acut
16
0
2
Heart failure & Cardiorespiratory arrest
16
0
3
Hypertension
16
0
4
Valvular heart diseases
5
Aortic stenosis, Aortic regurgitation
16
0
6
Tachycardia, Atrial fibrillation, Atrial flutter, Extrasystole
16
0
7
Endocarditis, Pericarditis, Myocarditis, Cardiomyopathy
16
0
8
Tuberculosis, Atelectasis, Bronchiectasis, COPD
15
1
Unpad
9
SARS
15
1
Undana
10
CA paru
16
0
11
Trauma dada: tamponade cordis
16
0
12
Pneumothorax non trauma
16
0
13
Raynaud's disease, Burger's disease
15
1
Unsyiah
14
Claudicatio embolism
15
1
Unsyiah
15
Congenital heart disease: VSD, ASD
16
0
16
Tuberculosis pada Bronchiolitis, Asthma
Bronchopneumonia,
16
0
17
"Disorders of newborns: Respiratory distress syndrome, bronchopulmonary dysplasia, aspiration pneumonia, apnea attacks
16
0
18
Radiodiagnosis pada sistem cardiovascular & respirasi
16
0
19
Mikroba pada infeksi saluran nafas atas dan bawah
16
0
20 21
Obat untuk Kardiovaskuler, Koagulan – antikoagulan Obat untuk gangguan Saluran Pernapasan
16 16
0 0
22
Teknik menulis resep yang rasional untuk gangguan pada system cardiovascular dan respirasi
16
0
0
pneumothorax,
(gejala
Keterangan
arterial
anak,
hematothorax,
thrombosis),
Arterial
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1
Dimasukkan pada blok traumatologi
Usulan; 1
penyakit jantung dapatan pada anak, cardiac marker, terapi bedah & rehab penyakit KV dan respirasi
30
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.19. FASE 2: Transition from theory to practice (year 3:multi system disorder) Bblok 3.2. Abdominal complaints No
Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
1
Oesofagitis, refluk oesofagitis, sindroma dyspepsia, gastritis, gastroduodenitis, tukak lambung/duodenum, perdarahan saluran cerna , Gastroenteritis, Colitis
16
0
2
Hepatitis, Hepatitis virus, Cirrhosis hepatis, varises oesofagus, abses hati, perlemakan hati dan gagal hati, Intepretasi lab fungsi hati
16
0
3
Liver cell adenoma, Hepatocellular carcinoma, cholangiocarcinoma, carcinoma of the pancreas
16
0
4
Benign polyps, Squamous cell carcinoma, Adenocarcinoma, carcinoid tumor, lymphoma
16
0
5
Cholesistitis, Cholelitiasis, Pankreastitis
16
0
6
Kegawatan saluran cerna: apendisitis, peritonitis, perforasi usus, perdarahan usus, ileus
16
0
7
Atresia bilier, Pyloric stenosis, Reye's syndrome, hirschprung disease
16
0
8
Malabsorption, Food intolerance, Gastro-oesophageal reflux
16
0
9
Gastroenteritis (+/ - dehydration), Bakteri enterik, Bacterial Food poisoning, Infeksi virus pada saluran cerna
16
0
10
Schistosomiasis, Taeniasis, Amoebiasis,Giardiasis, Hookworm diseases ,Strongyloidiasis ,Ascariasis Trichiuriasis
16
0
11
Obat untuk gangguan pada sistem abdomen dan penulisan resep yang rasional untuk gangguan pada sistem abdomen
16
0
Keterangan
Usulan; 1
Radiodiagnosis GEH, lab diagnostik, terapi bedah GEH, manajemen penanganan termasuk rehab
31
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.20. FASE 2: Transition From Theory To Practice (Year 3:Multi System Disorder) Blok 3.3. Limited Movement No
Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
1
Cerebrovascular disease, cerebral infarction
16
0
2
Degenerative and demyelinating disorders, including Alzheimer’s disease and multiple sclerosis
16
0
3
Disorders of the nervous system
16
0
4
Cerebrovascular disease (e.g., intracerebral hemorrhage; ischemic disorders; aneurysm, subarachnoid hemorrhage; cavernous sinus thrombosis) Infections (e.g., meningitis, HIV infection/AIDS; encephalitis, cytomegalovirus; Lyme disease; abscess; neurosyphilis; rabies, poliomyelitis, herpes
16
0
16
0
16
0
5
6
zoster; Guillain-Barre syndrome) Degenerative disorders (e.g., Alzheimer’s disease, Huntington’s disease, parkinsonism; amyotrophic lateral sclerosis; Tay-Sachs disease)
7
Demyelinating disorders (e.g., multiple sclerosis)
16
0
8 9
Developmental disorders (e.g., cerebral palsy) Neuromuscular disorders (e.g., myasthenia gravis; muscular dystrophy; peripheral neuropathy/carpal tunnel syndrome)
16 16
0 0
10
Symptoms, signs, ill-defined conditions (e.g., coma; confusion; delirium; dementia; syncope; ataxia gait abnormality; dyslexia; sleep disorders)
16
0
11
Disorders relating to the spine and spinal nerve roots (e.g., neck pain; cervical radiculopathy; low back pain; lumbosacral radiculopathy; spinal stenosis)
16
0
12
Emergency and acute care (e.g., status epilepticus, increased intracranial pressure, acute stroke migraine, intracranial hemorrhage)
16
0
13
Chronic care (e.g., complications, rehabilitation, psychological and psychiatric elements and support
16
0
Keterangan
Usulan; 1
Pemeriksaan penunjang, terapi farmako dan non farmako
32
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.21. FASE 2: Transition From Theory To Practice (Year 3:Multi System Disorder) Blok 3.4. Neurosensory Complaints Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
Keterangan
1
Nutritional deficiency affecting the nervous system, eyes, or ears
15
0
1 (missing)
2
Occupational disorders involving the nervous system, eyes, or ears
15
1
Unpatti
3
Infection involving the nervous system, eyes, or ears
16
0
4
Congenital disorders involving the nervous system, eyes, or ears
16
0
5
Disorders of the eye (e.g., blindness; glaucoma; infection; papilledema; optic atrophy; retinal disorders; diabetic retinopathy; diplopia; cataract; neoplasms; vascular disorders; uveitis, iridocyclitis)
16
0
6
Disorders of the ear, olfaction, and taste (e.g., deafness, hearing loss; otitis, mastoiditis; toxic damage; vertigo, tinnitus, Meniere’s disease; acoustic neuroma)
16
0
7
Paroxysmal disorders (e.g., headache; trigeminal neuralgia; epilepsy)
16
0
8
Metabolic, nutritional disorders (e.g., metabolic encephalopathy, vitamin B12 [cyanocobalamin] deficiency, vitamin B1 [thiamine] deficiency, diabetic neuropathy)
16
0
Usulan; 1
Pemeriksaan penunjang, penanganan terpadu
33
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.22. FASE 2: Transition from theory to practice (year 3:multi system disorder) Blok 3.5. Lifestyle related complaints Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
Keterangan
1
Psychologic and social factors influencing patient behavior: Personality Psychodynamic and behavioral factors, Related past experience, Family and cultural factors including socioeconomic status, Adaptive behavioral responses to stress and illness
15
1
Unpatti
2
Patient interviewing, consultation, and interactions with the family: Establishing and maintaining rapport, Data gathering , Approaches to patient education, Approaches to encourage patients to make life-style changes, Communicating bad news
15
1
Unpatti
3
Caloric and nitrogen balance
15
1
Unpatti
4
Protein-calorie malnutrition (e.g., marasmus, kwashiorkor)
16
0
5
Vitamin defiencies (e.g., folate/anemia, vitamin C/ scurvy and toxicities (e.g., vitamin D/ hypercalcemia);
16
0
6
Mineral defiencies (e.g., magnesium/ tetany, zinc/hypogonadism) and toxicities (e.g., potassium/cardiac arrrest)
16
0
7
Complimentary and alternative medicine
14
2
UI, Undana
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1
Tidak termasuk dalam muatan lokal kurikulum
34
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.23. FASE 2: Transition from theory to practice (year 3:multi system disorder) Blok 3.6. Research No 1
2
3
4
Materi Fundamental concepts of writing proposal and study result: Introduction, Theoritical Framework, Conceptual Framework, Hypothesis, Research Method, Analysis, Result, Discussion Fundamental concepts of measurement: Distribution; central tendency, variability, probability, Disease prevalence and incidence Disease outcomes (e.g., fatality rates), Associations (e.g., risk factors), Health impact (e.g., risk difference and ratios , Diagnostic test: sensitivity, specificity, predictive value Fundamental concepts of study design: Types of experimental studies (e.g., clinical trials, community intervention trials) Types of observational studies (e.g., cohort, case-control, cross-sectional, case series, community surveys), Sampling and sample size, Subject selection and exposure allocation (e.g., randomization, stratification, self-selection, systemic assignment), Internal and external validity, Outcome assessment, Fundamental concepts of hypothesis testing and statistical inference: Confidence intervals , Statistical significance and type I error, statistical power and type II error
Diberikan
Tidak Diberikan
Keterangan
15
1 (missing)
15
1 (missing)
15
1 (missing)
15
1 (missing)
5
Critical Appraisal
15
1 (missing)
6
Evidence-based Medicine
15
1 (missing)
7
Ethycal Clearance
15
1 (missing)
35
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.24. FASE 2: Transition from theory to practice (year 4: emergency & disaster) Blok 4.1. Emergency No
Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
1
Identifikasi kondisi gawat darurat medis
16
0
2
Diagnosis dan Penatalaksanaan pada pasien gawat darurat
16
0
3
Ketrampilan berkomunikasi dengan keluarga dan kolega
16
0
4
Mengevaluasi kemajuan dan melakukan rujukan dengan memperhatikan aspek keamanan pasien
16
0
5
Triger: Seizure (Tetanus, Epilepsy, Meningitis, Enchepalitis, SOP, Electrolyte disorder, Eclampsia)
15
6
Triger: Respiratory disorder (Asthma bronchiale, Air way obstructions, Pneumothorax, Hematothorax, Pulmonary edema, Avian influenza, Pneumonia, SARS) "Triger: Haemodynamic disorder (Shock hypovolemic: Epitaksis, DHF, Hematemesis, hemoptoe, placenta previa, Extra uterine gestations, GI tract bleeding, UT bleeding , Traumatic; Shock distributive: septic shock, anaphylactic shock; Shock obstructive : Tension pneumothorax, cardiac tamponade; Shock cardiogenic : AMI, heart failure, Crisis hypertensions) Triger: Conssiousness disorder( Trauma brain injury, CVA, Metabolic disorder, Electrolyte and acid base disorder, Poisson & toxicity, Drug abuse) Triger: Mental Disorder : Tentament suicide, Agitation
16
0
16
0
Triger: Miscellaneous diseases (Insect and animal bites, Corpus alienum, Burn trauma, UT disorder : urinary retention, anuria, Steven Johnson syndrome)
16
7
8
9 10
Keterangan
Unpatti
15
Unpatti
15
Unpatti 0
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1
Dimasukkan pada blok traumatologi
Usulan; 1
penyakit jantung dapatan pada anak, cardiac marker, terapi bedah & rehab penyakit KV dan respirasi
36
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.25. FASE 2: Transition from theory to practice (year 4: emergency & disaster) Blok 4.2. Health system & disaster Materi
1 2
Sistem Yankes Nasional, Lokal, Global Sistem dan mekanisme pembayaran yang berhubungan dengan peran profesional dokter
16 14
0 2
Unpatti , Undana
3
Sistem pembayaran, quality control, keselamatan pasien dan keadilan dalam pelayanan kesehatan Informasi yang berhubungan dengan potensial kasus epidemik
14
2
Unpatti , Undana
15
1
Unpatti
Komunikasi dengan tim kesehatan lain, institusi dan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis, dan merencanakan intervensi yang
15
1
Unpatti
4 5
Diberikan
Tidak Diberikan
No
Keterangan
dibutuhkan 6
Kepemimpinan dan manajerial dalam rangka mengatasi masalah kesehatan di masyarakat
16
0
7
Penatalaksanaan klinik gawat draurat pada keadaan bencana sesuai kompetensi dan kewenangan
15
1
Unpatti
8
Prinsip manajemen bencana: koordinasi, tim medis, logistic, prevensi penyakit infeksi dan masalah mental, system informasi
15
1
Unpatti
9
Keselamatan pasien selama situasi bencana
15
1
UMY
10
International health and travel medicine that have developed rapidly
13
3
Unpatti , Unissula, Unpad
11
Focused diseases: Care system of DHF, Reporting system for KLB concerning bird flu, Referral system and limited human resources, facilities, and infrastructures for HIV/AIDS, TB; Quality of clinical care for burns and trauma due to disaster ; Teamwork in handling poor nutrient level; Malaria and diarrhoea outbreak; AFP Surveyllance
15
1
Unpatti
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1
Pertimbangannya sekarang berfokus ke pelayanan primer
37
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.26. FASE 2: Transition from theory to practice (year 4: emergency & disaster) Blok 4.3. Elective Materi
1
Trigger problems: Topics for electives according to recommendation from relevant unit Conduct analysis against health issue through research and presenting findings in a professional manner
14
2
Unpatti, Undana
14
2
Unpatti, Undana
Understand health issues and how to resolve it in a manner that will enhance owns knowledge of medical practices and support career developments in accordance to owns skill and interests Conduct research and make a report based on research findings
14
2
Unpatti, Undana
14
2
Unpatti, Undana
5
Collect relevant information in order to perform analysis against certain medical condition
14
2
Unpatti, Undana
6
Write research findings according to the norms of writing scientific article
14
2
Unpatti, Undana
7
Make a scientific presentation from research finding
2
3
4
Diberikan
Tidak Diberikan
No
Keterangan
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1
Belum ada perencanaan content mata kuliah elektif
2
Semua terdapat pada modul MP
Usulan; 1
Manajemen RS, herbal medicine
2
Masalah kesehatan kepulauan, zoonosis dan penyakit tropis tertentu
Tabel 3.27. Pengelolaan Masalah Kesehatan Masyarakat (Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat) Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
1
Pengertian Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas
16
0
2
Epidemiologi dan biostatistik terapan
16
0
3
Konsep sehat dan sakit serta faktor risiko penyakit Konsep sehat dan sakit serta faktor risiko penyakit
16
0
4
Pendidikan Kesehatan
16
0
5
Kebijakan Kesehatan (SKN, Sistem Pembiayaan)
16
0
Keterangan
38
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.28. Pengelolaan Masalah Kesehatan Masyarakat (Penerapan Ilmu Kedokteran Komunitas Di Komunitas) Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
1
Konsep pelayanan kesehatan primer
16
0
2
Upaya dasar pusat kesehatan masyarakat
16
0
3
Upaya pengembangan pusat kesehatan
15
0
16
0
Keterangan
1 (Missing )
masyarakat 4
Program penanggulangan dan penatalaksanaan masalah kesehatan yang tersering di masyarakat: Kematian ibu, Kematian bayi, Infeksi saluran nafas, Tuberkulosis, Demam Berdarah Dengue, Malnutrisi, DM, Hipertensi, HIV-AIDS, Malaria
5
Kesehatan Perkotaan
11
4
6
Kesehatan Pedesaan
14
1
7
Kesehatan Okupasi
16
0
8
Kesehatan Matra
8
8
9
Kesehatan Reproduksi
16
0
10
Kesehatan Wisata (kesehatan global)
8
8
Unpatti, Unsoed, UKI, UMY 1 (missing) Unpatti Unpatti, Unsoed, UKI, UI, UKDW, UMY, Unsyiah, Undana Unpatti, Unissula, Unsoed, Malahayati, UMY, Unpad, Unsyiah, Undana
Alasan tidak mencantumkan dalam kurikulum: 1
Belum merumuskan kompetensi masing2 terutama yang sesuai dengan kondisi lokal
2
Belum terpikirkan
3
Definisi keduannya apa?
4
Sedang diterlusuri lebih lanjut
5
Tidak termasuk muatan lokal institusi
Usulan; 1
Kesehatan di daerah pesisir, kesehatan sekolah, upaya kesehatan lansia, rehab, berSDM kesehatan masyarakat kepulauan
39
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.29. Pengelolaan Masalah Kesehatan Masyarakat Penerapan Ilmu Kedokteran Komunitas di Klinik
Tidak Diberikan
No
Materi
Diberikan
Keterangan
1
15
1
UKI
2
Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit
15
1
UKI
3
Penerapan biostatistik dan epidemiologi di klinik
15
1
UKI
4
Berkomunikasi pada praktik kedokteran
15
1
UKI
5
Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga
15
1
UKI
Tabel 3.30. Pengelolaan informasi Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
Keterangan
1
Library resources and systems
13
2
Unpatti, Unsyiah
2
Key professional texts and journals
13
2
Unpatti, Undana
3
Automated information-retrieval systems (local, national, international)
12
3
Unpatti, UMY, Undana
4
Electronic mail
14
1
Unpatti
5
Remote computer access
11
4
6
Computer-assisted instructional resources
13
2
Unpatti, UMY, Unair, Undana Unpatti, Undana
7
Word processing
14
1
Unpatti
8
Statistical analysis software
14
1
Unpatti
Alasan; 1
Belum ada dana
2 3
Lebih kearah teknis Tidak ada blok teknologi informasi
4
Tidak ditugaskan khusus untuk library resources karena mahasiswa memang aktif menggunakan perpustakaa
40
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.31. Mawas Diri dan Pengembangan Diri Diberikan
Tidak Diberikan
No
Materi
1
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
15
0
2
Pembelajaran orang dewasa (adult learning)
15
0
3
Self-directed learning
15
0
4
Mencari literatur (literature searching)
15
0
5
Berpikir kritis (critical thinking)
15
0
6
Kemampuan memecahkan masalah (problem solving learning)
15
0
7
Pengenalan gaya belajar (learning style)
15
0
8
Mendengar yang aktif (active listening)
14
1
9
Membaca yang efektif (effective reading)
15
0
10
Konsentrasi dan memori (concentration & memory)
15
0
11
Manajemen waktu (time management)
15
0
12
Manajemen stres (stress management)
14
1
13
Membuat catatan kuliah (note taking)
15
0
14
Penelusuran sumber belajar secara kritis
15
0
15
Penulisan ilmiah (academic writing)
15
0
16
Scientific presentation skill
15
0
17
Umpan balik yang membangun (constructive feedback)
15
0
18
Persiapan ujian (test preparation)
15
0
19
Refleksi diri (self reflection)
15
0
Keterangan UKI missing untuk tabel ini
UKDW
Unpad
41
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 3.32. Etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien No
Materi
Diberikan
Tidak Diberikan
Keterangan
1
Frameworks of Ethical Reasoning
15
0
2
Moral Principles which underlie the PatientPhysician Relationship: Truth-telling,confidentiality, Privacy, Autonomy,. Beneficence,. Non-maleficence, Justice, Fidelity, Promise keeping, Public reporting
15
0
3
Elements of Informed Consent to Treatment: Inform, Patient autonomy, Competency to make decision, Surrogate decision makers if not competent , Roles, rights, obligations of the surrogate, Voluntary, Full disclosure, Risk and benefits, Alternate therapies Religion-Related Issues: Religious values of the Patient
15
0
15
0
5
Religious values of the physician
15
0
6
Death and Dying: Diagnosing death, Advance directives
15
0
7
Living will, Durable power of attorney, Lifesupport(Competency to make decision, Withholding andwithdrawing, Nutrition, hydration and other therapies, Autopsy, Euthanasia, Active vs. passive, Suicide,
15
0
8
Birth-Related Issues: Assisted reproductive technologies, Pre-natal diagnosis, Abortion, Counseling obligations, Maternal-fetal conflict, Obligations/relationships Research Issues: Physicians as researchers, Authorship, Consent, Coercion, Placebos, Conflict of interest, Vulnerable populations, Prisoner , Children Organ Donation
14
1
Unpatti, 1 missing
14
1
Unpatti, 1 missing
13
2
11
Genetic Information Issues: Testing, Voluntary vs.mandated,Confidentiality, Repercussions
12
2
Unpatti, Undana, 1 missing Unpatti, Undana, 2 missing
12
Organizations and Cost of Health Care Delivery: Economics, Access, Quality, Vulnerable populations, Discriminatory practices or possibilities, HIV testing/treatment, Gender, Age, Poverty,Race, Religion/ culture
12
3
4
9
10
Unpatti, Unair, Undana, 1 missing
42
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
ANALISIS HASIL SURVEY
Materi untuk pencapaian kompetensi komunikasi efektif Dalam pencapaian kompetensi komunikasi efektif yang terdiri dari enam materi pertanyaan, materi keempat yaitu materi dokter sebagai perpanjangan asuransi kesehatan tidak diberikan oleh 4 institusi dari 16 institusi survey dengan alasan bahwa asuransi kesehatan tidak perlu diberikan secara khusus (hanya sebatas teori saja). Hal ini mungkin karena kalimat dari pertanyaan kuesioner yang kurang tepat, sehingga bila penelitian akan diulang perlu dilakukan revisi pada pertanyaan tersebut. Materi ilmu perilaku untuk teknik fasilitasi komunikasi efektif pada situasi yang sulit tidak diberikan hanya oleh 1 institusi, sehingga dianggap dapat dianggap materi ini dapat diterima.
Materi untuk pencapaian kompetensi landasan ilmiah ilmu kedokteran Materi dasar-dasar istilah-istilah kedokteran diberikan oleh 16 institusi, namun pada 1 institusi materi tersebut tidak diberikan secara khusus. Sebagaimana kita ketahui dasar-dasar istilah kedokteran tentu dapat diberikan secara tersendiri tetapi dapat pula langsung diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar. Hal ini juga menunjukkan bahwa pertanyaan pada kuesioner tersebut perlu diperbaiki. Dari hasil survey blok 1.2. sistim kardio-respiratori hematologi-onkologi, terdapat usulan penambahan materi, yaitu: kardiologi, EKG, manajemen kelainan, komplikasi, pencegahan, rehabilitasi dan pemeriksaan penunjang selain lab dan manajemen terpadu pasien termasuk rehabilitasi medik. Usulan tersebut mungkin karena responden tidak menyadari mengenai percontohan fase tersebut, karena usulan-usulan tersebut tentunya lebih sesuai untuk fase yang lebih lanjut. Dari hasil survey blok 1.6 mengenai Basic Medical Practice, materi pengertian dan prinsip evidence-based medicine (EBM) sudah diberikan pada 12 institusi survey, namun pada 4 institusi belum diberikan dengan alasan penyusunan kurikulum belum selesai dan bahwa EBM tidak tercantum dalam SKDI. Dari hasil survey blok 2.1 mengenai conception, fetal growth & congenital anomaly, materi faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas laki-laki dan perempuan serta cara mendeteksinya, serta manajemen laktasi dan rawat gabung sudah diberikan pada 15 institusi namun satu institusi belum memberikan materi tersebut dengan alasan: belum ada blok yang memuat konten tersebut, tidak terpikirkan, tidak tercantum dalam SKDI. Dari hasil survey blok 2.3. mengenai childhood, materi prinsip-prinsip investigasi dan pelaporan penyakit/ wabah (Kejadian Luar Biasa) dan pemanfaatan media dan partisipasi masyarakat secara efektif dalam promosi kesehatan sudah diberikan pada 16 institusi, 14 institusi memberikan materi ini secara khusus dan pada 2 institusi diberikan secara tersebar. Dari hasil survey blok 2.4. mengenai adolescent, materi masalah agresifitas pada adolescent dan cara-cara pemeriksaan toksikologi forensik untuk NAPZA tidak tercantum pada kurikulum dari 2 institusi. Sedangkan masalah women and child-abuse dan trafficking tidak tercantum pada kurikulum dari 6 institusi dengan alasan: belum menjadi fokus pembelajaran, tidak ada dalam SKDI, dan tidak memiliki alokasi waktu yang cukup. Meskipun demikian, alasan-alasan ini menjadi sulit untuk dianalisis untuk materi yang mana karena tidak disebutkan secara spesifik. Hal ini juga menjadi lesson learnt dari penelitian ini dalam pembuatan kuesioner. Dari hasil survey blok 2.5. mengenai adulthood, dari 15 materi pertanyaan terdapat 9 materi yang belum diberikan yaitu materi ke-1, 6, 10, 12, dan 13 belum diberikan oleh 1 institusi yang berbeda. Materi ke-2 dan 43
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
8 belum diberikan oleh 2 institusi, materi ke-14 belum diberikan oleh 3 institusi, dan materi ke-7 belum diberikan oleh 4 institusi. Alasan yang dikemukan secara umum adalah materi tersebut tidak tercantum dalam SKDI. Dari blok 2.6. mengenai elderly, materi ke- 2, 3, 4, 5, 7, dan 8 belum diberikan oleh 1 institusi yang sama. Materi ke-6 dan 10 belum diberikan oleh 2 institusi. Materi ke-9 belum diberikan oleh 3 institusi. Alasan yang dikemukan antara lain: alokasi waktu tidak memungkinkan dan tidak ada blok khusus tentang geriatri. Mengingat semakin pentingnya masalah kesehatan lansia ini maka perlu ditindak lanjuti dalam revisi SKDI. Dari hasil survey blok 3.5. mengenai lifestyle related complaints, materi Complimentary and alternative medicine tidak tercantum pada kurikulum dari 2 institusi, dengan alasan tidak termasuk dalam muatan lokal kurikulum. Kemungkinan untuk materi ini akan lebih sesuai bila dimasukkan dalam usulan program elektif/ muatan lokal saja. Dari hasil survey blok 4.2. mengenai health system and disaster, materi sistem dan mekanisme pembayaran yang berhubungan dengan peran profesional dokter dan sistem pembayaran, quality control, keselamatan pasien dan keadilan dalam pelayanan kesehatan, serta International health and travel medicine tidak tercantum dalam kurikulum dari beberapa intitusi dengan alasan pertimbangannya sekarang fokus ke pelayanan primer.
Materi untuk pencapaian kompetensi Pengelolaan Masalah Kesehatan Masyarakat Pada Tabel 28 tentang Pengelolaan Masalah Kesehatan Masyarakat yang berkaitan dengan penerapan ilmu kedokteran komunitas pada komunitas diperoleh hasil bahwa sebagian besar materi sudah tercantum dalam kurikulum semua institusi yang disurvey. Hanya beberapa materi yang tidak diberikan, yaitu Kesehatan Perkotaan oleh 4 institusi, Kesehatan Matra dan Kesehatan Wisata oleh 8 institusi. Ada pun Tabel 29 tentang penerapan ilmu kedokteran komunitas pada klinik, hanya ada satu institusi yang menjawab tidak memberikan untuk semua materi pertanyaan. Selebihnya sudah memberikan semua materi tersebut dalam kurikulumnya.
Materi untuk pencapaian kompetensi Pengelolaan informasi Materi-materi yang tercantum pada Tabel 30 untuk pencapaian kompetensi pengelolaan informasi, mayoritas institusi telah memberikan. Namun pada materi pertanyaan terdapat 1-3 institusi secara bervariasi yang tidak memasukkan dalam kurikulum. Hanya ada satu institusi yang menjawab tidak memberikan untuk semua materi pertanyaan pada tabel ini. Belum ada dana, lebih kearah teknis dan tidak ada blok teknologi informasi menjadi alasan institusi yang tidak memasukkan dalam kurikulumnya.
Materi untuk pencapaian kompetensi Mawas Diri dan Pengembangan Diri Pada tabel 31 tentang Kompetensi Mawas Diri dan Pengembangan Diri, sebagian besar materi sudah tercantum dalam kurikulum semua institusi. Hanya ada 1 institusi secara bervariasi yang tidak mencantumkan materi berkaita mendengar aktif (active listening) dan manajemen stres (stress management).
Materi untuk area kompetensi Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan pasien Dari Tabel 32 diketahui bahwa materi berkaitan dengan Birth-Related Issues dan Research Issues tidak tercantum hanya pada kurikulum 1 institusi saja. Selain itu terdapat 2 institiusi yang tidak mencantumkan materi donor organ dan isu-isu mengenai infomasi genetik, serta 3 institusi yang tidak mencantumkan mengenai organisasi dan pembiayaan pelayanan kesehatan.
44
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
REFLEKSI Teknis pelaksanaan survey Teknis pelaksanaan survey dengan metode kunjungan ke institusi tidak mengalamai kendala, sedangkan dengan metode pengiriman ke institusi mendapatkan respons yang sangat minim. Oleh karena itu, bila dianggap bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat sehingga harus dilakukan pengumpulan data ulang, maka perlu dilakukan dengan metode yang lebih memungkinkan untuk mendapatkan respon yang lebih baik, misalnya dengan memberikan kuesioner pada staf MEU yang datang pada pertemuan AIPKI.
Substansi Hasil Survey Beberapa item dalam hasil survey perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama pada materi-materi yang tidak tercantum dalam kurikulum pada ≥ 2 institusi
Lesson Learned Beberapa kalimat dalam kuesioner perlu diperbaiki sehingga menjadi lebih jelas, karena tampaknya ada misunderstanding dalam mengintepretasikan beberapa item pertanyaan dalam kuesioner. Demikian pula alasan-alasan yang dikemukakan oleh institusi kadang-kadang sulit untuk dianalisis karena tidak diketahui untuk materi yang mana alasan tersebut diberikan karena tidak disebutkan secara spesifik. Hal ini juga menjadi lesson learnt dari penelitian ini seandainya akan dilakukan revisi kuesioner.
Rencana Tindak Lanjut Rencana Sosialiasi Hasil Pre-lIminary Survey: pada acara SEARAME di Jakarta 19-22 November 2010
Rekomendasi Rekomendasi improvement untuk pelaksanaan survey selanjutnya adalah dengan memperbaiki beberapa item dalam kuesioner sehingga menjadi lebih jelas. Disamping itu akan lebih baik bila pelaksanaan pengisian survey dilakukan dalam suatu kesempatan Pertemuan Nasional seperti SEARAME yang akan datang, dimana umumnya juga dihadiri oleh staf MEU dari seluruh institusi, sehingga akan lebih hemat. Rekomendasi untuk kebijakan Dikti, Kemkes, dan stakeholder lain berbasis hasil preliminary survey. Hasil preeliminari survey sudah dapat mendeteksi beberapa permasalahan, sehingga untuk kebijakan tersebut dapat disarankan untuk mencantumkan materi yang digunakan untuk pencapaian kompetensi agar ada keseragaman dari institusi kedokteran di Indonesia dalam memberikan materi pengetahuan yang minimal atau yang paling mendasar.
45
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
DAFTAR PUSTAKA World Federation for Medical Education. 2003. Basic Medical Education. WFME Global Standards for Quality Improvement. Copenhagen. http://www.wfme.org. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta. st
Indiana University School of Medicine. Educational Blueprint for The Indiana Initiative: Physicians for the 21 Century
46
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 4. Survey dengan Nominal Grup Teknik mengenai Ketrampilan Klinik Dokter PENDAHULUAN Keterampilan adalah kegiatan mental dan atau fisik yang terorganisasi serta memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir. Dalam melaksanakan praktik dokter,lulusan dokter perlu menguasai keterampilan klinis yang akan digunakan dalam mendiagnosis maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Keterampilan klinis ini perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter. Daftar keterampilan klinis dikelompokkan menurut bagian atau departemen terkait. Pada setiap keterampilan klinik ditetapkan tingkat kemampuan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how, shows, does) yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa di akhir pendidikan. Dalam rangka revisi SKDI, daftar ketrampilan klinik di dalamnya akan direview ulang karena pembuatannya selama ini berdasarkan pendapat dari dokter spesialis. Melalui survey ini, diharapkan adanya gambaran mengenai kekerapan kasus ketrampilan klinik dalam praktek umum sehari-hari, serta harapan dokter umum mengenai tingkat kemampuan yang seharusnya dokter umum kuasai. Pada akhirnya, hasil survey ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi yaitu ketrampilan klinik apa saja yang perlu dipertimbangkan kembali mengenai tingkat kemampuan untuk dibicarakan lebih lanjut dengan pakar di bidangnya.
TUJUAN Teridentifikasi daftar ketrampilan klinik yang diharapkan dilatihkan pada program studi dokter untuk memperoleh dokter praktik umum yang siap bekerja pada lahan pelayanan kesehatan primer dan teridentifikasinya tingkat kemampuan ketrampilan pada masing-masing ketrampilan klinis tersebut.
METODE Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode nominal grup teknik. Nominal grup teknik merupakan variasi dari sebuah diskusi kelompok kecil. Dalam teknik ini partisipan dimintai pendapatnya atas satu set masalah yang dihadapkan oleh moderator. Masing-masing partisipan diminta pendapatnya dan kemudian diminta untuk membuat skala prioritas dari semua hasil pendapat partisipan, sehingga dapat dihindari dominasi dari salah satu partisipan. Resonden untuk survey ini berjumlah 12 orang pada tiap institusi, dengan ketentuan: 1. Dokter umum yang melakukan pelayanan kesehatan primer. 2. Sudah melakukan praktek pelayanan kesehatan primer minimal 6 bulan 47
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
3. Responden menjalankan praktek di Rumah Sakit atau Puskesmas atau Praktek Mandiri atau Perusahaan Supaya didapatkan representasi responden yang seimbang diharapkan dari masing-masing lokasi praktek didapatkan 3 orang responden. Lokasi Rumah Sakit (Pemerintah dan Swasta) Puskesmas Praktek Mandiri Perusahaan
Jumlah 3 orang 3 orang 3 orang 3 orang
Keduabelas institusi yang menjadi sasaran penelitian akan dibagi menjadi 2 kelompok. Tiap-tiap kelompok akan mengerjakan 1 set instrumen penelitian yang berbeda (instrument A atau B). Adapun pembagian kelompok institusi sebagai berikut:
Kelompok A UNSYIAH UI UNPAD UNSOED UNDANA UNHAS
Kelompok B USU UKI MALAHAYATI UNISSULA UNAIR UNPATTI
Pada tiap institusi, keduabelas responden akan dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing akan mengerjakan 1 set instrument yang berbeda (instrument A.1 atau A.2 atau A.3 atau B.1 atau B.2 atau B.3). Satu set instrument terdiri atas 2 bendel yang dikerjakan dalam 2 sesi. Sesi 1 (bendel 1) dikerjakan secara mandiri dan sesi 2 (bendel 2) dikerjakan secara diskusi.
HASIL SURVEY Praktek Umum No. Ketrampilan Klinik 1 Pengambilan benda asing di konjungtiva 2 Pengambilan benda asing di kornea 3 Pembersihan serumen 4 Pengambilan benda asing (by syringing ear) 5 Apus endocervical 6 Pemeriksaan discharge (melakukan apusan untuk kultur, menyiapkan slide dengan salin dan natrium hidroksida) 7 Drainase bursa, ganglion 8 Melakukan dressing (sling, pembalutan bahu, pembalutan jari, pembalutan tangan) 9 Mengobati ulkus tungkai 10 Melakukan dressing(pembalutan tungkai, kaki, pergelangan, lutut) 11 Pemberian obat intravena 12 Pemberian obat, intramuskuler 13 Pemberian obat, subkutan 14 Pemberian obat, intrakutan 15 Menggunakan anastesi topikal (tetes, semprot) 16 Pemberian anestesi local 17 Pemberian blok saraf
SKDI 3 2 3 3 3 3
Pernah 72,2% 52,8% 83,3% 77,8% 50% 31,3%
Mandiri 74,3% 40% 80% 74,9% 42,9% 34,3%
2 3
47,2% 85,7%
45,7% 91,2%
3 3 4 4 4 3 3 3 2
91,7% 94,4% 88,9% 97,2% 91,7% 88,9% 86,1% 91,7% 66,7%
82,9% 91,4% 91,4% 100% 97,1% 94,3% 94,3% 100% 60% 48
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Insisi abses Eksisi kutil (warts) Perawatan luka Menjahit luka Terapi luka bakar Pengambilan splinter Disinfeksi Finger prick Laju endap darah/kecepatan endap darah (LED/KED Pengukuran Hb Pengukuran kadar gula darah Tes monospot Uji deteksi protein Uji deteksi glukosa Uji deteksi empedu Uji deteksi darah Menyiapkan slide dan uji mikroskopis urin Metode dip slide (kultur urine) Tes kehamilan Uji deteksi sputum Darah tersembunyi (occult blood) Protozoa Cacing usus (intestinal helminth) Sertifikasi kematian
2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
94,4% 75% 97,2% 97,2% 91,7% 51,9% 91,7% 82,9% 55,6% 68,6% 88,6% 34,5% 69,4% 72,2% 27,8% 38,9% 41,2% 34,3% 100% 68,6% 43,7% 42,4% 44,1% 82,4%
97,1% 80% 100% 100% 88,2% 56% 91,4% 85,3% 80% 82,9% 91,7% 25,9% 68,4% 74,3% 32,4% 44,1% 44,1% 25,7% 94,4% 63,9% 57,6% 41,2% 48,6% 87,9%
SKDI 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2
Pernah 94,3% 94,1% 94,3% 94,3% 94,3% 82,9% 74,3% 70,6% 67,6% 74,3% 77,1% 68,6% 37,5% 41,2% 42,9% 37,1% 97,1% 94,3% 97,1% 94,3% 85,7% 97,1% 74,3% 80% 80% 25,8% 52,9% 45,7%
Mandiri 88,6% 91,2% 91,4% 91,4% 85,7% 88,6% 74,3% 88,6% 79,4% 80,0% 82,9% 85,7% 62,5% 64,7% 74,3% 77,1% 91,4% 85,7% 91,4% 91,4% 94,3% 94,3% 85,7% 88,6% 85,3% 35,5% 67,6% 54,3%
ANAK No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Ketrampilan Klinik Menanyakan riwayat dari pihak ketiga Menanyakan riwayat menyusui Menanyakan riwayat penyakit anak yang lebih tua Berbicara dengan orang tua yang cemas dengan anak yang sakit berat Pemeriksaan fisik umum dengan perhatian khusus usia pasien Penilaian keadaan umum, gerakan, prilaku, tangisan Pengamatan malformasi kongenital Palpasi fontanella Respon moro Refleks menggenggam palmar Refleks mengisap Refleks melangkah/menendang vertical suspension positioning asymmetric tonic neck reflex Refleks anus Penilaian pinggul Penilaian fisik dan perkembangan Penilaian perkembangan berbicara dan bahasa Berat badan Pengukuran panjang badan Pengukuran lingkar kepala Pengukuran suhu Pengukuran indeks massa tubuh Peresepan makanan untuk bayi yang mudah dipahami ibu Penilaian penglihatan Tes Ewing Fingerprick Pungsi vena (Venepuncture)
49
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Insersi kanula (vena perifer) Insersi kanula (vena sentral) Tes rumple Leed Intubasi Resusitasi Oropharyngeal tube insertion Tes fungsi paru, peak flow meter Ultrasound kranial EEG Pungsi lumbal Echocardiografi Kateterisasi jantung
2 1 4 3 2 2 2 1 1 2 2 1
45,7% 20% 91,4% 34,3% 65,7% 31,4% 34,3% 5,7% 14,3% 14,3% 20% 2,9%
60% 17,1% 94,3% 42,9% 80% 45,7% 42,9% 0% 2,9% 5,7% 8,6% 0%
BEDAH No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Ketrampilan Klinik Pemeriksaan fisik umum Digital rectal examination (DRE) Bimanual ginjal Menilai atrofi otot Menetapkan ROM kepala Inspeksi bahu/ ext atas Tes fungsi sendi bahu Tes fungsi otot dan sendi siku Tes fungsi sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari-jari tangan Inspeksi postur tulang belakang/pelvis Inspeksi posisi skapula Inspeksi fleksi dan ekstensi punggung Penilaian fleksi lumbal Palpasi tulang belakang, sendi sacro-iliac dan otot-otot punggung Inspeksi gait Pengukuran panjang ext bawah Panggul: penilaian fleksi dan ekstensi, adduksi, abduksi dan rotasi Lutut: Menilai ligamen krusiatus dan kolateral Penilaian meniscus Kaki: inspeksi postur dan bentuk Kaki: penilaian fleksi dorsal/plantar, inversi dan eversi Tes Trendelenburg Tes Perthes Uji postur untuk insufisiensi arteri Tes hiperemia reaktif untuk insufisiensi arteri Capillary refill Inspeksi selangkangan pada saat tekanan abdomen meningkat Palpasi hernia Palpasi penis, testis, duktus spermatik epididimis Transluminasi skrotum Apus uretra Pertolongan pertama Penilaian kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale Pijat jantung luar Resusitasi mulut ke mulut/ hidung Ventilasi masker Intubasi Penilaian dan perawatan luka eksternal (luka, perdarahan, luka bakar, distortion, dislokasi, fraktur) Menghentikan perdarahan (tekan langsung, tekanan titik (pressure point), dan balut tekan
SKDI 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4
Pernah 100% 76,5% 91,2% 97,1% 84,4% 100% 82,4% 85,3% 85,3% 97,1% 97,1% 93,9% 85,3% 97% 81,8% 88,2% 97,1% 85,3% 73,5% 97,1% 94,1% 70,6% 32,4% 26,5% 44,1% 76,5% 100% 100% 79,4% 85,3% 58,8% 100% 100% 82,4% 50% 85,3% 41,2% 97,1%
Mandiri 97% 64,7% 85,3% 91,2% 69,7% 97,1% 85,3% 88,2% 88,2% 91,2% 91,2% 84,8% 73,5% 84,8% 78,8% 73,5% 79,4% 61,8% 44,1% 82,4% 82,4% 73,5% 35,5% 20,6% 11,8% 67,6% 94,1% 91,2% 76,5% 85,3% 50% 100% 100% 94,1% 94,1% 94,1% 55,9% 91,2%
4
97,1%
97,1%
50
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
Transport pasien (transport of casualty) Manuver Heimlich Melakukan pembalutan Resusitasi cairan Radiologi (foto polos) Arthrography Arterigraphy Scintiscan CT MRI Ultrasound Endoscopy Biopsi Uroflowmetri Micturating cystography Pemeriksaan urodinamik Reflek bulbokavernosus Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril, dll) Anestesi infiltrasi Blok saraf lokal Insisi dan drainase abses Pembersihan luka Debridement luka dengan scalpel dan gunting Jahit luka Pengambilan jahitan Perawatan luka bakar Apply a pressure dressing Reposisi fraktur tertutup Stabilisasi fraktur (tanpa gips) Reduksi dislokasi Apply a sling Nail bes cauterisation Ekstraksi kuku Nasogastric suction Insersi nasogastric Kateterisasi uretra laki-laki Kateterisasi uretra perempuan Clean intermitten chatheterization (Neuropathic blader) Sirkumsisi Dursumcircumcision Pungsi suprapubik Colostomy, mengganti kantong Enema Injeksi varises dengan sklerosan Kanulasi vena Pemberian analgesik Mendampingi pasien dengan kanker dengan memperhitungkan isu sosial dan psikologis
4 4 4 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
91,2% 52,9% 100% 88,2% 73,5% 14,7% 11,8% 20,6% 50% 32,4% 54,5% 38,2% 35,3% 23,5% 20,6% 23,5% 42,5% 88,2%
94,1% 82,4% 100% 97,1% 58,8% 8,8% 2,9% 0% 5,9% 6,1% 5,9% 0% 10% 0% 0% 0% 24,1% 91,2%
3
73,5%
88,2%
3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
73,3% 65,5% 96,7% 96,7% 96,7% 100% 100% 100% 93,9% 50% 80% 58,8% 46,7% 36,4% 93,3% 67,7% 58,8% 91,2% 88,2% 44,1% 85,3% 70,6% 36,7% 32,7% 41,7% 14,7% 27,6% 91,2% 69,7%
86,7% 73,3% 96,7% 96,7% 96,7% 96,7% 96,6% 90% 69,7% 35,5% 60% 23,5% 33,3% 24,2% 90% 70% 73,5% 97,1% 97,1% 50% 97,1% 73,5% 51,7% 48,3% 36,4% 12,1% 21,4% 93,9% 75%
SKDI 4
Pernah 83,3%
Mandiri 93,3%
DERMATOLOGI No. 1
Ketrampilan Klinik Kulit, inspeksi dengan kaca pembesar
51
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kulit, inspeksi dengan sinar UVA (Wood’s lamp) Kuku, inspeksi Dermografisme Palpasi kulit Deskripsi lesi kulit dengan perubahan primer dan sekunder, seperti ukuran, distribusi, penyebaran dan konfigurasi Penyiapan dan penilaian slide kalium hidroksida Penyiapan dan penilaian slide Metilen biru Penyiapan dan penilaian pewarnaan Gram Usap uretra Anal swab Identifikasi parasit Punch biopsy Patch test Prick test Kolposkopi condylomata acuminata Proctoscopy Kulit, insisi/drainase abses Kulit, eksisi tumor Cryoterapi tumor Warts, cryotherapy Jerawat, terapi komedo Perawatan luka To apply a dressing Varicose veins, compressive sclerotherapy Varicose veins, ambulant compressive therapy on venous leg ulcer Haemorrhoids Masking therapy Phototherapy Pencarian kontak
3 4 3 4 4
46,7% 100% 73,3% 96,7% 93,3%
63,3% 96,7% 73,3% 93,3% 93,3%
3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 3 2 1 3 3 4 4 1 2 2 1 1 2
23,3% 36,7% 33,3% 20% 26,7% 30% 26,7% 33,3% 33,3% 17,7% 6,7% 93,3% 73,7% 20% 13,3% 70% 93,3% 72,4% 13,8% 10,3% 55,2% 20,7% 13,8% 63%
30% 30% 30% 33,3% 43,3% 50% 23,3% 367% 36,7% 13,3% 13,3% 96,6% 73,3% 16,7% 13,3% 73,3% 96,7% 66,7% 6,7% 6,7% 46,7% 6,7% 6,7% 64,3%
SKDI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
Pernah 95,2% 100% 100% 97,6% 100% 100% 100% 90,5% 100% 100% 100% 100% 100% 65,7% 92,9% 50% 97,6% 90,5% 92,9% 97,6% 90,5% 83,3% 88,1%
Mandiri 85,7% 97,6% 95,2% 81% 97,6% 100% 100% 78% 100% 97,6% 97,6% 95,1% 100% 68,8% 88,1% 19% 19% 73,8% 85,7% 92,9% 88,1% 76,2% 81%
ILMU PENYAKIT DALAM No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Ketrampilan Klinik Penilaian status mental Penilaian keadaan umum Penilaian status gizi Penilaian antropologi (habitus and posture) Penilaian respirasi Menghitung denyut nadi Pengukuran tekanan darah Pengukuran tekanan vena jugularis Pengukuran tinggi badan dan berat badan Inspeksi dan palpasi kulit Inspeksi membran mukosa Palpasi kelenjar limfe Inspeksi mata, hidung, mulut dan tenggorokan Pemeriksaan tanda chvostek Palpasi kelenjar ludah Apus tenggorokan Palpasi kelenjar tiroid Palpasi trakhea Palpasi arteria caroticus Inspeksi saat berbaring Inspeksi saat bergerak Perkusi for tenderness palpation for tenderness
52
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Palpasi untuk mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan vertikal Penilaian fleksi lumbal Inspeksi sambil berbaring Inspeksi saat melakukan respirasi Palpasi ekspansi respirasi Palpasi taktil fremitus Palpasi detak apex jantung Perkusi paru, dasar paru, dan ukuran jantung Auskultasi paru-paru Auskultasi jantung Inspeksi payudara Palpasi payudara Inspeksi Auskultasi (usus, suara perut dan bruits) Perkusi (pekak hati, area Traube, dan kandung kemih) Palpasi (dinding perut, colon, hati, limpa, aorta dan rigiditas dinding perut) Memicu nyeri abdomen dan nyeri lepas tekan Pemeriksaan pekak beralih Melakukan tes undulasi Memicu nyeri ketok ginjal Inspeksi daerah perianal Pemeriksaan rektum Palpasi prostat Palpasi kantong Douglas Palpasi adnexa Palpasi sakrum Inspeksi sarung tangan Inspeksi vulva dan perineum Pemeriksaan vagina: palpasi vagina, uterus dan adnexa Inspeksi penis Inspeksi dan palpasi skrotum Inspeksi kulit, kuku dan tonus otot Inspeksi sendi Penilaian denyut kapiler Penilaian pengisian ulang kapiler (capillay refill) Palpasi denyut arteri Deteksi bruits Palpasi kulit, tendon dan sendi Penilaian range of motion sendi Pemeriksaan sistem sensoris Pemeriksaan sistem motoris Memicu refleks: platela, pergelangan, trisep dan bisep, respon plantar Venapuncture Arterial puncture Finger prick Penyiapan dan pemeriksaan apus darah Penyiapan dan pemeriksaan sedimen urin Penyiapan dan pemeriksaan sputum Penyiapan dan pemeriksaan tinja Pengecatan Gram Pengecatan Ziehl Nielsen Pemeriksaan X-ray: foto polos Pemeriksaan X-ray menggunakan kontras CT Scan NMR/ MRI Pemeriksaan scintigrafi Echography Endoscopy lambung
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 3 4 4 4 4 2 1 1 1 1 1 1
80,5% 76,2% 100% 100% 95,2% 90,5% 95,2% 97,6% 100% 100% 100% 97,6% 100% 100% 95,4% 100% 100% 97,6% 88,1% 100% 97,6% 90,5% 79,6% 50% 69% 79,6% 85,7% 92,9% 83,3% 97,6% 88,1% 100% 95,2% 73,2% 76,9% 95% 80,5% 97,6% 87,8% 97,6% 97,6% 97,6% 78% 55% 87,2% 59,5% 56,1% 61,9% 54,8% 40,5% 35,7% 57,6% 38,3% 40,5% 26,2% 22,5% 23,8% 21,4%
77,5% 60% 100% 100% 90,5% 97,6% 95,2% 97,6% 100% 100% 95,2% 97,6% 100% 100% 95,2% 97,6% 100% 92,9% 78,6% 97,6% 90,5% 88,1% 73,8% 50% 59,5% 51,2% 83,3% 90,5% 69% 88,1% 90,5% 90,5% 88,1% 78,6% 79,5% 90,2% 68,3% 100% 85,7% 100% 100% 95,2% 70% 42,5% 69,2% 47,6% 48,8% 47,6% 47,6% 38,1% 35,7% 26,2% 9,5% 4,8% 2,4% 0% 2,4% 0% 53
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 102 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 1113 114 115 116
Proctoscopy Biopsi ginjal atau hati Pengambilan cairan ascites Pengambilan cairan pleura Pemeriksaan patologi hasil biopsi Elektrokardiografi Melakukan EKG Phonocardiolography Pemeriksaan Doppler Pemeriksaan Holter Kateterisasi jantung Pengukuran tekanan darah secara automatis Echocardiography Uji fungsi paru/spirometry uji provokasi histamin Tes alergi Tes provokasi hiperventilasi Scan perfusi/ventilasi Bronchoscopy Aspirasi sendi Menasehati pasien tentang gaya hidup Mengatur diet Injeksi subkutan dan intramuskular Pemberian insulin Kanulasi intravena Resusitasi mulut ke mulut Pijat jantung Menginisiasi resusitasi Pemasangan NGT (nasogastric tube) Dekompresi jarum (contraventil needle) Pemasangan WSD Endoscopy Pemasangan kateter kandung kemih Dialisis ginjal Skleroterapi vena varikosa
1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 3 1 1 1 4 4 4 3 3 4 4 4 1 2 2 1 3 1 1
9,8% 7,1% 21,4% 33,3% 22% 71,4% 63,4% 10,3% 61% 17,1% 4,8% 64,3% 19% 30,5% 26,2% 45,2% 23,8% 14,6% 11,9% 26,2% 100% 92,9% 100% 76,2% 57,5% 47,6% 64,3% 75% 259,5% 25% 31% 14,3% 81% 21,4% 14,6%
0% 0% 9,8% 7,3% 0% 51,2% 63,4% 0% 48,8% 0% 0% 65,9% 2,5% 26,2% 9,8% 35,7% 14,6% 0% 0% 9,5% 97,6% 90,5% 97,6% 85,7% 61% 92,9% 85,7% 82,1% 73,2% 23,1% 9,5% 0% 85,7% 0% 2,4%
SKDI 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4
Pernah 100% 85,3% 87,1% 43,7% 82,4% 50% 100% 97,1% 94,1% 100% 100% 82,4% 97,1% 64,7% 41,2% 94,1% 67,6% 100%
Mandiri 91,2% 55,9% 76,5% 27,3% 76,5% 41,2% 97,1% 86,7% 97,1% 91,2% 91,2% 73,5% 88,2% 52,9% 38,2% 88,2% 61,8% 94,1%
MATA No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Ketrampilan Klinik Penilaian penglihatan Penilaian penglihatan, bayi dan anak Penilaian refraksi, subjektif Penilaian refraksi, objektif (refractometry keratometer) Lapangan Pandang, Donders confrontation test Lapangan Pandang, Amsler panes Inspeksi kelopak mata Inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak atas Inspeksi bulu mata Inspeksi konjungtiva, termasuk forniks Inspeksi sclera Inspeksi apparatus lakrimalis Palpasi limfonodus pre-aurikuler Penilaian posisi dengan corneal reflex images Penilaian posisi dengan cover test Pemeriksaan gerakan bola mata Penilaian penglihatan binokular Inspeksi pupil
54
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Penilaian pupil dengan reaksi langsung terhadap cahaya dan konvergensi Inspeksi media refrakta dengan transilluminasi (pen light) Inspeksi kornea Inspeksi kornea dengan fluoresensi Tes sensivitas kornea Inspeksi bilik mata depan iris, inspection lens, inspection Pemeriksaan dengan slit-lamp fundoscopy, bringing the fundus into focus Inspeksi diskus optik, perbedaan antara normal dan abnormal Inspeksi vena retina, perbedaan antara normal dan abnormal Tekanan intra okular, estimasi dengan palpasi Tekanan intra okular, pengukuran dengan indentasi tonometer '(Schiötz) atau non-contact-tonometer Tekanan intra okular, pengukuran dengan aplanasi tonometer Penentuan refraksi setelah sikloplegia (skiascopy) Pemeriksaan lensa kontak fundus, mis. gonioscopy Pengukuran produksi air mata Pengukuran exophthalmos (Hertel) Pembilasan melalui saluran lakrimalis (Anel) Pemeriksaan orthoptic Perimetri Pemeriksaan lensa kontak Tes penglihatan warna Electroretinografi electro-oculography Visual evoked potentials (VEP/VER) Fluorescein angiography (FAG) Echographic examination: ultrasonography (USG) Pemberian obat tetes mata Aplikasi salep mata flood ocular tissue Eversi kelopak atas dengan kapas lidi (swab) untuk membersihkan benda asing to apply eyes dressing Melepaskan lensa kontak atau protesa mata Melepaskan bulu mata Membersihkan benda asing dan debris Terapi laser Operasi katarak squint, surgery Vitrectomi Operasi glaukoma dengan trabekulotomi Transplantasi kornea Cryocoagulation : mis. cyclocryocoagulation Bedah kelopak mata (chalazion, entropion, ectropion, ptosis) Operasi detached retina
4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3
100% 88,2% 90,9% 35,3% 61,8% 44,1% 47,1% 70,6% 20,6% 40% 26,5% 26,5% 76,5% 20,6%
94,1% 70,6% 79,4% 35,3% 61,8% 35,3% 52,9% 67,6% 11,8% 23,3% 18,2% 20,6% 73,5% 35,3%
1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 4 4 3 3
14,7% 11,8% 11,8% 14,7% 35,3% 12,1% 17,6% 11,8% 26,5% 91,2% 8,8% 6,1% 0% 0% 5,9% 100% 97,1% 53,3% 82,4%
35,3% 20,6% 0% 5,9% 23,5% 6,1% 8,8% 11,8% 20,6% 94,1% 2,9% 3% 0% 0% 0% 97,1% 97,1% 30% 76,5%
3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
56,7% 41,2% 44,1% 85,3% 2,9% 8,8% 10% 8,8% 8,8% 2,9% 2,9% 14,7% 5,9%
50% 58,8% 55,9% 79,4% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 8,8% 0%
NEUROLOGI No. 1 2 3 4 5
Ketrampilan Klinik assessment of sense of smell inspection of width of palpebral cleft inspection of pupils (size and shape) pupillary reaction to light pupillary reaction of close objects
SKDI 4 4 4 4 3
Pernah 80,0% 90,0% 100% 100% 100%
Mandiri 70,0% 73,3% 96,7% 100% 80% 55
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
assessment of extra-ocular movements assessment of diplopia assessment of nystagmus corneal reflex assessment of visual fields test visual acuity fundoscopy assessment of pupil assessment of facial symmetry assessment of strength of temporal and masseter muscles assessment of facial sensation assessment of facial movements assessment of taste assessment of hearing (lateralization, air and bone conduction assessment of swallowing inspection of palate test gag reflex assessment of sternomastoid and trapezius muscles tongue, inspection at rest tongue, inspection and assessment of motor system (e.g. sticking out) inspection: posture, habitus involuntary movements assessment of passive stretch assessment of muscle strength assessment of strength of individual muscles inspection of gait (normal, on heels, on toes, hopping in one place, heelto-toe) shallow knee bend Romberg’s test reaction to a push (balance) point-to-point testing: between index finger and nose point-to-point testing: heel on opposite knee, running down to big toe testing for dysdiadochokinesis assessment of sense of pain assessment of sense of temperature assessment of light touch assessment of extinction phenomenon assessment of vibration assessment of position sense assessment of discriminative sensations (e.g. stereognosis) Lasègue’s sign assessment of level of consciousness by means of Glasgow coma scale assessment of orientation assessment of aphasia assessment of apraxia assessment of agnosia assessment of new learning ability assessment of memory assessment of concentration tendon reflexes (biceps, reflex, triceps reflexknee reflex, ankle reflex) plantar response abdominal reflexes cremaster reflex anal reflex Hoffmann-Trömner sign snout reflex rooting reflex grasp reflex glabela reflex
3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
82,8% 73,3% 73,3% 66,7% 76,7% 76,7% 50,0% 86,2% 60,0% 83,3% 79,3% 53,3% 72,4% 66,7% 80,0% 43,3% 48,3% 82,1% 75,9% 86,2% 86,2% 86,2% 86,2% 75,9%
75,9% 63,3% 60,0% 80% 60% 63,3% 20,0% 79,3% 53,3% 60,0% 70,0% 73,3% 63,3% 60,0% 79,3% 46,7% 56,7% 79,3% 62,1% 86,7% 73,3% 83,3% 76,7% 65,5%
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
53,6% 62,1% 64,3% 63,3% 56,7% 34,5% 89,7% 66,7% 72,4% 81,5% 46,7% 53,3% 43,3% 58,6% 93,1%
44,8% 56,7% 66,7% 66,7% 60,0% 53,3% 80,0% 80,0% 76,7% 40,7% 57,1% 53,3% 53,3% 64,3% 96,7%
4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
89,7% 63,3% 53,3% 50,0% 37,9% 73,3% 70,0% 93,3% 83,3% 80,0% 53,3% 50,0% 59,3% 53,3% 66,7% 60,0% 58,6%
89,7% 73,3% 70,0% 70,0% 51,7% 72,4% 82,8% 96,7% 93,3% 79,3% 73,3% 79,3% 69,0% 60,0% 63,3% 63,3% 58,6% 56
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
palmomental Reflex detections of neck stiffness assessment of fontanelles patrick’s and contra Patrick’s sign chvostek’s sign X-ray skull X-ray spine Seldinger angiography Myelography Caudography CT-scan of cerebrum EEG EMG, EMNG ENG Brain mapping PET, SPECT visual evoked response examination, BAEP, SSEP digital substraction angiography duplex-scan of vessels biopsy of muscle lumbar puncture lumbar puncture, Queckenstedt test MRI, MRA Laminectomy therapeutic spinal tap opening the skull surgery for acoustic neuroma surgery of pituitary gland surgery for extradural haemorrhage surgery for subdural haemorrhage surgery for cerebral tumour surgery for carpal/tarsal tunnel syndrome surgery for intra cerebral aneurysm Inspection at rest Inspection in motion Percussion for tenderness Palpation for tenderness Palpation for pain on vertical pressure Assessment of lumbar flections
4 4 4 4 4 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4
37,9% 69,0% 65,5% 53,3% 39,3% 66,7% 66,7% 13,3%
53,3% 53,3% 53,3% 40,0% 37,9% 53,3% 43,3% 3,3%
3,3% 46,7% 23,3% 17,2% 6,7%
3,3% 10,0% 6,7% 6,7% 6,9%
3,3% 0,0% 6,7% 3,3% 6,7% 16,7% 10,0% 20,0% 10,0% 3,3% 10,0% 3,3% 3,3% 10,0% 10,3% 10,0% 13,3% 6,7% 86,2% 90,0% 76,7% 76,7%% 73,3% 55,2%%
3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 13,8% 3,3% 6,7% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 3,3% 3,3% 0,0% 0,0% 0,0% 3,3% 66,7% 66,7% 70,0% 70,0% 60,0% 48,3%
SKDI 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2
Pernah 100% 91,4% 68,6% 57,1% 40,0% 28,1% 65,7% 37,1% 31,4% 45,7% 37,1% 17,6% 15,2% 8,6%
Mandiri 88,6% 91,4% 77,1% 68,6% 57,1% 32,3% 74,3% 62,9% 40,0% 57,1% 42,9% 32,4% 23,5% 3,0%
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ketrampilan Klinik Pemeriksaan fisik umum termasuk pemeriksaan payudara Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna Pemeriksaan spekulum: inspeksi vagina dan serviks Pemeriksaan bimanual: palpasi vagina, serviks, korpus uteri, dan ovarium Pemeriksaan rektal: palpasi kantung Douglas, uterus Combined recto-vaginal septum Duh (discharge) genital: bau Duh (discharge) genital: Ph Duh (discharge) genital: pewarnaan Gram Duh (discharge) genital: usap vagina Duh (discharge) genital: pemeriksaan dengan salin Duh (discharge) genital: pemeriksaan dengan kalium hidroksida Endocervical swab and cervical scraping Colposcopy
57
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Pemeriksaan uterus, USG abdomen Pemeriksaan uterus, USG vaginal Kuretase Suction curettage Laparoscopi, diagnostic Pemeriksaan fisik genitalia maskulina Penilaian hasil pemeriksaan semen Kurva temperatur basal, instruksi, penilaian hasil Pemeriksaan mukus serviks, Tes fern Uji paska-koitus, mendapatkan bahan uji, penyiapan dan menilai slide Histero salpingografi Peniupan tuba Fallopi Inseminasi artificial Melatih pemeriksaan payudara sendiri Insersi pessary Insersi kateter urin Electro-or crycoagulation cervix Laparoscopy, terapetik Advokasi kontrasepsi Insersi I.U.D Laparoscopi, sterilisasi Pemilihan kehamilan risiko tinggi untuk perawatan rumah sakit atau klinis Merawat wanita hamil Inspeksi abdomen wanita hamil Palpasi: tinggi fundus, manuver Leopold, penilaian posisi dari luar Mengukur denyut jantung janin Pemeriksaan dalam pada kehamilan muda Pemeriksaan pelvis Tes kehamilan, urin CTG: melakukan dan menginterpretasikan Pemeriksaan USG Amniosentesis Biopsi chorion Menolong wanita dalam persalinan CTG: melakukan dan menginterpretasikan Pemeriksaan obstetri (penilaian serviks, dilatasi, membran, presentasi janin dan penurunan) Pemecahan membran ketuban Insersi kateter untuk tekanan intra-uterus Inspeksi dan menahan perineum Anestesi lokal perineum Anestesi pudendus Anestesi epidural Episiotomi Menerima/memegang bayi baru lahir Aspirasi mulut/tenggorokan bayi baru lahir Menilai skor Apgar Klem tali plasenta/pemisahan plasenta Pemeriksaan tali plasenta Pemeriksaan fisik bayi baru lahir Postpartum: pemeriksaan tinggi fundus, plasenta: lepas/tersisa Melahirkan plasenta Pemeriksaan plasenta dan tali plasenta Memperkirakan/mengukur kehilangan darah, sesudah melahirkan Memperbaiki episiotomi dan laserasi Induksi kimiawi persalinan Menyokong persalinan dengan presentasi bokong (breech presentation) Pengambilan darah fetus
2 2 2 2 1 4 3 3 3 3 1 1 1 4 2 3 2 1 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 2 2 1 1 4 2 4
31,4% 31,4% 34,3% 17,1% 11,4% 80,0% 45,7% 45,7% 25,7% 14,3% 11,4% 17,1% 11,4% 88,6% 21,9% 68,6% 8,6% 5,7% 91,4% 51,4% 14,3% 82,9% 80,0% 100% 94,3% 97,1% 54,3% 65,7% 94,3% 34,4% 40,0% 11,4% 8,6% 68,6% 21,9% 57,1%
11,4% 8,6% 31,4% 14,3% 0,0% 65,7% 54,3% 48,5% 31,4% 17,6% 2,9% 0,0% 0,0% 91,4% 12,9% 77,1% 0,0% 0,0% 88,6% 48,6% 2,9% 77,1% 85,7% 88,6% 91,4% 97,1% 62,9% 54,3% 91,4% 41,9% 17,1% 5,7% 0,0% 77,1% 28,1% 68,6%
3 2 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2
45,7% 28,6% 45,7% 40,0% 20,0% 9,1% 42,9% 62,9% 51,4% 62,9% 54,3% 57,1% 68,6% 60,0% 57,1% 60,0% 57,1% 48,6% 40,0% 28,6% 20,0%
62,9% 34,3% 54,3% 51,4% 14,3% 5,7% 58,8% 77,1% 73,5% 85,7% 80,0% 77,1% 88,2% 82,9% 77,1% 82,9% 82,9% 62,9% 45,7% 40,0% 28,6% 58
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
72 73 74 75 76 77 78 79 80 82 83
Menolong persalinan vagina Operasi Caesar (Caesarean section) Pengambilan plasenta secara manual Membantu dan memeriksa ibu dan bayi baru lahir Menilai lochia Palpasi posisi fundus Payudara: inspeksi, laktasi Mengajarkan hygiene Mendiskusikan kontrasepsi Inspeksi luka episiotomy Inspeksi luka operasi Caesar
2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3
60,0% 17,1% 34,3% 65,7% 65,7% 74,3% 82,9% 85,7% 82,9% 77,1% 82,9%
77,1% 0,0% 45,7% 82,9% 82,9% 85,7% 88,6% 94,3% 91,4% 91,4% 88,6%
SKDI 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2
Pernah 100% 94,1% 91,2% 91,2% 100% 94,1% 97,1% 85,3% 85,3% 94,1% 85,3% 88,2% 91,2% 88,2% 94,1% 91,2% 79,4% 91,2% 88,2% 94,1% 70,6% 67,6% 70,6% 88,2% 44,1% 58,8% 62,5% 55,9% 66,7% 85,3% 58,8% 54,5% 41,2% 26,5% 69,4% 20,6% 67,6% 32,4% 44,1% 11,8%
Mandiri 94,1% 88,2% 85,3% 91,2% 94,1% 85,3% 85,3% 76,5% 73,5% 73,5% 76,5% 70,6% 73,5% 67,6% 88,2% 82,4% 76,5% 79,4% 82,4% 82,4% 64,7% 70,6% 61,8% 79,4% 38,2% 64,7% 51,5% 50% 65,6% 76,5% 38,2% 23,5% 23,5% 23,5% 14,7% 0% 61,8% 18,2% 23,5% 2,9%
PSIKIATRI No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Ketrampilan Klinik Anamnesis psikiatri, dari pasien, umum Anamnesis psikiatri, dari pasien,, detail biografis Anamnesis psikiatri, dari pasien, sejarah sosial Anamnesis psikiatri, dari orang ketiga Penilaian kesadaran Penilaian persepsi Penilaian orientasi Penilaian intelegensi Penilaian memori Penilaian pikir (bentuk dan isi) Penilaian afek Penilaian mood Penilaian tindakan Penilaian keinginan (desire) Kesan, umum, deskiripsi sistematis Menyadari reaksi personal yang terpicu saat melihat pasien Penilaian risiko bunuh diri Identifikasi masalah bersama dengan pasien sendiri Identifikasi masalah dengan pasangan (misalnya dengan pasangan) Identifikasi masalah dengan keluarga Identifikasi masalah dalam sebuah situasi krisis Identifikasi masalah setelah percobaan bunuh diri Identifikasi masalah dalam sebuah kelompok Memaparkan masalah psikiatri ke teman sejawat Melakukan Mini Mental State Exam Home visit Pemeriksaan psikologis Pengenalan dan interpretasi pola berulang dalam sebuah interaksi Mendiagnosis berdasarkan kriteria utama DSM IIIR Indikasi untuk perawatan rumah sakit untuk kasus psikiatri Tim konsultasi, partisipasi dalam konsultasi Terapi okupasi Terapi bermain Terapi kreatif Terapi psikomotor electroconvulsion therapy (ECT) Terapi konseling Terapi tingkah laku Psychotherapy Hipnoterapi
1 1 1
59
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
THT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Ketrampilan Klinik Inspeksi aurikula, posisi telinga dan mastoid Pemeriksaan meatus auditorius externus dengan otoscope Pemeriksaan membran thympani dengan otoscope Menggunakan cermin kepala Menggunakan lampu kepala Tes pendengaran, pemeriksaan garpu tala (Weber, Rinne, Schwabach) Tes pendengaran, tes berbisik Audiometri - tone audiometry Audiometri - speech audiometry Pemeriksaan pendengaran pada anak-anak Otoscopy pneumatic (Siegle) Melakukan dan menginterpretasikan timpanometri Pemeriksaan vestibular Tes Ewing Electronystagmography Inspeksi bentuk hidung dan lubang hidung Penilaian obstruksi hidung Uji penciuman Rhinoscopy anterior Transiluminasi of sinus frontalis Nasopharyngoscopy USG sinus Radiologi sinus, interpretasi Uji sensasi indera pencecap Inspeksi bibir dan kavitas oral Inspeksi tonsil Penilaian pergerakan lidah Penilaian pergerakan otot-otot hipoglosus Palpasi kelenjar ludah (submandibular, parotid) Inspeksi basal lidah (dengan laringoskop) Inspeksi kavitas nasofaring (dengan nasopharyngoscope, cermin kepala and laryngoscope) Inspeksi hipopharyng (dengan laryngoscope/hypopharyngoscope) Usap tenggorokan (throat swab) Laryngoscopy, indirek Laryngoscopy, direk Menilai suara dan bicara Penilaian bicara Oesophagoscopy Inspeksi leher Palpasi nodus limfatikus brachialis Palpasi kelenjar tiroid Manuver Politzer Manuver valsalva Pemasangan probe wool katun didalam telinga - insert cotton wool probe in ear Pembersihan meatus auditorius eksternus dengan usapan Pengambilan serumen menggunakan kait atau kuret Syringing the ear Paracentesis Pengambilan benda asing di telinga Insersi grommet Menyesuaikan alat bantu dengar Menghentikan perdarahan hidung Packing the nose
SKDI 4 3 3 3 3 4 4 3 2 2 1 2 2 2 1 4 4 2 3 3 2 1 2 1 4 4 4 4 3 4 2
Pernah 100% 80,6% 77,8% 55,6% 69,4% 60,0% 71,4% 31,4% 29,4% 70,6% 25,0% 20,0% 42,9% 19,4% 11,8% 100% 97,2% 72,2% 76,5% 50,0% 42,9% 13,9% 58,3% 57,1% 100% 100% 97,1% 69,4% 97,2% 41,7% 30,6%
Mandiri 97,1% 91,4% 82,9% 69,7% 77,1% 61,1% 75,0% 16,7% 16,7% 48,6% 9,1% 8,6% 27,8% 6,7% 0,0% 97,1% 88,6% 77,8% 61,8% 38,2% 8,3% 0,0% 37,1% 72,2% 100% 100% 100% 74,3% 91,4% 37,1% 28,6%
2 3 2 2 3 2 4 4 4 2 2 2
25,0% 36,1% 37,1% 32,4% 94,4% 91,7% 19,4% 100% 94,4% 97,2% 41,9% 72,7% 40,0%
17,1% 48,6% 19,4% 13,9% 91,4% 85,7% 0,0% 100% 82,9% 94,3% 37,5% 76,5% 44,1%
3 3 3 2 2 2 2 3 2
68,6% 80,6% 51,4% 27,8% 83,3% 21,9% 16,7% 80,6% 46,7%
76,5% 71,4% 44,1% 12,1% 65,7% 7,1% 14,3% 85,7% 44,8% 60
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
54 55 56 57 58 59 60
Pengambilan benda asing dari hidung Bilas sinus - sinus lavage Pungsi sinuses Antroscopy Tracheostomy Intubasi Setiap dokter harus pernah mengikuti beberapa operasi di telinga, hidung dan tenggorokan selama pendidikan
2 2 2 2 2 2
85,7% 17,1% 14,3% 14,3% 13,9% 45,7%
69,4% 5,6% 0,0% 0,0% 11,4% 33,3%
71,0%
7,1%
SKDI 4 4 4 4 4 4
Pernah 88,9% 96,6% 88,9% 92,3% 92,6% 92,6%
Mandiri 96,3% 92,6% 92,6% 96,3% 96,3% 92,6%
4 4
92,6% 92,6%
96,3% 92,6%
SKDI 4 4 4 4 4 4
Pernah 88,9% 92,6% 88,9% 88,9% 77,8% 74,1%
Mandiri 85,2% 85,2% 88,9% 88,9% 74,1% 70,4%
4
85,2%
92,6%
4
85,2%
88,9%
4
96,3%
96,3%
KOMUNIKASI No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Ketrampilan Klinik Formulating orally and in writing Educating, advising and coaching of individuals and groups Making a management plan Therapeutic consultation Drug prescription Oral and written communication with colleagues and other health care professional (referral, consultation) Reporting and making record Information processing and applying (especially from scientific literature)
MASYARAKAT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketrampilan Klinik Prevention (vaccination policy included) Recognition of hazardous behaviour and life style Performing directed medical examination Assessment of absent due to illness Performance of environmental research Performance of several interventions in the domain of primary, secondary and tertiary Prevention like vaccination, periodical medical examination, social medical support Management, prevention of accident and set up a programme/ plan for individuals, their environment or an institution. Patient safety
61
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
ANALISIS Dalam survey keterampilan klinik ini daftar butir ketrampilan klinik dibagi dalam kelompok keterampilan praktek umum, Anak, Bedah, Dermatologi, Ilmu Penyakit Dalam , Mata, Neurologi, Obstetri dan Ginekoogi, Psikiatri , THT, Komunikasi dan Masyarakat . Seluruh butir pertanyaan ketrampilan klinik berjumlah 679. Dari kelompok praktek umum yang terdiri dari 41 jenis ketrampilan terdapat 6 jenis keterampilan yang mempunyai tingkat kemampuan 4 pada SKDI, ternyata kurang dari 50% responden menyatakan ketrampilan tersebut harus mandiri. Dari kelompok Ilmu penyakit dalam yang terdiri atas 116 jenis keterampilan terdapat 6 jenis keterampilan yang mempunyai tingkat kemampuan 4 pada SKDI, ternyata kurang dari 50% responden menyatakan ketrampilan tersebut harus mandiri. Dari kelompok Mata yang terdiri dari atas 64 jenis keterampilan terdapat 1 jenis keterampilan yang mempunyai tingkat kemampuan 4 pada SKDI, ternyata kurang dari 50% responden menyatakan ketrampilan tersebut harus mandiri. Dari kelompok Neurologi yang terdiri atas 101 jenis keterampilan terdapat 4 jenis keterampilan yang mempunyai tingkat kemampuan 4 pada SKDI, ternyata kurang dari 50% responden menyatakan ketrampilan tersebut harus mandiri. Dari kelompok OB-GYN yang terdiri atas 83 jenis keterampilan terdapat 4 jenis keterampilan yang mempunyai tingkat kemampuan 4 pada SKDI, ternyata kurang dari 50% responden menyatakan ketrampilan tersebut harus mandiri. Dari kelompok THT yang terdiri atas 60 jenis ketrampilan terdapat 1 jenis keterampilan yang mempunyai tingkat kemampuan 4 pada SKDI, ternyata kurang dari 50% responden yang menyatakan ketrampilan tersebut harus mandiri. Dari kelompok Anak (40 ketrampilan), Bedah (87 ketrampilan), Dermatologi (30 ketrampilan), Psikiatri (40 ketrampiln), Komunikasi (8 ketrampilan) dan Masyarakat (9 ketrampilan) seluruhnya tidak terdapat ketidaksesuaian yang jelas. Ketidaksesuaian antara jenis ketrampilan klinik yang mempunyai tingkat kemampuan 4 pada SKDI yang berarti ketrampilan ini harus dilakukan mandiri dengan jawaban responden yang kurang dari 50% terdapat sebanyak 3,24%.
62
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
REFLEKSI
Teknis Pelaksanaan Survey Teknis pelaksanaan survey dengan metode nominal grup teknik tidak mengalami kendala. Pada pengisian kuesioner masih adanya tumpang tindih tugas dokter yang bekerja rangkap sebagai dokter perusahaan dan puskesmas atau tugas rangkap sebagai dokter praktek pribadi dan dokter rumah sakit.
Substansi Hasil Survey Beberapa ketrampilan klinik dalam hasil survey perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu yang diharapkan mempunyai tingkat kemampuan 4 ternyata hasil survey tidak sesuai, juga hal yang sebaliknya pada SKDI tingkat kemampuan 1 atau 2 ternyata hasil survey ketrampilan tersebut diharapkan dapat dilakukan secara mandiri.
Lesson Learned Jenis ketrampilan klinik pada survey ini sebagian masih dalam bahasa asing sehingga perlu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Apabila jenis ketrampilan tersebut memang memakai bahasa asing hendaknya ada penjelasan cara melakukannya.
Rencana Tindak Lanjut Rencana Sosialiasi Hasil Pre-lIminary Survey: pada acara SEARAME di Jakarta 19-22 November 2010
Rekomendasi Rekomendasi revisi ketampilan klinik ini sebaiknya mengikut sertakan pakar yang terkait sehingga didapatkan kata sepakat tentang tingkat kemampuan yang harus dicapai untuk ketrampilan klinik tertentu bagi seseorang dokter umum.
63
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 5. Survey Pengembangan Sistim Ujian Berbasis Kompetensi
LATAR BELAKANG Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) berdasarkan amanah UU Praktik Kedokteran telah mengesahkan Standar Pendidikan Profesi Dokter (SPPD) dan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). SKDI merupakan landasan penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Implementasi KBK dimulai dari penyusunan struktur dan isi kurikulum sampai dengan evaluasi hasil belajar mahasiswa. Evaluasi hasil belajar mahasiswa sebagai bagian dari implementasi KBK harus berbasis kompetensi (berdasarkan SKDI) dan memenuhi SPPD. Pada tingkat nasional, proses sertifikasi kompetensi dilakukan melalui Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) merupakan upaya pengembangan sistem ujian nasional yang terdiri atas level ujian di institusi, wilayah dan nasional. Aspek pengembangan meliputi institusionalisasi, metoda ujian (CBT dan OSCE), serta pengembangan item bank yang difasilitasi melalui HPEQ Project. Pengembangan melalui HPEQ Project memerlukan implementasi di setiap institusi untuk menjamin keberlangsungan dan peningkatan kualitas terus menerus. Pengembangan sistem ujian nasional berbasis kompetensi, sehingga harus kongruen dengan Standard Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
TUJUAN 1. Mengevaluasi mekanisme pengembangan sistem ujian di institusi (evaluasi hasil belajar mahasiswa) apakah sudah berbasis kompetensi (SKDI). 2. Mengevaluasi dampak pengembangan UKDI oleh KB UKDI maupun melalui proyek HPEQ terhadap pengembangan sistem ujian di institusi dan wilayah.
MEKANISME SURVEY Survey dilakukan terhadap seluruh institusi pendidikan kedokteran, baik yang sudah meluluskan maupun belum. Survey dilakukan menggunakan self-administered questionnaire yang menanyakan secara tertutup dan terbuka. Pengisi kuesioner adalah Pembantu Dekan I atau staf yang ditunjuk oleh Dekan. Pengisi kuesioner diharapkan terlibat dalam proses terkait UKDI atau pengembangan sistem ujian di institusinya. 64
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Pada beberapa institusi akan ada surveyor yang membantu validasi pengisian kuesioner. Pada sebagian besar institusi yang lain kuesioner yang telah diisi dikirimkan kembali melalui email Validasi kuesioner akan dilakukan, dan bila kuesioner tidak diisi dengan lengkap dan valid maka kuesioner akan dikembalikan ke institusi yang mengisi sehingga dinyatakan valid.
HASIL SURVEY Terdapat 16 Institusi Pendidikan Dokter yang mengumpulkan jawaban atas kuesioner survey ini yang sama dengan responden survey pada bab 3. Tabel 5.1. Soal yang digunakan pada pembelajaran telah sesuai SKDI Seluruhnya Jumlah IPD
1 (6,2%)
Sebagian besar 12 (75%)
Undana
Sebagian kecil 3 (18.8%) Unpatti,UKDW & Unsyiah
Alasan: ada beberapa soal yang belum menggunakan vignette seperti soal praktikum belum semua pembuat soal memahami menyusun soal sesuai SKDI, tim review soal di tingkat blok belum aktif belum memiliki banyak bank soal, banyak dosen belum mengetahui SKDI dan pembuatan format UKDI hanya ada sedikit yang bersifat spesialistik dan terlalu kompleks untuk DU karena kadang-kadang ada sejawat yang memasukkan soal di luar SKDI padahal para dosen sudah diingatkan untuk membuat soal sesuai SKDI pengembangan soal diarahkan agar sesuai SKDI tapi masih memerlukan follow up dan penyempurnaan terus sebagian kecil yang tidak sesuai adalah materi tambahan kompetensi kekhususan FKUI seluruh dosen diwajibkan membuat soal sesuai SKDI soal MCQ menanyakan materi kuliah, pemeilihan topik kuliah dalam blok berdasarkan SKDI sulit menyesuaikan ujian akhir blok dengan SKDI karena tujuan pembelajaran blok lebih detil dari SKD tidak seluruh dosen bisa meratakan mind setnya
65
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 5.2. Metoda Ujian yang dilaksanakan pada institusi pada tahap sarjana Jumlah Institusi
%
15 3 4 3 6 7 14
93.8 18.8 25 18.8 37.5 43.8 87.5
MCQ tipe A MCQ True & False MCQ Sebab akibat MCQ kombinasi Modified Essay Question Essay OSCE
Jenis ujian lain yang digunakan pada tahap sarjana adalah : e-exam identifikasi OSPE, OSCA PAQ (Problem Analysis Question) Praktikum SOCA (Structured Oral Case Analysis) SOCA, identifikasi
Tabel 5.3. Metoda Ujian yang dilaksanakan pada institusi pada tahap profesi MCQ tipe A MCQ True & False MCQ Sebab akibat MCQ kombinasi Modified Essay Question Essay OSCE Mini C-Ex Long-case Ujian kasus DOPS Ujian lisan/oral exam OMLCE (Objective Modified Long Case Examination) SOCA (Structured Oral Case Analysis) CBD
Jumlah Institusi
%
8 15 1 1 3 9 13 13 9 3 2 3
50 93.8 6.2 6.2 18.8 56.2 81.2 81.2 56.2 18.8 12.5 18.8
1
6.25
2 1
12.5 6.25
Seluruh responden menyatakan bahwa kriteria kelulusan pada insitutsinya menggunakan nilai hasil akhir dan proses sekaligus.
66
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 5.4. Jumlah dosen yang telah terlatih mengenai ujian kompetensi
Jumlah dosen terlatih 0 1 2-5 6-10 11-15 16-20
Melalui pelatihan KB UKDI
Melalui pelatihan HPEQ Project 2010
Melalui pelatihan soal secara mandiri oleh institusi
banyaknya institusi
%
banyaknya institusi
%
banyaknya institusi
%
3* 2 4 4 1 2****
18.8 12.5 25 25 6.25 12.5
1** 3 11 0 0 1***
6.25 18.75 68.75 0 0 6.25
8 0 6 1 0 1***
50 0 37.5 6.25 0 6.25
Keterangan: * prodi Upalu, Universitas Kristen Dwi Wacana, Universitas Syiah Kuala ** FK Universitas Muhamadiyah Yogjakarta *** FK Unpad **** FK Unpad & UI
Tabel 5.5. Jumlah soal yang terkumpul pada pelatihan soal dari institusi yang bersangkutan
Melalui pelatihan KB UKDI
Melalui pelatihan HPEQ Project 2010
Melalui pelatihan soal secara mandiri oleh institusi
banyaknya institusi
%
banyaknya institusi
%
banyaknya institusi
%
4 0 5 4 0 2 1*
25 0 31.25 25 0 12.5 6.25
5 2 5 1 3** 0 0
31.25 12.5 31.25 6.25 18.75 0 0
8 3 3 2 *** 0 0 0
50 18.75 18.75 12.5 0 0 0
Jumlah soal terkumpul 0 1-49 50-100 101-200 201-300 301-400 500
Keterangan: *
FK Universitas Maranatha
** FK Unhas, FK USU, FK Unpad *** FK UI, FK Unpad Jenis pelatihan mandiri yang dilakukan institusi pada tiga tahun terakhir adalah: pelatihan Penulisan Soal pelatihan item development dan item analysis pelatihan pembuatan dan review soal koordinator dan sekretaris sistem pelatihan penulisan dan analisis SPJ dalam ujian modul (MEU FKUI) workshop pemantapan implementasi dan pengembangan evaluasi hasil belajar
67
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 5.6. Telah terbentuk Koordinator Ujian/Student Assessment di wilayah AIPKI-nya sudah
Wilayah 1 Unsyiah USU Wilayah 2 UI UKI Wilayah 3 Unpad Umalahayati UK Maranatha UKDW Wilayah 4 Unsoed Unisula UMY Wilayah 5 Unair Undana Wilayah 6 Unhas Unpatti UnPalu
belum
tidak tahu
1 1
1 1
1 1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
68
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 5.7. Dampak KB UKDI pada institusi pendidikan dokter
Pembentukan unit khusus pengelolaan sistim ujian di institusi
Pembuatan sistim review soal olehunit khusus pengembangan
sudah
sudah
Penggunaan vignette pada soal yang dibuat sudah sebasebaselugian gian ruhnya besar kecil
Pembuatan perangkat software dan administrasi item bank di institusi
Persiapan sarana dan prasarana dan SDM pelaksanaan CBT
Persiapan sarana dan prasarana dan SDM pelaksanaan OSCE
sudah
Sudah
sudah
1
1
Wilayah 1 Unsyiah
1
1
USU
1
1
1
1
1
1
1
Wilayah 2 UI UKI
1
1
1
1 1
Wilayah 3 Unpad
1
1
1
1
1
Umalahayati UK Maranatha
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
UKDW
1 1
1
Wilayah 4 Unsoed
1
1
Unisula
1
1
UMY
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
12
Wilayah 5 Unair Undana
Wilayah 6 Unhas
1
1
1
Unpatti
1
1
1
10
11
UnAlkhairat
1 1
10
1
1
5
6
1
69
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
ANALISIS HASIL SURVEY Penggunaan soal yang sesuai dengan SKDI Seluruh institusi pendidikan dokter yang disurvey sejumlah 16 institusi telah menggunakan soal sesuai dengan SKDI dengan perbandingan; satu institusi (6,2%) yang seluruh soalnya telah sesuai dengan SKDI, 12 institusi (75%) sebagian besar soalnya sudah sesuai dengan SKDI, dan tiga institusi (18,8%) yang baru sebagian kecil menggunakan soal yang sudah sesuai dengan SKDI. Beberapa alasan institusi mengapa belum menggunakan soal yang sudah sesuai dengan SKDI antara lain karena belum semua pembuat soal memahami menyusun soal sesuai dengan SKDI dan pembuatan format UKDI, belum adanya bank soal, serta sulitnya menyesuaikan ujian akhir blok dengan SKDI karena tujuan pembelajaran blok lebih detil dari SKDI.
Metoda ujian yang dilaksanakan institusi pada tahap sarjana Sebanyak 15 dari 16 (93,8%) institusi pada tahap sarjana telah menggunakan MCQ tipe A sebagai metode ujian. Selain itu metode OSCE juga telah diterapkan pada 14 dari 16 (87,5%) institusi. Metode MCQ true&false,sebab akibat, MCQ kombinasi, dan essay masih digunakan oleh beberapa institusi sebagai metoda ujian walaupun sebenarnya jenis soal ini sudah tidak boleh lagi digunakan. Jenis metoda ujian lain yang digunakan pada tahap sarjana antara lain: praktikum, PAQ (problem analysis question), dan SOCA (structured oral case analysis).
Metoda ujian yang dilaksanakan institusi pada tahap profesi Pada tahap profesi, jenis metoda ujian yang paling banyak digunakan adalah MCQ true false (15 dari 16 institusi, 93,8%), OSCE dan Mini CEx (13 dari 16 institusi, 81,2%), essay (9 dari 16 institusi, 56,2%) serta MCQ tipe A (8 dari 16 institusi, 50%). Seluruh responden menyatakan bahwa criteria kelulusan pada institusinya menggunakan nilai hasil akhir dan proses sekaligus.
Jumlah dosen yang telah terlatih mengenai ujian kompetensi Dosen yang telah terlatih mengenai uji kompetensi baik melalui pelatihan KB UKDI, pelatihan HPEQ Project, maupun pelatihan mandiri, jumlahnya beragam.Melalui pelatihan KB UKDI, FK Unpad dan FKUI memiliki jumlah dosen terlatih yang paling banyak (16-20 orang dosen) sedangkan terdapat 3 institusi yang tidak mengikuti pelatihan ini yaitu Unisa, UKDW, dan Unsyiah . Melalui pelatihan HPEQ project 2010, Unpad menyumbangkan dosen terlatih mengenai UKDI terbanyak (16-20 orang dosen), sedangkan terdapat satu institusi yang tidak mengikuti pelatihan ini yaitu FK UMY. Terdapat 8 institusi yang tidak melakukan pelatihan soal secara mandiri oleh institusi, sedangkan Unpad menghasil 16-20 dosen melalui pelatihan mandiri soal.
Jumlah soal yang terkumpul pada pelatihan soal dari institusi yang bersangkutan Jumlah soal yang terkumpul saat pelatihan soal terbanyak dihasilkan oleh FK Universitas Maranatha melalui pelatihan KB UKDI sebanyak 500 soal; FK Unhas, FK USU, dan FK Unpad melalui pelatihan HPEQ Project 70
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
2010 sebanyak masing-masing 201-300; dan FKUI dan FK Unpad melalui pelatihan soal secara mandiri sebanyak 101-200 soal. Sayangnya definisi operasional terkumpulnya soal disini masih belum jelas, apakah total soal yang dibawa oleh masing-masing institusi atau jumlah soal yang ter-review. Adapun jenis pelatihan mandiri yang dilakukan institusi pada tiga tahun terakhir antara lain: pelatihan penulisan soal, pelatihan item development dan item analysis, pelatihan pembuatan dan review soal koordinator dan sekretaris sistem, pelatihan penulisan dan analisis SPJ dalam ujian modul, dan workshop pemantapan implementasi dan pengembangan evaluasi hasil belajar.
Pengetahuan mengenai koordinator ujian/ student assessment di wilayah AIPKI-nya Banyak institusi yang masih belum mengetahui mengenai koordinator ujian/ student assessment di wilayah AIPKI nya. Hal ini menunjukkan masih kurangnya komunikasi dan koordinasi antara AIPKI wilayah dengan masing-masing institusi mengenai ujian/ student assessment. Hal ini tentunya perlu diperbaiki mengingat pentingnya peran koordinator ujian ini dalam pengembangan sistem ujian berbasis kompetensi.
Dampak KB UKDI pada institusi pendidikan dokter Keberadaan KB UKDI memberikan banyak dampak pada sistem ujian di institusi pendidikan dokter. Sepuluh dari total 16 institusi (62,5%) yang telah disurvey menyatakan bahwa pada institusinya telah terbentuk unit khusus pengelolaan sistim ujian. Selain itu 11 dari 16 institusi (68,75%) juga telah membuat sistem review soal oleh unit khusus pengembangan. Seluruh institusi yang disurvey telah menggunakan vignette pada soal yang dibuat hanya saja masih ada 5 institusi (31,25%) yang baru sebagian kecil soalnya menggunakan vignette. Terdapat 6 institusi (37,5%) yang sudah membuat perangkat software dan administrasi item bank. Sebagian besar institusi yang telah melakukan persiapan sarana dan prasarana serta SDM dalam pelaksanaan CBT (10 dari 16 institusi, 62,5%), serta telah mempersiapkan sarana dan prasarana serta SDM dalam pelaksanaan OSCE (12 dari 16 institusi, 75%).
71
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
REFLEKSI Teknis pelaksanaan survey Teknis pelaksanaan survey dengan metode kunjungan ke institusi tidak mengalami kendala, sedangkan dengan metode pengiriman ke institusi mendapatkan respons yang sangat minim. Oleh karena itu, bila dianggap bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat sehingga harus dilakukan pengumpulan data ulang, maka perlu dilakukan dengan metode yang lebih memungkinkan untuk mendapatkan respon yang lebih baik, misalnya dengan memberikan kuesioner pada staf MEU yang datang pada pertemuan AIPKI.
Substansi Hasil Survey Beberapa item dalam hasil survey perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya pada jenis metoda ujian yang digunakan baik pada tahap sarjana maupun pada tahap profesi. Metoda yang dianjurkan adalah MCQ tipe A dan R serta OSCE, oleh karena itu institusi yang masih menggunakan metoda lain sudah seharusnya menyesuaikan metoda ujian sehingga pada akhirnya mahasiswa diharapkan sudah terbiasa dengan jenis soal yang digunakan pada UKDI. Selain itu, masih diperlukan maksimalisasi dan peran aktif dari masingmasing institusi untuk menambah jumlah dosen terlatih mengenai ujian kompetensi dan juga dalam pengumpulan soal. Komunikasi dan koordinasi antara AIPKI wilayah dan institusi di dalamnya harus diperbaiki.
Lesson learned Beberapa istilah pada kuesioner membutuhkan definisi operasional sehingga tidak terjadi misunderstanding dalam mengintepretasikan beberapa item pertanyaan dalam kuesioner.
Rencana Tindak Lanjut Rencana Sosialiasi Hasil Pre-lIminary Survey: pada acara SEARAME di Jakarta 19-22 November 2010
Rekomendasi Rekomendasi improvement untuk pelaksanaan survey selanjutnya adalah dengan memperbaiki beberapa item dalam kuesioner sehingga menjadi lebih jelas atau dapat dilakukan dengan pembuatan definisi operasional mengenai istilah yang membingungkan. Disamping itu akan lebih baik bila pelaksanaan pengisian survey dilakukan dalam suatu kesempatan Pertemuan Nasional seperti SEARAME yang akan datang, dimana umumnya juga dihadiri oleh staf MEU dari seluruh institusi, sehingga akan lebih hemat. Rekomendasi untuk kebijakan Dikti, Kemkes, dan stakeholder lain berbasis hasil preliminary survey. Hasil preliminari survey sudah dapat mendeteksi beberapa permasalahan, sehingga diperlukan koordinasi dan peran aktif dari masing-masing institusi untuk menyesuaikan diri dalam pembuatan soal sesuai dengan SKDI sehingga mahasiswa bisa lebih siap dalam menghadapi UKDI yang pada akhirnya diharapkan angka keberhasilan first-taker UKDI dapat meningkat.
72
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 6. Survey Professional Behavior Dokter Layanan Primer
LATAR BELAKANG Implementasi standar kompetensi dokter sebagai salah satu acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dokter di Indonesia yang telah ditetapkan oleh konsil kedokteran Indonesia pada tahun 2006 sudah hampir 5 tahun berjalan. Setelah 5 tahun implementasi standar kompetensi dokter dalam kurikulum berbasis kompetensi perlu dilakukan evaluasi dan review terhadap standar kompetensi dokter tersebut dan implementasinya. Hasil data penelitian yang sudah ada dari Dikti dan proyek HWS menjadi bahan pertimbangan evaluasi standar kompetensi dokter. Revisi standar kompetensi dokter yang dilakukan olah pokja AIPKI difokuskan pada masalah atau data yang belum ada untuk melengkapi dan menyempurnakan standar kompetensi dokter tersebut. Pokja AIPKI terdiri dari 3 tim yaitu tim yang mengevaluasi keterampilan klinis, tim professional behavior dan tim validasi kompetensi dan implementasi standar kompetensi dokter. Professional behavior merupakan behavior yang dapat diamati dari seorang dokter dalam menangani masalah kesehatan pasien yang mencerminkan nilai-nilai profesional yang dapat meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter. Dalam pengertian professional behavior tersebut terdapat unsur-unsur standar, nilai dan profesional. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat professional behavior dengan area 7 standar kompetensi dokter yaitu etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien. Mengingat profesionalisme dan professional behavior ini menjadi salah satu aspek penting dalam standar kompetensi dokter, maka hal ini perlu dikembangkan dalam arti perlu diajarkan dan dinilai secara formal dan eksplisit dalam kurikulum pendidikan dokter. Menyikapi hal ini, maka institusi kedokteran perlu menyesuaikan atau merevisi kurikulumnya agar lebih menekankan pada pentingnya profesionalisme ini (Whitcomb, 2007) karena pendidikan dokter di masa lampau dengan metode konvensional lebih bersifat teacher centered dan discipline based. Pada metode konvensional, profesionalisme dan perilaku belum diajarkan secara eksplisit dan terintegrasi dengan ilmu-ilmu kedokteran. Kondisi perkembangan pengajaran dan penilaian professional behavior pada institusi kedokteran di Indonesia relatif masih muda atau belum panjang. Ditetapkannya standar kompetensi dokter dan standar pendidikan profesi dokter oleh Konsil Kedokteran Indonesia atau KKI pada tahun 2006 menjadi landasan penting untuk mengembangkan isu profesionalisme khususnya area 1, 6 dan 7. Pengajaran etik dan bioetik yang berkaitan dengan area 7 standar kompetensi dokter pada institusi kedokteran di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum ditetapkannya standar kompetensi dokter ini. Pengajaran yang dilakukan sebagian besar masih bersifat konvensional atau departement based. Profesionalisme dan isu etik menjadi penting dan dominan bagi institusi kedokteran agar menghasilkan lulusan yang kompeten dalam afektif atau
73
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
professional behavior untuk melengkapi kompetensi kognitif dan psikomotor sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Hays, 2006). Dalam praktik penyelenggaraan dokter yang baik disebutkan bahwa dewasa ini kejadian tuntutan hukum oleh masyarakat terhadap dokter praktik semakin meningkat. Praktik kedokteran tidak sekedar hubungan dokter dan pasien tetapi juga mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan standar profesi. Etik dan moral yang menjadi inti penyelengaran pelayanan kesehatan perlu mendapatkan perhatian untuk mengantisipasi hal tersebut di atas. Menurut Castellani (2006) Profesi dokter dan bidang pekerjaannya ditinjau dari aspek sosial ternyata sangat kompleks. Studi terakhir tentang teori kompleksitas sosial yang berkaitan dengan profesionalisme dokter salah satu hasilnya menunjukkan adanya 7 kelompok atau kluster profesi dokter. Tujuh kluster tersebut muncul sebagai respon langsung terhadap kekuatan desentralisasi organisasi kedokteran yang berkembang 2 dekade terakhir. Adapun 7 kluster tersebut yaitu nostalgic professionalism and the ruling class, academic professionalism, entrepreneurial professionalism, lifesyle professionalism, empirical professionalism, unreflective professionalism, dan activist professionalism. Masing-masing kluster mempunyai prioritas terhadap 10 aspek profesionalisme dokter yang meliputi autonomy, altruism, interpersonal competence, personal morality, professional dominance, technical competence, social contract, social justice, lifestyle, dan commercialisme. Sepuluh aspek profesionalisme tersebut dalam masing-masing kluster mempunyai penekanan atau prioritas yang berbeda-beda.
Berkembangnya 7 kluster bidang profesi dokter ini tentunya membawa implikasi kepada teaching dan evaluation profesionalisme pendidikan dokter termasuk kurikulum, literatur, dosen dan mahasiswa serta residen. Pendidikan perlu melakukan rekonseptualisasi dan peninjauan kembali instrumen penilaian profesionalisme sesuai 7 kluster tersebut. Dosen, mahasiswa dan residen juga perlu terlibat langsung secara eksplisit dalam proses yang terkait dengan kompleksitas profesionalisme ini. Kuliah, kursus dan seminar perlu memberikan data tentang kompleksitas profesi dokter ini khususnya commersialism. Sejak awal pendidikan pada tahun pertama mahasiswa perlu dikenalkan terhadap 7 kelompok atau kluster bidang profesi dokter ini dan difasilitasi untuk mengidentifikasi bidang interest mereka. Data mengenai profesionalisme dokter praktik umum atau dokter layanan primer di Indonesia sejauh ini belum ada. Tim professional behavior dalam pokja AIPKI malakukan survey (pendekatan kuantitatif) untuk mendapatkan gambaran tentang profesionalisme dan professional behavior dokter layanan primer dan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) sebagai pendekatan kualitatif untuk membahas komponen atau atribut (PB) dokter layanan primer yang sesuai dengan kondisi di Indonesia (local wisdom) dan pendekatannya yang perlu diajarkan dalam pendidikan dokter.
74
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
TUJUAN Tujuan survey professional behavior dokter layanan primer yaitu: 1. untuk mengetahui sejauh mana implementasi professional behavior pada dokter layanan primer. 2. untuk mendapatkan masukan tentang perilaku (PB) yang diharapkan dokter layanan primer dari pengguna (pasien), atasan, sejawat dan mitra .
EXPECTED OUTPUT & OUTCOME Dari survey PB ini diharapkan dapat memberikan masukan substansial berupa data empiris tentang PB dokter layanan primer sehingga dapat memberikan masukan apabila ada kelemahan untuk perbaikan standar kompetensi dokter yang perlu diajarkan dalam pendidikan dokter Indonesia.
METODE SURVEY Survey tentang professional behavior (PB) dokter layanan primer ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner tertutup dengan kombinasi dengan beberapa pertanyaan terbuka. Penentuan besar sampel, lokasi penelitian ditentukan secara purposive disesuaikan dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia. Survey PB dilakukan bersama-sama dengan survey kegiatan lain dari pokja AIPKI. Lokasi survey ditentukan 6 lokasi dengan pertimbangan variasi wilayah dokter bekerja yaitu Medan, Lampung, Jakarta, Purwokerto, Kupang dan Ambon. Besar sample yaitu dokter yang dinilai sejumlah 24 orang dari 6 lokasi tersebut. Empat dokter yang dinilai masing-masing lokasi diambil dari Puskesmas, Rumah Sakit tipe C, Perusahaan dan institusi kedokteran. Masa kerja dokter yang dinilai minimal 2 tahun. Setiap dokter akan dinilai oleh 6 responden yang terdiri dari 3 pasien, 1 atasan dan 2 sejawat dan atau para medis. Responden pasien adalah dewasa, bervariasi antara pasien rawat jalan dan rawat inap. Responden atasan dan sejawat atau mitra ditentukan yang sudah berinteraksi dengan dokter yang dinilai minimal 1 tahun. Jalannya penelitian, dokter yang dinilai dan para responden diminta kesediaannya terlebih dahulu keterlibatannya dalam penelitian ini dengan mengisi inform consent. Para reponden diminta mengisi kuesioner tertutup sebanyak 23 item (pasien) dan 21 item (atasan) dan 20 item (sejawat dan mitra). Pertanyaan terbuka disampaikan langsung oleh surveyor sebagai klarifikasi dan mendapatkan masukan tentang perilaku yang diharapkan (PB) dokter layanan primer.
75
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
INSTRUMEN SURVEY Instrument survey tentang professional behavior (PB) dokter layanan primer ini dikembangkan berdasarkan literature review baik mengenai dasar teoritis maupun penelitian serupa yang sudah dilakukan. Kuesioner tertutup dengan 2 pilihan ya dan tidak ditujukan kepada responden pasien, sedangkan kuesioner tertutup dengan 4 skala Lickert ditujukan kepada responden atasan, sejawat dan mitra. Kuesioner tertutup juga dilengkapi dengan beberapa pertanyaan terbuka untuk mendapatkan masukan tentang PB dokter layanan primer. Pengembangan item kuesioner divalidasi dengan review oleh expert dan stake holder pada waktu workshop stake holder. Validasi juga dilakukan dengan cara peer evaluation dengan pokja dan para surveyor
TIMELINE PELAKSANAAN SURVEY BULAN/ TAHUN 2010 KEGIATAN
Agustus
September
Oktober
November
Penyusunan TOR dan pengembangan instrumen survey Review instrumen survey Pelatihan Surveyor review instrumen
&
Pelatihan Surveyor Survey PB di lapangan Analisis data penyusunan laporan
dan
Sosialisasi hasil survey
ASSIGNMENT SURVEY Tugas bagi para surveyor (6 orang) adalah mengikuti pelatihan surveyor yang dilakukan sebanyak 2x sebagai bekal pelaksanaan survey. Melakukan survey PB dokter layanan primer pada lokasi penelitian. Satu orang surveyor PB mendatangi instansi yaitu Institusi kedokteran, Puskesmas, Rumah Sakit tipe C, dan Perusahaan. Surveyor minta kesediaan dokter yang akan dinilai dan para responden dengan memberi inform consent untuk terlibat dalam survey PB. Surveyor mengumpulkan kembali berkas survey dan inform consent kepada koordinator survey untuk selanjutnya dilakukan analisis data hasil survey.
76
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
UJI VALIDASI DAN VERIFIKASI DATA Validasi instrumen kuesioner dilakukan dengan cara review oleh expert dan stake holder serta peer review oleh pokja AIPKI dan para surveyor. Verifikasi data hasil survey dilakukan dengan cara membandingkan dan menganalisis antara data dari kuesioner tertutup dan terbuka yang ditanyakan langsung oleh para surveyor kepada responden.
HASIL SURVEY Survey tentang Professional Behavior (PB) dokter layanan primer ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dengan Focus Group Discussion (FGD) dilakukan kemudian.Kuesioner tentang PB dengan 2 pilihan ya dan tidak diberikan kepada responden pasien. Kuesioner dengan 4 skala Lickert diberikan kepada responden atasan dan sejawat serta mitra. Kepada semua responden juga diberikan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan masukan komponen atau atribut PB bagi dokter layanan primer. Sebagai gambaran responden pasien, rata-rata usia pasien adalah 37,33 tahun dengan rentang usia pasien 27 – 67 tahun. Jenis kelamin, pasien laki-laki 31 (41,3%) dan perempuan 44 (58,7%). Jenis pelayanan rawat inap 10 (13,3%) dan rawat jalan 65 (86,7 %). Pendidikan pasien sebagian besar rendah dan menengah 46 (61,4%). Sedangkan untuk atasan dokter yang dinilai adalah dokter atasan langsung atau koordinator tempat dokter bekerja. Dokter layanan primer yang dinilai mempunyai lama kerja rata-rata 9 tahun dengan rentang minimal 2 tahun dan paling lama 23 tahun. Sejawat atau mitra diambilkan dari sesama dokter dan bidan atau perawat yang bekerja sama dengan dokter yang dinilai selama kurun waktu minimal 1 tahun. Adapun hasil penilaian pasien terhadap dokter layanan primer dapat dilihat pada tabel 1, sedangkan hasil penilaian atasan, sejawat dan mitra pada tabel 2.
Tabel 6.1. Hasil Penilaian Pasien terhadap Dokter Layanan Primer pada 6 Lokasi Survey
NO 1
ITEM PENILAIAN Apakah dokter menjelaskan penyakit sesuai kondisi sebenarnya dan tidak berlebihan? Honesty
Jumlah responden pasien menjawab ya 97,3 % (73)
2
Apakah dokter menyampaikan perkiraan besar biaya yang dibutuhkan sebelum dilakukan tindakan atau prosedur medik (pemeriksaan dan pengobatan)? Responsibility
3
Apakah dalam menarik imbalan jasa, dokter mempertimbangkan kemampuan anda?
24 % (18) ** 43,1%* (31)
4
5
6
7
8
Apakah anda merasa dokter menghormati hak anda sebagai pasien secara adil dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, status sosial, dan status pendidikan. respect/justice
94,7%
Apakah dokter memberikan kesempatan anda sebagai pasien menyampaikan pendapat atau keputusan yang berhubungan dengan penyakit anda? Respect/trust
98,6%
(71)
(73)
Apakah dokter meminta persetujuan anda terlebih dahulu sebelum sesuatu tindakan dilakukan? Inform consent
88%
Apakah dokter menjelaskan alternatif pengobatan dan kemungkinan keberhasilan dari masingmasing alternatif tersebut kepada anda sebelum sesuatu tindakan dilakukan? Responsibility
66,7%
Bila dokter memberikan pilihan terapi apakah menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masingmasing pilihan tersebut? Responsibility
70,3%
(66)
(50)
(52)
77
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18.
19
20
21
Apakah anda diberikan kesempatan untuk menentukan pilihan anda atas tawaran terapi yang ditawarkan? Respect/trust
68,9%
Apabila anda merasa ragu-ragu akan penyakit (diagnosis) yang dikatakan atau pengobatan yang ditawarkan dokter, apakah dokter menawarkan anda untuk memperoleh pendapat dokter/ahli lain? Respect
65,8%
Apakah dokter mendukung anda, ketika anda mengatakan akan mencari alternatif pendapat ? respect
67,6%
Apakah menurut anda, dokter menunjukkan sikap ramah, santun dan memperhatikan keluhan dan masalah anda dengan sepenuh hati? Respect/empathy
100%
Apakah anda mendapatkan informasi tentang penyakit anda, petunjuk pengobatan dan nasihat dengan jelas? Responsibility
97,3%
Apakah dokter memberikan kesempatan yang cukup kepada anda untuk bertanya tentang penyakit dan pengobatan dan anda merasa puas dengan semua informasi atau penjelasan yang diberikan dokter? Respect
93,3%
Apakah selama berkomunikasi, dokter selalu berada dihadapan anda atau kontak mata dengan anda? empathy
91,9%
Apakah dokter memperhatikan masalah anda dan tidak hanya fokus pada penyakit yang anda alami dengan menanyakan perasaan anda atau hal lain yang mempengaruhi penyakit anda? Caring
78,7%
Apakah menurut anda dalam menjalankan tugas sebagai dokter menunjukkan sikap disiplin dalam waktu dan selalu memenuhi janji yang sudah disampaikan sebelumnya? Commitment/responsibility
79,7%
Apakah menurut anda, dokter menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang yang cukup serta percaya diri dalam menjalankan tugas/pekerjaannya? Competence
94,7%
Apakah dalam menjalankan tugasnya sebagai dokter selalu mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi? Altruism
90,4%
Apakah anda merasa puas dengan keputusan atau tindakan yang dilakukan oleh dokter terkait dengan penyakit anda?
90,7%
Apakah anda merasa diperlakukan sama dengan pasien lain oleh dokter? Justice
93,3%
(51)
(48)
(46)
(75)
(73)
(70)
(70)
(59)
(59)
(71)
(66)
(72)
(70) 22
Apakah dokter menunjukkan iba kepada anda? compassion
93,3% (70)
23
Apakah dokter dapat dihubungi, ketika anda perlukan? Commitment/responsibility
70,4% (50)
Hasil survey penilaian PB terhadap 24 orang dokter layanan primer (Puskesmas, RS Tipe C, Perusahaan dan Institusi Kedokteran) oleh responden (pasien) pada 6 lokasi menunjukkan hasil yang baik. Dari kuesioner tertutup menunjukkan rata-rata pasien menjawab ya terhadap semua pertanyaan sebesar pasien adalah 60 (80,2%). Pertanyaan yang dijawab ya oleh sedikit pasien adalah apakah dokter mempertimbangkan kemampuan pasien dalam menarik imbalan jasa 43,1% (31)* dan apakah dokter menginformasikan masalah pembiayaan sebelum dilakukan tindakan atau prosedur medik 24 % (18) **. Selain itu, pasien secara langsung memberikan masukan terhadap perilaku dokter di Indonesia yaitu mendahulukan kepentingan pasien, pembiayaan mempertimbangkan kemampuan/ekonomi (miskin), tidak membedakan status sosial, meningkatkan kompetensi (komunikatif, terampil, cermat), sabar, dan ikhlas.
78
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 6.2. Hasil Penilaian Atasan dan Sejawat serta Mitra terhadap Dokter Layanan Primer pada 6 Lokasi Survey
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
ITEM PENILAIAN
Dokter mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan dan pengobatan sesuai data sesungguhnya. Honesty Dokter melakukan tindakan medik sesuai standar medik yang berlaku dan tidak terpengaruh oleh pengaruh luar (hadiah/kompensasi). Accountability Dokter menunjukkan kerja sama yang baik dalam tim. Teamwork Dokter menghormati teman sejawat dan profesi kesehatan lain sesuai peran dan tugasnya dalam tim. Respect Dokter menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik. Leadership Dalam menjalankan tugasnya dokter selalu berdasar pada kode etik, prosedur atau standar medik yang berlaku. Accountability Dokter berupaya melindungi rahasia pasien dalam menjalankan tugasnya. Confidentiality Dokter menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap tugas tanggung jawabnya. Commitment Semua tugas yang dilakukan dokter dapat dipertanggung jawabkan terhadap publik (Responden : Atasan). Responsibility Dokter aktif mengikuti pelatihan atau pendidikan sesuai tuntutan dan kebutuhan tugasnya. Excellence and Scholarship Dokter menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang yang cukup serta percaya diri dalam menjalankan tugas/pekerjaannya. Competence Selama bekerja dokter tidak pernah melakukan pelanggaran (medik, sosial, etika, hukum, dll). Dalam menjalankan tugas/pekerjaannya dokter selalu mendahulukan kepentingan orang lain (bersama) daripada kepentingan pribadi. Altruism Dokter mampu mengambil tindakan yang bermanfaat dalam menghadapi masalah. Decision making Dokter selalu berupaya menghindari tindakan yang merugikan orang lain. Competence Dokter siap menjalankan tugas dengan ikhlas.
18
Dokter dalam menjalankan tugas kewajiban selalu memberikan contoh yang baik (role model) Dokter adil dalam menghadapi konflik pelayanan kesehatan. Justice
19
Dokter jujur dalam menjalankan tugasnya. Honesty
20
Dokter menunjukkan rasa belas kasihan dan empati kepada pasien. Compassion/empathy
21
Dokter menghormati pasien dan keluarganya. Respect
Jumlah responden sejawat dan Mitra menyatakan setuju 98% (48) 98% (48) 93,9% (46) 95,6% (47) 87,8%*
Jumlah responden atasan menyatakan setuju
95,9% (47) 95,9% (47) 89,8% (44) 91,8% (45) 95,9% (47) 95,9% (47) 95,9% (47) 95,9% (47) 95,9% (47) 95,9% (47) 100% (49)
100% ( 25) 100% (25) 100% (25) 100% (25) 92%* (23) 100% (25) 100% (25) 92% (23) 100% (25) 92% (23) 100% (25) 96% (24) 100% (25) 100% (25) 100% (25) 100% (25) 92% (23) 100% (25) 92% (23) 100% (25)
93,9% (46)
96% (24)
95,9% (47) 98% (48) 93,9% (46)
Hasil survey penilaian PB terhadap 24 orang dokter layanan primer (Puskesmas, RS Tipe C, Perusahaan dan Institusi Kedokteran) oleh responden (atasan, sejawat dan mitra) pada 6 lokasi menunjukkan hasil yang baik pula. Dari kuesioner tertutup menunjukkan rata-rata penilaian terhadap dokter oleh atasan 24 (97,7%), sejawat serta mitra 47 (95,2%). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh para responden dalam pertanyaan terbuka bahwa secara umum PB dokter layanan primer pada 6 lokasi survey adalah baik.
79
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Secara langsung atasan dokter memberikan masukan untuk dokter Indonesia yaitu disiplin waktu, selalu mengupdate ilmu, perlu tambahan materi profesionalisme, perilaku, budi pekerti, etika dan moral. Sedangkan sejawat dokter dan mitra memberikan masukan tentang perilaku dokter Indonesia yaitu peningkatan perilaku, budi pekerti, karakter, etika, mengendalikan emosi, agama
ANALISIS HASIL SURVEY Data hasil survey PB dengan metode kuantitatif dianalisis menggunakan statistic deskriptif (SPSS).
Identifikasi dan Analisis Permasalahan yang Terjadi Hasil survey penilaian PB 24 dokter layanan primer (Puskesmas, RS Tipe C, Perusahaan dan Institusi Kedokteran) oleh responden (pasien, atasan, sejawat dan mitra) pada 6 lokasi menunjukkan hasil yang baik, hal ini ditunjukkan dengan 80,2% pasien yang menyatakan setuju terhadap semua item pertanyaan, 95,2% sejawat dan mitra, 97,7% atasan menyatakan setuju terhadap semua item pertanyaan. Hal ini dapat dapat disebabkan oleh pasien yang menilai dokter sebagian besar dari rawat jalan, sehingga ada keterbatasan kontak dokter pasien yang dapat berpengaruh pada bias penilaian. Ada beberapa catatan dari total 75 responden pasien tentang PB dokter yang menunjukkan nilai paling rendah yaitu apakah dokter mempertimbangkan kemampuan pasien dalam menarik imbalan jasa 43,1% (31) dan apakah dokter menginformasikan masalah pembiayaan sebelum dilakukan tindakan atau prosedur medik 24 % (18) pasien menyatakan. Masalah pembiayaan mungkin tidak menjadi perhatian bagi dokter mengingat sebagian besar pasien pada survey ini adalah rawat jalan (86,7%). Dengan asumsi untuk rawat jalan baik di RS atau Puskesmas atau Klinik Perusahaan biaya pengobatan atau jasa sudah jelas. Dari responden atasan dan sejawat atau mitra meskipun menunjukkan hasil yang baik, ada satu hal yang sama tentang PB dokter layanan primer dengan nilai terendah yaitu dokter menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik atau leadership. Kelemahan dalam hal kepemimpinan ini disebabkan oleh dokter rata-rata mempunyai lama kerja lebih dari 9 tahun dan tidak mendapatkan kesempatan berlatih atau mengembangkan kemampuan leadership selama proses pendidikan. Dari pertanyaan terbuka yang diberikan kepada responden maka ada beberapa masukan tentang PB dokter layanan primer dari pasien yaitu bahwa pasien mengharapkan dokter mendahulukan kepentingan pasien, pembiayaan mempertimbangkan kemampuan/ekonomi (miskin), tidak membedakan status sosial, meningkatkan kompetensi (komunikatif, terampil, cermat, dll); sabar, ikhlas. Dari responden atasan didapatkan masukan agar dokter disiplin waktu, selalu mengupdate ilmu (penambahan item pertanyaan untuk cek), perlu tambahan materi profesionalisme, perilaku, budi pekerti, etika dan moral. Dari responden sejawat dan mitra didapatkan masukan agar dokter meningkatkan atau memperbaiki perilaku, budi pekerti, karakter, etika, mengendalikan emosi, agama. Masukan terbuka dari atasan, sejawat dan mitra yang menunjukkan kemiripan ini mempunyai arti perlunya perbaikan dalam proses pendidikan dokter untuk menambahkan dan memperjelas pendidikan perilaku, budi pekerti, etika, moral dll. Sesuai masukan pasien
80
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
yang kebanyakan dari kalangan pendidikan rendah dan menengah perlunya pengembangan sifat sabar dan ikhlas menarik untuk diperhatikan dan dapat diwujudkan dalam proses pendidikan.
Identifikasi Temuan – Temuan (terutama Institusi yang bermasalah, berbasis evidence selama survey) Masalah penyampaian biaya pengobatan/tindakan medis dan jasa dokter serta dokter memperhitungkan kemampuan pasien dalam pembiayaan merupakan perilaku dokter yang mendapat penilaian paling rendah oleh pasien. Leadership dokter layanan primer merupakan PB yang paling rendah penilaiannya di mata responden atasan , sejawat dan mitra. Pasien mengharapkan dokter layanan primer lebih memperhatikan kelompok miskin tidak membedakan status sosial, sabar dan ikhlas. Atasan, sejawat serta mitra mengaharapkan dokter layanan primer lebih disiplin waktu, mengupdate ilmu dan dalam pendidikan dokter perlu ditingkatkan pembelajaran perilaku, budi pekerti, moral, etik dan agama.
REFLEKSI Teknis pelaksanaan survey Survey berjalan lancar 1 surveyor untuk survey professional behavior (PB) 4 dokter layanan primer dari 4 instansi masing-masing dengan 6 responden dapat diselesaikan dalam waktu 2 sd 3 hari. Surveyor kesulitan mendapatkan pasien rawat inap (13%) yang di rawat oleh dokter layanan primer sehingga jumlah responden pasien lebih banyak dari rawat jalan (87%).
Substansi Hasil Survey Pengembangan item kuesioner perlu penyempurnaan dibedakan antara pertanyaan untuk atasan dan bawahan atau sejawat. Untuk menilai PB dokter sebagai pendidik (dosen) perlu pengembangan item penilaian khusus. Perlu tambahan item pertanyaan untuk menilai/validasi elemen PB tertentu (dokter mengikuti pelatihan/kursus). Elemen atau atribut PB yang dinilai banyak pada salah satu atribut (respect dan responsibility). 1 atribut atau elemen PB dapat dinilai dengan beberapa item dengan konsekuensi jumlah item semakin banyak dan hal ini dapat menimbulkan resiko kelelahan atau kebosanan responden yang berakibat bias.
81
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Lesson Learned Untuk survey professional behavior (PB) dokter layanan primer ini masih terbatas jumlah sampel dokter yang dinilai yaitu 24 orang, sehingga hasil tidak dapat digeneralisir. Namun demikian metode penilaian terhadap dokter layanan primer oleh pasien, atasan dan sejawat atau mitra (360º) menjadi nilai tambah dari penelitian ini. Secara umum dokter layanan primer pada lokasi penelitian menunjukkan PB yang baik di mata responden (pasien, atasan, sejawat dan mitra), namun ada catatan khusus dari para responden yang dapat memberikan kontribusi pada perbaikan proses pendidikan dokter antara lain menginformasikan pembiayaan kepada pasien sebelum tindakan medis, mempertimbangkan kemampuan pasien dalam menarik imbalan jasa, kemampuan kepemimpinan atau leadership, disiplin waktu, memperhatikan pasien kelompok miskin, tidak membedakan status sosial pasien, lebih sabar dan ikhlas serta penambahan materi perilaku, moral, etik dan profesionalisme.
Rencana Tindak Lanjut Sosialisasi hasil pre-iliminary survey PB dokter layanan primer ini direncanakan pada waktu Searame 20 sd 23 November 2010 dihadapan para dekan institusi kedokteran seluruh Indonesia.
Rekomendasi Rekomendasi improvement untuk pelaksanaan survey selanjutnya -
Jumlah sampel dokter yang dinilai ditambah
-
Mengingat kesulitan mendapatkan responden pasien rawat inap, maka dokter yang dinilai tidak hanya dokter layanan primer
-
Kriteria inklusi responden pasien (rawat inap dan rawat jalan dengan kriteria tertentu) dan feasibilitas di lapangan perlu ditekankan untuk menjamin pasien kontak lebih lama dengan dokter sehingga bias penilaian dapat diminimalisir.
-
Perbaikan dan penyempurnaan item pertanyaan dalam kuesioner sesuai tujuan dan karakteristik responden yang menilai dokter
82
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Rekomendasi untuk kebijakan Dikti, Kemkes, dan stakeholder lain berbasis hasil preliminary survey - Dalam standar kompetensi dokter perlu ditambahkan kompetensi dalam domain professional behavior (PB) dokter Indonesia secara jelas. - Perlunya memperjelas pembelajaran perilaku, budi pekerti, moral, etika, disiplin waktu dalam proses pendidikan dokter dan mengembangkan karakter yang mendukung profesi dokter yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. - Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih dan mengembangkan perilaku profesional sebagai dokter dalam setiap aktivitas pembelajaran. Perlu regulasi yang lebih baik terhadap pelayanan kesehatan pasien kelompok kurang mampu (miskin).
83
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 7. Survey mengenai Standar Pendidikan Dokter
PENDAHULUAN Standar Pendidikan Profesi Dokter (SPPD) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 merupakan standar minimal yang harus dipenuhi oleh institusi pendidikan kedokteran dalam menyelenggarakan pendidikannya. Setelah empat tahun digunakan, dirasa perlu diselelnggarakan suatu survey untuk mengidentifikasi apakah standar tersebut dapat diterima dengan baik oleh institusi. Sebagian besar butir-butir standar pada SPPD merupakan butir kuesioner pada survey ini, dan responden diminta untuk memilih skala Likert dari 1-6 yang menyatakan bahwa institusi pendidikan merasa perlu atau tidak perlu tercantum dalam Standar Pendidikan. Kelompok variabel pada survey ini terdiri atas: - Visi Misi dan Tujuan - Program Pendidikan - Penilaian Hasil Belajar - Mahasiswa - Staf Akademik - Sumber Daya Pendidikan
METODE PENGAMBILAN DATA Institusi dikirimi borang kuesioner melalui surveyor dengan surat pengantar HPEQ dan AIPKI Pengisi borang adalah pimpinan institusi pendidikan dokter atau seseorang yang ditugaskan. Yang ditugaskan adalah wakil dekan bidang pendidikan, ketua program studi pendidikan dokter, atau ketua medical education unit Borang yang telah diisi dikumpulkan ke surveyor, dan surveyor mengumpulkannya pada koordinator survey Institusi lain yang tidak dikunjungi surveyor telah dikirimkan CD borang, dan diharapkan mengirimkannya pada bulan ini
BASELINE DATA Institusi pendidikan dokter yang diperoleh datanya melalui surveyor ada 12 institusi, dan 3 institusi mengirimkan melalui email atau pos 84
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Duabelas institusi pendidikan dokter adalah : Unsyiah, USU,UI, UKI, UnMalahayati, Unpad, Unissula, Unsoed, Unair, Undana, Unhas, Unpatti Tiga institusi pendidikan dokter yang mengirimkan datanya adalah: UnMuhammadyah Yogjakarta, Univ Maranatha, UKDW (Kristen Duta Wacana) Yogjakarta
HASIL SURVEY Tabel 7.1. Tahun mulai diimplementasikannya KBK dan Bentuk Terintegrasi Kurikulum
2005 2006 2007 2008 2009
Bentuk integrasi
Syah Kuala (Unsyiah)
v
Modul
Sumatra Utara (USU)
v
Modul
Universitas Indonesia (UI)
v
Modul
v
Kristen Indonesia (UKI)
Modul
v
Malahayati (UM)
Modul
v
Padjadjaran (Unpad)
Modul
Sultan Agung (Unisula)
v
Modul
Jendral Soedirman (Unsoed)
v
Modul
Airlangga (Unair)
v
Hibrid
v v
Nusa Cendana (UnDana) Pattimura (Unpatti) Hasanudin (Unhas) Maranatha (UKM)
Hibrid
v
Modul
v
Modul
v
Kristen Dwi Wacana (UKDW) Muhammadyah Yogjakarta (UMY)
Hibrid
v
Modul Modul
85
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 7.2. Hasil survey visi, misi dan tujuan institusi beserta komentarnya …………………..…………sangat perlu No. 1
Rincian standar pendidikan Terumuskan visi program studi
2
3
4
5
1 UI
6 14
Alasan agar arah jelas, mohon standar penyusunan visi memberi arah yang jelas perlu dalam menetapkan tahap-tahap perencanaan jangka panjang
2
Terumuskan misi program studi
1 UI
14
visi dan misi perlu dirumuskan, namun sebaiknya dirumuskan di tingkat yang lebih tinggi dari program studi, misalnya fakultas atau bahkan universitas, mengingat visi dan misi menentukan arah kebijakan yang akan diambil oleh institusi tersebut agar misi jelas, mohon standar penyusunan misi untuk terciptanya program-program yang mengacu pada visi visi dan misi perlu dirumuskan, namun sebaiknya dirumuskan di tingkat yang lebih tinggi dari program studi, misalnya fakultas atau bahkan universitas, mengingat visi dan misi menentukan arah kebijakan yang akan diambil oleh institusi tersebut.
3
4
Terumuskan rencana strategis (renstra) yang sesuai dengan visi dan misi
Pimpinan institusi, senat, staf akademik, mahasiswa, lembaga pemerintah dan swasta yang terkait dan organisasi profesi sebagai stakeholder berperan dalam penyusunan renstra
2 UKI UMY
2 Unpatti Unhas
13
7 Unisulla Unsoed Unhas UM USU UKDW Unpad
6
karena RENSTRA harus mengacu pada VISI dan MISI rencana yang sejalan dengan visi dan misi penting untuk jati diri institusi pendidikan karena dari internal akan diketahui kekuatan dan kelemahan institusi dan dari luar akan diketahui peluang dan ancaman rencana yang sejalan dengan visi dan misi penting untuk jati diri institusi pendidikan tidak semua stakeholder peduli dan mau
5
Institusi pendidikan memiliki hak otonomik akademik dalam menyelenggarakan pendidikannya
6
Lulusan institusi pendidikan dokter harus mencapai Standar Kompetensi Dokter Indonesia
1 USU
5 Unpatti Unhas UI UKDW UMY 2 Unhas USU
9
13
dalam membuat perencanaan, proses dan evaluasi tidak tergantung pada orang lain
agar lulusan mempunyai kualitas yang mumpuni dan profesional harus mencapai standar kompetensi dokter indonesia plus ketrampilan lain
86
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
· sudah sewajarnya demikian. Hal yang harus diperhatikan adalah standar kompetensi yang ditetapkan haruslah secara bertanggung jawab ditetapkan sebagai standar yang berlaku di seluruh Indonesia
Tabel 7.3. Hasil survey Program Pendidikan beserta komentarnya ………………………………sangat perlu No.
Rincian standar pendidikan
2
3
4
5
6
Alasan kurikulum KBK/CBC hibrid, proses pembelajaran pbl mahasiswa dapat secara horizontal mendapatkan materi tahap profesi tidak mutlak Orientasi pendidikan dokter hendaknya mengacu kepada sistem kesehatan yang dibangun serta kondisi strata pendidikan yang dikembangkan
1
Model kurikulum terintegrasi
3 UKM Unair UMY
5 Unpatti UI UM USU Unpad
7
2
Berorientasi pada pelayanan kesehatan primer
1 Unpad
9
3
Meliputi prinsip-prinsip metode ilmiah, ilmu biomedik, ilmu kedokteran klinik, ilmu humaniora, ilmu kedokteran komunitas, dan ilmu kedokteran keluarga Meliputi metodologi penelitian, filsafat ilmu, berpikir kritis, biostatistik dan evidence-based medicine
5 Unpatti UI UM Unair UMY 3 UI UM Unpad
4
5
6
7
· semua prinsip, metode dan ragam ilmu dalam no 3 - 8 penting, dan merupakan bagian dari kurikulum model integratif · sesuai dengan tujuh area kompetensi
Mempelajari Ilmu biomedik meliputi anatomi, biokimia, histologi, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi, parasitologi, patologi, dan farmakologi Mempelajari ilmu humaniora yang meliputi ilmu perilaku, psikologi kedokteran, sosiologi kedokteran, antropologi kedokteran,agama, etika dan hukum kedokteran, bahasa, Pancasila serta kewarganegaraan Mempelajari Ilmu kedokteran klinik meliputi ilmu penyakit dalam beserta percabangannya, ilmu bedah, ilmu penyakit anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu penyakit syaraf, ilmu kesehatan jiwa, ilmu kesehatan kulit dan kelamin, ilmu kesehatan mata, ilmu THT, radiologi, anestesi, ilmu kedokteran forensik dan medikolegal
12
1 U K M
3 UM USU UMY
7 Unpatti UI UM UKM USU UMY Unpad
8
3 Unpatti UI UKDW
12
4 Unpatti Unsoed UI Unpad
7
3 UM USU
12
UI
· semua prinsip, metode dan ragam ilmu dalam no 3 - 8 penting, dan merupakan bagian dari kurikulum model integratif · sesuai dengan trio darma perguruan tinggi
· sebagai dasar dari ilmu pengetahuan klinik · semua prinsip, metode dan ragam ilmu dalam no 3 - 8 penting, dan merupakan bagian dari kurikulum model integratif
· mendidik seorang dokter yang mempunyai "attitude" yang baik · semua prinsip, metode dan ragam ilmu dalam no 3 - 8 penting, dan merupakan bagian dari kurikulum model integratif · sebagai dasar/ilmu seorang dokter umum
· semua prinsip, metode dan ragam ilmu dalam no 3 - 8 penting, dan merupakan bagian dari kurikulum model integratif
87
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
………………………………sangat perlu No. 8
9
10
11
Rincian standar pendidikan Ilmu kedokteran komunitas terdiri dari ilmu kesehatan masyarakat, ilmu kedokteran pencegahan, epidemiologi,ilmu kesehatan kerja, ilmu kedokteran keluarga dan pendidikan kesehatan masyarakat Tahap sarjana kedokteran dilakukan minimal 7 semester (112 minggu atau minimal 4480 jam atau minimal 144 SKS) dan diakhiri dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Tahap profesi dokter dilakukan minimal 3 semester (minimal 72 minggu atau minimal 2880 jam) di RS Pendidikan dan wahana pendidikan lain, serta diakhiri dengan gelar Dokter (dr) Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan/ strategi SPICES (Student-centred, Problembased, Integrated, Communitybased, Elective/ Early clinical Exposure, Systematic)
2
3
4
1 U I
1 U I
2 USU UMY
3 UM USU UMY
Beban muatan lokal maksimal 20% dari seluruh kurikulum
2 UM UKM
14
Muatan lokal kurikulum institusi dikembangkan oleh setiap institusi sesuai dengan visi, misi dan kondisi lokal, dapat merupakan materi wajib dan atau materi elektif Institusi pendidikan memiliki unit pendidikan kedokteran yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan kurikulum
1 UKM
16
Mahasiswa harus mendapat pengalaman belajar lapangan di dalam Sistem Pelayanan Kesehatan yang secara nyata termuat di dalam kurikulum
6
Alasan
3 UI USU UMY
12
· semua prinsip, metode dan ragam ilmu dalam no 3 - 8 penting, dan merupakan bagian dari kurikulum model integratif
· untuk menuju seorang dokter keluarga
13
15
5
1 UI
3 Unpatti Unhas UM
9
· asal sesuai dengan SKDI · mohon ada standar nasional · perlu kepastian jumlah semester minimal yang ditempuh sampai tahap sarjana karena berbeda dengan Dikti · Tahap pendidikan dokter hendaknya digabung menjadi satu tahap utuh, dengan gelar akademik - profesi yang sesuai yang diberikan di akhir program pendidikan · Mohon ada standar nasional
2 Unhas Unpad
9
4 UM Unair USU UMY
11
7 Unpatti Unhas UI Unair USU UKDW UMY 5 UM USU UKDW UMY Unpad 3 Unpatti UM UMY
6
· muatan lokal perlu untuk menyesuaikan problem kesehatan di daerah institusi · Perlu ditingkatkan presentasi (30-40%)
9
· sebaiknya materi wajib agar lulusan menekuni muatan lokal yang bermanfaat setelah lulus
5 Unsoed UM USU UKDW UMY
· Sebaiknya untuk semesta
· untuk melatih mahasiswa berpikir kritis dan percaya diri
· sewajarnya demikian 11
· harus ada standar mutu nasional · kemajuan institusi ditentukan oleh evaluiasi, untuk membuat perencanaan yang akan datang · Seharusnya penekanannya adalah kegiatan/fungsi tersebut semuanya dilaksanakan secara terus menerus oleh institusi, bisa dalam bentuk "unit" atau lainnya, sesuai dengan struktur organisasi dari masing-masing institusi
10
· perlu mendapatkan hal-hal untuk mengimplementasikan yang didapat di kampus
· sewajarnya demikian
88
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 7.4. Hasil survey Penilaian Hasil Belajar beserta komentarnya ……...……sangat perlu No. 1
2
3
4
Rincian standar pendidikan
2
3
4
Penilaian hasil belajar harus didasarkan pada pencapaian kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Pencapaian kompetensi dinilai dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (Criterionreferenced) Kriteria kelulusan merupakan hasil pencapaian kompetensi dan penilaian proses pendidikan (akademik dan non-akademik)
Pada akhir pendidikan, dilaksanakan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh Kolegium Dokter Indonesia dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, untuk memperoleh sertifikat kompetensi
2 UKM UMY
5
6
Alasan
3 UKM USU UKDW 3 UM USU UKDW 5 Un patti Unhas UM USU UKDW 4 UI UM USU UKDW
12
· sewajarnya demikian
12
· supaya lulusan institusi sesuai dengan tuntutan SKD · sewajarnya demikian · supaya hasilnya mendekati kebenaran · tidak ada ketentuan tidak boleh turun · perlu dalam mendidik calon dokter yang proporsional
10
· sewajarnya demikian
9
· perlu kerja sama MPKI dengan KDI karena arah/tujuan dari uji kompetensi sesuai dengan SKD · perlu standarisasi input dan proses · Uji kompetensi sangat perlu dilaksanakan, namun teknisnya dapat memperhatikan perkembangan hasil uji kompetensi masing-masing institusi maupun kecenderungan hasil uji secara nasional. Secara berkala dapat dilakukan kajian
Tabel 7.5. Hasil survey Mahasiswa beserta komentarnya …………sangat perlu No.
Rincian standar pendidikan
1
2
3
4
5
6
Alasan
Calon mahasiswa program studi profesi dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Lulus Sekolah Menengah Umum atau setara dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1 UI
1 Unhas
2 USU Unpad
11
2
Lulus seleksi penerimaan mahasiswa yang diadakan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan, yang meliputi tes akademik atau memiliki prestasi khusus, tes psikologi, dan tes kesehatan
1 UM
5 Unhas UI USU UMY Unpad
9
· berdasarkan pengalaman di institusi kami ada 10-15 orang non IPA dan mereka tidak kalah berprestasi · bila calon mahasiswa berasal dari ilmu sosial, akan sulit untuk beradaptasi dengan sistem perkuliahan USU saat ini · karena lulusan IPA biasanya berpikir kritis dan kuat analisa · Perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kriteria masukan mahasiswa, yang lebih dikaitkan dengan pengembangan sikap profesional dokter · perlu disesuaikan dengan sistem penerimaan mahasiswa baru · sebaiknya seleksi penerimaan mahasiswa oleh suatu badan khusus
3
Jumlah mahasiswa baru setiap angkatan maksimal
1 Unair
4 Unpatti UI
5
4 Unhas
· agar sesuai dengan student sarana dan sumber daya manusia 89
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
…………sangat perlu No.
Rincian standar pendidikan
2
3
20% dari jumlah seluruh mahasiswa pendidikan dokter
5
6
UKM USU UKDW
UM UMY
1 Un patti
3 UM UKDW UMY
10
Alasan · ditujukan untuk mengurangi jumlah mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pendidikan · Keputusan tentang hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi lain seperti pengembangan maupun penyusutan fasilitas, SDM staf pengajar maupun hal lain yang mempengaruhi kualitas pendidikan untuk mencapai kompetensi · parameter jumlah mahasiswa yang diterima sebaiknya berpatokan pada kecukupan SDM dan fasilitas · terhitung dari keseluruhan masa studi · tidak tahu · Pernyataan ini harus dipertimbangkan dengan bijaksana karena adanya keterlibatan dosen pendidik klinik di fasilitas rumah sakit pendidikan/pelayanan kesehatan primer yang dapat mempengaruhi angka ekuivalen waktu mengajar penuh · supaya proses belajar-mengajar berjalan efektif dan efisien · tapi EWMP dosen kedokteran ada pengkhususan jangan sama dengan dosen bidan ilmu lain · sesuai daya tampung
4
Jumlah mahasiswa institusi pendidikan kedokteran didasarkan pada Jumlah dosen (sesuai dengan Ekuivalen Waktu Mengajar Penuh=EWMP)
5
Jumlah mahasiswa institusi pendidikan kedokteran didasarkan pada sarana dan prasarana pendidikan
1 Unpatti
4
UI UM USU UMY
10
6
Jumlah mahasiswa institusi pendidikan kedokteran didasarkan pada daya tampung RS Pendidikan dan jejaringnya Rasio dosen EWMP dan mahasiswa untuk tahap S.Ked maksimal 1 : 10
1 Unpatti
4
UI UM USU UMY
10
· agar mahasiswa tidak ada yang istirahat menunggu stase
1 UI
4 Unpatti UKM USU UKDW
10
3 Unpatti UI UKM
2 USU UKDW
10
· agar tercipta suasana belajar yang konstan · Angka ini masih memerlukan kajian lebih lanjut, khususnya mengingat masukan adanya keterlibatan dosen pendidik klinik di fasilitas rumah sakit pendidikan/pelayanan kesehatan primer yang dapat mempengaruhi angka ekuivalen waktu mengajar penuh · Angka ini masih memerlukan kajian lebih lanjut, khususnya mengingat masukan adanya keterlibatan dosen pendidik klinik di fasilitas rumah sakit pendidikan/pelayanan kesehatan primer yang dapat mempengaruhi angka ekuivalen waktu mengajar penuh · dalam melayani mahasiswa koass secara maksimal · dibutuhkan minimal 1 doktr spesialis untuk setiap bagian yang sesuai untuk pendidikan profesi DU
4 Unpatti
11
7
8
Rasio dosen EWMP dan mahasiswa untuk tahap Profesi maksimal 1 : 5
9
Pada Institusi pendidikan kedokteran tersedia unit
1 UI
4
· perlu sekali untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi mahasiswa 90
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
…………sangat perlu No.
10
Rincian standar pendidikan
2
3
4
5
6
bimbingan dan konseling untuk menangani masalahmasalah akademik dan nonakademik mahasiswa
UI USU UKDW
Setiap mahasiswa memiliki dosen pembimbing akademik
5 UKM Unair USU UKDW Unpad
10
2 UKDW UMY
5 Unpatti Unsoed Unhas Unair Unpad
5
1 UKDW
3 UI UM USU
11
11
Perwakilan mahasiswa berpartisipasi di dalam unit pendidikan kedokteran
12
Mahasiswa memiliki organisasi kemahasiswaan yang meliputi kegiatan-kegiatan organisasi, penalaran, minat dan bakat, pengabdian masyarakat dan kesejahteraan mahasiswa
1 USU
2 Unisula UM
Alasan · Unit bimbingan dan konseling dapat merupakan unit di institusi pendidikan kedokteran maupun organisasi di atasnya (universitas) · Banyak peran dapat dilaksanakan oleh dosen pembimbing akademik, sekaligus dapat memberi pengalaman berinteraksi secara personal dengan rekan senior · mengatasi masalah-masalah mahasiswa · dikhawatiri dari mahasiswa kurang mengetahui tentang pendidikan kedokteran · kadang bisa konflik antarmahasiswa · Keuntungannya adalah untuk kedua belah pihak, baik untuk mahasiswa maupun staf pengajar · melatih mahasiswa dalam kepemimpinan
Tabel 5.5. Hasil survey Staf Akademik beserta komentarnya ……………sangat perlu No. 1
2
3
4
5
Rincian standar pendidikan Staf akademik di institusi pendidikan kedokteran minimal harus memiliki kualifikasi akademik setara Strata 2 (S2)
Semua staf akademik harus mendapatkan pelatihan metodologi pendidikan kedokteran dan harus memiliki sertifikat pendidik sesuai dengan Undang-Undang RI No. I4 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Institusi pendidikan kedokteran harus memfasilitasi staf akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme Setiap staf akademik memiliki Surat Keputusan Pimpinan sebagai dosen, termasuk staf akademik yang ada di rumah sakit pendidikan dan jejaringnya Setiap staf akademik harus mendapatkan penilaian kinerja dari pimpinan, karyawan maupun mahasiswa secara berkala
2
3
4
5
6
2 UI USU
11
UI UM USU
9
3 UM USU UKDW
12
· perlu untuk meningkatkan profesionalisme PBM
3 Unpatti USU UKDW
12
· agar ada legalitas dari dsetiap dosen agar bertanggung-jawab dalam PBM
4 Unpatti UM UKDW UMY
9
2 Unpatti UKDW
3 Unpatti UKM UKDW
2
UI USU
3
Alasan · atau SP1 · pengetahuan strata 2 untuk mengajar sudah dapat dipertanggung-jawabkan · program studi baru kesulitan merekrut staf akademik setara S2 sehingga merekrut dosen setara S1 · agar ada legalitas sebagai dokter serta diakui keberadaannya secara hukum
· agar dosen mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam PBM
91
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 7.6. Hasil survey Sumber Daya Pendidikan beserta komentarnya
No. 1
2
3
Rincian standar pendidikan
……………sangat perlu 2 3 4
Institusi pendidikan kedokteran harus menjamin tersedianya fasilitas pendidikan klinik bagi mahasiswa yang terdiri atas rumah sakit pendidikan dan sarana pelayanan kesehatan lain yang diperlukan Adanya perjanjian kerjasama antara pimpinan institusi pendidikan dengan pimpinan fasilitas pendidikan klinik. Perjanjian kerjasama tersebut harus minimal meliputi hak, tanggungjawab dan kewenangan masing-masing pihak yang menjamin terlaksananya proses pendidikan dan pelayanan kesehatan berjalan secara optimal Jumlah pasien rawat jalan rata-rata per hari di tiap-tiap bagian/klinik minimal 2 kali jumlah mahasiswa yang menjalankan praktik di bagian/klinik tersebut
4
Rumah sakit yang digunakan untuk pendidikan harus terakreditasi sebagai rumah sakit pendidikan
5
Sarana pelayanan kesehatan lain meliputi puskesmas, balai pengobatan, dan klinik dokter keluarga. Sarana tersebut harus tersedia secara memadai
1 Unpatti
5
6
1 USU
13
Alasan · agar lulusan profesi suatu institusi berkualitas dan profesional · Pendidikan profesi mensyaratkan adanya sarana pendidikan untuk mencapai kompetensi progesional, dalam hal ini tentunya adalah sarana pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tujuan pendidikan/kompetensi yang akan dicapai · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan, serta langkah bertahap pencapaian kompetensi · supaya pimpinan fasilitas pendidikan klinik mempunyai tanggung jawab terhadap proses belajar mengajar koass
6 Unpatti UI UM Unair USU UKDW
9
5 Unpatti Unhas UM Unair UKDW
7
· agar memenuhi kriteria belajar efektif seorang koass · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan, serta langkah bertahap pencapaian kompetensi · tidak semua RS jejaring mempunyai jumlah pasien yang sama. yang terpenting adalah bed side teaching kepada peserta didik · banyak rumah sakit jejaring yang belum terakreditasi sebagai rumah sakit pendidikan · belum, masih RS tipe B non pendidikan yang sedang dalam proses menuju tipe B pendidikan · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan, · memenuhi standar pendidikan untuk meluluskan dokter yang berkualitas · tetapi bertahap · yang penting metode yang digunakan sesuai dengan metode pendidikan ideal · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan · harus tersedia sesuai srtandar balai pengobatan/ rumahsakit jejaring
2 UI USU
1 Unpad
1 Unpatti
2 Unisula UKDW
2
UI USU
9
2 Unpatti USU
4 Unisula UI UM UKDW
9
92
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
6
Menyediakan fasilitas teknologi informasi bagi staf akademik dan mahasiswa, yaitu komputer dengan rasio minimal 1:20 bagi mahasiswa, sedangkan untuk staf akademik minimal setiap bagian 1 komputer
7
1 Unpatti
5 Unhas UI Unair USU Unsyiah
8
Tersedia jaringan internet yang menjamin komunikasi antara pimpinan institusi pendidikan kedokteran, staf akademik dan mahasiswa
1 Unpatti
4 UI Unair USU UKDW
10
8
Tersedianya kepustakaan elektronik
3 Unpatti USU UKDW
3 UI UM Unair
9
9
Institusi pendidikan kedokteran harus mengalokasikan anggaran untuk menjamin aktivitas penelitian yang mendukung pendidikan kedokteran, minimal 5% dari seluruh anggaran operasional institusi pendidikan kedokteran Institusi pendidikan kedokteran harus memiliki minimal satu orang ahli dalam bidang pendidikan kedokteran berderajat strata dua yang membantu unit pendidikan kedokteran
1 Unpatti
3 UI UM UKDW
11
1 USU
3 Unpatti UI UKDW
11
10
1 UKDW
· dalam era globalisasi perlu pendidikan teknologi informasi yang mejnambah wawasan ilmu pengetahuan · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan · agar adanya link yang cepat · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan, · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan, · mempermudah akses baca mahasiswa dan dosen · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan, · supaya tri darma pt dari segi pendidikan seimbang dengan dua kegiatan yang lain · ditambah dengan mengembangkan ilmu pendidikan kedokteran · Hal yang lebih penting untuk menjadi standar pendidikan adalah adanya standar kegiatan/layanan yang memperlihatkan bagaimana sarana dan prasarana (termasuk di sarana pelayanan kesehatan) akan dimanfaatkan untuk pendidikan, · strata dua mampu untuk mengembangkan sistem pendidikan kedokteran
93
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 7.7. Hasil survey Evaluasi Program Pendidikan beserta komentarnya
No.
Rincian standar pendidikan
……………sangat perlu 2 3 4
5
6
3 Unpatti UM USU
12
perlu karena evaluasi adalah kunci untuk perencanaan yang akan datang
3 UI USU UKDW
11
Pihak yang dipersyaratkan untuk terlihat dalam evaluasi tidak harus "unit"; dapat menyesuaikan dengan organisasi lokal, dengan tetap mengacu kepada standar penjaminan mutu yang ada yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk megetahui kemajuan PBM agar staf akademik mengetahui tingakt kemampuannya evaluasi dapat dilakukan oleh tim mutu minimal 1 surat Pihak yang dipersyaratkan untuk terlihat dalam evaluasi tidak harus "unit"; dapat menyesuaikan dengan organisasi lokal, dengan tetap mengacu kepada standar penjaminan mutu yang ada yang telah ditetapkan oleh pemerintah dilakukan pada setiap learning unit (mata kuliah/blok/modul) evaluasi dapat dilakukan oleh tim mutu Pihak yang dipersyaratkan untuk terlihat dalam evaluasi tidak harus "unit"; dapat menyesuaikan dengan organisasi lokal, dengan tetap mengacu kepada standar penjaminan mutu yang ada yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan melibhatkan mahasiswa sebaiknya dalam satu semester untuk meninjau ulang proses-proses yang berlaku evaluasi dalam satu semester untuk dapat jadi pedoman untuk dosen PA
1
Institusi pendidikan kedokteran harus melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum, kualitas staf akademik, proses belajar mengajar, kemajuan mahasiswa dan fasilitas yang mendukung
2
Evaluasi kurikulum dilakukan oleh unit pendidikan kedokteran dan Senat Fakultas secara berkala, minimal sekali dalam setahun.
3
Evaluasi terhadap kualitas staf akademik dilakukan oleh mahasiswa dan unit pendidikan kedokteran, minimal sekali dalam setahun
4 Unpatti UI USU UKDW
11
4
Evaluasi terhadap proses belajar mengajar dilakukan oleh unit pendidikan kedokteran, minimal sekali dalam satu semester
5 Unpatti UI Unair USU UKDW
10
5
Evaluasi terhadap kemajuan mahasiswa dilakukan oleh institusi pendidikan kedokteran, minimal sekali dalam satu semester untuk memantau kemajuan pencapaian kompetensi. Evaluasi terhadap fasilitas yang mendukung dilakukan oleh institusi pendidikan kedokteran, minimal sekali dalam satu tahun. Institusi pendidikan kedokteran harus memiliki sistem pemantauan kemajuan mahasiswa yang dikaitkan dengan latar belakang mahasiswa, kualifikasi ujian masuk, pencapaian kompetensi, serta digunakan sebagai umpan balik kepada panitia seleksi ujian masuk, perencanaan kurikulum dan biro konseling.
4 Unpatti UI USU UKDW
11
4 Unpatti UI UM USU 2 Unpatti UMY
10
6
7
1 Unpatti
1 UKDW
4 UI USU UKDW Unpad
9
Alasan
untuk fasilitas pendukung setiap satu semester agar PBM semester yang akan datang berjalan dengan baik dan lancar
hal ini penting untuk menjaring mahasiswa yang berkualitas tinggi sehingga lulusan UKDI juga tinggi
harus ada mekanisme dari DIKTI ke rektorat
94
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
8
Setiap lim a tahun sekali, institusi pendidikan kedokteran harus melakukan evaluasi program pendidikan secara menyeluruh yang melibatkan penyelenggara dan administrasi pendidikan, staf akademik, mahasiswa, otoritas pelayanan kesehatan, wakil/tokoh masyarakat serta organisasi profesi.
1 USU
5 Unpatti UI UM UKDW Unpad
9
untuk mendapatkan input agar terdapat perbaikan sistem untuk yang akan datang
Tabel 7.8. Hasil survey Penyelenggaraan Program dan Adiministrasi Pendidikan beserta komentarnya
No.
Rincian standar pendidikan
……………sangat perlu 2 3 4
1
Institusi pendidikan kedokteran harus memiliki ijin penyelenggaraan yang sah dari Menteri Pendidikan Nasional.
2
Institusi pendidikan kedokteran dapat berupa fakultas,jurusan, atau program studi.
3
Dalam menjalankan tugasnya, dekan/ketua program studi,minimal dibantu oleh wakil dekan/asisten bidang akademik dan wakil dekan/asisten bidang administrasi.
1 UI
Institusi pendidikan kedokteran harus memiliki senat fakultas yang menggambarkan perwakilan dari staf akademik di semua bagian
1 UI
4
1 UI
5
6
2 USU UKDW
13
Ijin penyelenggaraan yang sah merupakan dasar hukum utama penyelenggaraan kegiatan pendidikan untuk adanya legalitas dari pemerintah
2 Unhas USU
2 UM UKDW
10
institusi pendidikan kedokteran sebaiknya tidak berbentuk jurusan atau prodi, agar memudahkan dalam hal otonomi pelaksanaan dan pencarian dana sebaiknya fakultas, agar dalam kegiatannya lebih luas Standarisasi format dan organisasi institusi hendaknya ditetapkan terlebih dahulu melalui kajian secara mendalam di tingkat yang lebih tinggi
1 USU
2 UM UKDW
11
dekan dibantu oleh wakil dekan akademik dan kemahasiswaan serta asisten bidang administrasi
2 Unpatti USU
1 UKDW
11
Alasan
Standarisasi format dan organisasi institusi hendaknya ditetapkan terlebih dahulu melalui kajian secara mendalam di tingkat yang lebih tinggi belum punya masih dalam proses mohon ditegaskan dengan peraturan menteri senat berfungsi sebagai legistlatif Standarisasi format dan organisasi institusi hendaknya ditetapkan terlebih dahulu melalui kajian secara mendalam di tingkat yang lebih tinggi
5
Jumlah bagian/laboratorium di institusi pendidikan kedokteran disesuaikan dengan tingkat perkembangan institusi yang mampu mendukung visi dan misi
1
UI
3 Unpatti USU UKDW
11
disesuaikan dengan kurikulum KBK, jika banyak memerlukan skill lab Perlu ditetapkan lingkup kajian minimal yang harus ada di institusi pendidikan kedokteran yang dapat menjamin terlaksananya kegiatan pendidikan untuk mencapai kompetensi
95
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
6
Institusi pendidikan kedokteran harus memiliki struktur organisasi, uraian tugas, tatakerja dan program kerja yang jelas.
2 Unpatti USU
13
supaya jalannya proses pendidikan terarah untuk mencapai tujuan
7
Institusi pendidikan kedokteran harus mempunyai dokumen rencana kegiatan dan rencana anggaran
3 Unpatti UM UKDW
12
oleh karena kegiatan di institusi pendidikan cukup banyak, dengan anggaran dana yang besar pula rencana kegiatan dan rencana anggaran saling mendukung untk tercapainya target
8
Institusi pendidikan kedokteran harus memiliki sumbersumber pembiayaan, baik dari mahasiswa maupun dari sumbersumber lain, yang menjamin tercapainya visi, misi, dan tujuan. Untuk mendukung implementasi dan pengendalian program pendidikan serta aktivitas lainnya, institusi pendidikan kedokteran harus didukung minimal oleh tenaga administrasi pendidikan setara strata satu.
4 UM USU UKDW UMY
10
institusi sedapat mungkin mencari sumber pembiayan lain selain dari mahasiswa
3
8
9
1 Unpatti
2
2
saat ini dari PNPB
Hal yang lebih penting untuk menjadi standar adalah tata kelola yang harus dikembangkan sebagai cerminan standar administrasi pendidikan kedokteran yang dijalankan khusus untuk pos-pos penting tenaga administrasi tidak kalah pentingnya dalam pengendalian progeram pendidikan maka diperlukan strata satu tidak harus S1 tetapi harus bisa D3, tergantung pada kompetensi yang dimiliki dan kebutuhan
10
Institusi pendidikan kedokteran harus mengalokasikan anggaran untuk mendukung pengembangan tenaga administrasi dan manajemen.
1 USU
6 Unpatti Unsoed UI UM UKDW
8
Hal yang terkait dengan pengembangan tenaga administrasi/manajemen serta sistem penilaian kinerjanya harus merupakan program yang menyatu/sejalan dengan program di tingkat yang lebih tinggi (universitas) perlu peningkatan kualitas tenaga administrasi untuk mendukung kelancaran program saat ini belum teralokasikan
11
Institusi pendidikan kedokteran harus memiliki sistem penilaian kinerja tenaga administrasi dan manajemen secara berkala, minimal sekali dalam setahun.
1 USU
5 Unpatti Unsoed UI UM UKDW
9
Hal yang terkait dengan pengembangan tenaga administrasi/manajemen serta sistem penilaian kinerjanya harus merupakan program yang menyatu/sejalan dengan program di tingkat yang lebih tinggi (universitas) perlu untuk mendapatkan cara kerja yang terarah dan terorganisasi
96
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Tabel 7.9. Hasil survey Pembaharuan kesinambungan beserta komentarnya
No. 1
2
……………sangat perlu 2 3 4 5
Rincian standar pendidikan
6
Senat institusi pendidikan kedokteran harus berfungsi dalam mekanisme peninjauan ulang secara berkala untuk memperbarui struktur dan fungsi institusi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.
6 Unpatti Unsoed UI UM USU UKDW
9
Senat institusi pendidikan kedokteran bersama pimpinan institusi pendidikan kedokteran menyusun rencana stratejik jangka menengah dan jangka panjang sesuai hasil peninjauan ulang.
5 Unpatti Unsoed UI UM
10
Alasan belum terbentuk perkembangan struktur dan fungsi pendidikan kedokteran yhang berubah menuntut institut untuk mengevaluasi dan memperb
perlu untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi jika cepat berubah
ANALISIS HASIL SURVEY Mulai diimplementasikannya kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) adalah pada tahun 2005 dimana
Standar Pendidikan Profesi Dokter belum dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), namun telah disebarluaskan kurikulum berbasis kompetensi yang disusun oleh tim Penyusun KBK- HWS Dikti pada tahun 2004. Dari 15 responden, 5 diantaranya telah memulai KBK pada tahun 2005, 5 lainnya pada tahun 2006 dan sisanya pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Dari 15 program studi pendidikan dokter, 12 program memiliki struktur kurikulum dalam bentuk modul-modul, dan 3 sisanya menyebutkan diri dalam bentuk hybrid. Hibrid dimaksudkan bahwa selain terdapat modulmodul juga terdapat beberapa matakuliah yang diberikan diluar modul.
Visi, misi dan tujuan Prodi kedokteran merasa sangat perlu bahwa setiap program studi memiliki visi dan misi program studi sebagai visi dan misi khusus yang berhubungan dengan visi dan misi universitasnya. Dengan adanya visi, misi dan renstra yang sesuai dengan visi dan misi, maka program studi tersebut dapat dengan mudah menyusun perencanaan jangka panjang. Walau ada pendapat yang menyatakan tidak begitu perlu untuk seluruh stakeholder (pengandil) menyusun renstra karena meragukan kepeduliannya, namun seluruh responden
merasa
perlu
bahwa
institusi
pendidikan
memiliki
hak
otonomik
akademik
dalam
menyelenggarakan pendidikan dan lulusan institusi pendidikan harus mencapai Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
97
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Program Pendidikan Tampak dari hasil survey bahwa responden cenderung merasa perlu dicantumkan dalam standar pendidikan bahwa model kurikulum terintegrasi menjadi standar model kurikulum di Indonesia. Dengan pendidikan yang berorientasi pada pelayanan kesehatan primer, responden merasa perlu bahwa pembelajarannya meliputi seluruh ilmu yang tercantum pada satndar pendidikan profesi dokter tersebut, kecuali terdapat responden yang merasa tidak perlu untuk mempelajari ilmu humaniora dengan alasan bahwa yang perlu adalah mendidik dokter dengan atitude yang baik. Lamanya pendidikan pada standar pendidikan baik tahap sarjana kedokteran maupun tahap profesi dokter yang tercantum pada standar pendidikan profesi dokter tampak menimbulkan keraguan pada responden. Responden FKUI merasa tidak perlu tercantum bahwa tahap sarjana kedokteran dilakukan minimal 7 semester dan tahap profesi dokter dilakukan minimal 3 semester, karena standar ini berbeda dengan standar pendidikan nasional yang mengatakan bahwa tahap sarjana dijadwalkan 8 semester dan dapat ditemupuh minimal 7 semester untuk memperoleh gelar sarjana. Responden menganjurkan untuk dibuat standar yang tidak bertentangan antara standar pendidikan profesi dokter dengan standar pendidikan nasional.
Responden tampak cenderung untuk memilih bahwa dalam standar pendidikan profesi dokter memang perlu tercantum presentase baban muatan lokal, walau ada responden yang mengusulkan bahwa presentase tersebut dari 20% ditingkatkan menjadi 30-40%. Responden yang lain memberi alasan bahwa muata lokal diperlukan untuk menyesuaikan problem kesehatan di daerah asal institusi pendidikan dokter dan cenderung merasa perlu btercantum pada standar bahwa muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai dengan visi, misi dan kondisi lokal. Responden cenderung menganggap perlu adanya tercantum pada standar bahwa unit pendidikan kedokteran (medical education unit) perlu dimiliki institusi. Serta cenderung mengganggap perlu bahwa mahasiswa harus mendapat pengalaman belajar lapangan yang tercantum dalam kurikulum secara nyata.
Penilaian Hasil Belajar Hasil survey menunjukkan bahwa responden cenderung meraa sangat perlu bahwa butir-butir standa penilaian hasil belajar sesuai dengan yang telah tercantum pada standar pendidikan profesi dokter yang ada walaupun terdapat komentar bahwa perlua adanya standarisasi penilaian terhadap input dan penilaian proses pendidikan. Ada responden yang menganjurkan bahwa secara berkala dilakukan kajian terhadap uji kompetensi dokter yang selama ini telah dilakukan.
98
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Mahasiswa Responden survey ini memiliki pendapat yang berbada mengenai adanya butir standar yang mengatakan bahwa calon mahasiswa program studi profei dokter harus memenuhi criteria lulus SMU dengan jurusan IPA, responden FKUI malah mengatakan bahwa pengalaman menunjukkan terdapat 10-15 orang mahasiswa non IPA yang prestasinya tidak kalah dengan mahasiswa lainnya. Responden lainnya berpendapat bahwa criteria masuk mahasiswa sebaiknya lebih dikaitkan dengan pengembangan sikap professional dokter dan perlu adanya sistim penerimaan mahasiswa yang baru serta mengusulkan untuk adanya seleksi penerimaan mahasiswa oleh badan khusus. Walau ada satu responden yang merasa tidak perlu adanya seleksi penerimaan mahasiswa yang meliputi tes akademik, tes psikologi dan tes kesehatan.
Pada saat diskusi tim pokja mengenai analisa hasil survey terdapat beberapa usulan bahwa tes kesehatan memang perlu diselelnggarakan oleh institusi pendidikan, namun sebagai kegiatan cross check terhadap surat keterangan sehat yang telah dimiliki oleh mahasiswa sebelum melaksanakan tes akademik dan tes psikologi. Sebaiknya terdapat standar yang mengatakan kriteria minimal keadaan kesehatan mahasiswa yang ingin masuk institusi pendidikan dokter yang seluruhnya berkaitan dengan fungsi dalam pekerjaannya sebagai profesi dokter di masa yang akan datang.
Hasil survey menunjukkan pula tidak sepakat denan butir jumlah mahasiswa baru setiap angkatan maksimal 20% dari jumalh seluruh mahasiswa pendidikan dokter. Walaupun terdapat beberapa alasan yang mengatakan bahwa butir tersebut dapat dimengerti dalam rangka membatasi jumlah mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun dalam beberapa alasan meminta adanya pertimbangan bahwa jumlah mahasiswa baru dipertimbangkan dengan sarana dan sumber daya yang tersedia. Bila butir itu disebut maksimal 25 % maka terdapat semangat bahwa adanya perkembangan dalam jumlah mahasiswa keseluruhan, disbanding dengan maksimal 20% yang berarti setiap tahun jumlah mahasiswa akan cenderung menurun.
Pada butir jumlah mahasiswa institusi pendidikan kedokteran didasarkan pada jumlah dosen sesuai dengan EWMP tampaknya tidak disepakati oleh responden. Responden yang tidak merasa perlu dengan adanya butir tersebut menguraikan alasan bahwa pernyataan ini harus dipertimbangkan dengan bijaksana karena adanya keterlibatan dosen peneidikan klinik di sarana pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi angka EWMP, dan responden lain mengingatkan bahwa EWMP dosen kedokteran sebaiknya dibedakan dengan dosen bidang ilmu lain. Terdapat ketidaksepakatan mengenai rasio dosen EWMP dan mahasiswa baik tahap S Ked maupun profesi, serta adanya permintaan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai rasio tersebut.
Responden tamppaknya sepakat bahwa pada institusi pendidikan tersedia unit bimbingan konseling dan setiap mahasiswa memiliki dosen pembimbing akademik. Dengan alasan untuk membantu mengatasi masalah mahasiswa.
99
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Terdapat perbedaan pendapat mengenai butir perwakilan mahasiswa untuk berpartisipasi dalam unit pendidikan kedokteran dengan alasan bahwa mahasiswa tidak mengeerti pendidikan kedokteran dan kadang ada konflik antar mahasiswa. Tampaknya, terdapat perbedaan persepsi pada kalimat tersebut. Partisipasi perwakilan mahasiswa pada unit pendidikan kedokteran bukan berarti menjadi anggota unit, namun mungkin dalam bentuk adanya pertemuan bersama antara mahasiswa dengan unit pendidikan kedokteran mengenai program pendidikan.
Staf Akademik Pada hasil survey tampak ketidaksepakatan antara responden mengenai staf akademik yang minimal harus memiliki kualifikasi akademik setara S2, yang tidak setuju mempunyai alasan bahwa Sp1 dapat menjadi staf akademik, namun responden yang setuju berpendapat bahwa pengetahuan staf akademik berstrata 2 telah dapat dipertanggungjawabkan.
Butir-butir lainnya mengenai staf akademik tampaknya cenderung disepakati oleh responden sebagai butir yang perlu ada di standar pendidikan profesi dokter.
Sumber Daya Pendidikan Responden survey tampaknya sepakat bahwa dalam standar pendidikan dokter perlu dicantumkan pernyataan bahwa institusi pendidikan kedokteran harus menjamin tersedianya fasilitas pendidikan klinik serta adanya perjanjian kerjasama antara institusi pendidikan dengan institusi fasilitas pelayanan kesehatan. Namun beberapa responden tidak sependapat bila jumlah pasien rawat jalan perhari di fasilitas pelayanan kesehatan harus 2 kali lipat jumlah mahasiswa, dengan alasan lebih penting bila memperhatikan standar pelayanan dibanding dengan jumlah pasien, dan yang terpenting adalah pelaksanaan bedside teaching kepada mahasiswa. Untuk butir-butir sumber daya pendidikan yang lain, terkesan bahwa responden seluruhnya cenderung merasa perlu dicantumkan dalam standar pendidikan profesi dokter, namun untuk butir yang menyatakan bahwa institusi diharapkan menyediakan fasilitas IT agi staf akademik dan mahasiswa yaitu komputerisasi 1:20 bagi mahasiswa dan 1:1 setiap bagian bagi staf, terdapat pilihan tidak setuju. Sayangnya tidak diberi alasan mengapa tidak setuju.
Evaluasi Program Pendidikan Hasil survey menunjukkan bahwa responden cenderung memilih sangat diperlukan untuk butir-butir Evaluasi Program Pendidikan sehingga tidak banyak yang perlu dianalisa, selain adanya usulan bahwa mekanisme ujian sebaiknya ada dari Dikti ke masing-masing rektorat dari institusi pendidikan dokter.
100
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Penyelenggaraan Program dan Adiministrasi Pendidikan Semua responden dalam survey ini sepakat bahwa institusi pendidikan harus memiliki ijn penyelenggaraan yang sah dari Mentri Pendidikan Nasional. Namun tampak ada perbedaan pendapat mengenai institusi pendidikan kedokteran dapat berupa fakultas, jurusan atau program studi, alasanya adalah agar memudahkan dalam hal otonomi pelaksanaan dan pencarian dana, sebaiknya dalam bentuk fakultas, walau standarisasi format dan organisasi institusi harus lebih dikaji kembali untuk dapat membuatnya sebagai standar. Pendapat respondenpun bervairasi terhadp pernyataan dalam standar yang menyatakan bahwa institusi pendidikan kedokteran harus memiliki senat fakultas yang menggambarkan perwakilan dari staf akademik di semua bagian. Selain itu pendapat yang bervariasi juga ada pada butir yang menyatakan bahwa tenaga administrasi pendidikan harus setara S1. Hal ini disetujui bila posisinya mendudukan yang penting-penting, namun untuk tempat lain dapat dipertimbangkan D3 sebagai tenaga administrasi yang juga sesuai.
Pembaharuan kesinambungan Tampak responden survey cenderung merasa perlu dalam standar pendidikan profesi dokter tercantum bahwa senat institusi harus berfungsi dalam mekanisme peninjuan ulang berkala derta menyusun rencana strategic jangka menengah dan panjang yang sesuai.
101
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
REFLEKSI Teknis pelaksanaan survey Survey ini dapat dikatakan merupakan survey pendahuluan. Semula diharapkan akan diperoleh data setidaknya separuh dari jumlah prodi yang ada di Indonesia. Namun selain 12 yang didatangkan oleh surveyor, tim menerima 3 asupan yang dikirim melalui pos. Dua dari 15 isian tersebut dikirim melalui e-mail dan yang lainnya berupa hard-copy yang diantarkan sendiri oleh surveyor ke tangan ketua tim survey, ada yanf mengirimkan melalu kurir, dan ada pula yang melalui pos. Surveyor yang datang ke institusi pendidikan akan menghubungi dekan/ketua program studi untuk menugaskan seseorang yang menguasai isi kuesioner tersebut.
Substansi Hasil Survey Beberapa pertanyaa dalam hasil survey perlu mendapatkan perhatian khusus, karena akan dimintai pendapatnya dan sebagaimana.
Lesson Learned Kuesioner yang dikirim begitu saja kepada responden banyak menimbulkan missed interpretasi terutama karena pilihan jawabannya berupa gradasi.
Rencana Tindak Lanjut Akan diselelnggarakan survey yang sama secara lebih luas.
Rekomendasi Rekomendasi improvement untuk pelaksanaan survey selanjutnya adalah dengan memperbaiki likert scale dalam kuesioner sehingga menjadi lebih jelas.
102
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
Bab 8. Kesimpulan dan Saran KESIMPULAN 1. Masih ada beberapa materi yang belum diberikan oleh institusi pendidikan dokter karena belum adanya persamaan persepsi terhadap SKDI 2. Dari pengalaman dokter, banyak ketrampilan klinik yang tingkat kemampuan diperlukan sampai tingkat mandiri (4) 3. Materi ujian telah sesuai dengan SKDI 4. Masih banyak institusi yang memiliki sedikit dosen terlatih mengenai UKDI 5. Pelatihan merupakan sarana yang tepat untuk mengumpulkan soal ujian 6. Dampak KB UKDI pada institusi pendidikan memperlihatkan adanya dorongan peningkatan kualitas evaluasi pembelajaran, namun perlu diperbanyak kegiatannya. 7. Hasil survey penilaian pasien terhadap perilaku profesional dokter menunjukkan hasil yang baik a. Rata-rata pasien menjawab ya terhadap semua pertanyaan sebesar 60 (80,2%). b. Pertanyaan yang dijawab ya oleh sedikit pasien adalah i. apakah dokter mempertimbangkan kemampuan pasien dalam menarik imbalan jasa 43,1% (31) ii. apakah dokter menginformasikan masalah pembiayaan sebelum dilakukan tindakan atau prosedur medik 24 % (18) c.
Masukan dari pasien terhadap perilaku dokter di Indonesia -
mendahulukan kepentingan pasien
-
pembiayaan mempertimbangkan kemampuan/ekonomi (miskin)
-
tidak membedakan status sosial
-
meningkatkan kompetensi (komunikatif, terampil, cermat), sabar, dan ikhlas.
8. Hasil survey penilaian atasan dan sejawat terhadap perilaku profesional dokter menunjukkan hasil yang baik (atasan 97,7%, sejawat serta mitra 95,2%) a. masukan untuk dokter - disiplin waktu perlu ditingkatkan - selalu mengupdate ilmu 103
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
- perlu tambahan materi profesionalisme, perilaku, budi pekerti, etika dan moral. - peningkatan perilaku, karakter, mengendalikan emosi, agama 9. Sebagian besar institusi merasa bahwa butir-butir standar pendidikan dokter telah sesuai, kecuali beberapa hal sbb: -
Durasi penyelenggaraan pendidikan yang belum sesuai dengan standar pendidikan nasional
-
Rasio mahasiswa:dosen menurut EWMP diminta untuk ditinjau kembali, mengingat dosen juga sebagai staf pelayanan.
-
Perlu standar yang lebih jelas mengenai seleksi calon mahasiswa
LESSON LEARNED - Survey ini merupakan pre-liminary survey - Survey kedokteran ini dapat dilaksanakan dengan cepat krena adanya pembagian regional AIPKI sehingga masing-masing surveyor dibagi menurut wilayah masing-masing - Surveyor dengan latar belakang magister pelaksanaan survey
pendidikan kedokteran mempermudah persiapan dan
- Perlu adanya tim penunjang terutama untuk mengatur administrasi survey
SARAN - Survey akan dilanjutkan dengan memperbaiki item-item kuesioner dan rincian metodologi penelitian - Pengisian survey institutional-based dilakukan pada suatu kesempatan pertemuan nasional seperti SEARAME - Untuk kebijakan Dikti, Kemkes, dan stakeholder lain disarankan untuk mencantumkan materi yang digunakan untuk pencapaian kompetensi
104
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
DAFTAR PUSTAKA World Federation for Medical Education. 2003. Basic Medical Education. WFME Global Standards for Quality Improvement. Copenhagen. http://www.wfme.org. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta. Indiana University School of Medicine. Educational Blueprint for The Indiana Initiative: Physicians for the 21st Century
105