EDISI NO. 04 TAHUN II
16 Halaman
monthly Sinergi Investasi Menuju World Class
2
Jejak: UAP NAN TAK KUNJUNG PADAM
Z A K Y A RS Y
J
AKARTA- Investasi menjadi suatu keharusan bagi setiap perusahaan yang ingin terus berkembang. Bisa saja perusahaan mengembangkan invstasi yang sedang dijalankan dan atau bisa juga mengembangkan unit usaha lainya. Namun kegiatan investasi tentu membutuhkan modal yang biasanya bersumber dari dana internal dan juga pinjaman. Itulah yang menjadi pokok pembahasan dalam kegiatan Knowledge Management (KOMET) Pertamina yang dlaksanakan pada Kamis ( 17/14). Kegiatan yang di buka Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Andri T Hidayat dihadiri oleh karyawan Pertamina dan anak usahanya. Sementara yang menjadi pembicara adalah Faisal Yusra, Quality Management Manager. Dan pembicara kedua tampil Budi Himawan, SVP Financing PT Pertamina (Persero) yang mengurai tentang investasi pertamina. Faisal Yusra dalam paparannya mengurai dengan sangat jelas tentang apa yang dilakukan sebelum investasi dilaksanakan. Hal pertama tentu saja terkait pendanaan. Menurut Faisal jika secara internal pendanaannya terbatas maka perusahaan dapat memanfaatkan pendanaan eksternal. Namun jika menggunakan dana eksternal maka akan ada konsekuensi yang harus diperhitungkan secara matang. Salah satunya interest rate yang diperhitungan dengan baik sebelum dieksekusi. Faisal pun mencatat bahwa ke depan masih ada perlu ada perubahan dan penyempurnaan dalam rangka mengakselerasi investasi yang lebih cepat namun dengan perhitungan risiko yang lebih baik. Sejauh ini menurutnya terkait pengalihan anggaran, prosenya butuh waktu yang lama karena harus disetujui RUPS. “Oleh karenanya ketika merumuskan rencana investasi hendaknya dilakukan dengan baik dan matang sehingga pengalihan dihindarkan,”demikian Faisal sambil menerangkan ada upaya mereview AD/ART khusus terkait hal ini agar persetujuannya lebih cepat. Hal lain yang juga dibahas Fasial terkait metode yang bersumber pada Standar Tata Kerja (STK). STK sebagai pedoman tidak hanya satu ada beberapa seperti STK Investasi, STK RKAB dan lainnya yang kesemuanya saling terkait. Tantangan ke depan adalah bagaimana menyederhanakannya sehingga tidak perlu dilakukan koordinasikan dengan STK lain. Apalagi STK investasi harus selalu diperbaharui. Faisal juga menilai untuk menjadi pemain Global, struktur organisasi Pertamina juga perlu ada pembagian struktur dan tugas baik di level anak usaha mapun di korporat. Menurutnya selama ini dalam penyusunan rencana investasi, masih banyak kesalahan dan kelemahan. Oleh karenanya perlu ditingkatkan termasuk terkait mitigasi terhadap kendala yang hampir selalu ada setiap tahun. Ini dapat dilakukan lewat workshop dan pengumpulan data yang lebih baik. “Selama ini sumber dan standar informasi masih beragam. Tugas kita adalah bagaimana membangun sistem informasi yang tunggal yang bisa digunakan oleh anak usaha,Direktorat dan korporat,”jelas Faisal.
Fasilitas Produksi Field Subang. Seorang petugas melakukan pengecekan fasilitas produksi di Stasiun Pengumpul PT Pertamina EP, Subang, Jawa Barat, Rabu (26/3/2014). Field Subang, selain terus mengoptimalkan produksi, juga menargetkan meraih PROPER emas tahun ini
Ikhtiar Merengkuh Emas Kementrian Lingkungan Hidup memuji komitmen Pertamina EP terhadap lingkungan. Penilaian PROPER tahun ini dimajukan enam bulan. Field Rantau dan Field Subang kembali dijagokan meraih emas.
R
uang pertemuan Safir di Crowne Plaza Jakarta, pada 17 Maret 2014 lalu, dipenuhi karyawan Pertamina EP. Hari itu, karyawan yang berasal dari Aceh hingga Papua berkumpul di Jakarta. Mereka datang untuk menghadiri sosialisasi Proper 2014. Bukan sekedar sosialisasi, kehadiran mereka menjadi penting, sebab dalam forum itu, evaluasi terhadap keikutsertaan di tahun sebelumnya disampaikan. Masing-masing asset juga bisa saling belajar, apa yang sudah dilakukan asset lain. Hari pertama di acara yang berlangsung dua hari itu, menghadirkan pembicara dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) yang juga menjadi panitia proper. Sigit Reliantoro dan Karliansyah menjadi pembicara pada hari pertama dari dua hari penyelenggaraan.
5
Asset 1: TIME IS OIL
Di 2014 ini, merupakan tahun ke lima keikutsertaan PEP dalam penilaian tahunan yang diinisiasi oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) ini. Di mulai pada 2009, awalnya hanya beberapa lapangan yang ikut. Kemudian terus bertambah di tahun-tahun sesudahnya. Kini di 2014, terdapat 22 lapangan yang ikut serta dalam penilaian proper. ” Aw a l n y a a d a y a n g merah, tetapi kemudian terus meningkat. Grafiknya terus meningkat, alhamdulillah,” demikian disampaikan Eka Adhi Mulyono, Manajer Lingkungan PEP, di sela-sela acara. Sejak tahun lalu, PEP sudah mendapatkan apresiasi dari panitia proper untuk melakukan pelaporan mandiri (Self Assesment/SA). Perusahaan yang bisa melakukan pelaporan mandiri, yaitu sudah berturut-turut menda-
patkan proper biru. Proper biru didapatkan perusahaan, bila melakukan sesuai dengan ketentuan (standar) proper. Karena itu, dalam pertemuan tersebut, yang dibicarakan adalah bagimana melakukan kegiatan di luar ketentuan (beyond complience), sehingga proper hijau bisa didapatkan bahkan pencapian tertinggi, berupa proper emas bisa diraih. Tahun lalu, field Subang dan Rantau bahkan mendapatkan undangan sebagai kandidat proper emas. Sayang, presentasi yang disampaikan, belum meyakinkan dewan proper untuk mengganjar proper emas. Karena itu, Sigit Reliantoro, dalam penyampaiannya mengatakan untuk bisa mendapatkan proper emas, selain aspek inovasi, additionalitas, konsisten, hal lain yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah soal bagaimana membuat pelaporan yang ringkas, padat dan mudah dimengerti. Lebih dari itu, saat mempresentasikannya juga harus meyakinkan dewan proper. ”Pilihan terhadap siapa yang mempresentasikan hasil kegiatan juga perlu dipilih, bila
13
Asset 5:
perlu dilatih khusus. Faktor ini juga ikut menentukan (untuk proper emas),” terangnya. Eka Adhi Mulyono mengatakan, pertemuan dan evaluasi dari tim proper tersebut juga sebagai masukan terhadap kekurangan dan celah bagi semua pelaksana lapangan untuk bisa melakukan perbaikan dan meningkatkan kekurangan di tahun sebelumnya. ”Kita sudah dapat hasil evaluasi, akan kita susun strategi dan akan kita jalankan strategi itu,” ungkap Eka. Di tahun 2014, lajutnya, total ada 25 unit operasi yang ikut dalam program proper ini. Ditargetkan 18 mendapatkan peringkat hijau dan 7 peringkat biru. Rantau dan Subang, merupakan 2 lapangan yang ditargetkan memperoleh emas pada proper 2014. ”Untuk emas, kebetulan dari HSE Korporat akan membantu direktorat, anak usaha yang punya target emas. Jadi, selanjutnya kami akan banyak berkoordinasi, dengan pihak korporat. Mereka yang akan memfasilitasi,” ujarnya. (berita terkait halaman 15 dan halaman 16)
BUNYU MENGEJAR (LAGI) 10.000 BOPD
2
Ed is i Nomor 4
JEJAK
TAH UN II
Regulasi dan Permasalahan Panas Bumi W W W,E N E RGITODAY.C OM
I
ndonesia, memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia. 40 persen potensi panas bumi dunia ada di Negeri Kepulauan ini. Hanya saja, pemanfaatannya, belum lebih dari 5 persen. Berbagai regulasi yang mengatur pengusahaan panas bumi di Indonesia terus dilakukan perbaikan, sehingga pengembangan panas bumi terus berkembang memanfaatkan potensi yang demikian besar di Indonesia. Ditandai dengan Keputusan Presiden (Keppres) nomor 6 tahun 1974, yang diteken pada 20 Maret 1974, dengan wilayah kerja yang masih terbatas di pulau Jawa. Perluasan wilayah kerja panas bumi kemudian diatur dalam Keppres nomor 22 tahun 1981 tentang kuasa pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya panasbumi untuk pembangkit tenaga listrik di Indonesia. Pertamina diberi kuasa penuh untuk melakukan kegiatan pengusahaan panas bumi dan menjual hasil listrik panas bumi ke PLN. Jika Pertamina belum mampu melaksanakan kegiatan pengusahaan tersebut, Pertamina bisa menggandeng pihak lain dalam bentuk kontrak operasi bersama (Joint Operation Contract). Berbagai beleid terkait pengusahaan panas bumi di Indonesia terus dibuat agar kegiatan panas bumi terus bertumbuh dengan signifikan. Namun berbagai persoalan juga ikut serta sehingga kegiatan penguahaan panas bumi tidak berjalan seperti harapan. Masih banyak wilayah kerja panas bumi yang masih mangkrak, tidak jelas nasibnya karena berbagai alasan. Karena semua wilayah kerja panas bumi berada di wilayah hutan, baik hutan lindung ataupun jenis hutan lainnya, sehingga kerap berbenturan dengan institusi lain. Kementrian Kehutanan sudah memberikan keringanan kepada panas bumi untuk kegiatan non kehutanan di wilayah hutan lindung. Namun tetap saja, berbagai penolakan masih terus berlangusng. Karena itu, pelaku usaha panas bumi menguslkan perubahan UU panas bumi. Sebab dalam belaid sebelumnya, kegiatan panas bumi masih dikategorikan sebagai kegiatan pertambangan. Redaksi pertambangan panas bumi ini, menurut mereka menjadi kendala, karena panas bumi dianggap seperti kegiatan pertambangan mineral atau batu bara. Dari sisi harga, harga keekonomian listrik atau uap panas bumi, terus mengalami perbaikan. Pada 2011, Menteri ESDM mengeluarkan Permen nomor 02 tahun 2011, yang mengatur patokan harga panas bumi tertinggi yakni 9,70 US$ per kwh dan mewajibakan PLN untuk membeli listrik dari pengusahaan panas bumi. Soal harga listrik panas bumi, pemerintah juga kini sedang menyiapkan beleid baru yang mengatur harga keekonomian listrik panas bumi, berdasarkan wilayah kerja panas bumi. Rencana peraturan Menteri ESDM terkait patokan harga keekonomian panas bumi terbaru ini, setelah mendapat rekomendasi dan masukan dari World Bank dan Asian Development Bank dalam menetapkan harga jual listrik panas bumi, dari hasil kajian yang mereka lakukan. Dari Kamojang di Bandung, Jawa Barat pada 1926, panas bumi kini terus menyebar ke seantero Nusantara,meski belum maksimal pemanfaatannya.
Uap Nan Tak Kunjung Padam Pembangkit listrik panas bumi (PLTP) di Indonesia mulai dikembangkan sejak zaman kolonial Belanda, 1926. Uapnya hingga kini terus keluar. Potensi panas bumi di Indonesia terbesar di dunia, pemanfaatannya belum maksimal. Banyak soal yang menghadang.
S
eorang lelaki tua memasuki sebidang tanah berukuran 4x4 meter dengan pagar besi setinggi 1,5 meter yang mengitari bidang tersebut. Di tangannya, sebatang bambu sepanjang satu meter dan beberapa kantong dan botol plastik yang diikat menjadi satu. Di tengah bidang tersebut, sebuah pipa besi berdiameter 9 senti menjulur 15 senti di atas tanah. Kepulan uap disertai suara bising keluar dari pipa tersebut. Abah Ugi, demikian nama lelaki 80 tahun itu, meletakan kantong dan botol plastik tepat di atas pipa tersebut. Tekanan dari pipa tersebut membawa sekumpulan plastik itu membumbung hingga 20 meter. Plastik lain kembali diletakan, terbang jatuh tepat di sisi pagar besi. Pengunjung mendekat ke sisi pagar. Abah Ugi kembali beraksi dan menyadari bahwa permainannya menarik perhatian pengunjung. Kali ini, pria yang mengaku sudah puluhan tahun tinggal di tempat tersebut mengambil bambu. Asap mengepul saat bambu disilang di atas pipa sambil digerak-gerakan. Tak sampai di situ, ujung bambu kemudian diletakan tepat di bibir pipa. Bunyi seperti kereta batubara nyaring terdengar. Abah Ugi terus beraksi di lokasi yang diberi nama sumur kereta tersebut. Lokasi tempat Abah Uhi ”bermain” tersebut merupakan Kawah Kamojang, tepatnya sumur KMJ-3. Tempat tersebut merupakan salah satu sumur panas bumi pertama di Indonesia. Sumur dengan kedalaman 66 meter tersebut
menjadi jejak pengembangan panas bumi di Indonesia yang dilakukan eksplorasi oleh pemerintah Kolonial Belanda. Sumur KMJ-3 ini juga menegaskan bahwa panas bumi merupakan sumber energi yang berumur panjang dan berkelanjutan. Bagimana tidak, sejak dieksplorasi pada 1926, sampai kini masih mengeluarkan uap alam kering dengan suhu 140C dan tekanan 2,5 atmosfer (atm). Pengembangan panas bumi di daerah yang berlokasi di ketinggian 1.730 meter di atas permukaan laut ini, bermula dari usulan JB Van Dijk pada tahun 1918. Pada saat bersamaan, di tahun tersebut kegiatan pengusahaan panas bumi di Larnderello, Italia mulai dijalankan. Di Italia uap panas bumi sudah dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik, di sini, di Kamojang, Jawa Barat, masih sebatas usulan. Sejak 1928, kegiatan pengusahaan panas bumi di Indonesia terhenti dan baru mulai dilanjutkan kembali pada 1964. Sejak 1964 hingga 1981, penyelidikan sumber daya panas bumi dilakukan secara aktif dan bersama-sama oleh Direktorat Vulkanologi, Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK PLN dan ITB) dengan memanfaatkan bantuan luar negeri. Di tahun 1972, pengeboran dilakukan pada enam buah sumur di pegunungan dieng dengan kedalaman 613 meter. Hasilnya nihil, tidak ada satupun sumur yang berhasil mengeluarkan uap. Di tahun yang sama, di Kamojang kembali dilakukan pengeboran secara komprehensif terkait geokimia dan pemetaan geologi.
Pengeboran yang sama juga dilakukan di Cisolok, Jawa Barat dan Kawah Ijen, Jawa Timur. Pada 1974, Pertamina bersama PLN aktif dalam pengembangan panas bumi di Kamojang hingga 1977. Pada periode ini, Selandia Baru, ikut membantu pengembangan panas bumi di tanah air dengan mengucurkan dana NZD 24 juta (dolar Newzealand). PLTP Kamojang diresmikan pada 1 Februari 1983 dengan kapasitas 30 MW. Pengembangan panas bumi di Kamojang yang dikembangkan PLN dan Pertamina menjadi tonggak pengusahaan panas bumi oleh anak negeri, dengan mengebor sebuah sumur dengan kedalaman 600 meter. Di luar pulau Jawa, pengembangan panas bumi dikembangkan di Lahendong, Sulawesi Utara dan di Lempung Kerinci. Kunjungan tim survei ke Lahendong dilakukan pada 1971, oleh tim yang terdiri dari Direktorat Geologi Bandung, PLN dan pakar panas bumi Selandia Baru. Survei lanjutan juga dilakukan oleh tim survei dari Canadian International Development Agency (CIDA) pada 1977/1978. Periode pengembangan panas bumi di Indonesia selanjutnya dilakukan pada dekade 1980-an, melalui Keppres No. 22 tahun 1981, untuk menggantikan Keppres nomor 16 tahun 1974. Dalam ketentuan Keppress 22 tahun 1981 tersebut, Pertamina ditunjuk untuk melakukan survei eksplorasi dan eskploitasi panas bumi di seluruh Indonesia. atas dasar itu, maka sejak 1982, kegiatan di Lahendong diteruskan oleh
Pertamina dengan melakukan survei geologi, geokimia dan geofisika. Pada 1982, Pertamina menandatangani kontrak pengusahaan panasbumi dengan Unocal Geothermal of Indonesia (UGI) untuk sumur panasbumi di Gunung Cisalak, Jawa Barat. Pada tahun 1994, PLTP Gunung Cisalak unit I dan II beroperasi. Februari 1983, sumur panas bumi di Kamojang berhasil dikembangkan secara baik, dengan beroperasinya PLTP Unit-I (1×30 MW). Unit II PLTP Kamojang mulai beroperasi pada 1987. Kemudian pengembangan panas bumi di Gunung Darajat, Jawa Barat, dilakukan oleh Pertamina dengan Amoseas of Indonesia Inc. dan PLN (JOC-ESC). PLTP Gunung Darajat unit I beroperasi pada 1994. Pada tahun 1991 Pemerintah sekali lagi mengeluarkan kebijakan pengusahaan panasbumi melalui Keppres No. 45/1991 sebagai penyempurnaan atas Keppres No. 22/1981. Dalam Keppres No. 45/1991, Pertamina mendapat keleluasaan bersama kontraktor, untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi. Pertamina juga lebih diberi keleluasaan untuk menjual produksi uap atau listrik kepada PLN atau kepada badan hukum pemegang izin untuk kelistrikan. Di tahun yang sama, keluar juga Keppres No. 49/1991 untuk menggantikan Keppres No. 23/1981 yang mengatur tentang pajak pengusahaan panasbumi dari 46 persen turun menjadi i 34. Tujuannya, untuk merangsang peningkatan pemanfaatan energi panasbumi. Pada tahun 1994, terjadi penandatangan kontrak pengusahaan panas bumi antara Pertamina dengan empat perusahaan swasta. Masingmasing untuk daerah Wayang W indu, Jawa Barat (PT Mandala Nusantara), Karaha, Jawa Barat (PT Karaha Bodas Company), Dieng, Jawa Tengah (PT Himpurna California Energy), dan Patuha, Jawa Barat (PT Patuha Power Limired). Setahun setelahnya, 1995, penandatanganan kontrak (JOC & ESC) Pertamina Bali Energy Limited dan PT PLN (Persero) untuk pengusahaan dan pemanfaatan panasbumi di daerah Batukahu, Bali. Masih di tahun 1995, penandatanganan kontrak (SSC & ESC) untuk Kamojang Unit-IV dan V antara Pertamina dengan PT Latoka Trimas Bina Energi, serta ESC antara PT Latoka Trimas Bina Energi dengan PT PLN (Persero). Dan masih di tahun 1995 dikeluarkan MOU antara Pertamina dengan PT PLN untuk membangun PLTP (1×20 MW)di Lahendong, Sulawesi Utara dan monoblok (2 MW) di Sibayak, Sumatera Utara.
Edi si N o m o r 4 TA HU N I I
3
EDITORIAL
Surat Pembaca Industri Migas dan Pertumbuhan Ekonomi
K .
ehadiran setiap industri, selalu diikuti oleh efek dari kegiatan usaha industri tersebut. Hanya saja, ada yang memiliki efek berantai yang besar, tetapi banyak pula yang multiplier effect-nya tidak besar. Salah satu industri yang memeiliki efek berlipat yang cukup besar adalah industri minyak dan gas bumi (Migas). Industri ini menjadi katalisator, penggerak perekonomian nasional maupun daerah. Itu tentunya dengan catatan, jika industri ini berkembang dan maju. Namun jika sebaliknya, maka perekonomian pun akan stagnan. Multiplier effect kehadiran industri migas, terlihat dari bertumbuhnya industri pendukung utamanya. Ketika sebuah perusahaan migas memulai kegiatan operasionalnya, maka akan didahului oleh beberapa kegiatan pendahuluan. Mulai dari survei geologi, eksplorasi hingga masuk ke tahap pengembangan produksi dan komersialisasi. Bila perusahaan melakukan pengeboran di lepas pantai dengan membuat anjungan migas, maka industri pendukung akan ikut bertumbuh. Misalnya, pembuat anjungan migas (platform), perusahaan baja, industri pipa migas, industri cat dan sebagainya. Kehadiran industri pendukung migas lokal pun mendapat sokongan melalui beleid yang diatur oleh Kementrian ESDM dan SKK Migas, melalui peraturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Dalam aturan itu, perusahaan yang beroperasi di Indonesia, diharuskan memenuhi tingkat
kandungan lokal tersebut. Pemanfaatan produk lokal ditentukan mencapai 50 persen. Sejak peraturan TKDN dikeluarkan pemerintah, industri pendukung migas pun berkembang cukup pesat. Data yang dirilis SKK Migas menyebutkan, nilai pengadaan barang dan jasa di sektor hulu migas periode Januari hingga November 2013 sebesar US$11.78 miliar. Nilai tingkat kandungan dalam negeri mencapai 56,42 persen atau senilai US$5,321 miliar. Di luar energi utama pendukung usaha hulu migas itu, dampak kehadiran industri migas adalah bertumbuhnya perekonomian masyarakat di sekitar lokasi usaha. Biasanya, ketika sebuah industri hadir, maka wilayah atau daerah tersebut akan berkembang dengan baik. Industri ibarat gula, rombongan semut akan datang mengerubungi. Daerah yang sebelumnya sepi, kemudian menjadi ramai, perekonomian, usaha kecil dan menengah hidup. Kondisi daerah akan berkembang dengan baik, karena perusahaan juga ikut turut serta melalui kegiatan CSR dan Community Development. Bagus kiranya, jika ENERGIA PEP memberikan ulasan mengenai kondisi suatu daerah atau wilayah dimana kegiatan migas beroperasi, khususnya kegiatan yang dilakukan oleh Pertamina serta anak usahanya. Kondisi daerah sebelum perusahaan hadir dan sesudahnya. Bagaimana perekonomian di daerah tersebut, bagaiman pendapatan masyarakat meningkat sebelum dan sesudah perusahaan migas hadir. Pun demikian bagaimana pendapatan daerah meningkat sejak perusahaan beroperasi. Dalam banyak kasus, banyak daerah yang akhirnya melakukan pemekaran wilayah menjadi daerah baru, kabu-
paten baru, karena adanya perusahaan yang beroperasi. Ini penting untuk mengabarkan kepada khalayak, bahwa perusahaan migas itu, benarbenar memberi manfaat yang sangat signifikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat, daerah, juga negara. Kafka Cakrawala. Pekanbaru, Riau.
Apresiasi Untuk CSR Pertamina EP
K
egiatan Corporate Social Responsibility (CSR) sebenarnya bukan suatu yang asing di negara ini. UndangUndang No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dengan tegas mengamanatkan setiap perusahaan untuk memperhatikan tanggung jawabsosial. Namun demikian buat saya apa yang dilakukan anak usaha BUMN Migas, Pertamina EP sebagai bentuk kegiatan CSR patut diapresiasi. Segala aspek diperhatikan mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Ketika saya mengunjungi salah satu wilayah operasi Pertamina EP di Jawa Barat. Ketika bertemu dengan masyarakat sekitar, saya mendapat cerita menarik tentang apa yang mereka lakukan bersama Pertamina EP. Di bidang ekonomi, perusahaan ini memilih untuk fokus pada upaya peningkatan kemampuan masyarakat mulai dari ketrampilan sampai pada kemampuan finansial. Mereka tidak hadir sebagai sinterklas yang memberi uang tetapi sebagai mitra
yang bekerja sama membangun masyarakat menuju kemandirian secara ekonomi. Kegiatan yang dipilih pun biasanya yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Sehingga masyarakat pun merasa bahwa kegiatan tersebut benarbenar bermanfaat bagi masyarakat setempat. Tidak hanya di bidang ekonomi, sektor pendidikan pun menjadi perhatian mulai dari pelatihan para guru dan bantuan perlengkapan sekolah. Sementara di bidang kesehatan salah satu prioritas perusahaan yang saya lihat dan dengar dari masyarakat lebih mengarah pada membangun kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Perusahaan juga tidak mengabaikan bantuan pada sarana dan prasarana kesehatan. Dan yang tidak kalah menarik, perusahaan juga menaruh perhatian pada pelestarian hutan dan hewan langka. Ini terlihat dari kegiatan perseroan yang peduli pada pelestarian Beruang Madu di Kalimantan Timur dan Si Amang di Jawa Barat. Buat saya, kegiatan CSR Pertamina ini menawarkan persepektif baru. CSR bukan lagi menjadi kegiatan charity dan derma tetapi lebih fokus pada pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat lokal. Diharapkan ketika Pertamina EP mengakhiri kegiatannya di suatu tempat masyarakat sudah mandiri. Dan lagi dengan membuat perencanaan selama lima tahun saya yakin CSR Pertamina akan sampai pada visinya yakni menjadi lebih baik. Diharapkan semangat ini pun menular pada perusahaan migas dan perusahaan lainnya. Sehingga manfaat dari kegiatan CSR semakin dirasakan masyarakat. Ahmad Bustomi Cirebon.
ENERGIA
S
udah tiga edisi, SINERGISIA menyapa pembaca. Seperti terbaca di taglinenya media ini ditujukan sebagai sinergi unit operasi untuk Indonesia. Dengan Wilayah Kerja yang terbentang dari Aceh sampai Papua, beberapa di antaranya masih berada di remote area tentulah dibutuhkan media untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Ibarat dalam sebuah keluarga besar, tentu kita selalu ingin mengetahui saudara di tempat jauh sedang melakukan apa. Untuk itu, Kami mencoba merekam denyut tiap lapangan sehingga diketahui yang lain. Dengan begitu bisa menjadi media pembelajaran. Kalau baik, tentunya bisa dicontoh. Kalau negatif, bisa dicari pencegahnya sehingga tidak mengulanginya. Kini mulai edisi keempat dan edisi-edisi berikutnya, SINERGISIA berganti nama menjadi ENERGIA PEP Pergantian ini semata-mata untuk kepentingan komunikasi. PT Pertamina sebagai perusahaan yang bertekad mewujudkan visi world class company merumuskan strategi “one brand” untuk penerbitan media. Baik untuk holding maupun anak perusahaan harus menggunakan nama Energia dengan tagline Energizing Asia. Energia dipungut dari bahasa Yunani energeia, yaitu en bermakna di dalam, dan ergon bermakna kerja. Energia bermakna kapasitas atau daya dalam mengerjakan sesuatu. Manusia pada hakikatnya adalah sumber energi, yang punya kekuatan untuk mengerjakan sesuatu, mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang semestinya lebih berarti. Kekuatan ini oleh penyair Taufik Ismalil dipersonifikasikan dalam sosok Aura Energia lewat buku “Pertamina Dari Puing-Puing ke Masa Depan, Refleksi & Visi 1957-1997”. Aura Energia adalah sosok imajinatif yang diciptakan untuk menggambarkan figur ideal insan Pertamina abad XXI. Mewakili visi, kerja keras, usaha yang terusmenerus, dan cita-cita Pertamina yang senantiasa bertransformasi dan bergerak menggapai masa depan gemilang bangsa dan negara Indonesia tercinta. Kami yakin semangat ini pula yang bergelora di dada setiap pekerja di masing-masing lapangan. Tekad untuk terus memberikan yang terbaik kepada perusahaan dengan terus menggali potensi diri masing-masing. Pada gilirannya, jika perusahaan terus tumbuh tentunya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harapan kami, kehadiran ENERGIA PEP bisa dimanfaatkan sebagai wahana untuk saling bertegur sapa, mengabarkan karyakarya nyata agar semangat untuk menggapai masa depan gilang gemilang tetap terjaga.
PEMIMPIN REDAKSI: Aji Prayudi (VP Legal Relations) / WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Arya Dwi Paramita (Pjs. PR Manager) / REDAKTUR PELAKSANA: Pandji Galuh Anoraga / REDAKSI: Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong. ALAMAT REDAKSI: Menara Standart Chartered Lantai 21 – 29, Jl Prof. Dr. Satrio 164 Jakarta Selatan. Email:
[email protected]
4
Ed is i Nomor 4
ASSET 1
TAH UN II
Tajak Rantau Mulai Berbuah
Manajer Field Rantau Agus Amperianto sedang memberikan arahan kepada pekerja di depan WTP ( water treatment plant) Field Rantau (Tatan Agus RST)
Berkat Kerja Keras dan Doa
Pemberian santunan kepada masyarakat di wilayah lokasi penajakan (Dok. Field Rantau)
T
erkait keberhasilan pengeboran sumur RNT-DZ7, Field Manager Rantau mengaku senang sekaligus bangga. Menurutnya kesuksesan ini membuktikan komitmen dan upaya keras Pertamina EP untuk meningkatkan produksi secara organik. ”Keberhasilan ini membuktikan upaya PERTAMINA EP untuk terus menerus meningkatkan produksi secara organik dengan sejumlah inovasi. Ke depan tetap memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan sebagai bentuk kerja sama simetris yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia ke depan,” demikian Agus. Pihak Pertamina EP sangat sadar bahwa keberhasilan operasi Pertamina EP tidak terlepas dari dukungan dan doa pemerintah daerah, tokoh masyarakat, alim ulama serta segenap masyarakat di sekitar wilayah operasi Pertamina EP. Ini yang mendasari setiap kegiatan tajak sebuah sumur biasanya diisi dengan santunan kepada anak-anak dan menyerahkan sapi untuk disembelih.
Field Rantau berhasil menambah produksi 120 barrel per hari (BOPD). Merencanakan pengeboran 12 sumur pada 2014. Optimis mencapai target produksi 3.500 BOPD.
S
atu lagi kisah sukses ditorehkan PT Pertamina EP Asset I. Kali ini berita gembira itu datang dari Pertamina EP Field Rantau yang berhasil menyelesaikan pengeboran Sumur RNTDZ7 Struktur Rantau di Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang. Dari sumur tersebut, PT Pertamina EP berhasil mendapatkan tambahan minyak sebanyak 120 barel per hari (BOPD) sesuai dengan target pengeboran yang sudah ditetapkan. Dengan penambahan produksi tersebut semakin memperkuat optimisme field Rantau menuju target produksi 3.500 BOPD. ”Dengan tim yang solid, kami optimis bisa mencapai target,” ujar Field Manager Rantau Agus Amperianto. Sumur RNT-DZ7 sendiri merupakan sumur pengeboran keenam dari total 12 sumur pengeboran yang direncanakan pada 2014. Keenam sumur tersebut, terdiri dari 3 sumur bor EPT dan 3 sumur EOR Lima sumur bor sebelumnya masih membutuhkan upaya lanjutan untuk bisa memproduksikan minyak sesuai dengan target masing – masing sumur. ”Kami berharap pada pengeboran berikutnya di Field Rantau mampu menghasilkan minyak maupun gas dengan hasil yang signifikan melebihi dari sumur RNT – DZ7 ini sehingga produksi Field Rantau dapat terus meningkat,” ujar Arya Dwi Paramita, Pjs Public Relation Manager PT Pertamina EP. Field Rantau merupakan lapangan yang mature. Secara alamiah
produksinya, mengalami decline rate yang cukup tinggi. Oleh karena itu tahap pengurasan lapangan Rantau sudah di tahap secondary recovery. Pada tahap ini pengurasan dibantu dengan injeksi waterflood guna menjaga pressure reservoir sehingga dapat menambah recovery minyak. Untuk beberapa sumur di Rantau malah sudah melewati tahap secondary recovery dan memasuki tertier recovery. Field Rantau tahun ini mulai melakukan ujicoba pengurasan dengan injeksi chemical. Pada tahap tertier recovery injeksi bukan lagi dengan air (waterflood), tapi menggunaskan chemical, steamflood,ataupun CO2, ataupun MEOR tergantung dengan jenis reservoirnya. Field Rantau tahun ini mulai melakukan ujicoba pengurasan dengan injeksi chemical. ”Untuk lapangan Rantau, produksi tambahan 120 BOPD sangat besar karena lapangan Rantau memiliki angka penurunan produksi alami sekitar 43% per tahun mengingat mayoritas sumur yang telah diproduksikan sejak lama dan memiliki kadar air yang sangat tinggi,” ujar Arya Dwi Paramita. Penajakan sumur RNT – DZ7 ini, memakan waktu selama 18 hari dengan titik kedalaman mencapai 809 m menggunakan Rig SkyTop milik PT. Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) dengan target produksi minyak 120 BOPD dari Zona Z-800 Blok A1. Berdasarkan hasil test produksi Sumur RNT-DZ7 / P-441 dapat mengalirkan minyak mencapai
333.21 BOPD dengan jepitan 7/64 inch, tekanan kepala sumur 620 psi, dan sumur berproduksi secara sembur alam (natural flow) dengan kadar air 0%. ”Pembuktian melalui uji produksi tersebut menegaskan optimisme bahwa Struktur Rantau Zona Z-800 Blok A1 masih sangat potensial untuk dikembangkan dan mengandung minyak yang sangat ekonomis. Lebih lanjut hasil produksi Minyak dari Field Rantau jenis sweet light crude dengan API 42-43 ini kemudian dikirimkan ke Pangkalan Susu, untuk selanjutnya diolah ke Kilang Balikpapan dan Kilang Cilacap”, tambahnya lagi. Pihak Pertamina EP menyakini keberhasilan pengeboran RNTDZ7/P-441 merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, serta doa dan kerja keras banyak pihak termasuk masyarakat sekitar area operasi, MUSPIDA, pekerja Pertamina EP Asset 1, Pekerja Field Rantau, Drilling Dept. EP dan juga engineer yang bertugas di lapangan termasuk Tim PDSI. Sebagaimana diketahui, PT Pertamina EP Rantau Field pada 11 Maret 2014 telah melakukan sosiasilasi tajak Sumur RNT-DZ7. Bertepatan dengan kegiatan sosialisasi tersebut, Pertamina EP juga memberi santunan kepada 150 orang anak yatim-piatu dan kaum dhuafa di Desa Kebun Rantau, Alur Manis dan Alur Cucur. Bantuan tersebut diserahkan langsung Field Manager PT Pertamina Asset 1 Rantau Agus Amperianto disaksikan Muspika Kecamatan Rantau dan Tim Manajemen. Pertamina EP juga menyerahkan 2 ekor sapi untuk disembelih yang dagingnya dibagikan ke masyarakat sekitar lokasi tajak.
Edi si N o m o r 4
ASSET 1
TA HU N I I
5
KILAS
Syukuran Tajak Sumur BJG X-1
J Fasilitas Produksi Pangkalan Susu. Field Pangkalan Susu menargetkan produksi pada 2014 sebanyak 741 BOPD untuk minyak dan 12.58 MMSCFD untuk gas. Target ini lebih tinggi dibandingkan yang dibebankan perusahaan sebesar 584 BOPD untuk minyak dan 12.44 MMSCFD untuk gas. (Dok. Field Pangkalan Susu).
Time Is Oil Ramba - ”Ramba adalah salah satu Field yang menjadi andalan dari Asset 1 dalam mencapai target produksi PT Pertamina EP. Melihat performanya selama enam bulan terakhir di 2013, saya mengapresiasi kinerja produksinya yang meningkat tajam mampu mencapai tingkat produksi melebihi angka 7.000 BOPD”.
K
utipan tersebut disampaikan oleh Production & Operation Director, Beni J. Ibradi, di ruang Graha Ramba Madani pada Senin (17/3). Ia menekankan pentingnya bekerja secara sinergis dan saling terbuka. ”Setiap permasalahan yang ada harus disampaikan, agar dapat diselesaikan,” ujarnya. Ditegaskan, semua yang bekerja di Field Ramba di bawah pimpinan Bustanul Fikri sebagai Field Manager, menurut Beni adalah sebuah tim yang harus solid dan selalu bekerja secara harmonis. ”Jadi hasil yang dicapai bukan keberhasilan individu,” Beni menegaskan. Pada kesempatan yang sama, General Manager Asset 1, Irwansyah menyebutkan bahwa kinerja Field Ramba, sangat mempengaruhi ki-
nerja Asset. Saat ini Produksi Asset 1 secara keseluruhan baru mencapai 97 persen. ”Ini lampu kuning bagi Asset 1,” ujarnya. Ia meminta setiap Field, terutama Field Ramba diminta terus memacu peningkatan jumlah produksinya. ”Mari kita membuat komitmen untuk terus bekerja keras, cerdas dan ikhlas, terutama dari segi produksi, banyak yang perlu kita lakukan”. Menurut Irwansyah, untuk hasil yang lebih, diperlukan pula usaha yang lebih, ”Jika kawan-kawan di Lapangan memerlukan sesuatu, jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan ke Asset 1,” ungkapnya. Ia mengatakan tugas tugas Asset untuk memberikan support bagi rekanrekan di Field dalam menyelesaikan permasalahan. ”Fokus rekan-rekan
di lapangan adalah pada peningkatan kinerja produksi,” ujar Irwansyah. Dalam kunjungan tersebut, Direktur Operasi dan GM Asset memberikan berbagai motivasi dan semangat, serta tip untuk menaikkan produksi secara realistis. Salah satunya, jangan menunda pekerjaan. ”Time is Oil, bahwa setiap waktu menunda pekerjaan akan terbuang percuma dan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi Field Ramba” ujar Irwansyah. Pada 27 Desember 2013 berhasil mencapai produksi sebesar 7.004 BOPD. Pencapaian ini merupakan produksi tertinggi sejak alih kelola dari TAC-P Elnusa Tristar Ramba Ltd pada tanggal 16 Oktober 2010 dengan produksi 3.313 BOPD. Kenaikan produksi ini adalah perjuangan yang berkelanjutan dari berbagai aktivitas program perbaikan dan upgrading fasilitas produksi, pengelolaan asset sumur secara agresif dan optimal yang meliputi pekerjaan reopening, reparasi, reaktivasi, stimulasi dan terutama keberhasilan pada optimasi lifting, termasuk keberhasilan pengeboran sumur baru. (Minanti)
ambi- Setiap kesuksesan harus selalu disyukuri. Prinsip inilah yang mendasari PT Pertamina EP Field Jambi melaksanakan syukuran untuk tajak sumur BJG X-1 di lokasi sumur pada Kamis (13/4). Hadir dalam acara yang penuh khidmat dan sukacita ini perwakilan Pemerintah Daerah, aparat keamanan dan masyarakat. Untuk diketahui, pengeboran BJGX-1 adalah pengeboran kedua PT Pertamina EP Field Jambi di Tahun 2014.Direncanakan kedalaman sumurnya mencapai 1300 meter. Sumur ini nantinya akan menjadi sumur BJG-142 yang diharapkan memberi kontribusi pada pencapaian target produksi Field Jambi di 2014 ini. Selain acara syukuran yang ditandai dengan pemotongan sapidan ramah tamah, juga dilakukan pernyerahan santunan untuk 32 anak yatim di wilayah Bajubang dan tidak lupa Doa untuk kelancaran aktivitas sumur BJG-X1.
Duta Green School Berguru di PEP Rantau
R
antau-Hari itu Kamis,27 Maret 2014, Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP) di jalan Arun Kompleks Pertamina EP kedatangan tamu istimewa. Mereka adalah 30 siswa Duta Green School SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang. Ketua Green School SMAN2 Kejuruan Muda Irwansyah, S. Pd. Mengaku kunjungan ke PPMP ini sebagai upaya untuk belajar tentang pengelolan sampah menjadi kompos, holtikultura dan sekilas tentang budidaya jamur tiram di fasiltas workshop PPMP. Rantau Legal & Relation Ast. Manager PT Pertamina EP Field Rantau Jufri menjelaskan Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP) merupakan sarana pemberdayaan masyarakat yang dibangun untuk mengembangkan potensi bidang pendidikan, ekonomi, lingkungan dan budaya tanpa mengabaikan nilai-nilai agamasebagai bagian dari CSR. Kunjungan para duta green school ke PPMP Pertamina Rantau diakhiri dengan peninjauan langsung ke lokasi pengeboran yang berada di sekitar Stasiun Pengumpul Minyak (SP-V) Kampung Kebun Rantau, Kec. Rantau, Kab. Aceh Tamiang.
Mewujudkan Sekolah Berbasis IT
S
elain memacu produksi, Field Ramba juga tak melupakan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Baru –baru ini dua sekolah di desa Keluang dan desa Bentayan mendapat bantuan laboratorium komputer dari Pertamina EP Field Ramba. (18/3). Dua sekolah yang mendapat bantuan laboratorium komputer itu adalah SD Negeri 3 Tungkal Ilir dan SMA Negeri 2 Tungkal Ilir. ”Mewakili manajemen Field Ramba, kami berharap agar sekolah-sekolah tersebut dapat lebih
berkembang dengan menjadi sekolah berbasis IT sehingga nantinya output siswanya tidak kalah dan dapat bersaing dengan siswa dari kota-kota besar dalam bidang IT ” ujar FM Ramba Bustanul Fikri melalui Kepala Lapangan Bentayan Syahrial Zaenuddin. Penyerahan laboratorium Komputer dipusatkan di kedua sekolah tersebut dan dihadiri Sekcam Tungkal Ilir Yudianto Iwan, Kepala UPT Diknas Seman,SPd dan jajaran pengurus kedua sekolah tersebut. Untuk SD Negeri 3 Tungkal Ilir men-
dapat bantuan 15 unit komputer lengkap dengan monitor LCD serta keping CD yang berisi ilmu pengetahuan dan jaringan internet begitu juga SMA Negeri 2 Tungkal Ilir juga mendapat bantuan yang sama. Kepala UPT Diknas, Seman, SPd mewakili pihak sekolah mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatian dari Field Ramba dalam program CSR kali ini.” Walau kita di pelosok kita tidak boleh tertinggal dalam ilmu dan teknologi, jaga dan manfaatkan sebaiknya-baiknya bantuan ini” ujar Seman.
Siswa-siswi dan sejumlah guru di SDN 03 Tungkal Ilir, Banyusin. (Dok. Field Rantau)
6
Ed is i Nomor 4
ASSET 2
TAH UN II
Presiden Direktur Pertamina EP berdialog dengan salah seorang pekerja saat melakukan Management Walk Through di Field Prabumulh.
Memacu Produksi dengan Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas
A
sset 2 adalah tulang punggung produksi Pertamina EP. Dengan empat lapangan, masing Adera, Prabumulih, Limau dan Pendopo, produksinya terbilang paling besar dibandingkan asset lain. Banyak yang berkepentingan dengan kinerjanya. Tergangung sedikit saja pengaruhnya akan tersa pada lifting minyak nasional. Bisa dimengerti jika ”orang pusat” datang silih berganti baik dari dari SKK Migas sebagai perwakilan pemerintah yang bertanggung jawab terhadap bisnis hulu
migas, maupun jajaran BOD (Board of Director) Pertamina EP menyempatkan turun langsung memberikan semangat dan motivasi kepada pekerja. Tak sekedar ceramah, mereka kerap memimpin langsung pemecahan masalah jika ditemukan kendala lapangan menemukan. Ini, misalnya terjadi saat Presiden Direktur Pertamina EP Ardiansyah melakukan MWT (Management Walk Through) ke SP VI Talang Jimar dan Pusat Pengumpul Produksi (P3) Field Prabumulih pada, 27 Februari silam. Ikut mendampingi
General Manager dan Manajemen Asset 2, para FM dan pengawas lapangan setempat. Dari hasil MWT ini didapat temuantemuan terkait masalah pembenahan dan perawatan fasilitas produksi, HSSE dan kondisi lain yang harus segera diperbaiki. Siang itu juga temuan MWT langsung dibahas Presdir bersama manajemen Asset 2 sehingga persoalan serupa tidak terulang di kemudian hari. Semua itu dilakukan agar produksi migas di wilayah ini bisa mencapai target bahkan, melampaui.
Menyikapi Resiko Dengan Bijak
I
ndustri MIgas adalah kegiatan ”high risk”, tinggal bagaimana menyikapinya. GM Asset 2 Tubagus Nasiruddin menyemangati anak buahnya dengan menyebutkan segala yang di lakukan tidak ada yang tidak berisiko. ”Resiko seharusnya dapat membuat kita menjadi orang yang lebih bijak,” ujarnya di hadapan peserta rakor RKAP 2014 yang berlangsung di Hotel Arista Palembang beberapa waktur lalu. Rakor itu diikuti Head office Asset 2, Field Limau, Field Prabumulih, Field Pendopo,
Field Adera. Tubagus menegaskan kepada masing-masing fungsi dan Field agar dalam menjalankan rencana kerja harus mempunyai perencanaan yang matang, target yang jelas, mempunyai komitmen untuk kerja keras serta mau turun kebawah, terjun ke lapangan agar tau permasalahannya. Ia berharap masing-masing Fungsi dan Field dapat bekerja sama, komunikasi, optimis dan melihat sesuatu dengan sifat yang positif, kerja keras, tetap semangat, cer-
das, tuntas, dan selalu berdoa serta yang terpenting jaga keselamatan di dalam bekerja. Untuk RKAP 2014 Asset 2 melaksanakan pekerjaan antara lain, pengeboran sebanyak 14 sumur minyak, 5 sumur Injeksi, KUPL 15 sumur, Reparasi 93 sumur, Reopening 31 sumur, Stimulasi 46 sumur dengan target produksi minyak sebesar 24.147 BOPD dan GAS 428.58 MMSCFD. Target HSSE Total Recordabel Incedent Rate (TRIR) 1.2, Number Of Acccident 0. (NOA)
Dalam rangkaian MWT ini, Presdir juga melakukan tatap muka dengan segenap pekerja Asset 2. Ia menyebutkan para pekerja harus bersyukur bisa bekerja di Asset 2 karena Asset 2 merupakan wilayah kerja terbaik di Pertamina EP. ”Tetap semangat, kerja keras, kerja cerdas, ikhlas, tuntas serta diiringi dengan doa agar kita diberi produksi yang berlimpah oleh Yang Maha Kuasa,” ujarnya di hadapan segenap pekerja Asset 2 di Gedung Patra Ria, akhir Februari lalu. Turut hadir dalam pengarahan itu, Operation Director Pertamina EP Benny J Ibradi, Asset 2 GM Tubagus Nasiruddin, manajemen pusat dan segenap pekerja di lingkungan Asset 2. Kerja cerdas, menurut Presdir adalah kerja yang berorientasi hasil, yakni kerja yang memiliki struktur dan secara bertahap dapat diukur hasilnya. ”Setiap upaya harus diukur dengan jelas dengan tata waktu yang terstruktur agar target yang dicanangkan dari Asset 2 tahun ini dapat diraih,”tegasnya. Sementara kerja ikhlas bisa membedakan sebuah nilai antara hak dan kewajiban. Kata Presdir, kewajiban pekerja untuk bekerja cerdas dan ikhlas untuk meraih hasil maksimal. Sementara hak pekerja untuk mendapatkan apresiasi atau penilaian dari perusahaan. Pada kesempatan itu Presdir kembali menegaskan pentingnya HSSE. Ia menyebutkan selaku insaninsan Pertamina yang punya visi menjadi world class company, salah satu yang dituntut adalah roll model dalam penegakan Safety dan HSSE. Untuk bisa sampai ke sana, menjalankan iklim usaha yang terbaik dengan penuh tanggung jawab. ”Semua pekerja Pertamina EP harus menjadi roll model penegakan safety, ” ujar Presdir. HSSE memang menjadi concern utama Adriansyah. Dalam kesempatan wawancara, tak lama setelah dilantik sebagai Presdien Direktur PEP. Ia mengaku mengaku akan berbuat apa
saja untuk meningkatkan performa HSSE perusahaan yang dipimpinnya, terutama aspek safety. Safety adalah jiwanya industri migas. Dia harus diletakkan pada urutaan teratas standar operasi. Benak tak melulu dijejaji target produksi ”Safety harus menjadi kesadaran tiap orang. Safety is everybody business,” ujarnya. Untuk mencapai itu, safety harus terus dikampanyekan.
Tingkatkan Eksplorasi Sebelumnya, Asset 2 juga mendapat kunjungan dari SKK Migas yang diwakili Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana. Secara khusus ia meminta Pertamina EP Asset 2 untuk terus melakukan eksplorasi selain operasi produksi. Kegiatan ekplorasi sangat penting bagi industri migas nasional. Ia berharap dukungan yang diberikan SKK Migas bisa membantu Pertamina EP meningkatkan kinerja eksplorasi dan pengeboran guna mengangkat cadangan hidrokarbon yang masih tersimpan di sejumlah struktur. ”Kita akan berikan perhatian penuh kepada teman-teman di lapangan, khususnya dari sisi anggaran sehingga kinerja eksplorasi berjalan lancar. Apalagi potensi dan cadangan migas yang dimiliki Sumsel sangat besar, khususnya di Pertamina EP Asset 2. Wajar jika SKK Migas memberikan perhatian penuh kepada Pertamina,” ujar Gde. Sementara GM Asset 2 Tubagus Nasiruddin menyampaikan terima kasih atas dukungan dan kerjasama SKK Migas untuk semua aktivitas perusahaan.”Dukungan yang diberikan, tentunya menjadi satu kekuatan bagi manajemen dan para pekerja dalam melaksanakan amanah negara. Kami sadar bahwa kami bekerja di salah satu obyek vital nasional yang punya kontribusi besar bagi pemenuhan sumber energi migas nasional,” kata Tubagus.
Edi si N o m o r 4
ASSET 2
TA HU N I I
7
KILAS
Field Pendopo Resmikan Musholla Al-Iklhas
S
Penandatanganan MOU Pengamanan Obvitnas antara GM Asset 2 Tubagus Nasiruddin (kiri) dan Asset 2 dan Pangdam II/Sri Wijaya yang diwakili oleh Danrem 0404 GAPO Kolonel Inf Rochadi.
Gandeng TNI Amankan Obvitnas
B
agi Asset 2, pencurian minyak tak ubahnya seperti hantu di siang bolong. Mereka terus mengganggu. Tak terhitung kerugian yang diderita. Ribuan barrel amblas digondol para pencoleng Saat pencurian massif terjadi, Pertamina EP kehilangan kehilangan sekitar 4.000 barrel per hari karena disikat sindikat pencoleng minyak. Jika dirupiahkan Pertamina EP mengalami kerugian sekitar Rp 4 miliar per hari Para begundal ini pintar main kucing-kucingan. Jika razia sedang dilakukan, mereka seperti raib di telan bumi. Tapi begitu, pengamanan lengah, mereka kembali dengan kekuatan lebih besar . Trend penjarahan itu terjadi sejakan pertengahan 2011. Kini, Asset 2 Pertamina EP mengibarkan bendera perang dengan para penjarah dengan menggandeng TNI. Pada (21/3) bertempat di Ruang dilakukan MoU perjanjian kerjasama
bidang keamanan dituangkan bersama antara Pertamina EP Asset 2 dan Pangdam II/Swj yang diwakili oleh Danrem 0404 GAPO Kolonel Inf Rochadi. Danrem Gapo mengatakan, teknis perjanjian kerjasama keamanan, difokuskan pada penguatan bidang teritorial, pengamanan dan permasalahan lainnya yang terjadi dilapangan. ”Kita akan berupaya optimal untuk menegakkan dan mengamankan objek vital nasional yang ada di dalam industri migas,” ujarnya. Upaya ini, menurut Rochadi harus didukung komunikasi yang cepat, schedule teknis serta cakupan wilayah operasi yang punya data pengamanan yang lengkap,” ujarnya. Ditambahkannya, bimbingan teritorial yang dikuatkan adalah permasalahan yang terjadi di lapangan dengan Dandim sebagai komandan Satgas, membawahi para Danramil, Babinsa serta dibantu Dan Yon Zipur 2/SG selaku satgas pemukul akan bergerak
cepat melakukan pengamanan teritorial yang terpadu. Harapannya setelah dibangunnya pola kemitraan antara Pertamina dan TNI, setidaknya dapat meredam dan mengamankan semua permasalahan yang timbul terkait pola pengamanan di dalam industri migas. Senada dengan itu, GM Asset Tubagus Nasiruddin yang didampingi sejumlah manajemen, mengapresiasi pola kerjasama yang dibangun antara PEP Asset 2 dengan TNI AD, khususnya Danrem Garuda Dempo. Ia mengatakan sebagai Asset negara dengan produksi migas terbesar di PEP, sudak sewajarnya semua aktivitas perusahaan, seperti pengeboran, SP/SKG, jalur pipa, fasilitas Produksi serta objek vital lainnya di Asset 2 dilindungi dari gangguan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawb. ”Apalagi gangguan keamanan di wilayah ini sudah luar biasa dan ini memerlukan kerjasama, kekompakan dan suasana yang kondusif untuk meraihnya,” ujarnya.
Induksi Untuk Pengaman Obvitnas
D
alam rangka meningkatkan keamanan dalam kegiatan operasi minyak dan gas bumi nasional, PT Pertamina EP dan TNI lakukan program induksi untuk memperketat tenaga pengamanan dengan personel TNI di lingkungan PT Pertamina EP pada objek vital nasional strategis. Program induksi ini diawali dengan pembekalan personil TNI sebagai tenaga dukungan pengamanan objek vital nasional strategis di Pertamina EP, pembekalan yang berlangsung di Pertamina Learning Center (PLC) Jakarta akan berlangsung dari tanggal 24 Maret 2014 hingga 30 Maret 2014. Sebanyak 12 personil TNI yang lolos dalam program induksi ini di-
antaranya berasal dari kesatuan angkatan darat (TNI AD) sebanyak 8 personil, dan kesatuan angkatan laut (TNI AL) sebanyak 4 personil yang nantinya akan disebar diseluruh asset vital strategis Pertamina EP guna menambah daya keamanan yang lebih kokoh dalam kegiatan operasi migas Pertamina EP. VP HSSE PT Pertamina EP, Lelin Eprianto mengatakan bahwa program induksi ini sengaja dilakukan guna mengurangi angka pencurian minyak yang sudah marak dilakukan oleh masyarakat disekitar pipa-pipa kegiatan operasi migas Pertamina EP, sehingga diharapkan perekrutan personil ini dapat menjaga produksi Pertamina EP hingga 100 persen di seluruh field Pertamina EP.
”Pagi ini kita melakukan program induksi dengan memberikan pembekalan mengenai kegiatan migas Pertamina EP kepada para 12 personil TNI yang telah kami rekrut, seluruh personil ini nantinya akan kita alokasikan ke setiap field agar dapat meningkatkan keamanan dalam operasi migas Pertamina EP, sehingga saya harapkan dengan dilakukannya program induksi ini dapat memberikan impact yang sangat positif bagi perusahaan dan Negara, jadi dengan meningkatnya keamanan saya harap Pertamina EP dapat memberikan 100 persen produksi kepada Negara tanpa ada kekurangan akibat gangguan ulah para pencuri minyak,” tukas Lelin.
ukakarya – Satu lagi kegiatan sosial yang dilaksanakan PT Pertamina EP Field Pendopo.Kali ini Pertamina EP meresmikan Musholla Al Ikhlas di Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas pada (Rabu, 5/3).Untuk diketahui, musholla ini dibangun Pertamina EP sebagai bagian dari kegiatan Corporate Social Responsiblity (CSR) yang selesai pada akhir 2013 silam. Mushola dibangun atas usulan dan menjadi kebutuhan masyarakat setempat.Mushola ini terletak di dusun Purwodadi,Desa Ciptodadi dimana di daerah tersebut ada Stasiun Pengumpul Gas Musi Timur. Tanah musholla merupakan tanah hibah salah satu warga, Tommy Go, dengan luas 13,5 x 13,5 meter. Kegiatan peresmian ini juga dilakukan bersamaan dengan safari dakwah yang merupakan agenda rutin Badan Dakwah Islam (BDI) Field Pendopo yang dilaksanakan setiap bulan di wilayah kerja perusahaan. Tujuannya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat di sekitar Wilayah Kerja, sekaligus wujud kepedulian perusahaan pada pembangunan bidang keagamaan.
Pertamina EP Adera Serahkan Bantuan 30 Unit Komputer
P
engabuan – Pertamina EP Asset 2 Adera Field (Pertamina EP Adera) kembali kembali menunjukkan tanggung jawab sosial di bidang pendidikan. Lewat program CSR bertajuk ”Pertamina Peduli Pendidikan” ada 30 unit komputer beserta windows original software dan 30 unit meja komputer dibagikan kepada 30 SD/MI dan SMP/MTs di wilayah kerja perusahaan (WKP) Adera Field. Acara penyerahan ini dihadiri Field Manager Pertamina EP Adera Heri Aminanto, Camat Tanah Abang Asminton SH, Pjs Legal and Relation Assistant Manager Dika Agus Sarjono beserta staf, kepala sekolah dan pengajar dari 30 sekolah sasaran program yang berasal dari tiga kecamatan di wilayah kerja perusahaan yaitu kecamatan Tanah Abang, kecamatan Abab dan kecamatan Penukal. (Miranda)
MWT GM Asset 2 ke SPG Musi Barat
M
usi Barat- General Manager Asset 2, Manajemen bersama Field pendopo melaksanakan MWT (Management Walking Through) ke Stasiun Pengumpul Gas Musi Barat, diawali peninjauan mess dan dilanjutkan ke lokasi SPG Musi Barat pada 17 Maret lalu MWT kali ini memilih lokasi SPG Musi Barat karena merupakan primadona Asset 2 salah satu penyumbang profit terbesar, selain itu juga merupakan objek vital nasional yang harus dijaga, dirawat dan di pantau kegiatannya. GM Tubagus Nasiruddin didampingi FM Pendopo Eka Riza meninjau fasilitas produksi dan bertanya langsung kepada operator yang bertugas disana, apakah ada kendala, tantangan serta hal hal yang kurang mendukung di dalam melaksanakan pekerjaan. Dari Hasil temuan MWT tersebut didapat temuan-temuan terkait pembenahan fasilitas produksi, perlengkapan bekerja, safety dan SDM operator serta petugas sekuriti.
8
Ed is i Nomor 4
ASSET 3
TAH UN II
KILAS
Sepenggal Kisah Jowo - Bombom
Sekilas Tentang Owa Jawa
Kutai (TNK) melakukan konservasi orang utan Kalimantan
O
wa Jawa (Hylobates moloch) merupakan satwa liar endemik Pulau Jawa yang hanya hidup di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah dengan populasi yang sedikit. Ia termasuk primata yang berukuran kecil dengan panjang tubuh hanya sekitar 80 cm. Tubuhnya lebih pendek, langsing, dan seksi dibandingkan dengan kera lainnya yang cenderung gendut. Pada bagian tubuh Owa Jawa ditutupi dengan bulu yang berwarna abu-abu keperakan sedangkan pada bagian muka berkulit hitam pekat. Owa jawa tidak mempunyai ekor. Owa Jawa termasuk jenis kera pohon sejati karena hampir sepanjang hidupnya primata ini tidak pernah turun dari atas pohon. Uniknya, meski dikenal sebagai raja pohon, ia juga termasuk kera yang berjalan dengan tegak alias tidak menggunakan keempat tangan dan kakinya, melainkan mengandalkan kedua kakinya untuk berjalan. Salah satu kebiasaan khasnya adalah mengeluarkan nyanyian (suara-suara khas) pada pagi hari ketika memulai aktivitasnya. Makanan Owa Jawa meliputi buah-buahan, dedaunan, dan terkadang makan serangga sebagai tambahan protein. Owa jawa dalam mencari makan selalu berpindah-pindah secara berkelompok menjelajah dari satu pohon ke pohon lainnya dalam daerah teritorialnya. Owa Jawa merupakan satwa liar endemik Pulau Jawa yang hanya hidup di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah dengan populasi yang kecil. Penyebab utama semakin langkanya hewan ini adalah berkurangnya habitat akibat kerusakan hutan dan konversi lahan pertanian. Selain hilangnya hutan sebagai habitat Owa Jawa, perburuan liar juga memjadi penyebab semakin langkanya Owa Jawa. Salah satu langkah konservasi untuk menghindarkan Owa Jawa dari kepunahan adalah pembentukan Pusat Rehabilitasi dan Penyelamatan Owa Jawa Bodogol di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Di pusat rehabilitasi ini dipelihara sejumlah Owa Jawa kemudian dilakukan upaya perjodohan sebelum dilepas di alam liar, seperti pasangan Jowo-Bombom. Owa Jawa tidak akan dapat bertahan bila dilepas di hutan tanpa berpasangan. Dia sosok monogami sejati yang setia hanya pada satu pasangan selama hidup.
perburuan dan kerusakan hutan di pulau Jawa saat ini. Pelepasliaran tersebut merupakan keberhasilan proses panjang program rehabilitasi yang dilakukan Yayasan Owa Jawa dengan dukungan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Conservation International Indonesia, Universitas Indonesia, Silvery Gibbon Project, dan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field. ”Melihat keadaan hewan primata Owa Jawa yang semakin berkurang dan menjadi hewan langka dan dilindungi negara, kami dari Pertamina EP khususnya Subang Field merasa harus ikut turun bergerak dengan mendukung Yayasan Owa jawa,” ujar Yosi Ardilla, Assisten Manager L&R Pertamina EP Asset 3. Dukungan terhadap penyelamatan hewan langka memang sudah menjadi garis kebijakaikan Pertamiina EP yang berkomitmen untuk tumbuh bersama lingkungan dana msayarakat. Selain Pertamiana EP Asset 3, beberapa wilayah kerja sudah menjalankan program konservasi bekerjasama dengan instansi terkait untuk melestarikan spesies-spesies yang terancam punah, antara lain Field Rantau yang bekerjasama dengan Taman National Gunung Leuser (TNGL) melakukan konservasi Orang Utan Sumatera, Field Sangatta bekerjasama dengan Taman Nasional.
Untuk kedua kali, Field Subang bekerjasama dengan Yayasan Owa Jawa melakukan pelepasliaran Owa Jawa yang terancam punah di kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar. Program konservasi ini diharapkan dapat menjadi contoh kemitraan yang kuat antara penggiat konservasi dengan sektor bisnis, pemerintah daerah, dan masyarakat.
P
asangan Jowo dan Bombom dipertemukan nasib. Keduanya sempat terlunta-lunta. Dipelihara tangan-tangan tidak bertanggung jawab, dijauhkan dari tempat seharusnya mereka hidup. Sampai akhirnya, mereka diselamatkan dan dikirim ke Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa di Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat pada 13 April 2009. Dua bulan kemudian orang tua angkat mengenalkan mereka. Sejak itu, meraka jadi pasangan tetap, dan mempunyai dua orang anak. Yani adalah anak pertama mereka yang berumur 3 tahun 8 bulan dan Yudi, masih berumur 9 bulan. Kini, keluarga bahagia ini menempati rumah baru di Hitan Lindung
Gunung Malabar Jawa Barat, Mereka dilepasliarkan pada akhir Maret lalu. Owa Jawa adalah spesies asli Indonesia yang terancam punah. Organisasi konservasi (International Union for Conservation of Nature/ IUCN) memasukkannya ke dalam kategori EN (endangered), yakni spesies terancam punah Owa Jawa juga masuk dalam daftar Apendix 1 yang berarti tidak haram diperjualbeikan. Kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar dipilih sebagai tempat pelestarian Owa Jawa setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon, pakan, dan keamanannya. Kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani tersebut diharapkan dapat menjadi rumah yang aman bagi Owa Jawa ditengah maraknya ancaman
Kemudian Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) di Luwuk bekerjasama dengan SM Bakiriang melakukan Konservasi burung endemic Sulawesi Maleo dan di Field Tarakan yang bekerjasama dengan pemerintah kota Tarakan melestarikan satwa Bekantan di Hutan Kota Tarakan. Ditjen PHKA, Kementerian Kehutanan, PT Pertamina EP dan dengan dukungan para pihak terus melakukan berbagai upaya demi suksesnya upaya pelestarian Owa Jawa ke depan. Pangdam III Siliwangi yang turut serta dalam pelepasliaran Owa Jawa ini berjanji akan selalu membantu dalam pengamanan Owa Jawa. ”Salah satu bentuk perjanjian MoU yang telah kami ditandatangani bersama Perum Perhutani, Yayasan Owa Jawa, dan Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan yaitu kami akan membantu dalam bentuk keamanan, dengan melakukan patrol bersama polhut,” ujar Mayor Jenderal TNI Dedi Kusnadi Thamrin, Pangdam III Siliwangi. Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Dr. Noviar Andayani menekankan bahwa upaya konservasi Owa Jawa di tengah tekanan pembangunan ekonomi pulau jawa bukanlah perkara mudah. ”Diperlukan dukungan semua pihak untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan, program konservasi ini diharapkan dapat menjadi contoh kemitraan yang kuat antara penggiat konservasi dengan sektor bisnis, pemerintah daerah, dan masyarakat,” Dr. Noviar Andayani menegaskan. (Endang Supriatna)
Edi si N o m o r 4
ASSET 3
TA HU N I I
9
P
T Pertamina EP Asset 3 Subang Field terus melakukan upaya untuk meningkatkan produksi migasnya. Salah satunya dengan me lakukan pengeboran sumur CLU CII/1. Penajakan yang berlokasi di kecamatan Cimalaya Kulon Karawang ini dilakukan pada 23 Maret 2014. ”Untuk tahun 2014, disamping pengeboran di CLU CII/1, kami juga melaksanakan percepatan produksi sumur eks Eksplorasi melalui program Put on Production (POP) sumur Jati Asri-01(JAS-01)”, ujar Subang Field Manager, Defrian Basya. Jati Asri menyimpan cadangan terambil yang besar, sekitar 67 MMBOE. Dari sumur JAS-1 produksi bisa dioptimalkan sampai 1000 BOPD. Hingga tanggal 24 Maret 2014 produksi rata-rata Subang Field adalah sebesar 1.484 BOPD untuk minyak dan 255,612 MMSCFD untuk gas (year to date). Pada November 2013 Subang Field sukses meningkatkan produksinya berkat keberhasilan program Put on Production sumur BBS-01
yang menghasilkan minyak sebesar 587 BOPD dan gas sebesar 0,34 MMSFD. Untuk lebih meningkatkan performa di tahun 2014, Defrian menyiapkan sejumlah langkah, ”Yang perlu dilakukan adalah bekerja secara teamwork, strategis dan tetap fokus terhadap pekerjaan-pekerjaan yang sudah direncanakan agar tidak terjadi delay atau pun loss opportunity yang dapat mengakibatkan berkurangnya revenue ataupun over budget,” ujar Defriansyah. Ini sejalan dengan kebijakan yang digariskan presiden direktur agar setiap RK on planed, on budget, on revenue, dan on return. Lapangan Subang adalah salah satu dari tiga lapangan migas PT Pertamina EP Asset 3 yang terletak di kabupaten Subang, Karawang, dan Purwakarta. Produksi minyak dari lapangan ini akan dialirkan ke kilang milik Pertamina Refinery unit VI di Balongan, sementara gas nya akan disalurkan melalui jaringan transmisi gas Jawa Barat kepada konsumen untuk berbagai kegiatan industri. (Endang Supriatna)
Berharap Sejahtera Dengan Budidaya ikan air tawar
P
ara pemuda di Kelurahan Dangdeur mulai bisa tersenyum. Sebentar lagi mereka bisa menanggalkan cap pengangguran yang selama ini melekat di pundaknya. PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang membuka pintu masa depan mereka dengan menggelar Program Pelatihan Perikanan Budidaya Air Tawar di Subang (24/3). Bertempat di Wisma PKPRI Subang, pelatihan ini diikuti oleh 40 orang peserta dari 4 RW di Kelurahan Dangdeur, Subang. Acara yang dilaksanakan selama tiga hari ini dilaksanakan di kelas dan di lapangan. Adapun materi yang disampaikan antara lain seputar teknik budidaya seperti pembenihan ikan, pengendalian hama penyakit dan pendederan lele, selain itu disampaikan pula materi tentang kiat usaha, akses permodalan, serta praktek di lapangan. Pada program ini Field Subang juga menyerahkan bantuan permodalan secara in kind untuk em-
pat kelompok pembudidaya berupa bibit dan juga terpal. Subang Field Legal & Relation Assistant Manager, Yosi Ardilla dalam sambutannya menjelaskan bahwa Dangdeur merupakan salah satu kelurahan di Ring 1 wilayah operasi PT Pertamina EP Subang Field yang menjadi target dari pembudidayaan ikan air tawar. ”Melalui program CSR ini kami mencoba untuk bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah untuk memberdayakan kaum pemuda di Dangdeur sebagai bagian dari upaya mengurangi angka pengangguran dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi kami,” tutur Yosi. Lebih lanjut Yosi menjelaskan bahwa program CSR yang dilaksanakan oleh Subang Field akan senantiasa dimonitor dan dianalisa sesuai dengan strategi dan kebijakan CSR PT Pertamina EP Subang Field, hal ini demi menciptakan suatu program kemasyarakatan yang terarah dan terintegrasi dengan strategi perusahaan. (FF)
Z A K Y A RS Y
Mengandalkan POP Sumur Jati Asri
Fasilitas Produksi Field Subang. Untuk meningkatkan produksi, Field Subang sedang giat memonetisasi sumur eksplorasi menjadi sumur produksi. Lapangan ini tabungan reserve yang lumayan besar yang berasal dari Struktur Bambu Gunung dan Bambu Besar.
10
Ed is i Nomor 4
ASSET 4
TAH UN II
Field Cepu
Bintang Triwulan I Tren positif terus dipelihatkan Field Cepu. Selama triwulan 1 tercatat sebagai lapangan yang mencatat prosentase produksi relatif besar dari target dibandingkan lapangan lain. Produksi rata-rata triwulan I sekitar 2.094 BOPD atau sekitar 115% dari target Maret sebesar 2.094 BOPD. Sementara lapanganlapangan lain yang juga mencatat prosentase produksi di atas target, antara lain Prabumulih (106%), Pendopo (109%), Jatibarang+ X-Ray (109%).
U
ntuk produksi minyak 2014, Wresniwiro selaku Cepu Field Manager berkomitmen 2,332 BOPD, sedangkan untuk gas 5 MMSCFD (exclude Blok Gundih), Jadi secara keseluruhan targetField Cepu adalah 3.121 BEPD (barrel equivalent per day). Wresniwiro bertekad memenuhi target tersebut, melalui program perawatan sumursumur Tiungbiru dan Tapen, mengupayakan yang terbaik dari sumur NCJA/1 dan NCJ-A/4, serta tentu saja Sembilan sumur gas di Gundih
yang berproduksi lumayan besar sekitar 50 MMSCFD. Gas dari Gundih yang diinisiasi Proyek Pengembangan Gas Jawa itu akan dialirkan ke PLTU Tambak Lorok yang selama ini byar pet kekurangan pasokan gas. Selain program perawatan sumur, Wresniwiro juga percaya bahwa memperbanyak koordinasi dengan Pemerintah Daerah / Pemerintah Kabupaten serta aparat keamanan dan meng-up grade para pekerja dan mitra kerja di Field Cepu akan membantu Pertamina EP Asset 4 Field
Cepu menghindari decline rate di tahun 2014. Dengan mengupayakan terlaksananya hal-hal tersebut diatas, Wresniwiro memiliki harapan bahwa kebijakan Presiden Direktur Pertamina EP yakni on planed, on bunget, on revenue dan on return dapat dipenuhi oleh Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Meraih apa yang menjadi komitmen dan target Field Cepu tahun 2014 tidak akan mudah. Wresniwiro mengakui bahwa kendala non teknis seperti keamanan dan kekurang pa-
Dari Pertamina EP Untuk Blora
B
lora – Pada hari Rabu (24/4), Bupati Blora Djoko Nugroho telah meresmikan programprogram CSR Pertamina EP di Desa Sumber Kabupaten Blora yaitu pembangunan jalan Sumber-Menden, partisipasi bantuan sarana pendidikan berupa meja kursi untuk sekolah, pembangunan gedung serbaguna Desa Sumber, dan kerjasama pelestarian budaya batik di wilayah Blora untuk kemandirian ekonomi masyarakat.
Kegiatan yang diresmikan oleh Bupati Blora ini merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi pada peningkatan ekonomi daerah sekaligus pemberdayaan konten lokal untuk meningkatkan kemandirian masyarakat. PT Pertamina EP telah merealisasikan pembangunan infrastruktur jalan dari Desa Sumber ke Desa Menden sepanjang 4.2 KM sebesar Rp 3.2 Milyar. Kegiatan perbaikan jalan ini su-
dah mulai dibangun sejak Desember 2013 dan selesai pada April 2014. Proyek ini merupakan lanjutan dari perbaikan jalan yang sebelumnya di ruas Peting sampai Jembatan Sumber sekitar 4 KM pada tahun 2013 lalu. Selain itu, PT Pertamina EP juga akan memulai proses pembangunan gedung serbaguna di Desa Sumber ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Blora, Djoko Nugroho bersama Pjs. General Manager
Fasiltas produksi yang dibangun Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ) untuk mengalirkan gas dari Blok Gundih. Semua gas yang dihasilkan akan dialirkan ke PLTU Tambak Lorok. Dengan pasokan gas dari Gundih ini, diperkirakan PLN bisa memangkas cost Rp 2,9 triliun per tahun. (Foto: Zaky Arsy)
haman masyarakat akan peraturan daerah masing-masing khususnya terkait lokal konten menjadi tantangan terbesa bagi Field Cepu. Meski demikian ia tetap optimis tidak ada yang tidak bisa diraih apabila seluruh Field Cepu memberikan yang terbaik. Selain mengoptimalkan produksi, Field Cepu juga berkomitmen untuk terus membantu masyarakat dibidang fasilitas umum dan pendidikan di sekitar daerah operasi. Teralhit kembali ditujnjukan PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu menyerahkan bantuan bagi Desa Sidoharjo Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, yang bertempat di Balai Desa Sidoharjo (13/3). Bantuan yang diserahkan PT Pertamina EP diwakili oleh CSR Staff dan Public and Govrel Staff berupa sarana umum material untuk jalan pertanian di Dusun Banaran, tiang lampu di jalan Dusun Tapen, paving di SMP N I Senori, jembatan Dusun Lanjam, saluran air dan gorong-gorong Dusun Wadung, saluran air Dusun Malo, jalan Pertamina Dusun Tapen.
Selain sarana umum, PT Pertamina EP juga memberikan bantuan sarana pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Pada kesempatan itu diserahkan pula kepedulian berupa bola volley, stopwatch, net volley, dan bola sepak dengan harapan bisa menunjang kegiatan belajar mengajar di SDN Sidoharjo III. Asset 4 Field Cepu berupaya untuk memberdayakan masyarakat setempat dengan memberikan 5 unit mesin perontok padi untuk dikelola oleh kelompok petani yang telah dibentuk sebelumnya. Mesin tersebut disewakan kepada para pemilik sawah dan upahnya dibagikan kembali kepada anggota kelompok dan sebagian dikelola untuk operasional agar perekonomian masyarakat Desa Sidoharjo bisa meningkat. Pada acara penyerahan bantuan tersebut hadir Camat Senori Eko Julianto, Wakapolsek Senori dan jajaran, Kepala Desa Sidoharjo beserta perangkat desa, Kepala Dusun serta masyarakat Desa Sidoharjo.
PT Pertamina EP JGDP, Pribadi Mahagunabangsa. Diharapkan dengan adanya gedung serbaguna ini nantinya dapat bermanfaat bagi warga Desa Sumber. Di bidang pendidikan, perusahaan memberikan kontribusi dengan memberikan 30 set meja dan kursi siswa kepada 2 sekolah di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Set meja dan kursi siswa tersebut merupakan bentuk program CSR di bidang pendidikan dengan biaya sebesar Rp 30 juta untuk memajukan kegiatan mengajar yang ada di wilayah operasi perusahaan. “Selain itu, perusahaan juga
ingin membantu mengembangkan kemandirian ekonomi masyarakat di Kabupaten Blora serta melestarikan budaya batik lokal dengan bekerja sama dengan pembatik lokal. “ ujar Arya Dwi Paramita-Legal & Relations Manager Pertamina EP Asset 4 Tahapan kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari merintis pasar produk batik Blora. Tahapan selanjutnya, untuk meningkatkan kemandirian masyarakat di sekitar daerah operasi direncanakan untuk dilaksanakan program pelatihan kepada ibu-ibu khususnya di wilayah operasi pengembangan gas jawa Pertamina EP di Kabupaten Blora.
ASSET 4
Edi si N o m o r 4 TA HU N I I
11
12
Ed is i Nomor 4
ASSET 5
TAH UN II
Bunyu Mengejar (Lagi) 10.000 BOPD Meski dalam triwulan awal produksi belum menggembirakan, semangat Bunyu tak pernah padam. Field Manager Bunyu Rizal Wisnuwatan terus memompa semangat anak buahnya untuk terus memacu produksi. ”Janji saya kepada Presdir utk mencapai 10.000 BOPD pada tahun 2014 ini,” ujar Rizal. Dengan tingkat produksi yang sekarang berada di kisaran 5.500-an BOPD target yang dicanangkan tersebut membutuhkan effort luar biasa
S
Presdien Direktur Pertamina EP Adriansyah (kanan) mendengarkan penjelasan seorang pekerja saat melakukan Management Walk Through di Lapangan Bunyu pada 7 April 2014.
Dari BPM ke Pertamina
B
unyu, Pulau kecil di sebelah Timur Laut Tarakan sudah lama mewangi sebagai penghasil migas. Potensi minyak di sana pertama kali ditemukan Perusahaan Belanda Battafsche Petroleum Maatchappij (BPM) pada 1896. Eksplorasi mulai dilaksanakan pada 1901 dengan melakukan pengeboran beberapa sumur, kini dikenal dengan sumur B-001 sampai B-016. Para pencari migas dari seantero jagat didfatangkan. Salah satunya adalam Wokfgang Leopuld, eksplorasionis dari Swiss. Dia lah yang memimpin pencarian migas.
Eksplorasi itu menemukan cadangan yang besar di Bunyu pada 19231924, seperti ditulis buku ”Memories from Borneo”, karangan Andreas Isler, dosen di Universitas Zurich. Sejak penemuan itu, Bunyu jadi pulau internasional. Yang datang ke situ dari berbagai suku bangsa di dunia. Pada periode 1922-1937, BPM mulai memproduksi pada sumur B-107. Saat perang dunia berkecamuk perusahaan berhenti beroperasi. Tapi bumi Bunyu tetap disedot. Jepang yang sempat menguasai Asia Pasifik memompanya untuk keprluan perang. Setelah era kemerdekaan,
BPM kembali pada 1957. Produksi Bunyu saat itu langsung meroket 10.000 BOPD. Sampai 1961, pengelolaan beralih dari BPM ke Nederlandsche Indische Aardolie Maatschapij bekerja sama dengan Permindo. Pada periode inilah, Bunyu memasuki masa keemasan dengan produksi 10.510, terbesar sepanjang sejarah Bunyu. Pada 1993-1994, ladang minyak bumi dioperasikan oleh PT Ustraindo, Produksi anjlok sampai 2.000 BOPD. Pada 1994, Pertamina mengambil alih pengelolaan lapangan tersebut hingga kini.
ecara khusus pada 7 April lalu Management Walk Through (MWT) PT Pertamina EP yang dipimpin langsung Presiden Direktur Pertamina EP Adriansyah menyambangi lapangan yang selama ini menjadi salah satu andalan Asset 5. Hal ini dilakukan untuk melihat kesiapan penajakan sumur baru. Tahun ini Bunyu menargetkan mengebor delapan sumur. Adriansyah, menjelaskan tak ada cara lain untuk menaikan produksi di Lapangan Bunyu selain memprcepat pengeboran. Seperti juga Lapangan tua lain di lingkungan Pertamina EP, Lapangan Bunyu menghadapi problem sama, kadar air dan decline tinggi. Lapangan ini sudah dibor sejak tahun 1918 (lihat: Dari BPM ke Pertamina). Kalau mau menaikkan produksi Bunyu, kecepatan kita ngebor harus ditingkatkan dan dilakukan secara agresif dan massive,” ujar Adriansyah. Ia beraharap dalam satu dua tahun ke depan produksi Bunyu bisa mencapai 10.000 BOPD, Angka produksi ini sebetulnya pernah dicapai Bunyu pada 1959, tetapi te-
rus menyusut pada dekade-dekade berikutnya sampai pada 1.400-an BOPD. Bahkan sempat menyentuh titik nadir 400 BOPD Bunyu pun ibarat kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Sampai akhirnya pada 2010, pengeboran BN-18 berhasil meningkatkan produksi secara signifikan. Di masamasa awal, di antara sumur di seantero Pertamina EP, Bunyu tercatat sebagai sumur yang paling banyak menyemburkan minyak sekitar 5.000 BOPD dari sumbangan produksi BN18. Lapangan Bunyu pada Mei 2012 sempat berproduksi sampai 12.137 BOPD. Berkaca pada keberhasilan tersebut, bukan hal mustahil jika Bunyu bisa kembali menaikkan produksi sebesar 10.000 BOPD seperti ditargetkan Presdir. Kenaikan itu tentunya akan membantu Asset 5 secara keseluruhan yang ditargetkan bisa berproduksi seebesar 22.600 BOPD untuk mencapai 22.600 BOPD untuk mencapai Produksi Pertamina EP secara keseluruhan 128.000 BOPD. (Hari)
Edi si N o m o r 4
ASSET 5
TA HU N I I
13
KILAS
Sosialisasi Kesehatan di Ring-1 PEP Papua
K Menyigi Rembesan Sumur Sepaso Sumur di Desa Sepaso, Kecamatan bengalon, Kabupaten Timur ini bukan sumur biasa. Isinya tak sekedar air, tapi bercampur dengan crude oil atau minyak mentah. Sebagian warga mengolahnya dengan peralatan sederhana.
P
ada (6/3) Dinas Per tambangan dan Energi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Distamben Pempov. Kaltim) menyempatkan mengunjungi tempat yang masih masuk WKP Pertamina Asset 5 Sangatta tersebut. Pihak Distamben Pemprov Kaltim yang hadir diwakili oleh Kepala Bidang Migas Ir. P.R. Bantolo, M.Sc beserta staf, H. Wagimo, Sh. Peninjauan itu untuk menyelidiki dugaan adanya titik sumber minyak bumi yang muncul dan diolah secara tradisional oleh masyarakat lokal tanpa adanya izin dari Pertamina dan aparat berwenang. Pihak Distamben menggandeng Distamben Kab. Kutai Timur, Pihak Kepolisian Kutai Timur,
dan Pertamina EP Asset 5 Sangatta sebagai pemilik izin WKP sekaligus tim ahli dalam meneliti dugaan adanya minyak bumi tersebut. Setelah melakukan survei dan penelitian langsung di lapangan, dari lokasi ditemukan sumber minyak bumi (crude oil) yang masih belum dapat dipastikan datanya. Kesimpulan sementara tim ahli dari fungsi Petroleum Engineering (PE) titik tersebut adalah rembesan (seepage). Kemungkinan di situ ada sumur ex-Belanda. Kanit Pidter Sat Reskrim Polres Kutim, Ipda. Asriadi, SH. menyatakan bahwa kepolisian akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Distamben sebagai pelapor dan regulator, serta Pertamina EP sebagai
pemilik WKP tersebut. ”Kami masih akan mendalami kasus ini, dan memantau bagaimana keterlibatan pihak luar dalam kasus ini”, ujarnya. Dari sudut pandang yang lain, Amirullah, SH, M.Si, Perwakilan Distamben Kutim berharap kasus ini tidak berujung pada pidana. ”Sebaiknya dibentuk koperasi seperti yang ada di Sangkulirang dan menyetor minyaknya ke Pertamina”, ucapnya. Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field sejauh ini masih bersikap sebagai Tim Ahli. ”Kami hadir disini diundang oleh Distamben sebagai Tim Ahli untuk melihat cairan tersebut minyak bumi atau bukan, kami tentunya berkoordinasi dengan pusat namun untuk tindak lanjut wilayah ini selanjutnya kami serahkan sepenuhnya kepada kebijakan pusat”, tukas Wahyu Widiatmoko, Sangatta PE Asst. Manager. Masyarakat lokal melakukan pengolahan minyak sederhana yang diolah secara tradisional. Hasil yang yang diperoleh berupa minyak tanah, premium, dan solar yang tidak diketahui kadarnya. Salah seorang masyarakat memberi keterangan,bahwa penambangan/pengolahan minyak ini sudah lama dilakukan namun hasilnya tidak seberapa karena merupakan pekerjaan sampingan. (SK)
Senyum pemilik Ulayat Klamono, Sorong
P
emilik Ulayat di Distrik Klamono, Kabupaten Sorong tersenyum. Pemerintah Kabupaten menyisihkan sebagian dana 10 persen bagi hasi migas untuk mereka. Dari Rp 4,3 miliar, sekitar 1,35 miliar dialokasikan untu pemberdayaan warga adat. Dimulai dengan menyerahkan beasiswa sebesar Rp 150 juta pada 12 Maret kepada marga marga Klawom, marga Idik, dan marga Mambringgofok. Ketiga marga ini merupakan pemilik ulayat lokasi beroperasinya PEP Papua Field di Klamono. Turut hadir dalam acara tersebut Asisten II Setda Kabupaten Sorong, Abdul Gani Malagapi, S.Sos, MM, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Sorong, Dr. Johny Kamuru, M.Si, Kepala Distrik Klamono, Yoel Kemesfle, perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong, Kapolsek Klamono, Ismail
Ibrahim, Kepala Urusan Humas SKK Migas Perwakilan Papua dan Maluku, Bambang Dwi Djanuarto, Legal and Relations Assistant Manager PEP Papua Field, Rochman, Ketua Dewan Adat Suku Negelin, Philipi Klawom, dan tokoh dari 3 marga pemilik ulayat Klamono. Penyerahan beasiswa dilaksanakan di Ruang Pola, Kantor Bupati Sorong dengan nilai Rp.150 juta.”Beasiswa ini diberikan sebagai salah satu bentuk perhatian Pemda Kabupaten Sorong pada mengembangkan sumber daya manusia masyarakat asli Papua yang berada di ring satu wilayah penghasil migas di Klamono,” ungkap Asisten II Setda Kabupaten Sorong, Abdul Gani Malagapi. Sebelumnya, pada Selasa (4/3), PEP Papua Field juga memberikan bantuan pendidikan bagi anak-anak 3 marga pemilik ulayat Klamono senilai Rp50 juta. Bertempat di Balai
Kampung Klawana, Distrik Klamono, Kabupaten Sorong, manajemen menyerahkan bantuan pendidikan senilai Rp.50 juta bagi 30 anak pemilik ulayat. Bantuan ini diserahkan Formalities Staff PEP Papua Field, Achmad Hendro Rachmanto dan diterima perwakilan marga Klawom, marga Idik, dan marga Mambringgofok. Formalities Staff PEP Papua Field, Achmad Hendro Rachmanto, menyampaikan bahwa bantuan pendidikan merupakan program corporate social responsibility (CSR) PT Pertamina EP untuk anak-anak pemilik ulayat yang duduk di bangku SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. ”Besar harapan kami bantuan pendidikan ini dapat mengantar anak-anak meraih pendidikan yang lebih baik”, ungkapnya.”Kami juga berharap para orang tua untuk selalu mengawal dan memberikan motivasi kepada anak-anaknya agar lebih giat belajar,” sambungnya. (Andi Njo)
lamono, Sorong – PT Pertamina EP (PEP) Asset 5 Papua Field bekerja sama dengan Yayasan Anak Sehat Persada (YASP) lakukan sosialisasi program kesehatan pada masyarakat di ring satu wilayah operasi PEP Papua Field pada Kamis (13/3). Mengambil tempat di balai Kampung Klawana, Distrik Klamono, Kabupaten Sorong, kegiatan sosialisasi dihadiri perwakilan Distrik Klamono, empat kepala kampung sasaran program, kepala sekolah dan guru SD, SMP, dan SMA di wilayah Distrik Klamono, perwakilan Puskesmas Klamono, ibu-ibu kader posyandu, perwakilan YASP, dan perwakilan PEP Papua Field. Terdapat tiga program yang disosialisasikan, yaitu pengembangan dan revitalisasi posyandu, pemeriksaan kesehatan masal, dan edukasi kesehatan. Semuanya akan dilaksanakan di Kampung Klawana, Kampung Klalomon, Kampung Klamono, dan Kampung Maladuk I-Maladuk II. Program pengembangan dan revitalisasi posyandu, pemeriksaan kesehatan masal, dan edukasi kesehatan merupakan program kerja PEP Papua Field di Maret sampai dengan Desember 2014. Program ini merupakan pengembangan dari program sebelumnya yaitu pemberian makanan tambahan yang dilaksanakan pada Maret sampai dengan Desember tahun sebelumnya. (Andi Njo)
HSSE PEP Papua Field Gelar Latihan Olah Sampah Domestik
S
orong – Memperingati bulan Lingkungan,Kesehatan dan Keselamatan Kerja(LK3), HSSE PT Pertamina EP (PEP) Asset 5 Papua Field dan Persatuan Wanita Patra (PWP) menyelenggarakan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah domestik pada Kamis dan Jumat (6/3-7/3) bertempat di fire station PEP Papua Field dan Gedung Kasuari Klamono. Bekerja sama dengan PT Citra Sinar Kencana, distributor alat pengolah sampah domestik (komposter), kegiatan ini diikuti oleh sekitar 50 ibu-ibu PWP. Tujuan dari pelatihan ini adalah memberikan gambaran umum pengelolaan sampah, khususnya sampah organik. Bersamaan dengan pelatihan, HSSE Papua Field membagikan 50 unit komposter kepada ibu-ibu PWP di Sorong dan Klamono. Papua HSSE Assistant Manager, Arif Budiarto, menyampaikan bahwa pelatihan ini bermanfaat untuk mengurangi sampah domestik, khususnya yang bersumber dari rumah-rumah karyawan. ”Ibu-ibu pekerja Pertamina sebagai motor penggerak pengelolaan sampah rumah tangga sehingga perlu mendapatkan pelatihan. Dengan komposter, sampah-sampah organik yang seharusnya dibuang akan diolah lebih lanjut dan akan menghasilkan pupuk kompos. Jadi secara umum program kami mendukung program pengelolaan sampah.Kalau ini banyak ditularkan di Sorong dan Klamono, akan lebih bagus lagi karena semakin mengurangi sampah yang bersumber dari rumah tangga,” jelasnya. (Andi Njo)
Deklarasi Paguyuban Pedagang 10 K
T
anjung- Para pedagang di Taman 10 K yang merupakan CSR mitra binaan PT Pertamina EP Tanjung Field, pada Rabu (26/3) mendeklarasikan paguyuban pedagang Taman 10 K. Bertempat di Gedung Mutiara Patra Kompleks Pertamina, sebanyak 28 pedagang sepakat untuk mendirikan paguyuban. ”Dengan adanya paguyuban ini semoga menjadi wadah bagi para pedagang di Taman 10 untuk kemajuan para pedagang yang selama ini menjadi mitra binaan PT Pertamina Ep Tanjung Field,” ujar Manajer Field Tanjung Heragung Ujiantoro. Jumlah pedagang yang sebelumnya merupakan pedagang kaki lima (PKL) ini semula berjumlah sekitar 20 pedagang. Namun pada tahun 2013, Tanjung Field menambah 8 unit kios baru. Hal ini dilakukan mengingat tingginya antusias para PKL untuk bergabung dan adanya potensi nilai sosial-ekonomis untuk dikembangkan. Hingga kini tercatat 28 pedagang penghuni kios di Taman 10 K yang aktif menjadi mitra binaan PT Pertamina EP Field Tanjung.
14
Ed is i Nomor 4
FORUM
TAH UN II
Exploration Funneling dalam Kegiatan Review dan Pematangan Prospect Oleh : Asep Samsul Arifin dan Suprayitno Adhi Nugroho
K
egiatan eksplorasi ditujukan untuk menemukan cadangan migas baru dan menggantikan cadangan migas yang diproduksikan (Jahn, et.al.,2008). Kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan usaha beresiko tinggi atau high risk venture (Lerche & Mackay, 1999). Resiko dan ketidakpastian merupakan sifat inherent dalam kegiatan eksplorasi migas, oleh karenanya program-program eksplorasi yang sukses memerlukan suatu pertimbangan yang konsisten akan faktor resiko dan ketidakpatian (Rose, 1987). Salah satu wujud untuk mengidentifikasi dan meminimalkan resiko yang ada, serta untuk memperkecil tingkatan ketidakpastian, Fungsi Exploration PEP, secara periodik melakukan proses review terhadap seluruh usulan program/kegiatan eksplorasi, yang saat ini dinamakan sebagai proses funneling. Pada dasarnya, proses funelling merupakan kelanjutan dari bentuk proses technical review yang sudah secara rutin dilakukan di Fungsi Exploration. Pada tahun 2004, sebagai salah satu upaya untuk proses standarisasi dan dokumentasi, khususnya kegiatan review terhadap usulan kegiatan eksplorasi, dilakukan workshop eksplorasi, menghasilkan pedoman kegiatan eksplorasi yang digunakan hingga tahun 2009. Pada tahun 2009, dilakukan review terhadap pedoman eksplorasi untuk dilakukan penyempurnaan dan update dari proses yang ada. Hasil dari review tersebut adalah dibuatnya suatu Exploration Business Process Online, yang digunakan untuk mendokumentasikan dan memonitor setiap usulan program maupun kegiatan eksplorasi. Sejak tahun 2009 tersebut, kegiatan review terhadap semua usulan kegiatan eksplorasi dinamakan sebagai proses funneling.
Gambar 1. Funneling Portfolio EP (David, 2004).
Objective dan Output Kegiatan Funneling Kegiatan funneling disamping sebagai proses review dan assessment terhadap kegiatan eksplorasi, juga ditujukan untuk melihat potensipotensi eksplorasi, dan penerapan proses bisnis. Sehingga proses funneling dilakukan, setidaknya untuk : • Review dan Asessment terhadap prospek/ usulan kegiatan eksplorasi • Melihat potensi eksplorasi • Menerapkan bisnis proses online. Hasil dari proses funneling adalah : • Memperoleh status dari usulan kegiatan (lead, prospek, prospek siap bor) • Tingkatan resiko yang akan dihadapi atau kemungkinan keberhasilan dari suatu usulan (POS : Probability of Success) • Besaran volume usuluan kegiatan (Hydrocarbon Resources) Dalam proses selanjutnya, hasil dari kegiatan funneling digunakan untuk mengoptimalkan proses portofolio kegiatan, yaitu dengan menyusun suatu program kegiatan yang mengkombinasikan tingkatan resiko yang ada dengan tingkat pengembalian yang diharap-
Gambar 2. Status K ematangan Potensi Eksplorasi
kan. David (2004) mengajukan suatu konsep funneling portfolio dalam kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi (Gambar 1). Di sisi lain, hasil dari kegiatan funneling adalah untuk memetakan kematangan dari kekayaan atau potensi eksplorasi (Gambar 2).
Running Funneling Sebagian bagian tidak terpisahkan dari kegiatan eksplorasi secara umum, maka dalam upaya menjalankan proses funneling, eksplorasi PEP, telah membuat sebuah calendar of event (Gambar 3). COE ini, dikomunikasikan dan menjadi perhatian dan agenda bersama seluruh pekerja eksplorasi. Selanjutnya dalam menjalankan proses funneling, juga ditunjuk tim asesor yang terdiri dari advisor yang ada di lingkungan eksplorasi, technical support, serta asesor dari Direktorat Hulu
Persiapan Funneling • Update/Reminder informasi funneling (3-4 minggu sebelumnya) ke seluruh tim (by email). • Pengumpulan dan pemeriksaan kelengkapan data funneling • Penyusunan Jadwal • Penyiapan Ruangan Funneling
Assesment dan Impact Funneling terhadap Kegiatan Eksplorasi Hal utama yang didiskusikan dalam funneling sebagai proses assesment meliputi : • Metode interpretasi/analisis/evaluasi terhadap data secara kualitas dan kuantitas. • Penilaian resiko geologi terhadap elemen sistem petroleum. • Penentuan parameter perhitungan sumberdaya prospektif.
Upaya optimasi untuk mendapatkan diskusi yang berkualitas dan komprehensif yaitu dengan melaksanakan funnelling di lingkungan kantor, mempertimbangkan kelengkapan dan aksesibilitas data serta diskusi dapat dilakukan secara interaktif melalui workstation dengan display yang memadai sehingga memudahkan assesor melihat data, evaluasi/analisis yang telah dilakukan secara detail dan mendalam. Kualitas dan efektifitas funneling salah satunya dapat dilihat dari tingkat kesukesan pengeboran eksplorasi serta evaluasi perbandingan antara target dan realisasi/actual dari temuan sumberdaya prospek yang telah dibor. Melalui upaya peningkatan secara berkelanjutan terhadap proses funneling diharapkan resiko-resiko subsurface dapat terdefinisi dan dievaluasi secara objektif sehingga menjadi dasar penyusunan strategi yang lebih efektif. Prospek Jati Asri pertama kali masuk dalam funneling pada bulan Agustus tahun 2011, sebagai hasil tindak lanjut evaluasi G&G dengan pendekatan analisis advanced geophysic, mengoptimalkan data-data sumur yang cukup banyak kemudian dikarakterisasi sifat batuan dan dikorelasikan dengan data seismik sehingga menghasilkan konsep/play jebakan stratigrafis. Diskusi seru mengenai konsep dan potensi stratigrafis pada area Melandong dihubungkan dengan sistem petroleum serta metode analisisnya sangat hangat, menghasilkan input dan saran membangun untuk mengembangkan serta memperdalam metode evaluasi dan analisisnya sehingga lebih menggambarkan kondisi dan risiko bawah permukaan secara lebih komprehensif meski disekitar area prospek telah terbukti menghasilkan hidrokarbon dengan pendekatan play struktural dengan besaran sumber daya yang marginal. Upaya re-evaluasi dan analisis secara mendalam dengan waktu yang cukup, kemudian didiskusikan lagi dalam funneling sesi Desember tahun 2011. Pemaparan yang apik mengenai evaluasi G&G yang telah dilakukan dari tim menjadikan diskusi teknis lebih mengalir dan menghasilkan kesamaan pemahaman dengan para asesor terkait ide, konsep, serta hasil evaluasi yang telah dilakukan. Asesment berikutnya yaitu mengenai penentuan parameter perhitungan sumberdaya tidak kalah penting untuk mengkaji potensi hidrokarbon yang terjebak dalam perangkap stratigrafi yang telah didefinisikan. Beberapa masukan/saran sebagai upaya optimasi strategi eksplorasi pada area yang sudah mature kemudian ditindaklanjuti dengan updating parameter perhitungan sumber daya berdasarkan distribusi statistik sumur/struktur sekitar yang dikombinasikan dengan tingkat keyakinan terhadap hasil analisis dan konsep yang telah dibangun. Diskusi terus berlanjut melalui email dengan melibatkan tim pengusul, asesor dan fasilitator sehingga kemudian dinyatakan sebagai Prospek Siap Bor (PSB). Singkat cerita kemudian prospek Jati Asri (JAS)-1 menjadi program pengeboran dalam RKAP 2013 dengan target temuan sumberdaya terambil (P50) 43 MMBOE dan mulai ditajak pada 5 Agustus 2013 dan berhasil diselesaikan pada 31 Desember 2013 menghasilkan temuan sumberdaya kontijen terambil (2C) sebesar 67 MMBOE dari hasil 3 interval test.
Edi si N o m o r 4
LINTAS
15 DOK . F IE L D SUBAN G
TA HU N I I
Anggrek di Taman Nasional Ciremai. Bekerja sama dengan perguruan tinggi, Field Subang melakukan konservasi flora dan fauna langka di taman nasional Ciremai, Majalengka. Salah satunya, budidaya anggrek.
B
enedictus W idya Wijaya, Staff Environment Field Subang mengakui bahwa untuk mendapatkan proper emas, bukan perkara mudah. Butuh waktu dan usaha yang lebih dari biasanya. Sebab salah satu aspek penilaian untuk mendapatkan proper emas adalah keberlanjutan dari program yang dijalankan. Hal tersebut juga diamini oleh Dedi Zikrian staf CSR field Rantau. Keduanya juga senada bahwa secara umum,prinsipprinsip yang ada dalam proper, sejalan dengan standar operasional yang dijalankan perusahaan. Karena itu, yang harus dilakukan adalah menjalankan program dengan memperhatikan berbagai aspek yang menjadi penilaian khusus dan utama untuk bisa mendapatkan proper emas tersebut. ”ini adalah tantangan untuk membuktikan bahwa berbagai program dan kegiatan yang kita lakukan, layak untuk mendapatkan penilaian terbaik,” ucap Benedictus. Untuk field Subang, beberapa program unggulan di anta-
Subang dan Rantau Siap Menjawab Tantangan Field Rantau dan Field Subang tahun kemarin diundang sebagai kandidat peraih emas PROPER. Sayang keduanya belum berhasil mendapatkan penghargaan tertinggi dalam bidang lingkungan tersebut. Bagaimana tahun ini? ranya penelitian di bidang lingkungan, dengan merecovery pelumas bekas, ditreatment dan dimanfaatkan untuk keperluan internal. Saat ini masih dalam tahap pengurusan izin. ”Sepengetahuan saya, di tempat lain belum dilakukan,” ungkapnya. Program lainnya yakni bekerja sama dengan perguruan tinggi melakukan konservasi flora dan fauna yang bersifat langka yang berlokasi di taman nasional Ciremai, Majalengka. Budidaya anggrek, salah satunya. Program ini dilakukan untuk meningkatkan status keanekaragaman hayati. ”Itulah
program unggulan kita tahun ini,” imbuh Benedictus lagi. Sementara itu untuk Field Rantau, melalui kelompok Lembu Tanah Berongga, yang sudah dibina sejak 2011 lalu, program unggulannya adalah budidaya lele. Penekanan program ini menurut Dedi Zikrian, pada keberlanjutan dan saat ini sudah masuk fase kemandirian. Buktinya, mereka sudah mampu melakukan pembesaran sendiri dengan sangat baik, juga melakukan pembenihan. Pernyataan dari Badan Penyuluh Pertanian dan Perikan an (Bapelu) menyebutkan bahwa hasil produksi lele
dari kelompok Pertamina, lebih baik. Kalau kelompok lain butuh waktu 3 bulan untuk panen, binaan Filed Rantau hanya 75 hari. Hasilnya juga lebih baik, tidak terlalu amis dan tidak berlendir. Ini bisa terjadi sebagai buah dari inovasi yang mereka lakukan mereka menciptakan jamu atau olahan herbal yang dicampurkan untuk pakan Lele. Kelompok Lembu Tanah Berongga, melakukan inovasi dengan menciptakan jamu herbal yang dicampurkan untuk pakal lele. Hasilnya, tidak berlendir dan tidak terlalu amis serta isinya padat. Jumlah bibit
yang mati juga kecil. ”Mereka terinspirasi dari jamu yang biasa dipakai untuk manusia,” terang Dedi. Tak Cuma itu, ketika musim hujan datang dan kolam dipenuhi air hujan, sehingga PH air tinggi dan mengandum zat asam, mereka mengatasi dengan mengolah limbah buah busuk untuk menetralisir air kolam. Kelompok yang bermula dari 8 orang dan kini sudah bertambah menjadi 19 orang ini juga mulai mengolah produk pasca panen untuk menciptakan nilai tambah. Kaum ibu mengolah lele menjadi aneka panganan dan kudapan. Seperti kripik lele,
abon lele, dan sebagainya. Empat orang anggota kelompok tersebut dipilih oleh Bapelu sebagai penyuluh swadaya, mengajarkan dan mentransfer pengetahuan mereka kepada orang lain. Lokasi kelompok ini selalu ramai dikunjungi baik oleh kelompok ataupun perorangan yang ingin belajar tentang lele. Program unggulan lainnya yakni memanfaatkan kotoran sapi sebagai energi alternatif, biogas. Saat ini sudah ada 3 reaktor. 1 reaktor untuk 3 rumah. ”Selama ini kotoran sapi berserakan dan terkadang menjadi sumber konflik. Kini sudah bisa dimanfaatkan,” ungkapnya lagi. Bersama Subang, Field Rantau juga tahun lalu dipromosikan untuk mendapat proper emas. Karena itu baik Dedi maupun Benedictus berharap bahwa penerima manfaat untuk program yang dijalankan harus bisa ditingkatkan. Karena jumlah penerima manfaat menjadi faktor penilaian. Semoga berbagai program unggulan yang dilakukan, mampu menjawab tantangan membawa pulang proper emas.
16
Ed is i Nomor 4
WAWANCARA FORUM
TAH UN II
Sigit Reliantoro KETUA SEKRETARIAT DEWAN PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
Concern Pertamina Terhadap Lingkungan Luar Biasa
(Foto: Zaky Arsy)
Bagi perusahaan yang ikut serta dalam program Proper yang dilaksanakan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), bisa mendapatkan proper emas merupakan impian semua perusahaan. Untuk mendapatkannya, bukanlah perkara mudah. Tidak hanya sekedar perusahaan melakukan kegiatan di luar ketentuan dasarnya (beyond compliance), namun juga aspekaspek lain yang harus dipenuhi perusahaan sehingga mampu menggondol penghargaan tertinggi tersebut.
T
erlebih perusahaan yang bergerak di sektor eksplorasi dan ekploitasi sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi serta pertambangan, untuk mendapatkan proper emas, membutuhkan usaha yang lebih dari biasanya. Kebanyakan perusahaan yang bergerak di sektor ini, proper hijau adalah capian maksimal. Hal ini, karena penilaian paling dasar dari kegiatan proper adalah pada dampak lingkungan akibat aktivitas usaha. Apa kuncinya agar perusahaan di sektor migas bisa mendapatkan penghargaan tertinggi melalui proper emas, apa saja tambahan kriteria atau penilaian untuk proper 2014. Berikut wawancara SINERGESIA dengan Sigit Reliantoro, Ketua Sekretariat Dewan Proper Kementerian Lingkungan Hidup. Apakah ada Kriteria tambahan untuk penilaian proper 2014? Sebetulnya tidak ada tambahan yang signifikan dibandingkan tahun lalu. Hanya saja tahun lalu, semua criteria sudah dibuatkan detail algoritmanya. Untuk tahun ini, untuk criteria additionalitas dan inovasi juga mulai kita buatkan, kita develope algoritma-
nya belajar dari tahun kemarin. Nilainya tetap, tetapi lebih didetailkan setiap angka atau nilai yang diperoleh. Jadi sebenarnya lebih kepada pendetailan kriteria. Artinya penilaian akan lebih ketat? Ketat mungkin tidak. Sama saja, tetapi lebih jelas dan terukur. Berapa target peserta yang akan berpartisipasi dalam dalam poper 2014 ? Sebenarnya kita menargetkan 2.000 peserta. Tetapi karena kami bekerja sama dengan provinsi, sementara provinsi dananya dekosentrasi kemudian dana dekosentrasi tersebut dipotong sekitar 50 persen. Maka kita tetapkan sesuai dengan jumlah anggaran yang ada sebanyak 1.800 perusahaan. Jumlah ini naik dari tahun lalu sebanyak 1.600 perusahaan. Bagaimana dengan prosedur penilaian terutama terkait dengan pemantauan ke lapangan? Jadi kita sebenarnya ada tiga mekanisme pemantauan atau penilaian. Pertama, melalaui mekanisme penilaian mandiri atau Self Assesment (SA). Perusahaan yang sudah tiga kali mendapatkan biru atau yang sudah mendapatkan hijau atau emas, diberi apresi-
Sigit Reliantoro di depan karyawan Pertamina EP, peserta sosialisasi PROPER 2014. (foto: Tatan Agus RST)
asi untuk melaporkan sendiri. Untuk mekanisme ini, kita dari proper tidak ke lapangan. Tetapi bila ada kasuskasus khusus, misalkan soal pemulihan limbah B3, kemudian kasus yang dilaporkan masyarakat. Walaupun sudah SA, tetapi karena ada konsentrasi yang harus ditangani, maka kita cek lagi ke lapangan. Kemudian ada juga pemantauan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan juga pemantauan oleh Provinsi. Sekarang, pemantauan paling banyak dilakukan oleh provinsi sebanyak 1.600 perusahaan. Sementara oleh KLH sebanyak 200 perusahaan. Untuk perusahaan yang diberi apresiasi melakukan pemantauan mandiri sebanyak 560-an perusahaan. Selama ini, perusahaan migas, sangat susah untuk bisa mendapatkan emas. Apa saja langkah yang harus dilakukan perusahaan di sektor minyak dan gas bumi, agar bisa mendaparkan raihan proper tertinggi tersebut? Jadi kalau yang dari Pertamina EP, sudah ada 2 kandidat emas yang diundang, yaitu Rantau dan Subang. Cuman memang programnya masih belum menyakinkan dewan untuk di-
anggap bagus. Sama dengan perusahaan lain yang sudah menjadi kandidat lain yang dipanggil untuk kandidat emas, yang harus mereka lakukan adalah continous improvement, belajar dari kesalahan atau kekurangan tahun sebelumnya. Ini yang mesti digunakan oleh teman-teman di Pertamina EP.
Artinya, sesuatu yang bagus harus bisa disebarkan ke manamana. Karena kalau dari sisi potensi, memang masih ada potensi sekitar 3 atau 4 unit di Pertamina EP yang berpotensi mendapatkan emas. Itulah yang sebetulnya perlu didorong. Jangan lagi ada pameo atau anekdot bahwa kalau dapat (proper) biru itu urusan HSE, Hijau urusan GM kalau emas urusannya CEO,
Korporat. Semua level, dari tingkat tertinggi sampai karyawan di lapangan harus mendukung dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh, kalau ingin mendapatkan proper emas. Dari 4 lapangan yang berpotensi mendapatkan emas, lapangan mana yang kira-kira lebih kuat peluangnya mendapatkan emas? Dua yang kemarin masih tetap, kemudian ada beberapa. Ada dua lagi. Yang nilainya kemarin dekat-dekat. Dari keikutsertaan PEP di program proper, seperti apa grafiknya? Terus terang, kalau dari sisi Pertamina secara umum, peningkatan yang paling besar adalah dari di UPMS. Ada kenaikan yang signifikan. Kemudian dari EP juga yang mendapatkan proper hijau jumlahnya signifikan. Cuma yang agak turun, teman-teman yang refinery. Tetapi lompatan paling banyak itu teman-teman UPMS. Yang stabil naik PEP. Yang agak turun yang dari refinery. Soal insitiatif dari KLH memberikan masukan kepada perusahaan peserta proper. Apakah ini sesuatu yang biasa? Jadi, ada beberapa sektor yang kami lihat sangat
concern terhadap lingkungan. Pertamina merupakan perusahaan yang memiliki concern yang luar biasa terhadap lingkungan. Kami pun dengan senang hati sharing mengenai apa yang kami kerjakan. Karena sebetulnya, kalau Pertamina bagus, kan bagus juga untuk bangsa ini. Dan juga bagus untuk KLH. Sering kali, dari kesempatan seperti ini, kita jadi tau best practice dari masing-masing perusahaan. Dan itu yang kita juga jadikan bahan untuk belajar. Dari situ kita sharing juga ke tempat lain, ini lho pertamina sudah melakukan seperti ini. Memang sebenarnya, proper itu forumnya untuk menyontek best practice dari tempat lain. Kebaikan dari tempat lain untuk dilaksanakan di tempat kita. Jadi center of excellences. Kalau semua perusahaan dapat hijau, itu sangat bagus. Artinya itu prinsip ekonomi hijau, efisien pemakaian energi, efisien penggunaan bahan baku, beban pencemaran menurun dan sebagainya. Ini sesuatu yang positif. Kalau ada kesempatan seperti ini, kita bisa sharing best practice dari luar Pertamina. Artinya, sesuatu yang bagus harus bisa disebarkan ke mana-mana.