PF-79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA SEMESTER III PRODI PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNIB Rosane Medriati1, Dedy Hamdani1 1
Program Studi Pendidikan Fisika,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu,Jalan Raya WR Supratman *)
E-mail : rosanemedriati @yahoo.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa semester III pada perkuliahan Telaah Kurikulum Fisika menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIB (2) Untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa semester III pada pembelajaran Telaah Kurikulum menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIB. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Fisika. Subyek penelitian adalah mahasiswa semester III sebanyak 33 orang. Data aktivitas mahasiswa dikumpulkan dengan cara non tes yaitu melalui pengamatan menggunakan lembar observasi, dan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dikumpulkan melalui tes tertulis. Data yang di peroleh di analisis secara deskriptif. Hasil penelitian (1) penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dari siklus 1 sampai siklus 3 dengan rata-rata (90,90%-96,9%) terutama dalam kemampuan kepekaan, elaborasi, kelancaran, keluwesan dan keaslian pada mata kuliah telaah kurikulum mahasiswa semester III Pendidikan Fisika FKIP UNIB (2) Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa semester III dari siklus 1siklus 3 dengan rata-rata skor (24-27) terutama dalam aktivitas mengemukakan pendapat, gagasan atau ide, mendiskusikan pendapat atau strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah pada mata kuliah Telaah Kurikulum Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIB. Disarankan kepada dosen untuk menerapkan model ini pada mata kuliah yang lain dan lebih kreatif dalam mengembangkan pengalaman belajar mahasiswa sehingga mahasiswa dalam memecahkan masalah akan semakin kreatif dan pengenalan dosen terhadap mahasiswa secara utuh dapat membantu jalannya implementasi model CPS dengan baik Kata kunci: model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS), Telaah Kurikulum Fisika, kemampuan berpikir kreatif
Abstract This study aims ( 1 ) To enhance the student 's ability to think creatively third semester at college Assessing Physics curriculum using learning model of Creative Problem Solving (CPS) in the Physical Education department of Guidance and Counseling UNIB ( 2 ) To increase the activity of the third semester students on Assessing learning curriculum using learning model Creative Problem Solving ( CPS ) in the Physical Education department of Guidance and Counseling UNIB . This type of research is Classroom Action Research ( CAR). This research was conducted in the Physical Education Program . Subjects were as many as 33 students of the third semester . Student activity data collected by non-test is through observation using the observation sheet , and creative thinking abilities of students were collected through a written test . The data obtained in the descriptive analysis . The results of the study ( 1 ) the application of the learning model of Creative Problem Solving ( CPS ) can enhance the student 's ability to think creative of cycle 1 to cycle 3 with an average of ( 90.90 % -96.9 % ) , especially in the ability of sensitivity , elaboration , fluency , flexibility and originality of the study course curriculum Physical Education III semester students FKIP UNIB ( 2 ) the application of learning models Creative Problem Solving ( CPS ) can increase the activity of the third semester students of cycle 1 - cycle 3 with an average score of ( 24-27 ) especially the activity of expression , thought or idea , opinion or discuss appropriate strategies to solve problems in the subjects of Physics Education Program Curriculum Assessing FKIP UNIB . It is recommended to lecturers to apply this model to other subjects and more creative in developing student learning so that students experience in solving the problem will be more creative and introduction of faculty to students as a whole can help the course of implementation of the CPS models with either. Keywords: learning model Creative Problem Solving (CPS), Assessing Curriculum Physics, ability to think creatively.
243 243
1. Pendahuluan
Hasil observasi pada pembelajaran Telaah
Telaah Kurikulum Fisika adalah salah satu
Kurikulum
pada semester ganjil tahun 2013
matakuliah yang wajib diikuti oleh seluruh
diketahui bahwa dari 36 mahasiswa hanya 18
mahasiswa pendidikan Fisika sebagai salah satu
mahasiswa (50%) yang kreatif dalam memecahkan
mata kuliah yang mendukung terhadap profesional
permasalahan yang di berikan dosen di kelas. Dari
seorang
meningkatkan
13 kelompok mahasiswa yang mempresentasikan
kompetensi pedagogik. Mata kuliah ini terdiri dari
makalah yang mereka tulis sesuai dengan materi
2
yang
sks
guru
terutama
yang
membantu
dalam
calon
guru
dalam
sudah
ditentukan
hanya
7
kelompok
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
(53,84%) yang mendapat nilai 80 dalam membuat
proses belajar mengajar dengan mengembangkan
makalah yang sudah dikembangkan berdasarkan
kurikulum
dengan
kajian teori yang dipelajari. Soal ujian yang
karakteristik mahasiswa. Pada mata kuliah ini
digunakan dosen untuk mengevaluasi mahasiswa
mahasiswa melakukan analisis terhadap kurikulum
menggunakan soal essay yang menginginkan
fisika
yang
SMP
sudah
dan
SMU
mengembangkannya
ada
sesuai
yang
sehingga
berlaku
dan
mahasiswa menggunakan kemampuanya berpikir
dapat
di
untuk kreatif memecahkan masalah melalui kajian teori yang sudah dipelajari, dari analisis soal hanya
implementasikan di kelas. Sejak tahun 2010 pembelajaran mata
6
orang
mahasiswa
(16,66%)
yang
dapat
kuliah Telaah Kurikulum Fisika telah mengalami
memecahkan masalah yang menggunakan analisis
perubahan, metode yang di gunakan dalam
kemampuan
perkuliahan
dan
mahasiswa pada semester ganjil 2013 mata kuliah
pendekatan yang bervariasi yang di dominasi oleh
Telaah Kurikulum Fisika hanya 4 mahasiswa
metode diskusi dan presentasi yang bertujuan
(3,0%) mendapat nilai A,
mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
mendapat nilai B.
telah
menggunakan
metode
berpikir.
Nilai
yang
peroleh
32 mahasiswa (97%)
Dalam masalah ini maka diperlukan suatu
menguasai materi dengan baik dan dapat membuat makalah sebagai satu karya ilmiah yang bisa di
upaya
pertanggungjawabkan di depan kelas. Akan tetapi
pembelajaran yang berbasis pada pengembangan
pembelajaran yang di berikan dosen belum optimal
kemampuan berpikir kreatif dalam upaya untuk
mengembangkan
memecahkan masalah. Salah satu model yang dapat
mahasiswa,
kemampuan
seharusnya
berpikir
dalam
kreatif
penerapan
nyata
dilakukan
untuk
untuk
menggunakan
meningkatkan
model
kemampuan
kurikulum berbasis kompetensi di perguruan tinggi,
berpikir kreatif siswa dalam mempelajari materi
mahasiswa lebih di arahkan untuk berpikir kreatif
dalam matakuliah Telaah Kurikulum Fisika adalah
dalam menyelesaikan berbagai masalah yang di
model pembelajaran Creative Problem Solving
temukannya dalam proses pembelajaran. Tetapi
(CPS). Menurut (Farida, 2010) Creative Problem
dalam kenyataannya di dalam perkuliahan di kelas
Solving (CPS ) adalah suatu model pembelajaran
kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan
yang
masalah belum terlihat, dimana dalam hal ini
keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti
mahasiswa belum mampu memecahkan masalah
dengan
secara kreatif. Semua hanya bergantung dengan apa
menumbuhkan kreativitas mahasiswa.
yang di sampaikan oleh dosen.
memusatkan
penguatan
pada
pengajaran
keterampilan
dan
untuk
Bertolak dari asumsi tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini dapat disusun
244
dalam bentuk umum sebagai berikut: (1) Apakah
berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk
penerapan model pembelajaran Creative Problem
membantu memformulasikan atau memecahkan
Solving (CPS) pada matakuliah Telaah Kurikulum
suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau
Fisika dapat meningkatkan kemampuan berpikir
memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to
kreaktif mahasiswa semester III Prodi Pendidikan
understand). Proses berpikir merupakan suatu
Fisika FKIP UNIB? (2) Apakah penerapan model
pengalaman
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
mendapatkan dan menentukan suatu gagasan yang
pada matakuliah Telaah Kurikulum Fisika dapat
baru sebagai jawaban dari persoalan yang di
meningkatkan aktivitas mahasiswa semester III
hadapi.
Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIB?
dihadapi
Berdasarkan rumusan masalah penelitian
memproses
Untuk
persoalan
memecahkan
sebagai
upaya
untuk
persoalan
mencapai
yang
kemajuan
memerlukan kemampuan kreatif.
di atas maka tujuan umum penelitian ini adalah (1)
Berpikir kreatif dapat diartikan sebagai
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang
mahasiswa semester III pada perkuliahan Telaah
untuk membangun ide atau gagasan yang baru.
Kurikulum menggunakan model pembelajaran
Kemampuan berpikir kreatif akan mendorong
Creative Problem Solving (CPS) pada Prodi
mahasiswa/siswa merasa memilik harga diri,
Pendidikan
Untuk
kebanggaan dan kehidupan yang sehat. Untuk
meningkatkan aktivitas mahasiswa semester III
memecahkan masalah yang dihadapi sebagai upaya
pada perkuliahan Telaah Kurikulum menggunakan
mencapai
model pembelajaran Creative Problem Solving
berpikir kreatif. Perkembangan berpikir kreatif
(CPS) pada Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIB
mahasiswa/siswa
Fisika
FKIP
UNIB
(2)
kemajuan
memerlukan
merupakan
kemampuan
perubahan
yang
Manfaat Penelitian (1) Bagi Dosen
sangat mendasar dalam kegiatan pembelajaran.
Memperoleh alternatif baru pembelajaran yaitu
Mahasiswa/siswa tidak hanya menerima informasi
model Pembelajaran Creative Problem Solving
dari guru/dosen, namun juga berusaha mencari dan
(CPS) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
memberikan
kreatif mahasiswa dalam penyelesaian masalah
pembelajaran.
Bagi mahasiswa (2) Dengan adanya penelitian ini
memiliki kemampuan berpikir kreatif yaitu bebas
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan
dalam berpikir dan bertindak, menyukai hal-hal
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dalam
yang rumit dan baru, mempunyai rasa humor yang
penyelesaian masalah khususnya pada mata kuliah
tinggi, lebih cenderung realistis ( Suryosubroto,
Telaah Kurikulum Fisika (3) Bagi institusi , dengan
2009).
adanya penelitian ini diharapkan prestasi belajar
informasi
dari
Karakteristik
Kreativitas
dalam mahasiswa
merupakan
proses yang
kemampuan
mahasiswa meningkat khususnya prestasi belajar
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,
mahasiswa
berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk
fisika
pada
matakuliah
Telaah
Kurikulum Fisika.
ciri- ciri aptitude maupun non aptitude, dalam
Rangkuman Kajian Teoritik
karya baru maupun kombinasi dengan hal- hal yang
Berpikir merupakan kegiatan mental yang
sudah ada yang relatif berbeda dengan apa yang
dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada
telah ada. Lefrancois (dalam Suryosubroto, 2009 :
suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan.
192) mendefinisikan kreativitas, Creativity is the
Ruggiero (dalam Siswono, 2008 : 13) mengartikan
forming
of
assiciaties
alements
into
new
245
combination
which
either
meet
specified
requirinwent or some ways useful. The more
menguasai dirinya sendiri.(5) Penuh keberanian yang bermakna.(6) Panjang akal.
mutually remote the new combination, the process
Menurut Williams (dalam Munandar,
solution ( kreativitas merupakan bagian dari unsur-
1985: 88), ciri- ciri kemampuan berpikir kreatif
unsur asosiatif dalam kombinasi baru yang
(Aptitude) adalah(1) Keterampilan berpikir lancar
memenuhi syarat- syarat tertentu atau dengan
(2) Keterampilan berpikir Luwes (Fleksibel) (3)
beberapa cara yang berguna. Makin jauh timbal
Keterampilan berpikir orisinal (4) Keterampilan
balik unsur- unsur kombinasi baru, makin kreatif
memerinci(
proses pemecahan masalah itu). “Kreativitas adalah
menilai ( mengevaluasi)
kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal
Indikator Kemampuan berpikir kreatif
yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan
mengelaborasi)
(5)
Keterampilan
Menurut Guilford (dalam Suryosubroto,
informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan
2009
mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan baru,
dicerminkan melalui lima perilaku, yaitu (1)
yang menunjukan kelancaran, kelenturan, dan
Fluency,
orisinal dalam berpikir” (Munandar, 2004).
menghasilkan banyak
Kemampuan
berpikir
kreatif
adalah
: 193)
kemampuan berpikir
kelancaran
atau
kemampuan
kreatif
untuk
gagasan atau ide. (2)
Fleksibility, kemampuan menggunakan bermacam-
kemampuan siswa dalam memahami masalah dan
macam
menemukan penyelesaian dengan strategi atau
(3) Originality, kemampuan mencetus gagasan asli.
metode
yang
(divergen).(Siswono,
(4) Elaboration, kemampuan menyatakan gagasan
2005).
Menurut
Semiawan
secara
bervariasi Conny
(dalam
pendekatan dalam mengatasi persoalan.
terperinci.
(5)
Sensitivity,
kepekaan
Suryosubroto, 2009 : 223), ciri- ciri kreativitas
menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai
adalah dorongan ingin tahu yang besar, sering
tanggapan terhadap suatu situasi.
mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan
Menurut Siswono (2005) mengartikan
banyak gagasan atau usul pendapat terhadap suatu
bahwa (1) Kefasihan dalam menyelesaikan masalah
masalah,
sesuatu
bila siswa dapat menyelesaikan masalah dengan
pendapat, menonjol dalam suatu bidang seni,
jawaban bermacam-macam yang benar secara
mempunyai
logika. (2)
bebas
dalam
pendapat
mengungkapkannya,
menyatakan
sendiri
dan
dapat
Fleksibilitas dalam menyelesaikan
tidak mudah terpengaruh
masalah bila dapat menyelesaikan soal dengan cara
orang lain, daya imajinasi kuat, orisinalitas tinggi
atau lebih yang berbeda dan benar. (3) Kebaruan
(tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan
dalam menyelesaikan masalah bila siswa dapat
sebagainya serta menggunakan cara- cara orisinal
membuat jawaban yang berbeda dari jawaban
dalam pemecahan masalah), dapat bekerja sendiri,
sebelumnya atau yang umum diketahui siswa. Jadi
dan senang mencoba hal- hal yang baru.
indikator kemampuan berpikir kreatif matematis
Menurut
(dalam
siswa dalam penelitian ini adalah(4) Kefasihan
Suryosubroto, 2009 : 222) ciri- ciri individu yang
(fluency) yaitu kemampuan siswa dalam membuat
kreatif adalah (1) Lebih menunjukan sikap dewasa
jawaban beragam dan benar dalam memecahkan
secara emosional dan peka dalam
masalah.(5)
masalah dari
Muhammad
Amien
menangkap
Keluwesan
(fleksibility)
yaitu
suatu situasi.(2) Dapat memenuhi
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
kebutuhan sendiri.(3) Tidak tergantung pada orang
dengan berbagai cara dan benar.(6) Kebaruan
lain dan percaya pada diri sendiri.(4) Mampu
(originality)
yaitu
kemampuan
siswa
dalam
246
membuat berbagai jawaban yang lain yang sudah
masalah, yang diikuti dengan penguatan kreativitas.
biasa dan jawabannya benar dalam memecahakan
Ketika siswa dihadapkan dengan suatu pertanyaan,
masalah.
siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan
Model Pembelajaran Creative Problem Solving
masalah untuk memilih dan mengembangkan
(CPS)
tanggapanya. Tidak hanya dengan cara menghapal Model Creative Problem Solving (CPS)
adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah,
yang
diikuti
dengan
tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah untuk memperluas proses berpikir (Farida, 2010). Pendekatan
Pembelajaran
Creative
Problem Solving (CPS) adalah suatu pendekatan
penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan
pembelajaran
suatu
melakukan
menggorganisasikan dan mengolah keterangan dan
keterampilan pemecahan masalah untuk memilih
gagasan, sehingga masalah dapat dipahami dan
dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya
dipecahkan secara imajinatif. Ketika dihadapkan
dengan cara menghapal tanpa dipikir, keterampilan
dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan
memecahkan masalah memperluas proses pikir.
keterampilan memecahkan masalah untuk memilih
Dengan menggunakan model pembelajaran ini
dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya
diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus
dengan cara menghapal tanpa dipikir, keterampilan
kreativitas dan motivasi siswa.
memecahkan masalah memperluas proses pikir.
pertanyaan,
siswa
dapat
yang
sistematik
dalam
Adapun proses dari model pembelajaran
Suatu soal dianggap sebagai masalah adalah soal
Creative Problem Solving, terdiri dari langkah-
yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya
langkah sebagai berikut (1) Klarifikasi masalah,
contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan
dengan soal latihan, pada soal latihan siswa telah
kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar
mengetahui cara penyelesaiannya, karena telah
siswa dapat memahami tentang penyelesaian
jelas antara hubungan antara yang diketahui dengan
seperti apa yang diharapkan. (2) Pengungkapan
yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh
pendapat Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk
soal. Pada masalah ini siswa tidak tahu bagaimana
mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam
cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan
strategi penyelesaian masalah. (3)Evaluasi dan
tertantang
pemilihan, pada tahap ini, setiap kelompok
menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi
mendiskusikan pendapapendapat atau strategi-
pemecahannya,
strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan
menemukan penyelesaian dari suatu masalah.(
masalah. (4) Implementasi, Pada tahap ini siswa
Suyitno, 2003 : 34).
menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk
menyelesaikan
masalah,
kemudian
untuk
menyelesaikannya.
dan
memproses
Siswa
hingga
Parmes (dalam Suryosubroto 2009 : 200) langkah-langkah Creative Problem Solving bila
menerapkannya sampai menemukan penyelesaian
diterapkan
dari masalah. Pepkin ( dalam Noviyanti, 2008).
Penemuan fakta. (2) Penemuan masalah, berdasar
Karena
menyebutkan
bahwa
model
fakta-fakta
dalam
yang
pembelajaran
telah
dihimpun,
adalah
(1)
ditentukan
Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu
masalah / pertanyaan kreatif untuk dipecahkan. (3)
model pembelajaran yang melakukan pemusatan
Penemuan gagasan, menjaring sebanyak mungkin
pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
alternatif jawaban untuk memecahkan masalah. (4)
247
Penemuan jawaban, sehingga ditemukan jawaban
dibawa
yang diharapkan. (5) Penentuan penerimaan,
demokratis, pendapat atau sumbang saran apapun
ditemukan kebaikan dan kelemahan gagasan,
yang dikemukakan oleh para peserta didiknya
kemudian
berusaha ditampung untuk kemudian dirumuskan
menyimpulkan
dari
masing-masing
masalah yang dibahas.
di
kelas.
Pendidik
bersifat
toleran,
masalah maupun dalam menyimpulkan sumbang
Secara operasional langkah – langkah pembelajaran
yang
dilakukan
Pembentukan
kelompok
(4-5
adalah peserta
(1) setiap
saran tidak lagi bersifat tex book thinking. Tetapi menitikberatkan pada makna pertanyaan suatu pemecahan masalah.
kelompok) (2) Penjelasan prosedur pembelajaran (petunjuk kegiatan) (3) Pendidik menyajikan situasi problematika dan menjelaskan prosedur solusi
2.
Metode Penelitian
ini
merupakan
penelitian
memberikan
tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini
pertanyaan, pertanyaan problematis, dan tugas). (4)
dilakukan dengan model siklus dimana setiap
Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu
siklus dibagi dalam empat tahap, yaitu (1)
peristiwa yang dilihat dan di alami (dilakukan
Perencanaan,
dengan mengumpulkan data di lapangan). (5)
Pengamatan , (4) Refleksi.Dalam penelitian ini
Eksperimentasi alternative pemecahan masalah
dilaksanakan 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan
dengan diperkenankan pada elemen baru ke dalam
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai,
situasi yang berbeda (diskusi kelompok kecil) (6)
seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang
Memformulasikan penjelasan dan menganalisi
diteliti. Proses yang dilakukan adalah sebagi
proses solusi kreatif (dilakukan dengan diskusi
berikut : (1) Refleksi Awal yaitu sebelum
kelas
melakukan
kreatif
kepada
yang
peserta
didik
didampingi
(
oleh
pendidik).(
(2)
Pelaksanaan
penelitian
Tindakan,
observasi
awal
(3)
pada
mahasiswa semester ganjil 2013 yang telah
Suryosubroto, 2009). Peran peserta didik sebagai fasilitator,
mengikuti mata kuliah Telaah Kurikulum Fisika.
pendidik membantu memberikan kemudahan siswa
Observasi awal tersebut berupa pengamatan dan
dalam proses pembelajaran ( langkah yang
refleksi terhadap proses belajar mengajar di kelas
diperlukan menyajikan beberapa alternative sumber
dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan-
belajar,
permasalahan dalam proses belajar mengajar mata
langkah-langkah
menyediakan
media
pembelajaran,
pembelajaran).
Sebagai
kuliah Telaah Kurikulum Fisika.
motivator, pendidik berperan memotivasi peserta
Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat
didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran
menentukan tindakan yang tepat untuk dapat
(memberikan penguatan berupa umpan balik).
menerapkan
Sebagai dinamisator, pendidik berusaha memberi
Solving (CPS) pada mata kuliah Telaah Kurikulum
rangsangan
mencari,
Fisika Mahasiswa Semester III Pendidikan Fisika
mengumpulkan dan menentukan informasi untuk
(2) Pelaksanaan Tindakan dengan langkah- langkah
pemecahan masalah berupa kondisi problematic
yang dilakukan untuk pelaksanaan tindakan siklus
dalam bentuk memberikan tugas dan memberikan
1 adalah : Tahap Perencanaan (a) Menelaah silabus
umpan balik dalam pemecahan masalah. Pendidik
matakuliah Telaah Kurikulum Fisika (b) Menyusun
memberi
kepada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (c) Menyusun
peserta didik untuk memecahkan masalah yang
LKS. (d) Menyiapkan lembar observasi aktivitas
(stimulans)
kesempatan
dalam
seluas-luasnya
mahasiswa
pembelajaran
Creative
Problem
(e) Menyusun instrument / soal Pre
248
Test
(f) Menentukan indikator keberhasilan (3)
Tahap Pelaksanaan Tindakan (a) Melaksanakan
mendeskripsikan bagaimana hasilnya pada setiap siklus guna merefleksi pada siklus berikutnya.
Rencana Pembelajaran sesuai dengan RPP (b) Mengadakan evaluasi di akhir pertemuan dengan
3. Hasil
soal tes kemampuan berpikir kreatif. (4) Tahap
Pada siklus 1, berdasarkan hasil observasi
Observasi, observasi dilakukan oleh observer
selama proses perkuliahan berlangsung di ketahui
terhadap
dengan
aktivitas mahasiswa dari 2 pengamatan dengan
telah
rata-rata skor 24 berada pada katagori baik. Dalam
disediakan. Pada pengamatan ini peneliti dibantu
proses belajar mengajar, dosen perlu menimbulkan
oleh dua orang pengamat, yaitu dosen team dan
aktivitas
teman sejawat (5) Tahap Refleksi, pada tahap ini
berbuat. Materi pembelajaran yang diperoleh
refleksi sekaligus analisis terhadap data-data yang
mahasiswa melalui aktivitas yang mereka lakukan
telah diperoleh selama proses pembelajaran dan
sendiri, kesan pembelajarannya tidak akan berlalu
observasi. Data-data digunakan untuk melihat
begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian
kekurangan-kekurangan yang ada, mengkaji apa
dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
yang telah dan belum tercapai, mengapa terjadi
walaupun untuk aspek keterlibatan mahasiswa
demikian dan langkah apa saja yang diperlu
dalam bertanya dan memperhatikan serta merespon
dilakukan untuk persetujuan. Hasil refleksi ini
pertanyaan temannya masih berada pada kategori
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya
kurang. Permasalahan yang di berikan pada siklus
atau
siklus
1 berjumlah 6 buah kasus. Mahasiswa kelihatan
berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
kekurangan waktu untuk menggali lebih banyak
Juli 2013 tempat penelitian di kelas
lagi sumber belajar. Sehingga pembahasan masing-
semua
menggunakan
kegiatan
lembar
merencanakan
mahasiswa
observasi
tindakan
yang
untuk
pada
mahasiswa semester III pendidikan Fisika FKIP
Pendidikan Fisika
berjumlah 33
dalam
berpikir
maupun
masing kasus tidak terlalu tuntas Kekurang
UNIB. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester III
mahasiswa
pada
siklus
pertama
(1)
Permasalahan yang akan di selesaikan mahasiswa
Teknik
terlalu banyak (enam buah masalah kasus). (2)
Pengumpulan Data (1) Lembar Observasi (2) Tes .
Pembahasan yang di buat mahasiswa hanya terpaku
Data yang diperoleh dari lembar observasi dan tes
dengan bahan yang di berikan dosen (3) Pengamat
dianalisis secara deskriptif, yaitu suatu analisis data
masih
yang menggambarkan penemuan-penemuan dalam
partisipasi siswa dalam diskusi kelompok (4)
proses pembelajaran dengan pernyataan logis. Data
Pengamat masih belum hafal nama masing-masing
observasi digunakan untuk merefleksi tindakan
mahasiswa.
orang
tahun
ajaran
2013/2014.,
kesulitan
untuk
menjangkau
semua
yang telah dilakukan setiap siklus dan diolah secara
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan skala
ini maka, pada siklus ke dua dilakukan perbaikan
penilaian. Data yang diperoleh dari tes kemampuan
sebagai berikut (1) Permasalahan yang akan
berpikir kreatif akan dianalisis dengan diskor
diselesaikan mahasiswa jumlahnya di kurangi (2)
berdasarkan pedoman penskoran, direkap per
Sehari sebelum perkuliahan berlangsung dosen
mahasiswa, dianalisis per indikator kemampuan
telah memberikan topik bahasan yang akan
berpikir
menjadi pembahasan pada perkuliahan di siklus ke
kreatif
disini
cukup
dengan
2 (3) Bahan-bahan yang berkaitan dengan materi di berikan ke pada masing-masing ketua kelompok
249
(4) Setiap kelompok di haruskan membawa laptop
masing
(6)
Masing-masing
kelompok
harus
atau bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
memakai identitas nama dan NPM
topik bahasan (5) Masing-masing kelompok harus
Sedangkan berdasarkan hasil tes,
memasang rekaman ketika sedang terjadi diskusi
berpikir kreatif mahasiswa dapat di lihat pada tabel
kelompok antara siswa di kelompok masing-
berikut
kemampuan
Tabel 1 Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pada Siklus 1
No
Persentase mahasiswa yang memperoleh skor
Aspek yang diamati
4
3
2
1
1
Kepekaan (sensitivity)
60,6
24,2
15,2
0,0
2
Elaborasi (elaboration)
69,7
0,0
30,3
0,0
3
Kelancaran (fluency)
39,4
60,6
0,0
0,0
4
Keluwesan (flexibility)
51,5
18,2
30,3
0,0
5
Keaslian (originality)
66,7
18,2
15,2
0,0
Dari tabel di atas di ketahui pada siklus 1
kemampuan berpikir luwes, mahasiswa belum
rata-rata tertinggi pada kemampuan kepekaan
mampu memberikan suatu gagasan yang berbeda
60,6% berada pada kemampuan “memberi jawaban
dengan yang lainnya, karena mahasiswa belum
yang benar dan rinci”. Aspek elaborasi
dengan
terbiasa untuk memberikan suatu gagasan sendiri
skor 69,7% pada kemampuan “memberi jawaban
sesuai dengan konsep teori yang mereka ketahui,
yang benar dan rinci”. Sedangkan kemampuan
hal ini di sebabkan karena selama ini mahasiswa
berpikir kelancaran tertinggi pada poin 3 sebanyak
hanya menerima hasil jadi dari seorang dosen. (3)
60,6% yaitu tentang kemampuan “memberikan
Pada kemampuan berpikir orisinil, mahasiswa
lebih
tetapi
masih sangat terbiasa untuk menjawab atau
penyelesaiannya salah”. Kemampuan keluwesan
menyelesaikan masalah dengan cara mereka yang
tertinggi pada poin 4 sebanyak 51,5% yaitu tentang
lama yaitu menjawab sesuai apa yang mereka tahu
“kemampuan memberikan jawaban lebih dari satu
saja tanpa berusaha untuk mencari tahu tentang
cara (beragam), proses
pengembangan konsep serta apa yang sedang
dari
satu
ide
yang
relevan
dan hasilnya benar”.
Sedangkan kemampuan berpikir
keaslian poin
berlaku di publik untuk menambah wawasan
“kemampuan
mereka dalam menyeleasaikan permasalahan. (4)
memberikan jawaban dengan caranya sendiri,
Kemampuan memperinci (elaborasi), mahasiswa
proses dan hasilnya benar”. Rata-rata kemampuan
masih
berpikir kreatif mahasiswa pada siklus 1 dalam
menyelesaian suatu permasalahan sampai tuntas
kategori baik sebanyak 30 orang atau 90,9 %.
serinci-rincinya, karena mereka cukup puas apabila
tertinggi 4
yaitu
66,7% yaitu
kurang
bersungguh-sungguh
untuk
Kekurangan pada siklus 1 ini adalah berada
permasalahan itu sudah dapat di jelaskan walaupun
pada: (1) Kemampuan mahasiswa berpikir lancar
belum tahu sudah benar secara komprehensif (5)
yaitu
lancar
Pada Kemampuan keaslian , mahasiswa belum
mengungkapkan gagasaan-gagasan mereka dan
mampu menyelesaikan suatu permasalahan secara
belum bisa mengambil kesimpulan dengan cepat
kritis, karena (6) Mahasiswa mempunyai referensi
tentang
mahasiswa
belum
dalam menilai sesuatu persoalan.
(2) Pada
250
yang sangat terbatas yaitu apa yang di berikan
Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dalam
dosen kepadanya.
menyelesaikan masalah pada siklus 2 dapat
Pada siklus 2
dilihat pada tebel di bawah ini tabel 4.4.
Tabel 2. Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa pada Siklus 2
No
Persentase mahasiswa yang memperoleh skor
Aspek yang diamati
4
3
2
1
1
Kepekaan (sensitivity)
57,6
42,4
0,0
0,0
2
Elaborasi (elaboration)
63,6
12,1
24,2
0,0
3
Kelancaran (fluency)
66,7
9,1
24,2
0,0
4
Keluwesan (flexibility)
66,7
9,1
24,2
0,0
5
Keaslian (originality)
69,7
9,1
21,2
0,0
Dari tabel di atas di ketahui pada siklus 2 rata-rata
tertinggi pada
kemampuan
keaslian
sebesar
69,7 % berada pada poin 4 pada aspek
belajar yang panas mempengaruhi kenyaman mahasiswa untuk dapat konsentrasi belajar dengan baik
memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses dan hasilnya benar. Kemampuan elaborasi
Perbaikan pada siklus ke 3 (1) Sebelum
dengan skor 63,6% pada poin 4 memberi jawaban
perkuliahan
yang benar dan rinci.
Sedangkan kemampuan
mahasiswa bahwa dalam perkuliahan ini mereka di
kelancaran tertinggi pada poin 4 sebanyak 66,7%
tuntut untuk mengembangkan kreatifitas mereka
pada aspek memberikan lebih dari satu ide yang
sesuai dengan kemampuan mereka
relevan dan penyelesaiannya benar dan jelas.
kelompok memberikan kesempatan kepada setiap
Kemampuan keluwesan tertinggi pada poin 4
anggota mereka untuk menjadi wakil dalam
sebanyak 66,7%
mengemukakan
memberikan
yaitu tentang kemampuan
jawaban
lebih
dari
satu
dilakukan
dosen
pendapatnya
mengingatkan
(2) Setiap
dalam
diskusi,
cara
presentasi maupun dalam mengajukan menanggapi
(beragam), proses dan hasilnya benar. Rata-rata
kelompok lain untuk menyamakan persepsi .(3) AC
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa pada siklus
atau pendingin ruang belajar sangat penting di
2 dalam kategori baik sebanyak 30 orang atau 90,9
perhatikan sebelum pembelajaran di mulai
%. Kekurangan pada siklus kedua (1) Mahasiswa
Siklus ke 3
masih ada punya rasa takut mengungkap sesuatu
Aktivitas mahasiswa pada siklus ke 3 dalam
(takut salah terhadap ide yang mereka sampaikan)
proses perkuliahan berjalan dengan baik dengan
(2) Mahasiswa
akan termotivasi untuk belajar
hasil skor rata-rata dari 2 pengamat 27. Dengan
apabila mereka merasa bahwa apapun yang akan
kategori baik, semua aspek yang diamati bernilai
mereka lakukan akan di nilai atau di amati belum
baik
berdasarkan keinginan untuk terlibat secara aktif
Kreatif
mahasiswa
dalam
menyelesaikan
mengembangkan ilmu pengetahuan (3) Ruang
masalah pada siklus 3 dapat dilihat pada tabel berikut
251
Tabel 3. Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa pada Siklus 2 Persentase mahasiswa yang memperoleh skor
No
Aspek yang diamati
4
3
2
1
1
Kepekaan (sensitivity)
75,8
18,2
6,1
0,0
2
Elaborasi (elaboration)
60,6
9,1
30,3
0,0
3
Kelancaran (fluency)
57,6
21,2
21,2
0,0
4 5
Keluwesan (flexibility) Keaslian (originality)
69,7 60,6
9,1 15,2
21,2 24,2
0,0 0,0
mahasiswa
yang
Dari tabel di atas di ketahui pada siklus 3
Kreativitas menggunakan
berada pada poin 4, kreatifitas mahasiswa dalam
komponen rasa ingin tahu, kemampuan imajinatif,
menyelesai kan masalah yang di ajukan dalam
kemajemukan, kemampuan mengambil resiko dan
pembelajaran
menghargai dapat dilihat pada tebel di bawah ini
sesuai
dengan
tujuan
yang
terkait
jaring
kreatif mahasiswa tertinggi untuk semua aspek
yang
angket
di
dengan
pembelajaran yang sudah di rencanakan. Rata-rata kemampuan kreatif mahasiswa pada siklus 3 dalam kategori baik sebanyak 33 orang (100%)
No 1 2 3 4 5
Tabel 4. kreativitas mahasiswa yang di jaring melalui angket Aspek yang di amati Rata-rata prosentase rasa ingin tahu 54,38 kemampuan imajinatif 11,60 Kemajemukan 12,15 kemampuan mengambil resiko 20,16 Menghargai 18,73
252
Dari tabel di atas diketahui bahwa rasa ingin
Pengajaran diselenggarakan secara relistis dan
tahu mahasiswa terhadap permasalahan yang di
konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan
pecahkan rata-rata tertinggi sebesar 54,38 % ini
berpikir kritis serta menghindari verbalitas, dan 8)
sangat membantu mahasiswa untuk terlibat lebih
Pengajaran di kampus menjadi hidup sebagaimana
aktif lagi di dalam pembelajaran, sedangkan rata-
aktivitas dalam kehidupan di masyarakat (Hamalik,
rata terendah pada kemampuan imajinatif, yaitu
2008; 175-172).
kemampuan mahasiswa untuk memprediksi hal
Sedangkan hasil analisis kreatif mahasiswa
yang belum pernah mereka alami. Namun rata-rata
dari siklus pertama sampai siklus tiga mengalami
kreatif mahasiswa yang di tinjau dari kelima aspek
kenaikan, rata-rata tertinggi pada siklus ketiga ini,
dari 33 mahasiswa adalah 76,% 9 termasuk pada
kreatif
kategori baik.
kepekaan
mahasiswa pada
terletak poin
4
pada
kemampuan
yaitu
“mendeteksi
pernyataan atau situasi serta memberikan jawaban
4.
Pembahasan
dengan benar dan lengkap sebesar 75,8 % ini
Berdasarkan dari data aktifitas mahasiswa
menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa untuk
mulai dari siklus pertama sampai siklus ke tiga
merespon permasalahan yang timbul di tengah
dengan rata-rata skor (24-27) ini menunjukkan
masyarakat dengan model CPS bertambah baik.
bahwa secara langsung model pembelajaran CPS
Kreativitas mahasiswa dalam keluwesan berada
dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa
dalam
pada poin 4 sebanyak 69,7 % ini menunjukkan
proses belajar mengajar pada mata kuliah Telaah
bahwa mahasiswa sudah bisa memberikan jawaban
Kurikulum, hal ini membuktikan bahwa mata
lebih dari satu cara (beragam), proses dan hasilnya
kuliah yang selama ini di anggap oleh mahasiswa
benar.
hanya sebatas mata kuliah yang hanya di kuasai
dikemukakan oleh ).(Siswono, 2005). Kemampuan
melalui hafalan ternyata dapat mengembangkan
berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam
kemampuan mahasiswa untuk terlibat secara aktif
memahami masalah dan menemukan penyelesaian
dalam mengembangkan konsep awal yang mereka
dengan strategi atau metode yang bervariasi
ketahui
(divergen)
dari permasalahan-permasalahan
yang
Hal
ini
sesuai
Sedangkan
dengan
apa
kemampuan
yang
elaborasi,
berkembang di tengah masyarakat. Hal ini sesuai
kemampuan kelancaran dan kemampuan ke aslian
dengan yang di kemukakan oleh Hamalik, 2008;
sudah mulai berkembang tetapi masih butuh
175-172)
akan
pembiasaan yang harus di kembangkan oleh
berkembang dengan baik apabila 1) Dalam
mahasiswa dengan bantuan penerapan model CPS
pembelajaran itu mahasiswa di beri kesempatan
dalam waktu yang berulang-ulang sehingga proses
mencari
berpikir kreatif akan menjadi suatu kewajiban oleh
bahwa
aktivitas
pengalaman
sendiri
mahasiswa
dan
langsung
mengalami sendiri, 2) Berbuat sendiri akan
mahasiswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan Ditinjau dari kreativitas mahasiswa yang di
mengembangkan seluruh aspek pribadi mahasiswa, 3) Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan
jaring
mahasiswa
keingintahuan
yang
pada
akhirnya
dapat
melalui
angket mahasiswa
di
ketahui terhadap
bahwa sesuatu
memperlancar kerja kelompok, 4) Para mahasiswa
mendapat poin yang tinggi yaitu (54,38%) dari
bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
lima aspek yang di amati di samping, kemampuan
5) mahasiswa memiliki disiplin kelas secara wajar
imajinatif,
dan suasana belajar menjadi demokratis, 6)
mengambil resiko dan menghargai
kemajemukakan,
kemampuan tentu saja hal
253
ini sangat membantu dosen dalam menerapkan
5.
Simpulan
model CPS ini dalam pembelajaran. Sesuai yang dikatakan
oleh
Conny
Semiawan
(dalam
Berdasarkan tujuan penelitian dan kajian terhadap
hasil
dan
pembahasan
penelitian
Suryosubroto, 2009 : 223), ciri- ciri kreativitas
mengenai model Creative Problem Solving (CPS
adalah dorongan ingin tahu yang besar, sering
dapat di simpulkan sebagai berikut: Kesimpulan
mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan
(1)
banyak gagasan atau usul pendapat terhadap suatu
Problem Solving (CPS) dapat
masalah,
sesuatu
kemampuan berpikir kreaktif mahasiswa dalam
pendapat, tidak mudah terpengaruh orang lain,
kategori baik dari siklus 1 sampai siklus 3 dengan
daya imajinasi kuat, orisinalitas tinggi (tampak
rata-rata persentase (90,90%- 96,9%) dengan aspek
dalam ungkapan gagasan dapat bekerja sendiri, dan
kemampuan
senang mencoba hal- hal yang baru.
keluwesan dan keaslian pada mata kuliah telaah
yang
bebas
dalam
menyatakan
Penerapan
model
pembelajaran
kepekaan,
Creative
meningkatkan
elaborasi,
kelancaran,
Rata-rata prosentase kreativitas mahasiswa
kurikulum mahasiswa semester III pendidikan
terdiri
fisika
dari
5
aspek
yaitu
kepekaan,
FKIP
UNIB
(2)
Penerapan
model
kelancaran, elaborasi, keluwesan dan keaslian
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
mengalami mencapai
peningkatan, maksimal.
Jadi
walaupun
belum
dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa semester
penerapan
Model
III dari siklus 1 sampai siklus 3 dengan rata-rata
Creative Problem Solving (CPS) pada mata kuliah
skor
Telaah kurikulum di semester III telah dapat
mengemukakan pendapat, gagasan
meningkatkan
mendiskusikan pendapat atau strategi yang cocok
dalam
kemampuan
dalam
kreatif
pemecahan
mahasiswa
masalah,
ketika
(24-27)
untuk
terutama
menyelesaikan
dalam
masalah,
aktivitas atau ide,
melakukan
dihadapkan dengan suatu pertanyaan, maha siswa
presentasi yang baik serta menentukan strategi
dapat melakukan keterampilan pemecahan masalah
pemecahan masalah, pada mata kuliah Telaah
untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.
Kurikulum Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIB.
Bukan karena menghapal tanpa dipikir, tetapi
Disarankan kepada dosen untuk menerapkan model
mempunyai keterampilan memecahkan masalah
ini pada mata kuliah yang lain dan lebih kreatif
dengan memperluas proses berpikir. Dengan
dalam
menerapkan model ini mahasiswa pendidikan fisika
mahasiswa sehingga kreativitas mahasiswa dalam
UNIB khususnya mahasiswa semester tiga dapat
memecahkan masalah akan semakin baik.
mengembangkan
pengalaman
belajar
lebih kreatif dan mempunyai motivasi tinggi. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh Karen dalam dalam (Cahyono, 2009)
Daftar Pustaka
menyebutkan bahwa
model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang
melakukan
pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah,
penguatan kreativitas.
yang
diikuti
dengan
Cahyono, N. Adi. 2009. Pengembangan Model Creative Problem Solving Berbasis Teknologi dalam Munandar, Utami .2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta Pembelajaran Matematika di SMA. Tersedia Pada http://adinegara.com/
254
wpcontent/uploads/2011/06/seminar -nasinalMATEMATIKA-V- 2009.pdf.Diakses tanggal 15 November 2012.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Suyitno. 2000. Model Pembelajaran Creative
Farida. 2010. Penerapan Model CPS dalam
Problem Solving Dengan Video Compact Disk
Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan
Dalam Pembelajaran Matematika. Diambil
Keaktifan
Universitas
pada tanggal 31 Maret 2011, dari
.
http://H:\model-pembelajaran-creative-problem
siswa.
Muhammadiyah
Skripsi Surakarta
tidak
dipublikasikan. Hamalik,
solving-dengan-video-compact-disk-dalam-
Oemar.
2008.
Kurikulum
dan
pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Siswono,
Tatag.
Matematika Pemecahan Kemampuan
2008. Berbasis
Masalah Berpikir
Model
Untuk
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
Pembelajaran
Pengajuan
pemeblajaran-matematika
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
dan
Meningkatkan
Kreatif.
Surabaya.
UNESA.
255