MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PEMBELAJARAN MEMBACA MELALUI PELATIHAN PENYUSUNAN MATERI AJAR DENGAN PENDEKATAN “THE READING PROCESS” (Studi di Sekolah Dasar Negeri 1 Cendana, Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga) Dedy Irawan, Dhi Bramasta PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto
[email protected],
[email protected] Abstrak Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun materi ajar berbasis pendekatan “The Reading Process” untuk pembelajaran membaca pada Kurikulum 2013 bagi guru SD Negeri 1 Cendana. Pelatihan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: 1) Memberikan materi pelatihan; 2) Monitoring dan pendampingan; 3) Evaluasi hasil kegiatan. Kegiatan ini menghasilkan luaran berupa kumpulan materi ajar membaca berbasis pendekatan “The Reading Process” yang disusun oleh guru sesuai dengan langkah-langkah: 1) Tahap Persiapan; 2) Tahap Membaca; 3) Tahap Menanggapi; 4) Tahap Memahami; 5) Tahap Meluaskan Pemahaman. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari program pelatihan melalui kuisioner diperoleh persentase 80% guru guru yang mengikuti kegiatan ini telah memahami, terampil dan dapat mengimplementasikan materi pelatihan untuk pembelajaran membaca di kelas yang mereka ampu. Hal tersebut menunjukan tingkat keberhasilan dari pelatihan ini yang telah tercapai bahkan melebihi indikator keberhasilan yang direncanakan yaitu 75%. Kata Kunci: Materi Ajar, The Reading Process, Membaca
135
Pendahuluan Pendidikan di Indonesia sudah menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Untuk jenjang sekolah dasar menggunakan pembelajaran tematik-integratif yang tidak lagi menggunakan istilah mata pelajaran namun berubah menjadi tema, subtema dan pembelajaran yang disajikan dalam satu bahan ajar dalam bentuk buku teks yaitu buku guru dan buku siswa untuk masingmasing tema. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sudah tidak diajarkan secara terpisah namun terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya sesuai dengan tema dan subtema dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa terutama keterampilan membaca dinilai sangat penting untuk jenjang sekolah dasar, mengingat pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan (baca-tulis-hitung), pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan untuk jenjang selanjutnya (Rofi’uddin & Zuhdi, 2002: 30). Keterampilan membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya berperan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik saja, namun juga untuk meningkatkan kemampuan peserta didik pada mata pelajaran lainnya. Dapat dikatakan membaca adalah kunci utama peserta didik untuk dapat mempelajari berbagai ilmu pada setiap pembelajaran, seperti
pernyataan yang dikutip pada Podhajski et. al (2009: 403), “Reading serves as the major conduit for all learning…” artinya bahwa membaca berperan sebagai saluran utama seluruh pembelajaran. Farr dalam Dalman (2013: 5), pun menegaskan bahwa “reading is the heart of education”. Pendidikan tidak bisa lepas dari kegiatan-kegiatan membaca, karena melalui membaca peserta didik dapat belajar dan menyerap lebih banyak pengetahuanpengetahuan dari sumber bacaan. Pentingnya membaca belum sepenuhnya disadari oleh guru maupun insan pendidik sehingga kemampuan membaca peserta didik di Indonesia masih rendah. Hasil dari penelitian Progres in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2011 (Mullis, Nartin, Foy, & Drucker: 2012) yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh The International Assosiation for the Evaluation Achievement (IEA) menyebutkan bahwa kemampuan membaca peserta didik sekolah dasar (SD/ MI) di Indonesia masih sangat rendah yaitu menduduki posisi ke-42 dari 45 negara yang diteliti dengan rata-rata skor 428. Pembelajaran membaca di sekolah dasar belum dapat membuat peserta didik untuk gemar membaca. Padahal membaca sangat penting bagi peserta didik, tidak hanya saat sekolah namun saat mereka lulus sekolah, seperti yang diungkapkan oleh Kusrini (2012: 193), “reading is very important for students either at school or after they graduated from their study”. Sudah seharusnya guru dan insan pendidikan menyadari hal
136
ini dan agar selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah. Sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran kemampuan guru masih perlu ditingkatkan. Mengingat perubahan yang terjadi begitu cepat dan pengetahuan terus berkembang begitu pesat. Untuk mengatasi kondisi seperti itu dibutuhkan guru yang pandai menyusun dan memperbaiki proses pembelajarannya, sebagai perwujudan dari kompetensi guru yaitu profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca adalah dengan melakukan inovasi pembelajaran melalui penerapan pendekatan “The Reading Process” atau lebih dikenal pendekatan proses membaca (Tompkins & Hoskisson, 1995; Tompkins, 2010). Belum banyak guru yang mengetahui dan memahami pendekatan tersebut, sehingga masih jarang diterapkan khususnya pada pembelajaran di sekolah dasar. Pendekatan tersebut perlu dikenalkan kepada guru guna menunjang proses pembelajaran dan kemampuan membaca peserta didik. SD Negeri 1 Cendana adalah salah satu SD di UPT Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga yang dipercaya untuk menerapkan Kurikulum 2013. Pada tahun 2015 pelatihan penerapan “The Reading Process” pada SD tersebut sudah dilaksanakan. Hasilnya cukup baik yaitu guru dapat memahami materi pelatihan, namun guru menemui kendala dalam menyusun materi ajar yang sesuai dengan pendekatan “The
Reading Process”. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyusun materi ajar membaca berbasis pendekatan “The Reading Process” dalam pembelajaran membaca perlu dilakukan. Dengan harapan guru SD Negeri 1 Cendana dapat menggunakan materi tersebut dalam pembelajaran membaca. Tahapan pembelajaran yang dimuat pada materi ajar tersebut juga melatih siswa untuk terbiasa membaca, sehingga dapat membantu siswa untuk menumbuhkan kegemaran membaca. Metode Pelatihan dilaksanakan di SD Negeri 1 Cendana Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, tanya jawab dan demonstrasi penerapan “The Reading Process” pada pembelajaran membaca. Adapun tahap-tahap kegiatan pelatihan yaitu sebagai berikut: Pertama, memberikan materi pelatihan Sebelum kegiatan pelatihan para guru diajak untuk melakukan refleksi kegiatan pembelajaran membaca yang telah dilakukan selama ini, termasuk kendalakendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran membaca. Setelah itu pemaparan materi pelatihan yang disampaikan melalui ceramah menggunakan LCD proyektor dikombinasikan dengan tanya jawab dan diskusi. Ada dua materi yang disampaikan, yang pertama adalah pendekatan “The Reading Process”. Materi yang kedua adalah praktek menyusun materi ajar membaca dengan langkah-langkah pendekatan
137
“The Reading Process” pada lembar kerja guru yang sudah disediakan.
mengimplementasikan materi pelatihan untuk pembelajaran membaca di kelas yang mereka ampu. Hasil dan Pembahasan
Masukan dan evaluasi Pengetahuan dan Keterampila n Guru
Identifikasi masalah
Diskusi
Penyampaian Materi Pelatihan
Gambar 1. Alur Kegiatan Pelatihan Kedua, melakukan monitoring dan pendampingan. Monitoring dan pendampingan dilakukan setelah selesai kegiatan pelatihan. Tujuan monitoring dan pendampingan adalah untuk memantau guru dalam menggunakan materi ajar yang telah disusun pada pembelajaran membaca di kelas yang mereka ampu. Selain itu juga untuk menyelesaikan masalah apabila guru menmukan kendala-kendala saat pembelajaran. Monitoring dan pendampingan dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Ketiga, melakukan evaluasi hasil kegiatan. Evaluasi kegiatan bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari program pelatihan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan dilakukan melalui wawancara dengan kepala sekolah dan didukung menggunakan lembar respon guru. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah 75% guru yang mengikuti kegiatan ini telah memahami, terampil dan dapat
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu bertindak secara profesional. Guru profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Pengertian terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal, melainkan pula harus menguasai berbagai strategi, teknik, pendekatan, metode pembelajaran serta terampil dalam menyusun materi ajar. Berikut ini adalah hasil dan pembahasan pelatihan: Pertama, menyusun Materi Ajar Membaca Berbasis Pendekatan “The Reading Process”. Menyusun materi ajar berbasis pendekatan “The Reading Process” yaitu melalui beberapa langkah. Langkah pertama yaitu menyiapkan materi bacaan. Guru dapat menyiapkan materi bacaan dari buku pelajaran yang tersedia atau dapat pula membuat materi bacaan sendiri. Contoh: Teks berjudul “Ikan”. Langkah kedua menyusun materi ajar ke dalam tahap-tahap pendekatan “The Reading Process”, yaitu persiapan untuk membaca, membaca, merespon, mengeksplorasi teks, dan memperluas interpretasi (Tompkins & Hoskisson, 1995: 200206; Tompkins, 2010: 42-50). Tahap persiapan membaca, guru dapat menyusun kegiatan yang dapat membangun persiapan
138
membaca antara lain: kegiatan menghubungkan materi bacaan atau teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya; kegiatan memprediksi isi teks; dan kegiatan tinjauan pendahuluan terhadap teks. Dari ketiga tahapan tersebut guru dapat memilih sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Contoh:
lima model tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran membaca. Agar bacaan lebih menarik, guru dapat menambahkan gambar-gambar yang relevan dengan materi. Contoh:
Gambar 3. Tahap Membaca
Gambar 2. Tahap Persiapan Membaca Tahap membaca, peserta didik membaca teks secara keseluruhan. Pada tahap ini peserta didik membaca teks secara keseluruhan. Ada lima macam model membaca yang dapat dilakukan, yaitu: membaca nyaring (reading aloud); membaca bersama (shared reading); membaca berpasangan (buddy reading); membaca terbimbing; dan membaca bebas (independent reading). Guru dapat memilih dari
Tahap menanggapi, peserta didik memberi tanggapan terhadap kegiatan membaca mereka dan terus berusaha memahami isi. Ada dua langkah yang dapat dilakukan peserta didik untuk tahap ini yakni: memberi tanggapan dalam bentuk tertulis pada format hasil membaca; dan berpartisipasi dalam diskusi klasikal. Guru dapat memilih sesuai dengan situasi dan kebutuhan di kelas. Setelah menanggapi, peserta didik kembali memperhatikan teks untuk menggali isinya lebih dalam lagi. Contoh:
139
Gambar 5. Tahap Memahami Tahap meluaskan pemahaman, yakni memperluas interpretasi, dapat dilakukan kegiatan: mereproduksi teks dengan bahasa sendiri; bermain peran sesuai dengan isi teks; dan mempresentasikan isi teks dengan program Powerpoint. Guru dapat menyusun tahap kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Contoh: Gambar 4. Tahap Menanggapi Tahap memahami, peserta didik melakukan langkah-langkah: membaca ulang teks; menemukan gaya bahasa khusus penulis (the author's craft); mempelajari kosakata baru; mengidentifikasi ide bacaan; dan berpartisipasi dalam pengajaran singkat yang dilakukan guru. Kegiatan menggali teks ini lebih dimaksudkan untuk memahami isi bacaan secara lebih mendetail. Guru dapat memilih langkah-langkah tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Contoh:
Gambar 6. Pemahaman
Tahap
Meluaskan
Langkah ketiga membuat rangkuman berbentuk peta konsep. Setelah materi pembelajaran disusun sesuai dengan pendekatan “The Reading Process”, selanjutnya guru menyiapkan kolom rangkuman berbentuk peta konsep. Rangkuman ini untuk mengulang materi dan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Contoh:
Gambar 7. Rangkuman peta konsep
140
Kedua, pelaksanaan pelatihan penyusunan materi ajar membaca berbasis pendekatan “The Reading Process”. Di sekolah dasar tidak ada guru mata pelajaran namun yang ada adalah guru kelas yang mampu mengajarkan seluruh mata pelajaran sesuai dengan kurikulum, yang satu diantaranya adalah bahasa Indonesia SD. Guru SD yang profesional dalam mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia SD adalah guru yang memenuhi kriteria profesional, memiliki empat kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional), menguasai keilmuan bahasa Indonesia (tata bahasa Indonesia), dapat mengajarkan empat keterampilan berbahasa Indonesia (keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dan mampu mengajarkan sastra anak. Pembelajaran membaca di sekolah dasar belum dapat membuat peserta didik untuk gemar membaca. Padahal membaca sangat penting bagi peserta didik. Sudah sepantasnya guru dan insan pendidikan menyadari hal ini dan agar selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah. Sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran kemampuan guru masih perlu ditingkatkan. Mengingat perubahan yang terjadi begitu cepat dan pengetahuan terus berkembang begitu pesat. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan guna memperbaiki proses pembelajarannya, sebagai perwujudan dari kompetensi guru yang profesional. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan pelatihan pada guru SD Negeri 1 Cendana, Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga. Diharapkan guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun materi ajar berbasis pendekatan “The Reading process” dalam pembelajaran membaca pada Kurikulum 2013 sesuai dengan langkah-langkah yang benar. Berkembang dan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyusun materi ajar membaca berbasis pendekatan “The Reading Process” dapat membangun keterampilan dasar penerapan pendekatan “The Reading Process” sehingga pada tahap selanjutnya guru mampu menerapkan pada pembelajaran membaca pada kelas yang diampu masing-masing. Tahapan pembelajaran membaca tersebut melatih siswa untuk terbiasa membaca dan diharapkan membantu peserta didik untuk gemar membaca. Hasil evaluasi kegiatan yang diperoleh dari kuisioner menunjukkan bahwa 80% guru dapat memahami pelatihan serta merasakan manfaat yang sangat membantu dalam pelaksanaan pembalajaran membaca. Adapun 20% guru yang belum memahami dikarenakan guru tersebut tidak mengikuti pelatihan secara menyeluruh. Ketiga, target luaran. Sesuai dengan rencana kegiatan, target luaran yang diharapkan dari pelatihan ini adalah pengetahuan dan keterampilan menyusun materi ajar berbasis pendekatan “The Reading Process” untuk pembelajaran membaca. Kegiatan ini menghasilkan kumpulan materi ajar
141
membaca berbasis pendekatan “The Reading Process” yang disusun oleh peserta pelatihan atau guru. Kumpulan materi ajar dapat digunakan oleh guru untuk pembelajaran membaca pada kelas yang diampu masing-masing. Simpulan dan Saran
Daftar Pustaka Dalman.
(2013). Keterampilan membaca. Jakarta: Rajawali Pers.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia
Simpulan Kusrini, Dari kegiatan pelatihan penyusunan materi ajar berbasis pendekatan “The Reading Process” untuk pembelajaran membaca pada Kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Cendana yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pelatihan ini dikatakan berhasil dan dapat memberikan manfaat yang besar. Guru dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun materi ajar berbasis pendekatan “The Reading Process” untuk pembelajaran membaca pada Kurikulum 2013. Guru dapat langsung menerapkan materi ajar yang telah disusun pada kelas yang mereka ampu.
Saran Beberapa saran yang perlu untuk ditindaklanjuti setelah pelatihan ini adalah sebagai berikut: agar guru terampil dalam menyusun materi ajar, maka guru harus benarbenar menerapkan sesuai dengan materi pelatihan ketika menyusun materi ajar membaca; dan agar pelatihan ini benar-benar memberi manfaat dan hasil yang baik bagi guru dan siswa, maka guru harus mengimplementasikan materi ajar yang telah disusun dalam pembelajaran membaca.
E. (2012). Interactive activities as an alternative to encourage students involvement in english reading class. Journal Educare, February 2012, Volume 4, Number 2, 191200.
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., & Drucker, K.T. (2012). PIRLS 2011 international result in reading. Chelstnut Hill, MA: Boston College. Podhajski, B., et. Al, (2009). Professional development in scientifically based reading instruction teacher knowledge and reading outcomes. Journal of Learning Disabilities, 42, 403-417. Rofi’uddin, A., & Zuhdi, D. (2002). Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI.
142
Tompkins, G. E. (2010). Literacy for the 21st century a balanced approach. Fifth Edition. Boston: Allyn Bacon. Tompkins, G. E., and Hoskisson, K. (1995). Language arts: content and teaching strategies, third edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Merrill
143