i
TUGAS AKHIR – RD141530
RISET PENGEMBANGAN SERAT PERCA SEBAGAI MATERIAL BARU UNTUK PRODUK FASHION DAN KRIYA AMATUL FIRDHAUSYAH NRP 3412100087
Dosen Pembimbing : Dr. Agus Windharto, DEA NIP 19580819 19870 1001
JURUSAN DESAIN PRODUK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
i
FINAL PROJECT – RD141530
RESEARCH DEVELOPMENT OF SATIN RAG FIBER AS A NEW MATERIAL FOR FASHION AND KRIYA PRODUCT
AMATUL FIRDHAUSYAH NRP 3412100087
Adviser : Dr. Agus Windharto, DEA NIP 19580819 19870 1001
DEPARTMENT OF INDUSTRIAL PRODUCT DESIGN FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING INSTITUTE OF TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
ii
iii
iv
RISET PENGEMBANGAN SERAT PERCA SATIN SEBAGAI MATERIAL BARU UNTUK PRODUK FASHION DAN KRIA Nama Mahasiswa
: Amatul Firdhausyah
NRP
: 3412100087
Jurusan
: Desain Produk Industri
Fakultas
: Teknik Sipil dan Perencanaan
Dosen Pembimbing
: Dr. Agus Windharto, DEA
ABSTRAK Go Green, sebuah istilah untuk program peduli terhadap lingkungan, kini menjadi tren di masyarakat Indonesia. Contohnya green business, dimana suatu perusahaan atau industri ikut andil dalam pengelolaan lingkungan dengan cara meminimalisir limbah hasil produksi, pengolahan limbah, dan lain-lain. Namun masih ada beberapa industri yang belum bisa mengolah kembali hasil limbah produksinya seperti industri pakaian jadi atau konveksi. Sedangkan, jumlah industri tersebut meningkat setiap tahunnya di Indonesia dan pada akhirnya mempengaruhi peningkatan jumlah kain sisa produksi. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pada tahun 2014 jumlah industri skala kecil bertambah menjadi sebanyak 304.418 dari 240.833 pada tahun sebelumnya. Dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan inovasi pengolahan limbah perca yang dapat dilakukan dengan metode observasi, wawancara, studi literatur dan eksperimen. Observasi dilakukan untuk melihat jenis dan jumlah perca yang paling banyak dihasilkan pada industri konveksi skala kecil. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap ahli dan studi literatur untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan treatment material yang dapat dilakukan. Setelah itu dilakukan eksperimen sesuai dengan hasil wawancara dan studi literatur. Dari proses yang sudah dilakukan, maka akan didapatkan teknik treatment material dan konsep desain. Beberapa contoh teknik tersebut seperti teknik heat press, cetak resin, dan lain-lain. Pada perancangan desain berikut, dihasilkan konsep desain yaitu Solid Color and Texture, Transparent Pattern, dan Green Product. Ketiga konsep tersebut merupakan hasil analisa dari karakter material hasil eksperimen dengan teknik heat press. Material hasil perancangan ini nantinya akan diaplikasikan pada produk fashion dan kriya dengan pertimbangan karakter dan tampilan material seperti tas dan lampu. Kata Kunci : Limbah kain, Teknik Heat Press, Solid Color and Texture, Transparent Pattern, Green Product
.
v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
RESEARCH DEVELOPMENT OF SATIN RAG FIBER AS A NEW MATERIAL FOR FASHION AND KRIYA PRODUCT Nama Mahasiswa
: Amatul Firdhausyah
NRP
: 3412100087
Department
: Desain Produk Industri
Faculty
: Teknik Sipil dan Perencanaan
Conselor Lecturer
: Dr. Agus Windharto, DEA
ABSTRACT Go Green, a term about environment care program, has now become a trend in Indonesian society. For example, green business which a company or industry took part in the management of the environment by minimizing waste production, waste treatment, and others. However, there are still some industries that have not been able to reprocess its production waste such as the apparel or convection industry. Meanwhile, the apparel or convection industry number increases every year in Indonesia and ultimately affecting the increasing number of fabric waste. Based on data from BPS (Central Bureau of Statistics), in 2014 the number of small-scale industries grew to as many as 304 418 from 240 833 in the previous year. From these problems, we can performed an innovation in frabric waste treatment with some methods such as observation, interviews, literature studies and experiments. The observations were carried out to see the type and number of fabric waste that is widely produced on a small scale convection industry. Then we conducted interviews with experts and literature studies to determine the possibilities of material treatment that can be done. After that, the experiment was carried out in accordance with the results of interviews and literature studies. From that process, we will get the material treatment techniques and design concepts. Some examples of the techniques is heat press technique, resin molding, and others. In this design process, the design concept is Solid Color and Texture, Transparent Pattern and Green Product. The design concept is the result of analyzing the character of the material from experiments with heat press technique. These materials will be applied to fashion and craft products based on the character and appearance of the material such as bags and lamps. Keyword : Fabric waste, Heat Press Technique, Solid Color and Texture, Transparent Pattern, Green Product
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Tugas Akhir dan menyelesaikan penyusunan laporan dengan lancar dan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat penyelesaian mata kuliah Tugas Akhir Program Studi Desain Produk Industri, Fakultas Desain dan Industri Kreatif, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mendapat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga laporan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada pihak-pihak yang telah melakukan hal tersebut diatas. Adapun pihak-pihak yang berperan besar dalam penyelesaian laporan hasil kerja profesi ini adalah : 1. Ibu Ellya Zulaikha, ST., MSn., PhD. selaku Ketua Jurusan Desain Produk ITS 2. Bapak Primaditya, SSn, MDs selaku dosen koordinator dan penguji Mata Kuliah Kerja Praktek. 3. Bapak Dr. Agus Windharto, DEA selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Kerja Praktek. 4. Ibu Eri Naharani, ST., MDs. selaku dosen penguji Mata Kuliah Kerja Praktek. 5. Bapak Waluyohadi, SDs., MDs. selaku dosen penguji Mata Kuliah Kerja Praktek. 6. Teman-teman Desain Produk 2012 yang selalu menemani dan memberi dukungan 7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari materi maupun teknik penyajiannya, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap laporan hasil kerja profesi ini dapat bermanfaat, dapat menjadi sumber informasi dan referensi kita dan dapat membantu kita di masa depan Surabaya, 30 Januari 2017
Penulis
ix
.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
DAFTAR ISI ABSTRAK ....................................................................................................V ABSTRACT ...............................................................................................VII KATA PENGANTAR ................................................................................ IX DAFTAR ISI............................................................................................... XI DAFTAR GAMBAR ................................................................................. XV DAFTAR TABEL..................................................................................... XIX BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1. 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1 1.2 Permasalahan ................................................................................................................. 3 1.3 Batasan Masalah ............................................................................................................ 3 1.4 Tujuan............................................................................................................................. 4 1.5 Manfaat........................................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN EKSISTING.................................... 5 2.1 Serat dan Tekstil ........................................................................................................... 5 2.1.1 Serat Alami ............................................................................................................... 5 2.1.2 Serat Buatan/Sintetis ................................................................................................. 6 2.1.3 Tekstil ....................................................................................................................... 7 2.2 Penelitian Berbasis Teknik Olah Material ............................................................... 10 2.2.1 Limbah Plastik ........................................................................................................ 10 2.2.2 Sabut Kelapa ........................................................................................................... 11 2.2.3 Tekstil ..................................................................................................................... 12 2.2.4 Pewarna Alam dan Tekstil ...................................................................................... 12
BAB III METODOLOGI DESAIN ........................................................... 13 3.1 Skema Metodologi Penelitian ..................................................................................... 13 3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................................ 14 3.2.1 Literatur................................................................................................................... 14 xi
3.2.2 Observasi................................................................................................................. 14 3.2.3 Wawancara Expert .................................................................................................. 15 3.2.4 Laddering ................................................................................................................ 16 3.2.5 Eksperimen.............................................................................................................. 16
BAB IV STUDI DAN ANALISA ............................................................... 17 4.1 Observasi Limbah Kain Perca ................................................................................... 17 4.1.1 Penjahit Kebaya ...................................................................................................... 17 4.1.2 Penjahit Desainer .................................................................................................... 18 4.1.3 Penjahit Permak, Bordir dan Seragam .................................................................... 19 4.1.4 Kesimpulan ............................................................................................................. 20 4.2 Studi Eksperime n Material Awal............................................................................... 21 4.2.1 Eksperimen Teknik Press ....................................................................................... 21 4.2.2 Eksperimen Teknik Cetak Resin ............................................................................. 31 4.2.3 Eksperimen Teknik Goreng .................................................................................... 33 4.2.4 Skema Hasil Eksperimen Fase Awal ...................................................................... 35 4.3 Studi Eksperime n Lanjutan ....................................................................................... 35 4.3.1 Press Menggunakan Perekat Lem Putih (Cair)....................................................... 35 4.3.2 Press Pada Media Sintetis Tipis.............................................................................. 36 4.4 Luaran Produk ............................................................................................................ 39 4.5 Analisa Konsep ............................................................................................................ 40 4.5.1 Analisa Konsep Utama............................................................................................ 40 4.5.2 Analisa Konsep Produk Fashion ............................................................................. 41 4.5.3 Analisa Konsep Produk Kriya................................................................................. 42 4.6 Analisa User ................................................................................................................. 42 4.6.1 Persona .................................................................................................................... 42 4.6.2 Muse ........................................................................................................................ 44 4.7 Analisa Positioning ...................................................................................................... 45 4.7.1 Analisa Positioning Produk Tas.............................................................................. 45 4.7.2 Analisa Positioning Produk Lampu ........................................................................ 48 4.8 Analisa Material Penunjang ....................................................................................... 50 4.9 Analisa Tren ................................................................................................................. 53 4.9.1 Tren Warna ............................................................................................................. 54 4.9.2 Tren Pattern ............................................................................................................. 54 4.9.3 Tren Bentuk Tas ...................................................................................................... 55 4.10 Analisa Branding ....................................................................................................... 57 4.10.1 Konsep Brand ....................................................................................................... 57 4.10.2 Key Color .............................................................................................................. 59 4.10.3 Atribut Branding ................................................................................................... 59 xii
4.11 Analisa Sistem Kerja Untuk Produksi Masal ......................................................... 62 4.11.1 Analisa Sistem Kerja Produksi Lembaran Olah Serat .......................................... 62 4.11.2 Analisa Urutan Produksi Produk........................................................................... 65 4.12 Analisa Rancangan Bisnis ......................................................................................... 68 4.12.1 Analisa Teknik Pemasaran .................................................................................... 68 4.12.2 Cost Structure........................................................................................................ 69 4.12.3 Revenue Stream .................................................................................................... 71
BAB V IMPLEMENTASI DESAIN.......................................................... 73 5.1 Konsep Perancangan ................................................................................................... 73 5.1.1 Solid Color and Texture .......................................................................................... 73 5.1.2 Transparent Pattern ................................................................................................. 73 5.1.3 Green Product ......................................................................................................... 73 5.2 Eksplorasi Desain ........................................................................................................ 73 5.2.1 Alternatif Desain 1 (Tas)......................................................................................... 73 5.2.2 Alternatif Desain 2 (Tas)......................................................................................... 77 5.2.3 Alternatif Desain 3 (Tas)......................................................................................... 81 5.2.4 Alternatif Desain 1 (Lampu) ................................................................................... 84 5.2.5 Alternatif Desain 2 (Lampu) ................................................................................... 85 5.3 Desain Terpilih............................................................................................................. 86 5.3.1 Tas ........................................................................................................................... 86 5.3.2 Lampu ..................................................................................................................... 89
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 93 6.1 Kesimpulan................................................................................................................... 93 6.2 Saran ............................................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 97 LAMPIRAN................................................................................................ 98
xiii
.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Link Penjual Kain Sisa Konveksi ................................................................................... 1 Gambar 2. Timbunan Kain Perca dari Limbah Konveksi .................................................................. 2 Gambar 3. Tabel Jumlah Perusahaan Industri Mikro Kecil Menurut 2-digit ISIC, 2010-2014 ............. 2 Gambar 4. Denim .......................................................................................................................... 8 Gambar 5. Kain Seragam Berbahan Wool ....................................................................................... 8 Gambar 6. Macam-Macam Kain Satin ............................................................................................ 9 Gambar 7. Georgette dan Tulle....................................................................................................... 9 Gambar 8. Macam-Macam Brokat ................................................................................................ 10 Gambar 9. Macam-Macam Lace................................................................................................... 10 Gambar 10. Hasil Cetak Limbah Resin dan Plastik ........................................................................ 11 Gambar 11. Pola Hasil Press dijahit Zig Zag ................................................................................. 12 Gambar 12. Pola Modul Persegi ................................................................................................... 12 Gambar 13. Varian Modul Dasar Lingkaran .................................................................................. 13 Gambar 14 Skema Metodologi Penelitian .................................................................................... 13 Gambar 15. Hasil Observasi Perca................................................................................................ 15 Gambar 16. Peta Pertanyaan Wawancara Expert............................................................................ 15 Gambar 17. Peta Pertanyaan Wawancara User .............................................................................. 16 Gambar 18. Contoh Experiment Board ......................................................................................... 16 Gambar 19. Persentase Jumlah Perca Penjahit Kebaya ................................................................... 17 Gambar 20. Perca yang Dihasilkan Penjahit Kebaya ...................................................................... 18 Gambar 21. Persentase Jumlah Perca Penjahit Desainer ................................................................. 18 Gambar 22. Perca yang Didapatkan dari Penjahit Desainer............................................................. 19 Gambar 23. Persentase Jumlah Perca Penjahit Permak, Bordir dan Seragam.................................... 19 Gambar 24. Perca yang Dihasilkan Penjahit Permak, Bordir dan Seragam ....................................... 20 Gambar 25. Sampel Kain Satin dari Perca ..................................................................................... 20 Gambar 26. Campuran Lem Putih dengan Air ............................................................................... 21 Gambar 27. Pengolesan Lem Putih di Atas Kain Teflon ................................................................. 21 Gambar 28. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Lem Putih ..................................................... 22 Gambar 29. Serat Kain Perca Dengan Media Kain Tile .................................................................. 23 Gambar 30. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Latex............................................................. 24 Gambar 31. Press Pada Media Kulit Asli Tanpa Perekat ................................................................ 24 Gambar 32. Eksperimen 1 Kulit Asli ............................................................................................ 25 Gambar 33. Eksperimen 2 Kulit Asli ............................................................................................ 25 Gambar 34. Eksperimen 3 Kulit Asli ............................................................................................ 25 Gambar 35. Eksperimen 4 Kulit Asli ............................................................................................ 25 Gambar 36. Hasil Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu dan Waktu pada Kulit Sintetis Tebal .......... 27 Gambar 37. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tebal .................................... 28 Gambar 38. Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis A ................................. 29 Gambar 39. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis B ................................. 30 Gambar 40. Eksperimen 3 dengan Indikator Suhu dan Waktu Pada Kulit Sintetis Tipis .................... 31 Gambar 41. Serat Yang Ditata Dalam Cetakan ............................................................................. 32 Gambar 42. Resin Dituangkan Dalam Cetakan .............................................................................. 32 Gambar 43. Contoh 1 Hasil Cetak Resin ....................................................................................... 32 Gambar 44. Contoh 2 Hasil Cetak Resin ....................................................................................... 33 Gambar 45. Serat Perca Yang Digoreng ........................................................................................ 33 Gambar 46. Serat Yang Mengendap ............................................................................................. 33 Gambar 47. Minyak yang Menyerap Pigmen Serat ........................................................................ 34 Gambar 48. Hasil Eksperimen Goreng yang Di Resin .................................................................... 34 Gambar 49. Skema Hasil Eksperimen Awal .................................................................................. 35 Gambar 50. Hasil Eksperimen Sample D (Dari Kiri Sample D1) .................................................... 36 xv
Gambar 51. Macam Produk Fashion ............................................................................................. 39 Gambar 52. Macam Produk Kriya ................................................................................................ 39 Gambar 53. Skema Analia Luaran Produk..................................................................................... 40 Gambar 54. Concept Mindmapping .............................................................................................. 41 Gambar 55. Moodboard Concept (Fashion) ................................................................................... 41 Gambar 56. Moodboard Concept (Kriya) ...................................................................................... 42 Gambar 57. User ......................................................................................................................... 42 Gambar 58. Kuadran Persona User ............................................................................................... 43 Gambar 59. Sonia Eryka dan Style Berpakaian .............................................................................. 44 Gambar 60. Produk Startic ........................................................................................................... 45 Gambar 61. Produk Mamagreen Lifestyle ..................................................................................... 45 Gambar 62. Produk Sawo Kecik................................................................................................... 46 Gambar 63. Mamagreen Lifestyle................................................................................................. 46 Gambar 64. Startic ...................................................................................................................... 46 Gambar 65. Sawo Kecik .............................................................................................................. 46 Gambar 66. Grafik Positioning Produk Dengan Kompetitor ........................................................... 47 Gambar 67. Produk Eclo Indonesia............................................................................................... 48 Gambar 68. Produk POWL Studio................................................................................................ 48 Gambar 69. Produk DIPAR ......................................................................................................... 49 Gambar 70. Eclo Indonesia .......................................................................................................... 49 Gambar 71. Powl ........................................................................................................................ 49 Gambar 72. DIPAR (Natural Handycraft Ethnic) Bonggol Jagung .................................................. 49 Gambar 73. Skema Positioning Produk Lampu.............................................................................. 50 Gambar 74. Moodboard Tren Warna Fashion SS 2017................................................................... 54 Gambar 75. Moodboard Tren Warna Interior SS 2017 ................................................................... 54 Gambar 76. Moodboard Tren Pattern SS 2017............................................................................... 55 Gambar 77. Bucket Bag ............................................................................................................... 55 Gambar 78. Soft Clutch ............................................................................................................... 56 Gambar 79. Snap Close Bag......................................................................................................... 56 Gambar 80. Top Handle............................................................................................................... 57 Gambar 81. Konsep Branding ...................................................................................................... 57 Gambar 82. Pencarian Bentuk Logo ............................................................................................. 58 Gambar 83 Logo Terpilih ............................................................................................................ 58 Gambar 84 Key Color.................................................................................................................. 59 Gambar 85. Atribut Branding Tas................................................................................................. 59 Gambar 86. Katalog Produk Tas................................................................................................... 60 Gambar 87. Atribut Branding Lampu............................................................................................ 60 Gambar 88. Katalog Produk Lampu.............................................................................................. 61 Gambar 89. Pola Packaging Lampu .............................................................................................. 61 Gambar 90 Bentuk Jadi Packaging Lampu .................................................................................... 62 Gambar 91. Sistem Urutan Kerja Produksi Material dengan 2 Mesin dan 2 Pekerja........................ 65 Gambar 92. Bussiness Model Canvas............................................................................................ 68 Gambar 93. Skema Teknik Pemasaran Produk .............................................................................. 69 Gambar 94. Moodboard Konsep Alternatif 1 Tas........................................................................... 74 Gambar 95. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 1 Tas ................................................................... 74 Gambar 96. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian 1 .................................................................. 75 Gambar 97. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian 2 .................................................................. 76 Gambar 98. Moodboard Konsep Alternatif 2 Tas........................................................................... 77 Gambar 99. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 2 Tas ................................................................... 77 Gambar 100. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 1 ................................................................ 78 Gambar 101. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 2 ................................................................ 79 Gambar 102. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 3 ................................................................ 80 xvi
Gambar 103. Moodboard Konsep Alternatif 3 Tas ......................................................................... 81 Gambar 104. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) ................................................. 81 Gambar 105. Eksplorasi Bentuk dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) ................................................ 82 Gambar 106. Eksplorasi Bentuk Konsep 3 Tas (Bagian 2).............................................................. 83 Gambar 107. Eksplorasi Bentuk Lampu 1 ..................................................................................... 84 Gambar 108. Eksplorasi Bentuk Lampu 2 ..................................................................................... 85 Gambar 109. Prototype Tas 1 ....................................................................................................... 86 Gambar 110. Prototype Tas 2 ....................................................................................................... 87 Gambar 111. Prototype Tas 3 ....................................................................................................... 88 Gambar 112.Varian Warna .......................................................................................................... 89 Gambar 113. Prototype Lampu 1 .................................................................................................. 90 Gambar 114. Protype Lampu 2..................................................................................................... 91 Gambar 115. Prototype Lampu 3 .................................................................................................. 92 Gambar 116. Macam Media Sintetis Yang Digunakan ................................................................... 94 Gambar 117. Aplikasi Konsep Material Solid Color and Texture .................................................... 94 Gambar 118. Aplikasi Konsep Material Transparent Color ............................................................ 95 Gambar 119. Material Ramah Lingkungan .................................................................................... 95 Gambar 120. Pola Serat Yang Renggang....................................................................................... 96 Gambar 121. Jarak Lipatan dan Jahitan ......................................................................................... 96 Gambar 122. Bagian Serat Yang Menyala ..................................................................................... 97
xvii
.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xviii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Eksperimen Press Perekat Lem Putih ............................................................................... 22 Tabel 2. Hasil Analisa Press dengan Perekat Latex ........................................................................ 23 Tabel 3. Hasil Analisa Teknik Press dengan Media Kulit Asli ........................................................ 25 Tabel 4. Eksperimen 1 Media Sintetis Tebal.................................................................................. 26 Tabel 5. Eksperimen 2 Media Sintetis Tebal.................................................................................. 27 Tabel 6. Eksperimen 1 Media Sintetis Tipis .................................................................................. 28 Tabel 7. Eksperimen 2 Media Sintetis Tipis .................................................................................. 29 Tabel 8. Eksperimen 3 Media Sintetis Tipis .................................................................................. 30 Tabel 9. Hasil Eksperimen Uji Laminasi ....................................................................................... 36 Tabel 10. Hasil Eksperimen Press pada Media Sintetis Sample A dan B.......................................... 37 Tabel 11. Hasil Eksperimen Press Media Sintetis Sample C ........................................................... 38 Tabel 12. AIO User ..................................................................................................................... 43 Tabel 13. Four Pleasure ............................................................................................................... 43 Tabel 14. Analisa Eksisting.......................................................................................................... 46 Tabel 15. Analisa Positioning Produk Lampu ................................................................................ 49 Tabel 16. Analisa Material Furing ................................................................................................ 50 Tabel 17. Analisa Aksesori Tas .................................................................................................... 51 Tabel 18. Analisa Jenis Lampu ..................................................................................................... 52 Tabel 19. Analisa Material Frame Lampu ..................................................................................... 52 Tabel 20. Analisa Material Penunjang Lembaran Press Serat.......................................................... 53 Tabel 21. Analisa Lama Pembuatan Material Hasil Press Berdasarkan Pola .................................... 62 Tabel 22. Analisa Jumlah Lembaran yang Dihasilkan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja dan Mesin 64 Tabel 23. Analisa Proses Produksi Tas.......................................................................................... 65 Tabel 24. Analisa Proses Produksi Lampu..................................................................................... 66 Tabel 26. Rancangan Biaya Bahan Baku Lampu ........................................................................... 69 Tabel 27. Rancangan Biaya Operasional Lampu ............................................................................ 70 Tabel 28. Biaya Pokok Produksi Lampu ....................................................................................... 70 Tabel 29. Rancangan Biaya Bahan Habis Pakai Tas....................................................................... 70 Tabel 30. Rancangan Biaya Operasional Tas ................................................................................. 70 Tabel 31. Biaya Pokok Produksi Tas ............................................................................................ 70
xix
.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xx
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, istilah Go Green menjadi tren di masyarakat Indonesia. Salah satu contohnya adalah green bussiness, dimana suatu perusahaan atau industri ikut andil dalam pengelolaan lingkungan dengan cara meminimalisir limbah hasil produksi, pengolahan limbah, dan lain-lain. Dalam hal ini, Mamagreen Pacific adalah perusahaan yang dapat digunakan sebagai contoh perusahaan dengan konsep
green bussiness. Untuk
meminimalisir limbah produksinya, perusahaan tersebut membuat sebuah label produk fashion bernama Mamagreen Lifestyle yang memanfaatkan limbah kain furnitur sebagai produk tas. Namun masih ada beberapa industri yang belum bisa mengolah kembali hasil limbah produksinya. Seperti industri pakaian jadi atau konveksi yang kebanyakan menimbun limbah kainnya atau menjualnya kepada orang lain. Misalnya bila kita ingin membeli kain sisa dan melakukan search melalui google, maka akan banyak link penjual kain sisa konveksi yang ditampilkan.
Gambar 1. Link Penjual Kain Sisa Konveksi
1
2 Sumber : Google.com
Gambar 2. Timbunan Kain Perca dari Limbah Konveksi Sumber : Firdhausyah, 2015
Selain itu, jumlah industri pakaian jadi atau konveksi di Indonesia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan jumlah kain sisa produksi akan terus meningkat. Khususnya di daerah perkotaan seperti Surabaya, jumlah industri tersebut memiliki potensi untuk terus bertambah. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan nilai PDRB (Produk Domestik Bruto) industri pakaian jadi dan tekstil yang meningkat tiap tahunnya. Seperti pada tahun 2014, nilai PDRB industri tersebut naik menjadi sebanyak 1.359.748,7 dari 1.282.297,9 pada tahun sebelumnya. Kenaikan nilai PDRB menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki konstribusi yang baik terhadap laju pertumbuhan ekonomi di Surabaya, sehingga potensi untuk bertambah pun besar kemungkinannya. Untuk saat ini tercatat 50 kelurahan memiliki industri mikro dan kecil yang bergerak dibidang pengolahan kain dan tenun di Surabaya.
Gambar 3. Tabel Jumlah Perusahaan Industri Mikro Kecil Menurut 2-digit ISIC, 2010-2014
3 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Dengan permasalahan-permasalahan yang disebutkan sebelumnya, maka perlu dilakukan suatu tindakan, seperti pemanfaatan kembali perca untuk membantu mengurangi jumlah limbah kain konveksi. Selain dapat membantu dalam pencegahan pe ncemaran lingkungan, terlihat suatu potensi bisnis baru dalam pengolahan limbah tersebut bila dilakukan suatu inovasi dalam pengembangannya. Lahan atau area yang potensial untuk pengembangan inovasi recycle perca adalah industri kreatif seperti sektor fashion dan kriya (craft). 1.2 Permasalahan 1. Industri konveksi belum dapat mengolah sendiri limbah yang dihasilkan dari proses produksi seperti kain perca. 2. Produk olahan kain perca umumnya langsung memanfaatkan potongan kain perca untuk diolah dan potongan-potongan kecil jarang digunakan karena tidak sesuai kriteria produk yang akan dibuat. Sedangkan bila dilakukan treatment terdahulu seperti diambil seratnya dapat menghasilkan material baru dengan visual yang berbeda dan potongan perca yang kecil dapat dimanfaatkan secara optimal. 3. Cara perlakuan (treatment material) kain perca yang umum adalah teknik sambung jahit pada potongan kain perca. Treatment tersebut kurang cocok untuk mengolah serat kain perca, karenanya perlu dilakukan inovasi treatment material. 4. Cara penerapan dan pemanfaatan hasil treatment material sebagai bagian produk fashion dan kriya yang bernilai jual tinggi. 1.3 Batasan Masalah 1. Industri yang menjadi sumber observasi adalah industri konveksi mikro atau kecil. 2. Perca yang akan diolah adalah perca yang seratnya mudah diurai. 3. Material yang diolah adalah serat dari perca jenis satin. 4. Untuk teknik press, luasan area press terbatas hingga ukuran 40 x 40 cm. 5. Produk yang dirancang adalah produk fashion dan kriya. 6. Produk fashion yang dirancang adalah produk tas wanita. 7. Produk kriya yang dirancang adalah produk lampu. 8. Produk tas diperuntukkan wanita usia 20-28 tahun.
4
1.4 Tujuan 1. Membantu industri konveksi dalam pengolahan kembali limbah perca yang dihasilkan. 2. Menghasilkan treatment material yang sesuai untuk serat perca satin. 3. Mendapatkan hasil treatment yang memiliki nilai estetika. 4. Menghasilkan produk fashion dan kriya yang menggunakan material hasil treatment atau olahan serat kain perca dengan nilai jual tinggi. 1.5 Manfaat 1. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan dalam cara pengolahan suatu material. 2. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan dalam membuat peluang bisnis sendiri di bidang fashion dan kriya. 3. Menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat dalam proses treatment awal kain perca atau produksi produk.
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN EKSISTING 2.1 Serat dan Tekstil Serat merupakan material utama tekstil. Serat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu serat alami dan serat buatan atau sintetis. Berikut adalah macam serat tekstil beserta pembentuk dan karakteristiknya. 2.1.1 Serat Alami Serat alami merupakan serat yang terbuat dari bahan-bahan alam antara lain tumbuhan, hewan dan mineral. Kapas, linen, dan rami adalah beberapa contoh serat yang terbuat dari tumbuhan. Sedangkan wol dan sutra adalah serat yang terbuat dari hewan. a. Katun atau Kapas Kapas merupakan serat alami yang terbuat dari biji buah kapas. Serat ini memiliki karakteristik yang nyaman dan lembut. Selain itu daya serapnya baik dan mengalirkan panas dengan baik. Serat kapas akan mudah terbakar jika terkena suhu 150°C/320°F atau lebih dan menimbulkan bau seperti kertas atau kayu yang dibakar yang kemudian menjadi abu. Serat kapas terkadang digunakan sebagai campuran serat lainnya seperti rayon, poliester, spandeks, dan lain-lain. b. Linen Serat yang terbuat dari tanaman lenan ini merupa kan salah satu serat alami yang paling mahal. Hal ini dikarenakan kain yang dihasilkan dari serat ini bersifat sejuk dan segar saat dikenakan dalam cuaca panas. Kelebihan dari serat ini adalah memiliki daya serap yang tinggi dan merupakan konduktor panas yang baik namun mudah hangus dan terbakar. Karakteristik serat linen adalah berkilau dan terasa dingin.. Linen biasanya diaplikasikan pada pakaian, barang perabotan rumah (taplak, seprai, dekorasi jendela, dan lain-lain), tas koper, serta sebagai campuran dengan kapas. c. Rami Rami merupakan serat yang terbuat dari rumput rhea dan cina. Rami memiliki karakteristik kaku, lebih rapuh, dan berkilau. Rami paling sering diaplikasikan pada kain kanvas dan terkadang sebagai campuran katun atau sutra untuk menghasilkan kain yang lebih lembut. Selain itu rami juga dapat digunakan untuk bahan denim.
5
6
d. Wol Wol merupakan serat yang terbuat dari domba. Serat wol yang baik biasanya memiliki sisik yang lebih halus dan tampak kusam. Karakteristik dari serat wol adalah elastis, tampak berkerut, mudah menyerap kelembapan, dan menyatu pada suhu yang tinggi dibanding kapas. Serat wol akan menjadi keras setelah terkena suhu 100°C/212°F, dan hangus pada suhu 204°C/400°F. e. Sutra Serat sutra merupakan serat yang terbuat dari ulat sutra. Serat ini memiliki karakteristik berkilau, tekstur yang halus, tidak licin, ringan, kuat (dapat kehilangan 20% kekuatannya ketika basah), elastisitas sedang hingga buruk. Serat sutra akan terbakar pada suhu 165°C/330°F.
2.1.2 Serat Buatan/Sintetis Berdasarkan pembentuknya, serat sintetis untuk tekstil terbagi menjadi dua, yaitu : a. Selulosa Serat selulosa terbagi lagi menjadi 3 yang antara lain seperti rayon, asetat, dan tri asetat. Rayon merupakan serat yang terbuat dari polimer alami (serat selulosa alami) yang memiliki karakteristik halus, lembut, berkilau, dan daya serap tinggi. Rayon aka n terurai bila terkena suhu 176°C/350°F dan 204°C/00°F. Asetat adalah serat yang terdiri dari senyawa selulosa asetat dengan karakteristik termoplastik, halus, lembut, daya serap tinggi sehingga cepat kering, dan berkilau. Suhu setrika yang baik untuk serat ini adalah 135°C/275°F. Pada suhu 176°C/350°F serat asetat akan lengket dan kemudian menjadi kaku. Serat ini digunakan pada kain seperti satin, brokat, kain taf, dan sebagainya. Tri asetat merupakan serat yang termoplastik, kuat, tahan kerut dan susut, mudah dicuci, dan mempertahankan lipatan dan wiru dengan baik. Serat ini akan lengket pada suhu 298°C/570°F dan kemudian menjadi kaku. Serat ini dapat digunakan dengan poliester untuk menghasilkan pakaian tampak mengkilap. b. Polimer non selulosa Beberapa contoh serat polimer adalah nilon, aramid, poliester, akrilik, dan spandek. Nilon terbuat dari poliamida sintetik dengan karakteristik elastisitas yang tinggi,
7
sangat kuat dan tahan lama, termoplastik, dan tampilannya bisa menjadi sangat berkilau, semi berkilau atau kusam. Nilon akan meleleh bila terkena suhu 250°C/482°F. Poliester merupakan serat yang terbuat dari polimer sintetik. Merupakan serat yang termoplastik, kuat, dan hidrofobik (tidak menyerap). Poliester akan melunak atau menempel pada suhu 226°C/440°F hingga 243°/470°F serta mencair dan terbakar pada suhu 248°C/480°F hingga 290°C/554°F. Spandeks memiliki merek dagang seperti cleer-span, glospan, dan lycra. Sifatnya sangat elastis, nyaman, dan ketahanan bentuknya tinggi serta tahan lama. Spandeks akan menjadi lengket pada suhu 175°C/347°F dan meleleh pada suhu 230°C/446°F. Akrilik memiliki karakteristik lembut, hangat, resilient, dan bentuknya terjaga. Serat ini dapat menguning pada suhu di atas 148°C/300°F dan melunak atau menempel pada suhu 232°C/450°F.
2.1.3 Tekstil Tekstil umumnya digolongkan menjadi dua kategori yaitu woven dan knit. Woven adalah tipe kain yang dibuat dengan cara tenun dimana benang-benang terjalin membentuk pola menyilang. Sedangkan knit adalah kain yang terbentuk dari benang-benang yang disimpul atau rajut seperti spandek, kaos jersey, dan terry. Selain dua kategori tersebut, kini juga dikenal istilah nonwoven fabric yaitu kain yang terbentuk dari serat atau bukan serat tanpa ditenun atau dirajut. Contohnya seperti felt yang terbuat dari wol atau serat sintetik yang dikempa menggunakan panas, tekanan dan uap hingga menjadi lembaran. Berikut ini adalah beberapa contoh kain. a. Denim Denim merupakan salah satu contoh kain berbahan katun. Biasanya ditenun dengan benang berwarna gelap (biasanya biru) dan putih dimana benang yang berwarna biru sebagai sisi depan dan benang putih sebagai sisi belakang kain.
8
Gambar 4. Denim Sumber : Firdhausyah, 2015
b. Suiting wool Suiting wool merupakan salah satu contoh kain berbahan wol yang biasa digunakan untuk setelan seperti jas, celana, rok, dan lain-lain.
Gambar 5. Kain Seragam Berbahan Wool Sumber : Firdhausyah, 2015
c. Satin Kain satin biasanya terbuat dari sutra dan memiliki banyak macam. Salah satunya adalah duchesse satin yang memiliki dua sisi yang berbeda. Satu sisinya mengkilap dan yang lainnya tampak doff. Selain dari sutra, satin juga dibuat dari poliester namun lebih kaku dan panas.
9
Gambar 6. Macam-Macam Kain Satin Sumber : Firdhausyah, 2015
d. Georgette dan Tulle Georgette adalah kain yang seperti sifon tetapi memiliki tampilan crepe (kerisut) yang lebih dalam. Kain ini juga tersedia dalam sintetik dengan kelebihan lebih mudah untuk dijahit.
Tulle adalah contoh lain kain berbahan sutra. Tetapi yang banyak dijual
dipasaran adalah tulle berbahan nilon dengan karakteristik lebih keras dan harganya lebih murah.
Gambar 7. Georgette dan Tulle Sumber : Firdhausyah, 2015
e. Organdi dan Brokat
10
Kain organdi adalah kain yang lembut dan transparan terbuat dari sutra. Namun beberapa organza juga terbuat dari poliester dan nilon. Sedangkan brokat adalah kain tenun yang memiliki tampilan seperti sulaman. Brokat dapat terbuat dari sutra, rayon, poliester, katun, metalik sintetis atau gabungan dari beberapa material.
Gambar 8. Macam-Macam Brokat Sumber : Firdhausyah, 2015
f. Lace Merupakan kain dengan tampilan pola ornamental yang disulam pada mesh (kain berlubang dengan teknik knit), tile, kain polos atau dibuat dari benang yang dirajut atau disimpul. Lace dapat terbuat dari katun, sutra, benang emas dan serat sintetik.
Gambar 9. Macam-Macam Lace Sumber : Firdhausyah, 2015
2.2 Penelitian Berbasis Teknik Olah Material Berikut ini adalah beberapa contoh penilitian yang berbasis teknik olah material beserta penjelasan singkatnya. 2.2.1 Limbah Plastik Contoh penelitian mengenai limbah plastik adalah Eksplorasi Sampah Plastik Menggunakan Metode Fabrikasi Untuk Produk Fashion (Alrashid, 2014). Penelitian yang
11
dilakukan oleh Alrashid ini berawal dari banyaknya jumlah produksi plastik dengan pengolahan limbahnya yang sedikit. Meskipun jumlah limbah yang didaur ulang meningkat, namun produk yang dihasilkan memiliki kualitas desain yang kurang karena fasilitas pengolahan dan kemampuan pengolahan yang kurang. Pada penelitian ini, eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode fabrikasi yaitu pemanasan dan pelunakan serta cetak resin. Untuk pemanasan dan penghalusan, digunakan alat seperti heat press dan heat gun. Sebelumnya, material plastik dipotong kecil-kecil atau panjang-panjang terlebih dahulu. Setelahnya material diproses dengan mesin heat press dan menghasilkan material berupa lembaran. Sedangkan bila diproses dengan heat gun maka material yang dihasilkan akan menjadi seperti benang. Proses selanjutnya dilakukan denga n teknik cetak resin pada bubuk resin dan pecahan resin. Teknik ini dilakukan dengan mencampurkan bahan tersebut dengan resin bening dan katalis menggunakan cetakan seperti silicon rubber.
Gambar 10. Hasil Cetak Limbah Resin dan Plastik Sumber : Firdhausyah, 2015
2.2.2 Sabut Kelapa Salah satu contoh penelitian terhadap sabut kelapa adalah Pemanfaatan Sabut Kelapa dan Pewarna Alam Indigofera Sebagai Material Alternatif Pada Produk Kriya (Andini, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Andini berawal dari sedikitnya pengolahan material sabut kelapa yaitu sebesar 15%. Sedangkan Indonesia sendiri adalah penghasil sabut kelapa terbesar di dunia. Penelitian ini dilakukan dengan proses awal yaitu pengolahan sabut kelapa (pembersihan dan pemutihan) dan pewarnaan dengan pewarna alam indigofera. Selanjutnya serat-serat tersebut diolah dengan teknik heat press dan perekat (nonwoven fabric). Perekat yang digunakan adalah lem fox dan latex. Penggunaan lem fox menyebabkan lembaran kain yang dihasilkan tidak tahan air dan tidak elastis. Sedangkan penggunaan latex menyebabkan lembaran kain yang dihasilkan lebih tahan air meski tidak kuat bila terkena air dua kali dan elastis. Selain menggunakan perekat, dilakukan juga
12
eksperimen dengan menjahit serat-serat tersebut dengan media tambahan kain tile/organdi. Namun lembaran yang dihasilkan gampang rontok karena strukturnya yang tidak kuat.
Gambar 11. Pola Hasil Press dijahit Zig Zag Sumber : Firdhausyah, 2015
2.2.3 Tekstil Contoh penelitian menggunakan tekstil adalah Inspirasi Motif Batik Kawung Untuk Produk Tekstil dengan Teknik Modular Interlock (Direja, 2013). Penelitian berikut berlatar belakang dari keinginan Direja untuk melestarikan kebudayaan Indonesia (batik) dengan cara mengaplikasikan motif batik ke dalam teknik modular tekstil atau modular interlock. Eksperimen dilakukan dengan indikator berupa bentuk modul (persegi, segienam, segitiga), komposisi warna, material dan teknik kuncian.
Gambar 12. Pola Modul Persegi Sumber : Firdhausyah, 2015
2.2.4 Pewarna Alam dan Tekstil Contoh penelitian terhadap tekstil dengan pewarna alam adalah Eksplorasi Pewarna Alam Indigo Dipadukan dengan Sistem Teknik Modular Pada Produk Fashion (Arimurti, 2013). Penelitian ini dibuat dengan latar belakang yaitu untuk mempopulerkan penggunaan pewarna alam yang mulai surut karena produksi massal yang menuntut penggunaan pewarna sintetis. Hal tersebut dilakukan dengan teknik modular yang untuk menciptakan kebaruan dalam segi desain. Eksperimen awalnya dilakukan dengan pencelupan modul pada beberapa alternatif material untuk mendapatkan material yang tepat dan varian warna
13
yang dihasilkan. Langkah selanjutnya dilakukan dengan pembuatan altenatif modul yang dibuat dari 1 modul dasar (bundar) dan 1 modul lanjutan dengan teknik jahit tindas.
Gambar 13. Varian Modul Dasar Lingkaran Sumber : Firdhausyah, 2015
BAB III METODOLOGI DESAIN 3.1 Skema Metodologi Penelitian Berikut ini adalah skema pengumpulan data dan tahapan kerja dari penelitian :
Gambar 14 Skema Metodologi Penelitian Sumber : Firdhausyah, 2015
13
14
3.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan beberapa cara yang terbagi menurut dari sumbernya seperti data primer, data sekunder, dan data tersier. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung melalui wawancara, observasi lapangan, dan lain sebagainya. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui jurnal ilmiah, literatur, dan buku. Sedangkan data tersier merupakan data yang diperoleh dari artikel melalui internet, majalah, dan koran. Data-data yang dikumpulkan tersebut dimaksudkan untuk membantu penulis dalam pengerjaan perancangan mulai dari penemuan permasalahan hingga mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut. Berikut adalah metode yang dilakukan penulis dalam mendapatkan data, antara lain : 3.2.1 Literatur a. Buku Dari buku penulis mengambil data mengenai macam dan anatomi tas wanita sebagai referensi mengenai jenis-jenis tas wanita dan membantu dalam pendataa n anatomi, pola, dan material board tas wanita. Selain itu diambil juga data mengenai macam tekstil dan serat pembentuknya sebagai acuan untuk membantu dalam observasi mengenai limbah kain perca. b. Jurnal Melalui jurnal penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, penulis mengambil data mengenai teknik-teknik pengolahan material limbah, serat, tekstil, dan lain-lain. c. Website Melalui website penulis mengambil data mengenai serat tekstil dan karakteristiknya. Data tersebut dimaksudkan untuk membantu saat proses pengolahan atau treatment material. Selain itu diambil juga data mengenai produk eksisting tas yang menggunakan material olahan limbah atau serat alam. Data diambil dengan menganalisa harga dan segmen pasar dari produk eksisting yang kemudian dapat menentukan positioning dari output (produk tas) yang dihasilkan dari perancangan. 3.2.2 Observasi Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi mengenai jumlah kain perca yang diperoleh dari industri konveksi pakaian wanita skala kecil di Surabaya. Selain itu dari observasi ini didapatkan data mengenai macam jenis kain perca dan jumlah dari masingmasing jenis yang didapat. Observasi ini dilakukan dalam waktu 3 hari dengan mengambil
15
kain perca dari penjahit yang berbeda yaitu penjahit desainer, penja hit kebaya, dan penjahit permak dan seragam. Setelah kain-kain perca didapatkan, dilakukan pemilahan berdasarkan jenis untuk melihat kain perca apa yang paling banyak didapat. Kemudian penulis membuat material board dengan mengambil sampel dari kain-kain perca tersebut dengan sampel serat dari masing-masing kainnya.
Gambar 15. Hasil Observasi Perca Sumber : Firdhausyah, 2015
3.2.3 Wawancara Expert Wawancara dilakukan penulis untuk mendapatkan data mengenai penelitian sebelumnya terhadap limbah atau serat. Data tersebut didapat melalui wawancara kepada ibu Esti Siti Amanah Gandana via telepon dan pesan yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 18.04 dengan skema pertanyaan sebagai berikut.
Gambar 16. Peta Pertanyaan Wawancara Expert Sumber : Firdhausyah, 2015
16
3.2.4 Laddering Data berikut ini dilakukan untuk mengetahui selera calon user terhadap produk tas wanita yang kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan persona. Pengambilan data dilakukan dengan metode laddering yaitu berupa pertanyaan yang dimaksudkan untuk menimbulkan alasan atau jawaban alam bawah sadar responden akan sesuatu. menimbulkan kata sifat. Berikut adalah skema pertanyaan yang diajukan kepada responden.
Gambar 17. Peta Pertanyaan Wawancara User Sumber : Firdhausyah, 2015
3.2.5 Eksperimen Eksperimen merupakan observasi yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data mengenai treatment material yang cocok untuk serat kain perca sehingga menghasilkan material baru yang dapat dikembangkan lagi menjadi produk tas. Dalam proses pengerjaannya, dilakukan beberapa tahapan seperti pengambilan gambar saat proses eksperimen dan penulisan data hasil sementara eksperimen berupa experiment board.
Gambar 18. Contoh Experiment Board Sumber : Firdhausyah, 201
BAB IV STUDI DAN ANALISA 4.1 Observasi Limbah Kain Perca Berikut ini adalah hasil observasi yang telah dilakukan pada 3 industri konveksi di Surabaya. Adapun jenis penjahit yang diobservasi yaitu penjahit kebaya, penjahit desainer, dan penjahit permak, bordir, seragam. 4.1.1 Penjahit Kebaya Dari observasi kain perca yang ditimbun penjahit pakaian kebaya, didapatkan penggolongan jenis kain perca antara lain brokat, satin, batik, georgette, kain motif, kain polos (furing, drill, dll), tile, tenun, lace dan bordir. Jenis kain perca yang mendominasi adalah kain satin sebanyak 40% yang dari potongan-potongan kecil hingga lebar. Terbanyak kedua adalah lace sebesar 20% tetapi dengan ukuran yang acak dimana kain sisa tidak terlalu lebar. Sisanya adalah kain batik 10%, georgette 8%, motif 10%, polos 10%, tile 2%, tenun 2%, bordir dan brokat 3%.
2% 2% 3% 5%
20%
Lace Batik
10%
Georgette
Satin
10%
Kain Motif Kain Polos Tile
8%
Tenun
Bordir & Brokat
40%
Gambar 19. Persentase Jumlah Perca Penjahit Kebaya Sumber : Firdhausyah, 2015
Kain-kain tersebut merupakan timbunan sisa kain yang didapat dari penjahit selama 1 tahun, sebanyak 3 karung kecil. Untuk kain perca yang masih baru disimpan penjahit karena masih digunakan atau diambil lagi oleh pemilik kain (pemesan kebaya). 17
18
Gambar 20. Perca yang Dihasilkan Penjahit Kebaya Sumber : Firdhausyah, 2015
4.1.2 Penjahit Desainer Dari observasi kain perca yang ditimbun penjahit pakaian kebaya, didapatkan penggolongkan jenis kain perca antara lain lace, brokat, songket, batik, organdi, tenun, tile, satin, kain motif, dan georgette. Jenis kain yang mendominasi adalah kain satin sebanyak 40% dan kain motif sebanyak 15%. Sisanya adalah kain polos (furing) 10%, songket dan brokat 10%, dan lace 9%. Selain itu terdapat juga kain batik, organdi dan tule sebesar 8%. Kain-kain perca tersebut didapat dari timbunan sebanyak 1 karung sedang.
4%
8%
9%
4% Lace
10%
10%
Organdi Songket & Brokat Satin Kain Motif
15%
Kain Furing Tile
40%
Batik & Tenun
Gambar 21. Persentase Jumlah Perca Penjahit Desainer Sumber : Firdhausyah, 2015
19
Gambar 22. Perca yang Didapatkan dari Penjahit Desainer Sumber : Firdhausyah, 2015
4.1.3 Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Dari observasi kain perca yang ditimbun penjahit permak, bordir dan seragam didapatkan penggolongkan jenis kain perca antara lain bordir, lace, batik, georgette, kain motif, satin, kain seragam, potongan celana kain, dan potongan celana jeans. Jenis kain sisa yang mendominasi adalah potongan celana jeans, satin, dan batik masing-masing sebanyak 20%. Untuk potongan jeans, kainnya memiliki ukuran bermacam-macam dari kecil, sedang dan lebar. Kain satin dan georgette terdiri potongan kecil hingga besar. Sisanya adalah potongan celana kain, kain seragam, georgette, bordir dan lace sebesar 10%.
10% 20% Potongan Jeans
10%
Potongan Celana Kain Kain Seragam
10%
Satin
Batik
20%
Georgette
10%
Bordir & Lace
20%
Gambar 23. Persentase Jumlah Perca Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Sumber : Firdhausyah, 2015
20
Kain perca didapat dari timbunan selama 1 minggu sebanyak 1 kresek merah besar. Untuk kain perca potongan jeans, dalam seminggu didapatkan sebanyak 15 potong karena terkadang sisa potongan diminta oleh pelanggan permak.
Gambar 24. Perca yang Dihasilkan Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Sumber : Firdhausyah, 2015
4.1.4 Kesimpulan Dari observasi terhadap limbah kain perca yang dihasilkan 3 industri konveksi skala kecil, maka diambil kesimpulan bahwa material perca yang digunakan pada penelitian adalah satin. Selain karena jumlahnya yang paling banyak, satin mudah diurai seratnya dan memiliki serat yang menarik untuk dikembangkan.
Gambar 25. Sampel Kain Satin dari Perca Sumber : Firdhausyah, 2015
21
4.2 Studi Eksperimen Material Awal Eksperimen dibagi menjadi 2 fase yaitu fase awal dan fase lanjutan. Fase awal merupakan studi eksperimen awal serat perca dengan beberapa macam teknik. Dari fase awal tersebut, didapatkan hasil atau kesimpulan sementara eksperimen yang dijelaskan dalam bentuk skema dan tabel kelebihan, kekurangan, serta alternatif pengembangan bahan eksperimen. Sedangkan fase lanjutan merupakan peyempurnaan hasil eksperimen sementara dari yang dilakukan difase awal. Berikut ini adalah proses dari eksperimen fase awal. 4.2.1 Eksperimen Teknik Press Pada percobaan dengan teknik press, penulis menggunakan indikator-indikator berupa macam jenis perekat, media, suhu, dan durasi. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan hasil olahan material yang sesuai. a. Press dengan perekat Lem Putih Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli, hal pertama yang dilakukan adalah persiapan bahan-bahan seperti uraian serat-serat yang ada pada kain perca dan campuran lem putih dengan air (secair yogurt).
Gambar 26. Campuran Lem Putih dengan Air Sumber : Firdhausyah, 2015
Gambar 27. Pengolesan Lem Putih di Atas Kain Teflon Sumber : Firdhausyah, 2015
22
Proses eksperimen dilakukan dengan mengoleskan cairan perekat di atas kain teflon. Kemudian serat-serat kain perca ditata di atasnya dan dipress menggunakan alat press. Sebelum dipress, bagian atas campuran serat dan lem tadi ditutupi dengan kain teflon lainnya agar tidak langsung menempel pada permukaan panas alat press. Tabel 1. Eksperimen Press Perekat Lem Putih
Perca
Tipe Serat
Perekat
Halus Mengkilap
Suhu 95°-138° 150°-173°
Durasi
Satin Tipis
200°-208° Lem Putih
Padat, Kecil
210°-215° 95°-138° 150°-173° 200°-208° 210°-215°
8 menit
Hasil Endapan lem bening Endapan lem tebal berwarna putih Endapan lem tebal, warna serat menguning Endapan lem tebal menguning, warna serat menguning Endapan lem bening Endapan lem tebal berwarna putih Endapan lem tebal, warna serat menguning Endapan lem tebal menguning, warna serat menguning
Catatan : 1. Campuran lem dan air dibuat dengan perbandingan sekitar 2 : 1 sehingga encer seperti yogurt. 2. Eksperimen dilakukan dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda selama 8 menit. Kesimpulan sementara : 1. Semakin besar suhu yang digunakan maka menyebabkan endapan lem dan warna serat menguning. 2. Lembaran yang dihasilkan memiliki 2 sisi permukaan yang berbeda yaitu sisi depan dan belakang dimana sisi belakang permukaannya terlapisi endapan lem. 3. Lembaran yang dihasilkan mudah sobek karena penataan serat yang jarang. Selain itu bila terkena air maka endapan lem akan luntur dan serat akan terurai kembali.
Gambar 28. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Lem Putih Sumber : Firdhausyah, 2015
23
Dari permasalahan pada percobaan pertama, penulis mencoba kembali dengan menambahkan suatu media yaitu kain tile yang diletakkan di atas serat-serat kain perca. Agar lebih kuat, cairan perekat juga dioleskan di atas permukaan tile.
Gambar 29. Serat Kain Perca Dengan Media Kain Tile Sumber : Firdhausyah, 2015
Dari percobaan kedua di atas, lembaran yang dihasilkan lebih kuat (tidak mudah sobek). Namun apabila terkena air maka lem akan melunak dan serat-seratnya akan kembali terurai. Selain itu tampilannya kurang menarik. Sehingga dilakukan percobaan kembali tanpa media tulle melainkan dengan laminasi menggunakan plastik transparan di bagian atas dan bawah lembaran olahan serat. b. Press dengan perekat latex Setelah percobaan menggunakan lem putih, dilakukan percobaan dengan jenis perekat yang berbeda yaitu latex. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek yang diberikan pada serat apabila dipress dengan perekat yang berbeda. Langkah-langkah percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan teknik press sebelumnya tetapi tanpa proses laminasi dan lem tidak perlu dicampur dengan air karena sudah cair. Tabel 2. Hasil Analisa Press dengan Perekat Latex
Perca
Tipe Serat
Perekat
Sateen
Padat, halus
Latex Kecil, padat
Suhu
Durasi
95°-138°
4 menit
95°-126°
6 menit
95°-138°
8 menit
95°-147°
10 menit
95°-138°
4 menit
95°-126°
6 menit
95°-138°
8 menit
95°-147°
10 menit
Hasil
Lembaran elastis seperti karet, endapan berwarna kecoklatan
24
Catatan : 1. Perekat tidak perlu dicampur dengan air. 2. Eksperimen dilakukan dengan suhu start yang diambil dari kesimpulan eksperimen dengan perekat lem putih. Kesimpulan sementara : 1. Lembaran yang dihasilkan bersifat elastis seperti karet dengan endapan lem berwarna kecoklatan. 2. Lembaran lebih tahan air dibandingkan lembaran dengan perekat lem putih namun permukaannya mudah lengket dan berbau menyengat. 3. Menyebabkan karakter serat yang mengkilap menjadi hilang.
Gambar 30. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Latex Sumber : Firdhausyah, 2015
c. Press pada media kulit asli Pada percobaan berikut ini, dilakukan teknik heat press menggunakan media kulit kambing untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari serat-serat kain perca (satin). Pada percobaan awal dilakukan pengepresan tanpa menggunakan perekat. Dari percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa serat-serat kain perca tidak dapat menempel pada kulit meskipun suhu dan durasi pengepresan dinaikkan. Terlihat pada gambar dibawah hanya pigmen warna serat yang menempel pada kulit.
Gambar 31. Press Pada Media Kulit Asli Tanpa Perekat Sumber : Firdhausyah, 2015
25
Maka, pada percobaan kedua dilakukan dengan bantuan perekat fox dan latex. Pengepresan dilakukan selama 8 menit pada suhu 95 °C-138 °C. Berikut adalah tabel perbandingan teknik press serat-serat kain perca menggunakan perekat lem putih dan latex pada media kulit asli. Tabel 3. Hasil Analisa Teknik Press dengan Media Kulit Asli
Jenis Perekat
Keterangan
Latex
Lem Putih
Gambar 32. Eksperimen 1 Kulit Asli
Gambar 33. Eksperimen 2 Kulit Asli
Permukaan membelakangi bagian panas pada mesin press
Permukaan menghadap bagian panas pada mesin press
` Gambar 34. Eksperimen 3 Kulit Asli
Gambar 35. Eksperimen 4 Kulit Asli
Sumber : Firdhausyah, 2015
Dari tabel tersebut, didapatkan hasil bahwa serat dapat menempel pada kulit asli dengan bantuan perekat. Bila permukaan kulit membelakangi bagian panas dari mesin press maka tampilan serat yang dihasilkan akan lebih bagus. Namun hasil olahan dengan latex mudah dilepas dan olahan dengan fox perlu dilaminasi terlebih dahulu agar serat tidak lepas saat terkena air. d. Press pada media kulit sintetis Pada percobaan berikut ini penulis melakukan eksperimen pada kulit sintetis tebal dan tipis. Indikator yang digunakan adalah suhu dan durasi saat proses pengepresan serta beberapa macam serat kain perca. Berikut adalah beberapa hasil analisa teknik press pada media kulit sintetis.
26 Tabel 4. Eksperimen 1 Media Sintetis Tebal
Perca
Tipe Serat
Media
Suhu
Durasi
Hasil
1 menit
Kurang Terserap
2 menit
Agak Terserap
1 menit
Terserap
2 menit
Terserap
1 menit
Kurang Terserap
2 menit
Kurang Terserap
1 menit
Terserap
2 menit
Terserap
1 menit
Kurang Terserap
2 menit
Kurang Terserap
1 menit
Kurang Terserap
2 menit
Kurang Terserap
1 menit
Kurang Terserap
2 menit
Kurang Terserap
1 menit
Agak Terserap
2 menit
Agak Terserap
150°
Satin Tipis
Sintetis A 200° Halus Mengkilap 150° Sintetis B 200°
150°
Sateen
Sintetis A 200° Padat, halus 150° Sintetis B 200°
Catatan : 1. Press dengan suhu 200°C selama 1 hingga 2 menit mampu membantu terserapnya serat ke dalam permukaan sintetis. Namun, pada suhu tersebut permukaan sintetis rawan rusak karena suhu terlalu panas. Kesimpulan sementara : 1. Jenis serat yang paling baik digunakan adalah serat yang halus dan tipis. Jenis seratnya yang halus lebih mudah terserap pada permukaan sintetis. 2. Untuk mengurangi resiko serat lepas dari permukaan sintetis perlu diminimalisir penggunaan serat yang terlalu tebal dan menumpuk karena serat paling atas tidak ikut terserap pada permukaan sintetis.
27
3. Hasil uji pada sateen tidak berhasil karena tipe serat yang padat (Terdiri dari kumpulan serat katun yang padat). Dapat diatasi dengan menguraikan seratnya.
Gambar 36. Hasil Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu dan Waktu pada Kulit Sintetis Tebal Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 5. Eksperimen 2 Media Sintetis Tebal
Sateen
Tipe Serat
Media
Halus Mengkilap Sintetis Tebal
Satin Tipis
Perca
Padat, halus
Suhu
Durasi
Hasil
90°-130°
Kurang Terserap
130°-160°
Kurang Terserap
150°-180°
Agak Terserap
170°-200°
8 menit
Terserap
90°-130°
Kurang Terserap
130°-160°
Kurang Terserap
150°-180°
Agak Terserap
170°-200°
Terserap
Catatan : 1. Penggunaan suhu di bawah 200 derajat celcius lebih baik digunakan untuk menghindari rusaknya permukaan sintetis. 2. Penentuan durasi press ikut mempengaruhi terserapnya serat ke dalam permukaan serat. 3. Penggunaan serat sateen dibuat dengan ditata jarang per satuan filamennya. Kesimpulan sementara : 1. Suhu sementara yang baik digunakan adalah suhu yang dimulai antara 150 hingga 170 derajat celcius. 2. Penggunaan media sintetis tebal lebih berisiko untuk rusak meskipun lebih menyerap serat lebih baik. Saat area media kecil dan penggunaan serat menutup 80% permukaan sintetis, maka kerusakan tidak akan terlihat. Namun saat area
28
permukaan yang digunakan luas, maka terlihat beberapa area akan berkeriput dan terdapat lubang-lubang udara.
Gambar 37. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tebal Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 6. Eksperimen 1 Media Sintetis Tipis
Tipe Serat
Satin Tebal
Halus Mengkilap
Media
Sintetis Tipis A
Perca
Suhu
Durasi
Hasil
95°-140°
Kurang Terserap
130°-165°
Kurang Terserap
150°-180°
Agak Terserap
165°-192°
8 menit
Terserap
95°-140°
Kurang Terserap
130°-165°
Kurang Terserap
150°-180°
Agak Terserap
165°-192°
Terserap
Padat, halus
Catatan : 1. Percobaan selalu diawali dengan tes suhu yang tepat dengan penggunaan durasi yang paling lama yaitu 8 menit (durasi ditentukan dari uji eksperimen yang dilakukan penulis sebelumnya). 2. Suhu start terbesar diturunkan menjadi 165°C dari yang sebelumnya (170 °C) untuk meminimalisir kerusakan permukaan karena penggunaan media sintetis yang tipis. Kesimpulan sementara : 1. Penggunaan suhu start yang terbaik adalah 165°C. 2. Penggunaan serat kain satin yang mengkilap memiliki efek yang lebih bagus dan seratnya yang halus terserap dengan baik ke dalam permukaan sintetis.
29
Gambar 38. Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis A Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 7. Eksperimen 2 Media Sintetis Tipis
Perca
Tipe Serat
Media
sateen
Sintetis Tipis B
Padat, halus
Suhu
Durasi
Hasil
95°-140°
Kurang Terserap
130°-165°
Kurang Terserap
150°-180°
Terserap
165°-192°
8 menit
Sangat Terserap
95°-140°
Kurang Terserap
130°-165°
Kurang Terserap
150°-180°
Agak Terserap
165°-192°
Terserap
Kecil, padat
Catatan : 1. Eksperimen dilakukan menggunakan kain sateen dengan perlakuan serat yang tebal dan halus diuraikan terlebih dahulu. 2. Serat ditata jarang dan tidak menumpuk untuk menghindari adanya serat yang tidak terserap permukaan sintetis. Kesimpulan sementara : 1. Serat dengan karakter yang padat dan halus lebih mudah terserap ketika diurai hingga tipis. 2. Serat sateen yang halus dapat terserap pada suhu start 150°C dengan durasi 8 menit dan pada suhu start 165°C serat tampak menghilang karena benar-benar terserap. 3. Serat sateen yang kecil dan tebal dapat terserap baik bila ditata jarang dan tidak menumpuk.
30
Gambar 39. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis B Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 8. Eksperimen 3 Media Sintetis Tipis
Perca
Tipe Serat
Media
Satin Tebal
Kulit Tipis A
Halus Mengkilap
Padat, halus
Suhu
Durasi
Hasil
161°-164°
2 menit
Kurang Terserap
161°-170°
4 menit
Kurang Terserap
161°-177°
6 menit
Terserap
161°-183°
8 menit
Terserap
161°-164°
2 menit
Kurang Terserap
161°-170°
4 menit
Kurang Terserap
161°-177°
6 menit
Agak Terserap
161°-183°
8 menit
Terserap
161°-164°
2 menit
Kurang Terserap
161°-170°
4 menit
Kurang Terserap
161°-177°
6 menit
Agak Terserap
161°-183°
8 menit
Terserap
161°-164°
2 menit
Kurang Terserap
161°-170°
4 menit
Kurang Terserap
161°-177°
6 menit
Kurang Terserap
161°-183°
8 menit
Terserap
Sateen
Kulit Tipis B
Padat, halus
Kecil, Padat
Catatan : 1. Eksperimen dengan suhu start 161°C yang diturunkan dari suhu eksperimen sebelumnya dengan pembanding durasi press yang berbeda-beda.
31
2. Media yang digunakan adalah sintetis yang bertekstur dan tipis (oscar). Kesimpulan sementara : 1. Suhu yang baik digunakan adalah dimulai dari 161° dan berakhir pada suhu 183°c dengan durasi 6 hingga 8 menit. 2. Penggunaan sintetis tipis lebih baik dari sintetis tebal, namun ketika area yang digunakan luas beberapa area rusak (terdapat lubang-lubang udara). 3. Permukaan yang awalnya bertekstur akan menjadi licin dan mengkilap.
Gambar 40. Eksperimen 3 dengan Indikator Suhu dan Waktu Pada Kulit Sintetis Tipis Sumber : Firdhausyah, 2015
Dari beberapa percobaan yang dilalukan di atas, didapatkan rangkuman hasil awal bahwa suhu start yang baik digunakan adalah 161°C selama 6 hingga 8 menit. Media sintetis tipis memiliki resiko rusak lebih kecil dibandingkan sintetis tebal, namun perlu dilakukan uji terhadap beberapa jenis sintetis untuk mendapatkan hasil yang lebih rapi baik dalam media dengan area luas dan kecil. Sedangkan untuk jenis serat yang baik untuk digunakan adalah serat dengan karakter yang halus dan tipis seperti pada kain satin.
4.2.2 Eksperimen Teknik Cetak Resin Pada percobaan dengan teknik cetak resin penulis mencoba untuk mengganti bahan yang biasa digunakan (fiber) dengan serat-serat kain perca. Pada percobaan awal digunakan plastisin sebagai cetakan negatif yang bagian permukaannya diolesi wax agar tidak lengket pada saat resin mengeras. Setelah itu menyiapkan larutan resin yang
32
dicampur dengan katalis sebagai pengeras. Serat-serat yang sudah disiapkan ditata di dalam cetakan kemudian cairan resin dituang ke dalam cetakan.
Gambar 41. Serat Yang Ditata Dalam Cetakan Sumber : Firdhausyah, 2015
Gambar 42. Resin Dituangkan Dalam Cetakan Sumber : Firdhausyah, 2015
Gambar 43. Contoh 1 Hasil Cetak Resin Sumber : Firdhausyah, 2015
33
Gambar 44. Contoh 2 Hasil Cetak Resin Sumber : Firdhausyah, 2015
4.2.3 Eksperimen Teknik Goreng Pada percobaan dengan teknik goreng, serat digoreng dengan minyak goreng. Saat proses penggorengan, serat akan menimbulkan letusan minyak yang besar sehingga perlu digunakan penutup panci saat proses berlangsung. Serat digoreng hingga letusan minyak berhenti. Ketika serat selesai digoreng maka akan dihasilkan endapan plastik dan pigmen warna yang terserap minyak. Karakter hasil endapan yang dihasilkan seperti plastik dan mudah patah. Karenanya perlu dilakukan treatment lanjutan bila endapan tersebut akan digunakan sebagai material tas.
Gambar 45. Serat Perca Yang Digoreng Sumber : Firdhausyah, 2015
Gambar 46. Serat Yang Mengendap Sumber : Firdhausyah, 2015
34
Gambar 47. Minyak yang Menyerap Pigmen Serat Sumber : Firdhausyah, 2015
Berikutnya penulis mencoba mengkombinasikan antara teknik goreng dengan teknik cetak resin. Hasil endapan dari teknik goreng diresin agar tidak patah atau rusak. Sedangkan minyak yang menyerap pigmen warna serat digunakan sebagai campuran pewarna resin.
Gambar 48. Hasil Eksperimen Goreng yang Di Resin Sumber : Firdhausyah, 2015
Namun pada penggunaan minyak sisa penggorengan serat sebagai pewarna, minyak sulit menyatu bila presentase penggunaannya banyak karena sifat minyak yang sulit menyatu dengan cairan lainnya dan hasil cetakan resin menjadi berminyak. Sedangkan hasil resin endapan serat sifatnya rawan pecah karena kurangnya material penguat yang sifatnya rapat seperti fiber atau serat.
35
4.2.4 Skema Hasil Eksperimen Fase Awal Berikut adalah rangkuman proses eksperimen fase awal yang dijelaskan dalam bentuk skema untuk memudahkan pembacaan kesimpulan awal eksperimen. Dari skema dijelaskan bahwa teknik treatment material yang dapat dikembangkan adalah teknik heat press menggunakan perekat dan media sintetis. Perekat yang digunakan adalah lem putih yang dicampur air dengan perbandingan 1 (lem) banding 2 (air).
Gambar 49. Skema Hasil Eksperimen Awal Sumber : Firdhausyah, 2015
4.3 Studi Eksperimen Lanjutan Eksperimen
berikut
dilakukan
atas
dasar
hasil
eksperimen
awal
untuk
mengembangkan dan memperbaiki teknik olah material yang sudah dipilih. Hasil dari eksperimen lanjutan nantinya akan dijadikan konsep olah material terpilih. Berikut adalah studi eksperimen lanjutan yang telah dilakukan. 4.3.1 Press Menggunakan Perekat Lem Putih (Cair) Bila eksperimen sebelumnya dilakukan dengan aturan campuran perekat lem putih dan air sebesar 2 banding 1 (seperti yogurt) maka eksperimen berikut dilakukan dengan
36
perbandingan sebesar 1 banding 2 (cair). Hal tersebut dimaksudkan agar endapan lem pada lembaran lebih tipis dan transparan. Setelah itu, hasil lembaran diuji hasil laminasinya dengan melihat kerapian tampilan lembaran. Tabel 9. Hasil Eksperimen Uji Laminasi
Sample
Perlakuan
Hasil
Sample D1
Dibasahi
Tidak rapi karena adanya bekas air.
Sample D2
Tidak dibasahi
Tidak rapi karena terdapat gelembung udara dan bekas lem karena penataan serat yang tidak rapat.
Sample D3
Serat dibuat rapat
Lebih rapi karena tidak adanya gelembung udara.
Gambar 50. Hasil Eksperimen Sample D (Dari Kiri Sample D1) Sumber : Firdhausyah, 2016
Dari tabel hasil eksperimen di atas didapatkan hasil bahwa sample D3 menunjukkan hasil yang lebih baik. Sample tersebut dibuat dengan penataan serat yang rapat sehingga mempersempit area masuknya udara dan endapan lem menjadi tidak terlalu nampak.
4.3.2 Press Pada Media Sintetis Tipis Pada eksperimen sebelumnya, press pada media sintetis tidak dibantu dengan perekat apapun. Hal tersebut menyebabkan pola yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Karenanya pada eksperimen berikut dilakukan kombinasi teknik olah material yaitu diawali dengan press menggunakan perekat lem putih (cair) untuk membentuk pola. Kemudian lembaran tersebut dipress kembali pada permukaan sintetis. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, lembaran hasil press dengan perekat memiliki 2 sisi permukaan. Pada tabel di bawah ini dilakukan percobaan dengan indikator peletakan sisi permukaan lembaran press lem putih terhadap permukaan sintetis serta indikator suhu dan durasi pada beberapa jenis sintetis.
37 Tabel 10. Hasil Eksperimen Press pada Media Sintetis Sample A dan B
SUHU
SAMPLE AA 150-165˚ C Pada beberapa kulit serat tidak terlalu menempel. Pada kulit tebal, serat menempel tetapi bila area press luas mengakibatkan permukaan kulit rusak.
JENIS KULIT DAN HASIL
SAMPLE B 150-165˚ C
Serat menempel namun permukaan kulit teksturnya hilang dan menjadi mengkilap
Menempel namun permukaan kulit rusak dan pada kulit sample 11 serat tidak terlalu menempel walaupun permukaannya tidak rusak
38
Catatan : 1. Sample A merupakan hasil uji press dimana sisi belakang menghadap permukaan sintetis. 2. Sample B merupakan hasil uji press dimana sisi depan menghadap permukaan sintetis. 3. Sample dengan tanda bintang biru merupakan hasil uji yang baik atau yang dipilih. Kesimpulan sementara : 1. Hasil uji yang paling baik adalah pada media sintetis jenis diana, oscar, bonita 2. Pada media diana, suhu uji dapat dinaikkan kembali agar serat lebih terserap. Tabel 11. Hasil Eksperimen Press Media Sintetis Sample C
No
Sample C
Hasil
1
Menempel dan lebih rapi. Namun akan lebih baik bila di press pada suhu 165- 180 derajat celcius
2
Menempel,tidak rapi karena bekas lem terlihat. Dapat diatasi dengan menaikkan suhu press namun menyebab kan permukaan kulit menjadi berubah
3
Menempel, namun ada beberapa area permukaan yang tidak diberi serat akan rusak. Akan lebih baik bila serat dibuat penuh menutup area kulit.
4
Tidak terlalu menempel.
39
Catatan : 1. Sample C merupakan hasil uji yang dilakukan berdasarkan hasil dari sample B namun dengan area press yang lebih luas. Kesimpulan : Material sintetis jenis diana (putih licin) lebih tahan terhadap panas sehingga lebih baik untuk digunakan sebagai media press. Press dilakukan mulai dari suhu 165 derajat celcius selama 8 menit. 4.4 Luaran Produk Kategori produk yang akan dikembangkan adalah produk fashion dan kriya. Kategori tersebut dipilih karena produk-produk fashion dan kriya merupakan jenis produk yang paling banyak diminati oleh konsumen. Produk fashion dan kriya ada banyak macamnya. Beberapa contoh produk fashion adalah pakaian, tas, dan aksesori. Sedangkan produk kriya dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan fungsinya seperti furnitur, dekorasi rumah/kantor, lampu, dan organizer.
Gambar 51. Macam Produk Fashion Sumber : http://www.polyvore.com/cgi/set?id=215479287
Gambar 52. Macam Produk Kriya Sumber : http://www.polyvore.com/cgi/set?id=215479522
40
Pemilihan jenis luaran produk, dilakukan berdasarkan analisa karakter hasil olah serat perca satin. Material hasil press pada media sintetis yang bersifat lembaran dengan warna yang solid dapat diaplikasikan pada produk tas. Selain dapat dijahit, tampilan polanya unik dan bervariasi. Sedangkan material hasil press dengan perekat dan dilamunasi bersifat lembaran transparan dengan pola warna-warni akan terlihat menarik jika disorot oleh nyala lampu.
Gambar 53. Skema Analia Luaran Produk Sumber : Firdhausyah, 2016
4.5 Analisa Konsep 4.5.1 Analisa Konsep Utama Analisa konsep utama dilakukan dengan mengevaluasi hasil percobaan yang telah dilakukan. Poin-poin yang menjadi acuan adalah karakter dan tampilan dari material hasil percobaan serta teknik perlakuan material. Dari analisa yang telah dilakukan, didapatkan 3 konsep utama perancangan yaitu Solid Color and Texture, Transparent Pattern, dan Eco Material. Tiga konsep tersebut kemudian diaplikasikan pada output produk dengan menyesuaikan karakter dan tampilan dari masing-masing konsep. Konsep Solid Color and Texture diaplikasikan pada produk fashion sesuai dengan karakter materialnya yang merupakan lembaran dan dapat dijahit. Material terbuat dari hasil press serat satin pada
41
media sintetis. Sedangkan konsep Transparent Pattern diaplikasikan pada produk kriya. Hal tersebut dikarenakan tampilan material yang transparan terlihat unik bila diaplikasikan pada produk seperti lampu.
Gambar 54. Concept Mindmapping Sumber : Firdhausyah, 2016
4.5.2 Analisa Konsep Produk Fashion Analisa konsep untuk produk fashion dilakukan dengan menjabarkan konsep utama (Solid Color and Texture) berdasarkan ciri-ciri utamanya. Hasil analisa berupa kata-kata kunci yang kemudian divisualkan dalam bentuk moodboard gambar.
Gambar 55. Moodboard Concept (Fashion) Sumber : http://www.polyvore.com/cgi/set?id=215182841
Dari gambar di atas dijelaskan beberapa kata kunci konsep fashion yaitu Solid Color, Patterned, Colourful, Bright Color, Pastel, dan Geometric Shape.
42
4.5.3 Analisa Konsep Produk Kriya Analisa konsep untuk produk fashion dilakukan dengan menjabarkan konsep utama (Transparent Pattern) berdasarkan ciri-ciri utamanya. Hasil analisa berupa kata-kata kunci yang kemudian divisualkan dalam bentuk moodboard gambar.
Gambar 56. Moodboard Concept (Kriya) Sumber : http://www.polyvore.com/cgi/set?id=215177420
Dari gambar di atas dijelaskan beberapa kata kunci konsep kriya yaitu See through/Transparent, Patterned, Colourful, Bright Color, Pastel, Marble Effect, Eco Material dan Geometric Shape. 4.6 Analisa User 4.6.1 Persona a. Demografi
Gambar 57. User Sumber : https://theekem.files.wordpress.com/2014/03/foto-model-cewek-muslimahberjilbab.jpg?w=392&h=555
43
Nama
: Dena Julie
Pekerjaan/Pendidikan : S1 Mahasiswi Desain Grafis Tanggal Lahir
: 24 Juli 1994
Alamat
: Pradah Kali Kendal I Surabaya
Pengeluaran 1 minggu : Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 b. Social Economic Status User termasuk dalam golongan sophisticated dimana user memiliki culture yang tinggi dan status ekonomi yang baik sehingga mendukung.
Gambar 58. Kuadran Persona User Sumber : Firdhausyah, 2015
c. Lifestyle Tabel 12. AIO User
Lifestyle Activity
Interest
Occupation
Kuliah
Berbelanja
Mahasiswi
Mengerjakan tugas
Fotografi
Karyawati
Kumpul-kumpul di cafe
Blogging
Kegiatan kampus
d. Four Pleasure Tabel 13. Four Pleasure
PHYSIO
SOCIO
Dilengkapi tali panjang Handle jinjing panjang
Casual / Santai Chic
PHSYCO
IDEO
Ringan
Green Lifestyle
Mekanisme bukaan sederhana Ukuran tepat guna
44
e. Kesimpulan User Dari data persona di atas didapatkan kesimpulan bahwa user merupakan wanita dengan usia target 20-28 tahun dimana user sedang mengalami tahapan dari masa remaja menuju dewasa. Biasanya pada usia ini user sangat peka akan penampilan untuk mulai membangun image diri yang mulai matang tetapi tetap berkesan muda dan playful. Karena keinginan untuk menunjukkan tampilan yang berbeda dan jati diri yang kuat, user cenderung mengikuti tren dan tidak takut mencoba hal-hal baru. User berdomisili di area perkotaan seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainlain dimana user merupakan konsumen yang selalu update dengan produk atau teknologi baru. 4.6.2 Muse Publik figur yang dapat dijadikan acuan dalam mempresentasikan user adalah Sonia Eryka. Sonia Eryka seorang gadis kelahiran 21 Juni 1993 yang memiliki profesi sebagai fashion blogger yang dimulai sejak tahun 2009. Blognya yang bernama “Diary of The Riotous Belle“ memuat tentang ketertarikan Sonia seperti makanan, musik dan style berpakaian Sonia. Selain itu Sonia juga memiliki profesi lain yaitu sebagai desainer pada label Riotous miliknya, fashion stylist, fotografer, dan pemilik cafe bernama Ninotchka. Gaya berpakaian Sonia biasanya terlihat simpel, aktif, dan feminim. Namun untuk beberapa acara penting Sonia memilih gaya yang elegan namun tetap simpel.
Gambar 59. Sonia Eryka dan Style Berpakaian Sumber : a. https://www.instagram.com/p/_JblX0OB3W/ b. https://www.instagram.com/p/8StHPzOB7y/ c. https://www.instagram.com/p/9N-T9euB2f/ d. https://www.instagram.com/p/7zzBYJuBwm/ e. https://www.instagram.com/p/_JblX0OB3W/
45
4.7 Analisa Positioning Analisa berikut dilakukan untuk melihat posisi produk perancangan dengan kompetitor yang setara. Kriteria utama kompetitor yang menjadi pembanding adalah penggunaan material hasil olah limbah. Dalam menentukan positioning produk, diambil beberapa eksisting produk tas wanita dan lampu yang menggunakan material olahan limbah. 4.7.1 Analisa Positioning Produk Tas Analisa positioning pertama dilakukan pada produk tas. Produk pertama adalah tas merek Mamagreen Lifestyle yang menggunakan material sisa kain furnitur. Produk kedua adalah tas wanita merek startic. Tas startic menggunakan material-material hasil olahan sak semen. Produk ketiga sebagai pembanding adalah merek sawo kecik. Produk sawo kecik menggunakan material seperti limbah karton susu dan kertas tyvek.
Gambar 60. Produk Startic Sumber : http://www.avpeduli.com/ecopreneurship.php
Gambar 61. Produk Mamagreen Lifestyle Sumber : http://mamagreenlifestyle.com
46
Gambar 62. Produk Sawo Kecik Sumber : http://www.sawokecik.com/
Berikut adalah tabel analisa eksisting produk tas berbahan limbah : Tabel 14. Analisa Eksisting
Parameter Gambar 63. Mamagreen Lifestyle
Gambar 64. Startic
Gambar 65. Sawo Kecik
Kisaran Harga
Rp 239.900,00 – Rp 599.900,00
Rp 80.000,00 – Rp 600.000,00
Rp 80.000,00 – Rp 200.000,00
Spesifikasi
Material : Limbah tekstil untuk furnitur (kain inno, giraffe, patchwork), kulit sintetis, Dimensi : 25 x 16 x 6 cm
Material : Limbah sak semen, kain batik, kain songket, kulit sintetis Dimensi : 25 x 16 x 6
Material : Limbah karton susu, upcycled tyvex paper, kain katun Dimensi : 25 x 20
47
Fitur
Strap (Tali panjang), hardware (clasp, kancing magnet, ring, dll), resleting
Strap, hardware (clasp, ring, rantai, dll), resleting
Strap, hardware (kancing magnet, cantolan anjing, mata ayam), resleting
Koleksi
-Tas kerja -Tas sekolah -Tas wanita (Shoulder bag, tote, messenger, satchel, backpack, wallet)
Tas wanita (Shoulder bag, messenger, clutch, satchel)
-Tas Wanita (Wallet, clutch) -Lain-lain(kotak kacamata, key wallet, notebook case)
Sumber : (Gambar 63) http://mamagreenlifestyle.com/ (Gambar 64) http://startic.avpeduli.com/index.php/product/slingbag-4/ (Gambar 65) http://www.sawokecik.com/
Dari analisa eksisting tersebut, didapatkan skema positioning produk terhadap kompetitor dengan indikator harga dan kualitas produk. Seperti yang terlihat pada grafik di bawah, produk tas hasil penelitian nantinya akan menempati pasar dengan harga maksimal Rp 600.000,00 dengan kualitas yang baik sepadan dengan produk STARTIC tetapi sedikit di bawah produk Mamagreen Lifestyle.
Gambar 66. Grafik Positioning Produk Dengan Kompetitor Sumber : Firdhausyah, 2015
48
4.7.2 Analisa Positioning Produk Lampu Setelah analisa positioning tas, dilakukan analisa positioning lampu dengan pembanding kompetitor brand Eclo Indonesia, Powl dan Dipar. Eclo Indonesia merupakan brand produk lampu yang memanfaatkan material kayu dan ranting sawo. Produk kedua adalah lampu dari brand Powl Studio. Sedangkan produk ketiga adalah lampu dari bonggol jagung dengan brand DIPAR (Natural Handycraft Ethnic).
Gambar 67. Produk Eclo Indonesia Sumber : https://www.facebook.com/pg/ecloindonesia/photos/
Gambar 68. Produk POWL Studio Sumber : powl.com
49
Gambar 69. Produk DIPAR Sumber : http://ilovebonggoljagung.blogspot.co.id/p/catalog.html Tabel 15. Analisa Positioning Produk Lampu
Parameter
Gambar 71. Powl
Gambar 72. DIPAR (Natural Handycraft Ethnic) Bonggol Jagung
Rp 150.000,00 – Rp 3.500.000,00
Rp 100.000,00 – Rp 3.000.000,00
Material : Kayu daur ulang, limbah metal, kayu jati
Material : Bonggol jagung
Gambar 70. Eclo Indonesia Kisaran Harga
Spesifikasi
Rp 350.000,00 – Rp 750.000,00 Material : Kayu pinus, kayu sonokeling, ranting sawo, kain
Jenis Produk
Lampu Hias
Lampu lipat, meja, jam dinding, kotak aksesori
Lampu hias, sketsel
Pengerjaan
Pemilihan bahan -> Pemotongan -> Perangkaian -> Finishing
Pemilihan bahan -> Pemotongan -> Perakitan -> Finishing
Pengeringan -> Pengawetan -> Pencetakan -> Perangkaian
Sumber : (Gambar70) https://www.facebook.com/pg/ecloindonesia/photos/ (Gambar 71) powl.com (Gambar 72 ) http://ilovebonggoljagung.blogspot.co.id/p/catalog.html
50
Dari analisa eksisting tersebut, didapatkan skema positioning produk terhadap kompetitor dengan indikator harga dan kualitas produk. Seperti yang terlihat pada grafik di bawah, produk lampu hasil penelitian nantinya akan menempati pasar dengan harga maksimal Rp 2.000.000,00 dengan kualitas yang baik di atas produk ECLO da n sedikit di bawah produk POWL.
Gambar 73. Skema Positioning Produk Lampu Sumber : Firdhausyah, 2015
4.8 Analisa Material Penunjang Selain material dari pengembangan hasil eksperimen, diperlukan juga material pendukung seperti aksesori dan kain sebagai furing. Berikut adalah jenis-jenis material dan aksesori yang umum digunakan : Tabel 16. Analisa Material Furing Material
Kelebihan
Kekurangan
Spunbond
Murah, ramah lingkungan karena dapat didaur ulang, lembut, daya tahan lama, merupakan bahan pengganti plastik
Tipis, mudah kotor, lebih cocok untuk goodie bag atau packaging, beberapa dalam penggunaan lama akan berserabut
Lebih murah dari yang asli, lembut seperi bludru, lebih tebal spunbond
Mudah kotor, kebanyakan hanya tersedia dalam warna gelap
Suede Sintetis
51
Harga tersedia dari sedang hingga mahal, bahannya lemas, memiliki banyak warna, tidak berbulu
Lebih mahal dari spunbond dan suede sintetis
Katun
Analisa pada tabel di atas dilakukan untuk mencari jenis kain furing yang digunakan untuk produk tas. Dari tabel analisa di atas maka didapatkan kesi mpulan bahwa penggunaan kain katun lebih baik dibandingkan 2 material lainnya. Selain karena bahannya yang lemas dibandingkan suede, permukaannya halus dan tampilannya lebih baik dibandingkan dengan spunbond. Tabel 17. Analisa Aksesori Tas
MATERIAL
Siku
KEGUNAAN Digunakan sebagai aksesori yang biasa dipasangkan pada bagian siku penutup tas.
Digunakan sebagai hiasan dengan strap tas atau sebagai alternatif dari penggunaan ring. Gawang
Digunakan sebagai stopper strap pada tas (pengunci). Paku Baut Digunakan sebagai penghubung strap atau handle tas dengan badan tas. Ring
Digunakan sebagai pengunci pada bagian penutup tas. Magnet
Digunakan sebagai tali tas.
Rantai
52 Tabel 18. Analisa Jenis Lampu
Material
Kelebihan
Kekurangan
Harga relatif murah, Mudah didapat, Instalasi mudah.
Umur penggunaan lampu pendek, karena bahan filament mudah putus, Penggunaan daya listrik besar, Dimensinya besar.
Tidak menghantarkan banyak panas, Tersedia dalam banyak warna, Tahan lama, Hemat energi, Dimensi lebih kecil.
Instalasi perlu menggunakan adaptor, Harga lebih mahal.
Lampu Pijar
LED Strip
Analisa jenis lampu dilakukan untuk mencari jenis lampu yang baik dengan parameter besar energi yang digunakan dan volume atau dimensi lampu. Dari tabel analisa di atas dapat dilihat bahwa lampu jenis LED lebih sesuai baik dalam segi hemat energi maupun dimensi lampu yang kecil. Tabel 19. Analisa Material Frame Lampu
Material
Kelebihan
Kekurangan
Murah, siap potong. pemotongannya mudah.
Kurang cocok untuk finishing natural, kurang kuat
Kesan alamnya kuat, pembuatan cetakan lebih mudah dibanding resin
Lebih berat, proses produksi lumayan lama karena perlunya proses cetak, cetakan hanya dapat dipakai sekali bila tidak menggunakan cetakan silikon
Papan memiliki tampilan yang unik, siap potong, ramah lingkungan, hanya perlu finishing natural
Lebih mahal dari dua bahan sebelumnya.
MDF
Konkrit
Papan Rotan
53
Analisa di atas dilakukan untuk menentukan material yang akan digunakan sebagai rumah lampu. Parameter yang digunakan adalah material yang ringan, mudah diproduksi dan memiliki kesan nature. Dari hasil analisa pada tabel, didapatkan hasil bahwa material rotan sesuai dengan parameter yang dibutuhkan. Tabel 20. Analisa Material Penunjang Lembaran Press Serat
Material
Kelebihan
Kekurangan
Hanya memerlukan 1 cetakan, Membuat serat menyala ketika tersorot lampu
Lebih rapuh dari akrilik, proses produksi lumayan lama karena perlunya proses cetak, pembuatan cetakan mahal, adanya resiko hasil cetak tidak rapi
Bahan mudah dicari, siap potong, bening, tersedia dalam berbagai ketebalan dan warna
perlu berhati-hati saat mengelem karena bekas lem mudah terlihat
Resin
Akrilik
Analisa di atas dilakukan untuk menentukan jenis material yang digunakan pada bagian tengah lampu (untuk menjepit lembaran serat). Parameter yang digunakan adalah lama produksi serta tampilan yang bersih dan bening. Dari analisa, didapatkan hasil bahwa material akrilik sesuai dengan kebutuhan desain. 4.9 Analisa Tren Tren memiliki kecenderungan untuk mengalami pergantian setiap tahunnya. Predikisi tren tersebut dilakukan oleh konsultan-konsultan desain yang dikategorikan sesuai tiap musimnya yaitu spring summer dan autumn winter. Tren pada tahun 2017 untuk koleksi musim semi mengacu pada tema young and playful seperti Valentino dengan desain pakaian yang romantis dipadukan dengan tas kecill yang memiliki gantungan daun berwarna hijau. Tabitha Simmons mengeluarkan desain sandal dengan bordiran bunga warna-warni. Dalam pembuatan desain kali ini, penulis merangkum beberapa moodboard tren seperti tren warna, pattern, dan bentuk spring summer 2017.
54
4.9.1 Tren Warna Di tahun 2017 khusunya di musim semi dan musim panas, palet tren warna diisi dengan tone warna hangat dan tenang seperti merah, kuning, hijau dan biru. Warna biru sendiri mendominasi tren interior di tahun 2017 mendatang. Berikut adalah beberapa palet warna tren spring summer 2017 oleh Lenzing.
Gambar 74. Moodboard Tren Warna Fashion SS 2017 Sumber : www.lenzing-fibers.com/en/professional-hub/service/trends/
Gambar 75. Moodboard Tren Warna Interior SS 2017 Sumber : www.lenzing-fibers.com/en/professional-hub/service/trends/
4.9.2 Tren Pattern Sesuai dengan musimnya, pola yang menjadi kunci untuk tren spring/summer 2017 didominasi dengan pola bertemakan tropical (motif bunga) dan scribbles. Berikut adalah beberapa contoh pola yang direkap oleh Premiere Vision New York yang sesuai dengan konsep material yang dibuat.
55
Gambar 76. Moodboard Tren Pattern SS 2017 Sumber : fashionvignette.blogspot.co.id/2016/06/trends-patternbank-print-pattern.html
4.9.3 Tren Bentuk Tas Minimalis melalui ukuran yang kecil menjadi tren di musim semi dan panas tahun 2017. Tas wanita untuk bekerja maupun jalan-jalan didesain dengan ukuran yang lebih kecil mulai dari tas dengan tali panjang, rantai ataupun tali kulit yang pendek. Dengan suasana musim yang hangat dan ceria, tas dibuat berkesan ringan dengan fungsi membawa barang-barang penting seperti dompet, handphone dan make up. Berikut beberapa contoh tas desainer pada fashion show spring/summer 2017.
Gambar 77. Bucket Bag
Sumber : www.vogue.co.uk/gallery/bags-trends-spring-summer-2017
56
Gambar 78. Soft Clutch Sumber : www.vogue.co.uk/gallery/bags-trends-spring-summer-2017
Gambar 79. Snap Close Bag Sumber : www.vogue.co.uk/gallery/bags-trends-spring-summer-2017
57
Gambar 80. Top Handle Sumber : www.vogue.co.uk/gallery/bags-trends-spring-summer-2017
4.10 Analisa Branding 4.10.1 Konsep Brand Sesuai dengan material yang digunakan, produk dari perancangan diberikan nama brand fibra yaitu bahasa latin dari fiber atau serat. Untuk menentukan bentuk dari logo, sebelumnya dibuat analisa berupa mindmap yang berisi ciri dari produk perancangan. Ciri dari produk fibra diambil dari 3 unsur yaitu user, material dan visual. User dari produk fibra diutamakan wanita yang memiliki karakter diri kuat tetapi lemah lembut, percaya diri dan aktif. Material yang digunakan berupa material yang ramah lingkungan dan hasil dari daur ulang serat perca kain satin. Visual dari produk memiliki warna yang solid atau tranparan dengan pola yang abstrak dan bentuk yang geometri. Selain itu permukaannya memiliki detail yang bertekstur.
Gambar 81. Konsep Branding Sumber : Firdhausyah, 2016
58
Dari analisa karakter atau ciri produk di atas, dibuatlah beberapa alternatif bentuk logo seperti gambar di bawah ini.
Gambar 82. Pencarian Bentuk Logo Sumber : Firdhausyah, 2016
Logo yang terpilih dibuat dari font jenis script yaitu blacksword. Bentuk font script yang merupakan goresan tangan dimaksudkan seperti produk fibra yang merupakan hasil produk kerajinan tangan.
Gambar 83 Logo Terpilih Sumber : Firdhausyah, 2016
59
4.10.2 Key Color Key color yang dipilih adalah kombinasi warna-warna pastel dan bold. Kombinasi warna tersebut dipilih sesuai dengan karakter atau konsep brand yang diinginkan yaitu strong yet soft, confident and young spirited.
Gambar 84 Key Color Sumber : Firdhausyah, 2016
4.10.3 Atribut Branding Dalam pembuatan produk komersil, dibutuhkan atribut-atribut yang membantu dalam pengenalan produk. Atribut tersebut berisi informasi produk dan branding seperti packaging, price tag, id card, brosur, dll. Berikut adalah contoh atribut branding dari produk fibra.
Gambar 85. Atribut Branding Tas Sumber : Firdhausyah, 2016
60
Gambar 86. Katalog Produk Tas Sumber : Firdhausyah, 2016
Atribut branding untuk produk fashion (tas) menggunakan tone warna soft dan bold. Warna pink coral yang feminin dikombinasikan dengan warna maroon dan dark blue yang bold. Packaging tas menggunakan material spunbond yang kedap udara dan ramah lingkungan. Sedangkan untuk produk kriya (lampu) menggunakan tone warna alam seperti warna hijau dan kuning pastel disesuaikan dengan penggunaan materialnya (papan rotan). Packaging lampu, digunakan material kardus tanpa laminasi agar tampilannya lebih natural. Informasi produk diprint pada material kardus dengan cara flatbed (bukan stiker).
Gambar 87. Atribut Branding Lampu Sumber : Firdhausyah, 2016
61
Gambar 88. Katalog Produk Lampu Sumber : Firdhausyah, 2016
Gambar 89. Pola Packaging Lampu Sumber : Firdhausyah, 2016
62
Gambar 90 Bentuk Jadi Packaging Lampu Sumber : Firdhausyah, 2016
4.11 Analisa Sistem Kerja Untuk Produksi Masal Dalam pembuatan produk masal, diperlukan sistem kerja untuk pertimbangan lama pengerjaan produk yang efektif. Penentuan sistem kerja tersebut didapatkan melalui hasil analisa sistem kerja produksi lembaran olah serat dan produksi satuan produknya. 4.11.1 Analisa Sistem Kerja Produksi Lembaran Olah Serat Sistem kerja produksi lembaran olah serat ditentukan dengan pertimbangan kemampuan alat produksi, SDM (Sumber Daya Manusia), dan lama produksi. Berikut adalah analisa lama pembuatan lembaran olah serat menggunakan 1 mesin press dan 1 tenaga kerja. Tabel 21. Analisa Lama Pembuatan Material Hasil Press Berdasarkan Pola
Media Sintetis
Perca
No
1
Gambar
Proses Pengerjaan Persiapan serat (1 potong kain) Pembuatan pola
Lama Pengerjaan
Total
15 menit 5-7 menit
Press dengan perekat
2 menit
Press pada media sintetis
6 menit
28-30 menit
63
2
Persiapan serat (1/2 potong kain) Pembuatan pola Press dengan perekat
8 menit 10-15 menit 2 menit 10-15 menit
Potong pola
Laminasi Plastik
3
Press pada media sintetis Persiapan serat (2 potong kain) Pembuatan pola Press dengan perekat
Laminasi
4
Persiapan serat (1/2 potong kain) Pembuatan pola Press dengan perekat Potong pola Laminasi
41-46 menit
6 menit 30 menit 5-7 menit 2 menit
41 menit
2 menit
8 menit 10-15 menit 2 menit
37-42 menit
10-15 menit 2 menit
Catatan : 1. Analisa dilakukan dengan estimasi pembuatan 1 lembar material hasil press ukuran 30 x 30 cm. 2. 1 potong kain perca dibuat dengan standar ukuran 20 x 8 cm. 3. Durasi untuk stop mesin (penurunan suhu) di estimasikan 3 hingga 4 menit. 4. Estimasti kerja 1 hari adalah 7 jam kerja. Kesimpulan : 1. Pada press dengan media sintetis, lama pengerjaan pola acak lebih cepat dibanding pola bunga karena tidak diperlukan penataan pola dan proses potong pola. 2. Pada pembuatan pola bunga, tidak diperlukan banyak serat sehingga menghemat material.
64
3. Pada pembuatan material dengan proses laminasi, dihasilkan estimasi lama pengerjaan yang tidak berbeda jauh dari kedua pola. Hal tersebut terjadi karena pada proses persiapan serat (pola acak) dan proses pembuatan serta potong pola (pola bunga) menghabiskan waktu yang hampir sama. 4. Dengan hasil analisa di atas didapatkan estimasti dalam sehari didapatkan 8 lembar material press serat dengan ukuran 30 x 30 cm (1 mesin press). Tabel 22. Analisa Jumlah Lembaran yang Dihasilkan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja dan Mesin
1
Jumlah Tenaga kerja 1 orang
2
2 orang
No
3
Durasi Pengerjaan
2 hari
Jumlah Mesin
Jumlah Lembaran yang Dihasilkan 8 lembar
1 mesin
3 orang
4
2 orang
5
3 orang
10 lembar 10 lembar
2 mesin
12 lembar 12 lembar
Catatan : 1. Pengerjaan dilakukan selama 2 hari. Hari pertama digunakan untuk persiapan material serat. Hari kedua digunakan untuk pengerjaan press. 2. 1 potong kain perca dibuat dengan standar ukuran 20 x 8 cm. 3. Analisa menggunakan durasi pengerjaan material berpola. 4. Durasi untuk stop mesin (penurunan suhu) di estimasikan 3 hingga 4 menit. 5. Estimasti kerja 1 hari adalah 7 jam kerja. 6. Estimasi kerja 1 bulan adalah setiap hari senin hingga jumat. 7. Pembagian kerja untuk 2 orang tenaga kerja : -
Persiapan material serat dilakukan kedua pekerja di hari pertama.
-
Pekerja 1 bertugas membuat pola, dan menyiapkan material press dengan perekat.
-
Pekerja 2 bertugas memotong pola yang sudah jadi kemudian di press pada media sintetis.
8. Pembagian kerja untuk 3 orang tenaga kerja : -
Persiapan material serat dilakukan pekerja 1 dan 2 di hari pertama.
-
Pekerja 1 bertugas menyiapkan material serat dan operator mesin press.
-
Pekerja 2 bertugas membuat pola.
-
Pekerja 3 bertugas memotong pola.
Kesimpulan : 1. Jumlah tenaga kerja dan mesin mempengaruhi banyaknya lembaran yang dihasilkan.
65
2. Produksi material olah serat dengan 2 tenaga kerja dan 1 mesin selama 1 bulan menghasilkan 120 lembar material. 3. Produksi material olah serat dengan 2 tenaga kerja dan 2 mesin selama 1 bulan menghasilkan 144 lembar material.
Gambar 91. Sistem Urutan Kerja Produksi Material dengan 2 Mesin dan 2 Pekerja Sumber : Firdhausyah, 2016
4.11.2 Analisa Urutan Produksi Produk Urutan kerja produksi produk dilakukan dengan menganalisa proses produksi prototype yang sudah dilakukan. Tabel 23. Analisa Proses Produksi Tas
No
Gambar
Keterangan
1.
Proses awal dalam pembuatan produk adalah persiapan bahan-bahan seperti seratserat perca yang sudah diurai dan campuran perekat dengan air. Perca dipotong dengan ukuran sekitar 20 x 8 cm dengan acuan serat yang halus lebih panjang. Lama waktu yang dibutuhkan pada proses ini adalah 30 menit tiap 2 potong perca. Untuk bahan perekat digunakan jenis campuran yang cair dengan perbandingan air dan perekat sebesar 2 banding 1.
2.
Proses berikutnya adalah pengepresan serat menjadi material baru. Proses berikut terbagi menjadi 2 tahap yaitu press dengan perekat dan press dengan media sintetis. Setelah dipress dengan perekat, lembaran hasil press dipotong sesuai pola yang dibuat untuk menghilangkan endapan lem di luar pola. Kemudian hasil potong pola ditata di atas media sintetis dan dipress kembali. Lama pengerjaan proses press adalah 30 menit tiap 1 lembar ukuran 30 x 30 cm.
66
3.
Proses berikut adalah pemotongan materia l sesuai pola yang telah dibuat. Selain sebaga i acuan potong, pola juga digunakan untuk acuan peletakan aksesori tas seperti magnet, gawang dan paku baut.
4.
Setelah material dipotong, tiap bagianbagiannya dijahit menjadi satu.
5.
Berikut adalah hasil jadi produk tas.
Tabel 24. Analisa Proses Produksi Lampu
No
1.
2.
Gambar
Keterangan Proses awal dalam pembuatan produk adalah persiapan bahan-bahan seperti serat-serat perca yang sudah diurai dan campuran perekat dengan air. Perca dipotong dengan ukuran sekitar 20 x 8 cm dengan acuan serat yang halus lebih panjang. Lama waktu yang dibutuhkan pada proses ini adalah 30 menit tiap 2 potong perca. Untuk bahan perekat digunakan jenis campuran yang cair dengan perbandingan air dan perekat sebesar 2 banding 1. Proses berikutnya adalah pengepresan serat menjadi material baru. Proses berikut terbagi menjadi 2 tahap yaitu press dengan perekat dan laminasi. Setelah dipress dengan perekat, lembaran hasil press dipotong sesuai pola yang dibuat untuk menghilangkan endapan lem di luar pola. Kemudian hasil potong pola dilamanasi dengan plastik bening. Lama pengerjaan proses press adalah 30 menit tiap
67 1 lembar ukuran 30 x 30 cm.
3.
Berikut ini adalah proses potong akrilik bening menggunakan mesin laser. Lama pengerjaannya relatif sesuai dengan bentuk, ukuran dan luas area grafir (bila ada yan g digrafir). Pada pembuatan prototype berikut, dibutuhkan waktu selama 4 menit.
4.
Selanjutnya dilakukan proses assembling material lembaran serat dengan akrilik. Lembaran serat yang telah dibuat, dijepit diantara 2 potongan akrilik bening dan dilem dengan lem G. Sebaiknya permukaan lembaran serat dioleskan lem secara merata. Pada keliling sambungan akrilik, dioleskan sealant agar gap antara 2 akrilik tertutup dan tidak ada debu yang masuk.
5.
Proses berikut adalah perakitan lampu LED dengan kabel dan socket. Pengerjaan dilakukan bersamaan dengan persiapan hasil assembling akrilik atau sebelumnya.
6.
Proses pemotongan rumah lampu (papan rotan) dilakukan setelah rakitan akrilik dan lampu siap. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan perakitan akhir.
7.
Proses terakhir dilakukan dengan merakit semua material yang disiapkan sebelumnya dan difinishing. Produk lampu menggunakan finishing doff untuk hasil yang natural.
8.
Produk jadi prototype lampu duduk.
68
4.12 Analisa Rancangan Bisnis Dalam pembuatan analisa rancangan bisnis, terdapat beberapa unsur-unsur yang perlu diperhatikan seperti segmen pasar, channel, partner, struktur biaya dan lain-lain. Untuk mempermudah evaluasi rancangan bisnis, maka diperlukan media yang tepat seperti Bussiness Model Canvas. Berikut adalah hasil analisa rancangan bisnis yang telah dilakukan.
Gambar 92. Bussiness Model Canvas Sumber : Firdhausyah, 2016
4.12.1 Analisa Teknik Pemasaran Pada Bussiness Model Canvas, channels merupakan media yang digunakan untuk memasarkan produk (value proposition) kepada konsumen. Dari hasil analisa yang telah dibuat, metode pemasaran produk dibagi menjadi 4 poin yaitu melalui pemasaran online, pameran, kolaborasi dengan produk lain dan showroom.
69
Gambar 93. Skema Teknik Pemasaran Produk Sumber : Firdhausyah, 2016
Dari skema di atas dijelaskan bahwa, tahapan awal pemasaran produk adalah melalui pameran dan online. Pameran dilakukan sebagai pengenalan awal produk kepada konsumen untuk mengevaluasi produk yang telah dibuat. Sedangkan pemasaran online dilakukan sebagai media penghubung perusahaan dengan konsumen pra dan pasca pameran. Setelah itu, tahapan berikutnya dilakukan melalui kolaborasi dengan produk lain. Kolaborasi dimaksudkan bahwa produk brand Fibra nantinya akan dipasarkan dan dibawahi oleh produk brand lain yang sejenis dan difasilitasi dalam media promosi dan produksinya. Tahapan akhir dalam metode pemasaran produk adalah pembukaan showroom atau toko agar konsumen dapat melihat dan mengevaluasi produk secara langsung. 4.12.2 Cost Structure Cost structure merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk jalannya sebuah bisnis mencakup biaya produksi, upah, iklan, dan lain-lain. Untuk menghitung cost structure, standar yang dipakai adalah penjualan per produknya. Berikut adalah rancangan anggaran biaya salah satu produk tas dan lampu yang dapat dijadikan acuan. Tabel 25. Rancangan Biaya Bahan Baku Lampu
No 1 2 3 4 5 6
Uraian Papan Rotan 2 cm Akrilik 5 mm Plastik Bening Adaptor Lem G Packaging
Satuan
Unit
m m buah buah buah buah
60x45 cm 50x40 cm 1 1 1 1
Total
Harga/Satuan 150000 293000 3000 60000 7000 139000
Total 40500 58600 3000 60000 7000 139000 308100
70 Tabel 26. Rancangan Biaya Operasional Lampu
No 1 2 3 4
Uraian Potong + Finishing Laser Bahan + Rakit Lampu Press Pattern Serat
Satuan produk menit
Unit 1 11 menit
Harga/Satuan 134000 5500
Total 134000 60500
rangkaian m
1 24x20 cm
30000 100000
30000 4800
Total
229300
Tabel 27. Biaya Pokok Produksi Lampu
No 1 2
Uraian Bahan Baku Biaya Operasional Total
Total 308100 229300 537400
Tabel 28. Rancangan Biaya Bahan Habis Pakai Tas
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian
Satuan m m buah m buah m m buah Total
Diana PU Jeans Aksesori Karet Eva Resleting kecil Katun Bonita Packaging
Unit 35x30 cm 56x55 cm 9 70x60 cm 1 35x45 cm 20x7 cm 1
Harga/Satuan 40000 45000 5000 17000 1200 70000 65000 30000
Total 4200 13860 45000 7140 1200 11025 910 30000 113335
Tabel 29. Rancangan Biaya Operasional Tas
No Uraian 1 Jahit 2 Laser 3 Press Motif Total
Satuan produk menit m
Unit 1 4 menit 35x30 cm
Harga/Satuan 60000 5500 150000
Tabel 30. Biaya Pokok Produksi Tas
No 1 2
Uraian Bahan Baku Biaya Operasional Total
Total 113335 97750 211085
Total 60000 22000 15750 97750
71
4.12.3 Revenue Stream Dalam revenue streams (aliran pendapatan bisnis) ada dua sumber pendapatan utama yaitu, penjualan produk utama dan produk custom. Untuk produk fibra, target keuntungan yang ingin dicapai adalah 50% dari biaya pokok produksi, sehingga : Harga Jual Lampu = BPP + (BPP x 0,5)
= 537.400 + (537.400 x 0,5)
= 537.400 + 268.700
= Rp. 806.100
Harga Jual Tas
= BPP + (BPP x 0,5)
= 211.085 + (211.085 x 0,5)
= 211.085 + 105.600
= Rp. 316.600
Harga di atas merupakan estimasi harga per produk yang telah dibuat.
72
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB V IMPLEMENTASI DESAIN 5.1 Konsep Perancangan Konsep desain ditentukan berdasarkan hasil eksperimen dengan material yang memiliki potensi pengembangan. Berikut adalah 3 konsep utama perancangan. 5.1.1 Solid Color and Texture Konsep press dimaksudkan dengan membuat suatu pola grafis dari serat perca di atas media kulit sintetis dengan bantuan alat heat press pada suhu tertentu. Dalam pengembangan desain nantinya, dilakukan pembuatan pola yang menghasilkan suatu grafis yang unik pada kulit sintetis seperti hasil print. 5.1.2 Transparent Pattern Pada konsep berikut serat perca diolah melalui proses press dengan perekat fox yang kemudian dilaminasi dengan hasilnya transparan berpola sesuai desain. Memanfaatkan cirinya yang transparan, melalui konsep ini dibuat luaran desain berupa lampu. 5.1.3 Green Product Konsep green product dimaksudkan sebagai gambaran bahwa material hasil eksperimen merupakan hasil daur ulang limbah kain perca yang masih terlihat bagus dan bersih. Selain itu, penggunaan material pada produk seperti menggunakan material yang ramah lingkungan seperti rotan dan lampu LED yang hemat energi. 5.2 Eksplorasi Desain Eksplorasi desain merupakan pencarian bentuk atau desain dengan acuan konsep perancangan, kebutuhan konsumen, tren, dan lain-lain. Dari beberapa alternatif desain tersebut, dibuatlah prototype untuk mengevaluasi kembali kekurangan dan kelebihan dari produk serta proses pembuatannya. Berikut adalah beberapa sketsa desain yang telah dibuat. 5.2.1 Alternatif Desain 1 (Tas) Berikut ini adalah alternatif desain 1 dari produk fashion. Desain dibuat dengan acuan moodboard bertemakan Casual Friday dengan beberapa ciri produk yaitu denim, casual, blue, scribbled pattern, mini/small size, flower pattern, geometric shape, easy to use, lightweight, feminin. Produk yang didesain dimaksudkan untuk kegiatan jalan-jalan dimana barang yang dibawa tidak banyak (hanya barang yang diperlukan) seperti handphone, dompet, ipad, headset, makeup kit, dan lain-lain.
73
74
Gambar 94. Moodboard Konsep Alternatif 1 Tas Sumber : http://www.polyvore.com/cgi/set?id=185875449
Gambar 95. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 1 Tas Sumber : Firdhausyah, 2016
75
Gambar 96. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian 1 Sumber : Firdhausyah, 2016
76
Gambar 97. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian 2 Sumber : Firdhausyah, 2016
77
5.2.2 Alternatif Desain 2 (Tas) Berikut ini adalah alternatif desain 2 dari produk fashion. Desain dibuat dengan acuan moodboard bertemakan Innocent Atractive dengan beberapa ciri produk yaitu nude color tone, earth tone, flower pattern, pink coral, mini/small size, geometric shape, gold, lightweight, feminin, pastel color. Produk yang didesain dimaksudkan untuk acara yang formal seperti pernikahan, kencan dan jamuan makan malam atau hanya sekedar untuk jalan-jalan dengan teman.
Gambar 98. Moodboard Konsep Alternatif 2 Tas Sumber : http://www.polyvore.com/cgi/set?id=215185962
Gambar 99. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 2 Tas Sumber : Firdhausyah, 2016
78
Gambar 100. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 1 Sumber : Firdhausyah, 2016
79
Gambar 101. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 2 Sumber : Firdhausyah, 2016
80
Gambar 102. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 3 Sumber : Firdhausyah, 2016
81
5.2.3 Alternatif Desain 3 (Tas) Berikut ini adalah alternatif desain 3 dari produk fashion. Desain dibuat dengan acuan moodboard bertemakan Summer Fun dengan beberapa ciri produk yaitu comfortable, casual, colorful, scribbled pattern, mini/small size, flower pattern, tropical fruit, geometric shape, easy to use, lightweight, coral, shell, feminin, bright color. Produk didesain dengan tema liburan musim panas di pantai.
Gambar 103. Moodboard Konsep Alternatif 3 Tas Sumber : http://www.polyvore.com/cgi/set?id=215190297
Gambar 104. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) Sumber : Firdhausyah, 2016
82
Gambar 105. Eksplorasi Bentuk dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) Sumber : Firdhausyah, 2016
83
Gambar 106. Eksplorasi Bentuk Konsep 3 Tas (Bagian 2) Sumber : Firdhausyah, 2016
84
5.2.4 Alternatif Desain 1 (Lampu) Berikut ini adalah alternatif desain dari produk lampu. Desain dibuat dengan acuan konsep lamp shade silhouet, LED, scribbled pattern, flower pattern, geometric shape, save energy, eco material (rattan), transparent/see through, bright color.
Gambar 107. Eksplorasi Bentuk Lampu 1 Sumber : Firdhausyah, 2016
85
5.2.5 Alternatif Desain 2 (Lampu) Berikut ini adalah alternatif desain dari produk lampu. Desain dibuat dengan acuan konsep bulb silhouet, LED, scribbled pattern, flower pattern, marble efect, geometric shape, save energy, eco material (rattan), transparent/see through, bright color.
Gambar 108. Eksplorasi Bentuk Lampu 2 Sumber : Firdhausyah, 2016
86
5.3 Desain Terpilih 5.3.1 Tas Alternatif desain tas yang dipilih untuk dijadikan prototype adalah alternatif dengan konsep tema Casual Friday. Tas yang dibuat ada tiga macam yaitu tas bucket, clutch, dan sling bag. Material yang digunakan adalah jenis PU jeans. Sedangkan untuk material olahan digunakan sintetis jenis Diana yang dipress dengan serat perca jenis satin berwarna biru tua dan biru muda. Motif yang digunakan pada tas adalah motif bunga dengan paduan motif acak vertikal dan horizontal.
Gambar 109. Prototype Tas 1 Sumber : Firdhausyah, 2016
87
Gambar 110. Prototype Tas 2 Sumber : Firdhausyah, 2016
88
Gambar 111. Prototype Tas 3 Sumber : Firdhausyah, 2016
89
Gambar 112.Varian Warna Sumber : Firdhausyah, 2016
5.3.2 Lampu Produk Berikutnya adalah produk lampu. Bagian badan lampu dibuat dari bahan papan rotan dan akrilik 5 atau 2 mm. Untuk bagian pola serat, digunakan serat dari perca satin yang dipress dengan perekat lem putih (cair) dan dilaminasi menggunakan plastik bening. Motif yang digunakan adalah motif bunga dan marble effect dengan warna-warna yang cerah. Jenis
90
lampu yang digunakan merupakan lampu yang hemat energi seperti LED strip (warna putih). Sedangkan bagian rumah lampu digunakan materian papan rotan dan akrilik bening.
Gambar 113. Prototype Lampu 1 Sumber : Firdhausyah, 2016
91
Gambar 114. Protype Lampu 2 Sumber : Firdhausyah, 2016
92
Gambar 115. Prototype Lampu 3 Sumber : Firdhausyah, 2016
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian berikut dilakukan untuk mencari teknik pengolahan baru terhadap material serat perca satin yang sesuai dan dapat diaplikasikan menjadi produk fashion dan kriya. Dari studi dan analisa yang dilakukan, berikut adalah beberapa kesimpulan yang didapatkan : a). Jenis serat yang diolah adalah serat perca satin. Teknik olah material yang digunakan adalah dengan teknik heat press yaitu press dengan suhu dan durasi yang sudah ditentukan. Untuk serat satin berjenis sateen (dari serat katun) perlu dilakukan penguraian serat hingga halus dan tipis untuk mendapatkan hasil yang maksimal. b). Proses press dilakukan dua kali untuk 1 lembar hasil olahan perca. Material hasil press dengan perekat lem putih diproses kembali menggunakan 2 jenis cara yaitu press pada media sintetis dan laminasi menggunakan plastik bening untuk menghasilkan 2 jenis material yang berbeda. c). Proses press dengan perekat lem putih dilakukan pada suhu 150°-173° C selama 2 menit dengan syarat campuran lem dan air dibuat cair. Perbandingan lem dan air adalah 1 banding 2. Proses press pada media sintetis dilakukan pada suhu 165°-180° C selama 8 menit dengan syarat bagian permukaan bawah lembaran (tertutup endapan lem) mengahadap atas dan dibasahi terlebih dahulu. Proses press untuk laminasi dilakukan pada suhu 150°-173° C selama 2 menit dengan syarat penataan serat dibuat rapat. d). Jenis media sintetis yang dapat digunakan memiliki ciri tahan terhadap suhu panas hingga 190° C, tipis, dan tampilannya mengkilap contohnya adalah jenis Diana. Jenis Bonita juga dapat digunakan namun tampilan yang mulanya halus dan matte (seperti suede) menjadi licin dan mengkilap ketika terkena panas. Sedangkan sintetis yang tampilannya matte, tipis dan licin dapat digunakan dengan syarat penataan serat dibuat rapat agar ruang untuk masuknya udara menjadi sempit sehingga meminimalisir munculnya lubang-lubang.
93
94
Gambar 116. Macam Media Sintetis Yang Digunakan Sumber : Firdhausyah, 2016
e). Lembaran press yang dihasilkan memiliki ukuran maksimal 30 x 30 cm sesuai dengan area media press. f). Konsep perancangan yang digunakan diambil dari analisa material hasil press yaitu Solid Color and Texture, Transparent Color, dan Green Product.
Solid Color and Texture merupakan konsep untuk material hasil press pada media sintetis dengan ciri lembaran berwarna solid dan bertekstur.
Gambar 117. Aplikasi Konsep Material Solid Color and Texture Sumber : Firdhausyah, 2016
Transparent Color merupakan konsep material hasil press dengan perekat lem putih yang dilaminasi dengan plastik bening dengan ciri lembaran yang plastis, transparan, licin, bertekstur dan memiliki pola berwarna.
95
Gambar 118. Aplikasi Konsep Material Transparent Color Sumber : Firdhausyah, 2016
Grenn Product merupakan rangkuman konsep material olah serat perca satin yang bermaksud untuk pemanfaatan limbah perca yang sudah tidak terpakai. Dari konsep berikut dimaksudkan agar penggunaan material-material penunjang dari produk menggunakan material yang ramah lingkungan seperti pada lampu. Rumah lampu menggunakan material papan rotan untuk mengurangi penggunaan kayu dan lampu jenis LED yang hemat energi.
Gambar 119. Material Ramah Lingkungan Sumber : Firdhausyah, 2016
6.2 Saran Dari proses perancangan yang dilakukan terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan lagi antara lain : a) Eksplorasi jenis media sintetis yang digunakan serta warna yang digunakan. b) Eksplorasi dalam penggunaan material serat seperti serat alam (serat pisang abaca).
96
c) Eksplorasi pola marble effect pada media sintetis dengan tampilan yang rapi. Hal tersebut dikarenakan pada pola marble (abstrak), ruang atau jarak antar serat renggang sehingga endapan lem terlihat.
Gambar 120. Pola Serat Yang Renggang Sumber : Firdhausyah, 2016
d) Pada proses pembuatan pola di atas media sintetis, baiknya diberikan jarak untuk area lipatan dan jahit. Hal tersebut dikarenakan pada saat proses menjahit, terdapat kemungkinan bahwa serat akan terkena jarum dan akhirnya lepas dari permukaan.
Gambar 121. Jarak Lipatan dan Jahitan Sumber : Firdhausyah, 2016
e) Pada pemasangan material serat dengan akrilik akan lebih baik bila bagian permukaan serat terkena lem G yang panas. Sehingga saat lampu dinyalakan maka serat juga akan ikut menyala.
97
Gambar 122. Bagian Serat Yang Menyala Sumber : Firdhausyah, 2016
f) Setelah proses pemasangan material serat pada akrilik, akan lebih baik bila jarak antara 2 akrilik ditutup dengan sealant terlebih dahulu agar tidak ada debu atau kotoran yang masuk.
DAFTAR PUSTAKA Alrashid, Dendi Nugraha. Eksplorasi Sampah Plastik Menggunakan Metode Fabrikasi Untuk Produk Fashion. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.3, No 1,2014. Ambrose, Gavin. Harris, Paul. 2011. Packaging The Brand. Switzerland: AVA Publising SA. Andini, Septia. Pemanfaatan Sabut Kelapa dan Pewarna Alam Indigofera Sebagai Material Alternatif Pada Produk Kriya. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.2, No 1,2013. Arimurti, Fadhila Ardanindita. Eksplorasi Pewarna Alam Indigo Dipadukan dengan Sistem Teknik Modular Pada Produk Fashion. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.2, No 1,2013. Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya. BPS Kota Surabaya. Blumenthal, Emily. 2011. Handbag Designer 101 : Everything You Need To Know Abaout Designing, Making, and Marketing Handbag. USA: Voyageur press. Coats. 2012. Mengenal Serat Tekstil. Diakses dari http://www.coatsindustrial.com/id/information-hub/apparel-expertise/know-about-textilefibres pada tanggal 15 September 2015, pukul 09:36 PM. Direja, Hasri Haryani. Inspirasi Motif Batik Kawung Untuk Produk Tekstil dengan Teknik Modular Interlock. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.2, No 1,2013. Gunn, Tim. Miller, Johnny. 2015. The Mood Guide To Fabric And Fashion. New York: Stewart Tabori & Chang. Khvatova, Anastasia. 2016. “A Detailed Report”. Buyer S/S 2017 No.2 Kristal, Alex. Iles, Stephanie. 2016. “How To Decorate”. Elle Decoration No.10
Lenzing. 2016. Trend Spring Summer 2017. Diakses dari http://www.lenzingfibers.com/service/trends-spring-summer-2017/ pada tanggal 5 Mei 2016, pukul 10.55 PM. Lenzing. 2016. Trend Autumn Winter 2017-2018. Diakses dari http://www.lenzingfibers.com/service/trends-autumn-winter-2017-2018/ pada tanggal 5 Mei 2016, pukul 9.31 PM. Lenzing. 2016. Trend Spring Summer 2018. Diakses dari http://www.lenzingfibers.com/service/trends-spring-summer-2018/ pada tanggal 5 Mei 2016, pukul 11.01 PM. Opara, Eddie. Cantwell, John. 2014. Color Works-Best Practices for Graphic Designers. USA: Rockport Publisher Tregidden, Katie. 2016. “How To Plan a Lighting Scheme”. Elle Decoration No.12
97
98
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
LAMPIRAN Uji Coba Press Pola
99
100
Prototype Awal Lampu
101
102
Prototype Awal Tas
103
Gambar Teknik
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
BIODATA PENULIS Penulis bernama Amatul Firdhausyah, lahir di kota Surabaya, pada tanggal 23 Februari 1994. Semenjak kecil, penulis selalu memiliki kegemaran Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Yaperti Bekasi dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 19, Bekasi dan lulus pada tahun 2009. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 4 Bekasi pada tahun 2012. Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan memutuskan untuk kuliah di jurusan Desain Produk Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kegiatan menggambar merupakan hal yang baru ditekuni pada jenjang perguruan tinggi, akan tetapi penulis tertarik dengan hal berbau desain mulai dari SMA. Di jenjang perguruan tinggi penulis senang berogranisasi dan sempat di amanahi sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa IDE Jurusan Desain Produk Industri ITS. Selain menggambar dan berorganisasi penulis sangat senang traveling ke berbagai tempat di Jawa Timur dan senang ketika mengabadikannya dalam sebuah jepretan kamera. Hal tersebut, yang memotivasi penulis untuk memutuskan mengambil judul tugas akhir “Desain Tas Traveler Fotografi Dengan Komposit Eceng Gondok Dilengkapi Penyimpan Daya Listrik” Penulis memiliki motto “have less, do more, be more” yang memiliki makna ketika apa yang dimiliki kurang dari cukup, akan tetapi kita terus berusaha lebih dari yang lain maka yakini apapun yang dikerjakan akan menjadi sangat baik. Penulis dapat dihubungi melalui email:
[email protected]
115