Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain
EKSPLORASI TEKNIK MONOPRINT UNTUK PRODUK FASHION WANITA Pungu Imma Gaby Agda Drs. Zaini Rais, M.Sn. Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected] Kata Kunci : cetakan; fashion; monoprinting; tekstil.
Abstrak Monoprinting sebagai salah satu teknik cetak untuk bidang seni grafis yang termasuk pada jenis pembuatan cetakan datar karena dihasilkan di sebuah permukaan yang rata, halus, dan tidak mudah menyerap air atau cat. Tipe cetakan datar biasanya hanya dapat dilakukan sekali edisi saja. Pengerjaan edisi berikutnya dapat dilakukan namun tidak tidak akan menghasilkan bentuk yang sama persis. Teknik monoprinting biasanya dilakukan pada sebuah kertas atau kanvas untuk karya-karya dari seniman grafis. Penulis menemukan kemungkinan untuk mengembangkan teknik ini karena sudah ada beberapa seniman dan kriyawati yang mengerjakannya pada bidang kain. Walaupun sudah banyak yang mengerjakannya secara otodidak, belum banyak yang menginformasikan keberadaan dari teknik monoprint untuk tekstil. Dari satu inti permasalahan tersebut, penulis juga ingin menemukan perbedaan dari monoprint dengan textile printing yang sudah ada dan digunakan pada bidang kriya serta hal-hal apa saja yang dapat menonjol dari eksplorasi karya dengan teknik monoprinting. Dengan menggunakan teknik ini, hasil yang diharapkan adalah agar produk kriya memiliki sebuah pencitraan baru yang unik, berbeda, namun tetap dapat diterima berbagai kalangan terutama kaum wanita.
Abstract Monoprinting as one printing techniques to the field of graphic arts went to the types of flat mold making because it produced in a flat surface, smooth, and does not easily absorb water or paint. Types of flat mold can usually be done only once in an edition. Work on the next edition can be done but will not produce exactly the same form. Monoprinting techniques is usually done on a paper or canvas for the works of graphic artist. Authors found possible to develop this technique because there have been several artists and craftsmen who do it on the fabric. Although many are working on a self-taught, yet many are doing deployment or inform the existence of monoprint techniques for textiles. From one of the core issues, the authors also wanted to find out whether the difference of monoprint techniques with existing textile printing that are often used in the field of crafts and what are the things that can stand out from explorations works with monoprinting techniques. By using this technique, the expected result is that the things or products of textile craft have a new image that is unique, different, but still acceptable among many users especially women.
1. Pendahuluan Monoprint merupakan salah satu teknik grafis yang sudah cukup dikenal dan digunakan oleh seniman di seluruh dunia. Teknik ini disebut monoprint karena setiap pembuatan gambar dalam cetakan hanya dapat menghasilkan satu gambar cetak. Hal ini sesuai dengan arti mono yang berarti satu, sedangkan printing yang artinya mencetak. Monoprint disebut juga cetak tunggal (Nurhadiat, 1986: 36). Monoprint pada umumnya diaplikasikan pada kertas atau kanvas. Kertas atau kanvas merupakan media yang paling baik menyerap pewarna dan dapat di-press dengan mudah. Perbedaan media inilah salah satu kunci untuk membedakan antara teknik textile printing dengan monoprint. Textile printing sudah pasti menggunakan kain sebagai media utamanya. Dengan mengaplikasikan monoprint pada media yang berbeda seperti kain, tentu akan menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan teknik yang sama pada bidang kertas atau kanvas. Apabila eksplorasi yang dilakukan pada kain menghasilkan karya yang baik, tentu teknik ini dapat terus diterapkan pada kriya ataupun melebar untuk bidang lainnya sehingga tak terbatas untuk karya grafis saja. Tujuan yang ingin dicapai melalui proses perancangan yang dilakukan adalah mengetahui perbedaan dari teknik monoprint dengan textile printing yang sudah ada dan kerap kali digunakan pada bidang kriya, menemukan hal-hal apa saja yang dapat menonjol dari eksplorasi-eksplorasi karya dengan teknik monoprinting, dan menemukan cara-cara untuk membuat teknik tersebut dapat diadaptasi dan diterima untuk bidang kriya tekstil. Tentu saja ketiga tujuan yang sudah dipaparkan tidak dapat
tercapai dengan baik apabila tidak diwujudkan menjadi sebuah produk atau karya. Maka dari itu, terdapat pembatasanpembatasan masalah yang digunakan sebagai dasar perancangan agar karya yang dibuat memiliki arahan yang jelas dan tidak keluar dari inti permasalahan. Pembatasan masalah dilakukan dengan tiga hal utama, yaitu secara produk; geografis; dan waktu/periode. Dalam hal produk, pembatasan masalah akan difokuskan pada produk fashion wanita. Yang dapat disebut oleh kaum hawa sebagai produk fashion pada umumnya adalah pakaian dan aksesoris. Tujuan dari pembatasan masalah ini adalah agar wanita tidak mengalami kebosanan dalam memilih desain busana, tas, maupun sepatu yang diinginkan. Dari sisi geografis, pembatasan masalah berpusat pada wilayah Indonesia, terutama kota Jakarta dan Bandung. Wilayah tersebut dipilih karena Jakarta dan Bandung adalah kota-kota besar yang cepat tanggap dalam perkembangan mode serta lebih mudah untuk menyebarluaskan sesuatu yang baru dan unik. Pembatasan masalah secara periode akan dilakukan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Alasan memilih tahun 2010 hingga 2013 adalah karena dalam kurun waktu tersebut arus mode di wilayah Indonesia, terutama kota Jakarta dan Bandung berkembang dengan pesat. Pengaruh dari budaya luar didukung dengan sarana teknologi dan komunikasi yang semakin memudahkan, membuat berbagai mode baru dapat dengan leluasanya masuk dan mempengaruhi masyarakat terutama wanita secara cepat dalam kurun waktu tersebut. Pembuatan sebuah produk kriya tentu tidak dapat dilepaskan dari adanya target market atau segmentasi pasar. Hal ini sangat berkaitan satu sama lain karena dalam proses penciptaan sebuah karya yang mengarah kepada produk, apabila segmentasi tidak ditentukan tentu karya tersebut akan menjadi sia-sia. Dengan memiliki patokan yang jelas, hasil yang didapatkan akan menjadi lebih maksimal dan dapat menyesuaikan dengan target yang diharapkan. Segmentasi pasar yang dituju sesuai dengan konsep perancangan yang dikerjakan adalah untuk wanita muda berusia sekitar 15-20 tahun dengan jiwa muda, aktif, namun memiliki sisi girly dan ingin tampil unik, berbeda, dan sexy tanpa terlihat berlebihan. Wanita pada usia tersebut biasanya senang menggunakan segala sesuatu yang berwarna-warni dan ingin menjadi pusat perhatian.
2. Proses Studi Kreatif Teknik monoprint dapat dikatakan sebagai teknik dari bidang seni grafis yang pengerjaannya praktis dan menyenangkan. Material utama yang digunakan seperti kertas, kain, serta bahan pewarna dalam bentuk cat juga sangat mudah didapatkan. Oleh karena itu, banyak yang menggunakan teknik ini dalam pengerjaan karya dan berbagai kegiatan workshop untuk anak-anak dan dewasa. Akan tetapi, pengaplikasian teknik ini pada produk fashion masih belum banyak ditemukan baik di toko-toko pakaian yang terdapat di mall, butik, distro, factory outlet, dan lainnya. Keberadaan monoprint pada kain lebih banyak ditemukan pada hasil-hasil eksperimen pribadi. Tujuan utama perancangan sebagai prioritas dalam pembuatan karya adalah untuk membuat produk fashion wanita dengan menggunakan teknik monoprint agar teknik ini lebih dikenal di masyarakat sekaligus juga agar produk fashion wanita lebih bervariatif. Perolehan data-data yang mendukung dilakukan dengan berbagai pencarian mengenai asal usul dan teknik pengerjaan monoprint, motif-motif yang dapat dikerjakan dengan teknik tersebut, dan juga survey pada wanita mengenai desain produk-produk fashion yang diinginkan. Hasil akhir ideal yang diharapkan adalah agar wanita pada masa sekarang ini tidak mengalami kejenuhan dalam memilih produk fashion yang akan digunakan. Kejenuhan atau kebosanan yang ada selama ini ada, terjadi karena mall; fashion mall; distro; butik; dan pusat perbelanjaan lainnya menawarkan produk fashion yang tidak jauh berbeda. Desain yang ditawarkan dapat dikatakan”itu-itu” saja sehingga tidak membangkitkan selera wanita. Diharapkan dengan menggunakan teknik monoprint, hasil karya dapat menjadi sebuah produk fashion ready-to-wear dengan kesan yang berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. Dalam membuat sebuah rancangan, diperlukan tema sebagai gagasan awal konsep perancangan. Tema yang dipilih adalah Pastel:Edgy atau yang dibaca dengan Pastel divide Edgy. Berikut adalah penjelasan per kata dari edgy dan pastel: edg·y /ˈejē/
Adjective: Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 2
Pungu Imma Gaby Agda
Tense, nervous, or irritable: "he became edgy and defensive" (of a musical performance or a piece of writing) Having an intense or sharp quality.
Synonyms: Nervous- Sharp – Jumpy
Edgy apabila diartikan secara harfiah mengandung makna tegang atau gugup ketika akan menghadapi sesuatu. Akan tetapi, edgy yang digunakan sebagai tema dari karya yang dibuat, memiliki makna sesuatu yang secara sosial membahayakan mata, berani, tampil beda, dan provokatif. Beberapa pengertian menyebutkan bahwa edgy dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang menentang norma-norma sosial dan mengungkapkan sisi lain dari seseorang. pas·tel /paˈstel/
Noun: A crayon made of powdered pigments bound with gum or resin.
Adjective: Of a soft and delicate shade or color.
Synonyms: Crayon
Pastel memiliki pengertian sebagai kata benda adalah pewarna berbentuk crayon yang terbuat dari bubuk pigmen yang dicampurkan dengan karet atau resin. Selain itu juga, pastel diartikan sebagai warna-warna yang lembut dan halus. Pengertian yang kedua kemudian menjadi dasar dari penentuan tema. Sifat warna pastel yang lebih mengarah pada sisi feminin seorang wanita menjadi alasan utama agar dapat memberikan kontras dengan edgy. Setelah dilihat dari pengertian secara harfiah, pastel dan edgy adalah dua jenis sifat yang berbeda. Pastel sendiri adalah sifat dari warna sedangkan Edgy adalah sifat dari suatu hal, benda, atau manusia. Hal ini apabila dinilai dari sisi psikologis akan saling mengimbangi karena manusia atau benda dan warna adalah kedua hal yang selalu saling berkaitan. Akan tetapi, keterkaitan antara kedua hal tersebut kini dituangkan dalam sebuah rancangan. Pastel divide Edgy bila diartikan menjadi pastel berbagi dengan edgy. Maksudnya adalah sifat dari edgy dan pastel saling berbagi porsi dalam karya yang dibuat. Pembagian tersebut dapat dilihat dari warna, bentuk desain, dan motif yang dihasilkan pada sebuah hasil karya produk fashion untuk wanita. Alasan dari tema ini dipilih adalah karena keinginan untuk menonjolkan sisi edgy yang unik, berbeda, dan provokatif berbanding terbalik dengan sisi pastel yang lembut, halus, tipis namun tetap memberikan kesatuan yang selaras dan seimbang pada sebuah karya. Sisi edgy lebih banyak ditunjukkan melalui warna dan beberapa cutting dari sebuah pakaian maupun tas. Sementara sisi pastel ditunjukkan melalui motif-motif dan bentuk pakaian yang simple dan casual. Kesederhanaan sifat dari pastel yang saling berbagi dengan keunikan ragam sifat edgy pada sebuah produk fashion wanita tentu akan membuat sebuah look yang fresh, new, and provocative but also simple chic at the same time.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Konsep dari perancangan yang dilakukan adalah membuat produk fashion wanita dengan tema Pastel:Edgy menggunakan teknik monoprint. Setelah melalui analisis data dan melakukan berbagai pengamatan serta mendapatkan hasil kuisioner, produk fashion wanita yang dikerjakan adalah pakaian dan tas. Pakaian sendiri terdiri dari atasan seperti blouse; mini-set untuk menciptakan kesan sexy; dan blazer, bawahan berupa rok; rok disatukan dengan celana; dan celana panjang yang dapat pula dijadikan sebagai cardigan, dress, serta tak ketinggalan pula short pants jumpsuit/ baju kodok dengan celana pendek. Sisi edgy dapat terlihat pada potongan-potongan pakaian, dress yang diberi lubang pada bagian atas tangan, celana panjang multi-use karena dapat digunakan sebagai cardigan, dan mini-set seperti bikini. Semua produk pakaian yang dibuat memiliki keragaman look dari mulai yang sexy sampai pada yang simple agar tidak monoton terbatas hanya pada satu gaya atau look saja. Untuk produk tas sendiri terdiri dari clutch atau tas mini yang digenggam dengan tangan, tote bag atau tas yang dijinjing di tangan, shoulder bag atau yang dikenal dengan tas yang diselempangkan pada bahu, dan multiuse bag yang dapat diselempangkan atau digenggam dengan tangan. Tas yang dibuat juga memiliki gabungan dari kedua sisi edgy Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
Gambar 1. Perbandingan antara image board Pastel dengan warna-warna yang lebih muda yang melambangkan sisi kelembutan, halus, dan memiliki kesan feminim dan simple dengan image Board Edgy dengan warna-warna yang lebih tua melambangkan sisi berani, provokatif, berbeda, dan unik.
dan pastel. Sisi edgy terlihat jelas pada motif dan bentuk tas. Sementara untuk sisi pastel, dapat terlihat dari warnawarna yang digunakan ketika menggambar motif yang ditujukan untuk tas. Kegunaan produk fashion wanita sebagai hasil karya kriya yaitu pakaian dan tas yang telah dirancang dan dibuat adalah untuk menjadi sarana pakaian dan aksesoris dengan tujuan untuk memberikan sesuatu yang unik dan baru untuk para wanita. Wanita yang merasakan kebosanan dalam berbusana dapat memiliki gambaran akan suatu motif dengan perpaduan warna yang kontras namun tetap menjalin sebuah keselarasan antara sisi edgy dan pastel. Untuk lebih memperjelas konsep dibutuhkan image board. Image Board selalu dijadikan sebagai patokan dalam proses perancangan. Beberapa elemen desain seperti warna, garis, titik, tekstur, nilai (value), dan bentuk serta beberapa dari prinsip desain seperti irama, aksen, proporsi, dan harmoni mengacu pada kedua image board pastel dan edgy yang telah dibuat. Setelah melakukan berbagai proses konsep dan perancangan, maka desain akan mulai dapat dikerjakan dimulai dari eksplorasi motif, eksplorasi kain, sketsa desain, sampai pada pembuatan produk jadi. Keseluruhan produk ini akhirnya dapat dikerjakan dengan menggunakan monoprint melalui berbagai teknik dan media apabila sudah memiliki gambaran atau sketsa desain yang matang. Syarat utama dari teknik monoprint adalah pengerjaannya yang dilakukan pada sebuah kaca atau glass atau permukaan yang sama halusnya dan tidak dapat menyerap cat maupun air. Hal ini dikarenakan cat yang ada harus dapat menyebar dengan rata sehingga pembuatan motif dapat dengan lebih leluasa dilakukan. Dari sisi teknik yang digunakan, dapat terbagi menjadi beberapa teknik yaitu teknik membuat tekstur, membuat garis, mencampur warna, dan membuat motif atau pattern khusus. Untuk membuat tekstur, pewarna pigmen dengan jumlah ketebalan tertentu akan menghasilkannya dengan baik. Hal ini dikarenakan cat atau pewarna pigmen yang memiliki efek lebih keras pada kain. Takaran pengental pun dapat berbeda sehingga beberapa bagian akan memiliki hasil yang lebih halus dan sebagian lagi kasar. Untuk teknik membuat garis, dilakukan dengan menggambar langsung dengan penggaris di kaca, menggunakan benang, atau menggambar dengan tarikan tangan menggunakan berbagai macam alat bantu seperti sumpit; sisir; atau cotton bud.
Gambar 2. Beberapa hasil eksplorasi akhir teknik monoprint garis, tekstur, dan percampuran warna dengan berbagai hasil yang melambangkan sisi edgy dan pastel saling berbagi pada sebuah kain. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 4
Pungu Imma Gaby Agda
Gambar 3. Sketsa produk fashion wanita berupa pakaian yang akan dipilih beberapa untuk dibuat ke dalam wujud nyata atau prototype.
Teknik mencampur warna dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa atau banyak pewarna sekaligus. Contohnya permukaan kaca pertama kali dibubuhi warna muda seperti kuning kemudian ditimpa langsung dengan warna yang tua seperti biru. Setelah itu, kedua warna tersebut diratakan dengan roller. Akan tetapi, perataan warna tidak dilakukan sepenuhnya agar hasil yang didapatkan tetap memiliki biru dan kuning. Sementara untuk teknik membuat motif atau pattern khusus dapat dilakukan dengan menggambar langsung pada permukaan kaca atau membuat cetakan terlebih dahulu. Gambar yang dibuat dapat berupa nirmana 2D atau bebas sesuai dengan keinginan. Namun apabila ingin menggunakan cetakan, sebaiknya tidak terbuat dari kertas biasa melainkan menggunakan kertas yang serap cat dan dapat dicuci kembali. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada motif yang telah dibuat pada kertas. Kertas mika adalah salah satu jenis yang cocok digunakan. Motif dapat dibuat pada kertas mika setelah melakukan proses desain terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan laser-cutting. Motif yang telah siap dapat ditempelkan langsung pada permukaan kaca yang telah dibalur cat. Kain pun siap ditempelkan pada motif tersebut. Setelah kain ditempelkan, kain di-roll pada bagian atas agar cat lebih menyerap. Kemudian kain ditarik secara perlahan sehingga motif dari kaca dapat menempel dengan baik. Proses pengerjaan teknik monoprint yang telah dilakukan adalah dimulai dari pencampuran warna. Warna-warna pada cat yang ada dicampurkan sesuai dengan keinginan. Setelah warna yang diinginkan didapat, proses selanjutnya adalah membuat desain. Desain dilakukan dengan dua cara utama. Cara pertama adalah membuat desain dengan adobe photoshop kemudian memotong motif yang sudah di-print pada sebuah kertas mika dengan menggunakan teknik laser cutting. Setelah kerta mika selesai dikerjakan, maka motif tersebut dapat dikerjakan pada kaca. Cara kedua yang dapat
Gambar 4. Hasil produk akhir berupa pakaian dan tas untuk wanita dengan segmentasi pasar berumur 15-20 tahun menggunakan berbagai macam warna dengan teknik monoprint yang berbeda-beda. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
dilakukan adalah menggambar langsung pada kaca. Proses menggambar langsung pada kaca ini dilakukan setelah cat dibalurkan secara merata di setiap permukaannya. Apabila cat sudah rata, maka motif akan dapat digambar sesuai dengan keinginan. Gambar dapat dikerjakan dengan langsung menggunakan jari atau dengan bantuan benda-benda yang cukup tajam seperti pensil, penghapus, sumpit, dan lainnya. Motif yang dihasilkan lebih beragam apabila alat yang digunakan juga bervariasi.
4. Penutup / Kesimpulan Monoprint adalah salah satu teknik dari bidang seni grafis yang dapat digunakan ke dalam bidang kriya dengan menggunakan kain dan bahan pewarna yang tepat. Kain yang paling baik digunakan untuk teknik monoprint adalah kain katun. Hal ini dikarenakan katun dapat menyerap zat pewarna pigmen lebih baik. Monoprint memiliki hasil yang baik terhadap kain katun baik dengan menggunakan gaya abstrak maupun motif-motif yang khusus dibuat. Teknikteknik seperti membuat tekstur, membuat garis, percampuran warna, dan pembuatan motif khusus dapat dilakukan dan menghasilkan structure design baru yang unik dan berbeda. Perbedaan antara teknik monoprint dengan textile printing lain sebenarnya tidak ada karena textile printing dan monoprint sama-sama dapat menggunakan media pewarna atau cat kain, membuat motif, dan menciptakan tekstur. Akan tetapi, monoprint lebih dahulu ditemukan oleh seniman dan pelukis sehingga teknik ini lebih dikenal di bidang seni grafis. Hasil dari monoprint sering disamakan dengan sablon. Walaupun sablon dan monoprint adalah kedua teknik cetak datar utuk bidang seni grafis, proses pembuatannya berbeda. Monoprint dilakukan dengan meletakkan kain ke bagian atas motif yang telah terbentuk pada kaca atau plat besi, sementara sablon dikerjakan pada sebuah bidang datar dengan kain yang diberi frame yang telah memiliki gambar atau motif tertentu dan kemudian dibubuhi cat dan diratakan dengan rakel di atasnya. Kesamaan antara monoprint dan sablon terletak pada tekstur yang terbentuk di kain. Keduanya samasama sedikit kasar karena cat yang digunakan. Akan tetapi, teknik monoprint sesungguhnya memiliki tekstur yang lebih kasar karena volume cat yang digunakan lebih banyak. Berdasarkan hasil kuisioner, produk fashion wanita yang paling digemari adalah pakaian dan tas sehingga kedua produk tersebut menjadi alasan utama pembuatan karya.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Kriya Tekstil FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Drs. Zaini Rais, M.Sn.
Daftar Pustaka Andrews, Michael F. 1986. Creative Printmaking for School and Camp Programs. Prentince and Hall Inc. Edmonds, Janet. 2011. From Print to Stitch: Tips and Techniques for Hand-Printing and Stitching on Fabric. Search Press. Edwards, Clive. 2009. How to Read Patterns- A Crash Course in Textile Design. Sussex: Page One Publishing Pte Ltd. Eichenberg, Fritz. 1976. The Art of Print. Thames and Hudson Ltd. Hadisurya, Irma.dkk. 2011. Kamus Mode Indonesia: Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 6