RINGKASAN EKSEKUTIF Sistem keuangan pada paruh kedua 2016 relatif stabil
pasar keuangan. Perbaikan pertumbuhan ekonomi
bahkan membaik sejalan dengan menurunnya risiko
global dimotori oleh pertumbuhan ekonomi Amerika
perekonomian domestik. Meningkatnya stabilitas
Serikat (AS) dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi AS
sistem keuangan didukung oleh tingginya permodalan
disumbang oleh konsumsi dan investasi non residensial
dan likuiditas perbankan serta terjaganya stabilitas
sebagaimana tercermin dari penjualan eceran yang
pasar keuangan. Kondisi tersebut tercermin dari
meningkat. Data tenaga kerja AS juga menunjukkan
penurunan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK)
perbaikan. Sementara ekonomi Tiongkok tumbuh
dan Indeks Risiko Sistemik Perbankan (IRSP) pada
meningkat diatas perkiraan ditopang konsumsi dan
semester II 2016 dibandingkan periode sebelumnya.
investasi swasta. Di sisi lain, perekonomian Jepang
Namun demikian, perlambatan pertumbuhan kredit
tumbuh terbatas dan sentimen negatif referendum
perbankan dan masih tingginya risiko kredit perlu
Inggris
tetap diwaspadai.
menunda kegiatan investasi hingga ketidakpastian
(Brexit)
sempat
menyebabkan
investor
mereda. Membaiknya stabilitas sistem keuangan tidak terlepas dari pengaruh menurunnya risiko sistem keuangan
Seiring dengan perbaikan ekonomi global, harga
global dan regional. Penurunan risiko global dan
beberapa komoditas dunia terutama minyak, batubara
regional tercermin dari perbaikan perekonomian
dan logam mulai menunjukkan peningkatan. Harga
yang disertai dengan menurunnya ketidakpastian di
minyak dunia naik seiring dengan rencana penurunan
xvii
KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017
produksi Organization of the Petroleum Exporting
akibat kredit perbankan yang bersifat prosiklikal
Countries (OPEC). Harga batubara meningkat sejak
sehingga intermediasi perbankan semakin melambat.
triwulan III terutama karena langkah Tiongkok dalam
Keterbatasan
mengatasi overcapacity sehingga terjadi penurunan
pemerintah yang masih rendah meskipun terdapat
supply. Sementara kenaikan harga logam dipengaruhi
penerimaan tambahan dari amnesti pajak namun
oleh spekulasi di pasar future sebagai antisipasi pasar
tidak banyak membantu menopang pengeluaran yang
terhadap rencana pembangunan infrastruktur di AS
sebenarnya diharapkan menjadi stimulus ditengah
pasca hasil pemilihan presiden.
masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi. Selain itu,
ruang
fiskal
akibat
penerimaan
posisi Utang Luar Negeri (ULN) korporasi nonbank yang Ketidakpastian di pasar keuangan global menurun
cukup tinggi meskipun dengan volume yang menurun
seiring membaiknya perkembangan ekonomi dan
serta kepemilikan investor nonresiden terhadap aset
adanya kepastian kebijakan moneter AS. Meskipun
domestik yang cukup dominan dapat menyebabkan
sempat meningkat akibat sentimen negatif “Hard
perekonomian domestik rentan terhadap risiko dari
Brexit“ dan “Trump Effects”, namun hal tersebut
faktor eksternal terutama apabila terjadi gejolak nilai
bersifat temporer dan persepsi investor global kembali
tukar.
positif menjelang akhir 2016.
Perkembangan ini
menyebabkan membaiknya risiko dan kinerja di pasar
Sejalan dengan menurunnya ketidakpastian di pasar
keuangan domestik.
keuangan global dan terjaganya makroekonomi Indonesia, stabilitas di pasar keuangan domestik
Risiko perekonomian domestik relatif membaik pada
relatif terjaga. Hal ini diindikasikan oleh
semester II 2016. Perbaikan tersebut didukung oleh
stabilnya pasar uang baik Pasar Uang Antar Bank
stabilitas makroekonomi yang baik sejalan dengan
(PUAB) Rupiah dan valas, pasar Repo antar bank
inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang
maupun pasar valas. Sentimen negatif hasil pemilu
terjaga.
AS yang memicu keluarnya modal asing dari pasar
Tekanan global terhadap keseimbangan
relatif
cenderung
keuangan domestik menjelang akhir tahun sempat
mereda. Neraca pembayaran tercatat surplus dengan
menekan pasar obligasi negara dan obligasi korporasi.
defisit transaksi berjalan yang tercatat lebih rendah. Di
Sementara pasar saham dan reksadana masih tetap
sisi lain, nilai tukar Rupiah berada dalam tren menguat
terjaga dan tumbuh dengan baik.
eksternal
perekonomian
Indonesia
meskipun sempat sedikit tertekan menjelang akhir tahun.
Risiko di pasar uang terjaga dengan baik dengan likuiditas yang meningkat meskipun volatilitas sedikit
Di tengah membaiknya stabilitas sistem keuangan
naik akibat kebijakan penurunan suku bunga acuan
dan risiko perekonomian domestik yang menurun,
Bank Indonesia. Suku bunga harian PUAB Rupiah
masih terdapat beberapa faktor kerentanan yang
turun untuk semua tenor karena terjaganya likuiditas
dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan
di pasar dan penurunan suku bunga kebijakan Bank
domestik sehingga perlu dicermati. Hal ini terlihat dari
Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate. Penurunan suku
berlanjutnya kontraksi pada siklus keuangan sebagai
bunga kebijakan ini menyebabkan volatilitas suku
xviii
bunga PUAB meningkat baik untuk tenor o/n maupun
meskipun volatilitas sedikit meningkat, investor asing
tenor lainnya. Pasar repo antar bank menunjukkan
juga masih mencatatkan net inflow meskipun dalam
kondisi yang likuid, tercermin dari menurunnya suku
jumlah yang lebih terbatas. Pasar reksadana juga
bunga
repo, meningkatnya volume transaksi dan
menunjukkan perkembangan yang positif, ditandai
meningkatnya jumlah bank yang melakukan transaksi.
dengan nilai aktiva bersih (NAB) yang tumbuh
Penerapan Global Master Repo Agreement (GMRA)
meskipun dengan volatilitas yang meningkat sejalan
dalam transaksi repo merupakan salah satu faktor
dengan peningkatan volatilitas aset yang menjadi
yang menyebabkan semakin likuidnya pasar tersebut.
underlying-nya.
Sementara
itu,
meningkatnya
kebutuhan
valas
menjelang akhir tahun dan naiknya suku bunga Operasi
Terjaganya risiko di pasar keuangan domestik
Moneter (OM) valas Bank Indonesia menyebabkan
menyebabkan pasar keuangan menjadi alternatif
suku bunga PUAB valas meningkat. Namun demikian
pembiayaan yang menarik ditengah terbatasnya
volatilitas dan spread suku bunga tertinggi – terendah
pertumbuhan kredit perbankan. Pada semester II
di pasar mengalami penurunan yang mengindikasikan
2017, meskipun terdapat sentimen negatif global
bahwa risiko di PUAB valas masih terjaga. Sementara
hasil pemilihan presiden AS yang memberikan
itu risiko di pasar valas mengalami penurunan,
tekanan di pasar keuangan domestik, namun sumber
tercermin dari menguatnya nilai tukar Rupiah dan
pembiayaan yang berasal dari pasar modal utamanya
turunnya volatilitas serta relatif stabilnya premi risiko.
obligasi korporasi
masih mengalami peningkatan.
Selain itu, penerbitan instrumen keuangan seperti Sentimen negatif global menjelang akhir tahun
Negotiable Certificate Deposit dan Medium Term Note
menyebabkan tekanan pada pasar modal namun
juga mengalami peningkatan karena cost of fund yang
dalam level yang relatif terbatas. Terbatasnya tekanan
lebih rendah dan persyaratan penerbitan yang lebih
di pasar modal tercermin dari masih meningkatnya
longgar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan masih masuknya arus modal asing baik di pasar Surat
Sejalan dengan terjaganya perkembangan pasar
Berharga Negara (SBN), obligasi korporasi maupun
keuangan, di pasar keuangan syariah, kinerja sektor
saham. Yield SBN posisi akhir tahun untuk semua tenor
keuangan syariah kembali menunjukkan tren yang
mengalami kenaikan dibandingkan akhir semester I
meningkat meskipun dampak sentimen negatif
2017 dan diikuti dengan kenaikan volatilitas namun
global menjelang akhir tahun juga menyebabkan
masih jauh lebih rendah dibandingkan posisi akhir
volatilitas pasar keuangan syariah meningkat.
tahun lalu. Sejalan dengan SBN, yield dan volatilitas
ini ditunjukkan oleh indeks saham syariah yang
obligasi korporasi juga mengalami peningkatan namun
bergerak naik dengan kapitalisasi yang meningkat
posisi investor asing justru mengalami peningkatan
signifikan dan sukuk pemerintah yang juga meningkat
dibandingkan semester sebelumnya. Berbeda dengan
ditengah konsolidasi fiskal pemerintah. Selain itu,
pasar obligasi, meskipun menghadapi sentimen
pertumbuhan nilai aktiva bersih reksadana syariah
yang sama, namun pasar saham masih tumbuh
juga mencatatkan peningkatan bahkan melebihi
positif sehingga IHSG masih mengalami peningkatan
reksadana konvensional. Sektor keuangan sosial
Hal
xix
KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017
juga mencatatkan perkembangan yang positif. Dana
dan debt to equity ratio (DER) yang cenderung
kumpulan zakat dan wakaf uang semakin meningkat
menunjukkan
perbaikan
walaupun
indikator
sejalan dengan semakin baiknya governance
produktivitas
mengalami
penurunan.
Kenaikan
dan
transparansi pengelolaan dan penyaluran dana oleh
profitabilitas terutama disebabkan oleh peningkatan
lembaga amil zakat dan nazhir.
net income karena korporasi melakukan upaya-upaya efisiensi, baik berupa penurunan biaya maupun
Kinerja sektor rumah tangga pada semester II 2016
utang. Selain itu
relatif stabil dengan risiko yang masih terjaga seiring
membaiknya harga beberapa komoditas dan kuatnya
dengan
konsumsi rumah tangga.
membaiknya
perekonomian.
Kenaikan
juga dipengaruhi oleh mulai Perbaikan profitabilitas
pertumbuhan ekonomi di semester ini mendorong
tersebut meningkatkan kemampuan korporasi non-
optimisme rumah tangga, tercermin dari survei
keuangan dalam membayar hutang yang tercermin
mengenai Indeks Penjualan Riil dan Indeks Keyakinan
dari membaiknya DSR dan Interest Coverage Ratio.
Konsumen yang menunjukkan perbaikan. Optimisme
Membaiknya kinerja korporasi, dikonfirmasi oleh
rumah tangga juga terkonfirmasi dari survei neraca
hasil perhitungan Altman Z-Score yang menunjukkan
rumah tangga (SNRT) yang menunjukkan pertumbuhan
bahwa pangsa korporasi yang berada di area berisiko
positif aset, utang dan networth rumah tangga.
pada triwulan III 2016 menurun dibandingkan dengan triwulan III 2015.
Optimisme rumah tangga tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pengeluaran rumah tangga.
Membaiknya kinerja keuangan sektor korporasi
Alokasi pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi
belum mampu mendorong pertumbuhan kredit. Hal
dan cicilan pinjaman cenderung meningkat pada
tersebut antara lain karena korporasi masih menahan
semester II 2016, sedangkan alokasi pengeluaran
ekspansi usahanya di tengah kondisi ketidakpastian
untuk tabungan relatif tetap. Dana Pihak Ketiga
perekonomian global dan domestik. Perilaku korporasi
(DPK) perbankan yang berasal dari sektor rumah
yang masih menahan ekspansinya ini terkonfirmasi
tangga mengalami kenaikan dengan porsi yang masih
dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang
mendominasi DPK perbankan. Kenaikan tersebut
dilakukan Bank Indonesia pada akhir semester II yang
utamanya dipengaruhi oleh peningkatan giro dan
mengindikasikan kegiatan usaha tumbuh melambat
deposito. Dari sisi kredit, pertumbuhan kredit
sehingga menyebabkan rata-rata kapasitas produksi
perbankan kepada sektor rumah tangga juga mulai
terpakai juga mengalami sedikit penurunan. Perilaku
menunjukkan kenaikan dengan kualitas kredit yang
korporasi yang masih menahan ekspansi kegiatan
membaik jika dibandingkan semester I 2016. Namun
usaha juga berpengaruh terhadap penurunan utang
demikian, meningkatnya debt service ratio (DSR)
luar negerinya. Dari sisi kualitas kredit, rasio NPL gross
rumah tangga terutama kelompok berpendapat
kredit korporasi mengalami peningkatan pada periode
menengah perlu dicermati meskipun peningkatan
laporan dibandingkan semester I 2016.
tersebut tidak terlalu signifikan.
demikian, DPK perbankan yang bersumber dari sektor
Namun
korporasi justru tumbuh meningkat karena proses Secara umum, kinerja korporasi non keuangan
konsolidasi korporasi sehingga kelebihan dananya
triwulan III 2016
ditempatkan di perbankan.
indikator xx
mulai membaik ditandai oleh
profitabilitas,
solvabilitas,
likuiditas,
Di tengah perilaku korporasi yang masih menahan
tingginya biaya pencadangan yang harus dialokasikan
ekspansi usahanya, kondisi industri perbankan relatif
perbankan akibat tingginya risiko kredit. Namun,
membaik selama semester II 2016 dibandingkan
Net Interest Margin (NIM) tercatat relatif stabil pada
semester sebelumnya. Perbaikan kondisi perbankan
semester II 2016 disebabkan oleh relatif terjaganya
tercermin dari peningkatan pertumbuhan DPK,
spread antara suku bunga kredit dan DPK sehingga
peningkatan likuiditas dan permodalan perbankan.
dapat menahan penurunan profitabilitas perbankan.
Namun demikian, masih melambatnya pertumbuhan
Sementara itu, efisiensi industri perbankan mengalami
kredit dan relatif tingginya risiko kredit meskipun
penurunan yang terlihat dari kenaikan rasio Biaya
menurun di akhir tahun tetap perlu diwaspadai.
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO). Kenaikan rasio BOPO dipengaruhi oleh Pertumbuhan kredit perbankan masih melambat, selain
kenaikan biaya overhead yaitu biaya pencadangan
dipengaruhi oleh rendahnya permintaan korporasi
akibat peningkatan risiko kredit dan beban tenaga
juga dipengaruhi oleh kehati-hatian perbankan
kerja.
dalam menyalurkan kredit. Namun, penyaluran kredit terbantu oleh peningkatan permintaan kredit
Likuiditas industri perbankan meningkat baik dari
untuk pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah.
aspek ketahanan maupun penambahan alat likuid.
Sementara itu, penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil
Peningkatan likuiditas perbankan tidak terlepas
dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan pada
dari masuknya dana tebusan amnesti pajak dan
semester II 2016 walaupun mayoritas merupakan
meningkatnya ekspansi rekening pemerintah serta
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Risiko kredit
masih lambatnya pertumbuhan kredit.
masih menunjukkan peningkatan pada periode laporan
peningkatan ketahanan likuiditas perbankan dapat
walaupun pertumbuhan kredit bermasalah mulai
dilihat
menunjukkan perlambatan. Rasio NPL gross turun
memenuhi kewajiban penarikan DPK dan ekspansi
menjadi 2,93% pada periode laporan dibandingkan
kredit sebagaimana tercermin dari naiknya risiko alat
dengan 3,05% pada semester I 2016.
likuid terhadap non core deposit dan rasio alat likuid
dari
naiknya
kemampuan
Sementara
bank
dalam
terhadap dana pihak ketiga perbankan. Berbeda dengan kredit yang masih tumbuh melambat, pertumbuhan DPK perbankan pada semester II mulai
Permodalan perbankan membaik dengan Capital
meningkat dibandingkan semester I dan bahkan sudah
Adequacy Ratio (CAR) yang berada diatas threshold
lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Peningkatan DPK
dan naik dari 21,39% pada semester II 2015 menjadi
tersebut terutama disebabkan oleh masuknya dana
22,56% pada semester II 2016. Kenaikan permodalan
tebusan dan repatriasi program amnesti pajak. Selain
ini
itu ekspansi rekening pemerintah di akhir tahun juga
kredit sehingga menurunkan pertumbuhan Aktiva
mempengaruhi peningkatan DPK.
Tertimbang Mengandung Risiko (ATMR) perbankan.
seiring
Tingginya
dengan
perlambatan
permodalan
tersebut
pertumbuhan
menunjukkan
Dari sisi kinerja keuangan, profitabilitas perbankan
ketahanan perbankan dalam menghadapi risiko kredit
sedikit menurun yang tercermin dari penurunan
maupun risiko pasar yang disimulasikan melalui stress
angka Return on Asset (ROA). Penurunan profitabilitas
test yang secara reguler dilakukan Bank Indonesia.
ini dipengaruhi oleh penurunan kredit ditengah cukup
Selain itu, permodalan yang tinggi tersebut dapat xxi
KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017
memenuhi aturan Basel III mengenai permodalan
proses re-klasisifikasi kolektibilitas pembiayaan sesuai
yang berlaku mulai tahun 2016, khususnya capital
ketentuan OJK.
conservation buffer, countercyclical buffer dan capital surcharge untuk bank yang tergolong sistemik.
Selain
perusahaan
pembiayaan,
asuransi
juga
menunjukkan kinerja yang positif. Perbaikan kinerja Sejalan dengan membaiknya kondisi perbankan
asuransi tersebut tercermin dari pertumbuhan aset
konvensional, perbankan syariah turut mengalami
dan investasi industri asuransi yang mengalami
perbaikan kinerja pada semester II 2016 yang
peningkatan sehingga meningkatkan rasio investasi
ditunjukkan oleh peningkatan aset perbankan syariah
asuransi pada periode laporan. Kinerja positif tersebut
terutama
Pembangungan
didukung oleh penurunan risiko usaha asuransi
Daerah (BPD) Aceh menjadi bank syariah pada bulan
yang diukur melalui peningkatan rasio kecukupan
September 2016. Secara umum, aset perbankan
premi terhadap pembayaran klaim. Namun dari sisi
syariah menunjukkan tren positif sepanjang dengan
profitabilitas, ROA dan Return on Equity (ROE) industri
selalu berada di atas angka pertumbuhan aset
asuransi sedikit mengalami penurunan pada periode
perbankan konvensional. Pola yang sama terjadi pada
laporan dibandingkan dengan semester I 2016.
paska
konversi
Bank
DPK perbankan syariah yang mayoritas didominasi oleh deposito, dengan diikuti oleh tabungan dan giro
Interconnectedness antara IKNB dengan perbankan
pada posisi ketiga. Sementara itu, risiko pembiayaan
secara
perbankan syariah tercatat lebih tinggi dibandingkan
Bank dengan perusahaan pembiayaan mengalami
dengan perbankan konvensional. Namun dengan
peningkatan sejalan dengan peningkatan kredit
peningkatan
perbankan
permodalan
perbankan
syariah,
umum
meningkat.
kepada
Keterkaitan
perusahaan
antara
pembiayaan.
ketahanan perbankan syariah diperkirakan masih
Namun, keterkaitan antara Bank dengan industri
relatif memadai dalam menghadapi potensi risiko
asuransi cenderung turun seiring dengan penurunan
yang dihadapi.
penempatan dana asuransi di bank.
Kinerja positif juga ditunjukkan oleh Industri Keuangan
Sistem pembayaran sebagai salah satu infrastruktur
Non Bank (IKNB) utamanya perusahaan pembiayaan
sistem keuangan memegang peranan yang penting
pada semester II 2016. Kinerja perusahaan pembiayaan
dalam mendukung aktivitas perekonomian domestik
mengalami perbaikan baik dari sisi pembiayaan
dan stabilitas sistem keuangan.
maupun pendanaan seiring dengan penurunan
sistem pembayaran yang diselenggarakan BI yang
eksposur risiko yang berasal dari pergerakan nilai
meliputi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
tukar seiring dengan penurunan posisi ULN. Pada
(SKNBI), Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement
perkembangannya, perbaikan kinerja tersebut juga
System (BI-RTGS), dan Bank Indonesia – Scriptless
meningkatkan profitabilitas perusahaan pembiayaan
Securities Settlement System (BI-SSSS) berjalan aman,
yang tercermin dari peningkatan ROA pada periode
lancar, efisien dan handal. Hal tersebut ditunjukkan
laporan. Namun demikian, risiko pembiayaan PP
oleh rendahnya risiko setelmen dan kondisi likuiditas
(NPF) meningkat yang terutama terjadi pada sektor
yang memadai untuk penyelesaian transaksi pada
pengangkutan/transportasi dan dipengaruhi pula oleh
periode laporan,
xxii
Penyelenggaraan
kehandalan dan ketersediaan
sistem yang sesuai dengan tingkat layanan yang telah
Indonesia untuk menggunakan layanan keuangan
ditetapkan serta lebih cepatnya proses setelmen baik
cenderung meningkat. Layanan Keuangan Digital
untuk transaksi ritel maupun transaksi besar.
di Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang meningkat tercermin dari pertambahan jumlah bank
Sementara itu, kinerja sistem pembayaran yang
penyelenggara, agen, jumlah nasabah serta transaksi
diselenggarakan oleh industri juga terjaga dengan
elektronik yang dilakukan di agen.
baik, tercermin dari tidak terdapatnya gangguan yang signifikan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran
Dalam
dan peningkatan volume dan nilai transaki pada
memperkuat aspek perlindungan konsumen dan
semester II 2017. Hal tersebut tidak terlepas dari
akseptasi masyarakat atas instrumen pembayaran
berbagai upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk
nontunai,
senantiasa
instrumen
ketentuan terhadap batas maksimum suku bunga
pembayaran nontunai dengan tetap memperhatikan
Kartu Kredit serta kewajiban Penerbit Kartu Kredit
dan aspek perlindungan konsumen.
untuk penyampaian pernyataan penutupan (closing
mendorong
penggunaan
rangka
meningkatkan
kepercayaan,
Bank Indonesia telah menyesuaikan
statement) Kartu Kredit. Selain itu adanya ketentuan Risiko sistem pembayaran relatif terjaga baik risiko
Bank
Indonesia
terkait
penggunaan
Personal
setelmen, likuiditas, risiko operasional maupun risiko
Identification Number (PIN) online 6 (enam) digit serta
sistemik. Dari sisi risiko setelmen dan likuiditas tercatat
Standar Nasional Teknologi Chip untuk kartu ATM dan/
relatif rendah pada semester II 2016 yang ditunjukkan
atau Kartu Debet diharapkan dapat meningkatkan
oleh rendahnya volume dan nilai unsettled transaction
keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam
serta tidak adanya penggunaan Fasilitas Likuiditas
melakukan transaksi.
Intrahari (FLI) maupun FLI Syariah oleh bank peserta Sistem Pembayaran BI Nontunai. Sementara itu, risiko
Sebagai upaya untuk merespon kondisi sistem
operasional dan risiko sistemik juga terjaga dengan
keuangan dan memitigasi risiko-risiko utama, Bank
baik. Dari sisi risiko operasional, Bank Indonesia telah
Indonesia menerapkan kebijakan makroprudensial
melakukan mitigasi risiko dengan mempersiapkan
yang
prosedur Business Continuity Plan yang dapat
countercyclical. Selama semester II 2016, kebijakan
diaktifkan setiap saat apabila terjadi gangguan pada
makroprudensial yang dikeluarkan Bank Indonesia
sistem utama. Dari sisi risiko sistemik, Bank Indonesia
meliputi penetapan rasio loan to value/financing to
melakukan pemantauan secara reguler dan intensif
value (LTV/FTV) dan penyesuaian Giro Wajib Minimum
terhadap indikator – indikator sistem pembayaran
(GWM) yang dikaitkan dengan besaran Loan to
yang berpotensi menangkap gangguan sistemik.
Funding Ratio (GWM LFR). Selain itu kebijakan untuk
masih
bersifat
akomodatif
dan
bersifat
mengurangi perilaku prosikilikalitas perbankan yang Penguatan
infrastruktur
sistem
keuangan
juga
didukung oleh penguatan akses keuangan dari
berlebihan dilakukan melalui kebijakan countercyclical buffer (CCB).
masyarakat melalui layanan keuangan inklusif. Indeks Komposit Keuangan Inklusif Indonesia (IKKI) tercatat
Pada semester II 2016, Bank Indonesia melakukan
mengalami peningkatan pada periode laporan. Hal
penyempurnaan ketentuan LTV/FTV dengan tujuan
tersebut menunjukkan bahwa akses masyarakat
untuk mendorong berjalannya fungsi intermediasi xxiii
KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017
perbankan dengan tetap memperhatikan prinsip
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kerjasama dan
kehati-hatian
konsumen.
koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK terus
Berdasarkan hasil evaluasi Bank Indonesia, kebijakan
dilakukan dengan prinsip dasar bersifat kolaboratif,
LTV/FTV mampu menahan perlambatan pertumbuhan
meningkatkan efisiensi dan efektitifas, menghindari
kredit/pembiayaan pemilikan rumah oleh bank yang
duplikasi, melengkapi pengaturan sektor keuangan
tercermin dari pertumbuhan KPR yang membaik
dan memastikan kelancaran pelaksanaan tugas BI
dibandingkan semester sebelumnya. Selain itu,
dan OJK. Sementara itu kerjasama dan koordinasi
penyempurnaan kebijakan GWM LFR dilakukan dalam
Bank Indonesia dengan LPS juga diperkuat. Penguatan
rangka untuk meningkatkan pertumbuhan kredit serta
dilakukan melalui antara lain dengan penandatanganan
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini
nota kesepahaman tentang Koordinasi dan Kerjasama
dilakukan dengan menaikkan batas bawah LFR dari
Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
78% menjadi 80% untuk bank umum konvensional,
Bank Indonesia. Selain itu dalam level operasional,
sedangkan batas atas tetap dipertahankan sebesar
telah dilakukan penandatangan perjanjian kerjasama
92% sehingga kisaran LFR yang diberlakukan menjadi
(PKS) BI-LPS mengenai Penjualan SBN oleh LPS kepada
80% - 92%.
Bank Indonesia. Transaksi SBN antara LPS dan Bank
dan
perlindungan
Indonesia tersebut dapat dilakukan dalam rangka Kebijakan makroprudensial lainnya yang diberlakukan
penanganan bank sistemik atau bank sistemik dan
di semester II 2016 adalah kebijakan yang bertujuan
bank selain sistemik dalam kondisi krisis.
untuk mencegah peningkatan risiko sistemik yang bersumber dari pertumbuhan kredit yang berlebihan
Selain koordinasi yang bersifat bilateral, Bank
dan untuk menyerap kerugian yang dihadapi perbankan
Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan
melalui pembentukan tambahan modal sebagai
Kementrian Keuangan (Kemenkeu), OJK dan LPS dalam
penyangga (buffer). Kebijakan CCB ini mewajibkan
kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
bank untuk membentuk tambahan modal pada
Koordinasi diantara empat lembaga terkait SSK ini
periode ekspansi yang berdampak pada pengurangan
pada akhirnya berhasil meletakkan payung hukum
percepatan kredit. Sebaliknya pada periode kontraksi,
bagi manajemen krisis dengan disahkannya Undang-
penurunan/pelepasan tambahan modal CCB yang
Undang No 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan
telah dibentuk bank akan mendorong penyaluran
Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK) pada
kredit perbankan serta menutupi kerugian yang
tanggal 15 April 2016. Cakupan utama UU PPKSK
mungkin timbul. Adapun hasil evaluasi kebijakan CCB
adalah (i) pemantauan dan pemeliharaan stabilitas
yang kembali menetapkan besaran CCB 0% didasarkan
sistem keuangan (SSK); (ii) penanganan krisis sistem
pada pertimbangan bahwa belum ada potensi risiko
keuangan dan (iii) penanganan permasalahan bank
sistemik yang bersumber dari pertumbuhan kredit
sistemik
yang berlebihan.
Dengan keluarnya UU PPKSK, payung hukum tindakan
Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank
pencegahan dan penanganan krisis menjadi semakin
Indonesia selalu berkoordinasi dan bekerjasama
kuat dan jelas sehingga akan meningkatkan langkah
dengan otoritas lainnya. Selama semester II 2016,
pencegahan dan penanganan krisis. Pada akhirnya hal
Bank Indonesia secara intens melakukan koordinasi
ini akan berdampak positif terhadap stabilitas sistem
bilateral dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
keuangan.
xxiv
dalam kondisi normal dan kondisi krisis.
dan
Lebih lanjut, berdasarkan kemampuan perbankan
potensi risiko domestik dan global, kondisi SSK
dalam mempertahankan pertumbuhan laba dan
di 2017 diperkirakan terkendali. Hal ini didukung
ketahanan permodalan, serta mengelola risiko
oleh
kinerja
kredit dengan cukup baik, maka SSK dan ketahanan
industri perbankan di tengah membaiknya kondisi
perbankan diperkirakan akan tetap terjaga di 2017.
perekonomian. Tantangan eksternal antara lain
Kondisi
pemulihan ekonomi global yang meskipun membaik
membaik seiring dengan operasi keuangan pemerintah
namun belum stabil, tekanan inflasi di negara maju
dan aliran masuk uang kartal, serta meningkatnya
yang diperkiraakan akan meningkat, risiko geopolitik
perekonomian. Namun demikian, dengan perkiraan
di Eropa serta masih adanya ketidapastian kebijakan
pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pemerintah AS termasuk rencana kenaikan suku bunga
DPK tersebut maka akan berpotensi menimbulkan
The Fed yang dapat meningkatkan nilai tukar dolar
risiko funding gap terutama di triwulan IV 2017.
Mencermati
perkembangan
meningkatnya
perekonomian
ketahanan
dan
likuiditas
perbankan
diperkirakan
juga
AS. Sementara itu dari sisi internal, sistem keuangan menghadapi beberapa tantangan antara lain adanya
Menghadapi kompleksitas tantangan dari domestik
potensi kenaikan inflasi dari administered price serta
maupun global yang akan berpengaruh terhadap
upaya peningkatan penerimaan negara terutama yang
stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia akan
berasal dari pajak untuk mengendalikan defisit.
memperkuat
kebijakan
makroprudensial
secara
terukur, terintegrasi dan bersinergi dengan kebijakan Tantangan eksternal dan internal yang dihadapi
moneter dan sistem pembayaran.
tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap
makroprudensial akan diarahkan untuk memperkuat
prospek perekonomian Indonesia ke depan.
Bank
stabilitas sistem keuangan dan menjaga resiliensi
Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi
sistem keuangan dengan rumusan : (i) memperkuat
tumbuh pada kisaran 5,0 – 5,4% dengan sasaran inflasi
dan memperluas cakupan surveilans makroprudensial
4% ± 1%. Seiring dengan proyeksi perekonomian,
untuk mengidentifikasi lebih dini sumber tekanan;
pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan akan lebih
(ii) identifikasi dan pemantauan risiko sistemik
baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
dengan menggunakan Balance Set of Systemic Risk;
kredit diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 10-
(iii) penguatan kerangka manajemen krisis melalui
12% sejalan dengan kinerja korporasi yang cenderung
penyelarasan indikator stabilitas sistem keuangan
meningkat. Risiko kredit diperkirakan mulai stabil dan
dan hasil surveilans Bank Indonesia dengan PMK
akan turun sejalan dengan membaiknya pertumbuhan
Nasional; (iv) mendukung upaya-upaya pendalaman
ekonomi,
kredit
pasar keuangan untuk memperkuat ketahanan pasar
korporasi non
keuangan terhadap guncangan, serta (v) penguatan
keuangan dengan beberapa sektor ekonomi yang akan
koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah, OJK
mengalami pertumbuhan. Dari sisi DPK, pertumbuhan
dan LPS untuk mendukung bauran kebijakan yang
simpanan industri perbankan diperkirakan mencapai
ditempuh Bank Indonesia.
meningkatnya
pertumbuhan
perbankan dan terjaganya kinerja
Kebijakan
kisaran 9-11% atau lebih tinggi dibandingkan 2016.
xxv