RINGKASAN EKSEKUTIF ___________________________________________________________ AS’AT SUPRIYANTO. 2005. Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Value Chain dalam Perusahaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di PT. Musi Hutan Persada). Di bawah bimbingan BUNASOR SANIM & BOMER PASARIBU.
Program pembangunan HTI dirancang dengan tujuan pokok mengoptimalkan
produktivitas
hutan
dalam
mendukung
kelanjutan
pemenuhan bahan baku industri kehutanan, membuka lapangan kerja, rehabilitasi lahan dan hutan, dan perbaikan kualitas
lingkungan alam.
Responsibilitas perusahaan adalah pada bidang lingkungan dan sosial. Pembangunan HTI meningkat dengan adanya skema Penyertaan Modal
Pemerintah
melalui
BUMN
Kehutanan,
kemudian
disusul
Kepmenhut No.345/Kpts-II/96 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Reboisasi dalam Rangka Penyertaan Modal Negara RI dan Pinjaman untuk Pembangunan HTI. Responsibilitas perusahaan HTI bertambah dan berfokus pada responsibilitas ekonomi dalam memasok bahan
baku
industri. Implikasinya perusahaan masuk dalam persaingan bisnis dan dituntut mempertahankan dan meningkatkan kemampulabaan melalui keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP) sebagai perusahan patungan antara Grup Barito Pacific dengan PT. Inhutani V dengan luas tanaman Acacia mangium 193.500 hektar. dengan industri pulp, PT. TEL), sebagai
Perusahaan ini dibangun terpadu
Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (PT.
pembeli tunggal produk PT. MHP berupa kayu.
Pada
tahun 2003 PT. MHP memproduksi sejumlah 2,4 juta m3 kayu pada luas penebangan 12,5 ribu hektar, dengan rataan produksi 188 m3/ha. Persaingan bisnis dalam industri pulp terletak pada level bahan baku industri pulp, yakni terfokus pada biaya produksi bahan baku pulp itu sendiri, yaitu kayu. Struktur biaya produksi pulp per metrik ton (empat terbesar) adalah bahan baku kayu 31%, depresiasi 21%, biaya tetap
pabrik 17%, dan energi 13%. Karenanya keunggulan kompetitif pada industri hutan tanaman akan sangat menentukan keunggulan kompetitif industri pulp dan kertas. Value chain pada perusahaan industri hutan tanaman (upstream) akan sangat menentukan value chain perusahaan industri pulp (middle stream) dan selanjutnya pada industri kertas (downstream). Keterkaitan ini membentuk suatu sistem nilai dan berdampak pada keunggulan kompetitif perusahaan-perusahaan yang masuk dalam sistem nilai tersebut.
Keunggulan kompetitif
suatu perusahaan bersumber pada
keunggulan biaya dan diferensiasi, dengan bentuk keunggulannya produk dan nilai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kompleksitas industri hutan tanaman dalam menyediakan bahan baku industri pulp, analisis seluruh aktivitas dan interaksinya beserta alokasi biaya dalam value chain perusahaan, analisis sumber dan bentuk keunggulan kompetitif guna menghadapi intensitas persaingan, serta analisis kebijakan kehutanan berkaitan dengan penyediaan bahan baku industri pulp. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus pada perusahan hutan tanaman PT.
MHP. Data primer
diperoleh dari hasil tinjauan lapang dan wawancara
yang mencakup
uraian aktivitas-aktivitas dalam value chain perusahaan, yang terdiri atas aktivitas pendukung dan primer. Data primer berasal dari Laporan Manajemen, lembaga Pemerintah dan swasta. Analisis biaya tiap aktivitas dihitung
untuk identifikasi alokasi biaya dalam pelaksanaan masing-
masing aktivitas. Analisis lingkungan industri dilakukan untuk mengetahui intensitas persaingan industri hutan tanaman dengan pengambilan sampel secara disengaja (purposive sampling).
Analisis kebijakan kehutanan untuk
mengetahui kebijakan industri kehutanan dan pasokan bahan baku industri tersebut. Dalam identifikasi mengenai kompleksitas industri hutan tanaman menunjukkan bahwa faktor kunci sukses industri ini terletak pada prinsip
menghasilkan produk secara lestari dalam jumlah, kualitas, waktu yang tepat, dan harga kompetitif.
Dalam operasionalnya PT. MHP memiliki
value chain yang terbagi menjadi dua aktivitas utama, yaitu : (1) Aktivitas Primer dan terbagi menjadi dua sub-aktivitas paling utama, yaitu : (a) Operasi, proses penyemaian benih tanaman hingga pemungutan hasil dalam waktu 8 tahun yang dilanjutkan kegiatan pemungutan hasil hutan, dan (b) Logistik Ke Luar, proses penyimpanan dan pengiriman kayu kepada industri pengolahan pulp,
(2) Aktivitas Pendukung terbagi
menjadi beberapa sub-aktivitas yang paling utama adalah perencanaan, penelitian dan pengembangan, community development, dan administrasi dan umum, serta sumberdaya manusia. Community development
sebagai bagian dari sub-aktivitas
infrastruktur perusahaan berperan penting dalam tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility), melalui kegiatan utama adalah
Membangun
Hutan
Bersama
Masyarakat
(MHBM)
dan
Membangun Hutan Rakyat (MHR). Penelitian dan pengembangan berperan sentral pada penelitian produktivitas tanaman dan diversifikasi produk untuk masa mendatang. Alokasi biaya aktivitas pendukung sebesar 19,9% dan aktivitas primer sebesar 80,1% dari total biaya operasional tiap tahun. Rincian alokasi biaya pada aktivitas pendukung adalah 96,2% untuk infrastruktur perusahaan, 2,1% untuk pengembangan sumberdaya manusia, dan 1,7% untuk pengembangan teknologi (riset dan pengembangan). Rincian alokasi biaya pada aktivitas primer adalah 66,4% untuk operasi dan 33,6% untuk logistik ke luar. Alokasi biaya untuk pemungutan hasil mencapai 26,6% dan transportasi mencapai 27,3% dari total biaya operasional perusahaan sebesar Rp 368.1 milyar (tahun 2003). Intensitas persaingan industri hutan tanaman umumnya tergolong lemah. Urutan intensitas persaingan dari yang tertinggi adalah kekuatan tawar menawar pembeli, persaingan antarperusahaan, ancaman produk substitusi, ancaman pendatang baru, dan kekuatan tawar menawar pemasok.
Membangun keunggulan kompetitif dapat dilakukan melalui beberapa strategi, yaitu : (1) unggul biaya dengan cara
melakukan
pekerjaan dengan biaya persentase paling rendah yang pernah dilakukan, dan (2) penataan rantai nilai, dilakukan dengan membangun strategic business unit bidang Pemungutan Hasil dan Transportasi. Potensi pengembangan industri hutan tanaman masih sangat besar karena kebutuhan kayu untuk industri pulp 3
m /tahun, padahal
mencapai 27,7 juta
suplai yang tersedia hanya 20,9 juta m3/tahun
(termasuk kayu impor 7,5 juta m3/tahun). Total defisit pasokan kayu sebenarnya mencapai 14,3 juta m3/tahun. Untuk memacu pembangunan industri hutan tanaman dibutuhkan kebijakan Pemerintah
dalam
kemudahan izin, deregulasi, perpajakan, serta skema pembiayaan dan suku bunga lebih lunak agar return on investment industri ini meningkat. Sebagai tindak lanjut beberapa strategi yang direkomendasikan, yang dapat dilakukan oleh PT. MHP, yaitu
: (1) perusahaan dapat
membangun keunggulan kompetitif, dalam bentuk keunggulan biaya, dengan cara
melakukan pekerjaan dengan biaya persentase paling
rendah yang pernah dilakukan, (2) perusahaan dapat membangun keunggulan kompetitif, dalam bentuk keunggulan produk dan biaya, dengan cara penataan rantai nilai melalui strategic business unit bidang Pemungutan Hasil dan Transportasi, perusahaan induk fokus pada produksi tanaman guna mencapai keunggulan produk dan biaya, dan (3) perlu penelitian mendalam mengenai pembiayaan industri hutan tanaman dalam hal tingkat suku bunga dan waktu pengembalian pinjaman yang wajar untuk dapat ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini berkaitan dengan rendahnya tingkat pengembalian investasi industri hutan tanaman. Faktor kelembagaan ini merupakan salah satu faktor penentu utama dalam keberhasilan pembangunan industri hutan tanaman. ___________________________________________________________
Kata kunci : keunggulan kompetitif, value chain, analisis lingkungan industri, analisis kebijakan kehutanan, analisis kesenjangan, PT. Musi Hutan Persada, industri hutan tanaman, industri pulp.