RINGKASAN
1.
Gambaran umum responden
1.1
Gambaran umum konsumen Dalam penelitian ditemukan bahwa 70 % konsumen berumur 20-29 tahun. Dari
persentase ini dapat diketahui bahwa jumlah konsumen dan tingkat konsumsi pakaian konsumen yang berumur sekitar 20-29 tahun paling tinggi. Loyalitas sebagian besar konsumen yang diteliti terhadap satu jenis pakaian sudah mencapai 1-5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa loyalitas konsumen terhadap satu jenis pakaian bisa mencapai lebih dari 10 tahun. Selain itu, sebagian besar konsumen yang diteliti adalah pelajar. Tabel 1: Jumlah konsumen pakaian produksi lokal dan China Konsumen Pakaian produksi lokal Jakarta
Pakaian produksi China
44%
56%
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah konsumen pakaian produksi China menempati 56 % jumlah keseluruhan konsumen yang diteliti. Hal ini menunjukkan jumlah dan minat konsumen terhadap pakaian tersebut lebih tinggi. Sebagian besar konsumen pakaian produksi China yang diteliti adalah karyawan dan wiraswasta yang berumur sekitar 20-29 tahun, selain itu mereka telah menggunakan pakaian ini selama 1-5 tahun. Konsumen pakaian produksi lokal yang diteliti sebagian besar adalah pelajar dan karyawan yang berumur sekitar 20-29 tahun dan mereka telah menggunakan pakaian produksi lokal lebih dari 10 tahun.
1.2
Gambaran umum pedagang Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58 % pedagang yang diteliti juga berumur
sekitar 20-29 tahun dan sebagian besar telah menjalankan bisnis pakaian selama 1-5 tahun. Tabel 2:Jumlah pedagang pakaian produksi lokal dan China Pedagang Pakaian produksi lokal Jakarta
Pakaian produksi China
45%
55%
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah pedagang yang menjual pakaian produksi China lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang yang menjual pakaian produksi lokal. Dari tabel 1 dan 2 dapat diketahui bahwa jumlah konsumen dan pedagang pakaian produksi China lebih banyak, selain itu pakaian ini lebih diminati dan tingkat jual belinya lebih tinggi. 2. 2.1
Analisa atribut pakaian produksi lokal Jakarta dan pakaian produksi China Analisa keadaan atribut pakaian produksi lokal Jakarta Atribut yang dimiliki oleh produk meliputi harga, kualitas, fitur (kemasan) dan
desain 12 . Berdasarkan pendapat 116 responden pedagang dan konsumen pakaian produksi lokal, keadaan atribut pakaian lokal sebagai berikut:
12
Ferrinadewi, Erna dan Didit Darmawan. (2004). Perilaku Konsumen: Analisis Model Keputusan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Tabel 3: Keadaan atribut pakaian produksi local
Murah Mahal Rata-rata/ Pasar
1.
Pakaian produksi lokal Jakarta Harga Kualitas ≤ Rp 40.000,00 Biasa Rp. 41.000,00-Rp 80.000,00 Baik ≤ Rp 40.000,00 Biasa
Fitur (kemasan) Biasa Biasa Biasa
Desain Biasa Manarik Biasa
Harga Harga pakaian produksi lokal yang termurah adalah ≤ Rp. 40.000,00 dan harga
yang termahal adalah Rp. 41.000,00-Rp 80.000,00. Harga pakaian yang paling banyak diperjual-belikan adalah pakaian yang harganya kurang dari Rp 40.000,00. Tingkat harga ini merupakan harga rata-rata atau harga pasar pakaian lokal. Menurut sebagian besar pedagang yang diteliti, harga pakaian lokal sedikit tinggi. Hal ini dikarenakan besarnya biaya produksi pakaian di Jakarta, mahalnya bahan dasar produksi pakaian dan besarnya biaya tenaga kerja. 2.
Kualitas Kualitas pakaian produksi lokal yang harganya ≤ Rp. 40.000,00 biasa saja,
sedangkan pakaian yang harganya Rp. 41.000,00-Rp. 80.000,00 kualitasnya baik. Dari sini dapat dilihat bahwa harga menentukan kualitas pakaian. Menurut pendapat para pedagang, produsen pakaian lokal masih belum dapat memproduksi pakaian yang berkualitas tinggi karena alat produksi pakaian di Jakarta kurang memadai, tingkat teknologi yang masih rendah, serta sumber daya manusia yang masih rendah dan kurang berpengalaman. 3.
Fitur (kemasan) Menurut para pedagang dan konsumen, pakaian produksi lokal baik yang harganya
mahal dan murah memiliki kemasan yang biasa saja dan tidak memiliki daya tarik.
Kemasan plastik yang digunakan lebih tipis dan mudah robek. Selain itu, tidak terdapat motif/gambar apapun pada kemasan. 4.
Desain Desain pakaian produksi lokal yang harganya ≤ Rp. 40.000,00 biasa saja,
sedangkan pakaian yang harganya Rp 41.000,00-Rp 80.000,00 desainnya menarik. Desain pakaian produksi lokal yang harganya < Rp. 40.000,00 kurang berkreasi dan bervariasi, desainnya tidak mengikuti perubahan trend mode internasional. 2.2
Analisa atribut pakaian produksi China Berdasarkan pendapat 144 responden pedagang dan konsumen pakaian China,
keadaan atribut pakaian produksi China sebagai berikut: Tabel 4: Keadaan atribut pakaian produksi China
Murah Mahal Rata-rata/pasar
1.
Pakaian produksi China Harga Kualitas ≤ Rp. 40.000,00 Baik > Rp. 120.000,00 Sangat Baik Rp 41.000,00-Rp. 80.000,00 Baik
Fitur (kemasan) Menarik Menarik Menarik
Desain Menarik Menarik Menarik
Harga Harga pakaian produksi China yang termurah adalah Rp. 40.000,00 dan pakaian
yang termahal lebih dari Rp. 120.000,00. Harga rata-rata/ harga pasar untuk pakaian produksi China adalah Rp. 41.000,00-Rp. 80.000,00. Walaupun pakaian produksi China merupakan pakaian impor, harganya tidak termasuk tinggi. Hal ini karena biaya produksi pakaian dan biaya tenaga kerja di China tidak tinggi, bahan dasar produksi pakaian murah dan banyak.
2.
Kualitas Kualitas pakaian produksi China yang harganya ≤ Rp. 40.000,00 baik, kualitas
pakaian produksi China yang harganya lebih dari Rp. 120.000,00 sangat baik dan kualitas pakaian yang harganya sekitar Rp. 41.000,00-Rp. 80.000,00 baik. Dari sini dapat diketahui bahwa kualitas rata-rata pakaian China baik. Pakaian produksi China memiliki kualitas yang baik karena alat produksi pakaian di China memadai, tingkat teknologinya tinggi, sumber daya manusia disana tinggi serta berpengalaman. 3.
Fitur (kemasan). Kemasan pakaian produksi China baik yang harganya mahal maupun murah
semuanya menarik. Kemasan plastik yang digunakan pakaian produksi China lebih kuat, lebih bermotif dan terkadang didalamnya ditambahkan lagi selembar kantong plastik. 4.
Desain Desain yang dimiliki pakaian produksi China yang harganya ≤ Rp. 40.000,00
sampai > Rp. 120.000,00 semuanya menarik. Menurut para pedagang dan konsumen yang diteliti, pakaian produksi China mengikuti perubahan tren mode internasional, lebih berkreasi dan bervariasi. 3.
Analisa keuntungan jual beli
3.1
Analisa keuntungan jual beli pakaian produksi lokal Jakarta Menurut Kotler dan Armstrong, 2001, manfaat yang ditawarkan produsen
dikomunikasikan melalui atribut produk13. Oleh karena itu, keuntungan yang didapatkan konsumen berupa 4 atribut pakaian dan keuntungan yang didapatkan pedagang berupa laba.
13
Ferrinadewi, Erna dan Didit Darmawan. (2004). Perilaku Konsumen: Analisis Model Keputusan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Dalam penelitian ditemukan bahwa keuntungan yang didapatkan oleh sebagian besar konsumen pakaian lokal hanya mencakup harga dan kualitasnya. Menurut mereka, harga pakaian lokal termasuk murah dan kualitasnya termasuk baik. Walaupun pakaian produksi lokal warnanya mudah pudar, ia tidak mudah rusak/robek, bahan dan polanya juga nyaman dipakai. Tabel 5:Laba pakaian produksi lokal Jakarta Laba Tertinggi Terendah Rata-rata
Pakaian produksi Lokal Jakarta ½ dari harga pakaian ¼ dari harga pakaian ¼ dari harga pakaian
Berdasarkan penelitian, keuntungan yang didapatkan sebagian besar pedagang pakaian produksi lokal yang tertinggi adalah ½ dari harga pakaian dan yang terendah adalah ¼ dari harga pakaian. Keuntungan rata-rata yang mereka dapatkan dari penjualan pakaian produksi lokal adalah ¼ dari harga pakaian. 3.2
Analisa keuntungan jual beli pakaian produksi China Menurut sebagian besar konsumen pakaian produksi China, keuntungan yang
mereka dapatkan mencakup keseluruhan atribut. Dalam segi harga, pakaian ini cukup murah. Dalam segi kualitas, warnanya tidak mudah pudar, tidak mudah rusak/ robek, bahan dan polanya juga nyaman dipakai. Dalam segi kemasan, desain dan bahan yang digunakan baik dan menarik. Dalam segi desain, pakaian produksi China mengikuti trend perubahan model pakaian internasional, modelnya memiliki daya kreasi dan bervariasi.
Tabel 6:Laba pakaian produksi China Laba Tertinggi Terendah Rata-rata
Pakaian produksi China 2 kali lipat harga pakaian ¼ dari harga pakaian ½ dari harga pakaian
Dalam penelitian ditemukan bahwa keuntungan yang didapatkan pedagang pakaian produksi China yang tertinggi dapat mencapai 2 kali lipat harga pakaian dan keuntungan terendah yang didapatkan adalah ¼ dari harga pakaian yang dijual. Keuntungan rata-rata yang mereka dapatkan dari penjualan pakaian produksi China adalah ½ dari harga pakaian. 4.
Analisa faktor yang mempengaruhi pembelian
4.1
Analisa faktor tingkat konsumsi 51 % konsumen dan pedagang yang diteliti berpendapat bahwa sebagian besar
konsumen memiliki tingkat konsumsi menengah. Faktor penting yang mempengaruhi tingkat konsumsi konsumen yaitu14: 1.
Gaya hidup/ kebiasaan. Sebagian besar konsumen yang diteliti dalam waktu 1-3 bulan membeli pakaian
sekali. Dari jangka waktu ini dapat diketahui bahwa frekuensi pembelian pakaian dan tingkat konsumsi sebagian besar konsumen sedang. 2.
Pendapatan dan pengeluaran Dalam penelitian ditemukan bahwa pengeluaran sebagian besar konsumen yang
diteliti dalam waktu sebulan diluar biaya kebutuhan sehari-hari adalah Rp400.000,00-Rp 800.000,00, sedangkan pengeluaran mereka untuk berbelanja pakaian sebesar Rp
14
Ritongga, Dkk. (2004). Ekonomi SMA. Jakarta : Erlangga.
100.000,00-Rp 400.000,00. Dari jumlah pengeluaran tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengeluaran konsumen yang diteliti sedang. Tingkat pengeluaran konsumen menunjukkan tingkat pendapatannya. Karena tingkat pengeluaran dan pendapatan konsumen sedang, maka tingkat konsumsi mereka juga sedang. 3.
Lingkungan hidup. Penelitian menunjukkan bahwa 72 % konsumen yang diteliti suka berbelanja
pakaian dan orang-orang disekitar mereka juga suka berbelanja pakaian. Karena sebagian besar konsumen yang diteliti memiliki tingkat konsumsi menengah, maka orang-orang disekitar mereka juga memiliki tingkat konsumsi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan lingkungan sekitar dengan tingkat konsumsi konsumen sangat erat. 4.
Mengikuti mode Menurut pendapat sebagian besar pedagang yang diteliti, dalam waktu 2-3 bulan
terjadi perubahan trend mode pakaian. Hasil penelitian menunjukkan 61 % konsumen yang diteliti suka mengikuti perubahan trend mode pakaian. Dari sini dapat diketahui bahwa konsumen yang suka mengikuti perubahan trend mode membeli pakaian setiap 23 bulan sekali. Selain itu, dari jangka waktu tersebut dapat diketahui bahwa frekuensi pembelian pakaian dan tingkat konsumsi sebagian besar konsumen yang diteliti sedang.
4.2
Analisa faktor permintaan
Gambar 1: Permintaan pakaian produksi lokal Jakarta Sangat tinggi Kurang 3% Tinggi 8% 19%
Gambar 2: Permintaan pakaian produksi China Kurang 3%
Sangat tinggi Tinggi Sedang
Sedang 70%
Kurang
Sedang 31%
Sangat tinggi 3%
Sangat tinggi Tinggi
Tinggi 63%
Sedang Kurang
Diantara 59 orang pedagang pakaian produksi lokal yang diteliti, 70 % pedagang berpendapat bahwa permintaan pakaian produksi lokal sedang. Diantara 71 orang pedagang pakaian produksi China yang diteliti, 63 % pedagang berpendapat bahwa permintaan pakaian produksi China tinggi. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan pakaian produksi China lebih tinggi daripada permintaan pakaian produksi lokal. Permintaan konsumen terhadap pakaian kadang meningkat, kadang menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penting, yaitu15: 1.
Tingkat kebutuhan 92 % konsumen yang diteliti berpendapat bahwa pakaian merupakan salah satu
benda kebutuhan yang penting. Dari sini dapat diketahui bahwa kebutuhan akan pakaian bersifat mendesak. Oleh karena itu, permintaan konsumen terhadap pakaian akan meningkat.
15
Purnastuti, Lusina dan Rr. Indah Mustikawati. (2007). Ekonomi untuk SMA Kelas X. Jakarta : PT Grasindo.
2.
Pendapatan konsumen Karena sebagian besar konsumen yang diteliti memiliki tingkat konsumsi
menengah, maka dapat diketahui tingkat pendapatan dan daya beli mereka sedang. Sebagian besar pedagang yang diteliti perpendapat bahwa saat menjelang hari raya permintaan konsumen meningkat. Hal ini disebabkan karena meningkatnya pendapatan mereka saat itu. Dari sini dapat diketahui bahwa keadaan pendapatan konsumen mempengaruhi jumlah permintaan. 3.
Selera konsumen Dalam penelitian ditemukan bahwa permintaan konsumen meningkat saat terjadi
perubahan tren mode pakaian. Karena pakaian produksi China lebih mengikuti tren mode pakaian, sebagian besar konsumen yang diteliti beralih menggunakan atau membeli pakaian produksi China. Oleh karena itu, permintaan pakaian produksi China meningkat dan permintaan pakaian produksi lokal menurun. 4.
Barang substitusi 90 % konsumen yang diteliti pernah membeli/ menggunakan pakaian produksi
lokal. Menurut mereka keuntungan yang diberikan oleh pakaian produksi lokal sangat sedikit. Karena keuntungan yang diberikan oleh pakaian produksi China lebih banyak, maka permintaannya meningkat, sedangkan permintaan pakaian lokal menurun. Munculnya pakaian produksi China sebagai barang substitusi menggantikan keberadaan pakaian produksi lokal.
5.
Analisa faktor penawaran Dari jumlah permintaan konsumen, jumlah pedagang dan keuntungan yang
didapatkan, dapat diketahui bahwa penawaran pakaian produksi China lebih tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu16: 1.
Modal Menurut sebagian besar pedagang pakaian produksi lokal dan pedagang pakaian
produksi China yang diteliti, modal kedua jenis pakaian tersebut besar. Karena modal kedua pakaian tersebut sama, minat dan permintaan konsumen terhadap pakaian produksi China lebih tinggi, maka banyak pedagang beralih menjual pakaian produksi China. Hal ini menyebabkan permintaan pakaian produksi China meningkat, sedangkan permintaan pakaian produksi lokal menurun. 2.
Harga pasar Berdasarkan hasil penelitian, harga pasar pakaian produksi lokal cukup tinggi,
sedangkan harga pasar pakaian produksi China tinggi. Menurut hukum penawaran, semakin tinggi harga pasar suatu produk, jumlah penawaran produk tersebut semalin meningkat17. Karena harga pasar pakaian produksi China lebih tinggi, maka kesediaan pedagang untuk menawarkannya lebih tinggi. 3.
Ekspektasi pedagang Persaingan antara pakaian produksi lokal dengan pakaian produksi China saat ini
sangat ketat. Menurut sebagian besar pedagang pakaian produksi China yang pernah menjual pakaian produksi lokal, daya saing pakaian produksi lokal kurang kuat, permintaannya tidak terlalu tinggi dan jumlah pedagangnya banyak. Menurut mereka, 16 17
Sukwiaty, Dra. Dan Drs. H. Sudirman Jamal. (2006). Ekonomi SMA Kelas X. Yogyakarta : Yudhistira. Ritongga, Dkk. (2004). Ekonomi SMA. Jakarta : Erlangga.
pakaian produksi China memiliki daya saing yang lebih kuat dan permintaannya juga lebih tinggi. Walaupun jumlah pedagang pakaian produksi China juga banyak, akan tetapi sebagian pedagang yang diteliti yakin bahwa atribut yang dimiliki pakaian produksi lokal dapat mengalahkan persaingan. Oleh karena itu, banyak pedagang yang beralih menjual pakaian produksi China dan jumlah penawaran pakaian ini meningkat. 4.
Keuntungan yang diharapkan Sebagian besar pedagang yang diteliti memiliki target penjualan lebih dari Rp
700.000,00/ hari. Menurut pendapat sebagian besar pedagang pakaian lokal, keuntungan yang mereka dapatkan hanya terhitung cukup dan sulit untuk melebihi taget penjualan. Berdasarkan pendapat pedagang pakaian produksi China yang pernah menjual pakaian produsi lokal, keuntungan yang didapatkan dari penjualan pakaian produksi lokal lebih besar dan penjualannya lebih mudah. Menurut mereka, menjual pakaian produksi China lebih memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan melebihi target penjualan. Hal ini menyebabkan jumlah penawaran pakaian China meningkat.