JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
Revitalisasi Kawasan Koridor Kalimas Timur ( Studi Kasus Rancang : Area Syahbandar ) Puteri Wara Sabrina, dan Ir. H Andy Mappajaya, MT Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak — Kawasan Koridor Kalimas Timur merupakan sebuah kawasan bersejarah di Surabaya yang masih dalam satu wilayah dengan kawasan bersejarah lainnya. Seperti Kya – kya Kembang Jepun, Jembatan Merah, Jl. Rajawali, Jembatan Pete‘an dan Lainnya. Di dalam Kawasan Koridor Kalimas Timur terdapat bangunan yang masih banyak meninggalkan ciri khas arsitektur pada jaman dahulu. Selain menjadi tempat terpenting pada tahun 18an – 19an, yaitu sebagai Pelabuhan Kalimas. Saat ini Kawasan Koridor Kalimas Timur juga masih menjadi tempat yang penting bagi sekitarnya karena masih adanya kegiatan jual beli dan angkut barang. Tidak jauh berbeda dengan yang dulu, namun keadaan yang berbeda saat ini terdapat pada titik keramaian yang terjadi. Hanya disekitar area pasar pabean. Sedangkan area yang bedekatan dengan bangunan Syahbandar tidak terlihat keramaian seperti area yang lain. Melihat dari karakter kawasan yang ada serta bagaimana letaknya yang menjadi titik tersibuk pada jaman dulu, maka penulis melihat adanya potensi untuk merevitalisasi area tersebut dan mengembangkannya menjadi area wisata yang bertujuan untuk menarik masyarakat melakukan kegiatan rekreasi, penduduk setempat melakukan jual beli, dan terpeliharanya bangunan sekitar. Khususnya Syahbandar yang telah menjadi saksi kesibukan pelabuhan pada jaman dulu.
Area Terfokus JMP
Taman Jayangrono Jembatan Merah Gambar : Lokasi Koridor Kalimas Timur ( Area Terfokus )
Kata Kunci : Revitalisasi, Kalimas, Kawasan, Koridor, Kalimas Timur, Wisata, Surabaya I. PENDAHULUAN Surabaya kota terbesar dan terpadat kedua setelah Jakarta, dengan populasi kependudukan mencapai 3 juta jiwa. Masyarakat yang tinggal di Surabaya tidak hanya berras atau dari suku Jawa saja, namun terdapat suku – suku yang lain. Diantaranya terdapat suku Madura (7.5 %), Tionghoa (7.25%), dan Arab (2.04%). Walaupun berbeda suku, masyarakat Surabaya dapat hidup berdampingan tanpa menyinggung satu sama lain. Selain itu, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang
Gambar : Diagram pola pikir Tema
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
2
sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Dengan perkembangan yang begitu cepat. Surabaya berdiri dengan gagah, tak mau kalah dengan Jakarta. Gedung pencakar langit tersebar di Surabaya. Mall, mix-used building semakin mudah ditemui di Surabaya pada saat ini. Terlebih dengan slogan pembangunan 1000 tower di Surabaya. Hal yang menjanjikan tampak di depan mata. Para invenstor bersaing menaruh asetnya di kota ke-dua terbesar setelah Jakarta. Pembangunan gedung – gedung tinggi tak cukup hanya di Surabaya bagian barat, investor perlahan – lahan mulai melirik kawasan kota lama untuk di jarah. Daerah jalan koridor Embong Malang salah satunya, hampir seluruhnya berubah menjadi wajah baru bagi Surabaya. Bangunan lama yang menghiasi sisi kanan dan kiri koridor habis di rampok oleh investor. Disulap menjadi mall, hotel dan tempat kesenangan lainnya. ‗Memanjakan‘ masyarakat Surabaya untuk terus berperilaku konsumtif. ― Museum Pers tidak lama lagi akan rubuh,‖ salah satu cuplikan dari artikel protocol.com. Yang dalam pembahasannya menyinggung tentang perilaku investor yang ‗sengaja‘ merubuhkan bangunan cagar budaya tersebut dengan pembangunan perluasan Tunjungan Plaza Mall. Ada hal yang tidak boleh dilupakan, kekhasan atau jati diri sebuah kota ditentukan oleh bagaimana kita memberikan posisi yang pas terhadap bangunan lama dalam kaitan dengan perkembangan kota. Tanpa bangunan lama, kota tak punya arti bagi warganya, tidak menyimpan ingatan dan nostalgia yang tak mudah diganti oleh unsure lainnya. Tapi juga harus diingat secara tegas, sekali sebuah bangunan (lama) dibongkar, untuk selamanya warga akan kehilangan. II. KAJIAN TEORI Dalam proses eksplorasi tema spirit of the time dalam rancangan, perancang menggunakan metode pendekatan Simbiosis oleh Kisho Kurokawa, yang menjelaskan penggunan masa lalu dan masa kini pada sebuah rancangan. Disebutkan bahwa sebuah kota yang modern adalah dimana gedung baru dan kawasan lama dilestarikan. Metode ini dipilih karena tema yang digunakan menceritakan bagaimana kekuatan sebuah waktu ‗berbicara‘ tentang ‗masanya‘ melalui bangunan dan lain sebagainya. Di sini perancang ingin menunjukkan sebuah proses kota bercerita. Dari bangunan lama ke bangunan baru. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi.
Gambar : Foto Kondisi Eksisting
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
Revitalisasi merupakan rangkaian proses konservasi. Menurut Eko Budiharjo, konservasi mencakup proses kegiatan mulai preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi (upaya mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai, tanpa menuntut perubahan drastic). Sedangkan pengertian konservasi sendiri berlainan menurut masing – masing nara sumber :
3
Gambar : Area Pemetaan
1. Konservasi adalah segenap proses pengolahan tempat agar makna, cultural yang terkandung terpelihara dengan baik ( Muhammad Danisworo, 1989 ). 2. Konservasi adalah semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat guna mempertahankan suatu wilayah kulturnya. Mencakup semua kegiatan pemeliharaan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat ( Burra Carter, 1981 ).
Gambar : Area Pemetaan u/ Kondisi bangunan
3. Konservasi tidak hanya berhubungan dengan struktur atau tempat bersejarah, namun dalam pandangan yang lebih luas, juga berarti pertimbangan untuk keseluruhan dan tempat yang ada, baik sementara maupun permanen. Hal ini tidak berarti semuanya dipertahankan, namun lebih melihat nilai atau potensi yang ada baik sisi ekonomis maupun budaya ( Hamid Shirvani, 1985 ). 4. Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan suatu lingkungan binaan sedemikian rupa, sehingga makna lingkungan tersebut dapat dipertahankan, mengefisiensikan penggunaannya dan mengatur arah perkembangannya di masa mendatang. ( Sidharta dan Budiharjo, 1989 ). Aryani mengatakan bahwa suatu kawasan dapat dikatakan sebagai tempat wisata jika memenuhi aspek – aspek berikut : 1. Something to see ; artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan daerah itu harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. 2. Something to do ; artinya ditempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan berbagaia fasilitas yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama ditempat itu. 3. Something to buy ; artinya ditempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping) terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal. 4. How to arrive ; termasuk didalamnya aksesibilitas, yaitu bagaimana wisatawan mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ditempat wisata itu. 5. How to stay ; artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara waktu selama ia berlibur di objek wisata itu. Untuk itu diperlukan adanya penginapan – penginapan baik hotel, losmen dan sebagainya. III. EKSPLORASI RANCANG Penggunaan tema spirit of the time pada rancangan ditunjukkan melalui adanya peletakkan bangunan baru sebagai background bangunan lama untuk memperjelas, mempertegas keberadaan bangunan lama yang ada pada koridor.
Gambar : Area Pemetaan u/ fungsi bangunan
Gambar : Area Pemetaan u/ kepemilikan bangunan
Gambar : Area Pemetaan u/ jumlah lantai pada bangunan
Gambar : Konsep Makro
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
4
Letak bangunan lama terfokus pada rancangan adalah Area Syahbandar yang mana pada area tersebut terdapat bangunan lama berupa menara yang telah berdiri sejak tahun 1820an hingga saat ini. Yang berfungsi sebagai menara pengawas kegiatan di pelabuhan kalimas lama. Selain itu, kondisi tiap bangunan yang berada di area terfokus tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, kondisi tiap bangunan masih bagus tidak memerlukan Gambar : Konsep Mikro pemugaran besar – besaran, dan karakter tiap bangunan berbeda. Hal ini yang membuat perancang memilih area syahbandar menjadi area terfokus untuk di rancang lebih detail dan diharapkan menjadi pemicu untuk area lain dikembangkan. Proses Revitalisasi pada koridor melalui beberapa tahap : yaitu, 1. Survey lokasi, 2. Pendataan / Pemetaan, 3. Pengelompokkan area. Terdapat 2 konsep yang ada pada rancangan ini, Konsep Makro dan Konsep Mikro. Yang Gambar : Konsep Mikro | Sirkulasi mana Konsep Makro menjelaskan Kawasan secara keseluruhan dengan panjang 1.4 km dan Konsep Mikro menjelaskan area terfokus yang berada di area syahbandar. IV. HASIL RANCANG Konsep Makro pada kawasan koridor kalimas timur sepanjang 1.4km menghadirkan beberapa titik tuju. Diantaranya sebagai berikut: 1. Sebagai plaza penerima. Meeting point dan start point perjalananan. Fasilitas yang ada berupa tourist information dan parkir bersama. Serta persewaan sepeda onthel bagi yang ingin menyewa. 2. Area Syahbandar yang akan mengalami revitalisasi. Sebagai pemicu / sebagai contoh untuk area yang lain. Berfungsi sebagai gallery indoor dan gallery outdoor., open space untuk pagelaran seni. wisata kuliner yang berupa Street café dan restaurant. 3. Ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai taman dan tempat bermain. Untuk di setiap 200-300m terdapat taman yang berfungsi sebagai area perisitirahatan. Serta Promenade yang menjadi pembatas antara sungai Kalimas dengan koridor jalan. 4. Rencana pemerintah dalam Visioning of Surabaya Plan, akan membuat pemukiman, perkantoran di area tersebut.
Gambar : SITEPLAN
Untuk menikmati koridor sepanjang 1.4 km, pengunjung dapat menggunakan fasilitas yang disediakan, Gambar : TAMPAK UTARA misalnya dengan bersepeda. Atau bisa juga dengan menggunakan becak, dan jalan kaki. Pada tiap 200 – 300m terdapat ruang terbuka hijau untuk beristirahat dan memarkir sepeda. Jadi jika pengunjung sudah tidak ingin menikmati koridor dengan sepeda, dapat menitipkannya di tiap – tiap ruang terbuka Gambar : TAMPAK BARAT hijau yang ada.
Gambar : LAYOUT PLAN
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
5
Sedangkan pada konep mikronya, terdapat di area syahbandar. Yang menjadi pemicu untuk area lainnya berkembang. Menjadikan area syahbandar sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat, dengan melalui wisata perdagangan, wisata sejarah, dan wisata air. Pengunjung yang datang dapat mencapai area syahbandar melalui 3 rute. Rute dari Jembatan Merah, Kalimas, Dan Jl. Kalimas Udik. V. KESIMPULAN Koridor Kalimas Timur telah memiliki syarat – syarat untuk dijadikan tempat wisata. Seperti ada hal yang dapat dilihat berupa bangunan lama dan kegiatan masyarakat setempat, ada sesuatu yang dapat dibeli, akses yang mudah, dan adanya tempat penginapan yang berada dibangunan lama. Pemanfaatan kembali bangunan lama dengan memberikan suntikan bangunan baru menjadi daya tarik tersendiri dan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengajak masyarakat sekitar memelihara bangunan dengan cara mengikutsertakan mereka secara langsung.
Gambar : PRESPEKTIF
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis P.W.S menyampaikan terima kasih pada Allah S.W.T;segenap keluarga penulis;Ir. H. Andy Mappajaya, MT, selaku dosen pembimbing;Ir. M.Salatoen, MT selaku dosen koordinator mata kuliah Tugas Akhir;Ir. Rullan Nirwansyah, MT; Ir. Rullan Nirwansyah, MT; Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti, NE., MT., Angger Suks, ST, MT selaku dosen penguji Tugas Akhir penulis; Penulis menyampaikan terima kasih atas semua doa, dukungan dan bantuan yang diberikan selama proses pengerjaan Tugas Akhir ini.
Gambar : Sequence 1
DAFTAR PUSTAKA 1. Sabrina, Puteri Wara. Seminar Arsitektur, Revitalisasi Kawasan Koridor Kalimas Timur Sebagai Objek Wisata ( Studi Kasus Rancang : Area Syahbandar )
Gambar : Sequence 2
2. Neufert, Ernest.1980. Architect’s Data Second (International) English Edition.Granada Publishing.
Gambar : Sequence 3