Penataan Kawasan Hunian Nelaya di Pantai Surabaya (Studi Kasus: Pantai Surabaya Timur) T. Ratna D Staf Pengajar Fakultas Teknik Prodi Arsitektur Unika Darma Cendika Jl. Semolowaru Surabaya
Abstract: In management of the fisherment settlement zone in the coast of Surabaya Timur, it was needed pay attention some supported aspects, such as: habits of the fishermnts as a potential factor to be kept, an economical and environmental value in the zone, strategic primary element which can be developed. In the case of revitalisation of the zone, it was needed potential factors to be concerned so that integrated planning can be done integrated and optimal. Keywords: management of the zone, revitalization of the zone.
PENDAHULUAN Perkembangan Wilayah Kota Surabaya merupakan pusat pembangunan daerah di sebelah timur dan utara Indonesia, maka tujuan dan sasaran pembangunan diarahkan pada peningkatan taraf hidup warganya dan pengembangan kota di bidang INDAMARDI GASPAR (Industri, Perdagangan, Maritim, Pendidikan, Garnisun, Pariwisata). Adapun sasaran pembangunannya diarahkan pada terpenuhinya “ karya, wisma, marga, suka dan wiyata “. Lahan di kota Surabaya tidak seluruhnya dimanfaatkan untuk perkotaan tetapi sebagian masih untuk tambak, hutan pantai dan rural. Menurut data wilayah Pembantu Walikota Surabaya Timur, penggunaan lahan untuk perumahan terbesar berada di wilayah kota lamanya (41,43%), tetapi sebagian besar tanahnya berupa tambak, pedesaan yang tidak teratur dan kawasan pantai (sekitar 52,07%). Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan kota Surabaya masih bersifat dualisme yaitu urban dan rural. Kenyataan ini tidak terlepas dari kondisi topografi Surabaya yang di bagian barat berbukit dan di bagian timur merupakan pantai sehingga perkembangannya mengarah sumbu utara – selatan mengikuti aliran Kali Mas. Dengan adanya kepadatan kota maka Pemerintah Kota menetapkan strategi pembangunan dengan program renewal/peremajaan di pusat kota dan pengembangan wilayah di bagian barat dan timur Surabaya. Sesudah Perang Dunia II kota-kota di dunia termasuk Indonesia mulai berbenah diri dan kehidupan di kota mulai tertib teratur dan aman sehingga memberikan harapan bagi para pencari kerja untuk hidup di kota. Para pendatang yang berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda, memasuki kota sebagai kaum urbanis yang menempati sudut-sudut kota yang mungkin untuk didiami, termasuk mereka yang berprofesi sebagai nelayan yang bergabung di Pantai Timur Surabaya. Surabaya sebagai pusat pengembangan dalam lingkup nasional maupun regional di Jawa Timur, harus mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana kotanya ke arah kota metropolitan, tidak terkecuali kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai kawasan studi. Kedudukan kawasan studi yang merupakan lingkup permukiman nelayan, bila ditinjau terhadap struktur tata ruang kota, intensitas sarana dan prasarana lingkungan kota jauh dari
75
memadai sehingga perlu adanya pembenahan dan penyempurnaan. Untuk itulah perlu dilakukan pengamatan karakteristik kependudukan yang meliputi demografi, tingkat perekonomian dan sosial budayanya. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap kondisi penggunaan lahan, kependudukan, kondisi bangunan serta aspek pembiayaan yang memungkinkan. Lokasi kawasan studi terletak di Pantai Timur Surabaya tepatnya di Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak, Pantai Kenjeran Lama dan Temporejo Kalisari Kenjeran (Gambar 1). Di kawasan termaksud terdapat kelompok perumahan nelayan yang tatanan dan kondisi fisiknya tidak memenuhi syarat sebagai suatu hunian yang baik dan sehat. Keadaan ini diperparah dengan kurangnya sarana dan prasarana lingkungan sehingga lokasi tampak semrawut dan kotor. Para nelayan yang menghuni kawasan ini berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur seperti Lamongan, Jember, Banyuwangi, Blitar, Madiun, Probolinggo dan Madura. Para nelayan ini biasanya hidup berkelompok dengan membawa gaya hidupnya masing-masing. Mata pencaharian sebagai nelayan mencari binatang laut yang hidup di pantai seperti kupang dan kerang-kerangan. Pekerjaan yang dilakukan umumnya berkelompok sebagai aplikasi dari rasa kegotongroyongan yang kuat. Mengamati lokasi hunian nelayan yang masih memungkinkan ditata kembali (lahan masih mencukupi), di samping kedekatannya dengan tempat kerja nelayan (laut dan pantai); maka keberadaan hunian, sebagian masih bisa dipertahankan, namun tetap perlu direnovasi agar layak sebagai tempat tinggal (Turner et al. 1971). Di dalam menjaga keberlanjutan eksistensi hunian nelayan, perlu adanya penyuluhan pihak Pemerintah tentang teknologi sederhana bagi pembangunan; sehingga warga nelayan mampu memperbaiki dan mengembangkan bangunan huniannya sendiri secara mandiri. Peluang-peluang untuk mendapatkan dana segar dengan bunga rendah/ekonomi kerakyata, bagi para nelayan perlu penyuluhan yang tepat dan mengikuti pola masyarakat yang ada oleh pihak pemerintah/swasta. Kawasan Pantai menjadi satu kesatuan dengan hunian nelayannya, yang secara keseluruhan merupakan aset pariwisata yang mempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah daerah, karenanya perlu diperhatikan keutuhan, keseimbangan, dan kelestariannya antara manusia/nelayan dengan rumah, alam sekitar/lingkungan, sehingga dapat berlangsung secara dinamis dan berkelanjutan (Silas, 1993).
METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data meliputi: (a) Studi Pustaka: mempelajari konsep/teori yang telah dilakukan oleh pakar terdahulu, sehubungan dengan permasalahan di lapangan yang berkesesuaian. (b) Observasi dan dokumentasi: guna mendapatkan gambaran yang tepat di lapangan, perlu dilakukan pengamatan secara langsung dan mendokumentasikan secara berurutan selanjutnya dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh. (c) Teknik analisis data: untuk data kualitatif, analisis dengan memanfaatkan teori yang ada, dengan mengembangkan cara berpikir deduktif-induktif (umum-khusus). (d) Untuk data kuantitatif, analisis dengan memanfaatkan data lapangan dan wawancara dengan para nelayan dan tokoh masyarakatnya. (e) Selanjutnya dari analisis di atas dihasilkan konsep terpilih yang ditransformasikan ke tahap perancangan yang sekaligus merupakan alternatif pemecahan masalah di lapangan (Gambar 1).
76
Neptunus, Vol. 15, No. 1, Juli 2008: 75 - 82
(a) Temporejo Kalisari Kenjeran
(c) Kelurahan Kenjeran Kec. Bulak
(b) Jalan Pantai Kenjeran Lama
(d) Posisi relatif ketiga lokasi hunian nelayan pantai timur Surabaya
Gambar 1. Lokasi hunian nelayan di kawasan Kenjeran pantai timur Surabaya
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Demografis Sebagai masyarakat nelayan yang berasal dari berbagai daerah di luar Surabaya, tingkat kekompakannya cukup baik, yakni antar keluarga saling menunjang kebutuhan keluarga. Satu keluarga, memiliki banyak anak (5-8 orang), sehingga dengan perekonomian yang pas-pasan/ minim, tingkat pendidikan yang bisa ditempuh hanyalah sebatas SD/SMP saja. Kondisi ini kemungkinan dipicu oleh hiburan yang kurang bisa dinikmati oleh para nelayan, kurangnya penyuluhan dan adanya kecenderungan kawin pada usia muda.
Penataan Hunia Nelayan di Pantai .............................................................
77
Pengamatan Ekonomi Sebagai masyarakat nelayan, di dalam mencari tangkapan ikan di laut sangat bergantung pada musim setiap tahunnya. Kesempatannya hanya pada Januari, Februari, Maret, April, September, Oktober, November dan Desember, sedangkan Mei, Juni, Juli dan Agustus perolehannya sangat minim. Dengan adanya kondisi yang tidak menentu para nelayan selalu menyisihkan dana yang diperoleh untuk keperluan pada masa paceklik agar kebutuhan tetap bisa terpenuhi dengan baik. Bagi para istri nelayan dan anak-anak, membantu memperoleh tambahan dana dari mencari nener, kerang-kerangan di saat air surut dengan menggunakan papan luncur yang dikayuh dengan kaki/tangan, selain itu juga dari berjualan keperluan sehari-hari seperti sabun, odol, rinso, makanan kecil, es lilin dan sebagainya. Di kawasan studi masih terdapat tambak-tambak milik swasta yang pengelolaannya dilakukan oleh penduduk setempat dengan kontrol pihak pemiliknya secara berkala dan saat panen ikan. Lokasi Nelayan I
Lokasi Nelayan II
Lokasi Nelayan III
Literatur
Studi Lokasi
Data ga bungan
Studi Pustaka
Analisis
Internet
Peraturan Pemerintah
Konsep Terpilih Gambar 2. Alur pola pikir Pengamatan Kondisi Sosial Budaya Sebagai masyarakat dengan latar belakang pedesaaan, maka ciri masyarakat rural sangat mewarnai kehidupan warga seperti guyub, akrab, gotong royong serta ngrumpi. Segi positif dari karakter sosial budaya masyarakat nelayan, mereka saling membantu dalam segi apapun (berhutang, memperbaiki rumah dan bahkan budaya barter masih berlaku disini). Keakraban inilah juga menyebabkan terbentuknya pengelompokan pemukiman (yang masih bersaudara), yang membawa dampak positif (mudah berkomunikasi) dan negatif (mudah konflik, tatanan lingkungannya menjadi tidak teratur/kotor). Pengamatan Kondisi Lingkungan Kesan kumuh disebabkan oleh beberapa faktor: (a) Karakter sosial budaya rural (guyub, akrab, mengelompok), (b) Pendidikan yang minim (maksimal SD/SMP sehingga kurang memahami arti kebersihan lingkungan), (c) Kurangnya penyuluhan tentang pentingnya kesehatan,
78
Neptunus, Vol. 15, No. 1, Juli 2008: 75 - 82
(d) Banyak anak (5-8 orang anak/keluarga) karena kurangnya hiburan dan penyuluhan tentang, (e) Keluarga Berencana sehingga kondisi rumah yang memang sudah sempit menjadi lebih sesak lagi, (f) Minimnya ekonomi menyebabkan kondisi rumah tinggal menjadi tidak terpelihara dengan baik. Selanjutnya data-data tersebut di atas dipakai sebagai titik tolak dalam membahas butirbutir berikut: (a) Merumuskan jenis kebijaksanaan bagi pengembangan masyarakat yang tepat sasaran, (b) Mencari jalan keluar meningkatkan ekonomi masyarakatnya dengan bentuk kerja sama antara Pemda – Swasta – Masyarakat (tiga sendi penunjang perekonomian), (c) Menghindarkan dampak negatif akibat pengembangan kawasan, (d) Memanfaatkan potensi yang ada untuk dikembangkan sesuai master plan, (e) Memperkirakan strategi pencapaian ke lokasi dengan melihat pengembangan kota sesuai master plan. Kawasan studi terletak di pantai Surabaya Timur. Kawasan studi ini merupakan daerah permukiman bagi nelayan yang pekerjaannya sebagai nelayan aktif (menangkap ikan) di laut. Strategi dasar pembangunan perumahan dan permukiman yang relevan dengan permukiman nelayan di Pantai Surabaya Timur antara lain: (a) Perbaikan perumahan dan permukiman melalui kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang ada dihubungkan dengan kondisi yang memang ada di kota, (b) Pengadaan perumahan dan permukiman dengan prioritas bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang berlokasi di pantai, (c) Pengembangan perumahan dan permukiman secara terpadu antar sektor terkait, (d) Pelestarian sumber daya alam yang ada untuk peningkatan penghasilan masyarakat nelayan, (e) Perkiraan strategi pencapaian yang akan diambil disesuaikan dengan jenis program yang mendukung. Pokok-pokok kebijakan sektor perumahan dan pemukiman dikaitkan dengan wilayah studi: (a) Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilaksanakan dengan pendekatan sektoral dan terpadu, (b) Peran Pemerintah adalah sebagai pendorong untuk wilayah yang sudah berkembang dan sebagai penyedia bantuan untuk wilayah yang kurang berkembang, (c) Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan perekonomian rakyat dan memperluas lapangan kerja melalui industri konstruksi jasa serta bahan bangunan, (e) Pembangunan perumahan diarahkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, (f) Acuan standar perumahan dan pemukiman yang layak huni harus dipakai di dalam pembangunan perumahan dan pemukiman masyarakat berpenghasilan rendah, (g) Pembangunan perumahan dan pemukiman harus mengacu pada konsep pembangunan yang bertumpu pada masyarakat, (h) Pendekatan pembangunan melalui pembangunan kawasan siap bangun dan kota baru yang dilakukan secara terpadu, (i) Pembangunan harus mendukung strategi pengembangan pola tata ruang, (j) Pembiayaan pembangunan perumahan dan pemukiman melalui penyerapan dana koperasi, usaha negara dan swasta. (k) Pembangunan perumahan dan pemukiman di kawasan tertentu akan dilaksanakan melalui pembangunan berskala besar untuk Kasiba (Kawasan Siap Bangun), (l) Peningkatan peran serta masyarakat melalui pembinaan, penyuluhan dan lain-lain (seperti pemeliharaan lingkungan, koperasi, keluarga berencana, teknologi sederhana), (m) Dalam pembangunan perumahan, peran otonomi daerah perlu ditingkatkan, (n) Manajemen Sumber Daya Alam perlu ditingkatkan melalui penyuluhan dan pelayanan informasi (seperti informasi pengelolaan air bersih, informasi pengawetan ikan secara benar, informasi penanggulangan bahaya di pantai). Upaya pengembangan kawasan studi di dalam pengembangan suatu kawasan tidak bisa dilepaskan dari sistem yang tercantum dalam pokok-pokok master plan Surabaya 2000 yang ada korelasi dengan kawasan studi. Dalam Evaluasi II Master Plan Surabaya 2000 Kota Surabaya yang akan dikembangkan sesuai fungsi Kota INDAMARDI. Untuk mewujutkan hal tersebut dilakukan penyebaran pusat-pusat kegiatan secara merata ke kawasan pengembangan baru di pinggiran kota menurut hirarki unit - unit pengembangan program perencanaan perkotaan yang terpadu. Kebijaksanaan penggunaan lahan yang terkait dengan kawasan studi mencakup pengembangan kawasan pemukiman dan fasilitas lingkungannya disebarkan ke seluruh wilayah
Penataan Hunia Nelayan di Pantai .............................................................
79
unit pengembangan. Kemudian dicari kemungkinan untuk menjadikan kawasan studi menjadi kawasan yang memenuhi syarat sebagai kawasan pemukiman nelayan yang baik dan terintegrasi dengan pengembangan kota (Surabaya Timur). Bisa diwujudkan daerah konservasi pantai dan jalur hijau yang harus dijaga kelestariannya. Selanjutnya dalam penataan kawasan pemukiman nelayan di kawasan studi harus tetap mempertimbangkan perbandingan antara daerah terbangun dan kawasan terbuka (difungsikan untuk tambak rakyat, penyerapan air dan konservasi pantai). Tatanan permukiman nelayan di kawasan studi: (a) Permukiman untuk sebagian besar kalangan nelayan belum diujutkan dalam bentuk “rumah yang layak huni“ tetapi lebih sebagai “tempat bernaung/shelter“. Bagi kelompok low income, rumah dengan segala persyaratan fisiknya (sesuai peraturan pemerintah), terlampau jauh dari kemampuannya; (b) Peremajaan merupakan salah satu cara yang ditempuh pemerintah dalam menciptakan kawasan yang bersih, sehat, tertib, sehingga penduduk yang menghuni kawasan tersebut lebih terjamin keberadaanya. (c) Pertumbuhan permukiman di kawasan studi terjadi secara incremental, tumbuh secara natural tanpa adanya pengendalian secara terpadu dan spatial. Oleh karenanya pola permukiman tumbuh dan berkembang secara tidak merata. Dari pengamatan di lapangan kondisi pemukimannya adalah: (1) Berpola tidak teratur, tumbuh secara incremental; (2) Tidak berbahan permanen, fisik bangunannya kebanyakan dari kayu, bambu, papan, sesek; hanya sebagian kecil saja yang permanen (bata, bataco); (3) Minim sarana dan prasarana lingkungannya sehingga terkesan kumuh dan tidak sehat; (4) Saluran pembuangan air kotor/pematusan serta pembuangan sampah tidak tersedia; (5) Terkesan kurang memelihara huniannya karena kebanyakan penduduknya adalah pendatang sehingga mereka hanya menyewa rumah di kawasan studi dan pendapatannya minim; (6) Tidak jelas eksistensi akses masuknya di kawasan studi karena sempit dan berliku sehingga menghambat pelaksanaan pembangunan; (7) Minim fasilitas umumnya, yang tersedia hanyalah langgar kecil, pasar krempyeng (sifatnya sementara) dan warung-warung kecil milik warga yang letaknya diemperan rumah menjual kebutuhan sehari-hari, makanan kecil; (8) Fasilitas pendidikan belum ada di kawasan studi sehingga kebutuhan akan fasilitas pendidikan dipenuhi dikawasan sekitarnya yang jarak jangkaunya tidak terlampau jauh (yang diminati warga adalah Sekolah Madrasah seperti : TK/ SD Al-Islam Sutorejo, SMP Hidayatul Umah Mulyorejo, SMP Al-Huda Damen Kalisari, SMP Muhammadiyah Sutorejo, TK/SD/SMP Madrasah Romly Tamin Kenjeran, Pendidikan Muhamadyah Jl Pantai Kenjeran); (9) Letak kawasan studi yang membentuk kantong-kantong pemukiman yang kumuh perlu diremajakan kembali mengingat sebenarnya lokasi tersebut memiliki akses ke kota. Dengan demikian sarana dan prasarana kota bisa dikaitkan dengan fasilitas yang dimiliki meskipun masih minim. Dari pengamatan dilapangan hal-hal yang perlu segera diatasi antara lain: (1) Kondisi rumah yang memprihatinkan agar segera diberikan penyuluhan dalam memperoleh kredit lunak/koperasi, sehingga para nelayan bisa memiliki rumah pribadi dengan cara mencicil pada pihak Bank/Koperasi; (2) Perlu adanya penyuluhan dari pihak Pemerintah Daerah; (3) Kondisi sarana/ prasarana yang tidak memenuhi syarat bisa segera diperbaiki dengan memprioritaskan yang terparah, menyertakan masyarakat nelayan sendiri di dalam melaksanakan perbaikannya; (4) Permasalahan saluran pematusan dan banjir di lokasi, dicari akar permasalahannya, misalnya bertumpuknya sampah terutama saat musim hujan. Saluran pematusan yang ada kaitannya dengan saluran di kota harus diperbaiki terlebih dahulu (dengan dilakukan pelebaran, pengerukan, pemlengsengan), sehingga baik kota maupun kawasan studi terhindar dari banjir; (5) Permasalahan kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dan adanya kondisi ekonomi masyarakat nelayan yang pas-pasan perlu memperoleh penyuluhan dari Pemerintah terhadap peluang-peluang ekonomi yang menjanjikan dan bagaimana memelihara lingkungan yang benar; (6) Pelayanan jaringan
80
Neptunus, Vol. 15, No. 1, Juli 2008: 75 - 82
listrik (PLN) dengan peran Pemerintah Daerah dapat melayani secara merata di kawasan studi sehingga segi keamanan lingkungan dan penerangan kawasan bisa terwujud dengan baik.
ANALISIS Permukiman nelayan masih tergolong kumuh. Di lingkungan permukiman tersebut yang paling mencolok adalah masalah MCK (mandi, cuci, kakus) dan saluran air limbah rumah tangga. Dalam hal MCK mereka masih sering menggunakan kebiasaan tradisional yaitu memanfaatkan sungai dan mengabaikan segi kebersihan maupun kesehatan lingkungan. Kebiasaan ini akan berpengaruh pada pola hidup nelayan yang lebih banyak di laut. Dalam kehidupan nelayan terdapat hubungan yang erat antara nelayan dengan lingkungan alam. Keeratan hubungan ini dapat menciptakan ketergantungan nelayan pada lingkungan alam. Sumber daya hayati yang dimiliki oleh lingkungan alam merupakan sumber daya yang dapat memberikan pendapatan bagi mereka, dan hubungan ini bersifat timbal balik. Analisis kawasan studi bertujuan untuk mencari konsep penataan permukiman bagi para nelayan antara lain: (a) Analisis penggunaan lahan terdiri dari permukiman dan ruang terbuka hijau (yang meliputi sungai, tambak tradisionil dan jalan). Penggunaan lahan saat ini dilakukan seoptimal mungkin dan seefisien mungkin; (b) Analisis aspek pembiayaan, hendaknya membentuk kerja sama antara masyarakat dengan Pemerintah agar dapat memudahkan bagi masyarakat untuk mendapatkan pinjaman kredit dari lembaga keuangan. Pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok (P2BPK) yang artinya masyarakat ikut berpartisipasi sebagai pelaksana pembangunan maupun pemakai hasil-hasil pembangunan. Sebab Pemerintah tidak lagi membantu berupa percontohan fisik melainkan berupa pembinaan dan bimbingan teknis. Pelaksanaan ini berazas Tribina (Bina Manusia, Bina Lingkungan dan Bina Usaha). Upaya lain yang dapat dilakukan berkaitan dengan penanganan permukiman dalam aspek pembiayaan seperti: (a) Menambah akses terhadap berbagai elemen perumahan seperti informasi teknologi dan tata cara perundangan/administrasi, kredit rumah/tanah; (b) Melakukan bimbingan dan latihan bagi masyarakat golongan penghasilan rendah agar mereka bisa memahami berbagai peraturan bangunan, teknologi sederhana, peluang memperoleh kredit dan lainnya; (c) Memperoleh akses pemecahan masalah perumahan informal kepada lembaga keuangan formal (menggunakan sistem arisan, dimana dana yang beredar akan dipakai terus menerus untuk perbaikan/ penyempurnaan perumahan); (d) Memprogramkan adanya hipotik, tabungan dan dana gotong royong perumahan; (e) Mengembangkan kelompok donatur untuk kelancaran pengadaan rumah bagi low income; (f) Mengatur suku bunga dan pinjaman uang yang ringan sehingga tidak memberatkan bagi golongan pendapatan rendah serta tidak terjebak oleh rentenir. Diperlukan penyuluhan pelaksanaan pembiayaan perumahan seperti tri guna (kredit dengan triple fungsi), taperum, fasilitas hipotik sekunder, kredit pemilikan rumah dan perbaikan rumah, dan lainnya. Membentuk kemitraan dengan sektor swasta: (1) Adanya peran serta Pemerintah dalam hal penyaluran pembayaran pajak yang berasal dari golongan penghasilan tinggi dan menengah untuk diberikan kepada yang berpenghasilan rendah; (2) Pemerintah sebagai pendorong dan penyedia fasilitas pemerataan dalam pemberian kredit perumahan sehingga tidak hanya di kota saja tetapi juga ke daerah pinggiran, selalu diadakan penyuluhan mengenai dana yang tidak terdefinisi dan tidak diketahui oleh masyarakat sehingga bagi golongan penghasilan rendah bisa memperoleh kesempatan untuk menggunakannya; (3) Partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan terutama dalam pengelolaan keuangan sehingga penyelenggaraan pengadaan rumah bisa berjalan lancar (keterlibatan tokoh masyarakat nelayan harus terus diberdayakan).
Penataan Hunia Nelayan di Pantai .............................................................
81
82
Neptunus, Vol. 15, No. 1, Juli 2008: 75 - 82
KESIMPULAN Pemukiman nelayan yang ada tetap dipertahankan namun perlu penataan sehingga menjadi kawasan nelayan yang layak huni. Mengingat keterbatasan sumber dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah, maka pengadaan rumah sebaiknya melibatkan masyarakat. Perbaikan kondisi ekonomi para nelayan perlu mendapatkan prioritas tindakan yang pertama. Guna meningkatkan kondisi fisik permukiman nelayan, maka sosialisasi dan ekonomi keluarga perlu terus ditingkatkan. Untuk memperbaiki kondisi ekonomi para nelayan perlu mendapat penyuluhan tentang cara-cara menyisihkan dana untuk peningkatan taraf hidup, dengan mengusung berbagai peluang strategi pember dayaan masyarakat yang masih asing bagi para nelayan. Untuk penanganan permukiman nelayan perlu disusun konsep.
DAFTAR PUSTAKA Silas, J. 1993. Housing Beyond Home. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya. Turner, J. Fichter, F. C. Robert. 1971. Freedom To Build, Dweller Control Of The Housing Process. New York: The Macmillan company. Collier Macmillan Limited.
Penataan Hunia Nelayan di Pantai .............................................................
83