Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
METODA PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX DENGAN CARA PENGGARAMAN KERING (DRY SALTING) ROSSUARTINI DAN R . DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002
RINGKASAN Berbagai metoda pengawetan kulit bulu (fur) kelinci Rex, telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak . Dari beberapa metode pengawetan kulit bulu (fur), metoda pengawetan dengan cara kering garam (dry salting) menghasilkan kualitas kulit awetan yang sangat baik . Hal ini dapat dilihat mudahnya proses soaking (penyegaran) yaitu proses rumah basah yang gunanya untuk menyegarkan kembali kulit kedalam bentuk semula pada waktu penyamakan . Dengan hasil soaking yang baik, maka dapat memudahkan proses penyamakan selanjutnya sehingga kualitas kulit samak bulu menjadi baik .
PENDAHULUAN Kulit mentah merupakan bahan baku utama industri kulit . Untuk menghasilkan produk kulit yang berkualitas baik diperlukan kulit awetan yang baik pula . Menurut Untari (1999), kualitas kulit dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor yaitu 1) . sejak hewan masih hidup, misalkan faktor cara pemberian makanan, lingkungan (antara lain temperatur), kebersihan kandang, penyakit terutama penyakit kulit seperti kudis, kutu dll . 2) . hewan itu sendiri yaitu ras dan bangsa . 3) . cara pemotongan . 4) . cara pengawetan . Produksi kulit mentah diantaranya berasal dari ternak kelinci . Jenis ternak kelinci yang saat ini dikembangkan adalah kelinci Rex yang memiliki keistimewaan yaitu bulu yang halus, tebal dan panjang bulunya seragam, warna bervariasi dan menarik (Raharjo, 1988) . Kulit bulu (fur) kelinci Rex merupakan komoditi hasil pasca panen yang bernilai tinggi dan berpeluang sebagai komoditi eksport . Berbagai metoda pengawetan telah dicoba khususnya untuk pengawetan kulit bulu kelinci . Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan salah satu metoda pengawetan kulit bulu kelinci Rex yaitu dengan cara penggaraman kering (dry salting) .
CARA-CARA PENGAWETAN KULIT Sebagaimana kita ketahui kulit segar bersifat mudah rusak/busuk karena merupakan media yang baik untuk berkembang-biaknya mikro organisme pembusuk . Oleh sebab itu untuk meningkatkan dalam memenuhi kebutuhan usaha bahan baku kulit pada industri-industri kulit, perlu dilakukan usaha pengawetan yang efisien . Proses pengawetan kulit pada prinsipnya mengurangi kadar air pada kulit mentah dan menambahkan bahanbahan pengawet, sehingga kulit dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama sampai proses penyamakan . Cara pengawetan dan bahan-bahan pengawet yang dipakai harus tetap
66
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999 reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar) . Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pada kulit akan berkembang delapan jam setelah pemotongan, maka kulit sebaiknya diawetkan maksimal delapan jam setelah dipotong . Anonymous, 1989 menjelaskan ada tiga cara pengawetan kulit mentah yaitu : 1) cara pengeringan ; 2) cara penggaraman dan 3 ) cara pengasaman (pickling) . Khusus untuk cara penggaraman dibedakan menjadi penggaraman dengan larutan garam jenuh (wet salting), cara penggaraman dengan garam kristal dan cara penggaraman kering (dry salting) . Sedangkan Judoamidjojo, dkk . 1979, mengemukakan ada tiga golongan bahan pengawet yang biasa dipakai dalam pengawetan kulit mentah yaitu : 1) golongan desinfectansia, dalam hal ini yang dipakai adalah jenis jenis asam seperti asam formiat dan asam sulfat . 2) golongan bakteriostat, yang dipakai adalah garam dapur/NaCL dan Na Sulfat . 3) Golongan fungisida, biasanya berupa merk patent pabrik seperti Preventol, Cortimol dan racun arsen trioksida .
PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX Pengawetan kulit kelinci yang umum dilakukan oleh peternak adalah dengan cara pengeringan (dengan sinar matahari) dan penggaraman dengan garam kristal . Cara pengeringan dengan sinar matahari adalah cara yang paling sederhana dan paling murah, yang menjadi persoalan adalah dengan kondisi kulit kelinci yang lebih tipis dibandingkan dengan kulit dari ternak lainnya, apabila proses pengeringan terjadi terlalu cepat akan mengakibatkan serabut-serabut kolagen yang menyusun lapisan korium (dermis) dari Wit akan saling bertautan sehingga kulit menjadi sulit untuk dikembalikan dalam bentuk segar dan hal ini akan menyulitkan dalam penetrasi bahan penyamak kedalam lapisan korium kulit . Untari (1992) mengemukakan bahwa, pengeringan yang terlalu cepat juga dapat mengakibatkan lapisan luar akan mengering lebih dulu dan berubah jadi gelatin, sehingga menghalangi penguapan air dari lapisan kulit bagian dalam. Apabila ini terjadi, maka lapisan kulit bagian dalam tidak dapat kering dan akan menimbulkan pembusukan pada kulit mentah yang sudah diawetkan. Kerusakan fisik kulit dapat terjadi pada waktu merentangkan, bila regangannya terlalu kuat maka pada waktu pengeringan kekuatan regangannya akan meningkat sehingga dapat merusak/memutuskan serat-serat terutama dibagian kulit yang tipis . Sebaliknya kelambatan waktu pengeringan, akan memberi kesempatan tumbuhnya mikro organisme, dan apabila sampai terjadi pembusukan maka kondisinya tidak dapat diperbaiki lagi (bulu menjadi rontok) sehingga kulit menjadi kurang bernilai . Pengawetan kulit dengan cara penggaraman kristal dapat dilakukan apabila kulit kelinci disimpan untuk waktu yang tidak terlalu lama . Pada penyimpanan yang lama bisa menyebabkan kerontokan bulu, terutama apabila garam yang dipakai sampai membasahi bagian bulu pada penyimpanan yang kurang baik . Selain itu penggunaan kristal garam yang terlalu besar dapat menyebabkan cacat pada kulit terutama bila tumpukan dalam penyimpanan terlalu tinggi . Dari pengalaman di lapangan dalam pengawetan kulit kelinci
67
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Rex, hasil yang terbaik diperoleh dengan cara penggaraman kering karena kondisi bulu tetap baik (tidak rontok) dan waktu simpan dapat lebih lama .
BAHAN DAN CARA KERTA A . Bahan dan peralatan Bahan yang digunakan Bahan baku : kulit mentah segar kelinci Rex . Bahan pembantu : garam teknis ukuran 1 - 2 mm (sebesar butiran beras) Bahan pengawet : racun arsen trioksida yang biasa ditambahkan pada cara pengeringan dengan sinar matahari Peralatan yang dipakai 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ember untuk merendam kulit . Pisau seset untuk menghilangkan lapisan sub cutis dan lemak Pipet yang mempunyai skala untuk mengisap racun kulit . Sarung tangan karet untuk meremas kulit yang diracun . Kuda-kuda untuk mengeringkan kulit yang diracun Papan triplek untuk penggaraman .
B . Cara kerja Lapisan sub cutis dan sisa-sisa daging atau lemak dibuang dengan memakai pisau seset, lakukan dengan hati-hati jangan sampai menyobek kulit . Setelah kulit kelinci bersih dari lapisan sub cutis dan sisa-sisa lemak, kulit kelinci dicuci dibawah kran air untuk membersihkan sisa-sisa darah yang menempel pada kulit dan bulu . Air untuk perendaman sebanyak 10 liter ditambah 5 cc racun arsen diaduk supaya larut . Setelah itu kulit kelinci yang telah dicuci bersih dimasukan kedalam larutan racun . Kemudian diaduk dengan hati-hati . Lakukan peremasan bagian kulit bulu dengan memakai sarung tangan karet supaya larutan racun meresap pada bagian epidermis kulit dan bulu . Setelah direndam dalam larutan racun selama 1 - 2 jam . Kulit kelinci diangkat dan ditiriskan pada kuda-kuda yang terbuat dari kayu, sampai kulit kelinci tidak basah . Untuk memastikan kulit sudah tidak basah, bagian dalam kulit dapat kita letakan pada kertas koran yang dapat mengisap air dari kulit . Proses selanjutnya adalah penggaraman kulit . Kulit yang telah diberi racun diletakan pada papan triplek dengan bagian yang berbulu didasar alas . Selanjutnya lumuri bagian korium kulit dengan garam teknis kristal secara berulang-ulang sampai garam kristal menjadi jenuh dan tidak diserap lagi oleh kulit .Setelah proses penggaraman selesai, kemudian kulit dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada kuda-kuda dan biasanya kulit kelinci akan kering dalam waktu antara 4 - 5 hari . Setiap selesai proses pekerjaan semua peralatan dan tangan kita dicuci dengan sabun dan menggunakan air yang mengalir, agar racun yang menempel hilang .
68
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
C . Penyimpanan Cara penyimpanan kulit kelinci pada proses pengawetan dengan cara penggaraman kering (dry salting) adalah dengan cara menumpuk bagian kulit yang bergaram bertemu dengan yang bergaram, sedangkan pertemuan kulit yang berbulu dengan kulit yang berbulu dibatasi oleh kertas koran agar bulu kelinci tidak rusak. Penyimpanan dilakukan dengan cara memasukan tumpukan kulit ke dalam plastik dan diberi silika gell sebagai pengering .
HASIL DAN PEMBAHASAN Kulit kelinci hasil awetan dengan menggunakan cara penggaraman kering luasnya mengalami penyusutan dibandingkan dengan luas ketika masih segar, akan tetapi ketika disegarkan kembali dengan proses perendaman akan kembali kedalam bentuk semula . Tujuan dari proses perendaman ini adalah untuk mengembalikan kadar air yang hilang pada waktu proses pengawetan, serta untuk membersihkan kulit dari bahan pengawet dan kotoran lain yang masih melekat pada kulit . Dengan perendaman akan menghindarkan serangga dan jamur yang dapat merusak kulit dan bulu . Selain itu penetrasi racun kedalam lapisan epidermis dapat menghindari pembusukan yang dapat merontokkan bulu . Dengan menyusutnya luas kulit setelah pengeringan membuat bulu lebih kuat diikat oleh lapisan epidermis sehingga tidak mudah rontok dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama . Garam bersifat higroskopis akan menarik air keluar dari dalam kulit segar . Kadar air kulit segara antara 60% - 65 % . Setelah proses penggaraman kadar air kulit menjadi 15 % . Keuntungan pengawetan dengan cara penggaraman kering adalah kulit kelinci relatif lebih mudah untuk disegarkan kembali dalam proses soaking sehingga dalam proses selanjutnya pada tahap penyamakan akan memudahkan penetrasi bahan penyamak kedalam kulit sehingga kualitas samakan relatif lebih baik dibandingkan dengan cara pengawetan dengan pengeringan biasa .
KESIMPULAN Cara pengawetan dengan penggaraman kering merupakan cara pengawetan terbaik untuk kulit kelinci Rex, karena pengawetan dengan penggaraman kering pada kulit kelinci, memudahkan dalam proses perendaman dan memberikan kualitas hasil penyamakan yang baik .
DAFTAR BACAAN BBKKP . Anonymous . 1989 . Pedoman Pengawetan Kulit Mentah . Yogyakarta . Penerbit Kanisius . untuk Raharjo Y .C . 1988 . Rex Breed Alternatif pengembangan kelinci . seminar eksport ternak potong . 1988 . Kumpulan makalah Proceeding Untari, S . 1992 . Mutu kulit kelinci di Jawa Tengah . Simposium Nasional Perkulitan . Himpunan Ahli Teknologi Kulit Indonesia . Yogyakarta .
69
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Penyamakan Kulit Kelinci . Untari, S . 1999 . Pengulitan, Pengawetan dan Disampaikan pada Pelatihan Budidaya dan pengolahan Daging dan Kulit Kelinci . Ciawi -Bogor 7 Agustus 1999 . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit, Karet dan Plastik . Yogyakarta . 1979 . Kondisi kulit di Indonesia . Yudoamidjojo M ., Fahidin dan Basuki . Pendidikan Ketrampilan teknis . Lab . Pengendalian mutu . Dep . Teknologi Hasil Pertanian .
70