TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar dan atmosfer di atas media dan terakhir harus dapat menyokong tanaman (Nelson, 1991). Pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan kadar karbon terhadap nitrogen atau sering disebut C/N ratio. Kompos yang bahan dasarnya masih mentah atau kadar C/N-nya masih tinggi tidak baik bagi tanaman dan tanah. Sisa tanaman atau sisa rumah tangga yang belum dikomposkan bila diberikan langsung ke dalam tanah akan terjadi proses pengomposan dalam tanah. Oleh karena di dalam tanah kandungan air dan udara cukup tersedia maka proses pengomposan berlangsung cepat dan mengakibatkan kadar CO 2 tanah juga meningkat cepat. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi tanah dan tanaman di atasnya. Kalau proses ini terjadi pada tanah-tanah yang ringan maka dapat menyebabkan daya ikat tanah terhadap air menurun, struktur tanah berubah kasar, dan seperti berserat (Djuarnani, dkk, 2005). Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian kompos merupakan sumber utama bahan organik dan nutrisi
tanaman.
Kemungkinan
bahan
dasar
kompos
mengandung
selulose 15% - 60%, hemiselulose 10% - 30%, lignin 5% - 30%, protein 5% - 40%, disamping pati, terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam ammonium) sebanyak 2% - 30%, dan 1% - 15%
Universitas Sumatera Utara
lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin. Komponen organik ini mengalami proses dekomposisi di bawah kondisi mesofilik dan termofilik. Pengomposan dengan metode timbunan di permukaan tanah, lubang galian tanah, indoor menghasilkan bahan yang terhumifikasi berwarna gelap setelah 3-4 bulan dan merupakan sumber bahan organik untuk pertanian berkelanjutan (Sutanto, 2002). Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai rasio C/N bahan organik menjadi sama dengan rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai rasio C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki rasio yang sama dengan tanah
memungkinkan
bahan
tersebut
dapat
diserap
oleh
tanaman
(Djuarnani, dkk, 2005). Menurut Departemen Pertanian (2004) produksi kakao Indonesia pada tahun 2002 sebesar 433.415 ton, apabila dilihat dari banyaknya produksi ini maka terdapat produk lain berupa limbah kulit buah kakao yang berpotensi mencemari lingkungan, akan tetapi dapat diatasi dengan penanganan dan teknologi yang tepat untuk dimanfaatkan (Sudirja, dkk, 2005). Menurut Rosniawaty (2006), tidak terdapat perbedaan yang nyata pengeruh kompos kulit buah kakao terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering akar, bobot kering batang+daun, dan bobot kering total tanaman bibit kakao. Hal ini diduga karena dosis kompos kulit buah kakao yang diberikn masih belum dapat memenuhi kebutuhan bibit kakao yang diberikan masing-masing 1,25 kg, 1,67 kg, 2,50 kg per polibag. Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya hara Kalium dan Nitrogen. Dilaporkan bahwa 61% dari total nutrien buah kakao
Universitas Sumatera Utara
disimpan di dalam kulit buah. Penelitian yang dilakukan oleh Goenadi et.al (2000) menemukan bahwa kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81 % N, 26,61 % C-organik, 0,31% P2O5, 6,08% K2O, 1,22% CaO, 1,37 % MgO, dan 44,85 cmol/kg KTK. Aplikasi kompos kulit buah kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19,48% (Isroi, 2007). Fungsi pupuk
K juga berperan dalam mempercepat pertumbuhan
maristematik. Kalium memegang peranan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis berikut : 1).metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, 2). Metabolisme protein dan sintesis protein, 3) mengawasi dan mengatur aktifitas berbagai unsur mineral 4) mengaktifkan berbagai enzim 5) mempercepat pertumbuhan jaringan maristematik (Damanik dkk. 2010). Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis sangat menentukan kemampuan tanaman untuk memberikan produksi yang tinggi serta sifat penting lainnya seperti kualitas hasil, ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, kekeringan dan
lain-lain.
Faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi
kehidupan
dan
perkembangan tanaman antara lain : temperatur, kelembaban, sinar matahari, susunan atmosfir, struktur tanah, reaksi tanah (pH), faktor biotis dan penyediaan unsur hara (Damanik, dkk, 2010). Pupuk Nitrogen Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Ada 3 hal yang harus dipahami bila ingin benar-benar menguasai liku-liku
Universitas Sumatera Utara
memupuk, yaitu tanah, tanaman dan pupuk. Ketiganya tidak boleh dipisahkan satu sama lain jika ingin sukses. Ketiganya saling berkait dan menunjang untuk menghasilkan
tanaman
yang
benar-benar
subur
dan
produktif
(Lingga dan Marsono, 2005). Urea merupakan pupuk kimia yang mengandung nitrogen. Rumus kimia urea adalah CO(NH2 ) 2 dengan kandungan nitrogen sebesar 45%. Urea berbentuk Kristal berwarna putih atau butir-butir bulat yang bersifat higroskopis (cepat menarik uap), pada kelembapan nisbi udara 73% sehingga sering diberi selaput (coated) untuk mengurangi sifat higroskopis. Urea dimanfaatkan tanaman dalam bentuk amonium nitrat setelah melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi, saat diberikan ke tanah proses hidrolisis terjadi cepat sekali sehingga mudah menguap sebagai amoniak (Andalusia, 2005). Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2005). Unsur hara yang tersedia bagi tanamana juga dapat menguatkan pertumbuhan diameter batang. Nitrogen merupakan bahan yang essensial untuk pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu unsur K berperan penting dalam dinding sel dan menguatkan vigor tanaman sehingga unsur N dan K dapt mempengaruhi besar diameter batang tanaman (Lingga dan Lubis, 1986). Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO 3 -) dan ion ammonium (NH4 +). Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat
Universitas Sumatera Utara
karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan tanah dan mudah diserap oleh akar. Karena selalu berada di dalam larutan tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air. Arah pencucian menuju lapisan di bawah daerah perakaran sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Sebaliknya, ion ammonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Kerena bermuatan positif, ion ammonium tidak mudah hilang oleh proses pencucian (Damanik, dkk, 2010). Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau ammonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Ammonium juga akan di ubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehinggga pemakaiannya perlu lebih hati-hati (Novizan, 2002). Bibit kakao diberi pupuk, terutama pupuk untuk memacu pertumbuhan vegetatif, yaitu nitrogen. Pemberian pupuk nitrogen umumnya menggunakan urea/ZA. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali dengan dosis 2 g / bibit. Pupuk diberikan ke dalam sebuah lingkaran yang dibuat 3 cm dari batang bibit, lalu ditutup dengan tanah dan disiram air (Rahardjo, 2011). Pupuk Daun Pemberian unsur hara selain diberikan lewat tanah umumnya diberikan lewat daun. Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman
Universitas Sumatera Utara
agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi petumbuhan dan perkembangan (Sutedjo, 1999). Bayfolan merupakan salah satu jenis pupuk daun yang sering di gunakan untuk meningkatkan kualitas produksi dan merangsang pertumbuhan tunas tanaman. Kandungan unsur haranya adalah : 11% N, 8% P 2 O 5, 6% K2 O ditambah dengan unsur-unsur mikro Fe, Mn, B, Cu, Zn, Co, Mo, gelatin, zat penyangga, zat pembasah, vitamin dan hormon (Tisdale et al, 1985). Didalam pemupukan yang menggunakan pupuk daun dalam bentuk cair seperti Bayfolan, dengan konsentrasi larutan 0,2 % (2 cc / liter air). Dosis Pupuk Daun Untuk Pembibitan Kakao Umur Bibit (Bulan)
Dosis (Per 100 btg)
Rotasi (Minggu)
1
2 liter campuran
2
2
3 liter campuran
2
3
4 liter campuran
2
4
5 liter campuran
2
(PT. Perkebunan Nusantara IV, 1999). Menurut Sitorus (1992), perlakuan pupuk daun lebih berperan dalam meningkatkan panjang akar, berat kering tanaman dan berat kering tajuk. Dan konsentrasi yang optimum berkisar antara 2 – 3 cc/l. Dan pemberian pupuk daun dimulai setelah daun tumbuh dan berwarna hijau. Hal ini mulai dilakukan setelah tanaman berumur 4 MST. Selanjutnya pengaplikasian dilakukan 2 minggu sekali. Penyemprotan pupuk daun Bayfolan idealnya dilakukan pada pagi hari dan sore hari karena bertepatan dengan saatnya membukanya stomata. Diperioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Universitas Sumatera Utara
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun Bayfolan pada saat udara panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar (Novizan, 2002). Zat pengatur tumbuh tidak mengandung unsur hara, oleh karena itu dslam penerapannya perlu diikuti dengan pemberian pupuk kompos. Menurut Sukman (1978) bahwa bahan organik seperti kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktural, aerase dan porositas tanah. Perbaikan sifat fisik tanah tersebut akan mempertinggi kemampuan tanah untuk menahan air. Dengan demikian hal ini sangat mendukung pertumbuhan yang lebih baik dari pembibitan (Sinaga, 2001).
Universitas Sumatera Utara