PENERAPAN MATERI MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN KECIL DI DALAM PEMANASAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA KELAS VI SDN MEKARSARI 05 TAMBUN SELATAN KABUPATEN BEKASI Resty Gustiawati1 Universitas Singaperbangsa Karawang
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan materi model pembelajaran permainan kecil di dalam pemanasan terhadap motivasi belajar Penjasorkes pada siswa SDN Mekarsari 05 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif jenis penelitian lanjutan (follow-up study). Dengan jumlah sampel 34 siswa kelas VI yang akan diberikan penerapan materi model permainan kecil dan selanjutnya diteliti tingkat motivasi belajar penjasorkesnya. Teknik analisis data menggunakan uji validitas, reliabilitas, normalitas dan deskripsi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya materi model permainan kecil di dalam pemanasan dapat meningkatkan motivasi belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebanyak 93,09% menyatakan setuju dan 6,91% menyatakan tidak setuju. Kata Kunci: Pembelajaran permainan kecil dan motivasi belajar penjasorkes
Pendidikan sebagai suatu
proses pembinaan yang berlangsung seumur hidup,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang diajarkan disekolah memiliki perasaan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Oleh karena itu, terobosan baru perlu dilakukan khususnya terkait dengan masalah peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah. Salah satu contohnya yaitu memotivasi anak untuk belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan melalui suatu cara yang membuat anak didik menjadi tertarik untuk belajar. Setiap individu memiliki kondisi internal dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut
1
Resty Gustiawati; Dosen Prodi PJKR FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang
50
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 adalah motivasi. Istilah motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat terlihat atau diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga, munculnya suatu tingkah laku tertentu. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Isbandi Rukminto dalam Uno Hamzah, 2007: 3). Selanjutnya, menurut W.A Gurungan dalam Uno Hamzah (2007: 3) motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain: (1) motif Biogenetis, yaitu mtif-motif yang bersal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kehidupan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil nafas, seksualitas, dan sebagainya, (2) motif Sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada, jadi motif ini tidak berkembang dengan sendirinya. Misalnya keinginan mendengarkan musik, makan coklat, makan pecel, dan lain-lain, dan (3) motif Teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya. Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebutkan motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan keinginan seseorang terhadap sesuatu (Thomas dalam Uno Hamzah, 2007: 4). Penggolongan lain yang didasarkan atas terbentuknya motif, terdapat dua golongan, yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif bawaan ini, misalnya makan, minum dan seksual. Motif yang kedua adalah motif yang timbul karena kedudukan atau jabatan. Dari sudut yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri,
51
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya, motif intrinsik lebih kuat dari motif ekstrinsik. Motivasi dan belajar adalah merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permainan dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (Reinforced Practise) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsic, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Uno Hamzah (2007: 23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (2) adanya harapan dan cita-cita masa depan; Adanya keinginan yang menarik dalam belajar, (3) adanya penghargaan dalam belajar, dan (4) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Selanjutnya, guru yang bijaksana akan menyelingi pelajaran itu dengan bermain atau permainan. Permainan merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani untuk itu permainan dapat diberikan pada anak tanpa alat atau dengan alat (Aziz, 2005: 6). Sebelum mendalami permainan kecil sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu tentang permainan secara umum. Masih menurut Aziz (2005: 2) ada tiga pembagian dalam permainan yakni: (1) Official games atau permainan yang mempunyai organisasi resmi yang diakui oleh tingkat nasional maupun internasional, peraturan atau aturanaturan yang telah ditentukan untuk suatu pertandingan tidak dapat dirubah, dan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar hal ini belum diberikan sebelum anak matang sampai pada penguasaan keterampilan spesifikasi dan spesialisasi, (2) load
52
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 games merupakan salah satu permainan yang akan dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, apabila siswa sudah menguasai berbagai keterampilan gerak dasar, sebab permainanan ini adalah permainan yang dimodifikasi mengarah pada olahraga resmi yang akan dipelajari, seperti peraturan, perlengkapan yang dipergunakan, lapangan, serta jumlah pemain yang mengikuti permainan tersebut, dan (3) low organization games adalah permainan yang mempunyai peraturan yang tidak mengikat yang sering juga disebut permainan kecil atau permainan anak dengan peraturan permainan alat dan lapangan yang dipakai serta anggota pengikut permainan, tidak ditentukan oleh suatu peraturan resmi, sehingga permainan ini dapat diciptakan oleh siapa saja yang akan memakainya, baik anak didik maupun guru yang akan memberikan pembelajaran pada anak didik. Dimana dalam permainan diusahakan agar permainan menarik dan menggembirakan semua anak didik. Semua anak dapat bergerak dan besosialisasi dengan temannya. Berdasarkan pemaparan di atas, permainan kecil secara garis besar merupakan bagian dari cabang olahraga yang dapat dikelompokkan dengan berbagai sudut pandang. Oleh sebab itu permainan ini dapat dikelompokkan: (1) berdasarkan jumlah pemain (beregu, perorangan, ganda), (2) berdasarkan sifat permainan (mengembangkan fantasi, rasa seni kemampuan berfikir, aspek kebugaran jasmani), (3) berdasarkan alat yang dipakai (dengan alat atau tanpa alat), (4) berdasarkan bola yang dipakai (permainan bola kecil atau bola besar), dan (5) permainan dengan alat selain bola (memakai kantong kacang, balok, tongkat, tali, simpai, gada, sapu tangan, balon). Aziz (2005: 5) mengemukakan bahwa permainan yang diberikan di sekolah dasar, bermanfaat bagi pembinaan keterampilan gerak. Maksudnya, guru tidak akan mungkin memberikan pelajaran secara berkepanjangan melalui penjelajahan dan penemuan saja. Guru yang bijaksana akan menyelingi pelajaran itu dengan bermain atau permainan. Jadi, permainan merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Untuk itu permainan dapat diberikan pada anak tanpa alat atau dengan alat. Permainan yang akan diberikan berikut ini, tidak merupakan suatu ketentuan yang harus diberikan pada tingkat dan kelas tertentu. Mungkin saja suatu permainan itu dipakai sebagai pemanasan untuk kelas tinggi tetapi mungkin permainan tersebut digunakan sebagai pelajaran inti untuk kelas rendah, yaitu sebagai berikut: lari sambung, berlari zigzag, mengejar pelari, menyentuh bagian badan pelari, raja
53
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 lingkaran, kepala kereta api, hijau-hitam, kami duluan, elang dan induk ayam, gajah ngamuk, memindahkan kantong kacang, melompati tongkat, memantulkan bola, memukul balon ke udara, mengeluarkan botol dari dalam petaknya, pelempar jitu, melempar dan mengelak, menyerang pertahanan, bola panggil, bola masuk keranjang, bola sepuluh, dan menerka benda. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam hal ini adalah untuk mengetahui penerapan materi model pembelajaran permainan kecil di dalam pemanasan terhadap motivasi belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada siswa SD Negeri Mekarsari 05 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripti. Menurut Nazir (2003: 54) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari peneliti deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan jenis penelitian lanjutan (follow up study). Penelitian ini bermaksud menyelidiki perkembangan lanjutan para subjek setelah diberikan perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu. Secara umum, penelitian ini digunakan untuk menilai kesuksesan program-program tertentu (Sevilla, 1993:84). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Mekarsari 05 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, yang berjumlah 34 siswa. Teknik sampling yang digunakan yaitu sampel populasi, sehingga jumlah sampel 34 responden. Siswa-siswa yang menjadi responden penelitian disini adalah siswa yang telah diterapkan model pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan permainan kecil, kemudian diberikan kuesioner tentang motivasi belajar penjasorkes untuk mendapatkan datanya. Responden ini akan diberi suatu angket yang harus diisi sesuai dengan yang siswa rasakan pada pernyataan-pernyataan yang tertera di dalam angket, setelah siswa diterapkan Materi Pembelajaran Permainan Kecil.
54
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket motivasi dalam belajar pendidikan jasmani, dimana angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mencari nilai validitas butirnya. Validitas adalah tingkat ketepatan pengukuran suatu tes dan apa yang seharusnya diukur (Ramli, dkk., 2000: 8). Setelah instrumen dinyatakan layak, maka angket tersebut diberikan kepada sampel penelitian untuk diisi sesuai dengan yang dirasakan pada pernyataan-pernyataan yang tertera di dalam angket, setelah sampel diterapkan materi pembelajaran permainan kecil dalam pemanasan. Instrumen penelitian ini menggunakan skala Guttman yang memiliki 2 alternatif jawaban untuk responden ya dan tidak (Riduwan, 2006: 90). Adapun kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kisi instrumen motivasi belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Dimensi
Sub Dimensi Motivasi Instrinsik
Indikator -
Hasrat dan keinginan berhasil
Motivasi
-
Dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Belajar
-
Harapan dan cita-cita masa depan
-
Penghargaan dalam belajar
-
Kegiatan yang menarik dalam belajar
-
Lingkungan belajar yang kondusif
Motivasi Ekstrinsik
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji validitas, reliabilitas, normalitas dan deskripsi data. Deskripsi data menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan: x = jumlah skor n = total skor
HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian hasil data beserta interprestasi sepenuhnya dibahas dalam hasil dan pembahasan penelitian ini. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik data hasil instrumen motivasi belajar penjasorkes. Pembahasan berikut adalah sajian
55
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis, dan deskripsi hasil penelitian. Langkah pertama adalah melakukan uji validitas. Uji validitas butir pernyataan dari instrumen motivasi belajar penjas menggunakan rumus Pearson Product Moment, berdasarkan perhitungan statistic 20 soal dinyatakan valid dan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Hasil uji validitas instrumen motivasi belajar Butir instrumen
r hitung
Butir instrumen
r hitung
r tabel
1
7.385
11
2.330
Valid
2
7.386
12
4.344
Valid
3
7.386
13
1.943
Valid
4
1.734
14
2.740
Valid
5
2.819
15
2,012
6
7.386
16
2.476
Valid
7
3.528
17
2.330
Valid
8
7.836
18
1.767
Valid
9
4.006
19
2.288
Valid
10
5.885
20
7.385
Valid
1.684
Keterangan
Valid
Pengujian reabilitas instrumen menggunakan pembelahan ganjil-genap. Sebelum menghitung reliabilitasnya, terlebih dahulu peneliti menghitung korelasi ganjil-genap dengan menggunakan rumus Product Moment untuk menentukan reliabilitas setengah tes dan menentukan reliabilitas seluruh tes menggunakan rumus Spearman Brown dengan data dinyatakan reliabel karena hasil perhitungan lebih besar dari r tabel. Tabel 3. Hasil uji realibilitas ganjil-genap Data
Hasil Uji Reliabilitas
Signifikansi
r tabel
Keterangan
Rb RII
0.83 0.912
0.05
0,364.
Reliabel
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji reliabilitas lebih besar dari r tabel. Selanjutnya, pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Lilliefors,
56
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 menentukan distribusi normal atau tidak. Hasil perhitungan analisis distribusi normal jika Lo < Lt, maka hipotesa diterima dengan demikian data akan dinyatakan normal yaitu sebagai berikut. Tabel 4. Hasil uji normalitas data menggunakan uji lilliefors Data Instrument Motivasi
Lo hitung
Lo tabel
Kepercayaan
Keterangan
0.1275
0.152
0.95
Normal
Tabel 4 menunjukkan bahwa instrumen motivasi dinyatakan normal karena Lo Lo
tabel
hitung
<
(0.1275 < 0.152). Langkah selanjutnya, sampel penelitian diterapkan materi
model permainan kecil dalam pemanasan selama 16 kali pertemuan. Setelah penerapan materi permainan kecil yang diterapkan dalam pemanasan, kemudian diberikan angket motivasi belajar penjasorkes dengan skala Guttman. Ada 2 opsi jika responden menjawab ya/menyatakan setuju maka bernilai 1 dan jika responden menjawab tidak/menyatakan tidak setuju maka bernilai 0 dari pernyataan penelitian, sehingga di dapat hasil penelitian sebagai berikut. Tabel 5. Hasil angket penerapan materi model pembelajaran permainan kecil di dalam pemanasan terhadap motivasi belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Pernyataan
Jumlah skor
Interpretasi Data
Kategori Motivasi
Ya/Setuju
633
93.09%
Meningkat
Tidak/Tidak setuju
47
6.91%
Tidak Meningkat
Total
680
100%
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat hasil perhitungan prosentase yang menyatakan (ya) berjumlah 93,09% dan yang menyatakan (tidak) berjumlah 6,91%. Artinya, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model permainan kecil di dalam pemanasan dapat meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada siswa SDN Mekarsari 05 Tambun Selatan Bekasi. Dengan hasil penelitian yang tidak mencapai angka 100% dalam motivasi belajar Penjasorkes, masih ada suatu faktor kebutuhan lain yang dapat mempengaruhi meningkatnya motivasi belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, diantaranya yaitu rasa aman dan pengembangan diri, yang sesuai pengamatan peneliti 57
Motion, Volume VIII, No.1, Maret 2017 siswa lebih termotivasi jika tanpa bimbingan guru yang membuat perasaan siswa bebas, yang belum tersebutkan dalam tulisan ini.
SIMPULAN Adapun simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini sebagai berikut: (1) Siswa menyatakan bahwa dengan diterapkannya Materi Model Permainan Kecil di dalam Pemanasan dapat meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Jasmani Olahrga dan Kesehatan yakni sebesar 93,09%, dan (2) Siswa SD Negeri Mekarsari 05 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, menyatakan bahwa dengan diterapkannya Materi Model Permainan Kecil di dalam Pemanasan tidak dapat meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Jasmani Olahrga dan Kesehatan sebesar 6,91%.
DAFTAR PUSAKA Aziz, Syamsir. 2005. Pembelajaran Permainan Kecil. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. B. Uno, Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidika. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ramli, dkk. 2000. Pengukuran dan Evaluasi untuk Guru Pendidikan Jasmani, Jakarta: Program Pascasarjana UNJ. Riduwan. 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Pemula, Bandung: Alfabeta. Sevilla, Consuelo G. 1993. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Indonesia.
58