RESPON SISWA-SISWI SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG TERHADAP TAYANGAN REALIGI DI TRANS TV
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Andi Widiyanto NIM: 207051000231 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidaytullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 17 Juni 2011
Andi Widiyanto
RESPON SISWA-SISWI SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG TERHADAP TAYANGAN REALIGI DI TRANS TV
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Andi Widiyanto NIM: 207051000231
Pembimbing
Dr. H. Arief Subhan, M.A. NIP. 19660110 199303 1 004
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul RESPON SISWA-SISWI SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG TERHADAP TAYANGAN REALIGI DI TRANS TV telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Tangerang Selatan, 22 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Drs. H. Mahmud Jalal, M.A. NIP. 19520422 198103 1 002
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP. 19710412 200003 2 001
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Helmi Rustandi, M. Ag. NIP. 19601208 198803 1 005
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP. 19710412 200003 2 001 Pembimbing,
Dr. H. Arief Subhan, M.A. NIP. 19660110 199303 1 004
ABSTRAK
Andi Widiyanto Respon Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Terhadap Tayangan Realigi Di Trans TV
Skripsi ini mengangkat judul Respon Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Terhadap Tayangan Realigi Di Trans TV. Alasan penulis mengangkat judul tersebut karena usia remaja adalah usia yang sedang mencari jati diri. Pencarian jati diri berpengaruh kepada keperibadian untuk kedepannya, sehingga penulis memilih remaja sebagai subyek penelitian. Sedangkan untuk obyek penelitian sendiri, penulis beralasan karena tayangan realigi adalah tayangan pertama yang mengangkat unsur dakwah dalam bentuk permasalahan yang ada disekitar kita. Selain itu jam tayang yang memilih waktu prime time membuat tayangan ini patut untuk diangkat, karena di jam tayang tersebut membutuhkan kreatifitas tinggi untuk bisa disaksikan pemirsa. Skripsi ini hanya dibatasi pada siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang sebanyak tiga puluh tujuh orang, dimana perumusan masalahnya apakah dengan menyaksikan tayangan realigi dapat menambah pengetahuan?, bagaimana perasaan setelah menyaksikan tayangan realigi?, dan apakah terjadi perubahan perilaku setelah menyaksikan tayangan realigi?. Tujuan penelitian ini sendiri untuk menjawab rumusan masalah, dimana nantinya diharapkan penelitian ini memberikan manfaat dari segi akademis dan praktis. Penelitian ini dilakukan dengan cara memutarkan video taubatnya seorang waria yang mempunyai anak didepan semua responden, setelah selesai ditayangkan responden diberikan kuesioner yang terbagi menjadi empat bagian, yaitu seputar data diri, pengetahuan kognitif, pengetahuan afektif dan kecakapan psikomotorik. Selanjutnya dengan mengacu dari teori stimulus respon ditambah dari teori-teori lain seperti persepsi itu sendiri, peneliti akan mengolah data yang didapat. Setelah dilakukan penelitian dan analisis data didapatkan jawaban dari pertanyaan kognitif adanya penambahan pengetahuan. Sedangkan untuk pertanyaan afektif sendiri didapatkan jawaban bahwa responden merasa senang dan terhibur akan rangsangan yang didapatkan. Jawaban afektif peneliti dapatkan melalui kuesioner dan pengamatan ketika sedang dilakukannya penelitian, terlihat adanya keseriusan dalam menyaksikan video yang ditayangkan, dimana sesekali ada komentar, bercandaan dan ketawa dari responden terhadap tayangan yang mengusung taubatnya seorang waria yang mempunyai anak. Untuk jawaban psikomotorik sendiri didapatkan jawaban adannya perubahan sikap yang terjadi pada responden setelah menyaksikan tayangan realigi. Faktor yang mempengaruhi jawaban tersebut adalah faktor ingatan, faktor ini berpengaruh karena di dalam penayangan film atau video ada beberapa adegan yang pernah dilakukan responden, seperti berteriak kepada orangtua. Hal ini membuat
i
sadar para responden akan kesalahannya setelah menyaksikan film atau video yang ditayangkan. Melihat data yang didapat memberikan bukti bahwa setiap faktor saling mempengaruhi satu sama lain yang akhirnya membentuk respon. Faktor yang mempengaruhi ketiga pertanyaan yang diajukan adalah sama, yaitu faktor internal dan eksternal. Tetapi tentu kita tahu bahwa faktor internal terbagi menjadi dua yaitu jasmani dan rohani. Jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Rohani meliputi perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, pikiran, motivasi dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada pada lingkungan (faktor psikis), seperti intensitas dan jenis benda perangsang atau biasa disebut dengan faktor stimulus.
ii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan semakin mudahnya kita menerima dan mengirimkan suatu informasi keberbagai belahan dunia melalui media massa, tentu saja berpengaruh besar pada tatanan masyarakat dan nilai-nilai di suatu wilayah atau Negara tertentu. Kemajuan teknologi menjadi penyebab utama dari perubahan itu semua, bermula pada dekade sebelum abad ke 20, saat itu alat-alat mekanik yang menyertai lahirnya komunikasi massa hanyalah alat-alat percetakan yang menghasilkan surat, buku, majalah, brosur dan materi cetakan saja. Pada dasawarsa pertama abad ke 20 disusul dengan film dan radio yang digunakan secara luas. Pada dekade berikutnya barulah muncul perkembangan televisi bahkan hingga hari ini sudah memasuki era telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit ruang angkasa dan jaringan komputer. Revolusi teknologi sering kali disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi akibat perubahan teknologi yang meliputi sistem energi, sistem produksi, dan sistem distribusi membentuk serangkaian perilaku sosial yang sesuai dengannya. Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi (infosphere) yang dapat mempengaruhi suasana kejiwaan setiap anggota masyarakat. Marshall McLuhan menyebutkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media
komunikasi.1 Menurut Dominick komunikasi massa sendiri di dalam masyarakat memiliki fungsi sebagai pengawasan (surveillance), penafsiran (interpretation), keterkaitan (linkage), penyebaran nilai (transmission of values), dan hiburan (entertainment).2 Dengan adanya perkembangan teknologi yang sedemikian rupa membuat dunia dakwahpun seakan tidak mau ketinggalan dalam pemanfaatannya. Karena dengan adanya perkembangan teknologi, perkembangan dakwah menjadi lebih mudah, inovativ dan variatif. Dakwah yang biasanya hanya bisa kita dapatkan dimasjid atau majlis-majlis tertentu, kini sudah dapat dinikmati diberbagai tempat. Di rumah, di jalan, di dalam kendaraan, bahkan di pasar pun dakwah dapat dengan mudah kita dapat. Dengan kemajuan teknologi yang ada, seorang da’i (pendakwah) yang tengah berdakwah di satu daerah dapat disaksikan dan didengar oleh masyarakat di daerah lain. Begitu pula dengan metode dakwah yang ada, dengan kemajuan teknologi dakwah kini tidak harus melalui seorang da’i tertentu, tapi kini lebih bersifat variatif, dakwah atau pesan moral tidak lagi hanya di dapat melalui sekolah, guru dan orangtua, karena perkembangan media massa dapat menjadi alternatif untuk mendapatkan itu semua. Menurut M. Bahri Ghazali dalam bukunya dakwah komunikatif, “Dakwah dengan menggunakan media komunikasi lebih efektif dan
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 21th ed. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 45-46. 2 Elvinaro Ardianto, KOMUNIKASI MASSA: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), hal. 15.
2
efisien atau dengan kata lain, dakwah yang demikian disebut dakwah yang komunikatif”.3 Dengan
adanya
perkembangan
teknologi
para
pendakwah
dapat
mengkreasikan kemasan dakwah yang ingin mereka sampaikan. Kemasan dakwah yang beragam seperti sinetron dan film islami, kuis interaktif hingga drama reality religi pun dapat menjadi pilihan pemirsa. Tayangan acara Realigi yang ditayangkan setiap hari Senin pada pukul 20.05, Rabu pukul 20.05, Kamis pukul 22.30 dan Jumat pukul 22.30 di Trans TV ini merupakan salah satu contoh dari keberagaman inovasi dakwah dan penyebaran nilai-nilai keislaman (transmission of values) melalui media massa. Terlebih acara ini ditayangkan di waktu yang sangat tepat (prime time), yaitu waktu dimana acara televisi sedang ditonton oleh banyak pemirsanya. Walaupun ada beberapa hari yang tidak ditayangkan di prime time tetapi mengemas acara yang bersifat religi di waktu-waktu strategis (prime time) tentu bukanlah pekerjaan mudah, karena sang programmer harus bersaing keras dengan stasiun-stasiun TV lainnya yang tengah menayangkan acara-acara hiburan. Oleh karena itu diperlukan inovasi dan variasi yang benar-benar matang, agar tayangan dakwah pun dapat dinikmati sebagai hiburan yang menyegarkan sekaligus menjadi ajang untuk menambah wawasan dan keimanan. Realigi sendiri adalah acara berepisode yang menceritakan perjalanan hidup seseorang yang dipenuhi dengan penyimpangan-penyimpangan (kemaksiatan) menuju kehidupan yang lebih baik (pertaubatan). Kisah tentang anak yang durhaka,
3
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33.
3
perjudian, perdukunan, pelacuran dan bermacam penyimpangan perilaku lain biasanya menjadi tema utama dalam tayangan ini, yang kemudian dibalut dengan berbagai macam solusi untuk mengentaskan penyimpangan yang ada dan walaupun usaha yang dilakukan tidak selamanya diakhiri dengan perbaikan (pertaubatan) diri sang pelaku. Program ini tidak menggunakan host, namun di samping keberadaan Tim Trans TV akan ada seorang konselor dan motivator (Ustadz, Psikolog, dll). Melalui tayangan yang sarat akan pesan moral, informasi dan hiburan ini penulis ingin mengetahui lebih lanjut keefektifitasan komunikasi massa yang terjadi di dalam diri penerimanya (receiver) setelah menyaksikan acara tersebut. Adapun subyek yang akan di jadikan penelitian adalah para siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Pemilihan remaja untuk menjadi subyek dalam penelitian ini dikarenakan masa remaja sedang mengalami masa transisi, sehingga segala sesuatu atau peristiwa dapat memengaruhi pola pikir mereka yang akhirnya dapat membentuk suatu persepsi dalam diri mereka. Menurut Zakiah Daradjat di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, masa remaja awal itu memasuki masa goncang karena disebabkan pertumbuhan yang cepat di segala bidang.4 Percepatan pertumbuhan itu menyebabkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan dan kekuatiran.5 Mengingat kebanyakan para siswa SMU/ SMA merupakan konsumen setia media massa yang tidak selalu suka dengan tayangan religi yang bersifat serius dan monoton, maka tayangan Realigi ini dianggap sebagai tayangan alternatif yang cocok
4 5
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 132. Ibid., h. 133.
4
untuk anak-anak seusia mereka. Karena tidak hanya bersifat menghibur, tapi dalam tayangan ini juga dilengkapi dengan unsur-unsur dakwah yang sudah tentu sarat akan pesan-pesan moral. Selain itu siswa SMA Muhammadiyah 25 Pamulang sudah dapat dikatakan mempunyai umur dan pengetahuan yang cukup untuk mengolah suatu informasi dengan baik, sehingga nantinya akan dapat diketahui respon apa yang mereka dapat setelah menyaksikan tayangan Realigi ini, serta perubahan-perubahan apa saja yang mereka dapat setelah menonton tayangan Realigi. Baik dari segi sikap, pengetahuan maupun perilaku nyata. Wargner berpendapat “Banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.”6
Berdasarkan uraian di atas, kiranya amatlah penting arti sebuah respon masyarakat terhadap sebuah tayangan di media massa. Karena melalui respon masyarakatlah keberhasilan dan keterpurukan suatu program di media massa dapat diukur. Selain bersifat menghibur, media massa, khususnya televisi hendaknya juga dapat memberikan sumbangsih dalam menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri penggunanya. Oleh karena itu penulis akan membahas lebih lanjut respon masyarakat tentang tayangan Realigi ini dalam skripsi yang diberi judul “Respon Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Terhadap Tayangan Realigi di Trans TV ”. 6
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan (Jakarta: Erlangga, t.t.), h. 222.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Supaya lebih mengarahnya skripsi dan permasalahan tidak melebar, maka skripsi ini hanya dibatasi pada respon siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 25 Pamulang terhadap tayangan “Realigi” di Trans TV, dengan judul film atau video taubat seorang waria yang mempunyai anak. 2. Perumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Apakah dengan menyaksikan tayangan realigi dapat menambah pengetahuan keagamaan atau kognitif? b. Bagaimana perasaan setelah menyaksikan tayangan realigi atau afektif? c. Apakah terjadi perubahan perilaku setelah menyaksikan tayangan realigi atau psikomotorik?
C. Tujuan Penelitian Dilihat perumusan masalahnya, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: a. Mengetahui bertambah atau tidaknya pengetahuan keagamaan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. b. Mengetahui perasaan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. c. Mengetahui perubahan sikap siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.
6
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan yang bisa dijadikan literatur tambahan pada bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam mengkaji tentang teori-teori komunikasi melalui sebuah penelitian. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan koreksi dan masukan bagi rumah produksi (production house) maupun penulis skenario dalam membuat tayangan yang tidak hanya menghibur tetapi dapat mendidik masyarakat dalam hal spiritual.
E. Tinjauan Pustaka Gay (1976), berpendapat bahwa “kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian”.7 Walaupun penelitian mengenai respon telah banyak dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya, seperti Umi Habibah yang menulis tentang Respons Siswa SMA Negeri 1 Ciputat Terhadap Isi Pesan Dakwah Dalam Album Ya Rahman-Opick, Rida Farida Mustopa menulis Respon Mahasiswa Terhadap Pemberitaan Aksi Terorisme di Media Massa dan Sri Mulyati menulis Respon Jamaah Majlis Taklim Al-Faizin Condet Jakarta Timur Terhadap Film “Ayat-Ayat Cinta”. Kesamaan skripsi penulis 7
Consuelo G. Selvilla, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UIP, 1998), h. 31.
7
dengan ketiga skripsi sebelumnya ialah menggunakan teori stimulus respon dan subjek yang diteliti berupa remaja. Sedangkan perbedaan antara skripsi penulis dengan ketiga skripsi sebelumnya, terletak pada objek penulisan, dimana objek yang penulis gunakan ialah tayangan realigi di Trans TV.
F. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menayangkan video realigi yang berjudul taubat seorang waria yang mempunyai anak didepan semua responden, kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner. Sedangkan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif, adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang perilakunya diamati.8 2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang yang beralamat Jl. Surya Kencana no.29 Pamulang Barat, pada tanggal 26 Mei 2011, pukul 07.30 sampai 08.30. 3. Populasi dan sampel Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, misalnya lembaga, individu, kelompok dokumen atau konsep.9 Menurut
8
Syamsir Salam MS dan Jaenal Arifin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 30. 9 Manase Malo, dkk., Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h. 149.
8
Suharsini Arikunto “Apabila subjek kurang dari seratus orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana”.10 Sampel ialah sebagian dari populasi yang diteliti untuk mewakili seluruh populasi yang ada. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti berjumlah 374 orang dan jumlah sampel yang akan diteliti berjumlah 37 orang, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling (acak). Peneliti di dalam pengambilan sampelnya berusaha menggabungkan subyek-subyek yang ada di dalam populasi sehingga semua subyek terlihat sama. Oleh karena itu peneliti memberikan hak yang sama kepada subyek agar dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.11 4. Sumber data Adapun jenis data yang digunakan adalah: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang ada melalui penelitian lapangan, yaitu dengan cara: 1) Angket, yaitu daftar isian atau pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Karena menurut Suharsimi
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.
107. 11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, 12th ed. Edisi Revisi V. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 111.
9
Arikunto sebagian besar penelitian pada umumnya menggunakan kuisioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data.12 2) Pengamatan di lapangan, yaitu memperhatikan segala macam aktifitas yang ada
hubungannya
dengan
penelitian
ketika
sedang
berlangsungnya
pengambilan data. b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan untuk mencari teori-teori atau konsep yang berhubungan dengan penelitian dari buku-buku, karya ilmiah terdahulu dan dokumen-dokumen. 5. Kerangka teori Skripsi ini mengacu pada teori stimulus dan respon (S-R). Teori ini berpandangan bahwa media menjadi penyaji stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Setiap anggota massa memberikan respon yang sama pada stimuli yang datang dari media massa.13 Prinsip teori ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan teori jarum hipodermik, dimana prinsip stimulusrespon mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dalam skala yang lebih luas. Pada akhirnya setiap individu yang menerima pesan akan merespon pesan yang mereka terima, kemudian respon tersebut akan menimbulkan persepsi atau pandangan yang berbeda-beda atas apa yang mereka terima.14
12
Ibid., h. 200. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 21th ed. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 197. 14 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), h. 275. 13
10
6. Teknik analisa data Menurut Sofian Effendi analisis data pada dasarnya merupakan suatu proses penyederhanaan
data
ke
dalam
bentuk
yang
lebih
mudah
dibaca
dan
diinterpretasikan.15 Di dalam penelitian ini setelah mendapatkan data, akan ditafsirkan dan dikomentari sesuai dengan kerangka konsep persepsi dan teori stimulus respon untuk menjawab perumusan masalah apakah terjadi perubahan perilaku setelah menyaksikan tayangan realigi?, bagaimana perasaan setelah menyaksikan tayangan realigi?, dan apakah dengan menyaksikan tayangan realigi dapat menambah wawasan keagamaan? 7. Buku pedoman Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) karya Hamid Nasuhi dan kawankawan yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun kedalam lima bab, dimana dalam setiap babnya akan dibagi lagi kedalam sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
15
Masrih Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989),
h. 4-5.
11
BAB I Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II Landasan Teori meliputi Respon dan Film atau Sinetron. BAB III Gambaran Umum Tentang Subyek dan Obyek Penelitian meliputi Sejarah Berdirinya SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Visi dan Misi SMA Muhammadiyah
25
Pamulang
dan
Gambaran
Umum
Siswa-Siswi
SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang. BAB IV Hasil Temuan dan Analisa Data meliputi Hasil Temuan dan Analisa Data BAB V Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran.
12
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Respon 1. Pengertian respon Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction).1 Respon secara etimologis ialah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.2 Menurut kamus lengkap psikologi, respon adalah satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau kuesioner atau sembarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi (tersamar).3 Abu Ahmadi mendefinisikan respon atau tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dimana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan, sudah berhenti, hanya kesannya saja.4
1
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, 27th ed. (Jakarta: PT Gramedia, 2003), h. 481. 2 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, 7th ed. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 36. 3 James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 432. 4 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 64.
Sedangkan Ahmad Subadi mengartikan respon dengan istilah umpan balik (feed back) memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.5 Respon menurut Indung A Shaleh adalah Setiap kegiatan yang ditimbulkan oleh stimulus (perangsang). Jadi suatu perangang adalah apa yang menimbulkan suatu sambutan. Perangsang tersebut merupakan kekuatan-kekuatan dari luar (seperti lewatnya seorang gadis, lukisan yang indah), atau dari dalam (seperti lapar, haus dan sebagainya) yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organism itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong atau menggiatkan seluruh bagian-bagiannya. Kedua istilah ini, stimulus dan respons, rangsang dan sambutan, tidak bisa dipisah-pisahkan karena merupakan suatu kebulatan.6
Kamus sosiologi mengartikan respon sebagai perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya (tanggapan).7 2. Macam-macam respon Menurut Steven M. Caffe respon terbagi menjadi tiga macam, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Kognitif yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu respon. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. Afektif adalah respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi
5
Ahmad Subadi, Ilmu Dakwah ke Arah Metodologi (Bandung: Yayasan Syahida, 1995), h.
6
Indung A. Shaleh, dkk., Pengantar Psikologi Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.
7
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, 2nd ed. (Jakarta: Rajawali, 1985), h. 435.
122. 78.
14
khalayak terhadap sesuatu. Sedangkan konatif ialah respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan.8 Lain halnya dengan Jalaludin Rakhmat yang membagi respon menjadi dua, yaitu respon positif dan respon negatif. Respon positif adalah respon yang mendorong perilaku komunikatif berikutnya. Sedangkan respon negatif adalah respon yang menghambat perilaku komunikatif.9 Berdasarkan penjabaran mengenai definisi respon, banyak yang mengartikan bahwa respon adalah tanggapan. Melihat dari pengertian itulah, penulis merasa harus membahas mengenai tanggapan. Tanggapan menurut Agus Sujanto terbagi menjadi tiga macam, yaitu berdasarkan indera, berdasarkan terjadinya dan berdasarkan lingkungan. Berdasarkan indera yang digunakan dibagi menjadi tiga, yaitu tanggapan auditif adalah tanggapan terhadap sesuatu yang didengar, baik berupa suara, ketukan dan lainnya, tanggapan visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat, tanggapan perasa adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dialaminya. Berdasarkan terjadinya, dibagi menjadi tiga, yaitu tanggapan ingatan adalah ingatan masa lalu atau tanggapan terhadap kejadian yang telah lalu, tanggapan fantasi adalah tanggapan masa kini atau tanggapan terhadap sesuatu yang sedang terjadi, tanggapan pikiran adalah tanggapan akan datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi. Berdasarkan lingkungan, dibagi menjadi dua, yaitu benda adalah tanggapan benda-
8
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 218. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 23th ed. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 191. 9
15
benda yang ada disekitarnya, kata-kata adalah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara.10 3. Faktor terbentuknya respon Ada beberapa faktor yang membentuk suatu respon, yakni: a. Faktor internal, faktor yang terdapat dalam individu. Manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu meliputi jasmani (meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak) dan rohani (psikologis yang meliputi keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan sebagainya). Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut anatara satu orang dengan orang lain. b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat pada lingkungan (faktor psikis), faktor ini adalah intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus.11 4. Teori Stimulus Organism Responden (SOR) Teori stimulus respon atau disebut juga teori S-O-R (Stimulus-OrganismResponse) ini semula berasal dari psikologi, yang muncul antara tahun 1930 dan 1940. Teori SOR kemudian menjadi teori komunikasi dikarenakan objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia, yang meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.12 Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi aliran behavioristik yang menggambarkan hubungan stimulus-respon-asumsi, dari teori ini bahwa stimulus yang berupa katakata verbal, isyarat, non verbal, gambar, tindakan tertentu akan merangsang orang
10
Agus Sujanto, Psikologi Keperibadian (Jakarta: Aksara Baru, 1991), h. 31-33. Bimo Walgito, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 6. 12 Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya bakti, 2005), h. 254. 11
16
lain untuk memberikan respon-respon dengan cara tertentu, proses pemindahan atau pertukaran informasi ini bersifat timbale balik dan mempunyai efek.13 Teori stimulus respon memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Pesan karenanya tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya secara individu, tetapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.14 Teori stimulus respon juga memandang bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subyek yang diterima obyek. Kuat lemahnya rangsangan akan menetukan mutu atau kualitas responden (reaksi, tanggapan dan balasan) dari obyek yang menerima stimulus.15
B. Film atau Sinetron 1. Pengertian Fim atau Sinetron Sinema elektronik (sinetron) adalah sinema yang di produksi dan diniatkan untuk tayangan televisi, bukan tayangan layar lebar yang bisa dan biasa ditayangkan melalui layar tevisi.16 Adapun pengertian sinetron itu sendiri menurut Undang-Undang (UU) perfilman ayat 1 pasal 1 adalah: 13
Winarmi, Komunikasi Massa (Malang: UMM Press, 2003), h. 58. Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Jakarta: Kencana, 2005), h. 22. 15 Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 9. 16 Muh Labib, Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial (Jakarta: Mandar Utama Tiga Books, 2002), h. 107. 14
17
“Pengertian sinetron sama dengan pengertian film, yaitu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengan yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau yang lainnya.”17
Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.18 Menurut Alex Shobur, film ialah bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan.19 Film merupakan teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas disamping pers, radio dan televisi.20 Sinetron menurut Bambang Marhiyanto sebagai film atau pertunjukan sandiwara.21
17
Panitia tetap FSI, Pedoman Penyelenggaraan FSI (Jakarta: Pantap FSI, 1994) Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 134. 19 Asep Kurniawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam-Mengembangkan Tabligh Melalui Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 95. 20 Sean Mac Bride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, aneka Suara Satu Dunia (Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983), h. 120. 21 Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Media Center, t.t.), h. 574. 18
18
Sedangkan Muh. Labib sendiri mendefinisikan sinetron sebagai wacana atau teks audio visual yang bermuatan gambaran realitas sosial virtual atau tiruan dari realitas sosial nyata.22 2. Karakteristik sinetron Sinetron sebagai salah satu tayangan yang banyak digemari masyarakat mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya: Pertama, sinetron disajikan sekilas. Sinetron adalah tayangan televisi yang hanya sekali dilihat dan didengar. Penonton tidak dapat mengulang sinetron tersebut sesuai dengan keinginannya. Sinetron dapat diulang kembali apabila episodenya sudah usai ditayangkan dan banyak penonton yang meminta untuk mengulang kembali sinetron tersebut, ini bisa disebut dengan rerun. Sinetron rerun biasanya ditayangkan di luar waktu prime time seperti di pagi hari atau di siang hari Kedua, sinetron menampilkan gambaran dramatik. Sinetron merupakan pengadegan dari suatu cerita sehingga ditampilkan secara dramatik sesuai dengan naskah yang telah disiapkan sebelumnya oleh produser maupun penulis naskah. Ketiga, sinetron menampilkan gambaran yang konkret sebagai pengalaman langsung kepada penontonnya. Sinetron menyajikan rangkaian cerita ataupun peristiwa dengan perannya sehingga itu terlihat sebagai suatu realita kehidupan. Hal inilah yang menjadi pengalaman bagi penontonnya. Keempat, sinetron bertutur dalam bingkai episodik. Sinetron merupakan sajian dialogis yang terbagi dalam bagian-bagian adegan. Bagian-bagian adegan ini
22
Muh Labib, Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial (Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002), h. 23.
19
tersaji secara episodik sesuai dengan panjang pendeknya cerita yang hendak ditampilkan. Kelima, sinetron menghadirkan perasaan personal sampai mampu mengikat penontonnya. Penonton yang menyaksikan sinetron merasa larut dan menjadi dekat bahkan dapat pula merasa menjadi bagain dari ceritanya. Hal ini dapat menimbulkan rasa puas dan minat yang besar bagi penontonnya, sehingga membuat penonton merasa terikat dan kehilangan sesuatu jika tidak menyaksikan sinetron tersebut. Rasa tidak ingin kehilangan satu episode pun akan membuat penonton rela untuk mengorbankan kegiatan yang lain demi menyaksikan sinetron tersebut. Keenam, sinetron mampu mengubah citra lama menjadi citra baru. Para pemeran tokoh yang jahat tidak jarang di cap jahat juga dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya. Ibu tiri digambarkan kejam, maka masyarakat juga mengecap setiap ibu tiri pasti kejam dan begitu pula sebaliknya. Ketujuh, sinetron mampu menanamkan kesadaran semu bahkan keliru pada penontonnya. Pengadegan ataupun perilaku yang diperankan oleh para pemeran sinetron akan diartikan sebagai pembenaran bagi penontonnya sehingga tidak menyadari kalau perilaku yang diperankan tersebut keliru atau tidak dapat dibenarkan. Selain itu penonton sinetron juga akan menganggap bahwa setiap baju, model rambut dan aksesoris para pemeran yang dikenakan artis sinetron pasti merupakan produk yang baik bagi penontonnya. Walaupun semua itu belum tentu demikian realitasnya. Kedelapan, sinetron mengubah para pemain sinetron menjadi bukan jati dirinya sendiri. Setiap pemain sinetron harus mampu memainkan karakter orang lain 20
yang berbeda dengan karakter dirinya. Semakin mampu memainkan karakter yang berbeda-beda maka artis tersebut akan semakin diakui dan dapat disebut sebagai pemain watak. Kesembilan, sinetron dapat mengatur jadwal kegiatan penontonnya. Ketika sinetron yang disukai akan ditayangkan, maka para penonton setianya telah siap di depan televisi. Suatu ketika sinetron tersebut ditayangkan lebih awal karena ada sesuatu hal maka para penontonnya akan rela pulang cepat dari aktifitasnya hanya untuk menonton sinetron tersebut. Mereka tidak mau tertinggal satu episode pun.23 3. Jenis-jenis sinetron Jenis sinetron dapat dilihat dari berbagai macam sisi, baik dari segi kesinambungan cerita, tema atau isi cerita maupun kelompok usia. Sinetron berdasarkan kesinambungan cerita terbagi menjadi 4, diantaranya: a) Sinetron seri adalah sinetron yang memiliki banyak episode, tetapi masingmasing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. Contohnya sinetron Tuyul Milenium di SCTV, Jin dan Jun di TPI dan Untung Ada Jinny di ANTV. b) Sinetron serial adalah sinetron yang memiliki banyak episode dan masingmasing episode memiliki hubungan sebab akibat. Contohnya sinetron Disini Ada setan di SCTV dan Cerita SMU di INDOSIAR.
23
Muh Labib, Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial (Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002), h. 24-25.
21
c) Sinetron mini seri adalah sinetron yang terdiri dari 3 sampai 6 episode atau lebih dan setiap episodenya saling bersambungan. d) Sinetron lepas adalah sinetron yang terdiri dari satu episode saja atau dapat dikatakan satu episode selesai. Contohnya FTVdan film layar lebar.24 Sinetron berdasarkan tema atau isi ceritanya terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Sinetron drama adalah sinetron yang berisikan cerita kehidupan sehari-hari pada umumnya. Sinetron drama terbagi menjadi 4 kategori, diantaranya: a) Sinetron drama, yaitu sinetron yang mengangkat persoalan-persoalan keluarga, dengan pemeran seluruh anggota keluarga. Contohnya sinetron Cinta Fitri di SCTV. b) Sinetron drama komedi situasi, yaitu sinetron yang menciptakan situasi yang komis. Contohnya sinetron Samson Betawi di SCTV. c) Sinetron drama misteri, yaitu sinetron yang mengangkat masalah misteri atau menciptakan situasi yang mencekam. Contohnya sinetron Disini Ada Setang di SCTV. 2. Sinetron laga adalah sinetron yang banyak menceritakan atau mengisahkan perkelahian sebagai menu utamanya. Sinetron laga dibagi menjadi 2 kategori, diantaranya: a) Sinetron laga misteri kolosal, yaitu sinetron yang mengangkat pertarunganpertarungan dengan tema misteri dengan pemeran dalam jumlah besar. 24
Ibid., h. 83.
22
Contohnya sinetron Gunung Merapi 3 di INDOSIAR. b) Sinetron laga drama, yaitu sinetron yang mengangkat pertarunganpertarungan masa kini. Contohnya sinetron Darah dan Cinta di INDOSIAR.25 Sinetron berdasarkan kelompok usia tertentu terbagi menjadi 3 kategori, diantaranya: a) Sinetron anak-anak, yaitu sinetron yang para tokoh pemainnya adalah anakanak. Contohnya sinetron Si Entong di TPI. b) Sinetron remaja, yaitu sinetron yang para tokohnya adalah remaja. Contohnya Bintang dan Kejora di RCTI. c) Sinetron dewasa, yaitu sinetron yang para tokohnya adalah orang-orang yang telah dewasa. Contohnya sinetron bayu Cinta Luna di SCTV.26 4. Unsur-unsur sinetron JB. Wahyudi di dalam bukunya Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergetar mengemukakan unsur-unsur sinetron, diantaranya produser, sutradara, naskah, artis/ aktor, engineering, kostum dan tata rias. Produser adalah seseorang yang membiayai produksi sebuah sinetron dan orang yang bertanggung jawab atas pembuatan sinetron secara keseluruhan. Sutradara adalah orang yang memimpin pertunjukan atau pementasan dalam sebuah sinetron.
25 26
Ibid., h. 85. Ibid., h. 88.
23
Naskah atau script atau ide gagasan suatu cerita adalah penjelasan serta pengembangan sebuah ide cerita atau konsep yang secara operasional dapat dibuat visualnya, oleh karena itu penulis naskah dituntut untuk berimajinasi secara kreatif dengan didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat dijabarkan dalam bahasa yang jelas. Artis/ aktor adalah orang yang memainkan peran sesuai dengan naskah yang telah dibuat. Engineering adalah orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan alat-alat produksi, seperti kamera, mika dan listrik. Selanjutnya kostum, walaupun kostum bukan sesuatu hal yang paling penting dalam pembuatan sinetron, kostum juga diperhatikan, maka kostum ditentukan agar sesuai dengan cerita sinetron tersebut dan yang terakhir make up atau tata rias, hal ini juga harus diperhatikan, memake up para pemain dengan karakter yang harus dimainkannya.27
27
JB. Wahyudi, Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergetar (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 25.
24
25
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG
A. Sejarah Berdirinya SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Sekolah SMA Muhammadiyah 25 pamulang sudah berdiri hampir 16 tahun, tepatnya pada tahun 1991. Masyarakat biasa mengenal sekolah ini dengan sebutan SMA Muhammadiyah 25 Setia budi Pamulang. Sebutan ini bukan karena letaknya yang berdekatan dengan Jl. DR. Setia budi di Pamulang, melainkan karena dulunya SMA Muhammadiyah 25 Pamulang didirikan dan menjadi amal usaha Pimpinan Cabang Muhammadiyah Setia budi Karet di Jakarta Selatan. Sekolah SMA Muhammadiyah 25 Pamulang mendapatkan izin pendirian dari Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa barat pada tahun 1993 dengan status “DIAKUI”. Selang lima tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1998 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang melakukan akreditasi ulang dengan status “DISAMAKAN”. Seiring berjalannya waktu sekolah SMA Muhammadiyah 25 Pamulang semakin membenah diri, mulai dari penambahan kelas, menambah guru-guru berkualitas serta sistem pengajaran yang selalu diperbarui membuat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini semakin luas. Dengan semangat kerja keras yang terus dijalankan, pada tahun 2007 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Banten memberikan kepercayaan kepada SMA Muhammadiyah 25 Pamulang untuk menyandang status “TERAKREDITASI A”. Dari sisi perkembangan jumlah siswa, SMA Muhammadiyah 25 Pamulang mengalami peningkatan, dimana pada awal berdirinya sekolah ini hanya mempunyai
28 siswa. Tetapi sudah lima tahun terakhir ini dapat menampung empat kelas di setiap penerimaan siswa baru dengan jumlah setiap kelas berisi 40 siswa. Mengingat daya tampung yang terbatas, maka hampir setiap tahun 60-80 calon siswa tidak dapat diterima di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Sekolah ini berdiri di atas lahan tanah seluas 14.000 m2 (empat belas ribu meter persegi), dimana di dalamnya berdiri kokoh tiga buah gedung, yaitu SD Muhammadiyah 12, SMP Muhammadiyah 22 dan SMA Muhammadiyah 25 dengan dibawah satu kepengurusan Pimpinan Perguruan Muhammadiyah Setia budi Pamulang.
B. Visi dan Misi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
meningkatkan mutu kehidupan bangsa serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Lebih jauh harus mengupayakan pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta berakhlak mulia, berkreatifitas dan berwawasan keunggulan. Salah satu permasalahan yang besar diantara berbagai masalah dan kendala yang dihadapi bangsa adalah SDM yang kurang berkualitas. Pendidikan dapat dipastikan memegang peranan kunci di dalam menyiapkan SDM yang berkualitas, baik melalui pendidikan formal, maupun non formal atau pendidikan berkelanjutan. Itulah sebabnya, pendidikan sepatutnya menjadi bidang utama yang seharusnya dilaksanakan sejak semula kita merancang pembangunan jangka panjang dan pembangunan lima tahun.
26
Era sekarang ini ada era kompetisi, yang menuntut munculnya kualitas dan mutu yang bisa bersaing. Peningkatan kualitas dan mutu, sekarang ini merupakan prioritas utama yang harus dilakukan, tanpa kualitas dan mutu, akan mungkin terjadi lembaga-lembaga pendidikan rontok satu persatu. Oleh sebab itu, SMA Muhammadiyah 25 sebagai suatu lembaga pendidikan yang ikut membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sudah seharusnya meletakkan dan menjabarkan serta menjalankan visi dan misi di sekolah secara jelas. Agar apa yang diharapkan dari visi dan misi yang telah dicanangkan dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas “Unggul dalam Iman, Ilmu dan Amal serta Anggun dalam Akhlak”. Keunggulan yang diharapkan di sini bukan keunggulan yang semu tetapi keunggulan yang sesungguhnya yaitu kemandirian. Sikap proaktif dan antisipatif sangat diperlukan untuk menyiapkan SDM serta berbagai perangkat untuk menghadapi ketatnya persaingan global antar individu, antar kelompok, antar bangsa dan negara. Atas dasar ini SMA Muhammadiyah 25 mewujudkan visi tersebut ke dalam misi yang ditampilkan dengan enam keunggulan yang diharapkan: 1. Memilik pemahaman dan kemuhammadiyahan yang benar 2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga siswa dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki 3. Memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air 4. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi 5. Menguasai beberapa bahasa asing
27
6. Memiliki kreatifitas seni, budaya dan olahraga.1
C. GambaranUmumSiswa-Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Sekolah SMA Muhammadiyah 25 Pamulang menampung siswa-siswi didiknya yang berjumlah tiga ratus tujuh puluh empat ke dalam sebelas kelas, yaitu kelas satu terbagi menjadi empat, kelas dua terbagi menjadi tiga; satu kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan dua kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan kelas tiga terbagi menjadi empat; dua kelas jurusan IPA dan dua kelas lagi jurusan IPS. Kelas satu yang pertama atau biasa disebut dengan kelas 1.1 (satu satu) mempunyai siswa-siswi sebanyak tiga puluh dua, dimana jumlah siswanya dua puluh orang atau setara dengan 5,3% dan siswinya dua belas orang atau setara dengan 3,2%. Kelas satu yang kedua atau kelas 1.2 (satu dua) mempunyai siswa-siswi sebanyak tiga puluh, dengan jumlah siswa sebanyak tujuh belas atau 4,5% dan siswinya sebanyak tiga belas atau 3,5%. Sedangkan untuk kelas satu yang ketiga atau kelas 1.3 (satu tiga) memiliki jumlah siswa sebanyak enam belas orang atau setara dengan 4,3% dan siswi sebanyak empat belas orang atau setara dengan 3,7%. Kelas satu yang terakhir atau kelas 1.4 (satu empat) memiliki jumlah siswa sebanyak empat belas orang atau sebesar 3,7% dan siswi sebanyak tiga belas orang atau sebesar 3,5%. Kelas dua yang pertama atau kelas 2.1 (dua satu) dengan jurusan IPA, memiliki jumlah siswa sebanyak enam belas orang atau setara dengan 4,3% dan siswi yang berjumlah dua puluh dua orang atau setara dengan 5,9%. Kelas dua jurusan IPS 1
SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Profil SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, h. 1-2.
28
yang pertama atau kelas 2.2 (dua dua) mempunyai jumlah siswa-siswi sebanyak tiga puluh dua orang, dengan jumlah siswa dua puluh tiga orang atausebesar 6,1% dan siswi berjumlah sembilan orang atau sebesar 2,4%. Sedangkan untuk kelas IPS yang kedua atau kelas 2.3 (dua tiga) memiliki jumlah siswa-siswi sebanyak tiga puluh satu orang, dengan jumlah siswa dua puluh orang atau setara dengan 5,3% dan siswi berjumlah sebelas orang atau setara dengan 3%. Sedangkan untuk kelas tingkatan yang terakhir yaitu kelas tiga, khususnya jurusan IPA yang pertama mempunyai jumlah siswa sebanyak tujuh belas atau sebesar 4,5% dan jumlah siswi sebanyak dua puluh satu atau sebesar 5,6%. Lain halnya dengan kelas jurusan IPA yang kedua, siswa yang ada berjumlah sembilan belas orang atau sebesar 5,1% dan siswi berjumlah sembilan belas orang atau sebesar 5,1%. Kelas selanjutnya dengan jurusan IPS, memiliki siswa-siswi sebanyak tiga puluh sembilan, dengan jumlah siswa dua puluh tiga orang atau setara dengan 6,1% dan jumlah siswi enam belas orang atau setara dengan 4,3%. Kelas IPS yang kedua mempunyai jumlah siswa-siswi sebanyak tiga puluh sembilan orang, dengan spesifikasi siswa berjumlah dua puluh lima atau sebesar 6,7% dan siswi berjumlah empat belas atau sebesar 3,7%.
29
30
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Hasil Temuan 1. Pengetahuan Kognitif Pengetahuan kognitif merupakan proses mental, yang meliputi cara seseorang didalam memperoleh informasi, dan dimana yang kemudian informasi tersebut diubah menjadi sebuah pengetahuan. Oleh sebab itu pengetahuan kognitif tidak dapat diamati secara langsung dan akan menjadi lebih efektif seandainya terus dilatih. Berikut ini beberapa pertanyaan seputar kognitif yang terbagi menjadi delapan pertanyaan, dengan jumlah responden sebanyak tiga puluh tujuh. Dari pertanyaan kognitif inilah yang menjadi awal seseorang menghasilkan respon.
Tabel 1 Pengetahuan Kognitif Apakah Anda tahu program realigi yang ditayangkan di Trans TV? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Sangat Tahu Tahu Samar-Samar Tidak Tahu
JUMLAH 4 32 1 0 37
PERSENTASE 11 86 3 0 100
Data di atas menunjukan sebanyak tiga puluh dua responden menjawab tahu atau sebesar 86% dari jumlah total responden tiga puluh tujuh, dan yang lain menjawab sangat tahu sebanyak empat responden atau sebesar 11%, dan samar-samar sebanyak satu orang atau sebesar 3%. Berdasarkan data yang didapat, disimpulkan
bahwa sebagaian besar responden sudah mengetahui program realigi, ini dikarenakan program realigi sebagai produk industri media, dimana media sendiri bersifat luas sehingga banyak masyarakat yang mengetahui. Belum lagi ditambah jam tayangnya yang hadir pada saat prime time, alhasil masyarakat yang menonton cukup luas.
Tabel 2 Pengetahuan Kognitif Termasuk jenis apakah tayangan realigi? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Talent Show Sinetron Reality Show FTV
JUMLAH 0 1 36 0 37
PERSENTASE 0 3 97 0 100
Tabel di atas menunjukan sebanyak tiga puluh enam responden memilih jawaban reality show atau sebesar 97% dan satu responden sisanya memilih untuk menjawab sinetron atau sebesar 3%. Dari data tabel 2 diketahui hampir semua responden mengetahui jenis tayangan realigi, pengetahuan responden akan jenis tayangan realigi disebabkan karena sifat media itu sendiri, dimana media melakukan terpaan secara terus menerus, ditambah diawal tayangan selalu menampilkan tulisan reality show.
31
Tabel 3 Pengetahuan Kognitif Apakah menurut Anda kelainan perilaku seperti waria dapat disembuhkan? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Mungkin Tidak Tahu
JUMLAH 22 2 12 1 37
PERSENTASE 59,45 5,4 32,43 2,7 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui sebesar 59,45% atau sebanyak dua puluh dua responden menjawab iya, dua lagi menjawab tidak atau sebesar 5,4%, dua belas responden yang lainnya menjawab mungkin atau sebesar 32,43% dan sisanya sebesar 2,7% atau setara dengan satu orang menjawab tidak tahu. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengetahui bahwa kelainan perilaku seperti waria dapat disembuhkan, tetapi tidak sedikit pula yang ragu akan kesembuhan penyakit kelainan perilaku.
Tabel 4 Pengetahuan Kognitif Apa pendapat Anda mengenai sikap bohong ibunya kepada si anak mengenai kondisi ayahnya? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Tidak Tahu
JUMLAH 6 8 23 0 37
PERSENTASE 16 22 62 0 100
Melihat tabel 4 di atas diketahui sebanyak enam orang menjawab setuju atau setara dengan 16%, dan yang menjawab tidak setuju sebanyak delapan orang atau
32
setara dengan 22%. Lain halnya dengan jawaban ragu-ragu, sebanyak dua puluh tiga responden memilih jawaban tersebut atau setara dengan 62%. Data di atas dapat disimpulkan bahwa ada keraguan dari sebagian responden, melihat dari data diri para responden hampir keseluruhan tidak mempunyai masalah dengan keluarga, dalam artian para responden hidup dalam keluarga yang hamonis. Sehingga tidak ada pengalaman dari responden dalam situasi tersebut, itu yang menyebabkan sebagian besar responden memilih ragu-ragu.
Tabel 5 Pengetahuan Kognitif Pada saat adegan anak berteriak kepada ibunya “Ibu lebih hina dari waria”, Bagaimana pendapat Anda? NO 1 2 3 4 5
PILIHAN JAWABAN Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Tidak Tahu Tidak Menjawab
JUMLAH 3 20 12 1 1 37
PERSENTASE 8 54 32 3 3 100
Tabel 5 menunjukan bahwa sebanyak tiga responden memilih jawaban setuju atau sebesar 8%, dua puluh responden memilih tidak setuju atau sebesar 54%, raguragu sebanyak dua belas orang atau sebesar 32%. Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu sebanyak satu orang atau sebesar 3% dan satu responden memilih untuk tidak menjawab atau setara dengan 3%. Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden tidak setuju akan pertanyaan yang diberikan. Melihat dari tingkat ibadah responden yang tinggi seperti seringnya shalat berjamaah,
33
mengaji dan jarangnya meninggalkan shalat menjadi indikator bahwa pengetahuan agama responden tinggi, sehingga pertanyaan pada tabel lima lebih cenderung mengarah ke pilihan yang tidak melawan orangtua.
Tabel 6 Pengetahuan Kognitif Pada saat adegan ketika sang anak dilarang ibunya untuk bertemu ayahnya, Bagaimana pendapat Anda? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Tidak Tahu
JUMLAH 2 32 2 1 37
PERSENTASE 5,4 86,4 5,4 2,7 100
Data di atas menunjukan dua orang menjawab setuju atau sebesar 5,4%, tiga puluh dua menjawab tidak setuju atau setara dengan 86,4%, dua orang lagi menjawab ragu-ragu atau setara dengan 5,4% dan satu orang menjawab tidak tahu atau setara dengan 2,7%. Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa hampir sebagian besar responden tidak setuju dengan pertanyaan. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa responden memiliki tingkat ibadah yang tinggi dan tidak ada masalah dengan keluarga, dalam artian hidup dalam keluarga yang harmonis. Keadaan ini membuat para responden tidak setuju jika salah satu orangtuanya melarang untuk bertemu dengan orangtua satunya lagi.
34
Tabel 7 Pengetahuan Kognitif Pada akhir cerita sang anak pergi meningalkan ayahnya dengan terlebih dahulu memeluknya sebagai ucapan perpisahan, bagaimana pendapat Anda? NO 1 2 3 4 5
PILIHAN JAWABAN Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Tidak Tahu Tidak Menjawab
JUMLAH 19 11 3 2 2 37
PERSENTASE 51,3 29,7 8,1 5,4 5,4 100
Pada tabel di atas dapat diketahui sebanyak sembilan belas responden memilih untuk menjawab setuju atau sebesar 51,3%, sebelas orang yang lain lebih memilih tidak setuju atau sebesar 29,7%, tiga orang memilih ragu-ragu atau setara dengan 8,1%. Untuk jawaban tidak tahu dipilih oleh dua orang responden atau sebesar 5,4% dan dua responden yang lain memilih untuk tidak menjawab atau sebesar 5,4%. Kesimpulan untuk tabel ini bahwa hampir sebagian besar responden menjawab setuju dengan pertanyaan. “Di dalam perkembangan sosial remaja ada dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orangtuanya dan menuju ke arah teman-teman sebayanya. Dua gerakan tersebut merupakan suatu reaksi terhadap status interim anak muda. Sesudah pubertas, remaja bisa dikatakan dewasa secara jasmani maupun rohani tetapi di dalam perkembangannya masih terbatas karena seorang remaja masih harus tinggal dengan orangtuanya, dari sudut ekonomi remaja belum bisa mencari penghasilan, seandainya ada pun penghasilan itu tidak tetap dan mereka juga belum bisa kawin dikarenakan norma-norma agama dan sosial. Keadaan inilah yang membuat mereka saling
35
mencari teman sebayanya karena mereka merasa dalam satu nasib yang sama. Sehingga mereka mengorbankan sebagian besar hubungan emosinya dengan orangtua dalam usaha untuk menjadi wakil kelompok teman sebaya mereka.”1 Adanya perubahan jawaban pada tabel tujuh dengan tabel enam, yang dimana pada tabel enam di dapat jawaban bahwa sang anak sangat menghargai dan menghormati ayahnya, tetapi pada tabel tujuh didapatkan jawaban sang anak tidak terlalu menghargai dan menghormati ayahnya, yang bisa dilihat dari ditinggalkannya sang ayah oleh anaknya. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh psikologi remaja yang sedang berkembang sehingga menimbulkan pergulatan emosi antara memilih orangtua dengan teman sebayanya. Remaja itu akan merasa malu seandainya identitas ayahnya sebagai waria diketahui oleh teman-teman sebayanya, di lain sisi dia merasa bahwa waria itu tetap ayahnya. Sehingga para responden menjawab setuju dikarenakan sang anak tetap berlaku sebagai layaknya seorang anak terhadap ayahnya dengan cara memeluk untuk terakhir kalinya, yang selanjutnya pergi meninggalkannya karena takut merasa malu dengan teman sebayanyaa.
1
F. J. Monks, dkk., Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, 3th ed. (Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press, 2006), h. 276-277.
36
Tabel 8 Pengetahuan Kognitif Apakah menurut Anda dengan alasan keterbatasan ekonomi menjadi pelacur diperbolehkan? NO 1 2 3
PILIHAN JAWABAN Boleh Tidak Boleh Tidak Menjawab
JUMLAH 0 36 1 37
PERSENTASE 0 97 3 100
Di tabel terakhir untuk seputar pertanyaan kognitif tiga puluh enam responden menjawab tidak boleh atau sebesar 97% dan satu orang sisanya memilih tidak menjawab atau sebesar 3%. Data yang didapat menyimpulkan sebagian besar responden menjawab tidak boleh. Di lihat dari riwayat ibadah responden serta pendidikan orangtua yang tinggi merupakan indikator bahwa pendidikan orangtua mempengaruhi pendidikan anaknya sehingga permasalahan seperti tabel delapan sudah tentu mengetahui, baik dari segi islam maupun penjelasan lainnya seperti penyakit yang bisa ditimbulkan dari seks bebas, norma sosial yang akan mereka (waria) terima dan lain sebagainya. 2. Pengetahuan Afektif Pengetahuan afektif yaitu pengetahuan yang meliputi segala macam perasaan, marah, gembira, sedih, kecewa, senang, takut dan lain sebagainya. Pada pengetahuan afektif inilah yang nantinya proses penghayatan terjadi, baik ketika sedang menerima rangsangan maupun setelah menerima rangsangan. Pada bagian pengetahuan afektif pertanyaan terbagi menjadi delapan, berikut ini penjabarannya:
37
Tabel 9 Pengetahuan Afektif Apakah Anda menyukai program bernuansa islami NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Sangat Suka Suka Biasa Saja Tidak Suka JUMLAH
JUMLAH 2 13 22 0 37
PERSENTASE 5,4 35,1 59,5 0 100
Tabel sembilan di atas ini menunjukan bahwa yang memilih jawaban sangat suka sebanyak dua orang atau setara dengan 5,4%, untuk jawaban suka sendiri dipilih oleh tiga belas responden atau sebesar 35,1% dan biasa saja dipilih oleh dua puluh dua responden atau sebesar 59,5%. Data yang bisa disimpulkan bahwa responden menganggap biasa saja terhadap program yang bernuansa islami. Hasil akhir jawaban tersebut dipengaruhi dari pengalaman pendidikan dua puluh tujuh responden yang pernah bersekolah yang berbasis islam. Pengetahuan yang dimiliki serta adannya pengulangan terus menerus, dalam hal ini pengetahuan agama membuat responden merasa bosan.
Tabel 10 Pengetahuan Afektif Bagaimana menurut Anda jalan cerita yang ditayangkan? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Menarik Membosankan Biasa Saja Tidak Tahu JUMLAH
JUMLAH 16 2 19 0 37
38
PERSENTASE 43,2 5,4 51,4 0 100
Sedangkan di tabel kesepuluh diketahui sebanyak enam belas responden menjawab menarik atau sebesar 43,2%, sedangkan untuk jawaban membosankan dipilih oleh dua responden atau sebesar 5,4% dan jawaban biasa saja dipilih oleh sembilan belas responden atau sebesar 51,4%. Data yang bisa disimpulkan bahwa responden menganggap biasa saja mengenai jalan cerita yang ditayangkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tabel sembilan mengenai latar belakang pendidikan responden yang hampir sebagian besar sekolah dengan berbasis islam membuat responden merasa bosan akan penambahan ilmu mengenai islam. Selain itu di dalam salah satu pertanyaan mengenai data diri responden tentang pilihan pendidikan, seandainya harus memilih sekolah umum atau sekolah berbasis islam, sebanyak lima belas responden menjawab sekolah berbasis islam dan dua puluh satu orang menjawab sekolah umum, sisanya memilih tidak menjawab. Pengulangan secara terus menerus membuat seseorang merasa bosan, tetapi dengan adanya faktor kesediaan dan minat yang membuat antara satu orang dengan orang lain di dalam menerima rangsangan yang sama dan terus menerus berbedabeda. Mungkin ada orang yang merasa bosan dengan hal-hal yang berulang-ulang tetapi ada pula yang merasa senang dan merasa ingin mencari lebih dalam lagi tentang hal yang dia dapatkan.
39
Tabel 11 Pengetahuan Afektif Apa yang Anda rasakan saat menyaksikan cerita yang ditayangkan? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Tersentuh Menangis Membosankan Biasa Saja JUMLAH
JUMLAH 17 1 2 17 37
PERSENTASE 46 3 5 46 100
Data di atas menunjukan sebanyak tujuh belas responden menjawab tersentuh atau setara dengan 46%, satu orang menjawab menangis atau sebesar 3%, dua orang lainnya menjawab membosankan atau sebesar 5% dan tujuh belas responden sisanya menjawab biasa saja atau sebesar 46%. Disimpulkan bahwa dari tabel ini responden terbagi menjadi dua kelompok besar, dimana yang satu menjawab tersentuh dan yang satu lainnya menjawab biasa saja. Pada jawaban tersentuh sebanyak tiga belas wanita menjawab tersentuh dan satunya lagi menjawab menangis dari jumlah wanita sebanyak dua puluh tiga orang. Sedangkan untuk pria sendiri sebanyak empat orang menjawab tersentuh dari jumlah empat belas orang. Ini membuktikan bahwa perasaan wanita lebih sensitif dibandingkan pria di dalam menghayati video yang ditayangkan pada saat penelitian.
40
Tabel 12 Pengetahuan Afektif Apakah Anda merasa terhibur dengan cerita yang ditayangkan? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Biasa Saja Tidak tahu JUMLAH
JUMLAH 12 5 20 0 37
PERSENTASE 32 14 54 0 100
Berdasarkan data di atas dapat diketahui sebanyak dua belas orang memilih menjawab iya atau setara dengan 32% dan lima orang yang lainnya memilih menjawab tidak atau setara dengan 14%. Untuk jawaban biasa saja sendiri dipilih oleh dua puluh responden atau setara dengan 54%. Kesimpulan yang bisa diambil bahwa hampir sebagian besar responden menjawab biasa saja.
Tabel 13 Pengetahuan Afektif Apakah setelah menyaksikan cerita yang ditayangkan memberikan pengaruh negatif kepada Anda? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Biasa Saja Tidak tahu JUMLAH
JUMLAH 1 27 9 0 37
PERSENTASE 3 73 24 0 100
Tabel 13 ini menunjukan bahwa sebanyak satu orang menjawab iya atau sebesar 3%, untuk jawaban tidak sendiri dipilih oleh dua puluh tujuh responden atau sebesar 73%. Sedangkan untuk peminat jawaban biasa saja sebanyak sembilan orang
41
atau setbesar 24%. Disimpulkan bahwa responden rata-rata mengatakan tidak untuk pertanyaan ada pengaruh negatif atau tidak setelah menyaksikan tayangan realigi.
Tabel 14 Pengetahuan Afektif Apakah setelah menyaksikan cerita yang ditayangkan memberikan pengaruh positif kepada Anda? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Biasa Saja Tidak tahu JUMLAH
JUMLAH 24 2 10 1 37
PERSENTASE 65 5 27 3 100
Pada tabel di atas dapat diketahui sebanyak dua puluh empat responden memilih untuk menjawab iya atau sebesar 65%, dua orang yang lain lebih memilih tidak atau sebesar 5%, sepuluh orang memilih biasa saja atau setara dengan 2,7%. Sedangkan untuk jawaban tidak tahu dipilih oleh satu orang responden atau sebesar 3%. Data yang bisa disimpulkan bahwa responden mengatakan ada manfaat setelah menyaksikan tayangan realigi.
Tabel 15 Pengetahuan Afektif Bagaimana sikap Anda terhadap waria sebelum menyaksikan tayangan Realigi? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Peduli Tidak Peduli Benci Biasa Saja JUMLAH
JUMLAH 2 12 3 20 37
42
PERSENTASE 5,4 32,4 8,1 54,1 100
Dikarenakan pertanyaan afektif seputar perasaan, peneliti merasa perlu untuk menanyakan sikap responden terhadap waria sebelum menyaksikan tayangan realigi seperti pada tabel 15 di atas. Dari tabel didapat jawaban peduli sebanyak dua atau setara dengan 5,4%, tidak peduli dua belas atau setara dengan 32,4%, jawaban benci tiga orang atau setara dengan 8,1% dan biasa saja sebanyak dua puluh orang atau setara dengan 54,1%. Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa sikap responden terhadap waria biasa saja.
Tabel 16 Pengetahuan Afektif Bagaimana sikap Anda terhadap waria setelah menyaksikan tayangan Realigi? NO 1 2 3 4 5
PILIHAN JAWABAN Peduli Tidak Peduli Benci Biasa Saja Tidak Dijawab
JUMLAH 6 4 3 23 1 37
PERSENTASE 16,2 10,8 8 62 3 100
Sedangkan di tabel keenambelas diketahui sebanyak enam responden menjawab peduli atau sebesar 16,2%, sedangkan untuk jawaban tidak peduli dipilih oleh empat responden atau sebesar 10,8% dan jawaban benci dipilih oleh tiga responden atau sebesar 8%. Dua puluh tiga responden lainnya lebih memilih biasa saja atau setara dengan 62% dan satu orang sisanya memilih untuk tidak menyumbangkan suaranya atau setara dengan 3%. Kesimpulan yang dapat diambil tidak berbeda dengan tabel sebelumnya yaitu biasa saja.
43
3. Kecakapan Psikomotorik Kecakapan psikomotorik merupakan suatu gejala yang menunjuk pada hal, keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot tubuh beserta gerakan-gerakan atau dalam kata lain psikomotorik suatu keadaaan yang menghasilkan atau memunculkan rangsangan terhadap kegiatan tubuh manusia. Pertanyaan kuesioner yang menyangkut kecakapan psikomotorik berjumlah tujuh pertanyaan, dengan lima pertanyaan berbentuk pilihan gandan dan dua pertanyaan lagi berbentuk isian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjabarannya sebagai berikut: Tabel 17 Kecakapan Psikomotorik Apakah setelah menyaksikan tayangan Realigi keimanan Anda bertambah? NO 1 2 3 4 5
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Biasa Saja Ragu-Ragu Tidak Menjawab
JUMLAH 13 0 22 1 1 37
PERSENTASE 35.1 0 59.4 2.7 2.7 100
Mengawali tabel pertama dalam bagian kecakapan psikomotorik, didapat data sebanyak tiga belas responden menjawab iya atau sebesar 35,1%, dua puluh dua menjawab biasa saja atau sebesar 59,4%, satu responden menjawab ragu-ragu atau sebesar 2,7% dan satu lagi memilih untuk tidak mengeluarkan jawabannya atau sebesar 2,7%. Berdasarkan data yang di dapat disimpulkan bahwa responden menjawab biasa saja didalam penambahan wawasan. Hasil akhir yang di dapat dipengaruhi faktor pengalaman responden, dikarenakan dua puluh tujuh orang
44
tercatat pernah bersekolah dengan basis islam. Alhasil ketika ditayangkan video penelitian jawaban yang di dapat biasa saja.
Tabel 18 Kecakapan Psikomotorik Setelah menyaksikan tayangan Realigi, apakah Anda masih ingin berteriak kepada ibu? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Belum Tahu Tidak Menjawab
JUMLAH 3 29 4 1 37
PERSENTASE 8.1 78.3 10.8 2.7 100
Data di atas menunjukan sebanyak tiga responden menjawab iya atau sebesar 8,1% dari jumlah total responden tiga puluh tujuh, dan yang lain menjawab tidak sebanyak dua puluh sembilan responden atau sebesar 78,3%. Sedangkan untuk jawaban belum tahu dipilih sebanyak empat responden atau sebesar 10,8% dan satu orang sisanya memilih untuk tidak menjawab atau sebesar 2,7%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak akan berteriak lagi kepada ibunya. Pengalaman masa lalu serta pendidikan yang di dapat responden memberikan penilaian bahwa tidak boleh berteriak kepada seorang ibu.
45
Tabel 19 Kecakapan Psikomotorik Apakah setelah menyaksikan tayangan Realigi, Anda menjadi orang yang lebih bersyukur? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Biasa Saja Ragu-Ragu
JUMLAH 30 0 7 0 37
PERSENTASE 81 0 19 0 100
Tabel 19 di atas menunjukan bahwa sebanyak tiga puluh orang menjawab iya atau sebesar 81% dan untuk jawaban biasa saja dipilih oleh tujuh responden atau sebesar 19%. Sehingga kesimpulan yang didapat bahwa responden sebagian besar memilih iya.
Tabel 20 Kecakapan Psikomotorik Apakah setelah menyaksikan tayangan Realigi, Anda menjadi orang yang lebih menyanyangi orangtua? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Biasa Saja Belum Tahu
JUMLAH 30 0 6 1 37
PERSENTASE 81 0 16.2 2.7 100
Pada tabel di atas dapat diketahui sebanyak tiga puluh responden memilih untuk menjawab iya atau sebesar 81%, enam orang yang lain lebih memilih biasa saja atau sebesar 16,2% dan satu orang memilih belum tahu atau setara dengan 2,7%. Data yang bisa disimpulkan bahwa responden menjadi lebih menyanyangi orangtuanya.
46
Tabel 21 Kecakapan Psikomotorik Setelah menyaksikan tayangan Realigi, apakah Anda menjadi lebih menghargai orangtua? NO 1 2 3 4
PILIHAN JAWABAN Iya Tidak Biasa Saja Ragu-Ragu
JUMLAH 28 0 9 0 37
PERSENTASE 76 0 24 0 100
Berdasarkan data tabel di atas sebanyak dua puluh delapan responden menjawab iya atau setara dengan 76%, dan sembilan responden sisanya memilih menjawab biasa saja atau setara dengan 24%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa responden menjadi lebih menghargai orangtuanya.
B. Analisa Data Persepsi terbentuk dari satu faktor, yaitu faktor perhatian. Faktor perhatian sendiri terbagi menjadi dua faktor, faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Sikap, emosi, motif, pengalaman masa lampau, kemauan, kebiasaan, motif sosiogenis dan lain sebagainya, termasuk ke dalam faktor dari dalam diri atau intern. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri atau ekstern meliputi objek peristiwa, orang lain yang berhubungan dengannya dan juga lingkungan tempat tinggal. Berdasarkan hasil penelitian berupa kuesioner yang dilakukan terhadap tiga puluh tujuh responden, diketahui jawaban untuk seputar pertanyaan kognitif adanya penambahan pengetahuan. Melihat hasil dari data diri responden tentang kesedian untuk menambah pengetahuan tentang agama, didapat dua puluh satu responden 47
menjawab biasa saja. Hal ini membuat responden tidak terlalu tertarik dengan pengetahuan agama, sehingga saat ditayangkan film atau video didapatkan jawaban berupa terjadi penambahan pengetahuan. Sedangkan untuk pertanyaan afektif sendiri didapatkan jawaban bahwa responden merasa senang dan terhibur akan rangsangan yang didapatkan. Jawaban afektif peneliti dapatkan melalui kuesioner dan pengamatan ketika sedang dilakukannya penelitian, terlihat adanya keseriusan dalam menyaksikan video yang ditayangkan, dimana sesekali ada komentar, bercandaan dan ketawa dari responden terhadap tayangan yang mengusung taubatnya seorang waria yang mempunyai anak. Terhiburnya para responden akan rangsangan yang diberikan disebabkan beberapa faktor, yang pertama faktor waktu dan tempat, dimana pada saat dilakukannya penelitian para responden dalam proses belajar di sekolah. Sehingga proses belajar berhenti untuk penelitian, situasi ini yang kemudian menciptakan perasaan senang di diri para responden. Perasaan senang ini yang kemudian membuat seseorang menerima rangsangan secara serius, dalam hal ini saat responden menyaksikan tayangan yang diberikan (rangsangan) terlihat adannya keseriusan. Faktor kedua adalah ingatan atau pengalaman, faktor inilah yang membuat pada saat penayangan film atau video hampir rata-rata responden memberikan komentar, baik dalam bentuk bercandaan terhadap temannya ataupun komentar mengenai isi film tersebut. Untuk jawaban psikomotorik sendiri didapatkan jawaban adannya perubahan sikap yang terjadi pada responden setelah menyaksikan tayangan realigi. Faktor yang mempengaruhi jawaban tersebut adalah faktor ingatan, faktor ini berpengaruh karena di dalam penayangan film atau video ada beberapa adegan yang pernah dilakukan 48
responden, seperti berteriak kepada orangtua. Hal ini membuat sadar para responden akan kesalahannya setelah menyaksikan film atau video yang ditayangkan. Melihat data yang didapat memberikan bukti bahwa setiap faktor saling mempengaruhi satu sama lain yang akhirnya membentuk respon. Faktor yang mempengaruhi ketiga pertanyaan yang diajukan adalah sama, yaitu faktor internal dan eksternal. Tetapi tentu kita tahu bahwa faktor internal terbagi menjadi dua yaitu jasmani dan rohani. Jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Rohani meliputi perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, pikiran, motivasi dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada pada lingkungan (faktor psikis), seperti intensitas dan jenis benda perangsang atau biasa disebut dengan faktor stimulus.
49
50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya dengan didukung oleh analisa data respon siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, maka dapat disimpulkan menjadi tiga sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan hasil penelitian berupa kuesioner yang dilakukan terhadap tiga puluh tujuh responden, diketahui jawaban untuk seputar pertanyaan kognitif adanya penambahan pengetahuan. Melihat hasil dari data diri responden tentang kesedian untuk menambah pengetahuan tentang agama, didapat dua puluh satu responden menjawab biasa saja. Hal ini membuat responden tidak terlalu tertarik dengan pengetahuan agama, sehingga saat ditayangkan film atau video didapatkan jawaban berupa terjadi penambahan pengetahuan. Sedangkan untuk pertanyaan afektif sendiri didapatkan jawaban bahwa responden merasa senang dan terhibur akan rangsangan yang didapatkan. Jawaban afektif peneliti dapatkan melalui kuesioner dan pengamatan ketika sedang dilakukannya penelitian, terlihat adanya keseriusan dalam menyaksikan video yang ditayangkan, dimana sesekali ada komentar, bercandaan dan ketawa dari responden terhadap tayangan yang mengusung taubatnya seorang waria yang mempunyai anak. Terhiburnya para responden akan rangsangan yang diberikan disebabkan beberapa faktor, yang pertama faktor waktu dan tempat, dimana pada saat dilakukannya penelitian para responden dalam proses belajar di sekolah. Sehingga proses belajar
berhenti untuk penelitian, situasi ini yang kemudian menciptakan perasaan senang di diri para responden. Perasaan senang ini yang kemudian membuat seseorang menerima rangsangan secara serius, dalam hal ini saat responden menyaksikan tayangan yang diberikan (rangsangan) terlihat adannya keseriusan. Faktor kedua adalah ingatan atau pengalaman, faktor inilah yang membuat pada saat penayangan film atau video hampir rata-rata responden memberikan komentar, baik dalam bentuk bercandaan terhadap temannya ataupun komentar mengenai isi film tersebut. Untuk jawaban psikomotorik sendiri didapatkan jawaban adannya perubahan sikap yang terjadi pada responden setelah menyaksikan tayangan realigi. Faktor yang mempengaruhi jawaban tersebut adalah faktor ingatan, faktor ini berpengaruh karena di dalam penayangan film atau video ada beberapa adegan yang pernah dilakukan responden, seperti berteriak kepada orangtua. Hal ini membuat sadar para responden akan kesalahannya setelah menyaksikan film atau video yang ditayangkan. Respon antara seseorang dengan orang lain tentulah berbeda-beda, walaupun rangsangan yang terjadi dalam bentuk dan waktu yang sama. Melihat data yang didapat memberikan bukti bahwa setiap faktor saling mempengaruhi satu sama lain yang akhirnya membentuk respon. Faktor yang mempengaruhi ketiga pertanyaan yang diajukan adalah sama, yaitu faktor internal dan eksternal. Tetapi tentu kita tahu bahwa faktor internal terbagi menjadi dua yaitu jasmani dan rohani. Jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Rohani meliputi perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, pikiran, motivasi dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada pada
51
lingkungan (faktor psikis), seperti intensitas dan jenis benda perangsang atau biasa disebut dengan faktor stimulus. . B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya dari pihak Trans TV untuk program acara Realigi ada perubahan format acara, dimana pemirsa diajak untuk mengirimkan permasalahannya sehingga pemirsa merasa ikut serta dalam acara tersebut dan pemirsa dapat merasa kepuasan karena masalahnya terpecahkan. 2. Ketika memberi pesan dakwah suara jangan terlalu cepat dihilangkan dan hendaknya lebih diperbanyak. 3. Untuk peneliti yang mau meneruskan penelitian ini, hendaknya lebih memperdalam setiap unsur dari persepsi, baik itu afektif, kognitif ataupun psikomotorik, sehingga nantinya hasil yang didapatkan bisa lebih mendalam.
52
53
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, 12th ed. Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Bride, Sean Mac. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, aneka Suara Satu Dunia. Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006. Chaplin, James P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2003. Echols, Jhon M. dan Shadily, Hasan. Kamus Bahasa Inggris Indonesia, 27th ed. Jakarta: PT Gramedia, 2003. Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya bakti, 2005. Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga, t.t.
Kurniawan, Asep. Komunikasi dan Penyiaran Islam-Mengembangkan Tabligh Melalui Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital. Bandung: Benang Merah Press, 2004. Labib, Muh. Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002. Malo, Manase. dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997. Monks F. J. dkk., Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, 3th ed. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press, 2006. Marhiyanto, Bambang. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Media Center, t.t. MS, Syamsir Salam dan Arifin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Press, 2006. Mufid, Muhammad. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana, 2005. Panitia tetap FSI. Pedoman Penyelenggaraan FSI. Jakarta: Pantap FSI, 1994. Rafi’udin dan Djaliel, Maman Abdul. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: CV Pustaka Setia, 1997. Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _. Psikologi Komunikasi, 21th ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . Psikologi Komunikasi, 23th ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Selvilla, Consuelo G. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UIP, 1998. 54
Shaleh, Indung A. dkk., Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Singarimbun, Masrih dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1989. SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Profil SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Soekanto, Soerjono. Kamus Sosiologi, 2nd ed. Jakarta: Rajawali, 1985. Subadi, Ahmad. Ilmu Dakwah ke Arah Metodologi. Bandung: Yayasan Syahida, 1995. Sujanto, Agus. Psikologi Keperibadian. Jakarta: Aksara Baru, 1991. Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan, 7th ed. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995. Wahyudi, JB. Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergetar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992. Walgito, Bimo. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Winarmi. Komunikasi Massa. Malang: UMM Press, 2003.
55
56
LAMPIRAN
57
58
59
FOTO-FOTO SAAT BERLANGSUNGNYA PENELITIAN
60