Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays, L) PADA PERLAKUAN SALINITAS YANG BERBEDA Maria Yustiningsih1) dan Vinsensia UR Sila2) Universitas Timor ABSTRAK Theobjective of this study to determine the effect of soaking NaCl to seed germination, morphology and physiology oflocal white maize and hybrid maize (Zea mays L) and to know the response of maize growth in salinity. The research design is randomized complete block design with 5 replications. Each treatment consisted of soaking using a NaCl solution 0, 50 mM and 100 mM for 1 hour. The controlled used maize without soaking. The parameters divided into two parematers, morphological parameter : biomassa weight, plant height, and leafs. Physiological parameters is shoot and root ratio. The result showed that soaking the NaCl at a concentration of 50 mM and 100 mM affect the morphology of white maize, but less of an effect on the morphology of hybrid maize. The rate of seed germination of white maize is higher than maize hybrids. The growth rate of the plant up to 30 days showed that the highest shoot and root ratio found in the white maize with soaking NaCl 50 mM.The higher ratio of hybrid maize found in using the water soaking. It is concluded that soaking in NaCl may affect the morphology and physiology of the maize. Keywords : soaking, NaCl, screening, shoot, root, ratio, growth PENDAHULUAN Tanaman Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting bagi masyarakat di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) karena jagung mempunyai nilai gizi tinggi dan nilai kalorinya setara dengan beras (Simanjuntak, 2006). Jagung juga merupakan salah satu dari tiga besar tanaman pangan yang kaya karbohidrat selain tanaman gandum dan padi.Provinsi NTT yang tergolong kering merupakan sentra produksi jagung nomor enam di Indonesia dan ± 80% masyarakatnya menjadikan jagung sebagai makanan pokok.Selain sebagai makanan pokok, jagung juga menjadi sumber pakan dan energi.Oleh karena itu di provinsi NTT dan kabupaten TTUjagung merupakan komoditi pertanian unggulan daerah sehingga jagung dibudidayakan mulai dari dataran rendah sampai ke pegunungan.Menurut data BPS NTT tahun 2011 produksi jagung untuk pangan di NTT sebesar 591.301 ton, sedangkan jagung non pangan sebesar 81.811 ton. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan (Suranto et al, 2009). Kebutuhan jagung di provinsi Nusa Tenggara Timur meningkat sebesar 10-15% per tahun.Beberapa perusahan industri pangan bahkan mengalami peningkatan kebutuhan jagung setiap tahunnya. Salah satu contohnya adalah kebutuhan jagung untuk satu perusahaan industri pakan di NTT emerlukan bahan baku jagung biji lebih 1.000 ton per tahun. Untuk memenuhi permintaan jagung secara regional yang setiap tahun meningkat makaproduktivitas tanamanjagung harus ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
12
Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
memperluas area penanaman dengan memanfaatkan lahan marginal. Namun umumnya lahan marginal banyak mengalami cekaman abiotik seperti kekurangan air, kadar garam tinggi dan terpolusi limbah. Menurut Espino et al (2009) tanaman yang ditanam pada lahan kering dan berkadar garam tinggi akan menurunkan tingkat produktivitas sampai 50%. Cekaman garam atau salinitas merupakan salah satu jenis cekaman abiotik yang umum ditemukan di lahan pertanian dan lahan marginal.Salinitas dapat diartikan adanya konsentrasi garam yang tinggi di lingkungan tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi tercekam (Sitorus, 2012). Tanah salin banyak dijumpai di Indonesia dan di Nusa Tenggara Timur, seperti daerah yang terkena intrusi air laut, daerah yang mempunyai musim kemarau yang panjang dan daerah yang tanahnya secara kontinyu mendapatkan pemasukan air irigasi (Putri et al., 2010). Garam NaCl merupakan salah satu jenis garam yang paling banyak ditemukan di lingkungan tanaman dan mudah terlarut dalam air (Sipayung, 2003). Natrium (Na) merupakan mikronutrien yang penting bagi tanaman dan berfungsi untuk regenerasi phospoenolpiruvat pada proses fotosintesis tanaman CAM dan C4. Selain itu ion Na+ tidak berfungsi sebagai nutrisi tetapi dapat menginduksi pertumbuhan jika jumlah ion K+ terbatas (Maathuis & Amtmann, 1999). Namun jumlah Na yang berlebihan dapat menghambat asupan ion K+ sehingga menggganggu kestabilan ratio Na/K dalam sel. Pada sel tanaman yang normal memiliki konsentrasi K+ yang lebih tinggi dibandingkan Na. Fungsi ion K+ antara lain adalah untuk menjaga tekanan osmotik di dalam sel, mengatur buka – tutup stomata, sintesis protein dan kofaktor enzim piruvat kinase (Munns, 2002). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang terkena cekaman biotik dan abiotik yaitu dengancara penapisan atau screening baik secara in vitro maupun in vivoagar tanaman dapat beradaptasi dan menghasilkan peningkatan pertumbuhan pada kondisi cekaman. Penapisan pada cekaman biotik telah dilakukan oleh Utomo et al (2010) dengan melakukan perendaman bibit jagung pada larutan antifungal. Penapisan bibit padi pada kondisi salin telah dilakukan oleh Harja Utama et al (2009), sementara penapisan beberapa galur kedelai pada lahan salin dilakukan oleh Yuniati (2004) dan pemberian air laut pada pertumbuhan jagung manis telah dilakukan oleh Ayunda (2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya juga diketahui bahwa pemberian perlakuan cekaman salinitas pada jagung belum pernah dilakukan khususnya jagung kultivar lokal NTT. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan pemberian cekaman salinitas pada biji jagung putih dan jagung hibrida dengan melalui dua (2) tahap perlakuan yaitu tahap penapisan melalui perendaman biji jagung dalam NaCl konsentrasi 0 ppm, 50 ppm dan 100 ppm selama 1 jam; serta tahap persemaian biji hasil penapisan pada media tanah mengandung NaCl 5000 ppm untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman pada kondisi cekaman salinitas. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perendaman NaCl terhadap perubahan morfologi dan fisiologi pada perkecambahan biji jagung hasil penapisan salinitas, serta mengidentifikasi kadar garam yang sesuai untuk perkecambahan dan pertumbuhan jagung di lingkungan terkondisi salin. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kebun percobaan Km 5 Maubeli pada bulan Juni-Agustus 2016. percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
13
Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
(RAK) dengan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari perendaman menggunakan larutan NaCl konsentrasi 0, 50 mM, dan 100 mM masing – masing selama 1 jam. Sebagai pembanding digunakan biji jagung tanpa perendaman. Penelitian ini menggunakan jagung sebagai sample dan garam serta tanah mengandung NaCl sebagai media penapisan. Pada awal perendaman dipilih jagung yang berkualitas baik dengan indikator warna, bentuk dan berat yang sama. Jagung dipilih sebanyak masing – masing 50 biji yang kemudian dipilih secara acak sebanyak masing – masing 5 biji untuk disemaikan pada polibag yang berisi media tanah dan NaCl dengan komposisi 0 dan 5 gram NaCl. Parameter yang diamati pada penelitian ini karakteristik morfologi dan fisiologi. Secara morfologi karakter yang diamati adalah berat biomassa, tinggi tanaman, dan jumlah daun; sedangkan secara fisiologi difokuskan pada perbandingan shoot dan root ratio. Pertumbuhan diamati perhari sampai sampai dengan 30 hari setelah masa tanam (HST); sedangkan jumlah daun, warna daun, tinggi tanaman dan shoot/root ratio diamati setelah 30 hari masa tanam. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis secara statistik menggunakan metode analisis variansi (ANOVA) dengan menggunakan program SPSS. Uji lanjut dilakukan dengan menggunakan rentang kepercayaan 95 % (p≤0,05). Hasil perhitungan nilai rata – rata data ditampilkan dalam bentuk grafik dengan menggunakan program Microsoft Excel. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan perendaman pada biji tanaman jagung putih dan jagung hibrida menunjukkan bahwa kedua jenis jagung menunjukkan perubahan morfologi pada biji, seperti tampak pada gambar1. Setelah perlakuan perendaman, biji jagung kemudian diberikan perlakuan seleksi dengan cara ditanam pada media tanah ditambah NaCl dengan konsentrai 5000 ppm.
Gambar 1. Perbandingan biji jagung hasil perendaman NaCl. Gambar A biji jagung hibrida dengan tanpa perendaman (TP), NaCl 0,50 dan 100mM.Gambar B hasil perendaman biji jagung hibrida.
14
Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
Setelah masa perkecambahan selama 7 (tujuh) hari diketahui bahwa kedua jenis biji menunjukkan pola pertumbuhan yang berbeda. Grafik 1 dan grafik 2 menunjukkan perubahan pertumbuhan tanaman perminggu pada jagung putih dan jagung.Pengamatan pertumbuhan dilanjutkan sampai dengan tanaman berumur 30 hari masa tanam (HST). Pada pengamatan pertumbuhan yang dilakukan per minggu diketahui bahwa terdapat perbedaan respon morfologi yang ditandai dengan perbedaan pada tinggi tanaman, jumlah daun dan berat biomassa tanaman antar kedua jenis jagung. Pengamatan kemudian dilanjutkan pada perubahan fisiologi yaitu berdasarkan ratio panjang tajuk dan akar juga atau shoot – root ratio.
Pada grafik diketahui bahwa biji jagung putih yang direndam dalam larutan NaCl menunjukkan bahwa rerata pertumbuhan kecambah lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkecambahan jagung hibrida. Hal ini dimungkinkan karena dari hasil perendaman biji jagung diketahui bahwa jagung putih dapat menyerap larutan NaCl lebih banyak bila dibandingkan dengan biji jagung hibrida (gambar 1). Namun demikin diketahui bahwa pertumbuhan perkecambahan paling tinggi ditemukan pada jagung putih yang direndam dalam konsentrasi NaCl 50 mM. Selanjutnya pada masa perkecambahan, hampir semua jagung putih dapat tumbuh di dalam polibag yang diberikan media NaCl. Hal ini juga menunjukkan bahwa tanaman jagung putih selain mampu menyerap larutan NaCl juga mampu tumbuh di kondisi cekaman. Menurut Azrai & Adnan (2011) tanaman jagung lokal umumnya mempunyai tingkat toleransi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jagung hibrida. Tanaman jagung hibrida dihasilkan melalui mekanisme unggul namun kurang disesuaikan dengan kondisi beberapa daerah secara umum (Yulisma, 2011). Pada sebagian besar wilayah NTT termasuk Kabupaten TTU lahan pertanian adalah lahan kering dan masih mengandalkan air hujan dan irigasi. Kondisi memungkinkan lahan kering juga mempunyai kadar garam /salin yang tinggi.
15
Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
Laju perkecambahan biji jagung yang paling tinggi adalah pada jagung hibrida yang ditanaman pada media non NaCl sedangkan laju perkecambahan terendah ditemukan pada jagung putih pada media non NaCl. Dari hasil ini diketahui bahwa jagung hibrida dapat tumbuh pada kondisi tanah normal atau cukup air dan terhambat jika kadar garam tinggi. Cekaman abiotik khususnya salinitas adalah kondisi dimana kandungan garam NaCl dalam tanah lebih tinggi karena tingginya evaporasi daripada transpirasi. Menurut Jukri (2009), tanah salin mempunyai nilai DHL (daya hantar listrik, EC= electrical conductivity) lebih besar dari 4 deci Siemens/m atau ekivalen dengan 40 mM NaCl. Salinitas merupakan salah satu jenis cekaman yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas tanaman (Shapira, 2009). Menurut Qosim et al (2014), tanaman yang diberikan perlakuan cekaman salinitas akan memperlihatkan respon yang berbeda Pada pertumbuhan tanaman 30 HST, pengaruh beda nyata ditunjukkan pada tanaman jagung putih dengan konsentrasi 50 mM dan 100 mM, sedangkan pada jagung hibrida tidak berbeda nyata antara biji jagung yang direndam NaCl dan yang direndam air biasa maupun tanpa perendaman (kontrol). Hal ini juga sesuai dengan pertumbuhan perkecambahan yang diamati sebelumnya. Namun demikian jika dilihat secara keseluruhan, hampir semua tanaman menunjukkan pertumbuhan terhambat dengan semakin tinggi kadar NaCl. Menurut Jukri (2009), salinitas akan meningkatkan respirasi sel akar sehingga sel lebih memerlukan karbohidrat untuk mempertahankan respirasi dalam kondisi salin. Tingginya kebutuhan karbohidrat diduga ditimbulkan dari adanya kompartementasi ion, sekresi ion,atau perbaikan dari kerusakan seluler. Tanaman yang tumbuh dalam kondisi salin, juga harus mengkompensasi untuk turunnya pembukaan stomata dan luas daun untuk mempertahankan turgiditas sel. Mekanisme ini dapat menghentikan pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran sel) sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu, penurunan tinggi tanaman diduga juga disebabkan oleh adanya pengaruh cekaman osmotik yang menyebabkan tanaman sulit menyerap air dan pengaruh racun dari ion Na dan Cl akibat pemberian NaCl, sehingga pembelahan dan pembesaran sel terhambat dan tanaman akan tumbuh kerdil. Jumlah daun juga menunjukkan penurunan yang disebabkan oleh terlarutnya garam-garam sehingga menurunkan potensial air yang berakibat tanaman sulit untuk menyerap air dan proses pertumbuhannya tidak normal. Beberapa peneliti mengemukaan bahwa pengaruh yang paling penting dari kondisi salin dan kekeringan adalah pengurangan fotosintesis yang diakibatkan oleh penurunan jumlah dan luas permukaan daun karena terlalu terjadi penuaan daun lebih awal.Hal ini diduga berkaitan dengan penurunan turgor dan potensial air tanaman.Umumnya penurunan turgor dan potensial air tanaman selalu diikuti dengan penutupan stomata sehingga menurunkan pertumbuhan tanaman. Bahkan jika potensial air daun mencapai -15 Bar daun akan pucat dan menggulung karena berkurangnya turgiditas sel daun sehingga memperkecil luas dan jumlah daun. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya molekul NaCl yang mengalami ionisasi menjadi Na+ dan Cl- sehingga terjadi peningkatan salinitas pada media tumbuh yang menginduksi terjadinya stress ion mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tanaman terhambat (Teare dan Peet, 1983).
16
Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
Pada berat biomassa tanaman menunjukkan bahwa tanaman jagung putih mempunyai berat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman jagung hibrida. Namun jika dilihat secara keseluruhan, tanaman yang diberikan NaCl mengalami penurunan biomassa. Menurut Dachlan et al ( 2013), garam akan mempengaruhi bobot basah dan bobot kering tanaman. Semakin meningkatnya konsentrasi NaCl menyebabkan meningkatnya Na+ dan Cl yang terserap kedalam jaringan yang kemudian akan menghambat metabolism dalam tumbuhan jagung (Lubis, 2008). Parameter selanjutnya yang diamati adalah parameter shoot and root ratio yang dapat menggambarkan efisiensi dan indicator pertumbuhan tanaman. Shoot Root Ratio atau rasio tajuk-akar merupakan perbandingan tajuk dan akar tanaman.Parameter ini dapat digunakan sebagai indikator adanya kekurangan air pada tanaman.Kekurangan air ini lebih menghambat pertumbuhan tajuk dibandingkan pertumbuhan akar.Pertumbuhan tajuk lebih tinggi apabila kelembaban tanah juga tinggi, sedangkan pertumbuhan akar lebih tinggi apabila kelembaban tanah rendah atau sedikit (Gardner et al., 1991). Pada tanaman jagung dengan perlakuan NaCl menunjukkan bahwa ratio shoot – root tertinggi adalah pada tanaman jagung putih; sementara jagung hibrida mempunyai ratio yang rendah. Pada kondisi ini dapat dikatakan bahwa pada kondisi cekaman garam, jagung putih mempunyai efisiensi pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan jagung hibrida. Menurut Hamdia & Shadad (2010), keberhasilan tumbuhan mentoleransi cekaman salinitas antara lain adalah kemampuan tumbuhan untuk melakukan mekanisem penghindaran pada kondisi salin. Pada mekanisme penghindaran, tanaman tidak dapat mengubah cekaman lingkungan, tetapi cekaman dicegah masuknya ke dalam tanaman dengan membentuk barier salah satunya dengan pengaktifan Na+/H+ antiporter SOS1 (salt overlay sensitive) untuk menghalangi pemasukan ion Na ke dalam sel (Conde dkk., 2011). Selain itu mekanisme tanaman dalam menghadapi cekaman garam juga dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu (1) pengendalian penyerapan garam pada akar mengggunakan Na+ transpoter dan pengaktivan SOS (Conde dkk., 2011) (2) kompartementalisasi Na ke dalam vakuola dengan menggunakan NHX – Na+/H+ antiporter (3) seleksi K/Na dengan cara menurunkan afinitas K+ transporter HKT1 (Zhu, 2003) (4) absisi organ yang berisi garam, dan (5) sekresi ion melalui struktur pengeluaran garam untuk jenis tanaman yang mengembangkan struktur khusus (Dajic, 2006). Tanaman yang toleran terhadap cekaman juga mampu mempertahankan intergitas membran sel dan mengurangi kerusakan membran (Satyawati dan Parvaiz, 2008).Mekanisme tersebut erat kaitan dengan tahap kecepatan tanaman dalam merespon sinyal cekaman dan tahap regulasi seluler dalam pengaturan osmoregulasi. Osmoregulasi adalah upaya tanaman untuk menjaga turgor sel dengan mengakumulasi senyawa metabolit seperti proline, glisin betain dan gliserol (Hamdia dan Shaddad, 2010). Produksi senyawa metabolit merupakan salah satu respon tanaman terhadap adanya cekaman lingkungan. Senyawa metabolit dapat berupa senyawa osmoprotektan dan compatible solute yang bersifat netral (Rathinasabapathi, 2000) dan mempunyai berat molekul rendah sehingga tidak mengganggu proses metabolisme pada tanaman (Satyawati dan Parvaiz, 2008).
17
Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
Beberapa jenis senyawa osmoprotektan antara lain adalah gula (fruktosa, polyol, dan sukrosa), gula alkohol (gliserol dan inositol), serta derivat asam amino (proline, glisin betain dan quatenery ammonium compound /QAC) (Kransensky dan Jonak, 2012). Akumulasi senyawa osmoprotektan dapat menstabilkan protein dan membran sel ketika sel mendapat gangguan cekaman (Conde dkk., 2011) karena dapat mendeteksi cekaman dan menginduksi sel untuk mempertahankan turgor daun pada keadaan potensial air daun yang menurun dengan menurunkan potensial osmotic (Hapsoh,2006). Salah satu senyawa osmoprotektanyang dihasilkan ketika tanaman menghadapi cekaman adalah prolin.Menurut Ain-Lhout dkk. (2001), proline diakumulasi oleh tanaman dan berfungsi menstabilkan protein, melindungi membran dan struktur subseluler serta melindungi sel melawaan ROS (Kishor dkk.,2005).Menurut Santoro dkk.(1992) proline dihasilkan sel segera setelah sel tersebut mengalami cekaman dan akan berfungsi melindungi membran plasma serta protein sel dengan melalui penurunan tekanan osmosis dan menjaga tekanan turgor (Effendi, 2008). Menurut Chadalavada dkk. (1994) prolin dapat menstabilkan protein dengan membentuk hidrophilic colloid yang dapat berinteraksi dengan hydrophobic backbone pada membran sel. Prolin juga dapat mengatur keasaman sitosol dengan cara mengatur ratio NAD+/NADH dan melindungi kerusakan sel dengan mengurangi reaksi peroksidasi lipid serta melindungi struktur protein dari kerusakan akibat radikal bebas (Alia dkk., 2001). Selain itu, prolin juga dapat melindungi reaksi fotokimia pada kompleks fotosistem II dan membantu regenerasi NADP+ yang dibutuhkan pada proses fotosisntesis serta membantu reaksi redox di sitosol dan plastida (Kishor dkk., 2005). Menurut Hare dkk. (1998) dan Alia dkk. (2001) siklus redoks sangat berperan dalam membantu aktivasi antioksidan pada saat tanaman mendapat cekaman. Pada tanaman yang tetap mampu tumbuh dan toleran pada kondisi salin seperti jagung putih dan jagung hibrida, patut diduga bahwa kedua jenis tanaman ini telah mengakumulasi senyawa osmoregulator seperti prolin. Namun demikian, untuk dapat memastikan hal tersebut maka diperlukan uji prolin sehingga dapat diketahui secara tepat tanaman mana yang lebih tercekam pada kondisi salin. SIMPULAN 1. Biji jagung yang direndam dalam NaCl memperlihatkan respon (morfologi dan fisiologi yang berbeda) perkecambahan dan pertumbuhan yang berbeda 2. Biji jagung putih yang direndam dalam NaCl 50mM menghasilkan biomassa dan shoot and root ratio paling tinggi 3. NaCl dapat digunakan sebagai bahan penapisan dan seleksi bertahap pada tanaman jagung DAFTAR PUSTAKA Ashraf, M. 1997. Improvement of Salt Tolerance in Same Native Pulse.San Diego, New York Ayunda Nesia, 2014. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt.) Pada Beberapa Konsentrasi Sea Minerals. Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa Padang
18
Vol. I No.2 Februari 2017
ISSN 2527-9939
Conde, A., Manuela, C., dan Hernani, G. 2011. Membrane Transport, Sensing and Signaling in Plant Adaptation to Environmental Stress, Plant Cell Physiology Espino, R.R.C., Jamaludin, S.H., Silayoi, B., dan Nasution, R.E. 1992. Edible Fruit and Nuts. Ed. Verheij, E.W.M., Conorel, R.E, Plant Resource of South-East Asia Faesal dan Syuryawati.2011. Urgensi Koleksi Plasma Nutfah Jagung Lokal di Flores Nusa Tenggara Timur Kupang. Seminar Nasional Serealia Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hamdia, M. A,. dan Shaddad. M. A. K. 2010. Salt Tolerance of Crops Plants. Journal of Stress Physiology & Biochemistry Harja Utama., Haryoko Widodo., Munir Rafli., dan Sunadi. 2009. Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas pada Lahan Rawa di Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Agron Indonesia Jian-Kang Zhu. 2012. Regulation of ion homeostasis under salt stress, Elsevier Jukri. 2009. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Kakaei, M., Mansouri ., Abdollahi., dan Moradi. 2013. Effect of NaCl and PEG induced osmotic stress on callus growth parameters of two Safflower (Carthamus tinctorius L.).International Journal of Agriculture and Crop Sciences Maathuis, F.J.M., dan Amtmann, A.1999 : K+ nutrition and Na toxicity: The basis of cellular K+/Na+ ratios. Annals of Botany Muhammad Arifai. 2009. Respon Anatomi Daun dan Parameter Fotosintesis Tumbuhan Padi Gogo, Caisim dan Bayam pada Berbagai Cekaman Kekeringan. Institut Pertanian Bogor Munns, R. dan Tester, M .2008. Mechanism of Salt Tolerance, Annual Review of Plant Biology Murdolelono B, H., Da Silva., C.Y.Bora dan M. Azrai. 2011. Uji Galur/Varietas Jagung Hibrida Umur Genjah di Nusa Tenggara Timur Kupang. Seminar Nasional Serealia Balai Penelitian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur Shannon, M.C. 1992. The effects of salinity on cellular and biochemical processes associated with salt tolerance in tropical plants. Plant Stress in Trop.Environ Shapira,.Khadka. S., Israeli. Y,, Shan.U., dan Schwartz. 2009. Functional anatomy controls ion distribution in banana leaves: significance of Na+ seclusion at the leaf margin. Plant Cell and Environment Simanjuntak Dahlia. 2006. Pemanfaatan Komoditas Non Beras dalam Diversifikasi Pangan Sumber Kalori. Jurnal Bidang Ilmu Pertanian Sipayung, R. 2003. Stres Garam Dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara Sitorus, T.A. 2012.Analisis Salinitas dan Dampaknya terhadap Produktivitas Padi di Wilayah Pesisir Indramayu.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Suranto, et al. 2009.Karakterisasi jagung lokal NTT berdasarkan pita DNA sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan.UNS Surakarta.
19