Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
RESPON PENAMBAHAN PUPUK KALIUM TERHADAP MUTU GABAH DAN BERAS PADI HIBRIDA VARIETAS HIPA-8 Ratna Wylis Arief dan Robet Asnawi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A.Pagar Alam No Ia Rajabasa Bandar Lampung ABSTRAK Defisiensi unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dan dapat ditunjukkan dengan gejala visual yang spesifik, biasanya dimulai dengan memperlihatkan bintik klorosis yang khas pada daun dewasa, kemudian merambat kedaun yang lebih muda; selain itu defisiensi kalium juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, dan resistensi terhadap patogen menurun sehingga mudah terserang penyakit. Gejala biokimia akibat defisiensi kalium adalah tereduksinya protein dan karbohidrat, sedangkan molekul-molekul yang berat molekulnya kecil seperti asam amino akan terakumulasi, dan pada akhirnya akan menurunkan mutu buah/biji yang dihasilkan. Peneltian dilaksanakan di Desa Penengahan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, pada bulan Mei 2012 sampai dengan bulan September 2012. Perlakuan yang diterapkan adalah jenis pemupukan yaitu : P1/dengan kalium ( 250 kg Urea + 350 kg Phonska + 100 kg KCl + 500 kg petroganik) per hektar dan P2/tanpa kalium (250 kg Urea + 350 kg Phonska + 500 kg petroganik) per hektar. Pada penelitian ini digunakan padi hibrida varietas HIPA 8. Pengamatan dilakukan terhadap kadar air, persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, berat 1000 butir gabah, rendemen beras, persentase beras kepala, persentase beras patah, persentase menir, dan berat 1000 butir beras. Data dianalisis secara statistik dan dan dilanjutkan dengan uji T pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tanaman padi yang diberi pupuk kalium, menghasilkan persentase gabah bernas, berat 1000 butir gabah, rendemen beras, dan persentase beras kepala yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman padi yang tidak diberi pupuk kalium. Kata kunci: pupuk kalium, mutu, padi hibrida, varietas HIPA-8
ABSTRACT RESPONSE OF POTASSIUM FERTILIZER TO QUALITY OF RICE HYBRID HIPA–8 VARIETY. Nutrient deficiency, caused abnormal plant growth and can be indicated by specific visual symptoms, usually begins by showing a typical chlorotic spots on the leaves mature , then propagate younger; other than that potassium deficiency can also cause stunted plant growth, and decreased resistance to pathogens so susceptible to disease. Biochemical symptoms of potassium deficiency is its reduced protein and carbohydrates, while molecules of small molecular weight such as amino acids will accumulate, and will ultimately reduce the quality of the fruit/seed produced . The research was conducted in the Penengahan village, Gedong Tataan Sub District, Pesawaran District, on May 2012 until September 2012. The treatment applied was the type of fertilizer are: P1/with potassium ( 250 kg Urea + 350 kg Phonska + 100 kg KCl + 500 kg petroganik ) per hectare and P2/without potassium ( 250 kg Urea + 350 kg Phonska + 500 kg petroganik ) per hectare, with hybrid rice is HIPA-8 variety.
453
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Parameter of observation collected were: water content , percentage of grain pithy , the percentage of empty grains, weight of 1000 grains, rice yield/rendement, percentage of head rice, percentage of broken rice, percentage of groats, and weight of 1000 rice. Analyzed of data with statistically and followed by T test at 5% level . The results showed that, added a potassium fertilizer were given percentage of grain pithy , weight of 1000 grains, rice yield, and percentage of head rice higher than not given a potassium fertilizer . Key words : potassium fertilizer, quality, hybrid rice, HIPA-8 variety PENDAHULUAN Tanaman memerlukan pasokan hara yang berasal dan berbagai sumber untuk menunjang pertumbuhannya,. Pupuk sebagai sumber hara merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan, khususnya padi. Menurut Adiningsih et al, (1989), 85% dari total kebutuhan pupuk di sektor pertanian digunakan oleh petani untuk meningkatkan produksi padi, terutama di lahan sawah irigasi. Rendahnya kandungan K tanah membutuhkan pemupukan kalium dalam dosis tinggi. Sumber hara K yang potensial adalah jerami padi yang tersedia secara in situ, karena lebih dari 80% unsur kalium yang diserap padi sawah berada dalam jerami (Wihardjaka et al., 2002). Untuk mendukung pertumbuhan normal tanaman, diperlukan unsur tertentu, dan unsur penting tersebut harus dalam bentuk yang dapat digunakan tanaman, dan dalam konsentrasi optimum untuk pertumbuhan suatu tanaman. Unsur nitrogen dan posfor paling banyak mendapat perhatian ketika pupuk buatan untuk pertama kali beredar di pasaran, Selain kedua unsur tersebut, kalium merupakan unsur esensial lainnya yang dibutuhkan dalam jumlah relatif besar di dalam tanah. Walaupun peranan kalium dalam unsur hara sudah lama diketahui, tetapi arti pemupukan kalium baru diakui pada tahun-tahun terakhir. Kalium asal mensuplai kalium tersedia dalam jumlah yang cukup besar di dalam tanah, setelah ditanami bertahun-tahun baru terlihat dampak kekurangan unsur tersebut karena diserap oleh tanaman dan kehilangan karena pencucian, sehingga mengurangi kesuburan tanaman, akibatnya kebutuhan kalium tanah meningkat (Suyono dan Aisyah, 2008). Ketersediaan kalium yang cukup di dalam tanah berhubungan dengan pertumbuhan tanaman yang pada umumnya kuat dan lebat, karena kalium menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu dan meningkatkan sistem perakaran, sehingga tanaman tidak mudah rebah (Lahudin, 2007).
454
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Kalium memberikan efek keseimbangan, baik pada nitrogen maupun pada posfor dan karena itu keberadaan kalium penting dalam pupuk campuran. Defisiensi unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dan
dapat ditunjukkan dengan gejala visual yang spesifik, biasanya
dimulai dengan memperlihatkan bintik klorosis yang khas pada daun dewasa, kemudian merambat kedaun yang lebih muda; selain itu defisiensi kalium juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, dan resistensi terhadap patogen menurun (Girindra, 1990) sehingga mudah terserang penyakit. Gejala biokimia akibat defisiensi kalium adalah tereduksinya protein dan karbohidrat,
sedangkan
molekul-molekul
yang
berat
molekulnya
kecil
seperti asam amino akan terakumulasi, dan pada akhirnya akan menurunkan mutu buah/biji yang dihasilkan (Boedihardjo, 1985). Pemakaian pupuk anorganik secara intensif dan penggunaan bahan organik yang terabaikan untuk mengejar hasil yang tinggi, menyebabkan bahan organik tanah menurun. Tidak semua jenis padi cocok untuk dibudidayakan secara organik, dan padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Walaupun merupakan varietas unggul tahan hama dan penyakit tertentu, tetapi umumnya padi hibrida hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah yang banyak (Andoko, 2008). Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas local, antara lain Rojolele, Menthik, Pandan, dan Lestari. Agar produksi optimal jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia (Sriwijaya dan Bimanyu, 2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon penambahan pupuk kalium terhadap mutu padi hibrida varietas HIPA-8. METODOLOGI Peneltian dilaksanakan di Desa Penengahan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, pada bulan Mei 2012 sampai dengan bulan September 2012. Perlakuan yang diterapkan adalah jenis pemupukan yaitu : P1/dengan kalium ( 250 kg Urea + 350 kg Phonska + 100 kg KCl + 500 kg petroganik) per hektar dan P2/tanpa kalium (250 kg Urea + 350 kg Phonska + 500 kg petroganik) per hektar.
Pada penelitian ini digunakan padi hibrida
varietas HIPA 8. Pengamatan dilakukan terhadap kadar air, persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, berat 1000 butir gabah, rendemen beras,
455
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
persentase beras kepala, persentase beras patah, persentase menir, dan berat 1000 butir beras. Data dianalisis secara statistik dan dan dilanjutkan dengan uji T pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua garam kalium yang digunakan sebagai pupuk larut dalam air dan karena itu mudah tersedia di dalam tanah dan mudah diserap oleh tanaman (Boedihardjo, 1985). Kalium sangat penting untuk pembentukan pati dan translokasi gula, selain itu berperan penting juga dalam pembentukan klorofil untuk pembentukan butir padi dan perkembangan umbi. Daun tanaman yang kekurangan kalium, tepinya menjadi kering dan berwarna kuning coklat sedang permukaannya mengalami klorotik tidak teratur, akibatnya fotosintesa menjadi terganggu dan sintesa pati dalam tanaman menjadi berhenti dan pengisian bulir padi atau pembentukan buah menjadi tidak sempurna (Marsono, 2002). Tabel 1. Data mutu fisik gabah Perlakuan Hampa (%)
Bernas (%)
Berat 1000 butir gabah (g)
Dengan Kalium (P1)
1,44 (a)
98,56 (b)
26 (b)
Tanpa Kalium (P2)
2,31 (b)
97,69 (a)
21 (a)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji T pada taraf 5%.
Salah satu unsur yang berpengaruh pada berat 1000 butir gabah adalah ketersediaan kalium dalam tanah dan pemberian pupuk nitrogen akan meningkatkan serapan kalium yang sangat berperan sebagai salah satu faktor peningkatan berat kering biji (Syekhfani, 1997). Selanjutnya De Datta (1981) dalam Kasniari dan Supadma (2007), menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam pembentukan anakan, meningkatkan ukuran dan berat biji. Kalium pada tanaman membantu pembentukan protein, memperkuat jaringan tanaman, mengaktifkan kerja beberapa enzim, dan memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain (Marsono, 2002). Pada tanaman padi, kalium penting dalam proses translokasi asimilat sehingga gabah yang terbentuk lebih lebar, merangsang pengisian biji sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman (Kasniari dan Supadma, 2007), selain itu kalium juga berperan dalam pembentukan butir gabah (Soegiman, 1982 dalam Lestari 2012). Hasil penelitian (Tabel 1), menunjukkan bahwa penambahan kalium menghasilkan berat 1000 butir gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa penambahan kalium.
456
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Hal ini disebabkan karena, padi hibrida membutuhkan pemupukan yang lengkap dan berimbang untuk mengoptimalkan produksi padi yang akan dihasilkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Kalium selain berperan sebagai katalisator dalam proses sintesa protein dan pembentukan klorofil, juga berperan mengatur kegiatan membuka dan menutupnya stomata. Pengaturan stomata yang optimal akan mengendalikan transpirasi tanaman dan meningkatkan reduksi karbondioksida yang akan diubah menjadi karbohidrat sebagai cadangan makanan pada proses fotosintesis (Haryadi, 1986 dalam Nurjannah 2009). Semakin meningkat proses fotosintesis maka semakin banyak fotosintat yang dihasilkan, fotosintat ini akan disimpan dalam biji padi, sehingga semakin meningkat fotosintat yang dihasilkan pada proses fotosintesis maka cadangan makanan yang disimpan pada biji padi juga semakin meningkat, dan berat 1000 butir gabah tersebut juga akan meningkat (Poerwowidodo, 1992). Hasil meningkatkan
penelitian rendemen
menunjukkan beras
bahwa,
(Tabel
2).
pemberian
Hal
ini
pupuk
kalium
disebabkan
karena
penambahan kalium menyebabkan proses fotosintesa lebih sempurna, sehingga pengisian bulir padi juga lebih sempurna dan mengurangi persentase gabah hampa. Hal ini terlihat dari persentase rendemen beras dengan penambahan kalium lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa penambahan kalium, namun untuk berat 1000 butir beras kepala tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 2. Data rendemen dan berat 1000 butir beras Perlakuan
Berat 1000 butir beras kepala (g)
Rendemen beras (%) %
Dengan kalium (P1)
66,63 (b)
17 (a)
Tanpa kalium (P2)
56,40 (a)
17 (a)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji T pada taraf 5%.
Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa penambahan pupuk Kalium menghasilkan beras dengan persentase beras kepala yang lebih tinggi dan persentase beras patah dan menir yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa penambahan Kalium. Menurut Setyamidjaja (1988), pemberian pupuk K pada tanaman padi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil padi menyebabkan butir padi menjadi keras dan tidak mudah patah. Namun hasil penelitian (Tabel 3), menunjukkan persentase beras kepala yang rendah (33,67-
457
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
42,33%) dan tidak memenuhi persyaratan mutu beras sesuai dengan SNI 6128:2008, yang mensyaratkan persentase beras kepala minimal 60%. Hal ini disebabkan, karena pada saat menjelang panen curah hujan sangat tinggi dan angin kencang, sehingga banyak tanaman padi yang rebah. Untuk menghindari kerugian petani yang lebih besar, maka panen dilakukan 10 hari lebih cepat dari yang seharusnya, akibatnya padi belum masak penuh dan ketika digiling persentase beras patahnya menjadi sangat tinggi. Tabel 3. Data mutu fisik beras Beras kepala
Beras patah
Menir
Dengan kalium (P1)
42,33 (b)
% 25,65 (a)
32,01 (a)
Tanpa kalium (P2)
33,67 (a)
27,13 (b)
39,20 (b)
Perlakuan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji T pada taraf 5%.
Beras adalah bahan makanan yang mengandung gizi dan sumber tenaga yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi., oleh karena itu padi disebut sebagai sumber energi. Nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1.821 kalori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg (AAK, 1990). Beras mengandung berbagai zat makanan yang diperlukan oleh tubuh, dan dalam 100 g beras pecah kulit mengandung karbohidrat 86,7%, lemak 2,45%, serat kasar 0,88%, abu 1,22%, protein 8,6%. Sedangkan pada beras giling mengandung karbohidrat 80,79%, lemak 0,37%, serat kasar 0,16%, abu 0,36% dan protein 8,2% (AAK, 1990). Nasi dari padi varietas HIPA 8 ini mempunyai rasa yang enak dan pulen, dengan kadar amilosa sebesar 22,7% (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009). Selain rasa yang enak dan pulen, persentase beras kepala merupakan indikator penentu dalam perdagangan beras, karena, konsumen pada umumnya lebih menyukai beras utuh dengan persentase beras kepala yang tinggi. Semakin tinggi persentase beras kepala dan semakin rendah persentase beras patah dan menirnya, maka beras tersebut akan mempunyai nilai ekonomi yang semakin baik.
458
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tanaman padi yang diberi pupuk kalium, menghasilkan
persentase gabah bernas, berat 1000 butir gabah,
rendemen beras, dan persentase beras kepala yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman padi yang tidak diberi pupuk kalium. DAFTAR PUSTAKA AAK., 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Adiningsih, J.S. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Andoko, A. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Badan Litbang Pertanian – BB Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat. 105 hlm. Boedihardjo, 1985, Biokimia Umum II. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Girindra, A, 1990, Biokimia I, PT. Gramedia, Jakarta. Kasniari, D.N., dan A.A.N. Supadma. 2007. Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K ) dan jenis pupuk alternatif terhadap hasil tanaman padi (oryza sativa l.) dan kadar N, P, K inceptisol Selemadeg, Tabanan. Jurnal Agritrop (4): 168–176. Lahudin. 2007. Aspek Unsur Hara Mikro Dalam Kesuburan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan. Lestari, A. 2012. Uji daya hasil beberapa varietas padi (Oryza Sativa L.) dengan mmetode SRI (The System of Rice Intensification) di Kota Solok. Jurnal Budidaya Tanaman Pangan. Hal 1-14. Marsono. P. S. 2002. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Nurjannah, U. 2009. Pengaruh Abu Sekam Padi dan Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Varietas Cilosari. Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Pontianak Sriwijaya, B. dan A. Bimanyu. 2012. Respon macam pupuk dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil padi dalam SRI (System of Rice Intensification). Jurnal AgriSains Vol. 4 (5): 35-50.
459
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Suyono dan Aisyah. G. 2008. Pupuk dan Pemupukan. Unpad Press : Bandung Syekhfani. 1997. Strategi Penanggulangan Kemunduran Kesuburan Tanah Dalam Rangka Pengamatan Produksi Tanaman Pertanian. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Ilmu Kimia Tanah Pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Universitas Indonesia. Jakarta. Wihardjaka. A., K. Idris, A. Rachim, dan S. Partohardjono. 2002. Pengelolaan jerami dan pupuk kalium pada tanaman padi di lahan sawah tadah hujan. Penelitian Pertanian. Vol 4 (1): 26-32.
460