Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan Miko Putri Asih (Alumni Antropologi FISIP UNAIR 2012;
[email protected])
Abstract Various cases which related with nutrition problems as the problems that previously have been considered complete or at least it does not become a main problem in health development, to remind us whether from both of government or society about Posyandu. Posyandu was neglected in the reform era. Toddlers malnutrition cases are still rife at almost all districts in Surabaya, especially Semampir district area. The issues raised in this thesis how the response of an enthusiast peoples about Posyandu service model and how the response of peoples around about it service model in their region. The aim of the research is to describe the response of peoples to be an enthusiasts Posyandu. This response may be a consideration for the goverment about matters what be repaired in revitalization of Posyandu. Beside, to describe the response of peoples around about Posyandu in their region. Morever the advantages that will be obtained are to give solutions for Posyandu to be able provide health service will be much better,both of table five service, skills of cadre, location of activities, and addition food program. This research is pased on core concept proposed by Kleinman (1980) that is the health care system. Health care system gives an understanding about how the agents in a particular community think about health care and the way to act to solve their health problems. The method in this research is qualitative. The aim of using this qualitative type is to describe the main issue of the phenomenon in this field. For collection the data, this research is using interview and observation methods. Based on research, that the response of an enthusiast peoples and the response of peoples around about Posyandu was different. This phenomenon can be positive and negative afre seen based on of knowledge, behavior, and attitudes of peoples. Keywords: Posyandu, Posyandu revitalization, response.
Abstrak Berbagai kasus yang terkait masalah gizi, sebelumnya dianggap kurang atau tdak menjadi masalah utama dalam pengembangan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat. Posyandu diabaikan di era reformasi. Balita malnutrisi masih merajalela di hampir semua kecamatan di Surabaya, terutama Semampir. Masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana tanggapan orang yang berantusias tentang model layanan Posyandu, dan bagaimana tanggapan dari orang-orang di sekitar Posyandu terhadap model layanan di wilayah mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan respon masyarakat untuk menjadi penggemar Posyandu. Respon ini mungkin menjadi pertimbangan untuk pemerintah tentang penting apa yang perlu diperbaiki di Posyandu, dan menggambarkan respon dari orang-orang di sekitar tentang Posyandu di wilayah mereka. Keuntungan yang akan diperoleh adalah memberikan solusi agar dapat memberikan layanan kesehatan dengan perbaikan makanan, layanan lima meja lima, peningkatan keterampilan kader dan lokasi kegiatan. Penelitian ini memakai konsep yang diusulkan Kleinman (1980)tentang sistem perawatan kesehatan, yaitu memberikan pemahaman tentang bagaimana agen di masyarakat tertentu berpikir tentang kesehatan dan cara untuk bertindak untuk memecahkan masalah-masalah kesehatannya. Metode penelitian ini kualitatif, karena bertujuan untuk menggambarkan fenomena dalam bidang ini. Pengumpulan data, penelitian ini memakai wawancara dan observasi. Berdasarkan penelitian, respon dari penggemar masyarakat dan tanggapan dari orang-orang di sekitar tentang Posyandu itu berbeda. Fenomena ini dapat positif dan negatif berdasarkan pengetahuan, perilaku, dan sikap dari masyarakat. Kata kunci : Posyandu, Posyandu revitalisasi, respon.
BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 33
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
A
rtikel ini akan menjelaskan ten-
Yang mereka ketahui, Posyandu hanya
tang respon masyarakat peminat
sebagai tempat untuk menimbang balita.
posyandu di perkotaan (studi
Berbagai masalah kesehatan yang
deskriptif tentang posyandu di Kelurahan
muncul di perkotaan dirasa perlu untuk
Pegirian Kecamatan Semampir Kota Sura-
mendapat suatu program yang dapat
baya). Surabaya sebagai kota metropolis,
meminimalisir keterpurukan yang terjadi.
ternyata masih belum terbebas dari
Upaya untuk meningkatkan derajat ke-
permasalahan gizi buruk. Menurut data
sehatan masyarakat setidaknya sudah
dari Dinas Kesehatan Surabaya, 1,96%
dilakukan oleh Pemerintah selama ini, di-
balita mengalami gizi buruk dan sebanyak
antaranya dengan menyediakan berbagai
6,85% mengalami gizi kurang. Masalah
fasilitas kesehatan umum seperti Pus-
gizi buruk sudah muncul di Indonesia
kesmas, Posyandu, pos obat desa, pondok
sejak tahun 1976, yaitu di kabupaten
bersalin desa, serta penyediaan fasilitas
Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogya-
air bersih. Hal ini bertujuan untuk untuk
karta. Masalah gizi buruk merupakan
meningkatkan
hambatan bagi perbaikan kesehatan di
agar berperilaku sehat. Pada prinsipnya,
berbagai negara di dunia.
fasilitas kesehatan untuk masyarakat
kesadaran
masyarakat
Seiring dengan adanya krisis eko-
memang dibutuhkan untuk mewujudkan
nomi yang terjadi di Indonesia pada tahun
masyarakat yang sejahtera karena salah
1997,
menjadi
satu indikator dari kesejahteraan adalah
menurun. Sedikit demi sedikit masyarakat
kesehatan. Dalam hal ini, Pemerintah
mulai meninggalkan Posyandu, terutama
tidak dapat melakukan tanpa partisipasi
para ibu-ibu dan kader-kader Posyandu.
dari masyarakat, dimana pemberdayaan
Kegiatan Posyandu pun semakin jarang
masyarakat merupakan hal yang sangat
dilakukan. Lemahnya fungsi Posyandu
penting artinya dalam peningkatan status
bersamaan dengan buruknya kondisi
kesehatan masyarakat.
popularitas
Posyandu
kesehatan balita akibat krisis ekonomi.
Sejak dicetuskannya konsep pela-
Kesehatan mereka menjadi tidak ter-
yanan kesehatan dasar bagi masyarakat
pantau. Asupan gizi maupun berat badan-
oleh organisasi kesehatan dunia (WHO),
nya menjadi terabaikan. Fenomena itu
maka Departemen Kesehatan RI pada
tidak hanya terjadi di perkotaan. Masya-
tahun
rakat desa juga asing dengan Posyandu.
Pembangunan
1975
mencanangkan Kesehatan
Program
Masyarakat
Desa (PKMD). PKMD adalah rangkaian BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 34
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
kegiatan pembangunan kesehatan masya-
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan
rakat yang dilakukan berdasarkan gotong
baik yang berupa upaya pencegahan pe-
royong dan swadaya masyarakat, dalam
nyakit maupun menyembuhkan diri dari
rangka menolong diri mereka sendiri
penyakit. Di sisi lain, perilaku kesehatan
(Depkes, 1992). Program kesehatan di
seseorang mempengaruhi tindakannya
Indonesia yang menggunakan pendekatan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
PKMD yang mengutamakan peran serta
berdasarkan pengetahuan, kepercayaan,
masyarakat adalah Pos Pelayanan Ter-
nilai dan norma kelompoknya.
padu (Posyandu).
Berdasarkan fenomena yang ter-
Posyandu dikenal dengan sistem
jadi, respon suatu masyarakat dalam me-
pelayanan 5 meja. Model pelayanan yang
mandang Posyandu dapat bervariasi.
ada di Posyandu merupakan serangkaian
Masyarakat dalam hal ini adalah mereka
kegiatan yang disusun untuk memenuhi
yang menjadi peminat Posyandu dan
kebutuhan kesehatan dasar bagi masya-
mereka yang tidak menjadi peminat
rakat, khususnya bagi ibu dan balita. Tiap
karena berbagai macam hal. Hal ini
Posyandu memiliki sistem pelayanan
setidaknya dapat menentukan apa yang
kesehatan yang berbeda, hal ini ber-
perlu diperbaiki Posyandu sehingga pro-
gantung
dan
gram revitalisasi yang dilakukan oleh
petugas kesehatan dalam memberikan
Pemerintah menjadi tepat sasaran dan
pelayanan kepada masyarakat. Hal ini
berguna bagi masyarakat. Kemudian per-
setidaknya dapat menimbulkan berbagai
masalahan yang diangkat dalam artikel ini
macam respon dari masyarakat dalam
adalah bagaimana respon masyarakat
memandang Posyandu. Pada prinsipnya,
peminat
Posyandu sebagai ujung tombak pela-
pelayanan
yanan kesehatan yang dekat dengan ma-
tanggapan masyarakat sekitar tentang
syarakat setidaknya dapat memberikan
pelayanan Posyandu di wilayahnya.
dari
bagaimana
kader
Posyandu Posyandu
terhadap dan
model
bagaimana
pelayanan optimal khususnya dalam usa-
Penelitian kualitatif ini bertujuan
ha memperbaiki gizi balita sehingga dapat
untuk mendeskripsikan respon masya-
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
rakat yang menjadi peminat Posyandu
Kebudayaan kesehatan masyara-
terhadap model pelayanannya. Selan-
kat membentuk, mengatur, dan mempe-
jutnya, penelitian ini juga dimaksudkan
ngaruhi tindakan atau kegiatan individu-
untuk mendeskripsikan tanggapan ma-
individu suatu kelompok sosial dalam
syarakat sekitar terhadap Posyandu di BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 35
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
wilayahnya. Artinya masyarakat sekitar
yaitu sistem perawatan kesehatan. Sistem
yang tidak menjadi peminat Posyandu.
perawatan kesehatan memberikan pema-
Kelompok masyarakat ini mempunyai ca-
haman mengenai bagaimana pelaku-pe-
ra pandang berbeda mengenai Posyandu
laku pada suatu masyarakat tertentu
karena
berbagai
dalam memikirkan mengenai perawatan
macam hal, misalnya berkaitan dengan
kesehatan dan cara-cara bertindak untuk
model pelayanan yang diberikan oleh
mengatasi masalah kesehatan. Salah satu
Posyandu, tempat pelaksanaan Posyandu,
bidang perhatian antropologi kesehatan
dan lain sebagainya.
terapan
disebabkan
karena
adalah
Pelayanan
Kesehatan
Kemudian manfaat dari penelitian
Primer (PKP) atau Primary Health Care.
ini adalah secara praktis dan akademis.
Sarana kesehatan primer ini adalah yang
Secara praktis adalah penelitian ini
paling dekat bagi masyarakat atau berada
diharapkan dapat memberikan masukan
di lini terdepan, artinya pelayanan kese-
atau solusi kepada Posyandu untuk dapat
hatan yang paling pertama menyentuh
memberikan pelayanan kesehatan dengan
masalah kesehatan di masyarakat. Bidang
lebih baik, baik dari segi pelayanan 5
ini menaggulangi masalah-masalah ke-
meja, keterampilan kader, lokasi kegiatan,
sehatan
dan program makanan tambahan. Selain
penduduk melalui Puskesmas, Poliklinik,
itu, masukan kepada Dinas Kesehatan
Posyandu,
mengenai hal-hal apa saja yang perlu
lainnya. Dalam PKP terdapat model dasar
dilakukan dalam kegiatan revitalisasai
yang merngintegrasikan antara interaksi,
Posyandu mengingat hal ini berkenaan
organisasi,
langsung dengan respon maasyarakat
demikian, proses ini dapat menentukan
sehingga program yang akan dilakukan
berhasil
tepat sasaran dan berguna bagi masya-
komunikasi kesehatan di masyarakat.
rakat. Secara akademis adalah mengapli-
dan
peningkatan
maupun
dan
atau
Berbicara
kesehatan
program-program
komunitas.
tidaknya
Dengan
suatu
mengenai
upaya
kesehatan
kasikan teori yang berkenaan dengan
tidak terlepas dari cerita mitos Yunani
antropologi kesehatan. Selain itu, untuk
yang melahirkan 2 konsep yang berbeda
menambah wawasan mengenai Posyandu.
namun saling melengkapi. Berdasarkan
Penelitian ini dikaji dengan meng-
sifatnya, upaya mewujudkan kesehatan
gunakan
beberapa
kerangka
teori,
dapat dilihat dari dua aspek, yaitu
diantaranya adalah suatu konsep inti yang
pemeliharaan kesehatan yang mencakup
dikemukakan oleh Kalangie (1994: 24-25),
dua jenis, yaitu kuratif (pengobatan BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 36
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan
sistem mata pencaharian hidup memberi-
penyakit). Sedangkan peningkatan kese-
kan implikasi bahwa seorang petugas
hatan mencakup dua jenis yaitu preventif
kesehatan maupun bidan yang bertugas
(pencegahan
harus mampu menyelami budaya masya-
penyakit)
dan
promotif
(peningkatan kesehatan itu sendiri).
rakat yang ada disekitarnya. Misalnya,
Di sisi lain, sistem pengetahuan,
penggunaan bahasa lokal, tidak hanya
sikap, dan perilaku masyarakat dapat
sekedar memudahkan berkomunikasi de-
mempengaruhi mereka dalam memper-
ngan masyarakat, tetapi juga dengan
oleh gagasan dan mengambil keputusan
penggunaan bahasa yang sama akan
dalam bersikap dan berperilaku akan
menambah rasa kedekatan, rasa kepemi-
kesehatan mereka sendiri. Perilaku ter-
likan bersama, dan rasa persaudaraan.
hadap sistem pelayanan kesehatan adalah
Selain itu, melalui sistem mata penca-
respon seseorang terhadap sistem pe-
harian hidup, petugas kesehatan dapat
layanan kesehatan yang menyangkut
mengetahui
respon terhadap fasilitas pelayanan, cara
masyarakatnya. Notoatmodjo (2005) me-
pelayanan, petugas kesehatan, persepsi,
nyebutkan bahwa salah satu aspek sosial
sikap, dan obat-obatan.
yang mempengaruhi status kesehatan
Lingkungan budaya mempenga-
status
sosial
ekonomi
adalah sosial ekonomi. Keadaan sosial
ruhi tingkah laku manusia yang memiliki
ekonomi
berpengaruh
kepada
pola
budaya tersebut, sehingga dengan keane-
penyakit, misalnya angka kematian lebih
karagaman budaya menimbulkan variasi
tinggi pada golongan berstatus ekonomi
dalam perilaku manusia termasuk dalam
rendah. Demikian pula gizi buruknya.
perilaku kesehatan. Atas dasar itulah, pe-
Ilmu antropologi dalam bidang
tugas kesehatan yang memberikan pela-
kesehatan mempunyai peran penting,
yanan
mengetahui
yaitu dapat memberikan suatu cara dalam
budaya dan masyarakat yang dilayaninya,
memandang masyarakat secara keselu-
sehingga
ruhan, maupun individual. Ini karena
kesehatan pelayanan
perlu
kesehatan
yang
diberikan kepada masyarakat akan mem-
antropologi
menggunakan
pendekatan
berikan hasil yang optimal yaitu mening-
yang menyeluruh atau bersifat sistem, di
katkan kesehatan masyarakat. Beberapa
mana peneliti menanyakan bagaimana
unsur kebudayaan yang dikemukakan
seluruh bagian dari sistem itu saling
oleh Koentjaraningrat seperti bahasa,
menyesuaikan dan bekerja satu sama lain.
organisasi sosial, sistem pengetahuan, dan BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 37
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif.
Disebut
kualitatif
karena
sasaran penelitian terbatas, tetapi dengan
tentang pelaksanaan Posyandu di wilayahnya. Informan berasal dari keluarga khususnya ibu-ibu, dan kader Posyandu.
keterbatasan sasaran penelitian yang ada
Metode analisis data diawali deng-
itu digali sebanyak mungkin data menge-
an data mentah ditransformasikan secara
nai sasaran penelitian. Penggunaan sifat
sistematis menjadi unit-unit dan kate-
deskriptif bertujuan menyajikan gambar-
gorisasi. Strategi deskriptif ini dapat di-
an lengkap mengenai setting sosial atau
mulai dari pekerjaan klasifikasi data.
hubungan antara fenomena yang diuji.
Klasifikasi data dilakukan berdasarkan
Dipilihnya
lokasi penelitian
di
persamaan dan perbedaan hasil wa-
kelurahan Pegirian ini karena wilayah ini
wancara. Setelah itu dilanjutkan dengan
termasuk salah satu kategori kelurahan
reduksi, pemaparan data, dan kesimpulan.
miskin di Surabaya, dimana wilayah ini menjadi perhatian penting untuk men-
Gambaran Umum Posyandu
dapatkan pelayanan kesehatan yang lebih
Program Pos Pelayanan Terpadu
baik mengingat jumlah Posyandu di
(Posyandu) adalah salah satu bentuk
wilayah ini cukup banyak namun masih
upaya kesehatan bersumber daya masya-
terdapat balita gizi buruk.
rakat (UKBM) yang dikelola dan dise-
Pengumpulan data penelitian kua-
lenggarakan dari, oleh, dan untuk ber-
litatif, memakai metode observasi dan
sama masyarakat dalam menyelenggara-
wawancara. Observasi yang dilakukan
kan perkembangan kesehatan, guna mem-
disini adalah melihat bagaimana kegiatan
berdayakan masyarakat dan memberikan
Posyandu berlangsung. Sedangkan wa-
kemudahan kepada masyarakat dalam
wancara
informan
memperoleh pelayanan kesehatan dasar
pangkal yaitu petugas kesehatan dari
untuk mempercepat penurunan angka
Puskesmas Pegirian dan pembina Pos-
kematian ibu dan bayi.
yandu
ditujukan
di
wilayah
kepada
untuk
Tiap Posyandu idealnya harus
menggali data tentang kondisi Posyandu
memiliki 5 orang kader. Hal ini agar
di wilayahnya. Dalam menentukan infor-
mempermudah
man,
melakukan kegiatan dan saling bekerja
peneliti
setempat
memilih
dengan
cara
purposive yaitu memilih informan sesuai
kinerja
kader
dalam
sama dengan baik.
dengan tujuan. Informan yang di pilih
Awal mula berdirinya Posyandu
adalah mereka yang mampu menjelaskan
yaitu berangkat dengan tujuan untuk BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 38
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
mempercepat terwujudnya masyarakat
strata purnama sebanyak 13 pos, dan
sehat,
dari
jumlah Posyandu strata mandiri hanya 1
kesejahteraan umum. Pada tahun 1984
pos. Hal ini berarti bahwa strata Pos-
dikeluarkan Instruksi Bersama antara
yandu yang mendominasi adalah pur-
Menteri
BKKBN
nama. Sedangkan hanya ada satu Pos-
(Badan Koordinasi Keluarga Berencana)
yandu di strata tertinggi yaitu mandiri
dan Menteri Dalam Negeri yang meng-
mengartikan bahwa Posyandu di wilayah
integrasikan berbagai kegiatan yang ada
ini masih dalam tahap berkembang.
yang
merupakan
Kesehatan,
bagian
Kepala
di masyarakat ke dalam satu wadah yang
Di Surabaya terdapat beberapa
disebut dengan nama Pos Pelayanan
fasilitas kesehatan, namun dirasa pos-
Terpadu (Posyandu). Kegiatan yang dila-
yandu sudah dimanfaatkan oleh masya-
kukan ini, diarahkan untuk mempercepat
rakat, terutama di wilayah Pegirian,
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
kecamatan Semampir. Hal ini disebabkan
Menurut walikota Surabaya, beliau
karena posyandu merupakan fasilitas
mengungkapkan bahwa keberadaan Pos-
kesehatan di lini terdepan yang mem-
yandu sangat membantu. Jumlah Pos-
berikan pelayanan bersifat pencegahan.
yandu saat ini mencapai 3.215 Posyandu yang
terdiri
dari
Posyandu
Kondisi Posyandu yang demikian
lansia
dapat memicu respon tersendiri bagi
sebanyak 415, Posyandu balita sebanyak
warga sekitar. Posyandu di dirikan untuk
2794 dan Posyandu remaja ada 6. Oleh
memenuhi kebutuhan kesehatan warga
karena itu, diharapkan Posyandu sebagai
dan sekaligus sebagai tempat pelayanan
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
kesehatan yang terpadu. Keterpaduan
dapat melakukan deteksi dini terhadap
yang di maksud meliputi keterpaduan
penyakit maupun kelainan yang dialami
dalam
oleh warga kota surabaya, sehingga bisa
kegiatan, aspek petugas penyelenggara,
ditangani dengan cepat.
aspek dana dan lain sebagainya.
aspek
sasaran,
aspek
lokasi
Di dalam wilayah kerja Puskesmas
Dari aspek sasaran khususnya
Pegirian terdapat 23 Posyandu. Posyandu
untuk Posyandu balita, adalah mereka
tersebut masing-masing memiliki strata
yang memiliki balita usia di bawah lima
yang berbeda. Jumlah Posyandu di wi-
tahun dan pasangan usia subur. Aspek
layah Pegirian strata pratama hanya ada 1
lokasi kegiatan seringkali dilaksanakan di
pos. Sedangkan jumlah Posyandu strata
Balai RW setempat atau di rumah warga.
madya sebanyak 8 pos, jumlah Posyandu
Hal
ini
mengingat
Posyandu
belum
BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 39
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
mempunyai tempat menetap untuk pe-
bangan kesehatan masyarakatnya, ter-
laksanaan. Aspek petugas penyelenggara
utama kesehatan ibu dan anak.
meliputi kader sebagai pelaksana kegiat-
Tujuan didirikannya posyandu di
an dan warga sekitar sebagai peserta
wilayah Pegirian, kecamatan Semampir
dalam pelaksanaan Posyandu. Aspek dana
ini salah satunya adalah untuk membantu
sering disebut sebagai dana sehat. Untuk
masyarakat
aspek dana sehat ini, beberapa kader
kesehatan yang mudah dijangkau. Oleh
tidak mengetahui arti dana sehat.
karena itu, wilayah tersebut perlu di-
Pelayanan yang ada di posyandu
adakan
sekitar
suatu
akan
program
kebutuhan
yang
dapat
ini memiliki segi pencegahan, misalnya
mengontrol dan memantau perkembang-
dengan pemberian vitamin A pada anak.
an kesehatan terutama pada balita. Hal ini
Dengan
seolah-olah posyandu untuk golongan
bentuk
layanan
seperti
itu,
posyandu mempunyai sifat adaptif guna
masyarakat menengah ke bawah.
meningkatkan kesehatan masyarakatnya.
Peran aktif masyarakat sebagai
Pada umumnya, posyandu merupakan
peserta posyandu merupakan dukungan
lembaga yang berada di bawah naungan
terhadap
puskesmas sehingga masyarakat masih
posyandu di wilayah Pegirian rata-rata
menganggap posyandu adalah program
etnis Jawa dan Madura. Namun, perbe-
puskesmas.
daan etnis tersebut tidak mengahalangi
kinerja
posyandu.
Peserta
Respon masyarakat di wilayah
mereka untuk memanfaatkan pelayanan
Pegirian umumnya merasa senang ter-
kesehatan di posyandu. Sedangkan kader
hadap adanya posyandu di wilayahnya
posyandu adalah orang yang membantu
karena
memiliki
pelaksanaan di posyandu, mulai dari
fungsi yaitu sebagai tempat penimbangan
persiapan hingga pelaksanaan. Petugas
balita. Hal ini juga senada dengan kader
kesehatan yang datang di tiap posyandu
yang mengungkapkan bahwa posyandu
adalah petugas dari Puskesmas Pegirian,
adalah tempat penimbangan balita.
misalnya bidan, mantri, dan dokter gigi.
dianggap
posyandu
Bagi pihak puskesmas, posyandu
Faktor-faktor peserta dalam me-
bukan hanya berfungsi sebagai tempat
manfaatkan
pelayanan
penimbangan balita, tetapi juga sebagai
posyandu dipengaruhi oleh pengetahuan,
indikator untuk mengetahui ada tidaknya
sikap, dan perilaku. Pengetahuan peserta
kasus kesehatan. Dari posyandu, pihak
posyandu
puskesmas dapat memantau perkem-
peserta
meliputi: posyandu
(1)
kesehatan
di
pengetahuan
mengenai
fungsi
BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 40
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
posyandu sebagai tempat penimbangan
pengetahuan mengenai kesehatan anak,
balita, (2) pengetahuan peserta mengenai
misalnya gizi dan diare, (2) belajar
manfaat dari pelayanan di posyandu,
berorganisasi, (3) nilai kerelawanan
Sementara itu, sikap peserta posyandu
Sedangkan sikap kader posyandu
meliputi sikap positif dan negatif, yaitu:
meliputi sikap positif dan negatif, yaitu:
(1) positif, meliputi pemberian makanan
(1) positif, meliputi ikut berpartisipasi
tambahan disukai oleh anak-anak, waktu
pada saat pelatihan yang diselenggarakan
pelaksanaan yang bisa diterima oleh
oleh Puskesmas, memberikan penyuluhan
sebagian besar peserta posyandu, (2)
kepada peserta posyandu, serta posyandu
negatif, meliputi beberapa peserta datang
tetap buka pada saat bulan puasa, (2)
tidak sesuai waktu. Bahkan pada saat
negatif, meliputi karena sikap warga yang
posyandu akan tutup, masih terlihat
tidak ada keinginan untuk menjadi kader,
peserta yang datang, langsung pulang
maka hal ini menyebabkan kader merasa
setelah diberi makanan tambahan, dan
enggan untuk merekrut kader baru.
beberapa anak terlihat menangis pada
Sedangkan perilaku kader posyan-
kegiatan penimbangan. Peran orang tua
du meliputi saling membantu antar kader
dan kader dalam kondisi seperti ini
dalam melayani peserta posyandu dan
sangat dibutuhkan.
menjalankan tugas-tugas sebagai seorang
Perilaku peserta posyandu meli-
kader posyandu.
puti perilaku yang menguntungkan dan
Implementasi revitalisasi posyan-
merugikan kesehatan, yaitu: (1) meng-
du sudah berjalan cukup baik. Hal ini
untungkan, meliputi antusiasme peserta
terlihat dari indikasi peningkatan fungsi
terhadap kegiatan pemberian vitamin A,
dan kinerja posyandu, yaitu dengan
menjalankan anjuran yang diberikan oleh
diadakannya pelatihan kader secara rutin
petugas kesehatan di posyandu untuk
sehingga kader memiliki kemampuan dan
datang
keterampilan
ke
Puskesmas
jika
si
anak
yang
memadai,
tempat
mengalami sakit, (2) merugikan, meliputi
pelaksanaan posyandu tersedia dengan
tidak hadirnya peserta posyandu karena
layak meskipun belum ada tempat khusus
berbagai macam hal.
untuk posyandu, serta dukungan dari
Faktor-faktor yang mempengaruhi
masyarakat dan sektor lain yang aktif
keikutsertaan kader posyandu adalah
untuk
pengetahuan,
sikap,
tenaga, maupun materi.
Pengetahuan
tersebut
dan
perilaku.
meliputi:
memberikan
bantuan
waktu,
(1) BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 41
Miko Putri Asih, “Respon Masyarakat Peminat Posyandu Perkotaan” hal. 33-42.
Daftar Pustaka Depkes RI (1999) Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
Notoatmodjo (2005) Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kalangie, Nico S (1994). Kebudayaan dan Kesehatan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosiobudaya, Jakarta: PT. Kesaint Blanc Indah Corp.
BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 42