RESPON MASYARAKAT KARIHKIL CISEENG BOGOR TERHADAP SINETRON CAHAYA DI RCTI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Epi Sumarni NIM: 104051001750
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2008
Epi Sumarni
RESPON MASYARAKAT KARIHKIL CISEENG BOGOR TERHADAP SINETRON CAHAYA DI RCTI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Epi Sumarni NIM: 104051001750
Pembimbing
Dra. Armawati Arbi, M.Si NIP: 150 246 288
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor Terhadap Sinetron Cahaya di RCTI” telah diujikan pada sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni 2008, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 20 Juni 2008
Dewan Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, M.A. NIP.150 254 102
Umi Musyarofah, M.A. NIP.150 281 980
Penguji I
Penguji II
Drs. Jumroni, M.Si. NIP.150 254959
Drs. Wahidin Saputra, M.A. NIP.150 276 299
Pembimbing
Dra.Armawati Arbi,M.Si NIP.150 246 288
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan kepada segenap ummatnya. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kategori sempurna, keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah berkat bimbingan, bantuan dan saran-saran dari semua pihak yang terkait. Tanpa partisipasi dari pihak tersebut, upaya peneliti dalam penulisan skripsi ini tidak berarti apa-apa. Karena itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas bantuan dan bimbingan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, kepada: 1. Teristimewa untuk kedua orang tua ku (Umi Laini dan Bapak Muhammad Odih) yang senantiasa memanjatkan Do’anya kepada Allah SWT untuk kelancaran studi dan keselamatan anaknya dalam meraih cita-cita. 2. Bapak Dr. Murodi, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Arif Subhan, MA., selaku Pudek Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 5. Umi Musyarofah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 6. Dra. Armawati Arbi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan mencurahkan perhatian dan meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan petunjuk yang sangat berharga bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Para dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan sabar dan ikhlas mentransformaskan ilmu-ilmunya kepada peneliti selama masa perkuliahan.
ii
8. Kepada Bapak Mahfudin selaku Lurah Karihkil dan Bapak Ketua RW dan RT, yang telah mempermudah peneliti dalam memperoleh data. 9. Untuk kakak-kakak dan adik ku (A Ita, A Asep, A Budi, Teh Lilih, A Chandra, A Kayat dan Iip) terima kasih atas segala bantuan, baik itu berupa dukungan moril maupun material. 10. Untuk para responden (masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor), yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket. 11. Buat sahabat-sahabat terbaik ku (Umi, Ela, Ida dan Nurul), yang selalu mengingatkan dan memberikan dukungan kepada peneliti. Terima kasih atas semuanya……… semoga kita akan terus bersahabat. 12. Untuk teman-teman anak KPI A angkatan 2004, yang telah memberikan dukungan kepada peneliti, terutama (Shofie, Ana, AB3, Widy dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa sayang peneliti kepada semuanya. 13. Buat teman-teman kosan (Sella dan Copie), yang selalu menemani
hari-
hari peneliti selama di Kosan, terima kasih atas semuanya. 14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu, yang ikut berpartisipasi membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini mungkin masih banyak kekurangan dalam berbagai hal. Namun demikian, peneliti berusaha membuat semua kekurangan tersebut menjadi sesuatu yang dapat diperbaiki ke depannya nanti. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing. Semoga mendapatkan imbalan yang lebih baik dari Allah SWT.
Jakarta, Juni 2008
Peneliti
iii
ABSTRAK
Epi Sumarni “Respon Masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor Terhadap Sinetron Cahaya di RCTI” Film cerita yang dibuat untuk media televisi, yang dalam wacana televisi Indonesia dibuat sinema elektronik (sinetron), sudah menjadi bagian dari wacana publik dalam ruang sosial masyarakat. Cerita sinetron tidak hanya sekedar menjadi sajian menarik di luar kaca, tetapi juga telah menjadi bahan diskusi atau bahan “ngerumpi baru” di antara para ibu dikelompok arisan, antara anggota keluarga, bahkan tidak jarang, nilai-nilai di dalamnya hadir sebagai rujukan perilaku para penggemarnya. Sinetron Cahaya adalah sinetron yang menceritakan tentang persahabatan, percintaan dan lain sebagainya, namun jika dilihat dan ditelisik lebih dalam lagi, dalam sinetron Cahaya terselip dan tergambar sisi sosial dan moral dalam alur ceritanya. Berdakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan media televisi. Berdakwah lewat televisi tidak mesti berbentuk ceramah, namun bisa juga berbentuk seperti sandiwara atau sinetron, sinetronpun tidak mesti harus religi, sinetron yang mendidik, yang mengajarkan kepada kebaikan atau sinetron yang di dalam ceritnya memasukkan pesan-pesan yang baik, dalam hal ini (pesan sosial, moral, dan lain sebagainya). Dan itu pun termasuk ke dalam salah satu bentuk cara berdakwah Bagaimana respon masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya yang meliputi kognitif, afektif dan behavioral (tindakan) penonton? Teori yang digunakan dalam peneitian ini adalah teori S-O-R (StimulusOrganism-Respon). Yaitu salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience (penonton/pendengar) Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, dan dokumentasi. Respon yang didapat dari penonton memang positif, menurut peneliti hasil tersebut karena alur ceritanya menarik, tidak mudah ditebak jalan ceritanya, akting pemain yang meyakinkan, serta cara pengemasan atau setting sinetron yang bagus. Menyaksikan sinetron ini, responden memperoleh pengetahuan tentang etika, sehingga penonton merespon positif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor menyatakan bahwa sinetron Cahaya yang ditayangkan di RCTI, mendapatkan respon yang baik (positif). Dari sinetron Cahaya responden mendapatkan pengetahuan dan informasi berupa cara bersikap dan berperilaku yang baik dan tidak (kognitif). Responden juga memberikan kesan atau sikap yang baik pula terhadap sinetron Cahaya (afektif). Kemudian sinetron Cahaya juga sedikit banyak menciptakan imitasi dikalangan masyarakat (responden).
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iv DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 7 D. Metodologi Penelitian ..................................................... 8 E. Sistematika Penelitian ..................................................... 11
BAB II
LANDASAN TEORITIS A. Respon............................................................................. 13 1. Teori S-O-R ............................................................. 13 2. Pengertian Respon...................................................... 14 3. Macam-Macam Respon.............................................. 16 a. Kognitif ............................................................... 16 b. Afektif ................................................................. 16 c. Behavioral ............................................................ 16 4. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon .......................... 17 B. Masyarakat ...................................................................... 18 1. Pengertian Masyarakat ................................................. 18 2. Jenis-Jenis Masyarakat ................................................. 19 3. Fungsi Masyarakat ....................................................... 20 C. Sinetron .......................................................................... 21 1. Pengertian Sinetron ................................................... 21 2. Kategori Cerita Sinetron ............................................ 23 3. Unsur-unsur Sinetron ................................................ 24
BAB III
PROFIL STASIUN TELEVISI RCTI DAN GAMBARAN UMUM SINETRON CAHAYA A. Sejarah Berdirinya Stasiun Televisi RCTI ....................... 26 B. Napak Tilas Perjalanan Stasiun Televisi RCTI ................ 28 C. Profil Stasiun Televisi RCTI ........................................... 29 D. Visi dan Misi Stasiun Televisi RCTI ............................... 30 E. Sarana Penunjang Stasiun Televisi RCTI ........................ 31 F. Gambaran Umum Sinetron Cahaya .................................. 32 G. Cast and Crew Sinetron Cahaya ....................................... 33 H. Sinopsis Sinetron Cahaya................................................. 34
BAB IV
RESPONS CISEENG
MASYARAKAT BOGOR
RW
01
TERHADAP
KARIHKIL SINETRON
CAHAYA A. Tinjauan Daerah Penelitian .............................................. 38 B. Profil Responden .............................................................. 39 C. Deskripsi dan Analisis Data Mengenai Respons Masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor Terhadap Sinetron Cahaya .............................................................. 43 1. Kognitif Penonton ...................................................... 45 2. Afektif Penonton ........................................................ 51 3. Behavioral Penonton ................................................... 57
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 65 B. Saran-Saran ..................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….. 70
DAFTAR TABEL
TABEL 1
Jenis Kelamin Responden ......................................................... 39
TABEL 2
Jenis Usia Responden ............................................................... 40
TABEL 3
Jenis Pekerjaan Responden ....................................................... 41
TABEL 4
Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ................................... 43
TABEL 5
Mulai Menonton Sinetron Cahaya ............................................ 45
TABEL 6
Alasan Menyaksikan Sinetron Cahaya .................................... 47
TABEL 7
Mengerti Isi Dari Sinetron Cahaya ........................................... 48
TABEL 8
Tanggapan Mengenai Akting Para Pemain Sinetron Cahaya .... 49
TABEL 9
Cara Mengemas (Setting) Sinetron Cahaya .............................. 50
TABEL 10 Perasaan Saat Menyaksikan Sinetron Cahaya .......................... 52 TABEL 11 Tokoh/Pemain Utama Yang Paling Disukai ............................ 53 TABEL 12
Alur Cerita Episode Pertama Sinetron Cahaya ........................ 55
TABEL 13
Kesan Seteleh Menonton Sinetron Cahaya .............................. 56
TABEL 14 Pendapat Tentang Sinetron Cahaya ......................................... 57 TABEL 15 Suka Meniru Gaya Penampilan Para Pemain ........................... 58 TABEL 16 Suka Meniru Gaya Berbicara Para Pemain .............................. 59 TABEL 17 Mengidolakan Para Pemain Sinetron Cahaya .......................... 61 TABEL 18 Sinetron Ini Memberikan Manfaat ........................................... 62 TABEL 19 Manfaat Yang Didapatkan Setelah Menyaksikan Sinetron Cahaya ..................................................................... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. latar Belakang Masalah Media massa telah hadir setiap saat tanpa memandang waktu dan jarak, bahkan mungkin kehadiran media massa dapat mempengaruhi cara hidup dan perilaku seseorang. 1 Di antara sekian banyak media massa yang ada pada saat ini, televisi merupakan media massa elektronik yang paling banyak dinikmati oleh masyarakat. Karena media televisi dianggap media yang paling efektif dalam penggunaannya. Televisi merupakan gabungan media dengar (audio) dengan media gambar (visual) yang bersifat informatif, hiburan, pendidikan maupun gabungan dari ketiganya. Munculnya
media
televisi
dalam
kehidupan
manusia
memang
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.2 Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman,
1 Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. Ke-8, h. 9.1. 2 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-1, h. 8.
televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. Televisi membujuk kita untuk mengkonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Ringkasnya, televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih dari yang lain. 3 Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibandingkan media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi media elektronik, khususnya media televisi di dunia, telah mencapai tahap yang paling canggih dan spektakuler. Hadirnya televisi swasta di Indonesia, dengan berbagai macam acara yang menarik, terus menerus diikuti perkembangannya oleh pemirsa. Pemirsa televisi telah dihadapkan kepada banyak alternatif tontonan dari berbagai acara televisi yang berbeda. Dari sekian banyak acara yang ada di televisi, acara sinetron tampaknya paling sering mendapat sambutan hangat dari pemirsa. Para penggemar sinetron umumnya merasa cemas jika ketinggalan salah satu episode cerita sinetron kesayangannya. Mereka seolah ”merasa kehilangan sesuatu yang berharga” ketika tertinggal salah satu episode saja. Ini menandakan, perhatian pemirsa terhadap sinetron, sangat luar biasa dibandingkan dengan acara lainnya.
3
1, h.1.
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005), Cet Ke-
Film cerita yang dibuat untuk media televisi, yang dalam wacana televisi Indonesia disebut sinema elektronik (sinetron), sudah menjadi bagian dari wacana publik dalam ruang sosial masyarakat. Cerita sinetron tidak hanya sekedar menjadi sajian menarik di layar kaca, tetapi juga telah menjadi bahan diskusi atau bahan ”ngerumpi baru” di antara para ibu, kelompok arisan, antar anggota keluarga, bahkan tidak jarang, nilai-nilai sosial di dalamnya hadir sebagai rujukan perilaku para penggemarnya.4 Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat, tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan-pesan sinetron terkadang terungkap secara simbolis dalam alur cerita. 5
Seperti halnya sinetron Cahaya yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI setiap hari senin sampai dengan minggu pada pukul 20.00 WIB. Meskipun
sinetron
ini banyak
menceritakan
tentang
percintaan,
persahabatan dan lain sebagainya, namun jika kita lihat lebih dalam lagi, terselip dan tergambar sisi sosial dan moral di dalam alur cerita sinetron ini. Di mana pada episode awal sinetron Cahaya
menceritakan tentang
“Cahaya (yang diperankan oleh Naysila Mirdad) adalah korban dari kesulitan keuangan suatu keluarga, untuk menutupi kebutuhan keluarga, Hendra ayahnya (yang diperankan oleh Yadi Timo) tega menjual Cahaya ke tempat pelacuran. Cahaya yang semula mengira dibawa untuk dijadikan sebagai pembantu, sangat kaget mendapati dirinya ternyata dikirim ke tempat pelacuran.”
4
Muh. Labib, Potret Sinetron Indonesia; Antara Keahlian Virtual dan Realitas Sosial, (Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002), h. 5 Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, h. 129-136.
Dari sepenggal cerita di atas, terselip sisi sosial dan moral yang menggambarkan bahwa “kemiskinan itu dapat membawa seseorang ke dalam kekufuran (kejahatan).” Dan jika kita lihat lebih dalam lagi, cerita di atas juga menceritakan tentang perdagangan perempuan, padahal dalam agama Islam perbuatan (perzinahan dan pelacuran) sangat dilarang keras dengan hukuman yang amat berat. Islam sama sekali tidak bisa mentolelir pelacuran dan perzinahan, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah an-Nur ayat 2 sebagai berikut:
%&' $ # ☺ !"# 234 ☺1 *+,-. () =>? ; < 9: 6578 5 9:
* ';@?# , EFGHI BC@D
☺1⌧' J8D '5P?# ☺D HO"# 2⌧LM: N RS6 Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seseorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah untuk (menjalankan) agama Allah SWT, jika kamu beriman kepada Allah SWT, dan hari kiamat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”
Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dalam bentuk ceramah, sandiwara, sinetron dan lain sebagainya. Salah satu bentuk tayangan yang ditampilkan oleh stasiun televisi adalah dalam bentuk sinetron. Sekarang ini banyak sekali stasiun-stasiun televisi yang menyuguhkan sinetron-sinetron yang
religius, bahkan ada dalam satu stasiun televisi menayangkan lebih dari satu judul sinetron religi. Kita seharusnya bangga dan senang dengan maraknya sinetron religi yang bermunculan dibeberapa stasiun televisi, itu berarti menandakan bahwa dakwah yang disampaikan melalui media elektronik, dalam hal ini televisi mengalami kemajuan, karena seperti yang kita ketahui bersama selama ini, sinetron religi hanya ditayangkan pada bulan Ramadhan saja. Namun sekarang ini, sinetron religi sudah jarang ditayangkan di beberapa stasiun televisi, meskipun hanya sebagian dari sekian banyak stasiun televisi. Jarang ditayangkannya sinetron religi, mungkin mengisyaratkan bahwa para penonton sudah mulai bosan atau jenuh dengan alur cerita yang hampir sama dan hampir setiap waktu ditayangkan di stasiun televisi di Indonesia. Dari sinilah seharusnya para praktisi dan para pengelola stasiun televisi (khususnya bagi para pembuat sinetron yang bernuansa Islam/religi) agar mulai membuat sinetron
yang ringan,
mudah dicerna
oleh penonton,
tidak
membosankan, mendidik, menghibur (tidak mesti religi), namun tidak melupakan atau tetap menyelipkan (pesan dan nilai dakwah serta hal-hal yang bermanfaat bagi para penonton) dalam sinetron tersebut. Dari latar belakang di atas, maka peneliti mencoba untuk mengetahui seberapa besar respon masyarakat terhadap sinetron cahaya yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI. Namun sebelumnya, peneliti akan sedikit menjelaskan tentang respon yang peneliti teliti. Respon dalam kamus istilah psikologi dijelaskan bahwa respon adalah setiap perilaku yang timbul karena adanya suatu stimulus.
Konsep tentang respon merupakan suatu konsep yang sangat umum dalam psikologi, dan adakalanya dipakai dalam hubungannya dengan perilaku apa saja. Sekalipun demikian sebenarnya perilaku merupakan suatu respon, hanya bila perilaku tersebut dihasilkan oleh karena adanya suatu stimulus. Suatu sinonim yang sering digunakan sebagai padanan respon dalam percakapan sehari-hari adalah jawaban. Oleh karena itu, respon dalam pengertian tertentu adalah jawaban terhadap stimulus.6 Respon adalah tanggapan; reaksi; jawaban.7 Jadi pengertian respon dalam skripsi ini adalah sebuah tanggapan; reaksi; jawaban masyarakat (dalam hal ini masyarakat yang berdomisili di RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor) terhadap sinetron Cahaya. Respon ini bersifat langsung tanpa memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan jawaban dari objek yang kita teliti. Untuk itulah peneliti mengambil judul “Respon Masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor Terhadap Sinetron Cahaya di RCTI.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas dan mempermudah proses penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut: Sinetron yang dimaksud dalam skripsi ini adalah sinetron
Cahaya.
Masyarakat yang peneliti teliti adalah laki-laki dan perempuan yang berdomisili di RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor yang usianya berkisar antara 15-45 tahun, karena mereka dianggap lebih sering atau suka menonton sinetron. 6
Frank J. Bruno, Istilah Kunci Psikologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), Cet Ke-1, h. 257. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Ed Ke-3, Cet Ke-1, h. 218. 7
2. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana respon masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya. a. Kognitif penonton b. Afektif penonton c. Behavioral penonton
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar respon masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya, yang meliputi respon kognitif, afektif dan behavioral penonton. 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu dakwah dan komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru, khususnya bagi peneliti dan masyarakat. Selain itu pula diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah kontribusi yang nyata berupa aspirasi dan informasi kepada pihak-pihak yang terkait.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang berupa menarik faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang ditemui secara angka dengan melihat inti objek penelitian berdasarkan tingkat beragam dalam data lapangan yang bisa didapat secara akurat, tepat dan terpercaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang diteliti.8 Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor yang menyaksikan sinetron Cahaya, Yang populasinya berjumlah 620 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian sasaran dalam penelitian yang dianggap dapat mewakili sifat-sifat khalayak sasaran secara keseluruhan.9
Sampel dalam
penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang berdomisili di RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor yang usianya berkisar antara 15-45 tahun yang menyaksikan tayangan sinetron Cahaya (dengan menanyai mereka terlebih dahulu apakah mereka menonton Cahaya atau tidak). Sampel penelitian ini sebanyak 15% dari keseluruhan jumlah populasi yaitu sebanyak 93 responden. 8
Rackmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet Ke1, h.149. 9 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet Ke-1, h. 13
Teknik yang digunakan dalam penarikan
sampel adalah dengan cara
sampel random atau sampel acak, sehingga semua objek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. 3. Tahap Pengumpulan Data a. Observasi, “yaitu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mancatat secara sistematis gejala-gajala yang diselidiki.”10 Dalam hal ini peneliti hanya melakukan pengamatan yang sifatnya tidak langsung, yaitu menonton sinetron Cahaya yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI. b. Angket, “yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.”11 Dalam hal ini peneliti menyebarkan angket kepada masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor dengan menggunakan teknik bola salju. c. Dokumentasi, “yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian, berupa buku-buku, majalah, artikel-artikel dari internet, surat kabar dan sebagainya.” 4. Tahap Analisis Data Data-data yang peneliti peroleh dari hasil penyebaran angket, akan dianalisis, yang kemudian peneliti kritisi. Metode yang peneliti gunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan statistik prosentase sebagai berikut:
10
Chalid Harbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-4, h.
70. 11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h.151.
Rumus prosentase P = F X 100% N Keterangan: P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah responden.12
Langkah-langkah analisis data a. Evaluating : memeriksa kembali jawaban-jawaban responden untuk diteliti,
ditelaah,
dan
dirumuskan
pengelompokkannya
untuk
memperoleh data-data yang akurat. b. Tabulating : mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden ke dalam tabel, kemudian dicari persentasenya untuk kemudian dianalisa. c. Analisis dan interpretasi : yaitu mengubah data kuantitatif menjadi bentuk verbal (kata-kata) sehingga kata-kata persentase menjadi lebih bermakna. d. Kesimpulan : yaitu peneliti memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran data. Adapun mengenai teknik penulisan skripsi ini, peneliti berpijak pada buku pedoman penulisan karya ilmiah 12
(Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif
Anas Sarjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), Cet. Ke-8, h. 40.
Hidayatullah Jakarta press tahun 2007 dengan beberapa perubahan sesuai dengan petunjuk Dosen pembimbing. E. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas dan lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok pembahasan skripsi ini, maka peneliti membagi pembahasan sebagai berikut: Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. Bab kedua, merupakan bab landasan teoritis yang mencakup tentang respon yang meliputi teori S-O-R, pengertian respon, macam-macam respon: kognitif, afektif, dan behavioral, serta faktor-faktor terbentuknya respon. Masyarakat yang meliputi pengertian masyarakat, jenis-jenis masyarakat, dan fungsi masyarakat. sinetron yang meliputi pengertian sinetron, kategori cerita sinetron serta unsur-unsur sinetron. Bab ketiga, merupakan bab mengenai profil stasiun televisi RCTI dan gambaran umum sinetron Cahaya. mulai dari sejarah singkat berdirinya televisi RCTI, napak tilas perjalanan stasiun televisi RCTI, profil, visi dan misi, sampai dengan sarana penunjang yang ada di stasiun televisi RCTI. Gambaran umum sinetron Cahaya, cast and crew serta sinopsis sinetron Cahaya . Bab keempat, merupakan tanggapan masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya, yang meliputi: tinjauan daerah penelitian, profil responden serta deskripsi dan analisis data mengenai respon masyarakat RW 01
Desa Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya, meliputi respon kognitif, afektif dan behavioral penonton. Bab kelima, merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan dan saran-saran dari semua permasalahan yang ada dalam skripsi ini, juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Respon 1. Teori S-O-R Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response, yang semula berasal dari psikologi, yang muncul antara tahun 1930 dan 1940. kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, hal ini dikarenakan objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.13 Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam ilmu komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience (penonton atau pendengar).14 Menurut teori ini efek yamg ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: pesan (stimulus, S), Komunikan (Organism, O), dan Efek (Response, R).15 Dari ketiga elemen utama teori stimulus-organism-respon terdapat efek (respon) yang merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.
13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), Cet. Ke-3, h. 254. 14 S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. Ke9, h. 5.20. 15 Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 254.
2. Pengertian Respon Respon dalam kamus istilah psikologi dijelaskan bahwa respon adalah setiap perilaku yang timbul, karena adanya suatu stimulus. Konsep tentang respon merupakan suatu konsep yang sangat umum dalam psikologi, dan adakalanya dipakai dalam hubungannya dengan perilaku apa saja. Sekalipun demikian sebenarnya perilaku merupakan suatu respon, hanya bila perilaku tersebut dihasilkan oleh karena adanya suatu stimulus. Suatu sinonim yang sering digunakan sebagai padanan respon dalam percakapan sehari-hari adalah jawaban. Oleh karena itu, respon dalam pengertian tertentu adalah jawaban terhadap stimulus.16 Stimulus adalah rangsang perubahan dalam energi fisik yang menggiatkan suatu reseptor. Lebih umumnya, sebarang perubahan dalam energi eksternal atau internal yang menyiagakan atau mengaktifkan suatu organisme atau suatu tanda untuk berekasi atau berbuat.17 Beberapa perilaku tidak dimunculkan, tetapi nampak dari luar. Perilaku yang serupa itu sering dianggap timbul dengan sendirinya, dan ini tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori respon, kita dapat menyebutnya sebagai perilaku yang terjadi dengan sendirinya, perilaku spontan, atau pun perilaku yang sesuai dengan kehendak kita, atau tergantung dari kerangka kerja teoritiknya.18 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, respon adalah tanggapan; reaksi; jawaban.19 Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolic terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat 16
Frank J. Bruno, Istilah Kunci Psikologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), Cet. Ke-1, h.
257. 17
J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-9, h. 486. 18 Frank J. Bruno, Istilah Kunci Psikologi, h. 257. 19 h Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Ed Ke-3, Cet Ke-1, h. 218.
refleksi dan reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat terkendali.20 Sedangkan menurut Scheerer, respon (balas) adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi refrensentasi fenomenal dari rangsang-rangsang proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon.21 Astrid S. Susanto mengatakan, respon adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan.22 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan; reaksi.23 Pengertian Respon Menurut Para Tokoh Menurut Poerwadarminta, respon diartikan sebagai tanggapan reaksi dan jawaban.24 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan istilah umpan balik yang memiliki peranan atau pengaruh dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.25
20
Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara,1997), Cet Ke-1,h.964. 21 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), Cet Ke-5, h.84. 22 Astrid S.Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1998) 23 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Iindonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Press,1991), h.1268. 24 Poerwadarminta, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), Cet Ke3, h. 43. 25 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet Ke 2, h. 50.
3. Macam-Macam Respon a. Respon kognitif, ialah respon yang berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.26 atau terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipercayai atau dipersepsi khalayak. Hal ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. b. Respon afektif, ialah respons yang berkaitan dengan perasaan, timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Hal ini berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai. c. Respon behavioral, ialah respon yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.27 Sedangkan menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi Umum, mengemukakan macam-macam tanggapan sebagai berikut: Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu: a. Tanggapan audit adalah tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain sebagainya. b. Tanggapan visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihatnya. c. Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya. Tanggapan menurut terjadinya , yaitu: a. Tanggapan ingatan adalah ingatan massa lampau, artinya tanggapan terhadap kejadian yang telah lalu. 26
Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 318. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-21, h. 219. 27
b. Tanggapan fantasi adalah tanggapan masa kini artinya tanggapan terhadap sesuatu yang telah terjadi. c. Tanggapan pikiran adalah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap yang akan terjadi. Tanggapan menurut lingkungannya: a. Tanggapan benda, yakni tanggapan benda yang ada di sekitarnya. b. Tanggapan kata-kata, yakni tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara. 28
4. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon Ketika manusia lahir di dunia, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus, sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh. Manusia dengan alat inderanya dan sesuai dengan fungsinya, terus memperhatikan, menggali segala sesuatu di sekitarnya. Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat inderanya dalam menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang mempengaruhi dari luar diri manusia). Seperti yang dikatakan oleh Bimo Walgito ”alat indera itu alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya.”29 Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya. Hal itu perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menganggapi dengan baik pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan 28 29
terhadap
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru,1991), h. 31-32 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 185.
stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian, maka akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga tergantung pada keadaan individu itu sendiri dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor, yaitu: b.
faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu. Manusia itu
terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak Unsur-unsur rohani dan pisiologis yang meliputi keberadaan, perasaan (feeling), akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi, dan sebagainya. c. Faktor eksternal, yaitu factor yang ada pada lingkungan (faktor pisis). Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus.30
B. Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat
30
Bimo Walgito, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 6
Masyarakat merupakan kumpulan dari penduduk. Sedangkan pengertian penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma,
adat istiadat
yang
sama-sama
ditaati dalam
lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk saat kelompok manusia yang memiliki ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek dan cucu. Antara sesama kaum laki-laki dan wanita, larut melalui suatu kehidupan yang teratur dan berpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masyarakat.
2. Jenis-Jenis Masyarakat Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern). a. Masyarakat Sederhana Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola perekonomian (masyarakat primitif tidak atau belum sedemikian rumit seperti pada masyarakat maju. b. Masyarakat Maju (modern)
Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih akrab dengan sebutan kelompok-kelompok kemasyarakatan
yang tumbuh dan
berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Organisasi kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cakupan nasional, regional, maupun internasional. Dalam lingkungan maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat industri.31
3.
Fungsi Masyarakat Masyarakat adalah suatu tipe sistem sosial, sama halnya dengan sebuah
perusahaan, universitas, angkatan bersenjata, dan lain-lain. Bedanya masyarakat merupakan sistem sosial yang paling tinggi tingkat kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dengan kata lain masyarakat sebagai suatu sistem sosial mengatur dan mengintegrasikan ketiga lingkungan utama dan kedua lingkungan sekunder hingga derajat tertentu, yang tidak mampu dilakukan oleh sistem sosial lainnya. Masyarakat sebagai suatu tipe sistem sosial dapat dianalisa dari empat fungsinya yang diperlukan, yakni: a. Fungsi Pemeliharaan Pola Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sistem kultural. Fungsi ini mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat sambil menyediakan dasar dalam berperilaku menuju realitas tertinggi. 31
86.
Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke.1, h. 85-
b. Fungsi Integrasi. Fungsi ini mencakup koordinasi yang diperlukan antara unit-unit yang menjadi bagian dari suatu sistem sosial, khususnya berkaitan dengan kontribusi unit-unit pada organisasi dan fungsinya unit-unit terhadap keseluruhan sistem. d. Fungsi Pencapaian Tujuan. Fungsi ini mengatur hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sistem kepribadian. Fungsi ini tercermin dalam bentuk penyusunan skala prioritas dari segala tujuan yang hendak dicapai dan penentuan bagaimana suatu sistem memobilitas sumber daya serta tenaga yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut. e. Fungsi Adaptasi Menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sistem organisme tindakan dan dengan alam fisiko-organik. Secara umum fungsi ini menyangkut kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya. Dalam pelaksanaan fungsi ini, teknologi sangat penting peranannya.32
C. Sinetron 1. Pengertian Sinetron
32
Ankie M.M. Hoogvelt, Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. Ke-1, h. 28-29.
Di masa lalu ketika stasiun televisi hanya satu, yaitu TVRI, nama program sinetron belum dikenal. Program semacam itu di jaman TVRI disebut drama televisi, teleplay atau sandiwara televisi. Produksi program drama televisi pada waktu itu juga sangat berbeda dengan produksi sinetron. Program drama televisi biasanya diproduksi sepenuhnya mengunakan setting indoor, di dalam studio televisi. 3 atau 4 set dibangun untuk kepentingan produksi itu. Pelaksanaan produksinya dapat dilakukan untuk siaran langsung ataupun direkam lebih dahulu. Jarang sekali terjadi, produksi drama televisi dibuat dengan menggunakan film atau video dan shootingnya menggunakan setting outdoor, di luar studio televisi.33 Dari sekian banyak program acara televisi, sinetron adalah acara yang paling banyak digemari oleh sebagian masyarakat Indonesia khususnya kaum perempuan. Faktor yang menyebabkan sinetron disukai oleh masyarakat adalah: isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya masyarakat (pemirsa). Isi pesannya lebih banyak mengungkap permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.34 Mungkin karena ketiga faktor itulah, yang membuat acara sinetron di televisi selalu ditunggu jam tayangnya oleh pemirsa. Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik lalu ditayangkan melalui stasiun televisi.35
33
Fred Wibowo, Teknik Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisister, 2007), Cet. Ke-1, h. 225. 34 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-1, h. 30 35 Endah, “Pengertian Sinetron.” Artikel diakses pada 3 Mei 2008 dari http://chendah.blogspot.com/2008/01/pengertian-sinetron.html
Secara gramatikal yang dimaksud kata tele dalam istilah telesinema adalah televisi. Istilah telesinema merupakan terjemah bahasa Indonesia dari bahasa Inggris yaitu tele (vision) sinema. Dengan demikian istilah telesinema berarti ” sinema televisi” atau dipendekkan menjadi sinetron. 2. Kategori Cerita Sinetron Ciri pertama, sinetron Yang memiliki kekuatan besar untuk terus bertahan dalam jajaran Top Ten adalah sinetron-sinetron dalam jenis seri dan serial. Dalam dunia sinetron, terdapat empat kategori jenis, yaitu sinetron seri, serial, sinetron mini seri, dan sinetron lepas (satu episode selesai). Sinetron seri adalah sinetron yang memiliki banyak episode, tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. Sedangkan sinetron serial adalah sinetron yang memiliki banyak episode dan masing-masing episode memiliki hubungan sebab akibat. Baik dalam sinetron berseri maupun sinetron serial ini panjangnya bisa mencapai ratusan episode. Kemudian Festival Sinetron Indonesia (FSI) menggunakan istilah sinetron lepas untuk menyebut sinetron satu seri selesai atau bisa disebut juga sebagai (FTV). Ciri kedua, atas dasar tema cerita yang ditawarkan, jenis sinetron bisa dibedakan menjadi drama keluarga, komedi situasi, laga dan sinetron laga misteri kolosal. Atas dasar tema ceritanya, sinetron juga dapat dibagi dalam dua kategori besar. Pertama, sinetron drama. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan sinetron drama sebagai komposisi cerita atau kisah, syair lagu-lagu yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui
tingkah laku (akting) atau dialog yang melibatkan konflik atau emosi yang dikemas secara khusus untuk ditayangkan di televisi. Sinetron drama ini pun dapat dibagi dalam dua kategori. Sinetron drama komedi, artinya, sinetron drama yang berisi kelucuan-kelucuan yang mengajak pemirsa tertawa. Kedua, sinetron drama rumah tangga, yaitu sinetron drama yang mengangkat masalah-masalah dalam rumah tangga.36 Kategori kedua adalah laga. Secara harfiah, laga adalah perkelahian atau berkelahi.37 Sinetron yang banyak memceritakan dan mengisahkan perkelahian sebagai menu utamanya. Cerita hanya semacam alur pengatur dari satu arena perkelahian ke arena perkelahian lain. Untuk menurunkan irama ketegangan selalu disisipi komedi. Komedi adalah sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan-kelucuan, meskipun kelucuan-kelucuan itu bersifat menyindir dan berakhir dengan bahagia. Komedi bahagia adalah komedi untuk membuat penonton tertawa. Kategori lainnya adalah kelompok laga drama dan sinetron laga misteri kolosal. Ciri-ciri bangunan cerita keduanya hampir sama, yaitu baku hantam. Yang membedakan hanyalah, laga misteri kolosal mengambil setting masa lalu, sedangkan laga mengambil setting masa kini.38
3. Unsur-unsur Sinetron Adapun unsur-unsur sinetron itu sendiri adalah:
36
Muh. Labib, Potret Sinetron Indonesia; Antara Keahlian Virtual dan Realitas Sosial, (Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002), h. 66. 37 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Ed. Ke-3, Cet. Ke-3, h. 623. 38 Labib, Potret Sinetron Indonesia, h. 85-87.
a. Produser: orang yang bertanggung jawab atas pembuatan sinetron baik bersifat hidup rekaman video. Ia juga bertanggung jawab atas pembiayaan produksi sebuah sinetron. b. Sutradara: orang yang memimpin pertunjukan atau pementasan dibidang artistik. c. Naskah atau script: ide atau gagasan suatu cerita, naskah memuat penjelasan serta pengembangan sebuah ide atau konsep yang secara operasional dapat dibuat visualnya. d. Artis/aktor: orang yang memainkan peran dalam cerita tersebut. Mereka memainkan peran sesuai dengan naskah yang telah dibuat. e. Engineering: orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan alat-alat produksi seperti kamera, mike, listrik. f. Kostum: walaupun kostum bukan merupakan sesuatu yang paling penting dalam pembuatan sinetron, kostum juga harus diperhatikan. Mereka menentukan kostum para pemain agar sesuai dengan cerita sinetron tersebut. g. Make-Up: hal ini juga harus diperhatikan. Mereka memake-up para pemain sesuai dengan karakter yang harus dimainkannya.39
39
Suprihatin, ”Respon Masyarakat Ulujami Jakarta Selatan Terhadap Sinetron Maha Kasih Episode Tukang Bubur Naik Haji Di RCTI, ” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h. 16-19.
BAB III PROFIL STASIUN TELEVISI RCTI DAN GAMBARAN UMUM SINETRON CAHAYA
A. Sejarah Berdirinya Stasiun Televisi RCTI Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) adalah stasiun swasta pertama di Indonesia yang lahir dari gagasan 2 perusahaan besar, yaitu : Bimantara Citra Tbk, dan Rajawali Corporations. Sejak berdirinya tahun 1989, RCTI identik dengan beragam program yang popular dan merupakan trend-setter. Memiliki 47 stasiun pemancar di seluruh Indonesia, RCTI selalu menjadi pilihan para pemasang iklan, karena merupakan media untuk beriklan yang efektif dengan cakupan terluas. Pada awal berdirinya, Rajawali Citra Televisi Indonesia merupakan sebuah stasiun televisi alternatif bagi masyarakat Indonesia. Sampai dengan tahun 1989, masyarakat Indonesia hanya bisa menikmati siaran televisi dari satu saluran yaitu Televisi Republik Indonesia. Munculnya RCTI tidak lepas dari desakan masyarakat kepada pemerintah untuk membuka kesempatan bagi dunia hiburan. Hal tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah mengizinkan pemakaian antena parabola untuk perorangan pada tahun 1986. sebagian masyarakat mulai bisa menikmati beragam acara televisi dari Negara tetangga seperti TV3 dan RTM-1 (Malaysia), TV-Thailand, dan TV-Philipina.
Kebijakan tersebut mengizinkan saluran khusus untuk mengudara dengan menayangkan iklan. Kebijakan itu membuka kesempatan bagi televisi swasta. RCTI merupakan perusahaan pertama yang diberi wewenang tersebut, setelah yayasan TVRI tidak memiliki cukup modal untuk melaksanakan siaran itu. Tetapi penunjukkan terhadap RCTI tentunya tidak lepas dari kepentingan penguasa. Pada awal berdirinya, kepemilikan RCTI dikuasai oleh Bambang Trihatmodjo, Putera Presiden RI pada waktu itu. Pada saat kebijakan tersebut diberlakukan, Ia menjabat sebagai Direktur Utama RCTI. Setelah penandatanganan perjanjian penunjukan
SST-TVRI bersama
Direktur Televisi, Ishadi pada tanggal 22 Februari 1988, RCTI memulai siaran percobaan di Jakarta. Siaran percobaan tersebut dimulai pada tanggal 14 November 1988 dengan waktu siar 4 jam sehari. RCTI kemudian resmi mengudara pada tanggal 24 Agustus 1989. Kebijakan Siaran Saluran Terbatas dimanfaatkan oleh RCTI untuk mengudara dengan system “acak.” Lewat sistem ini, penonton televisi harus memiliki alat tambahan untuk menikmati siaran RCTI. Alat tersebut dikenal dengan “decoder,” untuk memiliki decoder ini, pemirsa televisi harus berlangganan kepada RCTI. Kebijakan Siaran Terbatas itu tidak belangsung lama. Pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan baru yang memungkinkan RCTI untuk bisa dinikmati masyarakat tanpa berlangganan. Pada tanggal 1 Agustus 1990, RCTI dapat diterima oleh pemirsa televisi di Jakarta dan sekitarnya tanpa menggunakan decoder. Tiga tahun kemudian, pemerintah kembali merubah kebijakannya
dengan membolehkan televisi swasta mengudara secara nasional. Pada tanggal 24 Agustus 1993, RCTI mulai mengudara secara nasional.
B. Napak Tilas Perjalanan RCTI 23 Juni 1988 : Peletakan batu pertama oleh Gubernur DKI Jakarta, Bp. Wiyogo Atmodarminto. 14 November 1988 : RCTI mulai melakukan siaran percobaan untuk wilayah Jakarta selama 4 jam sehari dengan menggunakan decoder, jumlah pelanggan 30.000. 24 Agustus 1989 : Stasiun RCTI diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak. Soeharto, dan ditetapkan menjadi hari RCTI, jumlah pelanggan menanjak menjadi 125.000. 01 Agustus 1990 : RCTI melepaskan penggunaan decoder, sebagai konsekuensinya, maka pendapatan RCTI hanya bersumber dari iklan. Pelepasan decoder juga bertujuan agar semakin banyak pemirsa yang dapat menikmati siaran RCTI. Agustus 1990-1992 : SCTV bersama-sama RCTI melakukan beberapa program kerjasama : pemberitaan, sales & marketing, produksi dan teknik. 01 Mei 1991 : RCTI mengembangkan siarannya dengan meresmikan stasiun RCTI Bandung. 24
Agustus
1993
:
RCTI
melakukan
penajaman
logo
yang
menggambarkan penampilan dan semangat baru. 10 Februari 2001 : Peresmian stasiun transmisi RCTI yang ke-47 di Kotabaru Kalimantan Selatan.
C. Profil RCTI PT Rajawali Citra Televisi Indonesia merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Berdiri pada tanggal 21 Agustus 1987, stasiun televisi yang dibangun di atas tanah seluas 10 Hektar ini mulai mengudara dua tahun kemudian, tepatnya bulan Agustus 1989. Dengan wilayah jangkauan yang luas meliputi hampir seluruh wilayah di Indonesia, serta penggunaan Satelit domestik Palapa B2P yang memungkinkan merelay program ke seluruh pemirsanya, membuat RCTI menjadi stasiun televisi paling digemari oleh pemirsa, terbukti dari tingginya rating dan share terhadap program-program RCTI. Hal ini tentu saja membuat RCTI menjadi ladang yang subur bagi para pengiklan yang hendak mengiklankan produk dan jasa mereka. Di bawah naungan perusahaan induknya MNC (Media Nusantara Citra), RCTI berhasil menempati posisi nomor satu diantara stasiun televisi lainnya di Indonesia. Selain itu pengembangan teknologi yang dilakukan RCTI juga memungkinkan pemirsa menikmati program-program RCTI melalui telepon seluler dan Internet. Didukung oleh lebih dari 1.550 tenaga profesional yang penuh semangat, berdidikasi tinggi terhadap perusahaan, berkomitmen tinggi, serta konsisten memberikan pelayan terbaik mereka terhadap pemirsa, menjadikan RCTI sebagai pelopor dalam hal penyediaan program-program informasi dan hiburan terbaik dan paling digemari oleh pemirsanya.
“RCTI adalah yang pertama dan terbaik” “RCTI merupakan kebanggan bersama milik bangsa” ”RCTI OKE” D. Visi dan Misi Stasiun Televisi RCTI
Visi
Media Utama Hiburan dan Informasi
Menjadi pilihan utama sebagai sumber hiburan dan informasi bagi masyarakat dengan menyajikan program yang menarik dan berkualitas di mana secara bersamaan memperhatikan keseimbangan faktor bisnis dan tanggung jawab sosial sebagai media yang dominan di tanah air.
Misi
Bersama Menyediakan Layanan Prima
Menekankan semangat kebersamaan dalam membangun sebuah tim kerja yang kuat di mana seluruh komponen perusahaan mulai dari level teratas sampai terbawah mampu bersama-sama terstimulasi, terkoordinasi, dan tersistimatisasi memberikan karya terbaiknya demi mewujudkan pelayanan terbaik dan utama.
Tiga Pilar Utama
•
Keutamaan dalam Kebersamaan
•
Bersatu Padu
•
Oke
Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, ada 3 (tiga) nilai sebagai pilar utama yang menjadi motivasi, inspirasi, dan semangat juang insan RCTI. Proses kerja dilakukan dengan semangat kebersamaan untuk sampai pada hasil yang mendapatkan pengakuan dari para “stakeholder” atas kualitas, integritas yang ditampilkan.
E. Sarana Penunjang Sebagai stasiun pertama dan nomor satu di Indonesia, RCTI memiliki beberapa fasilitas penunjang yang memadai untuk mendukung kenyamanan kerja diantaranya : 1. Gedung Terdiri dari beberapa bagian gedung yang berfungsi sebagai ruang kerja karyawan yaitu : Gedung Utama, Gedung Annexe, Gedung Studio 4, Gedung Studio 1, Gedung Pergudangan, dan Gedung Koperasi. 2. Studio RCTI memiliki 6 (enam) studio dengan berbagai ukuran, yang dipergunakan untuk lokasi syuting program–program In House dan syuting berbagai kegiatan promosi. Studio ini dilengkapi dengan peralatan syuting yang memadai. 3. Menara Pemancar RCTI memiliki 2 (dua) menara pemancar, diantaranya satu menara aktif setinggi 275 meter, dan satu menara sebagai back up setinggi 151 meter. 4. Masjid
Komplek RCTI dilengkapi dengan Masjid Raudhatul Jannah, yang cukup luas dan mampu menampung banyak jamaah, serta dapat juga digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan.
5. Sarana Olahraga Sarana Olahraga yang terdapat di Komplek RCTI diantaranya : lapangan basket, lapangan voley dan lapangan sepak bola. 6. Sarana Kesehatan Klinik dokter umum dan dokter gigi terdapat di gedung koperasi, dilengkapi juga dengan apotik, dan ruang istirahat. 7. Food Court, Kantin, Koperasi Karyawan & Cafe Food Court, Kantin & Café Exelso juga merupakan fasilitas penunjang yang terdapat di komplek RCTI. 8. Areal Parkir RCTI memiliki areal parkir yang luas baik untuk parkir karyawan maupun parkir tamu.
F. Gambaran Umum Sinetron Cahaya
Sinetron Cahaya adalah sinetron yang ditayangkan di RCTI pada pukul 20.00 WIB, yang diproduksi oleh SinemArt 2007.
Sinetron Cahaya adalah sinetron yang menceritakan tentang seorang anak perempuan (Cahaya) yang diperankan oleh Naysila Mirdad. Dia adalah korban kesulitan keuangan (ekonomi) suatu keluarga. Ayahnya (Hendra) yang diperankan
oleh Yadi Timo, tega menjual anaknya sendiri (Cahaya) ke tempat pelacuran untuk dijadikan seorang PSK.
Untungnya saja Cahaya bertemu dengan Teddy, seorang pengusaha yang akhirnya menyelamatkannya. Kemudian Cahaya dijadikan pembantu di rumah Teddy dengan tugas utamanya melayani dan menjadi teman anak bungsu Teddy bernama Thalita (yang diperankan oleh Ririn Dwi Aryanti). Dari situlah timbul berbagai macam konflik yang menghiasi cerita sinetron tersebut. Mulai dari konflik persahabatan, percintaan, sampai dengan konflik rumah tangga turut meramaikan alur ceritanya. G. Cast and Crew Sutradara: Doddy Djanes Produser: Leo Sutanto Desain Produksi: Heru Hendriyarto Indrayanto Kurniawan Cerita & Skenario: Serena Luna Produksi: SinemArt (2007)
Pemain Naysilla Mirdad sbg CAHAYA Ririn Dwi Aryanti sbg THALITA Glen Alinskie sbg RAKA Dude Herlino sbg SATRYA
Aditya Herpavi sbg SAKTI Meriam Bellina sbg ELGA Rama Michael sbg ERWIN Indah Indriana sbg ANGGREK Nani Wijaya sbg NENEK RAKA Yadi Timo sbg HENDRA Dwi Yan sbg TEDDY
H. Sinopsis Sinetron Cahaya
Cahaya adalah korban dari kesulitan keuangan suatu keluarga. Untuk menutupi kebutuhan keluarga, Hendra ayahnya tega menjual Cahaya ketempat pelacuran. Cahaya yang semula mengira dibawa untuk menjadi pembantu, sangat kaget mendapati dia ternyata dikirim ketempat pelacuran. Mengetahui ini Cahaya berusaha Melarikan diri. Ketika melarikan diri ini lah dia bertemu dengan Teddy seorang pengusaha yang akhirnya menyelamatkannya. Cahaya dijadikan pembantu dirumah Teddy dengan tugas utama melayani dan menjadi teman anak bungsu Teddy yang cantik bernama Talita. Sampai Cahaya pun harus ikut kuliah ditempat yang sama dengan Talita. Di kampus ini Cahaya bertemu dengan Raka, cowo keren yang membuat Cahaya langsung jatuh
Cinta. Sayangnya Raka ini adalah musuh bebuyutannya Talita, dan Cahaya dilarang bergaul dengannya. Talita dan Cahaya kemudian menjadi sahabat yang tak terpisahkan yang membuat Teddy senang, hingga mereka dihadiahi sepasang kalung sebagai tanda ikatan diantara mereka. Sementara itu diam-diam hubungan Cahaya dengan Raka pun berkembang semakin dekat. Suatu hari, kakak Talita, Erwin, pulang dari luar negeri. Anak yang sangat diharapkan Teddy untuk menjadi penerusnya, tapi Erwin sama sekali tidak berminat. Erwin juga bermusuhan dengan Talita adiknya. Permusuhan mereka ini sampai menyebabkan suatu kejadian yang membuat Talita hampir celaka terjatuh dari bangunan tinggi. Untungnya ada seorang kuli bangunan yang tampan bernama Sakti berhasil menyelamatkan Talita. Sakti diam-diam sebenarnya jatuh cinta pada Talita. Walaupun Talita berterima kasih pada Sakti, tapi dia tetap memandang rendah Sakti. Sakti kecewa. Tapi Sakti yakin bahwa suatu saat Talita jadi miliknya. Suatu hari, Cahaya mengetahui kalau sebenarnya Talita sangat mencintai Raka. Cahaya sangat terpukul begitu mengetahui bahwa hal ini, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengalah. Cahaya mulai menjauhi Raka. Raka heran dengan sikap Cahaya itu. tapi tak bisa berbuat apa-apa. Sementara itu Raka kedatangan neneknya yang ternyata menginginkan Raka dan Talita bertunangan karena mereka sudah berteman dari kecil. Bukan main bahagianya hati Talita mendengar semua itu. Dia sama sekali tak menyadari, bahwa diam-diam sahabatnya, Cahaya, benar-benar patah hati mendengar semua itu.
Waktu berlalu… tiba-tiba saja prahara kembali menghadang kehidupan keluarga Talita. Perusahaan yang selama ini dipimpin oleh Teddy mengalami kemunduran luar biasa. Penyebabnya adalah sebuah perusahaan baru yang sangat agresif. Keadaan ini benar benar menekan mental Teddy. Teddy pun jadi sakit-sakitan. Talita dan Cahaya benar benar sedih melihat keadaan ini. Mereka semakin prihatin melihat Erwin, sebagai penerus keluarga, tampak sama sekali tak peduli. Erwin tetap sibuk dengan lukisan-lukisannya. Dan bahkan kini menambah kepusingan keluarga karena dia menjalin hubungan cinta dengan Anggrek, seorang penyanyi bar. Talita pun nggak bisa berdiam diri. Dia memutuskan untuk terjun dalam bisnis, dan berhenti kuliah. Cahaya juga mengambil keputusan yang sama. Mereka kemudian bahu membahu menyelamatkan perusahaan. Sampai suatu saat mereka akhirnya bertemu dengan pemilik perusahaan lawan yang menjengkelkan itu. Dia adalah Sakti! Kuli bangunan yang menolong Talita bertahun yang lalu, dan telah direndahkan oleh Talita. Sakti menegaskan pada Talita bahwa kini dia telah membuktikan pada Talita bahwa dia bisa menjadi cowok yang pantas untuk Talita. Tapi Talita menegaskan bahwa dia sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah. Sayangnya, Sakti sama sekali tak peduli. Perusahaan Teddy semakin mengalami kemunduran. Teddy pun semakin sakit-sakitan.
Sementara itu hubungan Erwin dan Celia semakin tak bisa
dibendung. Elga istrinya Teddy untuk mengurangi beban pikiran suaminya dia memaksa Erwin meninggalkan Anggrek dan menikah dengan gadis lain. Erwin bingung dan menolak, tapi akhirnya mau menikah dengan gadis lain asal gadis itu adalah Cahaya.
Cahaya yang merasa benar-benar berhutang budi, memutuskan untuk menerima lamaran Erwin. Talita yang tahu Cahaya tak mencintai Erwin melarangnya, tapi Cahaya tetap pada pendiriannya. Di hari pernikahan, Anggrek tiba-tiba muncul. Saat itulah Erwin akhirnya mengambil keputusan paling besar dalam hidupnya. Dia meninggalkan segalanya dan lari bersama Anggrek. Tapi cobaan tak berhenti menghujani hidup Cahaya dan Talita. tak berapa lama, Teddy akhirnya meninggal. Talita dan Cahaya merasa sangat sedih. Tapi mereka pun membulatkan satu tekad. Mereka tetap harus memperjuangkan perusahaan yang telah menjadi jiwa bagi mendiang Teddy. Dan satu-satunya jalan yang ada adalah apabila Talita menerima tawaran Sakti untuk menjadi istri Sakti dan menggabungkan perusahaan mereka. Talita bingung bukan main. Dalam hatinya dia ingin tetap setia pada Raka. Tapi dia juga tak bisa melihat perusahaannya hancur. Setelah melewati pemikiran yang mendalam, Talita akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Sakti. Cahaya kaget setengah mati mendengar keputusan Talita. Cahaya menentang Talita karena dia tak mau hati Raka hancur.Tapi Talita tetap pada pendiriannya.
BAB IV ANALISIS DATA MENGENAI RESPON MASYARAKAT KARIHKIL CISEENG BOGOR TERHADAP SINETRON CAHAYA DI RCTI
A. Tinjauan Daerah Penelitian Desa Karihkil Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor memiliki kepadatan penduduk sekitar 10.982 jiwa. Yang terdiri dari 5.138 jiwa laki-laki dan 4.954 jiwa perempuan, yang terbagi ke dalam 4 RW dan 28 RT. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah masyarakat Desa Karihkil Ciseeng Bogor yang berdomisili di RW 01. Adapun jumlah warga di RW 01 sebanyak 1.925 jiwa penduduk. Yang terbagi atas 967 jiwa laki-laki dan 958 jiwa perempuan yang terbagi atas 5 RT. Namun dari jumlah keseluruhan tersebut, tidak semua warga tercatat sebagai warga tetap, tetapi ada juga sebagian warga yang tidak tercatat sebagai warga tetap (bersifat musiman) dan juga hanya sebagai warga terdaftar. Adapun dari tingkat pendidikan masyarakat RW 01 Desa Karihkil Ciseeng Bogor 35% (mayoritas) sampai kejenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), 30% sampai kejenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), 20% sampai kejenjang Sekolah Dasar (SD), 10% yang melanjutkan keperguruan Tinggi dan 5% yang tidak bersekolah sama sekali. Sedangkan dari segi ekonomi masyarakat RW 01 Desa Karihkil Ciseeng Bogor sebagian besar adalah sebagai pedagang/wiraswasta (40%), karyawan (20%), petani (20%), dan jasa (20%). Secara ekonomi masyarakat Karihkil
tergolong cukup bagus (dalam artian pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari), dari hasil bertani mereka jual dan sebagian lagi mereka konsumsi sendiri. Untuk segi keagamaan masyarakat Desa Karihkil Ciseeng Bogor sebagian besar beragama Islam (90%), beragama Kristen (1%), beragama katolik (1%), dan beragam khonghucu (8%).
B. Profil Responden Dalam penelitian ini, jenis kelamin responden di bagi ke dalam dua bagian, yaitu laki-laki dan perempuan. Data selengkapnya tentang jumlah responden dilihat dari jenis kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Jenis Kelamin Responden No
Jenis Kelamin
F
Prosentase
1
Laki-laki
20
21,5%
2
Perempuan
73
78,5%
Jumlah
93
100%
Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 21,5% responden adalah laki-laki dan 78,5% responden adalah perempuan yang menyaksikan sinetron Cahaya. Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penonton adalah perempuan. Sinetron Cahaya adalah sinetron yang menceritakan tentang realita kehidupan yang sedikit banyak menguras perasaan para penontonnya.
Karena itulah para penonton, dalam hal ini perempuan menyukai sinetron Cahaya. namun tidak menutup kemungkinan jika laki-laki juga menyukai sinetron Cahaya, ini terbukti dengan adanya laki-laki yang menonton sinetron Cahaya sebanyak 20 orang. Usia responden pada sinetron ini cukup bervariasi. Oleh karena itu peneliti membagi usia responden ke dalam 6 kelompok. Usia 15-20 tahun, usia 21-25 tahun, usia 26-30 tahun, usia 31-35 tahun, usia 36-40 tahun dan usia 41-45 tahun. Data tentang mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Jenis Usia Responden No
Jenis Usia
F
Prosentase
1
15-20
28
30,1%
2
21-25
27
29,0%
3
26-30
20
21,5%
4
31-35
6
6,5%
5
36-40
4
4,3%
6
41-45
8
8,6%
Jumlah
93
100%
Menurut data tabel di atas, ada beragam usia responden yang cukup signifikan yaitu responden yang berusia 15-20 tahun sebanyak 30,1%, yang berusia 21-25 tahun sebanyak 29,0%, usia
26-30% tahun sebanyak 21,5%, usia
31-35 tahun sebanyak 6,5%, 36-40 tahun sebanyak 4,3% dan responden yamg berusia 41-45 tahun sebanyak 8,6%. Data tabel di atas menunjukkan bahwa yang menyaksikan sinetron kebanyakan berusia antara 15-20 tahun yang biasanya usia tersebut didominasi oleh para pelajar (anak muda) yang perasaannya masih labil, yang cenderung menyukai hal-hal yang memainkan perasaan. Tapi itu tidak menutup kemungkinan jika penonton yang berusia 41-45 tahun juga menyukai sinetron, dalam hal ini sinetron Cahaya. Dari data responden yang diperoleh, ternyata jenis pekerjaan responden juga bervariasi. Dalam hal ini, peneliti juga membagi jenis pekerjaan responden ke dalam 5 kategori yaitu: pelajar (SMP, SMA, Perguruan Tinggi), wiraswasta, karyawan, ibu rumah tangga, dan lain-lain (guru, jasa, dan penganguran). Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Jenis Pekerjaan Responden No
Jenis Pekerjaan
F
Prosentase
1
Pelajar/Mahasiswa
49
52,7%
2
Karyawan
4
4,3%
3
Wiraswasta
2
2,2%
4
Ibu Rumah Tangga
23
24,7
5
Lain-lain
15
16,1%
Jumlah
93
100%
Menurut tabel di atas, dilihat berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan adanya variasi yaitu responden termasuk masih berstatus pelajar sebanyak 52,7%, responden yang termasuk karyawan sebanyak 4,3%, responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 2,2%, ibu rumah tangga sebanyak 24,7% dan lain-lain (guru, jasa, dan pengguran) sebanyak 16,1%. Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah mayoritas dari penonton adalah pelajar (SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Ini disebabkan karena dengan menonton televisi (sinetron) sedikit dapat mengurangi beban otak mereka setelah waktu mereka yang dihabiskan dari pagi sampai siang bahkan sampai sore untuk belajar, dan dengan menonton televisi (sinetron) dapat membuang kepenatan mereka setelah seharian belajar. Selain para pelajar yang menyukai sinetron, para ibu rumah tangga, karyawan, wiraswasta dan lain-lain (guru, jasa dan pengangguran) juga menyempatkan diri untuk menonton sinetron, setelah seharian beraktifitas dengan tanggung jawabnya masing-masing, ibu rumah tangga dengan pekerjaan rumahnya, karyawan dengan pekerjaan kantornya, wiraswasta dengan dagangannya, dan lain-lain. Mengenai tingkat pendidikan terakhir responden, peneliti membagi ke dalam 5 kategori yaitu (SD, SMP, SMA, DIPLOMA, S1). Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4 Tingkat Pendidikan Terakhir Responden No
F
Prosentase
1
Tingkat Pendidikan Terakhir SD
10
10,8%
2
SMP/MTS
55
59,1%
3
SMA/MA
20
21,5%
4
DIPLOMA
5
5,4%
5
S1
3
3,2%
Jumlah
93
100%
Berdasarkan tabel di atas, ada variasi dari tingkat pendidikan terakhir responden yaitu responden yang tingkat pendidikannya SD 10,8%, responden yang tingkat pendidikannya SMP 59,1%, tingkat pendidikannya SMA 21,5%, responden yang tingkat pendidikannya Diploma 5,4%, dan responden yang tingkat pendidikannya Sarjana 3,2%. Dari data tabel dapat disimpulkan bahwa responden yang menyaksikan sinetron Cahaya di dominasi oleh responden yang tingkat pendidikannya SMP.
C. Deskripsi dan Analisa Data Mengenai Respon Masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor Terhadap Sinetron Cahaya Di RCTI Dalam membahas penelitian ini, sebelumnya akan dijelaskan tentang daerah penelitian responden yang telah mengisi angket tentang Respon Masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor Terhadap Sinetron Cahaya.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel adalah masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor. Daerah penelitian ini dipilih kerena daerah tersebut cukup refresentatif untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sebagai sebuah tempat tinggal, Kelurahan Karihkil adalah daerah yang penduduknya berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat. Mulai dari segi ekonominya, sampai tingkat pendidikannya juga bervariasi. Mulai dari yang hanya lulusan SD, SMP, SMA sampai dengan perguruan tinggi. Masyarakat di sana mayoritas berasal dari satu macam suku, yaitu suku Sunda, namun ada juga suku yang lain yang datang dari luar daerah untuk tinggal di daerah tesebut. Selain itu masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor juga terdapat berbagai macam profesi dan jenis usia yang berbeda-beda, serta daerah tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti dapat dengan mudah menjangkaunya tanpa memerlukan banyak tenaga, waktu dan dana. Dari gambaran di atas, maka menurut peneliti daerah tersebut dianggap cukup refresentatif untuk dijadikan daerah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel penelitian sebanyak 93 orang warga yang berdomisili di RW 01, kemudian data dianalisis berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan dengan menggunakan tabel-tabel. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, di atas telah dijelaskan tentang profil responden, dan di bawah ini akan dijelaskan tentang respon masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya sebagai berikut:
1. Respon Kognitif Respon kognitif meliputi peningkatan kesadaran belajar dan tambahan pengetahuan. Respon kognitif adalah tanggapan yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Respon kognitif ini meliputi tentang bagaimana media massa (televisi) dapat membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Misalnya melalui media massa, pemirsa memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi secara langsung. Respon kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi seseorang mengenai sesuatu, respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh khalayak. Untuk mengetahui sejauh mana respon masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya yang ditayangkan di RCTI, maka terlebih dahulu responden diberi pertanyaan, sejak kapan mereka (responden) menonton sinetron Cahaya. Biasanya sebuah sinetron terdiri dari banyak episode, ada episode di mana
penonton
menyukainya,
sehingga
penonton
pun
tertarik
untuk
menyaksikannya, namun ada juga episode di mana penonton tidak menyukainya, sehingga penonton tidak tertarik untuk menyaksikan episode tersebut. Dan untuk mengetahui sejak kapan responden menonton sinetron Cahaya, dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Mulai Menonton Sinetron Cahaya No 1
Mulai Menonton Sinetron Cahaya Awal Episode
F
Prosentase
39
41,9%
2 3
4
Pertengahan Episode Sampai Sekarang (sejak menyebarkan angket) a, b dan c
23
24,7%
12
13%
19
20,4%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 41,9% responden menjawab mulai menonton sinetron Cahaya yang ditayangkan di RCTI pada awal episode, 24,7% menjawab pertengahan episode, 13% menjawab sampai sekarang (dalam hal ini sejak peneliti menyebarkan angket), dan 20,4% mulai menonton sinetron Cahaya sejak awal episode sampai sekarang. Dari data tabel di atas, menunjukkan bahwa mayoritas responden menonton sinetron cahaya pada awal episode sebanyak 39 orang, karena pada awal episode alur ceritanya tidak bisa diduga oleh penonton, di samping itu banyak adegan-adegan lucu yang memancing penonton untuk tidak tertawa. Selain itu ada juga responden yang menonton pada pertengahan episode, responden yang menjawab sebanyak 23 orang, namun ada juga responden yang menonton mulai dari episode pertama sampai sekarang (dalam hal ini sejak peneliti menyebarkan angket). Lagu, pemain, dan cerita dalam sinetron tidak jarang menjadi parodi (bagian integrasi verbal) yang menarik. “ Ingatkah Engkau Kepada….” Adalah parodi dari thema song sinetron Cahaya. Banyak di antara para ibu dan remaja putri yang menghafal lagu-lagu tema sinetron tersebut. Alasan untuk menyaksikan suatu tayangan televisi bermacam-macam. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui alasan responden, diajukan satu
pertanyaan dengan beberapa jawaban. Data lebih rinci mengenai alasan atau faktor responden menyaksikan sinetron Cahaya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6 A;asan Menyaksikan Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Alasan Menyaksikan Sinetron Cahaya Ceritanya
32
34,4%
2
Pemainnya
41
44,1%
3
Soundtrack Lagunya …
13
14,0%
7
7,5%
Jumlah
93
100%
4
Sebanyak 34,4% responden menjawab alasan menyaksikan sinetron Cahaya karena ceritanya, sebanyak 44,1% menjawab karena pemainnya, 14,0% karena soundtrack lagunya, dan 7,5% responden menjawab suka akan keseluruhannya, mulai dari ceritanya, pemainnya, sampai soundtrack lagunya. Alasan responden menyaksikan sinetron Cahaya adalah 41 orang karena pemainnya, 32 orang menjawab karena ceritanya yang cukup menarik dan membuat orang penasaran sehingga para penonton selalu menunggu cerita selanjutnya. Ada juga alasan menyaksikan sinetron Cahaya adalah karena soundtrack lagunya yang cukup enak untuk didengar, dengan musiknya yang lembut dan suaranya yang merdu, menjadi salah satu alasan menyaksikan sinetron
Cahaya. Sedangkan 7 responden lainnya menjawab karena mereka menyukai semuanya (cerita, pemain, dan soundtrack lagunya). Banyaknya episode dalam sinetron Cahaya, ternyata menyebabkan pemahaman tentang isi cerita yang disampaikan dalam sinetron tersebut juga beragam. Berdasarkan data mengenai responden terhadap pemahaman isi cerita sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Mengerti Isi Cerita Dari Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Mengerti Isi Cerita Sinetron Cahaya Sangat Mengerti
15
16,1%
2
Mengerti
58
62,4%
3
Kurang Mengerti
20
21,5%
4
Tidak Mengerti
-
0%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 16,1% responden menjawab sangat mengeri isi dari sinetron Cahaya. 62,4% menjawab mengerti, 21,5% menjawab kurang mengerti , dan 0% menjawab tidak mengerti. Menurut data di atas, menunjukkan bahwa responden mengerti isi dari cerita yang disampaikan dalam sinetron Cahaya. Ini terbukti dai jawaban responden yang menjawab mengerti sebanyak 58 orang, dan yang menjawab sangat mengerti sebanyak 15 orang. Walaupun ada yang menjawab kurang mengerti sebanyak 20 orang.
Dalam setiap sinetron, pemain mempunyai peranaan yang sangat penting. Karena apabila cerita sinetron itu bagus, namun tidak didukung oleh akting pemain, maka ceritanya itu akan terlihat datar (tidak bagus). Oleh karena itu, akting para pemain sangat menentukan bagus atau tidaknya suatu sinetron. Untuk mengetahui apakah akting para pemain dalam sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Tanggapan Mengenai Akting Para Pemain Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Akting Para Pemain Sinetron Cahaya Sangat Bagus
19
20,4%
2
Bagus
65
69,9%
3
Kurang Bagus
9
9,7%
4
Tidak Bagus
-
0%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 20,4% responden menjawab sangat bagus akting para pemain sinetron Cahaya, 69,9% menjawab bagus, 9,7% menjawab kurang bagus, dan 0% menjawab tidak bagus. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa akting para pemain dalam sinetron Cahaya bagus. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab bagus sebanyak 65 orang, 19 orang yang menjawab sangat bagus, 9 orang yang mengatakan kurang bagus, sedangkan yang menjawab tidak bagus 0 atau tidak ada.
Dari sekian banyak jawaban yang ditulis oleh responden, ternyata mayoritas responden menyukai adegan/akting saat Satrya disangka sebagai tukang ojek oleh Cahaya. Juga saat Elga (mama Thalita) marah-marah terhadap Cahaya sambil mengatakan Aya Cahaya Aya / I sama You, karena menurut responden akting para pemainnya sangat bagus dan dapat membuat orang tertawa. Selain itu ada juga adegan/akting yang disukai oleh responden yaitu saat Cahaya dijual ke tempat pelacuran dan diselamatkan oleh Teddy (papa Thalita), dan juga saat Cahaya dijadikan pembantu di rumah Thalita dan menjadi sahabatnya Thalita, responden beralasan karena pada adegan tersebut akting para pemain sangat meyakinkan, sehingga para penonton terbawa oleh alur cerita sinetron tersebut. Selain akting para pemain, cara pengemasan sebuah sinetron juga mesti diperhatikan, karena ini juga berkaitan dengan baik dan buruknya suatu sinetron. Jika cara pengemasan sebuah sinetron jelek, maka penonton pun akan segan untuk menyaksikannya. Namun jika pengemasannya baik dan bagus, maka penonton pun dengan sendirinya akan tertarik untuk menyaksikan sinetron tersebut. Untuk mengetahui apakah cara pengemasan sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9 Cara Mengemas (Setting) Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Cara Mengemas Sinetron Cahaya Sangat Bagus
17
18,3%
2
Bagus
64
68,8%
3
Kurang Bagus
12
12,9%
4
Tidak Bagus
-
0%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 18,3% responden menjawab sangat bagus pada cara mengemas (setting) sinetron Cahaya, 68,8% menjawab bagus, 12,9% menjawab kurang bagus, dan 0% responden menjawab tidak bagus. Dari hasil data di atas, dapat dilihat bahwa cara mengemas (setting) sinetron Cahaya bagus, hal ini dibuktikan dari jumlah responden yang menjawab bagus sebanyak 64 orang. 17 orang menjawab sangat bagus, sedangkan yang menjawab kurang bagus berjumlah 12 orang dan 0 (tidak ada) responden yang menjawab tidak bagus.
2. Respon Afektif Respon afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan attitude (sikap). Tujuan dari komunikasi massa (televisi) bukan hanya memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui
informasi
yang
diterimanya,
khalayak
diharapkan
dapat
merasakannya. Afektif mengandung makna berkenaan dengan perasaan seperti cinta, benci, senang, sedih, takut dan sebagainya. Saat menyaksikan sebuah sinetron penonton banyak dihadapkan dengan berbagai perasaan, untuk mengetahui bagaimana perasaan responden saat menyaksikan sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10 Perasaan Saat Menyaksikan Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Perasaan Saat Menyaksikan Sinetron Cahaya Sangat Suka
23
24,7%
2
Suka
60
64,5%
3
Kurang Suka
10
10,8%
4
Tidak Suka
-
0%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 24,7% responden menjawab sangat suka saat menyaksikan sinetron Cahaya, 64,5% menjawab suka, 10,8% menjawab kurang suka, dan 0% menjawab tidak suka. Dari tabel di atas mayoritas responden suka ketika menyaksikan sinetron Cahaya, terlihat dari hasil angket yang menjawab suka sebanyak 60 orang, 23 orang yang menjawab sangat suka. Walaupun ada 10 orang yang menjawab kurang suka dan 0 (tidak ada) responden yang menjawab tidak suka. Beragamnya pemain dalam sebuah sinetron, tentu memberikan nilai tambah untuk sinetron tersebut. Pemain yang berakting bagus dalam sebuah sinetron, tentu akan banyak disukai oleh penonton sinetron itu. Untuk mengetahui pemain atau tokoh utama mana yang paling disukai oleh responden dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11 Tokoh/Pemain Utama Yang Paling Di Sukai No
F
Prosentase
1
Pemain Utama Yang Paling Disukai Cahaya
20
21,5%
2
Thalita
25
26,9%
3
Satrya
29
31,2%
4
Raka
5
5,4%
5
Sakti
2
2,1%
6
Elga
12
12,9%
7
...
-
0%
Jumlah
100%
Sebanyak 21,5% responden menjawab Cahaya sebagai tokoh atau pemain utama yang paling disukai, 26,9% menjawab Thalita, 31,2% menjawab Satrya, 5,4% menjawab Raka, 2,1% menjawab Sakti, dan 12,9% responden menjawab Elga. Menurut data tabel di atas, menunjukkan bahwa tokoh/pemain utama yang paling disukai oleh responden adalah Satrya, dengan pemilih sebanyak 29 orang, yang selanjutnya adalah Thalita dengan pemilih sebanyak 25 orang, Cahaya dengan pemilih sebanyak 20 orang, Elga sebanyak 12 orang, yang memilih Raka sebanyak 5 orang, dan Sakti sebanyak 2 orang. Responden yang memilih Cahaya sebagai tokoh/pemain utama yang paling disukai dalam sinetron ini, beralasan karena dalam sinetron tersebut aktingnya sangat bagus, ia bisa membuat penonton terbawa oleh aktingnya yang
meyakinkan, baik itu saat dia berakting sedih atau bahagia, selain itu para para penonton /responden juga senang akan penampilannya yang sederhana, polos dan lugu dalam sinetron tersebut. Sedangkan responden yang memilih Thalita sebagai tokoh/pemain utama yang paling disukai beralasan karena Thalita dalam sinetron ini sangat cantik, aktingnya bagus, serta penampilannya menarik, sehingga penonton tidak bosan-bosan melihat aktingnya Thalita. Responden yang memilih Satrya sebagai tokoh/pemain utama yang paling disukai beralasan karena Satrya berwajah tampan, penampilannya menarik, baik hati, shaleh dan tentunya berakting sangat bagus dan meyakinkan para penonton, sehingga para penonton banyak yang menyukainya terutama para perempuan, baik itu pelajar maupun ibu rumah tangga. Selain Cahaya, Thalita, dan Satrya, responden juga memilih Elga (mama Thalita) sebagai tokoh/pemain utama yang paling disukai dalam sinetron ini. Alasannya karena saat berbicara Elga sangat lucu, cerewet, namun dari cerewetnya bisa membuat penonton tertawa, baik hati walaupun di luar terlihat galak, aktingnya sangat menyakinkan, dan para ibu rumah tangga menyukai gaya penampilannya yang cukup menarik dan elegan. Salah satu aspek penting sebuah sinetron adalah alur cerita yang menarik, alur cerita yang menarik dalam sebuah sinetron, tentu akan membuat penonton penasaran dan berfikir apa yang akan terjadi pada cerita selanjutnya, sehingga penonton akan menunggu penayangan episode selanjutnya sinetron tersebut. Dan untuk mengetahui apakah alur cerita episode pertama sinetron Cahaya dapat dlihat pada tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12 Alur Cerita Episode Pertama Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Alur Cerita Episode Pertama Sinetron Cahaya Sangat Menarik
27
29,1%
2
Menarik
44
47,3%
3
Kurang Menarik
19
20,4%
4
Tidak Menarik
3
3,2%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 29,1% responden menjawab sangat menarik alur cerita pada episode pertama sinetron Cahaya, 47,3% menjawab menarik, 20,4% menjawab kurang menarik, dan 3,2% menjawab tidak menarik. Tabel di atas menunjukkan bahwa alur cerita episode pertama sinetron Cahaya menarik. Ini dibuktikan dengan 44 orang
respoden yang menjawab
episode pertama sinetron Cahaya menarik. Yang menjawab sangat menarik sebanyak 27 orang, yang menjawab kurang menarik sebanyak 19 orang, dan ada juga ada yang menjawab jika episode pertama sinetron Cahaya tidak menarik sebanyak 3 orang. Alur cerita pada episode pertama sinetron Cahaya menceritakan tentang seorang gadis yang dijual oleh ayahnya ke tempat pelacuran untuk dijadikan seorang PSK karena mereka mengalami kesulitan hidup dan untuk menutupinya, ayahnya tega menjual anaknya ke tempat pelacuran untuk dijadikan PSK. Alur cerita pada episode pertama juga dibumbui dengan cerita persahabatan dan percintaan seperti umumnya cerita-cerita pada sinetron lainnya.
Akting pemain, cara pengemasan yang baik, dan alur cerita yang menarik, akan memberikan kesan yang baik atau bagus pula pada penonton yang menyaksikan sinetron tersebut. Dan untuk mengetahui kesan apa yang timbul dari responden setelah menyaksikan sinetron Cahaya, dapat dlihat pada tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13 Kesan Setelah Menonton Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Kesan Setelah Menonton Sinetron Cahaya Sangat Bagus
16
17,2%
2
Bagus
67
72,0%
3
Kurang Bagus
10
10,8%
4
Tidak Bagus
-
0%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 17,2% responden menjawab sangat bagus, 72,0% menjawab bagus, 10,8% menjawab kurang bagus dan 0% menjawab tidak bagus. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setelah menonton sinetron Cahaya, responden mempunyai kesan yang baik atau bagus, hal ini dapat dilihat dari jumlah responden sebanyak 67 orang, 16 orang menjawab sangat bagus, 10 orang menjawab kurang bagus dan tidak ada (0%) yang menjawab tidak bagus. Bervariasinya responden dan banyaknya episode adalah sebuah sinetron, tentu memberikan bermacam-macam pendapat penonton terhadap sinetron
tersebut. Dan untuk mengetahui pendapat responden terhadap sinetron Cahaya, dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14 Pendapat Tentang Sinetron Cahaya No
F
Prosentase
1
Pendapat Tentang Sinetron Cahaya Sangat Bagus
22
23,7%
2
Bagus
59
63,4%
3
Kurang Bagus
10
10,7%
4
Tidak Bagus
2
2,2%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 23,7% responden menjawab sangat bagus, 63,4% menjawab bagus, 10,7% menjawab kurang bagus, dan 2,2% responden menjawab tidak bagus. Dari data tabel di atas, menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendapat bagus tentang sinetron Cahaya, ini dibuktikan dengan banyaknya responden yang menjawab bagus sebanyak 59 orang, 22 orang yang menjawab sangat bagus, 10 orang yang menjawab kurang bagus dan 2 orang yang menjawab tidak bagus.
3. Respon Behavioral Respon tindakan (behavioral) adalah tanggapan yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Yang meliputi tindakan, kegiatan atau
kebiasaan berperilaku. Dalam hal ini penonton suka meniru gaya penampilan maupun berbicara dalam sinetron ini. Kekuatan media memang sering menciptakan imitasi di kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak remaja hingga sampai orang dewasa. Perilaku para artis sinetron tidak jarang menjadi panutan para ibu atau remaja putri. Mereka mengubah model rambut, pakaian hingga dandanannya seperti artis kesayangannya. Salah satu alasan atau faktor mengapa penonton menyukai tokoh atau pemain dalam sinetron itu adalah karena pemain tersebut berpenampilan menarik, sehingga penonton ingin mengikuti bahkan meniru gaya penampilan para pemain dalam sinetron itu. Kekuatan media memang sering menciptakan imitasi di kalangan masyarakat, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Perilaku para artis sinetron tidak jarang menjadi panutan para ibu atau remaja putri. Untuk mengetahui apakah responden suka meniru gaya penampilan para pemain dalam sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15 Suka Meniru Gaya Penampilan Para Pemain No
F
Prosentase
1
Meniru Gaya Penampilan Sangat Suka
15
16,1%
2
Suka
48
51,6%
3
Kurang Suka
10
10,8%
4
Tidak Suka
20
21,5%
Jumlah
93
100%
Sebayak 16,1% responden menjawab sangat suka meniru gaya penampilan para pemain dalam sinetron Cahaya, 51,6% menjawab suka, 10,8% menjawab kurang suka dan 21,5% responden menjawab tidak suka. Tabel di atas menunjukkan bahwa para responden yang menonton sinetron Cahaya suka meniru gaya penampilan para pemainnya. Gaya penampilan yang banyak ditiru adalah gaya penampilan Thalita, dengan prosentase sebesar 54%, alasannya gaya penampilan Thalita sangat menarik, karena mayoritas responden adalah anak muda yang dalam hal ini adalah perempuan, (selalu mengikuti perkembangan mode). Sedangkan gaya penampilan yang tidak disukai adalah gaya penampilan Hendra (ayah Cahaya), karena responden menganggap kalau gaya penampilan Hendra tidak menarik. Seperti gaya penampilan, gaya berbicara para pemain dalam sebuah sinetron juga menjadikan salah satu faktor atau alasan mengapa penonton menyukai sinetron tersebut. Gaya berbicara yang lucu dan unik dapat membuat penonton suka meniru gaya berbicara para pemain dalam sinetron itu. Dan untuk mengetahui apakah responden suka meniru gaya berbicara para pemain dalam sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16 Suka Meniru Gaya Berbicara Para Pemain No
F
Prosentase
1
Meniru Gaya Berbicara Sangat Suka
23
24,7%
2
Suka
39
41,9%
3
Kurang Suka
10
10,8%
4
Tidak Suka
21
22,6%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 24,7% responden menjawab sangat suka gaya berbicara para pemain dalam sinetron Cahaya, 41,9% menjawab menjawab suka, 10,8% menjawab kurang suka, dan 22,6% menjawab tidak ska. Berdasarkan tabel di atas, responden suka meniru gaya berbicara para pemain dalam sinetron Cahaya. Gaya berbicara yang suka ditiru adalah gaya berbicara Elga (mama Thalita) dengan prosentase sebesar 57%, dengan alasan gaya berbicara Elga sangat unik dan lucu. Mayoritas responden yang suka meniru gaya berbicara Elga adalah ibu-ibu rumah tangga, namun tidak menutupi jika anak muda juga suka meniru gaya berbicara Elga. Gaya berbicara Elga yang suka ditiru adalah seperti ”saat memanggil Cahaya dengan sebutan Aya Cahaya Aya” dan ”saat dia berbicara I sama YOU.” Akting yang bagus, gaya penampilan yang menarik, serta didukung dengan gaya berbicara yang lucu dan unik, tentu akan membuat penonton mengidolakan para pemain dalam sinetron tersebut. Saat itulah muncul komunitas baru, yaitu komunitas para penggemar artis sinetron, mereka seakan-akan tidak bosan-bosannya berkirim surat kepada artis kesayangannya, baik secara langsung atau melalui redaksi media cetak hanya untuk sekedar berkenalan, minta foto, bahkan mengajukan kritik atas adegan yang dibawakan sang artis. Untuk mengetahui apakah responden mengidolakan para pemain dalam sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17 Mengidolakan Para Pemain Sinetron Cahaya No 1 2 3 4
Mengidolakan Para Pemain Sangat Mengidolakan Mengidolakan Kurang Mengidolakan Tidak Mengidolakan Jumlah
F
Prosentase
28
30,1%
57
61,3%
5
5,4%
3
3,2%
93
100%
Sebanyak 30,1% responden menjawab sangat suka mengidolakan para pemain dalam sinetron Cahaya, 61,3% menjawab mengidolakan, 5,4% menjawab kurang mengidolakan dan 3,2% responden menjawab tidak mengidolakan. Tabel di atas
menunjukkan bahwa
para
responden
(penonton)
mengidolakan para pemain dalam sinetron Cahaya. Pemain yang banyak diidolakan oleh para responden adalah Satrya, dengan prosentase sebesar 54,8%, alasannya Satrya berwajah tampan, shaleh, aktingnya bagus dan lain sebagainya. Mayoritas responden yang mengidolakan Satrya adalah anak perempuan dan ibu rumah tangga, namun ada juga laki-laki yang mengidolakan Satrya, dengan alasan kalau Satrya dalam memainkan perannya sangat meyakinkan. Segala sesuatu pasti ada hikmah atau manfaatnya, terlepas apakah itu banyak atau sedikit. Sinetron juga sedikit banyak memberikan manfaat kepada penontonnya, terlepas apakah penonton dapat mengetahui manfaat apa yang didapatkannya atau tidak. Dan untuk mengetahui apakah sinetron Cahaya memberikan manfaat kepada responden, dapat dilihat pada tabel 18 di bawah ini.
Tabel 18 Sinetron Ini Memberikan Manfaat No
F
Prosentase
1
Sinetron Ini Memberikan Manfaat Sangat Bermanfaat
7
7,5%
2
Bermanfaat
61
65,6%
3
Kurang Bermanfaat
22
23,7%
4
Tidak Bermanfaat
3
3,2%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 7,5% responden menjawab sinetron Cahaya sangat bermanfaat, 65,6% menjawab bermanfaat, 23,7% menjawab kurang bermanfaat, dan 3,2% responden menjawab tidak bermanfaat. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sinetron Cahaya memberikan manfaat kepada para responden, responden yang menjawab bahwa sinetron Cahaya bermanfaat sebanyak 61 orang, ada yang menjawab sangat bemanfaat 7 orang, dan kurang bermanfaat sebanyak 22 orang, sisanya 3 orang menjawab tidak bermanfaat. Bermanfaat kerena sinetron Cahaya sedikit banyak memberikan manfaat berbentuk hiburan, pendidikan, informasi serta mengenai cara bersikap dan berperilaku yang baik, kepada penonton. Kurang bermanfaat karena sinetron ini terlalu banyak cerita tentang percintaannya. Sangat bermanfaat karena sinetron ini menyelipkan pesan-pesan yang bermakna, seperti cara bersikap dan berperilaku yang baik maupun yang tidak yang masing-masing diperankan oleh para pemainnya.
Tontonan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi penontonnya, sebaliknya, tontonan yang buruk akan memberikan dampak yang buruk pula bagi penikmatnya, namun tergantung pula kepada penontonnya, apakah penonton dapat memetik manfaatnya setelah menonton sinetron tersebut. Untuk mengetahui manfaat apa yang didapatkan setelah menyaksikan sinetron Cahaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 19 Manfaat Yang di Dapatkan Setelah Menonton Sinetron Cahaya No
Manfaat Yang Didapatkan
F
Prosentase
1
Hiburan
71
76,3%
2
Pendidikan
8
8,6%
3
Informasi
5
5,4%
4
…
9
9,7%
Jumlah
93
100%
Sebanyak 76,3% responden menjawab manfaat yang didapatkan setelah menonton sinetron Cahaya adalah hiburan, 8,6% menjawab pendidikan, 5,4% menjawab informasi dan 9,7% responden menjawab manfaat yang didapatkan adalah mengenai sikap dan perilaku. Data tabel di atas memperlihatkan bahwa manfaat yang didapatkan setelah menonton sinetron Cahaya adalah hiburan, dengan responden sebanyak 71 orang. Menonton sinetron Cahaya adalah salah satu bentuk hiburan yang sedikit banyak dapat mengurangi kelelahan. Selain hiburan, manfaat yang didapatkan setelah
menonton sinetron Cahaya adalah mendapatkan pendidikan, dalam hal ini pendidikan tentang sikap dan tingkah laku yang digambarkan oleh Cahaya yang baik hati, lugu, sederhana dan lain sebagainya. Informasi, dalam hal ini informasi tentang perdagangan perempuan, tentang seorang ayah yang tega menjual anaknya ke tempat pelacuran untuk dijadikan PSK hanya demi mendapatkan uang. Selain itu, ada juga responden yang menjawab manfaat yang didapatkan adalah sikap dan perilaku, karena selain menghibur, sinetron Cahaya juga memberikan pengetahuan tentang tata cara bersikap dan berperilaku yang baik yang cukup bermanfaat bagi mereka (responden/penonton).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang respon masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor terhadap sinetron Cahaya di RCTI, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berkut: 1 Sinetron Cahaya yang ditayangkan di RCTI, mendapatkan respon yang baik (positif) terhadap masyarakat RW 01 Karihkil Ciseeng Bogor. Hal ini dapat dilihat dari antusias responden terhadap sinetron Cahaya, mulai dari pemainnya, ceritanya, soundtrack lagunya sampai ada responden yang menyukai
ketiga-tiganya (pemain, cerita, dan soundtrack lagunya) dari
sinetron ini. 2 Dari sinetron Cahaya, responden (penonton) mendapatkan pengetahuan atau informasi (kognitif). Pengetahuan dalam hal ini adalah cara bersikap dan berperilaku yang baik dan tidak, yang diperankan oleh para pemain dalam sinetron tersebut. Selain itu, responden juga memperoleh pengetahuan tentang perdagangan perempuan yang sampai sekarang ini masih belum bisa dihentikan. 3 Selain
mendapatkan
pengetahuan
(kognitif),
responden
(penonton)
memberikan kesan atau sikap yang baik (afektif) terhadap sinetron Cahaya, sinetron ini dapat membuat penontonnya terbawa oleh alur cerita dalam sietron tersebut, sehingga penonton dapat dengan mudah terbawa oleh perasaan yang bisa menyebabkan seseorang menangis atau tertawa.
4 Sinetron Cahaya juga sedikit banyak menciptakan imitasi dikalangan masyarakat (responden). Ini dibuktikan dengan hampir sebagian responden suka meniru gaya penampilan atau gaya berbicara para pemain dalam sinetron tersebut (tindakan/behavioral). Besarnya minat dan rasa puas penonton tersebut bahkan tidak jarang membuat orang merasa kehilangan sesuatu jika tidak menonton sinetron itu, sehingga rela untuk mengorbankan kegiatan yang lain demi menyaksikan sinetron tersebut. Dalam keadaan ini, sinetron Cahaya telah mengatur jadwal kegiatan pemirsa.
B. Saran-Saran 1. Untuk para perancang program acara televisi, baik itu film, iklan, musik maupun sinetron harus menyeleksi program acara yang ditayangkan dan mamantau dampaknya sekaligus melihat feed back yang muncul dari pemirsa. Kalau dampak perubahan sikap yang diharapkan tidak sesuai bahkan berlawanan (negatif) dari kenyataan yang diinginkan, pihak pengelola dan perencana siaran acara televisi perlu meninjau kembali program yang disajikan kepada pemirsa. Dan juga stasiun televisi harus bisa menyeleksi acara atau program mana yang patut ditayangkan dan mana yang tidak, jangan hanya mementingkan sisi bisnisnya saja, memang tidaklah salah apabila televisi mempunyai sisi bisnis pada tayangan materi acaranya, hanya saja yang menjadi persoalan, jangan sampai sisi bisnis lebih besar persentasenya dibanding dengan nilai acaranya. 2. Untuk para penulis skenario/naskah, baik itu film maupun sinetron, sebaiknya lebih banyak memasukkan pesan-pesan yang positif dan bermanfaat dalam
ceritanya, supaya penonton dapat belajar dan mengambil hikmah dari sinetron yang dibuat. 3. Dan untuk para penonton, khususnya para penikmat acara sinetron, sebaiknya dapat menyeleksi acara-acara apa saja yang pantas untuk ditonton, karena dri kita sendirilah yang dapat menyaring acara apa saja yang baik atau tidak untuk kita tonton. 4. Untuk para PH (Production House) sebaiknya jangan membuat sinetron yang asal jadi, yang hanya demi mengambil keuntungan semata mengabaikan tanggung jawab moral kepada masyarakat, khususnya para penonton. Dan alangkah lebih baiknya jika membuat sinetron jalan ceritanya jangan dipanjang-panjangkan, sehingga membuat penonton bosan, buatlah sinetron yang menarik, yang tidak membuat orang cepat bosan, yang dapat dengan mudah dimengerti alur ceritanya, dan tentunya harus tetap mengedepankan pesan-pesan yang bermanfaat bagi penontonya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2006. Bruno, J Frank. Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius, 1989. Chaplin, P J. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004. Dagun, D Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997. Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003. Harbuko, Chalid. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Hurlock, B Elizabeth. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1991. Noor, Arifin. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997. Hoogvelt M.M. Ankie. Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang. Jakarta: CV. Rajawali, 1985. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2006. Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Labib, Muh. Potret Sinetron Indonesia; Antara Keahlian Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir. Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005. Mutmainah, Siti dan Fauzi, Ahmad. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Nazir, M. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Poerwadarminta. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. Suhaimi, dan Jumroni. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000. Susanto, S Astrid. Komunikasi Sosial di Indonesia. Jakarta: Bina Cipta, 1998. Salim, Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Iindonesia Kontemporer. Jakarta: English Modern Press,1991.
Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Sendjaja, S Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru, 1991. Sarjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997. Walgito, Bimo. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Wibowo, Fred. Teknik Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisister, 2007.
Internet
Endah, “Pengertian Sinetron.” Artikel diakses pada 3 Mei 2008 dari http://chendah.blogspot.com/2008/01/pengertian-sinetron.html http://www.rcti.tv/aboutus/about_visimisi.php Skripsi Suprihatin. ”Respon Masyarakat Ulujami Jakarta Selatan Terhadap Sinetron Maha Kasih Episode Tukang Bubur Naik Haji Di RCTI. ” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.