Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
RESPON KLIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI OBAT ANTIBIOTIK PADA MALAM HARI TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN. Roesmanita1, Iswantoro2, Ridhani Fidzi3 1,2,3STIkes
Muhammadiyah Banjarmasin
ABSTRAK Kebutuhan tidur merupakan suatu kebutuhan dasar setiap manusia. Kondisi fisik dan emosional sangat tergantung pada terpenuhinya kebutuhan dasar manusia walaupun tidak hanya kebutuhan tidur. Tetapi tanpa istirahat dan tidur kemampuan untuk konsentrasi, membuat keputusan dan melakukan kegiatan harian dapat berkurang serta stress akan meningkat. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang bagaimana respon klien yang mendapatkan pemberian obat pada malam hari terhadap pemenuhan kebutuhan tidur bagi klien yang sedang dirawat di rumah sakit. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan desain penelitian Cross Sectional dimana pengukuran variabel dilakukan sesaat dan tiap subjek diobservasi satu kali saja. Pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling tipe purposive sampling yitu total populasi dengan kriteria inklusif. Analisa yang dilakukan hanya dengan skala interval kemudian dicari prosentase masing-masing atau dengan distribusi frekuensi. Hasil deskripsi data menunjukkan 64% dari 17 responden menyatakan kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi. Dimana sebagian besar responden berusia 20-35 tahun (58,8%), data pengalaman dirawat singkat 64,7%, klien tidak mengetahui informasi pengobatan sebanak 58,8%, data tentang pola kebiasaan tidur didapatkan sebanyak 64,7% klien mempunyai kebiasaan tidur teratur sebelumnya dan sebanyak 76.5% klien mempunyai lama tidur 7-8 jam. Berdasarkan gambaran data dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara pemberian obat antibiotik pada malam hari terhadap pemenuhan kebutuhan tidur klien ditandai dengan besarnya prosentase respon-respon gangguan yang dialami klien. Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi jika sebelumnya informasi dan alas an dilakukannya pemberian pengobatan pada malam hari ini diberikan serta sebelumnya menentukan dimulainya terapi hendaknya memperhatikan pola kebiasaan istirahat dan tidur klien sebelumnya. Kata Kunci: Kebutuhan tidur, pemberian obat, umur, respon klien.
30
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
PENDAHULUAN Menurut Maslow (1970, dalam Kozier, 1995:620) tidur adalah kebutuhan dasar, merupakan proses universal yang terjadi pada setiap manusia. Kondisi fisik dan emosional tergantung pada terpenuhinya kebutuhan dasar ini, tanpa istirahat dan tidur kemampuan untuk konsentrasi, membuat keputusan dan melakukan kegiatan harian dapat berkurang dan stress meningkat. Tidur dapat juga berguna untuk penyembuhan, dengan kualitas tidur yang optimum penting untuk perbaikan kondisi kesehatan klien. Akan tetapi proses sakit dapat mencegah seseorang mendapat istirahat dan tidur yang adekuat. Demikian juga dengan lingkungan rumah sakit atau perawatan yang lama dan aktifitas rutin tenaga kesehatan dapat membuat gangguan selama tidur. Gangguan tidur atau istirahat klien akibat aktifitas rutin tenaga kesehatan tidak saja terjadi pada hari pertama perawatan tetapi berlangsung pada hari-hari berikutnya. Sperti halnya pemberian obat antibiotik pada malam hari atau waktu pemberiannya dilakukan pada saat klien sedang tidur. Alasan ini dilakukan karena “antibiotik harus diberikan dalam selang waktu yang sama panjang sepanjang 24 jam untuk menjaga kadar darah terapeutik dan untuk menghindari efek toksik serta resistensi obat” (Joyce & Evelyn, 1996:511). Oleh karena
itu untuk memenuhi kebutuhan tidur klien, perawat perlu bertanggung jawab dalam pemberian obat dan penilaian respon klien terhadap tindakan yang diberikan. “Dipandang dari segi hakhak klien, maka salah satunya klien berhak memperoleh informasi penting dan memberikan suatu persetujuan tentang dmulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang kemungkinan akan diterimanya, kecuai dalam situasi darurat” (Nila Isnani, 2004:22). “Pemberian obat tidak boleh dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan lainnya yang menunjang kesembuhan klien” (Robert Priharjo, 1997:17). Dari hasil observasi, berdasarkan jumlah klien yang dirawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin pada tanggal 21 Mei 2005 yang mendapatkan terapi injeksi antibiotik pada malam hari dari keseluruhan ruangan sebanyak 23 orang. Berkisar 100% dari mereka yang mendapatkan injeksi pada pukul 01.00 Wita. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur, seperti yang dikemukakan oleh Kozier (1995:623) yaitu: “lingkungan, keadaan penyakit, kelelahan, usia, pola hidup, keadaan psikologis dan obat-obatan, namun peneliti merasa sangat perlu mengetahui respon klien 31
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
terhadap pemberian antibiotik pada malam hari tersebut sebagai fungsi kolaboratif perawat. Dari respon klien tersebut dapat diketahui gangguan terhadap pemenuhan kebutuhan tidur klien selama pemberian terapi antibiotik”. Berdasarkan fenomena tersebut diatas pemberian antibiotik pada malam hari dapt mempengaruhi kebutuhan tidur, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui gambaran respon klien yang mendapatkan pengelolaan pengobatan tersebut. METODE PENELITIAN Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif sederhana dengan desain penelitian “Cross Sectional” yaitu pengukuran variabel dilakukan sesaat dan tiap sujek diobservasi satu kali saja (Nurasalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien yang mendapatkan pemberian antibiotik pada malam hari (setelah pukul 22.00/pada jam tidur) di ruang VIP dan Al Farabi Ibnu Rusyid (Kelas 1) Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik Nonprobability sampling yakni Purposive sampling (total sampling dengan kriteria Inklusif) (Sugiyono: 2005) di Rumah Sakit Islam Banjarmasins ruang VIP dan Al Farabi Ibnu Rusyid (kelas I) Dalam penelitian ini akan digunakan kriteria waktu yaitu selama 10 hari, setelah 10 hari
pengumpulan data dihentikan dan semua responden yang telah didata sesuai kriteria menjadi jumlah total sampel. Adapun kriteria Inklusif yang akan menjadi sampel adalah: 1. Klien laki-laki atau wanita berusia 20-50 tahun. 2. klien dalam keaaan sadar penuh dan dapat baca tulis. 3. klien bersedia menjadi responden. Untuk melakukan pengumpulan data, peneliti telah membuat instrumen sebagai alat pengumpul data berupa kuesioner yang diambil dari kuesioner yang telah dipakai pada penelitian/skripsi pada tahun 2001 di Jakarta, dan telah dilakukan penyesuaian dengan melakukan uji coba menggunakan rumus “r” product moment (Sutrisno Hadi, 1991) di Rumah Sakit Islam Banjarmasin pada tanggal 2 Juni 2005 oleh peneliti, dimana kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian. Bagain pertama berisikan data umum meliputi data tentang umur, pendidikan, pengalaman masuk rumah sakit, lama dirawat, waktu tidur sebelum sakit, waktu tidur selama sakit, jam tidur malam sebelum sakit, informasi tentang pemberian obat pada saat tidur dan alas an diberikan. Bagian kedua gangguan pola tidur dan kebutuhan tidur yang dialami. Kuesioner berupa pertanyaan dengan jawaban tertutup, cara menjawabnya dengan memberikan tanda check list ( ) pada kolom ya atau tidak Uji coba dilakukan pada klien yang mendapat pemberian 32
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
obat antibiotik pada malam hari (setelah pukul 22.00/pada jam tidur), ang sedang dirawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin ruang Al Farabi Ibnu Rusyd berjumlah orang. Responden yang telah dipergunakan sebagai uji coba tidak dilakukan lagi dalam pengumpulan data. Dari 10 pertanyaan pada bagian kedua, semua klien yang diuji coba dapat menjawab oleh peneliti saat menjawab pertanyaan. Berdasarkan nilai Validitas yaitu 0,95 yang dihitung dengan menggunakan rumus “r” product moment ada beberapa pertanyaan yang konteks kalimatnya telah dihilangkan dan direvisi sesuai dengan pemahaman responden ketika dilakukan uji coba. Sebelum responden mengisi kuesioner, peneliti akan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan penelitian, hak-hak responden dan responden diminta untuk menandatangani “informed consent” jika responden setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari ke 17 responden yang dijadikan sampel
Peneliti menemani responden dalam pengisian kuesioner, sehingga responden yang tidak dapat membaca pertanyaan akan dibacakan oleh peneliti dan responden dipersilakan untuk memilih “option” jawaban yang dipilih kemudia peneliti memberi tanda check list pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden. Kuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan dan diperiksa kelengkapan jawabannya, jika sudah lengkap peneliti mengakhiri pertemuannya. Untuk data umum dilakukan pengukuran dengan skala interval kemudia dicari prosentase masingmasing. Keseluruhan jawaban responden dikumpulkan kemudian dibuat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dan dianalisa berdasarkan aspek yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan tabulasi silang dan distribusi frekuensi (Sugiono, 2000): penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah antara lain:
Gambar 1. Diagram Pie Distribusi Responden Berdasarkan Umur
33
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
Gambar di atas 10 orang (58,8%), dan menunjukkan bahwa 17 klien kelompok umur paling sedikit yang menjadi responden, adalah 36-50 tahun sebanyak 7 kelompok umur terbanyak orang (41,2%). adalah 20-35 tahun sebanyak Gambar 2. Grafik Batang Waktu Perawatan dan Informasi Pengobatan
Pernah
>3 hr
Dapat Tahu Info alasan
Tidak 1-3 hr Pernah
Tdk dpt Info
Tdk tahu alasan
Pada gambar di atas informasi pengobatan pada menunjukkan bahwa malam hari berjumlah 9 orang responden dengan pengalaman (52,9%) dan responden yang pernah dirawat berjumlah 9 tidak mendapatkan informasi orang (52,9%) dan yang belum pengobatan berjumlah 8 orang pernah dirawat berjumlah 8 (47,1%). Responden yang orang (47,1%). Responden mengetahui alas an dengan lama hari perawatan >3 mendapatkan obat pada malam hari berjumlah 6 orang (35,3%) hari berjumlah 7 orang (41,2%) dan responden dengan lama dan yang tidak mengetahui hari perawatan 1-3 hari alasan mendapatkan obat pada berjumlah 11 orang (64,7%). malam hari berjumlah 10 orang Responden yang mendapatkan (58,8%). Gambar 3. Grafik Batang Karakteristik Pola Kebiasaan Tidur
Ya Pkl 9-10 mlm
7-8 jam
7-8 jam
Pada gambar di atas menunjukkan kebiasaan tidur
Tidak
4-6 Diatas Jam 10 mlm jam
4-6 Jam
klien yang dimulai dengan responden yang mempunyai 34
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
kebiasaan tidur teratur pada Responden yang mempunyai malam hari berjumlah 11 orang lama tidur sebelum sakit (64,7%) dan yang tidak teratur antara 7-8 jam sebanyak 13 6 orang (35,3%). Kemudian orang (76,5%) dan antara 4-6 digambarkan bahwa responden jam berjumlah 8 orang (47,1%). yang memulai tidur selama Sedangkan responden yang sakit setiap pukul 9-10 malam mempunyai lama tidur selama berjumlah 11 orang (64,7%) sakit antara 7-8 jam sebanyak dan yang mulai tidur tidak 9 orang (52,9%) dan antara 4-6 tentu di atas pukul 10 malam jam berjumlah 8orang (47,1%). sebanyak 6 orang (35,3%). Gambar 5. Diagram Pie Karakteristik Respon Klien
Dari respon klien yang mendapatkan pemberian obat antibiotik pada malam hai didapatkan data 6 responden (35,3%) menyatakan tidak terganggu dan 11 responden (64,7%) menyatakan terganggu pemenuhan kebutuhan tidurnya. Usia responden terbanyak adalah 20-35 tahun yaitu 10 orang (58,8%) dan usia 36-50 tahun sebanyak 7 orang (41,2%), ini menunjukkan bahwa rata-rata responden yang termasuk klien dewasa yang memiliki jam tidur malam 7-8 jam sekitar 58,8%, seperti yang dikemukakan oleh Potter & Perry (1993) bahwa pemenuhan kebutuhan tiur orang dewasa berkisar antara 7-8 jam. Dari hasil data pengalaman dirawat: responden dengan pengalaman pernah dirawat berjumlah 9 orang
(52,9%) dan yang belum pernah dirawat berjumlah 8 orang (47,1%). Data lama hari perawatan: responden dengan lama hari perawatan >3 hari berjumlah 6 orang (35,3%) dan responden dengan lama hari perawatan 1-3 hari berjumlah 11 orang (64,7%). Ini menujukkan kebanyakan klien baru pernah dirawat di rumah sakit, disini dukungan perawat sangat penting terhadap informasi pengobatan yang diberikan karena kondisi ini dapat menimbulkan bahkan meningkatkan stress selama perawatan, hal ini dapat mempengaruhi kebutuhan tidur (Kozier: 1995). Dan dari data responden yang mendapatkan informasi pengobatan pada malam hari berjumlah 9 orang (52,9%) dan responden yang tidak mendapatkan informasi pengobatan berjumlah 8 orang 35
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
(47,1%). Responden yang mengetahui alasan mendapatkan obat pada malam hari berjumlah 7 orang (41,2%) dan yang tidak mengetahui alasan mendapatkan obat pada malam hari berjumlah 10 orang (58,8%). Dari data kebiasaan tidur teratur, responden yang mempunyai kebiasaan tidur teratur pada malam hari berjumlah 11 orang (64,7%) dan yang tidak teratur 6 orang (35,3%). Kemudian digambarkan bahwa responden yang memulai tidur selama sakit setiap pukul 9-10 malam berjumlah 11 orang (64,7%) dan yang mulai tidur tidak tentu di atas pukul 10 malam sebanyak 6 orang (35,3%). Responden yang mempunyai lama tidur sebelum sakit antara 7-8 jam sebanyak 13 orang (76,5%) dan antara 4-6 jam berjumlah 8 orang (47,1%). Sedangkan responden yang mempunyai lama tidur selama sakit antara 7-8 jam sebanyak 9 orang (52,9%) dan antara 4-6 jam berjumlah 8 orang (47,1%). Ini menunjukkan adanya perubahan yang sangat berarti dari pola kebiaasan tidur klien selama pengobatan. Hal diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Potter & Perry (1993) bahwa seseorang selama dirawat di rumah sakit sering mengalami masalah tidur ditandai dengan pertambahan jumlah waktu bangun, sering terbangun, berkurangnya REM dan jumlah jam tidur. Dan dari respon klien yang mendapatkan pemberian obat antibiotik pada malam
hari didapatkan data 64,7% menyatakan terganggu pemenuhan kebutuhan tidurnya. Hal ini dikarenakan waktu terapi dilakukan disela waktu tidur, padahal menurut Misbah (2001) tidur nyenyak malam hari sangat diperlukan orang, karena tubuh kita perlu tidur sekitar 7-8 jam perhari. Sedangkan menurut Joyce W Evelyn (1996) pemberian obat antibiotik yang tidak memenuhi selang waktu yang sama dalam 24 jam mengakibatkan efektifitas obat akan berkurang bahkan dapat terjadi efek toksik serta resisrensi obat. Oleh sebab itulah perawat sebagai pelaksana pengobatan seolah dituntut harus memberikan pada waktu yang tepat sesuai dengan selang waktu yang telah ditetapkan pada awal terapi pengobatan antibitik tersebut diberikan. Tetapi kadang latar belakang sosial budaya, sikap dan perilaku serta mungkin keadaan umum klien itu sendiri yang mendasari perawat enggan untuk membangunkan seseorang yang sedang tidur, hal ini merupakan tindakan yang memang sulit dilakukan karena sering berakibat kemarahan atau respon-respon yang tidak menyenangkan lainnya baik dari pihak klien maupun keluarga, sedangkan perawat sadar bahwa pemberian obat antibiotik tersebut harus tepat waktu. Selain itu “bila dipandang secara etika dan hak-hak klien, dimana salah satunya klien berhak memperoleh suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang 36
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
kemungkinan akan diterimanya” (Nila Isnani, 2004:22). Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi jika sebelumnya informasi dan alasan dilakukan pemberian pengobatan pada malam hari ini diberikan serta sebelum menentukan dimulainya terapi hendaknya memperhatikan pola tidur klien sebelumnya. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi obat antibiotik pada malam hari terhadap pemenuhan kebutuhan tidur bagi klien yang dirawat di rumah sakit, dapat dilihat dari data bahwa 11 orang (64,7%) dari 17 responden menyatakan kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi dengan adanya perubahan-perubahan pada pola kebiasaan tidur teratur pada malam hari berjumlah 11 orang (64,7%), dan yang tidak teratur 6 orang (35,3%). Kemudian digambarkan bahwa responden yang memulai tidur selama sakit setiap pukul 9-10 malam sebanyak 11 orang (64,7%), dan yang mulai tidur tidak tentu di atas pukul 10 malam sebanyak 6 orang (35,3%). Responden yang mempunyai lama tidur sebelum sakit antara 7-8 jam sebanyak 13 orang (76,5%), dan antara 46 jam sebanyak 8 orang (47,1%). Sedangkan responden yang mempunyai lama tidur selama sakit antara 7-8 jam sebanyak 9 orang (52,9%), dan antara 4-6 jam sebanyak 8 orang (47,1%).
Dapat disimpulkan bahwa klien pada malam hari yang seharusnya teratur menjadi tidak teratur dan yang seharusnya 7-8 jam menjadi kurang dari 7 atau 6 jam dan mengalami salah satu atau beberapa gangguan selama tidur berupa sering terbangun, gelisah, sulit untuk tidur, kebiasaan tidur terganggu, pusing/sakit kepala dan mata terasa perih/berat, serta disebabkan karena ketidaktahuan klien terhadap adanya alasan diberikannya terapi pengobatan pada malam hari tersebut yang tergambar dari data bahwa responden yang mendapatkan informasi pengobatan pada malam hari: berjumlah 9 orang (52,9%) da responden yang tidak mendapatkan informasi pengobatan berjumlah 8 orang (47,1%). Serta data responden yang mengetahui alasan mendapatkan obat pada malam hari berjumlah 7 orang (41,2%) dan yang tidak mengetahui alasan mendapatkan obat pada malam hari berjumlah 10 orang (58,8%). Kepada pihak rumah sakit khususnya tenaga medis maupun paramedic sebagai pelaksana pelayanan dapat selalu memberikan informasi terhadap suatu alasan mengapa dilakukan suatu terapi pada malam hari disela waktu tidur baik kepada klien itu sendiri maupun keluarga klien dan perlunya memperhatikan pola kebiasaan tidur yang dimiliki klien ketika akan memberikan atau memulai suatu terapi/tindakan pengobatan.kepada pihak 37
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
rumah sakit juga sangat perlu diadakan suatu standar baku tentang pelaksanaan komunikasi kepada klien, tentang suatu keharusan melakukan penjelasan kepada pasien sebelum melakukan tindakan.Kepada pihak institusi hendaknya disediakan waktu penelitian dalam rentang waktu yang cukup lama, misalnya penelitian dimulai dari semester 2. Penelitian ini hanya menggunakan desain eksploratif cross sectional dengan distribusi frekuensi dan tidak menggunakan uji yang lain, sehingga kemungkinan kurang representative. Apabila ada yang ingin melakukan penelitian terkait dengan masalah ini, penulis menganjurkan untuk menggunakan desain penelitian yang lain dan lebih memperhatikan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh. DAFTAR PUSTAKA Black, JM. 1997. Medical Surgical Nursing. Edisi 5. Philadelphia: Esther Matassarin Jacob. Wb Sounders Company. Carpenito, LJ. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Craven, Ruth. F. 2000. Fundamentals of Nursing: Human Health and Functioni. Third Edition. Philadelphia: Penerbit Lippincott. Evelyn and Joyce. 1996. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: FKUI.
Ganiswarna, Sulistia. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI. Guyton, AC. Dan Hall, JE.1997. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research. Jilid 3. Jogyakarta: Penerbit Andi Offset. Hudak, CM. dan Gallo, BM. 1997. Keperawatan Kritis. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Isnani, Nila. Etika Keperawatan. Editor: Sari Kurnianingsih, SKp. PenerbitWidya Medika. Kozier, Blais dan Wilkinson. 1995. Fundamental of nursing. Edisi 2. California: AdditionWhesley Publishing Company. Miller,CA. 1995. Nursing Care of Older Adults. Edisi 2. Philadelphia: JB. Lippincott Company. Notoatmojo, Soekijo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Nursalam.1995. Konsep dan Penerapan Metodologi Peneltian Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Potter, PA. dan Perry, AG. 1997. Fundamental of Nursing. Edisi -Edisi 4. London: Mosby Year Book Inc. Priharjo, Robert. 1993. Perawatan nyeri: Pemenuhan Akivitas Istirahat Pasien. Jakarta: 38
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Priharjo, Robert. 1993. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rusinem. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pola Tidur Paa Klien Demam Typoid . Jakarta: FIK-UI. Tidak dipublikasikan. Smeltzer, SC. Bare, BG. 1995. Textbook of medical Sugical Nursing. Edisi 8.
Philadelphia: JB. Lippincott Company. Sugiono. 2000. Statistik untuk Penelitian. Edisi ke-3. Bandung: Penerbit alfa Beta.. Sugiono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Edisi ke-7. Bandung: Penerbit alfa Beta.. WHO. 1992. Mental Disorder in Primary Care: Sleep Problem, Deviasion of Mnetal Helath and Preven. Geneva 27 Switzerland.
39