PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB
Moh. Arip, Rusmini
Abstract: The general objective of this study was to analyze the influence of group activity of therapy: socialitation toward achiefmant of communication for patient witedrawl. This study used quasy experimental. Population of this study comprised patients who were care at Psikiatric Hospital West Nusa Tenggara. Total sample was 24 respondents, taken using purposive sampling. The independent variable in this study was group activity of therapy: socialitation and the dependent variables was achiefmant of communication. Data on achiefmant of communication verbal and non verbal were taken using check list. The study was conducted between Agustust and September 2010. Data were analyzed using the wilcoxon signed ranks test with level of significance of 0.05. The results were as follows: before group activity of therapy: socialitation, respondents of doing communication verbal with category achief (29.2%) and category not achief (70.8%), furthermore respondents of doing communication non verbal with category achief (79.0%) and category not achief (21.0%). After group activity of therapy: socialitation, respondents of doing communication verbal with category achief ( 83.0%) and category not achief (17.0%), furthermore respondents of doing communication non verbal with category achief (87.5%) and category not achief (12.5%). The result of wilcoxon signed ranks test showed significant difference in achiefmant of communication verbal (p= 0.000) and achiefmant of communication non verbal (p= 0.003). Kata kunci: Taks, Komunikasi, Klien Menarik Diri saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium
LATAR BELAKANG Asuhan asuhan
keperawatan
keperawatan
jiwa
spesialistik,
merupakan
namun
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
tetap
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
dilakukan secara holistik pada saat melakukan
Terapi aktifitas kelopok dibagi menjadi empat yaitu:
asuhan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan
terapi
yang dikembangkan difokuskan kepada klien secara
stimulasi senssori, realita, dan sosialisasi. TAK
individu, kelompok, keluarga, maupun komunitas.
sosialisasi diberikan kepada pasien isolasi sosial
Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
(menarik diri) dengan kriteria: klien menarik diri
modalitas yang di dalamnya termasuk Terapi
yang telah mulai melakukan interaksi interpersonl
Aktifitas Kelompok (TAK).
dan klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
TAK merupakan salah satu terapi modalitas
aktifitas
kelompok
stimulasi
persepsi,
berespon sesuai stimulus (Keliat.B.A. 2004).
yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien
Berdasarkan
studi
pendahuluan
yang
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
dilakukan oleh peneliti kondisi saat ini di RS Jiwa
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
Propinsi
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok
dilaksanakan oleh perawat di ruang perawatan
NTB
bahwa
kegiatan
TAK
yang
terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, hampir tidak pernah dilakukan,hanya dilakukan di __________________________________________________________________________________________ Moh. Arip, Rusmini: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Kesehatan V/10 Mataram
741
Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
ruang rehabilitasi setiap hari tanpa membedakan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
masalah pasien. hasil observasi oleh peneliti setiap
hal ini perlu dicermati secara ilmiah dan berdasarkan
melaksanakan bimbingan praktik klinik mahasiswa
pertimbangan-pertimbangan
tersebut
D3 Keperawatan di setiap ruang perawatan RS Jiwa
mengambil
judul
“Pengaruh
Propinsi NTB terdapat 60% pasien yang dirawat
Aktivitas
Kelompok
dengan masalah menarik diri lama hari rawatnya
Kemampuan Komunikasi pada Klien Menarik Diri di
lebih lama
Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB”. Adapun tujuan
dengan lama perawatan lebih dari 6
penelitian
Sosialisasi
peneliti Terapi
Terhadap
minggu (di atas standar lama hari rawat RS Jiwa
umum penelitian ini
Propinsi NTB). Hasil penelitian Arip, M.dkk. (2009)
pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
tentang pengetahuan, sikap dan tindakan
perawat
Terhadap Kemampuan Komunikasi Klien Menarik
melaksanakan TAK, menunjukkan ada
Diri di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB sedangkan
dalam
pengaruh yang signifikan
adalah untuk mengetahui
p= 0,001. Hal ini
tujuan khususnya adalah untuk mengidentifikasi
menunjukan perawat sudah memiliki kemampuan
kemampuan komunikasi klien menarik diri sebelum
yang baik dalam melaksanakan TAK, sehingga
dilakukan
kegiatan ini dapat dilaksanakan di setiap ruang rawat
kemampuan komunikasi klien menarik diri sesudah
inap RS Jiwa Propinsi NTB.
dilakukan
Berdasarkan data dari rekam medik RSJ
TAK
TAK
sosialisasi,
sosialisasi
mengidentifikasi
serta
menganalisis
pengaruh TAK Sosialiasai terhadap kemampuan
Propinsi NTB dan studi pendahuluan bahwa pasien
komunikasi pada klien menarik diri.
dengan schizphrenia dari tahun ke tahun mengalami METODE PENELITIAN
peningkatan. Tahun 2007 sebanyak 837 orang, tahun
Penelitian ini menggunakan pendekatan
2008 sebanyak 966 orang, dan tahun 2009 sebanyak
Quasy Experiment. Pengambilan sampel dalam
986 orang serta sebagian besar (60%) perilaku yang
penelitian ini menggunakan purposive sampling
ditunjukan adalah perilaku menarik diri sehingga membutuhkan
penanganan
yang
spesifik
sebanyak
dari
24
responden.
Adapun
variabel
independen adalah Terapi Aktivitas Kelompok:
perawat dengan melaksanakan salah satu terapi
Sosialisasi dan variabel dependen adalah kemampuan
modalitas keperawatan jiwa yaitu Terapi Aktifitas
komunikasi. Analisis yang digunakan yaitu uji
Kelompok (TAK). TAK merupakan salah satu
wilcoxon Signed Ranks dengan tingkat kemaknaan p
tindakan keperawatan untuk pasien gangguan jiwa.
< 0.05.
Pelaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu, perlu
HASIL PENELITIAN
dimasukkan dalam rencana tindakan keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
klien pada masalah keperawatan tertentu. Semua
dilaksanakan, diperoleh informasi sebagai berikut:
kemampuan yang dipelajari klien dalam TAK hendaknya digunakan sampai klien pulang ke rumah sehingga kekambuhan pasien dapat diminimalkan.
742
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011
c.
Data Umum Data
umum
menguraikan
karakteristik
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
8%
c) pendidikan, d) agama, dan e) status perkawinan, yang dapat dilihat seperti berikut ini.a. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
34%
8% Sekolah 21% Tdk SD SMP SMA PT
responden yang meliputi: a) Jenis kelamin, b) Umur,
16%
46%
Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
Pria Wanita
66%
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak mempunyai tingkat
Gambar 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
pendidikan SMA yaitu 11 orang (46%). d. Distribusi Responden Berdasarkan Agama
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil
4%
21%
bahwa responden terbanyak dengan jenis kelamin
Islam
laki- laki yaitu 16 orang (66%).
Hindu 75%
b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Kristen
Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
20% 42%
20- 30 thn 31-40 thn >40 thn
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak beragama Islam yaitu 18 orang (75%).
38% e. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan 34% 16%
Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
Belum Menikah Menikah
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak berumur 20-30 tahun
Janda/ Duda
yaitu 10 orang (42%).
50% Gambar 5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
743
Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil
Data Khusus
bahwa responden terbanyak berstatus menikah yaitu
Kemampuan
12 orang (50%).
komunikasi
verbal
klien
menarik diri sebelum dan sesudah dilakukan terapi aktifitas kelompok sosialisasi. Pre Test
Post Test
80%
100% 80% 60% 40% 20% 0%
71%
60% 40%
29%
20% 0% Mampu
83%
17% Mampu
Tidak Mampu
Tidak mampu
Gambar 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Verbal Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Berdasarkan gambar di atas menunjukkan
peningkatan kemampuan berkomunikasi, dimana
bahwa dari 24 responden sebelum dilakukan Terapi
sebagian besar responden yaitu 20 orang (83%)
Aktivitas Kelompok Sosialisasi, sebagian besar
mampu melakukan komunikasi verbal.
responden yaitu 17 orang (70,8%) tidak mampu
Kemampuan Komunikasi Non Verbal Klien
melakukan komunikasi verbal dan sesudah dilakukan
Menarik Diri Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi menunjukkan
Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi
Pre test 80%
Post Test
79%
100%
87%
80%
60%
60%
40% 21%
20%
40% 13%
20% 0%
0% Mampu
Mampu
Tidak mampu
Tidak Mampu
Gambar 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Non Verbal Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Berdasarkan gambar di atas menunjukkan
Aktivitas
Kelompok
Sosialisasi
menunjukkan
bahwa dari 24 responden sebelum dilakukan Terapi
peningkatan kemampuan komunikasi non verbal,
Aktivitas Kelompok Sosialisasi, sebagian besar
dimana sebagian besar responden yaitu 21 orang
responden yaitu 19 orang (79%) mampu melakukan
(87,5%) mampu melakukan komunikasi non verbal.
komunikasi non verbal dan sesudah dilakukan Terapi
744
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011
Komparasi
Hasil
Pre
Test-Post
Test
Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok
Kemampuan Komunikasi Verbal pada Klien Menarik
Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB
Tabel 1. Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Kemampuan Komunikasi Verbal pada Klien Menarik Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Variabel
Waktu test Pre test
Komunikasi Verbal
Post test
Perbedaan nilai rata-rata
Rata-rata 2.17 (54.25%)
3.17 (79.25%)
SD
p
Ket
0.000
Bermakna
0.637
0.702
1.00 (25.00%)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan
berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan
perubahan kemampuan komunikasi verbal responden
komunikasi verbal pada klien menarik diri sebelum
sebelum dan sesudah diberikan
dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi. Hasil pre test menunjukkan
Sosialisasi.
nilai rata-rata responden yaitu 2.17 (54.25%)
Komparasi
Hasil
Pre
Test-Post
Test
sedangkan hasil post test menunjukkan nilai rata-rata
Kemampuan Komunikasi Non Verbal pada Klien
responden yaitu 3.17 (79.25%) dengan perbedaan
Menarik
nilai rata-rata 1.00 (25.00%). Hasil analisis Wilcoxon
Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
Signed Ranks Test diperoleh nilai p < 0.05 yang
NTB
Diri
yang
Diberi
Terapi
Aktivitas
Tabel 2. Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Variabel Komunikasi Non Verbal pada Klien Menarik Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Variabel
Waktu test
Rata-rata
SD
p
Ket
2.83 Pre test
0.482 (70.75%)
KomunikasiNon Verbal
Bermakna
3.42 Post test
0.003 0.717
(85.50%) 0.59 Perbedaan nilai rata-rata (14.75%)
745
Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan
verbal pada klien menarik diri sebelum dan sesudah
perubahan kemampuan komunikasi non verbal responden sebelum dan sesudah diberikan
diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
Terapi
Setelah dilakukan análisis data didapatkan
Hasil pre test
hasil peningkatan kemampuan komunikasi verbal
menunjukkan nilai rata-rata responden yaitu 2.83
dan non verbal sebelum dan sesudah diberikan
(70.75%)
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Hasil analisis
Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
sedangkan hasil post test menunjukkan
nilai rata-rata responden yaitu 3.42. (85.50%) dengan
Uji
Wilcoxon Sigened Rank menunjukkan ada
perbedaan nilai rata-rata 0.59 (14.75%). Hasil
perbedaan bermakna (p= 0.000) untuk kemampuan
analisis Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai p
komunikasi verbal klien
< 0.05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna
bermakna (p= 0.003) untuk kemampuan komunikasi
kemampuan komunikasi non verbal pada klien
non verbal klien. Hasil
menarik diri sebelum dan sesudah diberikan Terapi
bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
(TAK): Sosialisasi terhadap peningkatan kemampuan
dan ada perbedaan
analisis ini menunjukkan
komunikasi verbal maupun non verbal pada klien PEMBAHASAN
dengan menarik diri yang dirawat di Rumah Sakit
Berdasarkan hasil
pre test kemampuan
Jiwa Propinsi NTB.
komunikasi verbal klien menunjukkan nilai berada
Klien yang mengalami gangguan jiwa akan
pada kategori tidak mampu (54.25 persen) dan hasil
menunjukkan gejala negatif dan gejala positif. Salah
post test menunjukkan kemampuan komunikasi verbal klien berada pada kategori
satu bentuk gejala yang ditunjukkan adalah perilaku
mampu (79.25
menarik diri. Klien yang mengisolasi dirinya dan
persen) dengan perbedaan nilai rata-rata 25 persen.
tidak mau berhubungan dengan orang lain ini
Hasil análisis menunjukkan nilai p = 0.000, yang
merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan
berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan
diri individu dalam menghadapi masalah untuk
komunikasi verbal pada klien menarik diri sebelum
mengurangi perasaan tertekan, kecemasan, stress,
dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Demikian pula
hasil pre test
untuk
kemampuan
non
klien
komunikasi
verbal
maupun konflik yang berkepanjangan. Namun strategi ini tentunya tidak realistik, maka akan menimbulkan
menunjukkan nilai berada pada kategori mampu
kesulitan
yang
pasien maupun hubungan pasien dengan perawat.
kemampuan komunikasi non verbal klien berada mampu (85.50 persen)
banyak
berkaitan dengan hubungan sosialnya baik sesama
(70.75 persen) dan hasil post test menunjukkan
pada kategori
semakin
Manusia adalah mahluk sosial yang terus
dengan
menerus membutuhkan orang lain di sekitarnya.
perbedaan nilai rata-rata 14.75 persen. Hasil análisis
Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial
menunjukkan nilai p= 0.003, yang berarti terdapat
untuk
perbedaan bermakna kemampuan komunikasi non
melakukan
interaksi
sesama
manusia.
Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain,
746
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011
penghargaaan orang lain, serta pernyataan diri.
kelompok.
Interaksi
selamanya
diberikan harus sesuai dengan masalah utama yang
memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang
dihadapi pasien, misalnya pasien dengan masalah
diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi
utama menarik diri atau isolasi sosial maka TAK
suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk
yang diberikan ádalah TAK-Sosialisasi sedangkan
berinteraksi dengan orang lain.
pasien dengan masalah utama halusinasi maka TAK
yang
dilakukan
tidak
Terapi
Aktivitas
Kelompok
yang
Tugas perawat untuk membantu pasien agar
yang paling tepat digunakan adalah TAK Stimulasi
bisa keluar dari keadaannya tersebut. Peneliti
Persepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Rosida
mencoba memberi intervensi berupa Terapi Aktivitas
(2005), bahwa ada pengaruh pemberian Terapi
Kelompok
rangka
Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori: Menggambar
membantu mengatasi masalah menarik diri pada
terhadap Perbaikan Respon Interpersonal pada Klien
klien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
Skizofrenia
NTB. Dengan terapi ini klien saling berinteraksi
diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan
dengan pasien lain sehingga diharapkan terjadinya
hubungan interpersonal yang adekuat dan dapat
peningkatan kemampuan berkomunikasi klien baik
mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi
verbal maupun non verbal sesudah diberikan Terapi
eksternal.
(TAK):
Sosialisasi
dalam
Aktivitas Kelompok (TAK): Sosialisasi.
dengan
Isolasi
Sosial.
Terapi
ini
Selain itu, menurut Tim Keperawata Jiwa
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
PSIK-FK Unair (2004), bahwa untuk mencapai hasil
Alfiansyah (2008), bahwa ada pengaruh pemberian
yang maksimal dalam sebuah terapi aktivitas
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Latihan
kelompok
Keterampilan Sosial Terhadap Kemampuan Interaksi
kelompok yaitu Leader, Co-Leader, Fasilitator dan
Sosial Klien Menarik Diri dan penelitian Purnomo
Observer yang memiliki dan menjalankan tugasnya
(2003), bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas
masing-masing secara efektif sehingga tujuan terapi
Kelompok terhadap perubahan perilaku pasien
dapat diperoleh secara maksimal.
menarik diri.
Menurut Keliat, BA. dan Akemat (2005) terdapat
Menurut Yalom (1995) dalam Stuaart &
maka
diperlukan
pengorganisasian
peran dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas
Laraia (2001) dikutip dari Budi Anna Keliat dan
yaitu
Akemat (2005) anggota kelompok mungkin datang
kekohesifan
dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain,
sesuai dengan keadaannnya seperti agresif, takut,
diskusi dengan kata-kata, menyampaikan kesamaan
kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,
anggota kelompok, membantu
kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan
untuk mendengarkan ketika orang lain bicara,
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota
memberi arahan, menjaga kelompok tetap fokus
kelompok memberi dan menerima umpan balik yang
sehingga
berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam
diharapkan.
747
terapis
perlu
kelompok
dapat
melakukan dapat
mencapai
upaya
terwujud,
agar seperti
anggota kelompok
tujuan
terapi
yang
Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Therapi aktivitas kelompok sosialisasi dan stimulasi
KESIMPULAN DAN SARAN
persepsi merupakan sebagian dari terapi aktifitas
Kesimpulan
kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek
Sesuai
keperawatan jiwa. Terapi Aktivitas Kelompok ini juga
dapat
keperawatan
dimodifikasi lainnya,
dengan
misalnya
penelitian
maka
dapat
disimpulkan yaitu: sebagian besar klien menarik diri
tindakan
konseling
hasil
yang dirawat di RS Jiwa Propinsi NTB belum
atau
mampu melakukan komunikasi sebelum diberikan
Cognitive Behavioral Therapy dan tidak hanya
Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi. Setelah
dilakukan di dalam rumah sakit tapi juga bisa
diberikan Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi,
dilakukan di masyarakat, seperti penelitian yang
sebagian besar klien menarik diri di RS Jiwa Propinsi
dilakukan Rusjidi (2007) bahwa ada pengaruh
NTB mampu melakukan komunikasi. Kemampuan
konseling dan Terapi Aktivitas Kelompok terhadap
komunikasi verbal dan non verbal pada klien
perubahan psikososial pada wanita dewasa pasca
menarik diri yang dirawat di RS Jiwa Propinsi NTB
gempa di Bantul Yogyakarta.
sebelum dan sesudah Terapi Aktifitas Kelompok:
Masih adanya klien yang belum mampu
Sosialisasi
melakukan komunikasi verbal dan komunikasi non
menunjukkan
ada
perbedaan
yang
bermakna.
verbal, kemungkinan disebabkan oleh sebagian besar klien berjenis kelamin laki-laki. Menurut
Saran
Tannen (
Agar
1990 ) yang dikutip oleh Potter & Perry bahwa salah
pelaksanaan
Terapi
Aktifitas
satu faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah
Kelompok dapat dillaksanakan sesuai dengan SOP,
jenis kelamin (jender) dimana orang dengan jenis
maka RS Jiwa Propinsi NTB terutama Ruang
kelamin wanita predominan untuk mencari hubungan
Rehabilitasi agar lebih selektif dalam menyeleksi
dan persahabatan sedangkan orang dengan jenis
klien yang memenuhi kriteria untuk mengikuti
kelamin laki-laki predominan untuk menyelesaikan
kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok sesuai dengan
tugas,
masalah keperawatan utama klien. Agar Terapi
kebebasan,
dan
status.
Perawat
perlu
mewaspadai perbedaan ini ketika bersama klien atau
Aktifitas
Kelompok
dapat
dilaksanakan
lebih
dengan tim kesehatan lainnya yang berlawanan jenis.
optimal,
maka
Aktif menyimak dan mencari kejelasan akan
program/jadwal
membantu mencegah salah persepsi dan salah
Kelompok.
paham.
berhubungan dengan Terapi Aktifitas Kelompok:
disarankan
untuk
membuat
pelaksanaan
Terapi
Aktifitas
Perlu
penelitian
lanjutan
yang
Sosialisasi untuk semua sesi yang disesuaikan
Berdasarkan uraian di atas maka dalam
dengan kondisi klien.
penelitian ini terbukti bahwa terdapat pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi verbal dan non verbal klien
DAFTAR PUSTAKA
menarik diri.
748
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011
Carpenito.L.J. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Keliat, B.A. Asuhan Klien Gangguan Hubungan
Jakarta: EGC, 2001.
Sosial: Menarik Diri. Jakarta: FIK UI, 1998, h. 4.
Depkes RI. Komunikasi Terapeutik dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Pusdiknakes Depkes
Nursalam.
RI, 1993.
Konsep
Penelitian
& Ilmu
Penerapan
Metodologi
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika, 2008.
Fortinash & Warret. Psychiatric Nursing Care Plant St. Lours, Mosby Year Book, 1995, Hal.
Potter & Perry. Fundamental Keperawatan Volume 1
791.
Ed.4. Jakarta: EGC, 2005.
Hawari, D. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi.
Stuart dan Sundeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Jakarta: EGC, 2001.
Jakarta: EGC, 1998, h. 46.
Keliat,B.A. Model Praktek Keperawatan Profesional
Stuart dan Laria. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Jiwa, Jakarta: EGC, 2010.
Kelompok. Jakarta: EGC, 2001.
Keliat, B.A. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Sugiyono. Statistik Nonparametriks untuk Penelitian.
Kelompok. Jakarta: EGC, 2004.
Bandung: Alfabeta, 2003. Suliswati,
dkk.
Konsep
Dasar
Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC, h. 7.
749