PROPOSAL
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN SKIZOFRENIA DIRUMAH SAKIT JIWA PROF.Dr.MUHAMMAD ILDREM DAERAH PROVSU MEDAN TAHUN 2015
Oleh JANUARI PURBA SIBORO 11 02 175
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
PROPOSAL
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN SKIZOFRENIA DIRUMAH SAKIT JIWA PROF.Dr.MUHAMMAD ILDREM DAERAH PROVSU MEDAN TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh JANUARI PURBA SIBORO 11 02 175
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015 i
ii
PERNYATAAN PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAPKEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWADAERAH PROVSU MEDAN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis dicantumkan dalam naskah ini dan dalam daftar pustaka.
Medan,
Juni 2015
Peneliti
(JANUARI PURBA S)
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Mahasiswa 1. Nama
: Januari Purba Siboro
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Sibolga,16 Januari 1992
3. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
4. Agama
: Kristen Protestan
5. Anak ke
: 6 (enam) dari 6(enam) bersaudara
6. Nama Ayah
: Benget Sihol Purba Siboro
7. Nama Ibu
: Rosmaidawan Lumban Toruan
8. No Hp
: 0852 6078 4943
9. E-mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1997-1998
: Taman Kanak-Kanak Tunas Medica Kab.Langkat
2. Tahun 1998-2004
: SD N 050692 Batang Serangan
3. Tahun 2004-2007
: SMP S AMPERA Batang Serangan
4. Tahun 2007-2010
: SMK S HARAPAN Stabat
5. Tahun 2011-sekarang
: Saat ini sedang menyelesaikan pendidikan di Fakultas keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
iv
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, Juni 2015 Januari Purba Siboro Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan. xiii + 40 Halaman + 4 Tabel +1 Skema + 7 Lampiran
ABSTRAK Isolasi sosial merupakan gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel, sehingga menimbulkan prilaku yang maladaftif dan menggangu fungsi seseorang dalam berhubungan. Salah satu tindakan keperawatan pada pasien skizofrenia dengan gangguan isolasi sosial adalah Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi klien skizofrenia. Desain penelitian ini menggunakan The one group pretestposttest design, dengan teknik pengambilan sample yaitu purposive sampling terhadap 21 responden. Kemampuan berinteraksi sosial diukur dengan lembar kuesioner sebelum dan sesudah dilakukan TAKS dengan menggunakan uji “Paired Sample Test”.Hasil analisa menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari TAKS terhadap kemampuan berinteraksi klien skizofrenia dengan p = 0,014 (p <0,05). Dapat disimpulkan bahwa TAKS merupakan salah satu terapi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi klien skizofrenia.
Kata Kunci Daftar Pustaka
: Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi, Interaksi Sosial, Skizofrenia. : 27 (2002-2013)
v
PROGRAM OF STUDY NURSE FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Scription, June 2015 Januari Purba Siboro Effect of Therapeutic Activity Group Socialization (Est) Ability To Interact Clients Schizophrenia Mental Hospital Regional Ildrem Prof.dr.Muhammad Provsu Medan. xiii + 40 Page + 4 Table +1 Scheme + 7 Enclosure
ABSTRACK Social isolation is a disorder of interpersonal relationships that occur due to the inflexible personality, giving rise maladaftif behavior and interfere with the function of a person in correspond. false a nursing action in schizophrenic patients with impaired social isolation is the Therapeutic Activity Group Socialization (syntax). Therapeutic Activity Group Socialization (TAKS) is an effort to facilitate the ability of socialization number of clients with problems of social relationships. The purpose of this study was to identify the influence of socialization group activity therapy on the ability of the client to interact schizophrenia. The design of this study using one group pretest-posttest design, with a sampling technique that is purposive sampling against 21 respondents. Ability to interact socially measured by questionnaire before and after the test is done by using the syntax "Until Paired Test" The results of the analysis show that there is significant influence of taks on the ability to interact with clients schizophrenia p = 0.014 (p <0.05). It can be concluded that the taks is one effective therapy to improve the client's ability to interact with schizophrenia.
Keywords Reference
: Therapy Activity Group Socialization, Social Interaction, Skyzophrenia : 27 (2002-2013)
vi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan
Berinteraksi
Klien
Skizofrenia
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Tahun 2015.”.Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Keperawatan di Program Studi Ners Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak / Ibu yang terhormat : 1.
Parlindungan Purba,SH.MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
dr. Chandra Syafei, Sp.OG, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan.
4.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep,MNS, selaku
Ketua Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 6.
Jenny Marlindawani Purba, S.Kp, MNS, selaku ketua penguji yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
7.
Ns. Rosetty Sipayung, S.Kep, selaku penguji I yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
8.
Ns. Galvani Volta Simanjuntak, M.Kep, selaku Penguji II yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
vii
9.
Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J, selaku penguji III yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh Dosen dan staf pegawai Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 11. Teristimewa buat orang tuaku (+) B.S Purba Siboro dan R.Lumban Toruan yang telah memberikan doa, dukungan, moril maupun Materil, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Buat abang-abang peneliti (Anggiat Darwin Purba S, SE, Rudi Purba S, (+) David Roma Purba S, Dodi Jojor Purba S), kakak peneliti (Putri Mei Yesiska Br.Purba S), kakak ipar peneliti (Dorma Sihombing, Epo Pastaria T, Mega Silitonga), keponakan peneliti (Geisya Br.Purba, Teo Purba, Michael Purba, Feby Br.Purba) yang telah banyak memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Seluruh rekan-rekan teman-teman mahasiswa/i yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Untuk teman teristimewa peneliti Tian sinaga, Nonika sianturi, Rika ervina yang telah memberikan dukungan menjadi tempat berkeluh kesan disaat susah dan senang. Terima kasih kebersamaannya dan bantuannya.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Akhirnya peneliti berharap kiranya skripsi ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Medan,
Juni 2015
Peneliti
( Januari Purba Siboro )
viii
DAFTAR ISI COVER DALAM ........................................................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... PERNYATAAN ........................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR SKEMA .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................... B. Rumusan Masalah.................................................................. C. Tujuan Penelitian ................................................................... 1. Tujuan Umum .................................................................. 2. Tujuan Khusus ................................................................. D. Manfaat Penelitian ................................................................. TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Skizofrenia................................................................ 1. Definisi Skizofrenia ......................................................... 2. Penyebab Skizofrenia ...................................................... 3. Gejala Umum Skizofrenia ............................................... 4. Jenis ................................................................................. 5. Penatalaksanaan ............................................................... B. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok (TAKS) ......................... 1. Definisi TAKS ................................................................. 2. Tujuan TAKS .................................................................. 3. Aktifitas dan indikasi TAKS ........................................... 4. Karakteristik TAKS ......................................................... 5. Pengaruh Melakukan TAKS ............................................ C. Konsep Interaksi Sosial ......................................................... 1. Definisi Interaksi Sosial .................................................. 2. Jenis Interaksi Sosial ....................................................... 3. Ciri-Ciri Interaksi Sosial.................................................. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial 5. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial ........................ 6. Faktor-Faktor Yang Menentukan Terjadinya Interaksi Sosial ............................................................................... D. Kerangka Konsep .................................................................. E. Hipotesis ................................................................................
ix
Hal i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii
1 4 5 5 5 6
7 7 7 9 10 12 13 13 14 14 14 15 15 15 16 16 16 16 17 20 21
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ................................................................... B. Populasi dan Sampel.............................................................. 1. Populasi ........................................................................... 2. Sampel ............................................................................. C. Lokasi Penelitian ................................................................... D. Waktu Penelitian.................................................................... E. Definisi Operasional .............................................................. F. Aspek Pengukuran ................................................................ G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data .................................. H. Etika Penelitian ...................................................................... I. Pengolahan Data dan Analisa Data .......................................
22 22 22 22 24 24 25 25 25 27 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................................... 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................. 2. Analisa Univariat .............................................................. 3. Analisa Bivariat ............................................................... B. Pembahasan ........................................................................... 1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil ....................................... 2. Keterbatasan Penelitian ..................................................
30 30 31 32 33 33 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran ......................................................................................
39 39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep ..................................................................................
xi
20
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................................
25
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Mei 2015 (n = 21) ............................................................
32
Tabel 4.2 Analisa Perubahan Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem daerah provsu medan Mei 2015 (n = 21) ..............................................................
33
Tabel 4.3 Hasil Uji Paired Sample Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.dr.muhammad ildrem Daerah Provsu Medan Mei 2015 (n = 21) .............................................................
33
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Surat Izin memperoleh Data Dasar Di RSJ. Prof. Dr. M.Ildrem
Lampiran 2
: Surat Izin Penelitian Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 3
: Surat Selesai Melaksanakan Penelitian Di RSJ. Prof. Dr. M.Ildrem
Lampiran 4
: Lembar Kuesioner
Lampiran 5
: Lembar Master Data
Lampiran 6
: Lembar Output SPSS
Lampiran 7
: Lembar Bimbingan Skripsi
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan prilaku yang tidak sesuai dengan normal local atau budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik (Townsend, 2005). Pengertian ini menjelaskan klien dengan gangguan jiwa akan menunjukkan prilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dimana prilaku tersebut mengganggu fungsi sosialnya. Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa insidennya masih cukup tinggi. Jumlah tiap tahun makin bertambah dan akan berdampak bagi keluarga dan masyarakat (Kaplan & Saddock, 2005).
WHO (2009) memperkirakan sebanyak 450 jiwa juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030, gangguan jiwa berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan disemua Negara, pada perempuan dan laki-laki, pada semua tahap kehidupan, orang miskin ataupun orang kaya baik dipedesaan maupun perkotaan mulai dari ringan sampai berat.
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia tahun 2007 sebesar 4,6%, sedangkan di Sumatera Utara 3.3%. Data tersebut menunjukkan prevalensi gangguan jiwa di Indonesia cenderung meningkat secara bermakna. Perlu perhatian yang serius untuk mencari pemecahan masalah dan pencegahan lebih lanjut meningkatnya angka gangguan jiwa. Diperkirakan jumlah gangguan jiwa akan meningkat seiring dengan kenaikan bahan pokok yang semakin meningkat dan beban hidup yang semakin meningkat (Keliat, 2006).
1
2
Salah satu gangguan jiwa yang paling berat dan bersifat kronis adalah skizofrenia. Skizoferenia merupakan gangguan gangguan multifaktoral perkembangan saraf dipengaruhi oleh factor genetic dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif dan kognitif (Andreasen 1995 ; Nuechterlein et al, 2004;, Muda et al. 2009 dalam Jones et al, 2011). Gejala kognitif sering mendahului terjadinya psikosis dan pengobatan yang segera dilakukan diyakini sebagai predictor yang lebih baik dari hasil terapi (Green, 2006; Mintz dan Kopelowies, 2007 dalam Jones et al, 2011). Gejala positif meliputi waham, halusinasi, gaduh gelisah, prilaku aneh, sikap bermusuhan dan gangguan berpikir formal. Gejala negatif meliputi sulit memulai pembicaraan, efek tumpul atau datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008).
Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa prilaku yang sering muncul pada klien skizoferenia antara lain ; motivasi kurang (81%), isolasi sosial (72%), prilaku makan dan tidur buruk (72%), sukar menyelesaikan tugas (72%), sukar mengatur keuangan (72%), penampilan yang tidak rapih dan bersih (64%), lupa melakukan sesuatu (64%), kurang perhatian dari orang lain (56%), sering bertengkar (47%), bicara pada diri sendiri (41%), dan tidak teratur makan obat (40%).
Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif pada skizoferenia digunakan klien untuk menghindar dari orang lain agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi. Menarik diri digunakan klien untuk menghindar dari orang lain agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi. Dengan demikian isolasi sosial adalah kegagalan individu untuk menjalin interaksi dengan orang lain sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai ancaman terhadap individu. Prilaku yang sering ditampilkan klien isolasi sosial adalah menunjukkan menarik diri, tidak komunikatif, mencoba menyendiri, asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak mata, sedih, afek tumpul, prilaku bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak, kesulitan membina hubungan dilingkungannya,
3
menghindari orang lain dan mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain (Nanda, 2007).
Klien dengan masalah kurangnya keterampilan sosial, tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif, mereka mengalami kesulian dalam berteman, mampu memecahkan masalah, sulit menemukan dan mempertahankan pekerjaan, yang menjadi penyebab mereka mengisolasi diri dari masyarakat. Keterampilan sosial yang buruk ini terkait erat dengan berulangnya kekambuhan penyakit dan kembalinya klien kerumah sakit, hal ini telah dilaporkan sebagai factor yang penting mempengaruhi prognosis (Granholm, 2005 dalam Seo Min Ji et al, 2007). Sebuah program pelatihan keterampilan sosial dapat membantu mereka untuk kembali kemasyarakat. Pelatihan ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan adaptasi sosial, mengurangi gejala kejiwaan sehingga mengurangi tingkat rehospitalisasi, selain untuk meningkatkan harga diri klien (Liberman dkk, 2000)
Salah satu terapi modalitas yang dapat membantu untuk membina hubungan dengan orang lain adalah Terapi Aktifitas Kelompok, dengan terapi aktivitas kelompok ini pasien mampu untuk bersosialisasi, mengetahui konteks realita, menyalurkan energy, meningkatkan harga diri. Hal ini sesuai dengan konsep dari tujuaan Terapi Aktivitas Kelompok yakni melakukan sosialisasi dan meningkatkan uji realitas, untuk meningkatkan kesadaran tehadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau prilaku defensive atau menyalurkan emosi secara konstruktif serta meningkatkan fungsi kognitif dan afektif (Riyadi, 2009).
Hasil survey awal yang dilakukan di RSJ Sumatera Utara pada bulan Januari sampai Desember 2014 ditemukan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 13.065 orang mengalami Skizofrenia. Dimana pasien yang rawat jalan sebanyak 11,059 atau 77,1 % dan pasien yang rawat inap sebanyak 2,006 atau 96,9 %. Dan hampir keseluruhan sudah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Dalam setiap kali mengadakan pertemuan dengan terapi akan berfokus pada kesadaran dan mengerti diri sendiri, memperbaiki hubungan interpersonal dan merubah prilaku. Hal ini
4
dikarenakan adanya rasa kebersamaan yang dirasakan, rasa nyaman dan adanya rasa kekompakan pada pasien Skizofrenia. Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan mempunyai sifat yang menunjukkan emosi dan berprilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada saat melakukan TAK di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildream Daerah Provsu Medan sampai 4 sesi dengan 9 pasien skizofrenia. Pasien Skizofrenia yang mengikuti TAK tersebut kelihatan senang dalam mengikuti TAK dan mampu mengikuti kegiatan tersebut. Selama TAK berlangsung terdapat kerja sama yang baik antara sesama pasien. Namun masih ditemukan 2 pasien yang memberikan sikaf yang pasif, tampak diam dan kurang senang akan kegiatan TAK tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan TAK masih belum optimal dilakukan sehingga membuat pasien tersebut kurang bersosialisasi kepada kelompok atau pasien yang lainnya dan kurang berinteraksi terhadap sesama kelompok maupun pasien.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun diatas maka peneliti tertarik untuk meniliti apakah ada Pengaruh Terapi Aktifitas Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015
2. Tujuan Khusus a. Diketahui kemampuan berinteraksi klien Skizofrenia sebelum dilakukannya TAKS b. Diketahui kemampuan berinteraksi klien Skizofrenia sesudah dilakukannya TAKS c. Diketahui perbedaan kemampuan berinteraksi klien Skizofrenia sebelum dan sesudah dilakukannya TAKS
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Bagi Responden Masukan bagi responden mengenai manfaat terapi aktivitas kelompok sosialisasi dalam meningkatkan rasa kebersamaan, kekompakan sehingga kemampuan berinteraksi pada responden dapat menjadi lebih baik.
2. Bagi Perawat Rumah Sakit Jiwa Masukan bagi institusi pelayanan kesehatan jiwa adalah agar selalu melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) selalu terjawal, selektif dalam pemilihan klien dan diharapkan selalu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS).
3. Praktek Keperawatan di Rumah Sakit Terapi aktivitas kelompok sosialisasi telah dilakukan di rumah sakit jiwa, tetapi pelaksanaannya belum optimal dalam hal pemilihan pasien yang mengikuti kegiatan
6
TAKS tersebut, jadwal tetap pelaksanaan TAKS, maupun evaluasi terhadap pelaksanaan TAKS yang telah dilakukan. Perawat sebaiknya membuat jadwal untuk mengatur kegiatan TAKS pada sekelompok klien yang telah dipilih sesuai kriteria. Dalam menjalankan kegiatan TAKS, pada tahap akhir dari tiap-tiap sesi, diharapkan perawat menggunakan evaluasi proses yang telah digunakan pada penelitian ini sehingga dapat digunakan dan menjadi parameter untuk menentukan kemampuan sosialisasi pasien apakah dapat mengikuti sesi yang berikutnya atau tidak.
Perawat juga diharapkan untuk menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah keperawatan isolasi sosial karena hasil penelitian menunjukkan bahwa TAK Sosialisasi merupakan tindakan keperawatan yang efektif.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai pegalaman nyata dan berharga dalam menerapkan ilmu keperawatan jiwa yang telah diperoleh saat kuliahdan mengetahui pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap Kemampuan Berinteraksi klien Skizofrenia.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Skizofrenia 1. Definisi Skizofrenia Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang.Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).
Skizofrenia sering digambarkan sebagai penyakit gila. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan prilaku. Oleh karena itu, penderita skizofrenia sulit dalam berinteraksi secara sosial dan beraktivitas sehari-hari. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2008).
2. Penyebab Skizofrenia Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain : a. Faktor Genetik Menurut Hawari (2003), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluargakeluarga penderita skizofrenia. Studi terhadap keluarga menyebutkan bahwa angka kesakitan yang dialami oleh orangtua dengan skizofrenia adalah 5,6%; saudara kandung 10,1%; anak-anak 12,8% dan penduduk secara keseluruhan 0,9%. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik (monozygote) 59,2%, sedangkan kembar non identik atau fraternal (dizygote) adalah 15,2%.
7
8
b. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007).
c. Faktor Biokimia Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuronneuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine.Banyak ahli berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan (Durand & Barlow, 2007).
d. Faktor Psikologis dan Sosial Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang; sehingga orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stresor (tekanan mental) yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbullah keluhan-keluhan kejiwaan, antara lain berbagai jenis gangguan jiwa yang salah satunya adalah skizofrenia (Hawari, 2003).
Pada umumnya jenis stresor psikososial yang dimaksud dapat digolongkan sebagai berikut : perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal
9
(antar
pribadi),
pekerjaan,
lingkungan
hidup,
keuangan,
hukum,
perkembangan, penyakit fisik atau cedera dan faktor keluarga (Hawari, 2003).
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat mengalami konflik kejiwaan yang bersumber dari konflik internal (dunia dalam) dan konflik eksternal (dunia luar). Tidak semua orang mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga orang tersebut jatuh dalam keadaan frustasi yang mendalam. Sebagai kelanjutannya yang bersangkutan menarik diri, melamun, hidup dalam dunianya sendiri yang lama-kelamaan timbullah gejala-gejala berupa kelainan jiwa misalnya halusinasi, waham dan lain sebagainya yang merupakan perjalanan awal dari skizofrenia (Hawari, 2003).
3. Gejala Umum Skizofrenia Skizofrenia ditandai dengan dua kategori gejala utama, positif. Gejala positif berfokus
pada
distorsi
fungsi
normal,
sementara
gejala
negative
mengidentifikasikan hilangnya fungsi normal, contoh gejala positif adalah waham, halusinasi, bicara tidak teratur dan kekacauan menyeluruh atau prilaku katatonik. Gejala negative skizofrenia meliputi pendaftaran afektif alogia (miskin pembicaraan), dan avolisi (kurng prilaku inisiatif diri). Klien menunjukkan afek tumpul datar, atau serasi yang dimanifestasikan dengan kurangnya kontak mata, ekspresi wajah jauh tidak responsive, serta terbatas bahasa tubuh (Linda, 2007).
Gejala penderita skizofrenia seperti halusinasi, cara bicara atau berpikir yang tidak teratur, prilaku negative, misalkan seperti kasar, kurang termotivasi, perhatian menurun, frefontal menunjukkan tidak dalam abnormal control. Dan gejala-gejala yang lain adalah : a. Waham : keyakinan keliru yang sangat kuat, yang tidak dapat di kurangi dengan gangguan logika
10
b. Asosiasi longgar : kurangnya hubungan yang logis antara pikiran dan gagasan, yang dapat tercermin pada berbagai gejala c. Halusinasi : persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra: dalam skizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang paling banyak terjadi. d. Ilusi : salah menginterprestasikan stimulus lingkungan. e. Depersonalisasi/derealisasi : individu merasa bahwa “dirinya” sudah berubah secara mendasar f. Efek datar : tidak adanya respon emosional; efek juga dapat digambarakan sebagai tumpul (respons datar)atau tidak tepat (kebalikan dengan apa yang diharapkan dari suatu situasi) g. Ambicalensi : adanya konfik ayau pertentangan emosi yang menyebabkan sulitnya individu menentukan pilihan atau keputusan h. Avolisi : kuranya motivasi untuk melanjutkan aktivitas yang berorientasi pada tujuan. i. Alogia : berkuranya pola bicara atau miskin kata-kata j. Ekopraksia : meniru tindakan orang lain tanpa sadar k. Anhedonia : kurang senang emlakukan aktivitas dan hal-hal lain yang secara normal menyenangkan. l. Pemikiran konkrit : kesulitan berpikir abstrak sehingga ia menginterprestasikan komunikasi orang lain secara harfiah. Pemikiran konkrit dapat diuji dengan meminta orang tersebt menginterprestasikan pribahasa umu.
4. Jenis a. Skizofrenia paranoid 1) Ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau halusinasi pendengaran 2) Individu ini dapat penuh curiga, argumentastif, kasar, dan agtesif 3) Perilaku
kurang regretif,
kerusakan
sosial
lebih
prognosisnya lebih baik dibanding jenis-jenis yang lain
sedikit,
dan
11
b. Skizofrenia hebefrenik (disorganized Schizophrenia) 1) Ciri-ciri utamnya adalah percakapan dan perilaku yang kacau, serta efek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi 2) Individu tersebtu juga mempunyai sikap yang aneh, menunjukan perilaku menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan higiene dan penampilan diri. 3) Awitan biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan dapat bersipat kronis 4) Perilaku regresif, dengan interaksi sosial dan kontak dengan realitas yang buruk
c. Skizofrenia katatonik 1) Ciri-ciri utamanya ditandai dengan gangguan psikomotor, yang melibatkan imobilitas atau justru aktivitas yang berlebihan 2) Stupor
katatonik. Individu
dapat
menunjukan
ketidak aktifan,
negativisme, dan kelenturan tubuh yang berlebihan (postur abnormal) 3) Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat disertai denan ekolalia dan ekopraksia
d. Skizofrenia yang tidak di golongkan 1) Ciri-ciri utamanya adalah waham, halulsinasi, percakapan yang tidak koheren dan perilaku yang kacau 2) Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk jenis lain tidak terpenuhi
e. Skizofrenia residu 1) Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini, melainkan di masa lalu 2) Dapat terjadi gejala-gejala negatif, seperti isolasi sosial yang nyata, menarik diri dan gangguan fungsi peran
12
5. Penatalaksanaan a. Pertimbangan umum 1) Kontinuitas perawatan merupakan hal yang pentin. Klien dapat menerima pengobatan di berbagai tempat, termasuk rumah sakit jiwa akut, rumah sakit jiwa jangka panjang, dan program berbasis komunitas. 2) Tingkat perawatan tergantung pada keparahan gejala dan ketersedian dukungan dari keluarga dan sosial. Pengobatan ini biasanya diberikan di lingkungan dengan sifat restriktif yang paling minimal 3) Pendekatan manajemen kasus merupakan hal yang penting karena perawatan klien pada umumnya berjangka panjang, membutuhkan kerja sama dengan berbagai penyediaan layanan untuk memastikan pelayanan tersebut diberikan secara terkoordinasi.
b. Hostpitalisasi psikiatrik jangka pendek digunakan untuk menatalaksanakan gejala-gejala akut dan memberikan lingkungan yang aman dan terstruktur serta berbagai pengobatan, termasuk; 1) Pengobatan farmakologik dengan medikasi antispikotik 2) Manajemen lingkungan 3) Terapi pendukung yang ada umumnya beroreantasi pada realitas, dengan pendekatan perilakukognitif 4) Psikologi edukasi bagi klien dan keluarganya 5) Rencana pemulangan dari rumahsakit untuk memastkan kontinuitas asuhan
c. Hotpitalisasi psikiartrik jangka panjang 1) Hospitalisasi jangka panjang diberikan pada klien dengan gejala persistem yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain 2) Tujuannya adalah menstabilkan dan memindahkan klien secepat mungkin ke lingkungan yang kurang restriktif
13
d. Pengobatan berbasis komunitas memberikan layanan komperhensif berikut ini kepada klien dan keluarganya 1) Perumahan bantuan meliputi rumah transisi, pengaturan hidup yang kooperatif 2) Program day treatment memberikan terapi kelompok, pelatihan keterampilan sosial, penatalaksanaan pengobatan dan sosialisasi dan rekrasi 3) Terapi pendukung melibatkan seorang manajer kasus dan sejumlah ahli terapi utnuk klien dan keluraganya 4) Program psikoedukasi bagi klien, keluarganya dan kelompok – kelompok masyarakat. 5) Outreach services diadakan untuk menemukan kasus dan memberikan program pengobatan preventif bagi individu dan keluarga yang mengalami peningkatan risiko
e. Rehabilitas psikososial a. Rehabilitasi psikososial menekankan perkembangan keterampilan dan dukungan yang diperlukan untuk hidup, belajar dan bekerja dengan baik di komunitas b. Pendekatan ini dapat menjadi bagian dari program pengobatan di berbagai tempat pemberian pelayanan. Penggunaan gedung petemuan ditempat klien dapat berkumpul unuk bekerja sama dan bersosialisasi sambil mempelajari keterampilan yang diperlukan, dapat manjadi bagaian dari layanan masyarakat di beberapa tempat
B. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) 1. Definisi TAKS TAK Sosialisasi dilaksanakan dengan membantu klien melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
14
Terapi
aktivitas
kelompok
(TAK):
sosialisasi
(TAKS)
adalah
upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Tujuan umum TAKS yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sementara tujuan khususnya adalah a. Klien mampu memperkenalkan diri b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan
3. Aktivitas dan Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Aktivitas TAKS dilaksanakan dalam tujuh sesi yang bertujuan untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien diindikasikan mendapat TAKS adalah klien yang mengalami gangguan hubungan sosial berikut : a. Klien yang mengalami isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal b. Klien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus
4. Karakteristik TAKS a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan b. Penderita sering berada ditempat tidur c. Penderita menarik diri, kotak sosial berkurang
15
d. Penderita dengan harga diri rendah e. Penderita gelisah, curiga, takut, dan cemas f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Pengaruh melakukan TAKS terhadap kemampuan berinteraksi Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial.Sosisalisasi dimaksudkan disini adal untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, lalu mengekspresikan ide dan tukar persepsi dan dapat menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
C. Konsep Interaksi Sosial 1. Definisi Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial (menurut Murdiyatmoko dan Handayani, 2004). Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai dan saling mendukung (Sinaga, 2008). Menurut Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok ( Maryati & Suryawati, 2003).
Berdasarkan defenisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu dan kelompok.
16
2. Jenis Interaksi Sosial Interaksi sosial dibagi menjadi tiga jenis yaitu interaksi antara individu dan individu yang dapat terjadi interaksi positif maupun negatif positif jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan sedangkan negatif jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya, interaksi antara individu dan kelompok yang dapat berlangsung secara positif maupun negatif bermacammacam sesuai interaksi dan kondisinya, interaksi antara kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi (Menurut Maryati dan Suryawati, 2003)
3. Ciri-ciri Interaksi Sosial Ciri-ciri interaksi sosial yaitu ada individu lebih dari satu orang,terjadinya komunikasi diantara individu melalui kontak sosial, mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, dilaksanakan suatu pola sosial tertentu (Menurut Gillin, 2002).
4. Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial Faktor penting yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru dan mengikuti prilaku seseorang yang akan memberikan pertimbangan apakah prilaku perlu ditingkatkan, bertahan atau bahkan berubah total dimana sugesti yang didapat merupakan proses interaksi sosial ketika individu menerima suatu pandangan dari individu yang lain tanpa mendapatkan kritik terlebih dahulu dan di identifikasi melalui keinginan dalam seseorang menjadi sama dengan orang lain dalam interaksi, simpati dan proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain yang sedang mengalami masalah (Menurut Pamuji, 2010 dan Sunaryo, 2005 dalam Nasir dkk , 2009).
5. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial Interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat dibawah ini yaitu kontak sosial yang terjadi hubungan antara satu orang dengan orang lain yang merupakan awal terajdinya interaksi sosial dan masing-masing orang saling
17
bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik, komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain (Gillin, 2002).
Kontak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial bahwa untuk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah. Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak sosial tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Komunikasi sosial ataupun “face to face” communication, interpersonal communication, serta yang melalui media dengan meningkatnya kemajuan teknologi komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak hanya antara individu dan individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi juga dalam bentuk kedua, antara individu dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Bentuk ketiga, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok yang lainnya. Suatu kontak sosial tidak selalu tergantung tetapi ada tindakan ataupun kegiatan yang dilakukan, tetapi perlu ada tanggapan atau respon reaksi, juga feedback terhadap tindakan atau kegiatan yang telah dilakukan (menurut Soerjono, 2001 dalam Nasir , 2009).
Selain kontak sosial syarat melakukan interaksi sosial denga orang lain perlu adanya komunikasi dengan orang lain. Dibawah ini dijelaskan tentang konsep komuniaksi.
6. Faktor-Faktor Yang Menentukan Terjadinya Interaksi Sosial. a. Adanya Rasa Percaya. Percaya adalah perasaan dan sikap mengandalkan perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Eddin, 1967). Difinisi tersebut menjelaskan tiga hal, pertama bahwa seseorang yang percaya mempunyai potensi untuk bergantung pada oang yang dipercayai bila rasa percayanya
tidak
berdasarkan alasan yang kuat, kedua rasa percaya yang tidak berdasar akan
18
menimbulkan seseorang dalam posisi yang penuh resiko, hal ini terjadi bila ada unsur penghianatan terhadapkepercayaan yang diberikan, dan yang ketiga rasa percaya menumbuhkan harapan dan daan mempererat hubungan antar manusia. Komunikasi atau interaksi antar manusia tidak akan terjadi baik dan lancar bila bila tidak ada rasa saling percaya. Seorang klien tidak akan kooperatif dengan petugas kesehatan bila klien sudah tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh petugas kesehatan tersebut. Bagaimana klien percaya dokter atau perawat yang melarang merokot bila perawat atau dokter yang bertugas tersebut merokok ditempat kerja.
b. Sikap Sportif. Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi
sikap melindungi diri
(defensive) dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Dengan kata lain bahwa sikap sportif adalah sikap yang dapat menerima, berempati, dan mempunyai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap defensive lebih berorientasi pada kepentingan pribadi ketimbang harus menerima dan berusaha memahami perasaan orang lain. 1) Evaluasi vs Diskripsi. Evaluasi adalah penilaian terhadap orang lain yang dapat berupa pujian atau kecaman. Seseorang akan merasa terancam bila dievaluasi, hal inilah yang kan menimbulkan sifat devensif. Sedangkan deskripsi adalah penyampaian penjelasan tentang perasaan dan persepsi seseorang tanpa ada unsur penilaian. Mendeskripsikan seseorang tentang sesuatu merupakan bentuk penghargaan dan perhatikan kepada mereka.
2) Kontrol vs Orientasi Masalah Perasaan terganggu dan tidak nyaman muncul ketika ada orang yang memantau atau mengawasi perilaku kita. Kita merasa tidak tenang dan berusaha menghilangkan dan menenangkan seseorang yang mengontrol kehidupan kita. Sikap mengontrol orang lain akan menyebabkan hubungan
tidak jalan
karena salah satu pihak merasa terancam
19
otoritasnya. Orientasi masalah adalah upaya untuk memecahkan masalah dengan mengkomunikasikan persoalan kepada orang lain untuk bekerjasama mencari pemecahannya. Dalam orientasi masalah kita tidak mendikte alternatif yang kita tawarkan namun kita menawarkan, dan mengajak orang lain untuk bersama-sama mencari, menetapkan dan memutuskan cara yang paling tepat untuk mencapai tujuan bersama.
3) Strategi vs Spontanitas Strategi adalah cara yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain. Strategi ini biasanya digunakan melalui perencanaan khusus karena adanya maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Seseorang akan menghindar, bersikap devensif dalam berkomunikasi bila mereka mengetahui kalau kita melakukan strategi
dalam berkomunikasi. Sebaliknya, spontanitas
merupakan respon langsung, jujur dan bebas dari motif yang tersembunyi. Spontanitas menunjukkan karakter dan kejujuran seseorang. Merekan akan lebih membuka diri dalam berkomunikasi dengan orang seperti ini.
4) Netralitas vs Empati. Netralitas berarti dikap impersonal, memperlakukan orang lain tidak sebagaimana mestinya, menunjukkan sikap acuh tak acuh, cuek, tidak menghiraukan perasaan orang lain. Bila lawan komunikasi kita bersikap seperti itu, maka kita akan devensif untuk berhubungan dengan mereka . Sebaliknya empati merupakan sikap memahami orang lain , tidak secara emosional, menempatkan diri secara imajinatif pada posisi orang lain, seakan-akan merasakan apa yang dirasakan orang lai. Empati menimbulkan rasa percaya dan mengembangkan sikap sportif dalam berkomunikasi.
5) Superior vs Persamaan. Sikap menunjukkan diri lebih tinggi karena status , kekuasaan, kemampuan, kecerdasan, kekayaan, kecantikan atau sebagainya dibanding oran lain merupakan sikap yang membatasi diri dari hubungan atau interaksi dengan
20
orang lain. Sikap-sikap superior akan menimbulkan orang lain menutup diri (defensif), sebaliknya pengakuan persamaan, tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain kan membuka kran komunikasi. Sikap tersebut dapat meningkatkan harga diri dan menghilangkan perasaan rendah diri orang lain.
6) Kepastian vs Provinsialisme Didunia ini tidak ada sesuatu yang bersidat pasti. Seseorang yang merasa memiliki kepatian umumnya bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan menilai pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat, sebaliknya provinsialisme adalah kesediaan meninjau
kembali
pendapat orang lain hinggs memunculkan kesadaran bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Pendapatnya yang diyakininya bisa benar tapi juga bisa salah sehingga tidak menutup informasi yang disampaikan oleh orang lain.
D. Kerangka konsep Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Skema 2.1 Kerangka konsep Variabel Independen Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) 1. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri 2. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan 3. SESI 3 : Kemampuan bercakap-cakap 4. Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topic tertentu 5. Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi 6. Sesi 6 : Kemampuan bekerja sama 7. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
Variabel Dependen Kemampuan Berinteraksi Klien dengan Skizofrenia
21
Keterangan : Diteliti : Berpengaruh E. Hipotesis Ha : Ada pengaruh signifikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy-eksperiment). dengan mengunakan desain penelitian one group pre-post test (kelompok intervensi pretest-posttest) yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Tahun 2015. Skema 3.1 Rancangan Penelitian Menurut Nursalam, 2010 Pretest X1 Keterangan :
Perlakuan I
XI
: Pengukuruan sebelum dilakukan perlakuan
X2
: Pengukuran sesudah dilakukan perlakuan
I
: Perlakuan
Posttest X2
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan yang berjumlah sebanyak 922 orang.
2. Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien Skizofrenia yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan 2015. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling yaitu teknik penetapan pada sampel sesuai apa yang dikehendaki agar sampel dapat mewakili karakteristik populasi. Pengambilan sampel di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan sebanyak 19 sampel. Teknik 22
23
pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan suatu pertimbangan dengan kriteria yang berfokus kepada pasien Isolasi Sosial yang mempunyai kriteria sebagai berikut : a. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel. Penelitian yang mewakili sampel sebagai berikut : 1) Pasien yang bisa diajak berkomunikasi 2) Pasien yang mampu menjawab pertanyaan dengan baik 3) Pasien bersedia mengikuti TAKS 4) Pasien dengan masalah utama Isolasi Sosial yang dapat diajak berkomunikasi
b. Kriteria ekslusi adalah kriteria dimana subjek tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian : 1) Pasien yang tidak dapat diajak kompromi 2) Pasien tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik 3) Pasien tidak mengikuti TAKS Tabel 3.1 Daftar Klien Skizofrenia Sebagai Responden Penelitian Pada Ruang Rawat inap Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan April- Juni 2015 No
Ruangan Cempaka
Jumlah Klien 24
Jumlah Klien sebagai Responden 2
Bukit barisan
32
2
Sibual-buali
40
2
Kamboja
40
1
Sinabung
24
1
Pusuk buhit
23
2
Gunung sitoli
15
1
Sipiso-poso
24
2
Mawar
37
3
Sorik marapi
40
3
Melur
24
1
Total
323
1
24
Besar sampel ditentukan dengan rumus menurut Nursalam, 2010 adalah sebagai berikut : N
=
=
( (
) ) (
)
= 19 Orang
keterangan : n
= Jumlah sampel
N
= Perkiraan besar populasi
Z
= Nilai standar normal untuk a = 0.05 (1.96)
P
= Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
D
= Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0.05)
Untuk mencegah adanya drop out maka ditambahkan jumlah sample dengan cara perumusan sebagai berikut : 19 x 0,1
=2
Ket : Jadi jumlah sample 19 + 2 = 21
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan dengan alasan karena rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan untuk daerah Provsu khususnya dan sebagian dari wilayah NAD dalam bidang Ilmu Kesehatan Jiwa dan Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildream Provsu Medan memberi izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian ini.
D. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 April – 20 Mei 2015.
25
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabel
Defenisi Operasional Variabel Suatu kegiatan Independen: kelompok yang Terpi Aktivitas bertujuan untuk Kelompok membuat klien Sosialisasi mampu membina (TAKS) hubungan dengan orang lain Variabel Dependen Kemampuan berinteraksi pasien dengan Skizofrenia
Alat ukur
Kontak atau Kuisioner hubungan timbal balik dan respons antar individu, antar kelompok, atau antar individu dan kelompok
Skala
Interval
Hasil ukur
dalam bentuk scoring
F. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran Pengaruh Terapi Aktifitas Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan
Berinteraksi
Klien
Skizofrenia
di
Rumah
Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 yaitu
Sakit
Jiwa
untuk variabel
kemampuan beriteraksi pasien dengan Skizofrenia diukur dengan menggunakan kuesioner, jika responden menjawab Selalu diberi score 4, Sering diberi score 3, Kadang diberi score 2, Tidak pernah diberi score 1, nilai terendah adalah 17 dan nilai tertinggi adalah 68.
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data a. Data primer Data primer diperoleh peneliti langsung dari responden berupa penilaian atau pengamatan langsung tentang tanda dan gejala yang dialami pasien skizofrenia.
26
b. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari medical record Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan
c. Cara pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan denganmembagikan kuesioner kepada setiap responden yang berpartisipasi dalam studi sebelum dan sesudah intervensi. Lembar kuesioner diisi oleh pasien langsung melalui kegiatan TAK tersebut.
d. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
1. Prosedur Pengumpulan Data Peneliti terlebih dahulu mengajukan suratijin penelitian dari FKK PSIK USM Indonesia yang ditujukan kepada Direktur RS Jiwa Prof. dr. M. Ildrem Medan. Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian dari Direktur RS Jiwa kemudian
peneliti
menemui
calon
responden.Peneliti
terlebih
dahulu
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian. Peneliti meminta responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia berpartisipasi dalam peneltian untuk menandatangani lembar informed consent.
Kemudian peneliti membuat kontrak waktu dengan responden. Sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, peneliti datang sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan. Selanjutnya peneliti menjelaskan proses pelaksanaan TAKSdan peraturan yang harus ditaati oleh seluruh responden. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa program TAKS terdiri dari 7 sesi dimana tiap-tiap sesi berlangsung selama 5 – 15 menit.Peneliti meminta semua responden untuk mengikuti program TAKS mulai dari sesi 1 s/d sesi 7. Setelah itu, peneliti meminta responden untuk menceritakan perasaan yang dialaminya kepada peneliti setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi ( TAKS) Keesokan harinya (± 24 jam), peneliti datang kembali mengunjungi responden
27
yang lain untuk melakukan kembali intervensi terhadap kemampuan berinteraksi klien sizofrenia.
H. Etika Penelitian Selama penelitian, responden dilindungi dengan memperhatika aspek – aspek self determination, privacy and anonymity, benefience, maleficience, justice, informand consent (Polit & Beck, 2004). Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut : 1. Self determination ( keputusan sendiri ) Prinsip self determination dijelaskan bahwa responden (pasien dan keluarga) diberi kebebasan oleh penulis untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah responden bersedia, maka langkah selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden, setelah setuju, respon diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subyek penelitian atau informed consent yang disediakan.
2. Privacy and anonymity ( pribadi dan tanpa nama ) Prinsip etik ini yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
3. Beneficience ( berprilaku baik ) Beneficience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi peneliti maupun responden sendiri. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan klien sizofrenia
4. Maleficience ( tidak merugikan orang lain ) Penelitian ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti meyakinkan responden bahwa intervensi ini tidak merugikan pasien dan peneliti
28
akan memperhatikan setiap responden dalam mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ini (TAKS).
5. Justice ( keadilan ) Justice merupakan prinsip etik yang memandang keadilan dengan memberikan keadilan bagi responden dan perlakuan atau intervensi yang sama kepada semua responden.
6. Informed Consent ( persetujuan ) Prinsip ini merupakan persetujuan atau izin yang diberikan oleh responden untuk memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau perlakuan.
I.
Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah semua data pada lembar kuisioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2010 ) yaitu : a. Editing Peneliti melihat dan memeriksa kuisioner yang sudah dibagikan hasil yang didapat peneliti. Setelah kuisioner terisi, kemudian diperiksa kembali untuk melihat adakah lembaran kuisioner yang belum terjawab oleh responden dan peneliti juga memeriksa ulang kelengkapan pengisian kesalahan atau jika ada bagian dari lembar kuisioner yang belum diisi tidak ada kendala, sehingga lanjut ke pengolahan data berikutnya.
b. Codding Pernyataan yang telah dijawab diberi kode untuk mempermudah peneliti melakukan pengolahan data.
c. Entry Kategori-kategori yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk diolah.
29
d. Tabulating Data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer kemudian diolah dan dianalisa. Data disajikan kedalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukkan untuk mendapatkan gambaran distribusi karakterisstik responden.
b. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan peneliti untuk mengetahui apakah ada pengaruh Terapi Aktifitas Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia sebelum dan sesudah intervensi. Peneliti menggunakan uji statistik Paired Sample Test untuk menganalisa perbedaan skor rata-rata kemampuan berinteraksi pada responden sebelum dan sesudah intervensi,
Uji signifikan terhadap hasil perhitungan adalah dengan membandingkan hasil perhitungan signifikan (p) untuk “ level of significance”(α) = 5 % (0,05) atau CI (Confidence Interval ) 95%. Bila nilai p < α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa Terapi Aktifitas Sosialisasi (TAKS) mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kemampuan berinteraksi pada klien Skizofrenia.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Rumah Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Rumah sakit jiwa Daerah Sumatera Utara Medan adalah satu-satunya rumah sakit jiwa pemerintah di daerah sumatera utara. Rumah Sakit ini terletak di Padang Bulan km 10 dengan luas tanah ± 38.210 m². Dengan alamat Jl. Tali Air No. 21 Medan .
Pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan dibagi menjadi dua unit pelayanan yaitu pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap. Peneliti melakukan penelitian di Unit Rawat Jalan yang memberikan pelayanan terhadap pelayanan kepada setiap keluarga yang datang membawa pasien berobat, perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital, berat badan pasien dan memberikan pendidikan kesehatan.
Hasil survey awal yang dilakukan di RSJ Sumatera Utara pada bulan Januari sampai Desember 2014 ditemukan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 13.065 orang mengalami Skizofrenia. Dimana pasien rawat jalan sebanyak 11,059 atau 77,1 % dan pasien rawat inap sebanyak 2,006 atau 96,9 %. Terapi Aktifitas kelompok merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan di ruangan. Namun, pelaksanaannya belum optimal. Selama ini Terapi Aktifitas Kelompok yang diberikan kepada pasien belum sesuai dengan konsep bahkan lebih kepada terapi rehabilitasi. Oleh karena itu, dalam studi ini peneliti melakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi berdasarkan konsep kepada klien yang mengalami masalah dalam melakukan sosialisasi dengan orang lain.
Penelitian ini dilaksanakan di RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan dari tanggal 20 April 20125 s/d 20 Mei 2015. Teknik pengambilan sampel dengan cara
30
31
purposive sampling, dengan jumlah sampel 21 orang dengan 3 kelompok. Terapi Aktifitas Kelompok dalam studi ini terdiri dari 7 sesi.
2. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 21 orang responden didapat bahwa karekteristik yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi di bawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Mei 2015 (n = 21) Variabel Umur (tahun) 1. < 28 2. 30-40 3. > 40 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan 1. SMP 2. SMU Status kawin 1. Kawin 2. Belum kawin 3. Duda/Janda
n
%
3 14 4
14.3 66.7 19.0
18 3
85.7 14.3
3 8
14.3 85.7
4 16 1
19.0 76.2 4.8
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 3040 tahun (66.7%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (85.7%), latar belakang pendidikan SMU sebanyak 18 responden (85.7%), dan sebagian besar responden belum menikah (76.2%).
32
3. Analisa Bivariat a. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia Tabel 4.2 Analisa Perubahan Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Mei 2015 (n = 21) Kemampuan berinteraksi klien skizofrenia Kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) Kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sesudah terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)
Mean
N
St. Deviasi
Std. Error mean
2.00
21
.775
0.169
2.48
21
.512
0.112
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa ada perubahan kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi, dengan rata-rata perubahan kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Mean = 2.00 dan SD = .775), dan rata-rata perubahan kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sesudahterapi aktivitas kelompok sosialisasi (Mean = 2.48 dan SD .512). Tabel 4.3 Hasil Uji Paired Sample Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofreniadi Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Mei 2015 (n = 21) Kemampuan berinteraksi klien skizofrenia Kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
Mean
St.deviasi
-476
.814
SE
.178
95% CI Lower Upper
-.847
-.106
T
-2.682
Df
20
P
0.014
33
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan berinteraksi pada responden sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)dan kemampuan berinteraksi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) dari hasil uji Paired Sample Test ditemukan p = 0,014 (p<0,05).
B. Pembahasan 1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil a. Kemampuan berinteraksi sebelum dan sesudah intervensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berinteraksi responsden yang mengalami skizofrenia sebelum intervensi adalah mean = 2.00 dan SD = 0.77. Sementara itu, kemampuan responden dengan skizofrenia mengalami peningkatan dalam bersosialisasi setelah mengikuti Terapi aktivitas Kelompok (mean = 2.48; SD = 0.51). Hasil ini mengindikasikan bahwa ada perubahan kemampuan berinteraksi pada responden sebelum dan sesudah intervensi.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial, yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap, dimana pasien dapat memperkenalkan diri, mampu berkenalan dengan dengan anggota kelompok, mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok, mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan dan mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi kepada orang lain (Budi & Akemat, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Sebastian (2009) tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 1 s/d 3 menunjukkan adanya peningkatan setelah diberikan perlakuan terapi aktivitas kelompok terhadap 337 orang. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi
34
aktivitas kelompok mempunyai pengaruh terhadap kemampuan komunikasi pada pasien isolasi sosial.
Berdasarkan asumsi peneliti, kamampuan ini disebabkan karena proses pelaksanaan TAK yang berkesinambugan. Dalam kelompok terjadi dinamika saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga responden yang lain terstimulus untuk melaksanakan hal yang diajarkan dan hal yang berhasil dilakukan oleh responden lain. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keuntungan dari terapi kelompok adalah dapat menurunkan perasaan terisolasi,
perbedaan-perbedaan
dan
meningkatkan
klien
untuk
berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain atau kelompok. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada klien supaya mampu menerima umpan balik dari orang lain serta dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah orang lain.
b. Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (taks) terhadap kemampuan berinteraksi klien skizofrenia Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh TAKS terhadap kemampuan sosialisasi responden yang dinilai dengan menggunakan uji statistik uji Paired Sample Test diperoleh nilai hitung p = 0.014 (p<0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan sosialisasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi. Hasil studi ini memperlihatkan bahwa responden mengalami masalah dalam melakukan interaksi dengan orang lain sebelum diberikan intervensi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tindakan atau stimulus yang dilakukan yang dapat mengubah pola perilaku yang maladaptif serta lingkungan yang kurang terapeutik seperti klien yang terlalu banyak dalam ruang perawatan dan kurangnya kemampuan klien untuk melakukan interaksi dengan klien lain Pada umumnya klien isolasi sosial merasa asyik dengan dunianya sendiri. Oleh karena itu, klien isolasi sosial membutuhkan suatu kegiatan yang dapat
35
memberikan stimulus secara konsisten serta lingkungan yang terapeutik untuk mencegah klien larut dalam kesendiriannya sehingga klien tidak terus menerus menarik diri (Copel, 2007 dalam Hasriana, Muhammad & Aggraini, 2013).
Hasil studi ini sesuai dengan penelitian Hasriana dkk (2013) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari TAK Sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi sosial (p=0.00; p<0.05). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi merupakan salah satu intervensi keperawatan terhadap pasien dengan masalah keperawatan isolasi sosial. Melalui proses TAK klien dilatih berinteraksi sosial dengan cara berkenalan dengan orang lain, bercakap-cakap, mengekspresikan perasaannya kepada orang lain. Dalam kelompok terjadi dinamika saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
sehingga
responden
yang
lain
terstimulus
untuk
melaksanakan hal yang diajarkan dan hal yang berhasil dilakukan oleh responden lain. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keuntungan dari terapi kelompok adalah dapat menurunkan perasaan terisolasi, perbedaanperbedaan dan meningkatkan klien untuk berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain. Selain itu, juga memberikan kesempatan kepada klien untuk mampu menerima umpan balik dari orang lain serta dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah dan dapat membantu memecahkan masalah orang lain (Jones, Brazel, Elaine et. al, 2000).
Pengaruh yang dihasilkan dari kegiatan TAKS terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi responden dikarenakan TAKS merupakan upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien skizofrenia mengalami kekacauan dalam fungsi sehari-hari, baik dalam pekerjaan, hubungan sosial maupun kebiasaan merawat diri (self care). Namun dengan dilakukannya penanganan secara intensif, berupa pemberian berbagai latihan atau terapi, seperti terapi kerja,
36
latihan keterampilan sosial dan sebagainya terhadap penderita skizofrenia, terbukti dapat meningkatkan kemampuan keterampilan sosial dan menekan keadaan ketidakmampuan sosialnya (Supratiknya 1995 dalam Purba, 2009).
Klien dengan masalah kurangnya keterampilan sosial, tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif, tidak mudah berteman, atau secara efektif tidak dapat memecahkan masalah mereka, sulitnya menemukan dan mempertahankan pekerjaan, akan semakin mengisolasi diri dari masyarakat. Keterampilan sosial yang buruk ini terkait erat dengan berulangnya kekambuhan penyakit dan kembalinya klien kerumah sakit, hal ini telah dilaporkan sebagai factor yang penting mempengaruhi prognosis. Sebuah program pelatihan keterampilan sosial pasien dengan masalah isolasi sosial dan akhirnya berhasil membantu mereka untuk kembali kemasyarakat. Pelatihan ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan adaptasi sosial,
mengurangi
gejala
kejiwaan
sehingga
mengurangi
tingkat
rehospitalization, selain untuk meningkatkan harga diri klien (Liberman dkk, 2000).
Menurut penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil uji T diperoleh nilia hitung p = 0,00 lebih kecil dan nilai a = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa ada pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap kemampuan bersosialisasi klien, didapatkan data bahwa sebelum dilakukan TAKS semua responden kurang mampu berinteraksi sosial, hal ini disebabkan karena tidak adanya tindakan atau stimulus yang dilakukan yang dapat mengubah pola prilaku yang maladaftif serta lingkungan yang kurang teraupetik seperti pasien yang terlalu banyak diruangan perawatan dan kadang mendapatkan tekanantekanan dari sesama pasien. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pasien isolasi sosial perlu adanya aktivitas yang dapat memberi stimulus secara konsisten serta lingkungan yang teraupetik untuk mencegah pasien larut dalam kesendiriannya sehingga pasien tidak akan terus merasa terisolasi (Copel, 2007 dalam Hasriana, Muhammad & Aggraini, 2013).
37
Berdasarkan asumsi peneliti, kemampuan ini disebabkan karena proses pelaksanaan TAK yang berkesinambungan. Dalam kelompok terjadi dinamika saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga responden yang lain terstimulus untuk melaksanakan hal yang diajarkan dan hal yang berhasil dilakukan oleh responden lain. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keuntungan dari terapi kelompok adalah dapat menurunkan perasaan terisolasi, perbedaanperbedaan dan meningkatkan klien untuk berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain. Selain itu, juga memberikan kesempatan kepada klien untuk mampu menerima umpan balik dari orang lain serta dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah dan dapat membantu memecahkan masalah orang lain
Dan dapat ditegaskan bahwa dalam hal mengatasi rasa takut dan tidak percaya diri para penderita skizofrenia, diperlukan suatu kondisi terapeutik yang mendukung orientasi pada kenyataan atau realita dan yang mendorong ketertarikannya untuk berhubungan dengan orang lain. Intervensi secara kelompok mendukung hubungan secara sosial para anggota satu sama lain yang didukung oleh terapis yang dapat memberikan pengalaman sosialisasi mereka.
2. Keterbatasan Penelitian a. Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sebagian responden hampir kurang konsentrasi dalam pelaksanaan TAKS diakibatkan karna lingkungan TAKS ramai dari orang yang berlewatan seperti pegawai rumah sakit, keluarga pasien, perawat dan mahasiwa-mahasiswa yang sedang magang. Sehingga membuat setiap responden kurang mampu konsentrasi pada saat pelaksanaan TAKS karena responden melihat kekanan kekiri lalu memanggil setiap orang yang lewat maka membuat pelaksanaan TAKS kurang efektif
38
b. Ruangan yang tidak kondusif untuk melakukan TAKS Dikarenakan rumah sakit tidak memiliki tempat khusus untuk pelaksanaan TAKS, sehingga dilakukan di ruang dimana tempat tersebut juga berfungsi sebagai tempat makan klien sehingga lingkungan pelaksanaan TAKS kurang efektif dan kurang nyaman dan hal ini mengakibatkan kurannya konsentrasi responden yang melakukan TAKS
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Rata-rata kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok sosialisasi ( Mean = 2.00 dan SD = .775) 2. Rata-rata kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sesudah terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Mean = 2.48dan SD =.512). 3. Hasil Uji Paired Sample Testmenunjukkan bahwa ada pegaruh yang signifikan pada kemampuan berinteraksi klien skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan terapi terapi aktivitas kelompok sosialisasi diperoleh nilai p = 0,014 (p<0,05).
B. Saran Adapun saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Responden Masukan bagi responden mengenai manfaat terapi aktivitas kelompok sosialisasi dalam meningkatkan rasa kebersamaan, kekompakan sehingga kemampuan berinteraksi pada responden dapat menjadi lebih baik.
2. Bagi Perawat Rumah Sakit Jiwa Dapat menjadikan Terapi Akivitas Kelompok Sosialisasi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien yang mempunyai masalah dalam melakukan interaksi dan selalu dapat menggunakan kelompok dalam setiap permainan atau kegiatan yang dilakukan sehingga pengaruh TAKS lebih terlihat lebis jelas dengan membandingkan hasil pada kelompok lainnya.
3. Praktek Keperawatan di Rumah Sakit Terapi aktivitas kelompok sosialisasi telah dilakukan di rumah sakit jiwa, tetapi pelaksanaannya belum optimal dalam hal pemilihan pasien yang mengikuti
39
40
kegiatan TAKS tersebut, jadwal tetap pelaksanaan TAKS, maupun evaluasi terhadap pelaksanaan TAKS yang telah dilakukan.
Perawat sebaiknya membuat jadwal untuk mengatur kegiatan TAKS pada sekelompok klien yang telah dipilih sesuai kriteria. Dalam menjalankan kegiatan TAKS, pada tahap akhir dari tiap-tiap sesi, diharapkan perawat menggunakan evaluasi proses yang telah digunakan pada penelitian ini sehingga dapat digunakan dan menjadi parameter untuk menentukan kemampuan sosialisasi pasien apakah dapat mengikuti sesi yang berikutnya atau tidak.
Perawat juga diharapkan untuk menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah keperawatan isolasi sosial karena hasil penelitian menunjukkan bahwa TAK Sosialisasi merupakan tindakan keperawatan yang efektif.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memperhatikan calon responden yang akan
diikutsertakan
dalam
kegiatan
TAKS.
Klien
yang
akan
didikutsertakan dalam kegiatan TAKS ini sebaiknya telah mendapat Strategi Pertemuan (SP) isolasi sosial. Pasien yang sebelumnya pernah mengikuti TAKS juga sebaiknya tidak disamakan kelompoknya dengan pasien yang belum pernah mengikuti TAKS. Umur pasien di dalam satu kelompok perlu diperhatikan homogenitasnya, karena umur berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam mengikuti kegiatan TAKS. Obat yang dikonsumsi pasien juga harus diperhatikan, karena obat antipsikotik berpengaruh terhadap perilaku pasien.
Untuk peneliti selanjutnya juga disarankan agar menggunakan kelompok kontrol sehingga pengaruh dari TAK lebih terlihat jelas dengan membandingkan hasil pada kelompok yang mendapat perlakuan dengan kelompok kontrol.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Anjas S. (2010). Keperawatan Jiwa. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Indonesia Farid, A. (2006). Membangun Kesadaran Baru tentang Kesehatan Jiwa http//www. Suara karya-online.com/news-html. Diperoleh tanggal 19 Desember 2008 Gillin, (2002). Sosiologi Kesehatan. Jakarta: EGC. Herman A,. (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (Sosialisasi) Terhadap Peningkatan Konsep Diri Pada Klien Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gay. Jurnal ISNN : 2302-1721 Volume 2 Hasriana, Nur, M., & Angraini, S. (2013). Pengaruh terapi aktifitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial menarik diri di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 2(6), 74-79. Karina, I. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Mitra Cendekia Offset Keliat, B. A. (2005). Keperawatan Jiwa. Jakarta : 'Catalog Dalam Terbitan (KDT) _______ (2009). Model Praktik Keperawatan Pofesional Jiwa. Jakarta : EGC ------------ (2015). Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta:: Buku Kedokteran Kopelowietz, dkk (2002), Psycosocial treatment for schozofrenia, New York, Oxford University Mudaktir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Jakarta : Graha Ilmu Nanda. (2005). Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification 2007-2008 Philadelphia. Nanda International Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika _________. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Istrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Riskesdas, (2007), Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian Kesehatan Nasional, Jakarta.
Rutiwiyati. (2010). Pengaruh Psikoedaksi Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. Jurnal Akper Ngudi Waluyo Ungaran Sri Nyumirah. (2012). Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif, dan Perilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku Kognitif di RSJ Dr. Amino. Jumal FIKUI Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. (8th ed). Saint Missouri : Mosby, Inc SusilowatiK,&WidodoA. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Tingkat Depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jurnal. Skripsi FIK Universitas Esa Unggul Sujono R,& Purwanto T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu Townsend, C, M. 2005. Essentials of psychiatric Mental Health Nursing, (3th ed). Philadelphia: F.A.Davis Company Videbeck, S, L,. 2008. Psychiatric Mental Heath Nursing. (3th edition). Philadhelpia: Lippincott Williams and Wilkins Wahid A.Hamid.A.Y (2013). Penerapan Terapi Latihan Keterampilan Sosial Pada Kien Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah DenganPendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplay di RS DR. Marzoeki Mandi. Jumal. Bogor
WHO. (2009). Improving health systems and services for mental health (Mental health policy and service guidance package). Geneva 27, Switzerland: WHO Press Wong, D, L, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Jakarta : Rafika Aditama
Lampiran 4 KEUSIONER KEMAMPUAN BERSOSIALISASI KLIEN (Pre Test – Post Test)
Nama Responden
:
Ruang
:
Petunjuk pengisian : 1. Isilah pernyataan dibawah ini dengan member tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai dengan yang anda alami. 2. Setiap pernyataan dibawah ini berisi satu jawaban 3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga anda diberi kebebasan untuk menentukan pilihan. Setelah saudara mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan 7 sesi, maka : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kotak tersedia. Tidak pernah
: bila tidak pernah bersosialisasi
Kadang-kadang
: bila jarang bersosialisasi
Sering
: bila pernah bersosialisasi
Selalu
: bila selalu bersosialisasi
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pernyataan Saya merasa tidak aman berdekatan dengan orang lain Saya merasa kesepian Saya mengajak teman untuk berbicara saat bingung Saya sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Saya senang menolong orang lain yang mengalami kesulitan Saya mengucapkan terima kasih saat saya dibantu orang lain Saya meminta maaf saat melakukan kesalahan Saya meminta bantuan orang lain saat saya membutuhkan pertolongan
Selalu Sering Kadang
Tidak pernah
9 10 11 12 13 14 15 16 17
Saya memperkenalkan diri pada orang lain yang belum kenal saya Saya merasa segan untuk mengajak orang lain berbincang-bincang Saya merasa sulit untuk membina hubungan dengan orang lain Saya menerima saran dan kritik dari orang lain Saya suka memberikan pujian kepada orang lain Saya bercerita / mengungkapkan perasaan dengan teman saya Saya meminta bantuan keluarga saya saat mengalami kesulitan Saya bercerita / mengungkapkan perasaan dengan keluarga Saya sulit memaafkan orang lain
KEUSIONER KEMAMPUAN BERSOSIALISASI KLIEN (Post Test) Nama Responden
:
Ruang
:
Petunjuk pengisian : 1. Isilah pernyataan dibawah ini dengan member tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai dengan yang anda alami. 2. Setiap pernyataan dibawah ini berisi satu jawaban 3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga anda diberi kebebasan untuk menentukan pilihan.
Setelah saudara mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan 7 sesi, maka : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kotak tersedia. Tidak pernah
: bila tidak pernah bersosialisasi
Kadang-kadang
: bila jarang bersosialisasi
Sering
: bila pernah bersosialisasi
Selalu
: bila selalu bersosialisasi
No 1 2 3 4 5 6 7
Pernyataan Saya merasa tidak aman berdekatan dengan orang lain Saya merasa kesepian Saya mengajak teman untuk berbicara saat bingung Saya sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Saya senang menolong orang lain yang mengalami kesulitan Saya mengucapkan terima kasih saat saya dibantu orang lain Saya meminta maaf saat melakukan kesalahan
Selalu
Sering
Kadang
Tidak pernah
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Saya meminta bantuan orang lain saat saya membutuhkan pertolongan Saya memperkenalkan diri pada orang lain yang belum kenal saya Saya merasa segan untuk mengajak orang lain berbincang-bincang Saya merasa sulit untuk membina hubungan dengan orang lain Saya menerima saran dan kritik dari orang lain Saya suka memberikan pujian kepada orang lain Saya bercerita / mengungkapkan perasaan dengan teman saya Saya meminta bantuan keluarga saya saat mengalami kesulitan Saya bercerita / mengungkapkan perasaan dengan keluarga Saya sulit memaafkan orang lain
Identitas responden Nomor kode : Petunjuk pengisian : Pilihlah salah satu dari petanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (v) dalam kotak yang tersedia Tanggal dirawat
:
Tanggal Pre Test
:
Tanggal pengkajian
:
Tanggal Post Test
:
A.IDENTITAS KLIEN 1.Jenis Kelamin
: Laki-laki
2.Usia
:
Perempuan
Tahun (ulang tahun terakhir)
3.Pendidikan Terakhir SD
SMU
SLTP
Perguruan Tinggi
4.Pekerjaan Terakhir Pelajar / Mahasiswa
Wiraswasta
Pegawai Negri
Tidak Bekerja
TNI / Polisi
Lain-lain
5.Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Duda / Janda
MASTER DATA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN PROF.Dr.MUHAMMAD ILDREM DAERAH PROVSU MEDAN TAHUN 2015 N o
Jenis Kelamin
Usia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Ket
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1
jenis kelamin
Pendidikan Terakhir
Status Perkawinan
2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2
usia
1 1 2 1 1 2 1 4 1 2 4 1 3 4 1 3 4 2 1 1 3 4
2 1 1 1 2 2 1 3 1 3 2 1 3 1 3 3 2 2 1 1 3 1
3 1 1 4 2 2 1 4 1 4 1 1 2 4 3 2 3 3 1 1 3 4
pendidikan terakhir
4 1 1 4 3 2 1 4 1 4 1 3 2 1 4 2 2 3 1 1 2 1
5 1 2 4 2 2 2 4 1 4 4 4 2 4 3 2 3 2 1 4 3 4
6 1 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 4
7 1 4 4 3 4 4 2 3 1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 4
8 1 2 4 3 2 2 2 2 4 4 2 1 4 4 1 3 4 2 4 3 4
Pre Test 1 1 9 0 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 2 2 2 1 1 2 4 2 4 1 1 2 2 3 4 2 4 1 1 1 2 1 1 3 4 2 2 3 4 4 1 1 3 2 1 3 2 4 4 1 1 2 4 3 3 1 3 3 4 2 2
status perkawinan
1 2 1 4 4 4 2 4 3 4 2 2 4 3 4 4 3 3 2 4 4 2 4
1 3 1 2 4 1 2 2 2 2 3 2 2 3 4 4 3 3 1 2 4 4 4
1 4 1 1 3 4 4 1 3 1 4 2 1 2 4 4 2 2 1 1 4 4 4
1 5 2 2 4 3 4 2 2 2 1 4 2 3 4 4 3 4 2 2 4 2 4
1 6 2 2 4 2 4 2 4 2 3 3 2 3 4 4 3 1 3 2 4 3 4
1 7 2 2 4 1 2 2 4 2 4 4 2 3 2 4 3 3 2 2 2 3 2
Jumlah 22 34 54 41 44 33 53 30 47 47 36 54 56 66 54 44 41 32 52 46 56
1 4 1 4 4 2 4 1 3 4 3 3 1 4 3 2 1 1 3 1 1 3
2 3 1 1 4 4 4 4 4 4 3 2 1 4 4 2 2 1 3 2 2 2
3 2 1 3 4 2 4 4 4 4 1 1 2 4 2 1 1 4 4 3 2 3
4 2 1 4 1 2 4 3 4 1 1 1 1 4 2 2 2 4 4 3 3 2
Lampiran 6
SPSS Statistics umurK N
Valid Missing
jenis kelamin 21
21
0
0
umurK Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3
14.3
14.3
14.3
2
14
66.7
66.7
81.0
3
4
19.0
19.0
100.0
21
100.0
100.0
Total
jenis kelamin Frequency Valid
Laki-Laki Perempuan Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
18
85.7
85.7
85.7
3
14.3
14.3
100.0
21
100.0
100.0
Statistics umurK N
Valid Missing
jenis kelamin
pendidikan
status perkawinan
21
21
21
21
0
0
0
0
umurK Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3
14.3
14.3
14.3
2
14
66.7
66.7
81.0
3
4
19.0
19.0
100.0
21
100.0
100.0
Total
jenis kelamin Frequency Valid
Laki-Laki Perempua
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
18
85.7
85.7
85.7
3
14.3
14.3
100.0
21
100.0
100.0
n Total
pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SLTP
3
14.3
14.3
14.3
SMU
18
85.7
85.7
100.0
Total
21
100.0
100.0
status perkawinan Frequency Valid
KAWIN
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
19.0
19.0
19.0
TIDAK KAWIN
16
76.2
76.2
95.2
DUDA/JANDA
1
4.8
4.8
100.0
21
100.0
100.0
Total
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
SEBELUM TAKS SESUDAH TAKS
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
35-52
11
100.0%
0
.0%
11
100.0%
53-68
10
100.0%
0
.0%
10
100.0%
Descriptives SESUDAH TAKS SEBELUM TAKS
Statistic 35-52
Std. Error
Mean
1.82
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean
1.31
Upper Bound
2.32
5% Trimmed Mean
1.80
Median
2.00
Variance
.564
Std. Deviation
.751
Minimum
1
Maximum
3
Range
2
Interquartile Range
1
.226
Skewness
.329
.661
-.878
1.279
Mean
2.20
.249
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean
1.64
Upper Bound
2.76
Kurtosis 53-68
5% Trimmed Mean
2.22
Median
2.00
Variance
.622
Std. Deviation
.789
Minimum
1
Maximum
3
Range
2
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis
-.407
.687
-1.074
1.334
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
SEBELUM TAKS SESUDAH TAKS
df
a
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
35-52
.232
11
.100
.822
11
.018
53-68
.245
10
.091
.820
10
.025
a. Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
SEBELUM TAKS
2.00
21
.775
.169
SESUDAH TAKS
2.48
21
.512
.112
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
SEBELUM TAKS &
Correlation
21
SESUDAH TAKS
Sig.
.252
.270
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1
SEBELUM TAKS SESUDAH TAKS
-.476
.814
.178
Lower
-.847
Upper
-.106
t
-2.682
df
20
Sig. (2tailed)
.014