RESPON KINERJA PRODUKSI DOMBA YANG MEMPEROLEH SUBSTITUSI PAKAN BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN Endang Romjali dan Dicky Pamungkas Loka Penelitian Sapi Potong Grati ABSTRAK Guna mengetahui pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit terhadap kinerja ternak ruminansia kecil, telah dilakukan pengkajian secara on farm research terhadap 24 ekor domba yang dikelompokkan ke dalam 4 perlakuan pemberian pakan yakni T-1 = rumput lapang (100 %), T-2 = rumput lapang (50 %)+ pelepah sawit (25 %) + solid decanter (25 %), T-3 = rumput lapang (50%) + pelepah sawit (50%) dan T-4 = rumput lapang (50%) + solid decanter (50%). Parameter yang diukur: konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan. Data yang diperoleh dianalisis dengan model Anova sesuai dengan prosedur SAS. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi BK pakan T-4 (521.5 g/hr) tampak paling tinggi (P<0,05) diikuti T-2 (516,6 g/hr) , T-1 (507,8 g/hr) dan T-3 (494,3 g/hr). Namun demikian respon pertambahan berat badan antara T-2 dan T-3 adalah sama (85,7 g/hr vs 95,3 g/hr), namun tampak lebih rendah (P<0,05) apabila dibanding T-4 (96,7 g/hr)) dan T-1 (.103,9 g/hr). Efisiensi pakan T-1 dan T-3 tidak menunjukkan perbedaan (4,7 vs 5,2). Disimpulkan bahwa limbah perkebunan seperti pelepah sawit dan solid decanter dapat digunakan untuk mensubstitusi rumput, khususnya dalam kondisi rawan hijauan. Kata kunci: limbah perkebunan, kelapa sawit, kinerja produksi, domba
PENDAHULUAN Popolasi ternak domba di Sumatera Utara terus meningkat setiap tahunnya ,tercatat sekitar 154 ribu ekor (1997) meningkat menjadi 215 ribu ekor (2002). Namun demikian permintaan pasar akan ternak domba juga semakin meningkat dan sampai saat ini untuk domestik sendiri masih belum terpenuhi apalagi untuk pemenuhan permintaan ekspor seperti halnya untuk Timur Tengah. Upaya Indonesia untuk mengejar target swasembada daging pada tahun 2005, hanya mungkin dicapai dengan rekayasa genetika dan penambahan populasi, serta perluasan sumber daya pakan. Domba Sei Putih merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat memenuhi standar bobot badan untuk ekspor (bobot jual 35 kg). Pemeliharan ternak domba dapat dilakukan dengan sistem integrasi dengan perkebunan dan telah terbukti dapat menguntungkan baik untuk produksi domba itu sendiri juga untuk perkebunan yang dapat menghemat biaya menyiangan. Lahan perkebunan yang cukup luas di Indonesia yakni 2.461.827 Ha (1977) merupakan sumber daya hijauan dan pakan yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. Khusus perkebunan kelapa sawit luasnya mencapai 700.000 Ha pada tahun 1986 dan pada tahun 2000 telah mencapai 3.134.000 Ha. Di Sumatera Utara terdapat sekitar 1.192.174 ha perkebunan (Kelapa sawit dan karet) yang sangat berpotensi untuk pengembangan sistem integrasi ternak dengan perkebunan. Pengembangan ternak yang diintegrasikan dengan perkebunan telah terbukti menguntungkan selain dapat menurunankan biaya pengontrolan gulma juga tambahan pendapatan dari usaha ternak. Diperkirakan setiap tahunnya tersedia sekitar 4 juta ton limbah industri kelapa sawit seperti solid decanter, bungkil inti sawit dan ampas minyak sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah perkebunan sawit lainnya yang masing belum banyak tersentuh adalah pelepah sawit dengan potensi yang melimpah. Selain itu limbah perkebunan yang tesedia lainnya seperti kulit buah coklat juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak tersedia
Bererapa hasil penelitian di laboratorium menunjukan bahwa limbah dan hasil ikutan perkebunan sawit seperti bungkil inti sawit, solid decanter dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia dalam bentuk segar atau solid decanter dan pelepah sawit dalam bentuk kering sebagai campuran konsentrat (Batubara, dkk., 1995; Sianipar dkk., 1995; Ginting, dkk., 1999). Demikian juga kulit biji kakao dapat digunakan dalam campuran pakan domba (Batubara, dkk., 1995). Hasil penelitian tersebut perlu dikaji dan diaplikasikan dilapangan. Berdasarkan komposisi kimia dan sifat fisiknya, limbah padat perkebunan sawit seperti pelepah memiliki potensi sebagai pengganti pakan ruminansia dasar atau hijauan. Konsumsi pelepah sawit pada kambing cukup baik yaitu 30-43 g/kg bobot badan atau setara dengan 3,0 – 4,3 bobot badan, sehingga kambing dengan bobot badan 20 kg mampu mengkonsumsi pelepah sebanyak 600-860 g (Ginting, 2003). Tujuan kegiatan ini adalah : • Mendapatkan model pengemukan domba jantan berbasis limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit dan kulit biji kakao khususnya di Kabupaten Asahan dan Labuhan Batu. • Mensosialisasikan teknologi penggemukan domba jantan • Mendapatkan model pengembangan domba berbasis limbah dan hasil ikutan perkebunan di Sumut METODOLOGI Pemilihan lokasi dan peternak kooperator Kabupaten : Terpilih Kabupaten Asahan dan Labuhan Batu sebagai representatif ekosistem perkebunan yang memiliki potensi limbah dan hasil ikutan industri kelapa sawit dan limbah buah coklat Kooperator : Peternak maju (1 orang) untuk masing-masing lokasi terpilih dengan kriteria : berlokasi disekitar perkebunan, berpengalaman dalam memelihara ternak domba, dapat menyediakan domba jantan muda sebanyak 24 ekor dan bersedia mengikat kontrak sesuai kesepakatan dengan Disnak propinsi sebagai pananggung jawab kegiatan. Berdasarkan metodologi pemilihan lokasi tersebut ditetapkan pengkajian ditempatkan untuk lokasi I. di desa Binjei Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan. Untuk lokasi II di desa Mambang Muda, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhan Batu. Prosedur Pengkajian • 2 Kooperator (2 lokasi) • Kegiatan pengkajian dilakukan di 2 (dua) lokasi (Kabupaten Asahan dan Labuhan Batu) • Setiap lokasi dipilih 1 orang petani pelaksana • Domba yang digunakan adalah jantan, jenis persilangan (domba Sei Putih) untuk lokasi Labuhan Batu dan domba local Sumatera untuk lokasi Asahan • Jumlah domba yang digunakan sebanyak 24 ekor untuk masing-masing lokasi (6 ekor/perlakuan) • 4 perlakuan pakan masing-masing lokasi (Tabel 1 dan 2)
Tabel 1. Perlakuan pakan untuk lokasi I. (Kabupaten Labuhan Batu) Nomor Perlakuan Perlakuan (%) T1 T2 T3 Rumput lapangan 100 50 50 Pelepah sawit 25 50 Solid decanter 25 Pakan penguat + + + Total 100 100 100
T4 50 50 + 100
Keterangan : + = diberikan, - = tidak diberikan Tabel 2. Perlakuan pakan untuk lokasi II. (Kabupaten Asahan) Nomor Perlakuan Perlakuan (%) T1 T2 T3 Rumput lapangan 100 50 50 Kulit coklat 25 50 Pelepah sawit 25 Pakan penguat + + + Total 100 100 100 Keterangan : + = diberikan, - = tidak diberikan
T4 50 50 + 100
Tabel 3. Susunan pakan penguat (konsentrat) Bahan makanan Jumlah (% segar) Dedak halus 60 Ampas tahu 33 Ikan sampah 5 Mineral 2 Total 100 Protein (%) 16 Energi (kkal/kg) 2300 Manajemen Pemeliharaan Pemberian pakan dan air minum Pakan penguat (konsentrat) diberikan setiap pagi sebanyak 200 g/ekor Pakan perlakuan lainnya diberikan setelah pemberian konsentrat dengan rata-rata total pemberian untuk setiap perlakuan sekitar 5 kg/ekor Air minun disediakan dalam kandang (adlibitum) Perkandangan Kandang yang digunakan dalam kegiatan adalah model kandang panggung. Luas kandang : 0,75 m2/ekor domba Lantai kandang berjarak 1,25 menunjukkan dari permukaan tanah Lantai kandang memakai lat kayu dengan ukuran 1 x 1,5 inc Jarak lat lantai kandang : 1,3 – 1,5 ecm Kesehatan ternak Pencegahan terhadap cacing, dilakukan pemberian racun cacing untuk semua ternak yang digunakan dalam pengkajian ini sebelum dimulai perlakuan. Pemberian obat-obatan lain seperti salep mata, dan antibiotik dilakukan sesuai kebutuhan. Pengumpulan Data dan Analisis Pengumpulan data 1. Pertambahan bobot badan Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu 2. Tingkat konsumsi pakan • Pakan yang akan diberikan terlebih dahulu ditimbang • Sisa pakan ditimbang 3. Analisi usaha • Dihitung input (Rp.) untuk tenaga kerja, depresiasi kandang, pakan dan obat-obatan. • Dihitung output (Rp.) untuk penjualan domba dan penjualan pupuk kandang
Analisis Data Data pertambahan bobot badan yang dikumpulkan akan danalisis dengan model ANOVA sesuai dengan prosedur SAS (1996)
HASIL DAN DISKUSI Pengkajian I (lokasi Labuhan Batu) Pertambahan bobot badan harian Rata-rata pertambahan bobot badan harian domba pengkajian tertinggi pada perlakuan I (103.87 g/e/h) dan terendah pada perlakuan II (85.71 g/e/h). Tabel 5, terlihat bahwa PBBH domba pada P-I (103.87 g/e/h) nyata lebih tinggi dibandingkan P-II (85.71 g/e/h) dan P-III (95.24 g/e/h). Namun tidak berbeda nyata dengan P-IV (96.73 g/e/h). Sedangkan PBBH domba pada Perlakuan II, III dan IV tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan rumput dan konsentrat sudah cukup baik untuk pertumbuhan domba. Hal tersebut dimungkinkan karena rumput yang tersedia dilokasi secara umum memiliki kualitas cukup baik karena bercampur dengan legum. Demikian juga campuran pakan (rumput, solid dan konsentrat masih menunjukkan PBBH domba yang tinggi. Namun demikian kelihatannya domba yang mendapatkan pakan yang mengandung campuran pelepah sawit memiliki PBBH yang lebih rendah. Hal ini diduga karena pelepah sawit memiliki kandungan protein yang rendah. Tabel 4. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), Konsumsi Bahan Kering dan Feed Conversion ratio (FCR) domba pada setiap perlakuan pakan * Prelakuan
PBBH Konsumsi BK FCR (g/e/h) (g/e/h) I 103.87a 507.75 ab 4.68 a b ab II 85.71 516.57 6.04 b b b III 95.24 494.29 5.20 a ab a IV 96.73 521.25 5.40 ab * Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). Kadungan protein kasar pelepah sawit adalah 4,0-5,0 % sedangkan solid 12-15 % (Tabel 5) dan rumput sekitar 12% (Batubara. dkk., 2002).
Tabel 5. komposisi kimia solid, pelepah sawit Komposisi Kimia Pelepah sawit Bahan Kering, % 85-90 Protein Kasar, % 4,0-5,0 Serat Kasar, % 38-40 Lemak Kasar, % 2,0-3,0 BETN, % Abu, % 3,2-3,6 GE, Mkal/kg ME, Mkal/kg 1,8-2,0 Sumber: Ginting (2003)
Solid Decanter 84-92 12-15 12-17 12-14 40-46 19-23 3,8-41 2,4-2,5
Hasil perhitungan Ginting (2003), kontribusi protein pelepah sawit untuk kambing pada berbagai bobot badan menunjukkan bahwa pada tingkat konsumsi yang realistik sebesar 3,0% bobot badan ternyata konsumsi pelepah sawit mengalami difisit bahkan untuk kebutuhan hidup pokok pada semua kelompok bobot badan (Tabel 6). Pertambahan bobot badan domba pada kajian ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Sianipar, dkk. (1995) yang dilakukan di stasiun percobaan pada jenis domba yang sama dengan rataan PBBH antara 90 – 130 g/e/h. Tabel 6. Potensi kontribusi pelepah sawit untuk ruminansia kecil pada berbagai bobot badan Bobot Konsumsi Kontribusi Kebutuhan Pritein (g)1 Badan (kg) (g/hari) Protein (g) Basal Tumbuh laktasi 10 300 13,5 25 39 15 450 20,3 33 48 20 600 27,0 41 56 92 25 750 33,8 46 63 109 30 900 40,5 56 71 115 1) Ginting (2003); Asumsi: konsumsi 3% bobot badan; kandungan protein pelepah 4,5%; laju tumbuh 50% g/hari. Konsumsi pakan Rataan konsumsi bahan kering (BK) terendah pada perlakuan III (494.29 g/e/h) dan tertinggi pada perlakuan IV (521.25 g/e/h). Rataan konsumsi BK diantara Perlakuan I, II dan III tidak menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 4). Feed Conversion Ratio (FCR) Rataan FCR terkecil terdapat pada perlakuan I (4,68) disusul kemudian berturut-turut Perlakuan III, IV dan II, masing-masing 5.20; 5,40 dan 6,20. (Tabel 4) Pengkajian II (lokasi Asahan) Pertambahan bobot badan harian Secara umum rata-rata bobot badan domba di lokasi Kabupaten Asahan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan di kabupaten Labuhan Batu karena domba yang digunakan di lokasi Kab. Asahan adalah domba lokal, sedangkan untuk lokasi Labuhan Batu adalah domba Sei Putih (domba hasil persilangan). Rata-rata pertambahan bobot badan harian domba pengkajian tertinggi pada perlakuan I (60,02 g/e/h) dan terendah pada perlakuan III (50,23 g/e/h) yang secara statistik menunjukkan perbedaan yang nyata, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan II (55,14 g/e/h) dan perlakuan IV (52,05 g/e/h). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan (rumput-kulit coklat) dan (rumput-pelepah sawit) masih cukup baik dan dapat mengimbangi dengan pemberian rumput saja. Dengan demikian dalam kondisi ini baik pelepah ataupun kulit coklat masih dapat mensubsidi sebagian rumput yang diberikan. Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan diduga bahwa kondisi rumput yang ada di lokasi kebun coklat
tersebut memeliki kualitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan yang ada di lokasi I. Dengan demikian diduga bahwa dalam kondisi rumput yang susah dengan kualitas yang jelek penggunaan pelepah sawit dapat mensubstitusi rumput. Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), Konsumsi Bahan Kering dan Feed Conversion ratio (FCR) domba pada setiap perlakuan pakan * Prelakuan PBBH Konsumsi BK (g/e/ FCR (g/e/h) h) I 60.02a 352.25 a 5.83 a ab a II 55.14 349.63 6.25 ab b a III 50.23 348.26 6.83 b ab a IV 52.05 351.73 6.77 b * Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). Demikian juga untuk kulit coklat dapat digunakan dengan batasan jumbah tertentu. Konsumsi pakan Rataan konsumsi bahan kering (BK) berturut-turut dari yang terendah adalah Perlakuan III, II, IV dan I (348,26; 349,63; 351,73 dan 352,25 g/e/h, berturut-turut). Rataan konsumsi pakan pada ke empat perlakuan secara statistic tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 7) Feed Conversion Ratio (FCR) Rataan FCR berturut-turut dari yang terendah adalah Perlakuan I (5,83), II (6,25), IV (6,77) dan III (6,83). Hasil uji statistic menunjukkan FCR pada perlakuan I nyata lebih rendah jikan dibandingkan dengan pada perlakuan III dan IV, sedangkan antara perlakuan II, III dan IV (Tabel 7). Dengan demikian FCR pada pakan rumput masih lebih baik dibandingkan dengan kombinasi rumput-pelepah sawit atau rumput-kulit coklat. Potensi ekomomi pemanfaatan limbah dan hasil ikutan perkebunan sawit pada ternak domba Hasil analisis ekonomi ini merupakan perhitungan secara parsial setelah tiga bulan pembesaran ternak dengan berat awal rataan 12 kilogram dan harga ransum Rp 345 perkilogram, harga jual ternak hidup sebesar Rp 15000 per kilogram. Pemberian pakan tambahan sebanyak 2,1% dari berat hidup atau 70% dalam ransom (Batubara, dkk., 2002) Pada usaha ternak sambilan (low input) maka potensi pemanfaatan pelepah tidak visible (tidak layak), namun jika pemanfaatan pelepah dilakukan pada usaha agribisnis (skala komersial/ skala besar) maka besar kemungkinan meskipun tingkat keuntungan dari penggunaan pelepah dan daun sawit meskipun relatip rendah namun jika diakumulasikan kedalam skala usaha yang relatip besar, maka keuntungan usaha akan semakin tinggi, dan menjadi layak digunakan sebagai pakan terlebih-lebih jika dibanding dengan mengandalkan rumput sebagai pakan pokok yang kapasitas tampung ternak per hektar kebun sawit hanya sebesar 2-3 ekor sedang dengan penggunaan pelepah dapat menampung 127 ekor domba perhektar kebun sawit.
Tabel 8. Tingkat keuntungan dan biaya pada berbagai Pertambahan bobot badan harian Domba pada pakan berbasis limbah kelapa sawit. ADG FC VC(Pakan) Cost Keuntungan ( g/h/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) 10 15000 556 15556 -11956 20 15000 935 15935 -8735 30 15000 1315 16315 -5515 40 15000 1694 16694 -2294 50 15000 2074 17074 926 60 15000 2453 17453 4147 70 15000 2832 17832 7368 80 15000 3212 18212 10588 90 15000 3591 18591 13809 100 15000 3971 18971 17029 110 15000 4350 19350 20250 120 15000 4729 19729 23471 150 15000 5868 20868 33132
KESIMPULAN Limbah perkebunan seperti solid dan pelepah sawit dapat digunakan untuk mensubstitusi rumput dalam keadaan rumput kurang tersedia. Demikian juga penggunaan kulit coklat dalam jumlah terbatas yang dapat dikombinasikan dengan potensi limbah perkebunan lain. Namun demikian pemberian limbah perkebunan tersebut untuk pakan domba sebaiknya masih di tambah dengan pakan penguat (konsentrat) dalam jumlah tertentu. Penggemukan domba jantan dengan menggunakan domba persilangan (domba Sei Putih) dianjurkan untuk mendapatkan bobot badan domba yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Batubara, L.P. 2002. Penggunaan limbah perkebunan dalam pakan ternak ruminansia kecil. Laporan Tahunan. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Ginting, S.P., A. Purba, Z. Poeloengan, K. Simanjuntak, dan Junjungan, 1998; Nilai nutrisi dan manfaat pelepah kelapa sawit sebagai paka domba (belum dipublikasikan). Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Sungai Putih, Sumatera Utara. Ginting, S.P. 2003. Pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit sebagai bahan pakan untuk kambing dan domba. Dipresentasikan pada Seminar Nasional, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Sianipar, J., D. Sihombing, K. Manihuruk dan L.P. Batubara. 1995. Penggunaan solid dalam pakan tambahan untuk penggemukan domba. JPPS. Vol. 1. No. 6. SubBalinak Sei Putih.
Lmpiran-1
Gambar 1. Domba diberikan pakan Solid Decanter
Gambar 2. Domba diberikan pakan Pelepah Sawit
Lmpiran-2
Gambar 3. Domba diberikan pakan Rumput
Gambar 4. Penimbangan bobot badan domba
Lmpiran-3
Gambar 5. Model kandang domba