PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RESILIENSI REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Patricia NIM: 129114110 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
The hardest part of anything in life is thinking about it. Create the causes and the results come all by themselves. (Ajahn Brahm) Tetaplah berusaha, berani mencoba dan bersabarlah dengan proses yang sedang dilalui, maka kau akan merasakan kepuasaan ketika mendapatkan hasilnya. So just do it. (Patricia)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RESILIENSI REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI Oleh:
Patricia NIM: 129114110 Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran resiliensi remaja yang orangtuanya bercerai. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah “Bagaimana resiliensi remaja yang mengalami perceraian orangtua?”. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan pendekatan analisis isi terarah. Informan dalam penelitian ini adalah tiga remaja berusia 10 sampai 22 tahun yang mengalami perceraian orangtua. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur. Validitas hasil penelitian ini didapatkan dengan meminta external auditor, dalam hal ini dosen untuk mereview keseluruhan penelitian serta peneliti mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan mengalami dampak perceraian orangtua, namun dapat dikatakan sebagai remaja yang resilien karena memiliki sumber pembentukan resiliensi I Have, I Am dan I Can yang saling menopang dan berinteraksi. Sumber I Have meliputi adanya sumber dukungan figur lekat, sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan tercukupi serta memiliki dorongan untuk mandiri. Sumber I Am meliputi gambaran diri positif, penuh harapan dan keinginan serta sikap dalam berelasi dengan orang lain. Sedangkan sumber I Can meliputi kemampuan memahami perasaan dan mengatasi masalah dengan berbagai cara. Kata kunci: resiliensi, remaja, perceraian orangtua.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE RESILIENCE OF ADOLESCENTS WHO EXPERIENCE PARENTAL DIVORCE Patricia Faculty of Psychology, Sanata Dharma
ABSTRACT This study aimed to provide an overview of the resilience of adolescents who have experience parental divorce in his life. The research question posed is “How is the resilience of adolescents who experience parental divorce?’. The method used is qualitative method with direct content analysis approach. Participants in this study were three adolescents aged 10 to 20 years who experienced parental divorce. Data were collected by semi-structured interview method. The validity of these results obtained with a request for an external auditor, in this case the lecturer to review the entire study and researcher to clarify bias that might be taken by the researcher in this study. The results showed that all three participants experienced the impact of parental divorce, but they can be categorized as resilient teenager because they have a source of resilience formation “I Have” includes the source of attached figure support, economic resource and access to adequate health services and having the urge to be independent. The source “I Am” includes a positive self-image, full of hope and the desire, also the attitude in relationships with others. While the source “I Can” includes the ability to understand the feelings and to solve problems in different ways. Keywords: resilience, adolescent, parental divorce.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang TriRatna atas berkat dan kasih-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. 2. P. Eddy Suhartanto, M.Si, selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Sylvia C.M.YM., S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan, serta memotivasi saya. 4. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi selama proses belajar- mengajar. 5. Seluruh dosen Psikologi yang telah bersedia untuk berbagi ilmu, pengalaman dan memberikan inspirasi mengenai psikologi maupun hidup. 6. Mama dan kakak tercinta, terima kasih sudah memahami dan selalu mendukung, sumber semangatku. 7. Keluarga besar yang telah dengan tulus ikhlas mendukung untuk keberhasilan saya. 8. Sahabat-sahabatku group “Lagi Butuh Teman”, sahabat dari jaman alay yang selalu memberikan motivasi (Nab, Nop, Mia, Rossy, Gusti, Manda, Cindy, When”). 9. Sahabatku, Lita yang selalu menyakinkanku, bahwa pasti bisa. 10. Sahabat-sahabatku tersayang group “Menuju S.Psi” sekaligus partner kerja “P2TKP” dan teman bimbingan, dimana sebagai teman seperjuangan yang saling mensupport maupun tempat berbagi curahan hati, tempat berdiskusi dikala proses penyusunan skripsi berlangsung (Bayu, Chopie, Cia, Jejes, Tiara, Dimas, Dian, Edo, Ivie, Lenny, Ardi, Banya). 11. Partner-partner P2TKP ku yang lain, yang ikut memberikan euforia “skripsi” saat sedang bekerja di kantor. ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Bapak Cahya selaku kepala P2TKP yang sangat mendukung kami untuk tetap memprioritaskan kuliah dan memfasilitasi kami untuk berkembang di perkuliahan maupun diluar hal tersebut serta mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang baik. 13. Suster Dewi, Mbak Thia, Pak Toni serta bagian dari P2TKP yang lain, yang juga telah memaklumi dan bersedia mendengarkan berbagai masalah yang muncul dan berkaitan dengan “skripsi” saat sedang bekerja di kantor sengaja maupun tidak di sengaja. 14. Sahabat-sahabatku sesama Psikologi (Della, Suci, Erlin, Pras dan yang tidak dapat kusebutkan satu persatu), maupun teman-teman diluar Psikologi. 15. Kakak-kakak tercinta di Psikologi yang selalu bersedia bekerjasama denganku (Kak Ani, Kak Ester, Vico, dll). 16. Para responden yang telah percaya dan bersedia membagi kisah hidupnya denganku, terima kasih banyak. 17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dukungan selama ini. Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka kepada setiap kritik dan saran yang disampaikan demi perkembangan yang lebih baik.
Peneliti,
Patricia
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI JUDUL ................................................................................................................... ..i PERSETUJUAN .................................................................................................... .ii PENGESAHAN .................................................................................................... .iii MOTTO................................................................................................................. .iv KEASLIAN PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH ......................................... ..v PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................................... .vi ABSTRAKSI ........................................................................................................ vii ABSTRACT .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR …………………………………………………………...ix DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. ..xv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xvii BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………….1 A.
Latar Belakang Penelitian.…………………………………….....1
B.
Pertanyaan Penelitian………………………………………….....6
C.
Tujuan Penelitian………………………………………………....7
D.
Manfaat Penelitian……………………………………………......7 1. Manfaat Teoritis…………………………………………….....7 2. Manfaat Praktis……………………………………………......7 xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………………...…..8 A. Resiliensi……………………………………………………...…..8 B. Remaja………………………………………………………......13 C. Perceraian……………………………………………………….15 D. Resiliensi Remaja Yang Orangtuanya Bercerai………………...16 E.
Pertanyaan Penelitian…………………………………………...19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................20 A. Strategi Penelitian……………………………………………….20 B. Fokus Penelitian………………………………………………....20 C. Informan Penelitian……………………………………………...21 1. Cara Pemilihan Informan………………………………........21 2. Karakteristik Informan………………………………............21 D. Metode Pengumpulan Data………………………………...........21 1. Metode Wawancara………………………………………….21 E.
Metode Analisis Data……………………………………………24
F.
Keabsahan Data………………………………………………….25 1. Reliabilitas……………………………………………………25 2. Kredibilitas……………………………………………...........25
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN……………………27 A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian……………………………27 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Persiapan Penelitian dan Perizinan…………………………..27 2. Pelaksanaan Penelitian………………………….……………28 B. Informan Penelitian……………………………………….……..29 1. Data Informan……………………………………………….29 2. Latar Belakang Informan……………………………............30 C. Analisis Data Penelitian…………………………………………34 1. Dampak Perceraian…………………………………………..34 2. Resiliensi……………………………………………………..41 3. Kesimpulan Seluruh Data Penelitian………………………...62 D. Pembahasan………………………………………………………66 1. Dampak Perceraian Orangtua Bagi Responden……………...66 2. Sumber I Have Bagi Responden……………………………..70 3. Sumber I Am Bagi Responden……………………………….73 4. Sumber I Can Bagi Responden……………………………....75 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………78 A. Kesimpulan………………………………………………………78 B. Saran……………………………………………………...............79 1. Bagi Remaja Yang Mengalami Perceraian Orangtua..............79 2. Bagi Orangtua………………………………………..............80 3. Bagi Keluarga Besar…………………………………………80 4. Bagi Teman Sebaya …………………………………………81 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Bagi Peneliti Selanjutnya……………………………………81 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..............83 LAMPIRAN……………………………………………………………………..86
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Panduan Wawancara 1……………………………………….………22 Tabel 3.2. Panduan Wawancara 2……………………………………………….23 Tabel 3.3. Panduan Wawancara 3……………………………………………….24 Tabel 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………..28 Tabel 4.2. Data Informan 1……………………………………………………...29 Tabel 4.3. Data Informan 2……………………………………………………...29 Tabel 4.4. Data Informan 3……………………………………………………...29 Tabel 4.5. Gambaran Kondisi Perceraian Orangtua Informan 1………………..30 Tabel 4.6. Gambaran Kondisi Perceraian Orangtua Informan 2……..................31 Tabel 4.7. Gambaran Kondisi Perceraian Orangtua Informan 3………..………33 Tabel 4.8. Ringkasan Dampak Perceraian Informan 1………………………….35 Tabel 4.9. Ringkasan Dampak Perceraian Informan 2………………………….37 Tabel 4.10. Ringkasan Dampak Perceraian Informan 3………………………...39 Tabel 4.11. Ringkasan Dampak Perceraian Semua Informan…………………..41 Tabel 4.12. Ringkasan Sumber Resiliensi (1): I Have Informan 1…..................42 Tabel 4.13. Ringkasan Sumber Resiliensi (1): I Have Informan 2……………..45 Tabel 4.14. Ringkasan Sumber Resiliensi (1): I Have Informan 3…………..…47 Tabel 4.15. Ringkasan Sumber Resiliensi I Have Semua Informan……………49 Tabel 4.16. Ringkasan Sumber Resiliensi (2): I Am Informan 1…….................50 Tabel 4.17. Ringkasan Sumber Resiliensi (2): I Am Informan 2…….................51 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.18. Ringkasan Sumber Resiliensi (2): I Am Informan 3…………….....53 Tabel 4.19. Ringkasan Sumber I Am Semua Informan……………….................54 Tabel 4.20. Ringkasan Sumber Resiliensi (3): I Can Informan 1……………...55 Tabel 4.21. Ringkasan Sumber Resiliensi (3): I Can Informan 2……………...57 Tabel 4.22. Ringkasan Sumber Resiliensi (3): I Can Informan 3……………...59 Tabel 4.23. Ringkasan Sumber Resiliensi I Can Semua Informan……………...61 Tabel 4.24. Kesimpulan Seluruh Data Penelitian ………………………………64
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Skema Resiliensi Remaja Yang Orangtuanya Bercerai……..…….18 Gambar 4.1. Skema Kesimpulan Seluruh Data Penelitian……………................65
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Terdapat tiga saat yang penting, yakni kelahiran, pernikahan, dan kematian dalam perjalanan hidup manusia. Pernikahan merupakan awal dari pembentukan keluarga (Setiono, 2011). Dalam pernikahan banyak terjadi fenomena terkait keretakan dalam sebuah pernikahan, terutama perceraian. Selama 10 tahun terakhir, di Indonesia angka perceraian meningkat 165.000 kasus. Bila dibandingkan dengan angka pernikahan yang mencapai dua juta pasangan setiap tahun, angka kasus perceraian di Indonesia terbilang paling tinggi di kawasan Asia Pasifik (Umar, 2013). Berkaitan dengan perceraian, terdapat dampak yang ditimbulkannya. Dampak dari perceraian bermacam-macam dan kompleks (Buchanan, 2000, dalam Cui, Fincham & Durtschi, 2010). Dampak-dampak tersebut lebih banyak dialami oleh remaja. Bagi remaja, perceraian menimbulkan masalah tersendiri (Aseltine, 1996), karena perceraian merupakan kejadian penuh tekanan psikologis untuk banyak remaja (Kelly & Emery, 2003). Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang krusial dimana mereka harus menemukan
identitas
kepribadian
1
yang kuat
serta
fase
adaptif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
perkembangannya (periode trial and error) dan terjadinya krisis identitas meningkat selama tahapan ini (Erikson, 1982, dalam Feist & Feist, 2006). Remaja yang memiliki pengalaman perceraian orangtua akan rentan memiliki simptom internalisasi termasuk status kesejahteraan psikologis seperti perasaan depresi, self-esteem, dan timbulnya pikiran bunuh diri. Remaja juga menunjukkan perilaku eksternalisasi termasuk agresi pada orang lain, menggunakan alkohol dan obat-obatan serta perilaku kejahatan (Rodgers & Rose, 2002). Selain itu, remaja menunjukkan perilaku eksternalisasi seperti performansi pendidikan yang lebih rendah dan berisiko dua atau tiga kali lebih memungkinkan untuk keluar dari sekolah dan berisiko dua kali untuk memiliki anak saat remaja (Kelly & Emery, 2003). Terkait dengan kasus perceraian, simptom internalisasi dan perilaku eksternalisasi remaja banyak terjadi pada anak korban perceraian, seperti yang dinyatakan oleh nara sumber berjenis kelamin perempuan ketika wawancara di Yogyakarta, pada tanggal 31 Maret 2016: “Dampak yang paling kerasa ya mulai apa ya, aku rebel banget anaknya, maksudnya bandel. Setiap masalahku pasti selalu berhubungan sama laki-laki, maksudnya kaya aku temenan terus aku dilarang sama mamaku sama A, tapi aku malah makin karena ga ngerasa punya sosok laki-laki tuh loh, ga pernah deket. Mulai suka kabur dari rumah, ngelawan, suka bohong, banyak main sama cowok, suka pacaran tapi ga bener-bener pacaran, maksudnya suka deket-deket cowok. Mulai kenal ngerokok, minum, mabok-mabok kaya gitu tuh, nakal”. Yogyakarta, 31 Maret 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Dari berita yang didapatkan menyatakan: Selain kasus-kasus perilaku eksternalisasi remaja, setahun lalu muncullah kasus bunuh diri seorang anak SMP karena orangtuanya bercerai sehingga kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya dan menyebabkan ia merasa tidak berharga (Rizki, 2015). Berita lain juga menyatakan bahwa: Dalam satu bulan terakhir ini, kasus kejahatan yang melibatkan remaja terus meningkat di Gunungkidul. Kasus kejahatan tersebut, antara lain aborsi yang dilakukan oleh siswi SMP bersama kekasihnya, pencurian yang melibatkan pelajar serta ditemukannya jenazah perempuan yang diketahui merupakan salah satu siswi korban pembunuhan. Kasus-kasus ini muncul dikarenakan meningkatnya kasus perceraian di Gunungkidul (Maria, 2016). Perceraian orangtua merupakan kejadian yang membuat remaja menjadi stres dan dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan psikologis (Masten, Best & Garmezy, 1991, dalam Chen & George, 2005). Perceraian juga meningkatkan risiko dalam masalah penyesuaian pada remaja (Kelly & Emery, 2003). Namun sebagian remaja korban perceraian tidak memiliki masalah yang signifikan (Steinberg, 2002). Remaja korban perceraian juga menunjukkan tidak memiliki masalah perilaku dan tidak mudah acting out (Chen & George, 2005). Dari berita yang didapatkan menyatakan: Banyak pasangan artis yang memilih untuk mengakhiri hubungan di meja pengadilan, nampaknya tidak berpengaruh bagi segelintir anak dari keluarga bercerai. Mereka tetap mengejar yang mereka inginkan hingga membuahkan hasil. Bahkan mereka terbilang berprestasi setelah orangtuanya bercerai, seperti Eva Celia yang mendapat prestasi Outstanding Academic Exellence Award yang ditanda tangani oleh Barack Obama saat SMA di Los Angeles (Sophia Latjuba Tunjukkan Prestasi Akademik Eva Celia di LA, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Nara sumber berjenis kelamin perempuan juga menyatakan saat wawancara di Yogyakarta, pada tanggal 22 Juni 2016: Prestasi yang di dapatkan antara lain juara 1 lomba mengarang untuk Presiden.Ssaat mengikuti lomba reporter cilik, karangannya dimuat di koran media Indonesia, juara 1 atau 2 di sekolah serta memiliki rata-rata Ujian Nasional 9,3.
Hal ini tergantung pada daya tahan remaja terhadap perceraian yang terkait dengan proses, kapasitas atau hasil dari kesuksesan penyesuaian yang dikenal dengan istilah resiliensi (Masten, Best & Garmezy, 1991, dalam Chen & George, 2005), yaitu berarti ditentukan oleh resilien atau resistennya remaja tersebut terhadap stres karena perceraian orangtua (Luthar, 1991). Resiliensi adalah faktor kunci dalam kemampuan remaja menyesuaikan diri terhadap situasi perceraian (Chen & George, 2005). Remaja korban perceraian yang memiliki karakteristik resilien dapat berhasil menyesuaikan diri dalam situasi perceraian. Hal ini dikarenakan adanya keseimbangan antar faktor risiko (dampak-dampak perceraian) dan faktor protektif (karakteristik remaja) (Steinberg, 2002). Remaja yang resilien tidak hanya memiliki karakteristik tertentu dalam dirinya, tetapi juga memiliki faktor protektif lingkungan yang membantu mereka bertahan dari tekanan yang di alami atau kekuatan yang memaksa mereka (Masten & Coatsworth, 1998; Rutter, 1983, dalam Rodgers & Rose, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Selain itu, remaja resilien menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan atau kapasitas untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan (Desmita, 2015). Bila remaja korban perceraian mampu resilien, mereka juga dapat mengatasi risiko dan kesulitan tanpa memperoleh dampak negatif yang jelas dari perceraian (Smith & Carlson, 1997). Hal ini karena resiliensi mengacu pada kompetensi yang dimungkinkan muncul dibawah tekanan yang berkepanjangan, seperti peristiwa perceraian orangtua (Desmita, 2005). Dengan kata lain, remaja korban perceraian memiliki karateristik individu yang dapat “bangkit kembali” setelah kesulitan dan mencapai atau bahkan melampaui tingkat fungsi sebelumnya (Hawley & De Haan, 1996, dalam Greeff & Merwe, 2004). Pada dasarnya, remaja memiliki kapasitas untuk resilien, yaitu dapat menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi fondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologikal seseorang. Tanpa adanya resiliensi, tidak akan ada keberanian, ketekunan, tidak ada rasionalitas dan tidak ada pengetahuan yang dalam. Sejumlah riset meyakinkan, bahwa gaya berpikir seseorang sangat ditentukan oleh resiliensinya, serta resiliensi juga menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya (Desmita, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Penelitian Rodgers dan Rose (2002), menguji faktor-faktor dalam keluarga maupun di luar keluarga yang dapat berkontribusi terhadap resiliensi pada remaja yang mengalami perubahan situasi di dalam kehidupan keluarga. Penelitian tersebut juga menyarankan akan lebih bermanfaat jika penelitian selanjutnya menggunakan perspektif resiliensi terhadap remaja dari keluarga bercerai atau menikah lagi untuk memperoleh faktor pembentuk resiliensi yang lebih bervariasi. Penelitian Luthar (1991) bertujuan untuk menguji variabel yang dapat mendukung resiliensi, yang memungkinkan anak tetap mampu bertahan meskipun mengalami pengalaman hidup yang penuh tekanan dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian tersebut menggunakan self-ratings yang memungkinkan terjadinya bias dalam memberikan peringkat karena terpengaruh baik buruknya pengalaman yang dinilai. Respon yang didapatkan juga terbatas dalam penelitian tersebut. Berdasarkan tinjauan kepustakaan, peneliti akan meneliti resiliensi menggunakan metode penelitian kualitatif wawancara dengan informan remaja untuk melengkapi kekurangan penelitian sebelumnya.
B. PERTANYAAN PENELITIAN Pernyataan utama dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana resiliensi remaja yang mengalami perceraian orangtua ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang resiliensi remaja yang orangtuanya bercerai. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis. Dalam bidang psikologi perkembangan dan klinis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang resiliensi remaja yang mengalami perceraian orangtua. 2. Manfaat Praktis: a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan remaja mampu dan
berhasil
beradaptasi
dengan
pengalaman
perceraian
orangtuanya. b. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran pada praktisi untuk mengembangkan intervensi atau program bagi klien remaja yang mengalami perceraian orangtua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. RESILIENSI Resiliensi dapat tercermin dalam cara individu (atau keluarga) bereaksi terhadap masa sulit atau penuh tekanan. Resiliensi mengacu dalam karakteristik individu yang dapat “bangkit kembali” setelah mengalami kesulitan atau situasi traumatis dan mencapai atau bahkan melampaui tingkat fungsi sebelumnya, sementara yang lain merasa sedang diterpa dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan. (Hawley & De Haan, 1996; Rutter, 1987, dalam Greeff & Merwe, 2004; Chen & George, 2005; Leimon & McMahon, 2009). Selain itu, resiliensi merupakan sebuah proses yang terkait dengan kapasitas untuk mencapai keberhasilan adaptasi setelah mengalami kesulitan, seperti perceraian meskipun menantang atau mengancam perkembangan psikologis (Masten, Best dan Garmezy, 1991, dalam Chen & George, 2005; Werner & Smith, 1993, dalam Greeff & Merwe, 2004). Menurut Werner dan Smith (1992, dalam Wenar & Kerig, 2000), resiliensi adalah keseimbangan antara faktor risiko dan faktor protektif. Adapun sumber pembentukan resiliensi ialah faktor protektif/ penahan yang berkontribusi pada resiliensi dalam membantu individu mengatasi tantangan hidup secara
lebih efektif. Baumgardner dan
Crothers (2009) membagi tiga kategori faktor protektif. Pertama, faktor protektif pada remaja, seperti kemampuan intelektual dan pemecahan 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
masalah yang baik, temperamen dan kepribadian yang easy going dapat beradaptasi dengan perubahan, gambaran diri yang positif dan efektivitas pribadi, keoptimisan, kemampuan untuk meregulasi, mengontrol emosi dan dorongan, bakat individu yang dihargai oleh individu dan oleh budayanya, serta rasa humor yang sehat. Kedua, faktor protektif dalam keluarga, antara lain hubungan yang dekat dengan orangtua atau caregivers, pola asuh yang hangat dan suportif yang menyediakan harapan dan aturan yang jelas, keluarga yang positif secara emosional dengan konflik yang sedikit antara orangtua, serta lingkungan rumah yang terstruktur dan terorganisir, orangtua yang terlibat dalam pendidikan anaknya, serta orangtua yang memiliki sumber finansial yang adekuat. Ketiga, faktor dalam komunitas termasuk sekolah yang baik, terlibat dalam organisasi sosial dengan sekolah dan komunitas, hidup dalam lingkungan yang terlibat dengan orang-orang yang peduli menangani masalah dan mempromosikan semangat komunitas serta hidup dalam lingkungan yang aman dan ketersediaan yang mudah dari kondisi darurat yang berkompeten dan responsif, kesehatan masyarakat serta pelayanan sosial. Menurut Masten, Cutuli, Herbers dan Reed (2009 dalam Snyder, Lopez & Pedrotti, 2011), faktor protektif untuk pembentukan resiliensi. Pertama, faktor protektif pada remaja, seperti keterampilan memecahkan masalah, keterampilan meregulasi diri untuk mengontrol perhatian, hasrat, dan dorongan diri serta temperamen easy going pada masa kecil, pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
yang mudah beradaptasi pada tahap perkembangan selanjutnya dan gambaran diri yang positif, self-efficacy, keyakinan serta merasa berarti dalam hidup, harapan positif dalam hidup, bakat yang dihargai diri sendiri maupun masyarakat dan diri yang menarik bagi orang lain. Kedua, faktor protektif dalam keluarga dan hubungan yang dekat, termasuk hubungan cinta yang positif, hubungan yang dekat dengan individu dewasa yang kompeten, prososial dan suportif. Selain itu, pola pengasuhan autoritatif (hangat, terstruktur/ pengawasan dan harapan yang tinggi), suasana keluarga yang positif dengan konflik yang rendah antara orangtua, lingkungan rumah yang terorganisir, pendidikan sekunder yang dimiliki oleh orangtua, orangtua dengan anak yang memiliki faktor protektif dalam dirinya, orangtua yang terlibat dalam pendidikan anak, sosioekonomi yang adekuat, terhubung dengan teman sebaya yang prososial, serta relasi romantis dengan pasangan yang prososial dan memiliki penyesuaian yang baik. Ketiga, faktor protektif dalam komunitas dan hubungan dengan organisasi, seperti sekolah yang efektif, terikat dengan organisasi prososial (sekolah, klub, pramuka), tetangga dengan “efikasi kolektif” yang tinggi, akses keamanan yang tinggi, pelayanan dalam keadaan darurat yang baik, dan ketersediaan layanan kesehatan yang baik. Faktor protektif dibagi menjadi tiga dikarenakan atribut remaja, iklim maupun sumbernya berada di dalam keluarga dan sistem pendukung yang ada di lingkungan yang lebih luas (Smith & Carlson, 1997). Hanson et al. (1998, dalam Greeff & Merwe, 2004) juga mengidentifikasi tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
jenis sumber yang befungsi sebagai tenaga penahan setelah proses perceraian dan penting untuk pemulihan keluarga. Pertama, sumber ekonomi termasuk sumber material, seperti penghasilan dan barang milik. Kedua, sumber pengasuhan termasuk tingginya tingkat keterlibatan orangtua, disiplin yang konsisten, parameter yang jelas batas-batasnya berfungsi sebagai contoh bagi anak serta memberikan keamanan. Ketiga, sumber komunitas termasuk teman, hubungan keluarga dan organisasi formal yang menyediakan informasi dan dukungan sosial yang mengarah ke perbaikan fungsi keluarga dan anggota tiap individu. Selain itu, menurut Grotberg (1995), upaya mengatasi kesulitan serta mengembangkan resiliensi remaja sangat tergantung pada pemberdayaan tiga faktor dalam diri remaja yang disebut tiga sumber resiliensi. Pertama, I have (Aku punya) merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan remaja terhadap besarnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya. Sumber I have memiliki beberapa kualitas yang memberikan sumbangan bagi pembentukan resiliensi, yaitu hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan penuh, struktur dan peraturan di rumah, model peran, dorongan untuk mandiri serta akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahteraan. Kedua, I am (Aku ini) merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi yang dimiliki oleh remaja, yang terdiri dari perasaan, sikap dan keyakinan pribadi. Beberapa kualitas pribadi yang mempengaruhi I am ini adalah disayang dan disukai oleh banyak orang, mencintai, empati, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
kepedulian
pada
bertanggungjawab
orang
lain,
terhadap
bangga perilaku
dengan
dirinya
sendiri
dan
sendiri, menerima
konsekuensinya, percaya diri, optimistik dan penuh harapan. Ketiga, I can (Aku dapat) adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan apa saja yang dapat dilakukan oleh remaja sehubungan dengan keterampilan sosial dan interpersonal yang meliputi keterampilan berkomunikasi, memecahkan masalah, mengelola perasaan dan impuls, mengukur temperamen sendiri dan orang lain serta menjalin hubungan yang saling mempercayai. Resiliensi merupakan kombinasi dari faktor-faktor I have, I am dan I can. Untuk menjadi resilien, tidak cukup hanya memiliki satu faktor saja, melainkan harus ditopang oleh faktor-faktor lain. Untuk menumbuhkan resiliensi remaja, ketiga faktor tersebut harus saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi ketiga faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sosial dimana remaja hidup. Menurut Bernard (1991), individu yang resilien dapat dilihat dari profilnya. Pertama, individu resilien dapat dilihat dari kompetensi sosialnya, yaitu memiliki kualitas responsif yang baik, fleksibel, empati dan peduli, keahlian komunikasi, selera humor, dan perilaku prososial lainnya. Individu resilien juga memiliki selera humor bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menghasilkan kehidupan yang menyenangkan dan menemukan cara alternatif untuk melihat segala sesuatunya baik seperti menertawakan diri sendiri dan situasi yang aneh. Selain itu, dari masa kanak-kanak awal, mereka cenderung membangun hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
lebih positif dengan orang lain, termasuk pertemanan dengan kawan sebaya. Kedua, keahlian memecahkan masalah, termasuk kemampuan berpikir abstrak, reflektif, fleksibel dan mampu mencoba cara pemecahan secara kognitif maupun sosial. Ketiga, otonomi berkenaan dengan kemandirian, internal locus of control dan individu yang kuat. Selain itu, otonomi dikenal sebagai harga diri dan efikasi diri. Otonomi juga dijelaskan sebagai disiplin diri dan pengendalian terhadap dorongandorongan. Lebih lanjut, otonomi menjelaskan tentang rasa memiliki identitas diri dan mampu bertindak secara mandiri serta menggunakan kontrol terhadap lingkungannya. Individu yang resilien juga mampu untuk memisahkan atau menjauhkan diri dari lingkungan keluarga yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik, yang dikenal dengan istilah the task of adaptive distancing. Keempat, arti tujuan dan masa depan berhubungan dengan harapan untuk sehat, tujuan yang terarah, orientasi untuk sukses, motivasi berprestasi, cita-cita pendidikan, ketekunan, pengharapan, daya tahan, keyakinan akan masa depan yang cerah, antisipasi, perhatian akan masa depan, dan koherensi. Hal-hal ini menjadi prediktor yang paling kuat akan hasil yang positif.
B. REMAJA Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2009), remaja merupakan individu yang berada pada peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan perubahan besar dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
aspek fisik, kognitif dan psikososial yang saling berkaitan. Remaja awal berkisar 10 sampai 13 tahun, remaja tengah antara 14 sampai 18 tahun dan remaja akhir antara 19 sampai 22 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja berada pada rentang usia 10 hingga 22 tahun (Steinberg, 2002). Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2009), dalam aspek fisik, perubahan struktur otak berkaitan dengan emosi, penilaian, organisasi perilaku dan kontrol diri serta menjadi penjelas kecenderungan remaja mengalami ledakan emosi dan melakukan perilaku berisiko bahkan kejam. Remaja
yang
lebih
matang,
seperti
orang
dewasa,
cenderung
menggunakan lobus frontalis yang memungkinkan penilaian yang lebih akurat dan beralasan. Pada remaja awal, perkembangan otak yang belum matang dapat membuat perasaan atau emosi mengalahkan akal sehat, alasan yang memungkinkan remaja untuk membuat pilihan yang tidak bijaksana, seperti penyalahgunaan alkohol, narkoba dan melakukan aktivitas seksual berisiko. Sistem kortikal frontal yang belum berkembang juga terkait dengan motivasi, impulsivitas, dan ketergantungan terhadap zat yang menjadikan remaja memiliki dorongan terhadap kesenangan, mencoba berbagai hal baru serta menyebabkan banyak remaja sulit untuk berfokus pada tujuan jangka panjang. Dalam aspek psikososial, remaja berada pada tahap pencarian identitas yang didefinisikan Erikson (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) sebagai konsepsi koheren diri, terdiri dari tujuan, nilai dan keyakinan yang dipercayai sepenuhnya oleh orang yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Selain aspek fisik dan psikososial terdapat pula aspek kognitif pada remaja. Dalam aspek kognitif, remaja memasuki tingkat perkembangan kognitif tertinggi yaitu operasional formal, saat dimana mereka mengembangkan kapasitas untuk berpikir secara abstrak. Remaja dapat berpikir tentang hal yang mungkin terjadi, tidak hanya apa yang sedang terjadi dan membayangkan kemungkinan serta membentuk maupun menguji dugaan (Piaget dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009). Menurut David Elkind (1998, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009), remaja yang tidak matang dalam berpikir memiliki ciri, seperti idealisme dan mudah mengkritik, memiliki sifat argumentatif, sulit memutuskan sesuatu, tampak munafik, terlalu berfokus pada pikiran sendiri serta merasa dirinya istimewa sehingga tidak harus menaati peraturan yang mendasari perilaku berisiko.
C. PERCERAIAN Menurut McKenry dan Price (2000, dalam Kertamuda, 2009), perceraian merupakan suatu rangkaian kejadian terpecahnya keluarga dan kegagalan dalam pernikahan. Perceraian berpotensi menimbulkan stres bagi pasangan, anak dan keluarga besar pasangan (Kertamuda, 2009) yang di mulai sebelum perpisahan fisik dan berlanjut setelahnya (Morrison & Cherlin 1995 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009). Dalam perceraian juga dibutuhkan suatu adaptasi (Greeff & Merwe, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Perceraian menimbulkan dampak bagi remaja. Adapun dampak yang ditimbulkan antara lain masalah sikap dan emosional yang serius. Remaja yang mengalami perceraian orangtua juga berisiko memiliki performansi pendidikan yang lebih rendah serta lebih mungkin untuk keluar dari sekolah (Kelly & Emery, 2003). Selain itu, remaja mudah mengalami masalah personal, seperti kekacauan dalam bekerja, penahanan atau berhubungan dengan polisi (Aseltine, 1996). Remaja juga menunjukkan perilaku eksternalisasi antara lain perilaku agresi pada orang lain, menggunakan alkohol, obat-obatan, perilaku kejahatan, perilaku antisosial dan masalah kesahatan. Simptom internalisasi juga dialami oleh remaja termasuk status kesejahteraan psikologis, seperti perasaan depresi, selfesteem yang rendah, kecemasan dan timbulnya pikiran bunuh diri (Rodgers & Rose, 2002; Smith & Carlson, 1997). Rodgers dan Rose (2002) menambahkan pula bahwa remaja lebih berkonflik dan sedikit memiliki interaksi yang positif dengan orangtuanya. Steinberg (2002) juga menyatakan bahwa remaja dari keluarga bercerai rentan melakukan aktivitas seksual sebelum waktunya.
D. RESILIENSI REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI Remaja sebagai individu yang berada pada masa peralihan dimana terjadi perubahan besar pada perkembangan aspek fisik, psikososial dan kognitif. Remaja juga berada pada tahap pencarian identitas diri yang rentan mengalami suatu krisis. Oleh karena itu, remaja yang orangtuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
bercerai rentan mengalami dampak dari perceraian. Terlebih perceraian orangtua menimbulkan dampak yang bermacam-macam dan kompleks pada remaja. Remaja
akan
rentan
memiliki
simptom
internalisasi
dan
menunjukkan perilaku eksternalisasi. Akan tetapi, sebagian remaja korban perceraian tidak memiliki masalah yang signifikan. Hal ini tergantung pada daya tahan remaja terhadap perceraian yang terkait dengan proses, kapasitas, atau hasil dari kesuksesan penyesuaian yang dikenal dengan istilah resiliensi. Remaja yang memiliki sumber-sumber resiliensi dalam diri maupun lingkungan serta sumber-sumber tersebut saling menopang dan berinteraksi satu sama lain dapat menyebabkan remaja mampu resilien. Apabila remaja mampu resilien, mereka dapat mengatasi risiko dan kesulitan tanpa memperoleh dampak negatif yang jelas dari perceraian. Adapun sumber pembentukan resiliensi pada remaja antara lain I Have (Aku punya), I Am (Aku ini), I Can (Aku dapat). Namun, bila remaja hanya memiliki satu sumber, tidak saling menopang dan berinteraksi, maka remaja tidak akan resilien. Remaja tersebut tidak mampu menghadapi, mencegah, meminimalkan bahkan menghilangkan dampakdampak perceraian orangtua. Dengan demikian, melalui penelitian ini, peneliti ingin memberikan gambaran resiliensi remaja yang orangtuanya bercerai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Gambar 2.1. Skema Resiliensi Remaja Yang Orangtuanya Bercerai.
Perceraian Orangtua
Remaja
Sumber-sumber resiliensi
Dampak perceraian pada remaja
I have
I am
Simptom internalisasi Resilien Perilaku eksternalisasi
s I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
E. PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimana resiliensi remaja yang mengalami perceraian orangtua?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. STRATEGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Cresswell, kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian kualitatif bersifat induktif bertujuan untuk menganalisis data mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna
data.
Selain
itu,
penelitian
kualitatif
bertujuan
untuk
mengeksplorasi faktor-faktor kompleks yang berada di sekitar fenomena utama dan menyajikan perspektif-perspektif atau makna-makna yang beragam dari para informan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi terarah. Menurut Hsieh dan Shannon (2005, dalam Supratiknya, 2015) pendekatan analisis terarah bertujuan memvalidasi dengan menguji ulang sebuah kerangka teoretis atau bahkan sebuah teori dalam konteks baru.
B. FOKUS PENELITIAN Penelitian ini berfokus pada mendeskripsikan resiliensi remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti akan lebih berfokus pada gambaran dampak perceraian orangtua 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
yang dialami oleh informan beserta sumber-sumber pembentukan resiliensi pada informan.
C. INFORMAN PENELITIAN 1. Cara Pemilihan Informan. Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan informan dengan karakteristik khusus. Oleh karena itu, peneliti menggunakan strategi purposeful sampling, yaitu peneliti memilih informan penelitian berdasarkan karakteristik informan yang dibutuhkan, yang dapat menginformasikan pemahaman tentang masalah penelitian dan fenomena pada penelitian ini (Cresswell, 2007).
2. Karakteristik Informan. Kriteria informan dalam penelitian ini, yaitu informan mengalami kejadian atau situasi yang sulit, penuh tekanan atau traumatis dikarenakan perceraian orangtua. Informan dalam penelitian ini berada pada masa remaja, yaitu berusia 10 sampai 22 tahun.
D. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Metode Wawancara Peneliti menggunakan strategi pengumpulan data wawancara kualitatif.
Peneliti
melakukan
face-to-face
interview,
dengan
wawancara semi terstruktur, dimana terdapat beberapa pedoman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
wawancara berupa pertanyaan penelitian. Akan tetapi, pada prosesnya peneliti menyesuaikan pertanyaan yang diajukan dengan informasi yang diberikan oleh informan. Adapun pedoman wawancara sebagai berikut:
Tabel 3.1. Panduan Wawancara 1 Tema
Panduan Wawancara
Kondisi sebelum
Bagaimana awal sebelum orangtua
perceraian
bercerai?
(termasuk
penyebab
perceraian, kondisi keluarga/konflik, diri sendiri sebagai anak). Kondisi saat perceraian
Bagaimana ketika terjadi perceraian? (termasuk saat usia berapa, dampak, diri sendiri sebagai anak).
Kondisi setelah perceraian
Bagaiaman setelah orangtua bercerai? (termasuk sampai saat ini, kondisi keluarga, hubungan dengan orangtua, dampak jangka panjang).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Tabel 3.2. Panduan Wawancara 2 Tema
Panduan Wawancara Pertanyaan Utama
Adaptasi dalam situasi sulit, Bagaimana adaptasi yang anda lalui traumatis atau penuh tekanan
dalam situasi sulit, traumatis atau penuh
tekanan
saat
orangtua
bercerai? Subpertanyaan-subpertanyaan Bagaimana cara anda menyesuaikan diri
dalam
menghadapi
situasi
perceraian orangtua anda? Bagaimana
kemampuan
anda
berperan dalam penyesuaian diri dalam
menghadapi
situasi
perceraian orangtua anda? Bagaimana akibat yang didapatkan setelah keseluruhan adaptasi anda dalam
menghadapi
perceraian orangtua?
situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Tabel 3.3. Panduan Wawancara 3 Panduan Wawancara Tema Sumber resiliensi “I have”
Pertanyaan 1. Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang di sekitar anda ? 2. Bagaimana fasilitas yang anda dapatkan?
Sumber resiliensi “I am”
1. Bagaimana anda memandang diri anda? 2. Bagaimana sikap orang lain terhadap anda?
Sumber resiliensi “I can”
1. Bagaimana relasi anda dengan orang lain? 2. Bagaimana anda mengatasi situasi yang anda alami?
E. METODE ANALISIS DATA Menurut Creswell (2013) bahwa analisis data kualitatif merupakan proses yang melibatkan usaha memaknai data berupa teks atau gambar. Analisis data meliputi proses mempersiapkan data untuk dianalisis, melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam pemahaman akan data tersebut, menyajikan data, dan membuat interpretasi makna yang lebih luas akan data tersebut. Analisis data kualitatif sebagai suatu proses penerapan langkahlangkah dari yang spesifik hingga yang umum sebagaimana ditunjukkan sebagai berikut (Cresswell, 2013): 1. Mengolah dan mempersiapkan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
2. Membaca keseluruhan data. 3. Melakukan koding data. 4. Mendeskripsikan data dengan menggunakan proses coding. 5. Menyajikan kembali deskripsi dan tema-tema dalam narasi atau laporan kualitatif. 6. Menginterpretasi atau memaknai data.
F. KEABSAHAN DATA 1. Reliabilitas. Reliabilitas dalam penelitian ini dilihat dari metode yang dipilih telah mencapai tujuan yang diinginkan serta sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan dan analisis dengan orang lain. Selain itu, peneliti luwes terhadap perubahan strategi dan desain serta melakukan pencatatan rinci mengenai desain yng digunakan (Poerwandari, 1998). Peneliti juga memeriksa transkrip rekaman wawancara untuk memastikan tidak ada kesalahan serius yang dapat terjadi selama proses transkripsi (Supratiknya, 2015).
2. Kredibilitas. Peneliti menggunakan beberapa strategi validitas, antara lain (Cresswell, 2013) : a. Peneliti
menerapkan
member
checking.
Peneliti
menerapkan strategi ini untuk mengetahui akurasi hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
penelitian. Peneliti membawa kembali bagian-bagian dari hasil penelitian yang sudah diolah, seperti deskripsideskripsi atau tema-tema kepada informan. b. Peneliti mengajak seorang auditor (external auditor) dalam hal ini dosen untuk mereview keseluruhan proyek penelitian. External auditor akan memberi penilaian secara objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian. c. Peneliti mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Peneliti melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias dalam penelitian, seperti pengaruh latar belakang penelitian terhadap interpretasi. Oleh karena itu, peneliti akan mampu membuat narasi yang terbuka dan jujur yang akan dirasakan oleh pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian dan Perizinan. Dalam penelitian ini, sebagai informan penelitian, digunakan remaja yang orangtuanya mengalami perceraian dengan menggunakan purposeful sampling, yaitu informan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti mendapatkan informan dengan bertanya kepada teman serta peneliti telah mengenal beberapa informan dalam penelitian ini. Walaupun sebelumnya peneliti tidak mengetahui bahwa mereka sesuai dengan karakteristik informan yang dibutuhkan. Peneliti memutuskan mengambil tiga informan saja karena selama pengambilan data yang dibutuhkan sudah cukup. Hasil wawancara tiga informan menunjukkan data yang tidak jauh berbeda. Sebelum penelitian, peneliti meminta kesediaan informan terlebih dahulu untuk menjadi informan penelitian. Peneliti juga meminta ijin kepada orangtua dari salah satu informan. Kemudian peneliti mengatur hari untuk mewawancarai informan. Peneliti juga menyusun panduan wawancara, menyiapkan informed consent dan alat perekam suara untuk
merekam
hasil
wawancara
berlangsung.
27
selama
proses
wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Sebelum
wawancara
dengan
semua
informan,
peneliti
mengambil data awal pada salah satu informan terlebih dahulu. Untuk kedua informan tidak dibutuhkan pendekatan yang lama karena peneliti sudah mengenal informan tersebut. Namun untuk salah satu informan, peneliti mengunjungi tempat tinggal informan untuk bertemu dengan informan dan ibu informan guna meminta ijin serta melakukan pendekatan pada informan tersebut. Kemudian mengatur jadwal kembali untuk melakukan wawancara.
2. Pelaksanaan Penelitian. Waktu dan Tempat Penelitian. Tabel 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian No 1
2
Keterangan Perizinan kepada orangtua, penjelasan tentang kondisi perceraian dari orangtua dan pendekatan dengan informan Wawancara informan
Informan 1 -
1. Kamis, 31 Maret 2016 (11.30 WIB) di Perpustak aan Kampus III USD 2. Kamis, 28 April 2016 (11.30 WIB) di Bubble café
Informan 2 -
Informan 3 Selasa, 12 April 2016 (15.30 WIB) di rumah informan
Rabu, 22 Juni 2016 (12.30 WIB) di rumah informan
Senin, 27 Juni 2016 (19.00 WIB) di Kolase Cafe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
B. INFORMAN PENELITIAN 1. Data informan. Tabel 4.2. Data Informan 1 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Nama Inisial Usia Jenis Kelamin Anak keJumlah saudara Pekerjaan Usia ibu Usia ayah Pekerjaan ibu Pekerjaan ayah
Informan 1 BIART 21 tahun Perempuan 2 dari 2 bersaudara 1 Mahasiswi 50 tahun 50 tahun Pemilik yayasan Driver
Tabel 4.3. Data Informan 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Nama Inisial Usia Jenis Kelamin Anak keJumlah saudara Pekerjaan Usia ibu Usia ayah Pekerjaan ibu Pekerjaan ayah
Informan 2 SAEK 12 tahun Perempuan 1 dari 1 bersaudara Pelajar 29 tahun 33 tahun Karyawan swasta Wiraswasta
Tabel 4.4. Data Informan 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Nama Inisial Usia Jenis Kelamin Anak keJumlah saudara Pekerjaan Usia ibu Usia ayah Pekerjaan ibu Pekerjaan ayah
Informan 3 DCC 20 tahun Laki-laki 3 dari 3 bersaudara 2 Mahasiswa 55 tahun 58 tahun Ibu rumah tangga Karyawan swasta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
2. Latar Belakang Informan. a) Informan 1 Tabel 4.5. Gambaran Kondisi Perceraian Orangtua Informan 1 No 1
Keterangan Kondisi sebelum perceraian
Informan 1 Mengetahui orangtua berkonflik
2
Penyebab perceraian
Ayah jarang pulang karena suka berjudi, mabuk dan main perempuan
3
Masa terjadinya perceraian
Saat P1 kelas 2 SD
4
Kondisi setelah perceraian
Tinggal bersama ibu dan nenek
5
Usia orangtua ketika bercerai
Saat ibu dan ayah usia 35 tahun
Sebelum perceraian, P1 mengetahui orangtuanya berkonflik tetapi P1 tidak dibiarkan melihat saat orangtuanya berkonflik. Orangtua P1 bercerai saat ia berada di kelas 2 SD. Penyebab orangtuanya bercerai yaitu ayah P1 jarang pulang karena bermain judi, mabuk-mabukan dan main perempuan. Setelah perceraian, P1 tinggal bersama ibu dan neneknya. Akan tetapi, saat SMP, P1 sempat tinggal hanya bersama neneknya. Sesudah bercerai, tidak ada kerjasama diantara orangtua P1. P1 memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya, hanya ia dilarang oleh ibunya untuk berkomunikasi dengan ayah. Sedangkan hubungan P1 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
ibunya kurang baik karena ibunya overprotektif, namun saat ini sudah lebih baik. P1 juga tidak dekat dengan kakak laki-lakinya. P1 juga merasakan adanya perubahan emosi saat SMP sampai SMA, dimana ia mulai memiliki banyak masalah antara lain kehilangan figur ayah sehingga ia mencari figur ayah, kabur dari rumah, melawan orangtua, berbohong dan banyak bergaul dengan lakilaki. P1 membutuhkan ayahnya dan merasa sedih bila rindu dengan ayahnya, namun ia tidak diijinkan bertemu dengan ayahnya. P1 juga merasa sedih ketika melihat orang lain sedang bersama keluarganya. Selain itu, P1 menyayangkan bahwa perceraian orangtuanya mengorbankan hal lain. Ia juga merasa sedih karena sering bertengkar dengan ibunya yang overprotektif semenjak bercerai.
b) Informan 2 Tabel 4.6. Gambaran Kondisi Perceraian Orangtua Informan 2 No 1
Keterangan
Informan 2
Kondisi sebelum perceraian
Tidak mengetahui kondisi sebelum perceraian
2
Penyebab perceraian
Kesulitan ekonomi
3
Masa terjadinya perceraian
Saat P2 berusia 4 bulan
4
Kondisi setelah perceraian
Tinggal bersama ibu. Bila ibu bekerja, dititipkan di rumah nenek.
5
Usia orangtua ketika bercerai
Saat ibu usia 18 tahun dan ayah usia 22 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Orangtua P2 menikah karena hamil diluar nikah. P2 tidak mengetahui kondisi sebelum perceraian karena masih bayi. Orangtua P2 bercerai saat ia berusia 4 bulan karena kesulitan ekonomi. Setelah perceraian, P2 tinggal bersama ibunya. Mulanya ibu P2 kerepotan mengurus sendiri. Apabila ibu P2 bekerja, maka ia dititipkan di rumah nenek. P2 dekat dengan ibunya, sedangkan ia baru bertemu kembali dengan ayahnya ketika ia berusia 3 tahun dan saat berada di kelas 3 SD. Ibu P2 berhubungan baik dengan ayahnya, tetapi ayahnya kurang memberi materi kepada P2. P2 juga jarang berkomunikasi dengan ayahnya, meskipun diijinkan oleh ibunya sehingga ia tidak mendapat kasih sayang ayah. Selain itu, P2 merasa berbeda dengan teman-temannya karena tidak memiliki seorang ayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
c) Informan 3 Tabel 4.7. Gambaran Kondisi Perceraian Orangtua Informan 3 No 1
Keterangan Kondisi sebelum perceraian
Informan 3 Mengetahui orangtua berkonflik
2
Penyebab perceraian
Adanya orang ketiga/ perselingkuhan
3
Masa terjadinya perceraian
Saat P3 kelas 1 SMP
4
Kondisi setelah perceraian
Tinggal bersama ayah dan kakak kedua, lalu tinggal bersama ibu dan dititipkan dengan bibinya. Saat ini tinggal bersama ibu.
5
Usia orangtua ketika bercerai
Saat ibu usia 48 tahun dan ayah usia 50 tahun
Orangtua P3 menikah karena hamil diluar nikah meskipun berbeda keyakinan. Sebelum perceraian, P3 melihat saat orangtuanya berkonflik sehingga membuatnya menangis. Orangtua P3 bercerai karena adanya orang ketiga, tepatnya ibu P3 berselingkuh. Hal ini juga diperkuat dengan perasaan lelah ibu P3 dalam menyesuaikan diri dengan sifat keras suaminya. Pada akhirnya, ibu P3 memutuskan untuk bercerai. Orangtua P3 bercerai saat ia berada di kelas 1 SMP. Setelah perceraian, mulanya P3 tinggal bersama ayah dan kakak keduanya. Namun ia pindah dan tinggal bersama ibunya, sejak saat itu ayah P3 tidak bertanggungjawab akan P3 yang membuatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
mengalami kesulitan ekonomi. Saat ibunya merantau ke Yogyakarta, P3 dititipkan pada bibinya di Jakarta. Saat ini, P3 tinggal bersama ibunya di Yogyakarta serta ayahnya sudah mulai bertanggungjawab membiayai kuliah P3. Saat P3 dititipkan dengan bibinya, ia tidak merasakan kehadiran figur ibu dalam masa remajanya, sehingga ia kurang terurus dan kurang pendampingan dalam hal pendidikan. Ayah P3 belum mempunyai mendamping lagi, tetapi ibunya sudah memiliki kekasih. Hubungan di antara orangtua P3 tidak baik karena saling menjelek-jelekan satu sama lain di depan P3. P3 diperbolehkan berkomunikasi dengan ayahnya, namun selama ini, P3 jauh dengan ayahnya. Ibunya pun memiliki kesibukkan, sehingga membuat dirinya merasa kesepian dan iri hati melihat orang lain yang dapat berkumpul bersama keluarganya.
C. ANALISIS DATA PENELITIAN 1. Dampak Perceraian. Dalam dampak perceraian, akan dijabarkan mengenai dampak dari perceraian orangtua yang dialami oleh setiap informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Tabel 4.8. Ringkasan Dampak Perceraian Informan 1 No
Dampak perceraian
1
Ingin mendapatkan figur ayah.
2
Perilaku membangkang dan nakal P1.
3
Perilaku suka kabur, melawan, berbohong, bermain dan dekat dengan lelaki.
4
Perceraian berdampak pada relasi, seperti pergaulan yang salah.
5
Perilaku merokok, mabuk-mabukan dan nakal.
6
Suka mempermainkan perasaan lelaki.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11).
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai dampak perceraian orangtua yang dialami oleh setiap informan :
Dampak perceraian yang paling dominan terlihat pada informan 1 yaitu keinginan untuk mendapatkan figur ayah (nonresident parents). Informan mencari figur ayah dengan cara berkomunikasi dengan ayahnya. Berikut ini pernyataan informan terkait hal tersebut: Setelah aku ngerti loh ternyata aku butuh loh papa. Makanya aku nyari, suka ngobrol sama papa lewat chatting walaupun kadang ga dibolehin kan…(P1, K72). Nah mulai SMP, mulai mandiri tuh, mulai yang nyarinyari, SMA apalagi. Papa tuh dimana, mulai cari kontaknya papa tapi mama ga ngasih…(P1, K39). Kaya nyari-nyari sosoknya papa tuh kaya apa, dimana (P1, K40).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Informan juga mencari seorang yang dapat menggantikan
sosok ayah. Hal ini dikarenakan informan kehilangan figur ayah. Demikian pernyataan informan: Mulai banyak, kalo kita anak psikologi sok-sokannya bilang cari figur ayah, kaya gitu. Aku jadi mulai SMP SMA jadi lebih seringnya main sama cowok, aku tuh kaya nyari, aku tuh ga pernah, kaya nyari-nyari gitu loh, gaulnya tuh kebanyakan sama cowok. Kalo pacaran tuh kadang-kadang suka penasaran cowok tuh kaya gimana si (P1, K11). Kehilangan figur ayah si sebenernya. Aku jadi merasa ga mendapatkan bener-bener sosok ayah gitu loh. Nah aku nyari itu diluar, ya itu aku temenan sama cowok. Kadang-kadang sama, suka ngobrol sama orang yang lebih tua gitu loh…(P1, K68).
Dampak lain yang ditimbulkan yaitu adanya perilaku eksternalisasi terkait relasi seperti pergaulan yang salah. Demikian pernyataan informan: Cuma ga amannya tuh di relasi aja si. Temen tuh aku ga suka milih, karena ga suka milih, aku tuh malah kaya sama siapa aja temenan, jadi salah, gitu (P1, K18).
Perilaku eksternalisasi lain yang dialami informan seperti perilaku membangkang dan nakal. Hal ini ditunjukkan dari pernyataan informan: engg….dampaknya yang paling kerasa ya waktu itu yang tadi kubilang, puncaknya ya SMA, ya SMA mau kuliah lah. SMA sampai awal-awal kuliah lah. Mulai apa ya, aku rebel banget anaknya, maksudnya bandel, bandel banget (P1, K13).
Selain itu perilaku eksternalisasi yang muncul pada informan yaitu perilaku suka kabur, melawan, berbohong, bermain dan dekat dengan lelaki. Berikut pernyataan informan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
paling aku rasakan ya itu pas SMA mulai banyak masalah. Mulai suka kabur dari rumah, ngelawan, suka.., suka bohong, suka main keluar bilangnya ngerjain tugas tapi main, ya gitulah banyak bohongnya. banyak main sama cowok, suka pacaran tapi ga bener-bener pacaran, maksudnya suka deketdeket cowok aja gitu loh (P1, K16).
Informan juga menunjukkan adanya perilaku eksternalisasi seperti perilaku merokok, mabuk-mabukan dan nakal. Inilah pernyataan informan: Mulai kenal ngerokok, tapi aku kenal ngerokok mulai ngerokok tuh dari kuliah, minum, mabok-mabok kaya gitu tuh, nakal (ketawa) (P1, K18).
Lebih lanjut, informan mencari tahu rasa ingin tahunya dengan
suka
mempermainkan
perasaan
lelaki.
Demikian
pernyataan informan yang mendukung hal tersebut: Aku suka mainin perasaan cowok. Misal buat cowok suka terus di biarin gitu aja (P1, K73).
Tabel 4.9. Ringkasan Dampak Perceraian Informan 2 No
Dampak perceraian
1
Tidak merasakan kasih sayang ayah.
2
Ayah kurang memberi materi.
3
Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit.
4
Perasaan berbeda dengan lainnya tentang keberadaan ayah.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11).
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai dampak perceraian orangtua yang dialami oleh setiap informan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Dampak perceraian yang dialami oleh informan antara lain beberapa hal terkait dengan ketidakdekatan informan dengan nonresident parents, yaitu ayah. Informan merasa berbeda dengan yang lainnya, seperti pernyataan berikut ini: Yaa, kok lainnya pada punya ayah aku ga punya ayah sendiri, awalnya gitu (agak ketawa) (P2, K28).
Selain itu, setelah perceraian, kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit dalam hidup informan. Demikian pernyataan informan: Baru ketemu papa waktu umur 3 tahun terus kelas 3 SD (P2, K19). Kadang-kadang papa suka ngechat, ya ngechat gitu. Lagi ngapain, udah makan belum (P2, K18). Jarang komunikasi sama papa, rasanya biasa aja (P2, K23).
Keterlibatan ayah dalam memberi materi juga kurang. Inilah pernyataan informan terkait hal tersebut: ....baru ngasih uang berapa kali selama 12 tahun (P2, K9). … Ya kadang papa kasih tas, kasih sepatu (P2,K31).
Sehingga menyebabkan informan merasa kehilangan, dalam hal ini tidak merasakan kasih sayang ayah. Berikut pernyataan yang menunjukkan hal tersebut: Yaa kadang suka ngerasa, gimana yaa, ga dapat kasih sayang dari seorang ayah, gitu (P2, K8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Tabel 4.10. Ringkasan Dampak Perceraian Informan 3 No
Dampak perceraian
1
Perceraian mempengaruhi ekonomi.
2
Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit.
3
Kesepian karena jauh dari orangtua.
4
Kurang pendampingan dalam pendidikan.
5
Tidak ada kehadiran dan keterlibatan ibu di masa perkembangan remaja.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11).
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai dampak perceraian orangtua yang dialami oleh setiap informan :
Perceraian memberikan beberapa dampak pada informan, antara lain penurunan keadaan ekonomi karena kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit, terlebih ibu tidak bekerja diluar rumah, seperti pernyataan berikut: Tapi kalo dampaknya paling kerasa si ekonomi si, dampak ekonomi kan, ngerasa susah banget karena awal mama emang ibu rumah tangga. Si papa kan taunya aku ikut mama, jadi mama yang tanggungjawab. Jadi kaya lepas tanggungjawab kalo aku ikut mama gitu. Gak ada biayain masalah sekolah, dll (P3, K7). Kalo sama papa aku cuma sebatas minta uang (ketawa). Sebatas minta uang jadi kaya, pah ini uang kuliah, gini-gini. Jadi dia kaya mulai merhatiin uang kuliah, uang sekolahku dari mulai SMA, sepanjang SMP tuh engga. Sepanjang SMA tuh aku udah mulai nagih-nagih gitu kan (P3, K14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Selain itu, informan merasa kehilangan akan kehadiran dan keterlibatan ibu di masa perkembangan remaja. Berikut pernyataan informan: …..gara-gara aku sampe sekarang tuh pegangan kalo berpegang kalo sama mama tuh dia tuh gak ada pas aku di perkembanganku SMP tuh loh….(P3, K13).
Informan juga merasakan kehilangan yang menimbulkan perasaan kesepian karena jauh dari orangtua. Demikian pernyataan informan yang menunjukkan hal tersebut: …. Habis itu kalo dampak yang jeleknya apa ya. Ya sepi aja si biasanya (ketawa), yang ga, pas lagi pengin sama papa gitu kan, ya sama papa, ga ada dia, dia kan di Kalimantan kan. Kalo pengin sama mama,mama juga sibuk (P3, K8). ….Aku ngeliat orang lain kaya enak banget mereka jalan-jalan sama orangtuanya. Liburan kaya gini kan aku sendiri banget ya, ya lain pada sama keluarganya jalan-jalan, kaya gitu kan (P3, K30).
Lebih lanjut, perceraian berdampak pada akademik informan seperti kurangnya pendampingan dalam pendidikan. Inilah pernyataan informan: …ya sejauh itu bisa-bisa ngikutin aja si kalo pelajaran sekolah (ketawa), cuma ya kurang pendampingan aja si (P3, K10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Tabel 4.11. Ringkasan Dampak Perceraian Semua Informan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Informan 1 Ingin mendapatkan figur ayah. Perilaku membangkang dan nakal P1. Perilaku suka kabur, melawan, berbohong, bermain dan dekat dengan lelaki. Perceraian berdampak pada relasi, seperti pergaulan yang salah. Perilaku merokok, mabuk-mabukan dan nakal. Suka mempermainkan perasaan lelaki.
Dampak Perceraian Informan 2 1. Tidak merasakan kasih sayang ayah. 2. Ayah kurang memberi materi. 3. Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit. 4. Perasaan berbeda dengan lainnya tentang keberadaan ayah.
1.
2.
3.
4.
5.
Informan 3 Perceraian mempengaruhi ekonomi. Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit. Kesepian karena jauh dari orangtua. Kurang pendampingan dalam pendidikan. Tidak ada kehadiran dan keterlibatan ibu di masa perkembangan remaja.
2. Resiliensi. Dalam resiliensi akan dijabarkan mengenai sumber-sumber pembentukan resiliensi pada setiap informan. a) I Have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Tabel 4.12 Ringkasan Sumber Resiliensi (1):I Have Informan 1 No
I Have
1
Ada kehadiran dan keterlibatan nenek.
2
Lingkungan yang mendukung.
3
Memiliki sumber dukungan antara lain teman, pacar, ibu.
4
Ada peraturan dari ibu dalam bergaul dan beribadah.
5
Dukungan dari pasangan.
6
Mengikuti komunitas yang bermanfaat.
7
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan terpenuhi.
8
Ada dorongan untuk mandiri.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11)
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (1): I Have pada setiap informan :
Informan memiliki sumber dukungan dari adanya kehadiran dan keterlibatan figur pengganti orangtua yaitu nenek. Berikut ini ialah pernyataan informan: ….SMP tuh aku merantau, jadi ga tinggal sama orangtuaku, sekolah sendiri terus tinggal diluar kota tuh sendiri, kan sama oma waktu itu, sama nenekku…(P1, K7). Informan juga memiliki beberapa figur yang menjadi sumber dukungan baginya antara lain dukungan sosial dari teman, pacar
serta dukungan orangtua yaitu ibu. Inilah pernyataan informan terkait hal tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Temen-temen, pacar, hmmm mamaku juga si termasuk sekarang (P1, K37). Kalau aku, orangtua, mama sama pacar yang mendukungku (P1, K47).
Selain itu, lingkungan memberikan dukungan sosial pada informan. Demikian pernyataan informan mengenai hal tersebut: Lingkunganku juga mendukung si, gak ada orang-orang yang, kalo orang-orang bandel pasti ada…(P1, K34). Jadi yang lebih aku perhatikan, orang-orang di sekitarku, ya produktif. Terus jadi yaudah sama-sama bikin aku produktif juga…(P1, K35). Orang-orang di sekitarku ga ngerempongin aku. Aku ga ngerasa ribet oleh omongan atau apa-apanya mereka gitu (P1, K36).
Informan mendapat dukungan sosial pula dari pasangan, seperti pernyataan berikut: ….Tapi karena mungkin lebih sering kontaknya sama pacar, jadi lebih kerasa aja ya dukungan emosionalnya, dukungan fisik terus lebih di temenin secara langsung..(P1, K49). …Kalau sama pacar ya, sama si intinya lakuin apa yang pengin aku lakuin, selagi bukan.. kesempatan lakuin ya aku lakuin, selalu di dukung si selama itu baik buat kamu (P1, K52).
Lebih lanjut, adanya dukungan orangtua khususnya ibu yang memberikan beberapa peraturan dalam bergaul dan beribadah. Berikut pernyataan informan : Dulu peraturannya yang kaya ga boleh pulang malem lebih dari jam 10, jam 9 jam 10. Ga boleh nginep di rumah temen. Kalo SMP itu kemana-mana harus dianter, kadang ditungguin (P1, K53). Mulai-mulai SMA engga si, mulai bawa motor sendiri, ya engga. Tapi ya itu, ga boleh nginep, kalau sama cowok tuh jangan terlalu suka deket sama cowok, maksudnya naruh hati opo piye tuh jangan. Ga boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
pacaran juga, aku tuh boleh pacaran mulai dari kuliah...(P1, K54). …rutinitas kaya ibadah. Tiap pagi harus baca alkitab, sampe sekarang si itu, harus nyempetin…(P1, K54).
Selain memberikan peraturan, ibu informan juga memenuhi sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan untuk informan. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut: …aku malah tercukupi banget menurutku. Kalau, semuanya di penuhi si. Dari masalah uang, handphone, transportasi, kesehatan kalau sakit…(P1, K57).
Informan juga mendapat dukungan sosial dengan mengikuti komunitas yang bermanfaat baginya. Demikian pernyataan informan: …dari SMP ikut di gereja… SMA aja ya, aku suka ini, komunitas nyanyi, nyanyi di gereja juga, OSIS ia. Aku ikut kaya komunitas yang buat ikut olimpiadeolimpiade gitu.. Komunitas musik si yang lebih banyak (P1, K69). …aku ya kaya gitu, pengalihan. Jadi aku jadi lupa sama rasa sedih gitu loh…(P1, K70).
Selanjutnya informan mempunyai dorongan untuk mandiri/ otonomi, seperti pernyataan informan sebagai berikut: Kalau aku ngerasa udah mandiri malah dari SMP… Tapi kalau masalah lain-lain, bikin tugas…(P1, K58). …. Nah kaya sekarang, mulai-mulai nyari kecilkecil, dikit walaupun ga tiap hari, bikin apa-bikin apa. Dulu sempet online, jualan online…(P1, K59). …. Terus udah cukup bisa nyelesaiin masalah sendiri, terus ga terlalu bergantung sama orang lain
(P1, K66).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Tabel 4.13 Ringkasan Sumber Resiliensi (1):I Have Informan 2 No
I Have
1
Ada peran ibu dalam mencari nafkah dan mendidik.
2
Memiliki kedekatan dengan ibu.
3
Ada kerjasama orangtua setelah bercerai.
4
Ada sosok yang dicontoh.
5
Memiliki sumber dukungan antara lain teman, ibu dan keluarga.
6
Ada kehadiran dan keterlibatan keluarga.
7
Ada peraturan dari ibu.
8
Memiliki dorongan untuk mandiri.
9
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan tercukupi.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11)
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (1): I Have pada setiap informan :
Informan memiliki sumber dukungan dari orangtua yaitu melalui peran ibu yang mencari nafkah maupun mendidiknya. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut: …Lama-lama ya bisa, mama juga bisa nyari uang untuk sekolah, bisa ngajarin juga, gitu (P2, K15). Ya lebih banyak mama sih yang ngasuh…(P2, K31).
Informan juga mendapat dukungan dari orangtua yaitu terlihat dari kedekatannya dengan figur ibu. Demikian pernyataan informan: Sama mama baik, deket. Ya kalo di rumah kadang suka bercanda gitu, ya bercanda, bercanda. Ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
kadang jalan-jalan, banyak bercandanya si tapi (P2, K17).
Selain itu, informan mempunyai sosok yang dapat ia contoh, yaitu ibu, seperti yang informan tunjukkan dalam pernyataan ini: Mama mungkin. Yaa apa ya, ya mama ya seorang single parent yang bisa membesarkan anaknya dengan baik (P2, K35).
Lebih lanjut, ibu memberikan peraturan-peraturan, baik di rumah maupun saat di luar rumah pada informan. Inilah pernyataan informan terkait hal tersebut: Ya kalo di rumah, kamarnya harus bersih, kalo main si mainnya jangan lama-lama, tau waktu gitu lah (P2, K43).
Dukungan lainnya yang dimiliki oleh informan ialah adanya kerjasama orangtua setelah bercerai yang terlihat dari adanya komunikasi diantara orangtuanya serta diperbolehkan berkomunikasi dengan nonresident parents, seperti pernyataan berikut: Mama sama papa setelah cerai, ya kadang cuma ngechat aja gitu (P2, K29). Yaa walaupun cerai ya masih bisa kontakkontak gitu (P2, K32). Boleh komunikasi sama papa (P2, K30).
Selain dari ibu, informan memiliki sumber dukungan lain antara lain teman dan keluarga atau kerabat dari ibunya. Hal ini ditunjukkan dari pernyataan informan: Eeeng, temen mungkin. yaa temen yaa mama, yaa keluarga yang lain (P2, K36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Keluarga dari ibu juga hadir dan terlibat dalam memberikan
dukungan sebagai pengganti figur ayah. Berikut pernyataan informan: Kalo siang disini, sama eyang kadang ada bude juga (P2, K42). …ya kasih sayang aja udah kaya jadi ganti gitu lho. Ya gantinya kasih sayang papa. Jadi walaupun gak ada seorang ayah tapi masih ada yang lain (P2, K39).
Selanjutnya, informan mempunyai dorongan untuk mandiri. Hal ini terlihat dari pernyataan informan berikut ini: Ya kalo mandiri sekarang bisa nyuci baju sendiri, terus sekarang kalo belajar bisa sendiri. Pengin yang kalo bisa sih ga ngerepotin orangtua nantinya (P2, K45).
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan yang informan dapatkan juga tercukupi. Demikian pernyataan informan tersebut: Layanan kesehatan terpenuhi (P2, K46).
terpenuhi,
pendidikan
Tabel 4.14 Ringkasan Sumber Resiliensi (1):I Have Informan 3 No
I Have
1
Memiliki sumber dukungan.
2
Memiliki dorongan untuk mandiri setelah kuliah.
3
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan tercukupi.
4
Mengikuti komunitas yang bermanfaat.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (1): I Have pada setiap informan :
Informan memiliki sumber dukungan dari beberapa figur. Berikut pernyataan informan yang menunjukkan hal tersebut: Selalu mendukung…kalo yang mendukung itu kalo secara moril si ya, apa ya. Kalo secara perkataan si, pacarnya mama tuh loh…(P3, K19). Oh sejauh ini, ooh pacarku (P3, K20). Ya kaya biasanya. ya dia ngasih moral si, misalnya kaya semangat, gitu-gitu…(P3, K21).
Selain itu, informan mendapatkan dukungan dengan mengikuti komunitas yang bermanfaat baginya. Inilah pernyataan informan: Aku punya band. Habis tuh aku juga kadang main skate juga, kalo komunitas… (P3, K31). Hmmm, yang paling berasa emang main band si, kaya dilepas semuanya kaya main band kan (P3, K32).
Informan juga memiliki dorongan untuk mandiri setelah kuliah. Hal tersebut terlihat dari pernyataan informan berikut ini: Ya aku mandiri selepas kuliah mungkin, keinginanku buat mandiri. Udah itu aja (P3, K24).
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan yang di dapatkan
oleh
informan
juga
sudah
tercukupi.
Demikian
pernyataan informan terkait hal tersebut: Kalo pendidikan, kesehatan terpenuhi si (P3, K25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Tabel 4.15. Ringkasan Sumber I Have Semua Informan I Have Informan 1 1.
Ada kehadiran dan keterlibatan nenek. 2 Lingkungan yang mendukung. 3 Memiliki sumber dukungan antara lain teman, pacar, ibu. 4. Ada peraturan dari ibu dalam bergaul dan beribadah. 5 Dukungan dari pasangan. 6 Mengikuti komunitas yang bermanfaat. 7 Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan terpenuhi. 8 Ada dorongan untuk mandiri.
Informan 2 1. Ada peran ibu dalam mencari nafkah dan mendidik. 2. Memiliki kedekatan dengan ibu. 3. Ada kerjasama orangtua setelah bercerai. 4. Ada sosok yang di contoh. 5. Memiliki sumber dukungan. 6. Ada kehadiran dan keterlibatan keluarga. 7. Ada peraturan dari ibu. 8. Memiliki dorongan untuk mandiri. 9. Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan tercukupi.
Informan 3 1. Memiliki sumber dukungan. 2. Memiliki dorongan untuk mandiri setelah kuliah. 3. Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan tercukupi. 4. Mengikuti komunitas yang bermanfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
b)
I Am
Tabel 4.16 Ringkasan Sumber Resiliensi (2):I Am Informan 1 No
I Am
1
Yakin dengan kemampuan yang dimiliki.
2
Penuh harapan dan keinginan.
3
Selalu menganggap orang lain sebagai teman, yang terpenting ialah sikapnya pada orang lain.
4
Gambaran diri positif.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11)
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (2): I Am pada setiap informan :
Sumber resiliensi dalam diri informan yaitu gambaran diri secara positif yang mendukung resiliensi, seperti pernyataan informan berikut ini: …. aku orangnya suka bergaul, bercanda, suka bergaul dan aku ga pernah, apa ya aku mau temenan sama orang ini kalau kaya gini-gini (P1, K66). …. Terus aku, ya itu tadi menurutku aku mandiri, udah cukup mandiri, cukup….(P1, K66). …. Aku orang yang cuek, ga berpikir terlalu berat….(P1, K73).
Kekuatan pribadi lainnya yang ada pada informan ialah sikapnya yang selalu menganggap orang lain sebagai teman serta yang terpenting ialah sikapnya pada orang lain. Berikut pernyataan informan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
…. sampai sekarang intinya selalu nganggep orang lain itu temen…(P1, K60). …. Walaupun misalnya aku ga dapet respon positif darimu ya aku luweh, yang penting aku dah baik ke kamu…(P1,K60).
Selain itu, informan merupakan pribadi yang penuh harapan dan keinginan. Inilah pernyataan informan terkait hal tersebut: ….Maksudnya sekolahnya ga bener, sosialnya ga bener. Aku ga pengin itu tervalidasi gitu lho. Jadi ga kok, buktinya aku ga kaya gitu-gitu (P1, K19). …. justru pengin cepet menikah dan punya anak soalnya pengin bantah stereotip kalo orangtua bercerai, anaknya ga jauh beda (P1, K73).
Partisipian juga yakin terhadap kemampuan yang dimiliki. Demikian pernyataan yang menunjukkan hal tersebut: ….Ya selebihnya dari itu, yang aku bisa ya emang di bidang itu, ya aku kembangin disitu (P1, K19). …. yaudah aku tinggal sendiri aja, aku bisa kok, dari dulu juga udah tinggal sendiri, ngapain sendiri, ga bergantung sama mama pun ku bisa….(P1, K33).
Tabel 4.17 Ringkasan Sumber Resiliensi (2):I Am Informan 2 No
I Am
1
Gambaran diri yang positif.
2
Sikap mau membantu orang lain bila dibutuhkan.
3
Pandangan positif orang lain terhadap P2.
4
Pribadi yang memiliki harapan akan sesuatu.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11)
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (2): I Am pada setiap informan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Sumber resiliensi yang ada pada diri informan ialah gambaran diri yang positif. Berikut pernyataan informan terkati hal tersebut: Apa yaa, positif ya mungkin dari prestasinya lumayan. Kadang kasihan ngeliat orang, ya itu kok bawaannya kok berat banget, terus dibantuin. Engga bukan pamrih, kok ngeliat orang kaya kasihan gitu (P2, K53).
Informan juga bersikap mau membantu orang lain bila dibutuhkan, dimana sikap ini mendukung sumber resiliensi, seperti pernyataan berikut: Ya kalo misalkan apa ya, perilaku..hmmm, apa ya..ya kadang kalo butuh bantuan ya tak bantu (P2, K49).
Sumber resiliensi ini juga didukung oleh pandangan positif orang lain terhadap informan yang didasarkan pada keterangan informan. Demikian pernyataan terkait hal tersebut: Oh kadang, oo nisa pinter (P2, K54).
Selain itu, informan merupakan pribadi yang memiliki harapan. Inilah pernyataan informan yang mendukung: Hmm apa ya, ya moga-moga hubungan mama sama papa tetep baik (P2, K22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Tabel 4.18 Ringkasan Sumber Resiliensi (2):I Am Informan 3 No
I Am
1
Gambaran diri yang positif.
2
Pribadi yang memiliki suatu harapan.
3
Sikap segan orang lain pada P3.
4
Sikap P3 yang memandang orang lain sebagai teman.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11)
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (2): I Am pada setiap informan :
Sumber resiliensi dalam diri informan yaitu gambaran diri yang positif, seperti yang ditunjukkan pada pernyataan informan berikut ini: …ya sejauh itu bisa-bisa ngikutin aja si kalo pelajaran sekolah (ketawa), cuma ya kurang pendampingan aja si, lebih mandiri aja si (P3, K10). Sosok yang aku bilang si lumayan tangguh, misalnya aku yakin tuh kalo orang-orang di posisi aku belum tentu bisa survive dan aku bersyukur bisa ngelewatin semuanya gitu. Dan aku masih bisa, kuliah masih lancar (ketawa), ya aku masih bersyukur aja si (P3, K28).
Informan juga merupakan pribadi yang memiliki harapan. Demikian pernyataan informan terkait hal tersebut: Aku takutnya kaya, ya aku jangan sampe. Ya aku jangan sampe kaya gitu. Kok bisa, bapaknya kaya gitu kok masih bisa ya MBA juga gitu loh (P3, K12).
Berdasarkan keterangan informan, dalam berelasi, sikap orang lain segan terhadap informan. Dimana sikap orang lain pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
informan ini mendukung sumber resiliensi dalam dirinya, seperti pernyataan berikut: Ya aku ngeliatnya segan-segan aja si sama aku. Ga terlalu nganggep rendah aku, ga terlalu nganggep tinggi aku, ya segan-segan aja (P3, K26).
Selain itu, informan memandang orang lain sebagai teman dalam berelasi. Inilah pernyataan informan yang memperjelas sikap informan tersebut: Yaa, kaya temen si. Tempat kita sharing suatu pengalaman, suatu berbagi ilmu sama temen kan ceritacerita ya nemenin juga,…(P3, K27).
Tabel 4.19. Ringkasan Sumber I Am Semua Informan I Am Informan 1 1. Yakin dengan kemampuan yang dimiliki. 2. Penuh harapan dan keinginan. 3. Selalu menganggap orang lain sebagai teman, yang terpenting ialah sikapnya pada orang lain. 4. Gambaran diri positif.
Informan 2 1. Gambaran diri yang positif. 2. Sikap mau membantu orang lain bila dibutuhkan. 3. Keyakinan mengenai pandangan positif orang lain terhadap dirinya. 4. Pribadi yang memiliki harapan akan sesuatu.
Informan 3 1. Gambaran diri yang positif. 2. Pribadi yang memiliki suatu harapan. 3. Sikap segan orang lain pada P3. 4. Sikap P3 yang memandang orang lain sebagai teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
c) I Can
Tabel 4.20 Ringkasan Sumber Resiliensi (3):I Can Informan 1 No
I Can
1
Mampu secara akademik.
2
Mampu beradaptasi.
3
Memiliki tujuan dalam hidup.
4
Mampu memahami perasaan dan mengatasinya.
5
Berupaya untuk mengubah sesuatu.
6
Memiliki berbagai cara untuk mengatasi masalah.
7
Mampu memahami keadaan.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11)
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (3): I Can pada setiap informan :
Informan mampu memahami keadaan yang sedang terjadi. Hal ini ditunjukkan dari pernyataan informan berikut ini: Nah aku mulai ngerasa-ngerasa mulai bisa mikir, ini kenapa sih itu mulai SMP…(P1, K5).
Informan juga mampu mengukur temperamen sendiri seperti memahami perasaan dan mengatasinya. Berikut pernyataan informan: Ya pasti sedih lah… Cuma balik lagi, kalo aku sedih tapi ga bawa keuntungan ya ngapain (P1, K28). …kalo aku sedih yaudah udah selesai masamasa sedihnya tuh loh (P1, K30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Selain itu, informan mampu secara akademik. Demikian pernyataan informan terkait hal tersebut: ….Malah itu setelah aku SD, aku malah ini banget, SMP malah juara terus, SMA juga malah makin rajin….(P1, K17).
Lebih lanjut, informan memiliki keterampilan sosial seperti mampu beradaptasi. Inilah pernyataan informan: Sebenernya karena lingkunganku juga mendukung si, gak ada orang-orang yang, kalo orangorang bandel pasti ada… kalaupun ada yang ga mendukung, aku tuh ga ngeribetin tuh lho (P1, K34).
Informan juga berupaya untuk mengubah sesuatu yang merupakan bagian dari keterampilan informan, seperti pernyataan berikut: ….Nah sampai sekarang aku dah sedikit ini si, kaya ngerubah. Bukan ngerubah, lebih ke aku mencoba kalau ketemu orang baru kaya masang tampang yang jangan sampai mereka mikir nek aku tuh kaya negatif gitu loh..(P1, K61).
Selanjutnya, informan menjalin hubungan dimana ada tujuan dalam hubungan tersebut. Demikian pernyataan informan yang menunjukkan hal tersebut: Aku kan sekarang tujuannya supaya intinya aku seneng, aku bisa kalaupun punya hubungan sama lakilaki ya jangan sampe gitu (P1, K29).
Lalu informan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara. Berikut pernyataan informan yang mendukung:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
….tapi setelah aku ngerti loh ternyata aku butuh loh papa. Makanya aku nyari, suka ngobrol sama papa lewat chatting…(P1, K72). …. Kalau aku dah mumet banget tuh dulu, pasti aku langsung latihan basket, langsung ketemu tementemen, main. Udah seger, ya pulang jadi seneng. Udah ga keinget sama rasa sedih atau gimana (P1, K70). …. Nah aku nyari itu diluar, ya itu aku temenan sama cowok. Kadang-kadang sama, suka ngobrol sama orang yang lebih tua gitu loh…(P1, K68). …. Jadi aku nyenengin diriku sendiri dulu tuh loh, jangan sampai aku jarang si aku nyelesaiin masalah, mutusin masalah saat aku lagi marah-marahnya. Jadi kalau ada masalah apapun, pasti aku hindari dulu, aku diem dulu…Baru aku mikirin gimana aku harus baiknya (P1, K67). …. mungkin aku ngelampiasinnya ke pelajaran ya…(P1, K17). …. mulai ngerasa sedih, mulai suka nulis diary terus isinya papa semua (P1, K39).
Tabel 4.21 Ringkasan Sumber Resiliensi (3):I Can Informan 2 No
I Can
1
Mampu memahami perasaan dan mengatasinya.
2
Mampu memahami kondisi orang lain.
3
Mampu membedakan baik buruk suatu hal.
4
Berprestasi secara akademik dan non akademik.
5
Memiliki berbagai cara untuk mengatasi masalah.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11).
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (3): I Can pada setiap informan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Informan mampu mengukur temperamen sendiri seperti memahami perasaan diri sendiri dan mengatasinya. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut: Yaa, kadang ngerasa sedih gitu, kenapa harus cerai…(P2, K12). Ya kadang perasaanya sedih, ya itu sedih kenapa harus bercerai. Lama-lama ya udah biasa aja (P2, K16). Yaa sempet seneng karena ya bisa liat papa, kaya gitu (P2, K21). Yaa efeknya apa ya, yaa seneng aja liatnya, kalo bisa akur gitu (P2, K33). Ya kadang sebel, yaa, terima aja lah udah gapapa (P2, K56).
Informan juga mampu memahami kondisi orang lain. Dalam hal ini yaitu kondisi orangtuanya. Demikian pernyataan informan mengenai hal tersebut: Yaa, kadang ngerasa sedih gitu, kenapa harus cerai, akhirnya tahu sendiri, ngerasain. Ngerasain kalo dulu mama tuh gitu waktu sama papa, terus akhirnya biasa aja (P2, K12).
Selain itu, informan memiliki berbagai cara untuk mengatasi masalah. Inilah pernyataan informan yang memperjelas hal tersebut: Ya kadang sebel, yaa, terima aja lah udah gapapa (P2, K56). Ya mungkin dari mama, yaa, mama ngasih semua yang aku butuhin (P2, K57). Ya berusaha apa ya, berusaha sabar yang penting, terus berusaha buktiin kalo, apa ya. Kalo walaupun tanpa seorang ayah, aku bisa membanggakan orangtua (P2, K58). Belajar, belajar biar dapat nilai yang bagus (P2, K59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Lebih lanjut, informan memiliki keterampilan sosial dalam membedakan baik buruk suatu hal. Hal ini mendukung pembentukan resiliensi, seperti pernyataan informan berikut: …Ya misal ayo main ini mau gak, ya ayo. Tapi kalo itu agak negatif ya kadang gamau juga si…(P2, K48).
Kemudian, informan berprestasi secara akademik maupun non akademik. Berikut pernyataan informan: …jadi bagus juga kok nilainya….(P2, K13). Apa ya, pernah lomba mengarang untuk presiden, juara 1. Pernah ikut reporter cilik tapi gak jdi dutanya. Tapi karangannya dikasih di koran media Indonesia. Prestasi di sekolah ya baik si, ya kadang juara 1, kadang juara 2. Ujian nasional baik, rataratanya 9,3 (P2, K51).
Tabel 4.22 Ringkasan Sumber Resiliensi (3):I Can Informan 3 No
I Can
1
Mampu memahami perasaan dan mengatasinya.
2
Mampu memahami kondisi orang lain.
3
Memiliki kemampuan mengatasi masalah.
4
Memiliki beberapa cara untuk mengatasi masalah.
Catatan. Cara Membaca (P1, K11) = (Informan 1, Kolom ke bawah koding verbatim pada lampiran nomor 11).
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi (3): I Can pada setiap informan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Informan
mampu
mengukur
temperamen
seperti
memahami perasaan diri sendiri maupun orang lain, yang terlihat dalam pernyataan informan berikut ini: Aku takutnya kaya, ya aku jangan sampe. Ya aku jangan sampe kaya gitu (P3, K12). Jadi ngerasanya pas setelahnya itu, aduh kok cerai si gini-gini… Terus pas aku mikir balik lagi tuh kaya ngeliat mamaku, papaku ya lebih baik mereka bercerai si, daripada mereka terus-terusan tapi malah sakit satu sama lain (P3, K30). Akhirnya yaudah, ya kadang sama mamaku ya masih kepaitan aja, ngerasa benci waktu itu (P3, K13).
Informan juga mampu memahami kondisi orang lain, dalam hal ini kondisi orangtuanya. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut: …Terus pas aku mikir balik lagi tuh kaya ngeliat mamaku, papaku ya lebih baik mereka bercerai si, daripada mereka terus-terusan tapi malah sakit satu sama lain (P3, K30). …Tapi sekarang si dengan perjuangan dia sampe hidup di Jogja, dia masih ngontrak gitu, agak berkuranglah kepaitanku sama dia (P3, K13).
Selain itu, informan memiliki kemampuan mengatasi masalah yang ia alami. Demikian pernyataan informan yang menunjukkan hal tersebut: …aku yakin tuh kalo orang-orang di posisi aku belum tentu bisa survive dan aku bersyukur bisa ngelewatin semuanya gitu…(P3, K28).
Dalam mengatasi masalah, informan memiliki beberapa cara, dimana merupakan bagian dari keterampilan informan. Inilah pernyataan informan mengenai hal tersebut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
…Misalnya kalo ada masalah, terus main di studio gitu agak lupain dikit masalahnya (P3, K32). Muter-muter naik motor sendiri (ketawa). Sambil ngerokok. Udah gitu doang si (P3, K33)
Tabel 4.23. Ringkasan Sumber I Can Semua Informan I Can Informan 1 1. Mampu secara akademik. 2. Mampu beradaptasi. 3. Memiliki tujuan dalam hidup. 4. Mampu memahami perasaan dan mengatasinya. 5. Berupaya untuk mengubah sesuatu. 6. Memiliki berbagai cara untuk mengatasi masalah. 7. Mampu memahami keadaan.
Informan 2 1. Mampu memahami perasaan dan mengatasinya. 2. Mampu memahami kondisi orang lain. 3. Mampu membedakan baik buruk suatu hal. 4. Berprestasi secara akademik dan non akademik. 5. Memiliki berbagai cara untuk mengatasi masalah.
Informan 3 1. Mampu memahami perasaan dan mengatasinya. 2. Mampu memahami kondisi orang lain. 3. Memiliki kemampuan mengatasi masalah. 4. Memiliki beberapa cara untuk mengatasi masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
3. Kesimpulan Seluruh Data Penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, dampak perceraian orangtua yang dialami oleh ketiga informan ialah berkurang atau tidak adanya kehadiran dan keterlibatan figur ayah. Terdapat dampak-dampak lain yang muncul, namun tidak dialami oleh semua informan. Dampakdampak tersebut antara lain perilaku eksternalisasi, masalah dalam relasi dengan orang lain, penurunan ekonomi, kurang pendampingan dalam pendidikan, perasaan kesepian, serta tidak ada kehadiran dan keterlibatan ibu di masa perkembangan remaja. Sumber I Have yang dimiliki oleh semua informan antara lain memiliki sumber dukungan dari ibu, teman, pacar maupun keluarga besar. Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan ketiga informan juga tercukupi serta mempunyai dorongan untuk mandiri. Di sisi lain, terdapat temuan yang cukup bervariasi dimana tidak dimiliki oleh ketiga informan antara lain ada kehadiran dan keterlibatan nenek, lingkungan sekitar yang mendukung serta ada peraturan dari ibu. Selain itu, terdapat sosok yang dapat informan contoh, ada kerjasama diantara orangtua setelah bercerai serta adanya kedekatan dengan ibu maupun peran ibu dalam mendidik dan mencari nafkah. Sumber I Am yang dimiliki oleh semua informan antara lain gambaran diri yang positif, penuh harapan dan keinginan serta sikap informan dalam berelasi dengan orang lain. Kualitas yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
muncul pada semua informan yaitu keyakinan informan akan kemampuan yang dimiliki. Sumber I Can yang dimiliki oleh ketiga informan antara lain kemampuan memahami perasaan dan mengatasinya, memiliki berbagai cara untuk mengatasi masalah serta mampu memahami keadaan. Sedangkan sumber I Can yang tidak ada pada semua informan antara lain mampu secara akademik, mampu beradaptasi, memiliki tujuan dalam hidup, berupaya mengubah sesuatu serta mampu membedakan baik buruk suatu hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Tabel 4.24. Kesimpulan Seluruh Data Penelitian Dampak Perceraian
I Have
I Am
1) Berkurang atau tidak adanya kehadiran dan keterlibatan figur ayah.
1) Memiliki sumber dukungan dari ibu, teman, pacar maupun keluarga besar. 2) Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan tercukupi. 3) Dorongan untuk mandiri.
1) Gambaran diri yang positif. 2) Penuh harapan dan keinginan 3) Sikap informan dalam berelasi dengan orang lain.
2) Perilaku eksternalisasi. 3) Masalah dalam relasi dengan orang lain. 4) Penurunan ekonomi. 5) Kurang pendampingan dalam pendidikan. 6) Perasaan kesepian. 7) Tidak ada kehadiran dan keterlibatan ibu di masa perkembangan remaja.
4) Ada kehadiran dan 4) keterlibatan nenek. 5) Lingkungan sekitar yang mendukung. 5) 6) Ada peraturan dari ibu. 7) Ada sosok yang di contoh. 6) 8) Ada kerjasama di antara orangtua setelah bercerai. 9) Ada kedekatan dengan ibu. 10) Peran ibu dalam mendidik dan mencari nafkah. Resilien
Keyakinan informan akan kemampuan yang dimiliki. Keyakinan bahwa orang lain memandang diri secara positif. Sikap orang lain pada informan.
I Can 1) Kemampuan memahami perasaan dan mengatasinya 2) Memiliki berbagai cara untuk mengatasi masalah. 3) Mampu memahami keadaan. 4) Mampu secara akademik. 5) Mampu beradaptasi. 6) Memiliki tujuan dalam hidup. 7) Berupaya mengubah sesuatu. 8) Mampu membedakan baik buruk suatu hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Gambar 4.1. Skema Kesimpulan Seluruh Data Penelitian Sumber-sumber Resiliensi
Individu Remaja
I Have
Dampak Perceraian
1.Dukungan orangtua/ keluarga/ teman/ pasangan. 2.Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan tercukupi. 3.Memiliki dorongan untuk mandiri.
I Am 1.Gambaran diri yang positif. 2.Pribadi yang penuh harapan dan keinginan. 3.Sikap dalam berelasi dengan orang lain.
I Can 1.Kemampuan memahami perasaan dan mengatasinya. 2.Kemampuan memahami keadaan. 3.Memiliki strategi coping yang bervariasi (emotion focused coping).
Orangtua
Resilien Keterangan. : hubungan langsung : hubungan tidak langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, mengenai penyebab perceraian orangtua yang dialami setiap informan sangat bervariasi. Selanjutnya, ketiga informan merupakan remaja yang resilien, meskipun ada dampak dari perceraian orangtua yang dirasakan oleh semua informan berkaitan dengan figur ayah yang muncul dalam berbagai bentuk. Selain itu, adanya dampak yang berkaitan dengan figur ibu, berbagai perilaku eksternalisasi, dan dampak pada hubungan informan dengan orang lain serta berdampak pada ekonomi dan pendidikan informan. Proses resiliensi remaja yang mengalami perceraian orangtua terjadi karena adanya interaksi dari ketiga sumber pembentukan resiliensi, yaitu I Have, I Am, dan I Can. Bagian dari setiap sumber yang ada pada informan tidak jauh berbeda satu sama lain. Walaupun terdapat berbagai macam bagian yang dapat dikelompokkan ke dalam suatu sumber. Penelitian ini di dominasi oleh perkembangan kognitif dan psikososial karena peneliti lebih banyak membahas mengenai kemampuan remaja dalam memikirkan kemungkinan untuk memecahkan permasalahan dari situasi yang ia alami serta berkaitan dengan relasi remaja dengan lingkungannya.
1. Dampak Perceraian Orangtua Bagi Informan. Dampak perceraian yang paling banyak dialami oleh semua informan yaitu berkurang atau bahkan tidak adanya kehadiran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
keterlibatan orangtua, terutama figur ayah sebagai nonresident parents atau orangtua yang tidak tinggal bersama anak setelah perceraian. Kehadiran dan keterlibatan ayah yang sedikit menyebabkan informan pertama kehilangan figur ayah serta ingin mendapatkan figur ayah baik dari ayahnya sendiri maupun dari sosok laki-laki lain. Hal ini didukung karena tidak adanya kerjasama orangtua dalam mengasuh informan setelah bercerai. Informan pertama juga senang mempermainkan perasaan laki-laki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kelly dan Emery (2003) bahwa ada manfaat yang berpotensial dari waktu dan pengasuhan yang tepat dari nonresident parents. Selain itu, kunjungan yang sering antara orangtua dan anak berhubungan dengan penyesuaian anak yang lebih baik (Amato & Rezac, 1994; Hetherington & Kelly, 2002; Johnston, 1995, dalam Kelly & Emery, 2003). Perasaan kehilangan juga dirasakan oleh remaja yang tinggal hanya dengan salah satu orangtua tanpa adanya kerjasama dalam mengasuh. Remaja menunjukkan pula keinginan untuk menghabiskan waktu yang lebih dengan ayah (Fabricius & Hall, 2000; Healy, Malley, & Stewart, 1990; Hetherington, 1999; Hetherington et al., 1982; Laumann-Billings & Emery, 2000; Wallerstein & Kelly, 1980, dalam Kelly & Emery 2003). Sedangkan pada informan kedua, kurangnya kehadiran dan keterlibatan ayah lebih terasa, seperti tidak merasakan kasih sayang ayah serta merasa berbeda dengan teman-temannya. Hal ini sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
dengan pernyataan Kelly dan Emery (2003) bahwa kurangnya kerjasama orangtua setelah bercerai, tidak hanya menjadikan remaja merindukan ayahnya, namun ada keraguan yang melekat bahwa ayahnya mencintai mereka. Selanjutnya, keterlibatan nonresident parents setelah perceraian dalam hidup remaja menjadi indikator yang penting untuk beberapa remaja bahwa mereka merasa dihargai dan dicintai. Selain itu, figur ayah kurang memenuhi kebutuhan informan secara materi. Pada informan ketiga juga kurang terlihat kehadiran dan keterlibatan ayah, misalnya dalam memenuhi kebutuhan materi. Pernyataan Duncan dan Hoffman (1985, dalam Kelly & Emery, 2003) mendukung hasil penelitian ini dimana perceraian menurunkan standar hidup orangtua yang tinggal bersama anak dan kurang lebih orangtua yang tidak bersama anak. Padahal dukungan finansial dari ayah berhubungan dengan sedikitnya masalah perilaku (Furstenberg, Morgan & Allison, 1987, dalam Steinberg, 2002). Lebih lanjut, informan ketiga menunjukkan tidak adanya kehadiran dan keterlibatan ibu di masa remajanya. Perceraian orangtua juga menimbulkan perasaan kesepian pada informan ketiga karena tidak ada sosok orangtua saat dibutuhkan. Menurut Kelly dan Emery (2003), perceraian dapat memunculkan kesedihan, kehilangan, kekhawatiran dan penyesalan. Perceraian orangtua menimbulkan perilaku eksternalisasi, seperti membangkang, kabur dari rumah, berbohong, merokok dan mabuk-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
mabukan. Perilaku eksternalisasi hanya terjadi pada informan pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rodgers dan Rose (2002) bahwa perceraian memberikan efek pada perilaku eksternalisasi, seperti agresi pada orang lain, mengonsumsi alkohol atau obat-obatan dan perilaku kenakalan remaja. Selanjutnya, dampak perceraian orangtua pada pendidikan dirasakan oleh informan ketiga, dimana ia merasa kurang adanya pendampingan dari orangtua. Dalam Rodgers dan Rose (2002) menyatakan bahwa remaja yang mengalami perceraian orangtua, performasi pendidikannya lebih buruk daripada remaja yang tidak mengalami perceraian orangtua dan cenderung kurang di pantau oleh orangtuanya. Selain itu, perceraian orangtua menyebabkan keadaan ekonomi menurun. Dampak ini dirasakan oleh informan ketiga, dimana setelah bercerai,
ayah
informan
tidak
bertanggung
jawab
terhadap
kebutuhannya serta ibu informan tidak bekerja. Pada Rodgers dan Rose (2002), remaja yang hanya tinggal bersama ibu berhubungan dengan stres ekonomi. Kelly dan Emery (2003) juga menyatakan bahwa perceraian menurunkan standar hidup orangtua yang mengasuh maupun orangtua yang tidak tinggal bersama anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
2. Sumber I Have Bagi Informan. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh informan memiliki sumber resiliensi I Have. Akan tetapi, tiap informan memiliki bagian I Have yang berbeda-beda. Bagian I Have yang dimiliki oleh semua informan antara lain informan memiliki sumber dukungan yang berasal dari figur orangtua yaitu ibu, keluarga besar ibu seperti nenek, teman maupun pasangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanson et al. (1998, dalam Greeff & Merwe, 2004) bahwa figur orangtua, keluarga, teman dan pasangan termasuk dalam sumber komunitas pembentukan resiliensi pada remaja. Namun tidak semua informan mendapatkan dukungan dari semua figur-figur tersebut. Dukungan dari figur yang satu menggantikan figur lainnya yang tidak dimiliki oleh informan. Misalnya pada informan kedua, keluarga besar ibu menggantikan kasih sayang seorang ayah. Pernyataan Desmita (2005) mendukung hal tersebut bahwa untuk menjadi seorang yang resilien, tidak cukup hanya memiliki satu sumber saja, namun harus ditopang oleh sumbersumber lainnya. Grotberg (1995) juga menambahkan bahwa cinta dan dukungan dari orang lain terkadang dapat menggantikan kekurangan cinta tak bersyarat dari orangtua atau care givers. Sumber I Have lainnya yang terdapat pada semua informan yaitu sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan yang tercukupi. Hal ini didukung karena custodial parents informan pertama yaitu ibu memiliki suatu yayasan. Ibu dari informan kedua juga bekerja sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
karyawan. Sedangkan pada informan ketiga, meskipun ibunya merupakan ibu rumah tangga, tetapi informan mendapatkan finansial dari ayah. Hanson et al. (1998, dalam Greeff & Merwe, 2004) juga menyatakan bahwa ekonomi dan akses layanan kesehatan termasuk sumber ekonomi yang dapat berfungsi membentuk resiliensi pada diri remaja. Terlebih Greeff dan Merwe (2004) menyatakan bahwa finansial dan jaminan kerja memainkan peranan yang penting sebagai faktor yang mendukung, khususnya jika orangtua tunggalnya adalah perempuan. Selain itu, sumber I Have yang juga dimiliki semua informan ialah dorongan untuk mandiri. Pada dasarnya, seluruh informan merupakan pribadi yang sudah mandiri. Dorongan mandiri dalam diri tiap informan muncul dalam berbagai macam bentuk, seperti tidak bergantung dengan orangtua dan mendapatkan penghasilan sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan Grotberg (1994, dalam Desmita, 2005) bahwa dorongan untuk mandiri pada remaja memberikan sumbangan bagi pembentukan resiliensi. Sedangkan sumber I Have lainnya yang muncul, namun tidak ada pada setiap informan antara lain adanya kedekatan dengan custodial parents yaitu ibu, peran ibu yang dapat mendidik maupun mencari nafkah pada informan kedua, peraturan yang ibu berikan serta ada kehadiran dan keterlibatan nenek pada informan pertama dan kedua. Menurut Gordon Rouse et al. (2000, dalam Greeff & Merwe, 2004)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
menyatakan bahwa dukungan emosional diantara anggota keluarga, partisipasi keluarga dalam tugas rumah tangga dan hobi, batasan dan aturan yang jelas, hubungan yang sering dengan anggota keluarga besar serta teman sebagai faktor yang berkontribusi untuk resilien di dalam sebuah keluarga. Baumgardner dan Crothers (2009) juga menjelaskan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anaknya menjadi salah satu faktor protektif dalam keluarga. Grotberg (1995) menyatakan pula bahwa orangtua yang memberikan peraturan untuk remaja maupun kebiasaan sehari-hari termasuk tugas secara jelas menjadi dukungan bagi remaja untuk resilien. Lebih lanjut, terdapat kerjasama diantara orangtua setelah perceraian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wenar dan Kerig (2000) bahwa adanya kerjasama diantara mantan suami istri berkenaan pengasuhan dan membesarkan anak dapat menahan anak terkena efek negatif dari perceraian. Berdasarkan hasil penelitian pula, salah satu informan memiliki role model. Menurut Grotberg (1994, dalam Desmita, 2005) bahwa adanya model peran termasuk dalam salah satu sumber pembentukan resiliensi. Lingkungan yang mendukung yang dimiliki oleh informan pertama serta adanya sumber komunitas, dalam arti mengikuti suatu komunitas tertentu yang dimiliki informan pertama dan ketiga juga mendukung pembentukan resiliensi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baumgardner dan Crothers (2009) bahwa terlibat dalam organisasi sekolah atau komunitas serta hidup dalam lingkungan yang terlibat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
peduli menangani masalah serta mempromosikan semangat komunitas merupakan
bagian
dari
faktor-faktor
dalam
komunitas
yang
mendukung resiliensi pada remaja.
3. Sumber I Am Bagi Informan. Kualitas pribadi yang ada pada seluruh informan yaitu memiliki gambaran diri positif yang mendukung pembentukan resiliensi. Akan tetapi, gambaran diri yang positif informan sangat bervariasi. Gambaran diri positif informan pertama seperti suka bergaul dan tidak pilih-pilih teman, humoris, mandiri, “cuek” serta tidak berpikir berat akan suatu hal. Informan kedua memiliki gambaran diri positif bahwa ia berprestasi dan mudah merasa iba. Sedangkan informan ketiga merupakan pribadi yang tangguh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baumgardner dan Crothers (2009) bahwa remaja yang memandang dirinya secara positif memiliki salah satu faktor protektif yang dapat mendukung pembentukan resiliensi. Selanjutnya, pribadi informan pertama yang humoris dan tidak berpikir berat suatu hal yaitu cenderung easy going juga mendukung resiliensi. Menurut Smith dan Carlson (1997) bahwa suka bergaul dan humor memiliki nilai protektif untuk remaja. Informan kedua yang memandang dirinya berprestasi menunjukkan adanya rasa bangga dengan dirinya sendiri serta mudah merasa iba, dimana hal ini menunjukkan bahwa informan merupakan pribadi yang mencintai, empati dan peduli pada orang lain. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Grotberg (1994, dalam Desmita, 2005) bahwa hal-hal tersebut menjadi bagian dari kualitas pribadi yang mempengaruhi sumber I Am. Grotberg (1995) menyatakan pula bahwa remaja yang resilien perhatian
terhadap
hal
yang
terjadi
pada
orang
lain
dan
mengekspresikan perhatiannya melalui tindakan maupun kata-kata. Remaja resilien juga bangga terhadap apa yang dapat ia lakukan dan ia capai. Kekuatan pribadi lainnya yang ada pada setiap informan yaitu memiliki harapan serta keinginan yang kuat. Keinginan dan harapan tiap informan sangat bervariasi, seperti informan pertama yang ingin membantah stereotip buruk orang lain terhadap anak korban perceraian, ingin cepat menikah dan memiliki anak. Sedangkan informan kedua lebih mengharapkan hubungan orangtuanya tetap baik serta informan ketiga yang berharap tidak meniru perilaku ayahnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Grotberg (1994, dalam Desmita, 2005) bahwa harapan-harapan ini berkaitan dengan perasaan, sikap dan keyakinan pribadi yang menjadi kekuatan pribadi pada masing-masing informan. Selain itu, sikap informan dalam berelasi dengan orang lain juga mendukung pembentukan resiliensi, seperti memperlakukan orang lain sebagai teman dan mau membantu orang lain. Hal tersebut menunjukkan sikap mencintai serta adanya kepedulian pada orang lain sebagai kekuatan pribadi informan (Grotberg, 1994, dalam Desmita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
2005). Sedangkan kualitas pribadi yang tidak muncul pada semua informan yakni sikap orang lain dalam berelasi dengan informan. Selanjutnya, keyakinan akan kemampuan diri sendiri dan keyakinan bahwa orang lain memandang diri secara positif. Berdasarkan pernyataan Grotberg (1994, dalam Desmita, 2005) bahwa kualitaskualitas tersebut menunjukkan adanya keoptimisan pada informan, dimana keoptimisan menjadi faktor protektif dalam diri remaja. Selain itu, menurut Smith dan Carlson (1997), kepercayaan diri dan keoptimisan juga menjadi faktor proteksi. Rutter (dalam Smith & Carlson,
1997) juga
menyatakan
bahwa
anak
yang resilien
menunjukkan kepercayaan akan kemampuannya dalam melakukan suatu hal.
4. Sumber I Can Bagi Informan. Berdasarkan hasil penelitian, keterampilan-keterampilan sosial dan interpersonal yang ada pada seluruh informan ialah mampu memahami perasaan yang muncul serta dapat mengatasi perasaan tersebut. Grotberg (1995) menyatakan bahwa remaja resilien dapat mengenali perasaannya, memberi penamaan terhadap emosi tersebut serta mengekspresikan dalam kata maupun perilaku yang tidak mengganggu perasaan tersebut dan tepat bagi orang lain maupun diri sendiri. Selain itu, semua informan memiliki kemampuan mengatasi masalah dan memiliki berbagai cara untuk mengatasinya. Menurut pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Rutter (dalam Smith & Carlson, 1997) bahwa anak yang resilien menunjukkan kapasitas untuk memecahkan masalah. Fergusson dan Lynskey (1996) juga menyatakan bahwa remaja yang resilien lebih memiliki
keterampilan
dalam
memecahkan
masalah
daripada
sebayanya yang tidak resilien. Cara-cara yang informan pertama lakukan antara lain menghindar terlebih dahulu, lalu mencari solusi dan menyalurkan perasaan melalui hal atau kegiatan yang positif, begitupun dengan informan kedua. Namun informan kedua dan ketiga lebih mengatasi masalah dengan cara menerima dan mensyukuri hal yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Carlson (1997) bahwa penerimaan menjadi faktor proteksi. Berdasarkan hasil penelitian, informan lebih banyak menggunakan emotion focused coping atau secondary/ passive coping. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Carlson (1997) dimana remaja lebih banyak mengunakan emotion focused coping, seperti mengubah pandangan atau harapan dan meregulasi emosi. Lebih lanjut, tiap informan mampu memahami keadaan yang terjadi maupun kondisi yang dialami oleh orangtuanya. Beberapa keterampilan lain yang muncul tetapi tidak pada setiap informan, antara lain kemampuan secara akademik maupun non akademik, mampu beradaptasi serta membedakan baik buruk suatu hal. Menurut pernyataan Rutter (dalam Smtih & Carlson, 1997) bahwa intelegensi berhubungan dengan resiliensi remaja. Fergusson dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Lynskey (1996) juga menyatakan bahwa remaja yang resilien menunjukkan intelegensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebayanya yang tidak resilien. Selanjutnya, terlihat pula upaya untuk mengubah sesuatu serta adanya tujuan dalam berhubungan dengan lawan jenis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rutter (dalam Smtih & Carlson, 1997) bahwa orientasi dalam hidup dan pemahamaan diri menjadi karakteristik yang penting pada remaja yang resilien. Selain itu, Grotberg (1995) menyatakan bahwa remaja resilien dapat menemukan seseorang yang dapat ia mintai bantuan maupun berbagi perasaan dan keprihatinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian, ketiga informan dapat dikatakan resilien, meskipun mengalami dampak dari perceraian orangtua. Hal ini dikarenakan ketiga informan memiliki sumber-sumber pembentukan resiliensi yang saling berinteraksi dan dapat menopang satu sama lain, sehingga ada keseimbangan antara dampak yang ditimbulkan dengan sumber yang dimiliki. Disamping itu, sumber-sumber yang dimiliki semua informan termasuk dalam profil remaja yang resilien. Adapun beberapa dampak perceraian orangtua yang dialami oleh semua informan ialah kurang atau tidak adanya kehadiran dan keterlibatan figur orangtua, terutama ayah. Bentuk dari dampak tersebut bermacammacam untuk ketiga informan. Perilaku eksternalisasi hanya muncul pada informan pertama. Dalam hal pendidikan, tidak semua informan menunjukkan adanya pencapaian prestasi. Dampak-dampak yang dialami semua informan diimbangi oleh sumber pembentukan resiliensi, yaitu sumber I Have. Semua informan memiliki sumber dukungan dari figur-figur terdekatnya, seperti ibu, teman, pacar dan keluarga besar orangtua. Akan tetapi, tidak semua informan memiliki sumber dukungan dari figur-figur tersebut. Semua informan menunjukkan bahwa figur yang satu menggantikan figur lainnya yang 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
tidak dimiliki oleh informan. Ketiga informan juga mendapatkan dukungan yang cukup dalam hal ekonomi dan akses layanan kesehatan. Sumber I Am yang mendukung pembentukan resiliensi yaitu gambaran diri positif yang nampak dari karakteristik yang bervariasi pada tiap informan. Selain itu, semua informan merupakan pribadi yang berpengharapan serta memiliki sikap berbeda-beda dalam berelasi dengan orang lain yang mendukung pembentukan resiliensi. Selanjutnya, sumber I Can yang ada pada semua informan, yakni kemampuan memahami perasaan serta kemampuan mengatasi masalah dengan cara yang bervariasi. Namun semua informan lebih banyak menunjukkan emotion focused coping.
B. SARAN 1. Bagi Remaja yang Mengalami Perceraian Orangtua. Perceraian orangtua dapat memberikan dampak negatif pada remaja. Disisi lain, perceraian juga tidak memberikan masalah yang signifikan pada remaja. Dengan kata lain, remaja masih mampu melakukan sesuatu dengan baik. Oleh karena itu, remaja yang mengalami perceraian orangtua hendaknya dapat memilih lingkungan yang tepat, yang dapat memberikan dukungan padanya. Remaja juga diharapkan mengembangkan kualitas-kualitas pribadi yang dapat mendukung dirinya dalam meminimalisir dampak perceraian orangtua. Selain itu, remaja yang mengalami perceraian orangtua hendaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
mengembangkan kemampuan sosioemosi serta mengembangkan kemampuan dalam mengatasi permasalahan yang dialami. 2. Bagi Orangtua. Berdasarkan hasil penelitian, remaja yang mendapatkan informasi terkait perceraian, merasakan adanya kerjasama orangtua dalam mengasuh setelah bercerai serta merasakan adanya kehadiran dan keterlibatan
orangtua,
minimal
salah
satu
orangtuanya
tidak
menunjukkan adanya masalah yang signifikan. Oleh karena itu, orangtua sebagai care givers yang paling utama diharapkan mampu menyampaikan pemahaman tentang perceraian dengan baik pada anak. Orangtua juga hendaknya tetap menjaga relasi yang baik dengan mantan suami-istri dalam mengasuh anak serta memastikan bahwa anak tetap merasakan adanya kehadiran dan keterlibatan orangtuanya. 3. Bagi Keluarga Besar. Adanya kehadiran dan keterlibatan keluarga besar seperti nenek dapat menggantikan figur orangtua yang tidak didapatkan oleh remaja. Oleh karena itu, keluarga besar diharapkan dapat berkontribusi dalam hidup remaja, misalnya dengan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada remaja, sehingga hal tersebut dapat menggantikan kasih sayang dari figur orangtua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
4. Bagi Teman Sebaya. Teman sebaya menjadi salah satu sumber dukungan bagi remaja yang
mengalami
perceraian
orangtua.
Terlebih
masa
remaja
merupakan masa dimana anak lebih dekat dengan teman sebaya. Remaja yang mengalami perceraian orangtua berisiko mengalami dampak negatif dari perceraian, seperti simtom internalisasi maupun perilaku eksternalisasi. Oleh karena itu, teman sebaya diharapkan mampu membawa remaja dalam pergaulan yang baik serta dapat memahami kondisi yang alami oleh remaja terkait perceraian orangtuanya. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya. Penelitian mengenai resiliensi berhubungan dengan keberagaman ekspresi remaja serta cara yang remaja gunakan dalam menghadapi situasi perceraian. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat lebih spesifik jika menggunakan usia informan. Hal ini berarti, penelitian selanjutnya dapat mengelompokkan antara remaja awal, sedang maupun akhir. Penelitian selanjutnya juga dapat melihat proses resiliensi dengan membedakan antara informan laki-laki maupun perempuan, sehingga dapat pula melihat persamaan dan perbedaan pola diantara pengelompokkan tersebut. Pada penelitian ini, hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya. Dalam arti, sumber-sumber pembentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
resiliensi yang ada pada remaja ternyata tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya. Namun bentuk-bentuk dari perilaku yang menunjukkan adanya sumber atau bentuk/ bagian dari tiap sumber dapat terlihat serta sangat bervariasi dari sebelumnya. Peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan hal tersebut apabila ingin meneliti mengenai resiliensi. Selain itu, penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya bias saat wawancara dengan informan maupun saat melakukan analisis data penelitian. Pada penelitian ini, terjadi sedikit bias pada saat peneliti melakukan wawancara dengan informan. Hal ini terjadi setelah peneliti mendengar pengalaman perceraian yang dialami informan. Peneliti berusaha untuk tidak memasukkan subjektivitas peneliti terkait pengalaman perceraian orangtua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Anjani, M. (2016). Kejahatan anak, Gunungkidul punya masalah serius. www.google.co.id. Diunduh dari http://sorotgunungkidul.com/beritagunungkidul-15951-kejahatan-anak-gunungkidul-punya-masalahserius.html Anonim. (2016). Sophia Latjuba tunjukkan prestasi akademik Eva Celia di LA. www.google.co.id. Diunduh dari http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/foto-sophia-latjubatunjukkan-prestasi-akademik-eva-celia-di-la-9b0cb7.html Aseltine, R.H. (1996). Pathways linking parental divorce with adolescent depression. Journal of Health and Social Behavior, 37 (2). 133-148. Baumgardner, S.R and Crothers, M.K. (2009). Positive Psychology. Ed 1st. New Jersey: Pearson Education. p: 58 Benard, Bonnie. (1991). Fostering Resiliency in Kids : Protective Factors in the Family, School, and Community. Diperoleh dari : http://scholar.google.co.id/ Carlson, B.E., and Smith, C. (1997). Stress, coping, and resilience in children and youth. Social Service Review, 71 (2). 231-256. Chen, J.D., and George, R.A. (2005). Cultivating resilience in children from divorced families. The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, 13 (4). 452-455. doi: 10.1177/1066480705278686 Choiriah, M. (2015). Anak-anak ini tetap berprestasi gemilang meski orangtua berpisah. www.google.co.id. Diunduh dari http://www.merdeka.com/peristiwa/anak-anak-ini-tetap-berprestasigemilang-meski-orangtua-berpisah.html Creswell, J.W. (2007). Qualitative inquiry & research design choosing among five approaches. 2nd ed. California: Sage Publications, Inc. Creswell, J.W. (2013). Research Design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Cui, M., Fincham, F.D., and Durtschi, J.A. (2010). The effect of parental divorce on young adults’ romantic relationship dissolution: what makes a difference?. Journal of The International Association for Relationship Research, doi: 10.1111/j.1475-6811.2010.01306.x Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Feist, J and Feist, G.J. (2006). Theories of Personality. Ed 6th. New York, America: McGraw Hill. p: 223. Fergusson, D.M and Lynskey, M. (1996). Adolescent resiliency to family adversity. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 37 (3). 281-292. doi: 10.1111/j.1469-7610.1996.tb01405.x Greeff, A.P., and Merwe., S.V.D. (2004). Variables associated with resilience in divorced families. Social Indicators Research, 68 (1). 59-75. Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening The Human Spirit. Washington DC, America: Bernard van Leer Foundation. Hipke, K., et al. (2002). Predictors of children’s intervention-induced resilience in a parenting program for divorced mothers. Family Relations: Interdisciplinary Journal of Applied Family Studies, 51. 121-129. Kelly, J.B., and Emery, R.E. (2003). Children’s adjustment following divorce: risk and resilience perspectives. Family Relations, 52. 352-362. Kertamuda, F.E. (2009). Konseling pernikahan untuk keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika. h: 104-109 Leimon, A and McMahon, G. (2009). Positive Psychology for Dummies. Chichester, West Sussex, England: John Wiley & Sons, Ltd. pp: 123126/128. Luthar, S.S. (1991). Vulnerability and resilience: a study of high-risk adolescents. Child Development, 62 (3). 600-616. Luthar, S.S., et al. (2000). The construct of resilience: a critical evaluation and guidelines for future work. Child Development, 71 (3). 543-562. Papalia, D.E, Olds, S.W and Feldman, R.S. (2009). Human development (Psikologi Perkembangan). Edisi 10. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, McGraw Hill. Pedro-Carroll, J. L. (2005). Fostering resilience in the aftermath of divorce: the role of evidence-based programs for children. Family Court Review, 43. 52-64.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Cetakan 1. Jakarta: Lembaga Pengembangan Saran Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Riggio, H.R. (2004). Parental marital conflict and divorce, parent-child relationships, social support, and relationship anxiety in young adulthood. Personal Relationship, 11. 99-114. Rizki, D. (2015). Mengapa bisa Rangga seorang bocah SMP bunuh diri?. www.google.co.id. Diunduh dari http://www.kompasiana.com/auliagurdi/mengapa-bisa-rangga-seorangbocah-smp-bunuh-diri_54f370987455137e2b6c766d Rodgers, K.B., and Rose, H.A. (2002). Risk and resiliency factors among adolescents who experience marital transitions. Journal of Marriage and Family, 64 (4). 1024-1037. Setiono, K. (2011). Psikologi keluarga. Edisi I. Bandung: P.T Alumni. hh: 9 dan 14. Siregar, S.A. (2013, 8 Oktober). Fenomena perceraian. www.google.co.id. Diunduh dari http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/10/08/55160/fenomena -perceraian/). Snyder, C.R., Lopez, S.J., and Pedrotti, J.T. (2011). Positive psychology, The scientific and practical explorations of human strengths. Second Edition. United States of America: Sage Publications, Inc. p: 98 Steinberg, L. (2002). Adolescence. Sixth Edition. New York: McGraw Hill. p: 4 Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam psikologi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: APPTI. Umar, N. (2013). Fenomena perceraian di Indonesia yang meningkat. www.google.co.id. Diunduh dari http://irakbuzz.blogspot.co.id/2011/09/fenomena-perceraian-di-indonesiayang.html. Wenar, C and Kerig, P. (2000). Developmental psychopathology from infancy through adolescence. 4th ed. Boston: McGraw-Hill Higher Education.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Lembar persetujuan ini dibuat terkait dengan pengambilan data yang akan dilakukan oleh: Nama : Patricia Sebagai : Peneliti Selanjutnya disebut pihak I yang akan berperan dalam tindakan psikologis untuk mengumpulkan data sehubungan dengan tugas akhir yang akan dilakukan oleh pihak I disertai informasi mengenai segala risiko yang mungkin terjadi serta yang berkaitan dengannya, kepada Nama : Sebagai : Subjek Selanjutnya disebut pihak II
Pengambilan data ini bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian pihak I dalam memenuhi tugas akhir. Pengambilan data akan dilaksanakan terhadap pihak II di lokasi dan waktu yang telah disepakati baik oleh pihak I maupun II. Pengambilan data yang akan diberikan oleh pihak I kepada pihak II, adalah: o Wawancara Melalui wawancara ini, peneliti bermaksud untuk mendapatkan data berupa pengalaman subjek yang akan diteliti oleh peneliti. o Merekam suara Untuk mendokumentasikan data yang didapatkan, peneliti menggunakan alat perekam suara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Sarana dan prasarana dari tindakan penelitian yang dilakukan di atas, antara lain: 1. Tempat wawancara 2. Panduan wawancara 3. Alat perekam Manfaat dari tindakan di atas terhadap pihak II, yaitu pihak II semakin mampu memahami pengalaman yang dialami serta mengetahui cara mencegah dan menanggulangi dampak yang dirasakan pihak II dari pengalamannya tersebut, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan diri di masa depan. Faktor risiko dari tindakan psikologis di atas, antara lain: 1. Tindakan yang diberikan kepada pihak II oleh pihak I (wawancara dan merekam suara) berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan secara psikis atau fisik. 2. Oleh karena itu, pihak II dapat mengajukan keberatan atau menghentikan tindakan pengambilan data jika merasa ada yang tidak sesuai dengan harapan. Adapun tanggung jawab Pihak I adalah menjaga kerahasiaan setiap informasi yang diberikan oleh Pihak II, dan mempergunakan informasi tersebut hanya untuk kepentingan akademik di lingkup terbatas (diskusi dengan dosen pembimbing tugas akhir). Berdasarkan semua penjelasan di atas, saya sebagai pihak II BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA mendapatkan tindakan psikologis yang diberikan pihak I.
Pihak I Peneliti,
............................
Pihak II Subjek,
.................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Verbatim Informan 1 (P1) No Verbatim Ringkasan 1 Kalo sebelum orangtuaku P1 tidak ingat kejadian bercerai aku ga inget e soal e aku sebelum orangtuanya bercerai karena masih masih kecil banget kecil. 2 Yang aku inget itu pokoknya Jarang lihat ayahnya sejak udah jarang liat papaku itu dari kelas 1 SD aku kelas 1 SDan lah, udah jarang liat papaku tapi aku ga Memahami perceraian ngerti kalo itu cerai. Aku mulai sejak kelas 4/ 5 SD ngerti cerainya itu waktu aku kelas 4/5 SD. Itu baru ngerti kalo emang pisah papaku sm mamaku. Ingatan tentang ayah Jadi sebelum cerai aku ga inget, yang jarang di rumah & ga terlalu inget. Paling ingetnya hanya mengantar ke tuh cuma kaya waktu dianter- sekolah anter sekolah terus jarang tuh papaku dirumah pokoknya, sekali dua kali aja lah. Dikit banget.
Interpretasi Subtema Pemahaman perceraian Pemahaman perceraian yang terbatas di masa kecil
Koding PC
Kehadiran & keterlibatan Kehadiran & HLAB ayah sedikit keterlibatan ayah terbatas Mulai paham perceraian Kemampuan KPCK kelas 4-5 SD memahami tentang perceraian pada masa kecil Kehadiran & keterlibatan Kehadiran & HLAB ayah sedikit keterlibatan ayah terbatas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
3
4
Kalo dulu gatau, tapi karena sekarang udah gede (18th), udah dikasih tau jadi tuh karena papaku tuh jarang pulang, jarang pulangnya tuh karena bilangnya kerja tapi suka judi gitu loh, suka judi, mabok, suka main cewek juga. Jadi pulang tuh ga bawa duit. Terus malah sampe apa ya, sampe sebulan, tiga bulan baru pulang. Bilangnya dulu kan papaku kerjanya di taksi terus ga pulang-pulang alesannya tuh karena kek lembur cuma balik kok ga bawa duit. Jadi alesannya si kata mamaku itu, karena yang utama perempuan si, karena main cewek.
P1 diberitahu orangtuanya Informasi perceraian bercerai karena ayahnya jarang pulang saat usia 18 tahun
Pemahaman perceraian
PC
Ayahnya jarang pulang Alasan ayah tidak pulang karena suka judi, mabuk & main cewek (keterangan ibu)
Perilaku buruk ayah
PBA
Ayahnya baru pulang Lama ayah tidak pulang setelah 1-3 bulan
Perilaku buruk ayah
PBA
Aku jujur ya. Aku biasa aja si waktu itu,waktu SD itu karena mungkin apa ya, karena ga terlalu paham tuh loh. Pikiranku masih main, yang penting, aku
Kondisi P1 sebelum orangtua bercerai biasa saja karena saat SD hanya memikirkan main dan sekolah
Tidak ada perubahan Kondisi P1 kondisi sebelum perceraian perceraian karena masih kecil
sebelum KBC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
ingetnya sekolah. Yang penting Ingatan tentang masih ada aku ingetnya oh ini masih ada ibu sehingga tidak apaapa jika tidak ada ayah mama, gak ada papa yaudah.
5
6
7
Nah aku mulai ngerasa-ngerasa mulai bisa mikir, ini kenapa sih itu mulai SMP. Mulai yang nyari-nyari, terus hmmm penasaran, kenapa si papa sama mama tuh cerai kenapa.
Mulai SMP tentang yang terjadi
•
Ada kehadiran HLIA & keterlibatan ibu • Tidak ada HLATA • Ingatan tidak ada kehadiran & kehadiran & keterlibatan ayah keterlibatan ayah berpikir Mulai berpikir keadaan Kemampuan KPKR sedang saat SMP memahami keadaan saat remaja
Mulai penasaran & mencari tahu kenapa ayah & ibu bercerai Tapi waktu itu mamaku belum P1 tidak diberitahu cerita, masih kecil kata mamaku. tentang perceraian karena Mamaku takut aku kepikiran masih kecil gitu. Terus yo rasane piye yo.
Hmm karena dari dulu tuh aku dah biasa sendiri sebenernya. SMP tuh aku merantau, jadi ga tinggal sama orangtuaku, sekolah sendiri terus tinggal diluar kota tuh sendiri, kan sama oma waktu
•
Ibu takut P1 memikirkan perceraian tersebut P1 terbiasa sendiri saat SMP karena tinggal dengan nenek bukan orangtua
Ingatan ada kehadiran & keterlibatan ibu
Mulai mencari alasan perceraian
tahu Pemahaman perceraian
PC
Tidak ada informasi Pemahaman perceraian perceraian saat kecil
PC
Kekhawatiran ibu pada Afeksi ibu pada anak AIPA anak karena perceraian Tidak ada kehadiran Tidak ada kehadiran HOTA orangtua saat SMP orangtua
Ada
kehadiran
& Ada
kehadiran
& HLPOA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
itu, sama nenekku. Jadi udah ga terlalu mikirin harus ada siapa, harus ada siapa gitu si.
keterlibatan nenek
keterlibatan pengganti orangtua
Tidak terlalu memikirkan Keberadaan orang lain Kebutuhan akan orang KOS harus ada seseorang tidak terlalu diperlukan lain sedikit 8 9
Pernah melihat mama papa berkonflik Tapi biasanya mereka berantemnya kalo aku liat langsung ke kamar. Mamaku dulu kalo ga salah pernah ngamuk-ngamuk gitu lah, pokoknya banting barang. Terus ribut, kalo ribut selalu kedengeran si tapi biasanya dalam kamar ga pernah di depanku langsung dan biasanya tanteku langsung ajak aku keluar tuh loh. Enggak, misalnya di dalem rumah nih terus mamaku berantem di dalam kamar, terus aku diajak keluar.
P1 pernah melihat orangtuanya berkonflik Orangtua P1 ke kamar bila P1 melihat mereka berkonflik
Mengetahui orangtua berkonflik Tidak dibiarkan melihat orangtua berkonflik
Pemahaman konflik PKNO pernikahan orangtua Pemahaman konflik PKNO pernikahan orangtua
Orangtua P1 tidak pernah Tidak dibiarkan melihat Pemahaman konflik PKNO berkonflik di depan P1 orangtua berkonflik pernikahan orangtua
P1 diajak keluar rumah Tidak dibiarkan melihat Pemahaman konflik PKNO bila orangtuanya orangtua berkonflik pernikahan orangtua berkonflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
10
Fix mereka cerai, pengadilan Orangtua P1 resmi cerai Informasi perceraian Pemahaman perceraian PC ketok palu tuh kayanya kelas 2 saat kelas 2 SD SD, habis itu langsung udah papaku, rumah segala macem kan semua emang dari uang mama, jadi papa yang pergi. Papa yang pergi waktu itu., terus aku langsung pindah rumah sama mamaku ke rumah baru sama omaku. Ayah P1 pergi karena Kepergian ayah setelah Nonresident parents NRP rumah dari uang ibu cerai (orangtua yang tidak tinggal bersama)
P1 pindah rumah dengan Tinggal bersama ibu & CSP Custodial parents ibu dan neneknya nenek (orangtua pemelihara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
11
Ya sebenarnya karena aku ga Tidak merasa ada Tidak ada perubahan Kondisi P1 ngerti si waktu itu jadi aku ga perubahan saat perceraian karena pemahaman perceraian ngerasa kaya ada perubahan yang karena tidak mengerti perceraian terbatas signifikan gitu loh. Cuma kalo perubahan emosinya itu ngerasanya mulai SMP SMA gitu. Mulai banyak, kalo kita anak psikologi sok-sokannya bilang cari figur ayah, kaya gitu. Aku jadi mulai SMP SMA jadi lebih seringnya main sama cowok, aku tuh kaya nyari, aku tuh ga pernah, kaya nyari-nyari gitu loh, gaulnya tuh kebanyakan sama cowok. Kalo pacaran tuh kadang-kadang suka penasaran cowok tuh kaya gimana si. Karena aku tuh ga pernah, kakakku pun.
Perubahan emosi SMP sampai SMA
saat Gejolak emosi saat SMP- Masalah emosi SMA
Mulai mencari figur ayah
setelah KTC
ME
Ingin mendapatkan figur Kebutuhan akan figur KFA ayah ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Mulai penasaran, bergaul Ingin tahu tentang lelaki Ketertarikan & berelasi TRL dan pacaran dengan lelaki dan menjalin relasi dengan lelaki dengan lelaki 12
13
Aku tuh punya kakak tapi ga terlalu deket, kaya misalnya ngomong, ngomong dirumah kalo ketemu paling kalo makan siang, kalo ga itu ga nyapa ga ketemu. Karena dia sukanya main game, keluar pulang malem. Ga pernah terlalu banyak ngobrol sama kakakku. engg….dampaknya yang paling kerasa ya waktu itu yang tadi kubilang, puncaknya ya SMA, ya SMA mau kuliah lah. SMA sampai awal-awal kuliah lah. Mulai apa ya, aku rebel banget anaknya, maksudnya bandel. Bandel banget, terus engg…kaya mamaku ngedidik si, cuma gimana ya susah dijelasin si. .
Punya kakak lelaki tetapi Hubungan yang terbatas Hubungan yang jauh HJKL tidak dekat & tidak dengan kakak lelaki dengan kakak lelaki banyak mengobrol
Puncak dari dampak Dampak perceraian Masa puncak dari MPDC perceraian terasa saat paling dirasakan saat dampak perceraian SMA-awal kuliah SMA-awal kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
P1 suka membangkang & Perilaku membangkang Perilaku buruk P1 nakal meskipun ibu P1 dan nakal P1 mendidiknya
PBP
14
akan Ketidakpahaman akan TPB Aku kaya nyari-nyari sesuatu P1 mencari sesuatu yang Ketidaktahuan tidak ia ketahui apa yang sesuatu hal yang dicari sesuatu yang yang sebenernya aku juga gatau dicari dibutuhkan tuh loh, aku nyari apa.
15
Tapi yo setiap masalahku pasti selalu berhubungan sama lakilaki. Maksudnya kaya aku temenan terus aku dilarang sama mamaku sama A, tapi aku malah makin karena aku ga ngerasa punya sosok laki-laki tuh loh, ga pernah deket. Kakakku cowok tapi aku ga pernah komunikasi yang bener-bener intens tau cowok tuh kaya gimana
Masalah P1 selalu Masalah terkait lelaki, Masalah dalam berelasi MRL berhubungan dengan seperti dilarang berteman dengan lelaki lelaki, misalnya dilarang dengan lelaki berteman dengan lelaki semakin berteman karena merasa tidak mempunyai sosok lelaki
Perilaku P1
membangkang Perilaku buruk P1
PBP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Komunikasi P1 dengan kakak lelaki tidak intens, sehingga tidak tahu lelaki seperti apa
Informasi tentang lelaki Pemahaman sedikit karena hubungan lelaki terbatas yang terbatas dengan kakak lelaki
tentang PLB
Hubungan yang jauh HJKL dengan kakak lelaki 16
17
Jadi ya, yang aku paling aku rasakan ya itu pas SMA mulai banyak masalah. Mulai suka kabur dari rumah, ngelawan, suka.., suka bohong, suka main keluar bilangnya ngerjain tugas tapi main, ya gitulah banyak bohongnya. banyak main sama cowok, suka pacaran tapi ga bener-bener pacaran, maksudnya suka deket-deket cowok aja gitu loh
SMA mulai masalah
banyak Saat SMA banyak Masa mendapat banyak MBM mendapat masalah masalah
Masalah tersebut antara lain suka kabur, melawan, berbohong, main & dekat dengan lelaki
Perilaku suka kabur, Perilaku buruk P1 melawan, berbohong, bermain dan dekat dengan lelaki
Gak, kalo sekolah aku sama Sekolah P1 tidak Perceraian sekali ga terganggu. Malah itu terganggu sama sekali berpengaruh setelah aku SD, aku malah ini akademik banget, SMP malah juara terus, SMA juga malah makin rajin. Bukan rajin si sebenernya, gatau
tidak Dampak pada perceraian
PBP
positif DPC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
malah mungkin aku ngelampiasinnya ke pelajaran ya, jadi aku lebih sering belajar, kek gitu.
18
Saat SMP, P1 terus juara P1 rajin dan berprestasi & saat SMA semakin rajin
P1 melampiaskan kondisi yang dialami ke pelajaran Cuma ga amannya tuh di relasi P1 merasa tidak aman aja si. Temen tuh aku ga suka dalam hal relasi milih, karena ga suka milih, aku tuh malah kaya sama siapa aja temenan, jadi salah, gitu. Mulai kenal ngerokok, tapi aku kenal ngerokok mulai ngerokok tuh dari kuliah, minum, mabokmabok kaya gitu tuh, nakal (sedikit ketawa). P1 bergaul dengan siapa saja sehingga salah pergaulan
Kemampuan akademik KA P1
Pelajaran sebagai sarana Strategi coping SC melampiaskan keadaan Perceraian berdampak Dampak negatif DNC pada relasi perceraian
Pergaulan yang salah
Dampak perceraian
negatif DNC
Mulai merokok, mabuk- Perilaku merokok, Perilaku buruk P1 mabukan & nakal saat mabuk-mabukan dan kuliah nakal
PBP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
19
Karena aku kalau tanya kesan orang-orang, ah ini anak broken home pasti hidupnya ga bener ni. Maksudnya sekolahnya ga bener, sosialnya ga bener. Aku ga pengin itu tervalidasi gitu lho. Jadi ga kok, buktinya aku ga kaya gitu-gitu. Ya selebihnya dari itu, yang aku bisa ya emang di bidang itu, ya aku kembangin disitu.
Kesan orang terhadap Kesan buruk orang anak broken home yaitu terhadap anak broken hidup yang tidak benar, home (keterangan P1) baik sekolah maupun sosialnya (keterangan P1)
Pandangan negatif PNOBH orang pada anak broken home (keterangan P1)
P1 tidak ingin kesan Keinginan untuk orang tersebut tervalidasi, membuktikan pandangan sehingga ia membuktikan yang lebih baik lewat prestasi
Keinginan untuk IBPB membuktikan pandangan yang lebih baik
P1 juga merasa mampu di Keyakinan bidang akademik kemampuan sehingga yang dimiliki mengembangkannya.
akan Keyakinan akademik kemampuan
akan YM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
20
hmm gimana ya, aku sendiri karena udah saking seringnya engg…denger mamaku ngejelasin soal kondisi rumah tangganya dia, aku jadi ini bodo amat. Aku ga pernah peduli, mau cerai kek, mau engga kek, yang penting akunya enak.
P1 merasa bodo amat Ketidakpedulian Sikap terhadap kondisi SKRT karena terlalu sering terhadap kondisi rumah rumah tangga orangtua mendengar kondisi rumah tangga orangtua tangga orangtuanya
P1 tidak peduli Ketidakpedulian orangtuanya bercerai atau terhadap perceraian tidak, yang penting ia merasa enak Mementingkan kenyamanan diri sendiri
21
Maksudnya gini, kamu. Misalnya Terserah bila orangtuanya Ketidakpedulian terhadap perceraian aku orangtuaku ya kondisinya, akan bercerai papa mamaku mau cerai, terserah. Keputusanmu ya itu urusanmu, tapi jangan sampai
Sikap perceraian
terhadap STC
Sikap mementingkan SDS diri sendiri
Sikap perceraian
terhadap STC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
ngorbanin yang lain-lain aja.
22
Keputusan orangtua merupakan urusan orangtuanya, asal tidak mengorbankan hal lainnya
Karena kan yang aku rasain dari P1 tetap membutuhkan perceraian itu, mau gimana pun ayahnya kan aku tetap butuh sama papaku tuh loh dan mamaku ga pernah ngijinin aku ketemu sama papaku. Kaya gitu, masalahnya tuh di situ. Ibunya tidak pernah mengijinkan P1 bertemu dengan ayahnya
Pengertian tentang Pemahaman perceraian perceraian yaitu sebagai keputusan orangtua (menurut P1)
Membutuhkan ayah
PC
sosok Kebutuhan akan figur KFA ayah
Keterbatasan bertemu Kehadiran dengan ayah karena keterlibatan larangan terbatas
& HLAB ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
23
Ya kalo pun nanti, atau dulu aku Terserah bila orangtuanya Ketidakpedulian tuh udah ngerti mamaku tuh mau akan bercerai, asal tidak terhadap perceraian cerai, ijin sama aku, papa mama mengorbankan hal lain mau cerai, yaudah terserah yang penting jangan ngorbanin yang lain-lain aja.
24
sebagai Ga seru si menurutku perceraian Perceraian itu, ya menurutku perceraian itu keputusan masing-masing apa ya. Ya keputusan orang masing-masing lah. Cuma kenapa bisa cerai, berarti masalahnya ada di merekanya dong, kok bisa sampai cerai, kenapa bisa. Menurut P1, kenapa bisa bercerai, berarti ada masalah di antara mereka
25
Kalo sama perceraiannya sendiri, ga terlalu, trauma si engga cuma lebih ke menyayangkan aja si, kok sampe mengorbankan yang lain-lain.
Sikap perceraian
terhadap STC
Pengertian tentang Pemahaman perceraian perceraian yaitu sebagai keputusan masingmasing (menurut P1)
PC
Alasan terjadinya Pemahaman perceraian perceraian karena ada masalah (menurut P1)
PC
P1 tidak trauma dengan Tidak trauma terhadap Dampak perceraian, tetapi perceraian perceraian menyayangkan perceraian tersebut mengorbankan lainnya Perasaan kecewa Dampak terhadap dampak perceraian
positif DPC
negatif DNC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
perceraian yang muncul Pengertian tentang Pemahaman perceraian perceraian yaitu sebagai pilihan terakhir (keterangan P1)
26
Cuma kalo itu emang satusatunya jalan yang diambil, selama gak ada masalah yang lebih gede. Misalnya dengan mempertahankan pernikahan, muncul masalah yang lebih besar daripada bercerai, yaudah bercerai.
Bila bercerai memang satu-satunya jalan yang diambil & tidak memunculkan masalah yang lebih besar, maka bercerai
27
Karena yang bertanggungjawab akan semua-muanya ya aku sendiri gitu loh. Mulai ngerasa gitu tuh sejak masuk kuliah, ya sejak SMA akhir sampai kuliah. Karena pengalaman yang mandiri itu, jadi aku terbiasa apa-apa tanggungjawab sendiri, kalo aku ngelakuin A, yaudah aku yang bertanggungjawab gitu loh. Mau aku sedih, mau aku seneng.
P1 tidak trauma karena pengalaman mandiri menjadikan ia bertanggungjawab atas perilakunya, mau senang atau sedih
28
Ya pasti sedih lah kalo lagi P1 sedih bila kangen Kesedihan kangen papa, atau kangen liat ayahnya & melihat orang perceraian orang-orang sama papanya jalan lain dengan keluarganya. makan bareng atau sama
PC
Alasan yang membuat P1 Penyebab tidak trauma STT tidak trauma terhadap terhadap perceraian perceraian yaitu mandiri dan bertanggungjawab atas perilakunya
akibat Dampak perceraian
negatif DNC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
kakaknya, keluarganya sebenernya sedih. Cuma balik lagi, kalo aku sedih tapi ga bawa keuntungan ya ngapain.
29
30
Pemahaman perasaan P1 berpikir bila sedih tidak menguntungkan Tujuan P1 merasa senang & memiliki hubungan dengan lelaki yang tidak seperti orangtuanya
terhadap PR
Berpikir kerugian dari Mengatasi perasaan MR rasa sedih Memiliki tujuan untuk Tujuan hidup untuk THLOT lebih baik dari orangtua lebih baik dari orangtua dalam berelasi dengan lelaki
Aku kan sekarang tujuannya supaya intinya aku seneng, aku bisa kalaupun punya hubungan sama laki-laki ya jangan sampe gitu. Kalo dibilangin anak dari korban P1 tidak merasa sebagai P1 bukan korban Pandangan diri bukan PDBBH perceraian, sebenernya bukan anak korban perceraian perceraian (keterangan sebagai anak broken home korban juga sih. Karena P1) menurutku ada 2 jenis tuh loh. Anak yang dari perceraian tapi tetep mikirin yang dipikirin sedihnya aja ya tetep sedih terus, kalo aku sedih yaudah udah selesai masa-masa sedihnya tuh loh. Ada 2 jenis, yaitu anak 2 jenis respon perasaan Dampak yang terus sedih & ia akan perceraian perceraian yang sedih tetapi selesai masa sedihnya (menurut P1)
negatif DNC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Kesedihan yang berlarut-larut
Pemahaman perasaan
terhadap PR
tidak Pemahaman perasaan
terhadap PR
Mengatasi perasaan 31
Masa-masa sedih pun aku ga Perceraian menyebabkan Ada dampak psikologis Dampak sampai yang stress, depresi. P1 sedih tetapi tidak tetapi tidak berlebihan perceraian Malah yang bikin aku depresi tuh sampai stress atau depresi , bukan depresi juga, yang bikin aku sedih tuh hubunganku ke mama karena sering berantem itu. Mamaku jadi overprotektif. Jadi ngelarang ini itu ini itu, jadi aku ngerasa kaya nyari tau sendiri gitu loh.
MR
negatif DNC
P1 sedih karena hubungan Kesedihan karena Hubungan yang kurang HKBI dengan ibu yang sering hubungan yang tidak baik dengan ibu bertengkar karena harmonis dengan ibu overprotektif Pemahaman terhadap PR perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Pola asuh mengekang
32
ibu
yang Pola asuh ibu
PAI
P1 dilarang ibu ini itu, Akibat sikap ibu yang Dampak pola asuh ibu sehingga mencari tahu mengekang sendiri
DPAI
Karena dilarang-larang aku jadi P1 mencari tahu sendiri Akibat sikap ibu yang Dampak pola asuh ibu nyari tau sendiri gitu loh. Setelah karena dilarang-larang mengekang mamaku tau, kita jadi berantem oleh ibunya berdua, ya sedihnya disitu. Pernah sampai aku capek banget, males banget, kabur dari rumah pas tinggal sama mamaku.
DPAI
Bila ibu P1 mengetahui Pertengkaran karena Hubungan yang kurang HKBI dirinya mencari tahu, melanggar larangan baik dengan ibu maka bertengkar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
P1 merasa sedih, lelah, malas dan kabur dari rumah saat tinggal dengan ibu 33
34
Ya karena itu, karena aku P1 kabur juga kebiasaan sendiri ya aku jadi dikarenakan ia terbiasa ngerasa yaudah aku tinggal tinggal sendiri sendiri aja, aku bisa kok, dari dulu juga udah tinggal sendiri, ngapain sendiri, ga bergantung sama mama pun ku bisa, aku mikirnya kaya gitu. P1 juga berpikir bahwa bisa jika tidak bergantung dengan ibunya. Sebenernya karena lingkunganku juga mendukung si, gak ada orang-orang yang, kalo orangorang bandel pasti ada, cuma orang-orang yang tau masalahku, yang gatau sekali pun tuh, karena dari akunya ga ngeribetin, kalaupun ada yang ga mendukung, aku tuh ga ngeribetin tuh lho,
Perasaan sedih, lelah Dampak pola asuh ibu serta perilaku malas, kabur P1 karena pola asuh ibu
DPAI
Terbiasa tanpa kehadiran Tidak ada kehadiran HOTA orangtua orangtua
Merasa mampu untuk Keyakinan tidak bergantung pada kemampuan ibu
Lingkungan P1 Lingkungan mendukung, walaupun mendukung ada orang-orang bandel.
akan YM
yang Dukungan sosial
Ada yang tahu masalah Tidak terpengaruh Kemampuan P1, ada juga yang tidak lingkungan yang tidak beradaptasi tetapi P1 tidak meribetkan mendukung lingkungan bila ada yang tidak mendukung
DS
KAL dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
35
36
jadi yang yang lebih aku perhatikan, orang-orang di sekitarku, ya produktif. Terus jadi yaudah sama-sama bikin aku produktif juga, yaudah kaya gitu, jadi enak. Orang-orang di sekitarku ga ngerempongin aku. Aku ga ngerasa ribet oleh omongan atau apa-apanya mereka gitu.
Orang-orang di sekitar P1 Lingkungan mendukung Dukungan sosial membuat dirinya yaitu menjadikan P1 produktif produktif
DS
Orang-orang di sekitar P1 Lingkungan mendukung Dukungan sosial tidak mencampuri yaitu tidak mencampuri urusannya. urusan P1
DS
P1 tidak Acuh terhadap ucapan Sikap tidak peduli mempermasalahkan orang lain omongan orang lain.
STP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
37
Temen-temen, pacar, hmmm mamaku juga si termasuk sekarang. Udah mulai bisa ga terlalu saklek dalam apa-apanya gitu. Misal dalam hal kaya aku pergi jauh, atau ngerasa pengin nyari temen diluar. Maksudnya tuh hubunganku ga cuma sekedar dalam keluarga doang. Jadi udah mulai-mulai. Kalau aku tuh dah gede. Gitu si dari orangtua, terutama temen si kalau aku.
Orang-orang yang Figur yang mendukung membuatnya tidak trauma yaitu terutama teman, lalu pacar & ibu
Sumber dukungan
Ibu sudah tidak terlalu Ibu yang lebih fleksibel Pola asuh ibu kaku, misalnya saat P1 dalam mengasuh pergi jauh Setelah perceraian, P1 masih SD serta ia sosok yang cuek sehingga masih berpikir main
Tidak ada perubahan Kondisi P1 kondisi setelah perceraian perceraian karena masih kecil & cuek
SD
PAI
38
Kalo kondisi pasti setelah perceraian berarti kan aku masih SD, ya yang kaya tadi aku bilang aku kan orang agak cuek, jadi masih mikirin main.
setelah KTC
39
Nah mulai SMP, mulai mandiri SMP-SMA mulai mandiri Ingin mendapatkan figur Kebutuhan akan figur KFA tuh, mulai yang nyari-nyari, & mencari ayah ayah ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
SMA apalagi. Papa tuh dimana, mulai cari kontaknya papa tapi mama ga ngasih, mulai ngerasa sedih, mulai suka nulis diary terus isinya papa semua., kaya gitu-gitu. Dorongan mandiri untuk Autonomi mencari ayah Mulai mencari kontak Ingin komunikasi dengan ayah, tetapi tidak diberi figur ayah oleh ibu Keterbatasan berkomunikasi dengan ayah karena larangan
AUT
Kebutuhan akan figur KFA ayah Kehadiran keterlibatan terbatas
& HLAB ayah
Merasa sedih, mulai suka Menyalurkan perasaan Pemahaman terhadap PR menulis diary tentang sedih melalui tulisan perasaan ayah Strategi coping SC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
40
41
Kaya nyari-nyari sosoknya papa Mencari-cari sosok ayah tuh kaya apa, dimana. Karena seperti apa emang kata mama dari lahir pun emang ga ditemenin papa tuh loh. Jadi emang jarang banget dirumah kondisi bareng mama papa, berempat tuh jarang banget, hampir 10 jari tuh masih bisa diitung tuh loh, masih kurang lah dari 10 jari. Dari lahir tidak ditemani oleh ayah
Ingin mendapatkan figur Kebutuhan akan figur KFA ayah ayah
Kondisi saat bersama ibu, ayah & kakak jarang sekali Jadi kondisinya apa yaa, ya itu- P1 bandel, susah itu aja si. Jadi bandel susah dibilangin & apabila dibilangin, ya kalo mama dilarang ia menangis ngelarang, mainnya nangis, karena kalo aku bandel gak ada yang bener-bener e sekuat, maksudnya teges, mamaku teges cuma beda kali ya kalo pap, ayah yang kasih ketegasan sama
Kebersamaan keluarga sedikit
Kehadiran & keterlibatan Kehadiran ayah sedikit keterlibatan terbatas
& HLAB ayah
dengan Kebersamaan dengan BKB keluarga terbatas
Perilaku nakal, susah Perilaku buruk P1 dinasihati serta menangis bila dilarang
PBP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
mama.
42
43
44
Bila P1 bandel, ibunya tegas, tetapi ketegasan ibu berbeda dengan ayah (keterangan P1) Jadi aku gejolaknya di masa- Gejolak P1 di masa masa remaja itu si aku. Masa- remaja, masa mencari jati masa orang sini bilang mah jati diri diri yak. Heem, aku kalo sama papaku P1 dilarang oleh ibunya bertemu & ketemu, terakhir ketemu pas natal untuk mengucapkan selamat si kemarin. Ya ngucapain natal natal pada ayahnya biasa, ya ngucapain, cuma mamaku nglarang tuh loh.
Ngelarangnya aku gatau juga sih karena apa, alesan pastinya tuh aku gatau. Cuma ya mungkin karena pengalaman mamaku dah males sama papaku, jadi kebawa ke aku juga ga boleh.
Perbedaan ketegasan ibu Perbedaan pola asuh BPAO & ayah dalam mengasuh orangtua
Tahap gejolak mencari Tahap identitas diri saat remaja identitas diri
Keterbatasan Kehadiran berkomunikasi dengan keterlibatan ayah karena larangan terbatas
mencari CID
& HLAB ayah
Ibu P1 melarang karena Alasan ibu melarang P1 Penyebab larangan ibu pengalaman ibu yang berkomunikasi dengan sudah malas dengan ayah ayahnya (menurut P1)
SLI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Menurut pengadilan, usia Merasa bebas untuk Perasaan tak P1 berada diluar batas berkomunikasi dengan pada larangan pengasuhan mama serta ia ayah merasa sudah besar sehingga bebas kontak/ mengobrol dengan ayah
45
Cuma aku ngerasa udah gede juga, udah umur segini, mau ngomong sama papaku ya udah bolehlah. Kalo dulu di pengadilan, batas pengasuhan kan sampai 17 tahun aku di mamaku. Tapi setelah itu, menurutku aku bebas lah nentuin aku mau kapanpun ngobrol sama aku punya papaku. Kalo kontaknya, aku mau kontak, bebas, harusnya aku bebas gitu loh.
46
Mamaku gitu, sekarang si mulai Ibu P1 lebih fleksibel lebih apa ya. Mamaku mulai lebih fleksibel.
47
Kalau aku, orangtua, mama sama Orang-orang yang Figur yang mendukung pacar yang mendukungku mendukung P1 yaitu ibu & pacar
Sikap ibu lebih fleksibel
terikat RTIL
Sikap ibu pada anak
SIA
Sumber dukungan
SD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
48
Kalau dari mama, bilangnya ya. Mama selalu gini si, kalau mama dulu gagal, anak mama ga boleh gagal, kaya gitu. Terus apa sih lagi, intinya selama masih bisa, lakuin aja. Tapi jangan sampe, intinya jangan sampe, selama yang kamu lakuin itu ga menyimpang, yaudah gapapa. Atau itu yang kamu lakuin emang tahapnya tuh emang, kalau mamaku tuh bilangnya, ya aku kalau lagi masa sekarang tuh, masa-masa milih temen gitu lho. Selama kamu di masa itu dan ga terjerumus ke yang engga-engga, gapapa.
Ibu memberi dukungan Dukungan ibu untuk Bentuk dukungan ibu dengan mengatakan bila tidak mengikuti ibu gagal, maka P1 tidak kegagalan orangtua boleh gagal
BDI
Ibu P1 mengatakan Dukungan ibu atas Bentuk dukungan ibu bahwa selama masih bisa segala yang dilakukan P1 dilakukan, maka lakukan asalkan tidak menyimpang
BDI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Ibu P1 berkata bahwa P1 Dukungan ibu dengan Bentuk dukungan ibu berada pada tahap memahami tahap memilih teman, maka perkembangan P1 tidak apa-apa asalkan tidak terjerumus
BDI
49
Terus kalau misalkan dari pacar, ya kurang lebih sama si. Tapi karena mungkin lebih sering kontaknya sama pacar, jadi lebih kerasa aja ya dukungan emosionalnya, dukungan fisik terus lebih di temenin secara langsung, gitu-gitu lebih terasa. Pada intinya sama si, ya intinya kaya gitu.
Lebih sering kontak & Dukungan emosional & Bentuk dukungan dari BDP bertemu langsung dengan fisik dari pasangan pasangan pacar, sehingga lebih terasa dukungan emosional & fisik
50
Kalau sama mamaku, dulu ga begitu deket si. Jarang curhat, jarang banget curhat. Aku mulai curhat tuh waktu kuliah. Kuliah waktu semester berapa yah, baru bisa terbuka tuh lho,mah. Aku tuh misalnya lagi deket sama siapa. Dulu tuh ga pernah cerita blas sama sekali atau lagi ada masalah apa gitu ga pernah.
Dahulu tidak dengan ibu & jarang curhat
dekat Hubungan yang sangat dekat dengan ibu
tidak Hubungan yang jauh HJI dengan ibu
Dahulu masalah
cerita Hubungan yang hanya dekat dengan ibu
tidak Hubungan yang jauh HJI dengan ibu
jarang pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
51
Paling cerita tuh kaya masalah materi doang. Mah butuh ini, butuh ini, kalau masalah kaya hubungan eh kaya masalah pribadi tuh jarang aku ceritain. Kalau sekarang udah bisa lebih terbuka terus lebih tahu, oh ternyata mamaku tuh ga sesaklek ini lho. Ternyata mamaku tuh mau dengerin ceritaku. Yang dulu aku anggep, ah paling di sepelein, paling gamau denger atau paling mamaku main hakim sendiri. Ternyata oh ternyata engga, kalau aku baik-baik aja ya mamaku baik-baik aja, gitu.
cerita kebutuhan materi Mulai terbuka dengan ibu Menjadi terbuka dengan Hubungan yang lebih HLDI saat kuliah ibu dekat dengan ibu Lebih terbuka dengan ibu
Menjadi terbuka dengan Hubungan yang lebih HLDI ibu dekat dengan ibu
Ibu tidak sekaku dahulu Sikap ibu lebih fleksibel Sikap ibu pada anak & mau mendengarkan & terbuka cerita P1 Dulu P1 berpikir ibunya tidak mau mendengar, menyepelekan & main hakim sendiri
Pandangan P1 bahwa ibu Pandangan tidak mau mendengar, pada ibu menyepelekan dan main hakim sendiri
Jika P1 baik-baik saja, Sikap baik ibu pada anak maka ibunya akan baik pula
SIA
negatif PNPI
Sikap ibu pada anak
SIA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
52
Terus kalau sama pacar hm….gimana ya kalau sama pacar ya, sama si intinya lakuin apa yang pengin aku lakuin, selagi bukan.. kesempatan lakuin ya aku lakuin, selalu di dukung si selama itu baik buat kamu.
Pacar mendukung untuk Dukungan dari pasangan P1 melakukan apa yang ingin ia lakukan selagi ada kesempatan & baik untuknya
Dukungan sosial
53
Kalau dulu peraturannya yang kaya ga boleh pulang malem lebih dari jam 10, jam 9 jam 10. Ga boleh nginep di rumah temen. Kalo SMP itu kemana-mana harus dianter. Misalnya mau kerja kelompok, japok tuh dianter, kadang ditungguin. Jadi masih seprotect itu.
SMP tidak boleh pulang Aturan ketika pergi yang Peraturan ibu malam lebih dari jam 10, ibu berikan saat SMP tidak boleh menginap di rumah teman & kemanamana harus di antar
DS
AI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
54
Mulai-mulai SMA engga si, mulai bawa motor sendiri, ya engga. Tapi ya itu, ga boleh nginep, kalau sama cowok tuh jangan terlalu suka deket sama cowok, maksudnya naruh hati opo piye tuh jangan. Ga boleh pacaran juga, aku tuh boleh pacaran mulai dari kuliah. Sebenernya SMA ga boleh tapi aku nyuri-nyuri. Ga boleh apa lagi yaa peraturan. Oh lebih ke ini si paling, rutinitas kaya ibadah. Tiap pagi harus baca alkitab, sampe sekarang si itu, harus nyempetin. Lebih kesitu si, lebih memprotect aku.
SMA membawa motor sendiri, tidak boleh menginap, tidak boleh terlalu dekat, menaruh hati bahkan pacaran dengan cowok, & harus membaca alkitab tiap pagi
Aturan ketika pergi, Peraturan ibu berelasi dengan lelaki dan ibadah yang ibu berikan saat SMA
Saat SMA tidak boleh Melanggar aturan ibu pacaran, namun P1 mencuri-curi
Perilaku buruk P1
AI
PBP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
55
Kalo di dalem rumah sendiri, P1 bebas di dalam rumah, Aturan ibu di rumah pasti kegiatan di dalem rumah lebih baik teman datang aku gak ada si, bebas-bebas aja. ke rumahnya Kalau ada temen yang mau datang, mending temen yang ke rumahku, jangan aku yang keluar. Tapi selama aku di dalem rumah, mau ngapain aja gapapa si.
56
Kalau sekarang lebih fleksibel, pulang malem gitu. Tapi selama ga sendiri si, kalau pulang malem sendiri, ada temennya. Kalau kemarin aku habis libur tuh, kalau jaman dulu kalau pergi sama temen, walaupun sama cewek, jam 10 udah di telpontelpon, lagi dimana. Kemarin pas liburan, kan aku sama pacar toh, ya pulang malem gapapa, karena ada yang jagain. Udah boleh lah, lebih..ga terlalu parno gitu lho kalau aku keluar malem. Ga terlalu takut, karena ya itu ga sendiri. Terus, ga ada si cuma itu aja kalau peraturan, sama jaga
Peraturan ibu
Sekarang ibu P1 lebih Sikap ibu yang lebih Pola asuh ibu fleksibel, misalnya pulang fleksibel dalam aturan malam selama tidak sendiri & ada yang menjaga maka ibu tidak takur & parno
P1 harus jaga diri
AI
PAI
Kekhawatiran ibu bila P1 Afeksi ibu pada anak pergi sendiri dan pulang malam
AIPA
Aturan yang ibu berikan Peraturan ibu untuk selalu menjaga diri
AI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
diri. Dah itu aja si. 57
Kalau aku malah tercukupi banget menurutku. Kalau, semuanya di penuhi si. Dari masalah uang, handphone, transportasi, kesehatan kalau sakit. Itu karena di rumah, tante juga perawat kan, jadi sakit dikit tuh bener-bener ini kenapa, ini kenapa. Langsung ditangani gitu lho, rumah sakit, atau apa segala macem, sigap gitu lah. Untuk sekolah, kebutuhan, untungnya aku bener-bener ga pernah sampe ini sih, kaya kurang duit banget buat urusan sekolah tuh jarang. Terus masalah kebutuhan, keperluan, sekolah kaya beli buku atau apa kek, kaya fotokopi, ngeprint selalu dicukupin. Malah solusinya tuh kaya dibeli, kan sekarang banyak ngeprint, tuh kaya dibeliin printer sendiri. Lebih gampang, kaya kapan aja
P1 sangat tercukupi Kecukupan secara Sumber ekonomi & SEK dalam hal uang, ekonomi & akses akses layanan handphone, transportasi layanan kesehatan kesehatan & kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
mau ngeprint tuh bisa. Kalau akses handphone, transportasi motor, kalau disini motor si kalau di jogja. 58
Kalau aku ngerasa udah mandiri malah dari SMP. Kecuali kalau bergantung masalah duit ya, itu kan masih minta terus. Tapi kalau masalah lain-lain, bikin tugas. Contoh kecil ya waktu SMP, aku ga pernah nanya sama orangtua tuh loh masalah tugas. Jadi aku nyelesaiin sendiri, ga pernah belajar bareng kaya diajarin orangtua, kaya gitu ga pernah dari SMP.
P1 sudah mandiri dari SMP, misalnya saat membuat tugas, tetapi belum mandiri secara finansial
Dorongan untuk mandiri Autonomi dalam menjalankan kewajiban murid saat SMP
AUT
59
Terus kalau keinginan mandiri, kuliah ini ada si. Jadi aku dari sekitar setahun, dua tahun lalu tuh emang pengin, kebutuhan kita kuliah kan banyak kan dan
Keinginan mandiri mulai Dorongan untuk mandiri Autonomi dari kuliah, seperti buat agar memperoleh sesuatu kecil-kecilan & penghasilan saat kuliah jualan online
AUT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
aku sadar kalau misalnya ga semuanya aku bisa minta gitu loh. Nah kaya sekarang, mulaimulai nyari kecil-kecil, dikit walaupun ga tiap hari, bikin apabikin apa. Dulu sempet online, jualan online. Biar gimana caranya tuh aku ga minta 100% dari mama. Walaupun misalnya mungkin mama ada tapi ga pengin aja gitu, karena kaya ga enak gitu kan kita make, takutnya tuh itu kan semua dari mama, blabla. Ga pengin aja si kaya gitu, kaya merasa make sesuatu dengan ga enak, ga puas gitu kan. Kalau sekarang dorongan untuk mandiri ya lebih ke itu, sama masalah, malah mikirnya selama aku bisa bantu mamaku sekarang kenapa engga, tapi kan belum bisa. Minimal bantu diriku sendiri aja lah, menuhi kebutuhan yang bener-bener buat aku.
P1 sadar kebutuhan Motivasi untuk mandiri Autonomi kuliah banyak & tidak karena banyak kebutuhan semuanya bisa minta.
AUT
Ibunya ada tetapi merasa tidak enak memakai sesuatu dari ibu & tidak puas
Motivasi untuk mandiri Autonomi karena kepuasan dan tidak enak hati bergantung pada ibu
AUT
Ada dorongan mandiri Dorongan untuk mandiri Autonomi untuk membantu ibu, agar dapat membantu ibu tetapi saat ini minimal memenuhi kebutuhan sendiri
AUT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
60
Kalau aku, sampai sekarang intinya selalu nganggep orang lain itu temen, maksudnya kita ga bisa mungkirin kan ada orang yang ga suka sama kita. Tapi aku mikirnya, mau segasuka apapun, mau sebenci apapun ke aku, ga akan ngerubah sikapku ke mereka. Maksudnya aku akan tetep baik gitu loh, kalau mereka, kalau orang bilang, aku baik kalau kamu itu baik. Misalnya kan ada tuh orang-orang ngomong gitu kan. Tapi kalau aku, lah kamu mau baik, mau engga ya tetep aku baikin. Walaupun misalnya aku ga dapet respon positif darimu ya aku luweh, yang penting aku dah baik ke kamu. Kalau responmu negatif yaudah itu urusanmu, yang benci kan kamu, yang penting aku ga sempet benci sama kamu, gitu si.
P1 selalu menganggap Sikap P1 terhadap orang Sikap dalam berelasi SROL orang lain sebagai teman lain yaitu menganggap dengan orang lain orang lain sebagai teman
Bila orang lain tidak suka Sikap orang lain tidak Sikap dalam berelasi SROL dengannya, tidak akan akan mengubah sikap P1 dengan orang lain mengubah sikap P1 pada pada orang tersebut mereka
Bila P1 tidak mendapat respon positif, P1 tidak peduli, yang penting dirinya sudah baik dengan orang tersebut
P1 tidak peduli pada Sikap dalam berelasi SROL sikap orang lain padanya, dengan orang lain yang terpenting sikapnya pada orang tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
61
62
Hmm..kalau buat orang-orang yang ga kenal aku nih, misalnya belum ngobrol atau belum apa. Awalnya tuh pasti banyak yang ga suka sama aku karena ah iren tuh jutek, ah iren tuh sombong, misalnya yang kaya gitu-gitu. Ah itu udah kaya makananku tiap hari kalau ketemu orang baru gitu. Nah sampai sekarang aku dah sedikit ini si, kaya ngerubah. Bukan ngerubah, lebih ke aku mencoba kalau ketemu orang baru kaya masang tampang yang jangan sampai mereka mikir nek aku tuh kaya negatif gitu loh, cuma ya gimana bawaan muka gitu kan.
Menurutku orang-orang yang emang udah ngobrol atau apa, yang aku rasain si sebagian besar positif walaupun ada beberapa yang. Agak cerita dikit ya,
Orang-orang yang tidak Sikap orang lain tidak Sikap orang lain dalam SOLR kenal P1 awalnya banyak suka pada P1 sebelum berelasi dengan P1 yang tidak suka mengenal dirinya dengannya karena jutek & sombong
P1 sedikit mencoba bila bertemu orang baru seperti pasang tampang agar mereka tidak berpikir negatif Orang-orang yang sudah mengobrol dengan P1 sebagian besar sikapnya positif
Usaha mengubah Upaya mengubah UUOL pandangan orang lain pandangan orang lain menjadi lebih baik padanya Sikap orang lain lebih Sikap orang lain dalam SOLR baik pada P1 sesudah berelasi dengan P1 mengenal dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
63
sekarang aku punya pacar ini, terus ada beberapa orang temenku yang ternyata dulunya sebelum aku jadian sama pacarku tuh suka sama pacarku tuh loh dan mereka jadi berubah sikapnya ke aku. Jadi aku ngerasa oh ada beberapa yang, apa ya yang sikapnya ke aku tuh ga positif kaya gitu tuh. Tapi aku menganggap biasa aja si, tapi aku menganggap sebagian besar mereka baik juga ke aku. Gak ada, lebih ke itu aja si, Orang-orang takut Sikap orang lain yang Sikap orang lain dalam SOLR bawaan aku. Jadi orang-orang mengobrol karena kesan takut mengenal P1 berelasi dengan P1 takut ngobrol sama aku karena jutek & sombong karena kesan awal yang kesannya itu tadi. Kesannya aku kurang baik kaya sombong, kesannya aku kaya jutek dan ga terlalu berusaha, ya berusaha si. .
64
Cuma ga terlalu mengerahkan usaha apa banget buat cari image di depan mereka nek aku tuh baik loh orangnya, kamu temenan
P1 tidak terlalu berusaha mencari image baik, tetapi orang lain akan tahu sendiri setelah
Usaha yang tidak Upaya mengubah UUOL berlebihan untuk pandangan orang lain mendapat pandangan baik dari orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
65
sama aku dong, kaya gitu-gitu. Ga sih, aku ga terlalu suka buat, ya orang akan tau sendiri. Mungkin mereka akan tau aku gimana setelah ngobrol sama aku. Aku ga terlalu berusaha nunjuk-nunjukin aku tuh pantes buat jadi temen siapapun Kendalanya ya itu tadi cuma masalah itu doang. Oh ya sama ini, aku tuh orangnya rada-rada dominan ya. Jadi kalau ketemu sama orang-orang yang dominan juga suka bentrok. Nah suka masalah disitu tuh loh. Suka aku tuh banyak ngomong, suka mbok ini gini, ini gini, suka ngasih tau. Nah kadang orang-orang banyak yang ga terima nek aku lagi kaya gitu.
mengobrol dengannya
P1 sosok yang dominan, Sikap dominan terhadap Sikap dalam berelasi SROL banyak berbicara, orang lain dengan orang lain mengarahkan & memberi tahu sehingga banyak yang tidak terima.
Sikap orang lain yang Sikap orang lain dalam SOLR tidak terima karena sikap berelasi dengan P1 P1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
66
(Ketawa) pertanyaannya sulit. Kalau aku, kalau dari aku sendiri, aku orangnya suka bergaul, bercanda, suka bergaul dan aku ga pernah, apa ya aku mau temenan sama orang ini kalau kaya gini-gini. Ga sih aku ga kaya gitu, cuma sekalinya aku ngerasa ga suka sama orang karena sesuatu, misalnya karena aku dikecewain atau aku misalnya dibohongin gitu, susah gitu loh buat baik lagi. Ya susah buat percaya lagi. Jadinya sekali aku kecewa sama orang, udah ga respect tuh agak-agak susah buat balik respect lagi tuh loh, itu kejelekanku si. Terus aku, ya itu tadi menurutku aku mandiri, udah cukup mandiri, cukup. Terus udah cukup bisa nyelesaiin masalah sendiri, terus ga terlalu bergantung sama orang lain, ga terlalu, aku lebih berfokus ke
P1 suka bergaul, Gambaran diri positif P1 Gambaran diri bercanda, tidak pilih-pilih seperti suka bergaul, teman & mandiri humoris, tidak pilih-pilih teman dan mandiri
GD
P1 lebih berfokus pada diri sendiri serta sulit percaya & menghargai lagi jika dikecewakan
Gambaran diri negatif P1 Gambaran diri seperti egois, sulit percaya dan menghargai orang lain bila telah dikecewakan
GD
P1 mandiri seperti dapat menyelesaikan masalah sendiri & tidak bergantung pada orang lain
Kemandirian dalam Autonomi mengatasi masalah serta tidak bergantung pada orang lain
AUT
P1 dapat menyelesaikan Kemampuan mengatasi KAM masalah sendiri masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
gimana si aku. Contohnya ilustrasinya kaya gini misalnya aku punya masalah sama orang, aku lebih fokus ke ya masalahnya selesai, intinya jangan sampai aku tuh ini loh, depresi, jangan sampai aku, kan ada tuh orangorang yang ngerasa bersalah, kaya gitu loh. Aku lebih ke apa ya, kaya egois juga si lebih mentingin diriku, nek aku aman yaudah aku mentingin aku dulu ketimbang orang lain, gitu. 67
Engg….keluar, maksudnya aku orang yang lupa kalau aku tuh seneng-seneng. Jadi aku nyenengin diriku sendiri dulu tuh loh, jangan sampai aku jarang si aku nyelesaiin masalah, mutusin masalah saat aku lagi marahmarahnya. Jadi kalau ada masalah apapun, pasti aku hindari dulu, aku diem dulu, minimal aku ga terlalu emosi dulu lah. Baru aku mikirin
P1 lupa akan situasi sulit Cara P1 mengatasi Strategi coping jika bersenang-senang. Ia masalah dengan akan menyenangkan bersenang-senang dahulu dirinya dahulu.
SC
Jarang menyelesaikan/ memutuskan masalah saat marah P1 menghindari terlebih dahulu, diam, tidak terlalu emosi lalu berpikir
P1 tidak memutuskan Strategi coping suatu masalah saat emosi
SC
Cara P1 mengatasi Strategi coping masalah dengan lebih dulu menghindar,
SC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
68
gimana aku harus baiknya.
bagaimana baiknya
berdiam, menstabilkan emosi lalu berpikir solusi
Nah kalau yang perceraian mama papaku kan aku lebih ngerasa kaya mamaku jadi overprotektif, terus aku jadi kehilangan, yo bilangnya kehilangan figur ayah si sebenernya. Aku jadi merasa ga mendapatkan bener-bener sosok ayah gitu loh. Nah aku nyari itu diluar, ya itu aku temenan sama cowok. Kadangkadang sama, suka ngobrol sama orang yang lebih tua gitu loh. Oh jadi rasanya disayangi sama orang, laki-laki yang memang sosok ayah tuh kaya gini dan sejauh ini aku ngerasa cukup kok. Walaupun kadang-kadang ngerasa kangen. Kalau ngeliat orang-orang kan, aduh gimana si rasa sebener-benernya bukan sekedar dapet dari orang lain.
Perceraian orangtua P1 menyebabkan ibunya overprotektif & ia merasa kehilangan figur ayah
Perubahan sikap ibu Dampak menjadi overprotektif & perceraian tidak ada kehadiran figur ayah
P1 tidak benar-benar Kehadiran & keterlibatan Kehadiran mendapatkan sosok ayah ayah sedikit keterlibatan terbatas P1 mencari sosok ayah di luar dengan berteman bersama cowok & suka mengobrol dengan orang yang lebih tua
P1
merasa
negatif DNC
& HLAB ayah
Ingin mendapatkan figur Kebutuhan akan figur KFA ayah ayah Cara mendapatkan figur Strategi coping ayah yaitu berteman dengan lelaki dan mengobrol dengan orang yang lebih tua
SC
kangen, Perasaan rindu figur ayah Kebutuhan akan figur KFA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
69
Hmm banyak, dari SMP ikut di gereja. SMP tuh apalagi si SMP, komunitas, apa ya SMP ya, lupa igh. SMA aja ya, aku suka ini, komunitas nyanyi, nyanyi di gereja juga, OSIS ia. Aku ikut kaya komunitas yang buat ikut olimpiade-olimpiade gitu, terus apa ya, lebih ke itu si, lombalomba. Komunitas musik si yang lebih banyak, karena suka musik toh. Di gereja juga kaya natalnatal gitu, pemudanya juga kaya yang setiap minggu ketemu buat ibadah.
70
Oia dong, jadi aku ya kaya gitu, pengalihan. Jadi aku jadi lupa sama rasa sedih gitu loh. Karena aku suka bergaul gitu loh. Kaya olahraga deh, basket. Kalau aku dah mumet banget tuh dulu, pasti
bagaimana rasa sebenarnya bila tidak sekedar mendapat dari orang lain P1 mengikuti komunitas Mengikuti komunitas di sejak SMP-SMA, seperti sekolah maupun gereja komunitas musik, OSIS, olimpiade, lomba & pemuda gereja
P1 mengikuti komunitas Komunitas untuk pengalihan pengalihan sehingga lupa rasa sedih sedih & karena ia suka bergaul
ayah Pemahaman terhadap PR perasaan Sumber komunitas SKO
sebagai Sumber komunitas dari rasa
Strategi coping
SKO
SC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
71
72
aku langsung latihan basket, langsung ketemu temen-temen, main. Udah seger, ya pulang jadi seneng. Udah ga keinget sama rasa sedih atau gimana. Gak, gak ada. Jadi mamaku Setelah bercerai, orangtua P1 tidak bekerja sama ambil alih semuanya. untuk mengurus P1, ibunya yang mengambil alih semua. Kalau dari segi materi engga, tapi Tidak ada kerja sama kalau dari segi, ya itu hubungan orangtua tidak berdampak sama papa jadi gatau, dulu sih ga pada segi materi, tetapi berdampak pada sadar ya kalau aku sebenarnya hubungan dengan ayah butuh papa, tapi setelah aku ngerti loh ternyata aku butuh loh papa. Makanya aku nyari, suka ngobrol sama papa lewat chatting walaupun kadang ga dibolehin kan. Jadi seengganya aku tau lah gimana berkomunikasi sama papa.
Tidak ada kerjasama Coparenting orangtua setelah cerai
COP
Dampak tidak ada Dampak coparenting kerjasama orangtua pada hubungan P1 dengan ayah, sedangkan tidak ada dampak pada materi
DCOP
P1 membutuhkan ayah Ingin mendapatkan figur Kebutuhan akan figur KFA sehingga ia mencari dan ayah ayah suka mengobrol dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
ayahnya melalui chatting.
73
Cara mendapatkan figur ayah dengan mencari dan berkomunikasi dengan ayahnya Meskipun tidak diijinkan, Keterbatasan setidaknya mengetahui berkomunikasi dengan bagaimana berkomunikasi ayah karena larangan dengan ayah suka memainkan Suka mempermainkan Aku suka mainin perasaan P1 perasaan lelaki cowok. Misal buat cowok suka perasaan lelaki. terus di biarin gitu aja. Aku orang yang cuek, ga berpikir terlalu P1 seseorang yang cuek Gambaran diri positif P1 dan tidak berpikir terlalu seperti cuek dan tidak berat. Aku juga ga gampang berat berpikir terlalu berat sayang sama orang lain. Aku ga P1 tidak mudah sayang Gambaran diri P1 yaitu trauma sama pernikahan, justru pada orang lain tidak mudah sayang pada pengin cepet menikah dan punya orang lain trauma pada anak soalnya pengin bantah P1 tidak trauma terhadap Tidak pernikahan pernikahan stereotip kalo orangtua bercerai, P1 ingin cepat nikah & Keinginan untuk anaknya ga jauh beda punya anak untuk menikah membantah stereotype Keinginan untuk orang bahwa anak korban membuktikan pandangan perceraian tidak berbeda yang lebih baik pada dengan orangtuanya. orang lain tentang anak korban perceraian
Strategi coping
Kehadiran keterlibatan terbatas Dampak perceraian
SC
& HLAB ayah
negatif DNC
Gambaran diri
GD
Gambaran diri
GD
Dampak perceraian Harapan P1
positif DPC HP
Keinginan untuk IBPB membuktikan pandangan yang lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
Subtema dan Tema Informan 1 (P1) Tema : Pemahaman perceraian orangtua (PCO) Interpretasi
Subtema
Pemahaman perceraian yang terbatas di masa kecil
Pemahaman perceraian
Informasi perceraian
Pemahaman perceraian
Alasan ayah tidak pulang
Perilaku buruk ayah
Lama ayah tidak pulang
Perilaku buruk ayah
Tidak ada perubahan kondisi sebelum perceraian karena masih Kondisi P1 sebelum perceraian kecil Mulai mencari tahu alasan perceraian
Pemahaman perceraian
Tidak ada informasi perceraian saat kecil
Pemahaman perceraian
Mengetahui orangtua berkonflik
Pemahaman konflik pernikahan orangtua
Tidak dibiarkan melihat orangtua berkonflik
Pemahaman konflik pernikahan orangtua
Tidak ada perubahan karena pemahaman perceraian terbatas
Kondisi P1 setelah perceraian
Ketidakpedulian terhadap kondisi rumah tangga orangtua
Sikap terhadap kondisi rumah tangga orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Ketidakpedulian terhadap perceraian
Sikap terhadap perceraian
Pengertian tentang perceraian yaitu sebagai keputusan orangtua Pemahaman perceraian (menurut P1) Pengertian tentang perceraian yaitu sebagai keputusan masing- Pemahaman perceraian masing (menurut P1) Alasan terjadinya perceraian karena ada masalah (menurut P1) Pemahaman perceraian Pengertian tentang perceraian yaitu sebagai pilihan terakhir Pemahaman perceraian (keterangan P1) Tidak ada perubahan kondisi setelah perceraian karena masih Kondisi P1 setelah perceraian kecil & cuek Hasil Analisis: Pemahaman perceraian informan terbatas saat kecil, sehingga ia tidak merasakan perubahan kondisi sebelum maupun setelah perceraian. Tidak adanya perubahan kondisi setelah perceraian juga di dukung oleh pribadi informan yang cuek. Informan juga mencari tahu dan mendapatkan informasi tentang perceraian orangtuanya saat remaja. Informasi tersebut antara lain tentang penyebab orangtuanya bercerai karena perilaku buruk ayahnya. Informan memahami bahwa orangtuanya berkonflik, tetapi ia tidak dibiarkan melihat orangtuanya berkonflik. Informan tidak peduli dengan perceraian orangtuanya asalkan tidak merugikan dirinya. Bagi informan, perceraian terjadi karena ada masalah serta sebagai keputusan terbaik yang ditentukan oleh orangtuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
Tema: Dampak perceraian (DC) Interpretasi
Subtema
Gejolak emosi saat SMP-SMA
Masalah emosi
Ingin mendapatkan figur ayah
Kebutuhan akan figur ayah
Ingin tahu tentang lelaki dan menjalin relasi dengan lelaki
Ketertarikan dan berelasi dengan lelaki
Dampak perceraian paling dirasakan saat SMA-awal kuliah
Masa puncak dari dampak perceraian
Perilaku membangkang dan nakal P1
Perilaku buruk P1
Ketidaktahuan akan sesuatu hal yang dicari
Ketidakpahaman akan sesuatu yang dibutuhkan
Masalah terkait lelaki, seperti dilarang berteman dengan lelaki
Masalah dalam berelasi dengan lelaki
Perilaku membangkang P1
Perilaku buruk P1
Informasi tentang lelaki sedikit karena hubungan yang terbatas Pemahaman tentang lelaki terbatas dengan kakak lelaki Informasi tentang lelaki sedikit karena hubungan yang terbatas Hubungan yang jauh dengan kakak lelaki dengan kakak lelaki Saat SMA banyak mendapat masalah
Masa mendapat banyak masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Perilaku suka kabur, melawan, berbohong, bermain dan dekat Perilaku buruk P1 dengan lelaki Perceraian tidak berpengaruh pada akademik
Dampak positif perceraian
Perceraian berdampak pada relasi
Dampak negatif perceraian
Pergaulan yang salah
Dampak negatif perceraian
Perilaku merokok, mabuk-mabukan dan nakal Kesan buruk orang terhadap anak broken home (keterangan P1) Membutuhkan sosok ayah
Perilaku buruk P1 Pandangan negatif orang pada anak broken home (keterangan P1) Kebutuhan akan figur ayah
Keterbatasan bertemu dengan ayah karena larangan
Kehadiran & keterlibatan ayah terbatas
Tidak trauma terhadap perceraian
Dampak positif perceraian
Perasaan kecewa terhadap dampak perceraian yang muncul Dampak negatif perceraian Alasan yang membuat P1 tidak trauma terhadap perceraian yaitu Penyebab tidak trauma terhadap perceraian mandiri dan bertanggungjawab atas perilakunya Dampak negatif perceraian Kesedihan akibat perceraian Dua jenis respon perasaan akan perceraian
Dampak negatif perceraian
Ada dampak psikologis tetapi tidak berlebihan
Dampak negatif perceraian
Ingin komunikasi dengan figur ayah
Kebutuhan akan figur ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Keterbatasan berkomunikasi dengan ayah karena larangan
Kehadiran & keterlibatan ayah terbatas
Perilaku nakal, susah dinasihati serta menangis bila dilarang
Perilaku buruk P1
Tahap gejolak mencari identitas diri saat remaja
Tahap mencari identitas diri
Perubahan sikap ibu menjadi overprotektif & tidak ada kehadiran Dampak negatif perceraian figur ayah Kehadiran & keterlibatan ayah sedikit
Kehadiran & keterlibatan ayah terbatas
Perasaan rindu figur ayah
Kebutuhan akan figur ayah
Suka mempermainkan perasaan lelaki Dampak negatif perceraian Tidak trauma pada pernikahan Dampak positif perceraian Hasil analisis: Dampak perceraian orangtua paling dirasakan oleh informan saat SMA sampai awal perkuliahan, yaitu saat remaja dimana merupakan tahap mencari identitas diri. Dampak-dampak tersebut antara lain informan mengalami masalah emosi saat remaja serta ingin berkomunikasi dan mendapatkan figur ayah karena ia merasa rindu dan membutuhkan sosok ayah. Hal ini disebabkan oleh kehadiran dan keterlibatan ayah yang terbatas. Tidak adanya sosok lelaki yang dekat dengan informan, baik ayah maupun kakak lelaki menyebabkan informan memiliki pemahaman yang terbatas mengenai lelaki. Perceraian juga menimbulkan kesan buruk orang lain terhadap anak korban perceraian. Selain itu, perceraian menyebabkan ibu informan menjadi overprotektif, ia dilarang berkomunikasi dengan ayahnya. Informan menjadi pembangkang, nakal, sulit di nasihati dan menangis bila dilarang. Ia juga mengalami kebingungan akan sesuatu yang ia cari. Informan bermasalah dalam berelasi dengan lelaki, seperti dilarang bermain dengan lelaki. Ia juga senang mempermainkan perasaan lelaki. Namun perceraian tidak membuat informan trauma akan pernikahan. Lebih lanjut, informan menjadi suka kabur, melawan, berbohong, main dan dekat dengan lelaki. Akan tetapi, perceraian tidak berpengaruh pada akademik informan, melainkan lebih berdampak dalam hal relasi. Informan juga salah dalam pergaulan, seperti merokok dan mabuk-mabukan. Informan merasa kecewa akan akibat dari perceraian yang merugikan dirinya. Baginya, ada 2 respon akan perceraian yaitu terus sedih dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
berlarut-larut sedih. Perceraian memberikan dampak psikologis padanya, tetapi tidak berlebihan. Informan merasa sedih namun tidak berlarut-larut, sehingga ia tidak stres, depresi maupun trauma akan perceraian karena ia seseorang yang mandiri dan bertanggungjawab atas perilakunya.
Tema: I have (IHV) Interpretasi
Subtema
Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit
Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas
Ingatan ada kehadiran dan keterlibatan ibu
Ada kehadiran dan keterlibatan ibu
Ingatan tidak ada kehadiran dan keterlibatan ayah
Tidak ada kehadiran dan keterlibatan ayah
Tidak ada kehadiran orangtua saat SMP
Tidak ada kehadiran orangtua
Ada kehadiran dan keterlibatan nenek
Ada kehadiran dan keterlibatan pengganti orangtua
Kepergian ayah setelah cerai
Nonresident parents (orangtua yang tidak tinggal bersama)
Tinggal bersama ibu dan nenek
Custodial parents (orangtua pemelihara)
Hubungan yang terbatas dengan kakak lelaki
Hubungan yang jauh dengan kakak lelaki
Kesedihan karena hubungan yang tidak harmonis dengan ibu
Hubungan yang kurang baik dengan ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
Pola asuh ibu yang mengekang
Pola asuh ibu
Akibat sikap ibu yang mengekang
Dampak pola asuh ibu
Pertengkaran karena melanggar larangan
Hubungan yang kurang baik dengan ibu
Perasaan sedih, lelah serta perilaku malas, kabur P1 karena pola Dampak pola asuh ibu asuh ibu Terbiasa tanpa kehadiran orangtua Tidak ada kehadiran orangtua Lingkungan yang mendukung
Dukungan sosial
Lingkungan mendukung yaitu menjadikan P1 produktif Lingkungan mendukung yaitu tidak mencampuri urusan P1 Figur yang mendukung
Dukungan sosial Dukungan sosial Sumber dukungan
Ibu yang lebih fleksibel dalam mengasuh
Pola asuh ibu
Dorongan mandiri untuk mencari ayah
Autonomi
Kebersamaan dengan keluarga sedikit
Kebersamaan dengan keluarga terbatas
Perbedaan ketegasan ibu dan ayah dalam mengasuh
Perbedaan pola asuh orangtua
Keterbatasan berkomunikasi dengan ayah karena larangan
Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas
Alasan ibu melarang P1 berkomunikasi dengan ayah
Penyebab larangan ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
Sikap ibu lebih fleksibel
Sikap ibu pada anak
Dukungan ibu untuk tidak mengikuti kegagalan orangtua
Bentuk dukungan ibu
Dukungan ibu atas segala yang dilakukan P1
Bentuk dukungan ibu
Dukungan ibu dengan memahami tahap perkembangan P1
Bentuk dukungan ibu
Dukungan emosional dan fisik dari pasangan
Bentuk dukungan dari pasangan
Hubungan yang tidak dekat dengan ibu
Hubungan yang jauh dengan ibu
Menjadi terbuka dengan ibu
Hubungan yang lebih dekat dengan ibu
Sikap ibu lebih fleksibel dan terbuka
Sikap ibu pada anak
Pandangan P1 bahwa ibu tidak mau mendengar, menyepelekan Pandangan negatif pada ibu dan main hakim sendiri Sikap baik ibu pada anak Sikap ibu pada anak Dukungan dari pasangan
Dukungan sosial
Aturan ketika pergi yang ibu berikan saat SMP
Peraturan ibu
Aturan ketika pergi, berelasi dengan lelaki dan ibadah yang ibu Peraturan ibu berikan saat SMA Aturan ibu di rumah Peraturan ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
Sikap ibu yang lebih fleksibel dalam aturan
Pola asuh
Aturan yang ibu berikan untuk selalu menjaga diri
Peraturan ibu
Kecukupan secara ekonomi dan akses layanan kesehatan
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan
Dorongan untuk mandiri dalam menjalankan kewajiban murid Autonomi saat SMP Dorongan untuk mandiri agar memperoleh penghasilan saat Autonomi kuliah Motivasi untuk mandiri karena banyak kebutuhan
Autonomi
Motivasi untuk mandiri karena kepuasan dan tidak enak hati Autonomi bergantung pada ibu Dorongan untuk mandiri agar dapat membantu ibu
Autonomi
Kemandirian dalam mengatasi masalah serta tidak bergantung Autonomi pada orang lain Mengikuti komunitas di sekolah maupun gereja
Sumber komunitas
Komunitas sebagai pengalihan dari rasa sedih
Sumber komunitas
Tidak ada kerjasama orangtua setelah cerai
Coparenting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
Dampak tidak ada kerjasama orangtua pada hubungan P1 dengan Dampak coparenting ayah, sedangkan tidak ada dampak pada materi Hasil analisis: Sebelum maupun setelah perceraian, ada kehadiran dan keterlibatan ibu, sedangkan kehadiran serta keterlibatan ayah terbatas. Saat SMP, tidak ada kehadiran orangtua, tetapi digantikan oleh nenek. Setelah perceraian, informan tidak tinggal bersama ayahnya, melainkan tinggal bersama ibu dan neneknya. Informan memiliki hubungan yang jauh dengan kakak lelaki serta kebersamaan dengan keluarga terbatas. Hubungan informan dengan ibunya kurang baik karena pola asuh ibu yang mengekang. Pola asuh ibu yang mengekang juga menimbulkan perasaan sedih, lelah serta perilaku malas dan kabur. Mulanya, informan juga berpandangan negatif terhadap ibunya serta memiliki hubungan yang jauh dari ibunya. Saat ini, ibu informan lebih fleksibel dan terbuka dalam mengasuh, sehingga hubungan mereka menjadi lebih dekat. Setelah bercerai, ibu dan ayah informan tidak bekerja sama dalam mengasuh informan, sehingga hal ini berdampak pada hubungan informan dengan ayahnya, namun tidak berdampak pada segi materi. Terlebih ibu informan melarang untuk berkomunikasi dengan ayahnya karena suatu alasan, sehingga kehadiran & keterlibatan ayah menjadi terbatas. Informan merasakan ada perbedaan pola asuh orangtuanya. Lingkungan informan mendukung yaitu tidak mencampuri urusan informan serta menjadikan ia produktif. Informan memiliki figur-figur yang mendukung dirinya, antara lain teman, pacar dan ibu. Ibu informan mempunyai banyak bentuk dalam memberi dukungan padanya. Ibu informan juga memberi beberapa aturan saat pergi serta dalam bergaul dengan lelaki dan beribadah. Selain itu, informan harus menjaga diri. Lebih lanjut, informan mendapat dukungan emosional maupun fisik dari pasangan. Informan mempunyai sumber ekonomi serta akses layanan kesehatan yang cukup. Selain itu, informan memiliki dorongan untuk mandiri saat mencari ayahnya, melakukan kewajiban dalam bersekolah serta mencari penghasilan saat kuliah. Kemandirian informan di motivasi karena kebutuhan yang banyak, kepuasan serta perasaan tidak enak hati dan ingin membantu ibunya. Informan juga mandiri dalam menyelesaikan masalahnya serta tidak bergantung pada orang lain. Lalu informan mengikuti beberapa komunitas di sekolah dan gereja sebagai pengalihan dari kesedihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
Tema: I am (IAM) Interpretasi
Subtema
Kekhawatiran ibu pada anak karena perceraian
Afeksi ibu pada anak
Keyakinan akan kemampuan akademik yang dimiliki
Keyakinan akan kemampuan
Mementingkan diri sendiri
Sikap mementingkan diri sendiri
P1 bukan korban perceraian (keterangan P1)
Pandangan diri bukan sebagai anak broken home
Merasa mampu untuk tidak bergantung pada ibu
Keyakinan akan kemampuan
Acuh terhadap ucapan orang lain
Sikap tidak peduli
Merasa bebas untuk berkomunikasi dengan ayah
Perasaan tak terikat pada larangan
Melanggar aturan ibu
Perilaku buruk P1
Kekhawatiran ibu bila P1 pergi sendiri dan pulang malam
Afeksi ibu pada anak
Sikap P1 terhadap orang lain yaitu menganggap orang lain Sikap dalam berelasi dengan orang lain sebagai teman Sikap orang lain tidak akan mengubah sikap P1 pada orang Sikap dalam berelasi dengan orang lain tersebut P1 tidak peduli pada sikap orang lain padanya, yang terpenting Sikap dalam berelasi dengan orang lain sikapnya pada orang tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
Sikap orang lain tidak suka pada P1 sebelum mengenal dirinya Sikap orang lain dalam berelasi dengan P1 Sikap orang lain lebih baik pada P1 sesudah mengenal dirinya Sikap orang lain dalam berelasi dengan P1 Sikap orang lain yang takut mengenal P1 karena kesan awal yang Sikap orang lain dalam berelasi dengan P1 kurang baik Sikap dominan terhadap orang lain Sikap dalam berelasi dengan orang lain Sikap orang lain yang tidak terima karena sikap P1 Sikap orang lain dalam berelasi dengan P1 Gambaran diri positif P1 seperti suka bergaul, humoris, tidak Gambaran diri pilih-pilih teman dan mandiri Gambaran diri negatif P1 seperti egois, sulit percaya dan Gambaran diri menghargai orang lain bila telah dikecewakan Gambaran diri positif P1 seperti cuek dan tidak berpikir terlalu Gambaran diri berat Gambaran diri P1 yaitu tidak mudah sayang pada orang lain Gambaran diri Keinginan untuk menikah Harapan P1 Keinginan untuk membuktikan pandangan yang lebih baik pada Keinginan untuk membuktikan pandangan yang lebih baik orang lain tentang anak korban perceraian Hasil analisis: Menurut informan, ibunya khawatir ia memikirkan perceraian orangtuanya. Informan yakin akan kemampuannya di bidang akademik dan merasa mampu untuk tidak bergantung pada ibunya. Informan mengaku bahwa ia tidak merasa sebagai anak korban perceraian, tetapi hal ini tidak sesuai dengan keinginan informan untuk membuktikan pandangan yang lebih baik pada orang lain tentang anak korban perceraian. Selain itu, informan tidak peduli dengan ucapan orang lain, ia lebih mementingkan dirinya sendiri. Informan sosok yang cuek dan tidak berpikir berat akan suatu hal. Ia juga tidak mudah sayang pada seseorang, namun memiliki harapan untuk cepat menikah. Informan pun merasa tidak terikat pada larangan ibu untuk berkomunikasi dengan ayahnya. Ibu informan memberi aturan saat informan pergi karena merasa khawatir, namun informan pernah melanggar aturan ibunya. Informan selalu menganggap orang lain sebagai teman. Apabila ada yang tidak suka dengan informan, tidak akan mengubah sikapnya terhadap mereka. Informan tidak peduli jika tidak mendapatkan respon positif, bagi informan yang penting dirinya sudah bersikap baik pada orang tersebut. Sedangkan pada mulanya, orang lain yang tidak mengenal informan akan menganggap informan sosok yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
jutek dan sombong. Namun setelah mengobrol dengan informan, sebagian besar menunjukkan sikap yang positif terhadap dirinya. Kesulitan yang informan rasakan dalam berelasi dengan orang lain yaitu pandangan pertama orang lain pada dirinya. Selain itu, sifat dominan informan yang suka berbicara, mengarahkan dan memberitahu kurang cocok untuk sebagian orang. Informan memandang dirinya sebagai pribadi yang suka bergaul, humoris, tidak pilih-pilih teman dan mandiri. Disisi lain, informan sosok yang egois, sulit percaya dan menghargai lagi bila telah dikecewakan.
Tema: I can (ICN) Interpretasi
Subtema
Mulai paham perceraian kelas 4-5 SD
Kemampuan memahami tentang perceraian pada masa kecil
Mulai berpikir keadaan saat SMP
Kemampuan memahami keadaan saat remaja
Keberadaan orang lain tidak terlalu diperlukan
Kebutuhan akan orang lain sedikit
P1 rajin dan berprestasi
Kemampuan akademik P1
Pelajaran sebagai sarana melampiaskan keadaan
Strategi coping
Keinginan untuk membuktikan pandangan yang lebih baik
Keinginan untuk membuktikan pandangan yang lebih baik
Kesedihan akibat perceraian
Pemahaman terhadap perasaan
Berpikir kerugian dari rasa sedih
Mengatasi perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
Memiliki tujuan untuk lebih baik dari orangtua dalam berelasi Tujuan hidup untuk lebih baik dari orangtua dengan lelaki Pemahaman terhadap perasaan Dua jenis respon perasaan akan perceraian Kesedihan yang tidak berlarut-larut
Pemahaman terhadap perasaan
Kesedihan yang tidak berlarut-larut
Mengatasi perasaan
Kesedihan karena hubungan yang tidak harmonis dengan ibu
Pemahaman terhadap perasaan
Tidak terpengaruh lingkungan yang tidak mendukung
Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
Menyalurkan perasaan sedih melalui tulisan
Pemahaman terhadap perasaan
Menyalurkan perasaan sedih melalui tulisan
Strategi coping
Usaha mengubah pandangan orang lain menjadi lebih baik Upaya mengubah pandangan orang lain padanya Usaha yang tidak berlebihan untuk mendapat pandangan baik Upaya mengubah pandangan orang lain dari orang lain P1 dapat menyelesaikan masalah sendiri Kemampuan mengatasi masalah Cara P1 mengatasi masalah dengan bersenang-senang dahulu
Strategi coping
P1 tidak memutuskan suatu masalah saat emosi
Strategi coping
Cara P1 mengatasi masalah dengan lebih dulu menghindar, Strategi coping berdiam, menstabilkan emosi lalu berpikir solusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
Cara mendapatkan figur ayah yaitu berteman dengan lelaki dan Strategi coping mengobrol dengan orang yang lebih tua Cara mendapatkan figur ayah dengan mencari dan berkomunikasi Strategi coping dengan ayahnya Perasaan rindu figur ayah Pemahaman terhadap perasaan Komunitas sebagai pengalihan rasa sedih
Strategi coping
Hasil analisis: Informan memiliki kemampuan untuk memahami perceraian pada masa kecil. Ia juga mampu memahami keadaan yang terjadi saat remaja. Informan tidak terlalu membutuhkan orang lain. Selain itu, informan memiliki kemampuan di bidang akademik. Pelajaran sebagai salah satu strategi coping dari kondisi yang ia alami. Strategi coping lain yang informan lakukan yaitu menyalurkan perasaan melalui tulisan. Informan juga berkeinginan untuk membuktikan pandangan yang lebih baik pada orang lain melalui prestasi, keinginan untuk cepat menikah dan mempunyai anak serta memiliki tujuan hidup untuk lebih baik dari orangtunya dalam berelasi dengan lelaki. Informan memiliki kemampuan memahami perasaan diri sendiri terkait perceraian dan hubungan dengan orangtuanya. Ia juga mampu mengatasi perasaannya tersebut. Selanjutnya, informan mampu memahami respon perasaan orang lain. Informan memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sehingga tidak terpengaruh dengan lingkungan yang tidak mendukung. Dalam berelasi dengan orang lain, informan berusaha tetapi tidak berlebihan untuk mengubah pandangan orang lain yang kurang baik terhadap dirinya. Informan mampu mengatasi masalah sendiri. Ia memiliki banyak strategi untuk mengatasi masalahnya, antara lain menyenangkan diri lebih dahulu, tidak memutuskan masalah saat marah, menghindari masalah, berdiam untuk meredakan emosi lalu berpikir solusi. Terkait dengan kebutuhan akan figur ayah, informan juga memiliki cara untuk mendapatkan figur ayah, antara lain berkomunikasi dengan ayahnya melalui chatting, atau berteman dengan lelaki dan mengobrol dengan orang yang lebih tua. Informan juga menjadikan komunitas yang ia ikuti sebagai strategi coping dari perasaan sedihnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
Verbatim Informan 2 (P2) No Verbatim 1 Hmm..kurang tau, soalnya waktu 4 bulan udah cerai, masih bayi
2
Ya kadang-kadang sok cerita. yaaa ada masalah mungkin
3
Yaa, waktu lagi hamil suka cuma dikasih uang dikit. Yaa, kondisinya ya susah waktu itu (ketawa). Ya pokoknya intinya, mama di rumah cuma dikasih uang untuk belanja. Mungkin cuma bisa makan ca kangkung. Jadi tiap hari makan ca kangkung (ketawa), hampir setiap hari.
4
5
Heem (ketawa). Yaaa, yaaa gimana yaa, ya karena jarang kasih uang gitu, untuk makan aja susah waktu itu, ya kadang sok
Ringkasan P2 tidak tahu kondisi sebelum orangtuanya bercerai karena masih bayi Ibu cerita tentang adanya masalah sehingga bercerai Saat ibu P2 hamil, kondisi keluarga sulit dan diberi uang sedikit
Interpretasi Subtema Pemahaman perceraian Pemahaman perceraian yang terbatas di masa bayi
Koding PC
Informasi perceraian
Pemahaman perceraian
PC
Alasan perceraian karena kesulitan ekonomi
Pemahaman perceraian
PC
Ibu hanya diberi uang untuk belanja dan makan yang sama tiap hari
Alasan perceraian karena kesulitan ekonomi
Pemahaman perceraian
PC
Ayah jarang memberi uang, untuk makan sulit sehingga ibu sebal dan marah
Alasan perceraian karena kesulitan ekonomi
Pemahaman perceraian
PC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
marah, gimana ya, sebel gimana gitu (ketawa) 6
4 bulan. Yaa kurang baik si jugaan, yaa karena bertengkar itu
7
Informasi perceraian
Pemahaman perceraian
PC
Saat perceraian, hubungan orangtua kurang baik karena pertengkaran Yaa kadang suka ngerasa, gimana P2 tidak mendapatkan kasih sayang dari ayah yaa, ga dapat kasih sayang dari seorang ayah, gitu
Hubungan orangtua tidak baik
Kondisi saat perceraian
KSC
Tidak merasakan kasih sayang ayah
Tidak ada kasih sayang ayah
TKSA
9
Ayah memberi uang Eee, kurang kasih sayang dari seorang ayah sama apa yaaa, baru hanya beberapa kali selama 12 tahun ngasih uang berapa kali selama 12 tahun
Ayah kurang memberi materi
Kurang mendapat materi dari ayah
KMA
10
Terkait berelasi sama orang lain tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh pada relasi P2 dengan orang lain
Dampak positif perceraian DPC
11
Sempet waktu itu disuruh nulis nama ayah tapi ga aku tulis (ketawa)
Tidak menulis nama ayah saat sekolah
Dampak negatif perceraian
8
Orangtua bercerai saat P2 berusia 4 bulan
Perceraian tidak berpengaruh terhadap relasi dengan orang lain Saat disuruh menulis nama ayah di sekolah, P2 tidak menulis
DNC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
12
P2 sedih kenapa Yaa, kadang ngerasa sedih gitu, kenapa harus cerai, akhirnya tahu orangtuanya harus sendiri, ngerasain. Ngerasain kalo bercerai dulu mama tuh gitu waktu sama papa, terus akhirnya biasa aja.
Kesedihan akibat perceraian
Dampak negatif perceraian
DNC
PR
P2 mengetahui dan merasakan kondisi ibu saat bersama ayahnya sehingga ia merasa biasa saja P2 terbiasa diajari oleh ibunya, sehingga mendapat nilai yang bagus
Memahami kondisi orangtua
Pemahaman terhadap perasaan Pemahaman akan kondisi orangtua
Nilai akademik yang baik Didikan ibu P2 dalam bidang akademik
Kemampuan akademik P2 KA Peran ibu PI
PKOT
13
Yaa, yaa sama.. kalo diajarin mama ya diajarin biasa, ya udah kebiasa diajarin mama terus alhamdulillah jadi bagus juga kok nilainya. Jadi kadang-kadang yaudahlah gapapa
14
Perceraian itu mungkin ada suatu masalah terus bercerai atau yang lainnya.
Perceraian terjadi karena ada suatu masalah atau lainnya
Pengertian tentang perceraian yaitu terjadi karena ada masalah
Pemahaman perceraian
15
Yaa awalnya mama kerepotan kalo ngurus sendiri. Lama-lama ya bisa, mama juga bisa nyari uang untuk sekolah, bisa ngajarin
Setelah bercerai, ibu kerepotan mengurus sendiri, tetapi lamalama bisa
Kesulitan ibu pada awal perceraian
Kondisi setelah perceraian KTC
PC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
juga, gitu
16
Ya kadang perasaanya sedih, ya itu sedih kenapa harus bercerai. Lama-lama ya udah biasa aja
Ibu P2 bisa mencari uang untuk sekolah dan mengajari P2 Merasa sedih kenapa harus bercerai, namun lama-lama merasa biasa saja Dekat dengan ibu, seperti suka bercanda dan jalan-jalan
Peran ibu mencari nafkah dan mendidik
Peran ibu
PI
Kesedihan yang tidak berlarut-larut
Pemahaman terhadap perasaan Mengatasi perasaan
PR
Kedekatan dengan ibu
Hubungan yang dekat dengan ibu
HDI
MR
17
Sama mama baik, deket. Ya kalo di rumah kadang suka bercanda gitu, ya bercanda, bercanda. Ya kadang jalan-jalan, banyak bercandanya si tapi.
18
Kadang-kadang papa suka ngechat, ya ngechat gitu. Lagi ngapain. Udah makan belum
Ayah kadang menghubungi P2 untuk menanyakan kabar
Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit
Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas
HLAB
19
Baru ketemu papa waktu umur 3 tahun terus kelas 3 SD
Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit
Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas
HLAB
20
Kan yang waktu umur 3 tahun belum tahu. Terus yang waktu kelas 3 SD ya udah tahu, oh itu ayahku
Bertemu dengan ayah saat usia 3 tahun dan 3 SD Saat 3 SD baru mengetahui ayahnya
Pemahaman sosok ayah terbatas di masa kecil
Pemahaman sosok ayah terbatas
PAB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
21
Yaa sempet seneng karena ya bisa liat papa, kaya gitu
22
Hmm apa ya, ya moga-moga hubungan mama sama papa tetep baik
23
Jarang komunikasi sama papa, rasanya biasa aja
P2 merasa senang karena dapat melihat ayahnya Saat bertemu ayah, P2 berpikir semoga hubungan ibu dan ayah tetap baik Jarang komunikasi dengan ayah dan merasa biasa saja
Perasaan senang karena bertemu ayah
Pemahaman terhadap perasaan
PR
Harapan P2 agar hubungan orangtuanya tetap baik
Harapan P2
HP
Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit Terbiasa tanpa ayah
Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas Kebiasaan tanpa sosok ayah Ada komunikasi dengan ayah
HLAB
Pemahaman perceraian
PC
Pemahaman orang lain tentang keberadaan ayah
POBA
Perilaku orang lain terkait
POLA
24
Yaa, bisa tahu kondisi papa sekarang gimana, ya kabarnya itu baik engga
P2 bisa mengetahui kondisi ayahnya dengan berkomunikasi
Mengetahui kabar ayah
25
Yaa sempet waktu itu, ya aku kan waktu itu juga gatau, apa tuh, kalo apa misalkan kalo orangtua cerai pikirannya oh papanya udah ga ada, ternyata masih ada. Terus kalo ditanyain guru mesti njawabnya gak ada. Tementemen taunya juga gak ada, ternyata ada.
Dulu P2 tidak tahu bila bercerai, ia masih mempunyai ayah, sehingga teman-teman mengetahuinya ia tidak mempunyai ayah
Pemahaman perceraian yang terbatas Pemahaman teman-teman bahwa P2 tidak memiliki ayah
Temen-temen biasa aja. Ya lama-
Perlakuan teman-teman Perilaku teman-teman
26
BTA AKA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
lama kan tau.
27
Setelah temen-temen taunya ga punya ayah, ya ga melakukan apa-apa si
28
Yaa, kok lainnya pada punya ayah aku ga punya ayah sendiri, awalnya gitu. (agak ketawa)
29
Mama sama papa setelah cerai, ya kadang cuma ngechat aja gitu. Ya misalnya waktu mama ulang tahun ya, selamat ulang tahun, gitu. Mungkin untuk apa ya, untuk bikin passport harus tanda tangan, atau apa-apa
30
Boleh komunikasi sama papa
31
Ya lebih banyak mama sih yang
biasa saja pada P2. Akhirnya mengetahui bahwa P2 masih memiliki ayah Setelah teman-teman mengetahui P2 tidak punya ayah, mereka tidak melakukan apapun Awal P2 merasakan bahwa lainnya memiliki ayah, sedangkan ia tidak memiliki Setelah bercerai, orangtua P2 kadang chatting
pada P2 Pemahaman teman-teman bahwa P2 masih memiliki ayah Perilaku teman-teman pada P2
keberadaan ayah Pemahaman orang lain tentang keberadaan ayah Perilaku orang lain terkait keberadaan ayah
POLA
Perasaan berbeda dengan lainnya tentang keberadaan ayah
Perasaan berbeda dengan lainnya
PBL
Ada kerjasama orangtua setelah bercerai
Coparenting
COP
P2 diperbolehkan ibu berkomunikasi dengan ayah Ibu lebih banyak mengasuh
Boleh komunikasi dengan ayah
Ada komunikasi dengan ayah
AKA
Peran ibu dalam mengasuh lebih banyak
Peran ibu
PI
POBA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
ngasuh. Ya kadang papa kasih tas, kasih sepatu 32
Yaa walaupun cerai ya masih bisa kontak-kontak gitu
33
Yaa efeknya apa ya, yaa seneng aja liatnya, kalo bisa akur gitu (ketawa)
34
Dampak jangka panjang yang dirasain gak ada si
35
Mama mungkin. Yaa apa ya, ya mama ya seorang single parent yang bisa membesarkan anaknya dengan baik
36
Eeeng, temen mungkin. yaa temen yaa mama, yaa keluarga yang lain
37
Gimana ya. Ya sempet waktu itu ditanyain temen, kan lagi ceritacerita tentang ayah, terus udah nanti kasihan, terus suruh cerita
Kadang ayah memberi tas dan sepatu Meskipun bercerai, orangtua P2 masih berhubungan P2 merasa senang melihat orangtuanya rukun
Ayah kurang memberi materi Ada kerjasama orangtua setelah bercerai
Kurang mendapat materi dari ayah Coparenting
KMA
Perasaan senang akan hubungan orangtuanya
Pemahaman terhadap perasaan
PR
Tidak ada dampak jangka panjang yang dirasakan Sosok panutan P2 ialah ibu karena seorang single parent yang bisa membesarkan anak dengan baik
Dampak jangka panjang tidak ada
Dampak perceraian
DC
Sosok yang di contoh yaitu ibu
Role model
RM
Sosok yang dekat dan selalu memberi dukungan antara lain teman, ibu dan keluarga Teman-teman menyuruh P2 cerita tentang ayah, mengakhiri karena
Figur yang mendukung
Sumber dukungan
SD
Dukungan teman dengan mendengarkan cerita, simpati dan menguatkan P2
Bentuk dukungan teman
BDT
COP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
gimana-gimana gitu, yaa terus gimana ya, ya sabar aja gitu. Yaa gimana ya, iya ia sih. Kadang cerita-cerita, tapi yaudah kasihan. Udah lah sabar
merasa kasihan lalu menyuruh P2 sabar
38
Gimana ya, eee..ya dengan kasih sayangnya. Yaa kasih sayang kaya gimana ya, ya membiayai sekolah, ya ngajarin, ngajarin udah
Ibu mendukung dengan Dukungan ibu dengan kasih sayangnya, kasih sayang dalam seperti membiayai berbagai cara sekolah dan mengajari P2
Bentuk dukungan ibu
BDI
39
Ya, ya gimana ya ee, ya sayang juga si. Kasih nasihat ga kayanya, ya kasih sayang aja udah kaya jadi ganti gitu lho. Ya gantinya kasih sayang papa. Jadi walaupun gak ada seorang ayah tapi masih ada yang lain
Keluarga memberi kasih sayang sebagai ganti kasih sayang ayah.
Dukungan keluarga dengan kasih sayang
Bentuk dukungan keluarga
BDK
Walaupun tidak ada seorang ayah tetapi masih ada yang lain
Ada kehadiran dan keterlibatan keluarga
Ada kehadiran dan keterlibatan pengganti orangtua
HLPOA
40
Sama temen, mama, keluarga ya baik si, ya deket juga
Kedekatan dengan sumber Hubungan yang dekat dukungan dengan sumber dukungan
HDD
41
Sama mama, kalo dirumah yang sana.
Dengan teman, ibu dan keluarga baik dan dekat P2 tinggal dengan ibu
Tinggal bersama ibu
CSP
Custodial parents (orangtua pemelihara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
42
43
Bila ibu bekerja, P2 dititipkan di rumah nenek dan terkadang ada tantenya Ya kalo dirumah, kamarnya harus Saat dirumah, kamar harus bersih. bersih, kalo main si mainnya jangan lama-lama, tau waktu gitu Saat main, jangan main lama-lama dan tahu lah waktu Kalo siang disini, sama eyang kadang ada bude juga
44
Ya tegas, ya marah mama kalo ngelanggar
45
Ya kalo mandiri sekarang bisa nyuci baju sendiri, terus sekarang kalo belajar bisa sendiri. Pengin yang kalo bisa sih ga ngerepotin orangtua nantinya
46
Layanan kesehatan terpenuhi, pendidikan terpenuhi
47
Ya kalo lagi main si, ya biasa aja. Ya kadang baik, kadang jelek gitu
Ada kehadiran dan keterlibatan keluarga
Ada kehadiran dan keterlibatan pengganti orangtua
HLPOA
Aturan rumah yang ibu Peraturan ibu berikan Aturan saat pergi yang ibu Peraturan ibu berikan
AI
Ibu P2 bersikap tegas dan marah bila aturannya dilanggar P2 sudah mandiri seperti dapat mencuci baju sendiri dan belajar sendiri
Sikap tegas ibu dalam aturan
Pola asuh ibu
PAI
Dorongan untuk mandiri dalam melakukan kewajiban
Autonomi
AUT
Ingin tidak merepotkan orangtua nantinya
Motivasi untuk mandiri agar tidak merepotkan orangtua Kecukupan secara ekonomi dan akses layanan kesehatan Sikap orang lain terhadap P2 yaitu kadang baik dan kadang buruk
Autonomi
AUT
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan
SEK
Sikap orang lain dalam berelasi dengan P2
SOLR
P2 terpenuhi dalam hal layanan kesehatan dan pendidikan Jika bermain, teman P2 kadang bersikap baik, kadang bersikap jelek
AI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
48
Ya baiknya apa ya. Ya kalo main ini, ya ayo. Ya misal ayo main ini mau gak, ya ayo. Tapi kalo itu agak negatif ya kadang gamau juga si. Kadang mereka jail.
Baiknya saat teman P2 mengajaknya bermain. Bila sedikit negatif, maka P2 menolak. Sedangkan jeleknya bila mereka jahil
Sikap baik orang lain terhadap P2 yaitu mengajak bermain Menolak ajakan teman bila tidak baik
Sikap orang lain dalam berelasi dengan P2
SOLR
Kemampuan membedakan baik buruk suatu hal
KBIU
49
Ya kalo misalkan apa ya, perilaku..hmmm, apa ya..ya kadang kalo butuh bantuan ya tak bantu
P2 membantu orang lain jika mereka membutuhkan
Sikap P2 terhadap orang lain yaitu membantu bila dibutuhkan
Sikap dalam berelasi SROL dengan orang lain
50
Hmmm, ya temen baik yang bisa ngertiin satu sama lain
P2 memandang teman baik itu dapat mengerti satu sama lain Apa ya, pernah lomba mengarang P2 mendapat juara 1 lomba mengarang untuk presiden, juara 1. Pernah untuk presiden, ikut reporter cilik tapi gak jdi mengikuti reporter cilik dutanya. Tapi karangannya serta karangannya dikasih di koran media Indonesia. dimuat di koran. Prestasi di sekolah ya baik si, ya Selain itu, ia juara di kadang juara 1, kadang juara 2. sekolah dan mendapat Ujian nasional baik, rata-ratanya nilai ujian yang baik. 9,3
Pandangan tentang teman baik
Pandangan tentang orang lain
PTOL
Prestasi non akademik P2
Kemampuan non akademik P2
KNA
Prestasi akademik P2
Kemampuan akademik P2 KA
P2 seorang yang nakal,
Gambaran diri negatif P2
Gambaran diri
51
52
Apa yaa, kadang juga nakal
GD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
(ketawa), terus jail juga kadang. Apa yaa. Ya kadang suka gangguin orang. Ya kadangkadang suka egois, kadang suka ngambek
jahil, suka mengganggu orang, kadang egois dan suka mengambek
seperti jahil, suka mengganggu orang, egois, suka mengambek
53
Apa yaa, positif ya mungkin dari prestasinya lumayan. Kadang kasihan ngeliat orang, ya itu kok bawaannya kok berat banget, terus dibantuin. Engga bukan pamrih, kok ngeliat orang kaya kasihan gitu
Prestasi P2 lumayan baik serta kadang ia merasa kasihan melihat orang. Misalnya membantu bawaan seseorang karena berat.
Gambaran diri positif P2 Gambaran diri seperti berprestasi dan mudah iba pada orang lain
GD
54
Oh kadang, oo nisa pinter (menurut P2)
Pandangan positif orang lain pada P2
Pandangan orang lain
POL
55
Pernah kesulitan, hmm apa ya, kan udah di percaya terus nanti udah ga bisa di percaya lagi. Heem,percaya sama orang lain tapi orang lain ternyata ga bisa di percayain gitu
Orang lain melihat P2 sebagai anak yang pintar (menurut P2) Kesulitan P2 saat berteman dengan orang lain ialah percaya dengan orang lain, tetapi ternyata mereka tidak bisa di percaya.
Kendala akan kepercayaan dalam berelasi dengan orang lain
Sikap dalam berelasi SROL dengan orang lain
56
Ya kadang sebel, yaa, terima aja
P2 merasa sebal dan menerima bila ternyata
Perasaan kesal saat mengalami kendala dalam
Pemahaman terhadap perasaan
PR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
lah udah gapapa
57
Ya mungkin dari mama, yaa, mama ngasih semua yang aku butuhin
58
Ya berusaha apa ya, berusaha sabar yang penting, terus berusaha buktiin kalo, apa ya. Kalo walaupun tanpa seorang ayah, aku bisa membanggakan orangtua.
59
Belajar, belajar biar dapat nilai yang bagus
60
Ga si kayanya, kayanya engga. Ya kaya cuma ngaji aja. Ya kelompok di masjidnya itu. hehe. Yaa nanti apa ya misalnya ikut takbiran bareng dari masjid mana, namanya apa gitu
61
Ya lebih banyak temen si, ga
orang lain tidak bisa dipercaya
berelasi Cara mengatasi masalah dengan menerima P2 dapat mengatasi Cara mengatasi masalah kesulitan karena sosok dengan dukungan dari ibu ibu memberi semua Kebutuhan yang terpenuhi yang ia butuhkan dari ibu Berusaha sabar dan Cara mengatasi masalah membuktikan dengan bersabar serta walaupun tanpa ayah, membuktikan agar dapat P2 bisa membanggakan dibanggakan orangtua
Strategi coping
SC
Strategi coping
SC
Bentuk dukungan ibu
BDI
Strategi coping
SC
Membuktikan dengan cara belajar agar mendapat nilai bagus P2 hanya mengikuti kelompok mengaji di masjid
Cara mengatasi masalah dengan belajar agar berprestasi Mengikuti komunitas agama
Strategi coping
SC
Sumber komunitas
SKO
Kelompok pengajian membuat P2 lebih
Komunitas tidak berpengaruh pada
Sumber komunitas
SKO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
ngaruh ke situasi yang aku alami
banyak mempunyai teman, tetapi tidak mempengaruhi situasi yang ia dialami
keadaan P2
Subtema dan Tema Informan Kedua (P2) Tema: Pemahaman perceraian orangtua (PCO) Interpretasi Subtema Pemahaman perceraian yang terbatas di masa bayi Pemahaman perceraian Informasi perceraian Pemahaman perceraian Alasan perceraian karena kesulitan ekonomi Pemahaman perceraian Hubungan orangtua tidak baik Kondisi saat perceraian Pengertian tentang perceraian yaitu terjadi karena ada masalah Pemahaman perceraian Kesulitan ibu pada awal perceraian Kondisi setelah perceraian Pemahaman perceraian yang terbatas Pemahaman perceraian Hasil Analisis: Informan tidak mengetahui kondisi sebelum orangtuanya bercerai karena masih bayi. Informan mengetahui penyebab orangtuanya bercerai dari ibunya, yaitu karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Orangtua informan bercerai saat ia berusia 4 bulan. Saat SD, informan belum memahami perceraian, ia mengira bahwa bila bercerai, pasti ia tidak memiliki ayah. Setelah perceraian, hubungan orangtuanya kurang baik. Ibu informan juga merasa kesulitan mengurus sendiri, namun lama-lama terbiasa. Menurut informan, perceraian terjadi karena ada suatu masalah atau lainnya. Tema: Dampak perceraian (DC) Interpretasi
Subtema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
Tidak merasakan kasih sayang ayah Tidak ada kasih sayang ayah Ayah kurang memberi materi Kurang mendapat materi dari ayah Tidak berpengaruh pada relasi P2 dengan orang lain Dampak positif perceraian Tidak menulis nama ayah saat sekolah Dampak negatif perceraian Kesedihan akibat perceraian Dampak negatif perceraian Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas Pemahaman sosok ayah terbatas di masa kecil Pemahaman sosok ayah terbatas Terbiasa tanpa ayah Kebiasaan tanpa sosok ayah Pemahaman teman-teman bahwa tidak memiliki ayah Pemahaman orang lain tentang keberadaan ayah Perilaku teman-teman pada P2 Perilaku orang lain terkait keberadaan ayah Pemahaman teman-teman bahwa masih memiliki ayah Pemahaman orang lain tentang keberadaan ayah Perasaan berbeda dengan lainnya tentang keberadaan ayah Perasaan berbeda dengan lainnya Dampak jangka panjang tidak ada Dampak perceraian Hasil Analisis: Dampak yang dirasakan oleh informan antara lain ia tidak merasakan kasih sayang seorang ayah karena kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas, tetapi informan terbiasa tanpa sosok ayah. Informan juga sempat tidak menuliskan nama ayahnya saat di sekolah dan merasa sedih atas perceraian orangtuanya. Informan sempat memiliki pemahaman yang terbatas akan perceraian, yang menyebabkan teman-temannya mengetahui bahwa informan tidak memiliki ayah. Akan tetapi, hal ini tidak mempengaruhi perilaku teman-teman informan kepadanya. Informan hanya merasa berbeda dengan teman-teman yang lain karena tidak memiliki ayah. Namun perceraian tidak mempengaruhi relasi informan dan tidak berdampak panjang pada dirinya. Tema: I have (IHV) Interpretasi Didikan ibu P2 dalam bidang akademik Peran ibu mencari nafkah dan mendidik Kedekatan dengan ibu Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit
Subtema Peran ibu Peran ibu Hubungan yang dekat dengan ibu Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
Mengetahui kabar ayah Ada komunikasi dengan ayah Ada kerjasama orangtua setelah bercerai Coparenting Boleh komunikasi dengan ayah Ada komunikasi dengan ayah Peran ibu dalam mengasuh lebih banyak Peran ibu Ayah kurang memberi materi Kurang mendapat materi dari ayah Sosok yang di contoh yaitu ibu Role model Figur yang mendukung Sumber dukungan Dukungan teman dengan mendengarkan cerita, simpati dan Bentuk dukungan teman menguatkan P2 Dukungan ibu dengan kasih sayang dalam berbagai cara Bentuk dukungan ibu Dukungan keluarga dengan kasih sayang Bentuk dukungan keluarga Ada kehadiran dan keterlibatan keluarga Ada kehadiran dan keterlibatan pengganti orangtua Kedekatan dengan sumber dukungan Hubungan yang dekat dengan sumber dukungan Tinggal bersama ibu Custodial parents (orangtua pemelihara) Aturan rumah yang ibu berikan Peraturan ibu Aturan saat pergi yang ibu berikan Peraturan ibu Sikap tegas ibu dalam aturan Pola asuh ibu Dorongan untuk mandiri dalam melakukan kewajiban Autonomi Motivasi untuk mandiri agar tidak merepotkan orangtua Autonomi Kecukupan secara ekonomi dan akses layanan kesehatan Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan Kebutuhan yang terpenuhi dari ibu Bentuk dukungan ibu Mengikuti komunitas agama Sumber komunitas Komunitas tidak berpengaruh pada keadaan P2 Sumber komunitas Hasil Analisis: Ibu mendidik dan mencari nafkah untuk informan, sehingga ia memiliki hubungan yang dekat dengan ibu. Sedangkan informan memiliki kehadiran dan keterlibatan yang terbatas dengan ayah. Informan diperbolehkan ibu untuk berkomunikasi dengan ayahnya. Setelah bercerai, ada kerjasama antara orangtua informan, walaupun lebih banyak ibu yang mengasuh karena tinggal bersama. Informan kurang mendapat kebutuhan materi dari ayahnya. Selain itu, informan menjadikan ibunya sebagai panutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
Informan juga memiliki figur-figur yang mendukungnya seperti teman, ibu dan keluarga. Mereka memberi dukungan dalam berbagai cara kepada informan. Dengan adanya kehadiran dan keterlibatan keluarga menjadi pengganti kasih sayang ayah. Ibu informan memberi beberapa aturan pada informan dan bersikap tegas akan aturan tersebut. Ibu informan juga memenuhi semua kebutuhannya, seperti pendidikan maupun akses layanan kesehatan. Selanjutnya, informan memiliki dorongan untuk mandiri. Informan tidak banyak mengikuti komunitas dan tidak berpengaruh pada situasi yang informan alami.
Tema : I am (IAM) Interpretasi Subtema Memahami kondisi orangtua Pemahaman akan kondisi orangtua Harapan P2 agar hubungan orangtuanya tetap baik Harapan P2 Sikap orang lain terhadap P2 yaitu kadang baik dan kadang buruk Sikap orang lain dalam berelasi dengan P2 Sikap baik orang lain terhadap P2 yaitu mengajak bermain Sikap orang lain dalam berelasi dengan P2 Sikap P2 terhadap orang lain yaitu membantu bila dibutuhkan Sikap dalam berelasi dengan orang lain Pandangan tentang teman baik Pandangan tentang orang lain Gambaran diri negatif P2 seperti jahil, suka mengganggu orang, Gambaran diri egois, suka mengambek Gambaran diri positif P2 seperti berprestasi dan mudah iba pada Gambaran diri orang lain Padangan positif orang lain pada P2 Pandangan orang lain Kendala akan kepercayaan dalam berelasi dengan orang lain Sikap dalam berelasi dengan orang lain Hasil Analisis: Informan dapat merasakan kondisi yang dirasakan ibunya. Selain itu, informan memiliki harapan terkait hubungan orangtuanya. Terkadang teman informan dapat bersikap baik padanya, namun juga dapat bersikap tidak baik padanya. Sedangkan informan mau membantu orang lain yang membutuhkannya. Baginya teman baik ialah yang dapat mengerti satu sama lain. Dalam berelasi, informan mengalami permasalahan dalam hal kepercayaan. Informan sosok yang jahil, egois, dan suka mengambek. Disisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
lain, ia memandang diri berprestasi dan mudah merasa iba pada orang lain. Selanjutnya, orang lain juga memandang informan sebagai sosok yang pintar.
Tema: I can (ICN) Interpretasi
Subtema
Kesedihan akibat perceraian
Pemahaman terhadap perasaan
Memahami kondisi orangtua
Pemahaman akan kondisi orangtua
Nilai akademik yang baik Kesedihan yang tidak berlarut-larut Kesedihan yang tidak berlarut-larut Perasaan senang karena bertemu ayah Perasaan senang akan hubungan orangtuanya Menolak ajakan teman bila tidak baik Prestasi non akademik P2 Prestasi akademik P2 Kendala akan kepercayaan dalam berelasi dengan orang lain Perasaan kesal saat mengalami kendala dalam berelasi Cara mengatasi masalah dengan menerima Cara mengatasi masalah dengan dukungan dari ibu Cara mengatasi masalah dengan bersabar serta membuktikan agar dapat dibanggakan
Kemampuan akademik P2 Pemahaman terhadap perasaan Mengatasi perasaan Pemahaman terhadap perasaan Pemahaman terhadap perasaan Kemampuan membedakan baik buruk suatu hal Kemampuan non akademik P2 Kemampuan akademik P2 Sikap dalam berelasi dengan orang lain Pemahaman terhadap perasaan Strategi coping Strategi coping Strategi coping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
Cara mengatasi masalah dengan belajar agar berprestasi Strategi coping Hasil Analisis: Informan mampu memahami perasaan sedih karena perceraian orangtuanya. Namun informan dapat mengatasi kesedihannya sehingga tidak berlarut-larut. Informan memahami kondisi ibunya ketika bersama ayahnya. Selain itu, ia merasa senang ketika bertemu ayahnya. Informan juga merasa senang melihat hubungan orangtuanya yang baik meskipun sudah bercerai. Informan mampu menolak ajakan teman bila tidak baik. Selanjutnya, informan memiliki kendala dalam berelasi yaitu percaya dengan orang lain, tetapi ternyata orang tersebut tidak dapat di percaya. Cara informan mengatasi hal ini dengan menerima meskipun merasa kesal. Sedangkan cara informan mengatasi kesulitan dari perceraian orangtua yaitu dengan dukungan ibunya yang memenuhi semua kebutuhannya. Informan juga bersabar dan membuktikan bahwa dapat membanggakan walaupun tanpa ayah. Informan membuktikan dengan belajar agar mendapat nilai yang baik, sehinga ia mampu secara akademik maupun non akademik.
Verbatim Informan 3 (P3) No Verbatim 1 Kondisinya itu jadi, pas itu kan keadaannya pas aku tuh kelas baru masuk SMP tuh lho, kelas 1 SMP. Dan disitu mama tuh kaya, kan opa lagi. Jadi ada tante kan, adeknya mama. Adeknya mama tuh lagi ngerawat opa, opa tuh lama sakit-sakitan pas waktu itu. Jadi mama harus bolak-balik ke Jakarta, dan tante ni lagi di Jakarta, lagi bolak-balik itu.
Ringkasan Orangtua P3 bercerai saat ia kelas 1 SMP karena ibunya bertemu orang ketiga saat bolak-balik merawat kakek
Interpretasi Informasi perceraian
Subtema Pemahaman perceraian
Koding PC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
Alasannya dia tuh bolak-balik untuk ngerawat opa, cuma kayanya pas katanya lagi ngerawat opa tuh ijinnya ke papa kan gitu. Tapi pas disana tuh dia, ada kaya orang ketiga. Terus papa kan kaya, ya emang keadaannya pas waktu itu ya lagi…ini ceritain ni ya, dari awal banget ni 2
Jadi awalnya kan, orangtuaku ni nikahnya ni gara-gara MBA terus habis itu gara-gara si papaku ni, taulah, njebolin mamaku duluan kan (ketawa). Terus habis itu, si siapa tuh akhirnya ga, akhirnya tanggungjawablah. Tapi langsung nikah, tapi keadaan waktu itu tuh papaku masih Islam, mamaku Kristen. Akhirnya ak gatau, ga pernah diceritain itu awalnya gimana cara nikahnya, waktu itu kan ga
Orangtua P3 menikah karena MBA meskipun beda agama.
Pernikahan orangtua karena MBA meskipun beda agama
Pemahaman perceraian
PC
Ibu P3 berusaha menyesuaikan ayahnya yang keras terhadap istri dan anak
Usaha ibu Pemahaman perceraian menyesuaikan sifat ayah
PC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
boleh nikah beda agama ya. Nah itu aku gatau ceritanya gimana, antara papa ikut Kristen atau mama ikut Islam, gatau. Memang dari awal kaya mama tuh mencoba, kaya mencoba menyesuaikan papa tuh, nyesuaiin papa. Papa tuh emang orangnya keras gitu ya, keras sama aku ya sama istrinya juga. 3
Nah kaya gitu ceritanya, jadi sampe sekarang ni mama ni pas yang alasannya mereka ke Jakarta itu, ya emang kebetulan ketemu itu loh. Dan sepanjang mama nikah sama papaku, sampe hari tuh memang belum pernah ketemu sama mantannya itu. Jadi pas udah ketemu langsung kepincut gitu. Langsung kepincut gitu, langsung kaya wah ini nih cinta sejatiku balik lagi. Pandangan
Orangtua P3 bercerai karena ibunya berselingkuh (menurut P3)
Alasan perceraian karena ibu berselingkuh
Pemahaman perceraian
PC
P3 tinggal dengan ayah dan kakak kedua
Tinggal bersama ayah dan kakak kedua
Custodial parents (orangtua pemelihara)
CSP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
dia kaya gitu, tapi pandangan anak-anak kan, lah selingkuh juga kan. Nah udah, alasannya bolak-balik Jakarta, alasannya ngerawat opa. Tapi pas kesana ya itu, cuma itu sekalian. Tapi emang opa lagi sakit juga si, tapi kan kaya alasan utamanya bukan itu loh, ketauan kan. Akhirnya udah, pas itu tuh ya tinggal bertiga sama papa. Aku sama kakakku yang kedua, kalo yang pertama lagi di Malang, yaudah. 4
Tiba-tiba langsung mama tuh udah mulai kaya berantemberantem mulai ketauan, kaya ada orang ketiganya itu mulai berantem. Akhirnya mama dah memuncak ni, kaya capek nyesuaiin papa, yaudah cerai aja.
Orangtua P3 bertengkar karena ibunya ketahuan berselingkuh. Terlebih ibu P3 lelah menyesuaikan ayahnya, sehingga bercerai
Mengetahui orangtua berkonflik
Pemahaman konflik pernikahan orangtua
PKNO
Alasan perceraian karena ibu berselingkuh dan lelah menyesuaikan sifat ayah
Pemahaman perceraian
PC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
5
Keadaan aku pas berantem itu, ya aku kalo anak kecil ngeliat orang berantem ya nangis gitu. Terus aku lebih cenderung ngehindar si, bukannya kaya melerai tuh. Kalo kakakku yang kedua ni, kaya kena dampak cerai tuh loh, kaya melerai, berusaha melerai gitu loh.
P3 menangis dan menghindar melihat orangtuanya bertengkar karena masih kecil
Respon P3 terbatas saat mengetahui orangtua berkonflik di masa kecil
Pemahaman konflik pernikahan orangtua
PKNO
6
Kondisi aku tuh pas waktu SMP kan, aku kurang. Kan jadi aku tuh yang Kristen sendiri gitu, kakak-kakakku tuh bilangnya Kristen tapi ga tau ngikut siapa kan, ga pernah ke gereja juga. Akhirnya kaya prefer ke papa gitu loh, aku kan prefer ke mama. Jadi pas 1 SMP, aku tuh langsung diajak mama ke Jakarta. Bilangnya liburan, cuma langsung kebablasan, kaya aku waktu liburan di Jakarta, kamu mau
P3 lebih cenderung mengikuti ibunya, misalnya dalam agama
Hubungan yang lebih dekat dengan ibu
Hubungan yang lebih dekat dengan ibu
HLDI
Saat 1 SMP, P3 diajak ibunya tinggal di Jakarta. Ibunya pun mengurus semua keperluan pindah P3
Pindah dan tinggal bersama ibu saat SMP
Custodial parents (orangtua pemelihara)
CSP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
sekolah disini? Kan kebetulan aku sama anak-anak tanteku itu tuh kaya deket gitu, yaudah mau-mau aja, yaudah tinggal disini aja gapapa. Jadi mamaku kaya ngurusin semuanya. Akhirnya aku pindah Jakarta. 7
Kalo dampak si, kaya gimana ya. Kalo aku kan orangnya emang kurang dekat kan sama orangtua, kurang deket baik ke mama ya papa. Tapi lebih prefer ke mama si waktu kecilnya. Ya namanya anak cowok ya lebih prefer ke mama kan. Tapi kalo dampaknya paling kerasa si ekonomi si, dampak ekonomi kan, ngerasa susah banget karena awal mama emang ibu rumah tangga. Si papa kan taunya aku ikut mama, jadi mama yang tanggungjawab. Jadi kaya lepas tanggungjawab kalo aku ikut
P3 memang kurang dekat dengan orangtua. Namun lebih dekat dengan ibu karena anak laki-laki (menurut P3)
Hubungan yang terbatas dengan orangtua
Hubungan yang jauh dengan orangtua
HJOT
Hubungan yang lebih dekat dengan ibu
Hubungan yang lebih dekat dengan ibu
HLDI
Dampak perceraian yang paling terasa yaitu kesulitan ekonomi
Perceraian mempengaruhi ekonomi
Dampak negatif perceraian
DNC
Awal bercerai, ibu P3 tidak bekerja
Ibu tidak mencari nafkah di awal perceraian
Peran ibu
PI
Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas
HLAB
Ayah P3 lepas tanggungjawab Kehadiran dan karena P3 ikut ibunya, tetapi keterlibatan ayah sedikit mulai bertanggungjawab lagi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
8
mama gitu. Gak ada biayain masalah sekolah, dll. Yaudah gitu aja si, cuma makin kesinikesini ya udah mulai ikut tanggungjawab lah.
seperti membiayai sekolah
Psikisnya itu gimana ya, aku sih ga nyesalin ini loh. Ga nyesalin masalah mereka cerai atau gimana. Aku pun bisa ya jadi pelajaran, pelajaran buat aku kan kalo mereka tuh, pernikahan tuh kaya gini loh. Ga bisa semain-mainnya gitu loh. Main-main juga akhirnya juga bakal ancur kaya gini. Akhirnya juga ya aku jadiin pembelajaran. Habis itu kalo dampak yang jeleknya apa ya. Ya sepi aja si biasanya (ketawa), yang ga, pas lagi pengin sama papa gitu kan, ya sama papa, ga ada dia, dia kan di Kalimantan kan. Kalo pengin sama mama,mama juga
P3 tidak menyesali perceraian orangtuanya.
Tidak ada penyesalan pada P3 akan perceraian orangtua
Dampak positif perceraian
DPC
P3 menjadikan perceraian orangtuanya sebagai pembelajaran bahwa pernikahan itu tidak bisa main-main
Perceraian orangtua sebagai pembelajaran tentang pernikahan di masa depan
Dampak positif perceraian
DPC
P3 merasa sepi, bila ingin bersama ayahnya tidak bisa karena jauh dan bila ingin bersama ibu tidak bisa karena ibunya sibuk.
Kesepian karena jauh dari orangtua
Dampak negatif perceraian
DNC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
sibuk. Gitu aja si 9
Sama orang lain baik-baik aja
Relasi P3 dengan orang lain baik-baik saja
Perceraian tidak berdampak pada relasi
Dampak positif perceraian
DPC
10
Kalo pas dulu itu, dulu tuh..jadi pas aku di Jakarta tuh istilahnya dititipin ke mama, eh ke tante habis tuh mama kaya, kan kakakku yang pertama tuh udah disini, udah di Jogja. Udah di Jogja, habis tuh mama kaya pengin ngecoba ngebangun kehidupan gitu loh di Jogja, dengan dia sendiri kan. Jadi aku dititipin di Jakarta sama tanteku, biar ga terlalu ngebebanin dia disini. Jadi aku dititipin disana, ya sejauh itu bisa-bisa ngikutin aja si kalo pelajaran sekolah (ketawa), cuma ya kurang pendampingan aja si, lebih mandiri aja si
P3 sempat tinggal bersama tante saat ibunya berusaha membangun kehidupan di Jogja
Sempat tinggal bersama bibi
Kehadiran dan keterlibatan pengganti orangtua
HLPOA
P3 bisa mengikuti pelajaran sekolah, hanya kurang pendampingan
Kurang pendampingan dalam pendidikan
Dampak negatif perceraian
DNC
P3 merasa lebih mandiri
Menjadi pribadi yang lebih mandiri
Dampak positif perceraian
DPC
Gambaran diri positif P3 yaitu mandiri
Gambaran diri
GD
Kemandirian
Autonomi
AUT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
11
Ya memandang perceraian tuh kaya ya apa ya. Puncak ketidakcocokan gitu (ketawa)
Perceraian sebagai puncak dari ketidakcocokkan
Pengertian tentang perceraian sebagai puncak ketidakcocokkan
Pemahaman perceraian
PC
12
Kalo papa tuh ya sampe sekarang belum ada hubungan sama cewek lain kan, tapi kalo mama ni udah kan. Tapi belum ada harapan juga buat jadi gitu loh. Terus kan, kakak-kakakku yang pertama udah nikah, jadi udah ga terlalu ngerasain dampaknya. Kalo kakakku yang kedua tuh, dia udah nikah juga, dan apa tuh namanya, mereka..aku liatnya gimana ya, mereka dua-duanya nikah, menikahnya gara-gara MBA (ketawa). Aku takutnya kaya, ya aku jangan sampe. Ya aku
Ayah P3 belum memiliki hubungan dengan wanita lain
Ayah yang masih sendiri setelah bercerai
Kondisi setelah perceraian
KTC
Ibu P3 sudah memiliki hubungan dengan lelaki lain, tetapi belum ada harapan untuk jadi
Ibu yang sudah memiliki hubungan dengan lelaki setelah bercerai
Kondisi setelah perceraian
KTC
P3 merasa takut dan jangan sampai meniru ayahnya yang menikah karena MBA, seperti kedua kakaknya.
Ketakutan P3 meniru keluarganya yang MBA
Pemahaman terhadap perasaan
PR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
jangan sampe kaya gitu. Kok bisa, bapaknya kaya gitu kok masih bisa ya MBA juga gitu loh
13
Aku semakin gede, kurang deket si sama mama, gara-gara aku sampe sekarang tuh pegangan kalo berpegang kalo sama mama tuh dia tuh gak ada pas aku di perkembanganku SMP tuh loh. Bayangin aja, pas di SMP, ya tau sendiri kan, misalnya kita numpang sama keluarga tante tuh pasti tantenya tuh memprioritaskan anak-anaknya daripada aku kan. Dan aku ngerasa banget disitu tuh kaya terpisah gitu loh. Ya kaya anak, ga diurus gitu loh. Pulang-pulang bodo amat, kadang makan kadang
P3 semakin besar tidak dekat dengan ibu, karena ibunya tidak ada saat ia ingin berpegang pada ibunya pada masa perkembangan SMP
Keinginan untuk tidak meniru perilaku buruk ayah
Harapan P3
HP
Hubungan yang tidak dekat dengan ibu
Hubungan yang jauh dengan ibu
HJI
Tidak ada kehadiran dan Tidak ada kehadiran keterlibatan ibu di masa dan keterlibatan ibu perkembangan remaja Saat P3 tinggal bersama Tidak terurus saat tantenya, ia tidak terurus tinggal dengan figur sehingga ia merasa benci pada pengganti orangtua ibu yang meninggalkannya Kebencian pada ibu karena ditinggalkan Kebencian akan ibunya berkurang melihat ibunya
Memahami kondisi ibu yang berjuang
HLITA
Tidak ada keterlibatan pengganti orangtua
LPOAT
Pemahaman terhadap perasaan
PR
Pemahaman kondisi orangtua
PKOT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
engga. Akhirnya yaudah, ya berjuang hidup di Jogja kadang sama mamaku ya masih kepaitan aja, ngerasa benci waktu itu. Gara-gara ya dia ninggalin aku pas itu. Tapi sekarang si dengan perjuangan dia sampe hidup di Jogja, dia masih ngontrak gitu, agak berkuranglah kepaitanku sama dia. 14
Kalo sama papa aku cuma sebatas minta uang (ketawa). Sebatas minta uang jadi kaya, pah ini uang kuliah, gini-gini. Jadi dia kaya mulai merhatiin uang kuliah, uang sekolahku dari mulai SMA, sepanjang SMP tuh engga. Sepanjang SMA tuh aku udah mulai nagih-nagih gitu kan, beberapa kali juga dia ke Jogja, aku datengin. Ya dia mencoba untuk memperbaiki.
P3 hanya sebatas meminta uang dengan ayahnya
Hubungan yang tidak dekat dengan ayah
Hubungan yang jauh dengan ayah
HJA
Ayah P3 mulai memperhatikan uang sekolah sejak P3 SMA
Ayah kurang memberi materi
Kurang mendapat materi dari ayah
KMA
Ayah P3 mencoba memperbaiki hubungan, misalnya dengan datang ke Jogja bertemu P3
Usaha ayah untuk memperbaiki hubungan
Usaha ayah untuk UAHB memperbaiki hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
15
Bener-bener gak ada hubungan (ketawa) bener-bener kaya musuh gitu.
Orangtua P3 tidak berhubungan setelah bercerai, tetapi bermusuhan
Tidak ada kerjasama orangtua setelah cerai
Coparenting
COP
16
Setelah perceraian ya, ya apa ya. Dampak bagiku tuh cuma ya kadang mereka tuh menceritakan itu loh, masingmasing gitu loh, kejelekannya tuh loh. Bagiku ga baik aja, nyeritain kejelekan yang udah lewat gitu loh. Berkali-kali apa lagi si mama tuh paling sering ngomongin papa tuh. Halah papamu gini gini gini.
Dampak yang dirasakan karena orangtua P3 bermusuhan yaitu ia merasa tidak baik bila orangtuanya saling menjelek-jelekkan
Dampak tidak ada kerjasama orangtua yaitu saling menjelekjelekkan di depan anak
Dampak coparenting
DCOP
17
Kaya aku, misalnya kalo cari, misalnya kaya berkeluarga gitu ya. Carinya ya udah pasti yang seiman, seiman habis tuh kaya ya gimana caranya tuh biar ga cerai gitu loh. Liat keluargaku si, cara mereka berkomunikasi dll. Ya gitu, belajar dari itu aja si. Dampak jangka panjangnya
Dampak jangka panjang yang dirasakan P3 yaitu belajar dari keluarganya, misalnya bila berkeluarga ia akan mencari pasangan yang seiman dan cara berkomunikasi agar tidak bercerai
Perceraian orangtua sebagai pembelajaran di masa depan dalam mencari dan menjalin relasi dengan pasangan
Dampak positif perceraian
DPC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
jadi banyak pelajaran aja. 18
Gak ada yang aku jadiin panutan si
P3 tidak mempunyai panutan
Tidak ada sosok yang di contoh
Role Model
RM
19
Selalu mendukung…kalo yang mendukung itu kalo secara moril si ya, apa ya. Kalo secara perkataan si, pacarnya mama tuh loh. Kalo ngomong kan jago, ya kalo dari omongan moral gitu. Masih ga percaya gitu, ya apa sih, nasihat yang dikasih bagus gitu, jadi panutannya dia, ngeliatin..oh harusnya figur ayah tuh kaya dia. Cuma gara-gara, dia sampe sini cuma kaya omongan doang kurang ada actionnya, aku jadi berkurang.
Sosok yang mendukung dan sempat P3 jadikan panutan sebagai figur ayah yaitu pacar ibunya karena nasihat moralnya. Namun sekarang kurang percaya karena kurang ada tindakan.
Figur yang mendukung
Sumber dukungan
SD
Dukungan pacar ibu dengan nasihat moral
Bentuk dukungan orang lain
BDOL
Sosok yang di contoh
Role Model
RM
20
Oh sejauh ini, ooh pacarku
Sosok yang mendukung P3 yaitu pacarnya
Figur yang mendukung
Sumber dukungan
SD
21
Masalah apapun, ya layaknya pacar ya waduh, ya kaya
Pacar P3 memberi dukungan secara moral dengan
Dukungan pasangan
Bentuk dukungan dari
BDP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
biasanya. ya dia ngasih moral si, misalnya kaya semangat, gitu-gitu. Udah si itu, moral udah penting banget gitu.
semangat, yang penting baginya
secara moral
pasangan
22
Ya tinggal sama mama
P3 tinggal dengan ibu
Tinggal bersama ibu
Custodial parents (orangtua pemelihara)
CSP
23
Aku dibebasin, mau pulang kapan, gimana ya gapapa (ketawa), dibebasin sama mama.
P3 dibebaskan untuk pulang kapan saja dan seperti apa oleh ibunya
Aturan yang ibu berikan
Peraturan ibu
AI
Sikap bebas ibu dalam aturan
Pola asuh ibu
PAI
24
Mandiri, siapa si ya ga pengin mandiri. Ya aku mandiri selepas kuliah mungkin, keinginanku buat mandiri. Udah itu aja
P3 ingin mandiri setelah kuliah
Dorongan untuk mandiri Autonomi setelah kuliah
AUT
25
Kalo pendidikan, kesehatan terpenuhi si Ya aku ngeliatnya segan-segan aja si sama aku. Ga terlalu nganggep rendah aku, ga terlalu nganggep tinggi aku, ya
Kecukupan secara ekonomi dan akses layanan kesehatan Sikap orang lain terhadap P3 yaitu segan
SEK
26
P3 terpenuhi dalam hal layanan kesehatan dan pendidikan Orang lain memandang segan P3
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan Sikap orang lain dalam berelasi dengan P3
SOLR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
segan-segan aja 27
Yaa, kaya temen si. Tempat kita sharing suatu pengalaman, suatu berbagi ilmu sama temen kan cerita-cerita ya nemenin juga, misalnya eh kesini dong temenin, ya gitu-gitu kaya layaknya temenlah yang menemani.
P3 memandang orang lain sebagai teman untuk menemani bila dibutuhkan, berbagi pengalaman, dan ilmu
Orang lain sebagai teman untuk menemani dan berbagi
Sikap dalam berelasi SROL dengan orang lain
28
Sosok yang aku bilang si lumayan tangguh, misalnya aku yakin tuh kalo orang-orang di posisi aku belum tentu bisa survive dan aku bersyukur bisa ngelewatin semuanya gitu. Dan aku masih bisa, kuliah masih lancar (ketawa), ya aku masih bersyukur aja si.
P3 sosok yang tangguh sehingga ia bisa bertahan dan melewati semuanya
Gambaran diri positif P3 yaitu sosok yang tangguh
Gambaran diri
P3 dapat bertahan dan melewati kesulitan
Kemampuan mengatasi KAM masalah
P3 bersyukur dapat melewati semua dan kuliah lancar
P3 dapat mensyukuri hal yang dialami
Kemampuan mengatasi KAM masalah
Ga ngerasa sulit si dalam berelasi, engga si..engga. gak ada
P3 tidak merasa sulit dalam berelasi dengan orang lain
Tidak ada kendala dalam berelasi dengan orang lain
Sikap dalam berelasi SROL dengan orang lain
29
GD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
30
31
Oh yaya, ya aku kan kalo ngerasain kaya perceraian itu buruk bukan pas kejadian perceraian itu, bukan pas itu. Jadi ngerasanya pas setelahnya itu, aduh kok cerai si gini-gini. Aku ngeliat orang lain kaya enak banget mereka jalan-jalan sama orangtuanya. Liburan kaya gini kan aku sendiri banget ya, ya lain pada sama keluarganya jalan-jalan, kaya gitu kan. Terus pas aku mikir balik lagi tuh kaya ngeliat mamaku, papaku ya lebih baik mereka bercerai si, daripada mereka terus-terusan tapi malah sakit satu sama lain
P3 merasa perceraian buruk setelah perceraian terjadi
Memandang perceraian sebagai suatu yang buruk
Dampak negatif perceraian
DNC
P3 menyayangkan orangtuanya bercerai, tetapi ia berpikir lebih baik orangtuanya bercerai daripada orangtuanya sakit satu sama lain
Perasaan kecewa akan perceraian orangtua
Dampak negatif perceraian
DNC
Pemahaman terhadap perasaan
PR
Pemahaman kondisi orangtua Mengatasi perasaan
PKOT
Merasa ingin seperti orang lain
Perasaan berbeda dengan lainnya
PBL
Kesepian karena jauh dari orangtua
Dampak negatif perceraian
DNC
Mengikuti komunitas berkaitan dengan hobi
Sumber komunitas
SKO
P3 merasa enak melihat orang lain jalan-jalan bersama orangtuanya sedangkan ia merasa sendiri saat liburan
Aku punya band. Habis tuh aku P3 mempunyai band, bermain juga kadang main skate juga, skate, menaiki motor cross kalo komunitas. Ya sering dengan teman berdua sama temen si,misal naik motor cross trabas gitu
Memahami kondisi orangtua
MR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
32
33
Hmmm, yang paling berasa emang main band si, kaya dilepas semuanya kaya main band kan. Kan aku megang drum tuh kaya lebih enak aja mainnya. Misalnya kalo ada masalah, terus main di studio gitu agak lupain dikit masalahnya.
P3 dapat melepaskan semua yang ia rasakan dan melupakan sedikit masalahnya dengan bermain band
Muter-muter naik motor sendiri Cara yang P3 lakukan untuk (ketawa). Sambil ngerokok. melepas semua yang dialami Udah gitu doang si dengan mengendarai motor sendiri, berkeliling sambil merokok
Komunitas sebagai Sumber komunitas penyaluran perasaan dan Strategi coping pengalihan masalah
SKO
Cara menyalurkan perasaan dengan berkeliling mengendarai motor dan merokok
SC
Strategi coping
Subtema dan Tema Informan Ketiga (P3) Tema: Pemahaman perceraian orangtua (PCO) Interpretasi Informasi perceraian
Subtema Pemahaman perceraian
SC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
Pernikahan orangtua karena MBA meskipun beda agama
Pemahaman perceraian
Usaha ibu menyesuaikan sifat ayah
Pemahaman perceraian
Alasan perceraian karena ibu berselingkuh
Pemahaman perceraian
Mengetahui orangtua berkonflik
Pemahaman konflik pernikahan orangtua
Alasan perceraian karena ibu berselingkuh dan lelah menyesuaikan sifat ayah
Pemahaman perceraian
Respon P3 terbatas saat mengetahui orangtua berkonflik di masa kecil
Pemahaman konflik pernikahan orangtua
Pengertian tentang perceraian sebagai puncak ketidakcocokkan
Pemahaman perceraian
Ayah yang masih sendiri setelah bercerai
Kondisi setelah perceraian
Ibu yang sudah memiliki hubungan dengan lelaki setelah bercerai Kondisi setelah perceraian Hasil analisis: Orangtua informan bercerai saat ia berada di kelas 1 SMP karena ibunya berselingkuh. Perceraian ini diperkuat dengan pernikahan orangtua informan yang terjadi karena MBA meskipun beda agama. Ibunya juga harus menyesuaikan ayahnya yang keras terhadap istri dan anak. Informan mengetahui saat orangtuanya berkonflik , namun menangis dan menghindar karena masih kecil. Bagi informan, perceraian sebagai puncak dari ketidakcocokan. Setelah perceraian, ayah informan masih sendiri, sedangkan ibunya sudah memiliki hubungan dengan lelaki lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
Tema: Dampak perceraian (DC) Interpretasi
Subtema
Perceraian mempengaruhi ekonomi
Dampak negatif perceraian
Kehadiran dan keterlibatan ayah sedikit
Kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas
Tidak ada penyesalan pada P3 akan perceraian orangtua
Dampak positif perceraian
Perceraian orangtua sebagai pembelajaran tentang pernikahan di masa depan
Dampak positif perceraian
Kesepian karena jauh dari orangtua
Dampak negatif perceraian
Perceraian tidak berdampak pada relasi
Dampak positif perceraian
Kurang pendampingan dalam pendidikan
Dampak negatif perceraian
Menjadi pribadi yang lebih mandiri
Dampak positif perceraian
Tidak ada kehadiran dan keterlibatan ibu di masa perkembangan remaja
Tidak ada kehadiran dan keterlibatan ibu
Perceraian orangtua sebagai pembelajaran di masa depan dalam mencari dan menjalin relasi dengan pasangan
Dampak positif perceraian
Memandang suatu perceraian sebagai suatu yang buruk
Dampak negatif perceraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
Perasaan kecewa akan perceraian orangtua
Dampak negatif perceraian
Merasa ingin seperti orang lain
Perasaan berbeda dengan lainnya
Hasil analisis: Informan memandang perceraian sebagai suatu yang buruk setelah perceraian orangtuanya. Dampak perceraian yang paling dirasakan oleh informan yaitu kesulitan ekonomi. Hal ini dikarenakan awal bercerai, ibunya tidak bekerja serta kehadiran dan keterlibatan ayah terbatas, terutama dalam hal tanggungjawab akan informan. Pada masa perkembangan remaja, informan tidak merasakan kehadiran dan keterlibatan ibu. Walaupun demikian, informan tidak menyesali perceraian orangtuanya, tetapi ia menjadikan pembelajaran untuk masa depan, meskipun informan sempat merasa kecewa dan merasa berbeda dari keluarga lain. Informan juga merasa kesepian karena hubungan yang jauh dengan orangtuanya. Namun perceraian ini tidak mempengaruhi relasi informan dengan orang lain. Dalam hal pendidikan, informan merasa kurang pendampingan tetapi masih dapat mengikuti pelajaran. Perceraian juga menjadikan informan sebagai pribadi yang lebih mandiri. Tema: I have (IHV) Interpretasi
Subtema
Tinggal bersama ayah dan kakak kedua
Custodial parents (orangtua pemelihara)
Hubungan yang lebih dekat dengan ibu
Hubungan yang lebih dekat dengan ibu
Pindah dan tinggal bersama ibu saat SMP
Custodial parents (orangtua pemelihara)
Hubungan yang terbatas dengan orangtua
Hubungan yang jauh dengan orangtua
Ibu tidak mencari nafkah di awal perceraian
Peran ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
Sempat tinggal bersama bibi
Kehadiran dan keterlibatan pengganti orangtua
Kemandirian
Autonomi
Hubungan yang tidak dekat dengan ibu
Hubungan yang jauh dengan ibu
Tidak terurus saat tinggal dengan figur pengganti orangtua
Tidakada keterlibatan pengganti orangtua
Hubungan yang tidak dekat dengan ayah
Hubungan yang jauh dengan ayah
Ayah kurang memberi materi
Kurang mendapat materi dari ayah
Usaha ayah untuk memperbaiki hubungan
Usaha ayah untuk memperbaiki hubungan
Tidak ada kerjasama orangtua setelah cerai
Coparenting
Dampak tidak ada kerjasama orangtua yaitu saling menjelekjelekkan di depan anak
Dampak coparenting
Tidak ada sosok yang di contoh
Role Model
Figur yang mendukung
Sumber dukungan
Dukungan pacar ibu dengan nasihat moral
Bentuk dukungan orang lain
Sosok yang di contoh
Role Model
Dukungan pasangan secara moral
Bentuk dukungan dari pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
Tinggal bersama ibu
Custodial parents (orangtua pemelihara)
Aturan yang ibu berikan
Peraturan ibu
Sikap bebas ibu dalam aturan
Pola asuh ibu
Dorongan untuk mandiri setelah kuliah
Autonomi
Kecukupan secara ekonomi dan akses layanan kesehatan Mengikuti komunitas berkaitan dengan hobi
Sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan Sumber komunitas
Komunitas sebagai penyaluran perasaan dan pengalihan masalah
Sumber komunitas
Hasil Analisis: Sebelum perceraian, informan memang jauh dengan orangtua, tetapi cenderung lebih dekat dengan ibunya. Awal perceraian orangtua, informan tinggal bersama ayah dan kakak kedua. Kemudian pindah dan tinggal bersama ibunya yang belum bekerja saat ia SMP. Informan sempat tinggal bersama bibinya sewaktu ibunya membangun kehidupan di Jogja. Hal ini menyebabkan hubungan informan jauh dengan ibunya. Saat tinggal dengan bibinya, informan tidak merasakan keterlibatan sosok pengganti orangtua. Selain itu, kehadiran dan keterlibatan ayah juga terbatas, hanya sebatas urusan uang meskipun informan kurang mendapat materi dari ayahnya. Tetapi ayah informan sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan. Setelah perceraian, tidak ada kerjasama diantara orangtuanya. Hal ini mempengaruhi informan karena orangtuanya saling menjelek-jelekkan di depannya. Informan merasa tidak ada sosok yang dapat di contoh, walaupun sempat merasa bahwa pacar ibunya dapat dijadikan panutan dan sumber dukungannya. Lebih lanjut, pasangan informan menjadi sumber dukungannya secara moral. Sekarang informan tinggal bersama ibu dengan sikap ibu yang bebas terhadap aturan. Informan sosok yang mandiri dan memiliki dorongan untuk lebih mandiri. Ia juga merasa cukup dalam sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan. Informan juga mengikuti komunitas berkaitan dengan hobi sebagai sarana menyalurkan perasaan dan mengalihkan masalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
Tema: I am (IAM) Interpretasi
Subtema
Gambaran diri positif P3 yaitu mandiri
Gambaran diri
Keinginan untuk tidak meniru perilaku buruk ayah
Harapan P3
Memahami kondisi ibu yang berjuang
Pemahaman kondisi orangtua
Sikap orang lain terhadap P3 yaitu segan Orang lain sebagai teman untuk menemani dan berbagi
Sikap orang lain dalam berelasi dengan P3 Sikap dalam berelasi dengan orang lain
Gambaran diri positif P3 yaitu sosok yang tangguh
Gmabaran diri
Tidak ada kendala dalam berelasi dengan orang lain Sikap dalam berelasi dengan orang lain Hasil analisis: Informan sosok yang mandiri dan memiliki dorongan untuk lebih mandiri ke depannya. Informan memiliki harapan untuk tidak meniru perilaku buruk ayahnya. Informan juga melihat dan memahami perjuangan ibunya, ia juga memahami kondisi orangtuanya sehingga lebih baik bercerai daripada melihat orangtuanya sakit. Selain itu, orang lain memandang segan informan. Sedangkan ia memandang orang lain sebagai teman untuk menemani dan berbagi pengalaman atau ilmu. Informan tidak mengalami kendala dalam berelasi dengan orang lain. Informan juga mengganggap dirinya sebagai sosok yang tangguh sehingga dapat bertahan dan melewati semuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
Tema: I can (ICN) Interpretasi
Subtema
Ketakutan P3 meniru keluarganya yang MBA
Pemahaman terhadap perasaan
Kebencian pada ibu karena ditinggalkan
Pemahaman terhadap perasaan
Memahami kondisi ibu yang berjuang P3 dapat bertahan dan melewati kesulitan
Pemahaman kondisi orangtua Kemampuan mengatasi masalah
P3 dapat mensyukuri hal yang dialami
Kemampuan mengatasi masalah
Perasaan kecewa akan perceraian orangtua
Pemahaman terhadap perasaan
Memahami kondisi orangtua
Pemahaman kondisi orangtua
Memahami kondisi orangtua
Mengatasi perasaan
Komunitas sebagai penyaluran perasaan dan pengalihan masalah
Strategi coping
Cara menyalurkan perasaan dengan berkeliling mengendarai motor dan merokok
Strategi coping
Hasil analisis: Informan mampu memahami perasaan diri sendiri, seperti perasaan takut berperilaku seperti ayahnya dan perasaan kecewa terhadap perceraian orangtuanya serta perasaan kesal terhadap ibu yang meninggalkannya. Disisi lain, informan mampu memahami kondisi orangtuanya, sehingga dapat meredakan perasaan kesal dan mampu menerima perceraian orangtuanya. Informan juga memiliki kemampuan mengatasi masalah, misalnya dengan bertahan, melewati situasi sulit dan mensyukuri hal yang ia alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
Lebih lanjut, cara informan menyalurkan perasaan dan mengalihkan masalahnya yaitu melalui komunitas yang ia ikuti dan melakukan beberapa hal yang ia senangi.