PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KUALITAS RELASI ANTARSAUDARA KANDUNG PADA REMAJA DARI ORANGTUA BERCERAI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Ni Luh Made Utari Praharsini 109114033
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Ketika matahari dan bulan tenggelam, dan api padam, cahaya apa yang dimiliki manusia? Jiwanya, yang sesungguhnya adalah cahayanya.” ~ Brhad-Aranyaka Upanishad IV. 1-6
“If you can’t fly, then run. If you can’t run, then walk. If you can’t walk, then crawl. But whatever you do, you have to keep moving forward.” ~ Martin Luther King Jr.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Karya ini saya persembahkan kepada keluarga saya yang tercinta, kedua orangtua saya yang tetap menjadi orangtua saya meskipun telah berpisah, serta saudara-saudari saya Utami dan Krishna yang begitu menjengkelkan.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Maret 2015 Peneliti,
Ni Luh Made Utari Praharsini
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KUALITAS RELASI ANTARSAUDARA KANDUNG PADA REMAJA DARI ORANGTUA BERCERAI
Ni Luh Made Utari Praharsini
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara nyata kualitas relasi antara dua orang saudara kandung remaja yang berasal dari orangtua bercerai. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara sebagai metode pengumpulan data. Melalui teknik purposive sampling, diperoleh tiga pasang informan kakak beradik dalam rentang usia 19 – 24 tahun. Data divalidasi menggunakan member checking dan penyediaan deskripsi yang kaya dan rinci tentang hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga relasi memiliki kualitas yang positif, yang ditandai dengan keintiman yang tinggi, solidaritas, serta konflik dan persaingan yang rendah. Ketiga relasi juga dapat bersifat symmetrical maupun complementary (Knapp dan Vangelisti, 1995). Apabila digolongkan menurut teori Gold (1989, dalam Myers dan Goodboy, 2010), dua relasi yang diteliti berjenis intim dan satu relasi berjenis congenial. Kata kunci:
kualitas relasi, saudara kandung, remaja, orangtua, bercerai
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
RELATIONSHIP QUALITY BETWEEN ADOLESCENT SIBLINGS FROM DIVORCED PARENTS
Ni Luh Made Utari Praharsini
ABSTRACT The research aim is to describe the relationship quality between two adolescent siblings from divorced parents. The method used in this research was the qualitative method, using interviews as the technique for collecting data. Through a purposive sampling technique, three pairs of siblings from age 19 – 24 were gathered. Data was validated using member checking and providing a rich and detailed description of the data. The outcome of this research showed that all three relationships have a positive quality, marked by high closeness, solidarity, and low conflict and rivalry. All three relationships can also apply a symmetrical and also complementary relationship (Knapp and Vangelisti, 1995). If classified into Gold’s theory (1989, in Myers and Goodboy, 2010), two relationships are classified as an intimate relationship and one relationship is classified as a congenial relationship.
Keywords:
relationship quality, sibling, adolescent, parents, divorce
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Ni Luh Made Utari Praharsini
Nomor Mahasiswa
: 109114033
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Kualitas Relasi Antarsaudara Kandung Pada Remaja dari Orangtua Bercerai” Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti. Demikian pertanyaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 16 Maret 2015 Yang menyatakan,
(Ni Luh Made Utari Praharsini)
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas limpahan berkat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kualitas Relasi Antarsaudara Kandung Pada Remaja dari Orangtua Bercerai” ini. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan dari: 1. Dr. T. Priyo Widiyanto, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2. Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 3. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS., selaku dosen pembimbing skripsi, yang senantiasa sabar membimbing peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini, 4. Dr. A. Priyono Marwan, SJ, selaku dosen penguji skripsi, yang telah memberikan banyak pengetahuan dalam penyempurnaan skripsi ini, 5. C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi., selaku dosen penguji skripsi, yang telah memberi arahan dalam menyempurnakan skripsi ini, 6. P. Henrietta P. D. A. D. S., MA., selaku dosen pembimbing akademik, yang senantiasa memotivasi dan membimbing peneliti selama menjadi mahasiswa, 7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah mengajar dan membantu peneliti selama lima tahun terakhir, 8. Orangtua serta saudara-saudari peneliti, Utami dan Krishna, yang telah mendukung peneliti lewat berbagai cara selama penyusunan skripsi ini,
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9. Keenam informan penelitian yang telah bersedia membuka diri untuk menceritakan pengalamannya dan memungkinkan skripsi ini terwujud, 10. Keluarga kecil Trah; Maria, Jeanne, Vita, Monica, Nikodemus, Yohanes, dan Vinsensius; yang telah menjadi sumber kenyamanan serta kegilaan peneliti, 11. Sahabat-sahabat road to S.Psi; Sondra, Astrid, Rika, Sheilla, Rosari, dan Anin; yang telah berbagi canda dan ilmu bersama peneliti, 12. Sahabat-sahabat yang setia; Zelda (as known as Agnezmo), Krisna, Dian, Helen, Pino, Ntonk, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan semuanya, 13. Sahabat Tutor MC AKSI 2014 dan 2012, juga anak-anak Displacement, Adler, dan Belonephilia, yang telah berkembang bersama peneliti, 14. Seluruh Crew Masdha yang menjadi sobat peneliti melebihi masa jabatan, 15. Serta teman-teman seperjuangan Team Pratidarmanastiti yang menjadi motivasi dan semangat peneliti selama mengerjakan skripsi ini.
Peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan atau kata-kata yang menyinggung pihak manapun. Terima kasih.
Yogyakarta, 16 Maret 2015 Peneliti,
Ni Luh Made Utari Praharsini
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR SKEMA ............................................................................................... xvi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii BAB I.
PENDAHULUAN .................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................5 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................5 D. Manfaat Penelitian .........................................................................5 1. Manfaat Praktis .......................................................................5 2. Manfaat Teoritis ......................................................................6
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................7 A. Relasi Saudara Kandung ................................................................7 xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Definisi Relasi .........................................................................7 2. Jenis-Jenis Relasi ....................................................................7 3. Definisi Relasi Saudara Kandung ...........................................8 4. Jenis-Jenis Relasi Saudara Kandung .......................................9 5. Kualitas Relasi Saudara Kandung .........................................12 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Relasi Saudara Kandung ................................................................................13 7. Akibat Kualitas Relasi Saudara Kandung .............................14 B. Remaja..........................................................................................15 1. Definisi Remaja.....................................................................15 2. Karakteristik Perkembangan Pada Masa Remaja .................15 a) Aspek Sosioemosi ..........................................................15 b) Aspek Kognitif ...............................................................16 c) Aspek Moral...................................................................16 d) Aspek Fisik ....................................................................16 C. Orangtua Bercerai ........................................................................17 1. Definisi Orangtua Bercerai ...................................................17 2. Penyebab Perceraian .............................................................17 3. Akibat Perceraian ..................................................................18 D. Kualitas Relasi Saudara Kandung Pada Remaja dari Orangtua Bercerai ........................................................................................20 BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................23 A. Jenis Penelitian .............................................................................23
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Fokus Penelitian ...........................................................................23 C. Informan Penelitian ......................................................................23 D. Metode Pengumpulan Data ..........................................................25 E. Metode Analisis Data ...................................................................26 F. Uji Kredibilitas Data ....................................................................28 BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................29 A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ................................29 B. Hasil Penelitian ............................................................................30 1. Relasi A: Informan 1 dan Informan 2 ...................................31 a) Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1 ................31 b) Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2 ................31 c) Relasi A dari Sudut Pandang Informan 1 ......................31 d) Relasi A dari Sudut Pandang Informan 2 ......................36 e) Kesimpulan Relasi A .....................................................40 2. Relasi B: Informan 3 dan Informan 4 ...................................44 a) Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3 ................44 b) Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4 ................44 c) Relasi B dari Sudut Pandang Informan 3 .......................45 d) Relasi B dari Sudut Pandang Informan 4 .......................48 e) Kesimpulan Relasi B......................................................51 3. Relasi C: Informan 5 dan Informan 6 ...................................54 a) Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 5 ................54 b) Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 6 ................54
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c) Relasi C dari Sudut Pandang Informan 5 .......................54 d) Relasi C dari Sudut Pandang Informan 6 .......................57 e) Kesimpulan Relasi C......................................................60 C. Hasil Analisis Kualitas Relasi Antarsaudara Kandung Pada Remaja dari Orangtua Bercerai ....................................................63 D. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................70 BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................77 A. Kesimpulan ..................................................................................77 B. Keterbasan Penelitian ...................................................................77 C. Saran .............................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................79 LAMPIRAN ...........................................................................................................82
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1
Skema Kerangka Pikiran ................................................................22
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Pedoman Wawancara .....................................................................26
Tabel 2.1
Identitas Informan dan Ringkasan Deskripsi Relasi ......................30
Tabel 2.2
Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1 .................................31
Tabel 2.3
Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2 .................................31
Tabel 2.4
Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3 .................................44
Tabel 2.5
Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4 .................................44
Tabel 2.6
Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 5 .................................54
Tabel 2.7
Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 6 .................................54
Tabel 3
Kesimpulan Kualitas Relasi A, B, dan C .......................................67
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Informed Consent ...........................................................................83
Lampiran 2
Verbatim Wawancara Informan 1 ..................................................84
Lampiran 3
Daftar Tema Utama Informan 1 ...................................................102
Lampiran 4
Verbatim Wawancara Informan 2 ................................................104
Lampiran 5
Daftar Tema Utama Informan 2 ...................................................132
Lampiran 6
Daftar Tema Utama Relasi A .......................................................134
Lampiran 7
Verbatim Wawancara Informan 3 ................................................137
Lampiran 8
Daftar Tema Utama Informan 3 ...................................................150
Lampiran 9
Verbatim Wawancara Informan 4 ................................................152
Lampiran 10 Daftar Tema Utama Informan 4 ...................................................188 Lampiran 11 Daftar Tema Utama Relasi B .......................................................190 Lampiran 12 Verbatim Wawancara Informan 5 ................................................194 Lampiran 13 Daftar Tema Utama Informan 5 ...................................................206 Lampiran 14 Verbatim Wawancara Informan 6 ................................................208 Lampiran 15 Daftar Tema Utama Informan 6 ...................................................227
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 16 Daftar Tema Utama Relasi C .......................................................229 Lampiran 17 Daftar Tema Utama (Informan sebagai Pelaku Aktif) .................232
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Aristotle percaya bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri (Brown, 2006). Setiap manusia memiliki need to belong atau kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu, yang merupakan suatu motivasi untuk terikat dengan orang lain dalam hubungan yang memberikan interaksi positif yang berkelanjutan (Myers, 2012). Ketika lahir, seseorang secara otomatis menjadi bagian dari suatu keluarga, suatu kelompok sosial yang bersifat langgeng berdasarkan hubungan pernikahan dan hubungan darah. Keluarga juga merupakan lingkungan pertama yang memberi seseorang penampungan dan rasa aman (Gunarsa, 2002). Keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari orangtua dan anak-anaknya (Oxford, 2008). Orangtua memiliki peran penting sebagai primary caregiver dalam kehidupan setiap anak,
yang berfungsi
memelihara, menanamkan pedoman, memberi teladan, dan memperhatikan anak (Gunarsa, 2002). Akan tetapi, sebanyak-banyaknya waktu yang siap dihabiskan orangtua untuk anaknya, anak cenderung lebih senang menghabiskan waktu dengan sebayanya, dan saudara kandung merupakan pilihan sebaya yang paling terjangkau untuk anak (Borden, 2003).
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Sebagai relasi yang bertahan paling lama dalam kehidupan seseorang, yaitu sejak lahir hingga salah satu pihak meninggal dunia, relasi dengan saudara kandung memiliki peran yang sangat penting (Shriner, 1999). Pada dasarnya, setiap anak mendambakan seorang teman yang bisa dipercayainya serta menjadi tempat tumpahan kesulitan dan masalahnya (Gunarsa, 2002). Saudara kandung dapat menjadi teman yang dicari tersebut, dengan menjadi tempat mengekspresikan keluh kesah dan tempat mencari dukungan emosional (Goetting, 1986). Bahkan ketika terpisah dari orangtua, saudara kandung menjadi orang pertama yang mampu memberikan pendampingan emosional (Tarren-Sweeney dan Hazell, 2005 dalam Conger et al., 2009) dan menjadi secondary caregiver bagi anak (Conger et al., 2009). Interaksi dan kebersamaan dengan saudara kandung mampu mendatangkan kebahagiaan bagi seseorang, sehingga kemunculan ancaman berupa perpisahan dengan saudara kandung akan mengakibatkan seseorang mengalami kesedihan (Bank dan Kahn, 1982). Interaksi dengan saudara kandung
menyediakan
kesempatan
bagi
anak
untuk
mempelajari
kompetensi sosial, emosional, dan perilaku, serta berperan dalam bagaimana individu mendefinisikan dirinya (Brody, 1998). Selain itu, saudara kandung yang berusia lebih tua menyediakan sumber daya yang dapat membantu adiknya mempelajari kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari (Conger et al., 2009). Saudara kandung juga menjadi agen sosialisasi yang memberikan perasaan “terhubung” (Tarren-Sweeney dan Hazell, dalam Conger et al., 2009), bahkan dapat menjadi merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
pengaruh sosialisasi yang lebih kuat pada anak dibandingkan dengan orangtuanya sendiri (Cicirelli, 1995, dalam Santrock, 2007). Suasana keluarga yang sejahtera akan mendukung terbentuknya relasi yang harmonis dengan saudara kandung, yang memungkinkan peran dan interaksi saudara kandung dengan anak menjadi lebih optimal. Keluarga yang sejahtera tersebut dipahami sebagai adanya keserasian atau kesatuan antara ayah dan ibu (Gunarsa, 1990), sehingga keberadaan konflik orangtua akan sangat mengganggu kesatuan tersebut. Dalam kondisi keluarga dengan orangtua bercerai, seringkali muncul ketegangan, ketidakstabilan, dan sikap bermusuhan dalam keluarga (Medinnus dan Johnson, 1969). Ketegangan atau agresi dalam keluarga, terutama interaksi tidak harmonis antar orangtua, akan diinternalisasikan oleh anak dan diterapkan dalam relasinya dengan orang lain, salah satunya relasi dengan saudara kandung (Conger et al., 2009). Konflik orangtua yang tinggi dan stres yang muncul akibat perceraian orangtua akan menyebabkan dua orang saudara kandung untuk memiliki relasi yang berkualitas rendah (Jenkins, 1992, dalam Conger et al., 2009; MacKinnon,
1989;
Poortman
dan
Voorpostel,
2008).
Penelitian
menyebutkan bahwa relasi saudara kandung pada keluarga bercerai cenderung lebih bermusuhan, kurang suportif, dan lebih renggang daripada relasi saudara kandung pada keluarga yang masih utuh (Riggio, 2001). Perceraian juga akan memunculkan aliansi, yaitu satu anak berpihak pada salah orangtua selama proses atau transisi masa perceraian (Christensen dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Margolin, 1988, dalam Conger et al., 2009). Aliansi terjadi bila anak mengidentifikasi diri dengan orangtua yang berbeda. Ketidaksepakatan orangtua mana yang didukung menyebabkan terjadinya keterpisahan antar saudara kandung secara emosional (Conger et al., 2009). Selain itu, dampak perceraian yang negatif terhadap relasi orangtua dengan anak juga berperan besar dalam menjadikan relasi anak dengan saudaranya sebagai relasi yang negatif (Stocker dan Youngblade, 1999, dalam Conger et al., 2009). Dengan terus meningkatnya angka perceraian di Indonesia sejak tahun 2001 (Hadriani, 2013, dalam tempo.co, diunduh 20 September 2013), tentu saja masalah seperti ini semakin banyak terjadi. Padahal, keharmonisan dan kehangatan yang didapatkan dari relasi dengan saudara kandung yang positif sangat dibutuhkan oleh anak untuk dapat melalui perceraian orangtua dengan lebih baik. Relasi dengan saudara kandung yang kuat dapat berperan sebagai pelindung anak dari stres akibat perceraian (Hetherington, 1989, Kempton et al., 1991, Wallerstein et al., 1988, dalam Jennings, 1998), dengan membantu membentuk anak menjadi pribadi yang positif, berfungsi secara adaptif (Stocker, 1994), dan meningkatkan perilaku pro-sosial (Brody, 2004). Kebutuhan tersebut semakin tinggi terutama pada remaja yang
sedang
memerlukan
suasana
aman
(Gunarsa,
1990)
serta
pendampingan figur parental (Bisono, 2009). Pada masa remaja pula, saudara kandung memiliki pengaruh yang serupa dengan teman sebaya terhadap seseorang (East, 1992, dalam Lerner, 2009). Maka dari itu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
penelitian ini ingin mengungkap bagaimana kualitas relasi antar saudara kandung usia remaja dari orangtua yang telah bercerai.
B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah untuk penelitian ini ialah bagaimana kualitas relasi antar saudara kandung pada remaja dari orangtua bercerai?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah menggambarkan kualitas relasi antar saudara kandung pada remaja dari berbagai keluarga dengan orangtua bercerai.
D.
Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan adanya beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat praktis: a) Bagi informan Berpartisipasi dalam penelitian dapat membantu informan merefleksikan relasi dengan saudara kandungnya, sehingga dapat bertindak untuk terus mempertahan relasi tersebut. b) Bagi pihak keluarga Hasil penelitian dapat membuka mata keluarga informan tentang pandangan anak mengenai perceraian dan keadaan psikologis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
anak,
sehingga
orangtua
dapat
mengambil
6
tindakan
pendampingan yang diperlukan. c) Bagi peneliti lain Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terkait topik relasi antar saudara kandung maupun topik-topik terkait perceraian. 2.
Manfaat teoritis: Hasil penelitian dapat memberikan informasi mengenai gambaran menyeluruh akan kualitas relasi saudara kandung pada remaja dengan kedua orangtua bercerai, yang nantinya dapat menyumbang dalam perkembangan bidang ilmu psikologi perkembangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Relasi Saudara Kandung 1. Definisi Relasi Menurut American Psychiatric Association (selanjutnya disebut APA, 2007), “relasi” atau “relationship” diartikan sebagai asosiasi yang mengikat dan berkelanjutan antara dua orang atau lebih. Kedua orang saling mempengaruhi pikiran, perasaan, bahkan tindakan masing-masing dalam suatu derajat tertentu. Definisi relasi ini serupa dengan definisi “interaksi sosial”, unsur utama sebuah hubungan sosial, yaitu suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan (Gunarsa, 2002). Dengan
demikian,
“relasi”
adalah
suatu
hubungan
yang
berkelanjutan dan mengikat antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi.
2. Jenis-Jenis Relasi Menurut Knapp dan Vangelisti (1995), setiap orang memiliki kebutuhan untuk (1) saling memasukkan orang lain ke dalam aktivitasnya, untuk (2) saling mengontrol dengan orang lain, serta untuk (3) saling memberi dan menerima afeksi. Perilaku interpersonal secara langsung berkaitan dengan kebutuhan inklusi, kontrol, dan afeksi
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tersebut.
Kebutuhan
interpersonal
mempertahankan
relasi
8
yang
memuaskan antara seseorang dengan lingkungannya. Berdasarkan kebutuhannya, relasi interpersonal terbagi menjadi dua macam, yaitu: a) Symmetrical relationship Symmetrical relationship menunjuk pada relasi yang bersifat setara. Relasi simetris menjadi produktif apabila kedua belah pihak saling menghargai hak dan kebutuhan masing-masing, tetapi menjadi kompetitif ketika salah satu atau kedua pihak mementingkan dirinya sendiri dan merasa berwajib memenuhi kebutuhan pasangannya. b) Complementary relationship Complementary relationship bertujuan untuk saling melengkapi perbedaan kedua individu yang berelasi. Relasi ini bermasalah bila salah satu pihak tidak lagi bersedia menjalani perannya dalam membantu memenuhi kebutuhan pihak yang lain. Kesehatan sebuah hubungan bergantung pada bagaimana relasi yang symmetrical maupun complementary dijalankan.
3. Definisi Relasi Saudara Kandung APA (2007) dan Oxford (2003) mendefinisikan “saudara kandung” atau “sibling” sebagai satu dari dua atau lebih anak dari dua orangtua yang sama, baik saudara laki-laki maupun perempuan. Maka “relasi saudara kandung” adalah suatu hubungan berkelanjutan antara dua atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
lebih orang yang seibu dan seayah, dan kedua partisipan dalam hubungan tersebut saling mempengaruhi.
4.
Jenis-Jenis Relasi Saudara Kandung Teori mengenai dua macam relasi saudara kandung yang positif dan negatif dikemukakan oleh Wish et al. (1976, dalam Furman dan Buhrmester, 1985) dan Wiggens (1979, dalam Furman dan Buhrmester, 1985). Menurut Wish et al., relasi yang positif merupakan relasi yang penuh cooperation/friendly atau kerjasama/keramahan, sementara relasi yang negatif adalah relasi yang competitive/hostile atau kompetitif/tidak ramah. Wiggens mengatakan bahwa relasi yang positif adalah relasi yang warm/agreeable atau hangat/kompak, dan relasi yang negatif adalah relasi yang cold/quarrelsome atau dingin/berselisih. Kedua penelitian menunjukkan bahwa relasi positif ditandai dengan keintiman, perilaku prososial, kebersamaan, kekaguman, kepedulian, kesamaan, dan afeksi. Sementara itu, relasi negatif terkait dengan perselisihan, antagonisme, kompetisi, dan dugaan akan preferensi orangtua kepada salah satu anaknya. Sementara itu, Fowler (2009) mengemukakan dua jenis relasi saudara kandung, yaitu (1) supportive bond dan (2) negative bond. Supportive bond, atau ikatan yang mendukung, terjadi apabila seseorang melihat saudara kandungnya yang lebih tua sebagai orang yang responsif terhadap kebutuhannya dan sebagai sumber kenyamanan. Negative bond,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
atau ikatan yang negatif, terjadi apabila seseorang melihat saudara kandungnya yang lebih tua sebagai orang yang agresif, tidak peduli, dan digambarkan dengan sifat-sifat atau sikap-sikap negatif lainnya. Gold (1989, dalam Myers dan Goodboy, 2010) mengidentifikasi lima jenis relasi saudara kandung berdasarkan tingkat kedekatan antarsaudara kandung. Lima jenis relasi tersebut dari tingkat kedekatan yang tertinggi sebagai berikut: a) Intimate relationship Relasi intim terjadi bila relasi dengan saudara kandung menjadi relasi yang terpenting bagi mereka. Bahkan, saudara kandung dianggap sebagai “sahabat terdekat”. b) Congenial relationship Relasi congenial terjadi bila saudara kandung dilihat sebagai teman. Kedua saudara kandung saling peduli, tetapi bukan menjadi hubungan terpenting. c) Loyal relationship Kedekatan pada relasi loyal didasarkan pada sejarah keluarga semata. Saudara kandung memiliki kontak yang rutin, selalu berpartisipasi dalam perkumpulan keluarga, dan saling mendukung dalam situasi krisis. Kedekatan emosional tidak terlalu menonjol karena tampak seperti kedekatan yang “diwajibkan” atau “sudah semestinya”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
d) Apathetic relationship Relasi apatetis adalah relasi dengan kedekatan yang minim. Dalam hubungan ini, saudara kandung merasa berbeda atau tidak cocok dengan satu sama lain. Ketidakcocokan ini mengakibatkan ketidakpedulian dan minimnya keinginan untuk berinteraksi. e) Hostile relationship Relasi ini didasarkan pada kemarahan, kebencian, dan perasaanperasaan negatif lainnya. Status saudara kandung menjadi sebuah status semata dan tidak terdapat kedekatan maupun dukungan emosional satu sama lain. Paparan di atas menunjukkan bahwa terdapat jenis relasi saudara kandung yang positif dan negatif. Relasi intim, relasi congenial, relasi loyal (Gold, 1989, dalam Myers dan Goodboy, 2010), relasi suportif (Fowler, 2009), relasi cooperative/friendly (Wish et al., 1976, dalam Furman dan Buhrmester, 1985), dan relasi warm/agreeable (Wiggens, 1979, dalam Furman dan Buhrmester, 1985) tergolong dalam relasi yang positif. Sementara itu, jenis relasi yang tergolong negatif adalah relasi apatetik, relasi hostile (Gold, 1989, dalam Myers dan Goodboy, 2010), relasi negatif (Fowler, 2009), relasi competitive/hostile (Wish et al., 1976, dalam Furman dan Buhrmester, 1985), dan relasi cold/quarrelsome (Wiggens, 1979, dalam Furman dan Buhrmester, 1985).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
12
Kualitas Relasi Saudara Kandung “Kualitas” adalah tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat, taraf, atau mutu dari suatu hal (Poerwadarminta, 2003). Maka “kualitas relasi antarsaudara kandung” adalah tingkat baik atau buruknya suatu hubungan saling mempengaruhi antara dua atau lebih orang yang seibu dan seayah. Deskripsi mengenai relasi yang positif menunjukkan bahwa kualitas relasi antarsaudara kandung yang positif dilihat dari keintiman yang terjadi bila kedua saudara kandung mendapatkan kenyamanan dan kehangatan dari satu sama lain, mampu terbuka dan saling berbagi cerita, memiliki frekuensi interaksi yang cukup sering, serta memiliki durasi pertemuan yang cukup dan berkualitas. Terdapat pula solidaritas, yaitu bila kedua saudara kandung saling berempati dan saling mendukung dalam berbagai situasi. Pada relasi yang berkualitas, seseorang memandang dan menilai saudara kandungnya secara positif. Konflik maupun persaingan terhitung rendah pada sebuah relasi yang positif, dan kedua saudara kandung mampu menyelesaikan konflik-konflik yang muncul. Sebaliknya, keintiman atau kehangatan tidak atau jarang ditemukan pada relasi yang negatif. Kedekatan emosional tidak terlalu menonjol dan komunikasi tidak intensif antara kedua saudara kandung. Tidak terdapat solidaritas atau sikap saling mendukung antarsaudara kandung, sehingga konflik banyak terjadi dan persaingan tampak dengan jelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Relasi Saudara Kandung Borden
(2003)
mengungkapkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi relasi antarsaudara kandung adalah: a) Jarak usia anak dengan saudara kandungnya. Jarak usia yang terlalu dekat akan memunculkan lebih banyak konflik dan sikap antagonis. b) Ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga. Semakin banyak saudara kandung, semakin terbagi interaksi seseorang untuk setiap saudara kandungnya. c) Kesamaan minat anak dengan saudara kandungnya. Seseorang cenderung merasa lebih nyaman apabila memiliki kesamaan dengan saudara kandungnya. d) Jenis kelamin anak dan saudara kandungnya. Hal ini terkait dengan sifat-sifat bawaan atau predisposisi gender. e) Tipe kepribadian anak dan saudara kandungnya. Dalam relasi saudara
kandung,
karakteristik
individual
berpengaruh
pada
dinamika relasi. f) Urutan kelahiran anak dan saudara kandungnya. Urutan kelahiran dapat mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merespon secara emosional, dan memandang dunia, terutama bagaimana anak berelasi dengan orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
g) Atribut fisik yang dimiliki anak dan saudara kandungnya. Keadaan fisik mempengaruhi perlakuan anak terhadap saudara kandungnya. h) Hubungan-hubungan di dalam keluarga. Setiap relasi di dalam keluarga saling mempengaruhi. i) Relasi antarkedua orangtua. Ketidakhangatan maupun kehangatan yang dilihat anak pada relasi kedua orangtuanya dengan mudah ia terapkan dalam relasi dengan saudara kandungnya.
7.
Akibat Kualitas Relasi Saudara Kandung Interaksi dengan saudara kandung memampukan anak untuk belajar menyesuaikan diri dengan kebutuhan orang lain, belajar menerima perbedaan karakter, serta mempelajari kemampuan membina percakapan. Saudara kandung merupakan agen sosialisasi yang memberikan perasaan “terhubung” (Tarren-Sweeney dan Hazell, 2005, dalam Conger et al., 2009), yang menjadi sumber pendampingan dan dukungan emosional yang dibutuhkan anak (Noller dan Fitzpatrick, 1993). Relasi saudara kandung yang positif menuntun anak pada penyesuaian psikologis yang positif pula. Saudara kandung yang lebih tua bisa membimbing adiknya dan mengajarkan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup (Brody, 1998; Conger et al., 2009). Anak dapat tumbuh dan berfungsi secara adaptif (Stocker, 1984), terhindar dari perilaku menyimpang atau menumbuhkan perilaku pro-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
sosial (Brody, 2004), mempelajari kompetensi sosial dan emosional, bahkan terbantu dalam mendefinisikan dirinya (Brody, 1998).
B. Remaja 1.
Definisi Remaja Kata “remaja”, atau dalam Bahasa Inggris “adolescence”, berasal dari kata dalam Bahasa Latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menuju kedewasaan” (Hurlock, 1955). Masa remaja adalah periode perkembangan manusia yang dimulai dengan pubertas dan berakhir dengan kedewasaan fisiologis (APA, 2007). Umumnya masa remaja dimulai pada sekitar usia 12 tahun (Bukatko, 2008; Havighurst, 1972, dalam Desmita, 2009) dan berakhir pada sekitar usia 24 tahun (Hall, 1904, dalam Arnett, 2006). Menurut Erikson (Santrock, 2002), masa remaja diisi dengan tantangan perkembangan berupa identitas versus kebingungan identitas (identity versus role confusion). Dalam menemukan identitas diri dan melalui masa remaja dengan sukses, remaja membutuhkan peran dan pendampingan orangtua sebagai figur parental (Bisono, 2009).
2.
Karakteristik Perkembangan Pada Masa Remaja a. Aspek Sosioemosi Perkembangan emosi remaja ditandai dengan sifat sensitif dan reaktif yang kuat terhadap peristiwa atau situasi sosial yang terjadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Emosi-emosi tersebut cenderung bersifat negatif dan temperamental, sehingga remaja menjadi pribadi yang mudah tersinggung dan sedih (Yusuf, 2010). b. Aspek Kognitif Menurut Piaget (1952, dalam Bukatko, 2008), remaja berada pada tahap kognisi operasional formal, yang berlangsung sejak usia 11 sampai 15 tahun. Pada tahap ini seseorang berpikir secara abstrak dan menalar
menggunakan
probabilitas.
Remaja
juga
mampu
membandingkan orangtua mereka dengan standar orangtua yang ideal menurut mereka (Piaget, 1952, dalam Santrock, 2002). c. Aspek Moral Remaja menalar pada tingkat penalaran pascakonvensional (Kohlberg, 1984, dalam Santrock, 2007) atau memiliki moralitas otonom (Piaget, 1952, dalam Santrock, 2007). Remaja menyadari adanya jalur moral alternatif, mengeksplorasi pilihan-pilihan, dan membuat keputusan berdasarkan kode moral personal. d. Aspek Fisik Remaja mengalami pertumbuhan tinggi dan berat badan yang pesat. Pertumbuhan bulu ketiak, pembentukan lekuk tubuh, perubahan dalam suara, dan lain sebagainya juga terjadi sejak awal masa remaja sebagai beberapa ciri pubertas. Organ reproduksi pada anak laki-laki maupun perempuan semakin matang, yang nantinya disertai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan (Santrock, 2007). Uraian tersebut menunjukkan bahwa masa remaja ditandai dengan keadaan emosional yang tidak stabil dan cenderung negatif, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan penalaran moral independen, serta munculnya ciri-ciri pubertas maupun kematangan seksual.
C. Orangtua Bercerai 1.
Definisi Orangtua Bercerai “Orangtua”, atau “parent(s)” diartikan sebagai ibu dan/atau bapak (Oxford, 2008; Poerwadarminta, 2003). Sementara itu, “cerai” atau “divorce” adalah disolusi atau berakhirnya pernikahan secara legal (APA, 2007). “Bercerai” kemudian diartikan sebagai keadaan berpisah, berhenti bersuami istri, dan tidak bercampur atau berhubungan lagi. Sebagai kesimpulan, “orangtua bercerai” adalah ibu dan bapak yang sebagai istri dan suami berpisah atau pernikahannya berakhir secara hukum.
2. Penyebab Perceraian Survei yang dilakukan National Fatherhood Initiative (NFI) mengungkap delapan alasan perceraian, yaitu (1) kurangnya komitmen, (2) intensitas dan frekuensi konflik yang tinggi, (3) ketidaksetiaan atau perselingkuhan, (4) menikah pada usia terlalu muda, (5) ekspektasi yang tidak realistis, (6) kesetaraan suami dan istri, (7) ketidaksiapan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
menikah, serta (8) kekerasan dalam rumah tangga (divorcereform.org, thejosephfirmpa.com, diunduh 24 Juli 2014). Perceraian juga seringkali disebabkan oleh masalah keuangan, masalah komunikasi, pergeseran prioritas suami atau istri, penggunaan obat-obatan, dan ketidak-mampuan untuk menyelesaikan masalah (aaml.org, diunduh 24 Juli 2014). Penelitian Mafauzy Mohamed (bernama.com.my, diunduh 24 Juli 2014) menambahkan alasan seperti fondasi agama yang lemah, perbedaan budaya, masalah seksual, karir, dan suami atau istri yang melepas tanggungjawab.
3. Akibat Perceraian Merasa diri tidak mampu karena gagal mempertahankan suami/istri maupun pernikahan seringkali muncul setelah perceraian (Noller dan Fitzpatrick, 1993), terutama bagi pria yang hidup dalam budaya patriarki (huffingtonpost.com, diunduh 10 Juni 2014). Banyaknya emosi negatif yang muncul serta merenggangnya relasi-relasi sosial (Noller dan Fitzpatrick, 1993) menyebabkan seseorang mengalami ketidakstabilan emosi
dan
kebutuhan
akan
dukungan
emosional
yang
tinggi
(Hetherington dan Clingempeel, 1992, Weiss, 1979, dalam Koerner et al., 2004). Pada pasangan-pasangan konvensional di mana suami menjadi pencari nafkah utama dan istri mengurus rumah tangga, kesulitan finansial kerap dihadapi setelah perceraian. Disorganisasi rumah tangga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
terjadi bila pria tidak terbiasa mengurus tugas-tugas rumah tangga seperti mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan rumah. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kesulitan mengatur pola tidur dan pola makan (Hetherington, 1977, dalam Skolnick, 1983), yang membuatnya rentan terkena penyakit (Noller dan Fitzpatrick, 1993). Anak-anak dengan orangtua bercerai mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri secara positif (Brody et al., 1988, dalam Martinez, Jr. dan Forgatch, 2002). Seringkali orangtua terlalu terfokus menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga anak terabaikan dan kurang mendapat pengawasan. Cap sebagai anak broken home membuat anak merasa minder di kalangan teman-temannya, sehingga relasi-relasi sebaya merenggang (Guidubaldi, 1987, dalam Noller dan Fitzpatrick, 1993). Anak menjadi lebih senang membolos dan mencari kesenangan di luar (Koerner et al., 2004), sehingga terjadi penurunan performansi akademis dan muncul perilaku maladaptif (Guidubaldi, 1987, dalam Noller dan Fitzpatrick, 1993; Martinez, Jr. dan Forgatch, 2002). Di samping itu, kurangnya waktu
orangtua untuk
anak (Skolnick, 1983) juga
menyebabkan anak menjadi lebih mudah sakit. Relasi sebaya, termasuk relasi dengan saudara kandung, merupakan relasi yang paling mudah terpengaruh oleh situasi-situasi transisi seperti perceraian (Martinez, Jr. dan Forgatch, 2002). Ketiadaan figur orangtua menuntut anak untuk mencari figur orangtua yang baru. Peran orangtua, guru, teladan, dan pengawas bagi anak yang sebelumnya dipegang oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
orangtua (Gunarsa, 2002) seringkali diambil alih oleh saudara kandung (Wallerstein, 2000). Saudara kandung kemudian berperan penting dalam sosialisasi anak, yang memberikan pendampingan emosional ketika mereka terpisah dari orangtua (Tarren-Sweeney dan Hazell, dalam Conger et al., 2009). Relasi dengan saudara kandung yang kuat menjadi pelindung anak dari stres akibat perceraian (Hetherington, 1988, Kempton et al., 1991, dalam Jennings, 1998).
D. Kualitas Relasi Saudara Kandung Pada Remaja dari Orangtua Bercerai Remaja dengan orangtua bercerai terus mencari sumber afeksi dan kebersamaan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, meskipun peran orangtua sebagai primary caregiver terganggu oleh perceraian (Gunarsa, 2002). Relasi mereka dengan teman sebaya yang merenggang karena rasa minder (Guidubaldi, 1987, dalam Noller dan Fitzpatrick, 1993) mengakibatkan mereka mencari afeksi dari saudara kandungnya (East, 1992, dalam Lerner, 2009). Saudara
kandung
mampu
menjadi
secondary
caregiver
yang
menggantikan maupun melengkapi orangtua sebagai figur afeksi (Conger et al., 2009) bagi remaja yang orangtuanya bercerai. Perasaan senasib membuat mereka lebih nyaman dengan satu sama lain. Interaksi dengan saudara kandung juga membantu anak memenuhi kebutuhan bercerita (Gunarsa, 2002; Goetting, 1986). Selain itu, remaja dari orangtua bercerai yang berhasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
membentuk relasi yang berkualitas positif dengan saudara kandungnya juga saling mendukung, saling memandang positif, dan jarang bermasalah. Relasi dengan saudara kandung menjadi tidak harmonis dan tidak berkualitas positif bila anak menyerap agresi dari konflik orangtuanya dan menerapkannya dalam relasi dengan saudara kandung. Ketidakstabilan yang muncul dalam keluarga setelah perceraian (Medinnus dan Johnson, 1969) juga seringkali memunculkan sikap bermusuhan dalam relasi antarsaudara kandung (Riggio, 2001). Ketidaksepakatan dalam memihak orangtua membuat relasi antara dua saudara kandung renggang secara emosional (Conger et al., 2009). Remaja-remaja dengan orangtua bercerai membentuk relasi yang bermacam-macam kualitasnya dengan saudara kandungnya. Penelitian ini ingin melihat bagaimana relasi antarsaudara kandung remaja dari orangtua bercerai, serta mendeskripsikan kualitas relasi tersebut. Selain itu, penelitian ini menambah penelitian mengenai kualitas relasi antarsaudara kandung remaja dari orangtua bercerai yang masih sedikit dilakukan di Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skema 1. Skema Kerangka Pemikiran
Relasi saudara kandung pada berbagai keluarga
Orangtua utuh
Orangtua bercerai
Orangtua tunggal
Relasi saudara kandung dari orangtua bercerai dengan deskripsi yang menunjukkan kualitas relasi saudara kandung
Orangtua tiri
Orangtua angkat
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Peneliti memilih menggunakan metode kualitatif karena masalah yang diteliti, yaitu kualitas relasi, mengungkap sifat-sifat pengalaman individu tentang suatu fenomena (Strauss dan Corbin, 1997, dalam Basrowi dan Suwandi, 2008). Pada penelitian kualitatif, responden diberi keluasan untuk bercerita. Metode ini nantinya dapat memberikan penjelasan terperinci (Fatchan, 2001, dalam Basrowi dan Suwandi, 2008) dan mengembangkan pemahaman mengenai fenomena (Fischer, 2005) yang diteliti, yaitu kualitas relasi saudara kandung pada remaja dengan orangtua bercerai.
B. Fokus Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah kualitas atau tingkat baik buruknya hubungan antara dua orang saudara kandung usia remaja, yang kedua orangtuanya telah bercerai.
C. Informan Penelitian Untuk penelitian yang berfokus pada kualitas relasi saudara kandung ini, peneliti akan menentukan informan penelitian dengan menggunakan metode non-random sampling atau non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk dapat memilih
23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
informan penelitian berdasarkan pertimbangan atau ciri-ciri khusus yang lebih spesifik, yang dimiliki oleh informan tersebut. Meski demikian, peneliti tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan teknik snowball sampling, dimana peneliti meminta referensi pada informan pertama atau sebelumnya. Teknik ini akan dilakukan oleh peneliti apabila responden sulit untuk diidentifikasi (Creswell, 2009). Penelitian akan dilakukan kepada orang-orang dengan kriteria atau ciriciri sebagai berikut: 1. Informan penelitian memiliki saudara kandung dari ayah dan ibu yang sama (bukan saudara angkat atau saudara tiri), dimana informan dengan salah satu saudara kandungnya akan dijadikan informan penelitian. 2. Informan penelitian memiliki orangtua yang sudah berpisah atau bercerai dan tidak lagi tinggal bersama. 3. Usia informan penelitian berada dalam rentang usia remaja, yaitu usia 12 hingga sekitar 24 tahun. Peneliti akan mengambil sampel sebanyak tiga relasi antara dua saudara kandung, atau sama dengan enam orang informan. Ketiga relasi tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Relasi A: pasangan adik laki-laki dan kakak perempuan 2) Relasi B: pasangan adik laki-laki dan kakak laki-laki 3) Relasi C: pasangan adik laki-laki dan kakak perempuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
D. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara. Wawancara adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu (Kahn dan Cannell, 1957, dalam Sarosa, 2012). Dalam wawancara, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai fakta, kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap fakta, perasaan, perilaku saat ini dan masa lalu, standar normatif, serta mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu (Silverman, 1993, dalam Sarosa, 2012). Teknik ini juga dapat digunakan sebagai alat re-checking, atau pengecekan terhadap informasi yang telah diperoleh sebelumnya (Noor, 2011). Lebih spesifiknya, peneliti melaksanakan jenis wawancara semiterstruktur, sehingga peneliti fleksibel dalam mengajukan pertanyaan yang terdapat pada pedoman wawancara. Agar mendapatkan deskripsi yang lebih mendalam, setiap informan diwawancarai lebih dari satu kali. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Jawaban informan untuk pertanyaan nomor 10 sampai dengan 16, nomor 19, dan nomor 20 digunakan sebagai data pokok penelitian. Pertanyaan lain diajukan untuk membangun rapport dan memberi penutup bagi wawancara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Tabel 1. Pedoman Wawancara 1. Kapan orangtua Anda bercerai dan bagaimana prosesnya? 2. Apakah Anda memahami alasan mengapa orangtua Anda bercerai? 3. Setelah orangtua bercerai, Anda dan saudara kandung Anda tinggal bersama orangtua yang mana (atau dengan siapa)? 4. Bagaimana Anda menghadapi perceraian orangtua saat itu? 5. Bagaimana saudara kandung Anda menghadapi perceraian orangtua saat itu? 6. Bagaimana dengan sekolah Anda setelah orangtua Anda bercerai? 7. Bagaimana hubungan Anda dan teman-teman Anda setelah orangtua Anda bercerai? 8. Bagaimana dengan sekolah saudara kandung Anda setelah orangtua Anda bercerai? 9. Bagaimana hubungan saudara kandung Anda dan teman-temannya setelah orangtua Anda bercerai? 10. Sesering apa Anda berkomunikasi dengan saudara kandung Anda? 11. Apakah Anda bercerita pada saudara kandung Anda? 12. Bagaimana tanggapan saudara kandung Anda terhadap cerita Anda? 13. Apakah saudara kandung Anda bercerita pada Anda? 14. Bagaimana tanggapan Anda terhadap cerita saudara kandung Anda? 15. Seperti apa permasalahan dalam hubungan Anda dengan saudara kandung Anda? 16. Bagaimana Anda dan saudara kandung Anda menyelesaikan konflik? 17. Apakah menurut Anda, orangtua memperlakukan Anda dan saudara kandung Anda secara sama? 18. Jika tidak sama, apakah hal tersebut menimbulkan permasalahan antara Anda dengan saudara kandung Anda? 19. Apakah Anda dan saudara kandung Anda saling mendukung? 20. Jika iya, seperti apa wujud dukungannya? 21. Apakah Anda memiliki harapan untuk hubungan Anda dan saudara kandung Anda?
E. Metode Analisis Data Analisis data merupakan sebuah proses berkelanjutan (continuous) yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaanpertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell, 2009). Dalam kata lain, analisis data berlangsung terus-menerus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
dalam sebuah penelitian kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teknik analisis data menurut Smith (2009) yang berlangsung untuk masing-masing informan melalui beberapa tahap, yaitu: 1) Mencari tema-tema dalam setiap kasus
setelah membaca
keseluruhan transkrip atau verbatim wawancara. Peneliti diharuskan membuat tabel yang terdiri dari tiga kolom. Kolom yang pertama digunakan untuk menuliskan transkrip wawancara, kolom yang kedua digunakan untuk menuliskan komentar atau merangkum transkrip wawancara, dan kolom ketiga digunakan untuk menuliskan judul-judul tema atau frase-frase singkat yang muncul pada transkrip wawancara. 2) Mengkaitkan tema-tema yang terkumpul dan mencari hubungan antartema dengan cara: a.
Mengurutkan tema secara kronologis berdasarkan kemunculan dalam transkrip verbatim.
b.
Mengurutkan tema secara analitis maupun teoritis untuk menemukan hubungan antar tema dan mengelompokkan tematema yang serupa.
c.
Melakukan
pemeriksaan
menyeluruh
pada
transkrip
wawancara dan tema-tema yang sudah dibuat. d.
Membuat tabel tema yang disusun secara koheren dan mengidentifikasi beberapa kelompok tema-tema yang sudah dibuat, kemudian memberi nama pada kategori tema.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Setelah data dari masing-masing informan dianalisis, peneliti melanjutkan analisis melalui beberapa tahap, yaitu: 1) Membuat tabel tema untuk masing-masing relasi, yang terdiri dari tema-tema yang muncul pada kedua informan dalam relasi tersebut. 2) Melakukan analisis dan menarik kesimpulan relasi berdasarkan tema-tema yang muncul pada masing-masing relasi. 3) Membuat tabel tema yang mencakup tema-tema yang muncul pada ketiga relasi untuk mendapatkan gambaran umum mengenai fenomena yang diteliti. 4) Melakukan analisis dan menarik kesimpulan umum berdasarkan tema-tema yang muncul pada ketiga relasi.
F. Uji Kredibilitas Data Uji kredibilitas data, atau uji validitas data, dilakukan sebagai upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian (Creswell, 2009). Teknik uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah member checking; yaitu membawa laporan akhir ke informan untuk mengecek akurasi data, serta menyediakan deskripsi yang kaya dan rinci tentang hasil penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan Pengambilan data dimulai dari mencari orang-orang yang memenuhi syarat sebagai informan penelitian. Peneliti mengidealkan informan dengan relasi sesama laki-laki, sesama perempuan, perempuan - laki-laki, dan lakilaki - perempuan, tetapi hanya dua jenis relasi yang dapat dijadikan informan penelitian, yaitu relasi sesama laki-laki dan perempuan - laki-laki. Pengambilan data berlangsung dari hari Kamis, 9 Oktober 2014 sampai dengan hari Jumat, 19 Desember 2014, dengan melakukan wawancara terhadap enam informan penelitian. Wawancara dilakukan pada waktu dan tempat yang sudah disepakati oleh peneliti dan masing-masing informan. Meskipun informan penelitian terdiri dari tiga pasang kakak adik, wawancara dilakukan secara terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh dari kehadiran saudara kandung terhadap jawaban informan. Pada pertemuan pertama dengan masing-masing informan, peneliti melakukan rapport sebelum memasuki tahapan wawancara. Peneliti juga memastikan kenyamanan informan dengan menjelaskan secara rinci mengenai maksud dan tujuan penelitian, proses pengambilan data, serta menjamin kerahasiaan identitas maupun informasi dari informan. Peneliti kemudian menyerahkan lembar informed consent kepada masing-masing
29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
informan untuk ditandatangani sebelum wawancara dimulai. Wawancara dilakukan beberapa kali hingga mendapatkan data yang jenuh. Analisis data dilakukan ketika seluruh data yang dibutuhkan dari masing-masing informan sudah didapatkan. Data hasil penelitian divalidasi dengan melakukan member checking dengan keenam informan. Peneliti mengatur pertemuan dengan informan pertama, ketiga, keempat, kelima, dan keenam untuk mengecek kembali data penelitian. Member checking dengan informan kedua dilakukan melalui telepon karena informan berada di luar kota. Member checking berlangsung dari hari Jumat, 9 Januari 2015 sampai dengan hari Senin, 2 Februari 2015.
B. Hasil Penelitian Informan penelitian berjumlah enam orang yang merupakan bagian dari tiga relasi kakak beradik. Identitas informan beserta deskripsi relasi informan tertera pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Identitas Informan dan Ringkasan Deskripsi Relasi Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Inisial
SKBA
MATP
BPP
AHS
NA
MP
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Usia
19 tahun
22 tahun
20 tahun
24 tahun
16 tahun
21 tahun
Jumlah Saudara
2
2
1
1
2
2
Keterangan
Adik laki-laki – kakak perempuan
Adik laki-laki – kakak lakilaki
Adik laki-laki – kakak perempuan
Relasi
A
B
C
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
1. Relasi A: Informan 1 dan Informan 2 a. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1 Tabel 2.2. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1
KETERANGAN
TEMPAT
The Jack’s Cafe, Selokan Mataram Wawancara II Kost Informan 1, Paingan Wawancara III Perpustakaan Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan Member checking Coffee dan Read, Paingan Wawancara I
HARI, TANGGAL Kamis, 9 Oktober 2014
17.30 – 19.00 WIB
Sabtu, 18 Oktober 2014 Senin, 27 Oktober 2014
16.00 – 17.00 WIB 15.15 – 16.00 WIB
Selasa, 13 Januari 2015
13.00 – 14.00 WIB
WAKTU
b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2 Tabel 2.3. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2
KETERANGAN Wawancara I
TEMPAT
Kost Informan 2, Mrican Wawancara II Kost Informan 2, Mrican Member checking Melalui telepon
HARI, TANGGAL Sabtu, 18 Oktober 2014 Jumat, 31 Oktober 2014 Selasa, 13 Januari 2015
WAKTU 08.00 – 10.00 WIB 08.30 – 10.00 WIB 09.00 – 09.30 WIB
c. Relasi A dari Sudut Pandang Informan 1 Hilangnya sosok ayah sebagai panutan dan menyaksikan ibunya yang depresi membuat informan 1 menilai perceraian sebagai sesuatu yang mengerikan. Ketakutan-ketakutan yang dirasakan informan 1 saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
itu tidak ia ceritakan kepada saudara kandungnya (informan 2). Informan 1 juga mengaku bahwa saudara kandungnya tidak bercerita mengenai ketakutan-ketakutannya saat itu kepada informan 1. Informan 1 mengatakan bahwa mereka tidak perlu saling bercerita secara eksplisit tentang hal tersebut, karena mereka sudah saling memahami keadaan masing-masing. Seperti yang dinyatakan oleh informan 1: “Cerita yo enggak tho yo. Aku sama Mbak Rina udah sama-sama paham.” (Informan 1, 67 – 68) Baik informan 1 maupun saudara kandungnya kesulitan dalam menerima keadaan keluarganya yang baru. Informan 1 yang saat itu baru berusia delapan tahun mengatakan bahwa saudara kandungnya menjadi sering menangis semenjak kepergian ayahnya. Informan 1 yang juga merasa terpukul dengan perceraian orangtuanya, merasa sumpek setiap kali saudara kandungnya menangis. Seringkali informan 1 memilih untuk keluar rumah ketika hal itu terjadi, atau bahkan memukul saudara kandungnya agar diam. Tanpa ayahnya, informan 1 dan keluarganya tetap tinggal di rumah mereka di Magelang. Informan 1 dan saudara kandungnya bertemu dan berinteraksi dengan satu sama lain setiap hari selama di rumah. Pada tahun 2010, saudara kandung informan 1 pindah ke Yogyakarta untuk kuliah. Informan 1 menyusulnya pada tahun 2014 untuk berkuliah di universitas yang sama. Keduanya pulang ke Magelang secara rutin setiap minggu, yaitu dari hari Jumat sore sampai dengan hari Minggu sore.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Semenjak di Yogyakarta, informan 1 masih sering bertemu dengan saudara kandungnya. Informan 1 dan saudara kandungnya biasa bertemu tiga sampai lima kali seminggu. Pertemuan tersebut berlangsung selama satu jam sampai seharian penuh. Informan 1 mengatakan bahwa ia senang setiap kali bertemu dengan saudara kandungnya. Selain bertemu langsung, informan 1 juga berinteraksi dengan saudara kandungnya melalui pesan singkat hampir setiap hari. Hal ini tampak dalam wawancara: “Kalau interaksi... Sering, sering, cukup sering. ... Itu kalau lewat ponsel. Tapi kalau ketemu langsung, biasa, ngomong biasa. ... Kadang dua hari sekali, kadang tiga hari sekali, seminggu itu pasti ada bolongnya. ... Ya bisa satu dua jam, nggak ngitungin sih. Kalau di rumah ya seharian, kecuali pas lagi ada acara. ... Tiga lima kali, itu termasuk di Magelang.” (Informan 1, 184 – 218) Seringkali informan 1 dan saudara kandungnya bertemu sesuai kebutuhan, seperti keperluan untuk membawa barang ke Magelang, mengajak satu sama lain untuk makan bersama, dan lain sebagainya. Informan 1 bisa membicarakan banyak hal dengan saudara kandungnya, mulai dari kesehariannya di kampus sampai masalah-masalahnya yang berat. Cerita-cerita tentang kehidupan informan 1 di kampus adalah seputar gaya mengajar dosennya, kesulitan dalam mengikuti kuliah, dan sebagainya. Masalah-masalah berat seperti pengalaman diolok teman atau putus hubungan dengan pasangan juga bisa informan 1 ceritakan kepada saudara kandungnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
Informan 1 mengaku bahwa ia selalu bercerita kepada saudara kandungnya ketika sedang ada masalah. Hal ini dilakukan informan 1 karena
ia
melihat
saudara
kandungnya
sebagai
orang
yang
berpengalaman dan nyaman untuk dijadikan tempat bercerita. Saudara kandung informan 1 dirasa bisa memberikan solusi dan bimbingan yang dibutuhkannya untuk dapat mandiri menyelesaikan masalah. Informan 1 selalu mengecek suasana hati saudara kandungnya sebelum menceritakan masalahnya. Apabila saudara kandungnya sedang kedatangan tamu bulanan, informan 1 melihat hal tersebut dari raut muka saudara kandungnya, dan informan 1 memilih untuk bercerita di lain waktu karena tidak ingin mengganggu saudara kandungnya. Informan 1 menceritakan dalam wawancara: “Kalau ada masalah, pasti cerita. Aku biasanya pasti cerita. ... Kayak cerita di kampus, ini dosennya enak apa enggak, terus bisa ngikutin pelajaran atau enggak, terus tanya timbal balik, gitu. ... Ya aku anggap dia lebih berpengalaman, jadi lebih bisa memberikan solusi. Ya aku cerita masalahku apa adane. Kayak diputus pacar, terus balik, terus kayak di-bully teman, dan sebagainya.” (Informan1, 201 – 202 dan 226 – 235) Kegiatan bercerita antara informan 1 dan saudara kandungnya merupakan hal yang timbal balik. Saudara kandung informan 1 pun dikatakan informan 1 sering bercerita kepadanya. Informan 1 terkadang heran mengapa orang yang sudah berpengalaman seperti saudara kandungnya meminta nasihat dari dirinya yang masih anak kecil, tetapi informan 1 tetap mencoba memberikan nasihat untuk membantu saudara kandungnya. Informan 1 mengatakan bahwa dirinya lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
sering memberikan kata-kata untuk menenangkan saudara kandungnya, karena nasihatnya tidak selalu diikuti oleh saudara kandungnya. Tidak jarang informan 1 juga bertindak langsung untuk membantu saudara kandungnya, bahkan ikut merasa kesal dengan orang yang tidak disukai oleh saudara kandungnya. Seperti yang dinyatakan dalam wawancara: “... Kalau sekarang sih ngasih nasihatnya, wis kalem wae. Jadi nasihatnya lebih buat nenangin dia aja. ... Kalau aku lebih suka bertindak sih. Kalau kemarin waktu laptopnya dia rusak... Langsung tak bawa ke counter, sing mbayar aku. ... Pernah ikut sebal sama orang, ya nggak langsung ngomong ke orangnya. Ya ikut sebal sama orang yang disebali sama mbakku.” (Informan 1, 260 – 271) Informan 1 dan saudara kandungnya dibesarkan oleh ibu mereka selama bertahun-tahun terakhir. Walau begitu, informan 1 merasa bahwa terdapat perbedaan dalam perlakuan ibunya terhadap dirinya. Informan 1 mengatakan bahwa ibunya selalu berusaha memenuhi keinginan saudara kandungnya, sementara informan 1 diajarkan untuk tidak iri hati. Informan 1 juga merasa bahwa ibunya lebih dekat dengan saudara kandungnya karena keduanya sama-sama perempuan. Akan tetapi, hal ini tidak membuat informan 1 sebal terhadap ibu maupun saudara kandungnya. Informan 1 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya sering bertengkar ketika masih sama-sama tinggal di Magelang. Pertengkaran biasa terjadi seminggu sekali, serta diwarnai oleh tangisan dan pukulan. Informan 1 mengatakan bahwa pertengkaran terjadi karena hal-hal sepele. Sejak sekitar tahun 2009, informan 1 sudah jarang bermasalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dengan saudara kandungnya. Ketika ada konflik pun, keduanya memilih untuk diam daripada saling memukul atau menangis. Konflikkonflik ini tidak berlangsung lama, yaitu sekitar dua sampai tiga hari. Informan 1 berkata bahwa konflik biasanya selesai dengan sendirinya ketika emosi sudah reda dan salah satu berinisiatif untuk mengajak bicara. Meskipun begitu, tidak jarang keduanya saling meminta maaf terlebih dahulu. Informan 1 mengatakan: “Kalau semenjak dewasa ini, nggak pernah. Ya kalau ada masalah paling masalah kecil lah. Tapi kalau dulu pas dia masih di Magelang, sering banget, hampir dibilang satu minggu itu kalau nggak ada pukul memukul tangis menangis itu nggak bisa itu. Paling nggak seminggu sekali ada pasti.” (Informan 1, 301 – 306) Informan 1 mengatakan bahwa secara keseluruhan, ia merasa dekat dengan saudara kandungnya. Pertemuan keduanya yang tidak terlalu intens dirasa informan 1 menghambatnya untuk membentuk hubungan yang lebih dekat lagi dengan saudara kandungnya. Informan 1 berharap ia dapat tetap dekat dan berkomunikasi dengan saudara kandungnya, walaupun saudara kandungnya pindah ke Surabaya.
d. Relasi A dari Sudut Pandang Informan 2 Pada pertengahan tahun 2010, informan 2 pindah ke Yogyakarta untuk memudahkannya dalam menjalani perkuliahan. Informan 2 dan saudara kandungnya (informan 1) yang sebelumnya bertemu setiap hari menjadi lebih jarang bertemu. Pada tahun 2014, saudara kandung informan 2 menyusulnya ke Yogyakarta untuk kuliah di universitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
yang sama. Informan 2 menyatakan bahwa ia jarang bertemu dengan saudara kandungnya, yaitu hanya sekitar seminggu sekali sesuai dengan kebutuhan. Meskipun jarang bertemu, informan 2 dan saudara kandungnya berkomunikasi hampir setiap hari lewat pesan singkat maupun telepon. Pada minggu-minggu terakhir di Yogyakarta sebelum informan 2 pindah ke Surabaya, ia dan saudara kandungnya menjadi lebih sering bertemu. Informan 2 mengaku bahwa ia senang setiap bertemu dengan saudara kandungnya. Terbukti dari hasil wawancara: “... Akhir-akhir ini sih iya (berkomunikasi), soalnya dia bantuin aku pindahan. Ya, sering, kalau misalnya lagi butuh apa gitu, ya sering. ... Akhir-akhir ini seminggu sekali sih, setiap Jumat sebelum pulang. ... Ketemu Kristo itu, Sabtu, Minggu, kemarin. Tiga kali. ... Kalau misalnya ketemu, yo wis, senang. ... Iya, sering. Kalau ada masalah gitu juga, suka telepon. Jadi walaupun jarang ketemu, masih bisa telepon.” (Informan 2, 220 – 221, 233, 269, dan 424 - 425) Ketika keduanya bertemu, informan 2 dan saudara kandungnya bercakap-cakap mengenai kuliah dan keadaan keuangan masingmasing. Selain itu, mereka juga membicarakan pasangan masingmasing, kabar terbaru ayah mereka, dan cerita-cerita tentang keseharian keduanya. Informan 2 mengatakan bahwa saudara kandungnya bukanlah orang yang terbuka, tetapi saudara kandungnya dapat bercerita banyak padanya. Ketika saudara kandung informan 2 mengkonsultasikan
masalah-masalahnya,
informan
2
berusaha
membantu dengan memberikan saran. Akan tetapi, informan 2 merasa bahwa sarannya tidak selalu diikuti. Dalam wawancara disebutkan:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
“Tapi akhir-akhir ini, semenjak kita kuliah, ya cerita. Misalnya ada apa, dia sama pacarnya gimana, sering cerita. ... Apa ya, ya kuliahnya dia. Terus, masalah keuangannya dia selama kuliah, cerita tentang pacarnya dia. Aku cerita tentang pacarku, ya tukar-tukaran cerita gitu. Cerita tentang bapak mungkin, sekali-sekali.” (Informan 2, 192 – 194) Informan 2 sendiri mengatakan bahwa ia lebih banyak bercerita pada pacarnya. Namun, informan 2 masih senang bercerita pada saudara kandungnya. Ketika menceritakan masalah yang dimilikinya, informan 2 mendapatkan umpan balik yang baik dan membangun dari dari saudara kandungnya. Informan 2 juga merasa bahwa saudara kandungnya sangat protektif terhadap dirinya, sehingga tidak jarang saudara kandungnya akan langsung bertindak untuk membantu informan 2 menyelesaikan masalahnya. Hal ini tampak dari kata-kata informan 2: “Dia overprotective sebenarnya sama aku. Kayak pernah kan, aku berantem sama pacar, terus aku cerita ke Kristo. Terus Kristo-nya, ngerasa, “Wah, kok mbakku diginiin sih?” Terus dia ngomong sama Mas Bondan. Kelihatan sayangnya sih. ... Feedback yang membangun yang jelas. Tapi selama ini dia memberikan feedback yang baik sih, yang membangun. Bisa membuat aku lebih sabar, lebih tenang.” (Informan 2, 303 – 313) Meskipun dibesarkan bersama-sama oleh ibu, informan 2 merasakan perbedaan perlakuan ibunya terhadap dirinya dan saudara kandungnya. Informan 2 merasa bahwa ibunya lebih memperhatikan saudara kandungnya ketimbang dirinya, tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi sikap informan 2 terhadap ibu maupun saudara kandungnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Sebelum informan 2 pindah ke Yogyakarta, ia dan saudara kandungnya sering bertengkar karena masalah-masalah sepele. Akan tetapi, sekarang ini konflik sudah sangat jarang di dalam hubungan mereka. Jika terjadi konflik, hanya akan berlangsung selama satu atau dua jam, kemudian keduanya akan berbaikan dan bercakap-cakap lagi seperti biasa. Informan 2 mengatakan: “... Kayak gitu itu. Tapi semakin ke sini, kita kan semakin dewasa. Yo marah yo marah aja, tapi nggak sampai diam beberapa hari. Paling sejam dua jam, paling cuma “mbuh!”, paling cuma gitu doang. Nggak pernah yang kayak dulu lagi. ... Kita main, terus pulang, terus ceritanya udah ngajak ngobrol lagi. Udah baikan lagi.” (Informan 2, 318 – 322 dan 356 - 357) Informan 2 menggambarkan hubungannya dengan saudara kandungnya sebagai hubungan kakak-adik yang suportif. Informan 2 mendukung saudara kandungnya melalui nasihat-nasihat dan tindakan langsung yang dilakukan untuk membantu saudara kandungnya. Sebaliknya, saudara kandung informan 2 mendukung informan 2 dengan memberikan nasihat, bertindak untuk menyelesaikan masalah informan 2, bahkan hadir langsung dalam momen-momen penting dalam hidup informan 2. Bahkan saudara kandung informan 2 yang mendukung rencananya untuk bekerja di Surabaya dan menikah tahun 2016. Informan 2 merasa bahwa ia dan saudara kandungnya saling menjaga dengan mengkomunikasikan informasi-informasi penting. Selain itu, informan 2 juga berusaha menjadi contoh yang baik untuk adiknya dengan aktif di berbagai kegiatan, supaya adiknya tidak meniru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
ayah dan kakaknya yang tertua. Informan 2 pun tidak segan untuk membantu saudara kandungnya ketika sedang mengalami kesulitan keuangan. Informan 2 menyatakan demikian: “Jadi, ya, sama-sama saling memberikan informasi, saling memberikan dukungan, saling menjaga. ... “Bisa nikah kapan, Bu?” Terus kata ibu, “Ya, 2018 yo, bar Kristo rampung kuliah.” Nah, Kristo tuh malah bilang, “Ojo, Bu. 2016 aja, Bu, selak tuo Mas Bondan-nya, 31 tahun. Ojo 2018.” Jadi malah Kristo yang mbelani aku.” (Informan 2, 507 – 509, dan 625 – 629) Dikarenakan rencana informan 2 untuk mencari kerja di Surabaya, informan 2 dan saudara kandungnya akan menjadi lebih jarang bertemu. Informan 2 berharap ia dapat tetap berkomunikasi dengan saudara kandungnya dan agar saudara kandungnya tetap semangat menjalani kehidupan. Informan 2 juga bercita-cita untuk mengajak saudara kandungnya berlibur ke Surabaya.
e. Kesimpulan Relasi A 1) Kedekatan/keintiman Informan 1 dan informan 2 berkomunikasi hampir setiap hari meskipun tinggal terpisah. Keduanya bertemu setiap minggu, berkisar satu sampai lima kali seminggu. Durasi setiap pertemuan berkisar dari satu jam sampai seharian penuh. Baik informan 1 maupun informan 2 merasa senang ketika bertemu, dan terdapat keinginan untuk berinteraksi dengan satu sama lain secara lebih intens di masa depan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Selama di Yogyakarta, keduanya bertemu untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti untuk mencari makan bersama-sama, meminta bantuan, atau untuk pulang ke Magelang. Pertemuan informan 1 dan informan 2 juga diisi dengan kegiatan saling bertukar cerita. Informan 1 menyatakan bahwa ia selalu menceritakan masalahnya kepada informan 2, karena ia memandang informan 2 sebagai figur yang lebih berpengalaman dan mampu memberikan solusi. Setelah bercerita dengan informan 2, informan 1 merasa lega. Selain menceritakan masalahnya, informan 1 juga seringkali menceritakan kesehariannya kepada informan 2. Informan 1 selalu memperhatikan dan mempertimbangkan suasana hati informan 2 terlebih dahulu sebelum bercerita agar tidak menambah beban pikiran informan 2. Informan 2 sering menceritakan keseharian dan masalahmasalahnya pada informan 1. Informan 2 memandang informan 1 sebagai orang yang lebih tenang, bijak, dan perhatian, sehingga informan 2 merasa nyaman untuk bercerita kepadanya. Informan 2 juga menyatakan kecemasannya ditinggalkan oleh informan 1.
2) Konflik/persaingan yang rendah Informan 1 dan informan 2 sering bertengkar ketika masih kecil. Informan 1 merasa bahwa ibunya memperlakukannya dengan berbeda, karena terlihat seolah-olah ibu informan 1 lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
menyayangi informan 2. Informan 1 sudah tidak mempermasalahkan hal itu karena merasa bahwa ibunya dan informan 2 lebih dekat karena sama-sama perempuan. Sebaliknya, informan 2 justru merasa bahwa informan 1 lebih disayang oleh ibunya karena sering membelikan barang untuk informan 1. Meski demikian, informan 2 menyadari bahwa seorang adik memang membutuhkan perhatian lebih dan sekarang pun kebutuhan keduanya terpenuhi secara seimbang, sehingga informan 2 tidak lagi mempermasalahkan perbedaan perlakuan dari ibunya. Saat ini, informan 1 dan informan 2 sudah jarang bermasalah. Masalah-masalah yang muncul biasanya terjadi karena sifat jahil atau kekeraskepalaan informan 1. Akan tetapi, keduanya mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan tanpa kekerasan.
3) Solidaritas Solidaritas dalam relasi A terlihat kuat. Ketika memiliki masalah, informan 1 dan informan 2 akan saling memberikan solusi, bahkan terkadang bertindak langsung, untuk membantu satu sama lain. Informan 1 menyampaikan bahwa ia pernah merasa sebal dengan orang yang menyakiti informan 2. Relasi A juga merupakan relasi yang saling suportif. Informan 1 mendukung informan 2 melalui nasihat atau solusi yang diberikan, mendukung keinginan dan keputusan informan 2, serta menghadiri momen-momen penting
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
dalam hidup informan 2. Informan 2 sendiri mendukung informan 1 melalui kata-kata, baik itu nasihat, omelan, maupun penyemangat. Informan 2 juga berusaha menjadi contoh yang baik untuk informan 1 karena merasa bahwa anggota keluarga mereka yang lainnya kurang cocok dijadikan panutan.
4) Relasi Symmetrical dan Complementary (Knapp dan Vangelisti, 1995) Pada masa kanak-kanak, informan 1 dan informan 2 belum dapat membentuk relasi yang complementary karena keduanya memiliki sifat keras kepala dan masih mementingkan haknya sendiri. Akan tetapi, saat ini keduanya sudah mampu mengesampingkan ego masing-masing sehingga konflik lebih jarang terjadi. Bahkan, informan 1 seringkali menenangkan informan 2 ketika merasa khawatir atau tidak yakin. Sebaliknya, ketika informan 1 bertindak gegabah, informan 2 menenangkannya dan membantu meluruskan masalah. Selain sifat complementary tersebut, relasi A juga memiliki sifat symmetrical. Hal tersebut tampak ketika informan 1 dan informan 2 saling membantu memenuhi kebutuhan masing-masing, seperti kebutuhan untuk bercerita dan mengekspresikan diri. Keduanya saling memberi perhatian dan penguatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua informan menerapkan relasi yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
bersifat complementary maupun symmetrical dalam hubungan mereka.
2. Relasi B: Informan 3 dan Informan 4 a. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3 Tabel 2.4. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3
KETERANGAN
TEMPAT
Wawancara I
Kobayashi Pattisserie dan Boulagerie Wawancara II Rumah Informan 3, Pogung Member checking Rumah Informan 3, Pogung
HARI, TANGGAL Jumat, 5 Desember 2014
WAKTU 13.00 – 14.00 WIB
Senin, 8 Desember 2014
17.00 – 18.00 WIB
Jumat, 9 Januari 2015
13.30 – 14.15 WIB
b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4 Tabel 2.5. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4
KETERANGAN Wawancara I
TEMPAT
Ayara Coffeeshop, Jalan Sudirman Wawancara II Zara-Zara LN2 Ice Cream, Ringroad Utara Member checking J.Co Donuts dan Coffee, Jogja City Mall, Jalan Magelang
HARI, TANGGAL Selasa, 4 November 2014
15.30 – 18.00 WIB
Senin, 10 November 2014
14.00 – 15.00 WIB
Senin, 12 Januari 2015
17.00 – 18.30 WIB
WAKTU
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
c. Relasi B dari Sudut Pandang Informan 3 Dibandingkan dengan teman-teman maupun dengan orangtuanya, informan 3 lebih dekat dengan saudara kandungnya (informan 4). Kekecewaan dan kebingungannya akan perpisahan orangtua ia ceritakan dengan saudara kandungnya. Informan 3 mengatakan bahwa saudara kandungnya kemudian menceritakan kepadanya mengenai konflik-konflik orangtuanya yang tidak diketahuinya, serta perasaanperasaan saudara kandungnya tentang perceraian. Diskusi-diskusi tersebut membuat informan 3 dan saudara kandungnya lebih mampu untuk saling memahami. Pernyataan ini membuat harapan informan 3 untuk dapat senantiasa akrab dengan saudara kandungnya menjadi hal yang wajar. Hal ini disampaikan oleh informan 3: “Menanggapinya yo dia juga cerita sih. Cerita dari dulu pertama dia ngerti diceritain dari bapak sama ibu, ya dia udah bilang dulu. Ya sehabis di perceraian itu dia ceritanya. Ya sama-sama ngertiin aja.” (Informan 3, 97 – 100) Informan 3 dan saudara kandungnya bertemu setiap hari karena tinggal serumah. Ketika berada di rumah, keduanya sering berdiskusi selama beberapa jam setiap harinya. Jika salah satu sedang berpergian ke luar kota atau tidak berada di rumah, keduanya akan saling mengabari melalui pesan singkat. Meskipun tinggal serumah, informan 3 dan saudara kandungnya tetap menyempatkan diri untuk berpergian bersama ketika mempunyai waktu luang. Hal ini terungkap dalam wawancara:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
“Cukup. Sesering apa ya... Dikit-dikit diskusi lah pokokmen. Walaupun jauh, tetap SMS. Apapun cerita sama kakakku lah kalau sekarang. ... Nggak sering sih, ya kadang pengen main ke mana gitu, pas waktu luang. Apa nggak yang pergi agak jauh gitu. Kalau pas ada balapan di luar kota gitu, ya bareng..” (Informan 3, 148 – 150 dan 167 – 169) Informan 3 mengatakan bahwa diskusi berjam-jam dengan saudara kandungnya banyak diisi dengan bahasan mengenai hobi mereka, yaitu bersepeda. Cerita-cerita keseharian dan lain sebagainya juga diceritakan oleh informan 3 kepada saudara kandungnya, begitu pula sebaliknya. Informan 3 mengakui bahwa ia dekat dengan saudara kandungnya, sehingga bisa menceritakan apapun kepadanya dan merasa lega setelah bercerita. Informan 3 pun merasa bahwa beban pikirannya berkurang setelah berbicara dengan saudara kandungnya. Demikian kata-kata informan 3: “Masalah hobi, pasti. Sepedaan itu. Banyak lah pokokmen. Dia baru habis ngapain, ceritain. Dia ketemu sama siapa, ceritain. Ya ngobrol-ngobrol biasa gitu. Ya ngobrol dari hal-hal paling nggak penting sampai yang penting.” (Informan 3, 172 – 176) Hubungan informan 3 dan saudara kandungnya tidak banyak diwarnai oleh konflik. Keduanya sangat akur, dan konflik yang muncul lebih banyak terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan apa yang diminta atau kata-kata yang menyakiti. Akan tetapi, informan 3 lebih banyak bercanda ketika saudara kandungnya membentaknya, sehingga tidak belanjut menjadi sebuah masalah. Setiap konflik yang muncul mampu diselesaikan dengan cepat, yaitu dalam waktu satu jam. Cara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
informan 3 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik adalah dengan mengambil waktu untuk berbicara dengan satu sama lain dan meminta maaf. Informan 3 menyatakan dalam wawancara: “Jarang, jarang banget. Dalam seminggu nggak mesti. ... Sejam paling. Misalnya punya masalah hari ini, malamnya udah beres.” (Informan 3, 222 dan 236 – 237) Informan 3 menyatakan bahwa saudara kandungnya merasa ibunya lebih memanjakan informan 3. Meskipun begitu, saudara kandung informan 3 hanya mempermasalahkan hal tersebut dengan ibunya dan tidak dengan informan 3, sehingga hubungan dengan saudara kandungnya tidak terluka oleh hal itu. Informan 3 dan saudara kandungnya saling memberikan solusi dan saran untuk masalah-masalah yang dialami. Keduanya juga dapat saling mempertimbangkan solusi yang diberikan oleh satu sama lain. Informan 3 mengatakan bahwa dirinya sering merasa sebal dengan orang yang menyakiti saudara kandungnya, dan seringkali bertindak langsung dengan cara menemui orang tersebut dan mengajaknya berbicara. Terbukti dalam wawancara: “Tapi kalau dia dijahatin sama orang ya aku ikut sebal. Ya orang itu aku ajak ngomong, kalau emang bikin sebal benaran. Kalau cuma karena sifat ya enggak, tapi kalau dia ngapain kakakku ya aku ajak ngomong.” (Informan 3, 271 – 278) Informan 3 merasa memiliki hubungan yang suportif dengan saudara kandungnya. Informan 3 selalu mendukung keinginan dan hobi saudara kandungnya, misalnya dengan membantu dan menemani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
saudara kandungnya mencari keperluan bersepeda. Informan 3 juga merasa bahwa saudara kandungnya turut mendukungnya dalam hobi bersepedanya. Bahkan saudara kandungnya pernah membelikan informan 3 sebuah sepeda untuk kejutan.
d. Relasi B dari Sudut Pandang Informan 4 Meskipun aspek akademis dan relasi sebaya informan 4 sempat terganggu, hubungannya dengan saudara kandungnya (informan 3) justru semakin dekat setelah perceraian. Bahkan, informan 4 berharap dapat menjaga kekompakannya dengan saudara kandungnya hingga tua. Sekarang ini, informan 4 dan saudara kandungnya bertemu setiap hari di rumah dan selalu saling mengontak ketika tidak sedang bertemu. Ketika saudara kandungnya berada di luar kota untuk berkegiatan, informan 4 juga selalu mengecek keadaannya. Seperti yang dikatakan oleh informan 4 dalam wawancara: “Kalau kontak sih sering banget. Hampir setiap hari sih. Kalau dia ke mana, karena aku ngerasa dekat sih sama adikku. ... Hampir setiap hari pasti kontak. Kalau dia lagi di luar kota ya pasti tak tanyain, minimal satu dua kali. Tapi kalau di rumah sih sering, paling kalau nggak di rumah tuh ya nyariin...” (Informan 4, 221 – 232) Di rumah, informan 4 dan saudara kandungnya banyak bercerita. Cerita-cerita yang menjadi bahasan keduanya biasanya berupa cerita sehari-hari, cerita tentang anggota keluarga yang lain, dan diskusi tentang minat bersepeda mereka. Informan 4 juga sering berkeluh kesah dan menceritakan masalahnya kepada saudara kandungnya. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
dilakukan informan 4 karena ia merasa mendapatkan ketenangan dan kenyamanan dari bercerita dengan saudara kandungnya. Sesekali saudara kandung informan 4 juga menceritakan masalahnya kepada informan 4. Dalam wawancara, informan 4 menyatakan: “Menurutku, cerita sih sering, cuma nggak dalam gitu. Tentang masalah masing-masing itu nggak terlalu dikeluarkan, jadi cuma masalah yang melibatkan aku atau dia. ... Kebanyakan tentang sepeda sama keluarga. ... Oh, ya. Beberapa kali (cerita keseharian), eh sering sih kayak gitu.” (Informan 4, 234 – 238, 259 – 260, dan 279) Informan 4 menyatakan bahwa dirinya jarang bermasalah dengan saudara kandungnya. Konflik muncul karena perbedaan pendapat dan salah satu pihak keras kepala, atau ketika informan 4 membangunkan saudara kandungnya secara tiba-tiba. Selain itu, informan 4 juga merasa bahwa ibunya lebih memanjakan dan lebih terbuka dengan saudara kandungnya. Informan 4 dapat menerima keadaan tersebut, karena mengetahui bahwa ibunya lebih senang dengan saudara kandungnya yang tidak pernah menyanggah ibunya seperti yang dilakukan oleh informan 4. Informan 4 dan saudara kandungnya juga bersedia untuk saling meminta maaf sehingga masalah dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, biasanya pada hari yang sama. Hal ini tampak dalam wawancara dengan informan 4: “Jarang banget ada masalah. Paling cuma cek-cok cek-cok gitu sih. Beda pendapat tentang suatu hal, kayak mau benarin sepeda ini, dengan caraku. ... Kalau berantem benar-benar berantem itu nggak pernah. ... Nggak pernah lama sih kalau marah sama dia, karena aku ngerasa kalau aku marah sama dia rasanya aneh tuh lho.” (Informan 4, 309 – 311, 306 – 307, dan 359 – 360)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Ketika informan 4 atau saudara kandungnya memiliki masalah, pihak yang lainnya akan memberikan saran atau solusi untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Keduanya juga bersedia untuk mempertimbangkan masukan dari pihak yang lain. Selain memberikan saran, informan 4 juga sering memberikan kata-kata penenangan untuk saudara kandungnya. Ketika saudara kandungnya bercerita kepadanya, informan 4 merasa sangat ingin membantu saudara kandungnya. Terkadang ia juga merasa kesal ketika saudara kandungnya disakiti oleh orang lain. Informan 4 berkata demikian: “Terus ya karena aku mencoba buat menjadi pendengar yang baik, ya aku mendengarkan dulu, habis itu ya kasih solusi atau gimana. ... Kayak aku butuh bantuan tentang ada hal yang aku nggak tahu, terus dia mau cari solusinya dulu. Habis sehari setelahnya dia ngasih tahu aku, caranya kayak gini.” (Informan 4, 460 – 462 dan 467 – 470) Selain memberikan solusi, informan 4 dan saudara kandungnya juga saling mendukung lewat kehadiran dan tindakan. Informan 4 mendukung keputusan-keputusan saudara kandungnya, memantau kondisi akademisnya, membantunya dalam berkarya, dan memodali usaha saudara kandungnya. Sebaliknya, saudara kandung informan 4 mendukung informan 4 dalam menekuni hobinya, membantu informan 4 ketika meminta pertolongannya, serta meluangkan waktu untuk hadir di saat-saat penting. Kebiasaan keduanya untuk saling merawat ketika sakit juga memperkuat alasan informan 4 merasa kompak dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
saudara
kandungnya.
Demikian
yang tertulis
dalam
51
transkrip
wawancara: “Kalau hubungannya, aku merasa ini kompak kan sama adikku kompak, aku merasa tetap harus punya kekompakkan ini, dirawat sampai entah besok tua atau gimana. ... Nah, aku pengennya besok suatu saat kalau sudah istilahnya masing-masing lah, pergi masing-masing, punya keluarga masing-masing ya tetap kontak, tetap support.” (Informan 4, 622 – 635) e. Kesimpulan Relasi B 1) Kedekatan/keintiman Informan 3 dan informan 4 tinggal serumah, sehingga mereka mudah bertemu setiap hari. Ketika salah satu sedang tidak berada di rumah, mereka akan saling mencari tahu kabar masing-masing. Di rumah, informan 3 dan informan 4 selalu berkomunikasi, biasanya berupa diskusi-diskusi yang berlangsung selama beberapa jam tentang hobi, keluarga, keseharian, dan masalah-masalah personal. Diskusi tersebut juga berlangsung ketika informan 3 dan informan 4 berpergian bersama untuk mengisi waktu luang. Keterbukaan antara keduanya didorong oleh rasa nyaman dan ketenangan yang diberikan oleh satu sama lain. Keduanya juga merasa lebih dekat dengan saudara kandungnya dibandingkan dengan orangtua maupun temanteman. Ke depannya, keduanya berharap dapat tetap menjaga komunikasi dan kedekatan dengan satu sama lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
2) Konflik/persaingan yang rendah Dalam relasi B, jarang sekali muncul konflik. Konflik biasanya terjadi karena informan 4 membangunkan informan 3 secara tibatiba, perbedaan pendapat tentang suatu hal, atau kata-kata informan 3 yang tidak berkenan di hati informan 4. Akan tetapi, konflik-konflik tersebut tergolong ringan dan dapat diselesaikan dengan cepat, karena baik informan 3 maupun informan 4 tidak segan untuk meminta maaf. Informan 4 merasa bahwa ibunya lebih memanjakan informan 3. Meski demikian, informan 4 tidak mengubah sikapnya terhadap informan 3, melainkan membahas hal tersebut dengan ibunya sehingga tidak ada konflik yang berarti.
3) Solidaritas Informan 3 dan informan 4 cukup terbuka tentang masalah masing-masing. Keduanya mampu memberikan solusi dan bertindak untuk membantu satu sama lain. Informan 3 dan informan 4 juga bersedia menerima pendapat dari saudara kandungnya. Bahkan, terkadang informan 3 ikut merasa sebal dengan orang yang membuat informan 4 kesal. Hal tersebut juga beberapa kali dirasakan oleh informan 4. Informan 3 dan informan 4 saling mendukung lewat kehadiran pada momen-momen penting, serta mendukung keinginan maupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
hobi bersepeda satu sama lain. Selain itu, informan 3 banyak menolong informan 4 ketika informan 4 membutuhkan bantuan. Informan 4 juga mendukung informan 3 dengan memantau keadaan akademis informan 3 di bangku kuliah.
4) Relasi Symmetrical dan Complementary (Knapp dan Vangelisti, 1995) Sifat relasi symmetrical diterapkan ketika informan 3 dan informan 4 saling memenuhi kebutuhan akan afeksi, seperti kebutuhan akan perhatian dan pengertian ketika menceritakan sebuah masalah. Pembagian tugas rumah dibuat seimbang oleh kedua informan, sehingga keduanya memiliki kesetaraan dalam hubungan mereka. Akan tetapi, ketika salah satu pihak mengalami keadaan yang sulit sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya, pihak yang lain bersedia untuk mengisi tugas tersebut. Meskipun informan 3 merupakan orang yang tertutup dan informan 4 lebih senang bicara secara terbuka, keduanya saling memahami sifat-sifat tersebut sehingga tidak terjadi konflik. Hal ini merupakan wujud dari penerapan relasi yang complementary.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
3. Relasi C: Informan 5 dan Informan 6 a. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 5 Tabel 2.6. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 5
KETERANGAN
TEMPAT
Wawancara I
Rumah Informan 5, Jalan Kaliurang Wawancara II Rumah Informan 5, Jalan Kaliurang Member checking Knock! Hangspot, Demangan
HARI, TANGGAL Rabu, 17 Desember 2014
14.00 – 15.00 WIB
Jumat, 19 Desember 2014
13.30 – 15.00 WIB
Senin, 2 Februari 2015
13.30 – 14.30 WIB
WAKTU
b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 6 Tabel 2.7. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 6
KETERANGAN Wawancara I
TEMPAT
Kafe Rikidederiko, Sagan Wawancara II Rumah Informan 6, Jalan Kaliurang Member checking Shine Cafe, Selokan Mataram
HARI, TANGGAL Senin, 15 Desember 2014
18.00 – 20.00 WIB
Jumat, 19 Desember 2014
12.00 – 13.30 WIB
Minggu, 1 Februari 2015
18.00 – 19.00 WIB
WAKTU
c. Relasi C dari Sudut Pandang Informan 5 Tinggal seatap membantu informan 5 untuk berinteraksi dengan saudara kandungnya (informan 6) setiap hari. Setiap keduanya berada di rumah, komunikasi pasti terjadi. Pembicaraan di antara informan 5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
dan informan 6 banyak diisi dengan bercanda. Meskipun begitu, informan 5 mengaku bahwa ia sering bertukar cerita dengan saudara kandungnya tentang kejadian sehari-hari serta perihal minat informan 5 akan hewan dan sepakbola. Menurut informan 5, saudara kandungnya tidak begitu memperhatikan ketika ia bercerita tentang minatnya karena saudara kandung memiliki minat yang berbeda. Akan tetapi, informan 5 mengaku tetap menceritakan minatnya kepada saudara kandungnya karena butuh didengarkan. Terkadang, informan 5 dan saudara kandungnya berdiskusi tentang topik-topik yang lebih serius seperti keluarga. Informan 5 bercerita demikian dalam wawancara: “Ah, ya lumayan lama sih. Biasanya juga ngobrol sampai kakak-kakakku harus pergi. Bisa berjam-jam. ... Kalau aku merasa kakak aku bisa bantuin nyelesaiin masalahnya, ya paling aku cerita ke dia. Kalau nggak ya biasanya tentang kejadian-kejadian sehari-hari. Atau nggak topik pembicaraan yang biasanya aku suka, misalnya bola atau hewan.” (Informan 5, 100 – 101 dan 109 – 113) Informan 5 dan saudara kandungnya juga biasa meminta pendapat satu sama lain sebelum mengambil suatu keputusan. Selain itu, keduanya juga terbuka menceritakan masalah masing-masing. Informan 5 mengatakan bahwa dirinya merasa kasihan dan bersimpati dengan saudara kandungnya ketika saudara kandungnya bermasalah, namun ia tidak menindaklanjutinya dengan tindakan. Ketika saudara kandungnya tampak bermasalah, informan 5 lebih suka memberikannya privasi dan menunggu hingga saudara kandungnya bercerita kepadanya. Tindakan ini disampaikan dalam wawancara:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
“Jarang aku ajakin dia untuk membicarakan masalahnya, habis dia suka mulai lebih dulu. Kalau dia nggak mau bicarain masalahnya, ya aku nggak akan ajak ngomong. Biasanya kalau kelihatan parah, aku suka tinggalin kakakku sendirian biar kesannya nggak ngeganggu dan dia punya privasi dan waktu untuk mencoba mengolah perasaannya sendiri.” (Informan 5, 195 – 201) Informan 5 menyatakan bahwa ia dan saudara kandungnya hampir tidak pernah memiliki masalah. Konflik yang muncul tidak dapat dianggap sebagai masalah karena dirasa informan 5 terlalu sepele, sehingga konflik akan cepat selesai karena hilang dengan sendirinya. Informan 5 sempat merasa bahwa ibunya lebih banyak mengurus kebutuhan saudara kandungnya, namun informan 5 tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut karena kebutuhannya tetap terpenuhi oleh ibunya. Informan 5 membicarakan konflik dalam wawancaranya: “... Kayaknya jarang deh. Kalau iya paling karena hal-hal kecil, kayak pas aku injakin sepatu atau sandalnya terus menerus. Kurang penting kalau ada masalah, ya bukan masalah juga sebenarnya. ... Mungkin karena masalahnya nggak begitu besar, konfliknya hilang dengan sendirinya. Kalau aku sih biasanya nggak begitu peduli, mungkin kakakku juga.” (Informan 5, 157 – 165) Baik informan 5 maupun saudara kandungnya selalu memberikan dukungan kepada satu sama lain. Dukungan yang diberikan informan 5 kepada saudara kandungnya berwujud menolong ketika diminta, memberikan pendapat, dan selalu menyediakan waktu untuk saudara kandungnya. Sementara itu, saudara kandung informan 5 banyak mendukung informan 5 dengan menyediakan waktu di tengah-tengah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
kesibukan, mengurus sekolah informan 5, menanyakan kebutuhan informan 5, serta membantu mengarahkan informan 5. Rasa saling mendukung tersebut membuat informan 5 merasa kompak dengan saudara kandungnya. Dalam masalah keluarga, keduanya selalu berada pada pihak yang sama. Informan 5 juga menyatakan bahwa dirinya berharap dapat terus dekat dengan saudara kandungnya hingga keduanya dewasa. Hal ini disampaikan informan 5 seperti demikian: “Ya misalnya ada masalah dalam keluarga, siapa gitu berantem, biasanya nggak pernah antara aku sama kakakku yang kedua. Kami biasanya sepihak. Yang berantem yang lain.” (Informan 5, 168 – 171) d. Relasi C dari Sudut Pandang Informan 6 Di rumah, informan 6 berkomunikasi dengan saudara kandungnya (informan 5) setiap hari. Jika tidak bertemu di rumah, informan 6 tetap mengontak saudara kandungnya. Hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan, sehingga menjadi hal yang aneh bagi informan 6 jika tidak bertemu dengan saudara kandungnya. Selain interaksi di rumah, informan 6 juga sering mengajak saudara kandungnya berpergian ke restoran-restoran kesukaan saudara kandung informan 6 atau menonton film bersama. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara: “Sering banget, sering. Setiap hari pasti. Kan serumah juga, jadi paling nggak kalau aku pergi seharian ya malamnya ketemu. Pasti ngobrol. Kalau nggak di rumah, sibuk sendiri-sendiri ya aku juga kadang SMS. Kalau nggak ketemu ya malah aneh.” (Informan 6, 203 – 207)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Informan 6 dan saudara kandungnya mengobrol untuk waktu yang lama setiap harinya tentang kejadian sehari-hari, minat hewan dan sepakbola saudara kandung informan 6, keluarga, maupun masalah yang sedang dialami. Informan 6 sering meminta pendapat saudara kandungnya karena mempersepsikan saudara kandungnya sebagai orang yang lebih dewasa dari usianya. Interaksi antara informan 6 dan saudara kandungnya lebih banyak diisi dengan gurauan yang hanya dimengerti
oleh keduanya.
Informan
6 menyampaikan
dalam
wawancara: “... Setiap hari sih dia pasti cerita di sekolah ngapain aja, ada cerita lucu apa, atau ada cerita apa tentang temannya. Dulu sih dia perlu ditanya dulu ngapain aja di sekolah, tapi sekarang udah otomatis cerita. ... Aku juga gitu, pulang kuliah apa pulang dari mana kalau ada cerita seru ya cerita ke dia. ... Ya selain itu paling ngobrolin hobinya. Dia kan suka bola, suka binatang. ... Sesekali sih dia aku ajak ngobrol serius, topiknya soal keluarga.” (Informan 6, 217 – 231) Konflik jarang terjadi dalam relasi informan 6 dan saudara kandungnya. Konflik biasanya muncul karena hal-hal sepele seperti tindakan-tindakan jahil, tetapi selesai dengan sendirinya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu beberapa menit sampai satu jam. Di sisi lain, informan 6 merasa bahwa ibunya sangat memanjakan saudara kandungnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak pernah dipermasalahkan oleh informan 6 karena ia menyadari bahwa dirinya juga memanjakan saudara kandungnya. Demikian wawancara dengan informan 6:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
“Iya, jarang banget (berkonflik). ... Didiamin aja bentar. Kadang cuma beberapa menit gitu udah biasa. Maksimal sejam lah.” (Informan 6, 354 – 357) Informan 6 mengatakan bahwa ia memiliki hubungan yang penuh dukungan dengan saudara kandungnya. Informan 6 mendukung saudara kandungnya lewat berbagai cara, seperti mendengarkan ceritanya, memberikan apa yang dibutuhkan, membantu mengerjakan tugas, memberikan nasihat, dan mendukung keinginan saudara kandungnya. Bahkan, pendapat informan 6 merupakan pendapat yang paling didengarkan oleh saudara kandungnya. Sebaliknya, saudara kandung informan 6 juga mendukungnya dengan mendengarkan ceritanya, menolongnya ketika diminta, dan membantu mengerjakan tugasnya. Oleh karena ibu mereka yang sering berpergian ke luar kota, informan 6 dan saudara kandungnya belajar untuk saling merawat satu sama lain ketika sakit. Di samping mendukung lewat hal-hal tersebut, informan 6 juga berusaha melindungi saudara kandungnya dengan menjadi contoh yang baik. Hal ini dilakukan informan 6 karena ia merasa bahwa anggota keluarganya yang lain kurang layak untuk dijadikan panutan oleh saudara kandungnya yang masih kecil. Selain berharap untuk menjaga kedekatan dengan saudara kandungnya, informan 6 juga berencana untuk membiayai sekolah saudara kandungnya. Hal ini disampaikan informan 6 dalam wawancara: “... Ya, bagus lah kalau dia dengarin aku, berarti aku harus bisa jadi contoh yang baik buat dia. Aku selalu bilang sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
dia, ini lho kita punya bapak ibu kakak yang sifatnya jelek, kita nggak boleh niru. Aku nggak pernah mau niru sifat jeleknya mereka, supaya adikku nggak keikut juga.” (Informan 6, 428 – 433) e. Kesimpulan Relasi C 1) Kedekatan/keintiman Informan 5 dan informan 6 tinggal seatap sehingga komunikasi terjadi setiap hari. Komunikasi antara informan 5 dan informan 6 selalu berlangsung selama keduanya berada di rumah, sehingga percakapan dapat bertahan selama beberapa jam setiap harinya. Keduanya sering bercakap-cakap tentang kejadian sehari-hari, minat, maupun masalah yang sedang dihadapi. Baik informan 5 maupun informan 6 biasa menanyakan pendapat masing-masing sebelum membuat suatu keputusan atau ketika memiliki masalah. Informan 5 banyak bertanya pada informan 6 karena menurutnya informan 6 sudah berpengalaman, dan pendapat informan 6 merupakan pendapat yang paling diprioritaskan oleh informan 5. Selain itu, keduanya juga sering menghabiskan waktu bersama di luar rumah. Informan 5 dan informan 6 merasa dekat dengan satu sama lain, sehingga wajar ketika keduanya saling mengkhawatirkan dan saling menjaga suasana hati. Keduanya juga menyatakan keinginan untuk tetap berinteraksi dengan satu sama lain dalam hubungan yang kuat di masa depan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
2) Konflik/persaingan yang rendah Konflik dalam relasi antara informan 5 dan informan 6 sangat rendah. Masalah yang muncul biasanya hanya masalah kecil yang berlangsung singkat, karena keduanya dapat menyelesaikan masalah dengan sendirinya di hari yang sama. Informan 6 merasakan perbedaan perlakuan dari ibu yang terlihat lebih memanjakan informan 5. Hal ini tidak dipermasalahkan oleh informan 6 karena ia menyadari bahwa adiknya memang lebih membutuhkan perhatian. Sementara itu, informan 5 tidak merasakan adanya perlakuan yang berbeda dari ibunya.
3) Solidaritas Dalam relasi C, ketika salah satu memiliki masalah, pihak yang satunya akan mendengarkan cerita tentang masalah tersebut dan berusaha memberikan solusi. Baik informan 5 maupun informan 6 akan mempertimbangkan untuk menerima saran dari satu sama lain. Ketika informan 5 diperlakukan secara kurang baik oleh orang lain, informan 6 akan merasa tidak nyaman dan kesal dengan orang tersebut. Informan 6 juga berusaha melindungi informan 5 dengan menjadi contoh yang baik untuk informan 5 dan senantiasa menasihatinya. Informan 6 menyatakan bahwa hal tersebut ia lakukan karena latar belakang anggota keluarganya yang dinilai kurang bisa menjadi contoh yang baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Informan 5 dan informan 6 memiliki hubungan yang saling suportif. Hal tersebut terbukti dengan informan 5 dan informan 6 yang bersedia membantu satu sama lain meskipun tidak dimintai tolong. Keduanya selalu berusaha untuk hadir untuk satu sama lain ketika membutuhkan, merawat ketika sakit, dan mendukung segala keinginan. Informan 6 juga senantiasa memantau keadaan akademis informan 5 dan membantunya dalam urusan persekolahan. Pada situasi di mana terjadi konflik besar dalam keluarga, informan 5 selalu sependapat dan sepihak dengan informan 6.
4) Relasi Symmetrical dan Complementary (Knapp dan Vangelisti, 1995) Baik informan 5 maupun informan 6 memberikan afeksi terhadap satu sama lain dengan memberi perhatian, pengertian, dukungan, dan bantuan yang dibutuhkan. Kedua informan saling bertukar cerita pada satu kesempatan yang sama, yang menunjukkan bahwa keduanya memberikan perhatiannya kepada satu sama lain. Pertukaran perilaku yang sejenis tersebut menunjukkan bahwa relasi C dapat bersifat symmetrical. Pada keadaan di mana informan 6 membutuhkan bantuan, informan 5 dapat memberikan dukungan. Begitu juga sebaliknya. Informan 6 dapat memberikan hal-hal kepada informan 5 yang tidak dapat ditawarkan oleh informan 5. Misalnya, informan 6 memberikan arahan untuk informan 5 yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
berguna dalam pengembangan karakternya. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa relasi C juga dapat bersifat complementary pada keadaan-keadaan tertentu.
C. Hasil Analisis Kualitas Relasi antar Saudara Kandung Pada Remaja dari Orangtua Bercerai Dilihat secara keseluruhan, ketiga relasi memiliki kualitas yang tergolong positif. Dari segi keintiman atau kedekatannya, masing-masing relasi menunjukkan adanya kedekatan yang tinggi antara kedua saudara kandung. Keenam informan berkomunikasi setiap hari dengan saudara kandungnya, baik lewat komunikasi tatap muka maupun melalui media seperti telepon genggam. Ketiga pasang saudara kandung tersebut juga bertemu atau berpergian bersama beberapa kali dalam seminggu. Setiap kesempatan untuk berinteraksi dapat berlangsung lama, dimulai dari relasi A yang berlangsung selama satu jam sampai seharian penuh jika keduanya berada di rumah, sampai relasi B dan relasi C yang berlangsung terusmenerus selama keduanya berada di rumah. Selain komunikasi yang tinggi, kedekatan emosional juga tampak pada ketiga relasi. Setiap informan terbuka dalam menceritakan pengalaman sehari-hari, minat, diskusi umum, sampai masalah-masalah personal kepada saudara kandungnya. Semua informan menyatakan kenyamanannya dalam berinteraksi dengan saudara kandungnya. Keenam informan juga memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
harapan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan saudara kandungnya di masa yang akan datang. Kondisi konflik dan persaingan pada ketiga relasi hampir seragam. Baik relasi A, B, maupun C hampir tidak pernah diwarnai oleh masalah yang berarti, dengan frekuensi masalah yang rendah pula. Konflik dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, yaitu pada hari yang sama untuk relasi B dan C, serta satu sampai tiga hari untuk relasi A. Hal ini dilakukan para informan dengan mengalah, membiarkan suasana agar dingin, serta berdiskusi untuk menemukan solusi. Pada ketiga relasi, ditemukan adanya perasaan bahwa orangtua tidak memperlakukan anak-anaknya secara seimbang, namun hal ini tidak dipermasalahkan oleh keenam informan sehingga tidak memunculkan konflik ataupun persaingan. Solidaritas juga ditemukan pada ketiga relasi. Ketika salah satu saudara kandung
memiliki
masalah,
saudara
kandung
yang
lainnya
akan
mendengarkan ceritanya dan berusaha membantu dengan memberikan pendapat atau solusi. Terkadang ketika masalah tersebut menyangkut salah satu saudara kandung diperlakukan dengan tidak baik oleh orang lain, saudara kandung yang lainnya akan merasa tidak senang. Pada relasi A dan B, para informan dapat bertindak secara langsung untuk membantu masalah saudara kandungnya. Keenam informan menyatakan bahwa mereka saling mendukung. Dukungan tersebut muncul dalam wujud kehadiran pada saat-saat penting, mendukung segala keinginan, dan membantu ketika pihak yang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
membutuhkan pertolongan. Pada relasi B dan relasi C, para informan juga bersedia saling merawat ketika sedang sakit, karena keduanya tinggal serumah sementara orangtua sering berpergian. Pada kedua relasi tersebut, dukungan terlihat dari informan yang lebih tua yang memantau dan mendukung informan yang lebih muda secara akademis. Sementara pada relasi A dan relasi C, informan yang lebih tua berusaha menjadi contoh yang baik untuk informan yang lebih muda karena merasa tidak dapat menjadikan anggota keluarga yang lain sebagai panutan. Ketiga relasi menampakkan sifat symmetrical maupun complementary dalam situasi sehari-hari. Relasi yang symmetrical tampak ketika kedua informan dalam suatu relasi saling mendengarkan, saling memperhatikan, saling menghargai, dan saling mendukung. Relasi berubah menjadi complementary ketika salah satu informan dalam suatu relasi memiliki sebuah keterbatasan, misalnya mengalami kesulitan atau terdapat sifat-sifat tertentu yang mungkin merugikan, dan informan yang lain dapat membantu mengatasi situasi tersebut dengan sifat atau tindakannya. Secara keseluruhan, ketiga relasi memiliki kualitas yang positif, yang ditandai dengan adanya kenyamanan atau kedekatan emosional yang tinggi, frekuensi interaksi yang tinggi, frekuensi konflik yang rendah, intensitas konflik yang ringan, persaingan yang rendah atau tidak ada, serta rasa atau wujud solidaritas yang tinggi. Sifat relasi symmetrical dan complementary menunjukkan bahwa keenam informan dapat menyesuaikan hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
mereka sesuai dengan kebutuhan atau situasi yang dihadapi, sehingga meningkatkan kualitas relasi. Kesimpulan analisis dapat dilihat dalam tabel berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 3. Kesimpulan Kualitas Relasi A, B, dan C Tema Utama
Relasi A
Keintiman/kedekatan Komunikasi tinggi, terjadi hampir setiap hari
Relasi B
Relasi C
Komunikasi tinggi, terjadi setiap hari
Komunikasi tinggi, terjadi setiap hari
Pertemuan (atau berpergian bersama) cukup
Pertemuan (atau berpergian bersama) cukup
Pertemuan (atau berpergian bersama)
tinggi, 1 – 3 kali seminggu
sering
cukup sering
Durasi pertemuan yang lama, 1 jam hingga
Durasi percakapan selama berjam-jam dan
Durasi percakapan selama berjam-jam
seharian penuh
terjadi beberapa kali dalam sehari
setiap harinya
Saling menceritakan keseharian
Saling menceritakan keseharian
Saling menceritakan keseharian
Saling menceritakan masalah masing-masing
Saling menceritakan masalah masing-masing
Saling menceritakan masalah masingmasing
Ada kenyamanan dalam berinteraksi
Ada kenyamanan dalam berinteraksi
Ada kenyamanan dalam berinteraksi
Merasa dekat dengan satu sama lain
Merasa dekat dengan satu sama lain
Merasa dekat dengan satu sama lain
dibandingkan dengan saudara kandung yang
dibandingkan dengan teman-teman maupun
lain
orangtua
Berkeinginan untuk mempertahankan
Berkeinginan untuk mempertahankan
Berkeinginan untuk mempertahankan
interaksi di masa depan
interaksi di masa depan
interaksi di masa depan
Ada rasa saling memahami
Ada rasa saling memahami
Mempersepsikan satu sama lain secara positif
Saling menjaga suasana hati Saling mengkhawatirkan
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Memiliki hobi yang sama Konflik/persaingan
Jarang bermasalah
Jarang bermasalah
Jarang bermasalah
yang rendah
Saling mengalah
Saling mengalah
I6 (kakak perempuan) mengalah
Konflik tergolong ringan
Konflik tergolong ringan
Konflik tergolong ringan
Tidak mempermasalahkan adanya perlakuan
Tidak mempermasalahkan adanya perlakuan
Tidak mempermasalahkan adanya
berbeda dari orangtua
berbeda dari orangtua
perlakuan berbeda dari orangtua
Penyelesaian masalah yang cukup cepat,
Penyelesaian masalah yang cukup cepat,
Penyelesaian masalah yang cukup cepat,
yaitu 1 – 3 hari
yaitu di hari yang sama
yaitu di hari yang sama
Saling mendukung
Saling mendukung
Saling mendukung
Saling memberi solusi
Saling memberi solusi
Saling memberi solusi
Saling bertindak ketika ada masalah
Saling bertindak ketika ada masalah
Saling mendukung dengan kehadiran
Saling mendukung dengan kehadiran
Saling mendukung dengan kehadiran
Saling mendukung keinginan
Saling mendukung keinginan
Saling mendukung keinginan
Tidak suka ketika saudara kandungnya
Tidak suka ketika saudara kandungnya
Tidak suka ketika saudara kandungnya
disakiti
disakiti
disakiti
Bersedia membantu satu sama lain
Bersedia membantu satu sama lain
Bersedia membantu satu sama lain
Bersedia menerima pendapat satu sama lain
Bersedia menerima pendapat satu sama lain
Bersedia menerima pendapat satu sama
Solidaritas
lain Saling merawat ketika sakit
Saling merawat ketika sakit
Saling mendukung hobi I2 berusaha menjadi contoh yang baik
I6 (kakak perempuan) berusaha menjadi
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menggantikan anggota keluarga lainnya
contoh yang baik menggantikan anggota keluarga lainnya I4 (kakak laki-laki) memantau keadaan
I6 (kakak perempuan) memantau keadaan
akademis I3 (adik laki-laki)
akademis I5 (adik laki-laki)
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
A. Pembahasan Hasil Penelitian Relasi-relasi antarsaudara kandung berkualitas positif dengan memiliki keintiman atau kedekatan yang tinggi, baik fisik maupun emosional. Selain kedekatan, relasi tersebut juga ditandai dengan solidaritas dan konflik atau persaingan yang rendah. Relasi yang bersifat symmetrical dan complementary juga menambah kualitas positif pada relasi penelitian. Dari segi interaksi, terdapat frekuensi komunikasi yang tinggi dengan durasi yang cukup lama pada setiap relasi. Dua bersaudara pada relasi B dan relasi C berkomunikasi setiap hari, sedangkan dua bersaudara pada relasi A berkomunikasi hampir setiap hari. Komunikasi yang lebih intensif pada relasi B dan relasi C mungkin terkait dengan keduanya yang tinggal seatap. Tinggal serumah memungkinkan dua saudara kandung untuk berinteraksi lebih sering dan lebih lama, sehingga mereka menjadi lebih dekat. Hasil penelitian selaras dengan hasil penelitian Monahan et al. (1993, dalam Jennings, 1998) bahwa dua orang saudara kandung biasanya memiliki lebih banyak kesamaan dan lebih kompak jika tinggal satu rumah. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa seseorang lebih dekat dengan orangorang yang tinggal di lingkungan yang sama, bekerja di tempat yang sama, duduk pada kelas yang sama, atau mengunjungi tempat yang sama (Bossard, 1932; Burr, 1973; Clarke, 1952; McPherson dkk., 2001, dalam Myers, 2012). Kedekatan geografis (proximity) atau “jarak fungsional” tersebut merupakan kedekatan secara fisik dan secara kuat berkaitan dengan rasa suka atau keakraban (Myers, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Keenam informan menyatakan bahwa mereka dapat menceritakan banyak hal kepada saudara kandungnya, mulai dari pengalaman sehari-hari sampai masalah personal. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Gunarsa (2002) dan Goetting (1986) bahwa anak akan selalu mencari teman yang bisa dipercayai untuk menjadi tempat menumpahkan kesulitan serta mencari dukungan emosional, yang mampu dipenuhi oleh saudara kandung. Ditambah lagi dengan perasaan senasib yang memudahkan mereka untuk saling memahami, seperti diungkapkan oleh informan 1, informan 3, dan informan 6. Kedekatan tersebut, yang mencakup interaksi yang tinggi dengan komunikasi yang berisi pertukaran pikiran dan perasaan, tampak jelas pada relasi B yang terdiri dari dua bersaudara laki-laki. Realitas tersebut tidak cocok dengan teori Shriner (1999) yang menyatakan bahwa dua orang saudara kandung laki-laki akan memiliki interaksi yang rendah dan didominasi oleh agresi (Minnett, Vandell, dan Santrock, 1983, dalam Santrock, 2007). Kedekatan pada relasi B justru mendukung teori Kier dan Lewis (1998) mengenai interaksi yang lebih intens pada dua saudara kandung yang berjenis kelamin sama. Interaksi pada relasi B banyak diisi dengan bahasan mengenai minat kedua informan akan bersepeda dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut. Kesamaan minat merupakan salah satu hal yang mendorong kedua informan untuk menjadi lebih dekat dan nyaman dengan satu sama lain (Borden, 2003). Pelham dkk. (2002, dalam Myers, 2012) menyatakan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
manusia cenderung menyukai apapun yang diasosiasikan dengan dirinya, termasuk kesamaan minat. Beberapa eksperimen juga turut mendukung asumsi bahwa kesamaan minat mempengaruhi keakraban, seperti yang dilakukan oleh Newcomb (1961), Lee dan Michael (1996), Buston dan Emlen (2003), dan lain sebagainya (Myers, 2012). Sebaliknya pada relasi C, diketahui bahwa informan 5 memiliki minat pada hewan dan sepakbola. Informan 5 banyak menceritakan hal-hal terkait minatnya tersebut kepada informan 6, namun ia mengatakan bahwa informan 6 selalu merespon sekedarnya karena tidak tertarik dengan hewan dan sepakbola. Hal ini berpotensi mengurangi kedekatan keduanya, karena informan 5 dapat merasa tidak diperhatikan. Pada relasi B dan relasi C, kedua saudara kandung tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, ibu mereka seringkali berpergian ke luar kota dan menjadi jarang berada di rumah. Pada kedua relasi tersebut, informan yang merupakan saudara kandung yang lebih tua juga berkurang kedekatannya dengan ibu karena alasan berkurangnya rasa hormat. Pada relasi B dan relasi C, informan menyatakan bahwa mereka lebih nyaman bercerita pada saudara kandungnya dibandingkan dengan orangtuanya. Hal ini menunjukkan bahwa absennya pendampingan orangtua secara fisik dan relasi yang tidak nyaman dengan orangtua menyebabkan anak untuk menjadi lebih dekat dengan saudara kandungnya. Teori Conger et al. (2009) mengenai secondary caregiver atau saudara kandung yang lebih tua yang menggantikan peran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
orangtua sebagai pemberi kenyamanan dan kasih sayang mungkin terkait dengan hal tersebut. Bank dan Kahn (1982) pernah menyatakan bahwa seseorang akan merasa bahagia apabila bersama dan terus berinteraksi dengan saudara kandungnya. Hal tersebut diungkapkan oleh keenam informan ketika mengekspresikan kenyamanannya dalam berinteraksi dengan saudara kandungnya, dan keinginan untuk terus berkomunikasi dengan saudara kandungnya. Selain itu, Bank dan Kahn (1982) juga menyebutkan bahwa seseorang akan mengalami kesedihan ketika harus menghadapi ancaman berupa perpisahan dengan saudara kandungnya, yang mana terbukti dari ucapan informan 2 ketika ia merasa takut kehilangan saudara kandungnya. Konflik pada ketiga relasi tergolong rendah. Pada relasi A, konflik dalam hubungan informan 1 dan informan 2 tampak fluktuatif. Sebelumnya, konflik antar keduanya banyak diwarnai oleh tindakan agresi seperti memukul. Kedua informan juga sempat menceritakan hubungan kedua orangtuanya yang tidak akur dan sering dipenuhi oleh interaksi yang kasar. Hal ini mungkin dapat dijelaskan dengan pernyataan Conger et al. (2009) tentang bagaimana anak seringkali menerapkan agresi dalam relasinya dengan saudara kandungnya karena memandang interaksi yang tidak harmonis antar orangtuanya sebagai sesuatu yang biasa. Pada relasi A, dibutuhkan waktu satu sampai tiga hari untuk menyelesaikan konflik yang muncul. Sedangkan pada relasi B dan relasi C, konflik dapat diselesaikan pada hari yang sama, bahkan hanya dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
hitungan menit atau jam. Hal ini mungkin terkait dengan faktor tempat tinggal, karena kedua bersaudara pada relasi B dan relasi C tinggal seatap dan lebih sering bertemu, sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menyelesaikan konflik mereka. Ditambah lagi dengan pertanyaan informan 4 dan informan 6 bahwa mereka tidak nyaman apabila harus berlama-lama bertengkar dengan saudara kandungnya, karena selalu bertemu saat berada di rumah. Ketiga informan yang merupakan adik dalam relasi memiliki persepsi yang serupa tentang kakaknya masing-masing, yaitu bahwa saudara kandung yang
lebih
tua
mampu
memberikan
kenyamanan
dan
memenuhi
kebutuhannya akan pendampingan. Hal ini sesuai dengan deskripsi Fowler (2009) tentang relasi yang suportif. Gambaran tentang relasi yang suportif terwujud dalam ketiga relasi, yang terlihat dari semua informan yang mendukung dan merasa didukung oleh saudara kandungnya. Dukungan tersebut mengambil berbagai bentuk, seperti memberikan masukan, membantu ketika membutuhkan pertolongan, hadir untuk momen-momen penting, memantau keadaan di sekolah, merawat ketika sakit, dan lain sebagainya. Dukungan ini juga terkait dengan penjelasan Conger et al. (2009) tentang saudara kandung yang berperan sebagai secondary caregiver. Hal tersebut terlihat jelas pada ketiga relasi, yaitu ketika saudara kandung yang lebih tua membantu adiknya dalam mempelajari kemampuan-kemampuan yang
dibutuhkan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
companionship berupa kehadiran dan pendampingan.
serta
menyediakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Hasil penelitan ini sejalan dengan hasil penelitian Wallerstein (2000) yang menyatakan bahwa subjek-subjek remaja cenderung mengambil peran orangtua untuk adik-adiknya. Terlebih pada relasi A dan relasi C, di mana informan yang merupakan saudara kandung yang lebih tua mencoba memberikan contoh yang baik untuk adiknya karena orangtua dan anggota keluarga yang lain tidak dapat dijadikan panutan. Saudara kandung yang lebih tua pada kedua relasi tersebut berjenis kelamin perempuan, sehingga sifat bawaan perempuan sebagai figur maternal berperan dalam keinginan mengurus adiknya tersebut. Asumsi tersebut dibuktikan dalam penelitian Kurdek dan Fine (1993, dalam Jennings, 1998) yang menyatakan bahwa relasi yang terdiri dari minimal satu saudara kandung perempuan memiliki tindakan merawat atau memelihara yang lebih tinggi. Ditemukan bahwa ketiga relasi menjadi
symmetrical maupun
complementary sesuai dengan keadaan yang dihadapi kedua saudara kandung. Apabila salah satu saudara kandung kesulitan menghadapi sebuah situasi, saudara kandung yang lain dapat membantu. Di sisi lain, kedua saudara kandung juga memiliki kesetaraan dengan adanya pertukaran afeksi dalam interaksi mereka sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kedua saudara kandung dapat saling membantu memenuhi kebutuhan dasar masing-masing. Jenis relasi symmetrical maupun complementary dalam relasi-relasi yang diteliti menunjukkan bahwa ketiga relasi tersebut merupakan hubungan yang sehat (Knapp dan Vangelisti, 1995). Hubungan yang sehat tentunya menjadi tanda dari relasi yang berkualitas baik atau positif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Jenis relasi saudara kandung yang intim (Gold, 1989, dalam Myers dan Goodboy, 2010) tampak pada relasi B dan C. Pada kedua relasi tersebut, informan menyatakan bahwa mereka lebih dekat dengan saudara kandungnya dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain maupun dengan temanteman sebayanya. Kedua informan pada relasi A menyatakan kedekatannya dengan satu sama lain, tetapi mengatakan bahwa mereka lebih sering bercerita pada ibu atau pasangannya masing-masing. Relasi dengan saudara kandung menjadi relasi yang penting tetapi bukan yang terpenting, yang menjadikan relasi A berjenis relasi congenial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam relasi dengan saudara kandungnya, keenam informan memiliki kenyamanan atau kedekatan emosional yang tinggi, frekuensi interaksi yang tinggi, frekuensi konflik yang rendah, intensitas konflik yang ringan, persaingan yang rendah atau tidak ada, serta ada wujud solidaritas. Ketiga relasi juga mengimplementasikan sifat relasi symmetrical maupun complementary. Dari deskripsi tersebut, disimpulkan bahwa ketiga relasi penelitian berkualitas positif. Relasi A merupakan relasi yang berjenis congenial, sementara relasi B dan relasi C merupakan relasi intim.
B. Keterbatasan Penelitian Salah satu keterbatasan penelitian ini ialah variasi relasi informan penelitian yang tidak sesuai dengan ideal peneliti, yaitu hanya terdiri dari relasi kakak laki-laki dan adik laki-laki serta relasi kakak perempuan dan adik laki-laki. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan wawancara dirasa belum maksimal menggali informasi secara mendalam dari para informan, meskipun rapport sudah diusahakan dengan sedemikian rupa.
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
C. Saran Bagi peneliti lain yang selanjutnya akan melakukan penelitian terkait topik penelitian ini, disarankan untuk menambah informan penelitian sehingga mencakup variasi pola relasi yang ideal, yaitu relasi kakak laki-laki dengan adik laki-laki, kakak laki-laki dengan adik perempuan, kakak perempuan dengan adik perempuan, serta kakak perempuan dengan adik lakilaki. Untuk mengatasi keterbatasan metode wawancara, peneliti memerlukan kelihaian serta kepekaan dalam membuat dan mengajukan pertanyaan, maupun dalam membangun rapport dengan informan. Observasi partisipasi juga bisa dilakukan untuk memperkaya data yang tidak didapatkan dari wawancara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. (2007). APA Dictionary of Psychology. Washington DC: American Psychological Association. Arnett, J. J. (2006). G. Stanley Hall’s Adolescence: Brilliance and Nonsense. History of Psychology, Vol. 9, No. 13, 186-197. Aronson, S. R. & Huston, A. C. (2004). The Mother-Infant Relationship in Single, Cohabiting, & Married Families: A Care for Marriage? Journal of Family Psychology, Vol. 18, No. 1, 5-18. Bank, S. P., & Kahn, M. D. (1982). The Sibling Bond. New York: Basic Books. Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bisono, T. (2009). Meet Tika on the Book: We Have a Problem, But I’m on Your Side...!. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Borden, M. E. (2003). The Baffled Parent's Guide to Sibling Rivalry. New York: McGraw-Hill. Brody, G. H. (1998). Sibling relationship quality: Its causes and consequences. Annual Review of Psychology, Vol. 49, 1-24. Brody, G. H. (2004). Siblings’ direct and indirect contributions to child development. Current Directions in Psychological Science, Vol. 13, 124-126. Brown, C. (2006). Social Psychology. London: Sage Publications. Bukatko, D. (2008). Child and Adolescent Development: A Chronological Approach. Boston: Houghton Mifflin Company. Cicirelli, V. G. (1989). Feelings of attachment to siblings and well being in later life. Psychology and Aging, Vol. 4, 211-216. Conger, K. J., Stocker, C., & McGuire, S. (2009). Sibling socialization: The effects of stressful life events and experiences. Dalam L. Kramer & K. J. Conger, Siblings as Agents of Socialization, New Directions for Child and Adolescent Development, Vol. 126, 45-60. San Fransisco: Jossey-Bass. Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. California: Sage Publications. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fauzi, A. (4 Agustus 2011). Menekan Angka Perceraian. Diunduh 20 September 2013, dari http://news.detik.com/ read/2011/08/04/141444/1696529/471/menekan-angka-perceraian
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Feinberg, M. E., McHale, S. M., Crouter, A. C., & Cumsille, P. (2003). Sibling differentiation: sibling and parent relationship trajectories in adolescence. Child Development, Vol. 74, No. 5, 1261–1274. Fowler, C. (2009). Motives for Sibling Communication. Communication Quarterly, Vol. 57, No. 1, 51-66. Furman, W. & Buhrmester, D. (1985). Children’s perception of the qualities of sibling relationships. Child Development, Vol. 56, 448-461. Goetting, A. (1986). The developmental tasks of siblingship over the life cycle. Journal of Marriage and the Family, Vol. 48, 703-714. Gunarsa, Y. S. D. & Gunarsa, S. D. (1990). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Gunarsa, Y. S. D. (2002). Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hadriani, P. (11 April 2013). Aktivis Perempuan: Angka Perceraian Kian Fantastis. Diunduh 20 September 2013, dari http://www.tempo.co/read/news/2013/04/11/174472661/Aktivis-PerempuanAngka-Perceraian-Kian-Fantastis Hurlock, E. B. (1955). Adolescent Development. Second Edition. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. Jennings, M. (1998). Siblings’ perception’s of their divorce experiences and the quality of the sibling relationship. Tesis. Kier, C. & Lewis, C. (1998). Preschool sibling interaction in separated and married families: Are same-sex pairs or older sisters more sociable? Journal of Child Psychology and Psychiatry, Vol. 39, 191-201. Knapp, M. L. & Vangelisti, A. L. (1995). Interpersonal Communication and Human Relationships. Massachusetts: Allyn & Bacon. Koerner, S. S., Wallace, S., Lehman, S. J., Lee, S., & Escalante, K. A. (2004). Sensitive mother-to-adolescent disclosures after divorce: Is the experience of sons different from that of daughters? Journal of Family Psychology, Vol. 18, No. 1, 46-57. Lerner, R. & Steinberg, L. (2009). Handbook of Adolescent Psychology: Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. MacKinnon, C. E. (1989). An observational investigation of sibling interactions in married and divorced families. Developmental Psychology, Vol. 25, No. 1, 3644. Martinez, Jr., C. R. & Forgatch, M. S. (2002). Adjusting to Change: Linking Family Structure Transitions With Parenting and Boys’ Adjustment. Journal of Family Psychology, Vol. 16, No. 2, 107-117. Medinnus, G. R. & Johnson, R. C. (1969). Child and Adolescent Psychology: Behavior and Development. New York: John Wiley & Sons, Inc.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Morrison, K. (2013). Men After Divorce: Ego, Self Esteem, and Recovery. Diunduh 10 Juni 2014, dari http://www.huffingtonpost.com/kylemorrison/men-after-divorce-ego-sel_b_3145814.html Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial, Edisi 10, Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Myers, S. M. & Goodboy, A. K. (2010). Relational maintenance behaviors and communication channel use among adult siblings. North American Journal of Psychology, Vol. 12, No. 1, 103-106. Noller, P. & Fitzpatrick, M. A. (1993). Communication in Family Relationships. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Oxford. (2003). The Oxford American Dictionary and Thesaurus: With Language Guide. New York: Oxford University Press, Inc. Oxford. (2008). Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford: Oxford University Press, Inc. Poerwadarminta, W. J. S. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Riggio, H. R. (2001). Relation between parental divorce and the quality of adult sibling relationships. Journal of Divorce and Remarriage, Vol. 36, 67-82. Riggio, H. R. (2006). Structural features of sibling dyads and attitudes toward sibling relationships in young adulthood. Journal of Family Issues, Vol. 27 (9), 1233-1254. Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT. Indeks. Seven Factors Identified as the Main Causes of Divorce. (10 September 2005). Diunduh 24 Juli 2014, dari http://www.bernama.com.my/bernama/v3/news.php?id=154737 Shriner, J. A. (1999). Adult Sibling Relationships. Ohio: Ohio State University Extension. Skolnick, A. S. & Skolnick, J. H. (1983). Family in Transition: Fourth Edition. Kanada: Little, Brown & Company Limited. Smith, J. A. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Stocker, C. M. (1984). Children’s perceptions of relationships with siblings, friends, and mothers: Compensatory processes and links with adjustment. Journal of Child Psychology and Psychiatry, Vol. 35, 1447-1459. Survey Conducted by National Fatherhood Initiative Reveals Top 8 Reason for Divorce. (2010). Diunduh 24 Juli 2014, dari http://www.thejosephfirmpa.com/survey-conducted-by-national-fatherhoodinitiative-reveals-top-8-reasons-for-divorce/ Wallerstein, J., Lewis, J. M., & Blakeslee, S. (2000). The Unexpected Legacy of Divorce: The 25 Year Landmark Study. New York: Hyperion. What Are the Most Common Causes of Divorce? (2008). Diunduh 24 Juli 2014, dari http://www.divorcereform.org/cau.html White, L. K. & Riedmann, A. (1992). Ties among adult siblings. Social Forces, Vol. 71, 85-102. Yelland, I. & Daley, D. (2009). Expressed emotion in children: Associations with sibling relationships. Child: Care, Health dan Development, Vol. 35, No. 4, 568-577. Yusuf, S. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
INFORMED CONSENT Pada kesempatan ini, saya Ni Luh Made Utari Praharsini, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ingin memohon bantuan dan kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian saya. Penelitian mengenai kualitas relasi antar saudara kandung pada remaja dari keluarga bercerai ini saya lakukan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi saya di Fakultas Psikologi. Peneliti akan melakukan wawancara beberapa kali dengan Anda, dan setiap wawancara akan direkam menggunakan alat perekam. Dalam proses wawancara tersebut, peneliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali pengalaman Anda mengenai perceraian orangtua dan relasi Anda dengan saudara kandung Anda, sehingga memungkinkan Anda mengalami perasaan tidak nyaman. Oleh karena itu, apabila Anda merasa tidak nyaman untuk berbagi informasi, Anda berhak untuk mengundurkan diri sebagai responden penelitian saya. Kerahasiaan informasi Anda akan dilindungi. Informasi Anda hanya akan saya bagikan dengan dosen pembimbing saya. Identitas Anda akan dirahasiakan dan nama Anda hanya akan disebutkan dengan menggunakan inisial. Kesediaan Anda menjadi responden penelitian saya akan sangat membantu saya, dapat memberikan sumbangsih bagi keilmuan Psikologi, serta dapat bermanfaat bagi orang lain yang juga mengalami perceraian orangtua. Tanda tangan Anda menyatakan bahwa Anda secara sukarela membuat keputusan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Atas pengertian dan partisipasinya, saya mengucapkan banyak terima kasih.
Responden Penelitian
__________________
Peneliti
Ni Luh Made Utari Praharsini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 1 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Verbatim Umm, bisa minta tolong menyebutkan identitasnya? Dari nama, usia? Eh, nama saya SKBA, usia 19 tahun. Eh, oke. Kamu berapa bersaudara? Terus nama saudara kandung kamu dan usia saudara kandung kamu? Saudara kandung ada dua. Dua kakak. Kakak pertama cowok, namanya ANW, usianya sekitar duapuluh... Duapuluh delapan. Kakak kedua cewek, namanya MATP, biasa dipanggil Rina, usia duapuluh dua. Kapan orangtua kamu bercerai? Mungkin tahun berapa? Kalau lebih tepatnya kapan bercerainya saya kurang tahu, tapi mulai pisahnya itu tahun 2003 pertengahan kok, bulan Agustus lebih tepatnya. Umm, bisa diceritakan proses perceraian orangtuamu seperti apa? Maksudnya, kalau ada sidang, sidangnya itu seperti apa? Kalau prosesnya pada awalnya itu ya ribut-ribut biasa lah, kalau kayak suami istri kalau ada masalah ribut-ribut gitu, tapi ini ributnya ini benar-benar udah fatal banget, gitu lho. Soalnya ini kan ada orang ketiga, ada orang ketiga di keluarga kami. Nah, di situ, eh, ibu saya kan memang nggak terima soalnya anak-anak kan masih pada kecil kan, tapi situ, eh, bapakku memutuskan lebih
Transformasi I1 memperkenalkan dirinya yang berusia 19 tahun dan memberitahu nama serta usia kedua saudara kandungnya. (1 – 10)
I1 menyatakan bahwa perpisahan orangtuanya diawali dengan keributan karena adanya orang ketiga dari pihak bapak, dan bapaknya memutuskan untuk memilih orang ketiga tersebut serta menceraikan ibu I1. (11 – 26)
84
Tematik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
memilih sama si cewek itu. Kalau proses perceraiannya itu lewat sidang. Itu bapak nggak pernah datang, kalau yang saya dengar itu bapak nggak pernah datang, karena waktu itu saya masih kecil jadi saya nggak bisa ikut sidang. Bapak itu nggak pernah menghadiri sidang, jadi dia pakai pengacara. Akhirnya secara hukum, keluarga besar saya, maksudnya ibu saya, kalah. Tapi ibu saya nggak pernah menandatangi surat cerai. Tapi kalau menurut bapak, itu sudah termasuk perceraian, jadi sudah cerai, istilahnya seperti itu. Jadi yang meminta cerai itu bapak? He em. Itu sidangnya tahun 2003 juga? Kalau sidangnya itu kemungkinannya 2004. Ya kalau nggak 2003 akhir, 2004-an. Pas 2003 itu umur kamu... Umur delapan tahun. Berarti kamu udah paham kenapa orangtua kamu bercerai? Eh, sejak kecil sudah paham, sudah paham. Kamu tahu ada orang ketiga itu dari siapa? Soalnya waktu itu pernah, pernah ibu nelepon, nelepon marah-marahin cewek. Kan di situ aku mulai mikir, ini ada apa, kan nggak beres sama keluarga. Kok ibu ngomong sama ceweknya itu bilang gini... Emm, apa, emm, apa ya... Ya pokoknya itu sebagai orang ketiga, saya pahamnya sebagai orang ketiga. Tapi omongannya sudah lupa sih, sudah lama banget.
I1 merasa bahwa dirinya masih terlalu kecil untuk mengikuti sidang, tetapi ia mendengar bahwa bapaknya tidak pernah menghadiri sidang. (26 – 31) I1 menyatakan bahwa ibunya tidak menandatangani surat cerai tetapi bapaknya sudah menganggap cerai. (31 – 35)
I1 menyatakan bahwa dirinya sudah mengetahui adanya orang ketiga tersebut sejak kecil karena mendengar ibunya menelepon seorang perempuan sambil marah-marah. (43 – 53)
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Em, oke. Saat itu, bagaimana kamu menghadapi perceraian? Akunya? Nek aku dulu itu menghadapinya itu sebagai sesuatu sing ngeri, apalagi melihat ibuku yang depresi gitu. Kan sebagai anak, gimana ya, ngerasa nggak enak juga, kehilangan sosok yang menurutku patriotis banget gitu lho, yang kemungkinan besar dewasanya sebagai panutanku gitu, tapi malah kehilangan sosok itu. Ya jadinya kan, yaaa piye ya.. Ya istilahnya ngeri lah, ya nggak kebayang nanti ke depannya mau jadi apa tanpa sosok bapak itu. Kamu cerita nggak ke Mbak Rina soal ketakutanketakutanmu itu? Cerita yo enggak tho yo. Aku sama Mbak Rina udah sama-sama paham. Mbak Rina cerita ke kamu soal ketakutannya nggak dulu? Enggak pernah ik. Lalu Mbak Rina menyikapi kamu seperti apa saat itu? Ya biasa sih... Nggak ada perubahan sifat gitu. Kayak mbakku biasa. Nggak terus nemenin aku kemana-mana, podo wae. Kalau Mbak Rina waktu itu menghadapi perceraian bapak ibu seperti apa? Kalau Mbak Rina menghadapi perceraian itu, kalau yang saya ingat, hampir sama. Hampir sama kayak aku. Dia itu, ya kayak nggak terima gitu. Jadi kalau nganu ya
I1 melihat perceraian orangtuanya sebagai sesuatu yang mengerikan, karena melihat ibunya yang depresi serta merasa kehilangan sosok panutan. (54 – 64)
I1 merasa bahwa dirinya dan saudara kandungnya sudah saling memahami ketakutan masing-masing walaupun tidak saling bercerita. (65 – 71)
I1 merasa bahwa tidak ada perubahan sikap dari saudara kandungnya ketika ia merasakan ketakutan tersebut. (72 – 75)
I1 menyatakan bahwa saudara kandungnya tidak terima dengan perceraian orangtua dan banyak menangis. (77 – 86)
86
Keintiman atau ikatan emosional antara I1 dan saudara kandungnya tampak ketika keduanya yang tidak saling menceritakan ketakutannya tentang perceraian orangtua, tetapi I1 merasa hal itu tidak perlu karena sudah merasa saling memahami keadaan masing-masing. (65 – 69) Solidaritas yang kurang sewaktu I1 dan saudara kandungnya masih SD tampak ketika saudara kandung I1 tidak berbuat apa-apa untuk I1 ketika I1 merasa takut dengan perceraian orangtuanya. (72 – 76)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
dikit-dikit nangis. Biasa ya kalau anak cewek kayak gitu. Apalagi itu sekitar umur berapa ya, sebelas, sebelas tahun. Kamu bisa tahu kalau dia ngerasa nggak terima itu gimana? Dari perubahan sifat wae. Jadi misalnya gini... Jadi sering cengeng, sering nangis. Kalau dia nangis, apa yang kamu lakukan? Kadang nek pas suntuk, keluar. Ya maksudnya keluar main. Tapi pas nganu tuh, hajar. Ya pas lagi nggak mau dengarin, ya hajar, ya main pukul. Kamu yang pukul? Kenapa? Iya, pernah dulu... Sumpek tho yo. Sekarang setelah bercerai, kamu sama Mbak Rina ikut orangtua yang mana? Setelah bercerai ikut ibu. Itu keputusan pengadilan atau memang keputusan kamu dan Mbak Rina? Keputusan aku sama Mbak Rina sendiri. Pengennya ikut ibu emangan. Gimana prosesnya sampai bisa sampai pada keputusan itu? Ya kayaknya milih dewe-dewe. Eh, ya, ketoke milih dewe-dewe... Nggak lewat diskusi juga. Kenapa nggak mau ikut bapak? Soalnya nggak mau ikut yang salah gitu, pengennya ikut yang benar. Oh, gitu... Sekarang kamu melihat bapak kamu
I1 memilih untuk pergi atau memukulnya karena merasa sumpek ketika saudara kandungnya menangis. (89 – 94)
I1 dan saudara kandungnya memutuskan sendiri-sendiri untuk ikut dengan ibu karena tidak mau ikut pihak yang “salah”. Hingg sekarang I1 masih melihat bapaknya sebagai pihak yang bersalah atas perceraian orangtuanya. (95 – 111)
87
Solidaritas yang kurang serta konflik sewaktu I1 dan saudara kandungnya masih SD tampak ketika I1 kesal dengan saudara kandungnya yang menangis karena takut akan perpisahan orangtuanya, yang dilanjutkan dengan tindakan I1 memukuli saudara kandungnya atau pergi dari rumah. (89 – 94)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
masih sebagai orang yang “salah”? Kalau sekarang sih, ya, kalau salah, iya tetap salah. Tapi kalau ditanya apakah dia, buat aku, apakah dia masih bapakku? Kalau secara biologis iya, tapi kalau aku mandang dia di jalan gitu, aku mandang dia bukan bapakku tapi orang lain. Kenapa bisa begitu? Ya karena udah lama nggak pernah ketemu, nggak pernah ketemu, nggak pernah ada ikatan yang mendalam. Kayak biasanya kalau anak diajak pergi makan bareng, ada ikatan antara anak sama bapak, ada komunikasi interaksi gitu. Itu kan udah lama banget, sampai sekarang 2014 udah nggak pernah ada komunikasi lagi. Hmm, gitu? Iya. Komunikasi dalam arti temu muka. Terus setelah perceraian, sekolah kamu gimana? Berarti, setelah sekitar kamu delapan tahun itu, apakah kamu jadi sering membolos atau nilai kamu menurun? Kalau sekolahku, sejak kecil terhitung biasa-biasa aja. Bolos sih enggak. Nggak nakal-nakal banget sih, nakal ya nakal wajar sih, nakal anak kecil pada umumnya, gitu. Nakal wajar maksudnya jarang di rumah, dolan, pulang main telat. Sering nggak di rumah. Padahal dolan-nya masih di sekitar rumah. Menurutmu ada perubahan nggak di sekolah? Dari nilaimu ada perubahan nggak?
I1 merasa bahwa ia tidak dekat dengan bapaknya karena tidak pernah berkomunikasi ataupun bertemu layaknya bapak dan anak biasanya, bahkan memandang bapaknya sebagai orang lain. (112 – 123)
I1 merasa bahwa nilainya standar, tidak membolos, dan nakal sewajarnya setelah perceraian. (126 – 132)
I1 sering tidak di rumah dan pulang terlambat setelah bermain di luar rumah. (133 – 135) I1 merasa termotivasi untuk belajar karena ingin menyenangkan ibunya dalam keadaan
88
Keintiman yang kurang sewaktu I1 dan saudara kandungnya masih SD terjadi karena I1 lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah setelah perceraian, sehingga frekuensi dan durasi interaksi menjadi terbatas. (133 – 134)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
Nilai akademis sih tetap standar. Tapi lebih kesadaran buat belajar lagi, pengen nyenengin ibu, gitu. Merasa ada motivasi. Lha nek kondisinya gitu, nek nilaiku jeblok... Ya, lucu tho. Hmm, terus, hubunganmu dengan teman-teman kamu setelah perceraian seperti apa? Dalam artian, sebelum perceraian kan kamu sudah punya temanteman main, setelah perceraian apakah kalian masih sering ketemu atau gimana? Kalau dulu itu, tahun 2003 itu kebetulan aku waktu itu tuh pindah, pindah SD. Jadinya kan ikut ibu, jadi ini teman-teman baru... Teman-teman baru jadi sebisa mungkin aku dapat banyak teman buat ngehibur aku sendiri, jadi berusaha mendekatkan diri supaya aku sendiri senang, gitu... Nggak mikirin urusan rumah. Hmm, sebelumnya kamu tinggal di mana? Sebelumnya di Perumahan Bumi Prayudan, di Magelang Kabupaten, Mertoyudan. Setelah bercerai masih di situ, cuma pindah sekolah, itu pun sebelum bercerai. Jadi memang tradisi keluarga, dari ibuku, kan ibuku PNS, guru... Nah, itu SD dari sejak TK harusnya dipindah sekolah dekat rumah supaya mandiri, tapi aku dipindahnya waktu pas 3 SD. Setelah bercerai bapak tinggal di mana? Bapak pada awalnya pindah ke rumahnya mbahku, ke rumah ibuke bapak, itu di desa. Masih Magelang. Eh, kalau soal Mbak Rina. Menurut kamu, setelah bercerai, sekolahnya Mbak Rina gimana? Nilai-
keluarganya kurang baik. (136 – 141)
Setelah perceraian orangtua dan kepindahan I1 ke SD yang baru, I1 mencari teman baru sebanyak-banyaknya untuk menghibur dirinya sendiri dan tidak memikirkan keadaan di rumah. (142 – 160)
I1 menyatakan bahwa bapaknya pindah rumah setelah bercerai. (161 – 163) I1 menyatakan bahwa saudara kandungnya tetap berprestasi dan tidak membolos. (164 – 172)
89
Keintiman yang kurang sewaktu I1 dan saudara kandungnya masih SD terjadi ketika I1 memilih untuk beralih kepada teman-temannya untuk mencari kesenangan karena tidak senang memikirkan keadaan rumahnya yang kacau, sehingga mengurangi frekuensi dan durasi interaksi dengan saudara kandung. (142 – 152)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
nilainya menurun atau enggak? Kalau Mbak Rina yang aku lihat sejak itu, kan waktu itu Mbak Rina kelas 6 SD, kelas 6 SD waktu itu dia malah berprestasi, sebenarnya dari dulu dia berprestasi jadi tetap progress, konstan nilainya, tetap, gitu. Nggak pernah bolosan? Enggak, nggak pernah, rajin malahan. Kalau hubungan Mbak Rina sama teman-temannya gimana? Masih suka ketemuan main bareng? Kalau ketemu teman-teman, kalau intensitasnya... Menurutku intensitasnya tambah banyak ketemu temantemannya, tapi kalau soal dijauhin sama teman-temannya aku kurang tahu. Kamu sendiri mengalami dijauhin sama teman-teman nggak? Oh, enggak, enggak. Oke. Sekarang kamu dan Mbak Rina sering berinteraksi? Sesering apa? Kalau interaksi... Sering, sering, cukup sering. Itu kalau, eh, biasanya kalau ada butuhnya. Kalau ngomongin halhal tetek bengek itu kalau di rumah, lagi ketemu tatap muka itu baru ngomongin hal-hal sepele. Tapi kalau lagi nggak ketemu itu kadang kalau ada butuhnya aja, kayak “ayo makan bareng”, “ayo bawain ini”, “ayo pulang bareng”, kayak gitu. Itu kalau lewat ponsel. Tapi kalau ketemu langsung, biasa, ngomong biasa. Apakah kamu tiap hari kabar-kabaran sama mbakmu? Walaupun cuma lewat HP?
I1 menyatakan bahwa saudara kandungnya semakin sering bertemu teman-temannya. (173 – 178)
I1 tidak mengalami dijauhi oleh temantemannya. (178 – 181)
I1 dan saudara kandungnya sering berinteraksi, walaupun tidak setiap hari. Mereka berkomunikasi mengenai keseharian lewat ponsel dan bertemu ketika ada kebutuhan. (182 – 196)
90
Keintiman sewaktu I1 dan saudara kandungnya masih SD menjadi kurang ketika saudara kandung I1 lebih sering menghabiskan waktu bersama temantemannya setelah perceraian, sehingga mengurangi frekuensi dan durasi interaksi dengan I1. (173 – 177)
Keintiman muncul ketika terdapat frekuensi interaksi yang tinggi, terlihat dari I1 dan saudara kandungnya yang berkomunikasi hampir setiap hari. Isi interaksi antara keduanya mencakup pembicaraan mengenai keseharian masing-masing maupun untuk memenuhi kebutuhan seperti makan, pulang bersama ke Magelang, dan sebagainya. (182 – 196)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
Kalau tiap hari... Enggak, enggak, enggak tiap hari full sih. Enggak. Kadang dua hari sekali, kadang tiga hari sekali, seminggu itu pasti ada bolongnya. Biasanya kan kamu kontak lewat HP kalau ada butuhnya, misalnya makan bareng tadi. Pernah nggak kamu ajak ketemuan mbakmu kalau lagi ada masalah, lagi pengen cerita? Kalau ada masalah, pasti cerita. Aku biasanya pasti cerita. Kalau dia biasanya ceritane sama pacarnya tho, biasa. Kalau aku pasti cerita, kalau ada waktu buat ketemu, ya ketemu. Kalau masalahnya berat banget pasti aku minta ketemu, tapi kalau masalahnya bisa diselesaikan lewat chatting, ya lewat chatting aja. Kalau lagi ketemuan itu biasanya berapa lama? Ya bisa satu dua jam, nggak ngitungin sih. Kalau di rumah ya seharian, kecuali pas lagi ada acara. Kalau lagi acara ya nggak 24 jam full. Seberapa sering kamu pulang Magelang? Kalau pulang Magelang, kalau nggak ada halangan itu seminggu sekali. Tapi kalau ada acara di kampus itu bisa dua minggu sekali, tiga minggu sekali. Tapi biasanya rutinnya seminggu sekali. Kalau dirata-rata kira-kira dalam seminggu kamu ketemu Mbak Rina berapa kali? Bisa... Tiga lima kali, itu termasuk di Magelang. Kamu kalau ketemu sama Mbak Rina, punya harapan tentang pertemuan itu akan seperti apa? Ya, maunya kalau ketemu itu ya senang.
I1 selalu bercerita pada saudara kandungnya, entah lewat komunikasi ponsel maupun bertemu langsung, tergantung masalah yang ingin diceritakan oleh I1. (197 – 206)
Keintiman tampak ketika I1 selalu bercerita kepada saudara kandungnya ketika ia sedang memiliki masalah, baik bercerita melalui ponsel maupun bertemu langsung. (197 – 207)
I1 bertemu saudara kandungnya rata-rata tiga sampai lima kali seminggu, dengan durasi pertemuan yang berkisar dari 1 – 2 jam hingga seharian penuh. (207 – 218)
Keintiman tampak ketika I1 dan saudara kandungnya memiliki frekuensi pertemuan tiga sampai lima kali seminggu, dengan durasi 1 – 2 jam hingga seharian penuh. (207 – 218)
I1 merasa bahwa ia senang ketika bertemu saudara kandungnya. (219 – 223)
Keintiman terlihat ketika I1 merasa senang ketika bertemu saudara kandungnya, dan pertemuan menyenangkan tersebut sudah sesuai
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249
Dan kenyataannya? Ya senang juga kalau ketemu. Tadi kan kamu bilang, kadang kamu cerita hal sepele. Nah, contoh sepelenya kayak apa contohnya? Kalau masalah keseharian, biasanya ceritanya waktu ketemu. Kayak cerita di kampus, ini dosennya enak apa enggak, terus bisa ngikutin pelajaran atau enggak, terus tanya timbal balik, gitu. Contoh masalah apa yang kamu ceritakan ke kakakmu? Ya cerita kakak-adik biasa. Ya aku anggap dia lebih berpengalaman, jadi lebih bisa memberikan solusi. Ya aku cerita masalahku apa adane. Kayak diputus pacar, terus balik, terus kayak di-bully teman, dan sebagainya. Hmm, gitu. Enak buat cerita kakakmu? Kadang enak, kadang enggak. Kalau enak itu kalau pas lagi enak. Kalau nggak enak, itu biasanya pas lagi kedatangan “tamu”. Jadi aku kalau cerita lihat-lihat dulu mukanya itu, kalau mukanya lagi kelihatan serius lagi tegang gitu aku nggak berani cerita, takutnya nanti ganggu. Kalau seandainya Mbak Rina yang datang ke kamu dengan suatu masalah, cerita, apa sih yang kamu rasain? Awalnya sih, kok bisa ya... Kok bisa yang lebih berpengalaman itu cerita sama yang masih bau kencur. Tapi sebisa mungkin aku kasih solusi. Tapi jarang sih dia cerita mbek aku. Biasanya kalau ada masalah ceritanya
dengan harapannya. (219 – 223) I1 bisa menceritakan cerita-cerita kesehariannya pada saudara kandungnya, kemudian menanyakan keseharian saudara kandungnya. (224 – 229)
Keintiman terlihat dari interaksi antara I1 dan saudara kandungnya yang diisi dengan pertukaran cerita tentang keseharian masing-masing. (224 – 229)
I1 menganggap saudara kandungnya sebagai orang yang berpengalaman dan bisa memberikan solusi, sehingga ia mau menceritakan masalah-masalahnya yang berat. I1 juga menyatakan bahwa saudara kandungnya merupakan teman bercerita yang baik, kecuali ketika sedang menstruasi. (230 – 239)
Keintiman tampak dari I1 yang mempersepsikan saudara kandungnya secara positif, sehingga muncul kepercayaan terhadap saudara kandungnya. Hal tersebut membuat I1 tidak ragu untuk menceritakan masalahmasalah yang berat sekalipun. (230 – 236)
I1 memperhatikan keadaan saudara kandungnya sebelum bercerita karena takut mengganggu. (239 – 242)
Keintiman terlihat ketika I1 merasa nyaman saat bercerita pada saudara kandungnya. (236 – 238)
I1 heran mengapa saudara kandungnya bercerita padanya, tetapi ia mencoba memberikan solusi. (243 – 248)
Keintiman dan sikap menghindari konflik tampak dari I1 yang peduli dan mempertimbangkan suasana hati saudara kandungnya sebelum menceritakan masalahnya. I1 tidak ingin menambah pikiran atau merusak suasana hati saudara kandungnya. (238 – 242)
I1 menyatakan bahwa saudara kandungnya lebih sering bercerita kepada ibunya dibandingkan kepadanya. (248 – 250)
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277
ke ibu. Selain solusi, ada yang lain yang pernah kamu lakukan buat membantu Mbak Rina menyelesaikan masalahnya? Ya cuma nasihat-nasihat thok. Tapi ya nasihatnya nasihatnya anak kecil, cara pandang anak kecil, sebagai adik. Gimana itu maksudnya nasihatnya anak kecil? Bedanya sama nasihat orang dewasa apa? Apa ya, ya ngomong, tapi bisa dipakai bisa enggak. Tapi lebih banyak enggak, gitu. Piye yo... Kalau sekarang sih ngasih nasihatnya, wis kalem wae. Jadi nasihatnya lebih buat nenangin dia aja. Lalu selain itu, selain memberikan solusi, pernah nggak kamu bertindak? Kalau aku lebih suka bertindak sih. Kalau kemarin waktu laptopnya dia rusak... Langsung tak bawa ke counter, sing mbayar aku. Terus selain itu? Pernah ikut sebal sama orang, ya nggak langsung ngomong ke orangnya. Ya ikut sebal sama orang yang disebali sama mbakku. Itu dia masalah sama teman, aku tahu dewe. Aku kepo, aku pernah nguping dia lagi cerita gitu. Tapi nggak aku tindaklanjuti, soale kan... Urusanmu ya urusanmu, gitu. Itu udah lama, Mbak Rina kelas 2 SMA, aku kelas 2 SMP. Kalau kamu yang cerita ke Mbak Rina, dia juga... feedback-nya kayak gimana?
I1 mengatakan bahwa nasihatnya tidak selalu diikuti oleh saudara kandungnya. (251 – 262)
I1 lebih suka bertindak ketika saudara kandungnya bermasalah. I1 juga pernah ikut merasa sebal dengan orang yang bermasalah dengan saudara kandungnya, tapi tidak I1 tidaklanjuti. (263 – 275)
Solidaritas tampak dari I1 yang menghargai dan mau membantu saudara kandungnya dengan mencoba memberikan solusi, meskipun I1 tahu solusi tersebut tidak selalu diikuti oleh saudara kandungnya. (243 – 262)
Solidaritas terlihat saat I1 mau membantu saudara kandungnya lewat tindakan nyata. (263 – 267)
Solidaritas ditunjukkan saat I1 ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara kandungnya ketika sedang bermasalah. (268 – 275)
I1 merasa bahwa saudara kandungnya enak untuk diajak bicara dan bisa memberikan solusi atau nasihat supaya I1 bisa mandiri. (276 – 283)
93
Keintiman terjadi ketika I1 menemukan kenyamanan saat bercerita pada saudara kandungnya dan mendapatkan dorongan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305
Feedback-nya itu, kalau lewat chatting-an, dia kurang jelas sama masalahnya, feedback-nya kurang sesuai dengan yang aku harapkan. Tapi kalau dia udah jelas sama yang aku ceritain, dia itu enak diajak ngomong. Kadang memberikan solusi, kadang cuma nasihat supaya aku mandiri menyelesaikan masalah itu sendiri. Setelah cerita sama Mbak Rina, gimana perasaanmu? Perasaanku enak, enak aja. Tapi kalau masih belum plong gitu, nanti biasanya ke ibu. Terus kalau cerita sama dia, tanggapan apa yang sebenarnya kamu harapkan? Apa ya... Yang pertama sih mengharapkan solusi, solusi untuk menyelesaikan masalah. Kedua, bisa nuntun, maksude bisa menuntun, tapi tetap bisa membuat aku mandiri. Ya, itu, yang penting sih itu. Dan kamu merasa mendapatkan itu dari Mbak Rina? Iya, dapat, dapat. Pernah sih kemarin... Baru wae kok. Dia baru ngemongi aku baru wae, baru sebulan ini. Jadi lebih ngemong. Hmm, kamu sama Mbak Rina sering ada masalah nggak? Kalau semenjak dewasa ini, nggak pernah. Ya kalau ada masalah paling masalah kecil lah. Tapi kalau dulu pas dia masih di Magelang, sering banget, hampir dibilang satu minggu itu kalau nggak ada pukul memukul tangis menangis itu nggak bisa itu. Paling nggak seminggu
untuk menjadi mandiri dengan nasihat dari saudara kandungnya. (276 – 283)
I1 merasa lega setelah bercerita pada saudara kandungnya, tetapi jika belum maka ia akan bercerita pada ibunya. (284 – 287) I1 mendapatkan solusi dan tuntunan serta rasa dibimbing oleh saudara kandungnya, seperti yang diinginkan oleh I1. (288 – 298)
Ketika masih tinggal di Magelang, I1 dan saudara kandungnya bertengkar setiap minggu karena I1 merasa bahwa saudara kandungnya keras kepala dan menyepelekan. Akan tetapi, I1 dan saudara kandungnya sudah jarang bermasalah sekarang. (299 – 320)
94
Keintiman ditunjukkan ketika I1 merasa lega setelah bercerita kepada saudara kandungnya. Saudara kandung I1 juga dapat memberikan solusi, bimbingan, dan merawat I1, sesuai harapan I1. (284 – 298)
Konflik antara I1 dan saudara kandungnya sebelum tahun 2009 tinggi karena I1 tidak menyukai sifat saudara kandungnya yang keras kepala dan menyepelekan. (299 – 310)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333
sekali ada pasti. Karena apa? Biasanya itu... Kalau dia lagi dikasih tahu itu, dia nggak mau dengarin, nggak mau dengarin... Malah ikut ngomong gitu lah. Nyepelekke. Terus yang kamu bilang sejak dewasa ini udah nggak pernah bermasalah itu sejak kapan kira-kira? Sejak dia kuliah, sejak 3 SMA ini. Sejak... Sejak tahun 2009 kemungkinannya. Benar-benar nggak ada masalah sejak 2009? Ya ada, ada, tapi nggak sebesar dulu. Ya masalah... Kalau sekarang itu, apa ya. Kalau dulu pernah, Mbak Rin lagi belajar gitu, lagi ngerjain apa gitu... Aku kan orangnya jahil, aku jahilin. Dia marah. Terus waktu itu kebetulan pas lagi PMS, ya udah aku seharian didiamin. Terus kalau kalian lagi ada masalah, menyelesaikannya gimana? Menyelesaikannya... Biarkan waktu berbicara. Jadi diam aja, kalau udah ada momen atau ada sesuatu bisa jadi bahan pembicaraan, baru ngomong. Eh, awalnya cek-cok lah pasti, tapi kalau pendapat saya udah salah ya udah mending diam. Kalau yang zaman dulu yang sampai pukul-pukulan, baikannya gimana? Itu baikannya sama, waktu, waktu lagi. Tapi kalau aku kan merasa nggak enak tho, kadang aku yang minta maaf duluan, Mbak Rin yang minta maaf. Butuh waktu berapa lama sampai ada yang minta
Konflik yang rendah tampak dari I1 dan saudara kandungnya yang sudah jarang berkonflik. Jika bermasalah, hanya masalah sepele yang dapat diselesaikan dengan cepat. (311 – 320)
I1 dan saudara kandungnya biasanya akan diam selama beberapa hari sebelum berbicara lagi dan menyelesaikan masalah. Keduanya bersedia saling meminta maaf. (321 – 340)
95
Konflik yang rendah tampak dari cara I1 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik, yaitu dengan diam untuk meredakan emosi, kemudian berinterkasi lagi seperti biasa. I1 maupun saudara kandungnya tidak egois dan bersedia untuk meminta maaf, sehingga mencegah konflik yang berkepanjangan dalam hubungan. (321 – 340)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361
maaf? Berapa ya... Dua sampai tiga hari. Tapi pernah dulu marah sampai satu minggu itu nggak ngomong. Kalau yang sekarang? Kalau sekarang udah nggak kayak gitu lagi. Kalau cekcok ya karena masalahnya besar, ya didiamin dulu satu hari, nanti kalau udah enak baru ngomong. Nah, menurut kamu... Kamu kan tinggal sama ibu ya sekarang, ibu memperlakukan kamu sama Mbak Rina berbeda atau enggak? Berbeda sih... Agak berbeda. Bedanya, kalau ibu ngajari aku tuh buat jadi orang yang nggak iri. Tapi kalau Mbak Rina tuh sebisa pun... Kalau ibu tuh sebisa mungkin nurutin kemauannya Mbak Rina. Tapi kalau aku tuh nggak terlalu. Jadi kayak kalau umpamanya tuh Mbak Rina dibeliin baju, ibuku ngajari... “Ini kakakmu tak beliin baju, kamu jangan iri ya.” Ada perlakuan-perlakuan lain yang menurut kamu berbeda? Karena ini ya, Mbak Rina sama ibu kan sama-sama cewek... Ya, yang lebih dekat itu Mbak Rina sebenarnya. Apalagi aku kan kamar sendiri. Kalau Mbak Rina masih, kalau pas pulang itu masih satu kamar sama Mbak Rina ibuku, jadi kalau mau cerita kan bisa. Menurutmu ibumu ada beda-bedain perasaannya ke kamu sama Mbak Rina nggak? Menurutku sih enggak, sama. Sama aja dekatnya sama ibu.
I1 menyatakan bahwa ibunya memperlakukannya dan saudara kandungnya dengan berbeda. Ibu I1 selalu berusaha menuruti kemauan saudara kandung I1, sementara I1 diajarkan untuk tidak iri. (341 – 350)
I1 merasa bahwa ibu dan saudara kandungnya lebih dekat karena sama-sama perempuan dan masih berbagi kamar tidur. (351 – 357)
I1 merasa bahwa ibunya menyayangi I1 dan saudara kandungnya secara sama. (358 – 361) I1 tidak pernah mempermasalahkan
96
Konflik yang rendah dapat terjadi ketika I1 mampu menerima perlakuan dari ibunya yang berbeda terhadap I1 dan saudara kandungnya, tanpa merasa sakit hati dengan ibu maupun saudara kandungnya. I1 juga berpikir bahwa ibunya menyayangi keduanya dengan setara. (341 – 370)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389
Soal perlakuan yang berbeda tapi, pernah kamu permasalahkan? Kalau aku nggak pernah. Nggak bikin aku sebal sama Mbak Rina atau ibu. Ya cuma mbatin aja, tapi nggak masalah. Mulai merasakan perbedaan itu sejak kapan? Dari kecil sih, dari kecil. Dan nggak pernah kamu permasalahin? Enggak, enggak pernah. Kamu sekarang sama ibu hubungannya gimana? Baik. Mbak Rina sama ibu? Dekat. Oke... Terus, kalau ibu sendiri setelah cerai keadaannya gimana? Kalau dulu yang aku lihat, ibu itu depresi banget. Jadi kan, aku kan punya tetangga yang dekat sama aku. Jadi ibu tuh sering, bukan sering sih, kadang... Itu... Tetangga, nangis gitu. Tetanggaku pernah cerita sama aku kalau ibu tuh dulu awal-awal masih sering nangis di tempat tetanggaku, pokoknya depresi banget, nge-down banget. Pokoknya kalau dibilang, di rumah tuh ada ininya... Jadi di rumah itu jarang, jadi kalau pulang kerja itu tidur sebentar, terus pergi. Entah ke mana. Paling ke rumah teman, cerita, gitu. Ibu ngga pernah cerita sama kamu atau Mbak Rina dulu pas baru cerai? Yo enggak tho, enggak pernah, ndak malah anaknya
perbedaan perlakuan dari ibunya sejak kecil. (362 – 370)
I1 dan saudara kandungnya memiliki hubungan yang baik dengan ibu mereka. (371 – 374) I1 melihat bahwa ibunya sangat sedih setelah bercerai dan banyak bercerita pada tetangga, serta jarang ada di rumah. Ibu I1 tidak pernah menceritakan masalahnya kepada anakanaknya. (375 – 391)
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417
depresi. Sampai sekarang malah jadi bahan guyonan. Ibu tuh dulu gitu lho, gitu... Kalau sekarang gimana? Kalau sekarang sih santai, udah baik-baik aja. Ada perubahan dari ibu setelah perceraian? Kalau ibu tuh lebih ke sini ya... Karena kepala keluarga bapak, jadi dia lebih di bawah bapak, di bawah bapak jadi... Itu, apa-apa bapak, apa-apa bapak. Setelah bercerai, jadi lebih punya otoritas, otoritas, gitu. Kalau bapak, kamu tahu keadaannya gimana sekarang? Nggak tahu. Rumahnya pun sekarang nggak tahu. Setelah perceraian sempat ketemu bapak? Setelah... Iya, karena waktu itu rumahnya masih di Magelang. Ada yang berubah dari bapak nggak setelah perceraian? Kayak ada jarak. Jadi, bapak jaga jarak sama anakanaknya, gitu. Terakhir ketemu itu sekitar tahun 2011, kalau nggak 2012. Dalam rangka, biasanya kalau waktu lebaran itu ngasih uang lebaran... Jadi buat kewajiban, gitu. Iya. Kalau Mbak Rina sama bapak? Masih sering ketemu? Mbak Rina malah lebih lama nggak ketemu. Bisa empat tahun atau lima tahun lebih lama... Kalau aku tiga tahun. Kalau Mbak Rina, nggak tahu. Kalau menurut kamu, kamu sama Mbak Rina itu
I1 merasa bahwa ibunya kini sudah baik-baik saja dan lebih punya otoritas. (392 – 398)
I1 tidak mengetahui keadaannya bapaknya yang sekarang dan merasa bahwa bapaknya menjaga jarak dengannya dan saudarasaudaranya. (399 – 416)
I1 merasa bahwa ia dan saudara kandungnya
98
Keintiman tampak dari I1 yang merasa dekat dengan saudara kandungnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445
dekat nggak? Dekat sih, dekat. Kayak kakak-adik sewajarnya. Belum sampai bisa dikategorikan dekat-dekat banget, soalnya kan jarang ketemu. Apalagi besok dia mulai kerja, harapannya sih bisa tambah dekat... Hmm, kamu punya harapan apa untuk hubungan kalian ke depannya? Ya kan besok ini bakal jarang ketemu, harapannya bisa tetap saling komunikasi. Sama mungkin menambahkan quality time. Soalnya kalau di Jogja masih jarang ketemu. Minggu ini, kamu udah ketemu kakakmu lagi belum? Udah. Berapa kali? Dua. Yang pertama itu buat urusan ambil barang, yang kedua itu di Magelang. Tiga kali ding, pertama waktu di perpustakaan ini. Itu emang sengaja ketemuan, karena bantuin temannya ngerjain skripsi. Ibu sama bapak hubungannya gimana? Nggak ada hubungan sama sekali, saling menghindar. Sing biasane menghindar sih bapak. Kayak kemarin pas pemakaman omku, bapak yang lebih menghindar. Pas aku datang, bapak udah nggak ada. Aku tanya adiknya, katanya bapak tadi datang tapi udah ngilang. Hubunganmu dengan keluarga bapak yang baru gimana? Kalau ketemu ya biasa, kayak kalau ketemu orang lain, ya baik-baik lah. Kalau ketemu dalam rangka apa?
memiliki hubungan yang dekat, tapi belum dapat dikatakan sangat dekat. (417 – 421)
Kedekatan tersebut memunculkan rasa takut kehilangan, yang tampak dari keinginan I1 untuk tetap dekat dengan I1 menginginkan agar ia dan saudara saudara kandungnya meskipun mereka kandungnya dapat tetap saling berkomunikasi akan terpisah jarak yang jauh. (417 – 427) dan meningkatkan quality time mereka meskipun mereka akan jarang bertemu lagi. (421 – 427)
I1 menyatakan bahwa ia sudah bertemu kakaknya tiga kali selama seminggu terakhir. (428 – 434)
I1 menyatakan bahwa kedua orangtuanya saling menghindar. (435 – 440)
I1 menyatakan bahwa ia hanya bertemu keluarga baru bapaknya ketika memberikan uang saku. (441 – 446)
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473
Dalam rangka ngasih uang bulanan, itu thok. Sekarang sih udah nggak pernah ngasih, ngasih uang bulanannya sampai aku kelas 3 SMA. Dari kecil sampai SMA, tapi mulai SMA itu udah mulai bolong-bolong. Aku sama mbakku yang dikasih, kalau kakakku yang cowok udah enggak. Menurutmu, bapak setelah bercerai ada tanggung jawabnya nggak? Tanggung jawab... Ada, sedikit, sedikit. Ya itu, ngasih uang saku setiap bulan, tapi sekarang nggak ada. Dalam bentuk lain? Nggak ada, nggak ada. Kalau hubungan ibu sama istri barunya bapak? Crash lah. Soalnya pernah tho aku sakit di rumah sakit, bapak datang jenguk sama istri barunya, ibu ngejar istri barunya bapak. Ngelempar sandal. Kalau sama anaknya bapakmu, ibu gimana? Belum pernah ketemu. Coba diceritakan, kalau sekarang keluargamu gimana sama keluarga barunya bapak? Ya kitanya baik-baik aja, kita tanpa bapak. Tapi kalau sama bapak... Tapi kalau misalnya keluarganya bapak datang terus pasti ribut. Nggak akur. Kalau hubungan Mbak Rina sama bapak gimana? Ketoke sama aja kayak aku, ketoke... Kalau Mbak Rina sama anaknya bapak? Ya sama aja kayak aku... Kalau ketemu ya masih mikir, iki anake sopo? Belum ngerasa kayak punya adik.
I1 menyatakan bahwa bapaknya sempat bertanggung jawab secara finansial setelah perceraian, tapi tidak dalam bentuk lain. (446 – 457)
I1 menyatakan bahwa ibunya memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan istri baru bapak I1, serta belum pernah berhubungan dengan anak dari pernikahan kedua bapak I1. (458 – 463) I1 menyatakan bahwa keluarganya dan keluarga baru bapak I1 tidak akur. (464 – 468)
I1 merasa bahwa saudara kandungnya memiliki hubungan dengan bapak dan hubungan dengan anak keempat bapak yang serupa dengannya. I1 dan saudara kandungnya masih merasa bahwa mereka
100
Keintiman ditunjukkan dari sikap I1 dan saudara kandungnya yang sama terhadap bapak serta keluarga barunya, yang menunjukkan adanya kesamaan pendapat, perasaan, dan pandangan antara I1 dan saudara kandungnya. (469 – 474)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
474 475 476
Ngerasanya anak terakhir masih aku. Oke, mungkin segini dulu ya... Terima kasih banyak, nanti kalau masih kurang aku tanya-tanya lagi ya.
masih hanya tiga bersaudara. (469 – 474)
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 1 Tema Utama
Nomor Verbatim
Keintiman:
Perasaan saling memahami
I1 lebih sering bersama teman-teman
(134) & (149 – 152)
I2 lebih sering bersama teman-teman
(173 – 178)
Berkomunikasi hampir setiap hari
(184 – 196)
I1 menceritakan masalah dan kesehariannya pada I2
Durasi pertemuan satu jam hingga
(65 – 71)
(201 – 206), (226 – 229), & (234 – 235) (207 – 210)
seharian penuh (211 – 218) & (428 – 434)
Bertemu beberapa kali dalam seminggu
I1 merasa senang ketika bertemu I2
(222 – 223)
I1 mempersepsikan I2 secara positif
(232 – 233)
I1 merasa nyaman untuk berinteraksi
(236 – 238), (280 – 281), & (286)
I1 berkeinginan untuk berinteraksi di
(421 – 422) & (425 – 427)
masa depan
I1 merasa dibimbing dan dirawat oleh I2
(297 – 298)
I1 menjaga suasana hati I2
(239 – 242)
Berpergian bersama
(187 – 190)
Konflik yang rendah:
I1 memukul I2
I1 mempersepsikan I2 secara negatif
Jarang bermasalah
(301 – 302) & (311 – 316)
I1 mengalah
(326 – 327) & (330 – 332)
I2 mengalah
(332)
Perlakuan berbeda dari orangtua
I1 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda dari orangtua
(89 – 94) & (301 – 305) (308 – 310)
(341 – 350) (364 – 366) & (369 – 370)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penyelesaian masalah yang cepat
(388 – 340)
Konflik ringan
(301 – 302)
103
Solidaritas:
I2 tidak melakukan apapun ketika I1
(72 – 75)
merasa takut dengan perceraian
I1 memberikan solusi untuk masalah I2
(243 – 248)
I2 memberikan solusi untuk masalah I1
(282 – 283) & (292 – 296)
I1 bertindak ketika I2 mempunyai
(263 – 267)
masalah
I1 tidak suka dengan orang yang memperlakukan I2 secara buruk
(268 – 275)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 2 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Verbatim Hmm, oke mungkin bisa dimulai dengan menceritakan tentang dirinya ya. Mungkin nama, usia, dan sebagainya. Namaku MATP, tapi dari kecil dipanggilnya Rina. Umurku 22 tahun kemarin bulan Juli, terus baru aja lulus, lagi cari kerjaan. Lagi nunggu ijazah turun sih lebih tepatnya biar bisa cari kerjaan. Jurusannya Sastra Inggris, kemarin baru lulus dari Sastra Inggris. Punya saudara? Punya, punya dua. Ada kakak, ada adik. Kakak itu tinggal di Magelang, jadi kayak dia itu kerja di Jogja tapi pulang balik Magelang - Jogja, Magelang - Jogja. Ngelaju? Ho oh, Kristo cerita? Pokoknya kayak gitu lah kerjaannya, aku juga nggak ngerti kerjaannya apa. Terus aku punya adik. Baru masuk Psikologi, 2014. Tapi sebenarnya dia lulus 2013, tapi dia nganggur satu tahun gara-gara kemarin itu mau daftar universitas tapi nggak keterima di negeri. Terus dia bingung mau masuk mana malah jalurnya udah ketutup, ya udah akhirnya satu tahun mau masuk universitas. Oke, jadi... Kapan orangtua kamu bercerai? Aku lupa sih kapan, tapi sering lihat mereka berantem itu kelas 3 SD, kalau nggak salah ya. Kelas 5 SD menjelang aku kelas 6 SD itu pisah, pisah rumah sih sebenarnya.
Transformasi I2 menceritakan sedikit tentang dirinya. (1 – 8)
I2 bercerita sedikit tentang kedua saudara kandungnya, yaitu seorang kakak laki-laki yang tidak I2 pahami pekerjaannya, serta seorang adik laki-laki yang baru memulai perkuliahan. (9 – 21)
I2 menyatakan bahwa orangtuanya berpisah sejak dirinya masih SD, namun tdak mengerti proses perceraiannya secara mendetail karena bapaknya tiba-tiba sudah menikah lagi. Ibu
104
Tematik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Bapak pulang ke rumah yang lama, ibu masih tinggal di rumah yang baru. Terus habis itu tiba-tiba bapak udah punya istri lagi. Cerainya sih aku nggak tahu kapan, kayak sidang-sidangnya gitu kan... Oh, jadi nggak pernah tahu ada sidang? Tahu sih... Tapi aku nggak pernah datang. Tahu sih ibu ke pengacara, tahu. Tapi sidang terus dinyatakan bercerai aku nggak terlalu ngerti. Ngertinya bapak udah punya istri baru lagi, terus yo wis lah pisah. Kalau kamu sendiri paham nggak kenapa orangtuamu berpisah? Dari cerita-cerita ibu sih ya. Dari cerita ibu ke temannya, kan aku sering nguping gitu-gitu kalau ibu lagi curhat. Jadi bapak itu kayak di-ini sama perempuan lain... Kalau istilah Jawa-nya, disirep-sirep, diguna-guna sama perempuan lain, gitu... Ceritanya ibu sih gitu. Kemudian setelah berpisah itu kamu tinggal sama siapa? Ibu, tapi pernah diminta tinggal sama bapak sih pas SMP. Jadi bapak datang ke SMP, datang ke sekolah terus nungguin aku terus minta aku besok SMA-nya di Purworejo gitu sama bapak. Tapi aku nggak mau, terus aku nulis surat, “Pak, aku nggak mau tinggal sama bapak.” Terus aku taruh di mobilnya, terus aku pulang jalan kaki. Kayak sinetron kan? Nah, pas itu kan, adikmu ikut ibu juga... Itu keputusan siapa? Sendiri, itu keputusan sendiri. Ya itu yang tadi aku
I2 merasa bahwa suaminya diguna-guna oleh perempuan lain. (22 – 41)
I2 menyatakan bahwa saat ini ia tinggal bersama ibunya, dan menolak untuk tinggal bersama bapaknya walaupun sudah pernah diminta. (42 – 50)
I2 menyatakan bahwa keputusannya untuk ikut ibu merupakan keputusannya sendiri setelah pertimbangan dari teman-teman dan
105
Keintiman tampak dari adanya kesamaan perasaan antara I2 dan saudara kandungnya, yaitu perasaan tidak nyaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
bilang... Aku milih sama ibu, ya setelah dipikir-pikir kan, terus dikasih tahu sama teman-teman, dikasih tahu sama tante juga... Tante itu adiknya bapak. Bilang, “Mending ikut ibu. Kalau ikut bapak, bapak itu punya istri baru, belum tentu istri barunya itu sayang sama kamu, pasti lebih sayang sama bapak. Kamu anaknya bapak, ya walaupun kamu anaknya bapak pasti istri barunya itu lebih sayang sama bapak.” Dan pernah dulu waktu liburan SMP pernah nyoba-nyoba tinggal sama bapak. Memang sih... Sehari, hari pertama, hari kedua tinggal gitu enak, makan enak, kayak gitu kan, kayak dikasih semuanya. Aku minta apa dikasih, minta ke pantai dikasih. Tapi setelah hari ketiga, keempat tuh kayak tinggal di neraka. Lihat mereka berantem, jadi benaran lihat bapak sama istri barunya itu berantem. Mecahin meja lah, kayak gitu tuh lho. Eh, kok seram, yo wis lah mending aku balik wae. Jadi aku pulang Magelang. Kristo juga pernah ikut tinggal di situ. Di seminggu itu juga? Tiga hari apa ya. Aku seminggu di sana sendiri, terus liburan ke sana sendiri sama Kristo. Tiga hari, terus nggak betah. Oke. Sampai ke keputusan buat tinggal bareng ibu, itu kan tadi katanya kata teman-teman, kata tante, tapi sebenarnya kamu sama Kristo pernah berdiskusi gitu nggak sih buat ikut siapa? Enggak, itu aku milih sendiri. Sama ibu, ya sama ibu. Kalau sampai “melu sopo, melu sopo?”, berunding sama
tantenya yang mengatakan bahwa istri baru bapaknya tidak akan menyayanginya. I2 menyatakan bahwa ia pernah mencoba tinggal bersama bapak dan istri barunya namun merasa seperti berada di neraka. Saudara kandung I2 juga pernah tinggal bersama bapaknya namun ikut merasa tidak betah. (71 – 75)
jika harus tinggal bersama keluarga ayahnya yang baru. (51 – 75)
I2 menyatakan bahwa tidak ada diskusi bersama saudara kandungnya terkait keputusan untuk ikut ibu. (76 – 82)
Keintiman tidak terlihat ketika I2 dan saudara kandungnya masih SD, yaitu dari keputusan besar untuk tinggal bersama ibu setelah perceraian yang tidak didapatkan melalui diskusi antara I2 dan saudara kandungnya, melainkan
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
Kristo gitu nggak pernah. Oke, emang udah sepakat ya... Terus, kamu masih ingat nggak pas kecil, selama perpisahan itu, mungkin selama berantem-berantemnya ibu sama bapak, kamu menghadapinya itu gimana? Diam aja. Nangis pernah. Waktu itu, waktu terakhir kali bapak mau keluar rumah. Dia itu kan, bapak ambil koper. Kan aku anak cewek sendiri, dan otomatis paling dekat gitu sama bapak. Dia ambil koper gitu kan, terus masuk-masukin baju. Terus aku nanya, “Bapak mau ke mana?” “Bapak mau pergi.” “Pergi ke mana?” Dia ngakunya ke Semarang, gitu lho. Jadi aku dibohongin. “Mau ke Semarang.” “Bapak mau ke mana?” Lha kan kelihatan grusa-grusu, kelihatan marah, mukanya merah kayak gitu kan. “Mau pergi!” “Pulang enggak, Pak?” “Enggak!” Terus aku bilang, “Ikut, ikut!” Sambil nangis. Terus diajakin naik mobil, terus ikut cuma diputarin perumahan sekali, terus aku diturunin di rumah, terus habis itu bapak pergi nggak pulang-pulang. Ya aku namanya paling dekat sama bapak ya nangis terus tho ditinggal bapak. Berantem sama ibu, pengennya ketemu bapak. Terus bapak pernah sehari pulang ke rumah, dikasih minum sama ibu tuh nggak mau minum. Cuma mangku aku terus nenangin aku, “Udah, udah, bapak udah di sini.” Duh, kok jadi nangis... Wah, oke, oke, kita break sebentar. (setelah beberapa saat) Ganti topik ya... Hmm, pas itu, kamu memperhatikan nggak adik kamu? Apa dia kayak
keputusan sendiri-sendiri. (76 – 82) I2 menyatakan bahwa ia menghadapi perceraian dengan lebih banyak diam dan menangis. (83 – 87) I2 menyatakan bahwa ia paling dekat dengan bapaknya sehingga I2 banyak menangis dan berusaha mencegah ketika bapaknya pergi. Bahkan setelah perpisahan orangtuanya, I2 masih mencari bapaknya ketika sedang bertengkar dengan ibunya. (87 – 103)
I2 menyatakan bahwa ketika bapaknya pulang ke rumah, ia tidak mau menerima minuman dari ibunya, tetapi memilih untuk menenangkan dirinya. (103 – 106) I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya menghadapi perceraian dengan berbeda,
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
kamu juga? Beda sih ya. Mungkin karena aku lebih dekat sama bapak jadi kayak gitu sih. Bisa digambarkan nggak seperti apa? Nggak bisa eh, kayaknya dia bahagia-bahagia aja sih. Kan Kristo-nya dekatnya sama ibu, jadi ya piye yo... Beda lah rasanya, setiap orang kan beda-beda. Emang benar sih, dia emang dekatnya sama ibu. Padahal tiga bersaudara, dan kamu cewek, tapi malah dekatnya sama bapak? He em, dulu, waktu bapak masih ada di rumah. Jadi aku apa-apa sama bapak, apa-apa sama bapak. Misalnya aku mau beli baju, “Pak, aku mau beli baju.” Padahal kan semua uang sama ibu. “Ya bilangnya sama ibumu.” “Ah, aku maunya sama bapak.” Ya kayak gitu kayak gitu. Hmm, oke. Setelah perceraian, sekolahmu gimana? Baik-baik aja. Aku kayak nggak peduli gitu lah. Ya wis lah, mereka udah bercerai, yo wis lah rapopo, inilah hidupku. Awalnya terpukul, tapi baik-baik aja kok, aku ngelihat akademisku juga nggak terguncang. Nggak pernah jadi terus sering terlambat atau sering bolos? Enggak. Malah semakin rajin. Semakin rajin, semakin membuktikan kayak yo wis, aku ditinggal bapak tapi aku nggak jadi anak nakal, kayak gitu. Puji Tuhan sih kayak gitu. Terus hubungan sama teman-teman saat itu gimana? Dulu ya? Waktu SD sih nggak kelihatan karena anak
dengan lebih bahagia, karena lebih dekat dengan ibu. (107 – 117)
I2 menyatakan bahwa ia melakukan banyak hal bersama bapaknya. (118 – 124)
I2 menyatakan bahwa akademisnya tidak terguncang setelah perceraian dan malah semakin rajin. I2 menyatakan bahwa ia termotivasi untuk membuktikan diri bahwa dirinya tidak menjadi anak nakal walaupun ditinggal oleh bapaknya. (125 – 135)
I2 menyatakan bahwa ia diejek oleh temantemannya karena perceraian orangtuanya.
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
kecil, ya biasa-biasa aja. Tapi pernah tuh diece sama temanku, dulu waktu SMP. Diece kayak gini, dia tuh kayak nggak suka sama aku, terus bilang, “Sesuk yo.” Pakai Bahasa Jawa ya. “Sesuk yo, sing bakal melu-melu koyo bapak’e ki Rina. Sing bakalan cerai karo bojone ki pasti Rina.” Kayak gitu tuh lho, kan aku sakit hati dikatain kayak gitu. Terus aku bilang sama ibuku, “Bu, aku diunekke koncoku ngene, Bu.” Terus ibu kan marah tho, kok kurang ajar tho cah cilik kok ngata-ngatain kayak gitu? Baru kelas 2 SMP waktu itu. Terus ibuku datangin ke rumahnya dia, terus ngomong sama ibunya. Aku diajakin tapi aku nggak mau ikut, soalnya aku sakit hati kan diomongin kayak gitu. Terus yo wis, tapi habis itu kita hubungannya baik-baik aja, aku sama temanku yang ngatain itu. Baik-baik aja. Walaupun aku pernah sakit hati. Pengalaman kayak gitu baru sekali itu doang atau memang sering? Yang menyakitkan ya itu satu aja, yang lainnya biasa aja sih, aku nggak nganggep. Tapi dengan teman-teman lain, dengan sahabatsahabat gitu masih sering ketemu? Ya, tapi kalau lihat mereka punya bapak tuh masih... Kok enak ya, mereka punya bapak, aku nggak punya. Tapi yo wis lah. Wong emang kayak gini kok, nggak bisa dipaksain. Hmm, tapi kayak, kalau cerita-cerita gitu, soal masalah-masalah di rumah, sering sama teman-
(136 – 157)
I2 menyatakan bahwa ia iri dengan temantemannya yang orangtuanya tidak bercerai. (158 – 163)
I2 menyatakan bahwa ia bercerita kepada teman-temannya, tapi lebih banyak bercerita
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
teman nggak? Iya. Kalau sama teman-teman, iya. Kalau sekarang ya sama pacar sih, kayak misalnya nggak suka sama peraturannya ibu ya ceritanya sama pacar. Oh, gitu ya. Terus setelah perpisahan orangtuamu, adikmu gimana sekolahnya? Apa dia jadi nakal? Kristo nggak jadi nakal. Yang jadi, yang terguncang tuh malah kakakku. Yang paling piye gitu lho. Dia sampai nggak naik kelas, dia sampai SMA nggak lulus ujian, jadi amburadul pokoknya. Soalnya waktu sama bapakku itu, apa-apa dikasih masku itu. Misalkan, minta motor, dikasih, minta ini dikasih, minta itu dikasih. Nggak ada bapak, jedet! Nggak ada yang ngasih kan? Terus akhirnya dia jadi, wah, amburadul gitu. MBA (marriage by accident – menikah karena hamil lebih dulu) segala. Kita sebagai adiknya ngelihat, oh, ini contoh yang jelek, berarti kita nggak boleh kayak gitu. Kita harus merubah hal positif itu menjadi hal negatif. Kayak, ya udah lah kita belajar, belajar, serius, harus lulus. Harus dapat nilai yang bagus. Kasihan ibu kan, nguliahin kita mahal, nyekolahin kita mahal, kayak gitu... Oke, sekarang ini aku fokus ke kamu sama Kristo aja ya. Kalian sering berkomunikasi nggak sih? Dulu waktu aku masih di Magelang sih sering, tapi dia tuh kayak nggak pernah, apa ya istilahe, kayak nggak terbuka gitu lho sama aku. Kalau dia cerita ya sama temannya. Tapi akhir-akhir ini, semenjak kita kuliah, ya cerita. Misalnya ada apa, dia sama pacarnya gimana,
kepada pacarnya. (164 – 169)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya (adik) tidak menjadi nakal. (170 – 172) I2 menyatakan bahwa akademis saudara kandungnya (kakak) menjadi kacau setelah perceraian, bahkan hamil di luar nikah. I2 merasa bahwa itu terjadi karena kakaknya biasa dimanjakan oleh bapaknya. I2 menyimpulkan bahwa kakaknya merupakan contoh yang buruk. (173 – 186)
I2 menyatakan bahwa ia sering berkomunikasi dengan saudara kandungnya ketika sama-sama tinggal di Magelang. (187 – 189)
Keintiman terlihat dari frekuensi interaksi yang tinggi antara I2 dan saudara kandungnya ketika keduanya di Magelang. (187 – 189)
I2 merasa saudara kandungnya kurang terbuka dengan I2 dan lebih senang bercerita
Keintiman berkurang karena saudara kandung I2 tidak terbuka dengan I2 dan
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
sering cerita. Kayak kemarin kan aku habis ini kan, SMS-an sama bapak, terus bapak balasnya kayak gini, terus aku tunjukkin ke dia. Dia juga, bapak nanyain kabarnya. Dia tunjukkin ke aku. Kayak gitu, kayak gitu. Kalau sama Kristo tuh tiap hari pasti berkomunikasi nggak? Akhir-akhir ini sih iya, soalnya dia bantuin aku pindahan. Ya, sering, kalau misalnya lagi butuh apa gitu, ya sering. Ini kan sama-sama di Jogja sekarang, kalau ketemu tiap hari? Enggak. Kan beda kampus juga. Dia di sana, aku di sini. Tapi kalau misalnya ketemu, beda rasanya. Kalau aku ketemu kakakku di Jogja gitu, kita kayak tetangga gitu. Kayak tetangga ketemu tetangga. Tiiin (menirukan suara klakson motor), cuma gitu doang, nggak berhenti. Tapi kalau aku ketemu Kristo, naik motor berdua gitu, jedet, tiiin. Kita sama-sama ngelakson, terus kita berhenti, nanya. “Mau ke mana? Kamu mau ke mana? Yo wis hatihati.” Tapi kalau sama kakak enggak, tin tin, udah, seeet, gitu. Tapi kalau Kristo sama kakak, itu berhenti. Mungkin karena aku ngelihat kakakku sebagai contoh yang jelek, terus aku jadi kayak ada dendam tersendiri gitu sama kakakku, kayak gitu. Oke. Kalau dalam seminggu, kamu ketemu bisa berapa kali sama Kristo? Akhir-akhir ini seminggu sekali sih, setiap Jumat sebelum pulang. Pasti ke sini, tak suruh ke sini. Bawa
dengan teman-temannya. Meski demikian, I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya lebih sering bercerita dengannya semenjak kuliah. (190 – 197) I2 menyatakan bahwa ia berkomunikasi dengan saudara kandungnya setiap hari. (198 – 202) I2 menyatakan bahwa ia tidak bertemu tatap muka saudara kandungnya setiap hari. (203 – 205) I2 menyatakan bahwa ketika ia bertemu dengan saudara kandungnya (adik) di jalan, mereka akan berhenti untuk bertegur sapa. Akan tetapi, ketika I2 bertemu saudara kandungnya (kakak) di jalan, mereka hanya akan membunyikan klakson. Ketika kedua saudara kandung I2 bertemu, mereka akan berhenti untuk bertegur sapa. (206 – 214)
lebih memilih untuk bercerita pada temannya. (190 – 197)
Keintiman tampak dari frekuensi interaksi antara I2 dan saudara kandungnya yang tetap tinggi selama di Yogyakarta. Meskipun tidak bertemu setiap hari, keduanya berkomunikasi hampir setiap hari. (198 – 205)
Keintiman antara I2 dan saudara kandungnya terlihat ketika mereka bersedia untuk menyisihkan waktu untuk sekedar bertegur sapa meskipun sedang berada di tengah kesibukannya masingmasing. (206 – 214)
I2 menyatakan bahwa ia melihat kakaknya sebagai contoh yang buruk dan memiliki perasaan negatif terhadap kakaknya karena hal itu. (215 – 217) I2 menyatakan bahwa ia biasa bertemu
111
Keintiman yang kurang terlihat dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249
barangku soalnya. Tapi jarang sih, kalau misalkan kita mau ada apa, kecuali mau ada apa, ketemu ya ketemu. Kalau nggak ya, kita punya urusan sendiri-sendiri. Dia kuliahnya di sana. Tapi kalau dia lagi butuh apa, dia ceritanya ke aku. Itu biasanya dia ke kos atau gimana? Cerita lewat Whatsapp, gitu. Dia pernah ngajak ketemuan buat cerita gitu? Hmm, enggak, enggak pernah. Kalau seminggu ini, dari Senin minggu lalu sampai Senin minggu ini, udah ketemu Kristo berapa kali? Ketemu Kristo itu, Sabtu, Minggu, kemarin. Tiga kali. Untuk urusan apa ketemunya? Untuk urusan aku pindahan. Terus waktu Sabtu Minggu itu dia pulang ke rumah, aku juga pulang ke rumah. Terus kita ketemu, terus aku ngajakin dia makan, ngajak dia main, aku njajain dia makan. Terus kemarin dia datang ke sini gara-gara dia mau ke tempat temannya tapi temannya itu nggak ada, terus dia mampir ke sini, padahal aku lagi mau pergi. Terus akhirnya aku bilang ke dia, “Mbok kamu tuh main ke temanmu yang lain, aku meh pergi.” Terus dia, “Oh, iya, iya, yo wis, yo wis.” Terus dia menghubungi temannya itu, terus dia pergi ke tempat temannya. Itu dia memang sering kayak gitu? Lagi mau ke mana terus mampir sini dulu? Kadang iya, kadang-kadang. Sekedar nunggu di sini pernah, kalau aku pas di sini juga. Tahu-tahu datang,
saudara kandungnya seminggu sekali. (218 – 225) I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya bercerita padanya dan lebih sering melalui ponsel. (225 – 230)
I2 menyatakan bahwa ia bertemu saudara kandungnya sebanyak tiga kali selama seminggu terakhir. (231 – 238)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya seringkali datang ke kosnya hanya untuk mampir sejenak sebelum melanjutkan kegiatannya. (238 – 252)
112
frekuensi pertemuan I2 dan saudara kandungnya yang terhitung rendah, yaitu seminggu sekali. (218 – 225)
Keintiman terlihat dari saudara kandung I2 yang selalu bercerita kepada I2. (225 – 226) Keintiman terbukti dari frekuensi pertemuan I2 dengan saudara kandungnya yang cukup tinggi dalam seminggu terakhir. (231 – 238) Keintiman terlihat dari I2 yang mau menghabiskan waktu dan uangnya untuk saudara kandungnya menandakan (236 – 238) Keintiman saudara kandung I2 dengan I2 terlihat ketika saudara kandung I2 memilih untuk datang ke tempat tinggal I2 ketika ada waktu luang, meskipun hanya untuk mampir sejenak (238 – 252)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277
“Aku di depan kos.” Oalah. Nggak pernah bilang, tahutahu datang. Tapi kadang juga, “Mbak, di mana?” “Aku di sini.” “Oh, yo wis.” Oh iya, kalau boleh tahu, kalian itu kalau pergi gereja bareng nggak? Kadang iya, kadang enggak. Tapi dia kan udah punya pacar, jadi dia bareng sama pacarnya. Jadi nggak pernah lagi, jarang sama aku sama ibu. Dulu bareng, dulu iya. Dulu malah boncengan bertiga sama ibu. Sampai kita tuh udah gede kan, kita tuh malu. Terus akhirnya adikku punya pacar, terus dia sama pacarnya. Jadi dua motor. Itu sampai aku SMA masih boncengan bertiga naik motor. Klo selama kuliah ini? Selama kalian sama-sama di Jogja maksudnya. Belum pernah, tapi pernah tak ajakin gereja, terus nggak cocok jadwalnya, gitu. Kalau kamu ketemu dia, kamu ada harapan atau ekspektasi nggak tentang pertemuan itu nanti akan seperti apa? Biasa aja. Kalau misalnya ketemu, yo wis, senang. Ya ketemu sama keluarga, siapa sih yang nggak senang? Ya kangen-kangen gitu. Apalagi setelah ini juga aku nggak di Jogja lagi kan, aku sudah di Surabaya, kan jarang ketemu kan otomatis. Jadi kita sekarang mumpung masih ada waktu ya senang-senang dulu aja. Kangen-kangen istilahnya, gitu. Terus, misalnya pas ketemu, kalau lagi cerita-cerita, yang biasanya diomongin apa?
I2 menyatakan bahwa ia sudah mencoba mengajak saudara kandungnya untuk beribadah bersama, tetapi tidak pergi beribadah bersama saudara kandungnya semenjak di Jogja karena jadwal yang tidak cocok. (253 – 258)
I2 menyatakan bahwa ia senang ketika bertemu saudara kandungnya. (266 - 271)
Keintiman terlihat saat I2 berinisiatif mengajak saudara kandungnya beribadah bersama. (264)
I2 menyatakan bahwa ia ingin menikmati waktu bersama saudara kandungnya sebelum ia pindah ke Surabaya. (271 – 275)
Keintiman tampak dari keinginan I2 untuk memanfaatkan sisa waktunya di Jogja dengan saudara kandungnya (271 – 275).
I2 menyatakan bahwa ia dan saudara kandungnya saling bertukar cerita tentang
Keintiman terlihat dari isi percakapan antara I2 dan saudara kandungnya yang mencakup cerita tentang masalah
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305
Apa ya, ya kuliahnya dia. Terus, masalah keuangannya dia selama kuliah, cerita tentang pacarnya dia. Aku cerita tentang pacarku, ya tukar-tukaran cerita gitu. Cerita tentang bapak mungkin, sekali-sekali. Nah, biasanya Kristo memberikan tanggapan yang seperti apa kalau kamu bercerita? Sesuai yang kamu harapkan? Kadang-kadang iya, kadang-kadang enggak sih. Tapi lebih banyak iya. Oh, iya, iya, iya, gitu. Kayak kemarin aku cerita soal laptopku misalnya. “Kris, ini kok tiba-tiba ada garisnya?” Terus dia bilang, “Ah, rapopo, mung sithik. Isih iso dinggo.” “Ya wis, aku nek ngganti laptop ki sesuk wae, nek wis ono duit. “Yo wis rapopo, sik penting isih iso dinggo.” Berarti kan, membuat aku masih bisa percaya dengan laptop ini juga kan, walaupun dia LCD-nya rusak. Kalau misalnya yang kamu ceritain masalah yang agak berat, sering nggak cerita ke Kristo? Mungkin yang lebih personal? Nggak pernah sih. Jarang sih, kalau lagi pengen sih cerita, tapi jarang. Soalnya dia tipe yang lebih suka bergumul sendiri, dan aku juga tipe yang lebih suka bergumul sendiri. Gitu. Kamu pernah menceritakan ke Kristo nggak soal ketakutan atau kecemasanmu? Pernah, pernah cerita. Dia overprotective sebenarnya sama aku. Kayak pernah kan, aku berantem sama pacar, terus aku cerita ke Kristo. Terus Kristo-nya, ngerasa,
masalah keuangan, percintaan, dan perihal bapak. (276 – 281)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya memberikan tanggapan sesuai yang diharapkan olehnya. Salah satu contohnya, kata-kata saudara kandung I2 dapat menenangkan dirinya perihal masalah laptopnya yang rusak. (282 – 293)
akademis, keuangan, percintaan, hingga berita tentang ayahnya. (276 – 281) Keintiman terwujud dari tanggapan saudara kandung I2 yang sesuai dengan harapan I2. Ditambah lagi, saudara kandung I2 dapat menenangkan I2 dari kecemasan-kecemasannya ketika sedang ada masalah. (282 – 293) Intensitas interaksi antara I2 dan saudara kandungnya menjadi berkurang karena I2 jarang menceritakan masalah-masalah personalnya kepada saudara kandungnya.
I2 menyatakan bahwa ia jarang menceritakan masalah-masalah berat kepada saudara kandungnya. Akan tetapi, I2 dapat menceritakan ketakutannya kepada saudara kandungnya. (294 – 303)
I2 menyatakan bahwa ia dapat merasakan kasih sayang saudara kandungnya
114
Keintiman antara I2 dan saudara kandungnya tampak ketika I2 mau menceritakan ketakutannya kepada saudara kandungnya. (301 – 303) Keintiman terjadi ketika sikap saudara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333
“Wah, kok mbakku diginiin sih?” Terus dia ngomong sama Mas Bondan. Kelihatan sayangnya sih. Ketika kamu bercerita sama dia, kamu mengharapkan feedback yang seperti apa? Feedback yang membangun yang jelas. Tapi selama ini dia memberikan feedback yang baik sih, yang membangun. Bisa membuat aku lebih sabar, lebih tenang. Mungkin karena udah gede kali ya Kristo bisa kayak gitu. Terus, kamu sama Kristo sering ada masalah nggak? Dulu iya waktu masih jadi satu di rumah. Sering banget berantem, misalnya apa kan, kita sama-sama atos-nya tho. Misalnya, bentrok sedikit, marah-marah. Kayak gitu itu. Tapi semakin ke sini, kita kan semakin dewasa. Yo marah yo marah aja, tapi nggak sampai diam beberapa hari. Paling sejam dua jam, paling cuma “mbuh!”, paling cuma gitu doang. Nggak pernah yang kayak dulu lagi. Kalau yang kayak dulu itu, berantemnya gara-gara apa? Berantem-berantem kecil doang. Misalkan, “Kris, itu lho, piringnya ditaruh di belakang.” “Kosek tho! Kosek tho!” Terus diam, gitu. Tapi sekarang enggak. “Ya, ya, ya.” Mau. Sekarang kalau misalnya disuruh bantu-bantu bersihin rumah, udah mau. Biasa lah cowok. Kalau sekarang pas ada masalah, masih karena halhal sepele gitu atau gimana? Iya sih, sepele-sepele aja. Kayak terakhir ini dia cerita kan, dia nabrak orang di jalan. Di jalan mau ke Amplaz
terhadapnya lewat sikap saudara kandungnya yang protektif. (303 – 307) I2 menyatakan bahwa ia mendapatkan umpan balik yang membangun dari saudara kandungnya. (308 – 314)
I2 menyatakan bahwa ia sering bertengkar dengan saudara kandungnya ketika masih tinggal di Magelang. (315 – 318) I2 menyatakan bahwa pertengkarannya dan saudara kandungnya hanya berlangsung sebentar. (319 – 322) I2 menyatakan bahwa ia dan saudara kandungnya bertengkar karena hal-hal sepele. (323 – 348)
kandung I2 yang protektif dilihat I2 sebagai bentuk kasih sayang saudara kandungnya terhadapnya. (303 – 307) Solidaritas terjadi ketika saudara kandung I2 dapat memberikan saran yang konstruktif untuk I2. (308 – 314)
Konflik yang tinggi terjadi selama I2 dan saudara kandungnya masih tinggal di Magelang. Akan tetapi, konflik antara I2 dan saudara kandungnya saat ini sudah rendah dan hanya berlangsung sebentar. (315 – 322) Konflik yang rendah dapat terwujud karena perubahan dalam sikap saudara kandung I2 yang kini menjadi lebih penurut. (323 – 329)
Konflik dalam relasi I2 dan saudara kandungnya terjadi ketika keduanya kebingungan dan panik, sehingga seringkali keduanya menjadi terbawa emosi. (330 – 343)
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361
sih tuh, dia cerita, tapi kita kan sama-sama paniknya. Aku juga bingung. Mau nanggepin apa gitu kan. Dia cerita, dia nabrak orang naik sepeda, tapi nggak ngerti itu orangnya jatuh apa gimana... Karena dia takut, dia langsung aja lurus. Terus tak marahin kan kemarin. “Itu tuh nggak boleh, kalau misalnya ada kayak gitu tuh dibantu. Diberdiriin, dibantu. Entah dia cuma lecet atau apa, dibantu diberdiriin. Kok malah ditinggal pergi?” “Lha, aku tuh takut kok!” “Yo wis, lain kali kalau ada kayak gitu tuh dibantu. Kali ini nggak apa-apa lah.” Baru pertama kali juga kan kayak gitu. Ya udah, nggak apaapa. Terus kemarin kita ke sana lagi, kita lihat nggak ada apa-apa. Dan dia juga nggak dikejar orang itu juga. Paling jatuhnya cuma jatuh gubrak gitu doang. Gitu... Lucu. Jadi bisa dibilang, sekarang jarang ada masalah? He em. Terus dulu kalau di rumah, kalau baikan itu gimana prosesnya? Ya baikan, ya baikan sendiri aja. Tahu-tahu ngajak ngobrol, gitu-gitu. Entar baikan lagi. Paling sehari... Terus kita pergi, dia pergi, aku pergi ke tempat temanku. Kita main, terus pulang, terus ceritanya udah ngajak ngobrol lagi. Udah baikan lagi. Tapi terus yang benarbenar minta maaf gitu tuh nggak pernah, kayak anak kecil. Nggak pernah minta maaf minta maaf-an gitu? Ya... Pernah sih, tapi nggak terus yang “maaf ya, maaf
Solidaritas tampak dari I2 yang bersedia campur tangan dalam masalah saudara kandungnya. (345 – 348)
I2 menyatakan bahwa ia jarang bermasalah dengan saudara kandungnya. (349 – 350) I2 menyatakan bahwa ia dan saudara kandungnya dapat berbaikan dengan sendirinya. Salah satu dari mereka akan memulai pembicaraan lagi tanpa perlu meminta maaf secara formal. (351 – 368)
116
Konflik yang rendah terjadi karena I2 dan saudara kandungnya dapat mengatasi konflik dengan cepat, yaitu dengan cara salah satu memulai interaksi, sehingga tidak ada masalah yang berkepanjangan. (351 – 368)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389
ya”. Enggak. Kalau misalnya udah diajak ngobrol berarti ya udah kan, berarti udah selesai. Biasanya yang ngajak ngobrol duluan siapa? Aku lupa sih. Kadang dia, kadang aku. Kalau yang sekarang-sekarang ini? Sama aja, kayak gitu juga, cuma udah nggak diamdiaman lagi. Sekarang kan kalian tinggal sama ibu, ada perlakuan yang berbeda nggak sih dari ibu ke kamu sama Kristo? Dulu waktu awal-awal ditinggal bapak, ngerasa beda banget. Ibu tuh kok lebih perhatian ke Kristo... Tapi sekarang enggak sih, aku anggap sama. Yang dulu kamu ngerasa ibu lebih perhatian ke Kristo tuh gara-gara kenapa? Masalah-masalah kecil kok. Kayak misalnya dibeliin baju. Kok Kristo dibeliin baju? Kok aku enggak? Terus kan iri. Tapi saiki wis ora. Biasa-biasa aja. Kita samasama mendapatkan kebutuhan yang proper juga kok. Mungkin karena aku juga udah selesai kuliah kali ya, terus dia juga udah dapat kuliah juga, jadi kita nganggapnya, oh, sama. Mana di universitas yang sama juga kan. Jadi ya... Equal. Perbedaan perlakuan itu pernah kamu permasalahkan? Kayaknya pernah deh aku omongin gitu, pas awal-awal ditinggal gitu. Pernah kok, aku bilang sama ibu. “Bu, kok seringnya sama Kristo? Lebih sayangnya sama
I2 pernah merasa bahwa ibunya memperlakukan I2 dan saudara kandungnya dengan berbeda, sehingga ia merasa iri dengan saudara kandungnya. Akan tetapi, I2 merasa bahwa sekarang perlakuan dari ibunya sudah seimbang. (369 – 384)
I2 pernah mempermasalahkan perbedaan perlakuan itu dengan ibunya, dan mendapatkan jawaban yang berbeda dari ibunya dan saudara kandungnya (kakak),
117
Konflik yang rendah terwujud karena I2 menganggap bahwa kebutuhan I2 dan saudara kandungnya sama-sama dipenuhi oleh ibunya, dan tidak lagi mempermasalahkan perbedaan perlakuan ibu terhadap keduanya. (369 – 384)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417
Kristo?” “Lha wong jenengane adik ki disayang tho, kamu aja tak sayang. Kamu juga tak sayang, mbok nggak usah gitu pikiranmu, jelek.” Terus aku cerita ke masku. Malah cerita ke mas, yo salah. Terus masku jawabnya gini, “Yo iyolah! Wong Kristo ki kan belum pernah merasakan kebahagiaan sama bapak, makanya lebih disayang sama ibu.” Kayak gitu malah. Jadi aku mendapatkan dua perspektif yang berbeda kan, dari kakak dan dari ibu. Tapi semakin ke sini kan semakin mengerti, oh yo wis lah, rapopo. Tapi pas kecil itu mempengaruhi sikapmu ke Kristo nggak sih? Enggak sih, biasa-biasa aja. Tapi ya pernah sih kayak gitu njuk iri-irian, sebal-sebalan, tapi kalau sekarang sih udah enggak. Sekarang udah nggak masalah. Kalau misalnya Kristo datang bilang dia punya masalah, itu apa sih yang kamu rasain? Apa yang kamu rasain pas kamu dengar ceritanya? Ya pengen tak bantu lah. Misalnya dia cerita tentang pacarnya, “Kok pacarku tuh gini gini gini ya...” Tapi dia malah lebih sering cerita ke pacarku, mungkin samasama cowok kali ya. Rasanya ya pengen tak bantuin. Jadi tak kasih masukan, ngene lho, Kris, ngene lho, Kris. Tapi dia nggak mau dengarin aku, dia lebih suka dengarin pacarku daripada aku. Kayak gitu. Bahkan dia masuk psikologi pun karena terinspirasi pacarku. Pacarku lulusan Psikologi Sanata Dharma juga, 2007. Makanya dia lebih sering dengarin Mas Bondan
tetapi sekarang sudah tidak dipermasalahkan lagi. (385 – 399)
I2 menyatakan bahwa perbedaan perlakuan dari ibunya dulu mempengaruhi sikap I2 terhadap saudara kandungnya. (400 – 404)
I2 menyatakan bahwa ia ingin membantu saudara kandungnya ketika ada masalah. (405 – 412)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya lebih mendengarkan pacarnya dibandingkan I2. (413 – 421)
118
Konflik yang rendah terlihat dari I2 yang sudah tidak lagi bersikap negatif terhadap saudara kandungnya karena perlakuan spesial dari ibu I2 untuk saudara kandungnya. (400 – 404) Solidaritas tampak dari I2 yang memiliki rasa ingin membantu saudara kandungnya, sehingga ia dapat memberikan masukan untuk saudara kandungnya. (405 – 412)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445
daripada aku. Bahkan kemarin dia bilang, “Aku mendapatkan ketenangan setelah cerita sama Mas Bondan tentang masalah nabrak orang.” Asem tenan, njuk aku ra dirungokke... Tapi habis itu tak telepon, yang penting dia udah tenang. Oh, emang sering teleponan gitu ya? Iya, sering. Kalau ada masalah gitu juga, suka telepon. Jadi walaupun jarang ketemu, masih bisa telepon. Kayak kemarin-kemarin dia ke sini, aku tanya, “Uang sakumu tinggal berapa?” “Tinggal segini, aku meh njaluk ibu ki isin.” Kan aku merasa, aduh sakke yo, masak pulang tinggal sepuluh ribu. Kebetulan aku ada duit, lumayan buat tambah-tambah, “Ya udah ini buat kamu.” Masa kalau di jalan banmu kempes atau apa, cuma bawa sepuluh ribu. Ya udah, tak sangoni. Akhir-akhir ini sih aku lebih pengen memberi dia uang saku sih daripada uang sakuku aku pakai sendiri. Lagian kebutuhanku di sini kan cuma uang makan, cuma kecil-kecil aja. Kebetulan aku juga part-time kan jadi asisten guru TK, kan dapat pesangon dari sana juga. Jadi kalau ada sisasisa gitu, bisa aku kasih ke Kristo. Kalau dia bilang secara tersirat sih, oh, berarti uang sakunya kurang. Tapi kalau masalah uang saku memang kalian sebulan dikasihnya sama? He em, kita equal, sama. Jadi nggak iri. Tadi kan kamu bilangnya kalau dia ada masalah, kamu beri nasihat. Selain nasihat, ada lagi yang pernah kamu lakukan buat dia?
I2 menyatakan bahwa ia sering menelepon saudara kandungnya untuk bercerita. (421 – 425) I2 menyatakan bahwa ia memberikan sebagian uang sakunya untuk adiknya ketika adiknya sedang kekurangan. (425 – 439)
Solidaritas ditandai dari tindakan I2 memastikan keadaan saudara kandungnya, yang menunjukkan adanya rasa saling menjaga dalam relasi. (421 – 425) Keintiman terjadi ketika frekuensi interaksi dalam relasi tetap tinggi karena I2 sering menelepon saudara kandungnya meskipun mereka jarang bertemu. (423 – 425) Solidaritas tampak ketika I2 menyisihkan sebagian uangnya untuk saudara kandungnya yang sedang membutuhkan. (425 – 439)
I2 menyatakan bahwa orangtuanya memberikan jumlah uang saku yang sama kepada I2 dan saudara kandungnya sehingga tidak terjadi kecemburuan. (440 – 442)
119
Solidaritas terlihat ketika I2 bersedia membantu saudara kandungnya ketika bermasalah, yaitu dengan mendengarkan dan memberikan nasihat. (443 – 447)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473
Sejauh yang aku ingat sih, enggak. Cuma dengarin dia cerita aja, ngasih nasihat. Kamu sempat bilang tadi kalau kamu lebih sering cerita sama pacar kamu... Ada bedanya nggak, cerita ke Kristo sama ke pacar kamu? Jelas beda. Sense-nya lebih beda. Lebih dalam yang aku cerita ke pacar. Mungkin karena ngerasa lebih intim kalau cerita, walaupun bukan keluarga. Mungkin lebih leluasa gitu. Ya kalau leluasanya sih sebenarnya sama, tapi lebih intim dan lebih intens aja gitu kalau sama pacar. Gitu ya. Bagaimana kamu menggambarkan hubungan kamu dengan Kristo? Kayak gimana ya... Ya sebagai seorang kakak perempuan, aku sih, sebenarnya ya... Dia di posisi enak. Dia anak terakhir, dia punya dua kakak, cowok cewek. Terus kakak pertamanya kayak gitu, kakak keduanya kayak gini. Berarti dia bisa bisa memilih mana yang benar kan, karena aku sama kakakku beda banget gitu. Saling bertolak belakang. Jadi, aku pengen jadi contoh yang baik buat Kristo. Aku mencoba lulus tepat waktu, aku berusaha mendapatkan beasiswa di universitas, aku ikut ini, aku ikut itu. Aku berusaha ngasih contoh buat Kristo supaya dia ini nggak kayak kakakku. Aku memberikan jalan, iki lho jalanmu kudu ngene ki, jangan sampai kamu ke sana. Kayak gitu sih. Kamu punya harapan buat hubungan kamu dan dia? Ya, jelas lah. Ya aku harap sih, meskipun kita sama-
I2 menyatakan bahwa ia lebih banyak mendengarkan dan memberi nasihat ketika saudara kandungnya bercerita mengenai masalahnya. (443 – 447) I2 menyatakan bahwa ia merasa lebih intim ketika bercerita pada pacarnya dibandingkan dengan saudara kandungnya. (448 – 456)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya (kakak) adalah contoh yang buruk bagi saudara kandungnya (adik), sehingga I2 berusaha menjadi contoh yang baik dengan lulus tepat waktu, mendapatkan beasiswa, dan ikut berbagai kegiatan. (457 – 471)
I2 menyatakan bahwa ia berharap ia dan
120
Solidaritas yang kuat terlihat ketika I2 melakukan berbagai hal untuk menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi saudara kandungnya. Hal ini dilakukan I2 karena kepeduliannya kepada saudara kandungnya, karena I2 tidak ingin saudara kandungnya meniru contoh buruk dari saudara kandungnya (kakak) dan bapaknya. (457 – 471)
Solidaritas terlihat dari keinginan I2 agar supaya saudara kandungnya tidak pernah terpuruk meskipun menjadi anak korban
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501
sama nggak punya bapak, tapi dia tetap... Apa ya, nggak usah down. Yang sudah ya sudah, jangan sampai dia kayak bapak. Intinya sih kayak gitu. Berusaha menjadi contoh yang baik itu supaya dia nggak kayak bapak juga? Iya, iyalah. Kamu merasa dia selalu memberikan kamu dukungan? Iyalah, jelas. Dia suportif banget. Kayak waktu aku sidang kemarin, dia datang. Terus aku wisuda kemarin, dia datang. Terus aku rasanya senang gitu lho kalau bisa kumpul jadi satu sama ibu sam Kristo, tapi kemarin kakak lagi sakit kan jadi nggak bisa ikut wisuda. Jadi salah satu bentuk support-nya dia ya... Ada lagi bentuk dukungannya dia selain datang langsung? Apa ya, jadi lupa kalau ditanyain gini... Ya Kristo ya kayak gitu lah, kasih-kasih saran. Jangan sampai gini, jangan sampai gitu. Tapi ya paling jauh ya dia datang di acaraku, gitu. Kalau dia ngasih saran atau nasihat gitu, kamu dengarin nggak? Ya iya, aku dengarin. Kalau benar sih tak ikutin, kalau sesuai dengan apa yang aku inginkan sih tak ikutin. Kalau enggak ya enggak, tak simpan dulu. Tak pikirpikir lagi. Nek misalnya benar, oh, iya, tak ikutin. Kamu merasa bahwa kamu dan Kristo saling mensupport? Iya, pasti. Kalau sekarang sih, akhir-akhir ini, cerita ke
saudara kandungnya tidak merasa kecil karena ditinggalkan oleh bapaknya. (472 – 476)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya sangat suportif dan dapat mendukungnya dalam bentuk saran maupun kehadiran. (480 – 492)
I2 menyatakan bahwa ia mempertimbangkan saran dari saudara kandungnya. (493 – 498)
I2 menyatakan bahwa ia dan saudara kandungnya saling mendukung dengan saling
121
perceraian. (472 – 476)
Solidaritas terwujud melalui dukungan dari saudara kandung I2 terhadap I2, yaitu dalam bentuk saran yang diberikan oleh saudara kandungnya ketika I2 bermasalah, serta kehadirannya dalam momen-momen penting dalam hidup I2. (480 – 492)
Solidaritas tampak dari I2 yang menghargai saudara kandungnya dengan mengikuti atau mempertimbangkan saran dari saudara kandungnya. (493 – 498)
Solidaritas tampak dari I2 yang menjaga saudara kandungnya, dengan memberikan informasi yang dapat berguna untuk keselamatan saudara kandungnya. I2 juga merasa bahwa ia dan saudara kandungnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529
Kristo. Misalnya Kristo lagi butuh uang buat beli buku, dia cerita ke aku. Ya aku bilang, minta aja ke ibu, beli buku itu kan kebutuhan primer. Sering sih cerita. Terus kan akhir-akhir ini ada berita yang aneh-aneh, kayak geng motor, pembacokan gitu. Aku bilang ke Kristo, jangan pulang malam-malam. “Iya, iya.” Jadi, ya, samasama saling memberikan informasi, saling memberikan dukungan, saling menjaga. Ketakutan-ketakutan gitu juga pasti ada. Kayak misalnya, takut ditinggal Kristo. Ditinggal meninggal lho ya. Eman-eman tuh lho rasanya. Yo wong jenenge adik, masa mendahului yang lebih tua. Kamu memang lebih dekat sama Kristo ya? Iya, memang lebih dekat sama Kristo... Waktu itu pernah aku cerita sama Kristo sih. “Kris, kalau misalnya ibu udah nggak ada, gimana ya?” Dia tuh dengan tenangnya bisa ngomong gini, “Tenang tho. Kan kita punya iman, kita punya banyak saudara, jadi percaya aja pasti baikbaik aja.” Lho, kok anak ini bisa ngomong gini? Bisa nenangin. Aku soalnya orangnya khawatiran, dia orangnya soalnya cukup tenang. Nah, tadi kan kamu bilang kalau kalian bisa saling mendukung. Bentuk dukungan kamu buat Kristo bagaimana? Verbal kalau aku biasanya. Kayak kemarin kan aku minta temanin dia ke perpus Paingan. Temanku ada yang undergraduate thesis-nya tentang psikologi, terus aku minta tolong ke dia. Ke sana, ditemanin, terus dia kan lagi UTS tho. Nah, dia tuh belajar, lha di perpus tuh dia
memberikan informasi dan saling menjaga. (499 – 509)
saling mendukung satu sama lain. (499 – 509)
Keintiman terbukti dari I2 yang memiliki ketakutan ditinggalkan oleh saudara kandungnya. (509 – 512) I2 menyatakan ketakutannya ditinggal meninggal oleh saudara kandungnya. (509 – 512) I2 menyatakan bahwa ia dekat dengan saudara kandungnya. (513 – 514)
Keintiman dinyatakan I2 dengan menyebut hubungannya dengan saudara kandungnya sebagai hubungan yang dekat. Hal itu dirasakan I2 karena saudara kandungnya dapat menenangkan I2 yang sering khawatir. (513 – 521)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya dapat menenangkan I2 yang sering merasa khawatir. (514 – 521) Solidaritas yang kuat dalam relasi tampak dalam I2 yang memberikan dukungan verbal kepada saudara kandungnya ketika I2 menyatakan bahwa dukungannya terhadap sedang bermasalah. Selain itu, I2 juga saudara kandungnya lebih berupa verbal bersedia campur tangan langsung dalam daripada tindakan. I2 menyatakan bahwa ia membantu saudara kandungnya. (522 – jarang mendukung saudara kandungnya lewat 561) kehadirannya, namun menceritakan salah satu tindakannya sebagai upaya mendukung keinginan saudara kandungnya untuk kuliah.
122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557
malah tidur. Terus tak marahin, “Mbok kamu tuh belajar tho, Kris, kok malah tidur malas-malasan. Lihat tuh teman-temanmu pada belajar.” “Yo kosek, yo kosek.” “Awas kamu nek nggak belajar.” Pokoknya verbal kalau aku tuh. Kalau buat secara fisik, kayak bantuin dia, belum pernah sih. Kamu ada mendukung dia dalam bentuk kehadiran gitu juga nggak? Aku lupa eh malahan eh. Jarang aku tuh yang datang tuh. Pas wisudanya Kristo SMA aja aku nggak datang, aku kan udah kuliah. Pokoknya aku lebih ke verbal, Kristo tuh lebih ke fisik. Pernah waktu dulu... Kristo mau tes masuk Sanata Dharma, itu tuh pas lagi Kelud tuh lho... Tahu kan pas Kelud kemarin? Itu dia lagi di Magelang. Terus aku telepon humasnya. Aku minta izin supaya tesnya bisa diundur hari lain, kan kasihan kalau dia harus ke Jogja di tengah hujan abu. Terus akhirnya diizinin sama humasnya, katanya nggak apa-apa, boleh hari lain kok. Aku kasih tahu ke Kristo, eh kok tetap aja dia mau tes hari itu. Ngeyel tuh lho. Terus dia datang ke kosku dengan muka kayak monyet. Pakai jas hujan, hitam gitu. Terus tetap aja dia tes. Eh jebul keterima. Pas surat penerimaannya nyampai, dia tunjukkin ke ibu. Senang banget. Langsung dia, “Bu, bayar, bu! Sekarang, bu!” Lucu dia semangat gitu. Terus daftar ulang, eh nggak tahunya NIM-nya 001. “Lho, berarti aku rajin banget ya?” kata dia gitu. Tapi aku suka lihat dia semangat gitu untuk sesuatu. Aku juga sering ngomong sama Kristo.
(522 – 561)
I2 menyatakan bahwa ia senang melihat
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585
Banyak-banyak ikut kegiatan. Soalnya semester tiga udah bisa mulai daftar beasiswa, jadi banyak-banyak ikut kegiatan biar gampang dapat beasiswanya. Ya, gitu, aku bilangin segala macam. Nurut dia. Mungkin ada lagi yang mau kamu ceritakan? Ya gitu itu hubunganku sama dia. Bedanya tiga tahun. Lebih sering dia dibilang “mas” sih. Jadi misalnya kita jalan bareng, sering dikirain dia kakakku. Dulu pernah kan, kecelakaan bareng Kristo. Jadi kita mau lurus, tibatiba yang depan kita belok. Itu hari pertama Insadha, sehari sebelum Insadha 2010. Terus sobek, kayak gitu, terus dibawa ke rumah sakit. Terus petugasnya rumah sakit, “Mas, mas, itu adiknya, adiknya.” “Lho, itu kakak saya.” Terus ada lagi, “Mas, mas, itu pacarnya, mas.” “Itu kakak saya!” Sering banget. Tapi akhir-akhir ini kita makin mirip, iya nggak sih? Apalagi aku potong rambut pendek, jadi kelihatan makin mirip. Tapi terus kamu nggak marah sama dia pas kecelakaan? Enggak, enggak. Kan dia sebenarnya tuh, sebenarnya dia yang sakit, mau tak bawa ke dokter. Mau aku goncengin, tapi dia nggak mau. Tapi malah aku yang masuk rumah sakit, dia nggak jadi sakit. Jadi kalau Kristo sakit, kamu yang nganterin ya? Iya... Kalau nggak ya pergi makan bareng juga. Perginya biasanya cuma makan bareng? Makan bareng, ya jalan-jalan. Kayak gitu biasanya berdua atau sama yang lain
saudara kandungnya bersemangat. (556 – 557)
I2 menyatakan kemiripan fisiknya dengan saudara kandungnya. (562 – 574)
I2 menyatakan bahwa ia tidak marah dengan saudara kandungnya karena kecelakaan yang menimpa mereka. (575 – 580)
I2 menyatakan bahwa ia sering berpergian berdua dengan saudara kandungnya. (581 – 593)
Konflik yang rendah terbukti dari I2 yang tidak menyimpan emosi negatif terhadap saudara kandungnya bahkan ketika saudara kandungnya melakukan kesalahan yang membahayakan keselamatannya. (575 – 580) Solidaritas tampak ketika I2 bersedia membantu saudara kandungnya ketika saudara kandungnya sedang sakit. (581 – 582) Keintiman terlihat dari I2 dan saudara
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613
juga? Berdua. Janjian sih kita. Kita kan sama-sama suka Hunger Games, terus kita nonton berdua. Nonton sendiri-sendiri sih yang pertama, dia dulu baru aku, yang kedua baru nonton bareng. Pas itu nonton Hunger Games, itu dia yang njajain. Tahun ini kan keluar lagi kan, terus gantian mau aku yang njajain. Kayak gitu janjinya. Kalau Kristo sakit, dia mengubungi kamu? Nggak pernah tahu eh aku. Soalnya dia kalau sakit tuh diam. Tapi akhir-akhir ini dia lebih perhatian, mungkin karena aku mau pergi, tiba-tiba suka datang. Sempat sih mau ngajakin dia makan bareng, tapi waktunya nggak cocok. Yang dia kuliah, yang aku masih ini, masih ini. Ya wis, entar entar aja. Tapi pengennya besok pas dia liburan tak ajak ke Surabaya, terus kita main bareng di Surabaya. Oh iya, kalau keputusanmu buat kerja di Surabaya itu gimana prosesnya? Apa ada perundingan sama Kristo dan ibu? Ada, iya, itu dibicarakan bareng-bareng sama keluargaku. Ibu ngebolehin, otomatis Kristo juga ngebolehin. Kristo itu kemarin waktu kita di perpustakaan, tahu-tahu bilang gini... Kan pas aku wisuda tuh pacarku nginep di kosnya Kristo tho, terus kita besoknya main monopoli bertiga sampai siang. Terus hari Minggu-nya kan pacarku pulang, siangnya aku ngantar. Ngguyu-ngguyu bareng, makan bareng.
kandungnya yang sering berinteraksi melalui kegiatan makan bersama, menonton film bersama, maupun sekedar berjalan-jalan. (582 – 593)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya tidak pernah bercerita apabila sedang sakit. (594 – 596) I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya menjadi lebih perhatian. (596 – 597) I2 menyatakan bahwa ia belum sempat mengajak saudara kandungnya makan, dan berencana berpergian bersama di Surabaya. (597 – 602) I2 menyatakan bahwa kepergiannya ke Surabaya dirundingkan dan disetujui oleh ibunya dan saudara kandungnya. (603 – 608) I2 menceritakan pengalamannya bermain dan makan bersama pacar dan saudara kandungnya. I2 menceritakan bahwa saudara
125
Keintiman terwujud dari saudara kandung I2 yang menjadi lebih perhatian terhadap I2. (596 – 597) Keintiman tampak dari keinginan I2 untuk berlibur bersama saudara kandungnya. (597 – 602) Solidaritas terlihat dari saudara kandung I2 yang mendukung keputusan dan keinginan I2 terkait masa depan I2. (603 – 608) Keintiman terlihat dari tindakan saudara kandung I2 yang menunjukkan kerinduannya terhadap I2, serta perasaan terharu I2 sebagai reaksi terhadap tindakan tersebut. (608 – 620)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641
Minggu malam tuh Kristo nge-upload fotoku sama Mas Bondan di Instagram terus bilang “aku akan rindu mereka”. Kemarin cerita waktu di perpustakaan, “Aku tuh ya, waktu kemarin Minggu Mas Bondan pulang aku tuh nggak tidur di kos lho.” “Lha ngopo?” “Lha, sepi tho yo. Marakke kangen.” Kan rasane, aduh, bocahe iki. Aku merasa terharu. Pas Kristo tahu kamu mau ke Surabaya, dia reaksinya gimana? Oh, ya boleh, ya setuju. Malah kemarin, aku ngomong sama ibu tho, aku pengen nikah. Kan aku udah selesai kuliah, udah bisa kerja, lha aku tuh pengen nikah. “Bisa nikah kapan, Bu?” Terus kata ibu, “Ya, 2018 yo, bar Kristo rampung kuliah.” Nah, Kristo tuh malah bilang, “Ojo, Bu. 2016 aja, Bu, selak tuo Mas Bondan-nya, 31 tahun. Ojo 2018.” Jadi malah Kristo yang mbelani aku. Oh, gitu... Ehm, kamu merasa ada perubahan dalam sikap ibu nggak setelah perceraian? Jelas ada. Ibu tuh dulu sempat kurus. Dulu pernah berantem juga sama ibu, aku lupa masalahnya apa. Aku pernah lihat ibu mau lompat.... Kan kita punya lantai dua, luarnya itu sawah. Ibu sempat mau lompat tuh lho. Kayak mimpi aku kalau cerita kayak gini... Terus sama tetangga dibilangin, “Sing sabar, bu.” Sempat kurus dulu. Sekarang sudah gemuk lagi. Itu pas mau lompat itu... Aku di belakangnya. Aku nangis di belakangnya. “Turun, turun.”
kandungnya akan rindu dengannya dan ia merasa terharu. (608 – 620)
I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya setuju dengan keinginannya untuk pergi ke Surabaya. (621 – 623) I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya mendukung keinginannya untuk menikah tahun 2016 ketika keinginannya bertentangan dengan ibunya. (623 – 629) I2 menyatakan bahwa setelah bercerai, ibu I2 sempat kurus, dan I2 serta saudara kandungnya pernah melihat ibu mereka hampir mencoba untuk bunuh diri. Sekarang ini, I2 mengatakan bahwa ibunya sudah kembali gemuk, sehat, dan senang, serta sedang kuliah. (630 – 648)
126
Solidaritas yang tinggi terlihat ketika saudara kandung I2 membela dan mendukung keinginan I2 ketika I2 berbeda pendapat dengan ibunya. (623 – 629)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669
Kamu cerita ini sama Kristo? Enggak. Kayaknya Kristo juga ada di situ. Kalau ibu sekarang keadaannya gimana? Sehat, sehat dia, baik-baik aja. Lagi senang dia anaknya udah lulus, tapi terus ada lagi masuk kuliah. Kan ibu juga kan lagi kuliah, jadinya sama-sama kuliah. Membiayai dua juga akhirnya. Kalau sama bapak, masih komunikasi? Iya, tapi cuma kalau minta duit sih, tapi nggak pernah dikasih. Kayak kemarin, baru kemarin, aku minta duit buat benarin laptop, aku bilang aku butuh duit segini. Terus bapak tuh bilang gini, “Wah, nggak ada eh, bapak tuh sampai malu kalau Rina minta uang, bapak nggak pernah punya uang, soalnya bapak juga lagi mepet.” Terus aku balas, “Ya udah, nggak apa-apa, Pak. Nggak sekarang juga nggak apa-apa, kalau memang lagi mepet.” Tiba-tiba bapak balasnya gini, “Iya, Rin, makasih ya, Rin. Bapak bangga sama Rina. Bapak minta maaf ya bapak buat salah.” Terus aku balas, “Iya, Pak, nggak apa-apa. Bapak nggak minta maaf juga Rina udah maafin, yang penting Bapak di sana sehat-sehat aja.” Kayak gitu. Kalau ketemu itu terakhir kapan? Kalau benar-benar lihat wujudnya, ketemunya tuh 2011. Dia datang ke sini, duduk di sini. Bawa anaknya juga, namanya Nayla sama siapa gitu... Agak lucu sih ngelihatnya. Soalnya anak-anaknya bapak yang dari ibuibu kan udah gede, kuliahnya udah mau selesai, dia
I2 menyatakan bahwa komunikasinya dengan bapaknya hanya sekedar untuk meminta uang. (649 – 651) I2 menyatakan bahwa ia sudah memaafkan bapaknya dan menginginkan agar bapaknya dalam keadaan yang sehat. (651 – 663)
I2 menyatakan bahwa ia terakhir bertemu bapak dan keluarga barunya pada tahun 2011. I2 masih mengabari bapaknya mengenai kejadian-kejadian penting dalam hidupnya seperti sidang skripsi dan wisuda.
127
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697
nggak perlu nguliahin lagi kan. Sekarang dia harus nyekolahin lagi dari kecil kan, dari nol lagi kan. Ya biar lah, orang dia yang menanam, dia yang menuai. Masih berhubungan berarti ya? Masih, kemarin juga aku wisuda aku kasih tahu bapak. “Aku wisuda lho, Pak. Aku mau sidang lho, Pak.” Terus dia bilang, alhamdulillah. Bapak kan sekarang Muslim, dulu Kristen sama ibu. Jadi keluarga kami tuh dulu bapak tuh Kristen, ibu Katolik, semua anaknya Katolik. Tapi terus bapak pisah sama ibu, sama istri yang barunya jadi Muslim. Terus kamu merasa bapak sikapnya berubah nggak setelah pisah? Ya jelas lah. Orang nggak pernah ketemu. Tapi terakhir kali ketemu bapak itu tuh rasanya kayak ketemu orang lain gitu. Nggak yang bapak, sosok bapak yang aku kenal dulu, enggak. Kayak ketemu orang lain, tapi ya tetap senang lah ketemu bapak. Beda lah auranya juga kan beda. Bapakku kok nggak sehangat dulu, dingin. Masa aku ketemu bapak cuma buat minta uang? Kan nggak lucu, itu kan bapakku juga, maksudnya aku kan juga butuh kasih sayang, aku juga butuh masukan. Sementara Kristo kayaknya nggak begitu dekat sama bapak? He em, he em. Kalau sama ibu, kamu merasa lebih dekat kamu atau... Kristo, Kristo. Kerasanya lho, tapi yo wis lah, kalau
(664 – 680)
I2 menyatakan bahwa sikap bapaknya berubah setelah bercerai, dan bapaknya menjadi sosok yang dingin. (681 – 690)
I2 menyatakan bahwa ia membutuhkan kasih sayang dan masukan. (690 – 691) I2 menyatakan bahwa saudara kandungnya tidak dekat dengan bapak. (692 – 694) I2 menyatakan bahwa ia merasa ibunya lebih
128
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725
memang ibu lebih dekatnya sama Kristo, yo wis, rapopo. Aku juga nggak, ya butuh sih kasih sayang, tapi udah bisa hidup sendiri. Kalau emang Kristo yang butuh perhatian lebih ya nggak apa-apa. Gitu. Dulu pas masa perpisahan, ibu suka cerita nggak sih ke kamu atau ke Kristo? Tentang masalahmasalahnya. Iya, dia cerita, dulu awal-awal suka cerita. Jadi dia membuat anak-anaknya mengerti keadaannya dia. Kayak gini, kenapa ibu sekarang jadi kayak gini. Akhir-akhir ini jadi lebih intens malah, karena aku udah selesai kuliahnya juga. Dia bilang, “Ibu ki ngene, Rin, ibu ki ngene, Rin. Ngerti dewe tho, Rin? Nek ibu ki kerjo dewe nggo nguripi Kristo.” Kayak gitu-gitu. Lebih sering cerita masalah keuangan sih lebih tepatnya. Kita samasama kekurangan jadi dia suka cerita. Iki duite nggo iki, iki duite nggo iki. Tapi untuk lebih detail masalah keuangannya sih dia nggak cerita, misalnya gajiku segini lho. Kayak gitu enggak, paling secara tersirat. Itu lebih sering cerita ke kamu atau ke Kristo? Kayaknya ke dua-duanya. Makanya Kristo kan kalau mau minta uang ke ibu jadi agak gimana. Dari yang kamu lihat, hubungan ibu sama bapak tuh kayak gimana? Nggak tahu, nggak bisa di-ini-in, soalnya nggak pernah berkomunikasi lagi. Tapi ibu tuh tetap nggak apa-apa kalau aku menghubungi bapak. Ibu sih udah nggak ada rasa, kata ibu sih udah mati rasanya. Suka aku godain
dekat dengan saudara kandungnya, tetapi ia dapat menerima hal tersebut. (695 – 701)
I2 menyatakan bahwa ibunya sering menceritakan masalahnya kepada kedua anaknya. (702 – 719)
I2 menyatakan bahwa kedua orangtuanya sudah tidak berkomunikasi, namun ibunya memperbolehkannya berkomunikasi dengan bapaknya. (720 – 725)
129
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751 752 753
juga. Kan di depan rumah tuh ada polisi tidur, jadi kalau ada mobil lewat harus memelan dulu. Kalau ada mobil datang, “Kae lho, bapak bali, bapak bali.” Sama Kristo juga suka digodain. Terus ibu tuh cuma, hmm. Ya lagian ibu diam aja kok kalau digodain. Ibu nggak pernah marah? Enggak. Terus hubungan ibu sama keluarga barunya bapak gimana? Nggak tahu, sama sekali enggak berhubungan. Mantan suaminya istrinya bapak yang baru tuh kan meninggal. Ibu njuk kan merasa empati, “Wah, mesakke yo ditinggal.” Tapi nggak pergi layat, enggak. Sebenarnya pernah ketemu istrinya bapak nggak? Pernah, waktu itu aku kelas 6 SD. Bapak tuh kangen sama aku, tapi yang datang ke SD tuh malah istri barunya. Terus istri barunya itu nanya, aku mau apa dari bapak. Aku bilang aku mau boneka Barbie, gitu. Terus tiba-tiba ibu datang mau jemput. Ketemu lah mereka, ibu sama istri barunya bapak. Ibu mungkin masih emosi, baru ditinggal bapak. Ibu langsung ngusir, “Pergi kamu! Pergi, jangan ganggu anakku!” Istri barunya cuma diam aja. Aku bingung tho. Terus aku turun, ikut ibu pulang. Menurut kamu, setelah bercerai itu bapakmu ada tanggung jawabnya nggak? Tanggung jawabnya apa ya... Ya paling cuma kalau minta uang, tapi nggak pernah dikasih. Kayak itu kan, motornya yang dipakai Kristo sekarang kan motornya
I2 menceritakan bahwa ia dan saudara kandungnya sering menggoda ibunya dan ibunya tidak pernah marah. (725 – 732)
I2 menyatakan bahwa ibunya tidak berhubungan dengan keluarga baru bapaknya. Ibu S1 juga memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan istri baru bapaknya. (733 – 748)
I2 merasa bahwa bapaknya tidak bertanggung jawab setelah bercerai. (749 – 761)
130
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774 775
bapak. Itu pajaknya mau habis. Terus aku sama Kristo itu SMS bapak tiap hari, setiap pagi lho aku sama Kristo berusaha. Tapi nggak pernah dibalas. Nggak ada responnya. Nggak ngerti, sekarang mangkir kalau kita minta uang, alasannya bermacam-macam. Kalau selain finansial mungkin, ada tanggung jawabnya nggak? Enggak. Kamu berhubungan sama istri barunya bapak nggak? Enggak. Kalau buat ngobrol gitu juga nggak nyaman, beda. Walaupun dia baik, walaupun dia pernah nangis. Dulu pernah SMA dia datang ke sekolahku, terus dia nangis-nangis minta maaf sama aku. Aku malah, “Iki ngopo tho uwong kok malah nggresehi?” Malah njijiki kae lho, minta maaf segala, sampai nangis segala. Yo nek ngerti kamu salah yo ojo diteruske tho istilahnya. Dia bilang dia sayang sama bapak, dia juga sayang sama aku, terus dia maunya gini. Aku cuma diam aja sih, cuma tak lihatin. Habis itu nggak ada komunikasi lagi.. Oh, gitu ya... Oke, itu dulu ya. Terima kasih waktunya.
I2 menyatakan bahwa ia dan istri baru bapaknya tidak saling berkomunikasi. (762 – 773)
131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 2 Tema Utama
Nomor Verbatim
Keintiman:
Berkomunikasi hampir setiap hari
I1 tidak terbuka dengan I2
I1 menceritakan masalah dan kesehariannya kepada I2
I2 menceritakan masalah dan kesehariannya kepada I1
Bertemu beberapa kali dalam seminggu
(189), (198 – 202), & (424 – 425) (189 – 192) & (595 – 596) (192 – 197), (225 – 226), (278 – 281), (501 – 504) (194 – 196), (278 – 279), (303), & (501 – 502) (218 – 221), (223), (246 – 250), (581 – 584), & (608 – 620)
I2 merasa senang ketika bertemu I1
(269 – 275)
I2 mempersepsikan I1 secara positif
(313 – 314), (319), & (519 – 521)
I2 berkeinginan untuk berinteraksi di
(600 – 602)
masa depan
I1 mampu menenangkan I2
(514- 521)
I2 merasa dekat dengan I1
(514)
I2 merasa diperhatikan oleh I1
I2 merasa disayang oleh I1
I2 takut ditinggalkan oleh I1
Berpergian bersama
(596 – 597) (307) (509 – 512) (223), (237 – 238), & (584)
Konflik yang rendah:
I2 mempersepsikan I1 secara negatif
Jarang bermasalah
(322), (327), & (349 – 350)
I1 mengalah
(360 – 361) & (364 – 365)
I2 mengalah
(360 – 361) & (364 – 365)
Perlakuan berbeda dari orangtua
(372 – 373) & (377 – 379)
I2 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda dari orangtua
(317)
(374), (379 – 384), (388 – 389), (402 – 404), & (697 – 701)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penyelesaian masalah yang cepat
133
(320 – 322), (353 – 357), & (362 – 363)
Konflik ringan
(319 – 322), (325), & (332)
Solidaritas:
I2 merasa dilindungi oleh I1
(303)
I2 merasa didukung oleh I1
(482), (501), & (508 – 509)
I2 memberikan solusi untuk masalah I1
(411 – 412), (446 – 447), & (557 – 561)
I1 memberikan solusi untuk masalah I2
I2 bertindak ketika I1 mempunyai masalah
I1 bertindak ketika I2 mempunyai
(310 – 312) & (490 – 491) (421- 422), (426 – 439), & (541 – 557) (304 – 307)
masalah
I2 merasa ingin membantu I1
I2 berusaha menjadi contoh yang baik
(408) & (411) (465 – 471)
untuk I1
I1 mendukung I2 dengan kehadirannya
(482 – 484) & (491 – 492)
pada momen-momen penting
I1 mendukung keinginan dan keputusan I2
(623 – 629)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TEMA UTAMA RELASI A Tema Utama Keintiman
Sub Tema
Informan 1
Informan 2
(65 – 71)
Perasaan saling memahami I1 lebih sering bersama teman-teman
(134) & (149 – 152)
I2 lebih sering bersama teman-teman
(173 – 178)
Berkomunikasi hampir setiap hari
(184 – 196)
(189), (198 – 202), (424 – 425)
(201 – 206), (226 – 229), & (234 – 235)
(192 – 197), (225 – 226), (278 – 281),
I1 menceritakan masalah dan kesehariannya
& (501 – 504)
pada I2
(194 – 196), (278 – 279), (303), &
I2 menceritakan masalah dan kesehariannya
(501 – 502)
kepada I1 (207 – 210)
Durasi pertemuan satu jam hingga seharian penuh Bertemu beberapa kali dalam seminggu
(211 – 218) & (428 – 434)
(218 – 221), (223), (246 – 250), (581 – 584), & (608 – 620)
(222 – 223)
I1 merasa senang ketika bertemu I2
(269 – 275)
I2 merasa senang ketika bertemu I1 (232 – 233)
I1 mempersepsikan I2 secara positif
(313 – 314), (319), & (519 – 521)
I2 mempersepsikan I1 secara positif I1 merasa nyaman untuk berinteraksi I1 berkeinginan untuk berinteraksi di masa
(236 – 238), (280 – 281), & (286) (421 – 422) & (425 – 427)
depan
134
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(600 – 602)
I2 berkeinginan untuk berinteraksi di masa depan I1 tidak terbuka dengan I2
(189 – 192) & (595 – 596)
I1 mampu menenangkan I2
(514- 521) (297 – 298)
I1 merasa dibimbing dan dirawat oleh I2 I2 merasa dekat dengan I1
(514) (596 – 597)
I2 merasa diperhatikan oleh I1 I2 merasa disayang oleh I1
(307) (509 – 512)
I2 takut ditinggalkan oleh I1 (239 – 242)
I1 menjaga suasana hati I2 Konflik yang
I1 memukul I2
rendah
I1 mempersepsikan I2 secara negatif
(89 – 94) & (301 – 305) (308 – 310)
I2 mempersepsikan I1 secara negatif
(317)
Jarang bermasalah
(301 – 302) & (311 – 316)
(322), (327), & (349 – 350)
I1 mengalah
(326 – 327) & (330 – 332)
(360 – 361) & (364 – 365)
I2 mengalah
(332)
(360 – 361) & (364 – 365)
(341 – 350)
(372 – 373) & (377 – 379)
Perlakuan berbeda dari orangtua I1 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda
(364 – 366) & (369 – 370)
dari orangtua (374), (379 – 384), (388 – 389), (402 –
I2 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda
404), & (697 – 701)
dari orangtua
135
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(388 – 340)
Penyelesaian masalah yang cepat
(320 – 322), (353 – 357), & (362 – 363)
Solidaritas
(72 – 75)
I2 tidak melakukan apapun ketika I1 merasa takut dengan perceraian I1 memberikan solusi untuk masalah I2
(243 – 248)
(310 – 312) & (490 – 491)
I2 memberikan solusi untuk masalah I1
(282 – 283) & (292 – 296)
(411 – 412), (446 – 447), & (557 – 561)
(263 – 267)
I1 bertindak ketika I2 mempunyai masalah
(304 – 307) (421- 422), (426 – 439), & (541 – 557)
I2 bertindak ketika I1 mempunyai masalah (268 – 275)
I1 ikut merasakan apa yang I2 rasakan terhadap orang lain I2 merasa dilindungi oleh I1
(303)
I2 merasa didukung oleh I1
(482), (501), & (508 – 509)
I2 merasa ingin membantu I1
(408) & (411) (465 – 471)
I2 berusaha menjadi contoh yang baik untuk I1
(482 – 484) & (491 – 492)
I1 mendukung I2 dengan kehadirannya pada momen-momen penting
(623 – 629)
I1 mendukung keinginan dan keputusan I2
136
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 3 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Verbatim Mungkin, mulai dengan ini aja ya, kamu coba ceritakan sedikit tentang diri kamu... Identitas ya? Nama... Nama panjang, BPP. Apa lagi? Lahir? Lahir, Jogja, 9 Agustus 1994. Usia 24, eh 24! 20. 20 tahun. Sekarang kesibukannya apa? Aktivitasnya apa? Kesibukannya kuliah. Aktivitas ya... Sepedaan, ya itu sih. Bisa ceritakan sedikit tentang keluarga kamu? Orangtuaku udah cerai. Di rumah, aku tinggal sama kakak sama ibu, terus sama budhe juga, sama simbah, ada keponakan. Banyak sih. Anak kos. Kamu punya berapa saudara kandung? Satu. Bisa dideskripsikan sedikit? Cowok. Udah lulus kuliah, barusan sih. Umurnya 24 tahun. Namanya AHS. Udah, gitu aja. Oke... Kalau boleh tahu, kapan orangtua kamu bercerai secara resmi? Secara resmi kapan ya? Sekitar empat tahunan apa tiga tahunan yang lalu. Sekitar segitu, lupa aku. Terus prosesnya itu gimana? Ada sidangnya? Iya, sidang. Lalu prosesnya bagaimana?
Transformasi I3 menceritakan sedikit tentang dirinya. (1 – 13)
I3 menceritakan sedikit tentang saudara kandungnya, yaitu seorang kakak laki-laki yang berusia tiga tahun lebih tua. (14 – 18)
I3 menyatakan bahwa orangtuanya bercerai sekitar empat tahun yang lalu. (19 – 23)
I3 menyatakan bahwa ia tidak diperbolehkan menghadiri sidang perceraian orangtuanya, tetapi memahami keputusan akhir dari
137
Interpretasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Itu, aku nggak boleh ikut sama ibu. Tapi kamu paham ketika proses itu terjadi? Ngerti lah... Tapi nggak boleh ikut sidangnya. Kamu ngerti kelancaran atau hambatan prosesnya nggak? Nggak tahu sih, dari sidangnya nggak tahu. Yang aku pahami cuma keputusannya terakhiran sih, kesimpulannya. Terus ketika orangtuamu memutuskan untuk berpisah, perasaan apa yang kamu rasakan? Sedih pasti ya. Kecewa juga sih. Bingung juga. Kok bisa? Tapi selama berapa tahun gitu... Jadi nyembunyiin dari anak-anaknya. Udah lama sih nggak akur sebenere, tapi baru aku umur, udah gede lah hitungannya, baru dibilang gitu. Oke, jadi kamu perasaan bingung dan kecewanya menurutmu gara-gara apa? Karena kaget aja, nggak tahu apa-apa. Saat itu kamu menyikapi perceraian itu seperti apa? Yo, diam aja sih. Itu kan keputusannya orangtua juga. Kalau orangtua senang ya ikut senang aja lah. Kamu saat itu kalau merasa nggak setuju atau gimana sama keputusan orangtuamu, kamu sampaikan nggak? Yo aku sampaikan sih, tapi ya wes lah mau gimana lagi. Terus saat itu kamu melihat kakakmu menyikapi perpisahan seperti apa? Kalau kakakku sih sebenare udah tahu lama, jadi dia
sidang. (23 – 33)
I3 merasa sedih, kecewa, bingung, dan kaget dengan perpisahan orangtuanya, karena orangtua I3 menyembunyikan konflik pernikahan dari I3. (34 – 43)
I3 merasa tidak setuju dengan perpisahan orangtuanya, tapi ia kemudian merasa bahwa orangtuanya senang sehingga ia lebih baik ikut senang. (44 – 50)
I3 menyatakan bahwa saudara kandungnya sudah mengetahui konflik orangtuanya lebih dulu daripada dirinya. (51 – 58)
138
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
udah mendam juga sebenare, udah mendam nggak bilang siapa-siapa, cuma duluan kakakku daripada aku. Kakakku ya udah gede duluan kan, jadi dia dikasih tahu dulu, baru aku. Jadi dia ya cuma, ya udah tahu duluan sih. Nggak tahu dulunya gimana. Kamu melihat kakakmu ada perubahan sikap nggak setelah perceraian? Ada. Ya lebih sering keluar rumah lah, jarang di rumah. Kalau ada di rumah ya cuma ngapain. Seringnya kayak gitu, lebih nggak ketemu sama orangtua dulu. Kalau kamu sendiri? Ya enggak sih. Kan masih sekolah, masih SMA. SMA kadang dijemput sama bapak, ya masak mau nggak pulang, kan dijemput sama bapak. Pulang ya pulang aja. Di rumah ya... Biasa. Orangtuamu mulai pisah rumah kapan? Persis setelah keputusan. Resminya sesudah sidang, terus pisah rumah. Kamu sendiri memahami alasan mereka bercerai nggak? Paham. Ya... Kalau misale bapak maunya kayak gitu yo wes, karena ulahnya ibu juga sih kayak gitu, jadi menurut bapak udah nggak kuat lagi kan, ya udah langsung gitu aja. Udah nggak tahan. Kamu tahu alasannya dari mana? Diceritain ibu sama bapak sendiri. Ibu juga jujur aja. Mendengar itu kamu sempat menyalahkan orangtuamu nggak?
I3 menyatakan bahwa saudara kandungnya menghindari bertemu orangtua dan jarang berada di rumah setelah perceraian. (59 – 63)
I3 menyatakan bahwa ia tetap bertemu orangtuanya seperti biasa setelah perceraian meskipun sudah berpisah rumah. (64 – 71)
I3 memahami bahwa orangtuanya bercerai karena ayahnya sudah tidak tahan dengan ulah ibunya. I3 diceritakan langsung oleh kedua orangtuanya. (72 – 79)
I3 sempat menyalahkan orangtuanya atas perceraian. (80 – 83)
139
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
Ya, sempat, ya cuma, ya langsung nangis gitu lah pokoke, tapi yo wes lah. Kamu dan kakakmu memutuskan ikut ibu itu keputusanmu sendiri atau perundingan dengan kakakmu atau keputusan pengadilan atau gimana? Aku juga nggak tahu sih. Kan rumah di situ, yang pergi itu bapak. Aku kadang ke ibu, kadang ke bapak. Sama aja cuma bagi waktu aja. Jadi keputusanku sendiri, nggak disuruh bapak nggak disuruh ibu. Nggak disuruh kakakmu juga? Enggak. Pas kamu merasa kecewa dan bingung, kamu cerita nggak sih ke kakakmu? Cerita. Terus dia menanggapinya seperti apa? Menanggapinya yo dia juga cerita sih. Cerita dari dulu pertama dia ngerti diceritain dari bapak sama ibu, ya dia udah bilang dulu. Ya sehabis di perceraian itu dia ceritanya. Ya sama-sama ngertiin aja. Pas itu kakakmu menceritakan dia punya perasaan yang sama seperti kamu nggak? Iya. Ada perubahan di kamu nggak setelah bercerita ke dia? Ya, lega. Oke. Pas itu kan kamu masih kelas 1 kelas 2 SMA, setelah perceraian itu sekolahmu gimana? Biasa aja, nggak nakal. Nilai stabil, ya sempat menurun
I3 menyatakan bahwa keputusan untuk tinggal bersama ibu merupakan keputusannya sendiri. (84 – 92)
I3 dan saudara kandungnya saling menceritakan kebingungan dan kekecewaannya masing-masing atas perceraian, dan berusaha saling mengerti. (93 – 103)
Keintiman terlihat dari I3 dan saudara kandungnya yang saling menceritakan kekecewaan dan kebingungan masingmasing. (93 – 100) Keintiman terlihat dari I3 dan saudara kandung yang berusaha saling memahami. (100 – 103)
I3 merasa lega setelah bercerita pada saudara kandungnya. (104 – 106) I3 menyatakan bahwa nilainya sempat menurun dan ia menjadi sering bolos, tetapi tidak menjadi nakal. (107 – 113)
140
Keintiman terlihat ketika I3 mendapatkan kelegaan setelah bercerita pada saudara kandungnya. (104 – 106)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
sih. Normal. Sekolah, ya udah. Sama teman. Nggak tak pikirin. Jadi suka bolos nggak? Bolos iya, nakal enggak. Ya... Sering bolos sih. Ada perasaan malas ke sekolah gitu nggak? Ada. Nggak tahu ya faktor perceraian apa bukan, tapi mau ngapa-ngapain jadi malas aja gitu. Kamu pas SMA itu, kamu punya banyak teman kah? Teman dekat ada. Terus hubunganmu sama teman-teman gimana? Biasa aja, masih sering pergi. Merasa bisa cerita sama mereka nggak? Nggak cerita sih, tapi kalau ada yang nanyain jawab aja. Nggak cerita duluan. Kamu sempat berada dalam fase minder ke sekolah gitu nggak sih? Kan biasanya suka kayak gitu kalau orangtuanya baru cerai. Sempat, sempat. Bentar doang tapi, nggak lama. Seminggu dua minggu lah, nggak sampai sebulan. Mindernya lebih karena apa? Malu. Efeknya gimana ke sekolah? Ya bolos itu... Yo malas aja. Kalau ketemu teman, nanti ada yang tahu, harus cerita kalau ada yang nanyain. Kamu cerita sama kakakmu nggak kalau kamu malu sama teman-teman? Enggak. Kalau kakakmu sendiri, dia udah kuliah ya pas itu,
I3 merasa malas untuk melakukan apa-apa setelah perceraian. (114 – 116) I3 dan teman-temannya tetap sering bertemu setelah perceraian. Akan tetapi, I3 tidak pernah bercerita pada teman-temannya jika tidak diminta. (117 – 121)
I3 sempat merasa minder dan malu untuk ke sekolah. (124 – 136)
Keintiman yang kurang terlihat dari I3 yang tidak menceritakan perasaannya kepada saudara kandungnya. (134 – 136) I3 menyatakan bahwa ia tidak mengetahui
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
nilainya dia gimana? Nggak tahu nilainya dia. Kalau kuliahnya gimana? Setahuku sih kuliah tapi nggak tahu sampai kampus apa enggak. Terus dia sama teman-temannya gimana? Tetap baik. Sama, masih sering pergi sama teman-teman. Ini kan sudah berlalu beberapa tahun... Kamu termasuk cukup sering berinteraksi dengan kakakmu atau enggak? Cukup. Sesering apa ya... Dikit-dikit diskusi lah pokokmen. Walaupun jauh, tetap SMS. Apapun cerita sama kakakku lah kalau sekarang. Sejak kapan itu? Sejak ditinggal sama ibu sama bapak itu. Sering ngobrol bareng, sering keluar bareng. Biar tahu aja perasaannya dia. Komunikasinya setiap hari nggak? Setiap hari, pasti. Tatap muka juga? Setiap hari juga. Tapi kadang-kadang dia nggak pulang berapa hari gitu sih. Kalau dia lagi pergi juga pasti kontak. Kalau kalian kontak biasanya untuk kebutuhan apa? Ya cuma bercandaan aja sih... Atau kadang cuma nanya, kondisinya gimana di sana sekarang? Ya gitu gitu lah. Kamu kalau pergi sama kakakmu itu rata-rata sesering apa? Dan untuk ngapain? Soalnya kan
kondisi akademis saudara kandungnya. (137 – 142)
I3 menyatakan bahwa saudara kandungnya tetap bepergian dengan teman-teman. (143 – 144)
Keintiman tampak dari I3 yang sering berinteraksi dengan saudara kandungnya, I3 dan saudara kandungnya sering yaitu komunikasi setiap hari meskipun berinteraksi semenjak perceraian. (145 – 154) terkadang tidak tatap muka. (145 – 160)
I3 dan saudara kandungnya berkomunikasi setiap hari. (155 – 163)
I3 dan saudara kandungnya terkadang bepergian bersama. (164 – 169)
142
Keintiman tampak dari I3 dan saudara kandungnya yang berinteraksi untuk sekedar bercanda atau menanyakan kabar. (161 – 163)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
kalian udah serumah. Nggak sering sih, ya kadang pengen main ke mana gitu, pas waktu luang. Apa nggak yang pergi agak jauh gitu. Kalau pas ada balapan di luar kota gitu, ya bareng. Kamu katanya dikit-dikit diskusi, apa aja sih yang jadi bahan diskusi kalian? Apa ya... Masalah hobi, pasti. Sepedaan itu. Banyak lah pokokmen. Dia baru habis ngapain, ceritain. Dia ketemu sama siapa, ceritain. Ya ngobrol-ngobrol biasa gitu. Ya ngobrol dari hal-hal paling nggak penting sampai yang penting. Dia juga cerita sama kamu hal-hal penting? Hmm, nggak tentu sih. Kadang. Kamu merasa bisa menceritakan apapun ke kakakmu? Iya, bisa. Oke. Kalau boleh tahu, apa sih yang bikin kamu mau bercerita sama dia? Aku lebih dekat ke kakakku sih. Jadi kalau mau cerita apa-apa malah plong. Dia bisa kasih solusi. Dia bilang apa, yo wes, diterimo wae. Yo lebih kayak... Yo dekat banget lah. Ngasih saran-saran apa. Daripada teman, ya lebih dekat. Kamu sebelum bercerita sama dia, punya ekspektasi akan mendapatkan feedback seperti apa dari kakakmu? Kasih solusi. Ya cuma pengen ngomong aja, biar aku nggak terlalu banyak beban pikiran aja.
Keintiman tampak dari I3 dan saudara kandungnya yang terkadang pergi bersama. (164 – 169) I3 dan saudara kandungnya bercerita tentang sepeda, cerita sehari-hari, dan hal-hal penting lainnya. (170 – 178)
Keintiman terlihat dari I3 dan saudara kandungnya yang selalu berdiskusi tentang banyak hal. (170 – 178)
I3 dapat terbuka dengan saudara kandungnya karena ia mendapatkan kelegaan dan solusi dari saudara kandungnya yang membuat mereka menjadi lebih dekat. (179 – 188)
Keintiman terlihat ketika I3 selalu bercerita pada kakaknya. (179 – 181)
I3 bercerita kepada saudara kandungnya karena ingin meringankan beban pikiran dan mencari solusi. (189 – 193)
Keintiman tampak dari I3 yang merasa lebih dekat dengan saudara kandungnya dibandingkan dengan orang lain. (182 – 188) Solidaritas tampak dari saudara kandung I3 yang mampu memberikan solusi untuk masalah I3 dan I3 yang bersedia menerima solusi tersebut. (185 – 186) Keintiman terlihat dari kenyamanan yang diberikan oleh saudara kandung I3 kepada
143
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
Dan feedbacknya dia seperti apa biasanya? Yo diterima aja sih, diajakin ngobrol aja terus gitu. Kamu merasa memang beban pikiranmu hilang setelah ngobrol sama dia? Ya, berkurang sih. Kan nyaman gitu berceritanya. Kalau dia kasih solusi, kamu terima? Iya. Nggak selalu aku terima, dipikir lagi. Kalau dia yang cerita punya masalah, kamu menanggapinya gimana? Ya, gimana ya. Jarang sih dia cerita punya masalah. Dia cerita tentang masalahnya tuh jarang. Dia baru ngapain ya cuma bilang thok. Aku dengarin aja. Aku belum nanggapin dia udah pergi lagi. Terakhir dia minta saran ke kamu kapan? Pernah? Pernah, pernah. Tapi nggak ingat, udah lama. Sekarang cuma cerita sehari-hari aja sih seringnya. Kalian kalau sekali ketemu tatap muka buat ngobrol, bisa berapa lama? Sejam dua jam lah sekali ngobrol. Itu sehari bisa beberapa kali. Kamu lebih baik cerita ke kakakmu daripada orangtuamu? Iya, daripada ke teman-teman juga mending cerita sama kakakku. Kamu sama kakakmu sering berkonflik nggak? Nggak sering sih. Kadang kalau bercandaan, kadang kelewat sedikit. Jadi, bisa dibilang jarang bermasalah?
I3 merasa mendapatkan kenyamanan dari saudara kandungnya dan selalu mempertimbangkan saran dari saudara kandungnya. (194 – 200)
I3 merasa bahwa saudara kandungnya jarang menceritakan masalah-masalahnya. I3 hanya mendengarkan cerita saudara kandungnya dan jarang memberi saran. (201 – 209)
I3. (189 – 198)
Solidaritas terlihat dari I3 yang mau menerima pendapat saudara kandungnya. (199 – 200) Solidaritas terlihat dari I3 yang bersedia mendengarkan cerita saudara kandungnya dan memberi saran ketika memiliki masalah. (201 – 209)
I3 dan saudara kandungnya dapat bercakapcakap selama dua jam sekali bertemu, dengan frekuensi beberapa kali pertemuan setiap harinya. (210 – 213)
Keintiman terlihat dari durasi percakapan I3 dan saudara kandungnya yang berlangsung hingga dua jam dan terjadi beberapa kali dalam sehari. (210 – 213)
I3 lebih memilih untuk bercerita pada saudara kandungnya dibandingkan pada orangtua dan teman-teman. (214 – 217)
Keintiman tampak dari I3 yang merasa lebih nyaman untuk bercerita pada saudara kandungnya dibandingkan pada orang lain. (214 – 217)
I3 dan saudara kandungnya jarang berkonflik. (218 – 222)
144
Konflik yang rendah terbukti dari I3 dan saudara kandungnya yang jarang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249
Jarang, jarang banget. Dalam seminggu nggak mesti. Kalau konflik biasanya karena gimana? Ya cuma pas disuruh ngapain gitu, aku nggak berangkat. cuma diam, tak diamin. Terus dia marah-marah, banting apa. Ya udah tak tinggal pergi. Abis itu ketemu lagi, nggak ingat lagi, udah biasa aja kayak sebelum bertengkar lagi. Biasanya karena hal-hal kecil atau karena sesuatu yang bikin sakit hati? Kalau emang berantem benaran ya karena hal yang bikin sakit hati. Contohnya, kapan tuh... Pas disuruh, aku diam aja. Dia ulang-ulang terus. Terus aku bilang apa, dia sakit hati kayaknya. Ya masalah sama pacarnya gitu. Konflik kalian biasanya berlangsung berapa lama? Sejam paling. Misalnya punya masalah hari ini, malamnya udah beres. Berbaikannya gimana? Ya kadang harus ngobrol berdua benaran, ngobrol gitu. Minta maaf. Terus terakhir kalian berkonflik kapan? Cek-cok gitu. Kapan ya, kalau yang terakhir sih lupa. Kadang hal kecil malah tak buat bercandaan, jadi nggak ngerti itu konflik atau enggak. Dia sakit hati nanti cuma bentak thok, kirain cuma bercandaan. Ya tak jadiin bercandaan. Kan sekarang kamu tinggal sama ibu, tapi sering ketemu bapak. Menurutmu mereka memperlakukanmu secara setara nggak?
I3 dan saudara kandungnya berkonflik karena masalah kecil yang tidak bertahan lebih dari satu hari. Keduanya dapat berbaikan dengan sendirinya atau menyempatkan waktu untuk bicara dan meminta maaf. (223 – 246)
I3 merasa diperlakukan secara sama oleh kedua orangtuanya. (247 – 253)
145
bermasalah. (218 – 222) Konflik yang rendah terlihat dari masalahmasalah kecil yang hanya berlangsung selama satu jam. I3 dan saudara kandungnya bersedia saling meminta maaf. (223 – 246)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277
Sama. Cuma bapak kan jaraknya jauh kan, jadi jarang ketemu, ketemunya pas aku ke sana, atau pas mampir ke dekat rumah. Atau pas ada acara, cuma gitu doang. Nggak pernah mau ke rumah kalau bapak. Terus mereka memperlakukan kamu dan kakakmu secara sama nggak? Maksudnya, apa kamu merasa ada perbedaan perlakuan dari orangtua, mungkin ngerasa ada yang lebih disayang atau apa? Nggak, sama aja sih. Dari ibu sih kayaknya mikirnya, lebih pilih kasih ke aku. Katanya kakakku sih. Kakakku yang ngomong, kalau aku sih nyantai wae. Aku nggak ngerasa. Terus kamu nyikapinnya gimana? Nggak ngomong apa-apa. Ada masalah karena itu nggak? Enggak. Terus ketika kakakmu cerita punya masalah, habis diapain sama orang gitu misalnya, muncul perasaan apa di kamu? Ya cuma jadi pendengar aja sih. Nggak perlu ngasih tahu, dia udah gede juga. Dia udah bisa mikir sendiri. Tapi kalau dia dijahatin sama orang ya aku ikut sebal. Pernah kayak gitu atau sering? Sering. Terus kalau kamu ikut sebal, apa yang kamu lakukan? Ya orang itu aku ajak ngomong, kalau emang bikin sebal benaran. Kalau cuma karena sifat ya enggak, tapi kalau
I3 menyatakan bahwa saudara kandungnya merasa bahwa ibu mereka lebih menyayangi I3, meskipun I3 tidak merasa begitu. (254 – 261)
Konflik yang rendah terbukti dari I3 dan saudara kandungnya yang tidak berkonflik meskipun saudara kandung I3 merasakan perlakuan yang berbeda dari ibu mereka. (253 – 265, 305 – 308)
I3 dan saudara kandungnya tidak bermasalah karena perlakuan yang berbeda tersebut. (262 – 265) I3 ikut merasa sebal dengan orang yang bermasalah dengan saudara kandungnya. Terkadang I3 akan mengajak bicara orang tersebut. (266 – 278)
Solidaritas tampak dari I3 yang ikut merasa terganggu dengan orang yang bermasalah dengan saudara kandung I3. (266 – 273)
Solidaritas terlihat dari I3 yang bersedia membantu saudara kandungnya lewat tindakan nyata. (274 – 278)
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305
dia ngapain kakakku ya aku ajak ngomong. Kamu merasa kamu dan kakakmu itu saling mensupport nggak? Saling support. Kalau dari kamu sendiri, kamu mendukung dia dalam wujud apa? Ya wujud, misale, opo ya... Dia tuh baru suka apa, ya aku dukung aja. Dia mau cari apa, mau beli apa, ya diiyain aja. Contoh nyatanya kayak apa? Kayak dia pengen ikut sepedaan, dia nggak punya sepeda. Ya aku bantu, aku bantu beli. Tak cariin barang. Nemanin dia beli juga. Nyemangatin gitu lah kalau dia punya kesukaan. Kalau dia mendukung kamu kayak gimana? Sama sih. Dia pernah beliin aku sepeda, pas dia tahu aku hobi sepeda. Walaupun akhirnya aku jual lagi buat tukar yang lain. Sama dia sih nggak apa-apa. Dalam rangka apa dia beliin sepeda? Nggak tahu, tiba-tiba aja gitu dibeliin sepeda. Kamu punya harapan buat hubungan kamu sama kakakmu ke depannya nggak? Apa ya... Tetap bareng-bareng lah. Jangan sering bertengkar kayak iri opo opo gitu. Kalian sering iri-irian? Pernah. Karena apa biasanya? Karena pilih kasih dari ibu tadi... Walaupun nggak
I3 merasa bahwa ia dan saudara kandungnya saling mendukung lewat kehadiran dan tindakan nyata. (279 – 297)
Solidaritas terlihat dari I3 dan saudara kandungnya yang saling mendukung satu sama lain dalam keinginan maupun hobi. Dukungan keduanya berupa kehadiran, kata-kata penyemangat, dan pemberian barang kesukaan. (279 – 297)
I3 berharap ia dan saudara kandungnya tetap bersama dan tidak bermasalah. (298 – 308)
Keintiman tampak dari I3 yang ingin terus menghabiskan waktu dan rukun dengan saudara kandungnya. (298 – 301)
147
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333
pernah jadi masalah antara aku sama dia, cuma jadi masalah antara dia sama ibu aja. Dia nggak terus sebal sama aku sih. Kalau boleh tahu, kamu melihat ada perubahan dalam sikap ibu kamu setelah perceraian nggak? Ada. Jadi lebih bebas sih. Jadi ke mana aja, sukanya tuh nggak pulang. Kalau ke anak-anaknya? Nggak sih. Cuma dulu jadi jarang ketemu, tapi sekarang udah pindah ke Jogja. Kalau dari bapak ada perubahan sikap nggak? Jadi lebih lembut sama anaknya. Dulu waktu serumah sering marah-marah, sekarang nggak pernah marah. Terus kamu melihat relasi kakakmu dengan ibumu tuh seperti apa? Yo kalau sekarang sih malah... Dulu tuh nggak pernah ngobrol mereka, sekarang lebih sering. Akhir-akhir ini kan mau bikin usaha juga, ya dia minta saran ke ibu. Ngobrol sama ibu. Mau buat usaha apa? Kafe di depan rumah, buat tongkrongan anak-anak juga. Kalau hubungan kakakmu dengan bapak gimana? Kalau sekarang sih tambah dekat. Kalau kamu sendiri sama ibu gimana hubungannya? Kalau sekarang ya ketemu terus, di rumah terus. Ya biasa, dekat lah. Kalau dengan bapak? Agak jauh malah. Kakakku yang jadi dekat sama bapak.
I3 menyatakan bahwa ibunya bersikap lebih bebas setelah perceraian. (309 – 315)
I3 merasa bahwa ayahnya menjadi lebih lembut dan tidak lagi pemarah setelah perceraian. (316 – 318) I3 menyatakan bahwa saudara kandungnya dengan kedua orangtuanya menjadi lebih sering berkomunikasi. (319 – 325)
I3 dan ibunya tetap dekat, sementara hubungan I3 dan ayahnya lebih renggang. (329 – 334)
148
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
334 335 336 337 338 339 340 341 342 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357
Hubungan baik sih masih. Nah, apakah kedua orangtua kamu menikah lagi? Iya. Kalau ibu sebelum cerai udah menikah lagi. Bapak baru setelah cerai... Nggak ada setahun udah menikah lagi. Mereka pacarannya udah lama tapi aku baru tahu setelah cerai. Kamu tahu kayak gitu kamu gimana terus sama orangtuamu? Ya, terima aja. Mempertanyakan sih, kok bisa? Tapi ya udah, sing penting mereka senang. Terus hubunganmu dengan istri baru bapak gimana? Harmonis kah? Jarang ketemu. Kalau ngobrol ya biasa aja. Katanya bapak sih nggak usah pakai “ibu” nggak apa-apa, nggak pakai “mah” nggak apa-apa. “Tante”? Malah “mbak”. Kakakku ke istrinya bapak juga manggilnya “mbak”. Kalau sama suaminya ibu? Jarang ketemu, karena dia kerja di Kalimantan. Kalau ketemu biasa. Kakakku juga gitu. Hubungan ibu sama bapak gimana sekarang? Masih sering SMS-an, masih akur. Oh, gitu ya. Oke, terima kasih waktunya ya, nanti kalau masih kurang data kita janjian lagi ya.
I3 menyatakan bahwa kedua orangtuanya sudah menikah lagi. (335 – 342)
I3 menyatakan bahwa baik dirinya maupun saudara kandungnya jarang bertemu dengan pasangan baru kedua orangtua mereka. (343 – 353)
I3 menyatakan bahwa kedua orangtuanya masih berhubungan baik. (354 – 358)
149
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 3 Tema Utama
Nomor Verbatim
Keintiman:
I3 menceritakan masalah dan kesehariannya kepada I4
I4 menceritakan masalah dan kesehariannya kepada I3
Perasaan saling memahami
I3 merasa nyaman untuk berinteraksi
(93 – 95), (161 – 163), (179 – 181), & (216 – 217) (97 – 100), (101 – 103), (161 – 163), (172 – 178), & (208) (100) (104 – 106), (184 – 185), (192 – 198), & (214 – 217)
Berkomunikasi setiap hari
(148 – 150), (152 – 153), (155 – 156), & (159 – 160)
Bertemu hampir setiap hari
(158 – 159)
Berpergian bersama
(167 – 169)
I3 merasa dekat dengan B
Durasi setiap percakapan sekitar dua jam
(184) & (186 – 188) (212 – 213)
dan terjadi beberapa kali dalam sehari
I3 berkeinginan untuk berinteraksi di
(300 – 301)
masa depan
I3 tidak terbuka dengan I4
(134 – 136)
I3 ingin memahami perasaan I4
(153 – 154)
Konflik yang rendah: (218 – 222)
Jarang bermasalah
Penyelesaian masalah yang cepat
I3 mengalah
(239 – 240)
I4 mengalah
(239 – 240)
Perlakuan berbeda dari orangtua
I3 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda dari orangtua
(226 – 228) & (236 – 237)
(258 – 260) & (305 – 308) (260 – 265)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
I4 tidak mempermasalahkan perlakuan
151
(305 – 308)
berbeda dari orangtua
Konflik ringan
(231 – 234) & (243 – 246)
Solidaritas:
I3 merasa didukung oleh I4
(279 – 281)
I3 memberikan solusi untuk masalah I4
(201 – 209)
I4 memberikan solusi untuk masalah I3
(185)
I3 bersedia menerima pendapat I4
(185 – 186) & (199 – 200)
I3 tidak suka dengan orang yang
(269 – 273)
memperlakukan I4 secara buruk
I3 bertindak ketika I4 mempunyai
(276 – 278)
masalah
I3 mendukung I4 dengan kehadirannya
(288 – 290)
I4 mendukung I3 dengan kehadirannya
(293 – 297)
I3 mendukung keinginan dan hobi I4
(284 – 286) & (291)
I4 mendukung keinginan dan hobi I3
(293)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 4 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Verbatim Selamat sore... Mungkin bisa dimulai dengan mas menceritakan tentang dirinya? Dimulai dengan, eh... Nama saya AHS, umur saya duapuluh... Duapuluh empat tahun. Terus apa lagi ya? Saya tinggal di Jogja. Saya anak pertama dari dua bersaudara, lalu... Udah itu aja. Oke, anak pertama dari dua bersaudara. Mungkin bisa diceritakan sedikit tentang adiknya? Adik saya usianya duapuluh tahun. Saat ini dia sedang kuliah di salah satu universitas swasta di Jogja. Terus apa lagi ya? Jenis kelamin laki-laki... Jadi adik saya duapuluh tahun, di Jogja, cowok, sama kayak saya, saya juga laki-laki. Apa lagi? Oh iya, namanya Panji. Oke, lalu... Kapan tepatnya orangtuamu bercerai? Tepatnya di tahun 2010 pada bulan Oktober, ya hampir empat tahun ini. Mungkin bisa diceritakan sedikit proses perceraiannya seperti apa? Kalau prosesnya sebenarnya aku kurang terlalu ngikutin. Tapi setahu aku, semua perceraian itu yang ngurus dari pihak ibu. Dari pihak bapak kayak cuma menyetujui pihak ibu buat melakukan perceraian. Terus semua pelancaran segala macam itu yang ngurus ibu. Sepertinya dari yang aku lihat itu cuma dari ibu aja yang aktif, bapak cuma... Nggak tahu dia nerima keputusan itu
Transformasi I4 menceritakan sedikit tentang dirinya. (1 – 6)
I4 menceritakan sedikit tentang saudara kandungnya, yaitu seorang adik laki-laki. (7 – 13)
I4 menjelaskan bahwa orangtuanya bercerai pada tahun 2010 karena konflik berkepanjangan. Proses perceraian banyak diurus oleh pihak ibu dan berlangsung dengan lancar. (14 – 57)
152
Interpretasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
atau enggak. Aku enggak tahu istilah menggugat dan digugat, tapi kalau secara kasat mata... Kalau di keluargaku, perceraiannya atas kesepakatan bersama, dan itu tuh cenderung kayak wis wis, kayak pasrah pasrah aja. Ya udah kalau dari pihak bapak maunya kayak gini, dari pihak ibu maunya kayak gini, ya udah pisah aja. Pas prosesnya itu bermasalah nggak? Atau lancar? Kalau konflik itu sebenarnya udah lama, aku tahunya udah lama. Dari kecil udah ada konflik. Sebenarnya perceraiannya masih muda, baru empat tahun. Tapi dari aku SD udah cek-cok di depanku. Aku nggak tahu yang di belakangku gimana. Aku sempat menemui bapakku itu kecewa, dia cerita sama aku. Terus kekecewaan atas ibuku, terus habis itu... Berlanjut, kayak ngambang. Habis itu mereka berpisah, bukan berpisah relasi, tapi ibuku bekerja di luar kota, bapakku stay di Jogja buat dampingin aku sama adikku. Setelah beberapa tahun, ibuku mulai kerja ke luar, mungkin sekitar aku SMA kelas satu. Jadi aku masuk SMA, ibuku ke luar kota, jadi aku jarang sekali ketemu. Enam bulan, setengah tahun sekali ketemunya. Baru akhir-akhir ini mau lama di Jogja. Nah, nggak tahu prosesnya gimana, itu sampai keputusan final di tahun 2010 itu, sebelum-sebelumnya udah ada kekecewaan sih, ya aku tahu sih cuma beberapa kali. Tapi mungkin di balik itu semua ada kayak kejadian-kejadian kecil yang bikin keduanya nggak cocok gitu.
153
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Tapi prosesnya sendiri terhitung lancar? Proses berkeluarga atau proses perceraiannya? Proses perceraiannya. Cepat? Prosesnya sangat lancar, cepat banget. Terus setelah bercerai, kamu sama adik kamu ikut orangtua yang mana? Aku ikut ibu, ibu posisi di Jogja, itu kesepakatan bersama. Aku diceritain sih, habis prosesnya anakanaknya perlu dikasih tahu tentang perceraian ini. Lalu aku dikasih tahu kalau aku sama adik harus ikut ibu. Bapak bakal nggak tinggal bersama-sama. Ya udah ikut sama ibu di Pogung, di Jakal, dan bapak di Pakem sana, punya rumah sendiri di sana. Makanya segala macam keperluan pasti sama ibu. Kalau adik kamu ikut...? Sama ibu juga, jadi keduanya ikut ibu. Kamu sama adikmu memutuskan untuk ikut ibu itu keputusan sendiri atau ada diskusi sama adikmu? Aku sama adikku terima hasilnya saja, jadi keputusan sidang atau keputusan mereka berdua langsung di-share ke aku sama adikku, udah aku nerima aja. Jadi keputusan untuk ikut ibu itu...? Hasil dari diskusi ibu sama bapak, bukan hasil diskusi aku sama adikku. Kamu sendiri sudah gede ya saat menghadapi perceraiannya itu... Selama prosesnya itu kamu menghadapinya seperti apa? Proses perceraian sendiri sih, aku udah ngerasa sebelum-
I4 dan saudara kandungnya tinggal bersama ibu di rumah Pogung, sementara ayah I4 tinggal di rumah Pakem. Keputusan untuk tinggal bersama ibu merupakan keputusan dari sidang dan juga kesepakatan orangtua. (58 – 77)
I4 merasa tidak ikhlas dengan perceraian kedua orangtuanya meskipun ia sudah menyadari adanya konflik, akan tetapi ia berusaha menerima keputusan tersebut. (78 –
154
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
sebelumnya udah ada konflik kan, jadi kayak sudah hampir siap... Tapi sebelumnya belum siap buat nerima itu. Cuma dibilang aku nerima juga nggak, tapi kalau nggak nerima mau gimana lagi, kayak pasrah gitu lho. Dari dalam diri sendiri cara menerimanya itu kayak, mungkin ini jalan yang terbaik, gitu-gitu. Selama proses itu kamu ada banyak protes atau memberontak? Ya sebenarnya konflik batin karena aku pengen ngomong, buat aku tuh aku nggak terima. Adikku pun pernah cerita kalau dia nggak kuat gitu, tapi diterima aja keputusan ini, keputusan orangtua, keputusan yang terbaik buat keluarga ini. Kamu melihat adikmu menghadapi perceraiannya seperti apa? Aku melihat dia, merasa lebih berat menerimanya daripada aku. Dia pernah cerita, beberapa kali dia masih sering nangis kalau malam-malam ingat yang dulu-dulu bareng keluarga utuhnya, atau ingat proses perceraiannya... Masih beberapa kali nangis, tapi diam aja, cuma bilang ke aku. Terus, aku ngelihatnya sih nggak terimanya mungkin karena dia nggak terlalu banyak diskusi sih, kayak dia tahu kejadian ini tapi nggak bisa ngapa-ngapain gitu lho. Kayak dia tahu kejadian sebelum perceraian ini, apa, cuma dia nggak tahu harus berbuat apa... Atau dia dilema, mungkin mau ngomong tapi takut salah, melukai salah satu orangtua, atau nggak ngomong tapi juga salah.
91)
I4 mengetahui bahwa saudara kandungnya kurang dapat menerima situasi perceraian, sering menangis, dan merasa tidak berdaya. Namun saudara kandung I4 mau tidak mau berusaha menerima keadaan. (91 – 109)
155
Keintiman terlihat dari saudara kandung I4 yang terbuka kepada I4 mengenai perasaannya tentang perceraian orangtua. (91 – 109)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
Gitu ya... Setelah orangtua bercerai, kamu seperti apa di segi akademis? Kalau di sisi akademis, di awal-awal aku nggak merasa di sisi akademis jatuh... Tapi di 2010 aku benar-benar jatuh, aku pengen keluar dari kuliah, nggak tahu efek perceraian ini atau nggak, atau cuma sekedar aku pengen keluar gitu aja. Pastinya aku nggak tahu. Cuma di akademis kalau dilihat dari range-nya memang aku waktu itu paling drop-drop-nya, emang jatuh-jatuhnya gitu lho. Tapi aku nggak ngerasa itu pengaruh dari perceraiannya, cuma kalau pengaruh di aktivitas itu pengaruh sih, kayak bengong, kayak nggak terima, diam aja, terus relasinya dengan lingkungan sekitar itu bingung mau gimana karena kepikiran sih. Itu yang kamu maksud, motivasi belajarnya yang nge-drop atau nilai kuliahnya yang nge-drop? Kalau motivasi belajar itu bingung juga karena kalau nilai juga paling drop, tapi kalau motivasi belajar mungkin karena dari dulu pindahan SMA aku motivasinya rendah, aku nggak tahu bedanya apa. Makanya dulu motivasi belajarnya dari SMA itu udah rendah, jadi ketika masuk ke kuliah ketemu orang-orang yang mempunyai motivasi belajar tinggi, aku kan harus ngejar. Nah, tapi waktu di posisi perceraian ini motivasi belajarku rendah karena bawaan SMA atau karena perceraian ini aku nggak tahu. Baru selepas dari 2010 itu aku mau naik lagi, mau belajar setelah semester berikutnya.
I4 merasa bahwa ia jatuh di sisi akademis setelah perceraian, bahkan seringkali ingin berhenti kuliah. (110 – 119)
I4 menyatakan bahwa sehari-harinya ia menjadi sering melamun dan kikuk dengan lingkungan sosialnya. (119 – 123)
I4 menyatakan bahwa motivasi belajarnya sudah rendah sejak SMA, sehingga kejatuhan akademis berlangsung selama beberapa tahun pertama kuliah. Motivasi belajar dan nilai I4 meningkat beberapa bulan setelah perceraian. (124 – 141)
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
Beberapa bulan nge-drop gitu ya? Iya beberapa bulan, abis itu baru naik, mau ngejar nilai, habis itu sih... Aku nggak pernah dapat IP tiga kan, nilai A aja nggak pernah. Nah, setelah itu aku baru dapat A. Lalu hubungan kamu sama teman-teman kamu setelah perceraian itu seperti apa? Kalau hubungan sama teman-teman sih cukup baik ya, nggak bingung sih. Aku beruntung juga dapat temanteman yang support, tahu dengan kondisi kayak gitu aku nggak dikucilkan atau gimana. Tapi malah diajakin main lah, aku lebih sering refresh buat diajakin ke mana, atau “ayo lah ke mana, ajak adikmu juga”. Banyak temanteman yang kayak gitu, ngajakin sama support-support kayak gitu. Mungkin teman-teman SMA juga kan masih dekat, yang dulu sahabatan itu masih dekat jadi mereka support juga, teman-teman kuliah juga nggak ngerasa aneh dengan kok kayak gitu, malah mereka ngajakin buat ketemu, ngumpul-ngumpul gitu, nggak masalah sih. Jadi perceraian itu nggak membuat kamu dikucilkan dan membuatmu minder kalau ketemu sama temanteman ya? Nggak, aku malah ngerasa teman-temanku support sama aku, nggak ngerasa dikucilkan. Setelah bercerai, sekolah adikmu gimana? Aku agak lupa. Dia sempat pindah sekolah dari SMA Marsudiluhur pindah ke BODA. Pokoknya aku tahu dia sering mbolos, dulu kan SMA aku juga sering mbolos, aku malah ngasih saran kalau mbolos bawa kaus sama
I4 mengatakan bahwa ia memiliki temanteman yang membantu dan mendukungnya untuk melewati masa setelah perceraian. (142 – 160)
I4 menyatakan bahwa saudara kandungnya sering membolos setelah perceraian, nilainya menurun, dan akhirnya pindah sekolah. (161 – 191)
157
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
bawa celana. Aku nggak tahu itu mbolos karena ini atau karena lingkungan, dia tuh suka mbolos karena SMA-nya sih nggak terlalu bagus sih menurutku. Dulu sih bagus cuma sekarang katanya sih nggak terlalu bagus jadi muridnya cuma sedikit. Jadi dia nggak niat, motivasi belajarnya nggak tinggi. Terus kalau dilihat dari sisi akademis adikku biasa-biasa aja sih aku lihatnya, tapi aku nggak tahu nek dia aslinya seperti apa, tapi menurutku sih biasa aja, ya cuma nilainya drop. Ya kemarin sempat nilainya drop, tapi nggak tahu sih itu karena motivasinya atau karena kejadiannya itu. Kalau boleh tahu, dia pindah SMA gara-gara apa? Karena dia nggak mau dengan kondisi sekolahnya, karena satu angkatan cuma 40 orang dan itu aja masih dibagi IPA, IPS, Bahasa. Jadi kerasa kalau temannya itu dikit, terus dia susah buat kayak mengaktualisasikan diri gitu lho. Mau main juga bingung, cuma beberapa orang... Terus kalau satu kelas cuma sepuluh atau delapan orang gitu kan rasanya aneh, dia bilang gitu sih. Terus ya udah dia akhirnya pindah BODA yang jumlah temannya lebih banyak, jadi ada kompetisi di situ. Ada persaingan yang bikin dia tuh, motivasi belajarnya mau nambah gitu lho. Soalnya kalau yang di SMA sebelumnya dia tuh sering mbolos terus nilainya tuh benar-benar jelek gitu lho, bingung dia tuh juga. Dia bilang “kok nilaiku jelek?”. “Lha, kowe mbolosan sih,” aku bilang gitu. I4 mengatakan bahwa saudara kandungnya Menurutmu relasi adikmu dengan teman-temannya hanya memiliki beberapa teman dekat yang gimana? Ada perubahan atau nggak?
158
Keintiman terlihat dari saudara kandung I4 yang menceritakan ketidaknyamanannya di sekolah kepada I4. (178 – 192)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
Kalau aku ngelihatnya, adikku tuh main sama yang nggak seumuran sama dia gitu lho. Dia main sama yang lebih tua, sama yang udah kerja, kuliahan. Dia nggak mau main sama yang seumuran dia, dia ngerasa kayak main sama anak kecil kayak gitu. Terus relasinya di sekolah itu dia cuma kenal-kenal aja, cuma dekat-dekat sama beberapa orang, tapi dia nggak punya sahabat. Dia pernah bilang caranya punya sahabat gimana, dia cerita, istilahnya dia kayak kurang trust sama orang. Emang dari dulu kayak gitu? Mungkin dari dulu kayak gitu, kayaknya waktu SMP dulu dia punya sahabat beberapa orang, tapi karena dia jadian sama ceweknya sahabatnya dia, terus dia dikecewain sama sahabatnya itu lho, dia dikucilkan. Aku nggak tahu itu pengaruh dari relasinya dulu waktu SMP atau dari ini, aku nggak tahu. Apakah setelah perceraian dia, hmm, dia jadi nakal nggak? Nggak sih, dia modelnya nggak suka berantem jadi kalau teman-temannya tawuran dia nggak ikutan. Mungkin juga karena setelah dia pindah ke BODA, dia dapat ancaman satu tahun kalau dia melakukan apa ya... Berperilaku negatif, dia akan dibalikin lagi dan nggak mau diterima. Oke, oke. Masuk ke hubungan kamu sama Panji ya. Sekarang ini seberapa sering kamu mengontak dia atau berinteraksi sama dia? Kalau kontak sih sering banget. Hampir setiap hari sih.
usianya lebih tua, serta pernah menyampaikan kesulitannya mempercayai orang lain. (192 – 202)
Keintiman tampak dari saudara kandung I4 yang berkonsultasi pada I4 tentang persahabatan dan kesulitannya mempercayai orang lain. Hal ini menandakan adanya kepercayaan dari saudara kandung I4 terhadap I4. (196 – 202)
I4 menyatakan bahwa saudara kandungnya sempat dikucilkan sewaktu SMP. (203 – 209)
I4 mengatakan bahwa saudara kandungnya tidak senang tawuran. (210 – 217)
I4 mengatakan bahwa ia dekat dengan saudara kandungnya sehingga keduanya berkomunikasi setiap hari. Jika sedang di luar kota, I4 akan terus memantau keadaan
159
Keintiman terlihat dari frekuensi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249
Kalau dia ke mana, karena aku ngerasa dekat sih sama adikku. Kayak kemarin ini kan dia ke Malang, ya aku tahu, dia ke Malang ikut balap sepeda. Jadi aku pantau dia, apa namanya? Lagi, kayak, ambil waktu berapa? Terus ini, piye hasilnya? Tapi nggak terus sing kayak pacarnya aja sih, kamu udah makan belum? Enggak. Jadi setiap hari pasti kontak? Hampir setiap hari pasti kontak. Kalau dia lagi di luar kota ya pasti tak tanyain, minimal satu dua kali. Tapi kalau di rumah sih sering, paling kalau nggak di rumah tuh ya nyariin... Terus kalian kalau di rumah itu sering cerita-cerita gitu nggak? Menurutku, cerita sih sering, cuma nggak dalam gitu. Tentang masalah masing-masing itu nggak terlalu dikeluarkan, jadi cuma masalah yang melibatkan aku atau dia. Umpamanya aku cerita, kadang ya cuma yang melibatkan dia, atau istilahnya ada hubungannya sama dia. Dia pun juga gitu, kalau cerita cuma yang ada keterlibatan aku aja. Masalah relasi dia sama pacarnya atau teman-temannya, jarang sih. Kamu pun jarang cerita begitu? Jarang. Jarang kalau bercerita di luar konteks kakakadik. Contohnya cerita yang melibatkan konteks kakakadik itu gimana? Misalnya gini. Aku punya proyek nih, aku butuh desain. Aku bilang ke dia, “Desainnya kamu yang buatin ya?”
saudara kandungnya. (218 – 232)
komunikasi yang sangat sering antara I4 dan saudara kandungnya, yaitu setiap hari. Jika tidak bertemu di rumah, I4 akan mencari dan menanyakan keadaan saudara kandungnya. (221 – 232)
I4 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya sering bercerita. (233 – 235) I4 menyatakan bahwa pembicaraan dengan saudara kandungnya diisi dengan cerita-cerita yang melibatkan salah satu atau keduanya, namun tidak terlalu mendalam. Keduanya sering bertukar cerita tentang hobi, keluarga, lingkungan rumah, dan sebagainya. (235 – 288)
160
Keintiman terlihat dari seringnya I4 dan saudara kandungnya saling bercerita tentang hobi, keluarga, dan lingkungan, sehingga hal ini menandakan adanya keterbukaan. (235 – 288)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277
Kan dia sekolah di sekolah desain. Atau tentang, kayak ngomongin soal orangtua, ini ibu gini gini gini, ini nih ibu lagi main sama suaminya. Itu kan berkaitan sama dia juga. Terus ngomongin aja, oh, ya terus sebal. Oh iya, si oom itu agak resek. Jadinya ngomongin orang sih sebenarnya. Ya hitungannya masih ada hubungannya sama dia. Isi obrolan kalian itu seputar apa sih kalau bertemu? Kalau isi obrolan sih kebanyakan tentang hobi. Jadi kami tuh sama-sama suka sepeda. Kebanyakan tentang sepeda sama keluarga. Jadi relasi di keluarga itu juga sering diomongin sama aku sama adikku. Kalau yang sepeda, itu kayak, ini ada lomba apa, ini ada orang yang nawarin barang buat jual sepeda, atau ini ada trik baru nih buat main sepeda. Terus nanti diskusi. “Ini kamu kurang gini nih”, atau “kamu main sepedanya kurang maksimal”, atau “kamu masih butuh latihan nih”. Terus kalau di yang relasi keluarga itu misalnya kayak bapak sama istrinya itu diomongin. Oh, ini bapak baru sebal sama istrinya nih, atau kemarin wisuda bapak diajakin tapi istrinya marah, takut marah gitu. Ya seputar itu, terus ada tante juga, atau ngomongin keponakan yang rumahnya samping itu. Seputaran rumah sih kalau sama dia. Atau anak kos, anak kos nyebahi nih berantakan, buang sampah sembarangan, pergi pintunya nggak dikunci. Gitu gitu. Kalau pengalaman sehari-hari itu kamu cerita juga sama dia? Kayak misalnya, eh aku hari ini abis
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305
begini nih, abis ketemu si itu nih... Oh, ya. Beberapa kali, eh sering sih kayak gitu. Umpamanya tadi aku papasan orang yang nyebahi. Kami sama-sama sebal, kami punya musuh yang sama nih di lingkungan rumah. Eh, tadi aku ketemu si A nih, hampir berantem. Kan sama-sama sebal. Yo wes, sing sabar, nggak apa-apa. Atau aku tadi ketemu teman sepeda nih, dia lagi main di sekitar sini. Oh ya, mungkin dia mau main sepeda di daerah sini. Atau aku tadi lihat sepatu bagus di Amplaz nih. Atau aku lihat di Amplaz ada bajubaju yang kamu pengeni. Gitu. Terus, menurut kamu, kamu dan adik kamu sering bermasalah atau enggak? Kalau bermasalah sih jarang banget. Paling masalahnya itu cuma satu. Biasanya dia marah kalau dibangunin. Kan aku sering minta tolong sama dia. Jadi kalau aku udah bilang, “brooo...” Dia udah tahu. “Ah, kae, pasti mau minta tolong.” Kadang dia mau kayak gitu, langsung jalan gitu. Dia tuh yang paling, nggak tahu ditakuti atau disegani di rumah, itu cuma aku. Ya dia merasa kalau orang yang lebih butuh disegani di rumah itu cuma aku. Dia itu kalau sama ibu atau sama tante itu berani, tapi kalau sama aku itu cuma ya ya, manut gitu lho. Tapi dia suka marah kalau dibangunin. Jadi, dia baru tidur siang nih, capek-capeknya. Nah, aku minta tolong, gedor-gedor pintunya. Dia buka pintu langsung marahmarah, ngoceh pakai kata-kata kotor gitu. Aku takut toh. Yo, sorry, sorry bro, terus aku turun. Paling konfliknya
I4 merasa bahwa ia dan saudara kandungnya hampir tidak pernah bermasalah. (289 – 292)
I4 mengatakan bahwa ia sering meminta tolong pada saudara kandungnya, dan saudara kandungnya selalu bersedia membantu karena merasa lebih menghargai I4 dibandingkan anggota keluarga yang lain. (293 – 301)
I4 menceritakan bahwa saudara kandungnya akan naik darah jika dibangunkan dengan paksa. Selain itu, keduanya berkonflik hanya seputar perbedaan pendapat. (301 – 318)
162
Konflik yang rendah dinyatakan oleh I4, yaitu bahwa ia dan saudara kandungnya jarang bermasalah kecuali perihal dibangunkan dengan paksa. (291 – 292) Solidaritas terlihat dari saudara kandung I4 yang selalu bersedia membantu I4 karena lebih menghargai I4 dibandingkan anggota keluarga yang lain. (293 – 301)
Konflik yang rendah tampak dari bagaimana I4 dan saudara kandungnya tidak pernah bertengkar hebat, hanya berselisih karena perbedaan pendapat. (301 – 318)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333
kayak gitu. Kalau berantem benar-benar berantem itu nggak pernah. Jadi jarang ya bermasalah? Jarang banget ada masalah. Paling cuma cek-cok cekcok gitu sih. Beda pendapat tentang suatu hal, kayak mau benarin sepeda ini, dengan caraku. Nah, aku tuh ngeyel, padahal dia punya cara yang lebih bagus. Nah, aku tuh nggak mau terima gitu lho, caraku tuh lebih bagus. Nah, terus akhirnya dia, ya sudah kalau nggak percaya coba pukul tuh pakai ini. Nah, ternyata yang benar tuh dia. Terus aku terus, “Ya, ya, sorry bro, sorry bro.” Terus dia, “Kamu tuh dibilangin ngeyel, pakai caraku tuh yang lebih bagus.” Cara kamu menyelesaikan konflikmu dengan dia biasanya seperti apa? Caranya? Ya cuma, kadang sih kalau aku yang salah, aku minta maaf. Mesti ngomong langsung. Kalau enggak, pernah nih salah. Hari ini nih masalahnya. Tapi aku mau pergi, ya pulangnya baru minta maaf. “Bro, sorry aku tadi salah.” Tapi kalau aku minta maaf, eh, atau kalau dia minta maaf, itu malah rasanya... Terharu gitu lho. Kok dia minta maaf yo? Kok aku minta maaf yo? Terus malah lemas gitu lho, kayak mau nangis gitu lho. Dia pun gitu, kalau dimintain maaf, dia cuma, “Iya, bro.” Terus dia nggak mau natap mukaku. Dia nggak mau natap aku, dia membelakangiku. Mau nangis gitu, terharu. Walaupun masalahnya cuma gara-gara marah dibangunin gitu?
I4 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik dengan meminta maaf. (319 – 325, 332 – 356)
I4 dan saudara kandungnya merasa terharu ketika ia maupun saudara kandungnya saling meminta maaf. (325 – 331)
163
Konflik yang rendah terbukti dari I4 dan saudara kandungnya yang bersedia meminta maaf agar tidak terjadi masalah berkepanjangan. (321 – 325) Keintiman terlihat dari I4 dan saudara kandungnya yang terharu ketika yang lainnya bersedia mengesampingkan gengsi untuk meminta maaf. (325 – 331)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361
Kalau marah dibangunin nggak, kalau marah dibangunin aku cuma “sorry sorry” terus turun. Kalau yang penyelesaian kayak tadi itu masalah apa? Kayak masalah miskom, kayak tadi lho. Kan aku orangnya agak keras kepala, dia tuh udah benar. Kayak apa ya, dulu tuh pernah kayak mau beli atau jual apa, dia tuh udah benar caranya dia tapi aku ngeyel, aku maunya kayak gini, akhirnya salah langkah terus yang kena berdua. Ya, ya, sudah aku minta maaf toh, kalau nggak dia tuh udah marah duluan. Aku yakin aku tuh benar, terus dia tak marah-marahin, pernah tuh kayak gitu sekali. Tapi dia jarang marah-marahin aku kayak gitu. Dia tuh pernah menurutku salah, dia melakukan suatu hal, terus dia salah terus tak marah-marahin, tak makimaki sampai dia takut terus diam aja, takut, nggak mau ngomong, pernah sekali kayak gitu. Terus tak lihat lagi ternyata aku yang salah. Itu kan miskom antara dia yang benar tapi aku masih ngeyel, dia yang benar tapi aku nggak mau terima, aku mau terima tapi kayak aku tuh belum tahu, tapi setelah tahu jadi aku merasa salah, habis itu aku minta maaf, kalau kayak gitu aku datang sendiri terus minta maaf. Tapi tuh jarang banget, hanya sekali, dua kali. Berapa lama kalian dalam suasana “marahan” biasanya? Nggak pernah lama sih kalau marah sama dia, karena aku ngerasa kalau aku marah sama dia rasanya aneh tuh lho. Karena yang tinggal di rumah aku sama adikku, ketika
Konflik yang rendah terlihat dari I4 yang bersedia meminta maaf ketika ia menyadari kesalahannya. (334 – 356)
I4 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik dalam waktu yang singkat, karena I4 merasa janggal jika bertengkar dengan saudara kandungnya. (357 – 364)
164
Konflik yang rendah tampak ketika I4 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik dalam waktu yang singkat, yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389
aku sama adikku relasinya jelek, di rumah nggak enak rasanya. Biasanya kalau marah langsung minta maaf, nggak sampai besoknya sih. Kalau ibu, bekerja di luar kota? Ya untuk beberapa saat ini dia bekerja di Kalimantan, tapi sekarang kayaknya udah keluar sih, tapi nggak tahu udah keluar atau belum. Sebulan belakangan ibu di sini. Setelah perceraian, kamu lebih intensif ketemu ibu atau bapakmu? Setelah bercerai? Karena ibu di luar kota dan aku jarang ke tempatnya bapak jadi hampir sama sih menurutku. Kecuali akhir-akhir ini, kalau akhir-akhir ini aku lebih sering ketemu ibu. Bisa dikatakan, rentang waktu setelah perceraian sampai sekarang tuh lebih sering ketemu ibu. Apakah kamu merasa perlakuan orang tuamu ke kamu dan adik kamu berbeda atau nggak? Kalau aku rasa aku sama adikku sih nggak, istilahnya porsinya pas, sama-sama, kasih sayangnya sama-sama imbang. Ya sebenarnya pernah berpikir, adikku tuh orangnya pinginan tuh lho, suka minta beli-beli barang, cuma aku nggak ngerasa itu sebagai masalah sih. Tidak penah mempersalahkan dari dulu juga? Dari dulu nggak pernah. Ehm, dulu pernah sih satu kali pas SMP, tapi tuh masih satu keluarga ya dulu. Aku tuh kan mirip sama dia suka barang-barang yang nyaman dipakai tuh sama. Nah, dia tuh sering dibelikan sama ibuku. Nah, aku kayak ada kecemburuan tapi tuh aku terus mikirnya kan ini gayaku dan dia punya gaya
kurang dari sehari, karena I4 merasa tidak tepat untuk berada dalam suasana konflik dengan saudara kandungnya. (359 – 364) I4 mengatakan bahwa ibunya sudah berhenti bekerja dan kembali ke Yogyakarta, sehingga I4 lebih sering bertemu dengan ibu. (365 – 375)
I4 merasa bahwa perlakuan orangtua terhadap ia dan saudara kandungnya seimbang. (376 – 380) I4 sempat merasa bahwa saudara kandungnya sering meminta dibelikan barang sehingga I4 merasa cemburu, namun I4 tidak mempermasalahkan hal itu. (380 – 390)
165
Konflik yang rendah tampak dari I4 yang tidak mempermasalahkan perbedaan perlakuan dari ibunya dan sifat saudara kandungnya. (376 – 390)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417
sendiri, habis itu sampai sekarang udah nggak. Terus kamu merasa dari bapak atau ibu sama-sama imbang? Kalau dari ibu sama bapak sih ngerasanya imbangimbang aja, ada bedanya sih sebenarnya satu, kalau bapak sih sama aja tapi kalau ibu dia tuh lebih terbuka sama adikku daripada sama aku. Itu yang aku rasain sampai sekarang. Tapi adikku sendiri cerita sama aku, jadi apa yang diceritakan ibu ke adik, adikku cerita sama aku tanpa sepengetahuan ibuku. Jadi nggak ada masalah. Kamu tahu nggak kenapa ibumu lebih terbuka sama adikmu? Kalau aku melihatnya, kalau dari bilangnya adikku nih ibuku takut kalau disanggah, dia tuh nggak mau masalah itu dibahas terlalu panjang, kalau udah jadi masalah ya sudah, pingin cepat-cepat selesai tapi nggak ada penyelesaian, jadi sama aja. Nah, aku orangnya kalau ada masalah harus diselesaikan, kalau adikku tipenya hampir mirip sama ibuku. Kalau aku kan maunya speak up, mau ngomong gitu lho. Pernah dulu, kayak dia tuh sudah punya suami baru nih, waktu pulang ke Jogja dia pergi sama temannya SMP. Teman SMP-nya dia, teman main lah kayak gitu. Terus aku lihat SMS-nya, agak geli sih sebenarnya, ada “yang-yang”-nya gitu, tak bahas lah di situ. Terus dia kayak nggak mau bahas gitu lho, terus ibuku nangis kayak gitu-gitu, terus habis itu omongane wes ra cetho gitu lho, nggak mau bahas terus mbleber ke mana-mana. Dia lebih banyak diam sih, aku nanyain
I4 merasa bahwa perlakuan dari kedua orangtuanya imbang. (391 – 394) I4 merasa bahwa ibunya lebih terbuka dengan saudara kandungnya, namun saudara kandung I4 kemudian akan menyampaikan cerita ibunya kepadanya. I4 menganggap hal tersebut terjadi karena saudara kandungnya tidak pernah menyanggah omongan ibunya. (394 – 426)
166
Konflik yang rendah terlihat dari saudara kandung I4 yang selalu menyampaikan cerita tentang ibu mereka kepada I4, meskipun ibunya lebih memilih untuk bercerita pada saudara kandung I4 daripada pada I4. (394 – 426)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445
terus dia diam, nangis, diam, nangis, nggak mau jawab. Ya sudah, mungkin karena aku suka ngomong kayak gitu, sering malahan, tanya tentang relasinya ibuku sama suaminya gimana atau relasinya ibuku sama orang lain di luar suaminya gimana, kayak gitu. Mungkin ibuku takut atau gimana ya nggak tahu sih, tapi kalau adikku diamdiam aja kalau digituin. Ada kayak gitu, ada fenomena kayak gitu, dia diam aja. Jadi mungkin itu yang bikin ibu cerita sama adikku, cuma diam-diam aja soalnya. Ketika kamu ngobrol sama adikmu, kamu punya harapan tentang tanggapan adik kamu seperti apa? Kalau harapan mesti sih ada ya, seumpama kita cerita sama seseorang kan mesti ada kemungkinan buat hal yang menenangkan, tapi kebanyakan sih selama ini aku cerita sama dia cukup menenangkan sih, dia nanggapin bukan yang nyuekin, kadang nyuekin sih cuma ditinggal SMS-an atau apa, tapi habis itu dia dengarin sih sebenarnya. Tapi menurutku sih, harapanku buat bisa cerita sama dia cukup dimengerti sama dia, cukup dikasih feedback yang bagus. Kamu merasa dia sebagai pendengar yang baik nggak ketika kamu bercerita? Oh... Bukan, ya piye ya karena aku belajar di psikologi, tahu jadi pendengar yang baik seperti apa, merhatiin gitu. Nggak, dia nggak kayak gitu, dia cuek tapi dengerin. Tapi feedback dia cukup buat kamu? Cukup sih karena aku nggak pernah ngasih masalah yang
I4 mengatakan bahwa ia mendapatkan umpan balik yang positif setelah bercerita pada saudara kandungnya, yaitu mendapatkan ketenangan dan pengertian. (427 – 446)
167
Keintiman terjadi ketika I4 mendapatkan ketenangan dan pengertian dari saudara kandungnya lewat umpan balik yang diberikan saudara kandung I4 ketika I4 bercerita kepadanya. (429 – 446)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473
terlalu dalam sama dia. Apakah adik kamu pernah cerita sama kamu tentang masalah yang mendalam? Sering nggak? Pernah, tapi nggak sering. Dulu pernah dia putus sama ceweknya, dia paling nge-drop sendiri sih waktu itu. Aku belum pernah lihat dia sebegitu gilanya, pakai tanda petik, gitu-gitu. Kayak orang bingung itu lho, dia kayak terpukul banget diputusin ceweknya. Terus dia cerita sama aku, cerita kalau si ceweknya itu ngerasa kalau adikku kurang merhatiin atau gimana, tapi emang orangnya cuek, aku sih ngerasa ceweknya emang benar. Wong kowe terlalu cuek, tapi kan aku nggak mungkin kan jatuhin dia, cuma tak dengarin aja. Pernah sih itu tersampaikan, dia pernah cerita tentang yang kayak gitu. Terus ya karena aku mencoba buat menjadi pendengar yang baik, ya aku mendengarkan dulu, habis itu ya kasih solusi atau gimana, tapi emang dia terlalu terpukul jadi nggak tahu, solusiku nggak terlalu masuk mungkin ke dia. Lalu ketika kamu bercerita dan dia memberikan solusi, kamu ngikutin sarannya dia nggak sih? Sebagian besar iya, tapi kadang nggak. Kayak aku butuh bantuan tentang ada hal yang aku nggak tahu, terus dia mau cari solusinya dulu. Habis sehari setelahnya dia ngasih tahu aku, caranya kayak gini. Tak coba, benar, ya sudah terus tak terima sarannya. Kalau misalnya nggak diterima sarannya, itu pertimbangannya seperti apa?
I4 mengatakan bahwa saudara kandungnya beberapa kali menceritakan masalahnya yang personal kepadanya. (447 – 456)
Keintiman terlihat ketika saudara kandung I4 dapat menceritakan masalah-masalah personalnya kepada I4. (447 – 456)
I4 menyadari bahwa saudara kandungnya memiliki sifat yang negatif, tetapi I4 tidak menyampaikan hal tersebut karena tidak ingin menjatuhkannya, melainkan memberi solusi. (457 – 464)
Solidaritas terlihat dari I4 yang tidak ingin menjatuhkan saudara kandungnya dan lebih memilih untuk memberikan bantuan ketika saudara kandungnya bersikap salah. (457 – 464)
I4 mengatakan bahwa ia lebih sering menerima dan mengikuti saran dari saudara kandungnya. (465 – 475)
Solidaritas terlihat dari I4 yang bersedia mengikuti saran dari saudara kandungnya. (465 – 475)
168
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501
Kalau nggak itu biasanya secara logikaku, dia nggak masuk gitu. Sementara kalau kamu yang memberikan dia saran, biasanya dia ngikutin atau nggak? Kadang ngikutin kadang nggak sih, hampir sama karena sama-sama punya pemikiran sendiri. Sering cek-coknya kayak gitu sih, punya ide sendiri dan jalannya beda. Kayak kuat sendiri-sendiri gitu lho, tapi setelah dibuktikan itu baru mau nerima. Misalnya, aku punya jalan ini, kamu jalan itu, ya sudah kita lakuin jalannya masing-masing, habis itu terbukti yang lebih cepat mana yang lebih baik gimana, nah itu yang diikutin gitu. Ketika saudaramu punya masalah, kamu sendiri pas dengar masalah itu apa sih yang kamu rasain? Yang tak rasain ya? Karena sebelum-sebelumnya aku tahu relasinya adikku sama pacarnya gimana, ya beberapa info lah, ada dari luar, bukan dari adikku sendiri. Nah, aku tahu adikku kurang care, jadi sedih karena... Kalian tuh mau dibawa ke mana hubungannya? Maksudnya, apakah akan terus bermasalah seperti ini, kan masalah mereka berlarut-larut karena penyelesaiannya adikku tuh hampir sama kayak ibu, dia cuma diam aja. Jadi ya sudah, aku agak kecewa sih, kecewa dengan nggak tahu relasi mereka, atau adikku sendiri, karena itu tuh gemas tuh lho, karena aku tahu masalahnya cuma aku mau ngasih saran tapi beberapa kali nggak masuk gitu. Kalau kasus lain mungkin? Ada masalah apa gitu?
I4 menyatakan bahwa perselisihan dengan saudara kandungnya banyak disebabkan oleh pendapat yang berbeda-beda dan kekeraskepalaan masing-masing. (476 – 485)
I4 menyatakan bahwa ia merasa prihatin dengan relasi romantis saudara kandungnya dan ingin membantu. (486 – 500, 514 – 523)
I4 menyatakan bahwa ia terkadang ikut sebal
169
Konflik yang rendah tampak dari I4 dan saudara kandungnya yang berusaha mencapai kesepakatan tentang pendapat atau ide yang lebih baik. (478 – 485)
Solidaritas tampak dari I4 yang ingin membantu saudara kandungnya ketika memiliki masalah. (486 – 500)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529
Kalau kasus lain ya nggak sedalam itu sih, nggak kayak relasi adikku ke pacarnya, cuma yang pernah dia cerita tuh kayak mau berantem dengan tetanggaku, ya bukan tetangga sih masih saudara kayak gitu. Tapi ya sudah, wis nggak usah ditanggapin. Itu nggak terlalu dalam sih menurutku tapi cukup bermasalah. Kalau adik kamu cerita sebal sama orang, kamu juga muncul perasaan sebal sama orang itu juga nggak? Iya pasti, karena aku juga sebal sama orangnya. Kalau selain orang itu yang nggak kamu kenal? Oh nggak, kalau aku nggak punya konflik dengan orangnya, aku nggak merasa kayak gitu. Ada perasaan ingin membantu adikmu nggak kalau dia cerita? Ya ada, ya pingin sih, apalagi yang tentang relasinya sama pacarnya itu, itu sih pingin banget, tapi ya kayak kalau aku bantu dengan cara apa aku masih bingung... Pokoknya yang jelas biarkan mereka berproses dulu, nanti gimana-gimananya sih ya aku melihat aja, karena relasi dengan pacar tuh rasanya itu tuh kayak private gitu lho, hubungan mereka gitu lho, nggak mau ikut campur gitu lho. Kalau muncul perasaan ingin membantu terus tindak lanjutnya seperti apa? Kalau di luar relasi aku pasti langsung bantu. Kalau kayak relasi pertemanan, relasi pacaran, atau yo wis sejenis dengan lingkungannya pertemanan, aku merasa bukan hakku buat bantuin sih, tapi aku cukup ngasih
dengan orang yang bermasalah dengan saudara kandungnya. (501 – 513)
I4 menyatakan bahwa ia menghargai privasi dan hubungan saudara kandungnya dengan orang lain, sehingga ia tidak mau serta-merta ikut campur. (514 – 523)
I4 menyatakan bahwa ia langsung membantu saudara kandungnya lewat tindakan nyata, tetapi hanya memberi masukan ketika saudara kandungnya memiliki masalah terkait relasi dengan orang lain. (524 – 543)
170
Solidaritas terlihat ketika I4 dapat merasakan kekesalan yang dirasakan oleh saudara kandungnya terhadap orang lain. (501 – 510)
Solidaritas terbukti dari I4 yang ingin membantu saudara kandungnya tetapi juga menghargai privasi saudara kandungnya. (516 – 523)
Solidaritas terlihat dari I4 yang membantu saudara kandungnya lewat saran, penenangan, maupun tindakan nyata ketika sedang memiliki masalah. (526 –
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557
saran ke adikku aja, lebih baik saran-sarannya aja. Kalau intervensi ke temannya atau pasangannya aku nggak ngasih, lebih cenderung ke adikku aja, kalau di luar adikku aku nggak intervensi. Maksudnya di luar adikmu kamu nggak intervensi gimana? Misalnya aku kayak ngasih saran aja, seumpama dia punya masalah sama temannya, aku nggak ngomong sama temannya adikku tapi aku ngomong sama adikku. Aku cuma, “bro, udah, legowo” atau gimana kalau ada masalah kayak gini lagi nanti ngehadapinnya kayak gini. Atau kalau belum selesai masalahnya, “ya sudah coba kamu dekatin aja, gimana tanggapannya dia”, kayak gimana kayak gitu, lebih ke adikku. Kamu merasa kamu dan adik kamu saling mensupport nggak? Kalau aku secara pribadi rasanya iya. Aku merasa setelah adanya kejadian perceraian itu aku merasanya lebih, makin kompak sama adikku. Kayak ngurusin rumah, ngurusin apa, aku lebih berani buat ngomong, atau main lebih mau bareng. Dulu kan emang kalau main aku sama teman-temanku, dia sama teman-temannya dia, sendiri-sendiri gitu lho. Nah, sekarang bisa barengan, main ke mana bareng, atau ke mana bareng berdua. Bahkan beberapa teman sepeda yang melihat itu merasa kalau jarang tuh lho ada kakak adik kayak gitu. Temanku ada yang bilang, “aku sama adikku aja sering berantem, aku sama kakakku aja jothakan, marah-marahan, diam-
543)
I4 merasa bahwa ia dan saudara kandungnya kompak dan saling mendukung. (544 – 548, 558 – 559) I4 mengatakan bahwa ia sering berpergian dan mengurus banyak hal bersama saudara kandungnya. (548 – 558)
Solidaritas tampak dari I4 yang merasa bahwa ia dan saudara kandungnya kompak dan saling mendukung. (544 – 548, 558 – 559) Keintiman terlihat dari I4 yang banyak menghabiskan waktu berdua dengan saudara kandungnya dan I4 yang merasa dapat lebih terbuka dengan saudara kandungnya. (546 – 553) Konflik yang rendah tampak dari I4 yang merasa tidak pernah bertengkar dengan saudara kandungnya, melainkan bisa
171
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585
diaman.” Aku kan nggak pernah kayak gitu, jadi ngerasane kompak-kompak aja. Terus, kalau dari kamu merasa kalian saling support, bisa diceritakan sedikit bentuk dukungan adik kamu ke kamu seperti apa? Bentuk dukungan ya? Bentuk dukungannya kayak gimana ya? Ya... Seumpama nih yang sering kan setelah perceraian itu lebih banyak ke hobi ya, jadi seumpama aku mau benarin sepeda ini, kayak upgrade apa lah, dia bantuin cari. Atau aku lagi jatuh atau sakit lah segala macam, ya dibantuin, tapi ya kadang dimarahin sih. Terus kadang pernah dulu sakit sekali, nggak bisa ngapa-ngapain, tepar gitu kan. Nah, kayak-kayak gitu, kayak aku sakit, dia sakit, istilahnya yang merawat ya adikku. Siapa lagi kalau bukan adikku? Gitu, yang merawat kan adikku, kan di rumah berdua jadi mau nggak mau harus kompak, rasanya kayak gitu. Kan ada banyak kebutuhan yang lain, kayak kamu sidang? Oh, kalau sidang tuh nggak. Paling kayak bantuin kalau seumpama aku baru ngerjain tugas gitu ya, dia mau ngertiin ada tugas lain yang harus tak kerjakan, dia yang kerjain. Kayak harus nyapu nih, nah dia yang nyapuin, atau jatahku aku harus ini bawa ke mana, dia yang gantiin. Terus kalau sidang sih kayak cuma wisuda dia mau nemanin mau bantuin, wisuda kan ribet tuh, nah dia yang nyupirin, jadi supir sehari. Diece-ece “kamu supir sehari”, dia mau kayak gitu sih. Terus dia meluangkan
kompak dengan satu sama lain. (554 – 559) I4 mengatakan bahwa saudara kandungnya banyak mendukungnya dengan membantunya dalam hobi sepeda, merawat ketika I4 sakit, membantu menyelesaikan tugas I4 ketika I4 mempunyai tugas lain, meluangkan waktu untuk I4, dan lain sebagainya. (560 – 589) Solidaritas terlihat dari saudara kandung I4 yang banyak mendukung I4 dengan membantunya dalam hobinya bersepeda, merawat ketika I4 sakit, membantu menyelesaikan tugas I4 ketika I4 mempunyai tugas lain, dan meluangkan waktu untuk I4 di hari-hari penting I4. (560 – 589)
172
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613
waktu. Sebenarnya dia punya acara di luar itu, dia mau usahain, “lha iki wisudamu e bro, aku mau meluangkan waktu nggo kowe sehari ini”. Support-support-nya kayak gitu. Terus, kalau kamu sendiri ke dia, bentuk-bentuk dukunganmu ke dia seperti apa? Kalau bentuk dukunganku ya? Opo yo? Kalau aku sih, kayak dia pindah sekolah gitu ya, ya aku tak setujuin. Aku kemarin ikut, ya nggak tahu ya ikut campur tentang pemilihan sekolah, terus support mbolos juga sih... Mungkin yang positif? Yang positif ya? Yang positif tuh ya kayak gitu, tentang akademis, biasanya aku ngecek dia. Kalau di rumah tuh nggak ada, ya ngecek IP-nya dia, kalau dia nilainya bagus dia tunjukin ke aku, tentang sekolah istilahnya. Kalau kuliah ini ya “bro ini aku dapat A nih”, “sip sip sip, IP-mu piro?” Tiga, tiga berapa gitu kan, terus “yo yo yo, aku durung tahu entuk telu”, aku bilang gitu kan, “apik, apik, lanjutkan”. Terus dia pernah jatuh, kemarin sibuk-sibuknya apa gitu terus dia IP-nya cuma dua berapa gitu kan, terus aku tanya, “Kok gur semene?” “Lha piye, aku kerep mbolos e, kerep nggak masuk. “Lha piye? Sok tak elingke, tapi harus diperbaiki semester depan.” “Yo, yo.” Dia mau nurutin, di bidang akademis sih kayak gitu. Kalau di kayak lingkungan sekitar, ya kayak seumpama dia ada ide mau bikin pop-up atau apa gitu, prakarya gitu lah, “Apik-apik nanti tak bantuin.” Aku ngasih gitu. Terus dia punya ide bikin sablon,
I4 menyatakan bahwa ia mendukung saudara kandungnya dengan menyetujui keputusankeputusan saudara kandungnya, memeriksa keadaan saudara kandungnya di bidang akademis, memuji dan menyemangati pencapaian saudara kandungnya, membantu dalam berkarya, hingga memodali usaha saudara kandungnya. (590 – 619)
173
Solidaritas tampak dari I4 yang mendukung saudara kandungnya dengan menyetujui keputusan-keputusan saudara kandungnya, memantau keadaan saudara kandungnya di bidang akademis, memuji dan menyemangati pencapaian saudara kandungnya, membantu saudara kandungnya dalam berkarya, hingga memodali ide saudara kandungnya untuk membuat usaha. (592 – 619)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641
tempat sablon, yo yo yo, aku nganterin dia buat beli, tak modali gitu lah, walaupun akhirnya terbengkalai sih. Terus ya sudah aku ngasih support aja dia punya ide apa, aku nggak mau batasin ide dia, soalnya dia banyak ide sebenarnya, cuma kadang kalau nggak didorong idenya dia kadang nggak terlaksana gitu. Terus, kamu punya harapan apa sih buat hubungan kamu sama adik kamu? Mungkin ke depannya? Kalau hubungannya, aku merasa ini kompak kan sama adikku kompak, aku merasa tetap harus punya kekompakkan ini, dirawat sampai entah besok tua atau gimana. Ya saling support lah kalau seumpama besok suatu saat ini udah lepas masing-masing, tetap kontak, karena dari pengalamanku aku tuh jarang banget kontak sama keluargaku. Bapak sama ibu aku tuh jarang ngontak, tapi lebih sering ke adikku sih karena mungkin satu rumah atau lebih merasa dekat sama adikku sih. Nah, aku pengennya besok suatu saat kalau sudah istilahnya masing-masing lah, pergi masing-masing, punya keluarga masing-masing ya tetap kontak, tetap support. Seumpama dia ada keperluan apa ya pengennya tetap dibantu, ada kebutuhan apa, gitu sih. Kalau pertanyaan tentang kamu dan adik kamu sebenarnya sejauh ini cukup dulu. Sekarang ibu kamu keadaannya gimana? Setelah percerian ada perubahan pada dirinya ibu nggak? Kalau ibu sejauh ini aku merasanya dari dulu nggak berubah, itu nampak dari kekecewaan yang tak rasain.
I4 berharap bisa tetap berkomunikasi, kompak, serta saling mendukung dan membantu dengan saudara kandungnya hingga tua. (620 – 635)
Keintiman tampak dari I4 yang menginginkan untuk bisa tetap berkomunikasi dengan saudara kandungnya, menjaga kekompakan, serta saling membantu dengan saudara kandungnya hingga keduanya tua ataupun sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri. (622 – 635)
I4 menyatakan bahwa setelah perceraian, ibunya lebih menunjukkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. (636 – 666)
174
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669
Jadi aku kan kecewa sama ibuku udah dari lama, dari dulu sudah punya suami masih jalan sama orang itu, saya pernah tahu. Terus sekarang sudah punya suami juga sama aja gitu, jadi nggak ada perubahan sih, cuma aku merasanya dia sayangnya lebih ke anak-anaknya, yang sama itu ya itu, perilakunya itu sama aja, bukan perilaku sih, kayak yo opo yo namanya? Pengalaman yang pernah tak alami terulang lagi gitu. Tapi kasih sayang yang ditunjukkan itu lebih besar sekarang, jadi kayak sebelumnya aku nggak pernah dapat support yang benarbenar, “ayo, mas, aku pengen Mas Adit kayak gini” atau “aku pengen Panji kayak gini-gini”. Care-nya tuh lho, kepeduliannya gitu, nah itu tuh lebih besar setelah perceraian tuh lebih besar. Tapi apakah setelah bercerai ibumu sering bersedih, sering nangis? Nggak pernah sih, nggak pernah tampak gitu. Ya pernah sih cuma aku nggak tahu, dia nangis tuh ya waktu tak tanyain, terus apa ya? Nangis tuh, jarang banget sih aku lihat ibu nangis, nangis waktu wisuda gitu nangis... Perubahannya sih nggak terlalu kelihatan ya kalau ibu, ya cuma kayak gitu perubahan yang tentang kasih sayang aja sih, care-nya, pedulinya itu lebih, tapi yang pengalaman-pengalaman sebelumnya sih terulangterulang terus sampai sekarang. I4 menceritakan kondisi pernikahan ibunya, Kalau sekarang keadaannya ibu gimana? Kalau ibuku, aku nggak tahu nih ya, ibuku nikah tuh dimana ibunya dan suami barunya tinggal di ternyata nikahnya udah dari 2008 atau 2009, aneh kan? Kalimantan, berhenti bekerja, membuka
175
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697
Waktu aku main ke Kalimantan, nikahnya tahun 2008, aneh, berarti sebelum bercerai sudah nikah, aneh toh, kayak gitu. Terus, keadaannya ibuku sekarang sama suaminya, suaminya di Kalimantan sama-sama cabut dari CU gitu lho, suaminya ada konflik tuh di koperasi, dipindah jabatan dengan dulu yang tinggi sekarang direndahin, padahal bawahannya dulu dinaikin jabatannya. Dia nggak terima, nah terus dia cabut, cabut, nah ibuku juga ikutan gitu, atau aku nggak tahu ya apa dulu ibuku cuma ikut suaminya aku nggak tahu, pokoknya itu. Terus suaminya bikin usaha sendiri, ibuku ngikut di sana tapi ibuku nggak betah karena lingkungannya sana, lingkungannya di kampung gitu lah istilahnya. Sebelumnya kan agak kota di Ponti, abis itu pindah ke Palangka. Palangka tuh kayak ya kalau di sana sudah desa banget lah gitu lho, cari hiburan susah, terus kebutuhan-kebutuhan juga mahal karena pelosok gitu lho. Nah, suaminya itu buka warnet gitu lah, tapi itu laris banget karena di sana nggak ada, gitu, terus ibuku mau pindah ke sini dengan alasan mau datang ikut wisudaku, kemarin sih, gitu. Terus di sini, nah makanya dari lama di sini, terus karena suaminya itu Chinese, kan cowok, jadi harus ada keturunan, kan masih patriarki kan, nah harus punya keturunan karena dia cowok satu-satunya kalau nggak salah. Dan sebelumnya belum menikah? Belum menikah, terus ibuku ini ada tuntutan buat punya anak, mereka itu punya tuntutan buat punya anak gitu
usaha warnet, dan adanya tuntutan untuk mempunyai keturunan. (667 – 732)
176
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725
lho, udah dari 2010 sudah ada tuntutan, sudah beberapa tahun ini kok ada tuntutan buat punya anak. Nah, ibuku kan sudah sekitar 42 ya, 40 lah kepala empat sekarang, sebenarnya bisa, kan masih mens, bisa, cuma ibuku tuh tertekan nggak mau. Sebenarnya dalam diri dia tuh nggak mau punya anak lagi, cuma kan ada tuntutan buat punya anak dari orangtuanya suaminya buat punya anak lagi biar nerusin keturunannya gitu lho, pakai program segala macam lah, sudah habis entah ratusan juta aku nggak tahu bisa buat punya anak itu lho, gitu. Terus, dia akhirnya setelah bertahun-tahun ikut program ke Malaysia, ke Singapur, segala macam, yang terakhir dia pokoknya ibuku maunya yang ketempatnya Inul yang di Surabaya itu. Inul kan di sana juga, karena sudah terbukti Inul bisa melahirkan, akhirnya suaminya sama dia ke Surabaya, tapi ibuku berkomitmen kalau setelah Surabaya ini, ini yang terakhir gitu, setelah itu dia nggak mau karena dilihat dari umurnya juga sudah tua. Ibuku ngerasanya kayak gitu, anak-anakku juga sudah besar, gitu. Terus, akhirnya setelah Surabaya itu nggak jadi kan, ya sudah habis itu ibuku nggak mau lagi, terus aku dengar cerita dari ibuku kalau ibuku sudah ngomong sama suaminya kalau silahkan kalau mau cari wanita lain yang bisa hamil gitu, nah si suaminya itu cari orang, dia sudah dapat nih, sudah dapat orang yang mau hamil buat nanti anaknya buat di mereka, tapi ibuku nggak mau karena ibuku merasa kalau bukan anaknya kandung dia kan memperlakukan anak itu beda gitu lho sama anak-
177
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751 752 753
anaknya yang kandung gitu. Nah, ibu nggak mau, daripada kayak gitu, mending suaminya suruh cari wanita lain biar bisa dapat keturunan gitu lho, kayak gitu terus, akhirnya yo nggak tahu ini masih ngambang antara iya atau nggak gitu. Akhir-akhir ini makanya ibuku ke sini, terus kelanjutannya aku nggak tahu, belum, belum, sampai sekarang belum tahu. Terus, gimana kamu menggambarkan hubungan kamu sama ibu kamu? Deket atau jarang ngontak? Hmm piye yo? Ya dekat sih, kok nganggo “sih” yo? Ya dekat, aku cukup sayang sih sama ibuku gitu lho, ibuku pun aku merasa ibuku sayang sama aku... Cuma kan ada kekecewan-kekecewaan yang mengurangi kadar sayangnya itu, tapi overall sih aku sih masih sayang sama ibuku, walaupun dengan latar belakang yang nggak sesuai dengan apa yang dibayangkan orang pada umumnya, kayak gitu. Terus, apa ya gambarannya? Hmm apa ya? Tolong pancing dong. Ya, kamu sering kontak sama ibu kamu nggak? Kalau kontak aku jarang banget, jarang, ya cuma ada perlunya aja. Kalau kontak tuh yang kayak kontak sama ibuku sama bapakku jarang banget, bisa dihitung lah kalau kontak-kontakan itu. Tapi ibuku sering nanyain, “lagi apa, mas?” gitu atau bapakku juga sering sih nanyain, mungkin karena mereka rindu tuh dengan anaknya tapi anaknya jarang ngontak mereka, tapi nanyain “piye le lagi ngapain?”. Bapakku juga sama kayak gitu juga, sama persis, “Lagi opo nak? Main ke
I4 mengatakan bahwa ia dan ibunya memiliki hubungan yang dekat, meskipun I4 memiliki banyak kekecewaan terhadap ibunya. (733 – 743)
I4 mengatakan bahwa ia jarang berkomunikasi dengan kedua orangtuanya, dan lebih sering berkomunikasi dengan saudara kandungnya. (744 – 759)
178
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774 775 776 777 778 779 780 781
rumah.” Gitu-gitu. Terus ibu kadang nanyain, “Kamu lagi apa? Ada aktivitas apa sekarang?” Terus, kalau aku sendiri lebih cenderung kontaknya ke adikku bukan ke ibuku, lebih sering ke adikku. Kalau akhir-akhir ini sih ibuku sudah di rumah kan, jadi ya merasa lebih dekat aja sih daripada dulu-dulu yang dia cabut keluar, gitu. Terus, kamu melihat hubungan adikmu dan ibumu seperti apa sih? Apakah dia dan adikmu lebih dekat atau gimana? Lebih dekatnya piye yo? Ngerasane sih ya sama-sama dekat sih, cuma memang lebih intens adikku kalau kontak-kontakan sama ibu, aku tahu kabar dari ibu ya kadang dari adikku, adikku lapor aja. Nggak tahu kalau lebih dekat atau nggak sih, akunya kurang tahu ya tapi memang adikku lebih terbuka sama aku, nah ibuku lebih terbukanya sama adikku. Terus, kalau bapakmu setelah perceraian ada perubahan dalam sikapnya atau nggak? Ada, kalau perubahan sikap dari bapakku ya, dulu itu bapakku tuh keras itu ya, aku dari kecil dididik keras jadi displin banget gitu ya. Sedangkan ibuku yang slow, slow, tapi bapakku keras dan lebih cenderung marah gitu, kadang marah, tapi setelah perceraian ini aku nggak pernah sama sekali lihat bapakku marah, sama sekali, sekalipun, nggak pernah. Sangat, sangat itu lho, kayak menunjukkan kalau kayak sayang banget gitu lho sama anaknya. Kadang kalau ketemu kita punya, istilahe kayak tos sendiri gitu lho, terus pelukan, itu sudah pasti
I4 mengatakan bahwa ibunya lebih terbuka dengan saudara kandungnya. (760 – 767)
I4 mengatakan bahwa ayahnya kini sudah tidak pernah marah, sehingga I4 merasa lebih nyaman dengannya. (770 – 785)
179
Keintiman terlihat dari I4 yang lebih banyak berkomunikasi dengan saudara kandungnya dibandingkan dengan orangtuanya. (755 – 757)
Keintiman tampak dari saudara kandung I4 yang lebih terbuka dengan I4. (768)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 808 809
kayak gitu. Rasane tuh lebih, lebih comfort, lebih nyaman daripada dulu sering marah-marah, pokoknya setelah perceraian, setelah konflik-konflik segala macam itu tuh lebih dekat sih. Terus, kalau sekarang bapak gimana keadaannya? Bapak sekarang ya itu, tinggal di rumah sendiri, bukan sendirian tapi sama istrinya, sudah menikah. Terus, dulu dia orang yang slow gitu lho, ya slow maksudnya dalam hal pekerjaan dia slow, nrimo gitu lho orangnya, tapi sekarang lumayan lah mau buka usaha segala macam yang istilahnya konsisten gitu lho, ada pemasukan yang ajeg gitu lho, gitu. Ya sekarang lumayan mau kerja keras sih buat nyari uang, kalau dulu sih karena ibuku yang kerja kan, nah bapakku lebih cenderung ngemong aku sama adikku dan dia cuma pengrajin sangkar burung. Ya dia bikin aja di rumah sambi gitu lho, nyambi gitu. Kalau sekarang buka usaha gethuk gitu, gethuk dan sangkar burungnya semua jalan, dia mau usaha lah daripada dulu lebih kelihatan usahanya sekarang, gitu. Terus, kalau hubungan kamu sama bapak kamu seperti apa? Hubungannya? Kalau hubungan sih ya baik-baik aja ya, standar banget hehe. Ya aku merasa lebih kompak sekarang sih daripada dulu, kalau dulu sebelum cerai itu tuh bapakku lebih sering diam, dingin itu lho orangnya, dingin, dingin banget, hampir sama kayak adikku, adikku orangnya dingin, diam, cool, bapakku juga kayak gitu, hampir sama, diam, cool. Terus, dia dulu juga
I4 menceritakan tentang ayahnya yang sudah menikah lagi dan mempunyai usaha sendiri. (786 – 800)
I4 mengatakan bahwa kini ia lebih kompak dengan ayahnya dan merasa diperhatikan. (801 – 817)
180
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835 836 837
sering marah mungkin nggak tahu ya apa dia punya konflik sendiri di rumah, mungkin sekarang sudah nggak terlalu banyak konflik gitu, bedanya itu, aku nggak tahu ya. Pokoknya dulu sering marah, kayak mood-nya tuh naik turun, kalau nggak sesuai marah tapi ya kadang ya sering bercanda. Kalau sekarang sih lebih banyak bercanda, lebih merasa kalau diperhatiin, gitu-gitu kalau aku sendiri. Terus, kamu menilai hubunganmu dengan bapakmu dan ibumu, kamu merasa lebih dekat dengan siapa? Kamu merasa lebih dekat ke ibumu atau bapakmu atau imbang kah? Menurutku sejauh ini masih berimbang ya, nyamannya, nggak tahu kenapa, kalau sekarang mungkin kan setelah wisuda ini, aku kan dulu minta banget tuh kalau wisuda itu nggak sama bapak ibu aku nggak mau wisuda gitu, yo wis tapi akhirnya bapakku mau menurunkan egonya buat datang wisuda dengan resiko istrinya marah-marah. Nah, itu dia mau, ya sudah aku appreciate dengan langkah yang diambil bapakku, ya aku merasa kalau sayangnya kedua orangtuaku sih berimbang, jadi nggak ada yang salah satu sih yang berat. Seumpamanya ibuku, walaupun ibuku lebih segala macam kebutuhan dari ibuku kan, sekarang pun kebutuhan-kebutuhan segala macam yang menuhin ibuku, tapi sejauh aku merasa menurutku sih berimbang. Terus, kalau kamu melihat hubungan adik kamu dengan bapak seperti apa?
I4 mengatakan bahwa ia merasa nyaman dengan kedua orangtuanya dan mendapatkan kasih sayang yang seimbang. (818 – 835)
I4 mengatakan bahwa saudara kandungnya kini lebih terbuka dengan ayahnya. (836 –
181
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865
Kalau aku lihat ya, adikku ke bapak sih mungkin hampir sama kayak aku ya, nggak tahu nek aku melihatnya sih fun-fun aja. Memang dulu takut banget adikku sama bapak, memang keras toh, tapi kalau dulu aku tuh berani sama bapak, aku sempat berani sama bapak, tapi adikku nggak pernah namanya berani sama bapakku. Nah, sekarang mungkin karena setelah perceraian ini, aku rasa adikku lebih mau mengungkapkan idenya ke bapak, mau mengungkapkan apa yang dirasain ke bapak, kayak kekecewaannya sama ibu atau kekecewaannya sama orang lingkungannya, atau sama pertemanannya, atau dia mbolos pun dia ngomong sama bapak, “pak aku wes tahu mbolos” gitu, dia ngaku gitu lho, dia mau terbuka. Ya menurutku itu positif, dia mau terbuka sama bapak. Sebelum-sebelumnya sih kalau sama ibu, nggak tahu ya, adikku sih kalau sama ibuku sih kayaknya terbukaterbuka aja cuma kadang sok cuek kae lho, kalau sama bapak dulu kan memang tertutup adikku. Nah, sekarang mungkin lebih terbuka aja sama bapakku, dan hampirhampir mirip kayak aku sih kayaknya karena perilakuya bapak menunjukkan rasa sayangnya ke anaknya jadi anaknya nerimanya tuh jadi terbuka gitu lho, jadi merasa kalau bapak itu sayang benaran sama anaknya. Terus, kamu merasa adikmu hubungannya sama bapak dan ibu imbang juga kah? Atau lebih deket sama salah satunya? Kalau aku merasa sih lebih dekat sama ibu, kalau aku melihatnya ya, karena adikku tuh sering berhubungan
860)
I4 mengatakan bahwa saudara kandungnya lebih dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya. (861 – 875)
182
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
866 867 868 869 870 871 872 873 874 875 876 877 878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893
sama ibu, jadi apa-apa cerita sama ibu, ya tapi ya nggak semuanya, cuma lebih banyak cerita sama ibu daripada ke bapak. Sedangkan aku kan cerita hampir imbang duaduanya, nggak banyak ke ibu, juga nggak banyak ke bapak. Nah, adikku itu lebih cenderung kalau cerita ke ibu, banyak, mungkin kebutuhan sih, tentang kebutuhankebutuhan kan ngomongnya sama ibu bukan sama bapak, kan adikku masih ditanggung ibu, jadi dia ngomongnya ke ibu, sedangkan aku kan sudah malu kalau minta ke ibu, harus cari sendiri, gitu. Terus, kalau kamu sendiri kenal nggak sih sama suaminya ibumu, istrinya bapakmu? Kenal sih, ya kenal. Kalau dengan suaminya ibumu hubungan kalian seperti apa? Suaminya ibuku? Sebenarnya kalau sama suaminya ibuku atau istrinya bapakku, aku lebih mengenal suaminya ibuku, karena pernah ke Jogja, tinggal bareng dan pernah dikecewakan. Kalau dengan suaminya ibuku, aku sih agak tertutup sama dia sebenarnya, tapi dia mau open sih, mau ngomong, istilahnya dia yang dekatin duluan gitu lho. Awal-awal kan aku sinis kan dengan orang di luar orangtuaku yang harus dianggap sebagai orangtua, aku agak sinis. Terus dia mau open, mau ngobrol segala macam, nah aku sudah oke lah, mau nerima dia sebagai pasangan baru ibuku. Aku ra ngerasa itu orangtuaku sih, aku kalau manggil masih “oom”. Kalau aku ditanyain mesti bilang, “Kae bapakmu?”
I4 mengatakan bahwa ia lebih mengenal suami baru ibunya dibandingkan istri baru ayahnya, meskipun hubungannya tidak dekat karena I4 merasa pernah dikecewakan oleh suami baru ibunya. I4 juga menyampaikan bahwa ia tidak menganggap pasangan baru kedua orangtuanya sebagai orangtuanya. (876 – 914)
183
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
894 895 896 897 898 899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919 920 921
“Nggak itu oomku.” Gitu. Orangtuaku ya bapak bapakku, ibu ibuku, cuma satu, istilahnya gitu. Terus relasinya dengan oom itu, mungkin dia ngerasane biasabiasa aja cuma beberapa kali aku dikecewakan dengan omongane dia, cuma aku kan nggak mau memperpanjang masalah dengan dia karena ngapain aku harus memperpanjang masalah dengan dia, toh dia bukan siapa-siapaku gitu lho, aku nggak merasa punya ikatan emosional dengan dengan dia, harus punya ikatan emosional dengan dia, nggak ada yang mewajibkan itu, jadi ya kenapa harus tak mempermasalahkan. Ben. Ya aku sebal, sebal aja, kalau dia punya hubungan sama ibuku, ya itu sekedar hubungan sama ibuku, dia suaminya ibuku, kayak gitu sih, yang lebih banyak sih aku merasa dikecewakan sih sama dia. Jadi mungkin kurang dekat? Ya kurang dekat, aku nggak ada yang dekat sih duaduanya, cuma dia lebih sering bertemu sama aku dulu, istilahe apa namanya ya? Lebih mengenal, aku lebih mengenal tipe orangnya seperti apa tuh lebih mengenal oom, suaminya ibuku daripada istrinya bapakku. Terus, adikmu sama suaminya ibu kamu kalau kamu lihat hubungannya kayak apa? Kalau adikku sih sebenarnya nggak terlalu bermasalah sih ya sama dia, aku melihatnya sih biasa-biasa aja dia, karena ya cuma apa ya? Mungkin dia lebih dekat ya, nggak tahu ya, beberapa kali sih dia lebih open sih, nggak tahu lebih open atau lebih ke diam, aku nggak
I4 menyatakan bahwa saudara kandungnya tampak lebih bisa menerima suami baru ibunya. (915 – 923)
184
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
922 923 924 925 926 927 928 929 930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949
tahu, nggak tahu, adikku tuh kalau hal-hal kayak gitu tuh masih bingung. Terus, kalau dengan istrinya bapakmu hubunganmu dengan dia seperti apa? Oh... Kalau sama istrinya bapakku aku ya sekedar kenal aja sih, sama-sama kenal, terus aku nggak pernah ceritacerita sih sama dia cuma ya sebatas kalau main ke rumahnya ketemu, cuma ya apa ya? Ya cuma say hello, nggak pernah yang sampai cerita-cerita gitu nggak pernah, ya cuma ya gimana kabar, basa-basi lah. Terus, kalau adikmu dengan istrinya bapak kamu lihat gimana hubungan mereka? Ya, hampir sama sih, kalau adikku sama istrinya bapakku sih ya sama, malah dia lebih jarang, lebih jarang ketemu daripada aku. Terus, kamu melihat sekarang ini hubungan bapak dan ibumu seperti apa? Menurutku ya, sekarang sih setelah aku melihat bapak mau datang ngobrol sudah, aku rasa sih baik, baik, mau buat diskusi bareng. Bapakku mau nanya kabar anaknya ke ibu, sebelum-sebelumnya nggak mau pernah, nggak pernah, nah ini mau nanya “piye anake awak dewe?” Minimal kayak urusan motor gitu ya, motorku kan itu dari anunya bapak, dari kakek, dari pihak bapak, jadi urusan itu kan seenggaknya ada diskusi dari mereka gitu, nah akhirnya mereka diskusi karena pajaknya apa, pajaknya telat, atau segala macam gitu, terus dia kontak. Bapakku mau bantuin buat cariin biro jasanya, atau mau
I4 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya tidak dekat dengan istri baru ayahnya. (924 – 936)
I4 mengatakan bahwa kedua orangtua masih berhubungan baik dan berkomunikasi untuk urusan-urusan tertentu. (937 – 966)
185
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
950 951 952 953 954 955 956 957 958 959 960 961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977
nambahin uangnya gitu-gitu sih, menurutku sih akhirakhir ini sih ya sesudah ini sih, bagus. Sudah nggak berkonflik seperti dulu lagi? Konflik? Nggak sih kalau konflik, karena istilahe kalau bapak sudah ini sih... Aku dengar ceritanya bapak, ceritaceritanya kalau bapak, yo wes lah ngapain, sudah nggak peduli gitu lho, sudah nggak peduli sih, jadi nggak, nggak akan ada konflik gitu lah. Konflik, konflik kecuali yang menyangkut anak-anaknya, dia bilang kalau ada konflik pasti nyangkute tentang anak-anaknya, tapi selama ini belum pernah. Jadi, bisa dibilang hubungan bapak dan ibumu ketika mereka mengontak tuh cuma kalau ada butuhnya aja atau cuma sekedar nanya kabar nggak pernah? Iya, nanya kabar ibuku atau nanya kabar bapakku nggak pernah, ya cuma tentang anaknya itu. Lalu, sebenarnya kamu bisa benar-benar memahami alasan orangtua kamu bercerai atau nggak sih? Memahami? Memahami ini gimana maksudnya? Ya kayak tahu persis kenapa mereka bisa berpisah. Kalau tahu persis sih aku tahu persis ya, kekecewaannya gimana. Kalau aku lihat dari sisi kedua orangtuaku, aku bisa memahami, tapi dari sisi anak kadang aku nggak terima, kadang aku juga masih sering nangis sama kayak adikku, nangis tuh ketika ingat dulu kebersamaannya, tapi kalau buat memahami kenapa mereka bercerai, kalau aku sih bisa-bisa aja.
I4 mengatakan bahwa ia memahami alasan perceraian orangtuanya, walaupun belum bisa benar-benar menerima keadaan tersebut. (967 – 989)
186
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 988
Apakah kamu sudah bisa lebih menerima? Setelah ini ya? Istilahe opo yo? Lebih bisa menerima itu kok piye yo? Dibilang karena nggak tahu sih, masih baru-baru ya hitungannya. Nerima itu, ya bisa sih sebenarnya menerima, cuma apa ya? Ya bisa sih hitungane, cuma kadang masih beberapa kali kalau ingat masa dulu, istilahnya kalau sendiri atau gimana itu masih ingat. Jadi kadang masih merasa nggak terima, kenapa kok mereka seperti itu? Nggak ada jalan lain kah? Mempertanyakan yang dulu belum sempat tertanyakan. Oke, begitu dulu cukup, terima kasih waktunya, Mas.
187
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
188
DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 4 Tema Utama
Nomor Verbatim
Keintiman:
I3 menceritakan masalah dan kesehariannya kepada I4
(91 – 92), (97 – 109), (178 – 192), (196 – 198), (200 – 202), (204 – 207), (235 – 238), (240 – 242), (258 – 275), (449 – 456), & (768)
I4 menceritakan masalah dan
(235 – 240) & (248 – 288)
kesehariannya kepada I3 (429 – 437) & (440 – 446)
I4 merasa nyaman untuk berinteraksi
Berkomunikasi setiap hari
(221), (229 – 232), & (755 – 757)
I4 merasa dekat dengan I3
(222 – 223), (546 – 548), & (546 – 558)
I4 berkeinginan untuk berinteraksi di
(622 – 635)
masa depan
I3 mampu menenangkan I4
Terharu dengan sikap satu sama lain
(325 – 331)
I4 menjaga suasana hati I3
(457 – 458)
(432)
Konflik yang rendah:
Jarang bermasalah
Penyelesaian masalah yang cepat
(291), (309), & (554 – 559) (321 – 325), (337 – 356), & (359 – 364)
I3 mengalah
(325 – 326)
I4 mengalah
(305), (316), (321 – 325), (334 – 335), (342), & (353 – 355)
Perlakuan berbeda dari orangtua
I4 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda dari orangtua
Konflik ringan
(394 – 397) (378 – 380), (382), (384 – 390), (397 – 399), & (402 – 426) (292), (301 – 307), (309 – 318), &
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
189
(478 – 485)
I4 mempersepsikan I3 secara negatif
(380 – 381)
Solidaritas:
I4 merasa dihargai oleh I3
(296 – 301)
I4 merasa didukung oleh I3
(546 – 548)
I4 memberikan solusi untuk masalah I3
I3 bersedia menerima pendapat I4
(478)
I4 bersedia menerima pendapat I3
(458 – 464)
I4 tidak suka dengan orang yang
(503 – 510)
(467 – 471) & (527 – 543)
memperlakukan I3 secara buruk
I4 bertindak ketika I3 mempunyai
(526)
masalah
I3 mendukung I4 dengan kehadirannya
I3 mendukung keinginan dan hobi I4
(564 – 567)
I4 mendukung keinginan dan hobi I3
(592 – 595) & (610 – 619)
I4 mendukung I3 dengan memantau
(597 – 610)
(567 – 574) & (582 – 589)
keadaan akademis I3
I4 merasa ingin membantu I3
(488 – 500) & (516 – 518)
I3 bersedia membantu I4
(293 – 296) & (557 – 582)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TEMA UTAMA RELASI B Tema Utama Keintiman
Sub Tema
Informan 3
Perasaan saling memahami
(100)
Berkomunikasi setiap hari
(148 – 150), (152 – 153), (155 – 156), &
Informan 4 (221), (229 – 232), & (755 – 757)
(159 – 160) I3 menceritakan masalah dan kesehariannya
(93 – 95), (161 – 163), (179 – 181), &
(91 – 92), (97 – 109), (178 – 192),
(216 – 217)
(196 – 198), (200 – 202), (204 – 207),
pada I4
(235 – 238), (240 – 242), (258 – 275), (449 – 456), & (768) I4 menceritakan masalah dan kesehariannya
(97 – 100), (101 – 103), (161 – 163),
kepada I3
(172 – 178), & (208)
(235 – 240) & (248 – 288)
(212 – 213)
Durasi percakapan sekitar dua jam dan terjadi beberapa kali dalam sehari Bertemu hampir setiap hari
(158 – 159)
Berpergian bersama
(167 – 169)
I3 merasa nyaman untuk berinteraksi
(104 – 106), (184 – 185), (192 – 198), & (214 – 217) (429 – 437) & (440 – 446)
I4 merasa nyaman untuk berinteraksi (300 – 301)
I3 berkeinginan untuk berinteraksi di masa depan
(622 – 635)
I4 berkeinginan untuk berinteraksi di masa
190
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
depan I3 tidak terbuka dengan I4
(134 – 136)
I3 ingin memahami perasaan I4
(153 – 154)
I3 mampu menenangkan I4
(432) (184) & (186 – 188)
I3 merasa dekat dengan I4
(222 – 223), (546 – 548), & (546 –
I4 merasa dekat dengan I3
558) I4 menjaga suasana hati I3
(457 – 458)
Terharu dengan sikap satu sama lain
(325 – 331)
Konflik yang
I4 mempersepsikan I3 secara negatif
(380 – 381)
rendah
Jarang bermasalah
(218 – 222)
(291), (309), & (554 – 559)
I3 mengalah
(239 – 240)
(325 – 326)
I4 mengalah
(239 – 240)
(305), (316), (321 – 325), (334 – 335), (342), & (353 – 355)
Perlakuan berbeda dari orangtua
(258 – 260) & (305 – 308)
(394 – 397)
(260 – 265)
I3 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda dari orangtua
(305 – 308)
I4 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda
390), (397 – 399), & (402 – 426)
dari orangtua Penyelesaian masalah yang cepat
(378 – 380), (382), (384 –
(226 – 228) & (236 – 237)
(321 – 325), (337 – 356), & (359 – 364)
191
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Konflik ringan
(231 – 234) & (243 – 246)
(292), (301 – 307), (309 – 318), & (478 – 485)
Solidaritas
I3 memberikan solusi untuk masalah I4
(201 – 209)
I4 memberikan solusi untuk masalah I3
(185)
(467 – 471) & (527 – 543)
(276 – 278)
I3 bertindak ketika I4 mempunyai masalah I4 bertindak ketika I3 mempunyai masalah
(526) (269 – 273)
I3 ikut merasakan apa yang I4 rasakan terhadap orang lain
(503 – 510)
I4 ikut merasakan apa yang I3 rasakan terhadap orang lain (279 – 281)
I3 merasa didukung oleh I4
(546 – 548)
I4 merasa didukung oleh I3
(488 – 500) & (516 – 518)
I4 merasa ingin membantu I3 I3 mendukung I4 dengan kehadirannya
(288 – 290)
I4 mendukung I3 dengan kehadirannya
(293 – 297)
(567 – 574) & (582 – 589)
I3 mendukung keinginan dan hobi I4
(284 – 286) & (291)
(564 – 567)
I4 mendukung keinginan dan hobi I3
(293)
(592 – 595) & (610 – 619) (597 – 610)
I4 mendukung I3 dengan memantau keadaan akademis I3
(296 – 301)
I4 merasa dihargai oleh I3
192
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(293 – 296) & (557 – 582)
I3 bersedia membantu I4 I3 bersedia menerima pendapat I4
(185 – 186) & (199 – 200)
(478) (458 – 464)
I4 bersedia menerima pendapat I3
193
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 5 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Verbatim Bisa dimulai dengan kamu menyebutkan identitas kamu? Nama aku NA, aku biasa dipanggil Adhi. Aku sekarang 16 tahun, dan sekarang ini sekolah. SMA, udah SMA. Di SMA XXX Yogyakarta. Coba ceritakan sedikit tentang keluarga kamu. Jadi, di Jogja ini aku tinggal bersama nenek, ibu, dan kakak kedua aku. Kita tinggal di Jogja sejak tahun 2010. Kakak pertama aku tinggal di Jakarta. Saat ini aku nggak tahu keberadaan bapak aku. Nggak tahu keberadaan bapak? Ya, kayak gitu, agak complicated. Soalnya jarang kontak. Oke. Coba ceritakan lagi soal dua kakakmu? Aku punya dua saudara kandung. Dua-duanya perempuan. Selisih umur kita ya, bisa dikatakan cukup besar. Kakak pertama aku bernama PA, dia biasa dipanggil Arsa, umurnya 28 tahun, jadi selisih umur kita 12 tahun. Dia sekarang tinggal di Jakarta dan kerja di bank. Kakak kedua aku namanya MP, nama panggilannya Saras. Umurnya sekarang 21 tahun, jadi selisih umur kita lima tahun. Dia tinggal di Jogja sama aku dan ibu aku. Sekarang masih kuliah. Jadi kalau begitu, kapan orangtua kamu bercerai? Orangtua aku cerainya tahun 2010, aku nggak begitu
Transformasi I5 menceritakan tentang dirinya. (1 – 5)
I5 menceritakan tentang keluarganya. (6 – 13)
I5 menceritakan kedua saudara kandung perempuannya yang lebih tua. (14 – 23)
I5 bercerita bahwa orangtuanya bercerai pada tahun 2010 dan I5 kurang memahami detail
194
Interpretasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
tahu detailnya. Pokoknya pas kita pindah ke Jogja. Bisa diceritakan proses perceraiannya yang kamu tahu? Sebenarnya aku kurang tahu detailnya. Tapi kayaknya prosesnya biasa aja. Aku nggak pernah diajak bicara tentang hal itu, mungkin karena aku masih muda. Waktu itu, salah satu proses yang harus dilalui itu adalah dengan seorang notaris. Aku nggak tahu hal apa yang dilakukan pada saat itu, tapi ada masalah yang membuat aku dan kakak-kakak aku harus berpisah dari kedua orangtua aku dan tinggal di rumah yang dipilih sama notarisnya. Setelah bercerai, kamu dan kakakmu tinggal bersama orangtua yang mana? Setelah bercerai kita semua mengikuti ibu ke Jogja. Apakah itu pilihan kamu dan kakakmu atau keputusan pengadilan, atau keputusan pihak lainnya? Sebenarnya aku sampai sekarang nggak tahu keputusan pengadilannya seperti apa. Setahu aku, aku hanya bisa memilih untuk ikut ke Jogja bersama ibu dan kakakkakak aku, atau ke Bali bersama bapak aku. Apakah kakakmu mempengaruhi kamu dalam keputusan tersebut? Sebenarnya aku pun nggak yakin kalau waktu itu dikasih pilihan. Aku ikut ke Jogja karena pilihan aku sendiri, karena keinginan aku untuk tinggal bersama ibu dan kakak-kakak aku, dan karena aku lebih familiar dengan Jogja daripada Bali. Aku juga punya cita-cita untuk
prosesnya karena usianya yang saat itu masih terlalu muda. (24 – 36)
I5 mengatakan bahwa setelah perceraian, ia dan saudara-saudaranya memilih untuk tinggal bersama ibu. (37 – 55)
195
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
masuk SMA XXX, jadi aku rasa waktu itu kesempatan yang bagus untuk mencari kesempatan masuk sana. Terus bagaimana kamu menghadapi perceraian orangtua saat itu? Dulu aku agak bingung, karena mungkin selama proses itu, aku ditutupi dari hal-hal yang terjadi. Aku nggak tahu banyak, tetapi aku waktu itu juga khawatir karena kakak-kakak aku terlihat sedih dan... Ya kayak keganggu gitu, nggak nyaman. Kamu bingung gitu, cerita nggak sama kakakmu? Lupa, mungkin iya. Bagaimana dengan sekolah kamu pas itu setelah orangtua kamu bercerai? Nggak ada bedanya juga sih. Urusan sekolah sama keluarga itu dua hal yang jauh berbeda menurut aku. Aku selalu usahakan untuk nggak melibatkan urusan keluarga dengan sekolah, karena aku anggap itu sebagai hal yang mengganggu. Bagaimana hubungan kamu dan teman-teman kamu pas itu setelah orangtua kamu bercerai? Ketika orangtua belum cerai, aku masih tinggal di Jakarta. Nah, pas di sana aku nggak begitu banyak teman. Tapi setelah cerai, ketika aku pindah ke Jogja, aku jadi punya banyak teman baru. Mungkin aku menjadi lebih gaul dan terbuka dibanding dulu, tapi sekali lagi, menurutku itu nggak ada hubungan sama perceraiannya. Lalu bagaimana dengan sekolah kakakmu sekarang
I5 mengatakan bahwa ketika orangtuanya bercerai, ia merasa bingung dan khawatir dengan saudara-saudaranya. (56 – 62) Keintiman terlihat dari I5 yang mengkhawatirkan keadaan saudara kandungnya. (59 – 62) I5 mengatakan bahwa ia menceritakan kebingungannya kepada saudara kandungnya. (63 – 64) I5 menyatakan bahwa sekolahnya tidak terpengaruh oleh perceraian orangtuanya. (65 – 71)
I5 bercerita bahwa ia memiliki banyak teman setelah pindah ke Yogyakarta, dan relasi sosialnya tidak terpengaruh oleh perceraian orangtuanya. (72 – 80)
I5 mengatakan bahwa ia kurang mengetahui
196
Keintiman tampak dari I5 yang menceritakan kebingungannya kepada saudara kandungnya. (63 – 64)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
setelah itu? Aku kurang tahu tentang hal itu. Masih kecil. Gitu ya... Kalau hubungan kakakmu dan temantemannya gimana? Hmm... Nggak tahu juga sih, kayaknya biasa-biasa aja. Nggak terlalu aku perhatikan. Apakah kamu sering berinteraksi sama kakakmu? Seberapa sering? Aku selalu berinteraksi dengan kakak-kakakku setiap kali ada kesempatannya. Setiap hari lah ya, kalau sama kakakku yang kedua. Kalau dengan kakakmu yang kedua, ini kita bahas hubungan kamu sama dia aja ya... Untuk keperluan apa kalian berinteraksi biasanya? Ya, mungkin hanya untuk ngobrol biasa. Kadang juga buat minta tolong, kadang buat bantuin mereka juga. Ya biasa lah. Sekali bertemu atau mengobrol, bisa berapa lama? Ah, ya lumayan lama sih. Biasanya juga ngobrol sampai kakak-kakakku harus pergi. Bisa berjam-jam. Nggak ada bedanya dari dulu. Banyakan bercandanya. Kamu selalu bercerita sama kakakmu nggak sih? Iya kayaknya. Ya mungkin beberapa cerita aja. Ceritacerita yang bagus aja. Terus hal apa aja yang kamu ceritakan ke kakakmu? Apakah tentang pengalaman sehari-hari, pas lagi ada masalah? Kalau aku merasa kakak aku bisa bantuin nyelesaiin
keadaan akademis dan relasi sosial saudara kandungnya setelah perrceraian. (81 – 87)
I5 mengakui bahwa ia berinteraksi setiap hari dengan saudara kandungnya. (88 – 92) Keintiman terlihat dari frekuensi interaksi yang tinggi antara I5 dengan saudara kandungnya, yaitu setiap hari. (90 – 92) I5 mengatakan bahwa interaksinya dengan saudara kandungnya untuk keperluan mengobrol dan saling membantu. (93 – 98)
I5 menyatakan bahwa ia dan saudara kandungnya dapat berbicara selama beberapa jam. (99 – 102)
Keintiman tampak dari I5 yang berinteraksi dengan saudara kandungnya untuk mengobrol dan meminta atau dimintai tolong. (96 – 98)
I5 mengatakan bahwa ia selalu bercerita kepada saudara kandungnya. (103 – 105)
Keintiman tampak dari durasi interaksi I5 dan saudara kandungnya yang berlangsung selama berjam-jam. (100 – 102)
I5 mengatakan bahwa ia menceritakan kejadian sehari-hari, hobi sepakbola dan binatangnya, serta konsultasi masalah kepada saudara kandungnya. (106 – 113)
Keintiman terlihat dari I5 yang selalu bercerita kepada saudara kandungnya, terutama tentang kejadian sehari-hari dan hobi sepakbola serta hobi binatang I5.
197
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
masalahnya, ya paling aku cerita ke dia. Kalau nggak ya biasanya tentang kejadian-kejadian sehari-hari. Atau nggak topik pembicaraan yang biasanya aku suka, misalnya bola atau hewan. Ketika kamu bercerita pada kakakmu, tanggapan apa yang kamu harapkan? Tergantung apa yang aku ceritain, kalau misalnya ngomongin hobiku yang kayak bola atau hewan, kan yang penting ada yang dengar. Kalau soal ceritain masalah ya... Kalau aku nggak mengharapkan jawaban atau usulan, aku nggak akan cerita ke dia. Lalu tanggapan apa yang kamu dapatkan pada kenyataannya? Biasanya kakakku nggak begitu perhatiin ya soal topiktopik yang nggak menarik baginya. Kalau aku cerita dia kadang sambil mainan handphone gitu, tapi nanti nanggapinnya nyambung jadi aku tahu dia sebenarnya dengarin. Tapi dia sering memberi usulan atau solusi kalau aku ceritain masalah. Misalnya pendapatnya pas aku mau mendaftar jadi panitia di sekolah. Jadi dia bisa memberikan solusi untuk masalah kamu? Bisa. Sebaliknya, apa kakakmu selalu cerita sama kamu? Iya kayaknya. Kan kalau tiap kali kita ngobrol itu suka tukar cerita. Hal apa aja yang diceritakan ke kamu? Ya, kayak aku juga. Kadang ya dia suka cerita tentang
(104 – 113)
I5 mengatakan bahwa ia ingin didengarkan dan mengharapkan usulan dari saudara kandungnya. (114 – 120)
I5 menceritakan bahwa saudara kandungnya dapat menanggapi ceritanya dan memberikan solusi untuk masalahnya. (121 – 132)
Keintiman tampak dari I5 yang ingin didengarkan oleh saudara kandungnya dan mengharapkan usulan saudara kandungnya. (116 – 120)
Keintiman terlihat dari saudara kandung I5 yang mendengarkan dan menanggapi cerita I5. (123 – 127) Solidaritas terlihat dari saudara kandung I5 yang dapat memberikan solusi untuk masalah I5. (127 – 132)
I5 merasa bahwa saudara kandungnya selalu bercerita kepadanya. (133 – 135) I5 menyatakan bahwa saudara kandungnya bercerita tentang kejadian sehari-hari dan
198
Keintiman tampak dari saudara kandung I5 yang selalu bercerita kepada I5, terutama tentang kejadian sehari-hari dan untuk meminta pendapat. (133 – 144)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
apa yang dialaminya. Hari ini dia ngapain, ketemu siapa, temannya ngapain. Dia biasanya banyak cerita tentang hal-hal yang harus dijawab. Maksudnya gimana tuh? Misalnya ada kesempatan untuk melakukan sesuatu atau bekerja di suatu tempat. Biasanya dia suka ngomongin itu ke aku. Pas itu dia lagi cari kerja. Bagaimana kamu menanggapi cerita kakakmu? Kadang kalau jawabannya nggak perlu ya aku cuma di situ sebagai pendengar aja. Tapi biasanya aku juga nanggapin sendiri. Kadang dia ngikutin, kadang nggak. Apakah kamu memberikan solusi untuk masalah kakakmu? Ya, sebisaku aja sih. Kadang ada beberapa persoalan yang nggak bisa aku kasih solusi karena aku sendiri ya kurang tahu. Tapi kalau aku tetap kasih jawaban kalau bisa. Apakah kamu dan kakakmu sering bertengkar atau bermasalah? Nggak juga. Kayaknya jarang deh. Kalau iya paling karena hal-hal kecil, kayak pas aku injakin sepatu atau sandalnya terus menerus. Kurang penting kalau ada masalah, ya bukan masalah juga sebenarnya. Nah, kalau ada konflik kayak gitu, bagaimana kamu dan kakakmu menyelesaikannya? Mungkin karena masalahnya nggak begitu besar, konfliknya hilang dengan sendirinya. Kalau aku sih biasanya nggak begitu peduli, mungkin kakakku juga.
sering meminta pendapat I5. (136 – 144)
I5 mengakui bahwa ia lebih bersikap sebagai pendengar dan sesekali memberikan solusi untuk masalah saudara kandungnya. (145 – 154)
Keintiman terlihat dari I5 yang mau mendengarkan saudara kandungnya bercerita. (146 – 147) Solidaritas terlihat dari I5 yang memberikan solusi untuk masalah saudara kandungnya. (147 – 148, 151 – 154) Keintiman tampak dari saudara kandung I5 yang menerima usulan dari I5. (148)
I5 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya hampir tidak pernah bermasalah. (155 – 160)
I5 menyatakan bahwa konflik antara dirinya dengan saudara kandungnya akan hilang dengan sendirinya. (161 – 165)
199
Konflik yang rendah terbukti dari I5 dan saudara kandungnya yang jarang bertengkar. (157) Konflik yang rendah terlihat dari I5 dan saudara kandungnya yang hanya bermasalah karena hal-hal kecil. (157 – 160, 163)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
Kalau ada persoalan besar biasanya kita sepihak. Sepihak gimana? Ya misalnya ada masalah dalam keluarga, siapa gitu berantem, biasanya nggak pernah antara aku sama kakakku yang kedua. Kami biasanya sepihak. Yang berantem yang lain. Jadi kalian lebih kayak sependapat gitu kali ya? Iya. Berapa lama pertengkaran atau masalah kamu dengan kakakmu berlangsung? Nggak lama-lama kok. Biasanya di hari yang sama pula kita langsung damai. Apakah menurut kamu, orangtua, ya ibu kamu, memperlakukan kamu dan kakakmu secara sama? Menurutku sama aja sih, nggak terlalu aku perhatiin. Contohnya, biasanya ibu lebih sering sibuk ngurusin kakakku, tapi menurutku itu memang karena kakakku lebih banyak urusannya yang butuh campur tangan ibuku. Kalau aku juga butuh bantuan ibuku, dia juga selalu membantu kok. Pas kakakmu punya masalah, apa yang kamu rasakan? Ya, lebih ke kasihan sih. Maksudnya, ya aku bersimpati gitu. Kalau ada orang yang memperlakukan kakakmu dengan kurang baik, apa sih yang kamu rasain? Apa ya, kakakku nggak pernah cerita dijahatin gitu sih... Gitu ya. Nah, kalau dia lagi ada masalah gitu, apa
I5 mengatakan bahwa ketika ada persoalan dalam keluarga, ia dan saudara kandungnya berada di pihak yang sama. (166 – 173)
I5 mengatakan bahwa masalahnya dengan saudara kandungnya akan selesai di hari yang sama. (174 – 177) I5 menyatakan bahwa ibunya lebih banyak mengurusi saudara kandungnya, walaupun dirasakan sama saja oleh I5. (178 – 185)
I5 merasa kasihan dan bersimpati kepada saudara kandungnya ketika saudara kandungnya memiliki masalah. (186 – 192)
I5 mengatakan bahwa ia lebih senang
200
Konflik yang rendah terbukti dari I5 dan saudara kandungnya yang dapat menyelesaikan konflik di hari yang sama. (163 – 165, 176 – 177) Solidaritas tampak dari I5 dan saudara kandungnya yang selalu berada di pihak yang sama ketika ada persoalan dalam keluarga. (166 – 173)
Konflik yang rendah tampak dari I5 yang tidak merasakan adanya perbedaan perlakuan dari ibunya kepada dirinya dan saudara kandungnya. (180 – 185)
Solidaritas tampak dari I5 yang bersimpati dengan saudara kandungnya ketika bermasalah. (188 – 189)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
yang kamu lakukan? Jarang aku ajakin dia untuk membicarakan masalahnya, habis dia suka mulai lebih dulu. Kalau dia nggak mau bicarain masalahnya, ya aku nggak akan ajak ngomong. Biasanya kalau kelihatan parah, aku suka tinggalin kakakku sendirian biar kesannya nggak ngeganggu dan dia punya privasi dan waktu untuk mencoba mengolah perasaannya sendiri. Apa kamu merasa kamu dan kakakmu saling mendukung? Iya lah. Kita kompak. Kayak gimana wujud dukungan kamu untuk kakakmu? Kadang kalau kakakku butuh aku untuk mengatasi persoalan, aku selalu usahain ada untuk dia. Contohnya, waktu dia nawarin jual baju SMA XXX punya temannya, aku bantu promosiin ke sekolah. Lalu selain itu? Paling cuma kalau dia tanya pendapat, aku jawab. Kalau dia minta tolong, ya aku tolongin. Ambilin ini itu, ngerjain ini itu. Kalau dia, gimana wujud dukungan dia buat kamu? Aku selalu merasa kakakku selalu membantu aku bila ada waktunya, tapi sayangnya dia suka sibuk sendiri. Tapi menurutku dalam kesibukannya itu, dia selalu coba untuk membantu tiap kali ada kesempatannya. Misalnya pas aku mau promosiin event SMA XXX, aku minta bantuan kakakku untuk promosiin ke kampusnya. Nah,
memberikan saudara kandungnya privasi untuk menenangkan diri ketika ada masalah, kecuali jika saudara kandung I5 bercerita lebih dulu kepadanya. (193 – 201)
I5 mengakui bahwa ia dan saudara kandungnya kompak dan saling mendukung. (202 – 204) I5 menceritakan bahwa ia selalu berusaha hadir untuk saudara kandungnya, memberikan pendapat, dan menolongnya ketika membutuhkan bantuan. (205 – 214)
I5 mengatakan bahwa saudara kandungnya selalu membantunya walaupun sibuk, mengurusi sekolah I5, dan sering menanyakan kebutuhan I5. (215 – 232)
201
Solidaritas terlihat dari I5 yang memberikan ruang untuk saudara kandungnya untuk menenangkan diri ketika ada masalah, dan menunggu saudara kandungnya bercerita kepadanya. (195 – 201) Solidaritas tampak dari I5 yang merasa kompak dan saling mendukung dengan saudara kandungnya. (202 – 204)
Solidaritas terbukti dari I5 yang selalu berusaha menyediakan diri untuk saudara kandungnya, memberikan pendapat, dan menolongnya ketika membutuhkan bantuan. (207 – 214)
Solidaritas terlihat dari saudara kandung I5 yang selalu membantu I5 di tengah kesibukannya, mengurusi sekolah I5, dan sering menanyakan kebutuhan I5. (216 – 232)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249
walaupun dia sibuk kuliah waktu itu, dan jadwalnya ketat, dia bisa bantu promosiin, dan kalau nggak salah waktu itu ada tiga atau empat orang yang mau beli tiket karena dia. Kalau buat urusan sekolah, dia juga bantu. Kayak misalnya ngantar atau jemput, terus datang buat rapat orangtua murid ngegantiin ibu, bantuin ngerjain PR, gitu sih. Ada lagi? Apa ya. Gitu sih kira-kira. Dia juga sering nanya aku butuh apa sebelum cerita. Jadi kadang aku nggak perlu sampai cerita dulu. Apakah kamu merasa dilindungi oleh kakakmu? Seperti apa? Ya, iya. Sebagai remaja, menurutku aku masih butuh arahan dan bantuan untuk perkembangan karakter. Ya, itu juga yang aku dapat dari sekolah. Tapi untungnya punya kakak yang selisih umurnya cukup jauh, itu ada orang yang lebih berpengalaman dan udah melalui apa yang sedang aku lalui, jadi dia sering memberi pendapatnya buat membantu aku. Arahan kayak gimana nih maksudnya? Ya, jadi remaja, jadi orang yang sebaiknya kayak gimana. Kakakku itu cerewet kalau soal kayak gitu, dia suka nasihatin aku. Suka ngomongin, aku jangan sampai berbuat apa kayak si siapa, supaya besok nggak kayak gimana. Kalau mau mencapai apa, aku harusnya bisa ngapain. Kayak gitu-gitu sih. Kadang ngomongin yang serius gitu.
I5 menceritakan bahwa saudara kandungnya banyak membantu dan mengarahkannya untuk pengembangan karakter dengan sering menasihatinya. (233 – 249)
202
Solidaritas terlihat dari saudara kandung I5 yang banyak menasihati I5, yang dirasa I5 dilakukan untuk membantu mengarahkan dirinya. (235 – 249)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277
Wah, begitu? Iya, eh, jadi ingat. Ada kakakku ngelindungin aku. Agak aneh sebenarnya. Kalau lagi naik mobil gitu, terus yang nyetir pacarnya ibu. Pacarnya ibu itu kan kalau nyetir mobil agak seram, ngebut. Suka ngerem mendadak. Kalau udah mau ngerem mendadak, kakakku pasti langsung peluk kepalaku. Katanya buat ngelindungin otakku. Aneh nggak sih? Sekarang nggak cuma kalau yang nyetir pacar ibu sih, naik kendaraan apapun kakakku langsung gitu. Iya... Terus apakah kamu punya harapan untuk hubungan kamu dan kakakmu? Kalau iya, apa? Harapanku ya cuma satu sih, ya kalau kita memasuki masa dewasa, kita masih memiliki hubungan yang kuat seperti sekarang ini. Kalau boleh tahu, gimana keadaan ibu sekarang? Kalau dibanding masa-masa awal perceraian, menurutku beban ibu sekarang udah lebih berkurang. Mungkin karena aku dan kakakku udah lebih mandiri, jadi ibuku sekarang hanya ngurusin hal-hal rumah tangga biasa, seperti biaya pendidikan, masak-masak, dan yang seperti itu. Ibuku tampaknya bahagia sih, nggak ada masalahmasalah yang begitu signifikan. Apakah ada perubahan dalam sikap ibu setelah cerai? Mungkin semenjak itu dia lebih protektif terhadap anakanaknya, terutama aku. Mungkin karena aku masih dianggap sebagai anak yang masih kecil. Tapi selain itu
I5 menceritakan kebiasaan saudara kandungnya yang melindungi kepala I5 ketika sedang berada di dalam kendaraan. (250 – 259)
I5 mengatakan bahwa ia berharap tetap dapat memiliki hubungan yang kuat dengan saudara kandungnya ke depannya. (260 – 264) I5 menceritakan bahwa ibunya sudah lebih bahagia. (265 – 272)
15 mengatakan bahwa ibunya menjadi lebih protektif. (273 – 278)
203
Solidaritas terlihat dari saudara kandung I5 yang melindungi I5 secara fisik. (251 – 259)
Keintiman tampak dari I5 yang berharap hubungannya dengan saudara kandungnya tetap kuat. (262 – 264)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306
biasa aja sih. Kalau bapak? Bagaimana keadaan bapak sekarang? Waduh, kalau itu aku kurang tahu. Tapi setahuku sekarang dia jadi ketua di suatu organisasi keagamaan. Selain itu aku kurang tahu. Ada perubahan dalam sikapnya nggak? Katanya sih sekarang dia lebih religius, dia juga akhirakhir ini lebih perhatian kepada aku, dan mencoba menolong. Misalnya nyari universitas buat kuliah. Hmm, kamu sama kakakmu masih berhubungan baik sama ibu? Ah, nggak ada perubahannya dari dulu. Masih baik kok. Ya, selayaknya seorang orangtua dengan anaknya. Ibuku mengurus aku dan kakakku seperti biasa. Terus kalau sama bapak gimana kalian? Kalau aku sih iya, karena kita masih komunikasi, hanya kadang-kadang. Isi perbincangan kita itu ya mengenai masalah-masalah yang aku hadapi, kayak nyari kuliah, sama ngasih update ke bapakku tentang kehidupanku di Jogja, karena dia nggak bisa tahu. Kalau soal kakakku, aku kurang tahu. Setahuku dia masih sering komunikasi sama bapak. Tapi hanya sampai itu aja. Terus, gimana hubungan kamu dengan istri dan anak baru dari bapak kamu? Aku nggak kenal sama sekali. Nama mereka pun nggak tahu aku. Bapakku nggak pernah cerita. Kakakmu gimana hubungannya sama istri dan anak baru dari bapak?
I5 menceritakan bahwa ayahnya menjadi ketua organisasi keagamaan. (279 – 282)
I5 menyatakan bahwa ayahnya menjadi lebih religius dan perhatian. (283 – 286)
I5 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya masih berhubungan baik dengan ibu mereka. (287 – 292)
I5 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya jarang berkomunikasi dengan ayah mereka. (293 – 300)
I5 mengakui bahwa ia dan saudara kandungnya tidak kenal dengan istri dan anak baru dari ayah mereka. (301 – 307)
204
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
307 308 309 310 311 312 313 314
Setahuku mereka juga nggak kenal. Oh, gitu ya. Lalu hubungan kamu dengan pacar ibu kamu? Hmm, cukup baik. Sekarang sudah lebih baik dari dulu karena dia sering menghabiskan waktu sama kita. Jadi mungkin karena kita semakin kenal dengan dia. Kakakku juga gitu. Oke, segitu dulu, terima kasih ya.
I5 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya memiliki hubungan yang cukup baik dengan pasangan ibu mereka. (308 – 314)
205
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
206
DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 5 Tema Utama
Nomor Verbatim
Keintiman:
I5 menceritakan masalah dan kesehariannya kepada I6
I6 menceritakan masalah dan
(63 – 64), (96 – 98), (104 – 105), & (109 – 113) (133 – 135) & (137 – 144)
kesehariannya kepada I5
Berkomunikasi setiap hari
I5 berkeinginan untuk berinteraksi di
(90 – 92) (262 – 264)
masa depan
Durasi setiap percakapan berlangsung
(100 – 102)
beberapa jam setiap harinya
I5 mengkhawatirkan I6
I5 menjaga suasana hati I6
(59 – 62) (195 – 201)
Konflik yang rendah:
Jarang bermasalah
Penyelesaian masalah yang cepat
Konflik ringan
(157 – 160)
Tidak ada perlakuan yang berbeda dari
(180 – 185)
(157) (163 – 165) & (176 – 177)
orangtua Solidaritas:
I5 merasa didukung oleh I6
I5 memberikan solusi untuk masalah I6
(146 – 148), (151 – 154) & (212)
I6 memberikan solusi untuk masalah I5
(127 – 132) & (235 – 241)
I6 bersedia menerima pendapat I5
I6 mendukung I5 dengan kehadirannya
(225 – 228)
I6 mendukung I5 dengan memantau
(225 – 228)
(204)
(148)
keadaan akademis I5
I5 bersedia membantu I6
(207 – 210) & (212 – 214)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
207
I6 bersedia membantu I5
(216 – 228) & (230 – 232)
I6 melindungi I5
(243 – 249) & (251 – 259)
I5 merasa sepihak dengan I6 dalam
(166 – 173)
situasi konflik yang lebih besar
I5 bersimpati dengan I6 ketika I6 memiliki masalah
(188 – 189)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 6 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Verbatim Silahkan menceritakan sedikit tentang diri kamu, mungkin identitas singkat aja. Nama lengkap MP. Biasa dipanggil Saras. Sekarang usianya 21 tahun. Kuliah, lagi kuliah di Jogja. Udah segitu aja mungkin. Bisa ceritakan sedikit tentang keluarga kamu? Oh ya, keluargaku jumlahnya empat orang. Tadinya lima, sama bapak. Tapi bapak ibu udah cerai. Lainnya ada kakak sama adik. Tapi sekarang tinggal di Jogja sama adik sama ibu di rumah nenek. Nenek dari ibu. Kalau kakak kerja di Jakarta. Bapak sekarang kerja di Jakarta juga, tadinya sempat di Bali tapi sekarang udah balik Jakarta. Kami semua tadinya tinggal di Jakarta sampai tahun 2010 pertengahan. Bisa dideskripsikan sedikit saudara kandungmu? Yang kakak, itu cewek. Kakak cewek, sekarang umurnya 28 tahun. Namanya PA, panggilannya Arsa. Sekarang dia kerja di bank di Jakarta. Terus ada adik cowok, umurnya 16 tahun. Namanya NA, panggilannya Adhi. Sekarang sekolah di Jogja. Oke... Kalau boleh tahu, kapan orangtua kamu bercerai secara resmi? Hmm, udah sekitar empat tahun lebih dikit. Cerainya mungkin sekitar Oktober 2010, tapi aku lupa keputusan final dari sidangnya itu tanggal berapa. Tapi mulai
Transformasi I6 menceritakan tentang dirinya. (1 – 5)
I6 menceritakan tentang keluarganya secara singkat. (6 – 14)
I6 menceritakan tentang kedua saudara kandungnya, yaitu seorang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki. (15 – 20)
I6 mengatakan bahwa orangtuanya sudah bercerai sejak akhir tahun 2010. (21 – 27)
208
Interpretasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
prosesnya sih seingatku Oktober itu, atau mungkin beberapa minggu sebelumnya. Terus prosesnya itu gimana? Ya, gimana ya. Kurang tahu persis sih, aku cuma datang sidang terakhir yang menyatakan kalau perceraian sudah sah. Bapak nggak pernah datang sidang... Intinya ibu yang menggugat. Sempat ngelibatin notaris juga. Wah, repot pokoknya, mbak, pas itu. Heboh. Jadi lama. Kayak gimana hebohnya kalau boleh tahu? Jadi, itu notarisnya kan temannya ibu. Ibu percayakan ke dia buat bikin surat apa gitu lah buat keperluan sidang. Nah, tapi tante notarisnya itu sok pahlawan gitu kalau kata ibu, berusaha nyelamatin pernikahan bapak ibu. Anak-anak, aku sama kakakku sama adikku, diajak ngobrol. “Benaran kalian mau orangtua kalian cerai? Coba ibu dibujuk lagi supaya dipertahankan...” Aku juga nggak ngerti sih motifnya dia apa. Padahal dia juga nggak dirugikan kalau bapak ibu cerai. Tapi malah ikut campur, ya wajar sih ibu kesal. Nah, terus suatu kali kan pertemuan di kantor notaris tuh lengkap sekeluarga, bapak juga sampai datang dari Bali. Terus bapak tuh kemakan omongan notarisnya, tiba-tiba mau mempertahankan. Ya ribut gitu di dalam. Anak-anaknya bingung kan mau bela siapa. Di satu sisi, siapa sih yang pengen keluarganya tercerai berai? Tapi kitanya juga tahu gitu lho, kalau ibu udah lama nggak bahagia, pengen cerai udah lama. Jadinya malah nangis-nangisan. Ujung-ujungnya kami bertiga malah minggat dari rumah
I6 menyatakan bahwa proses perceraian berlangsung dengan heboh dan melibatkan orang lain. (28 – 33)
I6 menceritakan pengalamannya pergi dari rumah bersama saudara-saudaranya yang diawali oleh hasil campur tangan notaris yang menginginkan orangtua I6 tetap bersatu. (34 – 68)
209
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
dan tinggal di rumahnya tante itu. Jadi tantenya punya guesthouse gitu, terus kita nginap situ sampai suasana ibu sama bapak lebih tenang. Nggak tahunya malah memperkeruh suasana. Ibu ngamuk gitu. Wah... Lalu setelah itu? Kami minggat sekitar dua minggu. Kadang pulang diamdiam buat ambil baju bersih, jadi kami kerjasama sama nenek di rumah pas itu. Soalnya kita nggak mau ketemu ibu dulu. Pernah ketemuan sama ibu di hotel gitu kan, ibu bawa teman sama pacarnya. Ya anak-anak tuh mau menyampaikan uneg-unegnya soal bapak ibu, tapi ibu nggak mau dengar. Malah histeris karena baru pertama kali aku berani buka suara. Soalnya biasanya aku manut kan. Ya gitu lah malah malas. Aku juga lupa gimana ceritanya sampai baikan terus akhirnya pulang rumah. Oh, gitu... Kamu tahu kenapa orangtuamu bercerai nggak? Tahu. Awalnya karena bapak tuh suka main cewek gitu. Beberapa kali selingkuh sama pembantu, terus terakhir sama cewek dari Semarang. Terus setiap berantem sama ibu, bapak tuh main tangan. Kasar. Anak-anak suka dikasarin juga, mbak. Ya banyak pelecehan di rumah dulu. Ibu sampai kayak orang gila di rumah. Wah, segitunya ya? Iya. Dulu pas masih di Jakarta, kalau ibu bapak udah berantem itu semua anak-anak ngumpul di lantai atas, di kamar studio. Terus pintu dikunci. Soalnya bapak kalau marah itu seram, mbak, bisa dobrak pintu yang dikunci
I6 mengatakan bahwa orangtuanya bercerai karena sikap ayahnya yang tidak setia dan kasar. (69 – 76)
I6 mengatakan bahwa konflik orangtuanya membuat ia dan saudara-saudaranya lebih dekat. (77 – 93)
210
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
sampai pintunya rusak. Sejak sering berantem keras kayak gitu anak-anak semuanya tidurnya ngumpul jadi satu, biar kalau sewaktu-waktu bapak marah kita udah ngumpul. Mungkin itu juga sih yang bikin kita bertiga dekat. Kalau kayak gitu aku kasihan gitu, mbak, sama adikku. Dari SD dia udah mesti ngalamin kayak gitu kan kasihan banget, kakak-kakaknya jadinya ngelindungin dia banget. Soalnya aku sama kakakku kan udah sering jadi korban emosinya bapak, kalau adikku tuh jarang. Dan dia juga sensitif banget walaupun dia cowok, takutnya jadi trauma. Jadinya aku juga ngelindungin dia banget. Terus ketika orangtuamu memutuskan untuk berpisah, perasaan apa yang kamu rasakan? Sedih lah, mbak. Sedikit lega sih karena bebas dari ketakutan tiap hari. Tapi kebanyakan bingung. Soalnya pas itu, kami bertiga kan istilahnya tuh, ada di pihaknya ibu. Nah, selama proses perceraian, bapak tuh kayak berusaha nyari sekutu tuh lho. Sekali dua kali dia ngajak aku ketemu, cerita dari sudut pandang dia. Kalau dari ceritanya sih, seolah-olah ibu yang salah. Ibu yang suka selingkuh, gitu. Sebenarnya aku tahu sih bapak benar, soalnya aku suka ngoprek barang-barang ibu di rumah dan emang benar. Jadi menurutku emang keduanya tuh salah, sama aja. Jadi bingung, karena aku juga marah sama ibu, tapi kakakku membela ibu dan ngajak aku sama adikku buat benci sama bapak. Tapi aku sama adikku diam aja, nggak mau memperkeruh suasana.
Keintiman terlihat dari I6 yang merasa dekat dengan saudara kandungnya karena tidur sekamar. (82 – 86) Solidaritas tampak dari I6 yang melindungi saudara kandungnya. (86 – 93)
I6 mengatakan bahwa ia merasa sedih, lega, dan bingung dengan perceraian orangtuanya, tetapi memilih untuk diam. (94 – 109)
211
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
Saat itu kamu menyikapi perceraian itu seperti apa? Ya, awalnya protes. Tapi itu tadi, aku menyampaikan protesku malah ibuku histeris dan karena alasan yang salah, aku nggak dapat jawaban, kayak ngomong sama tembok. Kalau menyampaikan ke bapak, rasanya nggak benar, nanti bapak ngiranya aku pindah pihak ke pihak dia. Jadi aku diam aja daripada dikira mihak. Nggak sampai yang depresi gitu sih, tapi emang sempat down banget. Untungnya sih masih punya kakak sama adik sama teman-teman yang bantu nyemangatin. Terus saat itu kamu melihat adikmu menyikapi perpisahan seperti apa? Adhi tuh masih umur 11 apa 12 tahun pas itu. Anaknya tuh anak mami banget. Jadi manut ibu. Tapi pas cerai, dia lebih banyak dipengaruhi kakak-kakaknya. Tapi sebenarnya dia bingung, kayak aku. Dia tuh sayang sama ibu dan nggak suka ibunya disakitin, tapi ya namanya anak cowok ya, kan paling butuh yang namanya bapak. Jadi dia diam aja dan nangis, kadang ngomong juga sih. Kamu melihat adikmu ada perubahan sikap nggak setelah perceraian? Enggak terlalu. Tapi aku lihat dia pola pikirnya tambah dewasa. Dia sebenarnya dari dulu udah dewasa banget sih, kayak orangtua dalam tubuh anak kecil. Mungkin pengaruh konflik di rumah juga, kami semua dituntut dewasa sebelum waktunya. Ya setelah perceraian, adikku lebih open minded. Tadinya dia full di pihak ibu, setelah cerai dia mulai sadar kalau semua bukan salah bapak
I6 mengatakan bahwa ia sempat memprotes keputusan orangtuanya, tetapi akhirnya memutuskan untuk diam saja. (110 – 116)
I6 mengatakan bahwa ia sempat merasa down, tetapi banyak dibantu oleh saudara dan teman-temannya. (116 – 119)
Solidaritas terlihat dari saudara kandung I6 yang menyemangati I6 saat sedang merasa jatuh. (116 – 119)
I6 menyatakan bahwa saudara kandungnya kebingungan dengan perceraian orangtuanya, sehingga lebih banyak diam dan menangis walaupun sesekali bicara. (120 – 128)
I6 menyatakan bahwa saudara kandungnya bertambah dewasa setelah perceraian. (129 – 138)
212
Keintiman terlihat dari I6 yang melihat saudara kandungnya sebagai orang yang dewasa. (131 – 135)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
juga, tapi ada andil dari ibu. Dia sadar itu. Kalau kamu sendiri? Sama sih, kayak gitu juga. Nggak ada pihak yang sepenuhnya salah atau sepenuhnya benar. Jadi sekarang aku ke ibu juga nggak seterbuka dulu, sama bapak jadi lebih terbuka sedikit. Ya karena itu. Kamu dan kakak dan adikmu ikut siapa setelah cerai? Ibu. Itu keputusan siapa? Hmm, apa ya, ya keputusan otomatis gitu. Karena emang dari awal kami semua lebih dekat sama ibu, kami berjuang bersamanya tuh sama ibu, jadi kayak otomatis aja gitu ikut ibu. Hasil pengadilan juga bilangnya ikut ibu. Kamu dan adikmu cerita-cerita nggak sih soal perasaan kalian tentang perceraian saat itu? Hmm, kalau nggak salah sih cerita-cerita ya... Kami banyak diskusi kok pas itu. Lalu adikmu menanggapinya seperti apa? Dia ngerasain hal yang sama kayak aku. Ya senang sih ya, rasanya nggak sendiri gitu, ada yang ngerasain hal yang sama. Ya nyoba saling memahami aja jadinya. Nah, setelah perceraian itu sekolahmu gimana? Ada perubahan nilai atau gimana gitu nggak? Pas itu aku baru masuk kuliah, masih semester satu. Jadi nggak tahu ya kalau ada penurunan atau peningkatan, kan baru dapat IP pertama. Tapi menurutku enggak sih,
I6 mengatakan bahwa sikapnya ke kedua orangtuanya berubah setelah perceraian. (139 – 143)
I6 menceritakan bahwa ia dan saudarasaudaranya tinggal bersama ibu setelah perceraian. (144 – 152)
I6 mengatakan bahwa ia banyak berdiskusi dengan saudara kandungnya tentang perasaan mereka mengenai perceraian, dan bahwa I6 merasa senang karena keduanya merasakan hal yang sama. (153 – 160)
I6 mengatakan bahwa nilainya bagus dan tetap rajin kuliah setelah perceraian orangtuanya. (161 – 170)
213
Keintiman terlihat dari I6 dan saudara kandungnya yang saling menceritakan perasaannya tentang perceraian. (153 – 156) Keintiman tampak dari I6 dan saudara kandungnya yang saling memahami perasaan masing-masing tentang perceraian. (158 – 160)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
secara akademis aku stabil, terhitung bagus lah, nggak terpengaruh perceraian. Jadi sering bolos nggak? Enggak, aku memang nggak suka bolos soalnya. Semester satu itu hampir 100% kok kehadiranku. Kalau hubungan sama teman-teman gimana saat itu? Setelah perceraian. Apa ya... Itu teman-teman baru sih, belum punya yang namanya sahabat banget, kan baru masuk, di kota baru juga. Tapi nggak pengaruh sih. Menurutku malah mendekatkan. Mendekatkan gimana? Ya ada beberapa temanku yang orangtuanya bermasalah juga, dia jadi terbuka sama aku, mau cerita-cerita. Ya ada teman berbagi lah, yang senasib. Nah, terus kalau adikmu gimana nilai-nilainya di sekolah? Itu dia pas umur berapa ya? Adhi pas itu baru masuk SMP juga. Aku kurang tahu sih, karena ya semester pertamanya dia juga kan. Tapi setahu aku nilainya dia bagus, hampir nggak pernah jelek. Perilakunya gimana? Jadi nakal atau gimana? Oh, enggak. Dia soalnya anak baik-baik. Pergi sama pulang sekolah aja masih dijemput. Oh ya? Masih dijemput? Iya, dia soalnya belum bisa naik motor kan. Kadang aku yang ngantar jemput ke sekolah. Kadang juga aku yang datang rapat orangtua murid kalau nggak ada ibu. Terus dia sama teman-temannya gimana?
I6 menyatakan bahwa perceraian mendekatkannya dengan beberapa teman. (171 – 180)
I6 mengatakan bahwa saudara kandungnya mendapatkan nilai yang baik dan tidak menjadi nakal setelah perceraian. (181 – 188)
I6 mengatakan bahwa ia terkadang mengurus keperluan saudara kandungnya di sekolah. (189 – 192) I6 menceritakan bahwa ia sempat merasa
214
Solidaritas terlihat dari I6 yang bersedia mengurus keperluan sekolah saudara kandungnya. (190 – 192)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
Aku sempat khawatir sih dia susah dapat teman, soalnya anaknya kan pemalu, sulit berkomunikasi. Sulit berkomunikasi maksudnya dia tuh Bahasa Indonesianya belum begitu lancar, karena dia belajarnya dari kecil kan Bahasa Inggris. Terus ada kejadian gini takutnya dia minder juga. Tapi kelihatannya sih enggak, dia bisa dapat teman banyak malah. Oke, kemudian... Bisa diceritakan kamu sesering apa berinteraksi sama adikmu? Sering banget, sering. Setiap hari pasti. Kan serumah juga, jadi paling nggak kalau aku pergi seharian ya malamnya ketemu. Pasti ngobrol. Kalau nggak di rumah, sibuk sendiri-sendiri ya aku juga kadang SMS. Kalau nggak ketemu ya malah aneh. Memang kayak gitu? Ya, iya... Ya setelah perceraian sih meningkat ya. Bukan meningkat frekuensi mungkin, tapi meningkat isi obrolannya gitu lho. Lebih dalam gitu lho. Lebih dalam gimana maksudnya? Bisa bahas perasaan dan pikiran gitu lah. Sebelumnya cuma ngobrol-ngobrol sepele aja, nggak penting gitu. Sekarang bisa diskusi tentang yang lebih personal. Kalian kalau ngobrol gitu apa yang dibicarakan? Hmm, apa ya. Setiap hari sih dia pasti cerita di sekolah ngapain aja, ada cerita lucu apa, atau ada cerita apa tentang temannya. Dulu sih dia perlu ditanya dulu ngapain aja di sekolah, tapi sekarang udah otomatis cerita. Kayak jadi rutinitas gitu. Kadang nggak berhenti
khawatir dengan relasi sosial saudara kandungnya, tetapi ternyata saudara kandungnya bisa mendapatkan banyak teman. (193 – 200)
Keintiman terlihat dari I6 yang mengkhawatirkan relasi sosial saudara kandungnya. (194 – 200)
I6 menyatakan bahwa ia berinteraksi dengan saudara kandungnya setiap hari. (201 – 207) Keintiman tampak dari interaksi antara I6 dan saudara kandungnya yang terjadi setiap hari. (203 – 207)
I6 mengatakan bahwa pembicaraannya dengan saudara kandungnya semakin dalam setelah perceraian. (208 – 215)
I6 mengatakan bahwa isi percakapannya dengan saudara kandungnya mencakup cerita-cerita keseharian, hobi, dan keluarga. (216 – 233)
215
Keintiman terlihat dari isi pembicaraan yang personal antara I6 dan saudara kandungnya. (209 – 215)
Keintiman tampak dari isi pembicaraan I6 dan saudara kandungnya yang mencakup cerita-cerita keseharian, hobi, dan keluarga. Cerita-cerita tersebut mengalir tanpa perlu ditanya lebih dulu. (217 –
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249
ngoceh gitu. Aku juga gitu, pulang kuliah apa pulang dari mana kalau ada cerita seru ya cerita ke dia. Selain itu ada lagi? Ya selain itu paling ngobrolin hobinya. Dia kan suka bola, suka binatang. Dia kalau punya info baru tentang itu dia suka share. Semangat gitu lah kalau udah cerita. Kayak misalnya pemain ini pindah ke klub ini, atau kemarin klub ini kalah kenapa, gitu. Terus kadang, hmm... Sesekali sih dia aku ajak ngobrol serius, topiknya soal keluarga. Kadang ngomongin ibu, atau kakakku, atau bapak, atau siapa. Aku penasaran, dia ngerasain juga nggak sih klo mereka tuh kayak gini gini, gitu lho. Pernah kayak curhat gitu nggak dianya ke kamu? Hmm, iya tapi mungkin jarang ada masalah sih. Dia pernah cerita soal dia kayak diperlakukan nggak benar sama kakak kelasnya gara-gara dijebak temannya sendiri, tapi dia cerita pas masalahnya udah selesai. Jadi cuma buat cerita aja. Waktu itu dia bilangnya dia punya teman seangkatan, temannya punya kakak satu tingkat di atas mereka di sekolah yang sama. Nah, kakaknya itu sering diejek sama teman-teman sekelasnya dia. Adiknya terus marah, terus masuk ke kelas kakaknya dan nulis kata-kata buat teman-temannya kakaknya, tapi dia nulisnya atas nama adikku. Terus malah adikku yang dipanggil dan diinterogasi. Ya kayak gitu lah. Lalu gimana? Akhirnya sih clear masalah. Adikku juga nggak marah sama mereka, atau sama temannya dia yang nulis
233)
I6 mengatakan bahwa saudara kandungnya menceritakan masalahnya di sekolah kepada I6. (234 – 251)
Keintiman terbukti dari saudara kandung I6 yang menceritakan masalahmasalahnya kepada I6. (234 – 250)
Keintiman tampak dari I6 yang
216
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277
namanya dia. Hebat sih, dia bisa dewasa gitu. Kalau aku mah udah berantem kali ya. Terus ketika adikmu cerita kayak gitu, habis di-bully, muncul perasaan apa di kamu? Pas dengar pertama sih langsung emosi ya. Kesal sama orang-orang kayak gitu yang jahatin adikku padahal dia nggak ngapa-ngapain. Pengen tak samperin aja gitu. Tapi nggak mungkin juga kan, nanti malah malu dia. Sering kayak gitu? Ya setiap dia cerita dia dijahatin sama orang ya pasti kesal sih. Aku juga orangnya kepo sih, jadi kalau ada apa-apa aku cari tahu. Adikku didekatin sama cewek juga aku kepo ceweknya. Lalu kamu tindaklanjuti nggak kekesalanmu? Maunya sih, tapi nggak pernah. Aku mikir juga, adikku pasti malu lah kalau masalahnya dia diurusin kakaknya, nanti dibilang tukang ngadu. Yang ada aku malah nambah masalahnya dia. Jadi ya udah, toh dia udah bisa nyelesaiin sendiri kok masalahnya. Dia nggak pernah minta saran dari kamu? Sering sih, tapi jarang kalau buat masalah personal kayak relasi gitu. Lebih sering buat masalah akademis, kayak dia kira-kira cocoknya di jurusan apa, bagusnya kuliah di mana, kalau buat tugas ini dia harus ngapain. Gitu-gitu lah. Oh, yang terakhir ini sih dia minta pendapatku gitu soal sebaiknya dia ikut kepanitiaan apa. Senang sih aku tahu dia aktif di sekolah kayak gitu. Kalau kamu sendiri? Sering minta saran ke dia?
menganggap saudara kandungnya hebat karena dapat berbesar hati. (250) I6 menceritakan kemarahannya karena saudara kandungnya diperlakukan dengan kasar oleh orang lain, dan keingintahuannya akan relasi saudara kandungnya dengan orang lain. (252 – 262)
I6 mengatakan bahwa ia tidak pernah menindaklanjuti kemarahannya karena tidak ingin mempermalukan saudara kandungnya. (263 – 268)
I6 mengakui bahwa saudara kandungnya sering meminta sarannya untuk masalah akademis. (269 – 276)
I6 mengatakan bahwa ia sering meminta
217
Solidaritas tampak dari I6 yang ikut merasa kesal dengan orang yang memperlakukan saudara kandungnya dengan buruk. (254 – 262)
Solidaritas terlihat dari I6 yang tidak ingin mempermalukan dan menambah masalah untuk saudara kandungnya. (264 – 268)
Solidaritas tampak dari saudara kandung I6 yang sering meminta saran kepada I6 untuk masalah akademis. (270 – 276)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305
Lumayan. Kadang suka aku tanyain pendapatnya soal fashion, bagusan baju yang mana gitu. Dia suka kesal sih soalnya dia nggak ngerti soal baju gitu kan, tapi lamalama dijawab juga. Atau “sebaiknya aku ngelakuin ini atau ngelakuin itu ya, Dhi?” Gitu. Kalau buat masalah personal gitu enggak sih. Menurutmu, kamu bisa nggak menceritakan apapun ke adikmu? Bisa sih. Kecuali mungkin masalah cowok gitu ya, kan lebih cocok ngobrolin ke teman cewek. Mungkin kalau cerita sambil nangis jarang sih, soalnya kami terbiasa bercanda kan. Sebenarnya apa sih yang bikin kamu mau bercerita sama dia? Apa ya? Ya menurutku dia tuh nggak nge-judge gitu lho anaknya, jadi enak. Aku paling dekat sama dia emang di keluargaku, pada tahu juga kalau aku sama adikku udah kayak sepaket. Kalau kata ibu sama kakakku sih mereka bilang kami “sejenis” gitu. Ngobrol sama bercandaannya nyambung, kadang yang ngerti cuma kami berdua aja gitu. Wah, begitu ya. Kamu sebelum bercerita sama dia, punya ekspektasi akan mendapatkan feedback seperti gitu nggak dari dia? Nggak sih, cuma pengen didengarin aja. Kecuali kalau aku pas minta saran ya maunya dia ngasih pendapatnya dia. Dan feedbacknya dia seperti apa biasanya?
pendapat saudara kandungnya sebelum membuat keputusan, tetapi tidak untuk masalah yang personal. (277 – 283)
I6 menyatakan bahwa ia bisa menceritakan apapun kepada saudara kandungnya. (284 – 289)
I6 mengatakan bahwa ia dapat bercerita kepada saudara kandungnya karena saudara kandungnya tidak pernah menghakiminya. (290 – 293) I6 mengatakan bahwa ia paling dekat dengan saudara kandungnya di keluarganya. (293 – 298) I6 mengatakan bahwa ia bercerita kepada saudara kandungnya karena ingin didengarkan dan membutuhkan pendapat. (299 – 304)
I6 mengatakan bahwa saudara kandungnya
218
Solidaritas terbukti dari I6 yang meminta pendapat saudara kandungnya sebelum membuat suatu keputusan. (278 – 283)
Keintiman tampak dari I6 yang dapat menceritakan apapun kepada saudara kandungnya. (286 – 289)
Keintiman terlihat dari I6 yang dapat bercerita kepada saudara kandungnya tanpa merasa dihakimi. (290 – 293) Keintiman tampak dari I6 yang merasa dekat dengan saudara kandungnya. (293 – 298)
Keintiman tampak dari I6 yang ingin didengarkan oleh saudara kandungnya dan meminta pendapatnya. (302 – 304)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333
Ya, dia mau dengar, mau ngobrol balik. Jadinya bisa tukar pikiran. Dia juga anaknya dewasa sebenarnya, kadang bisa dia yang ngemong aku. Ketika dia ngasih kamu solusi, kamu terima nggak? Nggak tentu sih. Soalnya jarang juga. Tapi ya pasti aku pertimbangkan. Kalau kamu yang ngasih solusi, dia terima? Apa ya, kalau solusiku yang aku kasih ke dia tuh cuma berupa masukan-masukan gitu. Jadi dia pertimbangin lagi cocoknya gimana di dia. Kelihatannya sih diikutin sama dia. Kalau pas dia yang cerita punya masalah, kamu menanggapinya gimana? Ya dengarin aja. Dia anaknya nggak bermasalah sih, datar banget, apa-apa ditanggapin biasa. Jadi dia lebih banyak cerita-cerita biasa. Kecuali dia bingung mau buat keputusan, ya aku kasih pendapat. Mending kamu gini, kalau gini nanti ke depannya gini, kalau gitu nanti ke depannya gitu. Terus, kalian kalau ketemu buat ngobrol itu bisa berapa lama? Kalau sama-sama di rumah terus ya bisa seharian. Kalau nggak ya beberapa jam mungkin dalam sehari. Apa aja bisa diobrolin soalnya. Sering pergi bareng nggak? Sering. Pergi ke mana biasanya? Aku suka ngajakin dia pergi, makan ke mana gitu
dapat bersikap dewasa dan mendengarkan ceritanya. (305 – 308) I6 mengakui bahwa ia mempertimbangkan saran dari saudara kandungnya. (309 – 311) I6 menyatakan bahwa saudara kandungnya mengikuti saran yang ia berikan. (312 – 316)
I6 menceritakan bahwa ia selalu mendengarkan ketika saudara kandungnya ingin bercerita, serta memberikan pendapatnya. (317 – 324)
I6 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya dapat bercakap-cakap selama beberapa jam setiap harinya. (325 – 329)
I6 mengatakan bahwa ia dan saudara kandungnya sering berpergian bersama untuk makan di tempat kesukaan saudara kandungnya atau untuk menonton film di
219
Keintiman terlihat dari I6 yang merasa didengarkan dan dirawat oleh saudara kandungnya. (306 – 308) Keintiman tampak dari I6 dan saudara kandungnya yang sama-sama mempertimbangkan masukan dari satu sama lain. (309 – 316)
Solidaritas terlihat dari I6 yang bersedia mendengarkan dan memberikan pendapatnya untuk saudara kandungnya. (319 – 324)
Keintiman tampak dari I6 dan saudara kandungnya yang dapat berbicara dengan satu sama lain selama beberapa jam setiap harinya. (327 – 329) Keintiman terbukti dari I6 yang sering berpergian dengan saudara kandungnya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
334 335 336 337 338 339 340 341 342 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360
berdua. Ke tempat makan kesukaannya dia, atau ada tempat makan baru yang pengen aku cobain yang menurutku dia bakal suka. Kalau nggak ya cuma ke mana gitu, sambil ngapain. Kadang nonton bareng. Dia suka kayak nge-booking aku buat nonton bareng, kayak kemarin dia udah ngajakin aku nonton Fury dari jauhjauh hari. Kayak gitu lah. Lalu, kalian sering berkonflik nggak? Jarang sih. Masalahnya paling cuma ambek-ambekan gitu. Contohnya gimana? Kayak misalnya aku gangguin dia, jahil gitu, lama-lama dia kesal. Marah-marah gitu. Atau kalau aku godain soal cewek atau ada hal yang dia lakuin yang malu-maluin, dia kadang sebal. Tapi sekarang udah enggak sih, dia bawa ketawa aja. Atau kalau pas aku lagi bete terus dia berisik, kadang tak atosin. Atau dia suka ngeyel gitu. Dulu sih pas masih kecil dia dikit-dikit nangis, aku ejek karena kentut aja nangis, dicubit juga nangis. Tapi lamalama kebiasa juga dia. Jadi kalau sekarang bisa dibilang jarang? Iya, jarang banget. Lalu berbaikannya gimana? Didiamin aja sebentar. Kadang cuma beberapa menit gitu udah biasa. Maksimal sejam lah. Soalnya aku terus nyoba buat balikin mood-nya lagi. Kan nggak enak kan di rumah bareng tapi marahan. Kalau pas aku yang marah juga nggak bakal lama-lama, nggak betah juga
bioskop. (330 – 340)
I6 menyatakan bahwa ia jarang berkonflik dengan saudara kandungnya. (341 – 342, 353 – 354, 365 – 366) I6 menceritakan bahwa konflik dengan saudara kandungnya hanya seputar masalah sepele seperti ketika I6 terlalu jahil atau ketika saudara kandung I6 terlalu berisik. (343 – 354)
I6 mengakui bahwa konfliknya dengan saudara kandungnya hanya berlangsung selama maksimal satu jam. Keduanya dapat berbaikan dengan didiamkan atau I6 yang berusaha mengembalikan suasana hati saudara kandungnya. (355 – 366)
220
seperti mengajak ke tempat makan kesukaan saudara kandungnya dan menonton film. (330 – 340)
Konflik yang rendah terbukti dari I6 dan saudara kandungnya yang jarang berkonflik. (341 – 342, 353 – 354, 365 – 366) Konflik yang rendah terlihat dari konflik antara I6 dan saudara kandungnya yang sepele. (344 – 354)
Konflik yang rendah terbukti dari I6 dan saudara kandungnya yang dapat menyelesaikan konflik dalam waktu kurang dari satu jam, dengan cara mendinginkan suasana. (356 – 361)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388
kan marah. Nggak ada obrolan atau minta maaf dulu? Nggak, nggak perlu soalnya. Udah biasa aja, dibuat kaku gitu malah aneh. Terakhir bermasalah kapan? Aduh, udah lupa. Jarang banget soalnya. Hmm, menurutmu ibu memperlakukan kalian secara setara nggak? Menurutku enggak. Karena Adhi anak terakhir, jadi ibu kelihatannya paling sayang sama dia, di-eman-eman gitu lho. Jadinya dimanjain banget. Apa-apa dibeliin, walaupun adikku nggak minta. Adikku soalnya nggak suka minta macam-macam, palingan cuma minta makan enak aja. Terus kamunya gimana? Mempermasalahkan? Nggak gimana-gimana sih. Nggak ada yang perlu dipermasalahkan. Soalnya aku juga manjain adikku sih. Ya ngertiin aja, aku juga udah gede, nggak butuh dimanjain lagi toh sama ibu. Adikmu ngerasa nggak? Kayaknya enggak deh. Kamu merasa kamu dan adikmu itu saling mensupport nggak? Oh, iya, iya banget. Kalau dari kamu sendiri, menurutmu kamu mendukung dia dalam wujud apa? Ya, aku pasti ada tiap hari buat dengarin ceritanya dia. Dia kalau butuh apa juga pasti aku kasih, butuh uang lah,
I6 merasa bahwa ibunya lebih memanjakan saudara kandungnya. (367 – 374) Konflik yang rendah terlihat dari I6 dan saudara kandungnya yang tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda dari ibu mereka. (369 – 379)
I6 mengatakan bahwa ia tidak mempermasalahkan perlakuan ibunya dan bahwa saudara kandungnya tidak merasakan perbedaan perlakuan tersebut. (375 – 381)
I6 merasa bahwa ia dan saudara kandungnya saling mendukung. (382 – 384)
Solidaritas tampak dari I6 dan saudara kandungnya yang saling mendukung. (382 – 384)
I6 mengatakan bahwa ia mendukung saudara kandungnya dengan mendengarkan ceritanya, memberikan apa yang dibutuhkan, membantu Solidaritas terbukti dari I6 yang mengerjakan tugas, memberikan nasihat, dan mendukung saudara kandungnya dengan
221
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416
minta dibeliin makanan lah, minta diantar ke sana kemari lah, minta dibantuin ngerjain PR lah. Kadang aku yang semangat nawarin bantuin PR-nya malah. Terus kayak, dia kan baru-baru ini cerita dia pengen ikut pertukaran pelajar ke Jerman, pengen kuliah di luar negeri. Ya aku dukung aja. Nyemangatin, terus ngasih tahu dia harus ngapain kalau mau itu terwujud, gitu-gitu. Misalnya kan, kalau mau dapat beasiswa tuh nilai dia di pelajaran IPA tuh harus bagus, jadi aku pantau terus nilainya dia di situ, di ulangan sama di rapornya. Aku ngerasanya sih kayak aku ngelindungin dia banget gitu lho, karena dia kan masih rentan dipengaruhi orang lain. Aku jadi suka nasihatin dia sih, ya maksudnya supaya lebih baik dianya ke depannya. Kalau dia mendukung kamu kayak gimana? Ya, dia juga kalau aku cerita dia mau dengarin. Kalau aku minta tolong dia selalu mau nolongin. Cuma “ambilin itu dong”, dia mau. Kayak misalnya setiap malam sebelum tidur dia pasti ngambilin Yakult di kulkas buat aku. Nggak penting ya? Banyak bantu tugasku juga, kadang aku minta tolong jadi partner belajar juga, bantu tanya jawab gitu misalnya. Kalau aku sakit dan nggak ada orang lain di rumah, dia juga bisa ngerawat aku, sebisanya dia aja. Kalau aku pusing, dia mau mijitin kepalaku. Mau ngambilin obat terus bawa ke tempat tidur, kalau emang akunya nggak bisa jalan. Sama lah, kalau dia sakit dan nggak ada orang lain kan juga aku yang rawat dia, beliin dia obat segala macam.
mendukung keinginan saudara kandungnya. (385 – 402)
I6 menceritakan bahwa saudara kandungnya mendukungnya dengan mendengarkan ceritanya, menolongnya ketika diminta, membantu mengerjakan tugas, dan merawat I6 ketika sakit. (403 – 414)
I6 mengatakan bahwa ia mendukung saudara kandungnya dengan merawatnya ketika sakit.
222
mendengarkan ceritanya, memberikan uang, membelikan makanan, membantu mengerjakan tugas, memberikan nasihat, mendukung keinginan saudara kandungnya, dan merawat saudara kandungnya ketika sakit. (387 – 402, 415 – 418)
Solidaritas tampak dari saudara kandung I6 yang mendukungnya dengan mendengarkan cerita I6, menolong I6 ketika I6 membutuhkan, membantu mengerjakan tugas, dan merawat I6 ketika sakit. (404 – 414)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444
Soalnya ibu kan sering ke luar kota, jadi kita sering ditinggal berdua. Nah, apakah kamu punya harapan buat hubungan kamu sama adikmu ke depannya? Punya dong. Maunya tetap dekat ya, selalu komunikasi. Aku soalnya kalau nggak ketemu dia sehari itu kangen gitu lho, kalau pergi-pergi lama juga ngerasa bersalah karena ninggal dia di rumah. Wah, kayak gitu ya? Iya... Belum lama ini dia cerita sama aku kalau pendapatku tuh pendapat yang paling dia dengarin. Kaget aku dengarnya, terharu kan. Ya, bagus lah kalau dia dengarin aku, berarti aku harus bisa jadi contoh yang baik buat dia. Aku selalu bilang sama dia, ini lho kita punya bapak ibu kakak yang sifatnya jelek, kita nggak boleh niru. Aku nggak pernah mau niru sifat jeleknya mereka, supaya adikku nggak keikut juga. Apa ada lagi? Enggak sih... Oh, aku juga udah ngerencanain ke depannya mau biayain adikku kuliah. Dia punya passion yang gede banget kalau udah suka sesuatu, dan konsisten dari dulu, nggak kayak aku. Jadi mau aku dukung dengan bantu biayain. Jadi pengen cepat kerja. Ya, Amin lah, semoga suatu hari bisa. Amin. Oh, iya. Bapak ibu ada yang menikah lagi? Ada, bapak. Kalau ibu sih cuma pacaran aja. Kamu melihat ada perubahan dalam sikap ibu kamu setelah perceraian nggak?
(415 – 418) I6 menyatakan bahwa ia ingin tetap dekat dengan saudara kandungnya. (419 – 424) Keintiman tampak dari I6 yang ingin tetap dekat dengan saudara kandungnya dan tidak terbiasa tidak bertemu dengan saudara kandungnya. (421 – 424) I6 menceritakan bahwa pendapat darinya merupakan pendapat yang diprioritaskan oleh saudara kandungnya, dan bahwa ia selalu berusaha menjadi contoh yang baik untuk saudara kandungnya. (425 – 433)
Keintiman terbukti dari saudara kandung I6 yang memprioritaskan pendapat I6. (426 – 428) Solidaritas tampak dari I6 yang berusaha menjadi contoh yang baik untuk saudara kandungnya. (428 – 433)
I6 menceritakan rencananya untuk membiayai kuliah saudara kandungnya. (434 – 440)
I6 mengatakan bahwa ayahnya sudah menikah lagi dan ibunya berpecaran. (434 – 435)
223
Solidaritas terlihat dari I6 yang berencana membiayai kuliah saudara kandungnya. (435 – 440)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472
Lebih sembarangan menurutku, kayak anak muda. Suka pulang tengah malam, kadang subuh. Gitu kalau udah main sama teman-temannya. Lebih pemarah juga. Mungkin karena dia harus ambil alih peran otoriter itu kali ya. Kalau dari bapak ada perubahan sikap nggak menurutmu? Iya, dia jadi nggak pernah marah sama anaknya. Kalau sama ibu sih kayaknya masih pemarah, tapi kalau sama aku sih enggak. Lebih lembut, aku minta apa langsung dikasih. Walaupun dia suka minta yang aneh-aneh sih, kayak minta aku pindah kuliah ke Bali dan segala macam. Kalau relasi adikmu dengan ibu dan bapak gimana? Kalau sama ibu sih, dia masih dekat aja kayak biasanya. Kalau sama bapak hampir nggak pernah kontak. Ibu juga sebenarnya ngelarang anak-anak kontak lagi sama bapak, kalau kontak tuh reaksi ibu berlebihan gitu. Kayak ngerasa dikhianati, padahal cuma kontak sedikit. Jadinya aku kalau ngontak bapak ya diam-diam, adikku juga. Tapi kalau aku dikontak bapak, aku berani cerita ke adikku. Adikku juga kalau dikontak bapak cuma berani ngomongnya ke aku, ngomong ke yang lain nggak berani, takut dimarahin. Kalau aku sama adikku kan pemikirannya sama, ya walaupun bapak tuh nggak baik tapi dia juga nggak jahat, dan nggak ada salahnya tetap berhubungan, toh namanya bapak sendiri. Lantas, kalau kamu sendiri sama ibu gimana
I6 menceritakan sikap ibunya yang seperti anak muda dan menjadi pemarah setelah perceraian. (436 – 441)
I6 merasa bahwa ayahnya menjadi lebih lembut setelah perceraian. (443 – 449)
I6 mengatakan bahwa saudara kandungnya dekat dengan ibunya dan jarang berinteraksi dengan ayahnya. (451 – 453) I6 menyatakan bahwa ia hanya bercerita kepada saudara kandungnya ketika dikontak oleh ayahnya, dan begitu pula saudara kandungnya. (453 – 464)
I6 mengatakan bahwa ia lebih menjaga jarak
224
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 496 497 498 499 500 501
hubungannya? Ya gimana ya... Dekat sih dekat, tapi jadi lebih jaga jarak kalau aku, karena aku kan jadi kesal sama sifat-sifat ibu. Jadi aku suka malas di rumah kalau ada ibu, tapi bukan berarti kalau ketemu terus konflik terus gitu enggak. Soalnya ibu tuh suka mbentak, aku nggak suka sama suara keras. Jadi aku menghindar. Udah gitu ibu tuh nggak suka disalahin, sukanya nyalahin anaknya. Tapi kalau adikku sih nggak pernah disalahin sama ibuku. Nah, kalau lagi kayak gitu kan kelihatan pilih kasihnya, tapi ya udah lah, malas juga ngeladenin. Kalau dengan bapak, kamu gimana? Jarang kontak, ya biasa aja, akur lah hitungannya. Tapi canggung banget kan, soalnya perceraiannya nggak baikbaik. Terus hubunganmu dengan istri baru bapak gimana? Pernah ketemu? Nggak pernah ketemu, cuma lihat foto aja. Ibu sih nyebut istrinya bapak dari dulu kayak hina gitu. Aku sih nggak peduli ya, walaupun bapak punya anak lagi juga aku juga nggak merasa perlu kenal. Udah punya anak lagi? Iya, masih batita. Lupa tapi cewek apa cowok. Bapak sih dulu pernah bilang, kalau aku harus nerima anaknya dia sebagai adikku juga. Tapi ya gimana mau nerima kalau nggak pernah ketemu kan? Iya... Kalau kamu sama pacarnya ibu? Sering ketemu sih, tapi nggak begitu dekat juga. Ya lebih
dengan ibunya karena sifat ibunya yang tidak disukai oleh I6. (465 – 476)
I6 mengatakan bahwa hubungannya dengan ayahnya menjadi canggung. (477 – 480)
I6 mengatakan bahwa ia tidak pernah bertemu dengan istri dan anak dari ayahnya. (481 – 491)
I6 mengatakan bahwa ia sering bertemu dengan pacar ibunya dan sudah dapat
225
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518
mengenal pribadinya aja. Dulu aku sempat menolak habis-habisan, tapi sekarang udah bisa nerima. Buat jadi figur bapak sih enggak, cuma ya aku udah bisa nerima aja kalau dia sama ibu, yang penting nggak nyakitin ibu. Dia juga banyak bantu kita, secara finansial, terus juga suka bantuin segala macam. Jadi ya berguna juga. Lalu hubungan ibu sama bapak gimana sekarang? Ya, kayak dulu. Nggak pernah akur, berantem aja kalau kontak. Sekali kontak pasti buat cari masalah. Cari masalah kayak gimana? Misalnya bapak telepon aku atau adikku berkali-kali tapi nggak diangkat, ntar dia SMS ibu ngata-ngatain ibu karena ngelarang kami ngangkat telepon. Terus nanti dia ngancam nggak mau ngirim duit lagi. Ya kayak gitugitu. Oh, oke. Hmm, mungkin sekian dulu, terima kasih waktunya ya.
menerimanya. (492 – 500)
I6 menceritakan bahwa hubungan kedua orangtuanya tidak harmonis. (501 – 511)
226
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
227
DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 6 Tema Utama
Nomor Verbatim
Keintiman:
I5 menceritakan masalah dan
(153 – 156), (210 – 211), (213 –
kesehariannya kepada I6
215), (217 – 222), (225 – 229), & (235 – 246)
I6 menceritakan masalah dan
(153 – 156), (210 – 211), (213 –
kesehariannya kepada I5
215), (222 – 223), & (286 – 289)
I6 merasa nyaman untuk berinteraksi
Berkomunikasi setiap hari
(203 – 207)
I6 merasa dekat dengan I5
(82 – 86) & (293 – 298)
I6 berkeinginan untuk berinteraksi di
(292 – 293) & (306 – 307)
(421 – 424)
masa depan
I6 menjaga suasana hati I5
I6 mempersepsikan I5 secara positif
Perasaan saling memahami
Durasi setiap percakapan berlangsung
(264 – 267) (131 – 133) & (250) (160) (326 – 329)
beberapa jam setiap harinya
I6 merasa dirawat oleh I5
(307 – 308)
Berpergian bersama
(330 – 340)
I6 ingin memahami perasaan I5
(232 – 233)
I6 mengkhawatirkan I5
(193 – 199)
I6 merasa dihargai oleh I5
(426 – 428)
Konflik yang rendah:
Jarang bermasalah
Penyelesaian masalah yang cepat
(356 – 357)
I6 mengalah
(357 – 361)
Perlakuan berbeda dari orangtua
(369 – 374)
I6 tidak mempermasalahkan perlakuan
(376 – 379)
(342), (354), & (366)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
228
berbeda dari orangtua
Konflik ringan
(344 – 352)
Solidaritas:
I6 merasa didukung oleh I5
I5 memberikan solusi untuk masalah I6
(278 – 283)
I6 memberikan solusi untuk masalah I5
(270 – 276), (319 – 324), & (401 –
(116 – 119) & (382 – 384)
402)
I5 bersedia menerima pendapat I6
(313 – 316)
I6 bersedia menerima pendapat I5
(310 – 311)
I6 tidak suka dengan orang yang
(254 – 260)
memperlakukan I5 secara buruk
I5 mendukung I6 dengan kehadirannya
(404)
I6 mendukung I5 dengan kehadirannya
(387)
I6 mendukung keinginan dan keputusan
(392 – 398)
I5
I6 mendukung I5 dengan memantau
(190 – 192) & (396 – 398)
keadaan akademis I5
I5 merawat I6 ketika sakit
(410 – 414)
I6 merawat I5 ketika sakit
(415 – 418)
I5 bersedia membantu I6
(404 – 410)
I6 bersedia membantu I5
(388 – 391) & (435 – 440)
I6 berusaha menjadi contoh yang baik
(428 – 433)
untuk I5
I6 melindungi I5
(86 – 93)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TEMA UTAMA RELASI C Tema Utama Keintiman
Sub Tema
Informan 5
Perasaan saling memahami
(160) (90 – 92)
(203 – 207)
(63 – 64), (96 – 98), (104 – 105), & (109
(153 – 156), (210 – 211), (213 – 215),
– 113)
(217 – 222), (225 – 229), & (235 –
Berkomunikasi setiap hari I5 menceritakan masalah dan kesehariannya
Informan 6
pada I6
246) I6 menceritakan masalah dan kesehariannya
(133 – 135) & (137 – 144)
(153 – 156), (210 – 211), (213 – 215), (222 – 223), & (286 – 289)
kepada I5 (100 – 102)
Durasi setiap percakapan berlangsung beberapa
(326 – 329)
jam setiap harinya (330 – 340)
Berpergian bersama
(292 – 293) & (306 – 307)
I6 merasa nyaman untuk berinteraksi (262 – 264)
I5 berkeinginan untuk berinteraksi di masa depan
(421 – 424)
I6 berkeinginan untuk berinteraksi di masa depan
(232 – 233)
I6 ingin memahami perasaan I5
(82 – 86) & (293 – 298)
I6 merasa dekat dengan I5 (195 – 201)
I5 menjaga suasana hati I6
229
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(264 – 267)
I6 menjaga suasana hati I5
(131 – 133) & (250)
I6 mempersepsikan I5 secara positif
(307 – 308)
I6 merasa dirawat oleh I5 (59 – 62)
I5 mengkhawatirkan I6
(193 – 199)
I6 mengkhawatirkan I5 Konflik yang
Jarang bermasalah
(157)
(342), (354), & (366)
rendah
I6 mengalah
(357 – 361)
Perlakuan berbeda dari orangtua
(369 – 374)
I6 tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda
(376 – 379)
dari orangtua (180 – 185)
Tidak ada perlakuan berbeda dari orangtua
(163 – 165) & (176 – 177)
(356 – 357)
(157 – 160)
(344 – 352)
I5 memberikan solusi untuk masalah I6
(146 – 148), (151 – 154) & (212)
(278 – 283)
I6 memberikan solusi untuk masalah I5
(127 – 132) & (235 – 241)
(270 – 276), (319 – 324), & (401 –
Penyelesaian masalah yang cepat Konflik ringan Solidaritas
402) (254 – 260)
I6 tidak suka dengan orang yang memperlakukan I5 secara buruk I5 merasa didukung oleh I6
(204) (116 – 119) & (382 – 384)
I6 merasa didukung oleh I5 I5 mendukung I6 dengan kehadirannya
(404)
230
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(225 – 228)
I6 mendukung I5 dengan kehadirannya
(387) (392 – 398)
I6 mendukung keinginan dan keputusan I5 (225 – 228)
I6 mendukung I5 dengan memantau keadaan
(190 – 192) & (396 – 398)
akademis I5 (426 – 428)
I6 merasa dihargai oleh I5 I5 bersedia membantu I6
(207 – 210) & (212 – 214)
(404 – 410)
I6 bersedia membantu I5
(216 – 228) & (230 – 232)
(388 – 391) & (435 – 440) (428 – 433)
I6 berusaha menjadi contoh yang baik untuk I5 I6 melindungi I5
(243 – 249) & (251 – 259)
(86 – 93)
I5 merawat I6 ketika sakit
(410 – 414)
I6 merawat I5 ketika sakit
(415 – 418) (166 – 173)
I5 merasa sepihak dengan I6 dalam situasi konflik yang lebih besar
(188 – 189)
I5 bersimpati dengan I6 ketika I6 memiliki masalah
(313 – 316)
I5 bersedia menerima pendapat I6 I6 bersedia menerima pendapat I5
(148)
231
(310 – 311)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TEMA UTAMA informan sebagai pelaku aktif Tema Utama
Sub Tema
Keintiman/kedekatan
Komunikasi setiap hari Menceritakan masalah dan keseharian
Relasi A
Relasi B
Relasi C
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Bertemu beberapa kali seminggu / berpergian bersama Mempersepsikan secara positif
Merasa dekat Merasa senang ketika bertemu Mampu menenangkan
Merasa diperhatikan
Merasa disayang
Takut ditinggalkan
Saling memahami
Durasi pertemuan /
232
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema Utama
Sub Tema percakapan
Relasi A
Relasi B
Relasi C
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
(1 jam –
(1 jam –
(beberapa
(beberapa
(beberapa
(beberapa
seharian)
seharian)
jam,
jam,
jam, hingga
jam dalam
beberapa kali
beberapa kali
salah satu
sehari)
sehari)
sehari)
harus pergi)
Nyaman untuk berinteraksi
Merasa dirawat / dibimbing
Menjaga suasana hati
Terharu dengan sikap satu
Mengkhawatirkan
yang rendah
Jarang bermasalah
Mengalah
Pelakuan berbeda dari
Mempersepsikan secara negatif
233
berinteraksi di masa depan
Ingin memahami perasaan
Konflik/persaingan
sama lain
Berkeinginan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema Utama
Sub Tema
Relasi A
Relasi B
Relasi C
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
(2 – 3 hari)
(1 hari)
(hari yang
(hari yang
(hari yang
(hari yang
sama)
sama)
sama)
sama)
Konflik ringan
Kekerasan fisik
orangtua Tidak mempermasalahkan perlakuan berbeda dari orangtua Penyelesaian masalah yang cepat
Solidaritas
Merasa dilindungi
Merasa didukung
Memberikan solusi
Bertindak untuk masalah
Ingin membantu
Menjadi contoh yang baik
Mendukung dengan kehadiran Mendukung keinginan
234
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema Utama
Sub Tema
Relasi A Informan 1
Relasi B
Informan 2
Relasi C
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Kesal dengan orang yang memperlakukan saudara
kandung dengan buruk Mendukung hobi Bersedia membantu
Menerima pendapat
Melindungi
Memantau akademis
Merawat saat sakit Merasa ada di pihak yang
sama
Bersimpati
235