REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA SEKTOR INDUSTRI dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
Kementerian PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA SEKTOR INDUSTRI dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
Kementerian PERINDUSTRIAN
4
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 dapat diselesaikan. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 merupakan wujud pertanggungjawaban Kementerian Perindustrian terhadap kinerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab untuk dilaksanakan pada program kerja Tahun 2012. Capaian kinerja dan program yang dilaporkan merupakan implementasi dari Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2010—2014. Dengan disusunnya laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan dan tindak lanjut program-program yang telah ditetapkan sebagai bagian dari pembangunan sektor industri serta dapat meningkatkan kinerja ekonomi nasional secara keseluruhan. Hasil-hasil yang telah dicapai sektor industri merupakan hasil kerjasama dan sinergi yang baik dari berbagai instansi terkait. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan apresiasi kepada semua pihak atas segala dukungan dan kerjasamanya. Meski disadari bahwa laporan ini masih memerlukan masukan untuk penyempurnaan, kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Desember 2012 Kementerian Perindustrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
5
Daftar Isi KATA PENGANTAR
5
DAFTAR ISI
6
BAB I PENDAHULUAN
9
1.1 Latar Belakang
9
1.2 Maksud dan Tujuan
10
1.3 Ruang Lingkup
10
1.4 Sistematika Penyajian
11
BAB II KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI
13
2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sampai Dengan Triwulan III Tahun 2012
13
2.2 Perkembangan Sub Sektor Industri Non Migas Hingga Triwulan III 2012
15
2.3 Perkembangan Ekspo rdan Impor Industri Non Migas
19
BAB III KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL
23
23
3.1 Kinerja Program Prioritas Nasional
1. Revitalisasi Industri Pupuk
23
2. Revitalisasi Industri Gula
23
3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit
24
4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
25
3.2 Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian
26
a. Industri Furniture
26
b. Industri Hilir Karet
26
c. Industri Hilir Kakao
27
d. Industri Rumput Laut
27
e. Industri Logam Dasar
28
f. Industri Semen
30
g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir
31
h. Industri Garam
32
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor
32
a. Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Alas Kaki
32
b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik)
32
c. Industri Perkapalan
33
d. Industri Otomotif
34
e. Industri Elektronika dan Telematika
34
6
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral
26
3. Pengembangan IndustriKecil dan Menengah (IKM)
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
35
3.3 Kinerja Kementerian Perindustrian Lainnya
36
1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday
36
2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP)
36
3. Pengamanan Industri Melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri
36
4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter Kit
37
5. Perumusan SNI
37
6. Lembaga Pengujian Kesesuaian
37
7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
37
BAB IV KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
39
4.1 Audit Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian
39
4.2 Reformasi Birokrasi
39
4.3 Akuntabilitas Kinerja
39
4.4 Keterbukaan Informasi Publik
40
4.5 Anugerah Media Humas (AMH)
40
1. Majalah Media Industri
40
2. Website Kementerian Perindustrian
41
4.6 Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012
42
BAB V SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR
TAHUN 2013
45
5.1 Proyeksi Pertumbuhan Industri Non Migas Tahun 2013
45
5.2 Program Prioritas Kementerian Perindustrian Tahun 2013
46
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral
46
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor
47
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
47
5.3 Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Saing Industri
BAB VI PENUTUP
48 51
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
7
BAB I PENDAHULUAN
8
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN
BAB 1 Pendahuluan 1.1
Latar Belakang
Dalam rangka mempercepat pemulihan kinerja industri dan mendorong pertumbuhan industri pada tahun 2010-2014, Kementerian Perindustrian telah menyusun serangkaian program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana pengembangan industri nasional dengan mengacu pada Kebijakan Industri Nasional (Perpres No. 28 Tahun 2008), RPJMN 2010-2014, dan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014, serta strategi Kabinet Indonesia Bersatu I & II, yang disebut dengan Trilogi Pembangunan Industri, yang terdiri dari: 1. Pertumbuhan industri, melalui pengembangan dan penguatan klaster industri prioritas (pro-growth); 2. Pemerataan industri, melalui pengembangan dan penguatan industri kecil dan menengah (pro-growth dan pro-job); 3. Persebaran industri, melalui pengembangan industri unggulan di 33 provinsi dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota (pro-job dan pro-poor). Kemudian, sesuai dengan perkembangan global, maka pembangunan industri juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan (pro-environment). Arah pembangunan industri tersebut dijalankan untuk mencapai Visi Pembangunan Industri Jangka Panjang Tahun 2025 yaitu “Membawa Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia”, yang diturunkan ke dalam visi jangka pendek tahun 2014, yaitu “Pemantapan Daya Saing Basis Industri Manufaktur yang Berkelanjutan Serta Terbangunnya Pilar Industri Andalan Masa Depan”. Visi pembangunan industri tahun 2010-2014 tersebut dijabarkan ke dalam misi sebagai berikut: 1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; 2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional; 3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; 5. Memfasilitasi penguatan struktur industri; 6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar Pulau Jawa; 7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB. Perkembangan ekonomi global mengalami banyak perubahan terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa mulai tahun 2007 hingga saat ini. Kondisi
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
9
BAB I PENDAHULUAN
ini juga mempengaruhi pertumbuhan industri nasional, dimana terjadi penurunan ekspor hasil-hasil industri pada negara-negara utama di kawasan tersebut serta penurunan investasi sektor industri yang berdampak pada penurunan laju pertumbuhan industri. Adanya liberalisasi perdagangan melalui banyaknya perjanjian Free Trade Agreement (FTA) juga mengakibatkan tingginya persaingan di pasar dalam negeri terhadap produkproduk industri, yang berdampak negatif bagi sebagian industri yang daya saingnya belum begitu kuat atau masih memerlukan perlindungan. Selain itu, masih banyaknya aktivitas ekonomi yang bersumber pada ekstraksi sumber daya alam termasuk ekspor bahan mentah/baku ke luar negeri menjadikan proses penciptaan nilai tambah industri di dalam negeri masih relatif rendah. Untuk itu, diperlukan upaya percepatan pemulihan dan penumbuhan sektor industri (akselerasi industrialisasi) dengan berorientasi pada penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi industri dan peningkatan daya saing industri dalam negeri baik di pasar lokal maupun internasional.
1.2
Maksud dan Tujuan
Laporan ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran atas kinerja sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian pada tahun 2012 sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap amanat yang diberikan serta diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan sektor industri. Adapun tujuan secara khususnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Menyampaikan hasil pelaksanaan program pokok, kinerja dan kontribusi pengembangan industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap amanat yang diberikan oleh Presiden kepada Menteri Perindustrian. 2. Memberikan gambaran mengenai perkembangan dan permasalahan yang dihadapi sektor industri manufaktur. 3. Menguraikan hal-hal yang memerlukan penanganan segera sebagai wahana evaluasi dan kajian, dalam rangka penyempurnaan langkah-langkah dan kebijakan strategis maupun peningkatan kinerja bagi segenap stakeholder sektor industri manufaktur.
4. Memberikan gambaran proyeksi pertumbuhan ekonomi dan industri manufaktur, program prioritas yang akan dilaksanakan, serta memberikan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan industri nasional selanjutnya.
1.3
Ruang Lingkup
Laporan ini akan membahas mengenai kinerja makro sektor industri selama kurun waktu 2012 dan kinerja program prioritas yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian termasuk didalamnya memaparkan perkembangan Reformasi Birokrasi yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian. Disamping itu,dibahas pulatarget dan proyeksipertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2013, dengan memperhatikan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2012 serta target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
10
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.4
Sistematika Penyajian
Buku laporan kinerja sektor industridan kinerja Kementerian Perindustrian ini terdiri dari 6 (enam) Bab, yaitu: Bab I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang berupa arah kebijakan, visi dan misi serta tantangan pembangunan industri nasional. Bagian ini juga memberikan gambaran ringkas mengenai keseluruhan laporan kinerja sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2012. Bab II : KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI Bab ini memaparkan kinerja makro sektor industri terutama pertumbuhan ekonomi dan industri sampai dengan triwulan III tahun 2012, termasuk didalamnya perkembangan investasi, ekspor dan impor industri manufaktur. Bab III : KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL Bab ini memaparkan mengenai kinerja program pengembangan industri nasional yang menjadi tugas dan tangung jawab Kementerian Perindustrian, terdiri atas Kinerja Program Prioritas Nasional, Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian, serta Kinerja Kementerian Perindustrian lainnya dalam rangka mendukung pelaksanaan programprogram prioritas. Bab IV : KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Bab ini memaparkan mengenai kinerja kelembagaan, meliputi audit laporan keuangan Kementerian Perindustrian, kinerja Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Kinerja, Keterbukaan Informasi Publik, Anugerah Media Humas (AMH), serta Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012. Bab V : SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR TAHUN 2013 Bab ini menjelaskan mengenai target dan proyeksi pertumbuhan industri pengolahan non-migas tahun 2012 dan 2013, program prioritas Kementerian Perindustrian tahun 2013, serta rekomendasi kebijakan pengembangan industri nasional. Bab VI : PENUTUP Merupakan kesimpulan dari apa yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya, meliputi gambaran ringkas kinerja makro sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2012.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
11
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
12
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
BAB 2 Kinerja Makro Sektor Industri 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI SAMPAI DENGAN TRIWULAN III TAHUN 2012 Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia tetap berlangsung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan III tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (year-on-year/yoy), dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia. Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan, khususnya Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri Pengolahan mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas mencapai pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy), sedang Industri Migas mengalami kontraksi sekitar 5,02%. Dengan pertumbuhan sebesar 6,36%, maka Sektor Industri Pengolahan menjadi motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III 2012. Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Sumber Tw III 2012 Tw I-III 2012 No Lapangan Usaha Pertumbuhan (yoy) (Kumu-latif) (yoy) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 4,80 0,65 4,26 Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian -0,09 -0,01 1,86 3. Industri Pengolahan 6,36 1,62 5,86 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,56 0,04 5,56 5. B A N G U N A N 7,98 0,51 7,45 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,91 1,22 8,02 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,48 1,02 10,29 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,41 0,70 6,93 9. Jasa - Jasa 4,44 0,42 5,20 Produk Domestik Bruto (PDB) 6,17 6,17 6,29 PDB Tanpa Migas 6,88 6,84 Sumber: BPS diolah Kemenperin
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
13
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
Dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,17%, Sektor Industri Pengolahan menyumbang pertumbuhan sebesar 1,62%. Kemudian diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang menyumbang sebesar 1,22% dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menyumbang sebesar 1,02%. Sedangkan sektor-sektor lainnya menyumbang di bawah 1%. Dari sisi pengeluaran, Pertumbuhan PDB triwulan III-2012 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (yoy) didukung oleh kenaikan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 10,02 persen dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,68 persen. Sedangkan komponen PDB lainnya mengalami penurunan seperti Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 3,22 persen, Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 2,78 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa turunsebesar 0,54 persen. Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran No
Jenis Pengeluaran
Tw III 2012 (yoy)
Tw I-III 2012 (Kumulatif)
1.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
5,68
5,29
2.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
-3,22
2,93
3.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
10,02
10,77
4.
Ekspor Barang dan Jasa
-2,78
2,21
5.
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
-0,54
6,04
6,17
6,29
Produk Domestik Bruto Sumber: BPS
Pertumbuhan ekonomi kumulatif sampai dengan triwulan III-2012 dibandingkan dengan periodeyang sama tahun 2011 (c-to-c) seluruh komponen PDB menurut pengeluaran mengalami peningkatan.Peningkatan terbesar terjadi pada Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang meningkat sebesar 10,77 persen, kemudian diikuti dengan Komponen Impor Barang dan Jasa sebesar 6,04 persen, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,29 persen, Komponen PengeluaranKonsumsi Pemerintah sebesar 2,93 persen, dan Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 2,21 persen. Sumber utama pertumbuhan ekonomi secara yoy pada triwulan III-2012 adalah KomponenPengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,12 persen. Sumbangan terbesar berikutnya adalah Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,43 persen. Sedangkan komponen yang lain mengalami penurunan seperti Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 1,38 persen, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 0,26 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa turun sebesar 0,20 persen.
14
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
2.2 PERKEMBANGAN SUB SEKTOR INDUSTRI NON MIGAS HINGGA TRIWULAN III 2012 Dari pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan keseluruhan yang sebesar 6,36% pada triwulan III 2012, pertumbuhan Sub Sektor Industri Non Migas pada triwulan III 2012 mencapai sebesar 7,27% (yoy).Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun 2005, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencapai 6,17% (yoy) pada periode yang sama. Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 2012 (I-III), pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) pada tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar6,29%. Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi & Industri Pengolahan Non-Migas 2007-2012 No
Lapangan Usaha
Tw Iii 2012 (Yoy)
Sumber Pertumbuhan (Yoy)
Tw I-Iii 2012 (Kumulatif)
1.
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
4,80
0,65
4,26
2.
Pertambangan dan Penggalian
-0,09
-0,01
1,86
3.
Industri Pengolahan
6,36
1,62
5,86
4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
5,56
0,04
5,56
5.
BANGUNAN
7,98
0,51
7,45
6.
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
6,91
1,22
8,02
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
10,48
1,02
10,29
8.
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
7,41
0,70
6,93
9.
Jasa-Jasa
4,44
0,42
5,20
Produk Domestik Bruto (PDB)
6,17
6,17
6,29
PDB Tanpa Migas
6,88
-
6,84
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang cukup menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur hingga saat ini. Pada Januari-September 2012, nilai investasi PMA pada Industri Non Migas mencapai sekitar US$ 8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,9% terhadap nilai investasi pada periode yang sama tahun 2011. Nilai investasi terbesar dicapai oleh Industri Kimia dan Farmasi sebesar US$ 2,48 miliar, Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain sebesar US$ 1,31 miliar, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar US$ 1,28 miliar, Industri Makanan sebesar US$ 1,15 miliar, serta Industri Kertas & Percetakan sebesar US$ 1,07 miliar.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
15
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
Tabel 2.4 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (US$ Juta) NO
2008
SEKTOR P
2009 I
P
2010 I
P
Jan-Sep 2012
2011 I
P
I
P
I
1.
Industri Makanan
42
491,4
49
552,1
194 1.025,7
308 1.104,6
334 1.148,8
2.
Industri Tekstil
67
210,2
66
251,4
110
154,8
166
497,3
133
378,1
3.
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki
20
145,8
21
122,6
30
130,4
59
255,0
71
130,1
4.
Industri Kayu
19
119,5
18
62,1
31
43,1
29
51,1
21
16,4
42
257,5
55
1.69,7
5.
Industri Kertas dan Percetakan
15
294,7
18
68,7
32
46,4
6.
Industri Kimia dan Farmasi
42
627,8
41 1.183,1
159
793,4
223 1.467,4
214 2.476,9
7.
Industri Karet dan Plastik
50
271,6
42
208,1
100
104,3
148
370,0
133
585,8
8.
Industri Mineral Non Logam
11
266,4
8
19,5
8
28,4
46
137,1
52
123,4
9.
Industri Logam, Mesin, dan Elektronik
141 1.281,4
121
654,9
269
589,5
10.
Industri Instrumen Kedokteran, Presisi& Optik, dan Jam
11. 12.
383 1.772,8
7
15,7
5
5,1
2
1,4
5
41,9
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain
47
756,2
52
583,4
97
393,8
147
770,1
Industri Lainnya
34
34,7
53
120,1
59
27,6
87
64,7
Jumlah
495 4.515,2
332 1.284,4 2
1,6
156 1.308,0 68
70,8
474 3,831,1 1.096 3,357 1.643 6.789,6 1.571 8.594,1
Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM
Sementara itu, nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai Rp 38,1 triliun, atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya. Nilai investasi terbesar dicapai oleh Industri Mineral Non Logam sebesar Rp 9,09 triliun, Industri Makanan sebesar Rp 7,72 triliun, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar Rp 5,84 triliun, Industri Kertas & Percetakan sebesar Rp 4,99 triliun, serta Industri Kimia & Farmasi sebesar Rp 4,21 triliun.
16
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
Tabel 2.5 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (RpMiliar) NO
SEKTOR
1. 2. 3.
Industri Makanan Industri Tekstil Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 4. Industri Kayu 5. Industri Kertas dan Percetakan 6. Industri Kimia dan Farmasi 7. Industri Karet dan Plastik 8. Industri Mineral Non Logam 9. Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 10. Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik, dan Jam 11. Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 12. Industri Lainnya Jumlah
2008
2009
2010
2011
Jan-Sep 2012
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
49 20
8.129,9 719,6
34 23
5.768,5 2.645,7
166 26
16.405,4 431,7
258 52
7.940,9 999,2
176 51
7.719,4 3.247,2
2
10,1
1
4,0
4
12,5
3
13,5
6
62,9
4
306,6
2
33,5
6
451,3
14
514,9
5
52,1
14
1.797,7
8
1.000,8
25
1.102,8
53
9.296,3
56
4.997,2
23
503,7
15
5.850,1
64
3.266,0
106
2.711,9
81
4.213,0
27
797,8
31
1,532,8
48
522,8
81
2.295,7
78
2.310,7
7
845,3
4
786,1
13
2.264,6
39
7.440,5
36
9.088,4
31
2.381,1
31
1.466,8
50
789,6
76
6.787,0
68
5.838,6
2
7,0
0
0,0
-
0
1
0,0
-
0
6
314,7
3
66,5
15
362,2
16
529,1
15
569,0
4
38,4
6,0
279,5
2
3,7
7
4,8
5
11,5
189 15.914,8 158
19.434,4 419
25.612,6
706 38.533,8 577
38.110,0
Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM
Pertumbuhan industri pengolahan non-migas juga tidak lepas dari meningkatnya kegiatan produksi di sektor industri manufaktur. Dicapainya pertumbuhan industri non migas sebesar 6,50% hingga triwulan III 2012 didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian besar kelompok industri non migas, yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok industri pupuk, kimia & barang dari karet yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,91%. Kemudian diikuti oleh kelompok industri semen dan barang galian bukan logam yang tumbuh sebesar 8,75%. Lalu kelompok industri makanan, minuman dan tembakau, yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,22%, dan kelompok Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya sebesar 7,52%. Setelah itu kelompok Industri Logam Dasar Besi dan Baja yang tumbuh sebesar 5,70%, dan kelompok Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki yang tumbuh sebesar 3,64%.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
17
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
Tabel 2.6Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Cabang-Cabang Industri LAPANGAN USAHA
2007
2008
2009
2010
2011
TW III KUM 2011
TW III KUM 2012
1.
Makanan, Minuman, dan Tembakau
5,05
2,34
11,22
2,78
9,19
7,50
8,22
2.
Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
-3,68
-3,64
0,60
1,77
7,52
8,77
3,64
3.
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
-1,74
3,45
-1,38
-3,47
0,35
1,07
-4,21
4.
Kertas dan Barang Cetakan
5,79
-1,48
6,34
1,67
1,50
2,50
-4,50
5.
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
5,69
4,46
1,64
4,70
3,95
4,30
8,91
6.
Semen dan Barang Galian Bukan Logam
3,40
-1,49
-0,51
2,18
7,19
6,21
8,75
7.
Logam Dasar Besi dan Baja
1,69
-2,05
-4,26
2,38
13,06
14,43
5,70
8.
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya
9,73
9,79
-2,87
10,38
7,00
7,13
7,52
NO
9.
Barang Lainnya
-2,82
-0,96
3,19
3,00
1,82
4,66
-2,11
Industri Non Migas
5,15
4,05
2,56
5,12
6,83
6,63
6,50
Produk Domestik Bruto (PDB)
6,35
6,01
4,63
6,20
6,46
6,45
6,29
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Tabel 2.7Kontribusi Masing-Masing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Industri (persen) NO
LAPANGAN USAHA
2007
2008
2009
2010*
2011*
1.
Makanan, Minuman, dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Bukan Logam Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
29,80
30,40
33,16
33,60
35,20
TW III KUM 2012** 35,94
10,56 6,19
9,21 6,43
9,19 6,33
8,97 5,82
8,97 5,82
9,12 4,99
5,12 12,50
4,56 13,53
4,82 12,85
4,75 12,73
4,75 12,73
3,95 12,56
3,70
3,53
3,43
3,29
3,29
3,39
2,58 28,69
2,57 28,97
2,11 27,33
1,94 28,14
1,94 28,14
1,95 27,42
0,85
0,80
0,77
0,76
0,76
0,69
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
18
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
2.3 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDUSTRI NON MIGAS Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada periode Januari-November 2012 mencapai US$ 174,76 miliar, atau menurun sebesar 6,25% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$ 186,42 miliar. Dari total nilai ekspor nasional tersebut, sebanyak US$ 107,05 miliar atau 60,02% merupakan ekspor dari sektor industri non migas. Sepanjang periode Januari-November 2012, ekspor industri non-migas mengalami penurunan sebesar 4,64% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$ 112,26 miliar. Penurunan ini masih dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama sebagai dampak krisis ekonomi khususnya di Amerika dan Eropa.Selain di Amerika dan Eropa, penurunan nilai ekspor juga terjadi di negara-negara kawasan ASEAN dan lainnya, meliputi: Singapura, Malaysia, Vietnam, China, Jepang, Hong Kong, Taiwan, Iran, India, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Mesir, Turki, dan Rusia. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan ekspor yang merata di negara-negara tujuan ekspor eksisting, sehingga diperlukan alternatif pasar baru di wilayah lainnya. Jika dilihat menurut kelompok industri, pada periode Januari-November 2012 nilai ekspor tertinggi dialami oleh kelompok industri Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit yang mencapai US$ 21,57 miliar atau meningkat sebesar 2,21% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, ekspor produk Industri Besi Baja, Mesin dan Otomotif yang mencapai US$ 13,60 miliar (meningkat 11,55%), Industri Tekstil sebesar US$ 11,39 miliar (menurun 5,75%), Industri Pengolahan Karet sebesar US$ 10,05 miliar (menurun 26,45%), serta Industri Elektronika sebesar US$ 8,88 miliar (meningkat 2,56%).
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
19
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
Tabel 2.8 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas Sampai November Tahun 2012 (US$ Juta)
NO
URAIAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit Tekstil Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif Pengolahan Karet Elektronika Pengolahan Tembaga, Timah, dll Pulp dan Kertas Kimia Dasar Pengolahan Kayu Makanan dan Minuman Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu/Alas Kaki Alat-Alat Listrik Total 12 Besar Industri Total Industri
2009
2010
10.476,8 9.790,1 9.606,9 6.179,9 6.359,7 6.156,0 4.440,5 4.492,5 4.485,1 2.374,8 2.006,6 2.148,9 65.376,6 73.435,8
17.253,8 11.205,5 10.840,0 9.522,6 9.254,6 6.506,0 5.708,2 4.577,7 4.280,3 3.219,6 2.665,6 2.657,9 87.691,8 98.015,1
2011 23.179,2 13.234,1 13.194,4 14.540,4 9.536,3 7.501,0 5.769,0 6.119,8 4.474,7 4.504,0 3.450,9 2.995,2 108.498,9 122.189,2
JANUARI-NOVEMBER PERUBAHAN 2011 2012 (%) 21.108,1 21.574,6 2,21 12.080,2 11.385,6 -5,75 12.193,6 13.602,4 11,55 13.666,7 10.051,4 -26,45 8.660,9 8.882,5 2,56 6.978,0 4.947,5 -29,10 5.288,0 5.051,8 -4,47 5.695,0 4.465,9 -21,58 4.061,9 4.146,2 2,07 4.023,5 4.251,3 5,66 3.116,0 3.233,2 3,76 2.763,8 2.860,1 3,48 99.635,6 94.452,4 -5,20 112.262,7 107.048,1 -4,64
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Sementara itu, total nilai impor nasional pada periode Januari-November 2012 mencapai US$ 176,09 miliar, atau meningkat sebesar 9,40% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$ 160,96 miliar. Dari nilai impor tersebut, sebanyak US$ 128,55 miliar atau 71,07% merupakan impor produk-produk industri pengolahan non-migas. Nilai impor produk industri non-migas tersebut meningkat sebesar 12,64% dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Berdasarkan kelompok industri, nilai impor produk industri tertinggi dicapai oleh Industri Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 57,83 miliar, yang meningkat sebesar 23,49% dibandingkan periode Januari-November 2011. Berikutnya, impor produk Industri Elektronika sebesar US$ 15,21 miliar (meningkat 3,44%), serta Industri Kimia Dasar US$ 14,88 miliar (meningkat 5,28%). Dapat dilihat bahwa nilai impor terbesar merupakan barang-barang modal (besi baja, mesin-mesin dan otomotif), yang banyak digunakan oleh industri dalam negeri untuk menjalankan aktivitas produksinya.
20
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB II Kinerja Makro Sektor Industri
Tabel 2.9 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas Sampai Oktober Tahun 2012 (US$ Juta)
2011
2012
PERUBAHAN (%)
52.375,6
46.829,7
57.828,1
23,49
14.176,2
16.111,8
14.705,8
15.211,6
3,44
11.431,5
15.413,2
14.136,8
14.883,8
5,28
6.735,1
6.195,1
6.243,5
0,78
6.852,0
6.242,2
5.489,5
-12,06
NO
URAIAN
2009
2010
2011
1.
Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif
31.638,8
43.218,6
2.
Elektronika
10.496,7
3.
Kimia Dasar
8.095,1
4.
Tekstil
3.396,9
5.031,2
5.
Makanan dan Minuman
2.810,6
4.514,2
JANUARI-NOVEMBER
6.
Alat-Alat Listrik
2.105,8
3.142,8
3.761,7
3.456,2
3.790,2
9,66
7.
Pulp dan Kertas
1.883,2
2.731,8
3.262,6
2.874,1
2.790,9
-2,89
8.
Barang-Barang Kimia lainnya
1.661,9
2.199,3
2.589,0
2.371,0
2.534,7
5,90
9.
Makanan Ternak
1.679,1
1.871,6
2.220,5
2.010,4
2.575,7
28,12
10.
Pengolahan Tembaga, Timah, dll
1.027,1
1.822,1
2.195,1
2.043,4
2.198,8
7,60
11.
Plastik
1.034,0
1.525,1
1.859,3
12.
Pupuk
929,1
1.509,2
2.707,0
2.415,5
2.775,4
14,90
13.
Pengolahan Alumunium
1.772,5
1.824,4
2,93
Total 12 Besar Industri
66.803,5
93.173,6
116.082,6
105.052,6
118.146,7
12,46
Total Industri
72.398,1
101.115,4
125.979,0
114.130,0
128.553,5
12,64
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Neraca perdagangan produk industri non-migas adalah US$ -21,51 miliar atau mengalami defisit. Sedangkan total secara keseluruhan, neraca perdagangan nasional selama JanuariNovember 2012 juga defisit, yaitu US$ -1,33miliar.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
21
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
22
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
BAB 3 Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian melaksanakan program-program prioritas nasional maupun prioritas kementerian, berdasarkan Kepres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012, Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, serta melaksanakan program-program lainnya dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri nasional (akselerasi industrialisasi), dengan capaian utama adalah sebagai berikut.
3.1 KINERJA PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 1. Revitalisasi Industri Pupuk a. Penyediaan gas sebagai bahan baku industri pupuk: 1) Persetujuan perpanjangan kontrak pasokan gas pabrik PT. Pusri Palembang (Pusri III, IV, dan IB) dari PT. Pertamina EP sebesar 166 MMSCFD untuk periode 2013-2017. 2) Terealisasinya pasokan gas PT. Pupuk Iskandar Muda tahun 2012 sebanyak 8 Cargo. b. Revitalisasi Industri Pupuk Urea: 1) Terselesaikannya Basic Engineering Design pabrik Kaltim-5. Progres proyek s/d akhir November 2012 mencapai 32,4%. Pabrik direncanakan beroperasi pada 2014. 2) Persetujuan tambahan pasokan gas pabrik Pusri IIB dari PT. Pertamina EP sebesar 17 MMSCFD untuk periode 2013-2017. 3) Penandatanganan Letter of Agreement (LoA) untuk perpanjangan MoA alokasi pasokan gas pabrik Ammonia Urea II PT. PKG dari lapangan Cepu yang berlaku s/d Desember 2013. c. Pengembangan pabrik pupuk organik: telah dibangun Pabrik Pupuk Organik di 4 (empat) Kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Banyuasin 2. Revitalisasi Industri Gula a. Telah direalisasikan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan di 5 Perusahaan Gula (PTPN IX, X, XI, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan total 46 Pabrik Gula dengan nilai bantuan Rp. 49,8 Miliar.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
23
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
b. Bantuan langsung mesin/peralatan pada tahun 2012 diberikan kepada 5 Perusahaan Gula (PTPN IX, X, XII, PT. PG Rajawali 1, PT. PG Rajawali 2) dengan nilai sebesar Rp. 152,4 Miliar, sebanyak 57 item mesin peralatan. c. Telah selesai dilakukan Audit Teknologi terhadap 20 PG eksisting terpilih. d. Rencana pembangunan 3 PG baru di Banyuwangi, Blitar dan Lamongan dengan kapasitas 5.000 TCD expandable 8.000 TCD oleh Konsorsium PTPN XI dan PTPN XII. e. Bimbingan dan konsultasi Sistem Manajemen Mutu terhadap 16 PG eksisting terpilih.
3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit a. Telah ditetapkannya Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun 2012; b. Terlaksananya promosi investasi industri hilir kelapa sawit di dalam negeri (Jakarta & Pekanbaru) serta Asia (Dubai) dan Eropa (Jerman & Rusia)
24
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
c. Telah disusun FS Pembangunan Tangki Timbun Curah Cair di Maloy, Kalimantan Timur. d. Terselesaikannya kajian Pembangunan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Gelombang II (second wave) di Kalbar, Kalteng dan Papua. e. Peningkatan utilisasi kapasitas produksi minyak goreng, dari 45% menjadi 75%. 4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) a. Penetapan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di 42 daerah; b. Pengkajian Kompetensi Inti Industri Daerah di 11 daerah dan Kajian Pengelolaan Pusat Inovasi KEK Sei Mangkei; c. Pembangunan Gedung Pusat Inovasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan Kawasan Industri Palu; d. Pengadaan Peralatan Laboratorium dan Meubelair untuk Pusat Inovasi KEK Sei Mangkei, peralatan uji untuk Pusat Inovasi Industri Palu, Peralatan Industri Rotan di Katingan, serta mesin/peralatan proses pengolahan & peralatan uji rumput laut di Tual – Maluku Tenggara; e. Tersusunnya MasterPlan KEK Tangguh, serta MasterPlan Kawasan Industri: Tanjung Buton, Majalengka, Kulonprogo, Gresik, Karawang, Gresik Utara, Jeneponto, Sei Bamban, Bangka; f. Tersusunnya Rencana Strategis (Renstra) KEK Tanjung Api-Api dan Batu Licin, serta Renstra Kawasan Industri Kariangau; g. Tersusunnya Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Pengembangan KEK Lamongan dan Kawasan Industri Jombang; h. Tersusunnya Detail Engineering Design (DED) KEK Bitung (Sulut).
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
25
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
3.2 KINERJA PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral a. Industri Furniture 1) Telah dilaksanakan pelatihan di bidang desain dan teknologi proses produksi furniture di Jawa Tengah, Pidie Aceh, Katingan Kalteng dan Palu Sulawesi Tengah sebanyak 100 orang. 2) Telah dilakukan promosi dan pameran dalam rangka pengembangan pasar furniture didalam negeri maupun luar negeri antara lain : a) The International Furnishing Show IMM Cologne (Jerman) b) High Point Market, Nort Carolina (Amerika Serikat) c) The China International Furniture Expo di Shanghai (China) d) International Furniture Fair Indonesia (IFFINA) 2012 di Jakarta International Expo e) The27 Trade Expo Indonesia 2012 di Jakarta International Expo f) Pameran Produk Furniture dan Interior di Plaza Industri 3) Telah dilakukan pengembangan Disain melalui kegiatan lomba disain furniture yang diikuti oleh 179 Desainer serta dilakukan klinik disain di sentra industri furniture rotan di Cirebon yang diikuti sebanyak 25 perusahaan dan Klinik Disain di sentra industri furniture kayu di Jepara yang diikuti sebanyak 30 perusahaan. 4) Telah disusunnya RSNI Furniture sebayak 6 judul. 5) Telah dilakukannya kajian Feasibility Study (FS) pengembangan industri rotan didaerah sumber bahan baku rotan di Sulawesi Barat.
b. Industri Hilir Karet 1) Pembangunan pabrik ban Hankook kapasitas 5,3 juta ban KBM roda 4 per tahun dan 840 ribu ban truk/radial pertahun dengan nilai investasi USD 1,1 miliar di Jawa Barat. 2) Tersusunnya kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei Bamban yang direncanakan akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus, Sei Mangkei;
26
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
3) Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri karet dengan 30 pemangku kepentingan (stake holder). 4) Koordinasi peningkatan konservasi energi industri karet remah (crumb rubber). 5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri karet remah di Palembang. 6) Fasilitasi pengembangan industri karet karet hilir untuk meningkatkan kemampuan pembuatan kompon karet dan produksi vulkanisir ban melalui bantuan mesin pengolahan barang karet di Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat. c. Industri Hilir Kakao 1) Pencanangan Hari Kakao Indonesia yang ditetapkan pada setiap tanggal 16 September. 2) Bantuan mesin dan peralatan industri pengolahan cokelat di Padang Pariaman. 3) Pelaksanaan talkshow dalam rangka peningkatan konsumsi cokelat dalam negeri di Padang, Sumatera Barat. 4) Penyusunan Rancangan SNI Cokelat dan Produk-Produk Cokelat 5) Penyusunan Business Plan Pengembangan Kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat 6) Fasilitasi dan sinkronisasi pengembangan klaster industri pengolahan kakao. 7) Peningkatan konsumsi kakao nasional per kapita per tahun sebesar 40% dari 250 gram tahun 2011 menjadi 350 gram tahun 2012.
d. Industri Rumput Laut 1) Penyusunan Roadmap pengembangan industri rumput laut. 2) Pengembangan industri pengolahan rumput laut melalui bantuan mesin peralatan pengolahan rumput laut di 7 (tujuh) provinsi (NTB, NTT, Maluku, Sulsel, Sultra, Sulteng, dan Malut).
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
27
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
e. Industri Logam Dasar 1) Industri Baja a) Telah beroperasinya PT Meratus Jaya Iron & Steel secara komersial yang berlokasi di Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan yang mengolah Bijih Besi menjadi Sponge Iron dengan kapasitas 315 ribu ton per tahun dengan nilai investasi sebesar Rp 1,17 Triliun. b) Telah beroperasinya PT. Indoferro secara komersial yang berlokasi di Cilegon, Provinsi Banten yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 500ribu ton/ tahun dan Nickel Pig Iron dengan kapasitas 250ribu ton/ tahun dengan nilai investasi sebesar USD 110 juta. c) Telah dilakukannya Ground BreakingPT. Batulicin Steel pada bulan Juli 2012 yang rencananya akan memproduksi baja dasar sebesar 3 juta ton/ tahun dengan nilai investasi sebesar USD 1,5 Milyar termasuk Pembangunan Pembangkit Listrik (Power Plant) dengan kapasitas 100 MW dengan rincian Besi Beton sebesar 1 juta ton/tahun dan Ferro Nickel sebesar 600 ribu ton/ tahun pada tahap awal serta H-Beam Steel dan Pelat Baja sebesar 2 juta ton/ tahun pada tahap selanjutnya. d) Rencana pembangunan Pabrik Pengolahan Pasir Besi menjadi Pig Iron (Main Concentrator Plant dan Pig Iron Plant) di Kulon Progo, Provinsi DI Yogjakarta yang akan dilakukan oleh PT. Jogja Magasa Iron dengan kapasitas 1juta ton/ tahun dan nilai investasi sebesar USD 1,2 Milyar. e) Rencana investasi PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3juta ton per tahun di Sebuku, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 1 Milyar. f) Rencana investasi PT. Delta Prima Steel untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Sponge Iron dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,2 Milyar.
28
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
2) Industri Aluminium a) Rencana pembangunan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan kapasitas 1,2juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 1 Milyar yang ditargetkan beroperasi pada Kuartal I Tahun 2016. b) Rencana pembangunan Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan kapasitas 300ribu ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 450Juta yang saat ini sedang dalam proses konstruksi. c) Rencana investasi PT. Nalco untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Aluminium Ingot dengan kapasitas 500ribu ton per tahun di Kutai, Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar Rp. 4 Milyar.
3) Industri Tembaga a) Rencana investasi PT. Nusantara Smelting untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 200ribu ton per tahun di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. b) Rencana investasi PT. Indosmelt untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. 4) Industri Nikel a) Telah dilakukannya Ground Breaking PT. FeNi Halmahera Timur yang rencananya akan memproduksi Nickel sebesar 27ribu ton/tahun di Halmahera, Provinsi Maluku Utara dengan nilai investasi sebesar USD 1,6 Milyar yang ditargetkan beroperasi pada Kuartal IV Tahun 2014. b) Rencana investasi PT. Antam untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Nickel Pig Iron dengan kapasitas 120ribu ton per tahun di Mandiodo, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi sebesar USD 400Juta.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
29
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
c) Rencana investasi PT. Weda Bay Nickel untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Nickel dengan kapasitas 65ribu ton per tahun dan Cobalt dengan kapasitas 3,5ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. f. Industri Semen 1) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Gresik Group: a) Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat oleh PT. Semen Gresik yang direncanakan mulai beroperasi pada awal tahun 2013; b) Unit pabrik baru PT. Semen Gresik di Tuban, Jawa Timur (Tuban IV) dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, telah beroperasi pada pertengahan tahun 2012; c) Unit pabrik baru PT. Semen Tonasa di Pangkep, Sulawesi Selatan (Tonasa V) dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, akan beroperasi pada awal tahun 2013. 2) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Bosowa: a) Unit penggilingan semen di Banyuwangi, Jawa Timur dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan Mei 2012, dan direncanakan selesai pada tahun 2013; b) Unit pabrik baru di Maros, Sulawesi Selatan dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan November 2012, direncanakan selesai pada tahun 2014. 3) Realisasi pembangunan pabrik baru oleh PT. Holcim Indonesia di Tuban, Jawa Timur, dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahun. Saat ini dalam proses konstruksi pabrik dan direncanakan selesai pada tahun 2014.
30
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
4) Realisasi pembangunan pabrik oleh investor baru: a) State Development and Investment Cooperation (SDIC) di Manokwari, Papua Barat dengan kapasitas 1 juta ton per tahun, saat ini dalam proses pembebasan lahan. b) Anhui Conch Cement Co., Ltd. di Tanjung, Kalimantan Selatan dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, saat ini dalam proses pembebasan lahan. g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir 1) Pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia di Banten dengan progres mencapai 30%. 2) Pembangunan pabrik butadiena PT. Petrokimia Butadiene Indonesia kapasitas 150 ribu ton/tahun dan investasi Rp 1,5 T di Banten 3) Pengembangan investasi PT. Chandra Asri dengan kapasitas produksi 1 juta ton olefin/tahun dan nilai investasi Rp 1,7 T di Banten. 4) Pembangunan pabrik kosmetika PT. L’Oreal Indonesia di Cikarang, dengan nilai investasi Rp 1,25 Triliun, kapasitas produksi 200 juta unit/tahun dan menyerap tenaga kerja lebih dari 1.700 orang. 5) Pembangunan pabrik Acrylic Acid kapasitas 80.000 ton/th dan Super Absorbent Polyer kapasitas 90.000 ton/th, PT. Nippon Shokubai Indonesia dan nilai investasi USD 332 juta. 6) Pembangunan RCC Off Gas to Propylene Project (ROPP) di Balongan kapasitas 180 ribu ton/th oleh PT. Pertamina dan PT. Chandra Asri dan nilai vestasi USD 270 juta 7) Persetujuan alokasi gas untuk pengembangan pusat industri petrokimia di Teluk Bintuni Papua Barat tahap I sebesar 180 MMSCFD untuk pembangunan pabrik pupuk urea kapasitas 2juta ton/th.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
31
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
h. Industri Garam 1) Intensifikasi lahan dengan pemasangan Geomembrane pada meja kristalisasi di Kabupaten Sumenep, Madura; 2) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium melalui Intensifikasi Lahan di Kabupaten Sampang dan Pamakasan, Madura; 3) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium melalui Ekstensifikasi Lahan 349 Ha di Teluk Kupang. 2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor a. Industri Tekstil, Produk Tekstil, dan Alas Kaki 1) Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi permesinan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 161 perusahaan dengan nilai bantuan sekitar Rp 145 Milyar dan investasi yang tercipta mencapai Rp 1,68 triliun. 2) Sebanyak 9 perusahaan Industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit masih dalam waiting list sebagai peserta restrukturisasi dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp 15,52 Milyar.
3) Perluasan investasi dan pembangunan pabrik baru PT. Indorama Polyester Industries di Karawang, dengan total nilai investasi US$ 400 juta. 4) Telah dilatih tenaga kerja siap pakai di industri garmen dan alas kaki sebanyak 10.000 orang di Jateng, Jatim, dan Jabar. b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik) 1) Pemberian bantuan mesin/peralatan ke Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan; 2) Verifikasi capaian TKDN dalam Proyek Pembangunan Infrastruktur
32
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
3) 4) 5) 6)
Ketenagalistrikan (Proyek PLTU 10000 MW Tahap II); Promosi kemampuan industri alat berat (termasuk komponen) dalam rangka pengembangan akses pasar dalam negeri dan luar negeri; Penyusunan Peraturan Teknis (Pertek) dalam rangka mendukung Program Konversi BBM ke BBG; Pengembangan kelembagaan (Alsintan Center) di daerah-daerah potensial pertanian di Sumbar, Kallbar dan Kaltim. Penambahan investasi baru di bidang industri permesinan antara lain PT Caterpillar Indonesia produksi alat berat (dump truck) di Pulau Batam sebesar USD 165 juta; PK Manufacturing investasi sebesar USD 21 juta di daerah Karawang untuk produksi komponen alat berat; dan PT Hitachi Manufacturing di Karawang investasi sebesar USD 10 juta untuk produksi komponen alat berat.
c. Industri Perkapalan 1) Pengembangan prototype produk industri maritim melalui desain kapal Berbasis Pantai. 2) Peningkatan kapasitas SDM melalui diklat dan sertifikasi pengelasan kapal, pengelasan bawah air, pelatihan coating dan pengelasan non-ferro sebanyak 140 orang. 3) Penambahan investasi baru di bidang industri pekapalan sebesar Rp. 800 milyar di Lamongan, serta perluasan dan pengembangan perusahaan sebesar Rp 354,77 Milyar di Surabaya, Banyuwangi, dan Semarang. 4) Telah siap operasionalnya galangan kapal PT. Lamongan Marine Industri di Lamongan, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp 300 Milyar.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
33
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
d. Industri Otomotif 1) Peningkatan investasi baru PT. Denso Indonesia dengan nilai Rp 1,3 Trilliun. 2) Sampai bulan Oktober 2012, produksi KBM Roda-4 mencapai 888 ribu unit dan sampai dengan bulan Oktober 2012 Produksi KBM Roda-2 mencapai 5,9 Juta unit. 3) Dalam rangka pengembangan Low Cost Green Car (LCGC), terjadi peningkatan investasi (perluasan dan pembangunan pabrik baru) oleh PT. Toyota Motor, PT. Astra Daihatsu Motor, PT Honda Prospect Motor, PT. Suzuki Indomobil dan PT. Nissan dengan total investasi sebesar US$ 2,2 Milyar untuk industri perakitan dan US$ 2,3 Milyar untuk industri komponen, yang diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 7.000 orang untuk industri perakitan, 8.000 orang untuk industri komponen, dan 10.000 orang untuk aftersales service.
e. Industri Elektronika dan Telematika 1) Ekspor produk industri elektronika dan telematika pada periode Januari– September 2012 sebesar US$ 9,38 miliar, atau meningkat sebesar 16,74% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, dengan negara tujuan utama yaitu: Singapura, Jepang, Amerika, Hongkong, China, Jerman, Belgia dan Korea Selatan. 2) Sampai triwulan dua tahun 2012 telah terjadi investasi sebesar US$ 328 Juta. Dan diperkirakan pada tahun 2012 ini akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 6.300 orang. 3) Panasonic Manufacturing Indonesia, Sharp, Samsung, dan LG telah dipilih sebagai basis produksi untuk kulkas di ASEAN, khusus untuk LG Indonesia telah dijadikan basis produksi untuk mengisi pasar Australia, Kuba dan Rusia. 4) Dalam rangka penerapan standard produk, telah difasilitasi penguatan terhadap
34
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
infrastruktur/lab uji di Balai Besar Bahan & Barang Teknik (B4T) Bandung, dan Balai Riset dan Strandardisasi (Baristand) Surabaya. Sampai saat ini telah diterapkan SNI produk untuk Lampu CFL (Lampu Hemat Energi), Baterai Primer, Pompa Air, TV CRT, Setrika listrik. Sedangkan untuk produk Lemari Es, Pendingin Ruangan (AC), dan Mesin Cuci sudah notifikasi WTO untuk diberlakukan secara wajib. 3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) a. Telah dilakukan pengembangan IKM melalui pendekatan klaster di 43 Kabupaten/ Kota, melalui: FGD klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain, bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasi pameran dan promosi. b. Telah dilakukan pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55 Kab/ Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli, bantuan mesin/peralatan, dan partisipasi pameran produk OVOP. c. Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi mesin/ peralatan kepada 106 IKM dengan nilai bantuan Rp 9,32 milyar serta fasilitasi peningkatan pelayanan IKM kepada 19 UPT.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
35
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
d. Telah dilatih sebanyak 2.199 calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihan di bidang garment sebanyak 380 orang sebagai antisipasi moratorium pengiriman TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatan kemampuan teknis dan manajemen kepada 1.866 perajin (IKM). e. Telah difasilitasi pendaftaran HKI sebanyak 123 merk, 1 hak cipta, 2 paten, 3 desain industri, serta berpartisipasi pada Forum Koordinasi HKI yang diselenggarakan oleh PM-HKI Kementerian Perindustrian dan POLRI di Manado dan Medan. f. Telah difasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM sebanyak 40 paket Halal, 8 paket HACCP/SNI, 12 paket Barcode, 9 Ce-Mark, 30 GMP. g. Terealisasinya penyaluran KUR di IKM sampai dengan Agustus 2012 sebesar Rp 617,1 miliar (industri pengolahan), atau IKM berkontribusi sebesar 3% dari total penyaluran KUR.
3.3 KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN LAINNYA 1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday a. Telah dilakukan kajian dan verifikasi serta disampaikan usulan kepada Menteri Keuangan terhadap 2 (dua) pemohon Tax Holiday: 1) PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI), dengan nilai investasi USD 133 juta; 2) PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PT. PBI), dengan nilai investasi USD 150juta. b. Keputusan pemanfaatan fasilitas Tax Holiday oleh 2 Perusahaan tersebut, tinggal menunggu terbitnya Keputusan Menteri Keuangan. 2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) a. Telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam penerbitan PMK terkait Pemberian BMDTP dengan total Pagu BMDTP Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 428,62 Milyar b. Rencana Impor Barang (RIB) dengan fasilitas BMDTP sudah mencapai Rp. 186,30 Milyar c. Realisasi Pemanfaatan fasilitas BMDTP s/d Nopember 2012 mencapai 36% dari total Pagu BMDTP 2012 dengan estimasi sekitar 70% dari RIB. 3. Pengamanan Industri melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri a. Dalam rangka pengamanan industri dalam negeri terkait penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif, sedang dilakukan revisi Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pengamanan Obyek Vital Industri. b. Revisi Permenperin tersebut mencakup perubahan lampiran terkait perusahaan industri yang termasuk Daftar Obyek Vital Industri. c. Telah dilakukan verifikasi administrasi dan lapangan serta diusulkan Perusahaan dan Kawasan Industri untuk menjadi Obyek Vital Nasional Sektor Industri sebagai berikut: 1) 39 Perusahaan di 13 sektor industri; 2) 10 Kawasan Industri.
36
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional
4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter Kit Dalam mendukung program Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan bermotor, Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 70 Tahun 2012 yang mewajibkan setiap produk tabung dan converter kit memiliki sertifikat UN ECE R67, UN ECE R110, dan/atau ISO 15500. Untuk menunjang penerapan spesifikasi teknis/standar tersebut, diperlukan investasi yang ditujukan untuk menambah fasilitas uji yang dimiliki oleh laboratorium uji sehingga laboratorium uji dalam negeri dapat terakreditasi oleh KAN. 5. Perumusan SNI Tahun 2012 telah disusun RSNI sebanyak 106 buah, sedangkan selama 3 (tiga) tahun terakhir telah disusun sebanyak 307 buah RSNI, untuk 11 Kelompok industri, yaitu: permesinan, alsintan, elektronika dan rumah tangga, tekstil, kulit dan alas kaki, makanan, minimunan dan tembakau, logam, karet dan plastik, dan kertas. 6. Lembaga Penguji Kesesuaian Tahun 2012 Kementerian Perindustrian telah menerbitkan 37Permenperin untuk penunjukan LPK bagi 79 SNI wajib, dan sampai dengan tahun 2012 telah ditetapkan 45 LPK untuk mendukung pemberlakuan SNI. 7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Upaya untuk penurunan GRK, telah diterbitkan; Peraturan Menteri Perindustrian No. 12/M-IND/PER/1/2012 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengurangan Emisi CO2Industri Semen Indonesia; pedoman dan teknis konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di sektor Industri (11 pedoman).
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
37
BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian
38
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian
BAB 4 Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian Selain kinerja program pengembangan industri prioritas nasional, Kementerian Perindustrian juga menjalankan berbagai program pendukung yang berorientasi pelayanan kepada masyarakat, peningkatan akuntabilitas kinerja, transparansi dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Beberapa capaian utama kinerja kelembagaan Kementerian Perindustrian antara lain sebagai berikut.
4.1 Audit Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit Laporan Keuangan tahun 2011, yang telah diraih secara berturut-turut selama 4 (empat) tahun sejak 2009. Hal tersebut bisa dicapai karena pelaksanaan “Rencana Aksi mempertahankan Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian” yang secara konsisten dan sungguh-sungguh menjadi komitmen dan dilaksanakan pimpinan tertinggi dan seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Perindustrian. Rencana Aksi mempertahankan opini WTP atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian Tahun 2011 antara lain melalui: 1. Menyelesaikan Temuan Atas Laporan Keuangan Tahun 2011 dan Tahun Sebelumnya. 2. Meningkatkan Kemampuan Sistem Manajemen Keuangan. 3. Penjaminan Mutu (Quality assurance) oleh Pengawas Internal.
4.2 Reformasi Birokrasi Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian telah memperoleh pembayaran tunjangan kinerja (remunerasi) dikarenakan upaya Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi sejak tahun 2005. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2012 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Perindustrian, serta sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor: SR-275/MK.02/2012 tanggal 24 Oktober 2012 perihal persetujuan prinsip pemberian tunjangan kinerja bagi pegawai di 20 K/L.
4.3 Akuntabilitas Kinerja Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian PAN dan
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
39
BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian
RB melakukan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB, Kementerian Perindustrian mendapat nilai 69,21 dengan predikat penilaian “B“ atau naik sebesar 8,46 poin dibandingkan tahun 2011 yang masih mendapat predikat “CC”. Penilaian dilakukan terhadap 5 (lima) komponen, yaitu: 1. Perencanaan Kinerja, 2. Pengukuran Kinerja, 3. Pelaporan Kinerja, 4. Evaluasi Kinerja, dan 5. Capaian Kinerja.
4.4 Keterbukaan Informasi Publik
Kementerian Perindustrian berhasil meraih penghargaan sebagai Badan Publik Pusat Terbaik I dalam pelaksanaan Undang-Undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat, dan penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden tanggal 28 September 2012 di Istana Wakil Presiden Jakarta. Kementerian Perindustrian dinilai berhasil dalam mengimplementasikan pasal 9 UU Keterbukaan Informasi Publik, yaitu informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala. Penghargaan itu diberikan dalam rangka peringatan hari Hak Untuk Tahu Internasional (International Right to Know Day) yang diperingati setiap tanggal 28 September sebagai upaya mempromosikan hak-hak masyarakat untuk mengetahui informasi dari badan publik. Acara ini diselenggarakan Komisi Informasi Pusat. Pemeringkatan ini dilakukan melalui seleksi terhadap 98 badan publik dan 33 propinsi yang dipantau website-nya melalui monitoring dan evaluasi oleh Komisi Informasi Pusat.
4.5 Anugerah Media Humas (AMH) Kementerian Perindustrian berhasil meraih Juara Umum pada Perhelatan Tahunan Anugerah Media Humas (AMH) 2012 tanggal 6 November di Makassar. Acara yang dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring ini diselenggarakan oleh Bakohumas Pusat yang bertujuan untuk memberikan apresiasi, sekaligus menjadi tolok ukur kinerja humas pemerintah dan sebagai upaya memotivasi praktisi humas dalam melaksanakan tugasnya. 1. Majalah Media Industri Majalah Media Industri yang diterbitkan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perindustrian meraih Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok Kementerian/LPNK dan Perguruan Tinggi Negeri. Kriteria penilaian meliputi: keterbukaan informasi, substansi program kehumasan, komposisi informasi, edukasi, opini dan hiburan, jenis rubrikasi, kelengkapan dan sistematika penulisan, kreativitas penulisan dan teknik tata letak (cover, body copy, teknik penyuntingan gambar, teknik foto).
40
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian
EDISI 2 - 2012
No. 02.2012
REPUBLIC OF INDONESIA
MADE IN INDONESIA • • • • • • • • • • • • • • • •
Soci Mas Permata Hijau Group Natur Mustika Ratu Inaco Teh Kepala Djenggot Cimory Garudafood Sumber Yalasamudra Rumah Abon Jus-Sirup Buah Lie Lie Bandung Yoghurt Ratna Bakery & Cake Manik The Beadz Bambu Kaligrafi Mahanagari
INDUSTRY F A C T S
&
F I G U R E S
TEKNOLOGI • Langit Impian Animasi • Penyulingan Air Laut
APA DAN SIAPA • Ecogreen Oleochemical
Tonggak Bangkitnya Industri Pertahanan Lokal
MINISTRY MINISTRYOF OFINDUSTRY INDUSTRY REPUBLIC REPUBLICOF OFINDONESIA INDONESIA 2012 2010
2. Website Kementerian Perindustrian Website Kemenperin (www.kemenperin.go.id) juga mendapatkan penghargaan Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website. Kriteria yang dinilai: kemudahan akses informasi publik, ketersediaan kontak dan informasi, ketersediaan informasi publik, penempatan informasi berdasarkan teknik yang benar, keterbacaan, dan desain grafis yang sesuai harapan pengguna. Sampai dengan bulan November 2012, jumlah hit pada Website Kemenperin mencapai 8,76 juta, dengan rata-rata sebesar 796.024 hit per bulan. Jumlah artikel yang telah dipublikasikan adalah 4.882 buah. Sebagian besar merupakan beritaberita yang terkait dengan industri (65%), foto kegiatan Menteri Perindustrian (17%), dan siaran pers (6%). Jumlah permintaan data yang dilayani secara online tercatat 139.858 kali, dengan jumlah data yang diberikan sebanyak 7,15 juta record. Tiga jenis data yang paling sering diminta adalah direktori perusahaan (76%), data ekspor impor (11%), direktori eksportir (6%). Kedua penghargaan tersebut (Majalah Media Industri dan Website Kemenperin) mengantarkan Kementerian Perindustrian menjadi Juara Umum dalam Anugerah Media Humas (AMH) tahun 2012 tersebut.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
41
BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian
4.6 Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 sampai dengan tanggal 26 Desember 2012 adalah sebesar Rp 2,21 triliun atau 88,62% dari total Pagu Anggaran tahun 2012 sebesar Rp 2,49 triliun. Prognosa (perkiraan) penyerapan anggaran sampai tanggal 31 Desember 2012 mencapai 90,03%, dengan rincian berdasarkan unit eselon I sebagai berikut. Tabel 4.1 Realisasi dan Prognosa Anggaran Tahun 2012 Per Unit Eselon I
Unit
Pagu Anggaran Rp.Juta
Realisasi s.d 26/12/2012 (Rp Juta)
Prognosa s.d. 31/12/2012
(%)
(Rp Juta)
(%)
Sekretariat Jenderal
625.346
541.192
86,54
567.226
90,17
Ditjen Industri Agro
337.541
308.604
91,43
285.222
84,50
Ditjen Basis Industri Manufaktur
399.503
371.299
92,94
361.316
90,44
Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
170.725
142.578
83,51
138.321
81,02
Ditjen Industri Kecil dan Menengah
308.870
251.095
81,29
274.864
88,99
43.607
41.131
94,32
42.748
98,03
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Inspektorat Jenderal
457.055
416.513
91,13
438.010
95,83
Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri
104.336
96.911
92,88
95.217
91,26
50.329
43.760
86,95
45.321
90,05
2.497.312
2.213.083
88,62
2.248.245
90,03
Ditjen Kerjasama Industri Internasional JUMLAH
Ket: Prognosa dibuat sebelum tanggal 26 Desember 2012, sehingga realisasi sebagian unit eselon I telah melampaui prognosa.
Realisasi penyerapan anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh: 1. Persiapan pelaksanaan Anggaran yang lebih baik; 2. Pelaksanaan lelang yang dilakukan lebih awal sebelum tahun anggaran berjalan; 3. Disiplin waktu dalam proses pelaksanaan anggaran sesuai Disbursment Plan; 4. Memprioritaskan penggunaan mekanisme pembayaran langsung/LS. Perbandingan realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2009-2012 ditunjukkan oleh grafik berikut.
42
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian
Grafik 4.1 Perkembangan Realisasi Anggaran Tahun 2009-2012
PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN TAHUN 2009-2012 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 -
Anggaran Realisasi
%
2009
1.766.598 1.444.870 81,79
Ket: Realisasi Tahun 2012 per Ket: Realisasi Tahun 2012 per 26 Desember 2012 26
2010
1.693.281 1.490.022 88,00
Desember 2012
2011
2.328.911 1.918.196 82,36
2012
2.497.312
90 88 86 84 82 80 78
2.213.083 88,62
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
43
BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013
44
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013
BAB 5 Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013
5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN INDUSTRI NON MIGAS TAHUN 2013 Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan dan ekspor industri non migas, agar tetap meningkat sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada 2012 (proyeksi World Bank). Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi di sektor industri baik PMA maupun PMDN. Nilai investasi PMA pada Januari-September 2012 mencapai US$ 8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,85% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 47,09% dari total investasi PMA. Sedangkan nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai Rp 38,11 triliun atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 58,02% dari total investasi PMDN. Peluang pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya beberapa sektor tersier yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,29%, perdagangan, hotel & restoran sebesar 8,02%, serta bangunan/konstruksi sebesar 7,45%) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam penyediaan produk-produkpendukungnya. Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 (sesuai dengan Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014) dan memproyeksikan pertumbuhan industri non migas sebesar 7,13% pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut lebih tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50% pada tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
45
BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013
Target pertumbuhan sektor industri non migas pada tahun 2012 dan tahun 2013 selengkapnya pada tabel berikut. Tabel 5.1 Target & Proyeksi Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas LAJU PERTUMBUHAN PDB TRIWULANAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN NO
2011
LAPANGAN USAHA I
II
III
PERTUMBUHAN
2012 IV
JUMLAH
I
II
III
2012*
2013**
Industri Tanpa Migas
5,90
6,80
7,16
7,40
6,83
6,12
6,07
7,27
6,75
7,13
1.
Makananm Minuman, dan Tembakau
4,23
9,56
8,58
14,02
9,19
8,17
6,01
10,39
8,15
8,1
2.
Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
10,56
8,37
7,43
3,99
7,52
1,41
4,30
5,19
3,75
4,7
3.
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
-0,35
3,34
0,31
-1,76
0,35
-0,86
-8,22
-3,56
2,90
0,8
4.
Kertas dan Barang Cetakan
4,34
4,00
-0,74
-1,35
1,50
0,50
-7,44
-6,54
4,90
1,0
5.
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
0,09
6,82
5,94
2,95
3,95
9,19
2,21
15,37
5,75
8,5
6.
Semen dan Barang Galian Bukan Logam
4,47
5,79
8,38
10,04
7,19
6,11
9,22
10,83
4,05
8,3
7.
Logam Dasar Besi dan Baja
17,56
14,81
11,09
9,30
13,06
5,57
1,86
9,72
4,00
6,4
8.
Alat Angkutan, Mesin, dan Peralatannya
8,94
4,57
7,92
6,63
7,00
6,23
11,67
4,85
7,78
7,7
9.
Barang Lainnya
1,20
6,33
6,39
-6,49
1,82
4,21
-6,47
-3,63
6,00
1,0
Produk Domestik Bruto
6,43
6,45
6,46
6,49
6,46
6,32
6,37
6,17
6,50
6,70
Ket: *) Target Renstra Kemenperin; **) Proyeksi (Sumber: BPS Diolah Kemenperin)
5.2 PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 Dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri, Kementerian Perindustrian menjalankan tiga program prioritas, yaitu: (1) Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral, (2) Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor, dan (3) Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Permasalahan serta program dan kebijakan pada masing-masing program adalah sebagai berikut. 1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral a. Permasalahan Yang Dihadapi Tingginya ekspor bahan mentah seperti CPO, kakao, karet, rotan dan barang mineral yang justru menciptakan nilai tambah bagi industri di luar negeri. b. Program dan Kebijakan 1) Domestic Market Obligation (DMO) untuk Mineral dan Batubara 2) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) komoditi primer (CPO dan kakao) 3) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) untuk 65 jenis bijih mineral 4) Larangan ekspor rotan
46
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013
5) Insentif Tax Holiday bagi 5 bidang industri dan Tax Allowance bagi 37 bidang usaha tertentu dan 39 bidang usaha tertentu di daerah tertentu. 6) Pengembangan Kawasan Industri. 2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor a. Permasalahan Yang Dihadapi Ketergantungan bahan baku impor, teknologi yang tertinggal, kualitas SDM yang masih rendah dan membanjirnya produk impor. b. Program dan Kebijakan 1) Pemberian Insentif fiskal (BMDTP, Tax Holiday dan Tax Allowance, pembebasan PPN/PPNBM, serta pembebasan bea masuk impor mesin dan komponen) 2) Restrukturisasi permesinan 3) Peningkatan SDM industri 4) Program: Low Carbon Emission Technology 5) Promosi Investasi dan Produk Industri 6) Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) 3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) a. Permasalahan Yang Dihadapi Ketergantungan bahan baku impor masih tinggi, terbatasnya kemampuan SDM dalam pengembangan desain, serta terbatasnya akses ke sumber pendanaan. b. Program dan Kebijakan 1) Usulan penurunan bea masuk bahan baku perak sebesar 10%, 2) Pembentukan modal ventura, 3) Fasilitasi kemudahan penyediaan bahan baku, 4) Penyediaan tenaga desainer pada industri fesyen, 5) Fasilitasi pameran baik dalam maupun luar negeri, 6) Fasilitasi IKM dalam mendapatkan KUR dan akses ke sumber pendanaan lainnya, 7) Pengembangan dan penguatan Pusat-pusat pengembangan Telematika (RICE/ IBC) di daerah potensial.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
47
BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013
5.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI Meskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor ini juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan daya saing industri. Oleh karena ini, berikut ini adalah beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat direaliasasikan untuk meningkatkan daya saingindustri nasional, antara lain: 1. Optimalisasi Insentif Fiskal: Tax Holiday, Tax Allowance, BMDTP, Pembebasan PPnBM, Pembebasan Bea Masuk; 2. Penyelesaian Hambatan Investasi: Divestasi pada Industri Pengolahan Mineral, Aturan Terkait Limbah B3, tata ruang/RTRW; 3. Optimalisasi pemanfaatan pasar Amerika dan Jepang yang mulai pulih terutama untuk consumer goods dan mencari pasar-pasar tujuan ekspor baru, misalnya Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Latin; 4. Peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier, seperti: penerapan SNI Wajib, ketentuan rekomendasi terhadap Importir Produsen untuk baja dan tekstil, serta mengoptimalkan instrumen anti dumping dan safeguards; 5. Dalam mendukung Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), diperlukan adanya sanksi yang tegas kepada unit kerja dalam instansi pemerintah/BUMN/swasta yang tidak memenuhi persyaratan komponen lokal yang dipersyaratkan sehingga penerapan P3DN dapat lebih maksimal. 6. Prioritas penyediaan infrastruktur, terutama dalam mendukung pusat-pusat pertumbuhan industri, seperti percepatan pembangunan perluasan pelabuhan dan jaringan transportasi, baik kereta api maupun jalan tol; 7. Jaminan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri dalam negeri, baik sebagai bahan baku maupun energi; 8. Pembentukan Lembaga Pembiayaan Khusus IKM, misal Modal Ventura bagi industri kecil; 9. Barang dan Jasa Termasuk EPC (Engineering Procurement Construction) Dalam Negeri Yang Sudah Proven, Wajib Dipakai oleh Proyek-proyek Pemerintah dan BUMN; 10. Perjanjian Kerjasama Internasional yang dititikberatkan pada Peningkatan Investasi; 11. Perumusan 200 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI); 12. Pemberlakuan penerapan secara wajib SNI dan pertimbangan teknis untuk 109 produk industri (elektronika, furnitur, logam, kimia dasar, kimia hilir, makanan dan minuman, otomotif, dan maritim); 13. Pemberian insentif untuk industri hijau, khususnya penggunaan teknologi ramah lingkungan bagi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), serta industri yang menghasilkan produk ramah lingkungan (eco product).
48
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
49
BAB VI PENUTUP
50
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB VI PENUTUP
BAB 6 Penutup
Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia tetap berlangsung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan III tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (yearon-year/yoy), dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia. Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan, khususnya Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri Pengolahan mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas mencapai pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, maka Sektor Industri Pengolahan menjadi motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III 2012. Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun 2005, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama. Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 2012 pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) kumulatif tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar 6,29%. Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang cukup menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur hingga saat ini.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
51
BAB VI PENUTUP
Dari sisi kinerja program pengembangan industri nasional, Kementerian Perindustrian telah melaksanakan program-program prioritas nasional dengan capaian kinerja yang cukup memenuhi target, di antaranya: (1) Revitalisasi Industri Pupuk dengan terpenuhinya sebagian pasokan gas untuk bahan baku pupuk dan dibangunnya pabrik pupuk organik di 4 (empat) kabupaten, (2) Revitalisasi Industri Gula dengan realisasi bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan pada 46 pabrik gula senilai Rp 49,8 miliar dan bantuan langsung mesin/peralatan kepada 5 perusahaan gula senilai Rp 152,4 miliar, (3) Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit dengan ditetapkannya Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun 2012, serta (4) Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan capaian pembangunan gedung pusat inovasi KEK Sei Mangkei dan Kawasan Industri Palu. Kementerian Perindustrian juga menjalankan program-program prioritas Kementerian Perindustrian dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri, yang dijabarkan ke dalam tiga kelompok program utama, yaitu: (1) Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral (Industri Furniture, Hilir Karet, Hilir Kakao, Rumput Laut, Logam Dasar, Semen, Petromikia & Kimia Hilir, serta Garam); (2) Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor (Industri TPT dan Alas Kaki, Penghasil Barang Modal, Perkapalan, Otomotif, serta Elektronika & Telematika); dan (3) Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (Pengembangan klaster IKM, Pembinaan OVOP, bantuan mesin/peralatan IKM, pelatihan kewirausahaan & keterampilan industri, fasilitasi HKI & sistem mutu, serta fasilitasi permodalan melalui KUR). Selain kinerja pengembangan industri nasional, beberapa capaian penting juga diperoleh Kementerian Perindustrian dalam kinerja kelembagaan, antara lain: berhasil mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit laporan keuangan tahun 2011 (sejak 2009), mendapatkan tunjangan kinerja (remunerasi) tahun 2012 atas capaian reformasi birokrasi sejak tahun 2005, mendapatkan predikat “B” atas evaluasi akuntabilitas kinerja oleh Kementerian PAN & RB, meraih penghargaan sebagai Badan Publik Terbaik I dalam pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, mendapatkan Juara Umum dalam Anugerah Media Humas (AMH) 2012 karena memperoleh Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok Kementerian/ LPNK & Perguruan Tinggi Negeri dan Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website. Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan industri non migas agar tetap meningkat sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada 2012 dan 2013 (proyeksi World Bank). Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi di sektor industri baik PMA maupun PMDN. Peluang pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya beberapa sektor tersier yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel & restoran, serta bangunan/konstruksi) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam penyediaan produk-produk pendukungnya.
52
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB VI PENUTUP
Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 dan memproyeksikan sebesar 7,13% pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut lebih tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50% pada tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013. Meskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor ini juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan daya saing industri. Oleh karena ini, Kementerian Perindustrian merekomendasikan beberapa kebijakan untuk meningkatkandaya saingindustri nasional, antara lain: optimalisasi insentif fiskal (tax holiday, tax allowance, BMDTP, pembebasan PPnBM, pembebasan bea masuk), penyelesaian hambatan investasi, optimalisasi pasar ekspor yang mulai pulih dan mencari pasar alternatif, peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier, Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pembangunan infrastruktur, penyediaan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri, pembentukan lembaga pembiayaan khusus IKM, perumusan dan pemberlakuan SNI, serta pemberian insentif untuk industri hijau khususnya penggunaan teknologi ramah lingkungan bagi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
53
54
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
55
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jalan Gatot Subroto Kav.52-53 Jakarta 12950 T : (021) 5255609 F : (021) 5255609 W : www.kemenperin.go.id