REPRESENTASI TOLERANSI UMAT BERAGAMA DALAM FILM SANG MARTIR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh : META YUNITA KUSUMA NIM: 109051000152
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
Representasi Toleransi Umat Beragama dalam Film Sang Martir
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh Meta Yunita Kusuma NIM: 109051000152
Dosen Pembimbing Skripsi,
Dr. Rulli Nasrullah, M. Si. NIP: 197503182008011008
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Juli 2014
Meta Yunita Kusuma
ABSTRAK Meta Yunita Kusuma 109051000152 Representasi Tolerasi Umat Beragama dalam Film Sang Martir Toleransi antar umat beragama di Indonesia semakin hari semakin berkurang. Dapat dilihat dari berbagai kasus bom bunuh diri yang kian banyak diberitakan di berbagai media massa. Sikap toleransi amatlah penting demi menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Helfi Kardit, selaku sutradara dan penulis skenario, merasa prihatin akan kondisi Negara ini. Sehingga ia membuat sebuah film berjudul Sang Martir. Film Sang Martir merupakan film fiksi yang menceritakan berbagai permasalahan yang terjadi di negeri ini. Terlebih lagi, film ini menggambarkan bagaimana pentingnya seorang muslim membangun toleransi antar umat beragama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol-simbol yang merepresentasikan toleransi umat beragama dalam film Sang Martir. Maka diperlukan rumusan masalah, yaitu bagaimana makna ikon, indeks, dan simbol dalam film Sang Martir? Bagaimana aspek sinematografi dalam film Sang Martir? Dan apa pesan dakwah yang ingin disampaikan dalam film Sang Martir? Melihat konteks penelian ini, tinjauan teoritis yang digunakan adalah teori semiotika model Charles Sander Peirce. Model semotika Charles Sander Peirce terkenal dengan segitiga maknanya, yaitu sign, object, dan interpretan. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang memiliki kualitas objek yang didenotasikan. Indeks adalah tanda yang mendenotasikan suatu objek melalui keterpengaruhannya kepada objek itu. Dan simbol adalah sebuah tanda yang konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yang berasumsi bahwa apa yang nyata (reality) merupakan konstruksi dalam fikiran individu. Objek penelitian ini terfokus pada 4 adegan dalam film Sang Martir, dimana adegan-adegan tersebut berkaitan dengan rumusan masalah dan menggambarkan sikap toleransi antar umat beragama. Setelah melihat dan mengamati 4 adegan film yang diteliti, maka kesimpulannya adalah toleransi antar umat beragama dalam film Sang Martir digambarkan melalui sikap Rangga yang menghargai cara pemeluk agama lain beribadah, cara berdoa, tidak menjelek-jelekkan Tuhannya dan menghargai disaat mereka sedang merayakan hari raya agamanya. Keyword: Toleransi, Film Sang Martir, Semiotika Charles Sander Peirce.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat,
taufik,
dan
hidayah-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah SWT limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya. Sekalipun skripsi yang berjudul “Representasi Toleransi Umat Beragama Dalam Film Sang Martir” ini masih jauh dari sempurna, namun ini merupakan hasil dari suatu usaha yang maksimal. Karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat doa, motivasi, bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed, Pd.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Sunandar, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
ii
3. Rachmat Baihaky, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Fita Fathurrokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4.
Siti Napsiyah, M.SW sebagai Dosen Penasehat Akademik KPI E angkatan 2009, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi.
5.
Dr. Rulli Nasrullah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberi arahan dan masukan dalam membantu penulisan skripsi ini.
6.
Seluruh dosen yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis dari semester I hingga semester VIII. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi amal baik di akhirat kelak, Amin.
7.
Para staf Tata Usaha (TU) yang telah membantu surat menyurat untuk penelitian skripsi ini, dan para staf perpustakaan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi.
8.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bpk. H. T. Sasmita. H dan Ibu Hj. Herni, terimakasih telah membesarkan anakmu ini dengan penuh kasih sayang serta selalu mendukung dan mendoakan saya hingga saat ini. Terlebih khusus kepada almarhumah Mama yang paling saya cintai, Ibu Susanah. P (Almh), yang telah melahirkan, merawat dan mendidik saya dengan penuh cinta dan kasih sampai akhir hayatnya.
9.
Adik ku tersayang Julia Rizky Rahmawati yang selalu mengingatkan saya untuk tidak mudah menyerah dan tidak bermalas-malasan dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
10. Mbah Kung dan Mbah Ti, Bpk. H. Niin dan Ibu Hj. Sri, yang senantiasa mendoa’akan cucunya ini agar segera menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan ini. 11. Kakak-kakak sepupu penulis Intan Oktaviani, Maya, Julan, Feri, dan Umiati yang selalu memberikan semangat dan senantiasa memanjatkan do’a agar penulisan skripsi ini cepat terselesaikan. 12. Teman-teman seperjuangan KPI E 2009 yang memberikan banyak motivasi untuk penulis Rani, Sita, Yusli, Vira, Inyo, Ifah, Annisa, Ela, Enis, Fadli, Dava, Eci, Yunia, Ipul, Oki, Sadam, Revina, Supriadi, ino, dll kalian semua adalah teman terbaik yang pernah saya temui. 13. Teman sekaligus sahabat berbagi keluh kesah penulis Farwah dan April terima kasih atas nasehat, masukan, dukungan dan motivasi terhadap penulis. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun materil kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah Swt selalu menyayangi kalian dan membalas segala kebaikan yang kalian berikan kepada penulis. Penulis hanya bisa mendoakan agar semua yang telah diberikan menjadi anugerah yang tak ada ujungnya. Amin ya Robbal Alamin. Jakarta, 28 Juni 2014
Meta Yunita Kusuma
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i KATA PENGANTAR .............................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................. v DAFTAR TABEL .................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 7 D. Tinjauan Pustaka …………………………………… ........ 8 E. Metodologi Penelitian …………………………………… 10 F. Sistematika Penulisan ........................................................ 14
BAB II
LANDASAN TEORI A. Representasi Stuart Hall ..................................................... 16 B. Toleransi ............................................................................... 17 1. Pengertian toleransi .......................................................... 17 2. Toleransi dalam Pandangan Islam ……………………. 18 C. Semiotika ………………………………………………… 21 1. Konsep Dasar Semiotika ................................................ 21 2. Semiotika Charles Sanders Pierce .................................. 24 D. Film .................................................................................... 27 1. Film Sebagai Media Dakwah .......................................... 27 2. Pengertian Film .............................................................. 30 3. Karakteristik Film .......................................................... 31 4. Klasifikasi Film .............................................................. 32 5. Unsur-unsur dan Struktur Film ……………………… .. 33 6. Jenis-jenis Film ……………………………………… .. 35 7. Sinematografi ………………………………………….. 37 v
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM SANG MARTIR A. Sekilas Tentang Film Sang Martir ..................................... 39 B. Gambaran Perfilman Indonesia ………………………… .. 40 C. Sinopsis Film Sang Martir ................................................. 45 D. Tim Produksi Film Sang Martir.......................................... 50 E. Profil Helfi Kardit Sebagai Sutradara Film Sang Martir … 51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan Data ...................................................................... 53 B. Makna Ikon, Indeks dan Simbol ........................................ 54 C. Pesan Dakwah dalam Film Sang Martir ............................. 81
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 85 B. Saran-Saran ........................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 88 LAMPIRAN ................................................................................................ 91
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Klasifikasi Tanda Peirce ................................................. 24
Tabel 2.2
Jenis Tanda dan Cara Kerjanya ....................................... 26
Tabel 2.3
Genre Film Induk Primer dan Sekunder ......................... 33
Tabel 3.1
Tim Produksi Film Sang Martir...................................... 50
Tabel 4.1
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Satu ........................ 55
Tabel 4.1.1
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Satu ........................ 56
Tabel 4.1.2
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Satu ........................ 58
Tabel 4.1.3
Qualisign, Sinsign dan Legisign Scene Satu ................... 61
Tabel 4.2
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Dua ........................ 62
Tabel 4.2.1
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Dua ........................ 64
Tabel 4.2.2
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Dua ......................... 65
Tabel 4.3
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Tiga ....................... 68
Tabel 4.3.1
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Tiga ........................ 69
Tabel 4.3.2
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Tiga ........................ 71
Tabel 4.3.3
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Tiga ........................ 72
Tabel 4.3.4
Qualisign, Sinsign dan Legisign Scene Tiga ................... 74
Tabel 4.4
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Empat .................... 76
Tabel 4.4.1
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Empat ..................... 77
Tabel 4.4.2
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Empat ..................... 78
Tabel 4.4.3
Makna Ikon, Indeks, Simbol Scene Empat ..................... 79
Tabel 4.4.4
Qualisign, Sinsign dan Legisign Scene Empat ................ 81
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Segitiga Makna Peirce............................................. 10
Gambar 3.1
Poster Film Sang Martir ......................................... 45
Gambar 3.2
Cuplikan Adegan ..................................................... 46
Gambar 3.3
Cuplikan Adegan ..................................................... 47
Gambar 3.4
Cuplikan Adegan ..................................................... 49
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk. Sesuai dengan slogan Negara Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, meskipun Negara Indonesia memiliki keanekaragaman akan suku, agama, bahasa maupun ras, namun harusnyalah masyarakat menjaga persatuan dalam perbedaan tersebut. Dipaparkan oleh Drs. A. Lujito, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis, dilihat dari segala segi, baik secara geografis yang ditandai oleh adanya ribuan kepulauan besar dan kecil, maupun secara sosio kultural dengan kekayaan bahasa daerah dan corak kebudayaan yang beraneka ragam, juga di bidang agama yang dianut. 1 Nampaknya dengan latar belakang Negara Indonesia yang majemuk, memudahkan terjadinya konflik di Negara ini. Tidak sedikit konflik yang dipicu oleh SARA ( suku, agama, ras dan antar golongan). Melihat fenomena ini, konflik yang dipicu oleh agama pun banyak terjadi di Indonesia. Hal ini kemungkinan besar dengan adanya pemahaman terhadap agama secara esensial, sehingga mengakibatkan kurangnya rasa toleransi dan memunculkan adanya konflik. Beberapa contoh kasus intoleransi di Indonesia menjadi bukti akan kurangnya rasa toleransi di Indonesia. Beberapa kasus tersebut diantaranya yaitu; konflik Poso, konflik Ambon Maluku, penyegelan gereja Filadelfia, Bekasi dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin. Dan konflik yang baru-baru ini terjadi 1
Hasbullah Mursyid, dkk, Masalah Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia, (Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama R.I. tahun 1979), h. 63.
1
2
yaitu kasus mengenai Lurah Susan yang mendapatkan penolakan sekelompok warga dikarenakan agama yang dianutnya. Sungguh ironis sekali melihat banyaknya konflik-konflik yang disebabkan oleh agama. Seharusnya sebagai umat beragama kita harus saling menghargai dan menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama. Dan karena telah berkurangnya rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia, dibutuhkanlah suatu media yang dapat mengingatkan kembali kepada masyarakat akan pentingnya toleransi umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Media yang saat ini dapat digunakan yaitu film. Selain dapat memberikan hiburan untuk masyarakat, film juga dapat memberikan informasi dan edukasi. Oleh karena itu, film dapat digunakan sebagai media komunikasi dakwah ketika film dimanfaatkan untuk menyampaikan pesanpesan agama. Pesan-pesan keagamaan yang dikemas dalam bentuk film dan dihantarkan melalui layar lebar menarik khalayak untuk mengikutinya. Melalui film, ajaran agama disampaikan secara lebih menarik, tak membosankan, tidak bersifat retorika dan tidak menggurui. Melalui media film, komunikator dakwah mengemas pesan-pesan keagamaan untuk dimasukkan ke relung hati sesuai dengan kesadaran khalayak penonton atau pemirsa. 2 Kini telah banyak bermunculan film-film bertema religi, diantaranya yaitu film Kiamat Sudah Dekat, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Mengaku Rasul, Wanita Berkalung Sorban, 3 Doa 3 Cinta, Tanda Tanya, Negeri 5 Menara, Sang Pencerah, Sang Kiai, dan masih banyak lagi film bertema religi yang hadir
2
DR. Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 167.
3
di dunia perfilman Indonesia. Salah satu film bertema religi yang banyak mencuri perhatian khalayak adalah film Sang Martir. Film karya Helfi Kardit ini, diawal penayangannya mendapatkan kritik dari kalangan politikus. Kritik itu muncul dikarenakan bagi politikus tersebut film Sang Martir mengesampingkan aspek hukum di Indonesia. Sebagaimana dikutip dari laman republika.co.id, menurut anggota DPRD Jawa Barat, Ahmad Syaikhu, usai menyaksikan tayangan perdana film Sang Martir, film ini seperti film barat yang terkesan suatu Negara tidak memiliki hukum yang jelas, sehingga kejahatan bisa merajalela. Menurut politikus PKS ini, film Sang Martir memberikan kesan upaya untuk melakukan perlawanan terhadap kedzaliman penguasa. Diungkapnya; “Mafia narkoba merajalela dan dikemas terlalu berlebihan. Ini adalah film pemberontakan terhadap tirani”. 3 Terbukti akan kualitasnya, film ini mampu memenangkan beberapa kategori dalam ajang penghargaan untuk dunia perfilman. Di antaranya, dalam Ajang penghargaan Asean International Film Festival and Awards (AIFFA) 2013 yang digelar di Kuching, Sarawak, Malaysia pada tanggal 28-30 Maret lalu. Dalam ajang penghargaan tersebut, film Sang Martir memenangkan penghargaan dalam kategori Best Film Editing. Selain itu, dalam Festival Film Bandung (FFB) 2013 yang digelar pada tanggal 15 Juni 2013 lalu, Sang Martir menang dalam kategori Penata Musik Suara Terpuji (Khikmawan Santosa). Dalam film ini, Helfi Kardit ingin membahas masalah- masalah yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Mulai dari cinta beda agama,
3
http://www.republika.co.id/berita/senggang/film/12/10/25/mcgiht-politikus-kritik-filmsang-martir diakses tanggal 19 Juli 2013.
4
ketimpangan sosial, kekerasan dan pelecehan seksual, premanisme, pengemis yang dipaksa, hingga pengedar narkoba. Itulah yang membedakannya dengan film religi lain, dengan alur cerita yang kompleks. Terlebih lagi, dalam film ini menggambarkan bagaimana pentingnya seorang muslim membangun toleransi antar umat beragama. Oleh karena itu menjadi menarik untuk menelusuri tanda-tanda apa yang ada dalam film ini. Terutama bagaimana tanda-tanda dalam film ini merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu dikolaborasikan untuk mencapai efek yang diinginkan. Karena film merupakan produk visual dan audio, maka tanda-tanda ini berupa gambar dan suara. Tanda-tanda tersebut adalah sebuah gambaran tentang sesuatu. Untuk mengetahui hal itu semua, kita dapat menelitinya melalui pendekatan semiotik. Karena tanda tidak pernah benar-benar mengatakan suatu kebenaran secara keseluruhan. 4 Ia hanya merupakan representasi, dan bagaimana suatu hal direpresentasikan, dan medium yang dipilih untuk melakukan itu bisa sangat berpengaruh pada bagaimana orang menafsirkannya. Dari sekian banyak model semiotik yang ada, peneliti memilih model semiotik Charles Sander Peirce karena menurutnya, sebuah film dibangun dengan banyak tanda. Dan semiotika model Charles Sander Peirce ini memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya. Menurut Peirce tanda-tanda
4
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jala Sutra, 2012)
h.21
5
berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Islam sebenarnya tidak pernah mendukung tindakan kekerasan, bahkan Islam mengecam tindakan tersebut. Islam adalah agama yang cinta damai, menjunjung tinggi hak setiap warga masyarakat, dan mengedepankan sikap toleransi dengan agama lain. Maka, siapapun dia, dari manapun dia jika beragama Islam namun bertindak kekerasan dan kekisruhan tentunya mereka bukan mewakili Islam. Ditegaskan dalam firman-Nya:
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” 5 P4F
P
Dari firman Allah Swt di atas, jelas bahwa Allah melarang umat Islam untuk menjelek-jelekkan atau memaki umat selain umat Islam. Apabila kita menyadari kenyataan ini, maka sesama manusia sesungguhnya adalah bersaudara. Selain itu, di dalam Islam juga diajarkan pengakuan terhadap nabi-nabi dan 5
QS Al-An'am [6]: 108.
6
agama-agama sebelum Islam. Dan karena itu, sebagai umat Islam kita juga harus menghargai agama-agama sebelum Islam,yang dibawa nabi-nabi itu. 6 Namun, realita yang terjadi saat ini adalah umat Islam sebagaimana sering memperoleh pemberitaan yang sangat luas, justru digambarkan sebagai umat yang eksklusive, tidak toleran, dan sering mudah berang. Karakter seperti ini, sudah tentu tidak sesuai dengan firman Allah di atas, yang lebih mengutamakan perilaku moderat. Selain itu, sikap-sikap yang radikal, merasa benar sendiri, tidak toleran, merupakan sikap-sikap yang tidak dikehendaki dalam ajaran Islam. Di dalam masyarakat Islam, esensinya adalah masyarakat yang demokratis, mengakui adanya perbedaan, dan sikap seperti itu terpantul karena pemahaman terhadap ajaran agama Islam itu sendiri, sehingga sangat kokoh. 7 Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian “ Representasi Toleransi Umat Beragama Dalam Film Sang Martir.” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, dan untuk membatasi serta mempermudah penyusunan, maka peneliti akan melakukan analisis secara semiotik dalam film “Sang Martir” dan materi yang diteliti dalam
6
DR Muhaimin AG, MA, Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai Agama, (Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, 2004), h. 117. 7 DR Muhaimin AG, MA, Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai Agama, h. 121.
7
film tersebut dikhususkan pada bagian atau adegan yang menampilkan sikap toleransi antar umat beragama. 2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini terangkum dalam sebuah pertanyaan, yaitu; 1. Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Sang Martir menurut teori semiotika model Charles Sander Peirce? 2. Bagaimana aspek sinematografi dalam film Sang Martir? 3. Apa pesan dakwah yang ingin disampaikan dalam film Sang Martir? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui makna ikon, indeks dan simbol yang terdapat dalam film Sang Martir menurut teori semiotika model Charles Sander Peirce. 2. Mengetahui aspek sinematografi dalam film Sang Martir. 3. Mengetahui pesan dakwah yang ingin disampaikan dalam film Sang Martir. 2. Manfaat Penelitian Adapun terdapat manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
8
Manfaat Teoritis: Memperkaya kajian komunikasi massa melalui kajian semiotik model Charles Sander Peirce, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Manfaat Praktis: Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menarik penelitian lain, khususnya dikalangan mahasiswa. Untuk mengembangkan penelitian dalam karya ilmiah lanjutan tentang masalah serupa, serta diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada kalangan pembuat film. D. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini penulis juga menggunakan beberapa skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini, sebagai referensi atau rujukan bagi penulis dalam merumuskan permasalahan, dan sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran dan artikel. Adapun judul penelitian yang penulis dapatkan yaitu; Skripsi pertama yang diajukan peneliti sebagai referensi tambahan dalam pembuatan penelitian ini adalah, “Analisis Semiotik Film CIN(T)A Karya Sammaria Simanjuntak” oleh Nurlaelatul Fajriah tahun 2011, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Jakarta. Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi yang peneliti buat yaitu persamaan dalam hal teori yaitu sama-sama menggunakan semiotika model Charles Sander Peirce. Namun terdapat sedikit perbedaan dalam hal perumusan masalah.
9
Kemudian penulis juga menjadikan skripsi tentang Analisis Semiotika Terhadap Iklan “Hidup Adalah Perbuatan” Soetisno Bachir oleh Sella Nurmayan Sari 2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Persamaan dari penelitian ini adalah pada teori yang digunakan yaitu semiotik Charles Sander Peirce. Tetapi terdapat perbedaan yaitu pada objek penelitian. Skripsi Sella Nurmayan Sari menggunakan iklan sebagai objek penelitian, sedangkan penelitian ini menggunakan film sebagai objek. Skripsi Representasi Sejarah Masyarakat Jerman Timur dalam Film Goodbye, Lenin! oleh Yohana Yessi Kontensius 2010, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Sastra Jerman, UI, juga dijadikan oleh penulis sebagai bahan rujukan dalam penulisan penelitian ini. Persamaan skripsi yang dijadikan sebagai bahan rujukan dengan skripsi yang penulis buat adalah dalam objek penelitian, yaitu sama-sama menggunakan fim sebagai objek penelitian, kemudian persamaan lainnya yaitu sama-sama menggunakan representasi Stuart Hall. Sedangkan perbedaanya adalah teori yang digunakan. Skripsi tentang Bajaj Bajuri: Representasi Penguasa Pada Relasi PatronKlien oleh Widi Admiranti 2005, Jurusan Ilmu Komunikasi, Program Studi Komunikasi Massa. UI, juga penulis jadikan sebagai tinjauan kepustakaan. Persamaan dengan penelitian kali ini adalah metode penelitiannya karena penelitian ini juga menggunakan metode semiotik Charles Sander Peirce. Perbedaannya yaitu dalam rumusan masalah dan objek penelitian.
10
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif deskriptif yang membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. 8 Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yang berasumsi bahwa apa yang nyata (reality) merupakan konstruksi dalam fikiran individu. Konstruktivis percaya bahwa untuk memahami dunia, seseorang harus menginterpretasikannya. 9 Kemudian penelitian ini menggunakan teori Charles Sander Peirce yang dikenal sebagai segitiga makna yakni tanda (representamen), objek dan interpretan. Peirce menyebut tanda sebagai representamen. Dan konsep, benda, gagasan dan seterusnya, yang diacunya sebagai objek. Makna (impresi, kogitasi, perasaan, dan seterusnya) yang diperoleh dari sebuah tanda oleh Peire diberi istilah interpretan. 10 Representamen (X)
Objek (Y)
8
Interpretan (X = Y)
Rachmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi Edisi I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet. ke-2, h. 69 9 Norman K. Denzin dan Yvonna S Lincoln, Handbook of Qualitative Research, (California: Sage Publication, 1994) h. 128 10 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h. 32.
11
Gambar 1.1 Segitiga makna Peirce
Peneliti sengaja menggunakan pisau analisis semiotik, karena film merupakan objek yang penuh dengan tanda-tanda atau simbol-simbol, baik dari segi gambar, suara, atau dialog yang disampaikan. Sehingga penelitian ini lebih tepat menggunakan analisis semiotika. 2. Subjek dan Objek Penelitian a) Subjek Penelitian Dalam masalah ini subjek penelitian adalah 4 adegan dalam film Sang Martir yang merepresentasikan toleransi umat beragama. b) Objek Penelitian Sesuai dengan apa yang menjadi topiknya, maka objek penelitian ini adalah meneliti ikon, indeks, simbol, aspek sinematografi serta pesan dakwah yang ingin disampaikan dalam film yang terfokus pada 4 adegan dalam film Sang Martir. 3. Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua: a. Data Primer: Berupa dokumen elektronik, yaitu berupa VCD film. Penulis mengamati simbol-simbol yang ada dalam film tersebut serta menganalisis sesuai dengan rumusan masalah penelitian. b. Data Sekunder: Data yang diperoleh dari literatur yang mendukung data primer, seperti data-data dari internet yang berhubungan dengan penelitian.
12
4. Tahapan Penelitian 1) Tahap Pengumpulan Data Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung dan bebas terhadap subjek dan objek penelitian dengan cara menonton dan mengamati secara teliti dialog-dialog, serta adegan-adegan dalam film Sang Martir kemudian mencatat, memilih dan menganalisanya sesuai dengan model penelitian yang digunakan. b. Wawancara
(interview),
yaitu
pengumpulan
data
dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). 11 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan pihak Starvision. c. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan film SangMartir melalui internet dan buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 2) Tahap Analisis Data Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diklasifikasikan sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Kemudian, dilakukan 11
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejateraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet. ke-1, h. 68
13
analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Charles Sander Peirce yang dikenal sebagai segitiga maknanya, yaitu tanda (representamen), objek, dan interpretan. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda menjadi: a. Ikon Ikon adalah tanda yang mewakili sumber acuan melalui sebuah bentuk replikasi, simulasi, imitasi atau persamaan. 12 Foto, patung-patung naturalis, yang mirip seperti aslinya dapat disebut sebagai contoh ikon. b. Indeks Ada tiga jenis dasar indeks, yaitu (1) indeks mengacu pada lokasi spasial (ruang) sebuah benda, makhluk dan peristiwa dalam hubunganya dengan pengguna tanda, (2) indeks saling menghubungkan benda-benda dari segi waktu, (3) indeks saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil bagian dalam sebuah situasi. Dalam hal ini, Peirce mengacu pada objek tanda sebagai “agen ulang”, karena objek ini berupa reaksi terhadap sebuah agen yang
memungkinkan
kita
untuk
menyimpulkan
keberadaanya,
hubungannya dengan objek-objek lain, dan seterusnya. c. Simbol Simbol mewakili sumber acuannya dalam cara yang konvensional. Katakata pada umumnya merupakan simbol. Tetapi penanda maupun sebuah objek, suara, sosok dan seterusnya dapat bersifat simbolik. 13
12
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, h. 33. 13 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, h. 37-38.
14
5. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kediaman pribadi penulis di Sukmajaya, Depok, serta di kantor Starvision Jl. Cempaka putih raya no. 116 A-B, Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun, terhitung dari Juni 2013 sampai Juni 2014. F. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini mengacu pada buku panduan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi), Karya Hamid Nasuhi, dkk., yang diterbitkan oleh CeQDA, 2007. Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam 5 bab. Dalam setiap babnya akan dibagi ke dalam sub bab. Adapun sisitematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Landasan Teori, berisikan tentang representasi Stuart Hall, pengertian toleransi, pengertian semiotika, konsep semiotika Charles Sander Peirce, kemudian terdapat pula film sebagai media dakwah, pengertian film, karakteristik film, klasifikasi film, unsurunsur dan struktur film, jenis-jenis film dan sinematografi.
15
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM “SANG MARTIR” Pada bab ini pembahasan spesial di balik layar film Sang Martir, seperti sekilas tentang film Sang Martir, gambaran perfilman Indonesia, sinopsis film Sang Martir, tim produksi film Sang Martir serta profil sang sutradara.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN Pada bab ini membahas hasil temuan dalam visual film Sang Martir dengan analisis konsep semiotika Charles Sander Peirce.
BAB V
PENUTUP Bab terakhir, akan menguraikan kesimpulan dari penulis skripsi ini dan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi para praktisi maupun akademisi. Selain itu, diakhir skripsi juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Representasi Stuart Hall Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang ‘sesuatu ‘ yang ada dikepala kita masing-masing (peta konseptual), representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk -bentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media menunjuk pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru. Representasi berubah-ubah akibat makna yang juga berubah-ubah. Setiap waktu terjadi proses negoisasi dalam pemaknaan. Jadi representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Representasi merupakan suatu proses usaha konstruksi. Karena pandangan-pandangan baru yang menghasilkan pemaknaan baru , juga merupakan hasil pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia, melalui
16
17
representasi makna diproduksi dan dikonstruksi. Ini menjadi proses penandaan, praktik yang membuat suatu hal bermakna sesuatu. Bahasa merupakan sistem representasi dalam kebudayaan. Bahasa dapat mengkonstruksi makna karena bahasa beroperasi atau berfungsi sebagai sistem representasi. Bahasa yang dimaksud tidak lagi hanya berupa bahasa tertulis dan bahasa lisan (berupa suara dan kata-kata tertulis), namun juga berupa tanda dan simbol seperti gambar, not musik, bahkan sebuah benda. Semua hal tersebut digunakan oleh manusia untuk mengekspresikan atau mempresentasikan konsep, ide dan emosinya kepada orang lain. 1 Semua bentuk representasi tersebut adalah bentuk bahasa dan representasi itulah yang dimaksud oleh Stuart Hall sebagai Shared meaning. Representasi tidak hanya berupa sign dan signifier, namun lebih meluas dan lebih merupakan sebuah model representasi. B. Toleransi 1. Pengertian Toleransi Kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti bertahan atau memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat (Siagian, 1993:115). Dengan demikian toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda. 2
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi yang berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, 1
Stuart Hall, Representation: Cultural Representations and Signifying Practice, (Califonia: Sage Publication, 2003) h. 1 2 http://staf.uny.ac.id/..../ diakses pada 7 Maret 2014.
18
kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Padanan kata toleransi dalam bahasa Arab adalah kata tasamuh. Tasamuh dalam bahasa Arab berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan. Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan agar di antara mereka yang berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Masing-masing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain. Dari beberapa pendapat di atas toleransi dapat diartikan sebagai sikap menenggang, membiarkan, membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain. Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Dalam toleransi sebaliknya tercermin sikap yang kuat atau istiqamah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.
2. Toleransi Dalam Pandangan Islam Dalam sejarah kehidupan umat Islam, sikap toleransi telah diletakkan pada saat awal Nabi Muhammad Saw membangun Negara Madinah. Sesaat setelah Nabi Muhammad Saw hijrah ke kota Madinah, Nabi segera melihat adanya pluralitas yang terdapat di kota Madinah. Pluralitas yang dihadapi Nabi antara lain tidak hanya karena perbedaan etnis semata, tetapi juga perbedaan yang disebabkan agama. Madinah tidak bersifat homogen dengan agama, tetapi di Madinah di samping yang beragama Islam, terdapat pula penduduk yang beragama Yahudi dan Nasrani. Melihat
19
pluralitas keagamaan ini Nabi berinisiatif untuk membangun kebersamaan dengan yang berbeda agama. Inisiatif itu kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan Piagam Madinah. Bahkan sesungguhnya Nabi juga membuat perjanjian tersendiri yang menjamin kebebasan dan keamanan umat Kristen di mana saja, sepanjang masa.
Dalam beberapa ayatnya al-Qur‟an menyatakan: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah…” (QS. Al-Baqarah (2):256). “Dan katakanlah: “Kebenaran itu datang dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir…” (QS. Al-Kahfi (18):29). “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya” (QS. Yunus (10):99). Ayat-ayat tersebut menjadi dasar tentang adanya kebebasan manusia untuk menentukan pilihan atas agamanya. Prinsip-prinsip itulah yang mendasari kebijakan politik umat Islam tentang kebebasan beragama. Meskipun tidak sepenuhnya sama dengan yang ada di zaman modern ini, namun prinsip-prinsip kebebasan beragama dalam zaman klasik itu sama dengan yang terjadi sekarang. Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil kepada siapapun yang tidak memerangi umat Islam karena agama yang dianut. al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang di antara umat Islam dengan umat beragama lain.
20
Adanya kerjasama yang baik antara umat Islam dan umat beragama lain tidaklah menjadi halangan dalam Islam. 3 Islam memandang perbedaan keyakinan itu sunnatullah (hukum Allah) yaitu Allah jika menghendaki bisa saja menjadi umat yang bersatu. Berarti keragaman di dalam keyakinan merupakan petunjuk bagi kita untuk diuji kebenaran dan kebaikannya. Jadi, sikap menghargai pluralisme adalah sikap yang natural, logis dan merupakan bagian dari perwujudan tingkat kedewasaan seseorang dalam menerima kenyataan sejarah. Maka dengan keberagaman itu memberikan kesempatan kepada manusia untuk menguji keimanan yang dipilihnya. 4 P3F
Allah Swt berfirman,
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. 5 P4F
3
http://staf.uny.ac.id/..../ diakses pada 7 Maret 2014. M. Munir, S. Ag., MA., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009) cet. ke-3, h. 143-144 5 QS Al Mumtahanah [60]: 8-9. 4
21
Ayat ini mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247). C. Semiotika 1) Konsep Dasar Semiotika Semiotika adalah studi tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik diinterpretasikan. Kajian ilmiah mengenai pembentukan makna. 6 Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti penafsir tanda atau tanda di mana sesuatu dikenal. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostic inferensial. Secara teminologis semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. 7 Sedangkan secara substansial, semiotika adalah kajian yang
6
James Lull, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A. Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. ke-1. h. 232. 7 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95.
22
concern dengan dunia simbol. Alasannya, seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa (verbal), sementara itu bahasa merupakan dunia simbolik. 8 Bila berbicara semiotik, kita tidak dapat berbicara tentang satu semiotik, tetapi semiotik yang diperkenalkan oleh sejumlah ilmuwan. Secara garis besar, pandangan mereka tentang tanda dapat digolongkan menjadi dua yaitu pandangan dikotomis dan pandangan trikotomis. Tanda dilihat sebagai model diadik dan triadik atau juga semiotik struktural (bertumpu pada strukturalisme de Saussure) dan semiotik pragmatis. 9 Semiotika telah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda, misalnya karya sastra, dan teks berita dalam
media.
Semiotika
merupakan
varian
dari
teori
strukturalisme.
Strukturalisme berasumsi bahwa teks adalah fungsi dari isi dan kode, sedangkan makna adalah produk dari sistem hubungan. 10 Teori semiotika yang berkembang selama ini bersumber pada dua pandangan, yakni strukturalisme dan pragmatisme. a. Semiotik Struktural Dasar-dasar semiotik struktural adalah sebagai berikut: 1. Tanda adalah sesuatu yang terstruktur dalam kognisi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan penggunaan tanda didasari oleh adanya kaidah-kaidah yang mengatur (langue) praktik berbahasa (parole) dalam kehidupan bermasyarakat atau bagaimana parole mengubah langue. 8
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 140. 9 Benny H. Hoed, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h. 28. 10 Benny H. Hoed, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, h. 122-123.
23
2. Apabila manusia memandang suatu gejala budaya sebagai tanda, maka ia melihatnya sebagai sebuah struktur yang terdiri atas penanda (yakni bentuknya secara abstrak) yang dikaitkan dengan petanda (yakni makna atau konsep). 3. Manusia, dalam kehidupannya, melihat tanda melalui dua proses, yakni sintagmatik (juktaposisi tanda) dan asosiatif (hubungan antartanda dalam ingatan manusia yang membentuk system dan paradigm). 4. Teori tandanya bersifat dikotomis, yakni selain melihat tanda sebagai terdiri atas dua aspek yang berkaitan satu sama lain, juga melihat relasi antartanda sebagai relasi pembeda “makna” (makna diperoleh dari pembedaan). 5. Analisisnya didasari oleh sebagian atau seluruh kaidah-kaidah analisis struktural,
yakni
imanensi,
pertinensi
(ketepatgunaan;
ketepatan;
kegunaan, kamus), 11 komutasi (pergantian), kompatibilitas, integrasi (penyatuan, penggabungan), sinkroni sebagai dasar analisis diakronis, dan fungsional. 12 b. Semiotik pragmatis Semiotik pragmatis bersumber pada Peirce (1931-1958). Bagi Peirce tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Danesi dan Perron menulis bahwa teori semiotik seperti itu sudah ada sejak Hippocrates 9460-377 SM) yang
11
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 371. 12 Benny H Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h. 8-9.
24
mendefinisikan “tanda” dari bidang kedokteran sebagai gejala fisik (physical symptom) yang mewakili (stand for) suatu penyakit. 13 Menurut Danesi dan Perron, penelitian semiotik mencakup tiga ranah yang berkaitan dengan apa yang diserap manusia dari lingkungannya (the world), yakni yang bersangkutan dengan “tubuh” nya, “pikiran” nya, dan “kebudayaan” nya. Ketiga ranah itu sejajar dengan teori Peirce tentang proses representasi dari representamen. Representasi tanda menyangkut hubungan antara representamen dan objeknya. 14 2) Semiotik Charles Sander Peirce Semiotika menurut Charles Sander Peirce adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem. 15 Teori Peirce seringkali dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga eleman utama yang terdiri dari: Tanda (sign), Acuan Tanda (Object), Pengguna Tanda (interpretant). Bagi Peirce tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tabel 2.1 Klasifikasi Tanda Peirce 13
Benny H. Hoed, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, h. 19. Benny H. Hoed, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, h. 25. 15 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik, 2004), h. 3. 14
25
Ground
Object
1. Qualisign (suatu kualitas
yang
1. Ikon
Interpretant
yaitu
yang
tanda
memiliki
1. Rheme tanda
yaitu suatu
merupakan suatu
kualitas objek yang
kemungkinan
tanda).
didenotasikan.
kualitatif
2. Sinsign
(“sign”
2. Indeks
(petunjuk)
yaitu
bahwa
ia
“hanya sekali” :
yaitu tanda yang
mewakili
suatu
peristiwa
mendenotasikan
objek
yang
merupakan
suatu objek melalui
mungkin ada.
sebuah tanda).
keterpengaruhanny
3. Legisign (hukum
a kepada objek itu.
yang
yang
berupa
tanda.
Setiap
tanda konvensional
3. Symbol
yaitu
sebuah tanda yang konvesional.
2. Design
yaitu
tanda eksistensial suatu objek. 3. Argument
yaitu
tanda
suatu
hukum.
adalah Legisign). Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata “air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-
26
rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. Peirce membagi tanda menjadi: ikon (icon), indeks (index), simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara reperesentamen dan objeknya. Berikut tipology tanda Peirce: a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimana dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. c. Simbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol 16 Tabel 2.2 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya
Jenis Tanda Ikon
Ditandai Dengan -
Persamaan
Contoh Gambar, foto dan patung
17
Proses Kerja Dilihat
(kesamaan)
16
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 14. 17 Modifikasi dari karya Berger, Arthur Asa, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000), h. 14.
27
-
Kemiripan
-
Hubungan
Indeks
Asap……api Diperkirakan
-
Gejala…penyakit
-
Kata-kata
-
Isyarat
sebab-akibat
Simbol
-
Keterkaitan
-
Konvensi
-
Dipelajari
Kesepakatan sosial
Dari sudut pandang Charles Peirce ini, proses signifikan bisa saja menghasilkan rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan, sehingga pada gilirannya sebuah interpretant akan menjadi representamen, menjadi interpretant lagi, jadi representamen lagi, dan seterusnya. Selain itu, Peirce juga memilah-milah tipe tanda menjadi kategori lanjutan, yakni kategori firstness, secondness, thirdness. Tipe-tipe tanda tersebut meliputi: Qualisign, sinsign, legisign. Begitu juga dibedakan menjadi rema (rheme), tanda disen (dicent sign), dan argument (argument). Dari berbagai kemungkinan persilangan diantara seluruh tipe tanda ini tentu dapat dihasilkan berpuluh-puluh kombinasi yang kompleks. D. Film 1. Film Sebagai Media Dakwah Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk
28
manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya disebut dakwah. 18 Film dapat menjadi media dakwah yang efektif dengan pendekatan seni budaya, yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dapat diekspresikan dalam bentuk cerita dan disajikan dalam film kepada khalayak dengan daya pengaruh yang besar. Kelemahan dari film sebagai media komunikasi terutama karena besarnya hambatan geografis karena harus ditonton atau dilihat di sebuah tempat tertentu sehingga khalayaknya harus menyediakan waktu tersendiri untuk pergi ke tempat yang disediakan (bioskop atau lapangan terbuka). Itulah sebabnya khalayak yang dapat dijangkau oleh film jauh lebih terbatas daripada radio, surat kabar, majalah dan televisi. Di samping kelemahan tersebut di atas, film memiliki keunggulan terutama karena film dapat dinikmati oleh semua kalangan dari khalayak yang berpendidikan tinggi sampai kepada yang buta huruf. Demikian juga film memiliki daya persuasif yang tinggi, terutama karena menyajikan gambar yang hidup (bergerak dan bersuara). Gambar hidup yang disajikan oleh film mempunyai kecenderungan umum yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton. Kebanyakan persoalan atau hal yang bersifat abstrak, dan samar-samar serta sulit, dapat disuguhkan oleh film kepada khalayak secara lebih baik dan efisien. Demikian juga film menyuguhkan pesan dengan menghidupkan atau dapat mengurangi jumlah besar keraguan. Apa yang disuguhkan oleh film itu lebih mudah diingat. 18
Prof. Dr. Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan dan Aplikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 112.
29
Dengan demikian dapat dipahami bahwa film mempunyai kekuatan memengaruhi yang sangat besar, dan sumber dari kekuatannya itu ialah pada emosi dari khalayak. Hal ini disebabkan oleh karena khalayak lebih mudah untuk menerima dan mengerti isi film, daripada membaca surat kabar dan majalah. Namun aktualitas film sangat rendah dalam menghidangkan atau menyajikan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini diambil alih oleh televisi dan radio. Karena itu penyajian dakwah dalam film memang harus disajikan dalam bentuk cerita yang menarik. Film yang berisi pesan dakwah, biasanya dikenal dengan sebutan sebutan film dakwah. 19 Film sebagai media komunikasi dakwah perlu memiliki standar untuk bisa disebut sebagai “film bertema religi”, yaitu: (1) isi ceritanya membawa kepada penyucian Asma Allah dan pengagungan-Nya sebagai Rabb yang Maha Penyayang,
(2)
berusaha
meningkatkan
citra
Islam,
atau
meluruskan
pemandangan orang yang keliru akan Islam, (3) gaya tampilan busana sopan yang disesuaikan dengan tema film bernafaskan agama, (4) menggunakan berbagai temuan teknologi, tetapi tidak mengumbar mitos, takhayul seksual, dan kekerasan, (5) unsur musikalitas pengiring film turut mendukung terbinanya kepribadian penontonnya, (6) mensosialisasikan makna-makna kehidupan yang baik, adil, dan bijak kepada sesama manusia, serta peduli akan alam, (7) dapat menghindari halhal yang sahun atau lahun (lupa diri). 20
19
Prof. Dr. Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 106-107. 20 DR. Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 165.
30
2. Pengertian Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). 21 Sedangkan secara etimologis, film berarti moving image, gambar bergerak. Awalnya, film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi. 22 Menurut Onong Uchjana Effendi film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Film dikenal dengan movie yang mengandung arti gambar hidup dan bioskop. 23 Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsipprinsip fotografi dan proyektor. Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama untuk memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. 24 Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Film bisa disebut sebagai sinema atau gambar hidup yang diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari hiburan, juga 21
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 316. 22 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotik Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010) h. 132. 23 John M. Echols & Hassan Shadilly, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), h. 387. 24 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005) h. 130.
31
produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni yang lahir dari proses kreativitas yang menurut kebebasan berkreativitas. 25 Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak aspek sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk memengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap masyarakat. 26 3. Karakteristik Film Film sendiri mempunyai kriteria agar sesuatu tersebut dapat dikatakan sebuah film. Oleh karena itu, karakteristik film adalah sebagai berikut: 1. Layar yang luas/ lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun film layarnya berukuran lebih luas meskipun sekarang ada televisi layar lebar atau biasa disebut LED. Pada umumnya layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan. Apalagi dengan adanya kemajuan tekonologi, layar film bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. 2. Pengambilan gambar Pengambilan gambar atau shot dalam film memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan secara menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi
25
Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restrospeksi, (Jakarta: Panitia hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010) h. 26. 26 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), h. 126.
32
kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga memberi kesan lebih menarik. 3. Konsentrasi penuh Dalam keadaan bioskop yang penerangannya dimatikan, nampak di depan kita ada sebuah layar luas dengan gambar-gambar cerita film tersebut. Hal ini membuat khalayak terbawa alur suasana yang disajikan oleh film tersebut. Beda halnya apabila pencahayaan di dalam ruangan tetap dinyalakan. Hal tersebut malah membuat penonton menjadi tidak terlalu fokus terhadap film dan jadi memperhatikan yang ada di sekitarnya. Ini menyebabkan pesan dan atmosfer film tersebut kurang terasa. 4. Identifikasi psikologis Pengaruh film terhadap jiwa manusia tidak hanya sewaktu atau selama menonton film tersebut, tetapi akan membuat efek dalam kurun waktu yang lama seperti peniruan berpakaian atau model rambut. Hal ini bisa disebut imitasi.27 4. Klasifikasi Film Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengklasifikasi film. Klasifikasi yang paling umum adalah pembagian film menjadi tiga jenis, yakni dokumenter, fiksi dan eksperimental. Klasifikasi film juga dapat pula ditentukan dari asal produksi serta cara distribusinya, yakni studio besar dan studio
27
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h. 145.
33
independen, Hollywood dan non-Hollywood, mainstream dan non-mainstream, serta rating dan non-rating. Pengklasifikasian film dapat pula ditentukan berdasarkan aktor-aktris favorit atau bintangnya, sutradara favorit, penulis novelnya, atau dapat pula mengklasifikasi film secara khusus berdasarkan sasaran penontonnya. Namun, dalam penelitian ini penulis mengklasifikasi film berdasarkan genre, seperti aksi, drama, horror, musikal, western, dan sebagainya. Genre-genre
film
dibagi
berdasarkan
pengaruh
dan
sejarah
perkembangnya. Genre-genre ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni genre induk primer dan genre induk sekunder. 28 Tabel 2.3 Genre Film Induk Primer dan Sekunder
Genre Induk Primer
Genre Induk Sekunder
Aksi Drama Epic sejarah Fantasi Fiksi-ilmiah Horror Komedi Criminal dan gangster Musikal Pertualangan Perang Western
Bencana Biografi Detektif Film noir Melodrama Olahraga Perjalanan Roman Superhero Supernatural Spionase Thriller
5. Unsur-unsur dan Struktur Film a. Unsur-unsur Film •
Title adalah judul
•
Crident title, meliputi; produsr, karyawan, artis (pemain) dll.
28
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 9-12.
34
•
Tema film adalah sebuah inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.
•
Intrik, yaitu usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan adegan yang telah disiapkan dalam naskah unruk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sutradara.
•
Klimaks, yaitu puncak dari inti cerita yang disampaikan. Klimaks bisa berbentuk konflik atau benturan antar kepentingan para pemain.
•
Plot, adalah alur cerita. Alur cerita terbagi ke dalam dua bagian, yang pertama adalah alur maju dan kedua adalah alur mundur. Alur maju adalah cerita yang disampaikan pada masa yang akan datang. Sedangkan alur mundur adalah cerita yang mengisahkan tentang kejadian yang telah lampau.
•
Suspen atau keterangan, yaitu masalah yang masih terkatung-katung.
•
Million setting, yaitu latar kejadian dalam sebuah film. Latar ini berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris, ataupun fashion yang disesuaikan.
•
Sinopsis, adalah gambaran cerita yang disampaikan dalam sebuah film, sinopsis ini berbentuk naskah.
•
Trailer, yaitu bagian film yang menarik.
•
Character, yaitu karakteristik dari para pemain/pelaku dalam sebuah film. 29
b. Struktur-struktur Sebuah Film • 29
Pembagian cerita
Aep Kusnawan, dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 95.
35
•
Pembagian adegan (squence)
•
Jenis pengambilan gambar (shoot)
•
Pemilihan adegan pembuka (opening)
•
Alur cerita dan continuity (berkelanjutan)
•
Intrique yang meliputi jealousy, pengkhianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dll
•
Anti klimaks, yaitu penyelesaian masalah. Anti klimaks ini terjadi setelah klimaks.
•
Ending atau penutup. Ending dalam film bisa bermacam-macam, apakah happy ending (cerita diakhiri dengan kebahagiaan) ataupun sad ending (diakhiri dengan penderitaan). 30
6. Jenis – Jenis Film Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Pembagian ini berdasarkan atas cara bertuturnya yakni, naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita). 1. Film Dokumenter Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan
30
Aep Kusnawan, dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 103.
36
penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan, seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya. 2. Film Fiksi Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep peradeganan yang telah dirancang sejak awal. Produksi film fiksi memakan waktu relatif lebih lama. Seperti halnya film dokumenter, cerita fiksi juga sering diangkat dari kejadian nyata. 3. Film Eksperimental Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan film dokumenter dan film fiksi. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas sepeti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan simbolsimbol personal yang mereka ciptakan sendiri. 31 Film Sang Martir termasuk ke dalam jenis film fiksi. Karena sebagaimana karakter dalam film fiksi, film Sang Martir memiliki karakter protagonis dan anrtagonis, masalah dan konflik, penutupan serta pola pengembangan cerita yang
31
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 4-7.
37
jelas.
Manajemen
produksinya
juga
lebih
kompleks
karena
biasanya
menggunakan pemain serta kru dalam jumlah yang besar. 7. Sinematografi Secara umum, sinematografi data dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. 32 Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam snematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu: a. Extreme Long Shot Extreme Long Shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas. b. Long Shot Pada long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering digunakan sebagai estabilising shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.
32
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 89.
38
c. Medium Long Shot Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. d. Medium Shot Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. e. Medium Close-up Pada jarak ini memperlihatkan manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium closeup. f. Close-up Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gesture yang mendetil. Close-up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan secara mendetil sebuah benda atau objek. g. Ekstreme Close-up Pada jarak terdekat ini mampu memperlihakan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung dan lainnya. Atau bagian dari sebuah objek. 33
33
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 104-106.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM SANG MARTIR A. Sekilas Tentang Film Sang Martir Film Sang Martir merupakan film yang diproduksi oleh PT. Kharisma Starvision Plus dan disutradai oleh Helfi Kardit. Starvision selalu ingin berbagi cerita yang beda, walaupun cerita itu sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika Helfi Kardit berbicara mengenai idenya untuk membuat ilustrasi “situasi dan wajah” Jakarta, maupun Indonesia secara terbuka, Starvision mengajak Helfi Kardit untuk berdiskusi lebih mendalam mengenai idenya tersebut. Mengenai karakter anak muda Indonesia masa kini, Bagaimana remaja melihat karut maut politik, sosial, premanisme, serta kerukunan beragama, Bagaimana tindakannya dalam menghadapi desintegrasi yang semakin hari semakin biasa, padahal esensial. Melalui diskusi tersebut, maka terciptalah cerita Sang Martir. Ide film ini terbentuk karena kegelisahan Helfi Kardit akan situasi-situasi yang tidak kondusif setelah era reformasi. Banyaknya persoalan bangsa yang semakin kehilangan kontrol baik dari pemerintah maupun masyarakat sendiri. Seolah hilangnya rasa bermasyarakat yang saling membuat nyaman. Helfi Kardit memulai script film ini tahun 2008 dengan me-review Indonesia 1 dekade setelah reformasi. Sang Martir adalah film yang sangat universal, mengangkat masalahmasalah yang dekat dengan keseharian masyarakat. Mulai dari konflik agama yang selalu menyelesaikan suatu masalah melalui tindakan kekerasan dan radikalisme, maraknya premanisme, korupsi, narkoba, dan lain sebagainya.
39
40
Dalam film ini, Helfi Kardit tidak bermaksud untuk memprovokasi generasi muda untuk menyelesaikan suatu masalah dengan kekerasan, tetapi Helfi Kardit ingin berbagi cerita lewat sebuah karya film yang seru dan menginspirasi generasi muda untuk selalu cerdas melihat setiap masalah yang ada disekitar. Agar generasi muda tidak mudah terbawa emosi bahkan terprovokasi melihat permasalahan yang ada, serta agar selalu terciptanya kenyamanan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia. 1 Film ini dibintangi oleh Adipati Dolken, Nadine Alexandra, Widy Soediro Nichlany, Henidar Amroe, Tio Pakusadewo, Ray Sahetapy, Adi Kurdi, Jamal Mirad, Fauzan Smith, Astri Nurdin, Titi Qadarsih, Ghina Salsabilah, Ganindra Bimo, Edo Borne, Yogia Pramatana, dan Bunga Elisabeth Rihana. B. Gambaran Perfilman Indonesia Film yang dibikin di negeri ini, sampai Jepang menduduki Indonesia, identitasnya tidak jelas karena ceritanya tiruan dari film Cina, Amerika, atau dipungut dari mana saja. 2 Pencarian identitas keIndonesiaan dalam dunia perfilman Indonesia sudah berlangsung panjang. Tetapi kenyataannya, hingga saat ini, film nasional yang menghadirkan identitas “kultural pribumi” masih bisa dihitung dengan jari. Wajah Indonesia, dalam film yang baik, seharusnya tampak. Apakah itu menangkap keseluruhan jiwa ataukah penggalan-penggalan tertentu,
1
http://klikstarvision.com/?films=sang-martir diakses tanggal 30 mei 2013. H. Misbach Yusa Biran, Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Film Indonesia, (Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga Republik Indonesia, 2009), h. 88 2
41
seperti suku, agama, atau kelas sosial tertentu. Artinya, identitas kultural sebuah bangsa atau masyarakat seharusnya tampak di layar kaca. Dimulai oleh Usmar Ismail. pada tahun 1950, Usmar Ismail, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia, mendirikan Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) dengan Darah dan Doa sebagai produksi pertama. Film ini bukan film pertama Usmar, sebelumnya ia menyutradarai Harta Karun dan Tjitra untuk perusahaan South Pacific Film, tetapi ia selalu menyatakan bahwa film Darah dan Doa merupakan film pertamanya. 3 Pernyataan Usmar Ismail kepada pers ketika akan membuat Darah Dan Doa, tidak melahirkan tanggapan apa-apa dari kalangan pers atau pengamat kesenian. Tidak menjadi bahan percakapan dikalangan orang film. Namun bisa disaksikan secara jelas, bahwa sejak tahun 1951 kesadaran kebangsaan mulai tercermin pada film yang dibuat oleh perusahaan yang memang bertujuan membuat film baik. Bahkan hal yang sama tercermin pada film-film produksi studio milik Cina yang tujuannya hanya sekedar menarik simpati pribumi yang baru merdeka. Tapi film jenis ini di studio film milik keturunan Cina menjadi film propaganda yang banyak dialognya, berisi nasihat, dan ceritanya berbelit-belit. Hal ini mengakibatkan filmnya tidak mendapatkan penonton, karena bikin mereka kapok. 4
3
Ekky Imanjaya, A To Z About Indonesian Film, (Bandung: DAR! Mizan, 2006), cet. ke1, h. 28-30 4 H. Misbach Yusa Biran, Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Film Indonesia, h. 93-94
42
Ketika dunia film sudah mulai ramai mengeluhkan kesulitan yang mereka hadapi, Pemerintah tidak juga semakin menjadi paham mengenai bagaimana seharusnya memberikan bantuan. Hal ini antara lain karena bentuk Pemerintahan saat itu adalah Kabinet Parlementer. Artinya yang menjadi Pemerintah adalah Perdana Menteri (PM) dan para Menterinya. Presiden hanya sebagai lambang saja. Ketika Menteri Penerangan atau Menteri Perindustrian sudah mulai paham tentang masalah yang disampaikan oleh orang film, tiba-tiba kabinetnya bubar, diganti dengan Menteri baru lagi. Oleh karena itu usaha orang film yang meminta agar Pemerintah membendung masuknya film impor, berjalan berlarut-larut, hingga betul-betul industri film dalam negeri menjadi lumpuh. Yang ikut membuat runyam adalah tidak jelasnya kementerian mana yang seyogyanya harus menangani masalah perfilman, sehingga banyak kementrian yang merasa berkepentingan menangani masalah dunia film, yang membuat orang bingung kepada siapa membicarakan masalah mereka. Pada tahun 1950 Panitya Pengawas Film (Sensor) berada di bawah Kementrian Dalam Negeri, karena sensor dianggap sebagai alat penjaga keamanan dalam negeri. Oleh karena itu penguasa militer juga merasa berkepentingan mengurus soal film. Sebaliknya tidak satupun kementerian yang menyiapkan konsep bagaimana cara membina perfilman. Pada tahun 1953 kelihatannya Pemerintah sibuk dengan menyiapkan Undang-Undang Perfilman dengan membentuk PPUPF (Panitia Persiapan Undang-Undang Perfilman) yang diangkat dengan Surat Keputusan Kabinet No. 18977/Kab. Tanggal 3 juli 1953 dengan ketua Mr. Maria Ulfah Santoso, yang
43
juga ketua Panitya Pengawas Film (Sensor). Tapi panitia itu ternyata hanya untuk mengganti Film Ordonnasi tahun 1940. Bulan Juli 1954 Menteri Penerangan Mr. Wongsonegoro membentuk Dewan Film Nasional dan memperluas tugas PPUPF. Apa hasil kerja PPUPF dan Dewan Film Nasional tidak pernah diketahui. Setelah organisasi produser, PPFI, terbentuk dan suara produser mejadi lebih nyaring meneriakkan perlunya bantuan pemerintah dalam menghadapi “musuh” di bidang pembuatan film sendiri, maka tahun 1955 Kementerian Perekonomian membentuk Panitia Penyelidk Industri/Impor Film dan Kedudukan Bioskop Dalam Negeri. 5 Awal tahun 1957 semua studio film menyatakan tidak bekerja lagi karena tidak sanggup menghadapi problema-problema, khususnya karena amat sempitnya peluang untuk bisa memutar film di Indonesia. Sepanjang terjadinya kemelut dunia film yang justru meningkat sejak berdirinya Dewan Film, tidak kelihatan penanganan yang dilakukan oleh lembaga ini. Kabinet Parlemen hanya berlangsung sampai tahun 1959. H. Asby (Andjar Subiantoro) yang banyak menulis tentang film, mengusulkan agar Pemerintah mendirikan Jawatan Film. Jadi bukan lagi hanya badan berbentuk panitya dan dewan yang akan bubar begitu saja kalau menterinya diganti. Bahkan Asby mengusulkan agar Jawatan itu menjadi bagian dari Biro Kabinet, dan berada langsung dibawah Perdana Menteri. Yang mirip dengan usul ini baru diwujudkan oleh Pemerintah tujuh tahun kemudian dengan diterbitkannya Penetapan Presiden
5
H. Misbach Yusa Biran, Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Film Indonesia, h. 95-96
44
(Penpres) Nomor I Tahun 1964 Tentang Pembinaan Perfilman yang menunjuk Kementerian Penerangan sebagai Pembina perfilman nasional. 6 Dewan Film Nasional, dalam konferensinya pada tanggal 11 Oktober 1962, menetapkan tanggal 30 Maret, hari pertama pengambilan gambar pertama film Darah dan Doa, sebagai Hari Film Nasional. Perjuangan mencari identitas film Indonesia dilanjutkan oleh para sineas setelah Usmar Ismail, seperti Asrul Sani, Sjuman Djaya, Teguh Karya, Arifin C. Noer, hingga Garin Nugroho dan Riri Riza. 7 Film Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mulai bermunculan kembali. Khususnya, sejak ditayangkannya film Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta, dan masih banyak lagi. Bahkan Festival Film Indonesia (FFI) yang dimotori Badan Pertimbangan Perfilman Indonesia dihidupkan kembali. 8 Kini, dunia perfilman Indonesia sudah semakin berkembang. Semakin hari semakin banyak film-film dengan berbagai genre yang bermunculan di bioskop Indonesia. Pendatang baru dalam bidang perfilman pun semakin banyak, mulai dari produser, sutradara, maupun pemain. Para penikmat film pun kini sudah semakin kritis dan pintar memilih film mana yang berbobot dan memiliki jalan cerita yang menarik. Film, saat ini, bukan hanya sebagai alat hiburan semata, namun juga dapat digunakan sebagai media edukasi, maupun media untuk berdakwah. Contohnya film Sang Martir, merupakan film yang menggambarkan
6
H. Misbach Yusa Biran, Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Film Indonesia, h. 100-101 Ekky Imanjaya, A To Z About Indonesian Film, h. 31 8 Ekky Imanjaya, A To Z About Indonesian Film, h. 27 7
45
wajah Jakarta saat ini. Dalam film yang disutradai oleh Helfi Kardit, yang memulai debut di bidang perfilman sejak tahun 2006 ini mengandung pesan yang sangat bagus. Bahwasanya sebagai manusia haruslah saling menjaga toleransi antar umat beragama. C. Sinopsis Film Sang Martir
Gambar 3.1. Poster Film Sang Martir 9
Rangga mahasiswa berusia 20 tahun sejak kecil tinggal di panti asuhan bersama adiknya Sarah (Ghina Salsabila). Panti asuhan yang Islami ini milik H. Rachman dan istrinya Hj. Rosna yang tidak mempunyai keturunan, dan menjadi orang tua bagi anak-anak Panti. Suatu hari terjadi peristiwa mengenaskan pada anak panti bernama Lili. Gadis berusia 17 tahun itu diperkosa oleh Jerink seorang preman wilayah Panti yang dikuasai oleh Rambo, kakak Jerink. Rangga yang sejak awal membenci premanisme meminta pertanggung jawaban Jerink. Rangga dan Jerink terlibat perkelahian, hingga Jerink mati terbunuh oleh pisaunya sendiri. Rangga dipenjara 9
http://21cineplex.com/m/review/sang-martir-kisah-tentang-pengorbanan-dan-kerukunan diakses tanggal 30 Mei 2013
46
selama 3 tahun. Untuk membalaskan dendam atas kematian adiknya, Rambo mengirim orang untuk menghabisi Rangga di penjara, tapi tidak berhasil. Rangga berada satu sel dengan Pendeta Josep yang melindungi Rangga. Pendeta Josep dijebloskan ke penjara karena kasus Ambon, dan Pendeta yang bijak ini sangat sadar peristiwa Ambon adalah bagian dari konspirasi pengalihan isu. Walau berbeda keyakinan, Rangga dan Pendeta Josep saling menghargai, bahkan Rangga menganggap Pendeta Josep seperti ayahnya.
Gambar 3.2. Cuplikan Adegan Film Sang Martir 10
Situasi panti setelah Rangga di penjara berubah tragis, H. Rachman diracuni oleh Rambo untuk menguasai kepemilikan areal panti. Anak-anak panti diberhentikan sekolahnya, dan dijadikan pengemis jalanan. Sahabat Rangga di panti, Arman, setelah mengetahui kejahatan yang dilakukan Rambo terhadap H. Rachman, dia pun mendatangi Rambo. Karena hal itu, Arman pun disiksa oleh Rambo hingga kakinya Arman terpenggal.
10
Sumber dari Film Sang Martir.
47
Saat Rangga menghirup kebebasan, orang-orang suruhan Rambo ditugaskan kembali untuk menghabisinya. Kejar-kejaran antara mereka dengan Rangga menyudutkannya di gang buntu, tiba-tiba sebuah mobil yang ditumpangi Genk preman lain menyelamatkan Rangga, dan menghabisi orang-orangnya Rambo. Genk itu adalah anak buah Jerry, kepala genk preman musuh bebuyutan Rambo. Bagi Jerry siapapun yang telah membunuh anak buah Rambo berarti saudaranya, sebagaimana ucapannya ke Rangga. Padahal Jerry punya kepentingan pada Rangga setelah membaca potensi keberanian Rangga, yang nantinya dipekerjakan sebagai kurir bisnis narkobanya. Jerry sangat kharismatik, penguasa wilayah mayoritas Kristen sekaligus donator terbesar gereja di wilayahnya. Rangga menempati rumah kontrakan milik Jerry berdekatan dengan gereja. Hampir setiap hari seorang gadis remaja, Cinta berdiri di luar gereja. Rangga penasaran melihat gadis itu berdoa di luar. Cinta kecewa atas kondisi sosial tempatnya tinggal. Cinta protes untuk tidak masuk gereja hingga semua masyarakat di lingkungannya termasuk pastur gereja berani bicara kebenaran dan keadilan. Cinta tidak membenci agama maupun rumah ibadahnya. Cinta adalah korban perkosaan Daniel, adiknya Jerry. Pastur Bono mengetahui kejadian itu, tapi Pastur tidak berani bicara jujur karena Daniel adiknya Jerry.
48
Gambar 3.3. Cuplikan Adegan Film Sang Martir 11
Rangga dan Cinta saling mengenal dan menjadi dekat, kedua remaja yang berbeda keyakinan ini saling mengagumi dan jatuh cinta. Perbedaan keyakinan bukan untuk saling menghukum, walau tidak berpendidikan tinggi, mereka mempunyai wawasan baik. Cinta bekerja di pabrik mainan yang dikelola Jerry, pabrik kamuflase bisnis Jerry. Rangga juga bekerja sebagai kurir mainan yang sebenarnya kemasan narkoba. Konflik genk Rambo dan Jerry semakin memanas karena perebutan wilayah, bahkan situasi jadi lebih parah saat Rambo mendapatkan order seorang oknum untuk mengalihkan perhatian publik atas kasus korupsinya, dengan perang antar genk dan isu bom gereja. Rambo membidik gereja di wilayah Jerry. Sebagai penguasa wilayah panti, Rambo memaksa Rangga untuk jadi martir, sebagai ganti keselamatan semua anak-anak panti asuhan. Rangga dan Cinta, sepasang remaja jadi saksi yang mewakili kondisi karut marut sosial bangsa ini. Bagi mereka perbedaan adalah takdir yang harus saling dihargai. Dilematis yang menyakitkan bagi Rangga, antara menyelamatkan anakanak panti asuhan atau mengikuti perintah Rambo untuk mem-bom gereja. 12
11 12
Sumber dari Film Sang Martir. http://klikstarvision.com/?films=sang-martir diakses 30 mei 2013
49
Gambar 3.4. Cuplikan Adegan Film Sang Martir 13
Hari disaat Rangga harus menjalankan tugasnya sebagai martir, ditengah kedilemaan yang dirasakannya, Arman datang menemui Rangga. Arman mengatakan kepada Rangga bahwa jihad yang sebenarnya itu bukanlah menghancurkan orang yang berbeda agama, melainkan menghancurkan kekufuran walaupun kekufuran itu dilakukan oleh orang yang seagama. Mendengar perkataan sahabatnya itu Rangga tersadar. Arman pun berencana untuk membawa bom itu ke rumah Rambo. Arman mengorbankan dirinya sendiri untuk menghancurkan kekufuran Rambo dan juga untuk menyelamatkan anak-anak panti.
13
Sumber dari Film Sang Martir.
50
Sementara Arman pergi ke rumah Rambo, Rangga menuju gereja dimana di dalamnya Jerry beserta para jemaat lainnya sedang melaksanakan Malam Natal. Di dalam gereja, Pendeta Bono membongkar semua kejahatan Jerry. Mulai dari pemerkosaan yang dilakukan Daniel kepada Cinta, hingga kamuflase bisnis Jerry. Jerry dan anak buahnya pun ditangkap polisi. Sedangkan Arman berhasil membom rumah Rambo. Berkat Rangga dan Arman, anak-anak panti dapat terselamatkan. Dan mereka pun berhasil menghancurkan kejahatan-kejahatan yang dlakukan Rambo dan Jerry. D. Tim Produksi Film Sang Martir 14 Tabel 3.1 Tim Produksi Film Sang Martir
Produksi
PT. Kharisma Starvision Plus
Sutradara & Penulis Skenario
Helfi Kardit
Produser
Chand Parwez Servia dan Fiaz Servia
Produser Eksekutif
Riza, Reza Servia dan Mithu Nisar
Penata Fotografi
Enggar Budiono
Penata Artistik
Jimmy Bens Silaen
Penata Suara
Khikmawan Santosa
Penyunting Gambar
Cesa David Luckmansyah
Penata Musik
Tya Subiakto Satrio
Penata Videografis
Capluk, Sebastianus Olaf
14
http://klikstarvision.com/?films=sang-martir diakses 30 mei 2013
51
E. Profil Helfi Kardit Sebagai Sutradara Film Sang Martir Helfi C. H. Kardit atau lebih dikenal dengan nama Helfi Kardit, merupakan sutradara film Indonesia yang lahir pada tahun 1975. Helfi Kardit terkenal sebagai sutradara film horor dikarenakan beberapa film yang disutradarainya adalah film bergenre horor. Filmografi Helfi Kardit dimulai pada tahun 2006 sebagai sutradara sekaligus penulis skenario dalam film Hantu Rumah Kosong. Dilanjutkan pada tahun tahun 2007 dengan film bergenre horor berjudul Lantai 13. Ditahun yang sama pula Helfi Kardit menyutradai sebuah film berjudul Miracle: Menantang Maut. Dan ditahun 2008, Helf mencoba menyutradai sebuah film dengan genre yang berbeda dari film-film sebelumnya, film tersebut berjudul Mengaku Rasul. Ditahun 2009 Helfi Kardit kembali menyutradai beberapa film horor, film-film tersebut yaitu Sumpah (Ini) Pocong!, Terowong Rumah Sakit, dan film Suster Keramas yang menjadi kontroversial. Arisan Berondong merupakan film yang disutradai Helfi Kardit ditahun 2010. Ditahun yang sama Helfi juga menyutradarai film bergenre drama berjudul The Sexy City dan D’Love. Ditahun 2011, film horor besutan Helfi Kardit ini menjadi film horor yang kontroversial, dikarenakan 2 pemerannya yaitu Julia Perez dan Dewi Persik berkelahi ditengah-tengah proses pengambilan gambar. Film tersebut adalah Arwah Goyang Karawang. Setelah menyutradai film horor kontroversial Arwah Goyang Karawang, ditahun yang sama, Helfi Kardit menyutradarai film Mati Muda Di Pelukan Janda. Ditahun 2012, Helfi Kardit kembali menyutradai film bergenre drama berjudul
52
Broken Heart. Selain film Broken Heart, Helfi Kardit juga menyutradai film berjudul Sang Martir. Film Sang Martir merupakan film bergenre drama besutan Helfi Kardit yang cukup sukses dipasaran. Dan dengan kesuksesan film tersebut, pada tahun 2013 Helfi Kardit menjadi nominasi sebagai Penulis Skenario Terpuji dalam film Sang Martir di ajang Festival Film Bandung.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan Data Dalam film Sang Martir menggunakan teori semiotika model Charles Sander Peirce. Film Sang Martir mengisahkan masalah-masalah yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini. Mulai dari aksi premanisme, radikalisme, narkoba, konflik SARA, dan lain sebagainya. Dari berbagai permasalahan tersebut, timbullah ketidaknyamanan dan rasa kurang aman dalam diri masyarakat. Apalagi dilihat dari berbagai konflik-konflik yang terjadi di negara ini, terutama konflik yang dipicu oleh agama, membuktikan kurangnya sikap toleransi antar umat beragama di negara ini. Dalam film Sang Martir ini, penonton diingatkan kembali pentingnya sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Seharusnya keanekaragaman yang dimiliki negara ini, seperti keanekaragaman suku, ras, bahasa, budaya, bahkan agama, menjadikan masyarakat saling bersatu padu dan saling menghargai. Bukan menjadikan perbedaan tersebut sebagai ancaman dan menimbulkan perpecahan. Meskipun permasalahan yang ditampilkan dalam film ini cukup beragam, namun beberapa adegan dalam film ini menggambarkan sikap toleransi antar umat beragama. Pentingnya toleransi antar umat beragama dalam film Sang Martir digambarkan dengan cukup baik melalui karakter Rangga dengan beberapa tokoh lainnya. Dalam film ini menggambarkan Rangga yang bersahabat dengan seorang Pendeta di penjara dan mereka saling menghargai akan agama yang mereka anut.
53
54
Dan diakhir cerita menggambarkan Arman yang menasehati Rangga mengenai apa sebenarnya jihad itu. Dalam film ini menunjukkan kepada khalayak bagaimana seharusnya masyarakat hidup berdampingan dengan masyarakat lain yang berbeda agama, menghormati saat mereka merayakan hari keagamannya, dan menghormati cara mereka beribadah kepada Tuhannya. Film Sang Martir merupakan film yang berbobot namun tidak berat. Karena elemen-elemen ceritanya bernas dan digarap serius oleh segenap tim eksekusinya. Didukung oleh pemain-pemain yang loyalitasnya sangat tinggi saat berkarya serta didukung pula oleh artis-artis senior yang tidak diragukan lagi kemampuannya dalam berakting. Ditambah dengan musik latar dan lantunan ayatayat suci al-Qur’an yang disajikan dengan menyentuh dalam setiap adegan. B. Makna Ikon, Indeks dan Simbol dalam Film Sang Martir 1. Adegan 1 (Kedekatan Rangga dan Pendeta Joseph saat di penjara) Pada adegan ini menampilkan Rangga yang sedang berlatih tinju di lapangan penjara. tiba-tiba saja Pendeta Josep datang dan melancarkan pukulannya ke wajah Rangga. Dan merekapun mulai berkelahi di tengah lapangan penjara. Rangga yang terjatuh karena pukulan Pendeta Josep, meneriakkan kalimat “Allahu Akbar!” dan bangkit kembali untuk melakukan serangan balik kepada Pendeta Josep. Namun serangan yang dilancarkan Rangga tidak berhasil dan membuatnya terjatuh kembali. Rangga yang terjatuh kemudian ditolong oleh Pendeta Josep.
55
Rangga yang telah menyelesaikan masa tahanannya selama 3 tahun, akhirnya dapat keluar dan kembali ke lingkungan masyarakat. Rangga mengemas barang-barangnya di sel yang ia dan Pendeta Josep tempati. Lalu Rangga berpamitan kepada Pendeta Josep setelah sipir penjara memanggilnya untuk segera keluar. Tabel 4.1
Visualisasi: Ikon Pada gambar tersebut terlihat Pendeta Josep menolong Rangga yang kalah saat berkelahi melawannya di lapangan penjara. Lapangan yang dikelilingi oleh tiang-tiang besi dan tembok yang tinggi 00:14:26 serta di salah satu sisinya terdapat samsak yang dipakai Rangga untuk berlatih tinju merupakan ikon dalam adegan ini. Jarak kamera yang digunakan: Long Shot. Pada jarak ini tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Tekhnik pencahayaan: Untuk
56
pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan natural dari sinar matahari karena pengambilan adegan diambil pada waktu siang hari. Indeks
Simbol
Sikap pendeta Josep yang menolong Rangga setelah mereka berkelahi menandakan bahwa hubungan mereka yang tidak saling bermusuhan. Kalimat “Allahu Akbar!” yang diucapkan Rangga menjadi simbol bahwa Rangga adalah seorang muslim.
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan tolong menolong antar sesama manusia. Sebagaimana Stuart Hall yang membagi representasi menjadi dua proses, yaitu representasi mental dan bahasa, adegan yang merepresentasikan tolong menolong ini termasuk dalam proses representasi bahasa. Dalam adegan di atas, ingin menunjukkan atau memberi pesan bahwa setiap manusia haruslah saling tolong menolong meskipun berbeda agama. Tabel 4.1.1
Visualisasi: Ikon Pada gambar tersebut terlihat setelah menyelesaikan perkelahiannya di lapangan penjara Pendeta Josep menasehati Rangga bahwa kalimat “Allahu Akbar” harus di ucapkan dengan ikhlas dan tulus bukan
00:14:38
57
digunakan untuk berperang. Jarak kamera yang digunakan: medium close-up. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan natural dari sinar matahari karena pengambilan adegan diambil pada waktu siang hari. Indeks
Simbol
Nasehat yang diberikan pendeta Josep kepada Rangga serta sikap Rangga yang santun kepada pendeta Josep menunjukkan bahwa hubungan mereka sangat dekat. Kalung salib yang digunakan Pendeta Josep merupakan simbol dari agama Kristen
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Adegan di atas ingin memberikan pesan kepada khalayak bahwa setiap umat beragam dapat menjalin hubungan yang erat dengan umat beragama lain. Selain itu pula dalam adegan di atas juga nenunjukkan bahwa Rangga yang beragama Muslim bersedia menerima nasehat dari pendeta Josep, padahal pendeta tersebut berbeda agama dengannya. Hal ini memiliki pesan bahwa setiap umat beragama dapat hidup saling berdampingan. Setiap orang seyogyanya dapat menerima nasehat dari oranglain yang berbeda agama
58
dengannya, asalkan nasehatnya itu benar dan tidak menjelek-jelekkan agama lain. Sikap intoleransi terhadap agama lain lah yang harus dihilangkan. Sebagaimana konsep awal film ini adalah toleransi antar umat beragama. Tabel 4.1.2
Visualisasi: Ikon Pada potongan adegan ini menggambarkan sebelum meninggalkan penjara Rangga berpamitan kepada Pendeta Josep di dalam sel yang mereka berdua tempati. di dalam kamar terdapat tempat tidur tingkat, dimana Rangga an Pendeta Josep tidur. Lalu di dinding terdapat tanda salib. Terdapat sebuah meja dimana di dalam laci meja tersebut Rangga myimpan AlQur’an serta sajadah nya. Jarak kamera yang digunakan: medium shot. Jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan
00:16:13
59
sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Dengan adanya al-Qur’an dan sajadah milik Rangga serta tanda salib milik pendeta Josep menunjukkan bahwa mereka meskipun berbeda agama dan berada dalam satu sel, namun tetap saling menghargai dan bertoleransi dalam melaksanakan ibadah sesuai agama mereka. Al-Qur’an dan sajadah merupakan simbol dari agama Rangga (Islam), sedangkan tanda salib merupakan simbol dari agama yang dianut oleh Pendeta Josep.
Potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Rangga yang tinggal satu sel dengan pendeta Josep yang berbeda agama dengannya, tidak menghalanginya untuk tetap melaksanakan ibadah-ibadah sesuai dengan agamanya. Begitu pula dengan pendeta Josep. Adegan ini menunjukkan bahwa mereka berdua saling menghargai dan saling bertoleransi. Dalam adegan di atas terdapat percakapan antara Rangga dan Pendeta Josep setelah perkelahian yang terjadi antara mereka. Sebelum perkelahian mereka berakhir, Rangga yang hendak melancarkan serangan balik kepada Pendeta Josep berdiri kembali dan meriakkan kalimat “Allahu Akbar!”. Kemudian terjadilah percakapan antara Rangga dan Pendeta Josep. Berikut adalah percakapannya: Pendeta Josep
: “Ucapkan kalimat Allah itu dengan ikhlas dan tulus dari hatimu. Kalimat itu bukan untuk berperang!”
60
Rangga
: “Aku mengucapkan kalimat itu bukan untuk berperang. Tapi untuk menguatkan hatiku dan untuk menghancurkan kebatilan. Insya Allah. 1
Dari percakapan di atas menggambarkan bahwa kalimat “Allahu Akbar!” bukanlah kalimat yang digunakan untuk berperang. Sebagaimana yang sering diberitakan saat-saat ini, bahwa seorang yang menjadi martir, sebelum meledakkan bom yang terpasang ditubuhnya ia akan meneriakkan kalimat Allah tersebut. Hal itu tidaklah benar. Karena kalimat Allah tersebut seharusnya diucapkan untuk menguatkan hati seorang muslim bukan untuk berperang. Kemudian, dalam adegan di atas pula terdapat percakapan antara Rangga dan Pendeta Josep sebelum Rangga pergi meninggalkan penjara. Berikut adalah percakapan tersebut: Pendeta Josep
Rangga Pendeta Josep
Rangga
: “Kebenaran itu mempunyai kekuatan untuk bisa dibuktikan. Teman-teman aktifis dan Ibumu kemarin muncul dikoran membuktikan anak asuhnya diperkosa. Dan dikoran itu terpampang wajah kamu. Take care my son!” : “Aku akan selalu mendoakan Pak Pendeta semoga bebas dari hukuman secepatnya.” : “Insya Allah. Saya memang pantas menerima hukuman ini. Hukuman dari Tuhan untukku. Karena saya terlalu gampang terprovokasi sehingga terjadi perang antar umat beragama, padahal kami bersaudara. Nenek moyang kami akan meratapi dan menangisi karena kebodohan kami.” : “Terima kasih Pak Pendeta.” 2
Dalam percakapan yang dilakukan oleh Pendeta Josep dan Rangga dapat digambarkan bahwa manusia meskipun berbeda agama, mereka tetap bersaudara.
1 2
Percakapan ini dapat dilihat dalam durasi 00:14:33 sampai durasi 00:14:50 Percakapan ini dapat dilihat dalam durasi 00:15:01 sampai durasi 00:16:08
61
Dan tidak seharusnya masyarakat mudah terprovokasi dengan isu-isu yang belum tentu kebenarannya sehingga menimbulkan konflik agama. Tabel 4.1.3 Qualisign
Sinsign
Legisign 2.
Kata-kata lembut yang diucapkan Pendeta Josep kepada Rangga ataupun sebaliknya menandakan kedekatan antara mereka. Qualisign pada percakapan di atas terdapat pada kalimat “Take care my son!” lalu pada kalimat “Aku akan selalu mendoakan Pak Pendeta semoga bebas dari hukuman secepatnya.” Dan kalimat “Terima kasih Pak Pendeta.” Pada kalimat “Kebenaran itu mempunyai kekuatan untuk bisa dibuktikan. Teman-teman aktifis dan Ibumu kemarin muncul dikoran membuktikan anak asuhnya diperkosa. Dan dikoran itu terpampang wajah kamu.” menandakan bahwa telah terjadi peristiwa dimana para aktifis dan Hj. Rosna melakukan aksi demonstrasi untuk membuktikan bahwa Lily telah diperkosa. Legisign pada percakapn di atas adalah kalimat “Allahu Akbar!” bukanlah kalimat yang digunakan untuk berperang.
Adegan 2 (Rangga ditolong dan tinggal di wilayah kekuasaan Jerry) Pada adegan kedua ini, peneliti menjelaskan kelanjutan dari adegan
pertama. Pada adegan ini menceritakan kehidupan Rangga sekeluarnya ia dari penjara. Sekeluarnya dari penjara, Rangga hendak kembali ke panti asuhan. Namun, di tengah perjalanan ia diikuti oleh anak buah Jerry. Jerry adalah ketua genk musuh bebuyutan Rambo. Rangga yang merasa terusik oleh anak buah Jerry yang mengikutinya, menghampiri mereka dan menanyakan maksud dan tujuan mereka. Rangga diberitahu oleh orang-orang itu bahwa nyawanya sedang terancam karena anak buah Rambo sedang mencarinya. Anak buah Jerry memintanya untuk ikut bersama mereka ke rumah Jerry. Namun Rangga engga menuruti permintaan mereka.
62
Setelah menolak permintaan anak buah Jerry, tiba-tiba saja datang anak buah Rambo dengan mengendarai sepeda motor dan membawa sebilah pedang. Rangga pun lari untuk menghindari mereka. Anak buah Rambo terus mengejarnya hingga tiba disebuah gang buntu. Rangga yang panik naik ke atas tumpukan kayu, namun anak buah Rambo terus saja mencoba menyakitinya dengan pedang yang mereka bawa. Kemudian sebuah mobil yang dikemudikan oleh anak buah Jerry datang untuk menolong Rangga. Mobil tersebut menabrak anak buah Rambo hingga mereka tak sadarkan diri, dan Rangga pun dapat tertolong. Kemudian Rangga dibawa ke rumah Jerry dan bertemu dengannya. Alasan Jerry menolong Rangga karena ia menganggap orang yang telah membunuh anak buah Rambo adalah saudaranya. Dan Rangga dianggapnya sebagai saudara. Lalu mereka berdua berbincang dan makan malam bersama di rumah Jerry. Setelah itu, anak buah Jerry mengantarkan Rangga ke rumah kontrakan yang diberikan Jerry untuk ditempati Rangga. Rumah kontrakan tersebut berdekatan dengan sebuah gereja. Jerry merupakan donatur terbesar di gereja tersebut. Selain diberikan rumah kontrakan, Rangga juga diberikan pekerjaan oleh Jerry. Rangga dipekerjakan sebagai supir pengantar barang di pabrik mainan milik Jerry. Pabrik mainan milik Jerry tersebut sebenarnya kamuflase bisnis narkobanya. Tabel 4.2
63
Visualisasi: Ikon Pada gambar pertama, Rangga yang telah keluar penjara di ikuti oleh anak buah Jerry. Dan menolongnya ketika Rangga dikejar oleh anak Rambo. Rangga 00:16:45 berjalan dipinggir sebuah jalan raya disamping jalan terdapat pagar yang Jarak kamera yang digunakan: medium shot. Jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan natural dari sinar matahari karena pengambilan adegan diambil pada waktu siang hari. Indeks
Anak buah Jerry yang menolong Rangga dari kejaran anak buah Rambo menunjukkan bahwa Jerry memperdulikan keselamatan Rangga, sehingga menyuruh anak buahnya meyelamatkan Rangga.
64
Simbol
Kalung salib yang tergantung di dalam mobil yang dikendarai anak buah Jerry, menandakan bahwa Jerry dan anak buahnya adalah kelompok atau geng beragama Kristen.
Dalam adegan di atas tidak merepresentasikan toleransi antar umat beragama, namun merepresentasikan sikap tolong menolong. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Jerry yang merupakan seorang penguasa wilayah mayoritas umat Kristen dan donatur terbesar di sebuah gereja, rela menyuruh anak buahnya untuk menolong Rangga dari kejaran anak buah Rambo. Adegan ini menunjukkan setiap umat beragama harus saling tolong menolong. Tabel 4.2.1
Visualisasi: Ikon Pada gambar tersebut terlihat Rangga dan Jerry yang sedang berdoa sebelum mereka makan. Terlihat kedua tangan mereka yang menggambarkan cara berdoa menurut agama dan kepercayaan mereka masingmasing. Terlihat di atas meja dua buah piring beserta alat makan lain, gelas, satu mangkuk nasi, satu teko air putih, beberapa piring lauk pauk, buahbuahan dan beberapa lilin yang
00:23:42
65
menghiasi meja makan.
00:23:48
Jarak kamera yang digunakan: medium close-up. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Jerry dan Rangga yang berdoa sebelum makan menunjukkan meskipun berada satu meja makan dengan orang yang berbeda agama tetap berdoa sesuai agama yang di anut, karena semua agama mengajarkan agar selalu berdoa sebelum melakukan suatu hal. Posisi tangan Rangga dan Jerry yang berdoa ketika hendak makan menunjukkan cara berdoa dari agama yang mereka anut.
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Adegan di atas juga termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Adegan di atas menggambarkan Rangga dan Jerry berdoa sebelum makan sebelum makan sesuai dengan agama yang dianut. Adegan di atas menberikan pesan bahwa dimana, dengan siapa dan saat melakukan sesuatu hal sebagai umat beragama haruslah berdoa terlebih dahulu. Terlebih lagi dalam adegan di atas, selain merepresentasikan toleransi umat beragama, cara Rangga dan Jerry berdoa menjadi simbol dari agama yang mereka anut. Tabel 4.2.2
66
Visualisasi: Ikon Pada gambar tersebut terlihat Rangga tinggal di sebuah rumah kontrakan yang diberikan Jerry. Rumah kontrakan tersebut berdekatan dengan gereja dimana Jerry merupakan pemberi donasi untuk gereja tersebut.
00:25:19
Jarak kamera yang digunakan: medium close-up. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Rangga yang tinggal di sebuah kontrakan milik Jerry yang berdekatan dengan sebuah gereja menandakan bahwa Rangga tidak merasa risih tinggal di daerah yang mayoritas warganya beragama Kristen. Gereja merupakan simbol tempat beribadah umat Kristen.
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Rangga yang tinggal di sebuah kontrakan yang berdekatan dengan gereja menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal Rangga merupakan daerah yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen. Rangga yang menyadari
67
hal itu tetap melaksanakan ibadah yang diperintahkan Allah. Meskipun Rangga beragama Islam, ia tidak sungkan menegur masyarakat sekitar tempat tinggalnya tersebut. Rangga juga tidak segan menegur pendeta Jono, pendeta gereja di dekat rumah Rangga. Bahkan Rangga menjadi dekat dengan salah satu wanita Kristen yang tinggal di daerah tempat tinggal Rangga. Wanita itu bernama Cinta. 3.
Adegan 3 (Kedekatan antara Rangga dan Cinta) Rangga yang pulang ke kontrakannya setelah mengikuti adik dan anak-
anak panti, melihat seorang gadis sedang berdo’a di luar gereja. Rangga yang penasaran dengan gadis tersebut terus memandang kearahnya. Gadis yang bernama Cinta itu merupakan pegawai di pabrik mainan milik Jerry. Dihari lain ketika melihat Cinta yang melewati rumah kontrakan Rangga, ia memberanikan diri menyapa dan berkenalan dengan Cinta. Tak hanya itu, Rangga juga mengajak Cinta makan malam bersama. Malam harinya mereka makan malam bersama. Meskipun mereka baru kenal, namun mulai muncul rasa ketertarikan dan kedekatan antara mereka. Sepulang mereka makan malam, Rangga yang penasaran menanyakan alasan megapa Cinta selalu berdo’a di luar gereja. Dengan raut muka yang sedih, Cinta menceritakan alasannya. Semakin hari mereka semakin dekat. Mereka pun saling menghargai meskipun mereka berbeda agama. Cinta yang semula mempertanyakan keadilan Tuhan mulai memudar keraguannnya setelah perbincangannya dengan Rangga. Rangga yang meyakinkannya bahwa Tuhan itu sangat menyayangi dan adil
68
kepada umatnya membuat Cinta percaya bahwa suatu saat masalahnya akan terselesaikan. Tabel 4.3
Visualisasi: Ikon Pada gambar tersebut terlihat awal pertemuan Rangga dan Cinta. Rangga yang melihat Cinta sedang berdoa di luar gereja yang berdekatan dengan rumah kontrakan Rangga. Di depan kontrakan Rangga terdapat rumah lain. Sedangkan Cinta berdiri diantara rumah kontrakan Rangga dan rumah lain, sementara gereja berada tak jauh di samping kontrakan Rangga. Jarak kamera yang digunakan: medium long shot. Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan natural dari sinar matahari karena pengambilan adegan diambil pada
00:30:32
69
waktu siang hari.
Indeks
Simbol
Rangga yang memandangi Cinta yang sedang berdoa di luar gereja menunjukkan rasa penasaran Rangga terhadap Cinta yang selalu berdoa di luar gereja. Cara Cinta berdoa di depan gereja merupakan simbol bahwa Cinta adalah umat Kristen.
Potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Rangga yang sesampainya di rumah meihat Cinta sedang berdoa di depan gereja. Rangga merasa penasaran kenapa hampir setiap hari Cinta berdoa di depan gereja. Melihat hal itu Rangga hanya bisa memandanginya. Seselesainya Cinta berdoa, Rangga memberanikan diri mmenegur dan berkenalan dengan Cinta. Adegan di atas menggambarkan Rangga yang menghargai dan tidak mengganggu Cinta yang sedang berdoa, meskipun Cinta melakukan doa itu di luar gereja. Tabel 4.3.1
70
Visualisasi: Ikon Rangga dan Cinta yang sedang mengobrol di atap sebuah gedung. Di sekeliling tempat Rangga dan Cinta mengobrol, terdapat banyak gedung pencakar langit. Jarak kamera yang digunakan: full short 00:58:28 merupakan teknik pengambilan gambar objek secara seluruh badan dengan aktifitas yang dilakukan objek. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan natural dari sinar matahari karena pengambilan adegan diambil pada waktu siang hari. Indeks
Simbol
Obrolan antara Rangga dan Cinta menunjukkan kedekatan antara mereka. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka tetap saling mengingat dan saling menghargai. Kalung salib yang dikenakan Cinta merupakan simbol bahwa Cinta merupakan umat Kristiani.
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Representasi toleransi beragama di atas dapat dilihat dari percakapan antara Rangga dan Cinta.
71
Tabel 4.3.2
Visualisasi: Ikon Rangga mengajak Cinta melihat panti asuhan yang dulu ditempati Rangga dan adiknya untuk menunjukkan kepada Cinta bagaimana keadilan Allah Swt. Di depan panti terlihat anak buah Rambo duduk disebuah bangku. Mereka sedang asik bermabuk-mabukan.
00:62:44
Jarak kamera yang digunakan: long shot. Pada jarak ini tubuh manusia telah tampak jelas, namun latar belakang masih dominan. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Rangga yang mengajak Cinta untuk melihat panti asuhan Hj. Rosna menandakan bahwa Rangga peduli dengan Cinta yang mulai ragu akan keadilan Tuhan Jilbab yang dikenakan Hj. Rosna dan anak-anak panti merupakan simbol bahwa mereka adalah wanita muslimah
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses
72
representasi bahasa. Adegan di atas menggambarkan Rangga yang berusaha menunjukkan kepada Cinta bahwa Tuhan itu adil. Tabel 4.3.3
Visualisasi: Ikon Rangga dan Cinta datang ke panti asuhan untuk membawa Hj. Rosna beserta anak-anak panti untuk meninggalkan panti asuhan tersebut. Di ruang tamu panti terlihat Hj. Rosna yang menangis dipelukan Cinta dan Sarah menangis dipelukan Rangga, kakaknya.
00:95:01
Jarak kamera yang digunakan: medium long shot. Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Rangga yang membawa Cinta ke panti asuhan dan mengajaknya pindah bersama Hj. Rosna dan anak panti lainnya, menunjukkan bahwa Rangga memperdulikan Cinta sebagaimana Rangga memperdulikan keluarganya di panti. Jilbab yang dikenakan Hj. Rosna dan anak-anak panti merupakan simbol bahwa mereka adalah wanita muslimah, sedangkan kalung salib yang dikenakan
73
Cinta merupakan simbol bahwa Cinta merupakan umat kristiani. Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Rangga yang peduli dengan Cinta mengajaknya untuk pindah dengan keluarga Rangga di panti. Meskipun Cinta berbeda agama dengannya, Rangga tetap mengajaknya. Dalam adegan-adegan di atas, terdapat percakapan antar Rangga dan Cinta saat mereka berdua sedang mengobrol di atap sebuah gedung. Percakapan tersebut adalah: Cinta Rangga Cinta Rangga
Cinta Rangga
: “Menurut kamu Tuhan itu adil ga?” : “Tuhan itu gak pernah ngasih masalah buat umatnya tanpa solusi.” : “Sampai sekarang masalahku masih belum ada solusinya. Dan aku mulai mempertanyakan keadilan Tuhan.” : “Mungkin belum saatnya Cinta. Semua kan butuh proses. Gak mungkin dong kita kayak Alladin dan lampu wasiatnya, apa yang kita mau tiba-tiba langsung ada. Tuhan tau apa yang kita butuhin.” : “Menurut kamu Tuhan kita sama?” : “Tuhan itu cuma satu. Sang Pencipta alam semesta yang sangat mengasihi umatnya di seluruh dunia. Kasihnya tidak bisa diukur lewat suku, agama ataupun ras! Itu pertanyaan paling berat yang pernah aku temuin.” 3
Dalam percakapan yang dilakukan oleh Rangga dan Cinta dapat digambarkan bahwa mulai muncul keraguan dalam diri Cinta mengenai keadilan Tuhan. Rangga yang mendengarkan curahan hati akan keraguan Cinta itu memberikan jawaban yang membuat keraguan yang dirasakan Cinta mulai
3
Percakapan ini dapat dilihat dalam durasi 00:60:00 sampai durasi 00:61:32
74
memudar. Dan ketika Rangga ditanyai Cinta apa Tuhan mereka sama, Rangga menjawab dengan jawaban yang sangat bijaksana dengan tidak menjelek-jelekkan Tuhan yang disembah oleh Cinta. Perkataan Rangga dalam percakapan di atas menyadarkan bahwa Tuhan adalah satu. Tuhan tidak pernah membeda-bedakan, serta sangat mencintai dan menyayangi semua umatnya di seluruh dunia. Tabel 4.3.4 Qualisign
Singing
Legisign
4.
Percakapan Rangga dan Cinta yang menggunakan kata-kata yang lembut dan merdu menandakan kedekatan antara mereka. Pada kalimat “Tuhan itu gak pernah ngasih masalah buat umatnya tanpa solusi.” menggambarkan bahwa Rangga yang meyakinkan Cinta akan keadilan Tuhan, dan Rangga tidak menjelek-jelekkan agama ataupun Tuhan yg disembah Cinta. Berdasarkan percakapan di atas menggambarkan peristiwa dimana Cinta yang mendapatkan suatu masalah yang pelik namun sampai saat ini belum menemukan solusinya. Sehingga ia mulai mempertanyakan keadilan Tuhan. Legisign yang terkandung dalam percakapan di atas terdapat pada kalimat “Tuhan itu cuma satu. Sang Pencipta alam semesta yang sangat mengasihi umatnya di seluruh dunia. Kasihnya tidak bisa diukur lewat suku, agama ataupun ras!”
Adegan 4 (Rangga yang dipekerjakan sebagai martir) Pada adegan ini menceritakan Rangga yang bertemu dengan Rambo
setelah berkelahi dengan anak buah Rambo di depan panti. Rambo yang telah menjadi pemilik panti yang Rangga tempati memberikan syarat jika Rangga ingin menyelamatkan anak-anak di panti, Rangga harus menjadi martir untuk meledakkan gereja Jerry. Selain dapat membawa anak-anak panti pergi, dengan menerima pekerjaan dari Rambo, Rangga juga akan diberi bayaran sebesar 500 juta rupiah. Karena tidak ada pilihan lain, Rangga pun menerima pekerjaan dari Rambo. Sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Rangga datang ke panti untuk
75
menemui Hj. Rosna serta adik dan anak-anak panti lain. Rangga berpesan agar anak-anak panti harus saling menjaga, dan mencari tempat tinggal yang baru jika dirinya tidak kembali lagi. Tidak disangka, Arman, sahabat Rangga di panti, datang. Arman yang setelah menemui Rambo untuk memberinya pelajaran karena telah membunuh H. Rachman tidak diketahui keberadaannya. Arman yang mengalami cacat karena kakinya dipenggal oleh Rambo, selama ini selalu memperhatikan keadaan panti. Ia menjadi pemulung untuk melihat keadaan panti. Arman juga mengetahui bahwa Rangga menemui Sarah, adik Rangga, saat di kolong jembatan. Arman juga mengetahui tempat tinggal Rangga dan perasaan Rangga terhadap Cinta. Namun Arman menunggu waktu yang tepat untuk menemui Rangga dan juga anak-anak panti. Hari dimana Rangga harus meledakkan gereja Jerry adalah bertepatan dengan malam Natal. Di dalam gereja tersebut Jerry, Cinta serta umat kristiani lainnya sedang melaksanakan malam Natal. Sebelum pergi ke gereja tersebut, Rangga bertemu dengan Rambo untuk mengambil uang yang dijanjikan Rambo. Lalu setelah menemui Rambo, Rangga pergi ke mesjid untuk menaruh uang dan melaksanakan shalat isya. Di gereja Pendeta Bono yang sedang berceramah di depan para jemaat, memberanikan diri untuk membongkar kejahatan Daniel yang telah memperkosa Cinta. Tak hanya itu, Pendeta Bono juga membongkar kamuflase bisnis narkoba Jerry. Jerry yang malu, hendak keluar dari gereja. Di depan pintu gereja Jerry
76
bertemu dengan Rangga yang ingin berbicara dengan Pendeta Bono bahwa ada segelintir oknum yang meyuruh Rambo untuk meledakkan gereja Jerry. Bom yang seharusnya digunakan untuk meledakkan gereja Jerry ternyata dibawa oleh Arman ke rumah Rambo. Seketika rumah Rambo hancur berkepingkeping. Jerry, Daniel dan anak buahnya ditangkap polisi karena kamuflase bisnis narkobanya. Sedangkan Rangga dan Cinta pergi ke panti untuk membawa Hj. Rosna, Sarah, Lily dan anak panti lainnya untuk pindah ke tempat lain. Tabel 4.4
Visualisasi: Ikon Pada gambar tersebut terlihat anggota ormas Islam dan polisi membantu menjaga keamanan pelaksanaan malam natal di gereja Jerry. Dalam gambar 00:81:58 terlihat beberapa orang dari ormas Islam sang berjaga-jaga di depan gereja. Dan para umat Kristiani yang beramairamai masuk ke gereja untuk merayakan malam Natal. Jarak kamera yang digunakan: medium shot. Jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.
77
Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Adanya anggota ormas Islam yang membantu aparat keamanan menjaga gereja saat merayakan malam natal, menunjukkan toleransi antar umat beragama. Peci yang dikenakan oleh para anggota ormas menandakan bahwa mereka adalah umat Muslim, sedangkan gereja adalah tempat beribadah umat Kristiani. Dan Natal merupakan hari raya umat Kristiani.
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Adegan di atas menggambarkan meskipun beragama Islam, tetapi harus saling membantu demi menjaga keamanan dan kenyamanan umat Kristen yang sedang merayakan hari besar Natal. Gambar 4.4.1
Visualisasi: Ikon Arman pergi ke rumah Rambo untuk meledakkan rumah Rambo. Dalam gambar terlihat rumah atau markas Rambo meledak dan anak buah Rambo yang menjaga rumah atau markas Rambo terlihat 00:91:52 kaget. Jarak kamera yang digunakan: medium long shot. Pada jarak ini tubuh manusia
78
terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Arman membawa bom yang seharusnya dibawa Rangga untuk menghancurkan gereja ke rumah Rambo menunjukkan bahwa berjihad itu bukan menghancurkan rumah ibadah agama lain, tetapi menghancurkan kedzaliman meskipun itu ada di agama islam sendiri. Simbol dalam adegan ini adalah bom, bom senjata yang mempunyai daya ledak tinggi.
Dalam potongan adegan di atas tidak merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Adegan di atas merepresentasikan rumah Rambo yang dibom. Representasi pada potongan gambar di atas termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Gambar 4.4.2
Visualisasi: Ikon Rangga mendatangi gereja Jerry untuk memberitahukan pendeta Bono bahwa Rambo dibawah intruksi seorang oknum menyuruhnya untuk meledakkan gereja. long shot. Pada jarak ini tubuh manusia telah tampak jelas, namun latar belakang masih dominan. Tekhnik pencahayaan:
00:92:14
79
Pencahayaannya menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Rangga yang memberitahu pendeta Bono bahwa ada oknum yang mau menghancurkan gereja menunjukkan bahwa Rangga bersyukur bahwa dirinya tidak menerima pekerjaan dari Rambo yang menyuruhnya menghancurkan gereja yang di dalamnya terdapat orang-orang yang tidak bersalah. Sedangkan ekspresinya menunjukkan kesedihannya karena sahabatnya, Arman, rela mengorbankan nyawanya demi menghancurkan kejahatan Rambo. Simbol dalam adegan ini berupa gereja, tempat dimana para umat Kristen beribadah dan melaksanakan malam natal.
Dalam potongan adegan di atas merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Adegan di atas juga termasuk ke dalam proses representasi bahasa. Adegan di atas menggambarkan Rangga yang datang ke gereja untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya kepada pendeta Jono. Gambar 4.4.3
Gambar 5
Visualisasi: Ikon Arman yang menemui Rangga di mesjid meminta Rangga untuk mempertimbangkan keputusannya untuk menerima pekerjaan dari Rambo. medium long shot. Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tekhnik pencahayaan: Pencahayaannya
00:94:14
80
menggunakan sumber pencahayaan utama (key light). Indeks
Simbol
Arman yang mendatangi Rangga untuk menasehatinya menunjukkan bahwa Arman tidak mau Rangga melakukan hal yang salah. Simbol dalam adegan ini adalah mesjid yang menjadi tempat ibadah bagi umat Muslim.
Dalam potongan adegan di atas tidak menunjukkan toleransi antar umat beragama. adegan di atas merepresentasikan seseorang yang rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan oranglain. Adegan di atas mengambarkan Arman ang rela menggantikan Rangga membawa bom yang diberikan Rambo. Namun bom itu tidak dibawa ke gereja, tetapi ke rumah Rambo yang seharusnya dihancurkan. Dalam adegan di atas terdapat perkataan dari Arman kepada Rangga yang membujuk Rangga agar tidak melakukannya karena yang dilakukannya bukanlah jihad yang sebenarnya. Perkataan tersebut adalah: Arman
: “Panti butuh lo. Biar gua aja yang melakukannya. Ini adalah arti jihad yang sebenarnya. Melawan dan menghancurkan apa yang harus dihancurkan!” 4
Perkataan Arman tersebut membuat Rangga mengubah keputusannya untuk meledakkan gereja Jerry. Bom yang semula dibawa Rangga untuk meledakkan gereja, dibawa oleh Arman ke rumah Rambo. Karena sebagaimana yang dikatakannya dalam dialog di atas, jihad adalah melawan dan menghancurkan apa yang seharusnya di hancurkan. Gereja dan para jemaat yang 4
Dapat dilihat pada durasi 00:94:16 sampai durasi 00:94:24
81
ada di dalamnya bukanlah musuh atau hal yang harus dihancurkan dan diperangi, tetapi Rambo lah yang harusnya lah dihancurkan. Karena kebathilan harus tetap dihancurkan meskipun itu berasal dari umat Muslim itu sendiri. Tabel 4.4.4 Qualisign
Sinsign Legisign
Kata-kata lembut yang diucapkan Arman sehingga membuat Rangga mengurungkan niatnya untuk menghancurkan gereja Jerry. Kalimat di atas menandakan bahwa akan terjadi sebuah peristiwa bom bunuh diri yang akan dilakukan oleh Rangga. Legisign yang terkandung pada kalimat di atas yaitu jihad yang sebenarnya adalah melawan dan menghancurkan apa yang seharusnya dihancurkan.
C. Pesan Dakwah dalam Film Sang Martir Pada dasarnya semua agama mengajarkan kedamaian. Tindakan kekerasan harus dihilangkan. Selalu menjunjung tinggi sikap kebersamaan, kekompakan dan persatuan. Kejahatan dan kekerasan menjadi musuh bersama yang paling utama. Maka, sikap optimisme untuk membangun bangsa Indonesia ke depan harus menjadi prioritas utama. Semua itu dapat disatukan dalam bingkai kebersamaan Bhinneka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda namun tetap satu). Bila merenungkan keadaan bangsa saat ini, seakan-akan Indonesia semakin lama semakin terpuruk dengan mencuat berbagai isu. Birokrasi sudah mulai ambruk, karena dinodai oleh para koruptor yang bertopeng manusia. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) hampir terjadi diseluruh pelosok tanah air, mulai dari penggusuran pedagang asongan, pedagang kaki lima, kasus Mesuji, Bima hingga permasalahan agraria.
82
Di samping isu-isu tersebut, tambah lagi permasalahan bangsa terhadap pembubaran ormas anarkis. Ratusan orang berdemo menuntut kedamaian dan mengecam kekerasan. Karena ada ormas yang bertindak keras dalam setiap demonstrasi dan sweeping yang dilakukannya. Sehingga permasalahan ini menambah pekerjaan rumah bagi pejabat Negara untuk menyelesaikan persoalan antar anak bangsa sendiri. Ormas yang mengusung menegakkan syariat Islam, dianggap anarkis oleh sebagian orang namun dianggap baik bagi sebagian yang lain. Sehingga muncul kalangan pro dan kontra terhadap ormas tersebut. Dibalik permasalahan itu semua, sebenarnya Islam tidak pernah mendukung tindak kekerasan, bahkan Islam mengecam tindakan biadab tersebut. Islam agama yang cinta damai, menjunjung tinggi hak setiap warga masyarakat, mengedepankan sikap toleransi dengan agama lain. Maka, siapapun dia, dari manapun ia jika “katanya” beragama Islam namun bertindak kekerasan dan kekisruhan tentunya mereka bukan mewakili Islam. Bila kita melihat perjuangan Nabi SAW dan sahabat di Madinah selalu mengedepankan budaya kedamaian. Orang Islam menghargai kerukunan beragama, hingga melahirkan piagam Madinah. Inilah salah satu bukti bahwa Nabi Saw dan sahabat selalu bersikap toleransi dan menjauhkan sikap anarkis lagi biadab. Maka Islam tidak pernah mencontohkan tindak kekerasan. Konsep Islam yang telah diturunkan Allah Swt kepada Nabi Saw sungguh sangat sempurna. Islam agama yang universal, lengkap dengan segala atribut untuk menghadapi dunia modernisasi. Namun demikian, bila ada orang Islam atau kelompok yang mengaku dirinya Islam bertindak kekerasan dan tidak menjunjung tinggi
83
kerukunan, berarti dia sama sekali tidak mewakili Islam. Yang salah bukanlah ajaran Islam, tapi yang salah adalah oknum orang Islam. Sebagian mereka tidak tahu bahkan tidak mau tahu dan tidak mengamalkan ajaran yang telah digariskan Islam. Dakwah Islam bukan dengan memukul tapi dengan merangkul. Menyebarkan Islam bukan dengan menyinggung namun dengan menyentuh. Mensosialisasikan ajaran Islam bukan dengan saling mengejek namun dengan mengajak. Sungguh indah Islam bila kita pelajari. Hanya orang-orang salah tafsir ayat Al-Qur’an yang melakukan tindakan kriminal. Padahal kriminalisme adalah musuh Islam. Maka Islam memiliki budaya salam, dengan arti selalu mengedepankan kedamaian. Untuk membendung kerusakan Islam yang disebabkan oleh segelintir orang, maka umat Islam harus bersatu untuk melawan kekerasan, kriminalitas, dan tindakan anarkis. Umat Islam harus bersikap “Kedamaian Yes But Kekerasan No”. Sikap menolak kekerasan untuk menghilangkan citra Islam yang diidentikkan dengan kekerasan. Umat Islam harus mampu membendung siapapun dari umat Islam yang selalu bertindak anarkis. Oleh karenanya, mengajak umat Islam untuk selalu mengamalkan ajaran Islam dengan mengamalkan dan mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kedamaian harus menjadi tongkat perjuangan dan
84
eksistensi umat Islam di masa depan. Tindak kekerasan, anarkis dan krimilitas harus menjadi musuh bersama. 5 Film Sang Martir dibuat semata-mata karena keinginan sang Sutradara sekaligus penulis skenario, Helfi Kardit, untuk menyampaikan toleransi antar umat beragama, untuk saling menghargai perbedaan. Berharap tidak ada lagi bom bunuh
diri,
bom
rumah
ibadah
ataupun
kelompok-kelompok
yang
mengatasnamakan agama untuk melakukan tindakan kekerasan. Film ini juga mengandung pesan agar generasi muda Indonesia untuk selalu cerdas dalam melihat setiap masalah yanga ada di sekitar, sehingga tidak mudah terbawa emosi bahkan terprovokasi, agar kemudian selalu menjaga kenyamanan dan toleransi umat beragama dan bersatu padu melawan dan menghancurkan setiap kejahatan dan kebathilan. Tetap berpegang tangan dalam satu kalimat “Cinta”, cinta sesama dan cinta pada bangsa yang dianugerahi berbagai macam keindahan. Melalui Sang Martir diharap dapat meyakinkan masyarakat bahwa tidak ada yang tidak bisa diperbaiki, agar negeri tercinta ini menjadi lebih baik.
5
http://klikstarvision.com/?films=sang-martir diakses 30 mei 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dalam kesimpulan ini, film Sang Martir cukup banyak menampilkan adegan yang merepresentasikan toleransi antar umat beragama. Karakter utama dalam film ini, Rangga, yang selalu menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama. Baik itu terhadap Pendeta Josep (teman satu sel Rangga saat di penjara), Jerry (musuh Rambo serta pendiri dan donatur terbesar di sebuah gereja), Cinta (gadis Kristen korban perkosaan Daniel, adik Jerry) dan Pendeta Bono (pendeta di gereja Jerry). Untuk menyimpulkan hasil penelitian pada skripsi ini, peneliti mengacu pada fokus permasalahan yang ada. Dengan melihat melalui pendekatan teori Charles Sander Peirce, maka kesimpulan peneliti terhadap menjawab perumusan masalah sebagai berikut: 1. Dalam film Sang Martir terdiri dari tiga macam tanda, yaitu: a. Makna ikon dalam film ini adalah visualisasi yang ada pada setiap scene yang menampilkan karakter atau tokoh Rangga, Pendeta Josep, Jerry, Cinta dan Pendeta Bono. b. Makna indeks dalam film ini ditampilkan melalui dialog-dilaog yang dilakukan Rangga dengan Pendeta Josep maupun Rangga dengan Cinta. Keberadaan Rangga yang selalu terlibat dengan orang yang berbeda agama dengannya menjadi indeks bahwa sikap toleransi antar umat beragama
85
86
yang selalu dijunjung olehnya. Percakapan dan diskusi yang terdapat dalam adegan memunculkan simbolisasi tertentu. c. Setiap akting Rangga bersama Pendeta Josep, Jerry, Cinta maupun dengan Pendeta Bono menjadi simbol dari toleransi antar umat beragama yang seharusnya dilakukan oleh setiap manusia. Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral menjadi simbol bahwa setiap manusia meskipun berbeda agama seharusnya dapat hidup saling berdampingan dan saling menghargai. 2. Terdapat beberapa aspek sinematografi dalam film ini, yaitu jarak kamera yang digunakan dan juga pencahayaan. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan-adegan yang merepresentasikan toleransi didominasi oleh medium long shot, long shot, medium close-up, dan medium shot. Sedangkan untuk pencahayaan adegan-adegan yang menjadi fokus penelitian ini menggunakan sumber cahaya utama (key light). 3. Pesan dakwah yang ingin disampaikan dalam film ini adalah keadilan dan kerukunan umat beragama harus tetap dijaga demi kekokohan Indonesia.
B. Saran-Saran Film berjenis fiksi ini menyajikan banyak sekali permasalahan yang terjadi di negeri ini. Mulai dari kekerasan, cinta beda agama, ketimpangan sosial, pengemis paksaan, perdagangan narkoba, sindiran korupsi hingga kasus bom bunuh diri yang saat ini banyak diberitakan di media massa. Dengan begitu banyaknya tema cerita yang ingin disampaikan film ini, hal tersebut menjadi titik kelemahan dalam film ini.
87
Masalahnya adalah meramu sekian banyak unsur dalam rentang masa tayang yang hanya 98 menit. Akibatnya, semua masalah dan karakterisasi tokohtokohnya tidak tersaji secara mendalam, sehingga membuat emosi penonton tidak dapat terhanyut ke dalam isi cerita yang ingin disampaikan. Bahkan karakter tokoh yang seharusnya kompleks, seperti tokoh Jerry, tampak karikatural. Kalau saja sang sutradara dan penulis skenario film ini, Helfi Kardit, lebih mengembangkan film ini pada satu sampai dua masalah dan memperkuat pengarahannya pada tokoh-tokoh dalam film ini, kemungkinan hasilnya lebih fokus dan bernas. Sang Martir mungkin akan menjadi sebuah film yang emosional dan menyentuh, serta tidak membosankan.
DAFTAR PUSTAKA AG, Dr. Muhaimin, MA, Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai Agama, Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, 2004 Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005 Arifin, Prof. Dr. Anwar, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011 Berger, Arthur Asa, Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000 Biran, H. Misbach Yusa, Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Film Indonesia, Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga Republik Indonesia, 2009 Budiman, Kris, Semiotika Visual, Yogyakarta: Buku Baik, 2004 Danesi, Marcel, Pengantar Memahami Semiotik Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010 Danesi, Marcel, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2012 Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, California: Sage Publication, 1994 Echols, John M. & Hassan Shadilly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2000 Hall, Stuart, Representation: Cultural Representations and Signifying Practice, Califonia: Sage Publication, 2003 Hoed, Benny H, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, Jakarta: Komunitas Bambu, 2011 Imanjaya, Ekky, A To Z About Indonesian Film, Bandung: DAR! Mizan, 2006, cet. ke-1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Kountur, Ronny, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: CV Teruna Grafika, 2005 Kriyantoro, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi Edisi I, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, cet. ke-2
88
89
Kusnawan, Aep, dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004 Lull, James, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A. Setiawan Abadi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997 Ma’arif, DR. Bambang S, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010 Muhtadi, Prof. Dr. Asep Saepul, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan dan Aplikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012 Munir, M, S. Ag., MA, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009 cet. ke-3 Mursyid, Hasbullah, dkk, Masalah Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia, Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama R.I, 1979 Pratista, Himawan, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008 Sobur, Alex, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejateraan Sosial dan Ilmu Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, cet. ke-1 Suryapati, Akhlis, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restrospeksi, Jakarta: Panitiahari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman, 2010 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, Surabaya: Gitamedia Press, 2006 Wibowo, Indiawan Seto Wahyu, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011
Sumber Lain http://21cineplex.com/m/review/sang-martir-kisah-tentang-pengorbanan-dankerukunan http://klikstarvision.com/?films=sang-martir
90
http://www.republika.co.id/berita/senggang/film/12/10/25/mcgiht-politikus-kritikfilm-sang-martir http://staf.uny.ac.id/..../
LAMPIRAN I HASIL WAWANCARA Narasumber
: Dakarchi
Jabatan
: PR and Marketing
Tanggal Wawancara : Senin, 21 Juli 2014 Tempat
: Gedung Starvision, Jl. Cempaka Putih Raya no. 116 A-B, Jakarta Pusat
Pukul
: 10.20 WIB
1. Darimana ide atau gagasan untuk membuat film Sang Martir? “Untuk ide terbentuknya film ini bisa baca di press release film Sang Martir di http://klikstarvision.com/?films=sang-martir.” 2. Bagaimana proses pemilihan pemain dalam film Sang Martir? “Begini, jadi kan Sang Martir ini filmnya kan ada dari mulai mereka di panti asuhan. Terus yang pertama adalah mereka yang seperti lagi mencoba, waktu itu kita mencoba tuh memilih yang terkesannya baik tapi kelihatan agak beringas juga. Contohnya Adipati. Dia kan agak sedikit cool gitu kan, pendiem, tapi dia dengan rambutnya yang gondrong menunjukkan dia tuh beringas. Seperti itu sih yang kita pilih. Terus ada juga Nadine, Ghina Salsabila, sepert itu. Jadi mukamuka yang mohon maaf saya bilang panti asuhan tapi mereka yang punya semangat untuk bersama, untuk keluarga gitu.” 3. Pesan dakwah apa yang ingin disampaikan dalam film ini?
91
92
“Pesan-pesan dalam film ini juga bisa dibaca di press release film Sang Martir di http://klikstarvision.com/?films=sang-martir.” 4. Bagaimana konsep yang disuguhkan dalam film ini? “Kalo konsepnya sih sebenernya kan diawali dengan adanya tuh sebenarnya tanda kutip orang yang pengen merusak anak yatim ini, pengen mengambil alih panti asuhan ini gitu kan. Itu sih yang pertama. Ada yang diperkosa. Sehingga ujungujungnya menjadikan ini adalah sebagai konflik agama. Kita membawakan ke arah situ. Jadi maksudnya adalah udahlah disini tuh sebenarnya kita tuh ga berkonflik agama yang satu dengan yang lain. Kita tuh ga ada konfliknya. Yang menjadikan konflik ini adalah seseorang yang memanfaatkan ditengah-tengah ini. Sebenernya kan pertamanya bukan karna konflik agama. Pertamanya adalah ada anak yatim di panti asuhan itu kan yang diperkosa. Akhirnya dia muncul dendam. Seperti itu. Jadi sebenarnya, tapi ujung-ujungnya membawa agama. Yaitu sebenernya pesannya tuh sebenernya toleransi agama itu yang lebih dipentingkan. Sebenernya ga ada kita yang namanya gondok-gondokkan atau seperti itu antara agama satu dengan lain. Toleransi agama di Indonesia tuh sangat kuat. Cuma, adanya beberapa orang berkepentingan akhirnya jadi bentrok agama. “ 5. Bagaimana film ini memaknai toleransi antar umat beragama? “Yang pertama kan ceritanya itu adalah bagaimana seorang Adipati ini ingin membela, dengan kata lain adalah adiknya, dia kan dalam satu panti itu kan keluarga ya. Ada konflik bahwa pada saat dia udah besar dia keluar dari panti
93
asuhan, ada perpecahan kan di antara mereka. Ada yang jadi pemulung, ada yang disuruh kerja paksa. Mereka kan tinggal di sebuah rumah yang dempet-dempet, kecil-kecil. Di situ kan ada yang memberikan nasehat yaitu seorang Pastur. Pastur memberikan nasehat, kemudian Pastur itu menunjukkan kalo kita ga usah takut untuk mengungkapkan kejahatan meskipun itu dalam agama kita sendiri. Terbukti adalah pada saat ending terakhirnya, Pastur itu bahwa yang memperkosa Cinta waktu itu adalah Daniel, yang tidak lain adalah adik Jerry sebagai donator terbesar di gereja daerah rumah dempet tersebut.” 6. Adegan-adegan mana saja dalam film ini yang merepresentasikan toleransi antar umat beragama? “Adegan-adegan di film ini yang merepresentasikan toleransi beragama itu bisa kita lihat persahabatan seorang Adipati dengan pendeta Josep pada saat di penjara. Mereka tuh tetap saling menghargai meskipun beda agama ya. Dalam satu sel yang sama, Adipati tetap shalat, begitu juga pendeta Josep tetap berdoa. Bahkan pendeta Josep menganggap Rangga seperti anaknya sendiri. Lalu adegan Adipati dengan Nadine. Mereka berbeda agama, namun mereka saling mengingatkan. Dalam ending juga ada adegan Adipati yang datang ke gereja dan mengatakan kepada pendeta Bono bahwa ada oknum yang mau meledakkan gereja itu. Adegan-adegan tadi itu memberikan contoh bagaimana toleransi beragama itu. Toleransi beragama dalam film ini tuh banyak ditunjukkan oleh Adipati. Mulai dari menghargai cara beribadah agama lain, berani menegur orang yang berbeda agama dengannya, ya seperti itu sih.”
94
7. Karakter umat islam seperti apa yang ditampilkan dalam film ini? “Islam di sini sih Islam yang standar. Islam yang ga terlalu keras. Ini semuanya itu terungkapnya itu karena dendamnya kepada orang yang memperkosa adiknya. Terus sesudah diperkosa, mereka udah pisah kemana-mana malah dijadiin pemulung. Sebenarnya dendam yang seperti itu. Sebenarnya dendam yang ga mewakili secara keseluruhan Islam. Itu mewakili pribadi antara keluarga. Jadi secara garis besar sih Islam dalam film ini sih standar, ya shalat, berkumpul keluarga. Cuma ga terlalu garis keras banget.” 8. Kedekatan seperti apa yang digambarkan di film ini antara Rangga dan Cinta? “Sebenarnya percintaan itu diselipkan dalam film ini. Biar ga terlalu bosen gitu kan. Tapi dari percintaan ini menguatkan bahwa sebenarnya ga usah dendam seperti itu. Sebenarnya dari percintaan ini kan beda agama, jadi dia itu beda agama tapi dua-duanya ini punya permasalahan sendiri. Yang satu diperkosa, yang satu lagi dendam sama yang perkosa adiknya. Tapi mereka bagaimana memaknai, mengambil jalan tengah bahwa semua itu tidak harus diselesaikan dengan dendam. Akan ada hukum alam sendiri nantinya. Itu sih sebenarnya percintaan seperti itu yang pengen ditunjukkan. Bukan percintaan anak muda. Engga, ini percintaan orang yang udah istilahnya pemikirannya udah matang banget meskipun dia masih muda, keluar dari penjara, engga dengan beringas, tapi percintaan yang udah matang yang ditunjukkin dengan yaudah deh kita
95
jalanin tapi dengan saling mengingatkan bahwa sepeti ini ada kejadian, seperti ini ada kejadian. Gitu!” 9. Lalu apakah film ini memperbolehkan cinta beda agama? “Kita ga menekankan ke situ, biarkan orang yang menilai. Tetapi yang ditunjukkan di sini adalah, yang lebih dikuatkan adalah bagaimana kita saling mengingatkan. Pada saat shalat ya diingatkan untuk shalat, pada saat pergi ke gereja Rangga mengingatkan Cinta waktunya ke gereja. Kayak gitu sih!” 10. Apa kelebihan film ini? Apa pula kekurangannya? “Kelebihannya sih yang petama, otomatis dari artisnya, diperkuat Adipati waktu itu. Lalu, sound effect nya juga kita menang di beberapa festival. Tapi secara keseluruhan bagaimana memaknai hidup ini menurut film ini adalah bagaimana sih toleransi beragama, kalo kita tinggal samping-sampingan bukan berarti ada Pastur yang lewat didiemin aja, ataupun ah dia beda agama nih gausah ditegor atau gimana. Ya kita bermasyarakat aja. Semua agama itu baik. Semua agama itu mengajarkan hal-hal yang baik, ga mungkin jelek. Gitu kan! Cuma bagaimana kita menyikapi, saling menghargai, udah gitu aja.” “Kekurangan dalam film ini sebenarnya adalah bagi kita itu agak terlalu keras. Seperti contohnya, misalnya film The Raid. Itu kan, itu ga pantas gitu loh. Nah kita memang ada kerasnya juga dalam film ini, perkelahiannya. Tapi yang agak susah, pasti banyak pemotongan di adegannya untuk ditayangkan di televisi. Tapi paling engga pemotongan nantinya cerita kekerasan itu ga mengubah inti cerita film ini sendiri.”
96
11. Dengan tema cerita yang banyak dan dengan waktu tayang yang sedikit, bagaimana tim produksi menggarap film ini sehingga ceritanya menjadi menarik? “Durasi aslinya itu kalo ga salah sampe 2 jam lebih. Nah kita memang waktu itu sangat bingung sih antara ceritanya sebenarnya mau dibawa kemana nih. Apakah itu lebih ke arah percintaan atau toleransi antar umat beragama. Akhirnya kita tuh memotong-motong adegan yang sekiranya itu memang tidak menjurus ke arah sana. Kita balik lagi ke konsep awal. Apa sih yang mau ditonjolin dari sini gitu kan? Oh iya toleransi antar umat beragama. Ya akhirnya kita mengurangi durasi. Kalaupun kita pasang durasi yang agak panjang, itu nantinya akan imbasnya adalah di bioskop. Itu pasti, karena jarang banget film Indonesia memiliki durasi yang panjang. Akan membosankan sudah pasti. Akhirnya kita lihat ke konsep awal bahwa kita mau ke toleransi beragama. Itu sih yang jadi…. Ya begitulah ngeliat ke arah situ. Jadi banyak banget adegan yang dipotong.”
LAMPIRAN II COVER DVD FILM SANG MARTIR
97
LAMPIRAN III
Logo StarVision
Bagian depan kantor StarVision
Foto penulis dengan narasumber di kantor StarVision
98
lsun-e
Mu.ti,
i PT Kharisma Starvision Plus
http
:
//klikstarvi sion. com/?
fi
lms:s ang-martir
ARCH IVED SANG MARTIR SYNOPSIS
ffiffifffiws
GALLERY
PRESS RELEASE Catatan Produser
- Chand Parwez
Servia
Starvision selalu ingin berbagi ceritera yang beda, walaupun ceritera itu sering terjadi dalam keseharian kita. Ketika Helfi Kardit bicara tentang ide-nya untuk membuat ilustrasi'situasi dan wajah'Jakafta, maupun Indonesia secara terbuka, maka saya mencoba mengajaknya untuk diskusi pendalaman sikap serta karaKer'anak muda'Indonesia masa kini. Bagaimana remaja melihat karut marut politik, sosial, premanisme dan kerukunan beragama, bagaimana tindakannya dalam menghadapi desintegrasi yang semakin hari semakin biasa, padahal esensial.
panti yang terimbas aksi Akhirnya melalui Sang Martir, perlawanan karakter Rangga (Adipati Dolken) dan Arman (Fauzan Smith) sebagai anak premanisme, akibat peristiwa perkosaan Lili (Widy Vierra), ceritera bergulir. Memotret sisi lain kehidupan remaja usia kuliahan secara berbeda, bukan semata berisi hari penuh hura-hura yang konsumtif, tetapi hari-hari mengisi kehidupan secara lebih berarti bagi orang banyak. Rangga pemuda yang harus dipenjara, karena membunuh Jerink (Edo Borne) dalam perkelahian bela dirinya, menghadapi persoalan'luar biasa'bagi perlindungan biasa, karena yang terbunuh adalah adik Rambo (Tio Pakusadewo), ketua genk yang brutal. Rangga selamat dipenjara karena seorang napi lain, pendeta Josep. Rangga kembali terancam jiwanya saat menghirup kebebasannya, di luar penjara anak buah Rambo bersiap menghabisi Rangga, tapi Jerry (Ray Sahetapy), ketua genk musuh Rambo mengirim anak buahnya untuk menyelamatkan Rangga, dan mempekerjakan Rangga sebagai kurir produk mainan yang sebetulnya kamuflase bisnis narkobanya. pemilik panti yang mati diracuni Di markas Jerry inilah Rangga mengetahui tentang kondisi panti, kematian Pak Haji Rachman (Jamal Mirdad) yang dan dijadikan pengemis, juga awal pantinya dari sekolah diberhentikan panti mall, adik-adik dijadikan untuk lahan Rambo dalam menguasai
petemuannya dengan Cinta (Nadine Alexandra) seorang gadis yang selalu berdo'a di luar gereja. Kisah cinta Rangga dengan Cinta tumbuh dalam persoalan yang pelik, tetapi saling menghormati. Persolan menjadi tambah runcing, ketika Rangga harus melakukan tugas dari Rambo
2of7
1810712014 11:51
h@ //klikstarvision. com/?fi lms:sang-maftir
Sang Martir i PT Kharisma Starvision Plus
:
sebagai pengganti keselamatan adik-adiknya di panti, menjadi seorang Martir. Menghancurkan Jerry musuh bebuyutan Rambo, bersama gereja binaannya, dan melaksanakan pesan dari oknum sebagai pengalihan isu. Sang Martir memang berbobot tetapi tidak berat, karena elemen-elemen ceriteranya bernas dan digarap serius oleh segenap tim eksekusinya. Melalui sentuhan editing yang cerdas dari Cesa David Luckmansyah serasa manis menuturkan kepedihan yang jadi bagian kehidupan banyak saudara kita, tetapi luput dari pengamatan kita. Musik yang melengkapi seluruh ruang emosi karakter yang terjepit kekuasaan, dalam ketidak berdayaannya tetap berjuang untuk melawan, disajikan menyentuh oleh Tya SubiaKo Satrio. Melihat materi Sang Matir, Khikmawan Santosa sebagai sound designer langsung menumpahkan kreatifitasnya dengan aplikasi Dolby Digital 7:1 untuk di bioskop-bioskop tertentu, aplikasi pertama untuk film nasional. Beruntung saya bersahabat dan bekerja dengan berbagai kreatifyang selalu ingin melakukan yang terbaik bagi perfilman nasional, juga pemainpemain yang loyalitasnya sangat tinggi saat mereka berkarya' Semoga. melalui Sang Martir kita yakin bahwa tidak ada yang tidak bisa kita perbaiki, agar negeri kita tercinta'lebih baik" Sang Martir adalah ekspresi keimanan yanE tebal, saat kita menghadapi kebathilan dengan tindakan" Awalnya saya menyiapkanjudul Syuhada untukfilm ini, tetapi fllm ini untuk siapa saja, film keluarga yang universal karena itulah judul Sang Martir dipilih. Saksikan mulai 25 Oktober 2012 di bioskop-bioskop kesayangan Anda.
Catatan Penulis Skenario dan Sutradara
-
Helfi Kardit
Ide film ini terbentuk awalnya karena bagian kegelisahan saya melihat situasi-situasi yang sangat tidak kondusif setelah era reformasi, begitu banyak persoalan bangsa ini yang semakin kehilangan kontrol baik dari pemerintah, maupun masyarakat sendiri. Seolah hilangnya rasa bermasyarakat yang saling membuat nyaman, semua hanya melihat pada perspective satu kepentingan saja hingga terjadi banyak konflik-konflik sosial, agama dan politik yang merugikan masyarakat dari berbagai golongan. Script film ini mulai saya tulis tahun 2008 dengan me review Indonesia 1 dekade setelah reformasi yang pada awal diberi judul Musuh Negara. Agak berat memang cerita yang diangkat, tapi saya tetap mengemas dan menyampaikannya secara entertaining, karena saya hanya menyampaikan riset saya, bukan mau menggurui penonton di bioskop. Entertaining dalam artian filmnya punya bobot dalam segi cerita, tapi pengemasan mempunyai hiburan tinggi seperti adegan kejar-kejaran aktor utama Rangga yang diperankan Adipati saat dikejar oleh genk penguasa salah satu wilayah bernama Rambo, dan adegan action yang cukup seru. Sang Martir adalah film yang sangat universal, mengangkat masalah-masalah yang sangat dekat dengan keseharian masyarakat kita saat ini, dari konflik agama yang bagi saya sebagai seorang muslim, melihat butuhnya pembaharuan dengan tidak lagi menyelesaikan suatu masalah melalui tindakan kekerasan atau radikalisme. Butuh kecerdasan berfikir dalam menyelesaikan setiap masalah. Dijanjikan setiap 100 tahun dalam Islam selalu akan lahir seorang yang menjadi pembaharu, seratus tahun lalu lahir pemikir-pemikir Islam yang menjadi pembaharu sepefti KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Ashari yang sampai saat ini pemikiran-pemikiran mereka menjadi pedoman beragama. Saat ini, seolah Islam di tanah air kehilangan kontrol dan butuh pegangan dari seorang pemimpin agama yang bijak dalam menyelesaikan setiap persoalan. Bom bunuh diri sebagai contoh, terjadi karena masyarakat kehilangan figur yang menjadi panutan dalam menyelesaikan masalah, Harapan saya ke depan setiap konflik dalam negeri diselesaikan dengan musyawarah mufakat, dan saling menghargai setiap perbedaan baik sesama Islam yang berbeda aliran dan pandanganr maupun dengan umat beragama lain. Islam adalah agama yang damai dan butuh kecerdasan berfikir bagi setiap pemeluknya, tidak hanya dengan satu kata'Jihad' lalu terprovokasi untuk saling menghancurkan, dan pelenyapan kehidupan orang lain. Jihad mempunyai makna yang dalam bagi Islam, dalam artian pengorbanan, mengorbankan diri untuk menghancurkan segala bentuk kebathilan dan kejahatan. Menghancurkan yang semestinya harus dihancurkan walaupun kejahatan dan kebathilan itu ada dalam masyarakat Islam sendiri. pada intinya, cerita ini saya buat semata karena keinginan menyampaikan toleransi antar umat beragama, untuk saling menghargai perbedaan. Berharap tidak ada lagi bom bunuh diri, bom rumah ibadah atau pun kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama untuk melakukan
tindakan kekerasan. Di samping itu saya berharap pemerintah mengembalikan supremasi hukum sebagai kontrol setiap ormas agama. Saya sangat setuju adanya ormas dalam setiap agama, tapi tentu sebagai organisasi yang menjaga harmonisasi dalam setiap nilai-nilai kehidupan. Film Sang
Martirjuga memotret tentang maraknya premanisme, seolah genk preman begitu bebas melakukan setiap tindakannya, bahkan para
genk preman ini menguasai wilayah dan di backing oknum. Seringnya terjadi perang antar genk, sangat menakutkan dan mengancam keselamatan, bahkan para genk preman secara terang-terangan membuat kerusuhan, hingga di depan lembaga peradilan. Butuh sebuah sistem dan tindakan tegas dari para petinggi, yang seakan saat menduduki jabatan lebih memikirkan partai politikyang berjasa membesarkan karir politiknya, atau terlalu sibuk membuat manuver menyerang lawan politik, atau menyembunyikan kasus korupsinya, sehingga tidak ada lagi
waktu mengurusi kepentingan dan kenyamanan warga Negara dan Rakyat, membosankan memang melihat berita-berita di TV yang penuh
I of 7
1810712014 11:51
ISang
Martir
PT l(harisma Starvision Plus
h@ //klikstarvi sion.com/?fi lms:sang-martir :
kekacauan politik, terorisme atau genk preman yang meresahkan... Puji syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih pada Pak Parwez selaku produser yang selalu menerima ide-ide liar saya, tidak banyak produser seperti beliau, kami mempunyai connecting emotional dalam pembuatan sebuah karya film, selalu mempunyai visi dan misi bagi perkembangan industri film nasional, baik secara tema dan tehnis yang akan kita sajikan bagi pecinta film Indonesia. Saya juga bersyukur film Sang Martir didukung oleh aktor-aktor senior seperti Pak Adi Kurdi, Om Ray Sahetapy, Tio Pakusadewo, Mba Henidar Amroe bahkan kembalinya Mas Jamal Mirdad ber acting di sebuah karya film setelah sekian lama vakum, mereka sangat memberikan kontribusi dengan karakter yang sangat kuat pada film ini" Di samping itu saya juga berterima kasih pada aktor-aktor muda yang sangat bersemangat dalam bekerja menyelesaikan project film ini, totalitas dan kesungguhan para aktor-aktor muda ini sangat saya apresiasi, Adipati, aktor muda berbakat yang patut saya beri 4 jempol dalam setiap permainannya, bahkan untuk adegan-adegan action Adipati menolak untuk menggunakan stunt man atau pemeran pengganti, Nadine Alexandra yang sangat memberikan impresi pada film ini, selalu pro aktif melakukan setiap diskusi, Bimo sang bad guy yang tampil menawan sebagai antagonis dan Edo Borne yang tampil sangat meyakinkan sebagai sosok preman yang meresahkan, juga Widy Vierra berperan sebagai Lili berhasil menjadi trigger sebagai korban dari kekerasan sosial atau penyakit masyarakat yang butuh penanganan ketat secara generasi bersama. intinya film ini saya buat bukan untuk memprovokasi, tapi berbagi cerita lewat sebuah karya film yang seru dan inspiring buat muda, untuk selalu cerdas melihat setiap masalah yang ada di sekitar sehingga tidak mudah terbawa emosi bahkan terprovokasi, agar kemudian selalu menjaga kenyamanan dan toleransi antar umat beragama, dan bersatu padu melawan untuk menghancurkan setiap kejahatan dan kebathilan, tetap berpegangan tangan dalam satu kalimat'CINTA, cinta sesama dan cinta pada bangsa yang dianugerahi berbagai macam keindahan ini. Insya Allah.
Sinopsis
Rangga (Adipati Dolken), mahasiswa usia 20 tahun tinggal sejak kecil di panti asuhan bersama adiknya Sarah (Ghina Salsabila). Panti asuhan yang Islami ini milik Haji Rachman (Jamal Mirdad) dan istrinya Hajjah Rosna (HenidarAmroe) yang tidak punya keturunan, dan menjadi orang
tua bagi anak-anak Panti. Suatu hari terjadi peristiwa mengenaskan pada anak panti bernama Lili (WidyVierra). Gadis usia 17 tahun itu diperkosa oleh Jerink (Edo Borne) seorang preman wilayah Panti yang dikuasai oleh Rambo (Tio Pakusadewo), kakak Jerink. Rangga yang sejak awal membenci premanisme meminta pertanggung jawaban Jerink. Rangga dan Jerink terlibat duel, hingga Jerink mati terbunuh oleh pisaunya sendiri. Rangga dipenjara selama 3 tahun. Rambo mengirim orang untuk menghabisi Rangga di penjara, tapi tidak berhasil untuk membalaskan dendam atas kematian adiknya. Rangga satu sel dengan Pendeta Josep yang melindungi Rangga, Pendeta Josep dijebloskan ke penjara karena kasus Ambon, dan pendeta yang bijak ini sangat sadar peristiwa Ambon adalah bagian dari konspirasi pengalihan isu. Walau berbeda keyakinan, Rangga dan Pendeta Josep saling menghargai, bahkan Rangga menganggap Pendeta Josep seperti ayahnya'
Situasi panti setelah Rangga di penjara berubah tragis, Haji Rachman mati oleh Rambo untuk menguasai kepemilikan areal panti' Anak-anak panti diberhentikan sekolahnya, dan dijadikan pengemisjalanan. Sahabat Rangga di panti, Arman malah kakinya dipenggal Rambo, karena melawan setelah mengetahui Rambo merebut paksa tanah panti asuhan dari Haji Rachman dengan meracuninya. Saat Rangga menghirup kebebasan, orang-orang suruhan Rambo siap menghabisinya. Kejar-kejaran antara mereka dengan Rangga menyudutkannya di gang buntu, tiba-tiba sebuah mobil ditumpangi Genk preman lain menyelamatkan Rangga, dan menghabisi orang-orangnya Rambo. Genk itu anak buahnya Jerry (Ray Sahetapy), kepala genk preman musuh bebuyutan Rambo. Bagi Jerry siapapun yang telah membunuh anak buah Rambo berarti saudaranya, sebagaimana ucapannya ke Rangga. Padahal Jerry punya kepentingan pada Rangga setelah membaca potensi keberanian Rangga, yang nantinya dipekerjakan sebagai kurir bisnis narkobanya. Jerry sangat kharismatik, penguasa wilayah mayoritas Kristen sekaligus donator terbesar gereja di wilayahnya. Rangga menempati rumah kontrakan milik Jerry berdekatan dengan gereja' Hampir setiap hari seorang gadis remaja, Cinta (Nadine Alexandra) berdiri di luar gereja. Rangga penasaran melihat gadis itu berdoa di luar. Cinta kecewa atas kondisi sosial tempatnya tinggal. Cinta protes untuk tidak masuk gereja hingga semua masyarakat di lingkungannya termasuk pastur gereja berani bicara kebenaran dan keadilan. Cinta tidak membenci agama maupun rumah ibadahnya. Cinta adalah korban perkosaan Daniel (Ganindra Bimo), adiknya Jerry. Pastur Bono (Adi Kurdi) mengetahui kejadian itu, tapi Pastur tidak berani bicara jujur karena Daniel adiknya Jerry. Rangga dan Cinta saling mengenal dan menjadi dekat, kedua remaja yang berbeda keyakinan ini saling mengagumi dan jatuh cinta. Perbedaan keyakinan bukan untuk saling menghukum, walau tidak berpendidikan tinggi, mereka mempunyai wawasan baik. Cinta bekerja di pabrik mainan yang dikelola Jerry pabrik kamuflase bisnis Jerry Rangga juga bekerja sebagai kurir mainan yang sebenarnya kemasan narkoba. Konflik genk Rambo dan Jerry semakin memanas karena perebutan wilayah, bahkan situasi jadi lebih parah saat Rambo mendapatkan order seorang oknum untuk mengalihkan perhatian publik atas kasus korupsinya, dengan perang antar genk dan isu bom gereja' Rambo membidik gereja di wllayah Jerry. Sebagai penguasa wilayah panti, Rambo memaKa Rangga untuk jadi martir, sebagai ganti keselamatan semua anak-anak panti asuhan.
I of7
l8l0'712014 11:51
lSung tutu.ti. I PT Kharisma Starvision Plus
Rangga dan Cinta, sepasang remaja jadi
http
:
//klikstarvision. com/?fi lms:sang-martir
saki yang mewakili kondisi karut marut sosial bangsa ini. Bagi mereka perbedaan adalah takdiryang
harus saling dihargai. Dilematis yang menyakitkan bagi Rangga, antara menyelamatkan anak-anak panti asuhan atau mengikuti perintah Rambo
untuk mem-bom gereja.
Pemain & Tim Produksi
Adipati Dolken Rangga Nadine Alexandra Cinta
Widy Vierra Lili Henidar Amroe Hj Rosna
Tlo Pakusadewo Rambo Ray Sahetapy Jerry
Adi Kurdi Pendeta Bono Jamal Mirdad H Rachman Fauzan Smith Arman
Astri Nurdin Istri Jerry
Titi Qadarsih Mama jerry Ghina Salsabila Sarah Ganindra Bimo Daniel
Edo Borne Jerink
Yogia Pramatana Roy Bunga Elisabeth Rihana - Anak Jerry
Produksi
PI
Kharisma Starvision Plus
Sutradara & Penulis Skenario Helfi lGrdit
Produser Chand Parwez Servia
Fiaz Servra
Produser Eksekutif Riza
Reza Servia
Mithu Nisar Produser Lini Mangar De Riva
5 of 7
1810712014ll:51
Sang Martir I PT Kharisma Starvision Plus
http
:
//klikstarvision.com/?fi lms:sang-martir
Penata Fotografi Enggar Budiono Penata Artistik Jimmy Bens Silaen
Penata Busana Lucia Eka Canting
Penata Rias Notje Tatipata Penata Suara Khikmawan Santosa Penyunting Gambar Cesa David Luckmansyah Penata Musik Tya Subiakto Satrio Penata Videografis Capluk
Sebastianus Olaf Fotografer Rezha PN Fotografer Poster Tommy A Siahaan Perancang Poster Macious
Referensi Film Sang lvladir Semua agama mengajarkan kedamaian. Tindak kekerasan harus dihilangkan. Selalu menjunjung tinggi sikap kebersamaan, kekompakan dan persatuan. Kejahatan dan kekerasan menjadi musuh bersama yang paling utama. Maka, sikap optimisme untuk membangun bangsa Indonesia ke depan harus menjadi prioritas utama. Semua itu kita satukan dalam bingkai kebersamaan Bhinneka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda namun tetap satu). Bila merenungkan keadaan bangsa saat ini, seakan-akan Indonesia semakin lama semakin terpuruk dengan mencuat berbagai issue. Birokrasi
sudah mulai ambruk, karena dinodai oleh para koruptor yang bertopeng manusia. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) hampir seluruh pelosok
tanah air; mulai dari penggusuran pedagang asongan/ pedagang kaki lima, kasus Mesuji, Bima hingga permasalahan agraria. Di samping issue tersebut, tambah lagi permasalahan bangsa terhadap pembubaran ormas anarkis. Ratusan orang berdemo menuntut
kedamaian dan mengecam kekerasan. Karena ada ormas yang bertindak keras dalam setiap demonstrasi dan sweeping yang dilakukannya. Sehingga permasalahan ini menambah pekerjaan rumah bagi pejabat Negara untuk menyelesaikan persoalan antar anak bangsa sendiri. Ormas yang mengusung menegakkan syariat Islam, dianggap anarkis oleh sebagian orang namun dianggap baik bagi sebagian yang lain. Sehingga muncul kalangan pro dan kontra terhadap ormas tersebut. Sehingga menteri dalam negeri Gamawan Fauzi pun ikut berkomentar untuk menata kembali tentang undang-undang keormasan. Dibalik permasalahan itu semua, sebenarnya Islam tidak pernah mendukung tindak kekerasan, bahkan Islam mengecam tindakan biadab tersebut. Islam agama yang cinta damai, menjunjung tinggi hak setiap warga masyarakat, mengedepankan sikap toleransi dengan agama lain, Maka, siapapun dia, dari manapun ia jika "katanya" beragama Islam namun beftindak kekerasan dan kekisruhan tentunya mereka bukan mewakili Islam, Bila kita melihat perjuangan Nabi SAW dan sahabat di Madinah selalu mengedepankan budaya kedamaian. Orang Islam menghargai kerukunan beragama, hingga melahirkan piagam Madinah. Inilah salah satu bukti bahwa Nabi SAW dan sahabat selalu bersikap toleransi dan menjauhkan
sikap anarkis lagi biadab. Maka Islam tidak pernah mencontohkan tindak kekerasan. Sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya: "lldak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS al-Baqarah
l2l: 256).
Konsep Islam yang telah diturunkan Allah SWT kepada Nabi SAW sungguh sangat sempurna. Islam agama yang universal, lengkap dengan
segala atribut untuk menghadapi dunia modernisasi. Namun demikian, bila ada orang Islam atau kelompok yang mengaku dirinya Islam bertindak kekerasan dan tidak menjunjung tinggi kerukunan, berarti dia sama sekali tidak mewakili Islam. Yang salah bukanlah ajaran Islam, tapi yang salah adalah oknum orang Islam, sebagian mereka tidaktahu bahkan tidakmau tahu dan tidak mengamalkan ajaran yang telah digariskan Islam. Dakwah Islam bukan dengan memukul tapi dengan merangkul. Menyebarkan Islam bukan dengan menyinggung namun dengan menyentuh. Mensosialisasikan ajaran Islam bukan dengan saling mengejek namun dengan mengajak. Sungguh indah Islam bila kita pelajari, hanya
6 of
l
1810712014 11:51
Sane
\larrir
PT Kiarisma Stan ision Plus
h@ i/klikstarvision.com/?fi lms:sang-martir :
orang-orang salah tafsir ayat Al-Qur'an yang melakukan tindakan kriminal. Padahal kriminalisme adalah musuh Islam. Maka Islam memiliki budaya salam, dengan arti selalu mengedepankan kedamaian. Ditegaskan dalam firmanNya: "Dan janganlah kamu memaki sembahansembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudran kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS al-An'am
[6): 108).
Untuk membendung kerusakan Islam yang disebabkan oleh segelintirorang, maka umat Islam harus bersatu untuk melawan kekerasan, kriminalitas, dan tindakan anarkis. Umat Islam harus bersikap "Kedamaian Yes But Kekerasan No". Sikap menolak kekerasan untuk menghilangkan citra Islam yang diidentikkan dengan kekerasan. Umat Islam harus mampu membendung siapapun dari umat Islam yang selalu bertindak anarkis. Oleh karenanya, mengajak umat islam untuk selalu mengamalkan ajaran Islam dengan mengamalkan dan mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kedamaian harus menjadi tongkat perjuangan dan eksistensi umat Islam di masa depan. Tindak kekerasan, anarkis
dan krimilitas harus menjadi musuh bersama. Ditegaskan olehNya: "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfal [B]: 61). Tambah lagi penegasanNya: "Dan kalau Allah menghendaki" niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakFNya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang
telah kamu kerjakan." (QS al-Nahl [16]: 93). Berlanjut dengan ayat yang lain: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemahlembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasa; tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bedawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali 'lmran [3]: 159), Maka, mari bersikap arif dan damai terhadap siapapun yang tidak mengganggu kita. Satukan langkah untuk menuju bangsa yang makmur, sejahtera dan damai dalam bingkai NKRI. OTHER MOVIES
i.ii ,.:::: fL\ 16, '**t'1t* *!:::Y.
lg",#S.-#fut,
#fiffi&ffiffi w:ils:mw3l f:
ffiqrm L&/d?K€R#t
:::::4eRg&la.r\et&
H&€eR{\. jt;
t: ;: j;i;i{+:;8.1il
1
of
'7
t' !
181011201411:51