REPRESENTASI KASUS REZEKI HUTAN POLITIKUS PAN DALAM SAMPUL MAJALAH BERITA MINGGUAN TEMPO EDISI 27 JUNI - 3 JULI 2011

eJournal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)

REPRESENTASI KASUS „REZEKI‟ HUTAN POLITIKUS PAN DALAM SAMPUL MAJALAH BERITA MINGGUAN TEMPO EDISI 27 JUNI - 3 JULI 2011 Rangga Wijaya1, Siti Karlinah2, Dandi Supriadi3 Jurusan Ilmu Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author : [email protected] ABSTRACT

Rangga Wijaya, 2101-1109-0073. The Representation of Case “PAN Politician Forest Sustanance” in Tempo Magazine Cover Edition 27th June to 3rd July 2011. The main promotor is Dra. Hj. Siti Karlinah, M.Si., and associate promotor is Dandi Supriadi, S.Sos., MA.(SUT). Faculty of Communication, Padjadjaran University. The goal of this research is to find out denotation and connotation meaning, myth, also ideology which structured on the cover of Tempo weekly news magazine: “PAN Politician Forest Sustanance” using qualitative research method of semiotic analysis Roland Barthes model. The object of the research is to focus in caricature “PAN Politician Forest Sustanance” in Tempo weekly news magazine cover edition 27th June to 3rd July 2011. The result of this reseach indicated that the caricature specifically represents corrupt politicians of PAN who abuse their position (power) to ask for "donations" to the applicant of the permit to lease and use forestry areas through the meaning of denotation and connotation. Connotations of meaning contained in these caricatures is the politicians who abuse their position (power) in order to earn money for personal gain and party.

1

Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping 2

Rangga Wijaya - Representasi Kasus Rezeki Hutan Politikus PAN dalam... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id

Page 1 of 13


This study concluded that emerging from the caricature “PAN Politician Forest Sustanance” is a state official who is also a certain party cadres, and holding high office as well as having great authority, allowing for abusing his position of authority for personal gain and interest group or party. This is a reflection of the attitude of politicians who use their power in order / to acquire wealth in a way that is not justified (corruption). Advice from researchers is MBM Tempo should do a deep search or further investigation of the case "PAN Politician Forest Sustanance" as a form of check and recheck to prove its truth. It is associated with a function in the mass media to provide accurate information.


Page 2 of 13


1. PENDAHULUAN Bermula dari maraknya pemberitaan kasus pencaloan anggaran di DPR yang melibatkan oknum berbagai partai dan para pejabat daerah, Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo juga menelisik mengenai pencaloan izin pinjam pakai hutan di Kementrian Kehutanan pada salah satu edisinya. Penulis beranggapan bahwa laporan utama MBM Tempo ini masih memiliki tema yang sama dengan laporan utama MBM Tempo tentang Calo-calo Senayan (11 Mei – 16 Mei 2011), yaitu mengenai praktek pencaloan di lembaga negara. Nampaknya dalam hal ini Tempo ingin menyampaikan bahwa praktik pencaloan bukan hanya terdapat di DPR saja. Tapi juga ada di lembaga lainnya yang tidak begitu terekspos di mata masyarakat. Oleh karenanya MBM Tempo dalam edisi 27 Juni – 3 Juli 2011 tentang „Rezeki‟ Hutan Politikus PAN ini berusaha mengembangkan kasus korupsi atau politik uang edisi sebelumnya. Menilik sampul MBM Tempo edisi 27 Juni - 3 Juli 2011 diilustrasikan seorang laki-laki mengenakan setelan jas tengah menguliti batang sebuah pohon besar yang berada di antara beberapa pohon lainnya. Laki-laki tersebut menguliti batang pohon menggunakan alat pembuka kaleng makanan. Dalam batang pohon terdapat lembaran uang dolar Amerika Serikat. Sementara dari kulit bagian dalam pohon yang telah dikelupas, terdapat lambang Partai Amanat Nasional. Karikatur tersebut merepresentasikan kasus „Rezeki‟ Hutan Politikus PAN yang diangkat menjadi laporan utama MBM Tempo.


Page 3 of 13


Menurut penulis, karikatur dalam sampul majalah tersebut cukup menarik perhatian walau hanya selintas saja melihatnya. Karikatur tersebut sarat akan makna dan simbol-simbol yang terkandung di dalamnya. Penulis mengasumsikan karikatur „Rezeki‟ Hutan Politikus PAN mengandung arti bahwa adanya tindakan yang tidak sehat atau permainan uang dalam mengurus izin pinjam pakai hutan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan. Dilihat dari gambarnya, terdapat simbol atau lambang sebuah partai dalam gambar itu, yakni PAN yang disinyalir turut terlibat dan diduga politisi dari partai tersebutlah yang menjadi dalang atau aktor di balik kasus ini. Dari karikatur pada sampul MBM Tempo tentang „Rezeki‟ Hutan Politikus PAN, penulis akan meneliti bagaimana MBM Tempo merepresentasikan kasus „Rezeki‟ Hutan Politikus PAN. Penulis menggunakan istilah representasi karena ingin mengetahui apakah karikatur yang dibuat sudah sesuai dengan realitas yang ada. Sebab, berangkat dari kesadaran bahwa apa yang terjadi di media massa seringkali tidak selalu persis dengan apa yang ada pada realitas sebenarnya. Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar yang lucu dan menarik (Sobur, 2006: 140).


Page 4 of 13


Penulis memilih sampul majalah (karikatur) sebagai objek penelitian karena sampul majalah memiliki daya tarik tersendiri dari segi pengemasan. Menyetujui apa yang dikemukakan oleh Ardianto, Komala, dan Karlinah (2007: 122) disamping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik sendiri. Cover adalah ibarat pakaian sekaligus aksesorisnya pada manusia. Kebanyakan cover majalah menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Menarik tidaknya cover suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi atau keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya. Berikut adalah karikatur yang menjadi objek penelitian penulis:

Gambar 1.1: Sampul Majalah Tempo “‟Rezeki‟ Hutan Politikus PAN” Sumber : Majalah Berita Mingguan Tempo Edisi 27 Juni – 3 Juli 2011


Page 5 of 13


2. PENJELASAN Hal yang diteliti dalam karikatur sampul Majalah Tempo “‟Rezeki‟ Hutan Politikus PAN” Edisi 27 Juni – 3 Juli 2011 adalah koherensi makna antar bagian dalam gambar dan koherensi gambar dengan konteksnya. Karena alasan tersebut penulis menggunakan semiotika Roland Barthes dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Menurut Barthes, untuk mengetahui makna yang terkandung dalam karikatur, diperlukan pemahaman terhadap makna denotasi, konotasi, mitos dan ideologi yang terkandung dalam karikatur tersebut. Penulis menempatkan diri sebagai kritikus, agar bisa secara leluasa melakukan penilaian dan memberi penafsiran terhadap karikatur tersebut dengan melihat tanda-tanda visual dalam sebuah karikatur pada sebuah sampul majalah. Di sini penulis ingin mengungkap apa makna sebenarnya dari karikatur sampul MBM Tempo edisi 27 Juni-3 Juli 2011, serta bagaimana ideologi yang melatarbelakangi karikatur tersebut. Menurut Raymond William yang dikutip oleh Fiske (2010: 228) ada tiga penggunaan utama ideologi: 1. Suatu sistem keyakinan yang menandai kelompok atau kelas tertentu. 2. Suatu sistem keyakinan ilisioner-gagasan palsu atau kesadaran yang bisa dikontraskan dengan pengetahuan sejati atau pengetahun ilmiah. 3. Proses umum produksi gagasan. Menurut penulis sampul MBM Tempo edisi 27 Juni-3 Juli memiliki keistimewaan, karena tidak ada media lain terutama majalah berita mingguan yang secara khusus mengungkapkan kasus yang dilustrasikan. Namun timbul Rangga Wijaya - Representasi Kasus Rezeki Hutan Politikus PAN dalam... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id

Page 6 of 13


sebuah

pertanyaannya,

apakah

media

memang

telah

benar-benar

merepresentasikan perihal itu dengan benar? Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Representasi Kasus “„Rezeki‟ Hutan Politikus PAN” Dalam Sampul Majalah Berita Mingguan Tempo Edisi 27 Juni-3 Juli 2011.”

3. METODOLOGI Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian (Mulyana, 2005: 145). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika sosial. Analisis semiotika sosial bisa digambarkan sebuah pisau yang bisa kita gunakan untuk menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang yang berwujud kata maupun lambang yang berwujud kata dalam kalimat. Paradigma metodologis penelitian yang menjadi tumpuan semiotik adalah paradigma kualitaitf. Oleh karenanya, penelitian mengenai representasi kasus “Rezeki” Hutan Politikus PAN pada sampul Majalah Tempo edisi 27 Juni – 3 Juli 2011 menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dibedakan dengan metode penelitian kuantitatif, dalam arti metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualittatif bertujuan mempertahankan bentuk dan


Page 7 of 13


isi

perilaku

manusia

dan

menganalisis

kualitas-kualitasnya,

ahli-ahli

mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana, 2001: 150). Untuk mempertajam penelitian, penulis menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Semiotika Roland Berthes digunakan penulis dalam penelitian ini yang terdiri dari kajian konotasi, denotasi, mitos dan ideologi. Hal ini dikarenakan dalam proses komunikasi terjadi pertukaran pesan dimana tanda merupakan bagian dari pesan tersebut. Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif. Barthes menambahkan, memaknai berarti objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi. Tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. untuk memaknai objek, Sobur (2002:127) dalam bukunya Analisis Teks Media menyatakan bahwa Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tandatanda. lebih lanjut Sobur menambahkan fokus perhatian Barthes lebih tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap. Dua tatanan dari pertanda Barthes dapat digambarkan sebagai berikut:


Page 8 of 13


Gambar 3.1 Dua tatanan Pertanda Barthes Sumber: John Fiske, Cultural and Communication Study, 2010:122

Aliran semiotik konotasi yang dipelopori oleh Roland Barthes dimana pada waktu menelaah sistem tanda tidak berpegang pada makna primer, tetapi mereka berusaha mendapatkannya melalui makna konotasi. Barthes menyatakan bahwa ada dua sistem pemaknaan tanda: denotasi dan konotasi. Semiotika Barthes dinamakan semiotik konotasi ialah untuk membedakan semiotik linguistic yang dirintis oleh mentornya, Saussure. Barthes menggunakan istilah orders of signification. First order of signification adalah denotasi, sedangkan konotasi adalah second order of signification. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda (penanda). Pemakaian baru inilah yang kemudian menjadi konotasi.


Page 9 of 13


Barthes membedakan dua macam itu karena ia akan mencari batasan antara pesan denotatif dan konotatif. Untuk menciptakan sebuah semiotika konotasi gambar, kedua pesan ini harus dibedakan terlebih dahulu karena sistem konotasi sebagai semiotik tingkat dua dibangun di atas sistem denotatif. Dalam gambar atau foto, pesan denotasi adalah pesan yang disampaikan secara keseluruhan dan pesan konotasi adalah pesan yang dihasilkan oleh unsur-unsur gambar dalam foto.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pisau analisis penelitian yang bertumpu pada semiotika Roland Barthes, maka hasil penelitian ini akan mencakup makna denotasi, konotasi, mitos, dan ideologi dari karikatur “„Rezeki‟ Hutan Politikus PAN”. Sementara, sifat dari karikatur ini bisa digolongkan sebagai karikatur politik. Menurut Sibarani (2001: 20) karikatur politik menggambarkan situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan tokoh politik di atas panggung dan mementaskan dengan lucu. Karikatur “„Rezeki‟ Hutan Politikus PAN” meski tidak menampilkan tokoh politik, tetapi kasus yang diangkat merupakan ranah politik dan dikemas dengan unik. Selain itu pula, karena kasus ini masuk ke ranah rubrik nasional yang mana rubrik tersebut membahas tentang politik, maka otomatis karikatur “„Rezeki‟ Hutan Politikus PAN” ialah karikatur politik.


Page 10 of 13


Denotasi Makna denotasi yang muncul pada karikatur “‟Rezeki Hutan Politikus PAN” pada sampul MBM Tempo edisi 27 Juni - 3 Juli 2011 adalah unusur-unsur visual yang terdapat pada karikatur tersebut yang berkaitan dengan makelar kasus pengurusan izin pinjam pakai kawasan hutan yang diduga dilakukan oleh beberapa oknum politisi PAN. Sebuah pohon besar ketika dikuliti, di dalamnya terdapat uang dolar Amerika Serikat. Sedangkan pada bagian kulit pohon yang telah dikelupas terdapat lambang Partai Amanat Nasional. Sosok pria yang menguliti pohon mengenakan setelan jas lengkap. Ia menggunakan alat semacam pembuka kaleng makanan untuk menguliti kulit pohon besar tersebut. Latar belakang dari karikatur berupa barisan phon yang makin ke dalam makin rapat, sehingga memberi kesan hutan. Pada banner bertuliskan “„Rezeki‟ Hutan Politikus PAN” dengan tulisan berwarna putih. Begitupun pada bodytext yang berwarna putih dan bertuliskan, “Dua politikus Partai Amanat Nasional ditengarai menjadi makelar pengurusan izin pengelolaan hutan. Ada “setoran” untuk Menteri dan partai.”

Konotasi Makna konotasi yang muncul dari karikatur “‟Rezeki Hutan Politikus PAN” adalah disinyalir adanya oknum politikus dari kader Partai Amanat Nasional yang menduduki kursi jabatan di Kementerian Kehutanan. Jabatan tersebut dapat PAN raih karena PAN tergolong partai lima besar. Kekuasaan atas jabatan itu didapat pula dari bentuk koalisinya terhadap partai penguasa saat ini. Rangga Wijaya - Representasi Kasus Rezeki Hutan Politikus PAN dalam... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id

Page 11 of 13


Oknum politikus PAN itu pula secara diam-diam memanfaatkan dan menggunakan jabatan atau kuasanya sebagai “alat” untuk meminta “sumbangan” kepada para pemohon izin. “Sumbangan” yang dimaksud bertujuan demi melancarkan proses pengurusan izin pinjam pakai hutan, yang pada akhirnya “sumbangan-sumbagan” itu mengalir ke kas Partai Amanat Nasional.

Mitos Mitos keseluruhan dari karikatur “‟Rezeki Hutan Politikus PAN” pada sampul MBM Tempo adalah politisi yang memegang jabatan tinggi memiliki kesempatan untuk menggunakan jabatannya demi kepentingan baik pribadi maupun kepentingan golongan (partai). Terlebih lagi, jika politisi tersebut berasal dari partai yang sedang berkuasa atau dari partai yang berkoalisi dengan partai yang berkuasa. Mitos lain yang juga muncul dan sangat erat sekali keterkaitannya dengan politisi adalah mengenai penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan, yang seringkali berujung pada tindakan korupsi demi memperkaya diri. Mitos uang dolar Amerika Serikat ialah menunjukkan jumlah besarnya nilai uang yang terlibat dalam kasus tersebut. Selama ini nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat terhadap rupiah cenderung tinggi. Sementara mitos hutan yang muncul yaitu sebagai ladang dalam mencari keuntungan yang besar, karena alam Indonesia yang sejak lama telah terkenal menyimpan potensi tinggi dan melimpah ruah.


Page 12 of 13


Ideologi Ideologi yang muncul dari karikatur “‟Rezeki Hutan Politikus PAN” adalah pejabat negara yang juga merupakan kader partai tertentu, dan memegang jabatan tinggi serta memiliki kewenangan besar, memungkinkan untuk menyalahgunakan wewenang jabatannya

demi

kepentingan pribadi

dan

kepentingan golongan atau partainya. Ini merupakan cerminan dari sikap politikus yang menggunakan kekuasaannya demi/ untuk memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak dibenarkan (korupsi).


Page 13 of 13

REPRESENTASI KASUS REZEKI HUTAN POLITIKUS PAN DALAM SAMPUL MAJALAH BERITA MINGGUAN TEMPO EDISI 27 JUNI - 3 JULI 2011

Recommend Documents