ANALISIS SEMIOTIK KORUPSI TERHADAP SAMPUL MAJALAH TEMPO PADA KASUS SIMULATOR SIM
Skripsi Diajukan Kapada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
YUNUS PRIYONGGO KARTIKO NIM: 109051100037
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014M
ABSTRAK Yunus Priyonggo Kartiko Analisis Semiotik Terhadap Sampul Majalah Tempo Pada Kasus Korupsi Simulator SIM Majunya industri media cetak di Indonesia, membuat eksistensi penggunaan gambar ilustrasi pada media cetak semakin kuat. Pentingnya gambar pada sampul majalah adalah untuk menarik minat pembaca agar membeli, karena didalamnya mengandung unsur kritik. Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud di dalamnya. Tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbeda-beda. Majalah Tempo merupakan salah satu media cetak yang menggunakan gambar ilustrasi dalam penyampaian berita kepada pembacanya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi suatu usaha yang unik dalam menyampaikan informasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan kajian semiotik Charles Sanders Peirce. Pada empat sampul majalah Tempo yang menampilkan kasus korupsi simulator SIM. Gambaran bagaimana konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (Polri). Peneliti merumuskan pertanyaan yakni: Petanda apa saja yang terdapat dalam sampul majalah Tempo pada kasus simulator SIM? Melihat konteks penelitian ini, tinjauan teoritis yang digunakan adalah seiotika Charles Sanders Peirce, yaitu dengan melihat makna atas sign (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretan. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model diskriptif. Data yang didapatkan dalam sampul majalah Tempo, serta dengan buku-buku referensi, wawancara dan dokumentasi. Setelah melihat empat sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulanya petanda yang muncul pada sampul majalah Tempo berkaitan erat dengan kasus korupsi Simulator SIM. Pada empat sampul terdiri tiga kategori, yaitu sosok Irjen Djoko Susilo dengan simbol pemegang proyek Simulator, gambaran petugas KPK yang menyidik Polisi, dan gambaran empat anggota DPR yang menerima suap proyek simulator kemudi. Sehingga Interpretasi peneliti ketika melihat gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul adalah mengambarkan rangkaian peristiwa kasus korupsi Djoko Susilo dalam proyek Simulator kemudi. Kata kunci: Semiotika, Majalah Tempo, Sampul, Kasus Korupsi Simulator SIM
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada allah yang telah memberikan rahmat, dan nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak perubahan kepada para umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmiyah seprti apa yang kita rasakan sekarang. Peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian sekripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, M.A, Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan II Bidang Akademik Umum, Drs. Mahmud Jalal, M.A, Serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Wahidin Saputra, M.A. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah, M.A serta Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Ade Rina Farida, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.
i
3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Suhaimi, M.Si yang telah menyediakan waktu di tengah dikesibukannya untuk membimbing peneliti sehingga skripsi ini Alhamdulillah selesai dengan baik tanpa suatu halangan apapun. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada peneliti. 5. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 6. Teruntuk yang saya hormati kedua orang tuaku , Ibunda (Alm), dan Ayahanda, dan kakak yang senantiasa memberikan doa, dan kasih sayangnya dikala susah ataupun senang. Membantu dengan segenap kemampuan doa-doa, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 7. Sahabat peneliti. Jefrri Kaharsyah, Eko Ramanudin, Andrianto, Indi Hikami, Ibnu Muhajir Saputra, Maulana Adi Subqi, Reza Arga Putra dan Siti Rhohani. semoga persahabatan ini dan persaudaraan kita akan terus terjalin, sukses selalu untuk kita. Untuk sahabat Polar, terimakasih atas segala dukunganya. 8. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan mendoakan. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta ,15 Januari 2014
Peneliti ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………………i KATA PENGANTAR……………………………………………………………....iii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…vii DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………….…………………....1 B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………………………...7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………......8 D. Metodologi Penelitian……………………………………………………..9 E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………11 F. Sistem Penulisan………………………………………………………....12 BAB II KERANGKA TEORI A. Majalah…………………………………………………………………..14 B. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah…………………………………….19 1. Sampul Majalah……………………………………………………...19 2. Komunikasi visual…………………………………………………...23 3. Warna……………………………………………………………...…26 4. Tipografi…………………………………………………………......29 5. Karikatur……………………………………………………………..33 C. Semiotika Charles Sanders Peirce……………………………..…….......35 BAB III PROFIL MAJALAH TEMPO A. Sejarah Singkat Majalah Tempo…………………………………………51 B. Perkembangan Sirkulasi / Distribusi…………………………………….55 C. Perkembangan perusahaan………………………………………………55 D. Visi Dan Misi Majalah Tempo…………………………………………...56 1. Visi Majalah Tempo………………………………………………….56 2. Misi Majalah Tempo…………………………………………………57 E. Prestasi Majalah Tempo…………………………………………..……...57 F. Sampul Majalah Tempo Terkait Simulator SIM………………………. 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Semiotik Sampul Majalah Tempo ………………………………….66 B. Hasil Temuan Dalam Sampul Majalah Tempo………………….…….…..…...67 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..96 B. Saran…………………………………………………………………………97 C. Daftar Pustaka…………………………………………………..…………...99 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Semiotika Charles Sanders Peirce………………………………...……42 Gambar 4.1 Sampul Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012…………...……….…...67 Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012………………….….….75 Gambar 4.3 Sampul Majalah Tempo edisi 8 Oktober 2012………………………….83 Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo edisi 11 Maret 2013………………...………...89
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Berbicara tentang teknologi komunikasi berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk menyebarkan informasi tersebut ke khalayak luas, dan alat-alat tersebut lah yang kerap kita sebut sebagai media komunikasi massa. Media komunikasi massa adalah media komunikasi modern yang bersifat massal, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar secara heterogen dan anonim melalui media cetak ataupun elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.1 Media massa yang berperan sebagai penyebar informasi mengalami perkembangan dalam penyampaian dan penyajian informasinya. Banyaknya media yang bermunculan membuat sebuah media harus ekstra bersaing untuk mendapatkan tempat di masyarakat, terutama untuk media cetak seperti majalah. Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar, dan iklan. 2 Majalah mempunyai fungsi tidak hanya menyebarkan informasi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat tetapi juga memberikan hiburan, baik dalam bentuk tekstual maupun visual seperti gambar.
1 2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h.189. Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Rosdakarya, 2002), h.32.
2
Semula gambar ilustrasi pada media massa hanya merupakan selingan belaka. Namun pada perkembanganya gambar ilustrasi yang juga merupakan salah satu bentuk komunikasi visual dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik. Penyampaian kritik dilakukan melalui gambar-gambar lucu dan menarik, sehingga, tidak jarang juga membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Coretan kreatif dalam bentuk gambar ilustrsi tersebut ternyata mampu mengkritik secara efektif. Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal. 3 Kehadiran gambar ilustrasi dalam media massa menjadi sebuah warna. Majalah akan terasa tidak lengkap tanpa keberadaan gambar ilustrasi didalamnya. Gambar ilustrasi menyajikan informasi dengan cara unik. Berbeda dengan produk jurnalistik lainya yang menyajikan informasi melalui kata-kata dan kalimat dan paragraf. Peneliti melihat bahwa gambar ilustarasi ternyata memiliki kekuatan yang cukup hebat dalam mempengaruhi opini bahkan tindakan publik. Padahal ia hanya merupan coretan-coretan pada kertas atau semacamnya. simbol-simbol yang digunakan pada gammbar ilustrasi sebaiknya mudah dicerna oleh kalayak luas. Agar sebuah gamabar ilustrasi dapat dimakanai secara tepat maka simbol, tanda dan halhal semacamnya yang tampil dalam gambar ilustrasi hendaknya adalah yang
3
Heru Dwi Waluyanto, “Karikatur Sebagai Karya Komunikasi Visual Dalam Menyampaikan Kritik Sosial”, Nirmana, Volume 2 No.2, Juli 2000, h.128
3
dimengerti bagi audience. Artinya simbol yang dipilih harus memiliki makna yang sama atau setidaknya mendekati di mata komunikator maupun komunikan. Perbedaan persepsi mengenai tanda atau simbol antara si pembuat dan pembaca karikatur merupakan hambatan komunikasi. Visualisasi adalah cara untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi jelas secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dan dapat menolong seseorang untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengimajinasikan pada kejadian yang sebenarnya. 4 Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang menarik. Meskipun ilustrasi merupakan attention-getter (penarik perhatian) yang paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga mampu menunjang pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar dari pada kata-kata (teks). Dalam sampul pemilihan judul harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung dalam buku atau majalah tersebut.5 Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna sosial di balik tindakan manusia. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik tindakan
4
Artini Kusmiati, Sripudji Astuti dan Pamudji Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan, 1999), h.36. 5 Ibid, h.29
4
manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan. 6 Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal). Pada dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan di antaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan dan banyak hak lain. 7 Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya. Pada penelitian ini peneliti memilih majalah Tempo sebagai objek yang akan diteliti, karena majalah tersebut merupakan media massa (cetak) yang sering menampilkan beberapa ilustrasi karikatur sebagai sampul yang sifatnya kritis dalam memberikan informasi yang selalu terbaru (update) untuk khalayak di segala bidang (sosial, politik, dan ekonomi). Sehingga menjadikan Tempo majalah yang terbaik pada industri penerbitan majalah di Indonesia. Peneliti menaruh perhatian terhadap gambar ilustrasi sampul majalah Tempo pada edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Karena pada sampul tersebut mengangkat isu yang sedang meresahkan masyarakat. Sejak dimulainya penyelidikan kasus simulator SIM (Surat Izin Mengemudi) di Lembaga kepolisian Lalu lintas yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada awal tahun 2012 lalu hingga pertengahan tahun 2013, memang belum 6
Kuss Indarto, Sketsa di Tanah Mendeka, Kumpulan Karikatur. (Yogyakarta : Tiara Wacana,
1999), h.1 7
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung : Rosdakarya, 2003), h.163
5
menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Namun beberapa bulan kemudian, sejak Majalah Tempo
mengangkat
berita tentang
kasus tersebut
dengan
judul
“SIMSALABIM”, Polisi Repulik Indonesia (POLRI) sebagai pihak yang dirugikan lantas bergerak memulai penyelidikan dengan memeriksa beberapa saksi terkait. Sayangnya, penyelidikan yang dilakukan masih berjalan di tempat, hingga KPK kemudian pada akhir bulan Juli lalu menetapkan seorang tersangka kasus korupsi dan tindak pidana pencucian uang proyek simulator kemudi di kepolisian Lalu Lintas. Djoko Susilo dikenal memiliki banyak aset berupa rumah hasil dari pencucian uang. Masalah kemudian timbul ketika tim Penyidik KPK menggeledah kantor kepolisian Lalulintas untuk mencari barang bukti. Usai melakukan penggeledahan dan mendapatkan beberapa barang bukti, Tim Penyidik KPK tidak diperkenankan keluar meninggalkan gedung tersebut. Sikap dan keberanian KPK yang menggeledah kantor kepolisian lalulintas dan menetapkan tersangka seorang Jenderal aktif, kontan saja mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) pegiat anti korupsi. Selain itu peneliti ingin meneliti gambar ilustrasi sampul tersebut dimana pada sampul tersebut sosok tersebut sangat berbeda dengan sosok polisi yang sebenarnya. Polisi merupakan penegak hukum yang bertugas menjaga dan mengayomi masyarakat serta menjaga keamanan Negara. Justru pada gambar sampul majalah Tempo terlihat lucu. Pada gambar ilustrasi tersebut sosok polisi digambarkan Djoko Susilo lengkap dengan seragam yang sedang berdiri dengan muka melas dan sedih. Dengan posisi tangan memegang pelat nomer bertuliskan “Djoko Susilo D 1 BUI”. Biasanya posisi seperti itu adalah gaya dari narapidana yang sedang difoto. Selain itu
6
juga ilustrasi yang lain digambarkan seorang polisi yang ditilang oleh petugas KPK dengan ekspresi muka polisi yang marah, Padahal menilang adalah tugas dari seorang polisi. Pada gambar lain juga menunjukan sosok seorang polisi lengkap dengan seragam mengemudikan motor simulator namun pada layar TV terlihat jalan berlikuliku yang diportal bertuliskan KPK. Agak susah dimengerti maksud dari gambar ilustrasi tersebut. Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud di dalamnya. Karena tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbedabeda. Setiap edisinya majalah Tempo selalu memuat gambar ilustrasi yang tersaji dalam sampulnya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi suatu usaha yang unik dalam mentrasformasikan informasi. Maka peneliti akan meneliti bagaimana semiotika korupsi simulator SIM pada sampul majalah Tempo. Peneliti ingin mengupas lebih dalam mengenai tanda-tanda yang ada pada gambar ilustrasi kaver majalah Tempo. Peneliti melihat fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk tanda-tanda, dimana ada aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dalam kasus ini adalah majalah Tempo. Untuk dapat merepresentasikan kasus silmulator SIM pada sampul majalah Tempo di ke-empat edisi tersebut penulis menggunakan pendekatan teori semiotika. Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu diklasifikasikan
7
berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung. Dengan tujuan untuk mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada. 8 Dalam penelitian ini akan dibahas simbol, tanda, lambang dan gambar. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan analisis semiotik. Peneliti akan mencoba membaca tanda melalui analisis semiotik. Semiotik atau semiologi adalah ilmu tanda. Semiotik berasal dari bahasa yunani semion yang berarti tanda. Semiotika diperkenalkan oleh Charles sanders pierce dan Ferdinand de Saussure yang juga merupakan bapak semiotika. Meskipun semiotika merupakan ilmu dalam sastra penggunaanya tidak lepas dari bidang seni dan komunikasi visual. Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi kaver majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Oleh karena itu, menarik kiranya penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM”
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis di atas, maka penulis membatasi penelitian pada sampul majalah Tempo edisi 8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung : Rosdakarya, 2003), h.132
6 Agustus
8
2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Yang menampilkan gambar ilustrasi kasus korupsi simulator SIM. 2. Rumusan Masalah Merujuk batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana petanda yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus simulator SIM? b. Bagaimana objek yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus simulator SIM? c. Bagaimana interpretasi peneliti menganai sampul majalah Tempo terkait kasus simulator SIM?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui petanda pada sampul majalah Tempo terkait kasus korupsi simulator SIM 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kajian ilmu komunikasi. Terutama dalam konteks analisis semiotika korupsi pada sampul majalah Tempo terkait kasus Simulator SIM. b. Manfaat Praktis
9
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset, terutama bidang komunikasi massa dengan fokus pada analisis semiotik Sampul majalah. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi komunikasi, terlebih Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, agar lebih kritis dalam melihat gambar ilustrasi yang mengandung berita.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode dan Paradigma Penelitian Agar memudahkan dalam proses penelitian, maka metodologi yang digunakan adalah Analisis semiotika dengan jenis kualitatif. Metode semiotik yang peneliti lakukan memakai metode analisis semiotika teori Charles Sanders pierce. Dengan berdasarkan kepada paradikma kritis yaitu usaha untuk melakukan analisis secara tajam dan teliti terhadap realitas yang terjadi. Pendekatan kritis ini lebih menggunakan fakta-fakta yang terjadi dan lebih menggunakan logika dalam pemahaman makna. 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Dalam masalah ini subjek penelitian adalah sampul majalah Tempo Edisi 6 Agustus 2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012 dengan judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul Mengapa Polisi Kalap, dan 11 Maret 2013 dengan judul Aziz syamsuddin,
10
Herman Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Empat edisi tersebut mengangkat pemberitaan tentang kasus korupsi Simulator SIM. pemberitaan ini ditunggu-tunggu masyarakat, karena merupakan sejarah baru ketika Inspektur Jendral Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka korupsi pada proyek Simulator kemudi. b. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah mengenai kasus korupsi simulator SIM pada sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Data Primer Sumber data primer dari penelitian yaitu majalah Tempo Edisi 6 Agustus 2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012 dengan judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul Mengapa Polisi Kalap, dan 11 Maret 2013 dengan judul Aziz syamsuddin, Herman Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Dari data yang sudah dikumpulkan tersebut maka penelitian dapat dilakukan. b. Data Sekunder Sumber data sekunder dari penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara kepada tim redaksi majalah Tempo, untuk mendapatkan
11
informasi yang berkaitan dengan penelitian. Dimana wawancara adalah metode yang digunakn untuk memperoleh informasi secara langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan individual.
4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dengan semiotika model Charles Sanders Peirce tiga dari elemen utama tersebut, yang disebut peirce sebagai teori segitiga makna triangle meaning.9 yang membagi tanda atas representamen, Object dan interpretant. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sehingga, yang akan dianalisis sign dan object terkait gambar ilustrasi sampul majalah Tempo. Sementara interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda khususnya peneliti.
E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul penelitian ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Peneliti belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti teliti, diantaranya:
9
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, ( Bandung:Remaja Rosdakarya,2003), h.42
12
Analisis Semiotik Komik Strip Benny & Mice di Harian Kompas edisi 1 Bulan Desember 2007 yang disusun oleh Nasuri mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Selain itu peneliti juga skripsi berjudul “Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo karya Angga Rizal Nurhuda mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Konsentrasi Jurnalistik. Dengan begitu maka maka peneliti mengambil mengambil kesimpulan belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan desertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development And Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V bab. Dalam setiap babnya akan dibagi ke dalam sub bab, adapun sistematika penulisanya adalah sebagai berikut: BAB I :
Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, tinjauan kepustaka dan sistematika penulisan.
13
BAB II :
Pengertian Majalah, Pemaknaan Dalam Sampul Majalah, Semiotika Charles Sanders Peirce.
BAB III:
Gambaran umum dan sejarah singkat majalah Tempo, perkembangan Sirkulasi / distribusi, Perkembangan perusahaan Tempo, visi dan misi majalah Tempo, Prestasi Majalah Tempo, sampul majalah tempo tekait kasus simulator SIM.
BAB IV:
Temuan dan analisis data, analisis makna dibalik gambar ilustrasi sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013.
BAB V:
Penutup, kesimpulan, dan Saran.
14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Majalah Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagi liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Dan menurut waktu penerbitanya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya. Dan menurut penkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya (KBBI,2002:698) Sementara pandagan Dewitt Wallace bahwa majalah merupakan media massa terbesar adalah karena majalah ini berusaha melayani audien massal. 1 Majalah menyajikan ringkasan berita berdasarkan kategori seperti persoalan-persoalan kehidupan manusia yang aktual. Karena para pembaca biasanya menyukai majalah yang menampilkan berita yang fokus pada orang sukses dan terkenal. Selain itu kategori terbesar adalah persoalan-persoalan politik seperti, Majalah Tempo yang terbit seminggu sekali. Majalah merupakan medium yang pervasife. Bukan hanya untuk orang atas tetapi banyak juga majalah yang diterbitkan untuk kalangan bawah, yang berarti bahwa peran medium majalah melintasi hampir seluruh lapisan masyarakat. Bahkan
1
112.
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.
15
orang buta huruf dapat memperoleh kesenangan dan manfaat dari majalah yang umumnya dapat memuat gambar dan warna. Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut bermacammacam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll. 2 Menurut Muchtar Lubis, majalah dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1. Majalah Umum Majalah yang berisikan tentang politik, kebudayaan, fiksi, karangan, pengetahuan umum, pelipur lara, hiburan, olahraga, film, dan sebagainya. 2. Majalah Khusus Majalah yang hanya berisikan mengenai bidang khusus, seperti majalah wanita, majalah pria, majalah remaja, dan anak-anak. Majalah yang demikian memiliki perasaan yang cukup luas terutama dikotakota besar.3
Menurut pendapat Muchtar Lubis di atas, secara umum dapat dipahami bahwa majalah menciptakan pasar sendiri untuk suatu produk, maka hubungan majalah dengan khalayaknya dapat diterima karena setiap majalah lebih diarahkan untuk kepentingan khalayak tersebut.
2
Kurnia Efendi, Ensiklopedia Pers Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h.154-
155 3
Muchtar Lubis, Pers dan Wartawan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1963), h. 90.
16
Dapat dipahami pula secara khusus bahwa majalah memiliki jangkauan khalayak yang cukup luas. Namun jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing dapat mewakili berbagai kepentingan atau selera pembaca. Dari penggabungan definisi majalah umum dan khusus, majalah dapat didefinisikan sebagai suatu media massa yang berfungsi sebagai media informasi yang diberikan kepada khalayak secara luas, karena berita bersifat universal, dengan kata lain isi berita yang disampaikan berkaitan dengan kehidupan manusia dari berbagai aspek. Menurut Wilbur Schram yang dikutip oleh Asep Syamsul M. Romli mengatakan bahwa khalayak pembaca akan terpikat minatnya, manakala, apa yang mereka baca berkaitan dengan kebutuhan dan menyajikan sarana tentang cara memperoleh kebutuhan itu.4 Jurnalisme memuat berita meliput secara menyeluruh, dengan menggunakan wawancara kepada berbagai sumber bukan hanya bicara dengan tokoh yang diangkat profilnya, tetapi juga dengan orang-orang yang dapat memberi komentar, tentang sang tokoh yang termaksud kawan dan lawannya. Upaya semacam ini kerap memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa.
4
Asep Syamsul m. romli, Jurnalistik Praktis: Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2001), h.2-4
17
Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail. 5 Menurut Elvinari Ardianto dan Lukiati Erdinaya Majalah mempunyai karakteristik yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: a.
b.
c.
d.
Penyajian lebih dalam Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasan untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasi dapat dibahas secara lebih dalam. Nilai aktualitas lebih lama Nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Karena dalam mebaca majalah tidak akan pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama mungkin hanya membaca topik yang disenangi atau topik yang relevan dengan profesi, hari esok dan seterusnya membaca topik lain sebagai referensi. Gambar atau foto lebih banyak Majalah juga mempunyai gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik Cover (sampul) sebagai daya tarik Sampul majalah merupakan daya tarik tersendiri, karena sampul majalah menggunakan kertas yang bagus dengan gambar yang menarik.6
Majalah mempunyai sampul atau sampul untuk menarik perhatian konsumen, agar terpengaruh oleh tanda-tanda yang terdapat pada sampul. Peneliti mengkaitkan kajian semiotika dengan sampul yang terdapat pada Majalah Tempo edisi yang memuat sampul tentang kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan petinggi 5
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-
30 6
Elviano Ardianto dan Lukianti Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 113-114.
18
kepolisian. Banyak tanda-tanda yang terdapat pada sampul Majalah Tempo tersebut, setiap tanda memiliki makna yang akan disampaikan kepada khalayak. Sampul Majalah Tempo sebagai bahan penelitian bagi peneliti, dan merupakan suatu tanda yang mempunyai pesan terhadap khalayak dalam sampul tersebut. Majalah yang terbitan berkala yang berisi berbagai macam artikel dalam subyek yang berisi seperti informasi, cerita, tips, fashion, hobi dan sebagainya. Majalah biasanya ditrbitkan mingguan, dwi mingguan, atau bulanan. Majalah memiliki artikel mengenai topik populer yang ditunjukan pada masyarakat umum dan ditulis dalam gaya bahasa yang menarik dan mudah dimengerti oleh orang banyak. Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut bermacammacam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll. 7 Eksistensi majalah muncul karena kebutuhan masyarakat akan informasi beragam sesuai gaya hidup masyarakat saat ini. Maka tak heran banyak berbagai macam ragam majalah beredar saat ini, yang disesuaikan dengan segmentasinya. Majalah juga berperan sebagai penyampai dan penafsiran pesan. Terlepas dari segala kekuranganya, majalah memilki kelebihan diantaranya adalah: 1. Analisis beritanya lebih panjang lebar (jurnalisme Interpretative)
7
155
Kurnia Efendi, Ensiklopedia Pers Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h.154-
19
2. Dibanding Koran, majalah lebih kuat mengikat emosi pembacanya 3. Memiliki perspektif (pandangan) nasional sehingga terbatas dari sentiment kedaerahan. 4. Ia merupakan sumber rujukan sehari-hari yang murah. Majalah membahas segala macam masalah dari yang kecil sampai masalah yang penting 5. Interpretasi berita oleh majalah bisa menjadi sumbar pendidikan umum. Artikel tentang sejarah, biografi, ds, bisa menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat. Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail. 8
B. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah 1. Sampul Majalah Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampul atau halaman 1. Majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus utama. Ukuran publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan fokus harus seperti itu. Sampul sering juga dilengkapi dengan teaser headline tentang berita lain yang ada di publikasi. 9
30
8
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-
9
Tom E. Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme,( Jakarta: Kencana 2008)h.301
20
pada sebuah majalah terdapat ruang lingkup desain, yaitu tentang sampul majalah. Elemen visual pada sampul majalah saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tipografi, ilustrasi, dan warna adalah beberapa elemen visual untuk menciptakan komposisi yang menarik pada sebuah sampul majalah. Sampul majalah adalah sampul halaman depan yang membuat identitas perusahaan dan menghinpun isi pemberitaan verbal dan visual yang berkaitan dengan materi pemberitaan agar menarik pembaca. Unsur- unsur yang harus ada pada sebuah sampul majalah adalah ukuran dasar dari majalah tersebut (ukuran saku atau ukuran tabloid), logo, fotografi, warna dasar, keterangan mengenai jadwal penerbitan, pencamtuman harga, headline (judul artikel dan sub judul artikel). Unsur-unsur ini memiliki fungsi praktis dan fungsi komunikasi yang mewakili konsep yang diberikan perusahaan majalah untuk selanjutnya diterbitkan. Pengertian sampul menurut Dja’far H.Assegaf sebagai sampul “lembaran kertas paling luar depan belakang pada buku yang lebih tebal dari kertas isinya”. 10 Sedangkan sampul sebagai kulit dijelaskan Assegaf sebagai “Lapisan depan atau belakang dari suatu majalah yang lazimnya memuat judul majalah dan berisikan gambar yang menarik”. 11
Kemudian Onong Uchjana mendefinisikan sampul sebagai “lembaran bagian luar dari majalah atau buku dimana tertera nama atau judul dan media yang yang bersangkutan”.12 10
Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 127. 11 Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 125.
21
Dari beberapa definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa sampul adalah lembaran kertas yang lebih tebal dari kertas isinya, terdapat di halaman paling luar depan atau belakang, dan dibuat untuk menarik perhatian pembaca. Sampul juga dapat membuat citra dan karakter penerbit yang membuatnya. Sampul dalam sebuah majalah seperti halnya etalase sebuah toko yang akan mendorong pembaca untuk mengetahui isi kedalamannya. Karena itu, halaman depan sampul majalah itu harus menarik perhatian pembaca. Pentingnya sebuah sampul merupakan bagian dari suatu strategi yang tidak dapat dipandang remeh. Posisi sampul justru menentukan penilaian pembacanya dalam memaknakan sampul tersebut. Karena sampul dapat mempengaruhi calon pembaca dan tentunya dapat menumbuhkan kesan terhadap identitas media yang bersangkutan. Cara media menghiasi sampul salah satunya menggunakan informasi bergambar. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi (melulu) tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dibandingkan media verbal, gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal. Pembuatan suatu “gambar komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk gambar komunikasi, antara lain ilustrasi, logo, atau karikatur.
12
h. 79.
Onong Uchjana Efendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju komunikasi, 1999),
22
Dalam hal ini adalah sampul berbentuk gambar karikatur Majalah Tempo yang disajikan kepada khalayak yang mempunyai makna. Selain itu sampul adalah halaman pertama yang ditampilkan oleh sebuah majalah yang berisi foto atau gambar ilustrasi, headline dan warna. Foto atau ilustrasi adalah gambar yang menjelaskan apa isi dari majalah tersebut, biasanya selalu berhubungan dengan headline. Headline adalah judul artikel yang sedang dibahas oleh majalah dalam setiap edisisnya. Sampul dalam sebuah buku atau majalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Peranan sampul sangat penting, karena pada saat akan membeli buku atau majalah yang pertama kali dilihat adalah sampul atau gambar ilustrasinya. Pemilihan judul (teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti, dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. Jika tampilan sampul dibuat menarik makan akan membuat seseorang tertarik untuk membeli majalah tersebut. Informasi berita yang panjang di sampul harus menarik bagi banyak pembaca. Focus berita ini harus dilaporkan dan disajikan dengan amat cermat dan ditulis serta disunting dengan baik.13 Sampul dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal pemahaman pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penulis tentang apa yang ada didalamnya. Melalui gambar ilustrasi pada sampul, seorang penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya sebagai salah satu kesatuan dari karya sastra yang dihasilkan, selain itu ada misi tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada khalayak umum. Gambar secara visual pada sampul mampu mengomunikasikan pesan dengan cepat 13
Tom E. Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme,( Jakarta: Kencana 2008)h.302
23
dan berkesan, sebuah gambar ilustrasi yang tepat pemilihanya maka bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata. Visualisasi adalah cara atau sarana yang tepat untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas, penampilan secara visual selalu mampu menarik emosi pembacanya. Banyak penerbitan yang digunakan sebagai media, tetapi penggunanya disesuaikan dengan tujuan bidang-bidang tertentu. Kapan akan digunakanya, tergantung pada jenis, serta jumlah artikel yang akan ditulis. Tetapi yang paling penting adalah bentuk perwajahan penerbitan, sehingga perlu adanya perencanaan desain yang baik dari setiap unsur yang akan ditampilkan. Unsur-unsur penerbitan antara lain berupa tanda simbol, gunanya untuk membantu pembaca untuk mengikuti alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol, gunanya untuk membantu pembaca alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol memilki bentuk yang sama semua, tentu pembaca akan sulit membedakan serta memahami apa yang dimaksud dengan simbol tersebut.
2. Komunikasi visual Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komuniksi visual adalah sistem semiotika khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem, semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi. Yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (massage) dari sebuah pengirim pesan (sender) kepada para penerima ( receiver) tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu.
24
Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studi semiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala jenis makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses).14 Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam karya desain komunikasi visual disosialisasikan kepada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Danda verbal adalah aspek bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggabarkanya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetinya. Tanda-tanda yang dilihat dan dibaca dari dua aspek seecara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. 15 Agar pesan mampu menarik perhatian calon konsumen, maka karya desain komunikasi visual harus menawarkan ekskusivisme, keistimewaan, dan kekhususan yang
kemudian dapat memberikan akhibat berupa ketertarikan calon konsumen
untuk membeli. Contohnya dalah sampul majalah, sampul majalah harus dibuat semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk membeli majalah tersebut, karena biasanya sebelum membeli calon pembaca melihat dahulu sampulnya, apakah menarik atau tidak. Strategi semacam ini sengaja dilakukan karena produk desain komunikasi visual, yang salah satunya adalah sampul majalah hanyalah sekedar “alat pembius” bagi produsen untuk berburu konsumen. 16
14
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, Dan Problem Ikonsitas, (Yogyakarta:Jalasutra, 2011), h.9. 15 Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual, (Yogyakarta:Jalasutra,2008)h.9-10. 16 Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual, (Yogyakarta:Jalasutra,2008), h.1.
25
Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. 17 Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantarnya mengasumsikanya dalam adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima, kode pesan, saluran komunikasi dan acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya suatu konteks tertentu.18 Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerimaan. Tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya, karena tujuan dari komunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan. Ketika semua bentuk komunikasi adalah tanda, maka dunia ini penuh dengan tanda. Ketika kita berkomunikasi, kita mencipatakan tanda sekaligus makna. Dalam perpektif semiotika, pada akhirnya komunikasi akan menjadi suatu ilmu untuk mengungkapkan pemaknaan dari tanda yang diciptakan oleh proses komunikasi itu sendiri. 3. Warna Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kewajiban pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dan lain-lain. Secara visual, warna
17 18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h.12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h.15
26
memiliki kekuatan yang mempu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing–masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Warna selalu dipakai orang di semua segi kehidupan. Hal itu membuktikan bahwa warna benarbenar menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan manusi. 19
Penggunaan warna yang tidak tepat di headline akan mempengaruhi persepsi pembaca terhadap isi berita dan nilai berita. Teks isi yang berwarna akan menyebakan pembaca lambat dalam memproses informasi dan bahkan menyebabkan mereka enggan emembacanya. Beberapa warna tidak tepat dipakai. Warna seperti kuning adalah sulit dibaca dan akan menciptakan isi yang samar dan sulit dibaca. Sedangkan warna yang kuat dan hangat, seperti merah adalah warna yang lebih baik untuk teks yang baik adalah hitam diatas putih. Tipe sebaliknya, putih diatas hitam, akan memperlambat pembaca dan menciptakan area tulisan padat di majalah. 20 1. Merah Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan. 2. Putih Menunjukkan kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan. 3. Hitam Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak
19
Adi Kusrianto, pengantar Desain Komunikasi Visual,( penerbit ANDI, Yogyakarta,2007),
h.46-47
20
Tom E.Rolnicki,dkk., Pengantar Dasar Jurnalisme (scholastic journalism)”, Jakarta: Kencan Prenada Media Group, 2008, h.274
27
bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri, anti kemapanan. 4. Biru Memberikan kesan Komunikasi, Peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang. 5. Hijau Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. 6. Kuning Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian,resah dan curiga. 7. Ungu Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri. 8. Cokelat Menunjukkan Persahabatan, kejadian yang khusus, bumi, pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras. 9. Abu-Abu Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang. 10. Emas Mencerminkan prestis (kedudukan), kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.21
4. Tipografi Tipografi dalam dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat.22 21
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung : Rosdakarya, 2005), h.48.
28
Pengorganisasian disini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk atau anotomi huruf yang sebaiknya memiliki perbedaan dengan angka, missal huruf “i” capital sebaiknya tidak sama dengan angka 1. Huruf dan tipografi dalam perkembanganya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang, bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam perkembanganya, ada lebih dari seribu macam huruf Romawi atau latin yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf tersebut sejatinya merupakan hasil perkawinan silang lima jenis huruf berikut ini23: 1. Huruf Romein. Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara teba-tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiapbatang hurufnya. Jenis huruf ini meliputi: Baskerville, Garamond, perpetua. 2. Huruf Egyptian. Garis hurufnya memiliki ukuran sama tebal pada setiap sisinya, kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku. Jenis huruf ini meliputi: Calibri,Century, Verdana. 3. Huruf Sans Serif. Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait. Jenis huruf ini meliputi: Bookman, Candara.
22 23
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008), h.98 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008),h.25
29
4. Huruf Miscellaneous. Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya daripada nilai komunikasinya. Bentuknya senantiasa mengedepankan aspek dekoratif dan ornamental. Jenis huruf ini meliputi: Chiller, Curlz, Gigi 5. Huruf Script. Jenis huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan. Jenis huruf ini meliputi: Brush Script, French Script Monotype. Sementara itu, Danton Sihombing mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya 24: 1. Old Style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamond. 2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : Baskerville, Perpetua, Times New Roman. 3. Modern, jenis huruf ini meliputi: Bodoni 4. Egyptian, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa 5. Sans erif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Gothic, Future, Gill Sans, Optima. Huruf-huruf tertentu dalam melakukan aktivitas perancangan. Ia harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya. Tetapi lebih dari itu, seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. sebab, perencanaan dan pemilihan tipografi yang tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal tersebut.
24
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008),h.25
30
Tipografi dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat yang sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin disampaikan.25 Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran. Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan sosial ataupun komersial. Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital. Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Hal ini diyakini dapat memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik. Sedangkan bentuk-bentuk tipografi itu sendiri dapat dipergunakan secara terpisah atau dapat pula dikomposisikan dengan materi lain seperti ilustrasi hand drawing ataupun image. Danton Sihombing mengelompokkan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya: 1. Old Style, jenis huruf ini meliputi : Bembo, Caslon, Galliard, Garamond. 2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : baskerville, Perpetua, Times New Roman. 3. Modern, jenis huruf ini meliputi : Bodoni 4. Egyptian atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi : Bookman, Serifa.
25
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008),h. 25.
31
5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi : Franklin Gothic, Futura, Gill Sans, Optima.26 Sejatinya masing-masing huruf harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya. Tetapi lebih dari itu, seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. Sebab, perencanaan dan pemilihan tipografi yang tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal desain komunikasi visual tersebut. Ada beberapa faktor yang memengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di antaranya: pertama, latar belakang, yakni warna dasar dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsur utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan warna huruf dan latarnya cukup kontras Kedua, besar huruf yang digunakan. Ukuran standar teks adalah antara 6 sampai 10 point, tergantung luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya teks yang akan ditampilkan, juga menyesuaikan keluarga huruf yang ingin ditampilkan. Selain itu, keluarga huruf terdiri dari kembangan yang berakar dari struktur bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan huruf masih memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan : (1)kelompok berat terdiri atas light, regular, 26
Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 96.
32
dan bold. (2) Kelompok proporsi condesed, regular, dan extended. (3) kelompok kemiringan yaitu italic. Ketiga, spasi antarhuruf, kata, maupun jarak antar baris kalimat. Keempat, faktor-faktor subjektif seperti jarak baca maupun kualitas penerangan ketika membaca. 27 Berdasarkan hal tersebut diatas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir mengusai tipografi yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu memposisikan dirinya sebagai kurir komunikasi (visual) yang bertanggung jawab kepada masyarakat luas yang dijadikan target. Dalam Social Communication seperti dikutip Bebe Idah Maryam28, ada beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di antaranya: latar belakang, yakni warna dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsure utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan huruf dan latarnya cukup kontras.
5. Karikatur Karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa pesan kritik sosial, 27
Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),, h. 28. 28 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008),h.27
33
yang muncul disetiap penerbitan media massa political cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar humor.29 Menurut Sudarta, kartun adalah semua gambar humor, termaksud karikatur itu sendiri sedangkan karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek.30 Kartun Opini atau kartun editorial dalam media pers harus sejalan dengan kebijakan media dan konteks di masyarakat. Redaksi menganggap penting kartun opininya karena sebagai cermin kualitas media. Sudut pandang redaksi dan bagian yang peka ada misi yang diemban, yaitu dalam jurnalistik, media, dan humor. Alex sobur mengatakan bahwa sebagian kartun opini setidaknya adalah empat hal teknis yang harus diingat. Pertama, harus informatif dan komunikatif; Kedua harus situasional dengan pengungkapan yang hangat; Ketiga cukup memuat kandungan humor; Keempat harus mempunyai gambar yang baik.31 Media memakai tanda-tanda visual berupa gambar yang dituangkan dalam bentuk kartun. Sebuah gambar memiliki makna tertentu seperti halnya teks tulisan. Terlebih gambar tersebut ditambah humor dengan bobot cerita yang menarik. Jika dikaitkan dengan karikatur pada sampul Majalah Tempo dalam penelitian ini. Maka yang dimaksud kartun disini adalah karun opini atau kartun editorial yang isi kartunnya biasanya mengangkat situasi politik, sosial, dan sebagainya. Kartun 29
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 138-139. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003),,h. 138. 31 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 139.
30
34
dibuat dengan lelucon dan sarat dengan kritik tajam terhadap prilaku serta kebijakan tokoh. Sifat kartun yang harus informatif, komunikatif, situasional dengan mengungkapkan yang hangat, memuat humor dan memiliki gambar yang baik, sehingga memberikan keuntungan dalam penyampaian kritik dengan sasaran pembaca. Kartunis harus mampu menyampaikan pesan dengan sedikit rangkaian kata kepada pembaca, agar kritik tersebut dapat dipahami pembaca dan pesan dapat tersampaikan. Tugas kartunis adalah mengangkat masalah secara unik agar pembaca dapat mengungkap sisi lain dalam memandang suatu masalah dengan ciri khasnya tertentu. Namun, pembaca tentu dapat menafsirkan sendiri suatu masalah yang diangkat dan tidak sesuai dengan pandangan kartunis.
C. Semiotika Charles Sanders Peirce Berdasarkan pandangan semiotika, bila diseluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhugungan denganya: cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakanya.32 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. 33 semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda, lambanglambang, sistem-sistemnya dan prosesnya. 34
32
Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika. (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1992) , h.5
35
Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks,iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.35 Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua kedua tokoh inilah yang muncul dua aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan ini mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum kedua tokoh tersebut menggunakan ilmu semiotika secara terpisah dan saling mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika. Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain dari pada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.36 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri terkait
33 34
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), hal.15 Puji Santosa, Ancangan Semiotika Dan Pengkajian Susastra,( Bandung:Angkasa, 1931),
h.3 35 36
Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2006), h.262. Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.11.
36
dengan pikiran manusia. 37 penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiotika adalah sebuah ilmu umum tentang tanda,”suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Tujuanya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya tandatanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya. Sausure tidak pernah berprestasi menjadi semiotikus karena pusat minatnya bahasa. Namun dialah orang yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk melihat bahasa sebagai sistem tanda. Saussure yang ditetapkan pada tanda: penanda dan petanda akhirnya mempengaruhi banyak semiotikus Eropa. Sedikitnya ada tiga aliran yang diturunkan dari tanda Saussure. Pertama, semiotik komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari proses komunikasi. Kedua, semiotika konotasi, yaitu yang mempelajari makna konotatif dari tanda. ketiga, yang sebenarnya merupakan aliran didalam semiotik komunikasi adalah semiotik ekspansif dengan tokoh yang paling terkenal Julia Kristeva. Dalam semiotika jenis ini,pengertian tanda kehilangan tempat sentral karena digantikan oleh pengertia produksi arti. Tujuan semiotika ekspansif adalah mengejar ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.38 Semiotika menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan konvensi yang
37 38
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), h.2. Christomy. T dan Untung Yuwono(ed),Semiotika Budaya, h.82-83
37
memungkinkan makna itu. Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah sebuah cabang dari filsafat, sedangkan bagi Saussure semiotika adalah bagian dari disiplin psikologi sosial. 39 Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatanya didalam berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi politik, kajian agama, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual. Semiologi menurut Saussure, didasarkaan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai stand, harus ada dibelakangnya system perbedaan dan konvensi yang memungkinkan makana itu. Dimana ada tanda disana ada sistem.40 Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu pertama, signifer (penanda) dan signified (petanda); kedua, from (bentuk) dan content (isi); ketiga, langue(bahasa) dan parole (tutran, ujaran); keempat, syinchronic (sinkronik), dan diachronic (diakronik); dan kelima, syntagmatik (sintagmatik) dan assosiative (paradikamatik).41 Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunya semiotika (semiotic). Bagi peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam fikirannya, logika
39
Kris Budiman,Semiotika Visual: Konsep Visual: Konsep ,Isu, Dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,2011), h.3. 40 Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.12 41 Alek Sobur , Semiotika Komunikasi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2004), h.12
38
sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda (Berger,2001:11-22). Dalam perkembangan selanjutnaya, istilah semiotika lebih popular dibandingkan dengan semiologi. Semiotika menurut Peirce adalah tidak lain dari sebuah nama dari logika yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.42 Semotika adalah ilmu yang mempelajari tentang (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Anda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pendangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf , peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rabut uban, sikap diam membisu. Gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan kesabaran, kegilaan, kekawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda. 43 Sampai sejauh ini, bidang-bidang studi semiotika sangatlah beragam, mulai dari kajian perilaku komunikasi hewan sampai dengan analisis atas system-sistem pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan proksemik), tanda-tanda berbauan , teori estika, retorika, dan seterusnya. Ruang lingkup studi semiotika, dengan demikin,
42 43
Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta:penertbit Buku Baik,2004), h.3 Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.12
39
sangatlah luas sehingga mungkin akan menimbulkan kesan sebagai suatu ilmu dengan, meminjam istilah Umberto Eco (1979:6). Semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga cabang penyelidikan (branches of inquiry), yakni sintaktik, sematik dan pragmatik. 1. Sintaktik (syntactic) atau sintaksis (syntax): suatu cabang semiotika yang mengkaji ”hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena hubungan-hubungan
formal
ini
merupakan
kaidah-kaidah
yangmengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik kurang lebih adalah semacam “gramatika”. 2. Sematik (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “ hubungan dia antara tanda-tanda dengan designate atau objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksud dengan desgnata adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan didalam tuturan tertentu. 3. Pragmatic (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan antara tanda-tanda dengan interpreterinterpreter atau pemakainya”- pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara
khusus
berurusan
dengan
aspek-aspek
komunikasi,
khususnya fungsi-fungsi situsional yang melatari tuturan.44
44
Kris Budiman, Semiotika Visual,(Yogyakarta:Buku Baik,2004), h .5
40
Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari Amerika Serikat yang sangat tertarik pada persoalan lambang-lambang. Peirce terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Peirce, sebagimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Sebuah tanda atau representamen (representamen) menurut Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama yang pada giliranya mengacu pada ubjek (object). Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi tradik langsung dengan interpretan dan objenya. Apa yang disebut sebagai proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses semiosis ini sering juga disebut sebagai signifikasi (signification).45 Peirce menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (triangle meaning). Menurutnya, semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign atau representamen), acuan tanda (object), pengguna tanda (interpretan). Yang dikupas teori segitiga adalah bagaimana muncul dari sebuah tanda digunakan orang pada waktu berkomunikasi. 46 a. Tanda 45
Kris Budiman, Semiotika Visual:Konsep, Isu, Dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta: jalasutra, 2011),h.17 46 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.263.
41
Adalah suatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia, dan merupakan suatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain luar tanda itu sendiri. Acuan tanda disebut objek b. Acuan Tanda (Objek) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda c. Penggunaan Tanda (Interpretan) Konsep
pemikiran
dari
orang
yang
menggunakan
tanda
dan
menurunkanya ke suatu makna tertentu atau makana yang ada di dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (triangle meaning). Menurutnya, semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign atau represetamen), acuan tanda (object), pengguna tanda (interpretant). Yang dikupas teori segitiga adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. 47 Gambar 2.1 Semiotika Peirce48 Ground
Interpretant
47 48
Object
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.263. Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), 263
42
Karena proses semiosis seperti tergambarkan pada skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak berkesudahan, maka pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen , menjadi interpretan lagi, menjadi representamen lagi, dan seterusnya. Gerakan yang tak berujung-pangkal ini oleh Umberto Eco dan Jacques Derrida kemudian dirumuskan sebagai proses semiosis tanpa batas.49 Menurut Peirce, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Ground adalah suatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi. Berdasarkan ground-nya Peirce membagi menjadi qualisign (kualitas yang ada pada tanda), sinsign (eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda) dan legisign (norma yang dikandung oleh tanda). Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda menjadi icon (tanda yang hubungan antara penanda dan pertandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah), index (tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penandaannya yang bersifat klausal), dan symbol (tanda yang menunjukan hubungan arbiter antara penanda dengan petandanya). Dan berdasarkan interpretant-nya dibagi atas rheme (tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan), dicent sign
49
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.18.
43
(tanda sesuai kenyataan) dan argument tanda yang langsung memberikan alasan sesuatu.50 Bagi Peirce, tanda “is something which stands to some body for something in some some respect or capacity” menurutnya, tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu.51 Atas hubungan dasar ini Peirce mengadakan klasifikasi tanda: Ground 1. Qualisign (suatu kualitas yang merupakan suatu tanda) 2. Singsign (“sign”: “hanya sekali” peristiwa yang merupakan tanda ) 3. Legisign (hukum yang berupa tanda. setiap tanda konfensional adalah Legisign).
Objek 1. Ikon yaitu tanda yang memiliki kualitas objek yang didenotasikan. 2. Indeks (petunjuk) yaitu tanda yang mendenotasikan suatu obyek melalui terpengaruhnya kepada objek itu 3. Symbol yaitu sebuah tanda yang konvensional.
Interpretan 1. Rheme yaitu tanda sebuah kemungkinan kualitas yaitu bahwa ia mewakili suatu obyek yang mungkin ada. 2. Design yaitu tanda eksistensial suatu objek. 3. Argument yaitu tanda suatu hukum.
Ground Tanda yang berkaitan dengan ground dibaginya menjadi: . Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar,
keras, lembut, lemah, dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign
50 51
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h.41-42. Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.13.
44
adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan manusia.52
Objek Menurut Pierce (Noth, 1995:45), maka tanda-tanda objek dalam gambar dapat
dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotika. Diantaranya: ikon, indeks dan simbol. Table 2.1 ( Semiotika Peirce) Sumber: Marcel Danasi (2010)
Jenis Tanda (Representamen)
Hubungan Antar Tanda Dan Sumber Acuan
Contoh
Ikon
Tanda dirancang untuk mempresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar dan seterusnya, dalam ikon)
Segala macam gambar (bagian, diagaram dan lainlain), photo, kata-kata dan seterusnya
52
Indeks
Tanda dirancang untu Jari yang menunjuk, kata mengidentifikasikan sumber keterangan seperti di sini, di acuan atau saling sana, kata ganti seperti aku, menghubungkan sumber kau, ia dan seterusnya acuan
simbol
Tanda dirancang untuk Simbol sosial seperti mawar, menyandingkan sumber simbol matematika dan acuan melalui kesepakatan seterusnya atau persetujuan
Alek sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.41
45
1. Ikon Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai “kesamaan dalam beberapa kualitas”. Suatu pete atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan objeknya sejauh di antara keduanya terdapat keserupaan.53 Ikon adalah tanda yang mewakili sumber acuan melalui sebuah bentuk replikasi, simulasi, imitasi atau persamaan,. Simbolisme bunyi adalah salah satu contoh ikonisitas dalam bahasa. Namun, ikonitas dapat pula ditemukan dalam wilayah representasi non verbal misalanya,sebuah foto mirip dengan sumber acuan secara visual, begitu pula dengan lukisan pemandangan alam. 54 Ikonisitas adalah upaya untuk memanipulasikan sifat indrawi yang direpresentasikan dalam berbagai tanda. Pada
dasarnya
icon
merupakan
tanda
yang
bisa
menggambarkan cirri utama sesuatu meskipun Sesutu yang lzim disebut objek acuan tersebut tidak hadir. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks,
.53 Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu Dan Problem ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011)h.20 54 Marcel Danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2004),h.38.
46
namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik ( dua atau tiga dimensi ) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Misalnya gambar Djoko Susilo adalah ikon Djoko susilo. 2. Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Didalam indeks hubungan antara tanda dan objeknya sifatnya konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kasual. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yanhg mewakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. 55 Misalnya, jejaka telapak kaki di atas permukaan tanah merupakan indeks dari seseorang yang telah lewat disana; ketukan pada pintu merupakan indeks dari kehadiran atau kedatangan seseorang dirumah kita. Kata rokok, misalanya memiliki indek asap. Hubungan indeksial antara rokok dan asap terjadi karena terdapatnya hubungan cirri yang bersifat tetap ‘rokok’ dengan ‘asap’. Kata yang memiliki Indeksikalitas masing masing memiliki ciri utama individual. Ciri yang satu dengan yang lain berbeda dan tidak saling menggantikan. Ciri utama pada rokok misalnya, berbeda dengan asap. 55
Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011),h.201
47
Indeks
merupakan
tanda
yang
dirancang
untuk
mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan.56misalnya, bisa berupa hal-hal semacam zat atau material ( asap adalah indeks dari adanya api), gejala fisik ( kehamilan adalah indeks dari sudah terjadi pembuahan), gejala alam (jalan becek adalah indeks dari hujan yang turun beberapa saat lalu). 3. Simbol Simbol adalah tanda yang dirnacang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik.57 Misalnya, mawar adalah simbol cinta di beberapa kebudayaan: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adlah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda misalnya seperti Eskimo, Garuda Pancasila dipandang sebagai burung elang biasa. Simbol adalah tanda yang representamen merujuk pada objek tertentu tanpa motivasi; simbol terbentuk melalui konvensi-konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung di antara representamen dan objeknya.58 Simbolisme adalah hasil dari kesepakatan historis dan sosial, persetujuan atau fakta. 56
Marcel danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h.38. Marcel danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2004) h.38. 58 Kris Budiman. Semiotika Visual konsep, Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011),h.22 57
48
Tanda yang berkaitan dengan interpretan adalah: Pertama, (rheme) adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda apapun yang tidak betul dan tidak pula salah pula. Reme merupakan tanda yang mungkin orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata dimasukin insekta, atau baru bangun atau ingin tidur Kedua, tanda disen (decentsign) adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Ketiga, argument (argument) adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Lalu Lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Berdasarkan objeknya, peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks)
dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya, ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan.59 Misalnya, model gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul majalah Tempo adalah ikon dari sebuah kasus terkait korupsi simulator SIM. indeks adalah tanda yang memilki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. Misalnya teks pada majalah Tempo yang mewakili atau disebut juga tanda sebagai bukti. Misalnya, teks yang ada pada sampul majalah Tempo.yang mewakili 59
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008),h.17.
49
keterangan atas gambar ilustrasi kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan Djoko Susilo dan KPK. Menurut interpretan, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument.60 Pertama, rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda ataupun yang tidak betul dan tidak pula salah. 61 Rema merupakan tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdassarkan pilihan. 62 Misalnya gambar ilustrasi pada sampul majalah Tempo menandakan bahwa gambar tersebut adalah ilustrasi kasus simulator SIM. kedua decisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, pada sampul majalah tersebut menambahkan teks yang menyatakan gambar tersebut adalah kaitanya dengan kasus simulator SIM. ketiga, argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Misalnya teks yang menyatakan bahwa itu adalah gambar ilustrasi kasus simulator SIM.
60
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, (bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),h.42. Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,20011), h.81. 62 Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, (bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.42. 61
51
BAB III PROFIL MAJALAH TEMPO A. Sejarah Singkat Majalah Tempo PT Tempo ini Media Tbk sudah berstatus perusahaan terbuka. Perseroan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 8 Januari 2001. Meski masih tergolong pemain baru dalam bursa, sebagai sebuah perusahaan media. Tempo memiliki sejarah yang panjang. Dalam perjalananya, ada pasang surut yang dialami. Fakta-fakta yang disuguhkan majalah Tempo lewat pemberitaanya, kerap bersinggungan dan memunculkan rasa tak nyaman bagi penguasa Orde Baru ketika itu. Akibatnya Tempo mengalami dua kali pembredelan. Bermula dari sebuah ruko kecil di bilangan pecinan, Senen, Jakarta pusat, beberapa wartawan muda, seperti Goenawan Moehamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, dan Putu Wijaya membentuk sebuah majalah mingguan yang mereka namakan “Majalah Tempo” . maka dari salah satu blok gedung di JL. Senen Raya 83, Jakarta pada 6 Maret 1971, terbitan perdana Majalah Tempo beredar di masyarakat dengan yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya lewat perusahaannya dengan nama PT. Grafiti. Tempo mampu tumbuh dan berkembang pesat, bahkan menjadi icon dan satu-satunya majalah berita yang independen sekaligus terpercaya di Indonesia.
52
perijinan media massa pada saat itu lebih mudah dari pada jaman Soeharto berkuasa. Tidak perlu memakai persyaratan, yang penting punya modal dan bisa terbit. Almarhum
Adam Malik, bahkan ikut memberi rekomendasi Tempo agar
mendapat Surat Ijin Terbit (SIT) dengan mudah. Namun, perolehan SIT Majalah Tempo kala itu memang tergolong lancar. Majalah tempo memiliki SIT pada tanggal 31 Desember 1970, namun baru terbit perdana pada 6 maret 1971. Tiga tahun setelah tempo lahir. Semangat di kalangan pengelola redaksi kala itu sangat tinggi. Apalagi dengan rata-rata umur mereka yang masih 20-an. Saat itu mereka yakin bahwa majalahnya akan dibaca banyak orang. Meski sempat diragukan salah seorang petugas pemasaran senior, namun mereka tetap tancap gas. Segala dan upaya dikerahkan. Bagi mereka, setiap waktu merupakan hasil kerja yang terbaik. Tentu saja tak semudah yang dibayangkan. Meski ini dibidang redaksi cukup banyak penulis yang berpengalaman, bahkan sebagai sastrawan yang sudah punya nama, secara keseluruhan tenaga SDM masih sangat terbatas. Lebih payah lagi, organisasinya masih berantakan. Secara konseptual, Tempo merupakan majalah mingguan yang rubrikanya (lebih dari 30 rubrik), dan selalu mengutamakan berita peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi, yang berarti selalu tepat, aktual dan selalu terbaru. Tempo mencanangkan konsep peliputan berita yang sedapat mungkin dilakukan secara jujur. Semua fakta diliput, baik yang disuakai maupun tidak. Penjelajahan ide dan gagasan kepada pembaca berusaha dihindari sejauh mungkin oleh Tempo. Jika mengetengahkan persoalan yang menyangkut perbedaan pendapat anatara dua pihak, keduanya diberi
53
kesempatan yang sama untuk menampilkan opini atau fakta masing-masing dengan varian yang cukup. Tempo merupakan majalah independen yang tidak dipengaruhi oleh pihak lain, baik itu sebagai pribadi maupun lembaga. Tempo juga merupakan forum yang memperjuangkan hak bicara bagi semua orang atau lemabaga tanpa pengecualaian. Edisi pertama Tempo laku sekitar 10.000 eksemplar. Di edisi kedua yang laku sekira 15.000 eksemplar. Progress penjuaalan oplah ini menipis keraguan Zainal Abidin, bagian sirkulasi Tempo, yang menganggap majalah ini tidak laku. Selanjutnya, oplah Tempo terus meningkat pesat hingga pada tahun ke-10, perjalanan tempo mencapai 100.000 eksemplar. Dalam perjalanannya, tentu saja ada masa pasang-surut yang harus dilewati. Khususnya yang berkaitan dengan sajian berita yang ditampilkan. Fakta yang sesungguhnya kerap bersinggungan dan memeunculkan rasa tak nyaman bagi kalangan pengusaha Orde Baru kala itu. Terjadi pula dualisme kepemimpinan di tubuh Tempo antar Goenawan dengan Bur. Keduanya memiliki perbedaan ide dasar. Goenawan ingin Tempo bergaya Feature (bercerita), sedangkan Bur cenderung ke News. Keduanya pun sering berbeda paham dan saling bertolak pendapat.
54
Kenapa nama Tempo? Menurut Goenawan Pemimpin Redaksi saat itu- karena kata ini mudah diucapkan, terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan sifat sebuah media berkala yang jarak terbitnya longgar, yakni mingguan.
Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya Tempo dibredel. Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya Tempo diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam "janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu ( zaman Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers).
Gambar 3.2 Majalah Tempo Edisi Pertama
Pada Oktober 1998, majalah Tempo terbit kembali dengan perubahan desain dan isi, yang lebih dalam, tajam, dan akurat. Edisi perdana, yang mengangkat berita pemerkosaan perempuan Tionghoa dalam kerusuhan yang membakar Jakarta Pada
55
Mei 1998, disambut hangat oleh pembaca. Maklum, banyak peristiwa yang terkuak dibalik peristiwa itu. Seiring dengan itu, dimulailah konsep untuk mengembangkan aplikasi yang bisa di akses melalui aplikasi telepon seluler, BlackBerry, iPone, iPad, dan tablet Androit. Jumlah pengakses Tempo Interaktif via mobile meningkat lebih dari 500 persen. Tempo Interaktif
juga mengembangkan aplikasi iPad dan Android untuk
majalah-majalah grup Tempo, seperti Tempo, Tempo Edisi Bahasa Inggris. B. Perkembangan Sirkulasi / Distribusi
Pertumbuhan Readership di tahun 2003 sebesar 24%
4000 Pelanggan baru dari kalangan perdagangan dan rental sekaligus pemasangan iklan.
600 Rak terbesar di Apotik dan rumah sakit di Jakarta, Bandung, Medan dan Depasar.
150 rak terbesar di Hotel dan apartemen di Jakarta
150 rak di perguruan tinggi, Mall, restoran dan café
100 rak ditempatkan di lobby Bank dan Perusahaan
50 instalasi pemerintah
C. Perkembangan perusahaan Perseroan terus berkembang dengan bergabungnya PT Temprin, yang merupakan salah satu anak usaha yang bergerak dibidang percetakan. Dalam
56
klasifikasi versi Persatuan Pengusaha Grafika Indonesia, Temprint masuk kategori B (besar) dan memiliki rating bintang 4 (rating tertinggi). Saat ini, PT Temprint memiliki mesin-mesin cetak yang cukup mendukung proses produksi produk perseroan, yaitu dua lines mesin newspaper web haris konfigurasi 4/4. Untuk meningkatkan kinerja usaha, PT Temprint mendatangkan mesin baru hibrida (web dan web commercial) Global dari Amerika serikat. Dipercetakan inilah majalah Tempo, majalah Tempo Edisi Bahasa Inggris ( terbit sejak tahun 2000) Setalah menerbitkan Koran Tempo-harian berita politik dan ekonomiperseroan mencoba melakukan inovasi yakni majalah gaya hidup U Magazine (UMag). Dengan berbagai penerbitan itu, PT Tempo Inti Media Tbk terus berupaya meningkatkan sirkulasi dan pendapat iklanya, baik melalui media cetak maupun media online. D. Visi Dan Misi Majalah Tempo 1. Visi Majalah Tempo Visi majalah Tempo adalah menjadi acuan dalam proses kebebasan rakyat untuk berfikir dan mengutarakan pendapat, serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat. 2. Misi Majalah Tempo Majalah Tempo memiliki beberapa misi, diantanya adalah:
57
a. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda b. Sebuah produk multi media yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik c. Terus menerus meningkatkan apresiasi dan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik d. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik e. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai denagn kemajuan zaman f. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sector g. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiaan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual.
E. Prestasi Majalah Tempo 1. 1971 Edisi perdana Tempo dapat menjual 20.000 kopi 2. 1977 penjualan mencapai 47.000 kopi 3. 1988 penjualan mencapai 166.000 kopi 4. 1991 menjadi satu-satunya jurnalis dari Indonesia yang meliput perang teluk dari Bagdang, Irak. 5. 1993 penjualan mencapai 200.000 kopi 6. 1996 Reporter, Ahmad Taufik menerima anugerah S Tasrib Award 7. 1997
Reporter Bina Bektiana menerima penghargaan US Woman
Journalist Award
58
8. 1998 penjualan pada edisi perdana Tempo pasca dibredel mencapai 150.000 kopi 9. 1998 Goenawan Mohammad menerima CPJ Award 10. 2000 Media pertama mengungkapkan sengketa Buloggate, sedangkan yang lain hanya mengutip dari Tempo 11. 2002 Hasil Survey AC Nielsen, MBM paling banyak pembacanya 12. 2002 Rommy Febri menerima penghargaan sebagai Nominee dari Internasional federation of Jornalist (IFJ) & European Union (EU) di Belgia. 13. 2003 Karania Dharmawangsaputra mendapat penghargaaan dari AJI (Aliansi Jurnalistik Independent) untuk tulisanya mengenai investasi Buloggate. 14. 2003 Rommy F & Maria H menerima penghargaan Apresiasi Jurnalis Jakarta dalam peringatan 9 tahun AJI 15. 2003 Merupakan Media yang paling komprehensif mengankat isu Ilegal Logging periode 2002-2003 dari GreenCom & Inform (TWI, Walhi, Telapak, WWF, Kemala, AMAN, TNC, FFI, BLI,CI) 16. 2003 Karaniaya Dharmasaputra menerima penghargaan M. Hatta Award atas kinerjanya memberantas korupsi
59
17. 2004 penghargaan kepada wartawan Tempo (Nezar Patria): tolerance Prize dari Internasional Federation of Journalists atas pemberitaannya mengenai aceh. 1
Table 3.1 Tema Sampul Majalah Tempo
Edisi
Judul
12 Agustus 2012
SIMSALABIM JENDRAL SIM
6 Agustus 2012
MENGAPA POLISI BERTAHAN Ditengarai ada bisnis ratusan miliar dibalik proyek simulator kemudi
8 Oktober 2012 11 Maret 2013
MENGAPA POLISI KALAP
AZIS SAMSUDIN, HERMAN HENDRY, NAZARUDIN, DAN BAMBANG SOESATYO . TERSERET SIMULATOR KEMUDI
1
Fitri Susilawati, Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Pada PT Tempo Inti Media. ,(UIN Jakarta:2010),h.45
60
F. Sampul Majalah Tempo Tentang Korupsi Simulator SIM A
Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012 C
Tempo edisi 8 Oktober 2012
B
Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012 D
Tempo edisi 11 Maret 2013
61
A. Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012 ini bertemakan tentang “Simsalabim Jendral SIM”. sampul ini menceritakan tentang sebuah peristiwa KPK mencium aroma korupsi dalam proyek simulator SIM yang melibatkan Ispektur Jendral aktif yang terlibat didalamnya. Yaitu Djoko Susilo diduga sebagai orang yang bertanggung jawab karena melakukan pencucian uang Negara sebesar Rp 196,87 miliar. Namun KPK masih sulit untuk menyidik Djoko Susilo, karena kepolisian mengangap yang berhak mengusut kasus ini adalah kepolisian bukan KPK. B. Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012 ini bertemakan tentang “Mengapa Polisi Bertahan”. gambar sampul majalah edisi ini menceritakan peristiwa. perlawanan yang dilakukan oleh kepolisian kepada KPK karena berani mengusut kasus yang yang melibatkan Djendral berpangkat bintang dua yang melakukan tindak korupsi simulator SIM. Kemarahan ini terjadi saat petugas KPK berusaha menggeledah kantor korps Lalu lintas kepolisian, kemudian kepolisian melakukan penahanan barang bukti hasil pengeledahan penyidik KPK selama 20 jam. Padahal komisi jelas memegang izin dari pengadilan. C. Majalah Tempo edisi 8 Oktober 2012 ini bertemakan tentang “MENGAPA POLISI KALAP”. gambar sampul majalah edisi ini menceritakan Kasus korupsi simulator SIM dan pengadaan pelat nomor yang dilakukan oleh Djoko Susilo mulai terungkap, menunjukan betapa para petinggi Polri kini berada di kursi panas dan ketakutan karena KPK sudah berani menetapkan Djoko Susilo sebagai tersangka. selain Djoko Susilo melakukan pengadaaan simulator kemudi dia juga pengadaan pelat nomor , dan diduga ada penggelembungan
62
belipat-lipat harga perolehan material, dan miliaran rupiah mengalir kesejumlah petinggi polri. D. Majalah Tempo edisi 11 Maret 2013 ini bertemakan tentang “Azis Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan Bambang Soesatyo” Terseret Simulator SIM. gambar sampul majalah edisi ini menceritakan bagaimana anggota DPR tersebut diduga mendapatkan aliran dana proyek simulator SIM dari Djoko Susilo. Diduga Djoko Susilo menggelontorkan dana sebesar Rp 10 miliar untuk meloloskan proyek simulator SIM ini, namun para anggota DPR tersebut hanya ditetapkan sebagai saksi.
Keempat sampul majalah Tempo tersebut berkaitan satu sama lain dan membentuk sebuah cerita bagaimana proses pengusutan kasus korupsi simulator SIM ini terjadi. Keterlibatan seorang Irjen Doko Susilo dan anggota DPR memberikan anggapan miris dan meresahkan masyarakat. Aparat penegak hukum yang seharusnya mengayomi, menjaga keamanan, dan menegakkan hukum setegak-tegaknya malah justru melakukan tindak korupsi. Proyek simulator SIM ini tidak dilakukan secara sendiri karena melibatkan petinggi polri dan anggota DPR sebagai persetujuan proyek. Proses pengusutan KPK yang terkesan lamban karena adanya perlawanan kepolisian untuk menyidik sendiri kasus yang melibatkan Inspektur Jendral Joko Susilo, seperti halnya jeruk makan jeruk karena menyidik atasanya sendiri. Masayarakat terkesan tidak percaya kepada polisi akan menuntaskan kasus ini
63
mengingat kasus sebelumnya yaitu Rekening Gendut yang tidak jelas bagaimana hasilnya. Sehingga masyarakat lebih mendukung KPK untuk melakukan penyidikan kasus korupsi simulator SIM ini.
66
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Semiotika Pada Sampul Majalah Tempo Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah pokok yang diambil untuk bahan penelitian. Dengan menggunakan teori Charles Sanders Peirce yang mengemukakan tentang jenis tanda, diantaranya sign,object, dan interpretant. Untuk penelitian ini, peneliti mengambil sampul majalah Tempo Edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Sampul majalah Tempo yang diteliti adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampul Majalah Tempo yang diteliti Edisi
Peristiwa
12 Agustus 2012
Irjen Djoko Susilo Diduga terlibat dalam kasus korupsi Simulator SIM
6 Agustus 2012
Polisi dan KPK saling berebut kasus korupsi Simulator SIM membuat penuntasan kasus menjadi lamban, karena polisi berusaha melindungi Djoko Susilo
8 Oktober 2012
Irjen Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi simulator SIM dan Pengadaan bahan pelat nomor
11 Maret 2013
Empat anggota DPR antara lain, Azis Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan Bambang Soesatyo. Terseret Kasus Korupsi Simulator SIM
67
1. Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012 ini bertemakan tentang “Simsalabim Jendral SIM”. Gambar sampul majalah edisi ini menampilkan gambar Djoko Susilo mengenakan seragam Polisi sedang menaiki simulator kemudi.
A
E
D
B C
Gambar 4.1 Sampul Majalah Tempo 6 Agustus 2012 Inspektur Jenderal Polisi Djoko Susilo, ilustrasi dari sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012 ini adalah tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan simulator SIM di Korps Lalu Lintas Polri. A. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign
68
1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign yang ada pada gambar 4.1 adalah ditampikan warna dasar Background dari latar gambar ini adalah warna abu-abu gelap yang melambangkan kesedihan, lemah, kehabisan energi, dan kotor. Hal ini berkaitanya dengan Djoko susilo yang mulai terancam karena kasus korupsi simulator SIM. Sosok mirip Djoko Susilo yang mengenakan seragam polisi berwarna cokelat dengan sabuk berwarna putih yang mengandung arti lembaga ini seharusnya bersih dari segala tindakan yang dapat merugikan Negara.
Sedang menaiki simulator
kemudi menandakan proyek simulator ini merupakan tanggung jawab dari Djoko Susilo. Ekspresi wajah cemberut yang menoleh kebelakang menghindari layar yang bertuliskan KPK. Menandakan kecemasan dari Djoko Susilo terkait kasus Simulator SIM. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Sinsign yang ada pada gambar 4.1 adalah sosok Djoko Susilo dengan ekspresi wajah yang menoleh kebelakang menghindari layar yang bertuliskan KPK. Mengambarkan penolakan atau perlawanan dari Djoko Susilo kepada KPK terkait kasus Korupsi simulator SIM. Gambar layar yang menunjukan jalur yang berliku-liku diselingi dengan pelang bertuliskan KPK.
69
Mengambarkan bahwa kasus ini tidak mudah utuk dikuak karena melibatkan petinggi kepolisian. 3. Legisign Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan manusia. Legisign yang ada pada gambar 4.1 adalah sosok Djoko susilo dan Motor simulator disertai dengan tulisan KPK pada layar, menandakan adanya kasus korupsi dalam proyek Simulator kemudi yang merupakan tanggung jawab Djoko Susilo. B. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object
1. Ikon Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Ikon Pada sampul tersebut gambaran dari seseorang berseragam polisi mirip dengan sosok Inspektur Jendral Djoko Susilo. Djoko Susilo adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap Proyek simulator SIM. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini tengah menyidik kasus dugaan korupsi dalam proyek pengadaan alat simulator kemudi mobil dan motor yang dilakukan Korps Lalu Lintas Polri (Korlantas). Alat yang belakangan ini heboh dibicarakan itu sebenarnya didistribusikan ke tiap Kepolisian Daerah. Salah satu yang pertama memiliki simulator kemudi itu adalah Polda Metro Jaya. Simulator kemudi beroda dua adalah sebuah motor simulasi
70
untuk menentukan kompetensi seseorang dalam berkendara. Hal ini sebagai persyaratan untuk mendapatkan SIM. 2. Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Indeks pada sampul ini. Melalui seragam yang dikenakan yaitu seragam lengkap kepolisian bersepatu pantopel berwarna hitam melambangkan kekuatan dari kepolisian yang menjadi simbol keamanan negara. Sabuk warna putih memberikan arti seharusnya lembaga kepolisian bebas dari tindakan kotor termasuk korupsi, seperti halnya dalam kasus Simulator kemudi seharusnya bersama-sama membongkar siapa saja yang bersalah meskipun melibatkan intitusi kepolisian. Sedangkan posisi Djoko Susilo
mengendalikan
simulator kemudi, menandakan proyek ini adalah kekuasaan Djoko sebagai penanggung jawab . (A dan B), dan (kode D) menampilkan tulisan KPK menandakan adanya tindak korupsi dalam proyek simulator kemudi ini. Sedangkan pada kode (C) mengambarkan simulator kemudi dalam gambar ilustrasi persis dengan aslinya memberikan penegasan bahwa ini merupakan proyek yang dijalankan oleh Djoko Susilo, namun dalam proses berjalannya proyek simulator, KPK mengendus terjadi korupsi yang dilakuakan para petinggi Polri. 3. Simbol Simbol adalah tanda yang diranacang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan hubungan antara penanda dan petandanya. Simbol yang
71
muncul adalah kasus korupsi Simulator SIM. Gambar ilustrasi yang sangat jelas menggambarkan seorang mirip Djoko Susilo dengan kendaraan simulatornya kemudian diperlihatkan tulisan KPK di layar simulator kemudinya. Sangat jelas memberi penegasan adanya kasus yang meresahkan masyarakat yang dilakukan oleh Djoko Susilo yang berusaha dibongkar KPK.
Namun proses penyidikan KPK
mengalami halangan dari kepolisian karena adanya anggapan dari kepolisian bahwa kasus ini menjadi Tanggung jawabnya. Adanya dugaan kepolisian ingin mengaburkan kasus ini karena melibatkan petinggi Polri. Dalam sampul tersebut kata-kata dalam pada kode (E) adalah “Simsalabim Jendral SIM”, memberi kesan gambaran adanya keterlibatan Jendral Polisi dalam korupsi proyek Simulator SIM. Posisi yang digambarkan adalah menoleh kebelakang menghindari layar simulator memberikan gambaran menghindar dari KPK yang sudah mengendus adanya tindak korupsi dalam proyek pengadaan alat simulator SIM. C. Interpretasi Penulis Dari pemaparan terhadap ikon, indek, dan simbol di atas, maka peneliti melihat bahwa gambar pada sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012 adalah ilustrasi tentang kasus korupsi simulator SIM. petanda yang ada pada gambar adalah sosok polisi Irjen Djoko Susilo berseragam polisi, bersepatu pantopel sedang mengendalikan simulator kemudi. Djoko adalah pengendali dari proyek simulator SIM seperti yang diperlihatkan pada gambar. Posisi yang sedang menoleh kebelakang menghindari layar simulator bertuliskan KPK. Hal tersebut memberikan kaitan ada unsur korupsi dalam proyek simulator ini. Ditambah lagi gambar pada layar simulator
72
mengambarkan jalan yang berliku-liku diselingi pelang bertuliskan KPK. Seperti yang kita ketahui pengusutan kasus korupsi ini sangat lamban karena mendapat halangan dalam melakukan penyidikan. Selain itu melibatkan petingi polri sehingga perlu keberanian KPK untuk menyelesaikan kasus ini. Teks “Simsalabim Jendral SIM” mengiterpretasikan peneliti bahwa ilustrasi pada gambar tersebut tentang keterlibatan seorang Djoko Susilo sebagai dalangnya. kepolisian yang berusaha merebut pengusutan kasus ini karena ingin menutupi dari kasus korupsi simulator SIM. Penggunaan tema “Simsalabim, Jendral, SIM” dalam sampul tersebut memiliki makna yang tersembunyi. Penulis menginterpretasikan bahwa ilustrasi polisi dalam kata tersebut memiliki jabatan sebagai Inspektur Jendral Kepolisian. Sosok gambar ilustrasi yang mirip dengan Djoko Susilo kode (A) yang memiliki jabatan berpangkat bintang dua dikepolisian. Kata “Simsalabim” dan “SIM” kode (E), interpretasi penulis adalah berkaitan keinginan kepolisian untuk menyamarkan atau menghilankan bukti-bukti yang melibatkan Djoko Susilo dari kasus proyek simulator SIM. salah satunya adalah adanya pelarangan penyidik KPK untuk menahan Djoko Susilo. Gambar motor simulator pada kode C yang dikendalikan oleh Djoko Susilo memberikan penegasan bahwa proyek ini merupakan tanggung jawabnya. Sabuk putih yang dikenakan oleh polisi memberikan arti lembaga kepolisian seharusnya bersih dari tindak pidana yang merugikan Negara. Pada 27 Juli 2012 Mantan Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Mabes Polri, Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Djoko Susilo resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan simulator kemudi motor dan mobil di Korlantas Mabes
73
Polri tahun anggaran 2011. Hasil penyidikan sementara, KPK menemukan adanya kerugian negara dalam pengadaan simulator kemudi motor dan mobil akibat penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan Djoko. Kerugian negara ditaksir mencapai puluhan miliar rupiah.
Gambar yang ditampilkan pada sampul ini tidak hanya visualisasi polisi dan simulator kemudinya saja, namun, ada pesan yang disampaikan lewat gambar ilustrasi yang mengarahkan pada sosok Djoko Susilo dalam pelaku yang paling bertanggung jawab. Terkait dengan objek pada penelitian ini, pada dasarnya menciptakan gambaran terhadap proses kasus korupsi simulator SIM, identitas ini muncul lebih tepatnya dikonstruksi sebagai sebuah contoh gambaran polisi yang menoleh menghindari layar simulator bertuliskan KPK, menandakan ketidak setujuan institusi kepolisian untuk menyerahkan kasus korupsi simulator SIM ini kepada KPK. Permasalalahan ini timbul ketika Tim Penyidik KPK menggeledah kantor Korps Lalulintas untuk mencari barang bukti. Usai melakukan penggeledahan dan mendapatkan beberapa barang bukti, Tim Penyidik KPK tidak diperkenankan keluar meninggalkan gedung Korps Lalulintas, dengan alasan tidak memegang surat izin. Kepolisian terkesan berupaya merintangi langkah KPK untuk pengusutan kasus korupsi yang dilakukan oleh Djoko Susilo. Sampai pada akhirnya kepolisian mengijinkan barang bukti dibawa oleh penyidik KPK, setelah mendapatkan izin dari Timur Pradopo. Hanya saja pertikaianpertikaian lembaga ini belum mereda karena beberapa hari kemudian kepolisian juga
74
mengumumkan penetapan tersangka proyek simulator. Beberapa nama tersangka bahkan sama dengan yang disidik oleh KPK. Bedanya, polisi belum menyentuh Djoko. 2. Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012 ini bertemakan tentang “Mengapa Polisi Bertahan”. gambar sampul majalah edisi ini menampilkan model pria mengenakan seragam Polisi, membawa mobil Polisi dengan ekspresi marah dengan mengepalkan tangan karena ditilang oleh petugas KPK.
G
H
A B F C D
Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo 12 Agustus 2012
E
75
A. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign yang ada pada gambar 4.2 seorang polisi berseragam lengkap berpangkat bintang dua (kode B) simbol dari pangkat Inspektur Jendral kepolisian, dengan mengenakan jam tangan ditangan kananya (kode C) mengambarkan emosional dan semangat disiplin kepolisian terhadap peraturan, gambaran wajah polisi dengan ciri kumis tebal (kode A) Identik dengan petinggi kepolisian Timur Pradopo. Penegasan tangan mengepal (kode C) yang ditujukan kepada petugas KPK yang berada didepanya mengambarkan kemarahan yang luar biasa dari petinggi kepolisian kepada KPK terkait kasus Simulator SIM yang melibatkan Djendral kepolisian sebagai tersangka utamanya. Sosok petugas KPK yang berada didepanya dengan jaket bertuliskan KPK (kode D) dengan model rambut cepak dengan jambang di pipi identik dengan gambaran pimpinan KPK, Abraham Samad (kode F) . Terlihat petugas KPK sedang menulis surat pelangaran (kode E) yang dilakukan oleh kepolisian dalam kaitanya dengan kasus ini adalah dugaan korupsi yang dilakukan petinggi kepolisian dalam kasus simulator. Sedangkan kemarahan polisi adanya anggapan bahwa tugas menilang adalah tugas kepolisian, seperti realita yang tampak ketika adanya rebutan kasus simulator kemudi yang mengakibatkan adanya konflik dari KPK dan
76
kepolisian. gambaran sosok polisi yang mengendari mobil berwarna hitam (kode H) mengambarkan kekuatan dari institusi kepolisian sebagai simbol keamanan Negara. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Sinsign yang ada pada gambar 4.2 adalah ekspresi kemarahan polisi dengan ciri Kumis tebal ditambah kepalan tangan merupakan luapan emosi dari kepolisian kepada KPK. Gambaran petugas KPK menilang tindak pidana yang melibatkan petinggi kepolisian adalah penyebab kemarahan Polisi. Seperti realitas yang ada ketika KPK melakukan penggeledahan di Korps kepolisian mendapatkan perlawanan dari petinggi kepolisian dengan alasan belum ada surat ijin pengeledahan, padahal sebelumnya ketua KPK Abraham Samat telah meminta ijin kepada petinggi kepolisian Timur Prodopo sebelum melakukan kepolisian. Sampai pada akhirnya terjadi kesepakatan antara ketua KPK dan Timur Pradopo setelah berdiskusi. Sampe pada akhirnya barang bukti satu container barang bukti berhasil dibawa oleh KPK. 3. Legisign Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan manusia. Legisign yang ada pada gambar 4.2 adalah ilustrasi polisi dan KPK dalam gambar menunjukan adanya tarik menarik penanganan kasus korupsi Simulator SIM, sehingga membuat
77
kasus ini lamban pengusutanya. hal ini diperkuat oleh gambar kepalan tangan polisi yang ditujukan kepada petugas KPK. Dalam kasus simulator melibatkan petinggi kepolisian berpangkat bintang dua serta mendapat perlindungan atasanya yang identik dengan berkumis tebal yaitu Jendral Timur Pradopo. B. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Ikon Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Pada sampul tesebut terdapat dua sosok ikon yaitu polisi dan KPK. seorang polisi berseragam lengkap berkumis tebal identik dengan Jendral Timur Pradopo dan memiliki jabatan bintang dua merupakan jabatan Inspektur Jendral kepolisian yang terlibat kasus korupsi simulator kemudi yaitu Djoko susilo, duduk di dalam mobil hitam yang mengartikan duduk dijabatan yang tinggi dan kokoh. Ekspresi marah dengan mengepalkan tangannya kepada anggota KPK yang berada didepanya yang terlihat sedang menulis surat pelanggaran. Sosok petugas KPK dengan jaket ciri khasnya dengan muka berjambang tipis dan rambut cepak identik dengan gambaran ketua KPK yaitu Abraham Samat. Gambaran memperjelas menilang Polisi, dalam realitanya KPK berusaha menyidik petinggi kepolisian dalam kasus simulator. 2. Indeks
78
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Indeks pada sampul ini ditampikan melalui katakata yang terkait dengan perlawanan Polri terhadap KPK terhadap kasus Korupsi yang melibatkan institusinya yaitu dengan kepalan tangan (kode C), melalui gambar seragam yang dikenakan yang berpangkat Inspektur jendral karena berbintang dua (B) menandakan jabatan Inspektur Jendral, dan melalui surat tilang yang dibawa oleh petugas KPK (kode E) menandakan KPK berani mengusut kasus ini meskipun mendapat tentangan petinggi kepolisian. dalam sampul tersebut kata-kata dalam pada (kode C) adalah “Mengapa Polisi Bertahan”, seragam yang dikenakan adalah polisi, posisi yang digambarkan adalah duduk di mobil berwarna hitam dan sedang marah Dan mengepalkan tanganya kepada petugas KPK yang berusaha menilangnya. Hal ini mengambarkan seperti realitas yang ada ketika kepolisian tetap bertahan untuk kekeh mengusut kasus simulator kemudi dan melarang KPK untuk melanjutkan penyidikan kasus ini. 3. Simbol Simbol adalah tanda yang diranacang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Simbol yang muncul adalah keterlibatan Polisi berpangkat bintang dua yaitu seorang Inspektur Jendral kepolisian, dalam kasus korupsi simulator SIM. Ilustrasi pada gambar 4.2 terlihat seorang petugas KPK sedang menulis surat pelanggaran yang ditujukan kepada polisi, yang berdampak kemarahan polisi dengan mengepalkan tanganya kepada petugas KPK. Menunjukan gambaran realitanya kepolisian tidak
79
menyetujui kasus korupsi Simulator ini ditangani oleh KPK, karena melibatkan petinggi-petingi kepolisian sebagai tersangkanya. Tulisan “MENGAPA POLISI BERTAHAN” pada kode (C) memberikan gambaran penulis bahwa polisi mempertahankan diri dengan cara melawan KPK. Salah satunya adalah melakukan penolakan saat KPK ingin melakukan penyelidikan. Kemudian pada tulisan “Ditengarai ada bisnis ratusan miliar dibalik proyek simulator kemudi” kode (G) dengan tulisan berwarna kuning menunjukan depresi, kegelisahan, dan keputusasaan kepada petinggi kepolisian terkait kasus korupsi simulator SIM. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Direktorat Lalu Lintas Mabes Polri melakukan pembelian simulator SIM sepeda motor namun dalam prosesnya adanya korupsi didalamnya hingga ratusan miliar rupiah. C. Interpretasi penulis Inspektur Jenderal Polisi dan petugas KPK, ilustrasi dari sampul majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012 ini adalah adanya perselisihan antara Polisi dan KPK terkait kasus korupsi Simulator SIM yang dilakukan Inspektur Jendral Polisi. Dari pemaparan terhadap ikon, indek, dan simbol di atas, penulis menginterpretasikan gambar sampul majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012 tersebut adalah tentang perselisihan KPK dan Polisi dalam penanganan kasus korupsi simulator SIM. sosok pria yang berseragam polisi berpangkat bintang dua merupakan
80
jabatan dari Inspektur Jendral kepolisian, erat kaitanta dengan jabatan Djoko Susilo, sedangkan kumis tebal sangat identik dengan atasan Djoko Susilo yaitu Jendral Timur Pradopo. Yang geram ketika dikaitkan dengan kasus Simulator SIM. Arloji dibagian tangan kanan Posisi sedang mengepalkan tangan kepada petugas KPK didepanya. Hal ini menandakan kemarahan yang luar biasa ditambah dengan ekspresi marah di raut mukanya, menegaskan ketidak setujuan kasus korupsi yang melibatkan petinggi polisi disidik KPK. Sedangkan pangkat berbintang dua di bahunya memberikan kesan bahwa erat kaitanya dengan seorang Inspektur Jendral. Mengendarai mobil berwarna hitam memberikian kesan jabatan kokoh dan kuat. gambaran petugas mirip ketua KPK Abraham Samad dengan ciri khas Jambang dengan Rambut Cepak. Petugas KPK yang sedang menulis surat pelangaran kepada polisi menginterpretasikan KPK yang mulai berani melakukan penyidikan meskipun mendapatkan perlawanan kepolisian. Ketika pertama kali melihat, gambar yang ditampilkan pada sampul ini adalah visualisasi seorang polisi yang memiliki jabatan tinggi dikepolisian berusaha melawan KPK tekait kasus simulator SIM yang melibatkan petinggi Polri. Kemarahan dituangkan dalam gambar ilustrasi kepalan tangan yang ditujukan kepada KPK. Terkait dengan objek pada penelitian ini, pada dasarnya menciptakan gambaran terhadap proses kasus korupsi simulator SIM dan perlawanan dari polisi untuk bertahan terhadap penyidikan yang dilakukan oleh KPK, identitas ini muncul lebih tepatnya dikonstruksi sebagai sebuah contoh gambaran polisi yang
81
menampilkan muka marah dan mengepalkan tanganya, menandakan polisi melakukan perlawanan dan berusaha mengancam KPK. Ditambah lagi dengan judul tulisan “Mengapa Polisi Bertahan” kode (G) menegaskan pertanyaan bahwa sudah nampak jelas Djoko susilo melakukan tindak korupsi namun berusaha ditutupi. Perselisihan antara KPK dan Polri terkait kesepakatan bersama yang dibuat kepolisian, kejaksaan, dan KPK pada Maret 2012 rupanya menjadi alasanya. Salah satu butir kesepakatanya ini. Lembaga penegak hukum yang lebih dulu menyelidiki suatu kasus yang lebih berhak untuk menangani. Poin kesepakatan itu juga menjadi mentah karena undang-undang nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi mengatur masalah tumpang tindih penanganan kasus secara lebih lugas. Pasal 50 undang-undang ini menyatakan KPK lebih berwenang menangani kasus korupsi yang secara bersama-sama juga disidik oleh kepolisian atau kejaksaan wajib menghentikan penanganan kasus yang juga disidik oleh KPK. Masalahnya muncul ketika polisi tidak mau mengalah. Tak hanya melanggar undang undang, polisi akan dituding berupaya melindungi para jendralnya sehingga emoh melepas kasus itu. Sikap ngotot polisi juga memancing pertikaian berkepanjangan ala “Cicak Versus Buaya” yang terjadi pada bulan yang lalu. Istilah ini muncul ketika KPK berupaya mengusut korupsi Jendral Polisi. Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012 ini bertemakan tentang “Mengapa Polisi kalap”. gambar sampul majalah edisi ini menampilkan ikon pria mengenakan
82
seragam Polisi (Irjen Djoko Susilo) sedang membawa papan nomor bertuliskan “Djoko Susilo D1 BUI”.
A C
B
D
83
Gambar 4.3 Sampul Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012 A. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign yang ada pada gambar 4.3 adalah sosok Djoko Susilo dengan seragam polisi berpangkat bintang dua namun dengan ekspresi muka melas. Hal ini menandakan ketakutan yang dialami Djoko susilo karena kasusnya diusut oleh KPK. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Sinsign yang ada pada gambar 4.3 adalah ekspresi wajah sedih dengan tangan memegang pelat nomor menjelaskan tantang kasus yang mulai terkuak selain pengadaan simulator SIM, Djoko Susilo juga melakukan pengelembungan dana terkait pengadaan bahan mentah pelat nomor. 3. Legisign Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan manusia. Legisign yang ada pada gambar 4.3 adalah gambaran pelat nomor dengan tulisan D 1 BUI
84
menjelaskan Djoko susilo akan masuk penjara terkait kasus korupsinya yang mulai terbongkar. B. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Ikon Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Ikon pada sampul tersebut adalah gambaran dari seorang polisi berseragam lengkap berbintang dua. Dengan tangan sebelah kiri memegang pelat nomor sedangkan tangan sebelah kanan menunjuk tulisan yang ada pada pelat nomor. ekspresi yang ditampilkan adalah wajah melas dan sedih, kesan yang ditampilkan pada sampul itu adalah ikon seorang Inspektur Jendral Djoko susilo terkait kasus korupsi yang telah ditangani KPK. 2. Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Indeks pada sampul ini ditampikan melalui katakata “Mengapa Polisi Kalap” (kode C), melalui gambar seragam yang dikenakan yang berpangkat Inspektur jendral dengan pangkat bintang dua (B), dan melalui gambar papan nomor bertuliskan “Djoko Susilo D 1 BUI” (kode D). selain itu gambaran ekspresi muka sedih dari Djoko Susilo 3. Simbol
85
Simbol adalah tanda yang dirnacang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Simbol yang muncul adalah terkait kasus dugaan keterlibatan polisi berbintang dua dalam kasus korupsi simulator SIM. Ilustrasi pada sampul majalah adalah menggambarkan seorang polisi dengan seragam lengkap dengan pangkat bintang dua dengan muka sedih membawa pelat nomor bertuliskan “Djoko Susilo D 1 BUI” sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi gambar 4.3 dalam realitas obyektif KPK sudah berani menetapkan Djoko Susilo sebagai tersangka sehingga keterlibatan petinggi polri yang lain akan terkuak. Sehingga membuat jajaran kepolisian mulai ketakutan. Terkait dengan penolakan masyarakat kepada kepolisian yang berusaha
menangani kasus simulator SIM.
membuat Kepolisian menyerakan kepada KPK. Sampai pada akhirnya penahanan Djoko Susilo dapat dilakukan. pada tulisan “MENGAPA terpisah dengan tulisan POLISI KALAP” merupakan simbol pertanyan mengapa polisi yang sejatinya menjaga keamanan dan mengayomi masyarakat malah justru melakukan tindak korupsi. Tulisan “POLISI KALAP” pada kode (C) memberi gambaran polisi telah melakukan kesalahan fatal dan menciderai kepercayaan masyarakat kepada kepolisian, karena melakukan tindak korupsi simulator SIM. C. Interpretasi Penulis Inspektur Jenderal Polisi Djoko Susilo, ilustrasi dari sampul majalah Tempo edisi 8 Oktober 2012 ini adalah selain tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan
86
simulator SIM dia juga kasus lain yang berkaitan dengan pengadaan material palat nomor di Korps Lalu Lintas Polri. Dari pemaparan terhadap ikon, indek, dan simbol di atas, maka peneliti mengiterpretasikannya bahwa ilustrasi pada gambar tersebut tentang keterlibatan seorang Inspektur Jendral Djoko Susilo melakukan tindakan korupsi simulator SIM dan pengadaan bahan mentah pelat nomor. Makna sosok pria lengkap dengan seragam kepolisian berrpangkat bintang dua namun dengan ekspresi muka sedih. Dia memegang pelat nomor bertuliskan Djoko susilo D 1 BUI. Hal ini memberikan gambaran djoko susilo akan masuk penjara, karena adanya penegasan kata D 1 BUI ini bila dibaca sekilas dapat berarti dibui atau dipenjara. Selain itu posisi seperti ini biasa dilihat pada narapidana. Penggunaan kalimat “Mengapa Polisi Kalap” pada judul sampul tersebut memiliki makna yang tersembunyi. Peneliti menginterpretasikan bahwa ilustrasi polisi dalam kata tersebut melakukan proyek kasus korupsi secara beriringan. Ketika pertama kali melihat, gambar yang ditampilkan pada sampul ini adalah visualisasi Djoko Susilo yang sedang melas karena kasus ini berhasil dikuak oleh KPK. Terkait dengan objek pada penelitian ini, pada dasarnya menciptakan gambaran terhadap proses kasus korupsi simulator SIM dan pengadaan bahan mentah pelat nomor, identitas ini muncul lebih tepatnya dikonstruksi sebagai sebuah contoh gambaran kepolisian yang menampilkan wajah sedih atau melas, menandakan polisi
87
mulai pasrah dan menyerahkan kasus korupsi yang melibatkan Djoko Susilo kepada KPK. Diduga ada penggelembungan berlipat-lipat harga perolehan material, dan perolehan material, dan miliaran rupiah mengalir kesejumlah petinggi polri. Inspektur Jendral Polisi Djoko Susilo merupakan penanggung jawab proyek ini. kasus pengadaan simulator dan bahan mentah pelat nomor, menunjukan betapa para petinggi Polri ini berada di kursi panas. Mereka menghadapi kemungkinan harus menjalani proses hukum dan bukan mustahil berakir mendekam di bui. sangat besar juga kemungkinanya, demi menyelamatkan diri masing-masing. Pilihan tindakan yang diambil polisi hanya ada dua. Pertama, bertahan dengan siasat yang sudah diketahui tidak akan menyelamatkan semua orang; dan kedua, menghindari kepentingan dengan mengibarkan bendera putih seraya menyerahkan kasus simulator, juga pelat nomor kepada KPK. Pilihan pertama bakal kian meremukan citra Polri, yang sebenarnya sudah babak belur. Pilihan kedua tidak hanya bakal menyelamatkan Polri tapi juga negeri ini. 4. Majalah Tempo edisi 11 Maret 2013 ini bertemakan tentang “Azis Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan Bambang Soesatyo” Terseret Simulator SIM. gambar sampul majalah edisi ini menampilkan model Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
empat pria berpakaian rapi dan masing-masing model
menggambarkan ekspresi senyum.
88
B C
A
D
E
Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo edisi 11 Maret 2013
89
A. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign yang ada pada gambar 4.4 adalah kata “Terseret Kasus Simulator SIM” dengan warna tulisan merah menunjukan perselisihan. Sosok pada sampul tesebut gambaran dari empat anggota DPR antara lain Azis Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan Bambang Soesatyo. Tampilan sedang berpose rapi menggunakan jas berwarna hitam kental dengan identitas anggota DPR. Dengan ekspresi senyum menandakan kesenangan mereka baru ditetapkan sebagai saksi dalam kasus simulator SIM. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Sinsign yang ada pada gambar 4.4 adalah kata “Terseret Simulator SIM” mengambarkan bahwa keempat anggota DPR tersebut terlibat dalam pusaran korupsi simulator SIM 3. Legisign Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan manusia. Legisign yang ada pada gambar 4.4 adalah Ilustrasi yang menggambarkan empat anggota DPR
90
dengan ekspresi masing-masing senyum. realitas obyektif keberadaan kotak kalimat “terseret simulator SIM” merupakan simbol dari keterkaitan dugaan KPK mereka mendapat aliran dan suap korupsi simulator kemudi. Inspektur Jenderal Djoko Susilo dituding mengucurkan uang miliaran rupiah kepada para anggota Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat. Tuduhan itu disampaikan Ketua Panitia Lelang Simulator, Ajun Komisaris Besar Teddy Rusmawan. Para anggota Badan Anggaran yang menerima uang itu adalah orangorang yang pernah bertemu dirinya di Restoran Basara, Menara Summitmas, Jakarta. Mereka adalah Nazaruddin, Wakil Ketua Komisi Hukum Aziz Syamsuddin, dan tiga anggota Komisi Hukum, yakni Bambang Soesatyo, Herman Hery, dan Desmond Junaidi Mahesa. Djoko Susilo didakwa melakukan korupsi pada proyek pengadaan simulator kendaraan roda dua dan roda empat tahun anggaran 2011 di Korps Lalu Lintas Mabes Polri. Dia dituding memperkaya diri sendiri, orang lain, serta korporasi, sehingga merugikan negara Rp 144 miliar. KPK juga menjerat bekas Kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri ini dengan pasal pencucian uang lantaran diduga menyembunyikan harta hasil korupsinya.
B. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Ikon Pada sampul tesebut gambaran dari empat anggota DPR antara lain Azis Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan Bambang Soesatyo. Tampilan sedang
91
berpose rapi dengan Ekspresi senyum. Namun, melihat kata Terseret simulator SIM yang ditampilkan pada sampul itu adalah ikon dari keterlibatan mereka dalam kasus korupsi simulator SIM. 2. Indeks Indeks pada sampul ini ditampikan melalui kata-kata yang terkait dengan kasus simulator SIM yaitu kata “Terseret Simulator SIM” (kode E), melalui gambar ilustrasi dari Azis Samsudin (A), Herman Hendry (B), Nazarudin (C), Bambang Soesatyo (D). Dalam sampul tersebut kata-kata dalam pada kode E adalah “Azis Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan Bambang Soesatyo” Terseret Simulator SIM, pakaian yang dikenakan adalah rapi dan menggambarkan anggota legislatif, posisi yang digambarkan adalah dengan ekspresi muka senyum berbeda dengan ekspresi dari sampul sebelumnya mengambarkan ekpresi marah dan sedih. 3. Simbol Sementara simbol yang muncul adalah terkait kasus dugaan keterlibatan empat anggota DPR dalam kasus korupsi simulator SIM. Ilustrasi yang menggambarkan empat anggota DPR dengan ekspresi masing-masing senyum. sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi gambar 4.4 dalam realitas obyektif keberadaan kotak
kalimat “terseret simulator SIM” merupakan simbol dari
keterkaitan mereka terkait kasus korupsi simulator SIM untuk memuluskan royek Djoko Susilo. Namun berbeda ekspresi dari sampul sebelumnya mengambarkan
92
ekpresi marah dan sedih. Justru Nampak ekpresi senyum masing-masing model menandakan senang karena baru ditetapkan sebagai saksi belum tersangka. Pada tulisan “TERSERET SIMULATOR” berwarna merah pada kode (E) memberikan gambaran keberanian untuk dalam penangan aliran dana puluhan miliar rupiah kepada empat anggota DPR. Terseretnya keempat nama itu bermula dari pengakuan bekas anggota Komisi Hukum dari Demokrat, M. Nazaruddin. Ia menuding keempatnya terlibat dalam pembahasan anggaran simulator. KPK memeriksa Nazar sebagai anggota Badan Anggaran karena dianggap tahu seputar proyek simulator di Korlantas Polri C. Interpretasi Penulis Anggota DPR antara lain Azis Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan Bambang Soesatyo, ilustrasi dari sampul majalah Tempo edisi 11 Maret 2013 ini adalah keterlibatan empat anggota DPR tersebut dalam melancarkan proses proyek simulator kemudi. Dari pemaparan terhadap ikon, indek, dan simbol di atas, maka peneliti melihat bahwa gambar pada sampul majalah Tempo tersebut adalah ilustrasi tentang kasus korupsi simulator SIM dan pengadaan bahan mentah pelat nomor yang melibatkan empat anggota DPR. Teks “lain Azis
Samsudin, Herman Hendry,
Nazarudin, dan Bambang Soesatyo, Terseret Simulator SIM” mengiterpretasikan penulis bahwa ilustrasi pada gambar tersebut tentang keterlibatan seorang empat anggota DPR menerima Suap untuk memperlancar proyek simulator SIM.
93
Penggunaan kata Terseret Simulator SIM pada (kode E) dalam sampul tersebut memiliki makna yang tersembunyi. Peneliti menginterpretasikan bahwa ilustrasi empat anggota DPR yang terlibat dalam kasus simulator SIM. Ketika pertama kali melihat, gambar yang ditampilkan pada sampul ini adalah visualisasi empat Anggota DPR dengan ekspresi senyum, merupakan upaya untuk mengarahkan bahwa gambar ilustrasi ke-empat Aggota DPR tersebut masih bebas dan belum ditetapkan sebagai tersangka. adalah bahwa kata Terseret Simulator SIM adalah memberikan gambaran mereka diduga terkait dengan kasus suap. Calon pembaca pada majalah tersebut terfokus pada sosok gambar empat anggota DPR dan kalimat “Terseret Simulator SIM” dengan huruf warna merah. Terkait dengan objek pada penelitian ini, pada dasarnya menciptakan gambaran terhadap proses kasus korupsi simulator SIM dan pengadaan bahan mentah pelat nomor, identitas ini muncul lebih tepatnya dikonstruksi sebagai sebuah contoh gambaran muara hampir semua kasus korupsi di negeri ini selalu melibatkan Anggota Perwakilan Rakyat sebagai pelaku politik. Salah satunya kasus suap simulator SIM Agar proyek berjalan mulus Djoko Susilo memberikan uang pelicin. Korupsi memang tidak pernah berdiri sendiri. Karena itulah, ketika kasus Djoko dalam manipulasi Simulator kemudian merambat kesenayan, tak banyak orang kaget. Babak baru ini dibuka M. Nazarudin, bekas anggota Dewan Perwakilan Rakyat, salah satu libritas jagat korupsi negeri ini. Dalam pemeriksaan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi, mantan bendahara umum Partai Demokrat
94
itu menyebutkan nama beberapa bekas rekan rekan di senayan yang ikut kecipratan duit simulator. Dari penulusuran sementara bisa dipetakan duit itu mengalir berdasarkan fraksi. Total yang uang yang diduga dari Djoko Susilo mencapai Rp 10 miliar. Uang itu
disalurkan
melalui
melalaui
tiga
pintu:
Politikus
Partai
Demokrat
(Nazaruddin),Partai Golkar (Aziz Syamsuddin dan Bambang Soesetyo) Serta Partai Demokrat Perjuangan (Herman Hery). Pelican ini diduga berkaitan dengan usaha memeuluskan pembahasan anggaran pada 2010, untuk tahun 2011. Sumber anggaran proyek ini adalah penerimaan Negara bukan pajak, antara lain pengurusan izin mengemudi dan pelat nomer kendaraan. Anngota dewan berdalih, pengeluaran proyek dari pos ini dilakukan tanpa pembahsan di senayan. Dalam kenyataanya, proyek ini seperti pos pos angaran lain, tetap dibahas Dewan. Sogokan dari Korp Lalu Lintas dilakukan setelah melalui sejumlah pertemuan dalam pembahasan anggaran ini. Hal yang paling mengiris hati dari perjalanan kasus ini adalah kenyataanya bahwa ke mana pun muara hampir semua kasus korupsi dinegeri ini, dibagian hulunya selalu tersua para “wakil rakyat” yang bersinggasana disenayan. Tanpa bermaksud memukul rata, hasil survey menyatakan korupsi dinegeri ini sebagian besar dilakukan para pelaku politik.
96
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari temuan dan hasil analisis data pada empat gambar ilustrasi Sampul majalah Tempo adalah sebagai berikut: Dalam kaver majalah Tempo terdapat tanda atau sign, Object, dan interpretant. Ikon yang muncul disetiap sampul adalah model yang ditampilkan pada kaver majalah Tempo berkaitan erat dengan kasus korupsi Simulator SIM. Pada empat sampul yang menjadi instrument dalam penelitian ini modelnya terdiri tiga kategori, yaitu sosok Irjen Djoko Susilo, petugas KPK dan orang-orang yang tersangkut dalam kasus korupsi simulator SIM, antara lain anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Azis
Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan
Bambang Soesatyo . Indeks pada sampul ditampilkan melalui tiga tanda, yaitu kata-kata yang terkait dengan gambar, melalui gambar ilustrasi tokoh, atribut yang dikenakan dan benda-benda yang ada pada gambar ilustrasi. Sementara simbol yang muncul adalah keterkaitan Irjen Djoko Susilo dalam kasus korupsi simulator SIM. Objek yang ditampilkan dalam sampul saling berkaitan disetiap edisinya. Untuk dua edisi pada bulan Agustus menampilkan sosok polisi (Djoko Susilo)
97
dengan simulator kemudinya dan petugas KPK. Sedangkan pada bulan Oktober menampilkan gambar ilustrasi irjen Djoko Susilo yang memegang plat nomor bertuliskan “Djoko Susilo D 1 BUI”. Sedangkan pada bulan Maret menampilkan gambar empat orang anggota DPR yang diduga menerima aliran uang proyek simulator SIM antara lain, Azis
Samsudin, Herman Hendry, Nazarudin, dan
Bambang Soesatyo . Interpretasi peneliti ketika melihat gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul adalah mengambarkan peristiwa
kasus korupsi simulator SIM yang
dilakukan oleh seorang Djoko Susilo, yang memiliki jabatan Ispektur Jendral dikepolisisan. Satu persatu sampul menceritakan perkembangan kasus korupsi dari penyidikan yang dilakukan Oleh KPK mendapat perlawanan dari Polisi, penetapan tersangka terhadap Djoko Susilo sampai melibatkan anggota DPR menerima uang suap Untuk memperlancar proyek simulator kemudi. B. SARAN Peneliti melihat bahwa gambar ilustrasi tentang kasus korupsi simulator SIM pada majalah Tempo. Ilustrator
banyak menggambarkan sesuatu dengan istilah
tertentu dibantu dengan penulisan kata-kata verbal yang dijadikan sebuah tema. Hal tersebut baik, karena dapat melatih penalaran para pembaca Majalah Tempo. Peneliti melihat bahwa tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbeda-beda. Jadi ada baiknya jika ilustrator dapat mengistilahkan sesuatu dengan gambar yang
98
lebih mudah untuk dipahami, hal ini untuk mengantisipasi adanya kesalahan pemahaman gambar ilustrasi yang disampaikan pada pembaca.
99
DAFTAR PUSTAKA
Amir,Mafri. Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam. Jakarta:logos. 1999. Budiman, Kris. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan problematika Ikonisitas. Yogyakarta:Jalasutra. 2011. Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Rosdakarya. 2002. Efendi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hanafi,Ahmad. Azas-azas Hukum Pidana Islam. Jakarta. Bulan Bintang. 1993. Indarto Kuss. Sketsa di Tanah Mendeka, Kumpulan Karikatur. Yogyakarta : Tiara Wacana. 1999. Krisyantono, Racmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana. 2006. Kusmianti, Artini. “Teori Dasar Desain Komuniksi Visual”. Djambatan, Jakarta. 1999. Kusrianto, Adi. pengantar Yogyakarta. 2007.
Desain
Komunikasi
Visual.
penerbit
ANDI,
Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012. 12 Agustus 2012. 8 Oktober 2012. 11 Maret 2013. Marpaung, Laden. Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika. Jakarta. 1992. Noeh, Fuad. Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi. Jakarta. Zikrul Hakim. 1997. Rakhmat Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. 2003. Santosa, Puji. Ancangan Bandung:Angkasa. 1931.
Semiotika
Dan
Pengkajian
Susastra.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009. Subandy, Idy Ibrahim. Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: PT Jalasutra. 2007. Sudjiman,Panuti. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 1992.
100
Sunaryo Sidik. Sistem Peradilan Pidana. Unmuh. Malang. 2005 Syamsul,Asep. Jurnalistik Rosdakarya. 2001.
Praktis:
Untuk
Pemula,
Bandung:
PT
Remaja
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: jalasutra. 2008.
LAMPIRAN –LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA Narasumber
: Kendra Paramita
Jabatan
: Ilustrator
Tanggal wawancara
: kamis 23 Januari 2014
Tempat
: PT Tempo Inti Media Tbk. Jalan Palmerah barat no. 8 Jakarta
Pukul
: 14.20 WIB
1. Bagaimana pendapat Tim Redaksi majalah Tempo tentang sampul yang baik dan layak disuguhkan masyarakat? Sampul secara keseluruhan , kita punya beberapa standar yang paling utama adalah menjual, jadi orang tidak sekedar megang mau lihat aja tapi meraka mau membeli, itu adalah tujuan pertama. Dan memiliki nilai berita yang berkualitas. Gambar dan teks dalam sampul tak hanya harus disusun agar enak di mata, tetapi juga menarik perhatian/eyecatching.
2. Apa alasan mendasar majalah Tempo menampilkan sampul mengenai kasus Simulator SIM? Ok kalau alasan sebenarnya ini berkaitan tentang kami kerja tim, dan memang pada saat itu pemberitaan simulator ini yang dipilih. Karna memang dimana-mana pemberitaan ini menjadi konsumsi masyarakat. Apalagi menyangkut petinggi kepolisian seperti Djoko Susilo.
3. Mengapa ada edisi yang lain pada pemberitaan Simulator SIM? Tentu saja hal-hal itu sudah dibahas dalam forum sebelumnya kan, yang kami buat dan sudah kami pertimbangkan, karena kita punya tim. Dan memang pada saat itu pemberitaan tentang korupsi Djoko Susilo yang menjadi perhatian di masyarakat tentunya. Jadi kami pikir tepat ketika kita mengangkat kasus ini. 4. Apakah makna simbol-simbol pada gambar ilustrasi masing-masing sampul majalah Tempo tersebut? Untuk gambar pertama ini. ini mengambarkan kasus dari Djoko susilo paling awal itu terlibat dalam kasus korupsi Simulator SIM, gambar ini kami gambarkan mirip djoko dengan sabuk putih itu identik dengan polantas dan gambar motor simulator ini kami sesauikan dengan gambar aslinya. Dan untuk tulisan KPK dilayar ini untuk menunjukan komisi pemberantasan korupsi Gambar kedua ini tentang pertahanan polisi habis-habisan untuk membela institusinya, memang untuk pangkat bintang dua ini menunjukan inspektur Djendral Dojo Susilo, dan gambar ini menggambarkan pertahanan untuk melawan KPK. Untuk gambar ketiga kami mencoba untuk mengambarkan seorang narapidana kan modelnya kayak gini ketika masuk penjara. Kalau gambar ini saya mencoba untuk menampilkan sosok mafia, dan saya mencari inpirasi lewat gambar-gambar dari internet untuk mencari gambar yang cocok tentang gambaran mafia itu seperti apa, sebelum menentukan yang cocok. 5. Apa yang ingin disampaikan majalah Tempo kepada masyarakat, terkait kasus Simulator SIM?
Lewat gambar ini saya mencoba untuk membuka mata masyarakat tentang kasus simulator SIM ini, lewat gambar tentunya. Dari edisi pertama tentang simulator terus merambat ke proyek lain Plat nomor juga. tapi tujuan utamanya agar intitusi kepolisian ini mulai sadar, mau berubah, sudah saatnya untuk berbenah, karena nama meraka sudah tidak baik dimata masarakat, ditambah lagi dengan kasus ini melibatkan petinggi polri lagi kan.