PERBANDINGAN MAKNA KORUPSI PADA ILUSTRASI SAMPUL ANTARA MAJALAH GATRA DAN TEMPO TAHUN 2013
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh ATHIFA RAHMAH NIM: 1110051100061
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Depok, September 2014
Athifa Rahmah
ABSTRAK Athifa Rahmah PERBANDINGAN MAKNA KORUPSI PADA ILUSTRASI SAMPUL ANTARA MAJALAH GATRA DAN TEMPO TAHUN 2013 Majalah adalah penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni majalah umum dan majalah khusus. Isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Majalah berita terbesar dan teraktual di Indonesia di antaranya Gatra dan Tempo. Keduanya merupakan dua majalah berita terbesar di Indonesia yang terbit setiap minggu. Hal ini untuk menjaga keaktualan berita. Sampul majalah merupakan gerbang untuk mengantarkan pembaca masuk ke dalam isi majalah. Sebagian besar majalah Gatra dan Tempo menggunakan ilustrasi pada sampulnya. Pada beberapa edisi khususnya kasus-kasus korupsi, baik Gatra maupun Tempo seringkali menggunakan ilustrasi yang bersifat mengejek untuk menarik pembaca. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana representasi makna pada ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi? Apa saja perbandingan mengenai makna korupsi pada ilustrasi sampul antara majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi? Melihat konteks penelitian, tinjauan teoritis yang digunakan adalah semiotika menurut Charles Sanders Peirce, yaitu dengan melihat makna atas sign (ikon, indeks, dan simbol), object dan interpretant. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadkan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapatkan adalah ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo selama 2013 yang bertemakan korupsi. Dikarenakan perbandingan, dipilih edisi yang menampilkan ilustrasi kasus korupsi yang sama. Juga ditambah dengan observasi buku dan dokumentasi. Setelah melihat delapan ilustrasi sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulannya, meski mengangkat kasus korupsi yang sama, antara Gatra dan Tempo mempunyai cara yang berbeda dalam menginterpretasikan setiap kasus ke bentuk ilustrasi. Hal ini terkait dengan kebijakan redaksional dan ideologi yang dianut oleh sebuah majalah. Kata Kunci: Semiotika, Majalah Gatra dan Tempo, Ilustrasi, Sampul, dan Korupsi
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak pencerahan kepada umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmu seperti yang kita rasakan sekarang. Alhamdulillah peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti ingin menyampaikan kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.Ag, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.
ii
3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si yang telah menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih atas bimbingan, ilmu, dan pencerahan yang telah Bapak berikan selama peneliti mengerjakan skripsi. 4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti. 5. Yang paling spesial teruntuk kedua orang tua peneliti, Ibunda Riski Soeciningsih dan Ayahanda R. Kristianto Harijono, yang senantiasa mencurahkan doa, cinta, kasih sayang, dan motivasinya kepada peneliti sampai peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk ketujuh adik-adik peneliti yang selalu membuat warna di kehidupan peneliti. 6. Segenap keluarga besar, khususnya untuk Mbah Kakung, Mbah Putri, Eyang Putri, Budhe, Pakde, Om, Tante, dan sepupu-sepupu. Terima kasih atas dukungan semangatnya kepada peneliti hingga skripsi ini selesai. 7. Terima kasih untuk sahabat-sahabat peneliti selama kuliah, Aulia Rahmi, Latifah, dan Ika Suci Agustin. Untuk teman-teman Rongo, Nisa, Fajria, Ntep, Diyah, Damar, Dwiyan, dan Tyo. Terima kasih untuk empat tahun kebersamaan, tangis, canda dan tawa. hanya sampai pada masa kuliah.
iii
Semoga pertemanan kita tidak
8. Teman-teman Jurnalistik A, B, dan C 2010 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. 9. Teman-teman KKN SIMFONI 2013 Tanjakan Mekar. Terima kasih atas pengalaman hidup bersama satu bulan yang penuh rasa kekeluargaan. 10. Terima kasih kepada teman-teman di Aliansi Remaja Independen yang telah banyak merubah cara pandang peneliti terhadap sesuatu hal. 11. Terima kasih kepada teman-teman di Save Street Child atas pengalaman berorganisasi, bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang hebat yang menginspirasi. 12. Teman-teman di KMPLHK RANITA yang telah merubah peneliti menjadi wanita ‘tangguh’. Terima kasih atas pengalaman naik gunung, wall climbing, dan rafting yang tidak akan peneliti lupa. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Depok, September 2014
Athifa Rahmah
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B.
Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 2
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 3
D.
Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 4
E.
Metodologi Penelitian ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pesan dan Ideologi pada Ilustrasi Sampul Majalah ..................................... 10 1. Pengertian Majalah .............................................................................. 10 2. Pengertian Sampul Majalah ................................................................. 12 B. Makna Korupsi dan Islam ........................................................................... 18 1. Makna Korupsi ..................................................................................... 18 2. Korupsi dalam Pandangan Islam .......................................................... 27 C. Semiotika sebagai Upaya Melihat Tanda dan Ideologi .............................. 33 1. Semiotika .............................................................................................. 33 2. Semiotika Charles Sanders Pierce ........................................................ 36 BAB III PROFIL MAJALAH GATRA DAN TEMPO A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Gatra dan Tempo ............................. 39 1. Sejarah Tempo Inti Media ..................................................................... 39 2. Sejarah Gatra ........................................................................................ 41
B. Visi dan Misi .............................................................................................. 43 1. Visi dan Misi Tempo Inti Media .......................................................... 43 2. Visi dan Misi Majalah Gatra ................................................................ 44 C. Korupsi dalam Majalah Gatra dan Tempo ................................................. 44
v
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Semiotika pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra dan Tempo ....... 45 B. Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Majalah Gatra dan Tempo ... 95 1. Perbandingan 1 .......................................................................................95 2. Perbandingan 2 .......................................................................................98 3. Perbandingan 3 .....................................................................................100 4. Perbandingan 4 .....................................................................................102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 104 B. Saran ......................................................................................................... 106 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 Februari 2013 ....................... 46 Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo Edisi 11 - 17 Februari 2013 ..................... 52 Gambar 4.3 Sampul Majalah Gatra Edisi 14 - 20 Februari 2013 ........................ 61 Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo Edisi 18 - 24 Februari 2013 ..................... 67 Gambar 4.5 Sampul Majalah Gatra Edisi 16 - 22 Mei 2013 .............................. 73 Gambar 4.6 Sampul Majalah Tempo Edisi 20 - 26 Mei 2013 ............................ 79 Gambar 4.7 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 November 2013 .................... 85 Gambar 4.8 Sampul Majalah Tempo Edisi 07 - 13 Oktober 2013 ...................... 90 Gambar 4.9 Perbandingan 1 ................................................................................ 95 Gambar 4.10 Perbandingan 2 .............................................................................. 98 Gambar 4.11 Perbandingan 3 .............................................................................100 Gambar 4.12 Perbandingan 4 ............................................................................ 102
vii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 ............................................................................................................... 45 Tabel 4.2 ............................................................................................................... 49 Tabel 4.3 ............................................................................................................... 50 Tabel 4.4 ............................................................................................................... 56 Tabel 4.5 ............................................................................................................... 57 Tabel 4.6 ............................................................................................................... 63 Tabel 4.7 ............................................................................................................... 64 Tabel 4.8 ............................................................................................................... 69 Tabel 4.9 ............................................................................................................... 70 Tabel 4.10 ............................................................................................................. 74 Tabel 4.11 ............................................................................................................. 75 Tabel 4.12 ............................................................................................................. 81 Tabel 4.13 ............................................................................................................. 82 Tabel 4.14 ..............................................................................................................86 Tabel 4.15 ............................................................................................................. 87 Tabel 4.16 ............................................................................................................. 93 Tabel 4.17 ............................................................................................................. 93 Tabel 4.18 ............................................................................................................. 96 Tabel 4.19 ............................................................................................................. 98 Tabel 4.20 ............................................................................................................. 99 Tabel 4.21 ........................................................................................................... 101
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Majalah adalah sebuah media publikasi yang diterbitkan secara berkala. Sebuah majalah berisi berbagai artikel, gambar, cerita pendek, opini, ilustrasi, dan kanal lainnya. Karena lengkapnya informasi yang diberikan, majalah seringkali dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca. Majalah menjadi salah satu media yang menyediakan nilai-nilai informasi sekaligus hiburan, yang juga memiliki segmentasi secara khusus. Meski tak seaktual surat kabar yang terbit setiap hari, majalah yang terbit setiap minggu, dwi mingguan atau bahkan bulanan memiliki strategi dan gaya penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik untuk dibaca. Majalah berita merupakan salah satu contoh dari majalah mingguan, yang memiliki segmentasi masyarakat umum. Siapapun bisa membaca dan menikmati majalah berita karena sifatnya yang mengikuti berita-berita umum yang aktual. Ada banyak majalah berita yang dikenal di pasaran Indonesia, seperti majalah Gatra, Tempo, dan Sindo. Di dalam sebuah majalah, terkandung banyak elemen grafis seperti foto, tipografi, warna, ilustrasi, dan elemen lain. Dalam sampul majalah, ilustrasi dan foto merupakan materi yang umum digunakan. Ilustrasi dan foto pada sampul majalah harus mampu mewakili isi dari tema tertentu yang diangkat pada edisi yang akan terbit atau sesuai dengan ideologi dari majalah. Ilustrasi dan foto digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dari sebuah judul dengan cepat kepada para
1
2
pembaca atau khalayak. Dalam sampul majalah, tersimpan gambaran pesan yang tidak terbaca oleh setiap pembaca, namun menjadi kesimpulan mengenai edisi yang sedang terbit. Sampul majalah harus terlihat menarik agar masyarakat tertarik untuk membeli dan membacanya. Sampul majalah menjadi salah satu faktor apakah suatu majalah akan laku atau tidak di pasaran. Sebelum membeli, orang akan melihat dan memperhatikan terlebih dahulu sampul majalahnya. Dua majalah di Indonesia yang menggunakan pendekatan ilustrasi pada sampulnya adalah Gatra dan Tempo. Selain itu keduanya merupakan dua majalah berita terbesar di Indonesia dengan jumlah oplah 110.000 – 180.000 eksemplar setiap terbit. Majalah Gatra dan Tempo merupakan majalah berita mingguan yang terbit setiap seminggu sekali. Baik majalah Gatra maupun Tempo, masing-masing memiliki ciri khas dalam penyajian ilustrasi terutama saat mengangkat laporan utama kasus-kasus korupsi di Indonesia. Penyajian ilustrasi untuk kasus-kasus korupsi pada sampul majalah Gatra maupun Tempo beberapa cukup keras menyindir elit politik yang terlibat dalam kasus korupsi. Tahun 2013, berbagai kasus korupsi berhasil diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pejabat pemerintahan dari mulai menteri, anggota DPR RI, gubernur bahkan ketua dari sebuah lembaga konstitusi yang sangat dihormati menjadi tersangka pada kasus korupsi di tahun 2013. Dalam hal ini sebut saja Akil Mochtar, seorang hakim dan Ketua Mahkamah Konstitusi. Ia ditetapkan menjadi tersangka setelah dilakukan penyelidikan oleh KPK. Akil terbukti menerima suap dari berbagai kasus sengketa pilkada
3
yang ditanganinya. Tak hanya pejabat pemerintahan, beberapa petinggi partai yang dekat dengan pejabat pemerintahan juga terjebak dalam kasus-kasus korupsi di tahun 2013. Seperti Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq yang ditetapkan sebagai tersangka atas keterlibatannya dalam kasus korupsi pengaturan kuota daging sapi impor juga Anas Urbaningrum yang menjadi tersangka atas kasus Hambalang. Menjamurnya
kasus
korupsi
di
kalangan
pejabat
pemerintah
mengakibatkan kekhawatiran, karena perbuatan korupsi sangat merugikan negara dan masyarakat. Di dalam Islam, korupsi diibaratkan seperti perbuatan mencuri. Meski dianggap sebagai perbuatan mencuri, Islam tidak membahas secara detail mengenai hukuman korupsi. Oleh karena permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah terkait dengan tanda-tanda dalam foto, maka untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan yakni semiotika Charles Sanders Peirce. Peneliti akan meneliti perbandingan makna korupsi yang muncul dari masing-masing ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi melalui
pendekatan
semiotika.
Mengapa
membandingkan?
Peneliti
menganalisa bahwa ada perbedaan-perbedaan dalam menampilkan sebuah kasus korupsi menjadi ilustrasi sampul di antara kedua majalah. Seperti perbedaan tokoh yang ditampilkan, ekspresi atau gesture, dan tanda-tanda lainnya, sehingga menimbulkan representasi makna yang berbeda-beda pula. Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik meneliti dengan judul Perbandingan Makna Korupsi Pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013.
4
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat majalah Gatra dan Tempo adalah majalah mingguan, maka untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti analisis semiotika pada beberapa ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi. 2. Rumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti oleh peneliti, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana representasi makna pada ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi? b. Apa saja perbandingan mengenai makna korupsi pada ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah memberi pengetahuan mengenai perbandingan makna korupsi dalam ilustrasi sampul antara majalah Gatra dan Tempo dan untuk mengatasi salah membaca pesan dari sebuah ilustrasi sampul majalah. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kajian media massa melalui majalah, khususnya
5
ilustrasi sampul majalah untuk Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik. 2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu juga memberi masukan akademis bagi para tim produksi majalah.
D. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti teliti, di antaranya: Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo karya Angga Rizal Nurhuda, Semiotika Keluarga Pada Cover Majalah Ummi karya Virlindayani Nur Maulida, Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Kartun Benny & Mice Talk About Hape karya Nurma Wazibali. Dengan begitu, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Perbandingan Makna Korupsi Pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis yang bersifat subjectivist. Data yang didapat adalah sesuatu yang menjadi perasaan dan keinginan pihak yang diteliti untuk menyatakannya dengan penafsiran atau konstruksi makna. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan lebih
mendalam
melalui
pengumpulan
data
sebanyak-banyaknya.
Penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif memiliki relasi dengan analisis data visual dan data verbal yang merefleksikan pengalaman seharihari. 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika yang bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.1 Analisis semiotika memberi penekanan pada pencarian makna melalui relasi-relasi tanda yang ada dalam teks itu sendiri (bukan relasi teks dengan pengarangnya, pembacanya atau konteksnya).2 Pendekatan teori semiotika yang peneliti lakukan memakai pendekatan teori semiotik Charles Sanders Peirce.
1
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2006) Cet-2,
h. 69. 2
M, Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 63.
7
4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah majalah Gatra dan Tempo. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah beberapa ilustrasi dari sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi. Berdasarkan pengamatan peneliti, selama tahun 2013 ada empat edisi di Gatra dan Tempo yang menampilkan ilustrasi sampul dengan tema kasus korupsi yang sama. Berikut adalah judul pada ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo yang akan diteliti: a. Majalah Gatra -
Politik Daging Sapi (Edisi 07 - 13 Februari 2013)
-
Ada Apa Dengan Anas (Edisi 14 - 20 Februari 2013)
-
Setelah Lutfi Siapa Lagi (Edisi 16 - 22 Mei 2013)
-
Kisah Dangdut Akil Mochtar (Edisi 07 - 13 November 2013)
b. Majalah Tempo -
Hangus! (Edisi 11 - 17 Februari 2013)
-
Buruk Anas Partai Dibelah (Edisi 18 - 24 Februari 2013)
-
Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah (Edisi 20 - 26 Mei 2013)
-
Wani Piro? (Edisi 07 - 13 Oktober 2013)
5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dengan menggunakan semiotika model Charles Sanders Peirce yang membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan pertandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang
8
bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya.3 Menurut Charles Sanders Peirce, semiotika berangkat dari tiga elemen utama tersebut, yang disebut Peirce sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning.4 6. Teknik Pengumpulan Data Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode mengumpulkan majalah dan pengamatan secara menyeluruh dari semua sampul majalah maupun isi teks. a. Observasi Observasi adalah metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini, dengan melakukan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi pada penelitian ini diartikan sebagai kegiatan mengamati subjek (majalah Gatra dan Tempo) dan objek (ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi) secara langsung. Pada penelitian ini, peneliti
hanya menggunakan analisis dokumen sebagai instrumen
observasi. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen sebagai sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil
3 4
2, h. 263.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 42. Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), cet.
9
penelitian. Dokumen yang digunakan yaitu majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal) yang terdapat di perpustakaan, internet atau instansi lain yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pesan dan Ideologi pada Ilustrasi Sampul Majalah 1. Pengertian Majalah Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca, dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan, dan sebagainya, dan menurut penyusunan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu, dan sebagainya. Menurut ensiklopedia pers Indonesia majalah adalah penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangankarangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, yaitu majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus,
10
11
seperti majalah wanita, majalah keluarga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen, dll.1 Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar, karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu2: 1. Penyajian lebih dalam. Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan (satu kali sebulan). Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya mempunyai waktu cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasa untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam. 2. Nilai aktualitas lebih lama. Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila kita baca saat ini. Akan tetapi kita tidak pernah menganggap usang majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. Sebagaimana kita alami bersama, bahwa dalam membaca majalah kita tidak pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama kita hanya membaca topik yang kita senangi atau relevan dengan profesi kita, hari esok dan seterusnya 1
Kurniawan Effendi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h.
154-155. 2
Ardianto, Elvinaro, & Lukiati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 113-114.
12
kita membaca topik lain sebagai referensi. Dengan demikian, majalah mingguan baru tuntas kita baca dalam tempo tiga atau empat hari. 3. Gambar atau foto lebih banyak. Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam majalah juga dapat menampilkan gambar atau foto yang lengkap dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Fotofoto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri apabila foto tersebut sifatnya eksklusif. 4. Di samping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri. Sampul majalah adalah ibarat pakaian dan aksesori pada manusia. Sampul majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya sampul majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya serta konsistensi keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya. 2. Pengertian Sampul Majalah Menurut Ellen McCracken yang mengutip pernyataan dari Goerge Gerbner bahwa sampul majalah memegang peran utama dalam mengiklankan sebuah majalah yang bertujuan untuk membentuk karakter budayanya yang dituangkan lewat sebuah sampul majalah itu. Ellen McCracken menjelaskan bagaimana peran sampul depan majalah ini di dalam tulisannya The Cover: window to the future self dalam buku Turning It On, A Reader in Women and Media. Ia menulis bahwa sampul
13
majalah menjadi sebuah nilai tambah serta iklan yang paling penting yang dilakukan oleh sebuah majalah, karena inilah salah satu alat yang bisa membedakan majalah satu dengan majalah yang lain. Gaya dan aliran suatu majalah adalah elemen terpenting dalam memposisikan sebuah majalah di mana majalah tersebut akan menawarkan dan membentuk pembaca melalui sebuah proses pemahaman.3 McCracken menambahkan bahwa kebanyakan sampul mencoba untuk membentuk representasi pembaca yang ideal, yang ingin disasar oleh pemasang iklan. Selain itu yang sering juga dilakukan adalah sebuah ikon yang berfungsi sebagai penanda, ataupun konotasi lain pada sebuah kasus tertentu. Tanpa kecuali, teks verbal pada sampul yang terdiri dari nama majalah dalam huruf yang besar dan rangkaian topik utama didesain untuk menarik pembaca dengan tulisan tertentu yang ada di dalam majalah.4 McCracken juga menyebutkan bahwa identitas gaya atau aliran sebuah majalah sangat menentukan penjualan majalah dan jumlah pembaca, dan berperan penting untuk pembaca dalam memahami dirinya saat dia membacanya. Pesan yang disampaikan dalam sampul secara umum dapat dilakukan dalam lingkup publik, jadi ketika pembaca membeli majalah, membaca di ruang publik, ataupun meletakkan majalah di atas meja sebuah kedai kopi, pembaca lain akan mengenali bahwa keduanya membaca majalah yang sama. Ketika sebuah sampul
3
Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media (New York: St. Martin Press Inc, 1996), h. 97. 4 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, h. 98.
14
menyandikan sebuah gaya semata-mata digunakan untuk menjual majalah, sampul tersebut juga menawarkan sebuah ideologi, yang membantu pembaca dalam menggambarkan diri mereka kepada orang lain.5 McCracken menjelaskan tentang fungsi dari sampul majalah yaitu untuk membantu apa yang dibangun majalah tersebut dengan melekatkan definisi awal melalui judul majalah, berita utama, dan foto atau ilustrasi. Kalimat, penekanan, warna, gambar visual, gambaran tersembunyi dari karya yang dinikmati sampai pada posisi pada isi sebuah majalah. Pembaca tidak hanya melihat sebuah isi majalah dari sampulnya, tapi model interpretasi yang diberikan adalah bagian dari simbol yang ada pada sampul yang mempunyai pengaruh yang kuat. Sampul adalah hal yang paling penting dalam beriklan di dunia majalah, dan lalu melalui perannya sebagai identitas gaya, sistem semiotik, dan kerangka. Hubungan saling mempengaruhi dari fotografi, kata verbal, dan teks yang berwarna dalam tiap sampul majalah menciptakan nilai yang dimuat dalam pengertian kebudayaan tetapi bermaksud untuk menarik pengiklan dan meningkatkan penjualan. Sampul majalah menjalankan peran sebagai pengenal aliran, sistem tanda, dan kerangka untuk meraih hasil. Setiap peran yang dimainkan sangat dekat hubungannya dengan struktur komersial dari industri majalah dan akan menjadi berbeda dengan tujuan majalah lain yaitu melakukan perubahan.6
5
Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media (New York: St. Martin Press Inc, 1996), h. 99. 6 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, h. 100.
15
Unsur-unsur dalam sampul depan majalah ternyata juga terdapat pada iklan cetak. Iklan cetak merupakan sebuah teks yang kompleks dimana di dalam mengkonstruksikan pesan menggunakan bahasa visual yang meliputi bahasa gambar dan tulisan. Dalam buku Komunikasi Periklanan Cetak karangan Dendi Sudiana, dikemukakan beberapa unsur dalam iklan cetak, dimana unsur-unsur tersebut juga terdapat dalam halaman muka majalah. Unsur-unsur tersebut antara lain7: 1. Judul Judul merupakan suatu unsur cetak terpenting dalam persaingan untuk menarik perhatian pembaca. Ilustrasi mungkin menarik, tetapi mungkin ditafsirkan terpisah. Dengan pembubuhan judul, pembaca dituntun dalam penyeberangan dari ilustrasi ke pesan. Dalam suatu pengertian umum, judul melayani dwifungsinya: (1) secara ringkas dan langsung menyarankan isi pesan, atau (2) menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber. Sifat penting judul terhadap badan naskah sangat berperan bagi pertimbangan tata letak. Bila hasil guna iklan bergantung pada tingkat keterbatasan teks, judul harus ditampakkan rupa dalam upaya menuntun mata pembaca dari suatu titik tolak daya tarik ke naskah. 2. Naskah Naskah iklan meliputi pesan kata-kata. Sebagaimana halnya judul, semboyan, dan ilustrasi, naskah atau teks merupakan suatu bagian atau
7
Dendi Sudiana, Komunikasi Periklanan Cetak (Bandung: Remadja Karya, 1986), h. 34.
16
unit dalam iklan yang menyandang peranan tertentu masing-masing pada penampilannya. Fungsi naskah adalah menjelaskan produk atau jasa yang ditawarkan, sekaligus mengarahkan secara demikian rupa agar pembaca berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan harapan pemasang iklan. Naskah merupakan komunikasi dengan pengisian kata-kata secara tepat guna berdasarkan gagasan atau daya tarik tentang keunggulan, kemajuan, dan keindahan produk atau jasa yang diiklankan. Pendekatan kreatif naskah dapat bersifat dogmatis; bersifat menampilan alasan-alasan, misalnya dengan mengungkapkan faktafakta, bagan, dan statistik; menampilkan daya tarik (appeals), baik yang menyenangkan maupun yang menggelisahkan (fear appeals). Bagaimana pun, naskah iklan perlu direka secara menarik, bersahabat, dan meyakinkan. 3. Ilustrasi Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi periklanan karena sering dianggap sebagai “bahasa universal” yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata (dalam hal ini termasuk pula
foto,
diagram,
peta,
grafik,
dan
tanda-tanda)
dapat
mengungkapkan suatu hal secara lebih cepat dan lebih berhasil guna daripada teks. Fungsi ilustrasi dalam iklan adalah: -
Menarik perhatian
17
-
Merangsang minat membaca keseluruhan pesan
-
Menonjolkan salah satu keistimewaan produk
-
Menjelaskan suatu pernyataan
-
Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca di antara rentetan pesan lainnya dalam suatu media yang sama
-
Menciptakan suasana yang khas
-
Mendramatisasi pesan
-
Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang ditampilkan
-
Mendukung judul iklan
4. Logo dan Merk Dagang Pengkasatmataan iklan melibatkan pengambil keputusan yang berkenaan dengan “tanda-tanda identifikasi”, terutama logo perusahaan atau merk dagang. Bila kita perhatikan perilaku konsumen di pasar, sering terjadi seseorang “membeli merk”, terutama terhadap barangbarang yang dipandang dapat menaikkan gengsi atau stastusnya di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian logo, logogram, adcuts, dan merk dagang ternyata dapat memainkan peran penting dalam komunikasi periklanan. 5. Warna Dahulu orang memilih warna hanya untuk kebutuhan tertentu menurut perasaan saja. Pada masa modern ini orang sudah mulai berpikir secara ilmiah melalui berbagai proses eksperimen, baik secara fisika, kimiawi, atau seni, bahkan psikologi. Dengan perkataan lain
18
orang-orang sekarang memilih warna dengan kesadaran. Pada dasarnya, warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata manusia.
B. Makna Korupsi dan Islam 1. Makna Korupsi Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah secara kritis oleh banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, sejak awal telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral (moral corruption).8 Korupsi moral merujuk pada berbagai bentuk konstitusi yang sudah melenceng, hingga para penguasa rezim termasuk dalam sistem demokrasi, tidak lagi dipimpin oleh hukum, tetapi tidak lebih hanya berupaya melayani dirinya sendiri.9 Korupsi berasal dari kata Latin Corruptio atau Corruptus. Kemudian, muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis Corruption, dalam bahasa Belanda Korruptie, selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan Korupsi.10 Akan tetapi definisi korupsi yang paling banyak diacu, termasuk oleh World Bank dan UNDP, adalah “the abuse of public office for private gain”. Dalam arti yang lebih luas, definisi korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi atau privat
8
Albert Hasibuan, “Titik Pandang Untuk Orde Baru”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32. 9 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32. 10 A. Hamzah, “Korupsi: Dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32.
19
yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.11 Definisi ini merupakan konsensus yang banyak diacu para pakar di bidang antikorupsi. Walau demikian, definisi ini belum sempurna meski cukup membantu dalam membatasi pembicaraan tentang korupsi. Beberapa kelemahan definisi tersebut di antaranya bias yang cenderung memojokkan sektor publik, serta definisi yang mencakup tindakan korupsi oleh privat walaupun sama-sama merugikan publik.12 Korupsi terjadi jika tiga hal terpenuhi, yaitu (1) Seseorang memiliki kekuasaan termasuk untuk menentukan kebijakan publik dan melakukan administrasi kebijakan tersebut, (2) Adanya economic rents, yaitu manfaat ekonomi yang ada sebagai akibat kebijakan publik tersebut, dan (3) Sistem yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh pejabat publik yang bersangkutan. Apabila satu dari ketiga parameter ini tidak terpenuhi, tindakan yang terjadi tidak bisa dikategorikan sebagai tindakan korupsi.13 Secara umum, tindakan ilegal seperti penggelapan uang dan penyelundupan selama tidak melibatkan pejabat publik, menurut definisi di atas, tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan korupsi. Padahal, secara tidak langsung tindakan ini merugikan publik karena mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak. Dalam studi Lambsdorff disebutkan 15
Peter Langseth et al, “The Role of a National Integrity System in Fighting Corruption”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 6. 12 Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan, h. 6. 13 Arvin. K. Jain, “Corruption: A Review”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 7.
20
bahwa besarnya proporsi bujet pemerintah terhadap GDP suatu negara berkorelasi positif terhadap tingkat korupsi.14 Definisi tersebut menyamaratakan korupsi di negara yang menganut sistem kerajaan dan demokrasi. Dalam negara kerajaan, raja mempunyai wewenang untuk mengatur distribusi kekayaan negara, karena pada prinsipnya tidak ada pemisahan antara kekayaan negara dan kekayaan pribadi raja. Seorang raja bisa saja menggunakan uang kerajaan untuk urusan pribadi dan ini tidak dianggap sebagai tindakan korupsi. Tindakan yang sama akan menjadi kasus korupsi besar apabila terjadi di negara demokrasi.15 Sedangkan Transparansi Internasional mempunyai definisi yang lebih fleksibel tentang korupsi, yaitu “penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan orang lain, untuk kepentingan pribadi”. Di sisi lain, Indonesia juga telah mengambil langkah maju dalam mendefinisikan tindak korupsi, saat jenis tindakan yang termasuk dalam kategori korupsi diperluas, bahkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mencantumkan daftar 29 perbuatan yang bisa dikategorikan sebagai korupsi baik melibatkan maupun tidak melibatkan pejabat publik.16
14
Johann G. Lambdorff, “Corruption in Empirical Research-A Review”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 7. 15 Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan, h. 7. 16 Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan, h. 7.
21
Mahzar17, menandaskan istilah korupsi secara umum sebagai “tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal activities)” untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Gagasan yang diambil dari Philip ini, menyebutkan definisi korupsi sebagai; Pertama, pengertian korupsi yang berpusat pada kantor publik (public office-centered corruption), yang didefinisikan sebagai tingkah laku dan tindakan seseorang pejabat publik yang menyimpang dari tugas-tugas publik formal untuk mendapatkan keuntungan pribadi, atau keuntungan bagi orang-orang tertentu yang berkaitan erat dengannya seperti keluarga, karib kerabat dan teman. Pengertian ini, juga mencakup kolusi dan nepotisme memberikan patronase lebih karena alasan hubungan kekeluargaan (ascriptive) daripada merit. Kedua, pengertian korupsi yang berpusat pada dampak korupsi terhadap kepentingan umum (public interest-centered). Dalam kerangka ini, korupsi dapat dikatakan terjadi, jika seorang pemegang kekuasaan atau fungsionaris pada kedudukan publik yang melakukan tindakan-tindakan tertentu dari orang-orang yang akan memberikan imbalan (apakah uang atau materi lain), sehingga dengan demikian merusak kedudukannya dan kepentingan publik. Ketiga, pengertian korupsi yang berpusat pada pasar (market-centered) berdasarkan analisis tentang korupsi yang menggunakan
17
Asyumardi Mahzar, “Pemberantasan Korupsi Menuju Tata Pemerintahan yang Lebih Baik; Makalah Seminar Internasional, Praktik-praktik yang Baik Dalam Memerangi Korupsi di Asia”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 34.
22
teori pilihan publik dan sosial, dan pendekatan ekonomi di dalam kerangka analisis politik.18 Berdasarkan kerangka ini, korupsi berarti lembaga ekstra-legal yang digunakan individu-individu atau kelompok-kelompok untuk mendapat pengaruh terhadap kebijakan dan tindakan birokrasi. Karena itu, eksistensi korupsi jelas mengindikasikan, hanya individu dan kelompok yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang lebih mungkin melakukan korupsi daripada pihak-pihak lain. Masih dalam kerangka ini, korupsi juga berarti penyalahgunan kekuasaan oleh pegawai atau pejabat pemerintah untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari publik. Dengan demikian, kedudukan publik telah dijadikan lahan bisnis, yang selalu akan diusahakannya untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya.19 Definisi korupsi yang dikemukakan oleh Benveniste dalam bukunya yang berjudul “Birokrasi”. Dalam buku tersebut, korupsi didefinisikan ke dalam 4 jenis sebagai berikut20: a. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktek-praktek yang dapat diterima oleh para anggota organisasi. Contoh: Seorang pelayan perijinan Tenaga Kerja Asing, memberikan layanan yang lebih cepat kepada “calo” atau orang yang bersedia membayar lebih, ketimbang para pemohon yang biasa18
Asyumardi Mahzar, “Pemberantasan Korupsi Menuju Tata Pemerintahan yang Lebih Baik; Makalah Seminar Internasional, Praktik-praktik yang Baik Dalam Memerangi Korupsi di Asia”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 34-35. 19 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, h. 34-35. 20 Suyatno, Korupsi Kolusi dan Nepotisme (Jakarta: CV Muliasari, 2005), h. 17-18.
23
biasa saja. Alasannya karena calo adalah orang yang bisa memberikan pendapatan tambahan. Dalam kasus ini, sulit dibuktikan tentang praktek korupsi, karena tidak ada peraturan yang dilanggar. b. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi tertentu. Contoh: Di dalam peraturan lelang dinyatakan bahwa untuk pengadaan barang jenis tertentu harus melalui proses pelelangan atau tender. Namun karena waktunya mendesak, maka proses tender itu tidak dimungkinkan. Untuk itu pemimpin proyek mencari dasar hukum mana yang bisa mendukung atau memperkuat pelaksanaan pelelangan, sehingga tidak disalahkan oleh inspektur. Dicarilah pasalpasal dalam peraturan yang memungkinkan untuk bisa dipergunakan sebagai dasar hukum guna memperkuat sahnya pelaksanaan tender. Dari sekian banyak pasal, misal ditemukan suatu pasal yang mengatur perihal “keadaan darurat”. Dari sinilah dimulainya illegal corruption, yakni ketika pemimpin proyek mengartikulasikan tentang keadaan darurat yang dimaksud. Dalam beberapa kasus, letak illegal corruption berada pada kecanggihan memainkan kata-kata bukan substansinya. c. Mercenery corruption, ialah jenis korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Contoh: Dalam sebuah persaingan tender, seorang panitia lelang memiliki kewenangan untuk meluluskan peserta tender. Untuk itu secara terselubung atau terang-terangan ia mengatakan bahwa untuk memenangkan tender, peserta harus bersedia memberikan
24
uang “sogok” atau “semir” dalam jumlah tertentu. Jika permintaan ini dipenuhi oleh kontraktor yang mengikuti tender, maka panitia lelang ini sudah termasuk ke dalam kategori mercenary corruption. Bentuk “sogok” atau “semir” itu tidak mutlak berupa uang, namun bisa juga dalam bentuk lain. d. Ideological
corruption,
ialah
jenis
korupsi
illegal
maupun
discretionary yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok. Sedangkan menurut tingkatannya, kasus korupsi dibagi menjadi dua yakni21: 1. Grand Corruption atau korupsi besar adalah korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik tingkat tinggi menyangkut kebijakan publik dan keputusan besar di berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi. Korupsi disebut juga corruption by greed atau korupsi akibat keserakahan karena para pelaku umumnya sudah berkecukupan secara materiil. Korupsi ini menyebabkan kerugian negara yang sangat besar secara finansial maupun nonfinansial. Modus operandi yang umum terjadi adalah kolusi antara kekuatan ekonomi, kekuatan politik dan para pengambil kebijakan publik. Melalui pengaruh yang dimiliki, kelompok kepentingan tertentu mempengaruhi pengambil kebijakan guna mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan kelompoknya. Apabila pengaruh kelompok tersebut begitu besar dan seolah dapat
21
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 18-21.
25
mengontrol proses perumusan kebijakan publik, fenomena ini sering disebut dengan state capture atau elit capture. State capture dapat terjadi dalam berbagai bentuk, World Bank dalam bukunya Anti-Corruption in Transition 2, menjabarkan beberapa bentuk state capture yaitu: (1) suap kepada anggota DPR untuk mempengaruhi perundangan, (2) suap kepada pejabat negara untuk mempengaruhi kebijakan publik, (3) suap kepada lembaga peradilan untuk memengaruhi keputusan terkait dengan kasus-kasus besar, (4) suap kepada pejabat bank sentral untuk memengaruhi kebijakan moneter, dan (5) sumbangan kampanye ilegal untuk partai politik.22 Kerugian terbesar bagi negara dan rakyat tidak saja diakibatkan oleh besarnya nilai uang yang hilang, tetapi juga bergesernya orientasi kebijakan publik dari dan untuk kepentingan rakyat menjadi kepentingan segelintir individu. Dalam jangka menengah dan panjang, grand corruption akan melahirkan problem struktural yang sulit untuk ditata ulang. Contoh klasik korupsi besar adalah privatisasi aset negara secara tidak transparan dan fair, pemberian konsesi eksploitasi tambang dan kekayaan alam lainnya kepada kelompok tertentu, proses tender proyek skala besar yang tidak transparan, keringanan pajak dan biaya masuk untuk sektor dan kelompok tertentu, dan bailout secara pilih kasih kepada perusahaan tertentu agar lolos dari jebakan krisis ekonomi. 22
World Bank, “Anti Corruption in Transition 2-Corruption in Enterprise SateInteractionsin Europe and Central Asia 199-2002”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 18.
26
2. Petty Corruption atau korupsi kecil, sering disebut survival corruption atau corruption by need, adalah korupsi yang dilakukan oleh pegawai pemerintah guna mendukung kebutuhan hidup sehari-hari, akibat pendapatan yang tidak memadai.23 Korupsi kecil merupakan fenomena yang terjadi
di
banyak
negara
yang
gagal
menyusun
dan
mengimplementasikan kebijakan publik yang menyejahterakan rakyat. Pemberantasan
korupsi
kecil
sama
strategisnya
dengan
pemberantasan grand corruption mengingat: pertama, kendati nilai kerugian per-kejadian relatif besar, tetapi dikarenakan jumlah kejadian yang massif, total kerugian yang diderita oleh negara dan masyarakat akibat korupsi ini sangat besar. Kedua, korupsi kecil ini menyangkut sisi
kehidupan
sehari-hari
masyarakat.
Apabila
tidak
segera
ditanggulangi, masyarakat akan menganggap korupsi sebagai bagian dari keseharian mereka yang akan menciptakan masyarakat yang permisif dan toleran terhadap korupsi. Ketiga, korupsi kecil menyemai korupsi besar. Pejabat tingkat bawah yang terlibat korupsi kecil dengan berjalannya waktu akan menjadi pejabat tinggi dengan diskresi kekuasaan yang besar. Ada kecenderungam seseorang mengulangi kejahatan yang pernah dilakukannya sepanjang ada kesempatan sehingga meningkatkan potensi terjadinya korupsi besar.
23
Jeremy Pope et al, “The Role of National Integrity System in Fighting Corruption”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 19.
27
2. Korupsi dalam Pandangan Islam Di dalam Islam, konsep atau istilah yang sering dikaitkan dengan korupsi karena ditinjau dari perspektif sebagai pengkhianatan atas amanah yang semestinya dipelihara ialah ghulûl. Ghulûl secara leksikal dimaknai “akhdu al-syai‟ wa dassahu fi mata‟ihi” yang artinya “mengambil sesuatu dan menyembunyikannya dalam hartanya.” Dalam sejarah Islam, konsep ghulûl muncul karena adanya penggelapan harta rampasan perang sebelum dibagikan. Ibn Hajar al-Asqalani mendefinisikannya sebagai “al-khinayah fi al-maghnam” yaitu “pengkhianatan pada harta rampasan perang.” Di dalam Al-Quran tindakan ghulûl tersebut dijelaskan dengan sanksi akhirat tanpa memberikan sanksi yang jelas dalam kehidupan di dunia24, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran ayat 161 berikut:
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”(Q.S. Ali Imran: 161)
Rasulullah memperinci makna ghulûl ini meliputi tindakan seseorang yang mengambil sesuatu di luar gajinya yang sudah ditetapkan
24
Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 820.
28
dan orang yang mendapatkan hadiah karena jabatan yang melekat pada dirinya.25 Selain konsep ghulûl, di dalam Islam dikenal juga istilah risywah yang secara leksikal mengacu pada kata rasya-yarsyu-risywatan yang bermakna al-ju‟l yang artinya upah, hadiah, pemberian atau komisi. Sedangkan risywah secara terminologis adalah tindakan memberikan harta dan yang sejenis untuk membatalkan hak milik pihak lain atau mendapatkan atas hak milik pihak lain. Di samping itu, definisi lain risywah adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim atau yang lainnya agar orang tersebut mendapatkan kepastian hukum atau sesuatu yang diinginkannya. Rumusan terakhir ini dikenal dengan istilah “isti‟jal fi al-qadhiyah”, yakni usaha untuk menyegerakan pengurusan masalah hukum, termasuk pengurusan masalah lainnya tanpa melalui prosedur yang berlaku. Dalam bahasa Indonesia, istilah risywah dapat diartikan sebagai sogok.26 Di dalam Al-Quran dikemukakan jenis korupsi lain yaitu khianat. Di dalamnya dijelaskan tentang larangan mengkhianati amanat sesama manusia beriringan dengan larangan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Amanat sesama manusia di sini dapat meliputi banyak hal, mulai dari
25
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 820. 26 Nasruddin al-Barabbasi, “Kisah-Kisah Islam Antikorupsi”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 820.
29
amanat politik, ekonomi, bisnis, sosial, dan pergaulan.27 Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 27 berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah SWT dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”(Q.S. Al-Anfal: 27)
Selain ketiga istilah tersebut di atas, di dalam Islam terdapat istilah ghasab yang artinya “mengambil sesuatu dari tangan seseorang dengan jalan paksaan” dan saraqah yaitu “tindakan mengambil harta pihak lain secara sembunyi-sembunyi tanpa ada pemberian amanat atasnya”, kejahatan ini disinggung dalam Al-Quran. Selanjutnya ada konsep yang sering juga dikaitkan dengan korupsi, yaitu intikhab (merampas) dan ikhtilash (mencopet). Dua konsep ini dapat dikatakan korupsi dilihat dari hakikatnya
sebagai
pemindahan
hak
secara
melawan
hukum.28
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Mai’dah ayat 38 mengenai hukuman bagi para pencuri, sebagai berikut:
“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan 27
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 821. 28 Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 821.
30
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S Al-Maidah: 38)
Islam tidak secara spesifik membahas jenis hukuman bagi para koruptor. Setidaknya terdapat beberapa model hukuman yang dapat diberlakukan kepada pelaku korupsi seperti pertama, sanksi di dunia berupa hukuman sebagaimana pencuri, dan diusir atau diasingkan sebagaimana hirabah atau qath‟u al-thariq dalam kondisi dikhawatirkan mengancam kehidupan atau keselamatan orang lain.29 Kedua, sanksi sosial saat masyarakat secara sadar akan merendahkan orang-orang yang mendapatkan harta yang diraih dengan jalur tidak halal atau koruptif. Sanksi tersebut dapat berupa30: 1. Dijauhi oleh masyarakat karena memakan harta korupsi identik dengan memakan barang haram (al-suht). 2. Pelaku korupsi tidak akan diterima kesaksiannya seperti dalam kesaksian di pengadilan, kesaksian dalam penetapan ketentuanketentuan syariah Islam – seperti kesaksian penentuan awal mula masuk bulan Ramadhan, kesaksian pernikahan dan lain sebagainya. Ini semua berangkat dari anggapan bahwa pelaku korupsi adalah orang yang berkhianat kepada orang lain. Ketiga, sanksi moral ketika meninggal dunia, pelaku korupsi jenazahnya haram untuk dishalati, karena bagaimanapun juga seorang koruptor adalah orang tercela dan celaka. 29
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 821. 30 Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan, h. 821-822.
31
Selain ketiga hukuman di atas, masih ada sanksi lain yang cukup berat, yaitu hukuman kelak di akhirat. Perbuatan koruptif dapat menghalangi pelakunya masuk surga, selain itu harta yang didapatkannya juga akan membebaninya kelak di hari kiamat.31 Hafidhuddin32 mencoba memberikan gambaran korupsi dalam perspektif ajaran Islam. Ia menyatakan, bahwa dalam Islam korupsi termasuk perbutaan fasad atau perbuatan yang merusak tatanan kehidupan. Pelakunya dikategorikan melakukan jinayah kubro (dosa besar) dan harus dikenai sanksi dibunuh, disalib atau dipotong tangan dan kakinya dengan cara menyilang (tangan kanan dengan kaki kiri atau tangan kiri dengan kaki kanan) atau diusir. Dalam konteks ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan (al-„adalah), akuntabilitas (al-amanah), dan tanggung jawab. Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai distorsi terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan termasuk perbuatan fasad, kerusakan di muka bumi, yang sekali-kali amat dikutuk Allah SWT. Pengertian al-fasad sendiri dapat diterjemahkan sebagai segala perbuatan yang menyebabkan hancurnya kemaslahatan dan kemanfaatan hidup, seperti membuat teror yang menyebabkan orang takut, membunuh, melukai dan mengambil atau merampas harta orang lain. Berdasarkan
31
Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah” dan PBNU, “NU Melawan Korupsi Kajian Tafsir dan Fiqih” dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 822 32 Pramono U.Thantowi, Op Cit, h. 256
32
pendapat tersebut, Didin menegaskan bahwa “korupsi sama buruk dan jahatnya dengan terorisme. Yang aneh, banyak kalangan tidak menyadarinya seolah-olah korupsi itu dianggap perbuatan kriminal biasa, bahkan sering dianggap perbuatan yang wajar.”33 Bagi Didin, ungkapan seperti ini sudah pasti harus ditolak dinafikan. Karena, hanya dengan menolak korupsi sebagai perilaku kriminal biasa, barulah perang terhadap korupsi dapat dilakukan senyaring dan sekeras perang melawan terorisme. Antara terorisme dan korupsi, merupakan dua entitas yang sangat membahayakan eksistensi serta keutuhan masyarakat dan bangsa. Demikian pula bila seorang koruptor meninggal dunia, seyogyanya jenasahnya tidak perlu dishalatkan oleh kaum muslim, sebelum harta hasil korupsinya itu dijamin akan dikembalikan oleh ahli warisnya kepada negara. Hal ini dianalogikan dengan orang yang meninggal dunia dalam keadaan masih memiliki utang, yang tidak boleh dishalatkan sebelum ada keluarga yang bersedia menjaminnya. Jika tidak, kelak alam kuburnya, pelaku tindak perkara korupsi akan terombang-ambing oleh kejahatan korupsinya.34
C. Semiotika sebagai Upaya Melihat Tanda dan Ideologi 1. Semiotika Secara etimologis semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti penafsir tanda atau tanda di mana sesuatu dikenal. Semiotika ialah ilmu tentang tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan 33 34
Pramono U.Thantowi, Op Cit, h. 257 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 34.
33
berfungsi. Semiotika ialah cabang ilmu dari filsafat yang mempelajari “tanda” dan biasa disebut filsafat penanda. Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Menurut Umberto Eco, tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.35 Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Charles Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913).36 Menurut Charles Sanders Peirce semiotika adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang dari ilmu filsafat. Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure semiologi adalah sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat, menurutnya semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial. Baik istilah semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam.37 Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.38 35
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 95. Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 11. 37 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitias (Yogyakarya: Jalasutra, 2011), h. 3. 38 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), h. 262. 36
34
Menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Di mana ada tanda, di sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra manusia yang disebut signifier, bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna.39 Penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek, dan sebagainya. Sedangkan petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna. Tanda akan selalu mengacu pada (mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain. Ini disebut referent.40 Alex Sobur, Msi dalam bukunya “Analisis Isi Teks Media” menjelaskan bahwa Semiotika sebagai suatu kajian yang menitikberatkan objek penelitiannya pada tanda yang pada awalnya dimaknai dengan suatu hal yang menunduk atau merujuk pada benda lain. Sebagaimana juga bila kita melihat rambu lalu lintas berupa lampu merah yang diartikan sebagai tanda bahwa kendaraan harus berhenti, sedangkan bila lampu berwarna hijau berarti kendaraan diperbolehkan berjalan.41
39
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 12-
40
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 12-13. Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 70.
13. 41
35
2. Semiotika Charles Sanders Peirce Semiotika
adalah
ilmu
yang
mempelajari
tanda
(sign),
berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidak terbatas pada benda. Charles Sanders Peirce adalah salah seorang filsuf Amerika yang paling
orisinal
dan
multidimensional.
Menurut
Peirce,
tanda
(representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu kepada sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili
atau
menggantikan.
Tanda
baru
dapat
berfungsi
bila
diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi, interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda.42 Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda; misalnya kata-kata kasar, keras, lemah,
42
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 70.
36
lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menendakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.43 Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.44 Misalnya, majalah Gatra dan Tempo seringkali menampilkan sampul dengan ilustrasi dari sosok tokoh atau politisi Indonesia yang sedang terjerat kasus korupsi, seperti pada sampul majalah Gatra pada edisi 20 Februari 2013 yang menampilkan ilustrasi Anas Urbaningrum. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan atau sebagai bukti.45 Misalnya, teks yang ada pada sampul majalah Gatra dan Tempo yang mewakili keterangan atas ilustrasi yang ditampilkan. Teks “Ada Apa Dengan Anas?” adalah indeks dari ilustrasi pada sampul majalah Gatra pada edisi 20 Februari 2013 yang menampilkan ilustrasi sosok Anas
43
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 41. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 41. 45 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 42. 44
37
Urbaningrum. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.46 Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rema (rheme), dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, pada ilustrasi sampul majalah Tempo edisi 07 Oktober 2013 dapat saja menandakan bahwa ilustrasi tersebut adalah ilustrasi dari kasus korupsi yang menjerat Akil Mochtar. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, pada sampul majalah tersebut ditambahkan teks yang menyatakan bahwa ilustrasi tersebut adalah mengenai kasus yang menjerat Akil. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.47
46 47
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 41. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 42.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Gatra dan Tempo Inti Media 1. Sejarah Tempo Inti Media Di tahun 1969, sekumpulan anak muda berangan-angan membuat sebuah majalah berita mingguan. Alhasil, terbitlah majalah berita mingguan bernama Ekspres. Di antara para pendiri dan pengelola awal, terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono, dan Usamah. Namun, akibat perbedaan prinsip antara jajaran redaksi dan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Goenawan cs keluar dari Ekspres pada 1970.1 Di sudut Jakarta yang lain, seorang Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah. Majalah Djaja, milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI), yang dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, minta agar Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya Raya – sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI. Lalu terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya – yang dipimpin Ir.Ciputra - orang-orang bekas majalah Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.2 1
Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 2 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah
38
39
Mengenai filosofi dari kata Tempo, menurut Goenawan karena kata ini mudah diucapkan, terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan sifat sebuah media berkala yang jarak terbitnya longgar, yakni mingguan. Edisi perdana majalah Tempo terbit pada 6 Maret 1971.3 Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya Tempo dibredel. Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya Tempo diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam "janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers).4 Makin sempurna mekanisme internal keredaksian Tempo, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut. Puncaknya, pada Juni 1994. Untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal-kapal bekas dari Jerman Timur.5 Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo – dan tercerai berai akibat bredel – berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu – tidaknya majalah Tempo terbit kembali. 3
Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 4 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 5 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah
40
Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali.6 Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdana go public dan menjual sahamnya ke public dan lahirlah PT. Tempo Inti Media Tbk. (PT.TIM) sebagai penerbit majalah Tempo - yang baru. – Pada tahun yang sama (2001), lahirlah Koran Tempo yang berkompetisi di media harian.7 Sebaran informasi di bawah bendera PT.TIM Tbk, terus berkembang dengan munculnya produk-produk baru seperti majalah Tempo Edisi Bahasa Inggris, Travelounge (2009) dan Tempo Interaktif yang kemudian menjadi tempo.co serta Tempo News Room (TNR), kantor berita yang berfungsi sebagai pusat berita media Group Tempo. Tempo juga mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan Tempo TV, kerjasama dengan kantor berita radio KBR 68 H.8 2. Sejarah Majalah Gatra Gatra adalah sebuah majalah berita mingguan yang diterbitkan di Indonesia sejak tahun 1994. Banyak anggota majalah Tempo yang baru saja dibredel saat itu kemudian menjadi anggota majalah ini. Didirikan oleh pengusaha yang dekat dengan rezim Orde Baru, Bob Hasan, majalah ini dikenal propemerintah saat pemerintah Orde Baru masih berkuasa.
6
Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 7 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 8 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul 01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah
41
Seperti Tempo, format sampulnya juga meniru sampul majalah TIME dengan garis merah di sepanjang sisi.9 Kini, Gatra menjadi salah satu majalah berita terbesar di Indonesia. Gatra diolah dan dikemas oleh tangan-tangan profesional yang mempunyai sejarah panjang di ladang jurnalistik. Para penggerak Gatra adalah pekerja-pekerja pers yang telah menjalani spesialisasi majalah berita lebih dari dua dasawarsa.10 Oplah Gatra saat ini 150.000 eksemplar setiap terbit, ditambah dengan Gatra dalam format digital yang bisa dibaca via website, maupun piranti tablet Apple dan Android, yang bisa diunduh dari berbagai toko buku digital. Gatra cetak saat ini bisa diperoleh di semua kota besar di Indonesia, hingga sejumlah kota di mancanegara. Dari hasil survei tim Gatra, readership Gatra mencapai 1.000.000 orang.11 Mayoritas pembaca Gatra adalah dari kelompok usia produktif antara 20 sampai 50 tahun sebesar 71,5% sementara pembaca di atas usia 50 tahun sebesar 28,9%. Mayoritas pembaca Gatra, ternyata, adalah kalangan berpendidikan tingkat sarjana hingga doctoral sebesar (67,2%). Gatra juga dipilih oleh pemasang iklan di Indonesia selama bertahuntahun sebagai media yang efektif untuk berpromosi dan mengiklankan produknya. Mulai dari bisnis otomotif, properti, telekomunikasi, elektroik,
9
Doremindo Agency, “Media Kit Majalah Gatra”, artikel ini diakses pada 3 Juli 2014 pukul 00:23 WIB dari http://blog.doremindo.com/majalah-gatra 10 Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group. 11 Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group.
42
perbankan, penerbangan sampai perusahaan BUMN dan institusi pemerintahan.12 Sementara filosofi pemilihan kata Gatra adalah sebuah kata dengan makna Wujud atau Sudut Pandang. Diambil dari khasanah bahasa bangsa, tidak mencerminkan symbol golongan, mudah diingat, mulus diucap, singkat ditulis, lancer dilisan, dan bersahaja.13
B. Visi dan Misi 1. Visi dan Misi Tempo Inti Media Visi Tempo Inti Media Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat. Misi Tempo Inti Media 1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda 2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik 3. Terus-menerus meningkatkan apresiasi terhadap isu-isu baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik 4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik 5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan jaman 12 13
Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group. Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group.
43
6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor 7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual 2. Visi dan Misi Majalah Gatra -
Membangun industri informasi menuju masyarakat yang cerdas, berakhlak, dan sadar akan hak dan kewajibannya, serta mendorong tegaknya hukum yang berkeadilan
-
Menyajikan produk informasi yang terpercaya, mencerdaskan, objektif, akurat, jujur, jernih, berakhlak, dan berimbang
-
Meningkatkan hasil usaha dengan cara yang sehat, adil, efisien, efektif, inovatif, tumbuh, dan disegani dalam bisnis global
-
Meningkatkan mutu pelayanan untuk meningkatkan kepuasaan dan loyalitas pembaca
C. Korupsi dalam Majalah Gatra dan Tempo Gatra dan Tempo merupakan majalah berita yang seringkali menampilkan sampul dengan ilustrasi yang terkesan menyindir dan mengkritik, khususnya pada kasus-kasus korupsi. Masih ingat di pikiran, saat Tempo menampilkan ilustrasi sampul „Rekening Gendut Perwira Polisi‟ yang membuat pihak polisi geram dan menuntut Tempo untuk meminta maaf. Sama hanya dengan Tempo, beberapa sampul Gatra juga pernah bermasalah dengan pihak-pihak tertentu yang terkait. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti delapan objek penelitian seperti yang sudah disebutkan di awal, yang terdiri dari empat sampul majalah
44
Gatra dan empat sampul majalah Tempo. Kedelapan sampul majalah tersebut, menampilkan ilustrasi mengenai kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia sepanjang 2013. Seperti pada sampul majalah Gatra edisi 13 Februari 2013 yang menampilkan ilustrasi kasus korupsi impor daging sapi yang menyeret tiga petinggi Partai Keadilan Sejahtera. Sama halnya dengan majalah Gatra, majalah Tempo edisi 10 Februari 2013 juga menampilkan ilustrasi mengenai kasus yang sama. Hal ini menjadi menarik, karena dua majalah berita nasional ini seringkali menampilkan ilustrasi sampul majalah mengenai kasus-kasus korupsi yang sama di beberapa edisi.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Semiotika Pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra dan Tempo Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan secara detail mengenai objek penelitian yang diambil untuk bahan penelitian. Terdapat masing-masing empat sampul majalah dari Gatra dan Tempo. Peneliti akan mengupas objek penelitian dengan menggunakan teori Charles
Sanders Peirce
yang
mengemukakan tentang jenis tanda, di antaranya sign (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretant. Dalam bab ini, terdapat beberapa tabel dan gambar yang mendukung penelitian untuk memudahkan para pembaca memahami apa yang peneliti tulis. Sampul majalah Gatra dan Tempo yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampul Majalah Gatra dan Tempo yang Diteliti No. A1 B1 C1
D1
Gatra Politik Daging Sapi (Edisi 07 - 13 Februari 2013) Ada Apa Dengan Anas (Edisi 14 - 20 Februari 2013) Setelah Lutfi Siapa Lagi (Edisi 16 - 22 Mei 2013)
No. A2
Kisah Dangdut Akil Mochtar (Edisi 07 - 13 November 2013)
D2
45
B2 C2
Tempo Hangus! (Edisi 11 - 17 Februari 2013) Buruk Anas Partai Dibelah (Edisi 18 - 24 Februari 2013) Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah (Edisi 20 - 26 Mei 2013) Wani Piro? (Edisi 07 - 13 Oktober 2013)
46
A1. Politik Daging Sapi (Edisi 07 - 13 Februari 2013)
E
A C
B
D
Gambar 4.1 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 Februari 2013
Skandal suap pengurusan kuota importasi daging sapi yang dilakukan PT Indoguna Utama diduga tak hanya menyeret nama Luthfi Hasan Ishaaq, dua petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lainnya, Hilmi Aminuddin dan Suswono, disebut-sebut ikut terlibat. Kasus ini bermula ketika seorang pengusaha yang juga merupakan sahabat karib Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah bersama kedua rekannya Juard Effendy, dan Arya Abdi Effendy tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membawa uang Rp 1 Milyar di Hotel Le Meridien.
47
Dari penangkapan terhadap Ahmad Fathanah, Juard Effendy, dan Arya Abdi Effendy, direksi PT Indoguna Utama, sebuah perusahaan importir daging, KPK berhasil mencium keterlibatan Luthfi. Luthfi diduga menggunakan pengaruhnya untuk mengatur Menteri Pertanian, Suswono, yang juga kader PKS, agar memberikan kuota tertentu kepada pengusaha tertentu. Uang Rp 1 Milyar yang ditaruh di dua kantong plastik warna merah bertuliskan PT Indoguna Utama yang ada di tangan Fathanah berasal dari PT Indoguna Utama, yang rencananya akan diberikan kepada Luthfi. Nama Hilmi Aminuddin sebagai Ketua Majelis Syuro PKS yang mana dalam partai merupakan jabatan tertinggi diduga sebagai otak di balik kasus ini. Dalam menjalankan misinya, Hilmi dibantu oleh kaki tangannya yang merupakan anaknya, Ridwan Hakim alias Iwan. Iwan merupakan makelar sapi yang memuluskan perusahaan pengimpor sapi agar mendapatkan izin. Iwan kerap berhubungan langsung dengan Menteri Pertanian, Suswono. Sang menterilah yang kemudian mengatur keluarnya izin-izin itu. Dengan menjadi makelar, Iwan mendapat keuntungan Rp 5.000 per kilo. Ridwan Hakim alias Iwan memang banyak disebut-sebut dalam perkara ini. Iwan ditengarai mendapat perintah dari Hilmi untuk berkoordinasi dengan Luthfi dalam menangani bisnis importasi daging dan depo karantina di beberapa balai besar karantina pertanian di Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Belawan.
48
Luthfi sendiri ditengarai berperan mengoordinasi eksekusi berbagai proyek di Kementrian Pertanian, baik yang berasal dari APBN maupun non-APBN. Luthfi juga ditengarai ikut cawe-cawe dalam penyususnan personalia di Kementrian Pertanian, terutama pejabat eselon I (sekjen, dirjen, dan kepala badan), eselon II (direktur, kepala biro, kepala pusat), eselon III (kabag, kasubdit), hingga eselon IV (kasubag, kasi). Untuk urusan ini, kabarnya Luthfi dibantu Sekretaris Menteri Pertanian, Baran Wirawan. Dengan begitu, Luthfi dan Iwan bisa leluasa memainkan jatah izin impor sapi kepada para importir, Iwan diduga berhubungan dengan seorang pengusaha bernama Sengman Tjahya dan Elizabeth Liman, Direktur Utama PT Indoguna Utama. Sengman sendiri, menurut sumber Gatra, merupakan orang dekat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sengman bersama Elizabeth dan inilah yang di lapangan memperjualbelikan surat rekomendasi importasi daging (SPP daging) dengan harga Rp 3.000 per kilogran. Selain menjual surat izin, Iwan cs juga ditengarai bermain dalam memuluskan perusahaan yang SPP-nya bermasalah. Terkait kasus Indoguna yang sedang diselidiki KPK, diduga Elizabeth Liman berupaya menggunakan pengaruh Luthfi untuk mendapatkan kuota tambahan. Kabarnya, Indoguna menyediakan fee Rp 3.000 per kilogram untuk jatah kuota sebanyak 15.000 ton pada tahun ini. Terlebih, Indoguna ternyata pernah diusulkan agar di-blacklist oleh Komisi IV DPR-RI lantaran terlibat masalah izin impor 51 kontainer daging pada 2011. Tak hanya
49
Indoguna, 2 anak perusahaannya juga masuk dalam rekomendasi daftar hitam. Akan tetapi untuk pengurusan kuota ini, yang mempunyai wewenang dalam memutuskan adalah Kementrian Pertanian. Tabel 4.2 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Tiga Orang Pria
A, B, C
Indeks
Mimik atau Gesture Tiga
A, B, C, D, E
Orang Pria, Banner Majalah, dan Benda yang Dipegang oleh Salah Satu Pria Simbol
Perjamuan Makan
A, B, C
Dalam ilustrasi tersebut, menampilkan tiga orang pria dewasa yang ditandai dengan kode A, B, dan C. Dengan mimik wajah, pakaian dan benda yang dipegang oleh salah satu pria menunjukkan bahwa kesan yang ditampilkan ilustrasi tersebut adalah perjamuan makan dalam sebuah acara. Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari gesture atau mimik dari tiga pria (kode A, B, dan C), banner majalah yang bertuliskan “Politik Daging Sapi” (kode E), benda berupa garpu yang menusuk daging berbentuk sapi yang dipegang oleh salah satu pria (kode D), busana yang dikenakan dua pria (kode A dan C) yaitu kemeja putih dengan rompi hitam menggunakan dasi kupu-kupu yang merupakan ciri khas pramusaji pada restoran, dan seorang pria yang mengenakan kemeja putih panjang. Posisi
50
duduk ketiganya pun, mencerminkan seolah-olah dalam perjamuan makan. Dua pria dengan dasi kupu-kupu yang berperan sebagai pramusaji berdiri mengapit pria berkemeja putih yang duduk di sebuah kursi. Tabel 4.3 Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 Februari 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah tiga orang pria.
-
Indeksnya melalui tiga tanda yaitu gesture yang ditunjukkan pada tiga orang pria, banner pada majalah “Politik Daging Sapi”, dan sebuah garpu menusuk daging berbentuk sapi yang dipegang oleh salah satu pria.
-
Sementara simbol yang muncul adalah perjamuan makan.
Object
Tiga Tokoh Partai Keadilan Sejahtera, yaitu Luthfi Hasan Ishaaq, Hilmi Aminudin, dan Suswono. Dalam ilustrasi,
Suswono
digambarkan
menggunakan
kemeja putih, duduk diapit oleh Luthfi dan Hilmi yang menggunakan kemeja putih dengan rompi dan dasi kupu-kupu hitam. Interpretant
Tiga tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang diduga terlibat dalam kasus korupsi pengaturan jumlah kuota impor daging sapi. Ketiga tokoh yang tampak dalam ilustrasi sampul majalah ini adalah
51
Luthfi
Hasan
Ishaaq,
Suswono,
dan
Hilmi
Aminuddin.
Dalam ilustrasi di atas tampak tiga orang pria dewasa dengan mengenakan pakaian yang berbeda-beda. Dua di antaranya (kode A dan C) mengenakan kemeja putih panjang dengan rompi hitam dan dasi kupukupu, sedangkan salah satu pria (kode C) mengenakan peci hitam dan kacamata. Pakaian yang mereka kenakan merupakan ciri khas dari pakaian yang sering digunakan pramusaji pada restoran. Dua pria tersebut merupakan ilustrasi dari dua tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS dan Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syuro PKS. Luthfi dan Hilmi tampak mengapit seorang pria berkemeja putih yang duduk memegang garpu. Garpu yang dipegang oleh pria tersebut, tampak menusuk sebuah daging merah berbentuk sapi. Pria tersebut adalah Suswono, Menteri Pertanian yang berasal dari PKS. Tampak
dalam
gambar
ketiganya
sedang
terlibat
dalam
perbincangan. Mimik wajah Luthfi tersenyum lebar ke arah Suswono yang duduk menghadapnya, sedangkan mimik wajah Suswono seolah-olah sedang mendengarkan penjelasan dari Luthfi mengenai daging yang dipegangnya, Hilmi yang berdiri di belakang Suswono tampak diam dan mengiyakan perbincangan antara Luthfi dan Suswono. Ilustrasi tersebut di atas merepresentasikan kasus korupsi PKS yang diangkat menjadi laporan utama dalam majalah Gatra edisi ini. Di
52
mana Luthfi dan Suswono terlibat dalam kasus pengaturan jumlah kuota impor daging sapi. Meski Suswono belum dinyatakan sebagai tersangka, akan tetapi beberapa bukti sudah menunjukkan keterlibatan Suswono. Sedangkan Hilmi yang dalam ilustrasi tampak diam dan mengiyakan perbincangan antara Luthfi dan Suswono, juga merepresentasikan bahwa Hilmi disebut-sebut sebagai otak di balik kasus ini.
53
A2. Hangus! (11 - 17 Februari 2013)
E
B
H
C A
F
D
G Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo Edisi 11 - 17 Februari 2013
Ahmad Fathanah selalu menguntit Luthfi Hasan Ishaaq dalam banyak acara Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bukan rahasia di antara kader PKS bahwa Ahmad dan Luthfi sudah lama berkawan. Keduanya pernah kuliah di King Saud University, Riyadh, Arab Saudi. Menggeluti bisnis, mereka mendirikan PT Atlas Jaringan Satu, perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan perdagangan, pada Juli 2004. Dipercaya jadi tangan kanan Luthfi, Ahmad pun akrab dengan sejumlah petinggi PKS.
54
Kejadian sebelum ia diringkus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menggambarkan
kedekatannya
dengan
Anis
Matta
yang
merupakan Sekretaris Jenderal PKS sekaligus Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini bisa dibuktikan pada tas jinjing Ahmad yang disita KPK setelah ia ditangkap di kamar 1740 Hotel Le Meridien. Beberapa salinan sertifikat rumah atas nama istri pertama Anis, terselip dalam tas pria itu. Saat dimintai konfirmasi, Anis tak membantah mengenal Ahmad. Ia juga mengetahui keluarga Ahmad merupakan pengasuh pondok pesantren terkenal di Sulawesi Selatan. Pada 11 Januari 2013 lalu, acara Safari Dakwah PKS di Istana Maimun, Medan, digelar untuk mengenalkan calon Gubernur Sumatera Utara dan wakilnya. Dalam acara itu tampak Luthfi dan Menteri Pertanian Suswono berada di deretan petinggi partai yang datang, di barisan kursi pengusaha, duduk sejumlah importir daging. Di antaranya Elizabeth Liman, pemilik sekaligus Direktur Utama PT Indoguna Utama. Elizabeth merupakan ibu Arya Abdi Effendy dan kerabat dekat Juard Effendi, keduanya merupakan tersangka penyuap Luthfi. Di sela acara, Elizabeth bertemu dengan Suswono. Ketiganya diduga membicarakan kuota impor daging sapi. Menteri Suswono pernah berinteraksi dengan perusahaan itu sebelumnya. Pada awal 2011, perseroan itu masuk daftar hitam Kementrian Pertanian. Bersama tiga perusahaan lain, Indoguna disangka melanggar aturan impor karena memasukkan barang tanpa surat pemberitahuan pemasukan. Inspektorat Jenderal Kementrian Pertanian
55
menginstruksikan Indoguna tak boleh lagi mengimpor daging. Menteri Suswono malah mengambil tindakan sebaliknya. Indoguna tetap diizinkan beroperasi, dengan syarat harus meneken surat pernyataan tak akan melakukan pelanggaran lagi. Hal ini juga terkait dengan penetapan kuota impor daging ditentukan Kementrian Pertanian. Sejak Kabinet Bersatu Jilid I, pos ini selalu diduduki PKS, yang kerap dicitrakan sebagai “partai putih”. KPK menuduh Luthfi menjual pengaruh sebagai Presiden PKS terhadap menteri yang berasal dari partai itu dalam mengatur kuota impor. Luthfi tak turun langsung, operator di lapangan adalah Ahmad Fathanah. Pria ini menjadi penghubung antara imporir dan Luthfi. Di antara Ahmad dan Luthfi, ada juga Elda Devianne. Kedekatan Elda dengan petinggi kementrian membuatnya kenal dengan Luthfi dan Ahmad. Segi empat hubungan Indoguna – EldaAhmad – Luthfi ada kemungkinan akan menyeret petinggi PKS lainnya. Yang paling dekat adalah Menteri Pertanian, Suswono. KPK sudah menyiapkan bukti untuk memeriksa Suswono. Menurut sumber Tempo, Luthfi berkomunikasi dengan Suswono mengenai siapa saja yang mendapat jatah impor. Suswono kemudian memerintahkan bawahannya meloloskan importir yang datang kepada Luthfi. Namun hal ini dibantah oleh Suswono, karena menurutnya proses pengaturan kuota impor daging sapi sudah dilakukan secara profesional.
56
Tabel 4.4 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Tiga Orang Pria
A, B, C
Indeks
Mimik atau Gesture Tiga
A, B, C, D, E, F, G, H
Orang Pria, Sebuah Logo, Perbuatan yang Dilakukan Oleh Salah Satu Pria, Perlengkapan untuk Barbecue, Banner Majalah Simbol
Pesta Barbecue
E, F, G
Dalam ilustrasi tersebut menampilkan tiga orang pria dewasa yang ditandai oleh kode A, B, dan C. Dengan mimik wajah, pakaian dan perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pria menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan dalam ilutrasi tersebut adalah sebuah pesta barbecue. Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari mimik atau gesture dari tiga pria (kode A, B, dan C), banner majalah yang bertuliskan “Hangus!” (kode H), busana yang dikenakan oleh tiga pria (kode A, B dan C) yaitu dua orang pria (kode A dan B) menggunakan kemeja lengan pendek warna putih dengan kerah baju warna hitam dan kuning sedangkan seorang pria (kode C) mengenakan kemeja lengan pendek warna kuning. Indeks dalam ilustrasi tersebut juga tergambar dari posisi berdiri ketiganya, di mana dua orang pria (kode A dan B) berdiri berhadapan
57
sedangkan pria berkemeja kuning (kode C) berdiri di antara dua pria (kode A dan B) dengan mimik wajah ketakutan. Selain itu perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pria (kode A, E, F) yang memberikan efek ketakutan kepada dua pria (kode B dan C). Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.2 merupakan simbol dalam sebuah pesta barbecue, hal ini diperkuat dengan adanya perlengkapan untuk barbecue yang ditunjukkan oleh kode G. Tabel 4.5 Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra Edisi 11 - 17 Februari 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah tiga orang pria.
-
Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu mimik atau gesture yang ditunjukkan pada tiga orang pria, banner pada majalah “Hangus!”, sebuah lambang atau logo, dan perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pria.
-
Sementara simbol yang muncul adalah pesta barbecue.
Object
Tiga tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yaitu Luthfi Hasan Ishaaq (Presiden PKS), Anis Matta (Sekretaris Jenderal PKS), dan Suswono (Menteri Pertanian
yang berasal
dari PKS). Ketiganya
merupakan tokoh PKS yang disebut-sebut terlibat dalam kasus pengaturan jumlah kuota impor daging
58
sapi. Interpretant
Ditetapkannya Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka juga ikut membuat Anis Matta dan Suswono turut dicurigai dalam kasus pengaturan kuota daging sapi impor.
Dalam ilustrasi di atas, tampak tiga orang pria dewasa yang ditunjukkan pada kode A, B, dan C yang mengenakan pakaian yang berbeda-beda. Dua orang pria yang ditunjukkan kode A dan B adalah dua tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yakni Luthfi Hasan Ishaaq (kode A) dan Anis Matta (kode B), mengenakan kemeja lengan pendek dengan kerah berwarna hitam dan kuning. Sedangkan pada Anis (kode B) mengenakan sebuah celemek warna putih dan terdapat lambang PKS. Kemeja Luthfi dan Anis juga merupakan seragam PKS di mana terlihat dari kemeja berwarna putih dan kerah kemeja yang berwana hitam dan kuning. Warna putih, hitam, dan kuning merupakan warna yang menjadi ciri khas partai dakwah tersebut. Sedangkan pria yang ditunjukkan oleh kode C merupakan Suswono, Menteri Pertanian yang berasal dari PKS. Suswono dalam gambar tampak menggunakan kemeja lengan pendek berwarna kuning. Tampak posisi berdiri Luthfi dan Anis berhadapan dengan dipisahkan oleh perlengkapan untuk barbecue (G), sedangkan posisi Suswono berada di antara keduanya. Dalam ilustrasi, digambarkan Luthfi sedang memegang sebuah peralatan untuk memasak yaitu sodet untuk
59
membalik daging yang sedang dipanggangnya. Akan tetapi, dalam gambar terlihat ada sebuah kesalahan yang dilakukan oleh Luthfi sehingga daging sapi panas yang hendak dibaliknya terlempar hingga hampir mengenai wajah Anis dan Suswono. Kesalahan yang dilakukan oleh Luthfi ini berhasil membuat takut Anis dan Suswono. Hal ini terlihat dari mimik atau gesture keduanya (kode B dan C) yang tampak seolah-olah ketakutan akan daging panas yang hampir mengenai wajah mereka. Gesture ketakutan lebih menonjol pada Suswono. Ia sampai mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan ekspresi takut pada daging panas yang akan mengenai wajah panasnya. Ilustrasi tersebut di atas merepresentasikan kasus korupsi PKS yang diangkat menjadi laporan utama dalam majalah Tempo edisi ini. Di mana Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah resmi ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus pengaturan jumlah kuota impor daging sapi. Berubahnya status Luthfi menjadi tersangka ikut menyeret Anis Matta, sang Sekretaris Jenderal. Dalam penangkapan Ahmad Fathanah, ditemukan surat salinan sertifikat rumah atas nama istri pertama Anis. Ahmad juga mengaku beberapa waktu sebelum ditangkap, Ia sempat bertemu dengan Anis di ruang kerja Anis. Dalam ilustrasi, tampak Luthfi sedang ingin membalik daging yang dipanggang namun terjadi kesalahan hingga daging yang dipanggangnya terlempar hampir mengenai wajah Anis. Tak hanya Anis, dalam ilustrasi tampak Suswono dengan mimik muka ketakutan akan daging panas yang
60
akan mengenai wajahnya. Hal ini merepresentasikan, Suswono yang sedang harap-harap cemas karena dirinya juga dicurigai turut berperan dalam kasus pengurusan kuota impor daging sapi.
61
B1. Ada Apa Dengan Anas (Edisi 14 - 20 Februari 2013)
A C
B
Gambar 4.3 Sampul Majalah Gatra Edisi 14 - 20 Februari 2013
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat dari Anas selaku Ketua Umum secara resmi pada rapat Majelis Tinggi Demokrat.
Fraksi,
Dewan
Pengurus
Daerah
(DPD),
dan
DPC
(kabupaten/kota) dinyatakan berada dalam kendali majelis tinggi. Anas diminta
berkonsentrasi
menghadapi
kasus
hukum
di
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam hal ini, Anas masih tetap ketua umum yang mempunyai kewenangan bersifat administratif formal.
62
Kebijakan dan pengendalian partai berada di majelis tinggi. Kebijakan pengambilalihan ini sifatnya sementara sampai eletabilitas Demokrat naik. Beberapa hari setelah rapat majelis tinggi diadakan, 33 DPD menandatangi pakta integritas di Cikeas, Anas absen karena sakit. Pakta integritas itu merupakan tahap lanjut operasional dari delapan solusi penyelamatan Demokrat. Terdiri dari 10 klausul, di antara intinya, komitmen transparansi kekayaan dan antikorupsi. Mereka yang berstatus tersangka harus siap mundur. Solusi penyelamatan dan pakta integritas itu disampaikan berdekatan dengan peredaran berkas mirip dokumen persetujuan KPK terhadap surat perintah penyidikan (sprindik). Dalam dokumen itu, tercantum nama Anas sebagai tersangka penerima suap kasus Hambalang. Materi pakta integritas tersebut dibuat SBY saat menunaikan umrah di Mekkah. Sedangkan sebagian pernah disampaikan dalam Silatnas Demokrat pada 2012 lalu. Berkas pakta integritas tersebut telah disebar ke 148 anggota Fraksi Demokrat, harus ditandatangi dan dikembalikan. Menurut pemerhati politik, Fadjroel Rachman, langkah SBY ini tidak akan berpengaruh terhadap naiknya elektabilitas Demokrat pada pemilu
2014.
Sebab
problem
Demokrat
terlalu
banyak.
Mulai
ketidakmampuan SBY, kehancuran internal partai, hingga korupsi. Menurutnya posisi Anas sudah sangat lemah dan tak mungkin membuat perlawanan berarti. Pendapat Fadjroel itu untuk menanggapi beberapa pihak yang mensinyalir adanya perlawanan Anas terhadap upaya penggulingan dirinya sebagai ketua umum. Di antara yang disebut-sebut
63
mengindikasikan perlawanan Anas, saat belum genap 24 jam SBY mengambil alih kendali partai, Anas dalam kapasitas sebagai ketua umum menghadiri pertemuan dengan kader Demokrat di Kabupaten Lebak, Banten. Pada kesempatan yang sama, Anas juga melantik Pengurus Anak Cabang (PAC) Partai Demokrat se-Kabupaten Lebak dan menghadiri deklarasi Bupati dan Wakil Bupati Lebak yang diusung partainya. Keesokan harinya, Anas tidak hadir dalam acara penandatangan pakta integritas
kader
Demokrat
di
Cikeas.
Ada
yang
mengartikan
ketidakhadirannya itu sebagai bentuk perlawanan Anas yang lain. Modal politik Anas sebagai ketua umum terpilih adalah jaringan kuat di tingkat akar rumput. Namun, faktanya, 33 ketua DPD Demokrat telah menandatangani pakta integritas. Modal perlawanan Anas lainnya, dikemukakan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens, sebagai ketua umum, Anas memiliki wewenang dalam proses pendaftaran dan penetapan calon anggota legislatif (caleg) dari Demokrat. Selain wewenang penetapan daftar caleg, sejumlah analis politik menyebut Anas memegang kartu truf terkait dengan dugaan skandal yang melibatkan Edhie Baskoro atau Ibas, putra bungsu SBY. Dalam Partai Demokrat, Ibas menjabat sebagai sekretaris jenderal. Tabel 4.6 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Seorang Pria
A
Indeks
Mimik atau Gesture Seorang
A, B, dan C
64
Pria, Benda yang Dipegang oleh
Sang
Pria,
Banner
Majalah. Simbol
Pengakuan Jati Diri
B
Dalam ilustrasi tersebut menampilkan seorang pria dewasa yang ditunjukkan kode A. Mimik atau gesture yang terlihat pada ilustrasi adalah wajah pria yang menunjukkan kepasrahan pada suatu hal. Hal ini diperkuat dengan sebuah benda berupa kartu identitas diri beserta foto yang ditunjukkan oleh sang pria, bahwa kesan yang ingin ditampilkan dalam ilustrasi tersebut adalah sebuah pengakuan jati diri. Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari mimik atau gesture yang terlihat pada wajah sang pria (kode A), banner majalah yang bertuliskan “Ada Apa Dengan Anas” (kode C), dan sebuah benda berupa kartu identitas yang dipegang oleh sang pria (B). Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.3 merupakan simbol dalam sebuah pengakuan jati diri, hal ini diperkuat dengan adanya kartu identitas diri beserta foto yang dipamerkan oleh sang pria. Tabel 4.7 Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra Edisi 14 - 20 Februari 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah seorang pria dewasa berkacamata.
-
Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu mimik atau gesture yang ditunjukkan pada seorang pria
65
yang menjadi tokoh utama, banner pada majalah “Ada Apa dengan Anas”, sebuah benda yang merupakan kartu identitas beserta foto diri. Object
Simbol yang muncul adalah pengakuan jati diri.
Lelaki yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi sampul edisi ini adalah Anas Urbaningrum, Ketua Umum
Partai
Demokrat
yang
terjerat
kasus
Hambalang. Interpretant
Anas Urbaningrum pasrah dengan kasus Hambalang yang menyeret dirinya hingga ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam ilustrasi di atas, tampak seorang pria dewasa mengenakan setelan jas warna biru ditunjukkan kode A. Pria tersebut merupakan Anas Urbaningrum yang merupakan Ketua Umum Partai Demokrat. Dalam ilustrasi, tampak warna yang mendominasi adalah warna biru yang merupakan warna khas dari Partai Demokrat. Mimik atau gesture menunjukkan bahwa Anas sedang membuat pengakuan mengenai dirinya. Hal ini terlihat dari telunjuk tangan kirinya sedang menunjuk ke kartu identitas tanda anggota Partai Demokrat yang dipegang tangan kanannya. Dalam kartu tersebut terdapat foto diri Anas beserta kata “tersangka” dengan warna merah. Pengakuan Anas sebagai “tersangka” diperkuat banner dalam ilustrasi yaitu “Ada Apa Dengan
66
Anas”. Hal ini menunjukkan bahwa seolah-olah terjadi sesuatu dengan Anas. Ilustrasi tersebut merepresentasikan Anas yang terlibat kasus korupsi Hambalang dan sedang dalam penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelum resmi ditetapkan menjadi tersangka, beredar berkas mirip dokumen persetujuan KPK terhadap surat perintah penyidikan (sprindik). Dalam dokumen itu, tercantum nama Anas sebagai tersangka penerima suap kasus Hambalang.
67
B2. Buruk Anas Partai Dibelah (Edisi 18 - 24 Februari 2013)
B
A
C
Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo Edisi 18 - 24 Februari 2013
Dalam rapat yang digelar di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Februari 2013 lalu, SBY membeberkan keterlibatan kader Demokrat dalam berbagai perkara korupsi. Ia juga menunjukkan grafik pamor Demokrat yang mengalami penurunan. SBY meminta para pengurus pusat dan daerah segera melaporkan nomor pokok wajib pajak plus daftar kekayaan, dan memaksa mereka untuk menandatangani pakta integritas. Terdiri dari sepuluh klausul, pakta itu berisi komitmen tentang transparansi kekayaan dan gerakan antikorupsi.
68
Pengurus yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus hukum, menurut pakta itu harus siap mundur. Beberapa hari kemudian, SBY mengumpulkan sembilan anggota Majelis Tinggi Demokrat, Ketua Fraksi Demokrat, serta empat menteri yang berasal dari Demokrat, juga Anas Urbaningrum. Dalam pertemuan itu menghasilkan kesepakatan bahwa semua infrastruktur dari pengurus pusat, pengurus provinsi, hingga pengurus kabupaten akan dibawah SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi hingga tidak ada batasan waktu. Setelah SBY memegang komando, sejumlah pengurus daerah yang sebelumnya mendukung Anas patuh pada keputusan Majelis Tinggi. Rotasi besar-besaran juga dilakukan di segala jenjang. Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas pun mundur dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dengan alasan ingin berkonsentrasi membenahi partai. Kubu Anas saat itu belum menunjukkan perlawanan. Para pendukungnya menyebutkan serangan akan dimainkan di tingkat opini publik. Di antaranya menunjukkan bahwa kubu Cikeas juga tidak semuanya bersih. Caranya dengan menaikkan posisi tawar Anas di depan SBY. Satu-satunya posisi tawar Anas adalah status hukumya, di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Anas juga memilih diam, Ia terus mengatakan bahwa tidak ada konflik di partainya. Dalam pertemuan itu, Anas absen dengan alasan sakit, namun menurut beberapa sumber absennya Anas merupakan isyarat protes atas keputusan Majelis Tinggi mengambil alih kendali partai. Apalagi pada hari
69
yang sama, surat persetujuan pimpinan KPK menetapkan Anas sebagai tersangka kasus Hambalang bocor ke media massa. Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum Demokrat menudingnya terlibat sejumlah perkara, termasuk skandal proyek pembangunan pusat olahraga Hambalang. Dalam waktu cepat, pamor Demokrat merosot. Sejak itu KPK fokus mengusut dua hal. Pertama, ihwal dugaan gelontoran Rp 100 miliar dari PT Adhi Karya untuk pemenangan Anas dalam Kongres Demokrat di Bandung pada Mei 2010 lalu. Kedua, soal pemberian mobil Toyota Harrier, juga dari Adhi Karya. Uang dan mobil itu diduga imbalan untuk memuluskan Adhi Karya sebagai penggarap proyek Hambalang. Meski Nazarudin sudah berbicara banyak mengenai detail Anas ikut merencanakan proyek Hambalang dan lalu lintas uang, penyelidik belum menemukan bukti yang cukup. Fakta bahwa Adhi Karya menggandeng PT Dutasari Citralaras, yang salah satu pemiliknya istri Anas dalam menggarap Hambalang dan ikut merugikan keuangan negara, tak serta merta menjadikan Anas tersangka. Bukti yang paling menusuk adalah di perkara Harrier. Abraham Samad, ketua KPK mengatakan bukti-buktinya telak. Harrier diterima Anas ketika dia baru saja dilantik sebagai anggota DPR. Tabel 4.8 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Dua Wajah Pria Dewasa
A dan B
Indeks
Dua Wajah Pria Dewasa, Kaca
A, B, dan C
70
yang Retak, dan Banner Majalah Simbol
Hubungan Dua Pria yang
B
Meretak
Dalam ilustrasi tersebut menampilkan wajah seorang pria dewasa di atas sebuah kaca yang ditunjukkan oleh kode A. Mimik atau gesture wajah pria tersebut menggambarkan ekspresi senang atau bahagia. Akan tetapi kaca yang terdapat ilustrasi wajah pria kode A retak hingga menimbulkan lubang di bagian mata kiri. Dari lubang kaca, terlihat sebagian wajah sesosok pria lain yang ditunjukkan pada kode B. Hal ini menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan dalam ilustrasi tersebut adalah sebuah hubungan yang meretak di antara kedua pria (A dan B). Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari mimik atau gesture yang terlihat pada wajah pria pada kode A, retakan kaca yang memunculkan wajah pria pada kode B, dan banner majalah yang bertuliskan “Buruk Anas Partai Dibelah”. Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.4 merupakan simbol dari hubungan dua pria yang meretak. Tabel 4.9 Hasil Analisis Sampul Majalah Tempo Edisi 18 - 24 Februari 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah dua wajah pria dewasa.
-
Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu mimik
71
atau gesture yang ditunjukkan pada seorang pria yang menjadi tokoh utama, wajah pria pada retakan kaca yang berlubang, dan banner majalah “Buruk Anas Partai Dibelah”. -
Simbol yang muncul adalah hubungan dua pria yang meretak.
Object
Lelaki yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi sampul edisi ini adalah Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Interpretant
Memburuknya hubungan SBY dengan Anas setelah pengambilalihan komando Ketua Umum Partai oleh Majelis Tinggi sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Dalam ilustrasi di atas, tampak wajah seorang pria dewasa dengan ekspresi tertawa lepas ditunjukkan oleh kode A. Wajah pria berkacamata tersebut seolah berada di atas kaca yang retak dan berlubang pada bagian kanan kaca atau bagian mata kiri sang pria. Dari lubang di kaca tersebut, terlihat sebagian wajah berupa mata kiri dan hidung sesosok pria lain yang ditunjukkan pada kode B. Wajah pria berkacamata tersebut adalah Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat. Sedangkan pria yang muncul dari lubang yang terdapat pada kaca adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tak
72
lain adalah Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Retakan kaca yang menimbulkan lubang merepresentasikan hubungan yang meretak di antara kedua tokoh dalam ilustrasi tersebut. Hubungan yang meretak di antara keduanya timbul setelah Majelis Tinggi memutuskan untuk mengambil alih sementara komando seorang Ketua Umum Partai sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Hal ini terkait dengan terlibatnya Anas dalam kasus Hambalang yang sedang diselidiki oleh Komisi Pmeberantasan Korupsi (KPK). Sementara, banner majalah yang bertuliskan “Buruk Anas Partai Dibelah” menggambarkan kondisi terkini dari Partai Demokrat yang kabarnya terbelah dua menjadi kubu Anas dan kubu Cikeas (SBY).
73
C1. Setelah Lutfi Siapa Lagi? (Edisi 16 - 22 Mei 2013)
A B
C
D
E
Gambar 4.5 Sampul Majalah Gatra Edisi 16 - 22 Mei 2013
Luthfi Hasan Ishaaq, sudah lama diburu Komisi Pemberantasan Koprusi (KPK). Dari penangkapan terhadap Ahmad Fathanah, Juard Effendy, dan Arya Abdi Effendy, direksi PT Indoguna Utama, sebuah perusahaan importir daging, KPK berhasil mencium keterlibatan Luthfi. Luthfi diduga menggunakan pengaruhnya untuk mengatur Menteri Pertanian, Suswono, yang juga kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), agar memberikan kuota tertentu kepada pengusaha tertentu. Uang sebesar
74
Rp 1 miliar yang menjadi barang bukti ketika Fathanah ditangkap, berasal dari PT Indoguna Utama, yang rencananya akan diberikan kepada Luthfi. Setelah Lutfi menjadi tersangka, Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin dipanggil oleh KPK sebagai saksi untuk kasus dugaan korupsi dan pencucian uang kuota impor daging sapi di Kementrian Pertanian yang melibatkan tersangka Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq. Sempat mangkir dari panggilan, akhirnya Hilmi memenuhi panggilan KPK setelah menjadwal ulang panggilan. Dalam pertemuan itu, Hilmi diperdengarkan rekaman pembicaraan hasil penyadapan KPK. Beredar kabar di wartawan bahwa rekaman yang diperdengarkan adalah percakapan antara Ahmad Fathanah dan seseorang yang diduga bernama Ridwan, putra Hilmi. Isinya berupa konfirmasi yang dikemukakan sosok yang diduga Ridwan itu kepada Fathanah soal pengiriman uang Rp 17 miliar sebagai “jatah untuk engkong”, engkong adalah sebutan untuk Hilmi. Namun ketika ditanyakan perihal ini, Hilmi mengaku tidak mengenal suara yang diduga Ridwan tersebut. Setelah Hilmi diperiksa, Suswono, kader PKS yang menjabat sebagai Menteri Pertanian juga dua kali diperiksa KPK sebagai saksi terkait kasus ini (18 Februari 2013 dan Maret 2013). Nama Suswono disebut-sebut dalam materi dakwaan jaksa saat persidangan dua Direktur PT Indoguna Utama, Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi. Dalam dakwaan, Luthfi mempertemukan Maria Elizabeth Liman dengan Suswono di sebuah hotel, hadir juga dalam pertemuan itu Ahmad Fathanah. Dalam pertemuan dibicarakan mengenai kuota impor daging
75
sapi. Tak lama, KPK mengumumkan nama Maria Elizabeth Liman sebagai tersangka baru dalam kasus ini. Maria diduga sebagai pemberi suap dengan Luthfi dan Fathanah sebagai penerimanya. Dengan menetapkan Maria sebagai tersangka, ada indikasi KPK hendak menjerat Suswono. Dua petinggi PKS lainnya yang juga diperiksa sebagai saksi dalam kasus ini adalah Anis Matta, Presiden PKS dan Mahfudz Abdurrahman, Bendahara Umum PKS. Pemeriksaan KPK terhadap Anis Matta, Mahfudz Abdurrahman, dan Hilmi Aminuddin menambah daftar pengurus PKS yang dimintai keterangan sebagai saksi atas dugaan tindak pidana korupsi dan pencucian uang terkait kuota impor daging sapi di Kementrian Pertanian. Tabel 4.10 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Empat sosok pria
A, B, C, D
Indeks
Seorang pria beserta tiga sosok
A, B, C, D, dan E
lainnya yang berbentuk bayangan dan banner majalah Simbol
Menunggu giliran
A, B, C, dan D
Dalam ilustrasi di atas, tampak yang menjadi tokoh utama adalah pria bertubuh gemuk dengan jenggot yang ditunjukkan oleh kode A. Tiga pria lain yang berada di belakang sosok pria kode A tampak berupa bayangan. Posisi keempatnya berjejer rapi seolah-olah sedang menanti giliran. Hal ini menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan dalam
76
ilustrasi tersebut adalah pria-pria yang menanti gilirannya. Kesan tersebut diperkuat oleh banner pada majalah yang bertuliskan “Setelah Luthfi Siapa Lagi”. Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari ilustrasi tokoh utama yaitu sang pria bertubuh gemuk dan berjenggot beserta dengan ketiga sosok pria lain yang digambarkan secara samar-samar. Posisi keempatnya berjejer rapi seolah sedang menanti giliran. Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.5 merupakan simbol dari sebuah penantian untuk mendapat giliran. Tabel 4.11 Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra Edisi 16 - 22 Mei 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah sesosok pria yang menjadi tokoh utama dan tiga sosok pria lain yang tampak samar-samar.
-
Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu seorang pria yang menjadi tokoh utama, tiga orang pria lainnya yang digambarkan masih samar-samar dan banner majalah “Setelah Luthfi Siapa Lagi”.
-
Simbol yang muncul adalah menanti giliran di antara ketiga sosok pria yang masih berbentuk samar-samar.
Object
Pria yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi tersebut adalah Luthfi Hasan Ishaaq yaitu Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sedangkan tiga pria
77
yang dalam ilustrasi masih terlihat samar-samar dari kiri ke kanan adalah Anis Matta, Hilmi Aminuddin, dan Suswono. Ketiganya merupakan tiga tokoh penting dalam PKS. Interpretant
Para petinggi PKS cemas dengan keadaan Luthfi yang berstatus tersangka. Hal ini bisa saja menjalar ke tokoh-tokoh PKS lainnya mengingat Luthfi tidak bekerja sendirian dalam menjalankan misi partainya itu.
Dalam ilustrasi di atas, tampak seorang pria bertubuh gemuk dan berjenggot terlihat paling menonjol di antara ketiga pria lainnya. Pria yang ditunjukkan kode A tersebut berada di posisi paling depan dan terlihat paling „jelas‟ di antara yang lain. Ketiga pria lainnya terlihat samar-samar meski dapat secara jelas dikenali sosoknya. Pria gemuk dan berjanggut tersebut tak lain adalah Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS. Sementara sosok setelah Luthfi dari kiri ke kanan adalah Anis Matta (Sekretaris Jenderal PKS), Hilmi Aminuddin (Ketua Dewan Syuro PKS) dan yang terakhir adalah Suswono (Menteri Pertanian yang berasal dari PKS). Ilustrasi tersebut merepresentasikan keadaan yang sebenarnya pada PKS saat ini. Setelah Luthfi resmi dinyatakan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus suap pengaturan kuota impor daging sapi, ketiga tokoh PKS yang tampak dalam ilustrasi mulai dilanda
78
kecemasan karena dalam penyelidikannya, KPK menemukan beberapa bukti yang memiliki keterkaitan dengan ketiganya. KPK memanggil ketiga pria tersebut untuk dijadikan sebagai saksi. Namun, tak menutup kemungkinan adanya perubahan status dari saksi menjadi tersangka.
79
C2. Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah (Edisi 20 - 26 Mei 2013)
A
B
D C
Gambar 4.6 Sampul Majalah Tempo Edisi 20 - 26 Mei 2013
Berbagai strategi disusun oleh Partai Keadilan Sejahtera untuk mengumpulkan dana pemilu 2014. Untuk menyusun strategi, para petinggi Partai Keadilan Sejahtera melakukan pertemuan dengan Yudi, pemilik PT Cipta Inti Parmindo. Pertemuan itu dibuka oleh Luthfi Hasan Ishaaq yang membicarakan sejumlah proyek yang bisa digarap Yudi. Dalam pembicaraannya, Luthfi menargetkan Rp 2 triliun untuk dana pemilu 2014. Hal ini dibuktikan dengan empat foto yang didapat Tempo dari notulensi yang difoto karyawan Yudi saat pertemuan tersebut berakhir. Isinya
80
mengenai beragam program partai dakwah guna menjaring dana untuk menyongsong pemilu. Pada kolom paling atas tertulis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan angka 2 triliun. Di sebelahnya ada nama Luthfi dan Hilmi. Berikutnya, pada tiga kolom tertulis masing-masing Kementrian Komunikasi dan Informatika senilai Rp 0,5 triliun, Kementrian Pertanian Rp 1 triliun, serta Kementrian Sosial Rp 0,5 triliun. Pada bagian lain, terdapat tulisan delapan arahan Luthfi dalam merealisasi pencairan dana partai tersebut. Pertama, target Rp 2 triliun pda tahun 2014 mesti terpenuhi. Kedua, kuota Rp 1 triliun di Kementrian Pertanian dan maisng-masing Rp 0,5 triliun di Kementrian Sosial dan Kementrian Komunikasi. Ketiga, harus jelas mekanisme penyaluran infak. Keempat, pembatasan pekerjaan ternak. Kelima, semua proyek harus aman, khususnya yang terkait dengan kuasa penggunaan anggaran. Keenam, menteri akan mengikuti Yudi selama target disepakati. Ketujuh, slot PKS akan diberikan seluruhnya kepada Cipta Terang Abadi, perusahaan milik Yudi. Dan terakhir, seluruh infak akan diterima lewat satu pintu. Hubungan Yudi dengan para petinggi PKS semakin erat. Berkat jasa Luthfi, PT Cipta Inti Parmindo berhasil mendapatkan kredit modal kerja Rp 100 miliar dari bank Jabar dan Banten Cabang Surabaya. Proses pencairan oleh bank yang mayoritas sahamnya milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu serba kilat. Belakangan kesepakatan antara Yudi dan petinggi PKS berakhir, karena Yudi ditangkap Kepolisian Kalimantan Selatan akibat melakukan
81
korupsi pengadaan alat peraga pendidikan senilai Rp 2,9 miliar di Kabupaten Barito Kuala. Selain itu ia juga diumumkan sebagai tersangka karena dituduh sebagai pelaku utama pembobolan Bank Jatim senilai 55 miliar. Terakhir, dia juga terseret kasus pembobolan Bank Jabar dan Banten senilai 55 miliar. Kepada Tempo, Yudi mengaku sudah mengeluarkan Rp 16,585 miliar untuk Luthfi dan Anis. Yudi dijanjikan proyek dari jatah anggaran PKS pada anggaran perubahan 2012 dan 2013. Terutama pada tiga kementrian yang dipimpin kader partai itu. Luthfi dan Fathanah juga terseret perkara hukum. Mereka dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga penerima suap dari PT Indoguna Utama, perusahaan pengimpor daging, senilai Rp 1 miliar, mereka juga dijerat pasal tindak pidana pencucian uang
karena
berusaha
mengaburkan
nilai
kekayaan
dengan
mengatasnamakan orang lain pada rumah dan mobil milik mereka. Tabel 4.12 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Sebuah Kotak Amal dan Logo
A dan B
PKS Indeks
Sebuah kotak amal, logo PKS, uang yang dimasukkan ke dalam kotak melalui lubang yang berbeda, dan banner majalah.
A, B, C, dan D
82
Simbol
Kotak Amal
A
Dalam ilustrasi di atas tampak sebuah kotak amal yang dipertegas dengan lubang untuk memasukkan uang di atas kotak yang ditandai oleh kode A. Kotak amal tersebut mempunyai gembok dan terdapat logo sebuah institusi berukuran sedang di sisi kiri yang ditunjukkan oleh kode B. Uniknya, kotak amal tersebut memiliki lubang untuk memasukkan uang yang lain di sisi kiri yang ditunjukkan oleh kode C, tampak pada ilustrasi selembar uang hendak dimasukkan melalui lubang di sisi kiri. Hal ini menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan adalah sebuah kotak amal yang diperuntukkan untuk kepentingan sebuah institusi. Kesan tersebut diperkuat dengan adanya logo institusi pada kotak amal tersebut. Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari sebuah kotak amal dengan logo institusi di sisi kiri dan uang yang hendak dimasukkan ke kotak amal melalui lubang di sisi kiri. Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.6 merupakan simbol dari sebuah kotak amal yang diperuntukkan untuk kepentingan sebuah institusi. Tabel 4.13 Hasil Analisis Sampul Majalah Tempo Edisi 20 - 26 Mei 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah sebuah kotak amal dan logo institusi.
-
Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu sebuah kotak amal, logo institusi, uang yang dimasukkan melalui lubang di sisi kiri, dan banner majalah
83
“Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah”. -
Simbol yang muncul adalah sebuah kotak amal yang diperuntukkan untuk kepentingan sebuah institusi.
Object
Sebuah kotak amal yang mempunyai simbol Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kotak amal tersebut mempunyai dua lubang untuk memasukkan uang yang tidak seperti kotak amal pada umumnya.
Interpretant
Kotak
amal
yang
diperuntukkan
PKS
untuk
mengumpulkan dana menjelang pemilu 2014.
Tampak dalam ilustrasi di atas, sebuah kotak amal beserta dengan gembok dan lubang untuk memasukkan uang berada di atas kotak. Di sisi kiri kotak amal tersebut terdapat logo sebuah institusi. Uniknya di bawah logo, terdapat uang yang hendak dimasukkan ke dalam kotak melalui lubang di sisi kiri kotak. Ilustrasi
tersebut
merepresentasikan
kotak
amal
yang
diperuntukkan PKS untuk mendapatkan dana menjelang pemilu 2014. Hal ini terlihat dari adanya logo PKS di sisi kiri kotak amal. Berbagai macam strategi disusun PKS untuk mendapatkan dana sebesar Rp 2 triliun untuk pemilu 2014. Salah satunya dengan infak dari pos-pos kementrian yang menterinya berasal dari PKS, seperti Kementrian Pertanian, Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan Kementrian Sosial.
84
D1. Kisah Dangdut Akil Mochtar (Edisi 07-13 November 2013)
B A
C
Gambar 4.7 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 November 2013
Akil Mochtar dipecat dari jabatannya sebagai hakim ataupun Ketua Mahkamah Konstitusi karena dianggap melanggar etika yang melewati batas dan sudah masuk ranah pidana. Mulai dari transfer uang ke sejumlah penyanyi dangdut, dugaan menggunakan narkotika, sampai menguasai penganan perkara sengketa pilkada. Dalam persidangan yang digelar oleh majelis kehormatan, terungkap bahwa Akil menyembunyikan kekayaan melalui kepemilikan dua mobil mewah yang diatasnamakan sopir pribadi
85
Akil, Daryono. Selain itu, Akil memiliki 15 rekening bank yang kerap digunakan untuk transaksi secara tak wajar. Demikian pula dengan lima rekening milik istrinya. Terkait dengan rekening-rekening tersebut, Akil Mochtar juga diketahui memerintahkan sekretarisnya, Yuanna Sisilia melakukan transaksi keuangan yang dilakukan pengacara Susi Tur Andayani, yang diduga dari pihak yang berperkara melalui setoran tunai kepada Akil Mochtar. Selain itu bukti lain juga ditemukan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengungkapkan bahwa Akil juga sering menyetorkan sejumlah uang ke beberapa penyanyi dangdut. Akil, misalnya, ketahuan sering mentransfer uang kepada Rya Fitria, seorang penyanyi dangdut lulusan sebuah kontes musik, dalam jumlah bervariasi Rp 8 juta – Rp 10 juta setiap bulannya. Secara total, uang yang ditransfer Akil ke rekening Rya Fitria mencapai Rp 900 juta. Belakangan terungkap kalau Akil juga pernah mentransfer uang kepada dua pedangdut senior Iis Dahlia dan Evie Tamala. Menurut kuasa hukum Akil, transfer uang kepada para pedangdut itu terkait dengan kampanye Akil ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007 silam. Selain perilaku suapnya, beberapa perilakunya yang mencoreng nama besar Mahkamah Konstitusi adalah pengumuman Badan Narkotika Nasional atas hasil tes terhadap DNA Akil yang menemukan adanya DNA Akil pada lintingan ganja yang ditemukan di ruang kerjanya tatkala penggeledahan oleh KPK, selain lintingan ganja juga ditemukan dua butir
86
pil yang mengandung salah satu unsur narkotika jenis amfetamin, yaitu sabu-sabu. Sikap lancung lainnya yaitu, perilakunya saat menangani perkaraperkara pilkada. Menurut narasumber Gatra, Akil cenderung selalu mengetuai semua perkara yang terkait dengan sengketa pilkada. Bandingannya ketika saat Mahfud MD masih menjadi ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud terhitung jarang sekali menjadi ketua majelis yang berkaitan dengan perkara sengketa pilkada. Padahal untuk urusan bagibagi penanganan perkara, para penitera sudah membuat draf khusus, akan tetapi ketika sudah sampai di tangan Akil, semua diubah, hingga sebagian kasus sengketa pilkada jatuh ke tangan Akil. Beberapa putusan sidang pimpinan Akil yang janggal membuat sejumlah pengacara yang tergabung dalam Forum Korban Putusan MK Berdaulat melapor ke KPK terkait dengan dugaan sejumlah putusan MK yang terindikasi suap. Ada delapan pilkada yang dilaporkan oleh forum ini, di antaranya di Kota Palembang, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Banyuasin, Kota Waringin Barat, Kota Kediri, dan Kabupaten Maluku Tenggara. Tabel 4.14 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Seorang pria yang mengenakan
B
jubah hakim. Indeks
Seorang pria yang mengenakan
A, B, dan C
87
jubah hakim, seorang wanita di sisi kanan, dan banner majalah. Simbol
Seorang pria yang sedang
A
joged dangdut.
Dalam ilustrasi di atas tampak seorang pria paruh baya mengenakan jubah hakim dan membawa palu sidang yang ditunjukkan oleh kode A. Pria tersebut digambarkan seolah-olah sedang berjoget, hal ini terlihat dari gesture yang tampak dari kaki dan tangan kirinya. Sementara itu di sisi kanan sang pria terdapat seorang wanita muda yang digambarkan dalam bentuk samar-samar (kode B). Pria yang ditunjuk oleh kode A, berjoget dengan muka menghadap ke gambar wanita. Hal ini menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan adalah mengenai joget dangdut dari sang pria. Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari gesture yang ditampilkan oleh sang pria, wanita di sisi kanan, dan banner majalah. Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.7 merupakan simbol dari joget dangdut yang dilakukan oleh sang pria yang menjadi tokoh utama. Tabel 4.15 Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 November 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah sesosok pria yang mengenakan jubah hakim dan seorang wanita yang berada di sisi kanan.
88
-
Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu palu sidang yang dipegang oleh pria, jubah hakim, dan seorang wanita, dan banner majalah “Kisah Dangdut Akil Mochtar”
-
Simbol yang muncul adalah hakim yang sedang goyang dangdut.
Object
Seorang pria yang menjadi tokoh utama adalah Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi yang dijadikan tersangka oleh KPK karena kasus suap pilkada. Sedangkan wanita di sisi kanan, adalah pedangdut Rya Fitria yang merupakan jebolan acara kontes musik dangdut di salah satu stasiun televisi.
Interpretant
Akil Mochtar membayar mahal beberapa pedangdut tanah air, salah satunya adalah Rya Fitria.
Tampak dalam ilustrasi di atas adalah seorang pria berkacamata mengenakan jubah hakim dan memegang palu sidang di tangan kanan. Pria tersebut menunjukkan gesture yang tidak biasa, terlihat dari gesture kaki dan tangan kirinya yang seolah-olah sedang berjoget memalingkan muka ke arah kiri. Di sisi kiri terdapat sesosok wanita yang mengenakan hijab, dengan wajah tersenyum. Pria yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi tersebut adalah Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi sedangkan wanita yang digambar secara samar-samar dalam ilustrasi yaitu Rya Fitria, seorang penyanyi
89
dangdut jebolan sebuah kontes dangdut di salah satu stasiun televisi swasta. Ilustrasi di atas merepresentasikan kasus Akil yang resmi menjadi tersangka dalam kasus suap pilkada. Sedangkan Rya Fitria merupakan salah satu penerima aliran uang Akil, terungkap dalam penyelidikan KPK bahwa beberapa kali Akil tampak melakukan pengiriman sejumlah uang ke rekening milik Rya. Meski kuasa hukum Akil menyatakan bahwa uang tersebut adalah untuk pembayaran jasa Rya menyanyi di kampanye Akil saat akan mencalonkan Gubernur Kalimantan Barat 2007 silam.
90
D2. Wani Piro? (Edisi 07 – 13 Oktober 2013)
A C
B
Gambar 4.8 Sampul Majalah Tempo Edisi 07 - 13 Oktober 2013
Akil Mochtar sudah lama menjadi buronan KPK, Ia berhasil ditangkap tangan oleh KPK saat akan menerima uang suap yang dikirim melalui Chairun Nisa, anggota dewan terpilih dari daerah pemilihan Kalimantan Tengah, kawan lama Akil. Uang suap yang dibawa oleh Chairun Nisa merupakan uang pelicin dari Bupati Gunung Mas, Hambit yang bertarung untuk periode kedua pemerintahannya, memenangi pemilihan. Perkara sengketa ini ditangani panel hakim dan ketua Akil. Bupati Hambit merasa perlu untuk mengamankan kemenangannya karena
91
pesaingnya menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Hambit sepakat akan menyiapkan Rp 3 miliar demi mengamankan kemenangannya, tak hanya itu Akil meminta uang tersebut dalam bentuk dolar Amerika Serikat. Lain halnya dengan kisah sengketa pemilihan Bupati Lebak, Banten yang juga ditangani panel hakim pimpinan Akil Mochtar. Pemilihan di Lebak dimenangi pasangan Iti Oktavia – Ade Sumardi, selanjutnya kemenangan ini digugat pesaing Amir Hamzah – Kasmin. Melalui persidangan, hakim memerintahkan pemungutan suara ulang di Lebak. Putusan ini sangat cocok dengan tuntutan kubu Amir – Kasmin, yang didukung oleh Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Melalui narasumber Tempo, pengacara penggugat bersama Wawan, adik kandung Atut hendak menyampaikan “tanda terima kasih” untuk Akil yang pada akhirnya ditangkap KPK saat uang belum sampai ke tangan Akil. Sengketa pilkada yang juga diduga melibatkan Akil adalah pemilihan kepala daerah Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Pemilihan tersebut memenangkan pasangan Yan Anton Ferdian – S.A. Supriono di atas duet Hazuar Bidui – Agus Sutikno. Mahkamah menolak gugatan yang diajukan pesaing Yan – Supriono. Namun beberapa hari kemudian, terbitlah surat yang berasal dari Mahkamah bahwa pelantikan Yan – Supriono harus ditunda, menunggu “permasalahan dalam penyelenggaraan pilkada tersebut dapat diselesaikan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.” Surat itu ditembuskan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banyuasin dan Komisi Pemilihan Umum Banyuasin dan dibawa oleh seseorang bernama Muhtar Efendy. Pria ini muncul sejak sengketa
92
hasil pilkada masuk ke Mahkamah pada pertengahan Juni tahun lalu. Diduga Muhtar adalah makelar untuk mendampingi kasus ini, karena Muhtar pernah menemui Yan dan meminta tarif Rp 5 miliar. Lain halnya di wilayah Sumba Barat, pada 10 Agustus 2013 lalu Komisi Pemilihan menetapkan pasangan Markus Dairo Talu – Ndara Tanggu Kaha sebagai bupati dan wakil bupati Kabupaten Sumba Barat Daya. Pasangan Kornelius – Daud sebagai rival menggugat hasil pemilihan ke Mahkamah Konstitusi. Mereka melaporkan dugaan penggelembungan suara di Kecamatan Wewewa Barat dan Wewewa Tengah. Kasus ini dipegang panel tiga hakim yang dipimpin Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar. “Keajaiban” muncul dalam putusan. Meski menyebutkan aneka kejanggalan, Mahkamah menganggap tidak ada kekeliruan dalam rekapitulasi surat suara. Mahkamah pun mementahkan gugatan kubu Kornelius. Sejumlah sumber menyebutkan pelicin telah membelokkan putusan akhir. Menurut sumber Tempo, jalur partai digunakan untuk menembus Akil. Kemenangan Markus – Ndara kukuh menurut Mahkamah Konstitusi. Akan tetapi, di Sumba Barat Daya, polisi tetap menyelidiki kecurangan. Polisi membuka ratusan kotak suara, isinya dihitung kembali disaksikan kejaksaan, pengadilan, dan partai politik yang hasilnya justru berbalik memenangi Kornelius. Hasil penyelidikan polisi menggoyahkan Komisi Pemilihan Sumba Barat Daya, mereka membatalkan kemenangan Markus – Ndara yang telah dikukuhkan oleh Mahkamah Konstitusi.
93
Tabel 4.16 Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah Jenis Tanda
Contoh Tanda
Kode
Ikon
Seorang pria mengenakan jubah
A
hakim. Indeks
Palu sidang, label harga, jubah
A dan B
hakim, dan banner majalah. Simbol
Hakim yang
A dan B
memperjualbelikan keputusan sidang.
Dalam ilustrasi di atas tampak seorang pria mengenakan jubah hakim (kode A). Ada yang tak biasa dari pria tersebut, dari dalam jubah yang Ia tunjukkan, terdapat banyak palu sidang lengkap dengan label harganya yang digantung (kode B). Indeks dalam ilustrasi tersebut adalah palu sidang, label harga dan jubah hakim (kode B) dan banner majalah “Wani Piro”. Sementara simbol yang muncul adalah jual beli keputusan sidang yang dilakukan oleh tokoh utama. Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam gambar 4.8, bahwa ilustrasi di atas merupakan simbol dari jual beli keputusan sidang. Tabel 4.17 Hasil Analisis Sampul Majalah Tempo Edisi 07 - 13 Oktober 2013 Sign
-
Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah seorang pria yang mengenakan jubah hakim.
94
-
Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu palu sidang, label harga, jubah hakim, dan banner majalah “Wani Piro”.
-
Simbol yang muncul adalah jual beli keputusan sidang.
Object
Akil Mochtar, merupakan tokoh utama dalam sampul majalah Tempo edisi ini. Akil resmi menjadi tersangka pada kasus suap pilkada dan dicopot secara tidak hormat oleh Mahkamah Konstitusi.
Interpretant
Seorang hakim yang memperjualbelikan keputusan sidang.
Dalam ilustrasi tersebut di atas, tampak seorang pria mengenakan jubah hakim sambil memamerkan palu sidang berlabel harga yang tergantung di jubahnya. Pria tersebut merupakan Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi yang resmi menjadi tersangka dalam kasus suap pilkada di beberapa daerah. Banyak palu yang berlabel harga, merepresentasikan kasus jual beli keputusan sidang pada setiap sidang yang dipimpin oleh Akil. Hal ini diperkuat dengan banner majalah yang bertuliskan “Wani Piro” yang dalam bahasa Jawa, “Berani (bayar) berapa?”.
95
B. Analisis Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013 Objek dalam penelitian ini adalah ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi. Sepanjang tahun 2013, terdapat masing-masing empat edisi dalam Gatra dan Tempo yang menampilkan ilustrasi sampul dengan tema korupsi yang sama. Meski kasus korupsi yang dijadikan ilustrasi pada sampul adalah sama, namun terdapat beberapa perbedaan dalam menginterpretasikan kasus ke dalam bentuk ilustrasi. Hal ini tergantung dari pendekatan yang dipakai oleh masing-masing ilustrator dan ideologi yang dianut masing-masing majalah. Perbandingan 1
Gambar 4.9 Perbandingan 1
96
Tabel 4.18 Perbandingan 1 Edisi Majalah
Perbandingan
A1. Majalah Gatra: Politik Daging Sapi
Dalam edisi ini, Gatra menampilkan
(Edisi 07 - 13 Februari 2013)
ilustrasi dari kasus korupsi yang menyeret ketua umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq. Ia juga menjadi salah satu tokoh dalam ilustrasi. Selain Luthfi juga terdapat
ilustrasi
dari
Hilmi
Aminuddin dan Suswono.
A2. Majalah Tempo: Hangus!
Sama halnya dengan Gatra, majalah
(Edisi 11 – 17 Februari 2013)
Tempo edisi ini menampilkan ilustrasi dari kasus korupsi daging sapi PKS. Luthfi masih menjadi salah satu tokoh yang terdapat dalam ilustrasi. Hanya saja,
terdapat
Kehadiran
sedikit
sosok
perbedaan.
Anis
Matta
merupakan pembeda dengan ilustrasi yang dibuat oleh Gatra.
97
Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa perbedaan antara ilustrasi majalah Gatra dan Tempo dalam kasus pengaturan kuota daging sapi PKS terletak pada masing-masing tokoh yang ditampilkan dalam ilustrasi. Baik Gatra maupun Tempo menampilkan tiga pria dalam ilustrasi sampulnya. Terlihat bahwa keduanya sama-sama menampilkan sosok Luthfi Hasan Ishaaq dan Suswono. Sementara sosok ketiga inilah yang menjadi pembeda, Gatra menampilkan sosok Hilmi Aminuddin sedangkan pada Tempo menampilkan sosok Anis Matta. Adanya perbedaan objek pada ilustrasi menyebabkan representasi makna yang ingin ditampilkan pun berbeda. Dalam ilustrasinya, Gatra menampilkan Hilmi Aminuddin. Hal ini dikarenakan Gatra melihat keterlibatan Hilmi yang sangat besar dalam kasus ini. Hilmi adalah Ketua Majelis Syuro PKS yang mana merupakan jabatan tertinggi dalam struktur partai. Sehingga ia mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menggalang dana partai. Sedangkan Tempo, memilih untuk menampilkan Anis Matta. Tempo memilih Anis Matta dikarenakan ia merupakan pengganti Luthfi sebagai ketua umum partai. Tak hanya itu, dalam laporan utama yang ditulis Tempo, Anis juga dikabarkan dekat dengan Ahmad Fathanah. Hal ini terungkap dari ditemukannya surat salinan kepemilikan tanah atas nama istri pertama Anis.
98
Perbandingan 2
Gambar 4.9 Perbandingan 2
Tabel 4.19 Perbandingan 2 Edisi Majalah
Perbandingan
B1. Majalah Gatra: Ada Apa Dengan Anas
Dalam edisi ini Gatra menampilkan
(Edisi 14 - 20 Februari 2013)
Anas Urbaningrum sebagai tokoh utama dalam ilustrasi sampulnya. Hal ini terkait dengan kasus Hambalang yang membuatnya berurusan dengan Komisi (KPK).
Pemberantasan
Korupsi
99
B2. Majalah Tempo: Buruk Anas Partai Dibelah
Sama halnya dengan Gatra, Tempo
(Edisi 18 - 24 Februari 2013)
juga menampilkan tema kasus korupsi Anas pada edisi ini. Bedanya, dalam ilustrasi Tempo muncul sosok Susilo Bambang Yudhono (SBY) meski hanya
sebagian
wajahnya
yang
ditampilkan.
Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa Gatra dan Tempo sama-sama menampilkan ilustrasi mengenai kasus korupsi Anas Urbaningrum. Keduanya menampilkan Anas Urbaningrum sebagai tokoh utama dalam sampul majalah. Namun yang menjadi pembeda adalah adanya sosok SBY dalam ilustrasi yang dibuat Tempo. Meski hanya sepotong wajah yang ditampilkan, akan tetapi khalayak yang melihatnya sudah tahu bahwa pria yang dimaksud adalah SBY. Ilustrasi yang dibuat oleh Gatra merepresentasikan bahwa Anas mengakui dirinya seorang tersangka. Sedangkan pada ilustrasi yang dibuat oleh Tempo, terlihat sosok SBY di antara retakan dan pecahan kaca merepresentasikan hubungan yang meretak di antara Anas dan SBY.
100
Perbandingan 3
Gambar 4.11 Perbandingan 3
Tabel 4.20 Perbandingan 3 Edisi Majalah
Perbandingan
C1. Majalah Gatra: Setelah Lutfi Siapa Lagi
Dalam edisi
(Edisi 16 - 22 Mei 2013)
mengangkat korupsi
ini,
Gatra
tema
daging
kembali
ilustrasi
sapi
PKS
kasus yang
kasusnya semakin melebar. Empat petinggi PKS yakni Luthfi Hasan Ishaaq, Anis Matta, Hilmi Aminuddin, dan Suswono menjadi objek dalam
101
ilustrasi sampul edisi ini. C2. Majalah Tempo: Selingkuh Fathanah dan Partai
Sama halnya dengan Gatra, Tempo
Dakwah
juga
(Edisi 20 - 26 Mei 2013)
korupsi daging sapi PKS sebagai tema
kembali
mengangkat
kasus
ilustrasi sampul. Akan tetapi, Tempo tidak menampilkan tokoh-tokoh PKS yang dicurigai terlibat seperti halnya Gatra.
Ilustrasi
yang
digunakan
Tempo lebih kepada simbol-simbol yang merujuk kepada kasus PKS.
Kembali mengangkat ilustrasi mengenai kasus korupsi daging sapi PKS, baik Gatra maupun Tempo memiliki beberapa perbedaan dalam menyajikan ilustrasinya. Majalah Gatra lebih menekankan pada tokoh-tokoh yang diduga terlibat dalam kasus sedangkan majalah Tempo menekankan pada simbolsimbol tertentu yang merujuk pada kasus PKS. Ilustrasi pada Gatra merepresentasikan bahwa tiga tokoh PKS selain Luthfi yang terdapat dalam ilustrasi, sedang menanti giliran dijatuhi status tersangka oleh KPK. Hal ini diperkuat dengan banner majalah yang bertuliskan “Setelah Luthfi Siapa Lagi”. Sedangkan Tempo menggambar ilustrasi berupa sebuah kotak amal disertai dengan beberapa simbol yang merujuk pada PKS. Hal ini merepresentasikan kotak amal yang digunakan PKS untuk mendapatkan infak dan sedekah menjelang pemilu 2014.
102
Perbandingan 4
Gambar 4.12 Perbandingan 4
Tabel 4.21 Perbandingan 4 Edisi Majalah
Perbandingan
D1. Majalah Gatra: Kisah Dangdut Akil Mochtar
Dalam edisi ini, Gatra menampilkan
(Edisi 07 - 13 November 2013)
tema kasus korupsi sengketa pilkada. Akil Mochtar dan seorang penyanyi dangdut bernama Rya Fitria menjadi tokoh utama dalam ilustrasi yang dibuat Gatra.
D2. Majalah Tempo:
103
Wani Piro?
Sama halnya dengan Gatra, pada edisi
(Edisi 07 - 13 Oktober 2013)
ini Tempo juga mengangkat kasus suap sengketa pilkada menjadi tema ilustrasi sampul. Namun
yang
menjadi
perbedaan,
Tempo hanya menampilkan sosok Akil dengan disertai simbol-simbol tertentu yang merepresentasikan kasus yang sebenarnya.
Dalam edisi ini, baik Gatra maupun Tempo mengambil tema kasus suap pilkada untuk ilustrasi sampul. Ilustrasi yang dibuat Gatra, menampilkan Akil dan Rya Fitria, seorang penyanyi dangdut lulusan sebuah kontes dangdut televisi swasta. Ilustrasi tersebut merepresentasikan Akil yang menghamburkan uangnya untuk membayar penyanyi dangdut saat kampanye calon Gubernur Kalimantan Barat. Sedangkan dalam ilustrasi Tempo menampilkan sosok Akil lengkap dengan jubah hakim ditambah dengan simbol-simbol seperti palu sidang dan label harga pada palu. Ilustrasi tersebut dapat merepresentasikan hakim yang menjual belikan keputusan sidang.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam delapan sampul majalah Gatra dan Tempo yang peneliti teliti terdapat tanda atau sign (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretant. Ikon yang muncul di setiap sampul majalah adalah tokoh atau orang yang terlibat sebuah kasus korupsi. Indeks pada sampul majalah yang ditampilkan melalui tiga tanda, yaitu kata-kata yang terkait dengan gambar atau banner majalah, mimik atau gesture tokoh, dan beberapa benda yang merepresentasikan kasus tersebut. Sementara simbol yang muncul adalah kasus korupsi yang menjadi tema pada majalah. Kesimpulan akhir dalam perbandingan makna korupsi pada ilustrasi antara majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 adalah: 1. Perbandingan 1, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra edisi 07-13 Februari 2013 dan Tempo edisi 11-17 Februari 2013 dengan tema besar korupsi pengaturan kuota impor daging sapi oleh PKS. Kesimpulan yang didapat bahwa perbandingan makna korupsi yang ingin ditampilkan majalah Gatra adalah adanya keterlibatan petinggi partai di mana Gatra menampilkan sosok Hilmi Aminuddin yang merupakan Ketua Majelis Syuro PKS, jabatan tertinggi dalam partai. Sedangkan dalam majalah Tempo makna korupsi yang ingin ditampilkan adalah keterlibatan seorang sekretaris jenderal sebuah partai dalam kasus ini, Anis Matta, yang
104
105
kemudian juga menjadi ketua umum partai untuk menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq yang resmi dijadikan tersangka oleh KPK. 2. Perbandingan 2, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra edisi 14-20 Februari 2013 dan Tempo edisi 18-24 Februari 2013 dengan tema besar korupsi Anas Urbaningrum. Dalam kasus ini, dapat disimpulkan bahwa makna korupsi yang ingin ditampilkan dalam majalah Gatra adalah tidak ada pihak lain yang terkait dalam kasus korupsi Anas sedangkan dalam majalah Tempo makna korupsi yang ingin ditampilkan adalah adanya keterkaitan yang besar antara Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. 3. Perbandingan 3, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra edisi 16-22 Mei 2013 dan Tempo edisi 20–26 Mei 2013 dengan tema besar korupsi pengaturan kuota impor daging sapi oleh PKS. Dapat disimpulkan bahwa makna korupsi yang ingin ditampilkan majalah Gatra dalam kasus ini adalah keterlibatan sejumlah tokoh-tokoh PKS dalam kasus korupsi pengaturan kuota impor daging sapi sedangkan dalam majalah Tempo makna korupsi yang ingin ditampilkan adalah citra PKS sebagai partai ‘putih’ yang berubah menjadi sebuah partai yang tak lagi putih setelah beberapa kasus korupsi menyeret PKS. 4. Perbandingan 4, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra edisi 07 – 13 November 2013 dan Tempo edisi 07 – 13 Oktober 2013 dengan tema korupsi Akil Mochtar. Dapat disimpulkan bahwa makna korupsi yang ingin ditampilkan oleh majalah Gatra dalam kasus ini adalah
106
salah satu pemicu terjadinya korupsi yaitu berasal dari luar diri sang pelaku, salah satunya adalah wanita. Hal ini terlihat karena Gatra memilih menampilkan sosok Rya Fitria dalam ilustrasi sampulnya. Sedangkan dalam majalah Tempo, pemicu terjadinya korupsi berasal dari keserakahan dalam diri sang pelaku. Hal ini terlihat dalam ilustrasi di mana Akil digambarkan seorang diri dengan menunjukkan palu-palu sidang yang sudah berlabel harga. B. Saran Gatra maupun Tempo dalam kasus-kasus korupsi tertentu selalu menampilkan ilustrasi yang mengandung nilai sindiran yang cukup kasar. Hal ini cukup baik untuk menjadi bahan pembelajaran bagi khalayak, namun baiknya ilustrasi yang ditampilkan agar lebih diperhalus lagi. Khusus untuk Gatra, ilustrasi yang dibuat lebih baik jika sedikit lebih bervariasi. Karena peneliti menganalisis dari beberapa edisi, sampul majalah Gatra kurang bervariasi bahkan cenderung monoton. Selain itu menurut analisis peneliti, ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo mempunyai multi interpretasi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam membaca pesan yang ingin disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, & Lukiati Komala Erdiyana. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Budiman, Kris. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitias. Yogyakarta: Jalasutra, 2011. Effendi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Krisyantono , Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006. Semma, Mansyur. Negara dan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008. Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Suyatno. Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Jakarta: CV Muliasari, 2005. Sudiana, Dendi. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Karya, 1986. Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2009. Wijayanto & Ridwan Zachrie. Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
107