REPRESENTASI ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA DALAM FILM NGENEST Ratih Meila Carina Widyasmara1), I Dewa Ayu Sugiarica Joni2), Ni NyomanDewi Pascarani3) FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitasUdayana Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT Become one of the recognized ethnic, even its position is listed in Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2012 on the citizenship of the Indonesian Republic, do not make Chinese etnic get an equal treatment in the community. At least that is what Ernest Prakasa is trying to tell in the Ngenest film. In this film, Ernest as the director who also as the main character tries to describe how Chinese ethnic as a minority in the Indonesian society with all kinds of problems and impact that must be accepted. The purpose of this research is to find out the representation of Chinese ethnic in Indonesia in the film. Using qualitative descriptive approach as well as Roland Barthes semiotics analysis method. The result of this study indicate, there are particular treatments that must be accepted by Ernest because of his different cultural backgrounds and the labeling of ethnic Chinese from the community. Keywords: Film, Ngenest, Representation Chinese Ethnic, Semiotics alur cerita yang mulai menarik bagi banyak
1. PENDAHULUAN
masyarakat (www.filmindonesia.or,id). Film merupakan salah satu media elektronik tertua dibandingkan media lainnya.
Hal tersebut nampaknya disadari
Keberadaan film telah diciptakan sebagai
oleh mereka yang terlibat langsung dalam
salah satu media komunikasi massa yang
komunikasi
benar-benar sekarang
disukai
(Liliweri,
massa.
Contohnya
dalam
bahkan
sampai
media massa-film, mereka yang terlibat
1991:153).
Menurut
seperti produser, sutradara ataupun tokoh
seorang pemerhati industri film Indonesia, JB
tertentu
Kristanto,
pada
awal
memanfaatkan
Indonesia,
film
kurang
kemunculan
akhirnya film
sering untuk
untuk
mengkomunikasikan suatu hal dan hal
menarik minat masyarakat. Hingga akhirnya,
tersebutlah yang juga berusaha dilakukan
pada
oleh
tahun
1980an,
berhasil
di
pada
film
Indonesia
Ernest
Prakasa.
Salah
seorang
mengalami titik kebangkitannya, film-film di
penulis novel yang pada awalnya mulai
Indonesia
dengan
dikenal masyarakat sebagai salah seorang
berbagai genre yang dihadirkan dan juga
stand up comedy (comica) dan juga
mulai
berkembang
menjadi
pendiri
Stand
Up
Comedy
Indonesia bersama Raditya Dika dan juga
adegan-adegan, dialog, serta setting pada
Pandji Pragiwaksono pada tahun 2011 lalu
film tersebut. Di mana penggambaran yang
(www.standupindo.com).
dimaksud
merupakan
representasi
dari
Ernest Prakasa menjadi salah satu
masyarakat etnis Tionghoa dalam film ini.
tokoh dalam dunia hiburan di masyarakat
Dengan film Ngenest inilah Ernest juga
Indonesia
karena
berusaha untuk mengedukasi masyarakat
materi
khususnya bagi mereka yang menonton film
setiap
untuk dapat lebih menghargai satu sama
yang
konsistensinya mengenai
diingat
membawakan
etnis
Tionghoa
dalam
penampilannya (www.bintang.com). Seperti
lainnya.
yang diketahui, etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis minoritas di Indonesia yang kini telah diakui dan keberadaanya diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan
Republik
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti
mengambil
rumusan
masalah
bagaimana representasi etnis Tionghoa di Indonesia dalam film.
Indonesia. Hingga tahun 2017 kini, suku
2. KAJIAN PUSTAKA
Tionghoa menjadi salah satu suku minoritas
Representasi dalam Film
dengan peringkat ke 18 dari 31 suku yang
Representasi
merujuk
kepada
ada di Indonesia. Jika dipresentasekan, suku
konstruksi segala bentuk media terutama
Tionghoa mencapai angka 1,2% dari jumlah
media massa terhadap segala aspek realitas
penduduk
atau kenyataan. Konsep representasi dalam
Indonesia,
atau
jumlahnya
diperkirakan setara dengan 2.832.510 jiwa
film,
(www.bps.go.id).
bergantung
Walaupun
telah
diatur
dalam
bisa
dilihat
bagaimana
dari
sifat
beberapa
kajiannya.
seseorang,
aspek
Pertama,
kelompok,
atau
perundang-undangan mengenai bagaimana
gagasan tersebut ditampilkan bila dikaitkan
orang
kedudukannya,
dengan realitas yang ada. Kedua, bagaimana
penerimaan di masyarakat tentu memiliki
eksekusi penyajian objek tersebut dalam
cerita
hal
media. Eksekusi representasi objek tersebut
tersebutlah yang berusaha digambarkan oleh
bisa terwujud dalam pemilihan kata, kalimat,
Ernest Prakasa dalam karya terbarunya
aksentuasi dan penguatan dengan foto atau
berupa film Ngenest. Dalam film Ngenest
imaji seperti apa yang akan digunakan untuk
nya, Ernest berusaha untuk menggambarkan
menampilkan
bagaimana
suatu
Tionghoa
yang
Tionghoa
berbeda.
kehidupan hidup
masyarakat penggambaran ataupun
dan
bahasa
Setidaknya
masyarakat
dalam
ruang
Indonesia melalui yang
etnis
seseorang,
gagasan
dalam
lingkup
(Eriyanto, 2001:113).
dengan
Etnis Tionghoa
simbol,
tanda,
terdapat
dalam
kelompok sebuah
atau media
Etnis Tionghoa merupakan salah satu
etnis
asing
yang
kini
diakui
keberadaannya sejarahnya,
di
Indonesia.
kedatangan
Menurut
dinamis dalam film merupakan ikonis bagi
suku
realitas yang dinotasikannya (Sobur, 2006:
leluhur
Tionghoa (yang berasal dari negeri Cina)
129).
untuk bermigrasi ke Indonesia terjadi pada ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, utamanya pada abad ke 14-15 Masehi. Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan awal untuk berdagang. Karena ramainya interaksi perdagangan di daerah tenggara pesisir Cina menyebabkan banyak pedagang yang
memutuskan
menikahi
wanita
untuk
menetap
setempat,
ada
dan pula
pedagang yang kembali ke Cina untuk terus berdagang. Pernikahan yang terjadi antara pedagang Cina dan wanita setempat tak hanya menyatukan dua manusia berbeda bangsa saja, tapi juga menggabungkan ragam sosial budaya dan kuliner kedua bangsa. Kebudayaan yang lahir sebagai hasil perkawinan antarbudaya inilah yang dikenal dengan kebudayaan Indonesia-Cina atau peranakan yang juga dapat kita lihat hingga jaman sekarang ini (female.kompas.com).
Begitu pula dalam penelitian ini, di mana peneliti berusaha membedah sebuah permasalahan yang ditemukan dalam film dengan menggunakan teori semiotika. Dari berbagai model semiotika yang dikemukakan oleh para ahli, dalam penelitian ini peneliti berusaha
menggunakan
metode
analisis
Roland Barthes untuk menjawab
pokok
permasalahan yang ada. Roland Barthes adalah pakar semiotik Prancis yang pada tahun 1950-an menarik perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya populer menggunakan
semiotik
sebagai
alat
teoritisnya. Salah satu area penting yang dikuasai Roland Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (Sobur, 2006:63). Dalam
terminologi
Barthes,
jenis
budaya popular apapun dapat diuraikan kodenya dengan membaca tanda-tanda di
Semiotika Roland Barthes
dalam teks. Tanda-tanda tersebut adalah hal Dalam mengkaji sebuah film, teori
otonom pembacanya atau penonton. Saat
semiotika dianggap sesuai digunakan karena
sebuah karya selesai dibuat, makna yang
banyaknya tanda yang mengandung pesan-
dikandung oleh karya itu bukan lagi miliknya,
pesan
melainkan milik pembaca atau penontonnya
tertentu
dalam
setiap
objeknya.
Tanda-tanda itu termasuk dalam berbagai
untuk boleh direpresentasikan.
sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Pada
3. METODELOGI PENELITIAN
film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Ciri gambar-gambar film adalah persamaan dengan realitas yang ditunjukkan. Gambar
Penelitian
ini
menggunakan
paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer didapatkan dari adegan, latar, maupun dialog antar tokoh
d data
Perm masalahan da alam film ini dimulai
sekun nder didapatt dari literatu ur yang relevvan
ssejak Ernest memasuki pendidikan di bangku
denga an judul pen nelitian, sepe erti buku, jurn nal,
ssekolah dasa ar. Di mana, E Ernest mendapatkan
artikel, media ma assa online, dan makalah-
p perlakuan
y yang
berbe eda
makalah.
te emannya
h hanya
karen na
dalam m
film
Ng genest.
Satua an
Sed dangkan
unit
a analisis
dallam
ah film Ngenest. penelitian ini adala
teman-
dari latar
b belakang
b budaya Ernest yang berb beda. Damp pak dari tiindakan bulllying yang d diterima oleh h Ernest
Teknik an nalisis data yyang digunakkan m penelitian ini adalah an nalisis semiottika dalam Rolan nd
Barthes
yang
diba agi
ke
dallam
denottasi, konotasi, serta mitoss.
ssebagai
suatu
beban n
psikologiss
juga
d diceritakan dalam film ini. Kehidupan n Ernest ju uga
dicerittakan
bahkkan
hingga a
paca
m menikah. Di mana beban psikologis akiat
Gamb bar. 1 Model Semiotika R Roland Bartess
tiindakan bulllying tersebu ut membuatt Ernest ta akut untuk m memiliki keturrunan karena a alasan kketurunannya a kelak bisa saja mendapatkan p perlakuan sep perti apa yan ng ia dapati dahulu. d Hingg ga pada akhir cerita, Ernest m mampu menyyelesaikan se emua perma asalahan d dengan cara a menerima kenyataan bahwa te erdapat satu u hal yang tidak dapat diubah yyaitu sebagai apa kita dillahirkan, nam mun kita d dapat memilih h bagaimana a kita meneriima dan
Sumber d dari Vera (20 014:30)
m mengisi
4. H HASIL DAN PEMBAHA ASAN
ke ehidupan
ttersebut
sehingga
m membuat kea adaan menjadi lebih baik..
Deskripsi subyek pene elitian yakni ffilm Ngenest, di rilis p pada 30 Dessember 2015 5, di sutrad darai
oleh
Ernest
Prakasa
d dan
dipera ankan langssung oleh Ernest E Praka asa dan
Lala
Ka armela.
F Film
Ngen nest
R REPRESENT TASI
ETNIS S
TIONGHOA
DI
IN NDONESIA DALAM FILM Dari film Ngene est tersebut peneliti m mengambil
beberapa
potongan
a adegan,
mencceritakan tenttang bagaim mana kehidup pan
d dialog, serta setting yan ng dianggap p dapat
etnis Tionghoa di lingkunga an masyara akat
m merepresenta asikan etnis T Tionghoa da alam film
Indon nesia yang penuh den ngan perlaku uan
d dan kemudian di analisis menggunakkan teori
khsussus, seperti bullying se erta pelabelan-
ssemiotika Ro oland Barthe es, dan di dapatilah
pelab belan
1 17 scene yyang terdiri dari 32 po otongan
yang
dianggap
masyarakat etnis T Tionghoa.
melekat
b bagi
g gambar serta a adegan d dari keseluru uh film. D Dimana darri 17 scene e tersebut peneliti
membaginya ke dalam lima kategori, di
tersebut tidak mendapatkan pengertian yang
antaranya; etnis Tionghoa sebagai korban
cukup dari lingkungannya untuk dapat saling
bullying, pertahan diri etnis Tionghoa, efek
menghormati satu sama lain apapun suku,
bullying bagi etnis Tionghoa, labeling bagi
budaya, ataupun etnis dari orang lain.
etnis
Tionghoa,
dan
meleketnya
etnis
Tionghoa dengan tradisi Cina.
Tindakan diterima
oleh
bullying
etnis
yang
Tionghoa
harus
nyatanya
Dari kelima kategori tersebut, dapat
membawa dampak negatif bagi psikologis
dikatakan Film Ngenest merepresentasikan
etnis Tionghoa itu sendiri. Di mana akibatnya
bagaimana etnis Tionghoa di Indonesia
membuat
sesuai dengan bagaimana realitas yang ada
mencari pasangan orang Indonesia asli
di masyarakat melalui sosok yang diperankan
(pribumi) agar keturunannya kelak dapat
oleh Ernest.
mewarisi
Tokoh
Ernest
dalam
etnis
Tionghoa
wajah
berpikir
ataupun
untuk
sosok
dari
film
pasangannya, dan yang lebih penting lagi
digambarkan sebagai sosok yang selalu
keturunannya kelak tidak akan menerima
mendapatkan
tindakan bullying seperti apa yang di terima
perlakuan
bullying
di
lingkungan sekitarnya. Di mana hal tersebut
oleh generasi sebelumnya.
digambarkan dalam beberapa adegan di
Namun ternyata ketakutan yang di
mana sosok Ernest dengan jelas dipanggil
alami Ernest tersebut tidak berkurang sedikit
dengan sebutan Cina untuk menunjukkan
pun bahkan ketika telah menikah dengan
adanya perbedaan latar belakang budaya
orang pribumi. Dalam beberapa adegan
antara Ernest dan orang-orang sekitarnya.
memperlihatkan bagaimana Ernest secara
Potongan adegan
yang menggambarkan
verbal
tindakan
tersebut
ketidaksiapannya untuk memiliki keturunan.
bullying
menunjukan
selalu
mengungkapkan
bagaimana etnis Tionghoa di masyarakat
Seperti
masih
tidak
masyarakat etnis Tionghoa, di mana ketika
anggapan
etnis Tionghoa menikah dengan pasangan
bahwa etnis Tionghoa berbeda, ataupun
asli Indonesia maka ia dapat memperkuat
anggapan etnis Tionghoa merupakan kaum
pertahanannya di masyarakat.
mendapatkan
menyenangkan
hanya
tindakan karena
nilai
yang
dianut
oleh
banyak
yang lebih lemah jika dibandingkan dengan
Selain tindakan bullying, dalam film
masyarakat asli Indonesia, dan yang lebih
juga digambarkan bagaimana pertahanan diri
memperhatinkannya lagi tindakan bullying
etnis Tionghoa yang begitu relevan dengan
tersebut sudah dilakukan bahkan dari anak-
apa yang terjadi di masyarakat. Dalam film,
anak memasuki bangku pendidikan sekolah
etnis Tionghoa lebih banyak digambarkan
dasar. Dengan secara tidak langsung juga
sebagai sosok yang diam dan menghindari
menggambarkan bagaimana anak-anak di
konflik yang ada. Dalam berbagai adegan
Indonesia yang melakukan tindakan bullying
digambarkan sosok etnis Tionghoa memilih
diam atas perlakuan tidak menyenangkan
Kategori terakhir yang di dapati
dari lingkungan yang harus dihadapi. Tak
peneliti dalam hasil temuan ialah melekatnya
hanya diam, untuk menyelamatkan diri dari
tradisi bagi keturunan etnis Tionghoa. Begitu
ancaman etnis Tionghoa berusaha untuk
kuatnya tradisi yang ditanamkan pada setiap
menghindar dengan cara berlari. Sikap yang
keluarga
dipilih
juga
masyarakatnya yang tidak menetap dan
sebenarnya
memutuskan untuk hidup merantau ke negeri
etnis Tionghoa berpikir lebih baik untuk
orang tetap membawa dan mempertahankan
mengalah
melawan
tradisi seperti yang dianut di wiliyah aslinya.
dengan kekuatan adu fisik yang hasilnya
Hal tersebut diperlihatkan dalam beberapa
hanya membuang waktu dan tenaga secara
adegan, dimana pada potongan adegan
percuma.
tersebut terlihat acara-acara yang dilakukan
etnis
Tionghoa
menggambarkan
tersebut
bagaimana
dibandingkan
harus
Cina
pada
akhirnya
membuat
Dalam film, labeling yang melekat di
oleh Ernest dan keluarga begitu kental terasa
benak masyarakat akan etnis Tionghoa juga
tradisi Cina, baik dari segi ornamen yang
banyak digambarkan dalam beberapa scene.
digunakan bahkan hingga makanan-makanan
Di mana di antaranya terlihat labeling etnis
yang disajikan yang juga memiliki filosofinya
Tionghoa seperti anggapan bahwa etnis
sendiri-sendiri.
Tionghoa
merupakan
yang
Secara keseluruhan kelima kategori
perhitungan bahkan pelit. Tak hanya itu, etnis
tersebut dapat dikatakan merepresentasikan
Tionghoa juga digambarkan sebagai sosok
kehidupan etnis
yang kreatif. Seperti yang terdapat dalam
Seperti yang dikutip dari teori milik Fiske, di
salah satu scene, dimana etnis Tionghoa
mana ia menyebutkan isi atau makna dari
dapat memanfaatkan berbagai hal untuk
sebuah
tetap
barang
merepresentasikan suatu realitas yang terjadi
etnis
karena representasi ini merujuk pada proses
Tionghoa tidak merasa malu dengan apa
yang dengan realitas disampaikan dalam
yang dilakukan walaupun di sisi lain hal yang
komunikasi,
dilakukan begitu menarik perhatian bahkan
kombinasinya (Fiske, 2004:282).
melakukan
dagangannya,
menjadi
sosok
promosi
dan
pembicaraan
akan
menariknya
bagi
orang-orang
film
Tionghoa
dapat
via
di Indonesia.
dikatakan
kata-kata,
bunyi
dapat
atau
Dari teori semiotika Roland Barthes
sekitar. Terlepas dari bagaimana sifat etnis
yang
Tionghoa, labeling secara fisikalitas bagi
menyimpulkan bagaimana representasi etnis
etnis Tionghoa juga berusaha di angkat
Tionghoa tersebut secara denotasi dapat
dalam film. Mata sipit menjadi ciri khas bagi
dilihat dari potongan adegan ataupun dialog
etnis Tionghoa yang paling melekat secara
serta
fisikalitas.
Sedangkan nilai konotasi diambil dari makna
digunakan
setting
peneliti
dalam
juga
keseluruh
dapat
film.
yang dilihat dari penanda dan petanda dalam
denotasi. Serta tak luput juga nilai-nilai yang
masyarakat. Bersikap mengalah, dan
diyakini yang tumbuh di masyarakat yang di
lebih
sebut sebagai mitos. Sehingga di dapati lah
memperpanjang masalah yang akhirnya
representasi etnis Tionghoa di Indonesia
hanya membuang waktu dan tenaga
dalam film Ngenest.
secara percuma. 4.
5. KESIMPULAN Sesuai dengan hasil temuan dan analisis
penelitian,
film
berpikir
untuk
tidak
Tindakan yang harus diterima sebagai keturunan
etnis
Tionghoa
membawa
dampak
nyatanya
psikologis
bagi
Ernest sendiri yang digambarkan dari
Ngenest
merepresentasikan etnis Tionghoa sebagai
bagaimana
berikut:
untuk mendapatkan pasangan pribumi
1.
bahkan sejak duduk di bangku sekolah
kehidupan sosok etnis Tionghoa di
menengah pertama, dengan harapan
Indonesia yang hidup dengan berbagai
kelak
perlakuan khusus yang diterima dari
mendapat perlakuan yang sama seperti
lingkungan
apa yang Ia dapati.
Ngenest
menceritakan
sekitar
akibat
adanya 5.
keturunannya
Beban
tidak
psikologis
akan
sebagai
etnis
Ernest sang pemeran utama dan teman-
Tionghoa digambarkan sebagai sesuatu
temannnya yang merupakan keturunan
yang tidak mudah untuk dihilangkan
Indonesia asli (pribumi).
bahkan ketika Ernest telah menikah meliputi;
dengan Meira (perempuan pribumi).
adanya tindakan bullying yang harus
Tidak adanya jaminan anaknya kelak
diterima
akan
Perlakuan
khusus
seperti
tersebut
pemanggilan
sosok
menurunkan
sosok
istrinya,
Ernest dengan sebutan Cina, serta hak-
membuat Ernest ragu untuk memiliki
hak Ernest yang berbeda di mata
keturunan
lingkungan seperti hak untuk berbicara
menjadi beban dalam kehidupan Ernest
yang tidak sama antara etnis Tionghoa
pasca menikah.
sebagai kaum minoritas dan pribumi
6.
dan
ketakutan
tersebut
Sosok Ernest sebagai etnis Tionghoa
sebagai kaum mayoritas yang telah
juga tidak terlepas dari labeling yang
digambarkan bahkan dari awal scene
ada
ketika
penggambaran secara berulang dalam
Ernest
memasuki
bangku
di
masyarakat,
seperti;
scene bahwa etnis Tionghoa sebagai
pendidikan sekolah dasar. 3.
berkeinginan
tentang
Film
perbedaan latar belakang budaya antara
2.
sosoknya
juga
kaum yang perhitungan bahkan pelit
digambarkan sebagai sosok yang diam
untuk berbagai hal, etnis Tionghoa juga
dan
digambarkan
Etnis
Tionghoa
dalam
menghindari
menghadapi
film
konflik
permasalahan
dalam di
sebagai
sosok
yang
memiliki ciri fisik mata sipit sebagai
7.
penanda. Serta adanya labeling bahwa
Eco,
Umberto.
2009.
Teori
ernis Tionghoa merupakan kaum penipu
Signifikansi Komunikasi, Teori Kode, serta
yang digambarkan dalam salah satu
Teori
scene.
Wacana.
Produksi-Tanda.
Semiotika
Bantul:
Kreasi
Meskipun digambarkan dalam banyak labeling negatif dalam film, di sisi lain etnis
Tionghoa
juga
digambarkan
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
sebagai sosok yang masih memegang
Fiske,
teguh budaya asli yang berasal dari
Communication
Cina. Dengan adanya setting dalam
Jalasutra.
John.
2004.
Cultural
Studies.
and
Yogyakarta:
berbagai acara yang dilakukan yang selalu
mengambil
nuansa
merah
lengkap dengan ornamen-ornamen khas Cina.
Liliweri,
Alo.
1991.
Komunikasi
Antar
Pribadi.Bandung: Citra Aditya Bakti. Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna.
6. DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta: Jalasutra.
Buku:
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi.
Alkhajar, Eka Nada Shofa. 2010. Masa-Masa
Bandung: Rosdakarya.
Suram Dunia Perfilman Indonesia. Surakarta:
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Riset
Universitas Sebelas Maret.
Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia
Budiman, Konsep
Kris. Isu,
2011. dan
Semiotika Problem
Visual: Ikonitas.
Adnan, Sohib AW (2016). Tionghoa dan Riwayat
Sentimen
Etnis
di
Nusantara.
Yogyakarta: Jalasutra.
(Diakses 7 Maret 2017 pukul 6.02 WITA).
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi
Tersedia
(Teori Paradigma dan Analisis Tekonologi
http://telusur.metrotvnews.com/news-
Komunikasi
telusur/MkMy7BOk-tionghoa-dan-riwayat-
di
Masyarakat).
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
sentimen-etnis-di-nusantara
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif:
[online]:
(ARTIKEL
26
DESEMBER 2016).
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Anonim (2015). “Tionghoa di Indonesia”.
Ilmu
(Diakses pada 3 September 2016 pukul
Sosial
Lainnya.
Prenada Media Group.
Jakarta:
Kencana
20.16 WITA).
Tersedia
[online]:
Kristanto, JB (2010). “Maka Lengkaplah
http://www.tionghoa.info/siapakah-orang-
Penderitaan Itu”. (Diakses 7 Maret 2017
tionghoa-indonesia/
pukul 05.17 WITA) Tersedia
Data Kewarganegaraan Penduduk Indonesia 2016. (Diakses pada 20 September 2016
[online]:
http://filmindonesia.or.id/article/makalengkaplah-penderitaan-itu#.WL3C_dKGNdg
pukul 19.00 WITA). Tersedia
[online]:
Pasal 2 UU Nomer 12 Tahun 2006. (Diakses
www.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan
pada 3 September 2016 pukul 18.00 WITA).
%20penduduk%20indonesia/index.html?page
Tersedia
Number=18
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_kewarganega
[online]:
raan_2006.htm Kompas.com
(2010).
Potret
Komunitas
Tionghoa di Surabaya. (Diakses pada tanggal
Perfilman di Indonesia. (Diakses pada 7
14 Februari 2017 pukul 08.50 WITA).
Maret 2017 pukul 05.05 WITA).
Tersedia
[online]:
Tersedia
[online]:
http://nasional.kompas.com/read/2010/05/26/
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/30/11
00492533/Potret.Komunitas.Tionghoa.di.Sura
1758273/30-maret-jadi-hari-perfilman-
baya
indonesia-ini-alasannya
Kompas.com (2012). Indonesia Asal Muasal
Trisnanto, Edhy. 2007. “Etnis Tionghoa juga
Budaya Peranakan. (Diakses pada tanggal
Bangsa
13 Februari 2017 pukul 23.20 WITA).
september 2016 pukul 19.30 WITA).
Tersedia
[online]:
Indonesia”.
Tersedia
(Diakses
pada
3
[online]:
http://lifestyle.kompas.com/read/2012/06/17/1
http://www.suaramerdeka.com/harian/0702/1
7210713/indonesia.asal.muasal.budaya.pera
8/nas04.htm
nakan Kompas. Tionghoa
com
(2014).
Sengaja
Stereotip
Diciptakan
Negatif Belanda.
(Diakses 13 Februari 2017 pukul 23.34 WITA) Tersedia
[online]:
http://nasional.kompas.com/read/2014/03/30/ 0908155/Diskriminasi.Etnis.Masih.Terjadi