Rencana Strategis 2012-2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Rencana Strategis 2012-2014
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Gunung Merapi & Borobudur, Jawa Tengah
Rencana Strategis 2012-2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Bagan Daftar Grafik Glosarium Pengantar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pengantar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Permen No: PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014 Ringkasan Eksekutif
BAB 1 Pendahuluan 01
1.1 Kondisi Umum
i iii iv v vii xv xvii
2.3.3 Tujuan 3: Peningkatan Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif 2.3.4 Tujuan 4: Peningkatan Apresiasi Terhadap Pelaku dan Karya Kreatif 2.3.5 Tujuan 5: Peningkatan Kapasitas dan Profesionalisme SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2.3.6 Tujuan 6: Penciptaan Inovasi Baru di Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2.3.7 Tujuan 7: Peningkatan Kualitas Kinerja Organisasi Kemenparekraf 2.3.8 Tujuan 8: Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
xix xxv
BAB 3 Arah Kebijakan dan Strategi 03
1 3
1.1.1 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 1.1.2 Kondisi Perekonomian Global dan Indonesia 1.1.3 Kondisi Iklim dan Cuaca Global dan Indonesia 1.1.4 Kondisi Sosial, Politik, dan Keamanan Global dan Indonesia 1.1.5 Konektivitas Indonesia Dengan Negara Di Dunia 1.1.6 Perkembangan Era Digital 1.1.7 Perkembangan Kepariwisataan Dunia dan Indonesia 1.1.8 Perkembangan Ekonomi Kreatif Dunia dan Indonesia 1.1.9 Kondisi Sumber Daya Manusia di Sektor Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif 1.1.10 Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kemenparekraf
3 8 17 19 21 24 27 46 57 58
1.2 Potensi dan Permasalahan
60
1.2.1 Potensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif 1.2.2 Permasalahan Eksternal dan Internal Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
60 70
BAB 2 Visi,Misi,Tujuan dan Sasaran Strategis 02
83
2.1 Visi dan Misi
85
2.2 Tujuan
93
2.3 Sasaran Strategis 2.3.1 Tujuan 1: Peningkatan Kontribusi Ekonomi Kepariwisataan Indonesia 2.3.2 Tujuan 2: Peningkatan Daya Saing Kepariwisataan Indonesia
95 95 99
102 103 104 105 107 109
111
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional
113
3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6 3.1.7
114 114
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan Undang-Undang No. 33 Tahun 2009, tentang Perfilman Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011, tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025 Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010, tentang RPJMN 2010-2014 Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011, tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 Instruksi Presiden No 6 tahun 2009 tentang Pembangunan Ekonomi Kreatif 2009-2015 Indonesia Dalam Komunitas ASEAN
115 116 123 123 125
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kemenparekraf
130
3.2.1 Prinsip Dasar Pembangunan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif 3.2.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
131 131
3.3 Program dan Kegiatan
135
3.3.1 3.3.2 3.3.3 3.3.4 3.3.5 3.3.6 3.3.7 3.3.8
Program 1: Pengembangan Destinasi Pariwisata 135 Program 2: Pengembangan Pemasaran Pariwisata 142 Program 3: Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 148 Program 4: Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek 154 Program 5: Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif 160 Program 6: Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenparekraf 164 Program 7: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenparekraf 168 Program 8: Sarana dan Prasarana Aparatur Kemenparekraf 173
BAB 4 Penutup 04
175
Lampiran i
ii
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Daftar Tabel
Daftar Bagan
Tabel 1-1
Perkembangan Perekonomian Dunia
Tabel 1-3
Peringkat Daya Saing Kepariwisataan 10 Negara dengan Pilar Pendukung
28
Tabel 1-5
Pengeluaran Wisata di 10 Negara Terbesar
31
Tabel 1-7
Nilai Komponen Input Nesparnas dan Persentasenya
Tabel 1-2
Kondisi Perekonomian Indonesia
9
16
Tabel 1-4 Jumlah Wisman Terbesar dan Hubungannya dengan Daya Saing Kepariwisataan 29 Tabel 1-6 Peringkat Kepariwisataan Indonesia (TTCI)
terhadap Komponen Nasional
31
Tabel 1-11 Kontribusi PDB Pariwisata Menurut Indikator Ekonomi, 2004 - 2010
44
Tabel 1-13 Jumlah Restoran Nasional
45
45
Tabel 1-14 Jumlah Jasa Perjalanan Wisata
45
47
Tabel 1- 16 Total Impor Produk dan Jasa Ekonomi Kreatif Dunia (US$juta)
Tabel 1-17 Kelompok Regional Ekonomi berdasarkan Total Ekspor Produk
dan Jasa Ekonomi Kreatif (US$ juta)
48
Sasaran Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2014
27
Bagan 1-12 Neraca Pariwisata
Bagan 1-13 Pemetaan Kontribusi Ekonomi Kreatif Terhadap GDP di Dunia
33
46
Bagan 1-14 Milestone Ekonomi Kreatif
49
60
Bagan 1-15 Sebaran Outbound Wisatawan Dunia dan Wisman Indonesia berdasarkan Wilayah Tahun 2010
Bagan 1-16 Konsentrasi Wisman Indonesia Tahun 2010
61
Bagan 3-8 Roadmap ASEAN Untuk Arahan Strategis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
126
Bagan 3-10 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Program Pemasaran Pariwisata
143
Bagan 2-1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Bagan 3-1 Program dan ruang lingkup Pembangunan Kepariwisataan
96 115
Bagan 3-3 Peran Utama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Fokus Bidang-Bidang Pembangunan 120 Bagan 3-5 Rencana Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Berdasarkan MP3EI
123
Bagan 3-7 Strategi Penguatan Pondasi dan Pilar Ekonomi Kreatif
63
Bagan 3-9 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 136
65
Bagan 3-11 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Program Pengembangan EKSB
78
Bagan 3-13 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Program Pengembangan Sumber Daya
67
Tabel 3-1
23
Bagan 1-11 Empat Belas Pilar Indeks Daya Saing Kepariwisataan
124
55
Tabel 1-31 Situs Teratas Indonesia April 2012
dan Tahunan Kemenparekraf
Bagan 1-10 Peta Palapa Ring
59
63
22
Bagan 3-6 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia
54
Tabel 1-29 Nilai Impor dan Ekspor Perdagangan Barang Kreatif Dunia 2008 (US$ juta)
Matriks Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Jangka Menengah
Menurut Destinasi pada Winter Season 2011
122
62
Tabel 1-33 Indeks (Peringkat) Melakukan Bisnis di Indonesia, 2012
Bagan 3-4 Peran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Pembangunan Kewilayahan
53
Tabel 1-27 Jumlah Wisman ke Indonesia berdasarkan Periode
Tabel 2-1
21
118
54
Tabel 1-32 Permohonan Hak Cipta 2002 - 2010
Menurut Negara Asal pada Winter Season 2011
Bagan 3-2 Prioritas Nasional Pembangunan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Indonesia
Tabel 1-23 PDB Harga Berlaku Subsektor/Kelompok Industri Kreatif 2002-2010
Tabel 1-30 Partisipasi Kerja Pemuda di Daerah-daerah
102
52
Tabel 1-28 Negara Importir Global dan Tujuan Ekspor Indonesia (US$ juta)
19
Bagan 2-2 Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan
Tabel 1-21 Jumlah Tenaga Kerja Berbagai Lapangan Usaha 2002 - 2010 (Juta orang)
Tabel 1-26 Opini Keuangan mengenai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Bagan 1-7 Sebaran Bencana Terkait Iklim dan Cuaca di Indonesia
50
51
Tabel 1-25 Jumlah Usaha Subsektor/Kelompok Industri Kreatif 2002-2010
18
66
Tabel 1-20 Nilai PDB Berbagai Lapangan Usaha 2002 - 2010 (Rp triliun)
Tabel 1-24 Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor/Kelompok Industri Kreatif 2002-2010
Bagan 1-6 Distribusi Dampak Perubahan Iklim yang Memengaruhi Tujuan WIsata
6
Bagan 1-17 Distribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto
49
Tabel 1-22 Jumlah Usaha di Berbagai Lapangan Usaha 2002 - 2010 (juta usaha)
6
Bagan 1-5 Keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
48
Tabel 1-18 Total Ekspor Produk dan Jasa Ekonomi Kreatif Dunia (US$ juta) Tabel 1-19 Kontribusi Ekonomi Kreatif Nasional
Bagan 1-4 Pembagian Tanggungjawab Pengembangan Usaha dalam Industri Kreatif
Bagan 1-9 Kapasitas Tempat Duduk Maskapai Penerbangan ke/dari Indonesia
39
dan Jasa Ekonomi Kreatif (US$ juta)
5
4
37
Tabel 1-10 Kontribusi Ekonomi Kepariwisataan Menurut Nesparnas
Tabel 1-15 Kelompok Regional Ekonomi berdasarkan Total Impor Produk
Bagan 1-3 Pergeseran Era Ekonomi
Bagan 1-2 Konsep dan Klasifikasi Ekonomi Kreatif di Dunia
Bagan 1-8 Kapasitas Tempat Duduk Maskapai Penerbangan ke/dari Indonesia
36
Tabel 1-12 Kondisi Perhotelan Nasional
4
33
Tabel 1-8 Kontribusi Devisa Indonesia
Tabel 1-9 Devisa Sektor Pariwisata, 2005 — 2010
Bagan 1-1 Fungsi Strategis Ekonomi Kreatif
79 109 124
Bagan 3-12 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Program Pengembangan EKMDI
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Bagan 3-14 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Inspektorat Jenderal
Bagan 3-15 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Sekretariat Jenderal Kemenparekraf
125
149
155
160 164 167
Tabel 3-2 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, Arah Kebijakan, dan Strategi 133
iii
iv
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Daftar Grafik Grafik 1-1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 16 Negara sebagai Target Pasar Utama
Grafik 1-38 Jumlah dan Pertumbuhan Wisnus
43
11
Grafik 1-39 Rata-rata Lama Tinggal Wisnus berdasarkan Tujuan Wisata
43
Grafik 1-2 GNI Per Kapita dari 20 Negara Asal Wisman Terbesar
13
Grafik 1-40 Distribusi Daerah Tujuan Wisata Wisnus
43
Grafik 1-3 20 Negara Asal Wisman Terbesar dan Rata-rata Pengeluaran Wisman
13
Grafik 1-41 Tingkat Wisnus Keluar Provinsi
43
Grafik 1-4 Perkembangan Perekonomian ASEAN-5
15
Grafik 1-42 Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap Jumlah Tenaga Kerja di 17 Negara
47
Grafik 1-5 Perkembangan Ekonomi BRIC
15
Grafik 1-43 Peta 10 Eksportir Terbesar Industri Kreatif di Dunia dan Negara ASEAN
49
Grafik 1-6 Peringkat Ekonomi Digital Berdasarkan Negara
25
Grafik 1-44 Jumlah Kegiatan Terkait Ekonomi Kreatif per Instansi, 2010
50
Grafik 1-7 Peringkat Ekonomi Digital Berdasarkan Kriteria
26
Grafik 1-45 Nilai Ekspor Industri Kreatif
51
Grafik 1-8 Jumlah Kedatangan Wisman Dunia berdasarkan Region, 2008 - 2010
29
Grafik 1-46 Nilai Impor Industri Kreatif
51
Grafik 1-9
30
Grafik 1-47 Kontribusi Devisa Industri Kreatif
52
Grafik 1-10 Pertumbuhan Pasar Wisman Dunia berdasarkan Region, 2009 - 2010
30
Grafik 1-48 Nilai dan Pertumbuhan Konsumsi Produk dan Jasa Kreatif di Indonesia
53
Grafik 1-11 Devisa Kepariwisataan Berdasarkan Region, 2009 - 2010
30
Grafik 1-49 Nilai Ekspor Industri Kreatif 2002 - 2010 Menurut Subsektor
55
Grafik 1-12 Peringkat dan Skor Daya Saing Kepariwisataan Mancanegara, 2011
32
Grafik 1-50 Dampak Kepariwisataan Terhadap Tenaga Kerja Nasional
57
Grafik 1-13 Daya Saing Kepariwisataan Indonesia di ASEAN
32
Grafik 1-51 Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif
57
Grafik 1-14 Skor Pilar TTCI Indonesia, 2008 - 2011
32
Grafik 1-52 Tingkat Pendidikan pada Aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
58
Grafik 1-15 Persentase Kunjungan Wisnus di Daerah Indonesia
33
Grafik 1-53 Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2007–2011
59
Grafik 1-16 Nilai dan Pertumbuhan Pengeluaran Wisnus
34
Grafik 1-54 Sebaran Outbound Wisman ke IndonesiaTahun 2010
61
Grafik 1-17 Pengeluaran Wisata Nusantara berdasarkan Wilayah Wisata Indonesia
34
Grafik 1-55 Demografi Penduduk Indonesia
64
Grafik 1-18 Pola Konsumsi Wisnus
34
Grafik 1-56 Konsumsi Produk dan Jasa Industri Kreatif di Dalam Negeri (Rp miliar)
65
Grafik 1-19 Nilai dan Pertumbuhan Investasi Kepariwisataan
35
Grafik 1-57 Penetrasi Internet Indonesia
66
Grafik 1-20 Struktur Investasi Kepariwisataan Tahun 2009
35
Grafik 1-58 Sepuluh Pasar Mobile Terbesar di Asia Pasifik
67
Grafik 1-21 Anggaran Pemerintah untuk Kepariwisataan
35
Grafik 1-59 Perkembangan Teledensitas Indonesia
67
Grafik 1-22 Nilai Devisa Kepariwisataan Berdasarkan Pengeluaran Wisman ke Indonesia
36
Grafik 1-60 Jumlah Jaringan Telepon Kabel dan Nirkabel
Grafik 1-23 Negara Kontributor Devisa Pariwisata
37
Grafik 1-24 Pola Konsumsi Wisman
38
Grafik 1-25 Nilai Devisa Kepariwisataan berdasarkan Pengeluaran Wisnas
38
Grafik 1-26 Daerah Kontributor Devisa Kepariwisataan
38
Grafik 1-27 Dampak Kepariwisataan terhadap Output Produksi, 2006 - 2010
39
Grafik 1-28 Dampak Kepariwisataan terhadap PDB, 2006 - 2010
39
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia
Pasar Wisman Dunia berdasarkan Region, 1990 - 2010
Grafik 1-29 Dampak Kepariwisataan terhadap Tenaga Kerja, 2006 - 2010
v
76
39
Grafik 1-30 Dampak Kepariwisataan terhadap Upah/Gaji, 2006 - 2010
40
Grafik 1-31 Struktur Upah berdasarkan Sektor Kepariwisataan
40
Grafik 1-32 Dampak Kepariwisataan terhadap Pajak Tidak Langsung, 2006 - 2010
40
Grafik 1-33 Tren dan Jumlah Wisman
41
Grafik 1-34 Pertumbuhan Wisman Dunia dan Wisman ke Indonesia
41
Grafik 1-35 Pola Konsumsi Wisatawan
42
Grafik 1-36 Moda Transportasi Wisatawan
42
Grafik 1-37 Total Pengeluaran Wisata per Wilayah
42
vi
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Glosarium ADHB ADHK AEC Akpar APBD APBN APJII APSC APW ASCC ASEAN ASEAN-5 ATSP Backhaul Bandwith Bappenas BBM BCB BI BI rate Bidding BLT BLU BMKG BMN BNPB BPK BPPD BPPI BPS BPSDPEK BPW BRIC Broadband BUMN CAD
vii
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan ASEAN Economic Community (Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN) Akademi Pariwisata Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ASEAN Politic-Security Community (Cetak Biru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN) Agen Perjalanan Wisata ASEAN Sosio-Cultural Community (Cetak Biru Komunitas Sosial-Kebudayaan ASEAN) Association of South-East Asia Nations 5 negara ASEAN dengan pertumbuhan tercepat (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand) ASEAN Tourism Strategic Plan (Rencana Strategis Pariwisata ASEAN) Akses poin untuk lalu lintas telekomunikasi Selisih frekuensi yang lebih tinggi terhadap frekuensi yang lebih rendah Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bahan Bakar Minyak Benda Cagar Budaya Bank Indonesia Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada publik Serangkaian penawaran kompetitif untuk membeli sesuatu sampai dengan sepakatnya transaksi Bantuan Langsung Tunai Badan Layanan Umum Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Badan Milik Negara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Badan Pemeriksa Keuangan Badan Promosi Pariwisata Daerah Badan Promosi Pariwisata Indonesia Badan Pusat Statistik Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Biro Perjalanan Wisata Brazil, Rusia, India, dan China Transmisi data yang memungkinkan akses dan koneksi internet dengan kecepatan tinggi Badan Usaha Milik Negara Computer Aided Design Piranti lunak yang sering digunakan untuk melakukan sketsa desain
CCS CCI CIQ Co-marketing Country of residence CPNS CR5 CSR
Cyber province
Daya tarik
Dekon Destinasi
Devisa Ditjen EKMDI Ditjen EKSB Ditjen PDP Ditjen PP Diversifikasi DMO
DPN
DTW E/D
Coordinating Committee on Service (Komite Koordinasi Jasa) Coordinating Committee on Investment (Komite Koordinasi Investasi) Custom - Inmigration - Quarantine Kolaborasi pemasaran negara tempat tinggal wisatawan tersebut Calon Pegawai Negeri Sipil Concentration Ratio 5 Rasio konsentrasi yang menghitung lima pasar utama wisman ke Indonesia Corporate Social Responsibilty Suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada Provinsi yang melakukan model pelayanan berorientasi masyarakat dan berbasis teknologi informasi sebagai akselerator pembangunan wilayah yang berdaya saing Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan Dana dekonsentrasi Pelimpahan dana dari Pemerintah pusat ke Pemerintah daerah Daerah tujuan wisata, kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan Penghasilan dari sektor pariwisata yang terdiri dari pengeluaran wisman dan pengeluaran wisnus Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan Iptek Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Upaya penganekaragaman Destination Management Organization Struktur tata kelola destinasi pariwisata mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat di destinasi pariwisata Destinasi Pariwisata Nasional Daerah Tujuan Wisata
Embarkasi/Disembarkasi
viii
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Glosarium E-commerce
E-visa
Ekowisata
EE
EIU
EKMDI EKSB
Ekonomi digital
Ekonomi kreatif
Eksibisi
Perdagangan elektronik, yang mencakup penyebaran, pembelian,
IFC
International Finance Corporation
dan jaringan komputer lainnya)
Inbound
Wisman
penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik (internet Pembuatan visa menggunakan sistem elektronik
Perjalanan ke tempat-tempat yang alami, dilakukan secara bertanggung
jawab dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat Increase in Extreme Event
Even
FDI
GATS GNI
Good governance Heritage
HIV/AIDS
Ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya
Inpres
Kegiatan ekonomi yang mencakup industri dengan kreativitas sumber
Insentif
Ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek Kegiatan ekonomi yang berbasis teknologi digital
daya manusia sebagai aset utama untuk menciptakan nilai tambah
Iptek
ekonomi berdasarkan 14 subsektor ekonomi
IPAM
jangka waktu tertentu
Presentasi barang/jasa yang terorganisir dan diselenggarakan pada
Tingkat jabatan struktural dalam Kementerian/Lembaga
IPCC
Kegiatan untuk menarik wisatawan
ISP
Perjalanan dengan biaya rendah yang diselenggarakan oleh satu atau
ITID
kerjasama industri pariwisata untuk mengenalkan jasa pariwisata atau destinasi baru kepada agen pariwisata, konsultan, maupun jurnalis
ITE
Itjen ITU
Foreign Direct Investment
K/L
Gross National Income
Kemenkumham
General Agreements on Trade in Services Nilai keseluruhan barang/jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu
negara (nasional) pada periode waktu tertentu, baik yang berada di dalam maupun luar negeri
Penyelenggaraan tata kelola yang bertanggung jawab
KEK
Kemenpan
Kemenparekraf
Kepariwisataan
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno-Deficiency Syndrome
KIE
ICCA
International Congress and Convention Association
km
Minifestival musik Indonesia di daerah yang memberikan penghargaan
HUT-RI
ICEMA
ICT
Hari ulang tahun Republik Indonesia
Indonesia Cutting Edge Music Awards
KKN Konvensi
bagi musik-musik terbaru, unik dan mempunyai perbedaan dengan
Koridor V
Information and Communication Technology
KSPN
musik mainstream
Indeks Harga Konsumen
Orang (bukan penduduk) yang melakukan perjalanan ke dalam wilayah suatu negara
Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut
Kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dalam persentase
Instruksi Presiden
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Perjalanan wisata yang diperuntukkan kepada karyawan sebagai bentuk penghargaan/apresiasi kerja
Internet Protocol Address Management
Intergovernmental Panel on Climate Change
Badan ilmiah yang terdiri dari berbagai pemerintahan yang ada di dunia, memiliki misi untuk mengevaluasi resiko dari perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia
Internet Service Provider
Informasi dan Transaksi Elektronik Indonesia Tourism Investment Day
Inspektur Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif International Telecommunication Union Kementerian/Lembaga
Kawasan Ekonomi Khusus
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
Warisan kebudayaan turun-temurun berdasarkan daerah/adat Hak Kekayaan Intelektual
HKI
ix
Industri kreatif
Inflasi
Familiarization Trip Widyawisata pengenalan
Economist Intelligence Unit
Emerging countries Negara berkembang dengan perkembangan ekonomi yang pesat Eselon
IHK
KPPN
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Konvensi, Insentif, Even
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme kilometer
Pertemuan antar individu pada suatu tempat dan waktu untuk mendiskusikan kepentingan bersama, biasanya berbasis tema industri, profesi, dan fandom Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara (MP3EI) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
x
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Glosarium KUR LAKIP LB LRA LSU MB MICE Minat khusus
MKI Mobile MP3EI MRA NASA Nesparnas
Net trade NSPK NTO OECD Outbond P3DN Pariwisata
Payment gateway PD PDB PDRB Pemasaran Pemda Pencitraan
Perpres xi
Kredit Usaha Rakyat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Land Biodiversity Loss Laporan Realisasi Anggaran Lembaga Sertifikasi Usaha Marine Biodiversity Loss Meetings, Incentives, Conference, Exhibitions Wisata yang dilakukan khusus untuk mendalami budaya dan sejarah; olahraga dan rekreasi (golf, menyelam, selancar, layar, mendaki, belanja); kuliner; kesehatan; kapal pesiar; dan ekowisata Masyarakat Komik Indonesia Kemampuan untuk bergerak atau digerakkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Mutual Recognition Agreement National Aeronautics and Space Administration Neraca Satelit Pariwisata Nasional Perangkat neraca yang berisi data tentang peran kegiatan pariwisata dalam tatanan ekonomi nasional dan menggambarkan kegiatan dan transaksi ekonomi yang berhubungan dengan barang-barang dan jasa pariwisata dari sisi produksi maupun permintaan Neraca perdagangan, dihitung total ekspor dikurangi total impor Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria ASEAN National Tourism Organizations (Organisasi level nasional yang terkait perencanaan pariwisata di regional di ASEAN) Organisation for Economic Co-operation and Development Wisatawan nasional Penduduk yang melakukan perjalanan keluar wilayah negaranya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut Aplikasi layanan pembayaran untuk transaksi bisnis secara online Political Destabilization Produk Domestik Bruto Produk Domestik Regional Bruto, PDB Daerah Propaganda atau usaha untuk memperkenalkan sesuatu, termasuk didalamnya metode promosi Pemerintah daerah Upaya untuk mengkomunikasikan citra tertentu kepada target khalayak yang diinginkan, melalui simbol-simbol tertentu berupa nama, logo, simbol, atau desain lainnya Peraturan Presiden
PES
Passenger Exit Survey
Survei yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Kemenparekraf di sampling
73 pintu masuk Indonesia untuk mengetahui penerimaan, pengeluaran dan rata-rata lama tinggal yang dirinci menurut berbagai karakteristik wisman
Pintu masuk/keluar Batas geografis untuk masuk/keluar wilayah negara melalui pelabuhan, bandar PKBL
PNBP
PNPM POS PP
PPKI PPP
Provider
Puslitbang QA
Rakorwas RB
REER
RIPPARNAS Rp
RPJMN RPJPN S2 S3
SAI
SAKIP SAP
SARA
Satker SD
SDM
SKPD
Setjen
udara maupun jalur darat
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Penerimaan Negara Bukan Pajak
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Prosedur Operasi Standar
Total perjalanan pergi dan pulang Pekan Produk Kreatif Indonesia Purchasing Power Parity
Digunakan untuk mengukur daya beli satu mata uang (Rupiah) dibandingkan dengan daya beli mata uang lain (valas)
Penyediaan layanan, biasanya menyangkut sambungan internet Pusat Penelitian dan Pengembangan Quality Assurance
Rapat koordinasi pengawasan Reformasi Birokrasi
Pembaharuan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan
terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan SDM aparatur
Real Effective Exchange Rate
Indeks nilai tukar rupiah per mata uang negara mitra dagang yang dibobot dengan total ekspor dan impor dari 8 mitra dagang utama Indonesia Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Rupiah; mata uang Indonesia
Rencana Pengembangan Jangka Menengah Nasional Rencana Pengembangan Jangka Panjang Nasional
Strata 2; Jenjang pendidikan untuk memperoleh gelar Magister atau setara Strata 3; Jenjang pendidikan untuk memperoleh gelar Doktor atau setara Sistem Akuntasi Instansi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Sistem Akuntasi Pemerintah
Suku, Agama, Ras dan Antar golongan Satuan kerja
Sekolah Dasar
Sumber Daya Manusia
Satuan Kerja Pemerintah Daerah
Sekretariat Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
xii
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Glosarium SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
UU
Undang-Undang
SLTA
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Visa on arrival
Dokumen izin untuk seseorang yang dapat diperoleh secara langsung di
SLR
SLTP
Smartphone SNA
SNNI
Sospolkam STP
Susenas
Tabel I/O
Sea Level Rise
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Perangkat Telepon genggam dengan kemampuan tingkat tinggi yang
VITO
System National Account
WEF
menyerupai komputer
Sistem Neraca Nasional Indonesia Sosial, politik dan keamanan Sekolah Tinggi Pariwisata
TDUP
Teledensitas TIK
TNI TP
TPAK
Travel ban Travel warning
Wisata tirta
output suatu sektor dapat menjadi input sektor lainnya
Wisman
Tanda Daftar Usaha Perdagangan
Kepadatan penggunaan sambungan telefon yang dihitung per 100
UMKM
UNCTAD
UNEP
UNWTO US$
Wisatawan
Wisman dunia
penduduk pada suatu area
Wisman
Tentara Nasional Indonesia
Wisnas
Teknologi Informasi dan Komunikasi Tugas Pembantuan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Larangan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengunjungi suatu negara karena kondisi politik atau kemanan
Peringatan yang dikeluarkan pemerintah kepada masyarakat untuk memperhatikan isu-isu yang dimiliki suatu negara sebelum melakukan kunjungan ke negara tersebut
Trade Tourism and Investment
UKM
xiii
Travel Cost Increase from Mitigation Policy
TTI
UK DCMS
mengenai transaksi barang/jasa dan keterkaitan antar kegiatan ekonomi
Tabel input/output dalam bentuk matriks yang memberikan informasi
Tourism Satellite Account
Tupoksi
WIPO
Wisata
TSA
TTCI
W
Survei Sosial Ekonomi Nasional
pada suatu wilayah dan periode tertentu, yang menunjukkan bahwa TCI
UPT
Unit Pelaksana Teknis
perbatasan antarnegara
Visit Indonesia Tourism Officers Water Scarcity
World Economic Forum
World Intellectual Property Organization
Badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertujuan mendorong kreativitas dan memperkenalkan perlindungan kekayaan intelektual ke seluruh dunia
Kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata Wisata dan olahraga air
Orang yang melakukan kegiatan wisata Wisatawan mancanegara
Orang yang melakukan kunjungan di luar tempat tinggalnya
Wisatawan mancanegara yang melakukan kunjungan dari satu negara ke negara lain di seluruh dunia
ke Indonesia
Wisatawawan mancanegara yang melakukan kunjungan ke Indonesia
Penduduk Indonesia yang melakukan kunjungan ke luar negeri
Wisnus
WMO WS
WW
Wisatawan nasional
Wisatawan nusantara
Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia World Meteorological Organization Warmer Summers Warmer Winters
Travel & Tourism Competitiveness Index Tugas pokok dan fungsi
Department of Culture, Media, and Sport of United Kingdom Unit Kecil dan Menengah
Usaha Kecil dan Menengah
United Nations Conference on Trade and Development
Organisasi internasional dibawah Majelis Umum Perserikatan BangsaBangsa dalam menangani isu perdagangan, investasi dan pembangunan United Nations Environment Programme
United Nations for World tourism Organization US Dollar; mata uang Amerika Serikat
xiv
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Pengantar
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi telah terbentuk pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Perpres No. 92/2011. Tugas pertama yang harus segera diselesaikan setelah terbentuknya Kemenparekraf ini adalah menyusun rencana strategis (Renstra) pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif untuk periode 2012-2014 yang merupakan referensi utama bagi seluruh unit kerja di dalam Kemenparekraf dalam melaksanakan program dan kegiatan tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, serta Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025, dan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009, tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, maka Kemenparekraf memiliki visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Untuk dapat mewujudkan visi ini, Kemenparekraf memiliki 4 misi utama, yaitu: (1) mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah; (2) mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah; (3) mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkualitas; dan (4) menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel, yang kemudian diterjemahkan ke dalam 8 tujuan utama dan 23 sasaran strategis yang dijabarkan dalam program dan kegiatan pembangunan selama periode 2012-2014. Keseluruhan kondisi kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang ingin dicapai, akan diwujudkan melalui 8 program utama, yaitu: (1) pengembangan destinasi pariwisata; (2) pengembangan pemasaran pariwisata; (3) pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; (4) pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek; (5) pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif; (6) pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemenparekraf; (7) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kemenparekraf; dan
xv
(8) sarana dan prasarana aparatur Kemenparekraf; yang telah dijabarkan menjadi 44 kegiatan pokok dengan target outcome dan output yang akan dipantau dan dievaluasi secara berkala, sehingga dapat diperoleh dampak yang optimal bagi masyarakat Indonesia. Pengembangan kepariwisataan akan difokuskan kepada 7 minat khusus, yaitu: (1) wisata budaya dan sejarah; (2) wisata alam dan ekowisata; (3) wisata olah raga rekreasi meliputi: menyelam, selancar, kapal layar, treking dan mendaki, golf, bersepeda, dan maraton; (4) wisata kapal pesiar; (5) wisata kuliner dan belanja; (6) wisata kesehatan dan kebugaran; dan (7) wisata konvensi, insentif, pameran, dan even. Selain itu, pengembangan destinasi akan difokuskan pada 16 kawasan strategis pariwisata nasional, meliputi: (1) Medan-Toba dan sekitarnya; (2) Kepulauan Seribu dan sekitarnya; (3) Kota Tua-Sunda Kelapa dansekitarnya; (4) Borobudur dan sekitarnya; (5) Bromo-TenggerSemeru dan sekitarnya; (6) Kintamani-Danau Batur dan sekitarnya; (7) Menjangan Pemuteran dan sekitarnya; (8) Kuta, Sanur, Nusa dua dan sekitarnya; (9) Rinjani dan sekitarnya; (10) Komodo dan sekitarnya; (11) EndeKelimutu dan sekitarnya; (12) Tanjung puting dan sekitarnya; (13) Toraja dan sekitarnya; (14) Bunaken dan sekitarnya; (15) Wakatobi dan sekitarnya; dan (16) Raja Ampat dan sekitarnya. Sedangkan kegiatan pemasaran pariwisata selama periode 2012-2014 ini akan difokuskan pada 16 target pasar utama, yaitu: (1) Singapura, (2) Malaysia, (3) Australia, (4) RRT, (5) Jepang, (6) Korea Selatan, (7) Filipina, (8) Taiwan, (9) Amerika Serikat, (10) Inggris, (11) Perancis, (12) India, (13) Belanda, (14) Timur Tengah, (15) Jerman, dan (16) Rusia. Dalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia, Kemenparekraf melakukan pembangunan dengan mempertimbangkan 9 aspek pembangunan pariwisata, yaitu: (1) pengembangan fasilitas pariwisata; (2) pengembangan prasarana umum kepariwisataan; (3) pengembangan aksesibilitas ke destinasi pariwisata; (4) pengembangan daya tarik wisata; (5) pengembangan investasi pariwisata; (6) pengembangan industri pariwisata; (7) pemberdayaan masyarakat; (8) pencitraan dan promosi pariwisata; dan (9) harmonisasi kebijakan dan regulasi yang akan mendasari kerangka kerja direktorat jenderal yang mengurusi kepariwisataan. Sedangkan dalam mengembangkan ekonomi kreatif,
Kemenparekraf akan mengembangkan 15 subsektor industri kreatif yang dikelompokkan sebagai 9 kelompok sektor ekonomi kreatif menjadi sesuai dengan pembagian tugas serta fungsi unit kerja dalam Kemenparekraf, meliputi: (1) desain yang meliputi: desain komunikasi visual, desain produk, desain kemasan, desain grafis, dan desain industri; (2) arsitektur, meliputi: arsitektur bangunan, lansekap, interior, dan arsitektur kota; (3) media konten, meliputi konten: permainan interaktif, periklanan, audio dan video, tulisan fiksi dan nonfiksi, animasi dan komik, web dan mobile; (4) fesyen, meliputi: busana, alas kaki, dan aksesoris; (5) perfilman, meliputi: film layar lebar, film iklan, film animasi, video, dan film TV, (6) seni pertunjukan, meliputi tari, sastra, teater, dan musik; (7) seni rupa, meliputi: seni instalasi, seni keramik, kriya, seni patung, seni lukis, fotografi, dan seni grafis; (8) industri musik; dan (9) kuliner sebagai bagian dari pariwisata. Pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan kepada penguatan pasar domestik dan inisiasi pengembangan pasar luar negeri dengan fokus pengembangan pada 5 aspek pengembangan ekonomi kreatif, meliputi: (1) pengembangan sumber daya dan teknologi; (2) pengembangan industri kreatif; (3) peningkatan akses pembiayaan bagi pelaku kreatif; (4) pengingkatan akses pasar bagi pelaku kreatif; dan (5) penguatan institusi yang terkait dengan ekonomi kreatif. Seluruh fokus dan aspek pembangunan ini merupakan pedoman bagi seluruh satuan kerja di lingkungan Kemeparekraf dalam menyusun rencana kerja sehingga dapat diperoleh dampak yang signifikan. Selain itu renstra ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana strategis pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di daerah serta instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan demikian Indonesia kreatif dan Wonderful Indonesia bisa menjadi realitias.
Salam Kreatif, Jakarta, April 2012 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Dr. Mari Elka Pangestu xvi
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Pengantar
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Perubahan nomenklatur kementerian terkait sektor kepariwisataan telah terjadi beberapa kali. Tanggal 21 Desember 2011 lalu, sektor pariwisata kembali mengalami perubahan. Kali ini sektor pariwisata digabungkan dengan sektor ekonomi kreatif dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang dikukuhkan melalui Peraturan Presiden No. 92 tahun 2011. Kedua sektor memiliki keterkaitan yang erat dan akan menghasilkan sinergi yang dapat menguatkan kualitas kinerja masing-masing, jika dikembangkan dan dikelola dengan tepat. Kualitas kinerja kepariwisataan yang sering diukur dengan besarnya pengeluaran dan lama tinggal wisatawan, dapat ditingkatkan melalui keberadaan ekonomi kreatif di suatu daerah tujuan wisata, misalnya melalui subsektor kerajinan, fesyen, dan pasar barang seni yang dapat menjadi suvenir, serta kuliner, musik, seni pertunjukan, film, video, fotografi, desain, dan arsitektur yang dapat menjadi hiburan di daerah tujuan wisata. Keberadaan ekonomi kreatif juga bisa menjadi daya tarik suatu destinasi pariwisata, diantaranya adalah wisata kuliner, wisata belanja fesyen, wisata batik, wisata warisan budaya. Bahkan even-even kreatif seperti Jember Fashion Festival, Solo Batik Karnaval, Java Jazz, Festival Danau Sentani, Sanur Village Festival, Le Gugam, Pesta Kesenian Bali, dan lain-lain sudah menjadi daya tarik yang kuat bagi pariwisata daerah terkait. Pada aspek promosi pariwisata, film dan even kreatif musik seperti festival jazz sudah menjadi media promosi bagi pariwisata. Kemajuan sektor pariwisata ini sebaliknya juga akan meningkatkan nilai tambah sektor-sektor industri kreatif. Keterkaitan pariwisata dan ekonomi kreatif semakin tegas dengan melihat bahwa di tahun 2010, dari 20 negara asal wisatawan mancanegara terbesar dan 20 negara tujuan ekspor produk kreatif terbesar, 15 negara adalah negara yang sama yaitu: Singapura, Malaysia, Australia, Jepang, China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, Arab Saudi, Hong Kong, Italia, dan Kanada. Sementara
xvii
daerah tujuan wisata utama bagi wisatawan di dalam negeri adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Keempat daerah tersebut merupakan pusat-pusat kemajuan ekonomi kreatif nasional. Keterkaitan kedua sektor yang saling menguatkan, ditambah dengan potensi besar masing-masing, menimbulkan optimisme yang tinggi untuk mampu mencapai visi kementerian menciptakan kesejahteraan dan kualitas hidup yang telah diterjemahkan menjadi 4 misi, 8 tujuan utama, dan 23 sasaran strategis. Potensi kreativitas dan eveneven kreatif dapat dikelola untuk mendukung kinerja pariwisata. Sebuah konser musik internasional saja mampu mendatangkan penonton ribuan hingga ratusan ribu orang, sebagian adalah wisatawan nusantara, sebagian lainnya wisatawan mancanegara. Produk dan jasa kreatif lain juga hadir melengkapi suatu even, seperti kerajinan, fesyen sampai kepada kuliner. Lebih jauh lagi even-even kreatif ini juga dapat dimanfaatkan menjadi media promosi bagi pariwisata itu sendiri. Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012-2014 selanjutnya akan menjadi acuan bagi penyusunan renstra satuan kerja tingkat eselon 1 dan eselon 2. Dalam penyusunan rencana strategis satuan kerja, pilihan arah kebijakan, strategi, dan aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan sepatutnya diarahkan pada optimalisasi keterkaitan kedua sektor. Optimalisasi dapat diwujudkan baik dalam memilih lokasi pengembangan, kelompok masyarakat yang dikembangkan, sumber daya yang dikembangkan, sampai kepada cara melaksanakan suatu aktivitas.
kondisi, potensi, dan tantangan yang dihadapi sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif masing-masing daerah. Akhir kata kami mengharapkan seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif dapat mengoptimalkan potensi kreativitas dan wonderfulness Indonesia sebagai upaya meraih hidup yang sejahtera dan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Jakarta, April 2012 Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. Sapta Nirwandar
Renstra Kemenparekraf ini juga merupakan arahan bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif di daerah. Besar harapan kami, optimalisasi keterkaitan kedua sektor juga dapat diterjemahkan dan diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
xviii
xix
xx
xxi
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata
Struktur Organisasi Kementerian
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Introduksi
xxii
xxiii
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Introduksi
xxiv
xxv
Struktur Organisasi Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Introduksi
xxvi
xxiii
Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Introduksi
xxiv
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Ringkasan Eksekutif ki-ka (1) Pulau Weh (Michael Sjukrie), (2) Peliatan-Ngaben (Antonius Pratama), (3) Alun-alun Indonesia, (4) kerajinan Burung Merak
penyerapan tenaga kerja sebesar 7,4 juta orang, 6,9% dari tenaga kerja nasional. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menyerap 8,6 juta tenaga kerja, 7,9% dari total nasional. Strategi pro-poor dan pro-job sangat sesuai pada kedua sektor.
Terbentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 21 Desember 2011 lalu, menjadikan Indonesia menjadi negara kedua di dunia setelah Inggris yang menempatkan sektor ekonomi kreatif di tingkat Kementerian, dan negara pertama di dunia yang menempatkan sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif bersama-sama di dalam satu kementerian. Penggabungan kedua sektor merupakan kombinasi dan integrasi yang saling menguatkan. Ekonomi kreatif mampu meningkatkan kualitas kepariwisataan menjadi daya tarik di destinasi pariwisata, serta menjadi media promosi bagi kepariwisataan. Sebaliknya, kemajuan pariwisata suatu destinasi umumnya diikuti dengan peningkatan permintaan akan karya kreatif. Promosi pariwisata juga dapat mengangkat keunggulan karya kreatif suatu destinasi. Kontribusi Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional di tahun 2010 sebesar Rp.261,1 triliun, 4,1% dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara,
xxv
anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: usaha daya tarik wisata, usaha kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta, dan spa. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah sebesar Rp.468,1 triliun, 7,29% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri kreatif, yaitu arsitektur, desain, fesyen, film, video, dan fotografi, kerajinan, teknologi informasi dan piranti lunak, musik, pasar barang seni, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset dan pengembangan, seni pertunjukan, serta televisi dan radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Selain sebagai pencipta nilai tambah, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2010, dampak kepariwisataan terhadap
Sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2011 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$8,5 miliar, meningkat dari US$7,6 miliar di tahun 2010. Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2011 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 7 juta di tahun 2010 dan menjadi 7,6 juta di tahun 2011, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran dari US$1,085 di tahun 2010, menjadi US$1,118 di tahun 2011. Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas. Sementara itu, sektor ekonomi menyumbang ekspor yang jauh lebih tinggi dari nilai impornya. Ekonomi kreatif menciptakan devisa melalui kontribusi net trade yang tinggi, mencapai 57,8% dari total nasional, atau senilai Rp115 triliun di tahun 2010. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sangat erat kaitannya dengan alam (nature), warisan budaya (heritage), lingkungan sosial, seni, kearifan lokal, toleransi dan tenggang rasa, yang dipadu dengan kemajuan teknologi masa kini. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tidak saja menjadi sektor pencipta kesejahteraan, tetapi juga tetapi juga menciptakan hidup yang berkualitas. Mempertimbangkan karakteristik pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut, serta potensi ekonominya yang besar, Kemenparekraf menetapkan visi pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif 2012-2014, adalah: “Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif”. Visi kementerian akan dicapai dengan mengemban 4 misi utama, yaitu: (1) Mengembangkan
kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah; (2) Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah; (3) Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkualitas; dan (4) Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel. Visi dan misi Kemenparekraf diterjemahkan ke dalam 8 tujuan utama: (1) Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan indonesia; (2) Peningkatan daya saing kepariwisataan indonesia; (3) Peningkatan kontribusi ekonomi industri kreatif; (4) Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif; (5) Peningkatan kapasitas dan profesionalisme sdm pariwisata dan ekonomi kreatif; (6) Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; (7) Peningkatan kualitas kinerja organisasi kemenparekraf; dan (8) Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kemenparekraf. Untuk menjaga akuntabilitas kinerja kementerian, pencapaian kondisi yang diharapkan diatas, yaitu visi, misi, dan tujuan, diukur melalui 23 sasaran strategis, dengan indikator-indikator kinerja yang terukur, di tahun 2012-2014. Sektor kepariwisataan ditargetkan memberikan kontribusi ekonomi yang lebih tinggi di tahun 20122014. Dampak PDB terhadap nasional ditargetkan meningkat secara bertahap sebesar 4,15% di tahun 2012 menjadi 4,25% di tahun 2014, dengan kontribusi investasi nasional yang meningkat dari 4,43% di tahun 2012 mejadi 4,83% di tahun 2014. Target pencapaian PDB dan investasi ini diikuti dengan penyerapan tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan yang meningkat dari 8,03 juta pekerja di tahun 2012 menjadi 8,74 juta di tahun 2014. Devisa kepariwisataan ditargetkan meningkat dari US$8,96 milar di tahun 2012 menjadi US$12 miliar di tahun 2014. Peningkatan devisa dicapai melalui peningkatan kuantitas dan kualitas kepariwisataan. xxvi
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Peningkatan PDB dari pengeluaran wisatawan nusantara ditargetkan meningkat dari Rp171,5 triliun di tahun 2012 menjadi Rp191,25 di tahun 2014. Peningkatan pengeluaran wisnus juga dicapai melalui peningkatan kuantitas dan kualitas. Peningkatan kuantitas tercermin dari target jumlah wisnus yang meningkat dari 245 juta perjalanan di tahun 2012 menjadi 255 juta di tahun 2014. Peningkatan kualitas tercermin dari target pengeluaran rata-rata wisnus per kunjungan yang meningkat dari Rp700 ribu di tahun 2012 menjadi Rp750 ribu di tahun 2014. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan diharapkan diikuti oleh peningkatan daya saing kepariwisataan. Secara umum, indeks daya saing kepariwisataan Indonesia ditargetkan meningkat dari 4,04 di tahun 2012 menjadi 4,12 di tahun 2014. Peningkatan indeks ini diharapkan meningkatkan peringkat daya saing kepariwisataan Indonesia yang tahun 2010 berada pada peringkat 74 dari 139 dengan indeks 3,9 berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index yang dipublikasikan oleh World Economic Forum. Daya saing kepariwisataan Indonesia diharapkan meningkat dengan adanya peningkatan kualitas tata kelola destinasi (DMO), peningkatan daya tarik lokasi destinasi pariwisata, peningkatan jumlah desa wisata, peningkatan diversifikasi pola perjalanan wisata, dan peningkatan efektivitas dan efisiensi pemasaran pariwisata. Efektivitas dan efisiensi pemasaran tercermin dari terjaganya konsentrasi rasio 5 negara asal wisatawan mancanegara sebesar 63,5% dari tahun 2012-2014, dan meningkatnya persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia, yang dicapai dengan meningkatkan produktivitas investasi pemasaran di dalam dan luar negeri, serta meningkatkan jumlah VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) di negara yang tepat. Sektor ekonomi kreatif ditargekan memberikan peningkatan kontribusi ekonomi melalui peningkatan
xxvii
kontribusi PDB terhadap total nasional sebesar 7,29% di tahun 2012 menjadi 7,5% di tahun 2014, dan kontribusi penyerapan tenaga kerja terhadap total nasional sebesar 8,25% di tahun 2012 menjadi 8,48% di tahun 2014. Peningkatan kontribusi PDB dan tenaga kerja ekonomi kreatif ini diharapkan terjadi melalui terciptanya semakin banyak enterpreneur kreatif, dengan target jumlah usaha kreatif yang tercipta meningkat kontribusinya terhadap usaha nasional dari 7,28% di tahun 2012 menjadi 7,35% di tahun 2014. Peningkatan kontribusi ekonomi kreatif ditargetkan terjadi seiring dengan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap pelaku dan karya kreatif. Peningkatan apresiasi masyarakat tercermin dari meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat, meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif, dan terciptanya ruang publik bagi masyarakat. Konsumsi karya kreatif ditargetkan tumbuh 10,89% di tahun 2014. Pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif diharapkan meningkat 5% setiap tahunnya pada 2013 dan 2014. Sementara zona kreatif ditargetkan terbentuk sebanyak 12 zona di tahun 2014. Upaya pencapaian target kinerja pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif tahun 20122014, didukung oleh peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi kreatif, penciptaan inovasi, peningkatan kualitas kinerja organisasi, dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kementerian. Pada upaya peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi kreatif 2012-2014, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ditargetkan untuk melakukan sertifikasi terhadap 36.000 SDM di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta menghasilkan 4.316 lulusan UPT pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar tenaga kerja. Kementerian juga akan mengembangkan standar kompetensi bagi profesi-profesi pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan target 33 standar kompetensi di akhir tahun 2014. Pada upaya penciptaan inovasi, kementerian akan mengembangkan kajiankajian aplikatif yang relevan, sehingga dapat diimplementasikan pada proses penyusunan dan evaluasi kebijakan. Selain itu, kementerian juga akan meningkatkan kemampuan kreasi, dan produksi para
(Searah jarum jam) (1) peragaan busana batik (2) kerajinan kursi rotan (3) perlengkapan rumah tangga dari keramik (4) hiasan pengantin jawa dari kayu
Peningkatan kuantitas tercermin dari target jumlah wisman ke Indonesia yang meningkat dari 8 juta di tahun 2012 menjadi 10 juta di tahun 2014. Peningkatan kualitas tercermin dari target rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan yang meningkat dari US$1.120 di tahun 2012 menjadi US$1.200 di tahun 2014.
Introduksi
pelaku kreatif, sehingga nilai tambah yang diciptakan semakin tinggi dan berkualitas. Pada upaya peningkatan kualitas kinerja organisasi, Kemenparekraf ditargetkan mencapai predikat SAKIP A, dan nilai quality assurance reformasi birokrasi 100 di tahun 2014, dengan opini keuangan WTP (wajar tanpa pengecualian) tahun 2012-2014. Sebagai kementerian yang baru, dengan tugas dan fungsi yang baru pula, Kemenparekraf membutuhkan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM internal. Peningkatan kualitas dan kuantitas ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja kementerian secara keseluruhan. Dalam peningkatan kualitas SDM, kementerian menargetkan akan memfasilitasi 113 pegawai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu S2 dan S3. Dalam peningkatan kuantitas SDM, kementerian akan melakukan rekrutmen pegawai baru sebanyak 573 orang di tahun 2012-2014.
Permasalahan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Upaya pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian di tahun 2012-2014 masih dihadapkan pada beberapa permasalahan utama, baik di sektor pariwisata maupun di sektor ekonomi kreatif. Permasalahan utama sektor pariwisata adalah: 1. Pengembangan industri yang belum optimal, terutama pada aspek kurangnya sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kepariwisataan, rendahnya kuantitas SDM pariwisata dan kesadaran masyarakat setempat, rendahnya kesiapan teknologi komunikasi dan informasi, kebijakan dan peraturan kepariwisataan tidak terintegrasi, dan rendahnya nilai investasi kepariwisataan; 2. Pengembangan destinasi belum optimal, terutama disebabkan perubahan iklim dan bencana alam, ketidaksiapan masyarakat pada daerah yang menjadi destinasi wisata, ketidaksiapan sarana, prasarana, dan infrastruktur destinasi, dan rendahnya nilai, jumlah dan pertumbuhan investasi, serta iklim usaha yang tidak kondusif;
xxviii
Rencana Strategis 2012–2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Introduksi
Pelantikan Pejabat Eselon II,III dan IV, Kemenparekraf
6. Pengembangan sumber daya ekonomi kreatif belum optimal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, antara lain masalah kelangkaan bahan baku, kurangnya riset bahan baku, kesenjangan antara pendidikan dan industri, serta standardisasi dan sertifikasi yang belum baik.
Arah Kebijakan, Strategi, Program dan Kegiatan Prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
3. Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar wisata di dalam dan luar negeri, terutama akibat terbatasnya sistem informasi kepariwisataan, strategi perluasan dan penetrasi pasar wisata yang belum matang, dan kurangnya sarana promosi parwisata; 4. Lemahnya kelembagaan, terutama kurangnya koordinasi antar pemerintah pusat, antar pemerintah dengan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sehingga menghambat kinerja investasi kepariwisataan di lokasi destinasi pariwisata; serta 5. Rendahnya kualitas SDM pariwisata dan kesiapan masyarakat, dimana: SDM aparatur masih perlu diberikan peningkatan kompetensi, baik peningkatan kompetensi teknis, kompetensi generik, maupun jenjang strata pendidikan; SDM industri masih bermasalah dalam hal kualitas kompetensi; dan masyarakat belum memiliki perilaku sapta pesona, belum menjadi pelaku utama usaha pariwisata di daerah setempat, dan belum cukup aktif dalam mendukung penciptaan keamanan, ketertiban, dan kebersihan lingkungan. Permasalahan utama sektor ekonomi kreatif adalah: 1. Pengembangan industri kreatif belum optimal, terutama disebabkan kurangnya daya tarik industri, adanya posisi dominan usaha kreatif, model bisnis industri kreatif yang belum matang, serta risiko usaha yang harus dihadapi;
xxix
2. Pengembangan konten, kreasi, dan teknologi kreatif belum optimal, terutama disebabkan infrastruktur internet belum memadai, infrastruktur gedung pertunjukan belum memenuhi standar, mahalnya mesin produksi, mahalnya piranti lunak penghasil produk dan jasa kreatif, kurangnya riset konten, dan kurangnya aktivitas pengarsipan konten; 3. Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasa kreatif di dalam dan luar negeri, terutama disebabkan oleh kurangnya apresiasi terhadap kreativitas lokal, kurangnya konektivitas jalur distribusi nasional, terkonsentrasinya pasar luar negeri, tingginya biaya promosi, belum diterapkannya sistem pembayaran online, dan rendahnya monitoring terhadap royalti, lisensi, hak cipta; 4. Lemahnya institusi industri kreatif, terutama disebabkan oleh belum adanya payung hukum yang mengatur tata kelola masing-masing subsektor industri kreatif; iklim usaha belum cukup kondusif, apresiasi yang rendah dan pembajakan yang tinggi, dan transaksi elektronik belum diregulasi dengan baik; 5. Minimnya akses pembiayaan pelaku sektor ekonomi kreatif, terutama disebabkan belum sesuainya skema pembiayaan dengan karakteristik industri kreatif yang umumnya belum bankable, high risk high return, cash flow yang fluktuatif, serta aset yang bersifat intangible; dan
Upaya pencapaian target kondisi yang diharapkan pada tahun 2012-2014, dengan meminimasi dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada, dilakukan dengan kebijakan dan strategi yang diarahkan pada: (1) penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah, (2) penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat, (3) peningkatan kualitas daerah tujuan wisata, (4) penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata, (5) penguatan sumber daya dan teknologi sektor ekonomi kreatif, (6) penguatan industri kreatif, (7) peningkatan akses pembiayaan industri kreatif, (8) peningkatan apresiasi dan akses pasar ekonomi kreatif di dalam dan luar negeri, (9) penguatan institusi ekonomi kreatif, (10) peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM pariwisata dan ekonomi kreatif, (11) penguatan reformasi birokrasi, dan (12) peningkatan kuantitas dan kualitas SDM kemenparekraf. Sedangkan program utama dan kegiatan pokok Kemenparekraf adalah: 1. Pengembangan destinasi pariwisata, dengan kegiatan pokok: perancangan destinasi dan investasi pariwisata; pengembangan daya tarik wisata; pengembangan industri pariwisata; pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata; dan pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentif dan even;
insentif, even dan minat khusus; 3. Pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dengan kegiatan pokok: pengembangan industri perfilman indonesia; pengembangan seni pertunjukan dan industri musik; pengembangan seni rupa indonesia; 4. Pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek, dengan kegiatan pokok: pengembangan ekonomi kreatif berbasis media; pengembangan desain dan arsitektur; dan penguatan kerjasama dan fasilitasi; 5. Pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan kegiatan prioritas: pengembangan SDM kepariwisataan dan ekonomi kreatif; peningkatan kompetensi SDM; penelitian dan pengembangan kebijakan di bidang kepariwisataan dan ekonomi kreatif; dan pengembangan pendidikan tinggi kepariwisataan; 6. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur kementerian; 7. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, dengan kegiatan pokok: pengembangan perencanaan dan organisasi; pelayanan administrasi hukum dan kepegawaian; pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan; peningkatan kerjasama luar negeri; peningkatan layanan administrasi umum; peningkatan pendidikan dan pelatihan aparatur; peningkatan layanan informasi publik; peningkatan layanan data dan sistem informasi; dan 8. Pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana aparatur kemenparekraf. Seluruh arah kebijakan, strategi, program, kegiatan sampai kepada aktivitas terkecil yang dilakukan dalam pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif, dilandasi oleh prinsip pro-growth, pro-job, pro-poor, proenvironment, mendukung penguatan nilai sosial dan budaya, menciptakan kualitas hidup, dan menciptakan nilai tambah.
2. Pengembangan pemasaran pariwisata, dengan kegiatan pokok: pengembangan pasar dan informasi pariwisata; peningkatan promosi pariwisata luar negeri dan dalam negeri; peningkatan pencitraan indonesia; dan peningkatan promosi konvensi,
xxx