Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
D
engan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 merupakan bentuk pertanggungjawaban dan penjelasan mengenai keberhasilan dan/atau kegagalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pencapaian tujuan dan sasaran selama Tahun Anggaran 2012, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 – 2014. Kepariwisataan dan ekonomi kreatif merupakan dua sektor pembangunan yang saling terkait dan merupakan kombinasi sektor yang saling menguatkan satu sama lain. Pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan inisiatif baru pada bidang pembangunan ekonomi. Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara lain, ditunjukkan oleh kontribusi kepariwisataan dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), nilai tambah PDB, dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan budaya bangsa dengan memperkenalkan produk-produk wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, museum, seni dan tradisi kerakyatan dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional. Pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan devisa negara dengan mengupayakan peningkatan jumlah wisman dan peningkatan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia. Jumlah kunjungan wisman pada tahun 2012 sebanyak 8,04 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16% apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2011 sebanyak 7,64 juta kunjungan wisman. Rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2012 sebesar US$ 1.133,81 atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,39% apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2011 sebesar US$ 1.118,26. Peningkatan jumlah wisman dan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan akan meningkatkan devisa yang akan diperoleh oleh negara, yaitu total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2012 sebesar US$ 9.120,85 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,62% apabila dibandingkan dengan total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2011 sebesar US$ 8.554,39 juta. Pada tahun
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
i
2012 perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3,48% dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700 ribu rupiah. Pembangunan ekonomi kreatif difokuskan pada beberapa subsektor yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu: (1) ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah seni dan budaya; dan (2) ekonomi kreatif berbasis desain, media, dan iptek., yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah desain, media, dan iptek . Selain itu sektor kuliner juga menjadi sektor utama untuk dikembangkan yang saat ini dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event. Keberhasilan yang telah dicapai ini bukan hanya milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tetapi keberhasilan kita semua. Pada kesempatan ini, ijinkan kami menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang selama ini secara konsisten dan sungguh-sungguh bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membangun dan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif. Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja.
Jakarta,
Maret 2013
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sekretaris Jenderal
Drs. Ukus Kuswara, M.M.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
ii
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ………………………………………………………….
i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………
iii
IKHTISAR EKSEKUTIF ………………………………………………………
1
PENDAHULUAN ………………………………………………….
12
A. LATAR BELAKANG …………………………………………..
12
B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ....……………………………………….
15
C. PERAN DAN FUNGSI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DALAM PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR ……………………………………………..
15
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ……………
17
A. RENCANA STRATEGIS ……………………………………...
17
B. PENETAPAN/PERJANJIAN KINERJA ……………………..
25
C. ANGGARAN 2012.............……………………………………
31
AKUNTABILITAS KINERJA …………………………………….
34
A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA 2012………………………..
34
B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA 2012 ..……………….
41
PENUTUP ………………………………………………………….
179
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
LAMPIRAN
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
iii
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
IKHTISAR EKSEKUTIF
Ikhtisar Eksekutif
IKHTISAR EKSEKUTIF Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis 2010 – 2014, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 ini merupakan
Laporan
Akuntabilitas
Kinerja
yang
pertama
yang
menyajikan
perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja selama Tahun 2012. Bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Laporan Akuntabilitas Kinerja
memiliki
dua
fungsi
utama.
Pertama,
merupakan
sarana
untuk
menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku kepentingan
(Presiden,
Instansi
Pemerintah
Pusat/Daerah,
pelaku/industri
kebudayaan dan pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini secara garis besar berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang akan dicapai selama 2 tahun dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Rencana Kinerja (Performance Plan) 2012 dan Penetapan Kinerja 2012 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2012 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis 2012 – 2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sementara itu, capaian kinerja (Performance Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2012 yang memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja 2012. Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2012 menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memenuhi Sasaran Strategis yang ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
1
2012 No.
Sasaran
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
1.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)
4,15
3,90
93,98
2.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
8,03
9,77
122
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)
7,00
8,81
126
3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)
12,66
34,60
273,3
3.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)
4,43
3,97
89,6
4.
Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia
1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)
8,96
9,12
101,7
171,50
171,50
100
2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
2
2012 No.
5.
6.
7.
Sasaran
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)
1.101
1.133,81
103,07
4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)
700
700
100
Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
8
8,04
101,5
2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)
245
245
100
Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)
4,04
4,03
99,7
2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)
15
15
100
1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)
29
29
100
Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
3
2012 No.
8.
9.
Sasaran
Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien
Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)
978
978
100
3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)
13
17
130
63,5
53,35
115,98
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13
13
100
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
474
496,29
104,70
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
1.848
2.390
129
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base Line (x)
n/a
n/a
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)
7,29
6,908
94,76
4,68 (EKMDI)
3,468 (EKMDI)
74,10 (EKMDI)
2,5 (EKSB)
3,44 (EKSB)
137,6 (EKSB)
1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
4
2012 No.
10.
Sasaran
Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
Indikator
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
11.
12.
Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia
Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)
13.
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
14.
Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)
Target
Realisasi
Capaian (%)
8,25
6,34
76,85
5,41 (EKMDI)
(EKMDI)
(EKMDI)
2,81 (EKSB)
6,34 (EKSB)
225,62 (EKSB)
3,08
2,6
84,42
2 (EKMDI)
1,18 (EKMDI)
59 (EKMDI)
2,97 (EKSB)
1,42 (EKSB)
47,81 (EKSB)
7,28
9,81
134,75
4,53 (EKMDI)
2,29 (EKMDI)
48,56 (EKMDI)
2,65 (EKSB)
7,52 (EKSB)
283,77 (EKSB)
1.193
2.13
168,73
77 (EKMDI)
51 (EKMDI)
66,23 (EKMDI)
1.116 (EKSB)
1.962 (EKSB)
175,81 (EKSB)
9,26
7,65
82,61
9 (EKMDI)
....... (EKMDI)
...... (EKMDI)
7,65 (EKSB)
7,65 (EKSB)
100 (EKSB)
Base Line (x)
-
-
3
4
133,33
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
5
2012 No.
Sasaran
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
1.383
1.216
87,9
10
6
60
2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)
15.000
21.500
143,3
1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
10
9
90
2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)
10
5
50
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)
3.918
2.703
68,99
2.934 (EKSB)
2.230 (EKSB)
76,01 (EKSB)
984 (EKMDI)
473 (EKMDI)
48,07 (EKMDI)
2.594
3.634
140,09
2.278 (EKSB)
2.398 (EKSB)
105,27 (EKSB)
316 (EKMDI)
1.236 (EKMDI)
391,14 (EKMDI)
15.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)
16.
Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)
17.
18.
Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
6
2012 No.
Sasaran
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
WTP
Masih dalam proses pemeriksa an BPK
-
19.
Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)
20.
Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)
B
B
100
21.
Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)
40
48
120
22.
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)
9
9
100
2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)
636
604
94,96
Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)
134
130
97,01
23.
Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Jumlah Anggaran Tahun 2012 ....................... Rp. 2.729.524.002.000,Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2012 ....... Rp. 2.228.428.536.652,-
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
7
Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran Strategis. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (Lima) program dengan anggaran biaya Rp 2.729.524.002.000,00,-. Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa, hasil capaian kinerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata selama tahun 2012 telah memenuhi 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Mengembangkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat diwujudkan. Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra 2012 – 2014 dan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, serta pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini. Sesuai dengan hasil analisis kami atas capaian kinerja 2012 kami merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, yaitu sebagai berikut: 1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang berada dalam lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, instansi pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan dibidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan. Melakukan penelitian yang mendalam atas ketepatan kuantitas target dari indikator kinerja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan Tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 – 2014. Perencanaan kinerja tahun 2012 merupakan perencanaan tahunan yang
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
8
pertama dari rentang waktu periode Renstra 2012 - 2014, yang nantinya dalam laporan akuntabilitas kinerja tahun 2012 akan diinformasikan persentase pencapaian Tujuan organisasi tersebut.
A. Capaian RPJMN 2012 – 2014 Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 merupakan pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN 2010 – 2014 memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas Nasional, dan Program serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L. Seperti diamanatkan oleh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Kementerian Pariwisata perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN 2010 – 2014 sampai dengan Tahun 2012. 2012 No.
Sasaran
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
978
978
100
8,04 juta orang
100,5
1.
Meningkatnya jumlah desa wisata melalui PNMPN bidang pariwista
Jumlah desa wisata
2.
Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun
1. Jumlah wisatawan mancanegara
8 juta orang
2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara
245.000.000 245.000.000
100
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
9
2012 No.
3.
4.
Sasaran
Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif
Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
1. Partisipasi pada bursa pariwisata internasional, pelaksanaan misi penjualan (sales mission), dan pendukungan penyelenggaraan festival
76 event
126 event
165,79
2. Penyelenggaraan perwakilan promosi pariwisata Indonensia (Indonesia Tourism Promotion Representative Officers) di luar negeri
13 kota
13 kota
100
3. Penyelenggaraan promosi langsung (direct promotion), dan penyelenggaraan event pariwisata berskala nasional dan internasional
67 event
67 event
100
Jumlah dukungan fasilitas pariwisata
29 lokasi
29 lokasi
100
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
10
2012 No.
5.
Sasaran
Meningkatnya kapasistas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwista lokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawasan Asia
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
1. Jumlah tenaga kerja yang memiliki sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata
15.000
21.500
143,3
Orang
Orang
2. Jumlah sumber daya yang dilatih di bidang kebudayaan dan kepariwisataan
1.175
1.045
Orang
Orang
1.383
1.216
Orang
Orang
3. Jumlah lulusan
pendidikan pariwisata di 4 UPT pendidikan tinggi pariwisata
88,9
87,9
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
11
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi telah terbentuk pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Pengembangan kepariwisataan akan difokuskan kepada 7 minat khusus, yaitu: (1) wisata budaya dan sejarah; (2) wisata alam dan ekowisata; (3) wisata olah raga rekreasi meliputi: menyelam, selancar, kapal layar, treking dan mendaki, golf, bersepeda, dan maraton; (4) wisata kapal pesiar; (5) wisata kuliner dan belanja; (6) wisata kesehatan dan kebugaran; dan (7) wisata konvensi, insentif, pameran dan even. Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di tingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait. Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian oleh pemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilai strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan LAK — KEMENPAREKRAF 2012
12
sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehingga koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkeadilan. Pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan kepada penguatan pasar domestik dan inisiasi pengembangan pasar luar negeri dengan fokus pengembangan pada 5 aspek pengembangan ekonomi kreatif, meliputi: (1) pengembangan sumber daya dan teknologi; (2) pengembangan industri kreatif; (3) peningkatan peningkatan akses pembiayaan bagi pelaku kreatif; (4) peningkatan akses pasar bagi pelaku kreatif; dan (5) penguatan institusi yang terkait dengan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari peran serta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi kreatif
daerah
penting
untuk
dipahami
sehingga
dapat
mempercepat
pengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematangan atau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akan dikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah. Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan. Kontribusi Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional di tahun 2011 sebesar Rp. 296,97 triliun, 4,00% dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
13
Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaan akomodasi; (7) Penyelenggaraan
kegiatan
hiburan
dan
rekreasi;
(8)
Penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensidan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) Spa.
Di tahun yang sama ekonomi kreatif menciptakan nilai
tambah sebesar Rp. 524,91 triliun, 7,06% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2011, dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 8,53 juta orang, 7,75% dari tenaga kerja nasional. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menyerap 11,66 juta tenaga kerja, 10,63% dari total nasional. Strategi pro-poor dan pro-job sangat sesuai pada kedua sektor. Sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2012 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 9,12 miliar, meningkat dari US$ 8,55 miliar di tahun 2011. Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2012 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta di tahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran dari US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di tahun 2012. Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas. Sementara itu, sektor ekonomi menyumbang ekspor yang jauh lebih tinggi dari nilai impornya. Ekonomi kreatif menciptakan devisa melalui kontribusi net trade, mencapai 6,91% dari total nasional, atau senilai Rp 115 triliun di tahun 2012 (Sumber BPS: angka sangat-sangat sementara).
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
14
B. Gambaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kelembagaan Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/ MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas
membantu
Presiden
dalam
menyelenggarakan
sebagian
urusan
pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki tugas sebagai berikut: 1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif; 2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah; 5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 12 orang Eselon 1 yang terdiri atas Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, 4 orang Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta 4 orang Staf Ahli Menteri.
C. Peran dan Fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dalam Pembangunan Lintas Sektor Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya, meliputi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada kelembagaan kepariwisataan adalah koordinasi yang lemah antara antar pemerintah pusat mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan kebijakan yang tidak sinkron
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
15
dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatan kedatangan wisman pasar Eropa tidak diikuti dengan kebijakan imigrasi untuk memudahkan perolehan visa Indonesia oleh warga negara Eropa. Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangka mengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkan investasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral, pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur kepariwisataan. Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan, berupa pendukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kepada instansi terkait terutama di bidang (a) pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c) prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan didukung oleh instansi terkait diantaranya untuk rencana aksi: 1) Peningkatan Integrasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Penguatan, melibatkan Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Pemda; 2) Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian, Kemenlu,
Kemendag,
Kementerian
Hukum
dan
HAM,
Kementerian
Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda).
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
16
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di atur melalui
Peraturan
Menteri
Pariwisata
dan
Ekonomi
Kreatif
Nomor
PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014. Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012 – 2014 di dalamnya termuat 11 (sebelas) arah kebijakan yaitu: 1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah; 2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat; 3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata; 4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata; 5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif; 6. Penguatan industri kreatif; 7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif; 8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagi industri kreatif; 9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif; 10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 11. Penguatan Reformasi Birokrasi. Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014 sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
17
Visi Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif. Misi 1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah;
saing,
dan
2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah; 3. Mengembangkan berkualitas;
sumberdaya
pariwisata
dan
ekonomi
kreatif
secara
4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel. Tujuan 1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia; 2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia; 3. Peningkatan kontribusi ekonomi dari industri kreatif; 4. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif; 5. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi kreatif; 6. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 7. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf; 8. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf. Sasaran 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional; 2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional; 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata; 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia; 5. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus; 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
18
7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata; 8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien; 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif; 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif; 11. Meningkatnya unit usaha di sektor ekonomi kreatif; 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia; 13. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif; 14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat; 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata; 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 17. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan kebijakan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku ekonomi kreatif; 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); 21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi; 22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf; 23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf.
Penetapan tujuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Sasaran strategis adalah penjabaran dari Tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan Sasaran dirumuskan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
19
lebih spresifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula Indikator pencapaian Sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing. Sasaran strategis, indikator, dan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu tahun 2012 – 2014 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
No.
Sasaran
Indikator
Program
1.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
2.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)
3.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)
4.
Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia
1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
20
No.
Sasaran
Indikator
Program
2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) 5.
6.
Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi) 7.
Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
21
No.
Sasaran
Indikator
Program
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) 8.
Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien
1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)
Program Pemasaran Pariwisata
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei) 9.
Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
10.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
22
No.
Sasaran
Indikator
Program
11.
Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
12.
Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) 13
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
14.
Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)
15.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)
16.
Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) 17.
Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
23
No.
18.
Sasaran
Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif
Indikator
Program
2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IptekI
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) 19.
Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)
20.
Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)
21.
Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)
22.
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf
2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
24
No.
Sasaran
Indikator
23.
Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Program
Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf
B. Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun
2012
merupakan
tahun
ketiga
dari
pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah Perencanaan Kinerja 2012 yang merupakan proses perencanaan kinerja yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance Plan). Penyusunan
rencana
kinerja
ini
dilakukan
seiring
dengan
agenda
penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2012 ditetapkan maka disusunlah Penetapan Kinerja 2012 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2012, antara lain: 1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya. 3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah. 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
25
5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran
suatu
organisasi,
sekaligus
sebagai
dasar
dalam
pemberian
penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment). Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Dengan telah ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai indikator keberhasilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka IKU harus terdapat dalam perencanaan kinerja. Sasaran strategis tahun 2012, indikator kinerja dan target kinerja disajikan pada tabel berikut: No.
Sasaran
Indikator
Target
Program
1.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)
4,15
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
2.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
8,03
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)
7,00
3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)
12,66
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
26
No.
Sasaran
3.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)
4,43
4.
Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia
1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)
8,96
2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)
171,5
3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)
1.100
4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)
700
5.
6.
Indikator
Target
Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
2. Jumlah perjalanan wisnus (Juta perjalanan)
245
Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)
4,04
2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi)
8
Program
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
15
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
27
No.
Sasaran
7.
Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
8.
Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien
Indikator
Target
1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)
29
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)
978
3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)
13
1. Rasio konsentrasi 5 pasara utama asal wisatawam mancanegara ke Indonesia (persentase)
63,5
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
474
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
1.848
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base Line (x)
Program
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Program Pemasaran Pariwisata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
28
No.
Sasaran
Indikator
Target
9.
Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)
7,29
10.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
8,25
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
3,08
11.
Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)
7,28
12.
Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)
1.193
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)
9,26
13
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
Base Line (x)
14.
Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)
3
Program
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
29
No.
Sasaran
Indikator
Target
15.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)
16.
Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)
10
2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)
15.000
1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
10
2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)
10
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)
3.918
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)
2.594
17.
18.
Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif
1.383
Program
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
30
No.
Sasaran
Indikator
Target
Program
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf
19.
Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)
WTP
20.
Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)
B
21.
Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)
40
22.
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)
9
2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)
636
Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)
134
23.
Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf
C. Anggaran 2012 Proses alokasi anggaran Tahun 2012 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari awal sampai dengan akhir, adalah sebagai berikut :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
31
NO.
URAIAN
1.
Pagu Indikatif
Rp
PAGU (Rp.) 2.158.224.200.000,-
2.
Pagu Definitif
Rp
2.189.797.179.000,-
3.
Pemotongan Anggaran (-) Rp 83.120.796.000,-
Rp
2.106.676.383.000,-
4.
Reward (+) Rp 2.847.619.000,-
Rp
2.109.524.002.000,-
6.
APBN-P (+) Rp 620.000.000.000,-
Rp
2.729.524.002.000,-
DASAR Keputusan Menteri Keuangan No. 215/KMK.02/2011 Tgl. 30 Juni 2011 Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-01/MK.02/2011 Tgl. 1 November 2011 Surat Menteri Keuangan No. S-163/MK.02/2012 Tgl. 7 Maret 2012 Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK.02/2012 Tgl. 30 Maret 2012 Surat Menteri Keuangan No. S-381/MK.02/2012 Tgl. 28 Mei 2012
Dan alokasi anggaran sebesar Rp 2.729.524.002.000,- tersebut terbagi dalam 4 (empat) jenis belanja, sebagai berikut : 1. Belanja Pegawai
: Rp
330.512.691.000,-
2. Belanja Barang
: Rp 2.109.659.648.000,-
3. Belanja Modal
: Rp
203.511.135.000,-
4. Belanja Bansos
: Rp
85.020.000.000,-
Permasalahan Penyebab utama rendahnya penyerapan anggaran tahun 2012: 1. Tahun Anggaran baru dimulai sudah dilakukan kebijakan nasional untuk penghematan 10% atas pagu anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 2. Penyesuaian terhadap perubahan organisasi dari Kemenbudpar menjadi Kemenparekraf, yang membutuhkan penyesuaian/revisi program kegiatan dan alokasi anggaran; 3. Adanya blokir/tanda bintang pada sejumlah alokasi anggaran/kegiatan pusat maupun SKPD (daerah) yang membutuhkan waktu untuk proses pencairan dan penyesuaiannya;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
32
4. Lemahnya koordinasi dalam penetapan perangkat pengelola keuangan khususnya
SKPD
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
untuk
kegiatan
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan; Faktor Teknis Internal: 1. Masalah revisi POK yang berulang hampir diseluruh unit kerja, sehingga mempengaruhi jadwal kegiatan; 2. Adanya penyesuaian penetapan perangkat pengelola keuangan daerah; 3. Penerapan sistem perencanaan kas yang belum konsisten; 4. Terjadinya penumpukan SPM pada menjelang akhir tahun anggaran. Faktor Teknis Eksternal: 1. Proses pencaian tanda bintang yang memakan waktu cukup lama; 2. Penggantian pejabat teknis KPPN dapat mempengaruhi proses pencairan anggaran di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga; 3. Revisi DIPA yang bisa memakan waktu 3-4 bulan penyelesaiannya; 4. Kekeliruan penulisan dalam DIPA masih terjadi; 5. Pagu APBNP untuk struktur organisasi baru di Ekonomi Kreatif, baru diterima pada bulan Agustus dan September 2012. Solusi Rekomendasi: 1. Perlu adanya komitmen yang kuat dari masing-masing otoritas KPA terhadap jadwal pelaksanaan kegiatan yang ketat; 2. Masing-masing otoritas KPA menyusun jadwal kegiatan setiap bulan, triwulan disesuaikan dengan rencana penarikan pendanaan; 3. Menghindari
pembayaran
untuk
konsultan
(Pihak
Ketiga)
yang
pembayarannya sekaligus pada menjelang akhir tahun anggaran (tidak sesuai amanat Perpres No. 70 Tahun 2012). 4. Masing-masing otoritas KPA dan pengelola dibawahnya secepatnya melakukan/menjaga
cash
flow
melalui
pencairan
UP,
TUP,
sesuai
perencanaan kas pada bendahara.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
33
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
ab III Akuntabilitas Kinerja
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Ikhtisar Capaian Kinerja 2012 Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.55/HK.001/MPEK/2012, tanggal 16 Juli 2012, tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusun perencanaan dan penganggaran kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja. Berikut ini akan diuraikan Realisasi Pencapaian Sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012, yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: 2012 No.
Sasaran
1.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
2.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
4,15
3,90
93,98
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
8,03
9,77
122
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)
7,00
8,81
126
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Doemestik Bruto (PDB) nasional (persentase)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
34
2012 No.
Sasaran
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
12,66
34,60
273,3
4,43
3,97
89,6
1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)
8,96
9,12
101,7
2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)
171,50
171,50
100
3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)
1.101
1.133,81
103,07
4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)
700
700
100
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
8
8,04
100,5
2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)
245
245
100
3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun) 3.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
4.
Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia
5.
Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
35
2012 No.
6.
7.
8.
Sasaran
Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
4,04
4,03
99,7
2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi(Destination Management Organization (DMO))(Lokasi)
15
15
100
1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)
29
29
100
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)
978
978
100
3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)
13
17
130
63,5
53,35
115,98
1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)
1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
36
2012 No.
9.
10.
Sasaran
Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif
Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13
13
100
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
474
496,29
104,70
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
1.848
2.390
129
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base Line (x)
n/a
n/a
7,29
6,908
94,76
4,68 (EKMDI)
3,468 (EKMDI)
74,10 (EKMDI)
2,5 (EKSB)
3,44 (EKSB)
137,6 (EKSB)
8,25
6,34
76,85
5,41 (EKMDI)
- *) (EKMDI)
- *) (EKMDI)
2,81 (EKSB)
6,34 (EKSB)
225,62 (EKSB)
3,08
2,6
84,42
2 (EKMDI)
1,18 (EKMDI)
59 (EKMDI)
2,97 (EKSB)
1,42 (EKSB)
47,81 (EKSB)
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
37
2012 No.
11.
12.
Sasaran
Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia
Indikator
Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)
13
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
14.
Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)
15.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)
16.
Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)
Target
Realisasi
Capaian (%)
7,28
9,81
134,75
4,53 (EKMDI)
2,29 (EKMDI)
48,56 (EKMDI)
2,65 (EKSB)
7,52 (EKSB)
283,77 (EKSB)
1.193
2.13
168,73
77 (EKMDI)
51 (EKMDI)
66,23 (EKMDI)
1.116 (EKSB)
1.962 (EKSB)
175,81 (EKSB)
9,26
7,65
82,61
9 (EKMDI)
....... (EKMDI)
...... (EKMDI)
7,65 (EKSB)
7,65 (EKSB)
100 (EKSB)
Base Line (x)
-
-
3
4
133,33
1.383
1.216
87,9
10
6
60
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
38
2012 No.
17.
18.
Sasaran
Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)
15.000
21.500
143,3
1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
10
9
90
2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)
10
5
50
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)
3.918
2.703
68,99
2.934 (EKSB)
2.230 (EKSB)
76,01 (EKSB)
984 (EKMDI)
473 (EKMDI)
48,07 (EKMDI)
2.594
3.634
140,09
2.278 (EKSB)
2.398 (EKSB)
105,27 (EKSB)
316 (EKMDI)
1.236 (EKMDI)
391,14 (EKMDI)
WTP
Masih dalam proses pemeriksaan BPK
-
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) 19.
Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
39
2012 No.
Sasaran
Indikator Target
Realisasi
Capaian (%)
20.
Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)
B
B
100
21.
Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)
40
48
120
22.
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)
9
9
100
2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)
636
604
94,96
Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)
134
130
97,01
23.
*)
Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
“Tingkat partisipasi tenaga kerja” tidak ada, yang ada “Tingkat partisipasi angkatan kerja” Catatan: n/a not applicable (tidak dapat dibandingkan)
Jumlah Anggaran Tahun 2012 ..................... Rp. 2.729.524.002.000,Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2012 ...... Rp. 2.228.428.536.652,-
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
40
B. Capaian dan Analisis Kinerja 2012 Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.
1
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional”, merupakan sasaran utama untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kepariwisataan terhadap pemasukan yang didapat oleh suatu negara khususnya Indonesia. Kegiatan pariwisata memiliki dampak pada kenaikan PDB di berbagai sektor ekonomi baik yang terkait langsung dengan pariwisata, seperti sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan jasa lainnya khususnya industri hiburan, maupun yang tidak terkait langsung seperti: pertanian; listrik, gas dan air, konstruksi; perdagangan; industri; dan komunikasi. a. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh Puslitbang
Kemenparekraf
dan
dilaporkan
sebagai
cerminan
keberhasilan
pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor pariwisata. Indikator
yang
digunakan
untuk
mengukur
meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan terhadap PDB nasional adalah rasio persentase antara total dampak PDB nominal tahunan yang terbentuk sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. PDB nasional merupakan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
41
nilai nominal barang dan jasa yang diproduksi oleh Indonesia selama satu tahun, sedangkan dampak PDB dari sektor kepariwisataan adalah persentase dari total PDB dari seluruh aktivitas ekonomi yang terkait kepariwisataan secara langsung dan tak langsung yang dihitung melalui mekanisme efek pengganda. Kontribusi sektor pariwisata dihitung sebagai persentase dampak PDB kepariwisataan dari PDB nasional. Aktivitas kepariwisataan meliputi pengeluaran wisman, pengeluaran wisnus, investasi pariwisata, pengeluaran wisnas, dan pengeluaran promosi pariwisata. Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
4,15
3,90
93,98
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional” mencapai 3,90%. Tidak tercapainya target dari sasaran “Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional” ini dikarenakan adanya isu-isu keamanan di Indonesia serta kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan stakeholders yang terkait dengan kepariwisataan. Selain itu pula dikarenakan oleh adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di dunia.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
42
Rata-rata kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional pada periode 2010 – 2012 adalah sebesar 3,98%, dimana tahun 2012 diperkirakan total nilainya sebesar 321,57 triliun rupiah atau tumbuh dari tahun 2011 sebesar 3,90% dengan total nilai sebesar 296,97 triliun rupiah, sedangkan kontribusi kepariwisataan terhadap PDB Nasional tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,10 poin dari tahun 2011 sebesar 4%, yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan sektor lain seperti telekomunikasi. TABEL III.1 Perbandingan Pendapatan PDB 2010 - 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PDB Pariwisata (miliar Rp)
Sektor Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, gas dan air Konstruksi Perdagangan Restoran Hotel Angkutan Darat Angkutan Air Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Jasa Lainnya
13 14 Total PDB Nasional Harga Berlaku Persentase kontribusi
Pertumbuhan (%)*
2010
2011
2012*
26.245,30
30.467,30
32.905,01
8,00
12.737,10
14.938,50
16.020,91
7,25
68.071,80 1.599,70 24.587,10 15.647,70 21.646,50 22.776,70 14.577,20 2.683,60 12.493,70
75.562,40 1.757,20 32.990,80 18.192,00 26.409,00 24.320,40 17.576,10 3.050,00 14.771,90
82.519,05 1.903,83 34.415,77 19.646,69 28.455,59 26.160,20 20.457,01 3.295,16 15.529,54
9,21 8,34 4,32 8,00 7,75 7,56 16,39 8,04 5,13
5.544,00
5.696,20
6.137,86
7,75
5.907,40 26.535,10 261.052,80
6.144,40 25.092,30 296.968,50
6.677,37 27.445,50 321.569,49
8,67 9,38 8,28
6.436.270,80
7.427.086,10
8.254.481,21
11,14
4,06%
4,00%
3,90%
Sumber: Neraca Satelit Pariwisata Nasional Ket:* Angka Estimasi
Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan tenaga kerja sebanyak 8,37% terhadap kesempatan kerja nasional di tahun 2012 atau sekitar 9,28 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan. Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
43
tidak langsung berada pada kisaran 3-4%. Berikut tabel dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan: GRAFIK III.1 Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional 160.00
4.10
140.00
4.05 Wisman
Triliun rupiah
120.00 4.00
100.00 80.00
3.95
Wisnus Wisnas Investasi
60.00
3.90
40.00 3.85
20.00 -
Promosi dan Pembinaan Persentase
3.80 2010
2011
2012
Tahun
PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat. 2. Kurangnya air seat capacity dan penerbangan langsung (direct flight) baik dari penerbangan Internasional ke Indonesia maupun ke destinasi wisata yang ada di daerah, serta kurang siapnya destinasi dalam hal aksesibilitas untuk lebih meningkatkan tingkat kunjungannya. 3. Belum optimalnya kemitraan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta termasuk masyarakat (public and private partnership) . 4. Masih adanya isu – isu negatif mengenai kondisi kemananan dan lingkungan yang terjadi di Indonesia. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Upaya – upaya kerjasama pemasaran atau co-marketing dengan pihak-pihak berikut ini :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
44
a. Maskapai penerbangan (airlines). b. Bank/Lembaga Keuangan. 2. Upaya-upaya pemasaran yang terintegrasi dilakukan bersama-sama dengan pihak swasta. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM terutama di bidang pariwisata. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 810.717.994.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 733.706.614.670,- atau hanya sebesar 90,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 93,49%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
2
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional”, ditandai oleh banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan semakin banyaknya usaha-usaha di bidang pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan tenaga kerja di bidang tersebut. a. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata, yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Sektor pariwisata memberi dampak yang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenaga
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
45
kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu wisata dan penginapan). Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
8,03
9,77
122
Target jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata adalah 8,03 juta orang. Dari target tersebut, didapatkan angka realisasi sebesar 9,77 juta orang atau tercapai 122%. Pariwisata terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja baik tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan pariwisata. Dengan semakin tingginya jumlah usaha pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan sektor pariwisata terhadap jumlah tenaga kerja. b. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional merupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Jumlah pekerja nasional adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Indikator ini merupakan cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaan lapangan kerja (penurunan tingkat pengangguran) dan pengurangan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor kepariwisataan, dimana semakin tinggi nilai kontribusi, maka semakin tinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
46
Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 2.
Target
Realisasi
Capaian (%)
7,00
8,81
126
Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional” mencapai 8,81%. Indikator ini merupakan perbandingan jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata terhadap total tenaga kerja secara keseluruhan. Data tenaga kerja di bidang pariwisata pada tahun 2012 adalah sebesar 9.27 juta orang. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa tenaga kerja sektor pariwisata menyumbang sebesar 8.81% terhadap total tenaga kerja nasional. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata, antara lain Fasilitasi Bimbingan Teknis Usaha Pariwisata, advokasi Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan penyusunan rancangan Permen standar usaha pariwisata. c. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata Kualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja dapat diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung,
dan
tenaga
kerja
ikutan
sektor
pariwisata.
Produktivitas
yang
dimaksudkan merupakan rasio antara dampak upah yang terbentuk melalui mekanisme efek pengganda di seluruh sektor ekonomi yang terkait pariwisata sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 3.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)
Target
Realisasi
Capaian (%)
12,66
34,60
273,3
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
47
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata” mencapai Rp 34,60 juta/TK/tahun. Penghitungan produktivitas tenaga kerja adalah besaran realisasi nominal PDB sektor pariwisata dibagi jumlah tenaga kerja sektor pariwisata per tahun. Data PDB sektor pariwisata tahun 2012 adalah sebesar 321.57 trilliun rupiah. Jika data PDB tersebut dibagi jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata, maka nilai produktivitas yang didapat adalah sebesar 34.60 juta/tenaga kerja. Angka tersebut menunjukkan bahwa capaian kinerja Ditjen PDP tercapai 273.3%. Tingginya nilai produktivitas tenaga kerja mengindikasikan bahwa pariwisata memiliki peran nyata dalam penyerapan tenaga kerja nasional dan memberikan sumbangsih langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan: 1. Bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat. 2. Kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata.
3
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi di sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendorong investasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancangan profil investasi destinasi pariwisata, koordinasi dengan instansi pemerintah terkait baik di tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasi pariwisata Indonesia. Semakin besar kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
48
investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasi pariwisata yang memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian di destinasi tersebut. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional, yaitu persentase nilai investasi di sektor pariwisata terhadap total nilai investasi nasional. Investasi oleh pemerintah dialokasikan untuk barang modal yang berada pada perwilayahan pembangunan kepariwisataan. Barang modal tersebut meliputi: (1) aksesibilitas pariwisata, misalnya: alat angkutan dan infrastruktur (jalan, jembatan dan pelabuhan); (2) fasilitas umum, misalnya: mesin dan peralatan, dan barang modal lainnya; (3) fasilitas pariwisata, misalnya: bangunan olah raga, rekreasi, hiburan, seni dan budaya dan bangunan bukan tempat tinggal. Sedangkan investasi oleh swasta biasanya dialokasikan untuk barang modal: bangunan hotel dan akomodasi, restoran, serta bangunan lainnya. Semakin tinggi persentase investasi pariwisata terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisata dan iklim usaha yang semakin baik. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
4,43
3,97
89,6
Investasi di bidang pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain dapat membuka lapangan kerja yang berimbas pada pengurangan pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam skala nasional, investasi di bidang pariwisata sangat menguntungkan dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Salah satu cara paling efektif untuk memaksimalkan pengembangan potensi pariwisata daerah adalah dengan menarik investor, baik dari dalam dan luar negeri untuk berinvestasi dalam bidang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik daya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
49
tarik dan kondisi pada masing-masing daerah. Pada tahun 2012, total investasi pariwisata dari sektor hotel dan restoran serta sektor jasa lainnya hingga Bulan September adalah sebesar 986.55 juta USD. Nilai investasi pariwisata tersebut menyumbang 3.97% dari total investasi nasional (24,820.26 juta USD). Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Promosi investasi bidang pariwisata melalui: a. Partisipasi dan pelaksanaan ASEAN Tourism Investment Forum Pada tanggal pada tanggal 7-8 November 2012, dilaksanakan ATIF di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Delegasi yang hadir pada ATIF 2012 berasal dari 6 negara, yaitu: Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Vietnam, serta perwakilan dari ASEAN China Centre (ACC). Sementara Singapura, Laos, Filipina, dan Brunei Darussalam berhalangan hadir. Pada ATIF 2012, masing-masing delegasi memaparkan potensi investasi pariwisata di negaranya, serta dilakukan business meeting dengan investor. Beberapa perkembangan positif yang terjadi pada ATIF 2012 ini antara lain: 1) Pengusaha dari Vietnam tertarik untuk melakukan investasi marina di kawasan Lombok Tengah; 2) Delegasi Kamboja telah bertemu dengan pihak PT. BWJ untuk menawarkan kawasan Tanjung Lesung kepada investor Kamboja; 3) Delegasi dari Malaysia (Malaysia Investment Authority) membuka kesempatan untuk pertemuan lebih lanjut dalam rangka melakukan kerjasama promosi investasi pariwisata antara Malaysia dan Indonesia; 4) Untuk delegasi ASEAN China Centre telah menyatakan untuk membantu mempertemukan investor China dan pengembang kawasan pariwisata di Indonesia maupun negara ASEAN lainnya; 5) PT. ESL segera melakukan investasi pada lahan seluas 400 Ha, yang berada di dalam kawasan pemanfaatan hutan seluas 3000 Ha di
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
50
Kawasan Tanjung Ringgit, Lombok Timur. PT. ESL tertarik untuk konsep Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di kawasan dimaksud; 6) PT. BWJ menyatakan ketertarikannya terhadap kawasan Lombok Utara, Sumbawa dan kawasan sekitar Senggigi; 7) PT. Indo Sight akan melakukan penawaran proyek investasi pariwisata kepada jaringan investor mereka. b. Partisipasi Pada Event Investasi Pariwisata (TTI) Kegiatan partisipasi dalam even investasi pariwisata di luar negeri pada tahun 2012 dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan promosi antara lain: 1) Even Annual Investment Meeting, di bulan April 2012 di Dubai – Uni Emirat Arab 2) Even Tourism Trade Investment di 3 kota Madrid, Sevilla dan Barcelona – Spanyol pada akhir bulan Mei 2012, yang bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal. 3) Business
Meeting
dengan
diselenggarakan di Tokyo
potensial –
investor
di
luar
negeri
Jepang berupa pertemuan dengan
prospektus Usaha Kawasan Pariwisata, serta Keidanren (organisasi KADIN di Jepang) Jepang, dan membahas tentang prospektus investasi pariwisata di Indonesia dan mengundang investor Jepang. 4) Business meeting di Seoul – Korea Selatan, berupa pertemuan dengan pihak Samsung C&T yang membahas prospektus investasi pariwisata khususnya Bandara di Panimbang – Banten dan Majalengka – Jawa Barat dan Jalan Tol menuju Tanjung Lesung. 5) Business meeting di Indonesia dengan DAMAC HOLDING Co. – Dubai. Kunjungan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, pada bulan Juli dan November 2012. Daerah potensial investasi pariwisata yang dikunjungi adalah Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung – Banten, Mandalika – Nusa Tenggara Barat, dan Lagoi Bay – Pulau Bintan. c. Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media Pada tahun 2012, salah satu upaya peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata adalah melalui kegiatan “Promosi Investasi Melalui Media”, yang LAK — KEMENPAREKRAF 2012
51
dilakukan secara bertahap selama 5 edisi di Majalah Travel Club dan Indonesia Tourism Review. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan awareness masyarakat dan potensial investor terhadap peluang investasi pada beberapa kawasan/daerah di Indonesia yang potensial. d. Promosi Investasi Melalui Event (ITID/Indonesia Tourism Investment Day) Pada tanggal 22 Oktober 2012 di Hotel J.W Marriott Jakarta diselenggarakan even Indonesia Tourism Investment Day (ITID) 2012 yang bertujuan untuk menginformasikan peluang investasi pariwisata di Indonesia kepada investor potensial yang berasal dari dalam dan luar negeri. Pada kegiatan ITID 2012, ditandatangani nota kesepahaman antara: 1) PT. Banten West Java dengan Long Life International Business Investment, Co. tentang Providing & Managing Senior Housing in Tanjung Lesung. 2) PT. Banten West Java dengan Damac Holding Company tentang Tanjung Lesung Development. 3) PT. Bali Tourism Development Corporationd dengan PDAM tentang Penyediaan Sarana Air Bersih di Kawasan Mandalika 4) Nilai investasi yang terjadi pada kegiatan ITID 2012 ini diperkirakan Rp 2 triliun. ITID 2012 diselengggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Forum ini dihadiri oleh calon investor yang terdiri dari CEO, pengembang properti pariwisata di Indonesia, KADIN, Chambers of Commerce dari negara-negara ASEAN, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat. Sementara dari Indonesia hadir perwakilan dari 7 Pengelola Kawasan Pariwisata (Anggota Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia/AKPI), 6 Kabupaten/Kota, serta 2 potensi investasi yaitu di kawasan pulau kecil dan di kawasan kehutanan.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
52
4
Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia”, ditandai oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata. Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan kunjungan ke Indonesia adalah 8.044.462. Indikator
yang
digunakan
untuk
mengukur
meningkatnya
devisa
dan
pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah: Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara, Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan, dan jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan. a. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara. Penerimaan devisa dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelum berwisata (pre-trip expenditure), selama berwisata (trip-expenditure), dan sesudah berwisata (post-trip expenditure). Pengeluaran pre-trip dan post-trip meliputi hotel dan akomodasi, restoran dan sejenis, angkutan domestik, BPW dan pramuwisata, serta produk non makanan. Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip, ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata di Indonesia, seperti jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani. Dalam konteks wisman, pengeluaran pre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum perjalanan wisata ke Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di negara asal wisman setelah kembali dari Indonesia. Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
53
nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)
Target
Realisasi
Capaian (%)
8,96
9,12
101,7
Pada tahun 2012, penerimaan devisa dari segi pariwisata sebesar 9.12 US$ Milliar atau tercapai sebesar 101,7% sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Meningkatnya devisa wisatawan disebabkan oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata meningkat. b. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk mampu menarik wisman yang berkualitas, namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011, terjadi peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk kepariwisataan lokal. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
54
nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi semakin meningkat dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 2.
Target
Realisasi
Capaian (%)
171,50
171,50
100
Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara” mencapai Rp 171,50 triliun. Pengeluaran wisatawan merupakan faktor penting dalam pembangunan kepariwisataan. Semakin tinggi jumlah yang dikeluarkan oleh wisatawan, maka semakin besar pula pemasukan untuk negara dari segi pariwisata. Sejalan dengan hal itu, maka kesejahteraan masyarakat pun akan semakin meningkat. Indikator “Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara” berupa Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara pada tahun 2012 sebesar Rp. 171.5 trilliun atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengeluaran
wisatawan
nusantara
tercapai
100%.
Tercapainya
nilai
total
penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan wisata ke berbagai daya tarik wisata yang ditawarkan. c. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan Jumlah
pengeluaran
per
wisman
per
kunjungan
merupakan
rata-rata
pengeluaran wisman di Indonesia pada setiap kunjungan ke Indonesia. Yang dimaksudkan sebagai kunjungan adalah seluruh kegiatan perjalanan wisatawan sejak tiba di Indonesia hingga kembali ke negara asal wisatawan tersebut, sehingga walaupun wisatawan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah di Indonesia selama selang waktu kedatangan dan keberangkatan, wisatawan tersebut akan terhitung sebagai satu kunjungan. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisman di
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
55
Indonesia per kunjungan, maka semakin besar pula potensi devisa yang akan diperoleh negara. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 3.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)
Target
Realisasi
Capaian (%)
1.101
1.133,81
103,07
d. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan merupakan ratarata pengeluaran wisatawan nusantara dalam setiap perjalanan wisata yang dilakukannya. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan, maka semakin besar pula potensi pendapatan negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat di lokasi destinasi pariwisata. Data rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (modul perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan Susenas. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf. Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 4.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)
Target
Realisasi
Capaian (%)
700
700
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan” mencapai Rp 700 ribu atau tercapai 100%.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
56
5
Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara”, merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan kepariwisataan Indonesia. Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2012 mencapai 8,04 juta sedangkan angka realisasi kedatangan wisman selama periode Januari – November 2012 tercatat sudah mencapai 7,3 juta orang atau sekitar 91,25 % dari target kedatangan wisman tahun 2012. a. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia Jumlah wisman ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap potensi devisa yang akan diperoleh oleh negara. Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal dari wilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal 6 (enam) bulan, dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, dan keagamaan. Jumlah wisman dihitung melalui pengumpulan kartu Embarkasi/ Disembarkasi yang dilakukan di 73 pintu masuk Indonesia18 berdasarkan negara tempat tinggal wisatawan
tersebut.
Pengumpulan
kartu
E/D
73 pintu masuk Indonesia berada diseluruh area negara, terdiri dari 47 pelabuhan laut; 19 bandar udara; 3 jalur darat; serta 4 pintu masuk utama: Soekarno-Hatta (Jakarta), Ngurah Rai (Bali), Polonia (Medan) dan Sekupang (Batam).
dilakukan oleh Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, yang kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS dalam buku Number of Foreign Visitor Arrivals to Indonesia setiap tahunnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara adalah
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
57
Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dan Jumlah perjalanan wisatawan nusantara. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 1.
Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
8
8,04
100.5
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 8,04 juta orang, seluruhnya telah tercapai. Indikator “Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia” terlihat jelas bahwa pencapaian kunjungan wisatawan pada tahun 2012 meningkat di bandingkan dari tahun sebelumnya. Pencapaian ini juga melebihi dari target yang telah ditentukan yaitu sebesar 8 juta wisatawan dengan total jumlah kunjungan sebesar 8.044.462 wisatawan mancanegara. Pertumbuhan
wisatawan
mancanegara
secara
kumulatif,
wisatawan
mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk bulan Januari s.d. Desember 2012 berjumlah 8.044.462 wisatawan mancanegara atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16% dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011 berjumlah 7.649.731 wisatawan mancanegara. Berdasarkan kebangsaan secara kumulatif, wisatawan mancanegara bulan Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011 tercatat yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu: Mesir sebesar 31,21%, China sebesar 25,40%, Uni Emirat Arab sebesar 21,16%, Thailand sebesar 12,76% dan Philipina sebesar 10,11%. Pertumbuhan wisatawan mancanegara secara kumulatif, pada tiga pintu masuk utama bulan Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011, yaitu: Ngurah Rai meningkat 4,07%, Soekarno-Hatta meningkat 6,25% dan Batam meningkat 5,00%.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
58
Grafik III.2 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA 900,000 800,000
652,692 600,000 500,000
745,451
695,531
700,000
548,821
658,602 592,502 568,057
598,068
626,100 608,093
650,883 674,402
683,584
766,966 724,539
693,867
688,341
634,194
701,200
650,071
656,006
654,948
621,084
600,191
2012 400,000
2011
300,000 200,000 100,000 0,000 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin, Kemenparekraf 2012)
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut,berbagai upaya telah dilakukan untuk menarik wisatawan mancanegara, antara lain menyelenggarakan event-event internasional, mempromosikan dan menjual paket-paket insentif pariwisata minat khusus. Promosi terutama dilakukan kepada pasar utama Indonesia yang menyumbang wisatawan paling banyak dan letaknya paling berdekatan dengan Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Event-event yang mendukung peningkatan kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia, antara lain : 1. TOURNAMENT OF ROSES, 2-3 Januari 2012, Pasadena - Amerika Serikat Tournament of Roses 2012 dengan tema “Just Imagine”, merupakan penyelenggaraan yang ke 123 kalinya sejak pertama kali di selenggarakan pada tahun 1890 setiap awal Tahun Baru dan selalu dinantikan oleh publik penonton. Lokasi pelaksanaan yang telah dikenal luas, yakni Pasadena, merupakan salah satu lokasi terbaik untuk berpromosi dan menyebarkan berbagai informasi secara luas. Potensi penonton di dunia diperkirakan + 300 juta penonton, penonton di Amerika Serikat + 38 juta penonton dan penonton yang datang langsung menyaksikan + 2 juta penonton. Float atau kendaraan pawai Indonesia merupakan satu-satunya float yang mengatasnamakan negara melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemkot LAK — KEMENPAREKRAF 2012
59
Pagaralam, Sumatera Selatan. Sementara untuk float peserta lainnya mayoritas digawangi oleh perusahaan antara lain seperti Taiwan oleh China Airlines dan Thailand oleh perusahaan Dole. Dengan tema “Wonderful Indonesia”, Indonesia menampilkan dua float, yakni main float berwujud Garuda Wisnu Kencana, yang memiliki tinggi 30 kaki, lebar 18 kaki dan panjang 45 kaki. Sementara untuk satellite float berwujud penari dari Pagaralam memiliki tinggi 16 kaki, lebar 14 kaki dan panjang 14 kaki. Indonesia meraih penghargaan tertinggi ke-empat, yakni President’s Trophy yang merupakan penghargaan untuk kategori peserta dengan penggunaan bunga yang paling efektif dengan presentasi yang baik. 2. ASEAN TOURISM FORUM (ATF), 8 – 15 Januari 2012, Manado, Sulawesi Utara ASEAN Tourism Forum merupakan event regional di kawasan ASEAN yang bersifat internasional, dilaksanakan setiap tahun secara bergiliran menurut alphabet. Pada tahun 2012 ini, ATF ke-31 berlangsung pada tanggal 8-15 Januari 2012,dilaksanakan di Indonesia dengan mengambil tempat Manado, Sulawesi Utara. ASEAN Tourism Forum 2012 dihadiri oleh 1.779 delegasi dari berbagai Negara meliputi; 443 buyers dari 51 negara (336 buyers dan 103 delegasi dagang), 174 media dari 37 negara (internasional & nasional), 896 sellers dari 10 negara ASEAN dan 270 delegasi VIP/NTO dari 15 negara. ATF 2012 meliputi 2 kegiatan
yaitu:
NTOs
meeting
yang
dilaksanakan pada tanggal 8-12 Januari 2012 dan Travel Exchange (Travex) dilaksanakan pada tanggal 13-15 Januari 2012. Opening Ceremony dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2012 bertempat di Convention Center, Grand Kawanua. Dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Dr. Budiono, dihadiri oleh lebih kurang 1.600 undangan terdiri dari Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri dari 10 negara ASEAN dan Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri dari Jepang, Korea, dan India, NTOs delegasi, buyers, sellers, media dan tuan rumah.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
60
3. VAKANTIEBEURS, 10 - 15 Januari 2012, Jaarbeurs, Utrecht - Belanda Vakantiebeurs
merupakan
salah
satu
bursa pariwisata internasional terbesar di Belanda. Event tersebut merupakan suatu wadah yang memberikan kesempatan bagi kalangan industri pariwisata (travel agent, hotelier, penerbangan) seluruh dunia untuk mengembangkan hubungan bisnis baru di bidang pariwisata sekaligus memelihara dan meningkatkan hubungan bisnis yang sudah ada secara efektif dan efisien. Paviliun Indonesia terletak di Hall 1. Musisi sasando dan penyanyi serta coffee corner selalu
ramai
mendapat
pengunjung
selama
berlangsung.
Keikutsertaan
perhatian
Vakantiebeurs Indonesia
pada Vakantiebeurs diwakilkan oleh 19 perusahaan, termasuk 5 tour operator dan 1 majalah wisata dari Belanda. Pavilion Indonesia memiliki 2 counter Informasi didepan dan di belakang dan satu counter untuk coffee corner. Pelayanan informasi adalah dari Kemparekraf, Putri Pariwisata dan dibantu oleh beberapa mahasiswa yang belajar di Belanda. Pengunjung Vakantiebeurs yang mendatangi Paviliun Indonesia banyak yang menanyakan informasi spesifik mengenai Jawa dan Bali serta Maluku dan Papua.
4. ITB BERLIN, 7-11 Maret 2012, Berlin, Jerman Kegiatan ITB Berlin 2012 merupakan travel expo terbesar di dunia diikuti oleh 10.644 exhibitor dari 187 negara di dunia dengan area seluas 160.000 m 2 dan jumlah 172.132 pengunjung Exhibitor. Kegiatan rutin yang dilaksanakan di Paviliun Indonesia dari tanggal 7-11 Maret 2012, meliputi Business meeting di 62 meja exhibitor; Demo membatik oleh 1st Runner Up Putri Batik Nusantara; Coffee Corner oleh BANDAR KOPI; Cultural Performance: permainan biola sambil menyanyikan lagu-lagu daerah Indonesia dan lagu-lagu populer mancanegara oleh 1st Runner Up Putri Batik Nusantara; persembahan tari jaipong kontemporer oleh Putri Pariwisata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
61
Indonesia
2011;
persembahan
tarian
daerah Papua, Bali, dll oleh tim kesenian persembahan KBRI Berlin dan Pemerintah Daerah Papua & Bali; dan Information desk dengan Putri Pariwisata, Putri Batik Nusantara, Abang & None Jakarta sebagai pemberi informasi; Setiap perusahaan rata-rata mendapatkan 28 prospective agreement dengan jumlah perolehan rata-rata 7.313 wisman. Sehingga perkirakan total devisa yang dapat diperoleh dari keikutsertaan Indonesia pada event tersebut, sebagai berikut: Total wisman yang dihasilkan = 28 x 7.313 = 208.061 wisman. Apabila dengan asumsi pengeluaran per kunjungan US$ 1.118 maka total devisa yang diharapkan adalah US$ 232.612.198 atau Rp. 2.140.000.000.000 atau 2,14 triliyun. Jadi ekspektasi devisa yang dihasilkan dari keikutsertaan Indonesia pada ITB Berlin 2012 sebesar Rp. 2,14 triliyun. Selain press conference, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga diwawancarai secara eksklusif oleh beberapa media cetak dan elektronik. Sama seperti tahun 2011, Indonesia mendapatkan penghargaan Go Asia Award 2012, yaitu “Cerftificate of Achievement” sebagai Ranking ke-3 “Most Popular Destination in Asia”. 5. CRUISE SHIPPING MIAMI (CSM) 2012, 12 – 16 Maret 2012, Miami, Florida, USA Cruise Shipping Miami (CSM) 2012 merupakan Pameran Internasional Industri Kapal Pesiar dan Destinasi Wisata Bahari terbesar di dunia yang berlangsung di Miami Beach Convention Center, Miami, Florida, USA. Program kegiatan yang dilaksanakan Pameran
oleh
Internasional
Indonesia Cruise
pada Shipping
Miami
(CSM)
2011
terdiri
dari:
Pameran/Exhibition meliputi pelayanan informasi dan pendistribusian bahan promosi pariwisata Indonesia, souvenir, goodie bag dan informasi; Travex/Travel Exchange; Awareness Campaign (Indonesia memasang iklan pada hari kedua dan ke-3 dalam LAK — KEMENPAREKRAF 2012
62
CSM Daily News); Indonesia Gathering dilaksanakan pada hari Rabu,14 Maret 2012 di Pavilion Indonesia yang dihadiri sekitar lebih 300 orang undangan terdiri dari cruise lines, travel agent dan lain-lain. Kehadiran Menparekraf pada event ini membawa dampak positif bagi para Cruise Liners untuk memprogramkan Indonesia sebagai destinasi dari kapal pesiar dunia. 6. FLORIADE 2012, 5 April – 7 Oktober 2012, Venlo, Belanda Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berpartisipasi pada kegiatan Floriade 2012 yang diselenggarakan pada tanggal 5 April – 7 Oktober 2012 di Kota Venlo, Belanda. Venlo 2012 Holland World Expo-Floriade 2012 merupakan expo berskala besar kelas dunia yang berlangsung selama 6 bulan. Event tersebut dibuka secara resmi oleh Ratu Beatrix. Floriade 2012 merupakan event 10 tahunan dan tahun ini merupakan
keikutsertaan
Indonesia
yang
ketiga kalinya setelah tahun 1992 dan 2002. Pada
Floriade
2012,
Indonesia
akan
menampilkan berbagai peluang pariwisata, perdagangan, dan investasi sebagai upaya memperkenalkan budaya dan pariwisata, meningkatkan ekspor serta menarik investasi ke Indonesia. Serangkaian acara pagelaran seni Arumba pimpinan Saung Udjo dipentaskan sepanjang hari. Tari-tarian tradisional nusantara juga dipentaskan di panggung paviliun Indonesia. Serangkaian dengan itu juga dilaksanakan perlombaan membatik yang diikuti oleh peserta asing. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 204.023.971.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 191.991.935.873,- atau hanya sebesar 94,10%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 101%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. b. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara Jumlah wisnus sangat berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat di mana destinasi berada.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
63
Wisnus adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria: (1) mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial tidak memandangapakah menginap atau tidak menginap di hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih/kurang dari 100 km (PP); (2) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial tetapi menginap dihotel/penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari 100 km (PP); dan (3) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100 km (PP). Data jumlah wisnus diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap 3 bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 bulan sejak bulan publikasi, yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 2.
Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)
Target
Realisasi
Capaian (%)
245
245
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah perjalanan wisatawan nusantara” mencapai 245 juta perjalanan. Indikator “Jumlah perjalanan wisatawan nusantara”, pada tahun 2012 perjalanan wisnus diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3.48% dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700 ribu rupiah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, perkembangan perjalanan wisatawan nusantara selalu meningkat tiap tahunnya. Dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut ini :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
64
Tabel III.3 PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA TAHUN
JUMLAH PERJALANAN (ribuan)
PENGELUARAN PER PERJALANAN (ribu Rp)
TOTAL PENGELUARAN (triliun Rp)
2001
195.771
324,58
58,71
2002
200.590
343,09
68,82
2003
207.120
373,56
70,87
2004
202.763
383,85
71,70
2005
198.359
398,97
74,72
2006
204.553
431,24
88,21
2007
222.389
489,95
108,96
2008
225.041
547,33
123,17
2009
229.731
600,30
137,91
2010
234.377
641,76
150,41
2011
236.752
662,68
156,89
2012*)
245.000
700,00
171,50
Sumber : BPS Ket : *) Angka estimasi Kemenparekraf
Grafik III.2 PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA
Pencapaian jumlah perjalanan wisnus yang diperoleh selama setahun ini disebabkan banyaknya liburan ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/Sabtu, Minggu dan Senin) selain adanya liburan nasional. Selain itu faktor lainnya adalah munculnya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
65
orang kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi juga teknologi informasi dan berkembangnya konektivitas antar pulau melalui angkutan udara. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. ASEAN JAZZ FESTIVAL, 22 - 23 JUNI 2012, Habour Bay, Batam, Kepulauan Riau ASEAN JAZZ FESTIVAL 2012 (AJF) merupakan event tahunan yang ke-4 diselenggarakan oleh Kemenparekraf di Batam, melibatkan 50 musisi dari Negara : Amerika, Kanada, Republik Chech, Hungaria, Belanda, Venezuela, Spanyol, Italia, Vietnam, Filipina. Sebagai Festival Director adalah maestro musik Indonesia Dwiki Dharmawan dengan WPE (World Peace Ensemble). Konsep event ini diarahkan untuk menggerakkan perjalanan wisnus sekaligus sebagai AJF 2012 yang digelar
selama 2 hari, dengan 3 panggung, dihadiri lebih kurang 28.000 orang diantaranya ajang menarik wisman khususnya Singapura dan Malaysia ke Batam.wisman dari Malaysia dan Singapura. Keunikan Asean Jazz keempat ini menampilkan perpaduan antara musik jazz dan musik tradisional. Opening Ceremony dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Walikota Batam, Ketua Batam Tourism Board, Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Kepri, dan diliput oleh Media TVRI, SCTV, Trans TV, Trans 7, TV3 Malaysia, Kompas, Antara, Republika, Sindo, Sriwijaya Inflight Magazine, dan media lokal.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
66
2. INTERNATIONAL COFFEE FESTIVAL, 15 - 16 September 2012, Musium Puri Lukisan, Ubud - Bali INTERNATIONAL
COFFEE
FESTIVAL
yang
dilaksanakan di Daerah Ubud Propinsi Bali, Maharani Production dan Panitia pelaksana dari Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Keatif sepakat menggunakan 4 tempat/lokasi yaitu Museum Lukisan/Puri Lukisan, Puri Sarean, Royal Pita Maha, dan perkebunan Kopi. International Coffee Festival dibuka secara resmi oleh Bapak Putu Laksa Guna selaku Irjen Kementrian Parekraf. ICF bertujuan mempromosikan kopi Indonesia yang terkenal dengan keragamaan dan kekayaan varian dan cita rasa. “Kami juga ingin mendorong kopi Indonesia supaya lebih dicintai di negerinya sendiri. Maka bukan saja petani kopi yangakan terangkat harkat
martabatnya
kesejahteraan,
daerah
dan
memiliki
penghasilkopi
di
Indonesia juga akan berpotensi sebagai kawasan
agrowisata,
sehingga
dapat
tercapainya eco tourism yang merupakan Ekonomi Kreatif dan go green.” Agrowisata merupakan kegiatan wisata yang berlokasi di kawasan pertanian atau perkebunan. Di agrowisata, wisatawan akan diberi kesempatan untuk mengunjungi perkebunan, melihat proses penanaman hingga panen. Biasanya kebun-kebun yang dikunjungi khususnya perkebunan Kopi. Sehingga taraf kesejahteraan petani kopi Indonesia akan meningkat. Maka, mulai saat ini sebaiknya kita menjadi penikmat kopi dalam negeri. Penyelenggaraan International Coffee Festival dilaksanakan di 4 tempat/lokasi yaitu Museum Lukisan/Puri Lukisan, Puri Sarean, Royal Pita Maha, dan perkebunan Kopi Ubud – Propinsi Bali pada tanggal 15-16 September 2012 yang dihadiri oleh 50 orang yang terdiri dari 38 orang peserta yang mengikuti Barista Workshop dan 12 orang peserta yang mengikuti Bali Orign Tour (Kunjungan Ke Kebun Kopi), serta terdapat 11 peserta booth dan 14 peserta dari berbagai media.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
67
Adapun beberapa kegiatan yang mendukung pencapaian target meningkatnya jumlah wisman dan perjalanan wisnus, diantaranya adalah sebagai berikut :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
68
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 77.381.435.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 73.896.144.095,- atau hanya sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
6
Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
World Economic Forum (WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Travel and Tourism Competitiveness Report yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negara lain di dunia, yang dihitung melalui rata-rata kinerja kepariwisataan suatu negara berdasarkan 14 pilar yang digunakan sebagai dasar penilaian. Semakin tinggi nilai daya saing kepariwisataan
Indonesia
(skala
maksimum
7),
maka
diharapkan
dapat
meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia yang akhirnya dapat berdampak kepada peningkatan kunjungan wisman ke Indonesia. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia, dapat diukur dengan indikator: daya saing kepariwisataan Indonesia, dan Jumlah lokasi Kawasan Strategis
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
69
Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization(DMO)). a. Daya saing kepariwisataan Indonesia Nilai daya saing kepariwisataan Indonesia diperoleh melalui hasil survei yang dilakukan oleh WEF dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI). Indeks ini membandingkan daya saing kepariwisataan negara-negara di dunia menggunakan 14 pilar penilaian. Pada sebagian pilar, Kemenparekraf berperan sebagai leading sektor, sementara di pilar lainnya,
Kemenparekraf perlu
berkoordinasi dengan Kementerian untuk mendorong pembangunan di sektor yang terkait kepariwisataan. Semakin baik nilai daya saing, maka diharapkan semakin baik pula citra kepariwisataan Indonesia, sehingga mampu menarik lebih banyak wisatawan ke Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
Capaian (%)
4,04
4,03
99,7
Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)
Daya saing atau competitiveness kepariwisataan Indonesia dinilai dari Tourism and travel index competitiveness. Pada tahun 2012, data WEF menunjukkan adanya peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia dari nilai 3.96 di peringkat 74 menjadi 4.03 di peringkat 70. Dapat disimpulkan target daya saing kepariwisataan Indonesia tercapai sebesar 99,7%. Indikator “Daya saing kepariwisataan Indonesia” berupa penilaian daya saing kepariwisataan, kepariwisataan Indonesia dinilai dari sumber daya alam dan budaya yang dimiliki. Selain itu, Indonesia dinilai kompetitif dalam hal persaingan harga, baik hotel, tiket, airport tax maupun harga bahan bakar. Daya saing kepariwisataan Indonesia pada tahun 2011 menempati posisi ke 74 dari 139 negara. Pada tahun 2012 tidak dilakukan penilaian terkait daya saing kepariwisataan. Asumsi pencapaian target tersebut diperoleh karena berbagai kegiatan dilakukan untuk pencapaian indikator tersebut, antara lain:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
70
1. Rapat koordinasi pariwisata nasional, 2. Destination review, 3. Penataan fasilitas di daya tarik wisata, 4. Penyusunan standar usaha, 5. Advokasi tata cara pendaftaran usaha, 6. Penyusunan travel pattern, 7. Fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi, 8. Pengelolaan destinasi pariwisata (DMO), 9. Aktivasi zona kreatif, 10. Pemetaan wisata kuliner Indonesia, 11. Pengembangan 7 wisata minat khusus dan MICE, 12. Pengembangan desa wisata, 13. Bimtek sadar wisata.
b. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan
kualitas
tatakelola
destinasi
(Destination
Management
Organization(DMO)) Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi dihitung melalui lokasi yang difasilitasi dengan
skema
peningkatan
gerakan
kesadaran
kolektif
stakeholders,
pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan organisasi pengelolaan destinasi pariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola destinasi (DMO) dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan berkelanjutan melalui pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator lokasi DPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Kemenparekraf untuk mewujudkan peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaan kepada pemangku kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konsep tata kelola destinasi yang berkualitas di lokasi DPN. Semakin banyak lokasi DPN yang difasilitasi maka
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
71
semakin besar masyarakat yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata dengan tata kelola yang baik. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 2.
Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization(DMO)) (Lokasi)
Target
Realisasi
Capaian (%)
15
15
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO))” mencapai 15 lokasi, atau dengan capaian sebesar 100%. Indikator “Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)” berupa lokasi/cluster. Kelima belas lokasi/cluster tersebut antara lain Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), BromoTengger-Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua). Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Asistensi Pengelolaan Destinasi Pariwisata (DMO) Program Destination Management Organization (DMO) sejak tahun 2010 dilaksanakan secara berkelanjutan berbasiskan proses (dimulai dari perencanaan hingga operasional dan pemantauan) dalam perspektif Destination Management System melalui pembentukan dan pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata atau DMO. Lokasi pilihan yang dikembangkan dengan menerapkan konsep DMO, yaitu: Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-TenggerLAK — KEMENPAREKRAF 2012
72
Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), KomodoKelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua). Fasilitasi
tata kelola destinasi (Destination Management Organization/DMO)
pada tahun 2012 dilakukan melalui aktivitas sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Management Training DMO Dalam rangka optimalisasi
kualitas pengelolaan destinasi pariwisata melalui
pembentukan dan pengembangan DMO dinilai perlu untuk melaksanakan Management Training DMO
untuk memperkuat kompetensi personil
yang
terlibat dalam kegiatan pembentukan dan pengembangan DMO. Management Training DMO juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi/kecakapan konsep, pengetahuan, skill, leadership yang luas tentang DMO. Kegiatan Management Training DMO diselenggarakan 3 (tiga) kali di Jakarta dengan target peserta antara lain : Dinas Pariwisata di 15 lokus DMO Pokja DMO (fasilitator destinasi, fasilitator lokal, pelaksana teknis) LSM, akademisi, peneliti, asosiasi Pola partisipasi DMO diharapkan terjadi dengan dukungan dan peran seluruh stakeholder, pemerintah, pihak swasta maupun masyarakan di destinasi. 2. Konferensi Nasional DMO Konferensi Nasional DMO 2012 diselenggarakan untuk ke-3 (tiga) kalinya di Hotel Niagara Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara dengan tema ”menuju pengelolaan destinasi pariwisata yang berkelanjutan (Towards Sustainable Destination Management)”. Konferensi ini ditujukan untuk mewujudkan sinergi tata kelola destinasi diantara seluruh stakeholders pariwisata, membangun komunikasi lintas sektor dan daerah, melakukan sharing best practices tata kelola destinasi, mengukur dan menilai perkembangan/kemajuan setiap DMO, meningkatkan partisipasi dan intervensi stakeholders dan masyarakat dalam pengelolaan destinasi pariwisata, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pemerintah daerah dalam tata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
73
kelola destinasi pariwisata di Indonesia dan mendiseminasikan pengembangan tata kelola destinasi pariwisata di Indonesia. Acara yang dihadiri perwakilan pemerintah daerah di 15 lokasi DMO, pihak industri pariwisata (swasta), masyarakat, kalangan akademisi serta 15 cluster DMO Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, dilanjutkan pada hari kedua dengan pilihan technical visit ke Geopark Samosir dan Tobasa (Museum TB Silalahi dan Taman Eden). 3. Fokus Aktivitas (Bimbingan Teknis, Stakeholder Meeting, dll) yang sudah Dilakukan pada Setiap Cluster DMO Pencapaian fasilitasi tata
kelola
destinasi selanjutnya adalah
pelaksanaan
aktivitas baik berupa bimbingan teknis, stakeholder meeting, atau lainnya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman
stakeholders dalam mengelola
destinasi yang berkualitas, menemukenali permasalahan dan menjawab permasalahan serta mengidentifikasi potensi pariwisata yang ada di 15 DMO. Fokus aktivitas dari setiap cluster antara lain : a. Sabang : Koordinasi penyusunan rencana kerja dengan WEH green tourism working group, stakeholder meeting, Pelatihan pembuatan sabun ramah lingkungan (eco-soap) dan pengembangan industri kreatif, pelatihan pelayanan prima bidang restoran dan rumah makan, pelatihan bidang housekeeping dan front office, Penguatan kelompok kerja, b. Toba : Stakeholder Meeting Tingkat Kabupaten, Koordinasi Penataan Tata Ruang Danau Toba dengan Kementerian PU, Koordinasi penyesuaian tarif jasa
angkutan
Samosir,
Koordinasi
dengan
kepala-kepala
desa
di
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan Kecamatan Ajibata, Workshop Lintas Sektor Tingkat Provinsi, Pelatihan peningkatan pelayanan prima (front office hotel dan food and beverages), Penyusunan Paket Wisata, Pelatihan peningkatan pelayanan pedagang buah, Pelatihan kewirausahaan dan pembuatan souvenir, Pelatihan untuk pemandu wisata di Kabupaten Toba Samosir, Penyusunan Tourism Management Plan Kabupaten Tobasa, Perencanaan Fasilitas pariwisata Kabupaten Tobasa, Pembuatan data baseline pariwisata Kabupaten Tobasa, Tes tour kepada buyers nasional dan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
74
internasional (Jelajah Danau Toba), Kampanye kebersihan lingkungan berupa clean-up sekitar Danau Toba dan pemasangan publikasi. c. Pangandaran : Workshop stakeholders Penyelarasan Langkah Strategis DMO, Pelatihan Pengembangan Pariwisata Daerah” untuk berbagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Ciamis, Stakeholder Meeting Persiapan
Penataan
Kawasan
Pangandaran
musim
Lebaran
2012,
Koordinasi Dengan Pemerintah Daerah, Lokakarya Pengembangan Produk Wisata
Baru,
Pengenalan
Produk
Pariwisata
Pangandaran
(Jelajah
Pangandaran 2012), Penyusunan Skenario Penataan Destinasi Wisata Pangandaran pada Libur Tahun Baru 2013, Stakeholder Meeting : Pangandaran Bersih dalam Libur Tahun Baru 2013. d. Kota Tua : Stakeholder Meeting pembentukan dan strukturisasi organisasi LWG, Assessment soft competency dan talent mapping LWG, Penguatan kerjasama LWG melalui team building dan outbound, Pemetaan potensi industri kreatif, Pelatihan industri kreatif untuk pemanfaatan limbah menjadi barang kerajinan, Pelatihan peningkatan kompetensi pemandu wisata lokal, Kajian strategis dalam penyusunan Tourism Management Planning. e. Borobudur : Sosialisasi Program DMO Borobudur Lintassektor, Strukturisasi dan perumusan anggaran
LWG DMO Borobudur, Penjajakan komitmen
dengan Bupati Magelang, Koordinasi program stakeholders dengan PT. Coca Cola Indonesia dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT. TWCBP-RB), Penyusunan Tourism Management Plan dan draft komitmen pengembangan tata kelola destinasi, Pelatihan pembibitan dan penghijauan, Pembentukan kelompok kerja di setiap desa wisata. f. Bromo-Tengger-Semeru : Stakeholder Meeting, Memberikan dukungan kepada kelompok kerja lokal dalam rangka persiapan upacara Yadnya Kasodo,
Pelatihan
pembuatan
cinderamata
untuk
pelaku
pariwisata
paguyuban pedagang kaki lima, Diskusi rencana penataan manajemen pengunjung di Bukit Penanjakan, Lautan Pasir dan Puncak Gunung Bromo. g. Bali Batur : Stakeholder Meeting, Pelatihan Tata Kelola Destinasi berbasis komunitas DMO kepada para stakeholders dan masyarakat di Kintamani,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
75
Studi banding Pengelolaan DTW Tanah Lot dan Seafood Kedonganan, Penyusunan Prosedur Standar Operasi Untuk Berbagai Aktivitas Wisata Di Kawasan Pariwisata Kintamani, Pelatihan Pengembangan Pariwisata DTW Kintamani Menuju Green Tourism melalui Community Based Tourism. h. Rinjani : Stakeholder Meeting untuk dukungan pengembangan destinasi berlangsung Penguatan
Senaru-Lombok teknis
kelompok
Utara kerja
dan melalui
Sembalun-Lombok perencanaan
Timur,
pariwisata
berkelanjutan, Identifikasi Potensi Pengembangan Produk Ekowisata, Koordinasi dan sosialisasi penyusunan perencanaan pariwisata di kawasan Gunung Rinjani. i. Flores : Promosi Flores di event ATF Manado, Peresmian sekretariat DMO oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pelatihan untuk TMO tentang sistem komputer, sitem keuangan, brand manual, promosi dan distribusi, Pembuatan master Plan Pariwisata Flores, Pembuatan Produk buku-buku Flores & Kartu Pos, Pertemuan Bupati se Flores di Surabaya, Pelatihan Guide & Service utk Home Stay dan Restaurant di desa wisata Moni – Ende, Pelatihan pembuatan Business Plan bagi TMO se Flores, Presentasi Business Plan di depan: Presidium, Pengurus TMO, Stakeholder, Advisory Board, Menteri pariwisata dan beberapa Bupati. j. Tanjung Puting : Penyusunan kegiatan tatakelola kunjungan, Pembuatan modul pelatihan pemandu berlisensi, Pelatihan pemandu SKKNI dan Pemandu Wisata Minat khusus, Pelatihan Pembuatan Paket wisata, Pelatihan online pariwisata melalui blog, Pelatihan untuk pemahaman tentang desa wisata dan kerajinan, Penyusunan SOP bersama dalam peningkatan pelayanan Klotok Wisata, Lokakarya lintas sektoral dan harmonisasi program kegiatan, Program penyadartahuan mengenai kawasan konservasi, pelestarian flora dan fauna serta kebudayaan dan adat istiadat kepada siswa sekolah serta masyarakat desa penerima PNPM mandiri pariwisata, Mengundang blogger pariwisata internasional dan nasional melalui
kegiatan
famtrip,
Pembuatan
media
online
(website)
www.ourangutan.com sebagai media komunikasi dan informasi, Penyusunan Tourism Management Plan (TMP), Perencanaan tatakelola daya tarik wisata Tanjung puting. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
76
k. Derawan
:
Stakeholder
Meeting,
Dukungan
Pencanangan
Gerakan
Indonesia Bersih (GIB) di pantai Derawan, Pencanangan Desa Derawan dan Maratua menjadi Desa Wisata oleh Menparekraf, Penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif – Pemkab Berau-Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tentang Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pengembangan Destinasi Pariwisata di Kep. Derawan selama 5 tahun, Dukungan pelaksanaan KKN Tematik mahasiswa UGM untuk tahun pertama di P. Maratua, Pengenalan destinasi Pulau Derawan, pulau Sangalaki, dan Pulau kakaban kepada wartawan nasional melalui famtrip, Koordinasi lintas sektor, Pelatihan kecakapan mengemudi sarana angkutan
laut speed boat, Pelatihan
pengelolaan sampah menjadi souvenir berbasis komunitas kampung, Pelatihan dan sertifikasi selam untuk Guide Selam, Pelatihan keselamatan penyelaman kepada pemandu, Koordinasi Lintas Sektor untuk penyusunan workplan, Penyusunan Tourism Management Plan (TMP), Penguatan Kelompok Kerja Nasional, Perencanaan Fasilitas Pariwisata dan eksplorasi data serta dokumentasi. l. Bunaken : Stakeholder Meeting, Pelatihan pengelolaan sampah dan limbah sebagai upaya mereduksi jumlah sampah yang ada di kawasan TN Bunaken, Pelatihan pendataan pariwisata dan pembuatan website, Penyusunan alternatif destinasi wisata selain kawasan Bunaken, Pelatihan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam seperti buah jamlang, kenari serta kayu-kayu bekas menjadi sesuatu bernilai ekonomis. m. Toraja : Penandatangan Nota Kesepakatan DMO Toraja, Stakeholders Meeting: Sinergitas Program DMO, Pelatihan pengelolaan daya tarik wisata/destinasi pariwisata budaya dan parwiisata berkelanjutan, Pelatihan pengelolaan hotel non bintang, Dukungan Pelaksanaan pertemuan atau musyawarah orang Toraja “Toraya Makombongan”, Koordinasi Rencana Tata ruang KSN Toraja. n. Wakatobi : Penyelenggaraan Dialog
dan penyusunan draft kebijakan
bersama dalam upaya mendorong kebijakan daerah yang mengakomodir hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir & laut, LAK — KEMENPAREKRAF 2012
77
Penilaian dan pendataan desa wisata prioritas bekerjasama dengan Bank Mandiri dan British Council, Pelatihan home industry: pembuatan souvenir dari anyaman daun pandan, pengemasan home stay, Pelatihan pelayanan prima untuk hotel, Pelatihan selam untuk pemandu wisata khusus, Koordinasi Lintas Sektor. o. Raja Ampat : Pelatihan peningkatan kualitas kerajinan tangan tempurung kelapa purung kelapa dan pemberian dukungan peralatan, Pelatihan “hospitality” bagi pengusaha homestay local, Pelatihan pembuatan paket wisata homestay, Pelatihan kerajinan kerang mutiara dan pemberian dukungan alat-alat bagi penduduk yang tinggal di sekitar perusahaan kerang mutiara, Memfasilitasi stand informasi DMO pada pameran di festival Raja Ampat, Stakeholder meeting untuk mendorong pembentukan kelompok kerja di tingkat masyarakat dan asosiasi homestay local, Pembentukan LWG dan penyusunan Tourism Management Planning Raja Ampat.
7
Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata adalah Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata, Jumlah
desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata, dan
Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata, dapat diukur dengan indikator: Jumlah
lokasi
daya
tarik
di
Destinasi
Pariwisata
Nasional
(DPN)
yang
dikembangkan menjadi destinasi pariwisata; Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan
sebagai
desa
wisata;
dan
Jumlah
pola
perjalanan
yang
dikembangkan.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
78
a. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di setiap DPN terdapat KSPN/KPPN yang didalamnya terdapat beberapa daya tarik yang dapat dikembangkan. Setiap tahunnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengembangkan daya tarik wisata baik yang bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari daya tarik wisata yang ada. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 1.
Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)
Target
Realisasi
Capaian (%)
29
29
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata” mencapai 29 daerah. Berdasarkan Rencana induk pengembangan pariwisata nasional, pembangunan kepariwisataan diarahkan di 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Pada tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan 29 DPN yang akan dikembangkan secara bertahap baik perencanaan maupun pembangunan fasilitas pariwisata. Indikator “Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata” berupa pengembangan 29 daya tarik wisata tersebut, seperti DMO, bantuan TP/ Dekon, Travel Pattern, dll. Tujuan dari pengembangan ke-29 daya tarik tersebut adalah untuk menciptakan nilai tambah sehingga keunikan, keindahan dan nilai keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia dapat menjadi ciri khas destinasi pariwisata di Indonesia. Adapun ke-29 daya tarik wisata tersebut adalah Weh (Sabang), Nias, Oba, Mentawai (Siberut), Pulau Abang, Tanjung Lesung, Kep. Seribu, Kota Tua,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
79
Pangandaran, Karimun Jawa, Candi Borobudur, Dieng, Merapi – Sleman, Bromo – Tegger – Semeru, Batur, Rinjani, Tambora, Komodo, Kelimutu, Sentarum, Tanjung Putting,
Derawan,
Toraja,
Togean,
Tomini,
Bunaken,
Wakatobi,
Banda
(Bandaneira), dan Raja Ampat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada
keberhasilan
pencapaian
sasaran
tersebut
antara
lain
melalui
pengembangan daya tarik wisata alam, budaya dan buatan serta produk wisata minat khusus. b. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata Desa
wisata
yang
difasilitasi
dihitung
melalui
jumlah
desa
yang
dikembangkan melalui PNPM Mandiri. Pengembangan desa wisata dilakukan sebagai penerapan prinsip community based tourism untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata setempat. Semakin banyak desa yang dapat difasilitasi maka diharapkan desa tersebut dapat menjadi alternatif tujuan wisata dan dapat meningkatkan lama tinggal serta pengeluaran wisatawan di Indonesia. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)
Target
Realisasi
Capaian (%)
978
978
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” mencapai
978
desa atau 100%. Indikator “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
80
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Gerakan Nasional Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona. 2. Gerakan Indonesia Bersih. 3. Pembinaan dan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata. 4. Pembinaan Sadar Wisata di Kalangan Pramuka. 5. Penghargaan Toilet Bersih di Taman Rekreasi/Hiburan. 6. Kegiatan Lomba Foto Sadar Wisata. 7. Pemanfaatan Media Elektronik dan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat. 8. Pemanfaatan Media Tradisional dalam rangka Sadar Wisata. 9. Pemanfaatan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat. 10. Koordinasi Pencegahan Zoonosis di Lingkungan Pariwisata. 11. Sosialisasi Permen Budpar tentang PESA dan Pencegahan HIV/AIDS di Lingkungan Pariwisata. 12. Bimbingan Teknis Pengamanan di Destinasi Pariwisata. c. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan Pola perjalanan pariwisata adalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi informasi tentang fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai pilihan perjalanan wisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata. Semakin bervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Indonesia. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 3.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)
Target
Realisasi
Capaian (%)
13
17
130
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
81
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan” mencapai 17 pola. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan pemerataan pengembangan pembangunan pariwisata daerah dengan sasaran terwujudnya pola perjalanan wisata (travel pattern) melalui identifikasi dan pemetaan potensi obyek dan daya tarik wisata, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas menuju lokasi daya tarik wisata di destinasi pariwisata. Penyusunan pola perjalanan (travel pattern) yang didasarkan pada kebutuhan pasar wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara tersebut diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan dapat mendorong pengembangan dan meningkatkan daya saing pariwisata daerah. Selain itu, penyusunan pola perjalanan (travel pattern) merupakan langkah alternatif yang diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi tidak hanya bagi stakeholder, namun juga masyarakat luas. Dengan adanya kegiatan review ini diharapkan dapat diketahui jumlah paket wisata yang telah dibuat oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) berdasarkan pola-pola perjalanan wisata yang telah ditetapkan, pola-pola perjalanan wisata yang paling banyak diminati oleh BPW dalam pembuatan paket wisata, hambatan yang dihadapi dalam pembuatan paket wisata, dan solusi pemecahannya. Hasil yang diharapkan adalah dengan terwujudnya pola-pola perjalanan wisata (travel pattern) yang mampu memberikan gambaran untuk keanekaragaman daya tarik wisata serta ketersediaan fasilitas pendukung dan aksesibilitasnya, selanjutnya akan menjadi acuan bagi para stakeholders dalam menyusun paket wisata yang lebih baik dan menarik bagi wisatawan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada
keberhasilan
pencapaian
sasaran
tersebut
antara
lain:
kegiatan
Penyusunan Travel Pattern untuk 3 daerah (Bali, DKI Jakarta, dan Jawa Barat), dan Review Penyusunan Travel Pattern untuk 10 daerah (Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, NTT, dan NTB). Kegiatan review merupakan evaluasi terhadap pola-pola perjalanan wisata (travel pattern) sebagai hasil dari kegiatan Penyusunan Pola Perjalanan Wisata (Travel Pattern) yang dilaksanakan oleh Dinas
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
82
Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi bersama DPD ASITA sebelumnya, yang seluruhnya mencakup 13 (tiga belas) pola perjalanan wisata dan 4 pola perjalanan wisata tematik, yaitu trail of civilization, wisata pendidikan, wisata kesehatan dan wisata ziarah. Kegiatan ini dilaksanakan selama periode bulan September s.d. Desember 2012.
8
Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien
Di tahun 2012 ini sasaran “Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien”, ditandai oleh Pemasaran dengan biaya seminimal mungkin dengan hasil yang maksimal serta tepat sasaran sesuai dengan permintaan pasar, bekerjasama dengan stakeholders yang terkait dalam pengembangan pemasaran pariwisata, dan penetapan pasar wisatawan sesuai dengan karakteristik daerah tujuan wisata Indikator yang digunakan untuk mengukur terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien adalah: Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia, Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara, Produktivitas investasi pemasaran
luar negeri, Produktivitas
investasi pemasaran dalam negeri, Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia. a. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia Rasio konsentrasi yang akan digunakan sebagai indikator adalah rasio konsentrasi 5 negara pasar wisatawan mancanegara (CR5), yang mengandung makna bahwa persentase jumlah wisatawan mancanegara dari 5 pasar utama wisatawan
mancanegara
dibandingkan
dengan
seluruh
jumlah
wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia. Semakin besar nilai CR5, menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara Indonesia berasal dari 5 pasar tersebut. Hal ini berisiko terhadap kepariwisataan Indonesia, karena jika terjadi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
83
permasalahan terhadap 5 pasar tersebut, maka akan mengakibatkan jumlah wisatawan mancanegara Indonesia akan mengalami kontraksi yang signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendiversifikasi pasar wisatawan mancanegara sehingga nilai CR5 semakin menurun. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))
Target
Realisasi
Capaian (%)
63,5
53,35
115,98
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 53,35%. Menurunnya Rasio Konsentrasi Pasar Wisatawan mancanegara ke Indonesia merupakan sebuah capaian yang baik pada tahun 2012 apabila dibandingkan dengan 2011. Pencapaian ini membuktikan bahwa Indonesia tidak tergantung pada konsentrasi pasar yang telah ditentukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, akan tetapi mampu mendatangkan wisatawan mancanegara lainnya selain fokus-fokus pasar yang ditentukan. Realisasi wisman tahun 2012 berhasil mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 8 juta wisman. Kemudian jika melihat realisasi CR5 menurun dari target, artinya pencapaian target tersebut tersebar ke 16 pasar, bukan hanya 5 pasar utama saja. Adapun pasar diluar 5 pasar utama tersebut yang tumbuh cukup signifikan antara lain Amerika Serikat, Jerman, India dan Filipina. Indikator “Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia” berupa Realisasi kedatangan wisatawan mancanegara periode JanuariOktober 2012 untuk lima fokus pasar utama sebanyak 3.512.459 wisman atau mencapai 53,35% dari total kunjungan wisman periode Januari – Oktober sebesar 6.583.629 wisman sehingga pencapaian pertumbuhan rasio konsentrasi pemasaran pariwisata pada lima negara pasar utama mencapai 115,98%. Hal ini menunjukkan penyebaran kunjungan wisman naik dari pasar utama lainnya dan pasar-pasar baru.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
84
Untuk menunjang promosi pariwisata Indonesia agar lebih dapat dikenal di pasar-pasar utama Ditjen Pemasaran menunjuk kantor perwakilan promosi pariwisata Indonesia di 12 negara pasar utama atau 13 lokasi (RRT terbagi atas dua lokasi, yaitu Beijing dan Guang Zhou). Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di luar negeri sebesar Rp 164.486.471.000,- maka produktivitas investasi pemasaran luar negeri mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali atau melampaui target sebesar 104%. Sedangkan untuk produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan investasi promosi pariwisata di dalam negeri sebesar Rp 71.756.435.000,- maka produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri mencapai 2.390 kali atau melampaui target sebesar 129 %. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. NATAS Travel Fair Singapura 2. MATTA Fair Kuala Lumpur 3. Tournamen of Roses Pasadena 4. Vakantibeurs, Utrech Belanda 5. ITB Berlin Jerman 6. Indonesia Cultural Night, India 7. EMITT, Istanbul Turki 8. India MICE Gathering, India 9. Perth Holiday & Travel Expo, Australia 10. Pemasangan Iklan Media Cetak di FVW Daily 11. Festival Indonesia di Amerika 12. Miami Cruise Shipping, USA 13. Salon Du Mondial, Paris 14. Melbourne Travel Expo, Australia 15. Sydney Travel Expo, Australia 16. Pasar Malam Indonesia 17. Indofest, Australia
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
85
18. Pertunjukan Musik dan Budaya Et Cetera& Festival Indonesia di Adelaide, Australia 19. Venlo 2012 Holland World Expo, Floriade Belanda 20. Marine Diving Fair 21. Consumer Selling Selangor, Malaysia 22. Asian Diver Expo, Singapura 23. Brisbane Travel Expo, Australia 24. ITCC, China 25. COTTM, China 26. Indonesia Night 2012, China 27. Tong Tong Fair, Belanda 28. International Meeting Exhibition (IMEX), Jerman 29. World Islamic Tourism Mart, Malaysia 30. Asian Resort Expo, Singapura 31. Sales Mission Korea, Seoul Korea 32. Korea World Travel Fair (KOTFA), Korsel 33. MATTA Farir Johor Baru, Malaysia 34. Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Jerman 35. Sales Mission Australia 36. Les Tonneres de Brest, Perancis 37. Sales Mission India 38. Busan International Travel Fair, Korea 39. Oceania Dive Ecotourism Expo, Sydney Australia 40. Festival Indonesia di Jepang 41. Shangahi Tourism Festival, China 42. Amazing Bali Fair, China 43. Top Resa, Paris 44. Otdykh Leisure, Rusia 45. JATA Travel Showcase, Jepang 46. ITB Asia, Singapura 47. Pagelaran Wayang Orang “Banjaran Gatot Kaca”, Paris 48. Taipe International Travel Fair 2012, Taiwan 49. Festival Batik Fashion Show & Cultural Night, Manila 50. Malaysia International Travel Mart, Malaysia LAK — KEMENPAREKRAF 2012
86
51. New York Marathon 2012, USA 52. Eat & Style, Munchen Jerman 53. Promosi Wonderful Indonesia di Rusia 54. World Travel Market, Inggris 55. DEMA Show, Orlando USA 56. Tourism, Trade Investmen, Jerman 57. CITM, Shanghai China 58. Sales Mission Filipina 59. Fashion Show Busana Muslim, Australia 60. Indonesia Year End Festive, Beijing
b. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara VITO akan dikembangkan di 12 negara yang menjadi target utama pasar wisman ke Indonesia, yaitu: Australia (Sydney), China (Beijing, Guangzho), Japan (Tokyo), Jerman (Munich), India (New Delhi), Singapura, Malaysia (Kuala Lumpur), UAE (Dubai),Perancis (Paris), Belanda (Amsterdam), Rusia (Moskow), Korea (Busan). VITO memiliki tugas dan fungsi sebagai sumber informasi kepariwisataan Indonesia dan melakukan promosi penjualan pariwisata di negara bersangkutan. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
Target
Realisasi
Capaian (%)
13
13
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) di mancanegara” mencapai 13 lokasi, dipilih berdasarkan target pasar utama pariwisata Indonesia. Berikut ini ke 13 lokasi atau kota di dunia yang telah mempunyai kantor VITO, adalah sebagai berikut :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
87
Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Tabel III.4 VISIT INDONESIA TOURISM OFFICER (VITO) No
Visit Indonesia Tourism Officer
Address
1
Australia
c/o Aviareps Oceania Level 5 No. 68 Alfred Street,Milsons Point, Sydney, NSW, 2061, Australia Phone: +61 2 9959 4277 Fax: +61 2 9929 4543 Website: www.visit-indonesia.com.au
2
China – Beijing
c/o Aviareps Marketing Garden Suite 81, Building 3 Jianguomenwai Diplomatic Compound No.1 Xiushuijie, Chaoyang District, Beijing, 100600, P.R. China Phone: +86 10 8532 2805 ext. 191 Fax: +86 10 8532 3845 Website: www.visit-indonesia.com.cn
3
China – Guangzhou
c/o Travel Link Marketing Room 2412, South Tower, Guangzhou World Trade Centre, Huan Shi Dong Road, Guangzhou 510095, P.R. China Phone: +86 20 8760 9545 Fax: +86 20 8760 7895 Website: www.visit-indonesia.com.cn
4
France
5
Germany
c/o Interface Tourism 11 bis, rue Blanche, 75009 Paris, France Phone: + 33 153 251 10 Fax: + 33 153 2511 12 Website: www.tourisme-indonesie.fr c/o MK Advertising Travel
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
88
No
Visit Indonesia Tourism Officer
6
India
7
Japan
8
Malaysia
9
Middle East
10
Netherlands
11
Republic of Korea
Address Widenmayerstraße 12 | 80538 München Phone: +49-89-590 439 06 Fax: +49-89-516 568 94 www.tourismus-indonesien.de c/o OM Tourism G 1285, Chittranjan Park, New Delhi – 110019,India Phone: +91 11 4155 0854 Fax: +91 114 155 3034 Website: www.visitindonesia.co.in c/o Vacation Marketing Corporation (VMC) Tomii Bldg. 2Fl., 8-23 Sumiyoshi-cho, Shinjuku-ku, Tokyo 162-0065, Japan Phone: +81 3 5363 0158 Fax: +81 3 3353 8521 Website: www.visitindonesia.jp c/o Inspiring Destinations SDN BHD Lot 125, 1st Floor Wisma MPL Jalan Raja Chulan,50200 Kuala Lumpur, Malaysia Phone: 603-21456411 Fax: 603-7728 5415 Website: www.visit-indonesia.com.my c/o Marta Consulting Office 103, Arjaan Al Sufouh Tower Dubai Media City P.O.Box 502855 Dubai, UAE Tel.: +971 44 278 110 Fax: +971 44 278 109 Website: www.visitindonesia.ae c/o TMC Netherlands Nieuwendammerkade 26G 1022 AB Amsterdam, The Netherlands Phone: +31 20 670 5211 Fax:+31 20 670 5357 Website: www.toerisme-indonesie.nl Seoul : Richensia A206, Yoido-dong, Youngdeungpo-gu, Seoul, Korea Tel: (82) 70.4203.0041, HP: (82) 10.3580.0041, Fax: (02)761.5675
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
89
No
Visit Indonesia Tourism Officer
12
Rusia
13
Singapore
Address Busan : 4th Fl. Busan Indonesia Center, No.1900, Geumgog-dong, Bug-gu, Busan, Tel:(82) 51.612.0041, HP: (82) 10.3580.0041, Fax: (82) 51.806.5674 c/o Aviareps Tourism Olympik Plaza II 39, Prospect Mira, Bldg. 2 129110 Moscow, Russia Phone: +7 495 775 39 20 ext. 124 Fax: +7 495 937 59 51 Website: www.go-to-indonesia.ru SS Tourism Marketing 390 Victoria Street, #03-40 Golden Landmark Shopping Centre Singapore, 188061 Phone: +65-629-88277 Fax: +65-629-88275 Website: www.visit-indonesia.sg
Pencapaian Realisasi VITO ini dikarenakan adanya beberapa kegiatan, yaitu dengan melakukan analisa pasar potensial pariwisata luar negeri, co-marketing yaitu bekerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap mampu membantu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, seperti Airlines, KBRI dan lain sebagainya, serta kegiatan Familization Trip dengan mengundang para media dan pihak-pihak yang mampu memasarkan wpariwisata Indonesia di luar negeri. Beberapa kegaitan di ataslah yang dianggap mampu dalam mencapai peningkatan Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) diluar negeri. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 19.000.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 18.943.608.000,- atau hanya sebesar 99,7%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. c. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di luar negeri salah satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran luar negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas ini dapat
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
90
diukur melalui rasio jumlah devisa dibandingkan dengan nilai investasi pemasaran luar negeri. Semakin besar devisa yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran luar negeri, maka Kemenparekraf semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia di luar negeri. Fokus utama pasar pariwisata Indonesia hingga tahun 2014 adalah: Singapura, Malaysia, Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia, yang tentunya akan dievaluasi setiap tahunnya dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi setiap tahunnya. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 3.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
Target
Realisasi
Capaian (%)
474
496,29
104,70
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Produktivitas investasi pemasaran luar negeri” mencapai 496,29 kali. Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di luar negeri sebesar 164.486.471.000,- rupiah maka produktivitas investasi pemasaran luar negeri mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali atau melampaui target sebesar 104,70%. Hal ini dikarenakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara aktif melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia. Terbukti secara efektif kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain mampu menarik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, selain itu kerjasama yang kuat dengan KBRI, dan KJRI menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kegiatan promosi pariwisata di luar negeri dalam mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Pada dasarnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pemasaran dalam dan luar negeri mengalami peningkatan bahkan mencapai hasil melebihi target yang telah ditetapkan, hal ini terbukti dengan tercapainya target kunjungan wisatawan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
91
mancanegara sebesar 8 juta wisatawan mancanegara serta jumlah pergerakan 245 juta pergerakan wisatawan mancanegara. Hal ini tidak terlepas dari programprogram terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada bulan-bulan sepi pengunjung (low season) untuk meningkatkan jumlah kunjungan. Hasil lain juga terlihat pada indikator produktivitas investasi pemasaran dalam dan luar negeri yang memiliki pencapaian 105% dan 129% dimana hal ini juga membuktikan kegiatan pemasaran dan promosi pariwisata dalam dan luar negeri sangat efektif dilakukan pada tahun 2012. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: WILAYAH ASEAN 1. Travel Tour Expo, SMX, Convention Center, Pasay City, Filipina, tanggal 17 – 19 Pebruari 2012. 2. NATAS Travel Fair, Singapore Expo, Singapore, tanggal 24 – 26 Pebruari 2012. 3. MATTA Fair Kuala Lumpur, Putera World Trade Center, Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal 16 – 18 Maret 2012. 4. Asian Diver Expo, Marina Bay Sands, Singapore, tanggal 13 – 15 April 2012. 5. Consumer Selling Selangor, Selangor-Malaysia, tanggal 13 – 15 April 2012. 6. Asia Resort Expo, Suntec International ECC-Singapore, tanggal 1 – 3 Juni 2012. 7. Sales Mission ASEAN, Malaysia, Singapore, Thailand, tanggal 10 – 15 Juni 2012. 8. MATTA Fair Johor Bahru, Danga City Mall, Johor Bahru-Malaysia, tanggal 13 – 15 Juli 2012. 9. NATAS Holiday, Singapore Expo-Singapore, tanggal, 24 – 26 Agustus 2012. 10. Food Festival Indonesia di Malaysia, Kuala Lumpur-Malaysia, Agustus 2012. 11. MATTA Fair Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal 7 – 9 September 2012. 12. International Travel Expo (ITE) HCMC 2012, Ho Chi Minh City-Vietnam, tanggal 13 – 15 September 2012. 13. Sales Mission 4 Kota Malaysia, Malaka, Penang,Johor Baphru & KinabaluMalaysia, Nopember 2012. 14. ITB Asia, The Sands Expo and Convention Centre, Marina Bay SandsSingapore, tanggal 17 – 19 Oktober 2012. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
92
15. Malaysia International Travel Mart (MITM), Mid Valley Exhibition Centre Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal 28 – 30 Oktober 2012. 16. Sales Mission Filipina, Manila & Cebu-Filipina, Nopember 2012. 17. Thailand Travel Expo, Queen Sirkit National Convention Center, BangkokThailand, tanggal 22 – 25 Nopember 2012.
WILAYAH ASIA 18. Indonesia Cultural Night, Gujarat-India, tanggal 27 – 30 Januari 2012. 19. South Asia Travel & Tourism Expo (SATTE), Pragati Maiddan, New Delhi-India, tanggal 10 – 12 Pebruari 2012. 20. Outbound Travel Mart (OTM), Bombai Exhibition Centre Goregaon (East), Mumbai-India, tanggal 17 – 12 Pebruari 2012. 21. Sales Mission Cina (Taiwan), RRT, tanggal 22 – 24 Pebruari 2012. 22. Hongkong Flower Show, Hongkong-China, tanggal 16 – 25 Maret 2012. 23. Marine Diving Fair, Ikebukuro Sunshine City Convention Center, Tokyo-Jepang, tanggal 6 – 8 April 2012. 24. China Outbound Tourism Travel Mart (COTTM), World Trade Center, BeijingChina, tanggal 18 – 20 April 2012. 25. World Travel Fair (WTF), Shanghai Exhibition Center, Shanghai-RRT, tanggal 10 – 13 Mei 2012. 26. Sales Mission Korea, Seoul & Busan-Korea, tanggal 4 – 6 Juni 2012. 27. Korea World Travel Fair (KOTFA), COEX Convention & Exhibition Center, Seoul-Korea, tanggal 7 – 10 Juni 2012. 28. Seles Mission India, Delhi, KOTFA, Chennai, Islamabad-India, tanggal 22 – 27 Juli 2012. 29. INNA Fair, Ghuangzhou-China, tanggal 29 Agustus – 7 September 2012. 30. Busan Internasional Travel Fair (BITF), Busan Exhibition & Conventioan Center (BEXCCO) Busan-, Korea, tanggal 7 – 10 September 2012. 31. JATA Travel Showcase (JTS), Tokyo Big Sight, Tokyo-Jepang, tanggal 20 – 23 September 2012. 32. Festival Indonesia di Jepang, Roppongi, Tokyo-Jepang, tanggal 8
– 9
September 2012. 33. PATA Travel Mart (PTM), SMX Convention Center, Manila-Filipina, tanggal 25 – 28 September 2012. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
93
34. Taipei International Travel Fair (TITF), Teipei World Trade Center, TeipeiTaiwan, tanggal 26 – 29 Otkober 2012. 35. China International Travel Mart (CITM), Shanghai New International Expo Center (SNIEC), Shanghai-RRT, tanggal 15 – 18 Nopember 2012. 36. Sales Mission Jepang, Tokyo,Sapporo, Osaka-Jepang, tanggal 25 – 27 September 2012. 37. Diving Resort & Travel (DRT) Expo, Hongkong Convention & Exhibition Center, Hongkong, tanggal 15 – 17 Desember 2012. 38. Festival Dawai di Asia, India, Desember 2012.
WILAYAH AMERIKA & PASIFIK 39. LA Travel & Adventure Show, Long Beach Convention Center, California-USA, tanggal 14 – 15 Januari 2012. 40. Perth Holiday & Travel Expo, Burswood Entertainment Complex, Perth-Australia, tanggal 18 – 19 Pebruari 2012. 41. Festival Indonesia di Amerika, The University Club & Asia Stage NYTTS, tanggal 1 Maret 2012. 42. Melbourne Travel Expo, Royal Exhibition Building Carlton Garden, MelbourneAustralia, tanggal 17 – 18 Maret 2012. 43. Sydney Travel Expo, Royal Hall of Industries Fox Studios Moore Park, SydneyAustralia, tanggal 24 – 25 Maret 2012. 44. Brisbane Travel Expo, Brisbane Convention & Exhibition Centre, BrisbaneAustralia, tanggal 14 – 15 April 2012. 45. Pertunjukkan Musik & Budaya Et Cetera & Festival Indonesia di Adelaide, Adelaide & Melbourne-Australia, tanggal 1 – 25 April 2012. 46. Sales Mission Amerika, Los Angeles-New York, tanggal 26 – 28 Juni 2012. 47. Sales Mission Australia, Perth, Melbourne-Sydney, tanggal 24 – 29 Juni 2012. 48. Aceania Diva Exotourism Expo Sydnes-Austraia, tanggal 8 – 9 September 2012. 49. Festival Indonesia di Melbourne, Melbourne-Australia, tanggal 22 – 23 September 2012. 50. Festival Indonesia di New Zealand, New Zealand, tanggal, 14 – 23 Oktober 2012. 51. ING New Marathon 2012, New York-USA, tanggal 4 Nopember 2012. 52. DEMA Show, Orlondo-USA, tanggal 14 – 17 Nopember 2012. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
94
WILAYAH EROPA 53. Feria International Tourismo, Madrid-Spanyol, tanggal 18 – 22 Januari 2012. 54. Brussels Holiday Fair 2012, Brussel-Belgia, tanggal 2 – 6 Pebruari 2012. 55. Indonesia Tourism Update, Berlin-Jerman, tanggal 6 – 19 Pebruari 2012. 56. Borza Internationale de Turismo, Milan-Italia, tanggal 16 - 19 Pebruari 2012. 57. International Fair of Tourism, Belgrade Fair Grounds-Beograd-Serbia, tanggal 23 – 26 Pebruari 2012. 58. Salon Du Mondial, Paris-Perancis, tanggal 15 – 18 Maret 2012. 59. Ukraine International World Travel & Tourism, Kiev-Ukraina, tanggal 28 –30 Maret 2012. 60. Pasar Malam Indonesia, Den Haag-Belanda, tanggal 29 Maret 2012 – 1 April 2012. 61. Festival Indonesia di Swiss, Bern-Swiss, tanggal 26 – 29 April 2012. 62. Sales Mission Eropa Tengah, Beograd, Budapest, Praha, tanggal 21 – 25 Mei 2012. 63. Tong Tong Fair, Den Haag-Belanda, tanggal 17 – 28 Mei 2012. 64. Promosi Wonderful Indonesia Melalui Pelayaran Dunia KRI Dewaruci 2012, tanggal 14 – 17 Oktober 2012. 65. Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Berlin dan Belanda, tanggal 12 – 19 Juni 2012. 66. Les Tonnerres De Brest 2012, Brest-Perancis, tanggal 12 – 19 Juli 2012. 67. Top Resa, Paris Porte de Versailles, Paris–Perancis, tanggal 18 – 21 September 2012. 68. Otdykh Leisure, IEC Crocus Expo, Moskow–Rusia, tanggal 19 – 22 September 2012. 69. Promosi Tetap di Museum Vatikan, Vatikan Citye-Vatikan, September 2012. 70. Word Travel Market, Excel London-UK, tanggal 5 – 8 Nopember 2012.
WILAYAH AFRIKA DAN TIMUR TENGAH 71. East Mediterannean Int’l Travel and Tourism (EMITT), Istambul-Turki, tanggal 9 – 12 Pebruari 2012. 72. Sales Mission Turki, Istanbul, Ankara-Turki, tanggal 13 – 15 Pebruari 2012. 73. Destination Travel & Holiday Show, Abu Dhabi, PEA, tanggal 19 – 21 April 2012. 74. M.I.T. International Tourism Market, Tunisia, tanggal 25 – 28 April 2012. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
95
75. Sales Mission Arab Saudi, Jeddah, Mekah-Arab Saudi, tanggal 25 - 28 April 2012. 76. Arabian Travel Market, Dubai-UEA, tanggal 30 April 2012 – 3 Mei 2012. 77. Kuwait Travel World Expo 2012, Kuwait City-Kuwait, tanggal 14 –16 Mei 2012. 78. Indonesia Expo 2012, Amman-Jordania, tanggal 8 – 10 Juli 2012. 79. The Getaway Show, Afrika Selatan, tanggal 31 Agustus 2012 – 2 September 2012. 80. Sales Mission Afrika Selatan, Afrika Selatan, tanggal 3 – 5 September 2012. 81. Malam Budaya Indonesia di Kuwait, Kuwait City-Kuwait, tanggal 6 – 8 Oktober 2012. 82. Malam Budaya Indonesia di UEA, Abu Dhabi, Dubai-UEA, tanggal 10– 12 Oktober 2012. 83. Travel Turkey Izmir, Izmir-Turki, tanggal 6 - 9 Desember 2012.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 204.023.971.000,- hanya digunakan sebesar Rp 191.991.935.873,- atau hanya sebesar 94%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 104,70%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. d. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di dalam negeri salah satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas pemasaran dalam negeri yang dilakukan dapat diukur melalui rasio jumlah pengeluaran wisnus dibandingkan dengan investasi pemasaran dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin besar jumlah pengeluaran wisnus yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran dalam negeri, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia di dalam negeri. Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: LAK — KEMENPAREKRAF 2012
96
Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 4.
Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
Target
Realisasi
Capaian (%)
1.848
2.390
129
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri” mencapai 2.390 kali. Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, untuk produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan investasi promosi pariwisata di dalam negeri sebesar Rp 71.756.435.000,- maka produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri mencapai 2.390 kali atau melampaui target sebesar 129%. Pencapaian realisasi di atas juga tidak lepas dari, kinerja Ditjen Pemasaran dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang sebelumnya, seperti Penyelenggaraan Even Berskala Nasional dan Internasional, Direct Promotion, dan Penyelenggaraan Even Seni Budaya di Daerah. Adapun event-event selama tahun 2012 yang mendukung peningkatan jumlah kegiatan promosi pariwisata dalam negeri adalah, antara lain : 1. Sabang International Jazz Festival I, Sabang, November 2012 2. Festival Seudati Aceh, Bireun, Aceh, Oktober 2012 3. Festival Danau Toba VI, Bintan, Nopember 2012 4. Tour de Bintan IV, Bintan, Nopember 2012 5. Gelar Busana Muslim II, Jakarta, tanggal 21 Juli 2012, 6. Festival Tangkuban Perahu, Tangkuban Perahu, Jawa Barat, tanggal 13 Mei – 17 April 2012 7. Pasar Wisata Indonesia (TIME), Lampung, tanggal 9 – 12 Oktober 2012 8. Festival Bambu Nusantara VI, JCC, Jakarta, tanggal 1 – 2 September 2012 9. Penganugerahan Tahun Kunjungan Wisata 2012, Jakarta, tanggal 28 Desember 2012 10. Lomba Cipta Lagu Nusantara 11. Borobudur Jazz Festival, Borobudur, Nopember 2012 12. Apresiasi WIN, Jakarta, Desember 2012 13. Lomba Sumpit International II, Pontianak, Kalbar, tanggal 5 – 7 Oktober 2012
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
97
14. Borneo Extravaganza, Jakarta, tanggal 19 – 21 Oktober 2012 15. Dukungan Pemilihan Miss Coffee Indonesia, Jakarta, tanggal 31 Mei – 6 Juni 2012 16. Penyelenggaraan Event Kemilau Sulawesi, Makassar, tanggal 12 – 15 Juli 2012 17. Tomohon International Flower Festival, Sulut, tanggal 8 – 12 Agustus 2012 18. Festival Jepen III, Samarinda, Nopember 2012 19. Festival Tanjung Putting I, Tanjung Putting, Kalteng, tanggal 22 – 28 Oktober 2012 20. Festival Seni Jembaran I, Jembaran, tanggal 30 Agustus – 2 September 2012 21. Festival Kintamani II, Danau Batur, Bali tanggal 19 – 21 Oktober 2012 22. Festival Wisata Perbatasan II, Atambua, NTT, tanggal 26 – 28 Oktober 2012 23. Festival Kesenian Rakyat Mataraman III,Pacitan, tanggal 8 – 9 Nopember 2012 24. Komodo Karnaval I, Labuan Bajo, Nopember 2012 25. Festival Kelimutu I, Ende, Nopember 2012 26. Festival Sasando II Kupang, Desember 2012Direct Promotion Palembang di Batam, Batam, tanggal 20 – 22 April 2012 27. Festival Budaya Asmat XXVIII, Asmat, tanggal 4 – 10 Oktober 2012 28. Festival Raja Ampat III, Raja Ampat, tanggal 18 – 21 Oktober 2012 29. Ambon Jazz Festival IV, Ambon, tanggal 13 – 16 Oktober 2012 30. Haluan Kepri Volley Ball Open Tournament VI ”Batam International 2012”, Batam tanggal 22 – 28 April 2012 31. Bintan Triathlon, Bintan, tanggal 25 – 27 Mei 2012 32. Festival Tanjung Setia, tanggal 4 – 10 Juni 2012 33. Lampung Begawe, Lampung, tanggal 20 – 22 Juni 2012 34. Festival Singkawang, Kalimantan Barat, Februari 2012 35. Jember Fashion Carnival, Jember, Jatim, tanggal 7 – 9 Juli 2012 36. Legian Beach Festival, Bali, tanggal 5 – 6 Juli 2012 37. Bali Mountain Bike, Bali, tanggal 7 – 8 Juli 2012 38. Festival Legu gam, Ternate, tanggal 1 – 21 April 2012 39. Festival Teluk Jailolo, Maluku Utara, tanggal 12 – 19 Mei 2012 40. Festival Tidore, Maluku Utara, tanggal 9 – 12 Mei 2012 41. Sail Morotai, Maluku Utara, tanggal 15 September 2012 42. Festival Teluk Ambon, Maluku, tanggal 27 – 29 Oktober 2012 43. Festival Danau Sentani, Jayapura, Papua, tanggal 19 – 23 Juni 2012 LAK — KEMENPAREKRAF 2012
98
44. Festival Lembah Baliem, Wawena, Papua, tanggal 9 – 11 Agustus 2012 45. Festival Budaya Raja Ampat, Raja Ampat, Papua Barat, tanggal 12 – 21 Oktober 2012 46. Festival Budaya Fak-Fak, Fak-fak, Papua, tanggal 12 – 16 Nopember 2012 47. Direct Promotion Padang di Bandung, Bandung, tanggal 18 – 20 Mei 2012 48. Direct Promotion Medan di Makassar, Makassar, tanggal 16 – 17 Juni 2012 49. Direct Promotion Batam di Surabaya, Surabaya, tanggal 6 – 8 Juli 2012 50. Direct Promotion Jawa Barat di Batam, Batam tanggal 13 – 15 April 2012 51. Direct Promotion Lampung di Yogyakarta, Yogyakarta, tanggal 25 – 27 Mei 2012 52. Direct Promotion Jawa Timur di Bali, Bali, tanggal 28 Mei – 1 Juni 2012 53. Direct Promotion NTT di Bali, Bali, tanggal 31 Agustus – 2 September 2012 54. Direct Promotion NTB di Balikpapan, Balikpapan, tanggal 2012 55. Direct Promotion Papua dan Papua Barat di Bali, Bali, tanggal 25 – 27 Mei 2012 56. Direct Promotion Maluku dan Maluku Utara di Batam, Kepri, tanggal 1 – 3 Juni 2012 1. Borobudur Interhash 2012, 24 – 28 Mei 2012, Magelang, Jawa Tengah
Borobudur Interhash 2012 merupakan penyelenggaraan Interhash ketiga kalinya yang diselenggarakan di Indonesia. Sebelumnya pada tahun 1982 di Jakarta dan 1988 di Bali. Dan penyelenggaraan kali ini merupakan “The World 1st Heritage Interhash” karena pertama kali diselenggarakan dengan latar belakang sejarah dan budaya. Borobudur Interhash 2012 dilaksanakan pada tanggal 24 – 28 Mei di Magelang dan Yogyakarta. Diikuti oleh 4.660 peserta dari 49 negara (AS, Australia, Austria, Bangladesh, Belanda, Belgia, Brunei, Ceko, China, Cyprus, Denmark, Estonia, Fiji, Filipina, Finland, Hongkong, India, Indonesia, Inggris, Irak, Irlandia, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Laos, Luxemburg, Malaysia,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
99
Myanmar, New Zealand, Oman, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Portugal, Singapura, Skotlandia, Sri Lanka, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor Leste, Uganda, UAE, Vanwatu, Vietnam, Yordania). Opening Ceremony dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2012 di lapangan Brahma Candi Prambanan
pukul
19.00
–
21.00
WIB,
sedangkan pada tanggal 26 Mei 2012 pukul 08.00 – 11.00 dilaksanakan VVIP Walk di Candi Borobudur tepatnya di lapangan Tuksongo. VVIP Walk ini dihadiri oleh Presiden SBY, Gubernur Jateng, Menparekraf, Menpora, Menteri ESDM dan juga Duta Besar AS untuk Indonesia. Kemparekraf melalui Dit. Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, Dit. Pencitraan Indonesia serta Dit. Pemberdayaan Masyarakat, membawa serta beberapa media baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Media – media tersebut yaitu TV3 Malaysia, E-Turbo News, MICE in Asia, Xinhua News Agency, The Daily Jakarta Shimbun, Eurosport, Metro TV, Majalah Swa, TVRI, Rakyat Merdeka, Travel Club, dan Delta Film. 2. TOUR DE SINGKARAK, 4 – 10 Juni 2012, Sumatera Barat Tour de Singkarak 2012 telah terlaksana untuk yang keempat kalinya dilaksanakan pada tanggal 4-10 Juni 2012 di Sumatera Barat yang melintasi 14 kabupaten/kota. TDS 2012 diikuti oleh 16 tim luar negeri dan 9 tim dalam negeri, jumlah peserta seluruhnya adalah 250 orang, terdiri dari 20 negara, yaitu China, Hongkong, Singapura, Jepang, Korea, Belanda, Philippina, Amerika, Taipei, Thailand, Malaysia, New Zealand, Inggris, Iran, Australia, Kanada, Prancis, Urbekistan, Kazakstan, Jerman dan Indonesia. Pada TDS tahun ini rute yang dilewati adalah Sawahlunto, Payakumbuh, Batusangkar, Bukittinggi, dan Padang.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
100
Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2012 Sawahlunto menjadi tuan rumah pembukaan Tour de Singkarak 2012 dan kota Padang menjadi tuan rumah penutupan, yang merupakan Etape terakhir Tour de Singkarak 2012. Penutupan TDS 2012 berlangsung di Kota Padang. Setelah penamoilan kesenian tradisional dan sambutan dari Gubernur Sumatera Barat, Menteri Pemuda dan Olahraga menutup secara resmi acara Tour de Singkarak 2012. 3. LOMBOK PEARL FESTIVAL, 29 Juni – 1 Juli 2012, Lombok, NTB Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 dilaksanakan pada tanggal 29 Juni – 1 Juli 2012 di Hotel Lombok Raya, Mataram.
Lombok Sumbawa Pearl Festival kali
ini diisi dengan berbagai kegiatan antara lain Lelang Mutiara, Pemilihan Putri Mutiara, Panen Mutiara, Pameran, Dialog Interaktif, dan Perlombaan-perlombaan (mewarnai, cukli, fotografi dan kreasi jilbab). Acara ini dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu daerah penghasil mutiara tebaik di Indonesia. Pada tanggal 29 – 30 Juni dilakukan Lelang mutiara yang mempertemukan antara sellers mutiara dari NTB, NTT, Bali, Maluku dan Papua dengan para buyers internasional yang berasal dari 9 negara yaitu Perancis, Hongkong, Jepang, Singapura, Philipina, Tahiti, Australia, Cina dan Inggris serta 10 buyers domestik.
Dengan dipandu oleh ASBUMI lelang mutiara tahun ini
menghasilkan
transaksi sebesar
US$ 98.000. Selain itu juga digelar pameran mutiara yang diikuti oleh 13 stand perusahaan pengrajin perhiasan mutiara kelas tinggi, 15 UKM dan 3 stand demo tenun, cukli (kerajinan dengan menggunakan limbah kerang) dan gerabah. Sedangkan total transaksi yang dihasilkan adalah dari
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
101
penyelenggaraan Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 adalah sebesar US$ 175.000 yang setara dengan 1,6 M, meningkat sebesar 33,33 % dari tahun 2011 yakni sekitar 1,2 M. 4. MUSI TRIBOATTON, 26 November – 1 Desember 2012, Sumatera Selatan Musi Triboatton 2012 merupakan event perpaduan wisata penjelajahan dengan lomba dayung variatif menggunakan tiga jenis perahu meliputi rafting, canoeing dan Traditional
Boat
(perahu
naga)
yang
melintasi Sungai Musi dari hulu ke hilir, yang meliputi Kabupaten Empat Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin dan Kota Palembang, sepanjang 500 kilometer lebih. Musi Triboatton merupakan cruising dengan penilaian kecepatan, ketahanan dan kekompakan tim peserta, penjelajahan dan penelusuran sungai. Event ini merupakan gagasan Bapak Sapta Nirwandar yang merupakan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemasaran Parwisata, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah Sungai Musi
sebagai
menarik
untuk
diselenggarakan
ikon
pariwisata
dikunjungi. dengan
yang
Event
ini
semangat
gotong royong antara Kementerian Parekraf, Pemda Sumatera Selatan, dan Kabupaten 4 Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Kota Palembang, serta Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI). Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 77.381.435.000,- hanya digunakan sebesar Rp 73.896.144.095,- atau hanya sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 129%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
102
e. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia Untuk menilai efektivitas pemasaran yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri, salah satunya dapat dianalisis berdasarkan persepsi masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia. Masih banyak masyarakat di dunia yang tidak mengetahui keberadaan Indonesia sehingga kegiatan pemasaran yang efektif sangatlah ditentukan oleh strategi komunikasi yang diimplementasikan. Kejelasan pesan yang ingin disampaikan, pemilihan media yang digunakan, konten dan desain sarana promosi yang digunakan, serta kesesuaiannya dengan target pasar sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran pariwisata yang akhirnya akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berwisata di Indonesia. Indikator keberhasilan yang kelima dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 5.
Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Target
Realisasi
Capaian (%)
Base Line (x)
n/a
n/a
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Peningkatan
persepsi
positif
masyarakat
dunia
mengenai
kepariwisataan
Indonesia” belum ada nilai surveinya. Untuk Nilai survei terhadap peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia pada tahun 2012 belum dapat dilaksanakan, sehingga belum dapat menyajikan data.
9
Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
103
Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar dari seluruh final goods and services, yang diproduksi di dalam suatu negara, pada suatu periode waktu tertentu. PDB ekonomi kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yang diperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan industri kreatif, yang terdiri dari 14 kelompok usaha industri kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain; (3) Fesyen (Mode); (4) Film, Video, dan Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik; (7) Pasar Barang Seni; (8) Penerbitan dan Percetakan; (9) Periklanan; (10) Permainan Interaktif; (11) Penelitian dan Pengembangan; (12) Seni Pertunjukan; (13) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; dan (14) Televisi dan Radio. Data PDB ekonomi kreatif ini diolah dari data BPS dan dari sumber data lainnya yang berasal dari asosiasi dari masing-masing subsektor industri kreatif. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional. Kontribusi ekonomi kreatif adalah persentase rasio PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDB nasional. Semakin besar persentase kontribusi ekonomi kreatif, maka semakin besar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional, dengan kata lain, semakin penting peranan industri kreatif dalam struktur produksi nasional. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
7,29
6,91
94,79
4,68 (EKMDI)
3,47 (EKMDI)
74,15 (EKMDI)
2,5 (EKSB)
3,44 (EKSB)
137,6 (EKSB)
Pentingnya peran industri kreatif dalam perekonomian nasional juga tercermin dalam perbandingan kontribusi PDB berdasarkan sektor perekonomian lainnya. Rata-rata kontribusi PDB industri kreatif 7,74%, menempatkan industri kreatif menjadi sektor terpenting keenam di antara 10 sektor ekonomi nasional, lebih besar dari keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; pengangkutan dan komunikasi;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
104
serta Listrik, gas, dan air bersih. Agar kontribusi dari masing-masing lapangan usaha terhadap PDB nasional dapat terlihat, maka PDB dari masing-masing lapangan usaha akan dibandingkan dengan PDB nasional, termasuk dari lapangan usaha ekonomi kreatif. Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional” mencapai 10,35 %. Kontribusi PDB merupakan rasio antara total PDB nominal tahunan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. Untuk tahun 2012 kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap PDB nasional adalah sebesar 3,44 %. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto dapat melebihi target, karena para pelaku ekonomi kreatif sangat memahami akan kebutuhan masyarakat yang berada di kelas menengah. Indikator “Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional”, berupa kontribusi ekonominya, baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja. Di tahun 2010 ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah sebesar Rp.468,1 triliun, 7,29% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: PENGUATAN DATA DAN INFORMASI Konsep Ekonomi Kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Di Indonesia, gaung Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat pemerintah mencari cara untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
105
Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia Design Power 2006 – 2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang dapat diterima di pasar internasional namun tetap memiliki karakter nasional. Salah satu indikator kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi adalah kontribusi ekonominya, baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja. Untuk mengetahui perkembangan pencapaian target kinerja Ditjen EKMDI tersebut, perlu dilakukan perhitungan kontribusi ekonomi sektor-sektor industri kreatif yang berada dalam linkup kegiatan Ditjen EKMDI, untuk periode tahunan. Perhitungan kontribusi ekonomi ini juga penting bagi intelektual dan akademisi sebagai referensi informasi untuk mencermati perkembangan industri kreatif, yang akan menjadi dasar pengembangan usaha bagi pelaku usaha, dan dasar melakukan penelitian dan pengembangan bagi intelektual. Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui kerja sama di berbagai bidang, maka Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu institusi Pemerintah yang menangani bidang media, desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi di tanah air, pada tahun 2012 memprogramkan kegiatan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memang masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan serta Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan. Namun, hadirnya sektor Ekonomi Kreatif sebagai alternatif ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas diharapkan mampu memberikan LAK — KEMENPAREKRAF 2012
106
kontribusi perekonomian yang cukup besar merupakan tugas dan tanggung jawab yang berat karena harus mengaktifkan cakupan industri kreatif sektor ekonomi kreatif. 2. Meskipun PDB yang dihasilkan oleh sektor Ekonomi Kreatif terbilang cukup besar, namun ternyata pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tidak secepat pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2011 adalah sebesar 6,46 persen, sedangkan pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif hanya sebesar 4,95 persen. Bahkan, pada tahun 2012 sektor Ekonomi Kreatif mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 4,29 persen, masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,41 persen.
PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah melaksanakan kegiatan yang dapat mengaktifkan cakupan industri kreatif sektor ekonomi kreatif secara bersamaan sehingga dapat langsung menumbuh kembangkan pembangunan di sektor ekonomi kreatif sehingga dapat mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) nasional cukup besar seiring dengan pertumbuhan PDB sektor ekonomi yang cepat.
10
Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah: 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif; dan 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif. Yang dimaksudkan sebagai tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah pekerja di industri kreatif, yaitu penduduk usia produktif yang sudah bekerja di industri
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
107
kreatif, dimana struktur klasifikasi ketenagakerjaan Indonesia dapat dilihat pada bagan di bawah ini
Jumlah Total Penduduk
Penduduk Usia Kerja (Usia Produktif)
Penduduk Bukan Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja (Usia Produktif, Memilih Tidak Bekerja, Ibu RT, Mahasiswa
Pekerja
Penganggur
Bagan: Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan Data
ketenagakerjaan
industri
dapat
diestimasi
dari
data
statistik
ketenagakerjaan yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya. Kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur dengan indikator tingkat partisipasi tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu rasio jumlah pekerja di kelompok industri kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruh industri di Indonesia. Angka ini akan semakin memperkuat indikasi apakah industri kreatif memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia. Kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur melalui indikator pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu pertumbuhan rata-rata pendapatan perkapita tenaga kerja di industri kreatif. Semakin tinggi pertumbuhannya, maka produktivitas pekerja kreatif semakin meningkat yang menunjukkan bahwa pendapatan pekerja kreatif semakin baik pula. a. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
108
Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Indikator ini menunjukan peran sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikator ini menunjukan peran sektor EKMDI terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKMDI, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
*)
Indikator Kinerja Utama (IKU) Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
8,25
6,34
76,85
5,41 (EKMDI)
- *) (EKMDI)
- *) (EKMDI)
2,81 (EKSB)
6,34 (EKSB)
225,62 (EKSB)
“Tingkat partisipasi tenaga kerja” tidak ada, yang ada “Tingkat partisipasi angkatan kerja” Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Tingkat
partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” mencapai 6,34%. Tingkat partisipasi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
109
tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Produktivitas tenaga kerja adalah rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Sementara untuk ekonomi berbasis media, desain dan iptek, tidak ada data realisasi, karena menurut BPS tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada adalah tingkat partisipasi angkatan kerja, sehingga tidak terhitung sektor ekonomi. Indikator “Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” berupa peran sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun Adapun target tingkat partisipasi tenaga kerja EKSB yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf tahun 2012 adalah sebesar 2,81%. Realisasi tahun 2012 adalah sebesar 6,34%. Dengan demikian realisasi melebihi dari target yang telah ditetapkan pada Renstra. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain Kegiatan yang mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal untuk tingkat partisipasi angkatan kerja adalah: 1. Masih banyaknya orang yang masuk usia angkatan kerja tapi belum menghasilkan
di
sektor
ekonomi
kreatif
sehingga
dalam
penghitungan
pendapatan perkapita bukan termasuk manusia yang produktif. 2. Masih banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia angkatan kerja tapi memiliki pendidikan yang rendah da pengetahuan di bidang ekonomi kreatif sehingga tidak dapat memberikan kontribusi pada laju pertumbuhan PDB ekonomi kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
110
PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Memberikan pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang ekonomi kreatif baik secara langsung atau melalui media. 2. Membuka lapangan pekerjaan dengan mengembangkan pembangunan di sektor konomi kreatif sehingga banyak masyarakat yang sudah masuk dalam angkatan kerja tidak menganggur.
b. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif Kualitas
penyerapan
tenaga
kerja
ditingkatkan
melalui
peningkatan
pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
3,08
2,6
84,42
2 (EKMDI)
1,18 (EKMDI)
59 (EKMDI)
2,97 (EKSB)
1,42 (EKSB)
47,81 (EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” mencapai 2,6%. Indikator “Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” berupa peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Target pertumbuhan LAK — KEMENPAREKRAF 2012
111
produktivitas tenaga kerja di sektor EKSB tahun 2012 adalah sebesar 2,97% sedangkan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 1,42%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa realisasi belum mencapai target. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain kegiatan yang mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi
11
Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif adalah Kontribusi unit usaha sektorekonomi kreatif terhadap jumlah unit usaha nasional. Semakin besar kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif ini menunjukkan bahwa pasar bagi produk dan jasa kreatif semakin meluas, sehingga jumlah pelaku usaha yang ingin bergerak di sektor ekonomi kreatif pun semakin meningkat. Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor EKMDI terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
112
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
7,28
9,81
134,75
4,53 (EKMDI)
2,29 (EKMDI)
48,56 (EKMDI)
2,65 (EKSB)
7,52 (EKSB)
283,77 (EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional” mencapai 9,81%. Indikator “Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional” berupa kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Target kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap jumlah unit usaha nasional tahun 2012 adalah sebesar 2,65% dan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 7,52%. Dengan demikian disimpulkan bahwa kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap jumlah unit usaha nasional adalah 7,52%.
12
Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia
Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif, diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang ditunjukkan adanya aksi nyata untuk mengkonsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia adalah Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar, dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
113
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia adalah: Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar; dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokak di dalam negeri. a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar didukung melalui
fasilitasi
pelaku
kreatif
untuk
mengikuti
pameran,
memfasilitasi
penyelenggaraan pertunjukan karya kreatif, fasilitasi penggandaan film untuk mengikuti berbagai festival, atau fasilitasi pengembangan sarana promosi bagi karya kreatif. Semakin banyak pelaku kreatif yang difasilitasi, maka diharapkan dapat meningkatkan penetrasi dan memperluas akses pasar untuk produk dan jasa kreatif di dalam dan di luar negeri. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
1.193
2.013
168,73
77 (EKMDI)
51 (EKMDI)
66,23 (EKMDI)
1.116 (EKSB)
1.962 (EKSB)
175,81 (EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar” mencapai 2.013 orang. Indikator “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar” berupa pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan akses pasar ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Dari tabel diatas dapat diamati bahwa capaian realisasi untuk tiap-tiap indikator yaitu: jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan akses pasar musik dan seni pertujukan adalah 830 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri adalah 548 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami akses pasar seni rupa adalah 1.016 orang, jumlah penghargaan yang diberikan pada insan berprestasi subsektor seni pertujukan dan industri musik
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
114
adalah 10 penghargaan dan jumlah jenis penghargaan kepada insan film yang berprestasi sebanyak 3 penghargaan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: a. Inisiasi Penyelenggaraan Pekan Arsitektur dan Desain Interior Indonesia Inisiasi
Penyelenggaraan
Pekan
Arsitektur dan Desainer Interior Indonesia, difokuskan
untuk
mendukung
atau
menginisiasi kegiatan ARCASIA 2012. Pendukungan dimaksudkan
kegiatan
untuk
ini
meningkatkan
akses
pasar dari bidang ekonomi kreatif. Selain itu juga memberikan dukungan bagi para pelaku atau stakeholders bidang ekonomi kreatif khususnya arsitektur. ARCASIA
(Asian
Congress
of
Architect) 2012 merupakan kegiatan kongres arsitek se-Asia yang pada tahun 2012 ini, memilih
Bali
sebagai
tuan
rumah
penyelenggaraan kegiatan. Tema yang diangkat pada Arcasia Bali 2012 ini adalah “a modernism challenge: Asian Cities and Architecture Heritage in New paradigm”. b. Dukungan Pekan Produk Kreatif Indonesia Bidang Mode Tujuan dari kegiatan adalah mendukung Pekan
Produk
merupakan
event
Kreatif tahunan
Indonesia
yang
produk
kreatif
Indonesia yang menampilkan berbagai produk unggulan hasil karya anak bangsa, antara lain memperkenalkan sarung sebagai salah satu pakaian yang dapat digunakan dalam segala suasana dan usia.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
115
c. Partisipasi Persiapan Dukungan Mengikuti London Fashion Week Tujuan kegiatan tersebut adalah : a. mempartisipasi Persiapan Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia agar dapat menunjukkan kemampuan dan belajar berbisnis pada skala internasional; b. memberikan kesempatan kepada desainer lokal yang berbakat namun belum mendapat kesempatan untuk menunjukkan diri; c. mempromosikan keindahan dan keunikan mode Indonesia yang berasal dari kekayaan budaya bangsa sehingga Indonesia dapat dijadikan sebagai tujuan fashion baru; d. menghadirkan rancangan terbaik dari desainer kenamaan Indonesia dan menghadirkan koleksi busana kreasi UKM dalam area pameran perdagangan fashion internasional sehingga diharapkan dapat memperkuat perekonomian Indonesia dari segi mode. e. Di dalam London Fashion Week, terdapat pembinaan untuk 8 desainer yaitu: Albert Yanuar, Dian Pelangi, Cotton Ink, Major Minor, Bretzel, Barli Asmara, Jeffry Tan, Yosafat Dwi Kurniawan,serta dibina oleh 4 (Empat) Narasumber yaitu: Toby Meado, Sanjeev Davidson, Angela & Wendy Malen yang berasal dari Centre Fashion Enterprise (CFE). Hasil pembinaan dan bimbingan tersebut akan ditampilkan dalam Jakarta Fashion Week (JFW).
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
116
PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Pada tahun 2012 kita hanya memiliki waktu yang singkat dalam melaksanakan kegiatan ini menjadi suatu kendala yang sangat besar. 2. Karena bidang ini merupakan suatu yang baru maka masih kurangnya data yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan.
PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Melanjutkan program kegiatan yang telah berjalan pada tahun anggaran berikutnya dengan melihat kekurangan yang terjadi pada tahun sebelumnya sehingga dapat memperbaikinya dan mengoptimalkannya. 2. Melengkapi data untuk mengisi database yang ada sehingga dapat membantu pelaksanaan kegiatan. b. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri, yaitu persentase peningkatan tahunan konsumsi karya-karya kreatif dalam negeri oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi meliputi konsumsi oleh individu, pemerintah, maupun perusahaan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi ini merupakan salah satu dampak dari upaya peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif, serta peningkatan akses pasar. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
9,26
7,65
82,61
9
.......
......
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
117
No
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
Capaian (%)
(EKMDI)
(EKMDI)
(EKMDI)
7,65 (EKSB)
7,65 (EKSB)
100 (EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mencapai 7,65%. Indikator “Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mengukur pertumbuhan konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya oleh masyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk melihat potensi dalam negeri. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Adapun pertumbuhan konsumsi terhadap produk EKSB tahun 2012 adalah 7,65%. Dengan demikian realisasi telah mencapai target yang sudah ditetapkan pada Renstra Kemenparekraf.
13
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
Ekonomi kreatif merupakan terminologi baru di Indonesia, walaupun sektor yang ada di dalam ekonomi kreatif bukanlah sektor yang baru di dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif merupakan hal yang penting untuk dijadikan tolok ukur dari kinerja Kemenparekraf. Pemahaman masyarakat terhadap sektor ekonomi kreatif tidaklah terbatas pada tahu atau mengenal ekonomi kreatif, tetapi lebih mengukur sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu ekonomi kreatif baik dari aspek perkembangan ekonomi kreatif, sektor ekonomi kreatif di Indonesia, mengapa ekonomi kreatif perlu dikembangkan dan sentra/zona kreatif, dan informasi lainnya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
118
yang terkait dengan ekonomi kreatif. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang melakukan survei secara berkelanjutan terhadap tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif, sehingga pada tahun 2012 perlu dilakukan survei yang ditetapkan sebagai dasar (base line) tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif yang akan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif”, ditandai oleh Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB, untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB diukur untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
Target
Realisasi
Capaian (%)
Base Line (x)
-
-
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif” mencapai -%.
14
Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
119
Ruang publik yang berfungsi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi, sangat dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Keempat modal ini merupakan modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, oleh karena itu semakin banyak ruang publik yang dapat diciptakan dan diaktivasi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi maka diharapkan lebih banyak pelaku kreatif yang akan menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas. Di tahun 2012 ini sasaran “Terciptanya ruang publik bagi masyarakat”, dapat ditinjau dari jumlah pengembangan ruang kreatif. Pengembangan ruang kreatif dilakukan melalui aktivasi taman budaya. Adapun pada tahun 2012 telah dilakukan aktivasi taman budaya di 4 (empat) provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh dan Bali. Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama (IKU)
No 1.
Target
Realisasi
Capaian (%)
3
4
133,33
Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia” mencapai 4 zona. Indikator
“Jumlah
pengembangan
zona
kreatif
di
Indonesia”
berupa
Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Adapun target yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf tahun 2012 adalah 3 (tiga) ruang kreatif dan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 4 (empat) ruang kreatif.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
120
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Aktivasi Taman Budaya Program Aktivasi Taman Budaya ini didasarkan pada program Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu II yang
telah menetapkan bahwa “Kebudayaan,
Kreativitas dan Inovasi Teknologi” sebagai salah satu program prioritas nasional tahun 2010-2014. Kemudian, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.27/UM.001/MPEK/2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Peraturan
Menteri
Pariwisata
dan
Ekonomi
Kreatif
Nomor
PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014; dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Program Aktivasi Taman Budaya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemen Parekraf) merupakan implementasi salah satu program unggulan ynag mendukung pengembangan pusat dan ruang-ruang kreatif sebagai suatu wadah berekspresi, berkreasi, berapresiasi seni dan budaya. Melalui program ini, ruang-ruang kreatif akan ditingkatkan perannya sebagai sarana berkomunikasi dan berkolaborasi insan kreatif, seniman, budayawan, serta masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas karya seni dan budaya yang memiliki daya saing tinggi dan nilai tambah secara budaya, sosial, dan ekonomi. Salah satu ruang kreatif yang sudah ada di setiap provinsi adalah Taman Budaya dan Balai Budaya. Secara administratif, Taman Budaya berada sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Provinsi, dibawah dinas yang terkait. Taman Budaya dan Balai Budaya merupakan asset yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk peningkatan kualitas seni, sehingga dapat berpartisipasi bagi peningkatan citra di provinsi masing-masing daerah dan Indonesia. Sekaligus, program ini dapat menciptakan lapangan kerja baru atau job creation bagi insan-insan kreatif, seniman, dan pengelola pertunjukan. Melalui program aktivasi Taman Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
121
Kreatif akan mendorong peran Taman Budaya sebagai center of excellence of Arts and Culture dan menjadi tujuan pariwisata budaya di Indonesia. Pada tahun 2012, Taman Budaya yang mendapat dukungan kementerian Parekraf berjumlah 4 lokasi yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Pada tahun 2013 adalah 14 Taman Budaya, kemudian tahun 2014 akan ada 25 lokasi. Dukungan ini disampaikan melalui dana Dekonsentrasi. Unit kerja penanggungjawab Aktivasi Taman Budaya di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya, sedangkan pelaksana teknis di lapangan yang mendampingi kegiatan Aktivasi Taman Budaya adalah Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik. Mengawali Aktivasi Taman Budaya adalah kegiatan pemetaan, yaitu sebuah survey pada bulan Oktober-November 2012 untuk mengetahui dan memahami potensi, masalah, dan kebutuhan Taman Budaya. Selanjutnya,
tanggal 30
November sampai dengan 8 Desember 2012 telah dilaksanakan workshop, pelatihan, dan pergelaran kesenian di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Aceh. Di Taman Budaya Aceh, kegiatannya berupa “Workshop Manajemen Program dan Produksi Kegiatan.” Di Jawa Timur adalah “Workshop Manajemen Program dan Produksi Pergelaran,” di Bali adalah “Workshop Penataan dan Pengelolaan Koleksi Museum,” dan di Jawa Barat dilaksanakan “Workshop Pengembangan Sistem Arsip dan Dokumentasi.”
Setiap workshop diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari
perwakilan empat Taman Budaya dan komunitas kreatif serta perwakilan dari daerah. Perlu kami sampaikan bahwa program pengembangan Taman Budaya bukan untuk komersialisasi, tetapi untuk peningkatan karya-karya yang diproduksi memiliki kualitas tinggi dan daya saing, serta mendapatkan apresisasi dari masyarakat luas, baik dalam dan luar negeri. Faktor ekonomi yang dihasilkan adalah dampak dari penghargaan atas kualitas karya dan apresiasi masyarakat. Dari proses ini, diharapkan akan menghasilkan peningkatan kemampuan pengelolaan pertunjukan, peningkatan kesadaran budaya baik pelaku maupun apresiator dan peningkatan kerjasama pihak pengelola Taman Budaya, komunitas kreatif, dan seniman dengan stakeholder, meningkatkan kemampuan pendokumentasian karya seni, dan meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lembaga.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
122
15
Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi, yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makasar, yang terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja, dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan lapangan kerja sektor pariwisata. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
1.383
1.216
87,9
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja” mencapai 1.216 orang,
dari target 1.383 orang atau 87,9%. Hal tersebut disebabkan
perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan sebagai alumnus (lulusan), sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi secara substansi jumlah lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja sebenarnya tercapai. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
123
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Wisuda Pada tahun 2012 jumlah lulusan ke 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah meluluskan sebanyak 1.216 dari target 1.383 orang terdiri dari STP Bali 379 orang, STP Bandung 480 orang, Akpar Medan 258 orang, dan Akpar Makassar 99 orang. Hal ini sejalan dengan kebijakan zero unemployment yang telah dicanangkan bahwa selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun seluruh lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan, khususnya 4 UPT pendidikan tinggi kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah mendapatkan pekerjaan. 2. Job Fair Guna mendukung program pemerintah zero unemployment ke 4
(empat)
UPT
Pendidikan
Tinggi
Pariwisata
senantiasa
melakukan upaya yang dapat menyalurkan para lulusannya untuk dapat diterima di pasar kerja baik nasional maupun internasional. Upaya
tersebut
antara
lain
kegiatan bursa kerja atau Job Fair yang melibatkan perusahaan peserta rekruitmen, dan perusahaan peserta expo. Yang diterima dilapangan kerja melalui kegiatan Job Fair adalah 2820 orang, terdiri dari UPT Pendidikan Tinggi di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya 1.216 orang dan dari Perguruan Tinggi Pariwisata lainnya 1.604 orang.
3. Asia Tourism Forum (ATF) 2012 Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP) Bandung
sebagai
UPT
Pendidikan
dari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
124
mendapatkan suatu kehormatan sebagai tuan rumah Asia Tourism Forum (ATF) Conference ke-10 yang diselenggarakan pada tanggal 08 – 10 Mei 2012. Forum internasional ini merupakan pertemuan dua tahunan industri pariwisata seperti praktisi, akademisi, peneliti, birokrat pemerintah dan pembuat kebijakan pariwisata guna
bersama-sama
bertukar
informasi
penelitian
untuk
keberlanjutan
perkembangan industri pariwisata di Asia. Forum ini bertujuan memfasilitasi pertukaran informasi dan membangun jaringan diantara para peneliti, praktisi industri pariwisata dan pembuat kebijakan untuk berkolaborasi dan membangun jaringan dengan tujuan besar guna membantu perkembangan pemasaran dan pengelolaan pariwisata di Asia. Adapun tema ATF Conference 2012 adalah RETHINKING Strategy
to
TOURISM Sustainable
dengan
fokus
Development
pada dengan
mengangkat 19 Topik kajian yang mencakup: Sustainable tourism, creative tourism, economic sustainable, marketing, human resources, cultural and heritage tourism, education and training in tourism, tourism policy, regional cooperation in tourism, aviation policies, financial, tour operator and travel agency, Hotel industry, Quality service Restaurant and food service, Information Technology and Tourism planning. Keynote speaker dalam ATF Conference 2012 ini adalah Professor Caye Chon (Hongkong), Professor Haiyan Song (Hong kong), Professor Geoff Wall (Canada), Professor Abdul Kadir Haji Din (Malaysia) dan Professor Wiendu Nuryanti (Indonesia). Abstract sebanyak 70 dan Full paper presenter sebanyak 35 orang dari berbagai Institusi pendidikan dalam dan luar negeri. Dihadiri 16 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China, New Zeland, Inggris, Turki, India, Yunani, Macau, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Taiwan, Uni Emirat Arab. Partisipan ATF sebanyak 350 orang dari berbagai institusi pendidikan pariwisata dari dalam dan luar negeri.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
125
5. Certified Hospitality Educator (CHE) STP
Bandung
mengikuti
program
Certified
Hospitalily Educator (CHE) dibawah Association Hotel and Lodging Educational Institute (AHLEI). Program pelatihan CHE adalah suatu program yang dirancang sebagai bentuk pengakuan yang menilai para dosen atau
tenaga
pendidik
dari
aspek
pengetahuan
(knowledge) pengalaman mengajar (experience) serta standar-standar lain yang telah ditentukan oleh institusi tersebut. Diharapkan dengan diperolehnya pengakuan professional CHE tersebut dapat meningkatkan kinerja dosen atau tenaga pengajar. Program CHE angkatan I dilaksanakan pada tahun 2011: 2 orang dosen STP Bandung yaitu Sdr. Anang Sutono dan Sdri. Ni Made Gusti Kerti Utami dinyatakan lulus dan 3 orang masih dalam penilaian video tape teaching presentation. Tahun 2012 diselenggarakan program CHE angkatan II yang diikuti oleh 15 peserta. Sertifikasi yang berlaku selama lima tahun tersebut diharapkan dapat memacu dan memicu kedua tenaga pendidik tersebut pada khususnya dan seluruh insan tenaga pendidik terutama di pendidikan tinggi kepariwisataan pada umumnya. Sangat diyakini bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama akan lahir serifikasi berikutnya terhadap para tenaga pendidik di Tourism and Hospitality demi membangun SDM Pariwisata yang berkelanjutan, yang World Class Standards. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp.217.551.655.000,- hanya digunakan sebesar Rp.201.870.090.170,- atau hanya sebesar 92,8% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 87,9%.
16
Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
126
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama periode 2012–2014 adalah Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dan Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi. a. Jumlah standar kompetensi sektor pariwista dan ekonomi kreatif Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu jumlah naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dihasilkan. Untuk dapat melakukan sertifikasi, maka diperlukan standar kompetensi kerja yang akan dijadikan referensi. Identifikasi unit kompetensi dan penyusunan standar kompetensi akan berpengaruh terhadap kualitas sertifikasi yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penyusunan standar kompetensi membutuhkan waktu yang relatif panjang dan melibatkan pelaku di bidangnya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara konsisten akan mengembangkan SKKNI dengan jumlah yang terus meningkat, sehingga semakin banyak profesi yang dapat disertifikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan profesionalisme tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)
Target
Realisasi
Capaian (%)
10
6
60
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif” mencapai 6 naskah SKKNI. Target pada PK tingkat Kementerian tercatat 10 naskah namun sesuai dengan target pada PK di eselon I tercatat 4 naskah hal ini disebabkan adanya perubahan organisasi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementeriaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sehingga dikhawatirkan apabila mengikuti target yang ada di PK tingkat Kementerian tidak tercapai.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
127
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Workshop draft SKKNI bidang pekerja film dilaksanakan di: 1. Yogyakarta 2. Ujung Pandang 3. Jakarta
2. Workshop draft SKKNI bidang seni pertunjukkan (line dance) dilaksanakan di:
1. Semarang 2. Batam 3. Pekanbaru Mengingat pentingnya SKKNI dan Sertifikasi ini, maka pada tahun 2013 Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Badan Pengembangan Sumber Daya akan menyusun
3 (tiga) SKKNI ekonomi
kreatif, bidang film, musik, dan desain. Sementara itu dengan telah ditetapkannya SKKNI bidang film dan seni pertunjukkan, maka target yang akan dicapai untuk sertifikasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif sebanyak 500 orang untuk tahun 2014. PERMASALAHAN 1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru; 2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar.
PEMECAHAN MASALAH 1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi yang baru; 2. Perlu Diklat terknis verifator standar. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
128
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp.26.950.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.25.122.998.804,- atau hanya sebesar 93,2%. b. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi Jumlah tenaga kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi, yaitu jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang difasilitasi untuk disertifikasi. Sertifikasi sangat penting dilakukan untuk menciptakan kompetensi yang unggul dan meningkatkan daya saing SDM di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di dalam dan luar negeri, sehingga dapat lebih bersaing dan profesional di bidangnya. Khususnya di sektor ekonomi kreatif, Kemenparekraf akan memulai sertifikasi pada tahun 2014 karena pada tahun 2012-2013 merupakan inisiasi identifikasi unit kompetensi serta penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif. Kemenparekraf menargetkan jumlah pelaku yang akan disertifikasi cenderung meningkat, sehingga dengan semakin banyak pelaku yang disertifikasi, maka daya saing tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif semakin meningkat. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
15.000
21.500
143,3
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah tenaga kerja pariwisata yang disertifikasi” mencapai 21.500 orang. dari target 15.000 orang atau 143,3%. Hal tersebut di sebabkan tingginya dukungan pihak Hotel di setiap Daerah sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK), sehingga dalam mengikuti sertifikasi kompetensi peserta sangat antusias. Dengan demikian berkontribusi positif dalam penambahan jumlah capaian target kegiatan sertifikasi.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
129
Indikator “jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi” meliputi bidang Hotel dan Restoran, Spa, Usaha Perjalanan Wisata, Pemandu Wisata, Jasa Boga MICE, Pemandu Wisata Selam, Pemandu Ekowisata, Pemandu
Wisata
Arung Jeram dan Pemandu Museum. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: a. Sertifikasi Kompetensi 1. Bidang Hotel dan Restoran, dilaksanakan di 33 Provinsi dengan Jumlah 9.590 orang; 2. Bidang SPA, dilaksanakan di 16 Provinsi dengan Jumlah 3.660 orang; 3. Bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW), dilaksanakan di 20 Provinsi dengan jumlah 1.700 orang; 4. Bidang Pemandu Wisata, dilaksanakan di 27 Provinsi dengan jumlah 2.000 orang; 5. Bidang Jasa Boga, dilaksanakan di 22 Provinsi dengan jumlah 1.800 orang; 6. Bidang MICE, dilaksanakan di 10 Provinsi dengan jumlah 800 orang; 7. Bidang Pemandu Ekowisata, dilaksanakan di 14Provinsi dengan jumlah 500 orang; 8. Bidang Pemandu Arung Jeram, dilaksanakan di 5 Provinsi dengan jumlah 500 orang; 9. Bidang Pemandu Wisata Selam, dilaksanakan di 14 Provinsi dengan jumlah 650 orang; 10. Bidang Kepemanduan Museum, dilaksanakan di 7 Provinsi dengan jumlah 300 orang. Sebagai puncak pelaksanaan kegiatan sertifikasi ini secara simbolis Ibu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tanggal 29 November 2012 di
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
130
Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Jakarta telah menyerahkan Sertifikat Kompetensi kepada 250 orang tenaga kerja pariwisata perwakilan dari 33 propinsi di Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menilai sertifikasi dan standar kompetensi adalah penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya pariwisata dan mendukung daya saing pariwisata Indonesia. Mengingat pentingnya sertifikasi, maka pada tahun 2013 Kementerian Parekraf akan menargetkan kembali pelaksanaan sertifikasi kompetensi sebanyak 11.500 orang tenaga kerja pariwisata di seluruh Indonesia. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru; 2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi yang baru; 2. Perlu Diklat terknis verifator standar. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp.26.950.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.25.122.998.804,- atau hanya sebesar 93,2%.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
131
17
Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas penelitian dan kajian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata, dan Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif. a. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwista Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor
pariwisata.
Ruang
lingkup
industri
pariwisata
yang
dikelola
oleh
Kemenparekraf sangatlah luas, sehingga fokus kajian yang dilakukan akan ditentukan berdasarkan permasalahan yang mendesak dan penting untuk segera diselesaikan. Setiap tahun jumlah kajian yang dilakukan semakin meningkat sehingga semakin banyak permasalahan yang dapat dievaluasi dan dianalisis untuk dapat disikapi dengan kebijakan yang lebih efektif. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
Target
Realisasi
Capaian (%)
10
9
90
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata” mencapai 9 kajian atau 90%, nampak bahwa realisasi di tahun
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
132
2012 terlihat lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2011. Hal ini disebabkan pada tahun 2011 capaian kinerja penelitian mandiri digabungkan dengan penelitian utama. Sedangkan di tahun 2012 penelitian mandiri sudah dipisahkan menjadi indikator terpisah. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan MP3EI Program Perluasan (MP3EI)
Masterplan
Pembangunan merupakan
mendorong
Indonesia
Percepatan Ekonomi
dan
Indonesia
langkah
awal
untuk
menjadi
negara
maju
melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali danNusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected); (3) memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Untuk mendukung percepatan pembangunan dalam rangka MP3EI itulah maka Puslitbangjakpar melakukan penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan MP3EI yang difokuskan pada Koridor 5 yaitu provinsi NTB dan NTT yang menitikberatkan kepada pertanian dan pariwisata. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
segala
potensi
dan
hambatan-hambatan
terhadap
proses
pelaksanaan investasi pariwisata di provinsi NTB dan NTT.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
133
Pada tanggal 2-5 Oktober 2012 dilakukan penelitian di Provinsi NTB dengan fokus kepada kawasan Pantai Mandalika-Lombok dan dilanjutkan pada tanggal 19 – 12 Oktober 2012 di Kupang dan Maumere di NTT. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapatnya potensi yang luar biasa di bidang pariwisata baik di provinsi NTB maupun NTT. Namun terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan investasi antara lain ruwetnya masalah pertanahan, belum tersedianya Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) aksesibilitas, pembinaan sadar wisata pada masyarakat, keamanan bagi wisatawan, kurangnya jalur “direct flight”
dari luar negeri ke NTB dan NTT,
kurang jelasnya kebijakan pengembangan kawasan wisata.
2. Penelitian Daya Saing Destinasi Kepariwisataan Indonesia Setiap tahun, Organisasi Kepariwisataan Dunia (United Nations–World Tourism Organization/ UNWTO) selalu mengeluarkan peringkat daya saing negara-negara di dunia yang didasarkan kepada 14 pilar yang meliputi : a. Kebijakan dan peraturan b. Pariwisata yang berkelanjutan c. Keamanan dan keselamatan d. Kesehatan e. Prioritas pada pariwisata dan perjalanan f.
Infrastruktur transportasi udara
g. Infrastruktur transportasi darat h. Infrastruktur pariwisata i.
Infrastruktur TIK
j.
Daya saing harga
k. Persepsi terhadap pariwisata l.
Sumber daya alam
m. Sumber daya budaya Pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat ke 74 dari 139 negara yang dinilai. Peringkat ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 dimana Indonesia menduduki peringkat ke 81 dari 133 negara. Namun tentunya hal ini belum menjadi gambaran yang memuaskan mengingat posisi Indonesia
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
134
dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand masih rendah. Disisi lain, disadari bahwa potensi Indonesia dalam sumber daya alam dan budaya yang sangat luar biasa, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pada indikator tertentu dan membuat penajaman indikator daya saing destinasi (WEF) yang sesuai dengan karakteristik kepariwisataan dan Indonesia. Pada tanggal 9 – 12 Juli 2012 dilakukan penelitian di kawasan BromoJawa Timur dan
kawasan Gunung Rinjani-Lombok, dan dilanjutkan pada
tanggal 26 – 28 September 2012 di kawasan Danau Toba – Sumatera Utara dan Toraja – Sulawesi Selatan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa banyak keunikan-keunikan yang asli pada setiap destinasi pariwisata di Indonesia yang tidak terkategorikan oleh UN-WTO dan pemetaan atas kondisi daya saing destinasi teraktual. 3. Penelitian Dampak Event “Tour de Singkarak” (ad-hoc) Tour de Singkarak merupakan event olah raga tahunan yang mulai dirintis sejak tahun 2009. Yang merupakan kejuaraan balap sepeda yang diakui secara resmi oleh Persatuan (Union
Balap
Cyclize
Sepeda
International
International)
sebagai
kalender tahunan di Sumatera Barat. Melalui event ini diharapkan dapat memperkenalkan dan mempromosikan pariwisata provinsi Sumatera Barat di kancah internasional sehingga provinsi ini makin dikenal dan dijadikan tujuan utama wisatawan dunia. Pada tahun 2012, TDS merupakan event yang ke empat kalinya dan diselenggarakan pada 4-10 Juni 2012 ini diikuti oleh 250 orang peserta dari berbagai
Negara.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
persepsi
masyarakat dan pelaku industri pariwisata (perhotelan, perjalanan wisata, dan daya tarik wisata) terhadap Event Tour De Singkarak 2012, serta dampak ekonomi dari penyelenggaraannya dan teridentifikasinya dampak ekonomi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
135
seperti angka kunjungan wisatawan, pengeluaran, tingkat hunian kamar, dan dampak di bidang poleksosbudhankam. Pada tanggal 9-12 November 2012, telah dilakukan penelitian lapangan. Penelitian meliputi wawancara dengan berbagai sumber seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, PHRI, ASITA, usaha wisata dan masyarakat. Pada tanggal 12 November 2012 dilakukan Diskusi kelompok Terfokus (FGD) yang dihadiri oleh Disbudpar Provinsi Sumbar, dinasdinas budpar di 14 kabupaten kota, PHRI, ASITA, dan Garuda Indonesia. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak secara langsung TDS bagi kunjungan wisman belum terlalu signifikan, namun angka pertumbuhan wisatawan ke Provinsi Sumatera Barat terus menunjukkan kenaikan. TDS merupakan salah satu faktor pendorong naiknya wisman ke provinsi ini. Disisi lain masyarakat dan industri pariwisata memang merasakan manfaat pada saat event berlangsung, namun belum dalam jangka panjang. Namun akibat jangka panjang dari pelaksanaan TDS ini Provinsi Sumatra Barat sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat dunia oleh karena liputan media yang cukup gencar. Masyarakat juga merasakan adanya perubahan infrastruktur yang menjadi sangat baik, dan mampu menyatukan masyarakat dalam mendukung event ini dan program pemerintah lainnya pada umumnya. 4. Penelitian Pasar Wisatawan Asia – Pasifik Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisman datang ke Indonesia, Kementerian Pariwisata
dan
meluncurkan pembangunan, pengembangan
Ekonomi
Kreatif
berbagai baik
terkait
destinasi
telah
kebijakan strategi pariwisata,
pemasaran dan peningkatan kapasitas SDM. Pemerintah akan terus mendorong agar pariwisata di Indonesia terus tumbuh dan berkembang sehingga melalui pariwisata diharapkan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Di bidang pemasaran pariwisata, selain dengan menetapkan target kunjungan sebesar 8 juta wisman pada tahun 2012, maka Kemeterian
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
136
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah menetapkan 16 negara sebagai fokus pasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Adapun fokus pasar pariwisata Indonesia
meliputi : Singapura, Malaysia, Australia, Cina, Jepang, Korea
Selatan, Philipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman dan Rusia. Untuk lebih mendalami tentang karakteristik wisatawan pada fokus pasar itulah maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012 ini melakukan penelitian Pasar Wisatawan pada 2 (dua) negara yaitu Australia dan Korea Selatan. Untuk itu pada tanggal 9 – 12 September 2012 tim peneliti telah berangkat ke Australia dan dilanjutkan pada 8 – 13 Oktober 2012 ke Korea Selatan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada masyarakat dan wawancara mendalam dengan industri tour and travel ditempat serta melakukan Diskusi Kelompok terfokus (FGD) dengan pihak pemerintah Indonesia (KBRI), VITO, dan industri di Australia dan Korea Selatan. Dari hasil penelitian diketahui tentang kondisi teraktual dari pasar utama di kedua negara tersebut seperti motivasi melakukan perjalanan, jenis-jenis wisata yang diminati, karakteristik wisman dan sebagainya. 5. Penulisan dan Launching buku pariwisata Penelitian kebijakan penelitian
dan
pada
pengembangan
hakekatnya
aplikatif
hasil
adalah akhirnya
merupakan rekomendasi bagi pengambil keputusan dalam rangka pengembangan pariwisata.
Agar
puslitbangjakpar khalayak
dan
hasil-hasil dapat
dijadikan
penelitian
diketahui referensi
oleh utama
dalam
setiap
pengembangan
kepariwisataan, maka perlu kiranya upaya diseminasi dan sosialisasi hasil litbang tersebut.Bentuk yang mudah diterima dan dapat dijadikan referensi diantaranya adalah dalam bentuk sebuah buku. Untuk itu, maka atas bantuan Bapak Prof. Dr. I Ketut Ardana
dari
Universitas Udayana Bali dan dan Bapak Dr. Dewa Putu Oka dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional selaku editor, pada tanggal 14 November
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
137
2012, bertempat di Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali (STP Bali), hadir Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Parekraf dan seluruh “stakeholder“ pariwisata di Bali, diluncurkan 2 (dua) buah buku yang berjudul “Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia” dan “Pengembangan Daya Tarik Wisata Unggulan” sekaligus dilakukan acara bedah buku 6. Kegiatan Lomba Karya Tulis Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-DKI Jakarta Dalam rangka meningkatkan kreativitas/aksi positif di kalangan pelajar dalam hal menulis, menumbuhkan kesadaran akan peran penting pariwisata di Indonesia sejak dini serta memupuk rasa cinta tanah air, maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012 menyelenggarakan
Lomba
Karya
Tulis
Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-DKI Jakarta dengan tema “Kenali Negerimu, Cintai Negerimu”. Para juri ditetapkan dari berbakai kalangan yaitu akademisi, pendidik, media
masa
dan
dari
Kementerian
Pariwisata
dan
Ekonomi
Kreatif
yaitu.Isdaryono (Kemenparekraf), Kiftiawati (FIB – UI), Urry Kartopati (Majalah “Travel Club”), Dra.Budiarti, M.Pd (Universitas Negeri Jakarta) dan Drs. Husein, MM (Guru SMK 6 Jakarta). Adapun hadiah adalah Juara pertama mendapat 3 juta rupiah, juara kedua sebesar2 juta rupiah dan juara ketiga 1 juta rupiah ditambah hadiah dari pihak sponsor berupa voucher menginap di salah satu hotel berbintang di Kota Yogya selama 3 hari 2 malam dan tiket pesawat Jakarta – Jogya PP. Adapun pemenang Harapan 1, 2 dan 3, pihak sponsor memberikan hadiah menginap di salah satu hotel di Bandung-Jawa Barat. Adapun juara-juara dari lomba adalah sbb : a. Juara 1 Christy Dwijayanti dari SMA Budi Agung Jakarta dengan Judul tulisan “Dampak Pariwisata Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” b. Juara 2 Kinanti Hantiyana Aliyah dari SMA Negeri 8 dengan judul tulisan “Meniti Gebrakan Baru Kepariwisataan Indonesia”
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
138
c. Juara 3 Muhamad Rizki dari SMA Global Islamic School dengan judul tulisan “Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia” d. Juara harapan 1 Alfino Winata dari SMA Budi Agung Jakarta dengan judul tulisan “Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia” e. Juara Harapan 2 Elokhauri Rinainurani Sasisuci dari SMA Negeri 74 dengan judul tulisan “Jalan-jalan Biar Kenal Biar Sayang” f.
Juara harapan 3 Qonita Syahadah Kasworo dari SMK Negeri 6 Jakarta dengan judul tulisan “Peranan Siswa SMK Dalam Meningkatkan Wisata Kuliner”
Pada tanggal 1 Oktober 2012, bertempat di Balairung Susilo Sudarman diselenggarakan acara Pengumuman Lomba Karya Tulis dan Penyerahan Hadiah bagi para pemenang yang dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan para pejabat di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DewanJuri, Guru dan Kepala Sekolah para peserta lomba, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, dan industri pariwisata
PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah Penyesuaian anggaran karena perubahan struktur organisasi menyebabkan hanya 2 yang dilaksanakan dari 3 penelitian Ad Hoc yang ditargetkan. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah
Kekurangan
capaian
penelitian
berdasarkan
target
Renstra
akan
dialokasikan pada tahun anggaran berikutnya.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
139
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 8.920.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 6.591.706.139,- atau hanya sebesar 73,9% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 90,0%. b. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor ekonomi kreatif. Sama halnya dengan sektor pariwisata, maka sektor ekonomi kreatif pun memiliki ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu strategi untuk melakukan kajian kebijakan terkait industri kreatif sama dengan strategi untuk melakukan kajian kebijakan terkait dengan pariwisata. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)
Target
Realisasi
Capaian (%)
10
5
50
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif” mencapai 5 kajian atau 50%. Capaian indikator ini tidak dapat dibandingkan dengan indikator sebelumnya tahun 2011 karena merupakan indikator baru sejak adanya perubahan nomenkelatur Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Penelitian Potensi dan Strategi Pengembangan Budaya Lokal Pada Aplikasi Smartphone
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
140
Perkembangan smartphone saat ini sudah sangat merebak. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi dan komunikasi. Smartphone yang beredar semakin memanjakan penggunanya ditambah dengan kemudahan dalam memperoleh aplikasi-aplikasi sebagai software pendukung smartphone. Dipasaran dapat dengan mudah ditemui provider-provider nya seperti Itune Store, Google Play Store, App World, Samsung Store, Ovi Store dan masih banyak lagi. Namun aplikasi-aplikasi yang bermunculan sebagian besar merupakan produksi luar dengan kata lain merupakan produk impor. Sedikit sekali anak bangsa yang ikut serta memproduksi aplikasi apalagi aplikasi yang memiliki konten lokal atau budaya lokal. Hal ini dianggap penting dalam memperkuat jati diri bangsa dan memperlihatkan eksistensi diri dalam dunia maya. Bila melihat kekayaan budaya, Indonesia memiliki banyak ragam budaya dari Sabang Sampai Merauke yang dapat diolah dan manfaatkan. Namun, kebudayaan Indonesia belum banyak digali dan dimanfaatkan sebagai konten lokal pada aplikasi-aplikasi smartphone. Penelitian ini mengangkat permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana menciptakan situasi dan ruang yang kondusif agar dapat secara aktif dan kreatif menumbuhkan keinginan untuk menciptakan aplikasi dengan konten budaya lokal b. Siapa saja aktor-aktor yang berperan aktif c. Bagaimana strategi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan hal tersebut Secara substansi, lingkup penelitian ini meliputi: 1. Konsep dan materi mengenai teknologi dan informasi khususnya pada smartphone. 2. Konsep dan materi tentang budaya lokal dan era globalisasi. 3. Strategi pemanfaatan budaya lokal dalam aplikasi-aplikasi smartphone Secara geografis, ruang lingkup penelitian ini membahas komunitaskomunitas teknologi android yang berada di Solo, Yogyakarta dan Semarang. Penelitian Potensi dan Pengembangan Kain Tapis Provinsi Lampung
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
141
Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan lingkungannya
kehidupannya maupun
Sang
baik
terhadap
Pencipta
Alam
Semesta. Karena itu munculnya Kain Tapis ini ditempuh
melalui
tahap-tahap
mengarah
kepada
kesempurnaan
waktu teknik
yang tenunnya,
maupun
cara-cara
memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Motif kain ini ialah kait dan konci, pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati.Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh. Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsurunsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsurunsur pengaruh tradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini.Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam antara tahun 1500 - 1700. Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan. Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
142
Bahan Dasar Tapis Lampung: Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang diangkat perkembangan kain tapis dari warna, corak dan teknik Tapis yang mengalami degradasi dari aslinya.Penelitian ini diharapkan dapat melestarikan kembali warna, corak dan tehnik asli dari Kain Tapis.
PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Perubahan Nomenklatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Puslitbangjak Ekraf merupakan unit kerja baru yang dibentuk sebagai tindak lanjut perubahan nomenklatur Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2011. Sebagai unit kerja baru maka sumber daya yang dimiliki Puslitbangjak Ekraf masih sangat terbatas. Sumber daya tersebut meliputi: SDM, anggaran dan sarana dan prasarana. 2. Anggaran Dari sisi anggaran, sebagai unit kerja baru maka anggaran Puslitbangjak Ekraf diusulkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP), sementara DIPA APBNP tahun 2012 baru ditetapkan pada bulan Oktober 2012, dan mulai dapat direalisasikan pada bulan November, sehingga waktu yang tersedia untuk pelaksanaan anggaran sangat singkat. Jika dibandingkan dengan pagu awal ketidakmaksimalan dalam realisasi anggaran disebabkan ada
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
143
beberapa kegiatan yang mendapat tanda bintang dari Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian
Keuangan,
sehingga
dari
pagu
awal
Rp. 15.000.000.000,- hanya sebesar Rp. 7.582.650.000,- yang disetujui untuk dilaksanakan. 3. Sumber Daya Manusia (SDM) Di dalam rencana kerja dan anggaran Puslitbangjak Ekraf Tahun 2012, terdapat 8 (delapan) kegiatan dengan 27 (dua puluh tujuh) aktivitas, sementara SDM Puslitbangjak Ekraf hanya terdiri 19 (sembilan belas) personil. Dengan waktu yang sangat singkat maka pelaksanaan kinerja menjadi kurang maksimal. 4. Sarana dan Prasarana Sebagai satuan kerja baru maka Puslitbangjak Ekraf belum ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kinerja.
PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Untuk menunjang kinerja Puslitbang Ekraf, maka perlu dilakukan peningkatan SDM baik dari kuantitas dengan menambah jumlah personil, maupun dari sisi kualitas dengan melaksanakan program pengembangan kapasitas (diklat dan sertifikasi) bagi staf maupun peneliti Puslitbangjak Ekraf. 2. Untuk mempertegas pelaksanaan fungsi administratif dan teknis, diperlukan uraian tugas yang jelas bagi pelaksana kegiatan dalam bentuk SOP sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. 3. Untuk memperlancar penyerapan anggaran, perlu peningkatan koordinasi yang baik antara pelaksana kegiatan dengan pengelola keuangan, sehingga kegiatankegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana secara optimal dan tertib dalam pertanggungjawaban anggaran. 4. Hasil kinerja selama tahun 2012 yang tertuang pada LAKIP akan menjadi bahan evaluasi untuk perencanaan dan pelaksana kegiatan yang lebih efektif dan efisien di tahun-tahun berikutnya. Dengan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif dan efisien, diharapkan peran Puslitbang Kebijakan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
144
Ekonomi Kreatif sebagai lembaga litbang yang menjadi penopang bagi unit kerja teknis lainnya bisa berjalan dengan baik.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp.15.000.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.1.994.081.200,- atau hanya sebesar 13.2% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 50.0%.
18
Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif”, dapat ditinjau dari jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukan agar para pelaku dapat menghasilkan karya atau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing. Peningkatan kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu: Workshop dan Coaching Clinic Pelaku Seni Pertunjukan, Fasilitasi Insan Film Berprestasi di Tingkat Internasional, Fasilitasi/Pendukungan Pemenang Lomba Penulisan Cerita Film, Workshop dan Coaching Pembuatan Naskah Film Yang Baik, Pendampingan Pengembangan Desain, Tatakelola Usaha, Pemasaran Batik dan Produk Batik Indonesia, Pendampingan Pengembangan Desain Produk Kriya dan Tatakelola Usaha bagi UKM, dll. Indikator dan target yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif adalah Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi, dan Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
145
a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi Proses kreasi dan produksi di industri kreatif merupakan proses penciptaan nilai tambah yang berbeda. Dalam proses kreasi, ide merupakan modal utama dalam menciptakan karya kreatif, sedangkan produksi memiliki tantangan bagaimana menjadikan ide menjadi sebuah karya komersial yang dapat dijadikan bisnis untuk menciptakan nilai ekonomi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan kreasi dan produksi kreatif antara lain melalui: kompetisi, coaching kreasi dan produksi, seminar, lokakarya, fasilitasi internship, fasilitasi kolaborasi produksi karya kreatif, fasilitasi eksperimen penciptaan karya kreatif
atau kegiatan lainnya yang dapat
meningkatkan kemampuan untuk berkreasi dan berproduksi. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
3.918
2.703
68,99
2.934 (EKSB)
2.230 (EKSB)
76,01 (EKSB)
984 (EKMDI)
473 (EKMDI)
48,07 (EKMDI)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi” mencapai 2.703 kajian. Realisasi untuk sektor EKSB tidak mencapai target, karena terbatasnya waktu sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung sasaran dimaksud tidak dapat dilaksanakan secara keselurahan. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 15.900.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 7.367.685.700,- atau hanya sebesar 46,34%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 46%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
146
b. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring Untuk
dapat
terus
meningkatkan
kreativitasnya,
pelaku
kreatif
ini
membutuhkan untuk membentuk jejaring untuk saling berbagi mengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan jejaring kreatif antara lain melalui: forum, gathering, festival, diskusi, talkshow, atau kegiatan lainnya yang dapat mempertemukan pelaku kreatif
untuk saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
2.594
3.634
140,09
2.278 (EKSB)
2.398 (EKSB)
105,27 (EKSB)
316 (EKMDI)
1.236 (EKMDI)
391,14 (EKMDI)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring” mencapai 3.634 orang. Peningkatan jejaring merupakan proses saling berbagi ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (EKSB) dan hal ini difasilitasi oleh Kemenparekraf. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Dari tabel dapat diamati bahwa target jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring sebanyak 2.278 orang sedangkan realisasi sebesar 2.356 orang. Indikator tersebut merupakan penjumlahan dari jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pagelaran seni pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di dalam dan luar negeri, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri, Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pameran seni rupa dan fotografi di dalam dan luar negeri dan jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
147
Capaian realisasi untuk jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pagelaran seni pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di dalam dan luar negeri adalah 1.090 orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri adalah 548 orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pameran seni rupa dan fotografi di dalam dan luar negeri adalah 685 orang. Capaian realisasi jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring adalah sebesar 75 orang. Dari tabel diatas terdapat satu indikator yang tidak mencapai target tetapi secara keseluruhan realisasi telah mencapai target yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf. Untuk sektor EKSB realisasi melebihi target karena tingginya minat para pelaku kreatif sektor EKSB dalam meningkatkan kreativitasnya yang pada akhirnya akan meningkatkan jejaring diantara pelaku kreatif. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Seminar Jejaring Kota Pusaka, Pendukungan Musik Indie Indonesia, Pendukungan Partisipasi Aktif pada Event Film Internasional, Pengiriman Film Indonesia ke Luar Negeri, Pengambilan Gambar, Sosialisasi dan Publikasi Film, Workshop dan Seminar Seni Rupa, Workshop dan Roadshow Lomba Foto, Pendukungan Karya Seni Rupa di Forum Internasional, dll Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 22.959.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp. 12.630.618.700,- atau hanya sebesar 55,01%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 55%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
19
Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
148
Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya reformasi birokrasi. Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut. Dalam UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan
Negara
dinyatakan
bahwa
untuk
mendukung
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Oleh karena itu, Kemenparekraf selaku instansi pemerintah yang menggunakan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan negara. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan keuangan adalah opini keuangan Kemenparekraf yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling rendah, yaitu: (1) Disclaimer; (2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (3) Wajar Tanpa
Pengecualian
(WTP)
terhadap
Laporan
Keuangan
Kemenparekraf.
Kemenparekraf berkewajiban untuk mencapai WTP dan mempertahankan predikat tersebut hingga akhir tahun 2014 mendatang. Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan”, ditandai oleh tertibnya administrasi keuangan. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
149
No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)
Target
Realisasi
WTP
Masih dalam proses pemeriksaan BPK
Capaian (%) -
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Opini keuangan Kemenparekraf” masih dalam proses pemeriksaan BPK. Indikator “Opini keuangan Kemenparekraf” berupa saat ini masih dalam proses audit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Kegiatan Percepatan dan Peningkatan Akuntabilitas Keuangan (SAI) 2. Kegiatan Sertifikasi Sertifikasi Barang/Jasa Pemerintah. 3. Kegiatan Bendaharawan. 4. Program Peningkatan SDM Pengelola Keuangan. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Tingkat Pemahaman SDM belum optimal. 2. Akurasi dan ketepatan penyajian laporan keuangan sangat menentukan. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Melaksanakan
Bimbingan
Teknis
Pengelolaan
Keuangan
secara
berkesinambungan. 2. Melakukan program pendampingan bersama APIP
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
150
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 9.240.700.000,- hanya digunakan sebesar Rp 8.558.770.310,- atau hanya sebesar 92,62 %. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100 %, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
20
Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya reformasi birokrasi. Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut. Perbaikan tata kelola pemerintahan dan penerapan sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) merupakan agenda penting dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan, yang direalisasikan dengan diimplementasikannya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Sasaran SAKIP adalah untuk: (1) menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya; (2) terwujudnya transparansi instansi pemerintah; (3) terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional; dan (4) terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Meningkatnya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
151
kualitas pelaksanaan SAKIP di lingkungan Kemenparekraf dapat diindikasikan dari perbaikan nilai SAKIP yang yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara
dan
Reformasi
Birokrasi
terhadap
dokumen
SAKIP
Kemenparekraf. Hasil penilaian SAKIP secara berurutan, dari urutan penilaian paling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A, dan AA. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)
Target
Realisasi
Capaian (%)
B
B
100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Predikat SAKIP Kemenparekraf” mencapai predikat B. Indikator “Predikat SAKIP Kemenparekraf” berupa Evaluasi akuntabilitas kinerja dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja seluruh instansi pemerintah, dan melihat bagaimana komitmen penerapan manajemen pemerintah yang berbasis kinerja dalam rangka mencapai salah satu sasaran reformasi birokrasi, yakni terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berorientasi pada hasil (outcome oriented). Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup review dan evaluasi atas aspek perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome serta kinerja lainnya. Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi (LHE) yang didalamnya memuat saran dan rekomendasi perbaikan kepada instansi yang dievaluasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara sistematis dan berkelanjutan. Selengkapnya hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara terhadap Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meliputi 5 (lima) komponen besar manajemen kinerja yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
152
Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja, dapat dilihat dalam matriks di bawah ini: Tabel III.4 Perbandingan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Kemenbudpar/Kemenparekraf 2007 – 2012 No.
KOMPONEN SAKIP
NILAI HASIL EVALUASI SAKIP
BOBOT PENILAIAN
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.
Perencanaan Kinerja
35%
16,83%
20,79%
24,27
23,91
24,72
25,11
2.
Pengukuran Kinerja
20%
7,20%
13,43%
12,58
12,92
14,44
13,32
3.
Pelaporan Kinerja
15%
8,14%
9,30%
10,28
10,25
11,13
12,04
4.
Evaluasi Kinerja
10%
5,60%
6,80%
9,00
6,33
6,48
6,97
5.
Capaian Kinerja
20%
15,41%
12,17%
11,03
15,59
13,14
12,97
NILAI HASIL EVALUASI
100%
53,18%
62,48%
67,14
69,00
69,90
70,41
PERINGKAT/11 BESAR
PREDIKAT PENILAIAN
8 dari
5 dari
3 dari
70
74
74
-
-
B
11 besar dari 79 B
11 besar dari
-
82 B
B
1. Hasil Evaluasi Tahun 2012 Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/3322/M.PAN-RB/11/2012 tanggal 30 November 2012 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil evaluasi Tahun 2012 menunjukan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendapat nilai 70,41%, atau predikat penilaian “B”, ada peningkatan sebesar 0,73% dari 69,90% pada tahun 2011.
Penyerahan Penghargaan oleh Menteri PAN dan Kemenparekraf, diterima oleh Sekjen Kemenparekraf
RB
kepada
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
153
Nilai sebagaimana tersebut di atas, merupakan akumulasi penilaian terhadap seluruh komponen manajemen kinerja yang dievaluasi dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan Kinerja (capaian 25,11%) Perencanaan kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah dilakukan dengan menyusun dokumen Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja. Kekurangan dalam hal perencanaan antara lain: 1) Renstra di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada hasil/outcome dan di lengkapi dengan indikator kinerja outcome yang relevan dan terukur. 2) Penetapan Kinerja belum seluruhnya menyajikan suatu perjanjian tentang hasil/kinerja yang akan dicapai. 3) Perencanaan kinerja belum dimanfaatkan secara optimal sebagai alat untuk mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja.
b. Pengukuran Kinerja (capaian 13,32%) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur keberhasilan entitas organisasi.
Kekurangan dalam pengukuran kinerja adalah: 1) Indikator-indikator kinerja yang digunakan, terutama di sebagian unit kerja belum seluruhnya relevan dan menggambarkan hasil, dan dapat diukur secara obyektif. 2) Indikator kinerja yang telah ditetapkan belum cukup untuk mengukur kinerja organisasi. 3) Kemenparekraf belum memiliki indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU Kementerian. 4) IKU dan pengukuran kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengendalian dan pemanfaatan kinerja.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
154
c. Pelaporan Kinerja (capaian 12,04%) Laporan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LAKIP)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011 telah disusun dan disampaikan secara tepat waktu kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, demikian juga LAKIP unit kerja telah disusun dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Kekurangan dalam sistem pelaporan kinerja antara lain: 1) LAKIP di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan informasi pencapaian sasaran yang berorientasi hasil/outcome melalui hasil
evaluasi
dan
analisis
yang
memadai
dengan
dilengkapi
pembandingan data kinerja. 2) LAKIP belum dimanfaatkan secara optimal terutma untuk peningkatan kinerja selanjutnya. d. Evaluasi Kinerja (capaian 6,97%) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah melakukan evaluasi atas LAKIP unit kerja. Adapun kekurangan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja, antara lain adalah: 1) Belum
secara optimal melakukan pemantauan tentang kemajuan
pencapaian kinerja beserta hambatannya. 2) Evaluasi
program
belum
seluruhnya
memberikan
rekomendasi-
rekomendasi perbaikan perencanaan kinerja. 3) Evaluasi Rencana Aksi belum dilaksanakan dalam rangka mengendalikan kinerja. 4) Hasil-hasil evaluasi kinerja belum secara optimal dimanfaatkan untuk perbaikan penerapan manajemen kinerja di lingkungan Kemenparekraf e. Capaian Kinerja (capaian 12,97%) Pencapaian kinerja dinilai dari aspek pencapaian target, dan keandalan data kinerja, serta keselarasan antara kinerja output dengan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
155
kinerja outcome. Selain itu capaian kinerja juga mencakup kinerja pencatatan keuangan, transparansi, penilaian dari stakeholder, termasuk penghargaan yang diperoleh. Capaian kinerja output sudah cukup baik. Sedangkan capaian outcome masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Rendahnya capaian outcome terutama disebabkan oleh indikator-indikator kinerja outcome yang kurang relevan dan tidak cukup untuk menggambarkan keberhasilan. Rekomendasi: a. Meningkatkan kualitas Renstra di lingkungan Kemenparekraf antara lain merumuskan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada outcome dan dilengkapi indikator kinerja yang relevan dan terukur. b. Menyusun Penetapan Kinerja dengan menyajikan suatu perjanjian kinerja yang menggambarkan hasil/kinerja yang akan dicapai. c. Perencanaan kinerja agar dimanfaatkan secara optimal sebagai alat untuk mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja. d. Menyelaraskan antara indikator kinerja kementerian dengan unit-unit kerja di bawahnya. e. Menyiapkan indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU kementerian. f. Meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil pengukuran kinerja sebagai media untuk pengendalian dan pemantauan kinerja. g. Menyajikan informasi pencapaian sasaran dalam LAKIP di lingkungan Kemenparekraf yang berorientasi pada hasil/outcome melalui evaluasi dan analisis yang memadai serta pembandingan data kinerja. h. Meningkatkan
kualitas
evaluasi
akuntabilitas
kinerja
di
lingkungan
Kemenparekraf. i.
Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja di seluruh jajaran Kemenparekraf untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel.
21
Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
156
Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya reformasi birokrasi. Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan dijelaskan pada bagian berikut. Terselenggaranya reformasi birokrasi yang efektif dapat diindikasikan dari perbaikan nilai Quality Assurance pelaksanaan reformasi birokrasi yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin tinggi nilai Quality Assurance, maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Di tahun 2012 ini sasaran “Terselenggaranya Reformasi Birokrasi”, ditandai oleh capaian Passing Grade Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan capaian nilai 48 yaitu pada Level 2 (range skor 41 – 50) dengan usulan besaran TK sekitar 45% dari Kementerian Keuangan. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)
Target
Realisasi
Capaian (%)
40
48
120
Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, yaitu nilai yang diberikan oleh Kementerian PAN & RB kepada Kemenparekraf yang menjadi tolak ukur efektifitas atau kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kemenparekraf. Sesuai Permen Pan dan RB No. 53 Tahun 2011, nilai yang diberikan kepada Kemenparekraf terkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi berdasarkan acuan nasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan oleh Komite
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
157
Pengarah RB Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan Quality Assurance RB ini menggunakan 8 (delapan) area perubahan grand design RB dengan mengaitkan program, kegiatan, agenda, dan hasil yang diharapkan dari proses RB pada tingkat mikro dalam periode tahun 2010 – 2014. Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Terselenggaranya Reformasi Birokrasi” mencapai nilai 48 atau 120%. Indikator “Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi”, berupa hasil penilaian atas kesiapan Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dilakukan oleh Deputi Program dan Reformasi Birokrasi/Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN)-Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penilaian dilakukan terhadap Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, serta dilengkapi dengan Berita Acara Validasi Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan. Tujuan dari penilaian adalah untuk memastikan ketepatan, kelengkapan, dan kualitas Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi, serta proses dan capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang didukung dengan bukti-bukti kuat. Dasar penentuan passing grade dan skor yang digunakan, serta besaran Tunjangan Kinerja (TK) yang diusulkan adalah sebagai berikut: Range Skor
Level
Keputusan
Usulan Besaran TK
0 – 10 11 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 - 100
0 1 2 2 3 3 4 4 5
Tidak diberikan TK Tidak diberikan TK Diberikan TK Diberikan TK Diberikan TK Diberikan TK Diberikan TK Diberikan TK Diberikan TK
Tidak diproses Tidak diproses 40% dari Kemenkeu 45% dari Kemenkeu 50% dari Kemenkeu 55% dari Kemenkeu 65% dari Kemenkeu 75% dari Kemenkeu 100% dari Kemenkeu
*) passing grade bagi K/L untuk mendapatkan tunjangan kinerja minimum level 2 dengan range skor antara 31 – 40.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
158
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mencapai nilai 48 yaitu pada Level 2 (range skor 41 – 50) dengan usulan besaran TK sekitar 45% dari Kementerian Keuangan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Rapat-rapat masing-masing area perubahan 2. Konsinyering penyusunan quick win 3. Evaluasi lapangan 4. Penentuan Job grading Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Penilaian terhadap Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi; Dokumen usulan telah memenuhi kelengkapan sebesar 82% berdasarkan kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun 2011. Road Map telah memenuhi kelengkapan sebesar 85% berdasarkan kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun 2011. NILAI DOKUMEN USULAN DAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI No.
Penilaian
Nilai ambang batas kelengkapan
Nilai capaian pemenuhan kelengkapan
1
Dokumen Usulan
≥ 70%
82%
2
Road Map
≥ 70%
85%
Mengingat kelengkapan Dokumen Usulan dan Road Map Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencapai nilai ambang batas 70%, maka dapat dilanjutkan ke tahap Verifikasi Lapangan. 2. Penilaian terhadap 9 (sembilan) Program Mikro Reformasi Birokrasi, yang meliputi: Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
159
Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Monitoring dan Evaluasi; 3. Verifikasi lapangan. Nilai dan level dari verifikasi lapangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diperoleh dengan cara memastikan ketepatan, kelengkapan, dan kualitas dokumen usulan dan road map Reformasi Birokrasi, serta proses dan capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilengkapi dengan buktibukti pendukungnya. Nilai Verifikasi Lapangan terhadap kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah 51 dengan rincian sebagai berikut: NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI TAHAP KESIAPAN PELAKSANAAN RB No.
Program
1.
Manajemen Perubahan
-
Plan (P)
Do (D)
Check (C)
Act (A)
PDCA
Skor 41
3.
Penataan Peraturan Perundang-undangan Program Penataan dan Penguatan Organisasi
4.
Penataan Tatalaksana
45
5.
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
43
6.
Penguatan Pengawasan
57
70
8.
Penguatan Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
59
9.
Monitoring dan Evaluasi
2.
7.
56
57
30
SKOR RERATA
51
4. Nilai Akhir Hal Dokumen Usulan Kekurangan Dokumen Usulan Road Map Kekurangan Road Map Rerata kekurangan Dokumen Usulan dan Road Map Verifikasi Lapangan
Parameter
Nilai 82% 18%
0,30
85% 15% 16,5%
51 Nilai Total Level
48 2
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
160
NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN 9 PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI NILAI
0
TAHAP
-
P
LEVEL
0
1
100
48 D 2
C 2
3
A 3
4
PDCA 4
5
5. Profil Berdasarkan hasil penelitian Verifikasi Lapangan terhadap 9 (sembilan) Program Mikro, didapatkan profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana pada grafik berikut ini.
Profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Monitoring dan Evaluasi
Peningkatan Kualitas 59 Pelayanan Publik
Manajemen Perubahan 30
41
70
Penataan Peraturan 56 Perundangan
Penataan dan Penguatan 57 Organisasi
Pengukuran Akuntabilitas
57 Penguatan Pengawasan 45
43 Penataan Sistem Manajemen SDM
Penataan Tatalaksana
Gambaran Capaian Proses RB di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Manajemen Perubahan
41
Penataan Peraturan Perundangan
56
Penataan dan Penguatan Organisasi
57
Penguatan Tatalaksana
45
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
43
Penguatan Pengawasan
57
Penguatan Akuntailitas
70
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
59
Monitoring dan Evaluasi
30 0
20
40
60
80
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
161
Kesimpulan 1. Kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dituangkan dalam Dokumen Usulan dan Road Map pada prinsipnya telah memenuhi persyaratan kelengkapan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrsasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 dengan nilai kelengkapan Dokumen Usulan mencapai 82% dan Road Map mencapai 85%. 2. Hasi verifikasi Lapangan terhadap pelaksanaan kesiapan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencapai nilai 50,80. 3. Nilai akhir kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi adalah 48,29 (LEVEL 2), yang merupakan nilai level minimum untuk dapat diajukan kepada KPRBN (setelah dilengkapi dengan Beriata Acara Validasi Job Grading) guna mendapat pertimbangan untuk disetujui sebagai instansi yang melaksanakan Reformasi Birokrasi dan diberikan penghargaan berupa Tunjangan Kinerja. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Belum adanya sosialisasi tentang Reformasi Birokrasi Indonesia (RBI) kepada seluruh staf dan pejabat di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, baik pusat maupun daerah, sehingga para pegawai belum mengetahui apa itu RBI. 2. Kurangnya kesadaran para pegawai di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terhadap anggaran berbasis kinerja yang merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan RBI. 3. Apabila RBI di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diberlakukan, maka tuntutan kehadiran dan kepulangan serta kinerja yang tinggi kepada seluruh pegawai sangat diharapkan.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
162
PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan melaksanakan sosialisasi tentang RBI kepada seluruh pegawai dan pejabat, diharapkan dengan adanya sosialisasi berdampak pada pemahaman dan implementasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 2. Setiap pegawai dan pejabat dituntut hasil kerja (kinerjanya).
22
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Terselenggaranya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berkualitas akan terwujud apabila didukung oleh kualitas SDM yang berkualitas. Kualitas SDM Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat dilihat dari jumlah SDM yang memiliki pendidikan lanjut yang mendalami sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pendidikan lanjut yang dimaksud adalah pendidikan pascasarjana, untuk Strata 2 dan Strata 3. Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki 414 orang dengan pendidikan akhir S2 dan 15 orang S3 yang mendalami sektor pariwisata serta fokus untuk mendalami tata kelola dan kebijakan di sektor pariwisata. Saat ini, dengan adanya sektor ekonomi kreatif dan untuk memperkuat sektor kepariwisataan, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan berupaya untuk memfasilitasi 80 orang dan 33 orang untuk mengikuti jenjang pendidikan akhir S2 dan S3 selama periode 2012 – 2014. Selain memfasilitasi SDM Kementerian Pariiwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga akan memperkuat SDM untuk difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis terkait dengan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif, sejumlah 1.476 orang selama periode 2012 – 2014.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
163
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia
Kemenparekraf dapat diukur
dengan indikator: Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; dan Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis. a. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi Jumlah pegawai yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu jumlah pegawai Kemenparekraf yang meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (Strata 2 dan Strata 3) untuk memperdalam pengetahuan pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta pengaturan kebijakan publik. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
9
9
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi” mencapai 9 orang. b. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi, yaitu jumlah aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diberikan pembekalan melalui materi yang relevan dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Secara teknis, pembekalan tersebut diserahkan kepada masingmasing satker sehingga materi diklat dapat diberikan secara spesifik untuk pengembangan destinasi, pemasaran pariwisata, pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desain dan iptek, pengembangan SDM, pengawasan dan peningkatan akuntabilitas
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
164
aparatur, dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif lainnya, serta sarana dan prasarana aparatur. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 2.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
636
604
94,96
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis” mencapai 604 orang atau 94,96% Hal ini disebabkan karena
selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2012, terjadi beberapa kendala sehingga capaian kinerja tidak sesuai dengan target seperti yang telah ditetapkan. Kendala tersebut pada kegiatan : 1. Diklat Pim Tk. II, dengan capaian 33,33 %, dikarenakan kuota peserta ditentukan oleh Lembaga Administrasi Negara hanya tersedia untuk 2 orang peserta, dari yang telah ditargetkan sebanyak 6 orang. 2. Capaian terendah berikutnya adalah Diklat Bahasa Asing (TOEFL) yaitu 76,66 %, dari yang ditargetkan 120 orang pada pelaksanaannya tercapai 92 orang peserta, hal tersebut dikarenakan terkendala adanya proses revisi DIPA yang menyebabkan kegiatan di lingkungan Kementerian Parekraf dilaksanakan dalam jangka waktu hampir bersamaan sehingga banyak pegawai yang melaksanakan kegiatan dan berakibat pada kurangnya pegawai untuk memenuhi kuota peserta. Indikator “Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis” berupa Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan Manajemen dan Teknis, Jumlah Dokumen Perencanaan dan Evaluasi Diklat, Jumlah Dokumen Kurikulum dan Modul, serta Jumlah Dokumen Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
165
1. Diklat Kepemimpinan Tingkat II 2. Diklat Kepemimpinan Tingkat III 3. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan I 4. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan II 5. Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Dasar Angkatan I 6. Diklat Teknis Ekonomi Kreatif Tingkat Dasar 7. Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Lanjutan 8. Diklat Teknis Pariwisata Spesialisasi Bidang MICE Tingkat Dasar 9. Diklat Bahasa Asing 10. Pelatihan Kewirausahaan Bagi Pegawai Menjelang Masa Purnabakti (Pensiun) 11. Pelatihan Pengembangan Diri Angkatan I 12. Pelatihan Motivasi Berprestasi / Achievement Motivation Traning (AMT) 13. Diklat Bagi Penyelenggara Diklat (Training Officer Course) 14. Diklat Bahasa Asing (TOEFL Preparation) 15. Pelatihan Pengembangan Diri Angkatan II 16. Diklat Bahasa Asing (II) 17. Pelatihan Training For Trainers (TOT) 18. Pelatihan Jurnalistik PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Perencanaan kinerja dan penganggaran yang belum optimal karena harus dilakukan beberapa penyesuaian (revisi) dokumen anggaran (RKAKL, DIPA, POK) yang menyebabkan keterlambatan dalam penyerapan anggaran. 2. Masih terbatasnya jumlah dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. 3. Sarana dan Prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya terpenuhi.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
166
PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai penyelenggara Diklat SDM Aparatur, perlu kiranya memperkuat peran kelembagaan Pusdiklat Pegawai agar dapat lebih efektif dalam mengendalikan pelaksanaan kediklatan. 2. Diperlukan komitmen dan dukungan pimpinan dari setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pelaksanaan Diklat. 3. Diperlukan monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan diklat secara optimal agar program dan kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan target indikator kinerja yang ditetapkan. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 10.725.500.000,- hanya digunakan sebesar Rp 10.028.811.500,- atau hanya sebesar 93.50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 94,96%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
23
Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Dengan perubahan Kemenbudpar menjadi Kemenparekraf, diperlukan SDM baru yang dapat mengisi posisi untuk sektor ekonomi kreatifkhususnya, sehingga pengembangan ekonomi kreatif akan ditangani oleh SDM yang memiliki pengetahuan
serta
kompetensi
yang
sesuai
dengan
sektor
yang
akan
dikembangkan. Kuantitas SDM Kemenbudpar yang akan diberikan penugasan di Kemenparekrafadalah sebanyak 1.917 pegawai dengan, dimana saat ini, SDM tersebut memiliki detail penugasan pada masing-masing unit eselon 1dan unit pelaksana teknis adalah sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
167
1. 186 orang di Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata; 2. 254 orang di Ditjen Pemasaran Pariwisata; 3. 173 orang di Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film; 4. 104 orang di Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 5. 394 orang di Sekretariat Jenderal; 6. 74 orang di Inspektorat Jenderal;dan 7. 732 orang pada UPT Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (STP Bandung, STP Bali, Akpar Medan, dan Akpar Makassar) Penambahan SDM ekonomi kreatif sangatlah dibutuhkan pada Kemenparekraf khususnya pada sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain dan iptek, karena saat ini Kemenparekraf tidak memiliki SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan sektor ini. Penambahan SDM Kemenparekraf juga dirasakan perlu dilakukan tekait adanya SDM yang pensiun dan rotasi pada tahun berjalan. Kemenparekraf memiliki rencana untuk memperkuat tenaga pengajar di UPT Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2012 dengan menambah 186 jabatan fungsional pendidik, dan hingga tahun 2014 Kemenparekraf bermaksud untuk memperkuat SDM sejumlah 395 staf dengan latar belakang pendidikan: teknologi informasi, ekonomi akuntansi, administrasi, ilmu hukum, kesenian, komunikasi, desain, kepariwisataan, ekonomi manajemen, sosial politik-ilmu budaya, geografi, statistik, ilmu ekonomi, dan ilmu sastra. Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf
yang akan mengembangkan
pariwisata dan ekonomi kreatif, jumlah kuantitas SDM Kemenparekraf secara langsung akan berperan dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif dengan tujuan utama mencapai arahan strategis Kementerian. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)
Target
Realisasi
Capaian (%)
134
130
97,01
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
168
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif” mencapai 130 orang atau 97,01, karena terdapat 4 (empat) orang tenaga honor yang tidak memenuhi syarat untuk diusulkan dalam pengangkatan CPNS TMT 1 Desember 2013, sebagai berikut: No.
Nama
Unit Kerja
Keterangan
1.
Salasi
BPCB Makassar
Tidak diusulkan dari unitnya, karena ijazahnya diragukan keabsahannya.
2.
Mustofa
BPCB Makassar
Karena kondisi yang bersangkutan dalam keadaan sakit SK Tahun 2010 terputus, sedangkan untuk diangkat sebagai CPNS, SK Honorer yang bersangkutan harus terus-menerus
3.
Hamzah
BPCB Makassar
SK Honor tahun 2005 s.d. 2008 tidak ada, sehingga tidak memenuhi syarat untuk diangkat sebagai CPNS
4.
Gamel Harahap
BPCB Aceh Besar
Telah diusulkan tetapi ada masalah dalam ijazah dimana untuk tanggal lahir yang bersangkutan ada perbedaan dengan data induk sekolah tersebut, sehingga pihak Kepala Sekolah tidak mau melegalisir
C. Capaian RPJMN 2010 – 2014 Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
169
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 mengatur tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014. Peraturan Presiden ini menetapkan 3 jenis prioritas pembangunan, yaitu: 1. Prioritas nasional, berisikan prioritas pembangunan nasional 2010-2014; 2. Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan, berisikan prioritas bidang pembangunan; 3. Pembangunan berdimensi kewilayahan, berisikan prioritas pembangunan kewilayahan.
1. PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL Visi dan misi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada periode 2010-2014
telah
memudahkan
dijabarkan
implementasi
ke dan
dalam
sejumlah
pengukuran
program
indikator
prioritas
untuk
keberhasilan
dari
implementasi program tersebut. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional, yaitu: (1) reformasi
birokrasi
dan
tata
kelola;
(2)
pendidikan;
(3)
kesehatan;
(4)
penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Sebelas prioritas nasional pada dasarnya merupakan upaya untuk: a. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik, yaitu meliputi: prioritas 5 ketahanan pangan, prioritas 6 infrastruktur, prioritas 8 energi, serta prioritas 10 daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; b. Perbaikan infrastruktur lunak, yaitu meliputi: prioritas 1 reformasi birokrasi dan tata kelola dan prioritas 7 iklim investasi dan iklim usaha; c. Penguatan infrastruktur sosial, yaitu meliputi: prioritas 2 pendidikan, prioritas 3 kesehatan, prioritas 4 penanggulangan kemiskinan dan prioritas 9 lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; dan d. Pembangunan kreativitas, yaitu meliputi: prioritas 11 kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
170
e. Selain 11 prioritas nasional, terdapat prioritas nasional lainnya di bidang: (1) Politik, hukum dan keamanan; (2) Perekonomian; (3) Kesejahteraan rakyat yang merupakan prioritas bagi Presiden RI periode 2010-2014. Penugasan yang menjadi tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: (1) prioritas 4 terkait dengan penanggulangan kemiskinan; (2) prioritas 11 terkait dengan penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi; (3) prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat; (4) prioritas nasional lainnya bidang ekonomi. a. Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan kemiskinan bertujuan menurunkan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan memperbaiki distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat. Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah: 1) Melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sektor pariwisata, melalui pengembangan desa wisata; 2) Mendukung percepatan penyerapan KUR pada sektor-sektor industri kreatif.
b. Penguatan Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Penguatan
kebudayaan,
kreativitas,
dan
inovasi
teknologi
bertujuan
mengembangkan dan melindungi kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagi tumbuhmapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yang disertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi oleh keunggulan Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan. Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah: Mendukung pengembangan sarana, melalui fasilitasi sarana bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya 1) Mendukung program penciptaan, melalui fasilitasi perolehan paten dan HKI, serta pengkajian dan penerapan inkubasi teknologi. 2) Melaksanakan pengembangan kesenian dan perfilman nasional;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
171
3) Mendukung inovasi teknologi melalui peningkatan kemampuan inovasi dan kreativitas pemuda.
c. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat Prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat terdiri dari 10 substansi inti pembangunan. Kemenparekraf merupakan penanggung jawab utama pada 4 substansi inti, yaitu: 1) Peningkatan jumlah wisman dan wisnus sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun; 2) Promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif; 3) Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata; dan 4) Peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di wilayah Asia. d. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Ekonomi Prioritas nasional lainnya bidang ekonomi terdiri dari 3 substansi inti pembangunan, yaitu pengembangan industri, diplomasi perdagangan, pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kemenparekraf memiliki tanggung jawab utama dalam pengembangan industri, mengacu pada Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, khususnya yang terkait industri kreatif, seperti: kerajinan; fesyen; piranti lunak; pasar barang seni; permainan interaktif; dan konten multimedia lainnya. Tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: 1) Menguatkan keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai dari industri; 2) Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti industri daerah; 3) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber daya terbarukan; 4) Mengembangkan industri kecil dan menengah; 5) Menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif; dan 6) Mendorong pertumbuhan klaster industri. LAK — KEMENPAREKRAF 2012
172
Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran dalam pelaksanaan RPJMN 2010 – 2014 untuk tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.
1
Meningkatnya jumlah desa wisata melalui PNPM bidang pariwisata
Peningkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Sektor Pariwisata, melalui: penyerahan PNPM mandiri pariwisata di desa wisata, gelar karya pemberdayaan masyarakat, pembuatan bahan-bahan informasi PNPM pariwisata, pendampingan pnpm mandiri di sektor pariwisata, temu nasional PNPM mandiri pariwisata, penghargaan desa wisata (PNPM pariwisata), fasilitasi komunikasi jejaring desa wisata, fasilitasi pemanfaatan CSR dalam rangka pengembangan
desa
wisata,
fasilitasi
pemanfaatan
KUR
dalam
rangka
pengembangan desa wisata, bansos PNPM mandiri pariwisata tahun 2012. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No 1.
Indikator Jumlah desa wisata
Target
Realisasi
978 Desa
978 Desa
Capaian (%) 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” mencapai 978 desa atau 100%. Indikator “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan LAK — KEMENPAREKRAF 2012
173
sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan.
2
Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
Indikator
1.
Jumlah wisatawan mancanegara
Target
Realisasi
8 juta Orang
8,04 juta Orang
Capaian (%) 100,5
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
Indikator
Target
Realisasi
Capaian (%)
2.
jumlah pergerakan wisatawan nusantara
245.000.000
245.000.000
100%
3
Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
174
No
1.
Indikator
Partisipasi pada bursa pariwisata internasional, pelaksanaan misi penjualan (sales mission), dan pendukungan penyelenggaraan festival
Target
Realisasi
76 Event
126 Event
Capaian (%) 165,79
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
Indikator
Target
Realisasi
Capaian (%)
2.
Penyelenggaraan perwakilan promosi pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Promotion Representative Officers) di luar negeri
13 kota
13 kota
100%
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
Indikator
Target
Realisasi
Capaian (%)
3.
Penyelenggaraan promosi langsung (direct promotion), dan penyelenggaraan event pariwisata berskala nasional dan internasional
67 Event
67 Event
100
4
Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
175
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
Indikator
1.
Jumlah dukungan fasilitas pariwisata
5
Target
Realisasi
Capaian (%)
29 lokasi
29 lokasi
100
Meningkatnya kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawasan Asia
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
1.
Indikator
Jumlah tenaga kerja yang memiliki sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata
Target
Realisasi
15.000 Orang
21.500 Orang
Capaian (%) 143,3
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
2.
Indikator
Jumlah sumber daya yang dilatih di bidang kebudayaan dan kepariwisataan
Target
Realisasi
1.175 Orang
1.045 Orang
Capaian (%) 88,9
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No
Indikator
Target
Realisasi
3.
Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di 4 UPT pendidikan tinggi pariwisata
1.383 Orang
1.216 Orang
Capaian (%) 87,9
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
176
Indikator kinerja “Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di 4 UPT pendidikan tinggi pariwisata” dalam penetapan kinerja 2012 berubah menjadi “Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja”, dan capaian kinerja pada tahun 2012 mencapai 1.216 orang dari target 1.383 orang atau 87,9%. Hal tersebut disebabkan perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan sebagai alumnus (lulusan), sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi secara substansi jumlah lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja sebenarnya tercapai. PERMASALAHAN DAN KENDALA Pembangunan kepariwisataan telah menunjukkan pencapaian yang cukup menggembirakan, namun demikian masih terdapat permasalahan yang dihadapi, antara lain: (1) Belum optimalnya kemitraan antarpelaku pariwisata yang didukung oleh koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi intra dan antarlembaga, pusat dan daerah; (2) Masih rendahnya daya saing destinasi pariwisata; (3) Peningkatan pemanfaatan media elektronik, cetak, dan berbasis teknologi informasi untuk promosi pariwisata; dan (4) Peningkatan kualitas dan profesionalisme SDM pariwisata termasuk kesiapan masyarakat di daerah.
LANGKAH TINDAK LANJUT Dalam pembangunan pariwisata, tindak lanjut yang akan dilaksanakan antara lain: (1) Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi lintas lembaga dan lintas sektor dalam pembangunan kepariwisataan melalui penyusunan peraturan perundangan mengenai tata kerja, mekanisme, dan hubungan koordinasi strategis lintas sektor seperti prasarana umum dan promosi pariwisata dan kerja sama luar negeri; (2) Menyusun perencanaan destinasi pariwisata nasional, kawasan strategis pariwisata
nasional,
dan
fasilitasi
pendukungan
penyusunan
perencanaan
pembangunan kepariwisataan daerah; (3) Meningkatkan pemanfaatan berbagai media dan teknologi informasi sebagai sarana promosi pariwisata; pengembangan kerja sama pemasaran dan promosi pariwisata dengan lembaga terkait di dalam dan di luar, terutama kerja sama antar travel-agent dan antar tour operator di dalam maupun di luar negeri; dan (4) Meningkatkan pengembangan profesionalisme sumber daya manusia di bidang pariwisata melalui pendidikan dan pelatihan SDM dan pendidikan tinggi bidang pariwisata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
177
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB IV PENUTUP
ab IV Penutup
BAB IV PENUTUP Kemenparekraf di masa mendatang memiliki komitmen untuk meningkatkan kinerja dan melakukan inovasi dalam menyusun dan melaksanakan program pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dan apa yang telah berhasil dicapai pada tahun 2012 ini akan menjadi motivasi bagi kementerian untuk melaksanakan tugas dengan lebih baik lagi. Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif akan tetap mengacu kepada arah kebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat nasional dan akan meneruskan hal yang positif yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini. Sebagai salah satu langkah yang nyata dalam membangun sekaligus meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun 2012 diantaranya melalui branding baru “Wonderful Indonesia”, yang mengacu pada lima kriteria, yaitu: 1. Wonderful nature, Indonesia memiliki tempat-tempat yang indah dan terkenal seperti Bali, Candi Borobudur, Bromo, Komodo, Raja Ampat dengan daya tarik pantai, laut, gunung, hutan, savana, serta keaneka-ragaman flora dan fauna. 2. Wonderful culture, Indonesia memiliki daya tarik budaya yang beraneka ragam dari Sabang hingga Merauke sehingga menjadi aset dalam mengembangkan pariwisata. 3. Wonderful people, masyarakat Indonesia sejak dulu di kenal ramah dan murah senyum sehingga menarik bagi wisatawan. 4. Wonderful
food, makanan atau kuliner Indonesia terkenal di dunia. Aneka
macam makanan merupakan bagian dari kekayaan budaya masyarakat Indonesia. 5. Wonderful value money, nilai uang yang dikeluarkan setiap wisman, dalam soal harga menjadikan pariwisata Indonesia memiliki daya saing tinggi. Misalnya dalam hal tarif dan pelayanan hotel di Indonesia jauh lebih menarik dibandingkan negara lain.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
178
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan kinerja yang baik melalui pelaksanaan serangkaian program-program yang diembannya yaitu: 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 3. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 4. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 5. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 6. Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif 7. Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 8. Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK Secara umum kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2012 dapat dinyatakan berhasil, hal ini dapat dilihat dari tercapainya sasaransasaran sebagaimana telah ditetapkan. Berdasarkan realisasi sasaran tahunan 2012 diketahui bahwa secara rata-rata sasaran telah tercapai dan telah berhasil dilaksanakan dari target yang telah ditetapkan di tahun 2012, sehingga menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan di tahun anggaran berikutnya.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
179
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN (PPS) Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran
No
: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : 2012
Sasaran
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
%
1.
Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)
4,15
3,90
93,98
2.
Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
8,03
9,77
122
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)
7,00
8,81
126
3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)
12,66
34,60
273,3
3.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)
4,43
3,97
89,6
4.
Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia
1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)
8,96
9,12
101,7
171,50
171,50
100
2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 1
LAMPIRAN
No
Sasaran
Indikator Kinerja Utama (IKU)
3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) 5.
6.
7.
Target
Realisasi
%
1.100
1.133,81
103,07
700
700
100
8
8,04
100,5
Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)
245
245
100
Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)
4,04
4,03
99,7
Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)
15
15
100
1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)
29
29
100
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)
978
978
100
3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)
13
17
130
Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 2
LAMPIRAN
No
8.
Sasaran
Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
%
63,5
53,35
115,98
2. JumlahVisit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13
13
100
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
474
496,29
104,70
1.848
2.390
129
Base line (x)
n/a
n/a
7,29
6,908
94,76
4,68 (EKMDI)
3,468 (EKMDI)
74,10 (EKMDI)
2,5 (EKSB)
3,44 (EKSB)
137,6 (EKSB)
8,25 5,41 (EKMDI) 2,81 (EKSB)
6,34 (EKMDI) 6,34 (EKSB)
76,85 (EKMDI) 225,62 (EKSB)
1. Rasio Konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei) 9.
10.
Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif
Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) Koreksi dari EKMDI: Tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada tingkat partisipasi angkatan kerja
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 3
LAMPIRAN
No
Sasaran
Indikator Kinerja Utama (IKU)
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
11.
12.
Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia
Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)
Target
Realisasi
%
3,08
2,6
84,42
2 (EKMDI)
1,18 (EKMDI)
59 (EKMDI)
2,97 (EKSB)
1,42 (EKSB)
47,81 (EKSB)
7,28
9,81
134,75
4,53 (EKMDI)
2,29 (EKMDI)
48,56 (EKMDI)
2,65 (EKSB)
7,52 (EKSB)
283,77 (EKSB)
1.193
2.013
168,73
77 (EKMDI)
51 (EKMDI)
66,23 (EKMDI)
1.116 (EKSB)
1.962 (EKSB)
175,81 (EKSB)
9,26
7,65
82,61
9 (EKMDI)
(EKMDI)
(EKMDI)
7,65 (EKSB)
7,65 (EKSB)
100 (EKSB)
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 4
LAMPIRAN
No
Sasaran
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
%
Base line (x)
-
-
3
4
133,33
1.383
1.216
87,9
10
6
60
15.000
21.500
143,3
Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
10
9
90
Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)
10
5
50
13
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
14.
Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)
15.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)
16.
Meningkatnya 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan profesionalisme pelaku sektor ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) pariwisata dan ekonomi kreatif 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)
17.
Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 5
LAMPIRAN
No
18.
Sasaran
Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif
Indikator Kinerja Utama (IKU)
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)
Target
Realisasi
%
3.918
2.703
68,99
2.934 (EKSB)
2.230 (EKSB)
76,01 (ESKB)
984 (EKMDI)
473 (EKMDI)
48,07 (EKMDI)
2.594
3.634
140,09
2.278 (EKSB)
2.398 (EKSB)
105,27 (EKSB)
316 (EKMDI)
1.236 (EKMDI)
391,14 (EKMDI)
WTP
Masih dalam proses pemeriksaan BPK
-
19.
Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)
20.
Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)
B
B
100
21.
Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance(QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)
40
48
120
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 6
LAMPIRAN
No
22.
23.
Sasaran
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
%
1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)
9
9
100
2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)
636
604
94,96
Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)
134
130
97,01
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2012 ..................... Rp 2.729.524.002.000,Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2012 ..... Rp 2.228.428.536.652,-
Jakarta,
Maret 2012
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sekretaris Jenderal
Drs. Ukus Kuswara, M.M.
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 7