RENCANA PENGEMBANGAN USAHA SELAI BELIMBING MELALUI PENDEKATAN WIRAKOPERASI PADA KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI DI KOTA DEPOK
SELLY ARVIANI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014 Selly Arviani NIM H34124051
iii
ABSTRAK SELLY ARVIANI. Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA. KUB Harapan Sejahtera Abadi berdiri pada tahun 2009 mengolah buah belimbing dewa grade C menjadi dodol dan jus, kemudian KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki rencana pengembangan usaha dengan memproduksi selai belimbing untuk meningkatkan nilai tambah dari buah belimbing. Rencana pengembangan usaha yang dilakukan dengan cara proses produksi yang menggunakan teknologi dan memperluas pasar di luar negeri. Target pasar dari produk selai belimbing ini adalah masyarakat kalangan menengah ke atas di negara Malaysia. Selai belimbing dijual dengan harga US$ 2 atau Rp23 600 per botol ukuran 250 gram. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp1 264 144 175, Gross B/C sebesar 1.05, Net B/C sebesar 2.0, IRR Sebesar 53.6% dan Payback Period selama 4.27 tahun. Melalui pendekatan wirakoperasi, petani memperoleh harga jual buah belimbing grade C yang tinggi yaitu Rp12 900 di tahun pertama sampai tahun kelima dan Rp15 700 di tahun keenam sampai tahun kesepuluh. Kata kunci : rencana pengembangan usaha, selai belimbing, wirakoperasi.
ABSTRACT SELLY ARVIANI. Starfruit Jam Business Development Plan with Cooperative Entrepreneur Approach on KUB Harapan Sejahtera Abadi in Depok. Guided by LUKMAN MOHAMMAD BAGA. KUB Harapan Sejahtera Abadi established in 2009 to process star fruit “Dewa” grade C quality into lunkhead and juice, and then KUB Harapan Sejahtera Abadi has a business development plan to produce starfruit jam in order to increase the added value of star fruit. Business development plan which is done by using technology in the production process and expanding overseas markets. The target market of this starfruit jam products are people in the upper middle class society in the Malaysia. Starfruit jam sold for US$ 2 or Rp23 600 per each bottle with size of 250 grams. NPV values obtained Rp1 264 144 175, Gross B/C 1.05, Net B/C 2.0, IRR 53.6% and Payback Period for 4.27 years. With cooperative entrepreneur approach, farmers obtain higher selling price of star fruit grade C quality is Rp12 900 in the first year until the fifth year and Rp15 700 in the sixth year until the tenth year. Keywords: business development plan, cooperative entrepreneur, starfruit jam.
v
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA SELAI BELIMBING MELALUI PENDEKATAN WIRAKOPERASI PADA KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI DI KOTA DEPOK
SELLY ARVIANI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
vii
Judul Skripsi: Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok Nama : Selly Arviani NIM : H34124051
Disetujui oleh
Dr Ir Lukman M. Baga, MA Ec Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah rencana pengembangan usaha, dengan judul Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MAEc selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi, MS selaku penguji utama sidang, Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi selaku penguji akademik, Ibu Ir Narni Farmayanti, MSc selaku pembimbing akademik, dan Safira Fathin selaku teman satu bimbingan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi, staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, staf Dinas Pertanian Kota Depok, dan pihakpihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, kakak, adik, dan teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Selly Arviani
xi
DAFTAR ISI DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiii PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Perumusan Masalah 4 5 Tujuan Kegunaan Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 Makanan dan Minuman Olahan Buah 6 Wirakoperasi 7 Pengembangan Usaha 8 KERANGKA PEMIKIRAN 8 Kerangka Pemikiran Teoritis 8 Kerangka Pemikiran Operasional 20 METODE PENELITIAN 23 Lokasi dan Waktu Penelitian 23 Jenis dan Sumber Data 23 Metode Pengumpulan Data 23 Metode Analisis Data 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 Sejarah KUB Harapan Sejahtera Abadi 27 Visi dan Misi, Tujuan, Program/Rencana Pengembangan KUB Harapan Sejahtera Abadi 28 RENCANA PENGEMBANGAN USAHA 29 Rencana Pemasaran 29 Rencana Produksi 32 Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia 45 Rencana Kemitraan 51 53 Jenis – Jenis Risiko Usaha Rencana Keuangan 55 Asumsi Dasar 55 Hasil Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi 61 SIMPULAN DAN SARAN 63
Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
63 63 64 67 83
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok tahun 2009 - 2013 Volume ekspor selai berdasarkan negara tujuan tahun 2009 - 2013 Tarif pajak penghasilan untuk badan usaha Rekapitulasi rencana strategi pemasaran perusahaan vs pesaing Rencana jumlah produksi selai belimbing Rencana jadwal produksi harian selai belimbing Rincian penentuan jumlah tenaga kerja Rincian gaji karyawan per bulan Rincian biaya operasional
1 3 14 30 40 40 48 51 58
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran operasional rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi 22 2 Selai belimbing 33 3 Timbangan buah 34 4 Botol Selai Belimbing 34 5 Mesin Autoclave 35 6 Mesin Blender 36 7 Alat penyaring 36 8 Mesin pengaduk selai 37 9 Mesin filling semi otomatis 38 10 Mesin induksi sealer 38 11 Mesin carton sealer 39 12 Struktur organisasi KUB Harapan Sejahtera Abadi 47
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Tata letak (layout) pabrik selai belimbing 69 Biaya investasi usaha selai belimbing 68 Biaya tetap usaha selai belimbing 69 Biaya variabel usaha selai belimbing 71 Modal pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan KUB Harapan Sejahtera Abadi 73 6 Laporan arus kas (cash flow) 74 7 Laporan Laba rugi 79
1
PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, selain itu buah-buahan juga telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sub sektor hortikultura maupun sektor pertanian yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) (Direktorat Jenderal Hortikultura 2013). Produk Domestik Bruto (PDB) untuk buah-buahan pada tahun 2010 sebesar 1.95%, tahun 2011 sebesar 2.0%, dan pada tahun 2012 sebesar 1.86%, namun buah-buahan tetap memberikan kontribusi terbesar kedua setelah tanaman padi pada kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) komoditas tanaman bahan makanan tahun 2010 - 2012 (Pusdatin 2013). Buah selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, juga dapat diolah menjadi produk olahan makanan dan minuman. Kota Depok merupakan salah satu kota yang terkenal dengan komoditas buah-buahan. Buah belimbing manis varietas dewa merupakan buah yang dihasilkan dari Kota Depok. Kota Depok juga memiliki daerah sentra penghasil buah belimbing manis varietas dewa yang tersebar di enam kecamatan yaitu kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo dan Beji. Buah belimbing dapat berbunga sepanjang tahun serta dapat dipanen tiga kali dalam setahun. Buah belimbing manis varietas dewa, memiliki keunggulan dari dari segi bentuk, rasa yang manis, memiliki warna yang menarik. Buah belimbing dewa telah menjadi icon Kota Depok sejak tahun 20071. Komoditas unggulan Kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas belimbing manis, jambu biji merah, rambutan, pepaya, pisang, nangka, dan cempedak. Perkembangan produksi buah-buahan Kota Depok dapat diamati pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok tahun 2009 - 2013 Tahun (Kuintal) No Komoditi 2009 2010 2011 2012 2013 1 Belimbing 50 051 46 213 54 660 49 114 49 038 2 Jambu biji merah 19 267 16 669 18 485 18 779 13 026 3 Pisang 13 374 13 486 17 995 11 145 8 344 4 Pepaya 28 430 20 085 17 958 21 054 17 012 5 Rambutan 27 019 16 752 16 535 12 186 6 494 6 Nangka/cempedak 4 371 5 828 7 156 11 882 1 968 Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok (2014).
Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi buah belimbing pada tahun 2009 sebesar 50 051 kuintal, pada tahun 2010 produksi buah belimbing menurun sebesar 3 838 kuintal menjadi 46 213 kuintal. Tahun 2011 produksi buah belimbing meningkat sebesar 8 447 kuintal menjadi 54 660 kuintal, kemudian pada tahun 2012 produksi buah 1
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=92843belimbingikonkotadepok (Diacu 11 Maret 2014)
2
belimbing menurun sebesar 5 546 kuintal menjadi 49 114 kuintal. Selanjutnya, tahun 2013 produksi buah belimbing kembali menurun sebesar 76 kuintal menjadi 49 038 kuintal, namun buah belimbing tetap memberikan kontribusi terbesar dari segi kuantitas atau berat buah pada tabel perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok tahun 2009 – 2013. Buah belimbing dikelompokkan berdasarkan grade yaitu grade A, grade B, dan grade C. Berat buah belimbing grade A berbobot diatas 250 g, grade B berbobot antara 150 - 250 g, dan grade C berbobot kurang dari 150 g. Harga buah belimbing dewa grade A adalah Rp15 000, harga buah belimbing grade B adalah Rp10 000 dan harga buah belimbing grade C adalah Rp8 000. Buah belimbing dewa grade C yang total panen mencapai 20% dalam bentuk segar kurang diminati dan tidak laku di pasaran apabila tidak dimanfaatkan, akan dapat terbuang dan mengakibatkan penurunan pendapatan petani yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing dewa grade C laku terjual. Buah belimbing dewa ditinjau dari segi kualitas, antara grade A, grade B dan grade C tidak memiliki perbedaan tetapi, ukuran buah pada grade C lebih kecil dibandingkan buah grade A dan grade B. Buah belimbing dewa grade C yang kurang diminati konsumen dapat dibuat aneka olahan makanan dan minuman yang lebih tahan lama serta dapat meningkatkan nilai tambah dari buah belimbing. Olahan buah belimbing dewa cukup beragam seperti dodol, sirup, jus dan selai. Buah belimbing dewa grade C diolah menjadi dodol dan jus belimbing oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera Abadi yang berdiri sejak tahun 2009 dengan anggota kelompoknya terdiri dari ibu-ibu kompleks perumahan Sawangan Permai. KUB Harapan Sejahtera Abadi sudah memasarkan dodol dan jus belimbing dengan merek Rasa Dewa ini di Pesona Rasa yang merupakan toko kue dan oleholeh khas Kota Depok. Penjualan dodol dan jus belimbing Rasa Dewa di Pesona Rasa relatif stabil, sehingga diperlukan rencana pengembangan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan mengolah buah belimbing dewa grade C menjadi selai belimbing, karena buah belimbing dewa tersedia dalam jumlah besar, buah belimbing dewa merupakan icon Kota Depok, serta adanya peluang pasar ekspor selai ke luar negeri menurut sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selai merupakan produk makanan semi padat atau kental yang terbuat dari 45% dari berat buah (cacah buah) dan 55% berat gula. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti tawar atau sebagai isi roti manis serta selai juga sering digunakan sebagai isi pada kue-kue seperti kue nastar atau pemanis pada minuman seperti yogurt dan es krim. Pengggunaan selai umumnya dimakan bersama roti. Roti memang makanan pokok masyarakat luar negeri, untuk itulah produk olahan selai selalu dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri sedangkan permintaan selai untuk konsumsi dalam negeri sendiri relatif sedikit2. Selai belimbing akan direncanakan tidak hanya di pasarkan di dalam negeri tetapi akan di pasarkan ke luar negeri. Peluang pasar untuk ekspor selai, menurut data dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, perkembangan volume ekspor selai berdasarkan negara tujuan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan negara Indonesia mengekspor 2
http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/07/15/selai-jambu-mete.html (Diacu 26 Juni 2014)
3
secara kontinyu selai pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ke negara East Timor, Malaysia, Singapore, Taiwan dan United States. Ekspor selai secara kontinyu dan perkembangan volume ekspor di masing-masing negara relatif meningkat menunjukkan bahwa besarnya permintaan dari luar negeri untuk produk selai. Tabel 2 Volume ekspor selai berdasarkan negara tujuan tahun 2009 - 2013 Negara Tujuan Volume (Kg) 2009 2010 2011 2012 2013 Belgium 30 089 Canada 594 1 150 2 601 East Timor 2 537 17 018 23 069 50 625 32 944 Germany 6 Guyana 10 201 42 384 India 57 Japan 2 874 2 046 16 680 Korea 57 4 Malaysia 6 970 36 988 79 598 188 950 186 350 Maldives 67 Philippines 153 Singapore 4 402 351 6 422 11 860 15 345 Taiwan 539 818 666 785 895 022 801 350 748 356 Uni Emirate Arab 71 United States 23 087 14 868 52 454 25 183 4 257 Vietnam 2 248 3 697 2 450 3 910 Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2014).
Tabel 2 menunjukkan negara Taiwan merupakan negara dengan volume ekspor selai terbesar pada tahun 2009 hingga tahun 2013, kemudian negara Malaysia sebagai negara dengan volume ekspor selai terbesar kedua, pada tahun 2009 hingga tahun 2013. Perkembangan volume ekspor selai negara Taiwan pada tahun 2009 hingga tahun 2011 terus meningkat, namun pada tahun 2012 volume ekspor selai negara Taiwan menurun secara signifikan sebesar 93 672 Kg menjadi 801 350 Kg. Tahun 2013 volume ekspor selai negara Taiwan kembali menurun secara signifikan sebesar 52 994 Kg menjadi 748 356 Kg. Negara Malaysia merupakan negara dengan volume ekspor selai terbesar kedua pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa perkembangan volume ekspor negara Malaysia tahun 2009 hingga tahun 2012 terus meningkat, namun pada tahun 2013 volume ekspor selai negara Malaysia menurun sebesar 2 600 Kg menjadi 186 350 Kg, namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan negara Taiwan, East Timor dan United States, sehingga negara tujuan untuk ekspor selai belimbing yang diproduksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi akan direncanakan untuk di pasarkan ke negara Malaysia. KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan sebuah usaha pengolahan buah belimbing manis di Kota Depok yang masih berskala kecil, untuk itu KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat menyusun rencana bisnis sebagai pedoman dalam menjalankan bisnis. Rencana bisnis dapat membentuk suatu badan usaha yang nyata seperti Perusahaan Terbatas (PT), Commanditaire Vennotschap (CV),
4
Firma, Perusahaan Umum (Perum), dan Koperasi. Koperasi merupakan suatu wadah yaitu untuk kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok sehingga melalui kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi kekuatan pendorong yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota kelompok tersebut (Partomo 2009). Rencana pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi akan dibentuk badan usaha koperasi dan disusun menggunakan pendekatan wirakoperasi. Wirakoperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama (Hendar 2010). Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti petani sehingga konsep wirakoperasi yang digunakan pada rencana pengembangan usaha selai belimbing diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi petani belimbing dewa maupun KUB Harapan Sejahtera Abadi.
Perumusan Masalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah badan usaha non badan hukum yang berupa kelompok yang dibentuk berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera Abadi mulai usaha sejak tahun 2009 sebagai industri rumah tangga yang memproduksi dodol dan jus belimbing dengan nama merek dagang Rasa Dewa, menggunakan bahan baku berupa buah belimbing dewa grade C. Total panen buah belimbing dewa grade C sebesar 20% yaitu sebanyak 9 807.6 kuintal pada tahun 2013. Pengusaha olahan makanan dan minuman di Kota Depok, beberapa diantaranya sudah memanfaatkan buah belimbing dewa sebagai bahan baku. Jumlah buah belimbing tahun 2013 yang sudah digunakan oleh para pengusaha olahan makanan dan minuman di Kota Depok sebesar 1 187.3 kuintal. Jumlah tersebut masih memiliki kesenjangan kapasitas sebesar 8 620.3 kuintal per tahun. Selanjutnya, buah belimbing dewa grade C yang belum dimanfaatkan dapat diolah menjadi selai belimbing oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi. KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki rencana pengembangan usaha dengan mengolah selai belimbing, karena produksi dan penjualan produk olahan buah belimbing seperti dodol dan jus belimbing relatif stabil. Kendala yang dialami KUB Harapan Sejahtera Abadi dalam memproduksi makanan maupun minuman olahan buah belimbing adalah pasokan bahan baku berupa buah belimbing dewa grade C dari petani yang tidak kontinyu, KUB Harapan Sejahtera Abadi kurang mendapat informasi mengenai tempat pemasaran produk olahan buah belimbing, jumlah anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi yang relatif sedikit, dan harga buah belimbing grade C yang fluktuatif. Harga buah belimbing di tingkat petani cukup rendah untuk grade A adalah Rp15 000, grade B adalah Rp10 000 dan grade C adalah Rp8 000 karena petani menjual buah belimbing ke
5
para tengkulak yang menyebabkan harga jual buah belimbing yang diterima petani menjadi rendah. Rencana pengembangan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi yang mengolah buah belimbing menjadi selai belimbing, kemudian selai belimbing tersebut akan direncanakan untuk di ekspor ke negara Malaysia. Tabel 2 dapat dilihat bahwa negara Malaysia merupakan negara dengan volume ekspor selai terbesar kedua dan perkembangan volume ekspor selai di negara Malaysia dari tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan. Tahun 2013 volume ekspor negara Malaysia mengalami penurunan, namun penurunan volume ekspor tersebut tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan negara Taiwan, East Timor, dan United States. Usaha selai belimbing di Kota Depok juga memiliki potensi dan peluang bisnis yang masih terbuka karena usaha pengolahan buah belimbing manis di Kota Depok relatif sedikit. Bahan baku berupa buah belimbing dewa grade C tersedia dalam jumlah besar, buah belimbing dewa merupakan icon Kota Depok, usaha pengolahan buah belimbing di Kota Depok khususnya selai belimbing hanya diproduksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi. Selanjutnya, peluang bisnis untuk selai belimbing didukung dengan adanya peluang ekspor selai ke negara lain berdasarkan sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, tetapi kendala yang dihadapi KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk melakukan ekspor selai belimbing adalah bentuk badan usahanya yang belum memiliki badan hukum yaitu hanya berbentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB). Rencana pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi akan dibentuk badan usaha koperasi dan disusun menggunakan pendekatan wirakoperasi. Peranan seorang wirakoperasi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani belimbing dewa di Kota Depok dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yaitu: 1. Apakah buah belimbing dewa grade C di Kota Depok dapat dikembangkan menjadi usaha selai belimbing? 2. Apakah usaha selai belimbing tersebut dapat dikembangkan di KUB Harapan Sejahtera Abadi? Tujuan Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengkaji potensi buah belimbing dewa grade C di Kota Depok sehingga buah belimbing dewa grade C bisa dikembangkan menjadi usaha selai belimbing. 2) Menyusun rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi sehingga bisa dikembangkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi.. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
6
1) Bagi KUB Harapan Sejahtera Abadi, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau informasi untuk bahan pertimbangan dalam membuat pengembangan usaha dan sebagai alat untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha selai belimbing. 2) Bagi investor atau lembaga keuangan, penelitian ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai prospek usaha selai belimbing. 3) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung dan mengembangkan usaha pengolahan buah di Kota Depok. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah membahas mengenai peran wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha selai belimbing. Penelitian ini dilakukan dengan menyusun rencana pengembangan usaha melalui pendekatan wirakoperasi. Kapasitas produksi selai belimbing yang dihasilkan akan disesuaikan dengan kemampuan KUB Harapan Sejahtera Abadi dan disesuaikan dengan asumsi jumlah permintaan selai buah menurut sumber dari situs www.alibaba.com. Rencana pengembangan usaha selai belimbing terdiri atas rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumber daya manusia, rencana kemitraan, serta rencana keuangan.
TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan Minuman Olahan Buah Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar, maupun diolah menjadi makanan atau minuman. Semua jenis buah segar mempunyai sifat mudah rusak sehingga diperlukan alternatif pengolahan buah segar menjadi makanan dan minuman dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari buah segar sesuai dengan penelitian Napitupulu (2009), Ambarsari (2007), Noerhatati et al. (2009) dan Kusuma (2012). Penelitian yang dilakukan oleh (Napitupulu 2009) dan (Ambarsari 2007) sama-sama mengolah buah jambu biji merah menjadi produk minuman dan produk setengah jadi. Buah jambu biji merah grade C diolah menjadi jus dan sirup (Napitupulu 2009) dan buah jambu biji merah juga dapat diolah menjadi puree (Ambarsari 2007). Penelitian lain juga menambahkan bahwa buah belimbing manis grade C dapat diolah menjadi jus dan sirup (Napitupulu 2009), buah salak dapat diolah menjadi selai (Noerhatati et al. 2009) dan air dari buah kelapa dapat diolah menjadi nata de coco (Kusuma 2012). Buah segar yang diolah menjadi makanan, minuman maupun produk setengah jadi, selain untuk meningkatkan nilai tambah dari buah segar tersebut, juga untuk meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan lapangan pekerjaan, serta memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi usaha. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Ambarsari (2007), Napitupulu (2009) dan Kusuma (2012).
7
Selai adalah salah satu jenis makanan berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah yang sudah dihancurkan, ditambah gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk setengah padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti tawar atau sebagai isi roti manis. Selai juga sering digunakan sebagai isi pada kue-kue seperti kue Nastar atau pemanis pada minuman, seperti yogurt dan es krim. Hasil penelitian Noerhatati et al. (2009) dan Mailoa (2012) menunjukkan bahwa selai dapat diberi tambahan pengawet seperti Natrium benzoat untuk memperpanjang daya simpan dari selai. Natrium benzoat berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikrobia. Menurut penelitian Noerhatati et al. (2009) untuk memperpanjang daya simpan selai tidak hanya diperlukan Natrium benzoat tetapi diperlukan juga penambahan gula yang tepat terhadap mutu selai salak selama penyimpanan. Hasil penelitian Mailoa (2012) menunjukkan bahwa penambahan pengawet natrium benzoat dapat memperpanjang daya simpan selai gandaria selama 90 hari.
Wirakoperasi Peran seorang wirakoperasi (cooperatirative entrepreneur) adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan anggotanya. Seorang wirakoperasi akan berupaya, berkreasi dan berinovasi untuk memperoleh nilai tambah bagi produk agribisnis yang dihasilkan anggota koperasinya serta memberikan manfaat untuk orang lain. Seorang wirakoperasi tidak sendiri melainkan melibatkan sebanyak-banyaknya orang lain dalam lingkup usaha yang dilakukannya dengan tujuan orang-orang yang terlibat dapat juga merasakan keuntungan dari usaha yang dilakukan secara bersama sesuai dengan pernyataan Baga (2003) dan Fajrian (2013). Daman Danuwidjaja merupakan seorang wirakoperasi dalam agribisnis persusuan. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) didirikan pada tahun 1969 yang beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung Selatan. Selanjutnya, selain mengembangkan KPBS, Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi susu tingkat sekunder yang berskala nasional (Baga 2003). Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm juga merupakan seorang wirakoperasi dengan membuat inovasi pada tanaman hias yang di Indonesia merupakan tanaman yang menjadi pagar rumah. Batang suji dikemas atau dirangkai dalam berbagai bentuk yang digunakan sebagai tanaman indoor kemudian di ekspor ke negara Korea Selatan (Fajrian 2013). Keberhasilan seorang wirakoperasi didukung oleh penelitian Baga dan Firdaus (2011) dalam pengembangan program OVOP (One Village One Product) kasus belimbing di Kota Depok, sehingga melalui program OVOP Kota Depok dapat mengembangan agribisnis belimbing dan kemudian dikenal menjadi kota belimbing dan saat ini buah belimbing telah menjadi icon Kota Depok serta menurut penelitian Fajrian (2013), Wahyudin sebagai seorang wirakoperasi dan sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm telah berhasil dibuktikan dengan peningkatan petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Sembilan petani kecil di kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan pendapatan setelah bermitra dengan CV Bunga Indah Farm milik Wahyudin.
8
Pengembangan Usaha Pengembangan usaha terdiri dari sejumlah tugas dan proses yang pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan peluang pertumbuhan usaha. Asumsi kapasitas produksi yang dihasilkan pada tahun pertama dan tahun kedua lebih sedikit dibandingkan dengan tahun ketiga dan tahun berikutnya, kemudian setelah produk tersebut sudah dikenal oleh konsumen secara luas maka perusahaan akan meningkatkan produksinya sesuai dengan pernyataan (Napitupulu 2009), (Ambarsari 2007) dan (Ningrum 2012). Rencana pengembangan usaha perlu dilakukan dengan cara peningkatan kapasitas produksi melalui penambahan modal untuk teknologi peralatan, sarana dan prasarana produksi (Kusuma 2012), rencana pembukaan gerai baru akan dilakukan di Jalan Raya Padjajaran dengan konsep pembukaan gerai baru yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi (Ningrum 2012) serta jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah yang dapat memasuki pasar supermarket (Napitupulu 2009). Analisis finansial mengenai pengembangan usaha pada penelitian Ambarsari (2007), Napitupulu (2009) dan Kusuma (2012) dilakukan dengan cara menghitung titik impas (BEP) dan menggunakan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, B/C Ratio, IRR serta Payback Period (PP). Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) produksi nata de coco sebanyak 15 560 kg atau Rp21 783 556 (Kusuma 2012), Titik impas usaha pengolahan puree jambu biji merah tercapai pada tingkat harga jual produk rata-rata Rp13 842 dengan kapasitas puree sebesar 38 550 kg (Ambarsari 2007). Selanjutnya, analisis finansial yang menggunakan kriteria investasi yang dilakukan oleh (Ambarsari 2007) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp105 319 973 dengan nilai IRR sebesar 81 persen pada tingkat suku bunga 16 persen, nilai B/C Ratio sebesar 1.06 kemudian hasil penelitian (Kusuma 2012) menunjukkan Nilai NPV produksi nata de coco untuk periode tiga tahun sebesar Rp119 278 467, Payback Period selama 2 tahun 9 bulan, nilai IRR sebesar 71.2 persen serta B/C Ratio sebesar 1.13 di tahun pertama dan 1.45 pada tahun kedua dan ketiga. Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun pada CV WPIU sebsar Rp292 938 966, IRR sebesar 48.95 persen pada discount factor 14 persen, Net B/C sebesar 3.09 dan Payback Period selama 3 tahun 7 bulan 4 hari.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirakoperasi Undang-undang perkoperasian No.25 Tahun 1992 mengamanatkan bahwa pemerintah harus menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi. Pemerintah memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi, meningkatkan dan memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasi yang tangguh, sehat
9
dan mandiri, dan mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara koperasi dan badan usaha lainnya. Amanat tersebut menuntut peran serta lebih banyak dari wirausaha-wirausaha koperasi (wirakop) untuk terus mengembangkan potensi, motivasi dan kompetensinya agar cita-cita koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat segera terwujud (Hendar 2010). Konsep koperasi berbasiskan kewirausahaan merupakan salah satu contoh kompetensi inti gerakan koperasi juga cukup menunjang target perekonomian makro, khususnya dalam penciptaan lapangan kerja. Koperasi seperti ini sangat membantu pencapaian misi meningkatkan jumlah wirausahawan yang bermutu, tangguh, unggul dan andal (Ismawan 2001). Dua alasan yang mengharuskan kewirausahaan diperlukan dalam koperasi yaitu untuk mengendalikan ketidakpastian dan melaksanakan inovasi. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan akan mempengaruhi keberhasilan atau kebangkrutan perusahaan koperasi. Lingkungan yang penuh ketidakpastian mengharuskan para pengambil keputusan membuat keputusan berisiko dan menghasilkan sesuatu yang belum tentu tercapai. Kewirausahaan koperasi berperan menguasai tantangan ketidakpastian, menyerap, mengurangi ketidakpastian. Sebagian besar perubahan yang tidak dapat diramalkan mengharuskan sebuah koperasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berkembang dan berpikir kreatif untuk menghasilkan inovasi. Sebuah koperasi yang bertujuan bertahan hidup dan melakukan perluasanperluasan usaha harus melakukan tindakan inovasi sendiri. Apabila hal itu tidak dilakukan, (Hendar 2010). Kewirakoperasian merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Kewirakoperasian inovatif berkaitan dengan kegiatan wirakop dalam mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis hingga menemukan sesuatu yang baru dan berbeda. Pihak yang berkompeten dalam pengembangan koperasi meskipun tidak menjadi anggota atau pengelola koperasi, yaitu birokrat dan katalis. Birokrat adalah orang atau lembaga yang diberi wewenang oleh pemerintah dalam mengembangkan gerakan koperasi (dalam hal ini Departemen Koperasi beserta jajarannya). Katalis adalah orang yang berminat mengembangkan koperasi meskipun tidak terjun langsung dalam organisasi koperasi (Hendar 2010). Unsur-unsur pembentuk kewirakoperasian menurut Ismawan (2001) terdiri dari tiga unsur yaitu: 1. Inovasi dalam Gerak Koperasi Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari, dan dapat dipraktikkan. Wirausahawan perlu sengaja mencari sumber inovasi, perubahan, dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu mengetahui dan menerapkan prinsip inovasi yang berhasil.
10
2. Mentalitas Wirausaha di Kalangan Anggota dan Pengurus Koperasi Seorang wirausahawan adalah orang yang berani mengambil risiko. Jadi, etos dan mentalitas wirausahawan dalam konsep kewirausaan menjadi semacam generator yang menentukan dinamika koperasi masa depan, terkait dengan penemuan inovasi, peluang masa depan, dan manajemen strategis. 3. Sistem Jaringan Koperasi Konsep kewirausahaan membutuhkan jaringan kerja antarkoperasi yang dikelola secara bersama – sama. Bila diatur dengan baik, penataan jaringan kerja itu akan menghasilkan satu tata pembagian kerja yang membuahkan peningkatan efisiensi, baik secara teknis maupun sosial. Jaringan kerja juga dapat dibentuk antara koperasi dengan pemasok maupun pemasar, yang mungkin berasal dari anggota koperasi itu sendiri atau dari kalangan SMEs dan industri rumah tangga pada umumnya. Tugas wirakoperasi pada dasarnya adalah menciptakan keungggulan koperasi dibanding dengan organisasi usaha lain yang menjadi pesaingnya. Tidak mudah untuk menjadi seorang wirausaha koperasi karena ada tiga faktor yang membatasi gerak langkahnya yaitu kompetensi, motivasi, dan kebebasan bertindak. Seorang wirausaha koperasi akan berhasil melaksanakan misinya bila ada kemampuan, kemauan, dan kebebasan bertindak. Demikian jika ada kemampuan, kemauan, dan diberi kebebasan bertindak dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu tindakan, wirausaha koperasi seperti ini akan berhasil dalam menjalakan misinya (Hendar 2010).
Rencana Pengembangan Usaha Perusahaan pada umumnya akan selalu menginginkan untuk berkembang menjadi lebih besar dan lebih menguntungkan sebagaimana juga motif ekonomi setiap pribadi manusia. Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan merancang perencanaan bisnis. Rencana bisnis tidak hanya dibentuk dan berguna bagi pengusaha yang hendak memulai bisnis, namun juga dibentuk dan berguna bagi pengusaha yang sedang menjalankan bisnis Perencanaan bisnis yaitu sebagai proses penentuan visi, misi, dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu bisnis tertentu (Bogadenta, 2013). Rencana bisnis yang disusun perusahaan juga dapat digunakan sebagai panduan (road map) arah pengembangan usaha selama 3-5 tahun mendatang (Solihin 2007). Penyusunan rencana bisnis dan kegiatan studi kelayakan usaha memiliki perbedaan yang terletak pada aspek manajemen strategis. Studi kelayakan usaha, analisis lebih diarahkan kepada melihat layak tidaknya usaha baik dilihat dari segi perhitungan ekonomi maupun segi teknis. Selanjutnya, pada penyusunan rencana bisnis, pimpinan puncak perusahaan sebagai ahli strategi, akan meletakkan usaha baru yang akan dijalankan tersebut di dalam susunan portofolio usaha yang disesuaikan dengan misi, visi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka panjang (Solihin 2007).
11
Menurut Solihin (2007) tujuh elemen dalam penyusunan rencana bisnis yaitu: 1) Ringkasan eksekutif yang merangkum secara singkat seluruh isi rencana bisnis baik menyangkut tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko usaha di masa depan. 2) Uraian umum usaha yang akan dijalankan. 3) Rencana pemasaran 4) Rencana produksi 5) Rencana keuangan 6) Rencana sumber daya manusia 7) Risiko-risiko utama yang dihadapi usaha di masa depan. Siklus pengembangan bisnis merupakan rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan bisnis. Siklus ini merupakan tahap–tahap atau urutan-urutan yang dilalui di dalam kegiatan suatu bisnis, meliputi identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian (appraisal), pelaksanaan (implementasi), serta evaluasi (Nurmalina et al.2010). Rencana Pemasaran
Pasar Pasar merupakan tempat berkumpul para penjual yang menawarkan barang ataupun jasa kepada para pembeli yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk memiliki barang dan jasa tersebut hingga terjadinya kesepakatan transaksi atau transfer atas kepemilikan barang atau jasa (Johan 2011). Aspek pasar harus memperhatikan permintaan dan penawaran. Permintaan merupakan perkiraan akan kemungkinan kebutuhan konsumen yang bisa dipenuhi dengan produk yang dihasilkan. Penawaran merupakan jumlah produk yang akan ditawarkan kepada pasar berdasarkan akan kemampuan produk tersebut. Perkiraan permintaan dan penawaran sangat diperlukan terutama akurasinya, jika permintaan melebihi penawaran, maka konsumen akan kecewa. Sebaliknya jika penawaran melebihi permintaan, juga akan tidak baik karena kerugian finansial akan muncul, karena barang menjadi bertumpuk dan tidak laku akhirnya perusahaan akan memberikan diskon atau harus dibuang jika barangnya tidak tahan lama atau telah kadaluarsa. Rencana pemasaran akan menjelaskan pasar sasaran yang dipilih serta bauran pemasaran yang dibuat perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Solihin 2007). a) Analisis Pasar Analisis pasar secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu analisis untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar meliputi segmentasi, targeting, positioning. Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah. Targeting adalah proses mengevaluasi dan memilih satu
12
atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling menarik. Positioning adalah pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk pesaing. b) Analisis Bauran Pemasaran (Marketing Mix Analysis) Analisis bauran pemasaran merupakan analisis yang dilakukan secara lebih rinci terhadap strategi produk, harga, komunikasi pemasaran, distribusi dan sumber daya manusia yang dimiliki pesaing dalam kegiatan pemasarannya. Analisis bauran pemasaran sangat berguna bagi perusahaan dalam memposisikan bauran pemasarannya terhadap bauran pemasaran yang dimiliki pesaing (Solihin 2007). Indikator-indikator menurut Bagodenta (2013) yang terdapat dalam pengembangan bauran pemasaran (marketing mix development) terdiri atas: 1) Product (Produk) Strategi produk, misalnya menyangkut atribut apa saja yang akan digunakan produk perusahaan agar produk tersebut memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaing (Solihin 2007). Terdiri dari spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk tersebut. 2) Price (Harga) Strategi harga, misalnya menyangkut berapa harga jual produk yang harus ditetapkan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek persaingan dan laba (Solihin 2007). Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis kompetitif; strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target pasar; diskon, pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode atau cara pembayaran. 3) Place (Tempat) Terdiri dari lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk, manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas. 4) Promotion (promosi) Aspek promosi dalam strategi bauran pemasaran ini terdiri dari beberapa jenis promosi yaitu iklan, promosi penjualan, serta pemasaran langsung.
Rencana Produksi Rencana produksi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, bagaimana perusahaan memperoleh pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi. Analisis rencana produksi bertujuan untuk menentukan bentuk teknologi yang akan dipakai dengan desain produk yang akan dipasarkan, kebutuhan investasi yang terdiri dari mesin, lokasi, kendaraan maupun yang lainnya (Solihin 2007).
13
Perencanaan produk Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Desain barang dan jasa selain akan menentukan proses produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang/jasa tersebut, juga akan sangat menentukan besarnya biaya produksi, bahan baku yang akan digunakan, sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan kualitas barang yang akan dihasilkan.
Perencanaan kapasitas Proses produksi yang akan dipilih perusahaan untuk mentransformasikan input menjadi output akan menentukan jenis teknologi produksi yang akan digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan produksi. Selain itu, jenis teknologi yang digunakan berupa mesin dan peralatan akan sangat menentukan kapasitas produksi yang dapat dihasilkan perusahaan. Proses produksi juga akan sangat dipengaruhi oleh jenis produk yang dihasilkan perusahaan. Pemilihan mesin dan peralatan untuk proses produksi juga akan sangat menentukan besarnya investasi awal yang harus dipersiapkan perusahaan untuk memulai kegiatan usaha (Solihin 2007). Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Tujuan perencanaan kapasitas adalah usaha perusahaan untuk mengatasi fluktuasi permintaan (demand). Perencanaan kapasitas yang dilakukan dengan baik, maka diharapkan perusahaan akan menghasilkan produknya, sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen (Bagodenta 2013).
Penentuan Lokasi dan Layout Penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut (Bagodenta 2013). Selanjutnya, penentuan lokasi dapat dipertimbangkan dengan baik dan mendalam dengan memperhatikan sumber daya yang mau dipakai baik sumber daya bahan baku, sumber daya manusia, transportasi, dampak terhadap lingkungan sekitar. Tata letak (layout) urutan-urutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku menjadi barang jadi.
Rencana Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek manajemen merupakan faktor yang terpenting karena ide pengembangan usaha akan menjadi kenyataan dibawah kepemimpinan sebuah tim manajemen. Manajemen akan menentukan visi, misi, dan nilai-nilai dasar dari perusahaan. Visi dan misi akan menjadi pegangan dan arahan seluruh organisasi bergerak dalam pencapaian tujuan. Visi merupakan pandangan ke depan sebuah organisasi usaha. Misi merupakan fungsi dasar filosofi sebuah organisasi usaha.
14
Nilai-nilai dasar akan menjadi pegangan bagi seluruh angggota organisasi dalam menjalankan usaha. Rencana sumber daya manusia antara lain berisi uraian mengenai jumlah personel yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing-masing personel tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja dan lain sebagainya (Solihin 2007).
Aspek Legal Mendirikan suatu usaha perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta melakukan pendaftaran ijin usaha. Bentuk badan usaha salah satunya dapat berupa koperasi. Langkah–langkah pendirian koperasi menurut Subandi (2011) sebagai berikut: 1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang–orang yang ingin mendirikan koperasi. 2. Mengadakan penelitian mengenai lingkungan daerah kerja koperasi 3. Menghubungi kantor Departemen Koperasi setempat 4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 5. Mengadakan rapat pembentukan koperasi. 6. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi. Badan usaha yang sudah ditentukan kemudian mengajukan permohonan Akta Pendirian pembentukan usaha tersebut. Menurut Johan (2011) pada dasarnya setiap usaha harus memiliki ijin usaha yang terdiri dari Surat Ijin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak. Pajak penghasilan untuk badan usaha tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Tarif pajak penghasilan untuk badan usaha Penghasilan Kotor (Peredaran Bruto) Tarif Pajak (Rp) Kurang dari Rp4.8 Miliar 1% x Penghasilan kotor (Peredaran bruto) Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 (0.25 – (0.6 Miliar/Penghasilan kotor)) Miliar x Penghasilan Kena Pajak (PKP) Lebih dari Rp50 Miliar 25% x Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Struktur Organisasi Perusahaan atau bidang usaha baik yang sudah berjalan maupun yang akan berjalan harus memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masingmasing. Dalam struktur organisasi ini menggambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
15
Deskripsi Pekerjaan Desain pekerjaan untuk menentukan apa saja yang diperlukan untuk menjalankan organisasi. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, akan sangat berbeda dengan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Desain pekerjaan yang tergambar dari muatan pekerjaan (job content), uraian pekerjaan (job description), tugas yang harus dilaksanakan, wewenang yang dimiliki serta tanggung jawab dari pemegang jabatan akan menentukan persyaratan jabatan tertentu yang memerlukan kemampuan, keahlian yang terdiri atas keahlian konseptual, keahlian teknik, keahlian bersosialisasi dan keahlian computer, dan sikap tertentu dari sumber daya manusia yang akan terlibat dalam kegiatan produksi.
Gaji dan Upah Gaji merupakan salah satu hal yang mendorong atau memotivasi pegawai untuk bekerja atau mengabdi secara menyeluruh terhadap perusahaan. Gaji adalah imbalan yang dibayarkan oleh perusahaaan kepada pegawai sebagai balas jasa atas kinerja yang telah diberikan terhadap perusahaan. Gaji tersebut biasanya diberikan setiap bulan kepada tenaga kerja atau karyawan. Upah adalah imbalan yang dibayarkan oleh perusahaan berdasarkan hari kerja, jam kerja, atau jumlah satuan produk yang dihasilkan oleh karyawan.
Rencana Kemitraan Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat3. Konsep kerjasama yang dilakukan antara usaha menengah/besar didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pihak-pihak yang bermitra dalam pengembangan usaha adalah pemasok bahan baku, pelaku usaha, pihak pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan hukum (koperasi). Kemitraan yang dilakukan dengan berbagai pihak akan memiliki pengaruh terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Manfaat sosial pada business plan seperti daya serap tenaga kerja pada perusahaan ketika memulai usaha hingga memproyeksikan pengembangan usaha yang dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia, kemudian peran pemberdayaan masyarakat sekitar pada ruang lingkup usaha dapat memiliki dampak bagi kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. Aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat 3
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0102.pdf (Diacu 7 Juli 2014)
16
menambah aktivitas ekonomi. Aspek lingkungan untuk mengetahui dengan adanya bisnis dapat menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak (Nurmalina et al.2010).
Rencana Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam membuat rencana usaha mengingat aspek inilah yang akhirnya akan menggambarkan kelayakan suatu usaha. Perencanaan keuangan yang baik akan membantu melihat gambaran yang lebih jelas tentang bisnis. Rencana keuangan ini meliputi Arus kas (Cash flow), Proyeksi laba/rugi, Perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Period (PP). 1. Arus kas (Cash flow) Aliran kas (cash flow) yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu. Cash flow menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder yang lain untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi yang ada. Arus kas atau cashflow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komponen Inflow (arus penerimaan), Outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat bersih) dan Incremental Net Benefit (Manfaat Bersih Tambahan). Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa, dan salvage value (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari biaya investasi, biaya operasional/produksi, pajak dan pembayaran bunga dan modal pinjaman (debt service) (Nurmalina et al.2010). 2. Proyeksi laba/rugi Analisis laba/rugi merupakan suatu analisis untuk mengetahui keberhasilan operasional perusahaan, keadaan usaha, kemampuan memperoleh laba. Proyeksi laba/rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan laba/rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Bagodenta 2013). Laporan laba/rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, selain itu dapat juga digunakan untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point) (Nurmalina et al.2010). 3. Perhitungan Titik Impas (BEP) Titik impas atau disebut sebagai Break Even Point (BEP) merupakan unsur sangat vital dan penting dalam penyusunan analisis keuangan usaha. Menurut Rangkuti (2006), Break Even Point (BEP) merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan
17
tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Penjualan yang hanya cukup untuk menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Manfaat dari analisis BEP yaitu seorang pengusaha yang sedang menyusun proposal penawaran kepada pihak-pihak terkait, wajib membuat BEP dalam analisis anggarannya. Analisis BEP secara umum dapat memberikan informasi bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu (Bagodenta 2013). 4. Kriteria Investasi Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat ”menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuranukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986). Tingkat suku bunga ditentukan melalui Opportunity Cost of Capital (OCC) karena sumber modal yang diperoleh merupakan kombinasi antara modal sendiri dan modal pinjaman. Kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha adalah Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Net Present Value atau NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Payback Period atau PP adalah periode ketika jumlah total pengeluaran sama dengan total pemasukan. 1. Net Present Value (NPV) Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount rate tertentu. Kriteria perhitungan NPV menurut Bagodenta (2013) sebagai berikut: a. NPV > 0 (nol) maka usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan.
18
b. NPV < 0 (nol) maka usaha/proyek tidak layak (no feasible) untuk dilaksanakan. c. NPV = 0 maka usaha/proyek berada dalam keadaan Break Even Point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value. 2. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al. 2010). 3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010). 4. Internal Rate Of Return (IRR) IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al. 2010). 5. Payback Period (PP) Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al.2010). Jenis – Jenis Risiko Usaha Risiko dapat didefinisikan sebagai “uncertainty concerning the occurrence of a loss” (ketidakpastian yang berkaitan dengan terjadinya suatu kerugian). Perusahaan harus melakukan identifikasi terhadap berbagai risiko di masa depan yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, sehingga perusahaan terhindar dari kebangkrutan (Solihin 2007). Menurut Johan (2011) jenis-jenis risiko yang mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Perubahan kondisi politik Kebijakan pemerintah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi setiap bisnis sehingga kita selaku pelaku bisnis perlu melakukan antisipasi terhadap perubahan kebijakan pemerintah.
19
2) Perubahan kondisi ekonomi Perubahan kebijakan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi yang berjalan di sebuah negara maupun di sebuah daerah juga mempengaruhi usaha. 3) Perubahan kondisi sosial budaya Masyarakat mengalami perubahan sosial budaya, dibandingkan pada saat permulaan kita memulai sebuah usaha. Pada saat awal, masyarakat mungkin tidak sensitif terhadap suatu hal, tetapi pada saat ini, sensitivitas usaha meningkat. 4) Perubahan harga bahan baku Semakin tinggi harga bahan baku maupun bahan penunjang, kita juga harus mengantisipasi akan perubahan bahan baku maupun bahan penunjang. 5) Perubahan harga jual Setiap industri pasti ada kompetisi, pada umumnya kompetisi harga merupakan hal yang termudah dilakukan dalam pasar. Menimbang harga merupakan faktor yang paling mudah diperbandingkan dan dilihat konsumen. 6) Masuknya kompetisi Sebagaimana harga, kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa dihindari, dengan semakin menguntungkan sebuah industri atau pasar, akan semakin banyak pemain baru masuk ke dalam pasar. Masuknya pemain baru, akan menggerogoti pangsa pasar pemain lama dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 7) Perubahan teknologi Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan pangsa pasar. 8) Perubahan budaya organisasi Setiap organisasi memiliki budaya organisasi. Keberhasilan pada masa lalu, akan membawakan kesombongan organisasi, akibatnya kemampuan mengantisipasi persaingan menjadi melambat. 9) Perubahan karakteristik sumber daya manusia Sejalan dengan berjalannya perekonomian dan kompetisi, maka sumber daya manusia menjadi faktor krusial, karena mudahnya faktor ini untuk berpindah dari satu usaha ke usaha lainnya. 10) Ketergantungan pada supplier Memproduksi produk tertentu dimana bahan bakunya hanya dijual oleh sekelompok supplier, maka risiko muncul kalau supplier tersebut bertindak sewenang-wenang dengan tidak mensuplai bahan baku ke kita dan memilih pesaing kita. 11)Ketergantungan pada konsumen Khususnya untuk produk industri, ketergantungan pada satu konsumen atau kelompok konsumen besar terjadi. Risiko disini adalah jika konsumen tersebut memilih untuk tidak membeli lagi barang kita dan pindah ke pesaing kita. 12)Compliance/Good Corporate Governance Beberapa perusahaan juga membentuk bagian Compliance/Good Corporate Governance dengan tujuan memastikan semua proses yang berjalan didasarkan pada integritas dan proses yang tidak ada konflik kepentingan antara pengambil keputusan dengan implikasi keputusan yang diambil.
20
Empat metode yang dapat digunakan perusahaan untuk mengelola risiko. Keempat metode tersebut adalah: Pertama, menghindari risiko yang memiliki makna bahwa kerugian tertentu tidak akan diperoleh perusahaan karena perusahaan sudah menghindari risiko tersebut. Kedua, mencegah kerugian menunjukkan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mencegah timbulnya kerugian. Ketiga, mengurangi kerugian menunjukkan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mengurangi beban kerugian, apabila kerugian itu terjadi. Keempat, transfer risiko merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan mentransfer risiko kerugian yang mungkin terjadi kepada perusahaan asuransi (Solihin 2007).
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian dilatarbelakangi ketersediaan hasil buah-buahan grade terendah yang belum dimanfaatkan karena kurang diminati dan tidak laku di pasaran. Buah belimbing merupakan buah segar yang tidak tahan lama dan apabila tidak dimanfaatkan akan menyebabkan kerusakan buah. Buah belimbing manis varietas dewa dari Kota Depok memiliki keunggulan dari segi bentuk yang lebih besar, rasa yang manis dan memiliki warna yang menarik dan buah belimbing dewa telah menjadi icon Kota Depok sejak tahun 2007. Buah belimbing dewa grade C sebanyak 20% dari total panen, tidak laku dan kurang diminati di pasaran, sehingga harga jual buah belimbing dewa grade C cukup rendah antara Rp8 000 – Rp10 000 ditingkat petani. Total panen buah belimbing dewa grade C yang besar dapat memberikan peluang untuk pengusaha mengolah buah belimbing dewa menjadi produk olahan yang dapat memberikan nilai tambah dari buah belimbing. Produk olahan makanan dari buah belimbing dewa yang dapat dikembangkan salah satunya adalah selai belimbing. KUB Harapan Sejahtera Abadi yang berdiri pada tahun 2009 mengolah buah belimbing grade C menjadi dodol dan jus belimbing, kemudian memiliki rencana pengembangan usaha dengan mengolah buah belimbing grade C menjadi selai belimbing, didukung dengan adanya peluang pasar ekspor selai menurut sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 2. Usaha selai belimbing di Kota Depok juga memiliki potensi dan peluang bisnis yang masih terbuka karena usaha pengolahan buah belimbing manis di Kota Depok relatif sedikit. Bahan baku berupa buah belimbing dewa grade C tersedia dalam jumlah besar, buah belimbing dewa merupakan icon Kota Depok. Selanjutnya, usaha pengolahan buah belimbing di Kota Depok khususnya selai belimbing hanya diproduksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi. KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki kendala dalam memproduksi makanan dan minuman olahan dari buah belimbing yaitu pasokan buah belimbing dewa dari petani, sering sulit untuk didapatkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi, proses produksi yang dilakukan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi masih manual, serta informasi mengenai tempat pemasaran produk olahan belimbing masih kurang, sehingga peran seorang wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha selai belimbing, yaitu meningkatkan jumlah produksi selai belimbing dengan menggunakan teknologi modern, meningkatkan harga buah belimbing
21
ditingkat petani, serta memperluas pasar di dalam negeri maupun di luar negeri. Rencana pengembangan usaha selai belimbing akan dibentuk badan usaha koperasi dan disusun menggunakan pendekatan wirakoperasi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan KUB Harapan Sejahtera Abadi. Rencana pengembangan usaha selai belimbing ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap permintaan pasar di luar negeri. Perkembangan volume ekspor selai tahun 2009 – 2013 menurut sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, volume ekspor selai dari negara Indonesia ke negara Malaysia terus meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2012 walaupun pada tahun 2013 volume ekspor selai negara Malaysia turun, namun tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan negara East Timor, Taiwan dan United States sehingga selai belimbing yang di produksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi akan direncanakan untuk dipasarkan ke negara Malaysia. Menilai rencana pengembangan usaha selai belimbing diperlukan penilaian terhadap rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumber daya manusia, rencana kemitraan, serta rencana keuangan yang mengkaji penyusunan arus kas (cash flow), proyeksi laporan laba/rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross BenefitCost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Period (PP). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan usaha dan sebagai alat untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
22
Ketersediaan buah belimbing manis grade C di Kota Depok Buah belimbing segar tidak tahan lama dan mudah rusak Tingkat harga buah belimbing di petani cukup rendah
Kota Depok merupakan sentra penghasil buah belimbing dewa Adanya teknologi modern pada industri olahan makanan Peluang pasar ekpor selai di luar negeri yang meningkat Kota depok
KUB Harapan Sejahtera Abadi mengolah selai belimbing untuk meningkatkan nilai tambah buah belimbing dewa grade C
Peran Wirakoperasi
Rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi
Pemasaran
Produksi
Manajemen dan Sumber daya manusia
Kemitraan
Keuangan
Usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi
23
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KUB Harapan Sejahtera Abadi yang terletak di kompleks Sawangan Permai A9 no.3, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan usaha selai belimbing serta memberdayakan kalangan ibu-ibu yang belum memiliki aktivitas tetap di sekitar kompleks perumahan Sawangan Permai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2014 untuk pengambilan dan pengolahan data.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari ketua KUB Harapan Sejahtera Abadi mengenai keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi, keterangan mengenai potensi jumlah produksi selai belimbing. Data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil jumlah produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yg berkaitan dengan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung dilokasi penelitian, wawancara dan diskusi kepada para anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertanian Kota Depok, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Depok, Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan diskusi kepada para anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai potensi jumlah produksi, harga bahan baku, serta proses produksi yang dilakukan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur melalui buku atau melalui penelusuran internet serta mengumpulkan informasi dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia mengenai ekspor dan impor, negara tujuan ekspor dan beberapa perusahaan internasional yang berminat terhadap produk olahan makanan.
24
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Analisis non finansial terdiri dari rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumber daya manusia, rencana kemitraan. Selanjutnya, analisis finansial akan disajikan dalam bentuk laporan arus kas (cash flow), proyeksi laporan laba/rugi, Break Even Point (BEP), kriteria investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Gross B/C, Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Analisis finansial diolah dengan menggunakan Kalkulator dan Microsoft Excel. Analisis Non Finansial Rencana pengembangan usaha akan mengkaji analisis non finansial seperti rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan organisasi serta rencana kemitraan. 1. Rencana pemasaran terdiri dari analisis pasar yang meliputi segmentasi, targeting, positioning serta analisis bauran pemasaran (Marketing Mix Analysis) yang terdiri atas Product (Produk), Price (Harga), Place (tempat), Promotion (promosi). 2. Rencana produksi merupakan keseluruhan kegiatan operasional yang akan dilakukan pada usaha yang akan memengaruhi kebutuhan biaya. Rencana produksi terdiri dari perencanaan produk, perencanaan jumlah produksi, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan proses produksi, penentuan lokasi dan layout. 3. Rencana manajemen dan sumber daya manusia terdiri dari aspek legal yang meliputi pembentukan badan usaha dan membuat ijin usaha, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, serta sistem upah dan gaji. 4. Rencana kemitraan terdiri dari pihak-pihak yang bermitra dalam pengembangan usaha seperti pemasok bahan baku, pelaku usaha, pihak pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan hukum (koperasi). Kemitraan yang dilakukan dengan berbagai pihak akan memiliki pengaruh terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Analisis Finansial (Keuangan) Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam membuat rencana usaha mengingat aspek inilah yang akhirnya akan menggambarkan kelayakan suatu usaha. Perencanaan keuangan yang baik akan membantu melihat gambaran yang lebih jelas tentang bisnis. Rencana keuangan ini meliputi Arus kas (Cash flow), Proyeksi laba/rugi, Perhitungan titik impas (BEP), Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period (PP).
25
1. Perhitungan Titik Impas (BEP) BEP merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Rencana pengembangan usaha dodol belimbing manis melakukan perhitungan BEP karena secara umum dapat memberikan informasi bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Berikut ini adalah rumus Break Even Point (BEP):
BEP (unit) =
2. Net Present Value (NPV) Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010). ∑
(
)
∑
(
)
∑
(
)
Dimana: Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t t :Tahun kegiatan bisnis (t=1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan. Penentuan awal mula proyek pada tahun ke-1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini. i : tingkat DR (%) (
)
(
)
3. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
26
∑
Gross B/C =
∑
(
)
(
)
Dimana : Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t n : Umur bisnis i : Discount rate (%) 4. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: ∑
Net B/C =
∑
(
)
(
)
(
)
(
)
Dimana : Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%) t : Tahun kegiatan bisnis (t = 1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan. Penentuan awal mula proyek pada tahun ke1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini. Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C >1 dan dikatakan tidak layak bila Net B/C <1. 5. Internal Rate Of Return (IRR) IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakn layak apabila IRR-nya lebih besar dari opprtunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al.2010). Di dalam praktiknya menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR: IRR =
(
Dimana : : Discount Rate yang menghasilkan NPV positif : Discount Rate yang menghasilkan NPV negatif
)
27
: NPV Positif : NPV Negatif Kriteria Kelayakan: Usaha dikatakan layak jika IRR > Opportunity Cost Of Capital atau Discount Rate Usaha dikatakan tidak layak jika IRR < Opportunity Cost Of Capital atau Discount Rate 6. Payback Period (PP) Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al.2010). Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini diantaranya yaitu: a) Diabaikannya nilai waktu mata uang (time value of money) b) Diabaikannya cash flow setelah periode payback Untuk mengatasi kelemahan yang pertama maka kadang dipakai discounted payback periode. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Payback Period = Dimana : I : besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab : manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah KUB Harapan Sejahtera Abadi Peringatan ulang tahun hari jadi IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) tahun 2009 di Margo City Mall Kota Depok, Jawa Barat. Ibu-ibu kompleks perumahan Sawangan Permai Kota Depok mengikuti salah satu lomba yang diadakan IWAPI yaitu lomba kreatifitas olahan buah belimbing yang mengangkat dodol belimbing sebagai bahan lomba dan ibu-ibu kompleks perumahan Sawangan Permai berhasil memenangkan lomba kreatifitas olahan buah belimbing tersebut. Selanjutnya, ibu-ibu kompleks perumahan Sawangan Permai yang lokasinya dekat dengan sentra lahan petani belimbing dewa berinisiatif untuk membuat usaha kelompok olahan buah belimbing yang bisa menjadi solusi sebagai oleh-oleh khas Kota Depok.
28
Kelompok Usaha Bersama (KUB) akhirnya terbentuk pada tahun 2009 dengan nama Harapan Sejahtera Abadi dengan merek/brand produk Rasa Dewa. Pertimbangan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera Abadi memilih usaha dodol belimbing dewa adalah: Belimbing dewa sebagai “ikon” Kota Depok, Memanfaatkan belimbing dewa yang berlimpah, meningkatkan nilai tambah buah belimbing serta memberikan solusi oleh-oleh Kota Depok yang belum ada. Pertimbangan memilih usaha kelompok adalah: Sebagai wadah silaturrahim, sebagai usaha sampingan para anggota serta membuat peluang usaha secara luas. Modal awal dari usaha ini adalah Rp400 000 yang diperoleh dari iuran per anggota sebesar Rp40 000. Anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi berjumlah 13 orang. Anggota inti adalah para penanam modal (saham) awal. Anggota kelompok berkembang selain anggota inti, bisa perorangan atau berupa kelompok dibawah binaan KUB Harapan Sejahtera Abadi. Ketua KUB Harapan Sejahtera Abadi saat ini adalah Ibu Lejar Tri Ayunita. Kapasitas produksi di awal usaha berdasarkan pesanan atau acara tertentu, dengan jumlah kurang lebih 20 kilogram per bulan. Pemasaran produk dodol belimbing dan jus belimbing Rasa Dewa saat ini sudah dipasarkan di toko oleholeh di Kota Depok yaitu Pesona Rasa dengan menerapkan sistem ready stock yang jumlah produksinya relatif konstan 60 kilogram per bulan di luar pesanan. Pemasaran yang telah dijalankan melalui marketing online lewat website (www.cenderamatadepok.com), penyebaran brosur, dan mengikuti bazar.
Visi dan Misi, Tujuan, Program/Rencana Pengembangan KUB Harapan Sejahtera Abadi Visi KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah mewujudkan ekonomi mandiri yang professional dan sukses bersama sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Misi KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah menjadikan titik awal dalam membangun ekonomi yang dapat bermanfaat bagi orang banyak, menjadikan sentra olahan belimbing dewa sebagai Ikon Kota Depok (oleh-oleh khas Depok). Tujuan KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah setiap orang mempunyai usaha sendiri yang mandiri dan professional, menciptakan lapangan kerja, memanfaatkan potensi alam di lingkungan sekitar (Kota Depok), menjadikan produk-produk Rasa Dewa sebagai oleh-oleh khas Kota Depok. Program/rencana pengembangan KUB Harapan Sejahtera Abadi menjadi koperasi yang profesional yang membina para UMKM khususnya yang bergerak dalam usaha yang berbahan dasar belimbing dewa dan jambu biji merah. Diversifikasi produk seperti Jus/sirup, manisan, keripik, asinan, dan selai belimbing dewa. Membuat sentra oleh-oleh khas Kota Depok yang layak untuk semua kalangan. Bekerjasama dengan IWAPI Ranting Sawangan Depok membangun Kawasan Tujuan Wisata UMKM Depok. Bersinergi dengan petani belimbing dewa untuk mewujudkan dan menghidupkan agrowisata belimbing dewa khas Kota Depok. Mempunyai tempat Display khusus segala produk olahan belimbing dewa.
29
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA Rencana Pemasaran Strategi Pemasaran 1) Segmenting Segmen pasar untuk produk selai belimbing ini terdiri dari masyarakat kalangan menengah ke atas, baik laki-laki atau perempuan mulai dari anak-anak, dewasa, dan orang tua dapat mengonsumsi selai. Segmen pasar produk selai belimbing berdasarkan wilayah negara menurut sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 2, mencakup Belgia, Kanada, Timor Timur, Jerman, Guyana, India, Jepang, Korea, Malaysia, Maldives, Filipina, Singapura, Taiwan, Uni Emirate Arab, Amerika Serikat dan Vietnam. 2) Targetting Target pasar produk selai belimbing yang dipilih dari segmen pasar yang telah ditentukan yaitu masyarakat kalangan menengah ke atas. Negara yang dipilih sebagai target pasar adalah negara Malaysia karena negara tersebut meminati produk selai. Volume ekspor selai dari Indonesia ke negara Malaysia yang kontinyu dan terus meningkat, serta negara Malaysia merupakan negara terbesar kedua untuk ekspor selai dari negara Indonesia menurut sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 2. 3) Positioning Usaha pengolahan selai belimbing ini akan menawarkan sebuah produk yang diolah dari tanaman eksotis Indonesia yaitu buah belimbing manis, serta selai belimbing manis merupakan produk baru yang akan di ekspor keluar negeri dari Indonesia. Selai belimbing tergolong produk pangan yang menyehatkan dengan kisaran harga yang terjangkau. Posisi produk terhadap pesaing, produk selai belimbing manis ini merupakan produk baru yang pesaing belum memproduksi selai dari buah belimbing manis.
Bauran Pemasaran 1) Product (Produk) Produk yang akan dihasilkan oleh usaha ini berupa produk akhir yaitu selai belimbing. Selai belimbing yang dihasilkan menggunakan bahan baku buah belimbing dewa grade C dan campuran bahan lain seperti gula dan asam sitrat. Produk yang telah diproduksi dengan teknologi mesin kemudian dikemas dalam botol kaca ukuran 250 gram yang telah di sterilisasi. Kemasan produk selai akan dicantumkan produk asal Indonesia, nama atau kode perusahaan eksportir, nama barang, gambar/desain barang, berat bersih, tanggal kadaluarsa, nama perusahaan, sertifikat halal MUI, BPOM. 2) Price (Harga) Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar Rp23 600 atau setara dengan US$ 2 per botol kaca ukuran 250 gram. Harga ini ditetapkan berdasarkan
30
data dari www.alibaba.com untuk produk selai belimbing di negara Malaysia (1 USD= Rp11 800). 3) Place (Tempat) Tempat pemasaran dari rencana pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi ini akan melakukan distribusi pengiriman langsung selai belimbing ke perusahaan selai buah di Penang, Malaysia yaitu DNY Enterprise. Selanjutnya, lokasi produksi dan kantor terletak di Jalan Raya Sawangan, Kota Depok. 4) Promotion (Promosi) Strategi promosi produk dilakukan dengan cara membuat website untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk KUB Harapan Sejahtera Abadi di internet. Mengikuti dan berpartisipasi dalam pameran dagang Internasional yang dihadiri oleh perusahaan-perusahaan dari luar. Selanjutnya, strategi promosi juga dapat dilakukan dengan cara kerjasama antara pengusaha dengan instansi terkait yang dalam hal ini adalah Kementerian Perdagangan Republik Indonesia sebagai mediator antara eksportir dan importir.
Analisis Pesaing Pesaing dari usaha selai belimbing ini adalah perusahaan dalam negeri yang memproduksi produk selai buah yaitu PT Marizarasa Sarimurni. PT Marizarasa Sarimurni merupakan perusahaan yang memproduksi selai yang berlokasi di daerah Jakarta. Produk yang ditawarkan adalah selai blueberry, selai strawberry, selai aneka buah (mix fruit jams), selai blueberry rendah gula, selai black mulberry low sugar . Target pasar PT Marizarasa Sarimurni adalah kalangan menengah ke atas dan target pasar wilayah mencakup negara Australia, Brunei Darussalam, China, Hong Kong, Jepang, Malaysia, Rusia, Saudi Arabia, Singapura, Inggris, Amerika Serikat. Rekapitulasi rencana strategi pemasaran KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan PT Marizarasa Sarimurni dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Rekapitulasi rencana strategi pemasaran perusahaan vs pesaing Komponen KUB Harapan Sejahtera Pesaing (PT Marizarasa strategi Abadi Sarimurni) pemasaran Segmenting Usaha selai belimbing Perusahaan selai buah untuk masyarakat untuk kalangan pasar domestik dan menengah ke atas, baik laki- Internasional. Inovasi dari laki atau perempuan mulai selai blueberry rendah gula dari anak-anak, dewasa, dan dan black mulberry low orang tua dapat mengonsumsi sugar. Selai ini cocok untuk selai. konsumen penderita diabetes ataupun untuk mengurangi risiko obesitas. Targetting Target pasar selai belimbing Target pasar adalah adalah masyarakat kalangan masyarakat kalangan atas menengah ke atas, dan target dan target pasar wilayah ke
31
pasar ke negara Malaysia.
negara Australia, Brunei Darussalam, China, Hong Kong, Jepang, Malaysia, Rusia, Saudi Arabia, Singapura, Inggris, Amerika Serikat Positioning Selai belimbing tergolong “We are committed to you in produk pangan yang quality” menyehatkan dengan kisaran harga yang terjangkau. Marketing Mix Product Product Selai belimbing di produksi selai blueberry, selai menggunakan teknologi strawberry, selai aneka buah mesin kemudian dikemas (mix fruit jams), selai dengan kemasan botol kaca blueberry rendah gula, black ukuran 250 gram. mulberry low sugar kemasan botol 250 gram. Price Price Rp23 600 per botol kaca Rp26 250 per botol kaca ukuran 250 gram (US$2 per ukuran 250 gram. botol kaca ukuran 250 gram) untuk selai belimbing. Place Place Lokasi produksi dan kantor Lokasi kantor terletak di terletak di Jalan Raya Jalan Letjend S.Parman Kav Sawangan, Kota Depok. 28, Jakarta. Promotion Promotion Promosi dilakukan dengan Promosi dilakukan dengan cara membuat website untuk menggunakan website, memperkenalkan dan kemudian menggunakan mempromosikan produk di distributor yaitu PT internet. Mengikuti dan Multisari Langgeng Jaya berpartisipasi dalam pameran dan mengikuti pameran dagang Internasional yang makanan Internasional.. dihadiri oleh perusahaanperusahaan dari luar negeri serta kerjasama dengan pihak Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Sumber: Data Primer (diolah)
Menyiapkan produk ekspor Usaha selai belimbing ini merupakan sebuah usaha yang berorientasi ekspor, sehingga langkah-langkah dalam menyiapkan produk ekspor menurut Yahya (2013) adalah sebagai berikut:
32
A. Memilih produk yang diminati pasar luar negeri Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tentu memiliki produk-produk yang terjamin ketersediaan barangnya. Buah belimbing manis varietas dewa merupakan buah yang dihasilkan dari Indonesia. Buah belimbing dapat berbunga sepanjang tahun dan dapat dipanen tiga kali dalam setahun, di negara lain buah belimbing manis varietas dewa tidak dapat dibudidayakan. Belimbing manis juga dapat diolah menjadi makanan seperti selai untuk meningkatkan nilai tambah dari buah belimbing dan untuk memperkenalkan selai belimbing yang akan direncanakan untuk diekspor ke luar negeri, sehingga negara-negara lain yang tidak dapat membudidayakan buah belimbing manis varietas dewa ini dapat mengonsumsi selai belimbing. B. Melakukan penawaran Penawaran bisa dilakukan secara konvensional dan secara online via internet. Penawaran secara konvensional dilakukan dengan membuat katalog daftar produk, kemudian juga dapat disertai dengan presentasi produk. Penawaran secara online dengan cara membuat website yang sangat menarik dan berisi daftar produk yang disediakan. Penawaran yang dilakukan dalam rencana pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi ini dengan cara mengekspor selai ke negara Malaysia karena negara Malaysia merupakan negara yang meminati produk selai dan negara Malaysia juga sudah ada yang memproduksi selai belimbing. Selanjutnya, membuat website, mengikuti dan berpartisipasi dalam pameran dagang Internasional, serta melakukan kerjasama dengan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. C. Menentukan mekanisme pembayaran Pembayaran untuk barang dalam jumlah besar, biasanya menggunakan L/C. Mekanisme pembayaran produk ekspor selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan menggunakan L/C. Setelah buyer memastikan barang yang akan dibeli, biasanya buyer segera membuka L/C untuk perusahaan penjual barang. L/C bisa dicairkan apabila barang sudah terkirim, dan dokumen-dokumen ekspor yang dibutuhkan diserahkan kepada bank tempat L/C bisa dicairkan. D. Pengiriman barang Pengiriman barang dalam jumlah banyak, maka harus melalui perusahaan penyedia jasa jalur laut dan barang akan dimasukkan ke dalam kontainer. Pengiriman barang pada rencana pengembangan usaha selai belimbing KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan melalui pelabuhan yang terdekat dari lokasi usaha yaitu pelabuhan tanjung priok.
Rencana Produksi Perencanaan Produk Produk yang akan dihasilkan dari rencana pengembangan ini adalah produk akhir untuk konsumsi dalam bentuk selai belimbing. Selai belimbing yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku buah belimbing dewa grade C dan
33
campuran bahan lain seperti gula dan Asam sitrat. Produk yang dihasilkan berupa produk makanan semi padat atau kental. Produk yang telah diproduksi dengan teknologi mesin kemudian dikemas dalam botol kaca ukuran 250 gram yang telah di sterilisasi. Pengemasan dengan botol kaca dipilih karena botol kaca lebih steril dibandingkan dengan botol plastik, serta dapat memperpanjang daya simpan selai.
Gambar 2 Selai belimbing Perencanaan Jumlah Produksi Kegiatan usaha selai belimbing ini terdiri dari proses pembuatan selai, sterilisasi botol selai dan pengemasan selai belimbing. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk konsumen kalangan menengah ke atas. Rencana jumlah produksi selai belimbing disesuaikan dengan kemampuan KUB Harapan Sejahtera Abadi dan disesuaikan dengan asumsi permintaan selai buah di negara Malaysia menurut sumber dari situs www.alibaba.com, di negara Malaysia mampu menghasilkan selai buah sebanyak 1 666 botol selai per hari. Rencana jumlah produksi per hari selai belimbing sebanyak 403 botol selai pada tahun pertama sampai tahun kelima, kemudian pada tahun keenam hingga tahun kesepuluh rencana jumlah produksi selai belimbing per hari meningkat menjadi 806 botol selai. Selai belimbing akan direncanakan untuk dikirim dan di pasarkan setiap minggu, maka rencana jumlah produksi selai belimbing per minggu sebanyak 2015 botol selai atau setara dengan 84 karton selai dengan 1 karton berisi 24 botol selai kemasan 250 gram pada tahun pertama sampai tahun kelima, kemudian pada tahun keenam hingga tahun kesepuluh rencana jumlah produksi selai belimbing per minggu meningkat menjadi 4030 botol selai atau setara dengan 168 karton selai.
Teknologi Teknologi yang digunakan dalam usaha selai belimbing adalah penimbangan buah belimbing dengan menggunakan timbangan, kemudian menggunakan botol kaca dengan tutup botol terbuat dari seng, menggunakan mesin untuk sterilisasi botol selai, mesin penghancur buah (blender) kapasitas besar, mesin pengaduk selai, serta mesin untuk pengemasan selai belimbing. Mesin yang digunakan dalam kegiatan pembuatan selai belimbing yaitu mesin sterilisasi botol selai (Autoclave), mesin penghancur buah (blender), mesin
34
pengaduk selai, mesin filling selai. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan mesin induksi sealer, dan mesin carton sealer. 1. Timbangan Timbangan yang digunakan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk menimbang buah belimbing pada saat dipasok oleh petani, memiliki kapasitas sebesar 100 Kg.
Gambar 3 Timbangan buah Sumber: http://www.duniatimbangan.com Spesifikasi: Merk: Camry (pakai tiang) Kapasitas: 100 Kg Ukuran platform: 30 cm x 40 cm 2. Botol selai
Gambar 4 Botol Selai Belimbing Sumber: http://www.dinomarket.com
Botol yang digunakan sebagai tempat untuk kemasan selai belimbing adalah botol kaca dengan tutup botol yang terbuat dari seng. Botol kaca dipilih karena botol kaca lebih steril dari botol plastik. Selanjutnya, tutup yang digunakan yaitu tutup yang terbuat dari seng karena tutup yang terbuat dari seng tidak mudah karatan. Botol kaca selai belimbing tersebut ukuran 250 ml.
35
3. Mesin sterilisasi botol kaca (Autoclave)
Gambar 5 Mesin Autoclave Sumber: http://ubpreneur.com
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda. Teknologi untuk sterilisasi botol selai dengan menggunakan Autoclave dipilih karena Autoclave adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu tinggi sebesar 121 0C selama 15 menit. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Sumber panas yang digunakan pada mesin Autoclave berasal dari listrik. Spesifikasi mesin Autoclave: Tipe: MA-631 Kapasitas: 50 Liter 4. Mesin penghancur buah (Blender) kapasitas besar Buah belimbing manis yang sudah dibersihkan dan dipisahkan dari kulit buah dan biji, kemudian buah belimbing dicuci, dipotong secara vertikal lalu dimasukkan kedalam mesin Blender untuk dihancurkan. Mesin Blender ini terdiri dari Mixer penghancur dan mesin penyaring. Prinsip kerja mesin ini adalah menghancurkan buah, kemudian disaring. Blender yang digunakan untuk menghancurkan buah belimbing adalah kapasitas 50-70 Kilogram/jam.
36
Gambar 6 Mesin Blender http://www.mesinpertanian.com
Sumber:
Gambar 7 Alat penyaring Sumber: http://www.mesinpertanian.com
Spesifikasi mesin: Tipe : BLD-50 Merek : Agrowindo Kapasitas mesin : 50-70 kg / jam Sistim : Blender Pisau : Stainless Steel Bahan : Stainless Steel Motor blender : 1.5 - 2 HP Dimensi : 90x60x150 cm Diproduksi oleh : PT Agrowindo 5. Mesin pengaduk selai Buah belimbing manis yang telah di blender kemudian diberi gula, Asam sitrat, dan dimasukkan ke dalam mesin pengaduk selai. Mesin pengaduk selai yang akan digunakan adalah dengan kapasitas 100 Kilogram/proses. Mesin ini sangat membantu dalam proses pengadukan adonan selai yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
37
Gambar 8 Mesin pengaduk selai Sumber: http://www.mesinpertanian.com
Kapasitas 100 kg / proses
Model Kapasitas Bahan Frame Bahan Tabung Dimensi Mesin Daya Listrik Max Bahan Bakar Panas Transmisi RPM
Diproduksi
: : : : : : : :
MDL 100 Agrowindo 100 Kg / proses Stainless Steel Stainless Steel 90X75X190 cm 750 W / 220 V Gas LPG 20 – 40 RPM Pabrik Mesin PT Agrowindo Sukses : Abadi
6. Mesin filling semi otomatis Selai belimbing yang sudah jadi dari mesin pengaduk, kemudian selai belimbing dimasukkan kedalam botol selai dengan menggunakan mesin filling semi otomatis. Mesin ini memberikan solusi mudah dan cepat untuk dapat mengisi selai belimbing kedalam botol selai. Mesin filling semi otomatis yang digunakan yaitu jenis PPF-500T Paste Piston Filter.
38
Gambar 9 Mesin filling semi otomatis Sumber: http://www.ramesiamesin.com Spesifikasi mesin: Prod. ID Power Gas Pressure Filling Range Filling Speed Berat Filling Akurasi Dimensions
PPF-500T Paste Piston Filler 20 W Kompressor 2 PK 0.4 – 0.6 Mpa 100-500 ml 10-18 sec/min 45 Kg 1% 1.0 500 x 1.050 mm
7. Mesin induksi sealer Mesin induksi sealer adalah mesin yang sederhana dan efektif untuk penyegelan botol. Penyegelan dengan sistem induksi sebuah aluminium foil dileher botol berfungsi untuk mencegah kebocoran produk dan memberikan peningkatan umur simpan. Mesin induksi sealer untuk penyegelan tutup botol selai yang digunakan pada usaha selai belimbing ini adalah tipe mesin induction sealer DGYF S500C dengan diameter antara 60-130 mm.
Gambar 10 Mesin induksi sealer Sumber: http://www.ramesiamesin.com
39
Spesifikasi mesin: Prod. ID Power (W) Voltage (V) Aplikasi Sealing Diameter Berat Merk Dimensions (mm)
Mesin Induction Sealer DGYF S500C 600 Watt AC 220/ 50 Mencetak Tutup Aluminium 60 – 130 mm 7 Kg POWERPACK 340 x 290 x 150
8. Mesin carton sealer Selai belimbing yang sudah dikemas dan disegel dalam bentuk botol selai, kemudian botol selai belimbing tersebut dikemas dalam kemasan karton. Pengemasan yang baik dapat melindungi atau menjaga kualitas produk selai belimbing agar tetap utuh ketika sampai pada konsumen. Satu kemasan karton belimbing terdiri dari 24 botol selai sehingga mesin carton sealer yang digunakan yaitu mesin carton sealer FXJ-5050II Standard Model.
Gambar 11 Mesin carton sealer Sumber: http://www.ramesiamesin.com Spesifikasi mesin: Model Dimension (P x L x T) Power Consumption Max. Packager Size Min. Packager Size Width of Tape Weight
Mesin Carton Sealer FXJ-5050II 1630 x 800 x 1230 mm 0.18 KVA | 180 Watt W 500 x H 500 mm W 150 x H 120 mm 36, 48, 50, 60 mm 145 kg
Perencanaan kapasitas produksi Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Kapasitas yang dimiliki oleh
40
KUB Harapan Sejahtera Abadi ditentukan oleh peralatan produksi dan tenaga kerja yang dimiliki. KUB Harapan Sejahtera Abadi berproduksi selama 20 hari dalam satu bulan. Menurut data dari www.alibaba.com, perusahaan selai buah di negara Malaysia dapat menghasilkan 1 666 botol selai per hari dan permintaan selai di negara Malaysia minimal 1 000 karton selai per bulan. KUB Harapan Sejahtera Abadi berencana untuk menghasilkan selai sebanyak 403 botol selai per hari dan dapat menghasilkan 336 karton selai per bulan dengan menggunakan bahan baku berupa buah belimbing dewa sebanyak 250 kilogram per hari pada tahun pertama sampai tahun kelima dan 500 kilogram per hari pada tahun keenam hingga tahun kesepuluh. Peningkatan pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh diasumsikan tetap sebesar 100 %. Rencana jumlah produksi per tahun dapat dilihat pada Tabel 5, kemudian jadwal produksi selai belimbing harian di KUB Harapan Sejahtera Abadi pada Tabel 6.
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu 08.00 – 09.00 09.00 – 10.00 10.00 – 11.00 11.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 14.00 14.00 – 15.00
Tabel 5 Rencana jumlah produksi selai belimbing Jumlah belimbing dewa Jumlah selai belimbing (kg/tahun) (botol/tahun) (250 kg x 5 x 4 x 12) = 60 000 96 720 (250 kg x 5 x 4 x 12) = 60 000 96 720 (250 kg x 5 x 4 x 12) = 60 000 96 720 (250 kg x 5 x 4 x 12) = 60 000 96 720 (250 kg x 5 x 4 x 12) = 60 000 96 720 (500 kg x 5 x 4 x 12) = 120 000 193 440 (500 kg x 5 x 4 x 12) = 120 000 193 440 (500 kg x 5 x 4 x 12) = 120 000 193 440 (500 kg x 5 x 4 x 12) = 120 000 193 440 (500 kg x 5 x 4 x 12) = 120 000 193 440
Tabel 6 Rencana jadwal produksi harian selai belimbing Pengambilan Pencucian, Penghalusan Pemasakan Pengemasan dan Penyortiran buah selai selai pengangkutan dan belimbing belimbing belimbing buah Perajangan belimbing buah 1 2 A 3 B A C B A C B A C B C
Keterangan: 1: Kecamatan Sawangan 2: Kecamatan Pancoran Mas 3: Kecamatan Cimanggis A: 100 Kg buah belimbing pertama
41
B: 100 Kg buah belimbing kedua C: 50 Kg buah belimbing ketiga Sterilisasi botol: 12.45 – 13.00: sterilisasi 100 botol 13.15 – 13.30: sterilisasi 100 botol 13.45 – 14.00: sterilisasi 50 botol
Perencanaan proses produksi Proses produksi selai belimbing berdasarkan pada pendekatan alur pembuatan dodol belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi, namun rencana proses produksi selai belimbing ini menggunakan teknologi sehingga tahapan rencana proses produksi selai belimbing sebagai berikut: 1. Penyortiran dan pencucian buah belimbing Buah belimbing dewa grade C yang datang dari petani ditimbang beratnya kemudian dilakukan pencucian dan penirisan buah belimbing. Selanjutnya, dilakukan penyortiran dengan cara mengupas kulit buah belimbing, membuang biji buah belimbing. Buah belimbing diiris menggunakan pisau secara vertikal untuk memisahkan daging buah dengan tulang buah, karena tulang buah belimbing keras sehingga harus dibuang. Pengirisan buah dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau dan memakai tenaga kerja sebanyak 20 tenaga kerja Tujuan penyortiran ini adalah untuk memisahkan buah belimbing dari kulit, biji dan tulang buah. 2. Penimbangan buah Buah belimbing yang sudah dipisahkan dari kulit, biji dan tulang buah kemudian ditimbang. Buah ditimbang dengan menggunakan timbangan buah kapasitas 100 Kg. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui penurunan berat buah dan untuk mengetahui berat bersih yang akan diproses. Berat bersih buah belimbing sebesar 240 Kg yang sudah ditimbang dari berat awal belimbing sebesar 250 Kg. 3. Perajangan buah Buah belimbing yang telah bersih kemudian dirajang atau dipotong kecil. Proses perajangan dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau dan memakai tenaga kerja sebanyak 20 orang. 4. Sterilisasi botol selai Sterilisasi botol selai dengan menggunakan Autoclave yaitu alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu tinggi sebesar 121 0C selama 15 menit. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Kapasitas Autoclave yang digunakan sebesar 5 Liter, maka setiap 15 menit, Autoclave dapat sterilisasi 100 botol selai. 5. Penghalusan buah (Blender) Buah belimbing yang telah dirajang sebesar 240 Kg, kemudian dimasukkan ke dalam blender untuk di haluskan. Setelah di blender, saring ampas buah belimbing kemudian ditimbang. Kapasitas blender yang digunakan
42
sebesar 70 Kg dan membutuhkan waktu selama 60 menit untuk blender buah belimbing. 6. Pemasakan selai buah Buah belimbing yang telah di blender dan dipisahkan dari ampasnya, sisa buah belimbing sebesar 108 Kg, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengaduk selai dengan ditambahkan bahan seperti gula sebanyak 59.5 Kg, asam sitrat 0.48 Kg hingga mengental. Selai belimbing yang telah dimasak akan mengalami penyusutan sebesar 40 % sehingga selai belimbing yang telah matang beratnya 167.98 Kg. 7. Pengisian selai ke dalam botol. Adonan selai yang telah mengental dan sudah matang kemudian dimasukkan kedalam mesin filling selai agar selai tersebut dimasukkan kedalam botol selai ukuran 250 gram yang sudah di sterilisasi. Pengisian selai belimbing ke dalam botol memerlukan waktu 60 menit dan membutuhkan 1 unit mesin filling selai. 8. Pengemasan Selai belimbing yang sudah dimasukkan kedalam botol kemudian leher pada botol selai disegel dengan aluminium foil menggunakan mesin induksi sealer setelah itu tutup botol selai secara rapat. Botol selai kemudian dikemas kembali menggunakan kemasan karton selai dengan isi satu karton adalah 24 botol. Selanjutnya, karton selai di sealer dengan menggunakan mesin carton sealer. Pengemasan selai belimbing memerlukan waktu selama 60 menit.
43
Buah belimbing dicuci dan di sortir Alat: Wadah Pencuci buah, Pisau Waktu: 30 Menit Input: 100 Kg Penimbangan buah Timbangan Buah Waktu: 5 menit
Perajangan buah Alat: Pisau Waktu: 30 menit
Sterilisasi botol Alat: Autoclave Waktu:15 menit
Penghalusan buah Alat: Blender Waktu: 60 menit Input: 70 Kg, 60 Menit Pemasakan buah Alat: Mesin pengaduk selai Waktu: 60 menit Input: 70 Kg, 60 Menit Pengisian selai dalam botol Alat: Mesin filling selai Waktu:60 Menit
Pengemasan tutup botol Alat: Mesin induksi sealer Karton Selai Alat: Mesin carton sealer Waktu: 60 menit
44
Perencanaan lokasi dan layout Lokasi pabrik selai belimbing merupakan tempat untuk memproduksi dan tempat untuk kantor. Lokasi pabrik untuk memproduksi selai belimbing terletak di Jalan Raya Sawangan Kota Depok. Lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan bahan baku berupa buah belimbing dewa. Luas bangunan untuk pabrik selai belimbing seluas 600m2 dengan panjang sebesar 300m2 dan lebar sebesar 300m2. Ruangan yang terdapat di dalam pabrik selai belimbing antara lain ruang pencucian dan penyortiran, ruang sterilisasi, ruang pengolahan selai, ruang pengemasan selai, ruang penyimpanan selai, kantor, mushola, toilet, dan garasi. Layout pabrik selai belimbing dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pengawasan kualitas selai a) Good Manufacturing Practices (GMP) GMP memiliki pengertian yaitu suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar aman, bermutu, dan layak untuk konsumsi. dan berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari mulai bahan baku sampai produk akhir4. Alasan KUB Harapan Sejahtera Abadi akan menerapkan GMP yaitu untuk memastikan bahwa produk makanan aman dan sehat. b) Sertifikat halal MUI Sertifikat halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari'at Islam. KUB Harapan Sejahtera Abadi dalam memasarkan produknya mencantumkan Sertifikat Halal dari MUI. Sertifikat Halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman “LABEL HALAL” pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Masa berlaku sertifikat halal adalah 2 tahun, hal tersebut untuk menjaga konsistensi produksi produsen selama berlakunya sertifikat. c. Perijinan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) KUB Harapan Sejahtera Abadi akan melakukan perijinan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang merupakan instansi pemerintah yang bertanggungjawab terhadap peredaran produk pangan olahan di seluruh negara Indonesia. Prosedur dan persyaratan yang harus dilengkapi untuk keperluan pendaftaran BPOM adalah sebagai berikut: a. Fotokopi ijin industri dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM). b. Hasil analisa laboratorium (asli) yang berhubungan dengan produk antara lain zat gizi (klaim gizi), zat yang diklaim sesuai dengan label, uji kimia, cemaran mikrobiologi dan cemaran logam. Keabsahan hasil analisa tersebut berlaku 6 bulan sejak tanggal pengujian. c. Rancangan label sesuai dengan yang akan diedarkan dan contoh produk. d. Formulir pendaftaran yang telah diisi dengan lengkap. 4
http://www.dckonsultan.com/page/service/konsultan-gmp (Diacu 28 Agustus 2014)
45
Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia Pengaturan organisasi sangat menentukan pelaksanaan usaha dan keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Agar kegiatan usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan baik, maka harus didukung oleh manajemen yang baik dan organisasi yang tangguh.
Aspek legal Bentuk badan usaha yang akan dipilih dalam rencana pengembangan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah koperasi. Koperasi merupakan organisasi otonom dari orang-orang yang berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan asprirasi ekonomi, sosial, dan budaya secara bersamasama melalui kegiatan usaha yang dimiliki dan dikendalikan secara demokratis (Hendar 2010). Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang bertujuan memperjuangkan kepentingan ekonomi anggotanya, dan masyarakat pada umumnya. Bentuk usaha koperasi sangat cocok digunakan oleh seorang wirakoperasi dalam menjalankan usahanya. Langkah-langkah pendirian koperasi menurut Subandi (2011), sebagai bentuk badan usaha yang berbadan hukum dalam rencana pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah sebagai berikut: 1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang-orang yang ingin mendirikan koperasi. 2. Mengadakan penelitian mengenai lingkungan daerah kerja koperasi. 3. Menghubungi kantor Departemen Koperasi setempat. 4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 5. Mengadakan rapat pembentukan koperasi. Hal-hal yang perlu dilakukan pada rapat anggota yaitu: a. Memilih pengurus; b. Memilih pengawas; c. Menetap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 6. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi dengan melampirkan petikan berita acara pembentukan koperasi serta daftar nama anggota pengurus dan pengawas. Perijinan usaha merupakan suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak berwenang atas penyelenggaraam suatu kegiatan usaha oleh seorang pengusaha atau suatu perusahaan. KUB Harapan Sejahtera Abadi akan mengurus dan memiliki beberapa jenis perijinan usaha dari instansi pemerintah seperti Surat Ijin Perdagangan (SIUP), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar kegiatan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi berjalan lancar. Selanjutnya, KUB Harapan Sejahtera Abadi yang direncanakan akan mengekspor selai belimbing, harus memiliki persyaratan untuk menjadi perusahaan eksportir. Menurut sumber dari Direktorat Jenderal Pengembangan
46
Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia tahun 2011 harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Badan Hukum dalam bentuk: 1) CV (Commanditaire Vennotschap) 2) Firma 3) PT (Perseroan Terbatas) 4) Persero (Perusahaan Perseroan) 5) Perum (Perusahaan Umum) 6) Perjan (Perusahaan Jawatan) 7) Koperasi 2. Memiliki NPWP (Nomor Wajib Pajak) 3. Mempunyai salah satu ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah seperti: 1) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dari dinas perdagangan 2) Surat Ijin Industri dari Dinas Perindustrian 3) Ijin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 4) Memiliki Angka Pengenal Ekspor (APE) Pajak merupakan biaya di dalam analisis finansial. Pajak yang digunakan dalam analisis finansial selai belimbing adalah tarif pajak penghasilan untuk badan usaha pada tahun 2013 yang ditetapkan sebesar 1%, karena penghasilan dari usaha selai belimbing kurang dari Rp4.8 Miliar. Tarif pajak penghasilan untuk badan usaha dapat dilihat pada Tabel 3.
Struktur Organisasi Struktur organisasi harus dimiliki oleh setiap perusahaan atau organisasi. Struktur organisasi kepengurusan usaha selai belimbing terdiri dari Rapat Anggota (RA), pengurus (ketua, sekretaris, bendahara), pengawas, manajer usaha. Susunan struktur organisasi KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat dilihat pada Gambar 12.
47
Rapat Anggota (RA)
Ketua KUB Harapan Sejahtera Abadi
Sekretaris
Pengawas
Bendahara Manajer usaha
Kepala pemasaran
Staf bagian pemasaran
Kepala produksi
Karyawan bagian produksi
Kepala keuangan dan administrasi
Staf bagian keuangan dan administrasi
Gambar 12 Struktur organisasi KUB Harapan Sejahtera Abadi Proses produksi selai belimbing menggunakan tenaga kerja manusia dan tenaga mesin. Pencucian dan penyortiran serta perajangan buah belimbing menggunakan tenaga kerja manusia karena pada saat pengirisan kulit belimbing, pengambilan biji buah dan pengirisan buah belimbing agar tidak ada tulang buah, seluruhnya menggunakan tenaga kerja manusia dengan bantuan pisau. Selanjutnya, proses produksi yang menggunakan mesin seperti penimbangan buah, sterilisasi botol, penghalusan buah (blender), pemasakan selai buah, pengisian selai buah ke dalam botol selai serta pengemasan. Tenaga kerja ditentukan berdasarkan jabatan kerja, sehingga rincian jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha selai belimbing dapat dilihat pada Tabel 7.
48
No 1
2 3 4
5
6
Tabel 7 Rincian penentuan jumlah tenaga kerja Uraian Jumlah tenaga kerja (orang) Pengurus koperasi 1 Ketua koperasi 1 Sekretaris koperasi 1 Bendahara koperasi Pengawas koperasi 1 Manajer usaha 1 Bagian produksi selai belimbing 1 Kepala produksi 20 Pencucian, penyortiran, perajangan buah 1 Sterilisasi botol 2 Pemasakan selai 2 Pengisian selai ke dalam botol 3 Pengemasan selai Bagian pemasaran selai belimbing 1 1 Kepala pemasaran 1 Staf pemasaran Bagian keuangan dan administrasi 1 1 Kepala keuangan dan administrasi 1 Staf keuangan dan administrasi
Sumber daya manusia yang dibutuhkan diperkirakan sebanyak 40 orang karena dalam proses pembuatan selai belimbing diperlukan tenaga kerja manusia cukup banyak, selain itu juga diperlukan tenaga mesin. Selanjutnya, membuat kualifikasi pendidikan untuk dapat menempati jabatan sesuai dengan jenjang pendidikan dan keahlian yang dimiliki seperti berikut ini: 1) Ketua dan Manajer usaha Syarat minimal pendidikan adalah Sarjana (S1) dari bidang ilmu bisnis, ekonomi, atau manajemen, memiliki keahlian teknik dan manajerial, kreatif, mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu mengambil keputasan tanpa raguragu, fleksibel dan dapat bekerjasama dengan orang lain. 2) Pengawas koperasi Syarat minimal pendidikan adalah Diploma 3 (D3), dari program keahlian akuntansi atau manajemen dan dapat dipercaya untuk menjadi pengawas koperasi. 3) Bagian produksi Syarat minimal pendidikan adalah SMA atau SMK yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam proses pengolahan makanan. 4) Bagian pemasaran Syarat minimal pendidikan adalah Diploma 3 (D3) yang mampu berkomunikasi dengan baik, dapat bernegosiasi, dan dapat berbahasa Inggris (minimal pasif). 5) Sekretaris, bendahara, bagian keuangan dan administrasi Syarat minimal pendidikan adalah Diploma 3 (D3) dari bidang akuntansi, atau manajemen, atau administrasi bisnis.
49
Deskripsi, wewenang, dan batasan kerja 1. Rapat Anggota (RA) Deskripsi: Pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi. 2. Ketua Koperasi Deskripsi: Memimpin dan mengontrol jalannya organisasi dan perusahaan koperasi. Wewenang dan batasan kerja: Memimpin, mengkoordinir, dan mengontrol jalannya aktivitas koperasi Memimpin Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan menyampaikan pertanggungjawaban kepada anggota. Mengusahakan kelangsungan hidup organisasi serta membuat rencana jangka panjang. Mengambil keputusan yang dianggap penting bagi kelancaran kegiatan koperasi. 3. Sekretaris koperasi Deskripsi: Melakukan kegiatan surat-menyurat dan tatausaha koperasi, membuat pendataan pada koperasi. Wewenang dan batasan kerja: Melakukan kegiatan surat-menyurat dan ketatausahaan koperasi. Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi. Membuat pendataan koperasi. 4. Bendahara koperasi Deskripsi: Merencanakan anggaran koperasi, membuat pembukuan transaksi koperasi. Wewenang dan batasan kerja: Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi. Memelihara semua harta kekayaan koperasi. Melakukan pembukuan transaksi koperasi. 5. Pengawas koperasi 6. Deskripsi: Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap koperasi. Wewenang dan batasan kerja: Meneliti segala catatan harta dan kekayaan koperasi. Memeriksa kebenaran pembukuan koperasi. Mengumpulkan keterangan yang diperlukan dari siapapun. 7. Manajer usaha Deskripsi: Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan bidang usaha Wewenang dan batasan kerja: Melakukan pengawasan terhadap seluruh bagian usaha seperti bagian produksi, bagian pemasaran, dan bagian keuangan dan administrasi. Menentukan harga jual selai belimbing Menentukan jumlah produksi selai belimbing Melakukan kegiatan promosi. 8. Kepala pemasaran Deskripsi: Melakukan pengawasan dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pemasaran Wewenang dan batasan kerja:
50
Membuat laporan transaksi penjualan dan pembelian produk. 9. Kepala produksi Deskripsi: Melakukan pengawasan dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan produksi Wewenang dan batasan kerja: Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penerimaan bahan baku. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan, mulai dari pencucian hingga pengemasan. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyimpanan produk. 10.Kepala keuangan dan administrasi Deskripsi: Melakukan pengawasan dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan keuangan dan administrasi Wewenang dan batasan kerja: Mencatat semua transaksi dan membuat pembukuan laporan keuangan bulanan dan tahunan. 11.Karyawan produksi Deskripsi: Melakukan pengolahan bahan baku mulai dari pencucian hingga pengemasan Wewenang dan batasan kerja: Melakukan pencucian dan penyortiran bahan baku. Melakukan penimbangan buah Melakukan sterilisasi botol Melakukan perajangan buah Melakukan penghalusan buah Melakukan pemasakan selai dan pengisian selai Melakukan pengemasan selai. 12.Staf Pemasaran Wewenang dan batasan kerja: Melakukan kegiatan distribusi produk dan kegiatan promosi. 13.Staf keuangan dan administrasi: Wewenang dan batasan kerja: Membuat penyusunan anggaran perusahaan. Mengontrol dan pelaporan kewajiban pembayaran pajak perusahaan.
Upah dan gaji Gaji adalah imbalan yang dibayarkan oleh perusahaaan kepada pegawai sebagai balas jasa atas kinerja yang telah diberikan terhadap perusahaan. Gaji tersebut biasanya diberikan setiap bulan kepada tenaga kerja atau karyawan. Berdasarkan tingkat Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kota Depok maka rincian gaji karyawan usaha selai belimbing dapat dilihat pada Tabel 8.
51
Tabel 8 Rincian gaji karyawan per bulan Uraian Gaji per bulan (Rp) Ketua koperasi 3 000 000 Sekretaris koperasi 1 700 000 Bendahara koperasi 1 700 000 Pengawas koperasi 2 000 000 Manajer usaha 2 400 000 Kepala produksi 1 500 000 Karyawan produksi 800 000 Kepala pemasaran 1 500 000 Kepala keuangan dan administrasi 1 500 000 Staf pemasaran dan keuangan 800 000
Rencana Kemitraan Pengembangan usaha selai buah belimbing melalui pendekatan wirakoperasi akan menjalin kerjasama berbagai pihak untuk mencapai kesejahteraan bersama. KUB Harapan sejahtera abadi akan menjalin kerjasama dengan petani belimbing dewa yang berada di wilayah Kota Depok yang terdiri dari enam kecamatan sebagai petani pemasok bahan baku selai. Bentuk kerjasama yang akan dilakukan merupakan kerjasama vertikal antara pemasok dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi. Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti petani, dan tugas seorang wirakop pada dasarnya adalah menciptakan keungggulan koperasi dibanding dengan organisasi usaha lain yang menjadi pesaingnya. KUB Harapan Sejahtera Abadi sering kesulitan untuk mendapatkan buah belimbing dari petani karena petani menjual hasil panen buah belimbingnya ke tengkulak, sehingga petani mendapat harga jual belimbing yang rendah. KUB Harapan Sejahtera Abadi sering mendapatkan harga buah belimbing yang lebih tinggi apabila membeli buah belimbing di tengkulak karena tidak ada ketersediaan buah belimbing di petani, sehingga biaya produksi usaha olahan makanan dari buah belimbing di KUB Harapan Sejahtera Abadi semakin tinggi, dengan adanya seorang wirakoperasi maka dapat menghubungkan antara kedua belah pihak yaitu petani dan KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan cara membantu meningkatkan jumlah produksi produk olahan melalui teknologi modern dan membantu memperluas pasar produk olahan buah belimbing manis. Peran pendidikan dalam membentuk wirakoperasi sangat penting. Pendidikan merupakan kata kunci keberhasilan dari pengembangan koperasi. banyak orang yang tahu koperasi tetapi tidak mengerti koperasi. Upaya untuk melahirkan wirakoperasi ini tidak lain merupakan upaya untuk melahirkan insan yang yakin terhadap gerakan koperasi dan memiliki semangat tinggi dalam mengembangkan koperasi. Kerjasama antara petani dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi dilakukan untuk menjamin kontinuitas bahan baku berupa buah belimbing dewa. Tujuan dari kerjasama ini untuk meningkatkan kesejahteraan petani belimbing dewa melalui peningkatan pendapatan. Konsep kerjasama yang akan dilakukan berupa
52
penetapan persentase bagi hasil dari keuntungan penjualan untuk setiap pihak yang terlibat. Kerjasama yang terjalin pada usaha atau bisnis akan membentuk suatu hubungan antar tiap individu dan institusi yang terlibat dalam hal ini adalah petani belimbing dewa, KUB Harapan Sejahtera Abadi, wirakoperasi, distributor selai di negara Malaysia dan Kota Depok yang dapat dilihat pada penjelasan berikut ini: 1. a) Hubungan petani belimbing dewa dengan wirakoperasi Petani belimbing dewa sebagai pemasok bahan baku yang dibutuhkan KUB Harapan Sejahtera Abadi turut berpartisipasi dalam pengembangan usaha dengan konsep wirakoperasi. a. Hubungan petani belimbing dewa dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi Petani belimbing dewa sebagai pemasok bahan baku berupa buah belimbing ke usaha produk olahan buah belimbing KUB Harapan Sejahtera Abadi. b. Hubungan petani belimbing dewa dengan Kota Depok Petani buah belimbing dewa sebagai warga, berperan sebagai warga desa yang produktif. 2. a) Hubungan wirakoperasi dengan petani belimbing dewa Wirakoperasi memberikan gagasan usaha kepada petani belimbing dewa untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan sistem kemitraan melalui pihak KUB Harapan Sejahtera Abadi, memberikan pelatihan dan motivasi kepada petani belimbing dewa untuk menjaga kualitas bahan baku. b) Hubungan wirakoperasi dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi Pengenalan peran wirakoperasi sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dalam hal teknologi, proses, kepemimpinan, mesin dan membantu pengembangan usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi seperti pengembangan pasar ekspor. c) Hubungan wirakoperasi dengan Kota Depok Wirakoperasi sebagai seorang yang mengembangkan ide bisnis untuk membantu pembangunan Kota Depok. d) Hubungan wirakoperasi dengan distributor selai di negara Malaysia Wirakoperasi sebagai mediator antara distributor selai di negara Malaysia dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi . 3. a) Hubungan KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan petani belimbing dewa Hubungan KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan petani belimbing dewa yaitu melakukan pengolahan buah belimbing untuk diolah menjadi selai belimbing untuk meningkatkan nilai tambah dari buah belimbing. b) Hubungan KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan wirakoperasi KUB Harapan Sejahtera Abadi sebagai penyedia sarana bagi wirakoperasi untuk melakukan pengembangan usaha dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. c) Hubungan KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan Kota Depok KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat meningkatkan pendapatan daerah untuk pembangunan Kota Depok dan pemanfaatan sumber daya alam lokal serta tenaga kerja lokal.
53
d) Hubungan KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan distributor KUB Harapan Sejahtera Abadi mengirim dan menjual selai belimbing kepada distributor selai di negara Malaysia yang merupakan perusahaan yang menyuplai produk jadi. 4. a) Hubungan Kota Depok dengan petani belimbing dewa Pihak Kota Depok berperan sebagai penyedia sarana dan prasarana untuk petani belimbing dewa. b) Hubungan Kota Depok dengan wirakoperasi Pihak dari Kota Depok membantu wirakoperasi dalam mensosialisasikan program yang sudah disepakati anatara petani belimbing dewa, KUB Harapan Sejahtera Abadi dan wirakoperasi. c) Hubungan Kota Depok dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi Pihak dari Kota Depok menyediakan sarana dan prasarana untuk membantu KUB Harapan Sejahtera Abadi menjadi sebuah koperasi. d) Hubungan Kota Depok dengan distributor selai di negara Malaysia Pihak dari Kota Depok mendukung KUB Harapan Sejahtera Abadi mengirim dan menjual produk jadi ke distributor selai di negara Malaysia sebagai sentra pengiriman produk jadi. 5. a) Hubungan distributor selai negara Malaysia dengan petani belimbing dewa Pihak distributor selai di negara Malaysia merupakan tujuan akhir (pasar) bagi petani belimbing dewa yang bermitra dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi. b) Hubungan distributor selai di negara Malaysia dengan wirakoperasi Pihak distributor selai di negara Malaysia merupakan klien bisnis bagi wirakoperasi dalam penjualan dan pemasaran produk akhir seperti selai belimbing. c) Hubungan distributor selai di negara Malaysia dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi Pihak distributor selai di negara Malaysia sebagai mitra usaha penjualan produk akhir berupa selai belimbing yang dihasilkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi. Jenis – Jenis Risiko Usaha Menjalankan suatu usaha pasti memiliki risiko, baik risiko yang ditimbulkan oleh bisnis itu sendiri, maupun yang ditimbulkan oleh lingkungan seperti bencana alam. Jenis-jenis risiko yang mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang dilakukan yaitu: 1. Perubahan kondisi politik Seperti perubahan pemerintah di tahun 1998 dari orde baru ke orde reformasi, perekonomian sempat anjlok sebesar 15%. Rencana pengembangan usaha selai belimbing ini akan dipasarkan (ekspor) ke luar negeri, apabila terjadi perubahan kondisi politik di negara Indonesia, maka kondisi usaha selai belimbing akan mengalami keuntungan karena perubahan kurs yang meningkat dan biaya dalam negeri yang murah. 2. Perubahan kondisi ekonomi
54
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kota Depok merupakan salah kota penghasil belimbing manis. Pada saat panen buah belimbing di Kota Depok jumlah total panennya sangat besar, maka ekonomi daerah Kota Depok dapat berjalan dengan baik dengan adanya industri pengolahan buah belimbing seperti KUB Harapan Sejahtera Abadi mengolah buah belimbing menjadi dodol dan jus. Apabila jika buah belimbing manis belum dipanen, maka usaha pengolahan buah belimbing tidak bisa berjalan. Dengan demikian diversifikasi dengan cara membuat selai belimbing dapat dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut. Perubahan kondisi sosial dan budaya Produk olahan makanan, kita bisa melihat adanya perubahan selera masyarakat, bila pada awalnya selai hanya ada rasa coklat dan kacang, saat ini sudah berkembang selai buah yang memiliki manfaat lebih banyak, maka saat ini industri selai buah dapat berkembang, karena selai buah sudah banyak diminati di semua kalangan konsumen. Perubahan harga bahan baku Semakin tinggi bahan baku, maka akan menyebabkan semakin tinggi biaya variabel pada perusahaan. Cara mengantisipasi perubahan bahan baku buah belimbing dewa grade C, maka KUB Harapan Sejahtera Abadi selaku industri yang mengolah buah belimbing dewa membuat kontrak kerjasama dengan para petani belimbing dewa untuk menjaga kontinuitas bahan baku. Perubahan harga jual Setiap industri pasti ada kompetisi, termasuk dalam perubahan harga jual. Harga jual selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi yang berbeda dengan pesaingnya membuat pihak KUB Harapan Sejahtera Abadi harus melakukan analisa untuk menetapkan harga agar usaha selai belimbing tersebut mendapat keuntungan, dapat berkompetisi di pasar dan tidak menimbulkan kekecewaan investor dan distributor. Masuknya kompetisi Kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak dapat dihindari. Perusahaan selai buah yang telah melakukan ekspor selai seperti PT Marizarasa Sarimurni telah memiliki pangsa pasar di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga cara untuk mengantisipasi dari pihak KUB Harapan Sejahtera Abadi yaitu dengan cara inovasi. PT Marizarasa Sarimurni belum memproduksi selai belimbing untuk itu, KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki inovasi untuk mengolah buah belimbing manis menjadi selai. Perubahan teknologi Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan pangsa pasar. Usaha selai belimbing oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi yang cukup banyak menggunakan tenaga kerja manusia dalam proses produksi, untuk tahun-tahun berikutnya proses produksi selai menggunakan inovasi teknologi seperti penggunaan alat dan mesin yang modern. Perubahan budaya organisasi Setiap organisasi memiliki budaya organisasi. Keberhasilan akan menyebabkan kesombongan suatu organisasi, maka untuk mengantisipasi perubahan budaya organisasi tersebut, salah satunya para anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat memberikan ide-ide baru untuk pengembangan usaha.
55
9. Perubahan karakteristik sumber daya manusia Perubahan sumber daya manusia merupakan hal yang penting pada KUB Harapan Sejahtera Abadi karena perubahan tersebut terjadi dari faktor perekonomian dan kompetisi yang memudahkan para tenaga kerja untuk berpindah dari satu usaha, ke usaha lain. Cara untuk mengantisipasi perubahan karakteristik sumber daya manusia dengan cara menawarkan kompensasi dan tunjangan yang tinggi. 10. Ketergantungan pada supplier Untuk memasarkan produk selai belimbing, dimana selai belimbing hanya dijual oleh sekelompok supplier, maka risiko muncul kalau supplier tersebut bertindak sewenang-wenang dengan tidak mensuplai produk selai belimbing usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi ke pasar luar negeri dan malah memilih pesaing dari usaha selai KUB Harapan Sejahtera Abadi. Guna untuk meminimalisasikan risiko ini, ada baiknya supplier tidak hanya satu dan minimal harus 3 untuk menghindari kesewenangan supplier. 11.Ketergantungan pada konsumen Produk olahan makanan dapat terjadi ketergantungan pada satu konsumen dapat menimbulkan risiko seperti jika konsumen tersebut memilih untuk tidak membeli lagi produk selai belimbing KUB Harapan Sejahtera Abadi dan pindah ke pesaing selai dari KUB Harapan Sejahtera Abadi. Cara untuk meminimalkan risiko sebaiknya KUB Harapan Sejahtera Abadi jangan membatasi diri pada satu konsumen atau sekelompok konsumen. 12.Compliance/Good Corporate Governance Meminimalkan risiko wajib untuk memperhatikan pada Compliance karena jika tidak kita akan keluar dari jalur yang ada sehingga implikasinya sangat besar. Contoh: Apabila staf bagian pemasaran selai belimbing KUB Harapan Sejahtera Abadi melakukan distribusi selai belimbing dengan menunjuk perusahaan distributor yang dimiliki oleh temannya sehingga staf bagian pemasaran KUB Harapan Sejahtera Abadi tersebut mendapat komisi dari temannya atapun tanpa komisi tapi memiliki tujuan membantu temannya. Seharusnya, setiap pelaku pengambil keputusan harus berdiri diatas kepentingan perusahaan dan tidak atas dasar kepentingan pribadi dengan pertimbangan karena teman, saudara atau kenalan, tapi didasarkan pada produk terbaik dengan harga terbaik bagi perusahaan.
Rencana Keuangan
Asumsi Dasar 1. Total panen buah belimbing dewa grade C di Kota Depok mencapai 20%. 2. Harga buah belimbing dewa grade C adalah Rp10 000. 3. Berat awal buah belimbing adalah 250 Kg dengan tingkat penyusutan 4 persen, sehingga berat bersih buah belimbing dewa menjadi 240 Kg. 4. Satu minggu terdiri dari 5 hari kerja, sehingga satu bulan terdiri dari 20 hari kerja.
56
5. Berat bersih buah belimbing dewa pada saat dimasak menjadi selai belimbing per hari mengalami penyusutan sebesar 40% menjadi 167.98 Kg atau setara dengan 403 botol selai ukuran 250 gram. 6. Tahun pertama sampai tahun kelima kapasitas produksi selai belimbing sebanyak 403 botol per hari atau 2 015 botol per minggu kemudian, pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh kapasitas produksi selai belimbing meningkat sebesar 100 % menjadi 806 botol per hari atau 4 030 botol per minggu. Hal ini disebabkan pada kemampuan perusahaan untuk memproduksi selai belimbing dan disesuaikan dengan asumsi permintaan selai buah di negara Malaysia menurut sumber dari www.alibaba.com. 7. Pengiriman selai belimbing dilakukan per minggu dengan menggunakan karton selai (Asumsi 1 karton berisi 24 botol selai belimbing ukuran 250 gram). 8. Kapasitas mesin sterilisasi botol selai dengan menggunakan satu unit Autoclave sebesar 5 liter selama 15 menit, dengan asumsi setiap 15 menit dapat mensterilkan 100 botol selai dan umur bisnis dari autoclave adalah 5 tahun. 9. Kapasitas mesin blender sebesar 70 Kg per jam, maka untuk blender buah belimbing yang telah dirajang dapat dimasukkan sebesar 70 Kg. Untuk menghaluskan buah belimbing hanya membutuhkan satu unit blender dan dapat digunakan secara bergantian per jam dan umur bisnis dari blender adalah 5 tahun. 10.Kapasitas mesin pengaduk selai sebesar 100 Kg per jam, untuk memasak selai sebanyak 167.98 Kg maka dibutuhkan mesin pemasakan selai sebanyak satu unit dan proses pemasakan selai dilakukan dengan sistem 70 Kg per jam secara bergantian dan umur bisnis dari mesin pengaduk selai adalah 10 tahun 11.Pengemasan produk selai belimbing menggunakan botol kaca dengan tutup botol terbuat dari seng. Selanjutnya, leher botol selai di sealer menggunakan aluminium foil dengan mesin induksi sealer diameter 60-100 mm setelah itu botol yang sudah di sealer, kemudian dimasukkan kedalam karton selai, dan karton selai tersebut di sealer kembali dengan menggunakan mesin carton sealer. Umur bisnis dari mesin induksi sealer adalah 5 tahun dan umur bisnis dari mesin carton sealer adalah 5 tahun. 12.Pengiriman selai belimbing ke luar negeri dengan melalui perusahaan distributor selai di negara Malaysia yaitu DNF Enterprise. 13.Harga jual selai sebesar US$ 2 atau setara dengan Rp23 600 per botol selai ukuran 250 gram (www.alibaba.com) di negara Malaysia dengan asumsi 1 US$ = Rp11 800. 14.Negara yang menjadi tujuan pemasaran selai belimbing adalah negara Malaysia karena negara tersebut meminati produk olahan selai, ekspor selai dari Indonesia ke Malaysia setiap tahun secara kontinyu dan volume ekspor cukup meningkat. 15.Umur proyek dari usaha selai belimbing adalah 10 (sepuluh) tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis mesin pengaduk selai yang digunakan karena mesin pengaduk selai merupakan mesin paling penting dalam pembuatan selai belimbing. 16.Pembayaran kontrak penjualan dilakukan per minggu. 17.Biaya pembuatan SIUP dan NPWP tahun 2014 sebesar Rp1 000 000 18.Biaya pembuatan untuk mendirikan koperasi tahun 2014 sebesar Rp15 000 000 19.Biaya untuk pembuatan surat izin dari BPOM tahun 2014 sebesar Rp6 000 000
57
20.Biaya pembuatan SITU tahun 2014 sebesar Rp2 500 000 21.Biaya pembuatan sertifikat halal MUI tahun 2014 sebesar Rp4 500 000 22.Upah Minimum Kabupaten/ kota (UMK) Kota Depok tahun 2014 sebesar Rp2 397 000. 23.Usaha selai belimbing yang dilakukan menggunakan modal pinjaman berasal dari bank Syariah Mandiri dengan sistem pembiayaan Murabahah. Modal pinjaman dari bank syariah sebesar 70 % dan modal sendiri sebesar 30%. 24.Margin keuntungan sistem pembiayaan murabahah yang telah disepakati antara bank syariah dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi sebesar 12%. 25.Pembayaran angsuran modal pinjaman dari bank syariah dilakukan selama 4 (empat) tahun. 26.Pajak yang diberlakukan adalah 1% sesuai dengan tarif pajak penghasilan untuk badan usaha tahun 2013. 27.Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas ekspor barang kena pajak adalah 0% 28.Tingkat discount factor yang digunakan adalah 11.7% mengacu kepada perhitungan Opportunity Cost of Capital (OCC). 29.Harga tarif dasar listrik tahun 2014 sebesar Rp1 210 per Kwh. 30.Metode penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus. 31.Nilai sisa dari usaha selai belimbing ini sebesar Rp272 768 500 32.Harga bangunan di Kota Depok tahun 2014 sebesar Rp1 000 000 per m2.
Biaya Investasi Biaya investasi awal yang diperlukan dalam pengembangan usaha selai belimbing ini adalah Rp959 897 500. Barang-barang yang menjadi investasi awal pada usaha selai belimbing ini merupakan barang-barang yang diperlukan untuk memulai suatu kegiatan usaha. Rincian biaya investasi usaha selai belimbing dapat dilihat pada Lampiran 2. Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal usaha akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Besarnya biaya penyusutan dipengaruhi oleh berapa lama umur ekonomis dari barang tersebut. Penghitungan nilai penyusutan setiap tahunnya menggunakan metode garis lurus yang dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi dengan umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi sepuluh persen dari nilai awal pembelian barang. Nilai sisa merupakan nilai yang timbul akibat belum habisnya nilai ekonomis suatu asset diakhir masa proyeksi arus kas. Nilai sisa adalah salah satu komponen dari perhitungan laba rugi dan nilai sisa merupakan salah atu komponen penerimaan kegiatan proyek. Biaya penyusutan dari investasi awal usaha selai belimbing di akhir tahun proyek adalah Rp74 733 300 dan nilai sisa sebesar Rp272 768 500. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan atau dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun. Biaya variabel adalah biaya
58
yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun. Biaya tetap pada tahun pertama sampai tahun kelima sebesar Rp688 202 56, kemudian biaya variabel tahun pertama sampai tahun kelima sebesar Rp1 239 470 400 sehingga diperoleh total biaya operasional sebesar Rp1 927 672 961 Tabel biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Rincian biaya operasional
No
Biaya tetap
Jumlah
Satuan
Biaya per bulan (Rp)
Biaya tahun pertama sampai tahun kelima (Rp)
1
Biaya listrik
1
Bulan
398 405
4 780 855
2
1
Bulan
1 000 000
12 000 000
3
Biaya pemasaran Biaya pemeliharaan dan perawatan
1
Bulan
4 312 501
51 750 006
4
Biaya perawatan mobil
1
Tahun
5
Biaya penyuluh Biaya administrasi kantor Biaya pengangkutan bahan baku Biaya pengangkutan selai belimbing Solar, tol, parker
1
Bulan
200 000
2 400 000
1
Bulan
200 000
2 400 000
1
Bulan
200 000
2 400 000
4
Kali
600 000
7 200 000
Biaya FOB (20 feet)
1
Bulan
1 333 200
15 998 400
Biaya karantina
1
Bulan
384 000
4 608 000
Biaya lain-lain (pungli)
4
Kali
400 000
4 800 000
Tenaga kerja Ketua koperasi
1
Orang
3 000 000
36 000 000
Sekretaris koperasi
1
Orang
1 700 000
20 400 000
Bendahara koperasi
1
Orang
1 700 000
20 400 000
Pengawas koperasi
1
Orang
2 000 000
24 000 000
Manajer usaha
1
Orang
2 400 000
28 800 000
Kepala produksi
1
Orang
1 500 000
18 000 000
29
Orang
800 000
278 400 000
staf keuangan
1
Orang
800 000
9 600 000
staf pemasaran
1
Orang
800 000
9 600 000
Kepala keuangan
1
Orang
1 500 000
18 000 000
kepala pemasaran
1
Orang
1 500 000
18 000 000
Supir
1
Orang
800 000
9 600 000
PBB
1
Tahun
240 000
Pajak Mobil
1
Tahun
3 252 000
6 7 8
9
karyawan produksi
10 840 000
biaya penyusutan
74 733 300
Total biaya tetap
688 202 561
59
No
BIAYA VARIABEL
Jumlah
Satuan
Biaya per bulan
Biaya tahun 1 - 5
1
Buah belimbing
250
Kg
50 000 000
600 000 000
2
Gula
59.5
Kg
14 280 000
171 360 000
3
Asam sitrat
0.48
Kg
211 200
2 534 400
6
Aluminium foil
403
Lembar
6 448 000
77 376 000
7
Botol kaca
403
Botol
25 792 000
619 008 000
8
Label
403
Lembar
6 448 000
77 376 000
12
Kg
110 000
1 320 000
9
Gas elpiji Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional
1 239 470 400 1 927 672 961
Pembayaran Modal Pinjaman Pembayaran modal pinjaman merupakan biaya di dalam analisis finansial. Modal pinjaman untuk membantu pembiayaan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan sistem Murabahah pada Bank Syariah Mandiri. Murabahah adalah pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah keuntungan margin yang disepakati. Pembelian alat dan mesin secara tunai oleh pihak bank kepada KUB Harapan Sejahtera Abadi, sumber dana tidak keseluruhan dari bank itu sendiri, karena bank hanya menyediakan dana 70% dan yang 30% adalah sumber dana KUB Harapan Sejahtera Abadi itu sendiri. Margin keuntungan yang telah disepakati antara Bank Syariah Mandiri dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah sebesar 12% dengan pembayaran angsuran selama 4 tahun sebesar Rp47 074 950. Bank Syariah Mandiri memberikan pinjaman kepada KUB Harapan Sejahtera Abadi sebesar Rp1 569 165 002 dan modal sendiri dari pihak KUB Harapan Sejahtera Abadi sebesar Rp607 062 500. Rincian modal pinjaman dan modal sendiri pada usaha selai belimbing dapat dilihat pada Lampiran 5.
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi dari selai belimbing yang akan dijual diperoleh dengan cara membagi biaya total dengan jumlah produksi 1. Harga pokok produksi tahun pertama sampai tahun kelima HPP (Botol) =
= Rp19 930/botol
2. Harga pokok produksi tahun keenam sampai tahun kesepuluh HPP (Botol) =
= Rp16 420/botol
60
Harga pokok produksi selai belimbing ini adalah Rp19 930 per botol selai pada tahun pertama sampai tahun kelima dan Rp16 420 per botol selai pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh.
Break Even Point (BEP) Break Even Point selai belimbing tahun pertama sampai tahun kelima: BEP (unit) =
BEP (Rupiah) =
= 63 811 botol selai = Rp1 496 092 524
Break Even Point selai belimbing tahun keenam sampai tahun kesepuluh: BEP (unit) =
BEP (Rupiah) =
= 64 738 botol selai = Rp1 518 678 672
Tahun pertama sampai tahun kelima, BEP unit dari selai belimbing sebesar 63 811 botol selai dengan BEP rupiah sebesar Rp1 496 092 524. Angka tersebut memiliki arti bahwa usaha selai belimbing akan mencapai titik impas pada tahun pertama sampai tahun kelima bila terjual sebanyak 63 811 botol selai atau memperoleh penerimaan sebesar Rp1 496 092 524. Tahun keenam sampai tahun kesepuluh, BEP unit dari selai belimbing sebesar 64 738 botol selai dengan BEP rupiah sebesar Rp1 518 678 672. Angka tersebut memiliki arti bahwa usaha selai belimbing akan mencapai titik impas pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh bila terjual sebanyak 64 738 botol selai atau memperoleh penerimaan sebesar Rp1 518 678 672.
Kriteria Investasi Modal yang dikeluarkan untuk usaha selai belimbing ini akan kembali dalam jangka waktu 4.27 tahun pada proyeksi cash flow diperoleh NPV sebesar Rp1 264 144 175, IRR sebesar 53.6%, nilai Gross B/C sebesar 1.05, Net B/C sebesar 2.0 yang memiliki arti bahwa setiap Rp1 kerugian yang diterima maka akan mendapatkan manfaat bersih sebesar Rp2.0. Perhitungan laporan arus kas (cash flow) dapat dilihat pada Lampiran 6.
Proyeksi Laporan Laba Rugi Proyeksi laporan keuangan usaha selai belimbing ini dibuat dalam bentuk laporan arus kas dan laporan laba rugi. Proyeksi laporan laba rugi usaha belimbing
61
ini sudah mendapatkan keuntungan bersih di tahun pertama sebesar Rp141 967 616 dan pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp509 888 564. Persentase bagi hasil petani buah belimbing 50 % sebesar Rp177 459 519, KUB Harapan Sejahtera Abadi 40 % sebesar Rp141 967 616, Desa 5 % sebesar Rp17 745 952 dan wirakoperasi 5 % sebesar Rp Rp17 745 952. Perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Hasil Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing Melalui Pendekatan Wirakoperasi Seorang wirakoperasi merupakan seorang penggerak dalam suatu usaha. Usaha yang dilakukan merupakan sebuah usaha bersama yang menerapkan prinsip-prinsip koperasi. Peranan seorang wirakoperasi tidak hanya dirasakan pada keberhasilan usaha saja, tetapi juga terhadap keberhasilan anggota. Hasil peranan seorang wirakoperasi pada sistem jual buah belimbing dewa grade C yaitu pada awalnya, petani buah belimbing dewa menjual buah belimbing kepada tengkulak namun setelah adanya wirakoperasi, petani menjual buah belimbing melalui KUB Harapan Sejahtera Abadi ke distributor olahan makanan di luar negeri dan petani dapat memperoleh pendapatan. Harga buah belimbing dewa grade C di tingkat petani tanpa seorang wirakoperasi sebesar Rp8 000 - Rp10 000 namun dengan adanya seorang wirakoperasi, harga buah belimbing dewa grade C di tingkat petani sebesar Rp12 900 hingga Rp15 700 dan terus meningkat seiring dengan peningkatan kapasitas produksi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Kualitas bahan baku buah belimbing dewa tanpa seorang wirakoperasi kualitasnya bervariasi seperti grade A, grade B, grade C namun dengan adanya wirakoperasi, buah belimbing dewa kualitasnya seragam. Petani buah belimbing dewa umumnya menjual buah belimbing kepada tengkulak karena petani kurang mengetahui kepastian pasar yang akan dituju. Tanpa seorang wirakoperasi, petani belimbing dewa tidak mendapat kepastian pasar, karena tidak ada kontrak kerjasama antar petani dan pengusaha. Tetapi dengan adanya wirakoperasi, petani memiliki kepastian pasar melalui kerjasama kooperatif antar petani dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi. Pemasaran produk olahan buah belimbing tanpa seorang wirakoperasi, produk olahan dari buah belimbing dari KUB Harapan Sejahtera Abadi di pasarkan hanya di toko oleh-oleh khas Kota Depok namun dengan adanya seorang wirakoperasi, produk olahan dari buah belimbing dari KUB Harapan Sejahtera Abadi khususnya selai belimbing dapat di pasarkan di luar negeri yaitu ke negara Malaysia. Produksi produk olahan dari buah belimbing tanpa seorang wirakoperasi dilakukan secara manual atau belum menggunakan teknologi modern. Selanjutnya dengan adanya seorang wirakoperasi, produksi produk olahan buah belimbing khususnya selai belimbing menggunakan teknologi modern. Manajemen dan sumberdaya manusia pada usaha produk olahan buah belimbing tanpa seorang wirakoperasi bentuk usaha olahan dari buah belimbing belum memiliki badan hukum berbentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB), namun dengan adanya seorang wirakoperasi bentuk usaha olahan dari buah belimbing memiliki badan hukum berbentuk koperasi. Selanjutnya, tenaga kerja
62
yang digunakan tanpa seorang wirakoperasi berjumlah 13 orang, namun dengan adanya seorang wirakoperasi, tenaga kerja yang digunakan bertambah sebanyak 40 orang. Tanpa seorang wirakoperasi, KUB Harapan Sejahtera Abadi menjalin kemitraan dengan tempat penjualan produk olahan buah belimbing yaitu toko oleh-oleh khas Kota Depok namun dengan adanya seorang wirakoperasi, KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat menjalin kemitraan dengan petani sebagai penyedia dan pemasok bahan baku, dengan wirakoperasi sebagai seorang yang memberi gagasan usaha, pelatihan, dan motivasi, kemudian dengan desa sebagai penyedia sarana dan prasarana untuk pendirian koperasi, dan dengan distributor sebagai mitra usaha penjualan produk olahan buah belimbing berupa selai belimbing. Laporan keuangan tanpa seorang wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi sudah membuat laporan keuangan tetapi masih belum lengkap untuk pencatatan data keuangan. Selanjutnya dengan adanya seorang wirakoperasi, KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat membuat laporan keuangan secara lengkap dan dapat mengetahui keuntungan bersih yang didapat mulai dari tahun pertama hingga tahun selanjutnya dan dapat mengetahui tingkat pengembalian modal dari usaha selai belimbing.
63
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Buah belimbing dewa terdiri grade A, grade B, dan grade C. Total panen buah belimbing dewa grade C di Kota Depok mencapai 20% tidak laku dan kurang diminati konsumen. Buah belimbing dewa grade C yang belum dimanfaatkan tersedia dalam jumlah yang besar serta buah belimbing dewa merupakan icon Kota Depok, maka KUB Harapan Sejahtera Abadi mengolah buah belimbing dewa grade C menjadi dodol dan jus. Selanjutnya, KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki rencana pengembangan usaha dengan mengolah buah belimbing grade C menjadi selai belimbing. 2. Rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi menunjukkan bahwa harga buah belimbing grade C ditingkat petani adalah Rp8 000 - Rp10 000, namun melalui pendekatan wirakoperasi, petani mampu memperoleh harga pada tahun pertama sampai tahun kelima sebesar Rp12 900 per kg dan pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh sebesar Rp15 700 per kg. Harga jual selai belimbing sebesar US$ 2 atau setara dengan Rp 23 600 di pasar luar negeri, dan modal yang dikeluarkan untuk usaha selai belimbing ini akan kembali dalam jangka waktu 4.27 tahun, pada proyeksi cash flow diperoleh NPV sebesar Rp1 264 144 175, IRR sebesar 53.6%, nilai Gross B/C sebesar 1.05, Net B/C sebesar 2.0
Saran Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok adalah: 1. Diperlukan adanya sosialisasi kepada petani belimbing dewa di Kota Depok dan KUB Harapan Sejahtera Abadi terkait potensi pasar produk olahan buah belimbing yang sangat besar. 2. Diperlukan ketersediaan data sekunder yang lebih lengkap terkait dengan harga dan permintaan ekspor untuk produk selai buah.
64
DAFTAR PUSTAKA Ambarsari I, Choliq A, Bahri S. 2007. Potensi pengembangan agroindustri jambu biji Merah di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, November 2007 Vol. 5 No.1 [Internet]. [diunduh 2014 Feb 17]; 1. Tersedia pada: Indrieamagroinjambumerah.pdf. Baga, LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis. Makalah Seminar [Internet]. [Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Frankfurt am Main, 5 Juli 2003]. Bogor(ID): FEM. hlm 8-22; [diunduh 2014 April 10]. Tersedia pada: http://www.geocities.ws/mma5ugm/PeranWirakoperasiDlmAgribisnis.pdf. Baga LM dan Firdaus M. 2011. Peran Co-operative Entrepreneur Dalam Pengembangan Program OVOP Dan Pembiayaan Pertanian Berbasis Tanaman, Kasus Belimbing di Kota Depok, di dalam Baga LM, Fariyanti A, Jahri S Kewirausahaaan dan Daya Saing Agribisnis. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogadenta A. 2013. The Secret Business Plan. Jogjakarta (ID): Laksana. Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. 2014. Data Statistik Pertanian Kota Depok. Depok (ID): Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013 [internet]. [diunduh 2014 Mar 11]. Tersedia pada: Analisis_PDB_2013.pdf.Fajrian H. 2013. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UIPress-John Hopkins. Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta (ID): Erlangga. Ismawan I. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah. Jakarta (ID): PT Grasindo. Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Kusuma PTWW. 2012. Analisis kelayakan finansial pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Nata De Coco di Sumedang, Jawa Barat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan [Internet]. [diunduh 2014 Feb 17]; 1. Tersedia pada: 2829-3395-1-PB.pdf. Mailoa M. 2012. Pengaruh natrium benzoat dan lama penyimpanan terhadap mutu selai gandaria. Jurnal Ekologi dan Sains [Internet]. [diunduh 2014 Jun 27]. Tersedia pada: ekosains2012-1-4-mailoa.pdf. Napitupulu DNFF. 2009. Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah (Studi kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ningrum K. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha (Studi Kasus: Rencana Pembukaan Gerai Baru Oleh Elsari Brownies And Bakery) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Noerhatati E, Rahayuningsih T, Feriyani NV. 2009. Pembuatan selai salak (Salacca Edulis Reinw): kajian dari penambahan natrium benzoat dan gula
65
yang tepat terhadap mutu selai salak selama penyimpanan. Jurnal Teknologi Pangan, 3 (1). pp. 37-48. ISSN 1978-4163 [Internet]. Tersedia pada: http://eprints.upnjatim.ac.id/1350/1/Endang_Noerhartati.pdf. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB. Rangkuti F. 2006. Business plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. Yogyakarta (ID): Gramedia. Solihin I. 2007. Memahami Business Plan. Jakarta (ID): Salemba Empat. Subandi. 2011. Ekonomi Koperasi. Bandung (ID): Alfabeta. [Kemendag] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2014. Central Board of Statistics, prepared by Dit. of Market Dev. & Export Information, Dit. Gen. NED. Jakarta (ID): Kemendag Republik Indonesia. [Pusdatin] Pusat Data dan Informasi. 2013. Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia, Menurut Klasifikasi Kementrian Pertanian Tahun 2010 – 2012 [Internet]. [diunduh 2014 Januari 23]. Tersedia pada: http://pusdatin.deptan.go.id/
66
67
LAMPIRAN
68
69
Lampiran 1 Tata letak (layout) pabrik selai belimbing
Mushola
9
10
Toilet
6
8
Pintu
7 5 4 3 2 Keterangan: 1: Ruang kantor 2: Ruang pencucian dan penyortiran buah 3: Ruang perajangan buah 4: Blender 5: Mesin pengaduk selai 6: Mesin filling selai 7: Autoclave 8: Mesin induksi sealer 9: Mesin carton sealer 10: Ruang penyimpanan selai
1
Pintu
70
Lampiran 2 Biaya investasi usaha selai belimbing No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Komponen Biaya Bangunan Autoklaf Blender Pengaduk selai (Kapasitas 100 kg) Mesin filling Mesin induksi sealer Mesin carton sealer Timbangan Wadah pencuci buah Pisau Tabung gas Regulator gas Kursi kursi kantor meja produksi meja kantor Tempat sampah Laptop Telepon Printer AC lampu Mesin air Truk Instalasi listrik Pembuatan SIUP dan
Satuan m2 unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit paket
Jumlah Fisik 600 1 1
Harga per satuan (Rp) 1 000 000 18 000 000 8 500 000
Jumlah Biaya (Rp) 600 000 000 18 000 000 8 500 000
1 1 1 1 1 10 20 1 1 25 4 1 4 3 2 1 2 3 10 1 1 1
23 250 000 15 000 000 4 000 000 17 500 000 2 750 000 60 000 10 000 400 000 94 000 35 000 325 000 1 000 000 475 000 100 000 2 800 000 216 000 525 000 2 500 000 50 000 350 000 216 800 000 2 712 500
23 250 000 15 000 000 4 000 000 17 500 000 2 750 000 600 000 200 000 400 000 94 000 875 000 1 300 000 1 000 000 1 900 000 300 000 5 600 000 216 000 1 050 000 7 500 000 500 000 350 000 216 800 000 2 712 500 1 000 000
Umur Teknis 10 5 5
Nilai sisa (Rp) 240 000 000 1 800 000 850 000
Penyusutan (Rp) 36 000 000 3 240 000 1 530 000
10 5 5 5 10 1 1 5 5 1 5 10 5 5 5 5 3 5 1 5 10
2 325 000 1500000 400 000 1 750 000 275 000 60 000 20 000 40 000 9 400 87 500 130 000 100 000 190 000 30 000 560 000 21 600 105 000 750 000 50 000 35 000 21 680 000
2 092 500 2 700 000 720 000 3 150 000 247 500 540 000 180 000 72 000 16 920 787 500 234 000 90 000 342 000 54 000 1 008 000 38 880 315 000 1 350 000 450 000 63 000 19 512 000
27 28 29 30
NPWP Pembuatan Akte Pendirian Koperasi Pembuatan Ijin BPOM Pembuatan SITU Sertifikat halal MUI Total
m2
600
5000
15 000 000 6 000 000 3 000 000 4 500 000 959 897 500
272 768 500
74 733 300
Lampiran 3 Biaya tetap usaha selai belimbing Asumsi biaya listrik No
Alat
Watt
Unit
Jam
Hari
Watt
kWh
1
Autoklaf
450
1
2
20
18 000
18
2
Blender
372
1
3.5
20
26 040
26.04
3
20
1
3
20
1 200
1.2
600
1
2
20
18 000
18
5
Mesin filling Mesin induksi sealer Mesin carton sealer
180
1
2
20
5 400
5.4
6
Lampu
20
10
10
20
40 000
40
7
Mesin air
125
1
3
20
7 500
7.5
8
AC
400
3
8
20
192 000
192
9
Laptop
75
2
5
20
15 000
15
10
Printer
11
2
3
20
1 320
1.32
11
Telepon
30
1
8
20
4 800
4.8
4
Total
329.26
Rp1 210
Rp398 405
71
72
Biaya tetap No
Biaya tetap
Jumlah
Satuan
Biaya per bulan (Rp)
Total Biaya tahun 1-5 (Rp)
Biaya tahun ke 6-10 (Rp)
1
Biaya listrik
1
bulan
398 405
4 780 855
7 171 283
2
Biaya pemasaran
1
bulan
1 000 000
12 000 000
12 000 000
3
Biaya pemeliharaan dan perawatan
1
bulan
4 312 501
51 750 006
51 750 006
4
Biaya perawatan mobil
1
tahun
10 840 000
10 840 000
5
Biaya penyuluh
1
bulan
200 000
2 400 000
2 400 000
6
Biaya administrasi kantor
1
bulan
200 000
2 400 000
2 400 000
7
Biaya pengangkutan bahan baku
1
bulan
200 000
2 400 000
2 400 000
8
Biaya pengangkutan selai belimbing Solar, tol, parkir
4
kali
600 000
7200000
7 200 000
Biaya FOB (20 feet)
1
bulan
1 333 200
15 998 400
23 997 600
Biaya karantina
1
bulan
384 000
4 608 000
4 608 000
Biaya lain-lain (pungli)
4
kali
400 000
4 800 000
4 800 000
Tenaga kerja Ketua koperasi
1
orang
3 000 000
36 000 000
36 000 000
Sekretaris koperasi
1
orang
1 700 000
20 400 000
20 400 000
Bendahara koperasi
1
orang
1 700 000
20 400 000
20 400 000
Pengawas koperasi
1
orang
2 000 000
24 000 000
24 000 000
Manajer usaha
1
orang
2 400 000
28 800 000
28 800 000
Supervisor produksi
1
orang
1 500 000
18 000 000
18 000 000
Karyawan produksi
29
orang
800 000
278 400 000
278 400 000
Staf keuangan
1
orang
800 000
9 600 000
9 600 000
Staf pemasaran
1
orang
800 000
9 600 000
9 600 000
Kepala keuangan
1
orang
1 500 000
18 000 000
18 000 000
9
Kepala pemasaran
1
orang
1500000
18 000 000
18 000 000
Supir
1
orang
800000
9 600 000
9 600 000
PBB
1
tahun
240 000
240 000
Pajak Mobil
1
tahun
3 252 000
3 252 000
Biaya penyusutan
74 733 300
747 33 300
Total biaya tetap
688 202 561
698 592 189
Lampiran 4 Biaya variabel usaha selai belimbing Biaya variabel tahun pertama sampai tahun kelima No
Biaya variabel
Jumlah
Satuan
Harga per satuan (Rp)
Biaya per hari (Rp)
Biaya per bulan (Rp)
Biaya per tahun (Rp)
1
Buah belimbing
250
Kg
10 000
2 500 000
50 000 000
600 000 000
2
Gula
59.5
Kg
12 000
714 000
14 280 000
171 360 000
3
Asam sitrat
0.48
Kg
22 000
10 560
211 200
2 534 400
4
Aluminium foil
403
Lembar
800
322 400
644 8000
77 376 000
5
Botol kaca
403
Botol
3 200
1 289 600
25 792 000
309 504 000
6
Label
403
Lembar
800
322 400
644 8000
77 376 000
7
Gas Elpiji 12 Kg
12
Kg
110 000
1 320 000
Total
1 239 470 400
73
74
Biaya variabel tahun keenam sampai tahun kesepuluh No
Biaya variabel
Jumlah
Satuan
Harga per satuan (Rp)
Biaya per hari (Rp)
Biaya per bulan (Rp)
Biaya per tahun (Rp)
1
Buah belimbing
500
Kg
10 000
5 000 000
100 000 000
12 0000 0000
2
Gula
119
Kg
12 000
1 428 000
28 560 000
342 720 000
3
Asam sitrat
0.96
Kg
22 000
21 120
422 400
5 068 800
4
Aluminium foil
806
Lembar
800
644 800
12 896 000
154 752 000
5
Botol kaca
806
Botol
3 200
2 579 200
51 584 000
619 008 000
6
Label
806
Lembar
800
644 800
12 896 000
154 752 000
7
Gas Elpiji 12 Kg
12
Kg
Total
120 000
1 440 000 2 477 740 800
Lampiran 5 Modal pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan KUB Harapan Sejahtera Abadi Modal sendiri (KUB Harapan Sejahtera Abadi) No
Uraian
Modal sendiri (Rp)
1
Bangunan
600 000 000
2
Mesin air
350 000
3
Instalasi listrik
2 712 500
4
Pembuatan SIUP dan NPWP
1 000 000
5
Pembuatan SITU
3 000 000
Total
607 062 500
Modal pembiayaan murabahah Bank Syariah Mandiri No
Uraian
Murabahah Bank Syariah Mandiri (Rp)
1
Pembuatan akte koperasi
15 000 000
2
Pembuatan ijin BPOM
6 000 000
3
Sertifikat halal MUI
4 500 000
4
Investasi mesin dan alat
5
Modal kerja
352 835 000 1 863 329 289 2 241 664 289
6 7
Pembiayaan 70% Margin 12%
8
Angsuran per tahun
9
Margin per tahun
1 569 165 002 188 299 800 392 291 251 47 074 950
75
76
Lampiran 6 Laporan arus kas (cash flow)
uraian komponen
Tahun 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
Inflow Selai belimbing nilai sisa
272 768 500
Pinjaman Total inflow
1 569 165 002 0
3 851 757 002
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 837 952 500
Outflow Biaya investasi Bangunan
600 000 000
Autoklaf
18 000 000
18 000 000
Blender Pengaduk selai (Kapasitas 100 kg)
8 500 000
8 500 000
Mesin filling Mesin induksi sealer Mesin carton sealer
15 000 000
15 000 000
4 000 000
4 000 000
17 500 000
17 500 000
Timbangan Wadah pencuci buah
2 750 000
23250000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
Pisau
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
Tabung gas
400 000
400 000
94 000
94 000 875 000
875 000
875 000
875 000
Regulator gas Kursi
875 000
875 000
875 000
875 000
875 000
875 000
875 000
kursi kantor
1 300 000
meja produksi
1 000 000
meja kantor
1 900 000
1 900 000
300 000
300 000
5 600 000
5 600 000
216000
216 000
Tempat sampah Laptop Telepon Printer AC
525 000 500 000
Mesin air
350 000
Instalasi listrik Pembuatan SIUP dan NPWP Pembuatan Akte Pendirian Koperasi Pembuatan Ijin BPOM Pembuatan SITU Sertifikat halal MUI total investasi
525 000
525 000
7 500 000
lampu Truk
1 300 000
7 500 000 500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
350 000
216 800 000 2 712 500 1 000 000
1 5000 000 6 000 000 3 000 000 4 500 000 959 372 500
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
2 175 000
2 175 000
6 675 000
2 700 000
6 675 000
82 835 000
6 675 000
2 700 000
6 675 000
2 175 000
Buah belimbing
600 000 000
600 000 000
600 000 000
600 000 000
600 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
Gula
171 360 000
171 360 000
171 360 000
171 360 000
171 360 000
342 720 000
342 720 000
342 720 000
342 720 000
342 720 000
2 534 400
2 534 400
2 534 400
2 534 400
2 534 400
5 068 800
5 068 800
5 068 800
5 068 800
5 068 800
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
309 504 000
309 504 000
309 504 000
309 504 000
309 504 000
61 908 000
61 908 000
61 908 000
61 908 000
61 908 000
Biaya variabel
Asam sitrat Aluminium foil Botol kaca
77
78
Label
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
1 320 000
1 320 000
1 320 000
1 320 000
1 320 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 239 470 400
1 239 470 400
1 239 470 400
1 239 470 400
1 239 470 400
2 477 740 800
2 477 740 800
2 477 740 800
2 477 740 800
2 477 740 800
4 780 855
4 780 855
4 780 855
4 780 855
4 780 855
7 171 283
7 171 283
7 171 283
7 171 283
7 171 283
12 000 000
12 000 000
12 000 000
12 000 000
12 000 000
12 000 000
12 000 000
12 000 000
12 000 000
12 000 000
51 750 006
51 750 006
51 750 006
51 750 006
51 750 006
51 750 006
51 750 006
51 750 006
51 750 006
51 750 006
10 840 000
10 840 000
10 840 000
10 840 000
10 840 000
10 840 000
10 840 000
10 840 000
10 840 000
10 840 000
Biaya penyuluh Biaya administrasi kantor Biaya pengangkutan bahan baku Biaya pengangkutan selai belimbing
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Solar, tol, parkir Biaya FOB (20 feet)
7 200 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
15 998 400
15 998 400
15 998 400
15 998 400
15 998 400
23 997 600
23 997 600
23 997 600
23 997 600
23 997 600
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 608 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
4 800 000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Ketua koperasi Sekretaris koperasi
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
Bendahara
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
20 400 000
Gas Elpiji 12 Kg total biaya variabel Biaya Tetap Biaya listrik Biaya pemasaran Biaya pemeliharaan dan perawatan Biaya perawatan mobil
Biaya karantina Biaya lain-lain (pungli) Tenaga kerja
koperasi Pengawas koperasi
24 000 000
24 000 000
24 000 000
24 000 000
24 000 000
24 000 000
24 000 000
24 000 000
24 000 000
24 000 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
28 800 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
278 400 000
staf keuangan
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
staf pemasaran
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
Kepala keuangan
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
kepala pemasaran
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
Supir
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
9 600 000
PBB
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
Manajer usaha Supervisor produksi karyawan produksi
Pajak Mobil Total biaya tetap Total biaya operasional Angsuran pembiayaan Angsuran bangunan Total biaya non operasional
3 252 000
3 252 000
3 252 000
3 252 000
3 252 000
3 252 000
3 252 000
3 252 000
3 252 000
3 252 000
613 469 261
613 469 261
613 469 261
613 469 261
613 469 261
623 858 889
623 858 889
623 858 889
623 858 889
623 858 889
1 927 672 961
1 927 672 961
1 927 672 961
1 927 672 961
1 927 672 961
3 176 332 989
3 176 332 989
3 176 332 989
3 176 332 989
3 176 332 989
0
392 291 251
392 291 251
392 291 251
392 291 251
0
0
0
0
0
0
392 291 251
392 291 251
392 291 251
392 291 251
177 459 519
153 922 044
153 922 044
153 922 044
153 922 044
694 425 506
694 425 506
694 425 506
694 425 506
694 425 506
17 745 952
15 392 204
15 392 204
15 392 204
15 392 204
69 442 551
69 442 551
69 442 551
69 442 551
69 442 551
17 745 952
15 392 204
15 392 204
15 392 204
15 392 204
69 442 551
69 442 551
69 442 551
69 442 551
69 442 551
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
212 951 423
184 706 453
184 706 453
184 706 453
184 706 453
833 310 607
833 310 607
833 310 607
833 310 607
833 310 607
Bagi Hasil Petani (50%) Wirakoperasi (5%) Desa (5%) Investor (0%) Total bagi hasil
79
80
Pajak penghasilan (1%)
0
Pajak penghasilan
22 825 920
22 825 920
22 825 920
22 825 920
45 651 840
45 651 840
45 651 840
45 651 840
45 651 840
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total outflow
959 372 500
2 142 799 384
252 9671 585
25 34 171 585
2 530 196 585
2 534 171 585
4 138 130 436
4 061 970 436
4 057 995 436
4 061 970 436
4 057 4704 36
Net Benefit
-959372500
1708957618
-247079585
-251579585
-247604585
-251579585
427053564
503213564
507188564
503213564
780482064
DF
1
0.89526
0.80148
0.71753
0.64237
0.57509
0.51485
0.46092
0.41264
0.36942
0.33073
PV
-959372500
1529953104
-198029785
-180516073
-159054511
-144680343
219868651
231942390
209287875
185897599
258125670
0
3448305284
1829455898
1637829810
1466275569
1312690751
2350386304
2104195438
1883791798
1686474304
1600036423
PV BIAYA
959372500
1918352179
2027485684
1818345883
1625330079
1457371094
2130517653
1872253048
1674503923
1500576705
1341910753
PV POSITIF
1952794577
PV NEGATIF
-959372500
PV MANFAAT
Gross B/C NET B/C NPV IRR Rata-rata penerimaan bersih PP
1.05 2.0 1 264 144 175 53.6% 224 808 464 4.27
Lampiran 7 Laporan Laba rugi uraian komponen
Tahun 1
2
3
4
5
6
Selai belimbing
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
4 565 184 000
Total Inflow
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
2 282 592 000
Buah belimbing
600 000 000
600 000 000
600 000 000
600 000 000
Gula
171 360 000
171 360 000
171 360 000
171 360 000
7
8
9
10
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
4 565 184 000
600 000 000
1 200 000 000
1200000000
1200000000
1200000000
1200000000
171 360 000
342 720 000
342 720 000
342 720 000
342 720 000
342 720 000
Inflow
Outflow Biaya variabel
Asam sitrat Aluminium foil Botol kaca Label
2 534 400
2 534 400
2 534 400
2 534 400
2 534 400
5 068 800
5 068 800
5 068 800
5 068 800
5 068 800
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
309 504 000
309 504 000
309 504 000
309 504 000
309 504 000
619 008 000
619 008 000
619 008 000
619 008 000
619 008 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
77 376 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
154 752 000
Gas Elpiji 12 Kg Total biaya variabel
1 320 000
1 320 000
1 320 000
1 320 000
1 320 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 239 470 400
1 239 470 400
1 239 470 400
1 239 470 400
1 239 470 400
2 477 740 800
2 477 740 800
2 477 740 800
2 477 740 800
2 477 740 800
Margin kotor
1 043 121 600
1 043 121 600
1 043 121 600
1 043 121 600
1 043 121 600
2 087 443 200
2 087 443 200
2 087 443 200
2 087 443 200
2 087 443 200
4780855
4780855
4780855
4780855
4780855
7171283
7171283
7171283
7171283
7171283
12000000
12000000
12000000
12000000
12000000
12000000
12000000
12000000
12000000
12000000
51750006
51750006
51750006
51750006
51750006
51750006
51750006
51750006
51750006
51750006
10840000
10840000
10840000
10840000
10840000
10840000
10840000
10840000
10840000
10840000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
Biaya tetap Biaya listrik Biaya pemasaran Biaya pemeliharaan dan perawatan Biaya perawatan mobil Biaya penyuluh
81
82
Biaya administrasi kantor Biaya pengangkutan bahan baku Biaya pengangkutan selai belimbing
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
2400000
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
15998400
15998400
15998400
15998400
15998400
23997600
23997600
23997600
23997600
23997600
4608000
4608000
4608000
4608000
4608000
4608000
4608000
4608000
4608000
4608000
4800000
4800000
4800000
4800000
4800000
4800000
4800000
4800000
4800000
4800000
Ketua koperasi Sekretaris koperasi Bendahara koperasi Pengawas koperasi
36000000
36000000
36000000
36000000
36000000
36000000
36000000
36000000
36000000
36000000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
20400000
24000000
24000000
24000000
24000000
24000000
24000000
24000000
24000000
24000000
24000000
Manajer usaha Supervisor produksi karyawan produksi
28800000
28800000
28800000
28800000
28800000
28800000
28800000
28800000
28800000
28800000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
278400000
278400000
278400000
278400000
278400000
278400000
278400000
278400000
278400000
278400000
staf keuangan
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
staf pemasaran
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
Kepala keuangan
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
kepala pemasaran
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
18000000
Supir
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
9600000
PBB
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
Solar, tol, parkir Biaya FOB (20 feet) Biaya karantina Biaya lain-lain (pungli) Tenaga kerja
Pajak Mobil
3252000
3252000
3252000
3252000
3252000
3252000
3252000
3252000
3252000
3252000
74733300
74733300
74733300
74733300
74733300
74733300
74733300
74733300
74733300
74733300
688 202 561
688 202 561
688 202 561
688 202 561
688 202 561
698 592 189
698 592 189
698 592 189
698 592 189
698 592 189
1 927 672 961
1 927 672 961
1 927 672 961
1 927 672 961
1 927 672 961
3 176 332 989
3 176 332 989
3 176 332 989
3 176 332 989
3 176 332 989
354 919 039
354 919 039
354 919 039
354 919 039
354 919 039
1 388 851 011
1 388 851 011
1 388 851 011
1 388 851 011
1 388 851 011
47 074 950
47 074 950
47 074 950
47 074 950
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
354 919 039
307 844 089
307 844 089
307 844 089
307 844 089
1 388 851 011
1 388 851 011
1 388 851 011
1 388 851 011
1 388 851 011
Petani (50%)
177459519
153922044
153922044
153922044
153922044
694425506
694425506
694425506
694425506
694425506
Koperasi (30%) Wirakoperasi (5%)
141967616
123137635
123137635
123137635
123137635
555540404
555540404
555540404
555540404
555540404
17745952
15392204
15392204
15392204
15392204
69442551
69442551
69442551
69442551
69442551
17745952
15392204
15392204
15392204
15392204
69442551
69442551
69442551
69442551
69442551
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
141967616
123137635
123137635
123137635
123137635
555540404
555540404
555540404
555540404
555540404
22825920
22825920
22825920
22825920
45651840
45651840
45651840
45651840
45651840
Pajak penghasilan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Ppn (0%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
141 967 616
100 311 715
100 311 715
100 311 715
100 311 715
509 888 564
509 888 564
509 888 564
509 888 564
509 888 564
14 788 293
57 868 792
3 697 073
14 467 198
biaya penyusutan Total biaya tetap Total biaya operasional Laba kotor Margin Murabahah (12%) Margin Pembiayaan Bangunan Laba sebelum bagi hasil Bagi Hasil
Desa (5%) Investor (0%) Saldo usaha koperasi Pajak penghasilan (1%)
Laba bersih bulan minggu
83
84
hari harga belimbing dewa per kg
739 415
2 893 440
2 958
5 787
12 958
15 787
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 24 November 1991. Penulis adalah putri dari Bambang Sunarto (Alm) dan Siti Anisah, dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak bernama Brian Sebastian dan adik bernama Andrian Senjaya. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1997 di SD Negeri Pondok Cina 1 Depok sampai pada tahun 2003. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Depok. Tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Sejahtera 1 Depok. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, penulis diterima dan melanjutkan studi sebagai mahasiswi di Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Teknologi Industri Benih melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2012 penulis diterima dan melanjutkan studi sebagai mahasiswi di Program Alih Jenis Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.