i
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK JAMBU BIJI MERAH BERBASIS WIRAKOPERASI PADA KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI
SAFIRA FATHIN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Safira Fathin NIM H34124010
iv
v
ABSTRAK SAFIRA FATHIN. Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Jambu biji merah merupakan salah satu jenis buah-buahan di Kota Depok yang dapat dijadikan bahan baku industri olahan menjadi keripik buah.Tujuan penelitian ini untuk mengkaji peran wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah dan sebagai alat untuk memperoleh pendanaan pada rencana pengembangan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi berbasis wirakoperasi. Proses produksi dan pengemasan dilakukan menggunakan teknologi modern. Pemasaran dilakukan ke pasar ekspor dengan target pasar untuk keripik jambu biji merah adalah masyarakat di Singapura. Hasil penelitian rencana pengembangan jambu biji merah dari aspek non finansial maupun finansial dapat dikatakan layak direalisasikan. Kata kunci: Jambu biji merah, keripik jambu biji merah, rencana pengembangan usaha, wirakoperasi.
ABSTRACT SAFIRA FATHIN. Business Development Plan of Guava Chips Based On Cooperative Entrepreneur in KUB Harapan Sejahtera Abadi. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Guava is one type of fruit in Depok which can be the raw material processed into chips fruit industry.The purpose of this research was to study the role of cooperative entrepreneur in the business development plan of guava chips based on cooperative entrepreneur, and as a tool to obtain financing on the business development plan in KUB Harapan Sejahtera Abadi. The production and packaging process are using modern technology. Marketing of guava chips are to export market, with target market for guava chips is people in Singapore. The results of this research show that guava development plan of financial and non financial aspects can be said to deserve to be realized. Keywords: Business development plan, cooperative entrepreneur, guava, guava chips.
vi
vii
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK JAMBU BIJI MERAH BERBASIS WIRAKOPERASI PADA KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI
SAFIRA FATHIN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
viii
ix
Judul Skripsi : Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi Nama : Safira Fathin NIM : H34124010
Disetujui oleh
Dr Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rahmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian Kota Depok, dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Serta pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Safira Fathin
xii
v
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Peran Wirakoperasi Pengolahan Buah Peran Rencana Pengembangan Usaha KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data GAMBARAN UMUM Sejarah dan Perkembangan KUB Visi, Misi, dan Tujuan KUB Harapan Sejahtera Abadi RENCANA PENGEMBANGAN USAHA Rencana Pemasaran Rencana Produksi Rencana Manajemen dan Organisasi Rencana Kemitraan Analisis Risiko Rencana Finansial Hasil Rencana Pengembangan Usaha SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
xii vi vi vi 1 1 4 7 7 7 8 8 10 11 12 12 23 26 26 26 26 27 33 33 34 35 36 44 54 60 63 65 74 75 75 76 76
vi
DAFTAR TABEL
2 1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok 2 Volume realisasi ekspor terhadap produk olahan dari buah pada beberapa negara di Asia tahun 2009 – 2013 6 3 Rekapitulasi rencana strategi pemasaran KUB dengan pesaing 44 4 Rencana jumlah produksi keripik jambu biji merah 45 5 Aktivitas pengumpulan jambu biji merah 46 47 6 Jadwal produksi harian keripik jambu biji merah pada tahun ke-5 7 Penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan 57 8 Pembiayaan usaha pengembangan keripik jambu biji merah 67 9 Nilai BEP rupiah dan BEP unit usaha keripik jambu biji merah 68 10 Penerimaan usaha keripik jambu biji merah dan minyak jelantah 68 11 Biaya investasi usaha keripik jambu biji merah 69 12 Biaya variabel usaha jambu biji merah tahun ke-5 70 13 Biaya tetap usaha keripik jambu biji merah tahun ke-5 71 14 Pembagian hasil usaha keripik jambu biji merah 72 15 Kriteria kelayakan investasi usaha keripik jambu biji merah 73
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jenis-jenis pelanggan bisnis (business costumers) Alur kerangka pemikiran operasional penelitian Model product market expansion matrix Diagram alur proses rencana pemasaran Diagram alur rencana produksi Diagram alur rencana manajemen dan organisasi Diagram alur distribusi pemasaran keripik jambu biji merah Proses pembukaan pembayaran L/C Timbangan 100 kg Timbangan 2 gram Fruit Cutter Tray driyer Vacuum Fryer Spinner Continous sealer Vacuum packager Carton sealer Alur proses produksi keripik jambu biji merah Struktur organisasi usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi Peranan pihak terkait untuk mencapai tujuan
17 25 27 28 29 30 40 42 47 48 48 48 49 49 49 49 50 50 58 62
vii
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Volume realisasi ekspor buah jambu biji merah tahun 2009 – 2013 Perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia Uraian asumsi rencana pemasaran Uraian asumsi rencana produksi Layout produksi keripik jambu biji merah Rincian biaya investasi usaha keripik jambu biji merah Rincian biaya penyusutan investasi usaha keripik jambu biji merah Rincian biaya listrik per bulan pada tahun ke-5 Proyeksi laba rugi usaha keripik jambu biji merah Proyeksi cashflow usaha keripik jambu biji merah
79 79 80 80 81 82 83 84 85 87
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agribisnis digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri atas 5 subsistem yang saling terintegrasi, yaitu subsistem pembuatan, pengadaan, dan penyaluran berbagai sarana produksi pertanian, subsistem kegiatan produksi dalam usahatani yang menghasilkan berbagai produk pertanian, subsistem pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyaluran berbagai produk pertanian yang dihasilkan usahatani, dan subsistem lembaga penunjang (Firdaus 2008). Potensi alam Indonesia yang mendukung dapat dijadikan senjata ampuh untuk terus mengembangkan kondisi agribisnis di Indonesia. Salah satu subsektor potensial yang dapat menjadi konsentrasi bagi masyarakat Indonesia adalah subsektor hortikultura diantaranya, sayuran, buah-buahan, biofarmaka dan tanaman hias. Subsektor hortikultura mempunyai potensi besar dalam peningkatan pendapatan petani dan pertumbuhan ekonomi nasional. Buah-buahan merupakan salah satu komoditi yang memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan dengan produk hortikultura lainnya. Menurut klasifikasi kementrian pertanian tahun 2010 – 2012, kontribusi hortikultura buahbuahan menduduki posisi tertinggi ke-2 diantara tanaman bahan makanan lainnya. Besarnya kontribusi buah-buahan terhadap nilai PDB sektor pertanian mengindikasikan bahwa usaha buah-buahan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan karena permintaannya relatif besar baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri. Salah satu jenis buah yang dapat dibudidayakan di Indonesia, yaitu jambu biji merah. Perkembangan volume ekspor buah jambu biji merah di Asia juga relatif meningkat. Beberapa negara pengimpor tertinggi terhadap jambu biji merah dari Indonesia diantaranya Singapura, Uni Emirat Arab, dan Malaysia. Perkembangan volume ekspor buah jambu biji merah tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada Lampiran 1. Menurut Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, sentra produksi jambu biji merah terdapat di Jawa Barat dengan jumlah produksi terbesar yaitu 64 681 ton pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan adanya potensi jambu biji merah untuk dikembangkan di daerah Jawa Barat diantaranya Kota Depok. Sentra produksi jambu biji merah di Kota Depok tersebar di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Cimanggis, Limo, dan Beji. Jambu biji merah merupakan komoditi unggulan ke-2 yang banyak dibudidayakan di Kota Depok. Komoditas unggulan Kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas belimbing manis, jambu biji merah, rambutan, pepaya, pisang, dan nangka atau cempedak. Perkembangan produksi buah unggulan di Kota Depok pada Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi buah jambu biji merah pada tahun 2008 dan tahun 2011 menjadi komoditi unggulan ke-2 setelah belimbing. Jumlah produksi jambu biji merah di Kota Depok tertinggi diperoleh pada tahun 2008 sebesar 3 321.3 ton. Pada tahun 2009 jumlah produksi jambu biji di Kota Depok mulai menurun
2 sebesar 42%, dan meningkat sebesar 11% di tahun 2011 dan 2% di tahun 2012, serta kembali menurun sebesar 31% di tahun 2013.
Tabel 1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok N o
Komoditi
1 Belimbing 2 Jambu biji merah 3 Pisang 4 Pepaya 5 Rambutan 6 Nangka
2008
Tahun (Ton) 2009 2010 2011
2012
2013
4 273.2 3 321.3 3 156.8 2 693.5 1 383.2 517.1
5 005.1 1 926.7 1 337.4 2 843.0 2 701.9 437.1
4 911.4 1 877.9 1 114.5 2 105.4 1 218.6 1 188.2
4 903.8 1 302.6 8 344.0 1 701.2 6 494.0 1 968.0
4 621.3 1 666.9 1 348.6 2 008.5 1 675.2 582.8
5 466.0 1 848.5 1 799.5 1 795.8 1 653.5 715.6
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2014
Mayoritas petani menjual jambu biji merah dalam bentuk segar. Variasi hasil panen hanya dibedakan berdasarkan kualitas jambu biji merah segar dan digolongkan menjadi beberapa “grade”. Kualitas jambu biji merah juga dibagi menjadi 3 grade yaitu, grade A, berbobot di atas 350 gram, grade B berkisar 250 – 350 gram, dan grade C, kurang dari 250 gram. Jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan dengan grade A dan B, akan tetapi hasil panen jambu biji merah grade C mencapai sekitar 20% dari total produksi setiap panennya. Jambu biji merah grade C memiliki umur simpan yang singkat, apabila tidak cepat dimanfaatkan, akan mengalami kerusakan biologis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut dengan mengolah jambu biji merah untuk menambah daya tahan dan menginovasikan produk, agar mempunyai nilai tambah yang tinggi. Peningkatan nilai tambah dapat diwujudkan melalui industri pengolahan buah, dengan mengubah buah segar menjadi makanan dan minuman. Industri pengolahan buah juga mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013, sektor yang memberi kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 1 864 897.05 miliar. Industri pengolahan produk agribisnis termasuk dalam bagian agroindustri. Agroindustri berperan sebagai komoditas yang memberi nilai tambah melalui pemrosesan bahan baku pertanian, baik makanan maupun non makanan, menjadi produk laku di pasaran. Dari segi produsen, hal ini akan memperbaiki tingkat penyimpanan, meningkatkan pendapatan, dan profitabilitas. Sementara dari sisi konsumen hal ini akan memperbaiki nilai gizi. Melalui pengembangan pascapanen, diharapkan agroindustri akan mengalami proses lebih lanjut yang memberikan daya tarik sendiri bagi konsumen baik di dalam maupun di luar negeri (Munandar 2011). Perkembangan industri olahan tersebut tidak lepas dari potensi Indonesia sebagai negara tropis yang merupakan penghasil berbagai jenis buah. Salah satu hasil industri pengolahan buah adalah makanan jadi, seperti sereal, manisan dan keripik buah. Hasil olahan makanan dapat dipasarkan di dalam negeri maupun di luar negeri (ekspor). Menurut data Kementerian Perdagangan 2014, perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia per komoditi relatif
3 mengalami peningkatan nilai ekspor. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 yang menunjukkan angka perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Perkembangan ekspor di Indonesia juga merupakan salah satu dampak positif dari isu globalisasi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Nilai positif dari globalisasi bagi pembangunan nasionalisme dari sisi ekonomi yakni terbukanya pasar internasional yang dapat memperluas jangkauan pemasaran para pelaku industri di Indonesia. Jika mampu menguasai pasar internasional, maka hal itu akan meningkatkan kesempatan kerja dalam negeri maupun meningkatkan devisa negara yang dampaknya dapat memperkuat nasionalisme.1 MEA diharapkan akan membawa ASEAN menuju pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan meningkatkan kemampuan untuk berintegrasi dengan perekonomian global (Arifin 2008). Ketersediaan bahan baku jambu biji merah dan berkembangnya perdagangan ekspor memberikan peluang terhadap industri pengolahan untuk mengembangkan kegiatan pascapanen (subsektor hilir). Namun, saat ini umumnya usaha jambu biji merah dilakukan pada lahan yang terpencar, maka pendekatan pengembangan agribisnis perlu dilakukan secara bersama-sama antar petani, sehingga total produksi yang dihasilkan dapat diproses dan dipasarkan secara besar dalam skala ekonomi yang efisien. Untuk mewujudkan terbentuknya usaha bersama ini, diperlukan peran seorang wirakoperasi (co-operative entrepreneurs), yaitu seorang wirausaha yang mengembangkan usaha secara bersama dengan para petani jambu biji merah. Konsep kewirakoperasian (co-operative entrepreneurship) merupakan salah satu contoh kompetensi inti gerakan koperasi. Adanya koperasi yang independen dan berkinerja dengan baik, maka lapisan wirausahawan akan mendapatkan wahana konsolidasi sumber daya guna memperpendek rantai produksi dan distribusi, demi tercapainya efisiensi. kewirakoperasian juga cukup menunjang target perekonomian makro, khususnya dalam penciptaan lapangan kerja (Ismawan 2001). Salah satu unsur pembentuk kewirakoperasian yang efektif yaitu inovasi dalam gerak koperasi. Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari, dan dapat dipraktikkan (Ismawan 2001). Pemanfaatan jambu biji merah untuk diolah di industri pengolahan merupakan salah satu inovasi dari komoditi segar menjadi produk jadi dan bernilai tambah. Komoditi jambu biji merah dapat diolah kembali menjadi produk dalam bentuk makanan berupa keripik buah. Keripik buah merupakan sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari buah-buahan yang digoreng di dalam minyak nabati. Keripik buah adalah keripik hasil olahan buah yang digoreng dengan cara khusus, biasanya menggunakan mesin penggoreng hampa atau vacuum fryer. Hasil penggorengan dari mesin vacuum fryer tersebut tidak banyak mengubah aroma dan warna, serta lebih awet disimpan dalam jangka waktu lama walaupun tanpa menggunakan bahan pengawet tambahan. Melihat peluang ini, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera Abadi yang berada di Kota Depok ingin mengembangkan usaha pemanfaatan 1
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/02/25/peningkatan-daya-saing-produk-daninfrastruktur-indonesia-sebagai-persiapan-menghadapi-afta-2015-634576.html
4 buah grade C menjadi makanan olahan yaitu keripik jambu biji merah. Potensi dan peluang bisnis untuk memasarkan keripik jambu biji merah di pasar dalam negeri maupun luar negeri masih terbuka karena ketersediaan jambu biji merah berlimpah dan berkembangnya ekspor olahan makanan. Adanya peran seorang wirakoperasi dalam KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat memberikan keuntungan semua pihak yang terlibat, baik dari pihak penyedia bahan baku, pihak industri pengolahan dan lingkungan sekitar KUB. Hal tersebut dapat dilihat dari peran masing-masing pihak yang terlibat. Seorang wirakoperasi dapat menjadi sarana komplementor bagi petani buah dan KUB Harapan Sejahtera Abadi, yaitu untuk membantu menyediakan informasi teknologi maupun informasi pasar. Salah satu peran wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah dengan cara meningkatkan jumlah produksi dengan menggunakan teknologi yang modern serta memperluas pasar di dalam negeri maupun luar negeri. Pengembangan usaha berbasis wirakoperasi diperlukan untuk mencapai keberhasilan usaha agar mencapai kesejahteraan bersama, karena sampai saat ini belum banyak koperasi yang memanfaatkan peluang tersebut. Pengembangan suatu usaha diperlukan adanya perencanaan pengembangan sebagai panduan arah pengembangan usaha yang akan dijalankan dan memberi kemudahan KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk membuat kemungkinan apabila terdapat perubahan lingkungan eksternal maupun internal KUB tersebut.
Rumusan Masalah
Semakin beragam jenis dan pilihan produk olahan makanan dan minuman menggambarkan bahwa potensi pengembangan usaha kuliner di Indonesia masih sangat luas. Produk olahan tersebut diproduksi dari berbagai jenis komoditi agribisnis yang ada di Indonesia. Kondisi yang demikian menggambarkan bahwa antara sektor budidaya dan sektor pengolahan saling berintegrasi satu sama lain. Pengembangan usaha di bidang budidaya dapat secara langsung meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan disisi lain, pengembangan usaha industri olahan berdampak langsung terhadap pendapatan pelaku usaha industri olahan. Industri olahan dalam memproduksi produk olahan membutuhkan pasokan bahan baku dari petani. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besarnya jumlah produksi olahan berbahan baku komoditi agribisnis berbanding lurus dengan jumlah pendapatan petani komoditi bahan baku tersebut. Namun, masyarakat petani indonesia seolah-olah tidak dapat mengambil manfaat dari potensi tersebut, padahal usaha agribisnis ini dapat menjadi sumber pendapatan yang beragam bagi para petani. Komoditi agribisnis yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengolahan adalah buah jambu biji merah. Penggunaan jambu biji merah sebagai bahan baku olahan karena jambu biji merah memiliki aroma dan rasa yang khas. Daerah di Indonesia yang memiliki jumlah produksi jambu biji merah yang cukup tinggi adalah Kota Depok, namun jumlah produksi jambu biji merah di Kota Depok mengalami penurunan dari 1 877.9 ton pada tahun 2012 menjadi 1 302.6 ton pada
5 tahun 2013. Penurunan jumlah poduksi jambu biji merah ini salah satunya disebebkan petani tidak lagi memiliki lahan dan beralih profesi ke luar dari sektor pertanian. penyebab lainnya yakni hasil budidaya jambu biji merah selalu mengalami keragaman kualitas dalam setiap proses pemanenan. Ketersediaan jambu biji merah grade C tahun 2013 mencapai 260.4 ton. Kondisi ini perlu diperhatikan untuk menghindari kerugian yang mungkin terjadi. Salah satu cara yang dapat dipilih untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan membuat produk olahan dari jambu biji merah yang tidak memenuhi standar kualitas di pasaran. Beberapa pengusaha olahan makanan dan minuman di Kota Depok sudah memanfaatkan jambu biji merah sebagai bahan baku. Jumlah jambu biji merah tahun 2013 yang telah terserap sebesar 79 ton dari jumlah keseluruhan, karena itu terdapat kesenjangan kapasitas produksi yaitu sebesar 181.4 ton yang belum termanfaatkan. Tidak optimalnya usaha budidaya jambu biji merah tidak lepas dari permasalahan yang dihadapi petani. Petani tidak memberikan nilai tinggi terhadap potensi tersebut, karena pada tingkat lokal di pedesaan komoditi jambu biji merah grade C relatif kurang bernilai ekonomis. Masalah berikutnya terkait dengan peningkatan nilai tambah produk melalui proses pengolahan pascapanen dan pemasaran. Umumnya petani menjual produk dalam bentuk segar, sehingga sangat berpengaruh pada rendahnya tingkat harga yang diterima petani. Permasalahan juga dijumpai pada ketidakpahaman petani tentang potensi pasar karena pengetahuan petani terhadap askes sumber informasi dan teknologi juga masih terbatas. Mayoritas petani di Kota Depok juga masih melakukan budidaya di lahan yang tersebar dan petani hanya tergantung pada pengumpul desa. Beberapa masalah juga biasa dihadapi oleh pelaku usaha industri pengolahan. Pelaku usaha industri pengolahan membutuhkan kontinuitas bahan baku dari petani, sedangkan petani umumnya tidak dapat memastikan ketersediaan hasil panennya karena beberapa faktor dalam kegiatan budidaya dan lemahnya posisi tawar hasil panen para petani. Pelaku industri pengolahan juga memiliki kelemahan dalam kemampuannya untuk menembus pasar ekspor. Persoalan diantara petani dan industri pengolahan dapat diatasi dengan melakukan usaha bersama untuk mencapai kesejahteraan seluruh pihak yang terkait. Usaha bersama dapat diwujudkan dengan peran seorang wirakoperasi yang merupakan insan terdidik lulusan perguruan tinggi yang relatif lebih paham mengenai teknologi dan informasi pasar, namun tidak memiliki lahan, tidak memiliki modal yang cukup, dan tidak mampu bekerja di ladang sebagaimana petani. Salah satu kelompok usaha bersama yang memproduksi olahan jambu biji merah dari petani jambu biji merah di Kota Depok adalah KUB Harapan Sejahtera Abadi. KUB Harapan Sejahtera Abadi melihat peluang dalam mengolah jambu biji merah menjadi produk turunan yang bernilai ekonomis serta memperpanjang umur simpan. Jambu biji merah grade C yang belum termanfaatkan dapat dikembangkan menjadi keripik jambu biji merah. Pengembangan usaha berupa keripik jambu biji merah membutuhkan sasaran pasar yang baru untuk tempat penjualan produk keripik buah tersebut. KUB Harapan Sejahtera Abadi sebagai pelaku usaha perlu memprediksikan hasil dari penambahan modal dan output produksi, serta pasar yang berminat terhadap keripik jambu biji merah. Perluasan pasar dapat dilakukan terhadap beberapa negara yang telah menerima ekspor produk olahan buah. Perkembangan volume
6 ekspor produk olahan dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa negara-negara di dunia khususnya di Asia berpotensi untuk menjadi sasaran pasar para pengusaha industri olahan makanan buah. Beberapa negara yang menerima volume ekspor terbanyak terhadap produk olahan buah dari Indonesia dan cenderung mengalami peningkatan volume adalah Jepang, Singapura, dan Saudi Arabia.
Tabel 2 Volume realisasi ekspor terhadap produk olahan dari buah pada beberapa negara di Asia tahun 2009 – 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Negara
2009
2010
Berat : Kg 2011
2012
Bahrain 45 865 26 341 23 400 22 971 Egypt 334 760 356 400 498 960 213 840 Japan 7 007 899 7 021 030 6 910 483 7 136 850 Kuwait 60 495 106 350 160 309 112 019 Malaysia 83 420 4 160 7 800 5 200 Saudi Arabia 1 872 251 1 679 294 2 551 145 2 789 369 Singapore 3 307 451 1 342 704 8 304 563 Taiwan 268 046 101 517 78 785 56 880 Ukraine 52 925 723 288 1 023 924 245 288 United Arab 89 864 116 067 239 939 185 531 Emirates Viet Nam 89 620 660 240 Yemen 33 306 36 201 54 312 67 270 Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2014.
2013 26 235 106 920 5 800 818 103 635 2 803 174 8 509 612 127 470 475 166 102 980 71 280 29 393
Direktorat Jenderal Perdagangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) mencatat produk makanan dan minuman Indonesia semakin diminati pasar internasional.2 Beberapa perusahaan makanan olahan keripik buah telah diproduksi oleh perusahaan makanan ringan di Indonesia dan sudah melakukan ekspor yaitu keripik salak Sleman ke Amerika Serikat dan keripik pisang Mekarsari Snack ke Malaysia dan Filipina. Keadaan tersebut menunjukkan adanya peluang dan potensi bagi pengembangan usaha keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan industri olahan makanan diharapkan dapat memenuhi pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap pemenuhan pasar di luar negeri. Pengembangan usaha bersama berkonsep kewirakoperasiaan memerlukan perencanaan bisnis untuk memudahkan setiap pohak yang terlibat melihat keuntungan yang akan diperoleh baik dari segi finansial maupun non finansial. Berdasarkan kondisi tersebut maka beberapa hal yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah mengenai : 1. Apakah potensi jambu biji merah di Kota Depok dapat dikembangkan menjadi usaha keripik jambu biji merah? 2. Apakah mungkin KUB Harapan Sejahtera Abadi mengembangkan usaha keripik jambu biji merah? 2
http://economy.okezone.com/read/2014/04/12/320/969343/produk-mamin-indonesia-terlaku-dipasar-internasional (15 April 2014)
7 Tujuan Penelitian
1. Mengkaji pemanfaatan potensi jambu biji merah di Kota Depok agar lebih menguntungkan. 2. Menyusun rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah melalui usaha bersama, sehingga dapat dikembangkan pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti : 1. Bagi KUB Harapan Sejahtera Abadi, diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam hal pengembangan usaha keripik jambu biji merah. 2. Bagi calon investor atau lembaga keuangan, memberikan gambaran dan informasi untuk menanamkan investasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah membahas mengenai pernanan wirakoperasi (co-operative enterpreneur) dalam usaha pengembangan keripik jambu biji merah, membuat rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi, dan menganalisis kelayakan aspek non finansial dan aspek finansial dari pengembangan usaha keripik jambu biji merah pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Perencanaan pengembangan usaha keripik jambu biji merah pada KUB Harapan Sejahtera Abadi yang akan dilakukan berupa pengolahan pascapanen yang disesuaikan dengan asumsi pendekatan permintaan dari pameran makanan yang diadakan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia tahun 2014.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Peran Wirakoperasi
Wirakoperasi adalah orang-orang yang mampu membawa atau menemukan peluang koperasi yaitu berupa efek koperasi kemudian melakukan upaya persusasif meyakinkan para petani untuk bersama-sama mengembangkan koperasi. Efek koperasi merupakan hal apapun yang menjadikan sesuatu lebih mudah, lebih murah, dan lebih menguntungkan jika dilakukan bersama-sama dibandingkan dengan dilakukan secara sendiri-sendiri (Baga 2009). Tugas utama seorang wirakoperasi adalah menciptakan inovasi yang dapat memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dari wirakoperasi tersebut. Tugas wirakoperasi akan berjalan dengan baik apabila seorang wirakoperasi memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi, serta kebebasan dalam bertindak (sepanjang tidak merugikan orang lain) dari wirausaha (Fajrian 2013). Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu untuk mengembangkan usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau anggotanya. Orientasi peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala usaha kecil menjadi skala usaha yang lebih besar bagi petani. Koperasi diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dan memperluas pemasaran, serta berperan sebagai fasilitator petani dalam memperoleh pinjaman (Munigar 2009). Penelitian Effendi (2005) dan Nurlina (2009) menunjukkan peran seorang pemimpin berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi. Oleh karena itu peran seorang pemimpin yang memiliki jiwa wirakoperasi akan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Sesuai dengan penelitian Baga (2011) profil dan peran wirakoperasi dalam pengembangan agribisnis menunjukkan bahwa karakter seorang wirakoperasi digambarkan dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need for achievment yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, serta perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi tugas dan manusia secara seimbang. Keberhasilan peran seorang wirakoperasi juga dibuktikan melalui penelitian Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok serta penelitian Fajrian (2013) pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten Sukabumi. Kedua penelitian ini menunjukkan peranan seorang wirakoperasi mampu memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani. Berdasarkan hasil penelitian Fajrian (2013), konsep wirakoperasi yang diterapkan oleh Wahyudin pada CV. Bunga Indah Farm berupa penentuan ketetapan harga beli di bahan baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil diskusi dengan para petani mitranya. Selain ketetapan harga yang didasarkan pada hasil diskusi dengan para petani, perusahaan ini juga memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para petani dapat menghasilkan jumlah produksi
9 yang optimal dan berkualitas. Perusahaan ini juga memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan berlandaskan kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm didirikan tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga pada kesejahteraan petani yang bermitra dengannya. Penelitian Baga dan Firdaus (2011) juga membahas mengenai peran co – operative entrepreneur dalam pengembangan program One Village One Product (OVOP) dan pembiayaan pertanian berbasis tanaman, kasus belimbing di Kota Depok, dikatakan bahwa dibutuhkan peran koperasi dalam menyejahterakan anggota terbukti dalam model on the plant basis pengembangan belimbing dewa di Depok. Keberhasilan peran koperasi tersebut tidak lepas dari adanya peran co – operative entrepreneur (wirakoperasi) yang sejak awal mencari terobosan untuk pengembangan hortikultura buah potensial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan bersama. Kajian yang juga membahas tentang peran wirakoperasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Baga (2003) mengenai peran wirakoperasi dalam pengembangan sistem agribisnis khususnya pada koperasi susu mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) merupakan koperasi yang terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi dan politik pada tahun 1963, sehingga tataniaga susu di Pangalengan dikuasi oleh para tengkulak dan peternak kuat. Pada tahun 1969 hingga 1978 perkembangan produksi susu berjalan lambat, sehingga koperasi susu mengalami permasalahan dalam hal pemasaran susu kepada Industri Pengolah Susu (IPS). Koperasi susu memiliki posisi tawar yang sangat lemah dalam hal menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, serta harga yang diperoleh. Sebagai Ketua KPBS Pangalengan, Daman Danuwidjaja berusaha untuk memajukan koperasinya sendiri dan mendorong agar koperasi susu mampu meningkatkan kerja sama antara koperasi. Sebagai dokter hewan, ia berperan sebagai wirakoperasi yang bertujuan mengembangkan koperasi primer persusuan di tingkat pedesaan. Selain mengembangkan KPBS yang diketuainya, Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi sekunder dengan tujuan untuk membantu koperasi-koperasi susu lain untuk berkembang. Manfaat yang dirasakan oleh para peternak yang tergabung dalam KPBS yaitu berkembangnya usaha terak yang relatif baik dengan penerapan teknologi peternakan modern. Daman Danuwidjaja sebagai dokter hewan memiliki peran yang penting atas berkembangnya usaha ternak para anggota koperasinya. Pengenalan teknologi peternakan modern yang berupa inseminasi buatan dan penyampaian informasi mengenai pemeliharaan kesehatan hewan dilakukan oleh Daman kepada para anggota koperasinya. Selain manfaat pada subsistem usahatani, manfaat lain yang dirasakan oleh peternak adalah tingginya posisi tawar petani terhadap IPS karena seluruh susu yang dihasilkan diserap oleh IPS melalui kelembagaan koperasi. Melalui koperasi ini, susu yang dihasilkan oleh para petani akan melalui tahap pengolahan paska panen yang berupa pengolahan pasteurisasi maupun Ultra High Temperature (UHT), sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada susu tersebut.
10 Konsep wirakoperasi ini dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis dengan melakukan kerjasama dengan petani untuk memasok bahan baku yang akan digunakan. Penerapan konsep ini akan menciptakan suatu dampak multiungsi bagi usaha yang dijalankan juga meningkatnya tingkat efisiensi rantai pasokan karena terintegrasinya rantai pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.
Pengolahan Buah
Pengembangan industri olahan buah diperlukan suatu cara pandang secara nasional yang menempatkan industri tersebut sebagai suatu industri dengan berbagai lembaga yang masing-masing memiliki peran untuk lebih dapat digunakan. Kontribusi olahan buah pada ekonomi nasional dapat dihitung berdasarkan nilai tambah yang dapat mencapai 11.95 triliyun rupiah pada tahun 2003. lndustri olahan buah tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi tetapi juga memberikan kontribusi yang lebih luas yakni pada ilmu, sosial, budaya dan politik , sehingga perlu untuk dapat dikembangkan (Setyadjit et al. 2004). Indonesia memiliki potensi hortikultura yang berlimpah, baik terkait dengan diversitas jenis tanaman maupun potensi ketersediaan sepanjang tahunnya. Terdapat jenis buah yang sifatnya musiman, seperti mangga, rambutan, duku, dan durian. Sementara itu, terdapat banyak buah-buahan yang dapat dijumpai ketersediaanya sepanjang tahun seperti pisang, jeruk, belimbing, nangka, nanas, dan pepaya (Baga dan Firdaus 2011). Lingkungan tropis basah yang menyediakan kelembaban tinggi sepanjang tahun menyebabkan jenis dan jumlah buah di Indonesia tak terhitung. Namun demikian, tidak semua jenis buah tersebut mampu menarik selera para konsumen atau pasar. Para konsumen hanya tertarik kepada buah yang memiliki rasa enak, berpenampilan menarik dan jika mungkin, murah harganya (Ashari 2006). Oleh karena itu, proses pengolahan buah-buahan menjadi jenis makanan lain menjadi pilihan yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah terhadap buah-buahan yang tidak dapat diterima oleh pasar atau konsumen tersebut. Pengolahan buah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang umur simpan. Beberapa produk olahan berbahan baku buah yang diproses dengan teknologi modern dan pengawet alami yaitu manisan stroberi, keripik nangka, dodol buah, sari buah, jus, dan sirup belimbing serta jus dan velva jambu biji merah (Arum 2011, Wibowo 2011, Adityo 2011, Maria dan Zubaidah 2014). Salah satu jenis kuliner olahan yang banyak terbuat dari buah adalah dodol. Berdasarkan penelitian Seknun (2012), dodol merupakan makanan tradisional yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia. Produk ini merupakan produk yang liat dan tahan disimpan dalam waktu lama. Dengan teknologi yang tepat, permasalahan buah lindur yang belum termanfaatkan dengan optimal di Indonesia dapat diolah menjadi dodol ataupun berbagai produk olahan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Babas (2009) terhadap 4 komoditi olahan buah diketahui buah -buah dapat memiliki nilai tambah setelah proses pengolahan menjadi dodol nanas, dodol sirsak, dodol melon, dan dodol stroberi.
11 Peran Rencana Pengembangan Usaha
Komponen utama untuk membentuk struktur usaha nasional adalah mengembangkan pengusaha kecil yang hanya berorientasi produksi menjadi pengusaha berorientasi bisnis dan berwawasan wirausaha. Pengusaha kecil akan selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan skala usaha, manajemen usaha, modal, teknologi, keterampilan berusaha dan pemasaran produk. Selain masalah subsistem produksi, rendahnya kinerja hortikultura buah di Indonesia tidak lepas dari belum terintegrasinya secara baik berbagai aktivitas mulai dari subsistem hulu, subsistem produksi sampai susbsistem hilirnya. Kelemahan integrasi sub-sub sistem dalam sistem agribisnis buah ini menjadi penyebab rendahnya nilai tambah produk yang selanjutnya menjadikan rendahnya penerimaan petani sekaligus rendahnya motivasi petani untuk mengembangkan produksi buahnya secara lebih baik (Baga dan Firdaus 2011). Upaya menghadapi persoalan tersebut harus dikaitkan dengan kemampuan perusahaan dan pengelola serta situasi pasar, sehingga usaha yang ada dapat tetap hidup dan berkembang. Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya penetrasi pasar, perluasan pasar, diversifikasi produk dan pengembangan produk. Beberapa alternatif strategi pemasaran belimbing manis di koperasi pemasan Kota Depok adalah meningkatkan penjualan dengan melakukan penetrasi pasar dan perluasan pasar, lalu melakukan pengembangan produk serta pasar dari produk olahan (Haris 2008). Diversifikasi produk dapat dilakukan dengan memanfaatkan suatu produk primer agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Pemanfaatan suatu komoditi hortikultura yaitu buah-buahan yang dapat didiversifikasi menjadi olahan kuliner. Jambu biji merah merupakan salah satu jenis buah-buahan yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan jambu biji merah sebagai produk pangan sekarang ini masih sangat terbatas. Selama ini jambu biji merah biasanya diolah dalam bentuk jus, sari buah, dan juga dikonsumsi dalam bentuk segar. Sementara itu, hasil produksi jambu biji merah di Indonesia cukup melimpah dan keberadaannya yang selalu ada di setiap musim, sehingga perlu ada peningkatan pengolahan jambu biji merah. Berdasarkan penelitian Maria dan Zubaidah (2014) pengolahan jambu biji merah menjadi velva merupakan salah satu alternatif yang baik sekaligus dapat meningkatkan nilai ekonomis jambu biji merah. Selain dengan diversifikasi produk primer menjadi produk turunan, pengembangan usaha juga dapat dilakukan dengan mengembangkan produk yang telah ada. Ningrum (2012) melakukan penelitian tentang kelayakan pengembangan usaha Elsari brownies and bakery dengan rencana pembukaan gerai baru. Lokasi pabrik Elsari yang tidak terletak di jalur utama Kota Bogor membuat konsumen kurang mengenal produk Elsari secara langsung. Hal ini tentu menghambat proses pemasaran langsung produk Elsari. Kelemahan inilah yang mendorong pemilik Elsari untuk membuka gerai baru pada tahun 2012 di kawasan yang lebih strategis, sehingga akan memudahkan akses konsumen yang ingin membeli produk Elsari secara langsung. Rencana pengembangan usaha membutuhkan analisis keuangan yang tepat. Kebutuhan pendanaan yang tidak sedikit membuat studi kelayakan sangat penting untuk dilakukan. Kelayakan usaha Elsari baik dari sisi finansial maupun non finansial akan membuka peluang
12 bagi pemilik untuk memperluas jangkauan pemasarannya dengan membuka gerai baru di wilayah yang lebih strategis. Hasil analisis kelayakan pada penelitian Ningrum (2012) adalah layak dari aspek non finansial dan aspek finansial. Sitepu (2013) melakukan penelitian analisis pengembangan usaha pembesaran ikan gurame Kelompok Tani Makmur Kecamatan Dramaga. Hasil penelitian Sitepu (2013) menyatakan pengembangan usaha layak baik dari aspek non finansial dan aspek finansial. Berdasarkan penelitian Wibowo (2011), tahap pengembangan yang dilakukan dengan membuat sistem basis data dan sistem basis model pada industri manisan stroberi. Proses perancangan Business Plan yang akan dimodelkan yaitu perancangan proses dan simulasi proses. Perancangan proses terdiri atas pembuatan outline Business plan. Berdasarkan analisis finasial dapat disimpulkan bahwa industri manisan stoberi ini layak direalisasikan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirakoperasi Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang dihadapi. Dasar kerangka pemikiran teoritis ini adalah potensi dari sebuah usaha keripik jambu biji pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Penelitian ini menggunakan sebuah rencana pengembangan untuk melihat potensi usaha keripik jambu biji berbasis wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Kelembagaan sosial ekonomi dalam agribisnis adalah kelembagaan yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja dalam pengembangan pertanian, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek ekonominya. Bentuk kelembagaan sosialekonomi yang umumnya dijumpai adalah koperasi. Dalam UU No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dinyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Dalam kaitannya dengan pengembangan koperasi di Indonesia, sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992, pemerintah perlu memperbesar kelompok wirausaha khususnya wirausaha koperasi, memberikan kebebasan berusaha, serta menciptakan pendidikan dan pelatihan (Hendar 2010). Agenda profesionalisasi serta peningkatan kontribusi koperasi bagi perekonomian secara keseluruhan bisa dikemas dalam konsep kewirakoperasian. Konsep ini menggariskan bahwa koperasi hendaknya menjadi institusi bisnis yang mandiri, berwatak sosial, dan dijiwai etos serta mentalitas kewirausahaan. Dalam konsep kewirakoperasiaan mempersatukan solidaritas kelompok dan orientasi kepentingan individu. Kedinamisan dalam gerakan koperasi dikembangakan dengan memperhatikan aspek solidaritas untuk memacu kepercayaan diri secara
13 kolektif. Konsep “koperasi berbasiskan kewirausahaan” merupakan salah satu contoh kompetensi inti gerakan koperasi. Dengan koperasi yang independen dan berkinerja dengan baik, lapisan wirausahawan akan mendapatkan wahana konsolidasi sumber daya guna memperpendek rantai produksi dan distribusi, demi tercapainya efisiensi (Ismawan 2001). Kewirakoperasian didefinisikan sebagai suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Alasan kewirakoperasian diperlukan dalam koperasi karena untuk mengendalikan ketidakpastian dan melaksanakan inovasi. Kewirakoperasian koperasi berperan menguasai tantangan ketidakpastian, menyerap, atau mengurangi ketidakpastian. Sebuah koperasi yang bertujuan bertahan hidup dan melakukan perluasanperluasan usaha harus melakukan tindakan inovasi sendiri (Hendar 2010). Peran seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya (Baga 2011). Koperasi sebagai unit usaha yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perubahan tingkat produktivitas dan pendapatan ini hanya mungkin dicapai bila faktor-faktor produksi yang ada dikombinasikan dengan cara baru, artinya mengubah fungsi produksi, melalui kegiatan inovatif (penciptaan pengetahuan baru dan penerapannya) dan melalui kegiatan peningkatan kegiatan kerja (Hendar 2010). Menurut Ismawan (2001) terdapat 3 unsur pembentuk kewirakoperasian yang efektif, yaitu : 1. Inovasi dalam gerak koperasi Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari, dan dapat dipraktikkan. Wirausahawan perlu sengaja mencari sumber inovasi, perubahan, dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu mengetahui dan menerapkan prinsip inovasi yang berhasil. 2. Mentalitas wirausaha di kalangan anggota dan pengurus koperasi Seorang wirausahawan adalah orang yang berani mengambil risiko. Jadi, etos dan mentalitas wirausahawan dalam konsep kewirausaan menjadi semacam generator yang menentukan dinamika koperasi masa depan, terkait dengan penemuan inovasi, peluang masa depan, dan manajemen strategis. 3. Sistem jaringan koperasi Konsep kewirausaan membutuhkan jaringan kerja antarkoperasi yang dikelola secara bersama-sama. Bila diatur dengan baik, penataan jaringan kerja itu akan menghasilkan satu tata pembagian kerja yang membuahkan peningkatan efisiensi, baik secara teknis maupun sosial. Jaringan kerja juga dapat dibentuk antara koperasi dengan pemasok maupun pemasar, yang mungkin berasal dari anggota koperasi itu sendiri atau dari kalangan SMEs dan industri rumah tangga pada umumnya.
14 Konsep-Konsep Pendukung Rencana Bisnis Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha menjadi suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007). a. Perencanaan Rencana bisnis merupakan bagian integral dari perencanaan usaha secara umum. Hal yang membedakan perencanaan usaha secara umum dengan rencana bisnis adalah bahwa rencana bisnis dikaitkan secara spesifik dengan adanya peluang usaha yang akan dieksploitasi oleh perusahaan. Perencanaan (planning) adalah penetapan di awal hasil-hasil akhir yang ingin dicapai perusahaan serta cara untuk mencapai hasil tersebut, berikut perangkat yang dibutuhkan untuk menjamin ketercapaian tujuan perusahaan. Perencanaan mencakup visi, misi, tujuan usaha yang ingin dicapai, strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan usaha yang ditetapkan perusahaan, program, prosedur, dan anggaran (Solihin 2007). b. Peluang usaha Peluang usaha adalah berbagai kecenderungan positif atau menguntungkan yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan yang dapat dieksploitasi oleh pengusaha untuk menciptakan usaha yang menghasilkan laba. Peluang usaha yang tersedia memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari posisi peluang usaha tersebut dalam siklus daur hidup produk (Solihin 2007). c. Keunggulan bersaing Setiap perusahaan yang menawarkan barang dan jasa kepada konsumen, akan dihadapkan pada pesaing baik pesaing yang menawarkan barang dan jasa yang sama maupun pesaing yang menawarkan barang dan jasa substitusi. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan barang dan jasa substitusi adalah barang dan jasa yang ditawarkan oleh pesaing kepada pasar sasaran yang sama, tetapi tidak memiliki kesamaan bentuk dengan barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan (Solihin 2007). Rencana Pengembangan Usaha Perubahan selera konsumen, teknologi, dan persaingan yang pesat harus mengembangkan secara terus-menerus produk dan jasanya. Perusahaan dapat memperoleh produk baru dari 2 cara. Pertama, melalui akuisisi dengan membeli seluruh perusahan, suatu paten, atau susatu lisensi untuk memproduksi produk usaha lain. Kedua, ialah melalui pengembangan produk baru dalam departemen riset dan pengembangan milik perusahaan. Produk baru yang dimaksudkan adalah produk original, produk perbaikan, produk modifikasi, dan merek baru yang perusahaan kembangkan (Kotler dan Amstrong 2003). Selain diperlukan oleh perusahaan berskala besar, rencana bisnis juga sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang tergolong ke dalam usaha kecil. Istilah rencana bisnis pada umumnya digunakan untuk menyebut rencana usaha yang dikembangkan usaha kecil, yang memiliki inovasi usaha. Inovasi merupakan
15 kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap berbagai masalah dan peluang usaha untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan manusia. Bentuk-bentuk inovasi baru diantaranya penawaran produk atau jasa baru, penggunaan metode atau teknologi baru, penciptaan pasar sasaran yang baru, penggunaan sumber pasokan bahan baku dan sumber daya lainnya yang baru, dan penciptaan bentuk organisasi yang baru (Solihin 2007). Mengelola pengembangan usaha perlu diketahui peluang dan kekuatan perusahaan. Apabila perusahaan yang sudah berjalan mempertimbangkan untuk memilih salah satu strategi dengan menggunakan model Product Market Expansion Matrix yang dikembangkan, maka bagi perusahaan tersebut sekurangkurangnya ada 4 pilihan strategi, yaitu : a. Strategi penetrasi pasar Perusahaan melakukan intensifikasi penjualan produk yang saat ini dimiliki perusahaan ke pasar sasaran yang saat ini dilayani perusahaan. b. Strategi pengembangan pasar Perusahaan menjual produk saat ini ke pasar sasaran yang baru. c. Strategi pengembangan produk Perusahaan menjual produk baru ke pasar yang saat ini dilayani oleh perusahaan. d. Strategi diversifikasi Perusahaan menjual produk baru ke pasar yang baru. Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan merancang perencanaan bisnis. Perencanaan bisnis yaitu sebagai proses penentuan visi, misi, dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu bisnis tertentu. Langkah-langkah teknik pembuatan perencanaan bisnis yaitu membuat ringkasan eksekutif, deskripsi umum perusahaan, analisis pasar, perencanaan pemasaran, analisis aspek teknis dan operasional, struktur manajemen, perkembangan masa depan usaha, dan perencanaan keuangan (Bogadenta 2013). Siklus pengembangan bisnis merupakan rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan bisnis. Siklus ini merupakan tahap-tahap yang dilalui dalam kegiatan bisnis, meliputi identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, dan pelaksanaan, serta implementasi (Nurmalina et al. 2010). 1. Rencana Pemasaran Peninjauan terhadap aspek pemasaran menempati bagian pertama paparan rencana bisnis yang berkaitan dengan berkaitan dengan penelaahan aspek fungsional organisasi perusahaan. Hal ini merupakan penalaran yang logis karena sebelum perusahaan memiliki kejelasan tentang sasaran pasar, target pasar, dan posisi pasar serta bauran pemasaran lainnya, maka perusahaan belum dapat melakukan perencanaan aspek-aspek lainnya seperti jumlah bahan baku, alat investasi, jumlah modal, dan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Kegiatan pemilihan pasar dimulai dari pengenalan peluang pasar, potensi pasar, analisis persaingan, analisis pelanggan, sampai kepada pemilihan pasar sasaran merupakan kecanderungan positif yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan yang dapat dieksploitasi oleh perusahaan menjadi usaha yang menghasilkan laba. (Solihin 2007).
16
a. Potensi Pasar Potensi pasar menunjukkan perkiraan jumlah permintaan terhadap suatu produk yang diperoleh melalui perhitungan jumlah pembeli potensial yang diperkirakan akan membeli suatu produk. Aspek pasar merupakan langkah awal yang perlu diketahui sebelum memutuskan atau melakukan produksi suatu barang atau jasa. Agar mengetahui produk yang dihasilkan diterima atau tidak di pasar, maka setiap usaha harus mengetahui pasar yang dituju, sebab jika tidak ada pasar maka produk yang dihasilkan tidak memberikan manfaat sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Umar (2007), pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginan, daya beli, serta tingkah laku dalam pembelian. Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri atas analisa pasar dan marketing mix development terdiri atas aspek produk, harga, promosi, dan distribusi (Nurmalina et al. 2010). Menurut Umar (2007), analisa pasar terdiri atas segmentasi pasar, pasar sasaran, dan posisi pasar. Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan kelompok pasar dengan sifat heterogen menjadi kelompok pasar yang bersifat homogen. Kelompok pasar yang bersifat homogen dapat dideskripsikan menjadi kelompok pasar yang memiliki kebutuhan atau karakter dengan respon uang sama dalam membelanjakan uangnya. Dalam prosesnya, aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah aspek geografis (lokasi pasar tujuan), aspek demografis (status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan kewarganegaraan pasar tujuan), aspek psikografis (gaya hidup dari konsumen sebagai pasar tujuan), dan aspek perilaku (status kesetiaan terhadap merk, tingkat penggunaan, maupun sikap terhadap produk). Pasar sasaran merupakan proses pemilihan target pasar dari segmen yang telah dipilih kemudian disaring hingga menjadi lebih spesifik. Proses ini dapat diartikan sebagai penentuan sasaran pemasaran produk. Selanjutnya, posisi pasar merupakan tindakan yang dilakukan oleh produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai. Untuk menentukan posisi pasar, terdapat 3 langkah yang masing-masing dijelaskan yaitu mengidentifikasi keunggulan kompetitif, memilih keunggulan kompetitif, serta mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi. Dalam strategi pemasaran marketing mix development, terdapat 4 aspek yang dianalisis yaitu sebagai berikut: 1) Product (produk) Aspek ini terdiri atas spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk tersebut. Selain itu, ide-ide dan pengembangan produk variasi juga merupakan aspek yang harus dianalisis. 2) Price (harga) Secara teoritis, penetapan harga meliputi anlisis kompetitif; strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target pasar; diskon,
17 pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode atau cara pembayaran. 3) Place (tempat) Aspek ini terdiri atas lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk, manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas. 4) Promotion (promosi) Aspek promosi dalam stratgi bauran pemasaran ini terdiri atas pemilihan media promosi, pemilihan cara penjualan, tema posisi pasar, serta manajemen dan posisi produk. b. Analisis Persaingan Perusahaan akan menghadapi persaingan dalam aktivitas pemasaran produk kepada konsumen, baik dari produk yang sama maupun pesaing yang menawarkan produk substitusi. Bagi perusahaan yang akan memulai usaha baru, analisis persaingan harus dilakukan dengan mengidentifikasi pesaingpesaing utama yang relevan berikut produk atau jasa yang mereka tawarkan (Solihin 2007). c. Analisis Pelanggan Produk diproduksi oleh perusahaan untuk dipasarkan kepada konsumen. Produk yang dibuat oleh perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen dengan melakukan analisis pelanggan. Analisis pelanggan yang pertama dilakukan dengan mengajukan pertanyaan siapa yang membeli suatu produk dan siapa yang akan menjadi pengguna produk tersebut. Bagi sebagian besar barang industri maupun barang konsumsi, siapa yang akan membeli suatu produk dapat diurai lagi ke beberapa entitas, yaitu inisiator, pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli, dan pengguna (Solihin 2007). Memilih konsumen juga dalam kaitannya dengan proses pembelian, konsumen suatu produk masih dapat dipilah lagi menjadi konsumen yang melakukan pembelian produk untuk tujuan bisnis maupun untuk konsumsi sendiri. Menurut Dwyer dan Tanner dalam buku Solihin 2007, business costumers dibagi ke dalam 4 kelompok diantaranya :
Companies That Consume a. Original equipment manufacturers b. Users Government Agencies a. Country b. State or province c. Local country, etc
Institutions a. Hospitals b. School c. Universities, etc Resellers a. Wholesellers b. Brokers c. Industrial distributors, etc
Gambar 1 Jenis-jenis pelanggan bisnis (business costumers)
18 2. Rencana Produksi Setelah perusahaan dapat merumuskan pemilihan pasar sasaran dan membuat strategi bauran pemasaran, maka perusahaan akan merumuskan rencana untuk memproduksi produk yang akan dipasarkan tersebut. Menurut Umar (2007) aspek teknis dan teknologi memanajemen masalah operasional, yaitu penentuan posisi perusahaan, desain, dan operasional. Persoalan dalam proses operasional dikelompokkan menjadi beberapa aspek, yaitu : a. Pemilihan strategi produksi, bertujuan agar barang dan jasa yang akan diproduksi dapat memenuhi kebutuhan konsumen. b. Pemilihan dan perencanaan produk, dengan menentukan ide produk, desain produk awal, dan pengujian produk. c. Rencana kualitas, mengelompokkan barang atau jasa sesuai dimensinya. d. Pemilihan teknologi, dilakukan sesuai mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. e. Rencana kapasitas produksi, kapasitas dapat dilihat dari sisi masukan (input) atau keluaran (output). f. Perencanaan letak pabrik, sebagai tempat proses produksi perlu dianalisis karena sangat berpengaruh terhadap banyak aspek. g. Perencanaan tata letak (layout), menjadi hal awal yang harus dipertimbangkan karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. h. Perencanaan jumlah produksi, aktivitas produksi sebaiknya direncanakan dengan baik agar jumlah produksi yang dihasilkan sesuai dengan jumlah yang akan dijual. Beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan jumlah produksi yakni permintaan, kapasitas pabrik, supali bahan baku, modal kerja, dan peraturan pemerintah. i. Manajemen persediaan, untuk antisipasi permintaan konsumen yang meningkat. j. Pengawasan kualitas produksi k. Rencana penanganan limbah produksi 3. Rencana Manajemen dan Organisasi Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dikatan layak atau sebaliknya (Umar 2007). Aspek manajemen berakitan dengan perencanaan bisnis, pengorganisasian yang akan digunakan, pelaksanaan yang akan digunakan, dan pengendalian manajemen yang akan digunakan. Aspek organisasi berkaitan dengan bagaimana struktur organisasi yang ada dalam bisnis. Selain dari pada itu juga berkaitan tetang bagaimana sistem kerja yang digunakan dan pembagian kerja yang dilakukan selama kegiatan bisnis berlangsung. Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang mempunyai sifat gotong royong. Koperasi perlu memperhatikan pengembangan sumber daya manusia agar dalam pengelolaannya berjalan dengan baik. Peranan sumber daya
19 manusia dalam koperasi baik sebagai anggota, pengurus, maupun pengawas perlu dikelola dengan baik oleh organisasi koperasi. Ada beberapa ciri yang harus diperhatikan bagi organisasi koperasi (Suryani et al. 2013), yaitu: a. Terdapat sejumlah individu bersatu dalam suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang sama, disebut dengan kelompok koperasi. b. Terdapat anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri, disebut sebagai swadaya kelompok koperasi. c. Anggota yang bergabung dalam koperasi memanfaatkan koperasi secara bersama-sama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi. d. Koperasi sebagai perusahaan, mempunyai tugas untuk menunjang kepentingan para anggota koperasi dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan. 4. Rencana Kemitraan Pendirian usaha yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan bersama memiliki fungsi dan peranan bagi beberapa pihak terkait. Kemitraan dari berbagai pihak akan berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat kerjasama dalam pengembangan bisnis diantaranya para pemasok bahan baku, pelaku usaha, pihak pemerintah, badan hukum (koperasi), dan seorang wirakoperasi. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu, aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Pada aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan nilai asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Sedangkan pada aspek lingkungan, pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri. Dalam perancangan atau analisis kegiatan investasi harus mempertimbangkan masalah atau dampak lingkungan yang merugikan. Pembangunan kegiatan usaha pengolahan produk pertanian yang menghasilkan limbah dapat menimbulkan masakah jika penanganan terhadap limbah tidak dilakukan secara bijaksana (Nurmalina et al. 2010). 5. Analisis Risiko Perusahaan harus memikirkan strategi apa yang akan digunakan untuk menghadapi risiko-risiko potensial dalam rencana bisnis yang disusun perusahaan. Risiko dapat didefinisikan sebagai “uncertainty concerning the occurrence of a loss” atau ketidakpastian yang berkaitan dengan terjadinya suatu kerugian (Solihin 2007). Jenis-jenis risiko yang mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang bisa dilakukan, sebagai berikut (Johan 2011): a. Perubahan kondisi politik Kebijakan pemerintah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi setiap bisnis, sehingga pelaku bisnis perlu mengatisipati terhadap perubahan.
20 b. Perubahan kondisi ekonomi Perubahan kebijakan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi yang berjalan di sebuah negara maupun di sebuah daerah juga dapat mempengaruhi suatu usaha. c. Perubahan kondisi sosial budaya Awalnya masyarat tidak sensitif terhadap suatu hal tetapi masyarakat dapat mengalami perubahan sosial budaya yang membuat masyarakat lebih sensitif terhadap suatu hal. d. Perubahan harga bahan baku Terbatasnya sumber daya, semakin tingginya harga bahan baku maupun bahan penunjang juga harus diantisipasi akan perubahan harga bahan baku dan bahan penunjang. e. Perubahan harga jual Setiap industri pasti ada kompetisi. Umumnya kompetisi harga merupakan hal yang termudah dilakukan dalam pasar menimbang harga merupakan faktor yang paling mudah diperbandingkan dan dilihat oleh konsumen. f. Masuknya kompetitor Kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa dihindari, dengan semakin banyak pemain baru masuk ke dalam pasar itu. Masuknya kompetitor akan menggerogoti pangsa pasar pemain lama dalam jangka pendek maupun jangka panjang. g. Perubahan teknologi Salah satu kunci untuk meraih keunggulan bersaing yang berasal dari biaya kepemimpinan adalah penggunaan teknologi produksi yang efisien dan produktif. Penggunaan teknologi yang ketinggalan zaman akan mengakibatkan harga pokok produksi menjadi tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi produksi lebih maju. h. Perubahan karakteristik sumber daya manusia Sejalan dengan berjalannya perekonomian dan kompetisi, maka sumber daya manusia menjadi faktor penting karena kemudahan faktor ini untuk berpindah dari suatu usaha ke usaha lainnya. i. Ketergantungan dengan pemasok dan distributor Konflik yang terjadi antara perusahaan dengan pemasok maupun distributor dapat menimbulkan risiko kerugian bagi perusahaan. Demikian halnya apabila perusahaan merupakan usaha yang bergerak di bidang distribusi, perusahaan memiliki peluang risiko akibat konflik yang terjadi dengan perusahaan penghasil produk. Terdapat 4 metode yang dapat digunakan perusahaan untuk mengelola risiko. Pertama, menghindari risiko, memiliki makna bahwa kerugian tertentu tidak akan diperoleh perusahaan karena perusahaan sudah menghindari risiko tersebut. Kedua, mencegah kerugian, menunjukkan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mencegah timbulnya kerugian. Ketiga, mengurangi kerugian,menunjukkan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mengurangi beban kerugian, apabila kerugian itu terjadi. Terakhir, transfer risiko, merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan mentransfer risiko kerugian yang mungkin terjadi kepada perusahaan asuransi.
21 6. Rencana Finansial Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu kelayakan perencanaan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai keberlanjutan usaha untuk dapat berkembang (Umar 2007). Analisis perencanaan keuangan dalam suatu rencana bisnis lebih banyak didasarkan kepada data-data proyeksi keuangan (Solihin 2007). Proyeksi keuangan yang dibuat perusahaan akan dituangkan dalam bentuk laporan laba rugi dan arus kas (cashflow). Sebelum proyeksi keuangan dibuat, terlebih dahulu perusahaan merumuskan kebutuhan modal awal untuk memulai usaha. a. Sumber modal awal Memulai atau mengembangkan usaha memerlukan modal baik dari sumber internal maupun eksternal. Modal besar dan kecil tidak akan menjadi hambatan, selama model bisnis menarik pihak investor akan menanam modal pada bisnis tersebut. Menurut Johan 2011, perolehan sumber modal melalui 2 cara yaitu meminjam kepada lembaga keuangan dan mengajak investor lainnya. b. Titik impas atau Break Even Point (BEP) Analisis penting lainnya yang dapat dilakukan melalui cost-volumeprofit adalah perhitungan titik impas. Perhitungan titik impas atau BEP memerlukan data-data mengenai besarnya jumlah biaya tetap dan besarnya gross margin (Solihin 2007). Perhitungan BEP bertujuan melihat berapa unit yang harus dijual atau berapa uang yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai titik impas, dalam arti perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. c. Laporan laba rugi Salah satu analisis finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu (Nurmalina et al. 2010). Laporan laba rugi terdiri atas beberapa komponen yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variable Cost (TVC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Pendapatan bersih atau laba adalah apa yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa atau penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Melalui laporan laba rugi, perusahaan dapat memperoleh informasi keuangan mengenai usaha yang dijalankan, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau sebaliknya. Laporan laba rugi dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut pada periode tertentu. 1) Total Penerimaan Penerimaan perusahaan dapat diperoleh dari total penjualan terhadap produk yang dihasilkan selama periode yang tertentu. Penjualan merupakan sumber penghasilan utama bagi perusahaan. Penerimaan
22 dapat diperoleh dari perkalian antara harga produk dengan kuantitas produk yang dihasilkan. 2) Biaya Biaya merupakan sejumlah nilai atau pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan usaha. Secara umum, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan suatu usaha terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak berubah dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah seiring dengan jumlah produksi dan besarnya proposional. 3) Laba bersih Laba bersih dapat diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran yang telah dikurangi dengan pajak yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. d. Arus kas atau Cashflow Menurut (Nurmalina et al. 2010), cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama 1 periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Suatu cashflow terdiri atas beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri atas komponen inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat bersih) dan Incremental Net Benefit (Manfaat Bersih Tambahan). Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa, dan salvagevalue (nilai sisa). Komponen outflow terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, pajak dan debt service (bunga pinjaman). 1) Net Present Value Net Present Value (NPV) suatu bisnis adalah selisih Present Value (PV) dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar 2007). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu bisnis selama umur bisnis dan tingkat discount rate tertentu. 2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Menurut Umar (2007), Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Perhitungan Net B/C digunakan untuk mengetahui berapa nilai manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. 3) Internal Rate of Return (IRR) Menurut Umar (2007), metode ini digunanakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang, atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. 4) Payback Period (PP) Menurut Umar (2007), Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (Initial
23 Cash Invesment) dengan menggunakan aliran kas. Nilai Payback Period berbanding terbalik dengan nilai NPV, jika nilai NPV semakin besar maka menunjukkan waktu pengembalian semakin cepat. Suatu bisnis dikatakan menguntungkan dan layak jika PP lebih kecil dari umur bisnis.
Kerangka Pemikiran Operasional
Ketersediaan buah-buahan unggulan di Kota Depok dengan jumlah produksi yang berlimpah membuat para petani sulit untuk memasarkan seluruh hasil produksi dengan harga jual yang tinggi. Salah satu buah-buahan unggulan khas Kota Depok adalah jambu biji merah. Jambu biji merah memiliki karakteristik aroma dan rasa yang khas, namun tidak lepas dari kenyataannya bahwa jambu biji merah memiliki sifat yang mudah rusak. Hasil budidaya jambu biji merah juga memiliki keragaman kualitas dari mulai kualitas terbaik yaitu grade A, grade B, dan grade C. Keragaman kualitas menyebabkan harga jual jambu biji merah pun berbeda-beda. Harga jual jambu biji merah dengan kualitas grade C hanya berkisar antara Rp 4 000 – Rp 6 000 per kilogram, sedangkan jumlah produksi grade C rata-rata 20 % dari jumlah keseluruhan produksi. Tingginya jumlah produksi jambu biji merah grade C menciptakan ide bisnis bagi para wirausaha untuk memanfaatkan produk primer tersebut agar memberikan nilai tambah. Perkembangan industri olahan makanan serta industri kuliner memberi peluang kepada wirausaha untuk mengembangkan usaha di bidang tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan ketersediaan bahan baku dari jambu biji merah menjadi olahan makanan, seperti keripik buah. Ketersediaan bahan baku jambu biji merah grade C yang berlimpah membuka peluang usaha bagi wirausaha untuk mengembangkan produk olahan yaitu keripik jambu biji merah. Hal ini didukung dengan adanya permintaan produk olahan makanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Data yang mendukung untuk melakukan ekspor makanan dapat dilihat dari peningkatan ekspor olahan buah pada Tabel 2 dan ekspor olahan makanan pada Lampiran 2. Kedua data tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa negara yang menyukai buah jambu biji merah dan berminat terhadap produk olahan buah. KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan salah satu wadah wirausaha yang bergerak dalam kegiatan usaha agribisnis yaitu pengolahan buah menjadi produk makanan. KUB tersebut merupakan badan usaha non badan hukum berupa kelompok yang dibentuk berdasarkan hasil kesepakatan seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. Salah satu komoditi agribisnis yang diusahakan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah jambu biji merah yang diperoleh dari petani di Kota Depok. Kendala yang dihadapi KUB Harapan Sejahtera Abadi dalam menjalankan usaha industri olahan buah adalah ketidakpastian pasokan bahan baku dari para petani serta kurangnya informasi mengenai pemasaran output untuk mengekspor produk. Lain hal nya dengan para petani, kendala petani jambu biji merah di Kota Depok
24 diantaranya sebagian besar petani memiliki lahan yang sempit dan pengetahuan petani mengenai teknologi pasca panen rendah. Melihat peluang dan kondisi aktual yang ada, maka diperlukan seorang wirakoperasi di KUB untuk menerapkan ide dan akses infomasi terkait dengan pengembangan usaha industri olahan makanan di KUB Harapan Sejahtera Abadi. Seorang wirakoperasi berperan sebagai perantara antara pemasok bahan baku (petani) yang ikut tergabung dalam usaha yang akan didirikan dengan para pelaku usaha industri olahan makanan (KUB). Konsep wirakoperasi juga dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan kepada petani melalui manajemen yang diterapkan yaitu memberikan posisi tawar yang baik di tingkat petani terhadap produk yang petani jual ke KUB. Peran wirakoperasi juga dapat memberi keuntungan kepada anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi melalui kemitraan yang terjalin dengan petani agar dapat memberi kepastian kuantitas maupun kualitas bahan baku. Wirakoperasi juga bertugas untuk memberikan pelatihan kepada petani dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi agar memiliki kemampuan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Adanya peran wirakoperasi memberikan rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan atas usaha yang dijalankan kepada petani dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi dan diharapkan dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi petani, sehingga petani dapat melakukan peningkatan jumlah produksi agar memenuhi permintaan bahan baku. Bagi anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat dijadikan usaha bersama yang mendatangkan keuntungan baik dari sisi finansial maupun non finansial. Umumnya wirausaha berkonsep untuk menghasilkan keuntungan individu. Hal ini berbeda dengan konsep usaha bersama yang diterapkan oleh serorang wirakoperasi yang bertujuan memberikan keuntungan finansial dengan memberlakukan sistem bagi hasil dari jumlah laba yang diterima oleh industri olahan. Wirakoperasi membuat perjanjian awal dengan menetapkan persentase pembagian hasil untuk setiap pihak yang terlibat, seperti petani, KUB Harapan Sejahtera Abadi, dan seorang wirakoperasi yang juga memerlukan pendapatan untuk keberlangsungan hidupnya. Hal itu berarti meningkatnya jumlah pendapatan tiap pihak bergantung pada peningkatan hasil laba penjualan di KUB tersebut. Peningkatan nilai tambah jambu biji merah grade C menjadi keripik buah dapat dilakukan melalui sistem kemitraan dengan para petani jambu biji merah di Kota Depok dan pemanfaatan teknologi industri olahan di KUB Harapan Sejahtera Abadi. Untuk itu kegiatan usaha di KUB Harapan Sejahtera Abadi memerlukan perencanaan dalam pengembangan usaha yang berbasis wirakoperasi. Rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah dirancang untuk membantu dalam penyusunan suatu rencana pengembangan usaha olahan jambu biji merah. Sistem ini dirancang untuk membantu pengambilan keputusan secara cepat, tepat, dan efisien apakah usaha tersebut layak untuk direalisasikan atau tidak. Informasi studi kelayakan dapat membantu mempermudah proses pembuatan strategi atau rencana yang harus dilakukan agar usaha keripik jambu biji merah dapat dijalankan dengan efektif dan efisien. Adanya perencanaan usaha diharapkan dapat menarik investor dan perbankan untuk mengikutsertakan modal mereka.
25 Adanya industri berbasis bahan baku lokal dengan mutu serta produktivitas yang tinggi, maka diharapkan adanya hubungan timbal balik menguntungkan antara pihak industri dengan pemasok (masyarakat dan petani) dan memberikan nilai tambah pada jambu biji merah tersebut. Jambu biji merah yang dihasilkan masyarakat dan petani akan diserap untuk bahan baku industri keripik jambu biji merah, sehingga masyarakat dan petani tetap terpacu untuk meningkatkan pembudidayaan. Adanya industri pengolahan keripik jambu biji merah juga diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan. Alur pemikiran kerangka operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.
- Jambu biji merah grade C yang berlimpah dan belum termanfaatkan, harga rendah, karakteristik mudah membusuk dan skala budidaya kecil. - Ketidakpasatian pasokan bahan baku. - Lemahnya kemampuan ekspor langsung oleh industri olahan. - Terbatasnya akses terhadap sumber dan infomasi teknologi
- Peningkatan PDB industri olahan kuliner pada perekonomian Indonesia. - Peluang pangsa pasar mancanegara terbuka lebar (ekspor olahan buah meningkat). - Kemajuan teknologi industri olahan makanan.
Peningkatan nilai tambah jambu biji merah grade C menjadi keripik buah. Peran seorang wirakoperasi
Rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi Potensi dan permintaan pasar
Ketersediaan teknologi
Kemitraan dengan petani (bahan baku)
Pembiayaan dana dari Bank
Usaha keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi
Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian
26
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KUB Harapan Sejahtera Abadi yang terletak di Sawangan Permai A9 no.3 Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan lokasi tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2014 untuk pengambilan dan pengolahan data.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Selain itu, data kualitatif juga diperoleh dari industri pengolahan di sekitar KUB yang mencari informasi mengenai keadaan serta kondisi pasar. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini, merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian, serta wawancara dengan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi ataupun pihak pelaku industri. Sedangkan data sekunder, diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Kementerian Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, perpustakaan, penelitian atau riset yang telah dilakukan, serta penelusuran dari literatur yang relevan dengan penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan diskusi kepada para anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Wawancara yang dilakukan untuk mengetahui informasi jumlah produksi, jumlah penjualan, harga input dan harga jual produk, harga jual di tingkat industri pengolahan lain, serta informasi-informasi lain terkait penelitian. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pencarian data melalui internet dan instansi terkait mengenai data volume ekspor buah maupun olahan buah, jumlah produksi bahan baku berupa buah-buah di Kota Depok, serta
27 data pesaing industri olahan makanan dan olahan baik di dalam maupun luar negeri.
Metode Analisis Data Rencana Pengembangan Usaha Operasionalisasi rencana bisnis dalam hal ini adalah penjabaran langkahlangkah yang akan ditempuh perusahaan untuk mengeksploitasi peluang usaha yang telah dirumuskan, menjadi suatu usaha yang nyata dan dapat menghasilkan keuntungan. Rencana bisnis diawali dengan suatu pengenalan usaha yang spesifik dapat memberikan panduan bagi seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam rencana eksploitasi peluang usaha. Rencana bisnis akan memberi arahan yang harus dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari suatu peluang usaha serta letak posisi perusahaan berada dibandingkan dengan pesaing dalam kegiatan bisnis. Rencana bisnis yang disusun perusahaan juga dapat digunakan sebagai pandua arah pengembangan usaha selam beberapa tahun mendatang (Solihin, 2007). Rencana bisnis yang akan dilakukan dalam pengembangan usaha pelu mengetahui peluang dan kekuatan perusahaan. Apabila perusahaan yang sudah berjalan mempertimbangkan untuk memilih salah satu strategi dengan menggunakan model Product Market Expansion Matrix yang dikembangkan, berikut pilihan strategi :
Products Market Current New
Current
New
Market Penetration Strategy Market Development Strategy
Product Development Strategy Diversification Strategy
Gambar 3 Model product market expansion matrix Perencanaan pengembangan usaha ini melakukan beberapa tahap untuk dianalisis kelayakannya yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Studi kelayakan usaha dilakukan setelah ide usaha diterjemahkan ke dalam suatu konsep usaha. Studi kelayakan usaha untuk mengolah data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan 2 jenis analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial (Nurmalina et al. 2010). Rencana Non Finansial Perencanaan pengembangan usaha akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai rencana bisnis non finansial seperti rencana pemasaran, rencana
28 produksi, rencana manajemen dan organisasi, rencana legalitas usaha, rencana kemitraan, serta analisis risiko. Aspek-aspek yang dikaji dalam rencana pemasaran, meliputi potensi pasar, analisis pelanggan, dan analisis pesaing. Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam potensi pasar meliputi analisa pasar dan bauran pemasaran. Rencana pemasaran dikatakan layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih pelaku usaha dalam melakukan pengembangan usaha atas produk keripik jambu biji merah dengan strategi pengembangan pasar. Langkah-langkah dalam rencana pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Pencarian data sekunder Tidak
Data cukup Ya
Potensi pasar keripik buah Penentuan strategi pemasaran keripik jambu biji merah
Penentuan analisa pasar dan bauran pemasaran
Gambar 4 Diagram alur proses rencana pemasaran
Rencana produksi mencakup pemilihan dan ketersediaan bahan baku, perencanaan jumlah produksi, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan aktivitas produksi, perencanaan teknologi dan proses produksi, perencanaan letak dan tata letak (layout), dan pengawasan kualitas produksi. Analisis dikatakan layak jika lokasi dan tata letak usaha, proses produksi, skala usaha, dan teknologi yang digunakan dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha. Aliran rencana proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5.
29 Perencanaan bahan baku
Perencanaan jumlah produksi
Perencanaan kapasitas produksi
Perencanaan aktivitas produksi
Perencanaan teknologi dan prodes produksi
Perencanaan letak dan tata letak pabrik Pengawasan kualitas produksi
Perencanaan penanganan limbah produksi
Gambar 5 Diagram alur rencana produksi
Pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan didasari pada kemudahan untuk memproduksi produk dan melihat pada perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Perencanaan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antar aktivitas produksi dan disesuaikan dengan kebutuhan luas ruang pabrik. Rencana manajemen dan organisasi meliputi aspek legalitas, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, dan deskripsi kerja. Rencana manajemen dikatakan layak jika kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan. Pengaturan organisasi sangat menentukan pelaksanaan usaha dan keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Gambar 6 menunjukkan aliran rencana manajemen dan organisasi.
30 Aspek legalitas
Kebutuhan tenaga kerja
Struktur organisasi
Deskripsi kerja
Gambar 6 Diagram alur rencana manajemen dan organisasi
Rencana kemitraan meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengkaji pengaruh usaha keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtrera Abadi terhadap para petani, lingkungan dan masyarakat sekitar. Serta aspek ekonomi mengkaji suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, pendapatan nilai asli daerah, pendapatan dari pajak, serta dapat menambah aktivitas ekonomi. Rencana kemitraan juga membahas tentang peranan dari seluruh pihak yang terlibat.
Rencana Finansial Rencana finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian melalui pengembangan usaha dan perbaikan sistem manajemen. Aspek non finansial diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Perencanaan usaha pengembangan di KUB Harapan Sejahtera Abadi memerlukan pendanaan untuk kebutuhan investasi dan modal kerja awal, maka dari itu KUB Harapan Sejahtera Abadi merencanakan akan mengajukan permohonan dana pada pihak lembaga keuangan syariah. Konsep kewirakoperasian yang diterapkan di KUB Harapan Sejahtera Abadi menggunakan sistem bagi hasil sesuai laba yang diterima oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi dan akan dibagikan dengan kesepakatan persentase pembagian di awal perjanjian usaha. Beberapa pihak yang terlibat seperti para petani, anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi, dan seorang wirakoperasi akan mendapat pembagian hasil laba sesuai hasil penjualan produk dalam usaha pengembangan keripik jambu biji merah. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis rencana finansial menggunakan tingkat Break Even Point (BEP) untuk melihat titik impas dari kegiatan penjualan; proyeksi laba rugi untuk melihat total penerimaan, biaya, dan laba usaha; serta arus kas (cashflow) untuk menilai kriteria investasi seperti; Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), yang bertujuan melihat perkembangan usaha tersebut layak atau tidak berdasarkan analisis finansial (Nurmalina et al. 2010). Berikut analisis finansial yang akan digunakan:
31 1. Titik impas atau Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah titik peluang total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan, tergantung pada lama arus penerimaan sebuah bisnis dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan berserta biaya modal lainnya. Selama suatu usaha masih di bawah BEP, maka perusahaan masih mengalami kerugian.
2. Kriteria Kelayakan Investasi a. Net Present Value (NPV) Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 (NPV < 0), maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010). ∑
(
)
∑
(
)
∑
(
)
Dimana: Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t T : tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2, ....., n) i : tingkat DR (%) (
)
(
)
Jika: NPV > 0, maka bisnis layak untuk dilaksanakan NPV = 0, bisnis tidak menguntungkan juga tidak merugikan NPV < 0, bisnis tidak layak untuk dilaksanakan b. Net B/C ratio Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungakn bisnis yang dihasilkan terhadap setiap 1 satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari 1 dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari 1 (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
32 ∑
Net B/C =
∑
(
)
(
)
(
)
(
)
Dimana : Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%) t : Tahun kegiatan bisnis Kriteria dari Net B/C: 1) Net B/C > 1, maka bisnis layak untuk dilakukan. Setiap biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih yang lebih besar dari pengeluaran tersebut. 2) Net B/C < 1, maka bisnis tidak layak untuk diteruskan. Setiap biaya yang di keluarkan akan menghasilkan manfaat bersih yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan tersebut. c. Internal Rate Of Return (IRR) Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Ini dapat ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate Of Return (IRR). IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakn layak apabila IRR-nya lebih besar dari opprtunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al. 2010). Dalam praktiknya menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR: IRR =
(
)
Dimana : : Discount Rate yang menghasilkan NPV positif : Discount Rate yang menghasilkan NPV negatif : NPV Positif : NPV Negatif Jika IRR > i maka bisnis layak untuk dijalankan IRR < i maka binsis tidak layak untuk dijalankan d. Gross Benefit-Cost Ratio Gross B/C merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Penggunaan Gross B/C akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Secara sistematis Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:
33 ∑
Net B/C =
∑
(
)
(
)
Dimana : Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%) t : Tahun kegiatan bisnis e. Payback Period Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode Payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al. 2010). Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini diantaranya yaitu: a. Diabaikannya nilai waktu mata uang (time value of money) b. Diabaikannya cashflow setelah periode payback Untuk mengatasi kelemahan yang pertama maka kadang dipakai discounted payback periode. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Payback Period = Dimana : I : besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab : manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
GAMBARAN UMUM
Sejarah dan Perkembangan KUB
KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan suatu Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang memproduksi olahan buah di Kota Depok. Pertimbangan memilih usaha kelompok sebagai wadah silahturahim dan membuka peluang usaha secara luas. KUB Harapan Sejahtera Abadi berdiri sejak tahun 2009. Awalnya pembentukan kelompok usaha ini diprakarsai oleh Ibu Lejar. Beliau mengikuti lomba yang diadakan pada peringatan ulang hari jadi IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) di Depok, yang bertemakan kreativitas olahan belimbing.
34 Kelompok usaha tersebut mendapat juara dalam lomba kreativitas olahan belimbing. Berawal dari hal itu, Ibu Lejar dan ibu-ibu rumah tangga di lingkungan yang tinggal dekat dengan sentra lahan petani belimbing berinisiatif membuat usaha kelompok olahan belimbing yang bisa menjadi solusi sebagai oleh-oleh khas Kota Depok. Awalnya anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi terdiri atas 13 orang ibu rumah tangga yang berdomisili di daerah Sawangan. KUB Harapan Sejahtera Abadi berkonsep badan usaha koperasi yang memberlakukan peraturan manajemen sesuai dengan koperasi. Ibu-ibu rumah tangga tersebut dijadikan anggota dan diberi pekerjaan sesuai dengan kemampuan individu. Sistem koperasi yang dijalankan di antaranya yaitu pembagian hasil rapat anggota tahunan dan adanya unit simpan pinjam untuk anggota. Modal awal dari usaha ini sebesar Rp400 000 yang diperoleh dari iuran per anggota sebesar Rp40 000. Anggota inti adalah para penanam modal (saham) awal. Anggota kelompok berkembang selain anggota inti, bisa perorangan atau berupa kelompok di bawah binaan KUB Harapan Sejahtera Abadi. Komoditi pertanian yang digunakan untuk bahan baku olahan buah adalah belimbing grade C. Pemanfaatan belimbing grade C dikarenakan kualitas dan harga jual produk yang rendah. Produk yang dihasilkan KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah dodol belimbing dan jus belimbing. Produk-produk ini diberi merek produk “Rasa Dewa”. Salah satu alasan pertimbangan memilih usaha dodol belimbing karena belimbing dewa sebagai “ikon” Kota Depok. Selain itu juga dapat memanfaatkan belimbing grade C yang berlimpah dan meningkatkan nilai tambah belimbing, serta memberikan solusi oleh-oleh khas Depok. KUB Harapan Sejahtera Abadi juga memanfaatkan buah jambu biji merah grade C sebagai bahan baku dalam pengolahan produknya. Pengolahan jambu biji merah dijadikan dodol jambu biji merah dan jus jambu biji merah. Pemasaran produk dilakukan di sekitar Kota Depok yaitu toko oleh-oleh Pesona Rasa dan gallery Usaha Kecil dan Menengah. Jumlah produksi dilakukan berdasarkan jumlah pemesanan sebelumnya. Kapasitas produksi di awal usaha berdasarkan pesanan atau acara tertentu, dengan jumlah rata-rata 20 kg per bulan. Namun saat ini produk KUB Harapan Sejahtera Abadi hanya dipasarkan di toko oleh-oleh Pesona Rasa dengan menerapkan sistem ready stock yang jumlah produksinya relatif konstan yaitu 60 kg per bulan. Pemasaran yang telah dijalankan melalui marketing online (website), penyebaran brosur, dan mengikuti kegiatan bazar.
Visi, Misi, dan Tujuan KUB Harapan Sejahtera Abadi
Visi KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah mewujudkan ekonomi mandiri yang profesional dan sukses bersama sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun misi KUB yaitu menjadikan titik awal dalam membangun ekonomi yang dapat bermanfaat bagi orang banyak dan menjadikan sentra usaha olahan belimbing dewa sebagai ikon Kota Depok (oleh-oleh khas
35 Depok). Tujuan KUB Harapan Sejahtera Abadi didirikan agar setiap anggota mempunyai usaha sendiri yang mandiri dan professional, menciptakan lapangan kerja, pemanfaatan potensi alam di lingkungan sekitar (Kota Depok), dan menjadikan produk-produk Rasa Dewa sebagai oleh-oleh khas Kota Depok.
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA
Perubahan selera konsumen, teknologi, dan persaingan yang pesat harus mengembangkan secara terus-menerus produk dan pasarnya. KUB Harapan Sejahtera Abadi mengembangkan usahanya melalui diversifikasi produk. Bentukbentuk inovasi baru yang diperlukan untuk mengembangkan usaha di KUB Harapan Sejahtera Abadi diantaranya penciptaan produk baru, penggunaan teknologi baru, penciptaan pasar sasaran baru, dan penciptaan bentuk badan usaha baru. Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan merancang perencanaan bisnis. Perencanaan bisnis yaitu sebagai proses penentuan visi, misi, dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan pengembangan usaha di KUB Harapan Sejahtera Abadi. Usaha yang akan dikembangkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah usaha pengolahan keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi. KUB Harapan Sejahtera Abadi memilih mengembangkan usaha keripik buah ini karena melihat potensi pasar yang terus berkembang dan ketersediaan bahan baku yang berlimpah yang belum termanfaatkan oleh para petani di Kota Depok. Tujuan pengembangan usaha adalah mensejahterakan seluruh pihak terkait, antara lain koperasi KUB Harapan Sejahtera Abadi sebagai industri pengolahan keripik jambu biji merah melalui usaha bersama berkonsep wirakoperasi yang bermitra dengan para petani jambu biji merah. Adapun visi dan misi KUB Harapan Sejahtera Abadi yaitu: 1. Visi: Mewujudkan ekonomi mandiri yang profesional dan sukses pada industri olahan buah di Indonesia. 2. Misi: a. Menjadi titik awal dalam pembangunan ekonomi petani buah dan industri olahan buah di Kota Depok. b. Memperluas tingkat permintaan buah olahan. c. Melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap industri pengolahan buah. d. Mengembangkan pasar dalam negeri dan ekspor. Rencana pengembangan usaha yang akan dilaksanan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah pengolahan jambu biji merah grade C menjadi keripik buah dalam menambah nilai jual suatu produk segar menjadi produk olahan. Untuk mengembangkan usaha ini KUB Harapan Sejahtera Abadi harus memerhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi rencana pengembangan agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun tahapan perencanaan yang harus dilakukan usaha ini yakni perencanaan pemasaran, perencanaan produksi, perencanaan organisasi dan manajemen, perencanaan kemitraan, analisis risiko, dan perencanaan finansial.
36 Rencana Pemasaran
Analisis rencana pemasaran yang dilakukan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah dengan melihat potensi pasar, analisis pesaing, dan analisis pelanggan. Uraian asumsi rencana pemasaran dapat dilihat pada Lampiran 3.
Potensi Pasar Buah adalah salah satu dari komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan konsumsi cukup baik dari tahun ke tahun. Salah satu buah-buahan tropis yang dibudidayakan di Indonesia adalah jambu biji merah. Jambu biji merah tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, buah jambu biji merah juga dipasarkan di luar negeri (ekspor). Volume ekspor jambu biji merah berdasarkan negara tujuan dapat dilihat pada Lampiran 1, menunjukkan adanya tren peningkatan volume ekspor jambu biji merah. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa konsumen jambu biji merah dari negara tujuan berminat terhadap buah jambu biji merah. Menurut data Kemendag 2014, volume tertinggi yang mengalami peningkatan volume ekspor jambu biji merah adalah Singapura. Jambu biji merah tidak hanya dijual dalam bentuk segar, namun dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi keripik jambu biji merah. Produk yang diolah dari jambu biji merah memiliki nilai tambah dari sisi rasa dan aroma yang khas. Produk ini banyak diminati karena kandungan gizi yang sehat untuk tubuh. Pemasaran keripik jambu biji merah dapat diperluas ke pasar mancanegara karena peluang untuk melakukan ekspor terbuka lebar. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan peningkatan volume ekspor olahan makanan buah pada Lampiran 2. Menurut data Kemendag 2014, volume ekspor produk olahan buah dari Indonesia ke Singapura menempati urutan ke-2 setelah Jepang. Singapura juga sangat bergantung pada impor pangan untuk lebih dari 90 persen dari kebutuhannya, memiliki lahan pertanian sangat sedikit dan produksi pangan dalam negeri terbatas. Hanya 1% dari luas daratan Singapura digunakan untuk keperluan pertanian. Malaysia, Indonesia, Australia, Amerika Serikat dan China adalah pemasok utama Singapura makanan (Sumber: International Enterprise Singapore, 2014). Adanya potensi pasar di Singapura dapat terlihat dari beberapa industri olahan buah yang telah melakukan ekspor ke Singapura diantaranya PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN) (Persero) telah melakukan ekspor pisang mas kirana ke Singapura. Singapura mengorder secara kontinyu sebesar 2 kontainer setiap minggunya. Peningkatan jumlah produksi akan dilakukan pada bulan September 2014.3 CV. Nur Setia Abadi (NSA) juga mengungkapkan snack buahbuahan memiliki potensi besar untuk pasar ekspor. Direktur CV NSA mengakui sudah banyak pembeli dari luar negeri, yang ingin membeli keripik aneka buah produknya, diantaranya keripik salak, nangka, nanas & apel. Permintaan ekspor ke luar negeri memesan produk dalam jumlah besar minimal untuk memenuhi 1 kontainer dalam sekali pengiriman.4 3 4
Hasil wawancara Detik Finance dengan Direktur Utama PTPN VIII Dadi Sunardi (13/5/2014). http://bisnisukm.com/bisnis-keripik-buah-memanfaatkan-produksi-buah-yang-melimpah.html
37 Partisipasi Kementerian Pertanian melalui Ditjen PPHP telah mengikuti pameran Food & Hotel Asia (FHA) 2014 yang bertempat di Singapore Expo juga berdampak positif untuk melihat potensi pasar di Singapura. Salah satu jenis produk yang ditampilkan di pameran FHA adalah produk makanan dan minuman baik segar maupun olahan dari mancanegara. Pameran tersebut juga melaksanakan pertemuan antara Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi dengan pihak Agrifood and Veterinary Authority (AVA) Singapura, yang membahas langkah-langkah percepatan ekspor hortikultura Indonesia ke Singapura dan tindak lanjut forum kerjasama Agribusiness Working Group (AWG) Indonesia-Singapura di bidang pertanian. Dampak positif dari pameran FHA 2014 yaitu terjadi interaksi antara pelaku usaha pertanian Indonesia yang berpartisipasi pada pameran dengan calon pembeli antara lain adanya permintaan buah kering (keripik) dari perusahaan Aries Trading dan Ban Chong di Singapura. Pengiriman direncanakan akan dilakukan melalui laut dan udara. Para calon pembeli menginginkan produk sudah disertakan dengan sertifikat misalnya sertifikat Good Agricultural Practices (GAP) dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk lebih menjamin produk dan memperlancar proses ekspor.5 Basis konsumen yang besar, makmur dan canggih di Singapura merupakan pasar yang mapan untuk menjual produk makanan dan minuman dari Indonesia. Singapura memiliki ekonomi pasar terbuka dan perdagangan yang berorientasi sangat maju karena akses pasar yang relatif mudah dan hambatan perdagangan kecil. Singapura merupakan pasar yang sangat kompetitif untuk produk makanan dan minuman, dengan sejumlah besar pemain global agresif bersaing untuk pangsa pasar. Analisis yang dilakukan setelah mengetahui peluang dan potensi pasar untuk produk keripik jambu biji merah adalah menganalisis pasar mencakup pengembangan pasar dan bauran pemasaran (marketing mix development) yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri atas analisa pasar dan bausan pemasaran. Berikut uraian mengenai analisa pasar dan bauran pemasaran terhadap produk keripik jambu biji merah: 1. Analisa Pasar Market atau pasar adalah salah satu bagian dalam sumber daya industri. Tanpa adanya market atau pasar untuk hasil produksi, jelas tujuan perusahaan industri tidak mungkin tercapai. Produk yang akan diproduksi adalah keripik jambu biji merah. Keripik merupakan salah satu produk yang diproduksi dengan menggunakan vacuum fryer. Buah jambu biji merah segar disortasi kemudian digoreng dengan vacuum fryer, sehingga menjadi keripik jambu biji merah dengan rasa dan aroma asli jambu biji merah, memiliki umur simpan yang lama, dan tanpa bahan pengawet. Usaha keripik jambu biji merah memakai konsep perencanaan pengembangan usaha. Pemilihan usaha disebabkan oleh potensi prospek dan sasaran pasar yang bagus. Satu hal yang menjadi kelebihan usaha baru ini adalah keripik jambu biji merah masih jarang diproduksi dan dijual di masyarakat, sehingga dapat menjadi alternatif makanan ringan yang sehat dan lezat. 5
http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/71/129/1896/pameran_fha_2014_sebagai_upaya_menin gkatkan_ekspor_produk_buah_dan_sayuran_segar__ke_singapura.html
38 a. Segmentasi pasar Segmentasi pasar dipilih berdasarkan banyaknya volume ekspor buah jambu biji merah dan olahan buah yang dikirim ke beberapa negara tujuan. Peningkatan jumlah ekspor buah jambu biji merah tertinggi ke Singapura. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen dari Singapura memiliki minat terhadap jambu biji merah. Berdasarkan volume ekspor olahan buah ke beberapa negara, Singapura menduduki nomor urut 3 setelah Amerika dan Jepang, namun hanya Singapura yang memiliki trend peningkatan volume ekspor olahan buah dari tahun 2009 – 2013. Oleh sebab itu, segementasi pasar yang akan KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah Singapura untuk produk keripik jambu biji merah. Luas Singapura mencakup 700 km2 dan memiliki total populasi penduduk 5,4 juta orang pada tahun 2013 (Sumber: Departemen Statistik, Singapura). Hal tersebut mengindikasikan, segmentasi pasar keripik jambu biji merah adalah masyarakat luas yang berperan sebagai konsumen yang menyukai olahan buah khususnya keripik jambu biji merah sebagai makanan ringan yang enak dan menyehatkan. Makanan di Singapura merupakan perwakilan dari keragaman etnis di negara itu dan merupakan pertemuan Cina, Melayu, Indonesia, India, dan tradisi Barat. Singapura juga menghasilkan Gross Domestic Product (GDP) per kapita tertinggi di dunia (US $61 567 per orang pada tahun 2013 menurut International Monetary Food, tingkat konsumsi pangan per kapita Singapura juga yang tertinggi di kawasan Asia (sekitar Sin $1 349 diperkirakan untuk 2013 oleh Business Monitor International). Berdasarkan data tersebut, pembagian kelompok menurut GDP dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan konsumen untuk membeli produk olahan buah khususnya keripik jambu biji merah. Tingkat GDP yang tinggi menunjukkan bahwa masyarakat Singapura memiliki kemampuan yang besar untuk membeli produk keripik jambu biji merah dengan harga S $1 per 100 gram. b. Pasar sasaran Pasar yang dipilih dari segmen pasar yang telah ditentukan adalah masyarakat menengah atas yang peduli akan kesehatan karena camilan keripik yang berbahan baku jambu biji merah mengandung gizi yang baik. Jambu biji merah memiliki kandungan gizi yang sangat kaya terutama kandungan vitamin C. c. Posisi pasar Penetapan posisi pasar ditujukan agar konsumen dapat dengan mudah mengenal produk baru yang akan ditawarkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi. Keripik buah merupakan makanan olahan yang sehat dan tidak mengandung bahan pengawet. Keripik jambu biji merupakan makanan ringan yang kebanyakan konsumen menjadikannya camilan di rumah maupun saat bepergian (saat waktu luang). Hampir setiap orang menyukai produk camilan sesuai selera masing-masing. Keripik buah merupakan makanan ringan yang diolah dari jambu biji merah yang aman untuk dikonsumsi. Buah ini banyak digemari karena memiliki kandungan gizi
39 yang baik yaitu mengandung trombosit, likopen, vitamin C, vitamin B, dan sebagai sumber antioksidan. Keripik jambu biji merah memiliki tagline untuk memperkenalkan produk ke konsumen, yaitu “once you pop, you can’t stop”. 2. Strategi pemasaran a. Product (produk) Produk yang dihasilkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah keripik buah yang berbahan baku jambu biji merah. Proses produksi keripik jambu biji merah diolah menggunakan teknologi modern. Produk keripik jambu biji merah berwarna cokelat kemerahan, tidak mengandung bahan pengawet, serta memiliki tekstur renyah. Produk ini dijual dalam keadaan siap makan (makanan ringan). Setiap kemasan keripik jambu biji merah memiliki berat 100 gram. Produk yang dipasarkan dikemas menggunakan aluminium foil ketebalan 70 μm berukuran 12×20 cm dan pada bagian depan kemasan diberi label “Guava Chip” yang disertai perizinan usaha Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kode ekspor, berat bersih, dan sertifikasi halal (MUI). Pada bagian belakang kemasan diberi label yang berisi komposisi dari keripik jambu biji merah, bar-code, dan tanggal kadaluarsa dari produk tersebut. Ketahanan produk atau daya simpan dari keripik jambu biji merah adalah 1 tahun dengan penyimpanan produk pada kemasan tertutup, ruangan yang sejuk, dan terhindar langsung dari sengatan matahari. Produk baru perlu memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk serupa lainnya, yaitu tanpa bahan pengawet, proses produksi dan pemasaran higenis dan terstandarisasi, serta keunikan dan manfaat bahan baku yang digunakan. b. Price (harga) Harga yang ditetapkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk produk olahan keripik jambu biji merah per kemasan dengan berat bersih 100 mg adalah sebesar Sin $1 atau setara dengan Rp9 460.7 (kurs beli Rp9 460.7 per 7 Juli 2014). Penetapan harga tersebut diasumsikan dari harga keripik buah yang diekspor oleh Roemah Mekarsari Snack, dan penetapan harga keripik jambu biji merah masih diatas harga harga pokok produksi per bungkus yaitu sebesar Rp8 594 pada tahun pertama dan ke-2, Rp6 331 pada tahun ke-3, Rp5 765 pada tahun ke-4, dan Rp5 426 pada tahun ke-5. c. Place (distribusi) Tempat melakukan produksi jambu biji merah di Sawangan, Kota Depok. Lokasi tersebut strategis dengan daerah bisnis. Saluran distribusi adalah bagian terpenting untuk menyampaikan produk yang diproduksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi kepada konsumen. KUB Harapan Sejahtera Abadi mengirimkan keripik jambu biji merah ke perusahaan Aries Trading, Singapura. Aries Fresh Pte Ltd yang merupakan salah satu importir terbesar di Singapura dari produk segar yang dipilih. Produk yang sudah dipasarkan di Aries Fresh Pte Ltd yaitu keripik jamur tiram dan keripik nanas.6 Perencanaan distribusi ke perusahaan tersebut dengan menggunakan kapal 6
http://www.ariesfresh.com/Abtus.html
40 laut. Informasi permintaan pasar didapat saat pameran yang dilaksanakan antara Kementerian Pertanian RI dengan pihak Agrifood and Veterinary Authority (AVA) Singapura. Diagram alur distribusi dapat dilihat pada Gambar 7.
KUB Harapan Sejahtera Abadi
Aries Fresh
Konsumen akhir
Gambar 7 Diagram alur distribusi pemasaran keripik jambu biji merah
d. Promotion (promosi) Promosi dilakukan agar konsumen mengenal produk yang dikembangkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi yaitu keripik jambu biji merah agar konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut. Promosi awal yang dilakukan KUB Harapan Sejahtera Abadi bentuk pemasaran internet melalui website dengan memperkenalkan produk kepada calon pelanggan yang akan dituju. Iklan dibuat dengan memaparkan keunggulankeunggulan yang terdapat pada keripik jambu biji merah. Promosi untuk memasarkan juga dapat dilakukan dengan menghadiri atau berpartisipasi dalam pameran dagang internasional. Promosi dengan mengikuti pameran yang menampilkan berbagai produk makanan dan minuman yang diikuti oleh perusahaan-perusahan dari berbagai mancanegara. Beberapa pameran yang setiap tahun sudah diselenggarakan diantaranya pameran Food & Hotel Asia (FHA) berkerja sama dengan Kementerian Pertanian, pameran The 19th Saudi Food Hotel and Hospitality (SFHH) berkerja sama dengan Kementerian Pertanian, pameran THAIFEX World of Food Asia yang bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan, pameran Summer Fancy Food Show (SFFS) dan pameran Salon International de L'amentation (SIAL) di Canada yang juga bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan. Tujuan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan mengikuti pameran adalah untuk mempromosikan berbagai produk pertanian Indonesia diantaranya buah dan sayuran segar serta produk olahan pertanian Indonesia, serta mendorong pelaku usaha pertanian Indonesia agar dapat melakukan kontak bisnis dan kerjasama dengan pelaku usaha dari manca negara yang berpartisipasi pada pameran. Pemasaran ekspor Tata cara pelaksanaan ekspor keripik jambu biji merah KUB Harapan Sejahtera Abadi ke Singapura. 1. Dokumen yang dibutuhkan oleh importir Dokumen standar yang dibutuhkan oleh Perusahaan Aries Trading Singapura dan harus disediakan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi agar
41 lancar, aman dan sukses dalam memulai dan menekuni kegiatan ekspor, antara lain adalah: a. Shipping documents (dokumen-dokumen pengapalan) b. Commercial invoice (faktur penjualan) c. Packing list (daftar kemasan) d. Bill of lading (b/l) atau airways bill (awb) - (surat muatan) 2. Syarat penyerahan barang Istilah dalam syarat penyerahan barang mengacu kepada INCOTERMS yang dikeluarkan oleh International Chamber of Commerce/ICC (Kamar Dagang Internasional). Ketentuan harga FOB berarti bahwa, eksportir bertanggungjawab mengurus barang sampai di atas kapal, semua biaya pemuatan barang di pelabuhan muat termasuk pajak ekspor dan ijin ekspor (bila ada) menjadi tanggung jawab eksportir. Ongkos angkut dibayar oleh Perusahaan Aries Trading Singapura, maka maskapai pelayaran akan mengizinkan pemuatan barang bila maskapai pelayaran telah mendapat konfirmasi dan jaminan pembayaran dari KUB Harapan Sejahtera Abadi. Perusahaan Aries Trading Singapura juga bertanggung jawab terhadap penutupan premi asuransi atas barang yang dikapalkan. 3. Jenis pembayaran (Letter of Credit) Letter of Credit merupakan cara pembayaran yang digunakan oleh Perusahaan Aries Trading Singapura (importir) dan KUB Harapan Sejahtera Abadi (eksportir). Perusahaan Aries Trading Singapura karena Bank Pembayar (negotiating bank) akan melakukan pembayaran kepada KUB Harapan Sejahtera Abadi, setelah petugas bank meneliti seluruh dokumen yang diserahkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi kepada bank pembayar. Karena bank pembayar telah meneliti semua dokumen (bank pembayar tidak memeriksa fisik barang yang dikapalkan), termasuk dokumen pengapalan (shipping document), Perusahaan Aries Trading Singapura merasa lebih yakin bahwa barang yang dipesannya memang telah dikapalkan. Penerbitan L/C melalui bank syariah tersebut didasarkan pada ketentuan Pasal 36 dan 37 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24 PBI/2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah. Berikut proses pembukaan L/C : a. Importir mengisi form dan menyerahkan aplikasi pembukaan L/C (isinya sesuai syarat dan ketentuan dalam kontrak dan permintaan eksportir yang telah disepakati bersama) ke Bank Pembuka (Opening Bank) di Negara Importir. b. Bank Pembuka akan mengirim (via fax, telex, e-mail atau cara lain) L/C rincian (syarat dan ketentuan L/C) ke Advising Bank di Negara Eksportir, setelah urusan administrasi dan keuangan diselesaikan oleh Importir. Dengan tambahan biaya konfirmasi, Bank Pembuka juga akan menyatakan bahwa L/C yang dibuka adalah „dikonfirmasi‟ (confirmed). c. Adivising Bank akan mengirimkan pemberitahuan kedatangan L/C (L/C Advice) kepada Eksportir sesuai nama dan alamat yang Pihak yang menerima L/C (Beneficiary) yang tertera dalam L/C. d. Adivising menyerahkan copy L/C kepada eksportir yang datang ke Advising bank untuk mengambil copy L/C tersebut.
42
Importir Aplikasi L/C
Opening bank Uraian L/C
Advising bank
Eksportir L/C Advice & Copy L/C
Gambar 8 Proses pembukaan pembayaran L/C
4. Pengiriman barang lewat laut. Pengiriman lewat laut biasanya dilakukan dengan pertimbangan ongkos angkut (freight rate) yang lebih murah. Pengiriman lewat laut dapat dilakukan dengan menggunakan kontainer atau tanpa kontainer (curah/break bulk). Cara pengapalan barang ekspor dengan kontainer menggunakan dry kontainer (kontainer kering atau tanpa pendingin) sangat praktis dan relatif lebih aman, karena itu, barang ekspor atau impor yang jumlahnya tidak terlalu besar, lebih banyak diangkut dalam kontainer. Kondisi Pengapalan dengan kontainer berdasarkan pengirim dan penerimanya adalah LCL/FCL (Less Container Load/Full Container Load). Artinya muatan dalam 1 kontainer dikirim oleh beberapa Perusahaan Ekspotir, untuk 1 Perusahaan Importir di Negara Tujuan. Ongkos angkutnya biasanya dihitung per MT/M3 berdasarkan berat atau volume, tergantung ukuran atau satuan yang lebih besar. Kapasitas kontainer berbeda tergantung jenis dan ukurannya. Ukuran umum yang tersedia (tergantung fasilitas pelabuhan) adalah 20 feet (20‟) dan 40 feet (40‟). Meskipun Kontainer terbuat dari lembaran metal yang kuat, akan tetapi jangan pernah lalai mengamankan barang eskpor yang ada di dalamnya. Langkah-langkah pengaman berupa pengaman fisik kontainer dan pengamanan kualitas barang. a. Pengamanan fisik kontainer: 1. Periksa bagian dalam dan luar kontainer sebelum memuat barang. Tolak kontainer bila terdapat cacat, terutama lubang atau bocor yang dapat menyebabkan masuknya air ke dalam kontainer. 2. Tutup dan gembok pintu kontainer setelah pemuatan barang bila kontainer dimuat di luar Pelabuhan. 3. Pastikan seal (segel pengaman) dari Pelayaran telah terpasang pada tempatnya di pintu kontainer (setelah pemeriksaan bea dan cukai dan sebelum barang diangkat ke atas kapal). b. Pengamanan kualitas barang. 1. Susun barang secukupnya di dalam kontainer, sehingga masih tersedia ruang terbuka untuk sirkulasi udara.
43 2. Tempeli seluruh dinding atau atap dalam kontainer dengan kertas penyerap air atau embun dan gantungkan bahan penyerap kelembaban.
Analisis Pesaing Pesaing dari usaha pengolahan jambu biji merah adalah perusahaan dalam negeri yang memproduksi produk sejenis dan memasarkan produk sejenis ke negara tujuan yang sama. Analisis persaingan dibutuhkan dalam menentukan pesaing produk keripik jambu biji merah di pasar sasaran. Pesaing KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah Roemah Mekarsari Snack (RMS). Pemilihan RMS sebagai pesaing dikarenakan RMS memproduksi produk yang sejenis yaitu keripik pisang yang juga dipasarkan ke Singapura. Kelebihan dari produk RMS adalah keripik pisang RMS sudah lebih awal dipasarkan secara ekspor dan sudah dikenal oleh pasar, sedangkan produk keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan produk baru yang harus lebih dulu dikenalkan ke pasar. Lain halnya dengan keripik pisang RMS, beberapa kelebihan dari keripik jambu biji merah yaitu bahan baku yang alami tanpa bahan pengawet, serta keripik jambu biji merah belum banyak diproduksi dan belum diekspor oleh perusahaan lain. Roemah Mekarsari Snack sudah melakukan ekspor ke Singapura, Malaysia, dan Filipina sejak akhir tahun 2012. Produk yang diekspor oleh Roemah Mekarsari Snack adalah keripik pisang, yang dijual dengan harga US $1, berbahan pisang Agung, diolah tanpa bahan pengawet, berlabel Go Banana. 7 Segmentasi pasar dari KUB dan RMS adalah masyarakat Singapura dengan target pasar kalangan menengah ke atas. Posisi pasar yang digunakan KUB dan RMS adalah makanan sehat berbahan baku buah eksotis dan diolah tanpa bahan pengawet. Produk yang diunggulkan untuk masing-masing perusahaan berbeda. KUB Harapan Sejahtera Abadi menawarkan produk keripik jambu biji merah yang diolah langsung dengan menggunakan vacuum fryer, sedangkan RMS menawarkan produk keripik pisang yang diolah degan tambahan bahan baku pendukung seperti tepung terigu dan gula. Kesamaan dari ke-2 produk ini adalah ke-2 produk ini menggunakan bahan baku eksotis yang diproduksi oleh lahan pertanian di Indonesia dan diolah dengan teknologi modern untuk dipasarkan ke luar negeri (ekspor). Harga produk yang sejenis minimal sama dengan produk pesaing, agar produk baru keripik jambu biji merah dapat bersaing dengan produk keripik buah RMS. Lokasi pengolahan keripik jambu biji merah berbeda dengan lokasi pengolahan keripik pisang. KUB berproduksi di Kota Depok, Jawa Barat, sedangkan RMS di Sidoarjo, Jawa Timur. Metode promosi yang dilakukan relatif sama karena kedua perusahaan ini menggunakan media elektronik dan mengikuti pameran untuk memperkenalkan produk mereka. Keunggulan untuk produk keripik jambu biji merah di KUB dibandingkan dengan keripik pisang di RMS adalah produk diolah dengan bahan baku eksotis yang belum banyak diproduksi oleh perusahaan lain. Keripik jambu biji merah juga memiliki kelemahan dibandingkan dengan RMS yaitu produk ini masih tergolong produk pada tahap 7
http://www.mekarsarisnack.com/news/item/80-camilan-pisang-mekar-sari-tembus-pasarmancanegara.html
44 perkenalan pasar. Adapun rekapitulasi rencana strategi pemasaran KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan pesaing dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi rencana strategi pemasaran KUB dengan pesaing Komponen Segmentasi Pasar sasaran Posisi pasar Strategi Pemasaran
KUB Harapan Sejahtera Abadi Pesaing (RMS) Importir terbesar di Singapura dari Retailer di Singapura produk buah dan sayur Menengah ke atas Menengah Camilan sehat dan enak “Once you pop, you can’t stop” a. Product Keripik jambu biji merah diolah menggunakan vacuum fryer dan tidak berbahan pengawet b. Price: S $1 c. Place: KUB – distributor – konsumen d. Promotion:Internet dan pameran
“Banana go international” a. Product Keripik pisang yang berbahan baku pisang, tepung, dan bahan pendukung lainnya. b. Price: US $1 c. Place: RMS – konsumen d. Promotion:Internet dan pameran
Analisis Pelanggan Produk keripik jambu biji merah diproduksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk dipasarkan kepada Singapura. Produk ini ditujukan kepada pihak distributor atau perusahaan yang akan menjual ke konsumen akhir. KUB Harapan Sejahtera Abadi memilih menjual ke masyarakat luas melalui perusahaan Aries Trading di Singapura.
Rencana Produksi
Tahapan rencana produksi meliputi meliputi perencanaan bahan baku, perencanaan jumlah produksi, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan aktivitas produksi, perencanaan teknologi, perencanaan tata letak (layout) pabrik, dan pengawasan kualitas produksi. Uraian asumsi rencana produksi dapat dilihat pada Lampiran 4. 1. Ketersediaan dan perencanaan bahan baku Kota Depok merupakan sentra penghasil jambu biji merah yang cukup besar. Jumlah pohon jambu biji merah yang produktif pada tahun 2013 mencapai 36 364 pohon. Total panen buah jambu biji merah di Kota Depok pada tahun 2013 mencapai 1 302.6 ton. Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Dinas Pertanian Kota Depok menunjukkan bahwa sekitar 20% dari total panen merupakan jambu biji merah grade C, yaitu sebanyak
45 260.4 ton pada tahun 2013. Lalu, berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian Kota Depok pada tahun 2013, diketahui bahwa di Kota Depok ada beberapa industri kecil dan menengah yang telah menggunakan jambu biji merah grade C untuk bahan baku jus dan dodol buah, yaitu sebanyak 79 ton per tahun. Hal ini menunjukkan kesenjangan jambu biji merah grade C yang belum termanfaatkan sebanyak 181.4 ton per tahun. Jadi, jumlah jambu biji merah grade C Kota Depok rata-rata sebesar 754 kg per hari. KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki peluang dari ketersediaan jambu biji merah untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku keripik jambu biji merah. Para petani jambu biji merah yang memasok bahan baku merupakan petani yang bermitra dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi sebagai pemasok tetap bahan baku produksi. Bahan baku akan dipasok ke KUB Harapan Sejahtera Abadi sebanyak 120 kg pada tahun pertama dan ke-2, 240 kg pada tahun ke-3, 320 kg pada tahun ke-4, dan 400 kg pada tahun ke-5. 2. Perencanaan jumlah produksi Jumlah produksi untuk keripik jambu biji merah ditentukan oleh asumsi pendekatan permintaan dari perusahaan sejenis yaitu Roemah Mekarsari Snack (RMS), yang disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang tersedia di KUB Harapan Sejahtera Abadi dan kapasitas mesin pembuat keripik jambu biji merah. Menurut data dari pihak RMS, keripik pisang yang diekspor memenuhi permintaan sebanyak 2 160 kg per minggu atau setara dengan 360 kg per hari. Jumlah permintaan di perusahaan RMS akan dijadikan asumsi dasar jumlah produksi pada keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi. KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan produsen pemula dari keripik buah. Jumlah produksi pada tahun pertama dan ke-2 untuk memenuhi permintaan dari pelanggan yang masih dalam tahap promosi dan pengenalan produk. Pada tahun ke-3 dan ke-4 diasumsikan terjadi kenaikan jumlah produksi karena produk telah dikenal oleh masyarakat dan kesadaran serta pengetahuan masyarakat akan manfaat gizi yang baik dari keripik jambu biji merah. Rencana jumlah produksi per tahun ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rencana jumlah produksi keripik jambu biji merah Tahun
Jumlah jambu biji merah (kg/ hari)
Jumlah keripik jambu biji merah (kg/ hari)
1 2 3 4 5
120 120 240 320 400
54 54 108 144 180
3. Perencanaan kapasitas produksi Kapasitas produksi adalah jumlah output maksimum yang dihasilkan oleh suatu fasilitas selama periode atau selang waktu tertentu. Kapasitas produksi adalah jumlah atau volume produk yang seharusnya dibuat oleh
46 perusahaan. Kapasitas produksi yang dimiliki oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi disesuaikan dengan kapasitas mesin yang akan digunakan dan tenaga kerja yang dimiliki. KUB Harapan Sejahtera Abadi berproduksi selama 24 hari dalam 1 bulan. Kapasitas produksi KUB Harapan Sejahtera Abadi berencana untuk menghasilkan output per hari sebanyak 540 bungkus pada tahun pertama dan ke-2, 1080 bungkus pada tahun ke-3, 1440 kg pada tahun ke-4, dan 1800 bungkus pada tahun ke-5. 4. Perencanaan aktivitas produksi Siklus produksi yang direncanakan akan dilakukan 6 hari dalam seminggu. Kegiatan dimulai dari pengumpulan jambu biji merah dari petani mitra di 5 Kecamatan di Kota Depok. Setiap harinya para petani akan mengumpulkan jambu biji merah di unit pengumpul buah di tiap kecamatan. Unit pengumpul buah tersebut sudah bekerjasama dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi. Setelah jambu biji merah terkumpul, bagian transportasi dari KUB Harapan Sejahtera Abadi akan mengangkut jambu biji merah di unit pengumpul buah di tiap Kecamatan. Bagian transportasi akan mengangkut jambu biji merah pada 3 kecamatan setiap harinya, kemudian akan dipasok ke KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk disortir dan dikupas buahnya. Berikut Tabel 5 menunjukkan aktivitas pengumpulan bahan baku untuk proses produksi keripik jambu biji merah.
Tabel 5 Aktivitas pengumpulan jambu biji merah Hari Senin, Rabu, Jum‟at Selasa, Kamis, Sabtu
Waktu 09 – 13
Kecamatan Waktu Sawangan, Pancoran 13 – 16 Mas, Cimanggis
09 – 13
Limo dan Beji
13 – 16
Koperasi Sortir dan buah Sortir buah
dan
kupas
kupas
Aktivitas produksi berpengaruh pada jumlah bahan baku awal karena adanya penyusutan yang terjadi pada beberapa tahap proses produksi, yakni sortasi buah, pengupasan buah, dan pengeringan. Sortasi dapat menghilangkan sekitar 3%, proses pengupasan buah menghilangkan sekitar 4%, dan proses pengeringan menghilangkan jumlah bahan baku sekitar 3% dari seluruh total pasokan, sehingga total persentase penyusutan pada proses produksi sebesar 10%. Proses penggorengan juga menyusutkan jumlah jambu biji merah sebanyak 50%. Setelah proses penggorengan, keripik jambu biji merah akan dan dimasukkan ke dalam kardus untuk dikirimkan oleh bagian transportasi ke pelabuhan. Berikut Tabel 6 menunjukkan jadwal produksi harian keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi :
47 Tabel 6 Jadwal produksi harian keripik jambu biji merah pada tahun ke-5 Waktu 07.00 – 08.00 08.00 – 09.00 09.00 – 10.00 10.00 – 11.00 11.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 14.00 14.00 – 15.00 15.00 – 16.00 16.00 – 17.00
SK B B C C
FC A
TD
VF
SP
CS
VP
A B
A B
C
A B
C
A B
C
A B
C
B C C
Keterangan : SK : Sortir dan kupas FC : Proses pengirisan pada fruit cutter TD : Proses pengeringan pada tray dryer VF : Proses penggorengan pada vacuum fryer SP : Proses penirisan pada spinner CS : Proses pengemasan pada continuous sealer VP : Proses pengvakuman pada vacuum packager A : 120 kg pertama B : 120 kg kedua C : 120 kg ketiga 5. Perencanaan teknologi dan proses produksi Teknologi yang digunakan berdasarkan informasi dari beberapa literatur pengolahan keripik buah dan wawancara dengan toko mesin Maksindo. Referensi yang digunakan untuk pedoman proses produksi keripik jambu biji merah diperoleh dari perusahaan keripik buah dengan label “Jambu Kress”. 5.1 Teknologi produksi a. Timbangan buah Timbangan skala 100 kg digunakan untuk menimbang berat bahan baku jambu biji merah, sedangkan timbangan skala 2 kg digunakan untuk menimbang keripik jambu biji merah sebelum dikemas.
Gambar 9 Timbangan 100 kg
48
Gambar 10 Timbangan 2 gram b. Fruit Cutter Mesin fruit cutter digunakan untuk memotong buah jambu biji merah. Spesifikasi : 1) Kapasitas : 120 kg / jam 2) Listrik : 370 watt, 220 V 3) Berat : 36 kg 4) Dimensi : 62x30.5x48 cm Gambar 11 Fruit Cutter c. Tray Dryer Mesin tray dryer digunakan untuk mengeringkan bahan baku jambu biji merah. Spesifikasi : Jumlah dan kapasitas nampan: 6 buah (24 liter) 2) Dimensi mesin: 80×60×135 cm 3) Bahan Bakar:LPG 4) Blower: 0,5 HP 1)
Gambar 12 Tray driyer d. Vacuum Fryer Mesin Keripik Buah (vacuum fryer) adalah mesin yang digunakan untuk membuat aneka keripik dari buah dan sayuran dengan metode penggorengan vakum. Mesin vacuum fryer akan dapat dihasilkan keripik buah jambu biji merah yang renyah dan warnanya kuning muda, karena mesin penggoreng vakum mampu mengoreng keripik buah pada suhu dibawah 100 0C. Uap air dari jambu biji merah ditarik dengan mesin vakum, sehingga meskipun penggorengan berlangsung pada suhu dibawah 100 0C, uap air pada jambu biji merah bisa tertarik keluar & keripik yang dihasilkan renyah.
49
Gambar 13 Vacuum Fryer
Spesifikasi : 1) Kapasitas : 50 – 60 kg / proses 2) Volume minyak goreng: 120 liter 3) Lama proses : 60 menit 4) Dimensi (cm3) : 200 x 200 x 130 5) Bahan Bakar : LPG 6) Instalasi Listrik minimum : 3300 watt/ 220 V
e. Spinner Mesin spinner berfungsi untuk meniriskan keripik jambu biji merah yang telah digoreng agar lebih renyah dan kering. Spesifikasi: 1) Kapasitas : 25 kg/proses 2) Dimensi : 550 x 400 x 600 mm 3) Penggerak : EM 1/4 HP 220 V 1 PH Gambar 14 Spinner f. Continous Sealer Mesin continous sealer berfungsi untuk mengemas keripik jambu biji merah dengan merekatkan kemasan alumunium foil.
Gambar 15 Continous sealer
Spesifikasi: 1) Listrik : 650 Watt 2) Kecepatan :0-12 (0-16) m/min 3) Lebar seal : 8-10 mm 4) Temperatur : 0-300 (bisa diatur) 5) Film Thickness : 0.02-0.08mm 6) Dimensi : 840x380x550 mm
g. Vacuum Packager Mesin pengemas vakum (vacuum packager) ini adalah peralatan yang digunakan semi otomatis untuk mengemas produk secara vakum (tanpa udara, udaranya dihilangkan).
Gambar 16 Vacuum packager
Spesifikasi: 1) Kebutuhan Daya : 900 W 3 2) Kapasitas : 20 m per jam 3 3) Lama siklus pemvakuman : 20 m per jam 4) Ukuran Mesin : 560mm×500mm×460 mm 5) Dimensi : 840×380×550 mm
50 h. Carton Sealer Mesin carton sealer digunakan untuk mengemas produk yang sudah divacum untuk dimasukkan ke dalam kardus. Spesifikasi: 1) Dimensi (PxLxT): 1630×800×1230mm 2) Kebutuhan daya: 180 Watt
Gambar 17 Carton sealer 5.2 Proses produksi Tahapan proses produksi keripik jambu biji merah ditunjukkan pada Gambar 18.
Sortir dan kupas buah
Pencucian & Penimbangan Timbangan buah
Pengirisan Fruit cutter
Pengeringan Tray dryer
Penggorengan Vacuum fryer
Penirisan Spinner
Pendinginan dan pengemasan Continous sealer
Pengemasan Vaccum packager
Pengepakan di kardus Carton sealer
Gambar 18 Alur proses produksi keripik jambu biji merah
1. Proses Penanganan Bahan Baku a. Sortasi dan pengupasan buah Proses sortasi merupakan salah satu proses penting yang menentukan mutu akhir produk. Buah jambu biji merah yang digunakan untuk bahan baku adalah buah jambu biji merah grade C, yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek. Proses sortasi memerlukan koordinasi dan kerjasama dengan para petani buah jambu biji merah agar KUB Harapan Sejahtera Abadi bisa mendapatkan buah jambu biji
51 merah yang kontinyu. Pengupasan buah dan pembuangan biji jambu biji merah dilakukan terhadap buah yang telah disortasi. Kedua proses awal ini menyusutkan jumlah jambu biji merah sekitar 7% dari total keseluruhan buah. b. Pencucian buah Pada proses ini, jambu biji merah dicuci dengan air. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit buah. Proses pencucian dapat mengurangi jumlah mikroba, sehingga dapat meminimalisasi kotoran. c. Penimbangan buah Pada proses ini, buah jambu biji merah yang telah dicuci dimasukkan ke dalam wadah stainless lalu ditimbang seberat 38 kg per wadah. Jarak waktu antara proses penanganan bahan baku dengan waktu penggorengan tidak boleh terlalu lama karena jika bahan baku yang telah siap digoreng memiliki jarak waktu yang lama untuk digoreng, maka bahan baku dimungkinkan dapat mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu tersebut diantaranya adalah jumlah load mikroba semakin meningkat, serta terjadi pelunakan pada bahan baku. d. Pengirisan buah Buah jambu biji merah yang telat ditimbang dimasukkan ke mesin fruit cutter untuk diiris sebesar 5 mm. Pengirisan jambu biji merah dapat langsung dilakukan sebanyak 120 kg per jam untuk persiapan proses pengeringan. 2. Pengeringan bahan baku Proses pengeringan bahan baku dilakukan untuk mengurangi kadar air pada jambu biji merah. Proses pengeringan dilakukan menggunakan mesin tray dryer yang berkapasitas 60 kg per jam. Irisan buah jambu biji merah dikeringkan sampai kadar air kurang dari 9% dengan tanda bahan tampak kering dan mudah dipatahkan.Bahan baku yang sudah dikeringkan dapat langsung digoreng di mesin vacuum fryer. Proses pengeringan menyusutkan jumlah jambu biji merah sekitar 3% dari total keseluruhan buah. 3. Penggorengan dan penirisan a. Penggorengan Penggorengan dilakukan menggunakan vacuum fryer. Seluruh jambu biji merah yang akan digoreng terendam dalam minyak goreng (deep fat frying). Deep fat frying dapat memperoleh hasil yang lezat dan mengurangi kadar air makanan, sehingga memperpanjang umur simpan. Deep fat frying dapat menghasilkan bahan makanan dengan sifat renyah (crispy). Minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng kemasan karena mutu minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan dalam hal umur simpan. Penggorengan menggunakan vacuum fryer akan menyusutkan 50% dari berat bahan baku awal. b. Penirisan Keripik jambu biji merah yang telah digoreng, kemudian ditiriskan menggunakan spinner. Fungsi penirisan adalah
52 menghilangkan sebagian minyak yang masih tersisa pada keripik jambu biji merah setelah proses penggorengan. 4. Proses penimbangan dan pengemasan produk a. Penimbangan dan pengemasan produk Keripik jambu biji merah yang telah ditiriskan kemudian ditimbang seberat 100 gram dan selanjutnya dikemas dalam kemasan plastik alumunium foil ukuran 70 mm. Pengisian keripik ke dalam kemasan dilakukan secara manual. Kemasan yang telah diisi keripik ditutup dengan mesin continous sealer. Kemudian dikemas lagi menggunakan vacuum packager, dengan pengemasan secara vakum, maka produk yang dikemas akan aman dari oksidasi, kerusakan biologis, dan bisa lebih bertahan lama dan tetap segar. Tahap pengemasan terakhir yaitu dengan mengemas menggunakan carton sealer untuk dimasukkan ke dalam kardus. 6. Perencanaan letak pabrik dan layout produksi Letak pabrik KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk tempat produksi produk keripik jambu biji merah adalah di Sawangan, Kota Depok. Usaha keripik jambu biji merah diproduksi di bangunan yang lokasinya dekat dengan salah satu tempat sumber bahan baku. Lahan tersebut luasnya 650 m2 dan luas bangunan 550 m2. Tipe tata letak yang digunakan adalah tipe produk. Layout by Product adalah cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat diproduksi sampai selesai di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke departemen yang lain. Dalam Layout by Product, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk bergerak secara terus menerus dalam suatu garis perakitan. Layout by Product akan digunakan apabila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produk yang kontinyu. Tujuan dari Layout by Product pada dasarnya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada akhirnya terjadi penghematan biaya. Ruangan yang terdapat di usaha keripik jambu biji merah antara lain ruang ruang administrasi, toilet, gudang bahan baku, ruang produksi, dan ruang pengemasan. Luas ruang produksi adalah sekitar 500 m2. Layout ruang produksi untuk usaha keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat dilihat pada Lampiran 5. 7. Pengawasan kualitas produksi Pemenuhan kepuasan pelanggan KUB Harapan Sejahtera Abadi dalam menghasilkan produk berkualitas, sehat, dan aman yaitu dengan melaksanakan dan mengembangkan, serta meningkatkan kinerja proses produksinya melalui aspek-aspek keamanan pangan sebagai berikut : a. Good Manufacturing Practices (GMP) GMP dilaksanakan dalam operasional proses produksi serta didukung oleh Standard Operasional Procedure (SOP) yang tersedia pada setiap tahapan produksi, metode, dan teknologi proses yang memadai. Proses
53 produksi didukung oleh alat-alat dan mesin, sehingga menghasilkan produkproduk yang aman, higenis, dan halal. b. Hazard Ananlysis Critical Control Points (HACCP) HACCP merupakan inti sari sistem manajemen keamanan pangan yang utuh. HACCP diterapkan dari mulai pengadaan bahan baku, proses produksi, penanganan bahan baku, pengemasan, dan pergudangan. c. Sertifikasi halal Kepercayaan pelanggan terhadap kehalalan produk keripik jambu biji merah merupakan aset yang sangat berharga, oleh karena itu KUB Harapan Sejahtera Abadi berkomitmen untuk memproduksi dan menyajikan produk halal sejak dari bahan baku sampai ke proses produksinya. Sertifikasi halal diperlukan untuk memberikan keyakinan kepada konsumen terhadap produk yang dikonsumsi. Selama masa berlaku sertifikat halal tersebut, perusahaan memberikan jaminan bahwa segala perubahan dalam proses produksi hanya dapat dilakukan dengan sepengetahuan LP-POM MUI. Jaminan tersebut termasuk dalam suatu sistem “Sistem Jaminan Halal (SJH)”. d. Pengawasan juga dilakukan oleh pihak Singapura melalui The Agri-food and Veterinary Authority of Singapore (AVA) adalah otoritas nasional yang menjamin makanan yang tersedia di Singapura, baik yang diimpor dan diproduksi secara lokal, aman untuk dikonsumsi. AVA bertanggung jawab untuk penyediaan makanan yang aman. Hal tersebut juga melindungi kesehatan bagi hewan dan tumbuhan dan memfasilitasi perdagangan untuk kesejahteraan bangsa. a. AVA memiliki sejumlah sumber daya yang berguna secara online, termasuk penjualan makanan sesuai peraturan pangan di Singapura. b. Kondisi Impor. Database online AVA memungkinkan untuk pencarian mudah pada persyaratan impor untuk setiap produk yang menarik. Tanggung jawab dari tanggung jawab untuk memastikan bahwa makanan yang diimpor ke Singapura aman dan memenuhi semua peraturan daerah terletak pada importir lokal. c. Pelabelan. Peraturan Makanan Singapura mewajibkan semua produk makanan yang dikemas untuk dijual di Singapura diberi label sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. A Guide to Food Labelling dan Iklan (Oktober versi 2011) tersedia di situs AVA untuk referensi yang mudah dan bertindak sebagai langkah-langkah panduan untuk memeriksa diri label makanan dan iklan. d. Klaim Nutritient e. Aditif makanan dan bahan-bahan herbal. Aditif makanan tertentu saja yang diizinkan oleh Peraturan Makanan. f. Produk kesehatan dan produk makanan khusus untuk informasi tentang klasifikasi umum produk makanan dan kesehatan dapat merujuk ke Klasifikasi Bebas untuk Produk dalam Produk Makanan Kesehatan. 8. Rencana penanganan limbah produksi Usaha keripik jambu biji merah juga menghasilkan limbah dalam pengolahannya, yaitu sampah dan minyak.
54 a. Sampah Sampah yang dihasilkan dari usaha keripik jambu biji merah ini adalah sampah basah karena kulit dan biji jambu biji merah yang jumlahnya banyak. Sampah dari usaha keripik jambu biji merah yang dibuang ke pembuangan sampah yang ada di dekat tempat usaha akan menimbulkan bau yang mungkin akan mengganggu daerah sekitar. b. Minyak Minyak yang dimaksud adalah minyak kotor yang telah digunakan untuk menggoreng keripik jambu biji merah ini. Limbah minyak yang berasal dari usah keripik jambu biji merah ini juga akan berdampak negatif jika dibuang sembarangan karena kandungannya menjadi berbahaya dan dapat merusak lingkungan. Teknologi penanganan atau pemanfaatan limbah produksi yang dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Penanganan terhadap sampah Sampah kulit dan biji jambu biji merah penanganannya bisa dilakukan dengan mengubah sampah tersebut menjadi pupuk kompos, sehingga bisa memiliki nilai jual. 2. Penanganan terhadap minyak Limbah minyak yang berasal dari penggorengan keripik bisa dijual kembali untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada bus transpakuan di Kota Bogor. Limbah ini dijual seharga Rp 3 000 per liter.8
Rencana Manajemen dan Organisasi
Organisasi sebagai wadah untuk mencapai tujuan harus mempunyai bentuk dan struktur yang tepat, efisien, dan efektif. Organisasi KUB Harapan Sejahtera Abadi harus mencerminkan kekuatan yang memberikan kepercayaan bagi anggota koperasi, masyarakat, dan perusahaan yang melakukan hubungan kemitraan. Pengelolaan KUB Harapan Sejahtera Abadi harus didukung oleh manajemen yang baik dan organisasi yang tanggung. Manajemen KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap organisasi.
Aspek Legalitas Tiap perusahaan atau industri yang didirikan harus mendapatkan pengakuan secara hukum dari pihak terkait, dalam hal ini adalah pemerintah. Pengakuan atau legalitas suatu perusahaan bertujuan mengetahui keberadaan industri tersebut, memberikan kemudahan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan mendapatkan dukungan serta terikat pada kebijakan yang berlaku di lokasi pendirian perusahaan. Pendelegasian pendirian suatu industri perlu dibentuk menjadi suatu 8
http://www.yipd.or.id/en/environment/pemanfaatan-limbah-minyak-jelantah-menjadi-biodieseldi-kota-bogor
55 badan usaha, begitu pula dengan usaha di KUB Harapan Sejahtera Abadi yang akan didirikan. 1. Badan Usaha Pendirian suatu usaha perlu dilakukan membentuk badan usaha serta melakukan pendaftaran izin usaha. Bentuk badan usaha yang akan didirikan KUB Harapan Sejahtera Abadi berupa koperasi. Berikut langkah-langkah pendirian koperasi menurut Subandi (2011): a. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang-orang yang ingin mendirikan koperasi. b. Mengadakan penelitian mengenai lingkungan daerah kerja KUB Harapan Sejahtera Abadi. c. Menghubungi kantor Departemen Koperasi Kota Depok. d. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. e. Mengadakan rapat pembentukan koperasi. f. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi. Mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum koperasi, maka pengurus koperasi harus melakukan berbagai langkah sebagai berikut : a. Mengajukan permohonan kepada pejabat mengenai akta pendirian yang dibuat 2 rangkap 2 bermaterai,bersamaan dengan pengetikan berita acara tentang rapat pembentukan koperasi. b. Atas penyerahan berkas tersebut, pejabat itu memberikan tanda terima kepada pengurus atau pendiri koperasi. c. Sebagai bukti persetujuan, maka pendiri mendaftarkan akta pendirian koperasi dalam daftar umum yang disediakan untuk Kanwil Departemen Koperasi dan PKM tingkat Provinsi atau Daerah Istimewa. Tanggal pendaftaran akta pendirian koperasi berlaku sebagai tanggal resmi berdirinya koperasi dan juga berarti bahwa koperasi tersebut diakui sebagai badan hukum. 2. Perizinan pendirian usaha Setelah penentuan badan usaha, langkah selanjutnya adalah mengajukan permohonan Akta Pendirian untuk pembentukan badan usaha tersebut. Langkah selanjutnya adalah melengkapi pendaftaran dan perizinan badan usaha seperti Domisili Perusahaan, NPWP, SITU, SIUP atau izin usaha lainnya. Perizinan badan usaha seperti NPWP, SITU, SIUP, atau izin lainnya diperlukan agar kegiatan jual beli yang dilakukan perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah prosedur pengurusan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP): a. Maksud dan tujuan Tujuan pembuatan SIUP adalah untuk memperlancar perdagangan ekspor impor dan sebagai alat pengesahan yang diberikan oleh pemerintah, sehingga dalam kegiatan usaha tidak terjadi masalah perizinan. b. Sasaran atau objek KUB Harapan Sejahtera Abadi menyelenggarakan usaha perdagangan dengan skala usaha SIUP menengah diperuntukkan bagi usaha dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya antara Rp500 000 000
56 sampai dengan Rp10 000 000 000 di luar tanah dan bangunan tempat kegiatan usaha. Perusahaan yang ingin meluaskan pasarnya ke luar negeri atau ekspor, harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya (Kementerian Perdagangan, 2013): 1) Perusahaan memiliki badan hukum. 2) Perusahaan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 3) Perusahaan mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan oleh pemerintah. 4) Perusahaan memiliki angka pengenal ekspor (APE). 3. Pajak Pendirian usaha di KUB Harapan Sejahtera Abadi tidak terlepas dari kewajiban pajak yang dibebankan, sesuai dengan pajak yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Terdapat 3 macam tarif pajak yang besarnya tergantung dari berapa besar “gross income” badan usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi. Pajak yang harus dibayar oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi dengan penghasilan kotor kurang dari Rp 4.8 milyar adalah 1% dari penghasilan kotor.9
Kebutuhan Tenaga Kerja Aktivitas bisnis yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan (planning, organizing, directing, dan controlling) tidak akan tercapai tanpa adanya manusia. Salah satu aspek dalam manajemen operasi yang perlu direncanakan adalah analisis kebutuhan tenaga kerja. Proses produksi keripik jambu biji merah mayoritas dilakukan oleh mesin, namun dalam pelaksanaan proses produksi tetap dibutuhkan tenaga kerja manusia sebagai operator, pengawas proses produksi, dan beberapa kegiatan lainnya. Tenaga kerja juga dibutuhkan dalam pelaksanaan aktivitas di luar proses produksi, seperti administrasi, pemasaran, transportasi,dan kegiatan lainnya. Tenaga kerja yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan kriteria tenaga kerja tersebut. Penetuan jumlah tenaga kerja diperhitungkan dengan mengidentifikasi kegiatan dan beban kerja, sehingga dapat ditentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Rincian penentuan tenaga kerja (TK) dapat dilihat pada Tabel 7.
9
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2014
57 Tabel 7 Penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan No. 1 2
3 4
2
3
Kegiatan Pengawas koperasi Pengurus koperasi Ketua koperasi Sekretaris koperasi Bendahara koperasi Manajer usaha Proses produksi keripik jambu biji merah a. Kepala produksi b. Sortasi dan pencucian jambu biji merah c. Pengirisan jambu biji merah d. Pengeringan jambu biji merah e. Penggorengan dan penirisan jambu biji merah f. Pengemasan dan pengepakan produk Administrasi dan keuangan a. Kepala keuangan b. Mencatat jumlah pesanan dan jumlah produksi Pemasaran a. Kepala pemasaran b. Mendistribusikan produk c. Supir
Jumlah TK (orang) 1 1 1 1 1 1 10 2 2 4 6 1 1 1 1 1
Sumber daya yang dibutuhkan diperkirakan sebanyak 35 orang. Pada awal pendirian komposisi tenaga kerja paling banyak difokuskan pada bagian produksi dan pemasaran karena produk yang dihasilkan masih berada di tahal pengenalan. Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja di Tabel 9, langkah selanjutnya adalah membuat kualifikasi pendidikan atas tenaga kerja yang dibutuhkan, berikut kualifikasi sumber daya manusia: a. Ketua dan pengawas koperasi Syarat minimal pendidikan adalah S1, menguasai aspek-aspek yang ada dalam ilmu manajemen, berpengalaman di bidang usaha olahan makanan, dan dapat mengambil keputusan yang efektif. b. Manajer usaha Syarat minimal pendidikan adalah D3 Manajemen Agribisnis atau Akuntansi. Menguasai aspek-aspek yang ada dalam ilmu manajemen dan memiliki ilmu pengetahun mengenai manajemen buah dan pengolahannya. c. Bagian produksi Syarat minimal pendidikan adalah SMA/K. Memiliki kemampuan dan pengalaman dalam mengolah buah menjadi olahan makanan ringan khususnya olahan buah. d. Sekretaris, bendahara dan bagian administrasi keuangan Syarat minimal pendidikan adalah SMA/K jurusan administrasi untuk staff administrasi dan D3 jurusan Administrasi/Akuntansi/Manajemen untuk sekretaris, bendahara, serta kepala administrasi keuangan. Mengerti mengenai pencatatan transaksi keuangan dan ilmu akuntansi yang baik.
58 e. Bagian pemasaran Syarat minimal pendidikan adalah SMA/K dan D3 jurusan Manajemen. Mengerti ilmu pemasaran, mampu berkomunikasi dengan baik dan pandai bernegosiasi. 1. Struktur organisasi Struktur organisasi merupakan suatu dasar yang diperlukan bagi perusahaan untuk pengelolaan kegiatan operasionalnya. Struktur organisasi sebagai penunjuk informasi mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang diberi kepada setiap anggota. KUB Harapan Sejahtera Abadi telah memiliki struktur organisasi diterapkan dalam usaha. Struktur organisasi tersebut menjadi pedoman bagi anggota, sehingga mampu menjalankan kewajibannya masing-masing. Struktur organisasi KUB Harapan Sejahtera Abadi terdiri atas rapat umum anggota (RUA), pengurus (ketua, sekretaris, bendahara), pengawas, manajer usaha (wirakoperasi). Struktur organisasi ini membuat setiap anggota senantiasa fokus pada tanggung jawabnya karena telah terdapat pembagian kerja yang signifikan. Struktur organisasi KUB dapat dilihat pada Gambar 19.
Rapat Umum Anggota (RUA)
Pengawas Ketua KUB Harapan Sejahtera Abadi
Bendahara
Sekretaris
Manajer Usaha
Kepala Pemasaran
Kepala Produksi
Kepala Administrasi dan Keuangan
Staff Pemasaran
Karyawan Produksi
Staff Keuangan
Gambar 19 Struktur organisasi usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi
2. Deskripsi, wewenang, dan batasan kerja a. Rapat Umum Anggota (RUA) Deskripsi: pemegang kekuasaan tertinggi di koperasi dalam pengambilan keputusan.
59 b. Pengawas koperasi a. Deskripsi kerja: melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. b. Wewenang dan batasan kerja: 1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengurus menyangkut pengelolaan koperasi, baik yang menyangkut aspek organisasi idiil maupun aspek usaha. 2) Meneliti catatan yang ada pada koperasi. 3) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan. c. Ketua Koperasi a. Deskripsi kerja: memimpin dan mengontrol jalannya organisasi dan koperasi. b. Wewenang dan batasan kerja ketua koperasi: 1) Memimpin, mengkoordinir dan mengontrol jalannya aktivitas koperasi. 2) Memimpin RUA tahunan dan menyampaikan pertanggungjawaban kepada anggota. 3) Mengambil keputusan atas hal – hal yang dianggap penting bagi kelancaran kegiatan koperasi. d. Sekretaris Koperasi a. Deskripsi kerja: melaksanakan urusan surat menyurat, pendistribusian, perlengkapan kantor, kepegawaian, keuangan, dan urusan umum. b. Wewenang dan batasan kerja sekretaris koperasi: 1) Melakukan kegiatan korespondensi (surat-menyurat) dan ketatausahaan koperasi. 2) Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi. 3) Membuat pendataan koperasi. e. Bendahara Koperasi a. Deskripsi kerja: melaksanakan perihal keuangan koperasi. b. Wewenang dan batasan kerja bendahara koperasi: 1) Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi. 2) Memelihara semua harta kekayaan koperasi. 3) Melakukan pembukuan transaksi koperasi. f. Manajer usaha (wirakoperasi) a. Deskripsi kerja: melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan bidang usaha. b. Wewenang dan batasan kerja: 1) Menentukan penetapan harga jual produk 2) Menentukan jumlah kapasitas produksi keripik jambu biji merah 3) Mengawasi kinerja masing-masing unit. 4) Memeriksa dan mengawasi ketersediaan bahan baku, termasuk juga mengatasi dan mengawasi hal-hal yang berhubungan dengan pemasok. g. Kepala produksi a. Deskripsi kerja: bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap kegiatan proses produksi. b. Wewenang dan batasan kerja: 1) Mengawasi kegiatan produksi.
60 2) Bertanggung jawab terhadap kualitas input dan output. 3) Berkordinasi kepada manajer dalam penetapan harga jual produk, masalah – masalah dalam produksi. 4) Membuat perencanaan dan menentukan siklus produksi. h. Kepala adminstrasi dan keuangan a. Deskripsi kerja: bertanggung jawab dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan. b. Wewenang dan batasan kerja: Pencatatan transaksi penjualan dan pembelian, serta pembukuan dan keuangan bulanan dan tahunan. i. Kepala pemasaran a. Deskripsi kerja: bertanggung jawab terhadap kegiatan pemasaran produk. b. Wewenang dan batasan kerja: 1) Melakukan pencatatan transaksi penjualan dan pembelian produk kepada konsumen. j. Karyawan produksi Tugas : melakukan kegiatan produksi sesuai dengan ketentuan produksi dari kepala produksi. k. Staff adminstrasi dan keuangan Tugas : melakukan pencatatan harian untuk setiap transaksi. l. Staff pemasaran Tugas : mengirim produk kepada konsumen serta menagih uang langsung kepada konsumen
Rencana Kemitraan
Usaha pengembangan keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi merupakan usaha industri olahan keripik buah yang berbahan baku jambu biji merah. Rencana pengembangan usaha akan berkonsep wirakoperasi yaitu suatu konsep yang menjalin kerjasama berbagai pihak untuk menghasilkan kesejahteraan bersama. Bentuk kerjasama yang dilakukan merupakan kerjasama vertikal antara pemasok bahan baku dengan KUB Harapan Sejahtera Abadi sebagai tempat mengolah (industri). Seorang wirakoperasi akan berupaya, berkreasi dan berinovasi untuk memperoleh nilai tambah bagi produk agribisnis yang dihasilkan anggota koperasinya. Hal ini akan terlihat pada ada tidaknya pengembangan sistem agribisnis hilir, yaitu dalam bentuk agroindustri. Perkembangan agroindustri diyakini akan berdampak positif tidak hanya pada subsistem pemasaran, namun juga berbalik ke belakang, yaitu adanya pembenahan sub-sistem on-farm, serta sub sistem input faktor. Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya para petani. Umumnya para petani di Kota Depok dan sekitarnya memilki lahan yang sempit, tersebar, dan penghasilannya tidak tetap. Hal ini dikarenakan nilai jual jambu biji merah yang relatif rendah, keterbatasan petani dalam memasarkan hasil panen jambu biji
61 merah, serta keterbatasan petani dalam mengolah hasil panen jambu biji merah agar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Di sisi lain, pihak KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki sumber daya modal untuk mengolah jambu biji merah agar dapat bernilai tambah, tetapi ketersediaan pasokan bahan baku yang tidak kontinu menjadi masalah bagi KUB. Maka dari itu, seorang wirakoperasi sebagai insan terdidik berperan dalam penyatuan kemitraan berkesinambungan antara ke-2 pihak dan membantu pencarian teknologi serta pasar untuk penjualan produk olahan. Wirakoperasi ini dapat dibangkitkan, dapat dibentuk dan dapat diprogram dengan menyelesaikan masalah pendidikan koperasi. Koperasi adalah pendidikan, pengembangan koperasi tidak bisa lepas dari pendidikan. Sebagai upaya paling awal adalah membentuk lebih banyak insan-insan koperasi, yaitu mereka yang yakin akan keampuhan gerakan koperasi, maka terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perbaikan: a. Perbaikan orientasi pendidikan dan pelatihan koperasi kepada seluruh anggota koperasi. Prioritas perlu diarahkan pada pemberian pemahaman akan nilai dan prinsip koperasi serta membangkitkan motivasi berkoperasi. b. Perbaikan terhadap para tenaga pendidik koperasi yaitu pengurus koperasi dan seorang wirakoperasi, sehingga pendidikan koperasi antara pengajar dan yang diajar dapat saling memahami. c. Menggiring para pengambil kebijakan yaitu pengurus KUB Harapan Sejahtera Abadi agar lebih mengetahui koperasi. Proses penggiringan ini bisa menjadi upaya koperasi dalam melahirkan wirakoperasi. d. Orientasi pada sumber daya manusia berkualitas. Lebih mudah menghadirkan wirakoperasi dari kalangan lulusan perguruan tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tidak berpendidikan di pedesaan. Idealisme para mahasiswa lebih mudah dibangkitkan. Mereka adalah calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. e. Pengembangan sumber daya manusia koperasi sebaiknya dikembalikan kendalinyakepada gerakan koperasi. Pemerintah berperan lebih banyak sebagai fasilitator, bukan sebagai eksekutor. Hal ini untuk mencegah berjangkitnya berbagai macam virus kepentingan politik sebagaimana kondisi yang selama ini berjalan. f. Aliansi strategis merupakan suatu keniscayaan untuk dikembangkan. Aliansi terbaik adalah dengan perguruan tinggi. g. Proses patok duga sebagai pembelajaran aktif perlu selalu diupayakan. Agar kesalahan dapat seminimal mungkin dilakukan dan para insan koperasi tidak menjadi orang yang miskin gagasan-gagasan perbaikan. Kerjasama dengan konsep wirakoperasi bertujuan menjamin kontinuitas dan kualitas bahan baku berupa jambu biji merah yang akan dipasok ke KUB Harapan Sejahtera Abadi. Manfaat kerjasama ini adalah mensejahterakan para petani jambu biji merah melalui peningkatan pendapatan. Sistem penetapan harga jual jambu biji merah ditentukan di awal perjanjian usaha dengan sistem pesentase bagi hasil dari keuntungan penjualan untuk setiap pihak yang terkait. Kesejahteraan petani tidak hanya dilihat dari keuntungan finansial saja, namun KUB Harapan Sejahtera Abadi juga akan memberikan pelatihan terkait budidaya jambu biji merah yang baik dan benar. Kerjasama yang terjalin pada usaha membentuk hubungan antar individu dan institusi yang terlibat diantaranya petani
62 jambu biji merah, koperasi, seorang wirakoperasi, desa (pemerintah), dan perusahaan di Singapura (tempat penjualan produk keripik jambu biji merah). Berikut Gambar 20 menunjukkan bahwa untuk mencapai kesejahteraan bersama diperlukan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat dalam usaha keripik jambu biji merah.
Perusahaan di Singapura KUB Harapan Sejahtera Abadi (koperasi)
Petani jambu biji merah
Desa (pemerintah)
Kesejahteraan Bersama
Wirakoperasi
Gambar 20 Peranan pihak terkait untuk mencapai tujuan
Kerjasama yang dijalin pada usaha keripik jambu biji merah akan menimbulkan peranan berbagai pihak dalam mencapai tujuan kesejahteraan bersama, yaitu para petani Kota Depok, koperasi KUB Harapan Sejahtera Abadi, perusahaan di Singapura, seorang wirakoperasi, dan pemerintah. Berikut peranan berbagai pihak diantaranya: 1. Para petani jambu biji merah di Kota Depok berpartisipasi dalam pengembangan usaha berkonsep wirakoperasi, karena petani berperan sebagai penyedia bahan baku yang dibutuhkan oleh koperasi atau KUB Harapan Sejahtera Abadi. Petani juga mendapat daya tawar yang menarik untuk harga jambu biji merah, sehingga memotivasi petani untuk menjamin kontinuitas pemasokan bahan baku. 2. Seorang wirakoperasi atau manajer usaha memberikan ide gagasan kepada para petani untuk membantu peningkatan kesejahteraan melalui sistem kemitraan dengan pihak koperasi. Sistem kemitraan dijalin dengan memberikan pelatihan serta penyuluhan untuk menjamin kualitas bahan baku menjadi lebih baik. Kemudian seorang wirakoperasi juga berperan dalam pengembangan koperasi. Wirakoperasi memiliki pengetahuan dalam aspek spesifik atas komoditi yang diusahakan. Wirakoperasi berperan untuk menimbulkan dorongan positif dalam membangun visi, misi, dan strategi bagi aktivitas koperasi seperti pengembangan pasar ekspor dan informasi teknologi. Peran wirakoperasi juga dapat terlihat dari hasil negosiasi kerjasama antara KUB dan perusahaan di
63 Singapura. Ide usaha yang diberikan dari seorang wirakoperasi dapat membangun perekonomian di desa tempat petani melakukan budidaya. 3. Koperasi KUB Harapan Sejahtera Abadi merupakan wadah berbadan hukum yang menjadi sarana bagi seorang wirakoperasi untuk mengembangkan ide kreatif dan membangun kesejahteraan anggota koperasi dan meningkatkan pendapatan daerah untuk pembangunan desa dan pemanfaatan sumber bahan baku lokal. KUB Harapan Sejahtera Abadi mengolah produk hasil pertanian dari petani jambu biji merah lalu menjual keripik jambu biji merah ke perusahaan di Singapura, agar memiliki nilai tambah dan dapat meningkatan daya tawar jambu biji merah di tingkat petani. 4. Pihak desa (pemerintah) ikut berperan aktif dalam sosialisasi program yang sudah disepakati antara seorang wirakoperasi, koperasi, dan pihak desa, diantaranya sebagai penyedia sarana dan prasarana untuk pendirian koperasi dan perbaikan dalam kegiatan budidaya jambu biji merah. 5. Pihak perusahaan Aries Trading merupakan tujuan pasar bagi petani jambu biji merah yang bermitra dengan koperasi. Maka dari itu, perusahaan berperan sebagai klien bisnis bagi seorang wirakoperasi yang bekerja sama dalam hal pemasaran keripik jambu biji merah.
Analisis Risiko
Risiko merupakan ketidakpastian akibat dari keputusan kondisi saat ini. Pemngembangan usaha keripik jambu biji merah tentu akan menghadapi beberapa risiko usaha yang dapat mempengaruhi hasil usaha tersebut, apabila hal tersebut tidak diantisipasi dan dipersiapkan penanganannya maka kemungkinan terjadinya risiko akan semakin besar. 1. Perubahan kondisi politik Setiap usaha berhubungan dengan konsumen dan produsen yang mensuplai kebutuhan usahanya. Pemerintah mengatur melalui berbagai peraturan untuk menjaga hubungan antara produsen dan konsumen. Kegagalan KUB Harapan Sejahtera Abadi dalam mengantisipasi peraturan baru yang ditetapkan oleh pemerintah dapat juga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasarannya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan juga. 2. Perubahan kondisi ekonomi Faktor resiko ini yang berasal dari luar kegiatan usaha keripik jambu biji merah, diantaranya disebabkan oleh kondisi perekonomian baik lokal, nasional maupun internasional yang dapat berakibat kurang baik terhadap dunia usaha pada umumnya. Memburuknya kondisi perekonomian juga akan dapat mengakibatkan daya beli masyarakat menurun terhadap produk KUB Harapan Sejahtera Abadi, disamping kondisi ekonomi makro juga cukup berpengaruh terhadap volume kegiatan usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi. Risiko nilai tukar mata uang merupakan salah satu risiko perekonomian. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain. Usaha keripik jambu biji merah yang
64
3.
4.
5.
6.
7.
8.
berorientasi ekspor, sehingga apabila nilai mata uang domestik menguat akan menimbulkan kerugian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat nilai tukar mata uang yaitu hedging. Hedging merupakan kegiatan lindung nilai, apabila diprediksi di masa yang akan datang akan terjadi penguatan nilai mata uang, maka KUB Harapan Sejahtera Abadi harus menjual produk dengan harga di atas harga yang diprediksi. Perubahan kondisi sosial budaya Wujud dari risiko ini adalah perubahan struktur sosial masyarakat (suku), perubahan budaya masyarakat, perubahan cara kerja masyarakat, dan perubahan gaya hidup masyarakat (gaya hidup sehat, gaya hidup konsumsi yang meningkat). Pasokan bahan baku terhambat Usaha keripik jambu biji merah menggunakan bahan baku yang berasal dari petani mitra, sehingga ada kemungkinan terjadinya keterlambatan pada saat pemasokan bahan baku disebabkan oleh beberapa faktor dalam kegiatan budidaya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi risiko tersebut yaitu dengan cara memperluas cakupan penyediaan bahan baku atau menambah jumlah petani mitra di daerah yang lain, serta menambah alat transportasi bahan baku. Perubahan harga jual Risiko harga merupakan salah satu risiko yang bersumber dari faktor eksternal. Risiko ini terjadi akibat adanya fluktuasi harga pada harga jual produk. Antisipasi agar tidak terhadi kerugian akibat fluktuasi harga dapat dilakukan dengan cara membuat kontrak harga dengan pihak perusahaan, sehingga naik turunnya harga di pasar tidak akan mempengaruhi harga jual produk. Masuknya kompetitor Setiap usaha pasti tidak terlepas dari persaingan bisnis dengan lainnya yang bergerak pada bidang yang sama. Setiap bidang usaha harus lebih mempertimbangkan masalah kualitas atau standar produk yang ditawarkan, ketepatan waktu supplier dan tingkat harga yang ditawarkan dipasaran merupakan faktor utama. Perubahan teknologi Kemajuan teknologi yang saat ini semakin pesat dapat membantu pihak pengelola dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Selain pada masalah produksi, maka masalah ketepatan waktu pasokan dan kecepatan pelayanan dapat memberi kepuasan bagi para konsumen kita. Apabila pihak produsen kurang memanfaatkan perkembangan teknologi, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi, yang pada akhirnya akan kalah dalam bersaing di pemasaran. Risiko sumber daya (internal usaha) Usaha keripik jambu biji merah membutuhkan suatu perangkat untuk mendukung jalannya usaha tersebut diantaranya yaitu sumber daya berupa modal dan personil yang handal sesuai dengan kebutuhan. Peraturan baku atau SOP yang memuat kewajiban dan hak hak karyawannya juga diperlukan untuk mengantisipasi peluang terjadinya kesalahpahaman antara pihak manajemen perusahaan dengan para karyawannya.
65 9. Risiko kualitas, kuantitas, dan kontinuitas input Risiko bermitra dengan petani adalah masalah ketidakpastian kualitas, kuantitas, dan kontinuitas input. Seorang wirakoperasi dapat meminimalisir risiko-risiko tersebut dengan mengadakan pelatihan mengenai cara budidaya jambu biji merah yang baik dan benar, penyuluhan mengenai pola tanam juga perlu dilakukan untuk mengontrol waktu tanam jambu biji merah.
Rencana Finansial
Rencana finansial bertujuan menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan rencana keuangan diperlukan beberapa parameter yang berasal dari analisis sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi-proyeksi harga. Rencana keuangan meliputi berbagai perhitungan kriteria investasi yang telah umum digunakan. Kriteria yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP).
Asumsi Finansial 1.
Rencana keuangan ini dilakukan dengan biaya investasi dan modal kerja untuk pengembangan usaha diversifikasi produk baru yaitu keripik jambu biji merah. 2. Biaya investasi dan modal kerja awal diperoleh dari pembiayaan Bai’ Al Murabahah dari Bank Syariah Mandiri (BSM). 3. Margin yang ditetapkan untuk pembayaran angsuran pembiayaan Bai’ Al Murabahah dari Bank Syariah Mandiri (BSM) sebesar 12%. 4. Umur bisnis selama 5 tahun yang diasumsikan dari umur teksnis mesin vacuum fryer karena mesin tersebut merupakan alat yang paling berpengaruh. 5. Bangunan terdiri atas ruang produksi dan ruang kantor dengan luas bangunan 550 m2. 6. Harga bangunan diasumsikan dari rata-rata harga jual bangunan di Kota Depok yaitu sebesar Rp1 000 000 per m2. 7. Umur teknis bangunan adalah 10 tahun. 8. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 40% dari nilai awal. 9. Harga perlengkapan alat produksi dan komponen bahan baku pendukung diperoleh dari Pasar Kemiri Kota Depok pada bulan Juni 2014. 10. Harga mesin produksi diperoleh dari toko mesin Agrowindo Bogor pada bulan Juni 2014. 11. Nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal pembelian. 12. Nilai sisa perlengkapan kantor dan nilai sisa perlengkapan utilitas adalah 10% dari nilai awal.
66 13. Umur teknis peralatan kantor dan perlengkapan utilitas, mesin dan peralatan adalah 5 tahun. 14. Proyek dimulai pada tahun ke-0 untuk melakukan persiapan, sedangkan produksi dan penjualan pertama dimulai pada tahun ke-1. 15. Gaji tenaga kerja disesuaikan dengan standar UMK per bulan Juli 2014 di Kota Depok yaitu sebesar Rp2 049 000 per bulan. 16. Biaya listrik per bulan sebesar Rp1 210 per kWh, diperoleh berdasarkan harga listrik PLN per tanggal 1 Juli 2014. 17. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi dalam 1 minggu terdapat 6 hari kerja, 1 bulan terdapat 4 minggu, dan 1 tahun terdapat 12 bulan. 18. Perbandingan jambu biji merah segar dan keripik jambu biji merah adalah 1 : 2, yaitu untuk menghasilkan 1 kg keripik jambu biji merah diperlukan 2 kg jambu biji merah segar. 19. Berat kotor bahan baku yang dipasok setiap hari mengalami penyusutan sekitar 10% dari total keseluruhan pasokan 20. Penjualan produk dilakukan ke perusahaan Aries Tranding Singapura. Pemilihan tempat berdasarkan data permintaan pada pameran Food & Hotel Asia (FHA) 2014 yang berlangsung dari tanggal 8 – 11 April 2014 di Singapura.10 21. Berdasarkan asumsi data dari Roemah Mekarsari Snack yang menjual keripik pisang ke Singapura harga eceran sebesar US $1 per 60 gram. Harga tersebut dijadikan asumsi untuk harga penjualan keripik jambu biji merah. 22. Singapura tidak memiliki tarif yang berlaku atau bea atas makanan dan sebagian besar produk minuman. 23. Ongkos pengiriman meliputi biaya bensin, tol, dan parkir. 24. Biaya pengiriman ekspor jambu biji merah terdiri atas biaya FOB, biaya karantina, dan biaya lain-lain. 25. Sebuah mesin vacuum fryer kapasitas 50 kg membutuhkan minyak goreng sebanyak 120 L dan dapat digunakan sampai 6 kali proses produksi. 26. Untuk memproduksi maksimal 360 kg bahan baku dalam 1 hari dibutuhkan 2 mesin vacuum fryer, dengan minyak sebanyak 240 L per produksi. 27. Harga minyak goreng Rp14 000 per liter. (Sumber: Pasar Kemiri Depok) 28. Harga gas elpiji Rp110 000 per tabung 12 kg. (Sumber: Pasar Kemiri Depok) 29. Harga kemasan primer kemasan alumunium foil 70 mm ukuran 100 gram dan label Rp1200 per lembar. 30. Biaya kemasan sekunder kardus kapasitas 30 bungkus (9000 gram) Rp 2 000 per lembar. (Sumber: Pasar Kemiri Depok) 31. Pajak dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. 32. Discount rate diasumsikan dari suku bunga pinjaman Bank Indonesia bulan Juli 2014 sebesar 12% dan dari suku bunga deposito sebesar 7.5% karena modal yang digunakan melalui 2 sumber, sehingga dihitung OCC yaitu sebesar 11%. 10
http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/71/129/1896/pameran_fha_2014_sebagai_upaya_menin gkatkan_ekspor_produk_buah_dan_sayuran_segar__ke_singapura.html
67 Sumber Modal Koperasi sebagai bentuk badan usaha tentunya tidak terlepas dari kebutuhan permodalan. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 41 bahwa modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Sumber permodalan untuk melakukan pengembangan usaha keripik jambu biji merah berasal dari iuran anggota koperasi dan pinjaman dari lembaga keuangan. KUB Harapan Sejahtera Abadi tidak hanya menggunakan modal sendiri melainkan membutuhkan bantuan modal untuk memulai usaha keripik jambu biji merah. Modal tersebut diperlukan untuk membiayai sebagian pembayaran investasi dan operasional usaha. Adanya perbankan syariah memberikan peluang untuk KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk mengajukan pembiayaan usahanya kepada Bank Syariah Mandiri (BSM). Prinsip pembiayaan yang digunakan KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah prinsip jual beli Bai’ Al Murabahah. Pembiayaan Bai’ Al Murabahah adalah menjual sesuatu dengan harga modal dengan tambahan untuk sejumlah yang dipersetujui. Sistem perbankan Islam faedah Bai’ Al Murabahah juga digunakan dalam urusan ekspor melalui L/C dan juga pembiayaan modal melalui pembelian stok dan inventori, alat ganti, bahan mentah, serta bahan setengah jadi. Modal yang diberikan terbagi atas pembiayaan investasi (bangunan, peralatan dan mesin produksi) dan pembiayaan operasional. Menurut ketentuan dari pihak BSM, pembiayaan yang akan diberikan oleh BSM tidak lebih dari 70% dari total keseluruhan yaitu Rp1 235 829 019. Pembiayaan dengan akad “Bai’ Al Murabahah” menggunakan prinsip jual beli untuk pembiayaan pada modal usaha, sehingga margin yang ditetapkan sebesar 12% dari total pembiayaan yang disepakati. Jangka waktu yang diberikan BSM untuk melunasi angsuran pembiayaan tersebut selama 4 tahun. Jumlah angsuran yang harus dibayarkan setiap tahun sebesar Rp308 957 255. Tabel 8 menunjukkan rincian pembiayaan usaha pengembangan keripik jambu biji merah.
Tabel 8 Pembiayaan usaha pengembangan keripik jambu biji merah Uraian Jumlah (Rp) Pembiyaan murabahah a. investasi 70% 300 282 500 b. modal kerja 70% 935 546 582 Total pembiayaan 1 235 829 019 Jangka waktu pengembalian 4 tahun Tingkat margin 12% Angsuran per tahun 308 957 255
Titik Impas atau Break Even Point (BEP) Titik impas atau Break Even Point atau titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Titik impas selama umur proyek usaha keripik jambu biji merah
68 berada pada saat penerimaan keripik jambu biji merah mencapai BEP rupiah dan berada pada saat produksi keripik jambu biji merah mencapai BEP unit per tahun. Berikut Tabel 9 menunjukkan BEP rupiah dan BEP unit per tahun.
Tabel 9 Nilai BEP rupiah dan BEP unit usaha keripik jambu biji merah Tahun BEP Rupiah (Rp) BEP Unit 1 1 238 518 421 130 912 2 1 238 518 421 130 912 3 1 261 722 936 133 365 4 1 277 192 612 135 000 5 1 292 662 289 136 635
Arus Kas Masuk Arus kas masuk diperoleh dari hasil penjualan keripik jambu biji merah, penjualan minyak jelantah, modal pembiayaan, dan nilai sisa yang dimasukkan pada akhir umur bisnis. 1. Penerimaan penjualan Total penerimaan merupakan jumlah output yang dikalikan dengan harga jual per kemasan. Keripik jambu biji merah yang dijual setiap tahunnya relatif mengalami peningkatan jumlah produksi. Harga yang ditetapkan untuk setiap bungkus berisi 100 gram adalah S $1 atau setara dengan Rp9 460.7. Arus kas masuk juga diperoleh dari penjualan minyak jelantah ke pihak bus Transpakuan Kota Bogor sebesar Rp3 000 per liter. Minyak jelantah yang telah digunakan akan menyusut sebanyak 50%, sisa minyak jelantah akan dijual ke pihak Transpakuan. Berikut Tabel 10 menunjukkan penerimaan usaha keripik jambu biji merah selama 5 tahun.
Tabel 10 Penerimaan usaha keripik jambu biji merah dan minyak jelantah Tahun Keripik jambu biji merah (Rp) Penjualan minyak jelantah (Rp) 1 1 471 328 064 15 552 000 2 1 471 328 064 15 552 000 3 2 942 656 128 31 104 000 4 3 923 541 504 41 472 000 5 4 904 426 880 51 840 000
2. Penerimaan pembiayaan Penerimaan pembiayaan yaitu semua tambahan modal yang diterima KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk keperluan usaha. Tambahan modal ini dipergunakan untuk pembayaran investasi maupun operasional dari kegiatan usaha keripik jambu biji merah. Penerimaan pembiayaan berasal
69 dari Bank Syariah Mandiri dengan tingkat margin 12%. Nilai dari pembiayaan yang diperoleh pada tahun pertama sebesar Rp1 235 829 019. 3. Nilai sisa Barang modal yang digunakan dalam kegiatan operasional akan mengalami penyusutan yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai sisa (salvage value) pada pengembangan keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi sebesar Rp257 897 500. Nilai sisa tersebut akan dimasukkan pada tahun terakhir umur bisnis yang telah dijalankan. Arus Kas Keluar Arus kas yaitu aliran pengeluaran dari semua biaya yang harus dikeluarkan KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk membiayai kegiatan usaha agar dapat berjalan lancar sesuai dengan perencanaan pengembangan usaha. Adapun biayabiaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usaha pengembangan keripik jambu biji merah pada KUB Harapan Sejahtera Abadi, diantaranya rencana biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pajak penghasilan. 1. Biaya investasi Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mengembangkan usaha. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan harga tetap dan biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Biaya investasi tetap untuk mengembangkan usaha keripik jambu biji merah meliputi bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan produksi, alat transportasi, dan surat perizinan. Investasi yang digunakan dalam usaha ini memiliki umur teknis yang berbeda, yaitu 5 tahun untuk mesin produksi dan 10 tahun untuk bangunan. Tabel 11 menunjukkan biaya investasi usaha pengembangan keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi.
Tabel 11 Biaya investasi usaha keripik jambu biji merah No. Komponen Biaya Nilai beli 1 Bangunan 560 000 000 2 Mesin produksi 200 450 000 3 Alat produksi 14 825 000 3 Alat kantor 13 700 000 5 Mobil 150 000 000 4 Instalasi listrik 2 000 000 7 Perizinan 29 250 000 Total 960 225 000
Total biaya investasi yang dikeluarkan dalam pengembangan usaha keripik jambu biji merah sebesar Rp960 225 000. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 6. Salah satu faktor yang juga perlu diperhatikan dalam membuat arus kas adalah penyusutan. Penyusutan
70 menunjukkan penurunan nilai harta perusahaan yang berwujud, misalnya bangunan, mesin dan peralatan produksi, alat transportasi, dan peralatan kantor seiring dengan waktu dan penggunaannya. Pada analisis ini metode yang digunakan adalah metode garis lurus. Pada metode garis lurus memperhitungkan umur teknis, nilai beli, dan nilai sisa. Hasil perhitungan menunjukkan nilai penyusutan setiap tahunnya sebesar Rp87 706 500. Rincian perhitungan penyusutan ini disajikan pada Lampiran 7. 2. Biaya operasional Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainnya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam 1 periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri atas 2 komponen utama, yakni biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun (1 satuan waktu). Kebutuhan bahan baku utama dalam proses produksi disesuaikan dengan proyeksi jumlah produksi yang telah ditetapkan. Bahan baku yang digunakan adalah jambu biji merah grade C dengan harga Rp7 000 per kg. Harga beli jambu biji merah yang diberi oleh koperasi KUB Harapan Sejahtera Abadi ditetapkan lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata yang ditawarkan pengumpul (tengkulak). Bahan baku pendukung yang digunakan dalam proses produksi adalah minyak goreng. Harga minyak goreng yang digunakan sebesar Rp14 000 per liter. Kebutuhan lainnya adalah isi ulang gas elpiji yang digunakan untuk produksi ada 4 unit ukuran 12 kg untuk 6 kali proses produksi di 2 unit vacuum fryer dan 2 unit tray dryer, dengan harga Rp110 000 per tabung. Bahan baku penunjang yang digunakan untuk kemasan primer adalah alumunium foil 70 mm ukuran 100 gram dan label produk, biaya yang dikeluarkan untuk pengemasan primer sebesar Rp1 200 per lembar. Pengiriman keripik jambu biji merah melalui kontainer juga perlu kemasan sekunder yaitu kardus yang biayanya sebesar Rp2 000 per dus isi 60 bungkus. Rincian biaya variabel pada tahun ke-5 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Biaya variabel usaha jambu biji merah tahun ke-5 No 1 2 3 4 5
Biaya variabel Jambu biji merah Minyak goreng Gas elpiji Alumunium foil+label Kardus Total
Jumlah
Satuan
400 Kg 240 Liter 4 Tabung 2000 Buah 33 Buah
Harga/sat uan (Rp)
Biaya/hari (Rp)
Biaya/tahun (Rp)
7 000
2 800 000
806 400 000
14 000 110 000
3 360 000 440 000
483 840 000 63 360 000
1 200 2 000
2 400 000 66 667
691 200 000 19 200 000 2 064 000 000
71 Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam 1 tahun (1 satuan waktu). Usaha pengembangan keripik jambu biji merah ini yang termasuk biaya tetap terdiri atas gaji tenaga kerja yang besarnya menyesuaikan dengan tingkat jabatan, biaya pemasaran online atau pameran, biaya listrik (mesin produksi, lampu, dan air), biaya perawatan mobil dan mesin, biaya penyuluhan pertanian, biaya alat pelindung, biaya administrasi kantor, biaya transportasi, biaya pajak, dan biaya penyusutan. Perhitungan biaya listrik dapat dilihat pada Lampiran 9 dan rincian biaya tetap pada tahun ke-5 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Biaya tetap usaha keripik jambu biji merah tahun ke-5 No 1 2 3 4 5 6 7 7 9 8
8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21
Biaya Tetap Lampu Biaya listrik Biaya pemasaran Biaya perawatan mobil Biaya perawatan mesin Biaya penyuluhan pertanian Biaya adiministrasi perkantoran Sarung tangan dan masker Biaya pengangkutan input Biaya pengiriman output Solar, tol, parkir FOB (kontainer 20 feet) Karantina Biaya lain lain Tenaga Kerja: Pengawas koperasi Ketua koperasi Sekretaris koperasi Bendahara koperasi Manajer usaha A. Kepala produksi B. Bagian produksi Administrasi dan keuangan Pemasaran Supir PBB Pajak Mobil Biaya penyusutan Total
Jumlah 10 1 1 1 1
Satuan Buah Bulan Bulan Tahun Bulan
Biaya/bulan 150 000 703 348.8 100 000 461 125
Biaya/tahun 1 350 000 12 137 558.4 1 200 000 4 500 000 5 533 500
1
Bulan
250 000
3 000 000
1
Bulan
150 000
1 800 000
480 1
Buah Bulan
384 000 2 000 000
4 608 000 24 000 000
1 1 1 1
Bulan Bulan Bulan Bulan
600 000 1 708 560 384 000 2 400 000
7 200 000 32 659 200 4 608 000 28 800 000
1 1 1 1 1 1 24
Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang
2 200 000 2 400 000 2 100 000 2 100 000 2 100 000 1 600 000 1 000 000
2 6400 000 2 8800 000 2 5200 000 2 5200 000 2 5200 000 1 9200 000 28 8000 000
2
Orang
2 1 1 1
Orang Orang Tahun Tahun
1 600 000 1 600 000 1 000 000
38 400 000 38 400 000 12 000 000 500 000 2 250 000 87 706 500 748 652 758.4
72 3. Angsuran pembiayaan Angsuran pembiayaan diperhitungkan sesuai modal pembiayaan yang diberikan oleh BSM. Angsuran yang akan dibayarkan per tahun oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi sebesar Rp308 957 255. 4. Bagi hasil Bagi hasil dilakukan setelah memperoleh laba yang telah dikurangi dengan margin pembiayaan. Penentuan bagi hasil untuk petani sebesar 50%, koperasi 40%, wirakoperasi 7%, dan desa 2%. Jumlah bagi hasil yang akan diberikan ke petani dibagikan sesuai dengan jumlah pasokan jambu biji merah yang dipasok oleh petani. Berikut Tabel 14 pembagian hasil yang didapat oleh seluruh pihak yang terlibat.
Tabel 14 Pembagian hasil usaha keripik jambu biji merah Uraian Petani (50%) Koperasi (40%) Wirakoperasi (7%) Desa (2%)
Tahun 1 56 655 083 45 324 066 7 931 712 2 266 203
Tahun 2 56 655 083 45 324 066 7 931 712 2 266 203
Tahun 3 483 775 601 387 020 481 67 728 584 19 351 024
Tahun 4 768 522 613 614 818 091 107 593 166 30 740 905
Tahun 5 1 071 807 061 857 445 649 150 052 989 42 872 282
5. Pajak penghasilan Pajak penghasilan yang diperhitungkan adalah pengurangan manfaat bersih yang diterima suatu usaha. Pajak di dalam cashflow diambil dari pakan yang ada pada laporan laba rugi. Pajak dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dengan menggunakan ketentuan atas penghasilan kotor kurang dari 4.8 milyar, yaitu 1% dari penghasilan kotor. Rincian pajak dapat dilihat pada Lampiran 11.
Proyeksi Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh usaha pengembangan keripik jambu biji merah pada KUB Harapan Sejahtera Abadi dalam setiap tahun produksinya. Laba bersih didapatkan dari pengurangan margin pembiayaan, bagi hasil, dan pajak penghasilan. Pajak dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Laba bersih pada proyek bernilai positif pada tahun pertama, hal ini dikarenakan produk keripik jambu biji merah yang dihasilkan merupakan produk yang bernilai tambah tinggi. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisis arus kas. Perhitungan laba rugi adalah sebagai berikut biaya operasional dijumlahkan dengan penyusutan, sehingga akan didapatkan pendapatan kotor sebelum pajak, kemudian diperhitungkan pengeluaran untuk margin pembiayaan untuk mendapat laba operasional. Margin pembiayaan dibayarkan selama 4 tahun sebesar Rp37
73 074 871 per tahun. Pada usaha keripik jambu biji merah diperkirakan pada tahun pertama KUB Harapan Sejahtera Abadi akan memperoleh laba bersih setelah dikurangi pajak pendapatan sebesar Rp30 455 266 pada tahun pertama dan ke-2 Rp357 282 880 pada tahun ke-3, Rp575 167 956 pada tahun ke-4, dan Rp581 045 592 pada tahun ke-5. Adapun rincian proyeksi rugi laba dapat dilihat pada Lampiran 11.
Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi Cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama 1 periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Cashflow merupakan arus manfaat bersih sebagai hasil pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat. Manfaat bersih (net benefit) merupakan hasil pengurangan dari t.otal inflow dan total outflow. Rincian proyeksi cashflow dapat dilihat pada Lampiran 12. Kriteria Kelayakan Investasi Kriteria kelayakan usaha pembuatan mie alami dapat dilihat dari kriteria Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP). Perhitungan cashflow dapat dilihat pada Tabel 15. Adapun hasil analisis finansial dari usaha ini, sebagai berikut :
Tabel 15 Kriteria kelayakan investasi usaha keripik jambu biji merah Kriteria kelayakan Umur bisnis Discount rate NPV IRR Net B/C Gross B/C PP
Batas kelayakan
Hasil 5 tahun 11 % 0 (layak) Rp948 008 225 Discount rate (layak) 46% 1 1.88 1 1.1 < umur bisnis 3.8 tahun
a. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan selisih antara present value benefit dengan present value biaya. Net Present Value (NPV) usaha keripik jambu biji merah dengan tingkat suku bunga 11% adalah sebesar Rp948 008 225. NPV menunjukkan nilai positif, sehingga usaha ini layak didirikan. b. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Nilai IRR untuk usaha keripik jambu biji merah adalah 46%. Nilai ini lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitu 11%, sehingga usaha ini dinyatakan layak untuk didirikan.
74 c. Net Benefit Cost Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika Net B/C >1. Nilai Net B/C untuk usaha keripik jambu biji merah adalah sebesar 1.88, sehingga proyek dinyatakan layak. d. Payback period Payback period merupakan suatu periode waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan atau menutup ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Hasil perhitungan periode pengembalian menunjukkan bahwa proyek bisa mengembalikan modal dalam jangka waktu 3.8 tahun. Hal ini berarti usaha keripik jambu biji merah layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek.
Hasil Rencana Pengembangan Usaha
KUB Harapan Sejahtera Abadi berencana akan mengembangkan bisnis melalui usaha olahan jambu biji merah yang ke pasar luar negeri. Prospek pengembangan usaha olahan jambu biji merah terlihat dari adanya potensi dari pasar luar negeri dan ketersediaan bahan baku yang berlimpah. Produk ini berlabelkan “Guava Chip” dan dilengkapi label perizinan lainnya. Keunggulan dari produk ini diantaranya tidak menggunakan bahan pengawet dan bahan baku jambu biji merah belum banyak diproduksi menjadi keripik buah, sehingga pesaing untuk produk yang sama masih sedikit jumlahnya. Rencana pemasaran untuk keripik jambu biji merah akan dipasarkan di Singapura dengan harga S $1. Teknologi yang digunakan untuk proses produksi tergolong modern. Badan usaha yang akan didirikan berbentuk koperasi KUB Harapan Sejahtera Abadi. Dana investasi dan modal kerja berasal dari modal sendiri dan modal pembiayaan. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial untuk usaha keripik jambu biji merah dengan umur bisnis selama 5 tahun memiliki keuntungan bersih yang berbeda setiap tahunnya. Berdasarkan analisis kriteria investasi, NPV usaha ini sebesar Rp948 008 225; IRR mencapai 46%; Net B/C 1.88; dan PP selama 3.8 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha keripik jambu biji merah ini layak direalisasikan. Rencana kemitraan untuk usaha keripik jambu biji merah berkonsep kewirakoperasian, yang berarti usaha bersama yang menerapkan prinsip-prinsip koperasi untuk mencapai kesejahteraan seluruh pihak yang terlibat. Adanya konsep kewirakoperasiaan menimbulkan sistem bagi hasil untuk pembagian laba pada usaha keripik jambu biji merah. Bagi hasil diberikan kepada 4 pihak yang terdiri atas petani, koperasi, wirakoperasi, dan desa. Adanya peranan wirakoperasi tidak hanya berpengaruh terhadap keberhasilan usaha, tetapi juga terhadap keberhasilan anggota. Peran dari adanya wirakoperasi dapat dilihat dari beberapa kegiatan diantaranya, sistem jual, sistem budidaya, perencanaan kualitas
75 bahan baku, pelatihan dan pengawasan petani, kepastian pasar, harga jual bahan baku segar, dan kontribusi terhadap pengembangan desa. Wirakoperasi melakukan kemitraan dengan petani jambu biji merah dengan menjual hasil olahan jambu biji merah ke perusahaan di Singapura melalui perantara koperasi, kegiatan budidaya dirancang sesuai dengan GAP yang baku untuk menghasilkan produk yang seragam dan sesuai standar kualitas. Kemudian wirakoperasi melakukan pelatihan dan penyuluhan untuk petani yang bertujuan memberikan ilmu budidaya serta pelatihan langsung ke lapang. Setelah itu pihak koperasi juga harus memberikan pengawasan kepada petani, agar kegiatan pelatihan terlaksana. Petani mendapat kepastian pasar melalui kontrak kerjasama kooperatif antara petani dan koperasi. Pemberian harga jambu biji merah di tingkat petani yang dijual ke pengumpul tanpa konsep wirakoperasi sekitar Rp4 000 – Rp6 000 per kg, sedangkan adanya wirakoperasi dapat memberi harga jambu biji merah di tingkat petani minimal sebesar Rp7 492 per kg dan maksimal sebesar Rp16 304 per kg kemudian ditambah dengan pembagian SHU. Hal tersebut sangat menguntungkan petani dikarenakan adanya kontrak kerjasama antara petani dengan koperasi yang memberlakukan sistem bagi hasil untuk harga penjualan bahan baku. Wirakoperasi juga dapat mewujudkan pembangunan desa.Oleh karena itu, peran kewirakoperasian sangat dibutuhkan dalam usaha ini untuk membangkitkan rasa kepercayaan dan kebersamaan antara petani, pelaku usaha, dan desa agar mencapai kesejahteraan bersama.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Jambu biji merah dapat dimanfaatkan menjadi makanan olahan yaitu keripik jambu biji merah. Hal ini dikarenakan jambu biji merah memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Terlihat dari ketersediaan jambu biji merah grade C yang berlimpah di Kota Depok dan belum termanfaatkan. Adanya peningkatan volume ekspor olahan makanan dan ekspor olahan buah juga dapat menjadi peluang untuk mengembangan usaha ekspor keripik jambu biji merah. 2. KUB Harapan Sejahtera Abadi memungkinkan untuk mengembangkan usaha keripik jambu biji merah. Hal ini ditinjau dari latar belakang KUB Harapan Sejahtera Abadi yang telah berpengalaman dalam mengolah buah menjadi produk makananan dan minuman, serta lokasi KUB Harapan Sejahtera Abadi yang dekat dengan sumber bahan baku jambu biji merah. Adanya permintaan pasar dari Singapura terhadap keripik buah juga dapat dijadikan peluang untuk merealisasikan pengembangan usaha keripik jambu biji merah. Hasil dari penelitian pengembangan usaha keripik jambu biji merah adalah rencana bisnis untuk keripik jambu biji merah. Berdasarkan analisis non finansial dan analisis finansial, usaha keripik jambu biji merah dikatakan layak untuk direalisasikan.
76 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi di KUB Harapan Sejahtera Abadi diantaranya: 1. Pihak industri olahan buah memerlukan ketersediaan data yang lebih lengkap terkait permintaan ekspor olahan buah khususnya jambu biji merah, agar dapat terlihat lebih jelas potensi pasar untuk produk olahan buah terhadap pasar luar negeri. 2. Penelitian lanjuatan terkait keadaan pasar olahan buah untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA Adityo, R. 2011. Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arifin, S. 2008. Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Jakarta (ID): Penerbit PT Elex Media Komputindo. Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Berbuahan Tropis Indonesia. Malang (ID): Penerbit Andi Yogyakarta. Babas, B. 2009. Strategi Operasional Untuk Meningkatkan Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Dodol Buah (Studi Kasus PD “X” Kabupaten Garut Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. NTB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahan 2010 – 2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. Baga, LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis. Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Frankfurt am Main, 2003 Juli 5; [Tempat tidak diketahui]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi Manajemen. Baga LM. 2011. Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis [Laporan Akhir]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Baga LM dan M. Firdaus. 2011. Peran Co-operative Entrepreneur Dalam Pengembangan Program OVOP dan Pembiayaan Pertanian Berbasis Tanaman, Kasus Belimbing di Kota Depok. Di dalam: Baga LM, Fariyanti A, Jahroh S, editor. Kewirausahaan dan Daya Saing Agribisnis; [Waktu dan tempat tidak diketahui]. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. Bogadenta, Arya. 2013. The Secret Business Plan. Jogjakarta (ID): Penerbit Laksana. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Nilai Ekspor dan Impor Buah-Buahan Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Hortikultura. Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. 2014. Data Statistik Pertanian Kota Depok. Depok (ID): Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok.
77 Dinas Sosial DIY. 2010. Kelompok Usaha Bersama Program Strategis Dinas Sosial Dalam Pengentasan Kemiskinan [Internet]. [diunduh pada 2014 Maret 16]. Tersedia pada: http://www. dinsosDIY_PAPARAN_KUBE. Effendi, M. 2005. Analisis Dinamika Organisasi dan Kepemimpinan Koperasi Simpan Pinjam Etam Mandiri Sejahtera. EPP. 2(2):14-23. Fajrian, H. 2013. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta (ID): Penerbit Bumi Aksara. Haris, Abdi. 2008. Strategi Pemasaran Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Hubeis, M. 2013. Peran Ekonomi Kreatif Dalam Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. Ismawan, Indra. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah. Jakarta (ID): Penerbit PT Grasindo. Johan, Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. [Kemendag] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2014. Central Board of Statistics, prepared by Dit. of Market Dev. & Export Information, Dit. Gen. NED. Jakarta (ID): Kemendag Republik Indonesia. Kotler P dan Amstrong. 2003. Dasar-Dasar Pemasaran. Tim MarkPlus, penerjemah; Sarwiji B, editor. Jakarta (ID): PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari: Principles of Marketing. Ed ke – 9. Munandar, JM. 2011. Faktor Kritis untuk Pengembangan Dayasaing Produk Agroindustri di Indonesia. Di dalam: Baga LM, Fariyanti A, Jahroh S, editor. Kewirausahaan dan Daya Saing Agribisnis; [Waktu dan tempat tidak diketahui]. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. Munigar, ES. 2009. Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ningrum, K. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha (Studi Kasus: Rencana Pembukaan Gerai Baru Oleh Elsari Brownies And Bakery) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurlina L. 2009. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Orientasi Prestasi terhadap Keberlanjuta Usaha Anggota Koperasi [Skripsi]. Bandung (ID): Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Nurmalina R et al. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Lembaga Penerbit Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Pambudy, Rachmat. 2011. Membangun Entrepreneur Agribisnis yang Berdayasaing. Di dalam: Baga LM, Fariyanti A, Jahroh S, editor. Kewirausahaan dan Daya Saing Agribisnis; [Waktu dan tempat tidak diketahui]. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. [PKHT IPB] Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB. 2013. Sentra Produksi Jambu Biji di Jawa Barat. Bogor (ID): Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB
78 [Pusdatin] Pusat Data dan Informasi. 2013. Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia, Menurut Klasifikasi Kementrian Pertanian Tahun 2010 – 2012. Jakarta (ID): Pusat Data dan Informasi Seknun, N. 2012. Pemanfaatan Tepung Buah Lindur (Bruguiera Gymnorrhiza) Dalam Pembuatan Dodol Sebagai Upaya Peningkatan Nilai Tambah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setyadjit, I Agustinisari, Vulianingsih, Setyabudi. 2004. Peranan Teknologi Olahan Buah dalam Peningkatan Ekonomi Indonesia. Di dalam: Setyadjit, editor. Prosiding Seminar Nasional Teknofogi lnovatlf Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertanian. [Waktu dan tempat tidak diketahui]. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Solihin, I. 2007. Memahami Business Plan. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Subandi. 2011. Ekonomi Koperasi. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta. Syaukat, Yusman. 2011. Kewirausahaan dan Daya Saing Agribisnis. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. Umar, H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Wibowo, Moh. 2011. Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
79 Lampiran 1 Volume realisasi ekspor buah jambu biji merah berdasarkan negara tujuan tahun 2009 – 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Negara Bahrain Hong Kong Jepang Kuwait Malaysia Oman Qatar Saudi Arabia Singapura United Arab Emirates
2 000 28 49 532
585 6 240
Berat : Kg 2011 230 4 516 29 000
130 389
152 58 083
510 67 961
2012 993 277 1 063 445 129 49 948
-
212
3 583
2 975
2009
2010
2013 901 5 500 14 392 1 151 445 847 31 795 7 866
Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2014.
Lampiran 2 Perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia NO 1 2
3
4
5
8
9
COMMODITY
2009
2010 2011 2012 VALUE IN US$ 000 118 800 154 003 225 723
240 324
147 956
134 554
126 035
129 562
165 177
110 445
56 038
50 087
28 961
33 555
524 701
486 966
Food Preparations Nesoi 77 029 Pineapples, Prepared Or Preserved, Whether Or Not 114 686 114 845 169 418 Containing Added Sweetening Or Spirit, Nesoi Sugar Confectionary (Including White Chocolate), Not Containing 73 838 88 252 108 350 Cocoa, Nesoi Cocoa Powder, Not Containing Added Sugar Or Other Sweetening 45 208 103 183 157 998 Matter Cereals, Other Than Corn (Maize), In Grain Form, Pre-Cooked Or 20 803 68 709 79 909 Otherwise Prepared Bread, Pastry, Cakes, Biscuits And Similar Baked Products, Nesoi, And Puddings, Whether Or Not 36 865 30 840 36 123 Containing Chocolate, Fruit, Nuts Or Confectionary OTHER COMMODITIES 369 200 480 685 663 795 Sumber : Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2014.
2013
80 Lampiran 3 Uraian asumsi rencana pemasaran No Asumsi 1 Potensi pasar a. Volume ekspor jambu biji merah dan olahan buah. b. Perusahan keripik buah yang telah ekspor keripik buah ke Singapura. c. Permintaan ekspor buah kering (keripik).
2
3
4
Sumber (waktu) Kementerian Perdagangan (Mei 2014) Artikel internet (Mei 2014)
RI
Artikel pameran Kementerian Pertanian RI (Juni 2014) d. Roemah Mekarsari Snack mengekspor ke Wawancara dengan Roemah Singapura dan Malaysia tahun 2013 Mekarsari Snack (Juni 2014) masing-masing sebanyak 1 kontainer per minggu. Analisa pasar a. Singapura merupakan negara tertinggi Kementerian Perdagangan RI pengimpor buah jambu biji merah dan (Mei 2014) olahan buah. b. Segmentasi: masyarakat Singapura IMF 2013 mengengah ke atas karena tingkat GDP per kapitanya tinggi. Strategi Pemasaran a. Persyaratan kemasan untuk produk Website AVA Singapura (Juni makanan ekspor ke Singapura di dapat 2014) dari Agrifood and Veterinary Authority (AVA). b. Penentuan harga keripik jambu biji merah Wawancara pihak Roemah berdasarkan harga pesaing yaitu US $ 1. Mekarsari Snack. (Juni 2014) c. Penentuan perusahaan penjualan Kementerian Pertanian (April berdasarkan permintaan saat pameran 2014) FHA 2014. Analisis pesaing a. Data informasi pesaing didapat dari Wawancara pihak Roemah industri keripik buah Roemah Mekarsari Mekarsari Snack. (Juni 2014) Snack
Lampiran 4 Uraian asumsi rencana produksi No Asumsi 1 Jumlah jambu biji merah grade C tahun 2013 sebesar 131.4 ton 2 Jumlah produksi sebesar 2160 kg per minggu oleh perusahaan RMS pada 3 bulan pertama dijadikan asumsi jumlah produksi pada keripik jambu biji merah di KUB pada tahun pertama. 3 Informasi mesin produksi diperoleh dari toko mesin Agrowindo Bogor.
Sumber (waktu) Kementerian pertanian Kota Depok (April 2014) Wawancara pihak Roemah Mekarsari Snack. (Juni 2014)
Website Agrowindo dan wawancara pada bagian pemasaran (Juni 2014)
81 Lampiran 5 Layout produksi keripik jambu biji merah Gudang bahan baku
Lemari dan timba ngan
Toilet
Kantor administrasi
Tempat kemasan kardus
Tempat cuci dan sortir
Tempat vakum kemasan Tempat pengirisan buah Tempat pengemasan primer
Tempat pengeringan buah
Tempat penggorengan dan penirisan buah
82 Lampiran 6 Rincian biaya investasi usaha keripik jambu biji merah No.
Komponen Biaya
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Lahan dan bangunan Mesin Fruit Cutter Mesin vacuum fryer Mesin spinner Mesin continous sealer Mesin vaccum packager Mesin tray dryer Mesin carton sealer Timbangan 100 kg Timbangan 5kg Wadah stainless steel Meja stainless steel Peralatan dapur Tempat sampah Telepon Regulator Tabung gas Laptop Lemari Meja dan kursi kantor Kursi Mobil truck Mesin air Instalasi listrik Perizinan BPOM Sertifikasi halal Perizinan akte badan usaha Perizinan SIUP dan NPWP Perizinan SITU Total
M2 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Set Unit Unit Buah Buah Buah Buah Buah Buah Unit Paket Paket
27 28 29
Jumlah Fisik 550 1 2 2 2 2 2 1 1 5 5 6 10 6 3 4 4 2 1 4 10 1 1 1
Harga Persatuan (Rp) 1 000 000 6 900 000 55 000 000 4 400 000 4 375 000 10 500 000 14 500 000 16 000 000 2 750 000 475 000 100 000 1 000 000 30 000 100 000 100 000 100 000 400 000 4 000 000 1 000 000 8 00 000 50 000 165 000 000 1 000 000 2 000 000
Nilai beli (Rp) 550 000 000 6 900 000 110 000 000 8 800 000 8 750 000 21 000 000 29 000 000 16 000 000 2 750 000 2 375 000 500 000 6 000 000 300 000 600 000 300 000 400 000 1 600 000 8 000 000 1 000 000 3 200 000 500 000 150 000 000 1 000 000 2 000 000 6 000 000 4 500 000 15 000 000
M2
550
5 000
1 000 000 2 750 000 960 225 000
83 Lampiran 7 Rincian biaya penyusutan investasi usaha keripik jambu biji merah No.
Komponen Biaya
1 2
Bangunan Mesin Fruit Cutter Mesin vacuum fryer 50 kg Mesin spinner Mesin continous sealer Mesin vaccum packager Mesin tray dryer Mesin carton sealer Timbangan 100 kg Timbangan 5kg Wadah stainless steel Meja stainless steel Peralatan dapur Tempat sampah Telepon Regulator Tabung gas Laptop Lemari Meja dan kursi kantor Kursi Mobil truck Mesin air Instalasi listrik Perizinan BPOM Sertifikasi halal Perizinan akte badan usaha Perizinan SIUP dan NPWP Perizinan SITU Total
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
550 000 000 6 900 000
Umur teknis 10 5
110 000 000 8 800 000 8 750 000
5 5 5
11 000 000 880 000 875 000
19 800 000 1 584 000 1 575 000
21 000 000 29 000 000 16 000 000 2 750 000 2 375 000 500 000 6 000 000 300 000 600 000 300 000 400 000 1 600 000 8 000 000 1 000 000 3 200 000 500 000 150 000 000 1 000 000 2 000 000 6 000 000 4 500 000
5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 10 10
2 100 000 2 900 000 1 600 000 275 000 237 500 50 000 600 000 30 000 60 000 30 000 40 000 160 000 800 000 100 000 320 000 50 000 15 000 000 100 000
3 780 000 5 220 000 2 880 000 495 000 427 500 90 000 10 80 000 1 35 000 1 08 000 54 000 72 000 288 000 14 40 000 180 000 576 000 90 000 13 500 000 90 000
257 897 500
87 706 500
Nilai beli (Rp)
Nilai sisa 5 Penyusutan tahun (Rp) (Rp) 220 000 000 33 000 000 690 000 1 242 000
15 000 000 1 000 000 2 750 000 1 525 225 000
84 Lampiran 8 Rincian biaya listrik per bulan pada tahun ke-5 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian
Watt
Unit
Jam
Fruit cutter Vacuum fryer Spinner Continous sealer Vacuum packager Carton sealer Lampu Air Total Total biaya
370 3 300 180 650 900 180 20 350
1 2 2 2 2 1 10 1
3 3 3 3 3 3 8 4
Jumlah hari 24 24 24 24 24 24 24 24
Watt 26 640 475 200 25 920 93 600 129 600 12 960 38 400 33 600
kWh 26.64 475.2 25.92 93.6 129.6 12.96 38.4 33.6 835.92 1 011 463.2
Lampiran 9 Proyeksi laba rugi usaha keripik jambu biji merah No. I a b II
Uraian komponen Inflow Keripik jambu biji merah Penjualan minyak jelantah Total inflow Outflow Biaya variabel Jambu biji merah Minyak goreng Gas elpiji Alumunium foil+label Kardus Total biaya variabel Margin kotor Biaya tetap Lampu Biaya listrik Biaya pemasaran Biaya perawatan mobil Biaya perawatan mesin Biaya penyuluhan pertanian Biaya administrasi perkantoran Sarung tangan dan masker Biaya pengangkutan input Biaya pengiriman output Solar, tol, parkir FOB (kontainer 20 feet) Karantina Biaya lain lain Tenaga kerja:
1
2
Tahun 3
4
5
1 471 328 064 15 552 000 1 486 880 064
1 471 328 064 15 552 000 1 486 880 064
2 942 656 128 3 110 4 000 2 973 760 128
3 923 541 504 41 472 000 3 965 013 504
4 904 426 880 51 840 000 4 956 266 880
241 920 000 145 152 000 19 008 000 207 360 000 5 760 000 619 200 000 867 680 064
241 920 000 145 152 000 19 008 000 207 360 000 5 760 000 619 200 000 867 680 064
483 840 000 290 304 000 38 016 000 414 720 000 11 520 000 1 238 400 000 1 735 360 128
387 072 000 645 120 000 50 688 000 552 960 000 15 360 000 1 651 200 000 2 313 813 504
806 400 000 483 840 000 63 360 000 691 200 000 19 200 000 2 064 000 000 2 892 266 880
1 350 000 3 641 268 1 200 000 4 500 000 5 533 500 3 000 000 1 800 000 4 608 000 24 000 000
1 350 000 3 641 268 1 200 000 4 500 000 5 533 500 3 000 000 1 800 000 4 608 000 24 000 000
1 350 000 7 282 535 1 200 000 4 500 000 5 533 500 3 000 000 1 800 000 4 608 000 24 000 000
1 350 000 9 710 047 1 200 000 4 500 000 5 533 500 3 000 000 1 800 000 4 608 000 24 000 000
1 350000 12 137 558 1 200 000 4 500 000 5 533 500 3 000 000 1 800 000 4 608 000 24 000 000
7 200 000 9 797 760 4 608 000 28 800 000
7 200 000 9 797 760 4 608 000 28 800 000
7 200 000 19 595 520 4 608 000 28 800 000
7 200 000 26 127 360 4 608 000 28 800 000
7 200 000 32 659 200 4 608 000 28 800 000
85
86
III IV V VI VII
VIII IX X
Pengawas koperasi Ketua koperasi Sekretaris koperasi Bendahara koperasi Manajer usaha A. Kepala produksi B. Bagian produksi Administrasi dan keuangan Pemasaran Supir PBB Pajak mobil Biaya penyusutan Total biaya tetap Total biaya operasional Laba kotor (EBIT) Margin pembiayaan Laba sebelum bagi hasil Bagi hasil Petani (50%) Koperasi (40%) Wirakoperasi (7%) Desa (2%) Saldo usaha Pajak penghasilan PPN (0%) Laba bersih
26 400 000 28 800 000 25 200 000 25 200 000 25 200 000 19 200 000 288 000 000 38 400 000 38 400 000 12 000 000 500 000 2 250 000 87 706 500 717 295 028 1 336 495 028 150 385 036 37 074 871 113 310 166
26 400 000 28 800 000 25 200 000 25 200 000 25 200 000 19 200 000 288 000 000 38 400 000 38 400 000 12 000 000 500 000 2 250 000 87 706 500 717 295 028 1 336 495 028 150 385 036 37 074 871 113 310 166
26 400 000 28 800 000 25 200 000 25 200 000 25 200 000 19 200 000 288 000 000 38 400 000 38 400 000 12 000 000 500 000 2 250 000 87 706 500 730 734 055 1969 134 055 1004 626 073 37 074 871 967 551 202
26 400 000 28 800 000 25 200 000 25 200 000 25 200 000 19 200 000 288 000 000 38 400 000 38 400 000 12 000 000 500 000 2 250 000 87 706 500 739693 407 2390893 407 1 574 120 097 37 074 871 1 537 045 227
26 400 000 28 800 000 25 200 000 25 200 000 25 200 000 19 200 000 288 000 000 38 400 000 38 400 000 12 000 000 500 000 2 250 000 87 706 500 748652758 2812652758 2 143 614 122
56 655 083 45 324 066 7 931 712 2 266 203 45 324 066 14 868 801 0 30 455 266
56 655 083 45 324 066 7 931 712 2 266 203 45 324 066 14 868 801 0 30 455 266
483 775 601 387 020 481 67 728 584 19 351 024 387 020 481 29 737 601 0 357 282 880
768 522 613 614 818 091 107 593 166 30 740 905 614 818 091 39 650 135 0 575 167 956
1 071 807 061 857 445 649 150 052 989 42 872 282 857 445 649 276 400 056 0 581 045 592
2 143 614 122
Lampiran 10 Proyeksi cashflow usaha keripik jambu biji merah No
Uraian komponen
I a b c d II a
b c
d e III
IV VI VII VIII
Inflow Keripik jambu biji merah Penjualan minyak jelantah Nilai sisa Modal pembiayaan TOTAL INFLOW Outflow Total investasi Total biaya variabel Total biaya tetap Total biaya operasional Angsuran pembiayaan Bagi hasil Petani (50%) Wirakoperasi (5%) Desa (5%) Total bagi hasil Pajak penghasilan TOTAL OUTFLOW saldo usaha koperasi (net benefit) DF PV pertahun PV manfaat PV biaya Net B/C NPV IRR gross B/C Payback period
Tahun 0
0 960 225 000
960225000 -960225000 1 -960225000 0 960225000 1.88 948 008 225 46% 1.1 3.8
1
2
3
4
5
1 471 328 064 15 552 000
1 471 328 064 15 552 000
2 942 656 128 3 110 4 000
3 923 541 504 41 472 000
4 904 426 880 51 840 000 257 897 500
1 235 829 091 2 722 709 083
1 486 880 064
2 973 760 128
3 965 013 504
5 214 164 380
0 619 200 000 629 588 528 1 248 788 528 308 957 255
0 619 200 000 629 588 528 1 248 788 528 308 957 255
5 400 000 1 238 400 000 643 027 555 1 881 427 555 308 957 255
0 1 651 200 000 651 986 907 2 303 186 907 308 957 255
54 00 000 2 064 000 000 660 946 258 2 724 946 258
56 655 083 7 931 712 2 266 203 66852998 14868801 1639467581 1083241502 0.900901 975893245 2452891066 1476997821
56 655 083 7 931 712 2 266 203 66852998 14868801 1639467581 -152587517 0.811622 -123843452 1206785215 1330628667
483 775 601 67 728 584 19 351 024 570855209 29737601 2796377621 177382507 0.731191 129700561 2174387776 2044687215
768 522 613 107 593 166 30 740 905 906856684 39650135 3558650980 406362524 0.658731 267683581 2611877208 2344193627
1 071 807 061 150 052 989 42 872 282 1264732332 276400056 4271478647 942685733 0.593451 559438100 3094352776 2534914676
87
88
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 12 Januari 1992. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari ayah Ahmad Fauzi Pane dan ibu Susilawati. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis dari SD Pertiwi Bogor pada tahun 1997 – 2003. Pendidikan tingkat menengah dimulai penulis pada tahun 2003 – 2006 di MTs. Pembangunan UIN Jakarta. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA YPHB Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi Diploma IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Program Keahlian Manajemen Agribisnis. Setelah lulus dari Diploma IPB pada tahun 2012, penulis melanjutkan kuliah dengan mengikuti seleksi di Program Alih Jenis IPB dan diterima di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Agribisnis. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi dan beberapa kepanitiaan. Penulis merupakan salah satu pengurus Akmapesa Diploma IPB periode 2009 – 2011 dan pengurus Faster Alih Jenis Agribisnis IPB periode 2012 – 2014.