RELIGIUSITAS TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY Minahul Mubin Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan E-mail:
[email protected]
Abstract: A novel titled BumiCinta written by Habiburrahman El-Shirazy takes place in the Russian setting, in which Russia is a country that adopts freedom. Russia with various religions embraced by its people has called for the importance of human freedom. Free sex in Russia is commonplace among its young people. Russia is a country that is free with no rules, no wonder if there have been many not embracing certain religion. In fact, according to data Russia is a country accessing the largest porn sites in the world. Habiburrahman in his BumiCinta reveals some religious aspects. He incorporates the concept of religion with social conflicts in Russia. Therefore, the writer reveals two fundamental issues, namely: 1. What is the characters' religiosity in the Habiburrahman El-Shirazy'sBumiCinta? 2. What is the characters' religiosity in the BumiCinta in their relationship with God, fellow human beings, and nature ?. To achieve the objectives, the writer uses the religious literary criticism based on the Qur'an and Hadith. It emphasizes religious values in literature. The writer also uses the arguments of scholars and schools of thought to strengthen this paper. This theory is then used to seek the elements of religiousity in the Habiburrahman El-Shirazy'sBumiCinta. In this novel, the writer explains there are strong religious elements and religious effects of its characters, especially the belief in God, faith and piety. Keywords: Bumi Cinta; religiosity; religious literary criticism Pendahuluan Salah satu jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji salah satunya ialah novel. Sisi menariknya ada pada kandungan nilai-nilai yang tersurat sekaligus tersirat dari salah satu genre karya satra tersebut. Moralitas, estetika dan religiusitas merupakan nilai-nilai yang dapat dilacak dalam sebuah karya sastra. Seringkali, nilai-nilai tersebut merupakan unsur yang terikat (built in) dalam setiap gerak sejarah tokoh cerita, baik melalui deskripsi pikiran, maupun perilaku tokoh. Sastra adalah suatu bentuk seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia.1 Untuk itu, menganalisa karya fiksi merupakan salah satu cara untuk memahami dengan jelas apa yang terkandung di dalam karya itu sendiri. Karena bagaimanapun juga, karya fiksi merupakan proses pemikiran seorang pengarang yang belum tentu dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca apa maksud yang disampaikannya. Dengan menganalisisnya, kesalahpahaman maksud yang ditujukan dari pengarang kepada pembaca tentu dapat dihindari.
1
Siswanto Wahyudi, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), 8 AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
206
Sehingga suatu karya fiksi akan dapat dinikmati dengan mengutamakan tujuan adanya karya fiksi itu sendiri. Dalam tulisan ini, penulis memilih novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy yang dalam karya tersebut banyak mengadopsi nilai-nilai mulia yang terkandung dalam ayatayat al-Quran. Kandungan al-Quran yang dimanifestasikan melalui alur cerita novel tersebut, emnceritakan bahwa kunci kemenangan orang-orang yang beriman ialah saat mampu menghadapi musuh yang berat, musuh yang bisa datang dari mana saja, musuh yang siap meluluhkan bangunan keimanan orang-orang yang beriman. Musuh itu bisa berupa, hawa nafsu yang ingin bebas dari godaan perempuan-perempuan cantik, lingkungan yang tidak mendukung, dan seterusnya. Di negara seperti Rusia, orang-orang yang beriman tidaklah mudah menjaga dan mempertahankan imannya. Lebih lanjut, bahwa unsur religius dalam sebuah karya sastra merupakan elemen yang tak bisa dilepaskan. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius.2 Istilah “religius“ membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada perkembangan kebaktian kepada Tuhan dengan hukumhukum yang resmi. Religiusitas, di pihak lain melihat aspek yang dilubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalam pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi, lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak, formal dan resmi.3 Selain itu, religiusitas juga berkaitan dengan kebebasan orang untuk menjaga kualitas keberagamannya jika dilihat dari dimensi yang paling dalam dan personal yang acapkali berada diluar kategori – kategori ajaran agama.4 Novel Bumi cinta karya Habiburrahman El Shirazy yang dijadikan sebagi bahan pembelajaran ini, kehadirannya tentu tidak dalam kekosongan budaya. Pengarang tentu saja melihat suatu tata nilai yang terdapat di dalam masyarakat, kemudian ia menanggapinya melalui karya sastra. Novel Bumi Cinta menceritakan kehidupan seorang pemuda yang bernama Ayas, memiliki sifat sabar, ramah, serta tawakal mengahdapi ujian. Menyitir pernyataan Mangunwijaya menegaskan bahwa di dalam sastra terkandung nilai dan norma, serta agama. Kandungan seperti itu muncul karena seorang penulis karya sastra adalah sebagai makhluk sosial yang dilahirkan dari lingkungan tertentu. Pengalaman penulis akan mempengaruhi karya-karya sastra yang dihasilkannya. Menurut Mohamad5 dikatakan bahwa pengarang-pengarang yang mencungkil pengalaman-pengalaman dari hidup keagamaan sering disebut sebagai wilayah yang belum banyak digarap dalam kesusastraan kita. Penelaahan atas unsur agama dalam karya sastra hingga saat ini tidak pernah surut dilakukan. Justru sebaliknya, hal itu cenderung merangsang tumbuh dan berkembangnya penafsiran-penafsiran yang cemerlang baik berkaitan dengan suatu kepercayaan terhadap Tuhan maupun kehidupan keagamaan yang tergali di dalam karya sastra. Untuk itu, masih dipandang perlu mengadakan penelaahan dengan penekanan pada unsur religiusitas ini terhadap novel Bumi Cinya karya 2
YB Mangun Wijaya, Sastra dan Religiositas (Jakarta: Sinar Harapan, 1982), 11. Ibid. 12. 4 Nyoman Khuta Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 21. 5 Muhammad Arkoun, al-Fikr al- Islamiy; Qira‟ah Ilmiyah, terj. Hashim Salih, (tt : al-Markaz al-Thaqafiy alArabiy, tt), 89. 3
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
207
Habiburrohman el-Shirazy terbit tahun 2010. Romo Mangun mengatakan bahwa setiap karya sastra yang berkualitas selalu berjiwa religius. 6 Agama adalah suatu ajaran yang diyakini oleh perorangan atau suatu kelompok tertentu. Masing-masing orang dalam dunia ini punya pandangan dan agama yang berbeda beda. Agama merupakan sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia. Agama merupakan suatu hal yang dimaksudkan secara umum dapat mengendalikan kehidupan manusia menjadi lebih baik, tidak bebas atau hidup tanpa aturan. Secara khusus agama merupakan makanan atau nutrisi bagi jiwa manusia. Bagaimanapun itu, dengan banyaknya agama yang dianut oleh jutaan orang didunia ini tujuannya adalah bahwa Tuhan itu ada, bagaimana mereka bisa merefleksikan apa yang diajarkan oleh Tuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari, yang semua itu bermuara pada satu hal yakni membuat manusia bertingkah laku atau berakhlaq baik. Bambang Syamsul Arifin memaparkan bahwa agama sebagai suatu keyakinan memang agaknya sulit untuk didefinisikan, karena bentuk keyakinan seseorang itu tidak dapat diukur secara tepat.7 Akan tetapi, pendapat tersebut bukan berarti bahwa agama sama sekali tak dapat dipahami melalui pendekatan definitif. Karena itu walaupun mungkin belum disepakati banyak pihak, rangkuman definisi yang dikemukakan Harun Nasution dapat memberi gambaran tentang pengertian agama. Beranjak dari pengertian etimologis, Harun Nasution kemudian merangkum sejumlah definisi tentang agama dan merumuskan unsur-unsur penting yang terdapa dalam agama tersebut.8 Harun Nasution meruntut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-dien, religi,dan agama. Al-dien (semit) berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapun kata Religi (Latin) berarti mengumpulkan dan membaca. Selanjutnya, Harun Nasution merumuskan empat unsur yang terdapat dalam agama, 9 yaitu: a. Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungna baik dengan kekuatan gaib tersebut. Realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan kekuatan gaib tersebut. b. Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. Dengan demikian, manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan kebahagiaannya terpelihara. c. Respons yang bersifat emosional dari manusia. Respons ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan, karena didorong oleh perasaan takut (agama primitif atau 6
Mangun Wijaya, Sastra dan Religiositas, 44. Bambang Syamsul Arifin, Psikologi agama, ( Bandung; Pustaka Setia 2008), 9. 8 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta: UI-Press, 1974), 15. 9 Ibid, 47. 7
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
208
pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya. d. Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini adakalanya berupa kekuatan gaib, kitab yang berisi ajaran agama maupun tempat-tempat tertentu. Sementara itu, penulis juga perlu menegaskan terkait terminologi religiusitas yang dari pemaparan sebelumnya perlu diuraikan kembali bahwa ia merupakan suatu perasaan keagamaan yang lebih mengarah pada eksistensinya sebagi manusia karena bersifat personalitas dan cakupannya pun lebih luas dari pada agama yang hanya terbatas pada ajaranajaran dan pertautan-pertautan. Religiusitas dalam Konteks ini meliputi beberapa unsur fundamental yaitu: aqidah, syariah, dan akhlak, tiga hal dari unsur religi ini tidak dapat dipisahkan karena sangat berkaitan dengan yang lainnya. Berikut akan diuraikan hal yang berkaitan dengan tiga unsur tersebut: Pertama, aqidah adalah suatu keadaaan jiwa yang meyakini dan membenarkan sehingga membuat jiwa terasa tenang dan menjadi sebuah kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.10 Kedua, Ahmadi dan Salimi mendefinisikan syariah adalah tata cara atau tentang prilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT. Adapun ruang lingkup syariah mencakup peraturan-peraturan yang terdiri dari ibadah, muamalah, munakahat, siyasah, akhlak.11 Ketiga, akhlak adalah tingkah laku, budi pekerti yang melekat pada jiwa seseorang untuk melakukan suatu hal atau perbuatan. Adpaun hal-hal yang berkaitan dengan akhlak adalah akhlak kepada Allah, akhlak kepada kedua orang tua, Akhlak dalam menerima ketentuan Allah, perasaan malu (al-Haya). Selanjutnya, dalam konteks religius dapat dikategorikan nilai-nilai ketauhidan yang yang menjadi tuntunan sekaligus tuntutan bagi pemeluk agama samawi. Adapun subtansi yang terkandung dalam nilai ketauhidan adalah; 1. Allah adalah Esa dalam Dzat, sifat dan perbuatan-Nya 2. Tauhid merupakan keyakinan atas sesuatu yang lebih tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi dati kesadaran dan keyakian kepada haI yang. 3. Tauhid merupakan titik puncak keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan dan perwujudan nyata lewat tindakan. Trilogi Relasional : Hubungan antara Manusia, Alam dan Allah. Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia dengan sebaik-baik kejadian, serta menempatkannya pada kedudukan yang mulia. Kemuliaan manusia antara lain terletak pada kemampuan berkreasi, berfikir dan memiliki kesadaran moral. Potensi itulah yang menempatkan posisi manusia sebagai khalifah & hamba Allah.Adapun kedudukan semua manusia dihadapan Allah adalah sama, kecuali tingkat ketaqwaannya. Sementara itu, pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dari semangat yang dijiwai oleh sikap kritis dalam kerangka religiusitas antar sesama manusia. Hubungan antara muslim dan non-muslim
10 11
Sayid Sabiq, Aqidah Islam pola hidup manusia beriman. (Bandung : penerbit Diponegoro, 2010), 25. Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 237.
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
209
dilakukan guna membina kehidupan manusia tanpa mengorbankan keyakinan terhadap kebenaran universalitas Islam. Selanjutnya, alam semesta adalah ciptaan Allah yang diperuntukkan kepada manusia untuk digunakan sebaik mungkin guna memperoleh kemaslahatan hidup. Allah menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan-Nya salah satunya adalah dengan diciptakannya alam semesta. Hal ini berarti, tauhid tidak hanya meliputi hubungan manusia dengan Tuahnnya, namun juga bagaimana membangun relasi harmonis dengan alam. Perlakukan manusia dengan alam dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan dunia dan akherat. Jadi manusia harus mentransendentasikan segala aspek kehidupan manusia. Kondisi Sosial Negara Rusia Merujuk pada unsur-unsur religiusitas para tokoh dalam novel Bumi Cinta karya Habibur Rahman El-shirazy. penulis mengedepankan sisi agama para tokoh yang ada novel Bumi Cinta. Penulis menemukan temuan dengan data-data yang terkait dalam novel bahwa unsur-unsur religiusitas yang dibahas dalam novel ini adalah tentang kepercayaan adanya Tuhan, keimanan, ketakwaan, dan tawakkal. Kedua, penulis membahas tentang religiusitas terkait hubunnya dengan Tuhan, Manusia dengan sesama Manusia dan hubungannya Manusia dengan Alam dengan tema karya novel Bumi Cinta. Selanjutnya, penulis juga membahas bagaimana kondisi sosial negara Rusia sebagai latar belakang novel ini, dimulai dari sejarah negara Rusia, kondisi masyarakat negara Rusia, dan islam di rusia. Dari segi norma sosial, tergambarkan masyarakat Moskwa dengan sangat detail mulai dari pengakuan adanya Tuhan secara sembunyi-sembunyi, komunisme, dan gaya hidup masyarakat di sana. Dari segi perilaku, tergambarkan pergulatan mental, emosi, dan memunculkan kesan konflik emosional yang luar biasa. Klimaks emosional menjadi sangat menarik, karena dibungkus dengan kehidupan agama, ideologi, sosial, dan suasana yang penuh konflik. Bahkan, konflik itu dimulai sejak awal kisah yaitu ketika Muhammad Ayyas tiba di Moskwa. Perilaku yang dimunculkan pengarang bertujuan sebagai acuan dalam bertatakelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas kehidupan masyarakat. Latar belakang kehidupan beragama para Tokoh. 1. Muhammad Ayas Muhammad Ayas adalah sosok pemuda desa yang taat terhadap agama Islam dan masih memegang teguh ajaran agama yang dianutnya, dari segi namanya saja sudah bisa dipastikan bahwah tokoh Muhammad Ayas dalam novel Bumi Cinta adalah seorang muslim meski dalam situasi dan kondisi yang berbedah dengan sosial kehidupan beragama sebelumnya, baik ketika masih menempuh belajar di Madina bahkan di negara asalnya Indonesia yang masih memegang ajaran ketimuran, adat istiadat Muhammad Ayas selalu menyandarkan permasalahan kepada tuhannya. 2. Yelena Yelena merupakan teman satu apartemen Muhammad Ayyas, wanita muda Rusia yang sangat cantik. Profesi sehari-harinya sebagai pelacur kelas kakap. Yelena termasuk pemeluk faham Ateis, faham yang tidak mempercayai adanya Agama atau Tuhan, pemahaman ini diambil oleh Yelena setelah gagal membangun rumah tangganya sehingga lebih memilih jalan
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
210
kebebasan, hidup tanpa aturan norma agama dan norma sosial, tapi sedikit masih tersisah dalam benaknya bahwa agama dan tuhan dulu pernah diyakini. 3. Linor Wanita muda yang cantik ini juga satu apartemen dengan Ayyas. Penampilannya yang norak, kasar serta dingin sangat mengganggu hati Ayyas. Faham yang diikuti Linor adalah Yahudi sama dengan Yelena pengagum kebebasan dalam hidupnya, kebencian terhadap agama Islam didasari keterbatasanya dalam memahami agama, sedikit lebih beruntung karena Linor mempunyai dara muslimah dalam dirinya, hanya karena kondisi dan keaadanlah sehingga harus jauh dari keluarga muslimnya. Unsur Religiusitas Bumi Cinta: Sebuah Analisa Nilai dan Alur 1) Keimanan Terhadap Tuhan: Sebuah Narasi Pergulatan Batin Keyakinan akan adanya tuhan ini memang kompleks untuk diuraikan, apalagi bagi sebagian agama termasuk Islam Tuhan merupakan hal yang gaib, yakni hal yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Kita sebagai makhluknya hanya bisa merasa melalui setiap nafas, denyut nadi dan perilaku baik kita. Bagaimanapun juga Tuhan itu tidak dapat dibayangkan, atau dipikirkan. Tuhan itu absolut dan tanpa atribut apapun. Dalam pandangan Islam bukti akan adanya Tuhan adalah adanya alam semesta beserta isinya, bumi dan manusia. Alam semesta dan isinya serta keberadaan manusia bukanlah serta merta terjadi begitu saja. Hal itu mustahil tanpa ada sang pencipta yang menciptakan. Tuhan adalh dzat yang mengatur perjalanan bumi ini, pergantian siang dan malam, planet-planet yang berputar pada porosnya, badai, hujan angin, dan segala sesuatu yang ada dialam ini adalah diatur oleh Tuhan. Hidup manusia pun sebenarnya adalah diatur oleh Tuhan. Hidup, mati, jodoh, serta rejeki manusia telah diatur oleh-Nya, karena Tuhan adalah dzat yang menciptakan dan mengatur hal-hal tersebut. Sungguh mennakjubkan kuasa Tuhan. Betapa Tuhan telah mengatur hal yang tidak mungkin dinalar dan dijangkau oleh akal manusia paling hebat didunia sekalipun. Bagaimana Tuhan mengatur siang dan malam, adanya matahari, bulan, bintang, adalah rahasia Tuhan yang tak mungkin dijangkau akal manusia. Habibur Rahman El-shirazy dalam novel karyanya yang berjudul Bumi Cinta mengungkap tentang adanya Tuhan. Setiap agama mempunyai Tuhan mereka masing-masing. Islam meyakini bahwa Allah adalah Tuhan mereka, umat Kristen meyakini bahwa Yesus Kristus adalah Tuhannya, agama Budda meyakini bahwa Sanghyang Widi adalah Tuhan mereka, dan Hindu percaya bahwa dewa-dewa adalah tuhan mereka. Novel ini sarat akan makna kehidupan beragama, pentingnya meneguhkan agama dan keimanan kita dimanapun kita berada. Diceritakan dalam novel ini bahwa Ayyas seorang mahasiswa Indonesia yang sedang melakukah penelitian tesis di Rusia, yang merupakan negara terbejat didunia masih tetap meneguhkan islam dan dengan cobaan yang dilaluinya dia masih tetap mengakui dan beriman kepasa Tuhannya. Dibuktikan dalam dialog antara Ayyas dan Yelena tentang kepercayaannya terhadap adanya Tuhan. Suatu ketika, Ayyas dikagetkan dengan pengakuan Yelena yang memngungkapkan bahwa ia tak percaya kepada Tuhan. Adapun cuplikan pernyataan tersebut sebagai berikut: “Aku tidak memeluk agama apa pun. Aku tak percaya lagi sama agama, juga Tuhan”. 12 12
Habiburrahman El Shirazy, Bumi Cinta (Semarang; Authur Publishing, 2010), 51.
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
211
Kekagetan Ayyas itu berujung pada perdebatan antara Yelena dan Ayyas tentang kepercayaan terhadap Tuhannya. Yelena bersikeran tentang keyakinannya bahwa Tuhan itu tidak pernah ada, menurutnya hidup tanpa Tuhan itu membebaskan dirinya dari segala masalah, mmenurutnya Tuhan itu malah bikin masalah. Ayyas masih berusaha menasehati Yelena. Ayyas mengatakan bahwa agama bukan hadir justru untuk menyelesaikan masalah manusia. “Kamu jangan kaget. Disini banyak yang tidak beragama. Menurut pengalamanku, agar hidup kita mudah dan mendapat banyak kemudahan memang kita tidak memerlukan agama, juga Tuhan. Adanya agama dan Tuhan itu malah bikin masalah!”. “Itu tidak benar. Agama hadir justru untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mendera umat manusia.” “Kau boleh mengatakan apa saja, sesukamu. Tuhan tetap ada. Meskipun seluruh penduduk bumi ini mengatakan dan memercayai Tuhan tidak ada, tetap saja Tuhan itu ada. Tuhan ada sebelum alam semesta, termasuk dunia seisinya dan manusia ada. Sebab adanya Tuhan itu termasuk kebenaran postulat.”13 Bukti lain yang tertera dalam novel ini terdapat dalam halaman 61-62, ketika Ayas dan Yelena berjalan di pagi hari menyusuri jalanan bersalju di kota Moskwa. Mereka berangkat pagi-pagi sekali karena Yelena harus mengantar Ayyas ke MGU untuk mengadakan penelitian pertamanya. Yelena menemani Ayyas karena takut Ayyas akan tersesat. Dia pertama kali di Moskwa, dia belum tahu medan Moskwa. Maka pagi itu mereka melihat pemandangan yang sangat menakjubkan yang kata Yelena hanya terjadi sekali ini saja selama dia tinggal di Moskwa. Ia melihat musim dingin yang tidak seperti biasanya, begitu indah dan menakjubkan. Melihat hal itu Ayyas menyatakan bahwa ini adalah kehendak Tuhan, jika Tuhan berkehendak apapun pasti akan terjadi, kun fayakun. “Ayyas lihat, rumput itu. Ia seperti muncul dari dalam salju. Dan sinar matahari itu begitu indah. Sejak kecil sampai sekarang, belum pernah sekalipun aku melihat peristiwa alam seperti ini. Rumput-rumput kelihatan di musim dingin, dan matahari menyapa dengan sinarnya“14 “Kalau Tuhan berkehendak apa pun bisa terjadi!” sahut Ayyas.15 Apa yang dikatakan Ayyas adalah bukti bahwa dia benar-benar meyakini akan adanya Tuhan. Bahwa keindahan alam dan isinya ini adalah karena kuasa dan kehendak Tuhan. Novel ini menjelaskan bahwa tidak hanya Ayyas yang meyakini akan adanya Tuhan tapi juga Anastasia dan Dr. Lyudmila, yang mana mereka beragama Kristen Ortodok. Dalam seminar yang diadakan oleh fakultas kedokteran MGU Rusia mereka yang menjadi narasumber yang bertema “Konsep ketuhanan di era modern” jelas menerangkan kepercayaan mereka bahwa Tuhan itu ada. “Matahari yang menyala, bintang-bintang yang bercahaya,dan bumi yang penuh dengan pelbagai kehidupan, masing-masing menjadi bukti yang nyata bahwa alam bersifat temporal dan dimulai dari detik tertentu. Jadi alam memang diciptakan, dan penciptanya adalah dzat yang Eternal, Yang Wajib Adanya, Tak Bermula, maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa.16
13
Ibid. 59 Ibid. 61. 15 Ibid. 62. 16 Ibid. 307 14
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
212
Selanjutnya Anastasia yang merupakan salah satu pembicara dalam seminar tersebut juga menjelaskan akan adanya tuhan. Dengan suara jernih, dan dengan wajah yang memikat siapa pun yang memandangnya, Doktor Anastasia Palazo mengatakan: “Pemikir yang benar-benar berpijak pada teori ilmiah ilmu pengetahuan tidak adak mengingkari adanya Tuhan. Manusia modern sangat memerlukan Tuhan, sama dengan manusia kuno memerlukan Tuhan. Para filsuf modern yang cemerlang memberikan bukti-bukti dan dalil-dalil filosofis bahwa Tuhan itu ada. Contohnya Rene Descartes, Braise Pascal, dan Immanuel Kant, mereka semua meyakini bahwa tuhan itu ada.”17 “Rene Descartes misalnya, perkataannya yang paling terkenal adalah: je pense donc je suis! Atau Cogito Ego Sum! I think hence I am! Artinyaa: Aku berpikir maka aku ada! Perkataannya itu merupakan titik awal pembuktiannya bahwa tuhan itu ada. Setelah mengatakan, aku berpikir maka aku ada, dia lantas berkata: ‘Aku ini ada. Maka siapakah yang mengadakan aku dan menciptaka aku? Aku tidak menciptakan diriku sendiri. Oleh karena itu harus ada Dzat yang menjadikan aku. Dzat yang menjadikan itu haruslah Dzat yang ‘Wajib Wujud’. Yaitu Dzat yang pasti adanya. Dzat yang tidak mungkin tidak ada. Dzat yang ada dengan sendirinya, dan tidak membutuhkan Dzat lain untuk mengadakan-Nya, atau yang memelihara wujud-Nya. Dzat itu juga harus selamanya ada, tidak berkesudahan. Dan dia harus pula memiliki sifat-sifat kesempurnaan.”18 “Kemudian Braise Pascal, kecerdasannya mengantarkan pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Ia mengatakan ‘pengetahuan kita tentang Tuhan termasuk salah satu pengetahuan pertama, yang tidak memerlukan perdebatan dalil-dalil pikiran. Karena aku bisa tidak ada, kalau ibuku meninggal dunia terlebih dahulu sebelum aku dilahirkan hidup. Jadi aku bukan Dzat yang wajib wujud, dan aku bukan selamanya ada. Aku bukan tidak berkesudahan. Karena itu harus ada Dzat yang wajib wujud, yang ada selamanya, dan yang tidak berkesudahan, di mana wujudku bersandar kepadanya. Yaitu Tuhan. Yang kita ketahui wujudnya dengan pengetahuan pertama, tanpa merepotkan diri dalam perdebatan bukti-bukti alam pikiran!’19 “Sedangkan Immanuel Kant, setelah dia membeberkan teorinya yang panjang, dia menyimpulkan bahwa, kebenaran adanya. Yaitu kebenaran tertinggi dalam tingkatan kebenaran. Kebenaran tak terbantahkan. Kebenaran yang berada diluar jangkauan indera, akal dan ilmu pengetahuan. Itulah yang disebut postulat, yaitu dalil teoritis yang berada diluar jangkauan pembuktian teoritis, yang oleh karenanya dapat disebut dalil kepercayaan!”20 Selanjutnya dalam novel ini juga dijelaskan bahwa ayyas adalah orang yang sangat meyakini Tuhannya, keislamannya tak mudah digoyahkan atau dipatahkan oleh apapun. Terbukti dengan kemampuannya menjelaskan tentang konsep adanya Tuhan yang mapu menyihir para audience di Fakultas Kedokteran MGU. Meskipun akidah mereka tidak sepaham dengan Ayyas bukan berarti mereka tidak percaya dengan Tuhan. Ayyas memang mmampu mempesonakan pikiran mereka sehingga kepercayaan mereka terhadap Tuhannya semakin erat. Ayyas mengatakan bahwa Tuhan selalu mengasihi mereka, baik mereka yang percaya atau tidak percaya akan adanya Tuhan, Tuhan tetap mengasihi mereka yakni dengan memberi mereka sandang pangan dan tidak begitu saja menghentikan detak jantung mereka. Penjelasan ayyas ini bisa dilihat dibawah ini: 17
Ibid. 308 Ibid. 308 19 Ibid. 309 20 Ibid. 309 18
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
213
“Di dunia ini, Tuhan menyayangi orang-orang yang mengimaninya juga menyayangi orang-orang yang mengingkarinya. Sangat dahsyat kasih sayang Tuhan, sehingga seorang manusia yang lemah yang kalau sakit gigi sedikit saja mengaduh siang malam, yang sedemikian lemahnya manusia itu tapi berani mengatakan bahwa Tuhan telah sirna karena ilmu pengetahuan. Orang yang seperti itupun di dunia ini tetap di sayang Tuhan. Diberi makan, diberi pakaian, diberi penghasilan cukup, bahkan diberi ketenaran yang luar biasa”.21 Hal inilah yang diutarakan Ayyas sebagai bantahan pendapat Viktor Murasov yang merupakan artis papan atas di Rusia, ilmu pengetahuanya cukup tinggi, dia banyak menulis buku ilmu pengetahuan. Segalanya ia miliki, kecerdasan, ketenaran, ketampanan, dan segala hal yang ingin dimiliki semua manusia. Akan tetapi satu hal yang hilang dalam dirinya bahwa ia sama sekali tidak percaya akan adanya Tuhan, ia bersikukuh mendewakan ilmu pengetahuan dan menafikan adanya Tuhan. Dalam novel ini Ayyas juga mengatakan: “Meskipun begitu Tuhan tetap sayang padanya. Tuhan tidak memerintahkankepada jantung yang ada di dalam dirinya untuk berhenti berdetak. Tidak. Tuhan tidak memerintahkan hati yang ada di dalamnya berhenti menyaring racun. Tidak. Tuhan masih menberinya kesempatan hidup.”22 “Tuhan tidak juga mengirimkan topan dan badai kemarahan kepadanya. Tidak. Kenapa? Sebab Tuhan tahu kata-kata Victor Murasov itu tak lebih berharga dari sampah belaka. Tidak ada bobot dan nilainya samasekali. Kata-katanya samasekali tidak menggoyah sedikit pun keberadaan Tuhan”23 Lebih jauh lagi, karya Habibur Rahman El-shirazy ini, ternyata juga sangat sarat akan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan aktor yang tercermin dalam narasi-narasi yang terurai indah dalam novel ini. Peneliti banyak menemukan temuan data tentang keimana dan ketakwaan Ayyas, sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikut ini: Ia merasa tidak punya benteng dan senjata apapun untuk menjaga imannya, kecuali berdoa memohon kepada Allah, agar iman yang ada di dalam hatinya tidak tercabut dalam kondisi apapun. Hanya Allah lah yang bisa menjaga imannya. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkannya dari segala fitnah dan tipu daya setan. Tak ada yang lebih dahsyat dari rukuk dan sujud kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.24 Ayyas tegak dalam shalatnya. Rasa takut akan fitnah perempuan menjalar ke seluruh syaraf dan aliran darahnya“ 25 Keteguhan iman Ayyas dan ketakwaannya banyak diceritakan dalam novel ini. Perjuangan yang tidak mudah. Penuh tantangan, jika dia meleset sedikit saja dan menuruti nafsunya dengan godaan perempuan maka dipastikan ia menyesali seumur hidupnya. Ayyas tinggal satu apartemen dengan dua gadis muda nan jelita bernama Yelena dan Linor. Meskipun kamar, serta kamar mandi mereka berada dalam satu ruangan tapi setidaknya mereka tetaplah tinggal satu rumah dengan ruang tamu dan dapur milik bersama. Dia tau bahwa hal ini akan sangat menguji imannaya, lapalagi dia sudah mulai tahu bagaimana perilaku gadis Rusia yang bebas tanpa aturan, bebas melakukan free sex dengan wanita atau lelaki manapun 21
Ibid.310 Ibid. 311 23 Ibid. 311 24 Ibid. 45 25 Ibid. 67 22
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
214
tanpa adanya ikatan pernikahan. Akan tetapi Ayyas yakin Allah akan selalu menolongnya dan menguatkan imannya selama dia selalu bersujud kepadaNya. Dalam novel ini diterangkan bahwa Yelena mulai menggangu Ayyas dengan berpakaian sangat seksi diruang tamu. Ketika Ayyas pulang is mengajaknya mengobrol. Dengan hati sigap Ayyas menolaknya, ia takut akan godaan Yelena, dia masuk ke kamar dan menutup pintu lalu mengambil air wudlu dan shalat. “Ayyas lalu mandi air hangat. Mengambil wudlu, lalu shalat. Setelah shalat ia membaca Al-Qur’an satu halaman. Lalu merebahkan dirinya untuk tidur”26 Ayyas adalah orang yang teguh imannya. Selama beberapa hari tinggal di Moskwa, ia sudah tahu arah dan tujuan hidupnya. Tak pernah ia meninggalka shalat, wirid, membaca AlQur’an. Meskipun sulit menjalankan ajaran agama di negara non muslim ini, tapi paling tidak ia merasa lega karena masih ada orang Islam di Moskwa, masih berdiri mesjid di Moskwa. Ayyas memasuki masjid. Ada puluhan orang di dalam masjid yang sedang membaca AlQur’an dalam kelompk melingkar. Azan maghrib lima menit lagi. Ayyas mengambil air wudlu lalu duduk membaca Al-Qur’an tak jauh dari lingkaran.27 Azan berkumandang. Panggilan cinta dari Allah. Begitu sejuk. Begitu merdu. Ayyas meneteskan airmata. Setelah berhari-hari di Moskwa, baru kali ini dia mendengar suara azan, dan baru kali ini ia akan shalat di mesjid.28 Ayyas masih beruntung di Moskwa ini dia tidak sendirian, ia bekenalan dengan orangorang KBRI, Imam Hasan yang merupakan imam masjid dan pernah menimba ilmu di Madinah. Ayyas merasa bahwa merekalah yang membantu dia selama di Moskwa. Dalam hal keimanan dan ketakwaan ayyas adalah contoh pemuda sholeh yang patut dicontoh. Ujian iman Ayyas kembali diuji, ketika pulang dari mesjid dia kaget bukan kepalang seakan dunia akan runtuh. Bagaimana tidak Ayyas melihat pemandangan yang tidak pantas dilihat semua orang di muka bumi ini, ia melihat linor bergumul dengan lelaki bule di ruang tamu, dengan sangat kurang ajar, lelaki bule itu malah mengajak Ayyas untuk bergabung bersamanya. Ayyas langsung menutup pintu dan masuk ke kamarnya seraya membaca istighfar mohon ampun kepada Allah atas apa yang telah dilihatnya meskipun itu bukan kesengajaan. Ayyas membuka pintu dan terkejut bukan kepalang. Ayyas menyaksikan adegan yang tidak boleh disaksikan oleh siapapun. Ayyas langsung memalingkan mukanya dan beristighfar sejadi-jadinya. Diatas sofa Linor bergumul dengan seorang lelaki bule dan melakukan hal yang diharamkan oleh semua agama. Tubuh Ayyas langsung kaku, ia tidak tau harus berbuat apa. “hei kawan kenapa berdiri saja disitu, kemarilah!” lelaki bule itu menyapanya dan terang-terangan mmengajaknya berbuat dosa besar yang tidak pernah dibayangkannya samasekali.29 Ayyas membaca isti’adzah dan meludah ke kiri tiga kali. Lalu melewati ruang tengah dengan cepat dan masuk ke kamarnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah dua setan yang terkutuk itu.30 Sontak dalam hatinya ia bersyukur bahwa ia masih diselamatkan Allah dalam beteng keimana dan ketakwaan, disisi lain dia selalu mengingat dosa yang barusan dilihatnya, akankan Allah memaafkannya?, kemudian dia teringat pesan Imam Hasan yang mengatakan: 26
Ibid. 92 Ibid. 108 28 Ibid. 108 29 Ibid. 114 30 Ibid. 117 27
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
215
“Bertakwalah kepada Allah selama di Moskwa ini, saudaraku. Berhati-hatilah ujian imannya di sini tidak ringan. Ini adalah negara paling bebas di dunia. Penganut free sex, dan pengakses situs porno terbesar di dunia. Kebebasan Amerika maupun belanda sekalipun, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Rusia ini. Kamu harus ekstra hati-hati. Kalau memerlukan bantuanku jangan segan.”31 Keimanan Ayyas terbukti dengan ketaatannya untuk tetap menjalankan sholat dimanapun ia berada. Terbukti ketika masuk waktu sholat dan dia berada di ruangan tuan Tomskii, tanpa pikir panjang ia mengambil air wudlu dan segera melaksanakan shalat. ........Ayyas berdiri tegap menghadap ke selatan, ayyas samasekali tidak menoleh ke arahnya. Ia tetap masuk, ia melihat Ayyas mengankat kedua tangnnya lalu menurunkan kedua tangannya di lututnya, punggungnya lurus,32 Ayyas berdiri lalu menggelosor meletakkan seluruh mukanya ke tanah)33 Ayyas terbangun ketika ponselnya melengking-lengking. Ia memang memasang alarm pada ponselnya untuk menandai datangnya waktu shalat. Ayyas bangun tergagap. Ia langsugn tersadar ia ada di ruangan profesor Tomskii. Di atas meja ada secangkir teh yang sudah dingin. Berarti ia terlelap cukup lama. Ia seruput teh itu. Lalu berwudlu dan menegakkan shalat. Ayyas rukuk dan sujud di ruangan itu dengan penuh rasa khusuk dan menyatu dengan keagungan rahmat Allah Subhanahuu wa ta’aalaa.34 Setelah itu Ayyas menyalakan laptopnya. Ia menyalakan bunyi ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibawakan dengan tartil dan indah oleh SyaikhSa’ad Al-Ghamidi. Suara murattal itu ia nyalakan pelan, dalam batas yang tidak terdengar dari luar ruangan. 35 Iman seorang yang bernama Muhammad Ayyas kembali diuji ketika Linor mencoba mengganggunya dan mengajaknya berbuat zina. Saat itu ayyas sedang melakukan shalatnya. Tanpa ia sadari dengan perlahan linor masuk ke kamarnya dengan pakaian yang seksi, yang jika para lelaki .melihatnya tak mungkin akan menolaknya. Melihat hal itu Ayyas kaget dan tak bisa dipungkiri aliran darah lelakinya berdesir kencang. Ia adalah laki-laki normal yang punya nafsu dan syahwat, dalam hatinya ia sempat berpikir bahwa jika ia melakukan zina keluarganya tak kan ada yang tahu. Linor terus mengganggunya. Akan tetapi Ayyas tetap meneguhkan hati untuk tidak terjerumus ke lembah kemaksiatan. Ia kemudian meminta Linor membalikkan badan, dan memukul Linor sekers-kerasnya sehingga Linor tersungkur dan jatuh pingsan. Ayyas menyeretnya ke ruang tamu. Ayyas lalu menangis tersedu-sedu. Seperti kutipan novel berikut ini: Saat itu Ayyas sedang sujud di rakaat terakhir dalam shalatnya. Ia merasakan ada yang memasuki kamarnya. Ia menyabarkan dirinya untuk menyelesaikan shalatnya yang tinggal ujungnya saja. Begitu mengucapkan salam. Ayyas menengok ke arah belakangnya, seketika ia terperanjat kaget bukan kepalang. “astaghfirullahal’adzim” seru Ayyas. “....... dengan melihatku berpakaian seperti ini, kau tidak juga paham?” “Ya aku paham?” “Apa aku juga harus melepas semua yang kukenakan sampai kau paham?” Ayyas terhenyak. Ia paham maksud Linor. Dia juga lelaki normal. Jantungnya berdegup kencang. Aliran darahnya menghangat. Tidak akan ada orang yang melihat jika ia melakukan ajakan Linor. Keluarganya juga tidak akan tahu kalau ia melakukan itu.36 31
Ibid. 113 Ibid. 198 33 Ibid. 198 34 Ibid.152 35 Ibid. 148 32
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
216
Salah satu manfaat iman adalah bahwa iman dapat menentramkan jiwa. Peneliti meneliti bahwa hal ini benar adanya. Kekuatan dan ketentraman jiwa berasal dari kuatnya iman seseorang. Kalau imannya kuat insyaAllah hidupnya akan damai, dan sejahtera. Dalam novel ini dijelaskan bahwa ketentraman jiwa itu dengan keimanan itu terdapt dalam hati Devid. Devid adalah teman ayyas semasa SMP dulu dia juga pernah mondok di pesantren. Ketika kuliah di Rusia dengan kondisi sosial yang amoral, keteguhan imannya teruji, dia mengikuti jalan kesesatan, melakukan perilaku free sex, bahkan dia sampai tidak percaya akan adanya Tuhan, akan tetapi suatu malam ketika dia menginap di apartemen pak Joko, dia mendengar Ayyas membaca Al-Qur’an. Seketika itu Allah memberinya hidayah dan dia menyadari bahwa ia ingin kembali ke jalan yang benar, kembali menjadi manusia fitrah. Dan dia pun kembali ke jalan iman. Seperti yang digambarkan dalam novel ini: Sayup-sayup Devid mendengar suara Ayyas membaca Al-Qur’an dalam shalatnya. Ia menikmati suara itu. Sudah lama sekali ia tidak merasakan suasana tenang seperti itu37 “Mungkin aku harus kembali shalat agar jiwaku tidak kering kerontang.” Gumam Devid dengan mata menerawang kosong. “Shalat memang salah satu nutrisi jiwa paling penting.” Sahut Ayyas. “kalau begitu ajari aku sholat.”38 Akhirnya setiap malam Devid ikut shalat malam, ikut kajian hadis setiap pagi dan setiap menjelang tidur, Ayyas menjelaskan makna kalimat syahadat sambil tiduran selama tak lebih dari tujuh menit.39 Keimanan memang dapat merubah tabiat seseorang, sebejat apapun manusia jika ia masih punya sedikit iman di hatinya maka hidayah Tuhan pasti akan datang dan dia akan diselamatkan dari kesesatan. Hal ini terjadi pada Yelena, dia merupakan pelacur kelas atas di Rusia, tapi akhirnya Tuhan menurunkan hidayahNya pada Yelena. Dia bertobat dan mengakui bahwa Tuhan itu ada, dia mengakui bahwa Tuhanlah yang menyelamatkannya dari maut ketika dia sekarat dan hampir mati karena disiksa dan dibuang oleh kliennya di jalanan. Dia menyadari kesesatannya dan dia menikah dengan Devid d an mendapatkan ketentraman jiwa. “justru aku sangat menyesal kalau tidak memenuhi ajakanmu untuk menikah, percayalah, Yelena yang jahiliyyah telah binasa, dan kini yang menjadi istrimu adalahYelena yang lain. Yelena yang siap mati matian menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya40 Ketakwaan juga tersirat dalam novel ini bahwa Linor yang dulu merupakan orang Yahudi dan bergabung dengan Ben Solomon seorang teroris kini menjadi muslim. Dan dia berjanji di penghujung hidupnya dia ingin selalu mengabdikan diri dan bertakwa kepada Allah. Dengan suara lirih, Linor menyebut nama Allah dan memohon pertolonganNya agar menyelamatkan hidupnya. Ia berjajnji dalam hati, jika berumur panjang, ia akan mewakafkan dirinya untuk nerjuang di jalan Allah.41 Dari alur narasi yang tersajikan, terlihat bahwa pembicaraan mengenai relasi antara agama dan sastra merupakan pembicaraan yang selalu menarik untuk dilakukan. Tidak jarang keduanya memunculkan pertentangan esensial, namun sering pula keduanya menunjukkan satu kesamaan perspektif.Hakikat agama sebagai sumber yang melahirkan hukum-hukum 36
Ibid.369 Ibid.481 38 Ibid. 482 39 Ibid. 484 40 Ibid. 508 41 Ibid. 527 37
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
217
keagamaan seringkali memunculkan kebakuan yang tidak dapat ditawar, agama selalu mempunyai batasan-batasan yang mengikat. Jelas sekali berbeda dengan hakikat sastra sebagai sesuatu yang lentur dan tidak terikat, oleh karena itu kemudian muncul istilah chatarsis, istilah yang dikemukakan oleh Aristoteles tersebut menandakan bahwa sastra adalah pembebasan atas jiwa, pembebasan atas apa yang terikat, karena itu pula, dalam dunia sastra dikenal istilah licensia poetica, yakni kebebasan atau hak dan wewenang seorang sastrawan dalam berkarya. Pada tataran itulah sastra dan agama menjadi dua entitas yang kontradiktif. Namun, pada tataran tertentu, keduanya memiliki klaim yang sama sebagai sesuatu yang mencerahkan. Menurut Bendix, Reinhard dalam pemikiran Max Weber, sosiolog teologis, agama berperan bagi institusi sosial secara etis dengan memberikan pandangan dan sikap terhadap dunia42.Dari sinilah, agama sebagai pemberi makna bagi kehidupan. Bahwa dengan agamalah manusia memiliki kehidupanyang bermakna, baik kepada Tuhan maupun sesama. Sastra sebagai pedoman tentu saja berperan dalam memberikan makna. Tidak melulu berbicara hanya pada tataran keindahan dan kebebasan, ada isi yang disampaikan di dalamnya. Sejatinya dengan kebebasan dan keindahan itulah sastra merepresentasikan makna. Meskipun agama memberikan berbagai aturan formal bagi pemeluknya, namun agama juga sekaligus memberikan sentuhan jiwa. Peran sastra sebagai penggugah jiwa yang tidak jauh berbeda dengan peran agama sebagai penyentuh jiwa. Tak jauh berbeda dengan teori sosiologi sastra yang mengedepankan masyarakat sebagai cerminan dalan karya sastra ini. Masyarakat adah tombak utama yang menjadi kajian dalam teori ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam Ratna (2003, 18), “ teori-teori sosiologi yang dapt menopang analisi sosiologis adalah teori-teori yang sapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi khususnya dalam kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik, seperti kelompok sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial, institusi sosial, sistem sosial, interaksi sosial, konflik sosial, kesadaran sosial, mobilitas sosial, dan sebagainya.” 43 Maka dalam hal ini peneliti mengemukakan bahwa teori sosiologi dalam karya sastra dan unsur keagamaan begitu erat berkaitan. Hal tersebut yang dijunjung dalam novel ini ynag sarat akan arti dan nilai sosial keagamaan, keimanan, dan hubungan antar manusia satu sama lain. 2) Nilai Tawakal: Refleksi Batin dalam Sebuah Narasi Unsur selanjutnya dalam nilai religiusitas tokoh adalah sikap tawakal. Tawakal dapat diartikan dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dzat yang maha memiliki yakni Allah SWT, Tuhan semesta alam. Bertawakal berarti menerima dengan ikhlas apa yang telah digariskan Allah terhadap kehudupan kita. Tetapi hal tersebut tetap harus dibarengi dengan usaha yang sungguh. Karena bertawakal bukan berarti menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan tanpa berusaha. Contohnya ketika kita ingin masuk ke perguruan tinggi yang kita idamkan tentulah kita harus berusaha terlebih dahulu misalnya dengan mengikuti serangkaian tes, belajar dengan sungguh sungguh, adapun hasilnya baru kita serahkan kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang menentukan sukses dan tidaknya usaha kita. Seperti yang dikutip dalam novel ini bahwa beberapa tokoh yang ada disini selalu bertawakal kepada Allah. Dengan berbagai usaha yang mereka jalani, mereka menyerahkan 42 43
Reinhard Bendix, Max Weber: An Intellectual Portrait. Doubleday. 1960. Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, 27.
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
218
sepenuhnya kepada Tuhan, karena mereka percaya bahwa hidup, mati, jodoh, sakit, sehat, rejeki, semuanya itu telah diatur oleh Tuhan. Wujud dari sikap tawakal dalam novel ini diwujudkan dengan sikap Ayyas yang selalu berserah diri dan memohon perlingdungan hanya kepadaNya. Seperti doa Ayyas dalam kutipan dibawah ini: “Yaa Allah rahmatilah hamba-Mu ini dengan meninggalkan maksiat selamanya. Selama hamba-Mu yang lemah ini Engkau beri hidup di dunia ini. Duhai Dzat yang membolakbalikkan hati, teguhkanlah hati hamba-Mu ini memegang kuat agama-Mu, teguhkanlah hati hamba-Mu ini untuk taat kepada-Mu, dan meninggalkan segala larangan-Mu. Amiin.”44 Kemudian Ayyas juga berdo’a memohon perlindungan Allah atas tempat tinggalnya. Seperti yang telah di tulis dalam novel ini bahwa selama melakukan penelitian sejarah islam di Rusia, dia tinggal di sebuah apartemen satu rumah dengan dua perempuan Rusia yakni Yelena, dan Linor. Hal ini di rasa cukup berat bagi Ayyas, dia sangat takut kalau imannya akan tergoda dengan rayuan dua temannya itu. Untuk itu, Ayyas selalu bertawakal kepada Allah agar dijauhkan dari kemaksiatan dan dari fitnah keji. “Ya Allah hamba minta kepada-Mu kebaikan daerah ini, kebaikan penghuninya, dan kebaikan yang ada didalamnya. Dan hamba berlindung kepada-Mu ya Allah dari buruknya daerah ini, dari buruknya penghuni daerah ini dan segala keburukan yang ada didalamnya. Amiin.”45 Sikap tawakal Ayyas juga ditunjukkan dalam setiap langkah dan aktifitas kesehariaannya, dia terus menerus berdo’a untuk mendapat perlindungan Allah. Seperti yang dikutip dalam novel, sebagai berikut: Ayyas berusaha untuk kembali kepada Allah, menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah setiap kali memulai aktifitas apa saja. Ia merasa dirinya lemah tiada berdaya, yang memberinya kekuatan adalah Allah, yang memberinya kemampuan berpikir juga Allah, dan yang menjaganya dari segala yang tidak baik adalah Allah.46 Harmonisasi Religius: Identifikasi Trilogi Relasional Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbalbalik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah. Seperti yang selalu dikerjakan Ayas. .....Selesai sholat Shubuh. Seperti biasa, ia membaca Al-Qur’an, zikir ma’tsurat pagi dan membaca kitab Mudzakarat fi Manazil Ash-Shiddiqin wa Ar-Rabbaniyyin. Yang merupakan penjelasan dari kalimat-kalimat penuh cahaya dari Ibnu Athoillah. Ia merasa sholat, membaca Al-Qur’an, dzikir dan membaca buku adalah nutrisi jiwanya yang harus ia jaga betul-betul.47 Di Moskow ada azan. Laa ilaaha ilallallah! Tiada Tuhan Selain Allah.....Ayas merasakan sholatnya kali ini terasa sangat berbeda dan istimewa
44
Habiburrahman El-Shirazi, Bumi Cinta, 40. Ibid. 41 46 Ibid. 291 47 Ibid. 88 45
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
219
Ayas duduk dipingir tempat tidurnya dengan mushaf di tangan kanannya. Kedua matanya tertuju sepenuhnya pada mushaf. Bibirnya bergetar lirih melatunkan ayat-ayat suci.48 Ayas melihat jadwal waktu sholatnya. Hari ini dluhur datang pukul 12.50......Ayas tanpa ragu mengambil air wudlu lalu berdiri tegak takbirotul ikhrom49 Bukti lain tentang konsep relasi antar manusia dapat dilacak dari narasi yang menjelaskan ketika setiap ada kesempatan Ayyas selalu mengala, bahkan pada suatu hari Ayyas keluar dengan pak Joko yang pegawai KBRI untuk mencari sayur dan bahan lainya karena ingin masak bersama-sama. Manusia dapat hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan bumi yang ada pada posisi sekarang dengan saling menjaga hubungan antra sesama dengan baik . Pemikiran yang murni yang berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka dapat dengan mudah memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah yang semuanya diperuntukkan pada manusia untuk dijaga dengan baik serta selalu mensyukuri eksistensinya. Seperti bukti dibawah ini. Wow berhentilak sejenak Ayas, ini pagi yang menakjubkan! Baru kali ini aku melihat pagi musim dingin seindah ini... Ayas melihat rumput-rumput itu! 50 Dialog diatas menunjukkan sikap mensyukuri nikmat alam, menjaga kelestarian alam adalah wujud tangungjawab kita terhadap keberlangsungan kehidupan manusia, maka dari itu menjaga hubungan dengan alam adalah sangat penting jika kita tidak mampu menjaga maka ancamanya adalah, longsor, gempah bumi, banjir, kebakaran, angin dan lain-lain. Selanjutnya, tokoh Yelena penganut yang penganut dan idak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan. Yelena mengelah pada saat Ayas menjelaskan kejadian yang menakjubkan. Dan sikap Yelena seperti dibawah ini. “ini bukan kehendak Tuhan. Ini keajaiban alam”51 Keangkuhan Yelena pada akhirnya runtuh dan yakin dengan adanya Tuhan dan adanya agama. ..........ia teringat Tuhan. Ya Tuhan....pada saat ada rasa putus asanya........meratap pada Tuhan. Dan pertolongan itu datang”52 Pada dasarnya tokoh Yelena ini selain menyakini tidak adanya Tuhan dia juga masih mempunyai perasaan terhadap sesama. Masih menjunjung tinggi kebersamaan ini dibuktikan dengan sikap seperti dibawah ini. “makan malam yuk. Saya membeli makanan untuk kita berdua53 ......kau harus tahu aku adalah seorang pelacur. Aku perempuan bejat, kau salah kalau kau memintaku menjadi istrimu 54 Yelena merasa tidak ingin orang lain ikut menangung beban moral akibat dari apa yang ia perbuat selama ini. Dia ingin semua akibat dari perbuatanya dia tangungsendiri baik secara agama maupun hukum sosial
48
Ibid. 218 Ibid. 229 50 Ibid. 61 51 Ibid. 62 52 Ibid. 191 53 Ibid. 50 54 Ibid. 491 49
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
220
Ketika membicarakan hubungan tokoh/manusia dengan alam, maka ada kaitanya dengan gaya dan geografis disana selain negara maju. Yelena merasa tidak perlu memikirkan kondisi alam bahkan menjaga alam karena dia berfikir bahwa alam ini ada dengan sendirinya maka alam ini pula akan hilang sendirinya. Peneliti tidak menemukan sikap bagaimana Yelena peduli akan alam atau lingkungannya. Selanjutnya, Linor yang pemeluk agama Yahudi yang taat, ini digambarkan dari sikap Linor yang selalu membenci penganut agama Islam. Linor pulang ke apartemen dengan bernyanyi-nyanyi kecil. Ia merasa bahagia bisa mengabdikan hidupnya untuk kejayaan negeri yang dijanjikan oleh Tuhan dalam Talmud)55 Namun sebenarnya Linor adalah keturunan muslim, pada bagian akhir novel ini Linor tahu siapa sebenarnya dirinya dan keluarganya sehingga Linor sadar dan yakin dengan adanya Tuhan. Peneliti menemukan bukti pada saat ibu angkat Linor membuka semua rahasia tentang Linor. Bagaimana mama bisa menyebunyikan kenyataan ini sedemikian rapat?56 Mempunyai watak keras merupakan hasil didikan yang ia dapatkan sejak kecil karena didikan bapak angkatnya sehingga kebencian terhadam kaum muslim semakin menjadi, namun lagi-lagi Linor menunjukan hubungan sesama teman selalu berbagi dan tidak bisa melihat orang lain menderita. Linor nampak kaget........ “di rumah sakit mana?” tanya Linor.57 Ketika membicarakan hubungan tokoh/manusia dengan alam, maka ada kaitanya dengan gaya dan geografis disana selain negara maju. Yelena merasa tidak perlu memikirkan kondisi alam bahkan menjaga alam karena dia berfikir bahwa alam ini ada dengan sendirinya maka alam ini pula akan hilang sendirinya. Peneliti sama dengan Yelena tidak menemukan sikap bagaimana Linor peduli akan alam atau lingkungannya. Kesimpulan Dengan segala hal yang berkaitan dengan Rusia, dan dengan kondisi Rusia saat ini, kang Abik mencoba untuk menggali dan memaparkan hal tersebut yang di imbangi dengan nilai-nilai keagamaaan. Dia menulis sebuah maha karya yang berjudul Bumi Cinta. novel ini beliau tulis di tahun 2010, dengan latar belakang negara Rusia. Kang Abik mengungkapkan bagaimana bejatnya penduduk Rusia, dengan segala kecantikan dan kemolekan gadis-gadis Rusia, siapapun yang menginjakkan kaki disana pasti akan tergoda. Untuk itu, kang Abik menghadirkan sosok Ayyas, seorang yang sholeh yang segang melakukan riset tentang sejarah Islam Rusia di masa Stalin. Ayyas lulusan pesantren kemudian meneruskan S1 di madinah, kemudian magister di India. Ayyas adalah sosok yang dihadirkan Kang Abik sebagai tokoh yang tidak gentar memperjuangkan agamanya. Ditengah kondisi masyarakat Rusia dengan kondisi sosial yang jauh dari aturan agama sangat tidak mudah mempertahankan iman dan ajaran agama di negara ini. Akan tetapi, hadirnya Ayyas mampu memppertahankan keimanannya, dan menangguhkan segala macam ujian iman dan goadaan perempuan. Hal yang 55
Ibid. 263 Ibid. 426 57 Ibid. 178 56
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
221
mengharukan adalah dalam bab-bab terakhir novel ini, bahwa sosok Ayyas ternyata dapat membuat para teman sekelikingnya kembali ke jalan Allah. Devid yang kembali menapaki jalan Allah dan menikah denganYelena, seorang pelacur papan atas di Rusia. Ada pula Linor yang akhirnya masuk islam. Hal-hal itulah yang membuat novel ini menarik untuk dibaca dan diteliti. Daftar Rujukan Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Atmosuwito, Subijantoro. Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra. Bandung: CV Sinar Baru. 1989. Arafah, Saidah. Aspek Religiusitas Novel Dibawah Lindungan Ka'bah Karya Hamka.2005. Azra, Azyumardi, dkk. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen Agama. 2002. Faruk. Metode Penelitihan Sastra, Sebuah Penjelajahan Awal. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. 2012. Habiburrohman El-Shirazy. Bumi Cinta. Semarang: Authur Publishing. 2010. Khuta Ratna Nyoman. Paradigma Sosiologi Sastra, Yogjakarta: Pustaka Pelajar. 2003. Ratna, Nyoman Kuta. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Ratna, Nyoman Kuta. 2005. Sastra dan Cultural Studie. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Richard Swedberg, Max Weber and the Idea of Economic Sociology. Princeton: Princeton University Press. ISBN 0-691-07013-X Syamsul Arifin Bambang. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia. 2008 Sugihastuti. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002. Subijantoro Atmosuwito. Perihal Sastra Dan Religiusitas Dalam Sastra. Sinar Baru Bandung: Sinar baru. 2010. Moleong, lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Rejono, Imam. 1996. Nilai-nilai Religiusitas dalam Sastra Lampung: Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wijaya, Mangun. Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar Harapan. 1982. Zulfahnur. Teori Satra. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014