Multikultural dalam Perspektif Islam: Studi Kasus Novel AyatAyat Cinta dan Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
Haris Supratno*
Abstrak
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, yang terdiri atas berbagai suku bangsa, ras, tradisi, agama, dan budaya yang berbeda-beda. Namun, perbedaan tersebut merupakan bentuk keanekaragaman yang saling melengkapai, sehingga memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia merupakan bagsa yang multikultural, tetapi bisa hidup saling berdampingan, saling menghormati, saling mengahargai, dan saling toleransi, sehingga masyarakat dapat hidup damai dan berhagia tanpa memandang adanya perbedaan suku bangsa, ras, budaya, dan agama. Multikultural mengandung tiga prinsip dasar, yaitu toleran, kesetaraan, dan persamaan hak bagi kelompok kultural yang lain. Dalam novel Ayat-Ayat Cinta dan Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy banyak merefleksikan multikultural dalam perspektif Islam, artinya dalam novel tersebut banyak digambarkan aktivitas, perilaku, dan tutur bahasa yang mencerminkan multikultural para tokohnya yang terkait dengan ajaran Islam. Meskipun mereka berbeda bangsa, ras, budaya, dan agama, namun bisa hidup saling berdampingan, saling menghormati, saling toleran, dan saling menolong satu sama lain bagi yang membutuhkan pertolongan tanpa memandang perbedaan, suku bangsa, ras, budaya, dan agama. Mereka
menolong demi
cintanya kepada Allah untuk menjalankan perintah Allah SWT.
Kata Kunci : Sastra multikultural, perspektif, dan Islam.
*
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
mempunyai pandangan multikultural.
Pendahuluan Bangsa Indonesia merupakan bangsa
Meskipun ia orang Indonsia yang
yang multikultural, yang
hidup di Mesir, namun, ia bisa hidup
terdiri atas berbagai suku bangsa, ras,
berdampingan dengan masyarakat
adat-istiadat, budaya, dan agama yang
Mesir, saling menghormati, saling
berbeda-beda. Namun, mereka dapat
menolong, saling toleransi, dan tidak
saling hidup berdampingan, saling
mau menyakitkan orang lain. Bahkan
menghormati, saling menghargai, dan
ia juga bisa hidup saling bedampingan
saling toleransi tanpa memandang
dengan teman-temannya yang berasal
adanya perbedaan suku bagsa, ras,
dari berbagai negara yang berlatar
adat-istiadat, budaya, dan agama.
belakang sosial, budaya, ras, dan
Mereka diikat oleh suatu identitas
agama
sama-sama satu bangsa Indonesia,
pergaulan
satu tanah air Indonesia, dan satu
mempersoalkan adanya perbedaan
bahasa Indonesia. Keanekaragaman
bangsa, ras, budaya, dan agama. Ia
suku bangsa, ras, budaya, dan agama
diikat oleh suatu identitas bahwa
tersebut merupakan bentuk kekuasan,
mereka sama-sama umat manusia
keagungan,
yang
dan
kesempurnaan
yang ia
harus
berbeda.
Dalam
tidak
pernah
hidup
saling
ciptaan Allah SWT yang harus
menghormati,
disyukuri, karena tidak semua bangsa
mencintai, dan toleran serta sama-
di dunia ini mempunyai kekayaan
sama mahasiswa Al-Ashar.
suku
bangsa,
ras,
menghargai,
adat-istiadat,
Sikap saling menghormati,
budaya, dan agama seperti bagsa
saling toleransi, saling mencintai, dan
Indonesia
saling menolong merupakan realisasi
Keanekaragaman
tersebut
dan refleksi
ajaran Islam dan
banyak direfleksikan dalam novel
sekaligus
sastra
karya
multikultural. Islam menganjurkan
Habiburrahman, seperti dalam novel
kepada umatnya agar hidup di dalam
Ayat-Ayat Cinta dan Bumi Cinta.
masyarakat saling mnghormati, saling
Dalam novel tersebut digambarkan
menghargai, saling toleransi, saling
tokoh-tokoh utamanya seperti Fahri
mencintai,
dalam
menolong kepada sesamanya tanpa
Indonesia
novel
Ayat-Ayat
cinta
merupakan
dan
saling
bentuk
tolong
44
melihat suku bangsa, ras, budaya, dan
orang yang bertakwa. Hanafi dan
agama. Bila kita menolong orang lain,
Sobirin (2002:32-33) berpendapat
niatnya iklas karena menolong orang
bahwa ajaran Islam menempatkan
lain yang membutuhkan tanpa ada
manusia sebagai makhluk dan sebagai
rasa ingin mencari imbalan sesuatu
khalifah pada saat bersamaan.
dari yang ditolongnya. Menolong orang
lain
secara
iklas
karena
menjalankan perintah Allah SWT.
Konsep makhluk
manusia
sebagai
merupakan
totalitas
kepatuhan manusia kepada Tuhannya
Dalam novel Bumi Cinta juga
dengan menjalankan seluruh perintah
digambarkan bahwa tokoh Ayyas
dan menjauhi segala larangan yang
merupakan tokoh yang mempunyai
telah ditetapkan untuk mencapai
iman
dalam
kriteria sebagai manusia yang terpilih,
memperjuangkan dan menegakkan
yaitu manusia yang bertakwa. Ibadah
ajaran Islam. Namun, ia juga sangat
merupakan
menghormati,
manusia
yang
kuat
menghargai,
dan
realisasi kepada
pengabdian Tuhan
dan
menolong kepada orang lain tanpa
merupakan
melihat adanya perbedaan bangsa,
manusia
ras, budaya, dan agama mereka. Ia
Kedudukan manusia sebagai khalifah
bila menolong orang lain, tidak
merupakan atribut yang menuntut
pernah mengharapkan imbalan jasa
manusia
dari orang yang ditolongnya. Ia
menguasai seluruh tindakannya dan
menolong orang lain, dengan niat
mempunyai
menjalankan perintah Allah SWT.
dalam mengaktualisasikan dirinya
Ajaran
dan
penciptaan
makhluk
yang
merdeka,
kemampuan
lainnya.
bebas,
objektif
adalah
sebagai bagian dari tugas yang
seperangkat aturan yang bersumber
diberikan pencipta-Nya dalam rangka
dari Alquran dan Hadis agar ditaati
membangun
oleh manusia agar dapat mencapai
bumi.
kebahagiaan hidup di dunia dan
disandang manusia membawa pada
akhirat.
pembagian
Manusia
Islam
tujuan
yang
dapat
dan
Dua
memakmurkan
kedudukan
konsep
yang
yang
sangat
menjalankan segala perintah Allah
mendasar tentang kajian keilmuan
dan rasulnya dan dapat menjauhi
dalam Islam. Iman, Islam,dan Ihsan
segala larangan-Nya termasuk orang-
merupakan satu kesatuan yang tidak
45
dapat
dipisahkan.
kepercayaan
Iman
adalah
seseorang
yang
kesetaraan, dan persamaan diantara mereka (Taufik, 20014: 14).
diucapkan dengan lisan, ditastidkan
Bangsa
Indonesia
sebagai
dalam hati, dan diamalkan dalam
bangsa
perbuatan. Dalam ajaran Islam yang
ditinjau darai keberadaaan aneka
menjadi landasan utama adalah Iman.
ragam suku bangsa, budaya, dan
Sedangkan Islam merupan bentuk
agama. Ditinjau dari suku bangsa,
realisasi
Ihsan.
bangsa indonesia terdari atas berbagai
Sedangkan ihsan merupakan tataran
suku bangsa, antara lain, suku bangsa
tertinggi dari iman dan Islam. Pada
Jawa, suku bangsa Sunda, suku
saat manusia menyembah Allah, ia
bangsa Madura, suku bangsa Bali,
seakan-akan
dan
suku bangsa Sasak, suku bangsa
sangat dekat, meskipun manusia tidak
Bima, suku bangsa Melayu, suku
melihat Tuhan, tetapi mereka percaya
bangsa Dayak, suku bangsa Batak,
bahwa
dan
dari
iman
dan
melihat
Tuhan
Tuhan
melihat
mereka
yang
suku
multikultural dapat
bangsa
(Ma’mur; 2003 : 2, Supratno, 2015:
Keanekaragaman
9).
tersebut
suku
merupakan
Makasar. bangsa bentuk
multikultural bangsa Indonesia. Bila suatu daerah atau kota didiami oleh
Multikultural Suatu
akan
berbgai suku bangsa tersebut, mereka
multikultural
bisa saling hidup berdampingan,
apabila dalam suatu masyarakat hidup
saling menghormati, saling toleransi,
dua atau lebih kultural dan mereka
karena adanya ikatan sama-sama
saling menghormati, menghargai, dan
merasa satu bangsa Indonesia, satu
toleran.
tanah air Indonesia, dan satu bahasa
disebut
masyarakat
masyarakat
Multikultural
merupakan
kehadiran atau keberadaan
dua
Indonesia. Mereka hidup di dalam
realitas budaya atau kultural yang ada
masyarakat pada umnya tidak pernah
dalam suatu masyarakat yang saling
mempersoalkan
berinteraksi,saling
perbedaan suku bangsa, budaya atau
berdampingan,
saling menghormati, saling toleransi, dan kedua budaya atau lebih tersebut mengakui
adanya
toleransi,
karena
adanya
agama. Ditinjau dari segi budaya, masyarakat Indonesia yang terdiri
46
atas berbagai suku bangsa tersebut
Indonesia yang memeluk Islam atau
juga
agama
memiliki
aneka
ragam
lain,
dalam
hidup
di
kebudayaan yang khas yang hanya
masyarakat, pada umumnya juga
dimiliki oleh suku bangsa tertentu.
tidak mempersoalkan agama yang
Namun, kebudayaan yang saling
dipeluk oleh orang lain. Mereka
berbeda satu sama yang lain yang
saling menghormati, menghargai, dan
hidup
toleran terhadap pemeluk agama lain.
dalam
tertentu,
suatu
juga
masyarakat
bisa
hidup
Karena mereka juga terikat oleh suatu
berdampingan dengan kebudayaan
ikatan identitas,
lain milik suku bangsa yang lain. Hal
bangsa Indonesia, satu tanah air
tersebut dapat terjadi karena mereka
Indonesia, dan satu bahasa Indonesia.
juga tidak saling mengkalim bahwa
Hal tersebut sesuai dengan
kebudayaan mereka yang paling baik
pandangan Parekh (Taufik, 2014: 21)
dan yang punya hak untuk hidup,
bahwa
sedangkan yang lain tidak boleh
dapat digategorikan menjadi tiga
hidup atau berkembang.
kategori.
Ditinjau dari agama, bangsa
sama-sama
multikultural
masyarakat
Pertama,
masyarakat
yang
satu
fenomena menunjukkan
Indonesia juga memiliki aneka ragam
adanya
agama yang berbeda-beda. Namun,
yang
agama tersebut juga dapat hidup
subkultural suatu masyarakat yang
saling
saling
masih berada dalam satu lingkup
menghormati, dan saling toleransi.
kebudayaan. Kedua, keanekargaman
Masyarakat pemeluk agama tertentu
berdasarkan
dalam komunikasi sehari-hari pada
pemikiran kritis yang berkembang
umumnya juga tidak mempersoalkan
dalam
berbedaan agamanya, mereka juga
keanekaragaman kultural berdasarkan
diikat oleh suatu identitas, sama-sama
pada kesadaran atas prinsi-prinsip
satu bangsa Indonesia, satu tanah air
keyakinan dan praktek yang berbeda
Indonesia, dan satu bahasa bahasa
yang ada dalam suatu masyarakat
Indonesia.
yang lebih komplek.
berdampingan,
Di samping itu, ditinjau dari perspektif
Islam,
masyarakat
keanegaragaman didasarkan
suatu
Dalam meskipun
pada
pada
kultural ciri-ciri
pemikiran-
masyarakat.ketiga,
multikultural, mengakui
adanya
47
keanekaragaman, baik dalam suku
adat-istiadat, budaya, maupun agama.
bangsa, budaya, maupun agama,
Masyarakat yang digambarkan dalam
namun, ada tiga prinsip dasar yang
karya sastra tersebut dapat hidup
harus
saling
ada
dalam
pandangan
berdampingan,
saling
multikultural, yaitu adanya sama-
menghormati, menghargai, mencintai
sama pengakuan terhadap kelompok
satu sama yang lain, dan toleran tanpa
yang lain, toleran, kesetaraan, dan
mempersoalkan
bagi
berbagai
kelompok
perbedaan tersebut. Hal tersebut
kultural yang lain (Taufik, 2014: 18
sejalan dengan pandangan Taufik
dan 24).
(2014: 15) bahwa pada prinsipnya
persamaan
hak
adanya
sastra multikultural adalah seluruh karya sastra yang menggambarkan
Sastra Multikultural Keberadaan keanekaragaman
pola interaksi dua kelompok atau
suku bangsa, budaya, dan agama
lebih kultur yang ada dalam karya
dalam suatu masyarakat menjadi
sastra. Karya sastra multikultural
bahan inspirasi bagi pengarang untuk
terdapat dalam karya sastra daerah,
merefleksikan berbagai multikultural
nasional,
yang ada dalam masyarakat ke dalam
Sastra multikultural dapat ditinjau
multikultural dalam karya sastra.
secara
Karya sastra merupakan refleksi dari
internasional, dapat juga bersifal lokal
berbagai fenomena sosial yang ada
atau nasional.
dalam masyarakat. Kalau di dalam masyarakat
ada
kenyataan
atau
maupun
global
internasional.
atau
bahkan
Multikultural tersebut dapat berupa keanegaragaman suku bangsa,
fenomena sosial multikultural, maka
bangsa,
pengarang juga akan merefleksikan
pandangan, dan agama. Karya sastra
multikultural
multikultural mencakup empat jenis.
yang
ada
dalam
masyarakat ke dalam karya sastra. Sastra multikultural adalah karya sastra
yang di
budaya,
pemikiran,
Pertama, karya sastra multikultural yang
membicarakan dua
suku
dalamnya
bangsa/ masyarakat/ bangsa atau
merefleksikan interaksi dua kultural
lebih, yang keduanya atau lebih dapat
atau lebih, baik yang mencakup
hidup saling berdampingan, saling
perbedaan suku bangsa, bangsa, ras,
menghormati, salaing menghargai,
48
saling mencintai dan saling toleransi.
Multikultural dalam Novel Sastra
Kedua, karya sastra multikultural
Indonesia
yang
membicarakan
dua
pemikiran/pandangan/budaya lebih
yang
dapat
hidup
Multikultural
dalam
karya
atau
sastra merupakan sesuatu kajian di
saling
bidang sastra yang sangat menarik,
berdampingan, saling menghormati,
karena
dan saling toleransi. Ketiga, karya
khususnya novel merupakan salah
sastra
satu jenis karya sastra Indonesia yang
multikultural
yang
karya
sastra
Indonesia,
membicarakat dua agama atau lebih
mampu
yang
saling
fenomena multukultural yang terjadi
berdampingan, saling menghormati,
dalam masyarakat, baik yang terjadi
dan saling toleransi.
pada masa lampau maupun masa kini.
dapat
hidup
merefleksikan
berbagai
Menurut Ratna (2005: 399)
Sastra multikultural sudah sejak lama
karya sastra multikultural adalah
ada dalam novel sastra Indonesia.
karya sastra
Bahkan sejak jaman Balai Pustaka,
yang di
dalamnya
membicarakan berbagai suku bangsa,
novel
ras,
membicarakan
agama,
perilaku, dan
adat-istiadat,
pola
kebiasaan yang ada
sastra
Keberadaan
Indonesia
sudah
multikultural. sastra
multikultural
dalam karya sastra. Dalam usaha
sudah ada sejak jaman kolonisasi,
menghidupkan
kembali
sastra
karena pada masa tersebut sudah
maka
perlu
banyak dijumpai karya sastra yang
multikultural,
dibangkitkan kembali sastra lokal,
membicarakan
karena sastra lokal banyak berbicara
multikultural
tentang suku bangsa, ras, budaya,
masyarakat Indonesia (Taufik, 2014:
pola pemikiran dan perilaku yang
26).
khas,
yang
dapat
hidup
saling
hubungan dalam
konteks
Dalam novel sastra Indonesia
berdampingan di dalam masyarakat.
karya
Keanekaragaman sastra lokal juga
menggambarkan
dapat
karena dalam novel-novel tersebut
memperkaya
kebudayaan Indonesia.
khasanah
Habiburrahman
banyak
multikultural,
banyak menggambarkan hubungan multikultural dalam kontek bangsa, pemikiran/ pandangan/budaya, dan
49
agama. Para tokohnya mempunyai
Mesir. Ia bisa hidup berdampingan
sikap multikultural, seperti Fahri
dengan masyarakat Mesir, tanpa
dalam novel Ayat-Ayat Cita dan
membedakan
Ayyas dalam novel Bumi Cinta. Fahri
Hubungan mereka dengan kawan-
sebagai bangsa Indonesia dapat hidup
kawan dari berbagai negara juga baik
di negeri Mesir. Ia memiliki sikap
dan harmonis. Pergaulan mereka
saling menghargai, meghormati, dan
tidak pernah mempersoalkan adanya
toleran dengan masyarakat Mesir
pernedaan bangsa. Mereka sesama
yang
mahasiswa diikat oleh suatu identitas,
berbeda
bangsa,
ras,
dan
perbedaan
bangsa.
budaya. Namun, dalam pergaulan di
yaitu
dalam masyarakat ia tidak pernah
Ashar.
membedakan
gurunya juga sangat baik, bahkan ia
karena
adanya
perbedaan bangsa, ras, dan budaya.
Bumi
Cinta
Hubungan
mahasiswa Fahri
Al-
dengan
dianggap sebagai anak emas.
Demikan juga tokoh Ayyas dlam novel
sama-sama
Fahri
juga
digambarkan
juga
sebagai seorang yang mempunyai
sikap
iman yang kuat dan mempunyai
multikultural. Ia bisa hidup di negeri
semangat yang tinggi belajar ilmu
Moskwa yang berbeda dari segi
agama, sehingga ia menjadi salah satu
bangsa, ras, budaya, dan agama. Ia
mahasiswa yang terpandai dan hafal
bisa
masyarakat
Alquran di antara mahasiswa yang
Moskwa tanpa memandang adanya
lain serta menjadi anak emas Syaikh
perbedaan bangsa, ras, budaya, dan
Mahmoud Khushari. Ia memiliki
agama. Ia
wawasan
mempunyai
bergaul
dengan
memiliki
menghormati,
sikap suka
menghargai,
dan
multikultural
berhubungan
dengan
dalam sesama
toleran kepada orang lain dan sering
mahasiswa dan gurunya. Ia dalam
menolong
bergaulan kepada sesama teman tidak
orang
membutuhkan, adanya
tanpa
perbedaan
lain
yang
memandang bangsa,
ras,
budaya, dan agama.
pernah
berpikir
perbedaan
bangsa,
karena
adanya
budaya,
dan
agama. Ia selalu berprinsip bahwa
Dalam novel Ayat-Ayat Cinta
ajaran agama memerintahkan kepada
digambarkan tokoh Fahri sebagai
umatnya agar selalu berbuat baik
bangsa Indonesia yang hidup di
kepada
semua
orang,
saling
50
menghormati,
saling
meyanyangi,
marah kepada wanita bercadar putih
dan saling menghargai satu sama
tersebut,
lainnya. Karena sikap toleransi dan
toleran terhadap bangsa Mesir pada
suka menghormati, dan menghargai
khususnya dan bangsa Arab pada
orang lain, maka ia sangat dicintai
umumnya, karena orang Amirika
oleh gurunya dan teman-tenannya.
yang dianggap telah menghancur-
Hal tersebut tampak dalam kutipan
leburkan
sebagai berikut:
menolong wanita bercadar tersebut
Tahun ini, setelah melalui ujian ketat beliau hanya menerima sepuluh orang murd. Aku termasuk sepuluh orang yang beruntung itu. Lebih beruntung lagi, beliau sangat mengenalku. Itu karena sejak tahun pertama kuliah aku sudah menyetorkan hafalan Alquran pada beliau di serambi Masjid Al-Azhar. Juga karena di antara sepuluh orang yang terpilih itu ternyata hanya diriku seorang yang bukan orang Mesir. Aku satu-satunya orang asing dan sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. Tak heran jika beliau menganakemaskan diriku. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada yang merasa iri dalam masalah ini, mereka semua simpati padaku (Shirazy, 2005: 17).
karena
bangsa
Arab.
tidak
Fahri
dari caci-makian orang Mesir, karena Fahri beranggapan bahwa wanita tersebut telah berbuat baik kepada orang lain, tetapi kena apa justru dimarahi. Justru wanita tersebut yang telah berbuat baik kepada sesamanya tanpa memandang perbedaan bangsa dn budaya. Menolong orang lain merupakan bentuk multikultural dan sekaligus merupakan ajaran agama Islam,
yang
sehaarusnya
justru
didukung. Perbuatan
wanita
bercadar
putih yang telah menolong orang Amirika tersebut merupakan bentuk multikultural merupakan
juga
dianggap
dan ajaran
sekaligus Islam.
Islam
Wawasan multikultural Fahri
mengajarkan kepada umatnya agar
ditunjukkan
saling
pada
saat
ia
menghormati,
menghargai,
menolong perempuan bercadar putih
mencintai,
di sebuah tren, yang telah dicaci maki
sesamanya.
oleh orang Mesir, karena telah
bersabda
memberikan tempat duduknya kepada
seseorang, sebelum ia mencintai
orang Amirika. Orang Mesir tersebut
orang lain seperti mencintai dirinya
dan
toleran
Bahkan tidak
kepada
Rasulullah
sempurna
iman
51
sendiri. Wanita tersebut pada saat
Bentuk multikultural dalam
menolong orang Amirika tersebut
diri Fahri juga digambarkan pada saat
tidak pernah berpikir karena ada
perempuan yang telah ditolong Fahri
perbedaan
menolong
tersebut mengucapkan terima kasih
karena ada kesadaran dalam dirinya
dan mengenalkan dirinya dengan
bahwa Islam mengajarkan agar umst
menyebutkan
namanya
sambil
Islam suka menolong orang lain yang
mengulurkan
tangannya
untuk
membutuhkan
berjabar
bangsa.
Ia
tanpa
mengharap
tangan
dengan
Fahri.
imbalan apa pun dan tanpa melihat
Namun, Fahri dengan rasa hormat
karensa adanya perbedaan bangsa,
menangkupkan
budaya, dan agama.
kedadanya sebagai penolakan secara
Demikian juga Fahri pada saat menolong wanita bercadar
putih
halus
kedua
uluran
tangan
tangannya
perempuan
bercadar tersebut. Penolakan secara
tersebut, juga karena kesadaran yang
halus
ada dalam dirinya. Ia tidak rela ada
merupakan
orang yang sudah berbuat baik kepada
kepada perempuan bercadar tersebut,
orang lain, justru dimarahi, maka ia
tetapi
berusaha menasihati kepada orang
kuatnya iman Fahri, karena ajaran
Mesir yang dianggap telah melakukan
Islam tidak membolehkan seorang
kesalahan, yaitu memarahi orang lain
laki-laki bersalaman dn bersentuhan
yang telah berbuat baik kepada orang
dengan
Amirika. Perbuatan Fahri tersebut
muhrimnya.
Fahri
mencoba
merupakan bentuk multikultural dan
menjelaskan
kepada
perempuan
sekaligus merupakan refleksi ajaran
tersebut,
Islam.
bersalaman
Fahri
menolong
wanita
tersebut
bukan
bentuk
merupakan
berarti
penghinaan
refleksi
perempuan
yang
alasannya dengan
dari
bukan
tidak
mau
perempuan
tersebut juga bukan karena kenal,
tersebut, agar tidak terjadi salah
bukan karena satu bangsa, tetapi
paham
dan
tidak
dianggap
merupakan
menghinanya.
Hal
tersebut
bentuk
menghormati,
menghargai, dan toleran kepada orang
merupakan
lain yang telah berbuat baik kepada
menghormati, toleransi, dan tidak
orang
mau menyakitkan orang lain. Rasa
lain
didukung.
yang
justru
harus
hormat
bentuk
tersebut
rasa
tampak
saling
dalam
52
kutipan sebagai berikut: “ ... My name
perempuan yang mengajak berjabat
is
tangan tersebut.
Fahri,
jawabku
sambil
menangkupkan kedua tanganku di
Perilaku mayoritas orang Islam di
depan dada, aku tidak mungkin
Indonesia
yang sering bersalaman
menjabat
dengan
perempuan
tangannya.
”Ini
bukan
tersebut
berabti saya tidak menhormati Anda.
merupakan refleksi kelemahan iman.
Dalam ajaran Islam, seorang lelaki
Orang Islam yang kuat imannya, akan
tidak
tidak
boleh
bersalaman
dan
mau
bersalaman
dengan
bersentuhan dengan perempuan selain
perempuan yang bukan muhrimnya,
istri
Aku
dengan sikap yang menghormati
menjelaskan agar dia tidak salah
seperti yang dilakukan oleh tokoh
paham.” (Shirazy, 200554-55).
Fahri.
dan
mahramnya”.
Dalam kehidupan sehari-hari,
Rasa
toleransi
dan
banyak orang Islam yang tidak
menghormati orang lain juga tampak
mampu mengamalkan ajaran Islam
pada saat Fahri diajak makan oleh
tersebut. Bila seorang laki-laki diajak
keluarga Maria. Fahri sebenarnya
berkenalan dengan wanita cantik
sudah diskenario oleh ayah Maria,
dengan
tangannya,
yaitu Tuan Boutros agar duduk
sangat jarang lelaki tersebut berani
berdua dengan Maria di jok mobil
menolaknya, karena menolak ajakan
belakang
jabat tangan tersebut, akan dianggap
kedua orang tuanya. Namun, Fahri
suatu penghinaan. Mayoritas orang
dengan
Islam di Indonesia pada khususnya,
menolaknya,
karena takut dianggap menghina atau
diperbolehkan duduk di jok depan
tidak
perempuan
karena agar dapat berbincang-bincang
tersebut, maka pada umumnya akan
dengan ayah Maria. Permintaan Fahri
menerima
tersebut dikabulkan oleh ibu Maria
mengelurkan
menhormati
uluran
tangan
wanita
yang ditumpangi oleh
rasa
penuh
hormat
dan
minta
cantik tersebut. Pada umumnya orang
yang
Islam di Indonesia, lebih berani
Akhirnya
melanggar ajaran Islam daripada
belakang bersama ibunya dan Fahri
dianggap
duduk di jok depn di samping ayah
tidak
menghormati
bernama Maria
Madame duduk
Nahed. di
jok
Maria. Fahri dengan rasa hormat tetap
53
mau mengikuti permintaan orang tua
Sifat toleransi dan menghargai
Maria dalam satu mobil. Namun, ia
orang lain juga ditunjukkan pada saat
tidak mau duduk di jok belakang
orang tua Maria menyuruh Maria agar
bersama
mengajak
Maria. Ia takut lemah
Fahri untuk
berdansa.
imannya duduk berdua bersanding
Maria segera mendekati Fahri dan
dengan
sangat
mengajak dansa. Dengan secara halus
cantik. Gambaran kekuatan iman dan
Fahri mencoba menolaknya, dengan
multikultural Fahri tersebut tampak
menangkupkan dua tanggannya di
dalam kutipan sebagai berikut:
depad dadanya, sambil minta maaf, ia
perempuan
yang
Tuan Boutros mengatur siapa yang ikut mobilnya dan siapa yang ikut mobil Yousef.... Aku melangkah ke mobil Yousef. Namun, Tuan Boutros memanggil, “Fahri, kau ikut aku!” “Ya, kau naik sini Fahri!” seru Madame Nahed... Madame Nahed naik di depan duduk di samping Tuan Boutros. Maria di belakang. Masak aku harus duduk di samping Maria. Dan parfumnya itu. Nuraniku tidak setuju. Satu mobil tak apa, tapi selama tempat duduk bisa diatur lebih aman di hati kenapa tidak. Aku mendekati Madame Nahed dan berbicara dengan halus. “Maaf Madame, boleh saya duduk di depan. Saya ingin berbincang-bincang dengan Tuan Boutros selama dalam perjalanan”. Madame Nhed terseyum, ”Oh ya, dengan senanghati”. Dia lalu turun dan pindah ke belakang duduk di samping putrinya. Aku naik dan duduk di samping Tuan Boutros (Shirazy, 2005: 124).
tidak bisa menari. Maria berusaha membujuk Fahri lagi, Maria juga mengaku tidak bisa menari, ia mengajak belajar bersamasama. Fahri dengan secara halus, sekali lagi minta maaf kepada Maria, sambil berkata bahwa ajaran Alquran dan Sunah melarang seorang lelaki bersentuhan dengan wanita yang bukan muhrimnya. Multikultural dan kekuatan
iman
Fahri
tersebut
tergambar dalam kutipan sebagai berikut: “Fahri, maucoba berdansa denganku? Ini kali pertama aku mencoba berdansa “, lirihnya malu. Aku harus berbuat apa. Apakah aku harus ikut budaya Eropa...Tawaran Maria bagi seorang pemuda adalah tawaran menarik. Siapa tidak suka bergandeng tangan dan berdansa dengan gadis secantik dia. Di sinilah letak ujiannya. “Maaf aku tidak bisa,” jawabku sambil terseyum dan
54
menangkapkan dua tangan di depan dada. ‘’Sama, aku juga tidak bisa’’ Kita belajar bersama-sama pelan-pelan. Ayo kita coba!” “Maafkan aku Maria. Maksudku aku tidak mungkin bisa melakukannya. Ajaran Alquran dan Sunah melarang aku bersentuhan dengan perempuan kecuali dia istri dan mahramku” Kuaharap kau mengerti dan tidak kecewa!” terangku tegas. Dalam masalah seperti ini aku tidak boleh membuka ruang keraguan yang membuat setan masuk ke dalam aliran darah (Shirazy, 2005: 132-133). Kutipan
tersebut
membuktikan bahwa Fahri selalu berusaha untuk menjaga toleransi dan menghormati orang lain, agar ia tidak menyakitkan orang lain. Karena Islam eengajarkan bahwa orang Islam harus saling
menghormati
dan
saling
mencintai satu sama yang lain, tanpa memandang
perbedaan
bangsa,
Rasa hormat dan toleran juga Ayyas
dalam
makan oleh Yalena. Ia terpaksa mau ajakan
Yalena
di
ruang
tamu.
Yalena
mengambil tempat tepat berhadapan dengan Ayyas. Pemuda yang pernah kuliah di Madinah
itu banyak
menunduk, ia berperang melawan dirinya
sendiri,
berusaha
sekuat
tenaga untuk menjaga pandangannya” (Shirazy, 2010: 50). Sikap
multikultural
Fahri,
yaitu menghormati, menghargai, dan toleran kepada
tetangganya juga
digambarkan pada saat Fahri sering menolong orang lain yang tanpa mengharapkan balasan apa-apa, juga tanpa memandang adanya perbedaan bangsa, budaya, dan agama. Bila ia menolong orang lain, hanya karena cintanya kepada Allah SWT. Ia pernah menolong Maria memberikan disket
di
tengah-tengah
kesibukannya, tetapi ia juga tidak
makan
untuk membeli disket dikembalikan. Sikap multikultural Fahri juga
novel
Bumu Cinta. Pada saat ia diajak
mengikuti
keluar kamar dan makan bersama
mau uangnya yang telah digunakan
budaya, dan agama.
ditunjukkan
kutipan berikut: “Ayyas terpaksa
malam
Yalena karena untuk menghormati dan toleran kepada Yalena. Gambaran sikap Ayyas tersebut tampak pada
tampak
pada
saat ia
menolong
perempuan cantik yang bernama Noura, yang sedang menghadapi kesulitan karena perbuatan ayahnya. Pada saat ia menolong Noura, ia tidak pernah
berpikir
karena
adanya
55
perbedaan
bangsa,
dan
tidak mau makan makanan yang
agama. Ia berusaha menyelamatkan
dibawakan istrinya, karena ia tidak
dari siksaan ayahnya, meskipun ia
mau makan enak, sementara teman-
akhirnya justru difitnah oleh ayahnya
teman seselnya hanya makan air dan
bahwa ia telah memperkosa Noura,
roti kering. Perasaan toleransi Fahri
sehingga ia harus di tahan dan
sangat tinggi kepada sesama tahanan.
menghadapi
Ia tidak mau makan enak, sementara
proses
budaya,
hukum
di
pengadilan.
temannya hanya minum seteguk air
Multikultural
novel
dan roti kering. Sikap multikutural
Ayat-Ayat Cinta juga diagambarkan
juga tampak dalam diri Aisha. Ia
dalam
segera
tokoh
Fahri
dalam
dan
Aisha.
tanggap,
maka
Keduanya sebagai suami-istri saling
makanan
tersebut
menghormati,
sebagian
untuk
menghargai,
dibaginya
dua
bagian,
suaminya,
dan
mencintai, dan toleran dan tidak
sebagian utuk temannya. Hal tersebut
saling menyakiti. Fahri sebagai suami
tampak pada kutipam sebagai berikut:
sangat mencintai, menghormati, dan
“Untuk buka puasanya mungkin aku
menghargai
tidak bisa, jawabku”. “Kenapa?”
Aisha
istrinya.
sebagai
istri
mencintai,
juga
saling
menghargai,
menghormati, menyakiti.
Sebaliknya
dan Fahri
tidak
kepandaian,
Fahrilah
yang
makan
sementara teman-teman satu selku
digambarkan
dengan roti kering dengan jubna
menolong, menghormati, dan
Akhlak,
mungkin
berbuka hanya dengan seteguk air
rajin, pandai, dan berakhlak mulia,
tidak mau menyakiti
tidak
saling
sebagai seorang mahasiswa yang
suka
“Aku
kadaluarsah”(Sharazy, 2005: 354). Dalam novel Novel Ayat-Ayat Cinta digambarkan bahwa
Fahri
orang lain.
adalah seorang yang mempunyai
keramahan
kepedulian dan senang membantu
menyebabkan
ia
orang lain serta berbuat baik dan
banyak disukai orang lain. Ia juga
menghormati tetangga. Ia dengan
banyak dicintai wanita cantik, seperti
ikhlas membantu Maria tetangganya
Maria.
membelikan
disket
dan
tidak
Sikap multikultural Fahri juga
menharapkan apa-apa, bahkan setelah
tampak pada saat ia ditahanan, ia
barangnya diberikan kepada Maria. Ia
56
tidak
menharapkan
uangnya
dikembalikan. Ia menolong orang lain
memandang
adanya
perbedaan
bangsa, ras, budaya, dan agama.
sebagai refleksi cintanya kepada
Fahri
sebagai
pemuda
Allah SWT, hanya mengharapkan
muslim selalu berusaha mengamalkan
ridho dari Allah SWT. Hal tersebut
ajaran
tampak
masyarakat,
dalam
kutipan
sebagai
Islam
dalam
hidup
termasuk
di suka
berikut: “ di kota Helwan ada pasar
menolong,
dan toko-toko cukup besar. Di sana,
memuliakan tetangganya. Islam juga
akhirnya kudapatkan juga disket itu.
mengajarkan bahwa setiap manusia
Aku beli empat. Dua untuk Maria.
itu pada dasarnya adalah saudara.
Dan
Oleh sebab itu, manusia harus saling
dua
untuk
diriku
sendiri”
(Shirazy, 2005: 58).
berbuat
baik,
dan
cinta- mencintai, tolong menolong,
Fahri berbuat baik menolong membelikan disket Maria
bukan
dan berbuat baik kepada sesama dan tetangga.
Ia juga sangat mencintai
semata-mata karena hubungan dua
dan saling tolong- menolong di antara
individu,
sesama teman seasrama, masing-
tetapi
sebagai
refleksi
hubungan dua keluarga, karena ia
masing
adalah ketua atau yang dituakan di
jawabnya.
asrama. Bahkan hubungan Fahri
tolong menolong merupakan bentuk
dengan Maria tersebut bukan hanya
persaudaraan dan rasa cinta sesama
semata-mata hubungan individu dan
saudara
keluarga, tetapi lebih daripada itu,
multikultural. Hal tersebut tampak
yaitu hubungan antara dua bangsa dan
pada kutipan sebagai berikut: “Aku
dua
yang
senang bahwa teman-teman satu
berbeda yang saling menghormati,
rumah ini mengerti dengan kewajiban
menghargai, dan toleran. Hubungan
masing-masing. Kewajiban memasak
tersebut merupakan salah satu bentuk
sesibuk apa pun adalah hal yang tidak
multikultual
umat
boleh ditinggalkan. Sepertinya remeh
beragama serta bentuk keharmonisan
tapi sangat penting untuk sebuat
hidup sebagai umat manusia yang
tanggung
hidup
waktunya adalah bukti paling mudah
penganut
dalam
keyakinan
dan
toleransi
masyarakat,
tidak
mengetahui Saling
serta
tanggung
mencintai
merupakan
jawab.
Masak
dan
bentuk
tepat
sebuah rasa cinta sesama saudara. Ya
57
inilah bentuk persaudaraan. Hidup di
menerapkan
negeri orang harus saling membantu
kehidupan di dalam masyarakat.
dan melengkapi. Tanpa orang lain
Masyarakat
mana mungkin kita bisa hidup dengan
memproduk
baik” (Shirazy, 2005: 65).
seseorang hidup dalam masyarakat
Sikap
menghargai,
menghormati,
pada manusia,
dalam
dasarnya maka
bila
yang baik, maka dalam hidup dalam masyarakat ia akan selalu cenderung
juga
untuk berbuat kebaikan. Manusia
digambarkan dalam tokoh Fahri. Pada
sebagai individu juga memproduk
saat Fahri naik metro, ada dua
masyarakat, artinya bila manusia itu
penumpang yang turun dan ada dua
baik, maka masyarakatnya juga akan
bangku kosong. Ia bisa duduk di kursi
baik.
orang
dan
Islam
suka
menolong
toleran,
ajaran
lain
kosong tersebut, tetapi ia tidak mau
Dalam novel Ayat-Ayat Cinta
mendudukinya. Ia panggil orang tua
juga
yang berdiri dan dipersilahkan duduk.
Fahri sebagai
Sebenarnya masih ada satu kursi
sangat mengormati, menghargai, dan
kosong, tetapi tiba-tiba ada seorang
mencintai istrinya, tanpa memandang
perempuan
adanya perbedaan bangsa, budaya,
yang
bercadar
putih
digambarkan
multikultural.
bangsa Indonesia
masuk, ia segera memanggilnya dan
dan
mempersilahkan
duduk.
berbeda bangsa. Seorang suami harus
Mendahulukan kepentingan orang
mencintai, menghormati , dan tidak
lain
menyakiti
juga
merupakan
bentuk
agama,
meskipun
istrinya.
istrinya
Sebaliknya,
multikultural dan merupakan ajaran
seorang istri juga harus mencintai,
Islam. Fahri sebagai seorang muslim
menghormati, dan tidak menyakiti
yang telah dididik di pesantren dan di
suaminya.
perguruan tinggi Islam Al-Ashar, ia
harus satu jiwa, bila suami sakit, istri
tahu bahwa Islam mengajarkan agar
juga ikut sakit. Bila istri sakit, suami
lebih
lain
juga ikut sakit. Bila suami senang,
daripada kepentingan dirinya sendiri.
istri juga senang, bila suami sedih,
Ajaran Islam di pesantren
dan di
istri juga ikut sedih. Bila istri sedih,
perguruan tinggi Islam itulah yang
suami juga ikut sedih. Milik suami,
menyebabkan
juga milik istri, milik istri juga milik
mementingkan
Fahri
orang
mampu
Hubungan
suami-istri
58
suami.
Kecintaan
suami
kepada
luar kemampuan suminya, maka akan
istrinya digambarkan dalam kecintaan
mendorong suaminya akan berusaha
Fahri kepada Aisha.
semaksimal
Fahri sangat
mungkin
untuk
permintaan
istrinya,
mencintai dan menghormati istrnya.
memenuhi
Kecintaan
istrinya
dengan berbagai cara. Hal tersebutlah
tampak pada dialog sebagai berikut:
yang kadang-kadang bila suaminya
“Aku sangat mencintainya, tapi aku
tidak memiliki iman yang kuat, suami
tidak
menuruti
akan melakukan kejahatan seperti
keinginannya ....” Aisha, istriku yang
merampok, maling, menipu, dan
kucintai.... (Shirazy, 2005: 268 dan
korupsi. Sifat dan karakter tersebut
270).
digambarkan dalam tokoh Aisha.
Fahri
akan
kepada
mampu
Demikian
juga
Aisha,
Aisha merupakan istri Fahri yang
kecintaan Aisha kepada suaminya,
sangat
penghormatan istri kepada suaminya,
suaminya. Ia tidak mau membuat
tutur bahasa yang halus dan sopan
suaminya sedih, karena kesedian
istri kepada suaminya yang berbeda
suaminya
bangsa, ras, dan budaya, tetapi ia
kegembiraan
sangat
kegembiraannya. Hal tersebut tampak
menghargai,
toleran, suaminya
dan tanpa
menghormati,
sangat
mencintai
melihat
adanya
perbedaan bangsa,ras, dan budaya. Aisha merupakan seorang istri yang sangat
mencintai
suaminya,
menghormati, suaminya, dan selalu menggunakan tutur bahasa yang halus dan santun kepada suaminya. Seorang istri juga tidak boleh membuat suaminyaa sedih karena meminta sesuatu
kepada
suaminya
dan
suaminya tidak dapat memenuhi permintaan istrinya. Bila seorang istri meminta sesuatu kepada suaminya di
setia
juga
dan
menghormati
kesediannya
dan
suaminya
juga
dalam dialog Aisha dengan suaminya sebagai berikut: Suamiku, kita ini satu jiwa. Kau adalah aku. Dan aku adalah kau. Kita akan mengarungi kehidupan ini bersama. Dukamu dukaku. Dukaku dukamu. Sukamu sukaku. Sukaku sukamu. Citacitaku cita-citamu.Senangmu senangku. Senangku senangmu. Bencimu benciku. Benciku bencimu. Kurangmu kurangku. Kurangku kurangmu. Kelebianmu kelebianku. Kelebianku kelebianmu. Milikmu milikku. Milikku milikkmu. Hidupmu hidupku. Hidupku
59
hidupmu” .... (Shirazy, 2005: 271). Seorang istri
tidak boleh
membuat suaminyaa sedih karena meminta sesuatu kepada suaminya dan suaminya tidak dapat memenuhi permintaan istrinya. Bila seorang istri meminta sesuatu kepada suaminya di luar kemampuan suminya, maka akan
setia,
memenuhi dengan
mungkin
untuk
permintaan
istrinya,
berbagai
cara.
Aisha
merupakan istri Fahri yng sangat setia,
menghargai,
toleran,
dan
menghormati suaminya. Ia tidak mau membuat suaminya sedih, karena kesedian suaminya juga kesediannya, kegembiraan
suaminya
kegembiraannya,
juga
kebahagiaan
suaminya juga kebahagiaannya. Hal
membuat suaminya sedih. Ia tidak mau meminta sesuatu yang sekiranya suaminya
“Suamiku,
alangkah
celakanya aku kalau sampai aku membuatmu sedih. Kalau sampai aku meminta
sesuatu
yang
diluar
kemampuanmu. Alangkah celakanya diriku ....” (Shirazy, 2005: 268 dan
Sikap terdapat
multikultural
dalam
jiwa
Aisha.
juga Ia
merupakan contoh istri yang baik,
bisa
menuruti
celaka bila meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya, yang akan membuat suaminya merasa sedih. Multikultural bangsa
Mesir
juga digambarkan dalam novel AyatAyat Cinta. Bangsa Mesir asli adalah bangsa yang suka memuliakan tamu, sangat
ramah,
pemurah
hatinya
lembut penuh kasih sayang. Sifat mereka
sangat
memuliakan
lembut,
tamu,
suka
dan
sangat
memanusiakan manusia seperti sifat Nabi Yusuf, dan Nabi Ya’kub, Syaikh Sya’rawi,
Syaikh
Muhammad....
(Shirazy, 2005: 47). Bentuk terdapat
multikultural
dalam
Aisha.
juga
Sebagai
seorang istri, ia sangat menghormati, menghargai, tmencintai, dan toleran kepada suaminya. Novel tersebut mengajarkan kepada istri bahwa seorang istri harus mempercayakan semua
270).
tidak
permintaannya. Ia bahkan merasa
tersebut tampak pada kutipan sebagai berikut:
menghormati,
menghargai, toleran, dan tidak mau
mendorong suaminya akan berusaha semaksimal
solehah,
urusan
ekonomi
suaminya,
suamilah
mengaturnya,
karena
kepada yang suaminya
adalah kepala keluarga dan sekaligus
60
imam bagi istri dan anak-anaknya.
Tuhan, sehingga pada saat Yalena
Istri
mempercayai
akan membalas kebaikan Ayyas yang
suaminya untuk mengatur urusan
telah menolongnya, Ayyas justru
keluarga. Aisha sebagai istri sangat
mengatakan bahwa ia tidak merasa
mencintai
mempercayai
berbuat apa-apa kepada Yalena selain
suaminya agar mengatur seluruh
hanya melakukan kewajiban yang
urusan keluarga, karena suaminya
diperintahkan
adalah imamnya. Semua miliknya
Dalam
juga milik suaminya.
menolong
juga
harus
dan
Ia serahkan
Allah
Islam
kepadanya.
diajarkan
atau
bahwa
menyelamatkan
tabungan hasil warisan dari ibunya
nyawa satu anak manusia sama saja
untuk mengelolanya. Hal tersebut
dengan
tampak pada kutipan berikut: “
seluruh umat manusia. Hal tersebut
Terima kasih suamiku, kau tidak
tampak
menganggap diriku sebagai orang
berikut: “Berilah aku kesempatan
lain. Aku akan menjelaskan semua
kebaikanmu”.”Aku
hal yang terkait dengan ATM itu dan
bahwa aku merasa tidak berbuat apa-
apa yang aku miliki saat ini. Aku
apa kepadamu, selain aku hanya
ingin
menyelamatkan
dalam
kutipan
nyawa
sebagai
sudah
bilang
kau
yang
mengaturnya
melakukan sebuah kewajiban yang
sepenuhnya.
Sebab
kau
diperintahkan oleh Tuhan kepadaku.”
adalah
imamku dan aku sangat percaya
...Dalam
padamu” .... (Shirazy, 2005: 272).
menyelamtkan
Sikap
multikultural
juga
Islam
manusia
itu
diajarkan satu
bahwa
nyawa
sama
anak dengan
digambarkan dalam dalam novel
menyelamtkan nyawa seluruh umat
Bumi Cinta melalui tokoh Ayyas. Ia
manusia” (Shirazy, 2010: 227).
suka menolong orang lain, termasuk
Sikap
menolong Yalena pada saat ia disiksa
digambarkan
dan akan dibunuh oleh tiga laki-laki
Yalena, Bibi Margareta, dan Ayyas.
hidung belang lengganannnya. Ayyas
Meskipun
menolong
pernah
budaya, dan agama, tetapi ketiganya
berpikir karena adanya perbedaan
saling menghormati, menghargai, dan
bangsa, ras, budaya, dan agama. Ia
toleran. Dalam pergaulan sehari-hari,
menolong demi menjalankan perintah
mereka
Yalena
tidak
multikultural
juga
hubungan
berbeda
tidak
antara
bangsa,
ras,
pernah
61
mempermasalahkan
perbedaan
pangkuannya. Ia meraba nadinya.
bangsa, ras, budaya, dan agama.
Masih berdeyut ... Ayyas membopong
Bahkan Yalena sudah mengenggap
Sofia dan membawanya berjalan ke
Bibi Margareta seperti ibunya sendiri
arah jalan yang lebih besar... Dalam
dan ia seperti anaknya sendiri. Bibi
hati
Margareta dan Ayyaslah yang telah
menyelamtkan
menyelamatkan Yalena pada saat ia
berjanji kepada Allah, jika Sofia
sekarat. Sikap multikultural tampak
selamat, ia akan menikahinya dan
pada kutipan sebagai berikut ”Bibi
menjadikannya
Margareta masih menyertai mereka.
berjuang di jalan-Nya sampai maut
Mereka tetap memperlakukan Bibi
datang
Margareta layaknya bibi sendiri.
berjanji, jika Sofia selamat, ia akan
Keyakinan yang berbeda samasekalai
menjadikannya sebagai satu-satunya
tidak mempengaruhi keharmonisan
bidadari surga baginya (Shirazy,
hubungan
2010: 542).
mereka
dengan
Bibi
Margareta” (Shirazy,, 2010: 500). Sikap
berdoa
agar
nyawa
Allah
Sofia.
sebagai
Ia
teman
menjemputnya.
Ia
juga
Ayyas sebagai seorang santri
Ayyas
salaf yang memiliki iman yang kuat
juga digambarkan pada saat Ayyas
dan wawasan multikultural. Ia dapat
menolong Sofia pada saat ditembak
hidup
orang
masyarakatnya
di
multikultural
Ayyas
jalan,
ia
segera
di
Moskwa,
yang
sebagian
besar
menolongnya. Ia membopong tubuh
menerapkan prinsip pergaulan sangat
Sofia sambil mencari mobil yang bisa
bebas dan free sex. Masyarakatnya
mengantarkan Sofia ke rumah sakit.
pada
Ia selalu berdoa agar Sofia masih bisa
Tuhan. Namun, ia juga tetap bisa
hidup. Ia berjanji dalam hatinya bila
hidup di Moskwa, bisa hidup di
Sofia hidup, ia kan mengawininya,
tengah-tengah
akan dijadikan teman seperjuangan di
memegang
jalan Allah. Ia akan dijadikan sebagai
pergaulan dan fre sex, bahkan tidak
satu-satunya bidadari surga baginya.
mengakui
Gambaran tersebut tampak dalam
keberadaan Tuhan. Ia bisa bergaul
kutipan berikut: “Ayyas meraih tubuh
dengan orang-orang Moskwa dengan
Sofia
baik,
dan
meletakkan
di
umumnya
tidak
masyarakat prinsip
terhadap
saling
mengenal
yang
kebebasan
agama
menghargai,
dan
saling
62
menghormati,
dan
tolong
menolong
menolong. Ayyas setiap menolong
mendapat
orang
berpikiran karena adanya berbedaan
lain,
saling
tidak
pernah
mempersoalkan adanya perbedaan
orang
lian
yang
yang
musibah,
sedang
tidak
boleh
bangsa, budaya, dan agama.
bangsa, budaya, atau agama. Ia menolong
orang
Dalam novel Bumi Cinta juga digambarkan
Ayyas
pada
saat
membutuhkan karena perintah Allah.
mendengar pandangan orang Barat
Meskipun ia beda bangsa,
tentang Islam, bahwa Islam itu
budaya, dan agama dengan Yalena,
ortodok dan Islam itu identik dengan
Linor, dan Anastasia, tetapi hubungan
kekerasan, maka Ayyas tidak marah.
mereka
Ia sangat menghargai perbedaan
tetap
baik.
Ia
sangat
menghormati, menghargai dan penuh
pandangan
toleran dengan Yalena, Linor, dan
dirinya tentang Islam. Tetapi ia
Anastasia. Dalam setiap pergaulan
berusaha
untuk
dan
pandangan
orang
Barat
yang
berpikir karena adanya perbedaan
memandang
bahwa
Islam
selalu
bangsa, budaya, atau agama. Bahkan
disebarkan dengan kekerasan dan
pada saat Ayyas menolong Yalena
pedang. Ayyas menjelaskan bahwa
dan
ketika Umar bin Khatab membuka
menolong, ia
Linor
musibah,
pada
Yalena
digendongnya, berpikir dengan
lagi
tidak
saat
mendapat
Barat
dengan
meluruskan
maupun
Linor
Yerusalem,
kedamaianlah
Ayyas
tidak
dirasakan
oleh
dan bahwa
wanita
pernah
orang
bersentuhan
yang
yang
masyarakat
Yerusalem. Umar bin Khatab datang
bukan
ke Yerusalem penuh dengan cita
muhrimnya adalah dosa. Tetapi, ia
kasih dan hormat kepada pendeta dan
justru berpikir bahwa membiarkan
penduduk Yerusalem. Tidak ada
satu nyawa manusia melayang, ibarat
perusakan
membiarkan seluruh nyawa umat
pembunuhan, dan tidak ada kota dan
manusia
Sebaliknya
desa yang dirusak. Gambaran tersebut
menyelamatkan sayu nyawa manusia,
tampak pada kutipan berikut: ”Saat
sama saja menyelamatkan seluruh
Islam
nyawa umat manusia. Itulah ajaran
kedamaianlah
Islam. Jadi, pada saat seseorag
penduduk
melayang.
gereja,
membuka yang
Yerusalem.
tidak
ada
Yerusalem dirasakan Umar
bin
63
Khatab datang dengan penuh cinta
di bawah telapak kaki ibu” (Shirazy,
dan hormat pada para pendeta di sana.
2010: 466).
Tak ada gereja yang dirusak. Tak ada
Ajaran
Islam
dan
desa dan kota yang dirusak....”
multikultural mengandung kesamaan,
(Shirazy, 2010: 73).
yaitu sama-sama mengajarkan agar
Hal tersebut merupakan sikap
setiap manusia saling menghormati,
multikulturl Ayyas, meskipun Islam
menghargai,
mendapat penilaian negatif dari orang
meskipun mempunyai latar belakang
Barat,
penuh
suku bangsa, bangsa, ras, budaya, dan
kesadaran dan toleran, ia berusaha
agama yang berbeda-beda. Dalam
meluruskan pandangan orang Barat
pergaulan
yang keliru memandang Islam.Ia
manusia harus saling menghormati,
sadar adanya kekeliruan tersebut
menghargai,
karena
belum
meskipun mempunyai latar belakang
mempelajari Islam, maka ia segera
suku bangsa, bangsa, ras, budaya, dan
menjelaskan tentang peran Islam
agama yang berbeda-beda. Manusia
yang sesungguhnya, bahwa Islam
diikat oleh satu ikatan, yaitu sama-
adalah rahmatan lil alamin. Islam
sama umat manusia, ciptaan Allah
penuh kedamaian, cinta kasih kepada
yang berhak hidup di bumi cinta,
sesamanya,
Islam
saling
menghormati,
memuliakan, dan
tetapi
ia
orang
menghargai
dengan
Barat
sangat
wanita. Hal tersebut
mencintai,
hidup
di
masyarakat,
mencintai,
menghormati,
toleran,
toleran,
menghargai,
mencintai, toleran satu sama yang lain,
tanpa
memandang
adanya
tampak pada kutipan berikut ”Yvonne
perbedaan
mengakui Islam sangat memuliakan
memperoleh kebahagiaan di bumi
perempuan, jauh dari anggapan yang
cinta dan di surga Allah kelak.
tersebut,
untuk
dipublikasikan di dunia Barat yang mencintrakan Islam sebagai agama yang menindas kaum perempuan... Islam
ternyata
memanjakan
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan
di
uraian
dalam
atas
dapat
perempuan... Bahkan ditegaskan di
disimpulkan bahwa bangsa Indonesia
dalam Islam, perempuan merupakan
merupakan
tiang negara dan sesungguhnya surga
yang terdiri atas berbagai
bangsa
multikultural, suku
64
bangsa, ras, adat-istiadat, budaya dan
sudah berbicara multikultural. Ruang
agama
Namun,
lingkup multikultural dapat secara
masyarakatnya mampu hidup saling
lokal dan nasional, dapat juga secara
berdampingan, saling menghormati,
internasional. Novel Ayat-Ayat Cinta
menghargai,
dan Bumi Cinta juga mengandung
yang
berbeda.
sesamanya.
toleran
antara
Meskipun
mereka
multikultural
yang
bersifat
berlatang belakang suku bangsa, ras,
internasional, karena tokoh Fahri dan
adat-istiadat, budaya, dan agama yang
Ayyas sebagai bangsa Indonesia yang
berbeda, tetapi dalam pergaulan pada
hidup di Mesir dan Moskwa yang
umumnya tidak mempermasalahkan
berlatar belakang bangsa, ras, budaya,
perbedaan tersebut. Keanekaragaman
dan agama yang berbeda, tetapi bisa
suku
hidup saling berdampingan dengan
bangsa,
budaya,
ras,
dan
adat-istiadat,
agama
tersebut
masyarakat Mesir dan Moskwa. Fahri
merupakan bentuk kesempurnaan dan
dan Ayyas dalam pergaulan tidak
kekayaan bangsa Indonesia serta
pernah
sekaligus
bukti
perbedaan bangsa, ras, budaya, dan
dan
agama. Keduanya memiliki sifat
merupakan
kesempurnaan, kekuasaan
keagungan, Tuhan.
Dalam
mempermasalahkan
multikultural,
mau
menghormati,
multikultural ukurannya bukan hanya
menghargai, dan toleran terhadap
sekedar dapat hidup berdampingan,
orang
namun,
menolong orang lain, juga tidak
ada
tiga
kriteria
yang
lain.
Pada
saat
mereka
mendasar, yaitu toleran, kesetaraan,
pernah
dan persamaan hak bagi kelompok
perbedaan bangsa, ras, budaya, dan
kultural yang lain.
agama. Mereka menolong orang lain
Keanekaragaman
suku
mempertimbangkan
karena menjalankan perintah Tuhan.
bangsa, ras, adat-istiadat, budaya, dan agama inspirasi
tersebut
yang
bagi
pengarang
menjadi untuk
DAFTAR PUSTAKA Daud, Ma’mur. 2003. Terjemahan
merefleksikan multikultural dalam
Hadist
karya sastra Indonesia. Karya sastra
Jakarta: Penerbit Wijaya.
Indonesia,khususnya
novel
sejak
jaman kolonial atau Balai Pustaka
Shahih
Muslim.
Hanafi, Syafiq Mamadah dan Ahmad Sobirin.
2002.
“Relevansi
65
Dalam
Rengganis
dalam
Aktivitas Ekonomi ( Studi
Perubahan
Masyarakat
Komparatif
Lombok. Surabaya: University
Ajaran
Agama
Islamdan
antara
Ajaran
Kapitalisme)”.
Konteks di
Press.
Igtisad, SJournal of Islamic
------ 2015. “Konstruksi Ajaran Islam
Economics. Volume 3, Nomer
dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
1, Muharam 1423 H/ Maret
dan
2002.
Habiburrahman El Shirazy” .
Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan
Cultural
Bumi
Makalah
Studies:
Cinta
disajikan
dalam
Seminar Nasional di Fakultas
Representasi Fiksi dan Fakta..
Bahasa
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
tanggal 30 Mei 2015.
Shirazy, Habiburahman El. 2004.
karya
Taufik,
dan Seni,
Ahmad,
2014.
Unesa,
“Sastra
Ayat-ayat Cinta. Jakarta :
Multikultural,
Ihwah Publising Hause.
Ideologi Kebangsaan dalam
------ 2011. Bumi Cinta. Jakarta :
Novel Indonesia” (Disertasi).
Ihwah Publising Hause. Supratno, Haris. 2010. Sosiologi Seni,
Surabaya:
Konstruksi
Pascasarjana
Unesa.
Wayang Sasak Lakon Dewi
66