RELIABILITAS TES BUATAN GURU
Oleh E. Rumahlewang Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura
Abstrak: Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Metode Penelitian menggunakan metode survei dengan tehnik correlational. Instrumen yang digunakan adalah tes. Populasi penelitian ini adalah guru IPS SMP Se-Kota Ambon yang berjumlah 139 orang. Sampel sebesar 42 orang dilakukan dengan tehnik clusler random sampling. Pengumpulan data menggunakan tehnik tes. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasional dan korelasi Product Moment Person dan dihitung kofisien delaminasi (r2). Hasil analisis korelasi sederhana diketahui bahwa kekuatan hubungan antara variabel Pengetahuan Evaluasi (X) dengan variabel Reliabilitas Tes Buatan Guru (Y) ditunjukan oleh kofisien korelasi product moment rh = 0,92 dan uji keberartian kofisien korelasi uji t terdapat harga thitung sebesar 14, 8464 harga t1 dengan dK 42 taraf signifikan a = 0,05 diperoleh t sebesar 1,68 karena thitung Iebih besar> dan ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa H0 yang mengatakan tidak terdapat hubungan antara Pengetahuan Evaluasi dengan Reliabilitas Tes Buatan Guru ditolak, dan konsekuensi menerima H1. Terdapat hubungan positif antara Pengetahuan Evaluasi dengan Reliabilitas Tes buatan Guru. Semakin tinggi Pengetahuan guru tentang evaluasi maka semakin tinggi reliabilitas tes buatannya.
Kata-Kata Kunci: Reliabilitas Tes, Tes Buatan Guru PENDAHULUAN Setiap lembaga pendidikan dalam menjalankan fungsinya selalu mempunyai harapan tentang bentuk lulusan yang dihasilkan setidak-tidaknya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar. Oleh karena itu guru sebagai pendidik diharuskan memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai konsep evaluasi dan menguasai mata peiajaran yang di ajarkan. Ilmu Pengetahuan Sosial salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Tingkat Pertama menjadi bagian penting dalam menumbuhkan pemikiran dan perubahan siswa tentang hidup dalam lingkungan yang sama dengan bentuk kehidupan beraneka ragam. Banyak variabel yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk itu penulis ingin melihat tingkat pengetahuan evaluasi guru karena pelaksnaan evaluasi terkait secara langsung dengan realibitas tes. Dengan adanya pelaksanaan Evaluasi guru dapat membimbing dan meningkatan prestasi sisiwa karena guru secara keseluruhan berperan dan berinterkasi secara langsung dalam perencanaan, pengolahan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
1
Pelaksanaan evaluasi tersebut biasanya dilakukan melalui pemberian tes. Peranan tes cukup berpengaruh dalam meningkatkan kualitas belajar siswa, hal ini terjadi antara lain karena tes memberikan informasi atas efektifitas kegiatan pembelajaran dan selanjutnya akan dipergunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi tersebut merupakan umpan balik dalam memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, sehingga dapat diketahui sejauh mana hasil kegiatan pembelajaran siswa terhadap materi pelajaran yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi yang salah satunya melalui pemberian tes. Aspek penting dalam tes yakni yang akan diukur (materi pelajaran) dan perilaku yang dikukur. Dalam hal ini dimensi isi tes hendaklah terdiri atas hasih analisis mengenai materi pelajaran yang akan di tes dan perilaku yang di tes yaitu behavioral objektives, terutama mengenai domain kognitif. Berdasarkan pengamatan penulis, untuk mengetahui kualitas pembelajaran dan membuat kegiatan pembelajaran menjadi menarik sehingga siswa terangsang untuk belajar lebih giat lagi, guru sering mengambil inisiatif untuk rnenambahkan balikan materi pelajaran diluar materi yang ditentukan. Hal ini merupakan suatu tuntutan yang pada urnumnya dilaksanakan oleh guru, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan penilaian di sekolah pada setiap akhir tahun, guru berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajarannya, karena secara langsung maupun tidak langsung berakibat terhadap jenjang karir guru itu sendiri. Melihat hal tersebut diatas selain peran materi pelajaran yang pemberian tes sebagai bahan evaluasi yang akurat dan penting dalam pengambilan
keputusan juga penting oleh sebab itu maka guru sebagai evaluator di tuntut untuk dapat medesain dan membuat tes sebagai alat evaluasi dengan baik sehingga informasi yang diberikan adalah tes tersebut dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat dan konsisten. Pada umumnya tes yang dibuat guru tidak dianalisis tingkat reliabilitas dan validitas, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan karena tes tersebut tidak memiliki nilai konsistensi maupun ketepatan, sehingga dapat di katakan bahwa guru kurang dalam mengantisipasi kekurangan-kekurangannya dalam pembuatan tes yang baik. Dalam penelitian ini penulis hanya melihat pada tingkat reliabilitas tes buatan guru dihubungkan dengan pengetahuan guru tentang evaluasi. Pengertian Tes Tes berasal dan bahasa latin “testum” alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk antara emas, perak serta logam lainnyan. Tes tidak lain dan pada sekumpulan pertanyaan yang akan memeberikan informasi mengenai aspek psikologis tertantu berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hash subjek dalam melakukan tugastugas. Cronbach menyatakan Tes adalah prosedur yang sistimatis dalam mengamati dan menggambarkan perilaku dengan bantuan skala numerik dan fix kategori (Crombach, 1994). Suryabrata dalam Thoha mengartikan tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus testee menjawab pertanyaanpertanyaan atau perintah-
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
2
perintah itu., penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya (Thoha, 1994). Test merupakan alat yang dipergunakan untuk mengevaluasi perilaku atau performansi seseorang. Test digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mempelajari dan menguasai konten akademis pada tingkatingkat tertentu (Myron, 1994). Jadi untuk mengetahui perkembangan siswa digunakan tes. Tes digunakan untuk memperoleh gambaran dan tiap individu terhadap kegiatan pembelajarannya. Tes didesain untuk memperoleh penampilan terbaik siswa dalam mata pelajaran tertantu. Tes mengukur banyaknya pengetahuan yang dimiliki seseorang dan suatu bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu (Ghiselli, 181). Tujuan utama dilaksanakannya tes adalah untuk mengevaluasi perilaku, kekuatan mental dan karakteristikkarakteristik individu yang ditujukan untuk menentukan sasara-sasaran, prediksi dan pengambilan keputusan (Aichen, 1997). Lebih jauh lagi, tes adalah suatu istilah yang digunakan sebagai alat atau prosedur untuk mengukur kemampuan, hasil kerja minat dan karakteristik lainnya. Tes diartikan sebagai suatu prosedur yang sistimatis untuk membandingkan perilaku dua orang (Hamid, 1991). Tes sebagai suatu alat atau instrument evaluasi, didalamnya terdapat berbagai rangkaian tugas yang harus dilaksanakan atau dikerjakan atau dijawab oleh individu yang mengajarkan tes tersebut. Seperti juga yang dinyatakan Hasan bahwa: “Tes menunjukan suatu rangkaian yang harus dijawab”. Tes adalah prosedur sistematis ketika individu yang diuji dihadapkan pada sehimpunan rangsangan (stimuli) buatan
untuk ditanggapi, dan tanggapantanggapan itu memungkinkan penguji memberikan angka atau sehimpunan angka bagi pihak yang diuji, dan angka atau angka-angka itu dapat menjadi sumber referensi tenteng pemilikan pihak yang diuji terhadap sifat apapun yang diukur dengan tes. Sehingga dapat kita katakan bahwa tes adalah instrumen pengukur (Kerlinger, 1986). Tes ditinjau dan tingkat pencapaian dalam pendidikan dibedaka atas tiga macam tes yaitu: (1) Tes diagnosik, (2) Tes formatif (3) Tes sumatif. Tes diagnosik digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan temuan atas kelemahan tersebut dapat dilakakan pemberian perlakuan yang tepat atas potensi yang dimiliki siswa. Tes formatif merupakan penilaian yang digunakan untuk memperoleh umpan balik atau feed back sehingga dan hasil tes tersebut dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Sedangkan tes sumatif merupakan alat pengambilan keputusan atau mengukur sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran sehingga tes sumatif untuk menentukan nilai dan kemampuan siswa dalam satu program pembelajaran. Lebih jauh lagi mengenai survey terhadap prestsi belajar, R.L. Thomdike menyatakan survey pada tes prestasi pada dasamya didesain untuk memperoleh hasil nilai skor yang dapat dipercaya dan tiap individu dalam tiap pelajaran maupun bidang keterampilan yang berbeda-beda (Thorndike, 1977). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tes digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa mwmpelajari dan menguasai konten akademis pada
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
3
tingkatan-tingkatan tertentu, sehingga melalui hasil tes tersebut dapat ditentukan atau penilaian sejauh mana hasil belajarsiswa. Hakikat Reliabilitas Tes Reliabilitas berkaitan dengan unsure keterandalan atau keajekan terhadap hasil pengukuran melalui tes. Tes dengan reliabititas yang rendah akan menghasilkan keputusan yang bias terhadap hasil yang diukur. Dengan demikian indeks reliabilitas yang tinggi, merupakan persyaratan penting bagi setiap jenis tes, baik untuk pengukuran aspek psikologis, sosial maupun untuk tes prestasi. Lebih jauh lagi akan dibahas mengenai reliabilitas dibawah ini. Reliabilitas adalah keakuratan dan konsistensi dalam prosedur pengukuran. Relibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatan mempunyai taraf kepercayaan, keajengan atau reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan basil yang tepat, seandainnya hasilnya berubahubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Jika seorang siswa menentukan satu jawaban pada satu pertanyaan, dan di lain kesempatan ketika diberikan pertanyaan yang sama, kemudian memiliki jawaban yang berbeda, berarti masih terdapat keraguan dalam menjawabnya dan dapat dikatakan pertanyaan tersebut tidak reliable atau konsisiten. Tes dinyatakan reliabel atau andal apabila hasil pengukuran adalah sama atau hampir sama jika sekirannya pengukuran itu dilakukan berulang-ulang (Arikunto, 1997). Kesalahan dalam pengukuran dapat mempengaruhi besarnya harga reliabilitas tes, sehingga cenderung menghasilkan kesimpulan yang salah. Kesahihan pengukuran karena tes yang diberikan tidak ajeng, reliable atau tidak memiliki keandalan yang tinggi, dapat
terjadi karena seperti yang dikatakan Kerlinger bahwa pengukuran itu dapat stabil dan relative dapat diramalkan, atau bisa jadi tidak stabil atau konsisten dan relative tidak teramalkan. Jika pengukuran itu andal, ajeng (reliable), kita dapat bergantung, bersandar kepadanya. Semakin reliable, ajeng atau knsisiten pelaksanaan prosedur pengukuran, maka semakin puas kita dengannya. Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang diperoleh, bagaimana skor itu konsisten untuk setiap individu dan salah satu pengguna instrumen terhadap yang lain, serta dan susunan item terhadap yang lainnya (Fraenkel, 1993). Aiken menyatakan tidak ada alat penilai yang dapat diambil dalam pengukuran apabila alat ukur tidak konsisten atau reliable dalam pengukuran sesuatu. Contoh, seseorang diukur tinggi badannya, tingginya 150cm kemudian orang yang sama diukur kembali dengan alat ukur yang sarna dan dapat didapati tinggi badannya naik menjadi 173cm, berarti alat ukur yang digunakan tidak reliabel. Sehuingga agar sebuah tes dapat menjadi valid (tepat), tes itu harus reliable, akan tetapi apabila sebuah tes reliable, belum tes tersebut valid (Pokhan, 1981). Dalam teori kiasik, diasumsikan bahwa skor tes orang yang diamati adalah gabungan dan nilai sejati yang diperoleh, ditambah dengan kesalahan yang sistematis dalam pengukuran (Pedhazur, 1991). Reliabilitas adalah tingkatan dimana skor dan sebuah tse terbebaskan dan kesalahan pengukuran. Sehingga reliabilitas tidak dapat ditentukan tetapi diperkirakan (Troakhim, 2000). Tes yang dipergunakan untuk pengmengambil keputusan “go — no — go decision “, persentasi konsistensi sebuah tes menjadi indeks ter baik dan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
4
reliabilitas. Sangatlah penting bagi guru untuk mengevaluasi reliabiltas atau konsistensi dan tes formatif yang diberikan, karena dengan melihat reliabilitas atau konsistensi dan pada keterampilan yang diujikan, konsistensi ataupun reliabilitas atau keajekan menjadi jaminan bagi guru dalam penilaian apabila siswa telah menguasai keterampilan yang diujikan. Varian galat atau acak bersifat “menebus” atau mengimbangi din sendiri. Galat merupakan himpunan akibat dan berbagai sumber pengaruh unsur acak atau unsur kebetulan yang mempengaruhi objek pengukuran atau instrument pengukurannya. Karena variansi atau galat dan skor sejati tidak dapat dihitung secara langsung, reliabilitas biasanya diperkirakan mclalui analisis efek dan variasi administrasi dan isi atau konten dan tes terhadap nilai yang diperoleh. Oleh Karena itu, kesalahan dalam pengukuran. yang disebabkan oleh erbedaan kondisi atau waktu administrasi, dapat tercemin dalam kofisien internal konsistensi atau melalui reliabilitas kedudukan tiap butir terhadap tes. Dasar dan pelaksanaan evaluasi dan sebuah instrumen adalah tingkatan sebuah instrumen yang bebas dan kesalahan penilaian dalam pengukuran dan memiliki konsistensi dari waktu ke waktu apabila instrument tes tersebut digunakan kembali. Sumber dan kesalahan pengukuran, bisa saja karena kelelahan, gelisah, isinya, salah memberikan jawaban, salah menginterprestasikan instruksi, menembak, berkontribusi secara langsung dalam nilai/skor seseorang dan merendahkan reliabilitas instrument tes tersbut (Rudner, 2000). Akan tetapi kita tidak pernah mengetahui skor-skor yang “benar” dan kita tidak sungguh-sungguh pernah tahu
besarnya skor galat. Namun kita dapat mernaksir, memperkirakan, mengestimasi varian galat. Maka makin besar varian galat, makin besar ketidakandalan; makin sedikit varian galat, makin makin besar keandalannya. Jadi keandalan adalah proposi varian “yang sebenarnya” terhadap varian total yang diperoleb uintuk data yang didapat dengan suatu instrument pengukuran. Menganalisis reliabilitas tes, dilakukan melalui dua tipe analisis yaitu: tes I re-tes dan internal konsistensi. Tes I re-tes atau tes ulang adalah penggunaan alat penilaian terhadap subjek yang sama, dilakuakan dua kali dalam waktu berlainan (Sudjana, 1995). Tes bantuk ekuivalen, setara atau alternate form adalh sath bentuk tes untuk mencari reliabilitas dimana dua buah tes pararel atau ekuivalen diberikan pada subjek yang sama. Tes tersebut harus sama kriteria, jumlah butir maupun coraknya. Test bentuk ekuivalen ini dikorelasikan dengan menggunakan analisis product moment correlation (Sudjana, 1989). Reliabilitas belah dua atau spilthalf method dengan melalui prosedur pembelahan ganjil-genap dan atasbawah sebanyak 27% dan sample. Pertama dilakukan dengan product moment correlation dan dilanjutkan dengan mencani kofisien korelasi seluruh test, yakni dengan menggunakan analisis korelasi Spearmen Brown. Untuk korelasi belahan atas-bawah digunakan teknik analisis Rulon (Anastasi, 1990). Kofisien internal konsistensi adalah metode mencari reliabilitas yang artinya semua criteria adalah homogen, karena alat ukurnya dibuat dan karakteristik yang sama (Semiawan, 1982). Disamping cara-cara distas, prosedur penghitungan reliabiltas untuk konsistesi internal tanpa melakukan korelasi dan pecahan setara atau belah dua adalah melalui prosedur
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
5
menghubungkan setiap butir dalam tes dengan butir-butir lainnya dan dengan tes itu sendiri secara keseluruhan. Cara yang digunakan adalah menggunakan rumus Kuder Richerdson (KR-20 dan KR-2 1) untuk data dikotomi dan Alpha Cronbach untuk data politomi atau kontinum. Untuk menentukan tingkat reliabilitas dan keempat metode di atas, digunakan kiasifikasi korelasi yang dikemukakan Suharsmi 0,00-0,20 korelasi sangat rendah; 0,21-0,40 korelasi rendah; 0,41-0,60 korelasi cukup; 0,61-0,80 korelasi tinggi dan 0,81-1,00 korelasi sangat tinggi. Sebaliknya, jika korelasinya 0,40, maka tes tersebut reliabilitasnya rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat yang dipergunakan untuk mengevaluasi perilaku atau performansi seseorang, sehingga dapat dikatakan bahwa test digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa mempelajari dan menguasai konten akademis pada tingkatantingkatan tertentu. Melalui test, diperoleh informasi mengenai kemampuan sisiwa, jadi untuk mengetahui perkembangan siswa, test digunakan sebagai alat untuk memperoleh gambaran dan tiap individu terhadap kegiatan pembelajaran. Test di disain untuk memperoleh penampilan terbaik siswa dalam mata pelajaran tertentu. Instrument tes terdiri dan beberapa butir soal dan bergantung pada apa yang akan diukur. Bahan pelajaran tes buatan guru dirumuskan oleh guru kelasnya sendiri dan hanya mencakup pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Pekerjaan mengkonstruksi tes adalah salah satu tugas yang paling sulit yang harus dilakukan oleh guru. Banyak hal yang harus dipahaminya dengan baik jika ingin menyusun tes yang baik.
Dalam hal ini guru harus memahami tentang pendidikan anak yang akan di test, kondisi dimana tes akan dilaksanakan , waktu, peralatan tes yang dipakai dan sebagainya. Dengan kata lain, hampir seluruh kepribadian guru terlibat di dalam pebuatan test. Sedangkan dalam melakukan pengambilan nilai bahasa Inggris, performansi dan kemampuan berbahasa merupakan penilaian gabungan terhadap kemampuan tata bahasa, keterbacaan, menyimak dalam berbahasa yang menggunakan penilaian atau tes secara integratf atau gabungan yang biasa dibuat oleh guru kelas maupun oleh beberapa guru yang membidangi mata pelajaran tersebut. Dengan kata lain guyru harus menguasai bahan ajar dan lebih jauh lagi pada prinsipnya, pelaksanaan adopsi pada materi ajar dapat menghasilkan refleksi hasil penilaian tujan instruksional secara jernih pada butir-butir test dalam pola bahasa yang dipelajari. Adanya indikasi untuk melihat kemampuan membuat pelaksanaan test dalam rangka evaluasi, hanya dapat dilakukan dengan melaksanakan uji coba test atau penuilaian secara keseluruhan yang mendorong guru untuk membuat dan melaksanakan pemberian test sesuai atau tepat, dengan tujuan apa yang seharusnya diukur. Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang diperoleh, bagaimana skor itu konsisten untuk setiap individu dan salah satu pengguna instrumen terhadap yang lain, serta dan susunan item terhadap yang lainnya. Kesalahan dalam pengukuran dapat mempengaruhi besarnya harga reabilitas test, sehingga cenderung menghasilkan kesimpulan yang salah. Kesalahan pengukuran karena test yang diberikan tidak reliabel atau tidak memiliki keandalan, keajekan yang tinggi,
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
6
dapat terjadi karena pengukuran itu bisa stabil relative tidak teramalkan, atau bisa tidak stabil atau tidak konsisten dan relatif tidak teramalkan jika pengukuran itu andal (reliabel), kita dapat bergantung atau bersandar kepadanya sehingga tidak terjadi ketidakstabilan atau kesalahan penilaian karena ketidakkonsistenan test buatan guru. Test dengan reliabelitas yang rendah akan menghasilkan keputusan yang bias tehadap hasil yang diukur. Dengan demikian indeks reliabilitas yang tinggi, merupakan persyaratan penting bagi setiap jenis tes. Berdasarkan pernyataan para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa hakekat reliabilitas tes bahasa inggris buatan guru adalah test buatan guru yang memiliki keandalan atau keajekan yang tinggi, yang merupakan salah satu persyaratan penting bagi setiap jenis test dan digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mempelajari dan menguasai konten akademis secara konsisten pada tingkatan-tingkatan tertentu, agar guru dapat menghasilkan refleksi hasil penilaian tujuan intruksional secara jemih dan konsisiten, dapat dipercaya dan andal pada butir-butir test bahasa inggris yang dipelajari. Hakikat Pengetahuan Ruang lingkup pengetahuan adalah 1 (satu) set butir cara yang sistematis, dan ruang lingkup pengetahuan bukan hanya pada butirbutir tetapi keterkaitan antar butir pengetahuan tersebut. Sehungga untuk mengetahui fakta-fakta dilapangan membutuhkan pengetahuan antara butir yang satu dengan butir yang lain (Worhend, 1973). Pengetahuan adalah segenap apa-apa yang diketahui tentang suatu obyek termasuk kedalamnya ialah ilmu. Pengetahuan adalah latar belakang yang
dimiliki seseorang dalam menginterprestasikan suatu konteks informasi yang dapat dibaca manusia dan orang yang berpengetahuan adalah orang yang memiliki informasi dan dapat melaksanakan pengetahuan atas informasi tersebut (Suryasumantri, 1995). Dalam batang tubuh pengetahuan terdapat pola-pola, yaitu (1) informasi penampilan, (2) ekonomis, (3) kekuatan yang efektif. Pertama, informasi penampilan, yang mana maksudnya adalah sebepara informasi yang diketahuinya dan digunakan untuk mengentaskan suatu masalah dan ketiga adalah kekuatan yang efektif, maksudnya pengetahuan tersebut dipergunakan secara maksimal untuk dapat melasanakan segala sesuatu secara efektif (Snelbecher, 1974). Konsep pengetahuan bagi Piaget adalah “apa yang diketahuinya” (knowledge that) yaitu pengetahuan terhadap fakta-fakta dan prinsip, dan selanjutnya adalah “prosedur atau pengetahuan praktis” (knowledge how) yaitu kemampuan bagaimana seseorang melakukan pekerjaan dan menyelesaikan permasalahan (Good, 1990). Pengetahuan menurut Piatetsky adalah bagaimana dapat mempresentasikan dan membahas pertanyaan-pertanyaan penting bagaimana merencanakan dan mengkonstruk penjelasan dalam lingkungan yang dinamik, serta bagaimana cara menjelaskan kegagalan dan dengan menggunakan informasi-informasi yang memungkinkan. Menurut Bloom, prinsip dan pengetahuan adalah seberapa bisa seseorang mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi yang baru dan Bloom mengklasifikasikan perilaku kedalam 3 (tiga) domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotor, yang mana dalam domain kognitif terdiri dan ingatan, pemahaman,
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
7
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi (Bloom, 1981). Berdasarkan pernyataan hal tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diktahuinya terhadap fakta, prinsip dan tergambar langsung dalam sikap, pekerjaan serta perilakunya seharihari. Sehingga dalam hal in seorang guru sebagai pelaksana evaluasi diharapkan emiliki pengetahuan yang cukup mengenai konsep-konsep evaluasi dan bagaimana melaksanakannya evaluasi secara benar. Diharapkan dengan dimilikinya pengetahuan evaluasi, seorang guru mampu melaksanakan evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi yang diharapkan. Hakikat Evaluasi Definisi mengenai evaluasi yang sangat dikenal oleh para ahli evaluasi dinyatakan oleh Ralph Tyler (1950) bahwa evaluasi sebagai suatu proses dalam menentukan tujuan pendidikan secara luas. Sedangkan Stufflebeam, Cronbach, Alkin menyatakan bahwa evaluasi adalah penyediaan informasi dalam proses menentukan suatu kebijakan (Brinkerhoff, 1984). Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas (Thoha, 1994). Evaluasi adalah untuk meningkatkan dan bukan membuktikan. Evaluasi adalah penentuan nilai yang didalamnya termasuk pemerolehan dan pemanfaatan informasi dalam menentukan nilai suatu program, produk, prosedur, atau pemanfaatan potensial pendekatan-pendekatan alternatif yang ditata untuk mencapai atau memperoleh suatu tujuan (Worthen, 1973).
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, analisis dan menginterprestasikan informasi dalam menentukan sejauh. mana seseorang mencapai tujuan instruksional (Grounlun, 1990). Dalampengambilan keputusan, para pengambil keputusan menggunakan informasi maupun bukti dan hash evaluasi sebagai masukan utama (Weiss, 1972). Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan guru dalam melihat perubahan dalam pribadi siswa. Seperti yang dinyatakan Silverius bahwa evaluasi adalah pengumpulan informasi secara sistemaris untuk menentukan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam din pribadi sisiwa. Pophan menyatakan bahwa guru berpartisipasi secara langsung dalam mengkonstruk pelaksaan evaluasi terutama dalam instrument evaluasi, karena hasil dan evaluasi tersebut berguna terhadap objektif intruksional dan menjadikannya nyata dan berarti bagi para guru. Berdasarkan pernyataanpernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan evaluasi yaitu rangkaian kgiatan dalam memperoleh, menganalisis dan menginterpretasikan inforasi atau data diperlukan oleh guru dalam dunia pendidikan, terutama mengenai hasil belajar siswa yang berguna untuk menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Diperlukan kegiatan evaluasi dalam kegiatan pendidikan juga karena kegiatan evaluasi terhadap hasil belajar merupkan salah ciri pendidik professional dan bila dilihat dan pendekatan kelembagaan, kegiataan pendidikan merupakan kegiatan manajemen yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan, kontroling dan evaluasi. Prisip-prinsip dan karakter evaluasi yang dikeluarkan oleh pusat evaluasi Universitas Michigan adalah untuk
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
8
perbaikan sekolah dimasa yang akan datang; merupakan investigasi maupun penelitian terhadap satu objek secara sistematis; tujuannya adalah bukan untuk membuktikan tetapi untuk perbaikan; evaluasi adalah pendekatan yang holistic pada tiap aspek-aspek secara formatif maupun sumatif data kualitatif maupun kuantitatif digunakan selama berada dilapangan dan pelaporan, desain dan perlakuan evaluasi menggunakan aplikasi standard dalam pelaksanaan evaluasi meliputi, feasibility, proprierty, dan accuracy (Horn, 2000). METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian survei dengan tehnik korelasional dimana penulis ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan evaluasi dengan reliabilitas tes IPS buatan guru. Instrumen yang digunakan adalah tes untuk mengetahui pengetahuan guru tentang evaluasi yang dilanjutkan kemudian dengan hasil perhitungan reliabilitas tes IPS buatan guru. Lokasi penelitian ini adalah SMP se-kota Ambon. Populasi penelitian ini adalah guru IPS SMP Se-Kota Ambon yang mengajar pada kelas 1, 2, dan 3 dengan populasi berjumlah 139 orang tenaga guru. Penentuan sampel sebesar 42 orang dilakukan dengan tehnik clusler random sampling ± 60% populasi terjangkau. Pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan tehnik tes dimana untuk mengetahui pengetahuan guru tentang evaluasi diukur dengan tes pengetahuan evaluasi dan Untuk reliabilitas tes IPS buatan guru, dihitung bergantung pada tes buatannya; apakah datanya politomi atau dikotomi, kemudian nilai reliabilitasnya ditransfer rnelalui TScore menjadi nilai baku sebagai skor akhir. Analisis data rnenggunakan teknik korelasional untuk menentukan kadar
hubungan antara variabel untuk itu digunakan korelasi Product Moment Person dan dihitung kofisien delaminasi (r2). PEMBAHASAN Berdasarkan variabel yang diteliti, maka deskripsi data dapat dikelompokan menjadi data: 1) reliabilitas tes buatan guru; dan 2) pengetahuan evaluasi. Deskripsi data untuk masing-masing variabel tersebut meliputi harga rata-rata, simpangan baku, dan ditribusi frekuensi. Selanjunya, deskripsi data kedua variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: Reliabilitas Tes Buatan Guru Data reliabiiitas tes buatan guru merupakan skor reliabilitas tes yang diperoleh dengan melaksanakan transfer nilai reliabilitas tiap tes buatan guru ke nilai skor baku (Z-Score) dan tiap tes buatan guru. Dan data yang dikumpulkan mengenai reliabilitas tes buatan guru didapatkan skor tertinggi sebesar 70,34 dan skor terendab sebesar 37,17. Harga rata-rata sebesar 49,85 sedangkan simpangan haku sebesar 9,54. Dan vaniansi data tersebut, ditunjukan bahwa 24 orang atau 56% responden memiliki skor reliabilitas tes IPS masih dibawah skor rata-rata; dan hanya 10 orang atau 24% responden diatas rata-rata, dan sisanya 20% berada pada skor rata-rata. Pengetahuam Evaluasi (X1) Data pengetahuan evaluasi merupakan skor yang diperoleh dengan menggunakan instrumen pengetahuan evaluasi. Dan data yang dikumpulkan rnengenai pengetahuan evaluasi guru dapat diketahui bahwa skor tertinggi sebesar 86,6 dan skor terendah sebesar 20. harga rata-rata sebesar 53,6 sedangkan simpangan baku sebesar 17,17. Dan variasi data tersebut. ditunjukan hahwa 22 orang atau 52%
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
9
responden memiliki skor pengetahuan evaluasi masih dibawah skor rata-rata; dan hanya 8 orang atau 19% responden diatas skor rata-rata dan sisanya 29% berada pada skor rata-rata. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara pengetahuan guru tentang evaluasi (x) dengan reliabilitas tes buatan guru (y). Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi sederhana terhadap data reliabilitas tes buatan guru (y) atas pengetahuan evaluasi (x) menghasilkan arah regresi sebesar 22,36 dan konstanta sebesar 0,51. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan oleh persamaan regresi Y 22,36 0,51. Selanjutnya diuji korelasi antara X dengan Y dan hasil analisis korelasi sederhana diketahui bahwa kekuatan hubungan antara vanabel Pengetahuan Evaluasi (X) dengan variabel Reliabilitas Tes Buatan Guru (Y) ditunjukan oleh kofisien korelasi product moment r sebesar = 0,92 dan uji keberartian kofisien korelasi uji t terdapat harga thitung sebesar 14, 8464 harga t1 dengan dK 42 taraf signifikan a = 0,05 diperoleh t sebesar 1,68 karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa H0 yang mengatakan tidak terdapat hubungan antara Pengetahuan Evaluasi dengan Reliabilitas Tes Buatan Guru ditolak, dan konsekuensinya H1 diterima. Temuan ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Pengetahuan Evaluasi dengan Reliabilitas Tes buatan Guru teruji kebenarannya. Hal ini berarti semakin tinggi Pengetahuan Evaluasi maka semakin tinggi Reliabilitas Tes Buatan Guru. Koefisien diterminasi adalah kuadrat dan Koefisien korelasi antara X dangan Y yaitu sebesar 0,92, mi menunjukan bahwa 85% variasi yang terjadi pada Reliabilitas Tes Buatan Guru
dapat dijelaskan oleh Pengetahuan Evaluasi melalui regresi Y = 22,36 + O,51X1. Dengan signifikansinya hubungan antara X dengan Y, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Pengetahuan Evaluasi dengan Reliabilitas Tes IPS buatan guru diterima dan teruji dengan sangat signifikan. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, rumusan hipotasis dan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang berarti antara variabel pengetahuan guru tentang evaluasi (X) dengan variabel reliabilitas IPS buatan guru (Y). Kesimpulan ini memberikan pengertian bahwa makin tinggi pengetahuan evaluasi guru, maka makin tinggi relialibitas tes buatannya. Demikian pula sebaliknya, makin rendah pengetahuan evaluasi guru, maka makin rendah reliabilitas tes buatannya. Kekuatan hubungan tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi r2 sebesar 0.92. hubungan in ditujukkan oleh persamaan regresi sederhana Y 22.36 + 0.51X yang telah teruji keliniearan dan keberartiannya pada taraf signifikansi α = 0.05.Selanjutnya berdasarkan koefisien determinasi r2 sebesar 0.92 menunjukkan bahwa 92% variasi yang terjadi pada reliabilitasi tes IPS buatan guru ditentukan oleh tingkat pengetahuan evaluasi guru. Dengan demikian disarankan bagi institusi kependidikan agar lebih memperhatikan kemampuan kognitif sehingga pengetahuan da kemampuan guru dalam mengusun instrumen tes dapat dapat lebih ditingkatkan. SUMBER RUJUKAN Aiken, R, Lewis. 1997. Psychological Testing and Assessment. Needham
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
10
Heights, Boston: Allyn and Bacon mc. Anasasi, Anne. 1990. Psychological Testing. New York: Macmillan Publishing Company. Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bloom, Benjamin S. 1998. Taxanomy Of Educational Objetives. London: Longman Group Ltd. Brinkerhoff. , et al. 1984. 1984. Program Evaluation. Boston, Mass: Kiuwer Boston mc, Cronbach, Lee J. 1984. Essentials Of Pshylogical Testing. New York: Harper & Row Plubisher. Freangkel, Jack R dan Norman E. Wallen. 1993. How To Design and Evaluate Research in Education. New York: McGrow-Hill mc. Ghiselli Edwin E., John P. Campbell dan Sheldon Zedeck. 1981. Measurement Theory for Behavioral Sciences, San Fransisco, Cal: W. H. Freeman and Company. Good, L Thomas dan Jere E, Brophy. 1990. Educational Psychology. New York: Longman. Gronlund, Norman E. dan Robert Linn. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Macmillan Plublishing Company. Hamid, Hasan S. dan Asmawi Zainul. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. Horn, Jerry dan Garry Miron. Karakteristik Dan Prisip Evaluasi. Diambil 14/07/00 dan The World Wide Web: http: / / www. Wmich. Edu / evalctr / Micharter. html. Kerlinger, Fred. N. 1986. Foundation Of Biharvioral Research. New York: Holth, Rinehart and Winston mc. Mudjij, O. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Dembo H. 1991. Applying Educational Phycology in The Classromm. (New York: Longmand. Pedhazur, Elazar J. dan Liora T. Schmelking. 1991. Measurement, Design and Analysis. Hills Dale, N. J: Lourence Eribaum Associates, Inc. Popham,mes W. 1981. Modern Educational Measurement. Los Angeles, Cal: Prentice — Hall. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Kurt, Lewin R. Questions to Ask When Evaluating Tests. Diambil 14/ 07/00 dan The World Wide Web : http:/ / ericae . net! pare / getvn . asp? v = 4&n =2 Semiawan, Conny. 1982. Prinsip dan Teknik Pengukuran dan penilaian di dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Mutiara. Nelbecker, Glenn E. 1974. Learning Theory, Instructional Theory, and Psychoeducational Design. New York: McGraw-Hill, mc. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Bandung, 1989. Suriasumatri, Jujun S. Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Harapan, 1995. lioha, M Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Throndike, R.L. dan E. P. Hagen. Measurement and Evaluation In Psychology and Education. New York: John Wiley and Sons, 1977. Roachim. Realibility and Validity: What’s The Dfference? Diambil 14/09/00 dan The World Wide Web: http: / / troacim.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
11
human. cornell. edu / tutorial / colosi / icolosi Carol H. Evaluation Research. Englewood Cliffs, N. 3: Prentice-Hall, 1972. Vorthen, Blame R. dan James R. Sanders. Educational Evaluation: Theory and Practice. Worthington, Oh: Wadsworth Publishing Company, 1973.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
12