MEMULAI BISNIS: BEBERAPA PERTANYAAN KUNCI
Oleh Fransisca R. Sinay
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura
Abstrak: Mendirikan sebuah perusahaan atau lebih tepat disebut memulai bisnis ternyata gampang-gampang susah. Seperti orang yang belajar naik sepeda, pertama kali duduk di atas sadel sepeda akan merasa gamang dan takut, raguragu untuk memulai mengayuh, janganjangan nanti jatuh dan menabrak pagar orang atau bahkan masuk parit. Namun ketika pedal sepeda mulai dikayuh dan si anak dapat menguasai rasa takutnya, ternyata naik sepeda itu mudah, semudah kita berjalan kaki. Seperti kiasan di atas, hal tersebut juga terjadi pada saat kita akan memulai suatu usaha/ bisnis. Berbisnis jika berhail akan memberikan earning yang jauh berlipat daripada bekerja pada orang lain, namun resikonya juga sepadan dengan hasilnya. Tantangan-tantangan yang akan dihadapi pada saat kita ingin memulai sebuah bisnis baru. Kata-kata kunci: Bisnis.
praktis adalah melalui pergaulan sosial dan jaringan yang ada. 1. Bergaul. Seorang calon wirausaha, perlu menjalin sebanyak mungkin persahabatan dan terus memeliharanya, meski secara fisik mungkin cukup jauh dan tidak berada dalam satu lingkungan/ organisasi. Perhatian perlu diberikan kepada para sahabat meski hal itu mungkin dianggap remeh oleh orang lain. Bina pergaulan dan keakraban dalam hubungan yang baik dan benar.
2. Pelihara Jaringan Sering kurang merasakan bahwa sebenarnya kita memiliki cukup banyak teman dengan berbagai latar belakang. Baik secara ekonomi, profesi, hobi, pendidikan, usia, kedudukan social dan lain-lain. Jadikan teman-teman sebagai sumber jaringan yang sangat berharga Kunci, Pertanyaan, yang memiliki keterikatan emosional. Hindarkan pemikiran dan perbuatan yang mencurigai, mencurangi atau membohongi dalam kerja sama.
PENDAHULUAN Karakteristik yang berintikan kemauan dan kemampuan merupakan syarat bagi seseorang wirausahawan. Sifat karakteristik sebagian besar bersumber dari kekuatan interal yang ada pada diri wirausaha. Sifat karakteristik itu perlu terus dibina dan dikembangkan dalam konteks hubungan sosial; yang secara
PEMBAHASAN Sebelum memulai berbisnis, sebaiknya didahului dengan menjawab sendiri pertanyaan berikut ini: Pertama: MENGAPA SAYA INGIN BERBISNIS? Banyak alasan yang menyebabkan seseorang memulai bisnisnya sendiri, antara lain adalah untuk memenuhi
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
53
keinginan-keinginan mendapatkan laba, meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan eksistensi diri, karena tidak/ belum ada pekerjaan (nganggur) dan sebagainya. Kelangsungan bisnis yang dilakukan akan sangat dipengaruhi kondisi-kondisi antara lain : kondisi lingkungan (seperti : tingkat penerimaan masyarakat terhadap produk atau jasa baru, pasar yang amat luas dan majemuk, kelangkaan sumber daya dan lain-lain), kondisi alamiah bisnis itu sendiri (seperti : seberapa potensial bisnis tersebut, seberapa besar size perusahaan yang optimum dan lain-lain), kondisi awal wirausahawan saat melakukan bisnis (seperti : seberapa ulet, cermat dan hemat, seberapa setia, seberapa concern, seberapa tangguh dan lain-lain).
dengan demikian kita tahu kapan kita harus membuat keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak sama sekali. Walaupun tindakan kita benar, namun bila waktunya tidak sesuai dengan siklus usaha, kegagalan akan menanti kita. 3. Mempunyai teknologi atau knowhow yang cukup. Sering kali dalam memulai bisnis, kita tergiur untuk mengikuti tindakan orang lain tanpa membekali diri dengan knowhow yang cukup. Walaupun knowhow dapat dipelajari sambil melakukan bisnis, namun saat dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu dari pengalaman orang lain, sehingga dapat memprediksi dan mengantisipasi kegagalan di masa mendatang. Kecuali jika bisnis yang kita jalankan adalah bisnis yang benar-benar baru.
Kedua: BISNIS APA YANG INGIN SAYA TEKUNI ? Setelah pertanyaan pertama, akan diikuti pula dengan pertanyaan seperti: “bisnis apa yang akan saya tekuni?”, atau “bisnis apa yang cocok dengan saya?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, calon wirausahawan dapat memahami dan mencernakan beberapa pokok pikiran sebagai keharusan, yaitu :
4. Tidak pernah berpikir bahwa bisnis itu murah. Hal itu terutama ditujukan pada para pemula yang memutuskan terjun di bisnis yang memerlukan modal kerja sesuai kebutuhan bisnis yang dilakukan. Jika kita salah memperkirakan atau salah menghitung kebutuhan biaya, maka akan fatal akibatnya, karena akan mempengaruhi keputusan-keputusan 1. Bersikap dan berpikir objektif. lainnya. Contoh : katakanlah kita cukup Cara untuk mencapai objektivitas optimis akan mendapatkan pinjaman adalah dengan memperbanyak penelitian bank karena kebetulan kepala bank atau survey yang mendalam tentang tersebut adalah saudara atau sahabat karakteristik berbagai macam bisnis. kental kita.
2. Memahami Life Cycle of Product. Kebanyakan seorang calon wirausahawan bahkan yang sudah menjadi wirausahan tidak menyadari arti suatu “siklus hidup barang dan jasa”. Kita harus mengenali siklus hidup berbagai produk / jasa yang ingin kita hasilkan,
5. Selalu berpikir bahwa produk dan jasa kita adalah unik atau lain daripada yang lain. Jika kita selalu memposisikan produk kita unik, maka kita akan terpacu untuk berkreasi agar produk mempunyai nilai tambah lebih disbanding pesaing kita. Harga mahal bagi konsumen bukan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
54
masalah sepanjang produk yang mereka usaha berjalan. Tingkat ketidak rutinan beli lain dari pada yang lain. aktivitas di bidang kedua lebih besar dan lebih sering bila dibandingkan dengan 6. Pengetahuan yang cukup tentang bidang yang pertama, karena segmen hokum berbisnis. yang dituju khusus, maka memerlukan Berbisnis berarti menyediakan diri perlakuan yang khusus pula. Itulah yang kita untuk dipercaya oleh orang lain, disebut dengan keunikan. Semakin karena kepercayaan adalah dasar utama barang kita unik, maka kita akan semakin suatu bisnis. Jika kita tidak paham aturan dicari oleh konsumen, artinya jika kita main, tidak paham etika bisnis maka tidak mencoba untuk berbisnis dengan orang akan menganggap kita “mau tujuan memberikan nilai tambah yang seenaknya sendiri”. besar kepada konsumen, maka bisnis Dalam jangka mungkin kita akan dengan mudah “dipatahkan” menguntungkan, namun dijamin tidak oleh para pesaing kita. akan tahan lama di percaturan dunia bisnis. Dengan menjawab, mengevaluasi, 2. Investasi yang besar memahami enam pokok pikiran di atas, Kebanyakan orang berpikir bahwa maka kita akan menemukan bisnis alangkah enaknya menjadi konglomerat. manakah dari sekian banyak kesempatan Uang adalah segalanya. Mitos ini harus yang ada yang paling cocok dengan dibuang jauh-jauh dari benak calon kondisi kita saat ini dan saat mendatang. wirausaha. Ada bisnis-bisnis tertentu yang mau tidak mau harus membutuhkan Ketiga: SIAPKAH SAYA MEMULAI invesatsi besar, misalkan pabrikan. Jika BISNIS YANG SAYA PILIH ? kita membuat barang dalam jumlah kecil Fase antara menemukan ide dengan anggapan akan lebih murah, tentang suatu bisnis dan fase memulai pada kenyataannya akan menjadi lebih bisnis adalah suatu fase yang sangat mahal, karena fixed cost hanya disebar kritis bagi para calon wirausahawan. dalam jumlah produksi yang minimal. Dengan menganalisis segala Satu hal yang harus diperhatikan oleh kemungkinan, kita bisa memprediksi calon wirausaha adalah apakah kita bisnis apa yang akan kita masuki. mempunyai pengalaman sehingga Artinya, di atas kertas kita telah siap mampu mengelola investasi besar dan untuk menjadi seorang wirausaha. memberikan untuk dalam jangka waktu Namun benarkah kita telah “benar-benar” yang telah kita prediksi sebelumnya ? siap memasuki era yang gelap itu ?. kita mencapai dan Antara kedua fase di atas memang 3. Mampukah menjaga tingkat pertumbuhan dan terdapat paling tidak 5 (lima) kritikal faktor tingkat keuntungan yang kita inginkan. yang perlu diwaspadai, walaupun di atas kertas kita telah siap menjadi seorang Sehubungan dengan tingkat laba wirausaha. Kelima kritikal faktor tersebut dan penjualan; perusahaan dapat adalah: dikatagorikan menjadi: 1) perusahaan yang didirikan untuk 1. Keunikan bisnis yang telah dipilih mengikuti gaya hidup si wirausaha; disini Keunikan suatu bisnis dapat dilihat tingkat penjualan atau tingkat laba tidak dari berapa banyak tidak ketidak rutinan menjadi penting sepanjang perusahaan diperlukan daripada tingkat rutinnya pada bisa membuat si wirausaha merasa aman saat persiapan usaha maupun setelah dan tenteram; 2) perusahaan dengan Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
55
laba kecil. Disini memerlukann perhatian yang besar terhadap aspek financial; 3) perusahaan dengan tingkat pertumbuhan laba tinggi, dimana kenaikan tingkat penjualan dan laba amat diharapkan untuk dapat menarik pemodal; 4) bagaimanakah tingkat kemungkinan suatu produk dapat dipasarkan. Beberapa perusahaan mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini; terutama jika masih dalam tahap perkembangan diperlukan testing dan survai yang mendalam dan kontinu untuk hal ini; 5) bagaimana tingkat kemungkinan penolakan konsumen terhadap produk kita. Jika kita telah mempunyai produk untuk kita bisniskan, maka perusahaan 5. punya harapan sukses lebih besar. 6. Namun ada hal yang perlu dipertanyakan, yaitu bagaimanakah tanggapan konsumen terhadap produk kita tersebut. Ronstadt (dalam Robert D. Hisrich 2008) memberikan patokan terhadap hal ini. Menurut dia alangkah beresiko jika kita berani mengabaikan pasar. Terdapat 2 faktor panentu sukses bagi wirausaha baru, yaitu: 1) Adanya konsumen yang mau membayar produk kita dengan harga di atas harga pokok kita, dan 2) Adanya kegiatan produksi barang/ jasa serta pengirimannya kepada konsumen harus benar-benar dilaksanakan. Keempat : SAYA TELAH SIAP NAMUN MUNGKINKAH SAYA GAGAL ? Pada saat kita telah merasa siap untuk melangkah, biasanya akan timbul lagi perasaan was-was dan ragu, suatu hal yang sangat manusiawi. Alangkah baiknya sebelum kita melangkah, kita juga belajar memahami mengapa atau kapankah suatu usaha akan mengalami kegagalan. Karakaya dan Kobu (dalam Suryono Ekotama 2010)
mengidentifikasikan 3 kelompok penyebab kegagalan usaha, yaitu: Kelompok PERTAMA BERKAITAN DENGAN PRODUK DAN PASAR KITA, antara lain: 1. Timing peluncuran (launching) produk yang kurang tepat. 2. Desain produk yang tidak dengan mudah dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Strategi distribusi yang tidak tepat. 4. Tidak mampu mendefenisikan usaha yang sedang dijalankan, seperti apakah saya ini membuka bisnis restoran atau berbisnis menyediakan masakan yang lezat?; Kelompok KEDUA BERKAITAN DENGAN MASALAH FINANSIAL, meliputi: 1. Terlalu rendah dalam memperhitungkan kebutuhan dana. Hal ini menyebabkan setelah bisnis berjalan kita mengalami kesulitan menjalankan bisnis. 2. Terlalu dini berutang dalam jumlah besar. Utang yang besar tanpa di cover dengan penghasilan regular / rutin yang memadai akan menjerumuskan kita pada kehancurn, karena bunga pinjaman secara rutin harus kita bayar apapun kondisi bisnis kita. Kelompok KETIGA BERKAITAN DENGAN MASALAH MANAJEMEN, yaitu: 1. Terlalu bersifat nepotisme. 2. Sumber daya manusia yang lemah. 3. Tidak menggunakan konsep tim (tanpa konsultasi). Tersptra dan Olson (dalam Leonardus Saiman 2009) mengklarifikasikan sembilan masalah yang dihadapi, yaitu: (1) sulit mencari pembiayaan dari luar; (2) manajemen
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
56
keuangan internal yang masih lemah; (3) masalah pasar yang tidak sesuai dengan prediksi di awal; (4) tidak ada usaha untuk mengembangkan produk; (5) manajemen produksi/ operasi yang masih kacau; (6) manajemen sumber daya manusia yang masih lemah; (7) tidak ada pengalaman mengelola sumber daya yang ada; (8) lingkungan ekonomi yang kurang ramah; (9) kurangnya pengetahuan tentang peraturan atau aturan main. Banyak penelitian yang mencari jawaban mengapa wirausaha baru sering gagal atau salah langkah dalam menjalankan usahanya. Erkki K. Laintenen (dalam Robert D. Hisrich 2008) menyimpulkan bahwa terdapat enam penyebab kegagalan. Keenam penyebab tersebut disederhanakan menjadi “enam peraturan”, yaitu: (1) terlalu yakin bahwa bisnis tersebut akan memberikan hasil (yield) dan ketentuan (profit) positif pada tahun pertama; (2) kecukupan cadangan dana untuk menanggulangi kemungkinan rugi di masa mendatang; (3) modal dalam neraca awal terlalu kecil dan prediksi arus kas menunjukkan negatif; (4) semakin besar kemungkinan arus kas negatif, semakin besar rasio debt to equity (perbandingan antara utang dengan modal sendiri) maka semakin kecil ukuran bisnis yang akan dijalankan. 1. Kecilnya investasi yang dianggarkan tahun pertama kemungkinan arus kas negative besar. 2. Rasio keuangan di tahun pertama, terutama rasio arus kas terhadap utang. Semakin banyak utang perusahaan, maka semakin banyak diperlukan kas keluar. Kelima: BENARKAH SAYA TELAH SIAP ? Fase ini adalah fase paling kritis dalam memulai bisnis. Pada saat seseorang mempunyai ide untuk
berbisnis, biasanya semangat dan tekad begitu kuat, namun pada saat pertanyaan keempat di atas dilontarkan, malah menimbulkan keraguan yang meresahkan. Benarkah saya telah siap? Gordon B. Baty (dalam Robert D. Hisrich 2008) membantu kita menjawab pertanyaan ini. Paling tidak ada empat pertanyaan yang harus kita jawab dengan mengevaluasi ulang proses pengambilan keputusan dalam memulai suatu bisnis baru. Keempat pertanyaan tsb, adalah: (1) apakah produk kita benar-benar baru?; (2) apakah biaya produksi awal cukup realistis?; (3) apakah pasar “perdana” kita cukup realistis?; (4) adakah konsumen awal kita?; (5) Cara untuk mengevaluasi pertanyaan tersebut dikenal sebagai “studi kelayakan komprehensif”. Schollhammer dan Kuriloff (dalam Robert D. Hisrich 2008) membaginya menjadi dua factor, yaitu: technical feasibility dan marketability. Technical Feasibility berorientasi kepada produk / jasa yang dapat memuaskan calon konsumen; antara lain meliputI: (1) Desain produk atau tampilan produk yang dihasilkan; (2) Fleksibilitas dalam pemenuhan kebutuhan konsumen; (3) Ketahanan bahan-bahan baku; (4) Keamanan produk; (5) Tingkat kerusakan yang wajar; (6) Biaya perawatan yang murah dan mudah; (7) Standarisasi demi efisiensi; (8) Mudah diproduksi; (9) Mudah dioperasikan dan digunakan. Sementara itu, Marketability beorientasi kepada pasar atau konsumen (Hills, 1985 dalam Leonardus Saiman, 2009); menggabungkan dan menganalisis marketability dari sebuah perusahaan baru sangat penting dan krusial dalam penentuan keberhasilan suatu bisnis. Analisis marketability berguna menjawab paling tidak tiga pertanyaan mendasar, yaitu :
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
57
1. Manakah pasar potensial dan 8. Di antara sekian banyak waktu luang siapakah konsumen kita? anda, seringkah anda mengisinya 2. Sampai seberapa jauhkah kita bisa dengan kegiatan yang berbau bisnis? mengeksploitasi potensi pasar yang 9. Tantangan gambaran-gambaran masa ada? depan, seringkah anda 3. Bagaimanakah peluang dan resiko jika membayangkan diri sebagai kita menyerbu potensial pasar? wirausaha? Dalam analisis ini, kita 10. Dari sekian tokoh yang anda kagumi, memerlukan data-data seperti kondisi banyakkah di antara mereka yang ekonomi, pasar, harga, pesaing, dll. berprofesi sebagai wirausaha? 11. Bagaimanakah anda melihat hari Persiapan Para Profesional Yang Ingin esok? Haruskah hari esok lebih baik Terjun Sebagai Wirausahawan dari daripada hari ini dan kemarin? Dunia wirausaha ternyata sangat 12. Bagaimana dengan memandang berbeda dengan dunia professional. masa depan?. Seorang manajer professional. Seorang 13. Akankah masa depan lebih banyak manajer professional andal dengan menghadirkan peluang dibandingkan jenjang karier yang terus menanjak, kesulitan? belum berhasil menjamin sukses sebagai Pertanyaan berikutnya yang tak kalah wirausaha. Oleh karena itu, para pentingnya adalah: sebaiknya seorang professional harus mengukur a. Kapan professional banting stir menjadi kemampuan diri lebih dulu sebelum wirausaha? memutuskan terjun sebagai wirausaha. Ada beberapa pertanyaan yang dapat b. Apakah begitu mengetahui dirinya mempunyai potensi besar sebaiknya digunakan sebagai pegangan. Mengukur langsung beralih haluan atau kemampuan Diri Calon Wirausaha, menunggu dahulu sampai kariernya adalah sebagai berikut : mencapai level tertentu? 1. Dalam struktur keluarga anda, banyakkah diantara mereka yang Ada beberapa sinyal yang biasa menjadi wirausaha? dirasakan para professional untuk segera 2. Dalam catatan karir anda sebagai terjun sebagai wirausaha, yaitu: professional, punyakah anda 1. Banyak potensi diri yang tidak independensi dan keberanian termanfaatkan dengan hanya menjadi mengambil resiko yang tinggi? professional. 3. Selama bekerja sebagai professional, 2. Sering dan suka bereksperimen apakah anda menyukai pekerjaan dengan keputusan-keputusan lain dan dengan mobilitas dan tantangan yang berani mengambil resiko. tinggi? 3. Jaringan sudah cukup memadai untuk 4. Apakah banyak dari rekan sehobi dan memulai usaha baru. sepermainan anda, yang mengambil 4. Perusahaan tempat bekerja lebih jalur sebagai wirausaha? banyak mempermiskin proses kreatif 5. Cukup luaskah jaringan anda? dibanding memperkaya. 6. Memadaikah pengetahuan dan 5. Sudah kebal dan sangat keterampilan anda pada bidang jenis berpengalaman menghadapi keadaan wirausaha tertentu? sukar. 7. Punyakah anda hal unik, sebelum 6. Memiliki sesuatu yang unik (modal, memulai bisnis? pengalaman, akses dll) untuk dijual. Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
58
7. Sering bekerja sampingan/ ngobyek (Gede Prama). Bila sinyal-sinyal sudah dialami, maka langkah berikutnya adalah membuat semacam perencanaan krisis (crisis planning). Perencanaan krisis tersebut semacam ancang-ancang untuk mengantisipasi bila scenario optimis tidak berhasil. Bukan berarti kita pesimis atau takut gagal, namun ditengah-tengah situasi yang cepat berubah dan tidak pasti justru perencanaan ini makin diperlukan. Kami menamakan perencanaan ini dengan Gigi Mundur Cadangan (lihat bagan). Bagan : Gigi Mundur Cadangan 1
3
5
4 R1 R2 Dengan ancangan ini, kita perlu mempersiapkan skenario pertama bila seandainya bisnis kita mengalami kegagalan atau kurang sukses seperti yang kita harapkan. Misalkan kita bertolok ukur income selama menjadi pekerja dan setelah menjadi wirausaha. Bagaimana bila penghasilan lebih rendah daripada sebelumnya?. Hal ini perlu dipikirkan, lebih-lebih bila kita sendiri sudah memiliki tanggungan keluarga. Kecuali jika masih ditanggung oleh pihak lain, pertanyaan ini barangkali tidak perlu lagi dicari jawabnya. Ambil contoh, scenario pertama (R1) dalam 3 tahun kita gagal sebagai entrepreneur, kita masih
punya cadangan untuk kembali menekuni profesi semula. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana upaya itu menemui jalan buntu? Barangkali akan kesulitan memprediksi bagaimana situasi pasar kerja di masa datang. Boleh jadi, profesi ini di masa datang akan diisi oleh para lulusan luar negeri atau orang berpendidikan pasca sarjana. Apalagi saat menjelang dan memasuki tahun 2003, para ekspatriat (pekerja asing) akan banyak menyerbu pasar kerja Indonesia (suatu ironi di tengah masyarakat semakin panjang barisan pengangguran kita). Lalu, apa yang harus kita lakukan ? Rasanya perlu mempersiapkan scenario kedua (R2), perlu menengok kembali potensi lain pada diri kita. Selain keahlian professional apakah kita punya kelebihan lain yang bisa dieksploitasi? dengan kemampuan verbal yang bagus, bersiap-siaplah mencari dan memasuki lapangan kerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki jika harus keluar atau meninggalkan posisi kita sebagai entrepreneur (sebagai wirausaha).
2
KESIMPULAN Memulai bisnis baru adalah sesuatu yang berat dan resiko gagal yang besar pula. Sementara membeli usaha yang sudah ada (waralaba) juga sangat berat dalam hal biaya. Memulai usaha baru bukanlah sesuatu yang mudah. Membutuhkan lebih dari tekad, tetapi juga komitmen dan dedikasi. Kunci Kesuksesan Dalam Bisnis 1. Kerja keras, semangat dan dedikasi. Pemilik usaha harus berkomitmen untuk sukses dan bersedia meluangkan waktu dan usaha untuk mewujudkan bisnisnya. 2. Tuntutan pasar belum banyak tersedia. Sebagai contoh bila di satu
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
59
tempat hanya ada 1 toko roti, maka Thoby, Mutis. 1995. Kewirausahaan Yang Berproses. Jakarta: Grasindo. toko roti lain kemungkinan akan berhasil, dibandingkan dengan apabila di tempat tersebut sudah ada 20 toko roti. Disini pengusaha dituntut untuk jeli melihat pasar. 3. Kompetensi manajerial. Pengusaha kecil yang sukses biasanya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai apa yg harus mereka lakukan. Mereka dapat memperoleh kompetensi melalui training, pengalaman atau memanfaatkan keahlian orang lain. 4. Keberuntungan. Bagaimanapun keberuntungan tetap berperan menentukan kesuksesan suatu bisnis. SUMBER RUJUKAN M. Hariwijaya. 2009. 7 Jurus Jitu Memulai Bisnis. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. Mas'ud, Machfoedz. 2006. Kewirausahaan Metode, Manajemen, dan Implementasi. Yogyakarta: BPFE. Mudjiarto. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Robert,D.Hisrich.2008. Entrepreneurship Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat Safak, Muhammad. 2005. “Cara Mudah Orang Gajian Menjadi Entrepreneur”. Jakarta: Media Sukses. Sudradjad. 1999. Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Jakarta: Bumi Aksara. Suryana. 2005. Kewirausahaa. Jakarta: Salemba Empat. Suryono. Ekotama. 2010. Jurus Jitu Memilih Bisnis Franchise. Yogyakarta: Citra Media. Tarsis, Tarmudji. 2000. Prinsip-Prinsip Wirausaha. Yogyakarta: Liberty. Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-13
60