KIAT-KIAT DAN TAHAP SERTA TEKNIK MENJADI PENULIS HANDAL Oleh Iwan Rumalean Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura
Abstrak: Pada zaman modern ini setiap orang diharuskan memiliki kemampuan menulis yang baik. Namun banyak orang yang tidak dapat menulis secara baik terutama menulis untuk keperluan publikasi. Apalagi tulisan tersebut dipublikasikan dalam media yang meminta syarat-syarat tertentu. Tulisan ini membahas pengertian menulis, kiatkiat, tahap-tahap menulis, dan teknik menjadi penulis yang baik. Kata-kata kunci: Tahap-tahap menulis, kiat-kiat menulis, teknik-teknik menjadi Penulis. PENDAHULUAN Kemampuan menulis pada zaman sekarang bukan lagi menjadi sesuatu hal yang baru karena orang sudah mengenal tulisan sejak zaman batu (paleolitikum), tetapi hingga sampai saat ini tidak semua orang dapat menulis secara baik. Karena menulis itu tidak mudah tetapi juga tidak rumit. Menulis itu sama saja dengan usaha manusia dalam mencukupi pemenuhan kebutuahan hidup seharisehari. Makan misalnya, sebelum menjadi makanan, harus direncanakan terlebih dahulu apa yang mau dimakan, selanjutnya baru bahan makanan tersebut dicari atau dikumpulkan, setelah itu kemudian diracik, dan dimasak untuk dikonsumsi.
Demikian pula dengan menulis, harus direncanakan sejak awal mulai dari apa yang mau ditulis, setelah itu penulis mencari bahan atau referensi untuk selanjutnya dibuatkan sistematika penulisan sebagai pemandu. Hal tersebut dilakukan terutama bagi penulis pemula. Sedangkan bagi penulis yang sudah berpengalaman dapat langsung melakukan penulisan. Pada saat memasak, si pemasak (koki) dapat menyicipi masakannya untuk menentukan rasa tertentu seperti rasa gurih, manis, pahit, ataukah enak, dan sebagainya. Bila si-pemasak menginginkan rasa/ aroma tertentu dalam masakannya, maka dapat menambahkan bumbu-bumbu tertentu agar masakannya sesuai selera. Dalam melakukan penulisan, seorang penulis harus lincah mengolah kata-kata seperti seorang koki meracik bumbu masakan. Koki yang baik adalah koki yang mampu memenuhi selera lidah pengonsumsi. Demikian pula jika seorang ingin menjadi penulis handal maka ia harus mampu mengetahui dan menyesuaikan selera pembacanya. Oleh karena itu penulis dituntut untuk pandai meracik tulisan secara baik misalnya harus mengedit, pilihan kata (diksi) secara tepat, agar tulisan menjadi menarik dan enak untuk dibaca. Jika sebuah tulisan enak dan menarik untuk dibaca maka kemugkinan besar penulisnya telah menulis secara baik namun belum tentu telah menjadi
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
38
penulis yang handal. Lalau penulis yang handal itu apa sih?, bagaimana menjadi penulis yang handal itu?. Seorang Ibu kampug yang jago masak di kampungnya. Setiap pesta apapun di kampumngnya, pasti ibu kampung itu yang menjadi juru masak. Konon katanya masakan ibu kampung itu tanpa bumbu apapun masakan ibu kampng itu tetap enak untuk dinikmati. Suatu saat ada orang yang bertanya kepada ibu kampung itu resep apa yang ibu gunakan. Jawaban ibu kampung itu sederhana, yaitu “resep yang saya gunakan adalah memasak, memasak, dan memasak, setelah itu baru memasak dengan hati”. Lalu apakah ibu kampung itu telah menjadi juru masak yang handal?, Ya, handal di kampungnya. Dalam kuliah umum di Unpatti tahun 2010 mantan Rektor Unesa Prof. Dr. Haris Supratno, mengatakan bahwa jika ingin menjadi jagoan di tingkat nasional, maka syaratnya harus menjadi jagoan di daerah terlebih dahulu. Artinya untuk menjadi jagoan seutuhnya ya, harus jago kandang dulu baru jago tandang. Lalu apa hubungan antara penulis handal dengan ilustrasi ibu kampung di atas?, ya! jika ingin menjadi penulis handal maka syaratnya adalah “menulis, menulis, dan menulis, setelah itu baru menulis denga hati”. Jadilah penulis handal bagi diri sendiri, setelah itu baru menjadi penulis handal bagi kelompoknya, kemudian baru publik. Jadilah penulis handal di kandang dulu setelah itu baru jago menulis untuk tandang. Menulis itu tidak gampang akan tetapi tidak juga sulit, oleh karena itu ada yang mengatakan bahwa menulis itu merupakan sebuah proses. Dikatakan proses karena menulis itu tidak langsung jadi. Bila seseorang
berada di depan komputer dengan semangat yang tinggi untuk menyelesaian sebuah tulisan apapun jenisnya apakah ilmiah murni atau tulisan ilmiah populer. Tanpa perencanaan yang baik maka paling banyak tiga paragraf dalam satu lembar kertas saja yang dapat diketik. Setelah itu capek, bosan, kehabisan referensi ataupun sumber lainnya. Selanjutnya meninggalkan komputer dan tulisan tidak selesai-selesai. Menulis itu bukan saja pekerjaan para wartawan, guru, dosen, PNS/ Swasta, akan tetapi merupakan kebutuhan setiap orang yang hidup pada zaman modern sekarang. Oleh karena itu menulis sebaiknya menjadi tradisi. Salah satu syarat berkembangnya peradaban sebuah bangsa adalah seberapa besar kemampuan masyarakat bangsa itu mampu membumikan tradisi menulis. Konon orang Indonesia mengalami berbagai gejolak kehidupan kebangsaan, keindonesiaan, dan sosial kemasyarakatan lainnya yang menyebabkan berbagai kemunduran bangsa adalah karena masyarakat Indonesia tidak memiliki tradisi menulis yang baik. Sehingga jejak rekam masa lalu tidak diketahui secara baik (baca Wibowo, 2003: 23). Sejalan dengan hal di atas Faidah (2007) mengatakan bahwa jangan dibayangkan menulis itu susah. Mudah kok, asalkan memang berniat, mood, benar-benar mau menulis atau menjadi penulis. Apalagi kalau “hanya” menulis untuk majalah sekolah, termasuk mading, wuah… gampang banget, asalkan ada niat saja, bisa kok. Selain itu harus diingat bahwa menulis itu merupakan sebuah proses yang lebih kurang sama saja dengan orang mencari makan. Yang namanya
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
39
rezeki itu pasti ada, tetapi untuk mendaptkannya harus mencari dan mencari itu sendiri adalah proses karena itu memerlukan kesabaran dan ketekunan, serta keikhlasan. Orang yang tidak sabar, tidak tekun, dan tidak ikhlas akan sulit mendapatkan yang namanya rezeki, sama dengan orang malas, karena malas situ awal kebodohan, dan kebodohan itu awal dari kemiskinan. Proses dimaksud adalah proses sejak merencanakan yaitu bagaimana mencari dan menentukan sebuah topik, mengumpulkan referensi, menuliskan, mengedit, sampai pada finishing. Oleh karena sekali lagi menulis tidak sekali jadi. Dengan demikian di dalam proses tersebut memerlukan kesabaran yang juga nanti akan berdampak pada latihan kematangan kejiwaan. Seorang penulis tidak saja menyampaikan sebuah informasi kepada pembacanya, tetapi penulis tersebut juga akan mendapatkan sesuatu dari apa ditulis (Hasani, 2009). PEMBAHASAN Pengertian Menulis Keterampilan Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut (Faidah, 2007). Menurut Hasni (2009) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata.
Menulis (writing) itu salah satu dari sekian banyak kegiatan manusia sehari-hari, dan merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang lian seperti mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking). Dengan demikian, menulis akan menghasilkan tulisan yang pada hakikatnya adalah komunikasi tulisan. Artinya gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya disampaikan dalam wujud tulisan. Penggunaan media tulisan berbeda dalam berkomunikasi dengan menggunakan media bahasa lisan. Demikian pula halnya dengan menulis surat pribadi, menulis diare, berbeda dengan menulis untuk dipublikasikan di media massa, seperti suratkabar, tabloid, majalah, jurnal ilmiah atau menulis buku. Karena menulis di media massa ada “aturan main”-nya, oleh karena itu membutuhkan keahlian atau keterampilan khusus. (Romli, 2010) menulis bahwa suatu ketika anda sedang membaca berita atau artikel di suratkabar yang menurut anda penuh kesalahan dan kepalsuan, selanjutnya apakah anda: (1) merasa jengkel, lalu menceritakannya kepada teman-teman anda dengan penuh kekesalan, umpatan, dan caci-maki?, atau (2) langsung menyalakan komputer dan menulis surat pembaca atau artikel tanggapan dan dikirimkan ke redaksi suratkabar tersebut, atau sekadar untuk dimuat di mading, buletin, atau majalah sekolah. Jika jawaban anda nomor 1, maka anda hanya bisa “curhat” kepada teman-teman anda yang tentu saja terbatas jumlahnya, kalau banyak dengan jumlah pembaca suratkabar yang memuat berita/ artikel tersebut. Maka anda belum melakukan “perlawanan” seimbang. Jika jawaban anda nomor 2 tindakan anda tepat,
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
40
berarti anda menggunakan hak jawab, yaitu Hak Pembaca seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya, atau Hak Koreksi, yaitu adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. Kedua hak itu diberikan, dijamin, oleh UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, sehingga media massa wajib memuat tanggapan atau koreksi pembaca itu. Namun ada masalah, ketika anda tidak merasa puas dengan hanya merasa jengkel dan “curhat”, lalu mencoba langkah nomor 2 anda tidak bisa menuliskan apa-apa, yang ada di kepala anda tiba-tiba hilang begitu anda menatap monitor computer, tidak selancar ketika anda berbicara dengan kawan-kawan anda. Lalu, apa yang harus dilakukan?. Mungkin anda pusing tuju keliling?, anda tambah marah karena jengkel atas pemberitaan tersebut?, memukul-mukul komputer?, atau marah diri seraya memukul-mukul kepala anda?. Jika demikian, renungkan dan ikuti beberapa kiat-kiat di bawah ini:
Kiat-Kiat Menjadi Penulis Sastrawan dan budayawan Kuntowijoyo yang dikutip Situs (Faidah, 2007) mengatakan, hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis. “Awali setiap pagimu dengan menulis,” kata penulis asal Inggris, Gerald Brenan “itu akan membuatmu jadi seorang penulis.” Lebih lanjutnya penulis Amerika Serikat Getrude Stein, mendefinisikan menulis dengan “menulis adalah menulis dan menulis adalah menulis adalah menulis adalah… dan seterusnya”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu cara untuk menjadi penulis handal adalah… “menulis”, tidak mungkin berenang…. kecuali bila ingin menjadi perenang ya setiap hari berenang. Oleh karena itu untuk menjadi penulis yang baik dan benar atau handal, tentu ada kiatkiatnya, paling tidak beberapa kiat yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk pegangan dasar, antara lain: (1) suka membaca; dengan rajin membaca seseorang akan memiliki wawasan luas. Untuk bisa menulis dibutuhkan yang namanya wawasan, dan wawasan seseorang akan berkembang dengan banyak membaca. Bukan saja membaca koran, majalah, atau buku, tapi juga “membaca fenomena” atau setiap kejadian di sekitar kita. Bacalah apa saja yang anda ingin baca. Bukankah ayat pertama yang diturunkan oleh Allah dalam Alqur’an adalah Iqra yang artinya bacalah. Demikian itu menunjukkan betapa pentingnya membaca, oleh karena itu kata orang-rang bijak, bahwa orang yang tidak membaca pertanda bahwa orang tersebut lebih dekat ke kebodohan, dan kebodohan awal dari kemiskinan, dan kemiskinan lebih dekat kepada kelaparan, dan kelaparan lebih dekat kepada kematian. Orang yang mati karena kelaparan, konon katanya Tuhan tidak menolak rohnya, tetapi Tuhan tidak menyukai orang yang mati kelaparan. (2) kuasai tata bahasa; menulis itu berbeda dengan berbicara karena menulis menggunakan bahasa tulis, struktur kalimat harus diperhatikan, misalnya subjek predikat, kata kerja, kata benda dan sebagainya. Sedangkan berbicara menggunakan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
41
bahasa lisan, langsung saja tanpa titik, tanpa koma, atau titik koma, tidak mengedit pembicaraan. Asalkan dimengerti, orang tidak peduli soal stuktur atau ejaan apalagi yang nama EYD. Berbeda dengan bahasa tulisan salah titikkoma saja bisa jadi masalah. Untuk itu jangan sepelekan pelajaran bahasa Indonesia dan EYD ya! jika ingin menjadi penulis yang baik. Jika anda seorang mahasiswa jangan sekali-kali mengatakan “bahasa Indonesia itu gampang saja kok”. Sekali lagi jangan ya!, semua ilmu demikian sama pentingnya. Karena itu pelajari Bahasa Indonesia secara serius. (3) sabar; menulis adalah proses, butuh waktu dan ketekunan. Ada tahapan yang harus dilalui yang butuh perjuangan. Setiap perjuangan butuh pengorbanan. Pengorbanan dalam menulis adalah bersikap sabar. Jika ada kata yang tidak tepat betulkan lagi, perbaiki kalimat yang tidak efektif, dan tidak runtut serta perbaiki tanda-tanda baca. Menulis sebagai sebuah proses (Writing Process) karena di dalamnya terdapat cara-cara kerja para intelektual, butuh proses berpikir, oleh karena itu membuthkan kesabaran, karena ada tahap yang harus dilalui. Tahap-Tahap Menulis Seperti sudah disinggung pada kiat-kiat menulis, bahwa menulis itu memerlukan kesabaran karena harus melalui tahapan-tahapan. Oleh karena berikut ini tahap-tahap menulis dan penjelasan yang harus dilalui dalam proses menulis: prewriting (pramenulis), sebelum melakukan penulisan ada baik pikirkan apa yang akan mau ditulis (tulisan kasar/ tuliskan apa yang
dipikrkan/ tulis sajalah). Setelah itu baru buatkan naskah awal, mulai dari sistematika kemudian kembangkan berdasarkan kebutuhan. Pada tahap ini yang disebut draf (drafting) atau disebut juga penulisan naskah awal. Selanjutnya dilanjutkan dengan revising (perbaikan), and editing (koreksi naskah dan substansi) pada sesi ini draf atau naskah awal yang sudah dibuat perlu direfisi kembali dan diedit. Bagian mana yang tidak perlu baiknya dilepaskan saja. Perhatikan kata-kata yang mubasir (kontaminsi) alias tidak perlu harus lepaskan juga. Perhatikan pula salah pengetikan (mengedit). Teknik-Teknik Menulis Selain ada tahapan dan kiat, maka ada juga teknik-teknik menulis yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menulis, antara lain: 1. Prewriting (pra-menulis) a. Tentukan tujuan; tujuan menulis ada tiga yaitu: (1) menyampaikan informasi (to inform), (2) menghibur (to entertain), atau (3) untuk mengajak/ memengaruhi (to persuade). Sebelum menulis ada baiknya seorang penulis harus menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam menulis, apakah untuk menyampaikan informasi, atau untuk menghibur, atau bahkan untuk memengaruhi pihak (persuasi). Bagi penulis yang sudah terbiasa menulis, adakalanya tujuan selamanya tidak dari awal, tetapi bisa saja dalam perjalanan menulis itu baru menetapkan tujuan menulis. b. Perhatikan pembaca Anda; pikirkan, untuk siapa Anda menulis atau siapa yang akan membaca tulisan Anda. Tulisan buat dibaca teman-teman Anda, gunakan gaya bahasa
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
42
dan ungkapan-ungkapan yang biasa Anda kemukakan ketika ngobrol dengan temantemanAnda. Apabila pembaca tulisan anda adalah para ilmuan, atau masyarakat yang berpendidikan maka kata-kata yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Perhatikan pula kosa kata dalam bidang tertentu, karena misalnya masyarakat petani nelayan berbeda dengan pengetahuan petani kehutanan dan perkebunan begitu juga dengan bidang-bidang yang lain akan berbeda karena pengetahuan kosa kata yang dimiliki. c. Tentukan topik; Apa yang mau Anda ingin bahas atau ingin Anda kemukakan dalam tulisan tersebut. Temukan ide utama (main idea), persempit topiknya (narrow yout topic), dan temukan poinnya atau intinya. Sebuah topik yang luas atau terlalu luas akan menyulitkan bagi penulis untuk mencari referensi, dan juga tidak fokus (ngelur ke sana dan ke mari tidak tau apa yang harus dibahas). Oleh karena itu persempit topik sehingga pembahasan menjadi fokus. Jika sudah fokus maka penulis tidak kesulitan dalam membangun alur tulisan alias tulisan mengalir secara natural, yang pada akhirnya pembaca juga tidak kesulitan menangkap inti tulisan sehingga menjadi enak untuk dibaca. d. Kumpulan referensi; Kumpulkan data ataupun
informasi yang cukup untuk mengembangkan topik Anda dan membangun tulisan. Galilah informasi dan data yang diperlukan dari berbagai sumber, misalnya dari bahanbahan tulisan orang lain di majalah, koran dan buku-buku, percakapan dengan kawan atau ahli, observasi lapangan, ataupun contoh-contoh dari pengalaman pribadi. e. Jangan lupa; baca semua referensi yang Anda miliki dan pahami, lalu catat atau beri tanda bahan yang sekiranya akan Anda kutip. 2. Outlining; setelah topik dipilih, referensi dikumpulkan dan dibaca, saatnya membuat garis besar tulisan (outline). Rapikan poin-poin bahasan, mulai pendahuluan, “jembatan” menuju bahasa utama (bridging), dan pokok-pokok bahasan (sub-judul). Berikut ini perhatikan satu contoh struktur oultine, penulisan artikel ilmiah berikut ini: (a) Head- adalah bagian judul tulisan (b) By Name- jangan lupa menuliskan nama Anda sebagai penulis di tengah bawah setelah judul, dan cantumkan identitas Anda di akhir naskah. (c) Intro- lead atau bagian pembuka tulisan (opening), bisa berupa kutipan pendapat orang, kutipan atau ringkasan berita aktual, atau kutipan pepatah dan peristiwa. (d) Bridge- jembatan, penghubung antara intro dengan isi tulisan. Bisa berupa pertanyaan atau pengantar menuju isi tulisan. (e) Body - isi tulisan, biasanya dibagi menjadi dua atau tiga subjudul bahkan lebih berdasarkan kebutuhan.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
43
(f) Closing- penutup, bisa berupa kesimpulan atau pertanyaan tanpa jawaban. 3. Writing-Drafting or Composing the First Draft. Mulailah menulis dengan menulis naskah pertama, naskah kasar. Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, semuanya, Jangan dulu melihat referensi datadata. Bahkan, lupakan dulu semua “teori menulis”. Selain itu, tak perlu perhatikan soal ejaan atau kata/ kalimat baku dalam tahap “menulis bebas” (free writing) ini. Menulis sajalah, tuliskan semua yang Anda tahu dan pikirkan tentang topik yang sudah ditentukan. 4. Rewriting- The Revising Stage. Menulis ulang atau memerbaiki naskah awal tadi, sesuaikan dengan outline. Perhatikan judul, harus benar-benar mewakili isi naskah. Perbaiki kesalahan kata, kalimat, atau ejaan. Hindari pengulangan kalimat. Yang terpenting untuk tidak boleh dilupakan adalah pastikan bahwa tulisan Anda jelas dan mudah dimengerti. Pastikan bahwa Anda sudah menulis kalimat dengan benar, efektif, dan jelas. Pastikan juga setiap paragraf runtut (nyambung) dengan topik yang dibahas, dan yakin serta pastikan bahwa pembaca memahami isi dan maksud tulisan Anda. 5. Editing- Correcting the Final Version. Inilah tahap “finishing touch” sebelum tulisan Anda dipublikasikan atau dikirimkan Media. Koreksi setiap kata, juga periksa serta perhatikan dan perbaiki tanda-tanda baca. Jangan lupakan, tuliskan nama dan identitas diri Anda sebagai penulis naskah tersebut (Romli, 2010). .
KESIMPULAN Kemampuan menulis merupakan sebuah kebutuhan bagi setiap orang, oleh karena itu menulis bukanlah pekerjaan wartwan, guru atau dosen, mahasiswa atau anak sekolah saja. Melainkan semuah harus bisa menulis, namun bagaimana menulis yang baik agar tulisan enak dan menarik untuk dibaca. Itu yang tidak dimiliki oleh semua orang. Namun nasihat yang diberikan para penulis-penulis handal adalah “jika ingin menjadi penulis, maka menulis, menulis, dan menulis”. Kita-kiat menulis antara lain: (1) suka membaca, (2) kuasai tata bahasa, dan (3) sabar. Sedangkat tahap-tahap menulis sebagai berikut: prewriting (pra-menulis), draf (drafting), dan revising (perbaikan), and editing (koreksi naskah dan substansi). Selanjutnya teknik-teknik menulis antara lain: (1) Prewriting (pra-menulis), 2. Outlining, 3. Writing-Drafting or Composing the First Draft, 4. RewritingThe Revising Stage. 5. EditingCorrecting the Final Version. SUMBER RUJUKAN Romli.2010. (http://jurnalistikuinsgd.wor dpress.com/2007/05/25/faidahmenulis/). “Kiat-Kita Menulis”. Diakses pada tanggal 26 Juli 2010. Hasni. 2009. (http://www. agupenajateng.net/2009/04/08/) “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi dengan Teknik Objek Langsung Melalui Pendekatan Kontekstual”. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2010.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
44
Faidah. 2007. (http:// www. infoplease. com/homework/wsbiography.ht ml). “ Menulis itu Mudah”. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2010. Wibowo, Wahyu. 2003. Enam Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak di Baca. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-10.
45