HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI LANSIA DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI RW 05 KELURAHAN PASEBAN KECAMATAN SENEN JAKARTA PUSAT 2012
RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT WITH MOTIVATION MAINTAINING QUALITY OF LIFE IN ELDERLY AT RW 05 SUB PASEBAN, DISTRICT SENEN, CENTRAL JAKARTA 2012
OLEH AFRIANI MANGASI
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIK SINT CAROLUS, JAKARTA JANUARI, 2013 1
2
ABSTRAK Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyanyangi kita (Kuncoro, 2002). Terdapat empat dimensi dalam dukungan keluarga : dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental (Friedman, 1998). Keluarga merupakan tempat berlindung bagi lansia. Namun ada beberapa masalah yang dialami lansia dalam keluarga : penganiayaan emosi (97,73%), pengabaian (61,36%), penganiayaan ekonomi/finansial (31,82%), penelantaran (29,55%) serta penganiayaan fisik (18,18%), (Etty Rekawaty, dkk, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode deskripsi korelasi. Populasi penelitian berjumlah 82 lansia dengan sampel sebanyak 68 lansia. Hasil penelitian menunjukkan 30,9% dukungan keluarga kurang dan 69,1% dukungan keluarga tinggi, sedangkan 63,2% memiliki motivasi kurang dan 36,8% memiliki motivasi tinggi. Hasil uji Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan motivasi lansia (P=0,700). Saran bagi kader untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan lansia dan bagi keluarga agar menyediakan waktu untuk bersama lansia. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang fasilitas pelayanan di posyandu lansia, mekanisme koping lansia terhadap penurunan fungsi tubuh yang dapat berpengaruh terhadap motivasi lansia dalam berperilaku untuk memperoleh kualitas hidup yang baik. Penelitian secara kualitatif (indept interview).
Kata kunci
: Dukungan Keluarga, Motivasi Lansia
ABSTRACT The supports in the family derived from the people who are reliable, appreciate and love us will be in the form of presence, willingness, and attention (Kuncoro, 2002). There are four dimensions in family supports: emotional support, information support, appreciative support, and instrumental support (Friedman, 1998). The family is a shelter for the aged. But there are some problems experienced by the aged in their family: emotional oppression (97.73%), neglected (61.36%), financial oppression (31.82 %), abandoned (29.55%), and physical abuse (18.18%), (Etty Rekawati, 2007). The purpose of this research is to determine the relationship between family supports and motivation of the aged in maintaining the quality of life. The type of the research is the quantitative with descriptive correlation method. The whole population of the aged taking part in the research is 82, but only 68 included in sample. The result of the research shows that 30.9% with less family support, 69.1% with high family support, otherwise 63.2% with less motivation and 36.8% with high motivation. Then, the result of the Rank Sperman test shows that there is no significant relationship between family support as a whole with the aged motivation (P=0.700). As a result, council has been suggested to provide social activity that involving elderly. In addition of the result, their family also need to spare some time with them. For the further researcher, research can be done by choosing related topic about the service facility at elderly clinic, elderly coping mechanism towards body function decrease which affected their motivation to behave themselves in order to get a better quality of life; and the research will be a qualitative research (indept interview).
3
Keywords : Family Supports, Motivation Of The Aged
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia dalam fase kehidupan akan mengalami proses penuaan. Dimana makin panjang usia seseorang, seiring dengan pertambahan usia tubuh maka seseorang akan mengalami kemunduran dari segi fisik, psikologis, sosial maupun ekonomi. Perubahanperubahan tersebut yang menyebabkan lansia menjadi tergantung atau mengantungkan diri pada orang lain seperti anak atau keluarga yang lain. Keberadaan usia lanjut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif (Erdafitriani, 2009). Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population). Angka harapan hidup orang Indonesia meningkat dari 65 tahun pada 1997 menjadi 73 tahun pada 2025. Sehingga pada tahun 1990 sampai 2025 Indonesia akan mempunyai kenaikan jumlah lansia sebesar 414% yang merupakan angka paling tinggi di dunia. (Wahyuni & Handayani D, 2012). Martabat lansia dalam keluarga dan keakraban hidup kekeluargaan di budaya timur seperti yang kita rasakan perlu untuk dipertahankan. Keluarga merupakan tempat berlindung bagi para lansia. Ini menunjukkan bahwa sistem nilai budaya yang menjunjung tinggi pengabdian kepada orang tua, masih ada di masyarakat Indonesia. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan dapat memotivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi. (Stuart & Sundeen (1995) dalam Tamher & Noorkasiani, 2009). Menurut Andri (2008), dalam penelitiannya mengatakan bahwa gambaran yang didapat rata-rata lansia mengungkapkan keluhan mereka mengenai kurangnya perhatian dan kepedulian dari anggota keluarganya. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya kesibukan dari anggota keluarga, kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah anggota keluarga, keluarga tidak mau direpotkan dengan berbagai permasalahan dan penyakit yang umumnya diderita oleh lansia. Hal tersebut menyebabkan lansia merasa tidak dibutuhkan dan tidak dihargai lagi dalam keluarganya. Dalam kondisi demikian lansia perlu untuk mendapatkan dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan, 4
sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia, serta dapat meningkatkan kualitas hidup diri mereka. Berdasarkan data yang diperoleh dari RW 05 kelurahan Paseban, jumlah lansia sebanyak 82 orang dari jumlah keseluruhan penduduk sebesar 1183 jiwa. Gambaran yang didapat peneliti bahwa lansia tinggal bersama keluarga dan sering tinggal sendiri karena keluarga pergi bekerja, mereka kebanyakan melakukan aktivitas yang rutin sehingga lansia sering merasa jenuh. Bila hal ini tidak dikaji, kemungkinan lansia akan mengalami stres dan bisa diperberat dengan depresi. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui dukungan yang diberikan oleh keluarga apakah sudah cukup bagi lansia untuk menjadi termotivasi dalam mempertahankan kualitas hidupnya.
2. Masalah penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh lansia antara lain kurangnya dukungan dan kepedulian dari anggota keluarga kepada lansia, sehingga disinyalir berdampak negatif terhadap kualitas hidup lansia. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2012?”
3. Tujuan penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain : a) Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2012 b) Tujuan Khusus 1) Diketahuinya gambaran motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia 2) Diketahuinya gambaran dukungan emosional dari keluarga kepada lansia 3) Diketahuinya gambaran dukungan informasi dari keluarga kepada lansia 4) Diketahuinya gambaran dukungan penghargaan dari keluarga kepada lansia 5) Diketahuinya gambaran dukungan instrumental dari keluarga kepada lansia 6) Diketahuinya gambaran dukungan keluarga secara keseluruhan kepada lansia 5
7) Diketahuinya hubungan antara dukungan emosional keluarga kepada lansia dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia 8) Diketahuinya hubungan antara dukungan informasi keluarga kepada lansia dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia 9) Diketahuinya hubungan antara dukungan penghargaan keluarga kepada lansia dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia 10) Diketahuinya hubungan antara dukungan instrumental keluarga kepada lansia dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia 11) Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia
B. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan lanjut usia yang berumur > 60 tahun di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat. Data (2011) yang diperoleh sebanyak 82 orang. Sampel sebanyak 68 orang lansia. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, dimana seluruh populasi lansia mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai responden. Penelitian dilaksanakan di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat dan dilakukan pada bulan Mei – Januari 2012. Pengumpulan data dilakukan di RW 05 Kelurahan Paseban. Untuk memaksimalkan waktu yang ada dan memperlancar proses penelitian maka peneliti memakai asisten peneliti dalam hal ini adalah kader di RW 05 Kelurahan Paseban. Sebelumnya, peneliti memberikan penjelasan kepada asisten peneliti (kader) tentang proses pengumpulan data sehingga didapatkan persamaan persepsi antara peneliti dan asisten peneliti (kader). Tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari : tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari : kuesioner A (data demografi), kuesioner B (dukungan keluarga) dan kesioner C (motivasi lansia). Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
6
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a) Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Dukungan Keluarga dan Motivasi Responden Lansia Di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat 2012 (n=68) Dukungan Keluarga & Motivasi Dukungan Emosi Rendah Dukungan Emosi Dukungan Emosi Tinggi Total Dukungan Informasi Rendah Dukungan Informasi Dukungan Informasi Tinggi Total Dukungan Pengharagaan Rendah Dukungan Penghargaan Dukungan Penghargaan Tinggi Total Dukungan Instrumental Rendah Dukungan Instrumental Dukungan Instrumental Tinggi Total Dukungan Keluarga Rendah Dukungan Keluarga Secara Keseluruhan Dukungan Keluarga Tinggi Total Motivasi Rendah Motivasi Motivasi Tinggi Total
Frekuensi 21 47 68 25 43 68 22 46 68 26 42 68 21
% 30,9 69,1 100,0 36,8 63,2 100,0 32,4 67,6 100,0 38,2 61,8 100,0 30,9
47 68 43 25 68
69,1 100,0 63,2 36,8 100,0
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa lansia di RW 05 memiliki dukungan keluarga tinggi. Hal ini bisa dilihat bahwa dukungan emosi tinggi sebesar 69,1%, dukungan informasi tinggi sebesar 63,2%, dukungan penghargaan tinggi sebesar 67,6%, dukungan instrumental tinggi sebesar 61,8% serta dukungan keluarga secara keseluruhan tinggi yaitu sebesar 69,1%. Sedangkan motivasi lansia cenderung rendah yaitu sebesar 63,2%.
7
b) Analisis Bivariat Tabel 2 Hubungan Antara Dukungan Emosi Dengan Motivasi Lansia Di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2012 (n=68) Dukungan Emosi Dukungan Emosi Rendah Dukungan Emosi Tinggi Total (%) n
Motivasi (%) Rendah Tinggi 30,2 32,0 69,8 68,0 100,0 100,0 43 25
Nilai R (P value) -0,081 (0,881)
Berdasarkan Tabel 2, responden yang memiliki dukungan emosi kurang cenderung memiliki motivasi tinggi (32,0%), sedangkan responden yang memiliki dukungan emosi cukup cenderung memiliki motivasi kurang (69,8%). Dari hasil uji Rank Spearmen diperoleh R value -0,018, artinya hubungan antara dukungan emosi dengan motivasi lansia adalah sangat lemah dan berlawanan arah. P value 0,881 > 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosi dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidupnya.
Tabel 3 Hubungan Antara Dukungan Informasi Dengan Motivasi Lansia Di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2012. (n=68) Dukungan Informasi Dukungan informasi Rendah Dukungan Informasi Tinggi Total (%) n
Motivasi (%) Rendah Tinggi 37,2 36,0 62,8 64,0 100,0 100,0 43 25
Nilai R (P value) 0,012 (0,922)
Berdasarkan Tabel 3, responden yang memiliki dukungan informasi kurang cenderung memiliki motivasi rendah (37,2%), sedangkan responden yang memiliki dukungan informasi tinggi cenderung memiliki motivasi tinggi (64,0%). Dari hasil uji Rank Spearman diperoleh R value 0,012 artinya hubungan antara dukungan informasi dengan motivasi lansia adalah sangat lemah dan searah. P value 0,922 > 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan informasi dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidupnya.
8
Tabel 4 Hubungan Antara Dukungan Penghargaan Dengan Motivasi Lansia Di Kelurahan Paseban RW 05, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat Tahun 2012 (n=68) Dukungan Penghargaan Dukungan Penghargaan Rendah Dukungan Penghargaan Tinggi Total (%) n
Motivasi (%) Rendah Tinggi 34,9 28,0 65,1 72,0 100,0 100,0 43 25
Nilai R (P value) 0,071 (0,565)
Berdasarkan Tabel 4, responden yang memiliki dukungan penghargaan rendah cenderung memiliki motivasi rendah (34,9%), sedangkan responden yang memiliki dukungan penghargaan tinggi cenderung memiliki motivasi tinggi (72,0%). Dari hasil uji Rank Spearman diperoleh R value 0,071 artinya hubungan antara dukungan penghargaan dengan motivasi lansia adalah sangat lemah dan searah. P value 0,565 > 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan penghargaan dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidupnya.
Tabel 5 Hubungan Antara Dukungan Instrumental Dengan Motivasi Lansia Di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2012 (n=68) Dukungan Instrumental Dukungan Instrumental Rendah Dukungan Instrumental Tinggi Total (%) n
Motivasi (%) Rendah Tinggi 46,5 24,0 53,3 76,0 100,0 100,0 43 25
Nilai R (P value) 0,223 (0,067)
Berdasarkan Tabel 5, responden yang memiliki dukungan instrumental rendah cenderung memiliki motivasi rendah (46,5%), sedangkan responden yang memiliki dukungan instrumental tinggi cenderung memiliki motivasi tinggi (76,0%). Dari hasil uji Rank Spearman diperoleh R value 0,223 artinya hubungan antara dukungan instrumental dengan motivasi lansia adalah lemah dan searah. P value 0,067 > 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidupnya.
9
Tabel 6 Hubungan Antara Dukungan Keluarga Secara Keseluruhan Dengan Motivasi Lansia Di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2012 (n=68) Dukungan Keluarga Dukungan Kelurga Rendah Dukungan Keluarga Tinggi Total (%) n
Motivasi (%) Rendah Tinggi 32,6 28,0 67,4 72,0 100,0 100,0 43 25
Nilai R (P value) 0,048 (0,700)
Berdasarkan Tabel 6, responden yang memiliki dukungan keluarga rendah cenderung memiliki motivasi rendah (32,6%), sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga tinggi cenderung memiliki motivasi tinggi (72,0%). Dari hasil uji Rank Spearman diperoleh R value 0,048 artinya hubungan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan motivasi lansia adalah sangat lemah dan searah. P value 0,700 > 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidupnya.
2. Pembahasan a. Dukungan Emosi Menurut Gottlieb (1998) dalam Kuncoro (2002), dukungan emosi yang diberikan oleh keluarga mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian dalam merawat, menjaga dan menemani lansia sehingga lansia tidak merasa sendiri. Keluarga merupakan tempat yang aman dalam mengolah emosi setiap individu. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, lansia yang berada di RW 05 ini cukup mendapat dukungan emosi dari keluarga. Dukungan yang diberikan mencakup : 1) keluarga selalu siap membantu dan merawat lansia dengan hati yang tulus dan ikhlas, 2) keluarga tidak membiarkan lansia menghadapi masalahnya sendiri, 3) keluarga menyiapkan makanan, minuman serta obat bagi lansia. Sesuai dengan budaya timur bahwa anak harus selalu menghargai orangtua dan berkewajiban merawat orangtua mereka sebagai balas budi atas jasa-jasa yang diberikan kepada mereka sampai dengan dewasa.
10
b. Dukungan Informasi Hoi et al dalam BMC Geriatrics, 2011; mengatakan bahwa proporsi dari orang tua yang membutuhkan bantuan yang tertinggi adalah bantuan dalam hal intelektual (menulis, membaca, mendengarkan radio dan menonton TV), yaitu sebanyak 13-32%. Lansia mengalami keterbatasan yang dipengaruhi oleh penurunan berbagai fungsi tubuh. Sesuai dengan teori penuaan maka lansia membutuhkan bantuan dari keluarga. Berdasarkan hasil observasi, lansia yang berada di RW 05 rata-rata keluarganya mempunyai pekerjaan yang memadai, sehingga mereka dengan mudah memperoleh informasi melalui media cetak ataupun media elektronik. Informasi yang mereka dapat dibagikan kepada orangtua. Keluarga juga menjelaskan tentang pentingnya menjaga dan mengontrol kesehatan, membantu mengingatkan orangtua untuk minum obat secara teratur serta menyarankan orangtua untuk rutin memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan.
c. Dukungan Penghargaan Tradisi keluarga di Indonesia masih menghargai lansia untuk memberikan pendapat dalam menyelesaikan masalah keluarga. Para usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol sebagai seorang yang “dituakan”, bijak dan berpengalaman, pembuat keputusan, dan kaya pengetahuan. (Suhartini R, 2004). Menurut Yasa (1999) yang dikutip dalam Suhartini (2004), yang mengatakan bahwa pengalaman hidup lanjut usia merupakan pewaris nilai-nilai sosial budaya sehingga dapat menjadi panutan bagi kesinambungan kehidupan bermasyarakat dan berbudaya. Salah satu produktivitas budaya yang dimiliki lanjut usia adalah sikap suka memberi. Memberi adalah suatu bentuk komunikasi manusia. Berdasarkan hasil observasi saat menyebarkan kuesioner, peneliti melihat bahwa dukungan penghargaan yang diberikan kepada lansia di RW 05, yaitu : keluarga mengikutsertakan lansia dalam pembicaraan/musyawarah keluarga serta melibatkan lansia dalam mengambil keputusan. Keluarga selalu menghargai orangtua karena tanpa kerja keras dan pengorbanan orangtua, mereka tidak akan bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagai ungkapan terimakasih maka lansia akan selalu menjadi orang yang tetap diutamakan dalam kehidupan keluarga mereka.
d. Dukungan Instrumental Menurut Rudkin (1993) yang dikutip dalam Suhartini (2004), secara umum lanjut usia cenderung tinggal bersama dengan anaknya yang telah menikah. Tingginya penduduk 11
lanjut usia yang tinggal dengan anaknya menunjukkan masih kuatnya norma bahwa kehidupan orang tua merupakan tanggungjawab anak-anaknya, sehingga lingkungan rumah selalu diperhatikan demi keselamatan orang tua mereka. Suryo, Harbandinah, Bagoes (2006), juga mengatakan bahwa kelompok lansia yang berperilaku sehat mungkin disebabkan karena keluarga mampu dan mau menyediakan sarana yang dibutuhkan lansia, serta perilaku keluarga juga dapat dijadikan sebagai referensi lansia dalam berperilaku sehat maupun berperilaku tidak sehat. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, keluarga sudah memberikan apa yang dibutuhkan oleh lansia, misalnya : tongkat, walker, kacamata, alat bantu pendengaran serta alat-alat rumah tangga yang dapat meringankan pekerjaan orangtua. Keluarga selalu mengusahakan agar lansia memperoleh apa yang dibutuhkan dalam menjalani hari tua mereka.
e. Dukungan Keluarga Secara Keseluruhan Menurut Bomar (2004), dukungan keluarga adalah suatu bentuk melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan, informasi dan instrumental yang dapat diberikan pada lansia. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau dilakukan untuk keluarga. Lansia di RW 05 sebanyak 69,1 % memperoleh dukungan keluarga yang tinggi. Hal ini disebabkan karena lansia tinggal dengan anak kandung mereka sendiri dan masih ada beberapa lansia yang mempunyai pasangan. Pasangan dan anak kandung merupakan orang-orang yang paling dekat dengan lansia. Mereka lebih memahami apa yang diinginkan oleh lansia daripada orang lain sehingga lansia memperoleh kenyamanan dalam menjalani kehidupan.
f. Motivasi Menurut Maryam, dkk (2007), motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat dan melaksanakan sesuatu. Jenis motivasi menurut Sardiman, (2010) : 1) motivasi intrinsik yakni motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Motif tersebut sudah ada dalam diri setiap individu sehingga mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu. 2) motivasi ekstrinsik yakni motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar yaitu pengaruh dari orang lain atau lingkungan. 12
Berdasarkan hasil penelitian, lansia yang tinggal di RW 05 mempunyai motivasi yang rendah. Lansia merasa jenuh dengan rutinitas seperti : mengerjakan pekerjaan rumah dan menjaga cucu. Mereka merasa tidak ada sesuatu yang baru karena setiap hari selalu mengerjakan hal yang sama. Lansia cenderung pasrah dengan keadaan, seiring dengan berjalannya waktu dan usia mereka semakin tua. Apabila mereka sakit, mereka hanya menerima dengan ikhlas karena mereka yakin bahwa ini sudah menjadi bagian yang harus diterima dalam proses penuaan.
g. Hubungan Antara Dukungan Emosi Dengan Motivasi Lansia Menurut Friedman (1998), fungsi afektif keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah. Dengan demikian maka keberadaan lansia didalam rumah tangga atau keluarga akan terpenuhi kebutuhan emosionalnya dari anggota keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugruho Adi (2007), mengenai dukungan emosional keluarga dengan respon psikososial diperoleh P value = 0,000 (P < 0,05), nilai tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan respon psikososial pada lansia. Dukungan emosional yang paling bermakna adalah dukungan dari keluarga lansia. Setiawati dan Dermawan (2005), mengemukakan bahwa lansia akan merasa lebih aman apabila hidup ditengah-tengah keluarga yang penuh dengan dukungan emosional. Berdasarkan hasil observasi saat mengumpulkan data, lansia yang berada di RW 05 mempunyai pandangan bahwa keluarga selalu memperhatikan mereka dalam kebutuhan emosi, misalnya : mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan oleh lansia, merawat dan melayani lansia sebagaimana anak membalas budi kepada orangtuanya. Tetapi hal tersebut dirasakan biasa saja oleh lansia karena sudah sepantasnya anak-anak merawat dan menjaga lansia dimasa tuanya. Lansia menganggap bahwa perasaan jenuh, bosan, mudah tersinggung dan sering lupa mengingat sesuatu adalah hal yang wajar dialami menginjak usia lanjut.
h. Hubungan Antara Dukungan Informasi Dengan Motivasi Lansia Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2010), yang mengatakan bahwa keluarga dapat memberikan dukungan informasi dengan memberikan saran dan nasehat tentang apa saja yang harus dilakukan oleh lansia dalam
13
menghadapi masalah, baik fisik maupun psikologis. Kebanyakan lansia selama ini mendapatkan nasehat atau saran yang berasal dari orang terdekat mereka yaitu : keluarga. Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau memecahkan masalah yang ada (Sarafino, 2004). Menurut House (Smet, 1994, dalam Setiadi, 2008, hlm.22), bantuan informasi dapat digunakan untuk menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh lansia. Dalam hasil penelitian ini lansia yang mendapat dukungan informasi cukup mempunyai motivasi yang tinggi begitupun sebaliknya. Lansia mengalami kesulitan untuk mengingat sehingga menjadi sulit ketika ingin memutuskan sesuatu. Dalam hasil penelitian dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan informasi dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidupnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh tempat tinggal lansia yang dekat dengan rumah sakit dan posyandu lansia, sehingga lansia selalu terpapar dengan informasi, saran dan himbauan mengenai kesehatan. Akibat seringnya informasi yang diterima lansia, baik dari keluarga maupun lingkungan, maka lansia merasa informasi itu tidak terlalu penting lagi. Mereka menganggap bahwa tidak akan memperoleh kesehatan yang optimal seperti dulu.
i. Hubungan Antara Dukungan Penghargaan Dengan Motivasi Lansia Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang berbanding positif antara individu dengan orang lain (Sarafino, 2004). Menurut penelitian Rahayu et al (2010) mengatakan bahwa dalam masyarakat kita selaku orang timur dengan budaya kekeluargaan yang sangat kental, anak, cucu dan sanak saudara lanjut usia pada umumnya sangat tidak keberatan untuk menerima keberadaan lanjut usia di dalam keluarganya. Nilai ini masih berlaku di Indonesia. Para usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol sebagai seorang yang “dituakan”, bijak dan berpengalaman, pembuat keputusan dan kaya pengetahuan. Dalam mengumpulkan data, peneliti mengamati bahwa rata-rata lansia yang berada di RW 05 tinggal bersama keluarga. Para lansia menyatakan bahwa mereka selalu dilibatkan dalam pertemuan keluarga dan selalu diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka. Seharusnya hal ini dapat membuat para lansia menjadi lebih berarti dan bisa berkontribusi didalam keluarganya, namun lansia tidak menjadi termotivasi, mereka sering menolak untuk memberikan pendapat, mereka berpikir bahwa 14
mereka sudah tua dan sudah saatnya untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak dalam mengambil keputusan. Disamping itu juga lansia merasa bahwa anak-anak berhak untuk mengambil keputusan karena mereka yang bekerja membiayai kehidupan lansia.
j. Hubungan Antara Dukungan Instrumental Dengan Motivasi Lansia Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga secara langsung
yang meliputi bantuan material seperti memberikan tempat
tinggal,
meminjamkan atau memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah seharihari. (Sarafino, 2004). Alnidi et al (2011), dalam penelitiannya mengatakan bahwa hampir sebagian besar dari responden (53,2%) memberikan dukungan instrumental yang mendukung kepada lansia. Keluarga lansia juga memberikan bantuan secara materi kepada lansia. Mengingat adanya perubahan fisik yang bersifat degenerasi pada lansia, keluarga lansia tersebut juga membantu lansia dalam beraktifitas dan mengerjakan tugas sehari hari. Teori tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang ada ditempat penelitian yang mana tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidupnya. Berdasarkan hasil observasi, walaupun lansia tinggal bersama keluarga namun sering kali lansia sendirian di rumah, dikarenakan kesibukan dari anggota keluarga. Lansia bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari keluarga, karena keluarga selalu mengusahakan yang terbaik buat orangtua mereka. Menurut lansia, ini saja tidak cukup karena yang mereka butuhkan adalah kebersamaan dalam melewati hari-hari mereka. Harta bukan segala-galanya untuk mendapatkan kualitas hidup yang sejahtera. Mungkin dengan dibentuknya posyandu lansia oleh para kader dan diadakannya kegiatan-kegiatan yang melibatkan lansia dapat
membantu dalam
mempertahankan kualitas hidup. Sesuai dengan teori aktivitas yang menyatakan bahwa apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka ia harus tetap beraktivitas.
k. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Secara Keseluruhan Dengan Motivasi Lansia Dalam Mempertahankan Kualitas Hidup Lansia Penelitian Putro (2008), menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi lansia dalam menghadiri posyandu lansia dan penelitian Chintyawati (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tekanan darah terkontrol di Posyandu Lansia Puskesmas Lidah Kulon Surabaya. 15
Menurut Ismawati et al (2010), yang menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Hasil penelitian Ismawati et al tidak sesuai dengan hasil penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan karena lansia merasa bahwa sudah cukup untuk berjuang dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Sesuai dengan teori pembebasan (Disengagement theory) dalam Suhartin P, (2010), dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. Ditempat penelitian dapat diamati keluarga sibuk bekerja dan tidak mempunyai banyak waktu untuk bercerita dengan orangtua, sehingga lansia tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Menurut lansia tidak ada gunanya sehat namun keluarga tidak selalu berada disamping mereka.
D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Variabel dukungan emosi tidak berhubungan dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup, berdasarkan uji Rank Spearman diperoleh hasil P value 0,881 > 0,05. Lansia merasa bahwa sudah sepantasnya keluarga memberikan dukungan emosi kepada mereka. Dimana anak-anak harus merawat dan memperhatikan lansia sebagaimana dulu lansia merawat mereka. Lansia merasa hal ini biasa saja, sehingga mereka pun tidak ada motivasi untuk meningkatkan kualitas hidup salah satunya dengan memperhatikan kesehatan mereka. Variabel dukungan informasi tidak berhubungan dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup, berdasarkan uji Rank Spearman diperoleh hasil P value 0,922 > 0,05. Teori neuroendokrin yang mengatakan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur sistem saraf. Kondisi perubahannya adalah meningkatnya jangka waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi tehadap perintah. Sehingga kadang-kadang kita memandang perlambatan respon dari lansia ini sebagai tindakan melawan atau ketulian. 16
Variabel dukungan penghargaan tidak berhubungan dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup, berdasarkan uji Rank Spearman diperoleh hasil P value 0,565 > 0,05. Para usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol sebagai seorang yang “dituakan”, bijak dan berpengalaman, pembuat keputusan dan kaya pengetahuan. Namun lansia tidak menjadi termotivasi, mereka sering menolak untuk memberikan pendapat, mereka berpikir bahwa mereka sudah tua dan sudah saatnya untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak dalam mengambil keputusan. Variabel dukungan
Instrumental
tidak
berhubungan
dengan
motivasi
lansia
dalam
mempertahankan kualitas hidup, berdasarkan uji Rank Spearman diperoleh hasil P value 0,067 > 0.05. Dalam hal ini lansia bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari keluarga, karena keluarga selalu mengusahakan yang terbaik buat orangtua mereka. Menurut lansia, ini saja tidak cukup karena yang mereka butuhkan adalah kebersamaan dalam melewati hari-hari mereka. Variabel dukungan keluarga secara keseluruhan tidak berhubungan dengan motivasi lansia dalam mempertahankan kualitas hidup lansia. Hal ini sesuai dengan teori pembebasan (Disengagement theory), dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. Lansia ingin menjalani kehidupan dengan tidak memiliki beban, ingin memperoleh kedamaian hati dan menerima perhatian yang seharusnya diberikan dari anak-anak mereka. Namun yang terjadi adalah keluarga sibuk bekerja dan tidak mempunyai banyak waktu untuk bercerita dengan orangtua.
2. Saran a. Bagi kader di RW 05 Kelurahan Paseban Diharapkan mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan lansia seperti rekreasi, senam jantung sehat, kegiatan-kegiatan rohani ataupun kegiatan produktif lainnya setiap bulan. Diharapkan dapat mengurangi kejenuhan dalam keseharian mereka. b. Bagi ilmu keperawatan Perlu diperhatikan juga bagi perawat komunitas untuk lebih memperhatikan lansia dengan upaya sosialisasi tentang berbagai penyakit-penyakit yang mungkin dialami oleh lansia. Ditunjukkan melalui pemberian brosur, leaflet dan media yang mudah di akses keluarga untuk memberikan pengetahuan kepada lansia dan keluarga.
17
c. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang fasilitas pelayanan di Posyandu lansia, mekanisme koping lansia terhadap penurunan fungsi tubuh yang dapat berpengaruh terhadap motivasi lansia dalam berperilaku. Penelitian secara kualitatif (indept interview). Guna menggali lebih dalam apa yang sebenarnya dirasakan oleh lansia.
DAFTAR PUSTAKA Alnidi et all, (2011). Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Kelurahan Karasak Kota Bandung, (Skripsi). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. Darmojo & Martono, (2004). Proses Menua. Edisi ketiga : Jakarta. Rineka Cipta Dermawan, CA, (2005). Tuntunan asuhan keperawatan Keluarga. Bandung : Rizqi press. Chintyawati, Y, (2010). Hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan tekanan darah terkontrol pada penderita hipertensi di posyandu puskesmas lidah kulon surabaya. (Skripsi). Fakultas kesehatan masyarakat. Friedman, M, (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC. Hidayat A Aziz Alimul, (2010). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisa Data, cetakan keempat : Jakarta. Salemba Medika. Hoi et al. BMC Geriatrics, (2011). Elderly care in daily living in rural Vietnam: Need and its socioeconomic determinants. Researce Artikel Ismawati et al, (2010). Posyandu dan desa siaga : panduan untuk bidan dan kader. Yogyajakarta : Nuha Medika Kushariyadi, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia, Jakarta : Salemba Medika. Marlina, (2010). Dukungan Keluarga Terhadap Pengontrolan Hipertensi Pada Anggota Keluarga Yang Lansia Di Gampoeng Aceh Darussalam : Thesis. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Maryam, R; Ekasari, M; Rosidawati; Jubaedi, A; Batubara I. (2009). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : salemba Medika. (2007). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Miller, Carol A, (1999). Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice.Philadepia: Lippincott 18
Mubarak. I.W., Chayatin. N. & Santoso. A.B., (2010). Ilmu keperawatan komunitas konsep dan aplikasi. Buku 2, Jakarta: Salemba Medika. ,(2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik Dan Keluarga. Jakarta : Agung Seto. Nadhifah,
Jamilatun. (2008). Hubungan Komunikasi Terapeutik PerawatKlien Dengan Motivasi Untuk Sembuh Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang Cempaka II RSD
Nugroho, Wahjudi, (2009). Komunikasi dalam keperawatn gerontik. Jakarta : EGC Nursalam, (2008). Konsep Dan Pembelajaran Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo. S. Dr. Prof., (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama, Jakarta : Rineka Cipta , (2010). Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi. Edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta. Papiya G. Mazumdar & Sumit Mazumdar, (2004). Journal Dynamics of Family Support for the Elderly in Rural India: The Influence of Co-Residence with Children. www.ebsco.com diunduh tanggal 25 April 2012 pukul 08.00. Paul Oghenero Okumagba, (2011). Journal Family Support for the Elderly in Delta State of Nigeria Department of Sociology and Psychology, Delta State University, P.O. Box 1. www.ebsco.com diunduh tanggal 25 April 2012 pukul 09.50. Putro, N. H., (2008). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi Lansia Menghadiri Posyandu Lansia (skripsi). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro www.ejournal.undip.ac.id diunduh tanggal 02 Juli 2012 pukul 10.00. Rahayu, S, (2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kemunduran Fisik Lansia Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Kalitekuk Semin Wonosari Gunungkidul Yogyakarta 2008. Rekawaty. E; Widyatuti & Fitriani Poppy, (2007). „Uji Coba Model Pendeteksian Terhadap Penganiayaan Usia Lanjut Di Keluarga”, volume 11. No 1, fakultas ilmu keperawatan UI, jakarta. Sardiman, (2010). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers. Sarafino, Edward. P, (2004). Health Psychology Biopsychology Interaction. Third Edition. New York : John Willey and Sans.
19
Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Surabaya : Graha Ilmu. , (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu. S Pratikwo, H Pietoj - JURNAL PROMOS, (2012) - ejournal.undip.ac.id diunduh tanggal 02 juli 2012 pukul 20.24. Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare, (2006). .Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2, Jakarta: EGC. Suhartini R, (2004). Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Orang Lanjut Usia. Universitas Airlangga. Surabaya Susilo H. Wilhelmus, MM, IAI, DR, Ir, (2012). Statistik & Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan, cetakan pertama. Jakarta : Trans Info Media. Suryo, Harbandinah, Bagoes (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian Dan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia Di Kelurahan Medono Kota Pekalongan Tahun 2006. www.library.upnvj.ac.id diunduh tanggal 31 Mei 2012 pukul 08.05 Swanburg. C. R., (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Edisi I, Jakarta: EGC. Toni Setiabudhi dan Hardiwinoto, (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Wahyuni & Handayani D, (2012). jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id diunduh tanggal 01 Agustus 2012 pukul 20.20
20