Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
REKRUTMEN PEREMPUAN MENJADI POLITISI (LEGISLATIF) WOMEN RECRUITMENT BE A (LEGISLATIVE) POLITICIAN Hendrawati Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin Jl. Yos Sudarso No. 29 Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Telp. (0511) 3353849 Email:
[email protected] diterima: 18 Agustus 2014 | direvisi: 26 Agustus 2014 | disetujui: 23 September 2014
ABSTRACT The research of Women recruitment be a (legislative) politician be held on Kotabaru Regency and Tanah Bumbu Regency at South Kalimantan Province. The Objective is a known and seen recruitment or woman candidate to be a (legislative) politician. This research used methods survey with the quantitative approach, intended to descriptive data via questionnaire to respondent. Data who not can be covered in this research be equipped with the quantitative approach with depth interview. The result showing the public opinion seen women presence as politician more comprehensive likely on Act No.8 Years 2012 to encourage strengthening the role, position, and strategic about 30% women representation in legislative. But what happens, proportion women member on legislative failed to reach 30% of affirmative action, beside patriarchy culture still shadowing women candidates for legislative so that so difficult to strengthen the trust of the voters. And then, ration of women representation has decrease, both locally, province and center at 2014 Election. Keyword : recruitment, Women, Politician, Legislative ABSTRAK Penelitian rekrutmen perempuan menjadi politisi (legislatif) berlokasi di Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Tujuannya untuk mengetahui dan melihat rekrutmen atau pencalonan perempuan menjadi politisi (legislatif). Metode yang digunakan melalui survey dengan pendekatan kuantitatif. Dimaksudkan untuk mendiskripsikan data melalui kuesioner kepada responden. Data yang tidak tercover dalam penelitian ini, maka dilengkapi dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa opini public melihat keberadaan perempuan sebagai politisi lebih konprehensif berpeluang dalam UU No.8 Tahun 2012 untuk mendorong penguatan peran, posisi dan strategis tentang keterwakilan perempuan 30% di lembaga legislative. Namun apa yang terjadi, proporsi anggota legisatif perempuan yang terpilih gagal mencapai affirmative action 30%, disamping budaya patriarki masih membayangi para caleg perempuan juga gagalnya pengkaderan dan pendidikan politik serta rekrutmen politisi perempuan (DPR) yang kurang selektif sehingga sulit memperkuat kepercayaan pemilih. Akhirnya jatah keterwakilan perempuan mengalami penurunan, baik ditingkat, lokal, provinsi, maupun tingkat pusat pada pemilu 2014.
Kata kunci: rekrutmen, perempuan, politisi, legislatif
131
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
I.
sangat penting, sebab parlemen merupakan salah
PENDAHULUAN
satu suprastruktur politik yang berperan penting
Menggagas peran perempuan dalam politisi
untuk menelurkan berbagai kebijakan publik.
Indonesia masih terlihat sebagai cerita klasik yang
Parlemen adalah kata lain dari lembaga legislatif
menempati ruang pinggir selama lebih kurang
yang memiliki tugas utama untuk melakukan
lima dekade, posisi perempuan yang cenderung
legislasi atau proses pembuatan peraturan-
dinomorduakan menjadi permasalahan tersendiri. Karena
perempuan
selalu
peraturan peundang-undangan, disamping tugas
diasosiasikan
lainnya seperti pengawasan dan anggaran.
mengambil peran sebatas urusan-urusan domestik
Partisipasi perempuan di parlemen yang
yang hanya seputar rumah tangga, akibatnya
diindikasikan melalui keanggotaannya di lembaga
selama ini perempuan kiprahnya sangat terbatas di
ini akan sangat signifikan, sekaligus membuka
masyarakat tradisional, karena hampir jarang
kesempatan
berurusan dengan ruang publik. Bagi yang
Semakin
kedudukan perempuan selalu menjadi sub ordinat
perempuan
laki-laki. Negara, yang menganut sistem nilai seperti
Indonesia,
Semakin perempuan
bergeser, seiring dengan perubahan kondisi dan
masyarakat
Indonesia
berkembang dalam
keterlibatan
masyarakat
Indonesia
walaupun secara proporsional jumlahnya belum
struktur masyarakat, termasuk pendekatan gender
seimbang dengan jumlah penduduk perempuan
yang berkembang akhir-akhir ini. Hal ini dapat
secara keseluruhan. Jumlah penduduk Indonesia
dilihat dari semakin besarnya peran perempuan
sekarang mencapai 237.641.326 jiwa. Dengan
baik secara kuantitas maupun kualitas. Tidak
jumlah
sedikit perempuan yang telah bermigrasi dari keterbelakangan pendidikan menuju perempuan berpendidikan, termasuk berpendidikan tinggi.
laki-laki
sekitar
119.630.913
perempuan
Sementara
jumlah perempuan yang menjadi
DPR
RI
118.010.413
jiwa,
sedangkan
anggota
Perempuan juga telah keluar dari sekedar
periode
2014
–
jiwa.
2019
diperkirakan hanya sekitar 97 orang atau 17.3%
mengurusi urusan domestik, melainkan berperan termasuk
dalam
keterlibatan
secara keseluruhan.
masyarakat fenomena ini lambat laun semakin
publik,
berkembang
seimbang dengan jumlah penduduk perempuan
Namun, kenyataan yang berkembang dalam
wilayah
untuk
walaupun secara proporsional jumlahnya belum
kesempatan
perempuan untuk menjadi politisi relatif terbatas.
pada
perempuan
merumuskan berbagai kebijakan publik.
mengusung budaya patriarki, membuat peran dan
patriarki
kepada
dari total anggota DPR RI yang berjumlah 560
beberapa
orang. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan
diantaranya telah menjadi pejabat publik.
dengan DPR RI periode 2009 – 2014 yaitu 103
Salah satu ranah partisipasi perempuan di
orang atau 18.4 %, perkiraan ini berbanding
wilayah publik yang menarik untuk diamati
terbalik dengan tingkat pencalonan pada pemilu
adalah, partisipasi perempuan di wilayah politik
2009 tingkat pencalonan hanya 33.6 % (Susiana,
yang tercermin dari partisipasi perempuan di
2014).
parlemen. Partisipasi perempuan di parlemen
132
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
Penemuan ini perlu disikapi secara kritis
DPRD Kalsel, khususnya partisipasi perempuan
minimal mempraktekkan diri dari berbagai sistem
banjar.
politik dalam wadah partai politik. Keikut sertaan
Pemilihan perempuan banjar dilatarbelakangi
politik perempuan menjadi semakin menarik
kuatnya budaya patriarkhi dalam masyarakat
untuk dicermati, fenomena ini berupa affermative
banjar, termasuk dalam institusi politik tradisional
action
keterwakilan
suku banjar. Keberanian perempuan banjar untuk
perempuan di lembaga legislatif, membuka akses
keluar dari urusan domestik, terlebih menjadi
bagi perempuan untuk turut berperan serta
anggota parlemen merupakan lompatan yang
mengambil kebijakan.
perlu dikaji.
dengan
kouta
30
%
Bahwa pada dasarnya kaum perempuan tidak
Namun harus diakui bahwa pada umumnya
bisa disebut pelengkap saja dalam struktur
rekrutmen perempuan di partai politik belum
lembaga
wajib
setara dengan aktivitas laki-laki, baik dari sisi
hukumnya berjiwa kreatif dan harus mendapat
kuantitas maupun kualitas. Apakah karena
dukungan yang penuh ketika mencalon Pil Caleg.
kurangnya kesiapan perempuan terlibat di dalam
(Barito Post, 2014)
politik
legislatif
Perempuan
dan
tapi
perempuan
politik adalah
sebuah
berminat
ataukah
perempuan
sendiri
kurang
politisi
ataukah
karena
sebagai
fenomena yang memiliki daya tarik tersendiri
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
untuk diperbincangkan. Hal ini disebabkan oleh
politisi perempuan.
fakta
penelitian yang berjudul “Rekrutmen Perempuan
jika
melihat
angka
secara
detail
perkembangan jumlah anggota politisi perempuan
Untuk itu dilakukan
Menjadi Politisi (Legislatif).”
di tingkat propinsi Kalimantan Selatan sebanyak
Adapun
permasalahan
penelitian
yang
243 orang (39%) keterwakilan perempuan sebagai
diangkat adalah bagaimana rekrutmen terhadap
caleg
perempuan menjadi politisi .Sedang tujuannya
pada
pemilu
2014
(KPU
Propinsi
Kalimantan Selatan 2014).
adalah untuk mengetahui rekrutmen perempuan
Sedang calon terpilih sebagai anggota DPRD
menjadi politisi.
Per Kabupaten/Kota hanya mencapai 49 orang
Manfaat penelitian ini secara teoritis, untuk
perempuan (15.8%), sehingga keterwakilan 30 %
memperluas
belum tercapai. Begitu juga jumlah anggota
keterlibatan perempuan menjadi politisi dan
DPRD Provinsi Kalimantan Selatan periode 2014
secara
– 2019 sebanyak 54 orang, sedang caleg
pertimbangan bagi Stackholder dalam rangka
perempuan terpilih hanya mencapai 7 orang
melihat dan mencermati perempuan menjadi
perempuan (13%) dan caleg DPRD terpilih dari
politisi dan sebagai bahan masukan bagi kominfo
kalangan laki-laki 49 orang (87%).
dalam desiminasi informasi tentang kiprah dan
Fenomena serupa sangat menarik jika dikaji
cakrawala
praktis
terhadap
berguna
sebagai
informasi
bahan
rekrut perempuan dalam bidang politik.
dalam kontek lokal (Kalimantan Selatan) dengan
Hakikat kesamaan/kesetaraan antara lain
melihat partisipasi perempuan sebagai anggota
mengisyaratkan bahwa setiap warga negera
133
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang
atau seolah-olah bersifat biologis yang tidak dapat
politik. Artinya bahwa setiap warga negara tanpa
diubah lagi. Inilah sebenarnya yang menyebabkan
membedakan jenis kelamin antara laki-laki atau
awal terjadinya ketidakadilan gender di tengah
perempuan dapat mengambil bagian dalam bidang
tengah masyarakat. (Marzuki, 2007).
politik.
Namun di negara Indonesia telah mengusung
Adapun pengertian rekrutmen adalah arena
budaya patriarkhi sehingga kaum perempuan
untuk membangun kaderisasi, regenerasi dan
selalu
seleksi para kandidat serta membangun legitimasi
aspirasinya. Karena kiprah perempuan dalam
dan relasi antara partai dengan masyarakat sipil.
menyalurkan hak politiknya masih di bawah
Perempuan adalah salah satu jenis manusia yang
berpikir,
berbaur,
dalam
menyalurkan
banyang-bayang laki-laki.
untuk
Sebagaimana yang dikutip dari Fahiannoor,
memenuhi hak dan kewajibannya. Masyarakat :
Merekrut perempuan dalam politik ini merupkan
orang-orang
suatu hal yang sangat baik, perempuan juga ada
yang
beraktivitas
termarjinalkan
hidup
berdomisli
dan
bersosialisasi di wilayah pemukiman. Informasi
:
adalah
keterwakilan di legislatif. Sehingga politik bukan
pengumpulan,
lagi terkesan dominannya laki-laki saja, tetapi
penyimpanan, pemrosesan , penyebaran berita,
juga menjadi dominannya perempuan.
gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang
Sekalipun motivasi dan minat perempuan di
dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan
Kalimantan Selatan untuk turut serta dalam
bereaksi secara jelas terhadap kondisi nasional,
panggung politik ini cukup baik. Ini dapat diukut
lingkungan dan orang lain, dan agar dapat
dari tingkat partisipasi perempuan sebagai calon
mengambil
legiglatif dalam Pemilu 2014 yang mengenai
keputusan
yang
tepat.
(Onong
Uchjana Effendy, 2006, hal.27).
hampir
Partai Politik : adalah suatu kelompok yang
70%.
aspirasinya
Tetapi
hanya
pada
sekitar
tahapan 20%.
akhir Artinya
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
keterwakilan perempuan dilegislatif masih jauh
tujuan kelompok untuk memperoleh kekuasaan
dari yang diharapkan. Motivasi para caleg
Politik dan merebut kedudukan politik dengan
perempuan yang sudah baik tidak diikuti oleh
cara
melaksanakan
kepercayaan pemilih perempuan terhadap caleg-
kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. (Miriam
caleg perempuan. Peranan motivasi perempuan
Budiarjo, 1988, hal.160-161).
terhadap politik kurang diikuti oleh kepercayaan
konstitusional
dalam
Politisi : adalah pelaku politik yakni orang-
politik dari perempuan sendiri, karena seperti ini
orang yang terlibat langsung dalam kegiatan
tidak hanya terjadi di Kalimantan Selatan, tetapi
politik praktis, seperti
juga terjadi di daerah lainnya.
pengurus/aktivis partai
politik, para pejabat negara, orang-orang yang
Terutama hampir disetiap pemilu, jumlah
duduk dilembaga pemerintahan. (Romelta, 2014).
perempuan yang terpilih berkisar antara 8%-10%.
Perbedaan gender akhirnya sering dianggap
Padahal pendaftaran pencalonan atau rekrut dari
menjadi ketentuan Tuhan yang bersifat kodrati
masing-masing kekuatan sosial politik bisa saja
134
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
lebih
dari
30%
calon
anggota
legislatif
dalam bidang perempuan dan anak, bidang
perempuan. Namun banyak calon perempuan
lingkungan, bidang moral dan etika serta
segan memperjuangkan sendiri agar namanya
keuangan. -
masuk dalam calon daftar terpilih. (Subhan, 2004, hal.56).
Affirmative action 30 % keterwakilan perempuan sulit untuk dipenuhi karena
Sejak diterapkannya kouta 30 % dalam
budaya
masyarakat
Indonesia
yang
pemilu 2004, jumlah keterwakilan perempuan
cenderung patriarkhi.
dalam legislatif memang cukup positif dengan
Disadari maupun tidak, isu mengenai peran
meningkatnya
persentase
keterwakilan
perempuan dalam dunia politik mau tidak mau
perempuan di DPR dari hanya 9,00 % pada
sukar bagi kita sebagai suatu realitas yang terpisah
pemilu 1999, meningkat menjadi 11,08 % pada
dari hingar bingar, pasang naik dan turun bahkan
pemilu 2004, dan meningkat lagi menjadi 17,86 %
wajah coreng dari kehidupan dan proses politik di
pada pemilu 2009. Namun dalam hasil penelitian
negara ini.Keikutsertaan perempuan dalam dunia
pada
dan
politik tidak bisa dipandang remeh, karena
dianggap masih
perempuan juga mempunyai kemampuan yang
umumnya
partisipasi
pemberdayaan perempuan
politik
rendah, antara lain : a.
setara bahkan bisa lebih dari laki-laki.
Hasil penelitian I wayan Gede Suacana di Bali dengan judul :
Perumusan Hasil
membela hak-haknya disebut dengan isu gender.
Assessemen lapangan kedalam kerangka
Gender adalah
model strategis kaderisasi perempuan partai
konstruksi gender berangkat dari perspektif
politik menyebutkan : Sebenarnya partai
perempuan.
politik sudah merekrut 30 % perempuan
Dalam
membahas
mengenai
gender,
termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal
ditempatkan pada posisi yang tidak startegis,
adanya 2 aliran atau teori, yaitu teori Nurture dan
sehingga menimbulkan lemahnya sistem
teori nature. Namun demikian dapat pula
rekrutmen, sistem kaderisasi yang tidak
dikembangkan satu konsep teori yang diilhami
efektif.
dari dua konsep teori tersebut yang merupakan
Menyebabkan
partai
konpromistis atau keseimbangan yang disebut
akibatnya akan sulit berperan dan posisi
dengan teori equilibrium. Secara rinci teori teori
perempuan di partai politik
tersebut diuraikan sebagai berikut :
Penelitian
perempuan
minimnya
Indra
dalam
Achmad
berjudul
a. Teori Nurture
“perempuan dalam politik menyimpulkan; -
perspektif, oleh karenanya
dalam partainya dan calegnya. Namun
kepengurusan
b.
Issu tentang keikutsertaan perempuan dalam
Menurut teori nurture adanya perbedaan
Keterlibatan perempuan dalam bidang politik
perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah
dibutuhkan karena perempuan memiliki rasa
social budaya sehingga menghasilkan peran dan
peka terhadap kondisi yang ada di sekitarnya,
tugas yang berbeda. Perbedaan itu menyebabkan
seperti mengatasi isu-isu kebijakan publik
perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran
135
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
dan kontribusinya dalam hidup berkeluarga,
dikotomis, bukan pula struktur fungsional, tetapi
bermasyarakat,
lebih
berbangsa
dan
bernegara.
dilandasi
kebutuhan
bersama
guna
Konstruksi social menempatkan perempuan dan
membangun kemitraan yang harmonis, karena
laki-laki
setiap
dalam
perbedaan
kelas.
Laki-laki
pihak
punya
kelebihan
sekaligus
diidentikkan dengan borjuis, dan perempuan
kekurangan, kekuatan sekaligus kelemahan yang
sebagai proletar.
perlu diisi dan dilengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara.
b. Teori Nature Menurut
Walaupun menurut syafiq Hasim, masalah
teori nature adanya perbedaan
perempuan dan politik di Indonesia terhimpun
perempuan dan laki-laki adalah kodrat, sehingga harus
diterima.
memberikan
Perbedaan
indikasi
biologis
sedikitnya dalam 4 (empat) isu,yaitu :
itu
-
dan implikasi bahwa
rendah di ruang public.
diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan -
tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan
memadai bagi kepentingan perempuan.
sesuai dengan fungsinya masing-masing. c. Teori Equilibirium (keseimbangan)
nilai patriarki, dan -
agar diperhitungkan kepentingan dan peran laki-laki
secara
Kendala nilai-nilai budaya, dan interpretasi ajaran agama yang bias gender, dan bias nilai-
Setiap kebijakan dan strategi pembangunan
dan
Komitmen partai politik yang belum sensitive gender, sehingga kurang memberikan akses
maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat
perempuan
Keterwakilan politik perempuan yang sangat
Minat, hasrat, animo para perempuan untuk terjun dalam kancah politik yang rendah.
seimbang.
(Hasim, 2001, hal.124).
Hubungan ini antara dua elemen tersebut bukan saling bertentangan tetapi hubungan konflementer
Hal ini dapat dilihat pada tingkat representase
guna saling melengkapi satu sama lain. Hubungan
perempuan dalam lembaga legislatif yang dapat
laki-laki dan perempuan bukan dilandasi konflik
dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Tingkat Representasi Perempuan dalam Legislatif Table 1. The level of women's representation in the Legislature Laki – Laki (Man) Masa Kerja (Years of Service) Jumlah Persentase (%) (Sum)
Perempuan (Women) Jumlah Persentase (%) (Sum)
1950 - 1955
236
96.33
9
3.67
1955 – 1960
272
94.12
17
5.88
1956 – 1959
488
95.13
25
4.87
1971 – 1977
460
92.74
36
7.26
1977 – 1982
460
94.07
29
5.93
1982 – 1987
460
92.18
39
7.82
1987 – 1992
500
88.50
65
11.50
136
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
Tabel 1. Lanjutan Table 1. Continued Laki – Laki (Man) Jumlah Persentase (%) (Sum)
Masa Kerja (Years of Service)
Perempuan (Women) Jumlah Persentase (%) (Sum)
1992 – 1997
500
88.97
62
11.03
1997 – 1999
500
90.25
54
9.75
1999 – 2004
500
91.58
46
8.42
2004 – 2009
485
88.18
65
11.82
2009 – 2014
457
81.75
102
18.25
2014 - 2019
463
82.68
97
17.32
Sumber : cetro.or.id, 2014 Source : cetro.or.id, 2014
Ditelusuri semenjak tahun 1950 sampai B. Pendekatan dan Tipe Penelitian
pemilu 2004, tidak ada perubahan yang signifikan. Peningkatan muncul pada periode 1987-1992
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif
sebanyak 13%. Tetapi justru menurut Suacana,
mengambil
setelah
mendiskripsikan
periode
tersebut
terus
mengalami
metode
survei
atau
yang
bertujuan
menjelaskan
suatu
penurunan sampai dengan periode 2004 sampai
fenomena yang hasilnya dapat digeneralisasikan.
dengan
(Kriyantono, 2006).
2009
menjadi
11,8%
sebagaimana
tercermin pada tabel diatas.Tetapi pada priode
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
cara
2009 – 2014 meningkat menjadi 18,4 % 2014 –
kuantitatf dimaksudkan untuk mendiskripsikan
2019 menjadi (17,3 %).
ecara sistematik masalah ini berdasarkan data yang
II. METODE PENELITIAN
dihimpun
melalui
kuesioner
kepada
responden, sedang penelitian kualitatif dilakukan A. Lokasi Penelitian
dengan cara wawancara. Untuk mendukung hasil
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
analisa kuantitatif yang tidak terkaper dalam
penelitian ini, yaitu untuk mendiskripsikan para
penelitian ini. Maka dilengkapi pula pendalaman
caleg perempuan kelegislatif pada Pemilu 2014.
melalui pendekatan kualitatif dengan wawancara
Alasan penelitian lokasi ditetapkan berdasarkan
mendalam (depth interview) antara lain informan
pertimbangan, bahwa wilayah yang diteliti
KPU, anggota legislatif, partai politik dan
melibatkan caleg tentang keterwakilan perempuan
akademisi.
kelegislatif
C. Populasi dan Sampel Penelitian
yang
cenderung
tinggi,
yaitu
Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Populasi dan sampel penelitan ini adalah
Bumbu masing-masing 41 %.
masyarakat Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu . populasi Kabupaten Kotabaru 303,459 jiwa, populasi Kabupaten Tanah Bumbu
137
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
295.583 jiwa, jumlah 599.042 jiwa. Sedang penelitian ini, dilakukan melalui nonprobobiliti
𝑛=
599.042 𝑗𝑖𝑤𝑎 599.042 𝑗𝑖𝑤𝑎 (4%)2 + 1
𝑛=
599.042 599.042 (0,0016) + 1
𝑛=
599.042 959,467
sampling yaitu tidak semua populasi mendapat peluang menjadi responden, tetapi sampel yang dipilih atau dituju dengan menggunakan teknik kouta sampling yaitu penentuan sampel, memiliki ciri-ciri
tertentu
kepada
responden
yang
𝑛 = 624 Responden
mengetahui tentang masalah caleg perempuan hingga
menjadi
legislatif,
meliputi
Adapun distribusi responden penelitian untuk
pelajar/mahasiswa, PNS, wiraswasta/pedagang /pengusaha, buruh/tukang,
guru/dosen, ibu
masing-masing kota/kabupaten dilakukan secara
petani/nelayan, rumah
proporsional yaitu sesuai dengan persentasi
tangga,
jumlah penduduk kota/kabupaten dibagi total
ABRI/Polri/anggota DPRD, honorer/pensiunan.
jumlah populasi (2 kabupaten) dikali 100 sebagai
Sedang penentuan jumlah sampel menggunakan
berikut:
rumus Yamane (Rachmat, 1998, hal.82) sebagai Kotabaru =
berikut:
𝑛=
Keterangan: n = Besar Sample N = Jumlah Populasi d = Nilai Presisi 1 = konstanta
𝑁 𝑛𝑑2 + 1
303.459 𝑥 100% = 51% 599.042
Kotabaru = 624 𝑥 51% = 318 Responden Tanah Bumbu =
295.583 𝑥 100% = 49% 599.042
Tanah Bumbu = 624 𝑥 49% = 306 Responden
Remarks: n = Total Sample N = Total Population d = Precision Values 1 = constanta
Untuk jumlah responden, dan data pekerjaan responden penelitian dapat dilihat pada tebel 2
Berdasarkan rumus penentuan besar sampel, maka
berikut:
diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : Tabel 2. Responden Penelitian Table 2. Research Respondent Kabupaten (Regency)
P/M
PNS
W/P/P
G/D
P/N
B/T
IRT
A/P/A
H/P
Jumlah (Sum)
Kotabaru
36
36
36
35
35
35
35
35
35
318
Tanah Bumbu
34
34
34
34
34
34
34
34
34
306
Jumlah
70
70
70
69
69
69
69
69
69
624
Keterangan : P/M : Pelajar/Mahasiswa PNS : Pegawai Negeri Sipil W/P/P : Wiraswasta/Pedagang/Pengusaha G/D : Guru/Dosen P/N : Petani/Nelayan B/T : Buruh/Tukang IRT : Ibu Rumah Tangga A/P/A : ABRI/Polri/Anggota DPR H/P : Honorer/Pensiunan
Remarks : P/M : PNS : W/P/P : G/D : P/N : B/T : IRT : A/P/A : H/P :
138
Student/College Student Civil Servants Businessman/Seller Teacher/Lecturer Farmer/Fisherman Labor/Handyman Housewife Army/Policeman/Legislative Member Honorary/Retired
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
D. Teknik Pengumpulan Data
A. Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif)
Teknik pengumpulan data primer dalam
Keterlibatan para perempuan dalam dunia
penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan
politik bukan merupakan jalan yang mudah karena
dalam bentuk kuesioner kepada responden dan
kemapanan kultur patriarkhi yang ada telah
wawancara mendalam kepada informan yang
menjadi ideologi dalam kehidupan politik yang
mengetahui tentang perkembangan, caleg hingga
sukar untuk dilebur. Budaya patriarkhi begitu kuat
terpilih dilegislatif di masing-masing daerah, juga
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehingga
mengumpulkan data sekunder dan data informasi
dengan
lainnya yang mendukung penelitian termasuk
sistem proporsional
terbuka
murni
menyulitkan bagi perempuan untuk terpilih secara
studi kepustakaan.
proporsionlal. Belum lagi sistem multi partai yang E.
Analisis Data Data
yang
dianut bangsa Indonesia. Hal ini disebut-sebut telah
dikumpulkan
secara
semakin menyempitkan ruang bagi terpilihnya
kuantitatif. Selanjutnya dianalisis secara diskriptif
perempuan-perempuan di parlemen.
kuantitatif yang didukung dengan data kualitattif. Data
kuantitatif
menurut
Sugiono
Sementara kehidupan publik adalah dunia
(2006)
bagi semua manusia, termasuk perempuan. berarti
dianalisis dengan rumus : P=
𝑓 𝑥 100% 𝑛
Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah Responden Data
keterlibatan perempuan dalam dunia politik wajib
kualitatif
dilakukan demi kebaikan kehidupan bersama dan perkembangan peradaban manusia berpolitik. Hal
Remarks: P = Percent F = Frequency N = Total Responden dikumpulkan
ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa perempuan menjadi politisi (anggota legislatif) dominan
melalui
pendapat responden menyatakan baik hingga
wawancara mendalam secara lisan dari orang-
mencapai 262 responden (41.98%%), selanjutnya
orang yang diarahkan secara utuh (holistic),
urutan berikutnya cukup baik/biasa-biasa saja
selanjutnya hasil data diskriptif dikatagorisasikan
sebanyak 254 responden (40,71%), sedang
atau dikelompokkan sesuai jawaban masing-
responden
masing. Kemudian dilakukan verikasi atau
perempuan menjadi politisi (anggota legislatif)
menyimpulkan.
adalah 108 responden (17,31%). Jumlah 624
yang
menyatakan
kurang
responden.
III. HASIL PENELITIAN
Tabel 3. Merekrut Perempuan Menjadi Politisi / Anggota Legislatif Table 3. Recruit Women To Be A Politician / Legislative Member Pendapat (Opinion) Baik
130
Frekuensi (Frequency) 262
Persentase (%) 41,98
129
125
254
40,71
57
51
108
17,31
Kotabaru
Tanah Bumbu
132
Cukup Baik / Biasa Saja Kurang Baik
139
baik
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
Tabel 4. Minat Perempuan Menjadi Politisi Table 4. Women Intererst Be A Politician Pendapat (Opinion)
Kotabaru
Tanah Bumbu
Frekuensi (Frequency)
Persentase (%)
Berminat
141
163
304
48,72
Cukup Berminat
124
143
267
42,79
Tidak Berminat
53
-
53
8,49
ketiga “tidak berminat” hanya berkisar 53
Keterlibatan perempuan sebagai politisi merupakan terobosan yang sangat baik, praktis
responden (8,49%). Jumlah 624 responden.
sangat diperlukan dalam memperjuangkan hak-
Alasan berminat, karena kaum perempuan
hak perempuan dan keseimbangan gender dalam
sekarang banyak yang berpendidikan tinggi,
menentukan kebijakan pada sektor pendidikan,
kemudian SDM perempuan juga mempunyai
kesehatan dan ekonomi.
kemampuan yang sama dengan laki-laki.
Sebagaimana
pendapat
pengapat
dari
Fahriannoot juga menyatakan;
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin,
“Motivasi dan minat perempuan di Kalimantan Selatan untuk turut serta dalam panggung politik ini cukup baik. Ini dapat diukur dari tingkat partisipasi perempuan sebagai calon legislatif dalam Pemilu 2014 yang mengenai hampir 70%. Tetapi pada tahapan akhir aspirasinya hanya sekitar 20%. Artinya keterwakilan perempuan dilegislatif masih jauh dari yang diharapkan. Motivasi para caleg perempuan yang sudah baik tidak diikuti oleh kepercayaan pemilih perempuan terhadap caleg-caleg perempuan. peranan motivasi perempuan terhadap politik kurang diikuti oleh kepercayaan politik dari perempuan sendiri, karena seperti ini tidak hanya terjadi di Kalimantan Selatan, tetapi juga terjadi di daerah lainnya”.
Fahriannoor, berpendapat; “Merekrut perempuan dalam politik ini merupakan suatu hal yang sangat baik, perempuan juga ada keterwakilannya di legislatif. Sehingga politik bukan lagi terkesan domainnya laki-laki saja, tetapi juga menjadi domainnya perempuan”. Walaupun demikian perempuan yang mau masuk kepanggung politik, memiliki beban yang sangat
berat.
Disamping
harus
mengejar
“ketertinggalan” karena proses pendidikan yang tidak memihak mereka, oleh sebab itu perlu diketahui sejauhmana minat perempuan menjadi politisi, berikut ini dapat dilihat pada tabel 4.
Walaupun
Pada dasarnya dengan data pada tabel 4,
kecenderungan
pada
urutan
“berminat”
responden (48,72%), urutan
pengurus partai Gerindra Kabupaten Tanah Laut,
pertama
sebanyak
kecil
berminat. Hal ini sesuai dengan pendapat
menjadi politisi sangat besar di atas 50%, terutama pilihan
sebagian
responden ada yang tidak berminat atau kurang
responden beranggapan bahwa minat perempuan
menjadi
demikian
“di daerah sini keterlibatan kaum perempuan di
304
bidang politik sangatlah kurang peminatnya,
kedua “cukup
karena untuk merekrut dan mencari kader-kader
berminat” 267 responden (42,79%) dan urutan
yang akan dicalonkan untuk caleg kadang-kadang susah mencapai 30 %.
140
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
Tabel 5. Apakah Anggota DPR/DPRD Perempuan Dituntut Orang yang Berkualitas Table 5. Are Members of Parliament / Council Woman Charged Qualified Person Pendapat (Opinion)
Kotabaru
Tanah Bumbu
Frekuensi (Frequency)
Persentase (%)
Berkualitas
152
164
316
50,65
Cukup Berkualitas
141
122
263
42,14
Tidak Berkualitas
25
20
45
7,21
Sekalipun keterlibatan caleg perempuan setiap
berkualitaspun jadi. Sebagaimana pendapat Ketua
parpol pada pemilu legislatif sudah memenuhi
DPRD Kabupaten Kotabaru, Alfisah menyatakan;
syarat 30 %, namun pemilih lebih banyak memilih
“Saat ini perempuan masih dijadikan pelengkap adminstarsi daftar ke KPU untuk memenuhi 30%, sekalipun belum
caleg laki-laki. oleh sebab itu apakah karena SDM calon perempuan tidak mendukung ataukah perempuan
legislatif
dituntut
orang
memperhatikan SDMnya”.
yang
berkualitas dapat dilihat pada tabel 5.
DPR perempuan sebelah mata, apa mau dikata
setiap parpol pada pemilu legislatif sudah
padahal banyak sekali perempuan yang cerdas,
memenuhi syarat 30 %, namun pemilih lebih
bertitel, berwawasan politik, namun terbatas
banyak memilih caleg laki-laki. oleh sebab itu
sekali perempuan cerdas berkiprah di politik atau
apakah karena SDM calon perempuan tidak
menjadi politisi. Memang potret perempuan
mendukung ataukah perempuan legislatif dituntut
politikus hanya akan lahir dari perempuan yang
orang yang berkualitas dapat dilihat pada tabel 5. dasarnya
dalam
hasil
berpengalaman dan berpendidikan, walaupun
penelitian
demikian masyarakat masih memandang positif
menunjukkan bahwa yang dominan pilihan
keterlibatan perempuan di DPR.
responden adalah DPR perempuan dituntut orang yang
“berkualitas”
hingga
mencapai
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa
316
pada dasarnya masyarakat memandang “positif”
responden (50,65%), urutan kedua adalah DPR
terhadap perempuan DPR, pilihan responden ini
perempuan dituntut orang yang cukup berkualitas
dominan untuk seluruh daerah penelitian di
sebanyak 263 responden (42,14%), dan urutan
Kalimantan
ketiga adalah pilihan responden yang paling
hingga
mencapai
326
memandang bahwa perempuan DPR “cukup
yang berkualitas, yang tidak berkualitaspun jadi
positif” sebanyak 292 responden (46,79%).
jumlah 624
Sedangkan
responden.
urutan
ketiga
menjadi
pilihan
responden bahwa masyarakat memandang “tidak
Pada dasarnya DPR perempuan dituntut
positif” terhadap perempuan DPR sebanyak 6
orang yang berkualitas lain hal dengan pilihan
responden (0,97%), jumlah 624 responden.
responden bahwa DPR perempuan tidak mesti dituntut
Selatan
responden (52,24%), urutan kedua masyarakat
sedikit yaitu tidak mesti perempuan dituntut orang
sebanyak 45 responden (7,21%),
pendidikan
Kalau sebagian masyarakat memandang
Sekalipun keterlibatan caleg perempuan
Pada
segi
orang
yang
berkualitas,
tidak
141
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
Pada
dasarnya
masyarakat
memandang
perempuan mampu menjadi penyeimbang politisi
“positif” terhadap perempuan di DPR. Namun
pria sebanyak 123 responden (19,71%).
budaya patriarkhi di Indonesia masih kuat karena masih
ada
masyarakat
yang
Selain ada manfaatnya, diperlukan pula
memandang
langkah-langkah apa yang dilakukan agar didapat
perempuan di DPR tidak positif.
perundang-undangan
Pernyataan di atas telah didukung oleh
tentang
keterwakilan
perempuan mencapai kouta 30 % hingga ke
Pengurus Partai Nasdem Kabupaten Kotabaru, M.
parlemen.
Ervan menyebutkan;
Dalam keterwakilan
“Sejujurnya kodrat perempuan lebih diutamakan dibelakang laki-laki karena laki-laki dikodratkan menjadi imam seluruh perempuan, sehingga karena perempuan di dunia politik dapat dibatasi”.
penelitian
faktor
perempuan
kuota
pendukung 30%
yang
dominan adalah “caleg perempuan harus dikenal masyarakat” hingga mencapai 359 responden (57,53%). Selanjutnya urutan kedua “adanya dukungan suami dan keluarga” sebanyak 175
Kalau sudah demikian bagi masyarakat yang
responden
(28,04%),
urutan
“harus
ketiga
memandang negatif terhadap politisi perempuan
mensosialisasikan diri” sebanyak 46 responden
(DPR), hal ini bukan semata-mata pribadi
(7,38%). Disusul “adanya dukungan dari elit
perempuan tapi juga karena kontribusi dan
partai yang bersangkutan” mencapai 29 responden
gagalnya pembinaan dan pendidikan politik kepada
masyarakat,
kemudian
sistem
khususnya
rekrutmen
(4,65%), jumlah 624 responden.
perempuan.
SDM
Pendapat Ketua DPRD Kabupaten Kotabaru,
politisi
Alfisah, menyatakan;
perempuan (DPR) yang kurang selektif, setelah itu adanya
politisi
perempuan
(anggota
“Perlu adanya pemahaman untuk masuk melalui sosialisasi yang intensif bahwa kesetaraan gender itu perlu disemua aspek kehidupan dan politik ini siapapun bisa”.
DPR)
tersangkut masalah. Sekalipun
demikian
sedikit
banyak
Beberapa
perempuan yang menjadi politisi (DPR) akan terasa
manfaatnya.
keseluruhan
Hasil
tergambar,
penelitian bahwa
dukungan
informan
terhadap
keterwakilan perempuan dalam kuota 30%.
secara
Kemudian
perempuan
mampukah
perempuan
DPR
memperjuangkan kesamaan gender.
menjadi politisi (DPR ada manfaatnya. Hal ini
Berdasarkan
terlihat manfaat yang dominan bagi pilihan
penelitian responden
yang
responden yaitu perempuan jadi politisi (DPR)
dominan tentang “mampunya perempuan DPR
manfaatnya dapat membela dan menyuarakan
memperjuangkan kesamaan gender mencapai 318
hak-hak perempuan mencapai 356 responden
responden
(57,05%). Urutan kedua manfaat perempuan
responden yang menganggap “kurang mampu”
politisi
masukan
perempuan DPR memperjuangkan kesamaan
pemikiran kepentingan masyarakat sebanyak 145
gender sebanyak 306 responden (49,04%). Sedang
responden (23,23%). Urutan ketiga manfaat
responden yang menyatakan “tidak mampu”
perempuan menjadi politisi (DPR) adalah karena
perempuan DPR memperjuangkan kesamaan
adalah
bisa
memberikan
142
(50,96%).
Disusul
pandangan
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
Tabel 6. Pengaruh Merekrut 30% Perempuan di DPR Table 6. Are Members of Parliament / Council Woman Charged Qualified Person Pendapat (Opinion) Dapat memotivasi Perempuan duduk sebagai anggota DPRD Memberi Kesempatan bagi perempuan berkarir di dunia politik Keterwakilan perempuan bisa memberikan kontribusi pengambilan keputusan di DPRD Lainnya, Sebutkan ...
Kotabaru
Tanah Bumbu
Frekuensi (Frequency)
Persentase (%)
85
99
184
29,49
109
105
214
34,29
124
102
226
36,22
-
-
-
-
gender, tidak ada responden yang memilih, jumlah
politisi (anggota legislatif) sangat baik hingga
624 responden.
mencapai 41.98%.
Kalau sudah demikian adakah pengaruh
Sekalipun
keikutsertaan
perempuan
ditetapkan kouta 30% perempuan di lembaga
dibeberapa bidang publik yang identik sebagai
legislatif (DPR). Hal ini dapat dilihat pada tabel 6.
bidang maskulin masih rendah. Hal ini disebabkan
Pengaruh merekrut kouta 30% perempuan
karena pendidikan, budaya dan keterikatan
dilembaga legislatif (DPR) dominan pilihan
perempuan dengan tugas domestik, sehingga
responden
perempuan tidak bisa berada dilini yang sama
pada
komposisi
“keterwakilan
perempuan 30% bisa memberikan kontribusi
dengan laki-laki untuk transisi keranah publik.
pengambilan keputusan di DPR” mencapai 226
Sebab budaya patriarkhi tidak menginginkan
responden (36,22%), urutan kedua “pengaruhnya
perempuan untuk melebihi laki-laki, walaupun
bisa memberi kesempatan bagi perempuan
tingkat pendidikan sama, akhirnya perempuanpun
berkarir
responden
semakin terjerambab dalam lingkungan patriarkhi.
(34,29%), urutan ketiga pengaruhnya “dapat
Padahal dari beberapa perempuan juga
memotivasi perempuan duduk sebagai anggota
merupakan salah satu intensitas yang memiliki
DPR” hanya mencapai 184 responden (29,49%),
potensi, berkemampuan, dan kelebihan yang tidak
jumlah 624 responden.
kalah dengan laki-laki. sebagaimana pendapat
di
dunia
politik”
214
anggota DPRD Kabupaten Tanah Laut, Marlia Adriana, Anggota DPRD Kabupaten Banjar Jihan
IV. PEMBAHASAN
Hanita, Ketua DPRD Kabupaten Kotabaru,
Zaman sekarang perempuan tidak lagi
Alfisah menyebutkan;
berkutat dalam ranah domistik, tetapi sudah merambah keranah publik. Dituntut untuk bisa
“Keterlibatan perempuan menjadi politisi di partai politik (anggota legislatif) merupakan langkah positif sebagai patner laki-laki berperan di bidang politik dalam wadah aspirasi masyarakat, untuk menyuarakan dan memperjuangkan hakhak perempuan tentang kebutuhan masyarakat, khususnya kaum perempuan, anak-anak yang notabene adalah bidang yang melekat pada perempuan. hal ini
mandiri, independen agar maju ke wilayah publik, berkembang dan melangkah seperti menjadi pilot, teknisi pesawat, pengacara, politisi/legislatif, hakim, dosen, polisi, TNI dan frofesi lainnya bisa ditempatinya.
Wajarlah
pendapat
responden
dalam penelitian tentang perempuan menjadi
143
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
umumnya karena “berminat” mencapai 48.72%.
merupakan terobosan yang sangat baik dalam mempengaruhi kebijakan pada sektor kesehatan, pendidikan dan ekonomi, sehingga semakin banyak politisi perempuan semakin besar perhatian terhadap bidang tersebut yang terakomodir”.
motivasi dan minat perempuan menjadi politisi didorong oleh faktor terbesar penyuarakan hak perempuan dan menjadi penyeimbang politisi pria.
membangun kemitraan yang harmonis, karena
strategi untuk mendorong penguatan peran dan
setiap
posisi perempuan dipolitik, adalah peluang
perempuan berkarir di dunia politik, memotivasi
penelitian hampir seimbang antara pendapat yang dilembaga legislatif
perempuan duduk sebagai anggota DPR dan bisa
30%
memberikan kontribusi pengambilan keputusan di
“memadai” mencapai
DPR.
57,53%.
Tetapi untuk memberikan kontribusi hak-hak
Pada hal bila kita cermati, semakin banyak
perempuan di DPR, dituntut perempuan yang
peluang yang ada dan semakin banyak pilihan yang
sekaligus
DPR sedikit banyak memberi kesempatan bagi
dilokasi
perempuan
kelebihan
setara. Sedang pengaruh ditetapkan kuota 30 % di
dengan dasar ini perlu perjuangan untuk merekrut
keterwakilan
punya
perlu diisi dan dilengkapi dalam kerjasama yang
legislatif (Undang-Undang No 8 Tahun 2012)
menyatakan
pihak
kekurangan, kekuatan sekaligus kelemahan yang
tentang keterwakilan perempuan 30% di lembaga
responden
Equilibirium
perempuan dilandasi kebutuhan bersama guna
peran dan posisi perempuan di partai politik dan
Pendapat
teori
(keseimbangan) : bahwa hubungan laki-laki dan
Gambaran yang lebih komprehensif tentang
perempuan.
Sebagaimana
tersedia,
pendidikanpun
kesempatan semakin
terbuka
berkualitas, agar bisa memberi warna di kancah
memperoleh lebar
perpolitikan, untuk mencapai rekrutmen tataran
dan
ini, maka perlu diberikan pendidikan politik yang
beragam. (Subhan, 2004, hal.57).
intensif, terus menerus kepada masyarakat supaya
Sementara pendapat pengamat politik dari
masyarakat tahu atas hak dan kewajibannya dalam
Pusat Kajian Politik (Puskapol Universitas
bidang politik, baik pendidikan politik ini bisa
Indonesia (UI), Ani Sucipto;
dilakukan dengan cara formal dan informal
“Bahwa penguatan peran politik perempuan menunjukkan keterwakilan perempuan diparlemen belum optimal. Keterwakilan mereka belum mampu mengubah citra dan kinerja parlemn serta belum mampu menyuarakan isu jender dalam proses pembuatan perundangundangan. Karena parpol tidak serius merekrut perempuan untuk menjadi legislatif. Mereka hanya menjadikan perempuan pelengkap, karena masih terjebak pada angka 30% perempuan calon legislatif seperti UU No 8 Tahun 2012”.
(Kusumo dkk, 1999, hal.79-80). Walaupun parpol kesulitan merekrut dan mencari figur-figur perempuan yang berkualitas, kalaulah ada tapi sangat terbatas, sehingga tidak jarang parpol merekrut perempuan yang tidak berkualitas untuk lolos di DPR. Sebagaimana pendapat Ketua DPRD Kabupaten Kotabaru, Alfisah menuturkan; “Saat ini perempuan masih dijadikan pelengkap administrasi daftar di KPU
Walaupun demikian motivasi dan minat perempuan menjadi politisi, menurut responden
144
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
untuk memenuhi 30%, namun belum memperhatikan segi pendidikan SDMnya”.
berkarir, tentunya kembali keindividu perempuan masing-masing. Kalau memang yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang cukup, maka harus kita dukung”.
Sehingga sebagian kecil responden ada yang memandang tidak positif terhadap perempuan di DPR, pernyataan ini didukung oleh Pengurus
Apapun hasil keterwakilan perempun di
Partai Nasdem Kabupaten Kotabaru, M. Ervan
legislatif semua diterima dengan legowo, padahal
menuturkan;
berbagai upaya yang dilakukan pemerntah dan
“Sejujurnya kodrat perempuan lebih diutamakan dibelakang laki-laki, karena laki-laki dikodratkan menjadi imam seluruh perempuan. sehingga karir perempuan didunia politik dapat dibatasi”.
organisasi
meningkatkan
-
perempuan
-
perempuan
dan di
yang
terpilih
gagal
mencapai
affirmative action 30 % pada pemilu 2014.
Karena keterwakilan perempuan 30% tidak
Baik keterwakilan perempuan DPRD pada
dijamin dalam daftar calon tetap.
tingkat provinsi Kalsel maupun DPR tingkat pusat
Kultur patriarki yang menjemuk di Indonesia
justru mengalami penurunan dari 18.2 % pada
membuat peran perempuan terbatas pada
tahun 2009 menjadi 17.3 % di tahun 2014. Padahal
lingkup
kiprah
kandidat perempuan yang mencalonkan diri dan
perempuan diranah publik menjadi kian
masuk dalam daftar pemilih dari partai politik
terbatas.
mengalami peningkatan dari 33.6 % tahun 2009,
Pola
domistik.
rekrutmen
Tak
calon
urung
legislatif
tidak
menjadi 37 % pada tahun 2014.
didasarkan kualitas dan loyalitas terhadap -
keterwakilan
merekrut
yang diharapkan. Proporsi anggota legislatif
tantangan yang terlihat antara lain :
-
untuk
parlemen, tetapi hasilnya belum sesuai dengan
Jika sudah demikian keadaan perempuan, -
perempuan
Sedang perempuan dalam bidang politik
pimpinan, bahkan uang.
semakin menguat seiring amanat undang-undang
Perempuan tidak memiliki akses yang cukup
yang mewajibkan partai politik memberi jatah 30
untuk membiayai mobilitas politiknya dan
% bagi para perempuan sayangnya peluang dan
interpretasi ajaran agama yang bias gender,
jaminan tersebut belum banyak mambuahkan
akhirnya
hasil. Terbukti ada tujuh provinsi tidak memiliki
membatasi
perempuan
dalam
politik.
wakil perempuan di DPR pada periode 2014 –
Karena parpol masih didominasi oleh laki-
2019 yakni Aceh, Papua Barat, Bali, Nusa
laki, maka tidak ada political will untuk
Tenggara Timur, Kalimantan Selatan dan Bangka
memperjuangkan kuota 30% perempuan
Belitung.
sebagai calon jadi.
Apakah sistem pemilu dan aturan masih
Pemikiran di atas didukung pula oleh
belum mengakomudasi perempuan atau karakter
informan pengurus parpol Bintang Indonesia Raya
masyarakatnya yang tidak permisif merekrut
Banjarbaru, Sumadi menuturkan;
perempuan berpolitik. Meskipun masih belum mencapai affirmasi 30 %, tentunya diperlukan
“Terlepas dari mampu dan tidaknya perempuan melebihi laki-laki dalam
145
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
penguatan kapasitas perempuan anggota legislatif
berkarir tentunya kembali ke individu perempuan
terpilih, perlu diyakini perempuan legislatif yang
masing-masing.
terpilih memiliki komitmen yang kuat untuk
bersangkutan
kemajuan perempuan Indonesia.
cukup maka harus kita dukung.
yang
diharapkan mengalami penurunan baik tingkat lokal, provinsi dan tingkat pusat pada pemilu
analisis diperoleh kesimpulan
tahun 2014.
Merekrut perempuan menjadi politisi (DPR), bukan merupakan jalan yang mudah. Karena
B. Saran
kemampuan kultur patriarki yang ada telah
1. Kepada partai politik hendaknya melakukan
menjadi ideologi dalam kehidupan politik yang
penggalangan
sukar untuk dilebur, begitu juga pendidikan politik
organisasi kader bagi perempuan, dalan
dan dibina secara rutin. Sekalipun demikian responden
rangka merekrut untuk menjadi anggota
melihat
legislatif.
rekrutmen perempuan sebagai politisi merupakan
2. Perempuan
terobosan yang sangat diperlukan sebagai patner
yang berkualitas, tetapi belum menunjukkan
kouta 30% untuk caleg parpol dilegislatif. Hal ini
diri sebagai top leader untuk melirik sebagai
agar perempuan mampu memperjuangkan hak-
politisi.
masyarakat
3. Kepada para lelaki untuk mewujudkan
dipanggung politik.
kesetaraan gender, dalam arti tidak ada
Sebagaimana pandangan responden bahwa
deskriminasi antara perempuan dan laki-laki
minat perempuan menjadi politisi 48.72%,
memperoleh akses dalam peluang yang sama,
masyarakat juga memandang positif rekrutmen
diharap mau membuka diri dan bisa menerima
dan keterlibatan perempuan di legislatif hingga
perempuan
mencapai 52.24%. bahkan perempuan legislatif
50.96%.
kesamaan
sebagaimana
meningkatkan
rutin, sekalipun perempuan sekarang banyak
segar, ketika undang-undang negara menetapkan
memperjuangkan
harus
diri melalui proses pendidikan kader yang
keterwakilan perempuan dalam politik ada angin
aspirasi
politisi
pendidikan politik secara sehat dan kualitas
laki-laki dalam memberikan masukan, terlebih
dan
kandidat/pencalonan
perempuan atau motivasi serta organisasi-
dan rekrutmen kader perempuan kurang digalang
mencapai
kemampuan
affirmative action 30 % tidak sesuai dengan yang
Berdasarkan hasil penelitian serta melalui
mampu
yang
legislatif perempuan yang terpilih gagal mencapai
A. Kesimpulan
perempuan
mempunyai
memang
Namun apa yang terjadi proporsi anggota
V. KESIMPULAN DAN SARAN
hak
Kalau
bahwa
bersama-sama
gender
dia
berjuang
dan
perempuan
untuk
bangsa
Indonesia. Perbedaan psikologis laki-laki dan
pendapat
perempuan membuat saling melengkapi demi
informan Pengurus Parpol Bintang Indonesia
terwujudnya negara yang adil, makmur dan
Raya Sumadi menuturkan; terlepas dari mampu
sejahtera.
dan tidaknya perempuan melebihi laki-laki dalam
146
Rekrutmen Perempuan Menjadi Politisi (Legislatif) Hendrawati
Subhan, Zaitumah. 2004. Perempuan dan Politik
DAFTAR PUSTAKA
Dalam
Asumadi, Indra., 2009. Perempuan Dalam Politik
Islam,
Yogyakarta
:
Pustaka
Pesantren Budiardjo, Miriam., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Suharizal, dan Gusman, D., 2008. Suatu Kajian
Politik, Jakarta: Gramedia.
Atas Keterwakilan Perempuan di DPRD Hasim, Syafiq., 2001. Perempuan Indonesia
Provinsi Sumatera Barat. [Woking Paper]
Memimpin Masa Depan, Jakarta: Pustaka
Makassar: Universitas Hasanuddin
Sinar Haparan
SKH. Barito Post, Jum’at, 24 Januari 2014
Marzuki. 2007. Permasalahan Gender Dalam Undang-Undang Tentang Pemilu. 2003. Jakarta:
Perspektif Islam. [Online] Tersedia di
DPR RI
[di
akses
17
September 2014] Muarif, Syamsul., 2001. Membangun Komunikasi dan Informasi Gotong Royong, Jakarta: Cetakan Lembaga Informasi Nasional Pawito., 2007. Pemilihan Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksa Poerwadaeminto, W.J.S., 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode Penelitian Komunikasi,
Bandung
:
PT.
Remaja
Rosdakarya Suacana, I Wayan Gede., 2011. Pengembangan Model Kaderisasi Perempuan Dalam Partai Politik Di Bali Dan Lombok. [Online] Tersedia
di
<
https://wgsuacana.files.wordpress.com/2009 /06/pengembangan-model-kaderisasiperempuan.pdf > [di akses 12 September 2014]
147
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.2 Oktober 2014: 131-148
148