PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
REKONSTRUKSI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MELALUI PROJECT NETIZEN AKU CINTA PRODUK INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI Mohammad Syaifudin1, Nurul Zuriah2, Marhan Taufik3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Pendidikan karakter bangsa mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan suatu grand desain pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa. Artikel ini berisi hasil penelitian Rekonstruksi Model Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Tripilar Pusat Pendidikan untuk memperkuat rasa cinta dan bangga akan produk Indonesia (Aku Cinta Produk Indonesia - ACPI), dengan mengintegrasikan pendidikan karakter pada Mata Kuliah PKn melalui Research and Development. Rancang bangun tersebut dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu: a. konsep, b. produk, dan c. ujicoba melalui penelitian tindakan dan quasi eksperimen. Melalui rancang bangun ini dipaparkan hasil sebagai berikut: (1) Model Pendidikan Karakter yang berbasis Tripilar Pusat Pendidikan melalui Project Netizen ACPI, yang didesain berdasar teori ADDIE; (2) learning outcome produk berupa nilai karater dasar yang dikembangkan dari aspek moral Knowing (Ngerti), Moral Feeling (Ngroso) dan Moral action (Nglakoni); (3) Produk dan Pubikasi hasil rekonstruksi model Pendidikan Karakter yang dikembangkan. Kata kunci: Rekonstruksi, Pendidikan Karakter, Project Netizen, Aku Cinta Produk Indonesia, Mata Kuliah PKn
A. Pendahuluan Pendidikan karakter bangsa mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan suatu grand desain pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa. Regulasi pendidikan karakter diatur dalam (1) UUD 19 45 Aman demen , (2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (3) Pencapaian Visi Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJPN tahun 2005-2025 (4) Peraturan pemerintah No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan, (5) Inpres No 1 tahun 2010 dan Permendiknas lainnya sebagai dasar operasionalisasinya. Bagi suatu bangsa karakter adalah nilai-nilai keutamaan yang melekat pada setiap individu warga negara dan kemudian mengejawantah sebagai personalitas dan identitas kolektif bangsa. Karakter berfungsi sebagai kekuatan mental dan etik yang mendorong suatu bangsa
merealisasikan cita-cita kebangsaannya dan menampilkan keunggulankeunggulan komparatif, kompetitif, dan dinamis di antara bangsa-bangsa lain. Dalam Rencana Induk (Grand design) Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Kementerian Pendidikan RI disebutkan bahwa 3 aspek pembentuk karakter luhur adalah: (a) Agama, Pancasila, UUD 1945 dan UU Sisdiknas, (b) Teori pendidikan, Psikologi, nilai dan sosial budaya, (c) Pengalaman terbaik dan praktik nyata. Harkat dan martabat suatu bangsa berkaitan erat dengan pendidikan yang dialami oleh suatu bangsa itu sendiri. Karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat menentukan karakter, sikap dan perilakunya ketika berhadapan dengan bangsa- bangsa lain di dunia. Pendidikan sangatlah penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa tidak mudah dijajah oleh bangsa lain, dan dengan pendidikanlah suatu bangsa dapat mencapai kemajuan-kemajuan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
dan perkembangan-perkembangan yang dapat membawa-nya mewujudkan cita-cita bangsa, dan dengan pendidikan pulalah suatu bangsa dapat mengejar ketertinggalannya dari bangsa-bangsa lain di dunia. Berbagai kemajuan dan pencapaian yang telah diraih bangsa Indonesia, baik itu di bidang politik, ekonomi, keamanan dan kesejahteraan rakyat setelah kemerdekaan, masih belum dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kuat, besar, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa di dunia (Wibowo, 2014). Hal ini memberikan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk melakukan perubahan. Perubahan yang dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Bangsa yang maju ditentukan oleh mentalitas yang tangguh, baik individual maupun kolektif dari warga negara Indonesia sendiri. Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia masih memerlukan pandanganpandangan yang menuntut perubahan mendasar dari pola pendidikan di Indonesia selama ini. Pandangan yang saat ini menjadi perhatian banyak pihak adalah revolusi mental yang disampaikan oleh presiden Joko Widodo. Selanjutnya Suratno (2014) mengatakan pendidikan karakter menjadi sangat penting karena tiga hal; 1) secara makro, telah terjadi kemerosotan karakter bangsa ditandai oleh tingginya indeks korupsi, premanisme dan kekerasan; (2) secara mikro dalam dunia pendidikan juga banyak kasus bullying, tawuran antar pelajar, kelemahan sistim kurikulum dan proses pembelajaran yang tidak kondusif bagi pembentukan karakter bangsa; (3) Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih sejak kampanye sudah menegaskan perlunya revolusi mental terkait tiga hal utama kedaulatan politik, kemandirian ekonomi dan kepribadian dalam budaya.
Pembangunan karakter (character building) sangat penting. Perguruan Tinggi menjadi agen utama dalam membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa Indonesia ingin memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban tersebut dapat dicapai apabila masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang baik (good society). Masyarakat idaman seperti ini dapat diwujudkan apabila bangsa Indonesia memiliki akhlak yang baik, manusia yang bermoral dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah kebiasaan hidup yang buruk menjadi baik. Karakter berfungsi sebagai kekuatan mental dan etik yang mendorong suatu bangsa merealisasikan cita-cita kebangsaannya dan menampilkan keunggulan-keunggulan komparatif, kompetitif, dan dinamis di antara bangsa-bangsa lain. Berdasarkan fenomena yang ada dan hasil penelitian sebelumnya terdapat dua hal yang harus mendapat perhatian secara serius. Pertama, munculnya fenomena menurunnya budi pekerti luhur di kalangan mahasiswa. Kedua, belum adanya model pendidikan karakter di perguruan tinggi yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya yang dapat membentuk karakter mahasiswa yang mencintai produk Indonesia dan mendukung kemandirian pangan. Oleh karenanya perlu dicari dan dirumuskan model pendidikan karakter bangsa
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
untuk mencintai produk Indonesia dan mendukung kemandirian pangan yang efektif, dan dapat dilaksanakan di lingkungan perguruan tinggi. B. Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian di muka, sudah saatnya kampus menggalakkan pendidikan karakter secara kongkret bagi mahasiswanya. Pencapaian intelektualitas dan nilai-nilai akademik harus dibarengi dengan penanaman nilai karakter dan akhlakul kharimah yang bagus (karakter yang baik).Kemampuan manajerial dan sosial mahasiswa harus dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, punya inisiatif dan kreatifitas memiliki sifat-sifat jujur, ikhlas, beorientasi pengabdian, dan rendah hati yang lahir dari masing-masing individu untuk menjalin interaksi sesama individu demi terwujudnya integritas bangsa. Hal ini ditujukan agar mahasiswa tak hanya pintar secara intelektual dan sosial, namun juga memiliki integritas moral yang bagus, serta mempunyai empati dan solidaritas yang tinggi terhadap lingkungan sekelilingnya. Zuchdi (2008:6-8) mengemukakan supaya pendidikan karakter tidak bersifat indoktrinatif, mahasiswa perlu didorong untuk dapat menemukan alasan-alasan yang mendasari keputusan moral, melalui peningkatan kemampuan Logical, Gramatical, dan Retorica. Pengayaan Mata Kuliah (embedded/hidden curriculum) perlu dilakukan agar belajar tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja melainkan lebih pada aspek learning to think, reading skill, writing skill, articulate communication skill, wawasan kebangsaan dan bela negara. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui aktivitas kurikuler, extra dan kokurikuler. Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan mengontrol tindakan yang diperlukan agar seseorang dapat benar-benar memahami keputusan moral yang
diambilnya, dapat mengidentifikasi alasan yang baik yang harus diterima dan alasan yang tidak baik yang harus ditolak atau diubah. Pada akhirnya mahasiswa harus mampu merumuskan perubahan yang perlu dilakukan. Pembelajaran mestinya menciptakan setting sosial yang memungkinkan implementasi pengetahuan yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Selanjutnya, pendidikan karakter/moral/nilai hendaknya difokuskan pada kaitan antara pemikiran moral (moral thinking) dan tindakan bermoral (moral action). Konsep moralitas perlu diintegrsasikan dengan pengalaman dalam kehidupan sosial. Pemikiran moral dapat dikembangkan antara lain dengan dilema moral yang menuntut kemampuan untuk mengambil keputusan dalam situasi yang sangat dilematis. Tindakan moral yang selaras dengan pemikiran moral hanya mungkin dicapai melalui pencerdasan emosional dan spiritual serta pembiasaan. Secara teknis, penanaman karakter positif akan lebih efektif apabila dilakukan melalui model keteladanan yang dilakukan atas kesadaran sendiri. Dalam hal ini pihakpihak yang tekait dengan penyelenggaraan pedidikan di kampus harus turut serta ambil bagian dalam memberikan keteladanan/contoh yang baik kepada mahasiswa. Dosen, pegawai, dan mahasiswa senior harus memberikan contoh perilaku jujur, disiplin, kreatif, dan kritis kepada mahasiswa yunior. Dengan lingkungan yang kondusif, penyemaian karakter positif akan lebih mudah diterima dan diteladani mahasiswa baru. Dengan membiasakan diri menghindari plagiasi dalam pembuatan karya ilmiah, serta mengerjakan tugas-tugas kuliah secara jujur, berarti mahasiswa telah menanamkan karakter positif dalam dirinya. Satu hal yang merupakan media pendidikan karakter bagi mahasiswa adalah melalui
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
integrasi pendidikan karakter tersebut ke dalam Mata Kuliah yang diajarkan. Untuk mewujudkan pendidikan karakter bagi mahasiswa, perlu diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap Mata Kuliah. Salah satu cara yang efektif dengan mengubah atau menyusun bahan ajar atau modul dengan mengembangkan model pendidikan karakter dengan norma atau nilai-nilai karakter dalam konteks kehidupan seharihari. Dengan
dalam kehidupan mahasiswa seharihari di masyarakat. Salah satunya dengan mengembangkan model pembelajaran terintegrasi karakter ke dalam Mata Kuliah PKn. Untuk memberikan gambaran yang lebih rinci dan jelas berikut kerangka pemikiran pengembangan Rekonstruksi Model Pendidikan Karakter pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, sebagaimana digambarkan pada Gambar 1 Kerangka Pemikiran berikut..
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran Basis Mata Kuliah Karakter yang kognitif, tetapi menyentuh pada Kegiatan Hasil yang internalisasi, dan pengamalan nyata Dikembangkan akan dicapai Gambar 1: Kerangka Pemikiran C. Metode Rekonstruksi Pengembangan Model Pendikar yang Diusulkan Rekonstruksi model pendidikn Karakter dilakukan dengan 3 (tiga) Tahap, yaitu; 1) tahap pengembangan konsep model, 2) tahap pengembangan produk model, dan 3) tahap Ujicoba model. Gambaran alur ketiga tahap pengembangan tersebut dijelaskan sebagai berikut. C.1 Pengembangan Desain Model Pengembangan desain model diawali dengan pengembangan konsep model. Selanjutnya dilakukan pengembangan produk, dan diakhiri uji coba produk (lihat Gambar 4 dan 5).
Model konseptual bersifat analitis yang memberikan atau menjelaskan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan dan keterkaitan antarkomponennya. Sebuah model adalah representasi atau perwujudan visual atau verbal (kata-kata) dari suatu proses rancangan pembelajaran yang digunakan untuk mengarahkan dan melengkapi rancangan dalam berbagai latar pendidikan dan pelatihan. Model konseptual memperlihatkan hubungan antarkonsep yang satu dengan yang lain, yang dalam hal ini konsep-konsep itu tidak memperlihatkan urutan secara bertahap. Konsep atau komponen yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
satu tidak lebih awal dari konsep atau komponen yang lain. Urutan boleh diawali dari mana saja. Model konseptual lebih bersifat konstruktivistik, artinya urutan bersifat terbuka, berulang atau rekursif dan fleksibel. C.2 Desain dan Prosedur Pengembangan Konsep Pada tahapan ini akan disampaikan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, penjelasan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan penjelasan hubungan antar komponen dalam sistem. Dalam memahami model desain sistem pembelajaran perlu diketahui dan dikelompokkan model desain system pembelajaran. Menurut Gustafson dan Branch (2002) model desain sistem pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian klasifikasi ini didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu; 1) Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi kelas (Classrooms oriented model), 2) Model desain pembelajaran yang berorientasi produk (Product oriented model), dan 3) Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi sistem (System oriented model). Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk, berdasarkan pada asumsi bahwa desain model pendidikan karakter Project Netizen ACPI berbasis tripilar pusat pendidikan sebagai penguatan Mata Kuliah PKn yang dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model desain pembelajaran ini menerapkan proses analisis kebutuhan yang sangat ketat. Para pengguna produk model pendidikan karakter yang dihasilkan melalui penerapan desain sistem pembelajaran pada model ini biasanya tidak memiliki kontak langsung dengan pengembang programnya. Kontak langsung antara pengguna program dan pengembang program
hanya terjadi pada saat proses evaluasi terhadap prototipe program. Model pendidikan karakter melalui project netizen ACPI berbasis Tripilar Pusat Pendidikan ini dilandasi dengan empat asumsi pokok, yaitu: 1) Produk model pendidikan karakter di Perguruan Tinggi memang sangat diperlukan, 2) Produk model pendidikan karakter baru ini perlu diproduksi, 3) Produk model fasilitator.
pendidikan karakter memerlukan proses
uji
coba
dan
revisi,
4)
Produk model pendidikan karakter dapat digunakan walaupun hanya dengan bimbingan dari Desain program pengembangan ini memiliki 6 (enam) komponen utama, sesuai teori yang dikembangan oleh Richey dan Klein (2007; 3). Keenam komponen ini mengarahkan fokusnya pada elemen-elemen yang berbeda dari usaha desain dan pengembangan, yaitu: (1) Mahaiswa dan bagaimana mereka belajar, (2) Konteks tempat belajar dan performasi yang muncul, (3) Hakikat isi pembelajaran dan bagaimana ia diurutkan, (4) Strategi dan aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan, (5) Media dan sistem penyampaian yang digunakan, dan (6) Perancang itu sendiri dan proses yang mereka ikuti. Desain pengembangan mencakup ruang lingkup sebagai berikut.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
Gambar 2: Rancang Bangun Rekonstruksi Model Pendikar menetapkan kompetensi yang akan C.3 Setting Kegiatan Setting kegiatan dimulai dengan dipelajari dengan memberi label pada mengidentifikasi jumlah karekteristik karakter tersebut. Proses pembelajaran lembaga, aspek-aspek pendidikan di-setting secara terintegrasi antara karakter bangsa yang gayut dan telah pembelajaran teori Pendidikan dikembangkan di lembaga tersebut, serta Kewarganegaraan dan praktik
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
pembuatan project netizen AKU CINTA PRODUK INDONESIA. C.4 Partisipan Partisipan pada tahap pengembangan ini adalah ahli (pakar) untuk validasi internal dan praktisi (dosen) Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Validator ahli desain/teknologi pendidikan, ahli isi/konten dan bahasa dengan persyaratan; 1) Minimal berpendidikan
S3, dan 2) ahli di bidangnya. Sedangkan praktisi adalah dosen dari PT yang dipilih. Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat pembelajaran mencakup: format, bahasa, ilustrasi dan isi. Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran direvisi untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang tinggi. Diagram alirnya sebagaimana gambar 3 berikut.
Gambar 3: Alur Validasi Ahli & Praktisi Konsep Model Pada tahap expert review, konsep produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar. Pakar tersebut menelaah komponen, keterkaitan antar komponen, dan bahasa dari konsep model. Saransaran pakar digunakan untuk merevisi konsep yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari pakar (validator) tentang konsep desain model yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan
menyatakan bahwa desain ini telah valid atau tidak. Responden para tahap pengembangan konsep model adalah ahli desain selaku validator internal yang akan menvalidasi hasil pengembangan konsep model pendidikan karakter. Responden berikutnya adalah praktisi sebagai validator eksternal yaitu dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pengguna produk. Rangkaian kegiatan validasi yang dilakukan oleh
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
ahli dan praktisi dapat dilihat pada Gambar 3 di atas. C.5 Instrumen Pengembangan Pada tahap pengembangan konsep model, instrumennya adalah peneliti sendiri, angket (checklist) dan pedoman wawancara. Angket (cheklist) digunakan untuk memperoleh catatan dari ahli yang menvalidasi konsep model (validasi internal) dan dari dosen pengguna (validasi eksternal) sedangkan pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan dengan pihak yang terkait tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan model pendidikan karakter. Selain itu pedoman wawancara sebagai bahan dalam menulis hasil penelitian karena jika peneliti hanya mengandalkan kemampuan ingatan yang sangat terbatas peneliti khawatir data yang sudah diperoleh ada yang lupa. Penggunaan model wawancara tentu saja disesuaikan dengan keberadaan data-data di lapangan yang diperlukan penulis. Untuk wawancara terstruktur, lebih dulu disiapkan seperangkat pertanyaan dengan mengklasifikasikan bentuk- bentuk pertanyaan. Pada tahap pengembangan konsep model semua data bersifat kualitatif, yang mendiskripsikan keadaan atau fenomena yang sedang terjadi. C.6 PengembanganProduk Produk yang dikembangkan berupa model pendidikan karakter melalui Project Netizen ACPI melalui penguatan pendidikan karakter berbasis tripilar pusat pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat) pada Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi. Komponen-komponen model yang dikembangkan difokuskan pada strategi perkuliahan atau strategi penyampaian. Rekonstruksi Model Pendidikan Karakter dan Pengembangan model pembelajaran yang baik memang seyogyanya dilaksanakan melalui suatu penelitian pengembangan atau research and depelovment (R&D). Langkah
tersebut tepat untuk mencari solusi dalam memperbaiki praktik perkuliahan. R & D merupakan perpaduan penelitian dasar (basic research) dengan penelitian terapan (applied research). Keduanya bertujuan untuk mengembangkan format pembelajaran, mengevaluasi diri, dan mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan. Selama ini banyak dosen di perguruan tinggi yang menyusun model pembelajaran namun tidak melalui rangkaian penelitian, sehingga model yang disusun tidak memiliki landasan berpijak yang kuat, baik dari segi teoretis maupun praktis. Kekuatan pengembangan model pembelajaran melalui R & D terletak pada aspek metodenya, yakni adanya ujicoba sehingga produk dapat diterima dari segi ketepatan, kecocokan, kejelasan, keakuratan, up to date, dan menciptakan kreativitas dari segi isi, desain, dan bahasanya. Penyusunan model pembelajaran melalui R & D akan mampu melahirkan model pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berbeda dari sebelumnya. Hal itu terjadi karena model integrasi Pendidikan Karakter dalam Mata Kuliah PKn ini merupakan hasil penelitian dengan mempertimbangkan data-data empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, serta pertimbangan praktis perkuliahan yang lebih baik, dengan tampilan yang efektif, efisien, menarik/memberi motivasi, dapat dipergunakan, dan dapat diterima keberadaannya. C.7 Ujicoba Produk Ujicoba produk dimaksudkan untuk mencapai kriteria produk model pembelajaran yang sahih. Ujicoba dilakukan melalui 2 (dua) tahap yaitu a) penelitian tindakan (action research) dan eksperimen (quasi eksperimen). Penelitian tindakan bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur bahan ajar sudah memenuhi syarat atau belum sedangkan eksperimen yang dilakukan adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu yang bertujuan untuk menguji
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
efektifitas dan dan kebermanfaatan model. Bagan alur (flowchart) ujicoba
produk terlihat dalam gambar 4 sebagai berikut: : Evaluasi & Revisi
M ODEL FINAL KONSTRUKSI MODEL PENDIKAR PROJECT NETIZEN ACPI Pada MATA KULIAH PKn
Gambar 4: Alur (flowchart) Ujicoba Produk
C.8 Produk Dan Pubikasi Hasil Rekonstruksi Model Pendidikan Karakter Project Netizen ACPI yang Dikembangkan Sebagai produk dari Rekonstruksi Model Pendidikan Karakter Project Netizen Aku Cinta Produk Indonesia maka hasil pengembangannya diwujudkan dalam sebuah karya mahasiswa yang berupa tugas kelompok pembuatan project netizen yang pengembangannya diambilkan dari konsep proyek kewarganegaraan atau project citizen. Project Netizen dapat dilihat dan diakses langsung oleh mahasiswa dan semua pihak yang berkepentingan termasuk orang tua dan dosen dari internet yaitu melalui You Tube, dan nanti nya akan dibuatkan sebuah rumah (Webb blog. Pronet Aku Cinta Produk Indonesia). Disamping itu kedepan juga dapat dikembangkan melalui Media Sosial yang lain, seperti WhatsApp (WA), Instagram, Telegram maupun Vlog (Video blog).
D. Penutup Berdasarkan uraian di muka, dapat disimpulkan bahwa Rekonstruksi model pendidikan karakter (model pembelajaran) pada Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya melalui rangkaian penelitian pengembangan sehingga mampu melahirkan model pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Hal itu terjadi karena penyusunan model tersebut telah mempertimbangkan data-data empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, serta pertimbangan praktis perkuliahan lebih baik, dengan tampilan yang efektif, efisien, yang menarik/memotivasi, dapat dipergunakandan dapat diterima keberadaannya. Penelitian tersebut akan lebih baik lagi jika dilaksanakan oleh institusi yang memiliki kewenangan dan kapabilitas yang memadai. Asosiasi Pendidik Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia misalnya diharapkan dapat menjadi salah satu institusi pendukung dan pelaksana penelitian ini, agar perguruan tinggi segera melaksanakan mata kuliah PKn yang sesuai dengan capaian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
pembelajaran atau learning outcomes (LO) yang diharapkan pemerintah dan masyarakat. E. Referensi Bakker, A., 2004. “Design Research In Statistics Education: On Symbolizing And Computer Tools”. Desertasi Doktor. Utrech University : Tidak diterbitkan. Banathy, B., & Jenlink, P. M., 2004. Systems Inquiry and Its Application In Education. In D. H. Jonassen (Ed.), Handbook of research for educational communications and technology (2nd edn) (pp. 74–92). New York: Simon & Schuster Macmillan. Belferik, M., 2013. “Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas 2045”. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2016 Bruner, J. S., 2006. In Search Of Pedagogy. New York: Routledge. Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O., 2000. The Systematic Design Of Introction (Fifth Edition). New York: Longman Doni, K.A., 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I. Gagne, R. M., Wager, W. W., Goals, K. C., & Keller, J. M., 2005. Principles of instructional Design. (5th edn). CA: Wadsworth/Thomson Learning, Publishers. Gustafson, K. L., & Branch, R. M., 2002. Surveyof Instructional Development Models (4•h ed.). Syracuse University, Syracuse, NY: ERIC Clearinghouse on Information & Technology. Kemendiknas, 2010. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014:
Rancangan RPJMN tahun 2010-2014. Jakarta: Biro Perencanaan Setjen Kemendiknas. Kemendiknas, 2011. Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Kebukuan Kemendiknas Kirschenbaum, H., 2000. ”From Values Clarification to Character Education: A Personal Journey.” The Journal of Humanistic Counseling, Education and Development. Vol. 39, No. 1, September, pp. 4-20 Megawangi, R., 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta: BP Migas Energy. Molenda, M. In search of the ellusive ADDIE model. Pervormance improvement, 42 (5), 34-36. Submitted for publication in A. Kovalchick & K. Dawson, Ed’s, Educational Technologi: An Encyclopedia. Copyright by ABCClio, Santa Barbara, CA, 2003. (http://www.indian.edu) diakses pada 25 Desesember 2015 Morrison, G. R., Ross, S. M., & Kemp, J.E. (2007). Designing effective instruction (5'h ed.). Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc. Morrison, G.R., Ross, S.M., & Kemp, J.E, 2001. Designing Effective Instruction (Third Edition). New York: John & Sons, Inc Plomp, 2007. “Educational Design Research: An Introduction”, dalam An Introduction to Educational Research. Enschede, Netherland: National Institute for Curriculum Development
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
Pusat
Kurikulum Depdiknas, 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kemendiknas Raiser, AR & John Depsey, Trend and Issue in Instructional Design and Technology (new jersey : Pearson Education. Inc ) Richey, R.C., & Klein, J.D., 2007. Design and Development Research. New York: Routledge Robert Maribe Branch: Intructional Design The Addie Aproach. http://www.zultigaltp.com (diakses pada 30 April 2015) Ruyadi, Y., 2010. “Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Budaya Lokal (Penelitian terhadap Masyarakat Adat Kampung Benda Kerep Cirebon Provinsi Jawa Barat untuk Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah)”. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010. Samani, M. dan Hariyanto, 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudrajat, Akhmad. 2010. “Karakter” (dalam http:// akhmad sudrajat wordpress.com/2010/08/20/pe ndidikan-karakter-di smp) diakses 20 Mei 2015. Suharjana. 2011. Model Pengembangan Karakter
melalui Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Yogyakarta: UNY Press. Suparman, A., 2012. Desain Instruksional Moderen: Panduan Para Pengajar & Inovator Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga Suyanto, 2012. “Urgensi Pendidikan Karakter”, Makalah. http://www. mandikdasmen. depdiknas.go.id/web/pages/urg ensi.html (diunduh tanggal 13 September 2015). Syaifudin. M, Zuriah. N, Taufik, M. 2016. Rekonstruksi Model Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Tripilar Pusat Pendidikan di Perguruan Tinggi – Laporan Penelitian PUPT Tahap II Tahun 2016. Ditbinlitabmas Dikti. Wibowo, Agus. 2014. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi ; Membangun Karakter Ideal Mahasiswa di Perguruan Tinggi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://dedyyulfris.blog.com/2012/06/06/t ujuan-pendidikan-dari-zaman kolonialbelanda-hingga-pascareformasi/ diakses 20 Juli 2017. http://yasinsmopy.blogspot.com/2010/06 /paradigma-pendidikankewarganegaraan.html diakses 20 Juli 2017. Tafsir, Ahmad, 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya Winarni, S., 2013. “Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Perkuliahan”. Jurnal Pendidikan Karakter, FIK Universitas Negeri Yogyakarta, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013.