MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: LANGKAH STRATEGIS DAN IMPLEMENTASINYA DI UNIVERSITAS Ida Farida Dosen pada Jurusan Administrasi Publik Universitas Bandar Lampung
ABSTRAK Good character is the key to the success of an individual, which can be developed through proper character education from early childhood through college level. Cultural values and national character education can be developed from religious values, Pancasila, culture, and national education goals. In the college environment, character education is an integral part Tridharma colleges so that all educational activities, research, and community service performed by character. In this case, the college is required to form the Center Character Education and Cultural Development to support the vision, mission, and purpose of higher education, both in the short, medium and long term. Keywords: character education, the college environment, Tridharma
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2011) menyatakan bahwa terbentuknya karakter yang kuat dan kokoh diyakini merupakan hal penting dan mutlak dimiliki peserta didik untuk menghadapi tantangan hidup di masa mendatang. Pendidikan karakter yang diperoleh sejak pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi dapat mendorong mereka menjadi anak-anak bangsa yang memiliki kepribadian unggul seperti diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjadikan pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang tidak sekedar memberi pengetahuan pada tataran kognitif tetapi juga aspek afektif dan perilaku. Berbagai perubahan dalam sistem pendidikan di Indonesia dari sejak jaman kemerdekaan sampai sekarang sebenarnya telah mengacu pada pembentukan karakter yang dilandasi oleh budi pekerti, adat istiadat, budaya daerah dan sopan santun yang merupakan keunggulan untuk diajarkan mulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi. Namun demikian, harapan ini tidak selalu berjalan dengan mulus dalam tataran implementasinya di lapangan. Adanya
A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini termuat dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ditegaskan pula bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tersirat dalam tujuan pendidikan nasional tersebut bahwa melalui pendidikan hendak diwujudkan kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual maupun kecerdasan kinestetika. Pendidikan nasional mempunyai tujuan mulia terhadap individu peserta didik, yakni membangun pribadi yang memiliki ilmu pengetahuan, meningkatkan kemampuan teknis, mengembangkan kepribadian yang kokoh dan membentuk karakter yang kuat.
445
446 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.1, Januari – Juni 2012 konflik di berbagai kalangan dalam berbagai aspek kehidupan memberi kesan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis etika dan identitas diri. Dalam hal ini, pemerintah kembali menekankan pentingnya pendidikan karakter yang dapat diharapkan menjadi alternatif solusi bagi perbaikan perilaku dan moral. Upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan menjadikan pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah bersama-sama dengan pihak terkait dan masyarakat perlu melakukan berbagai program terobosan secara terus menerus untuk mensosialisasikan pendidikan karakter sehingga ada kesamaan langkah strategis dalam implementasinya. Tentunya hal ini perlu didukung oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Mengamati perkembangan pendidikan karakter di perguruan tinggi, dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter di beberapa perguruan tinggi selama ini telah berjalan namun belum terprogram secara sistemik, sehingga tidak memiliki dampak signifikan secara nasional. Berbagai pengalaman yang dimiliki oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia dapat dijadikan acuan sebagai pengalaman baik (best practice) yang dapat diimplementasikan di perguruan tinggi masing-masing. Model pendidikan karakter di perguruan tinggi di Indonesia terutama berkaitan dengan: (1) Bentuk-bentuk pelaksanaan pendidikan karakter yang sudah dilakukan oleh perguruan tinggi; (2) Perangkat yang diperlukan untuk implementasi pendidikan karakter di perguruan tinggi; (3) Model pelaksanaannya dalam konteks pembelajaran di perguruan tinggi; dan (4) Model pendidikan karakter yang efektif dan sesuai di perguruan tinggi terutama berkaitan dengan budaya anti menyontek dan plagiat. B. Tujuan Artikel ini disusun dengan tujuan utama menyusun buku pedoman pendidikan ADMINISTRATIO
karakter di Universitas Bandar Lampung untuk diimplementasikan, yang memuat: 1. Bentuk-bentuk pelaksanaan pendidikan karakter yang tepat untuk diterapkan di perguruan tinggi. 2. Identifikasi berbagai perangkat yang diperlukan untuk implementasi pendidikan karakter. 3. Model pendidikan karakter dalam konteks pembelajaran di perguruan tinggi. C. Pentingnya Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di lembaga pendidikan saja, tetapi juga di rumah dan di lingkungan sosial. Saat ini, peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Era globalisasi semakin menuntut perlunya pendidikan karakter agar lulusan di berbagai jenjang dapat bersaing dengan rekan-rekannya di berbagai belahan dunia lain. Tatanan sumber daya manusia beberapa tahun ke depan memerlukan good character. Dalam hal ini, karakter merupakan kunci keberhasilan individu. Karakter yang baik ini dapat dikembangkan melalui model pendidikan yang tepat. Secara definitif dapat dikatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Pendidikan menjadi salah satu wahana utama untuk mengembangkan karakter tersebut. Wibowo (2011) menegaskan bahwa di Indonesia, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih ISSN : 2087-0825
Ida Farida ; Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi; Langkah Strategis dan Implementasinya 447
baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Pendidikan karakter ini sudah mulai diberikan mulai dari jenjang PAUD sampai perguruan tinggi. Sejatinya, pendidikan karakter harus diberikan saat seseorang berada pada usia dini. Pada usia dini 0-6 tahun, menurut Wibowo (2011), otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age). Sekolah dibantu orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Diharapkan anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang, baik di jenjang perguruan tinggi maupun di masyarakat umum. Salah satu kelemahan dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah bahwa pendidikan yang diterapkan di sekolah termasuk di perguruan tinggi menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dalam hal ini, seringkali pendidikan karakter pada peserta didik terabaikan. Saat ini pemerintah berupaya untuk menekankan adanya muatan karakter sehingga pendidikan untuk semua jenjang dapat seimbang. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus
ADMINISTRATIO
pendidikan karakter dari Jerman, FW Foerster (1869-1966), pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Di sini kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih. Pendidikan karakter akan menjadi dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti kejujuran, toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisi (hard-skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft-skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Kecakapan soft-skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik. Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, lembaga pendidikan dapat menerapkannya dalam
ISSN : 2087-0825
448 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.1, Januari – Juni 2012 pola dan model pendidikan yang diberikan pada peserta didik. Sebagai contoh, pendidik dan peserta didik memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mendukung peserta didik dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada peserta didik akan arti keajekan dan bertanggung jawab serta berkomitmen atas pilihannya. Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia yang unggul dapat dilahirkan dari sistem pendidikan karakter ini. D. Pendidikan Karakter di Sekolah Di sekolah, pendidikan karakter merupakan langkah terencana untuk membentuk pribadi peserta didik agar mengenal, peduli, dan memadukan nilainilai baik dalam pembelajaran di sekolah pada setiap aspek yang ada di sekolah. Nilai-nilai baik tersebut harus melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang akan berguna bagi kehidupan siswa di kemudian hari. Dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter memerlukan dukungan dari berbagai pihak, tidak hanya dari pengajar/dosen/guru dan lembaga penyelenggara pendidikan, tetapi juga keluarga serta lingkungan masyarakat sekitar siswa agar terjadi lingkaran komunitas yang bersinergi dan menghasilkan tatanan masyarakat yang madani. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, ada dua mata pelajaran yang dapat langsung mengimplementasikannya pada materi ajar terkait dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yakni pendidikan agama dan PKn. Selain dua pelajaran tersebut, ADMINISTRATIO
pelajaran lain lebih pada internalisasi nilainilai dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar dan penilaian). Mengacu pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dari Pusat Kurikulum (2010: 8), nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter dapat diidentifikasi dari sumber-sumber berikut: 1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. 2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. 3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan
ISSN : 2087-0825
Ida Farida ; Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi; Langkah Strategis dan Implementasinya 449
budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh No 1.
2.
3.
4. 5.
6. 7. 8. 9.
10.
11.
12.
13. 14. 15. 16.
karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini.
Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter Nilai Deskripsi Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
ADMINISTRATIO
ISSN : 2087-0825
450 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.1, Januari – Juni 2012
17.
Peduli Sosial
18.
Tanggung-jawab
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan pendidikan karakter baik melalui proses pembelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, maupun pengelolaan sekolah perlu dimonitor dan dievaluasi agar kesesuaian antara tujuan dan penerapan dapat terpantau dengan baik serta hambatan-hambatan yang dihadapi dapat dicari solusi dalam masalah yang dihadapi. E. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Di jenjang perguruan tinggi, setiap perguruan tinggi mengemban misi pemerintah untuk mengembangkan pendidikan karakter bagi para mahasiswanya. Pendidikan karakter di Perguruan Tinggi merupakan kelanjutan dari implementasi pendidikan karakter di sekolah (PAUD sampai SLTA). Di lingkungan perguruan tinggi, pendidikan karakter menjadi bagian integral dalam proses perkuliahan. Menurut Djoko Santoso (2010), kerangka umum dalam masyarakat akademik perguruan tinggi terdiri atas dua unsur utama, yaitu dosen dan mahasiswa. Mereka ada dalam lingkungan akademik yang didukung para tenaga kependidikan, infrastruktur pendukung, dan programprogram. Kedua unsur tersebut harus memiliki orientasi ke arah perkembangan budaya akademik. Secara praktis mereka akan diikat dalam etika akademik yang tumbuh dari nilai-nilai luhur dan berujung pada terbentuknya budaya akademik. Meski demikian, patut dipahami latar belakang keseluruhan unsur yang ada dan lebih dicermati lagi dinamika eksternal kampus. Di dalam pelaksanaannya, inti kegiatan di perguruan tinggi ialah Tridharma Perguruan Tinggi, sehingga
ADMINISTRATIO
semua kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan berkarakter. Jika terjadi, akan ada dalam pembiasaan kehidupan keseharian di kampus yang menjadi budaya kampus. Bentuk nyatanya tampak dengan kegiatan kemahasiswaan dalam berbagai bidang seperti pramuka, olahraga, karya tulis, kesenian, dan sebagainya. Dengan demikian, kegiatan keseharian yang berkarakter di kampus dan lingkungan sekitarnya dapat terwujud. Mengacu pada pendapat Budimansyah, dkk (2010), model pendidikan karakter di perguruan tinggi dilakukan melalui tiga modus. Pertama, melalui penguatan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kapasitasnya sebagai mata kuliah umum yang menjadi menu wajib bagi seluruh mahasiswa yang diberikan pada masa-masa awal mahasiswa belajar di bangku kuliah. Model yang pertama ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan inovasi pembelajaran Project Citizen untuk membina karakter demokratis dan partisipatif. Kedua, mengoptimalkan Layanan Bimbingan Konseling kepada para mahasiswa baik di dalam maupun di luar perkuliahan yang diarahkan untuk mendorong para mahasiswa agar mampu menyelesaikan masalah dirinya sendiri dan tumbuhnya kesadaran akan segala potensi yang dimilikinya. Melalui berbagai pendekatan, game, dan strategi, potensipotensi mahasiswa dapat dikembangkan secara optimal, sehingga mahasiswa memiliki kepercayaan diri untuk berkembang. Ketiga, menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang merupakan menu wajib pada masa-masa
ISSN : 2087-0825
Ida Farida ; Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi; Langkah Strategis dan Implementasinya 451
akhir mahasiswa menimba ilmu. Pendidikan karakter melalui KKN Tematik diarahkan untuk memantapkan berbagai karakter baik yang telah dibina di universitas melalui proses belajar sambil melakoni (learning by doing) dalam kehidupan masyarakat. Budimansyah, dkk (2010) menambahkan bahwa dalam konteks mikro pada satuan pendidikan, maka program pendidikan karakter perlu dikembangkan dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. 2. Melalui semua subjek pembelajaran, pengembangan diri dan budaya satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan kurikuler setiap mata pelajaran/mata kuliah, kokurikuler dan ekstra kurikuler. Pembinaan karakter melalui kegiatan kurikuler mata pelajaran/mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama harus sampai melahirkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect), sedangkan bagi mata pelajaran/mata kuliah lain cukup melahirkan dampak pengiring. 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan (value is neither caught nor taught, it is learned) (Hermann, 1972) mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran tertentu.
ADMINISTRATIO
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru/dosen. Guru/dosen menerapkan prinsip “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Perguruan tinggi dapat memperkokoh prinsip-prinsip tersebut agar sejajar dengan visi, misi, tujuan, dan strategi perguruan tinggi. Visi yang perlu diusung misalnya, “Menjadi institusi terkemuka dalam pengembangan dan implementasi pendidikan karakter”. Misi yang dapat dilakukan antara lain: 1. Menyelenggarakan kegiatan yang mengembangkan kepribadian dan kecerdasan. 2. Mengembangkan pembelajaran berbasis karakter di sekolah dan pendidikan tinggi. 3. Mendukung kegiatan penelitian, pelatihan, dan publikasi ilmiah yang berfokus pada tema-tema pendidikan karakter dan budaya di universitas. 4. Mengimplementasikan budaya akademik, humanis, dan religius di lingkungan universitas. Tujuan yang dapat disusun antara lain: 1. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengintegrasian nilai-nilai utama berbasis pendidikan karakter dan budaya ke dalam kegiatan pembelajaran, penelitian dan publikasi ilmiah, serta pengabdian masyarakat. 2. Mengimplementasikan pendidikan karakter dan budaya dalam kepemimpinan dan pengelolaan universitas. 3. Mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan ekstrakurikuler dan
ISSN : 2087-0825
452 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.1, Januari – Juni 2012 pengembangan budaya dalam kegiatan keseharian di lingkungan universitas. Adapun program yang dapat dilakukan antara lain: 1. Mengembangkan model pembelajaran berbasis pendidikan karakter di tingkat sekolah dan pendidikan tinggi. 2. Melaksanakan seminar, diskusi, dan lokakarya tentang pendidikan karakter dan pembinaan budaya universitas. 3. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah yang berfokus pada tema karakter dan pembudayaan melalui berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. 4. Menyelenggarakan kegiatan diseminasi hasil penelitian tentang pendidikan karakter ke berbagai institusi (jenis, jenjang, wilayah). 5. Menyelenggarakan pelatihan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mendukung. 6. Menjalin kerja sama dengan institusi lain yang mendukung tercapainya visi dan misi. 7. Mendorong kegiatan pendidikan karakter di dalam kegiatan ekstrakurikuler dalam lembaga kemahasiswaan dan UKM. 8. Mendukung pembudayaan organisasi dengan pola kepemimpinan yang religius, demokratis, adil, visioner, dan memberdayakan bawahan. 9. Memberikan layanan konsultasi tentang implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran dan pembudayaan kultur universitas.
diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Di dalam pelaksanaannya, inti kegiatan di perguruan tinggi ialah Tridharma Perguruan Tinggi, sehingga semua kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan berkarakter. Untuk memperkokoh hal tersebut, perguruan tinggi hendaknya membuat semacam Pusat Pendidikan Karakter dan Pengembangan Budaya untuk mendukung visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Pusat pendidikan karakter tersebut pada gilirannya dapat memfokuskan pada pengembangan dan implementasi pendidikan karakter serta pembinaan budaya universitas melalui kegiatan tridharma perguruan tinggi, budaya organisasi, kegiatan kemahasiswaan, dan kegiatan keseharian di universitas.
REFERENSI Budimansyah, D, Ruyadi, Y, dan Rusmana, N. (2010). Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Wibowo, Timothy (2011). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Tersedia: http://www.pendidikankarakter.com/p entingnya-pendidikan-karakter-dalamdunia-pendidikan/ Kementerian Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. (2011). Panduan Hibah Penyusunan Buku Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti. http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id
F. Kesimpulan dan Rekomendasi Pendidikan karakter di perguruan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan karakter di jenjang yang lebih rendah. Dalam hal ini, pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum,
ADMINISTRATIO
Djoko Santoso. (2011). Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Suara Guru: http://suaraguru.wordpress.com/2011/ 05/20/pendidikan-karakter-diperguruan-tinggi/
ISSN : 2087-0825