Membedah
“Reinventing Indonesia”
Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi
23 Juli 2008
Kesan Awal • Merupakan cerminan kerisauan sekelompok anak bangsa paling tidak 24 orang- terhadap potret 'yang-tak-indah' dari negara-bangsa ini, tentang impian yang terkoyak, tentang kerinduan pada masa lalu 'yang-lebih-indah'
http://benyaminlakitan.com
Pujian 1 • Tentu bukanlah perkara gampang bagi kedua editor untuk memaduserasikan 24 mozaik menjadi gambar besar yang utuh, walaupun tentu sejak awal rambu-rambu sudah ditegaskan. Untuk ini, apresiasi wajib diberikan kepada kedua editor.
http://benyaminlakitan.com
Pujian 2 • Perbedaan latar belakang penulis memberi keragaman warna, dan penyunting patut dipuji karena berhasil merangkainya menjadi pelangi, yang walaupun tidak sepenuhnya patuh pada kaidah fisika cahaya tapi estetikanya sedap terasa.
http://benyaminlakitan.com
Pujian 3 • Sebagai sumber informasi, masing-masing tulisan sangatlah kaya. Bisa jadi referensi andalan.
http://benyaminlakitan.com
Catatan 1 • Bahasa mencerminkan sikap. Pada bagian Pendahuluan banyak sekali dijumpai kata 'seperti' yang tidak berfungsi sebagai upaya memberikan contoh atau diskripsi tambahan, tetapi lebih mencerminkan sikap ragu dan 'penyiapan-tameng' jika nantinya diserang.
http://benyaminlakitan.com
Indonesia tampak seperti kembali ke periode awal ketimbang maju terus .... [hal xiii] Rasa pesimistik serta persepsi negatif terhadap bangsa sendiri seperti telah menyebar. [hal xiii]
http://benyaminlakitan.com
Catatan 2 • Terlalu berorientasi ke masa lalu. Dalam kalimat yang pendek, kesan yang terpateri setelah membaca buku ini adalah: “Dulu hidup ini sangat indah. Kok sekarang susah ya?”
[…..tapi untuk kembali ke masa lalu juga tidak mungkin] http://benyaminlakitan.com
http://benyaminlakitan.com
….. dalam sejarahnya, suku Minang memberikan kontribusi besar bagi pembentukan bangsa Indonesia, tetapi untuk upaya reinventing ini menemui tantangan karena telah terjadi perubahan sosial suku Minangkabau, misalnya perubahan peran surau, lembaga nagari, dan mamak, sehingga keinginan kembali ke masa lalu adalah romantisme Azyumardi Azra
http://benyaminlakitan.com
….. membangkitkan kembali kearifan lokal, adat dan tradisi tidaklah mudah karena lembaga adat tersebut sudah terlanjur kehilangan relevansinya; perlu reposisi kearifan lokal dan tradisi agar sesuai dengan perkembangan zaman …..
Putu Wijaya
Catatan 3 • Sudut pandang, alur pikir, dan cara pengekspresian masing-masing penulis sangat beragam dan leluasa berkelana -yang membuat tulisan masing-masing bab menjadi hidup, tetapi pembaca dituntut untuk ‘shifting gear’ dengan cepat pada perpindahan antar-bab.
http://benyaminlakitan.com
….. kultural, historis, solidaritas emosional, solidaritas fungsional , Indonesia-Dalam, Indonesia-Raya , psiko-kultural, mitos-logosetos, Pancasila, pengayoman material dan spiritual , ekonomi politik, pasar bebas dan koperasi, kedaulatan, keutuhan wilayah, keselamatan bangsa , pendidikan agama , Madura, Papua, masyarakat sekitar Borobudur, Bali, Minangkabau, etnis Tionghoa, batik, Melayu, Jawa ….. IDENTITAS - ASPEK KEHIDUPAN - ELEMEN NASION
http://benyaminlakitan.com
Catatan 4 • Interlude menjadi sisipan yang efektif sebagai 'pembatas' antara Bagian 2 dan Bagian 3, tetapi tidak menjadi 'jembatan' antara topik Aspek Kehidupan Bangsa dan topik Elemen Nasion. Sebagai tulisan lepas, ceritanya menarik, bahasanya mengalir.
http://benyaminlakitan.com
http://benyaminlakitan.com
[….. Slamet Sukro di masa mudanya menjadi ‘teman’ Bung Karno nonton wayang di Yogya, setelah tua –di zaman kemerdekaantetap melarat tinggal di kolong tol dan digusur …..] Indonesia gagal mensejahterakan rakyatnya! Danarto
Kesan Akhir • Ibarat makan, buku ini bukan ayam goreng yang bisa langsung disantap, tetapi lebih menyerupai kepiting rebus yang perlu sedikit usaha untuk membuka cangkangnya sebelum kenikmatan isinya bisa dirasakan.
http://benyaminlakitan.com
Terima kasih http://benyaminlakitan.com