REIN REIN diterbitkan oleh Mimbar Reformed Injili Indonesia Berlin. REIN diterbitkan dua kali setahun. Penasihat: Lingkan Tenden Wulan Mangundap Redaksi (urutan nama berdasarkan abjad): Elliana Leo Fenny Puspitasari Herawaty Popy Permadi Stephen Tahary Tirza Rachmadi Pembimbing/Pengawas: Departemen Pembinaan MRII Berlin Departemen Penginjilan MRII Berlin Penanggung Jawab: Mimbar Reformed Injili Indonesia Berlin c/o Cahyadi Richardstr. 109 12043 Berlin
Semua artikel di dalam Buletin REIN hanya boleh diperbanyak dan dikutip di dalam bentuk artikel yang utuh, tanpa mengurangi ataupun menambahkan isi dari artikel tersebut.
Cover: Michelangelo Buonarroti, 1475-1564 “Die Erschaffung des Adam” Teil des Deckengemäldes der Sixtinishen Kapelle, Vatikan
DAFTAR ISI Pesan Redaksi
1
________________________________________________________________________________________________________
Kata Sambutan
2
oleh Pdt. Dr. Stephen Tong ________________________________________________________________________________________________________
Artikel
Allah Turut Bekerja dalam Segala Hal
3
Pdt. Dr. Stephen Tong ________________________________________________________________________________________________________
Artikel
Knowing God
17
Ev. Dipl. Musik Billy Kristanto, M.C.S ________________________________________________________________________________________________________
Artikel
Kebijaksanaan Sejati
21
Pdt. Romeo Mazo, M.Div. ________________________________________________________________________________________________________
Resensi Buku
Doktrin Pengetahuan tentang Allah
23
________________________________________________________________________________________________________
Biografi
J. Hudson Taylor, Im Herzen Chinas
32
________________________________________________________________________________________________________
Retreat Pemuridan Reformed Injili VI
35
Pergumulan Mengenal Allah
36
Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th.
Pertanyaan-pertanyaan akan Allah
38
________________________________________________________________________________________________________
SEPUTAR MRII BERLIN
41
1
2
Pesan Redaksi Para pembaca yang terkasih dalam Kristus, Selamat bertemu kembali dan selamat Paskah kami ucapkan. Peringatan akan kebangkitan dan kemuliaan Kristus yang baru kita rayakan kiranya boleh menyadarkan kita, bahwa Penebus kita hidup, supaya kita boleh mengucap syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Dalam Kekristenan sering terjadi praktek kekristenan yang tidak lagi tahu menempatkan Allah sebagai Allah. Upaya-upaya mencapai kesucian tanpa kebergantungan penuh kepada Allah, maupun reduksi habis-habisan hubungan indah antara Allah dan manusia menjadi tulisan di atas kertas, mewarnai apa yang sering disalahmengerti sebagai „kekristenan“. Kekristenan adalah pengenalan yang benar akan Allah yang sejati. Dengan fokus inilah, REIN edisi ketiga ini diterbitkan. Dimulai dengan khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong mengenai kemahakuasaan Allah dalam Roma 8:28, dilanjutkan dengan worldview Kristen dalam mengenal Allah oleh Ev. Billy Kristanto, kebijaksanaan sejati dalam diri manusia oleh Pdt. Romeo Mazo, REIN membawa kita sampai kepada resensi buku seorang teolog penting, John Frame, tentang doktrin pengetahuan tentang Allah, biografi Hudson Taylor, yang oleh karena pengenalan akan Allah pergi mengabarkan Injil ke daratan Cina. Diakhiri dengan kolom Retreat Pemuridan Reformed Injili. Redaksi REIN juga bersyukur atas pemeliharaan Tuhan kepada MRII Berlin sampai ulang tahunnya yang ke-empat dan mengucapkan terima kasih atas segala pengajaran, dukungan, dan berkat yang diperoleh melalui mimbar ini. Harapan kami, kiranya Allah boleh menyatakan diri-Nya melalui buletin ini. Selamat membaca dan selamat bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Allah!
Kata Sambutan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong Kami sangat bersyukur kepada Tuhan dalam mengikuti pimpinan-Nya atas MRII di Berlin selama empat tahun ini. Pemazmur berkata, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mzm 127:1). Berdirinya suatu persekutuan atau Gereja tidak akan berarti apa-apa, jika hanya bertujuan untuk memenuhi ambisi pribadi. Akan tetapi Tuhan berkata “ di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja (jemaat)-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18). Yesus juga berkata kepada Petrus dan rasul-rasul lain serta gereja-Nya bahwa yang kita ikat di bumi akan terikat di surga; yang kita lepaskan di dunia akan terlepas di surga. Dengan jelas ini berarti bahwa keberadaan Gereja adalah kehendak Tuhan. Karena Tuhan yang melepaskan manusia dari kuasa kematian dan membawa manusia kembali pada Kerajaan Tuhan. Maka melalui beribadah, bersekutu dan bersaksi akan Injil, Gereja berfungsi hadir di dunia. Paulus berkata bahwa Gereja adalah rumah Tuhan Allah yang hidup, tiang dan fondasi kebenaran. Itu sebabnya melalui kesempatan ulang tahun MRII di Berlin ini, kami sebagai pendiri GRII dan ketua sinode memberi pesan kepada rekan-rekan sekalian di Berlin agar berwaspada terhadap pengajaran yang diberikan. Karena dengan demikian, kita dapat menyelamatkan diri dan menyelamatkan mereka yang mendengarkan kita. Kiranya setiap orang yang mendapatkan pelayanan di MRII Berlin dapat mengerti dan menerima Injil, mempelajari Firman Tuhan serta memperoleh berkat dari persekutuan di dalamnya sehingga menjadi saksi Kristus dalam masyarakat Jerman. Demi memuliakan Tuhan Allah sampai selama-lamanya. Amin.
Redaksi REIN
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
3
Doktrinal
ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA HAL Pdt. Dr. Stephen Tong Renungan ini ditranskrip dan disusun kembali dari seri khotbah Pdt. Stephen Tong di Mimbar Gereja Reformed Injili Indonesia di Jakarta.1
K
ita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Ayat ini tidak pernah kau temukan di dalam buku-buku klasik dari Gerika kuno. Juga penginterpretasian yang begitu tepat dan akurat, begitu baik dan total seperti ayat ini tidak akan dapat kau temukan dalam buku-buku Aristotle, Plato, Socrates, Heraclitos, Lucresius, Empedocles, Homer. Kau tidak mungkin menemukan ayat yang seindah ayat ini di dalam filsafat Descartes, Kierkgaard, ataupun Kant. Satu-satunya sumber bijaksana yang begitu besar di dalam alam semesta, yaitu Roh Kudus, mewahyukan kebenaran kepada manusia melalui rasulNya, Paulus, sehingga dia mengatakan kalimat yang mengandung makna yang amat dalam ini. Paulus menemukan kunci untuk mengerti segala sesuatu berdasarkan wahyu Tuhan kepada manusia. Kita melihat ayat ini menonjol sendiri di dalam seluruh Alkitab. Ayat ini sangat unik, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, peristiwa yang besar atau yang kecil, yang menyenangkan atau yang menyusahkan, pengalaman yang pahit atau manis, yang mematikan atau menghidupkan, yang menguntungkan atau merugikan, mempunyai hubungan satu dengan yang lain, dan Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu, atau Allah bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan faedah bagi orang yang mengasihiNya. Untuk menterjemahkan ayat ini saja terdapat begitu banyak versi, sebab begitu banyak kemungkinan menurut bentuk dari bahasa aslinya. 1
Diambil dari Majalah Momentum Edisi 26, April 1995, hal. 3-14
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Doktrinal
4
Dikatakan disini kita tahu bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu; God is working with all things, in everything He works; Allah bekerja di dalam segala sesuatu, atau yang diterjemahkan disini menjadi “Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu”. Terjemahan bahasa Mandarin: di dalam segala sesuatu ada kekuatan yang bekerja bersama untuk mendatangkan faedah bagi mereka yang mencintai Tuhan. Terjemahan NSV, ayat ini dikaitkan dengan ayat sebelumnya, bahwa Roh Kuduslah yang turut bekerja di dalam segala sesuatu yang terjadi, sehingga barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan profit dan kebaikan. Terjemahan bahasa Indonesia cukup indah, tetapi istilah turut bekerja kurang mencerminkan Allah sebagai insiator. ALLAH SEBAGAI INISIATOR Because all things work together for good to those who love God. And God is working within all things; Allah ikut bekerja di dalam segala sesuatu. Allah bekerja untuk mengatur segala sesuatu. Dia bukan hanya ikut-ikutan bekerja sebagai oknum yang pasif. Dia adalah insiator yang mengontrol, memonitor dan menguasai sejarah. Allah kita adalah Allah yang memimpin sejarah, Tuhan dari sejarah. Allah kita tidak mungkin membiarkan segala sesuatu terjadi tanpa campur tangan atau izinNya. Yang direncanakan berada dalam kehendakNya, yang diizinkan berada dalam kehendakNya, yang dibiarkan sekalipun tetap berada dalam kehendakNya. Allah memberikan kemungkinan dengan segala kebebasan yang liar, berbuat apapun, tapi akhirnya tetap dikuasai olehNya. Jangan mengira kalau kita mau berbuat apa-apa, maka Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa. Allah membiarkan kita berdosa, membiarkan kita memakai kebebasan kita yang liar, tapi akhirnya kebebasan seperti itupun tidak bisa terlepas dari penghakimanNya. Dengan demikian orang Kristen mengetahui bahwa kedaulatan Tuhan berada dan melanda di dalam segala bidang, segala kategori, segala peristiwa dan segala sesuatu. Pemahaman ini akan membuat iman kita menjadi kuat. SEGALA SESUATU BEKERJA SAMA Ayat ini merupakan salah satu ayat yang paling dalam untuk mengerti segala sesuatu yang terjadi di dalam kosmos mempunyai makna dan telos (Yunani: tujuan terakhir, Red.) yang sesungguhnya. Allah Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
5
Doktrinal
Doktrinal
6
memberikan segala sesuatu kepada manusia, Dia mengizinkan segala sesuatu terjadi, dan Dia juga ikut memonitor segala sesuatu di dalam sejarah. Tetapi apakah maksud segala sesuatu? Apakah sebagai peristiwa yang berkeping-keping ataukah sebagai totalitas? Jawabannya, bukan berkeping-keping dan terpecah belah, tetapi merupakan ketotalan. Ada kaitan antar satu peristiwa dan peristiwa lain, sehingga orang Kristen mempunyai pandangan total tentang hidup. Kita menangkap dan mengerti segala sesuatu bukan sebagai peristiwa yang terpisah-pisah oleh waktu, oleh periode sejarah, oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat fragmental, melainkan sebagai peristiwa yang total.
iman kita baru bisa menyanyi seperti ini, “Biarlah segala sesuatu terjadi pada diriku, karena semua itu menjadi kebaikan bagiku yang mencintai Tuhan.” Sampai kapankah kita bisa mempunyai iman yang teguh, sehingga kita berteriak seperti ini, “Biarlah semua kepahitan, penganiayaan, kesulitan dan semua yang tidak aku inginkan menimpa diriku, aku tetap memuji Tuhan. Karena di belakang segala kepahitan, penderitaan, kesengsaraan, kerugian ada topangan dari tangan Tuhan, untuk memberikan faedah bagi diriku.” Bila kerohanian seseorang sudah mencapai tahap ini, dia akan menjadi stabil luar biasa: biar diancam, diiri, dihantam, difitnah, diumpat, dia tetap tenang dan tersenyum.
Seorang ayah memberikan mainan puzzle yang terdiri dari ribuan keping kepada anaknya. Anak itu bertanya, “Kalau saya sudah menyusunnya, akan menjadi gambar apa?” “Kau akan mendapatkan gambar peta dunia,” jawab ayahnya. Si anak mulai menyusun, tetapi alangkah sulitnya menggabungkan potongan-potongan kecil dari peta dunia, karena setiap potongan itu hampir sama, garis, warna sungai, kota, tempat, hanya itu saja. Anak itu menggabungkan potongan-potongan itu dengan susah payah. Akhirnya sang ayah berkata, “Kalau kau balikkan semua potongan-potongan kecil itu, kau akan dapat mengerjakannya dengan mudah.” Maka si anakpun berusaha membalikkan semua potongan kecil. Akhirnya dia mulai menemukan bahwa apa yang dikerjakan memang gampang. Karena di balik potongan itu terdapat warna yang gampang untuk dicocokkan. Setelah dia menggabungkan semuanya itu, dia menemukan bahwa gambaran yang jadi adalah Yesus Kristus. Lalu diberikan lem dan dibalikkan, ternyata peta dunia sudah jadi. Mengertikah anda akan maksud saya?
Segala sesuatu bekerja bersama? Memang. Allah tidak mencetak peta dunia yang kelebihan satu atau kekurangan satu, sehingga akhirnya menjadi ompong-ompong. Tidak! Karena jikalau kau mengenal kehendak Kristus dan rencana Tuhan yang kekal secara total, maka hidup yang berada di dalam hidupmu dan pengalaman yang terjadi dalam hidupmu tidak ada satupun yang bisa dihapus.
Orang Kristen berbeda dengan orang yang bukan Kristen. Orang Kristen dididik dan diajar dengan kalimat yang agung ini, all things work together for good to those who love God. Ini merupakan pekerjaan Tuhan di belakang layar. Kalau kau memang adalah anak Tuhan yang mengasihiNya, tetapi dalam hidupmu terjadi hal-hal yang berlawanan dengan kesejahteraan, kesehatan dan keinginanmu, jangan kecewa, menangis, dan mengeluh dengan tidak henti-hentinya. Karena kalau kau merasa sulit untuk menyusun semua kepingan-kepingan yang bisa menjadi gambaran total, pasti ada maksud Tuhan yang baik untukmu, pasti semua itu membawa akibat yang baik buatmu. Sampai kapankah Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Banyak orang Kristen tidak mau digarap oleh Tuhan. Hanya mau sebagian, tidak mau all things. Hanya mau something, not all things. Only something and make you nothing. All things will make you something: Kalau kau tidak rela diatur oleh Tuhan dalam semuanya, kau always become nothing. Tapi bila kau menerima segala sesuatu dengan pengertian, ketaatan yang penuh, dan bijaksana yang dari Tuhan, kau akan dibentuk oleh Tuhan menjadi sesuatu. 2250 tahun yang lalu Mensius berkata, tian jiang da ren yu shi ren ye, pi xian lao qi jing gu, ji qi fu; jikalau langit memberikan tugas yang berat kepada orang yang tertentu, maka orang itu pasti diberikan kesengsaraan besar, dilatih sampai semua ototnya lelah, dan hatinya penuh kepedihan, barulah dia akan menunaikan tugasnya. Sekali lagi saya menegaskan, tanpa salib tidak ada kebangkitan; tanpa kematian, tidak ada mahkota; tanpa Getsemani, tidak ada kemuliaan. Inilah cara Tuhan. Pada waktu kita berada di dalam kesulitan, kita berusaha melarikan diri, tetapi Allah menghendaki kita mengalami segala sesuatu yang diizinkan datang melanda kita sebagai kesempatan untuk mendapatkan kemenangan.
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
7
Doktrinal
MENDATANGKAN FAEDAH Disini kita melihat ada campur tangan Tuhan Allah di dalam segala sesuatu, dan semua campur tangan Allah mempunyai makna yang khusus: mendatangkan faedah, dan faedah ini khusus diberikan kepada mereka yang mencintai Dia. Mengapa Tuhan memperbolehkan kesengsaraan berada di dalam dunia? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan-kegagalan pribadi terjadi? Mengapa Tuhan tidak menolong pada saat kita sedang dicobai oleh setan, bahkan kadang-kadang memperbolehkan kita berada di dalam cengkeramannya? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sulit ini sudah diberikan oleh orang-orang di dunia, baik para filsuf, moralis atau agamawan. Tetapi kecuali kita kembali kepada Kitab Suci, kita tidak mungkin mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk hal ini. Mengapa Tuhan memperbolehkan sengsara itu ada? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan itu berada? Jika saya adalah seorang yang mengajar anak saya menyetir mobil, lalu pada waktu kesulitan tiba – kalau memang dalam jangkauan saya – saya akan berusaha mengerem, sehingga tidak akan terjadi tabrakan. Mengapa Tuhan tidak mengerem? Mengapa Dia tidak memberikan intervensi darurat pada waktu kesulitan-kesulitan terjadi? Mengapa Tuhan memperbolehkan segala marabahaya terjadi? Mengapa, mengapa, mengapa? Kita bertanya dan bertanya terus. Sepanjang hidup, manusia adalah satu-satunya mahluk yang tidak habis-habisnya bertanya tentang peristiwa-peristiwa seperti ini. Mengapa Allah memungkinkan dan membiarkan segala sesuatu terjadi? Martin Luther berkata, “There are no why in the heart of the true believer,” tidak ada kata “mengapa” di dalam hati orang-orang yang sungguh beriman kepada Tuhan. Karena iman yang sejati sudah mencakup penerimaan dan pengertian bahwa Allah tidak mungkin berbuat salah. Kalau Allah tidak mungkin berbuat salah, maka segala sesuatu yang Ia izinkan terjadi pada diri kita adalah hal yang mempunyai faedah yang luar biasa meskipun diluar kesanggupan kita untuk mengerti. Pada waktu kepicikan, menderita penyakit, mengalami kesulitan atau disalahmengerti, diserang oleh orang lain; pada waktu kau harus mengalami segala kesusahan yang jauh lebih berat dari kemungkinan Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Doktrinal
8
yang dapat kau tanggung, jawablah because Thy will is like this, I except2 all of them, karena kehendakMu memang begitu indah. Kehendak Tuhan bukan saja indah di hari yang lancar, bukan saja indah dihari dimana kau mengalami kesuksesan, diberi berkat dan hadiah. Kehendak Tuhan yang indah termasuk saat-saat kau diizinkan untuk menerima penderitaan dan kesulitan yang besar. Saya bukan pendeta yang berkata kepadamu, “Percaya kepada Tuhan, beri persembahan sebanyak mungkin, supaya kau mendapatkan curahan berkat dari sorga, sehingga menjadi kaya raya.” Saya berkata kepadamu, diantaramu ada yang akan diberi kelancaran, kesehatan dan kekayaan, tapi sebagian mungkin akan diberi kecacatan, kesulitan dan segala penderitaan. Saya tidak tahu siapa. Tapi iman bukan hanya menyanyi pada siang hari, iman juga bisa menyanyi pada waktu malam yang gelap. Iman bukan hanya memuji pada waktu lancar, iman selalu bersyukur di dalam penderitaan. Mereka yang lancar, yang sukses, yang kaya, stop membanggakan diri, merebut kemuliaan Tuhan Allah dan menghina orang lain. Sedangkan mereka yang menangis, yang menderita dan yang berada di dalam kesengsaraan, yang sedang memikul salib berat, stop menghujat Tuhan, stop mencela namaNya dan berhenti berbuat dosa dalam usaha untuk menyelesaikan kesulitan itu. Segala sesuatu yang diizinkan Tuhan terjadi di dalam hidup kita ada maksud tertentu yang sekarang terselubung dengan fenomena-fenomena kesulitan, tetapi ada suatu pencerahan, pada waktu kau masuk ke dalam dirimu yang terdalam untuk menemukan jawaban dari Tuhan. Pada waktu gereja berada di dalam kesulitan, pada waktu orang Kristen mencucurkan air mata, pada waktu kita mengalami segala kepicikan, jangan lupa bahwa Tuhan sedang menyatakan kemungkinan yang lain di luar dalil dan rumus-rumus umum darimu. Mari kita semua melepaskan diri dari segala kemungkinan yang mengakibatkan kita tercerai-berai dari rumus dan pimpinan Tuhan yang dinamis dan begitu indah. Biarlah kita tetap peka dan betul-betul rendah hati dan taat kepada Tuhan setiap saat. Katakanlah, “Tuhan, segala sesuatu yang terjadi telah membawa aku lebih dekat kepadaMu. Untuk yang baik, saya bersyukur kepadaMu, bukan karena jasaku yang tidak baik, yang tidak menguntungkan, juga 2
accept – Red. Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
9
Doktrinal
bukan satu hal yang khusus Tuhan pakai untuk menghantam saya, melainkan Tuhan memakainya untuk melatih diriku menjadi lebih baik.” Calvin dan komentator lain seperti F.F. Bruce melihat bahwa segala sesuatu yang terjadi hanya sebagai latihan buat orang Kristen saja. Namun saya melihat lebih luas dari itu, melampaui sekedar pengalaman pahit bagi orang Kristen saja. Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi? Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang seharusnya tidak terjadi? Saya tidak tahu. Tapi saya tahu satu hal, untuk menyempurnakan yang di dalam, perlu memotong bagian yang diluar. Untuk menyempurnakan yang lebih kekal, perlu ajaran yang diberikan pada bagian luar. Kadang-kadang Tuhan harus memotong sesuatu, harus memukul sesuatu, sehingga kerugian yang sementara mengakibatkan kesempurnaan yang kekal. Penderitaan kedagingan mengakibatkan suatu kenikmatan rohani, sehingga kerusakan dan kekurangan secara fenomena dan hal yang terjadi di dunia mengakibatkan kita memikirkan hal yang kekal. Sebuah buku apologetika komunisme untuk melawan kekristenan yang saya baca mengatakan, “Jikalau orang Kristen mengatakan bahwa orang komunis bersalah banyak membunuh rakyatnya, kita akan membantah dengan berkata, ‘Allahmu bersalah membunuh manusia lebih banyak daripada orang-orang komunis.’ Satu kali bencana alam, seperti gunung meletus atau badai laut yang besar, ratusan ribu orang yang tidak bersalah harus dibunuh.” Di dalam Kitab Suci kita melihat hal yang paling tidak masuk akal, atau yang paling tidak bisa kita mengerti adalah peristiwa yang terjadi dalam hidup Ayub. Kesepuluh anaknya mati dalam satu hari, harta benda dirampas dan semua yang dia miliki lenyap dari tangannya. Bukan saja demikian, isterinyapun mulai meninggalkan dia. Hampir tidak ada contoh yang lebih mengerikan, tidak ada malapetaka yang lebih besar, yang bisa kita bayangkan daripada peristiwa yang terjadi pada diri Ayub. Hal tersebut perlu dicatat di dalam Alkitab, sehingga dari zaman ke zaman, waktu manusia bertanya‚ „mengapa?“ (sebenarnya kita tidak berhak bertanya) dia boleh melihat peristiwa Ayub. Alkitab mencatat akhirnya Tuhan mengembalikan semua milik Ayub yang hilang dua kali lipat dari sebelumnya.
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Doktrinal
10
Mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi? Di dalam iman, kita tidak perlu bertanya, „Mengapa?“ Jawabannya bukan dari spekulasi kepintaran kita, melainkan dari Kitab Suci: Allah belum pernah berbuat salah. Dan di dalam segala penderitaan, kesulitan dan bahkan kematian yang terjadi pada diri orang-orang yang mencintai Dia, ada rencana dan pemeliharaan yang kekal, yang jauh lebih tinggi daripada fasih lidah kita untuk berdebat, daripada pikiran kita berlogika, dan spekulasi kita dengan jawaban yang tidak sempurna. Puji Tuhan! Jikalau hidupmu penuh dengan gelombang, pengoyakan, penyaringan, penggeseran, ujian, cobaan, namun akhirnya kau menang. Waktu kau bersaksi, kau tenang. Kalau orang lain sedang mengalami sesuatu, langsung kau bisa mengucapkan kata-kata indah yang bisa menenangkan dia. Bila orang lain menceritakan kesulitannya, kau langsung mengeluarkan kata-kata mutiara untuk menghibur dia. Bila ada yang tawar hati, kau langsung mengucapkan kata-kata perjuangan untuk mendorong dia. KARENA KITA TAHU Jika pada ayat-ayat sebelumnya kita mendapati bahwa kita sebagai buahbuah sulung Roh Kuduspun turut mengeluh, kita berada di dalam keadaan sengsara, penderitaan dan kesulitan yang tidak berbeda dengan mereka yang belum diselamatkan, yang bukan anak Tuhan. Kita adalah orang-orang yang sama-sama berada di dalam penderitaan tetapi status kita berbeda, karena kita adalah anak-anak Allah. Jika perbedaan status tidak membawa perbedaan kenikmatan, apa pula artinya? Memang hampir tidak ada perbedaan antara orang Kristen dan orang yang bukan Kristen dalam menghadapi kenikmatan dan kesengsaraan di dalam dunia. Tetapi ada kenikmatan tertentu di dalam pengertian rohani orang percaya yang memberikan kesadaran dan kekuatan untuk melampaui segala sengsara sebagai fenomena yang sementara ini. Pada saat Paulus mengatakan kita tahu, dia sedang mengadakan perbedaan antara orang Kristen dan orang bukan Kristen, yaitu kita orang Kristen mengetahui bahwa kita mempunyai pengertian yang berbeda dengan orang lain. Meskipun sama-sama berada dalam penderitaan, dalam kesulitankesulitan duniawi ini, orang Kristen mempunyai semacam kesadaran dan Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
11
Doktrinal
pengetahuan yang tidak mungkin dimiliki oleh mereka yang belum mengerti akan wahyu dari Tuhan Allah. Orang Kristen yang beriman, yang bervisi dan mempunyai pengertian melalui iman yang mendatangkan visi yang benar itu berani berkata seperti ini, „Karena kita tahu, because we know.“ Sejarah mencatat bagaimana orang Kristen di abad pertama mengalami pencemoohan, penganiayaan, penderitaan dan perlakuan yang tidak adil dari pemerintah dunia yang melawan Yesus Kristus, seperti Herodes dan para kaisar Romawi. Mereka memperlakukan orang Kristen bagaikan sampah dunia, tetapi mereka merasa heran sekali, karena orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan dan penderitaan dapat berdiri dengan tegak, tegar dan menyanyi di dalam penderitaan. Seorang sejarawan Yahudi yang bernama Josephus berkata, „Saya tidak bisa mengerti, pada waktu singa menerkam mereka, orang Kristen tetap mempunyai wajah yang tenang, hati yang begitu stabil dan mereka memuji Yesus Kristus. Sebelum mati, suara puji-pujian tidak hentihentinya keluar dari mulut para martir-martir itu.“ Jawabannya terdapat disini: sebab kita tahu, because we know. Iman yang sesungguhnya bukan iman yang tahayul, yang membius otak, yang menginjak-injak logika, melainkan iman yang menggugah pengertian yang sesungguhnya, yang sesuai dengan kebenaran Tuhan. Allah yang mewahyukan kebenaran, adalah juga Dia yang menciptakan otak manusia. Ketika kita menggabungkan kedua hal ini, kita tahu bahwa keduanya hanya mempunyai satu tujuan, yakni supaya kebenaran yang Tuhan wahyukan boleh memimpin pikiran yang dicipta oleh Tuhan yang sama. Begitu banyak kaum cendekiawan, kaum intelektual ketika mengembangkan intelek mereka, mereka tidak memiliki penguasa intelek. Sebab itu, mereka bersandar pada pikiran, otak dan logika mereka sendiri. Maka semakin seseorang memiliki kepintaran, semakin mungkin dia berada di dalam hati yang gelap. Semakin mereka bertumbuh secara pengetahuan, mereka semakin jauh dari kerelaan untuk mematuhi kebenaran Tuhan Allah. Sebab itu, iman kepercayaan bukan membunuh logika atau otak melainkan memimpin otak yang Tuhan ciptakan itu untuk kembali kepada Firman yang Dia wahyukan. Inilah yang membuat Paulus mencetuskan because we know. Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Doktrinal
12
Apakah bedanya penderitaan bagi orang yang beriman dan bagi orang yang tidak beriman? Bagi orang yang beriman, penderitaan akan membuat imannya menghasilkan pengharapan. Namun bagi mereka yang tidak beriman, penderitaan justru membunuh pengharapan mereka. Inilah perbedaan antara orang yang memiliki dinamika iman dan mereka yang tidak memilikinya. Saya mengambil contoh dari dua orang terpidana mati. Mereka menerima vonis yang sama, tinggal di dalam kamar yang sama kondisinya, dan di dalam penjara yang sama. Namun akhirnya salah seorang diantara mereka mendapatkan pengampunan, dan yang seorang lagi tetap dipidana mati. Penjaga penjara datang memberitahukan kepada A, “Sepuluh hari lagi kau akan dibebaskan.” Lalu kepada si B ia mengatakan, “Sepuluh hari lagi kepalamu akan dipenggal.” Permisi tanya, apakah bedanya sepuluh hari itu untuk mereka berdua? Mereka tetap berada di dalam keadaan yang sama, dalam penderitaan yang sama, tetapi yang seorang berpikir, “Sepuluh hari lagi aku akan pulang, bertemu dengan istri dan anak yang merindukanku.” Sedangkan yang satu lagi berpikir, “Sepuluh hari lagi saya akan mati, kepala saya akan dipenggal dan dikuburkan.” Sepuluh hari memang sama jumlahnya bagi si A dan bagi si B, namun perasaan mereka berbeda. Karena yang seorang sudah memperoleh keyakinan, jaminan dan pengharapan untuk bebas. Sementara yang lain menantikan eksekusi vonisnya, kepalanya akan dipenggal dan dia akan menuju kepada kematian yang belum dia ketahui. Maka ketika si A menghitung hari-harinya, “Sisa 9 hari, 8 hari, 7 hari, 6 hari, 3 hari, 2 hari dan besok, saya akan keluar dari sini. Isteri saya sedang menunggu,” pengharapan itu memberikan gairah dan kekuatan yang luar biasa bagi jiwanya. Tetapi bagi yang seorang lagi, setiap matahari terbit merupakan kutukan baginya, dan ketika matahari terbenam merupakan ancaman baginya. “Sembilan hari, 8 hari, 7 hari, 3 hari, 2 hari lagi saya harus mati.” Ini melukiskan perbedaan antara orang Kristen dan mereka yang tidak beriman kepada Tuhan. Because we know; karena kita tahu. Kalimat ini merupakan proklamasi bagi orang yang beriman kepada Tuhan. Kalimat ini juga diucapkan oleh seorang yang hidup sebelum Musa lahir, yaitu Ayub. Ayub 19:25 menyatakan, “Because I know my redeemer lives; karena aku tahu Penebusku hidup dan suatu hari nanti Dia akan berdiri di atas bumi ini untuk menghakimi segala sesuatu, dan di dalam tubuhku aku akan Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
13
Doktrinal
berjumpa denganNya.” Pengetahuan yang diutarakan oleh Ayub ini melukiskan pengharapan yang mempersatukan kekekalan dengan kesementaraan. “Aku mengetahui Tuhanku, Penebusku hidup.” Inilah kalimat pertama dalam Alkitab yang mencetuskan iman kepercayaan orang Kristen yang melampaui semua agama. “Karena Penebusku adalah Penebus yang mengalahkan kematian dan bangkit, sehingga Dia hidup. Aku tahu bahwa Penebusku hidup dan pada hari terakhir, ketika dunia kiamat, Dia akan berdiri di atas bumi ini. Dia akan datang kembali.” Pada waktu Ayub menulis ayat yang begitu penting, Kristus belum inkarnasi, belum datang kedalam dunia, belum mengalahkan pencobaan, belum dipakukan di atas kayu salib, belum dikuburkan, belum dibangkitkan pula dari antara orang mati. Tetapi Ayub melihat dengan iman akan wahyu yang Tuhan berikan dalam hatinya. Dia mengetahui sedalam-dalamnya bahwa Penebusnya hidup, dan pada hari kiamat nanti Dia akan berdiri di dunia ini untuk mengatasi dan menghakimi seluruh umat manusia. All things work together, begitu banyak hal yang Tuhan perbolehkan terjadi, pada waktu kita tidak mengerti, jangan kita bersungut-sungut, atau melawan Dia, atau marah kepadaNya, biarlah orang Kristen belajar bersabar untuk menunggu, serta berkata di dalam hati, Tuhan, apa yang Kau kerjakan lebih besar daripada kemungkinan aku mengerti, biarlah aku bersabar dan hanya taat kepadaMu saja. Sebab itu saya menghimbau orang kaya jangan menghina orang miskin, orang miskin juga jangan iri terhadap orang kaya, orang pandai jangan membiarkan diri congkak, dan orang yang kurang pandai juga jangan menghina dirinya sendiri. Karena segala sesuatu yang berada di bawah pengaturan Tuhan akan menjadi baik dan indah jika motivasi kita adalah cinta kepadaNya. Allah memperbolehkan penderitaan, kesengsaraan, kesulitan menimpa seseorang untuk membuktikan bahwa orang yang mencintaiNya tidak akan dihancurkan oleh penderitaan. Jika seseorang tetap bersih, tetap setia, tetap mempunyai watak yang anggun dalam penderitaan dan kesengsaraan, maka Tuhan akan berkata kepada setan, „Coba lihat anakKu yang satu ini, meskipun diberi penderitaan dan kesengsaraan, ia tetap teguh, tetap jujur, tetap berdiri dengan teguh dan setia kepadaKu.“ Penderitaan-penderitaan yang diizinkan oleh Tuhan untuk menimpa diri orang Kristen adalah alat yang paling baik untuk membuat setan undur. Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Doktrinal
14
Penderitaan-penderitaan besar yang Tuhan berikan adalah yang paling baik bagi kita untuk menyumbat mulut iblis yang selalu menuduh kita. Ada 3 pekerjaan setan yang besar, yang dicatat oleh Alkitab: 1. Setan adalah pencoba manusia, yang menggoda manusia berbuat dosa. 2. Setan adalah perintang Allah dalam menghambat terlaksananya rencana-rencana Allah. 3. Setan adalah penuduh orang suci akan dosanya di hadapan Tuhan Allah siang dan malam. Ketiga hal ini adalah pekerjaan setan yang tidak habis-habisnya. Tuhan memperbolehkan semua ini terjadi, tapi bagi mereka yang mencintai Tuhan, ada jalan keluarnya. Setan menuduh, mencobai dan merintangi, karena itulah pekerjaannya. Mengapa Allah membiarkan setan ini berada? Untuk membuktikan sekalipun setan ada, tetap tidak mungkin menjatuhkan gereja. Sepanjang sejarah, gereja telah diombangambingkan, dikacaukan oleh setan. Banyak pemimpin-pemimpin gereja yang tidak waspada, malah lebih suka bekerja dengan setan, untuk menjadi alat setan, sehingga tubuh dan gereja Yesus Kristus kehilangan kemuliaan yang sesungguhnya. Dalam Mazmur 119, mazmur yang terpanjang, terdapat beberapa kalimat mengenai sengsara. Dan ada dua ayat yang sangat penting, yaitu ayat 67 dan 71, yang didalamnya terdapat dua istilah mengenai penderitaan. Pemazmur berkata, “Sebelum menderita, aku pernah jalan sesat.” (Terjemahan LAI: ‘tertindas’, Red.) Kedua, “Penderitaan itu adalah berfaedah bagi diriku.” Saya minta engkau memikirkan kedua kalimat itu. Sebelum penderitaan, saya selalu berjalan pada jalan yang sesat, dan di dalam penderitaan, saya mengalami faedah dari Tuhan Allah. Tidak pernah ada sebuah cincin emas yang tidak melewati api. Tidak pernah ada sebuah berlian yang tidak mengalami asahan dan dibentuk dengan indah. Tidak ada pakaian yang indah yang tidak mengalami digunting dan dijahit dengan jarum yang tajam. Jika emas memerlukan api, sehingga warnanya nyata, berarti pembakaran adalah hal yang nyata diperlukan oleh setiap orang. Jika berlian perlu diasah sampai bisa berbentuk indah, berarti orang Kristen juga memerlukan penderitaan. Demikian juga ketika kain yang indah dipotong oleh Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
15
Doktrinal
gunting yang tajam dan jarum yang menusuk, semua itu membuktikan ketika kita berada di tangan Tuhan, Tuhan memperbolehkan segala penderitaan menimpa diri kita merupakan rencana yang agung untuk kebaikan kita. Puji Tuhan! Mengapa Allah membiarkan setan ada? Jawabannya tetap dari kitab Ayub, dimana Tuhan memegahkan, memuliakan Ayub dan berbantah dengan setan, “Bukankah kau minta kepadaKu agar hidup Ayub disiksa olehmu? Agar tubuh Ayub diberi sebanyak mungkin penyakit?” Jangan kita memutlakkan semua penderitaan dan penyakit berasal dari setan. Itu adalah ajaran yang tidak benar. Semua penyakit dan semua penderitaan kalau bukan diizinkan oleh Tuhan, setanpun tidak mungkin memberikannya pada tubuh orang Kristen. Jika Tuhan mengizinkan, meskipun penyakit-penyakit itu menyerang diri kita, orang yang mencintai Tuhan pada akhirnya akan mengalahkan semua itu. “Sekarang lihatlah,” kata Tuhan, “bahwa imannya terhadapKu tetap teguh.” Iman kepercayaan orang Kristen tidak boleh hanya dibangun di atas bahagia dan keuntungan yang Tuhan berikan kepada kita. Saya percaya hari ini diantara anda ada yang lancar luar biasa, ada yang sama sekali tidak lancar, ada yang berdagang mati-matian, kerja dengan sesetia mungkin tapi terus tidak mendapat keuntungan, ada yang sepertinya tidak usah bekerja apa-apa, hanya dengan mengangkat telepon saja sudah dapat milyaran uang. Saya tidak mengerti mengapa. Namun saya berkata kepadamu, pada saat ujian, pencobaan, kesulitan dan penderitaan menimpa dirimu, janganlah kau cepat bersungut-sungut kepada Tuhan, karena itulah waktu setan memakai dirimu untuk mencela Tuhan. Saat itu biarlah kau kembali kepada Alkitab, “Sebab aku tahu, segala sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan faedah bagi mereka yang cinta Tuhan.” Dalam kesulitan yang bagaimanapun, peliharalah hatimu yang cinta kepadaNya, peliharalah pikiranmu yang bersih, peliharalah hatimu yang tidak mau ditinggalkan oleh cinta Tuhan. Peliharalah dirimu didalam kasih Allah senantiasa. Tegakkan dirimu diatas Firman Tuhan yang suci dan yang benar itu, dan berdoalah di dalam Roh Kudus.
Doktrinal
16
dalam Roh tidak berarti berjalan dengan bahasa Roh, melainkan berarti mengikuti pimpinan dan jejak Roh Kudus, sehingga perjalanan hidup sehari-hari kita dipimpin oleh oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Dan berdoa dalam Roh berarti seluruh hidup doa kita adalah doa yang dipimpin dalam naungan Roh Kudus. Karena Roh dengan keluh kesah yang tidak terkatakan telah membantu mengoreksi doa kita menjadi doa yang suci dan murni, yang boleh berkenan kepada Tuhan Allah. Allah Bapa dengan kasihNya melindungi kita, Allah Anak dengan FirmanNya mendidik kita, Allah Roh Kudus dengan kebijaksanaan yang melampaui manusia memimpin kita, dan dengan keluh kesahNya menolong kita berdoa. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tidak akan meninggalkan kita, dan kitapun jangan meninggalkan Dia. Jangan kita berusaha keluar daripada tangan Tuhan lalu kita minta dipelihara, itu tidak mungkin. Biarlah kita tetap berada didalam cinta Tuhan, dan barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan faedah. All things work together for good to those who love Him. Siapakah diantara kita yang berkata, “Tuhan, di hari-hari lancar aku cinta Kau, di hari-hari aku sehat aku cinta Kau, di hari-hari aku beruntung aku cinta Kau, di hari-hari aku merasa picik dan tidak lancar, di hari-hari aku mengalami penderitaan, kerugian, Tuhan aku mau tetap cinta Kau.” Tuhan akan menghapus air matamu, memundurkan iblis, akan membuka matamu untuk melihat bahwa hari depanmu tetap ada penyertaanNya, Dia tidak akan meninggalkanmu. Karena segala sesuatu bekerja sama mendatangkan faedah bagi mereka yang mengasihi Dia.
Sekali lagi saya menjelaskan istilah ini, berdoa di dalam Roh Kudus tidak berarti berdoa di dalam bahasa Roh, sebagaimana berjalan di Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
17
Worldview
Knowing God Ev. Dipl. Musik Billy Kristanto, M.C.S
M
anusia adalah makhluk yang diciptakan untuk memiliki pengetahuan. Keinginan untuk tahu adalah pemberian Tuhan yang sudah ada dalam diri manusia, karena manusia tidak dapat melepaskan diri dari kebenaran. Entah hubungan itu berupa penolakan akan kebenaran, ataupun penerimaan kebenaran. Pengetahuan, atau lebih tepat pengenalan akan kebenaran itulah yang membawa manusia kepada hidup yang seutuhnya. Di dalam iman kristen, kebenaran itu adalah kebenaran yang bersifat personal (bukan sekedar rumusan atau proposisi-proposisi tertentu). Sehingga pengetahuan kebenaran itupun bersifat relasional (dari pribadi ke Pribadi). Maka sekali lagi, lebih tepat kita mengatakan pengenalan, dan bukan sekedar pengetahuan. Apa beda antara keduanya? Pengetahuan dapat bersifat memperobyek, menjadikan apa yang kita ketahui sebagai obyek. Saya, sebagai subyek yang mengetahui, kemudian Allah menjadi obyek yang kita ketahui. Pengetahuan dalam pengertian seperti ini dapat membahayakan, karena dapat mengakibatkan kita tidak mengenal posisi kita yang sesungguhnya (sebagai subyek yang seolah lebih tinggi daripada obyek). Maka Allah, sebagai kebenaran personal yang mahahidup, tidak hanya diketahui secara obyektif, melainkan menyatakan diriNya sebagai subyek, yang menuntut perendahan diri serta cinta kasih setiap orang yang menyatakan diri mengenal Dia. Pengenalan akan Allah selalu bersifat relasional.
Worldview
18
pengetahuan). Dalam Injil Yohanes ini sering dipakai dalam hubungannya dengan pengenalan akan Allah. Ini selalu menyangkut suatu hasil perjumpaan dan relasi pribadi berjalan bersama dengan Allah. Seperti misalnya yang tertulis dalam Yoh 6:69 “And we have believed and have known (egnokamen) that you are the holy one of God.” Kata egnokamen bisa diterjemahkan juga oleh Luther dengan kata dalam bahasa Jerman innewerden (menyadari), erfahren (mengalami) atau wissen (mengetahui). Dalam konteks ayat ini menjadi jelas bahwa pengakuan Petrus akan “pengenalannya” erat hubungannya dengan kepercayaannya (have believed) dan juga merupakan satu hasil yang dibentuk melalui pengikutannya kepada Yesus dalam waktu dan proses yang terus berjalan. Pengakuan pada ayat 68: “Lord, to whom shall we go? You have words of eternal life” (NASB) menunjukkan bahwa Petrus dalam hubungannya dengan Yesus baru dapat terbentuk pengenalan yang demikian. Seperti dikatakan oleh J.I. Packer dalam bukunya “Knowing God”, kita mengatakan pengenalan akan Allah dan bukannya pengetahuan tentang Allah. Yang pertama adalah pengetahuan yang sesungguhnya, sedang yang kedua dapat menjadi pengetahuan abstrak yang diperoleh melalui studi kata orang tentang Allah. Pada yang pertama selalu ada penghayatan dalam hidup sehari-hari, sementara pada yang kedua mungkin hanya merupakan konsumsi intelektual belaka. Pengenalan akan Allah yang sejati selalu melibatkan kerinduan, gairah, entusias untuk mengenal Dia lebih dalam lagi. Bagaikan seorang ilmuwan yang terpesona oleh hasil penemuannya dan terus terdorong untuk menyelidiki lebih jauh, demikianlah seseorang yang memiliki pengenalan akan Allah.
Alkitab bahkan menggunakan istilah mengetahui dalam pengertian yang sangat dalam. Kata ginoskein, yang merupakan kata Yunani untuk “pengetahuan” dapat diterjemahkan menjadi “mengenal” atau “mengetahui” (Inggris: to know, Jerman: erkennen, wissen). Substantiv yang berpadanan dengan kata kerja ini adalah gnosis (pengenalan,
Pengenalan akan Allah juga adalah dasar semua pengetahuan yang lain. Van Til bahkan dengan ketat mengatakan bahwa semua pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dikaitkan dengan pengetahuan/pengenalan akan Allah. Seberapa pentingkah hal ini? Apakah ada beda antara seorang Kristen yang mengetahui bahwa 2+2 = 4 dengan orang yang bukan Kristen? Atau seorang ilmuwan Kristen
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
19
Worldview
Worldview
20
yang mendapatkan hasil penemuan dari penyelidikannya dengan seorang ateis misalnya? Persoalan ini sebenarnya merupakan persoalan worldview. Karena boleh saja seorang ateis menemukan kebenaran yang sama benarnya dengan orang Kristen (katakanlah dalam penyelidikan ilmiah), akan tetapi dia tidak sanggup untuk menempatkan kebenaran ilmiah yang dia dapatkan tersebut dalam tatanan kebenaran yang seutuhnya. Kebenaran yang dia temukan dalam alam ciptaan tersebut mungkin malah membawa dia ke dalam pengetahuan diri yang salah (misalnya menjadi congkak dan sombong), atau pengetahuan alam yang keliru (misalnya berpendapat bahwa alam pasti mempunyai jiwa atau kekuatan dari dirinya sendiri). Kebenaran selalu bersifat utuh (integriert), inilah yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang tidak percaya.
bawah penguasaan Allah. Penguasaan alam tanpa Allah, akan menjadikan manusia brutal, menghancurkan alam demi kenikmatan dirinya sendiri. Sebaliknya ketika seseorang mengenal Allah, dia dituntut dalam pertanggungan-jawab untuk mengelola serta mengusahakan bumi beserta segala isinya (Kej 2:15). Manusia didorong untuk mengerjakan kekayaan serta keindahan alam untuk dinikmati sehingga membawa ucapan syukur serta kehidupan yang semakin menyembah dan memuliakan Penciptanya. Hanya di dalam pengenalan akan Allah yang benar, yang disertai hati yang takut akan Allah, yang sanggup membawa manusia untuk menikmati alam secara benar. Demikian pula penyelidikan ilmiah akan alam akan membawa manusia semakin mengagumi kuasa serta kebesaran Allah dalam dunia ciptaanNya.
Maka bagi orang Kristen pengenalan akan Allah membawa kepada pengetahuan diri yang benar, pengetahuan akan siapakah manusia, siapakah sesamaku dan juga pengetahuan akan ciptaan yang lebih rendah. Barangsiapa yang mengenal Allah adalah Allah yang Mahakudus, akan dibawa kepada pengenalan bahwa saya membutuhkan Juruselamat, yang berbelas-kasihan serta mau mengampuni dosa-dosa saya. Jalan itu sudah diberikan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Pengenalan akan Allah dan akan diri yang benar juga akan membawa kita kepada pengetahuan akan manusia, sebagai ciptaan yang tertinggi, bahkan diciptakan menurut gambar-rupa Allah (Kej 1:27). Dengan demikian kita harus mengasihi sesama manusia, karena setiap orang memiliki gambar-rupa Allah. Mengasihi sesama manusia demi Allah, dan bukan demi manusia itu sendiri, manusia sudah jatuh ke dalam dosa, sehingga ketika kita mengasihi manusia dan berusaha menyenangkan dia demi dirinya sendiri, maka kita akan diombang-ambingkan oleh ruparupa keinginan manusia (yang di dalam keberdosaannya merupakan kekacauan). Inilah yang disebut humanisme sekuler. Sebaliknya ketika kita mengasihi manusia demi Allah, di situ kita mengembalikan kemuliaan manusia sebagai mahkota ciptaanNya, dengan tujuan dan rencana asli untuk hidup memuliakan serta menikmati Allah. Yang terakhir, pengenalan akan Allah, diri sendiri dan sesama, akhirnya membawa kita kepada pengetahuan akan alam yang benar. Alam diciptakan untuk melayani manusia, bukan manusia yang melayani alam. Alam diletakkan di bawah penguasaan manusia, dan manusia di
Kiranya Tuhan sendiri yang mengaruniakan kita pengenalan akan Allah yang sejati, yang sanggup memimpin kita untuk masuk ke dalam kekayaan pengenalan kebenaran yang seutuhnya. Soli Deo Gloria!
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
21
Affection
Kebijaksanaan Sejati Pdt. Romeo Mazo M.Div.
J
ika kita ingin memiliki kebijaksanaan yang sejati, kita perlu mengetahui dua hal: kita harus mengenal Allah dan kita harus mengenal diri kita sendiri. Untuk bisa mengenal yang satu, kita harus juga mengenal yang satunya lagi.
Mengetahui Allah: Kita tidak bisa dengan sungguh-sungguh berpikir tentang diri kita sendiri tanpa memikirkan Dia yang menciptakan kita, dan yang terus memperhatikan kita. Kekuatan yang kita miliki adalah sedemikian rupa sehingga kita tidak mungkin telah membuatnya sendiri, dan amatlah pasti bahwa kita tidak bisa memberikan hidup kepada diri kita sendiri. Kita sudah diberikan begitu banyak hal dalam hidup ini, sehingga kita harus berpikir tentang Sang Pemberi. Lebih daripada itu, kejahatan natur kita membuat kita berpaling kepada Allah untuk mencari hal-hal yang lebih baik. Kita ingin Dia menggantikan kebodohan, kemiskinan, kelemahan dan kerusakan dengan kebenaran, kekayaan, kekuasaan dan keadilan-Nya yang sejati. Mengenal diri kita sendiri: Supaya bisa memiliki pengetahuan yang benar akan diri kita, kita harus mengenal Allah dan tahu, bagaimana kita dalam pemandangan Allah. Kesombongan manusiawi kita membuat kita berpikir bahwa kita bijaksana dan suci, sampai kita melihat kepada Allah, yang kesempurnaan-Nya adalah standar satu-satunya yang harus membuat kita meninjau kembali. Lalu kita melihat bahwa kita adalah orang-orang munafik. Kita puas hanya tampak benar tanpa memiliki kebenaran dan keadilan Allah yang sejati. Kita perlu belajar bahwa dalam penglihatan Allah, kebenaran kita adalah dosa, kekuatan kita adalah kelemahan, dan kebijaksanaan kita adalah kebodohan.
Affection
22
orang-orang yang tidak memiliki hidup yang kudus. Sebagian orang mengenal sedikit tentang Allah ketika mereka tahu bahwa Ia menciptakan segala sesuatu dengan kuasa-Nya dan memelihara ciptaanNya seperti adanya. Sebagian orang bahkan menyadari bahwa Ia memerintah umat manusia dengan kebijaksanaan, keadilan, dan perhatian yang penuh kasih sayang. Tetapi kita hanya bisa mengenal Allah dengan benar ketika kita tahu bahwa kita tidak punya kebijaksanaan, kebenaran, kekuasaan, atau kebenaran, kecuali dari-Nya. Kita perlu mencari segala yang baik dari-Nya dan berterima kasih kepada-Nya. Maka kita akan sadar, karena Ia yang menciptakan dan selalu memelihara kita, hidup kita adalah kepunyaan-Nya. Jika kita adalah milik-Nya, perbuatan kita haruslah hanya apa yang Ia mau kita perbuat. Kita akan berbalik dari dosa. Keinginan kita untuk berbuat yang baik, bukan datang dari ketakutan akan hukuman jika kita berbuat salah, melainkan karena kita mencintai Dia dan takut menyakiti-Nya. Kekristenan yang mengalami reformasi bertujuan hidup bagi pujian Allah. Penekanan bersifat doxologi dalam teologi Reformed bersandarkan pada keyakinan bahwa semua hidup berada bagi pujian dan kemuliaan Allah. Allah adalah kenyataan yang paling dasar (fundamental reality) dan Allah harus disembah hanya karena diri-Nya sendiri, dan bukan terutama karena keuntungan-keuntungan yang kita terima, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan. Berpihak pada apapun yang bukan allah atau menyembah allah yang lain dari yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, adalah penyembahan berhala.
Makna dari mengenal Allah: Mengenal Allah bukanlah hanya sekedar tahu, bahwa ada seorang Allah. Allah tidak benar-benar dikenal oleh Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
23
Resensi Buku
Resensi Buku
Doktrin Pengetahuan tentang Allah Jilid I: Objekt Pengetahuan dan Justifikasi Pengetahuan Judul asli Penulis Alih bahasa Penerbit Jumlah halaman Resensi oleh
: : : : : :
The Doctrine of The Knowledge of God John M. Frame Dra. Fenny Veronica; Rachmiati Tanudjaja Departemen Literatur SAAT 277 halaman Daniel Indra Cahyadi
K
ita cenderung lupa betapa seringnya Allah menunjukkan tindakan-Nya yang penuh kuasa dalam Kitab Suci agar manusia “mengetahui“ bahwa Dialah Tuhan dan betapa seringnya Kitab Suci juga menegaskan bahwa meskipun dalam pengertian tertentu semua manusia mengenal Allah (Roma 1:21). Dalam pengertian lain pengetahuan semacam ini merupakan hak istimewa dari orang-orang tebusan Allah dan sesungguhnya merupakan tujuan akhir kehidupan orang beriman. John M. Frame berpendapat seseorang tidak siap memahami definisi “pengetahuan akan Allah“ kecuali ia telah sedikit banyak berteologi dan sudah mengenal Allah (manusia berpikir logis lama sebelum Aristoteles mendefinisikan dan merumuskan logika). Jadi pengetahuan akan Allah adalah respons manusia terhadap Firman Allah dan didukung oleh keselarasan antara kedudukannya. I. Objekt dari Pengetahuan Kriteria, metode dan tujuan kita dalam mengenal bergantung dengan siapa yang kita kenal (cara kita mengenal penduduk San Diego berbeda dengan cara kita mengenal Brandenburg Concerti), dalam hal ini hanya ada satu Allah sejati yang hidup dan benar.
Tanpa mengenal Allah yang benar kita tidak dapat mengenal hal-hal lain dengan benar. Dengan demikian doktrin tentang pengetahuan akan Allah secara tidak langsung mencakup epistemologi umum, yaitu doktrin Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Resensi Buku
24
tentang pengetahuan segala sesuatu. Jadi kita tidak dapat mengenal Allah tanpa memahami beberapa hubungan: Allah kovenan, pencipta dan penopang dunia, penebus dan hakim dari manusia. 1. Allah, Tuhan Kovenan Berita Kovenan Lama adalah “Allah adalah Tuhan”; Berita Kovenan Baru adalah “Yesus Kristus itu Tuhan”. A. Konsep Alkitabiah dari ketuhanan Tuhan adalah nama yang diberikan kepada diri-Nya sendiri sebagai kepala dari kovenan Musa dan Yesus Kristus sebagai kepala dari kovenan yang baru. Kovenan dapat menunjukkan sebuah kesepakatan antara dua pihak yang sederajat atau antara tuan dan hambanya. Kovenan antara Allah dan manusia (Pencipta dan makhluk ciptaan) merupakan jenis yang kedua. Kovenan tersebut bukan hanya hukum melainkan juga berupa anugrah Allah, yang digunakan untuk memilih umat kovenan. Allah adalah kepala kovenan, maka Dia ditinggikan melebihi umatNya; Dia transenden. Dan sebagai kepala kovenan Dia terlibat secara mendalam dengan umatnya; Dia imanen (selalu hadir). Transendensi harus dimengerti sebagai kepemimpinan kovenan dan imanensi sebagai keterlibatan Allah dalam kovenan dengan umat-Nya, supaya kita memiliki dasar yang kokoh. Transendensi Ilahi dalam Kitab Suci berpusat pada konsep kontrol (Allah mempunyai kuasa yang berdaulat untuk membangkitkan dan mengendalikan hamba-hamba kovenan-Nya) dan otoritas. Sebagai pengontrol dan otoritas, Allah bersifat mutlak, artinya kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya tidak mungkin dapat ditantang dan digagalkan. Ketiga sifat ketuhanan ini (kontrol, otoritas dan kehadiran secara pribadi) membentuk suatu unit yang tidak terpisah satu sama lain. Jadi mengenal Allah berarti mengenal kontrol, otoritas dan kehadiran-Nya. B. Ketuhanan dan Pengetahuan Allah bukan hanya dapat dikenal tetapi Dia dikenal oleh semua orang (Roma 1:21) termasuk juga orang-orang non Kristen. Setiap pengetahuan apa saja akan membawa kita kepada pengetahuan tentang Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
25
Resensi Buku
Allah, tapi seringkali orang-orang non Kristen berusaha menyangkal bahwa Allah telah dikenali. Kita mempunyai pengetahuan yang terbatas akan Allah. Keterbatasan kita disebabkan pertama karena dosa. Kedua, karena ketidakdewasaan manusia, maksudnya, sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, keutuhan atau kesempurnaan akan pengetahuan tidak akan terjadi sekaligus karena ini merupakan suatu proses dalam sejarah yaitu bagian dari “menaklukkan bumi” (Kejadian 1:28; 2:9). Pemikiran manusia adalah pemikiran ciptaan yang mempunyai kesenjangan antara pemikiran pencipta. Kesenjangan itu contohnya: Pikiran Allah tidak diciptakan dan kekal sedangkan pikiran kita diciptakan dan dibatasi oleh waktu. Pikiran manusia mempunyai standar yang mengacu kepada standar pikiran Allah, bukan berarti identik dengan pikiran Allah. Dalam penafsiran Kitab Suci, selain memiliki otoritas dan kontrol, Allah juga hadir untuk mengendalikan dalam karya penafsiran kita. Pengetahuan kita akan Allah terjadi melalui panca indra, akal, imajinasi kita. Meskipun begitu bukan berarti pengetahuan itu hanya sebagaimana tampaknya Dia, tetapi karena panca indra, akal, dan imajinasi itu merupakan wahyu Allah, sarana yang digunakan Allah untuk menyampaikan kebenaran-Nya kepada kita, maka kita dapat mengenal Allah sebagaimana Dia ada-Nya sejauh wahyu Allah itu sendiri. Jadi bagaimanapun juga keberadaan Allah melampaui pemahaman kita, tetapi kita jangan menafsirkan Allah yang tidak dipahami secara tuntas itu sedemikian sehingga kita mengkompromikan Allah yang dapat dikenali atau keterlibatan Allah dengan kita dalam proses berpikir dan pengetahuan. John F. Frame berpendapat bahwa pengetahuan hamba adalah pengetahuan akan Allah sebagai Tuhan dan pengetahuan yang tunduk pada Allah sebagai Tuhan. Antara pengetahuan dan ketaatan dapat diuraikan lima hubungan penting, yaitu: 1. Pengetahuan akan Allah menghasilkan ketaatan, 2. Ketaatan kepada Allah membawa kita pada pengetahuan akan Dia, 3. Ketaatan adalah pengetahuan dan pengetahuan adalah ketaatan, 4. Ketaatan merupakan kriteria pengetahuan, 5. Pengetahuan harus didapatkan melalui ketaatan. Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Resensi Buku
26
C. Pengetahuan orang tidak percaya Ada persamaan pengetahuan akan Allah antara orang percaya dan orang tidak percaya, yaitu bahwa kedua-duanya memiliki pengetahuan bahwa Allah dapat dikenal, tetapi tidak dipahami secara tuntas dan Allah adalah Tuhan yang kovenan dengan kontrol, otoritas dan kehadiran-Nya. Selain itu ada perbedaan-perbedaan esensial yaitu bahwa (1) orang tidak percaya tidak memiliki pengetahuan akan anugrah keselamatan, (2) tidak ada ketaatan kepada Allah di dalam pengetahuannya sehingga tujuan orang tidak percaya (menggantikan Allah dengan ilah lain) menjadi tujuan yang tidak mungkin tercapai, (3) tidak adanya berkat penebusan. Ada dua alternatif struktur pemikiran dalam orang tidak percaya: (1) Alternatif irasionalis; terjadi karena penyangkalan terhadap eksistensi Allah, yang memungkinkan segala sesuatu terjadi. Irasionalisme hidup dengan pemikiran bahwa Allah berada jauh dari kita dan tidak dapat dipahami, sehingga dalam istilah teologi disebut sebagai “ pandangan transendensi non kristen”. (2) Alternatif rasionalis; timbul karena orang tidak percaya mengilahkan sesuatu yang besifat terbatas, misalnya pikirannya sendiri telah dianggap sebagai Allah, sehingga timbul rasionalisme. 2. Allah dan dunia A. Hukum kovenan Mengetahui Allah berarti mengetahui hukum-Nya, yaitu Firman Allah dan menaati-Nya. Kitab suci menyebut natur Allah sebagai Firman, dengan demikian hukum Allah berarti Allah sendiri. Kita tidak mungkin mengenal Allah tanpa mengenal-Nya sebagai hukum, jadi menaati hukum berarti menaati Allah sendiri. Orang percaya yang taat adalah mereka yang menganggap Firman Allah sebagai kebenaran paling pasti diketahuinya. Ini merupakan “presuposisi”nya dan komitmen hatinya yang terdalam yaitu dengan melayani Allah dari Firman. Orang tidak percaya menolak presuposisi di atas dan memiliki komitmen hatinya yang menentang Allah.
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
27
Resensi Buku
B. Dunia, situasi kita Mengenal Allah berarti juga mengenal dunia ciptaan-Nya dengan beberapa alasan berikut: (1) Pengenalan kontrol Allah melalui karya-Nya yang besar yaitu karya penciptaan, pemeliharaan dan penebusan. (2) Seluruh wahyu Allah sampai kepada kita melalui sarana ciptaan (3) Allah memberi perintah untuk memahami dan mempelajari situasi kita sendiri, yaitu dunia. Dengan demikian kita tidak mungkin mengetahui apapun tentang Allah tanpa sekaligus mengetahui sesuatu tentang dunia, begitu juga sebaliknya. Meskipun Allah bukan bagian dari penciptaan, tapi dalam pengertian tertentu Dia merupakan bagian dari dunia. Allah merupakan fakta yang paling pokok dari pengalaman kita. C. Diri kita sendiri Dalam Institute Calvin mengatakan pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang diri sendiri saling berkaitan. Dan Calvin mengatakan bahwa ia tidak tahu mana yang terjadi terlebih dulu. Kedua pengetahuan ini terjadi dan tumbuh secara bersamaan. Tuhan tidak menuntut kita memiliki pengetahuan yang “benar-benar objektif”, maksudnya adalah pengetahuan akan Allah yang terbebas dari keterbatasan pancaindra, pikiran, pengalaman dan sebagainya. Karena pengetahuan semacam ini mengasumsikan penyangkalan terhadap keadaan kita sebagai makhluk ciptaan dan dengan demikian penyangkalan terhadap Allah dan semua kebenaran.
Resensi Buku
28
c. Orang non Kristen kehilangan fakta-fakta; Arti dari hukum tidak dapat ditentukan oleh “fakta”. Jika kita mendewakan “fakta”, maka kita akan kehilangan fakta-fakta itu sama sekali. Hubungan antara dunia dan sendiri: a. Pengetahuan diri dan pengetahuan tentang dunia saling berkorelasi. b. Fakta dan penafsiran-penafsirannya tidak terpisahkan. Hubungan antara hukum dan diri: Hukum Allah tertulis dalam diri kita karena kita adalah gambar Allah. 3. Allah dan studi-studi kita A. TEOLOGI John M. Frame dalam bukunya ini berkeberatan jika teologi diartikan dengan pengetahuan tentang Allah atau sekadar uraian tentang perasaan kerohanian manusia (Schleiermacher) ataupun memformulasikan kebenaran ke dalam pengertian objektif semata (Hodge). Ia menyarankan agar mendefinisikannya sebagai “Penerapan Firman Allah oleh manusia dalam segala bidang kehidupan”. Kata “penerapan” yang digunakan di sini mempunyai maksud “pengajaran”. B. FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN Bagi John M. Frame filsafat Kristen identik dengan teologi, meskipun demikian ada perbedaan antara teolog Kristen dan filsuf Kristen, yaitu: (1) Filsuf Kristen mempelajari wahyu yang berkaitan dengan alam, sedangkan teolog mempelajari wahyu khusus yaitu Kitab Suci. (2) Filsuf Kristen menilai dengan bijaksana sesuai dengan Kitab Suci, sedangkan teolog menerapkan Kitab Suci yang bersifat mutlak dalam kehidupan.
D. Hubungan antara objek-objek pengetahuan Hubungan antara hukum dan dunia: a. Hukum dibutuhkan untuk memahami dunia; semua pengetahuan akan dunia tunduk terhadap norma-norma Firman Allah. b. Dunia dibutuhkan untuk memahami hukum; Allah menggunakan berbagai media yang ada di dunia dan pernyataan alam untuk menyatakan hukum-hukum-Nya.
Ilmuwan Kristen akan mepelajari benda-benda ciptaan diberbagai bidang dibawah otoritas Firman Allah, dengan demikian ia juga berteologi (menerapkan Kitab Suci).
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
29
Resensi Buku
C. APOLOGETIK John M. Frame mendefinisikan Apologetik sebagai penerapan Kitab Suci terhadap ketidakpercayaan. Apologetik adalah bagian dari teologi, bukan “dasar yang netral” untuk teologi. Kita tidak diijinkan menggunakan penalaran “netral” yang tidak tunduk kepada Kitab Suci. Teologi memberikan presuposisi untuk apologetika. II. Justifikasi Pengetahuan 4. Problema dari Justifikasi Kepercayaan tidak mungkin adalah pengetahuan jika kepercayaan itu hanya kebetulan menjadi kenyataan. Sebagai contoh, astrolog memiliki kepercayaan benar, bukan pengetahuan benar karena ia hanya kebetulan benar dan tidak memiliki dasar justifikasi (alasan dari pengetahuan) dalam mempercayai kebenaran itu. Sebagai orang Kristen seharusnya dituntut untuk memberikan alasan atau mengemukakan justifikasi untuk setiap kepercayaan. Untuk itu epistemologi bermanfaat untuk membuat kita sedapat mungkin menyadari alasan kita mempercayai apa yang kita percayai. Ada tiga perspektif dalam menguraikan pengetahuan secara keseluruhan, yaitu: (1) Perspektif situasional; pengetahuan akan dunia. (2) Perspektif eksistensial; pengetahuan akan diri. (3) Perspektif normatif; pengetahuan akan hukum atau kriteria. Buku ini mempunyai struktur berdasarkan ketiga perspektif ini. Bab I berfokus pada “perspektif situasional”, yang berkaitan dengan objekt pengetahuan. Bab II (bagian ini) berfokus pada “perspektif normatif”, yang membicarakan dasar justifikasi dan kriteria pengetahuan. Bab III berfokus pada “perspektif eksistensial”, yang berkaitan dengan metode pengetahuan. Dalam sejarah telah timbul “kecenderungan-kecenderungan” dalam berepistemologi, yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga: (1) Rasionalisme; pengetahuan dari prinsip-prinsip (kriteria) diluar pengalaman panca indra. Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Resensi Buku
30
(2) Empirisme; pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman panca indra. (3) Subjektifisme; pengetahuan yang berdasarkan kriteria internal subjekt itu sendiri. Kita melihat kecenderungan-kecenderungan ini merefleksikan “ketiga perspektif” di atas. Dan ketiga kecenderungan ini pernah ada dan mempengaruhi pemikiran orang Kristen maupun non Kristen. Tak seorang pun merupakan rasionalis, empirisis, atau subjektifis yang sejati, tapi seseorang akan mengkombinasikannya. 5. Perspektif-perspektif dari Justifikasi. Meskipun ketiga pandangan ini memiliki natur ketidakpercayaan, namun mengungkapkan pengetahuan tertentu tentang kebenaran. Rasionalisme mengakui perlunya kriteria atau standar, empirisme mengakui diperlukannya fakta-fakta objektif yang diketahui umum, dan subjektifisme bahwa kepercayaan kita perlu memenuhi kriteria internal kita sendiri. Epistemologi Kriten mengakui ketiganya, tetapi ada perbedaan terpenting dan mendasar, yaitu orang Kristen dalam bidang pengetahuan mengakui ketuhanan Allah, yang berdaulat. Dia yang mengkoordinasi hukum, objekt dan subjekt sehingga ketiganya berkaitan secara logis. Sehingga kita hanya perlu mendapatkan pedoman atau kriteria yang mutlak dari Firman Allah dalam Kitab Suci. Jadi Kitab Suci adalah dasar justifikasi yang tertinggi untuk seluruh ilmu pengetahuan manusia, lalu bagaimana kita seharusnya mendukung kepercayaan kita sendiri pada Kitab Suci? Tentu dengan otoritas Kitab Suci itu sendiri, karena tidak ada apapun yang lebih tinggi dari Kitab Suci untuk mengujinya. Pengetahuan kita dapat dibenarkan atas dasar pemikiran yang taat kepada hukum Allah (perspektif normatif). Perspektif situasional mengajak kita melihat bahwa pengetahuan kita dibenarkan berdasarkan kesesuaianya dengan fakta, realitas, bukti-bukti. Bukti-bukti ini tidak didapat melalui pandangan “empirisme tradisional”, tetapi bukti harus dibangun atas dasar asumsi Kristen berdasarkan penggunaan bukti-bukti Alkitab itu sendiri.
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
31
Resensi Buku
John M. Frame dalam bukunya ini dengan yakin menyatakan bahwa tidak ada pengetahuan tanpa orang yang mengetahui (dasar justifikasi eksistensial)! Jadi seseorang itu mengetahui tidak hanya tergantung pada objekt dan hukum-hukum pemikiran, tetapi juga pada kemampuan pribadinya untuk mengetahui. Dasar ini dapat dipakai untuk mengenal dengan benar hanya oleh orang-orang yang telah lahir baru. Tapi selama masih hidup, akal budi kita terus berproses sehingga kita dapat “membuktikan” apa kehendak Allah (Roma 12:1). Ketiga perspektif di atas sebanding, sama-sama penting, tanpa yang satu, perspektif yang lain tidak dapat dimengerti. Lalu bagaimana mengemukakan kebenaran itu kepada orang tak percaya, yang tidak percaya kepada kriteria Kitab Suci? Kita tetap berargumentasi bahwa hanya ada satu kebenaran dan satu jalan untuk mendapatkannya, yaitu melalui otoritas Alkitab. Kita dapat berdoa untuk mereka dan bersaksi kepada mereka, tetapi kita tidak boleh berkompromi dengan presuposisi ketidakpercayaan mereka. Sebaliknya, kita berusaha untuk menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2Korintus 10:5). John M. Frame melalui bukunya ini mengajak setiap pembacanya untuk mengerti esensi pengetahuan tentang Allah melalui objek-objek pengetahuan itu sendiri, setelah itu dibahas justifikasi atau alasan dari pengetahuan tersebut.
Biografi
32
Biografi
J. Hudson Taylor, Im Herzen Chinas Sumber Penulis Penerbit ISBN Resensi oleh
: : : : :
J. Hudson Taylor, Im Herzen Chinas Roger Steer Christliche Literatur-Verbreitung e. V 3-89397-612-4 Popy Permadi
„Pekerjaan Tuhan, yang dilakukan seturut dengan kehendak-Nya, tidak akan pernah lepas dari pemeliharaan Tuhan.“ Kalimat yang penuh iman inilah yang selalu menjadi kekuatan dan penghiburan bagi James Hudson Taylor (18321905) di dalam dia menggarap ladang peginjilan Tuhan di Cina selama 52 tahun. Sejak jaman prasejarah Cina sudah menjadi negeri yang amat maju dan berbudaya tinggi, dan tercatat pada tahun 635 Masehi bahwa kekristenan sudah mulai dikenal di Cina, namun seiringnya pun banyak kesulitan dan bahaya besar yang disebabkan oleh situasi politik dalam negeri maupun kesulitan bahasa dan perbedaan adat istiadat yang dialami oleh para misionaris yang membuat penginjilan di negeri tersebut menjadi sangat sulit dan membutuhkan persiapan yang matang dan terencana. Hudson Taylor pun tidak luput dari segala kesulitan tersebut, tetapi kemudian ia selalu mengingat kembali akan janji Tuhan atas dirinya, bahwa mungkin dia juga harus pergi seperti ke-12 rasul dan 70 murid yang diutus ke Yudea; tanpa tongkat, pundi-pundi, bekal maupun uang, tetapi hanya dengan bergantung kepada Tuhan saja dan membiarkan tangan Tuhan yang membuka jalan (Luk 9:1-6 ; 10: 1-12). Dan pimpinan Tuhan tak pernah salah, penginjilan yang sebelumnya hanya mungkin dilakukan di beberapa kota-kota pelabuhan seperti
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
33
Biografi
Shanghai, Guangzhou, Xiamen, Fuzhou dan Ningbo yang memang dibuka untuk orang asing kini berhasil menerobos ke daerah-daerah pedalaman yang penduduknya sungguh-sungguh membutuhkan Kristus, dan puji Tuhan di setiap tempat dimana diadakan penginjilan atau kebaktian banyak penduduk setempat yang kemudian menjadi percaya dan membentuk persekutuan bersama dengan para penginjil. Berkat Tuhan kembali dicurahkan untuk penginjilan di Cina dengan di tanda tanganinya perjanjian Tientsin pada Juni 1858 yang membuka 10 pelabuhan lagi di Cina, yang memberikan kebebasan untuk tinggal, berusaha, dan kebebasan beragama bagi orang-orang asing bahkan diluar dari daerah yang ditetapkan. Melihat akan hal ini Hudson Taylor tidak kemudian menjadi puas dengan apa yang telah ia kerjakan, melainkan ia melihat berkat ini sebagai kesempatan untuk lebih giat lagi mengabarkan injil, terutama ke pelosok-pelosok bahkan sampai ke Mongolia. Kekhawatiran Hudson Taylor atas jutaan penduduk Cina yang belum mendengar pekabaran injil begitu besar, sehingga sering ia berkata kepada dirinya sendiri: „Setiap harinya ada 33.000 jiwa di Cina yang meninggal, tanpa harapan, tanpa Tuhan.“ Sebagai perwujudan beban itu berdirilah „China-Inland-Mission“ yang pada tanggal 26 Mei 1866 mengirimkan 16 misionar pertama ke Cina, yang pada tahun 1887 bertambah menjadi 102 misionar, pada tahun 1888 mengirimkan 14 misionar pertama dari Amerika dan Kanada dan pada tahun 1890-1891 dari Australia, Tasmania dan Skandinavia.
Biografi
34
yang lain dengan kasih sebagai anggota-anggota, yang mengarahkan pandangan hanya kepada Kristus, yang adalah kepala. “Selama aku disini, aku tidak akan berdiam diri, baru di surgalah waktu untuk itu. Aku harus terus berjalan dan melakukan pekerjaan Bapaku. Dia, yang meletakkan aku disini, mengukur waktuku di bumi. Dia memberikan aku pekerjaan untuk Dia, dan Dia juga akan memberikan anugerah yang cukupuntuk bertindak, untuk menderita, bukan untuk berdiam diri, karena baru di surgalah waktu untuk itu.“
China-Inland-Mission yang dipimpin oleh Hudson Taylor pada mulanya menetap di kota Hangzhou dan kemudian bergerak ke kota-kota seperti: Yangzhou, Taizhou, Ninghai, Shanxi, Wuhan, Zhenziang. Bukanlah hal yang mudah bagi Taylor untuk memegang tanggung jawab yang begitu banyak di dalam pelayanan dan keluarga, tetapi melaluinya ia terus dibentuk, imannya ditumbuhkan dan didewasakan, dan ia pun semakin bersandar hanya kepada Tuhan saja seperti kalimat yang sering ia ucapkan: „Pekerjaan Tuhan, yang dilakukan seturut dengan kehendakNya, tidak akan pernah lepas dari pemeliharaan Tuhan.“ Melalui puisi yang ditulis oleh Hudson Taylor berikut biarlah kita juga dapat terus bertekun dan hidup di dalam pekerjaan Tuhan yang telah dipersiapkan untuk kita sebelumnya, dan saling membangun satu dengan Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
35
Retreat Pemuridan Reformed Injili
Retreat Pemuridan Reformed Injili
Retreat Pemuridan Reformed Injili VI Segala sesuatu dimulai dengan penciptaan oleh Allah dan segala sesuatu termasuk manusia sekarang ini memiliki keberadaan yang bergantung total kepada Allah. Ini merupakan kebenaran yang sesungguhnya (sejati) yang hanya ada di dalam Iman Kristen. Hanya dalam pengetahuan Allah yang benar manusia dapat mengenal dirinya secara benar. Tetapi manusia berdosa berusaha mencari pengetahuan tentang kebenaran di dalam berbagai agama dan bidang ilmu pengetahuan yang ditawarkan oleh dunia. Di setiap jaman manusia tidak sadar dibawa arusarus filsafat yang tidak mungkin dapat membawa manusia lepas dari dosa. Namun orang-orang kristen pun secara tidak sadar menjalankan atheisme dalam kehidupan mereka! Hal ini terjadi ketika manusia dalam hidupnya, pekerjaannya, studinya, bahkan pelayanannya! tidak lagi menempatkan Allah sebagai Allah. Retreat Pemuridan Reformed Injili yang bertemakan Knowing God ini diadakan dengan kerinduan supaya setiap peserta disadarkan bahwa pengetahuan tertinggi dan sejati hanya ada Allah yang mewahyukannya melalui Alkitab sehingga peserta dapat melihat kemuliaan Allah di tempat tertinggi dan mengerti jati dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah. Kami berdoa melalui pengetahuan akan kebenaran ini dapat mengubah diri kita supaya dapat dengan benar meresponi anugrah Allah dalam hidup kita yang sangat singkat ini. Melalui keseluruhan retreat ini kami berharap akan membawa kita kepada pengetahuan yg benar akan Allah dan diri kita, sehingga kita dapat menghentikan kebiasaan kita menjadikan manusia sebagai Allah.
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
36
Pergumulan Mengenal Allah Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th.
M
engenal Allah bukanlah istilah yang asing bagi kita semua sebagai umat yang beragama. Namun kita perlu mengevaluasi selama ini bagaimana pengenalan kita akan Allah. Masalahnya, semua orang bisa merasa dirinya mengenal Allah, namun ada kemungkinan Allah yang selama ini dia merasa sudah mengenal, merupakan hasil khayalan, imaginasi atau sugesti diri belaka. Bukankah pengenalan kita akan Allah sangat dipengaruhi oleh masukanmasukan yang kita terima semenjak kita ikut sekolah minggu? Bukankah Allah yang kita kenal adalah Allah yang menurut kata pendeta atau pengkotbah yang selama ini kita dengar dalam ibadah setiap hari minggu? Bukankah Allah yang disembah oleh aliran gereja tertentu adalah Allah yang menurut ajaran tradisi turun temurun di gereja tersebut? Namun apakah Allah yang kita pernah dengar dari berbagai macam sumber itu pernah “berjumpa secara pribadi” dengan kita? Apakah “perjumpaan dengan Allah” itu juga menjamin, bahwa kita benar-benar telah berjumpa dengan Allah yang benar? Apakah perjumpaan dengan Allah yang benar itu juga menjamin, bahwa kehidupan kita selanjutnya akan terarah pada pengenalan yang makin benar kepada Allah yang benar-benar Allah? Apakah keyakinan kita berdasarkan pada bukti bahwa Allah selalu menjawab doa-doa kita? Bahwa kita telah banyak mengalami mujizatNya? Bahwa perasaan kita selalu berapi-api pada saat mendengarkan FirmanNya? Bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang paling masuk akal? Bahwa hidup saya telah diubahkan makin saleh, tidak main perempuan, tidak berjudi, tidak merokok, makin rajin membaca FirmanNya, beribadah dan berdoa? Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
37
Retreat Pemuridan Reformed Injili
Lalu apa dasarnya kita mengatakan, bahwa selama ini kita telah menyembah Allah yang benar dan membina hubungan secara pribadi dengan benar kepada Allah yang benar pula? Jawabnya adalah IMAN. Namun pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud dengan iman itu? Bukankah semua orang juga bisa mengatakan saya punya iman kepada Allah? Sangat dimungkinkan pula, bahwa iman hanyalah merupakan produk dari indoktrinasi pemimpin agama kepada umatnya.
Retreat Pemuridan Reformed Injili
38
Pertanyaan-pertanyaan akan Allah
Bagaimana pergumulan anda dan saya?
Judul asli Penulis Penerbit Alih bahasa
: : : :
Fragen, die immer gestellt werden: Die Frage nach Gott Werner Gitt Christliche Literatur-Verbreitung e.V, 12. Auflage Agus Winarto
Kiranya Allah yang benar berkenan memimpin kita dalam retreat yang akan datang...
l. Dari mana saya dapat mengetahui bahwa Allah ada? Tidak ada satu bangsa atau satu sukupun di muka bumi ini yang tidak percaya akan satu bentuk allah, roh, atau keberadaan yang lebih berkuasa dari mereka. Ini juga berlaku untuk suku-suku pedalaman yang terisolasi yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar, bahkan dengan injil sekalipun. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Kita semua memiliki kemampuan berpikir akan karya ciptaan yang luar biasa oleh pencipta yang tidak kelihatan melalui pengamatan. Tidak seorangpun percaya, sebuah mobil, sebuah jam atau bahkan hanya sebuah kancing atau jepitan kertas ada dengan sendirinya. Untuk itu Paulus menulis dalam perjanjian baru: “Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih (Roma 1:20)”. Dari karya ciptaan kita dapat mengetahui bahwa Allah ada melalui kekuatanNya dan kekayaanNya, tetapi natur Allah tidak! Seperti: kasih, hidup, belas kasihan dan kemurahan. Untuk itu Firman diberikan kepada kita.
2. Di mana Allah? Menurut pemikiran manusia, kita berusaha melokalisasikan Allah di dalam ruang. Maka kita menemukan fakta-fakta pada jaman dahulu Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
39
Retreat Pemuridan Reformed Injili
maupun modern. Orang-orang Yunani percaya bahwa dewa-dewa mereka tinggal di gunung Olymp dan orang-orang Jerman melokalisasikan dewa-dewa mereka di Wahlhall. Laplace mengatakan: “Aku telah menyelidiki jagad raya, tetapi tidak kutemukan Allah”. Hal yang sama juga dikatakan oleh Nikolaje, astronot Rusia,”Aku tidak bertemu Allah dalam peluncuranku”. Semuanya salah! Sebab Allah melampaui ruang. Ia telah menciptakan ruang, ia bukan dari ruang. Lebih lagi Allah merobos ruang, Allah mahahadir. Paulus menjelaskan ini kepada orang-orang di Atena di sidang Areopagus: “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada (Kis 17:28)”. Pemazmur juga tahu akan realita ini. Ia mengakui, “Kalau aku berjalan dan berbaring, dan Engkau mengurung aku dan menaruh tanganMu ke atasku (Mzm 139:3,5)”. Di sini ditunjukan Allah menaungi dan mencakup secara menyeluruh.
Retreat Pemuridan Reformed Injili
40
melalui Aku (Yoh 14:6)”. (Aku yang dimaksud disini adalah Kristus sehingga jalan satu-satunya melihat atau menemui Allah adalah melalui Kristus– Red.)
4. Apakah Allah mempunyai kemampuan belajar? Secara definisi belajar adalah penerimaan pengetahuan-pengetahuan yang belum diketahui. Allah mengetahui segala sesuatu (Maz 139:2; Yoh 16:30). Tidak ada sesuatu yang belum diketahui, yang Allah masih harus belajar. Allah melampaui ruang dan waktu, bagiNya hal yang lampau sebagaimana juga hal yang akan datang diketahui. Tetapi kita sebaliknya tetap masih harus belajar. Di dalam kemaha-tahuanNya, Allah memberitahukan kita melalui FirmanNya kejadian-kejadian yang akan datang dalam nubuatan.
Gambaran matematik dapat menolong kita menjawab pertanyaan “di mana Allah?”. Dimensi ruang n hanya merupakan satu bagian dari dimensi ruang (n+1). Sebagai contoh: ruang 4 dimensi tidak dapat dicakup oleh ruang 3 dimensi, tetapi ruang 4 dimensi meliputi ruang 3 dimensi secara menyeluruh.
*** Untuk mengetahui lebih lanjut dan mendalam “Pengenalan akan Allah“, saudara diundang untuk mengikuti Retreat Pemuridan Reformed Injili VI yang diselenggarakan tgl. 6-9 Juni 2003 di Sunderhof, Hamburg dengan tema „Knowing God“ dengan pembicara :
Alkitab menggambarkan fakta ini di 1 Raja-raja 8:27. “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.”
Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th. Keterangan lebih lanjut mengenai Retreat dapat saudara lihat di: http://www.grii.de/retreat
3. Mengapa Allah tidak dapat dilihat? Manusia pertama ciptaan Allah, Adam dan Hawa hidup di dalam persekutuan dengan Allah. Sehingga mereka dapat melihat Allah muka dengan muka. Dalam kejatuhan dosa persekutuan Allah dengan manusia terputus. Allah adalah Allah yang kudus, yang membenci setiap dosa, dengan demikian berakhir persekutuan yang mula-mula. “Allah bersemayam dalam terang yang tak terhampiri (1 Tim 6:16)”, karena itu kita akan melihat Allah kembali, jika kita datang ke rumah Bapa setelah kematian. “Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
41
Seputar MRII Berlin
SEPUTAR MRII BERLIN Kami bersyukur atas pimpinan dan penyertaan Tuhan selama 4 tahun, dimana kami boleh dibentuk oleh tangan Tuhan. Kiranya Tuhan melimpahkan hikmat dan bijaksana demi kemuliaan Allah tritunggal. Kami berterimakasih untuk penggembalaan oleh sinode GRII Pusat melalui kedatangan hamba Tuhan tiap 3 bulan sekali. Pada bulan April lalu kami boleh mendapat berkat melalui pelayanan Pdt. Rudie Gunawan, S.Th. Dan pada bulan Juni, kami MRII Berlin akan mendapatkan kunjungan seorang hamba Tuhan dari GRII Ngagel, Surabaya, yaitu Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th.. Selain sebagai pembicara di Retreat Pemuridan Reformed Injili VI, beliau juga akan memimpin serangkaian acara di MRII Berlin seperti seminar dan KKR. Karena itu kami mengundang saudara untuk mengikuti serangkaian acara tersebut.
Seputar MRII Berlin
42
Berikut ini adalah ungkapan kebahagiaan kami dalam menghadapi Ulang Tahun MRII Berlin yang ke-4 : „Congratulation MRII Berlin, Thank you for being a church which always wants to tell the truth, Keep it on!!” - Andy „Happy Birthday MRII Berlin, semoga kita semakin diperkokoh dan bertumbuh di dalam Tuhan. Let His will be done in our live!“ - Hanny „4 tahun usiamu, sarat dengan suka duka & tawa, Namun yang terpenting dari semua itu, Allah Tritunggal dipermuliakan di dalammu. Dirgahayu MRII Berlin. Tuhan besertamu.“ - Lingkan „Happy Birthday MRI! (Kita semua) Jangan lupa cinta mula-mula.” - Voni – „Selamat Ulang Tahun, semoga makin bertumbuh ☺” - Jimmy Naga –
SOLI DEO GLORIA
MRII Berlin, 2003
„Herzlichen Glückwunsch zum 4.Geburtstag MRII. Gottes Segen und Geleit auf den weiteren Weg in Deutschland.“ - G.Giese –
“ Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga ” - Mazmur 127:1 -
„MRII Berlin, jadilah jemaat yang bertumbuh dalam iman & kasih! Gottes Segen untuk semuanya.“ - Indrawaty Herman – „Alles Gute zum Geburtstag semoga makin bertumbuh dan bisa menjadi berkat juga bagi semua orang yang ada di Berlin. O.K. Gottes Segen.” - William – „’HAPPY B’DAY MRII-BERLIN TERCINTA’ Kiranya kita semua beroleh semangat yang lebih lagi untuk melayani Tuhan melalui MRII-Berlin. Horas Bah .... !“ - Hera „Selamat ulang tahun buat MRII-Berlin. Semoga dalam menjalani hari-hari selanjutnya bisa menjadi semakin dekat kepada Tuhan dan bisa menuntun semakin banyak orang ke dalam jalan-Nya.“ - Muliany –
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003
43
Seputar MRII Berlin
„MRII-Berlin, met betdei yach ke-4! Makin bertumbuh & makin menyatakan visi & misinya dengan jelas. HAPPY BIRTHDAY TO YOU, MRII BERLIN!“ - Linda Theresia – „Selamat ulang tahun, dan semakin tumbuh dalam iman.” - Sumarto – "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah." Filipi 1:9-11 Seperti doa Paulus untuk Jemaat di Filipi, demikianlah doa kami untuk Saudara-saudari kami di MRII Berlin pada Ulang Tahun MRII yang ke-4 ini. Bertumbuhlah dalam pengetahuan dan pengertian yang benar, hiduplah dalam kesucian dan kekudusan sesuai panggilan kita sebagai anak-anak Allah dan berbuahlah bagi kemuliaan Tuhan kita, Yesus Kristus! Gottessegen! Jakarta, 13.05.2003 - Asung, Ling dan Ying Ying „Semoga bertumbuh dan menjadi berkat bagi dunia dan mendapatkan hamba Tuhan dalam waktu dekat.“ - Ahung -
Mimbar Reformed Injili Indonesia Berlin Gereja Reformed Injili Indonesia Persekutuan Doa Penginjilan : Minggu, 15:15 Kebaktian Umum : Minggu, 16:00 Kebaktian Anak-anak : Minggu, 16:00 Pemahaman Alkitab
: Sabtu, 16:00
Bertempat di : Ev.Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastr. 50-51 U7, U-Bhf. Rathaus Neukölln 12045 Berlin
Persekutuan Wilayah : setiap Jumat ke-2 dan ke-4, Pk.19:30. Untuk keterangan tempat lebih lanjut harap menghubungi Sekretariat.
Sekretariat MRII Berlin : Richardstr. 109 VH 1.OG c/o Cahyadi 12043 Berlin Tel. (+49)30-68081042 / (+49)1791458691 http://www.grii.de email:
[email protected]
- Roby, Linda & Nathania
Buletin REIN Edisi 3 - Mei 2003