Edisi 7 Mei 2005
REIN REIN diterbitkan oleh Mimbar Reformed Injili Indonesia Berlin. REIN diterbitkan dua kali setahun. Penasihat: Ev. Hendra Wijaya, M.C.S
DAFTAR ISI Pesan Redaksi
1
________________________________________________________________________________________________________
Prakata
2
Ev. Hendra Wijaya, M.C.S
Redaksi (urutan nama berdasarkan abjad): Elliana Leo Fenny Puspitasari Herawaty Popy Permadi Stephen Tahary Tirza Rachmadi
________________________________________________________________________________________________________
Artikel
Makna Turunnya Roh Kudus bagi Gereja
4
Pdt. Dr. Stephen Tong ________________________________________________________________________________________________________
Artikel
Kematian
14
Ev. Dipl. Musik Billy Kristanto, M.C.S
Pembimbing/Pengawas: Departemen Pembinaan MRII Berlin Departemen Penginjilan MRII Berlin Penanggung Jawab: Mimbar Reformed Injili Indonesia Berlin c/o Cahyadi Fuldastr. 16 12045 Berlin
________________________________________________________________________________________________________
Artikel
The Body of Christ
18
Pdt. Budy Setiawan, S. Th ________________________________________________________________________________________________________
Resensi Buku
Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja
24
________________________________________________________________________________________________________
Biografi
Corrie ten Boom
26
________________________________________________________________________________________________________
Semua artikel di dalam Buletin REIN hanya boleh diperbanyak dan dikutip di dalam bentuk artikel yang utuh, tanpa mengurangi ataupun menambahkan isi dari artikel tersebut.
Kolom Tanya Jawab
28
Pdt. Tommy Elim, S.Th ________________________________________________________________________________________________________
Retreat Pemuridan Reformed Injili
31
________________________________________________________________________________________________________
Cover: Leonardo da Vinci, 1452 – 1519 „The Last Supper” C.1495-1498. Oil and tempera on plaster Santa Maria delle Grazie, Refectory, Milan, Italy
SEPUTAR MRII BERLIN
34
1
Prakata
Pesan Redaksi
2
Prakata Ev. Hendra Wijaya, M.C.S
Para pembaca REIN yang dikasihi Tuhan, Puji syukur kepada Tuhan untuk terbitnya buletin Rein edisi yang ketujuh ini. Melalui edisi ini, redaksi mengucapkan selamat Paskah 2005 kepada para pembaca dan selamat ulang tahun yang ke-5 kepada MRII Hamburg dan ke-6 kepada MRII Berlin. Masih dalam konteks kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Kristus, Pdt. Billy Kristanto, M.C.S, menulis sebuah artikel dengan judul yang menakutkan ‚Kematian’ di mana kita boleh memikirkan tentang kematian kita sendiri. Selain itu sehubungan dengan waktu penerbitan REIN yang berdekatan dengan hari Pentakosta, terdapat khotbah Pdt. DR. Stephen Tong mengenai Roh Kudus. Selain itu terdapat juga artikel tentang ‘Gereja’, tema edisi kali ini; biografi Corrie ten Boom, seseorang yang mengenal peranannya sebagai anggota tubuh Kristus; resensi buku ‚Sepuluh Pemikiran Besar Dalam Sejarah Gereja’; dan ditutup dengan artikel seputar MRII Berlin. Mengenai kabar redaksi REIN, kami sedang memikirkan suatu usaha untuk terus memajukan buletin ini. Karena itu kami mohon dengan sangat kritik, saran, dan masukan dalam bentuk negatif maupun positif, supaya REIN boleh mencapai sasarannya sebagai sarana firman Tuhan. Semua itu dapat disampaikan secara lisan kepada redaksi maupun secara tertulis ke sekretariat MRII Berlin atau email ke
[email protected]. Akhir kata, redaksi mengucapkan selamat membaca. Tuhan memberkati. Redaksi REIN
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Pada waktu Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan yang paling penting kepada para murid tentang apakah pendapat dan pengenalan orang banyak mengenai identitas diriNya serta segala perkara yang sudah dilakukanNya, maka para murid dengan segera menjawab berdasarkan apa yang sudah mereka dengar. Tetapi Tuhan Yesus melanjutkan dengan pertanyaan yang sangat mendasar yakni “Apakah pendapatmu sendiri?” Maka didalam menjawab pertanyaan yang sangat penting ini hanya muncul satu orang dengan pengakuan iman yang jelas yakni Petrus dengan mengatakan pengakuan iman “Engkaulah Anak Allah yang Maha Tinggi.” Setelah pengakuan iman itu maka Tuhan Yesus meneruskan dengan kalimat yang ditulis di dalam Kitab Suci – “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang inilah Aku akan mendirikan jemaatKu…” (Mat 16:18-21). Maksud kalimat Tuhan Yesus di sini jelas bukan ditujukan untuk menyatakan suatu status khusus bagi Petrus. Melainkan Tuhan Yesus di sini hendak menegaskan natur dari jemaat/gerejaNya. Yakni bahwa Ia akan mendirikan jemaatNya di atas satu dasar yang kokoh dan sekuat batu karang yakni diriNya sendiri. Pengakuan iman Petrus yang tepat akan diriNya sebagai Tuhan sekaligus menyatakan juga bahwa jemaat yang Ia dirikan juga dilandasi dengan pengenalan dan pengakuan iman yang jelas akan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Oleh karena itulah hakekat sebuah gereja bukanlah terletak pada gedung dan semua fasilitas yang dimilikinya. Melainkan hakekat gereja merupakan sekumpulan orang percaya yang beriman kepercayaan teguh pada Tuhan Yesus. Gereja yang sehat dan sesuai kehendak Tuhan adalah gereja yang seharusnya lebih mengutamakan iman dan kerohanian dari semua hal duniawi yang kelihatan. Mengutamakan kehendak Tuhan dan dinamika pimpinan Roh Kudus di dalamnya di atas segala-galanya. Gereja yang baik adalah gereja yang senantiasa menguji diri dan memelihara harkat jati diri serta menjalankan fungsinya sebagaimana seharusnya. Gereja Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
3
Prakata
yang sejati adalah gereja yang senantiasa ingat bahwa ia didirikan dan dimiliki oleh Tuhan dengan maksud agar menjalankan kehendak Tuhan di dalam dunia ini. Dalam konteks itulah, dalam rangka ulang tahun MRII Berlin dan Hamburg kali ini, saya hendak mengajak kita sekalian sekali lagi menguji diri dan menguji panggilan kita sebagai gereja di dalam dunia ini, apakah kita sudah menjalankan seluruh kehidupan dan pelayanan kita sesuai dengan hakekat natur kita sebagai gereja. Akhir kata saya ingin mengutip sebait kata-kata menarik yang ditulis oleh seseorang mengenai gereja sebagai berikut: A LIVING CHURCH A living church has parking problems; a dead church doesn’t. A living church has lots of "noisy" children and young people; a dead church is fairly quiet. A living church often changes the way things are done; a dead church doesn’t. A living church often asks for more program and mission money; a dead church tries to keep plenty of money in the treasury. A living church asks people to open up and risk involvement; a dead church plays it safe and never risks. A living church sees challenges and opportunities; a dead church sees problems and dangers. A living church apologizes, forgives and seeks forgiveness; a dead church never makes mistakes. A living church uses its tradition and facilities to serve people; a dead church uses people to preserve facilities and traditions. A living church believes in God’s future and "let’s go" with faith; a dead church believes in the past and "holds on." A living church is filled with committed givers; a dead church is filled with tippers. A living church dares to dream great dreams for God’s kingdom; a dead church has nightmares.
To Him all the glory!
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Doktrinal
4
Makna Turunnya Roh Kudus Bagi Gereja Pdt. Dr. Stephen Tong Diambil dari Majalah Momentum No. 12 – Juni 1991
P
endahuluan
Pada hari Pentakosta pertama, Roh Kudus diberikan Tuhan kepada dunia ini untuk orang Kristen. Pentakosta berarti hari ke-50 setelah kebangkitan Tuhan Yesus. Selama 40 hari di dunia setelah kebangkitan-Nya Yesus berada di dunia, berulang kali menyatakan diri kepada para murid bahwa Ia adalah Tuhan yang hidup. Ia tidak ditahan oleh maut, tidak dicengkeram oleh kuasa Iblis. Ia sudah bangkit, melebihi segala keterbatasan dan menyatakan hidup, yang menjadi pengharapan di tengah umat manusia. Setelah itu Ia naik ke surga dengan pesan, "Tunggu di Yerusalem! Jangan pergi, melainkan berdoalah hingga Roh Kudus turun atasmu." Sepuluh hari kemudian, Roh Kudus turun ke dalam dunia, pada hari Pentakosta. Hari itu orangorang Israel berkumpul di Yerusalem dari semua kota, mengikuti tulisan Musa dalam Taurat. Setiap tahun paling sedikit 3 kali mereka ke Yerusalem. Hari itu Roh Kudus turun. Orang-orang yang sebelumnya merasa takut, tidak berani menghadapi kesulitan politik, sosial sehingga menutup diri; sekarang berani mengabarkan Injil dan 3.000 orang menerima Tuhan Yesus pada hari itu juga. Dalam hari Pentakosta tidak dilakukan penyembuhan atau mujizat tetapi terjadi pemberitaan mengenai salib dan kebangkitan Kristus. Itulah hari jadinya gereja. Makna Turunnya Roh Kudus Dalam Tubuh Kristus "Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian kata-Nya--'telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
5
Doktrinal
tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.'" (Kis. 1:4-6, TBLAI)
Doktrinal
6
Allah Bapa yang sudah menyediakan keselamatan, mengirim Allah Anak untuk menggenapinya. Setelah menggenapi, Ia kembali kepada Bapa. Lalu turunlah Roh Kudus, Oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Janji keselamatan Allah tidak bisa dilepaskan dengan janji kedatangan Roh Kudus. Keduanya merupakan satu janji, karena melalui Roh Kudus hidup kekal yang dijanjikan boleh datang kepada manusia. Itu sebabnya
setelah Yesus menyatakan diri selama 40 hari, pada hari yang ditetapkan Ia berkata, "Sekarang saatnya Aku pergi, dan engkau akan menerima Roh Kudus. Engkau dibaptiskan dengan air, sekarang engkau akan dibaptis Roh Kudus." Arti dibaptiskan oleh Roh Kudus adalah manusia menerima pembersihan total dan dikuduskan menjadi orang-orang yang suci. 1Pet. 1:2 mengatakan bagaimana Tiga Oknum Allah Tritunggal menggarap manusia berdosa menjadi orang suci sehingga gereja adalah gereja yang kudus dan am, merupakan kumpulan orang yang disucikan, tempat orang kudus berkumpul berbakti, bersekutu dan bersaksi. Pengudusan ini hanya bisa dilakukan melalui penebusan yang dilakukan Yesus Kristus. Dengan darah-Nya menyucikan dosa kita, memberikan kuasa perdamaian antara kita dengan Tuhan Allah. Tetapi yang melakukan pengudusan ini adalah Oknum Ketiga yaitu Roh Kudus. Itu sebab Allah Bapa memilih sebelum dunia diciptakan, Allah Roh Kudus mengadakan pengudusan melalui gerakan hati kita masing-masing sehingga kita taat kepada Kristus, lalu kita menerima percikan darah bagi kita masing-masing. 1Pet. 1:2 merupakan ayat yang menyatakan siapa orang Kristen dan siapakah gereja, "yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya." "Orang-orang yang dipilih" demikian dituliskan Petrus. Bukan Kristus yang dipilih, lalu orang-orang masuk ke dalam Kristus, seperti yang diajarkan Karl Barth. Alkitab dengan jelas mencatat orangorang itu dipilih sebelum dunia diciptakan, lalu digarap oleh Tuhan di dalam proses sejarah melalui Roh Kudus yang menguduskan mereka. Roh Kudus tidak datang kepada orang suci, tetapi datang untuk menyucikan orang berdosa. Itu sebabnya gereja jangan menolak atau menghina orang berdosa, yang masih najis, karena itulah sasaran keselamatan yang harus dikerjakan gereja. Jangan senang bila ada orang suci mau datang ke gereja. Itu bukan tujuan penginjilan. Tujuan penginjilan adalah mencintai orang berdosa, berdoa dan mengharapkan mereka kembali kepada Tuhan. Roh Kudus menguduskan seseorang bukan karena seseorang sudah suci, melainkan Ia menguduskan mereka, yang berdosa. Pengudusan terjadi melalui mendengar dan mengerti firman, sehingga orang tertegur, mengerti, merasa perlu merendahkan diri datang kepada Tuhan, menjadi taat, maka setelah taat, percikan darah yang menyucikan, tiba atas mereka sehingga mereka menjadi orang suci. Sebelum naik ke surga Yesus berkata, "Tidak lama lagi
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Mengapa mereka harus menunggu di Yerusalem sampai janji Allah datang kepada mereka? Apa maksudnya dengan "janji Allah"? Dalam Alkitab istilah janji begitu penting sehingga Perjanjian Lama adalah buku perjanjian dan Perjanjian Baru adalah kitab perjanjian. Allah kita adalah Allah yang berjanji berdasarkan kesetiaan-Nya yang tidak berubah, mengatasi pengeseran waktu dan sejarah. Sejak Adam berdosa, yang dialami manusia adalah kematian, pertama yaitu keterpisahan manusia dari Sumber Hidup. Yang dialami oleh manusia adalah menuju kepada kematian. Dalam makna kedua adalah kemusnahan tubuh fisik ini. Ketiga adalah kematian yang kedua dalam api neraka. Itulah manusia yang hidup tanpa Tuhan, menuju kepada kematian, berada di bawah murka Allah untuk selama-lamanya. Dunia yang berada di bawah kuasa kematian ini menunggu satu janji Allah. Janji yang tidak ditandatangani dengan pena atau tinta. Perjanjian Lama ditandatangani dengan darah binatang. Sedangkan Perjanjian Baru ditandatangani dengan darah Anak Allah yang Tunggal. "Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal." (1Yoh. 2:25). Janji keselamatan itu sudah digenapi oleh Yesus Kristus, maka kini manusia memperoleh hidup yang kekal. Inilah janji terbesar dari Allah kepada manusia. Kalau filsafat menemukan yang bodoh dan bijak. Dalam etika mencari yang benar dan salah. Dalam ilmu mencari yang sungguh dan tidak sungguh. Dalam agama mencari yang boleh dilakukan dan tidak. Dalam Kristus, bukan tidak baik dan baik saja, bukan benar dan tidak benar saja, bukan mengetahui dan tidak mengetahui saja, tetapi adalah kepastian tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Bagaimana Kita Menerimanya?
7
Doktrinal
Doktrinal
8
engkau akan menerima baptisan Roh Kudus." Yang membaptiskan adalah Kristus dan melalui Roh Kudus mereka dikuduskan. Hal ini terjadi di Yerusalem, pada waktu hari Pentakosta. Pada waktu Roh Kudus turun, mereka mendengar firman, taat, dikuduskan dan rela dibaptis. Setelah mereka tahu Kristus mati dan bangkit bagi mereka, hati merasa tertusuk, maka dengan inisiatif sendiri menyadari mereka perlu Tuhan. Maka mereka bertanya, "Bagaimana caranya kami diselamatkan?" Petrus menjawab, "Engkau harus bertobat, meninggalkan dosamu dan dibaptiskan. Engkau akan menerima Roh yang dijanjikan." Hari itu juga Roh Kudus bekerja begitu hebat. Sehingga pada tahap pertama, rasul-rasul dipenuhi. Tahap kedua, kuasa penginjilan dinyatakan sehingga orang-orang bertobat juga menerima kuasa Roh Kudus atas mereka. Mereka tidak berencana untuk dibaptiskan pada hari itu. Mereka datang hanya untuk merayakan hari Pentakosta. Tetapi Roh Kudus bekerja demikian rupa sehingga begitu besar anugerah keselamatan dinyatakan kepada orang Israel. "Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.'" (Kis. 5:31-32) Pertobatan pun merupakan suatu anugerah. Jikalau bukan anugerah Tuhan tidak ada satu orang bisa bertobat, bisa mengenal Yesus dan jika bukan karena gerakan Roh Kudus tidak ada seorangpun menyebut Yesus sebagai Tuhan. Ini merupakan suatu anugerah Tuhan yang memutarbalikkan kita kembali kepada Tuhan Allah. Menerima baptisan Roh Kudus sama artinya dengan diperanakkan pula secara sejati. Ketika kita diperanakkan kembali itu berarti juga kita dibaptiskan oleh Roh Kudus. Setelah dikuduskan kita mendapat status sebagai anak-anak Allah. Sebelum menerima pengudusan Roh Kudus kita adalah jiwa yang tersesat. Maka jiwa yang tertidur memerlukan gugahan Tuhan dengan pendampingan Roh Kudus sehingga kita berjalan sesuai dengan pimpinan-Nya. Kita diberikan kebebasan sebagai manusia yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Namun sejak jatuh dalam dosa maka kebebasan itu sudah menjadi liar dan buas sehingga kita tidak mau diatur. Kita sudah menjadi makhluk liar yang bebas. Bila ada seseorang mengatakan sesuatu kepada kita, kita tidak berpikir akan kebenaran perkataan itu lebih dulu, tetapi langsung berpikir, "Kenapa saya diganggu, mengapa dia berani berkata
demikian kepada saya?" Manusia tidak mau diatur orang lain, itu soal kecil, tetapi manusia tidak mau diatur Tuhan, itu kurang ajar. Kita tidak suka diatur Tuhan, mau mempunyai kebebasan mutlak. Sehingga roh kebebasan kita, tidak kembali kepada Allah sebagai Sumber peta dan teladan. Karena peta dan teladan Allah yang sudah rusak dan liar dalam diri manusia, roh kita menjadi jenuh, tertidur dan mati. Pada waktu kita mati dalam dunia, Dia membangkitkan kita kembali. Paulus mengatakan dengan tegas bahwa kita terpisah dari Allah, sehingga roh kita berstatus mati. "oleh karena nama-Mu yang kudus Engkau membangunkan jiwaku dan membawaku pada jalan yang benar." (Mzm. 23:2-3). Membangun rohani berarti melalui pekerjaan Roh Kudus kita mempunyai kesadaran dan kembali ke jalan yang benar. Ini suatu pekerjaan Roh Kudus. Maka kita tahu Allah memberikan Roh Kudus untuk umat manusia. Pemberian terbesar Allah kepada manusia adalah diturunkannya Anak-Nya yang Tunggal kepada manusia. Pekerjaan Allah terbesar kepada gereja adalah dengan diturunkannya Oknum Ketiga. Oknum Kedua datang ke dalam dunia untuk mengganti manusia, menebus dosa kita. Kristus sebagai pemberian Allah kepada dunia. Oknum Ketiga diberikan kepada gereja. Dengan turunnya Roh Kudus gereja didirikan, yaitu setiap orang yang sudah diperanakkan pula dan didampingi oleh Roh Kudus. Perbedaan orang Kristen dan orang belum Kristen adalah jiwa kita sudah diberikan Roh Kudus sedangkan jiwa mereka adalah jiwa yang melayang-layang, tidak ada arah. Maka barangsiapa dipimpin Roh Kudus adalah anakanak Allah karena kita diberikan Roh Allah, Roh dari Anak itu sendiri. Ada tiga istilah mengenai Roh Kudus:
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
1. Roh Anak (The Spirit of the Son) "Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus ia bukan milik Kristus." (Rm. 8:9). Barangsiapa memiliki Roh itu, bersama-sama dengan Anak kita disebut anak-anak Allah. Roh Kudus diturunkan supaya kita menjadi anak-anak Allah. Kita tidak lagi menghadap Allah dengan ketakutan, melainkan memanggil-Nya dengan "Bapa". Semua agama mengandung satu misteri yang menakutkan sehingga setiap orang yang beribadah makin takut dan gentar, tidak berani melanggar karena mereka adalah oknum di bawah agama. Religion controls a personality but the Holy Spirit guides the personality. Dalam Kristus kita dipimpin Roh Allah. Kita datang kepada Allah bukan dengan takut, melainkan dengan
9
Doktrinal
sebutan Bapa, Papa. Menyatakan hubungan yang begitu erat dan intim. Ini hanya ada pada orang-orang di dalam Yesus Kristus, karena diberikan Roh Anak. Paulus mengatakan, "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, 'Ya Abba, ya Bapa!'" (Rm. 8:15). Bagaimana cara seorang anak datang kepada Bapa? Bukan dengan ketakutan atau harus menyusun komposisi kalimat yang sangat indah untuk datang kepada seorang ayah. Katakan dengan terus terang. Itu sebabnya bila Saudara diminta berdoa, jangan takut. Kita berdoa kepada Bapa karena Roh Anak sudah diberikan kepada kita. Kita menjadi anak-anak Allah yang mempunyai hak berbicara kepada Bapa. Berdoalah kepada-Nya dengan bebas. Dengan tangisan, dengan iman, dengan sukacita, dengan keintiman sebagai anak.
Doktrinal
10
diberikan kekuatan untuk meliputi diri di dalam kebenaran. Roh Kudus bukan membunuh otak atau rasio. Jangan kira bila beriman rasio tidak bekerja, intelek harus dibunuh. Jangan kira dengan percaya kepada Yesus Kristus kita menjadi orang bodoh. Menjadi orang Kristen yang percaya kepada Tuhan, makin percaya makin bijaksana dan pandai. Karena Allah tidak membodohkan manusia, melainkan memberikan bijaksana kepada manusia. Selama berpuluh tahun menjadi orang Kristen sudah lebih mengertikah engkau akan kebenaran? Berapa banyak doktrin yang engkau mengerti dan jalankan sehingga engkau mempunyai bijaksana surgawi yang melampaui pikiran dunia? 3. Roh Penghibur
"Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yoh. 14:1617). Karena Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, maka kita tidak boleh memisahkan antara Roh Kudus dengan kebenaran. Ada orang mengatakan banyak pakai otak dan pengertian, bukan pekerjaan Roh. Pekerjaan Roh tidak memakai pikiran. Ini merupakan dualisme yang dikerjakan manusia yang tidak mengerti Alkitab. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran sehingga di mana Roh Kudus bekerja, Ia membuka pikiran manusia, memberi pencerahan kepada intelek manusia membawa manusia kepada pengertian yang lebih jelas dan tepat. Yesus berkata, "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yoh. 14:25-26). Artinya Roh Kudus dan pekerjaan Roh Kudus memberikan kelimpahan kepada manusia. Kita bukan saja mengerti, melainkan terjun ke dalam, dengan sadar berbagian di dalam, bahkan
Kita hidup dalam dunia tidak mungkin tidak ada air mata dan keluhan, kekecewaan. Orang yang paling kita cintai justru paling sering mengecewakan kita. Orang yang kita harapkan selalu memutuskan harapan kita. Oleh sebab itu kita memerlukan seorang Penolong yang berkuasa untuk menguatkan kita terus. Kuasa Roh yang begitu besar mendampingi kita menempuh perjalanan hidup. Setiap orang menapaki jalan hidup yang menakutkan, penuh ujian dan pencobaan. Tidak ada orang yang bermata, tidak mengalirkan air mata. Tidak ada orang bernafas tidak pernah mengeluh. Tidak ada orang yang bernafas tidak pernah mengeluh. Tidak ada orang yang mempunyai hati, tidak pernah sakit hati. Kekuatan kita sangat minim dibandingkan cita-cita kita yang tinggi. Kita melihat fakta yang kejam: bahwa segala sesuatu yang indah dalam ide tidak terwujud dalam hidup sehari-hari secara nyata. Kita mempunyai segala sesuatu yang sangat jauh dari kesempurnaan. Dalam perjuangan hidup jangan mengira kekayaan, kedudukan tinggi akan menyelesaikan segala persoalan. Orang miskin merindukan jadi orang kaya. Orang kaya memiliki keluhan tersendiri yang tidak dimengerti oleh orang lain. Setiap orang hidup dalam ide tidak terbatas tetapi kemampuan terbatas. Manusia hidup dalam konflik. Sehingga membutuhkan suatu kuasa paradoks untuk mengubah dan memberikan kekuatan kepada kita. Kita memerlukan suatu Roh yang tidak terbatas untuk menjadi Penolong. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata, "Aku akan pergi dan mengutus Penghibur datang kepadamu." Dalam bahasa Yunaninya adalah Parakleitos, Roh Penolong, Roh Penghibur. Yang diutus bukanlah manusia, oknum yang berdarah daging, melainkan Roh.
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
2. Roh Kebenaran
11
Doktrinal
Doktrinal
12
Beberapa hari kemudian, pada Hari Pentakosta merupakan penggenapan dari janji Yesus itu. Roh Kudus turun memberikan penghiburan dan kekuatan kepada mereka. Apakah yang mengubah situasi sehingga manusia tidak lagi takut mati? Apa yang mengubah status sehingga orang-orang yang tadinya begitu gemetar dan takut akan orang Yahudi, menjadi berani bersaksi bagi Kristus? Demikian juga banyak sikap gereja sekarang. Mengurung diri di dalam supaya aman. Memelihara diri baik-baik, supaya bisa mengadakan penginjilan di dunia. Mereka tidak sadar, ketika mereka menutup pintu melindungi diri, mereka menutup pintu penginjilan. Pintu penginjilan tidak pernah ditutup dari luar, melainkan dari dalam. Injil tidak pernah ditutup dari luar, melainkan dari dalam. Injil tidak mungkin ditutup oleh politik, diktator, komunisme, atheisme. Pintu penginjilan hanya ditutup oleh setan-setan penakut yang sedang mengganggu orang Kristen dengan semboyan "bijaksana". Bijaksana yang sesungguhnya adalah berani mengabarkan Injil, tetapi juga teliti. Tidak sembarangan menimbulkan huru-hara yang tidak perlu, tetapi dengan hikmat menyatakan Injil. Tetapi tidak mungkin kita tidak melindungi diri, tidak mungkin kita dapat menerobos keluar. Karena kita belum diberikan kekuatan Roh Kudus, belum melihat berapa besar kebutuhan manusia. Maka kita mengunci diri dengan begitu hati-hati dan Injil tertutup di dalam. Tetapi Tuhan berkata, "My children that is not the way. That is not heavenly wisdom. I am going to give you the strength, new hope, annointment, fulfilment and the filling of the Holy Spirit." Maka pada hari Pentakosta Roh Kudus turun. Setelah dipenuhi Roh Kudus, mereka tidak perlu terus berdoa sampai Tuhan Yesus datang kembali. Sekarang waktunya keluar untuk mengabarkan Injil karena mereka diberikan Roh yang tidak terbatas, mereka mendapatkan Penolong yang luar biasa. Mereka mendapatkan kekuatan dari atas. Bersama Tuhan maka segala sesuatu bisa kita kerjakan, tetapi tanpa Tuhan maka manusia tidak bisa berbuat apa apa. To be united with God we can do everything. But depart from the Lord we can do nothing. Yoh. 15:5, "Dengan meninggalkan Aku engkau tidak bisa berbuat apa-apa." Paulus berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Flp. 4:13). Itulah artinya Roh Kudus diberikan kepada manusia. "supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya" (Yoh. 14:16) Inilah beda pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama Roh Kudus bekerja pada beberapa orang yang mendapatkan tugas penting dari Tuhan. Setelah
selesai tugas, Roh Kudus ditarik kembali. Pada orang yang berbuat dosa, Roh Kudus akan meninggalkannya. Sehingga Daud ketakutan. Dalam Mzm. 51 ia berdoa, "Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" Tetapi ketika Yesus Kristus berjanji di dalam Injil Yohanes, Ia akan berdiam dalam hatimu untuk selama-lamanya. Ini merupakan kalimat yang luarbiasa. Saat hari Pentakosta, Roh Kudus turun, dan tidak pernah ditarik kembali.
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Di mana Roh Kudus Berdiam? Di dalam gereja-Nya, yaitu orang-orang yang diperanakkan oleh Tuhan, dikuduskan, dibaptiskan menjadi orang suci. Orang yang menerima Kristus, beriman dalam Kristus, diberikan Roh Kudus yang menjadi meterai dalam dirinya untuk selama-lamanya. Barangsiapa yang sudah diperanakkan pula oleh Roh Kudus, menerima Kristus dengan sungguhsungguh, menerima Roh Kudus sekaligus. Karena Roh Kudus diberikan kepada orang yang beriman kepada Kristus untuk selama-lamanya. Kapankah Roh Kudus Bekerja? "Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran yaitu Injil keselamatan -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." (band. Ef. 4:30; Gal. 3:14; 1Yoh. 3:24). Roh yang dijanjikan turun, menjadi karunia dan sumber segala berkat, menjadi Penolong dalam hati kita dan tinggal dalam diri kita sampai selama-lamanya. Bagi orang Kristen yang sudah diselamatkan, yang sudah menerima Roh Kudus, perlukah kita berdoa minta Roh Kudus lagi? Apa tujuan kita mengadakan persekutuan doa sepuluh malam menjelang hari Pentakosta? Bukan untuk minta Roh Kudus turun lagi melainkan minta supaya Roh Kudus terus bekerja di dalam diri orang-orang lain. Kapan Roh Kudus bekerja? Bukan hanya pada hari Pentakosta. Setelah hari Pentakosta sampai Kristus datang kembali merupakan hari-hari di mana Roh Kudus bekerja. Setiap hari adalah hari penginjilan. Setiap hari adalah hari Tuhan bekerja. Setiap hari kita berdoa agar Roh Kudus turun, padahal Roh Kudus turun untuk gereja
13
Doktrinal
satu kali untuk selama-lamanya. Tetapi barangsiapa menerima Yesus karena Roh Kudus bekerja di dalam hati mereka dan mendapatkan pembaruan berarti Roh Kudus turun atas mereka. Sebagaimana Kristus cuma mati satu kali, tetapi waktu kita percaya, kita bersatu dalam kematian dan kebangkitan-Nya pada hari kita percaya. Demikian Roh Kudus hanya turun satu kali, tetapi kita dimasukkan dalam pembersihan itu pada hari Pentakosta pertama itu. Ingat mulai hari ini engkau tidak sendirian, ada Roh Tuhan dalam dirimu. Ia menghibur, menolong, memberi kekuatan, mencurahkan kasih kepadamu. Pada saat engkau susah dan menderita, pada saat itu juga Roh Kudus mencurahkan cinta kasih kepadamu. Khususnya dalam kesukaran yang berat, baru betulbetul engkau merasakan betapa manis dan hebat pencurahan kasih yang diberikan Roh Kudus (Rm. 5:5). Roh Kudus memberikan kekuatan dan keberanian kepada kita untuk mengabarkan Injil kepada orang lain. Dulu sungkan, malu, takut orang lain tersinggung dan marah, sekarang tidak. Ketika Roh Kudus memenuhi kita, kita penuh dengan kasih secara alamiah, dengan berani dan penuh prihatin, memberitakan Injil kepada orang lain. Janji keselamatan Allah tidak bisa dilepaskan dengan janji kedatangan Roh Kudus. Arti dibaptiskan oleh Roh Kudus adalah manusia menerima pembersihan total dan dikuduskan menjadi orangorang suci.
„Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” - Roma 5:5 -
Worldview
14
Kematian Pdt. Dipl. Musik Billy Kristanto, M.C.S
M
emikirkan tentang kematian adalah suatu hal yang seringkali dianggap menakutkan. Filsafat eksistensialisme bahkan mengembangkan suatu pemikiran yang menempatkan Angst zum Tode sebagai suatu tema yang penting. Di satu sisi kita sependapat bahwa mereka yang memikirkan akhir hidupnya (baca: kematian) adalah mereka menyadari eksistensi diri, namun di sisi yang lain, kita tahu bahwa blosse Angst tidak akan memimpin manusia ke mana-mana. Mungkin saja dalam ketakutannya tersebut manusia lalu terdorong untuk mengerjakan pekerjaan yang berarti, namun sekali lagi, ketakutan, bagaimanapun juga, tidak dapat dianggap sebagai kebajikan (Tugend/virtue). Lalu, apakah mereka yang tidak mempedulikan hari kematiannya, bersikap lebih bijaksana daripada mereka yang ketakutan dan terusmenerus memikirkannya? Sama sekali tidak. Bahkan lebih parah daripada yang pertama. Kitab Suci mengatakan bahwa mereka yang tidak percaya adanya kehidupan setelah kematian, secara konsekuensi logis, boleh mengambil gaya hidup hedonisme dengan semboyannya yang terkenal “laßt uns essen und trinken; denn morgen sind wir tot!” (I Kor 15:32). Kehidupan yang tidak pernah memikirkan keterbatasan kehidupan itu sendiri, akan cenderung membawa manusia untuk hidup mencari kepuasan pribadi. Kepuasan pribadi ini tidak harus selalu dinyatakan dalam gaya hidup pesta pora dan mabuk-mabukan, pergi ke pelacuran dan sebagainya. Pengejaran kepuasan serta kenikmatan pribadi ini mungkin saja mengambil bentuknya dalam kehidupan moral yang tinggi, suka menolong orang lain, menjadi seorang humanist, namun pada akar hatinya adalah mengejar kepuasan diri sendiri. Daud berdoa kepada Tuhan agar ia diajar bahwa hidupnya memiliki sebuah akhir (Psalm 39:5). Mengapa perlu diajar? Bukankah pengalaman dari sejarah, data empiris sudah dengan begitu gamblang
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
15
Worldview
menyatakan bahwa hidup manusia memang memiliki sebuah akhir? Adakah manusia yang begitu keras kepala menolak kenyataan bahwa hidup kita memang suatu saat akan berakhir? Tampaknya tidak banyak orang yang memiliki kenekadan seperti itu. Namun, sesungguhnya yang dimaksud oleh Daud adalah bahwa sekalipun manusia mengetahui bahwa hidupnya memiliki sebuah akhir, namun manusia menghidupinya seolah-olah tidak ada akhirnya. Tidak ada kepekaan akan waktu yang semakin singkat dalam hidup manusia. Dalam keadaan seperti inilah Daud memohon kepada Tuhan agar ia terus diajar bahwa hidupnya suatu saat akan berakhir. Waktu tidak selama-lamanya diberikan kepada manusia. Suatu saat ia harus mengakui, entah dengan rela atau tidak rela, bahwa ia adalah ciptaan yang terbatas, dan bahwa hidupnya tidak sepenuhnya berada dalam kekuasaannya sendiri, ia harus mempertanggung-jawabkan segala sesuatu yang telah dilakukannya selama hidupnya di hadapan Penciptanya. Tanpa pengertian ini (bukan sekedar pengetahuan!) manusia tidak mungkin memiliki tujuan hidup yang benar. Ia boleh memiliki tujuan hidup yang dianggapnya begitu pasti, dan mengejarnya dengan segala kekuatan self-determinasi, namun di hadapan Tuhan sesungguhnya semuanya hampa. Manusia melakukan hal-hal yang menimbulkan Unruhe yang tidak perlu, ia mengumpulkan dengan tidak mengetahui siapa yang kelak akan menikmatinya. Inilah paradoks hidup manusia yang hanya mengejar keuntungannya sendiri. Sesungguhnya, ia berjalan dalam kehidupan yang sangat tidak pasti!
Worldview
16
dan bagaimana bereksistensi?” Sesungguhnya ketika seseorang berbuat dosa, ia menghancurkan eksistensinya dalam pengertian yang paling dalam, karena eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang tidak mungkin tidak harus dikaitkan dengan hubungannya di hadapan Allah (entah hubungan dikasihi-mengasihi, atau menolak-dimurkai). Dengan berbuat dosa manusia merusak hubungannya dengan Allah. Semakin ia tidak suka berhubungan denganNya, semakin ia akan menghancurkan dirinya sendiri. Pertanyaan pertama dalam Heidelberger Katechismus berbunyi “Was ist dein einziger Trost im Leben und im Sterben?” Dijawab, “Daß ich mit Leib und Seel, beide im Leben und im Sterben, nicht mein, sondern meines getreuen Heilands Jesu Christi eigen bin ...” Menjadi milik Allah (dan bukan milik sendiri) adalah penghiburan yang terbesar. Alangkah celakanya jika manusia justru berpikir sebaliknya! Perhatikan saja, di manakah ada manusia yang dengan segala keperkasaan yang ada padanya sanggup menguasai maut sehingga ia tidak harus mengalaminya? Jika tidak ada, mengapa banyak orang enggan untuk menyerahkan sepenuhnya hidupnya (dan bukan hanya kematian yang tidak sanggup dikuasainya). Ketidak-berdayaan manusia dalam menghadapi kematian sebenarnya hanya menyatakan hal yang sama terhadap kehidupan.
Inilah cicipan kematian yang sesungguhnya: hidup dalam dosa. Para eksistensialist seringkali dikuasai oleh ketakutan untuk tidak lagi bereksistensi. Namun kita dapat mempertanyakan “Apa itu eksistensi
Kita sekarang berada dalam masa pra-paskah, di mana orang-orang percaya akan merenungkan kembali kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Ia sendiri mati, sama seperti semua manusia yang lain, namun berbeda dari mereka semua, karena Ia sanggup mengalahkan kuasa kematian. Dan Ia berjanji untuk memberikan kehidupan yang kekal bagi mereka yang percaya dalam namaNya. Orang percaya akan tetap mengalami kematian (kecuali Tuhan telah datang kembali sebelum hari kematiannya). Namun ia tidak akan selama-lamanya binasa, bersama dengan Tuhan ia akan dibangkitkan untuk menerima kehidupan kekal di sorga. Dan bukan hanya itu, mereka yang percaya dalam namaNya juga diberi kuasa untuk hidup mati terhadap dosa, terhadap dunia, bahkan terhadap diri sendiri. Kematian ini adalah kematian yang menghidupkan. Sebaliknya, penolakan terhadap kematian ini akan membawa kepada kebinasaan kekal, kematian yang sesungguhnya. Yesus Kristus mengatakan “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk 9:24). Menyelamatkan hidup
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Dalam kegalauan jiwanya, pemazmur belajar untuk tetap berharap kepada Tuhan (ayat 8). Suatu pengharapan yang diteriakkan dari sebuah pengenalan diri serta kebutuhannya yang terdalam, yaitu agar Tuhan membebaskan dia dari segala dosa-dosanya. Kebanyakan manusia hidupnya tertekan karena sakit-penyakit, ekonomi tidak mapan, kurang berhasil dalam menjalin hubungan dengan sesama, study tidak lancar, masa depan tidak jelas dlsb, namun berapa orang yang tertekan seperti Daud, menyadari bahwa problema terbesar dalam hidup manusia bukanlah hal-hal di atas, melainkan kehidupan yang berdosa. Berapa serius dosa di hadapan kita?
17
Worldview
Affection
18
justru akan kehilangan hidup, sebaliknya mengorbankannya adalah menyelamatkannya. Kematian Kristus memberikan kemungkinan kepada manusia untuk tidak hidup bagi dirinya sendiri. Sekalipun Ia tidak berdosa dan tidak harus mengalami maut, namun Ia rela mati karena dosa-dosa umat manusia. KematianNya merupakan penyataan puncak ketaatanNya yang sempurna kepada Allah, tidak ada suatu pun yang Dia pertahankan bagi diriNya sendiri. Ia telah menyerahkan segala sesuatu yang dapat diberikan, bahkan nyawaNya sendiri. Kematian inilah yang mendahului kebangkitan dan hidup. Begitu banyak orang percaya yang kehidupannya tidak berada dalam kepenuhan kuasa kebangkitan, karena menolak kuasa kematian yang harus bekerja terlebih dahulu. Tanpa kematian terhadap diri kita sendiri, tidak ada gunanya untuk mengharapkan pekerjaan kuasaNya yang dahsyat. Pergumulan kita lebih merupakan pergumulan untuk suatu kehidupan yang menyangkal diri, daripada kehidupan yang mendapatkan kuasa Tuhan. Persekutuan dalam penderitaan Kristus, demikianlah yang terus dikejar oleh Paulus, dan dia tidak berpendapat telah memperolehnya, maksudnya perjalanan yang harus ditempuh masih merupakan suatu proses yang panjang, dia tidak berhenti bergumul untuk mengejar panggilan Tuhan. Saya percaya setiap orang yang membaca tulisan ini, atasnya Tuhan memiliki suatu rencana. Rencana itu tersembunyi, kita bahkan tidak berhak untuk mengetahuinya, namun ada satu hal yang kita boleh, bahkan harus mengetahuinya, yaitu bahwa Tuhan menghendaki kita untuk mati dan disalibkan bersama-sama dengan Dia. Di sinilah letak kepenuhan hidup yang sesungguhnya. Selamat Paskah 2005! Solus Christus!
The Body of Christ Pdt. Budy Setiawan, S. Th
S
uatu kali ada seorang Pendeta bernama Joe yang bergumul selama bertahun-tahun dalam masalah seksual. Dia telah sungguh-sungguh berdoa dan mengaku dosanya di hadapan Tuhan, tetapi terus terjebak dalam lingkaran ketergantungan ini. Akhirnya rasa putus asa dan depresi yang muncul memaksa dia masuk dalam rumah sakit dan bergabung dalam suatu kelompok kecil Kristen yang dipimpin DR. Henry Cloud. Pada suatu jadwal pertemuan kelompok, Joe menitip pesan bahwa dia tidak bisa datang hari itu karena “he didn’t feel like it.” Tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah Joe jatuh lagi dalam dosa seksual pada malam sebelumnya dan rasa bersalah yang begitu besar membuat dia tidak ingin datang pada pertemuan tersebut. Henry mendatangi Joe dan mempersuasi dia untuk tetap ikut. Ketika tiba waktu sharing, seorang anggota group menanyakan kabar Joe, dan Joe berkata singkat, “Baik.” Tetapi anggota group merasakan sesuatu yang lain. Selama beberapa kali pertemuan kelompok ini, Joe seringkali hanya menolong orang lain dengan pendapat-pendapatnya yang seringkali sangat baik. Tetapi dia hampir tidak pernah menceritakan pergumulannya. Tetapi pagi itu Henry mendorong Joe untuk membagikan pergumulannya. Selama bercerita, Joe terus memandang ke bawah. Dia menceritakan bagaimana selama bertahun-tahun dia terus jatuh dalam dosa seksual dan begitu ketakutan seseorang akan mengenalinya pada waktu dia berkhotbah. Dia menjalani hidup bermuka dua selama bertahun-tahun dan hal itu sesungguhnya sangat merobek-robek jiwanya. Dia menceritakan bagaimana tertekan dan terasing hidupnya, ketidak mampuannya untuk berhenti menambah tekanan yang sangat berat. Dia menceritakan suatu hidup yang mengerikan. Tetapi kemudian sesuatu terjadi. Ketika Joe terus memandang ke bawah
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
19
Affection
sambil bercerita, Henry melihat kepada wajah-wajah anggota lainnya. Henry melihat kepada mata-mata yang berkaca-kaca. Mereka turut sedih dan merasakan pergumulan dan tekanan yang dialami Joe. Henry dapat merasakan belas kasihan dan anugerah dalam ruangan itu. Tetapi Henry juga sadar bahwa Joe tidak menyadari hal itu sama sekali. Karena itu Henry kemudian berkata, “Joe, saya mau kamu mengangkat wajahmu dan melihat kepada anggota group yang lain.” “Tidak, saya tidak bisa,” kata Joe dengan suara pelan. “Ya, tentu kamu bisa, lihatlah teman-temanmu,” dorong Henry. Setelah beberapa kali keraguan dan dorongan, akhirnya Joe mengangkat kepalanya. Ketika dia melihat sekeliling, dia melihat mata yang berlinang dan wajah yang mengerti pergumulannya. Joe melihat senyum yang lembut... dia melihat penerimaan... dia melihat anugerah. Joe jatuh dari kursinya, dan menangis seperti anak kecil. Pada saat itu kuasa kebergantungannya dipatahkan. Tentu saja dia harus melakukan perubahan-perubahan dalam hidupnya, tetapi kuasa kebergantungannya telah dipatahkan ketika sedalam hatinya dia mengalami anugerah Allah melalaui saudarasaudara seimannya. 1 Kisah ini memberi illustrasi yang baik mengenai pentingnya setiap kita untuk terikat menjadi satu dengan orang Kristen lainnya. Tanpa keterkaitan antara satu dengan yang lain kita tidak mungkin mengalami pertumbuhan rohani sejati. Alkitab menyatakan bahwa setiap jemaat adalah satu tubuh yang terikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendisendi, dan ditopang oleh setiap ligamen, serta bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus, yang adalah Kepala (Kol 2:19; Fil 4:15-16; I Kor 12:27). Bukankah kebenaran ini menggugah kita dan memperbaharui bagaimana kita melihat saudara kita seiman? Seberapa dalam kita menghayati dan mengalami kebenaran ini dalam realita hidup kita sebagai jemaat Tuhan? Betapa jauhnya realita hidup kita sebagai jemaat Tuhan dengan gambaran kita sebagai tubuh Kristus. Kita akan memikirkan lebih jauh beberapa aspek mengenai fakta bahwa kita adalah satu tubuh. Cerita dikutip dari buku Henry Cloud and John Townsend, “How People Grow: What the Bible Reveals about Personal Growth,” (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2001), hal. 129-130.
1
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Affection
20
CHRIST IS THE HEAD Ketika berbicara tentang tubuh Kristus hal pertama yang harus ditekankan adalah keutamaan Kristus sebagai Kepala yang mempersatukan tubuhNya, yaitu gereja. Ketika Paulus berbicara mengenai tubuh Kristus, maka pertama-tama dia menunjuk kepada tubuh fisik Kristus yang tergantung di atas salib. Hal ini jelas dari cara Paulus menyatakan kesatuan antara orang Yahudi dan Yunani sebagai satu tubuh. Permusuhan antara Yahudi dan Yunani telah dihapus dalam tubuh jasmani Kristus, di mana orang Yunani “yang jauh” telah dipersatukan dengan orang Yahudi “yang dekat” darah pengorbanan Kristus (Ef 2:13-18). Mereka dijadikan “seorang manusia baru” di dalam Kristus. Paulus mengatakan bahwa mereka keduanya telah diperdamaikan “kepada Allah dalam satu tubuh melalui salib” (Ef 2:16). Apakah yang dimaksud dengan ‘satu tubuh’ disini? Apakah menunjuk kepada gereja sebagai manusia baru di dalam Kristus atau tubuh jasmani Kristus yang telah dialirkan darahnya? Konteks bagian ini boleh mendukung kedua pendapat.2 Dan memang ini adalah tujuan Paulus. Ketika Paulus berbicara mengenai gereja sebagai tubuh Kristus, dia berbicara tentang tubuh jasmani Kristus yang tersalib. Karena kita dipersatukan dengan tubuh jasmani Kristus yang melalui kematianNya menebus dosa kita, maka kita sekarang adalah satu tubuh. Ketika gereja Korintus mulai berselisih tentang pemimpin mana yang harus diikuti, Paulus berteriak, “Apakah Kristus terbagi-bagi? Apakah Paulus tersalib bagi kamu?” (I Kor 1:13). Persatuan gereja dengan Kristus bersifat representatif: seperti Adam merupakan representasi dari semua manusia di dalam Adam, begitu juga Kristus merupakan representasi dari semua yang dipersatukan di dalam Dia (Rom 5:15-19). Ketika Kristus mati, kita mati; ketika Dia bangkit, kita bangkit. Karena itu Paulus memerintahkan mereka yang telah mati bersama dengan Kristus, untuk mematikan dosa di dalam diri mereka, dan mereka yang telah
2
Edmund P. Clowney, “The Church,” (Downers Grove, Illinois: IVP, 1995), hal. 63. Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
21
Affection
dibangkitkan dengan Kristus untuk mencari perkara-perkara yang di atas (Kol 3:1-5). Kedua, persatuan kita dengan Kristus juga bersifat fital. Kita dipersatukan dengan Kristus seperti ranting kepada pokok anggur. Ranting bergantung sepenuhnya kepada pokok anggur, dan bukan sebaliknya. Karena itu kita harus berhati-hati ketika melihat I Kor 12, di mana “kepala” di sini tidak menunjuk kepada Kristus tetapi kepada salah satu bagian (anggota) dari tubuh (12:21), sejajar dengan mata, telinga, dan hidung. Paulus tidak pernah berpikir tentang Kristus sebagai kepala yang membutuhkan tubuh. Gereja sebagai “seorang manusia baru” di dalam Kristus tidaklah identik dengan Kristus itu sendiri, tetapi hanya melalui karya Roh Kudus dipersatukan secara fital dengan Kristus. Persatuan dengan Kristus yang bersifat representatif dan fital telah dimeteraikan oleh kehadiran dan karya Roh Kristus dalam diri umatNya. Kasih Allah yang dicurahkan ke dalam hati kita menemukan ekspresinya dalam kasih yang menyala-nyala diantara saudara seiman (Rom 5:5; I Yoh 3). Demikian juga Kristus yang telah memperdamaikan kita dengan Allah, juga diekspresikan dengan damai diantara saudara. Segala karya Kristus bagi kita juga mempersatukan kita satu dengan yang lain. UNITY IN DIVERSITY AND DIVERSITY IN UNITY Pernahkah saudara tahu dari mana asal kata university? University berasal dari kata unity and diversity. Jadi tujuan didirikannya university adalah menemukan keutuhan (unity) dari segala keragaman (diversity) yang ada dalam dunia ini. Alkitab mengajarkan bahwa orang Kristen adalah tubuh Kristus yang hadir dalam keragaman dan keutuhannya. Bagi rasul Paulus kesatuan orang percaya bukanlah suatu goal, melainkan satu fakta: “karena kita semua telah dibaptis oleh satu Roh ke dalam satu tubuh” (I Kor 12:13). Fakta ini tidak tergoncangkan meskipun perbedaan-perbedaan dalam jemaat begitu tajam: “Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu dalam Kristus Yesus” (Gal 3:28; band. Kol 3:11). Di tengah perbedaanperbedaan yang begitu banyak, secara ras (Yahudi dan Yunani), ekonomi (kaya dan miskin), sosial (budak dan orang merdeka), seks Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Affection
22
(pria dan wanita), dan rohani (kuat dan lemah), Paulus sering menasihati orang percaya untuk menolak sikap yang mengancam kesatuan orang percaya, dan mendorong sikap yang membawa kesatuan jemaat menjadi lebih nyata: “Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. Satu tubuh dan satu Roh...satu Tuhan, satu iman, satu baptisan; satu Allah dan Bapa dari semua... (Ef 4:3-6). “Karena itu buanglah kebohongan adan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota (Ef 4:25; band. Kol 3:15). Perselisihan yang terjadi di Korintus, khususnya berkaitan dengan perjamuan suci, merupakan contoh negatif tentang pelanggaran terhadap kesatuan tubuh. Karena itu hukuman Allah juga sudah terjadi atas mereka (I Kor 11:17-34). Namun demikian Paulus tidak pernah memerintahkan mereka untuk berhenti berkumpul. Knox Chamblin mengatakan, “ Yet even in this crisis Paul does not order that the meetings be cancelled, which suggests both that he attached tremendous weight to believers’ coming together (11:18) as visible evidence of the body’s unity, and that corrections to the abuses were most likely to occur in those very gatherings.” 3 Dalam bukunya Life Together, Dietrich Bonhoeffer mengatakan, “Satusatunya individualisme yang aman adalah yang ada dalam komunitas Kristen, dan satu-satunya komunitas Kristen yang aman adalah yang menginzinkan adanya individualisme.” 4 Dari sini kita bisa melihat pentingnya keunikkan pribadi sekaligus juga pentingnya kesatuan dari komunitas Kristen. Berdasarkan prinsip ini kita juga melihat tidak cocoknya komunisme (yang menghilangkan individualisme) dan juga individualsime barat (yang menghilangkan keutuhan komunitas). Jadi konsep kesatuan tubuh Kristus jelas tidak menghilangkan keunikkan individu tetapi justru sebaliknya menjadikan individu tersebut semakin muncul menggenapi rencana Allah bagi dia. Prinsip ini mirip dengan
3
J. Knox Chamblin, “Paul & the Self: Apostolic Teaching for Personal Wholeness, “ (Grand Rapids, Michigan: Baker, 1993), hal. 204. 4 Dikutip dari Mark Shaw, “Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja” terj. The Boen Giok (Surabaya: Momentum, 2000), hal. 276.
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
23
Affection
kesatuan antara suami dan istri di mana mereka bukan lagi dua tetapi satu, tetapi pada sisi lain bukan berarti mereka kehilangan individualitas. “A good husband makes his wife more a woman, and a good wife makes her husband more a man.”
„Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” - Kolose 3:1-4 -
Resensi Buku
24
Resensi Buku
Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja Judul asli Penulis Penerjemah Penerbit Jumlah halaman ISBN Resensi oleh
: : : : : : :
10 Great Ideas from Church History Mark Shaw The Boen Giok Momentum 320 halaman 979-8131-00-2 Tirza Rachmadi
B
uku ini menampilkan satu kesatuan dari pencerahan Tuhan yang menyeluruh dan realitas gereja saat ini dengan segala kepicikan dan kekanak-kanakannya. Pemecahan semua masalah itu sebetulnya sudah ada di dalam sejarah gereja, berhubung segala persoalan anak Tuhan biasanya berasal dari kelalaian diri sendiri. Visi yang Tuhan berikan tidak dikejar dengan sekuat tenaga, padahal Tuhan sudah berbicara kepada berbagai macam orang dalam segala jaman; visi tentang kebenaran, kekudusan, persatuan, jaminan, ibadah, pembaharuan, pertumbuhan, misi, keadilan, dan persekutuan. Dari orang-orang yang memperhatikan apa yang Tuhan nyatakan kepada mereka, sepuluh raksasa iman hadir dalam buku ini dengan sumbangsih mereka, bagaikan penunjuk jalan, mulai dari Martin Luther, John Calvin, Jeremiah Burroughs, William Perkins, Richard Baxter, Jonathan Edwards, John Wesley, William Carey, William Wilberforce, sampai kepada Dietrich Bonhoeffer. Saya tidak akan menulis sebuah ringkasan tentang isi buku ini, karena Shaw sudah membawakan topik-topik yang penting dengan baik dan singkat (padahal justru topik-topik semacam ini yang bisa dengan mudah menjadi rumit dan sulit dimengerti). Namun sedikit dari satu pencerahan yang saya dapatkan dari bab 1, teologi salib dari Martin Luther, adalah pentingnya paradoks dalam mengikut Tuhan. Di dalam segala kesulitan dan kebingungan kita, lihatlah kepada salib; ya, benar, sudah tahu. Lalu?
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
25
Resensi Buku
Kita sudah sering sekali mendengar tentang penderitaan Kristus; salib bisa digolongkan sebagai suatu cliché di kalangan gereja. Sesungguhnya pada salib itu hal yang paling aneh dan tidak masuk akal terjadi. Kalah, dipermalukan, tidak berdaya, dan orang ini adalah Allah, yang maha tinggi dan maha kuasa? Kita belum berhasil melihat salib dengan mata yang tidak – maafkan saya - ‘sok Kristen’. Dengan itu kita – dengan respons yang manusiawi – akan berseru bersama-sama orang di kaki salib, “Jika Engkau adalah Anak Allah, turunlah dari salib itu!” Allah bisa dikenal dari keindahan dan kekuatan ciptaanNya: langit yang biru, bulan dan bintang yang bersinar lembut, dan seterusnya. Namun Allah menyatakan diriNya sepenuhnya melalui salib. Jalan menuju pengenalan yang lebih dekat kepada Allah bukan suatu jalan yang lurus, melainkan seperti mendaki gunung; tidak semua jalan yang menanjak akhirnya pasti berakhir di puncak. Hal ini menjadi penghiburan yang luar biasa bagi saya di dalam ketidakmengertian saya tentang hidup. Setiap bab dari buku ini mengangkat satu problematik dengan sangat jelas dan efisien namun tidak bertele-tele, dan juga dapat dibaca terpisah dari bab-bab yang lain, sehingga pembaca tidak harus menyediakan waktu untuk membaca satu buku sekaligus. Satu hal yang juga sangat menarik adalah bagaimana Shaw tidak memisahkan pengalaman nyata para teladan iman modern ini dengan teologi dan iman kepercayaan mereka. Di setiap bab kita dibawa untuk mengalami jatuh-bangunnya orang-orang yang mengeluarkan hasil pergumulan mereka dengan Tuhan; keberhasilan mereka, kesalahan mereka, pertarungan mereka melawan diri sendiri. Setelah itu, dengan pengetahuan akan latar belakang ini, intisari hasil perenungan mereka pun dipaparkan dengan sistematis dan jelas. Terakhir, bagaimana kita sebagai jemaat dapat mengaplikasikan pelajaran ini secara praktis, bahan diskusi, dan bahan bacaan lebih lanjut. Secara keseluruhan, waktu membaca orang dibawa untuk ikut melihat masalah yang ada di gereja, ikut berpikir, dan ikut bergumul untuk menyelesaikannya, dan terutama, diperlengkapi dengan apa yang Tuhan memang sudah sediakan bagi umatNya. Di tengah kelimpahan pemikiran dan berkat Shaw dan penerjemah berhasil mempertahankan kepraktisan dan kesederhanaan karya ini. Buku ini merupakan buku panduan yang penting bagi setiap orang yang mengakui otoritas Allah yang memerintahkan kita untuk “... berubahlah menurut pembaharuan budimu.” (Roma 12:1). Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Biografi
26
Biografi
Corrie ten Boom Sumber Penulis Penerbit ISBN Resensi oleh
: Coorie ten Boom-heroine of Haarlem : Sam Wellman : Adonai publishing : 979-9342-51-1 : Fenny Puspitasari
Di awal Perang Dunia II, Corrie ten Boom adalah seorang perempuan Belanda yang biasa-biasa saja, setengah tua, dan tidak menikah. Dia berasal dari keluarga yang penuh dengan kasih yang benar-benar mendalam di dalam Kristus. Dunia luar membuatnya semakin mencintai kehidupan rumah. Di rumah tidak pernah ada ketidakadilan. Di masa kecilnya Corrie tinggal bersama bibi Bep, bibi Jan, bibi Anna yang bijaksana, mama yang sering mengalami kesakitan di dalam hidupnya yang disebabkan oleh penyakit batu empedu yang dideritanya, kakak-kakak perempuan dan abang Corrie, di mana baginya mereka adalah sahabat yang paling baik; dan papa yang dikenal sebagai pembuat jam terbaik di seluruh Belanda sehingga banyak orang muda datang kepadanya meminta untuk menjadi muridnya. Tetapi sebenarnya papa Corrie lebih dari seorang pembuat jam yang paling istimewa. Dia sangat mengasihi orang-orang Yahudi, sebagai umat pilihan Tuhan. Papanya berasal dari keturunan ten Boom yang panjang, yang tidak pernah takut memihak pada Tuhan. Pada akhir Perang Dunia yang menghancurkan itu, Corrie berubah menjadi seorang perempuan yang menjalankan misi Tuhan, seorang perempuan yang benar-benar diselamatkan dan diubah oleh iman yang diterimanya ketika itu. Tergerak karena melihat bangsa Yahudi yang melarikan diri secara tragis pada zaman pemerintahan Nazi pada waktu itu, keluarga ten
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
27
Biografi
Boom mengubah rumah mereka di Haarlem, Belanda, yang dikenal dengan nama Beje ( diucapkan dengan kata „ bay yaay „ ) kependekan dari nama Bartel Joris, asal nama Barteljorisstraat, menjadi tempat persinggahan orang banyak untuk menuju kebebasan. Di bagian atas toko jam terkenal milik keluarga ten Boom, ada sebuah kamar, di mana kamar tersebut dijadikan tempat persembunyian bagi orang-orang Yahudi yang disembunyikan di rumah mereka. Di dalam kegiatan pergerakan seperti itu membuat keluarga ten Boom dicurigai dan mereka dicap sebagai musuh Nazi karena perlindungan mereka terhadap orang Yahudi, yang pada akhir dari pergerakan ini mengakibatkan Corrie dan keluarganya ditahan dan mengalami penyiksaan di dalam sebuah kamp konsentrasi yang mengerikan. Namun, Corrie yang berani tidak membiarkan apa pun juga menghalanginya dari memberitakan firman dan kasih Tuhan, bahkan dalam keadaan yang tidak terbayangkan oleh Corrie sekalipun. Dengan iman dan ketidakgentarannya firman dan kasih Tuhan diberitakan di tengah-tengah penderitaan orang-orang yang berada di kamp konsentrasi tersebut. Setelah perang usai dan sampai kematiannya, Corrie telah berpergian dan mengajar di lebih dari enam puluh negara di seluruh dunia. Berita yang disampaikannya selalu sama, yaitu: „tidak ada apa pun, bahkan kematian sekalipun, yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan“. Corrie “sang bunga Haarlem“ meninggal pada tanggal 15 April 1983tepat pada hari ulang tahunnya yang kesembilan puluh.
„Ya, TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!” - 1 Yohanes 3:16 -
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Kolom Tanya Jawab
28
Kolom Tanya Jawab Pdt. Tommy Elim, S.Th Tanya: Bagaimanakah status manusia sesudah di surga atau sebelum jatuh ke dalam dosa dalam aspek niat menaati Allah? Apakah manusia akan 100 % mempunyai niat untuk itu dari dirinya sendiri sehingga tidak perlu bergantung lagi kepada Allah dalam hal ini? − Tirza Rachmadi − Jawab: Di dalam teologi ketika berbicara mengenai step-step sejarah kehidupan manusia dalam konteks kebebasan serta niat menaati kehendak Allah, para teolog Reformed mendapat banyak sumbangsih pemikiran Agustinus yang membaginya dalam 4 step: No Step Keadaan Manusia Kondisi Kebebasan Manusia Posse Non Peccare (Bisa Tidak 1 Sebelum Jatuh Dalam Dosa Berdosa) Non Posse Non Peccare (Tidak 2 Setelah Jatuh Dalam Dosa Bisa Tidak Berdosa) Penebusan Dalam Posse Peccare (Bisa Berdosa) 3 Setelah Kristus Non Posse Peccare (Tidak Bisa 4 Setelah Dimuliakan di Surga Berdosa) Dalam step kedua dan ketiga, kondisi kebebasan manusia cukup jelas. Manusia dalam keberdosaannya, seluruh potensi kebebasannya hanyalah dipergunakan untuk berbuat dosa semata. Kondisi kerusakan total (Total Depravity) setelah kejatuhan menyebabkan tidak adanya perbuatan yang sungguh-sungguh benar dihadapan Allah (Roma 3:9-20). Sedangkan setelah penebusan manusia menjadi manusia baru dan dengan pimpinan Roh Kudus mungkin hidup sebagai anak-anak Terang yang melakukan kebenaran dan kekudusan (Efesus 5:1-21).
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
29
Kolom Tanya Jawab
Umumnya pertanyaan muncul berkaitan dengan keadaan awal penciptaan (sebelum kejatuhan) dan setelah pemuliaan di surga. Sebelum pembahasan lebih jauh adalah baik untuk diperhatikan bahwa kata kebebasan (Freedom) yang dipergunakan dalam tulisan ini dimengerti dalam konteks kemampuan untuk melakukan apa yang menyenangkan Allah sesuai dengan yang telah diwahyukanNya, dan bukan dalam pengertian kemampuan atau kapasitas memilih (choice) apapun yang menjadi bagian esensial dari natur manusia sebagai ciptaan yang berpribadi. Ketika manusia diciptakan, Adam dan Hawa, memiliki kapasitas memilih (choice) dan kebebasan sejati (true freedom). Menurut Agustinus, manusia “bisa tidak berdosa” (posse non peccare). Secara positif, kalimat Agustinus dapat dimengerti bahwa manusia bukan hanya sekedar bisa memilih hal-hal yang sekunder, tapi mereka bisa memilih dan melakukan apa yang menyenangkan Allah. Mereka memiliki kebebasan yang sejati. Manusia bukan sekedar ada dalam keadaan netral –tidak baik dan tidak buruk- melainkan keberadaan yang oleh pertolongan Allah mampu menjalani kehidupan yang sepenuhnya menyenangkan Allah. Namun kebebasan sejati ini hanya dapat terealisasi melalui kebergantungan kepada Allah. Anthony Hoekema dalam bukunya Created in God’s Image, mengutip penjelasan Bavinck yang mengatakan, “Manusia bisa tetap memegang integritas moral mereka dan bisa menolak untuk menyerah pada godaan si ular (meskipun penolakan terhadap godaan seperti ini tetap akan memerlukan bantuan Allah).”
Kolom Tanya Jawab
30
antara keinginan diri dan kehendak Allah terus menyatu dan menyebabkan kebebasan secara total dari dosa dan penderitaan. Kebebasab sejati manusia mencapai kesempurnaan dan mendapatkan makna yang sesungguhnya dalam step kehidupan ini. Original and authentic meaning dari kebebasan mendapatkan tempatnya. Pada bagian ini kita tidak perlu berpikir bahwa kemudian manusia menjadi seperti Allah. Kenyataannya manusia tetap adalah ciptaan dan bukan Allah. Manusia dalam point ini berada pada posisi seperti malaikat yang tetap setia, di mana juga merupakan ciptaan Allah. Demikianlah, manusia bersama dengan malaikat yang tetap setia akan tiada henti-hentinya melayani dan memuji Dia, Anak Domba Allah (Why 7:15; 22:3).
„.Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu.” - Amsal 2:10 -
Setelah pemuliaan di Surga, manusia memiliki kebebasan yang sudah disempurnakan. Dalam pengertian ini manusia tidak bisa berbuat dosa sama sekali lagi (non posse peccare). Menurut Hoekema, setelah kebangkitan tubuh, ketaatan kita kepada Allah dan kasih akan sesama tidak lagi dihambat oleh dosa dan ketidaksempurnaan. Pada saat itu kita juga takkan dihalangi oleh batasan-batasan yang ada sekarang ini seperti penyakit, kelemahan atau kematian (1 Kor 14:42-43; Why 21:4). Kita akan menerima tubuh rohaniah yang sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus (1 kor 15:44). Di dalam tubuh rohaniah ini seluruh pilihan dan kebebasan kita akan dikuasai oleh Roh Kudus secara total – sehingga Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
31
Retreat Pemuridan Reformed Injili
Retreat Pemuridan Reformed Injili VIII 24.03.2005 - 28.03.2005 Pada tanggal 24-28 Maret 2005 yang lalu Mimbar Reformed Injili Indonesia (MRII) Berlin-Hamburg mengadakan Retreat Pemuridan Reformed Injili (RPRI) VIII di Jugendgaestehaus Osterode am Harz yang bertema “Christian Ethics” dengan pembicara Ev. Hendra Wijaya, M.C.S. Sekilas ulang latar belakang dari tema ini, yaitu supaya kita bisa mempelajari apa yang Alkitab katakan tentang bagaimana seorang Kristen seharusnya hidup, dan bukan hanya puas dengan apa yang seorang Kristen harus ketahui. Uskup J.C. Ryle menulis pada tahun 1879, “Jika kita berkata bahwa kita sudah menerima ‘berkat itu’ dan sudah menemukan ‘kehidupan yang lebih tinggi’ setelah mendengarkan pengajaran para penganut ‘kekudusan oleh iman dan penyucian diri’, tetapi keluarga dan teman-teman kita tidak melihat adanya perbaikan dan peningkatan kekudusan dalam sifat dan perilaku kita sehari-hari, maka kita sedang sangat merusak nama Kristus.” (Dikutip dari J.I. Packer ‘God’s Plan For You’.) Retreat kali ini dihadiri oleh begitu banyak peserta yang berasal dari berbagai kota di Jerman dan juga dari kota di negara Eropa lainnya. Walaupun demikian, kehangatan dan kebersamaan yang terjalin sangatlah erat. Pendalaman firman Tuhan melalui seminar-seminar didukung lebih lagi dengan adanya diskusi dan sharing di dalam kelompok. Puji syukur kepada Tuhan atas berkatNya yang luar biasa kepada setiap peserta melalui RPRI VIII ini. Melalui buletin REIN, beberapa peserta RPRI VIII akan memberikan kesaksian tentang pengalaman mereka di dalam mengikuti retreat ini. „RPRI punya posisi penting dalam kehidupan rohani saya. Sebagai seorang Kristen dalam lingkungan yang sudah sekular, jauh dari saudara seiman tanpa pemberitaan firman yang tidak teratur, saya butuh suatu forum yang meluruskan konsep wawasan Kristen saya yang sudah terpengaruh oleh lingkungan. Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Retreat Pemuridan Reformed Injili
32
Tema tahun ini buat saya pribadi sangat menarik dan sangat mengena. Sebenarnya sejak saya menjadi Kristen, etika ini sudah saya pelajari. TuhanYesus adalah contoh yang seharusnya kita sebagai orang Kristen berperilaku dan alkitab adalah sumber etika kita. Tetapi kenyataanya, saya tidak melakukan apa yang seharusnya saya lakukan sebagai orang Kristen. Prinsip saya “see no evil, hear no evil, speak no evil”, pendeknya, cari aman saja. Saya tidak mau ada konflik dengan lingkungan. Saya juga selama ini menjadi tumpul, kurang peka akan dosa dan mengecilkan konsekuensinya. Oleh sebab itu saya sangat bersyukur dengan retreat kali ini, saya boleh mengenali bahaya yang sudah membayangi iman saya dan saya boleh ditegur dan dikuatkan. Saya juga sangat berterima kasih untuk keramahan, persekutuan dan sharing dari saudara seiman dari berbagai kota. Dan tidak lupa salut untuk panitia yang sudah bekerja keras sehingga retreat ini sudah terlaksana dengan sangat baik dan terkoordinir. Tidak lupa saya juga atas nama suami saya berterima kasih untuk pelayanan para penterjemah sehingga orang yang tidak mengerti bahasa Indonesia bisa mengikuti acara dan juga mendapat berkat, meskipun ini adalah hal yang sulit karena tema yang dibahas juga sulit. Semoga di tahun mendatang pelayanan ini boleh semakin berkembang dan semakin menjadi berkat.” − Mahalia Ahimsa Müller - Bonn − „Mengucap syukur kalau tahun ini saya bersama istri dapat mengikuti
Retreat Pemuridan MRI ke-8. Saya percaya ini bukan suatu kebetulan kalau kami bisa kembali ikut tetapi merupakan anugrah Tuhan bagi kami. Banyak berkat yang kami dapatkan selama mengikuti tetreat kali ini. Salah satunya adalah melihat semangat dan dedikasi dari temanteman yang melayani dalam retreat ini sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik. Saya pribadi melihat bahwa selalu ada kemajuan dalam hal kualitas bila dibandingkan dengan retreat sebelumnya. Suatu sikap yang harus terus dipertahankan bahwa untuk Tuhan kita selalu harus melakukan yang lebih baik lagi. Di hari terakhir retreat saya juga sangat tersentuh dengan presentasi dari salah satu grup, yaitu mencuci kaki beberapa teman-teman, mengikuti teladan dari Yesus di malam sebelum Ia diserahkan. Betapa sering kita pada waktu mengikuti retreat Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
33
Retreat Pemuridan Reformed Injili
atau kebaktian atau kegiatan lainnya, selalu mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu tetapi seringkali kita tidak pernah memikirkan dengan serius pelayanan apa yang dapat kita berikan. Alangkah indahnya kalau setiap orang Kristen sungguh-sungguh mempunyai jiwa ingin saling melayani satu dengan yang lain. Kiranya semangat pelayanan dan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan dapat terus dipertahankan dan di retreat-retreat mendatang kita dapat memberikan yang lebih baik lagi bagi Tuhan. Soli Deo Gloria“ − Paulus & Ann - München − Demikianlah kesaksian dari beberapa saudara-saudari kita dari Bonn dan München. Kami mengharapkan bahwa kesaksian ini bisa mendorong pembaca sekalian untuk rindu mengambil bagian di RPRI IX pada tahun depan.
„Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” - 1 Yohanes 3:16 -
Seputar MRII Berlin
34
SEPUTAR MRII BERLIN Di dalam kesempatan ini, kami hendak mengulas kembali pelayanan dan kegiatan MRII Berlin selama 6 bulan terakhir ini dan bagaimana Tuhan telah memimpin setiap pelayanan yang boleh terjadi di MRII Berlin. Selama 6 bulan terakhir ini banyak kejadian suka maupun duka yang terjadi. Diawali dengan terjadi suatu musibah pada bulan Desember yang melanda negara tercinta kita Indonesia dan juga negara-negara lainnya. MRII Berlin dengan cepat bereaksi mengadakan kebaktian dukacita untuk mengumpulkan sumbangan yang akan diberikan kepada korban bencana alam di Indonesia maupun di Srilangka. Semua usaha untuk mengundang orang-orang telah dilakukan lewat berbagai cara. Baik lewat radio, brosur maupun kartu undangan. Kebaktian dukacita ini dihadiri sekitar 100 orang dan terkumpul sumbangan sekitar 1000 €. Koor MRII Berlin juga mendapat undangan pelayanan dari Gereja Katolik St. Thomas dan pada kesempatan itu juga diadakan aksi sumbangan dan terkumpul dari aksi tersebut sebanyak 700 €. Menyambut tahun baru, MRII Berlin juga mengadakan acara kebersamaan. Dengan diisi acara menonton film tentang kegiatan MRII Berlin selama tahun 2004 dan diikuti dengan renungan singkat. Tentu saja ada hidangan makanan enak yang dibawa oleh masing-masing jemaat untuk disantap bersama. Biasanya kita mendapatkan kunjungan setiap 3 bulan sekali dari hamba Tuhan yang dikirim oleh sinode GRII pusat, di mana setiap kunjungan itu digunakan untuk mengadakan seminar-seminar maupun KKR. Tetapi di awal tahun 2005 Tuhan menjawab doa jemaat MRII Berlin yg telah didoakan selama bertahun-tahun, yaitu memberikan Hamba Tuhan yang tetap, meskipun beliau bermukim di Helsinski, Ibukota dari Finnlandia. Tentu saja MRII Berlin bersukacita atas kedatangan beliau yang akan memimpin kebaktian MRII Berlin secara teratur. Beliau adalah Ev. Hendra Wijaya, M.C.S. dan istri, Ellyana Wijaya.
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
35
Seputar MRII Berlin
retreat ke-8 yang diadakan bulan Maret lalu boleh terlaksana dengan baik dan lancar. Retreat ini dipimpin oleh Ev. Hendra Wijaya dan diikuti 75 peserta yang datang dari berbagai kota di Jerman dan dari negara lain. Di retreat ini terdapat acara-acara yang bersifat memupuk rohani peserta maupun membina kebersamaan antara peserta. Di dalamnya terdapat seminar, kebaktian, acara kebersamaan dan lain-lain. Jalannya seluruh acara retreat ini direkam dan bisa didapatkan dalam bentuk CD dengan menghubungi sekretariat MRII Berlin. Di dalam bulan Mei akan genap 6 tahun usia MRII Berlin. Selama itu Tuhan telah memimpin, menopang dan memberkati MRII Berlin dengan tanganNya yang penuh kasih. Pada tanggal 17 Mei, MRII Berlin mendapat kesempatan berharga dengan kehadiran Pdt. DR. Stephen Tong di Berlin. Dalam rangka itu maka MRII Berlin dan Hamburg menangkap kesempatan itu dengan mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani. Oleh karena itu mari kita jangan melewatkan kesempatan berharga ini dengan mengajak semua teman dan orang-orang yang kita kenal untuk hadir dalam kebaktian ini yang akan diadakan : 17 Mei 2005, jam 18:30, Ev. Kirchengemeinde Martin-Luther, Fuldastr. 50-51, 12045 Berlin. U7, U-Bhf . Rathaus Neukölln 18 Mei 2005, jam 18:30, FeG ‚Holstenwall’, Michaelispassage 1, 20459 Hamburg. S3/S1 Stadthausbrücke Selain itu MRII Berlin juga mempunyai kegiatan lain yang bersifat tetap, seperti Pemahaman Alkitab, Persekutuan Wilayah, latihan koor, kebaktian doa, dan kebaktian. Demikianlah sekilas tentang kegiatan maupun pelayanan MRII Berlin selama 6 bulan terakhir. Dengan melihat banyaknya kegiatan maupun pelayanan MRII Berlin yang boleh terjadi, kita bisa melihat 1 hal yaitu begitu besaaaaaaaaaaaaaaaarnya kasih dan berkat Tuhan terhadap manusia melalui kehadiran MRII Berlin dan begitu besaaaaaaaaaaaaaarnya topangan Tuhan terhadap MRII Berlin Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Seputar MRII Berlin
36
yang membuat MRII Berlin kuat, terus dan tidak henti-hentinya melayani Tuhan. Dan hanya satu yang bisa kita ucapkan dan kita syukuri. Terpujilah Allah dari kekal sampai kekal. Soli Deo Gloria.
Segenap Keluarga Besar MRII Berlin mengucapkan
Selamat Ulang Tahun ke-5 kepada
MRII Hamburg 15 April 2005 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatanperbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib - 1 Petrus 2:9 Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
37
Seputar MRII Berlin
Berikut ini adalah ucapan Selamat Ulang Tahun bagi MRII Berlin yang ke-6 dan REIN yang ke-3 dari para pembaca REIN : “Hepi betdei yang ke-6 MRII Berlin dan yang ke-3 REIN! Semakin setia di dalam Tuhan!” − Alfonso Santoso - Berlin − „MRII itu baik lho. Sukanya ngabarin Tuhan, melayani sesama dan pinjemin buku sama kita-kita, walaupun dia masih 6 tahun tapi dia dah dewasa, so... Happy Birthday! Keep on going with the mission! God bless us!” − Andy - Berlin − „ Selamat ulang tahun MRI Berlin dan Majalah Rein, tetap semangat, kompak dan terus maju.‚Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.’ (Mat. 5:14).” − Cen Ling - Hamburg − „Selamat ulang tahun untuk MRI Berlin, dan juga bagi Majalah Rein, semoga terus menjadi saluran berkat dan bertumbuh, semakin besar, semakin tegar!” − Charlie Hendrawan - Hamburg − „Was ist nicht alles geschehen! Für MRII gilt nur mit Gott kann alles gut werden. Gottes Segen weiterhin! “ − Gertrude Giese - Berlin − „Thank God for the chance that He gave me to be a part of MRII Berlin. MRII Berlin is my true family & my true friend. Thank you all for being my brothers and sisters. Happy 6th Birthday MRII Berlin. May we all have the spirit to serve God through MRII Berlin even more. And Happy 3rd Birthday REIN.” − Herawaty - Berlin −
Seputar MRII Berlin
38
„Happy Birthday MRII Berlin yang ke-6. Maju terus dalam Tuhan. Keep your faith guys! Sola Fide. Sola Gracia. Soli deo Gloria.” − Lanny - Berlin − „^_^ What should i say now? MRII Berlin, Happy Birthday, Bon anniversaire, Alles Gute zum Geburtstag, Selamat Ulang Tahun, Shen Jek Khuai Lek!! Be blessing for others, grow in faith… once note: 6th Happy cheerful Birthday to you… MRII Berlin.“ − Linda Theresia Tjandrawasih - Berlin − „Saya sangat bersyukur jikalau saya masih diijinkan Tuhan untuk menikmati pelayanan di MRII Berlin sampai tahun ke 6 ini, tidak habisnya saya memuji pekerjaan Tuhan yang heran ditengah jemaatNya! 6 Tahun lalu, kita tidak tahu bagaimana mimbar ini bisa berlanjut, namun penyertaan Tuhan sangat terasa dari waktu kewaktu. Semata-mata karena beban dan ketaatan maka kita menggarap ini, kekuatan serta kelayakan untuk itu kita peroleh karena belas kasihan Tuhan sendiri atas pekerjaanNya, kita harus kerjakan karena ini milik Tuhan yang dipercayakan pada kita. Bukan karena kita mampu namun karena DIA berkehendak! Tuhan yang besar, bukan MRII Berlin, Tuhan yang harus dipermuliakan bukan Manusia yang ada di dalam MRII Berlin. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus selama-lamanya melalui MRII Berlin” − Lingkan Mangundap - Berlin − „Selamat Ultah untuk MRII Berlin yang VI, Gottes Segen dan supaya tetap menjadi berkat bagi kota Berlin” − Marcus Tjitra - Berlin − „Aku mengucapkan syukur untuk anugerah Tuhan yang tetap menumbuhkan Gereja MRII Berlin sampai usia ke-6. Gott sei immer mit Ihnen. Imanuel.” − Netty - Berlin −
„Alles Gute zum Geburtstag für MRII Berlin. Ich wünsche der Gemeinde innere Schönheit und Wachstum.” − Holger - Berlin −
„Siapa di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dalam kelemahlembutan.” (Yakobus 3:13)
„Saeng il chuka hamnida!!! Das ist ‘Happy Birthday’ auf Koreanisch. Semoga MRII tambah maju dari tahun ke tahunnya dan bisa menjadi berkat bagi seluruh Eropa. Dan makin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. ^_^ Aja! Aja! Hwaiting!” − Inggrid - Berlin −
„Selamat Ultah buat MRII Berlin. Semoga terus menjadi panji Kristus khususnya bagi orang indo (medan) di Jerman :D Maju terus buat paduan suaranya and always HALELUYAAAAAA (kapan yah harburg bisa nyanyi Haleluya Handel). Love and Pray,” − Sanga Lawalata - Hamburg −
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
39
Seputar MRII Berlin
Sehubungan dengan hari jadi MRII Berlin ke-6 kami menghaturkan banyak
TERIMA KASIH pada banyak pihak yang telah mendukung MRII Berlin selama 6 tahun ini, karena keterbatasan tempat kami tidak mungkin menyebutkan nama satu per satu, namun dari dasar hati paling dalam kami berterimakasih pada semua Saudara sekalian. 1. Pdt.Dr.Stephen Tong 2. Para hamba Tuhan GRII di Jakarta,di daerah dan luar negeri 3. Majelis, Sekretaris GRII Pusat 4. Staff serta pengerja kantor GRII di Jakarta dan daerah 5. GRII, MRII, PRII di Indonesia dan luar negeri. 6. Institut Reformed Injili Jakarta 7. KBRI Berlin bag. Kerohanian Kristen-Bp.Sumbajak 8. MRII Hamburg,Pengurus dan Jemaat 9. Martin Luther Gemeinde,Berlin 10. Betlehemsgemeinde, Berlin 11. Veranstalter der Weihnachtsmarkt Openpalais, Berlin 12. St.Thomas katholische Kirche, Berlin 13. Ev. Hendra Wijaya, M.C.S, dan istri, Ellyana Wijaya 14. Fam. Sabine Lehman, Berlin 15. Fam. Giese, Berlin 16. Fam.Tjahjadi Rameli, Jakarta 17. Sdr.Piet Angsono, Jakarta 18. Sdr.Sunadi Purnomo, Jakarta 19. Seluruh jemaat dan pengunjung MRII Berlin 20. Alumni MRII Berlin di Jakarta, Surabaya,Medan,Bali 21. Seluruh donatur dan pendukung sekalian Tuhan memberkati, cinta kasih serta dukungan saudara sekalian bagi pekerjaan Tuhan.
Mimbar Reformed Injili Indonesia Berlin Gereja Reformed Injili Indonesia Persekutuan Doa Penginjilan : Minggu, 15:15 Kebaktian Umum : Minggu, 16:00 Kebaktian Anak-anak : Minggu, 16:00 Pemahaman Alkitab
: Sabtu, 16:00
Bertempat di : Ev. Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastr. 50-51 U7, U-Bhf. Rathaus Neukölln 12045 Berlin
Persekutuan Wilayah : setiap Jumat ke-2 dan ke-4, pk.19:30. Untuk keterangan tempat lebih lanjut harap menghubungi Sekretariat.
Sekretariat MRII Berlin : Fuldastr. 16 c/o Cahyadi 12045 Berlin Tel. (+49)30-68081042 / (+49)179-1458691 http://www.grii.de/berlin email:
[email protected]
MRII Berlin Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005
Buletin REIN Edisi 7 - Mei 2005